Dokumen tersebut membahas model Respon Terhadap Intervensi Siswa (Response to Intervention Model) untuk menangani siswa berdasarkan hasil asesmen psikologis. Model ini menggunakan pendekatan multi-tingkat yang meliputi Tier 1 (reguler), Tier 2 (tambahan), dan Tier 3 (kebutuhan khusus) untuk memberikan intervensi dan pemantauan berkelanjutan bagi siswa yang membutuhkan.
1. RESPON TERHADAP INTERVENSI SISWA
(Response to Intervention Model)
Oleh :
Riana Bagaskorowati, Ph.D
Senior Lecture
Program Pasca Sarjana
Universitas Negeri Jakarta
2017
2. Kognitif atau Intelektual
• Adalah kemampuan yang dimiliki seseorang
untuk dapat berfikir, mengamati, mengingat
dan menganalisa baik secara ruang, konkret,
matematis, serta kemampuan untuk dapat
berfikir kreatif, cepat dan menemukan ide-ide
yang unik sehingga dapat menarik kesimpulan
secara akurat, tepat dan benar.
Riana Bagaskorowati
3. Sikap Belajar
Kemampuan dan keterampilan yang dimiliki
calon siswa dalam menjalankan tugas atau
kegiatan yang dilakukannya menyangkut
ketekunan, ketelitian, kecepatan belajar, serta
motivasi untuk berprestasi.
4. Kepribadian/Personality
• Profil diri yang dimiliki oleh calon siswa dalam
hal stabilitas emosi, penyesuaian diri dengan
lingkungan (interaksi sosial), self-confidence,
kemampuan melakukan sesuatu secara
mandiri, serta potensi kepemimpinan.
5. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Baik
Sekali
BaikCukupKurangRendah
Skala penilaian atau asesmen yang dilakukan
untuk ketiga aspek diatas dikategorikan dalam 5
(lima kategori) yaitu :
6. IQ = Intelligence Quotient
• Taraf kecerdasan yang dimiliki seseorang atau calon
santri yang bersangkutan yang dilihat dan diukur
melalui serangkaian tes yang diberikan mencakup tes
kecerdasan, penalaran kata secara logik, gambar,
daya ingat, berhitung, analisis, bentuk dasar dan tiga
dimensi, serta kreativitas.
7. KESIMPULAN DARI HASIL PENILAIAN PADA KETIGA ASPEK
PSIKOLOGIS CALON SISWA SMP-SMA 2017/2018 :
1. Dari ketiga aspek penilaian psikologis disimpulkan bahwa
yang perlu menjadi sorotan utama adalah potensi
kepribadian yaitu stabilitas emosi, penyesuaian diri
atau interaksi sosial, kepercayaan diri (self-confidence),
kemandirian dan potensi kepemimpinan. Potensi ini
perlu diwaspadai khususnya pada calon siswa yang
dinyatakan belum siap tapi diterima karena hal ini bisa
berdampak pada sikap belajar dan kemampuan berpikir
(berpotensi untuk tidak berprestasi dalam belajar) dan
juga kepemimpinannya. Hasil asesmen psikologis ini
sama halnya pada calon siswa SMP maupun calon siswa
SMA. Oleh karena itu butuh penanganan dan
pendampingan khusus dalam beberapa waktu berjalan
dan perlu dimonitoring secara khusus pula.
8. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Baik
Sekali
BaikCukupKurangRendah
Hasil asesmen secara keseluruhan ketiga aspek psikologis
calon siswa berdasarkan skala pengukuran adalah sebagai
berikut dibawah ini :
Kepribadian
Kognitif/Intelektual
Sikap Belajar
9. Dari studi literature yang dilakukan melalui
National Institute of Mental Health (NIMH) bahwa
remaja tahap awal pada umur antara 10 – 14 tahun
dan remaja tahap pertengahan umur antara 15 –
17 tahun memiliki perkembangan jiwa pada sisi
emosi yang belum stabil.Merujuk hasil tes
ditemukan masih banyak yang memiliki ketidak
stabilan emosi sebagai area yang paling dalam
perlu diperbaiki termasuk potensi kepemimpinan,
penyesuaian diri atau interaksi sosial, kepercayaan
diri (self-confidence), dan kemandirian. Faktor ini
dapat dipengaruhi oleh pola asuh keluarga,
suasana belajar sekolah sebelumnya dan teman-
teman sebaya.
10. Siswa yang memiliki masalah (kurang/rendah) pada sisi area stabilitas
emosinya akan berdampak pada perilakunya atau tingkah lakunya yang
negatif dalam kehidupannya antara lain:
1. Mencuri
2. Memukul teman
3. Melanggar aturan
4. Menunjukan sikap agresivitas
5. Atensi memori /perhatian
6. Kurang atau tidak dapat melakukan self-control
7. Kurang atau tidak tekun dalam belajar
8. Kepercayaan diri menjadi hilang.
9. Kurang atau tidak mandiri
10.Kurang atau tidak dapat menyesuaikan diri (adaptasi)
11.Kurang cakap dalam memimpin
11. Beberapa siswa yang mempunyai potensi
intelektual (cognitive) “very superior” atau
sangat cerdas sekali (IQ diatas 130) dan
beberapa siswa cerdas atau “superior” (IQ
diatas 120 s.d. 129) perlu diberikan perlakuan
khusus dengan memberikan tantangan belajar
yang lebih tinggi baik berupa tugas khusus
maupun penambahan beban materi minimal
setingkat diatas standar agar potensinya
terfasilitasi dan berkembang pesat serta lebih
berprestasi lagi.
13. Response to Intervention Model
Apakah RTI itu ?
Bagaimana penerapan RTI model di sekolah
melalui multi-level intervensi ?
Mengapa menggunakan RTI model ?
Apa keuntungan menggunakan RTI model ?
14. Apakah RTI itu ?
Sebuah metode yang menyajikan skrining
diawal sebelum pembelajaran dimulai,
memberikan multi-level intervensi pada siswa
yang mengalami masalah dalam belajar maupun
perilaku dan progress monitoring yang
berkelanjutan pada siswa yang menerima
intervensi tersebut.
15. Konsep di dalam RTI model
Skrining
awal
Data Base
Monitoring
Progress
Tier 3
Tier 2
Tier 1
Special Needs
(Intensive with
Individualize
Intervention)
Supplemental
(Group)
Regular
(Core)
17. Tier 1 – Regular/Core
• Seluruh siswa mendapatkan perlakuan yang sama didalam kelas
regular, di masjid dan diasrama dengan protocol standar yang
sama.
• Beban akademik diberikan sesuai standar minimal tetapi untuk
beban kepesantrenan diberikan lebih porsinya sesuai dengan
road map kurikulum tarbawi yang sudah dibuat oleh bidang
tarbawi.
• Progress monitoring dibuat tiap satu bulan sekali secara rutin
baik pada sisi akademis maupun perkembangan karakter siswa.
• Siswa yang tidak mengalami perkembangan pada sisi akademis
maupun sikap dan kepribadiannya selama tiga bulan
dipindahkan ke Tier 2 untuk mendapatkan suplemen dalam
bentuk remedial. Untuk akademis dilakukan oleh guru bidang
studi untuk sisi sikap dilakukan oleh tim tarbawi/murrabi dalam
bentuk dauroh khusus selama beberapa waktu minimal 3 – 5
hari.
18. Tier 2 – Supplemental
• Beberapa siswa yang mengalami kendala akademis dan perilaku
mendapatkan instruksional tambahan selama 3 – 5 hari dalam bentuk
dauroh khusus dan setelahnya dilakukan evaluasi oleh guru dan tim
tarbawi untuk diputuskan apakah akan dipindahkan kembali kedalam
regular classroom baik di kelas, dan masjid maupun asrama.
• Siswa yang tidak mengalami perkembangan pada sisi akademis maupun
sikap dan kepribadiannya selama 6 hari dipindahkan ke Tier 3 untuk
mendapatkan special needs yang dilakukan secara bersama oleh guru
khusus, murrabi, guru BK, psikolog dan pelibatan orang tua sebagai bentuk
dukungan dan supporting dana tambahan bilamana diperlukan.
• Siswa yang memiliki minat dan bakat khusus pada sisi akademis dan
karakter dapat dimasukan kedalam Tier-2 dalam bentuk grouping untuk
diberikan pengayaan (enrichment) oleh guru bidang studi per bidang
studi. Tidak harus semua bidang studi diberikan melainkan fokus saja pada
sisi Bahasa, Matematika dan Sains, Tahfidh, Olah raga dan Leadership.
• Progress monitoring dibuat tiap pekan sekali secara rutin baik pada sisi
akademis maupun perkembangan karakter siswa.
19. Tier 3 – Special needs
• Siswa yang mengalami kendala akademis dan perilaku yang
masuk kedalam Tier-3 (special needs) mendapatkan perlakuan
khusus oleh guru bidang studi maupun tim tarbawi pada aspek
karakter dengan memberikan dauroh khusus selama satu bulan.
• Apabila tidak ada perkembangan selama satu bulan maka
perlunya diberikan tambahan waktu kembali sampai pada siswa
tersebut mengalami perkembangan baik pada sisi akademis
maupun karakternya. Begitu seterusnya sampai dilihat adanya
perkembangan yang cukup signifikan.
• Siswa yang memiliki IQ very superior dan superior diberikan
tantangan khusus baik pada sisi akademis maupun karakternya
dalam bentuk kegiatan ekskul dan pengikut sertaan pada lomba
tingkat lokal, nasional maupun internasional.
• Siswa yang memiliki IQ very superior dan superior diberikan
tambahan pelajaran pada area akademis yang diminatinya dan
area wajib pesantren yaitu Bahasa arab, inggeris dan tahfidhul
quran serta leadership maupun tarbawi.