SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
1
MAKALAH
ILMU FILSAFAT OLAHRAGA
AKSIOLOGI OLAHRAGA
(Nilai Dan Kermanfaatan)
Dosen pengampu:
Dr. Made Pramono, M. Hum.
Disusun Oleh :
MOHAMMAD RICKY ANDI PRADANA
16060484114
IKOR B-2016
Universitas Negeri Surabaya
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Ilmu Keolahragaan
2016
2
Daftar Isi
JUDUL………………………………………………………………………………1
KATA PENGANTAR………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………..4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………….5
C. Tujuan Masalah…………………………………………………………….5
BAB II PEBAHASAN
A. Pengertian Aksiologi…………………………………………………………6
B. Hakikat Olahraga Dan Karakter……………………………………………7
C. Nilai-nilai Esensial……………………………………………………………10
D. Nilai Ekonomi Dalam Olahraga…………………………………………….14
BAB III PENUTUP
Kesimpulan…………………………………………………………………………….17
Daftar Pustaka
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada allah SWT, sehingga makalah ini dapat tersusun hingga
selesai. Tidak lupa saya juga saya mengucapkan terima kasih kepada penemu internet
sehingga dengan mudah saya bisa menyusun makalah ini.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin banayak kekurangan
dalam makalah ini. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini
iv
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi ini, bangsa Indonesia menghadapi tantangan yang cukup berat,
terutama dalam menghadapi era persaingan di segala bidang yang sangat ketat. Indonesia
dulu dikenal sebagai bangsa yang santun, toleran dan bersahabat. Kini, sebagian masyarakat
Indonesia seolah berubah menjadi bangsa yang suka marah, suka melakukan kekerasan, srta
tidak taat pada norma keilmuan. Berbagai peristiwa kahidupan telah memberi bukti kepada
kita tentang hal tersebut, baik dalam skala mikro, seperti kekerasan didalam rumah tanggan
maunpun bersifat makro seperti penyerangan terhadap aliran keagamaan,tawuran antar
pelajara, kekerasan mahasiswa, dan kerusuhan antar suporter sepak bola.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, bangsa Indonesia perlu mempersiapkan
masyarakat yang beretos kerja tinggi dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemuliaan. Dalam hal
ini, perlu ada pemahaman mengenai dimensi aksiologis olahraga. Aksiologis disebut sebagai
teori nilai karena merupakan cabang filsafat yang berusaha untuk menjawab pertanyaan: apa
yang terkait dengan nilai? Ogunji (2009:39) mengungkapkan bahwa nilai merujuk terutama
kepada hal yang kita hargai, inginkan atau kita butuhkan. Nilai pada umumnya terpasang
pada dua dasar utama, yaitu karena keuntungan materi, berdasarkan nilai intrinsik, atau
kegunaan dari hal tersebut. Sejalan dengan pemikiran Ogunji, Brennen (1999:1) menyatakan
bahwa aksiologi berkaitan dengan pertanyaan yang terkait dengan sifat pertimbangan nilai
yang merupakan etika dan estetika dalam karakter. Dimensi aksiologis olahraga sesuai
dengan dasar filosofinya berdayaguna dan multiguna.
untuk menumbuh kembangkan karaker yang mulia. Oleh karena itu, olahraga
merupakan wahana yang efektif dan strategis dalam menciptakan masyarakat yang
berkepribadian luhur dan madani. Partisipasi yang tinggi dalam olahraga dikarenakan
olahraga dapat memberikan peningkatan kesempatan yang ideal untuk menyalurkan tenaga
yang baik dalam lingkungan persaudaraan dan persahabatan untuk persatuan yang sehat dan
suasana yang akrab, gembira, menuju kehidupan serasi, selaras, dan seimbang untuk
mencapai kebahagiaan hidup yang sejati (Kosasih, 1983:1). Filososfi ”ilmu padi” dalam
dunia olahraga perlu sekali, yaitu semakin tinggi ilmu yang dimiliki oleh pelaku olahraga,
akan semakin merunduk. Hal ini bisa dilihat dengan semboyan yang selalu mengembangkan
rasa mulad sariro hangroso wani, ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso dan tut
v
wuri handayani, yang berarti bahwa olahragawan selalu berani berintropeksi atas dirinya, dan
selalu memberi suri tauladan saat memimpin, selalu memberi semangat saat berada di tengah,
dan memberikan dorongan. Dunia olahraga selalu sarat dengan makna filosofis. Dalam
filsafat ilmu, tidak dapat dipungkiri bahwa berfilsafat merupakan manifestasi kegiatan
intelektual yang telah meletakkan dasar-dasar paradigmatik bagi tradisi dalam kehidupan
masyarakat ilmiah (Wibisono, 2001:3). Snyder & Spalitzer (1983: 45) menyatakan bahwa
adanya nilainilai positif dalam olahraga karena olahraga merupakan mikrokosmos yang
menentukan pokok-pokok dan mencer minkan nilai-nilai sosial. Nilai-nilai yang terungkap
dalam olahraga menggambarkan fungsi aksiologis olahraga dalam masyarakat. Nilai-nilai
sosial itu pada akhirnya akan kembali dan yang menikmati adalah masyarakat pelakunya
sendiri. Dalam perspektif pendidikan, saat ini Kemendiknas sedang menggiatkan pentingnya
pendidikan karakter bagi siswa dan mahasiswa. Sesuai dengan dasar filosofinya, olahraga
berdaya guna dan bermultiguna untuk menumbuhkembangkan karaker yang mulia. Olahraga
juga memengaruhi pembinaan dan pembentukkan kepribadian, termasuk perubahan perilaku
karena olahraga selalu melibatkan dimensi sosial, di samping kriteria yang bersifat fisikal
yang menekankan keterampilan, ketangkasan, dan unjuk “kebolehan”.
B. Rumusan Masalah
A. Pengertian aksiologi olahraga
B. Hakikat olahraga dan karakter
C. Nilai esensial olahraga
D. Nilai ekononi dalam olahraga
C. Tujuan Masalah
a. Mengetahui pengertian aksiologi
b. Mengetahui hakikat olahraga dan karakter
c. Mengetahui nilai esensial olahraga
d. Mengetahui nilai ekonomi dalam olahraga
vi
BAB II
PEBAHASAN
A. Pengertian Aksiologi
Aksiologi membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari pengetahuan yang
didapatkannya. Aksiologi ilmu terdiri dari nilai-nilai yanh bersifat normatif dalam pemberian
makna terhadap kebenaran atau kenyataan seperti yang dijumpai dalam kehidupan, yang
menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik ataupun fisik
material (Koento, 2003: 13).
Definisi Kattsoff (2004: 319), aksiologi sebagai ilmu pngetahuan yang menyelidiki
hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan.
Scheleer dan Langeveld (Wiramihardja, 2006: 155-157)
Scheleer mengontraskan aksiologi dengan praxeology, yaitu suatu teori dasar tentang
tindakan tetapi lebih sering dikontraskan dengan deontology, yaitu suatu teori mengenai
tindakan.
Aksiologi menjawab, untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan?
Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana
penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara
teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma
moral?
Baru sebagian warga Indonesia yang menyadari olahraga sebagai sebuah kebutuhan.
Kesadaran ini belum merata di semua lapisan masyarakat. Penyebabnya bukan ketidaktahuan
akan manfaat olahraga namun lebih karena kebiasaan dan gaya hidup serta perbedaan gaya
pandang tentang olahraga.
Pergeseran orientasi terhadap jenis dan nilai olahraga terjadi akibat perubahan dalam
gaya hidup. Pertama, gaya hidup yang berorientasi mengejar kesenangan dan kenyamanan
fisik berpengaruh nyata terhadap perubahan kultur gerak. Banyak karyawan atau pekerja
kantoran menghindari naik turun tangga. Mereka lebih suka menggunakan lift. Pada masa
usia dini, “kenyamanan” pun secara tidak sadar ditanamkan. Alih-alih harus berjalan kaki,
anak-anak berangkat ke sekolah dengan menggunakan kendaraan antar jemput.
Kedua, pergeseran gaya hidup pun memengaruhi masyarakat dalam memandang
olahraga. Berolahraga kini tidak selalu dikaitkan dengan kompetensi dan prestasi, tetapi juga
vii
karena tujuan lain, terutama sebagai gaya hidup. Itulah sebabnya, klub-klub senam
kebugaran, pengobatan, dan kemolekan tubuh marak dimana-mana dan lebih populer
dibandingkan senam ritmik dan cabang prestatif lainnya.
Ketiga, pilihn jenis dan tujuan olahraga pun bergeser. Orientasi olahraga yang
langsung atau tidak langsung bersifat ekonomis tumbuh semakin tajam. Orientasi ekonomi
langsung, terlihat pada ”perkawinan” antara olahraga dengan ekonomi. Olahraga pun kini
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pengaruh olahraga terhadap ekonomi juga bisa bersifat tidak langsung. Olahraga
telah mengurangi beban pengeluaran masyarakat dalam aspek kesehatan.
Derajat kebugaran jasmani dan kesehatan yang baik akan menurunkan biaya
perawatan kesehatan, dan malah meningkatkan produktivitas kerja. Meski tidak langsung,
daya ungkit olah raga bagi pencapaian akselarasi peningkatan kesejahteraan masyarakat guna
mendukung diyakini akan signifisikan. Demikian pila dengan peningkatan implementasi
pembangunan berkelanjutan dan peningkatan kualitas kehidupan sosial yang berlandaskan
agama dan budaya daerah membutuhkan dukungan masyarakat yang sehat secara fisik dan
mental.
Pemajuan aspek-aspek diatas membutuhkan keterlibatan semua pihak. Tidak hanya
keterlibatan jajaran pemerintahan daerah, tetapi juga keterlibatan dan prakarsa para
pengusaha, tokoh masyarakat, dan elemen lain.
B. Hakikat Olahraga Dan Karakter
Ditinjau dari bahasa Jawa Kuno, olahraga tersusun dari dua kata, yaitu ulah dan
raga; ulah berarti perbuatan, laku, atau kegiatan, sedang raga berarti anyaman, rangka, atau
wadah (Juynboll, 1923). Sampai sekarang, olahraga mempunyai pengertian sebagai nama
benda. Kemudian, kata olahraga sebagai alih bahasa istilah sport. Berkaitan dengan istilah
sport, Rijsdorp (1971:44) mengatakan bahwa sport mempunyai watak permainan, namun
sport tidak sama dengan permainan. Permainan mempunyai makna yang lebih luas daripada
sport. Sport dapat dipandang sebagai bentuk permainan yang mempunyai jenis tersendiri.
Olahraga adalah bagian utama dari kehidupan masyarakat dan budaya. Peserta
olahraga berasal dari berbagai usia, dari yang muda hingga ke yang tua, dan dari tingkat
permainan yang hanya untuk bersenang-senang dan rekreasi hingga tingkat profesional.
Pusat-pusat sekolah, klub, bisnis, dan pusat-pusat masyarakat menawarkan kesempatan
olahraga dan rekreasi untuk berbagai kelompok usia. Ini merupakan suatu perkecualian jika
viii
anak-anak tidak berpartisipasi dalam rekreasi atau olahraga yang terorganisir. Di kampus
perguruan tinggi dan universitas di seluruh negeri para siswa berpartisipasi dalam olahraga di
dalam gedung-gedung, klub, dan olahraga tingkat antarperguruan tinggi (Joseph. 2006:1).
Dilihat dari perspektif eksternal, banyak makna sosial dan budaya dari aktivitas berolahraga.
Dalam lautan masyarakat yang penuh badai, olahraga bukanlah sebuah pulau atau mainan
yang arahnya ditentukan sepenuhnya oleh gelombang. Olahraga ditandai oleh suatu otonomi
tertentu atau terkait dengan jaringan nilai-nilai, norma, dan kepentingan institusional yang
lebih luas olahraga ditandai oleh apa yang dapat disebut “karakter ganda”. Dengan karakter
ganda olahraga dipandang sebagai apa yang disebut perpaduan yang baik. Menurut Plato,
konsep ini mengacu pada barang yang dinilai baik untuk kepentingan dan untuk konsekuensi
masyarakat. Istilah karakter ganda pada olahraga dipakai untuk memahami olahraga secara
keseluruhan di mana fitur internal dan konsekuensi langsung yang dihasilkan ini dimasukkan
(McNamee & Parry: 1998:38).
- Karakter adalah nilai-nlai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik,
nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang
terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara
koheren memancar dari hasil olahpikir, olahhati, olahraga, serta olahrasa dan
karsa seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan ciri khas seseorang
atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral,
dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan (Kebijakan Nasional,
2010:7) Karakter atau watak merupakan perpaduan dari segala tabiat manusia
yang bersifat tetap sehingga menjadi “tanda” yang khusus untuk membedakan
orang yang satu dengan lain. Karakter dalam bahasa Yunani berasal dari kata
“charasein” yang artinya mengukir corak yang tetap dan tidak terhapuskan.
Karakter mengartikan watak dalam arti psikologis dan etis. Berwatak
menunjukkan sikap memiliki pendirian yang teguh, baik, terpuji, dan dapat
dipercaya. Berwatak berarti memiliki prinsip dalam arti moral. Dalam dunia
olahraga, banyak pelatih yang sukses telah dipersonifikasikan dan mengajarkan
kebajikan karakter dalam olahraga. Pelatih bola basket legendaris di UCLA,
John Wooden membahas pentingnya karakter dan karakter apa yang dilakukan
bagi seorang individu dengan menyatakan bahwa kemampuan mungkin
membawamu ke puncak, tetapi karakter dibutuhkan agar kita di puncak sana.
Dia juga berkata, "Lebih pedulilah dengan karaktermu daripada reputasimu
ix
karena reputasi adalah apa yang orang mungkin berpikir tentangmu, sedangkan
karakter adalah siapa kamu sebenarnya". Karakter seseorang tercermin dalam
bagaimana dia bereaksi terhadap situasi-situasi yang sulit. Dean Smith, John
Thompson, dan Joe Paterno adalah para pelatih sukses lainnya di tingkat
perguruan tinggi yang selalu menekankan pembangunan karakter dalam
program-program mereka (Joseph. 2006:3). Manusia dibangun oleh domain-
domain, yaitu kognitif, motorik, afektif, dan emosional. Dalam menampilkan
suatu perilaku atau tindakan, domain tersebut saling berinteraksi dan saling
berpengaruh antara satu dan yang lain. Agar manusia tumbuh dan berkembang
secara wajar, beberapa domain tersebut harus mendapatkan rangsangan dan
perlakuan yang seimbang. Oleh karena itu, manusia dalam menampilkan gerak,
khususnya dalam berolahraga, harus dipandang sebagai suatu totalitas sistem,
yaitu manusia sebagai sistem bio-psiko-sosio-kultural (Mutohir, 2002: 1).
Simanjuntak (1980:15) mengatakan bahwa olahraga dapat membantu proses
pembentukan karakteristik masyarakat. Lebih lanjut, ia mengutip pendapat
Hovard Nixon bahwa menurut hasil studi yang dilakukan di Amerika, 90%
masyarakat Amerika setuju bahwa olahraga membina karakteristik masyarakat
menjadi lebih baik dan meningkatkan kualitas hidup manusia. Olahraga
membangun karakter dan di pihak lain karakter dapat diajarkan dan dipelajari
dalam setting olahraga. Sebuah pengalaman olahraga dapat membangun
karakter, tetapi hal itu hanya berlangsung jika lingkungannya terstruktur dan
tujuan dinyatakan dan direncanakan secara jelas untuk mengembangkan
karakter. Lingkungan semacam ini harus mencakup semua individu (pelatih,
pemerintah, orang tua, peserta, dan lain-lain) yang berkepentingan dalam setting
olahraga tersebut. Coakley (2001) telah merekomendasikan setting olahraga di
mana para peserta diberi imbalan lebih untuk bagaimana mereka bermain,
berlaku sportif, dan bukan hanya untuk menang dan kalah. Karakter positif
(seperti tanggung jawab pribadi dan sosial) dapat dan harus diajarkan dan
dipelajari dalam setting olahraga. Program olahraga di semua tingkat dapat
secara khusus dirancang untuk mengembangkan gaya hidup dengan karakter
yang aktif dan positif. Tujuan dalam setting ini adalah bahwa perilaku yang
tepat, bertanggung jawab, dan nilai-nilai yang dikembangkan dalam olahraga
dan kelas pendidikan jasmani juga akan digunakan di luar sekolah, di rumah, dan
di masyarakat (Joseph. 2006:6).
x
C. Nilai-Nilai Esensial
Nilai-nilai yang terkandung dalam aktivitas olahraga telah menjadi keyakinan
umum bahwa aktivitas olahraga sarat dengan nilai-nilai pendidikan, seperti kejujuran,
sportivitas, disiplin, dan tanggung jawab. Bahkan, ada ungkapan yang sudah menjadi
keyakinan sejarah dari waktu ke waktu: Sport build character. United Nations melalui Task
force on Sport for Development and Peace menyatakan bahwa olahraga merupakan
instrumen yang efektif untuk mendidik kaum muda, terutama dalam hal nilai-nilai. United
Nations melalui InterAgency Task Force on Sport Development and Peace (United Nations,
2003, via Maksum, 2008:1150) mengidentifikasi sejumlah nilai yang ada dan dapat dipelajari
melalui aktivitas olahraga sebagai berikut. Cooperation, Communication, Respect for the
rules, Problem-solving, Understanding, Connection with others, Leadership, Respect for
others, Value of effort, How to win, How to lose, How to manage competition, Fair play,
Sharing, Self-esteem, Trust, Honesty, Self-respect, Tolerance, Resilience, Teamwork,
Discipline, Confidence. Aktivitas olahraga mengandung nilai-nilai yang sangat esensial bagi
kehidupan dan kemanusiaan. Ketika bermain sepakbola, misalnya, selain mereka belajar
keterampilan seperti menendang dan menggiring bola, mereka juga belajar bekerjasama,
kepercayaan, dan respek kepada orang lain. Sulit rasanya menciptakan goal ke gawang lawan
tanpa adanya kerjasama yang optimal di antara pemain. Seorang pemain tidak akan
memberikan bola kepada teman sesama tim andai saja ia tidak percaya kepada yang
bersangkutan. Demikian juga melalui sepakbola dapat belajar menghormati dan menghargai
lawan, misalnya ketika lawan mengalami cedera atau bahkan memenangkan suatu
pertandingan. Nilai-nilai tersebut begitu menonjol dalam olahraga, sayangnya dalam tataran
praktis masih jauh dari apa yang diharapkan. Tidak banyak insan olahraga yang mau dan
mampu menerapkan hal itu. Menurut Maksum (2008:1151), kepentingan sesaat seperti
kemenangan dan gengsi tidak jarang dinilai lebih tinggi dibanding penghormatan terhadap
nilai-nilai kemanusiaan (celebration of humanity). Olahraga tidak hanya merupakan
kebutuhan manusia, tetapi juga merupakan kebutuhan media untuk mencapai tujuan. Manusia
bergerak bukan hanya disebabkan oleh adanya dorongan dari faktor biologis, melainkan juga
oleh faktor kejiwaan. Hal itu berarti ketika seseorang melakukan aktivitas gerak dalam
berolahraga, ia mengalami peristiwa fisik dan psikis. Manusia agar mempunyai karakter
yang baik dan mulia harus didasari oleh eksistensi ilmu pengetahuan. Dewasa ini,
pengetahuan yang satu tercerai dari pengetahuan yang lainnya. Ilmu tercerai dari moral,
moral tercerai dari seni, seni tercerai dari ilmu, dan seterusnya. Inilah sebenarnya sumber
xi
ketidakbahagiaan manusia modern dewasa ini, sebab pengetahuan yang tidak utuh akan
membentuk manusia yang tidak utuh pula. Menurut Achmad (1990: 34), kerangka filsafat
akan memungkinkan kita membentuk wawasan mengenai keterkaitan berbagai pengetahuan.
Olah pikir berarti membangun manusia agar memiliki kemandirian serta menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi. Olahpikir berorientasi pada pembangunan manusia yang cerdas,
kreatif dan inovatif. Olahrasa bertujuan menghasilkan manusia yang apresiatif, sensitif, serta
mampu mengekspresikan keindahan dan kehalusan. Ini sangat penting karena tidak akan ada
rasa syukur manakala seseorang tidak memiliki apresiasi terhadap keindahan dan kehalusan.
Olahraga merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan pendidikan dalam proses
pembangunan manusia sehingga bisa menjadikan dirinya sebagai penopang bagi
berfungsinya hati, otak dan rasa. Pemasyarakatan dan pemassalan olahraga bertujuan untuk
mendorong dan menggerakkan masyarakat agar masyarakat lebih memahami dan menghayati
langsung hakikat dan manfaat olahraga sebagai kebutuhan hidup, khususnya olahraga yang
bersifat 5 M (mudah, murah, menarik, manfaat, dan massal). Sehubungan dengan itu, perlu
diberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anggota masyarakat untuk melakukan kegiatan
olahraga yang didukung oleh proses pemahaman, penyadaran, penghayatan terhadap arti,
fungsi, manfaat, terlebih lagi pada nilai-nilai olahraga guna mengembangkan akhlaq mulia.
Aktivitas olahraga merupakan laboratorium bagi pengalaman manusia karena olahraga
menyediakan kesempatan untuk memperlihatkan pengembangan karakter. Menurut Lubis
(2007: 4), pengajaran etika dalam aktivitas olahraga biasanya dilakukan dengan contoh atau
perilaku. Pantas rasanya jika kita setuju untuk mengemukakan bahwa aktivitas olahraga
merupakan dasar atau alat pendidikan dalam membentuk manusia seutuhnya, dalam
pengembangan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor yang behavior dalam
membentuk kemampuan manusia yang berwatak dan bermoral. Area keolahragaan
mengajarkan sekaligus mencontohkan bagaimana manusia seharusnya berkompetisi dengan
baik untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Cara seperti ini dianggap fair dan membawa
kebaikan bagi semua orang karena hal tersebut akan menyeleksi bahwa yang kuat dan yang
mampu berusaha optimal akan mendapatkan keberhasilan (dalam kompetisi disebut juara).
Kuntoro (1999:71) mengatakan bahwa fastabiqul khoirat adalah etos yang mendorong
perubahan yang membawa rahmat bagi semua orang. Semangat kejiwaan untuk melakukan
apa yang baik (amar ma’ruf) untuk sesama umat manusia menjadi sumber akan terciptanya
kemauan yang sehat untuk mengejar kemajuan demi kepentingan kesejahteraan bersama.
Menurut Soejadi (2008:118), keadaan sosial (masyarakat) menunjukkan adanya interaksi dan
integrasi (dalam kelompok atau komunitas) mereka (dan kita) saling berhubungan, dan
xii
bergaul satu sama lain. Dalam situasi berlangsungnya kegiatan olahraga sangat erat
berhubungan dengan masalah-masalah sosial manusia. Keberartian olahraga itu sendiri
muncul dalam peristiwa hubungan antarorang yang dilandasi oleh tradisi, norma dan sistem
nilai yang terdapat di lingkungan masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, olahraga telah menjelma
menjadi sebuah pranata sosial yang sejak lama di dalamnya berkembang tradisi, norma dan
nilai, termasuk ritus-ritus dan bahkan mitos (Lutan, 1991:1). Olahraga memberikan
kesempatan untuk mengembangkan nilai sosial. Hal ini dibuktikan dengan terbentuknya
organisasi sosial di bidang olahraga yang tidak menghiraukan hirarki berdasarkan kekayaan
atau sukses sosial yang disinari oleh keakraban dan persaudaraan yang berarti memberikan
dimensi baru kepada hubungan antarmanusia yang merupakan dasar utama terbentuknya
kontak lokal, nasional, dan internasional. Olahraga dapat diikuti oleh siapa pun tanpa melihat
latar belakang kebudayaan sosial atau ideologi. Karena olahraga banyak memberikan manfaat
dalam segi kesosialan, Sardjono (1986: 27) menyimpulkan bahwa olahraga mempunyai
peranan yang penting dalam mengembangkan nilai-nilai kesosialan. Adanya nilai-nilai sosial
yang positif dalam olahraga karena dalam olahraga merupakan mikrokosmos yang
menentukan pokok-pokok dan mencerminkan nilai-nilai sosial. Nilai-nilai yang terungkap
dalam olahraga selanjutnya akan menggambarkan fungsi olahraga dalam masyarakat.
Menurut Snyder (1983:45), nilai-nilai sosial itu pada akhirnya akan kembali dan yang
menikmati adalah masyarakat pelakunya. Keseimbangan hubungan jiwa raga perseorangan
mengantarkan keserasian individual-sosial yang segera akan disusul dengan keselarasan total
makhluk yang mandiri. Supadjar (1998:6) berpendapat bahwa dalam hal hubungan jiwaraga
sebagai bagian dari problema susunan kodrat manusia, pemikiran Timur lebih cenderung ke
masalah kejiwaan, sedang pemikiran Barat menekankan pada soal kejasmanian, namun baik
di Barat maupun Timur yang ideal ialah yang penuh keseimbangan. Keseimbangan adalah
kata kunci dari keserasian hidup. Keseimbangan tersebut meliputi kebutuhan jasmani dan
rohani. Olahraga diperlukan untuk memperkuat badan dan kebersihan rouhani dalam
mengontrol sekaligus mengarahkan jasmani untuk melakukan aktivitas yang baik dan benar.
Mahmud (2000:6162) mengatakan bahwa antara hati, jiwa, akal, dan ruh memiliki pengertian
yang saling berkorelasi, saling bergantian tempat, dan memiliki kemiripan satu sama lain
dalam berbagai hal. Semua orang melakukan olahraga ingin mencapai derajat sehat yang
komprehensif, berbadan sehat adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Namun,
kesehatan itu sendiri tidak dapat datang secara otomatis sekaligus memerlukan pemeliharaan
dan pembinaan dari semua faktor yang mempengaruhinya (Ichsan, 1998:1). Cara memelihara
dan membina faktor-faktor tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi secara
xiii
bersama-sama dan terpadu. Masalah olahraga bukan sekedar masalah menggerakkan badan
atau mendapatkan kebugaran dari aktivitas jasmani. Namun, lebih luas lagi bahwa masalah
olahraga memiliki nilainilai moral di dalamnya. Etika secara nyata ada dalam masyarakat dan
dalam olahraga, dan pertandingan sebenarnya adalah salah satu bentuk fungsi sosial di mana
kehadiran etika adalah sesuatu yang sangat penting. Bredemeier dan Shields (Athanailidis
dan Arvanitidou, 2009:20) mengemukakan bahwa olahraga merupakan sebuah realitas sosial
dengan lebih banyak dilemma moral yang terjadi. Sebagai contoh, dalam kasus olahraga
sebagai sebuah dilema moral, penggunaan seorang pemain yang merupakan pemain yang
sedang cidera, namun dibutuhkan dalam pertandingan ini dan mungkin menggunakan obat
peredam rasa sakit. Namun demikian, tindakan tersebut dapat memperparah kondisi pemain
tersebut dan bahkan dapat mengakibatkan cacat permanen. Pengkajian tentang etika
pengambilan keputusan dalam olahraga dapat memfasilitasi kita untuk menghentikan
orangorang yang memutuskan pemain untuk melakukan tindakan tersebut. Hal ini dapat
memungkinkan kita untuk mengantisipasi situasi seperti itu yang bertentangan dengan
semangat olahraga dan aturan sosial yang lebih luas Ungkapan yang berbunyi fair play is the
very essence of sport (Ditjora, 1972:6) dapat dimaknai bahwa fair play adalah jiwa olahraga.
Ungkapan tersebut mengandung makna bahwa dalam suatu pertandingan, suatu kompetisi
olahraga, jika tidak disertai semangat fair play, sebenarnya kegiatan itu tidak dapat disebut
sebagai olahraga. Hal itu disebabkan sesuatu yang tanpa jiwa berarti sudah mati. Dalam dunia
olahraga, pembentukan karakter manusia yang memiliki sikap sportif sangat diutamakan.
Sportif disebut juga sebagai nilai kejujuran, suatu sikap yang tinggi nilainya dan hanya
dimiliki oleh orang yang baik kepribadiannya serta bersih hatinya. Menurut Muhadjir
(1999:88), pendidikan tidak semestinya hanya memberikan pengetahuan kognitif saja, namun
ia harus menjangkau sifat ihsan (baik) dan menjangkau dimilikinya akhlaqul karimah.
Manusia terikat secara aktif dalam menciptakan dunianya sehingga ia mengerti akan
pemisahan antara riwayat hidup dan masyarakat yang merupakan sesuatu yang esensial.
Manusia tidak dapat bertindak hanya atas dasar respons saja yang telah ditentukan terlebih
dahulu untuk mendefinisikan objek, tetapi lebih sebagai penafsiran. Penafsiran bukanlah
tindakan bebas dan bukan pula ditentukan oleh kekuatan manusia atau bukan. Orang
menafsirkan sesuatu senantiasa membutuhkan orang lain, seperti orang-orang masa lalu,
keluarga, dan pribadi-pribadi yang ditemuinya dalam latar belakang mereka dalam
menciptakan kebudayaan. Kaelan (2005: 31-32) mengatakan bahwa melalui suatu interaksi,
orang mampu membentuk suatu pengertian tentang nilai serta makna yang diungkapkan
dalam suatu kehidupan. Bila dihubungkan dengan sikap pelaku terhadap keberadaan bangsa
xiv
dan negara, kegiatan olahraga dapat memberikan sumbangan yang cukup besar dan positif.
Menurut Douglas Mac Arthur (Coakley, 1978:94), olahraga merupakan pembuat karakter
yang penting. Olahraga membentuk kaum muda di Amerika sebagai penjaga negara. Oleh
karena itu, sebaiknya orang tua mengajak anak-anaknya untuk berolahraga. Di dalam
berolahraga tiap-tiap pelaku akan saling berinteraksi dengan pelaku lainnya, dengan aturan-
aturan yang disepakati, dan dengan etika-etika yang diberlakukan yang kesemuanya saling
mengikat. Tujuan akhir olahraga terletak dalam peranannya sebagai wadah unik
penyempurnaan watak, wahana untuk memiliki dan membentuk kepribadian yang kuat,
watak yang baik dan sifat yang mulia. Hanya orang-orang yang memiliki kebajikan moral
seperti inilah yang akan menjadi warga masyarakat yang berguna (Lubis,
http://www.koni.or,id/files/documents/journal/4.%). Dalam dunia olahraga, untuk mencapai
prestasi secara optimal perlu dikembangkan budaya sinergis berbagai unsur yang berkarakter,
antara lain sinergi dari lembaga pendidikan (perguruan tinggi), lembaga pemerintahan, dan
stakeholder. Pencapaian prestasi merupakan salah satu perwujudan dari pilar olahraga
prestasi. Tripilar olahraga sebagai penyangga pencapaian prestasi, kebugaran dan pendidikan
anak bangsa yang berkarakter terdiri dari pengembangan olahraga prestasi, olahraga rekreasi,
dan olahraga pendidikan. Sebagai sebuah fenomena sosial dan kultural, olahraga tidak bisa
melepaskan diri dari ikatan moral kemodernan yang kompleks. Penerimaan eksistensinya
secara sosiologis dijamin oleh kemampunnya menyesuaikan diri dengan pasar dan atau
masyarakat. Atau sebaliknya, masyarakat yang akan menjadikannya sebagai sasaran
ekstensifikasinya. Langkah strategis untuk penanaman, pengembangan, dan pembentukan
karakter adalah dengan menjadikan prestasi “OLAHRAGA SEBAGAI ICON NATION
AND CHARACTER BUILDING”. Hal ini seiring dengan perkembangan dunia yang
semakin kompleks dan penuh akulturasi.
D. Nilai Ekonomi Dalam Olahraga
Nilai ekonomi dalam olahraga adalah seberapa banyak olahraga tersebut disukai
banyak orang dan memiliki nilai hiburan tinggi sehingga menghasilkan uang. Nilai ekonomi
olahraga mengikuti perkembangan masyarakat perbudakan dan semakin meningkat pada
zaman feodalisme hingga kini kapitalisme. Pada zaman kapitalisme ini, sia zaman
perbudakan masih bisa kita lihat seperti gulat dan tinju. Selain nilai hiburan, olahraga pada
zaman feodalisme adalah juga tontonan dari kelas yang berlawanan.
xv
Berdasarkan pengamatan terhadap perkembangan olahraga sejak zaman romawi,
memiliki tujuh karakteristik yang dominan.
1. Olahraga tidak lagi dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat relegius atau
kagamaan.
2. Olahraga bisa merupakan perwujudan pemerataan sosial di masyarakat. Sebab,
tidak ada lagi batasan-batasan yang bisa menghambat partisipasi anggota masyarakat.
Di era modern ini, spesialisasi merupakan satu kunci keberhasilan. Jadi, kalau ingin
berkarier di olahrag, seorang atlet harus memilih satu cabang yang menjadi fokus pilihannya,
bagi Guttman, itu merupakan karakteristik yang ketiga.
4. Terjadinya rasionalisasi. Dengan makin kompleksnya dunia olahraga. Dibutuhkan
seperangkat aturan agar organisasi dan pertandingan berjalan baik.
5. Berkaitan dengan birokratisasi.
Organisasi olahraga tidak lagi berdiri sendiri, melainkan berkaitan satu sama lain,
dari tingkat perkumpulan sampai tingkat dunia. Dengan makin majunya teknologi informasi,
setiap cabang olahraga modern mencoba melakukan kuantifikasi terhadap jalanya
pertandingan. Itu merupakan karakteristik keenam, dan menjadi daya tarik unik olahraga
yang membedakannya dari peristiwa kesenian atau budaya lainnya.
7. menyangkut pemecahan rekor. Menjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih tingi, dan
lebih baik sangat didambakan seorang atlet.
Penelitian Guttman itu memberikan gambaran bahwa olahraga memang bukan
semata aktivitas fisik. Olahraga memberikan arti lebih besar bagi individu dan masyarakat.
Menariknya lagi, olahraga tidak akan pernah lepas dari perkembangan politik, ekonomi, dan
sosial. Olahraga dijadikan bagian taktik perusahaan meraup pangsa pasar dunia. Hal itu juga
membaa atlet memandang olahraga sebagai ajang yang bisa memberikan kesejahteraan hidup
lebih baik.
xvi
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dimensi aksiologi olahraga sesuai dengan dasar filosofinya berdayaguna dan
multiguna untuk menumbuhkembangkan karaker yang mulia. Olahraga juga mempengaruhi
pembinaan dan pembentukkan kepribadian, termasuk perubahan perilaku. Oleh karena itu,
olahraga selalu melibatkan dimensi sosial, di samping kriteria yang bersifat fisikal yang
menekankan keterampilan dan ketangkasan. Aktivitas olahraga merupakan dasar atau alat
pendidikan dalam membentuk manusia seutuhnya, dalam pengembangan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotor yang membentuk kemampuan manusia yang berwatak dan
bermoral. Nilai-nilai yang terkandung dalam aktivitas olahraga antara lain respek, peduli,
kejujuran, sportivitas, disiplin, tanggung jawab, fair, dan beradap. Nilai-nilai yang terungkap
dalam olahraga, selanjutnya akan menggambarkan karakter seseorang dalam kehidupan
bermasyarakat. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga,
serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang.
xvii
DAFTAR PUSTAKA
http://herawantodikromo.blogspot.co.id/
https://lppmp.uny.ac.id/sites/lppmp.uny.ac.id/files/03%20Sumaryanto.pdf.
Anton, B. Achmad. 1990. Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Athanailidis, Proios M. dan Arvanitidou, V. 2009. ”Ethical Climate in Sport Teams”. Sport
Management International Journal. Vol. 5, No.1.

More Related Content

What's hot

Tugas power point makalah b.indo
Tugas power point makalah b.indoTugas power point makalah b.indo
Tugas power point makalah b.indo
Fuad Nasir
 
Tanggung jawab sosial dari organisasi
Tanggung jawab sosial dari organisasiTanggung jawab sosial dari organisasi
Tanggung jawab sosial dari organisasi
Kamal Kamal
 
Matematika-Persamaan dan pertidaksamaan
Matematika-Persamaan dan pertidaksamaanMatematika-Persamaan dan pertidaksamaan
Matematika-Persamaan dan pertidaksamaan
Kardilah Azijehmail
 
Makalah komunikasi dalam organisasi (
Makalah komunikasi dalam organisasi (Makalah komunikasi dalam organisasi (
Makalah komunikasi dalam organisasi (
Ikvheynha Awlya
 
Makalah individu
Makalah individuMakalah individu
Makalah individu
taufiq99
 
Makalah kepemimpinan leadership Pdf
Makalah kepemimpinan leadership PdfMakalah kepemimpinan leadership Pdf
Makalah kepemimpinan leadership Pdf
ifulmoch
 

What's hot (20)

Tugas power point makalah b.indo
Tugas power point makalah b.indoTugas power point makalah b.indo
Tugas power point makalah b.indo
 
Tanggung jawab sosial dari organisasi
Tanggung jawab sosial dari organisasiTanggung jawab sosial dari organisasi
Tanggung jawab sosial dari organisasi
 
Perubahan dan pengembangan organisasi
Perubahan dan pengembangan organisasiPerubahan dan pengembangan organisasi
Perubahan dan pengembangan organisasi
 
Tugas makalah wawasan nusantara
Tugas makalah wawasan nusantaraTugas makalah wawasan nusantara
Tugas makalah wawasan nusantara
 
Modul logika matematika
Modul logika matematikaModul logika matematika
Modul logika matematika
 
Teori manajemen klasik
Teori manajemen klasikTeori manajemen klasik
Teori manajemen klasik
 
Matematika-Persamaan dan pertidaksamaan
Matematika-Persamaan dan pertidaksamaanMatematika-Persamaan dan pertidaksamaan
Matematika-Persamaan dan pertidaksamaan
 
Kata pengantar, abstrak dan daftar isi
Kata pengantar, abstrak dan daftar isiKata pengantar, abstrak dan daftar isi
Kata pengantar, abstrak dan daftar isi
 
Makalah komunikasi dalam organisasi (
Makalah komunikasi dalam organisasi (Makalah komunikasi dalam organisasi (
Makalah komunikasi dalam organisasi (
 
Makalah individu
Makalah individuMakalah individu
Makalah individu
 
Bab ii kajian pustaka
Bab ii kajian pustakaBab ii kajian pustaka
Bab ii kajian pustaka
 
Matematika-Himpunan
Matematika-HimpunanMatematika-Himpunan
Matematika-Himpunan
 
Proposisi Logika Matematika
Proposisi Logika MatematikaProposisi Logika Matematika
Proposisi Logika Matematika
 
Frank B. Gilberth, Lillian M. Gilberth dan Perkembangan Ilmu Manajemen
Frank B. Gilberth, Lillian M. Gilberth dan Perkembangan Ilmu ManajemenFrank B. Gilberth, Lillian M. Gilberth dan Perkembangan Ilmu Manajemen
Frank B. Gilberth, Lillian M. Gilberth dan Perkembangan Ilmu Manajemen
 
Behavioral Management
Behavioral Management Behavioral Management
Behavioral Management
 
Makalah kepemimpinan leadership Pdf
Makalah kepemimpinan leadership PdfMakalah kepemimpinan leadership Pdf
Makalah kepemimpinan leadership Pdf
 
Hak Pekerja - Etika Bisnis
Hak Pekerja - Etika BisnisHak Pekerja - Etika Bisnis
Hak Pekerja - Etika Bisnis
 
Cover essai
Cover essaiCover essai
Cover essai
 
Pemikiran pancasila menurut tokoh notonagoro pend.pancasila naufal habib ikor...
Pemikiran pancasila menurut tokoh notonagoro pend.pancasila naufal habib ikor...Pemikiran pancasila menurut tokoh notonagoro pend.pancasila naufal habib ikor...
Pemikiran pancasila menurut tokoh notonagoro pend.pancasila naufal habib ikor...
 
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-EDMAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
MAKALAH Tugas kelompok 1 PASCASARJANA SABURAI ANGKATAN 15-ED
 

Similar to Kata pengantar filsafat

ppt kelompok 5 [dasar-dasar penjas] (3).pptx
ppt kelompok 5 [dasar-dasar penjas] (3).pptxppt kelompok 5 [dasar-dasar penjas] (3).pptx
ppt kelompok 5 [dasar-dasar penjas] (3).pptx
NazreyArham
 
Kajian psikologi dalam bidang olahraga
Kajian psikologi dalam bidang olahragaKajian psikologi dalam bidang olahraga
Kajian psikologi dalam bidang olahraga
Nailiamani Aman
 
FILSAFAT FILSAFAT ILMU dan FILSAFAT OLAHRAGA kelompok 5.pptx
FILSAFAT FILSAFAT ILMU dan FILSAFAT OLAHRAGA kelompok 5.pptxFILSAFAT FILSAFAT ILMU dan FILSAFAT OLAHRAGA kelompok 5.pptx
FILSAFAT FILSAFAT ILMU dan FILSAFAT OLAHRAGA kelompok 5.pptx
tegarn-3
 

Similar to Kata pengantar filsafat (20)

Makalah (filsafat olga)
Makalah (filsafat olga)Makalah (filsafat olga)
Makalah (filsafat olga)
 
MAKALAH REVIEW JURNAL INTERNASIONAL
MAKALAH REVIEW JURNAL INTERNASIONAL MAKALAH REVIEW JURNAL INTERNASIONAL
MAKALAH REVIEW JURNAL INTERNASIONAL
 
ppt kelompok 5 [dasar-dasar penjas] (3).pptx
ppt kelompok 5 [dasar-dasar penjas] (3).pptxppt kelompok 5 [dasar-dasar penjas] (3).pptx
ppt kelompok 5 [dasar-dasar penjas] (3).pptx
 
Ppt filsafat
Ppt filsafatPpt filsafat
Ppt filsafat
 
Review jurnal 3
Review jurnal 3Review jurnal 3
Review jurnal 3
 
Nahriyah salsabilah 2020 b_075_makalah reviuw 3
Nahriyah salsabilah 2020 b_075_makalah reviuw 3Nahriyah salsabilah 2020 b_075_makalah reviuw 3
Nahriyah salsabilah 2020 b_075_makalah reviuw 3
 
Review Jurnal olahraga 4 studi onvalue kegiatan olahraga rekreasi masyarakat ...
Review Jurnal olahraga 4 studi onvalue kegiatan olahraga rekreasi masyarakat ...Review Jurnal olahraga 4 studi onvalue kegiatan olahraga rekreasi masyarakat ...
Review Jurnal olahraga 4 studi onvalue kegiatan olahraga rekreasi masyarakat ...
 
Kajian psikologi dalam bidang olahraga
Kajian psikologi dalam bidang olahragaKajian psikologi dalam bidang olahraga
Kajian psikologi dalam bidang olahraga
 
FILSAFAT PENDIDIKAN OLAHRAGA : ISU UTAMA DAN METODOLOGI OLEH IMANUELE ISIDORI
FILSAFAT PENDIDIKAN OLAHRAGA : ISU UTAMA DAN METODOLOGI OLEH IMANUELE ISIDORIFILSAFAT PENDIDIKAN OLAHRAGA : ISU UTAMA DAN METODOLOGI OLEH IMANUELE ISIDORI
FILSAFAT PENDIDIKAN OLAHRAGA : ISU UTAMA DAN METODOLOGI OLEH IMANUELE ISIDORI
 
Makalah Filsafat Olahraga M Rifqi Agytya Wibowo.docx
Makalah Filsafat Olahraga M Rifqi Agytya Wibowo.docxMakalah Filsafat Olahraga M Rifqi Agytya Wibowo.docx
Makalah Filsafat Olahraga M Rifqi Agytya Wibowo.docx
 
Filosofis olahraga
Filosofis olahragaFilosofis olahraga
Filosofis olahraga
 
Review jurnal
Review jurnalReview jurnal
Review jurnal
 
Fajar Aulia Rahmawati "Review 5 Jurnal SPORT PHILOSOPHY"
Fajar Aulia Rahmawati "Review 5 Jurnal SPORT PHILOSOPHY"Fajar Aulia Rahmawati "Review 5 Jurnal SPORT PHILOSOPHY"
Fajar Aulia Rahmawati "Review 5 Jurnal SPORT PHILOSOPHY"
 
Arif utomo 049 2020_b_riview jurnal 5
Arif utomo 049 2020_b_riview jurnal 5Arif utomo 049 2020_b_riview jurnal 5
Arif utomo 049 2020_b_riview jurnal 5
 
FIILSAFAT.pptx
FIILSAFAT.pptxFIILSAFAT.pptx
FIILSAFAT.pptx
 
Pendidikan paradigma dan filsafat pembinaan sepak bola perspektif teoritis da...
Pendidikan paradigma dan filsafat pembinaan sepak bola perspektif teoritis da...Pendidikan paradigma dan filsafat pembinaan sepak bola perspektif teoritis da...
Pendidikan paradigma dan filsafat pembinaan sepak bola perspektif teoritis da...
 
MAKALAH REVIEW JURNAL INTERNASIONAL
MAKALAH REVIEW JURNAL INTERNASIONAL MAKALAH REVIEW JURNAL INTERNASIONAL
MAKALAH REVIEW JURNAL INTERNASIONAL
 
Estetika olahraga
Estetika olahragaEstetika olahraga
Estetika olahraga
 
Riview Jurnal Psikologi Olahraga dan Filsafat
Riview Jurnal  Psikologi Olahraga dan FilsafatRiview Jurnal  Psikologi Olahraga dan Filsafat
Riview Jurnal Psikologi Olahraga dan Filsafat
 
FILSAFAT FILSAFAT ILMU dan FILSAFAT OLAHRAGA kelompok 5.pptx
FILSAFAT FILSAFAT ILMU dan FILSAFAT OLAHRAGA kelompok 5.pptxFILSAFAT FILSAFAT ILMU dan FILSAFAT OLAHRAGA kelompok 5.pptx
FILSAFAT FILSAFAT ILMU dan FILSAFAT OLAHRAGA kelompok 5.pptx
 

More from Hasbi Asshiddiqi

More from Hasbi Asshiddiqi (7)

Ppt masa depan pancasila
Ppt masa depan pancasilaPpt masa depan pancasila
Ppt masa depan pancasila
 
makalah pancasila
makalah pancasilamakalah pancasila
makalah pancasila
 
Kata pengantar filsafat
Kata pengantar filsafatKata pengantar filsafat
Kata pengantar filsafat
 
Ppt hasbi pkn
Ppt hasbi pknPpt hasbi pkn
Ppt hasbi pkn
 
Ppt hasbi filsafat olahraga
Ppt hasbi filsafat olahragaPpt hasbi filsafat olahraga
Ppt hasbi filsafat olahraga
 
Makalah pkn hasbi
Makalah pkn hasbiMakalah pkn hasbi
Makalah pkn hasbi
 
Makalah filsafat hasbi
Makalah filsafat hasbiMakalah filsafat hasbi
Makalah filsafat hasbi
 

Recently uploaded

1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
FitriaSarmida1
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 

Recently uploaded (20)

1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMMPenyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
Penyebaran Pemahaman Merdeka Belajar Aksi Nyata PMM
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 

Kata pengantar filsafat

  • 1. 1 MAKALAH ILMU FILSAFAT OLAHRAGA AKSIOLOGI OLAHRAGA (Nilai Dan Kermanfaatan) Dosen pengampu: Dr. Made Pramono, M. Hum. Disusun Oleh : MOHAMMAD RICKY ANDI PRADANA 16060484114 IKOR B-2016 Universitas Negeri Surabaya Fakultas Ilmu Keolahragaan Ilmu Keolahragaan 2016
  • 2. 2 Daftar Isi JUDUL………………………………………………………………………………1 KATA PENGANTAR………………………………………………………………3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……………………………………………………………..4 B. Rumusan Masalah………………………………………………………….5 C. Tujuan Masalah…………………………………………………………….5 BAB II PEBAHASAN A. Pengertian Aksiologi…………………………………………………………6 B. Hakikat Olahraga Dan Karakter……………………………………………7 C. Nilai-nilai Esensial……………………………………………………………10 D. Nilai Ekonomi Dalam Olahraga…………………………………………….14 BAB III PENUTUP Kesimpulan…………………………………………………………………………….17 Daftar Pustaka
  • 3. 3 KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada allah SWT, sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga saya mengucapkan terima kasih kepada penemu internet sehingga dengan mudah saya bisa menyusun makalah ini. Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin banayak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini
  • 4. iv BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi ini, bangsa Indonesia menghadapi tantangan yang cukup berat, terutama dalam menghadapi era persaingan di segala bidang yang sangat ketat. Indonesia dulu dikenal sebagai bangsa yang santun, toleran dan bersahabat. Kini, sebagian masyarakat Indonesia seolah berubah menjadi bangsa yang suka marah, suka melakukan kekerasan, srta tidak taat pada norma keilmuan. Berbagai peristiwa kahidupan telah memberi bukti kepada kita tentang hal tersebut, baik dalam skala mikro, seperti kekerasan didalam rumah tanggan maunpun bersifat makro seperti penyerangan terhadap aliran keagamaan,tawuran antar pelajara, kekerasan mahasiswa, dan kerusuhan antar suporter sepak bola. Untuk menghadapi tantangan tersebut, bangsa Indonesia perlu mempersiapkan masyarakat yang beretos kerja tinggi dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemuliaan. Dalam hal ini, perlu ada pemahaman mengenai dimensi aksiologis olahraga. Aksiologis disebut sebagai teori nilai karena merupakan cabang filsafat yang berusaha untuk menjawab pertanyaan: apa yang terkait dengan nilai? Ogunji (2009:39) mengungkapkan bahwa nilai merujuk terutama kepada hal yang kita hargai, inginkan atau kita butuhkan. Nilai pada umumnya terpasang pada dua dasar utama, yaitu karena keuntungan materi, berdasarkan nilai intrinsik, atau kegunaan dari hal tersebut. Sejalan dengan pemikiran Ogunji, Brennen (1999:1) menyatakan bahwa aksiologi berkaitan dengan pertanyaan yang terkait dengan sifat pertimbangan nilai yang merupakan etika dan estetika dalam karakter. Dimensi aksiologis olahraga sesuai dengan dasar filosofinya berdayaguna dan multiguna. untuk menumbuh kembangkan karaker yang mulia. Oleh karena itu, olahraga merupakan wahana yang efektif dan strategis dalam menciptakan masyarakat yang berkepribadian luhur dan madani. Partisipasi yang tinggi dalam olahraga dikarenakan olahraga dapat memberikan peningkatan kesempatan yang ideal untuk menyalurkan tenaga yang baik dalam lingkungan persaudaraan dan persahabatan untuk persatuan yang sehat dan suasana yang akrab, gembira, menuju kehidupan serasi, selaras, dan seimbang untuk mencapai kebahagiaan hidup yang sejati (Kosasih, 1983:1). Filososfi ”ilmu padi” dalam dunia olahraga perlu sekali, yaitu semakin tinggi ilmu yang dimiliki oleh pelaku olahraga, akan semakin merunduk. Hal ini bisa dilihat dengan semboyan yang selalu mengembangkan rasa mulad sariro hangroso wani, ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso dan tut
  • 5. v wuri handayani, yang berarti bahwa olahragawan selalu berani berintropeksi atas dirinya, dan selalu memberi suri tauladan saat memimpin, selalu memberi semangat saat berada di tengah, dan memberikan dorongan. Dunia olahraga selalu sarat dengan makna filosofis. Dalam filsafat ilmu, tidak dapat dipungkiri bahwa berfilsafat merupakan manifestasi kegiatan intelektual yang telah meletakkan dasar-dasar paradigmatik bagi tradisi dalam kehidupan masyarakat ilmiah (Wibisono, 2001:3). Snyder & Spalitzer (1983: 45) menyatakan bahwa adanya nilainilai positif dalam olahraga karena olahraga merupakan mikrokosmos yang menentukan pokok-pokok dan mencer minkan nilai-nilai sosial. Nilai-nilai yang terungkap dalam olahraga menggambarkan fungsi aksiologis olahraga dalam masyarakat. Nilai-nilai sosial itu pada akhirnya akan kembali dan yang menikmati adalah masyarakat pelakunya sendiri. Dalam perspektif pendidikan, saat ini Kemendiknas sedang menggiatkan pentingnya pendidikan karakter bagi siswa dan mahasiswa. Sesuai dengan dasar filosofinya, olahraga berdaya guna dan bermultiguna untuk menumbuhkembangkan karaker yang mulia. Olahraga juga memengaruhi pembinaan dan pembentukkan kepribadian, termasuk perubahan perilaku karena olahraga selalu melibatkan dimensi sosial, di samping kriteria yang bersifat fisikal yang menekankan keterampilan, ketangkasan, dan unjuk “kebolehan”. B. Rumusan Masalah A. Pengertian aksiologi olahraga B. Hakikat olahraga dan karakter C. Nilai esensial olahraga D. Nilai ekononi dalam olahraga C. Tujuan Masalah a. Mengetahui pengertian aksiologi b. Mengetahui hakikat olahraga dan karakter c. Mengetahui nilai esensial olahraga d. Mengetahui nilai ekonomi dalam olahraga
  • 6. vi BAB II PEBAHASAN A. Pengertian Aksiologi Aksiologi membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari pengetahuan yang didapatkannya. Aksiologi ilmu terdiri dari nilai-nilai yanh bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan seperti yang dijumpai dalam kehidupan, yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik ataupun fisik material (Koento, 2003: 13). Definisi Kattsoff (2004: 319), aksiologi sebagai ilmu pngetahuan yang menyelidiki hakekat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Scheleer dan Langeveld (Wiramihardja, 2006: 155-157) Scheleer mengontraskan aksiologi dengan praxeology, yaitu suatu teori dasar tentang tindakan tetapi lebih sering dikontraskan dengan deontology, yaitu suatu teori mengenai tindakan. Aksiologi menjawab, untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral? Baru sebagian warga Indonesia yang menyadari olahraga sebagai sebuah kebutuhan. Kesadaran ini belum merata di semua lapisan masyarakat. Penyebabnya bukan ketidaktahuan akan manfaat olahraga namun lebih karena kebiasaan dan gaya hidup serta perbedaan gaya pandang tentang olahraga. Pergeseran orientasi terhadap jenis dan nilai olahraga terjadi akibat perubahan dalam gaya hidup. Pertama, gaya hidup yang berorientasi mengejar kesenangan dan kenyamanan fisik berpengaruh nyata terhadap perubahan kultur gerak. Banyak karyawan atau pekerja kantoran menghindari naik turun tangga. Mereka lebih suka menggunakan lift. Pada masa usia dini, “kenyamanan” pun secara tidak sadar ditanamkan. Alih-alih harus berjalan kaki, anak-anak berangkat ke sekolah dengan menggunakan kendaraan antar jemput. Kedua, pergeseran gaya hidup pun memengaruhi masyarakat dalam memandang olahraga. Berolahraga kini tidak selalu dikaitkan dengan kompetensi dan prestasi, tetapi juga
  • 7. vii karena tujuan lain, terutama sebagai gaya hidup. Itulah sebabnya, klub-klub senam kebugaran, pengobatan, dan kemolekan tubuh marak dimana-mana dan lebih populer dibandingkan senam ritmik dan cabang prestatif lainnya. Ketiga, pilihn jenis dan tujuan olahraga pun bergeser. Orientasi olahraga yang langsung atau tidak langsung bersifat ekonomis tumbuh semakin tajam. Orientasi ekonomi langsung, terlihat pada ”perkawinan” antara olahraga dengan ekonomi. Olahraga pun kini memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengaruh olahraga terhadap ekonomi juga bisa bersifat tidak langsung. Olahraga telah mengurangi beban pengeluaran masyarakat dalam aspek kesehatan. Derajat kebugaran jasmani dan kesehatan yang baik akan menurunkan biaya perawatan kesehatan, dan malah meningkatkan produktivitas kerja. Meski tidak langsung, daya ungkit olah raga bagi pencapaian akselarasi peningkatan kesejahteraan masyarakat guna mendukung diyakini akan signifisikan. Demikian pila dengan peningkatan implementasi pembangunan berkelanjutan dan peningkatan kualitas kehidupan sosial yang berlandaskan agama dan budaya daerah membutuhkan dukungan masyarakat yang sehat secara fisik dan mental. Pemajuan aspek-aspek diatas membutuhkan keterlibatan semua pihak. Tidak hanya keterlibatan jajaran pemerintahan daerah, tetapi juga keterlibatan dan prakarsa para pengusaha, tokoh masyarakat, dan elemen lain. B. Hakikat Olahraga Dan Karakter Ditinjau dari bahasa Jawa Kuno, olahraga tersusun dari dua kata, yaitu ulah dan raga; ulah berarti perbuatan, laku, atau kegiatan, sedang raga berarti anyaman, rangka, atau wadah (Juynboll, 1923). Sampai sekarang, olahraga mempunyai pengertian sebagai nama benda. Kemudian, kata olahraga sebagai alih bahasa istilah sport. Berkaitan dengan istilah sport, Rijsdorp (1971:44) mengatakan bahwa sport mempunyai watak permainan, namun sport tidak sama dengan permainan. Permainan mempunyai makna yang lebih luas daripada sport. Sport dapat dipandang sebagai bentuk permainan yang mempunyai jenis tersendiri. Olahraga adalah bagian utama dari kehidupan masyarakat dan budaya. Peserta olahraga berasal dari berbagai usia, dari yang muda hingga ke yang tua, dan dari tingkat permainan yang hanya untuk bersenang-senang dan rekreasi hingga tingkat profesional. Pusat-pusat sekolah, klub, bisnis, dan pusat-pusat masyarakat menawarkan kesempatan olahraga dan rekreasi untuk berbagai kelompok usia. Ini merupakan suatu perkecualian jika
  • 8. viii anak-anak tidak berpartisipasi dalam rekreasi atau olahraga yang terorganisir. Di kampus perguruan tinggi dan universitas di seluruh negeri para siswa berpartisipasi dalam olahraga di dalam gedung-gedung, klub, dan olahraga tingkat antarperguruan tinggi (Joseph. 2006:1). Dilihat dari perspektif eksternal, banyak makna sosial dan budaya dari aktivitas berolahraga. Dalam lautan masyarakat yang penuh badai, olahraga bukanlah sebuah pulau atau mainan yang arahnya ditentukan sepenuhnya oleh gelombang. Olahraga ditandai oleh suatu otonomi tertentu atau terkait dengan jaringan nilai-nilai, norma, dan kepentingan institusional yang lebih luas olahraga ditandai oleh apa yang dapat disebut “karakter ganda”. Dengan karakter ganda olahraga dipandang sebagai apa yang disebut perpaduan yang baik. Menurut Plato, konsep ini mengacu pada barang yang dinilai baik untuk kepentingan dan untuk konsekuensi masyarakat. Istilah karakter ganda pada olahraga dipakai untuk memahami olahraga secara keseluruhan di mana fitur internal dan konsekuensi langsung yang dihasilkan ini dimasukkan (McNamee & Parry: 1998:38). - Karakter adalah nilai-nlai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olahpikir, olahhati, olahraga, serta olahrasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan (Kebijakan Nasional, 2010:7) Karakter atau watak merupakan perpaduan dari segala tabiat manusia yang bersifat tetap sehingga menjadi “tanda” yang khusus untuk membedakan orang yang satu dengan lain. Karakter dalam bahasa Yunani berasal dari kata “charasein” yang artinya mengukir corak yang tetap dan tidak terhapuskan. Karakter mengartikan watak dalam arti psikologis dan etis. Berwatak menunjukkan sikap memiliki pendirian yang teguh, baik, terpuji, dan dapat dipercaya. Berwatak berarti memiliki prinsip dalam arti moral. Dalam dunia olahraga, banyak pelatih yang sukses telah dipersonifikasikan dan mengajarkan kebajikan karakter dalam olahraga. Pelatih bola basket legendaris di UCLA, John Wooden membahas pentingnya karakter dan karakter apa yang dilakukan bagi seorang individu dengan menyatakan bahwa kemampuan mungkin membawamu ke puncak, tetapi karakter dibutuhkan agar kita di puncak sana. Dia juga berkata, "Lebih pedulilah dengan karaktermu daripada reputasimu
  • 9. ix karena reputasi adalah apa yang orang mungkin berpikir tentangmu, sedangkan karakter adalah siapa kamu sebenarnya". Karakter seseorang tercermin dalam bagaimana dia bereaksi terhadap situasi-situasi yang sulit. Dean Smith, John Thompson, dan Joe Paterno adalah para pelatih sukses lainnya di tingkat perguruan tinggi yang selalu menekankan pembangunan karakter dalam program-program mereka (Joseph. 2006:3). Manusia dibangun oleh domain- domain, yaitu kognitif, motorik, afektif, dan emosional. Dalam menampilkan suatu perilaku atau tindakan, domain tersebut saling berinteraksi dan saling berpengaruh antara satu dan yang lain. Agar manusia tumbuh dan berkembang secara wajar, beberapa domain tersebut harus mendapatkan rangsangan dan perlakuan yang seimbang. Oleh karena itu, manusia dalam menampilkan gerak, khususnya dalam berolahraga, harus dipandang sebagai suatu totalitas sistem, yaitu manusia sebagai sistem bio-psiko-sosio-kultural (Mutohir, 2002: 1). Simanjuntak (1980:15) mengatakan bahwa olahraga dapat membantu proses pembentukan karakteristik masyarakat. Lebih lanjut, ia mengutip pendapat Hovard Nixon bahwa menurut hasil studi yang dilakukan di Amerika, 90% masyarakat Amerika setuju bahwa olahraga membina karakteristik masyarakat menjadi lebih baik dan meningkatkan kualitas hidup manusia. Olahraga membangun karakter dan di pihak lain karakter dapat diajarkan dan dipelajari dalam setting olahraga. Sebuah pengalaman olahraga dapat membangun karakter, tetapi hal itu hanya berlangsung jika lingkungannya terstruktur dan tujuan dinyatakan dan direncanakan secara jelas untuk mengembangkan karakter. Lingkungan semacam ini harus mencakup semua individu (pelatih, pemerintah, orang tua, peserta, dan lain-lain) yang berkepentingan dalam setting olahraga tersebut. Coakley (2001) telah merekomendasikan setting olahraga di mana para peserta diberi imbalan lebih untuk bagaimana mereka bermain, berlaku sportif, dan bukan hanya untuk menang dan kalah. Karakter positif (seperti tanggung jawab pribadi dan sosial) dapat dan harus diajarkan dan dipelajari dalam setting olahraga. Program olahraga di semua tingkat dapat secara khusus dirancang untuk mengembangkan gaya hidup dengan karakter yang aktif dan positif. Tujuan dalam setting ini adalah bahwa perilaku yang tepat, bertanggung jawab, dan nilai-nilai yang dikembangkan dalam olahraga dan kelas pendidikan jasmani juga akan digunakan di luar sekolah, di rumah, dan di masyarakat (Joseph. 2006:6).
  • 10. x C. Nilai-Nilai Esensial Nilai-nilai yang terkandung dalam aktivitas olahraga telah menjadi keyakinan umum bahwa aktivitas olahraga sarat dengan nilai-nilai pendidikan, seperti kejujuran, sportivitas, disiplin, dan tanggung jawab. Bahkan, ada ungkapan yang sudah menjadi keyakinan sejarah dari waktu ke waktu: Sport build character. United Nations melalui Task force on Sport for Development and Peace menyatakan bahwa olahraga merupakan instrumen yang efektif untuk mendidik kaum muda, terutama dalam hal nilai-nilai. United Nations melalui InterAgency Task Force on Sport Development and Peace (United Nations, 2003, via Maksum, 2008:1150) mengidentifikasi sejumlah nilai yang ada dan dapat dipelajari melalui aktivitas olahraga sebagai berikut. Cooperation, Communication, Respect for the rules, Problem-solving, Understanding, Connection with others, Leadership, Respect for others, Value of effort, How to win, How to lose, How to manage competition, Fair play, Sharing, Self-esteem, Trust, Honesty, Self-respect, Tolerance, Resilience, Teamwork, Discipline, Confidence. Aktivitas olahraga mengandung nilai-nilai yang sangat esensial bagi kehidupan dan kemanusiaan. Ketika bermain sepakbola, misalnya, selain mereka belajar keterampilan seperti menendang dan menggiring bola, mereka juga belajar bekerjasama, kepercayaan, dan respek kepada orang lain. Sulit rasanya menciptakan goal ke gawang lawan tanpa adanya kerjasama yang optimal di antara pemain. Seorang pemain tidak akan memberikan bola kepada teman sesama tim andai saja ia tidak percaya kepada yang bersangkutan. Demikian juga melalui sepakbola dapat belajar menghormati dan menghargai lawan, misalnya ketika lawan mengalami cedera atau bahkan memenangkan suatu pertandingan. Nilai-nilai tersebut begitu menonjol dalam olahraga, sayangnya dalam tataran praktis masih jauh dari apa yang diharapkan. Tidak banyak insan olahraga yang mau dan mampu menerapkan hal itu. Menurut Maksum (2008:1151), kepentingan sesaat seperti kemenangan dan gengsi tidak jarang dinilai lebih tinggi dibanding penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan (celebration of humanity). Olahraga tidak hanya merupakan kebutuhan manusia, tetapi juga merupakan kebutuhan media untuk mencapai tujuan. Manusia bergerak bukan hanya disebabkan oleh adanya dorongan dari faktor biologis, melainkan juga oleh faktor kejiwaan. Hal itu berarti ketika seseorang melakukan aktivitas gerak dalam berolahraga, ia mengalami peristiwa fisik dan psikis. Manusia agar mempunyai karakter yang baik dan mulia harus didasari oleh eksistensi ilmu pengetahuan. Dewasa ini, pengetahuan yang satu tercerai dari pengetahuan yang lainnya. Ilmu tercerai dari moral, moral tercerai dari seni, seni tercerai dari ilmu, dan seterusnya. Inilah sebenarnya sumber
  • 11. xi ketidakbahagiaan manusia modern dewasa ini, sebab pengetahuan yang tidak utuh akan membentuk manusia yang tidak utuh pula. Menurut Achmad (1990: 34), kerangka filsafat akan memungkinkan kita membentuk wawasan mengenai keterkaitan berbagai pengetahuan. Olah pikir berarti membangun manusia agar memiliki kemandirian serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Olahpikir berorientasi pada pembangunan manusia yang cerdas, kreatif dan inovatif. Olahrasa bertujuan menghasilkan manusia yang apresiatif, sensitif, serta mampu mengekspresikan keindahan dan kehalusan. Ini sangat penting karena tidak akan ada rasa syukur manakala seseorang tidak memiliki apresiasi terhadap keindahan dan kehalusan. Olahraga merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan pendidikan dalam proses pembangunan manusia sehingga bisa menjadikan dirinya sebagai penopang bagi berfungsinya hati, otak dan rasa. Pemasyarakatan dan pemassalan olahraga bertujuan untuk mendorong dan menggerakkan masyarakat agar masyarakat lebih memahami dan menghayati langsung hakikat dan manfaat olahraga sebagai kebutuhan hidup, khususnya olahraga yang bersifat 5 M (mudah, murah, menarik, manfaat, dan massal). Sehubungan dengan itu, perlu diberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anggota masyarakat untuk melakukan kegiatan olahraga yang didukung oleh proses pemahaman, penyadaran, penghayatan terhadap arti, fungsi, manfaat, terlebih lagi pada nilai-nilai olahraga guna mengembangkan akhlaq mulia. Aktivitas olahraga merupakan laboratorium bagi pengalaman manusia karena olahraga menyediakan kesempatan untuk memperlihatkan pengembangan karakter. Menurut Lubis (2007: 4), pengajaran etika dalam aktivitas olahraga biasanya dilakukan dengan contoh atau perilaku. Pantas rasanya jika kita setuju untuk mengemukakan bahwa aktivitas olahraga merupakan dasar atau alat pendidikan dalam membentuk manusia seutuhnya, dalam pengembangan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor yang behavior dalam membentuk kemampuan manusia yang berwatak dan bermoral. Area keolahragaan mengajarkan sekaligus mencontohkan bagaimana manusia seharusnya berkompetisi dengan baik untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Cara seperti ini dianggap fair dan membawa kebaikan bagi semua orang karena hal tersebut akan menyeleksi bahwa yang kuat dan yang mampu berusaha optimal akan mendapatkan keberhasilan (dalam kompetisi disebut juara). Kuntoro (1999:71) mengatakan bahwa fastabiqul khoirat adalah etos yang mendorong perubahan yang membawa rahmat bagi semua orang. Semangat kejiwaan untuk melakukan apa yang baik (amar ma’ruf) untuk sesama umat manusia menjadi sumber akan terciptanya kemauan yang sehat untuk mengejar kemajuan demi kepentingan kesejahteraan bersama. Menurut Soejadi (2008:118), keadaan sosial (masyarakat) menunjukkan adanya interaksi dan integrasi (dalam kelompok atau komunitas) mereka (dan kita) saling berhubungan, dan
  • 12. xii bergaul satu sama lain. Dalam situasi berlangsungnya kegiatan olahraga sangat erat berhubungan dengan masalah-masalah sosial manusia. Keberartian olahraga itu sendiri muncul dalam peristiwa hubungan antarorang yang dilandasi oleh tradisi, norma dan sistem nilai yang terdapat di lingkungan masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, olahraga telah menjelma menjadi sebuah pranata sosial yang sejak lama di dalamnya berkembang tradisi, norma dan nilai, termasuk ritus-ritus dan bahkan mitos (Lutan, 1991:1). Olahraga memberikan kesempatan untuk mengembangkan nilai sosial. Hal ini dibuktikan dengan terbentuknya organisasi sosial di bidang olahraga yang tidak menghiraukan hirarki berdasarkan kekayaan atau sukses sosial yang disinari oleh keakraban dan persaudaraan yang berarti memberikan dimensi baru kepada hubungan antarmanusia yang merupakan dasar utama terbentuknya kontak lokal, nasional, dan internasional. Olahraga dapat diikuti oleh siapa pun tanpa melihat latar belakang kebudayaan sosial atau ideologi. Karena olahraga banyak memberikan manfaat dalam segi kesosialan, Sardjono (1986: 27) menyimpulkan bahwa olahraga mempunyai peranan yang penting dalam mengembangkan nilai-nilai kesosialan. Adanya nilai-nilai sosial yang positif dalam olahraga karena dalam olahraga merupakan mikrokosmos yang menentukan pokok-pokok dan mencerminkan nilai-nilai sosial. Nilai-nilai yang terungkap dalam olahraga selanjutnya akan menggambarkan fungsi olahraga dalam masyarakat. Menurut Snyder (1983:45), nilai-nilai sosial itu pada akhirnya akan kembali dan yang menikmati adalah masyarakat pelakunya. Keseimbangan hubungan jiwa raga perseorangan mengantarkan keserasian individual-sosial yang segera akan disusul dengan keselarasan total makhluk yang mandiri. Supadjar (1998:6) berpendapat bahwa dalam hal hubungan jiwaraga sebagai bagian dari problema susunan kodrat manusia, pemikiran Timur lebih cenderung ke masalah kejiwaan, sedang pemikiran Barat menekankan pada soal kejasmanian, namun baik di Barat maupun Timur yang ideal ialah yang penuh keseimbangan. Keseimbangan adalah kata kunci dari keserasian hidup. Keseimbangan tersebut meliputi kebutuhan jasmani dan rohani. Olahraga diperlukan untuk memperkuat badan dan kebersihan rouhani dalam mengontrol sekaligus mengarahkan jasmani untuk melakukan aktivitas yang baik dan benar. Mahmud (2000:6162) mengatakan bahwa antara hati, jiwa, akal, dan ruh memiliki pengertian yang saling berkorelasi, saling bergantian tempat, dan memiliki kemiripan satu sama lain dalam berbagai hal. Semua orang melakukan olahraga ingin mencapai derajat sehat yang komprehensif, berbadan sehat adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Namun, kesehatan itu sendiri tidak dapat datang secara otomatis sekaligus memerlukan pemeliharaan dan pembinaan dari semua faktor yang mempengaruhinya (Ichsan, 1998:1). Cara memelihara dan membina faktor-faktor tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi secara
  • 13. xiii bersama-sama dan terpadu. Masalah olahraga bukan sekedar masalah menggerakkan badan atau mendapatkan kebugaran dari aktivitas jasmani. Namun, lebih luas lagi bahwa masalah olahraga memiliki nilainilai moral di dalamnya. Etika secara nyata ada dalam masyarakat dan dalam olahraga, dan pertandingan sebenarnya adalah salah satu bentuk fungsi sosial di mana kehadiran etika adalah sesuatu yang sangat penting. Bredemeier dan Shields (Athanailidis dan Arvanitidou, 2009:20) mengemukakan bahwa olahraga merupakan sebuah realitas sosial dengan lebih banyak dilemma moral yang terjadi. Sebagai contoh, dalam kasus olahraga sebagai sebuah dilema moral, penggunaan seorang pemain yang merupakan pemain yang sedang cidera, namun dibutuhkan dalam pertandingan ini dan mungkin menggunakan obat peredam rasa sakit. Namun demikian, tindakan tersebut dapat memperparah kondisi pemain tersebut dan bahkan dapat mengakibatkan cacat permanen. Pengkajian tentang etika pengambilan keputusan dalam olahraga dapat memfasilitasi kita untuk menghentikan orangorang yang memutuskan pemain untuk melakukan tindakan tersebut. Hal ini dapat memungkinkan kita untuk mengantisipasi situasi seperti itu yang bertentangan dengan semangat olahraga dan aturan sosial yang lebih luas Ungkapan yang berbunyi fair play is the very essence of sport (Ditjora, 1972:6) dapat dimaknai bahwa fair play adalah jiwa olahraga. Ungkapan tersebut mengandung makna bahwa dalam suatu pertandingan, suatu kompetisi olahraga, jika tidak disertai semangat fair play, sebenarnya kegiatan itu tidak dapat disebut sebagai olahraga. Hal itu disebabkan sesuatu yang tanpa jiwa berarti sudah mati. Dalam dunia olahraga, pembentukan karakter manusia yang memiliki sikap sportif sangat diutamakan. Sportif disebut juga sebagai nilai kejujuran, suatu sikap yang tinggi nilainya dan hanya dimiliki oleh orang yang baik kepribadiannya serta bersih hatinya. Menurut Muhadjir (1999:88), pendidikan tidak semestinya hanya memberikan pengetahuan kognitif saja, namun ia harus menjangkau sifat ihsan (baik) dan menjangkau dimilikinya akhlaqul karimah. Manusia terikat secara aktif dalam menciptakan dunianya sehingga ia mengerti akan pemisahan antara riwayat hidup dan masyarakat yang merupakan sesuatu yang esensial. Manusia tidak dapat bertindak hanya atas dasar respons saja yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk mendefinisikan objek, tetapi lebih sebagai penafsiran. Penafsiran bukanlah tindakan bebas dan bukan pula ditentukan oleh kekuatan manusia atau bukan. Orang menafsirkan sesuatu senantiasa membutuhkan orang lain, seperti orang-orang masa lalu, keluarga, dan pribadi-pribadi yang ditemuinya dalam latar belakang mereka dalam menciptakan kebudayaan. Kaelan (2005: 31-32) mengatakan bahwa melalui suatu interaksi, orang mampu membentuk suatu pengertian tentang nilai serta makna yang diungkapkan dalam suatu kehidupan. Bila dihubungkan dengan sikap pelaku terhadap keberadaan bangsa
  • 14. xiv dan negara, kegiatan olahraga dapat memberikan sumbangan yang cukup besar dan positif. Menurut Douglas Mac Arthur (Coakley, 1978:94), olahraga merupakan pembuat karakter yang penting. Olahraga membentuk kaum muda di Amerika sebagai penjaga negara. Oleh karena itu, sebaiknya orang tua mengajak anak-anaknya untuk berolahraga. Di dalam berolahraga tiap-tiap pelaku akan saling berinteraksi dengan pelaku lainnya, dengan aturan- aturan yang disepakati, dan dengan etika-etika yang diberlakukan yang kesemuanya saling mengikat. Tujuan akhir olahraga terletak dalam peranannya sebagai wadah unik penyempurnaan watak, wahana untuk memiliki dan membentuk kepribadian yang kuat, watak yang baik dan sifat yang mulia. Hanya orang-orang yang memiliki kebajikan moral seperti inilah yang akan menjadi warga masyarakat yang berguna (Lubis, http://www.koni.or,id/files/documents/journal/4.%). Dalam dunia olahraga, untuk mencapai prestasi secara optimal perlu dikembangkan budaya sinergis berbagai unsur yang berkarakter, antara lain sinergi dari lembaga pendidikan (perguruan tinggi), lembaga pemerintahan, dan stakeholder. Pencapaian prestasi merupakan salah satu perwujudan dari pilar olahraga prestasi. Tripilar olahraga sebagai penyangga pencapaian prestasi, kebugaran dan pendidikan anak bangsa yang berkarakter terdiri dari pengembangan olahraga prestasi, olahraga rekreasi, dan olahraga pendidikan. Sebagai sebuah fenomena sosial dan kultural, olahraga tidak bisa melepaskan diri dari ikatan moral kemodernan yang kompleks. Penerimaan eksistensinya secara sosiologis dijamin oleh kemampunnya menyesuaikan diri dengan pasar dan atau masyarakat. Atau sebaliknya, masyarakat yang akan menjadikannya sebagai sasaran ekstensifikasinya. Langkah strategis untuk penanaman, pengembangan, dan pembentukan karakter adalah dengan menjadikan prestasi “OLAHRAGA SEBAGAI ICON NATION AND CHARACTER BUILDING”. Hal ini seiring dengan perkembangan dunia yang semakin kompleks dan penuh akulturasi. D. Nilai Ekonomi Dalam Olahraga Nilai ekonomi dalam olahraga adalah seberapa banyak olahraga tersebut disukai banyak orang dan memiliki nilai hiburan tinggi sehingga menghasilkan uang. Nilai ekonomi olahraga mengikuti perkembangan masyarakat perbudakan dan semakin meningkat pada zaman feodalisme hingga kini kapitalisme. Pada zaman kapitalisme ini, sia zaman perbudakan masih bisa kita lihat seperti gulat dan tinju. Selain nilai hiburan, olahraga pada zaman feodalisme adalah juga tontonan dari kelas yang berlawanan.
  • 15. xv Berdasarkan pengamatan terhadap perkembangan olahraga sejak zaman romawi, memiliki tujuh karakteristik yang dominan. 1. Olahraga tidak lagi dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat relegius atau kagamaan. 2. Olahraga bisa merupakan perwujudan pemerataan sosial di masyarakat. Sebab, tidak ada lagi batasan-batasan yang bisa menghambat partisipasi anggota masyarakat. Di era modern ini, spesialisasi merupakan satu kunci keberhasilan. Jadi, kalau ingin berkarier di olahrag, seorang atlet harus memilih satu cabang yang menjadi fokus pilihannya, bagi Guttman, itu merupakan karakteristik yang ketiga. 4. Terjadinya rasionalisasi. Dengan makin kompleksnya dunia olahraga. Dibutuhkan seperangkat aturan agar organisasi dan pertandingan berjalan baik. 5. Berkaitan dengan birokratisasi. Organisasi olahraga tidak lagi berdiri sendiri, melainkan berkaitan satu sama lain, dari tingkat perkumpulan sampai tingkat dunia. Dengan makin majunya teknologi informasi, setiap cabang olahraga modern mencoba melakukan kuantifikasi terhadap jalanya pertandingan. Itu merupakan karakteristik keenam, dan menjadi daya tarik unik olahraga yang membedakannya dari peristiwa kesenian atau budaya lainnya. 7. menyangkut pemecahan rekor. Menjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih tingi, dan lebih baik sangat didambakan seorang atlet. Penelitian Guttman itu memberikan gambaran bahwa olahraga memang bukan semata aktivitas fisik. Olahraga memberikan arti lebih besar bagi individu dan masyarakat. Menariknya lagi, olahraga tidak akan pernah lepas dari perkembangan politik, ekonomi, dan sosial. Olahraga dijadikan bagian taktik perusahaan meraup pangsa pasar dunia. Hal itu juga membaa atlet memandang olahraga sebagai ajang yang bisa memberikan kesejahteraan hidup lebih baik.
  • 16. xvi BAB III PENUTUP Kesimpulan Dimensi aksiologi olahraga sesuai dengan dasar filosofinya berdayaguna dan multiguna untuk menumbuhkembangkan karaker yang mulia. Olahraga juga mempengaruhi pembinaan dan pembentukkan kepribadian, termasuk perubahan perilaku. Oleh karena itu, olahraga selalu melibatkan dimensi sosial, di samping kriteria yang bersifat fisikal yang menekankan keterampilan dan ketangkasan. Aktivitas olahraga merupakan dasar atau alat pendidikan dalam membentuk manusia seutuhnya, dalam pengembangan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor yang membentuk kemampuan manusia yang berwatak dan bermoral. Nilai-nilai yang terkandung dalam aktivitas olahraga antara lain respek, peduli, kejujuran, sportivitas, disiplin, tanggung jawab, fair, dan beradap. Nilai-nilai yang terungkap dalam olahraga, selanjutnya akan menggambarkan karakter seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang.
  • 17. xvii DAFTAR PUSTAKA http://herawantodikromo.blogspot.co.id/ https://lppmp.uny.ac.id/sites/lppmp.uny.ac.id/files/03%20Sumaryanto.pdf. Anton, B. Achmad. 1990. Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. Athanailidis, Proios M. dan Arvanitidou, V. 2009. ”Ethical Climate in Sport Teams”. Sport Management International Journal. Vol. 5, No.1.