SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
i
MAKALAH HASIL RIVIEW JURNAL
"FILSAFAT PENDIDIKAN OLAHRAGA: ISU
UTAMA DAN METODOLOGI” MATA KULIAH
FILSAFAT DAN SEJARAH OLAHRAGA
Sampul
Disusun Oleh:
Muhammad Aghniyaa-u Romadlon
200604840064
2020B
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI
TAHUN AKADEMIK2020 / 2021
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb, Bismillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat
allah swt kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Hasil
Riview Jurnal Dari "FILSAFAT PENDIDIKAN OLAHRAGA: ISU UTAMA DAN
METODOLOGI”.
Dalam pembuatan ini saya dapat terbantu dengan adanya data-data yang lengkap mengenai
materi yang diberikan sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu dan tidak ada masalah apapun.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.kami menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini jauh dari kata yang sempurna maka dari itu saya menerima saran atau kritik
yang bersifat membangun atau membuat makalah ini lebih baik lagi. Sekian dan selamat membaca,
terimakasih. Wassalamualaikum Wr. Wb
Surabaya, 18 Maret 2021
Muhammad Aghniyaa-u Romadlon
3
DAFTAR ISI
Sampul ......................................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 3
JURNAL..................................................................................................................................................... 4
BAB II.......................................................................................................................................................21
REVIEW JURNAL....................................................................................................................................21
BAB III.......................................................................................................................................................23
PENUTUP..................................................................................................................................................23
KESIMPULAN...........................................................................................................................................23
SARAN......................................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................24
4
JURNAL
BUDAYA FISIK DAN OLAHRAGA. STUDI DAN
PENELITIAN
DOI: 10.1515 / pcssr -2015-
0003
Filsafat Pendidikan Olahraga: Isu Utama dan
Metodologi
Kontribusi penulis: Emanuele Isidori
A) konsepsi dan desain
penelitian
Universitas Roma, Italia
B) akuisisi data
C) analisis dan
interpretasi data
D) persiapan naskah
E) mendapatkan
pendanaan
ABSTRAK
Tujuan dari studi ini adalah untuk merefleksikan isu-isu utama
yang disebut filosofi pendidikan olahraga,
menunjukkan metodologi dan kemungkinan penggunaannya
dalam konteks studi olahraga. Kajian ini akan
mulai menjawab dua pertanyaan pokok yang berkaitan dengan
isu-isu filosofi pendidikan olahraga, yaitu:
apakah olahraga dan nilai-nilainya dari perspektif filosofis
pendidikan dan bagaimana kita dapat
mempraktikkan nilai-nilai tersebut melalui metodologi praktis?
Studi tersebut akan menunjukkan bahwa filosofi pendidikan
olahraga adalah ilmu manusia yang mampu
mengembangkan pengetahuan teoritis dan praktis yang sangat
berguna bagi guru pendidikan jasmani,
pendidik olahraga, atlet, dan pelatih. Tujuan dari ilmu filosofis ini
adalah untuk menganalisis dan memahami
olahraga untuk memberikan pengertian pendidikan dan
hermeneutis: yaitu, menafsirkan dan tidak hanya
menggambarkan olahraga dan masalah yang kompleks, dan
mencoba menemukan solusi dalam sudut
pandang pedagogis dan melalui metodologi intervensi refleksif.
KATA
KUNCI filsafat, pendidikan, olahraga, hermeneutika, metodologi
Antara dua filosofi
Untuk lebih mendefinisikan bidang penelitian yang diidentifikasi dengan judul artikel
ini, perlu dikembangkan refleksi awal yang singkat dan kritis tentang hubungan antara
filsafat, olahraga, dan pendidikan. Kita dapat mengatakan bahwa olahraga, sebagai praktik
5
manusia yang dapat (atau mungkin tidak) menyampaikan nilai-nilai sosial dan moral serta
mentransformasikan dan mengubah masyarakat menjadi lebih baik, selalu membutuhkan
pembacaan kritis-filosofis yang mendalam yang memberikan interpretasi dalam kerangka
seperangkat makna pendidikan (Zeigler, 2010). Pendidikan sangat terkait dengan olahraga
dan sejarahnya; dalam kasus istilah "pendidikan jasmani", hubungan dengan seperangkat
makna pendidikan ini eksplisit dan terbukti - setidaknya secara teoritis - karena adanya kata
benda "pendidikan" (Morgan, 2006). Memang, bukti pendidikan yang baru saja kami
sebutkan di atas tidak jelas dalam konsep olahraga; Itulah alasan mengapa interpretasi kritis
dan filosofis tentang olahraga sangat mendasar untuk mengidentifikasi potensi pendidikan
yang diwujudkan oleh olahraga sebagai praktik sosial (Arnold, 1997).
2015 • VOLUME LXVI
- 10.1515 / pcssr-
2015-0003
5
Diunduh dari PubFactory pada
08/04/2016 12:00:37
melalui akses
gratis
6
BUDAYA FISIK DAN OLAHRAGA. STUDI DAN PENELITIAN
Refleksi filosofis dan pendidikan tentang olahraga dapat dilakukan dari dua sudut
pandang, mengikuti dua garis refleksi yang khas dari filosofi pendidikan (Fullat, 1988;
Pring, 2004; Hirst & Carr,
2005), yang metode penelitiannya dapat digunakan dalam filsafat pendidikan olahraga (Reboul,
1983; Isidori,
2012):
a)Yang teoritis-epistemologis;
b) Yang praktis-metodologis.
Sudut pandang ini sangat mendasar untuk menjawab dua pertanyaan utama yang
berhubungan dengan masalah filosofi pendidikan olahraga: apa itu olahraga dan nilai-
nilainya dari perspektif filosofis pendidikan dan bagaimana kita dapat mempraktikkan
nilai-nilai ini melalui metodologi praktis (Kretchmar ,
2005)?
Ketika mencoba menjawab dua pertanyaan mendasar ini, filosofi pendidikan olahraga
tidak hanya menunjukkan sifatnya sebagai filosofi khusus tetapi juga ciri utamanya: menjadi
ilmu filosofis yang mampu mengembangkan pengetahuan teoritis dan praktis yang sangat
berguna bagi guru pendidikan jasmani, olahraga pendidik, atlet, pelatih, orang tua dan
semua orang yang, karena satu dan lain hal, terlibat dalam pendidikan olahraga setiap hari
(Reid, 2002). Ilmu filosofis ini adalah ilmu teoritis dan sekaligus ilmu praktis yang tujuan
utamanya menganalisis dan memahami olah raga untuk memberikan pengertian edukatif
dalam prakteknya - yaitu, menafsirkan dan tidak sekedarmendeskripsikan olah raga dan
permasalahannya yang kompleks, dan mencoba untuk menemukan solusi dalam sudut
pandang pedagogis dan melalui metodologi intervensi refleksif.
Untuk lebih jelasnya, pertanyaan utama dari mana filosofi pendidikan olahraga harus
dimulai adalah: apa itu olahraga dan apa yang dapat kita pelajari darinya dalam kaitannya
dengan nilai-nilai yang baik - yang layak dipelajari oleh generasi baru - yang dapat
membantu kita hidup. masyarakat dan dunia yang lebih baik? Filsafat pendidikan olahraga
memahami pendidikan tidak hanya sebagai masalah yang berkaitan dengan masalah
belajar mengajar atau dengan kurikulum sekolahdi mana kegiatan fisik dan olahraga
diajarkan dan dipelajari. Filsafat ini memandang pendidikan dalam arti umum dan luas,
yakni dalam pengertian pembentukan seluruh manusia tanpa perbedaan gender. Dalam
kerangka ini, pendidikan dipahami sebagai proses perkembangan dan transformasi individu
yang berkelanjutan di mana olahraga sebagai praktik manusia memungkinkan seseorang
untuk menyelaraskan pikirannya,
Dalam pengertian ini, konsep pendidikan yang diimplikasikan oleh filosofi pendidikan
olahraga tampaknya sangat mirip dengan istilah Jerman Bildung (bentukan orang secara
holistik); sebuah konsep kata yang sangat kaya akan makna hermeneutis dan eksistensialis
yang, jika dikaitkan dengan olahraga, dapat memungkinkan untuk memahami praktik ini
sebagai pengalaman pribadi (Erlebnis) di mana seseorang dapat mengalami nilai-nilai,
barang-barang utama dan kekuatan hidup yang vital dan belajar dari pribadi ini. dan pada
saat yang sama pengalaman komunitarian (Reid, 2012).
Pengertian pendidikan olahraga sebagai Bildung berarti falsafah yang mengkaji
keterkaitan antara olahraga dan pendidikan untuk menempatkan orang pada pusat
refleksinya, memandang dirinya sebagai nilai utama dan fundamental yang memberi arti dan
makna pada olahraga. Orang adalah bintang kutub yang mengarahkan dan membimbing
olahraga sebagai aktivitas manusia yang terdiri dari tindakan yang disengaja dan
komunikatif menuju seperangkat makna pedagogis, tujuan pendidikan, sasaran, dan tujuan
yang memungkinkannya menjadi nilai yang diinginkan bagi semua umat manusia (Moore,
1982).
7
Interpretasi filosofis olahraga dalam sudut pandang pedagogis memungkinkan kita
untuk melihat olahraga dan aktivitas fisik sebagai praktik yang mampu menghasilkan nilai-
nilai pendidikan yang memberikan makna penuh dan rasa kemanusiaan pada praktik-
praktik itu sendiri. Filsafat pendidikan olahraga merupakan bidang penelitian khusus di
antara berbagai kepentingan filsafat sebagai ilmu. Medannya ditarik oleh persimpangan
antara berbagai jenis filsafat (terutama: filsafat teoretis, filsafat pendidikan, filsafat moral
dan sosial). Titik awal dari filosofi terapan ini adalah bahwa olahraga mewakili, pertama-
tama, masalah pedagogis dan pendidikan bagi masyarakat kita; Yaitu, masalah bagaimana
membangun dan mengajarkan nilai-nilai olahraga dan bagaimana mempraktikkan semua
nilai tersebut sehingga dapat ditunjukkan dalam perilaku dan keterampilan seseorang.
- 10.1515 / pcssr-2015-
0003
6 Diunduh dari PubFactory di 2 0 0 8 1 / 0 5 4
/ • 20 V. 16: HAI00M13 LE2PU.LXVI:7M
melalui akses
gratis
8
BUDAYA FISIK DAN OLAHRAGA. STUDI DAN
PENELITIAN
Mempertahankan olahraga itu, pertama-tama, adalah masalah yang dimasukkan
dalam bidang pedagogi dan pendidikan, dan bukan dalam bidang biomekanik olahraga,
ilmu kinerja atau kedokteran olahraga, filosofi pendidikan olahraga sangat sejalan dengan
De Coubertin ' Pemikiran (Olimpiade dan olahraga yang dipahami dalam arti luas selalu
dan terutama merupakan masalah bagi para filsuf dan pendidik) (De Coubertin, 2000) dan
dengan pendekatan humanistik terhadap praktik ini, kekurangannya merupakan salah satu
masalah utama olahraga dalam masyarakat kontemporer.
Mendefinisikan istilah
Pertanyaan mendasar lainnya untuk filosofi olahraga dalam bentuk filosofi pendidikan
olahraga bukan hanya apa arti “pendidikan” dan hubungan apa yang ada antara olahraga
dan pendidikan, tetapi juga apa arti “olahraga” dan jenis olahraga apa yang kita renungkan
dan membicarakan tentang. Filsafat pendidikan olahraga memahami olahraga dalam arti
yang sangat luas dan dalam berbagai arti, sesuai dengan definisi yang diberikan oleh Council
of Europe (COE, 2001) yang di atasnya terdapat Buku Putih tentang Olahraga (EC, 2007).
berbasis. Definisi ini menyatakan bahwa “semua bentuk aktivitas fisik yang, melalui
partisipasi kasual atau terorganisir, bertujuan untuk mengekspresikan atau meningkatkan
kebugaran fisik dan kesejahteraan mental, membentuk hubungan sosial atau memperoleh
hasil dalam kompetisi di semua tingkatan” harus dianggap sebagai olahraga (seni . 2a).
Definisi ini menarik garis refleksi filosofis tentang olahraga yang berfokus pada serangkaian
masalah utama yang harus dihadapi dalam konteks kerangka pendidikan dan pedagogisnya.
Definisi COE membantu kita untuk mengurangi kesatuan konseptual yang kompleks yang
diwakili oleh olahraga dalam komponen fundamentalnya, yaitu:
1.Konsep “tubuh” dan “gerak” yang terkandung dalam konsep makro “aktivitas fisik”;
2.Konsep kesejahteraan dilihat sebagai ekspresi dan peningkatan pribadi yang dipahami
sebagai satu kesatuan dan kesatuan tubuh
dan pikiran;
3. Konsep “inklusi sosial” sebagai nilai utama yang melekat dalam konsep
“partisipasi” dan “hubungan sosial”; nilai-nilai yang olahraga, melalui
pendidikan, harus dibentuk dalam diri semua orang;
4.Konsep kompetisi dilihat dari komponen play and game-nya.
Masing-masing poin ini dapat merangsang refleksi filosofis tentang olahraga sebagai
materi pendidikan (Feezell,
2006). Beberapa pertanyaan sederhana (tetapi sangat "kompleks" dari sudut pandang
filosofis) dapat, misalnya, menjadi:
1. Apakah olahraga benar-benar mempromosikan pendidikan pikiran-tubuh yang
benar-benar bersatu sesuai dengan teori kecerdasan ganda - seperti yang diteorikan
oleh Howard Gardner (1985) - dan apa risiko "penggunaan" (dan "konsumsi")
tubuh ( dalam hal konsekuensi etika dan sosial) dalam olahraga tingkat tinggi, dan
bagaimana kita bisa mengajar atlet untuk menghindari komoditisasi tubuh mereka
sendiri dan untuk menghormatinya dan orang yang diwujudkannya juga?
2. Apakah olahraga benar-benar mempromosikan kesejahteraan, dan bagaimana
kita dapat mengajari anak-anak dan remaja (yang akan menjadi orang dewasa)
tentang gaya hidup sehat yang dimulai dari keterlibatan awal dalam olahraga?
9
3. Apakah olahraga benar-benar merupakan praktik inklusif di mana semua orang,
tanpa diskriminasi apa pun, dapat terlibat? Apa yang dapat kita lakukan untuk
mengajarkan, melalui olahraga, nilai-nilai sosial perdamaian, persahabatan, dan
saling pengertian di antara orang-orang yang berasal dari kelompok etnis dan
gender yang berbeda?
4. Bagaimana kita bisa menganggap persaingan bukan sebagai kontras tetapi
sebagai kerja sama, menghindari risiko bahwa, karena perjuangan identitas yang
kuat, agresivitas internal di dalam dapat menjadi kekerasan eksternal yang
menghancurkan internal dan eksternal (dan karenanya sosial dan pendidikan)
nilai-nilai olahraga?
Dari sudut pandang filosofi pendidikan dan untuk mengembangkan perspektif
pedagogis di atasnya, olahraga harus dipahami sebagai permainan yang lucu / menyenangkan
dan bukan sebagai pertentangan antara identitas yang kuat tetapi
2015 • VOLUME LXVI
- 10.1515 / pcssr-
2015-0003
7
Diunduh dari PubFactory pada
08/04/2016 12:00:37
melalui akses
gratis
10
BUDAYA FISIK DAN OLAHRAGA. STUDI DAN PENELITIAN
seperti dalam sifat aslinya dari agón (kata yang digunakan orang Yunani kuno untuk
kontes olahraga). Dikandung sebagai agón, olahraga mengungkapkan sifat kolaboratif dan
kompetitifnya sebagai praktik di mana orang mengekspresikan diri, kreativitas mereka,
dan pengejaran realisasi diri pribadi melalui pencapaian tujuan bersama dan bersama
dalam konteks perdamaian dan persahabatan. seperti yang seharusnya terjadi dalam
konteks pendidikan (Winch & Gingell, 2002).
Olahraga, nilai, dan pendidikan
Singkatnya, kita dapat mendefinisikan filosofi pendidikan olahraga sebagai wacana
filosofis tentang olahraga dari sudut pandang pendidikan: yaitu mempelajari dan
merefleksikan nilai-nilai pendidikan yang diimplikasikan praktik ini dalam kerangka
kehidupan komunitarian dan mencari jalan terbaik. untuk mempraktikkannya. Tetapi
apakah yang dimaksud dengan nilai pendidikan dari sudut pandang filosofis? Kita dapat
mendefinisikan nilai olahraga sebagai sesuatu yang baik untuk kita dan untuk olahraga itu
sendiri yang menghormati prinsip-prinsip etika dan sosial yang memungkinkan hidup dalam
masyarakat yang demokratis, adil, dan adil (Arnold, 1989). Sebuah nilai dapat dianggap
"mendidik" jika itu membantu kita mempelajari hal-hal baru dan baik atau lebih
meningkatkan pemahaman kita tentang berbagai hal.
Nilai-nilai pendidikan adalah konsep yang ideal (kita dapat mengatakan bahwa mereka
tidak ada tetapi selalu bergantung pada konteks di mana mereka dipahami dan ditampilkan)
yang mengarahkan perilaku, tindakan, dan perilaku kita. Kita membutuhkan aturan
olahraga (seperti praktik manusia lainnya) karena itu adalah arahan untuk perilaku,
tindakan, dan perilaku kita. Pendidikan selalu menunjukkan kepada kita bahwa jalan yang
kita ikuti (melalui cara kita bertindak) berorientasi dengan benar pada nilai-nilai yang harus
kita hormati.
Olahraga selalu ambigu dalam hal transmisi nilai; ambiguitas ini membuat olahraga
menjadi konsep yang sulit untuk didefinisikan dalam kerangka wacana etis yang ketat dan
filosofis (Martínková & Parry, 2011). Setidaknya kita dapat mengidentifikasi tiga macam
nilai olahraga (Isidori & Reid, 2011):
1. Nilai-nilai murni;
2.Anti-nilai;
3. Nilai-nilai campuran.
Nilai-nilai murni olahraga itulah yang disebut nilai-nilai positif; nilai-nilai yang
memastikan dalam olahraga menghormati martabat pribadi sebagai anggota komunitas
manusia (Simon, 2004). Nilai-nilai ini adalah pendidikan par excellence dan diwujudkan
dalam olahraga sebagai praktik fisik, psikologis, dan sosial. Mereka mewakili titik awal,
sarana, tujuan, tujuan, dan tujuan pendidikan olahraga itu sendiri. Nilai-nilai murni dalam
olahraga antara lain: kesehatandan kesejahteraan, keceriaan, kedamaian, sosialisasi,
integrasi sosial, persahabatan, kreativitas, peningkatan diri, partisipasi aktif, pengendalian
diri, dll.
Berkenaan dengan kesenangan, dari sudut pandang filosofis pendidikan, kita dapat
mengatakan bahwa nilai ini mewakili komponen utama olahraga dan harus selalu
ditekankan dan dipromosikan dalam semua cabang olahraga. Tanpa main-main, komponen
fundamental dari olahraga dipahami sebagai permainan dan juga, olahraga tidak dapat
dibedakan dari latihan tubuh manusia lainnya. Itu akan kehilangan kekuatannya untuk
11
mempromosikan dan menerapkan nilai-nilai rekreasional, terapeutik, dan psikologisnya
yang lain, yang memberikan landasan bagi pengembangan integrasi sosial orang-orang.
Anti-nilai olahraga adalah nilai-nilai negatif olahraga yang sepenuhnya antitesis atau
bertentangan dengan nilai-nilai sebelumnya. Dari sudut pandang etika, untuk setiap nilai
murni olahraga dimungkinkan untuk mengidentifikasi nilai lain yang berlawanan
dengannya. Nilai-nilai negatif ini dihasilkan oleh sistemtransmisi nilai-nilai olahraga yang
tidak dibingkai dalam konteks yang ditandai dengan tujuan pendidikan (berkomitmen pada
peningkatan dan pengembangan pribadi). Anti-nilai ini menunjukkan semua konten negatif
yang mungkin dimiliki oleh aktivitas fisik dan olahraga jika mereka tidak bertujuan untuk
berkontribusi pada pengembangan pribadi dan hidup berdampingan yang damai dalam
komunitas manusia. Anti nilai olahraga sangat berbahaya karena dapat menimbulkan
kekerasan, manipulasi, narsisme, hedonisme, komodifikasi, seksisme, rasisme, dll.
- 10.1515 / pcssr-2015-
0003
8 Diunduh dari PubFactory di 2 0 0 8 1 / 0 5 4
/ • 20 V. 16: HAI00M13 LE2PU.LXVI:7M
melalui akses
gratis
12
BUDAYA FISIK DAN OLAHRAGA. STUDI DAN
PENELITIAN
Yang disebut nilai campuran adalah nilai-nilai yang netral dari sudut pandang etika.
Untuk lebih jelasnya, nilai-nilai ini mungkin merupakan nilai murni atau anti-nilai.
Keberadaan mereka tergantung pada cara mereka ditampilkan, diajar, dan dikembangkan
oleh badan-badan sosial olahraga. Nilai-nilai ini dapat berupa kemenangan, persaingan,
kinerja, efisiensi, kesehatan dan kesejahteraan, dll.
Kita dapat mengambil contoh nilai campuran, konsep kemenangan dan hadiah.
Kemenangan bisa menjadi nilai murni ketika dalam mengejar kemenangan, seseorang
berkomitmen untuk mencapai - sambil menghormati orang lain - hasil dan hadiah dalam
sebuah kompetisi. Menjadi anti-nilai ketika seseorang, dalam mengejar kemenangan dengan
cara apapun, tidak menghormati aturan, merusak lawannya, atau membahayakan kesehatan
dan nyawanya sendiri. Hal yang sama dapat dikatakan tentang konsep persaingan secara
lebih umum, yang mungkin merupakan nilai murni atau anti-nilai, tergantung pada konteks
di mana ia dipahami dan dikembangkan. Ini adalah nilai murni ketika menunjukkan
komitmen dan pengejaran orang untuk mencapai tujuan dalam konteks konfrontasi dan
pertarungan damai, melepaskan dan menyalurkan energi batinnya.
Agar jelas, selalu konteks sosial olahraga (lembaga sosial dan pendidikan) yang
memastikan bahwa nilai-nilai campuran dari praktik ini tidak merosot menjadi nilai-nilai
negatif tetapi berubah menjadi nilai-nilai murni. Itu selalu konteks, dan niatnya, yang
menentukan persepsi (yang harus selalu baik pedagogis dan mendidik karena ditujukan
untuk pengembangan pribadi dan / pengayaan spiritualnya) tentang sifat olahraga dalam
berbagai bentuknya. Kita dapat mengatakan bahwa olahraga, per se, bukanlah nilai murni
(yaitu tidak menghasilkan nilai komunitarian atau sosial) tetapi merupakan campuran.
Perspektif pendidikan selalu dalam praktik ini yang menjadikannya sebuah nilai dan
mampu melahirkan nilai-nilai fundamental lainnya bagi manusia.
Dari sudut pandang filosofi pendidikan olahraga, konsep olahraga sangat mirip
dengan konsep Yunani phármakon, sebuah kata yang beberapa artinya berkisar dari
“racun” sampai “obat”, “penawar” dan “obat”. Untuk lebih jelasnya, olahraga adalah
sebuah phármakon karena bisa "baik" atau "buruk" - dan "baik" dan "jahat" dalam
olahraga selalu hidup berdampingan (Derrida, 1995) - dan menjadi "baik" atau "buruk"
tergantung pada konteks di dalamnya ditafsirkan (dan dipromosikan) (Isidori, 2014).
Ini berarti bahwa makna olahraga tidak pernah dapat dikaitkan secara apriori tetapi
dalam konteks hic et nunc (di sini dan sekarang). Oleh karena itu, olahraga itu sendiri
bukanlah konsep yang positif atau negatif, tetapi bisa menjadi positif atau negatif
tergantung pada konteks penafsirannya dan penerapannya. Olahraga selalu merupakan
konsep yang ambivalen dan ambigu yang selalu mengandung beberapa risiko (baik fisik
maupun moral) bagi orang tersebut, nyawa dan tubuhnya sendiri (Hyland, 1990).
Inilah alasan mengapa filosofi pendidikan olahraga tidak hanya menyoroti pentingnya
mendidik orang untuk bertanggung jawab dalam olahraga, memperhatikan semua risiko dan
manfaat yang selalu disiratkan oleh praktik ini, tetapi juga kebutuhan untuk membantu
orang untuk memutuskan, setelah hati-hati. evaluasi, jika terlibat dalam olahraga itu "baik"
atau "buruk" (kita bisa mengatakan "beracun" atau "perbaikan") bagi mereka dan
keberadaan serta pengalaman hidup mereka sebagai manusia.
13
Dari teori ke praktek
Di antara sistem yang disebut "ilmu olahraga", filsafat pendidikan olahraga
berfungsi sebagai sarana teoritis untuk mengembangkan kerangka kerja konseptual untuk
pedagogi olahraga, mengembangkan perspektif kritis, refleksif, dan dekonstruksionis dari
ilmu ini (Grupe, 1975; Isidori, 2010). Peran fundamental yang dimainkan oleh filosofi
sebagai aktivitas yang mampu mengembangkan pemikiran kritis dalam profesional
olahraga sekarang sepenuhnya diakui (Lyle, 2002). Dalam pengertian umum, filsafat
adalah aktivitas yang membantu manusia memahami dunia mereka dan mencari
kebenaran tentang berbagai hal, fakta, dan tindakan, bertanya pada diri sendiri mengapa
mereka ada dan untuk tujuan apa mereka datang ke dunia. Oleh karena itu, filsafat adalah
aktivitas manusia yang ada dalam diri semua manusia yang ingin menjelaskan dunia di
sekitarnya.
2015 • VOLUME LXVI - 10.1515 / pcssr-
2015-0003
9
Diunduh dari PubFactory pada
08/04/2016 12:00:37
melalui akses
gratis
14
BUDAYA FISIK DAN OLAHRAGA. STUDI DAN PENELITIAN
Diterapkan pada konteks budaya olahraga, filosofi dapat dianggap sebagai alat (yaitu
cara berpikir kritis dan reflektif) yang memungkinkan para profesional aktivitas fisik dan
olahraga (seperti atlet, pelatih, pendidik, guru, dll.) Untuk meneliti dan mengeksplorasi
makna praktik ini dalam kaitannya dengan konstruksi identitas mereka sebagai manusia dan
pribadi (Zeigler, 1977). Filsafat membantu para profesional olahraga untuk menyadari peran
dan fungsinya dalam konteks ini. Berangkat dari “pandangan filosofis” ini mereka dapat
menyadari peran mereka sebagai pendidik dan fungsi pedagogis mereka. Filsafat pendidikan
olahraga memiliki fungsi praktis sebagai berikut:
1.Merefleksikankebutuhan dan kondisi legitimasi konsep pendidikan melalui
olahraga, menunjukkan pentingnya olahraga bagi setiap manusia;
2. Ini mempelajari karakteristik melalui mana olahraga dapat dikatakan mendidik,
dengan alasan alasan yang membenarkan praktik ini dalam hal promosi nyata
nilai-nilai kemanusiaan dan, dalam kasus olahraga sekolah, kehadirannya dalam
kurikulum sekolahdalam bentuk fisik. pendidikan;
3. Ini meneliti konsekuensi langsung dan tidak langsung dari tidak adanya komponen
pendidikan dan pedagogis dalam olahraga tingkat tinggi;
4. Ia menganalisis kemungkinan fungsi pendidikan olahraga di masyarakat dan di
sekolah dan menggunakannya sebagai alat kritis
melawan mentalitas kapitalistik yang berlaku dan melawan krisis nilai dalam
masyarakat;
5. Ia membuat proposal tentang bagaimana mengembangkan kegiatan pendidikan,
untuk mempromosikan nilai-nilai, kohesi sosial, dan pluralisme budaya dalam
masyarakat kontemporer melalui olahraga.
Fungsi-fungsi ini mengidentifikasi area spesifik penelitian teoretis-metodologis dan
empiris untuk filosofi pendidikan olahraga. Area utama dari penelitian filosofis ini, tidak
diragukan lagi, adalah nilai-nilai pendidikan dan pedagogi (Kosiewicz, 2003). Filosofi
pendidikan olahraga mencerminkan nilai-nilai pendidikan olahraga berdasarkan prinsip-
prinsip berikut:
a) Prinsip yang mengakui martabat semua manusia dan non-manusia sebagai
pemegang hak yang tidak dapat dicabut ketika mereka akan terlibat dalam
olahraga. Olahraga adalah hak untuk semua orang di dunia dan hak untuk
“olahraga untuk semua” harus diajarkan dan dikembangkan dalam kerangka
budaya non-diskriminatif.
b) Prinsip yang mengakui kapasitas semua manusia untuk menemukan, melalui
olahraga dan analisis realitas dan esensinya, nilai-nilai pendidikan, yang lintas
budaya dan universal. Dalam setiap atlet seseorang dapat menemukan kemungkinan
dan kapasitas untuk memahami dan menerima pluralisme budaya, keragaman dan
perbedaan (gender, etnis, dll.). Filsafat pendidikan olahraga mengemukakan
perlunya mendidik atlet agar mereka memahami adanya perbedaan tersebut.
c) Prinsip yang menegaskan pentingnya olahraga sebagai alat untuk melawan
penindasan dalam bentuk apapun. Bentuk penindasan pertama dalam olah raga
saat ini adalah resiko menurunkan atlit dan semua orang yang berkecimpung
dalam olah raga (termasuk penonton) menjadi komoditas.
15
d) Prinsip yang mengakui pada setiap orang kemungkinan untuk memahami nilai-
nilai universal olahraga mulai dari analisis keberadaan dan pengalaman
pribadinya sendiri;
e) Prinsip fundamental yang memandang olahraga sebagai sarana yang hebat untuk
mendidik generasi baru dan alat yang tersedia bagi setiap orang
untuk menjalani kehidupan yang lebih baik, penuh, otentik, dan benar-benar "baik".
f) Prinsip sangat meyakini potensi pendidikan dan pelatihan olahraga, dipandang
sebagai komitmen eksistensial nyata yang melibatkan mereka yang berkecimpung
dalam olahraga atau menikmati (sebagai penonton belaka) nilai-nilainya dalam
bentuk hiburan, dan alat yang mampu membangun masyarakat yang lebih baik
dan lebih demokratis.
- 10.1515 / pcssr-2015-
0003
10 Diunduh dari PubFactory di 2 0 0 8 1 / 0 5 4
/ • 20 V. 16: HAI00M13 LE2PU.LXVI:7M
melalui akses
gratis
16
BUDAYA FISIK DAN OLAHRAGA. STUDI DAN
PENELITIAN
Filosofi pendidikan olahraga senantiasa memandang dengan optimisme pada proses
pembelajaran dan pendidikan yang dapat dikembangkan dari olahraga dan memandang
olahraga sebagai model etika yang ideal untuk masyarakat yang lebih baik. Filsafat
pendidikan olahraga menyadari bahwa olahraga mewakili utopia filosofis dan pendidikan
yang abadi; tetapi juga mengetahui bahwa mengikuti utopia ini untuk mencapainya kita
dapat membuat kemajuan dalam membangun masyarakat dan demokrasi yang lebih baik
dan lebih adil. Filsafat pendidikan olahraga menganggap nilai-nilai dan etika sebagai hal
utama dalam bidang penelitiannya (Parry, 2007). Filsafat ini bertujuan untuk menafsirkan
nilai-nilai olahraga dalam kerangka konteks yang lebih umum yang direpresentasikan oleh
aksiologi umum (sistem nilai-nilai kemanusiaan dan kajian ilmiahnya) (McNamee, 1998).
Interpretasinya atas nilai-nilai ini tidak pernah ingin dibatasi pada istilah "benar" atau
"salah", "benar" atau "salah", "adil" atau "tidak adil", "diizinkan" atau "tidak diizinkan",
dll .; Yaitu, dalam hal wacana sanksi jika terjadi pelanggaran, tidak menghormati atau
melanggar aturan.
Filosofi ini berpendapat tentang nilai-nilai olahraga dalam istilah "kemungkinan" dan
"kebutuhan" (yaitu, dalam istilah "Anda bisa", "Anda harus" dan "Anda harus", misalnya)
dan bukan dalam istilah penyempitan ("Anda must ”), selalu memberi orang kemungkinan
untuk membuat pilihan bebas dan menunjukkan konsekuensi dari semua kemungkinan
pilihan yang dapat dibuat. Titik awal filosofi ini selalu pada dimensi pendidikan dan
pedagogis. Untuk alasan ini, ia memperdebatkan tentang nilai-nilai olahraga bukan dengan
cara preskriptif atau represif tetapi dengan dorongan, mendorong orang untuk mengikuti
jalan yang benar menuju nilai-nilai olahraga, yang dipromosikan dengan menunjukkan
semua kemungkinan keuntungan individu dan sosial yang dapat diperoleh dari perilaku yang
benar. ketika seseorang terlibat dalam olahraga, menjelaskannya dalam istilah kebahagiaan,
kesejahteraan, dan peningkatan kehidupan sosial dan komunitarian.
Filsafat pendidikan olahraga bertujuan untuk mengembangkan wacana kritis-
refleksif tentang nilai-nilai olahraga, menekankan pentingnya pendidikan dan
pembelajaran sepanjang hayat serta peran fundamentalnya dalam mencegah perilaku
yang salah pada amatir serta olahraga tingkat tinggi dan dalam semua jenis fisik.
kegiatan; dengan asumsi, misalnya, sudut pandang yang tidak represif tetapi kritis-
refleksif tentang doping dalam olahraga, "mendekonstruksi" dan melihat fenomena ini
dalam terang pendekatan interdisipliner dan humanistik (yaitu, tidak hanya dalam terang
medis dan hukum belaka perspektif, seperti yang biasanya terjadi).
Kesimpulan
Sebagai kesimpulan, kita dapat mengatakan bahwa filosofi pendidikan olahraga
menyoroti kebutuhan akan sistem olahraga yang difokuskan pada pendidikan dan promosi
nilai-nilai; Artinya, perlunya pedagogi sosial olahraga yang harus dimulai di keluarga dan di
sekolah, menginformasikan kepada masyarakat tentang risiko dan manfaat praktik
olahraga dalam segala bentuknya, mulai dari masa kanak-kanak hingga dewasa.
Seorang "filsuf" pendidikan olahraga menyadari bahwa kemungkinan kurangnya etika
dan nilai-nilai dalam olahraga bukan karena olahraga sebagai praktik itu sendiri tetapi
karena faktor eksternal, eksogendan ekstrinsik yang menjadi tanggung jawab masyarakat
(Arnold, 1994). Harus dikatakan bahwa kesadaran diri akan praktik dan pengalaman sendiri
ketika berolah raga merupakan syarat fundamental untuk memahami nilai-nilai
keolahragaan (Reid, 2009). Nyatanya, tanpa refleksi kritis atas pengalaman ini dan tanpa
"pendidik" yang merangsang dan membimbing refleksi ini yang menunjukkan semua
17
kemungkinan nilai pendidikan yang intrinsik dalam olahraga, sulit untuk menganggap
olahraga sebagai alat untuk membangun dan mempromosikan nilai-nilai baru bagi
seseorang. . Untuk itulah filosofi pendidikan olahraga ditujukan untuk mengembangkan
metodologi refleksi-kritis pada anak,
REFERENSI
Arnold, PJ (1989). Demokrasi, pendidikan dan olahraga. Jurnal Filsafat
Olahraga, 16 (1), 100-110. Arnold, PJ (1994). Olahraga dan pendidikan moral.
Jurnal Pendidikan Moral, 23 (1), 75-90. Arnold, PJ (1997). Olahraga, etika dan
pendidikan. London: Cassell.
2015 • VOLUME LXVI
- 10.1515 / pcssr-2015-
0003
Diunduh dari PubFactory pada 08/04/2016
12:00:37 11
melalui akses
gratis
18
BUDAYA FISIK DAN OLAHRAGA. STUDI DAN PENELITIAN
COE-Komisi Uni Eropa (2001). Piagam Olahraga Eropa. Rekomendasi No. R (92) 13 REV
(diadopsi oleh Komite Menteri pada 24 September 1992 pada pertemuan 480 Deputi
Menteri dan direvisi pada pertemuan ke 752 pada 16 Mei 2001).
De Coubertin, P. (2000). Olimpiade. Tulisan terpilih, diedit oleh N. Müller. Lausanne: IOC.
Derrida, J. (1995). Retorika obat-obatan. Di Wawancara 1974-1994 ( hlm. 228-254). Stanford,
CA: Stanford University Press.
EC-European Commission (2007). Buku Putih tentang Olahraga. Brussels: Komisi Komunitas
Eropa. Feezell, R. (2006). Olahraga, bermain,
dan refleksi etika. Urbana dan Chicago, IL: University of Illinois Press. Fullat, O. (1988).
Filosofía de la educación / Filsafat pendidikan. Barcelona:
Vicens - Vives. Gardner, HE (1985). Bingkai pikiran: Teori kecerdasan ganda. New York: Buku-
buku dasar.
Grupe, O. (1975). Masalah ilmu aktivitas fisik (atau pendidikan jasmani) sebagai disiplin
pedagogis. Dalam Haag, H. (1978). (Ed.), Pedagogi Olahraga.
Isi dan Metodologi ( hlm. 11-14). Baltimore: University Park Press.
Hirst, P. & Carr, W. (2005). Filsafat dan Pendidikan. Simposium. Jurnal Filsafat Pendidikan,
39 (4), 615 - 632.
Hyland, DA (1990). Filsafat olahraga. New York: Paragon House.
Isidori E. (2014). Konsep Derrida tentang doping dan implikasinya terhadap pendidikan
olahraga. Dalam E. Isidori, J. Lopez Frias & A. Müller (Eds), Filsafat, olahraga dan
pendidikan. Perspektif Internasional ( hlm. 103-117). Viterbo: Sette Città.
Isidori, E. (2010). Mendekonstruksi olahraga: ketika filsafat dan pendidikan bertemu
dalam pemikiran Derrida. Budaya Fisik dan Olahraga. Studi dan Penelitian, 48, 15 - 20.
Isidori, E. (2012). Filosofia dell 'educazione sportiva. Dalla teoria alla prassi / Filsafat pendidikan
olahraga: dari teori ke praktek. Roma: Nuova Cultura.
Isidori, E & Reid, H. (2011). Filosofia dello sport / Filosofi olahraga. Bruno Mondadori-
Perason: Milano.
Kosiewicz, J. (2003). Refleksi tentang pedagogi olahraga. Dalam J. Kosiewicz & K. Obodynski
(Eds), Olahraga di cermin nilai ( hlm. 92-104). Rzeszow:
Asosiasi Eropa untuk Sosiologi Olahraga Universitas Rzeszow.
Kretchmar, RS (2005). Filsafat Praktis Olahraga. Edisi kedua. Kampanye, IL: Kinetika
Manusia. Lyle, J. (2002). Konsep pembinaan
olahraga: kerangka perilaku pelatih. London: Routledge.
Martínková, I. & Parry, J. (2011). Perantaraan ganda dalam olahraga. Studi dalam Budaya
Fisik & Pariwisata, 18 (1), 25-32.
McFee, G. (2004). Olahraga, aturan dan nilai. London: Routledge.
McNamee, M. (1998). Filsafat dan pendidikan jasmani: analisis, epistemologi dan aksiologi.
Ulasan Pendidikan Jasmani Eropa, 4 (1), 75-91.
Moore, TW (1982). Filsafat Pendidikan. Pendahuluan. London-Boston: Routledge dan Kegan
Paul.
Morgan, WJ (2006). Filsafat dan pendidikan jasmani. Dalam D. Kirk, D. Macdonald & M. O
'Sullivan (Eds.), Buku Pegangan Pendidikan Jasmani ( hlm.97 - 108). Thousand Oaks, CA:
Sage.
Parry, J. (2007). Olahraga, etos dan pendidikan. Dalam J. Parry, S. Robinson, M. Nesti & N.
Watson, Spiritualitas dan Olahraga ( hlm. 186-200). London: Routledge.
Parry, J. (2012). Kekuatan olahraga dalam penciptaan perdamaian dan pemeliharaan
perdamaian. Olahraga Dalam Masyarakat, 15 (6), 775-787. Pring, R. (2004). Filsafat
pendidikan. tujuan, teori, akal sehat dan penelitian. London-New York: Kontinum.
Reboul, O. (1983). Les méthodes de la Philosophie de l 'éducation / Metode filsafat pendidikan.
Enrahonar: Quaderns de filosofia, 5 (1), 85-92.
19
Reid, HL (2002). Atlet filosofis. Durham, NC: Carolina Academic Press. Reid, HL (2009).
Olahraga, filosofi, dan pencarian pengetahuan. Jurnal
Filsafat Olahraga, 36 (1), 40-49. Reid, HL (2012). Pengantar filosofi olahraga. Lanham, MD:
Rowman & Littlefield Publishers. Simon, RL (2004). Fair
Play: Olahraga, Nilai, dan Masyarakat. Boulder, CO: Westview Press. Winch, C. & Gingell, J.
(2002). Konsep kunci dalam filosofi pendidikan. London:
Routledge. Zeigler, EF (1977). Pendidikan jasmani dan filosofi olahraga. Englewood Cliffs, NJ:
Prentice - Aula.
Zeigler, EF (2010). Filsafat pendidikan aktivitas jasmani (termasuk pendidikan olahraga).
Victoria, BC: Trafford Publishing.
- 10.1515 / pcssr-2015-
0003
12 Diunduh dari PubFactory di 2 0 0 8 1 / 0 5 4
/ • 20 V. 16: HAI00M13 LE2PU.LXVI:7M
melalui akses
gratis
20
BUDAYA FISIK DAN OLAHRAGA. STUDI DAN
PENELITIAN
ALAMAT
PENULIS: Emanuele Isidori
Laboratorium Pedagogi Umum Universitas
Roma “Foro Italico”
Piazza L. De Bosis, 15, 00135 Roma, Italia E-mail:
emanuele.isidori@uniroma4.it
2015 • VOLUME LXVI
- 10.1515 / pcssr-2015-
0003
Diunduh dari PubFactory pada 08/04/2016
12:00:37 13
melalui akses
gratIS
21
BAB II
REVIEW JURNAL
Judul BUDAYA FISIK DAN OLAHRAGA. STUDI DAN PENELITIAN
Pengarang Emanuel Isidori
Nama Jurnal FILOSOFI PENDIDIKAN OLAHRAGA: ISU UTAMA DAN METODOLOGI
Volume, Issue LXVI, (2015)
Tahun, halaman 10-15-2015, 5-13
reviewer Muhammad Aghniyaa-u Romadlon
Tanggal (4-3-2021)
Tujuan Jurnal merefleksikan isu-isu utama yang disebut filosofi pendidikan olahraga,
menunjukkan metodologi dan kemungkinan penggunaannya dalam konteks studi
olahraga. Kajian ini akan mulai menjawab dua pertanyaan pokok yang berkaitan
dengan isu-isu filosofi pendidikan olahraga, yaitu: apakah olahraga dan nilai-
nilainya dari perspektif filosofis pendidikan dan mampu memberikan pengertian
pendidikan dan hermeneutis: yaitu, menafsirkan dan tidak hanya menggambarkan
olahraga dan masalah yang kompleks, dan mencoba menemukan solusi dalam sudut
pandang pedagogis dan melalui metodologi intervensi refleksif
Hasil Review ...... Pengertian pendidikan olahraga sebagai Bildung berarti falsafah yang mengkaji
keterkaitan antara olahraga dan pendidikan untuk menempatkan orang pada pusat
refleksinya, memandang dirinya sebagai nilai utama dan fundamental yang memberi
arti dan makna pada olahraga. Orang adalah bintang kutub yang mengarahkan dan
membimbing olahraga sebagai aktivitas manusia yang terdiri dari tindakan yang
disengaja dan komunikatif menuju seperangkat makna pedagogis, tujuan
pendidikan, sasaran, dan tujuan yang memungkinkannya menjadi nilai yang
diinginkan bagi semua umat manusia (Moore, 1982).....
...... apa arti “olahraga” dan jenis olahraga apa yang kita renungkan dan
membicarakan tentang. Filsafat pendidikan olahraga memahami olahraga dalam arti
yang sangat luas dan dalam berbagai arti, sesuai dengan definisi yang diberikan oleh
Council of Europe (COE, 2001) yang di atasnya terdapat Buku Putih tentang
Olahraga (EC, 2007). berbasis. Definisi ini menyatakan bahwa “semua bentuk
aktivitas fisik yang, melalui partisipasi kasual atau terorganisir, bertujuan untuk
mengekspresikan atau meningkatkan kebugaran fisik dan kesejahteraan mental,
membentuk hubungan sosial atau memperoleh hasil dalam kompetisi di semua
tingkatan” harus dianggap sebagai olahraga (seni . 2a)......
...... Singkatnya, kita dapat mendefinisikan filosofi pendidikan olahraga sebagai
wacana filosofis tentang olahraga dari sudut pandang pendidikan: yaitu mempelajari
dan merefleksikan nilai-nilai pendidikan yang diimplikasikan praktik ini dalam
kerangka kehidupan komunitarian dan mencari jalan terbaik. untuk
mempraktikkannya. Tetapi apakah yang dimaksud dengan nilai pendidikan dari
sudut pandang filosofis? Kita dapat mendefinisikan nilai olahraga sebagai sesuatu
yang baik untuk kita dan untuk olahraga itu sendiri yang menghormati prinsip-
prinsip etika dan sosial yang memungkinkan hidup dalam masyarakat yang
demokratis, adil, dan adil (Arnold, 1989).......
...... Agar jelas, selalu konteks sosial olahraga (lembaga sosial dan pendidikan) yang
memastikan bahwa nilai-nilai campuran dari praktik ini tidak merosot menjadi nilai-
nilai negatif tetapi berubah menjadi nilai-nilai murni. Itu selalu konteks, dan niatnya,
yang menentukan persepsi (yang harus selalu baik pedagogis dan mendidik karena
ditujukan untuk pengembangan pribadi dan / pengayaan spiritualnya) tentang sifat
olahraga dalam berbagai bentuknya. Kita dapat mengatakan bahwa olahraga, per se,
bukanlah nilai murni (yaitu tidak menghasilkan nilai komunitarian atau sosial) tetapi
merupakan campuran. Perspektif pendidikan selalu dalam praktik ini yang
menjadikannya sebuah nilai dan mampu melahirkan nilai-nilai fundamental lainnya
22
bagi manusia......
....... Fungsi-fungsi ini mengidentifikasi area spesifik penelitian teoretis-metodologis
dan empiris untuk filosofi pendidikan olahraga. Area utama dari penelitian filosofis
ini, tidak diragukan lagi, adalah nilai-nilai pendidikan dan pedagogi (Kosiewicz,
2003). Filosofi pendidikan olahraga mencerminkan nilai-nilai pendidikan olahraga
berdasarkan prinsip-prinsip berikut: a) Prinsip yang mengakui martabat semua
manusia dan non-manusia sebagai pemegang hak yang tidak dapat dicabut ketika
mereka akan terlibat dalam olahraga. Olahraga adalah hak untuk semua orang di
dunia dan hak untuk “olahraga untuk semua” harus diajarkan dan dikembangkan
dalam kerangka budaya non-diskriminatif.......
......Filosofi ini berpendapat tentang nilai-nilai olahraga dalam istilah
"kemungkinan" dan "kebutuhan" (yaitu, dalam istilah "Anda bisa", "Anda harus"
dan "Anda harus", misalnya) dan bukan dalam istilah penyempitan ("Anda must ”),
selalu memberi orang kemungkinan untuk membuat pilihan bebas dan menunjukkan
konsekuensi dari semua kemungkinan pilihan yang dapat dibuat. Titik awal filosofi
ini selalu pada dimensi pendidikan dan pedagogis.......
23
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
filosofi pendidikan olahraga menyoroti kebutuhan akan sistem olahraga yang berfokus pada
pendidikan dan promosi nilai-nilai; Artinya, perlunya pedagogi sosial olahraga yang harus dimulai di
keluarga dan di sekolah, menginformasikan kepada masyarakat tentang risiko dan manfaat praktik
olahraga dalam segala bentuknya, mulai dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Seorang "filsuf"
pendidikan olahraga menyadari bahwa kemungkinan kurangnya etika dan nilai-nilai dalam olahraga
bukan karena olahraga sebagai praktik itu sendiri tetapi karena faktor eksternal, eksogen dan
ekstrinsik yang menjadi tanggung jawab masyarakat (Arnold, 1994).
Harus dikatakan bahwa kesadaran diri akan praktik dan pengalaman sendiri ketika berolah raga
merupakan syarat fundamental untuk memahami nilai-nilai keolahragaan (Reid, 2009). Nyatanya,
tanpa refleksi kritis atas pengalaman ini dan tanpa "pendidik" yang merangsang dan membimbing
refleksi ini yang menunjukkan semua kemungkinan nilai pendidikan yang intrinsik dalam olahraga,
sulit untuk menganggap olahraga sebagai alat untuk membangun dan mempromosikan nilai-nilai baru
bagi seseorang. . Untuk itulah filosofi pendidikan olahraga ditujukan untuk mengembangkan
metodologi refleksi-kritis pada anak,
SARAN
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan di dalam makalah ini. Untuk ke
depannya dapat menjelaskan secara detail dari berbagai sumber
24
DAFTAR PUSTAKA
Isidori, Emanuele. (2015). Philosophy of Sport Education: Main Issues and Methodology. 5-13

More Related Content

What's hot

Rivew jurnal 2 educational paradigms and philosophy of football coaching a t...
Rivew jurnal 2 educational paradigms and philosophy of football coaching  a t...Rivew jurnal 2 educational paradigms and philosophy of football coaching  a t...
Rivew jurnal 2 educational paradigms and philosophy of football coaching a t...
IndanaHaq
 
Pengembangan (guru pendidikan_jasmani)_sebagai_suatu_profesi_keolahragaan_di_...
Pengembangan (guru pendidikan_jasmani)_sebagai_suatu_profesi_keolahragaan_di_...Pengembangan (guru pendidikan_jasmani)_sebagai_suatu_profesi_keolahragaan_di_...
Pengembangan (guru pendidikan_jasmani)_sebagai_suatu_profesi_keolahragaan_di_...
Imanuel Aliansyah
 
ASAS SAINS DALAM PENDIDIKAN JASMANI
ASAS SAINS DALAM PENDIDIKAN JASMANI ASAS SAINS DALAM PENDIDIKAN JASMANI
ASAS SAINS DALAM PENDIDIKAN JASMANI
Rafiza Diy
 

What's hot (20)

Arif utomo 049 2020_b_riview jurnal 3
Arif utomo 049 2020_b_riview jurnal 3Arif utomo 049 2020_b_riview jurnal 3
Arif utomo 049 2020_b_riview jurnal 3
 
Rivew jurnal 2 educational paradigms and philosophy of football coaching a t...
Rivew jurnal 2 educational paradigms and philosophy of football coaching  a t...Rivew jurnal 2 educational paradigms and philosophy of football coaching  a t...
Rivew jurnal 2 educational paradigms and philosophy of football coaching a t...
 
Kata pengantar filsafat
Kata pengantar filsafatKata pengantar filsafat
Kata pengantar filsafat
 
filsafat olahraga
filsafat olahraga filsafat olahraga
filsafat olahraga
 
Ppt filsafat
Ppt filsafatPpt filsafat
Ppt filsafat
 
Pendidikan paradigma dan filsafat pembinaan sepak bola perspektif teoritis da...
Pendidikan paradigma dan filsafat pembinaan sepak bola perspektif teoritis da...Pendidikan paradigma dan filsafat pembinaan sepak bola perspektif teoritis da...
Pendidikan paradigma dan filsafat pembinaan sepak bola perspektif teoritis da...
 
Review 5 Jurnal International
Review 5 Jurnal International Review 5 Jurnal International
Review 5 Jurnal International
 
FILSAFAT PENDIDIKAN JASMANI
FILSAFAT PENDIDIKAN JASMANIFILSAFAT PENDIDIKAN JASMANI
FILSAFAT PENDIDIKAN JASMANI
 
Pengembangan (guru pendidikan_jasmani)_sebagai_suatu_profesi_keolahragaan_di_...
Pengembangan (guru pendidikan_jasmani)_sebagai_suatu_profesi_keolahragaan_di_...Pengembangan (guru pendidikan_jasmani)_sebagai_suatu_profesi_keolahragaan_di_...
Pengembangan (guru pendidikan_jasmani)_sebagai_suatu_profesi_keolahragaan_di_...
 
Studi filsafat
Studi filsafatStudi filsafat
Studi filsafat
 
ppkn
ppknppkn
ppkn
 
Modul 4 kb 3
Modul 4 kb 3Modul 4 kb 3
Modul 4 kb 3
 
Review jurnal 2
Review jurnal 2Review jurnal 2
Review jurnal 2
 
Makalah jurnal 2
Makalah jurnal 2Makalah jurnal 2
Makalah jurnal 2
 
087_2020C_timothy silva darsono_review jurnal
087_2020C_timothy silva darsono_review jurnal087_2020C_timothy silva darsono_review jurnal
087_2020C_timothy silva darsono_review jurnal
 
M. FARHAN KHOLIDI H._BLIBIOGRAPHY1
M. FARHAN KHOLIDI H._BLIBIOGRAPHY1M. FARHAN KHOLIDI H._BLIBIOGRAPHY1
M. FARHAN KHOLIDI H._BLIBIOGRAPHY1
 
Review jurnal 3
Review jurnal 3Review jurnal 3
Review jurnal 3
 
ASAS SAINS DALAM PENDIDIKAN JASMANI
ASAS SAINS DALAM PENDIDIKAN JASMANI ASAS SAINS DALAM PENDIDIKAN JASMANI
ASAS SAINS DALAM PENDIDIKAN JASMANI
 
Makalah Manajemen Pendidikan Islam pdf
Makalah Manajemen Pendidikan Islam pdfMakalah Manajemen Pendidikan Islam pdf
Makalah Manajemen Pendidikan Islam pdf
 
REVIEW JURNAL_What is the Philosophy of Sport
REVIEW JURNAL_What is the Philosophy of SportREVIEW JURNAL_What is the Philosophy of Sport
REVIEW JURNAL_What is the Philosophy of Sport
 

Similar to Review Jurnal olahraga 3 filsafat pendidikan olahraga isu utama dan metodologi

Similar to Review Jurnal olahraga 3 filsafat pendidikan olahraga isu utama dan metodologi (20)

Pendidikan paradigma dan filsafat pembinaan sepak bola perspektif teoritis da...
Pendidikan paradigma dan filsafat pembinaan sepak bola perspektif teoritis da...Pendidikan paradigma dan filsafat pembinaan sepak bola perspektif teoritis da...
Pendidikan paradigma dan filsafat pembinaan sepak bola perspektif teoritis da...
 
Kata pengantar filsafat
Kata pengantar filsafatKata pengantar filsafat
Kata pengantar filsafat
 
23060805032_Wahyu Hidayat_Hasil Review Jurnal.pptx
23060805032_Wahyu Hidayat_Hasil Review Jurnal.pptx23060805032_Wahyu Hidayat_Hasil Review Jurnal.pptx
23060805032_Wahyu Hidayat_Hasil Review Jurnal.pptx
 
FIILSAFAT.pptx
FIILSAFAT.pptxFIILSAFAT.pptx
FIILSAFAT.pptx
 
Review journal
Review journalReview journal
Review journal
 
Makalah pendidikan jasmani dan olahraga
Makalah pendidikan jasmani dan olahragaMakalah pendidikan jasmani dan olahraga
Makalah pendidikan jasmani dan olahraga
 
Makalah (filsafat olga)
Makalah (filsafat olga)Makalah (filsafat olga)
Makalah (filsafat olga)
 
Review jurnal
Review jurnalReview jurnal
Review jurnal
 
Review jurnal a hermeneutical analysis of the internalist approachin the phil...
Review jurnal a hermeneutical analysis of the internalist approachin the phil...Review jurnal a hermeneutical analysis of the internalist approachin the phil...
Review jurnal a hermeneutical analysis of the internalist approachin the phil...
 
Arif utomo 049 2020_b_riview jurnal 1
Arif utomo 049 2020_b_riview jurnal 1Arif utomo 049 2020_b_riview jurnal 1
Arif utomo 049 2020_b_riview jurnal 1
 
PENDIDIKAN SEBAGIAN DARI PENGEMBANGAN TRADISI ILMU.pptx
PENDIDIKAN SEBAGIAN DARI PENGEMBANGAN TRADISI ILMU.pptxPENDIDIKAN SEBAGIAN DARI PENGEMBANGAN TRADISI ILMU.pptx
PENDIDIKAN SEBAGIAN DARI PENGEMBANGAN TRADISI ILMU.pptx
 
RIZKY ARMANDA
RIZKY ARMANDARIZKY ARMANDA
RIZKY ARMANDA
 
Landasan Kependidikan
Landasan KependidikanLandasan Kependidikan
Landasan Kependidikan
 
Dasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep PendidikanDasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep Pendidikan
 
Filsafat Manfaat & Ciri Berpikir.pptx
Filsafat Manfaat & Ciri Berpikir.pptxFilsafat Manfaat & Ciri Berpikir.pptx
Filsafat Manfaat & Ciri Berpikir.pptx
 
REVIEW JURNAL_A Hermeneutical Analysis of the InternalistApproachin the Philo...
REVIEW JURNAL_A Hermeneutical Analysis of the InternalistApproachin the Philo...REVIEW JURNAL_A Hermeneutical Analysis of the InternalistApproachin the Philo...
REVIEW JURNAL_A Hermeneutical Analysis of the InternalistApproachin the Philo...
 
Arif utomo 049 2020_b_riview jurnal 5
Arif utomo 049 2020_b_riview jurnal 5Arif utomo 049 2020_b_riview jurnal 5
Arif utomo 049 2020_b_riview jurnal 5
 
MAKALAH REVIEW JURNAL INTERNASIONAL
MAKALAH REVIEW JURNAL INTERNASIONAL MAKALAH REVIEW JURNAL INTERNASIONAL
MAKALAH REVIEW JURNAL INTERNASIONAL
 
Arif utomo 049 2020_b_riview jurnal 2
Arif utomo 049 2020_b_riview jurnal 2Arif utomo 049 2020_b_riview jurnal 2
Arif utomo 049 2020_b_riview jurnal 2
 
Akar filosofis pendidikan
Akar filosofis pendidikanAkar filosofis pendidikan
Akar filosofis pendidikan
 

Recently uploaded

Power point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurPower point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsur
DoddiKELAS7A
 
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxperwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
Mas PauLs
 
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwuPenjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Khiyaroh1
 

Recently uploaded (20)

Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...
Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...
Aksi Nyata PMM - Merancang Pembelajaran berdasarkan Perkembangan Peserta Didi...
 
Power point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsurPower point materi IPA pada materi unsur
Power point materi IPA pada materi unsur
 
Materi Penggolongan Obat Undang-Undang Kesehatan
Materi Penggolongan Obat Undang-Undang KesehatanMateri Penggolongan Obat Undang-Undang Kesehatan
Materi Penggolongan Obat Undang-Undang Kesehatan
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan GaramMateri Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
Materi Kimfar Asam,Basa,Buffer dan Garam
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptxperwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
perwalian IKLIM SEKOLAH AMAN Mencegah Intoleransi.pptx
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.pptDemokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi kwn ppt.ppt
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM & BUDI PEKERTI (PAIBP) KELAS 6.pdf
 
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar MengajarVariasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Variasi dan Gaya Mengajar, Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptxMETODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
METODE PENGEMBANGAN MORAL DAN NILAI-NILAI AGAMA.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 4 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwuPenjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
Penjelasan Asmaul Khomsah bahasa arab nahwu
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

Review Jurnal olahraga 3 filsafat pendidikan olahraga isu utama dan metodologi

  • 1. i MAKALAH HASIL RIVIEW JURNAL "FILSAFAT PENDIDIKAN OLAHRAGA: ISU UTAMA DAN METODOLOGI” MATA KULIAH FILSAFAT DAN SEJARAH OLAHRAGA Sampul Disusun Oleh: Muhammad Aghniyaa-u Romadlon 200604840064 2020B UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI TAHUN AKADEMIK2020 / 2021
  • 2. ii KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr.wb, Bismillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat allah swt kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Hasil Riview Jurnal Dari "FILSAFAT PENDIDIKAN OLAHRAGA: ISU UTAMA DAN METODOLOGI”. Dalam pembuatan ini saya dapat terbantu dengan adanya data-data yang lengkap mengenai materi yang diberikan sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu dan tidak ada masalah apapun. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kata yang sempurna maka dari itu saya menerima saran atau kritik yang bersifat membangun atau membuat makalah ini lebih baik lagi. Sekian dan selamat membaca, terimakasih. Wassalamualaikum Wr. Wb Surabaya, 18 Maret 2021 Muhammad Aghniyaa-u Romadlon
  • 3. 3 DAFTAR ISI Sampul ......................................................................................................................................................... i KATA PENGANTAR..................................................................................................................................ii DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 3 JURNAL..................................................................................................................................................... 4 BAB II.......................................................................................................................................................21 REVIEW JURNAL....................................................................................................................................21 BAB III.......................................................................................................................................................23 PENUTUP..................................................................................................................................................23 KESIMPULAN...........................................................................................................................................23 SARAN......................................................................................................................................................23 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................24
  • 4. 4 JURNAL BUDAYA FISIK DAN OLAHRAGA. STUDI DAN PENELITIAN DOI: 10.1515 / pcssr -2015- 0003 Filsafat Pendidikan Olahraga: Isu Utama dan Metodologi Kontribusi penulis: Emanuele Isidori A) konsepsi dan desain penelitian Universitas Roma, Italia B) akuisisi data C) analisis dan interpretasi data D) persiapan naskah E) mendapatkan pendanaan ABSTRAK Tujuan dari studi ini adalah untuk merefleksikan isu-isu utama yang disebut filosofi pendidikan olahraga, menunjukkan metodologi dan kemungkinan penggunaannya dalam konteks studi olahraga. Kajian ini akan mulai menjawab dua pertanyaan pokok yang berkaitan dengan isu-isu filosofi pendidikan olahraga, yaitu: apakah olahraga dan nilai-nilainya dari perspektif filosofis pendidikan dan bagaimana kita dapat mempraktikkan nilai-nilai tersebut melalui metodologi praktis? Studi tersebut akan menunjukkan bahwa filosofi pendidikan olahraga adalah ilmu manusia yang mampu mengembangkan pengetahuan teoritis dan praktis yang sangat berguna bagi guru pendidikan jasmani, pendidik olahraga, atlet, dan pelatih. Tujuan dari ilmu filosofis ini adalah untuk menganalisis dan memahami olahraga untuk memberikan pengertian pendidikan dan hermeneutis: yaitu, menafsirkan dan tidak hanya menggambarkan olahraga dan masalah yang kompleks, dan mencoba menemukan solusi dalam sudut pandang pedagogis dan melalui metodologi intervensi refleksif. KATA KUNCI filsafat, pendidikan, olahraga, hermeneutika, metodologi Antara dua filosofi Untuk lebih mendefinisikan bidang penelitian yang diidentifikasi dengan judul artikel ini, perlu dikembangkan refleksi awal yang singkat dan kritis tentang hubungan antara filsafat, olahraga, dan pendidikan. Kita dapat mengatakan bahwa olahraga, sebagai praktik
  • 5. 5 manusia yang dapat (atau mungkin tidak) menyampaikan nilai-nilai sosial dan moral serta mentransformasikan dan mengubah masyarakat menjadi lebih baik, selalu membutuhkan pembacaan kritis-filosofis yang mendalam yang memberikan interpretasi dalam kerangka seperangkat makna pendidikan (Zeigler, 2010). Pendidikan sangat terkait dengan olahraga dan sejarahnya; dalam kasus istilah "pendidikan jasmani", hubungan dengan seperangkat makna pendidikan ini eksplisit dan terbukti - setidaknya secara teoritis - karena adanya kata benda "pendidikan" (Morgan, 2006). Memang, bukti pendidikan yang baru saja kami sebutkan di atas tidak jelas dalam konsep olahraga; Itulah alasan mengapa interpretasi kritis dan filosofis tentang olahraga sangat mendasar untuk mengidentifikasi potensi pendidikan yang diwujudkan oleh olahraga sebagai praktik sosial (Arnold, 1997). 2015 • VOLUME LXVI - 10.1515 / pcssr- 2015-0003 5 Diunduh dari PubFactory pada 08/04/2016 12:00:37 melalui akses gratis
  • 6. 6 BUDAYA FISIK DAN OLAHRAGA. STUDI DAN PENELITIAN Refleksi filosofis dan pendidikan tentang olahraga dapat dilakukan dari dua sudut pandang, mengikuti dua garis refleksi yang khas dari filosofi pendidikan (Fullat, 1988; Pring, 2004; Hirst & Carr, 2005), yang metode penelitiannya dapat digunakan dalam filsafat pendidikan olahraga (Reboul, 1983; Isidori, 2012): a)Yang teoritis-epistemologis; b) Yang praktis-metodologis. Sudut pandang ini sangat mendasar untuk menjawab dua pertanyaan utama yang berhubungan dengan masalah filosofi pendidikan olahraga: apa itu olahraga dan nilai- nilainya dari perspektif filosofis pendidikan dan bagaimana kita dapat mempraktikkan nilai-nilai ini melalui metodologi praktis (Kretchmar , 2005)? Ketika mencoba menjawab dua pertanyaan mendasar ini, filosofi pendidikan olahraga tidak hanya menunjukkan sifatnya sebagai filosofi khusus tetapi juga ciri utamanya: menjadi ilmu filosofis yang mampu mengembangkan pengetahuan teoritis dan praktis yang sangat berguna bagi guru pendidikan jasmani, olahraga pendidik, atlet, pelatih, orang tua dan semua orang yang, karena satu dan lain hal, terlibat dalam pendidikan olahraga setiap hari (Reid, 2002). Ilmu filosofis ini adalah ilmu teoritis dan sekaligus ilmu praktis yang tujuan utamanya menganalisis dan memahami olah raga untuk memberikan pengertian edukatif dalam prakteknya - yaitu, menafsirkan dan tidak sekedarmendeskripsikan olah raga dan permasalahannya yang kompleks, dan mencoba untuk menemukan solusi dalam sudut pandang pedagogis dan melalui metodologi intervensi refleksif. Untuk lebih jelasnya, pertanyaan utama dari mana filosofi pendidikan olahraga harus dimulai adalah: apa itu olahraga dan apa yang dapat kita pelajari darinya dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang baik - yang layak dipelajari oleh generasi baru - yang dapat membantu kita hidup. masyarakat dan dunia yang lebih baik? Filsafat pendidikan olahraga memahami pendidikan tidak hanya sebagai masalah yang berkaitan dengan masalah belajar mengajar atau dengan kurikulum sekolahdi mana kegiatan fisik dan olahraga diajarkan dan dipelajari. Filsafat ini memandang pendidikan dalam arti umum dan luas, yakni dalam pengertian pembentukan seluruh manusia tanpa perbedaan gender. Dalam kerangka ini, pendidikan dipahami sebagai proses perkembangan dan transformasi individu yang berkelanjutan di mana olahraga sebagai praktik manusia memungkinkan seseorang untuk menyelaraskan pikirannya, Dalam pengertian ini, konsep pendidikan yang diimplikasikan oleh filosofi pendidikan olahraga tampaknya sangat mirip dengan istilah Jerman Bildung (bentukan orang secara holistik); sebuah konsep kata yang sangat kaya akan makna hermeneutis dan eksistensialis yang, jika dikaitkan dengan olahraga, dapat memungkinkan untuk memahami praktik ini sebagai pengalaman pribadi (Erlebnis) di mana seseorang dapat mengalami nilai-nilai, barang-barang utama dan kekuatan hidup yang vital dan belajar dari pribadi ini. dan pada saat yang sama pengalaman komunitarian (Reid, 2012). Pengertian pendidikan olahraga sebagai Bildung berarti falsafah yang mengkaji keterkaitan antara olahraga dan pendidikan untuk menempatkan orang pada pusat refleksinya, memandang dirinya sebagai nilai utama dan fundamental yang memberi arti dan makna pada olahraga. Orang adalah bintang kutub yang mengarahkan dan membimbing olahraga sebagai aktivitas manusia yang terdiri dari tindakan yang disengaja dan komunikatif menuju seperangkat makna pedagogis, tujuan pendidikan, sasaran, dan tujuan yang memungkinkannya menjadi nilai yang diinginkan bagi semua umat manusia (Moore, 1982).
  • 7. 7 Interpretasi filosofis olahraga dalam sudut pandang pedagogis memungkinkan kita untuk melihat olahraga dan aktivitas fisik sebagai praktik yang mampu menghasilkan nilai- nilai pendidikan yang memberikan makna penuh dan rasa kemanusiaan pada praktik- praktik itu sendiri. Filsafat pendidikan olahraga merupakan bidang penelitian khusus di antara berbagai kepentingan filsafat sebagai ilmu. Medannya ditarik oleh persimpangan antara berbagai jenis filsafat (terutama: filsafat teoretis, filsafat pendidikan, filsafat moral dan sosial). Titik awal dari filosofi terapan ini adalah bahwa olahraga mewakili, pertama- tama, masalah pedagogis dan pendidikan bagi masyarakat kita; Yaitu, masalah bagaimana membangun dan mengajarkan nilai-nilai olahraga dan bagaimana mempraktikkan semua nilai tersebut sehingga dapat ditunjukkan dalam perilaku dan keterampilan seseorang. - 10.1515 / pcssr-2015- 0003 6 Diunduh dari PubFactory di 2 0 0 8 1 / 0 5 4 / • 20 V. 16: HAI00M13 LE2PU.LXVI:7M melalui akses gratis
  • 8. 8 BUDAYA FISIK DAN OLAHRAGA. STUDI DAN PENELITIAN Mempertahankan olahraga itu, pertama-tama, adalah masalah yang dimasukkan dalam bidang pedagogi dan pendidikan, dan bukan dalam bidang biomekanik olahraga, ilmu kinerja atau kedokteran olahraga, filosofi pendidikan olahraga sangat sejalan dengan De Coubertin ' Pemikiran (Olimpiade dan olahraga yang dipahami dalam arti luas selalu dan terutama merupakan masalah bagi para filsuf dan pendidik) (De Coubertin, 2000) dan dengan pendekatan humanistik terhadap praktik ini, kekurangannya merupakan salah satu masalah utama olahraga dalam masyarakat kontemporer. Mendefinisikan istilah Pertanyaan mendasar lainnya untuk filosofi olahraga dalam bentuk filosofi pendidikan olahraga bukan hanya apa arti “pendidikan” dan hubungan apa yang ada antara olahraga dan pendidikan, tetapi juga apa arti “olahraga” dan jenis olahraga apa yang kita renungkan dan membicarakan tentang. Filsafat pendidikan olahraga memahami olahraga dalam arti yang sangat luas dan dalam berbagai arti, sesuai dengan definisi yang diberikan oleh Council of Europe (COE, 2001) yang di atasnya terdapat Buku Putih tentang Olahraga (EC, 2007). berbasis. Definisi ini menyatakan bahwa “semua bentuk aktivitas fisik yang, melalui partisipasi kasual atau terorganisir, bertujuan untuk mengekspresikan atau meningkatkan kebugaran fisik dan kesejahteraan mental, membentuk hubungan sosial atau memperoleh hasil dalam kompetisi di semua tingkatan” harus dianggap sebagai olahraga (seni . 2a). Definisi ini menarik garis refleksi filosofis tentang olahraga yang berfokus pada serangkaian masalah utama yang harus dihadapi dalam konteks kerangka pendidikan dan pedagogisnya. Definisi COE membantu kita untuk mengurangi kesatuan konseptual yang kompleks yang diwakili oleh olahraga dalam komponen fundamentalnya, yaitu: 1.Konsep “tubuh” dan “gerak” yang terkandung dalam konsep makro “aktivitas fisik”; 2.Konsep kesejahteraan dilihat sebagai ekspresi dan peningkatan pribadi yang dipahami sebagai satu kesatuan dan kesatuan tubuh dan pikiran; 3. Konsep “inklusi sosial” sebagai nilai utama yang melekat dalam konsep “partisipasi” dan “hubungan sosial”; nilai-nilai yang olahraga, melalui pendidikan, harus dibentuk dalam diri semua orang; 4.Konsep kompetisi dilihat dari komponen play and game-nya. Masing-masing poin ini dapat merangsang refleksi filosofis tentang olahraga sebagai materi pendidikan (Feezell, 2006). Beberapa pertanyaan sederhana (tetapi sangat "kompleks" dari sudut pandang filosofis) dapat, misalnya, menjadi: 1. Apakah olahraga benar-benar mempromosikan pendidikan pikiran-tubuh yang benar-benar bersatu sesuai dengan teori kecerdasan ganda - seperti yang diteorikan oleh Howard Gardner (1985) - dan apa risiko "penggunaan" (dan "konsumsi") tubuh ( dalam hal konsekuensi etika dan sosial) dalam olahraga tingkat tinggi, dan bagaimana kita bisa mengajar atlet untuk menghindari komoditisasi tubuh mereka sendiri dan untuk menghormatinya dan orang yang diwujudkannya juga? 2. Apakah olahraga benar-benar mempromosikan kesejahteraan, dan bagaimana kita dapat mengajari anak-anak dan remaja (yang akan menjadi orang dewasa) tentang gaya hidup sehat yang dimulai dari keterlibatan awal dalam olahraga?
  • 9. 9 3. Apakah olahraga benar-benar merupakan praktik inklusif di mana semua orang, tanpa diskriminasi apa pun, dapat terlibat? Apa yang dapat kita lakukan untuk mengajarkan, melalui olahraga, nilai-nilai sosial perdamaian, persahabatan, dan saling pengertian di antara orang-orang yang berasal dari kelompok etnis dan gender yang berbeda? 4. Bagaimana kita bisa menganggap persaingan bukan sebagai kontras tetapi sebagai kerja sama, menghindari risiko bahwa, karena perjuangan identitas yang kuat, agresivitas internal di dalam dapat menjadi kekerasan eksternal yang menghancurkan internal dan eksternal (dan karenanya sosial dan pendidikan) nilai-nilai olahraga? Dari sudut pandang filosofi pendidikan dan untuk mengembangkan perspektif pedagogis di atasnya, olahraga harus dipahami sebagai permainan yang lucu / menyenangkan dan bukan sebagai pertentangan antara identitas yang kuat tetapi 2015 • VOLUME LXVI - 10.1515 / pcssr- 2015-0003 7 Diunduh dari PubFactory pada 08/04/2016 12:00:37 melalui akses gratis
  • 10. 10 BUDAYA FISIK DAN OLAHRAGA. STUDI DAN PENELITIAN seperti dalam sifat aslinya dari agón (kata yang digunakan orang Yunani kuno untuk kontes olahraga). Dikandung sebagai agón, olahraga mengungkapkan sifat kolaboratif dan kompetitifnya sebagai praktik di mana orang mengekspresikan diri, kreativitas mereka, dan pengejaran realisasi diri pribadi melalui pencapaian tujuan bersama dan bersama dalam konteks perdamaian dan persahabatan. seperti yang seharusnya terjadi dalam konteks pendidikan (Winch & Gingell, 2002). Olahraga, nilai, dan pendidikan Singkatnya, kita dapat mendefinisikan filosofi pendidikan olahraga sebagai wacana filosofis tentang olahraga dari sudut pandang pendidikan: yaitu mempelajari dan merefleksikan nilai-nilai pendidikan yang diimplikasikan praktik ini dalam kerangka kehidupan komunitarian dan mencari jalan terbaik. untuk mempraktikkannya. Tetapi apakah yang dimaksud dengan nilai pendidikan dari sudut pandang filosofis? Kita dapat mendefinisikan nilai olahraga sebagai sesuatu yang baik untuk kita dan untuk olahraga itu sendiri yang menghormati prinsip-prinsip etika dan sosial yang memungkinkan hidup dalam masyarakat yang demokratis, adil, dan adil (Arnold, 1989). Sebuah nilai dapat dianggap "mendidik" jika itu membantu kita mempelajari hal-hal baru dan baik atau lebih meningkatkan pemahaman kita tentang berbagai hal. Nilai-nilai pendidikan adalah konsep yang ideal (kita dapat mengatakan bahwa mereka tidak ada tetapi selalu bergantung pada konteks di mana mereka dipahami dan ditampilkan) yang mengarahkan perilaku, tindakan, dan perilaku kita. Kita membutuhkan aturan olahraga (seperti praktik manusia lainnya) karena itu adalah arahan untuk perilaku, tindakan, dan perilaku kita. Pendidikan selalu menunjukkan kepada kita bahwa jalan yang kita ikuti (melalui cara kita bertindak) berorientasi dengan benar pada nilai-nilai yang harus kita hormati. Olahraga selalu ambigu dalam hal transmisi nilai; ambiguitas ini membuat olahraga menjadi konsep yang sulit untuk didefinisikan dalam kerangka wacana etis yang ketat dan filosofis (Martínková & Parry, 2011). Setidaknya kita dapat mengidentifikasi tiga macam nilai olahraga (Isidori & Reid, 2011): 1. Nilai-nilai murni; 2.Anti-nilai; 3. Nilai-nilai campuran. Nilai-nilai murni olahraga itulah yang disebut nilai-nilai positif; nilai-nilai yang memastikan dalam olahraga menghormati martabat pribadi sebagai anggota komunitas manusia (Simon, 2004). Nilai-nilai ini adalah pendidikan par excellence dan diwujudkan dalam olahraga sebagai praktik fisik, psikologis, dan sosial. Mereka mewakili titik awal, sarana, tujuan, tujuan, dan tujuan pendidikan olahraga itu sendiri. Nilai-nilai murni dalam olahraga antara lain: kesehatandan kesejahteraan, keceriaan, kedamaian, sosialisasi, integrasi sosial, persahabatan, kreativitas, peningkatan diri, partisipasi aktif, pengendalian diri, dll. Berkenaan dengan kesenangan, dari sudut pandang filosofis pendidikan, kita dapat mengatakan bahwa nilai ini mewakili komponen utama olahraga dan harus selalu ditekankan dan dipromosikan dalam semua cabang olahraga. Tanpa main-main, komponen fundamental dari olahraga dipahami sebagai permainan dan juga, olahraga tidak dapat dibedakan dari latihan tubuh manusia lainnya. Itu akan kehilangan kekuatannya untuk
  • 11. 11 mempromosikan dan menerapkan nilai-nilai rekreasional, terapeutik, dan psikologisnya yang lain, yang memberikan landasan bagi pengembangan integrasi sosial orang-orang. Anti-nilai olahraga adalah nilai-nilai negatif olahraga yang sepenuhnya antitesis atau bertentangan dengan nilai-nilai sebelumnya. Dari sudut pandang etika, untuk setiap nilai murni olahraga dimungkinkan untuk mengidentifikasi nilai lain yang berlawanan dengannya. Nilai-nilai negatif ini dihasilkan oleh sistemtransmisi nilai-nilai olahraga yang tidak dibingkai dalam konteks yang ditandai dengan tujuan pendidikan (berkomitmen pada peningkatan dan pengembangan pribadi). Anti-nilai ini menunjukkan semua konten negatif yang mungkin dimiliki oleh aktivitas fisik dan olahraga jika mereka tidak bertujuan untuk berkontribusi pada pengembangan pribadi dan hidup berdampingan yang damai dalam komunitas manusia. Anti nilai olahraga sangat berbahaya karena dapat menimbulkan kekerasan, manipulasi, narsisme, hedonisme, komodifikasi, seksisme, rasisme, dll. - 10.1515 / pcssr-2015- 0003 8 Diunduh dari PubFactory di 2 0 0 8 1 / 0 5 4 / • 20 V. 16: HAI00M13 LE2PU.LXVI:7M melalui akses gratis
  • 12. 12 BUDAYA FISIK DAN OLAHRAGA. STUDI DAN PENELITIAN Yang disebut nilai campuran adalah nilai-nilai yang netral dari sudut pandang etika. Untuk lebih jelasnya, nilai-nilai ini mungkin merupakan nilai murni atau anti-nilai. Keberadaan mereka tergantung pada cara mereka ditampilkan, diajar, dan dikembangkan oleh badan-badan sosial olahraga. Nilai-nilai ini dapat berupa kemenangan, persaingan, kinerja, efisiensi, kesehatan dan kesejahteraan, dll. Kita dapat mengambil contoh nilai campuran, konsep kemenangan dan hadiah. Kemenangan bisa menjadi nilai murni ketika dalam mengejar kemenangan, seseorang berkomitmen untuk mencapai - sambil menghormati orang lain - hasil dan hadiah dalam sebuah kompetisi. Menjadi anti-nilai ketika seseorang, dalam mengejar kemenangan dengan cara apapun, tidak menghormati aturan, merusak lawannya, atau membahayakan kesehatan dan nyawanya sendiri. Hal yang sama dapat dikatakan tentang konsep persaingan secara lebih umum, yang mungkin merupakan nilai murni atau anti-nilai, tergantung pada konteks di mana ia dipahami dan dikembangkan. Ini adalah nilai murni ketika menunjukkan komitmen dan pengejaran orang untuk mencapai tujuan dalam konteks konfrontasi dan pertarungan damai, melepaskan dan menyalurkan energi batinnya. Agar jelas, selalu konteks sosial olahraga (lembaga sosial dan pendidikan) yang memastikan bahwa nilai-nilai campuran dari praktik ini tidak merosot menjadi nilai-nilai negatif tetapi berubah menjadi nilai-nilai murni. Itu selalu konteks, dan niatnya, yang menentukan persepsi (yang harus selalu baik pedagogis dan mendidik karena ditujukan untuk pengembangan pribadi dan / pengayaan spiritualnya) tentang sifat olahraga dalam berbagai bentuknya. Kita dapat mengatakan bahwa olahraga, per se, bukanlah nilai murni (yaitu tidak menghasilkan nilai komunitarian atau sosial) tetapi merupakan campuran. Perspektif pendidikan selalu dalam praktik ini yang menjadikannya sebuah nilai dan mampu melahirkan nilai-nilai fundamental lainnya bagi manusia. Dari sudut pandang filosofi pendidikan olahraga, konsep olahraga sangat mirip dengan konsep Yunani phármakon, sebuah kata yang beberapa artinya berkisar dari “racun” sampai “obat”, “penawar” dan “obat”. Untuk lebih jelasnya, olahraga adalah sebuah phármakon karena bisa "baik" atau "buruk" - dan "baik" dan "jahat" dalam olahraga selalu hidup berdampingan (Derrida, 1995) - dan menjadi "baik" atau "buruk" tergantung pada konteks di dalamnya ditafsirkan (dan dipromosikan) (Isidori, 2014). Ini berarti bahwa makna olahraga tidak pernah dapat dikaitkan secara apriori tetapi dalam konteks hic et nunc (di sini dan sekarang). Oleh karena itu, olahraga itu sendiri bukanlah konsep yang positif atau negatif, tetapi bisa menjadi positif atau negatif tergantung pada konteks penafsirannya dan penerapannya. Olahraga selalu merupakan konsep yang ambivalen dan ambigu yang selalu mengandung beberapa risiko (baik fisik maupun moral) bagi orang tersebut, nyawa dan tubuhnya sendiri (Hyland, 1990). Inilah alasan mengapa filosofi pendidikan olahraga tidak hanya menyoroti pentingnya mendidik orang untuk bertanggung jawab dalam olahraga, memperhatikan semua risiko dan manfaat yang selalu disiratkan oleh praktik ini, tetapi juga kebutuhan untuk membantu orang untuk memutuskan, setelah hati-hati. evaluasi, jika terlibat dalam olahraga itu "baik" atau "buruk" (kita bisa mengatakan "beracun" atau "perbaikan") bagi mereka dan keberadaan serta pengalaman hidup mereka sebagai manusia.
  • 13. 13 Dari teori ke praktek Di antara sistem yang disebut "ilmu olahraga", filsafat pendidikan olahraga berfungsi sebagai sarana teoritis untuk mengembangkan kerangka kerja konseptual untuk pedagogi olahraga, mengembangkan perspektif kritis, refleksif, dan dekonstruksionis dari ilmu ini (Grupe, 1975; Isidori, 2010). Peran fundamental yang dimainkan oleh filosofi sebagai aktivitas yang mampu mengembangkan pemikiran kritis dalam profesional olahraga sekarang sepenuhnya diakui (Lyle, 2002). Dalam pengertian umum, filsafat adalah aktivitas yang membantu manusia memahami dunia mereka dan mencari kebenaran tentang berbagai hal, fakta, dan tindakan, bertanya pada diri sendiri mengapa mereka ada dan untuk tujuan apa mereka datang ke dunia. Oleh karena itu, filsafat adalah aktivitas manusia yang ada dalam diri semua manusia yang ingin menjelaskan dunia di sekitarnya. 2015 • VOLUME LXVI - 10.1515 / pcssr- 2015-0003 9 Diunduh dari PubFactory pada 08/04/2016 12:00:37 melalui akses gratis
  • 14. 14 BUDAYA FISIK DAN OLAHRAGA. STUDI DAN PENELITIAN Diterapkan pada konteks budaya olahraga, filosofi dapat dianggap sebagai alat (yaitu cara berpikir kritis dan reflektif) yang memungkinkan para profesional aktivitas fisik dan olahraga (seperti atlet, pelatih, pendidik, guru, dll.) Untuk meneliti dan mengeksplorasi makna praktik ini dalam kaitannya dengan konstruksi identitas mereka sebagai manusia dan pribadi (Zeigler, 1977). Filsafat membantu para profesional olahraga untuk menyadari peran dan fungsinya dalam konteks ini. Berangkat dari “pandangan filosofis” ini mereka dapat menyadari peran mereka sebagai pendidik dan fungsi pedagogis mereka. Filsafat pendidikan olahraga memiliki fungsi praktis sebagai berikut: 1.Merefleksikankebutuhan dan kondisi legitimasi konsep pendidikan melalui olahraga, menunjukkan pentingnya olahraga bagi setiap manusia; 2. Ini mempelajari karakteristik melalui mana olahraga dapat dikatakan mendidik, dengan alasan alasan yang membenarkan praktik ini dalam hal promosi nyata nilai-nilai kemanusiaan dan, dalam kasus olahraga sekolah, kehadirannya dalam kurikulum sekolahdalam bentuk fisik. pendidikan; 3. Ini meneliti konsekuensi langsung dan tidak langsung dari tidak adanya komponen pendidikan dan pedagogis dalam olahraga tingkat tinggi; 4. Ia menganalisis kemungkinan fungsi pendidikan olahraga di masyarakat dan di sekolah dan menggunakannya sebagai alat kritis melawan mentalitas kapitalistik yang berlaku dan melawan krisis nilai dalam masyarakat; 5. Ia membuat proposal tentang bagaimana mengembangkan kegiatan pendidikan, untuk mempromosikan nilai-nilai, kohesi sosial, dan pluralisme budaya dalam masyarakat kontemporer melalui olahraga. Fungsi-fungsi ini mengidentifikasi area spesifik penelitian teoretis-metodologis dan empiris untuk filosofi pendidikan olahraga. Area utama dari penelitian filosofis ini, tidak diragukan lagi, adalah nilai-nilai pendidikan dan pedagogi (Kosiewicz, 2003). Filosofi pendidikan olahraga mencerminkan nilai-nilai pendidikan olahraga berdasarkan prinsip- prinsip berikut: a) Prinsip yang mengakui martabat semua manusia dan non-manusia sebagai pemegang hak yang tidak dapat dicabut ketika mereka akan terlibat dalam olahraga. Olahraga adalah hak untuk semua orang di dunia dan hak untuk “olahraga untuk semua” harus diajarkan dan dikembangkan dalam kerangka budaya non-diskriminatif. b) Prinsip yang mengakui kapasitas semua manusia untuk menemukan, melalui olahraga dan analisis realitas dan esensinya, nilai-nilai pendidikan, yang lintas budaya dan universal. Dalam setiap atlet seseorang dapat menemukan kemungkinan dan kapasitas untuk memahami dan menerima pluralisme budaya, keragaman dan perbedaan (gender, etnis, dll.). Filsafat pendidikan olahraga mengemukakan perlunya mendidik atlet agar mereka memahami adanya perbedaan tersebut. c) Prinsip yang menegaskan pentingnya olahraga sebagai alat untuk melawan penindasan dalam bentuk apapun. Bentuk penindasan pertama dalam olah raga saat ini adalah resiko menurunkan atlit dan semua orang yang berkecimpung dalam olah raga (termasuk penonton) menjadi komoditas.
  • 15. 15 d) Prinsip yang mengakui pada setiap orang kemungkinan untuk memahami nilai- nilai universal olahraga mulai dari analisis keberadaan dan pengalaman pribadinya sendiri; e) Prinsip fundamental yang memandang olahraga sebagai sarana yang hebat untuk mendidik generasi baru dan alat yang tersedia bagi setiap orang untuk menjalani kehidupan yang lebih baik, penuh, otentik, dan benar-benar "baik". f) Prinsip sangat meyakini potensi pendidikan dan pelatihan olahraga, dipandang sebagai komitmen eksistensial nyata yang melibatkan mereka yang berkecimpung dalam olahraga atau menikmati (sebagai penonton belaka) nilai-nilainya dalam bentuk hiburan, dan alat yang mampu membangun masyarakat yang lebih baik dan lebih demokratis. - 10.1515 / pcssr-2015- 0003 10 Diunduh dari PubFactory di 2 0 0 8 1 / 0 5 4 / • 20 V. 16: HAI00M13 LE2PU.LXVI:7M melalui akses gratis
  • 16. 16 BUDAYA FISIK DAN OLAHRAGA. STUDI DAN PENELITIAN Filosofi pendidikan olahraga senantiasa memandang dengan optimisme pada proses pembelajaran dan pendidikan yang dapat dikembangkan dari olahraga dan memandang olahraga sebagai model etika yang ideal untuk masyarakat yang lebih baik. Filsafat pendidikan olahraga menyadari bahwa olahraga mewakili utopia filosofis dan pendidikan yang abadi; tetapi juga mengetahui bahwa mengikuti utopia ini untuk mencapainya kita dapat membuat kemajuan dalam membangun masyarakat dan demokrasi yang lebih baik dan lebih adil. Filsafat pendidikan olahraga menganggap nilai-nilai dan etika sebagai hal utama dalam bidang penelitiannya (Parry, 2007). Filsafat ini bertujuan untuk menafsirkan nilai-nilai olahraga dalam kerangka konteks yang lebih umum yang direpresentasikan oleh aksiologi umum (sistem nilai-nilai kemanusiaan dan kajian ilmiahnya) (McNamee, 1998). Interpretasinya atas nilai-nilai ini tidak pernah ingin dibatasi pada istilah "benar" atau "salah", "benar" atau "salah", "adil" atau "tidak adil", "diizinkan" atau "tidak diizinkan", dll .; Yaitu, dalam hal wacana sanksi jika terjadi pelanggaran, tidak menghormati atau melanggar aturan. Filosofi ini berpendapat tentang nilai-nilai olahraga dalam istilah "kemungkinan" dan "kebutuhan" (yaitu, dalam istilah "Anda bisa", "Anda harus" dan "Anda harus", misalnya) dan bukan dalam istilah penyempitan ("Anda must ”), selalu memberi orang kemungkinan untuk membuat pilihan bebas dan menunjukkan konsekuensi dari semua kemungkinan pilihan yang dapat dibuat. Titik awal filosofi ini selalu pada dimensi pendidikan dan pedagogis. Untuk alasan ini, ia memperdebatkan tentang nilai-nilai olahraga bukan dengan cara preskriptif atau represif tetapi dengan dorongan, mendorong orang untuk mengikuti jalan yang benar menuju nilai-nilai olahraga, yang dipromosikan dengan menunjukkan semua kemungkinan keuntungan individu dan sosial yang dapat diperoleh dari perilaku yang benar. ketika seseorang terlibat dalam olahraga, menjelaskannya dalam istilah kebahagiaan, kesejahteraan, dan peningkatan kehidupan sosial dan komunitarian. Filsafat pendidikan olahraga bertujuan untuk mengembangkan wacana kritis- refleksif tentang nilai-nilai olahraga, menekankan pentingnya pendidikan dan pembelajaran sepanjang hayat serta peran fundamentalnya dalam mencegah perilaku yang salah pada amatir serta olahraga tingkat tinggi dan dalam semua jenis fisik. kegiatan; dengan asumsi, misalnya, sudut pandang yang tidak represif tetapi kritis- refleksif tentang doping dalam olahraga, "mendekonstruksi" dan melihat fenomena ini dalam terang pendekatan interdisipliner dan humanistik (yaitu, tidak hanya dalam terang medis dan hukum belaka perspektif, seperti yang biasanya terjadi). Kesimpulan Sebagai kesimpulan, kita dapat mengatakan bahwa filosofi pendidikan olahraga menyoroti kebutuhan akan sistem olahraga yang difokuskan pada pendidikan dan promosi nilai-nilai; Artinya, perlunya pedagogi sosial olahraga yang harus dimulai di keluarga dan di sekolah, menginformasikan kepada masyarakat tentang risiko dan manfaat praktik olahraga dalam segala bentuknya, mulai dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Seorang "filsuf" pendidikan olahraga menyadari bahwa kemungkinan kurangnya etika dan nilai-nilai dalam olahraga bukan karena olahraga sebagai praktik itu sendiri tetapi karena faktor eksternal, eksogendan ekstrinsik yang menjadi tanggung jawab masyarakat (Arnold, 1994). Harus dikatakan bahwa kesadaran diri akan praktik dan pengalaman sendiri ketika berolah raga merupakan syarat fundamental untuk memahami nilai-nilai keolahragaan (Reid, 2009). Nyatanya, tanpa refleksi kritis atas pengalaman ini dan tanpa "pendidik" yang merangsang dan membimbing refleksi ini yang menunjukkan semua
  • 17. 17 kemungkinan nilai pendidikan yang intrinsik dalam olahraga, sulit untuk menganggap olahraga sebagai alat untuk membangun dan mempromosikan nilai-nilai baru bagi seseorang. . Untuk itulah filosofi pendidikan olahraga ditujukan untuk mengembangkan metodologi refleksi-kritis pada anak, REFERENSI Arnold, PJ (1989). Demokrasi, pendidikan dan olahraga. Jurnal Filsafat Olahraga, 16 (1), 100-110. Arnold, PJ (1994). Olahraga dan pendidikan moral. Jurnal Pendidikan Moral, 23 (1), 75-90. Arnold, PJ (1997). Olahraga, etika dan pendidikan. London: Cassell. 2015 • VOLUME LXVI - 10.1515 / pcssr-2015- 0003 Diunduh dari PubFactory pada 08/04/2016 12:00:37 11 melalui akses gratis
  • 18. 18 BUDAYA FISIK DAN OLAHRAGA. STUDI DAN PENELITIAN COE-Komisi Uni Eropa (2001). Piagam Olahraga Eropa. Rekomendasi No. R (92) 13 REV (diadopsi oleh Komite Menteri pada 24 September 1992 pada pertemuan 480 Deputi Menteri dan direvisi pada pertemuan ke 752 pada 16 Mei 2001). De Coubertin, P. (2000). Olimpiade. Tulisan terpilih, diedit oleh N. Müller. Lausanne: IOC. Derrida, J. (1995). Retorika obat-obatan. Di Wawancara 1974-1994 ( hlm. 228-254). Stanford, CA: Stanford University Press. EC-European Commission (2007). Buku Putih tentang Olahraga. Brussels: Komisi Komunitas Eropa. Feezell, R. (2006). Olahraga, bermain, dan refleksi etika. Urbana dan Chicago, IL: University of Illinois Press. Fullat, O. (1988). Filosofía de la educación / Filsafat pendidikan. Barcelona: Vicens - Vives. Gardner, HE (1985). Bingkai pikiran: Teori kecerdasan ganda. New York: Buku- buku dasar. Grupe, O. (1975). Masalah ilmu aktivitas fisik (atau pendidikan jasmani) sebagai disiplin pedagogis. Dalam Haag, H. (1978). (Ed.), Pedagogi Olahraga. Isi dan Metodologi ( hlm. 11-14). Baltimore: University Park Press. Hirst, P. & Carr, W. (2005). Filsafat dan Pendidikan. Simposium. Jurnal Filsafat Pendidikan, 39 (4), 615 - 632. Hyland, DA (1990). Filsafat olahraga. New York: Paragon House. Isidori E. (2014). Konsep Derrida tentang doping dan implikasinya terhadap pendidikan olahraga. Dalam E. Isidori, J. Lopez Frias & A. Müller (Eds), Filsafat, olahraga dan pendidikan. Perspektif Internasional ( hlm. 103-117). Viterbo: Sette Città. Isidori, E. (2010). Mendekonstruksi olahraga: ketika filsafat dan pendidikan bertemu dalam pemikiran Derrida. Budaya Fisik dan Olahraga. Studi dan Penelitian, 48, 15 - 20. Isidori, E. (2012). Filosofia dell 'educazione sportiva. Dalla teoria alla prassi / Filsafat pendidikan olahraga: dari teori ke praktek. Roma: Nuova Cultura. Isidori, E & Reid, H. (2011). Filosofia dello sport / Filosofi olahraga. Bruno Mondadori- Perason: Milano. Kosiewicz, J. (2003). Refleksi tentang pedagogi olahraga. Dalam J. Kosiewicz & K. Obodynski (Eds), Olahraga di cermin nilai ( hlm. 92-104). Rzeszow: Asosiasi Eropa untuk Sosiologi Olahraga Universitas Rzeszow. Kretchmar, RS (2005). Filsafat Praktis Olahraga. Edisi kedua. Kampanye, IL: Kinetika Manusia. Lyle, J. (2002). Konsep pembinaan olahraga: kerangka perilaku pelatih. London: Routledge. Martínková, I. & Parry, J. (2011). Perantaraan ganda dalam olahraga. Studi dalam Budaya Fisik & Pariwisata, 18 (1), 25-32. McFee, G. (2004). Olahraga, aturan dan nilai. London: Routledge. McNamee, M. (1998). Filsafat dan pendidikan jasmani: analisis, epistemologi dan aksiologi. Ulasan Pendidikan Jasmani Eropa, 4 (1), 75-91. Moore, TW (1982). Filsafat Pendidikan. Pendahuluan. London-Boston: Routledge dan Kegan Paul. Morgan, WJ (2006). Filsafat dan pendidikan jasmani. Dalam D. Kirk, D. Macdonald & M. O 'Sullivan (Eds.), Buku Pegangan Pendidikan Jasmani ( hlm.97 - 108). Thousand Oaks, CA: Sage. Parry, J. (2007). Olahraga, etos dan pendidikan. Dalam J. Parry, S. Robinson, M. Nesti & N. Watson, Spiritualitas dan Olahraga ( hlm. 186-200). London: Routledge. Parry, J. (2012). Kekuatan olahraga dalam penciptaan perdamaian dan pemeliharaan perdamaian. Olahraga Dalam Masyarakat, 15 (6), 775-787. Pring, R. (2004). Filsafat pendidikan. tujuan, teori, akal sehat dan penelitian. London-New York: Kontinum. Reboul, O. (1983). Les méthodes de la Philosophie de l 'éducation / Metode filsafat pendidikan. Enrahonar: Quaderns de filosofia, 5 (1), 85-92.
  • 19. 19 Reid, HL (2002). Atlet filosofis. Durham, NC: Carolina Academic Press. Reid, HL (2009). Olahraga, filosofi, dan pencarian pengetahuan. Jurnal Filsafat Olahraga, 36 (1), 40-49. Reid, HL (2012). Pengantar filosofi olahraga. Lanham, MD: Rowman & Littlefield Publishers. Simon, RL (2004). Fair Play: Olahraga, Nilai, dan Masyarakat. Boulder, CO: Westview Press. Winch, C. & Gingell, J. (2002). Konsep kunci dalam filosofi pendidikan. London: Routledge. Zeigler, EF (1977). Pendidikan jasmani dan filosofi olahraga. Englewood Cliffs, NJ: Prentice - Aula. Zeigler, EF (2010). Filsafat pendidikan aktivitas jasmani (termasuk pendidikan olahraga). Victoria, BC: Trafford Publishing. - 10.1515 / pcssr-2015- 0003 12 Diunduh dari PubFactory di 2 0 0 8 1 / 0 5 4 / • 20 V. 16: HAI00M13 LE2PU.LXVI:7M melalui akses gratis
  • 20. 20 BUDAYA FISIK DAN OLAHRAGA. STUDI DAN PENELITIAN ALAMAT PENULIS: Emanuele Isidori Laboratorium Pedagogi Umum Universitas Roma “Foro Italico” Piazza L. De Bosis, 15, 00135 Roma, Italia E-mail: emanuele.isidori@uniroma4.it 2015 • VOLUME LXVI - 10.1515 / pcssr-2015- 0003 Diunduh dari PubFactory pada 08/04/2016 12:00:37 13 melalui akses gratIS
  • 21. 21 BAB II REVIEW JURNAL Judul BUDAYA FISIK DAN OLAHRAGA. STUDI DAN PENELITIAN Pengarang Emanuel Isidori Nama Jurnal FILOSOFI PENDIDIKAN OLAHRAGA: ISU UTAMA DAN METODOLOGI Volume, Issue LXVI, (2015) Tahun, halaman 10-15-2015, 5-13 reviewer Muhammad Aghniyaa-u Romadlon Tanggal (4-3-2021) Tujuan Jurnal merefleksikan isu-isu utama yang disebut filosofi pendidikan olahraga, menunjukkan metodologi dan kemungkinan penggunaannya dalam konteks studi olahraga. Kajian ini akan mulai menjawab dua pertanyaan pokok yang berkaitan dengan isu-isu filosofi pendidikan olahraga, yaitu: apakah olahraga dan nilai- nilainya dari perspektif filosofis pendidikan dan mampu memberikan pengertian pendidikan dan hermeneutis: yaitu, menafsirkan dan tidak hanya menggambarkan olahraga dan masalah yang kompleks, dan mencoba menemukan solusi dalam sudut pandang pedagogis dan melalui metodologi intervensi refleksif Hasil Review ...... Pengertian pendidikan olahraga sebagai Bildung berarti falsafah yang mengkaji keterkaitan antara olahraga dan pendidikan untuk menempatkan orang pada pusat refleksinya, memandang dirinya sebagai nilai utama dan fundamental yang memberi arti dan makna pada olahraga. Orang adalah bintang kutub yang mengarahkan dan membimbing olahraga sebagai aktivitas manusia yang terdiri dari tindakan yang disengaja dan komunikatif menuju seperangkat makna pedagogis, tujuan pendidikan, sasaran, dan tujuan yang memungkinkannya menjadi nilai yang diinginkan bagi semua umat manusia (Moore, 1982)..... ...... apa arti “olahraga” dan jenis olahraga apa yang kita renungkan dan membicarakan tentang. Filsafat pendidikan olahraga memahami olahraga dalam arti yang sangat luas dan dalam berbagai arti, sesuai dengan definisi yang diberikan oleh Council of Europe (COE, 2001) yang di atasnya terdapat Buku Putih tentang Olahraga (EC, 2007). berbasis. Definisi ini menyatakan bahwa “semua bentuk aktivitas fisik yang, melalui partisipasi kasual atau terorganisir, bertujuan untuk mengekspresikan atau meningkatkan kebugaran fisik dan kesejahteraan mental, membentuk hubungan sosial atau memperoleh hasil dalam kompetisi di semua tingkatan” harus dianggap sebagai olahraga (seni . 2a)...... ...... Singkatnya, kita dapat mendefinisikan filosofi pendidikan olahraga sebagai wacana filosofis tentang olahraga dari sudut pandang pendidikan: yaitu mempelajari dan merefleksikan nilai-nilai pendidikan yang diimplikasikan praktik ini dalam kerangka kehidupan komunitarian dan mencari jalan terbaik. untuk mempraktikkannya. Tetapi apakah yang dimaksud dengan nilai pendidikan dari sudut pandang filosofis? Kita dapat mendefinisikan nilai olahraga sebagai sesuatu yang baik untuk kita dan untuk olahraga itu sendiri yang menghormati prinsip- prinsip etika dan sosial yang memungkinkan hidup dalam masyarakat yang demokratis, adil, dan adil (Arnold, 1989)....... ...... Agar jelas, selalu konteks sosial olahraga (lembaga sosial dan pendidikan) yang memastikan bahwa nilai-nilai campuran dari praktik ini tidak merosot menjadi nilai- nilai negatif tetapi berubah menjadi nilai-nilai murni. Itu selalu konteks, dan niatnya, yang menentukan persepsi (yang harus selalu baik pedagogis dan mendidik karena ditujukan untuk pengembangan pribadi dan / pengayaan spiritualnya) tentang sifat olahraga dalam berbagai bentuknya. Kita dapat mengatakan bahwa olahraga, per se, bukanlah nilai murni (yaitu tidak menghasilkan nilai komunitarian atau sosial) tetapi merupakan campuran. Perspektif pendidikan selalu dalam praktik ini yang menjadikannya sebuah nilai dan mampu melahirkan nilai-nilai fundamental lainnya
  • 22. 22 bagi manusia...... ....... Fungsi-fungsi ini mengidentifikasi area spesifik penelitian teoretis-metodologis dan empiris untuk filosofi pendidikan olahraga. Area utama dari penelitian filosofis ini, tidak diragukan lagi, adalah nilai-nilai pendidikan dan pedagogi (Kosiewicz, 2003). Filosofi pendidikan olahraga mencerminkan nilai-nilai pendidikan olahraga berdasarkan prinsip-prinsip berikut: a) Prinsip yang mengakui martabat semua manusia dan non-manusia sebagai pemegang hak yang tidak dapat dicabut ketika mereka akan terlibat dalam olahraga. Olahraga adalah hak untuk semua orang di dunia dan hak untuk “olahraga untuk semua” harus diajarkan dan dikembangkan dalam kerangka budaya non-diskriminatif....... ......Filosofi ini berpendapat tentang nilai-nilai olahraga dalam istilah "kemungkinan" dan "kebutuhan" (yaitu, dalam istilah "Anda bisa", "Anda harus" dan "Anda harus", misalnya) dan bukan dalam istilah penyempitan ("Anda must ”), selalu memberi orang kemungkinan untuk membuat pilihan bebas dan menunjukkan konsekuensi dari semua kemungkinan pilihan yang dapat dibuat. Titik awal filosofi ini selalu pada dimensi pendidikan dan pedagogis.......
  • 23. 23 BAB III PENUTUP KESIMPULAN filosofi pendidikan olahraga menyoroti kebutuhan akan sistem olahraga yang berfokus pada pendidikan dan promosi nilai-nilai; Artinya, perlunya pedagogi sosial olahraga yang harus dimulai di keluarga dan di sekolah, menginformasikan kepada masyarakat tentang risiko dan manfaat praktik olahraga dalam segala bentuknya, mulai dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Seorang "filsuf" pendidikan olahraga menyadari bahwa kemungkinan kurangnya etika dan nilai-nilai dalam olahraga bukan karena olahraga sebagai praktik itu sendiri tetapi karena faktor eksternal, eksogen dan ekstrinsik yang menjadi tanggung jawab masyarakat (Arnold, 1994). Harus dikatakan bahwa kesadaran diri akan praktik dan pengalaman sendiri ketika berolah raga merupakan syarat fundamental untuk memahami nilai-nilai keolahragaan (Reid, 2009). Nyatanya, tanpa refleksi kritis atas pengalaman ini dan tanpa "pendidik" yang merangsang dan membimbing refleksi ini yang menunjukkan semua kemungkinan nilai pendidikan yang intrinsik dalam olahraga, sulit untuk menganggap olahraga sebagai alat untuk membangun dan mempromosikan nilai-nilai baru bagi seseorang. . Untuk itulah filosofi pendidikan olahraga ditujukan untuk mengembangkan metodologi refleksi-kritis pada anak, SARAN Saya sebagai penulis, menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan di dalam makalah ini. Untuk ke depannya dapat menjelaskan secara detail dari berbagai sumber
  • 24. 24 DAFTAR PUSTAKA Isidori, Emanuele. (2015). Philosophy of Sport Education: Main Issues and Methodology. 5-13