1. PENDAHULUAN
Latar belakang
Kelapa sawit merupakan salah satu primadona ekspor Indonesia yang
pertanamannya berkembang sangat pesat. Pada tahun 1986, luas perkebunan
kelapa sawit baru mencapai 607 ribu hektar dengan produksi sebesar 1,35 juta ton,
tetapi pada tahun 1990 meningkat menjadi 1,15 juta hektar dengan produksi
sebesar 2,43 juta ton. Nilai ekspor komoditas ini juga meningkat dari 112,9 juta
dolar pada tahun 1986 menjadi 178,2 juta dolar pada tahun 1990. Sekitar 25% dari
luas areal pertanaman kelapa sawit saat ini dikelola oleh perkebunan negara, 25%
merupakan areal perkebunan rakyat dan sisanya dikelola oleh perkebunan swasta.
Penelitian kelapa sawit bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan nilai
tambah minyak sawit melalui diversifikasi produk (Balitbang Pertanian, 1992).
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tumbuhan tropis yang
diperkirakan berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan di
hutan belantara negara tersebut. Kelapa sawit masuk pertama kali ke Indonesia
pada tahun 1848 dibawa dari Marnitius dan Amsterdam oleh seorang warga
Belanda. Bibit kelapa sawit yang berasal dari kedua tempat tersebut masing-
masing berjumlah dua batang dan pada tahun itu juga ditanam di kebun Raya
Bogor. Hingga saat ini dua dari empat pohon tersebut masih hidup dan diyakini
sebagai nenek moyang kelapa sawit yang ada di Asia Tenggara. Sebagian
keturunan kelapa sawit dari kebun Raya Bogor tersebut telah diproduksi ke Deli
Serdang (Sumatera Utara) sehingga dinamakan varietas Deli Dura (Hadi, 2004).
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) bukanlah tanaman asli
Indonesia. Berdasarkan bukti-bukti fosil, sejarah dan linguistik, tanaman kelapa
1
2. sawit dipercaya berasal dari pesisir tropis Afrika Barat. Tanaman kelapa sawit liar
telah dimanfaatkan oleh penduduk Afrika Barat sebagai minyak makan. Temuan
arkeologi di Mesir menunjukkan penggunaannya sudah terjadi pada tahun 3000
SM. Tanaman kelapa sawit dikenali bangsa Eropa saat ekspedisi Portugis ke
Afrika Barat pada abad ke-15 (Agustira, dkk, 2008).
Kelapa sawit memiliki banyak manfaat dalam penggunaannya. Selain
minyak sawit yang dihasilkan oleh daging buah (Mesokarp) yang dikenal dengan
CPO (Crude Palm Oil), kelapa sawit juga menghasilkan minyak inti sawit yang
dihasilkan dari inti sawit yang dikenal dengan minyak inti sawit atau Palm Kernel
Oil (PKO). Dari keduanya dapat dibuat berbagai jenis produk lainnya. Pabrik
pengolahannya disebut refineri dan ekstraksi. Dari sini akan keluar lagi beberapa
jenis minyak, ada yang sudah siap pakai dan ada yang harus diproses untuk
menjadi produk lainnya. Disamping minyak atau bahan solid lain, juga akan
keluar beberapa padatan lainnya yang dapat langsung dipakai atau harus diproses
lebih lanjut (Wahyono, dkk, 1995).
Tujuan percobaan
Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian pupuk NPKMg dan media tanam terhadap pertumbuhan bibit kelapa
sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di main nursery.
Hipotesa percobaan
- Diduga ada peningkatan pupuk NPKMg terhadap pertumbuhan bibit kelapa
sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
- Diduga ada peningkatan media tanam terhadap pertumbuhan bibit kelapa
sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
2
3. - Diduga ada peningkatan interaksi pupuk NPKMg dan media tanam terhadap
pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
Kegunaan percobaan
Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Tes di
Laboratorium Teknologi Budidaya Tanaman Perkebunan Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan
sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
3
4. TINJAUAN PUSTAKA
Botani tanaman
Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2003), taksonomi kelapa sawit
yang umum diterima sekarang adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Palmales
Famili : Palmaceae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensis Jacq.
Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena
tumbuh kebawah dan kesamping membentuk akar primer, sekunder, tertier dan
kuartener. Akar primer tunbuh kebawah didalam tanah sampai batas permukaan
air tanah. Sedangkan akar sekunder, tertier dan kuartener tumbuh sejajar dengan
permukaan air tanah bahkan akar tertier dan kuartener menuju ke lapisan atas atau
ke tempat yang banyak mengandung zat hara. Disamping itu tumbuh pula akar
nafas yang timbul di atas permukaan air tanah atau didalam tanah. Penyebaran
akar terkonsentrasi pada tanah lapisan atas (Fauzi, dkk, 2003).
Besarnya batang berdiameter 20-75 cm, dan di perkebunan umumnya
45-60 cm, bahkan pangkal batang bisa lebih besar lagi pada tanaman tua.
Biasanya batang adalah tunggal (tidak bercabang) kecuali yang abnormal. Tinggi
4
5. batang bisa mencapai 20 m lebih, umumnya diperkebunan 15-18 m
(Sianturi, 1991).
Daun kelapa sawit bersirip genap, bertulang sejajar, panjangnya dapat
mencapai 3-5 meter. Pada pangkal pelepah daun terdapat duri-duri kasar dan bulu-
bulu halus sampai kasar. Panjang pelepah daun dapat lebih dari 9 meter. Helai
anak daun yang terletak di tengah pelepah daun adalah yang paling panjang dan
panjangnya dapat melebihi 1,20 meter. Jumlah anak daun dalam satu pelepah
daun adalah 100-160 pasang (Setyamidjaja, 1991).
Susunan bunga terdiri dari karangan bunga yang terdiri dari bunga jantan
(tepung sari) dan bunga betina (putik). Namun, ada juga tanaman kelapa sawit
yang hanya memproduksi bunga jantan. Umumnya bunga jantan dan bunga betina
terdapat dalam tandan yang sama. Bunga jantan selalu masak terlebih dahulu
daripada bunga betina. Karena itu, penyerbukan sendiri antara bunga jantan dan
bunga betina dalam satu tandan sangat jarang terjadi. Masa reseptif (masa putik
dapat menerima tepung sari) adalah 3x24 jam. Setelah itu, putik akan berwarna
hitam dan mengering (Sastrosayono, 2008).
Biji kelapa sawit mempunyai bagian: a). Endokarpium (kulit biji=
tempurung), berwarna hitam dan keras, b). Endosperm (kernel=daging biji)
berwarna putih dan dari bagian ini akan menghasilkan minyak inti sawit setelah
melalui ekstraksi, c). Lembaga atau embrio (Tim Penulis PS, 1997).
Syarat tumbuh
Iklim
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di
sekitar Lintang Utara-Lintang Selatan 12 derajat pada ketinggian 0-600 m dari
5
6. atas permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 2000-2500 mm per
tahun, tidak memiliki defisit air hujan agak merata sepanjang tahun. Temperatur
yang optimal 24-28 °C, terendah 18 °C dan tertinggi 32°C. Kelembaban 80% dan
penyinaran matahari 5-7 jam per hari. Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik
untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan
menyebabkan tanaman baru goyang atau miring (Lubis, 1992).
Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata
2000-2500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan
kering yang berkepanjangan. Kelembaban optimum bagi pertumbuhan kelapa
sawit antara 80-90%. Faktor-faktor yang memepengaruhi kelembaban ini adalah
suhu, sinar matahari, lama penyinaran, curah hujan, dan evapotranspirasi
(Tim Penulis PS, 1997).
Lama penyinaran rata-rata 5 jam dan naik menjadi 7 jam per hari untuk
beberapa bulan tertentu akan berpengaruh baik terhadap kelapa sawit. Lama
penyinaran ini terutama berpengaruh terhadap pertumbuhan dan tingkat asimilasi,
pembentukan bunga (sex-ratio) dan produksi buah (Setyamidjaja, 1991).
Tanah
Kelapa sawit tumbuh pada beberapa jenis tanah seperti Podsolik, Latosol,
Hidromorfik kelabu, Regosol, Andosol dan Alluvial. Sifat fisik taanah antara lain:
- Solum yang dalam, lebih dari 80 cm. Solum yang tebal akan merupakan media
yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman
akan lebih baik,
- Tekstur lempung atau lempung berpasir dengan komposisi 20-60% pasir, 10-
40% lempung dan 20-50% liat,
6
7. - Struktur, perkembangannya kuat; konsistensi gembur sampai agak teguh dan
permeabilitas sedang,
- Gambut, kedalamannya 0-0,6 m,
- Laterite, tidak dijumpai,
(PTPN IV, 1996).
Kemasaman tanah idealnya adalah pH 5,5 yang baik adalah pH 4,0-6,0,
tetapi boleh juga digunakan pH 6,5-7. Tanah harus gembur dan drainase baik
sehingga aerasi juga baik (Sianturi, 1991).
Sifat fisik tanah yang baik lebih dikehendaki tanaman kelapa sawit
daripada sifat kimianya. Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah adalah
tekstur, struktur, konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan
tanah dan kedalaman permukaan air tanah. Secara ideal tanaman kelapa sawit
menghendaki tanah yang gembur, subur, mempunyai solum yang dalam tanpa
lapisan padas, teksturnya mengandung liat dan debu 25-30%, datar serta
berdrainase baik (Tim Penulis PS, 1997).
Pupuk NPKMg
Nitrogen tidak tersedia dalam bentuk mineral alami seperti unsur hara
lainnya. Sumber nitrogen yang terbesar berupa udara yang sampai ke tanah
melalui air hujan atau udara yang diikat oleh bakteri pengikat nitrogen. Contoh
bakteri pengikat nitrogen adalah Rhizobium spp. yang ada di bintil substansi
hidup dari sel tumbuhan terdiri dari senyawa nitrogen. Senyawa nitrogen
digunakan oleh tanaman untuk membentuk asam amino yang diubah menjadi
protein. Nitrogen juga dibutuhkan untuk senyawa penting seperti klorofil, asam
nukleat, dan enzim. Karena itu nitrogen dibutuhkan dalam jumlah relatif besar
7
8. pada setiap vegetatif seperti pertumbuhan generatif. Jika kebutuhan nitrogen
mulai berkurang dalam tanah, maka pertumbuhan tanaman yang baik tidak akan
terjadi (Novizan, 2005).
Urea merupakan pupuk dasar utama yang diberikan pada tanaman.
Nitrogen yang dikandungnya lepas dalam bentuk ammonia dan sebagian bereaksi
dengan tanah membentuk nitrat dan nitrit. Sebagian tanaman, misalnya
tembakau, tidak tahan nitrit sehingga tidak baik jika dipupuk dengan urea
(Marsono dan Sigit, 1995).
Salah satu jenis pupuk kalium yang dikenal adalah KCl. Pupuk KCl yang
dikenal selama ini sebagian besar merupakan hasil tambang. Endapan tambang
kalium yang sangat terkenal ada di Perancis dan Jerman. Kandungan utama dari
endapan tersebut adalah KCl dan K2SO4 karena umumnya tercampur dengan
bahan lain seperti kotoran, pupuk ini harus dimurnikan terlebih dahulu. Hasil
pemurniannya mengandung K2O sampai 50 %. Jenis inilah yang banyak beredar
di pasaran (Marsono dan Sigit, 1995).
Sumber utama magnesium adalah batu kapur dolomit, merupakan bahan
yang sangat baik memberikan Ca dan Mg selain untuk menetralisir keasaman
tanah. Sumber lain meliputi K-MgSO, MgSO, MgCl, Mg(OH), dan sebagainya.
Bentuk Mg sulfat lebih larut dibandingkan dengan batu kapur dolomit sehingga
dapat digunakan sebagai bahan pupuk Mg yang segera dibutuhkan tanaman
(Winarso, 2000).
Media tanam
Sifat kimia tanah berpengaruh saat menentukan dosis pemupukan dan
kelas kesuburan tanah. Kekurangan unsur hara dapat diatasi dengan pemupukan.
8
9. Dosis pemupukan harus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan umur tanaman dan
kondisi tanahnya, misalnya tanah asam perlu ditambahkan kapur (Sunarko, 2009).
Tanamlah benih dalam kantong plastik yang berukuran 20x10 cm yang
telah berisi tanah (top soil) yang subur dan gembur, yakinkan bahwa tunas ada di
bagian atas, sedang yang ada akarnya berada di bagian bawah (dalam tanah),
berikan pemulsaan dan siramlah dua kali sehari ketika udara kering. Kantong-
kantong plastik yang telah berisi benih itu ditempatkan berkumpul dalam keadaan
berdekatan untuk memudahkan pemeliharaan dan pengawasannya
(Kartasapoetra, 1988).
Pohon kelapa sawit harus dikembangkan dengan biji sejak tidak adanya
metode uniseksual yang cocok. Di Malaysia tempat benih berminyak dibuat dari
biji-biji sebelum kelapa sawit berkecambah di dalam kaleng atau tanah berpasir
2,5 cm dan berjarak 8 cm di dalam pasir dengan beberapa pori sekitarnya
(Hartmann, 1998).
Media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas
baik, misalnya tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 10-20 cm dan berasal
dari areal pembibitan dan sekitarnya. Tanah yang digunakan harus memiliki
struktur yang baik, tekstur remah dan gembur, tidak kedap air serta bebas
kontaminasi (hama dan penyakit khususnya cendawan Ganoderma, pelarut,
residu, bahan kimia). Bila tanah yang akan digunakan kurang gembur dapat
dicampur pasir dengan perbandingan pasir : tanah = 3 : 1 (kadar pasir tidak
melebihi 60%). Sebelum dimasukkan ke dalam polybag, campuran tanah dan
pasir diayak dengan ayakan kasar berdiameter 1,5-2 cm. preoses pengayakan
9
10. bertujuan untuk membebaskan media tanam dari sisa-sisa kayu, batuan kecil dan
material lainnya (PPKS, 2008).
Pembibitan di main nursery
Pada dasarnya dikenal dua sistem pembibitan yaitu sistem pembibitan
ganda (double stage system) dan sistem pembibitan tunggal (single stage
system). Pada penerapan sistem tahap ganda, penanaman bibit dilakukan
sebanyak dua kali. Tahap pertama disebut pembibitan pendahuluan, yaitu
kecambah ditanam dengan menggunakan plastik polibag kecil sampai bibit
berumur 3 bulan, kemudian tahap kedua bibit tersebut ditanam ke pembibitan
utama yang menggunakan plastik polibag besar selama 9 bulan. Pada sistem
pembibitan tahap tunggal, bibit langsung di tanam di dalam plastik polibag
besar hingga berumur 12 bulan tanpa harus ditanam di dalam plastik polibag
kecil (http://www.warintek.com, 2010).
10
11. BAHAN DAN METODE
Tempat dan waktu percobaan
Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Kelapa Sawit dan
Karet Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara, Medan dengan ketinggian ±25 m di atas permukaan laut mulai bulan
Oktober sampai dengan Desember 2012.
Bahan dan alat
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah bibit kelapa
sawit yang berkecambah sebagai objek percobaan, top dan soil pasir dan TKKS
sebagai campuran media tanam, air sebagai media penyiraman, label nama
sebagai penanda polybag dan bahan-bahan lain yang mendukung percobaan ini.
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah cangkul untuk
mencampurkan media tanam, polybag sebagai tempat media tanam, gembor
sebagai wadah untuk menyiram tanaman, meteran untuk mengukur tinggi
tanaman, ayakan untuk mengayak pasir, jangka sorong untuk mengukur diameter
batang, alat tulis untuk mencatat data, dan top soil serta alat-alat lain yang
mendukung percobaan ini.
Metode percobaan
Metode percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu :
Faktor 1 : Media tanam (M) dengan 2 taraf
M1 = Top Soil + Pasir (2 : 1)
M2 = Sub soil + TKKS (3 : 1)
Faktor 2 : Kompos TKKS (T) dengan 3 taraf
11
12. P0 = 10 gram
P1 = 20 gram
P2 = 30 gram
Maka didapat 6 kombinasi perlakuan, yaitu :
M1P0 M2P0
M1P1 M2P1
M1P2 M2P2
Jumlah ulangan : 3
Jumlah plot per ulangan : 6
Jumlah bibit per polibeg : 1
Jumlah bibit per plot : 2
Jumlah kecambah seluruhnya : 36 bibit
12
13. PELAKSANAAN PERCOBAAN
Persiapan media tanam
Media tanam yang digunakan sesuai dengan masing-masing perlakuan,
yaitu campuran topsoil dan pasir dengan perbandingan 2 : 1 (M1), dan campuran
subsoil dan pupuk kandang sapi dengan perbandingan 3 : 1 (M2).
Aplikasi pupuk NPKMg
Masing-masing perlakuan media tanam dicampur dengan pupuk NPKMg
sesuai dengan perlakuan masing-masing yaitu 10 gram (P0), 20 gram (P1) dan 20
gram (P2) kemudian dimasukkan ke dalam polybag.
Penanaman
Penanaman dilakukan dalam polybag. Bibit kelapa sawit ditanam sedalam
1 cm dalam polybag.
Pemeliharaan tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari pada sore hari dan selanjutnya dikurangi
bila keadaan tanah masih basah dan lembab.
Pengamatan parameter
Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman yang berkecambah sudah berumur 3 bulan, dihitung mulai
dari permukaan tanah sampai bagian tertinggi dari tanaman dengan interval 1
minggu.
Jumlah daun (helai)
Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna.
Perhitungan jumlah daun dilakukan dengan interval 1 minggu.
13
14. Diameter batang (mm)
Diameter batang dihitung dengan menggunakan jangka sorong setiap 1
minggu sekali diukur dari dua sisi batang (arah utara dan selatan), diukur dari
pangkal tanaman tersebut atau ± 1 cm diatas permukaan tanah.
14
15. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi tanaman
Adapun, rataan dari tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel 1. Data dari
tinggi tanaman terdapat pada lampiran 1 sampai 12.
Perlakuan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST Rataan
Media
Tanam
M1 20.17 21.54 21.5 22.3 23.22 23.93 22.11
M2 20.05 21.09 21.9 22.2 22.65 23.43 21.89
Pupuk NPKMg
P0 20.37 21.14 22.06 21.61 21.95 22.6 21.62
P1 20.67 21.8 22.12 22.61 23.14 24.11 22.41
P2 19.28 21.01 21.83 22.52 23.72 24.63 22.17
Interaksi
M1P0 21.12 21.93 21.4 21.78 22.15 22.55 21.82
M1P1 20.78 21.58 21.52 22.45 22.75 23.4 22.08
M1P2 18.6 21.12 21.6 22.68 24.77 25.85 22.44
M2P0 19.62 20.35 20.92 21.45 21.75 22.05 21.02
M2P1 20.56 22.02 22.73 22.78 23.53 24.82 22.74
M2P2 19.97 20.9 22.07 22.37 22.68 24.11 22.02
Adapun rataan tinggi tanaman pada perlakuan media tanam pada 1 MST
yang tertinggi adalah M1 yaitu sebesar 20.17 cm dan terendah adalah M2 yaitu
sebesar 20.05 cm. Pada 2 MST yang tertinggi adalah M1 yaitu sebesar 21.54 cm
dan terendah adalah M0 yaitu sebesar 21.09 cm. Pada 3 MST yang tertinggi
adalah pada M2 yaitu sebesar 21.9 cm dan yang terendah adalah M1 yaitu sebesar
21.5 cm. Pada 4 MST yang tertinggi adalah M1 yaitu sebesar 22.3 cm dan yang
terendah adalah M2 yaitu sebesar 22.2 cm. Pada 5 MST yang tertinggi adalah M1
yaitu sebesar 23.22 cm dan yang terendah M2 yaitu sebesar 22.65 cm. Pada 6
15
16. MST yang tertinggi adalah M1 yaitu sebesar 23.93cm dan yang terendah adalah
23.43 cm. Grafik dari rataan tinggi tanaman pada perlakuan media tanam adalah
sebagai berikut :
Adapun rataan tinggi tanaman pada perlakuan pupuk NPKMg pada 1 MST
yang tertinggi adalah P1 yaitu sebesar 20.67 cm dan terendah adalah P2 yaitu
sebesar 19.28 cm. Pada 2 MST yang tertinggi adalah P1 yaitu sebesar 21.8 cm dan
terendah adalah P2 yaitu sebesar 21.01 cm. Pada 3 MST yang tertinggi adalah
pada P1 yaitu sebesar 22.3 cm dan yang terendah adalah P2 yaitu sebesar 21.83
cm. Pada 4 MST yang tertinggi adalah P1 yaitu sebesar 22.61 cm dan yang
terendah adalah P0 yaitu sebesar 21.61 cm. Pada 5 MST yang tertinggi adalah P2
yaitu sebesar 23.72 cm dan yang terendah P0 yaitu sebesar 21.95 cm. Pada 6
MST yang tertinggi adalah P2 yaitu sebesar 24.63 cm dan yang terendah adalah
P0 yaitu sebesar 22.6 cm. Grafik dari rataan tinggi tanaman pada perlakuan pupuk
NPKMg adalah sebagai berikut :
16
17. Adapun rataan tinggi tanaman pada perlakuan interaksi pada 1 MST yang
tertinggi adalah M1P1 yaitu sebesar 20.78 cm dan terendah adalah M1P2 yaitu
sebesar 18.6 cm. Pada 2 MST yang tertinggi adalah M2P1 yaitu sebesar 22.02 cm
dan terendah adalah M2P0 yaitu sebesar 20.35 cm. Pada 3 MST yang tertinggi
adalah pada M2P1 yaitu sebesar 22.73 cm dan yang terendah adalah M2P0 yaitu
sebesar 20.92 cm. Pada 4 MST yang tertinggi adalah M2P1 yaitu sebesar 22.78
cm dan yang terendah adalah M2P0 yaitu sebesar 21.45 cm. Pada 5 MST yang
tertinggi adalah M1P2 yaitu sebesar 24.77 cm dan yang terendah M2P0 yaitu
sebesar 21.75 cm. Pada 6 MST yang tertinggi adalah M1P2 yaitu sebesar 25.85
cm dan yang terendah adalah M2P0 yaitu sebesar 22.05 cm. Grafik dari rataan
tinggi tanaman pada perlakuan interaksi adalah sebagai berikut :
17
19. Adapun rataan diameter batang pada perlakuan media tanam pada 1 MST
yang tertinggi adalah M1 yaitu sebesar 3.39 mm dan terendah adalah M2 yaitu
sebesar 3.11 mm. Pada 2 MST yang tertinggi adalah M2 yaitu sebesar 3.83 mm
dan terendah adalah M1 yaitu sebesar 3.55 mm. Pada 3 MST yang tertinggi
adalah pada M2 yaitu sebesar 4.33 mm dan yang terendah adalah M1 yaitu
sebesar 4.05 mm. Pada 4 MST yang tertinggi adalah M2 yaitu sebesar 4.77 mm
dan yang terendah adalah M1 yaitu sebesar 4.61 mm. Pada 5 MST yang tertinggi
adalah M2 yaitu sebesar 5.11 mm dan yang terendah M1 yaitu sebesar 4.94 mm.
Pada 6 MST yang tertinggi adalah M1 yaitu sebesar 5.49 mm dan yang terendah
adalah M2 yaitu sebesar 5.22 mm. Grafik dari diameter batang tanaman pada
perlakuan media tanam adalah sebagai berikut :
Adapun rataan diameter batang pada perlakuan pupuk NPKMg pada 1
MST yang tertinggi adalah P1 yaitu sebesar 3.42 mm dan terendah adalah P2
yaitu sebesar 3.08 mm. Pada 2 MST yang tertinggi adalah P1 yaitu sebesar 4.00
mm dan terendah adalah P2 yaitu sebesar 3.5 mm. Pada 3 MST yang tertinggi
adalah pada P0 yaitu sebesar 4.25 mm dan yang terendah adalah P2 yaitu sebesar
19
20. 3.83 mm. Pada 4 MST yang tertinggi adalah P1 yaitu sebesar 5.08 mm dan yang
terendah adalah P2 yaitu sebesar 4.41 mm. Pada 5 MST yang tertinggi adalah P1
yaitu sebesar 5.33 mm dan yang terendah P0 yaitu sebesar 4.83 mm. Pada 6
MST yang tertinggi adalah P1 yaitu sebesar 5.66 mm dan yang terendah adalah P0
yaitu sebesar 5.00 mm. Grafik dari diameter batang tanaman pada perlakuan
pupuk NPKMg adalah sebagai berikut :
Adapun rataan diameter batang pada perlakuan interaksi pada 1 MST yang
tertinggi adalah M1P1 yaitu sebesar 3.67 mm dan terendah adalah M2P2 yaitu
sebesar 3.00 mm. Pada 2 MST yang tertinggi adalah M2P1 yaitu sebesar 4.33 mm
dan terendah adalah M1P2 yaitu sebesar 3.33 mm. Pada 3 MST yang tertinggi
adalah pada M2P1 yaitu sebesar 5.00 mm dan yang terendah adalah M1P2 dan
M2P2 yaitu sebesar 3.83 mm. Pada 4 MST yang tertinggi adalah M2P1 yaitu
sebesar 5.5 mm dan yang terendah adalah M1P2 dan M2P0 yaitu sebesar 4.33
mm. Pada 5 MST yang tertinggi adalah M2P1 yaitu sebesar 6.00 mm dan yang
terendah M2P0 yaitu sebesar 4.67 mm. Pada 6 MST yang tertinggi adalah M2P1
yaitu sebesar 6.00 mm dan yang terendah adalah M2P0 yaitu sebesar 4.67 mm.
20
21. Grafik dari diameter batang tanaman pada perlakuan interaksi adalah sebagai
berikut :
Jumlah daun
Adapun, rataan dari jumlah daun dapat dilihat pada tabel 3. Data dari
jumlah daun terdapat pada lampiran 25 sampai 32.
Perlakuan 1 MST 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST Rataan
Media
Tanam
M1 3.67 3.89 4.33 4.89 5.22 5.22 4.54
M2 3.22 4 4.55 5 5.22 5.22 4.54
Pupuk
NPKMg
P0 3.5 3.84 4.5 4.84 5.17 5.17 4.50
P1 3.67 4.17 4.83 5.34 5.5 5.5 4.84
P2 3.17 3.84 4 4.67 5 5 4.28
Interaksi
M1P0 3.67 4 4.67 5 5.33 5.33 4.67
M1P1 4 4 4.33 5 5 5 4.56
M1P2 3.33 3.67 4 4.67 5.33 5.33 4.39
M2P0 3.33 3.67 4.33 4.67 5 5 4.33
M2P1 3.33 4.33 5.33 5.67 6 6 5.11
M2P2 3 4 4 4.67 4.67 4.67 4.17
21
22. Adapun rataan jumlah daun pada perlakuan media tanam pada 1 MST
yang tertinggi adalah M1 yaitu sebesar 3.67 dan terendah adalah M2 yaitu
sebesar 3.22. Pada 2 MST yang tertinggi adalah M2 yaitu sebesar 4 dan terendah
adalah M1 yaitu sebesar 3.89. Pada 3 MST yang tertinggi adalah pada M2 yaitu
sebesar 4.55 dan yang terendah adalah M1 yaitu sebesar 4.33. Pada 4 MST yang
tertinggi adalah M2 yaitu sebesar 5 dan yang terendah adalah M1 yaitu sebesar
4.89. Pada 5 MST adalah M2 yaitu sebesar 5.22 dan M1 yaitu sebesar 5.22. Pada
6 MST adalah M1 yaitu sebesar 5.22 dan terendah adalah M2 yaitu sebesar 5.22.
Grafik dari jumlah daun tanaman pada perlakuan media tanam adalah sebagai
berikut :
Adapun rataan jumlah daun pada perlakuan pupuk NPKMg pada 1 MST
yang tertinggi adalah P1 yaitu sebesar 3.67 dan terendah adalah P2 yaitu sebesar
3.17. Pada 2 MST yang tertinggi adalah P1 yaitu sebesar 4.17 dan terendah adalah
P0 dan P2 yaitu sebesar 3.84. Pada 3 MST yang tertinggi adalah pada P1 yaitu
sebesar 4.83 dan yang terendah adalah P2 yaitu sebesar 4. Pada 4 MST yang
22
23. tertinggi adalah P1 yaitu sebesar 5.34 dan yang terendah adalah P2 yaitu sebesar
4.67. Pada 5 MST yang tertinggi adalah P1 yaitu sebesar 5.5 dan yang terendah
P2 yaitu sebesar 5. Pada 6 MST yang tertinggi adalah P1 yaitu sebesar 5.5 dan
yang terendah adalah P2 yaitu sebesar 5. Grafik dari jumlah daun tanaman pada
perlakuan pupuk NPKMg adalah sebagai berikut :
Adapun rataan jumlah daun pada perlakuan interaksi pada 1 MST yang
tertinggi adalah M1P1 yaitu sebesar 3.67 mm dan terendah adalah M2P2 yaitu
sebesar 3.00 mm. Pada 2 MST yang tertinggi adalah M2P1 yaitu sebesar 4.33 mm
dan terendah adalah M1P2 yaitu sebesar 3.33 mm. Pada 3 MST yang tertinggi
adalah pada M2P1 yaitu sebesar 5.00 mm dan yang terendah adalah M1P2 dan
M2P2 yaitu sebesar 3.83 mm. Pada 4 MST yang tertinggi adalah M2P1 yaitu
sebesar 5.5 mm dan yang terendah adalah M1P2 dan M2P0 yaitu sebesar 4.33
mm. Pada 5 MST yang tertinggi adalah M2P1 yaitu sebesar 6.00 mm dan yang
terendah M2P0 yaitu sebesar 4.67 mm. Pada 6 MST yang tertinggi adalah M2P1
yaitu sebesar 6.00 mm dan yang terendah adalah M2P0 yaitu sebesar 4.67 mm.
23
24. Grafik dari diameter batang tanaman pada perlakuan interaksi adalah sebagai
berikut :
Pembahasan
Dari hasil diketahui bahwa pada perlakuan media tanam pada 6 MST yang
tertinggi adalah M1 yaitu sebesar 23.93cm dan yang terendah adalah M2 yaitu
sebesar 23.43 cm. Hal ini sesuai dengan literatur PPKS (2008) yang menyatakan
bahwa media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas
baik, misalnya tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 10-220 cm, dan berasal
dari areal pembibitan dan sekitarnya. Bila tanda yang berkualitas digunakan
kurang gembur dapat dicampur dengan pasir dengan perbandingan pasir : tanah =
3 : 1 (kadar pasir tidak melebihi 60 %).
Dari hasil diketahui bahwa pada perlakuan pupuk NPKMg pada 6 MST
yang tertinggi adalah P2 yaitu sebesar 24.63 cm dan yang terendah adalah P0
yaitu sebesar 22.6 cm. Hal ini dipengaruhi oleh dosis pupuk yang tinggi daripada
perlakuan P1 atau P0 dimana peranan pupuk NPKMg merangsang pertumbuhan
24
25. secara keseluruhan khususnya cabang, batang dan daun. Hal ini sesuai dengan
literatur Lingga dan Marsono (2001) yang menyatakan bahwa peranan utama
Nitrogen bagi tanaman adalah merangsang pertumbuhan secara keseluruhan,
khususnya batang , cabang dan daun. Selain itu nitrogen pun berperan penting
dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis.
Dari hasil diketahui bahwa pada perlakuan interaksi pada 6 MST yang
tertinggi adalah M1P2 yaitu sebesar 25.85 cm dan yang terendah adalah M2P0
yaitu sebesar 22.05 cm. Hal ini dipengaruhi oleh media tanam yang cocok untuk
pertumbuhan kelapa sawit serta pemberian pupuk yang tinggi sehingga interaksi
diantara keduanya mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit yang terlihat pada
perlakuan M1P2. Hal ini sesuai dengan literatur http://www.kebonkembang.com
(2008) Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam.
Media tanam yang akan digunakan harus sesuai dengan jenis tanaman yang akan
ditanam.
Dari hasil diketahui bahwa pada perlakuan media tanam pada 6 MST yang
tertinggi adalah M1 yaitu sebesar 5.49 mm dan yang terendah adalah M2 yaitu
sebesar 5.49 mm. Hal ini sesuai dengan literatur PPKS (2008) yang menyatakan
bahwa media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas
baik, misalnya tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 10-220 cm, dan berasal
dari areal pembibitan dan sekitarnya. Bila tanda yang berkualitas digunakan
kurang gembur dapat dicampur dengan pasir dengan perbandingan pasir : tanah =
3 : 1 (kadar pasir tidak melebihi 60 %).
Dari hasil diketahui bahwa pada perlakuan pupuk fosfor pada 6 MST yang
tertinggi adalah P1 yaitu sebesar 5.66 mm dan yang terendah adalah P0 yaitu
25
26. sebesar 5.00 mm. Hal ini dipengaruhi oleh dosis pupuk yang tinggi daripada
perlakuan P1 atau P0 dimana peranan pupuk NPKMg merangsang pertumbuhan
secara keseluruhan khususnya cabang, batang dan daun. Hal ini sesuai dengan
literatur Lingga dan Marsono (2001) yang menyatakan bahwa peranan utama
Nitrogen bagi tanaman adalah merangsang pertumbuhan secara keseluruhan,
khususnya batang , cabang dan daun. Selain itu nitrogen pun berperan penting
dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis.
Dari hasil diketahui bahwa pada perlakuan interaksi pada 6 MST yang
tertinggi adalah M2P1 yaitu sebesar 6.00 mm dan yang terendah adalah M2P0
yaitu sebesar 4.67 mm. Hal ini dipengaruhi oleh media tanam yang cocok untuk
pertumbuhan kelapa sawit serta pemberian pupuk yang tinggi sehingga interaksi
diantara keduanya mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit yang terlihat pada
perlakuan M2P1. Hal ini sesuai dengan literatur http://www.kebonkembang.com
(2008) Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam.
Media tanam yang akan digunakan harus sesuai dengan jenis tanaman yang akan
ditanam.
Dari hasil diketahui bahwa pada perlakuan media tanam pada 6 MST
adalah M1 yaitu sebesar 5.22 dan yang terendah adalah M2 yaitu sebesar 5.22.
Hal ini sesuai dengan literatur PPKS (2008) yang menyatakan bahwa media
tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas baik, misalnya
tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 10-220 cm, dan berasal dari areal
pembibitan dan sekitarnya. Bila tanda yang berkualitas digunakan kurang gembur
dapat dicampur dengan pasir dengan perbandingan pasir : tanah = 3 : 1 (kadar
pasir tidak melebihi 60 %).
26
27. Dari hasil diketahui bahwa pada perlakuan pupuk NPKMg pada 6 MST
yang tertinggi adalah P1 yaitu sebesar 5.5 dan yang terendah adalah P2 yaitu
sebesar 5.00. Hal ini dipengaruhi oleh dosis pupuk yang tinggi daripada perlakuan
P1 atau P0 dimana peranan pupuk NPKMg merangsang pertumbuhan secara
keseluruhan khususnya cabang, batang dan daun. Hal ini sesuai dengan literatur
Lingga dan Marsono (2001) yang menyatakan bahwa peranan utama Nitrogen
bagi tanaman adalah merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya
batang , cabang dan daun. Selain itu nitrogen pun berperan penting dalam
pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam proses fotosintesis.
Dari hasil diketahui bahwa pada perlakuan interaksi pada 6 MST yang
tertinggi adalah M2P1 yaitu sebesar 6.00 mm dan yang terendah adalah M2P0
yaitu sebesar 4.67 mm. Hal ini dipengaruhi oleh media tanam yang cocok untuk
pertumbuhan kelapa sawit serta pemberian pupuk yang tinggi sehingga interaksi
diantara keduanya mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit yang terlihat pada
perlakuan M2P1. Hal ini sesuai dengan literatur http://www.kebonkembang.com
(2008) Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam.
Media tanam yang akan digunakan harus sesuai dengan jenis tanaman yang akan
ditanam.
27
28. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Rataan tinggi tanaman 6 MST tertinggi adalah pada perlakuan M1 sebesar
23.93 cm, perlakuan P2 sebesar 24.63 cm, perlakuan M1P2 sebesar 25.85
cm dan terendah adalah perlakuan M2 sebesar 23.43 cm, perlakuan P0
sebesar 22.6 cm serta interaksi M1P0 sebesar 22.55 cm.
2. Rataan diameter batang tanaman 6 MST tertinggi adalah pada perlakuan
M1 sebesar 5.49 mm, perlakuan P1 sebesar 5.66 mm, perlakuan M2P1
sebesar 6 mm dan terendah adalah perlakuan M2 sebesar 5.22 mm,
perlakuan P0 sebesar 5 mm serta interaksi M2P0 sebesar 4.67 mm.
3. Rataan jumlah daun tanaman 6 MST tertinggi adalah pada perlakuan M1
sebesar 5.22, perlakuan P1 sebesar 5.55, perlakuan M2P1 sebesar 6.00 dan
terendah adalah perlakuan M2 sebesar 5.22, perlakuan P2 sebesar 5 serta
interaksi M2P2 sebesar 4.67.
4. Pada perlakuan media tanam yang terbaik adalah M1 yaitu top soil + pasir
dengan perbandingan 2 : 1.
5. Pada perlakuan pupuk NPKMg yang terbaik adalah P1 yaitu 10 gr.
Saran
Diharapkan kepada praktikan agar melakukan pengukuran dan pengambilan
data secara teliti dan merawat tanaman agar tidak mati.
28
29. DAFTAR PUSTAKA
Agustira, M. A., A. Kurniawan, Dja’far, D. Siahaan, L. Buana, dan T. Wahyono,
2008. Tinjauan Ekonomi Industri Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa
Sawit, Medan.
Balitbang Pertanian, 1992. Lima Tahun Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian, Republik Indonesia.
Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti., I. Satyawibawa dan R. Hartono. 2003. Kelapa Sawit.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Hadi, M. M., 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Adicita Karya Nusa,
Yogyakarta.
Hartman, H., T., W. J. Klacker, A. M. Kofrarek. 1998. Plant Science. Prentice
Hall Inc., New Jersey.
Http://www.ditjenbun.deptan.go.id., 2010. Limbah Kelapa sawit. Diakses tanggal
10 April 2010.
Http://www.warintek.com., 2010. Komoditi Kelapa Sawit. Diakses tanggal 10
April 2010.
Http://www.wuryan.wordpress.com., 2010. Kelapa Sawit. Diakses tanggal 10
April 2010.
Kartasapoetra, A. G., 1988. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bina
Aksara, Jakarta.
Lubis, A. U., 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat
Penelitian Perkebunan Marihat Bandar Kuala, Pematang Siantar.
Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun, 2003. Manajemen Agribisnis Kelapa
Sawit. UGM Press, Yogyakarta.
PPKS, 2008. Teknologi Kultur teknis dan Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
PTPN IV., 1996. Vademecum Kelapa Sawit. PT Perkebunan Nusantara IV Bah
Jambi, Pematang Siantar.
Sastrosayono, S., 2008. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Setyamidjaja, D., 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius, Yogyakarta.
Sianturi, H. S. D., 1991. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. USU Press, Medan.
29
30. Sunarko, 2009. Petunjuk Budidaya Dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Tim Penulis PS, 1997. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Wahyono, T., R. Nurkhoiry, dan M. A. Agustina, 1995. Profil Kelapa Sawit di
Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.
30