SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF
Dosen Pengampu Risden Anakampun M. Pd.K
Disusun Oleh Kelompok:
1. Andri Sidabutar ( 210101213)
2. Dulce Maria Panjaitan ( 210101220)
3. Evelina Kristiani Simanjuntak (210101221)
4. Daniel Radot Naibaho (210101226)
5. Ria Agustina Surbakti (210101228)
6. Risma Dewi Sipahutar ( 210101230
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN KRISTEN (FIKP)
TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas penyertaan
dan perlindunganNya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan
baik. Adapun makalah yang kami buat ini dengan judul "Strategi Pembelajaran Afektif".
Pada kesempatan ini, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada Dosen Mata
Kuliah Strategi Pembelajaran, yang telah memberikan materi pada kami, guna menambah
wawasan untuk menyelesaikan penulisan makalah ini. Tak lupa kami, menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini, baik
bantuan secara moral maupun material.
Kami menyadari sungguh bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari para
pembaca sekalian demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita sekalian. terutama yang
membutuhkan materi tentang strategi pembelajaran afektif.
Sekian dan Terima Kasih.
Tarutung, 20 Maret 2023
Tim Penulis
DAFTAR ISI
STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF .................................................................................................1
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I..............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................................................4
A. Latar Belakang ......................................................................................................................................4
B. Pembatasan-pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................................................4
C. Tujuan dan Masalah..............................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................................................5
A. Pengertian Strategi Pembelajaran Afektif.........................................................................................5
B. Tingkatan dan Karakteristik Ranah Afektif ...........................................................................................6
C. Model Strategi Pembelajaran Afektif .................................................................................................11
D. Kesulitan Dalam Pembelajaran Afektif dan Cara mengatasi Kesulitan dalam Pembelajaran Afektifas
................................................................................................................................................................13
E. Pengembangan Instrumen Penilaian Afektif...................................................................................16
BAB III..........................................................................................................................................................17
PENUTUP.....................................................................................................................................................17
Kesimpulan..............................................................................................................................................17
Saran .......................................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hakekat dari belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang baik afektif, kognitif
maupun psikomotorik. Perubahan ini akan terjadi melalui berbagai proses secara kontinyyu,
yang menjadi permasalahan bagaimana strategi pembelajaran afektif itu dapat diarahkan guna
mencapai tujuan pendidikan, karena pembelajaran afektif berhubungan sekali dengan value
(Nilai) yang sulit di ukur, karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam,
berada dalam pikiran seseorang, yang sifatnya tersembunyi. Nilai berhubungan dengan
pandangan seseorang tentang baik dan buruk, layak dan tidak layak, indah dan tidak indah.
Pandangan tentang semua itu hanya dapat diketahui dengan melihat sikap dan perilaku
seseorang.
B. Pembatasan-pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Apakah strategi pembelajaran-pembelajaran afektif itu?
2. Apakah ada hubungan antara pembelajaran afektif, kognitif dan psikomotorik?
3. Apa kegunaan mempelajari strategi pembelajaran-pembelajaran Afektif?
C. Tujuan dan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari strategi pembelajaran-pembelajaran afektif.
2. Untuk mengetahui Hakikat pendidikan, nilai dan sikap.
3. Agar mengetahui proses pembentukan sikap, model strategi pembelajaran sikap dan
dapat menerapkannya dalam proses pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Strategi Pembelajaran Afektif
Strategi pembelajaran afektif adalah strategi yang bertujuan tidak hanya untuk mencapai
pendidikan kognitif, tetapi juga untuk mencapai dimensi lain. Yaitu sikap dan kecakapan
afektif yang berkaitan dengan volume, yang sulit diukur, karena disertai dengan tumbuhnya
kesadaran dari dalam diri seseorang, afeksi juga dapat timbul dalam peristiwa tingkah laku
hasil dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Emosional merujuk pada suatu nilai
(value) yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran akan sesuatu yang tumbuh dari
dalam diri siswa.
Mengevaluasi perubahan sikap akibat proses pembelajaran guru di sekolah, kita tidak
dapat menyimpulkan bahwa sikap anak itu baik sebagai hasil belajar, misalnya dalam
kaitannya dengan kebiasaan atau kebiasaan berbahasa yang bersangkutan. Strategi
pembelajaran yang efektif biasanya menempatkan siswa dalam situasi konflik atau masalah,
dan guru dapat membimbing mereka dalam memecahkan masalah tersebut sesuai dengan
keahlian mereka.
Dalam menerapkan pengajaran guru, keteladanan yang diberikan guru harus didorong
oleh lingkungan yang baik bagi siswa, ada beberapa lingkungan sekolah kurang nyaman
untuk pelaksanaan pembelajaran afektif dan juga lingkungan masyarakat, oleh karena itu
lingkungan yang baik terbentuk bagi siswa. Sehingga sulit bagi anak-anak untuk mengadopsi
sikap ini ketika melihat begitu banyak orang yang melanggar lalu lintas, bahkan di sekolah
guru menjelaskan dan menekankan bahwa anak-anak harus berbicara dengan sopan dan
lembut contoh perilaku guru, sifat karakter ini sulit diterima anak-anak ketika banyak sekali
orang di luar sekolah yang mengatakan hal-hal yang kasar dan tidak sopan.
B. Tingkatan dan Karakteristik Ranah Afektif
a. Tingakatan
Menurut Krawthwol (1961) bila ditelurusi hampir semua tujuan kognitif mempunyai komponen
afektif. Tingkatan ranah afektif menurut Taksonomi Kratwhol ada lima yaitu:
1. Receiving ( Attending)
Pada tingkat receiving atau attending, peserta didik memiliki keinginan memperhatikan
suatu fenomena khusus atau stimulus, misalnya kelas, kegiatan, musik, buku, dan sebagainya.
Tugas pendidik mengarahkan perhatian peserta didik pada fenomena yang menjadi objek
pembelajaran afektif. Misalnya pendidik mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku,
senang bekerjasama, dan sebagainya. Kesenangan ini akan menjadi kebiasaan, dan hal ini yang
diharapkan, yaitu kebiasaan yang positif.
2. Tingkat responding
Responding merupakan partisipasi aktif peserta didik, yaitu sebagai bagian dari
perilakunya. Pada tingkat ini peserta didik tidak saja memperhatikan fenomena khusus tetapi ia
juga bereaksi. Hasil pembelajaran pada ranah ini menekankan pada pemerolehan respons,
berkeinginan memberi respons, atau kepuasan dalam memberi respons. Tingkat yang tinggi pada
kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan pada pencarian hasil dan kesenangan
pada aktivitas khusus. Misalnya senang membaca buku, senang bertanya, senang membantu
teman, senang dengan kebersihan dan kerapian, dan sebagainya.
3. Tingkat valuing
Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang menunjukkan derajat
internalisasi dan komitmen. Derajat rentangannya mulai dari menerima suatu nilai, misalnya
keinginan untuk meningkatkan keterampilan, sampai pada tingkat komitmen. Valuing atau
penilaian berbasis pada internalisasi dari seperangkat nilai yang spesifik. Hasil belajar pada
tingkat ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan stabil agar nilai dikenal secara jelas.
Dalam tujuan pembelajaran, penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi.
4. Tingkat organization
Pada tingkat organization, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan, konflik antar nilai
diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten. Hasil pembelajaran
pada tingkat ini berupa konseptualisasi nilai atau organisasi sistem nilai. Misalnya
pengembangan filsafat hidup.
5. Tingkat characterization
Tingkat ranah afektif tertinggi adalah characterization nilai. Pada tingkat ini peserta didik
memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu hingga terbentuk
gaya hidup. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berkaitan dengan pribadi, emosi, dan sosial.
b. Karakteristik Ranah Afektif
Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah
afektif. Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus
tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan
target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat
dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan
memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan
orientasi positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau
buruk. Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif.
Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik afektif berada dalam
suatu skala yang kontinum. Target mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari
perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada beberapa
kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah, matematika, situasi
sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur ini bisa merupakan target dari kecemasan. Kadang-kadang
target ini diketahui oleh seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui. Seringkali peserta
didik merasa cemas bila menghadapi tes di kelas. Peserta didik tersebut cenderung sadar bahwa
target kecemasannya adalah tes. Ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap,
minat, konsep diri, nilai, dan moral.
1. Sikap
Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka
terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang
positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat
diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi
terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap
peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk
merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap
peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran.
Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan (Popham, 1999). Sikap peserta didik terhadap
mata pelajaran, misalnya bahasa Inggris, harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti
pembelajaran bahasa Inggris dibanding sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan ini
merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta
didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.
2. Minat
Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui
pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman,
dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar
bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi
terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk
karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi. Penilaian minat dapat digunakan untuk:
 mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam
pembelajaran,
 mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,
 pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik,
 menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas,
 mengelompokkan peserta didik yang memiliki minat sama,
 acuan dalam menilai kemampuan peserta didik secara keseluruhan dan memilih
metode yang tepat dalam penyampaian materi,
 mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan
pendidik,
 bahan pertimbangan menentukan program sekolah,
 meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
3. Konsep Diri
Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap
kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya
seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti
sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu
daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi. Konsep diri ini penting untuk
menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri
sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep
diri penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat.
Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian diri
adalah sebagai berikut.
 Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik.
 Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai.
 Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.
 Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik.
 Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
 Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan mengetahui standar input
peserta didik.
 Peserta didik dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti pembelajaran.
 Peserta didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya.
 Melatih kejujuran dan kemandirian peserta didik.
 Peserta didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki.
 Peserta didik memahami kemampuan dirinya.
 Pendidik memperoleh masukan objektif tentang daya serap peserta didik.
 Mempermudah pendidik untuk melaksanakan remedial, hasilnya dapat untuk
instropeksi pembelajaran yang dilakukan.
 Peserta didik belajar terbuka dengan orang lain.
 Peserta didik mampu menilai dirinya.
 Peserta didik dapat mencari materi sendiri.
 Peserta didik dapat berkomunikasi dengan temannya.
4. Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan,
atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap
mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan
nilai mengacu pada keyakinan. Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa
sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya
intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.
Definisi lain tentang nilai, yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh
individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia
belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat,
sikap, dan kepuasan.
Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan
menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh
kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif terhadap masyarakat.
5. Moral
Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang perkembangan moral anak. Namun
Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan tindakan moral. Ia hanya
mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon verbal terhadap dilema
hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak. Moral
berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan
terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang
lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan
keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala.
Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang. Ranah afektif lain
yang penting adalah:
 Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam berinteraksi
dengan orang lain.
 Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya moral
dan artistik.
 Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan
yang sama dalam memperoleh pendidikan.
 Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi
kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal kepada semua orang.
C. Model Strategi Pembelajaran Afektif
Menurut Wina Sanjaya (2006), ada 3 model strategi pembelajaran yaitu
1. Model Konsiderasi, dikembangkan oleh Mc, Paul yang menekankan bahwa model ini
merupakan strategi pembelajaran yg dapat membentuk kpribadian. Salah satu
implementasinya yakni mengajak siswa untuk memandang permasalahan dari berbagai
sudut pandang untuk menambah wawasan agar mereka dapat menimbang sikap tertentu
sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
Implementasi model konsideransi guru dapat mengikuti tahapan pembelajaran seperti
dibawah ini :
a) Menghadapkan siswa pada suatu masalah yang mengandung konflik, yang sering
terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
b) Menyuruh siswa untuk menganalisis situasi masalah dengan melihat bukan hanya
dengan tampak, tapi juga yang tersirat dalam permasalahan tersebut.
c) Menyuruh siswa untuk menuliskan tanggapannya terhadap permasalahan yang
dihadapi.
d) Mengajak siswa untuk menganalisis respon orang lain serta membuat kategori
dari setiap respon yang diberikan siswa.
e) Mendorong siswa untuk merumuskan akibat atau konsekuensi dari setiap tindakan
yang diusulkan siswa.
f) Mengajak siswa untuk memandang permasalahan dari sudut pandang
(interdisipliner) untuk menambah wawasan agar mereka dapat menimbang sikap
tertentu sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
g) Mendorong siswa agar merumuskan sendiri tindakan yang harus dilakukan sesuai
dengan pilihannya berdasarkan pertimbangannya sendiri.
2. Model Pengembangan Kognitif oleh Lawrence KohlBerg, berpendapat bahwa
perkembangan manusia terjadi sebagai proses dari restrukturisasi kognitif yang
berlangsung secara berangsur-angsur .
Menurut Kohlberg, moral manusia itu berkembang melalui 3 tingkat, dan setiap tingkat
terdiri dari 2 tahap, yaitu :
a) Tingkat Prakonvensional. Pada tingkat ini setiap individu memandang moral
berdasarkan kepentingannya sendiri. Artinya, pertimbangan moral didasarkan
pada pandangannya secara individual tanpa menghiraukan rumusan dan aturan
yang dibuat oleh masyarakat. Pada tingkat prakonvesional ini terdiri atas dua
tahap, yaitu : tahap pertama adalah Orientasi Hukum dan Kepatuhan dan tahap
kedua Orientasi Instrumental Relatif.
b) Tingkat Konvensional Pada tahap ini anak mendekati masalah didasarkan pada
hubungan individu masyarkat. Kesadaran dalam diri anak mulai tumbuh bahwa
perilaku itu harus sesuai dengan norma – norma dan aturan yang berlaku
dimasyarakat. Pada tingkatan ini mempunyai 2 tahap, yaitu : keselarasan
interpersonal serta tahap sistem sosial dan kata hati.
c) Tingkat Postkonvensional Pada tingkat ini perilaku bukan hanya didasarkan pada
kepatuhan terhadap norma – norma masyarakat yang berlaku, akan tetapi
didasarkan oleh adanya kesadaran sesuai dengan nilai – nilai yang dimilikinya
secara individu. Pada tingkatan ini juga terdiri dari dua tahap, yaitu : tahap
kontrak sosial dan tahap prinsip etis yang universal.
3. Teknik Mengklarifikasi Nilai dapat diartikan sebagai teknik pengajaran untuk
membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam
menghadapi suatu persoalan yang dianggap proses menganalisis nilai yang sudah ada dan
tertanam dalam diri siswa.
Manfaat pembelajaran Afektif pembelajaran ini sangat perlu karena :
 Mengajak siswa untuk mengklarifikasi dan mengungkap dirinya.
 Membina, meningkatkan serta mengembangkan masalah afeksi melalui cara yang
wajar dan sesuai dengan potensi diri yang bersangkutan.
 Membawakan dunia emosional/afeksi dalam pembelajaran serta melatih siswa untuk
melakoninya sehingga dapat mengalami sendiri.
 Melatih dan membina perbaikan kehidupan/sosial (social and life ajustment).
 Membentuk dan mengembangkan sikap- sikap konstruktif positif.
D. Kesulitan Dalam Pembelajaran Afektif dan Cara mengatasi Kesulitan dalam
Pembelajaran Afektifas
a. Kesulitan
Disamping aspek pembentukan kemampuan intelektual untuk membentuk kecerdasan
peserta didik dan pembentukan keterampilan untuk mengembangkan kompetensi agar peserta
didik memiliki kemampuan motorik, maka pembentukan sikap peserta didik merupakan aspek
yang tidak kalah pentingnya. Proses pendidikan bukan hanya membentuk kecerdasan dan
memberikan keterampilan akan tetapi juga membentuk dan mengembangkan sikap agar anak
berperilaku sesuai dengan norma – norma yang berlaku dimasyarakat.Hal ini disebabkan proses
pembelajaran dan pembentukan akhlak memiliki beberapa kesulitan.
Pertama, selama ini proses pendidikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku cenderung
diarahkan untuk pembentukan intelektual (kemampuan kognitif). Kedua, sulitnya melakukan
kontrol karena banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan sikap seseorang.
Pengembangan kemampuan sikap baik melalui proses pembisaan maupun modeling bukan hanya
ditentukan oleh guru, akan tetapi juga faktor- faktor lain. Ketiga, keberhasilan pembentukan
sikap tidak bisa dievaluasi dengan segera. Berbeda dengan pembentukan aspek kognitif dan
aspek keterampilan yang hasilnya dapat diketahui setelah proses pembelajaran berakhir, maka
keberhasilan dari pembentukan sikap baru dapat dilihat pada rentang waktu yang panjang.
Keempat, pengaruh kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi yang menyuguhkan
aneka pilihan program acara, berdampak pada pembentukan karakter anak. Tidak bisa kita
pungkiri, program – program televisi.
b. Cara mengatasi
Dalam mengatasi kesulitan-kesulitan pembelajaran afektif diatas terdapat beberapa cara
yang dapat diterapkan agar kesulitan-kesulitan tyersebut dapat diminimalisir dan bahkan diatasi
dengan baik. Cara-cara mengatasinya adalah :
Pertama, Pendidikan yang ada selama ini sesuai dengan kurikulum yang digunakan untuk
mengukur kemampuan intelektual anak dari pada kemampuan afektif, akan tetapi kemampuan
dalam bersikap pun tidak kalah penting harus dimiliki anak, untuk apa memiliki generasi muda
yang pintar akan tetapi perilakunya tidak mencerminkan orang yang memiliki Pendidikan agama
dan kewarganegaraan sampai saat ini merupakan pendidikan yang wajib diberikan pada anak
didik, karena dengan pendidikan agama dan moral dapat mengontrol perilaku anak agar tidak
cepat terjerumus pada perilaku yang buruk tetapi sangat popular, akibat kemajuan zaman dan
teknologi. Kesadaran yang harus dimiliki diri anak yang sangat baik ditanamkan sejak dini
adalah sesuatu sikap yang sangat tepat dalam memfilter perilaku anak, anak akan memahami
cara berperilaku saat anak mampu membedakan mana sikap yang baik dan mana sikap yang
buruk bagi dirinya.
Kedua, Peran dari guru dan orang tua serta lingkungan sangat menentukan perilaku yang
akan dikeluarkan atau dicontoh oleh siswa. Guru mampu memberikan pembelajaran yang
intelektual dan juga memiliki nilai sikap yang baik, contohya saat guru mengajarkan
bagaimananya caranya bersikap pada pengemis, pemulung, orang tua, dan lain sebagainya. Guru
pun dapat memberikan praktek melalui contoh dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, Pembentukan sikap bukan untuk dinilai akan tetapi diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, apabila pembentukan sikap yang dilakukan guru dan orang tua serta lingkungan
berpengaruh baik pada anak maka kehidupan anak akan terjamin aman dan jauh dari kekacauan.
Sebaliknya bila pembentukan sikap kurang optimal pada anak maka perilaku anak akan mudah
tergantikan dengan perilaku yang datang silih berganti, membuat perilaku anak sulit terkontrol
dan berakibat buruk bagi anak tersebut.
Keempat, Pengaruh kemajuan teknologi dapat diatasi dengan pengawasan yang baik dari
orang tua dan guru, berikan pengertian bahayanya kemajuan teknologi dengan menggunakan
bahasa yang komunikatif tanpa gaya yang memaksa ataupun nada kasar. Kedekatan orang tua
dan anak sangat banyak membantu dalam mengotrol sikap anak dalam menerima kemajuan
teknologi yang ada, berikan anak kebebasan yang bertanggung jawab, berikan kepercayaan
terhadap anak bahwa anak mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk bagi
dirinya sendiri
E. Pengembangan Instrumen Penilaian Afektif
Instrumen penilaian afektif meliputi lembar pengamatan sikap, minat, konsep diri, nilai,
dan moral.yaitu: Ditinjau dari tujuannya ada lima macam instrumen pengukuran ranah afektif,
yaitu instrumen: (a) sikap, (b) minat, (c) konsep diri, (d) nilai, dan (e) moral. Ada 11 (sebelas)
langkah dalam mengembangkan instrumen-penilaian afektif, yaitu:
 Menentukan spesifikasi instrumen
 Menulis instrumen menentukan skala instrumen
 Menentukan pedoman penskoran
 Menelaah instrumen
 Merakit instrumen
 Melakukan ujicoba
 Menganalisis hasil ujicoba
 Memperbaiki instrumen
 Melaksanakan pengukuran
 Menafsirkan hasil pengukuran
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pembelajaran afektif merupakan pembelajaran bagaimana sikap itu terbentuk setelah
siswa memperoleh pembelajaran, oleh karena itu yang pas untuk afektif bukanlah pengajaran
melainkan pendidikan. Afektif berhubungan sekali dengan nilai (Value) yang sulit diukur
karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam. Strategi pembelajaran
afektif memang berbeda dengan strategi kognitifdan psikomotorik. Afektif
berhubungan dengan nilai (value) yang sulit untukdiukur karena menyangkut
kesadaran seseorang yang tumbuh dalam diri anak. Nilai adalah suatu konsep yang
berada dalam pikiran manusia yang sifatnyatersembunyi, tidak berada di dalam
dunia empiris. Nilai berhubungan denganpandangan seseorang tentang baik dan buruk,
indah dan tidak indah, layak dantidak layak, adil dan tidak adil dan sebagainya.
Pandangan seseorang tentangsemua itu tidak bisa diraba, hanya bisa dilihat dari perilaku
yang ditampilkan.
Saran
Akhirnya makalah yang bertema strategi pembelajran-pembelajaran afektif dapat kami
selesaikan. Dengan keterbatasan referensi dan kurangnya pengetahuan yang kami miliki
mengenai strategi pembelajaran afektif ini, untuk itu saran yang membangun sangat kami
harapkan untuk perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. Kencana.
Jakarta : 2008.
Raka, Joni. Strategi Belajar Mengajar, P3G, Jakarta : 1980
Alifah, Fitriani Nur. 2019. Pengembangan Strategi Pembelajaran Afektif. Vol. V
Nasution, Wahyudin Nur. 2017. Strategi Pembelajaran. Medan: Perdana
Publishing.

More Related Content

What's hot

Surat keterangan-mengajar-ok1
Surat keterangan-mengajar-ok1Surat keterangan-mengajar-ok1
Surat keterangan-mengajar-ok1Akademik Rangkas
 
identifikasi kebutuhan dan karakteristik peserta didik (bimbingan konseling)
identifikasi kebutuhan dan karakteristik peserta didik (bimbingan konseling)identifikasi kebutuhan dan karakteristik peserta didik (bimbingan konseling)
identifikasi kebutuhan dan karakteristik peserta didik (bimbingan konseling)Universitas Negeri Jakarta
 
Makalah teori humanistik
Makalah teori humanistikMakalah teori humanistik
Makalah teori humanistikPujiati Puu
 
Laporan konsultasi bimbingan dan konseling
Laporan konsultasi bimbingan dan konselingLaporan konsultasi bimbingan dan konseling
Laporan konsultasi bimbingan dan konselingDonny kurnianto
 
KEYAKINAN KELAS
KEYAKINAN KELASKEYAKINAN KELAS
KEYAKINAN KELASAlQariah
 
Rapor Pendidikan sebagai Sumber Data Perencanaan.pdf
Rapor Pendidikan sebagai Sumber Data Perencanaan.pdfRapor Pendidikan sebagai Sumber Data Perencanaan.pdf
Rapor Pendidikan sebagai Sumber Data Perencanaan.pdfdwingatmono
 
pembentukan karakter disiplin
pembentukan karakter disiplinpembentukan karakter disiplin
pembentukan karakter disiplinSyafrina Tsaniah
 
1. Materi Kurikulum - SOSIALISASI IKM ( PPT ).pptx
1. Materi Kurikulum - SOSIALISASI IKM  ( PPT ).pptx1. Materi Kurikulum - SOSIALISASI IKM  ( PPT ).pptx
1. Materi Kurikulum - SOSIALISASI IKM ( PPT ).pptxAtepTedi3
 
PPT Wawasan Bimbingan Konseling (BK)
PPT Wawasan Bimbingan Konseling (BK)PPT Wawasan Bimbingan Konseling (BK)
PPT Wawasan Bimbingan Konseling (BK)Rizka Lubis
 
Skkpd standar kompetensi kemandirian pesdik
Skkpd standar kompetensi kemandirian pesdikSkkpd standar kompetensi kemandirian pesdik
Skkpd standar kompetensi kemandirian pesdikVaris Ical
 
Kebijakan Pemerintah Di Bidang Pendidikan Dasar
Kebijakan Pemerintah Di Bidang Pendidikan DasarKebijakan Pemerintah Di Bidang Pendidikan Dasar
Kebijakan Pemerintah Di Bidang Pendidikan DasarNASuprawoto Sunardjo
 
Rencana pengembangan madrasah
Rencana pengembangan madrasahRencana pengembangan madrasah
Rencana pengembangan madrasahMediaArtisia
 
OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docx
OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docxOK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docx
OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docxkwartircabangmempawa
 
Peran bk dalam sekolah dan personalia bk
Peran bk dalam sekolah dan personalia bkPeran bk dalam sekolah dan personalia bk
Peran bk dalam sekolah dan personalia bkMuhammad Sutanto
 
14. RPL STOP BULLYING (ganjil).docx
14. RPL STOP BULLYING (ganjil).docx14. RPL STOP BULLYING (ganjil).docx
14. RPL STOP BULLYING (ganjil).docxdedi314394
 
Laporan kolaborasi bimbingan dan konseling
Laporan kolaborasi bimbingan dan konselingLaporan kolaborasi bimbingan dan konseling
Laporan kolaborasi bimbingan dan konselingDonny kurnianto
 
CONTOH RPL K13 KONSELING KELOMPOK
CONTOH RPL K13 KONSELING KELOMPOKCONTOH RPL K13 KONSELING KELOMPOK
CONTOH RPL K13 KONSELING KELOMPOKNur Arifaizal Basri
 
Lampiran 7_ Lembar Rencana Pengembangan Diri.docx
Lampiran 7_ Lembar Rencana Pengembangan Diri.docxLampiran 7_ Lembar Rencana Pengembangan Diri.docx
Lampiran 7_ Lembar Rencana Pengembangan Diri.docxssuser040548
 

What's hot (20)

Surat keterangan-mengajar-ok1
Surat keterangan-mengajar-ok1Surat keterangan-mengajar-ok1
Surat keterangan-mengajar-ok1
 
identifikasi kebutuhan dan karakteristik peserta didik (bimbingan konseling)
identifikasi kebutuhan dan karakteristik peserta didik (bimbingan konseling)identifikasi kebutuhan dan karakteristik peserta didik (bimbingan konseling)
identifikasi kebutuhan dan karakteristik peserta didik (bimbingan konseling)
 
Makalah teori humanistik
Makalah teori humanistikMakalah teori humanistik
Makalah teori humanistik
 
Laporan konsultasi bimbingan dan konseling
Laporan konsultasi bimbingan dan konselingLaporan konsultasi bimbingan dan konseling
Laporan konsultasi bimbingan dan konseling
 
KEYAKINAN KELAS
KEYAKINAN KELASKEYAKINAN KELAS
KEYAKINAN KELAS
 
Rapor Pendidikan sebagai Sumber Data Perencanaan.pdf
Rapor Pendidikan sebagai Sumber Data Perencanaan.pdfRapor Pendidikan sebagai Sumber Data Perencanaan.pdf
Rapor Pendidikan sebagai Sumber Data Perencanaan.pdf
 
program kerja BK 2022-2023.pdf
program kerja BK 2022-2023.pdfprogram kerja BK 2022-2023.pdf
program kerja BK 2022-2023.pdf
 
pembentukan karakter disiplin
pembentukan karakter disiplinpembentukan karakter disiplin
pembentukan karakter disiplin
 
1. Materi Kurikulum - SOSIALISASI IKM ( PPT ).pptx
1. Materi Kurikulum - SOSIALISASI IKM  ( PPT ).pptx1. Materi Kurikulum - SOSIALISASI IKM  ( PPT ).pptx
1. Materi Kurikulum - SOSIALISASI IKM ( PPT ).pptx
 
PPT Wawasan Bimbingan Konseling (BK)
PPT Wawasan Bimbingan Konseling (BK)PPT Wawasan Bimbingan Konseling (BK)
PPT Wawasan Bimbingan Konseling (BK)
 
Skkpd standar kompetensi kemandirian pesdik
Skkpd standar kompetensi kemandirian pesdikSkkpd standar kompetensi kemandirian pesdik
Skkpd standar kompetensi kemandirian pesdik
 
Kebijakan Pemerintah Di Bidang Pendidikan Dasar
Kebijakan Pemerintah Di Bidang Pendidikan DasarKebijakan Pemerintah Di Bidang Pendidikan Dasar
Kebijakan Pemerintah Di Bidang Pendidikan Dasar
 
Rencana pengembangan madrasah
Rencana pengembangan madrasahRencana pengembangan madrasah
Rencana pengembangan madrasah
 
OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docx
OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docxOK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docx
OK Lembar Umpan Balik dari Kepala Sekolah_A5 FINAL 150522.docx
 
Diferensiasi .ppt
Diferensiasi .pptDiferensiasi .ppt
Diferensiasi .ppt
 
Peran bk dalam sekolah dan personalia bk
Peran bk dalam sekolah dan personalia bkPeran bk dalam sekolah dan personalia bk
Peran bk dalam sekolah dan personalia bk
 
14. RPL STOP BULLYING (ganjil).docx
14. RPL STOP BULLYING (ganjil).docx14. RPL STOP BULLYING (ganjil).docx
14. RPL STOP BULLYING (ganjil).docx
 
Laporan kolaborasi bimbingan dan konseling
Laporan kolaborasi bimbingan dan konselingLaporan kolaborasi bimbingan dan konseling
Laporan kolaborasi bimbingan dan konseling
 
CONTOH RPL K13 KONSELING KELOMPOK
CONTOH RPL K13 KONSELING KELOMPOKCONTOH RPL K13 KONSELING KELOMPOK
CONTOH RPL K13 KONSELING KELOMPOK
 
Lampiran 7_ Lembar Rencana Pengembangan Diri.docx
Lampiran 7_ Lembar Rencana Pengembangan Diri.docxLampiran 7_ Lembar Rencana Pengembangan Diri.docx
Lampiran 7_ Lembar Rencana Pengembangan Diri.docx
 

Similar to STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF.docx

6 makalah tanggung_jawab_guru_di_sekolah
6 makalah tanggung_jawab_guru_di_sekolah6 makalah tanggung_jawab_guru_di_sekolah
6 makalah tanggung_jawab_guru_di_sekolahiskawia
 
6 makalah tanggung_jawab_guru_di_sekolah (1)
6 makalah tanggung_jawab_guru_di_sekolah (1)6 makalah tanggung_jawab_guru_di_sekolah (1)
6 makalah tanggung_jawab_guru_di_sekolah (1)iskawia
 
evaluasi pembelajaran Kompetensi sosial AUD
evaluasi pembelajaran Kompetensi sosial AUDevaluasi pembelajaran Kompetensi sosial AUD
evaluasi pembelajaran Kompetensi sosial AUDikkemaisona
 
PERMASALAHAN_BELAJAR_SISWA_DI_SMP_ATAU.docx
PERMASALAHAN_BELAJAR_SISWA_DI_SMP_ATAU.docxPERMASALAHAN_BELAJAR_SISWA_DI_SMP_ATAU.docx
PERMASALAHAN_BELAJAR_SISWA_DI_SMP_ATAU.docxernakomaryah
 
Definisi dan konsep pentaksiran
Definisi dan konsep pentaksiranDefinisi dan konsep pentaksiran
Definisi dan konsep pentaksiranizz7556
 
2011 31-064 Siti Usmawati, Layanan Penempatan dan Penyaluran
2011 31-064 Siti Usmawati, Layanan Penempatan dan Penyaluran2011 31-064 Siti Usmawati, Layanan Penempatan dan Penyaluran
2011 31-064 Siti Usmawati, Layanan Penempatan dan Penyaluransitiusmawati
 
Pengukuran dan pentafsiran
Pengukuran dan pentafsiranPengukuran dan pentafsiran
Pengukuran dan pentafsirannelson fredoline
 
Jabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaran
Jabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaranJabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaran
Jabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaranRizki septa wiratna
 
rapotmutu dari raport pendidikan menentukan kualitas.pdf
rapotmutu dari raport pendidikan menentukan kualitas.pdfrapotmutu dari raport pendidikan menentukan kualitas.pdf
rapotmutu dari raport pendidikan menentukan kualitas.pdfMasagusIrvanNoviansy
 
Modul penilaian pembelajaran
Modul penilaian pembelajaranModul penilaian pembelajaran
Modul penilaian pembelajaranRAHMANULJA
 
8.vina serevina r.thomas pramanto h
8.vina serevina r.thomas pramanto h8.vina serevina r.thomas pramanto h
8.vina serevina r.thomas pramanto hvinaserevina
 
Peran Guru dan Wali Kelas dalam Bimbingan Konseling
Peran Guru dan Wali Kelas dalam Bimbingan KonselingPeran Guru dan Wali Kelas dalam Bimbingan Konseling
Peran Guru dan Wali Kelas dalam Bimbingan KonselingIndah Lestari
 
Tgz ipah 2 a kurikulum
Tgz ipah 2 a kurikulumTgz ipah 2 a kurikulum
Tgz ipah 2 a kurikulumHanie Mutzz
 
Peran guru dalam_bimbingan_dan_konseling
Peran guru dalam_bimbingan_dan_konselingPeran guru dalam_bimbingan_dan_konseling
Peran guru dalam_bimbingan_dan_konselingsubaikiikhwan
 
PKP IBU NURNELI BARU.docx
PKP IBU NURNELI BARU.docxPKP IBU NURNELI BARU.docx
PKP IBU NURNELI BARU.docxzuryatiarmi1
 

Similar to STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF.docx (20)

6 makalah tanggung_jawab_guru_di_sekolah
6 makalah tanggung_jawab_guru_di_sekolah6 makalah tanggung_jawab_guru_di_sekolah
6 makalah tanggung_jawab_guru_di_sekolah
 
6 makalah tanggung_jawab_guru_di_sekolah (1)
6 makalah tanggung_jawab_guru_di_sekolah (1)6 makalah tanggung_jawab_guru_di_sekolah (1)
6 makalah tanggung_jawab_guru_di_sekolah (1)
 
Ptk kelas 1 ips
Ptk kelas 1 ipsPtk kelas 1 ips
Ptk kelas 1 ips
 
evaluasi pembelajaran Kompetensi sosial AUD
evaluasi pembelajaran Kompetensi sosial AUDevaluasi pembelajaran Kompetensi sosial AUD
evaluasi pembelajaran Kompetensi sosial AUD
 
PERMASALAHAN_BELAJAR_SISWA_DI_SMP_ATAU.docx
PERMASALAHAN_BELAJAR_SISWA_DI_SMP_ATAU.docxPERMASALAHAN_BELAJAR_SISWA_DI_SMP_ATAU.docx
PERMASALAHAN_BELAJAR_SISWA_DI_SMP_ATAU.docx
 
CONTOH PROPOSAL KEGIATAN BK
CONTOH PROPOSAL KEGIATAN BKCONTOH PROPOSAL KEGIATAN BK
CONTOH PROPOSAL KEGIATAN BK
 
Definisi dan konsep pentaksiran
Definisi dan konsep pentaksiranDefinisi dan konsep pentaksiran
Definisi dan konsep pentaksiran
 
2011 31-064 Siti Usmawati, Layanan Penempatan dan Penyaluran
2011 31-064 Siti Usmawati, Layanan Penempatan dan Penyaluran2011 31-064 Siti Usmawati, Layanan Penempatan dan Penyaluran
2011 31-064 Siti Usmawati, Layanan Penempatan dan Penyaluran
 
Pengukuran dan pentafsiran
Pengukuran dan pentafsiranPengukuran dan pentafsiran
Pengukuran dan pentafsiran
 
Jabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaran
Jabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaranJabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaran
Jabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaran
 
rapotmutu dari raport pendidikan menentukan kualitas.pdf
rapotmutu dari raport pendidikan menentukan kualitas.pdfrapotmutu dari raport pendidikan menentukan kualitas.pdf
rapotmutu dari raport pendidikan menentukan kualitas.pdf
 
rapot mutu.pptx
rapot mutu.pptxrapot mutu.pptx
rapot mutu.pptx
 
Modul penilaian pembelajaran
Modul penilaian pembelajaranModul penilaian pembelajaran
Modul penilaian pembelajaran
 
8.vina serevina r.thomas pramanto h
8.vina serevina r.thomas pramanto h8.vina serevina r.thomas pramanto h
8.vina serevina r.thomas pramanto h
 
Peran Guru dan Wali Kelas dalam Bimbingan Konseling
Peran Guru dan Wali Kelas dalam Bimbingan KonselingPeran Guru dan Wali Kelas dalam Bimbingan Konseling
Peran Guru dan Wali Kelas dalam Bimbingan Konseling
 
Tgz ipah 2 a kurikulum
Tgz ipah 2 a kurikulumTgz ipah 2 a kurikulum
Tgz ipah 2 a kurikulum
 
Peran guru dalam_bimbingan_dan_konseling
Peran guru dalam_bimbingan_dan_konselingPeran guru dalam_bimbingan_dan_konseling
Peran guru dalam_bimbingan_dan_konseling
 
ASESMEN.pptx
ASESMEN.pptxASESMEN.pptx
ASESMEN.pptx
 
Asesmen afektif
Asesmen afektifAsesmen afektif
Asesmen afektif
 
PKP IBU NURNELI BARU.docx
PKP IBU NURNELI BARU.docxPKP IBU NURNELI BARU.docx
PKP IBU NURNELI BARU.docx
 

Recently uploaded

Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptimamshadiqin2
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfKartiniIndasari
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10maulitaYuliaS
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptannanurkhasanah2
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 

Recently uploaded (20)

Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 

STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF.docx

  • 1. STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF Dosen Pengampu Risden Anakampun M. Pd.K Disusun Oleh Kelompok: 1. Andri Sidabutar ( 210101213) 2. Dulce Maria Panjaitan ( 210101220) 3. Evelina Kristiani Simanjuntak (210101221) 4. Daniel Radot Naibaho (210101226) 5. Ria Agustina Surbakti (210101228) 6. Risma Dewi Sipahutar ( 210101230 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN KRISTEN (FIKP) TAHUN AJARAN 2023
  • 2. KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas penyertaan dan perlindunganNya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik. Adapun makalah yang kami buat ini dengan judul "Strategi Pembelajaran Afektif". Pada kesempatan ini, kami menyampaikan banyak terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Strategi Pembelajaran, yang telah memberikan materi pada kami, guna menambah wawasan untuk menyelesaikan penulisan makalah ini. Tak lupa kami, menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini, baik bantuan secara moral maupun material. Kami menyadari sungguh bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari para pembaca sekalian demi penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita sekalian. terutama yang membutuhkan materi tentang strategi pembelajaran afektif. Sekian dan Terima Kasih. Tarutung, 20 Maret 2023 Tim Penulis
  • 3. DAFTAR ISI STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF .................................................................................................1 KATA PENGANTAR.........................................................................................................................................2 DAFTAR ISI...................................................................................................... Error! Bookmark not defined. BAB I..............................................................................................................................................................4 PENDAHULUAN.............................................................................................................................................4 A. Latar Belakang ......................................................................................................................................4 B. Pembatasan-pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................................................4 C. Tujuan dan Masalah..............................................................................................................................4 BAB II.............................................................................................................................................................5 PEMBAHASAN...............................................................................................................................................5 A. Pengertian Strategi Pembelajaran Afektif.........................................................................................5 B. Tingkatan dan Karakteristik Ranah Afektif ...........................................................................................6 C. Model Strategi Pembelajaran Afektif .................................................................................................11 D. Kesulitan Dalam Pembelajaran Afektif dan Cara mengatasi Kesulitan dalam Pembelajaran Afektifas ................................................................................................................................................................13 E. Pengembangan Instrumen Penilaian Afektif...................................................................................16 BAB III..........................................................................................................................................................17 PENUTUP.....................................................................................................................................................17 Kesimpulan..............................................................................................................................................17 Saran .......................................................................................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................................18
  • 4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekat dari belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang baik afektif, kognitif maupun psikomotorik. Perubahan ini akan terjadi melalui berbagai proses secara kontinyyu, yang menjadi permasalahan bagaimana strategi pembelajaran afektif itu dapat diarahkan guna mencapai tujuan pendidikan, karena pembelajaran afektif berhubungan sekali dengan value (Nilai) yang sulit di ukur, karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam, berada dalam pikiran seseorang, yang sifatnya tersembunyi. Nilai berhubungan dengan pandangan seseorang tentang baik dan buruk, layak dan tidak layak, indah dan tidak indah. Pandangan tentang semua itu hanya dapat diketahui dengan melihat sikap dan perilaku seseorang. B. Pembatasan-pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Apakah strategi pembelajaran-pembelajaran afektif itu? 2. Apakah ada hubungan antara pembelajaran afektif, kognitif dan psikomotorik? 3. Apa kegunaan mempelajari strategi pembelajaran-pembelajaran Afektif? C. Tujuan dan Masalah 1. Untuk mengetahui pengertian dari strategi pembelajaran-pembelajaran afektif. 2. Untuk mengetahui Hakikat pendidikan, nilai dan sikap. 3. Agar mengetahui proses pembentukan sikap, model strategi pembelajaran sikap dan dapat menerapkannya dalam proses pendidikan.
  • 5. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Strategi Pembelajaran Afektif Strategi pembelajaran afektif adalah strategi yang bertujuan tidak hanya untuk mencapai pendidikan kognitif, tetapi juga untuk mencapai dimensi lain. Yaitu sikap dan kecakapan afektif yang berkaitan dengan volume, yang sulit diukur, karena disertai dengan tumbuhnya kesadaran dari dalam diri seseorang, afeksi juga dapat timbul dalam peristiwa tingkah laku hasil dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Emosional merujuk pada suatu nilai (value) yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran akan sesuatu yang tumbuh dari dalam diri siswa. Mengevaluasi perubahan sikap akibat proses pembelajaran guru di sekolah, kita tidak dapat menyimpulkan bahwa sikap anak itu baik sebagai hasil belajar, misalnya dalam kaitannya dengan kebiasaan atau kebiasaan berbahasa yang bersangkutan. Strategi pembelajaran yang efektif biasanya menempatkan siswa dalam situasi konflik atau masalah, dan guru dapat membimbing mereka dalam memecahkan masalah tersebut sesuai dengan keahlian mereka. Dalam menerapkan pengajaran guru, keteladanan yang diberikan guru harus didorong oleh lingkungan yang baik bagi siswa, ada beberapa lingkungan sekolah kurang nyaman untuk pelaksanaan pembelajaran afektif dan juga lingkungan masyarakat, oleh karena itu lingkungan yang baik terbentuk bagi siswa. Sehingga sulit bagi anak-anak untuk mengadopsi sikap ini ketika melihat begitu banyak orang yang melanggar lalu lintas, bahkan di sekolah guru menjelaskan dan menekankan bahwa anak-anak harus berbicara dengan sopan dan lembut contoh perilaku guru, sifat karakter ini sulit diterima anak-anak ketika banyak sekali orang di luar sekolah yang mengatakan hal-hal yang kasar dan tidak sopan.
  • 6. B. Tingkatan dan Karakteristik Ranah Afektif a. Tingakatan Menurut Krawthwol (1961) bila ditelurusi hampir semua tujuan kognitif mempunyai komponen afektif. Tingkatan ranah afektif menurut Taksonomi Kratwhol ada lima yaitu: 1. Receiving ( Attending) Pada tingkat receiving atau attending, peserta didik memiliki keinginan memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus, misalnya kelas, kegiatan, musik, buku, dan sebagainya. Tugas pendidik mengarahkan perhatian peserta didik pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran afektif. Misalnya pendidik mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku, senang bekerjasama, dan sebagainya. Kesenangan ini akan menjadi kebiasaan, dan hal ini yang diharapkan, yaitu kebiasaan yang positif. 2. Tingkat responding Responding merupakan partisipasi aktif peserta didik, yaitu sebagai bagian dari perilakunya. Pada tingkat ini peserta didik tidak saja memperhatikan fenomena khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil pembelajaran pada ranah ini menekankan pada pemerolehan respons, berkeinginan memberi respons, atau kepuasan dalam memberi respons. Tingkat yang tinggi pada kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan pada pencarian hasil dan kesenangan pada aktivitas khusus. Misalnya senang membaca buku, senang bertanya, senang membantu teman, senang dengan kebersihan dan kerapian, dan sebagainya. 3. Tingkat valuing Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen. Derajat rentangannya mulai dari menerima suatu nilai, misalnya keinginan untuk meningkatkan keterampilan, sampai pada tingkat komitmen. Valuing atau penilaian berbasis pada internalisasi dari seperangkat nilai yang spesifik. Hasil belajar pada
  • 7. tingkat ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan stabil agar nilai dikenal secara jelas. Dalam tujuan pembelajaran, penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap dan apresiasi. 4. Tingkat organization Pada tingkat organization, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan, konflik antar nilai diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal yang konsisten. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berupa konseptualisasi nilai atau organisasi sistem nilai. Misalnya pengembangan filsafat hidup. 5. Tingkat characterization Tingkat ranah afektif tertinggi adalah characterization nilai. Pada tingkat ini peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup. Hasil pembelajaran pada tingkat ini berkaitan dengan pribadi, emosi, dan sosial. b. Karakteristik Ranah Afektif Pemikiran atau perilaku harus memiliki dua kriteria untuk diklasifikasikan sebagai ranah afektif. Pertama, perilaku melibatkan perasaan dan emosi seseorang. Kedua, perilaku harus tipikal perilaku seseorang. Kriteria lain yang termasuk ranah afektif adalah intensitas, arah, dan target. Intensitas menyatakan derajat atau kekuatan dari perasaan. Beberapa perasaan lebih kuat dari yang lain, misalnya cinta lebih kuat dari senang atau suka. Sebagian orang kemungkinan memiliki perasaan yang lebih kuat dibanding yang lain. Arah perasaan berkaitan dengan orientasi positif atau negatif dari perasaan yang menunjukkan apakah perasaan itu baik atau buruk. Misalnya senang pada pelajaran dimaknai positif, sedang kecemasan dimaknai negatif. Bila intensitas dan arah perasaan ditinjau bersama-sama, maka karakteristik afektif berada dalam suatu skala yang kontinum. Target mengacu pada objek, aktivitas, atau ide sebagai arah dari perasaan. Bila kecemasan merupakan karakteristik afektif yang ditinjau, ada beberapa kemungkinan target. Peserta didik mungkin bereaksi terhadap sekolah, matematika, situasi sosial, atau pembelajaran. Tiap unsur ini bisa merupakan target dari kecemasan. Kadang-kadang target ini diketahui oleh seseorang namun kadang-kadang tidak diketahui. Seringkali peserta didik merasa cemas bila menghadapi tes di kelas. Peserta didik tersebut cenderung sadar bahwa
  • 8. target kecemasannya adalah tes. Ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. 1. Sikap Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan sebagainya. Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran. Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan (Popham, 1999). Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, misalnya bahasa Inggris, harus lebih positif setelah peserta didik mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dibanding sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif. 2. Minat Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi. Penilaian minat dapat digunakan untuk:  mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran,  mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,  pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik,
  • 9.  menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas,  mengelompokkan peserta didik yang memiliki minat sama,  acuan dalam menilai kemampuan peserta didik secara keseluruhan dan memilih metode yang tepat dalam penyampaian materi,  mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan pendidik,  bahan pertimbangan menentukan program sekolah,  meningkatkan motivasi belajar peserta didik. 3. Konsep Diri Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat. Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian diri adalah sebagai berikut.  Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik.  Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai.  Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.  Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik.  Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.  Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan mengetahui standar input peserta didik.  Peserta didik dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti pembelajaran.
  • 10.  Peserta didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya.  Melatih kejujuran dan kemandirian peserta didik.  Peserta didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki.  Peserta didik memahami kemampuan dirinya.  Pendidik memperoleh masukan objektif tentang daya serap peserta didik.  Mempermudah pendidik untuk melaksanakan remedial, hasilnya dapat untuk instropeksi pembelajaran yang dilakukan.  Peserta didik belajar terbuka dengan orang lain.  Peserta didik mampu menilai dirinya.  Peserta didik dapat mencari materi sendiri.  Peserta didik dapat berkomunikasi dengan temannya. 4. Nilai Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan. Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu. Definisi lain tentang nilai, yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif terhadap masyarakat.
  • 11. 5. Moral Piaget dan Kohlberg banyak membahas tentang perkembangan moral anak. Namun Kohlberg mengabaikan masalah hubungan antara judgement moral dan tindakan moral. Ia hanya mempelajari prinsip moral seseorang melalui penafsiran respon verbal terhadap dilema hipotetikal atau dugaan, bukan pada bagaimana sesungguhnya seseorang bertindak. Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang. Ranah afektif lain yang penting adalah:  Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam berinteraksi dengan orang lain.  Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya moral dan artistik.  Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dalam memperoleh pendidikan.  Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi kebebasan yang bertanggung jawab secara maksimal kepada semua orang. C. Model Strategi Pembelajaran Afektif Menurut Wina Sanjaya (2006), ada 3 model strategi pembelajaran yaitu 1. Model Konsiderasi, dikembangkan oleh Mc, Paul yang menekankan bahwa model ini merupakan strategi pembelajaran yg dapat membentuk kpribadian. Salah satu implementasinya yakni mengajak siswa untuk memandang permasalahan dari berbagai sudut pandang untuk menambah wawasan agar mereka dapat menimbang sikap tertentu sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
  • 12. Implementasi model konsideransi guru dapat mengikuti tahapan pembelajaran seperti dibawah ini : a) Menghadapkan siswa pada suatu masalah yang mengandung konflik, yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. b) Menyuruh siswa untuk menganalisis situasi masalah dengan melihat bukan hanya dengan tampak, tapi juga yang tersirat dalam permasalahan tersebut. c) Menyuruh siswa untuk menuliskan tanggapannya terhadap permasalahan yang dihadapi. d) Mengajak siswa untuk menganalisis respon orang lain serta membuat kategori dari setiap respon yang diberikan siswa. e) Mendorong siswa untuk merumuskan akibat atau konsekuensi dari setiap tindakan yang diusulkan siswa. f) Mengajak siswa untuk memandang permasalahan dari sudut pandang (interdisipliner) untuk menambah wawasan agar mereka dapat menimbang sikap tertentu sesuai dengan nilai yang dimilikinya. g) Mendorong siswa agar merumuskan sendiri tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan pilihannya berdasarkan pertimbangannya sendiri. 2. Model Pengembangan Kognitif oleh Lawrence KohlBerg, berpendapat bahwa perkembangan manusia terjadi sebagai proses dari restrukturisasi kognitif yang berlangsung secara berangsur-angsur . Menurut Kohlberg, moral manusia itu berkembang melalui 3 tingkat, dan setiap tingkat terdiri dari 2 tahap, yaitu : a) Tingkat Prakonvensional. Pada tingkat ini setiap individu memandang moral berdasarkan kepentingannya sendiri. Artinya, pertimbangan moral didasarkan pada pandangannya secara individual tanpa menghiraukan rumusan dan aturan yang dibuat oleh masyarakat. Pada tingkat prakonvesional ini terdiri atas dua tahap, yaitu : tahap pertama adalah Orientasi Hukum dan Kepatuhan dan tahap kedua Orientasi Instrumental Relatif.
  • 13. b) Tingkat Konvensional Pada tahap ini anak mendekati masalah didasarkan pada hubungan individu masyarkat. Kesadaran dalam diri anak mulai tumbuh bahwa perilaku itu harus sesuai dengan norma – norma dan aturan yang berlaku dimasyarakat. Pada tingkatan ini mempunyai 2 tahap, yaitu : keselarasan interpersonal serta tahap sistem sosial dan kata hati. c) Tingkat Postkonvensional Pada tingkat ini perilaku bukan hanya didasarkan pada kepatuhan terhadap norma – norma masyarakat yang berlaku, akan tetapi didasarkan oleh adanya kesadaran sesuai dengan nilai – nilai yang dimilikinya secara individu. Pada tingkatan ini juga terdiri dari dua tahap, yaitu : tahap kontrak sosial dan tahap prinsip etis yang universal. 3. Teknik Mengklarifikasi Nilai dapat diartikan sebagai teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan yang dianggap proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa. Manfaat pembelajaran Afektif pembelajaran ini sangat perlu karena :  Mengajak siswa untuk mengklarifikasi dan mengungkap dirinya.  Membina, meningkatkan serta mengembangkan masalah afeksi melalui cara yang wajar dan sesuai dengan potensi diri yang bersangkutan.  Membawakan dunia emosional/afeksi dalam pembelajaran serta melatih siswa untuk melakoninya sehingga dapat mengalami sendiri.  Melatih dan membina perbaikan kehidupan/sosial (social and life ajustment).  Membentuk dan mengembangkan sikap- sikap konstruktif positif. D. Kesulitan Dalam Pembelajaran Afektif dan Cara mengatasi Kesulitan dalam Pembelajaran Afektifas
  • 14. a. Kesulitan Disamping aspek pembentukan kemampuan intelektual untuk membentuk kecerdasan peserta didik dan pembentukan keterampilan untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik memiliki kemampuan motorik, maka pembentukan sikap peserta didik merupakan aspek yang tidak kalah pentingnya. Proses pendidikan bukan hanya membentuk kecerdasan dan memberikan keterampilan akan tetapi juga membentuk dan mengembangkan sikap agar anak berperilaku sesuai dengan norma – norma yang berlaku dimasyarakat.Hal ini disebabkan proses pembelajaran dan pembentukan akhlak memiliki beberapa kesulitan. Pertama, selama ini proses pendidikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku cenderung diarahkan untuk pembentukan intelektual (kemampuan kognitif). Kedua, sulitnya melakukan kontrol karena banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan sikap seseorang. Pengembangan kemampuan sikap baik melalui proses pembisaan maupun modeling bukan hanya ditentukan oleh guru, akan tetapi juga faktor- faktor lain. Ketiga, keberhasilan pembentukan sikap tidak bisa dievaluasi dengan segera. Berbeda dengan pembentukan aspek kognitif dan aspek keterampilan yang hasilnya dapat diketahui setelah proses pembelajaran berakhir, maka keberhasilan dari pembentukan sikap baru dapat dilihat pada rentang waktu yang panjang. Keempat, pengaruh kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi yang menyuguhkan aneka pilihan program acara, berdampak pada pembentukan karakter anak. Tidak bisa kita pungkiri, program – program televisi. b. Cara mengatasi Dalam mengatasi kesulitan-kesulitan pembelajaran afektif diatas terdapat beberapa cara yang dapat diterapkan agar kesulitan-kesulitan tyersebut dapat diminimalisir dan bahkan diatasi dengan baik. Cara-cara mengatasinya adalah : Pertama, Pendidikan yang ada selama ini sesuai dengan kurikulum yang digunakan untuk mengukur kemampuan intelektual anak dari pada kemampuan afektif, akan tetapi kemampuan dalam bersikap pun tidak kalah penting harus dimiliki anak, untuk apa memiliki generasi muda
  • 15. yang pintar akan tetapi perilakunya tidak mencerminkan orang yang memiliki Pendidikan agama dan kewarganegaraan sampai saat ini merupakan pendidikan yang wajib diberikan pada anak didik, karena dengan pendidikan agama dan moral dapat mengontrol perilaku anak agar tidak cepat terjerumus pada perilaku yang buruk tetapi sangat popular, akibat kemajuan zaman dan teknologi. Kesadaran yang harus dimiliki diri anak yang sangat baik ditanamkan sejak dini adalah sesuatu sikap yang sangat tepat dalam memfilter perilaku anak, anak akan memahami cara berperilaku saat anak mampu membedakan mana sikap yang baik dan mana sikap yang buruk bagi dirinya. Kedua, Peran dari guru dan orang tua serta lingkungan sangat menentukan perilaku yang akan dikeluarkan atau dicontoh oleh siswa. Guru mampu memberikan pembelajaran yang intelektual dan juga memiliki nilai sikap yang baik, contohya saat guru mengajarkan bagaimananya caranya bersikap pada pengemis, pemulung, orang tua, dan lain sebagainya. Guru pun dapat memberikan praktek melalui contoh dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, Pembentukan sikap bukan untuk dinilai akan tetapi diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, apabila pembentukan sikap yang dilakukan guru dan orang tua serta lingkungan berpengaruh baik pada anak maka kehidupan anak akan terjamin aman dan jauh dari kekacauan. Sebaliknya bila pembentukan sikap kurang optimal pada anak maka perilaku anak akan mudah tergantikan dengan perilaku yang datang silih berganti, membuat perilaku anak sulit terkontrol dan berakibat buruk bagi anak tersebut. Keempat, Pengaruh kemajuan teknologi dapat diatasi dengan pengawasan yang baik dari orang tua dan guru, berikan pengertian bahayanya kemajuan teknologi dengan menggunakan bahasa yang komunikatif tanpa gaya yang memaksa ataupun nada kasar. Kedekatan orang tua dan anak sangat banyak membantu dalam mengotrol sikap anak dalam menerima kemajuan teknologi yang ada, berikan anak kebebasan yang bertanggung jawab, berikan kepercayaan terhadap anak bahwa anak mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk bagi dirinya sendiri
  • 16. E. Pengembangan Instrumen Penilaian Afektif Instrumen penilaian afektif meliputi lembar pengamatan sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.yaitu: Ditinjau dari tujuannya ada lima macam instrumen pengukuran ranah afektif, yaitu instrumen: (a) sikap, (b) minat, (c) konsep diri, (d) nilai, dan (e) moral. Ada 11 (sebelas) langkah dalam mengembangkan instrumen-penilaian afektif, yaitu:  Menentukan spesifikasi instrumen  Menulis instrumen menentukan skala instrumen  Menentukan pedoman penskoran  Menelaah instrumen  Merakit instrumen  Melakukan ujicoba  Menganalisis hasil ujicoba  Memperbaiki instrumen  Melaksanakan pengukuran  Menafsirkan hasil pengukuran
  • 17. BAB III PENUTUP Kesimpulan Pembelajaran afektif merupakan pembelajaran bagaimana sikap itu terbentuk setelah siswa memperoleh pembelajaran, oleh karena itu yang pas untuk afektif bukanlah pengajaran melainkan pendidikan. Afektif berhubungan sekali dengan nilai (Value) yang sulit diukur karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam. Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi kognitifdan psikomotorik. Afektif berhubungan dengan nilai (value) yang sulit untukdiukur karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dalam diri anak. Nilai adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifatnyatersembunyi, tidak berada di dalam dunia empiris. Nilai berhubungan denganpandangan seseorang tentang baik dan buruk, indah dan tidak indah, layak dantidak layak, adil dan tidak adil dan sebagainya. Pandangan seseorang tentangsemua itu tidak bisa diraba, hanya bisa dilihat dari perilaku yang ditampilkan. Saran Akhirnya makalah yang bertema strategi pembelajran-pembelajaran afektif dapat kami selesaikan. Dengan keterbatasan referensi dan kurangnya pengetahuan yang kami miliki mengenai strategi pembelajaran afektif ini, untuk itu saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah ini.
  • 18. DAFTAR PUSTAKA Sanjaya Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. Kencana. Jakarta : 2008. Raka, Joni. Strategi Belajar Mengajar, P3G, Jakarta : 1980 Alifah, Fitriani Nur. 2019. Pengembangan Strategi Pembelajaran Afektif. Vol. V Nasution, Wahyudin Nur. 2017. Strategi Pembelajaran. Medan: Perdana Publishing.