2. Robert J. Sternberg
• Sangat dikenal karena inovasinya dalam studi
inteligensi manusia.
• Minat terhadap inteligensi sudah muncul sejak
kanak-kanak akibat kecemasannya terhadap
tes inteligensi.
• Sikap negatifnya terhadap tes berubah ketika
ia menjalani tes ulang di kelas enam bersama
dengan anak kelas lima: “Ada yang tidak
beres dengan tes IQ.”
3. Robert J. Sternberg
• Banyak orang yang berprestasi tinggi serta
menampilkan kemampuan belajar dan
menyelesaikan masalah dengan baik
mendapat skor inteligensi yang rendah.
• Sternberg merefleksi bahwa absurditas dari
situasi tes yang dialami dan kenyataan di
lapangan menolongnya untuk mengatasi
kecemasan akan tes.
4. Robert J. Sternberg
• Diinspirasi oleh pengalamannya, Stenberg
mengembangkan tes kemampuan mental
yang diujicobakan kepada teman-teman
sekelas sebagai bagian dari tugas proyek
ilmiahnya.
• Dari hasil tes diperoleh pemahaman bahwa
beragam distraksi mempengaruhi kinerja
individu dalam mengerjakan tes.
5. Robert J. Sternberg
• Selama masa kuliah, Stenberg mengisi waktu
liburannya untuk membantu penelitian tentang
tes dan juga mengembangkan teori dan tes
yang dikonstruksinya.
• Penelitian tentang inteligensi diteruskan oleh
Sternberg hingga ia lulus program doktoral
dan menjadi pengajar di Universitas Yale,
Departement psikologi.
6. Topik-topik Kajian R.J. Sternberg
I. Higher mental functions
II. Styles of thinking
III. Cognitive modifiability
IV. Leadership
V. Love and hate
7. Teori Triarchic
• Teori utama dari Robert J. Sternberg tentang
inteligensi.
• Memberikan pemahaman baru tentang
inteligensi dan proses belajar: pembelajaran
harus dalam konteks sosial-budaya dan
kebutuhan konkret.
• Memiliki implikasi yang penting bagi
pendidikan, terutama pelatihan keterampilan.
8. Teori Triarchic
• Teori triarchic inteligensi Sternberg
meliputi tiga subteori:
1. Contextual Subtheory (Subteori
Kontekstual),
2. Experential Subtheory (Subteori
Eksperensial); dan.
3. Componential Subtheory (Subteori
Komponensial).
9. Teori Triarchic:
Subteori Kontekstual
(Eksternal dan relatif)
i. Subteori kontekstual menegaskan
bahwa tingkah-laku yang inteligen
dibatasi oleh konteks sosial-budaya
tempat tampilnya tingkah-laku itu.
Tingkah laku itu terlibat dalam proses
adaptasi terhadap lingkungan,
pemilihan lingkungan yang lebih baik
dan pembentukan lingkungan saat ini.
10. Teori Triarchic:
Subteori Eksperensial
(eksternal-internal)
ii. Subteori eksperiensial menyatakan
bahwa tingkahlaku inteligen ditafsirkan
dalam rentang kontinum pengalaman dari
tugas/situasi baru hingga tugas/situasi
yang sudah sangat dikenal (novelty).
Tingkahlaku intelegen juga dapat dilihat
dari derajat keahlian (automation)
11. Teori Triarchic:
Subteori Komponensial
(Internal Dan Universal)
iii. Subteori komponensial memberikan
kerangka bagi struktur dan mekanisme
yang mengatur kategorisasi tingkah-
laku inteligen seperti metacomponent
(komponen metakognitif), performance
(kinerja) dan knowlegde acquisition
(perolehan pengetahuan).
13. Subteori Kontekstual
Tingkah laku
intelegen
Adaptasi: mampu menampilkan
tingkahlaku yang sesuai dengan
konteks sosial-budaya
Seleksi: mampu menyeleksi
lingkungan yang sesuai dengan
kondisi diri
Shaping: Mampu menampilkan
tingkahlaku yang dapat
mengubah/memodifikasi
lingkungan
14. Subteori Eksperensial
Ada dua faset dalam penguasaan tingkah laku:
• Tingkah laku intelegen (1): Tingkah laku yang
sesuai dengan tugas/situasi baru (novelty).
• Tingkah laku intelegen (2): Tingkahlaku yang
memiliki derajat keterampilan semakin tinggi
seiring dengan bertambahnya waktu dan
pengalaman (pembiasaan => automation).
15. Subteori Komponensial
Metacomponents
A. Metacomponent
Ada tujuh komponen
1. Keputusan tentang masalah apa yang perlu
diselesaikan
2. Seleksi komponen yang lebih rendah (lower-
order component) yang akan digunakan
dalam penyelesaian masalah
16. Subteori Komponensial
Metacomponents
3. Seleksi satu atau lebih representasi atau
organisasi informasi
4. Seleksi strategi untuk mengkombinasikan
komponen yang lebih rendah tingkatannya
5. Keputusan mengenai alokasi resources
(sumberdaya) yang dalam rentang perhatian
6. Pemantauan solusi (solution monitoring)
7. Sensitivitas terhadap feedback eksternal
19. Teori Triarchic
• Menurut Sternberg, penjelasan yang lengkap
tentang inteligensi perlu melibatkan interaksi
ketiga subteori tersebut.
• Subteori komponensial merupakan aspek dari
teori triarchic yang paling berkembang,
didasarkan pada Sternberg (1977) yang
mengemukakan perspektif baru dalam
pengolahan informasi.
20. Teori Triarchic
• Subteori komponensial mengkaji serangkaian potensi
pengolahan mental yang mendasari tingkah-laku
(misalnya: apa saja yang berperan dalam pembentukan
tingkah laku).
• Subteori kontekstual menghubungkan inteligensi dengan
dunia luar untuk menentukan tingkah laku apa yang
dianggap inteligen dan kapan munculnya.
• Subteori eksperiensial membahas hubungan antara
tingkah laku pada tugas/situasi dan jumlah pengalaman
yang dimiliki individu dalam tugas/situasi itu.
21. Teori Triarchic
• Satu komponen yang paling mendasar
menurut riset Sternberg adalah metakognisi
atau proses-proses eksekutif yang
mengontrol strategi dan taktik yang
digunakan dalam menampilkan tingkah-
laku yang inteligen.
23. Preferensi Manajemen Pikiran
1. Functions of governments of the mind;
2. Stylistic preferences; And.
3. Forms of mental self-government.
Sumber:
Sternberg, Robert (1988) The Triarchic Mind: A
New Theory of Intelligence. NY: Viking Press
24. Fungsi Pengaturan Pikiran
• Legislative - creating, planning,
imagining, and formulating.
• Executive - implementing and doing.
• Judicial - judging, evaluating, and
comparing.
25. Preferensi Stilistik
• Internal – mengandalkan diri sendiri untuk
memperoleh pengetahuan, pemahaman dan
keterampilan;
• External – collaboration: Bekerja sama
dengan orang lain untuk memperoleh
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan.
Bandingkan dengan attitudes menurut Jung:
introvert-ekstrovert.
26. Format Swa-pengaturan Mental
• Monarchic; People perform best when
goals are singular. They deal best with
one goal or need at a time.
• Hierarchic; People can focus on
multiple goals at once and recognize
that all goals cannot be fulfilled
equally. These people can prioritize
goals easily.
27. Format Swa-pengaturan Mental
• Oligarchic; People deal with goals that are of
equal weight well, but they have difficulty
prioritizing goals of different weight.
• Anarchic; People depart from form and
precedent. Often they don't like or
understand the need for rules and
regulations. These people operate without
rules or structure, creating their own
problem-solving techniques with insights
that often easily break existing mindsets.
28. Ruang Lingkup Aplikasi
• Teori triarchic adalah teori umum
tentang inteligensi manusia.
• Penelitian awal Sternberg's banyak
difokuskan kepada penalaran analogis
dan silogistik.
29. Ruang Lingkup Aplikasi
• Sternberg telah menggunakan teorinya
untuk menjelaskan inteligensi khusus
(exceptional intelligence) seperti gifted
dan retardasi pada anak-anak dan juga
mengkritik tes inteligensi yang ada.
30. Ruang Lingkup Aplikasi
• Sternberg (1983) mengemukakan
kerangka dari implikasi teorinya untuk
pelatihan keterampilan.
• Karya-karya berikutnya mengkaji
topik-topik seperti gaya belajar
(Sternberg, 1997) dan kreativitas
(Sternberg, 1999).
31. Ruang Lingkup Aplikasi
• Sternberg (1985) menjelaskan hasil
dari beragam eksperimen analogi yang
mensupport teori triarchic.
32. Ruang Lingkup Aplikasi
• Contoh: dalam studi yang melibatkan orang
dewasa dan anak-anak untuk membahas
analogi sederhana, Sternberg menemukan
bahwa anak terkecil menyelesaikan masalah
dengan secara berbeda dan berteori bahwa
ini terjadi karena mereka belum
mengembangkan kemampuan mengenali
dan membedakan hubungan yang
tingkatannya lebih tinggi (abstraksi).
33. Implikasi tehadap Pendidikan
1. Pendidikan harus disesuaikan
dengan kondisi sosial dan budaya
peserta didik.
Pelatihan intelektual harus relevan
secara sosio-budaya dengan
individu.
34. Implikasi tehadap
Pendidikan Dan Pelatihan
2. Program pelatihan harus menyediakan
link antara apa yang dilatih dalam
pelatihan dan tingkah-laku di dunia
nyata.
3. Program pelatihan harus menyediakan
instruksi eksplisit tentang strategi untuk
coping dengan tugas atau situasi baru.
35. Implikasi tehadap
Pendidikan Dan Pelatihan
4. Program pelatihan harus
menyediakan instruksi eksplisit baik
mengenai pengolahan informasi
eksekutif maupun non-eksekutif dan
interaksi antar keduanya.
36. Implikasi tehadap
Pendidikan Dan Pelatihan
5. Program pelatihan harus secara aktif
mendorong individu untuk
menampilkan strategi dan gaya
mereka yang berbeda dengan
individu lain.
37. Daftar Pustaka
• Sternberg, R.J. (1977). Intelligence, information processing, and
analogical reasoning. Hillsdale, NJ: Erlbaum.
• Sternberg, R.J. (1985). Beyond IQ. New York: Cambridge
university press.
• Sternberg, R.J. (1983). Criteria for intellectual skills training.
Educational researcher,12, 6-12.
• Sternberg, R. J. (1997). Thinking styles. New York: Cambridge
university press.
• Sternberg, R. J. (Ed.). (1999) handbook of creativity. New
York: Cambridge university press.
• Colman, Andrew M., Ed. Companion encyclopedia of
psychology, vol. 1. 1994. Routledge, new York, NY.