AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
IDENTIFIKASI BENIH
1. LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH DAN BIBIT
ACARA I
IDENTIFIKASI BENIH DAN KECAMBAH
Disusun Oleh :
Nama : Inayatul Fitria Dewi
NPM : 1510401057
Kelompok : B3
Asisten : Siti Hadriyanti A.
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2017
2. ACARA I
IDENTIFIKASI BENIH DAN KECAMBAH
I. TUJUAN
1. Mengidentifikasi biji berdasarkan atas sifat fisik, yaitu bentuk, ukuran, warna, embrio,
permukaan kulit, endosperm, dan warna serta bagian-bagian kecambah
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian benih
Benih merupakan biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan
pengembangan usaha tani serta memiliki fungsi agronomis (Kartasapoetra, 2003).
Lesilolo (2013) menyatakan bahwa dalam konteks agronomi, benih dituntut untuk
bermutu tinggi atau benih unggul, sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang
dapat berproduksi maksimum dengan sarana teknologi yang semakin maju. Biji adalah
ovule yang dewasa (mature ovule). Dalam keadaan normal, buah berisikan biji, satu atau
lebih. Pada kacang-kacangan sebagai contoh, polong kedelai, adalah buah, sedangkan
kedelainya adalah biji. Sedangkan pada serealia dan rumputan monocot yang disebut biji atau
grain adalah dari suatu buah sebenarnya yang ditutupi oleh pericarpnya yang tipis (mature
ovary wall) sekeliling biji. Setiap biji matang (mature seed) selalu terdiri atas 2 bagian yaitu
embrio dan kulit biji (seed coat atau testa). Embrio berasal dari telur yang dibuahi (zygote)
dengan mengalami pembelahan sel di dalam embryosac (Kamil, 1982).
B. Struktur Biji
Menurut Sutopo (2002) bagian-bagian dasar biji terdiri dari :
1. Embrio
Embrio adalah suatu tanaman baru yang terjadi dari bersatunya gamet-gamet
jantan dan betina pada suatu proses pembuahan. Embrio yang berkembangnya sempurna
terdiri dari struktur-struktur sebagai berikut : epikotil (calon pucuk), hipokotil (calon
batang), kotiledon (calon daun) dan radikula (calon akar).
2. Jaringan penyimpan cadangan makanan
Pada biji ada beberapa struktur yang dapat berfungsi sebagai jaringan penyimpan
cadangan makanan, yaitu : Kotiledon, misalnya pada kacang-kacangan, semangka dan
labu. Endosperm, misal pada jagung, gandum, dan golongan serelia lainnya. Pada kelapa
bagian dalamnya yang berwarna putih dan dapat dimakan merupakan endospermnya.
Perisperm, misal pada famili Chenopodiaceae dan Caryophyllaceae, Gametophytic betina
yang haploid misal pada kelas Gymnospermae yaitu pinus. Cadangan makanan yang
3. tersimpan dalam biji umumnya terdiri dari karbohidrat, lemak, protein dan mineral.
Komposisi dan presentasenya berbeda-beda tergantung pada jenis biji, misal biji bunga
matahari kaya akan lemak, biji kacang-kacangan kaya akan protein, biji padi
mengandung banyak karbohidrat.
3. Pelindung biji
Pelindung biji dapat terdiri dari kulit biji, sisa-sisa nucleus dan endosperm dan
kadang-kadang bagian buah. Tetapi umumnya kulit biji (testa) berasal dari integument
ovule yang mengalami modifikasi selama proses pembentukan biji berlangsung. Biasanya
kulit luar biji keras dan kuat berwarna kecokelatan sedangkan bagian dalamnya tipis dan
berselaput. Kulit biji berfungsi untuk melindungi biji dari kekeringan, kerusakan mekanis
atau serangan cendawan, bakteri dan insekta. Dalam hal penggunaan cadangan makanan
terdapat beberapa perbedaan diantara sub kelas monokotiledoneae dan dikotiledoneae
dimana pada sub kelas monokotiledoneae cadangan makanan dalam endosperm baru
akan dicerna setelah biji masak dan dikecambhakan serta telah menyerap air. Contoh
jagung, padi, gandum. Dan pada sub kelas dikotiledoneae cadangan makanan yang
terdapat dalam kotileodon atau perisperm sudah mulai dicerna dan diserap oleh embrio
sebelum biji masak. Contoh kacang-kacangan, bunga matahari dan labu.
C. Pengertian perkecambahan
Perkecambahan benih merupakan proses pertumbuhan yang dimulai dari benih
sampai menjadi kecambah. Kamil (1980) menyatakan bahwa secara visual dan morfologi
suatu benih yang berkecambah umumnya ditandai dengan terlihatnya akar atau daun
yang menonjol keluar dari benih. Byrd (1983), mendefinisikan perkecambahan sebagai
mekar dan berkembangnya stukturstruktur penting dari embrio benih yang menunjukkan
kemampuannya untuk menghasilkan tanaman normal pada keadaan yang
menguntungkan. Menurut Schmidt (2000) perkecambahan merupakan mata rantai
terakhir dalam proses penanganan benih. Hal ini didasari dari pengertian bahwa
perkecambahan merupakan batas antara benih yang masih tergantung pada sumber
makanan dari induknya dengan tanaman yang mampu berdiri sendiri dalam mengambil
hara.
Kriteria kecambah/bibit normal adalah kecambah yang memperlihatkan
kemampuan berkembang terus hingga menjadi tanaman normal jika ditumbuhkan dalam
kondisi yang optimum; perakaran berkembang baik dan diikuti perkembangan hipokotil,
plumula (daun), epikotil, dan kotiledon yang tumbuh sehat; atau ada kerusakan sedikit
4. pada struktur tumbuhnya tetapi secara umum masih menunjukkan pertumbuhan yang
kuat dan seimbang antara pertumbuhan struktur satu dengan yang lainnya (Sadjad, 1980).
III. METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu 28 November 2018 bertempat di
Laboratorium Fakultas Teknik Universitas Tidar. Adapun alat dan bahan yang digunakan
diantaranya, timbangan, pinset, plastik dan gelas piala serta benih padi, jagung dan
kedelai
Adapun langkah kerja percobaan identifikasi benih dan kecambah ialah dengan
mempersiapkan contoh benih secukupnya, kemudia mengamati sifat fisik benih yang
terdiri dari bentuk, warna, ukuran, permukaan kulit, alat tambahan dan lainnya. Setelah
itu menimbang berat 1000 biji dengan 3 kali ulangan. Dan terakhir menggambar bentuk
kecambah dan embrio beserta bagian-bagiannya.
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
Contoh benih Berat 1000
Benih (gr)
Warna Ukuran Bentuk Permukaan kulit
Padi 25.56 Kuning Kecil Bulat lonjong Agak kasar
Kedelai 168.76 Kuning Sedang Oval Halus
Jagung 1 223.253 Orange Tidak seragam,
besar
Pipih Halus
Jagung 2 219.13 Orange Tidak seragam Pipih Halus
6. B. Pembahasan
Benih merupakan salah satu bahan tanam yang banyak digunakan oleh
masyarakat petani. Kebutuhan akan benih di Indonesia oleh petani semakin meningkat.
Pemilihan benih yang tepat akan menentukan keberhasilan dalam benih tersebut unutk
dapat berkecambah. Unutk itu perlu adanya informasi tentang sifat-sifat yang dimiliki
oleh benih dan tipe perkecambahan pada benih agar dalam melakukan suatu
perkecambahan tidak terjadi salah menanam sehingga benih tetap dapat tumbuh dalam
keadaan normal.
Dari percobaan identifikasi benih diantaranya benih padi, kedelai dan jagung
dapat dilihat bahwa berat 1000 benih pada padi, jagung 1, jagung 2 dan kedelai sebesar
25.56 gr, 223.253 gr, 219.13 gr, dan 168.76 gr. Penentuan berat 1000 benih ini
dimaksudkan unutk mengetahui berat rata-rata terhadap ukuran benih agar dalam
penggunaan benih para petani tidak damal pemborosan benih. Selain itu dengan
mengetahui berat 1000 benih dapat menentukan tingkat keseragaman pada benih tersebut.
Adanya identifikasi benih ini dapat dilihat sifat-sifat fisik dari padi, yaitu
berwarna kuning dengan ukuran kecil berbentuk bulat lojong dan permukaan yang agak
kasar hal ini bisa dibuktikan ketika benih padi ini dipegang. Sedangkan pada benih
jagung berwarna orange dan pada ujungnya berwarna keputihan, memiliki ukuran yang
tidak seragam sehingga terdapat benih yang besar, kecil maupun sedang dengan bentuk
pipih dan berkulit halus. Adanya perbedaan ukuran yang tidak seragam pada jagung ini
menyebabkan berat 1000 benih jagung memiliki selisih yang lumayan banyak. Dan pada
benih kedelai memilki warna kuning dengan ukuran sedang berbentuk oval dan memiliki
permukaan yang halus. Dari beberap sifat benih yang telah dikatahui ini memiliki tipe
perkecambahan yang berbeda.
Tie perkecambahan yang telah diketahui terdaat 2 macam, yaitu epigeal dan
hypogeal. Pada tipe perkecambahan epigeal ditandai dengan pengangkatan kotiledon ke
permukaan tanah yang dibantu dengan adanya pemanjangan hipokotil. Hal ini dapat
dilihat pada perkecambahan benih kedelai. Perkecambahan dimuali dengan tumbuhny
akar yang kemudian hipokotil akan memanjang untku bisa mengangkat kotiledon di atas
permukaan tanah. Sehingga ketika telah muncul ke permukaan terbentuklan epikotil dan
daun. Sedangkan pada tipe perkecambahan hypogeal meruapakan tipe perkecambahan
yang ditandai denga tidak terjadinya pengangkata kotiledon ke atas permukaan tanah. Hal
ini dapat dilihat pada perkecambahan beih padi dan jagung. Perbedaannnya jika pada
benih padi maka akan tumbuh terlebih dahulu plumulnya baru kemudian tudung akarnya.
7. Sedangkan pada benih jagung akan tumbuh tudung akar terlebih dahulu kemudian diikuti
dengan munculnya plumul. Pada tipe perkecambahan benih padi dan jagung endosperm
akan tetap dibawah tanah sehingga yang tumbuh diatas tanah diawali dengan munculnya
plumul dan calon daun.
V. KESIMPULAN
1. Berat 1000 benih pada padi, jagung 1, jagung 2 dan kedelai sebesar 25.56 gr, 223.253
gr, 219.13 gr, dan 168.76 gr
2. Berat 1000 benih merupakan indikasi keseragaman pada suatu benih
3. Sifa fisik benih padi berwarna kuning dengan ukuran kecil berbentuk bulat lojong dan
permukaan yang agak kasar
4. Sifat fisik benih jagung berwarna orange, memiliki ukuran yang tidak seragam dengan
bentuk pipih dan berkulit halus
5. Sifat fisik benih kedelai memiliki warna kuning dengan ukuran sedang berbentuk oval
dan memiliki permukaan yang halus.
6. Benih padi dan jagung tergolong dalam kelas monocotyledoneae dengan tipe
perkecambahan hypogeal
7. Benih kedelai tergolong dalam kelas dicotyledoneae dengan tipe perkecambahan
epigeal
DAFTAR PUSTAKA
Byrd, H. W. 1983. Pedoman Teknologi Benih. Pembimbing Masa. Bandung.
Kamil J. 1980. Teknologi Benih I. Universitas Andalas. Angkasa Raya. Padang. 224 hal.
. 1982. Teknologi Benih 1. Penerbit Angkasa, Bandung.
Kartasapoetra, A.G. 2003. Teknologi Benih – Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum.
Rineka Cipta, Jakarta.
Lesilolo, J. Riry dan E.A. Matatula. 2013. Pengujian viabilitas dan vigor benih beberapa
jenis tanaman yang beredar di pasaran Kota Ambon. Agrologia 2(1) : 1-9.
Sadjad, S. 1980. Panduan Pembinaan Mutu Benih Tanaman Kehutanan di Indonesia. IPB.
Bogor. 301 hal.
Schmidt, L. 2000. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis.
Direktorat RLPS dan Danida Forest Seed Centre. Jakarta.
Sutopo. 2002. Teknologi Benih. Rajawali Press; Jakarta.