SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
ASESMEN AFEKTIF
24 Jun
https://evisapinatulbahriah.wordpress.com/2011/06/24/asesmen-afektif/
Sesungguhnya ada lima aspek dalam sebuah penilaian, empat diantaranya termasuk pada
penilaian pencapaian pada dimensi akademik yang meliputi pengetahuan, reasoning,
ketrampilan, dan produk. Dimensi yang akan dibahas dalam makalah ini adalah aspek yang
kelima yaitu afektif atau sikap. Afektif merupakan istilah yang digunakan untuk
mengidentifikasi dimensi rasa sadar, sikap jiwa, watak, kecenderungan, atau keinginan yang
mempengaruhi pikiran atau tindakan kita. Seperti halnya dengan achievement, afektif
merupakan karakteristik manusia yang bersifat multidimensional, termasuk didalamnya
adalah kategori sikap, nilai dan minat.
Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor dipengaruhi oleh kondisi
afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap
pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai
hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun para pendidik sadar akan hal ini, namun belum
banyak tindakan yang dilakukan pendidik secara sistematik untuk meningkatkan minat
peserta didik. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam merancang
program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik, pendidik harus
memperhatikan karakteristik afektif peserta didik.
A. ALASAN PENTING DALAM MEMPERHATIKAN SIKAP
Ada dua alasan bagi masing-masing kita untuk mempedulikan afektif siswa. Pertama,
outcome afektif mewakili outcome penting dan proses bersekolah dalam pandangan siswa
sendiri. Kedua, perasaan siswa secara kuat berhubungan dengan pencapaian akademik, dan
oleh karena itulah memberikan pengaruh yang hebat pada pencapaian akademik.
1. Sikap sebagai Hasil yang Penting
Sebagai hasil pengajaran, sikap sama pentingnya seperti pengetahuan, berfikir, keterampilan,
dan produk. misalnya, kita melakukan hal baik tapi sedikit dalam mengajarkan siswa agar
menjadi penulis kompeten, jika pada akhirnya mereka benci menulis. Kita tidak membantu
mereka agar menjadi pembaca kompeten jika kita gagal menanamkan potensi pembelajaran
membaca. Bahkan, jelas-jelas perbuatan yang merugikan jika lingkungan pendidikan kita
membiarkan siswa berprasangka bahwa mereka tidak mampu dalam belajar. Tanpa
menghiraukan tingkat kompetensi siswa yang sebenamya, jika mereka tidak mempunyai rasa
tanggung jawab untuk kebaikan akademik mereka sendiri, maka mereka tidak akan menjadi
pembelajar seumur hidup yang dapat dikitalkan masyarakat. ini hanya beberapa contoh jenis
sikap yang mewakili kritik hasil-hasil pendidikan. ini merupakan target yang penting dan
pengajaran.
2. Sikap sebagai Penghubung Keberhasilan/Prestasi
Di luar ini, hasil afektif mewakili dimensi kritis dan proses pengajaran kelas karena mereka
terjalin sangat erat dengan keberhasilan. Siswa yang memiliki sikap positif, motivasi untuk
mencoba, dan control internal atas keberhasilan akademik mereka sendiri cenderung
memperoleh tingkat yang tinggi dibanding mereka yang sikapnya negatif, motivasi kurang,
dan melihat diri mereka sendiri sebagai korban dan dunia sekolah yang bermusuhan.
Seringkali, siswa gagal bukan karena mereka tidak berhasil, tapi karena memang mereka
tidak mau berhasil. Mereka tidak termotivasi untuk belajar. Mengapa? Karena mereka tidak
mengerti tugas, terlalu sulit, kurang prasyarat keberhasilan, dan lain-lain. Jadi, mereka gagal,
dan kegagalan itu merenggut motivasi mereka. Hal ini menjadi lingkaran setan. Mereka
merasa tidak berdaya untuk mengontrol nasib mereka sendiri. Sehingga lama kelamaan
mereka yakin bahwa mereka tidak dapat melakukannya (konsep diri akademik yang negative)
dan hal itu meinicu motivasi semakin rendah. Kita dapat melihat spiral menurun sebagai hasil
interaksi yang rumit dari keberhasilan dan sikap.
Ikatan emosional sangat diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan, semangat
persatuan, semangat nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Nilai yang dimiliki seseorang
berkaitan dengan keyakinan. Mereka yang berkeyakinan bahwa sekolah dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat akan berusaha memperoleh kesempatan belajar. Nilai yang dimiliki
seseorang dilihat dari usaha peningkatan kualitas pendidikan, ada yang positif dan ada yang
negatif. Nilai yang positif adalah yang mendorong siswa belajar dan guru mengajar yang
lebih baik, sedang yang negatif adalah yang menghambat siswa belajar dan guru mengajar.
Arti dari Kualitas
Apabila asesmen hasil afektif ingin terdengar dan bermanfaat sama seperti asesmen
prestasi akademik, maka semua itu juga harus muncul dari terget yang jelas dan
merefleksikan target tersebut dengan metode yang sesuai.
Pada kenyataannya, seperti yang akan kita lihat nanti, semua hal yang telah dipelajari
mengenai kualitas asesmen seperti berikut ini masih relevan untuk mengases afektif:
– Mulai dengan visi yang jelas dari hasil afektif yang akan diases.
– Buat tujuan yang jelas.
– Jalankan metode asesmen yang sesuai.
– Ambil sampel dengan tepat.
– Kontrol asesmen dari campur tangan yang tidak perlu.
Lebih jauh lagi, rentang metode asesmen yanga ada adalah sama seperti yang digunakan
dalam target pencapaian. Metode Paper and pencil (respon atau esai tertentu) dapat untuk
menases perbuatan, dan/atau komunikasi personal. Ketika format asesmennya sendiri, bisa
jadi berbeda, namun metodologi dasarnya tetap konstan sebagai sebab dari asesmen yang
bermanfaat.
Perbedaan yang Penting
Bagaimanapun, ada satu perbedaan yang sangat penting antara prestasi dengan hasil afektif,
dan hal itu berkaitan dengan alasan untuk mengases-cara bagaimana kita menggunakan hasil
asesmen. Sangat diterima dengan baik ketika menganggap siswa bertanggungjawab untuk
menguasai pengetahuan, pemikiran, keterampilan, dan/atau hasil produk. Dalam konteks ini,
kita melaksanakan asesmen untuk membuktikan bahwa siswa telah berperan sesuai dengan
harapan kita.
Tiga Aturan Dasar
Sebelum penjelasan dan mendiskusikan cara-cara untuk menilai hasil afektif, ada tiga
aturan dasar yang harus diketahui untuk menangani hasil afektif di dalam kelas
Aturan dasar 1. Harus selalu waspada akan sifat alami interpersonal yang snesitif dari
perasaan siswa dan berusaha untuk memperkenalkan pengaruh positif melalui penilaian
anda akan hasil akhirnya. Proses untuk menilai perasaan mudah mendapat kritik dari dua
belah pihak. Ketika sedang menilai, maka Anda meminta siswa untuk mengambil resiko
dengan bersikap jujur di dalam sebuah lingkungan yang dikontrol dimana kejujuran pada
pelaksanaannya tidak pernah dilakukan dengan sepenuhnya. Para siswa mungkin sangat
segan mengekspresikan perasan jujur karena kekurangan pengalaman untuk melakukan hal
itu dan karena resiko bahwa hasil yang didapat akan digunakan sedemikian rupa untuk
melawan siswa. Dibutuhkan seorang guru yang merupakan ahli dalam masalah hubungan
manusia untuk melawati hambatan ini dan memperkenalkan ekspresi perasaan yang jujur di
dalam kelas. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengijinkan responden
tanpa nmengajukan nama (anomin).
Dalam kasus anda, anda mengambil resiko dengan menuntut kejujuran pada tempat respon
yang jujur mungkin akan berubah menjadi sesuatu yang Anda harapkan. Umpan balik yang
negatif tidak pernah mudah untuk didengar dan disikapi. Meskipun demikian, kika bertanya
bagaimana perasaan siswa mengenai semua hal yang ada di kelas, mendengarkan dengan
seksama pada jawaban yang diberikan, dan menyikapi hasil yang didapat dengan keyakinan
yang baik (kepercayaan) maka hasil yang didapat akan sepadan dengan resiko tang dambil.
Hasinya akan berupa hubungan guru-siswa yang lebih produktif-kerjasama yang berjalan
dengan baik diketahui dengan adanya rasa percaya yang besar.
Aturan dasar 2. Kenali batas ketika berhubungan dengan dimensi afektif dari pengajaran.
Ada dua batasan penting yang harus diwaspadai: Pertama, ketika sampai pada pemahaman
dan menilai hasil pendidikan afektif, adakalanya akan menghadapi siswa-siswa yang sangat
bermasalah secara pribadi atau sosial. Dalam kasus ini, kita harus memberi perhatian lebih
dan tetap berhati-hari. Ini bukan saatnya untuk menjadi psikolog yang amatir. Jika berada
dalam situasi dimana merasa tidak mudah dengan apa yang telah kita pelajari mengenai siswa
tersebut atau dengan kemampuan kita untuk menolong siswa tersebut agar dapat menangani
perasaannya atau lingkungan sekitar dengan baik, mungkin hal itu telah benar-benar
mencapai batasan keahlian prosesional sebagai guru.
Guru yang paling perhatian dan bertanggung jawab adalah mereka yang mengetahui kapan
mereka harus menghubungi kepala sekolah, konselor, psikolog sekolah, atau seorang dokter
untuk mendapatkan bantuan konseling yang kompeten bagi siswanya. Jangan mengambil
resiko ke dalam wilayah pribadai yang tidak kita kuasai. Kita akan melakukan kesalahan
besar jika gagal untuk merespon dengan benar.
Batasan yang kedua adalah sebuah konsekuensi logis dari yang pertama. Ketika menilai dan
mengevaluasi perasaan siswa, fokus terhadap perasaan-perasaan yang berhubungan dengan
objek khusus yang berhubungan dengan sekolah, perilaku siswa atau aktifitas di kelas, minat
yang ingin mereka kejar, pilihan kegiatan, kosep diri dalam seorang pelajar delam seting
akademis. Hal ini mempunyai kecendreungan berorientasi sekolah yang pasti dan
mempresentasikan hasil afektif keluarga dan lingkungan sekolah juga disepakati memiliki
peranan penting sebagai bagian dari pengalaman di sekolah.
Aturan dasar 3. Jika anda cukup perhatian untuk memahami hasil afektif dan untuk
mengembangkan kualitas penilaian hasil tersebut, maka beri perhatian khusus untuk
menggunakan hasilnya dengan serius dan ubah cara mengajar ketika dibutuhkan. Dengan
kata lain, jangan bertanya pada siswa mengenai hal-hal yang muncul untuk diperhatikan.
Semakin bersikap berdasarkan hasil penilaian ini, semakin besar potensi bahwa siswa akan
berbagi perasaannya di masa yang akan datang yang pada akhirnya akan membantu guru
untuk meningkatkan kealamian dan kualitas suasana belajar. Ketika dilaksanakan dengan
baik, asesmen afektif dapat menjadi kegiatan yang produktif bagi siswa dan guru. Hal
tersebut dapat mengarahkan pada tindakan khusus guru dan siswa yang mengukuhkan
pembelajaran konstruktif dan pencapaian yang maksimal.
Untuk membantu mengingat dengan jelas panduan penting ini, akan lebih diringkas pada
Tabel 1 berikut ini:
Aturan Dasar untuk Mengases Afektif dalam Kelas
Tangani sikap dengan jujur untuk mendapatkan kepercayaan
Ketahui batasan anda dan tetap berada di dalamnya
– sebagai seorang pendidik profesional
– sebagai anggota dari komunitas yang lebih luas
Bertindak dengan tegas di bagian sikap positif yang berhubungan dengan
kelas
B. PENGERTIAN AFEKTIF
Istilah afektif dipergunakan untuk mengidentifikasi dimensi perasaan dan kesadaran siswa
(the feeling dimension of consciousness) – emosi di dalam, perilaku, atau keinginan yang
mempengaruhi pemikiran dan tindakan kita. Seperti pencapaian/prestasi (achievement),
affektif merupakan suatu karakteristik manusia yang multidimensional, termasuk perilaku
(attitude), nilai, dan minat.
Untuk memahami skala kemungkinan tersebut, kami akan mengikuti petunjuk Anderson
(1981) dan mendiskusikan beberapa jenis affektif yang relevan dalam lingkup sekolah:
– Perilaku
– Minat
– Motivasi
– Nilai yang berhubungan dengan sekolah
– Pilihan
– Konsep akademis diri
– Tempat pengontrolan (locus of control)
Jadi, menurut Anderson (1981) karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal (khas) dalam
berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal
berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah
afektif.
Masukan utama adalah siswa, yaitu karakteristik siswa. Karakteristik siswa terdiri dari
kemampuan kognitif, kemampuan psikomotor, dan kemampuan afektif. Proses pembelajaran
ditentukan oleh produk yang diinginkan dan karakteristik masukannya. Pelaksanaan proses
pembelajaran melibatkan komponen masukan instrumental yaitu guru, kurikulum dan silabus,
strategi pembelajaran, sistem penilaian, fasilitas belajar, dan lingkungan belajar. Produk
pembelajaran adalah kompetensi lulusan yang diinginkan. Kompetensi lulusan terdiri dari
kemampuan berpikir, keterampilan melakukan pekerjaan atau tugas, dan kemampuan afektif
dalam berbagai situasi.
Strategi pembelajaran ditentukan oleh kompetensi lulusan yang diinginkan dan karakteristik
masukannya, yaitu karakteristik siswanya. Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil
belajar dan memiliki peran yang penting. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan
psikomotor sangat ditentukan oleh kondisi afektif siswa. Siswa yang memiliki minat belajar
dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tersebut,
sehingga dapat diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu
untuk mencapai hasil belajar yang optimal, guru dalam merancang program pembelajaran dan
pengalaman belajar siswa harus memperhatikan karakteristik afektif siswa.
Hal tersebut menampilkan dimensi yang signifikan dari afektif kelas, semuanya relatif mudah
dijelaskan dan dimengerti, serta semuanya dapat dinilai di kelas menggunakan prosedur yang
relatif sederhana dan mudah.
Namun demikian, disarankan bahwa ini bukanlah satu-satunya bentuk affektif menurut
kamus profesional. Kadang-kadang tujuan pendidikan merujuk pada ciri-ciri seperti
sensitfitas interpersonal, kejujuran, moralitas, tanggung jawab dan percaya diri, dan lainnya.
Pada bab ini, kita tidak akan mempelajari semua bentuk affektif tersebut karena tiga alasan:
ruangnya terbatas, definisi dan pilihan tambahan ini tidak sejelas dan setajam seperti ditulis di
atas, dan kadang-kadang affektif tersebut bisa membawa kita pada batasan dan tanggung
jawab sebagai guru (menurut pendapat saya). Karena itu kita akan membatasi diskusi pada
tujuh jenis affektif.
Menurut Krathwohl dalam Sax (1980) bila ditelusuri hampir semua tujuan kognitif
mempunyai komponen afektif. Dalam pembelajaran sains, misalnya, di dalamnya ada
komponen sikap ilmiah. Sikap ilmiah adalah komponen afektif. Peringkat (level) ranah
afektif menurut menurut taksonomi Krathwohl ada lima, yaitu: receiving (attending),
responding, valuing, organization, dan characterization.
Receiving atau attending, siswa memiliki keinginan menghadiri atau mengunjungi suatu
phenomena khusus atau stimulus, misalnya kelas, kegiatan, musik, buku, dan sebagainya.
Dilihat dari tugas guru, hal ini berkaitan dengan mengarahkan perhatian siswa terhadap suatu
kegiatan.
Responding merupakan partisipasi aktif siswa, yaitu sebagian dari perilakunya. Pada
peringkat ini siswa tidak saja mengunjungi penomena khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil
pembelajaran pada daerah ini menekankan pada keinginan memberi respons, kepuasan dalam
memberi respons. Level yang tinggi pada kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang
menekankan pada pencarian hasil dan kesenangan pada aktivitas khusus. Misalnya
kesenangan dalam membaca buku.
Valuing adalah sesuatu yang memiliki manfaat atau kepercayaan atas manfaat. Hal ini
menyangkut pikiran atau tindakan yang dianggap sebagai nilai keyakinan atau sikap dan
menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen. Derajat rentangannya mulai dari menerima
suatu nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan keterampilan, sampai pada tingkat
komitmen. Valuing atau penilain berbasis pada internalisasi dari seperangkat nilai yang
spesifik. Hasil belajar pada level ini berhubungan dengan prilaku yang konsisten dan stabil.
Dalam tujuan pembelajaran, penilaian ini diklasifikasi sebagai sikap dan apresiasi.
Organization, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan dan konflik antar nilai diselesaikan, dan
mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten. Hasil pembelajaran pada level ini
berupa konseptualisasi nilai atau organisasi sistem nilai. Misalnya pengembangan filsafat
hidup.
Peringkat ranah afektif tertinggi adalah characterization atau nilai yang komplek. Pada level
ini siswa memiliki sistem nilai yang mengendalikan prilaku sampai pada suatu waktu tertentu
hingga terbentuk gaya hidup. Hasil pembelajaran pada level ini berkaitan dengan personel,
emosi, dan sosial.
Pemikiran atau prilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah
afektif (Anderson, 1981:4). Pertama, prilaku ini melibatkan perasaan dan emosi seseorang.
Kedua prilaku ini harus tipikal pemikiran prilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk
ranah afektif ini adalah: intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau
kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih
kuat dari senang atau suka. Selain itu beberapa orang kemungkinan memiliki perasaan yang
lebih kuat disbanding yang lain.
Arah berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan. Arah menunjukkan apakah
perasaan itu baik atau buruk. Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang
kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama maka
karakteristik afektif berada dalam suatu kontinum, yaitu skala pengukuran yang kontinum.
Karakteristik afektif yang ke tiga adalah target. Target mengacu pada objek, aktivitas, atau
ide sebagai arah dari perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau,
ada beberapa kemungkinan target. Siswa mungkin bereaksi terhadap sekolah, matematika,
situasi social, atau pengajaran. Tiap unsur ini bisa merupakan target dari kecemasan. Kadang-
kadang target ini diketahui oleh seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui. Seringkali
siswa merasa tegang bila menghadapi tes di kelas. Siswa tersebut cenderung sadar bahwa
target ketegangan adalah tes.
C. JENIS-JENIS AFEKTIF
Jika ingin mengases karakteristik sikap, harus dimulai dengan definisi yang khusus dan
tajam. Dalam bagian ini, akan mempelajari beberapa definisi dasar yang akan membantu kita
agar dapat mendesain bahwa literatur pendidikan meuat pokok pengetahuan yang besar
mengenai setiap jenis hasil yang didefinisikan disini. Semakin paham tentang literatur dan
konsep ini, maka akan lebih mudah untuk mengases sikap siswa. Berdasarkan jenis afektif
yang diungkapkan Anderson, maka jenis-jenis afektif adalah:
1. Perilaku
Anderson mendefinisikan perilaku sebagai “perasaan yang…. dapat membantu atau tidak
membantu, positif atau negatif, dan biasanya mengarah langsung pada objek yang khusus.
Hubungan antara perasaan dan objek tertentu dipelajari. Dan sekali dipelajari, perasaan
tersebut secara konsisten dialami kehadiran objek tersebut”.
Jelas bahwa jangkauan perilaku yang dapat kita pelajari adalah seluas jumlah objek yang
akan kita sikapi. Di sekolah, siswa mungkin mempunyai perilaku yang menyenangkan atau
tidak menyenangkan terhadap orang lain, guru, staf administrasi, anggota sekolah, dan lain-
lain.
2. Minat
Hal ini merepresentasikan perasaan yang berkisar dan level perasaan senang yang tinggi
hingga tidak ada kegembiraan sama sekali di setiap kemungkinan yang digunakan, atau
ketika menggunakan kemungkinan tersebut di setiap kegiatan khusus. Sekali lagi, yang
dipelajari adalah hubungan antara level minat dengan objek. Seorang siswa mungkin akan
sangat tertarik pada drama namun sangat tidak menyukai geografi.
3. Motivasi
Jenis sikap ini merupakan kekuatan akan keinginan seorang siswa untuk meraih atau untuk
bertindak secara sukarela di setiap kegiatan sekolah dan/atau kerja yang berhubungan dengan
sekolah. Ini adalah keinginan untuk diikuti, kecenderungan untuk meraih sukses, untuk
menghindari kegagalan, bercita-cita berbuat sesuai norma dan ekspektasi yang ada. Sebagai
contoh, murid dapat dimotivasi atau dihilangkan motivasinya dengan maksud agar
berpartisipasi dalam aktivitas belajar tertentu atau untuk mengejar arah studi tertentu.
4. Nilai
Anderson mendefinisikan perasan ini dengan menyatakan bahwa, pertama “nilai adalah
kepercayaan mengenai apa yang harus dikerjakan, apa yang penting atau dihargai dan standar
apa yang digunakan dalam bersikap dan bertindak yang secara personal dan sosial dapat
diterima. Kedua, nilai bersifat abadi atau tahan lama. Oleh karena itu, nilai cenderung stabil
stabil dalam jangka waktu yang lama”. Jelas bahwa objek nilai dapat meluas dan melebar,
dan itu yang dipelajari. Nilai-nilai terlihat memiliki jangkar yang sangat dalam di dalam
kehidupan kita.
5. Pilihan
Pilihan yang dibuat merefleksikan keinginan atau kecenderungan untuk memilih sebuah
objek dibandingkan pilihan objek yang lain. anderson mengatakan bahwa ini bisa jadi
merupakan menifestasi perilaku (salah satu lebih disukai dari pada yang lain, minat (yang
satu lebih menarik dibandingkan dengan yang lain), dan nilai (yang satu memiliki nilai yang
lebih besar). Esensi dari pilihan ini adalah bahwa akumulasi perasaan ini mengarahkan pada
sebuah pilihan yang dilakukan oleh siswa
6. Konsep akademis diri
Tidak ada karakteristik afektif yang lebih berhubungan dengan sekolah dibandingkan yang
satu ini. Hal ini adalah rangkuman dari semua keputusan evaluatif yang dibuat oleh satu
orang mengenai kesuksesan orang lain atau produktivitas dalam sebuah konsep akademis.
Pada intinya, hal ini adalah sebuah perilaku (baik yang disukai maupun yang tidak) mengenai
diri seseorang (objek) ketika dilihat dalam setting ruang belajar. Konsep akademis diri seperti
yang ditulis Anderson adalah sebuah visi yang dipelajari yang sebagian besar berasal dari
evaluasi diri yang dilakukan oleh orang lain selama periode tertentu.
7. Tempat pengontrolan
Hal ini mencerminkan sebuah bagian yang sangat penting dari konsep akademis diri. Dalam
kasus ini, karakteristik pilihan adalah sebab atau alasan-alasan murid untuk sukses atau gagal
dalam akademis. Salah satu jenis sebab didefinisikan sebagai sebab internal. “Saya sukses
karena saya bekerja keras”. Sebab yang lain adalah eksternal, ketika berlaku aturan “Saya
yakin mendapt nilai A semata-mata karena beruntung!”. Namun, ada juga sebab eksternal
yang lain ketika berlaku aturan : “Saya dapat tampil dengan bagus karena memiliki seorang
guru yang baik.” Pada masalah ini, persepsi murid mengenai alasan-alasan yang mendasari
hasil yang mereka alami. Hal ini juga berarti bahwa persepsi belajar diri muncul dari
perasaan mereka akan hubungan antara usaha dan kesuksesan akademis.
A. VARIASI TIPE-TIPE AFEKTIF
Tipe-tipe afektif bervariasi dalam tiga dimensi penting, diantaranya:
1. Berkenaan dengan perasaan tentang objek yang berbeda. Attitude dan nilai dapat
difokuskan pada rentang objek yang tak terbatas, sedangkan academic self-concept memiliki
fokus sentral yang lebih terbatas.
2. Variasi dalam arahnya. Berfikir tentang afektif merupakan perluasan keluar dan titik
netral dalam arah secara kontinyu dan positif ke negatif
3. Variasi dalam intensitasnya. Perasaan dan nertal dan arahnya secara extrim dapat
menjadi positif dan negatif yang sangat kuat.
Satu hal yang sifatnya umum yang harus kita perhatikan dengan baik saat kita akan menilai
(mengassess) dan memikirkan afektif bahwa yang namanya perasaan itu sifatnya mudah
menguap (hilang), terutama pada usia remaja (usia anak-anak sekolah). Perasaan siswa sangat
bisa berubah dalam hal arahnya ataupun intensitasnya untuk beberapa alasan. Hal ini sengaja
dijelaskan dengan tujuan supaya penilaian afektif penting dilakukan secara berulang-ulang
sepanjang waktu untuk melihat kecenderungannya. Hasil penilaian mungkin berlaku untuk
beberapa waktu singkat saja.
Anderseon menyediakan sebuah tabel sederhana yang memperlihatkan variasi-variasi tipe
afektif tersebut
Tabel 2. Rentang sikap terhadap sekolah
B. Pilihan Metode Penilaian
PEMILIHAN ASESMEN
Terdapat empat tipe penilaian yang relevan untuk menilai afektif yaitu metode kertas dan
pencil yang bertumpu pada respon terbatas atau essay, penilaian performa, dan
penilaian personal komunikasi antar siswa. Dalam kasus ini, pilihan terbatas dan essay
digabungkan ke dalam bentuk paper and pencil test karena kedua pilihan test tersebut dapat
diwujudkan dalam bentuk angket (alat mendasar penilaian sikap). Kita dapat menanyakan
perasaan siswa melalui angket dan menawarkan rentang respon untuk dipilih, atau bisa
memberi siswa pertanyaan terbuka dan meminta respon yang dalam atau luas tentang suatu
hal. Jika kita memfokuskan pertanyaan affektif tentang objek tertentu, kita dapat
menginterpretasikan respon siswa dalam arah dan intensitas perasaan.
Penilaian performan hasil affektif tidak jauh beda dengan penilaian performan untuk
pencapaian hasil belajar. Perlu adanya observasi yang sistematik terhadap perilaku siswa
dan/atau produk siswa dengan kriteria yang jelas, dan menggambarkan kesimpulan tentang
kecenderungan arah dan intensitas perasaannya. Sehingga, observasi dan professional
judgemen dan penilaian menjadi dasar pada penilaian performan ini.
Penilaian affektif melalui penilaian komunikasi personal dilakukan melalui wawancara
baik dengan siswa langsung atau dengan orang-orang yang mengetahui siswa tersebut. Kita
memberikan pertanyaan dan membicarakan tentang kecenderungan arah dan intensitas
perasaannya.
1. Mencocokkan Target Afektif Dengan Metode Penilaian
Setiap metode penilaian untuk menguak affektif siswa dapat ditampilkan dalam beberapa
format dan masing-masing format meiniliki keunggulan spesifik (sfesific advantages),
keterbatasan (limitations), kunci untuk sukses (key to success), dan hal yang hams dihindari
(Pitfall to be avoided). Untuk melihat perbandingannya, dapat dilihat pada Tabel 3 berikut
ini:
Tabel 3. Alat untuk melaksanakan penilaian afektif
Selected Response (angket terstruktur) Open Ended (angket tidak
terstruktur)
Penilaian performan
Kekuatan/
keunggulan
• Dpat difokuskan dengan jelas
• Mudah dikelolah
• Mudah menyimpulkan hasil
• Hasil dapt dibandingkan antar
responden
• Dapat tanpa nama
• Contoh instrumentdapat
konsisten sepanjang waktu
o Fokus dapt dibuat jelas
o Realtive mudah
dikembangkan
o Relative mudah dikelolah
o Alas an perasaan dapat
ditunjukkan
o Dapat tanpa nama
o Contoh dapat konsisten
sepanjang waktu
o Kesimpulan dapat
digambarkan melalui
observasi prilaku
atau/produk
o Dapat focus pada
petunjuk nonverbal
o Tidak mendesak
o Dapat mengobservasi
kelompok atau individu
o
Keterbatasan • Tidak dapat memberikan
pertanyaan lanjutan
• Alasan untuk perasaan yang
o
dipilihnya tidak nampak
• Menyaratkan untuk membaca
dengan seksama
o Tidak dapat memberikan
pertanyaan lanjutan
o Dapat terjadi
kesalahaninterpretasi
skor
o Menyaratkan untuk
membaca dan menulis
dengan seksama
o Secara tidak sadar dapat
mengobservasi prilaku
yang tak diharapkan
o Kadang dapat tanpa
nama
o Kemungkinan terjadi
kesalahan interpretasi
penglihatan
o Memakan banyak waktu
o Menarik mundur dari
siswa yang tidak
komunikatif
o Pewawancara dapat salah
interpretasi
o Tidak dapat tanpa nama
o Dapat menyita banyak
waktu
Hasil yang baik
ketika
• Tujuannya jelas
• Target sikap didefenisikan
• Siswa memahami dan menilai
tujuan
• Pengelolaannya santai
• Petunjuk dibuat jelas
• Pertanyaannya disusun dengan
jelas
• Tujuannya jelas
•
• Target sikap didefenisikan
• Siswa memahami dan menilai
tujuan
• Pengelolaannya santai
• Petunjuk dibuat jelas
• Pertanyaannya disusun dengan
jelas
• Tulisan siswa baik
• Tujuannya jelas
• Perlu observasi yang bervariasi
• Ceritera ditetapkan dengan jelas
• Siswa memahami dan menilai
tujuan
• Petunjuk dibuat jelas
• Tujuannya jelas
• Target sikap didefenisikan
• Siswa memahami dan menilai
tujuan
• Pengelolaannya santai
• Petunjuk dibuat jelas
• Pertanyaannya disusun dengan
jelas
• Interaksi dibaut santai
Hal yang perlu
dihindari
• Ketidak seriusan siswa
menghadapi tes ini dan merasa
terancam
• Siswa cenderung pertengahan
mengisi respon
• Terlalu panjang
• Pertanyaan ambigu
• Ketidak seriusan siswa
menghadapi tes ini dan merasa
terancam
• Siswa cenderung pertengahan
mengisi respon
•
• Terlalu panjang
• Pertanyaan ambigu
• Pertanyaan mengarahkan
• Cerita tidak jelas
• Observasi yang terlalu singkat
• Penilaian memicu pada prilaku
yang diinginkan peneliti yang
tidak menginterpretasikan sikap
sebenarnya
• Ketidakseriusan siswa
menghadapi tes ini dan merasa
terancam
• Siswa cenderung pertengahan
mengisi respon
• Terlalu panjang
• Pertanyaan ambigu
• Pertanyaan mengarahkan
Cara yang terbaik untuk supaya siswa dapat mengisi angket secara serius adalah dengan cara
memberikan pemahaman kepada mereka bahwa mereka akan mempunyai segala sesuatu
untuk dibedakan dan tidak ada satupun yang hilang dari diri mereka jika melakukannya
dengan kejujuran.
Melalui angket itu sendiri, kita harus berusaha untuk memberikan pertanyaan yang relevan
tentang pilihan mana yang mungkin dapat dipilih siswa. Kita harus menghindari pertanyaan
yang ambigu (bermakna ganda) dan berusaha mencari jawaban mendalam, akurat dan
pertanyaan yang komplit.
a. Format respon terbatas (selected respon)
Format ini dapat digunakan untuk mengukur atau menilai affektif seseorang. Gable (1986)
menjelaskan bahwa kita dapat menanyakan siswa tentang persetujuannya dengan pernyataan
khusus, seberapa penting mereka memilih suatu hal, bagaimana mereka mampu memutuskan
seberapa bagus suatu objek yang menarik atau seberapa sering suatu hal terjadi.
Contoh:
Apakah kita setuju atau tidak setuju dengan pemyataan berikut sebagai pandangan terhadap
pembelajaran;
Kerja kelompok yang dilaksanakan menolong saya untuk belajar lebih tentang keterampilan
kepeinimpinan saya:
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
Atau penilaian interes partisipasi siswa dalam kegiatan yang berlangsung:
Apakah anda suka mengerjakan tugas kolaborasi di waktu mendatang? Berapa penting
tugas tersebut bagi anda?
a. sangat penting
b. Penting
c. Tanpa keputuasn
d. Tidak penting
e. Sangat tidak penting
Contoh lain format skala selected response untuk menilai persepsi siswa tentang beberapa
objek:
Seberapa baik anda menyusun pola pikir anda dalam menyiapkan laporan team anda:
a. Luar biasa
b. Bagus
c. Sedang saja
d. Jelek
e. Sangat jelek
Beberapa cara untuk menanyakan persepsi frekuensi suatu kejadian tertentu:
Seberapa sering anda merasa memahami dan dapat mengerjakan PR seperti yang telah
dituliskan:
a. selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. jarang
e. tidak pernah
Salah satu bentuk paling umum format item angket selected response adalah pertanyannya
meminta siswa untuk memilih jawaban diantara pilihan yang kuat. Contoh berikut ditujukan
untuk memahami locus of control siswanya:
Jika kita mengerjakan tes dengan baik, hal ini secara tipical karena:
a. guru saya mengajar dengan baik
b. Keberuntungan saya
c. Saya belajar dengan keras
Atau
Saya gagal mendapat gelar sarjana karena:
a. Saya tidak mencoba dengan baik
b.Guru saya tidak memperlihatnya kepada kaini bagaimana belajar
Bentuk lain dan pilihan terbatas (selected response ) adalah dengan skala anchor pada
masing-masing ujung dengan diantaranya terdapat kutub sifat dan kecenderungan pilihan
arah dan intensitas. Berikut adalah contoh angket yang difokuskan pada interes dan motivasi
siswa.
Gunakan skala yang tersedia di bawah ini untuk menjelaskan perasaan anda tentang
keterlibatan (partisipasi) anda di dalam tujuan sekolah seperti berikut:
Matematika
sangat tertarik ______ ______ _______ _______ sangat tidak tertarik
sangat termotivasi ______ ______ _______ _______ sangat tidak termotivasi
Sains
tertarik ______ ______ _______ _______ sangat tidak tertarik
sangat termotivasi ______ ______ _______ _______ sangat tidak termotivasi
Format respon terbatas (selected response) yang sangat relevan untuk anak kecil dapat
ditampilkan dalam bentuk yang lebih menarik seperti berikut:
Gambar tersebut diberikan dan menunjukkan perasaan mereka dengan cara melingkarinya.
Sebagai contoh, siswa harus memberikan tanda lingkaran pada gambar pilihannya sesuai
perasaan tentang sesuatu objek tertentu.
Jika kita fokus pada jenis – jenis penilaian respon terbatas tentang objek yang berhubungan
dengan sekolah seperti tertulis di atas, maka siswa dapat meiniliki waktu yang realtif mudah
untuk menyatakan sikapnya, interesnya, nilai terhadap sekolah, preperance, acadeinic self
concept dan rasa sukanya. Lebih jauh lagi, hal tersebut lebih mudah untuk menyimpulkan
hasilnya. Untuk melihat kecenderungan perasaan kelompok, dapat dilakukan dengan men-
talli jumlah dan persentase siswa yang meinilih masing-masing pilihan respon.
b. Respon tertulis
Jenis lain angket yang dapat ditampilkan adalah jenis angket essay, sehingga responden bebas
mengisi sesuai perasaannya secara total. Kita juga boleh menggabungkan beberapa jenis
penilaian affektif didalam mengevaluasi pemahaman.
c. Angket
Sangat sering seorang pengembang angket menggabungkan format jenis respon terbatas
dengan format jeris open ended. Jika kita mencari komentar responden terhadap suatu
masalah, tanyakan hal ini dengan konteks khusus yang jelas. Atau dengan kata lain, jika dasar
pertanyaannya kurang jelas bagi kita, jangan ditanyakan. Disarankan untuk menepati janji
yang sudah kita sampaikan kepada siswa, jangan sampai dilanggar, kepercayaan siswa perlu
dijaga.
d. Menilai Afektif melalui Penilaian Kinerja
Dalam suatu pengertian, penggunaan pengamatan dan pendapat sebagai dasar untuk
mengevaluasi affektif merupakan praktek yang sama tuanya dengan umat manusia.
Pengertian bahwa performans assessment dapat dijadikan sebagai indikator standar dalam
membuat kesimpulan ketika kita melihat siswa melakukan sesuatu. Menerapkannya di kelas,
misalnya sering disebutkan sebagai fakta dan dan sikap positif, atau kelambatan (tardiness)
sebagai bukti ketiadaan nilai atau kurangnya rasa tanggung jawab. Kadang diamati dan
direfleksikan dengan interaksi dengan siswa, seperti ketika mereka tampak tidak berusaha
atau tidak peduli, dan kita menyimpulkan bahwa mereka meiniliki motivasi dan kepercayaan
akademik yang rendah.
Dalam beberapa masalah kesimpulan ini mungkin benar, tapi juga dapat salah. Akibatnya
bagaimana jika pengamatan kita menyebabkan kita salah dalam menarik kesimpulan?
Bagaimana mengurangi resiko kesalahan tersebut, karena sangat dimungkinkan bahwa
kelemahan siswa berkaitan dengan beberapa faktor di luar kendali siswa, atau rendahnya
motivasi bukan karena rendahnya kepercayaan diri tapi indikator yang tidak jelas bagi siswa
untuk menyelesaikan tugasnya? Jika kesimpulan kita salah, kita mungkin dapat membuat
perencanaan yang baik dan bisa mendapatkan tanggapan yang sebelumnya tidak diperoleh.
Ketika kita berusaha membuat gambaran atau kesimpulan tentang sikap siswa, nilai-nilai,
minat, dan semacamnya, sering direfleksikan kelemahan kita dalam prinsip dasar penilaian
suara (sound assessment). Fakta dalam pengamatan dan pengambilan keputusan tidak dapat
merubahnya karena perubahan hasil secara alamiah. Target yang tidak jelas, menyebabkan
pemilihan metode yang salah, sehingga gagal dalam pelaksanaan dan pengendalian
penyimpangan dalam kesalahan penilaian yang mendorong pada kesimpulan yang salah
tentang prestasi. Ketentuan dan fakta untuk sound assessment tidak pernah dapat diatasi.
Karena alasan ini, perlu dikembangkan performans assessmen untuk afektif dengan bentuk
dan desain dasar yang sama dengan yang digunakan dalam performans assessment untuk
prestasi. Kita menetapkan performans apa yang akan dievaluasi, metode dan konteks apa
yang digunakan, dan apa yang digunakan untuk merekam dan menyimpan hasil. ini tidak
berarti pertimbangan dan pengamatan secara spontan tentang afektif tak dapat diterima.
Tetapi penilai harus tetap waspada karena bisa terjadi banyak peyimpangan dalam penilaian
spontan tersebut. Kesadaran untuk memberikan pelayanan harus membuat kita berhati-hati
dalam melakukan penilaian afektif.
2. Aplikasi di Kelas
Berikut ini contoh performans assessment untuk afektif yang produktif di dalam kelas : coba
katakan bahwa kita ingin menilai kecenderungan motivasi siswa dengan menerapkan
keterampilan berpikir kritis yang mereka perlukan. Ingat ketika kita mengucapkan konsep
semangat kritis (critical spirit) seperti yang digambarkan oleh Norris dan Ennis (1989). Perlu
direncanakan untuk menilai petunjuk dan intensitas dan karakteristik afektif ini. Untuk
melakukan penilaian ini kita merencakan untuk fokus pada performans individu siswa dalam
suatu kelompok dengan konteks pemecahan masalah. Untuk membuat penilaian seefisien
mungkin, kita meinilih secara acak siswa untuk diamati setiap hari. Selanjutnya kita akan
dapat mengetahui dan penilaian utama bahwa siswa meiniliki keterampilan berpikir kritis dan
kita dapat memverifikasi dengan mengetahui bagaimana dan kapan mereka membawa
keterampilan tersebut dalam konteks kerja kelompok. Jadi prosedur esensial pengetahuan
adalah pada tempatnya. Pertanyaannya sekarang adalah, akankah mereka menggunakan
keterampilan yang sesuai ketika diamati?
3. Komunikasi Personal Sebagai Wadah Mengetahui Perasaan Siswa
Untuk mengetahui alur perasaan siswa tentang topik yang terkait dengan sekolahnya (school
related topics) kita dapat mewawancarai mereka secara pribadi ataupun kelompok, berdiskusi
dengan mereka, atau diskusi tentang suatu peristiwa untuk mendapatkan informasi yang lebih
mendalam tentang sikap, nilai-nilai, pilihan, dan semacamnya.
Banyak metode yang bisa ditawarkan. Tidak seperti kuesioner, kita dapat melakukan kontak
pribadi dengan responden, dan dapat memberikan pertanyaan lanjutan. Hal ini
memungkinkan kita untuk mengetahui lebih jauh tentang perasaan siswa. Kita juga dapat
mengumpulkan informasi langsung, menghindari kemungkinan kesalahan dalam penarikan
kesimpulan. ini memberikan tingkat kepercayaan dan ketelitian yang lebih tinggi dalam hasil
penilaian kita.
Kunci Sukses. Salah satu kunci sukses dalam mengetahui perasaan siswa yang sebenarnya
adalah kepercayaan. Kita tidak dapat memaksakan kepercayaan. Responden harus nyaman
dalam menyatakan arah dan intensitas persaannya dengan jujur. Responden yang kurang
percaya akan menutup dirinya. Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
mengkomunikasikan perasaannya dengan jujur ketika diwawancara karena suatu
kekhawatiran akan resiko dibocorkan, sehingga kita perlu menginformasikan bahwa
informasi yang dikumpulkan tanpa nama. Kunci ke sukses yang lain adalah keluangan waktu
untuk merencanakan dan melakukan penilaian bermutu tinggi. ini merupakan suatu pekerjaan
intensif dalam mengumpulkan informasi.
Beberapa hal lain yang merupakan kunci sukses dalam mengatur wawancara adalah sebagai
berikut:
• Menyiapkannya dengan hati-hati
• Memfokuskan pertanyaan, jelas, singkat, sesuai arah dan intensitas sekitar topik yang
spesifik
• Meyakinkan responden tentang alasan kita mengumpulkan informasi ini.
• Dapatkan hasil dengan cara membangkitkan ininat terbaik siswa
Dengan kata lain, format penilaian ini memberikan tantangan yang unik.
4. Penyusunan Instrumen Afektif dan Teknik Penskorannya Penyusunan Instrumen
Afektif
Komponen afektif ikut menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Paling tidak
ada dua komponen affektif yang penting untuk diukur, yaitu sikap dan minat terhadap suatu
mata pelajaran. Sikap peserta didik terhadap suatu mata pelajaran bias positif, negatif,
ataupun netral. Tetntu diharapkan sikap peserta didik terhadap semua mata pelajaran positif
sehingga akan timbul minat untuk belajar atau mempelajarinya. Peserta didik yang memiliki
minat pada pelajaran tertentu bias diharapkan prestasi belajarnya akan meningkat secara
optimal, bagi yang tidak berminat sulit untuk meningkatkannya. Oleh karena itu, guru
memiliki tugas untuk membangkitkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran yang
diampunya. Dengan demikian, akan terjadi usaha yang sinergi untuk meningkatkan kualitas
proses pembelajaran.
Langkah pembuatan instrument affektif termasuk sikap dan minat adalah sebagai
berikut:
• Memilih ranah kognitif yang akan dinilai
• Menentukan indikator minat
• Memilih tipe skala yang akan digunakan
• Menelaah instrument (oleh teman sejawat)
• Memperbaiki instrument
• Menyiapkan kuesioner atau inventori laopran diri
• Menskor inventori
• Menganalisis hasil inventori skala minat dan sikap
F. APLIKASI PADA PEMBELAJARAN KIMIA
Instumen afektif yang penting dan akan dibahas adalah sikap, minat, nilai dan konsep diri.
Ada beberapa langkah yang harus diikuti dalam mengembangkan instrument afektif, yaitu :
– Menentukan spesifikasi instrumen
– Menulis instrumen
– Menentukan skala pengukuran
– Menentukan penskoran
– Mentelaah instrumen
– Melakukan ujicoba
– Menganalisis hasil ujicoba
– Melaksanakan pengukuran
– Menafsirkan hasil pengukuran
1. Spesifikasi Instrumen
Spesifikasi instrumen terdiri dari tujuan dan kisi-kisi instrumen. Dalam bidang pendidikan
pada dasarnya pengukuran afektif ditinjau dari tujuannya ada empat macam-macam
instrumen, yaitu :
• Instrumen sikap
• Instrumen minat
• Instrumen konsep diri
• Instrumen nilai
Dalam menyusun spesifikasi instrumen, ada empat hal yang harus diperhatikan yaitu :
– Menentukan tujuan pengukuran
– Menyusun kisi-kisi instrumen
– Memilih bentuk dan format instrumen
– Menentukan panjang instrumen
Instrumen minat bertujuan memperoleh informasi tentang minat siswa terhadap mata
pelajaran yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat siswa terhadap suatu mata
pelajaran.
Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap suatu objek, misalnya
kegiatan sekolah. Sikap ini bisa positif bisa negatif. Hasil pengukuran sikap berguna untuk
menentukan program pembelajaran yang tepat untuk siswa.
Instrumen konsep diri bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri.
Insformasi kekuatan dan kelemahan siswa digunakan untuk menentukan program yang
sebaiknya ditempuh oleh siswa. Hal ini berdasarkan informasi karakteristik siswa yang
diperoleh dari hasil pengukuran.
Instrumen nilai dan keyakinan bertujuan untuk mengungkap nilai dan keyakinan individu.
Informasi yang diperoleh berupa nilai dan keyakinan yang positif dan yang negative. Hal-hal
yang positif diperkuat sedang yang negatif diperlemah dan akhirnya dihilangkan.
Setelah tujuan afektif ditetapkan, kegiatan berikutnya adalah menyusun kisi-kisi instrument.
Kisi-kisi, juga disebut blue-print, merupakan table matrik yang berisi spesifikasi instrument
yang akan ditulis. Kisi-kisi ini pada dasarnya berisi tentang definisi konseptual yang ingin
diukur, kemudian ditentukan definisi operasional dan selanjutnya diuraikan menjadi sejumlah
indikator. Indikator ini merupakan acuan untuk menulis instrumen. Jadi pertanyaan atau
pernyataan ditulis berdasarkan indikator.
Tabel 4. Kisi-kisi instrumen Afektif
Definisi Afektif : ……………………………………………..
No. Indikator Jumlah Butir Pertanyaan/ Pernyataan Skala
1.
2.
3.
4.
5.
Langkah pertama dalam pembuatan kisi-kisi adalah menentukan definisi objek yang ingin
diukur. Definisi ini dilanjutkan dijabarkan menjadi sejumlah indikator. Ini merupakan
pedoman dalam menulis instrumen. Tiap indikator bisa ditulis dua atau lebih butir instrument.
Indikator ini menjadi acuan penulis instrumen. Salah satu format kisi-kisi dapat dilihat pada
Tabel 4.
2. Penulisan Instrumen
Ada empat aspek dari ranah afektif yang bisa dinilai di sekolah, yaitu sikap, minat, percaya
diri dan nilai.
a. Instrumen Sikap
Definisi : Sikap, Sikap adalah perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek. Objek ini
bisa berupa kegiatan atau mata pelajaran.
Cara yang mudah untuk mengetahui sikap siswa adalah melalui kuesioner. Pertanyaan
tentang sikap meminta responden menunjukkan perasaan yang positif atau negatif terhadap
suatu objek, atau satu kebijakan. Kata-kata yang digunakan pada pertanyaan sikap
menyatakan arah perasaan seseorang; menerima-menolak, menyenangi-tidak menyenangi,
baik-buruk, diingini-tidak diingini.
Indikator sikap terhadap mata pelajaran kimia misalnya adalah :
1) Membaca buku
2) Interaksi dengan guru
3) Mengerjakan tugas
4) Diskusi tentang bahasan kimia
Contoh kuesioner :
1) Saya senang membaca buku pelajaran kimia
2) Saya senang belajar pelajaran kimia
3) Saya sering bertanya pada guru tentang pelajaran Kimia
4) Saya senang mengerjakan soal Kimia
5) Saya selalu mencari soal-soal Kimia
6) Dan sebagainya.
b. Instrumen Minat
Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat siswa terhadap suatu
mata pelajaran yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat siswa terhadap suatu
mata pelajaran.
Definisi : Minat adalah keingintahuan seseorang tentang keadaan suatu objek. Indikator
minat, misalnya minat terhadap kimia :
1) Manfaat belajar kimia
2) Usaha memahami kimia
3) Membaca buku kimia
4) Bertanya di kelas tentang materi kimia
Contoh kuesioner :
1) Kimia bermanfaat untuk menuju kesuksesan belajar
2) Saya berusaha memahami mata pelajaran kimia
3) Saya senang membaca buku yang berkaitan dengan kimia
4) Saya selalu bertanya di kelas pada pelajaran kimia.
c. Instrumen Konsep Diri
Instrumen konsep diri bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri.
Informasi kekuatan dan kelemahan siswa digunakan untuk menentukan program yang
sebaiknya ditempuh oleh siswa. Hal ini berdasarkan informasi karakteristik siswa yang
diperoleh dari hasil pengukuran.
Definisi konsep diri adalah pernyataan tentang kemampuan diri sendiri yang menyangkut
mata pelajaran. Indikator konsep diri adalah :
1) Kekuatan diri baik aspek kognitif, psikomotor dan afektif
2) Pelajaran yang dirasa sulit
3) Pelajaran yang dirasa mudah
Contoh Instrumen :
1) Saya sulit memecahkan masalah matemaika
2) Mata pelajaran kimia mudah saya pahami
3) Saya mampu membuat karangan yang baik
4) Saya merasa sulit mengikuti pelajaran fisika
5) Saya bisa bermain sepak bola dengan baik
Selain melalui kuesioner, minat siswa terhadap suatu pelajaran dapat dilihat melalui
pengamatan dan dokumentasi. Melalui pengamatan dapat dilihat pada kegiatan di kelas,
apakah ia sering bertanya atau tidak. Melalui dokumentasi dapat dilihat pada kelengkapan
catatannya. Catatan yang baik adalah yang lengkap dan ada coretan-cpretan yang
menunjukkan bahwa catatan tersebut dipelajari siswa.
d. Instrumen Nilai
Nilai merupakan konsep penting dalam pembentukan kompetensi siswa. Pencapaian
kemampuan kognitif dan psikomotorik tidak akan member manfaat bagi masyarakat, apabila
tidak diikuti dengan kompetensi nilai. Kemampuan lulusan suatu jenjang pendidikan bisa
baik, bila digunakan membantu orang lain, namun bisa tidak baik bila kemampuan tersebut
digunakan untuk merugikan orang lain. Hal inilah letak pentingnya kemampuan afektif.
Nilai seseorang pada dasarnya terungkap melalui bagaimana ia berbuat atau keinginan
berbuat. Hermin dan Simon memasukkan pada bagian nilai seperti keyakinan, sikap, aktivitas
atau perasaan yang memuaskan kriteria, aktivitas atau tindakan seseorang. Tindakan
merupakan refleksi dari nilai yang dianutnya.
Definisi : nilai adalah keyakinan seseorang tentang keadaan suatu objek atau kegiatan.
Misalnya keyakinan akan kemampuan siswa, keyakinan tentang kinerja guru. Kemungkinan
ada yang berkeyakinan bahwa prestasi siswa sulit untuk ditingkatkan. Atau ada yang
berkeyakinan bahwa guru sulit untuk melakukan perubahan.
Instrumen nilai bertujuan untuk mengungkap nilai individu. Informasi yang diperoleh berupa
nilai yang positif dan yang negatif. Nilai yang bersifat positif diperkuat sedang yang negatif
diperlemah dan akhirnya dihilangkan.
Indikator nilai adalah :
1) Keyakinan tentang prestasi belajar siswa
2) Keyakinan atas keberhasilan siswa
3) Keyakinan atas harapan orang tua
4) Keyakinan atas dukungan masyarakat
5) Keyakinan atas peran sekolah
Contoh kuesioner tentang nilai siswa :
1) Saya berkeyakinan bahwa prestasi belajar siswa sulit untuk ditingkatkan
2) Saya berkeyakinan bahwa kinerja guru sudah maksimum
3) Saya berkeyakinan bahwa siswa yang ikut bimbingan tes cenderung akan diterima di
perguruan tinggi.
4) Saya berkeyakinan sekolah tidak akam mampu mengubah tingkat kesejahteraan
masyarakat
5) Saya berkeyakinan bahwa perubahan selalu membawa masalah
6) Saya berkeyakinan bahwa hasil yang dicapai siswa adalah karena usahanya semata.
Selain melalui kuisioner ranah afektif siswa, sikap, minat, konsep diri dan nilai dapat digali
melalui pengamatan. Pengamatan karakteristik afektif siswa dilakukan di tempat terjadinya
kegiatan belajar dan mengajar. Untuk mengetahui keadaan aspek afektif siswa, guru harus
menyiapkan diri untuk mencatat setiap tindakan yang muncul dari siswa yang berkaitan
dengan indikator aspek afektif siswa. Untuk itu perlu ditentukan dulu indikator substansi
yang akan diukur.
3. Skala Pengukuran
Secara garis besar skala instrumen yang sering digunakan dalam penelitian, yaitu Skala
Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda semantic. Skala Thurstone terdiri dari 7 kategori,
yang paling banyak bernilai 7 dan yang paling kecil bernilai 1. Jawaban terhadap kuesioner
Skala Thustone adalah dengan member tanda v yang sesuai atau yang dipilih. Demikian pula
untuk skala Likert dan skala Beda semantik.
Tabel 5. Contoh Skala Thurstone, Minat terhadap pelajaran Kimia
No. Pernyataan 7 6 5 4 3 2 1
1. Saya senang belajar Kimia
2. Pelajaran Kimia bermanfaat
3. Saya berusaha hadir tiap pelajaran
Kimia
4. Saya berusaha memiliki buku pelajaran
Kimia
Tabel 6. Contoh Skala Likert, Sikap terhadap pelajaran Kimia
No. Pernyataan 5 4 3 2 1
1. Pelajaran Kimia bermanfaat
2. Pelajaran kimia sulit
3. Tidak semua siswa harus belajar kimia
4. Pelajaran kimia menyenangkan
Contoh Skala Beda Semantik :
Pelajaran Kimia
Menyenangkan !…….!…….!…….!…….!……..!……..!……..!……..! Membosankan
Sulit !…….!…….!…….!…….!……..!……..!……..!……..! Mudah
Bermanfaat !…….!…….!…….!…….!……..!……..!……..!……..! Sia-sia
Menantang !…….!…….!…….!…….!……..!……..!……..!……..! Menjemukan
Panjang instrumen berhubungan dengan masalah lama waktu responden secara umum
membaca dan menjawab kuesioner. Bila waktunya lama, bisa terjadi responden tidak
membaca peryataan atau pernyataan namun ia menjawab, sehingga timbul masalah validitas
data. Lama pengisian instrumen sebaiknya tidak lebih dari 30 menit, apabila terpaksa dari 30
menit sebaiknya dicari waktu yang tepat bukan ketika akan pulang sekolah, tetapi di pagi
hari.
Langkah pertama dalam menulis suatu pertanyaan atau peryataan adalah informasi apa yang
ingin diperoleh, struktur pertanyaan, dan penilaian kata-kata. Apa yang ingin diperoleh
berkaitan dengan indikator, struktur pertanyaan berkaitan dengan urutan pertanyaan dan skala
yang digunakan. Pemilihan kata-kata bertujuan untuk memudahkan responden menafsirkan
maksud pertanyaan atau pertanyaan, sehingga semua responden memiliki penafsiran yang
sama terhadap pernyataan.
4. Penskoran Instrumen
Sistem penskoran yang digunakan tergantung pada skala pengukuran. Apabila digunakan
skala Thurstone, maka skor tertinggi untuk tiap butir adalah 7 dan yang terkecil adalah 1.
Demikian pula untuk instrumen dengan skala beda semantik, tertinggi 7 terendah 1. Untuk
skala likert, skor tertinggi tiap butir adalah 4 dan yang terendah adalah 1.
Dalam pengukuran sering terjadi kecenderungan responden memilih jawaban pada kategori
tiga 3 (tiga) untuk skala Likert. Untuk mengatasi hal tersebut skala Likert hanya
menggunakan 4 (empat) pilihan, agar jelas sikap atau minat responden. Bila memilih 3 atau 4
tergolong positip, sedang bila memilih 1 atau 2 tergolong negatif. Contoh skala Likert dengan
4 (empat skala) adalah sebagai berikut :
Sangat setuju – setuju – tidak setuju – dan sangat tidak setuju
4 3 2 1
Hasil isian responden dalam hali ini siswa selanjutnya analisis untuk tingkat siswa dan
tingkat klas, yaitu dengan mencari rerata dan simpangan baku skor. Hasil analisis selanjutnya
ditafsirkan untuk mengetahui minat siswa dan minat kelas terhadap mata pelajaran kimia,
maka guru dapat menyusun program peningkatan minat siswa.
5. Telaah Instrumen
Kegiatan pada telaah instrumen adalah meneliti tentang :
a) Bahasa yang digunakan apa sudah komunikatif dan menggunakan tata bahasa yang
benar;
b) Apakah butir pertanyaan atau pernyataan sesuai dengan indikator;
c) Apakah butir pertanyaan atau pertanyataan tidak bisa;
d) Apakah format instrumen menarik untuk dibaca
e) Apakah jumlah butir sudah tepat agar tidak menjemukan menjawabnya.
Telaah dilaksanakan oleh pakar dalam bidang yang diukur dan akan lebih baik bila disertai
dengan pakar pengukuran. Telaah bisa juga dilakukan oleh teman sejawat bila yang
diinginkan adalah masukan tentang bahasa dan format instrumen.
Hal penting selama melakukan telaah pertanyaan atau pernyataan yang diajukan jangan
sampai bisa, yaitu mengarahkan jawaban responden pada arah tertentu, positif atau negatif.
Contoh pertanyaan yang bisa :
Siswa yang rajin menonton televisi kreatifitasnya tinggi. Apakah saudara sering
menonton televisi?
Pertanyaan yang tidak bisa :
Sebagian siswa membaca Koran tiap hari, dan sebagian lain menonton TV untuk
meningkatkan kreativitasnya. Untuk meningkatkan kreativitas kegiatan apa yang dilakukan ?
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan kata-kata untuk suatu kusioner,
yaitu :
1. Gunakan kata-kata yang sederhana sesuai dengan tingkat pendidikan.
2. Jangan samar-samar pertanyaannya.
3. Hindari bisa pertanyaan
4. Hindari pertanyaan hipotetikal.
Hasil telaah instrumen digunakan untuk memperbaiki instrumen. Perakitan instrumen
berkaitan dengan urutan pertanyaan atau pernyataan, dimulai dari butir yang mudah dijawab.
Selanjutnya ditentukan formatnya, dibuat tampilan yang menarik untuk dibaca. Sebaiknya
pertanyaan dikelompokkan dengan masalah yang ditanya, dan disarankan tiap sepuluh
pertanyaan dibuat kotak sendiri, sehingga mudah dibaca. Setelah dirakit instrumen
selanjutnya diujicoba.
6. Ujicoba Instrumen
Setelah dirakit instrumen diujicobakan kepada responden, sesuai dengan tujuan penilaian
apakah kepada peserta didik, kepada guru atau orang tua peserta didik. Untuk dipilih sampel
yang karakteristiknya mewakili populasi yang ingin dinilai. Bila yang ingin dinilai adalah
siswa SMA, maka sampelnya juga siswa SMA. Ukuran sampel yang diperlukan adalah
minimal 30 siswa, biasa berasal dari satu sekolah atau lebih.
Pada saat ujicoba yang perlu dicatat adalah saran-saran dari responden atas kejelasan kalimat
yang digunakan, waktu yang diperlukan mengisi instrumen. Waktu yang digunakan
disarankan bukan waktu yang saat responden sudah lelah. Selain itu sebaiknya responden
juga diberi minuman agar tidak lelah. Perlu diingat bahwa pengisian instrument bukan
merupakan tes, sehingga walau ada batasan waktu namun tidak terlalu ketat.
Agar responden mengisi instrumen dengan akurat sesuai dengan harapan, maka sebaiknya
instrumen dirancang sedemikian rupa sehingga waktu yang diperlukan mengisi instrumen
tidak terlalu lama. Berdasarkan pengalaman, waktu yang diperlukan agar tidak jenuh adalah
sekitar 30 menit atau kurang.
7. Analisis Hasil Ujicoba
Analisis hasil ujicoba meliputi variasi jawaban tiap butir pertanyaan atau pernyataan. Apabila
skala instrumen 1 sampai 5, maka bila jawaban responden bervariasi dari 1 sampai 5, maka
instrumen ini bisa diharapkan menjadi instrumen yang baik. Namun apabila jawabannya
hanya pada satu pilihan jawaban saja, misalnya pada pilihan nomor 3, maka butir instrument
ini tergolong tidak baik. Indikator yang digunakan adalah besarnya daya beda. Bila daya beda
butir instrumen lebih dari 0,30, yaitu korelasi antara skor butir dengan skor total, maka butir
instrumen tergolong baik.
Hasil ujicoba selanjutnya digunakan untuk perbaikan. Perbaikan dilakukan terhadap butir-
butir yang tidak baik, berdasarkan hasil analisis hasil ujicoba. Bila saja hasil telaah instrumen
tampak baik, namun hasil ujicoba empirik tampak tidak baik. Untuk itu butir instrument
harus diperbaiki. Perbaikan termasuk pada semua saran-saran dari responden ujicoba.
Instrumen harus dilengkapi dengan pertanyaan terbuka tentang saran-saran responden secara
tertulis tentang instrumen tersebut.
Indikator lain yang diperhatikan indeks keandalan yang dikenal indeks reabilitas. Besarnya
indeks ini adalah minimum 0,70. Bila indeks ini lebih kecil dari 0,70. Kesalahan pengukuran
akan melebihi batas. Oleh karena itu diusahakan agar indeks keandalan instrumen minimum
0,70.
8. Penafsiran Hasil Pengukuran
Hasil pengukuran berupa skor atau angka. Menafsirkan hasil pengukuran juga disebut dengan
penilaian. Untuk menafsirkan hasil pengukuran diperlukan suatu kriteria. Kriteria yang
digunakan tergantung pada skala dan jumlah butir yang digunakan. Misalkan digunakan skala
Likert dengan 5 (lima pilihan) untuk mengukur sikap siswa yaitu :
Sangat setuju – Setuju – Sama Saja – Tidak Setuju – Sangat tidak setuju
(5) (4) (3) (2) (1)
Instrumen yang telah diisi dicari skor keseluruhannya, sehingga tiap siswa memiliki skor.
Selanjutnya dicari rerata skor keseluruhan siswa dalam satu kelas dan simpangan bakunya.
Kategorisasi hasil pengukuran menggunakan distribusi normal, dan untuk skala Likert
dengan ketentuan seperti tabel. 2 untuk minat siswa dan Tabel. 3 untuk minat kelas.
Ada 4 (empat) kategori hasil pengukuran sikap atau minat, yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah
dan sangat rendah. Penentuan skor tiap kategori ini dapat dilihat pada tabel 2. Berdasarkan
kategori ini dapat ditentukan minat atau sikap peserta didik. Selanjutnya dapat dicari sikap
dan minat kelas terhadap mata pelajaran tertentu. Caranya dapat dilihat pada tabel 3.
Misalkan ada 10 butir pertanyaan pada kuesioner tentang sikap atau minat seseorang terhadap
pelajaran pendidikan jasmani dengan menggunakan skala Likert dengan 5 (lima) pilihan.
Skor paling tinggi adalah bila peserta didik memilih sangat setuju, yaitu 5, dan skor paling
rendah adalah bila peserta didik memilih jawaban sangat tidak setuju, yaitu1. Jadi skor
tertinggi adalah 10 butir x 5 = 50, dan skor terendah adalah : 10 butir x 1 = 10.
Pada tabel 7 dapat diketahui minat atau sikap tiap peserta didik terhadap tiap mata pelajaran.
Bila sikap peserta didik tergolong negatif atau minat peserta didik tergolong rendah, maka
guru harus berusaha meningkatkan sikap dan minat peserta didik. Sedang bila sikap atau
minat peserta didik tergolong positip atau tinggi, guru harus mempertahankannya.
Tabel 7. Kategori Sikap atau Minat Peserta Didik untuk 10 butir pertanyaan
Penentuan Skor :
1. Skor batas bawah kategori sangat positif atau sangat tinggi adalah : 0,80 x 50 = 40,
dan batas atasnya 50.
2. Skor batas bawah pada kategori tinggi atau positif adalah 0,60 x 50 = 30, dan skor
batas atasnya adalah 39
3. Skor batas bawah pada kategori negatif atau rendah adalah : 0,40 x 50 = 20, dan skor
batas atasnya adalah 29
4. Skor yang tergolong pada kategori sangat negatif atau sangat rendah adalah : kurang
dari 20.
Tabel 8. Kategorisasi Sikap atau Minat Kelas
No. Skor Peserta Didik Kategori Sikap atau Minat
1. Sama atau lebih besar dari 40 Sangat Positif / sangat tinggi
2. 30 sampai 39 Tinggi / positif
3. 20 sampai 29 Negatif / rendah
4. Kurang dari 20 Sangat negatif / sangat rendah
Keterangan :
1. Cari rerata skor kelas, yaitu jumlahkan skor semua peserta didik dibagi jumlah peserta
didik
2. Skor batas bawah kategori sangat positif atau sangat tinggi adalah : 0,80 x 50 = 40,
dan batas atasnya 50
3. Skor batas bawah pada kategori tinggi atau positif adalah 0,60 x 50 = 30, dan skor
batas atasnya adalah 39
4. Skor batas bawah pada kategori negative atau rendah adalah : 0,40 x 50 = 20, dan skor
batas atasnya adalah 29.
5. Skor yang tergolong pada kategori sangat negatif atau sangat rendah adalah : Kurang
dari 20.
Melalui Tabel 8 dapat diketahui minat atau sikap kelas terhadap tiap mata pelajaran. Bila
sikap siswa tergolong negatif minat siswa tergolong rendah, maka guru harus berusaha
No. Skor Peserta Didik Kategori sikap atau Minat
1. Sama atau lebih besar dari 40 Sangat positif / sangat tinggi
2. 30 sampai 39 Tinggi / positif
3. 20 sampai 29 Negatif / rendah
4. Kuarang dari 20 Sangat negative / sangat rendah
meningkatkan sikap atau minat siswa. Bila sikap atau minat tergolong positif atau tinggi,
guru harus mempertahankannya.
Tabel 8 menunjukkan minat atau sikap kelas terhadap suatu mata pelajaran. Jadi dalam
pengukuran sikap atau minat diperlukan informasi tentang minat atau sikap tiap siswa dan
sikap kelas terhadap mata pelajaran. Informasi ini sangat diperlukan untuk membuar program
perbaikan. Bila sikap kelas cenderung positif, maka dapat disimpilkan cara mengajar guru
cukup menarik perhatian siswa, sebaiknya bila sikap atau minat kelas negative, maka dapat
disimpulkan bahwa kemungkinan cara mengajar guru tidak menarik. Untuk itu perlu ada
usaha perbaikan dari guru.
RUJUKAN:
Direktorat Pembinaan SMA. (2004). Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilain
Ranah Afektif. Tersedia: http://www.dikmenum.go.id [20 April 2009].
Direktorat Pembinaan SMA. (2004). Penilaian Afektif. Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar
Dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional. Tersedia: http://www.dikmenum.go.id.
[15 Mei 2009].
Stiggins, R.J. (1994). Student – Centered Classroom Assessment. New York: Macmillan
College Publishing Company.
Sudrajat, Akhmad. (2004). Penilaian Ranah Afektif. Tersedia:
http://www.wordpress.com/2008/08/15/penilaian-ranah-afektif. [15 Mei 2009].

More Related Content

What's hot

Bk3 power point
Bk3 power pointBk3 power point
Bk3 power point871939
 
Kecelaruan Tingkahlaku Kanak-Kanak
Kecelaruan Tingkahlaku Kanak-KanakKecelaruan Tingkahlaku Kanak-Kanak
Kecelaruan Tingkahlaku Kanak-KanakMiss Miaa
 
Model terapi realiti oleh william glasser
Model terapi realiti oleh william glasserModel terapi realiti oleh william glasser
Model terapi realiti oleh william glasserdimidur
 
Ringkasan model ginott
Ringkasan model ginottRingkasan model ginott
Ringkasan model ginottzatiiza
 
Diges pendidik 2010
Diges pendidik 2010Diges pendidik 2010
Diges pendidik 2010mariahana11
 
Kasus attention defisit disorder
Kasus attention defisit disorderKasus attention defisit disorder
Kasus attention defisit disorderjavanapoleon1924
 
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...Ratih Aini
 
Tugas makalah penyesuaian diri
Tugas makalah penyesuaian diriTugas makalah penyesuaian diri
Tugas makalah penyesuaian diriPoetra Chebhungsu
 
Pengurusan Grafik Intervensi yang sesuai bagi menangani tingkah laku bermasal...
Pengurusan Grafik Intervensi yang sesuai bagi menangani tingkah laku bermasal...Pengurusan Grafik Intervensi yang sesuai bagi menangani tingkah laku bermasal...
Pengurusan Grafik Intervensi yang sesuai bagi menangani tingkah laku bermasal...NURUL AZREEN
 
PENGARUH PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA S...
PENGARUH PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA S...PENGARUH PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA S...
PENGARUH PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA S...IAIN SEKH NURJATI CIREBON
 
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran paiMakalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran paiOperator Warnet Vast Raha
 
Pengurusan disiplin bilik darjah skinner
Pengurusan disiplin bilik darjah skinnerPengurusan disiplin bilik darjah skinner
Pengurusan disiplin bilik darjah skinnerdimidur
 
Rpl Bimbingan dan Konseling tentang Penyesuaian Diri
Rpl Bimbingan dan Konseling tentang Penyesuaian DiriRpl Bimbingan dan Konseling tentang Penyesuaian Diri
Rpl Bimbingan dan Konseling tentang Penyesuaian Dirisayidatiasiyah
 
Edup2023 psikologi pendidikan
Edup2023 psikologi pendidikanEdup2023 psikologi pendidikan
Edup2023 psikologi pendidikanKhairunnisaJeman
 

What's hot (20)

Bk3 power point
Bk3 power pointBk3 power point
Bk3 power point
 
Kecelaruan Tingkahlaku Kanak-Kanak
Kecelaruan Tingkahlaku Kanak-KanakKecelaruan Tingkahlaku Kanak-Kanak
Kecelaruan Tingkahlaku Kanak-Kanak
 
Model terapi realiti oleh william glasser
Model terapi realiti oleh william glasserModel terapi realiti oleh william glasser
Model terapi realiti oleh william glasser
 
Ringkasan model ginott
Ringkasan model ginottRingkasan model ginott
Ringkasan model ginott
 
Diges pendidik 2010
Diges pendidik 2010Diges pendidik 2010
Diges pendidik 2010
 
Kasus attention defisit disorder
Kasus attention defisit disorderKasus attention defisit disorder
Kasus attention defisit disorder
 
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
 
Tugas makalah penyesuaian diri
Tugas makalah penyesuaian diriTugas makalah penyesuaian diri
Tugas makalah penyesuaian diri
 
Pengurusan Grafik Intervensi yang sesuai bagi menangani tingkah laku bermasal...
Pengurusan Grafik Intervensi yang sesuai bagi menangani tingkah laku bermasal...Pengurusan Grafik Intervensi yang sesuai bagi menangani tingkah laku bermasal...
Pengurusan Grafik Intervensi yang sesuai bagi menangani tingkah laku bermasal...
 
PENGARUH PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA S...
PENGARUH PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA S...PENGARUH PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA S...
PENGARUH PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA S...
 
Gangguan emosi
Gangguan emosiGangguan emosi
Gangguan emosi
 
Teori-teori Belajar
Teori-teori BelajarTeori-teori Belajar
Teori-teori Belajar
 
Otivasi intrinsik
Otivasi intrinsikOtivasi intrinsik
Otivasi intrinsik
 
penilaian untuk pembelajaran
penilaian untuk pembelajaranpenilaian untuk pembelajaran
penilaian untuk pembelajaran
 
Tingkahlaku bermasalah
Tingkahlaku bermasalahTingkahlaku bermasalah
Tingkahlaku bermasalah
 
Pengurusan bilik darjah
Pengurusan bilik darjahPengurusan bilik darjah
Pengurusan bilik darjah
 
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran paiMakalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
Makalah perkembangan sistem evaluasi pembelajaran pai
 
Pengurusan disiplin bilik darjah skinner
Pengurusan disiplin bilik darjah skinnerPengurusan disiplin bilik darjah skinner
Pengurusan disiplin bilik darjah skinner
 
Rpl Bimbingan dan Konseling tentang Penyesuaian Diri
Rpl Bimbingan dan Konseling tentang Penyesuaian DiriRpl Bimbingan dan Konseling tentang Penyesuaian Diri
Rpl Bimbingan dan Konseling tentang Penyesuaian Diri
 
Edup2023 psikologi pendidikan
Edup2023 psikologi pendidikanEdup2023 psikologi pendidikan
Edup2023 psikologi pendidikan
 

Viewers also liked

instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)Pristiadi Utomo
 
Penilaian afektif
Penilaian afektifPenilaian afektif
Penilaian afektifmurdiyah
 
Aktifitas siswa supinah
Aktifitas siswa supinahAktifitas siswa supinah
Aktifitas siswa supinah28DEKY
 
Ranah afektif dalam pai
Ranah afektif  dalam paiRanah afektif  dalam pai
Ranah afektif dalam paisadirun
 
Penilaian Afektif Siswa
Penilaian Afektif SiswaPenilaian Afektif Siswa
Penilaian Afektif SiswaFerry Pratama
 
Pedoman kerjasama fkip
Pedoman kerjasama fkipPedoman kerjasama fkip
Pedoman kerjasama fkipFKIP UHO
 
Sop kerjasama
Sop kerjasamaSop kerjasama
Sop kerjasamaFKIP UHO
 
Modul penilaian pembelajaran
Modul penilaian pembelajaranModul penilaian pembelajaran
Modul penilaian pembelajaranRAHMANULJA
 
Makalah karakter mandiri
Makalah karakter mandiriMakalah karakter mandiri
Makalah karakter mandiriYeni Purwati
 
Lembar observasi aktifitas pengelolaan pembelajaran
Lembar  observasi aktifitas pengelolaan pembelajaranLembar  observasi aktifitas pengelolaan pembelajaran
Lembar observasi aktifitas pengelolaan pembelajaranOperator Warnet Vast Raha
 
angket untu siswa bagi guru bimbingan konseling
angket untu siswa bagi guru bimbingan konselingangket untu siswa bagi guru bimbingan konseling
angket untu siswa bagi guru bimbingan konselingachmad hidayat
 
Chapter 10 affective assessment
Chapter 10 affective assessmentChapter 10 affective assessment
Chapter 10 affective assessmentjsssmuna01
 
Penilaian sikap Kurikulum 2013 edisi Revisi 2016
Penilaian sikap Kurikulum 2013 edisi Revisi 2016Penilaian sikap Kurikulum 2013 edisi Revisi 2016
Penilaian sikap Kurikulum 2013 edisi Revisi 2016Almateus Nanang Rudiatmoko
 
Lembar observasi aktifitas siswa
Lembar observasi aktifitas siswaLembar observasi aktifitas siswa
Lembar observasi aktifitas siswayohanesagus
 

Viewers also liked (20)

instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
instrumen lembar penilaian antar peserta didik (sikap)
 
Penilaian afektif
Penilaian afektifPenilaian afektif
Penilaian afektif
 
Bab 4(PENYUSUNAN INSTRUMEN DAN TEKNIK PENSKORAN) 27/12/13
Bab 4(PENYUSUNAN INSTRUMEN DAN TEKNIK PENSKORAN) 27/12/13Bab 4(PENYUSUNAN INSTRUMEN DAN TEKNIK PENSKORAN) 27/12/13
Bab 4(PENYUSUNAN INSTRUMEN DAN TEKNIK PENSKORAN) 27/12/13
 
Aktifitas siswa supinah
Aktifitas siswa supinahAktifitas siswa supinah
Aktifitas siswa supinah
 
59. afektif siswa 1.3 c
59. afektif siswa 1.3 c59. afektif siswa 1.3 c
59. afektif siswa 1.3 c
 
Ranah afektif dalam pai
Ranah afektif  dalam paiRanah afektif  dalam pai
Ranah afektif dalam pai
 
Penilaian Afektif Siswa
Penilaian Afektif SiswaPenilaian Afektif Siswa
Penilaian Afektif Siswa
 
Pedoman kerjasama fkip
Pedoman kerjasama fkipPedoman kerjasama fkip
Pedoman kerjasama fkip
 
Sop kerjasama
Sop kerjasamaSop kerjasama
Sop kerjasama
 
Sistem penilaian smk
Sistem penilaian smkSistem penilaian smk
Sistem penilaian smk
 
Modul penilaian pembelajaran
Modul penilaian pembelajaranModul penilaian pembelajaran
Modul penilaian pembelajaran
 
Makalah karakter mandiri
Makalah karakter mandiriMakalah karakter mandiri
Makalah karakter mandiri
 
Lembar observasi aktifitas pengelolaan pembelajaran
Lembar  observasi aktifitas pengelolaan pembelajaranLembar  observasi aktifitas pengelolaan pembelajaran
Lembar observasi aktifitas pengelolaan pembelajaran
 
angket untu siswa bagi guru bimbingan konseling
angket untu siswa bagi guru bimbingan konselingangket untu siswa bagi guru bimbingan konseling
angket untu siswa bagi guru bimbingan konseling
 
Lembar observasi siswa
Lembar observasi siswaLembar observasi siswa
Lembar observasi siswa
 
Chapter 10 affective assessment
Chapter 10 affective assessmentChapter 10 affective assessment
Chapter 10 affective assessment
 
Penilaian Kompetensi Sikap pada Kurikulum 2013
Penilaian Kompetensi Sikap pada Kurikulum 2013Penilaian Kompetensi Sikap pada Kurikulum 2013
Penilaian Kompetensi Sikap pada Kurikulum 2013
 
Penilaian Afektif
Penilaian AfektifPenilaian Afektif
Penilaian Afektif
 
Penilaian sikap Kurikulum 2013 edisi Revisi 2016
Penilaian sikap Kurikulum 2013 edisi Revisi 2016Penilaian sikap Kurikulum 2013 edisi Revisi 2016
Penilaian sikap Kurikulum 2013 edisi Revisi 2016
 
Lembar observasi aktifitas siswa
Lembar observasi aktifitas siswaLembar observasi aktifitas siswa
Lembar observasi aktifitas siswa
 

Similar to ASESMEN AFEKTIF

3.suplemen 3-dimensi keterampilan dan sikap
3.suplemen 3-dimensi keterampilan dan sikap3.suplemen 3-dimensi keterampilan dan sikap
3.suplemen 3-dimensi keterampilan dan sikapShodiqin Shodiqin
 
Materi eksplorasi konsep 2.1.pdf
Materi eksplorasi konsep 2.1.pdfMateri eksplorasi konsep 2.1.pdf
Materi eksplorasi konsep 2.1.pdfWijayanti Oktavia
 
Definisi dan konsep pentaksiran
Definisi dan konsep pentaksiranDefinisi dan konsep pentaksiran
Definisi dan konsep pentaksiranizz7556
 
907 1670-2-pb
907 1670-2-pb907 1670-2-pb
907 1670-2-pbBoasIyai1
 
PERMASALAHAN_BELAJAR_SISWA_DI_SMP_ATAU.docx
PERMASALAHAN_BELAJAR_SISWA_DI_SMP_ATAU.docxPERMASALAHAN_BELAJAR_SISWA_DI_SMP_ATAU.docx
PERMASALAHAN_BELAJAR_SISWA_DI_SMP_ATAU.docxernakomaryah
 
Power point Self esteem dalam Matematika pptx
Power point Self esteem dalam Matematika pptxPower point Self esteem dalam Matematika pptx
Power point Self esteem dalam Matematika pptxRosaAry
 
SOSIO EMOSIONAL Manajeman Kelas
SOSIO EMOSIONAL Manajeman Kelas SOSIO EMOSIONAL Manajeman Kelas
SOSIO EMOSIONAL Manajeman Kelas DedeIrawanSaputra1
 
AKSI NYATA_JOHANNES SIMANJUNTAK_Forum Diskusi Terarah Mengenai Pola Pikir Ber...
AKSI NYATA_JOHANNES SIMANJUNTAK_Forum Diskusi Terarah Mengenai Pola Pikir Ber...AKSI NYATA_JOHANNES SIMANJUNTAK_Forum Diskusi Terarah Mengenai Pola Pikir Ber...
AKSI NYATA_JOHANNES SIMANJUNTAK_Forum Diskusi Terarah Mengenai Pola Pikir Ber...JOHANNESSIMANJUNTAK8
 
ppt klp1 teaching and learning.pptx
ppt klp1 teaching and learning.pptxppt klp1 teaching and learning.pptx
ppt klp1 teaching and learning.pptxNurfaizi12
 
RPL Penyesuaian Diri Remaja di Sekolah Baru.docx
RPL Penyesuaian Diri Remaja di Sekolah Baru.docxRPL Penyesuaian Diri Remaja di Sekolah Baru.docx
RPL Penyesuaian Diri Remaja di Sekolah Baru.docxRahimaSyahnePutri1
 
Budaya Postif.pptx
Budaya Postif.pptxBudaya Postif.pptx
Budaya Postif.pptxRofinaSaina
 
Cara Memotivasi Siswa
Cara Memotivasi SiswaCara Memotivasi Siswa
Cara Memotivasi Siswasabilal123
 
Imam Royani
Imam RoyaniImam Royani
Imam Royaniimam89
 
Psikologi-Pendidikan-Pertemuan-1 dan.ppt
Psikologi-Pendidikan-Pertemuan-1 dan.pptPsikologi-Pendidikan-Pertemuan-1 dan.ppt
Psikologi-Pendidikan-Pertemuan-1 dan.pptMRifaiPandiangan
 
Pembelajaran Orang Dewasa
Pembelajaran Orang DewasaPembelajaran Orang Dewasa
Pembelajaran Orang DewasaUpi_raharjo
 
PPT TRIS Asesmen Pembelajaran dengan Kebutuhan dan Karakteristik Murid.pdf
PPT TRIS Asesmen Pembelajaran dengan Kebutuhan dan Karakteristik Murid.pdfPPT TRIS Asesmen Pembelajaran dengan Kebutuhan dan Karakteristik Murid.pdf
PPT TRIS Asesmen Pembelajaran dengan Kebutuhan dan Karakteristik Murid.pdfsmpn1skmakundapodik
 

Similar to ASESMEN AFEKTIF (20)

3.suplemen 3-dimensi keterampilan dan sikap
3.suplemen 3-dimensi keterampilan dan sikap3.suplemen 3-dimensi keterampilan dan sikap
3.suplemen 3-dimensi keterampilan dan sikap
 
Materi eksplorasi konsep 2.1.pdf
Materi eksplorasi konsep 2.1.pdfMateri eksplorasi konsep 2.1.pdf
Materi eksplorasi konsep 2.1.pdf
 
Definisi dan konsep pentaksiran
Definisi dan konsep pentaksiranDefinisi dan konsep pentaksiran
Definisi dan konsep pentaksiran
 
STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF.docx
STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF.docxSTRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF.docx
STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF.docx
 
907 1670-2-pb
907 1670-2-pb907 1670-2-pb
907 1670-2-pb
 
PERMASALAHAN_BELAJAR_SISWA_DI_SMP_ATAU.docx
PERMASALAHAN_BELAJAR_SISWA_DI_SMP_ATAU.docxPERMASALAHAN_BELAJAR_SISWA_DI_SMP_ATAU.docx
PERMASALAHAN_BELAJAR_SISWA_DI_SMP_ATAU.docx
 
Power point Self esteem dalam Matematika pptx
Power point Self esteem dalam Matematika pptxPower point Self esteem dalam Matematika pptx
Power point Self esteem dalam Matematika pptx
 
SOSIO EMOSIONAL Manajeman Kelas
SOSIO EMOSIONAL Manajeman Kelas SOSIO EMOSIONAL Manajeman Kelas
SOSIO EMOSIONAL Manajeman Kelas
 
AKSI NYATA_JOHANNES SIMANJUNTAK_Forum Diskusi Terarah Mengenai Pola Pikir Ber...
AKSI NYATA_JOHANNES SIMANJUNTAK_Forum Diskusi Terarah Mengenai Pola Pikir Ber...AKSI NYATA_JOHANNES SIMANJUNTAK_Forum Diskusi Terarah Mengenai Pola Pikir Ber...
AKSI NYATA_JOHANNES SIMANJUNTAK_Forum Diskusi Terarah Mengenai Pola Pikir Ber...
 
ppt klp1 teaching and learning.pptx
ppt klp1 teaching and learning.pptxppt klp1 teaching and learning.pptx
ppt klp1 teaching and learning.pptx
 
Penulisan akademik
Penulisan akademikPenulisan akademik
Penulisan akademik
 
RPL Penyesuaian Diri Remaja di Sekolah Baru.docx
RPL Penyesuaian Diri Remaja di Sekolah Baru.docxRPL Penyesuaian Diri Remaja di Sekolah Baru.docx
RPL Penyesuaian Diri Remaja di Sekolah Baru.docx
 
Budaya Postif.pptx
Budaya Postif.pptxBudaya Postif.pptx
Budaya Postif.pptx
 
[==
[==[==
[==
 
Cara Memotivasi Siswa
Cara Memotivasi SiswaCara Memotivasi Siswa
Cara Memotivasi Siswa
 
Imam Royani
Imam RoyaniImam Royani
Imam Royani
 
Psikologi-Pendidikan-Pertemuan-1 dan.ppt
Psikologi-Pendidikan-Pertemuan-1 dan.pptPsikologi-Pendidikan-Pertemuan-1 dan.ppt
Psikologi-Pendidikan-Pertemuan-1 dan.ppt
 
Pembelajaran Orang Dewasa
Pembelajaran Orang DewasaPembelajaran Orang Dewasa
Pembelajaran Orang Dewasa
 
PERANAN GURU BIASA SEBAGAI GURU PEMBIMBING
PERANAN GURU BIASA SEBAGAI GURU PEMBIMBINGPERANAN GURU BIASA SEBAGAI GURU PEMBIMBING
PERANAN GURU BIASA SEBAGAI GURU PEMBIMBING
 
PPT TRIS Asesmen Pembelajaran dengan Kebutuhan dan Karakteristik Murid.pdf
PPT TRIS Asesmen Pembelajaran dengan Kebutuhan dan Karakteristik Murid.pdfPPT TRIS Asesmen Pembelajaran dengan Kebutuhan dan Karakteristik Murid.pdf
PPT TRIS Asesmen Pembelajaran dengan Kebutuhan dan Karakteristik Murid.pdf
 

Recently uploaded

MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 

Recently uploaded (20)

MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 

ASESMEN AFEKTIF

  • 1. ASESMEN AFEKTIF 24 Jun https://evisapinatulbahriah.wordpress.com/2011/06/24/asesmen-afektif/ Sesungguhnya ada lima aspek dalam sebuah penilaian, empat diantaranya termasuk pada penilaian pencapaian pada dimensi akademik yang meliputi pengetahuan, reasoning, ketrampilan, dan produk. Dimensi yang akan dibahas dalam makalah ini adalah aspek yang kelima yaitu afektif atau sikap. Afektif merupakan istilah yang digunakan untuk mengidentifikasi dimensi rasa sadar, sikap jiwa, watak, kecenderungan, atau keinginan yang mempengaruhi pikiran atau tindakan kita. Seperti halnya dengan achievement, afektif merupakan karakteristik manusia yang bersifat multidimensional, termasuk didalamnya adalah kategori sikap, nilai dan minat. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor dipengaruhi oleh kondisi afektif peserta didik. Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun para pendidik sadar akan hal ini, namun belum banyak tindakan yang dilakukan pendidik secara sistematik untuk meningkatkan minat peserta didik. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dalam merancang program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik, pendidik harus memperhatikan karakteristik afektif peserta didik. A. ALASAN PENTING DALAM MEMPERHATIKAN SIKAP Ada dua alasan bagi masing-masing kita untuk mempedulikan afektif siswa. Pertama, outcome afektif mewakili outcome penting dan proses bersekolah dalam pandangan siswa sendiri. Kedua, perasaan siswa secara kuat berhubungan dengan pencapaian akademik, dan oleh karena itulah memberikan pengaruh yang hebat pada pencapaian akademik. 1. Sikap sebagai Hasil yang Penting Sebagai hasil pengajaran, sikap sama pentingnya seperti pengetahuan, berfikir, keterampilan, dan produk. misalnya, kita melakukan hal baik tapi sedikit dalam mengajarkan siswa agar menjadi penulis kompeten, jika pada akhirnya mereka benci menulis. Kita tidak membantu mereka agar menjadi pembaca kompeten jika kita gagal menanamkan potensi pembelajaran membaca. Bahkan, jelas-jelas perbuatan yang merugikan jika lingkungan pendidikan kita membiarkan siswa berprasangka bahwa mereka tidak mampu dalam belajar. Tanpa menghiraukan tingkat kompetensi siswa yang sebenamya, jika mereka tidak mempunyai rasa tanggung jawab untuk kebaikan akademik mereka sendiri, maka mereka tidak akan menjadi pembelajar seumur hidup yang dapat dikitalkan masyarakat. ini hanya beberapa contoh jenis sikap yang mewakili kritik hasil-hasil pendidikan. ini merupakan target yang penting dan pengajaran. 2. Sikap sebagai Penghubung Keberhasilan/Prestasi
  • 2. Di luar ini, hasil afektif mewakili dimensi kritis dan proses pengajaran kelas karena mereka terjalin sangat erat dengan keberhasilan. Siswa yang memiliki sikap positif, motivasi untuk mencoba, dan control internal atas keberhasilan akademik mereka sendiri cenderung memperoleh tingkat yang tinggi dibanding mereka yang sikapnya negatif, motivasi kurang, dan melihat diri mereka sendiri sebagai korban dan dunia sekolah yang bermusuhan. Seringkali, siswa gagal bukan karena mereka tidak berhasil, tapi karena memang mereka tidak mau berhasil. Mereka tidak termotivasi untuk belajar. Mengapa? Karena mereka tidak mengerti tugas, terlalu sulit, kurang prasyarat keberhasilan, dan lain-lain. Jadi, mereka gagal, dan kegagalan itu merenggut motivasi mereka. Hal ini menjadi lingkaran setan. Mereka merasa tidak berdaya untuk mengontrol nasib mereka sendiri. Sehingga lama kelamaan mereka yakin bahwa mereka tidak dapat melakukannya (konsep diri akademik yang negative) dan hal itu meinicu motivasi semakin rendah. Kita dapat melihat spiral menurun sebagai hasil interaksi yang rumit dari keberhasilan dan sikap. Ikatan emosional sangat diperlukan untuk membangun semangat kebersamaan, semangat persatuan, semangat nasionalisme, rasa sosial, dan sebagainya. Nilai yang dimiliki seseorang berkaitan dengan keyakinan. Mereka yang berkeyakinan bahwa sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat akan berusaha memperoleh kesempatan belajar. Nilai yang dimiliki seseorang dilihat dari usaha peningkatan kualitas pendidikan, ada yang positif dan ada yang negatif. Nilai yang positif adalah yang mendorong siswa belajar dan guru mengajar yang lebih baik, sedang yang negatif adalah yang menghambat siswa belajar dan guru mengajar. Arti dari Kualitas Apabila asesmen hasil afektif ingin terdengar dan bermanfaat sama seperti asesmen prestasi akademik, maka semua itu juga harus muncul dari terget yang jelas dan merefleksikan target tersebut dengan metode yang sesuai. Pada kenyataannya, seperti yang akan kita lihat nanti, semua hal yang telah dipelajari mengenai kualitas asesmen seperti berikut ini masih relevan untuk mengases afektif: – Mulai dengan visi yang jelas dari hasil afektif yang akan diases. – Buat tujuan yang jelas. – Jalankan metode asesmen yang sesuai. – Ambil sampel dengan tepat. – Kontrol asesmen dari campur tangan yang tidak perlu. Lebih jauh lagi, rentang metode asesmen yanga ada adalah sama seperti yang digunakan dalam target pencapaian. Metode Paper and pencil (respon atau esai tertentu) dapat untuk menases perbuatan, dan/atau komunikasi personal. Ketika format asesmennya sendiri, bisa jadi berbeda, namun metodologi dasarnya tetap konstan sebagai sebab dari asesmen yang bermanfaat. Perbedaan yang Penting
  • 3. Bagaimanapun, ada satu perbedaan yang sangat penting antara prestasi dengan hasil afektif, dan hal itu berkaitan dengan alasan untuk mengases-cara bagaimana kita menggunakan hasil asesmen. Sangat diterima dengan baik ketika menganggap siswa bertanggungjawab untuk menguasai pengetahuan, pemikiran, keterampilan, dan/atau hasil produk. Dalam konteks ini, kita melaksanakan asesmen untuk membuktikan bahwa siswa telah berperan sesuai dengan harapan kita. Tiga Aturan Dasar Sebelum penjelasan dan mendiskusikan cara-cara untuk menilai hasil afektif, ada tiga aturan dasar yang harus diketahui untuk menangani hasil afektif di dalam kelas Aturan dasar 1. Harus selalu waspada akan sifat alami interpersonal yang snesitif dari perasaan siswa dan berusaha untuk memperkenalkan pengaruh positif melalui penilaian anda akan hasil akhirnya. Proses untuk menilai perasaan mudah mendapat kritik dari dua belah pihak. Ketika sedang menilai, maka Anda meminta siswa untuk mengambil resiko dengan bersikap jujur di dalam sebuah lingkungan yang dikontrol dimana kejujuran pada pelaksanaannya tidak pernah dilakukan dengan sepenuhnya. Para siswa mungkin sangat segan mengekspresikan perasan jujur karena kekurangan pengalaman untuk melakukan hal itu dan karena resiko bahwa hasil yang didapat akan digunakan sedemikian rupa untuk melawan siswa. Dibutuhkan seorang guru yang merupakan ahli dalam masalah hubungan manusia untuk melawati hambatan ini dan memperkenalkan ekspresi perasaan yang jujur di dalam kelas. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengijinkan responden tanpa nmengajukan nama (anomin). Dalam kasus anda, anda mengambil resiko dengan menuntut kejujuran pada tempat respon yang jujur mungkin akan berubah menjadi sesuatu yang Anda harapkan. Umpan balik yang negatif tidak pernah mudah untuk didengar dan disikapi. Meskipun demikian, kika bertanya bagaimana perasaan siswa mengenai semua hal yang ada di kelas, mendengarkan dengan seksama pada jawaban yang diberikan, dan menyikapi hasil yang didapat dengan keyakinan yang baik (kepercayaan) maka hasil yang didapat akan sepadan dengan resiko tang dambil. Hasinya akan berupa hubungan guru-siswa yang lebih produktif-kerjasama yang berjalan dengan baik diketahui dengan adanya rasa percaya yang besar. Aturan dasar 2. Kenali batas ketika berhubungan dengan dimensi afektif dari pengajaran. Ada dua batasan penting yang harus diwaspadai: Pertama, ketika sampai pada pemahaman dan menilai hasil pendidikan afektif, adakalanya akan menghadapi siswa-siswa yang sangat bermasalah secara pribadi atau sosial. Dalam kasus ini, kita harus memberi perhatian lebih dan tetap berhati-hari. Ini bukan saatnya untuk menjadi psikolog yang amatir. Jika berada dalam situasi dimana merasa tidak mudah dengan apa yang telah kita pelajari mengenai siswa tersebut atau dengan kemampuan kita untuk menolong siswa tersebut agar dapat menangani perasaannya atau lingkungan sekitar dengan baik, mungkin hal itu telah benar-benar mencapai batasan keahlian prosesional sebagai guru. Guru yang paling perhatian dan bertanggung jawab adalah mereka yang mengetahui kapan mereka harus menghubungi kepala sekolah, konselor, psikolog sekolah, atau seorang dokter untuk mendapatkan bantuan konseling yang kompeten bagi siswanya. Jangan mengambil resiko ke dalam wilayah pribadai yang tidak kita kuasai. Kita akan melakukan kesalahan besar jika gagal untuk merespon dengan benar.
  • 4. Batasan yang kedua adalah sebuah konsekuensi logis dari yang pertama. Ketika menilai dan mengevaluasi perasaan siswa, fokus terhadap perasaan-perasaan yang berhubungan dengan objek khusus yang berhubungan dengan sekolah, perilaku siswa atau aktifitas di kelas, minat yang ingin mereka kejar, pilihan kegiatan, kosep diri dalam seorang pelajar delam seting akademis. Hal ini mempunyai kecendreungan berorientasi sekolah yang pasti dan mempresentasikan hasil afektif keluarga dan lingkungan sekolah juga disepakati memiliki peranan penting sebagai bagian dari pengalaman di sekolah. Aturan dasar 3. Jika anda cukup perhatian untuk memahami hasil afektif dan untuk mengembangkan kualitas penilaian hasil tersebut, maka beri perhatian khusus untuk menggunakan hasilnya dengan serius dan ubah cara mengajar ketika dibutuhkan. Dengan kata lain, jangan bertanya pada siswa mengenai hal-hal yang muncul untuk diperhatikan. Semakin bersikap berdasarkan hasil penilaian ini, semakin besar potensi bahwa siswa akan berbagi perasaannya di masa yang akan datang yang pada akhirnya akan membantu guru untuk meningkatkan kealamian dan kualitas suasana belajar. Ketika dilaksanakan dengan baik, asesmen afektif dapat menjadi kegiatan yang produktif bagi siswa dan guru. Hal tersebut dapat mengarahkan pada tindakan khusus guru dan siswa yang mengukuhkan pembelajaran konstruktif dan pencapaian yang maksimal. Untuk membantu mengingat dengan jelas panduan penting ini, akan lebih diringkas pada Tabel 1 berikut ini: Aturan Dasar untuk Mengases Afektif dalam Kelas Tangani sikap dengan jujur untuk mendapatkan kepercayaan Ketahui batasan anda dan tetap berada di dalamnya – sebagai seorang pendidik profesional – sebagai anggota dari komunitas yang lebih luas Bertindak dengan tegas di bagian sikap positif yang berhubungan dengan kelas B. PENGERTIAN AFEKTIF
  • 5. Istilah afektif dipergunakan untuk mengidentifikasi dimensi perasaan dan kesadaran siswa (the feeling dimension of consciousness) – emosi di dalam, perilaku, atau keinginan yang mempengaruhi pemikiran dan tindakan kita. Seperti pencapaian/prestasi (achievement), affektif merupakan suatu karakteristik manusia yang multidimensional, termasuk perilaku (attitude), nilai, dan minat. Untuk memahami skala kemungkinan tersebut, kami akan mengikuti petunjuk Anderson (1981) dan mendiskusikan beberapa jenis affektif yang relevan dalam lingkup sekolah: – Perilaku – Minat – Motivasi – Nilai yang berhubungan dengan sekolah – Pilihan – Konsep akademis diri – Tempat pengontrolan (locus of control) Jadi, menurut Anderson (1981) karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal (khas) dalam berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Masukan utama adalah siswa, yaitu karakteristik siswa. Karakteristik siswa terdiri dari kemampuan kognitif, kemampuan psikomotor, dan kemampuan afektif. Proses pembelajaran ditentukan oleh produk yang diinginkan dan karakteristik masukannya. Pelaksanaan proses pembelajaran melibatkan komponen masukan instrumental yaitu guru, kurikulum dan silabus, strategi pembelajaran, sistem penilaian, fasilitas belajar, dan lingkungan belajar. Produk pembelajaran adalah kompetensi lulusan yang diinginkan. Kompetensi lulusan terdiri dari kemampuan berpikir, keterampilan melakukan pekerjaan atau tugas, dan kemampuan afektif dalam berbagai situasi. Strategi pembelajaran ditentukan oleh kompetensi lulusan yang diinginkan dan karakteristik masukannya, yaitu karakteristik siswanya. Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil belajar dan memiliki peran yang penting. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor sangat ditentukan oleh kondisi afektif siswa. Siswa yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tersebut, sehingga dapat diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu untuk mencapai hasil belajar yang optimal, guru dalam merancang program pembelajaran dan pengalaman belajar siswa harus memperhatikan karakteristik afektif siswa. Hal tersebut menampilkan dimensi yang signifikan dari afektif kelas, semuanya relatif mudah dijelaskan dan dimengerti, serta semuanya dapat dinilai di kelas menggunakan prosedur yang relatif sederhana dan mudah.
  • 6. Namun demikian, disarankan bahwa ini bukanlah satu-satunya bentuk affektif menurut kamus profesional. Kadang-kadang tujuan pendidikan merujuk pada ciri-ciri seperti sensitfitas interpersonal, kejujuran, moralitas, tanggung jawab dan percaya diri, dan lainnya. Pada bab ini, kita tidak akan mempelajari semua bentuk affektif tersebut karena tiga alasan: ruangnya terbatas, definisi dan pilihan tambahan ini tidak sejelas dan setajam seperti ditulis di atas, dan kadang-kadang affektif tersebut bisa membawa kita pada batasan dan tanggung jawab sebagai guru (menurut pendapat saya). Karena itu kita akan membatasi diskusi pada tujuh jenis affektif. Menurut Krathwohl dalam Sax (1980) bila ditelusuri hampir semua tujuan kognitif mempunyai komponen afektif. Dalam pembelajaran sains, misalnya, di dalamnya ada komponen sikap ilmiah. Sikap ilmiah adalah komponen afektif. Peringkat (level) ranah afektif menurut menurut taksonomi Krathwohl ada lima, yaitu: receiving (attending), responding, valuing, organization, dan characterization. Receiving atau attending, siswa memiliki keinginan menghadiri atau mengunjungi suatu phenomena khusus atau stimulus, misalnya kelas, kegiatan, musik, buku, dan sebagainya. Dilihat dari tugas guru, hal ini berkaitan dengan mengarahkan perhatian siswa terhadap suatu kegiatan. Responding merupakan partisipasi aktif siswa, yaitu sebagian dari perilakunya. Pada peringkat ini siswa tidak saja mengunjungi penomena khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil pembelajaran pada daerah ini menekankan pada keinginan memberi respons, kepuasan dalam memberi respons. Level yang tinggi pada kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan pada pencarian hasil dan kesenangan pada aktivitas khusus. Misalnya kesenangan dalam membaca buku. Valuing adalah sesuatu yang memiliki manfaat atau kepercayaan atas manfaat. Hal ini menyangkut pikiran atau tindakan yang dianggap sebagai nilai keyakinan atau sikap dan menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen. Derajat rentangannya mulai dari menerima suatu nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan keterampilan, sampai pada tingkat komitmen. Valuing atau penilain berbasis pada internalisasi dari seperangkat nilai yang spesifik. Hasil belajar pada level ini berhubungan dengan prilaku yang konsisten dan stabil. Dalam tujuan pembelajaran, penilaian ini diklasifikasi sebagai sikap dan apresiasi. Organization, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan dan konflik antar nilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten. Hasil pembelajaran pada level ini berupa konseptualisasi nilai atau organisasi sistem nilai. Misalnya pengembangan filsafat hidup. Peringkat ranah afektif tertinggi adalah characterization atau nilai yang komplek. Pada level ini siswa memiliki sistem nilai yang mengendalikan prilaku sampai pada suatu waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Hasil pembelajaran pada level ini berkaitan dengan personel, emosi, dan sosial. Pemikiran atau prilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif (Anderson, 1981:4). Pertama, prilaku ini melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua prilaku ini harus tipikal pemikiran prilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif ini adalah: intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih
  • 7. kuat dari senang atau suka. Selain itu beberapa orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat disbanding yang lain. Arah berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan. Arah menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama maka karakteristik afektif berada dalam suatu kontinum, yaitu skala pengukuran yang kontinum. Karakteristik afektif yang ke tiga adalah target. Target mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada beberapa kemungkinan target. Siswa mungkin bereaksi terhadap sekolah, matematika, situasi social, atau pengajaran. Tiap unsur ini bisa merupakan target dari kecemasan. Kadang- kadang target ini diketahui oleh seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui. Seringkali siswa merasa tegang bila menghadapi tes di kelas. Siswa tersebut cenderung sadar bahwa target ketegangan adalah tes. C. JENIS-JENIS AFEKTIF Jika ingin mengases karakteristik sikap, harus dimulai dengan definisi yang khusus dan tajam. Dalam bagian ini, akan mempelajari beberapa definisi dasar yang akan membantu kita agar dapat mendesain bahwa literatur pendidikan meuat pokok pengetahuan yang besar mengenai setiap jenis hasil yang didefinisikan disini. Semakin paham tentang literatur dan konsep ini, maka akan lebih mudah untuk mengases sikap siswa. Berdasarkan jenis afektif yang diungkapkan Anderson, maka jenis-jenis afektif adalah: 1. Perilaku Anderson mendefinisikan perilaku sebagai “perasaan yang…. dapat membantu atau tidak membantu, positif atau negatif, dan biasanya mengarah langsung pada objek yang khusus. Hubungan antara perasaan dan objek tertentu dipelajari. Dan sekali dipelajari, perasaan tersebut secara konsisten dialami kehadiran objek tersebut”. Jelas bahwa jangkauan perilaku yang dapat kita pelajari adalah seluas jumlah objek yang akan kita sikapi. Di sekolah, siswa mungkin mempunyai perilaku yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap orang lain, guru, staf administrasi, anggota sekolah, dan lain- lain. 2. Minat Hal ini merepresentasikan perasaan yang berkisar dan level perasaan senang yang tinggi hingga tidak ada kegembiraan sama sekali di setiap kemungkinan yang digunakan, atau ketika menggunakan kemungkinan tersebut di setiap kegiatan khusus. Sekali lagi, yang dipelajari adalah hubungan antara level minat dengan objek. Seorang siswa mungkin akan sangat tertarik pada drama namun sangat tidak menyukai geografi. 3. Motivasi Jenis sikap ini merupakan kekuatan akan keinginan seorang siswa untuk meraih atau untuk bertindak secara sukarela di setiap kegiatan sekolah dan/atau kerja yang berhubungan dengan sekolah. Ini adalah keinginan untuk diikuti, kecenderungan untuk meraih sukses, untuk
  • 8. menghindari kegagalan, bercita-cita berbuat sesuai norma dan ekspektasi yang ada. Sebagai contoh, murid dapat dimotivasi atau dihilangkan motivasinya dengan maksud agar berpartisipasi dalam aktivitas belajar tertentu atau untuk mengejar arah studi tertentu. 4. Nilai Anderson mendefinisikan perasan ini dengan menyatakan bahwa, pertama “nilai adalah kepercayaan mengenai apa yang harus dikerjakan, apa yang penting atau dihargai dan standar apa yang digunakan dalam bersikap dan bertindak yang secara personal dan sosial dapat diterima. Kedua, nilai bersifat abadi atau tahan lama. Oleh karena itu, nilai cenderung stabil stabil dalam jangka waktu yang lama”. Jelas bahwa objek nilai dapat meluas dan melebar, dan itu yang dipelajari. Nilai-nilai terlihat memiliki jangkar yang sangat dalam di dalam kehidupan kita. 5. Pilihan Pilihan yang dibuat merefleksikan keinginan atau kecenderungan untuk memilih sebuah objek dibandingkan pilihan objek yang lain. anderson mengatakan bahwa ini bisa jadi merupakan menifestasi perilaku (salah satu lebih disukai dari pada yang lain, minat (yang satu lebih menarik dibandingkan dengan yang lain), dan nilai (yang satu memiliki nilai yang lebih besar). Esensi dari pilihan ini adalah bahwa akumulasi perasaan ini mengarahkan pada sebuah pilihan yang dilakukan oleh siswa 6. Konsep akademis diri Tidak ada karakteristik afektif yang lebih berhubungan dengan sekolah dibandingkan yang satu ini. Hal ini adalah rangkuman dari semua keputusan evaluatif yang dibuat oleh satu orang mengenai kesuksesan orang lain atau produktivitas dalam sebuah konsep akademis. Pada intinya, hal ini adalah sebuah perilaku (baik yang disukai maupun yang tidak) mengenai diri seseorang (objek) ketika dilihat dalam setting ruang belajar. Konsep akademis diri seperti yang ditulis Anderson adalah sebuah visi yang dipelajari yang sebagian besar berasal dari evaluasi diri yang dilakukan oleh orang lain selama periode tertentu. 7. Tempat pengontrolan Hal ini mencerminkan sebuah bagian yang sangat penting dari konsep akademis diri. Dalam kasus ini, karakteristik pilihan adalah sebab atau alasan-alasan murid untuk sukses atau gagal dalam akademis. Salah satu jenis sebab didefinisikan sebagai sebab internal. “Saya sukses karena saya bekerja keras”. Sebab yang lain adalah eksternal, ketika berlaku aturan “Saya yakin mendapt nilai A semata-mata karena beruntung!”. Namun, ada juga sebab eksternal yang lain ketika berlaku aturan : “Saya dapat tampil dengan bagus karena memiliki seorang guru yang baik.” Pada masalah ini, persepsi murid mengenai alasan-alasan yang mendasari hasil yang mereka alami. Hal ini juga berarti bahwa persepsi belajar diri muncul dari perasaan mereka akan hubungan antara usaha dan kesuksesan akademis. A. VARIASI TIPE-TIPE AFEKTIF Tipe-tipe afektif bervariasi dalam tiga dimensi penting, diantaranya:
  • 9. 1. Berkenaan dengan perasaan tentang objek yang berbeda. Attitude dan nilai dapat difokuskan pada rentang objek yang tak terbatas, sedangkan academic self-concept memiliki fokus sentral yang lebih terbatas. 2. Variasi dalam arahnya. Berfikir tentang afektif merupakan perluasan keluar dan titik netral dalam arah secara kontinyu dan positif ke negatif 3. Variasi dalam intensitasnya. Perasaan dan nertal dan arahnya secara extrim dapat menjadi positif dan negatif yang sangat kuat. Satu hal yang sifatnya umum yang harus kita perhatikan dengan baik saat kita akan menilai (mengassess) dan memikirkan afektif bahwa yang namanya perasaan itu sifatnya mudah menguap (hilang), terutama pada usia remaja (usia anak-anak sekolah). Perasaan siswa sangat bisa berubah dalam hal arahnya ataupun intensitasnya untuk beberapa alasan. Hal ini sengaja dijelaskan dengan tujuan supaya penilaian afektif penting dilakukan secara berulang-ulang sepanjang waktu untuk melihat kecenderungannya. Hasil penilaian mungkin berlaku untuk beberapa waktu singkat saja. Anderseon menyediakan sebuah tabel sederhana yang memperlihatkan variasi-variasi tipe afektif tersebut Tabel 2. Rentang sikap terhadap sekolah B. Pilihan Metode Penilaian PEMILIHAN ASESMEN Terdapat empat tipe penilaian yang relevan untuk menilai afektif yaitu metode kertas dan pencil yang bertumpu pada respon terbatas atau essay, penilaian performa, dan penilaian personal komunikasi antar siswa. Dalam kasus ini, pilihan terbatas dan essay digabungkan ke dalam bentuk paper and pencil test karena kedua pilihan test tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk angket (alat mendasar penilaian sikap). Kita dapat menanyakan perasaan siswa melalui angket dan menawarkan rentang respon untuk dipilih, atau bisa memberi siswa pertanyaan terbuka dan meminta respon yang dalam atau luas tentang suatu hal. Jika kita memfokuskan pertanyaan affektif tentang objek tertentu, kita dapat menginterpretasikan respon siswa dalam arah dan intensitas perasaan. Penilaian performan hasil affektif tidak jauh beda dengan penilaian performan untuk pencapaian hasil belajar. Perlu adanya observasi yang sistematik terhadap perilaku siswa dan/atau produk siswa dengan kriteria yang jelas, dan menggambarkan kesimpulan tentang kecenderungan arah dan intensitas perasaannya. Sehingga, observasi dan professional judgemen dan penilaian menjadi dasar pada penilaian performan ini. Penilaian affektif melalui penilaian komunikasi personal dilakukan melalui wawancara baik dengan siswa langsung atau dengan orang-orang yang mengetahui siswa tersebut. Kita memberikan pertanyaan dan membicarakan tentang kecenderungan arah dan intensitas perasaannya. 1. Mencocokkan Target Afektif Dengan Metode Penilaian
  • 10. Setiap metode penilaian untuk menguak affektif siswa dapat ditampilkan dalam beberapa format dan masing-masing format meiniliki keunggulan spesifik (sfesific advantages), keterbatasan (limitations), kunci untuk sukses (key to success), dan hal yang hams dihindari (Pitfall to be avoided). Untuk melihat perbandingannya, dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Alat untuk melaksanakan penilaian afektif Selected Response (angket terstruktur) Open Ended (angket tidak terstruktur) Penilaian performan Kekuatan/ keunggulan • Dpat difokuskan dengan jelas • Mudah dikelolah • Mudah menyimpulkan hasil • Hasil dapt dibandingkan antar responden • Dapat tanpa nama • Contoh instrumentdapat konsisten sepanjang waktu o Fokus dapt dibuat jelas o Realtive mudah dikembangkan o Relative mudah dikelolah o Alas an perasaan dapat ditunjukkan o Dapat tanpa nama o Contoh dapat konsisten sepanjang waktu o Kesimpulan dapat digambarkan melalui observasi prilaku atau/produk o Dapat focus pada petunjuk nonverbal o Tidak mendesak o Dapat mengobservasi kelompok atau individu o Keterbatasan • Tidak dapat memberikan pertanyaan lanjutan • Alasan untuk perasaan yang o
  • 11. dipilihnya tidak nampak • Menyaratkan untuk membaca dengan seksama o Tidak dapat memberikan pertanyaan lanjutan o Dapat terjadi kesalahaninterpretasi skor o Menyaratkan untuk membaca dan menulis dengan seksama o Secara tidak sadar dapat mengobservasi prilaku yang tak diharapkan o Kadang dapat tanpa nama o Kemungkinan terjadi kesalahan interpretasi penglihatan o Memakan banyak waktu o Menarik mundur dari siswa yang tidak komunikatif o Pewawancara dapat salah interpretasi o Tidak dapat tanpa nama o Dapat menyita banyak waktu Hasil yang baik ketika • Tujuannya jelas • Target sikap didefenisikan • Siswa memahami dan menilai tujuan • Pengelolaannya santai • Petunjuk dibuat jelas • Pertanyaannya disusun dengan jelas • Tujuannya jelas •
  • 12. • Target sikap didefenisikan • Siswa memahami dan menilai tujuan • Pengelolaannya santai • Petunjuk dibuat jelas • Pertanyaannya disusun dengan jelas • Tulisan siswa baik • Tujuannya jelas • Perlu observasi yang bervariasi • Ceritera ditetapkan dengan jelas • Siswa memahami dan menilai tujuan • Petunjuk dibuat jelas • Tujuannya jelas • Target sikap didefenisikan • Siswa memahami dan menilai tujuan • Pengelolaannya santai • Petunjuk dibuat jelas • Pertanyaannya disusun dengan jelas • Interaksi dibaut santai Hal yang perlu dihindari • Ketidak seriusan siswa menghadapi tes ini dan merasa terancam • Siswa cenderung pertengahan mengisi respon • Terlalu panjang • Pertanyaan ambigu • Ketidak seriusan siswa menghadapi tes ini dan merasa terancam • Siswa cenderung pertengahan mengisi respon •
  • 13. • Terlalu panjang • Pertanyaan ambigu • Pertanyaan mengarahkan • Cerita tidak jelas • Observasi yang terlalu singkat • Penilaian memicu pada prilaku yang diinginkan peneliti yang tidak menginterpretasikan sikap sebenarnya • Ketidakseriusan siswa menghadapi tes ini dan merasa terancam • Siswa cenderung pertengahan mengisi respon • Terlalu panjang • Pertanyaan ambigu • Pertanyaan mengarahkan Cara yang terbaik untuk supaya siswa dapat mengisi angket secara serius adalah dengan cara memberikan pemahaman kepada mereka bahwa mereka akan mempunyai segala sesuatu untuk dibedakan dan tidak ada satupun yang hilang dari diri mereka jika melakukannya dengan kejujuran. Melalui angket itu sendiri, kita harus berusaha untuk memberikan pertanyaan yang relevan tentang pilihan mana yang mungkin dapat dipilih siswa. Kita harus menghindari pertanyaan yang ambigu (bermakna ganda) dan berusaha mencari jawaban mendalam, akurat dan pertanyaan yang komplit. a. Format respon terbatas (selected respon) Format ini dapat digunakan untuk mengukur atau menilai affektif seseorang. Gable (1986) menjelaskan bahwa kita dapat menanyakan siswa tentang persetujuannya dengan pernyataan khusus, seberapa penting mereka memilih suatu hal, bagaimana mereka mampu memutuskan seberapa bagus suatu objek yang menarik atau seberapa sering suatu hal terjadi. Contoh: Apakah kita setuju atau tidak setuju dengan pemyataan berikut sebagai pandangan terhadap pembelajaran; Kerja kelompok yang dilaksanakan menolong saya untuk belajar lebih tentang keterampilan kepeinimpinan saya:
  • 14. a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju Atau penilaian interes partisipasi siswa dalam kegiatan yang berlangsung: Apakah anda suka mengerjakan tugas kolaborasi di waktu mendatang? Berapa penting tugas tersebut bagi anda? a. sangat penting b. Penting c. Tanpa keputuasn d. Tidak penting e. Sangat tidak penting Contoh lain format skala selected response untuk menilai persepsi siswa tentang beberapa objek: Seberapa baik anda menyusun pola pikir anda dalam menyiapkan laporan team anda: a. Luar biasa b. Bagus c. Sedang saja d. Jelek e. Sangat jelek Beberapa cara untuk menanyakan persepsi frekuensi suatu kejadian tertentu: Seberapa sering anda merasa memahami dan dapat mengerjakan PR seperti yang telah dituliskan: a. selalu b. Sering c. Kadang-kadang
  • 15. d. jarang e. tidak pernah Salah satu bentuk paling umum format item angket selected response adalah pertanyannya meminta siswa untuk memilih jawaban diantara pilihan yang kuat. Contoh berikut ditujukan untuk memahami locus of control siswanya: Jika kita mengerjakan tes dengan baik, hal ini secara tipical karena: a. guru saya mengajar dengan baik b. Keberuntungan saya c. Saya belajar dengan keras Atau Saya gagal mendapat gelar sarjana karena: a. Saya tidak mencoba dengan baik b.Guru saya tidak memperlihatnya kepada kaini bagaimana belajar Bentuk lain dan pilihan terbatas (selected response ) adalah dengan skala anchor pada masing-masing ujung dengan diantaranya terdapat kutub sifat dan kecenderungan pilihan arah dan intensitas. Berikut adalah contoh angket yang difokuskan pada interes dan motivasi siswa. Gunakan skala yang tersedia di bawah ini untuk menjelaskan perasaan anda tentang keterlibatan (partisipasi) anda di dalam tujuan sekolah seperti berikut: Matematika sangat tertarik ______ ______ _______ _______ sangat tidak tertarik sangat termotivasi ______ ______ _______ _______ sangat tidak termotivasi Sains tertarik ______ ______ _______ _______ sangat tidak tertarik sangat termotivasi ______ ______ _______ _______ sangat tidak termotivasi Format respon terbatas (selected response) yang sangat relevan untuk anak kecil dapat ditampilkan dalam bentuk yang lebih menarik seperti berikut:
  • 16. Gambar tersebut diberikan dan menunjukkan perasaan mereka dengan cara melingkarinya. Sebagai contoh, siswa harus memberikan tanda lingkaran pada gambar pilihannya sesuai perasaan tentang sesuatu objek tertentu. Jika kita fokus pada jenis – jenis penilaian respon terbatas tentang objek yang berhubungan dengan sekolah seperti tertulis di atas, maka siswa dapat meiniliki waktu yang realtif mudah untuk menyatakan sikapnya, interesnya, nilai terhadap sekolah, preperance, acadeinic self concept dan rasa sukanya. Lebih jauh lagi, hal tersebut lebih mudah untuk menyimpulkan hasilnya. Untuk melihat kecenderungan perasaan kelompok, dapat dilakukan dengan men- talli jumlah dan persentase siswa yang meinilih masing-masing pilihan respon. b. Respon tertulis Jenis lain angket yang dapat ditampilkan adalah jenis angket essay, sehingga responden bebas mengisi sesuai perasaannya secara total. Kita juga boleh menggabungkan beberapa jenis penilaian affektif didalam mengevaluasi pemahaman. c. Angket Sangat sering seorang pengembang angket menggabungkan format jenis respon terbatas dengan format jeris open ended. Jika kita mencari komentar responden terhadap suatu masalah, tanyakan hal ini dengan konteks khusus yang jelas. Atau dengan kata lain, jika dasar pertanyaannya kurang jelas bagi kita, jangan ditanyakan. Disarankan untuk menepati janji yang sudah kita sampaikan kepada siswa, jangan sampai dilanggar, kepercayaan siswa perlu dijaga. d. Menilai Afektif melalui Penilaian Kinerja Dalam suatu pengertian, penggunaan pengamatan dan pendapat sebagai dasar untuk mengevaluasi affektif merupakan praktek yang sama tuanya dengan umat manusia. Pengertian bahwa performans assessment dapat dijadikan sebagai indikator standar dalam membuat kesimpulan ketika kita melihat siswa melakukan sesuatu. Menerapkannya di kelas, misalnya sering disebutkan sebagai fakta dan dan sikap positif, atau kelambatan (tardiness) sebagai bukti ketiadaan nilai atau kurangnya rasa tanggung jawab. Kadang diamati dan direfleksikan dengan interaksi dengan siswa, seperti ketika mereka tampak tidak berusaha atau tidak peduli, dan kita menyimpulkan bahwa mereka meiniliki motivasi dan kepercayaan akademik yang rendah. Dalam beberapa masalah kesimpulan ini mungkin benar, tapi juga dapat salah. Akibatnya bagaimana jika pengamatan kita menyebabkan kita salah dalam menarik kesimpulan? Bagaimana mengurangi resiko kesalahan tersebut, karena sangat dimungkinkan bahwa kelemahan siswa berkaitan dengan beberapa faktor di luar kendali siswa, atau rendahnya motivasi bukan karena rendahnya kepercayaan diri tapi indikator yang tidak jelas bagi siswa
  • 17. untuk menyelesaikan tugasnya? Jika kesimpulan kita salah, kita mungkin dapat membuat perencanaan yang baik dan bisa mendapatkan tanggapan yang sebelumnya tidak diperoleh. Ketika kita berusaha membuat gambaran atau kesimpulan tentang sikap siswa, nilai-nilai, minat, dan semacamnya, sering direfleksikan kelemahan kita dalam prinsip dasar penilaian suara (sound assessment). Fakta dalam pengamatan dan pengambilan keputusan tidak dapat merubahnya karena perubahan hasil secara alamiah. Target yang tidak jelas, menyebabkan pemilihan metode yang salah, sehingga gagal dalam pelaksanaan dan pengendalian penyimpangan dalam kesalahan penilaian yang mendorong pada kesimpulan yang salah tentang prestasi. Ketentuan dan fakta untuk sound assessment tidak pernah dapat diatasi. Karena alasan ini, perlu dikembangkan performans assessmen untuk afektif dengan bentuk dan desain dasar yang sama dengan yang digunakan dalam performans assessment untuk prestasi. Kita menetapkan performans apa yang akan dievaluasi, metode dan konteks apa yang digunakan, dan apa yang digunakan untuk merekam dan menyimpan hasil. ini tidak berarti pertimbangan dan pengamatan secara spontan tentang afektif tak dapat diterima. Tetapi penilai harus tetap waspada karena bisa terjadi banyak peyimpangan dalam penilaian spontan tersebut. Kesadaran untuk memberikan pelayanan harus membuat kita berhati-hati dalam melakukan penilaian afektif. 2. Aplikasi di Kelas Berikut ini contoh performans assessment untuk afektif yang produktif di dalam kelas : coba katakan bahwa kita ingin menilai kecenderungan motivasi siswa dengan menerapkan keterampilan berpikir kritis yang mereka perlukan. Ingat ketika kita mengucapkan konsep semangat kritis (critical spirit) seperti yang digambarkan oleh Norris dan Ennis (1989). Perlu direncanakan untuk menilai petunjuk dan intensitas dan karakteristik afektif ini. Untuk melakukan penilaian ini kita merencakan untuk fokus pada performans individu siswa dalam suatu kelompok dengan konteks pemecahan masalah. Untuk membuat penilaian seefisien mungkin, kita meinilih secara acak siswa untuk diamati setiap hari. Selanjutnya kita akan dapat mengetahui dan penilaian utama bahwa siswa meiniliki keterampilan berpikir kritis dan kita dapat memverifikasi dengan mengetahui bagaimana dan kapan mereka membawa keterampilan tersebut dalam konteks kerja kelompok. Jadi prosedur esensial pengetahuan adalah pada tempatnya. Pertanyaannya sekarang adalah, akankah mereka menggunakan keterampilan yang sesuai ketika diamati? 3. Komunikasi Personal Sebagai Wadah Mengetahui Perasaan Siswa Untuk mengetahui alur perasaan siswa tentang topik yang terkait dengan sekolahnya (school related topics) kita dapat mewawancarai mereka secara pribadi ataupun kelompok, berdiskusi dengan mereka, atau diskusi tentang suatu peristiwa untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang sikap, nilai-nilai, pilihan, dan semacamnya. Banyak metode yang bisa ditawarkan. Tidak seperti kuesioner, kita dapat melakukan kontak pribadi dengan responden, dan dapat memberikan pertanyaan lanjutan. Hal ini memungkinkan kita untuk mengetahui lebih jauh tentang perasaan siswa. Kita juga dapat mengumpulkan informasi langsung, menghindari kemungkinan kesalahan dalam penarikan kesimpulan. ini memberikan tingkat kepercayaan dan ketelitian yang lebih tinggi dalam hasil penilaian kita.
  • 18. Kunci Sukses. Salah satu kunci sukses dalam mengetahui perasaan siswa yang sebenarnya adalah kepercayaan. Kita tidak dapat memaksakan kepercayaan. Responden harus nyaman dalam menyatakan arah dan intensitas persaannya dengan jujur. Responden yang kurang percaya akan menutup dirinya. Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mengkomunikasikan perasaannya dengan jujur ketika diwawancara karena suatu kekhawatiran akan resiko dibocorkan, sehingga kita perlu menginformasikan bahwa informasi yang dikumpulkan tanpa nama. Kunci ke sukses yang lain adalah keluangan waktu untuk merencanakan dan melakukan penilaian bermutu tinggi. ini merupakan suatu pekerjaan intensif dalam mengumpulkan informasi. Beberapa hal lain yang merupakan kunci sukses dalam mengatur wawancara adalah sebagai berikut: • Menyiapkannya dengan hati-hati • Memfokuskan pertanyaan, jelas, singkat, sesuai arah dan intensitas sekitar topik yang spesifik • Meyakinkan responden tentang alasan kita mengumpulkan informasi ini. • Dapatkan hasil dengan cara membangkitkan ininat terbaik siswa Dengan kata lain, format penilaian ini memberikan tantangan yang unik. 4. Penyusunan Instrumen Afektif dan Teknik Penskorannya Penyusunan Instrumen Afektif Komponen afektif ikut menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Paling tidak ada dua komponen affektif yang penting untuk diukur, yaitu sikap dan minat terhadap suatu mata pelajaran. Sikap peserta didik terhadap suatu mata pelajaran bias positif, negatif, ataupun netral. Tetntu diharapkan sikap peserta didik terhadap semua mata pelajaran positif sehingga akan timbul minat untuk belajar atau mempelajarinya. Peserta didik yang memiliki minat pada pelajaran tertentu bias diharapkan prestasi belajarnya akan meningkat secara optimal, bagi yang tidak berminat sulit untuk meningkatkannya. Oleh karena itu, guru memiliki tugas untuk membangkitkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran yang diampunya. Dengan demikian, akan terjadi usaha yang sinergi untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Langkah pembuatan instrument affektif termasuk sikap dan minat adalah sebagai berikut: • Memilih ranah kognitif yang akan dinilai • Menentukan indikator minat • Memilih tipe skala yang akan digunakan • Menelaah instrument (oleh teman sejawat) • Memperbaiki instrument • Menyiapkan kuesioner atau inventori laopran diri • Menskor inventori
  • 19. • Menganalisis hasil inventori skala minat dan sikap F. APLIKASI PADA PEMBELAJARAN KIMIA Instumen afektif yang penting dan akan dibahas adalah sikap, minat, nilai dan konsep diri. Ada beberapa langkah yang harus diikuti dalam mengembangkan instrument afektif, yaitu : – Menentukan spesifikasi instrumen – Menulis instrumen – Menentukan skala pengukuran – Menentukan penskoran – Mentelaah instrumen – Melakukan ujicoba – Menganalisis hasil ujicoba – Melaksanakan pengukuran – Menafsirkan hasil pengukuran 1. Spesifikasi Instrumen Spesifikasi instrumen terdiri dari tujuan dan kisi-kisi instrumen. Dalam bidang pendidikan pada dasarnya pengukuran afektif ditinjau dari tujuannya ada empat macam-macam instrumen, yaitu : • Instrumen sikap • Instrumen minat • Instrumen konsep diri • Instrumen nilai Dalam menyusun spesifikasi instrumen, ada empat hal yang harus diperhatikan yaitu : – Menentukan tujuan pengukuran – Menyusun kisi-kisi instrumen – Memilih bentuk dan format instrumen – Menentukan panjang instrumen
  • 20. Instrumen minat bertujuan memperoleh informasi tentang minat siswa terhadap mata pelajaran yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat siswa terhadap suatu mata pelajaran. Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap suatu objek, misalnya kegiatan sekolah. Sikap ini bisa positif bisa negatif. Hasil pengukuran sikap berguna untuk menentukan program pembelajaran yang tepat untuk siswa. Instrumen konsep diri bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Insformasi kekuatan dan kelemahan siswa digunakan untuk menentukan program yang sebaiknya ditempuh oleh siswa. Hal ini berdasarkan informasi karakteristik siswa yang diperoleh dari hasil pengukuran. Instrumen nilai dan keyakinan bertujuan untuk mengungkap nilai dan keyakinan individu. Informasi yang diperoleh berupa nilai dan keyakinan yang positif dan yang negative. Hal-hal yang positif diperkuat sedang yang negatif diperlemah dan akhirnya dihilangkan. Setelah tujuan afektif ditetapkan, kegiatan berikutnya adalah menyusun kisi-kisi instrument. Kisi-kisi, juga disebut blue-print, merupakan table matrik yang berisi spesifikasi instrument yang akan ditulis. Kisi-kisi ini pada dasarnya berisi tentang definisi konseptual yang ingin diukur, kemudian ditentukan definisi operasional dan selanjutnya diuraikan menjadi sejumlah indikator. Indikator ini merupakan acuan untuk menulis instrumen. Jadi pertanyaan atau pernyataan ditulis berdasarkan indikator. Tabel 4. Kisi-kisi instrumen Afektif Definisi Afektif : …………………………………………….. No. Indikator Jumlah Butir Pertanyaan/ Pernyataan Skala 1. 2. 3. 4. 5. Langkah pertama dalam pembuatan kisi-kisi adalah menentukan definisi objek yang ingin diukur. Definisi ini dilanjutkan dijabarkan menjadi sejumlah indikator. Ini merupakan pedoman dalam menulis instrumen. Tiap indikator bisa ditulis dua atau lebih butir instrument. Indikator ini menjadi acuan penulis instrumen. Salah satu format kisi-kisi dapat dilihat pada Tabel 4. 2. Penulisan Instrumen Ada empat aspek dari ranah afektif yang bisa dinilai di sekolah, yaitu sikap, minat, percaya diri dan nilai. a. Instrumen Sikap
  • 21. Definisi : Sikap, Sikap adalah perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek. Objek ini bisa berupa kegiatan atau mata pelajaran. Cara yang mudah untuk mengetahui sikap siswa adalah melalui kuesioner. Pertanyaan tentang sikap meminta responden menunjukkan perasaan yang positif atau negatif terhadap suatu objek, atau satu kebijakan. Kata-kata yang digunakan pada pertanyaan sikap menyatakan arah perasaan seseorang; menerima-menolak, menyenangi-tidak menyenangi, baik-buruk, diingini-tidak diingini. Indikator sikap terhadap mata pelajaran kimia misalnya adalah : 1) Membaca buku 2) Interaksi dengan guru 3) Mengerjakan tugas 4) Diskusi tentang bahasan kimia Contoh kuesioner : 1) Saya senang membaca buku pelajaran kimia 2) Saya senang belajar pelajaran kimia 3) Saya sering bertanya pada guru tentang pelajaran Kimia 4) Saya senang mengerjakan soal Kimia 5) Saya selalu mencari soal-soal Kimia 6) Dan sebagainya. b. Instrumen Minat Instrumen minat bertujuan untuk memperoleh informasi tentang minat siswa terhadap suatu mata pelajaran yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat siswa terhadap suatu mata pelajaran. Definisi : Minat adalah keingintahuan seseorang tentang keadaan suatu objek. Indikator minat, misalnya minat terhadap kimia : 1) Manfaat belajar kimia 2) Usaha memahami kimia 3) Membaca buku kimia 4) Bertanya di kelas tentang materi kimia
  • 22. Contoh kuesioner : 1) Kimia bermanfaat untuk menuju kesuksesan belajar 2) Saya berusaha memahami mata pelajaran kimia 3) Saya senang membaca buku yang berkaitan dengan kimia 4) Saya selalu bertanya di kelas pada pelajaran kimia. c. Instrumen Konsep Diri Instrumen konsep diri bertujuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Informasi kekuatan dan kelemahan siswa digunakan untuk menentukan program yang sebaiknya ditempuh oleh siswa. Hal ini berdasarkan informasi karakteristik siswa yang diperoleh dari hasil pengukuran. Definisi konsep diri adalah pernyataan tentang kemampuan diri sendiri yang menyangkut mata pelajaran. Indikator konsep diri adalah : 1) Kekuatan diri baik aspek kognitif, psikomotor dan afektif 2) Pelajaran yang dirasa sulit 3) Pelajaran yang dirasa mudah Contoh Instrumen : 1) Saya sulit memecahkan masalah matemaika 2) Mata pelajaran kimia mudah saya pahami 3) Saya mampu membuat karangan yang baik 4) Saya merasa sulit mengikuti pelajaran fisika 5) Saya bisa bermain sepak bola dengan baik Selain melalui kuesioner, minat siswa terhadap suatu pelajaran dapat dilihat melalui pengamatan dan dokumentasi. Melalui pengamatan dapat dilihat pada kegiatan di kelas, apakah ia sering bertanya atau tidak. Melalui dokumentasi dapat dilihat pada kelengkapan catatannya. Catatan yang baik adalah yang lengkap dan ada coretan-cpretan yang menunjukkan bahwa catatan tersebut dipelajari siswa. d. Instrumen Nilai Nilai merupakan konsep penting dalam pembentukan kompetensi siswa. Pencapaian kemampuan kognitif dan psikomotorik tidak akan member manfaat bagi masyarakat, apabila tidak diikuti dengan kompetensi nilai. Kemampuan lulusan suatu jenjang pendidikan bisa
  • 23. baik, bila digunakan membantu orang lain, namun bisa tidak baik bila kemampuan tersebut digunakan untuk merugikan orang lain. Hal inilah letak pentingnya kemampuan afektif. Nilai seseorang pada dasarnya terungkap melalui bagaimana ia berbuat atau keinginan berbuat. Hermin dan Simon memasukkan pada bagian nilai seperti keyakinan, sikap, aktivitas atau perasaan yang memuaskan kriteria, aktivitas atau tindakan seseorang. Tindakan merupakan refleksi dari nilai yang dianutnya. Definisi : nilai adalah keyakinan seseorang tentang keadaan suatu objek atau kegiatan. Misalnya keyakinan akan kemampuan siswa, keyakinan tentang kinerja guru. Kemungkinan ada yang berkeyakinan bahwa prestasi siswa sulit untuk ditingkatkan. Atau ada yang berkeyakinan bahwa guru sulit untuk melakukan perubahan. Instrumen nilai bertujuan untuk mengungkap nilai individu. Informasi yang diperoleh berupa nilai yang positif dan yang negatif. Nilai yang bersifat positif diperkuat sedang yang negatif diperlemah dan akhirnya dihilangkan. Indikator nilai adalah : 1) Keyakinan tentang prestasi belajar siswa 2) Keyakinan atas keberhasilan siswa 3) Keyakinan atas harapan orang tua 4) Keyakinan atas dukungan masyarakat 5) Keyakinan atas peran sekolah Contoh kuesioner tentang nilai siswa : 1) Saya berkeyakinan bahwa prestasi belajar siswa sulit untuk ditingkatkan 2) Saya berkeyakinan bahwa kinerja guru sudah maksimum 3) Saya berkeyakinan bahwa siswa yang ikut bimbingan tes cenderung akan diterima di perguruan tinggi. 4) Saya berkeyakinan sekolah tidak akam mampu mengubah tingkat kesejahteraan masyarakat 5) Saya berkeyakinan bahwa perubahan selalu membawa masalah 6) Saya berkeyakinan bahwa hasil yang dicapai siswa adalah karena usahanya semata. Selain melalui kuisioner ranah afektif siswa, sikap, minat, konsep diri dan nilai dapat digali melalui pengamatan. Pengamatan karakteristik afektif siswa dilakukan di tempat terjadinya kegiatan belajar dan mengajar. Untuk mengetahui keadaan aspek afektif siswa, guru harus menyiapkan diri untuk mencatat setiap tindakan yang muncul dari siswa yang berkaitan
  • 24. dengan indikator aspek afektif siswa. Untuk itu perlu ditentukan dulu indikator substansi yang akan diukur. 3. Skala Pengukuran Secara garis besar skala instrumen yang sering digunakan dalam penelitian, yaitu Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda semantic. Skala Thurstone terdiri dari 7 kategori, yang paling banyak bernilai 7 dan yang paling kecil bernilai 1. Jawaban terhadap kuesioner Skala Thustone adalah dengan member tanda v yang sesuai atau yang dipilih. Demikian pula untuk skala Likert dan skala Beda semantik. Tabel 5. Contoh Skala Thurstone, Minat terhadap pelajaran Kimia No. Pernyataan 7 6 5 4 3 2 1 1. Saya senang belajar Kimia 2. Pelajaran Kimia bermanfaat 3. Saya berusaha hadir tiap pelajaran Kimia 4. Saya berusaha memiliki buku pelajaran Kimia Tabel 6. Contoh Skala Likert, Sikap terhadap pelajaran Kimia No. Pernyataan 5 4 3 2 1 1. Pelajaran Kimia bermanfaat 2. Pelajaran kimia sulit 3. Tidak semua siswa harus belajar kimia 4. Pelajaran kimia menyenangkan Contoh Skala Beda Semantik : Pelajaran Kimia Menyenangkan !…….!…….!…….!…….!……..!……..!……..!……..! Membosankan Sulit !…….!…….!…….!…….!……..!……..!……..!……..! Mudah Bermanfaat !…….!…….!…….!…….!……..!……..!……..!……..! Sia-sia Menantang !…….!…….!…….!…….!……..!……..!……..!……..! Menjemukan Panjang instrumen berhubungan dengan masalah lama waktu responden secara umum membaca dan menjawab kuesioner. Bila waktunya lama, bisa terjadi responden tidak membaca peryataan atau pernyataan namun ia menjawab, sehingga timbul masalah validitas data. Lama pengisian instrumen sebaiknya tidak lebih dari 30 menit, apabila terpaksa dari 30
  • 25. menit sebaiknya dicari waktu yang tepat bukan ketika akan pulang sekolah, tetapi di pagi hari. Langkah pertama dalam menulis suatu pertanyaan atau peryataan adalah informasi apa yang ingin diperoleh, struktur pertanyaan, dan penilaian kata-kata. Apa yang ingin diperoleh berkaitan dengan indikator, struktur pertanyaan berkaitan dengan urutan pertanyaan dan skala yang digunakan. Pemilihan kata-kata bertujuan untuk memudahkan responden menafsirkan maksud pertanyaan atau pertanyaan, sehingga semua responden memiliki penafsiran yang sama terhadap pernyataan. 4. Penskoran Instrumen Sistem penskoran yang digunakan tergantung pada skala pengukuran. Apabila digunakan skala Thurstone, maka skor tertinggi untuk tiap butir adalah 7 dan yang terkecil adalah 1. Demikian pula untuk instrumen dengan skala beda semantik, tertinggi 7 terendah 1. Untuk skala likert, skor tertinggi tiap butir adalah 4 dan yang terendah adalah 1. Dalam pengukuran sering terjadi kecenderungan responden memilih jawaban pada kategori tiga 3 (tiga) untuk skala Likert. Untuk mengatasi hal tersebut skala Likert hanya menggunakan 4 (empat) pilihan, agar jelas sikap atau minat responden. Bila memilih 3 atau 4 tergolong positip, sedang bila memilih 1 atau 2 tergolong negatif. Contoh skala Likert dengan 4 (empat skala) adalah sebagai berikut : Sangat setuju – setuju – tidak setuju – dan sangat tidak setuju 4 3 2 1 Hasil isian responden dalam hali ini siswa selanjutnya analisis untuk tingkat siswa dan tingkat klas, yaitu dengan mencari rerata dan simpangan baku skor. Hasil analisis selanjutnya ditafsirkan untuk mengetahui minat siswa dan minat kelas terhadap mata pelajaran kimia, maka guru dapat menyusun program peningkatan minat siswa. 5. Telaah Instrumen Kegiatan pada telaah instrumen adalah meneliti tentang : a) Bahasa yang digunakan apa sudah komunikatif dan menggunakan tata bahasa yang benar; b) Apakah butir pertanyaan atau pernyataan sesuai dengan indikator; c) Apakah butir pertanyaan atau pertanyataan tidak bisa; d) Apakah format instrumen menarik untuk dibaca e) Apakah jumlah butir sudah tepat agar tidak menjemukan menjawabnya. Telaah dilaksanakan oleh pakar dalam bidang yang diukur dan akan lebih baik bila disertai dengan pakar pengukuran. Telaah bisa juga dilakukan oleh teman sejawat bila yang diinginkan adalah masukan tentang bahasa dan format instrumen.
  • 26. Hal penting selama melakukan telaah pertanyaan atau pernyataan yang diajukan jangan sampai bisa, yaitu mengarahkan jawaban responden pada arah tertentu, positif atau negatif. Contoh pertanyaan yang bisa : Siswa yang rajin menonton televisi kreatifitasnya tinggi. Apakah saudara sering menonton televisi? Pertanyaan yang tidak bisa : Sebagian siswa membaca Koran tiap hari, dan sebagian lain menonton TV untuk meningkatkan kreativitasnya. Untuk meningkatkan kreativitas kegiatan apa yang dilakukan ? Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan kata-kata untuk suatu kusioner, yaitu : 1. Gunakan kata-kata yang sederhana sesuai dengan tingkat pendidikan. 2. Jangan samar-samar pertanyaannya. 3. Hindari bisa pertanyaan 4. Hindari pertanyaan hipotetikal. Hasil telaah instrumen digunakan untuk memperbaiki instrumen. Perakitan instrumen berkaitan dengan urutan pertanyaan atau pernyataan, dimulai dari butir yang mudah dijawab. Selanjutnya ditentukan formatnya, dibuat tampilan yang menarik untuk dibaca. Sebaiknya pertanyaan dikelompokkan dengan masalah yang ditanya, dan disarankan tiap sepuluh pertanyaan dibuat kotak sendiri, sehingga mudah dibaca. Setelah dirakit instrumen selanjutnya diujicoba. 6. Ujicoba Instrumen Setelah dirakit instrumen diujicobakan kepada responden, sesuai dengan tujuan penilaian apakah kepada peserta didik, kepada guru atau orang tua peserta didik. Untuk dipilih sampel yang karakteristiknya mewakili populasi yang ingin dinilai. Bila yang ingin dinilai adalah siswa SMA, maka sampelnya juga siswa SMA. Ukuran sampel yang diperlukan adalah minimal 30 siswa, biasa berasal dari satu sekolah atau lebih. Pada saat ujicoba yang perlu dicatat adalah saran-saran dari responden atas kejelasan kalimat yang digunakan, waktu yang diperlukan mengisi instrumen. Waktu yang digunakan disarankan bukan waktu yang saat responden sudah lelah. Selain itu sebaiknya responden juga diberi minuman agar tidak lelah. Perlu diingat bahwa pengisian instrument bukan merupakan tes, sehingga walau ada batasan waktu namun tidak terlalu ketat. Agar responden mengisi instrumen dengan akurat sesuai dengan harapan, maka sebaiknya instrumen dirancang sedemikian rupa sehingga waktu yang diperlukan mengisi instrumen tidak terlalu lama. Berdasarkan pengalaman, waktu yang diperlukan agar tidak jenuh adalah sekitar 30 menit atau kurang. 7. Analisis Hasil Ujicoba
  • 27. Analisis hasil ujicoba meliputi variasi jawaban tiap butir pertanyaan atau pernyataan. Apabila skala instrumen 1 sampai 5, maka bila jawaban responden bervariasi dari 1 sampai 5, maka instrumen ini bisa diharapkan menjadi instrumen yang baik. Namun apabila jawabannya hanya pada satu pilihan jawaban saja, misalnya pada pilihan nomor 3, maka butir instrument ini tergolong tidak baik. Indikator yang digunakan adalah besarnya daya beda. Bila daya beda butir instrumen lebih dari 0,30, yaitu korelasi antara skor butir dengan skor total, maka butir instrumen tergolong baik. Hasil ujicoba selanjutnya digunakan untuk perbaikan. Perbaikan dilakukan terhadap butir- butir yang tidak baik, berdasarkan hasil analisis hasil ujicoba. Bila saja hasil telaah instrumen tampak baik, namun hasil ujicoba empirik tampak tidak baik. Untuk itu butir instrument harus diperbaiki. Perbaikan termasuk pada semua saran-saran dari responden ujicoba. Instrumen harus dilengkapi dengan pertanyaan terbuka tentang saran-saran responden secara tertulis tentang instrumen tersebut. Indikator lain yang diperhatikan indeks keandalan yang dikenal indeks reabilitas. Besarnya indeks ini adalah minimum 0,70. Bila indeks ini lebih kecil dari 0,70. Kesalahan pengukuran akan melebihi batas. Oleh karena itu diusahakan agar indeks keandalan instrumen minimum 0,70. 8. Penafsiran Hasil Pengukuran Hasil pengukuran berupa skor atau angka. Menafsirkan hasil pengukuran juga disebut dengan penilaian. Untuk menafsirkan hasil pengukuran diperlukan suatu kriteria. Kriteria yang digunakan tergantung pada skala dan jumlah butir yang digunakan. Misalkan digunakan skala Likert dengan 5 (lima pilihan) untuk mengukur sikap siswa yaitu : Sangat setuju – Setuju – Sama Saja – Tidak Setuju – Sangat tidak setuju (5) (4) (3) (2) (1) Instrumen yang telah diisi dicari skor keseluruhannya, sehingga tiap siswa memiliki skor. Selanjutnya dicari rerata skor keseluruhan siswa dalam satu kelas dan simpangan bakunya. Kategorisasi hasil pengukuran menggunakan distribusi normal, dan untuk skala Likert dengan ketentuan seperti tabel. 2 untuk minat siswa dan Tabel. 3 untuk minat kelas. Ada 4 (empat) kategori hasil pengukuran sikap atau minat, yaitu sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah. Penentuan skor tiap kategori ini dapat dilihat pada tabel 2. Berdasarkan kategori ini dapat ditentukan minat atau sikap peserta didik. Selanjutnya dapat dicari sikap dan minat kelas terhadap mata pelajaran tertentu. Caranya dapat dilihat pada tabel 3. Misalkan ada 10 butir pertanyaan pada kuesioner tentang sikap atau minat seseorang terhadap pelajaran pendidikan jasmani dengan menggunakan skala Likert dengan 5 (lima) pilihan. Skor paling tinggi adalah bila peserta didik memilih sangat setuju, yaitu 5, dan skor paling rendah adalah bila peserta didik memilih jawaban sangat tidak setuju, yaitu1. Jadi skor tertinggi adalah 10 butir x 5 = 50, dan skor terendah adalah : 10 butir x 1 = 10. Pada tabel 7 dapat diketahui minat atau sikap tiap peserta didik terhadap tiap mata pelajaran. Bila sikap peserta didik tergolong negatif atau minat peserta didik tergolong rendah, maka
  • 28. guru harus berusaha meningkatkan sikap dan minat peserta didik. Sedang bila sikap atau minat peserta didik tergolong positip atau tinggi, guru harus mempertahankannya. Tabel 7. Kategori Sikap atau Minat Peserta Didik untuk 10 butir pertanyaan Penentuan Skor : 1. Skor batas bawah kategori sangat positif atau sangat tinggi adalah : 0,80 x 50 = 40, dan batas atasnya 50. 2. Skor batas bawah pada kategori tinggi atau positif adalah 0,60 x 50 = 30, dan skor batas atasnya adalah 39 3. Skor batas bawah pada kategori negatif atau rendah adalah : 0,40 x 50 = 20, dan skor batas atasnya adalah 29 4. Skor yang tergolong pada kategori sangat negatif atau sangat rendah adalah : kurang dari 20. Tabel 8. Kategorisasi Sikap atau Minat Kelas No. Skor Peserta Didik Kategori Sikap atau Minat 1. Sama atau lebih besar dari 40 Sangat Positif / sangat tinggi 2. 30 sampai 39 Tinggi / positif 3. 20 sampai 29 Negatif / rendah 4. Kurang dari 20 Sangat negatif / sangat rendah Keterangan : 1. Cari rerata skor kelas, yaitu jumlahkan skor semua peserta didik dibagi jumlah peserta didik 2. Skor batas bawah kategori sangat positif atau sangat tinggi adalah : 0,80 x 50 = 40, dan batas atasnya 50 3. Skor batas bawah pada kategori tinggi atau positif adalah 0,60 x 50 = 30, dan skor batas atasnya adalah 39 4. Skor batas bawah pada kategori negative atau rendah adalah : 0,40 x 50 = 20, dan skor batas atasnya adalah 29. 5. Skor yang tergolong pada kategori sangat negatif atau sangat rendah adalah : Kurang dari 20. Melalui Tabel 8 dapat diketahui minat atau sikap kelas terhadap tiap mata pelajaran. Bila sikap siswa tergolong negatif minat siswa tergolong rendah, maka guru harus berusaha No. Skor Peserta Didik Kategori sikap atau Minat 1. Sama atau lebih besar dari 40 Sangat positif / sangat tinggi 2. 30 sampai 39 Tinggi / positif 3. 20 sampai 29 Negatif / rendah 4. Kuarang dari 20 Sangat negative / sangat rendah
  • 29. meningkatkan sikap atau minat siswa. Bila sikap atau minat tergolong positif atau tinggi, guru harus mempertahankannya. Tabel 8 menunjukkan minat atau sikap kelas terhadap suatu mata pelajaran. Jadi dalam pengukuran sikap atau minat diperlukan informasi tentang minat atau sikap tiap siswa dan sikap kelas terhadap mata pelajaran. Informasi ini sangat diperlukan untuk membuar program perbaikan. Bila sikap kelas cenderung positif, maka dapat disimpilkan cara mengajar guru cukup menarik perhatian siswa, sebaiknya bila sikap atau minat kelas negative, maka dapat disimpulkan bahwa kemungkinan cara mengajar guru tidak menarik. Untuk itu perlu ada usaha perbaikan dari guru. RUJUKAN: Direktorat Pembinaan SMA. (2004). Pedoman Pengembangan Instrumen dan Penilain Ranah Afektif. Tersedia: http://www.dikmenum.go.id [20 April 2009]. Direktorat Pembinaan SMA. (2004). Penilaian Afektif. Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional. Tersedia: http://www.dikmenum.go.id. [15 Mei 2009]. Stiggins, R.J. (1994). Student – Centered Classroom Assessment. New York: Macmillan College Publishing Company. Sudrajat, Akhmad. (2004). Penilaian Ranah Afektif. Tersedia: http://www.wordpress.com/2008/08/15/penilaian-ranah-afektif. [15 Mei 2009].