Dokumen tersebut membahas tentang budidaya tanaman karet, mulai dari identifikasi kebun entres sebagai sumber bibit, teknik okulasi, pembuatan bibit 3 in 1, hingga pemeliharaan dan penyadapan getah karet. Teknik budidaya ini dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas tanaman karet di Indonesia.
MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TANAMAN KARET MELALUI TEKNIK BUDIDAYA
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) merupakan salah satu
komoditi pertanian yang penting, baik untuk lingkup internasional dan teristimewa
bagi Indonesia. Selain sebagai sumber devisa negara non-migas, karet juga menjadi
sumber penghasilan hidup bagi banyak petani. Sumber devisa ini dikembangkan
melalui peningkatan efisiensi pengolahan dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya
alam, tenaga kerja, modal, dan teknlogi yang tersedia. Indonesia merupakan negara
dengan perkebunan karet terluas di dunia, yaitu 3.4 juta hektar mengungguli
Thailand sebagai negara penghasil karet tertinggi pertama dunia yang hanya
memiliki luas lahan penanaman 2.4 juta hektar. Akan tetapi tingkat produktivitas
tanaman karet ratarata di Indonesia pada tahun 2007 baru mencapai 996 kg/ha/thn.
Tingkat produktivitas rata-rata tanaman karet Indonesia ini masih lebih rendah
dibandingkan Thailand, yaitu 1675 kg/ha/thn.
Pada praktikum yang telah kami laksanakan, terdapat beberapa teknik
budidaya tenaman karet yaitu : 1). Identifikasi kebun entres. Kebun entres
merupakan kebun yang menghasilkan mata tunas. Dalam rangka meningkatkan peran
perbenihan khususnya sumber benih entres karet perlu dilakukan pengawasan kebun
entres pada kebun-kebun entres baik milik perusahaan perkebunan, dinas perkebunan
maupun milik petani mempunyai kebun entres. 2). Pendederan (Pembuatan kebun
batang bawah). Bibit batang bawah adalah bibit yang digunakan sebagai tempat
menempelkan mata tunas pada proses okulasi. Benih yang di gunakan sebagai batang
bawah sekurang-kurangnya berasal dari biji pilihan propellegitim yaitu biji yang
2. diketahui pohon induk asalnya. Pendederan dilakukan untuk memperoleh bibit
tanam. Pendederan dilakukan pada petak yang berukuran 3x 1 m, dengan naungan.
3). Persiapan Bahan Tanam (okulasi). Okulasi adalah salah satu cara perbanyakan
tanaman secara vegetatif melalui penempelan mata entres ke batang yang sejenis
dengan tujuan mendapat sifat yang unggul. 4). Pembuatan bibit 3 in 1. Ada beberapa
keunggulan dari bibit karet kaki 3 yaitu tidak mudah roboh,pertumbuhan cepat. 5).
Pengajiran dan penanaman. Kerapatan tanaman merupakan salah satu factor yang
mempengaruhi tingkat produksi tanaman perkebunan. Jarak tanam harus disesuaikan
dengan keadaan topografi areal yang akan kita tanami. Pengajiran adalah dasarnya
pemancangan untuk meluruskan dan mengatur ketentuan jarak tanaman, maka
pengajiran perlu dilakukan. 6). Pemeliharaan dan Penyadapan. Pemeliharaan
tanaman karet diantaranya Penyulaman, penunasan/pewiwiwilan, pengendalian
gulma, pemupukan, pengendalian Hama dan penyakit. Penyadapan adalah tindakan
memotong jaringan-jaringan pembuluh sehingga lateks yang merupakan hasil seleksi
tanaman keluar dari pembuluh-pembuluh tersebut.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari Pembuatan laporan ini yaitu agar setiap mahasiswa dapat
mengetahui teknik budidaya tanaman karet yang dimulai dari pembuatan kebun
entres, pembuatan batang bawah dan okulasi, penss=dederan, pengajiran, serta dapat
melakukan penyadapan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. A. Sistematika tanaman Karet ( Hevea brasilliensis)
Menurut Strasburgers (2004) taksonomi karet, yaitu:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Sub class : Tricoccae
Familli : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasilliensis Muell Arg.
BOTANI
Tanaman karet merupakan pohon dengan ke tinggiannya dapat mencapai 30-
40 m. sistem perakarannya padat/kompak akar tunggangnya dapat menghujam tanah
hingga kedalaman 1-2 m, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m.
Batangya bulat/silindris, kulit kayunya halus, rata, berwarna pucat hingga
kecoklatan, sedikit bergabus (Syamsulbahri,1996).
Daun karet berwarna hijau dan ditopang oleh tangkai daun utama dan tangkai
anak daun. Panjang tangkai daun utama antara 3-20 cm, sedangkan tangkai anak
daunnya antara 3-10 cm. Pada setiap helai daun karet biasanya terdapat tiga helai
anak daun. Pada musim kemarau daun menjadi kuning atau merah (setiawan,2000).
Pada satu karangan bunga (inflorensia) pada umumnya terdapat 3-15 malai.
Bunga betina dalam satu malai bervariasi antara 0-30 bunga, umumnya 4-6 bunga
betina terbentuk di ujung sumbu-sumbu malai. Jumlah bunga dalan satu pohon
4. bervariasi pada keaadan pembungaan yang cukup baik, jumlah bunga betina dapat
mencapai 6000-8000 bunga per pohon. Bunga jantan terdapat pada bagian bawah
malai dan ukurannya lebih kecil, sedangkan bunga betina ukurannya lebih besar dari
pada bunga jantan dan berbentuk bulat (bundar). Jumlah bunga jantan dalam satu
pohon dapat mencapai 60-70 kali lebih banyak dari bunga betina (Siagian, 2006).
Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi, jumlah biji biasanya tiga,
kadang enam, sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras.
Warnanya cokelat kehitaman dengan bercak- bercak berpola yang khas (Pathamus,
1982).
Syarat Tumbuh
Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim
untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya.
a. Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan
150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai
produksinya juga terlambat.
Curah hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai
4.000 mm/tahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun
demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang.
Tinggi tempat
5. Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan
ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut
tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara
25oC sampai 35oC.
Angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk
penanaman karet.
b. Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih
mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini
disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet
dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat
fisiknya.
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik
tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis
mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman
air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik
karena kandungan haranya rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat
fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara
pH 3,0 ‐ pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0.
B. Budidaya tanaman Karet
6. 1. Identifikasi kebun entres
Bahan tanaman karet yang dianjurkan adalah bahan tanam klon yang
diperbanyak secara okulasi. Dibandingkan dengan bibit semaian, penggunaan bahan
tanam klon sangat menguntungkan karena produktivitas tanaman lebih tinggi, masa
tanaman menghasilkan lebih cepat, tanaman lebih seragam. Agar sasaran pemerintah
tersebut dapat berhasil, maka perlu didukung dengan ketersediaan benih karet unggul
bermutu baik benih/biji untuk batang bawah maupun entres untuk batang atas
secara 6 (enam) tepat yaitu (mutu, jumlah, jenis, waktu, lokasi dan harga).
Untuk ketersediaan entres karet maka kebun-kebun entres yang ada sebagai
sumber benih batang atas perlu dilakukan pemurnianPenanaman kebun entres
merupakan bagian terpenting dalam proses penyediaan bibit karet klon unggul
karena untuk mendapatkan hasil tanam yang baik diperlukan entres yang baik. Mata
okulasi dapat diambil dari dua sumber yakni berupa entres cabang dari kebun
produksi( kebun penghasil lateks) atau entres dari kebun entres murni tetapi yang
paling baik adalah entres yang diperoleh dari kebun entres murni karena entress
cabang akan menghasilkan tanaman yang tidak seragam dan keberhasilan okulasinya
rendah selain itu pengambilan entres akan mengganggu tanaman pokoknya .
(http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/wr323108.pdf)
Permintaan bibit karet klon unggul terus meningkat sehingga perlu diimbangi
dengan pembangunan kebun entres secara optimal. Kebun entres merupakan
penyimpan materi genetik dan sumber mata entres untuk membuat bibit karet klonal
dengan cara okulasi. Karena itu, kebun entres harus teridentifikasi dengan jelas, ada
nama, ada pembatas yang memisahkan antara klon satu dengan lainnya.
7. Tanaman karet terdiri atas banyak klon. Saat tanaman masih muda, klon
mudah dikenali melalui daunnya. Bila tanaman telah tua,selain melalui daun, klon
karet bisa dikenali melalui batang dan percabangannya. Bahan tanaman karet bisa
dalam bentuk stum mata tidur yang lebih akrab disebut OMT. Bentuk OMT seperti
batang yang panjangnya lebih kurang 40 cm denganmata okulasi yang menempel,
berasal dari batang entres. Siapa pun sulit mengetahui jenis klon tanaman karet
dalam bentuk OMT maupun batang entres bila tidak ada daun yang bisa dikenali,
kecuali ada catatan asal usulnya. Oleh karena itu, setiap OMT maupun batan entres
harus diberi tanda pengenal atau kode yang jelas pada setiapbatang, plastik
pembungkus atau kotak kemasannya. Tanda pengenal bisa menggunakan cat kayu,
tali rafia, lilin berwarna atau apa saja yang memudahkan pemisahan satu. ( Siagian,
2006)
Faktor Kunci Mengelola Klon dan Entres Karet Permintaan bibit karet klon
unggul terus meningkat sehingga perlu diimbangi dengan pembangunan kebun entres
secara optimal. Kebun entres merupakan penyimpan materi genetik dan sumber mata
entres untuk membuat bibit karet klonal dengan cara okulasi. Karena itu, kebun
entres harus teridentifikasi dengan jelas, ada nama, ada pembatas yang memisahkan
antara klon satu dengan lainnya. klon dengan klon lainnya sehingga tidak terjadi
pencampuran klon. Pemberian tanda pengenal atau kode sangat mudah dan
murah,tetapi bila hal itu diabaikan akan berakibat fatal. Pemberian tanda pengenal
pada tiap batang diperlukan terutama bila bahan tanaman akan diterimakan kepada
pihak lain dan berpindah tempat dalam bentuk kemasan. Dalam pengiriman entres,
8. tanda pengenal tiap batang merupakan keharusan. Setiap klon harus diberi tanda.
( Pusat penelitian karet, 2003 )
Sumber mata entres sangat berpengaruh terhadap mutu tanaman. Karena
kekurangan mata entres pada waktu membuat bibit, petani sering menggunakan mata
entres seadanya tanpa memperhitungkan akibatnya. Standar mutu kebun entres
sering tidak bisa dipenuhi sehingga produktivitas menurun meskipun pemeliharaan
cukup baik. Selama entres masih dalam tegakan tanaman, mata entres dalam kondisi
segar. Namun bila telah dipotong, daya tumbuhnya cepat menurun, bahkan tidak
mampu bertahan lebih dari 24 jam. Oleh karena itu, begitu entres dipotong, mata
entres harus segera ditempelkan ke batang bawah. Mata entres atau mata okulasi
yang baik memiliki karakter: (1) mampu menempel pada batang bawah; (2) mampu
pecah atau melentis tepat pada waktunya (15-21 hari ); dan (3) mampu tumbuh
menjadi tunas sebagai calon tanaman dewasa.
Batang entres yang normal memiliki diameter 2,0-2,5 cm, telah cukup tua,
dan siap dipotong untuk digunakan sebagai bahan okulasi. Kemampuan mata okulasi
untuk menempel pada batang bawah merupakan penggabungan antara kambium
yang ada pada permukaan dalam kulit kayu okulasi dan yang ada pada permukaan
kayu.
Desain Rancangan Kebun Entres Sebaiknya kebun entres yang dibangun
terdiri dari beberapa jenis klon dan setiap klon minimal 100 batang. Penempatan
klon-klon tersebut diatur dalam petakpetak pada satu areal dengan batas yang jelas
dan jarak antar petak 2 (dua) meter untuk mencegah tercampurnya antar klon.
2. Pendederan ( Pembuatan kebun batang bawah)
9. Perkembangbiakan tanaman karet di Indonesia sudah sangat meluas karena
penggunaan bibit bermutu tinggi sudah memperoleh keunggulan bibit yang
berkelanjutan walaupun bibit bermutu merupakan modal yang relatif kecil tanpa
dampaknya terhadap produktivritas dan efisiensi sangat besar. Olehkarena itu
pengadaan bibit bermutu tinggi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
kebun.
Sampai sekarang perbanyaakan tanaman karet masih dilakukan dengan teknik
sederhana, pelaksanaan okulasi memerlukan tersedianya tanaman semaian sebagai
batang bawah dan mata entres. Untuk mendapatkan boibit karet hasil okulasi yan g
bermutu tinggi diperlukan ketersediaan biji anjuran untuk batang bawah dan entres
anjuran untuk batang atasnya. Untuk mendapatkan batang atas yang berkualitas atau
bermutu diperlukan ketersediaan kebun entres yang terdiri atas klon-klon karet
unggul anjuran yang berasal dari kebun entres yang murni. Untuk memurnikan
kebun entres diperlukan kemampuan pengenalan masing-masing klon anjuran
tersebut.
Mutu benih perlu diperhatikan untuk mendapatkan pertumbuhan batang
bawah yang baik dari sifat genetik, fisiologis, dan fisisnya. Dari batang bawah yang
akan menentukan daya gabungnya dengan batang atas, yang selanjutnya akan
berpengareuh terhadap pertumbuhan dan produksi.
Biji yang sudah dipilih dan diseleksi harus segera dikecambahkan dalam
bedeng perkecambahan. Biji karet harus disemaikan dalam suatu media yang lembab
dan tidak terkena sinar matahari langsung untuk mempermudah proses
pengecambahan. Untuk itu perlu diberikan bedengan dengan media lembab dan
10. ternaungi. Bedengan perkecambahan berbentuk persegi panjang berukuran lebar 1.2
m, panjang 10 m dengan kapasitas 10.000 biji. Media yang digunakan untuk
pertumbuhan adalah pasir atau serbuk gergaji setebal 10 cm. Bedengan diberi atap
rumbia atau pelepah kelapa dengan ketinggian 1.5 meter dibagian Timur dan 1.2
meter di bagian Barat. Penanaman biji dilakukan dengan cara 2/3 bagian biji (bagian
perut) dibenamkan dalam media pasir dan 1/3 bagian lagi (bagian punggung) berada
di permukaan pasir. Biji ditanam berbaris dengan jarak antar barisan 1cm. Setelah di
semai maka biji dalam bedengan harus disiram dengan air pagi dan sore hari dengan
menggunakan gembor. Kecambah yang baik akan muncul pada umur 5 – 21 hari
setelah penyemaian biji. Biji yang berkecambah di atas 21 hari sebaiknya tidak
digunakan karena pertumbuhannya sudah tidak bagus. Lokasi semaian sebaiknya
dekat dengan lahan bibitan untuk memudahkan dalam pemindahan dan penanaman.
Untuk memudahkan pemungutan biji, minimal sebulan sebelum biji jatuh, areal
pemungutan dibersihkan. Sekitar dua hari sebelum pemungutan biji, dilakukan
pemungutan pendahuluan untuk memastikan bahwa biji yang dikumpulkan adalah
biji yang masih segar. Pemungutan dan pengumpulan biji sebaiknya dilakukan setiap
dua hari sekali, agar biji yang diperoleh tetap segar dan daya tumbuhnya tinggi. Biji
yang jatuh pada areal pembatas sebaiknya tidak dipungut, karena dikhawatirkan
tercampur dengan biji dari klon bukan anjuran sebagai benih untuk batang bawah.
Biji yang sudah diseleksi dapat langsung didederkan pada bedengan
persemaian untuk dikecambahkan. Media untuk pendederan berupa pasir atau serbuk
gergaji, dan diberi naungan. Media pendederan harus selalu lembap. Untuk itu perlu
penyiraman dua kali sehari pada pagi dan sore. Pendederan biji dapat dilakukan
11. dengan dua cara, yaitu biji diatur berjajar dengan jarak antarbiji 1 cm, atau biji
ditebar dengan posisi biji tengkurap. Pendederan biji dengan cara diatur mempunyai
keuntungan, yaitu pemindahan kecambah lebih mudah karena pertumbuhannya
relatif seragam dan dapat dilakukan sampai stadium pancing.
Bila pendederan dengan ditebar, pemindahan kecambah harus dilakukan lebih
cepat, yaitu pada stadium mentis atau stadium bintang. Bila pemindahan terlambat,
akan dihasilkan bibit yang berakar bengkok atau bercabang akibat akar putus pada
saat pemindahan ke lapangan. Kecambah yang baik akan mentis dalam selang waktu
5-14 hari setelah pendederan. Kecambah yang baru mentis setelah 14 hari setelah
pendederan sebaiknya tidak ditanam di kebun pembibitan batang bawah karena
pertumbuhannya akan terlambat. Karena itu, untuk memperoleh bibit unggul prima
sebaiknya digunakan biji yang berkecambah di bawah 14 hari.
Untuk penanaman ke lapangan, kecambah diambil dari bedengan pendederan
dengan hati-hati agar tidak merusak bakal akar. Penanaman sebaiknya dilakukan
pada pagi atau sore hari untuk menghindari stres di lapangan. Kecambah diangkut
dengan menggunakan ember berisi air atau dengan nyiram. Dengan pemeliharaan
yang baik (penyiangan dan pemupukan), pada umur 4-6 bulan bibit batang bawah
dapat diokulasi dengan teknik okulasi hijau, atau setelah batang bawah berumur 6-18
bulan dapat dilakukan okulasi dengan teknik okulasi coklat. Batang atas
menggunakan entres prima (mata okulasi dari ketiak daun) dari kebun entres klon
batang atas yang terpilih.
3. Persiapan Bahan tanam (Okulasi)