SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
BAB I
                               PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

       Tanaman karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) merupakan salah satu

komoditi pertanian yang penting, baik untuk lingkup internasional dan teristimewa

bagi Indonesia. Selain sebagai sumber devisa negara non-migas, karet juga menjadi

sumber penghasilan hidup bagi banyak petani. Sumber devisa ini dikembangkan

melalui peningkatan efisiensi pengolahan dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya

alam, tenaga kerja, modal, dan teknlogi yang tersedia. Indonesia merupakan negara

dengan perkebunan karet terluas di dunia, yaitu 3.4 juta hektar mengungguli

Thailand sebagai negara penghasil karet tertinggi pertama dunia yang hanya

memiliki luas lahan penanaman 2.4 juta hektar. Akan tetapi tingkat produktivitas

tanaman karet ratarata di Indonesia pada tahun 2007 baru mencapai 996 kg/ha/thn.

Tingkat produktivitas rata-rata tanaman karet Indonesia ini masih lebih rendah

dibandingkan Thailand, yaitu 1675 kg/ha/thn.

       Pada praktikum yang telah kami laksanakan, terdapat beberapa teknik

budidaya tenaman karet yaitu :      1). Identifikasi kebun entres. Kebun entres

merupakan kebun yang menghasilkan mata tunas. Dalam rangka meningkatkan peran

perbenihan khususnya sumber benih entres karet perlu dilakukan pengawasan kebun

entres pada kebun-kebun entres baik milik perusahaan perkebunan, dinas perkebunan

maupun milik petani mempunyai kebun entres. 2). Pendederan (Pembuatan kebun

batang bawah). Bibit batang bawah adalah bibit yang digunakan sebagai tempat

menempelkan mata tunas pada proses okulasi. Benih yang di gunakan sebagai batang

bawah sekurang-kurangnya berasal dari biji pilihan propellegitim yaitu biji yang
diketahui pohon induk asalnya. Pendederan dilakukan untuk memperoleh bibit

tanam. Pendederan dilakukan pada petak yang berukuran 3x 1 m, dengan naungan.

3). Persiapan Bahan Tanam (okulasi). Okulasi adalah salah satu cara perbanyakan

tanaman secara vegetatif melalui penempelan mata entres ke batang yang sejenis

dengan tujuan mendapat sifat yang unggul. 4). Pembuatan bibit 3 in 1. Ada beberapa

keunggulan dari bibit karet kaki 3 yaitu tidak mudah roboh,pertumbuhan cepat. 5).

Pengajiran dan penanaman. Kerapatan tanaman merupakan salah satu factor yang

mempengaruhi tingkat produksi tanaman perkebunan. Jarak tanam harus disesuaikan

dengan keadaan topografi areal yang akan kita tanami. Pengajiran adalah dasarnya

pemancangan untuk meluruskan dan mengatur ketentuan jarak tanaman, maka

pengajiran perlu dilakukan. 6). Pemeliharaan dan Penyadapan. Pemeliharaan

tanaman karet diantaranya Penyulaman, penunasan/pewiwiwilan,         pengendalian

gulma, pemupukan, pengendalian Hama dan penyakit. Penyadapan adalah tindakan

memotong jaringan-jaringan pembuluh sehingga lateks yang merupakan hasil seleksi

tanaman keluar dari pembuluh-pembuluh tersebut.



B. Tujuan

       Adapun tujuan dari Pembuatan laporan ini yaitu agar setiap mahasiswa dapat

mengetahui teknik budidaya tanaman karet yang dimulai dari pembuatan kebun

entres, pembuatan batang bawah dan okulasi, penss=dederan, pengajiran, serta dapat

melakukan penyadapan



                                      BAB II
                                TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistematika tanaman Karet ( Hevea brasilliensis)

Menurut Strasburgers (2004) taksonomi karet, yaitu:

Divisi           : Spermatophyta

Sub divisi       : Angiospermae

Class            : Dicotyledoneae

Sub class        : Tricoccae

Familli          : Euphorbiaceae

Genus            : Hevea

Spesies          : Hevea brasilliensis Muell Arg.

          BOTANI

          Tanaman karet merupakan pohon dengan ke tinggiannya dapat mencapai 30-

40 m. sistem perakarannya padat/kompak akar tunggangnya dapat menghujam tanah

hingga kedalaman 1-2 m, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m.

Batangya bulat/silindris, kulit kayunya halus, rata, berwarna pucat hingga

kecoklatan, sedikit bergabus (Syamsulbahri,1996).

          Daun karet berwarna hijau dan ditopang oleh tangkai daun utama dan tangkai

anak daun. Panjang tangkai daun utama antara 3-20 cm, sedangkan tangkai anak

daunnya antara 3-10 cm. Pada setiap helai daun karet biasanya terdapat tiga helai

anak daun. Pada musim kemarau daun menjadi kuning atau merah (setiawan,2000).

          Pada satu karangan bunga (inflorensia) pada umumnya terdapat 3-15 malai.

Bunga betina dalam satu malai bervariasi antara 0-30 bunga, umumnya 4-6 bunga

betina terbentuk di ujung sumbu-sumbu malai. Jumlah bunga dalan satu pohon
bervariasi pada keaadan pembungaan yang cukup baik, jumlah bunga betina dapat

mencapai 6000-8000 bunga per pohon. Bunga jantan terdapat pada bagian bawah

malai dan ukurannya lebih kecil, sedangkan bunga betina ukurannya lebih besar dari

pada bunga jantan dan berbentuk bulat (bundar). Jumlah bunga jantan dalam satu

pohon dapat mencapai 60-70 kali lebih banyak dari bunga betina (Siagian, 2006).

         Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi, jumlah biji biasanya tiga,

kadang enam, sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras.

Warnanya cokelat kehitaman dengan bercak- bercak berpola yang khas (Pathamus,

1982).



Syarat Tumbuh

         Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim

untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya.

a. Iklim

         Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan

150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai

produksinya juga terlambat.

Curah hujan

         Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai

4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun

demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang.



Tinggi tempat
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan

ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut

tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara

25oC sampai 35oC.

Angin

        Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk

penanaman karet.

b. Tanah

        Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih

mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini

disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet

dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat

fisiknya.

        Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik

tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis

mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman

air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik

karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat

fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara

pH 3,0 ‐ pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0.




B. Budidaya tanaman Karet
1. Identifikasi kebun entres

       Bahan tanaman karet yang dianjurkan adalah bahan tanam klon yang

diperbanyak secara okulasi. Dibandingkan dengan bibit semaian, penggunaan bahan

tanam klon sangat menguntungkan karena produktivitas tanaman lebih tinggi, masa

tanaman menghasilkan lebih cepat, tanaman lebih seragam. Agar sasaran pemerintah

tersebut dapat berhasil, maka perlu didukung dengan ketersediaan benih karet unggul

bermutu baik benih/biji untuk batang bawah maupun entres untuk batang atas

secara 6 (enam) tepat yaitu (mutu, jumlah, jenis, waktu, lokasi dan harga).

       Untuk ketersediaan entres karet maka kebun-kebun entres yang ada sebagai

sumber benih batang atas perlu dilakukan pemurnianPenanaman kebun entres

merupakan bagian terpenting dalam proses penyediaan bibit karet klon unggul

karena untuk mendapatkan hasil tanam yang baik diperlukan entres yang baik. Mata

okulasi dapat diambil dari dua sumber yakni berupa entres cabang dari kebun

produksi( kebun penghasil lateks) atau entres dari kebun entres murni tetapi yang

paling baik adalah entres yang diperoleh dari kebun entres murni karena entress

cabang akan menghasilkan tanaman yang tidak seragam dan keberhasilan okulasinya

rendah selain itu pengambilan entres akan mengganggu tanaman pokoknya .

(http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/wr323108.pdf)

       Permintaan bibit karet klon unggul terus meningkat sehingga perlu diimbangi

dengan pembangunan kebun entres secara optimal. Kebun entres merupakan

penyimpan materi genetik dan sumber mata entres untuk membuat bibit karet klonal

dengan cara okulasi. Karena itu, kebun entres harus teridentifikasi dengan jelas, ada

nama, ada pembatas yang memisahkan antara klon satu dengan lainnya.
Tanaman karet terdiri atas banyak klon. Saat tanaman masih muda, klon

mudah dikenali melalui daunnya. Bila tanaman telah tua,selain melalui daun, klon

karet bisa dikenali melalui batang dan percabangannya. Bahan tanaman karet bisa

dalam bentuk stum mata tidur yang lebih akrab disebut OMT. Bentuk OMT seperti

batang yang panjangnya lebih kurang 40 cm denganmata okulasi yang menempel,

berasal dari batang entres. Siapa pun sulit mengetahui jenis klon tanaman karet

dalam bentuk OMT maupun batang entres bila tidak ada daun yang bisa dikenali,

kecuali ada catatan asal usulnya. Oleh karena itu, setiap OMT maupun batan entres

harus diberi tanda pengenal atau kode yang jelas pada setiapbatang, plastik

pembungkus atau kotak kemasannya. Tanda pengenal bisa menggunakan cat kayu,

tali rafia, lilin berwarna atau apa saja yang memudahkan pemisahan satu. ( Siagian,

2006)

        Faktor Kunci Mengelola Klon dan Entres Karet Permintaan bibit karet klon

unggul terus meningkat sehingga perlu diimbangi dengan pembangunan kebun entres

secara optimal. Kebun entres merupakan penyimpan materi genetik dan sumber mata

entres untuk membuat bibit karet klonal dengan cara okulasi. Karena itu, kebun

entres harus teridentifikasi dengan jelas, ada nama, ada pembatas yang memisahkan

antara klon satu dengan lainnya. klon dengan klon lainnya sehingga tidak terjadi

pencampuran klon. Pemberian tanda pengenal atau kode sangat mudah dan

murah,tetapi bila hal itu diabaikan akan berakibat fatal. Pemberian tanda pengenal

pada tiap batang diperlukan terutama bila bahan tanaman akan diterimakan kepada

pihak lain dan berpindah tempat dalam bentuk kemasan. Dalam pengiriman entres,
tanda pengenal tiap batang merupakan keharusan. Setiap klon harus diberi tanda.

   ( Pusat penelitian karet, 2003 )

           Sumber mata entres sangat berpengaruh terhadap mutu tanaman. Karena

   kekurangan mata entres pada waktu membuat bibit, petani sering menggunakan mata

   entres seadanya tanpa     memperhitungkan akibatnya. Standar mutu kebun entres

   sering tidak bisa dipenuhi sehingga produktivitas menurun meskipun pemeliharaan

   cukup baik. Selama entres masih dalam tegakan tanaman, mata entres dalam kondisi

   segar. Namun bila telah dipotong, daya tumbuhnya cepat menurun, bahkan tidak

   mampu bertahan lebih dari 24 jam. Oleh karena itu, begitu entres dipotong, mata

   entres harus segera ditempelkan ke batang bawah. Mata entres atau mata okulasi

   yang baik memiliki karakter: (1) mampu menempel pada batang bawah; (2) mampu

   pecah atau melentis tepat pada waktunya (15-21 hari ); dan (3) mampu tumbuh

   menjadi tunas sebagai calon tanaman dewasa.

           Batang entres yang normal memiliki diameter 2,0-2,5 cm, telah cukup tua,

   dan siap dipotong untuk digunakan sebagai bahan okulasi. Kemampuan mata okulasi

   untuk menempel pada batang bawah merupakan penggabungan antara kambium

   yang ada pada permukaan dalam kulit kayu okulasi dan yang ada pada permukaan

   kayu.

           Desain Rancangan Kebun Entres Sebaiknya kebun entres yang dibangun

   terdiri dari beberapa jenis klon dan setiap klon minimal 100 batang. Penempatan

   klon-klon tersebut diatur dalam petakpetak pada satu areal dengan batas yang jelas

   dan jarak antar petak 2 (dua) meter untuk mencegah tercampurnya antar klon.

2. Pendederan ( Pembuatan kebun batang bawah)
Perkembangbiakan tanaman karet di Indonesia sudah sangat meluas karena

penggunaan bibit bermutu tinggi sudah memperoleh keunggulan bibit yang

berkelanjutan walaupun bibit bermutu merupakan modal yang relatif kecil tanpa

dampaknya terhadap produktivritas dan efisiensi sangat besar. Olehkarena itu

pengadaan bibit bermutu tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan

kebun.

         Sampai sekarang perbanyaakan tanaman karet masih dilakukan dengan teknik

sederhana, pelaksanaan okulasi memerlukan tersedianya tanaman semaian sebagai

batang bawah dan mata entres. Untuk mendapatkan boibit karet hasil okulasi yan g

bermutu tinggi diperlukan ketersediaan biji anjuran untuk batang bawah dan entres

anjuran untuk batang atasnya. Untuk mendapatkan batang atas yang berkualitas atau

bermutu diperlukan ketersediaan kebun entres yang terdiri atas klon-klon karet

unggul anjuran yang berasal dari kebun entres yang murni. Untuk memurnikan

kebun entres diperlukan kemampuan pengenalan masing-masing klon anjuran

tersebut.

         Mutu benih perlu diperhatikan untuk mendapatkan pertumbuhan batang

bawah yang baik dari sifat genetik, fisiologis, dan fisisnya. Dari batang bawah yang

akan menentukan daya gabungnya dengan batang atas, yang selanjutnya akan

berpengareuh terhadap pertumbuhan dan produksi.

         Biji yang sudah dipilih dan diseleksi harus segera dikecambahkan dalam

bedeng perkecambahan. Biji karet harus disemaikan dalam suatu media yang lembab

dan tidak terkena      sinar matahari    langsung untuk mempermudah          proses

pengecambahan. Untuk itu perlu diberikan bedengan dengan media lembab dan
ternaungi. Bedengan perkecambahan berbentuk persegi panjang berukuran lebar 1.2

m, panjang 10 m dengan kapasitas 10.000 biji. Media yang digunakan untuk

pertumbuhan adalah pasir atau serbuk gergaji setebal 10 cm. Bedengan diberi atap

rumbia atau pelepah kelapa dengan ketinggian 1.5 meter dibagian Timur dan 1.2

meter di bagian Barat. Penanaman biji dilakukan dengan cara 2/3 bagian biji (bagian

perut) dibenamkan dalam media pasir dan 1/3 bagian lagi (bagian punggung) berada

di permukaan pasir. Biji ditanam berbaris dengan jarak antar barisan 1cm. Setelah di

semai maka biji dalam bedengan harus disiram dengan air pagi dan sore hari dengan

menggunakan gembor. Kecambah yang baik akan muncul pada umur 5 – 21 hari

setelah penyemaian biji. Biji yang berkecambah di atas 21 hari sebaiknya tidak

digunakan karena pertumbuhannya sudah tidak bagus. Lokasi semaian sebaiknya

dekat dengan lahan bibitan untuk memudahkan dalam pemindahan dan penanaman.

Untuk memudahkan pemungutan biji, minimal sebulan sebelum biji jatuh, areal

pemungutan dibersihkan. Sekitar dua hari sebelum pemungutan biji, dilakukan

pemungutan pendahuluan untuk memastikan bahwa biji yang dikumpulkan adalah

biji yang masih segar. Pemungutan dan pengumpulan biji sebaiknya dilakukan setiap

dua hari sekali, agar biji yang diperoleh tetap segar dan daya tumbuhnya tinggi. Biji

yang jatuh pada areal pembatas sebaiknya tidak dipungut, karena dikhawatirkan

tercampur dengan biji dari klon bukan anjuran sebagai benih untuk batang bawah.

       Biji yang sudah diseleksi dapat langsung didederkan pada bedengan

persemaian untuk dikecambahkan. Media untuk pendederan berupa pasir atau serbuk

gergaji, dan diberi naungan. Media pendederan harus selalu lembap. Untuk itu perlu

penyiraman dua kali sehari pada pagi dan sore. Pendederan biji dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu biji diatur berjajar dengan jarak antarbiji 1 cm, atau biji

   ditebar dengan posisi biji tengkurap. Pendederan biji dengan cara diatur mempunyai

   keuntungan, yaitu pemindahan kecambah lebih mudah karena pertumbuhannya

   relatif seragam dan dapat dilakukan sampai stadium pancing.

          Bila pendederan dengan ditebar, pemindahan kecambah harus dilakukan lebih

   cepat, yaitu pada stadium mentis atau stadium bintang. Bila pemindahan terlambat,

   akan dihasilkan bibit yang berakar bengkok atau bercabang akibat akar putus pada

   saat pemindahan ke lapangan. Kecambah yang baik akan mentis dalam selang waktu

   5-14 hari setelah pendederan. Kecambah yang baru mentis setelah 14 hari setelah

   pendederan sebaiknya tidak ditanam di kebun pembibitan batang bawah karena

   pertumbuhannya akan terlambat. Karena itu, untuk memperoleh bibit unggul prima

   sebaiknya digunakan biji yang berkecambah di bawah 14 hari.

          Untuk penanaman ke lapangan, kecambah diambil dari bedengan pendederan

   dengan hati-hati agar tidak merusak bakal akar. Penanaman sebaiknya dilakukan

   pada pagi atau sore hari untuk menghindari stres di lapangan. Kecambah diangkut

   dengan menggunakan ember berisi air atau dengan nyiram. Dengan pemeliharaan

   yang baik (penyiangan dan pemupukan), pada umur 4-6 bulan bibit batang bawah

   dapat diokulasi dengan teknik okulasi hijau, atau setelah batang bawah berumur 6-18

   bulan dapat dilakukan okulasi dengan teknik okulasi coklat. Batang atas

   menggunakan entres prima (mata okulasi dari ketiak daun) dari kebun entres klon

   batang atas yang terpilih.



3. Persiapan Bahan tanam (Okulasi)

More Related Content

What's hot

Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihTidar University
 
Laporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambahLaporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambahTidar University
 
IDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMAIDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMANovia Dwi
 
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...Moh Masnur
 
Acara iv pemeliharaan tanaman
Acara iv pemeliharaan tanamanAcara iv pemeliharaan tanaman
Acara iv pemeliharaan tanamanperdos5 cuy
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...UNESA
 
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan camLaporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan camfahmiganteng
 
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi TanamanPeranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanamanita wahyu
 
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN Repository Ipb
 
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihStruktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihNur Haida
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygzahrahoca
 
Laporan praktikum besar benih
Laporan praktikum besar benihLaporan praktikum besar benih
Laporan praktikum besar benihTidar University
 
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanfahmiganteng
 
Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
 Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkokFebrina Tentaka
 
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Arif nor fauzi
 
Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1
Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1
Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1NURUL FADLI
 
Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik PengendaliannyaAnkardiansyah Pandu Pradana
 
Laporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulmaLaporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulmaTidar University
 

What's hot (20)

Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
 
Laporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambahLaporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambah
 
IDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMAIDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMA
 
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
 
Acara iv pemeliharaan tanaman
Acara iv pemeliharaan tanamanAcara iv pemeliharaan tanaman
Acara iv pemeliharaan tanaman
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
 
mikropropagasi
mikropropagasimikropropagasi
mikropropagasi
 
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan camLaporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
 
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi TanamanPeranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Peranan Naungan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
 
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
 
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihStruktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
 
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik ygFaktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
Faktor biotik biotik dan abiotik dg biotik yg
 
Laporan praktikum besar benih
Laporan praktikum besar benihLaporan praktikum besar benih
Laporan praktikum besar benih
 
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
 
Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
 Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
Laporan praktikum pembiakan vegetatif okulasi, grafting dan cangkok
 
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3Laporan praktikum teknologi benih acara 3
Laporan praktikum teknologi benih acara 3
 
Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1
Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1
Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1
 
Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik PengendaliannyaPenyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik Pengendaliannya
Penyakit Pada Tanaman Kopi dan Teknik Pengendaliannya
 
Laporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulmaLaporan pengendalian gulma
Laporan pengendalian gulma
 
9. pengujian-benih
9. pengujian-benih9. pengujian-benih
9. pengujian-benih
 

Viewers also liked

Presentasi Karet
Presentasi KaretPresentasi Karet
Presentasi KaretAgam Real
 
Manajemen dan teknologi_budidaya_karet
Manajemen dan teknologi_budidaya_karetManajemen dan teknologi_budidaya_karet
Manajemen dan teknologi_budidaya_karetKrisanto Krisanto
 
Ppt proses pengolahan karet menta firman ahyuda
Ppt proses pengolahan karet menta firman ahyudaPpt proses pengolahan karet menta firman ahyuda
Ppt proses pengolahan karet menta firman ahyudafirmanahyuda
 
Hama dan penyakit tanaman karet
Hama dan penyakit tanaman karetHama dan penyakit tanaman karet
Hama dan penyakit tanaman karetfebrianiwijaya7
 
Teknologi budidaya karet
Teknologi budidaya karetTeknologi budidaya karet
Teknologi budidaya karetHerry Mulyadie
 
Bab 3 perwakilan diplomatik
Bab 3 perwakilan diplomatikBab 3 perwakilan diplomatik
Bab 3 perwakilan diplomatikHerlina Gunawan
 
Penjilitan laporan kesuburan tanah dan pemupukan
Penjilitan laporan kesuburan tanah dan pemupukanPenjilitan laporan kesuburan tanah dan pemupukan
Penjilitan laporan kesuburan tanah dan pemupukanNiko Utomo
 
Produktivitas getah karet (hevea brasiliensis muell. arg) pada pola pertanama...
Produktivitas getah karet (hevea brasiliensis muell. arg) pada pola pertanama...Produktivitas getah karet (hevea brasiliensis muell. arg) pada pola pertanama...
Produktivitas getah karet (hevea brasiliensis muell. arg) pada pola pertanama...Hananto Maryan Wiguna
 
Persentasi tanaman karet
Persentasi tanaman karetPersentasi tanaman karet
Persentasi tanaman karetHerry Mulyadie
 
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan TanahLaporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan Tanahedhie noegroho
 
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman karet
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman karetPengendalian hama dan penyakit pada tanaman karet
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman karethome
 
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGANLAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGANFebrina Tentaka
 
Menghitung harga pokok penjualan (hpp)
Menghitung harga pokok penjualan (hpp)Menghitung harga pokok penjualan (hpp)
Menghitung harga pokok penjualan (hpp)WADIYO .
 
1. sop lobang tanam
1. sop lobang tanam1. sop lobang tanam
1. sop lobang tanamNiko Utomo
 

Viewers also liked (20)

Presentasi Karet
Presentasi KaretPresentasi Karet
Presentasi Karet
 
Manajemen dan teknologi_budidaya_karet
Manajemen dan teknologi_budidaya_karetManajemen dan teknologi_budidaya_karet
Manajemen dan teknologi_budidaya_karet
 
Ppt proses pengolahan karet menta firman ahyuda
Ppt proses pengolahan karet menta firman ahyudaPpt proses pengolahan karet menta firman ahyuda
Ppt proses pengolahan karet menta firman ahyuda
 
Presentasi karet ^ ^
Presentasi karet ^ ^Presentasi karet ^ ^
Presentasi karet ^ ^
 
Hama dan penyakit tanaman karet
Hama dan penyakit tanaman karetHama dan penyakit tanaman karet
Hama dan penyakit tanaman karet
 
Teknologi budidaya karet
Teknologi budidaya karetTeknologi budidaya karet
Teknologi budidaya karet
 
Presentasi no 6 3_proposal tanaman kedelai
Presentasi no 6 3_proposal tanaman kedelaiPresentasi no 6 3_proposal tanaman kedelai
Presentasi no 6 3_proposal tanaman kedelai
 
Budidaya jagung
Budidaya jagungBudidaya jagung
Budidaya jagung
 
Laporan 2
Laporan 2Laporan 2
Laporan 2
 
Bab 3 perwakilan diplomatik
Bab 3 perwakilan diplomatikBab 3 perwakilan diplomatik
Bab 3 perwakilan diplomatik
 
Penjilitan laporan kesuburan tanah dan pemupukan
Penjilitan laporan kesuburan tanah dan pemupukanPenjilitan laporan kesuburan tanah dan pemupukan
Penjilitan laporan kesuburan tanah dan pemupukan
 
Produktivitas getah karet (hevea brasiliensis muell. arg) pada pola pertanama...
Produktivitas getah karet (hevea brasiliensis muell. arg) pada pola pertanama...Produktivitas getah karet (hevea brasiliensis muell. arg) pada pola pertanama...
Produktivitas getah karet (hevea brasiliensis muell. arg) pada pola pertanama...
 
Persentasi tanaman karet
Persentasi tanaman karetPersentasi tanaman karet
Persentasi tanaman karet
 
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan TanahLaporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
 
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman karet
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman karetPengendalian hama dan penyakit pada tanaman karet
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman karet
 
Proses pengolahan karet
Proses pengolahan karetProses pengolahan karet
Proses pengolahan karet
 
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGANLAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
 
Karet
KaretKaret
Karet
 
Menghitung harga pokok penjualan (hpp)
Menghitung harga pokok penjualan (hpp)Menghitung harga pokok penjualan (hpp)
Menghitung harga pokok penjualan (hpp)
 
1. sop lobang tanam
1. sop lobang tanam1. sop lobang tanam
1. sop lobang tanam
 

Similar to MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TANAMAN KARET MELALUI TEKNIK BUDIDAYA (20)

BUDIDAYA KARET.ppt
BUDIDAYA KARET.pptBUDIDAYA KARET.ppt
BUDIDAYA KARET.ppt
 
Presentasi kl
Presentasi klPresentasi kl
Presentasi kl
 
Singkong
SingkongSingkong
Singkong
 
Teknis Bisnis Buah Apel
Teknis Bisnis Buah ApelTeknis Bisnis Buah Apel
Teknis Bisnis Buah Apel
 
Tanaman kakao
Tanaman kakaoTanaman kakao
Tanaman kakao
 
Tanaman kakao
Tanaman kakaoTanaman kakao
Tanaman kakao
 
Pedoman Teknis Budidaya Hebras
Pedoman Teknis Budidaya HebrasPedoman Teknis Budidaya Hebras
Pedoman Teknis Budidaya Hebras
 
Zaras
ZarasZaras
Zaras
 
3 draft proposal
3 draft proposal3 draft proposal
3 draft proposal
 
Proposal singkong
Proposal singkongProposal singkong
Proposal singkong
 
Ferli dasgron
Ferli dasgronFerli dasgron
Ferli dasgron
 
Prospek serai wangi
Prospek serai wangiProspek serai wangi
Prospek serai wangi
 
Talas
TalasTalas
Talas
 
Stroberi
StroberiStroberi
Stroberi
 
Tinjauan pustaka
Tinjauan pustakaTinjauan pustaka
Tinjauan pustaka
 
Tinjauan pustaka
Tinjauan pustakaTinjauan pustaka
Tinjauan pustaka
 
Budidaya Tanaman Gambir
Budidaya Tanaman GambirBudidaya Tanaman Gambir
Budidaya Tanaman Gambir
 
Teknis budidaya panili
Teknis budidaya paniliTeknis budidaya panili
Teknis budidaya panili
 
Kumis kucing
Kumis kucingKumis kucing
Kumis kucing
 
Manggis
ManggisManggis
Manggis
 

MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TANAMAN KARET MELALUI TEKNIK BUDIDAYA

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting, baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Selain sebagai sumber devisa negara non-migas, karet juga menjadi sumber penghasilan hidup bagi banyak petani. Sumber devisa ini dikembangkan melalui peningkatan efisiensi pengolahan dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam, tenaga kerja, modal, dan teknlogi yang tersedia. Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia, yaitu 3.4 juta hektar mengungguli Thailand sebagai negara penghasil karet tertinggi pertama dunia yang hanya memiliki luas lahan penanaman 2.4 juta hektar. Akan tetapi tingkat produktivitas tanaman karet ratarata di Indonesia pada tahun 2007 baru mencapai 996 kg/ha/thn. Tingkat produktivitas rata-rata tanaman karet Indonesia ini masih lebih rendah dibandingkan Thailand, yaitu 1675 kg/ha/thn. Pada praktikum yang telah kami laksanakan, terdapat beberapa teknik budidaya tenaman karet yaitu : 1). Identifikasi kebun entres. Kebun entres merupakan kebun yang menghasilkan mata tunas. Dalam rangka meningkatkan peran perbenihan khususnya sumber benih entres karet perlu dilakukan pengawasan kebun entres pada kebun-kebun entres baik milik perusahaan perkebunan, dinas perkebunan maupun milik petani mempunyai kebun entres. 2). Pendederan (Pembuatan kebun batang bawah). Bibit batang bawah adalah bibit yang digunakan sebagai tempat menempelkan mata tunas pada proses okulasi. Benih yang di gunakan sebagai batang bawah sekurang-kurangnya berasal dari biji pilihan propellegitim yaitu biji yang
  • 2. diketahui pohon induk asalnya. Pendederan dilakukan untuk memperoleh bibit tanam. Pendederan dilakukan pada petak yang berukuran 3x 1 m, dengan naungan. 3). Persiapan Bahan Tanam (okulasi). Okulasi adalah salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif melalui penempelan mata entres ke batang yang sejenis dengan tujuan mendapat sifat yang unggul. 4). Pembuatan bibit 3 in 1. Ada beberapa keunggulan dari bibit karet kaki 3 yaitu tidak mudah roboh,pertumbuhan cepat. 5). Pengajiran dan penanaman. Kerapatan tanaman merupakan salah satu factor yang mempengaruhi tingkat produksi tanaman perkebunan. Jarak tanam harus disesuaikan dengan keadaan topografi areal yang akan kita tanami. Pengajiran adalah dasarnya pemancangan untuk meluruskan dan mengatur ketentuan jarak tanaman, maka pengajiran perlu dilakukan. 6). Pemeliharaan dan Penyadapan. Pemeliharaan tanaman karet diantaranya Penyulaman, penunasan/pewiwiwilan, pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian Hama dan penyakit. Penyadapan adalah tindakan memotong jaringan-jaringan pembuluh sehingga lateks yang merupakan hasil seleksi tanaman keluar dari pembuluh-pembuluh tersebut. B. Tujuan Adapun tujuan dari Pembuatan laporan ini yaitu agar setiap mahasiswa dapat mengetahui teknik budidaya tanaman karet yang dimulai dari pembuatan kebun entres, pembuatan batang bawah dan okulasi, penss=dederan, pengajiran, serta dapat melakukan penyadapan BAB II TINJAUAN PUSTAKA
  • 3. A. Sistematika tanaman Karet ( Hevea brasilliensis) Menurut Strasburgers (2004) taksonomi karet, yaitu: Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Sub class : Tricoccae Familli : Euphorbiaceae Genus : Hevea Spesies : Hevea brasilliensis Muell Arg. BOTANI Tanaman karet merupakan pohon dengan ke tinggiannya dapat mencapai 30- 40 m. sistem perakarannya padat/kompak akar tunggangnya dapat menghujam tanah hingga kedalaman 1-2 m, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m. Batangya bulat/silindris, kulit kayunya halus, rata, berwarna pucat hingga kecoklatan, sedikit bergabus (Syamsulbahri,1996). Daun karet berwarna hijau dan ditopang oleh tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama antara 3-20 cm, sedangkan tangkai anak daunnya antara 3-10 cm. Pada setiap helai daun karet biasanya terdapat tiga helai anak daun. Pada musim kemarau daun menjadi kuning atau merah (setiawan,2000). Pada satu karangan bunga (inflorensia) pada umumnya terdapat 3-15 malai. Bunga betina dalam satu malai bervariasi antara 0-30 bunga, umumnya 4-6 bunga betina terbentuk di ujung sumbu-sumbu malai. Jumlah bunga dalan satu pohon
  • 4. bervariasi pada keaadan pembungaan yang cukup baik, jumlah bunga betina dapat mencapai 6000-8000 bunga per pohon. Bunga jantan terdapat pada bagian bawah malai dan ukurannya lebih kecil, sedangkan bunga betina ukurannya lebih besar dari pada bunga jantan dan berbentuk bulat (bundar). Jumlah bunga jantan dalam satu pohon dapat mencapai 60-70 kali lebih banyak dari bunga betina (Siagian, 2006). Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi, jumlah biji biasanya tiga, kadang enam, sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras. Warnanya cokelat kehitaman dengan bercak- bercak berpola yang khas (Pathamus, 1982). Syarat Tumbuh Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya. a. Iklim Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat. Curah hujan Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang. Tinggi tempat
  • 5. Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 25oC sampai 35oC. Angin Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet. b. Tanah Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 ‐ pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. B. Budidaya tanaman Karet
  • 6. 1. Identifikasi kebun entres Bahan tanaman karet yang dianjurkan adalah bahan tanam klon yang diperbanyak secara okulasi. Dibandingkan dengan bibit semaian, penggunaan bahan tanam klon sangat menguntungkan karena produktivitas tanaman lebih tinggi, masa tanaman menghasilkan lebih cepat, tanaman lebih seragam. Agar sasaran pemerintah tersebut dapat berhasil, maka perlu didukung dengan ketersediaan benih karet unggul bermutu baik benih/biji untuk batang bawah maupun entres untuk batang atas secara 6 (enam) tepat yaitu (mutu, jumlah, jenis, waktu, lokasi dan harga). Untuk ketersediaan entres karet maka kebun-kebun entres yang ada sebagai sumber benih batang atas perlu dilakukan pemurnianPenanaman kebun entres merupakan bagian terpenting dalam proses penyediaan bibit karet klon unggul karena untuk mendapatkan hasil tanam yang baik diperlukan entres yang baik. Mata okulasi dapat diambil dari dua sumber yakni berupa entres cabang dari kebun produksi( kebun penghasil lateks) atau entres dari kebun entres murni tetapi yang paling baik adalah entres yang diperoleh dari kebun entres murni karena entress cabang akan menghasilkan tanaman yang tidak seragam dan keberhasilan okulasinya rendah selain itu pengambilan entres akan mengganggu tanaman pokoknya . (http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/wr323108.pdf) Permintaan bibit karet klon unggul terus meningkat sehingga perlu diimbangi dengan pembangunan kebun entres secara optimal. Kebun entres merupakan penyimpan materi genetik dan sumber mata entres untuk membuat bibit karet klonal dengan cara okulasi. Karena itu, kebun entres harus teridentifikasi dengan jelas, ada nama, ada pembatas yang memisahkan antara klon satu dengan lainnya.
  • 7. Tanaman karet terdiri atas banyak klon. Saat tanaman masih muda, klon mudah dikenali melalui daunnya. Bila tanaman telah tua,selain melalui daun, klon karet bisa dikenali melalui batang dan percabangannya. Bahan tanaman karet bisa dalam bentuk stum mata tidur yang lebih akrab disebut OMT. Bentuk OMT seperti batang yang panjangnya lebih kurang 40 cm denganmata okulasi yang menempel, berasal dari batang entres. Siapa pun sulit mengetahui jenis klon tanaman karet dalam bentuk OMT maupun batang entres bila tidak ada daun yang bisa dikenali, kecuali ada catatan asal usulnya. Oleh karena itu, setiap OMT maupun batan entres harus diberi tanda pengenal atau kode yang jelas pada setiapbatang, plastik pembungkus atau kotak kemasannya. Tanda pengenal bisa menggunakan cat kayu, tali rafia, lilin berwarna atau apa saja yang memudahkan pemisahan satu. ( Siagian, 2006) Faktor Kunci Mengelola Klon dan Entres Karet Permintaan bibit karet klon unggul terus meningkat sehingga perlu diimbangi dengan pembangunan kebun entres secara optimal. Kebun entres merupakan penyimpan materi genetik dan sumber mata entres untuk membuat bibit karet klonal dengan cara okulasi. Karena itu, kebun entres harus teridentifikasi dengan jelas, ada nama, ada pembatas yang memisahkan antara klon satu dengan lainnya. klon dengan klon lainnya sehingga tidak terjadi pencampuran klon. Pemberian tanda pengenal atau kode sangat mudah dan murah,tetapi bila hal itu diabaikan akan berakibat fatal. Pemberian tanda pengenal pada tiap batang diperlukan terutama bila bahan tanaman akan diterimakan kepada pihak lain dan berpindah tempat dalam bentuk kemasan. Dalam pengiriman entres,
  • 8. tanda pengenal tiap batang merupakan keharusan. Setiap klon harus diberi tanda. ( Pusat penelitian karet, 2003 ) Sumber mata entres sangat berpengaruh terhadap mutu tanaman. Karena kekurangan mata entres pada waktu membuat bibit, petani sering menggunakan mata entres seadanya tanpa memperhitungkan akibatnya. Standar mutu kebun entres sering tidak bisa dipenuhi sehingga produktivitas menurun meskipun pemeliharaan cukup baik. Selama entres masih dalam tegakan tanaman, mata entres dalam kondisi segar. Namun bila telah dipotong, daya tumbuhnya cepat menurun, bahkan tidak mampu bertahan lebih dari 24 jam. Oleh karena itu, begitu entres dipotong, mata entres harus segera ditempelkan ke batang bawah. Mata entres atau mata okulasi yang baik memiliki karakter: (1) mampu menempel pada batang bawah; (2) mampu pecah atau melentis tepat pada waktunya (15-21 hari ); dan (3) mampu tumbuh menjadi tunas sebagai calon tanaman dewasa. Batang entres yang normal memiliki diameter 2,0-2,5 cm, telah cukup tua, dan siap dipotong untuk digunakan sebagai bahan okulasi. Kemampuan mata okulasi untuk menempel pada batang bawah merupakan penggabungan antara kambium yang ada pada permukaan dalam kulit kayu okulasi dan yang ada pada permukaan kayu. Desain Rancangan Kebun Entres Sebaiknya kebun entres yang dibangun terdiri dari beberapa jenis klon dan setiap klon minimal 100 batang. Penempatan klon-klon tersebut diatur dalam petakpetak pada satu areal dengan batas yang jelas dan jarak antar petak 2 (dua) meter untuk mencegah tercampurnya antar klon. 2. Pendederan ( Pembuatan kebun batang bawah)
  • 9. Perkembangbiakan tanaman karet di Indonesia sudah sangat meluas karena penggunaan bibit bermutu tinggi sudah memperoleh keunggulan bibit yang berkelanjutan walaupun bibit bermutu merupakan modal yang relatif kecil tanpa dampaknya terhadap produktivritas dan efisiensi sangat besar. Olehkarena itu pengadaan bibit bermutu tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan kebun. Sampai sekarang perbanyaakan tanaman karet masih dilakukan dengan teknik sederhana, pelaksanaan okulasi memerlukan tersedianya tanaman semaian sebagai batang bawah dan mata entres. Untuk mendapatkan boibit karet hasil okulasi yan g bermutu tinggi diperlukan ketersediaan biji anjuran untuk batang bawah dan entres anjuran untuk batang atasnya. Untuk mendapatkan batang atas yang berkualitas atau bermutu diperlukan ketersediaan kebun entres yang terdiri atas klon-klon karet unggul anjuran yang berasal dari kebun entres yang murni. Untuk memurnikan kebun entres diperlukan kemampuan pengenalan masing-masing klon anjuran tersebut. Mutu benih perlu diperhatikan untuk mendapatkan pertumbuhan batang bawah yang baik dari sifat genetik, fisiologis, dan fisisnya. Dari batang bawah yang akan menentukan daya gabungnya dengan batang atas, yang selanjutnya akan berpengareuh terhadap pertumbuhan dan produksi. Biji yang sudah dipilih dan diseleksi harus segera dikecambahkan dalam bedeng perkecambahan. Biji karet harus disemaikan dalam suatu media yang lembab dan tidak terkena sinar matahari langsung untuk mempermudah proses pengecambahan. Untuk itu perlu diberikan bedengan dengan media lembab dan
  • 10. ternaungi. Bedengan perkecambahan berbentuk persegi panjang berukuran lebar 1.2 m, panjang 10 m dengan kapasitas 10.000 biji. Media yang digunakan untuk pertumbuhan adalah pasir atau serbuk gergaji setebal 10 cm. Bedengan diberi atap rumbia atau pelepah kelapa dengan ketinggian 1.5 meter dibagian Timur dan 1.2 meter di bagian Barat. Penanaman biji dilakukan dengan cara 2/3 bagian biji (bagian perut) dibenamkan dalam media pasir dan 1/3 bagian lagi (bagian punggung) berada di permukaan pasir. Biji ditanam berbaris dengan jarak antar barisan 1cm. Setelah di semai maka biji dalam bedengan harus disiram dengan air pagi dan sore hari dengan menggunakan gembor. Kecambah yang baik akan muncul pada umur 5 – 21 hari setelah penyemaian biji. Biji yang berkecambah di atas 21 hari sebaiknya tidak digunakan karena pertumbuhannya sudah tidak bagus. Lokasi semaian sebaiknya dekat dengan lahan bibitan untuk memudahkan dalam pemindahan dan penanaman. Untuk memudahkan pemungutan biji, minimal sebulan sebelum biji jatuh, areal pemungutan dibersihkan. Sekitar dua hari sebelum pemungutan biji, dilakukan pemungutan pendahuluan untuk memastikan bahwa biji yang dikumpulkan adalah biji yang masih segar. Pemungutan dan pengumpulan biji sebaiknya dilakukan setiap dua hari sekali, agar biji yang diperoleh tetap segar dan daya tumbuhnya tinggi. Biji yang jatuh pada areal pembatas sebaiknya tidak dipungut, karena dikhawatirkan tercampur dengan biji dari klon bukan anjuran sebagai benih untuk batang bawah. Biji yang sudah diseleksi dapat langsung didederkan pada bedengan persemaian untuk dikecambahkan. Media untuk pendederan berupa pasir atau serbuk gergaji, dan diberi naungan. Media pendederan harus selalu lembap. Untuk itu perlu penyiraman dua kali sehari pada pagi dan sore. Pendederan biji dapat dilakukan
  • 11. dengan dua cara, yaitu biji diatur berjajar dengan jarak antarbiji 1 cm, atau biji ditebar dengan posisi biji tengkurap. Pendederan biji dengan cara diatur mempunyai keuntungan, yaitu pemindahan kecambah lebih mudah karena pertumbuhannya relatif seragam dan dapat dilakukan sampai stadium pancing. Bila pendederan dengan ditebar, pemindahan kecambah harus dilakukan lebih cepat, yaitu pada stadium mentis atau stadium bintang. Bila pemindahan terlambat, akan dihasilkan bibit yang berakar bengkok atau bercabang akibat akar putus pada saat pemindahan ke lapangan. Kecambah yang baik akan mentis dalam selang waktu 5-14 hari setelah pendederan. Kecambah yang baru mentis setelah 14 hari setelah pendederan sebaiknya tidak ditanam di kebun pembibitan batang bawah karena pertumbuhannya akan terlambat. Karena itu, untuk memperoleh bibit unggul prima sebaiknya digunakan biji yang berkecambah di bawah 14 hari. Untuk penanaman ke lapangan, kecambah diambil dari bedengan pendederan dengan hati-hati agar tidak merusak bakal akar. Penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari untuk menghindari stres di lapangan. Kecambah diangkut dengan menggunakan ember berisi air atau dengan nyiram. Dengan pemeliharaan yang baik (penyiangan dan pemupukan), pada umur 4-6 bulan bibit batang bawah dapat diokulasi dengan teknik okulasi hijau, atau setelah batang bawah berumur 6-18 bulan dapat dilakukan okulasi dengan teknik okulasi coklat. Batang atas menggunakan entres prima (mata okulasi dari ketiak daun) dari kebun entres klon batang atas yang terpilih. 3. Persiapan Bahan tanam (Okulasi)