SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
1
Masalah-Masalah Belajar
A. Masalah-masalah Intern Belajar
Definisi Masalah Belajar
Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat
sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai
suatu hal yang tidak mengenakan. Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah
sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang
lain, ingin atau perlu dihilangkan. Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar
merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar
dapat didefinisikan “Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
“Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari
pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya”
( Anita E, Wool Folk, 1995 : 196 ).
Menurut ( Garry dan Kingsley, 1970 : 15 ) “Belajar adalah proses tingkah laku (dalam
arti luas), ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan”.
Sedangkan menurut Gagne (1984: 77) bahwa “belajar adalah suatu proses dimana suatu
organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Dari definisi masalah dan
belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau didefinisikan sebagai berikut :
“Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat
kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan”.
2
Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-
kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi
dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja
dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas.
Dalam interaksi belajar mengajar siswa merupakan kunci utama keberhasilan belajar
selama proses belajar yang dilakukan. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan
dengan bahan belajar.
Faktor-Faktor yang dialami dan dihayati oleh siswa dan hal ini akan sangat berpengaruh
terhadap proses belajar:
1. Faktor-Faktor Internal Belajar
Untuk bertindak belajar siswa menghadapi masalah-masalah secara intern. Jika siswa tidak
dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak dapat belajar dengan baik.
• Sikap Terhadap Belajar
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tenyang sesuatu, yang membawa diri
sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian terhadap sesuatu memberikan sikap menerima,
menolak atau mengabaikannya begitu saja. Selama melakukan proses pembelajaran sikap
siswa akan menentukan hasil dari pembelajaran tersebut. Pemahaman siswa yang salah
terhadap belajar akan membawa kepada sikap yang salah dalam melakukan pembelajaran.
Sikap siswa ini akan mempengaruhinya terhadap tindakana belajar. Sikap yang salah akan
membawa siswa mersa tidak peduli dengan belajar lagi. Akibatnya tidak akan terjadi proses
belajar yang kondusif. Tentunya hal ini akan sangat menghambat proses belajar. Sikap siswa
terhadap belajar akan menentukan proses belajar itu sendiri. Ketika siswa sudah tidak pesuli
terhadap belajar maka upaya pembelajaran yang dilakaukan akan sia-sia. Maka siswa
sebaiknya mempertimbangkan masak-masak akibat sikap terhadap belajar.
• Motivasi Belajar
Tidak diragukan bahwa dorongan belajar mempunyai peranan besar dalam menumbuhkan
semangat pada siswa untuk belajar. Karena seorang siswa meski memiliki semangat yang
3
tinggi dan keinginan yang kuat, pasti akan tetap ditiup oleh angin kemalasan, tertimpa
keengganan dan kelalaian. Maka tunas semangat ini harus dipelihara secara terus menerus.
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar.
Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar.
Selanjutnya mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu motivasi belajar pada diri
siswa perlu diperkuat terus menerus.
Motivasi yang diberikan dapat meliputi penjelasan tentang keutamaan ilmu dan keutamaan
mencari ilmu. Bila siswa mengetahui betapa besarnya keutamaan sebuah ilmu dan betapa
besarnya ganjaran bagi orang yang menuntut ilmu, maka siswa akan merasa haus untuk
menuntut ilmu. Selain itu bagaimana seorang guru mampu membuat siswanya merasa
membutuhkan ilmu. Bila seseorang merasa membutuhkan ilmu maka tanpa disuruhpun siswa
akan mencari ilmu itu sendiri. Sehingga semangat siswa untuk menunutut ilmu sangat tinggi,
dan hal ini akan memudahkan proses belajar.
• Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran.
Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya.
Untuk memperkuat perhatian guru perlu melakukan berbagai strategi belajar mengajar dan
memperhatikan waktu belajar serta selingan istirahat. Yang perlu diperhatikan oleh guru
ketika memulai proses belajar ialahsebaiknya seorang guru tidak langsung melakukan
pembelajaran namun seorang guru harus memusatkan perhatian siswanya sehingga siap untuk
melakukan pembelajaran. Sebab ketika awal masuk kelas perhatian siswa masih terpecah-
pecah dengana berbagai masalah. Sehingga sangat perlu untuk melkukan pemusatan
perhatian dengan berbagai strategi.
Menurut seorang ilmuan ahli psikologis kekuatan belajar seseorang setelah tigapuluh menit
telah mengalami penurunan. Ia menyarankan agar guru melakukan istirahat selama beberapa
menit. Istirahat ini tidak harus keluar kelas melainkan dapat berupa obrolan ringan yang
mampu membuat siswa merasa rileks kembali. Dengan memberikan selingan istirahat, maka
perhatian dan prestasi belajar dapat ditingkatkan.
4
• Mengolah Bahan Belajar
Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menrima isi dan cara
pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar merupakan nilai
nilai dari suatu ilmu pengetahuan, nilai agama, nilai kesusilaan, serta nilai kesenian.
Kemampuan siswa dalam mengolah bahan pelajaran menjadi makin baik jika siswa berperan
aktif selama proses belajar. Misalnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya materi yang disampaikan, sehingga siswa benar-benar memahami materi yang telah
disampikan. Siswa akan mengolah bahan belajar dengan baik jika mereka merasa materi yang
diampaikan menarik, sehingga seorang guru sebaiknya menyampaikan materi secara menarik
sehingga siswa akan memusatkan perhatiannya terhadap materi yang disampaikan oleh guru.
• Menyimpan Perolehan Hasil Belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara
perolehan pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam jangka waktu
yang pendek maupun dalam jangka waktu yang panjang. Proses belajar terdiri dari proses
pemasukan , proses pengolahan kembali dan proses penggunaan kembali. Biasanya hasil
belajar yang disimpan dalam jagka waktu yang panjang akan mudah dilupakan oleh siswa.
Hal ini akan terjadi jika siswa tidak membuka kembali bahan belajar yang telah diberikan
oleh seorang guru.
Untuk mengatasi hal ini sebaiknya guru mengingatkan akan materi yang telah lama
diberikan, serta memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi tersebut. Sehingga
mau atau tidak mau siswa akan berusaha untuk mengingat kembali materi yang telah lama
disampaikan serta membuka kembali buku yang berkaitan dengan materi tersebut. Sehingga
Ingatan yang disimpan dalam jangka panjang akan semakin kuat.
• Menggali Hasil Belajar Yang Tersimpan
Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah
diterima. Dalam hal baru maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari
kembali atau mengaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama maka siswa akan
memanggil atau membangkitkan kembalipesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil
belajar. Ada kalanya siswa mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama.
5
Gangguan tersebut bukan hanya bersumber pada pemanggilan atau pembangkitannya sendiri.
Gangguan tersebut dapat dikarenakan kesukaran penerimaan, pengolahan dan penyimpanan.
Jika siswa tidak memperhatikan dengan baik pada saat penerimaan maka siswa tidak
memiliki apa apa. Jikasiswa tidak berlatih sungguh sungguh maka siswa tidak akan memiliki
ketrampilan.
• Kemampuan Berprestasi
Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan puncak suatu proses belajar.
Pada tahap ini siswa membuktikan hasil belajar yang telah lama ia lakukan. Siswa
menunjukan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau menstransfer hasil
belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak
mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh pada proses-
proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta
pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman.
• Rasa Percaya Diri Siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi
perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan.
Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian
perwujudan diriyang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Semakin sering siswa mampu
menyelesaikan tugasnya dengan baik maka rasa percaya dirinya akan meningkat. Dan apabila
sebaliknya yang terjadi maka siswa akan merasa lemah percaya dirinya.
• Intelegensi Dan Keberhasilan Belajar
Intelegensi merupakan suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat
bertindak secara terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan secara efisien.
Kecakapan tersebut menjadi actual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau
kehidupan sehari-hari.
Dengan perolehan hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh intelegensi yang rendah
atau kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja yang bermutu rendah .
Hal ini akan merugikan calon tenaga kerja itu sendiri. Oleh karena itu pada tempatnya
mereka didorong untuk melakukan belajar dibidang kterampilan.
6
• Kebiasaan Belajar
Kebiasaan-kebiasaan belajar siswa akan mempengaruhi kemampunanya dalam berlatih dan
menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru. Kebiasaan buruk tersebut dapat berupa
belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar,
bersekolah hanya untuk bergengsi, datang terlambat bergaya pemimpin, bergaya jantan
seperti merokok. Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah-sekolah
pelosok, kota besar, kota kecil. Untuk sebagian kebiasaan tersebut dikarenakan oleh
ketidakmengertian siswa dengan arti belajar bagi diri sendiri.
• Cita-Cita Siswa
Cita-cita sebagai motivasi intrinsic perlu didikan. Didikan memiliki cita-cita harus
ditanamkan sejak mulai kecil. Cita-cita merupakan harapan besar bagi siswa sehingga siswa
selalu termotivasi untuk belajar dengan serius demi menggapai cita-cita tersebut. Dengan
mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan berprestasi maka siswa diharapkan berani
bereksplorasi sesuai dengan kemampuannya sendiri.
B. Faktor-faktor Ekstern Belajar
Proses belajar tidak hanya didorong oleh motivasi intrinsik siswa, melainkan
dapat juga didorong oleh motivasi ekstrinsik /ekstern yang berasal dari lingkungan siswa.
Faktor-faktor ekstern yang berpengaruh pada aktivitas belajar antara lain:
1. Guru sebagai pembina siswa belajar
Guru harus mengembangkan strategi pembelajaran yang tidak hanya
menyampaikan informasi, melainkan juga mendorong para siswa untuk belajar secara
bebas dalam batas-batas yang ditentukan. Bila dalam proses pembelajaran, guru
mampu mengaktualisasikan tugas-tugas guru dengan baik, mampu memotivasi,
membimbing dan memberi kesempatan secara luas untuk memperoleh pengalaman,
maka siswa akan mendapat dukungan yang kuat untuk mencapai hasil belajar yang
diharapkan, namun jika guru tidak dapat melaksanakannya, siswa akan mengalami
masalah yang dapat menghambat pencapaian hasil belajar mereka.
Menurut Lindgren, (1967 : 55) bahwa lingkungan sekolah, terutama guru.
Guru yang akrab dengan murid, menghargai usaha-usaha murid dalam belajar dan
suka memberi petunjuk kalau murid menghadapi kesulitan, akan dapat menimbulkan
7
perasaan sukses dalam diri muridnya dan hal ini akan menyuburkan keyakinan diri
dalam diri murid. Melalui contoh sikap sehari-hari, guru yang memiliki penilaian diri
yang positif akan ditiru oleh muridnya, sehingga murid-muridnya juga akan memiliki
penilaian diri yang positif.
2. Prasarana dan sarana pembelajaran
Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olah
raga, ruang ibadah, ruang kesenian, dan olah raga beserta perabotannya. Sarana
pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium
sekolah, dan berbagai media pengajaran yang lain.
Ketersediaan prasarana dan sarana pembelajaran berdampak pada terciptanya
pembelajaran yang kondusif. Terjadinya kemudahan bagi siswa untuk mendapatkan
informasi dan sumber belajar dapat mendorong berkembangnya motivasi untuk
mencapai hasil belajar yang lebih baik. Oleh karena itu sarana dan prasarana menjadi
bagian yang penting untuk tercapainya upaya mendukung terwujudnya proses
pembelajaran yang diharapkan.
3. Kebijakan penilaian
Hasil belajar dinilai dengan ukuran-ukuran guru, tingkat sekolah, dan tingkat
nasional. Dengan ukuran-ukuran tersebut, seorang siswa dapat digolongkan lulus atau
tidak lulus. Keputusan tentang hasil belajar merupakan umpan balik bagi siswa dan
bagi guru. Secara kejiwaan, siswa terpengaruh atau tercekam tentang hasil belajarnya.
Oleh karena itu, sekolah dan gurur diminta berlaku arif dan bijak dalam
menyampaikankeputusan hasil belajar siswa.
4. Lingkungan sosial siswa di sekolah
Siswa-siswa di sekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan yang dikenal sebagai
lingkungan sosial siswa. Tiap siswa memiliki kedudukan dan peranan yang diakui
oleh sesama siswa. Jika seorang siswa berterima, maka ia dengan mudah
menyesuaikan diri dan segera dapat belajar. Sebaliknya, jika ia tertolak, maka ia akan
merasa tertekan. Pengaruh lingkungan sosial tersebut berupa hal-hal berikut:
a) Pengaruh kejiwaan yang bersifat menerima atau menolak siswa, yang akan
berakibat memperkuat atau memeperlemah konsentrasi belajar.
b) Lingkungan sosial mewujud dalam suasana akrab, gembira, rukun, dan damai;
atau sebaliknya, mewujud dalam suasana perselisishan, persaiangan, atau
saling menyalahkan. Suasana kejiwaan tersebut berpengaruh pada semangat
dan proses belajar.
8
c) Setiap guru akan disikapi secara tertentu oleh lingkungan sosial siswa. Sikap
positif atau negatif akan berpengaruh pada kewibawaan guru. Akibatnya, bila
guru menegakkan kewibawaan, maka ia akan dapat mengelola proses belajar
dengan baik. Sebaliknya, bila guru tidak berwibawa, maka ia akan mengalami
kesulitan dalam mengelola proses belajar.
5. Kurikulum sekolah
Kurikulum merupakan panduan yang dijadikan guru sebagai acuan untuk
mengembangkan proses pembelajaran. Kurikulum disusun berdasarkan tututan
kemajuan masyarakat. Dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat, timbul
tuntutan kebutuhan baru, dan akibatnya kurikulum sekolah perlu dirubah. Perubahan
kurikulum sekolah menimbulkan masalah, yaitu :
a. Tujuan yang akan dicapai berubah
Apabila tujuan berubah maka pokok bahasan, kegiatan belajar mengajar, dan
evaluasi akan berubah. Sekurang-kurangnya, kegiatan belajar mangajar perlu
diubah.
b. Isi pendidikan berubah
akibatnya buku-buku pelajaran dan buku bacaan serta sumber yang lain akan
berubah. Hal ini menimbulkan perubahan anggaran pendidikan disemua tingkat.
c. Kegiatan belajar mengajar berubah
akibatnya guru harus mempelajari strategi, metode, teknik, dan pendekatan
mengajar yang baru. Bila pendekatan belajar berubah, maka kebiasaan siswa akan
mengalami perubahan.
d. Evaluasi belajar
akibatnya guru akan mempelajari metode dan teknik evaluasi belajar yang baru.
Bila evaluasi berubah, maka siswa akan mempelajari cara-cara belajar yang
sesuai dengan ukuran lulusan yang baru.
6. Lingkungan keluarga (rumah)
a) Orang tua
Dalam kegiatan belajar, seorang anak perlu diberi dorongan dan pengertian dari
orang tua. Apabila anak sedang belajar, anak jangan diganggu dengan tugas
rumah. Orang tua berkewajiban memberi pengertian dan dorongan serta
semaksimal mungkin membantu dalam memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi anak di sekolah. Didikan orang tua yang kurang baik akan berpengaruh
tidak baik pula terhadap kondisi anak dalam kegiatan belajar.
9
b) Suasana rumah
Hubungan antar anggota keluarga yang kurang harmonis akan menimbulkan
suasana kaku dan tegang dalam berkeluarga yang menyebabkan anak kurang
bersemangat untuk belajar. Sedangkan suasana rumah yang akrab, menyenangkan
dan penuh kasih sayang, akan memberikan dorongan belajar yang kuat bagi anak.
c) Kemampuan ekonomi keluarga
Hasil belajar yang baik, tidak dapat diperoleh hanya dengan mengandalkan
keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru di depan kelas, tetapi juga alat-
alat belajar yang memadai, seperti buku, pensil, pena, peta, bahkan buku bacaan.
Sedangkan sebagian besar, alat-alat pelajaran harus disediakan sendiri oleh murid
yang bersangkutan. Bagi orang tua yang keadaan ekonominya kurang memadai,
tentu tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya itu secara maksimal.
Maka murid akan menanggung resiko yang tidak diharapkan.
7. Lingkungan sosial (teman sebaya)
Lingkungan sosial dapat memberi dampak positif dan negatif terhadap siswa. Contoh
seorang siswa bernama Rudi yang terpengaruh teman sebayanya dengan kebiasaan
rekan-rekannya yang baik, maka akan berdampak positif dan sebaliknya. Tidak
sedikit siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar karena pengaruh teman
sebayanya yang mampu memberi motivasi kepadanya untuk belajar.
C. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Belajar
Kesulitan belajar ini merupakan suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis
pernyataan. Karena guru bertanggung jawab terhadap proses belajar-mengajar, maka ia
seharusnya memahami gejala-gejala kesulitan belajar. Pemahaman ini merupakan dasar
dalam usaha memberikan bantuan kepada murid yang mengalami kesulitan belajar.
Pada garis besarnya sebab-sebab timbulnya masalah belajar pada murid dapat
dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu :
1. Faktor-faktor Internal ( faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri ),
antara lain:
 Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat
bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahan ( alergi,
asma, dan sebagainya ).
10
 Ketidakseimbangan mental ( adanya gangguan dalam fungsi mental ),
pertimenampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasannya
cenderung kurang.
 Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyesuaikan diri
(maladjustment ), tercekam rasa takut, benci, dan antipati serta ketidakmatangan
emosi.
 Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap salah seperti kurang
perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah, malas dalam belajar, dan sering
bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
2. Faktor Eksternal ( faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu ), yaitu :
 Sekolah, antara lain :
 Sifat kurikulum yang kurang fleksibel
 Terlalu berat beban belajar (murid) dan atau mengajar (guru)
 Metode mengajar yang kurang memadai
 Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar
 Keluarga (rumah), antara lain :
 Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis.
 Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya
 Keadaan ekonomi.
D. Cara Menentukan dan Mengatasi Masalah-masalah Belajar
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, siswa berhubungan dengan guru, bahan
ajar, pemerolehan pengetahuan dan pengalaman, dan tata kerja evaluasi belajar. Siswa
yang belajar di sekolah merupakan akibat dari program pembelajaran guru. Guru
berkepentingan untuk mendorong siswa aktif belajar. Dengan demikian sebagai pendidik
generasi muda bangsa, guru berkewajiban mencari dan menemukan masalah-masalah
belajar yang dihadapi oleh siswa.
Dalam menentukan masalah-masalah belajar, guru dapat melakukan cara-cara
sebagai berikut:
 Identifikasi
1. Pengamatan perilaku belajar
11
Dalam hal ini guru tidak hanya berperan sebagai pembelajar, melainkan juga sebagai
pengamat. Dalam melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa dengan
mewawancarai siswa atau teman belajarnya. Apabila masalah siswa sudah
ditemukan, maka sebagai pendidik guru berusaha membantu memecahkan masalah
belajar.
Peran pengamatan perilaku belajar dilakukan sebagai berikut
(Semiawan,et.al,1987:Biggs & Telfer,1987):
a. Menyusun rencana pengamatan, seperti tindak belajar berkelompok atau belajar
sendiri, atau yang lain.
b. Memilih siapa yang akan diamati, meliputi beberapa orang siswa.
c. Menentukan berapa lama benrlangsungnya pengamatan (dua, tiga, atau empat
bulan)
d. Menentukan hal-hal apa yang akan diamati, seperti cara siswa membaca, cara
menggunakana media belajar, prosedur dan prises belajar sesuatu.
e. Mencatat hal-hal yang diamati.
f. Menafsirkan hasil pengamatan.
2. Analisis hasil belajar
Dalam melakukan analisis hasil belajar, guru melakukan langkah-langkah berikut
(Winkel,1991:325-37; Biggs & Telfer,1987:459-506):
a. Merencanaan analisis sejak awal semester
b. Merencanakan jenis-jenis pekerajaan siswa yang dipandang sebagai hasil belajar
c. Merencanakan jenis-jenis ujian dan alat evaluasi; kemudian menganalisis
kepantasan jenis ujian dan alat evaluasi tersebut
d. Mengumpulkan hasil belajar siswa
e. Melakukan analisis secara statistiktentang angka-angka perolehan ujian
f. Memepertimbangkan hasil pengamatan pada kegiatan belajar siswa
g. Mempertimbangkan tingkat kesukaranbahan ajar bagi kelas, yang dibandingkan
dengan kurikulum yang berlaku
h. Memperhatikan kondisi-kondisi ekstern yang berpengaruh atau diduga ada
pengaruhnya dalam belajar
i. Guru juga melancarkan suatu angket evaluasi pembelajaran pada siswa
menjelang akhir semester.
3. Tes hasil belajar
12
Tes hasil belajar adalah alat untuk membelajarkan siswa. Jenis tes tertentu akan
membentuk jenis-jenis ranah kogitif, afektif dan psikomotorik tertentu. Selain
digunakan untuk menilai kemajuan belajar, tes hasil belajar dapat juga digunakan
untuk mencari masalaah-masalah dalam belajar. Untuk mecari masalah-masalah
dalam belajar, sebaiknya penyususn tes adalah tim guru bersama-sama konselor
sekolah. (Winkel,1991: Biggs & Telfer,1987).
Acuan penilaian yang digunakan untuk menentukan masalah-masalah belajar:
 Penilaian Acuan Patokan (PAP), mengacu kepada persentase hasil evaluasi dan
penguasaan siswa terhadap bahan ajar atau materi yang telah ditetapkan.
 Penilaian Acuan Norma (PAN), berpedoman kepada pengelompokan siswa
berdasarkan penilaian hasil evaluasi belajar.
 Diagnosis
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang
melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar
faktor-faktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input,
proses, ataupun out put belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua bagian faktor
– faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa,
yaitu : (a) faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri,
seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap
serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan (b) faktor eksternal, seperti : lingkungan
rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial
dan sejenisnya.
 Prognosis
Prognosis merujuk pada aktivitas penyusunan rencana atau program yang diharapkan
dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar siswa. Langkah ini digunakan
untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk
diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya
 Pemberian bantuan
Pemberian bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan
program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk pemberian bantuannya
antara lain:
Bimbingan belajar kelompok Menjalin komunikasi yang baik
Bimbingan belajar individu Pembinaan sikap dan kebiasaan
13
belajar yang baik
Pengajaran remedial Usaha peningkatan motivasi
Pemberian bimbingan pribadi Alih tangan kasus
 Tindak lanjut
Usaha untuk mengetahui keberhasilan bantuan yang telah diberikan kepada siswa dan
tindak lanjutnya yang didasari hasil evaluasi terhap tindakan yang dilakukan dalam
upaya pemberian bimbingan.
14
Daftar pustaka
http://heniindriyastuti.blogspot.com/2011/12/makalah-masalah-masalah-belajar.html
http://moeyanti.blogspot.com/2011/03/makalh-masalah-belajar-siswa.html
http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/07/kondisi-belajar-dan-masalah-masalah.html
http://www.infodiknas.com/masalah-msalah-dalam-belajar-dan-cara-mengatasinya.html

More Related Content

What's hot

power point prinsip-prinsip belajar (nucha ahyar )
power point prinsip-prinsip belajar (nucha ahyar )power point prinsip-prinsip belajar (nucha ahyar )
power point prinsip-prinsip belajar (nucha ahyar )m44y44nk
 
Kelompok 2-Prinsip Belajar dan Asas Pembelajaran
Kelompok 2-Prinsip Belajar dan Asas PembelajaranKelompok 2-Prinsip Belajar dan Asas Pembelajaran
Kelompok 2-Prinsip Belajar dan Asas PembelajaranArif Wicaksono
 
Prinsip prinsip belajar teori pembelajaran
Prinsip prinsip belajar teori pembelajaranPrinsip prinsip belajar teori pembelajaran
Prinsip prinsip belajar teori pembelajaranheri sulistiowati
 
Modul i belajar
Modul i belajarModul i belajar
Modul i belajarHij S
 
PENGAPLIKASIAN MODEL-MODEL PENGURUSAN DISIPLIN BILIK DARJAH BERDASARKAN 2 SIT...
PENGAPLIKASIAN MODEL-MODEL PENGURUSAN DISIPLIN BILIK DARJAH BERDASARKAN 2 SIT...PENGAPLIKASIAN MODEL-MODEL PENGURUSAN DISIPLIN BILIK DARJAH BERDASARKAN 2 SIT...
PENGAPLIKASIAN MODEL-MODEL PENGURUSAN DISIPLIN BILIK DARJAH BERDASARKAN 2 SIT...Santa Barbara
 
Makalah belajar dan pembelajaran___Prinsip-prinsip Pembelajaran kel 3
Makalah belajar dan pembelajaran___Prinsip-prinsip Pembelajaran kel 3Makalah belajar dan pembelajaran___Prinsip-prinsip Pembelajaran kel 3
Makalah belajar dan pembelajaran___Prinsip-prinsip Pembelajaran kel 3Uhthi Solekhah
 
prinsip-prinsip belajar secara umum
prinsip-prinsip belajar secara umumprinsip-prinsip belajar secara umum
prinsip-prinsip belajar secara umumfauni
 
Pertemuan ke2 pengantar psikologi belajar
Pertemuan ke2 pengantar psikologi belajarPertemuan ke2 pengantar psikologi belajar
Pertemuan ke2 pengantar psikologi belajarFPsiA
 
Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaranStrategi pembelajaran
Strategi pembelajaranNana Citra
 
DELINKUEN TINGKAHLAKU BERMASALAH SEKOLAH
DELINKUEN TINGKAHLAKU BERMASALAH SEKOLAHDELINKUEN TINGKAHLAKU BERMASALAH SEKOLAH
DELINKUEN TINGKAHLAKU BERMASALAH SEKOLAHNazri Halim
 
Belajar mengajar efektif
Belajar mengajar efektifBelajar mengajar efektif
Belajar mengajar efektifFKIP UHO
 

What's hot (18)

power point prinsip-prinsip belajar (nucha ahyar )
power point prinsip-prinsip belajar (nucha ahyar )power point prinsip-prinsip belajar (nucha ahyar )
power point prinsip-prinsip belajar (nucha ahyar )
 
Kelompok 2-Prinsip Belajar dan Asas Pembelajaran
Kelompok 2-Prinsip Belajar dan Asas PembelajaranKelompok 2-Prinsip Belajar dan Asas Pembelajaran
Kelompok 2-Prinsip Belajar dan Asas Pembelajaran
 
Prinsip prinsip pembelajaran
Prinsip prinsip pembelajaranPrinsip prinsip pembelajaran
Prinsip prinsip pembelajaran
 
Prinsip prinsip belajar
Prinsip prinsip belajarPrinsip prinsip belajar
Prinsip prinsip belajar
 
Prinsip prinsip belajar teori pembelajaran
Prinsip prinsip belajar teori pembelajaranPrinsip prinsip belajar teori pembelajaran
Prinsip prinsip belajar teori pembelajaran
 
Persentasi pbsd
Persentasi pbsdPersentasi pbsd
Persentasi pbsd
 
Modul i belajar
Modul i belajarModul i belajar
Modul i belajar
 
PENGAPLIKASIAN MODEL-MODEL PENGURUSAN DISIPLIN BILIK DARJAH BERDASARKAN 2 SIT...
PENGAPLIKASIAN MODEL-MODEL PENGURUSAN DISIPLIN BILIK DARJAH BERDASARKAN 2 SIT...PENGAPLIKASIAN MODEL-MODEL PENGURUSAN DISIPLIN BILIK DARJAH BERDASARKAN 2 SIT...
PENGAPLIKASIAN MODEL-MODEL PENGURUSAN DISIPLIN BILIK DARJAH BERDASARKAN 2 SIT...
 
Makalah belajar dan pembelajaran___Prinsip-prinsip Pembelajaran kel 3
Makalah belajar dan pembelajaran___Prinsip-prinsip Pembelajaran kel 3Makalah belajar dan pembelajaran___Prinsip-prinsip Pembelajaran kel 3
Makalah belajar dan pembelajaran___Prinsip-prinsip Pembelajaran kel 3
 
prinsip-prinsip belajar secara umum
prinsip-prinsip belajar secara umumprinsip-prinsip belajar secara umum
prinsip-prinsip belajar secara umum
 
Penulisan akademik
Penulisan akademikPenulisan akademik
Penulisan akademik
 
PTK (BAB I)
PTK (BAB I)PTK (BAB I)
PTK (BAB I)
 
Pertemuan ke2 pengantar psikologi belajar
Pertemuan ke2 pengantar psikologi belajarPertemuan ke2 pengantar psikologi belajar
Pertemuan ke2 pengantar psikologi belajar
 
Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaranStrategi pembelajaran
Strategi pembelajaran
 
Kelompok vii baru
Kelompok vii baruKelompok vii baru
Kelompok vii baru
 
DELINKUEN TINGKAHLAKU BERMASALAH SEKOLAH
DELINKUEN TINGKAHLAKU BERMASALAH SEKOLAHDELINKUEN TINGKAHLAKU BERMASALAH SEKOLAH
DELINKUEN TINGKAHLAKU BERMASALAH SEKOLAH
 
Prinsip Belajar
Prinsip BelajarPrinsip Belajar
Prinsip Belajar
 
Belajar mengajar efektif
Belajar mengajar efektifBelajar mengajar efektif
Belajar mengajar efektif
 

Similar to Belajar-belajaran

PERMASALAHAN_BELAJAR_SISWA_DI_SMP_ATAU.docx
PERMASALAHAN_BELAJAR_SISWA_DI_SMP_ATAU.docxPERMASALAHAN_BELAJAR_SISWA_DI_SMP_ATAU.docx
PERMASALAHAN_BELAJAR_SISWA_DI_SMP_ATAU.docxernakomaryah
 
Imam Royani
Imam RoyaniImam Royani
Imam Royaniimam89
 
PERMASALAHAN SISWA DI SEKOLAH
PERMASALAHAN SISWA DI SEKOLAHPERMASALAHAN SISWA DI SEKOLAH
PERMASALAHAN SISWA DI SEKOLAHRiyan Hidayat
 
Guru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan KompetenGuru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan KompetenJoko Prasetiyo
 
PERMASALAHAN POKOK DAN CARA PENYELESAIAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR.docx
PERMASALAHAN POKOK DAN CARA PENYELESAIAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR.docxPERMASALAHAN POKOK DAN CARA PENYELESAIAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR.docx
PERMASALAHAN POKOK DAN CARA PENYELESAIAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR.docxFLORENCIACAROLINEAUR
 
PKP IBU NURNELI BARU.docx
PKP IBU NURNELI BARU.docxPKP IBU NURNELI BARU.docx
PKP IBU NURNELI BARU.docxzuryatiarmi1
 
PKP IBU NURNELI BARU.docx
PKP IBU NURNELI BARU.docxPKP IBU NURNELI BARU.docx
PKP IBU NURNELI BARU.docxzuryatiarmi1
 
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips copy
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips   copyUli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips   copy
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips copyOperator Warnet Vast Raha
 
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips copy
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips   copyUli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips   copy
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips copyOperator Warnet Vast Raha
 
P2_PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN .pptx
P2_PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN .pptxP2_PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN .pptx
P2_PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN .pptxMastiurVerawatySilal
 
Prinsip Belajar dan Pembelajaran.pptx
Prinsip Belajar dan Pembelajaran.pptxPrinsip Belajar dan Pembelajaran.pptx
Prinsip Belajar dan Pembelajaran.pptxssuserfaa8631
 
PTK_tanya_Jawab_Kesulitan_Belajar.doc
PTK_tanya_Jawab_Kesulitan_Belajar.docPTK_tanya_Jawab_Kesulitan_Belajar.doc
PTK_tanya_Jawab_Kesulitan_Belajar.docnuunaberry
 
UAS Managemen Pembelajaran Sejarah
UAS Managemen Pembelajaran SejarahUAS Managemen Pembelajaran Sejarah
UAS Managemen Pembelajaran SejarahCandra Aji
 
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialBab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialAri Sanjaya
 
Bimbingan belajar
Bimbingan belajarBimbingan belajar
Bimbingan belajareka noviana
 
8 keterampilan dasar mengajar
8 keterampilan dasar mengajar8 keterampilan dasar mengajar
8 keterampilan dasar mengajarJeny Hardiah
 

Similar to Belajar-belajaran (20)

PERMASALAHAN_BELAJAR_SISWA_DI_SMP_ATAU.docx
PERMASALAHAN_BELAJAR_SISWA_DI_SMP_ATAU.docxPERMASALAHAN_BELAJAR_SISWA_DI_SMP_ATAU.docx
PERMASALAHAN_BELAJAR_SISWA_DI_SMP_ATAU.docx
 
Imam Royani
Imam RoyaniImam Royani
Imam Royani
 
PERMASALAHAN SISWA DI SEKOLAH
PERMASALAHAN SISWA DI SEKOLAHPERMASALAHAN SISWA DI SEKOLAH
PERMASALAHAN SISWA DI SEKOLAH
 
Guru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan KompetenGuru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan Kompeten
 
Belajar Resume Buku
Belajar Resume BukuBelajar Resume Buku
Belajar Resume Buku
 
PERMASALAHAN POKOK DAN CARA PENYELESAIAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR.docx
PERMASALAHAN POKOK DAN CARA PENYELESAIAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR.docxPERMASALAHAN POKOK DAN CARA PENYELESAIAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR.docx
PERMASALAHAN POKOK DAN CARA PENYELESAIAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR.docx
 
PKP IBU NURNELI BARU.docx
PKP IBU NURNELI BARU.docxPKP IBU NURNELI BARU.docx
PKP IBU NURNELI BARU.docx
 
PKP IBU NURNELI BARU.docx
PKP IBU NURNELI BARU.docxPKP IBU NURNELI BARU.docx
PKP IBU NURNELI BARU.docx
 
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips copy
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips   copyUli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips   copy
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips copy
 
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips copy
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips   copyUli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips   copy
Uli pembelajaran pemantapan kemampuan profesional ipa ips copy
 
P2_PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN .pptx
P2_PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN .pptxP2_PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN .pptx
P2_PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN .pptx
 
Ptk kelas 1 ips
Ptk kelas 1 ipsPtk kelas 1 ips
Ptk kelas 1 ips
 
Proposal pkn sela
Proposal pkn selaProposal pkn sela
Proposal pkn sela
 
Prinsip Belajar dan Pembelajaran.pptx
Prinsip Belajar dan Pembelajaran.pptxPrinsip Belajar dan Pembelajaran.pptx
Prinsip Belajar dan Pembelajaran.pptx
 
HAL-HAL POKOK DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR
HAL-HAL POKOK DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJARHAL-HAL POKOK DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR
HAL-HAL POKOK DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR
 
PTK_tanya_Jawab_Kesulitan_Belajar.doc
PTK_tanya_Jawab_Kesulitan_Belajar.docPTK_tanya_Jawab_Kesulitan_Belajar.doc
PTK_tanya_Jawab_Kesulitan_Belajar.doc
 
UAS Managemen Pembelajaran Sejarah
UAS Managemen Pembelajaran SejarahUAS Managemen Pembelajaran Sejarah
UAS Managemen Pembelajaran Sejarah
 
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialBab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
 
Bimbingan belajar
Bimbingan belajarBimbingan belajar
Bimbingan belajar
 
8 keterampilan dasar mengajar
8 keterampilan dasar mengajar8 keterampilan dasar mengajar
8 keterampilan dasar mengajar
 

Recently uploaded

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 

Recently uploaded (20)

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 

Belajar-belajaran

  • 1. 1 Masalah-Masalah Belajar A. Masalah-masalah Intern Belajar Definisi Masalah Belajar Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan. Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan “Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. “Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya” ( Anita E, Wool Folk, 1995 : 196 ). Menurut ( Garry dan Kingsley, 1970 : 15 ) “Belajar adalah proses tingkah laku (dalam arti luas), ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan”. Sedangkan menurut Gagne (1984: 77) bahwa “belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau didefinisikan sebagai berikut : “Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”.
  • 2. 2 Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan- kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas. Dalam interaksi belajar mengajar siswa merupakan kunci utama keberhasilan belajar selama proses belajar yang dilakukan. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar. Faktor-Faktor yang dialami dan dihayati oleh siswa dan hal ini akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar: 1. Faktor-Faktor Internal Belajar Untuk bertindak belajar siswa menghadapi masalah-masalah secara intern. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak dapat belajar dengan baik. • Sikap Terhadap Belajar Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tenyang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian terhadap sesuatu memberikan sikap menerima, menolak atau mengabaikannya begitu saja. Selama melakukan proses pembelajaran sikap siswa akan menentukan hasil dari pembelajaran tersebut. Pemahaman siswa yang salah terhadap belajar akan membawa kepada sikap yang salah dalam melakukan pembelajaran. Sikap siswa ini akan mempengaruhinya terhadap tindakana belajar. Sikap yang salah akan membawa siswa mersa tidak peduli dengan belajar lagi. Akibatnya tidak akan terjadi proses belajar yang kondusif. Tentunya hal ini akan sangat menghambat proses belajar. Sikap siswa terhadap belajar akan menentukan proses belajar itu sendiri. Ketika siswa sudah tidak pesuli terhadap belajar maka upaya pembelajaran yang dilakaukan akan sia-sia. Maka siswa sebaiknya mempertimbangkan masak-masak akibat sikap terhadap belajar. • Motivasi Belajar Tidak diragukan bahwa dorongan belajar mempunyai peranan besar dalam menumbuhkan semangat pada siswa untuk belajar. Karena seorang siswa meski memiliki semangat yang
  • 3. 3 tinggi dan keinginan yang kuat, pasti akan tetap ditiup oleh angin kemalasan, tertimpa keengganan dan kelalaian. Maka tunas semangat ini harus dipelihara secara terus menerus. Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus. Motivasi yang diberikan dapat meliputi penjelasan tentang keutamaan ilmu dan keutamaan mencari ilmu. Bila siswa mengetahui betapa besarnya keutamaan sebuah ilmu dan betapa besarnya ganjaran bagi orang yang menuntut ilmu, maka siswa akan merasa haus untuk menuntut ilmu. Selain itu bagaimana seorang guru mampu membuat siswanya merasa membutuhkan ilmu. Bila seseorang merasa membutuhkan ilmu maka tanpa disuruhpun siswa akan mencari ilmu itu sendiri. Sehingga semangat siswa untuk menunutut ilmu sangat tinggi, dan hal ini akan memudahkan proses belajar. • Konsentrasi Belajar Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian guru perlu melakukan berbagai strategi belajar mengajar dan memperhatikan waktu belajar serta selingan istirahat. Yang perlu diperhatikan oleh guru ketika memulai proses belajar ialahsebaiknya seorang guru tidak langsung melakukan pembelajaran namun seorang guru harus memusatkan perhatian siswanya sehingga siap untuk melakukan pembelajaran. Sebab ketika awal masuk kelas perhatian siswa masih terpecah- pecah dengana berbagai masalah. Sehingga sangat perlu untuk melkukan pemusatan perhatian dengan berbagai strategi. Menurut seorang ilmuan ahli psikologis kekuatan belajar seseorang setelah tigapuluh menit telah mengalami penurunan. Ia menyarankan agar guru melakukan istirahat selama beberapa menit. Istirahat ini tidak harus keluar kelas melainkan dapat berupa obrolan ringan yang mampu membuat siswa merasa rileks kembali. Dengan memberikan selingan istirahat, maka perhatian dan prestasi belajar dapat ditingkatkan.
  • 4. 4 • Mengolah Bahan Belajar Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menrima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar merupakan nilai nilai dari suatu ilmu pengetahuan, nilai agama, nilai kesusilaan, serta nilai kesenian. Kemampuan siswa dalam mengolah bahan pelajaran menjadi makin baik jika siswa berperan aktif selama proses belajar. Misalnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya materi yang disampaikan, sehingga siswa benar-benar memahami materi yang telah disampikan. Siswa akan mengolah bahan belajar dengan baik jika mereka merasa materi yang diampaikan menarik, sehingga seorang guru sebaiknya menyampaikan materi secara menarik sehingga siswa akan memusatkan perhatiannya terhadap materi yang disampaikan oleh guru. • Menyimpan Perolehan Hasil Belajar Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam jangka waktu yang pendek maupun dalam jangka waktu yang panjang. Proses belajar terdiri dari proses pemasukan , proses pengolahan kembali dan proses penggunaan kembali. Biasanya hasil belajar yang disimpan dalam jagka waktu yang panjang akan mudah dilupakan oleh siswa. Hal ini akan terjadi jika siswa tidak membuka kembali bahan belajar yang telah diberikan oleh seorang guru. Untuk mengatasi hal ini sebaiknya guru mengingatkan akan materi yang telah lama diberikan, serta memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi tersebut. Sehingga mau atau tidak mau siswa akan berusaha untuk mengingat kembali materi yang telah lama disampaikan serta membuka kembali buku yang berkaitan dengan materi tersebut. Sehingga Ingatan yang disimpan dalam jangka panjang akan semakin kuat. • Menggali Hasil Belajar Yang Tersimpan Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterima. Dalam hal baru maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali atau mengaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama maka siswa akan memanggil atau membangkitkan kembalipesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil belajar. Ada kalanya siswa mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama.
  • 5. 5 Gangguan tersebut bukan hanya bersumber pada pemanggilan atau pembangkitannya sendiri. Gangguan tersebut dapat dikarenakan kesukaran penerimaan, pengolahan dan penyimpanan. Jika siswa tidak memperhatikan dengan baik pada saat penerimaan maka siswa tidak memiliki apa apa. Jikasiswa tidak berlatih sungguh sungguh maka siswa tidak akan memiliki ketrampilan. • Kemampuan Berprestasi Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan puncak suatu proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan hasil belajar yang telah lama ia lakukan. Siswa menunjukan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau menstransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh pada proses- proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman. • Rasa Percaya Diri Siswa Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian perwujudan diriyang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Semakin sering siswa mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik maka rasa percaya dirinya akan meningkat. Dan apabila sebaliknya yang terjadi maka siswa akan merasa lemah percaya dirinya. • Intelegensi Dan Keberhasilan Belajar Intelegensi merupakan suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi actual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari. Dengan perolehan hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja yang bermutu rendah . Hal ini akan merugikan calon tenaga kerja itu sendiri. Oleh karena itu pada tempatnya mereka didorong untuk melakukan belajar dibidang kterampilan.
  • 6. 6 • Kebiasaan Belajar Kebiasaan-kebiasaan belajar siswa akan mempengaruhi kemampunanya dalam berlatih dan menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru. Kebiasaan buruk tersebut dapat berupa belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, datang terlambat bergaya pemimpin, bergaya jantan seperti merokok. Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah-sekolah pelosok, kota besar, kota kecil. Untuk sebagian kebiasaan tersebut dikarenakan oleh ketidakmengertian siswa dengan arti belajar bagi diri sendiri. • Cita-Cita Siswa Cita-cita sebagai motivasi intrinsic perlu didikan. Didikan memiliki cita-cita harus ditanamkan sejak mulai kecil. Cita-cita merupakan harapan besar bagi siswa sehingga siswa selalu termotivasi untuk belajar dengan serius demi menggapai cita-cita tersebut. Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan berprestasi maka siswa diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan kemampuannya sendiri. B. Faktor-faktor Ekstern Belajar Proses belajar tidak hanya didorong oleh motivasi intrinsik siswa, melainkan dapat juga didorong oleh motivasi ekstrinsik /ekstern yang berasal dari lingkungan siswa. Faktor-faktor ekstern yang berpengaruh pada aktivitas belajar antara lain: 1. Guru sebagai pembina siswa belajar Guru harus mengembangkan strategi pembelajaran yang tidak hanya menyampaikan informasi, melainkan juga mendorong para siswa untuk belajar secara bebas dalam batas-batas yang ditentukan. Bila dalam proses pembelajaran, guru mampu mengaktualisasikan tugas-tugas guru dengan baik, mampu memotivasi, membimbing dan memberi kesempatan secara luas untuk memperoleh pengalaman, maka siswa akan mendapat dukungan yang kuat untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan, namun jika guru tidak dapat melaksanakannya, siswa akan mengalami masalah yang dapat menghambat pencapaian hasil belajar mereka. Menurut Lindgren, (1967 : 55) bahwa lingkungan sekolah, terutama guru. Guru yang akrab dengan murid, menghargai usaha-usaha murid dalam belajar dan suka memberi petunjuk kalau murid menghadapi kesulitan, akan dapat menimbulkan
  • 7. 7 perasaan sukses dalam diri muridnya dan hal ini akan menyuburkan keyakinan diri dalam diri murid. Melalui contoh sikap sehari-hari, guru yang memiliki penilaian diri yang positif akan ditiru oleh muridnya, sehingga murid-muridnya juga akan memiliki penilaian diri yang positif. 2. Prasarana dan sarana pembelajaran Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olah raga, ruang ibadah, ruang kesenian, dan olah raga beserta perabotannya. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah, dan berbagai media pengajaran yang lain. Ketersediaan prasarana dan sarana pembelajaran berdampak pada terciptanya pembelajaran yang kondusif. Terjadinya kemudahan bagi siswa untuk mendapatkan informasi dan sumber belajar dapat mendorong berkembangnya motivasi untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Oleh karena itu sarana dan prasarana menjadi bagian yang penting untuk tercapainya upaya mendukung terwujudnya proses pembelajaran yang diharapkan. 3. Kebijakan penilaian Hasil belajar dinilai dengan ukuran-ukuran guru, tingkat sekolah, dan tingkat nasional. Dengan ukuran-ukuran tersebut, seorang siswa dapat digolongkan lulus atau tidak lulus. Keputusan tentang hasil belajar merupakan umpan balik bagi siswa dan bagi guru. Secara kejiwaan, siswa terpengaruh atau tercekam tentang hasil belajarnya. Oleh karena itu, sekolah dan gurur diminta berlaku arif dan bijak dalam menyampaikankeputusan hasil belajar siswa. 4. Lingkungan sosial siswa di sekolah Siswa-siswa di sekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan yang dikenal sebagai lingkungan sosial siswa. Tiap siswa memiliki kedudukan dan peranan yang diakui oleh sesama siswa. Jika seorang siswa berterima, maka ia dengan mudah menyesuaikan diri dan segera dapat belajar. Sebaliknya, jika ia tertolak, maka ia akan merasa tertekan. Pengaruh lingkungan sosial tersebut berupa hal-hal berikut: a) Pengaruh kejiwaan yang bersifat menerima atau menolak siswa, yang akan berakibat memperkuat atau memeperlemah konsentrasi belajar. b) Lingkungan sosial mewujud dalam suasana akrab, gembira, rukun, dan damai; atau sebaliknya, mewujud dalam suasana perselisishan, persaiangan, atau saling menyalahkan. Suasana kejiwaan tersebut berpengaruh pada semangat dan proses belajar.
  • 8. 8 c) Setiap guru akan disikapi secara tertentu oleh lingkungan sosial siswa. Sikap positif atau negatif akan berpengaruh pada kewibawaan guru. Akibatnya, bila guru menegakkan kewibawaan, maka ia akan dapat mengelola proses belajar dengan baik. Sebaliknya, bila guru tidak berwibawa, maka ia akan mengalami kesulitan dalam mengelola proses belajar. 5. Kurikulum sekolah Kurikulum merupakan panduan yang dijadikan guru sebagai acuan untuk mengembangkan proses pembelajaran. Kurikulum disusun berdasarkan tututan kemajuan masyarakat. Dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat, timbul tuntutan kebutuhan baru, dan akibatnya kurikulum sekolah perlu dirubah. Perubahan kurikulum sekolah menimbulkan masalah, yaitu : a. Tujuan yang akan dicapai berubah Apabila tujuan berubah maka pokok bahasan, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi akan berubah. Sekurang-kurangnya, kegiatan belajar mangajar perlu diubah. b. Isi pendidikan berubah akibatnya buku-buku pelajaran dan buku bacaan serta sumber yang lain akan berubah. Hal ini menimbulkan perubahan anggaran pendidikan disemua tingkat. c. Kegiatan belajar mengajar berubah akibatnya guru harus mempelajari strategi, metode, teknik, dan pendekatan mengajar yang baru. Bila pendekatan belajar berubah, maka kebiasaan siswa akan mengalami perubahan. d. Evaluasi belajar akibatnya guru akan mempelajari metode dan teknik evaluasi belajar yang baru. Bila evaluasi berubah, maka siswa akan mempelajari cara-cara belajar yang sesuai dengan ukuran lulusan yang baru. 6. Lingkungan keluarga (rumah) a) Orang tua Dalam kegiatan belajar, seorang anak perlu diberi dorongan dan pengertian dari orang tua. Apabila anak sedang belajar, anak jangan diganggu dengan tugas rumah. Orang tua berkewajiban memberi pengertian dan dorongan serta semaksimal mungkin membantu dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi anak di sekolah. Didikan orang tua yang kurang baik akan berpengaruh tidak baik pula terhadap kondisi anak dalam kegiatan belajar.
  • 9. 9 b) Suasana rumah Hubungan antar anggota keluarga yang kurang harmonis akan menimbulkan suasana kaku dan tegang dalam berkeluarga yang menyebabkan anak kurang bersemangat untuk belajar. Sedangkan suasana rumah yang akrab, menyenangkan dan penuh kasih sayang, akan memberikan dorongan belajar yang kuat bagi anak. c) Kemampuan ekonomi keluarga Hasil belajar yang baik, tidak dapat diperoleh hanya dengan mengandalkan keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru di depan kelas, tetapi juga alat- alat belajar yang memadai, seperti buku, pensil, pena, peta, bahkan buku bacaan. Sedangkan sebagian besar, alat-alat pelajaran harus disediakan sendiri oleh murid yang bersangkutan. Bagi orang tua yang keadaan ekonominya kurang memadai, tentu tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya itu secara maksimal. Maka murid akan menanggung resiko yang tidak diharapkan. 7. Lingkungan sosial (teman sebaya) Lingkungan sosial dapat memberi dampak positif dan negatif terhadap siswa. Contoh seorang siswa bernama Rudi yang terpengaruh teman sebayanya dengan kebiasaan rekan-rekannya yang baik, maka akan berdampak positif dan sebaliknya. Tidak sedikit siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar karena pengaruh teman sebayanya yang mampu memberi motivasi kepadanya untuk belajar. C. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Belajar Kesulitan belajar ini merupakan suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis pernyataan. Karena guru bertanggung jawab terhadap proses belajar-mengajar, maka ia seharusnya memahami gejala-gejala kesulitan belajar. Pemahaman ini merupakan dasar dalam usaha memberikan bantuan kepada murid yang mengalami kesulitan belajar. Pada garis besarnya sebab-sebab timbulnya masalah belajar pada murid dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu : 1. Faktor-faktor Internal ( faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri ), antara lain:  Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahan ( alergi, asma, dan sebagainya ).
  • 10. 10  Ketidakseimbangan mental ( adanya gangguan dalam fungsi mental ), pertimenampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasannya cenderung kurang.  Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyesuaikan diri (maladjustment ), tercekam rasa takut, benci, dan antipati serta ketidakmatangan emosi.  Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap salah seperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah, malas dalam belajar, dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran. 2. Faktor Eksternal ( faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu ), yaitu :  Sekolah, antara lain :  Sifat kurikulum yang kurang fleksibel  Terlalu berat beban belajar (murid) dan atau mengajar (guru)  Metode mengajar yang kurang memadai  Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar  Keluarga (rumah), antara lain :  Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis.  Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya  Keadaan ekonomi. D. Cara Menentukan dan Mengatasi Masalah-masalah Belajar Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, siswa berhubungan dengan guru, bahan ajar, pemerolehan pengetahuan dan pengalaman, dan tata kerja evaluasi belajar. Siswa yang belajar di sekolah merupakan akibat dari program pembelajaran guru. Guru berkepentingan untuk mendorong siswa aktif belajar. Dengan demikian sebagai pendidik generasi muda bangsa, guru berkewajiban mencari dan menemukan masalah-masalah belajar yang dihadapi oleh siswa. Dalam menentukan masalah-masalah belajar, guru dapat melakukan cara-cara sebagai berikut:  Identifikasi 1. Pengamatan perilaku belajar
  • 11. 11 Dalam hal ini guru tidak hanya berperan sebagai pembelajar, melainkan juga sebagai pengamat. Dalam melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa dengan mewawancarai siswa atau teman belajarnya. Apabila masalah siswa sudah ditemukan, maka sebagai pendidik guru berusaha membantu memecahkan masalah belajar. Peran pengamatan perilaku belajar dilakukan sebagai berikut (Semiawan,et.al,1987:Biggs & Telfer,1987): a. Menyusun rencana pengamatan, seperti tindak belajar berkelompok atau belajar sendiri, atau yang lain. b. Memilih siapa yang akan diamati, meliputi beberapa orang siswa. c. Menentukan berapa lama benrlangsungnya pengamatan (dua, tiga, atau empat bulan) d. Menentukan hal-hal apa yang akan diamati, seperti cara siswa membaca, cara menggunakana media belajar, prosedur dan prises belajar sesuatu. e. Mencatat hal-hal yang diamati. f. Menafsirkan hasil pengamatan. 2. Analisis hasil belajar Dalam melakukan analisis hasil belajar, guru melakukan langkah-langkah berikut (Winkel,1991:325-37; Biggs & Telfer,1987:459-506): a. Merencanaan analisis sejak awal semester b. Merencanakan jenis-jenis pekerajaan siswa yang dipandang sebagai hasil belajar c. Merencanakan jenis-jenis ujian dan alat evaluasi; kemudian menganalisis kepantasan jenis ujian dan alat evaluasi tersebut d. Mengumpulkan hasil belajar siswa e. Melakukan analisis secara statistiktentang angka-angka perolehan ujian f. Memepertimbangkan hasil pengamatan pada kegiatan belajar siswa g. Mempertimbangkan tingkat kesukaranbahan ajar bagi kelas, yang dibandingkan dengan kurikulum yang berlaku h. Memperhatikan kondisi-kondisi ekstern yang berpengaruh atau diduga ada pengaruhnya dalam belajar i. Guru juga melancarkan suatu angket evaluasi pembelajaran pada siswa menjelang akhir semester. 3. Tes hasil belajar
  • 12. 12 Tes hasil belajar adalah alat untuk membelajarkan siswa. Jenis tes tertentu akan membentuk jenis-jenis ranah kogitif, afektif dan psikomotorik tertentu. Selain digunakan untuk menilai kemajuan belajar, tes hasil belajar dapat juga digunakan untuk mencari masalaah-masalah dalam belajar. Untuk mecari masalah-masalah dalam belajar, sebaiknya penyususn tes adalah tim guru bersama-sama konselor sekolah. (Winkel,1991: Biggs & Telfer,1987). Acuan penilaian yang digunakan untuk menentukan masalah-masalah belajar:  Penilaian Acuan Patokan (PAP), mengacu kepada persentase hasil evaluasi dan penguasaan siswa terhadap bahan ajar atau materi yang telah ditetapkan.  Penilaian Acuan Norma (PAN), berpedoman kepada pengelompokan siswa berdasarkan penilaian hasil evaluasi belajar.  Diagnosis Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua bagian faktor – faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa, yaitu : (a) faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan (b) faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.  Prognosis Prognosis merujuk pada aktivitas penyusunan rencana atau program yang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar siswa. Langkah ini digunakan untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya  Pemberian bantuan Pemberian bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk pemberian bantuannya antara lain: Bimbingan belajar kelompok Menjalin komunikasi yang baik Bimbingan belajar individu Pembinaan sikap dan kebiasaan
  • 13. 13 belajar yang baik Pengajaran remedial Usaha peningkatan motivasi Pemberian bimbingan pribadi Alih tangan kasus  Tindak lanjut Usaha untuk mengetahui keberhasilan bantuan yang telah diberikan kepada siswa dan tindak lanjutnya yang didasari hasil evaluasi terhap tindakan yang dilakukan dalam upaya pemberian bimbingan.