SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Download to read offline
Nama Mahasiswa : Muh. Agus Priyetno
NIM : 55117110052
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. H. Hapzi Ali, Pre-MSc, MM, CM
ETIKA PROFESI AKUNTANSI
FORUM
Etika Profesi Akuntansi adalah Merupakan suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan
baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan
yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai
Akuntan.
Menurut Billy, Perkembangan Profesi Akuntan terbagi menjadi empat fase yaitu,
1. Pra Revolusi Industri
2. Masa Revolusi Industri tahun 1900
3. Tahun 1900 – 1930
4. Tahun 1930 – sekarang
Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi yang biasanya
dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan bagi setiap orang yang
mengembangkan profesi yang bersangkutan. Aturan ini merupakan aturan main dalam
menjalankan atau mengemban profesi tersebut yang biasanya disebut sebagai kode etik yang
harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi. Menurut Chua dkk (1(994) menyatakan bahwa
etika profesional juga berkaitan dengan perilaku moral yang lebih terbatas pada kekhasan
pola etika yang diharapkan untuk profesi tertentu.
Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode etik
yang merupakan seperangkat moral-moral dan mengatur tentang etika professional (Agnes,
1996). Pihak-pihak yang berkepentingan dalam etika profesi adalah akuntan publik, penyedia
informasi akuntansi dan mahasiswa akuntansi (Suhardjo dan Mardiasmo, 2002). Di dalam
kode etik terdapat muatan-muatan etika yang pada dasarnya untuk melindungi kepentingan
masyarakat yang menggunakan jasa profesi. Terdapat dua sasaran pokok dalam dua kode etik
ini yaitu Pertama, kode etik bermaksud melindungi masyarakat dari kemungkinan dirugikan
oleh kelalaian baik secara disengaja maupun tidak disengaja oleh kaum profesional. Kedua,
kode etik bertujuan melindungi keseluruhan profesi tersebut dari perilaku-perilaku buruk
orang tertentu yang mengaku dirinya profesional (Keraf, 1998).
Kode etik akuntan merupakan norma dan perilaku yang mengatur hubungan antara auditor
dengan para klien, antara auditor dengan sejawatnya dan antara profesi dengan masyarakat.
Kode etik akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota,
baik yang berpraktek sebagai auditor, bekerja di lingkungan usaha, pada instansi pemerintah,
maupun di lingkungan dunia pendidikan. Etika profesional bagi praktek auditor di Indonesia
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (Sihwajoni dan Gudono, 2000).
Prinsip perilaku profesional seorang akuntan, yang tidak secara khusus dirumuskan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia tetapi dapat dianggap menjiwai kode perilaku IAI, berkaitan
dengan karakteristik tertentu yang harus dipenuhi oleh seorang akuntan.
Prinsip etika yang tercantum dalam kode etik akuntan Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Tanggung Jawab profesi, Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai
profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan
profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota
mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut, anggota
mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota
juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk
mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan
menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif
semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.
2. Kepentingan Publik, Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam
kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan
komitmen atas profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan
tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peran yang penting di
masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit,
pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak
lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara
berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung
jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai
kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan.
Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan
jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara. Kepentingan
utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa
akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika
yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua anggota
mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang
diberikan publik kepadanya, anggota harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi
mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.
3. Integritas, Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota
harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang
diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur
dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan
kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat
menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi
tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
4. Objektivitas, Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah
suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip
obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara
intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau
dibawah pengaruh pihak lain. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda
dan harus menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam
praktek publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen.
Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan,
melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan
manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik dan
melatih orang orang yang ingin masuk kedalam profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya,
anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional, Setiap anggota harus melaksanakan jasa
profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai
kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional pada
tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir. Hal ini
mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa
profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan
pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik.
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seharusnya tidak
menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka miliki.
Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat
pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan
jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi
kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau
menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota
bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing masing atau menilai apakah
pendidikan, pedoman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk bertanggung
jawab yang harus dipenuhinya.
6. Kerahasiaan, Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan
informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional
atau hukum untuk mengungkapkannya. Kepentingan umum dan profesi menuntut
bahwa standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa
terdapat panduan mengenai sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai
berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional
dapat atau perlu diungkapkan. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati
kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa
profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah
hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.
7. Perilaku Profesional, Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi
profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus
dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa,
pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
8. Standar Teknis, Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan
dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan
dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
obyektivitas.
Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants,
badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.
 RUU dan KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK
Untuk mengawasi akuntan publik, khususnya kode etik, Departemen Keuangan (DepKeu)
mempunyai aturan sendiri yaitu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.17 Tahun 2008 yang
mewajibkan akuntan dalam melaksanakan tugas dari kliennya berdasarkan SPAP (Standar
Profesi Akuntan Publik) dan kode etik. SPAP dan kode etik diterapkan oleh asosiasi profesi
berdasarkan standar Internasional. Misalkan dalam auditing, SPAP berstandar kepada
International Auditing Standart.
Laporan keuangan mempunyai fungsi yang sangat vital, sehingga harus disajikan dengan
penuh tanggung jawab. Untuk itu, Departemen Keuangan menyusun rancangan Undang-
undang tentang Akuntan Publik dan RUU Laporan Keuangan. RUU tentang Akuntan Publik
didasari pertimbangan untuk profesionalisme dan integritas profesi akuntan publik. RUU
Akuntan Publik terdiri atas 16 Bab dan 60 Pasal , dengan pokok-pokok mencakup lingkungan
jasa akuntan publik, perijinan akuntan publik, sanksi administratif, dan ketentuan pidana.
Sedangkan kode etik yang disusun oleh SPAP adalah kode etik International Federations of
Accountants (IFAC) yang diterjemahkan, jadi kode etik ini bukan merupakan hal yang baru
kemudian disesuaikan dengan IFAC, tetapi mengadopsi dari sumber IFAC. Jadi tidak ada
perbedaaan yang signifikan antara kode etik SAP dan IFAC.
Adopsi etika oleh Dewan SPAP tentu sejalan dengan misi para akuntan Indonesia untuk tidak
jago kandang. Apalagi misi Federasi Akuntan Internasional seperti yang disebut konstitusi
adalah melakukan pengembangan perbaikan secara global profesi akuntan dengan standar
harmonis sehingga memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi secara konsisten untuk
kepentingan publik.
Seorang anggota IFAC dan KAP tidak boleh menetapkan standar yang kurang tepat
dibandingkan dengan aturan dalam kode etik ini. Akuntan profesional harus memahami
perbedaaan aturan dan pedoman beberapa daerah juridiksi, kecuali dilarang oleh hukum atau
perundang-undangan.
 APLIKASI KODE ETIK
Meski sampai saat ini belum ada akuntan yang diberikan sangsi berupa pemberhentian
praktek audit oleh dewan kehormatan akibat melanggar kode etik dan standar profesi
akuntan, tidak berarti seorang akuntan dapat bekerja sekehendaknya. Setiap orang yang
memegang gelar akuntan, wajib menaati kode etik dan standar akuntan, utamanya para
akuntan publik yang sering bersentuhan dengan masyarakat dan kebijakan pemerintah.
Etika yang dijalankan dengan benar menjadikan sebuah profesi menjadi terarah dan jauh
dari skandal.
Menurut Kataka Puradireja (2008), kekuatan dalam kode etik profesi itu terletak pada para
pelakunya, yaitu di dalam hati nuraninya. Jika para akuntan itu mempunyai integritas tinggi,
dengan sendirinya dia akan menjalankan prinsip kode etik dan standar akuntan. Dalam kode
etik dan standar akuntan dalam memenuhi standar profesionalnya yang meliputi prinsip
profesi akuntan, aturan profesi akuntan dan interprestasi aturan etika akuntan. Dan kode etik
dirumuskan oleh badan yang khusus dibentuk untuk tujuan tersebut oleh Dewan Pengurus
Nasional (DPN).
Hal yang membedakan suatu profesi akuntansi adalah penerimaan tanggungjawab dalam
bertindak untuk kepentingan publik. Oleh karena itu tanggungjawab akuntan profesional
bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan klien atau pemberi kerja, tetapi bertindak
untuk kepentingan publik yang harus menaati dan menerapkan aturan etika dari kode etik.
Akuntan tidak independen apabila selama periode Audit dan periode Penugasan
Profesioanalnya, baik Akuntan, Kantor Akuntan Publik (KAP) maupun orang dalam KAP
memberikan jasa-jasa non-audit kepada klien, seperti pembukaan atau jasa lain yang
berhubungan dengan jasa akuntansi klien, desain sistem informasi keuangan, aktuaria dan
audit internal. Konsultasi kepada kliennya dibidang itu menimbulkan benturan kepentingan.
CONFLICT OF INTEREST PADA PROFESI AKUNTAN
Laporan keuangan yang pada umumnya terdiri dari neraca, perhitungan rugi laba dan laporan
perubahan posisi keuangan merupakan salah satu data yang penting dalam proses
pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, sehingga laporan keuangan
tersebut harus mencerminkan posisi keuangan perusahaan secara wajar, sesuai dengan prinsip
akuntansi yang diterima umum (di Indonesia : Prinsip Akuntansi Indonesia /PAI) agar tidak
menimbulkan penafsiran yang salah atas sumber daya ekonomi perusahaan.
Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan seperti pemilik perusahaan,
manajemen (sebagai pengelola usaha), investor dan kreditur (sebagai penyedia dana) dan
lain-lain mempunyai kepentingan yang berbeda atas laporan keuangan.
Perbedaan kepentingan (conflict of interest) ini menimbulkan adanya kemungkinan penyajian
posisi keuangan yang menyimpang dari prinsip akuntansi yang diterima umum, demi
membela kepentingan pihak-pihak tertentu. Hal ini menyebabkan laporan keuangan yang
dihasilkan oleh manajemen perlu diperiksa / diaudit oleh akuntan publik yang independent,
untuk mendapat kepercayaan atas laporan keuangan tersebut.
Adanya jasa pemeriksaan (audit) diharapkan dapat menjembatani kepentingan-kepentingan
yang berbeda tersebut, dengan memberikan pendapatnya terhadap laporan keuangan
manajemen.
Kwalitas (mutu) pekerjaan akuntan publik diukur dari kepatuhannya terhadap norma
pemeriksaan akuntan dan kode etik.
Fungsi auditor dalam kasus ini adalah sebagai pihak yang memberikan kepastian terhadap
integritas angka-angka akuntansi yang dihasilkan oleh tehnologi akuntansi auditee dan
kemudian angka-angka ini digunakan sebagai dasar untuk pembuatan kontrak antara agen
dan prinsipal (DeFond 1992; Francis dan Wilson 1988; Palmrose 1984).
Jika akuntansi merupakan bagian penting dari proses kontrak dan kos agensi serta bervariasi
sesuai dengan jenis kontrak yang berbeda-beda, maka prosedur akuntansi berpengaruh
terhadap nilai perusahaan dan kompensasi manajer. Berdasarkan teori agensi yang
mengasumsikan bahwa manusia itu selalu self-interest maka kehadiran pihak ketiga yang
independen sebagai mediator pada hubungan antara prinsipal dan agen, dalam hal ini adalah
auditor independen. Teori keagenan menyatakan bahwa konflik kepentingan antara agen dan
prinsipal membutuhkan adanya kehadiran pihak ketiga yang independen untuk menengahi
konflik diantara kedua pihak tersebut.
Berdasarkan pandangan teori keagenan tampak jelas peran auditor dalam memberikan jasa
atestasi atas laporan keuangan yang dibuat oleh pihak agen dan dijadikan dasar pembuatan
kontrak. Auditor diharapkan memberikan pandangan yang independen tentang kesahihan
angka-angka yang disajikan. Auditor dapat melakukan fungsinya dengan benar jika memiliki
kompetensi yang memadai dan sikap independen.
Faktor Yang Memperngaruhi Integritas, Objektivitas dan Independensi Seorang
Akuntan
Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Akuntan publik tidak
dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Akuntan publik berkewajiban untuk jujur tidak
hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak
lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik.
Sikap mental independen tersebut meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam
penampilan (in appearance). Terdapat empat hal yang menggangu independensi akuntan
publik, yaitu:
1. akuntan publik memiliki mutual atau conflicting interest dengan klien
2. mengaudit pekerjaan akuntan publik sendiri
3. berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien dan
4. bertindak sebagai penasihat (advocate) dari klien.
Akuntan publik akan terganggu independensi jika memiliki hubungan bisnis, keuangan dan
manajemen atau karyawan dengan kliennya. Mutual interest terjadi jika akuntan publik
berhubungan dengan audit committee yang ada di perusahaan, sedangkan conflict intetrest
jika akuntan publik berhubungan dengan manajemen.
Cara Mengatasi Conflict Of Interest dalam Etika Profesi Akuntansi
Dari pemaparan di atas, jelas sekali bahwa profesi seorang akuntan akan sangat rentan
dengan gangguan moral dari pihak agen (management) atau dari pihak principal (pemilik
perusahaan). Sehingga seorang akuntan memang sudah sepatutnya untuk menjalankan
tugasnya secara professional mengikuti Prinsip-Prinsip Kode Etik Akuntan yang telah
disepakai dalam Kongres Akutansi. Prinsip Kode Etik Akuntan yang paling cocok dengan
masalah Conflict of Interest adalah prinsip yang keempat yaitu Obyektivitas.
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya.
Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan pejabat.
Prinsip obyektivitas mengharuskan bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual,
tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah
pengaruh pihak lain. Sudah sangat jelas bahwa setiap akuntan harus memiliki prinsip
obyektivitas yang tinggi dalam menjaankan profesinya sebagai akuntan.
Dengan mematuhi Prinsip Kode Etik Akuntan, seorang akuntan akan terhindar dari Conflict
of Interest yang kemungkinan akan terjadi selama menjalankan tugasnya sebagai
auditor. Laporan-laporan yang dihasilkannyapun akan bersifat independen dan memberikan
opini yang sesuai dengan facta yang ada dan temuan-temuan yang ada, tidak memberikan
opini palsu atas laporan keuangan yang hanya mementingkan kepentingan atau keuntungan
pribadi atau golongan tertentu.
Menurut Don A. Moore dalam jurnalnya yang berjudul ”Conflict Of Interest And The Case of
Auditor Independence : Moral Seduaction and Strategic Issue Cycling” (tahun 2005),
mengatakan bahwa setidaknya ada 5 langkah yang dapat dilakukan untuk
meminimalisir terjadinya Conflict Of Interest dalam Profesi Akuntan, yaitu :
1. Auditor harus melakukan audit dan bukan melakukan layanan yang lain.
2. Sebuah perusahaan audit harus disewa untuk suatu periode tertentu, mungkin tiga/lima
tahun, hal ini untuk mengurangi auditor insentif yang bersifat menyenangkan klien
dengan pendapat/opini yang positif
3. Semua pihak terlibat dalam audit baik level eksekutif ataupun staf dilarang untuk
menerima pekerjaan atau bukan bagian dari perusahaan yang sedang diaudit.
4. Auditor harus membuat satu set penilaian independen, bukan sekadar meratifikasi
akuntansi dari perusahaan klien.
5. Auditor seharusnya tidak dipilih oleh manajemen perusahaan tetapi oleh komite audit
dewan direksi.
Referensi :
http://nelo-neloli.blogspot.com/2011/10/etika-profesi-akuntansi.html
http://sefianoarni.blogspot.com/2011/11/tulisan-etika-profesi-akuntansi_9627.html
https://liahibatha.wordpress.com/2010/12/27/conflict-of-interest/
Abdullah, Syukry dan Abdul Halim. 2002. Pengintegrasian Etika dalam Pendidikan dan Riset
Akuntansi . Kompak, STIE YO.
Sukrisno Agoes. 1996. Penegakkan Kode Etik Akuntan Indonesia. Makalah dalam Konvensi
Nasional Akuntansi III. IAI.
QUIZ
1. Jelaskan norma-norma ethics dan kaitannya dengan tugas sebagai staf di
perusahaan/kantor saudara.
Dalam menjalankan usahanya BPJS Ketenagakerjaan telah menerapkan etika bisnis/usaha
dan etika kerja. yang merupakan norma-norma ethics:
1. Etika bisnis menjadi acuan bagi BPJS Ketenagakerjaan dalam melaksanakan
kegiatan usaha termasuk berinteraksi dengan pemangku kepentingan.
2. Etika kerja merupakan sistem yang dianut oleh setiap pimpinan dan pekerja dalam
melaksanakan tugasnya termasuk etika hubungan antar-pekerja dan BPJS
Ketenagakerjaan.
Sebagai badan hukum publik, BPJS Ketenagakerjaan memiliki Visi, Misi, Tata Nilai dan
Etos kerja yang merupakan bagian dari Kode Etik. BPJS Ketenagakerjaan memahami Kode
Etik sebagi sekumpulan norma atau nilai tertulis yang diyakini sebagai standar perilaku
berlandaskan peraturan perundangundangan dan etika kerja. Kode Etik berfungsi sebagai
panduan bagi seluruh karyawan maupun dan pejabat tata kelola tanpa terkecuali, termasuk
Direksi dan Dewan Pengawas. Penerapan Kode Etik tidak hanya dalam perilaku dan
pelaksanaan tugas secara internal, akan tetapi juga dalam membina hubungan dengan
eksternal.
KODE ETIK BPJS KETENAGAKERJAAN BERISI TENTANG
1. Patuh dan taat pada ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
2. Melakukan pencatatan yang benar mengenai segala transaksi yang bertalian dengan
kegiatan keuangan.
3. Menghindarkan diri dari persaingan yang tidak sehat.
4. Tidak menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan pribadi.
5. Menghindarkan diri dari keterlibatan dalam pengambilan keputusan dalam hal
terdapat pertentangan kepentingan.
6. Memperhitungkan dampak yang merugikan dari setiap kebijakan yang ditetapkan
terhadap keadaan ekonomi, sosial dan lingkungan.
7. Tidak menerima hadiah atau imbalan yang memperkaya diri pribadi maupun
keluarga.
8. Tidak melakukan perbuatan tercela yang dapat merugikan citra BPJS
Ketenagakerjaan.
Upaya Penegakan Kode Etik Seluruh Insan BPJS Ketenagakerjaan, termasuk Dewan
Pengawas dan Direksi telah menandatangani pakta integritas yang berisikan tentang:
1. Kepatuhan atas kode etik BPJS Ketenagakerjaan
2. Tindakan pencegahan korupsi, gratifikasi, suap dan kecurangan.
3. Menghindari tindakan yang berpotensi terhadap terjadinya benturan kepentingan.
4. Pelaporan penerimaan gratifikasi.
5. Penyampaian LHKPN bagi pejabat wajib lapor.
6. Menjaga kerahasiaan informasi BPJS Ketenagakerjaan serta melaporkan setiap
pelanggaran melalui saluran pelaporan pelanggaran.
7. Melaporkan setiap pelanggaran melalui saluran pelaporan pelanggaran.
Sosialisasi Kode Etik BPJS Ketenagakerjaan terus melakukan sosialisasi Kode Etik kepada
karywan dan pejabat tata kelola. Beberapa bentuk sosialisasi yang telah dilakukan sepanjang
tahun 2015-2016:
1. Penyusunan modul E-Learning Good Governance tentang
2. Pelaksanaan Pedoman Kode Etik BPJS Ketenagakerjaan; Pelaksanaan Pedoman
Benturan Kepentingan;
3. Pelaksanaan Pedoman Perilaku (Code of Conduct);
4. Pedoman Pengendalian Gratifikasi;
5. Pedoman Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL);
6. Pedoman Pengelolaan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN);
7. Pedoman Pelaksanaan Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing System);
8. Sistem Pengendalian Kecurangan (Fraud Control System).
Melalui modul ini karyawan bisa secara mandiri belajar tentang Tata Kelola yang Baik.
Pelaksanaan sosialisasi dan edukasi yang dilakukan di tahun 2015 tidak hanya terbatas
kepada 11 Kantor Wilayah, 121 Kantor Cabang dan 203 Kantor Cabang Perintis. Menjadikan
Good Governance sebagai materi dalam pendidikan dan pelatihan (diklat) untuk karyawan,
khususnya orientasi persiapan kerja bagi calon-calon karyawan juga menjadi fokus lembaga
dalam rangka internalisasi good governance.
Selain itu dalam proses penerapan etika bisnis BPJS Ketenagakerjaan juga mempunyai
etos kerja dan pedoman prilaku seluruh insan BPJS Ketenagakerjaan yaitu
· Pedoman prilaku
1. Iman
Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, Selalu berpikiran positif | Always Positive
Thinking Memberikan pelayanan tulus ikhlas, Senantiasa mensyukuri anugerah dan karunia
Tuhan, Bersikap amanah, Bekerja bagian dari ibadah kepada Tuhan YME, Memiliki
kesabaran dalam bekerja dan berkarir.
2. Profesional
Selalu mengupayakan hal yang terbaik dalam bekerja, Kompeten dan bertanggung jawab,
Proaktif, tangguh dan pantang menyerah, mengasah diri agar siap menghadapi perubahan
3. Teladan
Harus menjaga perilaku dan menjadi panutan yang baik, Menghormati sesama serta saling
memberi bantuan, dukungan dan bimbingan, Satunya kata dan perbuatan
4. Integritas
Harus dapat dipercaya, Memiliki komitmen dan menjunjung tinggi kode etik profesi, Berani
mengemukakan pendapat untuk kebaikan institusi, Tidak mudah tergoda atau melakukan hal-
hal yang melanggar moralitas dan integritas
5. Kerjsama
Mengutamakan keberhasilan organisasi , Selalu menjaga kebersamaan dan kekompakan,
Membangun komunikasi dan kolaborasi untuk tercapainya sinergi , Menghargai perbedaan
pendapat dan selalu berupaya membangun konsesus.
· Etos Kerja (TOPAS)
1. Team Work
Memiliki kemampuan dalam membangun kerjasama dengan orang lain atau dengan
kelompok untuk mencapai tujuan BPJS Ketenagakerjaan.
2. Open Mind
Memiliki kemampuan untuk membuka pikiran dan menerima gagasan-gagasan baru yang
lebih baik.
3. Passion
Bersemangat dan antusias dalam melaksanakan pekerjaan.
4. Action
Segera melaksanakan rencana/ pekerjaan/tugas yang telah disepakati dan ditetapkan bersama
5. Sense
Rasa memiliki, kepedulian, ikut bertanggungjawab dan memiliki inisiatif yang tinggi untuk
memecahkan masalah BPJS Ketenagakerjaan.
Untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan maka BPJS Ketenagakerjaan
menjadikan prinsip-prinsip good governance sebagai pedoman/acuan dalam pengelolaan
BPJS Ketenagakerjaan. Prinsip-prinsip good governance itu adalah sebagai berikut:
PRINSIP – PRINSIP GOOD GOVERNANCE BPJS
KETENAGAKERJAAN
Transparancy • Terjaminnya keterbukaan dalam pengambilan keputusan
dan keterbukaan dalam pengungkapan informasi mengenai
penyelenggaraan program jaminan sosial oleh BPJS
Ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan perundang-undagan
yang berlaku
Accountability • Terselenggaranya kegiatan usaha BPJS Ketenagakerjaan
yang menjelaskan fungsi, pelaksanaan dan pertanggung-
jawaban dari setiap pihk yang terkait dengan organ BPJS
Ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan praktif yang berlaku umum.
Responsibility • Terselenggaranya program jaminan sosial oleh BPJS
Ketenagakerjaan yang dapat menjelaskan peranan dan status
dari setiap pihak yang terkait dengan BPJS Ketenagakerjaan
untuk setiap proses pembuatan dan penerapan kebijakan di
BPJS Ketenagakerjaan.
Independency • Pengelolaan BPJS Ketenagakerjaan secara profesional
yang bebas dari benturan kepentingan atau tekanan dan atau
pengaruh dari setiap pihak manapun yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
Fairness • Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak
setiap pihak yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Predictability • Penerapan hukum, kebijakan dan peraturan secara
konsisten. dalam pelaksanaan program jaminan sosial, hak dan
kewajiban peserta serta penerima manfaat harus ditetapkan,
dilindungi dan diterapkan secara konsisten. untuk menjaga
kesinambungan program yang dijalankan ketika ada perubahan
atas peraturan perundang-undangan, program dan manfaat.
Participation • Memberikan edukasi secara aktif dan kesempatan
keterlibatan pemangu kepentingan secara efektif dengan cara
memberi kemudahan mengakses informasi lembaga dan
kemampuan mereka untuk memahami dan bertindak terkait
informasi tersebut.
Dynamism • Inonasi dalam tata kelola lembaga atau perubahan yang
positif, efeknya adalah untuk menciptakan efisiensi dan
meningkatkan performance lembaga.
2. Apa yang saudara ketahui tentang Conflict Interest dan bagaimana cara mengatasi hal
ini kalau terjadi perusahaan saudara
Konflik kepentingan adalah pertentangan antara loyalitas sebagai seorang profesional dan
kepentingan yang ada di luar itu, yang dapat mengurangi kredibilitas dari agen moral.
Konflik pada umumnya terjadi akibat peran yang kita mainkan dalam kehidupan
bermasyarakat, dan alasan itu melibatkan tugas yang khusus melebihi kewajiban sosial yang
ada. Kesetiaan yang terbagi tidak melibatkan prinsip dasar nilai moral. Orangtua kita selalu
mengajarkan kita untuk tidak berbohong, curang, ataupun mencuri. Mereka tidak mengatakan
apapun mengenai konflik kepentingan. Faktanya di masa sekarang ini konflik kepentingan
muncul sebagai pertanyaan dasar yang menyangkut kejujuran dan kebenaran, dua nilai
prinsip dasar yang penting.
Secara umum, konflik kepentingan dapat didefinisikan sebagai suatu situasi di mana seorang
individu atau perusahaan (baik swasta maupun pemerintah) berada dalam posisi untuk
mengeksploitasi kapasitas profesional atau pejabat dalam beberapa cara untuk kepentingan
pribadi atau perusahaan. Tergantung pada hukum atau aturan yang terkait dengan sebuah
organisasi tertentu, adanya konflik kepentingan tidak mungkin dalam dan dari dirinya sendiri.
Bahkan, untuk professional sekalipun, maka hampir tidak mungkin untuk menghindari
konflik kepentingan dari waktu ke waktu.
Suatu konflik kepentingan, bagaimanapun bisa menjadi masalah hukum misalnya ketika
individu mencoba (dan / atau berhasil dalam) yang mempengaruhi hasil keputusan, untuk
kepentingan pribadi. Seorang direktur atau eksekutif akan dikenakan kewajiban hukum jika
melakukan koflik. Ada sering kebingungan diantara dua situasi. Sebagai contoh: dalam
bidang bisnis dan kontrol, menurut Institute of Internal Auditor, konflik kepentingan adalah
suatu situasi di mana auditor internal yang dipercaya, memiliki kepentingan profesional atau
pribadi yang bersaing. kepentingan yang bersaing tersebut dapat mempersulit untuk tidak
memihak.Suatu konflik kepentingan dapat mengganggu kemampuan individu untuk
melakukan tugas dan tanggung jawabnya secara objektif. Cara terbaik untuk menangani
konflik kepentingan adalah untuk menghindari konflik sepenuhnya. Kode etik membantu
mengurangi masalah dengan konflik kepentingan karena mereka dapat menguraikan sejauh
mana konflik tersebut harus dihindari, dan apa yang kedua belah pihak harus lakukan di mana
konflik tersebut diperbolehkan oleh kode etik (pengungkapan, pengingkaran, dll).
Pengertian conflict interest menurut BPJS Ketenagakerjaan
Situasi dimana direksi dan karyawan BPJS Ketenagakerjaan mendahulukan kepentingan
pribadi, keluarga, kelompok maupun pihak lainnya di atas kepentingan BPJS
Ketenagakerjaan yang berpotensi atau menimbulkan kerugian.
1. Memiliki hubungan keluarga s/d derajat ke-3 antar anggota direksi, anggota direksi
dengan dewas
2. Memiliki bisnis yang berkaitan dengan program jaminan sosial
3. Membuta keputusan yang mengandung unsur benturan kepentingan
4. Mendirikan atau memiliki badan usaha yang terkait dengan program jaminan sosial
5. Menyalahgunakan dan mengelapkan aset BPJS Ketenagakerjaan atau dana jaminan
sosial
6. Merangkap jabatan sebagai anggota parpol, pengurus LSM, Pejabat struktural
lembaga pemerintahan dan pejabat di badan usaha dan badan hukum lainnya.
Cara mengatasi conflict Interest BPJS Ketenagakerjaan
Dalam mengatasi conflict Interest BPJS Ketenagakerjaan memegang prinsip-prinsip Good
Governance BPJS Ketenagakerjaan. Untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan yang telah
ditetapkan maka BPJS Ketenagakerjaan menjadikan prinsip-prinsip good governance sebagai
pedoman/acuan dalam pengelolaan BPJS Ketenagakerjaan. Prinsip-prinsip good governance
itu adalah sebagai berikut:
PRINSIP – PRINSIP GOOD GOVERNANCE BPJS KETENAGAKERJAAN
Transparancy • Terjaminnya keterbukaan dalam pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam pengungkapan
informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan
sosial oleh BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan
perundang-undagan yang berlaku
Accountability • Terselenggaranya kegiatan usaha BPJS
Ketenagakerjaan yang menjelaskan fungsi, pelaksanaan
dan pertanggung-jawaban dari setiap pihk yang terkait
dengan organ BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan praktif
yang berlaku umum.
Responsibility • Terselenggaranya program jaminan sosial oleh BPJS
Ketenagakerjaan yang dapat menjelaskan peranan dan
status dari setiap pihak yang terkait dengan BPJS
Ketenagakerjaan untuk setiap proses pembuatan dan
penerapan kebijakan di BPJS Ketenagakerjaan.
Independency • Pengelolaan BPJS Ketenagakerjaan secara
profesional yang bebas dari benturan kepentingan atau
tekanan dan atau pengaruh dari setiap pihak manapun
yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Fairness • Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak
setiap pihak yang timbul berdasarkan perjanjian dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
Predictability • Penerapan hukum, kebijakan dan peraturan secara
konsisten. dalam pelaksanaan program jaminan sosial, hak
dan kewajiban peserta serta penerima manfaat harus
ditetapkan, dilindungi dan diterapkan secara konsisten.
untuk menjaga kesinambungan program yang dijalankan
ketika ada perubahan atas peraturan perundang-
undangan, program dan manfaat.
Participation • Memberikan edukasi secara aktif dan kesempatan
keterlibatan pemangu kepentingan secara efektif dengan
cara memberi kemudahan mengakses informasi lembaga
dan kemampuan mereka untuk memahami dan bertindak
terkait informasi tersebut.
Dynamism • Inonasi dalam tata kelola lembaga atau perubahan
yang positif, efeknya adalah untuk menciptakan efisiensi
dan meningkatkan performance lembaga.
Selain itu Menurut Don A. Moore dalam jurnalnya yang berjudul ”Conflict Of Interest And
The Case of Auditor Independence : Moral Seduaction and Strategic Issue Cycling” (tahun
2005), mengatakan bahwa setidaknya ada 5 langkah yang dapat dilakukan untuk
meminimalisir terjadinya Conflict Of Interest dalam Profesi Akuntan, yaitu :
1. Auditor harus melakukan audit dan bukan melakukan layanan yang lain.
2. Sebuah perusahaan audit harus disewa untuk suatu periode tertentu, mungkin tiga/lima
tahun, hal ini untuk mengurangi auditor insentif yang bersifat menyenangkan klien
dengan pendapat/opini yang positif
3. Semua pihak terlibat dalam audit baik level eksekutif ataupun staf dilarang untuk
menerima pekerjaan atau bukan bagian dari perusahaan yang sedang diaudit.
4. Auditor harus membuat satu set penilaian independen, bukan sekadar meratifikasi
akuntansi dari perusahaan klien.
5. Auditor seharusnya tidak dipilih oleh manajemen perusahaan tetapi oleh komite audit
dewan direksi.
DAFTAR PUSTAKA
https://liahibatha.wordpress.com/2010/12/27/conflict-of-interest/
www. bpjsketenagakerjaan.go.id
http://febrianirika.blogspot.co.id/2011/01/conflict-of-interest-pada-profesi.html

More Related Content

What's hot

Kuliah 2 etika
Kuliah 2 etikaKuliah 2 etika
Kuliah 2 etikaRose Meea
 
BE & GG, Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Ethics & Conflict interest
BE & GG, Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Ethics & Conflict interestBE & GG, Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Ethics & Conflict interest
BE & GG, Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Ethics & Conflict interestmaya indrawati
 
BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Ethics and conflict...
BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Ethics and conflict...BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Ethics and conflict...
BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Ethics and conflict...siti muliawati
 
Kode Etika Bidan
Kode Etika BidanKode Etika Bidan
Kode Etika BidanUFDK
 
BE & ; GG, Roni Nugroho, Hapzi Ali, Ethics and Business Ethics and Conflict, ...
BE & ; GG, Roni Nugroho, Hapzi Ali, Ethics and Business Ethics and Conflict, ...BE & ; GG, Roni Nugroho, Hapzi Ali, Ethics and Business Ethics and Conflict, ...
BE & ; GG, Roni Nugroho, Hapzi Ali, Ethics and Business Ethics and Conflict, ...Roni Nugroho
 
Kode Etik Bidan
Kode Etik BidanKode Etik Bidan
Kode Etik BidanUFDK
 
Makul Etika Profesi dari Kelompok 2 (PROFESI,ORGANISASI PROFESI DAN KODE ETIK...
Makul Etika Profesi dari Kelompok 2 (PROFESI,ORGANISASI PROFESI DAN KODE ETIK...Makul Etika Profesi dari Kelompok 2 (PROFESI,ORGANISASI PROFESI DAN KODE ETIK...
Makul Etika Profesi dari Kelompok 2 (PROFESI,ORGANISASI PROFESI DAN KODE ETIK...Pet-pet
 
Prinsip prinsip profesi
Prinsip prinsip profesiPrinsip prinsip profesi
Prinsip prinsip profesiRisda Hamsuri
 
Etika bagi seorang akuntan
Etika bagi seorang akuntanEtika bagi seorang akuntan
Etika bagi seorang akuntanIdham Syam
 
etika profesi seorang akuntan
etika profesi seorang akuntanetika profesi seorang akuntan
etika profesi seorang akuntantrimugiarti
 
Uas etika profesi
Uas etika profesiUas etika profesi
Uas etika profesimayumizetaa
 
Etika profesi kelompok 8
Etika profesi  kelompok 8Etika profesi  kelompok 8
Etika profesi kelompok 8matiolestari
 

What's hot (20)

Kuliah 2 etika
Kuliah 2 etikaKuliah 2 etika
Kuliah 2 etika
 
BE & GG, Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Ethics & Conflict interest
BE & GG, Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Ethics & Conflict interestBE & GG, Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Ethics & Conflict interest
BE & GG, Maya Dwi Indrawati, Hapzi Ali, Ethics & Conflict interest
 
4.kode etik-ppt
4.kode etik-ppt4.kode etik-ppt
4.kode etik-ppt
 
Organisasi dan Etika Profesi
Organisasi dan Etika ProfesiOrganisasi dan Etika Profesi
Organisasi dan Etika Profesi
 
BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Ethics and conflict...
BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Ethics and conflict...BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Ethics and conflict...
BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Ethics and conflict...
 
Kode Etika Bidan
Kode Etika BidanKode Etika Bidan
Kode Etika Bidan
 
BE & ; GG, Roni Nugroho, Hapzi Ali, Ethics and Business Ethics and Conflict, ...
BE & ; GG, Roni Nugroho, Hapzi Ali, Ethics and Business Ethics and Conflict, ...BE & ; GG, Roni Nugroho, Hapzi Ali, Ethics and Business Ethics and Conflict, ...
BE & ; GG, Roni Nugroho, Hapzi Ali, Ethics and Business Ethics and Conflict, ...
 
Kode Etik Bidan
Kode Etik BidanKode Etik Bidan
Kode Etik Bidan
 
Organisasi dan kode_etik_profesi_widwi
Organisasi dan kode_etik_profesi_widwiOrganisasi dan kode_etik_profesi_widwi
Organisasi dan kode_etik_profesi_widwi
 
Makul Etika Profesi dari Kelompok 2 (PROFESI,ORGANISASI PROFESI DAN KODE ETIK...
Makul Etika Profesi dari Kelompok 2 (PROFESI,ORGANISASI PROFESI DAN KODE ETIK...Makul Etika Profesi dari Kelompok 2 (PROFESI,ORGANISASI PROFESI DAN KODE ETIK...
Makul Etika Profesi dari Kelompok 2 (PROFESI,ORGANISASI PROFESI DAN KODE ETIK...
 
Prinsip prinsip profesi
Prinsip prinsip profesiPrinsip prinsip profesi
Prinsip prinsip profesi
 
Pertemuan 2
Pertemuan 2Pertemuan 2
Pertemuan 2
 
Soal soal bu desi
Soal soal bu desiSoal soal bu desi
Soal soal bu desi
 
Etika bagi seorang akuntan
Etika bagi seorang akuntanEtika bagi seorang akuntan
Etika bagi seorang akuntan
 
etika profesi seorang akuntan
etika profesi seorang akuntanetika profesi seorang akuntan
etika profesi seorang akuntan
 
Uas etika profesi
Uas etika profesiUas etika profesi
Uas etika profesi
 
Bab 3 etika_profesional
Bab 3 etika_profesionalBab 3 etika_profesional
Bab 3 etika_profesional
 
Etika profesi kelompok 8
Etika profesi  kelompok 8Etika profesi  kelompok 8
Etika profesi kelompok 8
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Makalah profesi keguruan 6
Makalah profesi keguruan 6Makalah profesi keguruan 6
Makalah profesi keguruan 6
 

Similar to Etika Profesi Akuntansi

Etika profesi akuntan ( Mnj Ugm ).pptx
Etika profesi akuntan ( Mnj Ugm ).pptxEtika profesi akuntan ( Mnj Ugm ).pptx
Etika profesi akuntan ( Mnj Ugm ).pptxMuhammadNizarFanani
 
Pert 2. pengertian profesi dan profesionalisme
Pert 2. pengertian profesi dan profesionalismePert 2. pengertian profesi dan profesionalisme
Pert 2. pengertian profesi dan profesionalismeTri Sugihartono
 
etika-profesi-akuntan-ppt KASUS GAYUS TAMBUNAN.pptx
etika-profesi-akuntan-ppt KASUS GAYUS TAMBUNAN.pptxetika-profesi-akuntan-ppt KASUS GAYUS TAMBUNAN.pptx
etika-profesi-akuntan-ppt KASUS GAYUS TAMBUNAN.pptxRisdaZulfia
 
Tugas ppt perbedaan etika profesi akuntan dengan etika profesi keguruan
Tugas ppt perbedaan etika profesi akuntan dengan etika profesi keguruanTugas ppt perbedaan etika profesi akuntan dengan etika profesi keguruan
Tugas ppt perbedaan etika profesi akuntan dengan etika profesi keguruanAmanda Admsisme
 
Kode Etik Profesi Akuntan
Kode Etik Profesi AkuntanKode Etik Profesi Akuntan
Kode Etik Profesi AkuntanRose Meea
 
Etika Profesi Kelompok 3.pptx
Etika Profesi Kelompok 3.pptxEtika Profesi Kelompok 3.pptx
Etika Profesi Kelompok 3.pptxssuser28d19b
 
Kel 3_ Etika Profesional Akuntan.pptx
Kel 3_ Etika Profesional Akuntan.pptxKel 3_ Etika Profesional Akuntan.pptx
Kel 3_ Etika Profesional Akuntan.pptxDiianaAlmightymaxElf
 
Kode etik profesi akuntan menuju era global
Kode etik profesi akuntan menuju era globalKode etik profesi akuntan menuju era global
Kode etik profesi akuntan menuju era global20ianpratama
 
Kode etik profesi akuntan menuju era global
Kode etik profesi akuntan menuju era globalKode etik profesi akuntan menuju era global
Kode etik profesi akuntan menuju era global20ianpratama
 
009-010 Kode Etik Profesis Humas (2).ppt
009-010 Kode Etik Profesis Humas (2).ppt009-010 Kode Etik Profesis Humas (2).ppt
009-010 Kode Etik Profesis Humas (2).pptkrisworo0711
 
9. be gg, vidya anggraeni prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethics rights, pr...
9. be gg, vidya anggraeni prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethics rights, pr...9. be gg, vidya anggraeni prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethics rights, pr...
9. be gg, vidya anggraeni prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethics rights, pr...Vidya Anggraeni
 
Materi Pengantar Etika Bisnis dan Profesi.pptx
Materi Pengantar Etika Bisnis dan Profesi.pptxMateri Pengantar Etika Bisnis dan Profesi.pptx
Materi Pengantar Etika Bisnis dan Profesi.pptxmatys1395
 
Etika profesional
Etika profesionalEtika profesional
Etika profesionalEko Wibowo
 
Silahkan di download Materi Etika Bisnis & Budaya
Silahkan di download Materi Etika Bisnis & BudayaSilahkan di download Materi Etika Bisnis & Budaya
Silahkan di download Materi Etika Bisnis & Budayamatys1395
 
Begg, rian saputro, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, business ethic telkom i...
Begg, rian saputro, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, business ethic telkom i...Begg, rian saputro, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, business ethic telkom i...
Begg, rian saputro, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, business ethic telkom i...riansaputro1991
 

Similar to Etika Profesi Akuntansi (20)

12418420.ppt
12418420.ppt12418420.ppt
12418420.ppt
 
PPT.pptx
PPT.pptxPPT.pptx
PPT.pptx
 
Etika profesi akuntan ( Mnj Ugm ).pptx
Etika profesi akuntan ( Mnj Ugm ).pptxEtika profesi akuntan ( Mnj Ugm ).pptx
Etika profesi akuntan ( Mnj Ugm ).pptx
 
Pert 2. pengertian profesi dan profesionalisme
Pert 2. pengertian profesi dan profesionalismePert 2. pengertian profesi dan profesionalisme
Pert 2. pengertian profesi dan profesionalisme
 
etika-profesi-akuntan-ppt KASUS GAYUS TAMBUNAN.pptx
etika-profesi-akuntan-ppt KASUS GAYUS TAMBUNAN.pptxetika-profesi-akuntan-ppt KASUS GAYUS TAMBUNAN.pptx
etika-profesi-akuntan-ppt KASUS GAYUS TAMBUNAN.pptx
 
Tugas ppt perbedaan etika profesi akuntan dengan etika profesi keguruan
Tugas ppt perbedaan etika profesi akuntan dengan etika profesi keguruanTugas ppt perbedaan etika profesi akuntan dengan etika profesi keguruan
Tugas ppt perbedaan etika profesi akuntan dengan etika profesi keguruan
 
Kode Etik Profesi Akuntan
Kode Etik Profesi AkuntanKode Etik Profesi Akuntan
Kode Etik Profesi Akuntan
 
Etika Profesi Kelompok 3.pptx
Etika Profesi Kelompok 3.pptxEtika Profesi Kelompok 3.pptx
Etika Profesi Kelompok 3.pptx
 
Kel 3_ Etika Profesional Akuntan.pptx
Kel 3_ Etika Profesional Akuntan.pptxKel 3_ Etika Profesional Akuntan.pptx
Kel 3_ Etika Profesional Akuntan.pptx
 
Etika profesi
Etika profesiEtika profesi
Etika profesi
 
Kode etik profesi akuntan menuju era global
Kode etik profesi akuntan menuju era globalKode etik profesi akuntan menuju era global
Kode etik profesi akuntan menuju era global
 
Kode etik profesi akuntan menuju era global
Kode etik profesi akuntan menuju era globalKode etik profesi akuntan menuju era global
Kode etik profesi akuntan menuju era global
 
009-010 Kode Etik Profesis Humas (2).ppt
009-010 Kode Etik Profesis Humas (2).ppt009-010 Kode Etik Profesis Humas (2).ppt
009-010 Kode Etik Profesis Humas (2).ppt
 
9. be gg, vidya anggraeni prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethics rights, pr...
9. be gg, vidya anggraeni prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethics rights, pr...9. be gg, vidya anggraeni prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethics rights, pr...
9. be gg, vidya anggraeni prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethics rights, pr...
 
Materi Pengantar Etika Bisnis dan Profesi.pptx
Materi Pengantar Etika Bisnis dan Profesi.pptxMateri Pengantar Etika Bisnis dan Profesi.pptx
Materi Pengantar Etika Bisnis dan Profesi.pptx
 
Etika profesional
Etika profesionalEtika profesional
Etika profesional
 
Silahkan di download Materi Etika Bisnis & Budaya
Silahkan di download Materi Etika Bisnis & BudayaSilahkan di download Materi Etika Bisnis & Budaya
Silahkan di download Materi Etika Bisnis & Budaya
 
Etika Profesi_2 karakteristik dan ciri profesi
Etika Profesi_2 karakteristik dan ciri profesiEtika Profesi_2 karakteristik dan ciri profesi
Etika Profesi_2 karakteristik dan ciri profesi
 
Organisasi dan kode_etik_profesi_widwi
Organisasi dan kode_etik_profesi_widwiOrganisasi dan kode_etik_profesi_widwi
Organisasi dan kode_etik_profesi_widwi
 
Begg, rian saputro, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, business ethic telkom i...
Begg, rian saputro, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, business ethic telkom i...Begg, rian saputro, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, business ethic telkom i...
Begg, rian saputro, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, business ethic telkom i...
 

More from Muh Agus Priyetno

TGS UAS SM, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Analisis SWOT BPJS Ketenaga...
TGS UAS SM,  Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Analisis SWOT BPJS Ketenaga...TGS UAS SM,  Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Analisis SWOT BPJS Ketenaga...
TGS UAS SM, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Analisis SWOT BPJS Ketenaga...Muh Agus Priyetno
 
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, strategic implemen...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, strategic implemen...Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, strategic implemen...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, strategic implemen...Muh Agus Priyetno
 
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, multi business st...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi,  multi business st...Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi,  multi business st...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, multi business st...Muh Agus Priyetno
 
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, long term objectiv...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, long term objectiv...Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, long term objectiv...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, long term objectiv...Muh Agus Priyetno
 
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, long term objecti...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi,  long term objecti...Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi,  long term objecti...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, long term objecti...Muh Agus Priyetno
 
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, analisis lingkunga...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, analisis lingkunga...Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, analisis lingkunga...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, analisis lingkunga...Muh Agus Priyetno
 
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, vision and company...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, vision and company...Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, vision and company...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, vision and company...Muh Agus Priyetno
 
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, external macro env...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, external macro env...Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, external macro env...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, external macro env...Muh Agus Priyetno
 
BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Ethics and Conflict Interest, U...
BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Ethics and Conflict Interest, U...BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Ethics and Conflict Interest, U...
BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Ethics and Conflict Interest, U...Muh Agus Priyetno
 
TGS UAS BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Penerapan GCG Pada BPJS...
TGS UAS BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Penerapan GCG Pada BPJS...TGS UAS BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Penerapan GCG Pada BPJS...
TGS UAS BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Penerapan GCG Pada BPJS...Muh Agus Priyetno
 
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, corruption dan fraud, unive...
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, corruption dan fraud, unive...Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, corruption dan fraud, unive...
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, corruption dan fraud, unive...Muh Agus Priyetno
 
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, governance rating, universi...
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, governance rating, universi...Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, governance rating, universi...
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, governance rating, universi...Muh Agus Priyetno
 
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, executive and director, uni...
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, executive and director, uni...Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, executive and director, uni...
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, executive and director, uni...Muh Agus Priyetno
 
BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Philosophical Ethics and Busine...
BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Philosophical Ethics and Busine...BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Philosophical Ethics and Busine...
BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Philosophical Ethics and Busine...Muh Agus Priyetno
 

More from Muh Agus Priyetno (14)

TGS UAS SM, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Analisis SWOT BPJS Ketenaga...
TGS UAS SM,  Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Analisis SWOT BPJS Ketenaga...TGS UAS SM,  Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Analisis SWOT BPJS Ketenaga...
TGS UAS SM, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Analisis SWOT BPJS Ketenaga...
 
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, strategic implemen...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, strategic implemen...Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, strategic implemen...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, strategic implemen...
 
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, multi business st...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi,  multi business st...Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi,  multi business st...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, multi business st...
 
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, long term objectiv...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, long term objectiv...Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, long term objectiv...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, long term objectiv...
 
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, long term objecti...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi,  long term objecti...Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi,  long term objecti...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, long term objecti...
 
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, analisis lingkunga...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, analisis lingkunga...Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, analisis lingkunga...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, analisis lingkunga...
 
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, vision and company...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, vision and company...Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, vision and company...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, vision and company...
 
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, external macro env...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, external macro env...Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, external macro env...
Strategic management, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, external macro env...
 
BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Ethics and Conflict Interest, U...
BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Ethics and Conflict Interest, U...BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Ethics and Conflict Interest, U...
BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Ethics and Conflict Interest, U...
 
TGS UAS BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Penerapan GCG Pada BPJS...
TGS UAS BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Penerapan GCG Pada BPJS...TGS UAS BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Penerapan GCG Pada BPJS...
TGS UAS BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Penerapan GCG Pada BPJS...
 
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, corruption dan fraud, unive...
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, corruption dan fraud, unive...Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, corruption dan fraud, unive...
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, corruption dan fraud, unive...
 
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, governance rating, universi...
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, governance rating, universi...Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, governance rating, universi...
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, governance rating, universi...
 
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, executive and director, uni...
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, executive and director, uni...Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, executive and director, uni...
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, executive and director, uni...
 
BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Philosophical Ethics and Busine...
BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Philosophical Ethics and Busine...BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Philosophical Ethics and Busine...
BE & GG, Muh Agus Priyetno, Prof Dr Ir Hapzi, Philosophical Ethics and Busine...
 

Recently uploaded

BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxTheresiaSimamora1
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerjamonikabudiman19
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptAchmadHasanHafidzi
 
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategikmonikabudiman19
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptAchmadHasanHafidzi
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptAchmadHasanHafidzi
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfNizeAckerman
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptximamfadilah24062003
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAAchmadHasanHafidzi
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelAdhiliaMegaC1
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.pptsantikalakita
 
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptxfitriamutia
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYARirilMardiana
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IAccIblock
 

Recently uploaded (16)

BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
 
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal KerjaPengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
Pengertian, Konsep dan Jenis Modal Kerja
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
 
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen StrategikKonsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
Konsep Dasar Manajemen, Strategik dan Manajemen Strategik
 
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.pptPengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
Pengantar Akuntansi dan Prinsip-prinsip Akuntansi.ppt
 
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.pptkonsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
konsep akuntansi biaya, perilaku biaya.ppt
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
 
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptxPPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
PPT KEGIATAN MENGOLAKASIAN DANA SUKU BUNGA KLP 4.pptx
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIAKONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
KONSEP & SISTEM PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
 
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
11.-SUPERVISI-DALAM-MANAJEMEN-KEPERAWATAN.ppt
 
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
5. WAKALH BUL UJRAH DAN KAFALAH BIL UJRAH.pptx
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
 
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN IPIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
PIUTANG, AKUNTANSI, AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I
 

Etika Profesi Akuntansi

  • 1. Nama Mahasiswa : Muh. Agus Priyetno NIM : 55117110052 Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. H. Hapzi Ali, Pre-MSc, MM, CM ETIKA PROFESI AKUNTANSI FORUM Etika Profesi Akuntansi adalah Merupakan suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai Akuntan. Menurut Billy, Perkembangan Profesi Akuntan terbagi menjadi empat fase yaitu, 1. Pra Revolusi Industri 2. Masa Revolusi Industri tahun 1900 3. Tahun 1900 – 1930 4. Tahun 1930 – sekarang Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi yang biasanya dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan bagi setiap orang yang mengembangkan profesi yang bersangkutan. Aturan ini merupakan aturan main dalam menjalankan atau mengemban profesi tersebut yang biasanya disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi. Menurut Chua dkk (1(994) menyatakan bahwa etika profesional juga berkaitan dengan perilaku moral yang lebih terbatas pada kekhasan pola etika yang diharapkan untuk profesi tertentu. Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode etik yang merupakan seperangkat moral-moral dan mengatur tentang etika professional (Agnes, 1996). Pihak-pihak yang berkepentingan dalam etika profesi adalah akuntan publik, penyedia informasi akuntansi dan mahasiswa akuntansi (Suhardjo dan Mardiasmo, 2002). Di dalam kode etik terdapat muatan-muatan etika yang pada dasarnya untuk melindungi kepentingan masyarakat yang menggunakan jasa profesi. Terdapat dua sasaran pokok dalam dua kode etik ini yaitu Pertama, kode etik bermaksud melindungi masyarakat dari kemungkinan dirugikan oleh kelalaian baik secara disengaja maupun tidak disengaja oleh kaum profesional. Kedua, kode etik bertujuan melindungi keseluruhan profesi tersebut dari perilaku-perilaku buruk orang tertentu yang mengaku dirinya profesional (Keraf, 1998). Kode etik akuntan merupakan norma dan perilaku yang mengatur hubungan antara auditor dengan para klien, antara auditor dengan sejawatnya dan antara profesi dengan masyarakat. Kode etik akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktek sebagai auditor, bekerja di lingkungan usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan. Etika profesional bagi praktek auditor di Indonesia dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (Sihwajoni dan Gudono, 2000).
  • 2. Prinsip perilaku profesional seorang akuntan, yang tidak secara khusus dirumuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tetapi dapat dianggap menjiwai kode perilaku IAI, berkaitan dengan karakteristik tertentu yang harus dipenuhi oleh seorang akuntan. Prinsip etika yang tercantum dalam kode etik akuntan Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Tanggung Jawab profesi, Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi. 2. Kepentingan Publik, Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara. Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi. 3. Integritas, Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin. Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip. 4. Objektivitas, Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip
  • 3. obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih orang orang yang ingin masuk kedalam profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas. 5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional, Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir. Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seharusnya tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka miliki. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing masing atau menilai apakah pendidikan, pedoman dan pertimbangan yang diperlukan memadai untuk bertanggung jawab yang harus dipenuhinya. 6. Kerahasiaan, Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir. 7. Perilaku Profesional, Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum. 8. Standar Teknis, Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan
  • 4. dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.  RUU dan KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK Untuk mengawasi akuntan publik, khususnya kode etik, Departemen Keuangan (DepKeu) mempunyai aturan sendiri yaitu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.17 Tahun 2008 yang mewajibkan akuntan dalam melaksanakan tugas dari kliennya berdasarkan SPAP (Standar Profesi Akuntan Publik) dan kode etik. SPAP dan kode etik diterapkan oleh asosiasi profesi berdasarkan standar Internasional. Misalkan dalam auditing, SPAP berstandar kepada International Auditing Standart. Laporan keuangan mempunyai fungsi yang sangat vital, sehingga harus disajikan dengan penuh tanggung jawab. Untuk itu, Departemen Keuangan menyusun rancangan Undang- undang tentang Akuntan Publik dan RUU Laporan Keuangan. RUU tentang Akuntan Publik didasari pertimbangan untuk profesionalisme dan integritas profesi akuntan publik. RUU Akuntan Publik terdiri atas 16 Bab dan 60 Pasal , dengan pokok-pokok mencakup lingkungan jasa akuntan publik, perijinan akuntan publik, sanksi administratif, dan ketentuan pidana. Sedangkan kode etik yang disusun oleh SPAP adalah kode etik International Federations of Accountants (IFAC) yang diterjemahkan, jadi kode etik ini bukan merupakan hal yang baru kemudian disesuaikan dengan IFAC, tetapi mengadopsi dari sumber IFAC. Jadi tidak ada perbedaaan yang signifikan antara kode etik SAP dan IFAC. Adopsi etika oleh Dewan SPAP tentu sejalan dengan misi para akuntan Indonesia untuk tidak jago kandang. Apalagi misi Federasi Akuntan Internasional seperti yang disebut konstitusi adalah melakukan pengembangan perbaikan secara global profesi akuntan dengan standar harmonis sehingga memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi secara konsisten untuk kepentingan publik. Seorang anggota IFAC dan KAP tidak boleh menetapkan standar yang kurang tepat dibandingkan dengan aturan dalam kode etik ini. Akuntan profesional harus memahami perbedaaan aturan dan pedoman beberapa daerah juridiksi, kecuali dilarang oleh hukum atau perundang-undangan.  APLIKASI KODE ETIK Meski sampai saat ini belum ada akuntan yang diberikan sangsi berupa pemberhentian praktek audit oleh dewan kehormatan akibat melanggar kode etik dan standar profesi akuntan, tidak berarti seorang akuntan dapat bekerja sekehendaknya. Setiap orang yang memegang gelar akuntan, wajib menaati kode etik dan standar akuntan, utamanya para akuntan publik yang sering bersentuhan dengan masyarakat dan kebijakan pemerintah. Etika yang dijalankan dengan benar menjadikan sebuah profesi menjadi terarah dan jauh dari skandal. Menurut Kataka Puradireja (2008), kekuatan dalam kode etik profesi itu terletak pada para pelakunya, yaitu di dalam hati nuraninya. Jika para akuntan itu mempunyai integritas tinggi, dengan sendirinya dia akan menjalankan prinsip kode etik dan standar akuntan. Dalam kode
  • 5. etik dan standar akuntan dalam memenuhi standar profesionalnya yang meliputi prinsip profesi akuntan, aturan profesi akuntan dan interprestasi aturan etika akuntan. Dan kode etik dirumuskan oleh badan yang khusus dibentuk untuk tujuan tersebut oleh Dewan Pengurus Nasional (DPN). Hal yang membedakan suatu profesi akuntansi adalah penerimaan tanggungjawab dalam bertindak untuk kepentingan publik. Oleh karena itu tanggungjawab akuntan profesional bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan klien atau pemberi kerja, tetapi bertindak untuk kepentingan publik yang harus menaati dan menerapkan aturan etika dari kode etik. Akuntan tidak independen apabila selama periode Audit dan periode Penugasan Profesioanalnya, baik Akuntan, Kantor Akuntan Publik (KAP) maupun orang dalam KAP memberikan jasa-jasa non-audit kepada klien, seperti pembukaan atau jasa lain yang berhubungan dengan jasa akuntansi klien, desain sistem informasi keuangan, aktuaria dan audit internal. Konsultasi kepada kliennya dibidang itu menimbulkan benturan kepentingan. CONFLICT OF INTEREST PADA PROFESI AKUNTAN Laporan keuangan yang pada umumnya terdiri dari neraca, perhitungan rugi laba dan laporan perubahan posisi keuangan merupakan salah satu data yang penting dalam proses pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, sehingga laporan keuangan tersebut harus mencerminkan posisi keuangan perusahaan secara wajar, sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum (di Indonesia : Prinsip Akuntansi Indonesia /PAI) agar tidak menimbulkan penafsiran yang salah atas sumber daya ekonomi perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan seperti pemilik perusahaan, manajemen (sebagai pengelola usaha), investor dan kreditur (sebagai penyedia dana) dan lain-lain mempunyai kepentingan yang berbeda atas laporan keuangan. Perbedaan kepentingan (conflict of interest) ini menimbulkan adanya kemungkinan penyajian posisi keuangan yang menyimpang dari prinsip akuntansi yang diterima umum, demi membela kepentingan pihak-pihak tertentu. Hal ini menyebabkan laporan keuangan yang dihasilkan oleh manajemen perlu diperiksa / diaudit oleh akuntan publik yang independent, untuk mendapat kepercayaan atas laporan keuangan tersebut. Adanya jasa pemeriksaan (audit) diharapkan dapat menjembatani kepentingan-kepentingan yang berbeda tersebut, dengan memberikan pendapatnya terhadap laporan keuangan manajemen. Kwalitas (mutu) pekerjaan akuntan publik diukur dari kepatuhannya terhadap norma pemeriksaan akuntan dan kode etik. Fungsi auditor dalam kasus ini adalah sebagai pihak yang memberikan kepastian terhadap integritas angka-angka akuntansi yang dihasilkan oleh tehnologi akuntansi auditee dan kemudian angka-angka ini digunakan sebagai dasar untuk pembuatan kontrak antara agen dan prinsipal (DeFond 1992; Francis dan Wilson 1988; Palmrose 1984). Jika akuntansi merupakan bagian penting dari proses kontrak dan kos agensi serta bervariasi sesuai dengan jenis kontrak yang berbeda-beda, maka prosedur akuntansi berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan kompensasi manajer. Berdasarkan teori agensi yang
  • 6. mengasumsikan bahwa manusia itu selalu self-interest maka kehadiran pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara prinsipal dan agen, dalam hal ini adalah auditor independen. Teori keagenan menyatakan bahwa konflik kepentingan antara agen dan prinsipal membutuhkan adanya kehadiran pihak ketiga yang independen untuk menengahi konflik diantara kedua pihak tersebut. Berdasarkan pandangan teori keagenan tampak jelas peran auditor dalam memberikan jasa atestasi atas laporan keuangan yang dibuat oleh pihak agen dan dijadikan dasar pembuatan kontrak. Auditor diharapkan memberikan pandangan yang independen tentang kesahihan angka-angka yang disajikan. Auditor dapat melakukan fungsinya dengan benar jika memiliki kompetensi yang memadai dan sikap independen. Faktor Yang Memperngaruhi Integritas, Objektivitas dan Independensi Seorang Akuntan Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Akuntan publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Akuntan publik berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik. Sikap mental independen tersebut meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance). Terdapat empat hal yang menggangu independensi akuntan publik, yaitu: 1. akuntan publik memiliki mutual atau conflicting interest dengan klien 2. mengaudit pekerjaan akuntan publik sendiri 3. berfungsi sebagai manajemen atau karyawan dari klien dan 4. bertindak sebagai penasihat (advocate) dari klien. Akuntan publik akan terganggu independensi jika memiliki hubungan bisnis, keuangan dan manajemen atau karyawan dengan kliennya. Mutual interest terjadi jika akuntan publik berhubungan dengan audit committee yang ada di perusahaan, sedangkan conflict intetrest jika akuntan publik berhubungan dengan manajemen. Cara Mengatasi Conflict Of Interest dalam Etika Profesi Akuntansi Dari pemaparan di atas, jelas sekali bahwa profesi seorang akuntan akan sangat rentan dengan gangguan moral dari pihak agen (management) atau dari pihak principal (pemilik perusahaan). Sehingga seorang akuntan memang sudah sepatutnya untuk menjalankan tugasnya secara professional mengikuti Prinsip-Prinsip Kode Etik Akuntan yang telah disepakai dalam Kongres Akutansi. Prinsip Kode Etik Akuntan yang paling cocok dengan masalah Conflict of Interest adalah prinsip yang keempat yaitu Obyektivitas. Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan pejabat. Prinsip obyektivitas mengharuskan bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah
  • 7. pengaruh pihak lain. Sudah sangat jelas bahwa setiap akuntan harus memiliki prinsip obyektivitas yang tinggi dalam menjaankan profesinya sebagai akuntan. Dengan mematuhi Prinsip Kode Etik Akuntan, seorang akuntan akan terhindar dari Conflict of Interest yang kemungkinan akan terjadi selama menjalankan tugasnya sebagai auditor. Laporan-laporan yang dihasilkannyapun akan bersifat independen dan memberikan opini yang sesuai dengan facta yang ada dan temuan-temuan yang ada, tidak memberikan opini palsu atas laporan keuangan yang hanya mementingkan kepentingan atau keuntungan pribadi atau golongan tertentu. Menurut Don A. Moore dalam jurnalnya yang berjudul ”Conflict Of Interest And The Case of Auditor Independence : Moral Seduaction and Strategic Issue Cycling” (tahun 2005), mengatakan bahwa setidaknya ada 5 langkah yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya Conflict Of Interest dalam Profesi Akuntan, yaitu : 1. Auditor harus melakukan audit dan bukan melakukan layanan yang lain. 2. Sebuah perusahaan audit harus disewa untuk suatu periode tertentu, mungkin tiga/lima tahun, hal ini untuk mengurangi auditor insentif yang bersifat menyenangkan klien dengan pendapat/opini yang positif 3. Semua pihak terlibat dalam audit baik level eksekutif ataupun staf dilarang untuk menerima pekerjaan atau bukan bagian dari perusahaan yang sedang diaudit. 4. Auditor harus membuat satu set penilaian independen, bukan sekadar meratifikasi akuntansi dari perusahaan klien. 5. Auditor seharusnya tidak dipilih oleh manajemen perusahaan tetapi oleh komite audit dewan direksi. Referensi : http://nelo-neloli.blogspot.com/2011/10/etika-profesi-akuntansi.html http://sefianoarni.blogspot.com/2011/11/tulisan-etika-profesi-akuntansi_9627.html https://liahibatha.wordpress.com/2010/12/27/conflict-of-interest/ Abdullah, Syukry dan Abdul Halim. 2002. Pengintegrasian Etika dalam Pendidikan dan Riset Akuntansi . Kompak, STIE YO. Sukrisno Agoes. 1996. Penegakkan Kode Etik Akuntan Indonesia. Makalah dalam Konvensi Nasional Akuntansi III. IAI.
  • 8. QUIZ 1. Jelaskan norma-norma ethics dan kaitannya dengan tugas sebagai staf di perusahaan/kantor saudara. Dalam menjalankan usahanya BPJS Ketenagakerjaan telah menerapkan etika bisnis/usaha dan etika kerja. yang merupakan norma-norma ethics: 1. Etika bisnis menjadi acuan bagi BPJS Ketenagakerjaan dalam melaksanakan kegiatan usaha termasuk berinteraksi dengan pemangku kepentingan. 2. Etika kerja merupakan sistem yang dianut oleh setiap pimpinan dan pekerja dalam melaksanakan tugasnya termasuk etika hubungan antar-pekerja dan BPJS Ketenagakerjaan. Sebagai badan hukum publik, BPJS Ketenagakerjaan memiliki Visi, Misi, Tata Nilai dan Etos kerja yang merupakan bagian dari Kode Etik. BPJS Ketenagakerjaan memahami Kode Etik sebagi sekumpulan norma atau nilai tertulis yang diyakini sebagai standar perilaku berlandaskan peraturan perundangundangan dan etika kerja. Kode Etik berfungsi sebagai panduan bagi seluruh karyawan maupun dan pejabat tata kelola tanpa terkecuali, termasuk Direksi dan Dewan Pengawas. Penerapan Kode Etik tidak hanya dalam perilaku dan pelaksanaan tugas secara internal, akan tetapi juga dalam membina hubungan dengan eksternal. KODE ETIK BPJS KETENAGAKERJAAN BERISI TENTANG 1. Patuh dan taat pada ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. 2. Melakukan pencatatan yang benar mengenai segala transaksi yang bertalian dengan kegiatan keuangan. 3. Menghindarkan diri dari persaingan yang tidak sehat. 4. Tidak menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan pribadi. 5. Menghindarkan diri dari keterlibatan dalam pengambilan keputusan dalam hal terdapat pertentangan kepentingan. 6. Memperhitungkan dampak yang merugikan dari setiap kebijakan yang ditetapkan terhadap keadaan ekonomi, sosial dan lingkungan. 7. Tidak menerima hadiah atau imbalan yang memperkaya diri pribadi maupun keluarga. 8. Tidak melakukan perbuatan tercela yang dapat merugikan citra BPJS Ketenagakerjaan. Upaya Penegakan Kode Etik Seluruh Insan BPJS Ketenagakerjaan, termasuk Dewan Pengawas dan Direksi telah menandatangani pakta integritas yang berisikan tentang: 1. Kepatuhan atas kode etik BPJS Ketenagakerjaan 2. Tindakan pencegahan korupsi, gratifikasi, suap dan kecurangan. 3. Menghindari tindakan yang berpotensi terhadap terjadinya benturan kepentingan. 4. Pelaporan penerimaan gratifikasi. 5. Penyampaian LHKPN bagi pejabat wajib lapor.
  • 9. 6. Menjaga kerahasiaan informasi BPJS Ketenagakerjaan serta melaporkan setiap pelanggaran melalui saluran pelaporan pelanggaran. 7. Melaporkan setiap pelanggaran melalui saluran pelaporan pelanggaran. Sosialisasi Kode Etik BPJS Ketenagakerjaan terus melakukan sosialisasi Kode Etik kepada karywan dan pejabat tata kelola. Beberapa bentuk sosialisasi yang telah dilakukan sepanjang tahun 2015-2016: 1. Penyusunan modul E-Learning Good Governance tentang 2. Pelaksanaan Pedoman Kode Etik BPJS Ketenagakerjaan; Pelaksanaan Pedoman Benturan Kepentingan; 3. Pelaksanaan Pedoman Perilaku (Code of Conduct); 4. Pedoman Pengendalian Gratifikasi; 5. Pedoman Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL); 6. Pedoman Pengelolaan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN); 7. Pedoman Pelaksanaan Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing System); 8. Sistem Pengendalian Kecurangan (Fraud Control System). Melalui modul ini karyawan bisa secara mandiri belajar tentang Tata Kelola yang Baik. Pelaksanaan sosialisasi dan edukasi yang dilakukan di tahun 2015 tidak hanya terbatas kepada 11 Kantor Wilayah, 121 Kantor Cabang dan 203 Kantor Cabang Perintis. Menjadikan Good Governance sebagai materi dalam pendidikan dan pelatihan (diklat) untuk karyawan, khususnya orientasi persiapan kerja bagi calon-calon karyawan juga menjadi fokus lembaga dalam rangka internalisasi good governance. Selain itu dalam proses penerapan etika bisnis BPJS Ketenagakerjaan juga mempunyai etos kerja dan pedoman prilaku seluruh insan BPJS Ketenagakerjaan yaitu · Pedoman prilaku 1. Iman Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, Selalu berpikiran positif | Always Positive Thinking Memberikan pelayanan tulus ikhlas, Senantiasa mensyukuri anugerah dan karunia Tuhan, Bersikap amanah, Bekerja bagian dari ibadah kepada Tuhan YME, Memiliki kesabaran dalam bekerja dan berkarir. 2. Profesional Selalu mengupayakan hal yang terbaik dalam bekerja, Kompeten dan bertanggung jawab, Proaktif, tangguh dan pantang menyerah, mengasah diri agar siap menghadapi perubahan 3. Teladan Harus menjaga perilaku dan menjadi panutan yang baik, Menghormati sesama serta saling memberi bantuan, dukungan dan bimbingan, Satunya kata dan perbuatan 4. Integritas Harus dapat dipercaya, Memiliki komitmen dan menjunjung tinggi kode etik profesi, Berani mengemukakan pendapat untuk kebaikan institusi, Tidak mudah tergoda atau melakukan hal- hal yang melanggar moralitas dan integritas 5. Kerjsama
  • 10. Mengutamakan keberhasilan organisasi , Selalu menjaga kebersamaan dan kekompakan, Membangun komunikasi dan kolaborasi untuk tercapainya sinergi , Menghargai perbedaan pendapat dan selalu berupaya membangun konsesus. · Etos Kerja (TOPAS) 1. Team Work Memiliki kemampuan dalam membangun kerjasama dengan orang lain atau dengan kelompok untuk mencapai tujuan BPJS Ketenagakerjaan. 2. Open Mind Memiliki kemampuan untuk membuka pikiran dan menerima gagasan-gagasan baru yang lebih baik. 3. Passion Bersemangat dan antusias dalam melaksanakan pekerjaan. 4. Action Segera melaksanakan rencana/ pekerjaan/tugas yang telah disepakati dan ditetapkan bersama 5. Sense Rasa memiliki, kepedulian, ikut bertanggungjawab dan memiliki inisiatif yang tinggi untuk memecahkan masalah BPJS Ketenagakerjaan. Untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan maka BPJS Ketenagakerjaan menjadikan prinsip-prinsip good governance sebagai pedoman/acuan dalam pengelolaan BPJS Ketenagakerjaan. Prinsip-prinsip good governance itu adalah sebagai berikut: PRINSIP – PRINSIP GOOD GOVERNANCE BPJS KETENAGAKERJAAN Transparancy • Terjaminnya keterbukaan dalam pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam pengungkapan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial oleh BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan perundang-undagan yang berlaku Accountability • Terselenggaranya kegiatan usaha BPJS Ketenagakerjaan yang menjelaskan fungsi, pelaksanaan dan pertanggung- jawaban dari setiap pihk yang terkait dengan organ BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan praktif yang berlaku umum. Responsibility • Terselenggaranya program jaminan sosial oleh BPJS Ketenagakerjaan yang dapat menjelaskan peranan dan status dari setiap pihak yang terkait dengan BPJS Ketenagakerjaan untuk setiap proses pembuatan dan penerapan kebijakan di
  • 11. BPJS Ketenagakerjaan. Independency • Pengelolaan BPJS Ketenagakerjaan secara profesional yang bebas dari benturan kepentingan atau tekanan dan atau pengaruh dari setiap pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan Fairness • Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak setiap pihak yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku Predictability • Penerapan hukum, kebijakan dan peraturan secara konsisten. dalam pelaksanaan program jaminan sosial, hak dan kewajiban peserta serta penerima manfaat harus ditetapkan, dilindungi dan diterapkan secara konsisten. untuk menjaga kesinambungan program yang dijalankan ketika ada perubahan atas peraturan perundang-undangan, program dan manfaat. Participation • Memberikan edukasi secara aktif dan kesempatan keterlibatan pemangu kepentingan secara efektif dengan cara memberi kemudahan mengakses informasi lembaga dan kemampuan mereka untuk memahami dan bertindak terkait informasi tersebut. Dynamism • Inonasi dalam tata kelola lembaga atau perubahan yang positif, efeknya adalah untuk menciptakan efisiensi dan meningkatkan performance lembaga. 2. Apa yang saudara ketahui tentang Conflict Interest dan bagaimana cara mengatasi hal ini kalau terjadi perusahaan saudara Konflik kepentingan adalah pertentangan antara loyalitas sebagai seorang profesional dan kepentingan yang ada di luar itu, yang dapat mengurangi kredibilitas dari agen moral. Konflik pada umumnya terjadi akibat peran yang kita mainkan dalam kehidupan bermasyarakat, dan alasan itu melibatkan tugas yang khusus melebihi kewajiban sosial yang ada. Kesetiaan yang terbagi tidak melibatkan prinsip dasar nilai moral. Orangtua kita selalu mengajarkan kita untuk tidak berbohong, curang, ataupun mencuri. Mereka tidak mengatakan apapun mengenai konflik kepentingan. Faktanya di masa sekarang ini konflik kepentingan muncul sebagai pertanyaan dasar yang menyangkut kejujuran dan kebenaran, dua nilai prinsip dasar yang penting.
  • 12. Secara umum, konflik kepentingan dapat didefinisikan sebagai suatu situasi di mana seorang individu atau perusahaan (baik swasta maupun pemerintah) berada dalam posisi untuk mengeksploitasi kapasitas profesional atau pejabat dalam beberapa cara untuk kepentingan pribadi atau perusahaan. Tergantung pada hukum atau aturan yang terkait dengan sebuah organisasi tertentu, adanya konflik kepentingan tidak mungkin dalam dan dari dirinya sendiri. Bahkan, untuk professional sekalipun, maka hampir tidak mungkin untuk menghindari konflik kepentingan dari waktu ke waktu. Suatu konflik kepentingan, bagaimanapun bisa menjadi masalah hukum misalnya ketika individu mencoba (dan / atau berhasil dalam) yang mempengaruhi hasil keputusan, untuk kepentingan pribadi. Seorang direktur atau eksekutif akan dikenakan kewajiban hukum jika melakukan koflik. Ada sering kebingungan diantara dua situasi. Sebagai contoh: dalam bidang bisnis dan kontrol, menurut Institute of Internal Auditor, konflik kepentingan adalah suatu situasi di mana auditor internal yang dipercaya, memiliki kepentingan profesional atau pribadi yang bersaing. kepentingan yang bersaing tersebut dapat mempersulit untuk tidak memihak.Suatu konflik kepentingan dapat mengganggu kemampuan individu untuk melakukan tugas dan tanggung jawabnya secara objektif. Cara terbaik untuk menangani konflik kepentingan adalah untuk menghindari konflik sepenuhnya. Kode etik membantu mengurangi masalah dengan konflik kepentingan karena mereka dapat menguraikan sejauh mana konflik tersebut harus dihindari, dan apa yang kedua belah pihak harus lakukan di mana konflik tersebut diperbolehkan oleh kode etik (pengungkapan, pengingkaran, dll). Pengertian conflict interest menurut BPJS Ketenagakerjaan Situasi dimana direksi dan karyawan BPJS Ketenagakerjaan mendahulukan kepentingan pribadi, keluarga, kelompok maupun pihak lainnya di atas kepentingan BPJS Ketenagakerjaan yang berpotensi atau menimbulkan kerugian. 1. Memiliki hubungan keluarga s/d derajat ke-3 antar anggota direksi, anggota direksi dengan dewas 2. Memiliki bisnis yang berkaitan dengan program jaminan sosial 3. Membuta keputusan yang mengandung unsur benturan kepentingan 4. Mendirikan atau memiliki badan usaha yang terkait dengan program jaminan sosial 5. Menyalahgunakan dan mengelapkan aset BPJS Ketenagakerjaan atau dana jaminan sosial 6. Merangkap jabatan sebagai anggota parpol, pengurus LSM, Pejabat struktural lembaga pemerintahan dan pejabat di badan usaha dan badan hukum lainnya. Cara mengatasi conflict Interest BPJS Ketenagakerjaan Dalam mengatasi conflict Interest BPJS Ketenagakerjaan memegang prinsip-prinsip Good Governance BPJS Ketenagakerjaan. Untuk mewujudkan visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan maka BPJS Ketenagakerjaan menjadikan prinsip-prinsip good governance sebagai pedoman/acuan dalam pengelolaan BPJS Ketenagakerjaan. Prinsip-prinsip good governance itu adalah sebagai berikut: PRINSIP – PRINSIP GOOD GOVERNANCE BPJS KETENAGAKERJAAN Transparancy • Terjaminnya keterbukaan dalam pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam pengungkapan
  • 13. informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial oleh BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan perundang-undagan yang berlaku Accountability • Terselenggaranya kegiatan usaha BPJS Ketenagakerjaan yang menjelaskan fungsi, pelaksanaan dan pertanggung-jawaban dari setiap pihk yang terkait dengan organ BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan praktif yang berlaku umum. Responsibility • Terselenggaranya program jaminan sosial oleh BPJS Ketenagakerjaan yang dapat menjelaskan peranan dan status dari setiap pihak yang terkait dengan BPJS Ketenagakerjaan untuk setiap proses pembuatan dan penerapan kebijakan di BPJS Ketenagakerjaan. Independency • Pengelolaan BPJS Ketenagakerjaan secara profesional yang bebas dari benturan kepentingan atau tekanan dan atau pengaruh dari setiap pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan Fairness • Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak setiap pihak yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku Predictability • Penerapan hukum, kebijakan dan peraturan secara konsisten. dalam pelaksanaan program jaminan sosial, hak dan kewajiban peserta serta penerima manfaat harus ditetapkan, dilindungi dan diterapkan secara konsisten. untuk menjaga kesinambungan program yang dijalankan ketika ada perubahan atas peraturan perundang- undangan, program dan manfaat. Participation • Memberikan edukasi secara aktif dan kesempatan keterlibatan pemangu kepentingan secara efektif dengan cara memberi kemudahan mengakses informasi lembaga dan kemampuan mereka untuk memahami dan bertindak terkait informasi tersebut. Dynamism • Inonasi dalam tata kelola lembaga atau perubahan yang positif, efeknya adalah untuk menciptakan efisiensi dan meningkatkan performance lembaga.
  • 14. Selain itu Menurut Don A. Moore dalam jurnalnya yang berjudul ”Conflict Of Interest And The Case of Auditor Independence : Moral Seduaction and Strategic Issue Cycling” (tahun 2005), mengatakan bahwa setidaknya ada 5 langkah yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya Conflict Of Interest dalam Profesi Akuntan, yaitu : 1. Auditor harus melakukan audit dan bukan melakukan layanan yang lain. 2. Sebuah perusahaan audit harus disewa untuk suatu periode tertentu, mungkin tiga/lima tahun, hal ini untuk mengurangi auditor insentif yang bersifat menyenangkan klien dengan pendapat/opini yang positif 3. Semua pihak terlibat dalam audit baik level eksekutif ataupun staf dilarang untuk menerima pekerjaan atau bukan bagian dari perusahaan yang sedang diaudit. 4. Auditor harus membuat satu set penilaian independen, bukan sekadar meratifikasi akuntansi dari perusahaan klien. 5. Auditor seharusnya tidak dipilih oleh manajemen perusahaan tetapi oleh komite audit dewan direksi.