Emulsi adalah salah satu bentuk sediaan farmasi yang terdiri atas dua fase yang tidak dapat bercampur secara spontan, yaitu fase minyak dan air. Emulsi dapat dibentuk dengan bantuan zat pengemulsi untuk membentuk sediaan homogen. Dokumen ini menjelaskan tentang definisi, kelebihan dan kekurangan, teori pembentukan, jenis, komponen penting, dan cara pembuatan emulsi yang baik.
4. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
1. Dapat membentuk sediaan
yang homogen dan
bersatu.
2. Mudah ditelan.
3. Emulsi dapat menutupi
rasa yang tidak enak
4. obat menjadi lebih mudah
diabsorpsi
5. Efek terapi dapat
diperpanjang
6. Lebih ekonomis
Kekurangan
1. Sediaan kurang praktis dan
2. Staabilitas rendah
dibanding tablet.
3. Takaran dosis kurang teliti.
4. Tidak tahan lama.
5. Emulsi kadang-kadang sulit
dibuat dan membutuhkan
teknik pemprosesan
khusus.
5.
6. Kriteria emulsi yang baik adalah:
1. Stabil baik secara fisik maupun khemis dalam
penyimpanan
2. Merupakan disperse homogen antara minyak
dengan air
3. Fase dalam mempunyai ukuran partikel yang
kecil dan sama besar mendekati ukuran partikel
koloid
4. Tidak terjadi creaming atau craking
5. Memiliki viskositas yang optimal
6. Dikemas dalam kemasan yang mendukung
penggunaan dan stabilitas obat
7. TEORI TERJADINYA EMULSI
1. Teori Tegangan Permukaan (Surface
Tension)
2. Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented
Wedge)
3. Teori Interparsial Film
4. Teori electric double layer ( lapisan listrik
rangkap)
8. 1. Teori Tegangan Permukaan
(Surface Tension)
Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul yang
sejenis yang disebut daya kohesi. Selain itu molekul juga memiliki
daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis yang disebut
daya adhesi.
Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada
permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan tegangan
karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan yang
terjadi pada permukaan tersebut dinamakan tegangan
permukaan (surface tension).
Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada
bidang mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin susah
untuk bercampur.
Dalam teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator
akan menurunkan menghilangkan tegangan yang terjadi pada
bidang batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan
mudah bercampur.
9. 2. Teori Orientasi Bentuk Baji
(Oriented Wedge)
Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua
kelompok yakni :
• Kelompok hidrofilik bagian dari emulgator
yang suka pada air.
• Kelompok lipofilik bagian yang suka pada
minyak.
Masing-masing kelompok akan bergabung
dengan zat cair yang disenanginya, kelompok
hidrofil kedalam air dan kelompok lipofil kedalam
minyak. Dengan demikian emulgator seolah-olah
menjadi tali pengikat antara air dan minyak.
10. • Setiap jenis emulgator memiliki harga keseimbangan
yang besarnya tidak sama.Harga keseimbangan itu
dikenal dengan istilah H.L.B. (Hydrophyl Lipophyl
Balance) yaitu angka yang menunjukkan perbandingan
antara kelompok lipofil dengan kelompok hidrofil .
• Dalam tabel dibawah ini dapat dilihat keguaan
suatu emulgator ditinjau dari harga HLB-nya.
Harga HLB Kegunaan
1 - 3
4 – 6
7 – 9
8 – 18
13 - 15
10 – 18
Anti foaming agent
Emulgator tipe w/o
Bahan pembasah ( wetting agent)
Emulgator tipe o/w
Detergent
Kelarutan (solubilizing agent)
11. 3. Teori Interparsial Film
• Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dan
minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase
disper.
• Untuk memberikan stabilitas maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang
dipakai adalah :
§ dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak
§ jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase- dispers
§ dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua
permukaan partikel dengan segera.
12. 4. Teori electric double layer ( lapisan
listrik rangkap)
Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh
salah satu dari ke tiga cara dibawah ini,
•terjadinya ionisasi dari molekul pada
permukaan partikel
•terjadinya absorbsi ion oleh partikel dari
cairan disekitarnya.
•terjadinya gesekan partikel dengan cairan
disekitarnya.
14. Pengujian Tipe Emulsi
1. Test Pengenceran Tetesan
• Jika tipe O/W, mudah diencerkan
dengan air
• Jika tipe w/o, mudah diencerkan
dengan minyak
2. Test Kelarutan Pewarna
• Emulsi + larutan Sudan III dapat
memberi warna merah pada emulsi
tipe w/o,
• Emulsi + larutan metilen blue dapat
memberi warna biru pada emulsi tipe
o/w
3. Test dengan kertas saring
•Jika tipe O/W, kertas saring menjadi
basah
•Jika tipe w/o, timbul noda minyak
pada kertas saring
4. Test Creaming
–Jika tipe O/W, terjadi krim pada
bagian atas
–Jika tipe w/o, terjadi krim pada
bagian bawah
5. Test Konduktivitas Elektrik
–Jika tipe O/W, konduktivitas
elektrik tampak,
–Jika tipe w/o, konduktivitas elektrik
tidak tampak,
6. Test Fluorosensi
–Jika tipe O/W,fluorosensi hanya
berupa noda,
–Jika tipe w/o, seluruh daerah
berfluorosensi ,
15. STABILITAS EMULSI
• Stabilitas suatu emulsi adalah suatu sifat emulsi
untuk mempertahankan distribusi halus dan teratur
dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu
yang panjang.
16. Faktor yang dapat mempengaruhi
stabilitas emulsi yaitu
1. Viskositas
Untuk mendapatkan suatu emulsi yang stabil atau untuk
menaikan stabilitas suatu emulsi dapat dengan cara
menambahkan zat-zat yang dapat menaikan viskositasnya dari
fase luar . Bila viskositas fase luar dipertinggi maka akan
menghalangi pemisahan emulsi
2. Pemakaian alat khusus dalam mencampur emulsi
Untuk membuat emulsi yang lebih stabil, umumnya proses
pengadukannya dilakukan dengan menggunakan alat listrik
3. Perbandingan optimum fase internal dan fase kontinu
Umumnya emulsi yang stabil memiliki nilai range fase dalam
antara 40% sampai 60% dari jumlah seluruh bahan emulsi yang
digunakan .
17. Bentuk keridakstabilan emulsi
• Creaming fase dlm lebih pekat &
mendorong fs luar bisa diperbaiki dg
pengocokan
• Cracking fase dlm & luar memisah
pecah sistem emulsi tdk bisa diperbaiki dg
pengocokan
• Inversi pecahnya emulsi dengan tiba-tiba
dari satu tipe ke tipe yang lain.
20. Bahan pengemulsi
• Emulsifier membantu terbentuknya emulsi
dengan 3 jalan, yaitu :
1.Penurunan tegangan antar muka ( stabilisasi
termodinamika ).
2.Terbentuknya film antar muka yang kaku
(pelindung mekanik terhadap koalesen).
3.Terbentuknya lapisan ganda listrik,
merupakan pelindung listrik dari pertikel.
22. Metode pembuatan emulsi :
1. Metode gom kering atau metode
kontinental.
2. Metode gom basah atau metode Inggris.
3. Metode botol atau metode botol forbes.
4. Metode HLB ( Hidrofilik Lipofilik Balance )
23. 1. Metode gom kering atau metode kontinental.
• Emulsi dibuat dengan jumlah komposisi minyak dengan ½
jumlah volume air dan ¼ jumlah emulgator. (4:2:1)
• zat pengemulsi (biasanya gom arab) dicampur dengan
minyak terlebih dahulu, kemudian ditambahkan air untuk
pembentukan corpus emulsi, baru diencerkan dengan sisa air
yang tersedia.
24. 2. Metode gom basah atau metode Inggris.
• Metode ini dipilih jika emulgator yang digunakan harus
dilarutkan/didispersikan terlebuh dahulu kedalam air
misalnya metilselulosa.
• Zat pengemulsi ditambahkan ke dalam air (zat pengemulsi
umumnya larut) agar membentuk suatu mucilago, kemudian
perlahan-lahan minyak dicampurkan untuk membentuk
emulsi, setelah itu baru diencerkan dengan sisa air.
25. 3. Metode botol atau metode botol forbes.
• Metode inii digunakan untuk emulsi dari bahan-bahan
menguap dan minyak-minyak dengan kekentalan yang
rendah. Dibuat dengan pengocokan kuat dan kemudian
diencerkan dengan fase luar.
• Serbuk gom dimasukkan ke dalam botol kering, kemudian
ditambahkan 2 bagian air, tutup botol kemudian campuran
tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit
demi sedikit sambil dikocok.
26. 4. Metode HLB ( Hidrofilik Lipofilik Balance )
• Cara ini dilakukan apabila emulsi yang dibuat mengunakan
suatu surfaktan yang memiliki nilai HLB.
• Sebelum dilakukan pencampuran, dilakukan perhintungan
harga HLB dari fase internal
• dilakukan pemilihan emulgator yang memiliki nilai HLB yang
sesuai dengan HLB fase internal.
• Setelah diperoleh suatu emulgator yang cocok , selanjutnya
dilakukan pencampuran untuk memperoleh suatu emulsi yang
diharapkan
27. Alat yang digunakan :
– Mortir dan stamper
– Botol
– Mixer, blender
– Homogeniser
– Colloid Mill
28. Evaluasi sediaan emulsi :
1. Pengamatan Organoleptis
Pengamatan organoleptis dilakukan
dengan mengamati warna, bau, dan rasa dari
sediaan emulsi pada penyimpanan pada suhu
endah 5o
C dan tinggi 35o
C pada penyimpanan
masing-masing 12 jam.
29. Evaluasi sediaan emulsi
2. Volume Terpindahkan (FI IV. Halaman
1089)
Untuk penetapan volume terpindahkan,
pilih tidak kurang dari 30 wadah, dan
selanjutnya ikuti prosedur berikut untuk
bentuk sediaan tersebut. Kocok isi dari 10
wadah satu persatu.
30. Evaluasi sediaan emulsi
3. Penentuan viskositas
Dilakukan terhadap emulsi, pengukuran
viskositas dilakukan dengna viskometer
brookfield pada 50 putaran permenit (Rpm).
31. Evaluasi sediaan emulsi
4. Pengukuran pH
Pengukuran pH dilakukan dengan
mencelupkan elektroda dari pH-meter digital
ke dalam sampel, yang sebelumnya telah
dikalibrasi pada larutan buffer, kemudian pH-
meter dinyalakan dan ditunggu sampai layar
pada pH-meter menunjukkan angka yang
stabil.
32. Evaluasi sediaan emulsi
5. Pengamatan Mikroskopik
Pengamatan mikroskopik dilakukan dengan cara
mengukur diameter dan distribusi frekuensi globul
minyak. Pengukuran dilakukan di bawah mikroskop
dengan menggunakan mikrometer yang telah
ditentukan ukuran tiap kotaknya (dikalibrasi) dengan
menggunakan hemositometer.
33. Evaluasi sediaan emulsi
6. Uji Mikrobiologi
Uji mikrobiologi dilakukan untuk mengetahui
angka cemaran mikroba yang mungkin
mengkontaminasi sediaan selama penyimpanan. Uji
ini dilakukan dengan menentukan Angka Lempeng
Total (ALT) yaitu penentuan jumlah koloni dari
pertumbuhan bakteri mesofil aerob setelah sampel
diinkubasikan dalam media pembenihan yang cocok
selama 24-48 jam pada suhu 35±1ºC.