PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
Impetigo bullosa
1. Makalah Case I
“Impetigo Bullosa”
Tutorial D1
Dr.E.M.Hidayat, Sp.PK
Gandung Prakoso 1110211065
Chandrika Fazaprawira 1110211091
Yuni Rachmawati 1110211055
Anisa Trianti 1110211027
Fanny Hanna Paulina 1110211041
Annisa Putri 1110211038
Elissa Dewi Lisencia 1110211011
Meitika 1110211105
Prayoga Noor Hakim 1110211173
Arry Tri Anugrah R 1110211116
Fakultas Kedokteran
Universitas Pembangunan Nasional
“veteran” Jakarta
2. 2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan
karunia-Nya karena kami berhasil menyelesaikan makalah tutorial Case I ini.
Adapun tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kewajiban
pada setiap case yang dipelajari dan juga semoga dapat memberikan manfaat kepada
beberapa pihak yang ingin menggali informasi dalam makalah ini.
Tak lupa ucapan terima kasih kami haturkan kepada tutor kami dr. Hidayat atas segala
bimbingannya dalam proses tutorial.
Harapan kami dengan makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
ingin mempelajari makalah ini.
Akhir kata Tak Ada Gading yang Tak Retak, kesempurnaan hanyalah milik Tuhan
Yang Maha Esa, dan kesalahan hanyalah milik kami. Oleh karena itu, demi tercapainya
makalah yang sangat baik, kami membutuhkan segala saran dan kritik yang bersifat
membangun bagi proses pembelajaran kami kedepan, Terima kasih.
Ketua Tutorial,
Gandung Prakoso
(1110211065)
3. 3
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah ini disahkan oleh,
Tutor Pembimbing
Dr. E.M.Hidayat, Sp.PK
Ketua Case Sekertaris I
Gandung Prakoso Meitika
(1110211065) (1110211105)
Sekertaris II Ketua Tutorial
Yuni Rachmawati Gandung Prakoso
(1110211055) (1110211065)
4. 4
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................ 2
Lembar Pengesahan..........................................................................................................3
Daftar Isi...........................................................................................................................4
Kasus.................................................................................................................................5
Learning Progress Report.................................................................................................7
Kulit................................................................................................................................10
1.1 Faal Kulit......................................................................................................16
1.2 Efloresensi....................................................................................................17
Infeksi Karna Virus........................................................................................................23
Penyakit Kulit Karena Parasit........................................................................................28
Herpes Simplex...............................................................................................................33
Pioderma.........................................................................................................................34
Obat Topikal...................................................................................................................38
Daftar Pustaka................................................................................................................44
5. 5
Kasus An. Upin
PAGE 1
An. Upin berusia 2 tahun diantar oleh ibunya ke Rumah sakit dengan keluhan kulitnya
lecet-lecet dan melepuh di daerah muka, leher, lengan kanan, dan kiri sejak 1 minggu yang
lalu. Kelainan bermula berupa bercak-bercak merah seperti tersundut rokok, sebgian nampak
ada yang menggelembung dan sebagian lain ada yang sudah pecah. Kelainan muncul pertama
kali di daerah muka.
3 hari sebelum keruah sakit pasien pernah berobat ke Puskesmas dan diberi obat salep
akan tetapi, kelainan malah bertambah banyak melebar kedaeah leher, kelengan kanan dan
kiri.Pasien tetap bermain seperti biasa dan tidak mengeluh demam atau sakit-sakit pada
badannya.
PAGE 2
Pasien tinggal satu rumah bersama orang tua dan seorang kakanya. Orang tua pasien
mengatakan bahwa pasien tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya. Saat ini kakak
pasien juga mempunyai keluhan yang sama tetapi dengan kelainan kulit yange lebih sedikit.
Riwayat alergi disangkal.
Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : CM
TD : tidak dilakukan , N:84x/menit, S:37C, RR:20x/menit
Status Geralis :
Kepala : Normocephali
Mata : anemia -/- ikterus -/-
THT : dbn
Thoraks : cor- pulmo: dbn
Adomen : distensi (-), BU (+) normal; hepar lien tidak teraba
Ekstermitas : hangat(+); Edema (-)
Status Dermatologis:
Lokasi : pada daerah wajah leher, lengan kanan dan kiri terdapat erosi-erosi dengan konfluens
sebagian, skuama kolaret, sebagian yang lain tampak bula hipopion kendur dan terdapat
sedikit krusta.
PAGE 3
Pemeriksaan Laboratorium :
Darah lenkap :
Hb : 15g/dl
Ht : 37%
Trombosit : 150.000/ul
Leukosit : 6000/ul
Diff count/hitung jenis leukosit :
Basofil : 0
6. 6
Esinofil 3
Batang : 4
Segmen : 59
Limfosit : 28
Monosit : 6
Pemeriksaan Parasitologik :
Pewarnaan gram dari pus dan bula :
Ditemukan bakteri coccus berwarna biru dan berkelompok seperti buah anggur.
EPILOGUE
Spesialis kulit-kelamin mengatakan bahwa An. Upin menderita Impetigo bullosa.
Kemudian orang tua pasien disarankan untuk menjaga higiene anaknya dengan membiasakan
membersihkan tubuh dengan sabun, memotong kuku. Perawatan luka, tidak saling tukar
menukar dalam menggunakan peralatan pribadi (handuk,pakaian).
Medikamentosa :
As.fusidat / mupirocin salep (cream)
7. 7
Learning Progress Report
Terminologi :
1. Melepuh
2. Kulit
3. Skuama kolaret
4. Bula
5. Krusta
6. Konfluens
7. Erosi
Problem :
1. Apa yang menyebabkan kulit An. Upin menjadi lecet dan melepuh?
2. Mengapa lukanya menyebar setelah An. Upin diberikan salap?
3. Terdiri dari apa sajakah lapisan kulit?
4. Jika pada kulit yang melepuh, bagian lapisan kulit manakah yang terkena?
5. Apakah yang menyebabkan kulit An. Upin merah?
6. Mengapa pada luka tersebut terdapat gelembung ?
7. Mengapa An. Upin tidak mengeluh demam atau sakit pada badannya?
8. Mengapa ekstermitas hanga?
9. Apakah oenyakit yang diderita oleh An.Upin menular ?
10. Pada daerah wajah, leher, lengan kanan, kiri, terdapat erosi dengan konfluen, skuama
kolaret, bula hipopion, dan sedikit krusta
11. Ditemukan bakteri coccus berwarna biru dan berkelompok seperti anggur
12. Inflamsi yang ditemukan bersifat lokal
Hipotesis :
1. Impetigo Bullosa
2. Impetigo Ulseratifa
3. Folliculitis Bacteria
4. Pemuigoin Bullosa
5. Herpes Simplex
8. 8
Mekanisme :
Higiene jelek
Faktor lingkungan
Faktor penularan
Faktor obat
Infeksi Bakteri
Inflamasi pada kulit
Eritema, bula, skuama kolaret, krusta, erosi dengan konfluens
Pada daerah leher, waajah, lengan kanan, lengan kiri
IMPETIGO BULLOSA
More Info :
1. Uji kultur
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
I Don’t Know :
1. Kulit
2. Efloresensi
3. Infeksi pada kulit
4. (sesuai hipotesis)
5. Obat-obatan topikal
10. 10
KULIT
Adalah organ tunggal yang terberat di tubuh , dengan berat sekitar 16% dari berat badan total
dan pada orang dewasa mempunyai luas permukaan sebesar 1,2-2,3 m2 yang terpapar dengan
dunia luar .
Organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia ,
luas kulit orang dewasa 1,5m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan .
Organ tubuh terbesar , berfungsi tidak hanya sebagai sawar mekanis antara lingkungan
eksternal dan jaringan dibawahnya tetapi juga secara dinamis terlibat dalam mekanisme
pertahanan dan fungsi lain .
A.Lapisan Kulit
a. Lapisan Epidermis
b. Lapisan Dermis
c. Lapisan Hipodermis
B.Adneksa Kulit
a. Kelenjar Kulit
a.1 Kelenjar keringat
a.2 Kelenjar Sebasea
b. Kuku
c. Rambut
Lapisan Epidermis
Merupakan lapisan paling atas dari kulit . Terdiri atas :
1. Epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk
2. Tiga jenis sel yang jumlahnya tidak banyak.
a. Melanosit
Sel epidermis khusus yang terdapat dibawah atau diantara sel-sel stratum
basale dan dalam folikel rambut. Melanosit memiliki badan sel bulat dan dari
badan sel tersebut terjulur cabang-cabang yang tidak teratur dan panjang ke
dalam epidermis , yang berjalan diantara sel-sel stratum basale dan startum
spinosum .
Warna kulit ditentukan berbagai factor , namun yang terpenting adalah
kandungan melanin dan karoten , jumlah pembuluh darah dalam dermis dan
warna darah yang mengalir didalamnya.
Sintesis melanin berlangsung didalam melanosit , dengan tirosinase yang
berperan penting pada proses ini .walaupun melanosit membentuk melanin ,
tetapi yang berfungsi sebagai depot dang mengandung lebih banyak pigmen
melanin dari pada melanosit adalah sel-sel epitel.
11. 11
b. Sel Langerhans
Sel berbentuk bintang terutama ditemukan di stratum spinosum epidermis .
merupakan makrofag turunan sumsum tulang yang mampu mengikat ,
mengolah, memresentasikan antigen kepada limfosit T . mempunya peran
yang berarti dalam reaksi imunologi .
c. Sel Merkel
Biasanya terdapat dalam kulit tebal telapak tangan dan kaki , yang agak
menyerupai sel epitel epidermis tetapi memiliki granula padat kecil didalam
sitoplasmanya. Berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris .
Sel – sel epidermis ini disatukan oleh desmosom , desmosom berfungsi sebagai “spot rivets”
(paku) yang menyatukan 2 sel yang berdekat tetapi tidak bersentuhan .
Terdiri dari 2 komponen :
a. Plak
Sepasang penebalan pada sitoplasma seperti tombol
b. Filamen glikoprotein kuat
Yang menembus ruang diantara kedua sel dan melekat ke plak kedua sel .
Sel kulit mengandung anyaman ireguler filament intermediet yang terbuat dari protein keratin
, filamen – filamen intersel ini berhubungan dengan filament ekstrasel yang menyatukan sel-
sel sehingga terbentuk suatu anyaman berkesinambungan yang meluas ke seluruh kulit dan
memberinya kekuatan .
Sewaktu sel lapisan luar mati , protein keratin fibrosa ini tertinggal membentuk lapisan
tanduk (berkeratin) protektif yang kuat , bila lapisan tanduk paling luar terlepas atau
terkelupas akibat abrasi maka lapisan ini diganti dengan cara pembelahan sel di lapisan
epidermis yang lebih dalam .
Rata –rata epidermis mengganti dirinya sendiri sekitar 2,5 bulan .
Lapisan-lapisan Epidermis :
1. Stratum germinativum epidermis
Lapisan ini terdiri atas selapis sel kuboid atau silindris yang tersusun berderet diatas
membrane basal , dapat ditemukan sel yang bermitosis .
2. Stratum Spinosum Epidermis
Terdiri atas sel-sel kuboid , atau agak gepeng dengan inti ditengah dan sitoplasma
dengan cabang-cabang yang terisi berkas filament . pada dinding sel yang berbatasan
dengan sel disebelahnya , bila diperhatikan dengan cermat pada pembesaran obyektif
45x akan terlihat taju-taju yang seolah-olah menghubungkan sel satu dengan sel
lainnya .semua mitosis hanya terbatas pada lapisan malpigi ( startum spinosum dan
stratum germinativum) .
12. 12
3. Stratum Granula Epidermis
Terdiri atas 3-5 lapis sel gepeng yang sito[lasmanya berisikan granul basofilik kasar
yang disebut granul keratohialin yang berwarna biru hitam . inti sel kadang masih
tampak jelas , tetapi pada lapisan yang lebih ke permukaan inti itu tampak pucat dan
tertimbun butir granula .
4. Stratum Lusidum Epidermis
Pada lapisan ini bentuk sudah tidak jelas lagi . sel-selnya tidak berinti lagi , tampak
menyatu , homogeny , membentuk garis merah terang bergelombang diatas lapis
berbutir .
5. Stratum Korneum Epidermis
Lapisan ini disebut juga lapis tanduk epidermis , lapisan paling luar dan terdiri atas
beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati , tidak berinti . pada permukaannya , lapisan
ini terlihat terkelupas dan disebut stratum disjunctum atau lapis kelupas.
Lapisan Dermis
Lapisan yang berada dibawah epidermis . Dermis terdiri atas jaringan ikat yang menunjang
epidermis dan mengikatnya pada jaringan subkutan ( hypodermis).
Terdiri atas 2 bagian :
a. Stratum Papillare dermis
Sebutin ini diberikan karena lapisan ini membentuk papil-papil yang menonjol ke
dalam epidermis diatasnya . jaringan ikat yang membentuk lapisan ini lebih
banyak mengandung unsurserat , sehingga tampak lebih longgar .
Sebagian papil mengandung pembuluh darah dan disebut sebagai papil vascular
sedangkan sebagian lainnya mengandung badan akhir saraf dan disebut papil saraf
.
b. Stratum retikulare dermis
13. 13
Lapisan ini cukup padat , unsutr serat dalam zat antar selnya lebih menonjol . serat
kolagen saling menyilang seperti jala-jala , diantaranya juga terdapat serat elastin .
Hypodermis
Merupakan jaringan ikat jarang mempunya banyak jaringan lemak , dapat ditemukan badan
vaterpacini .
Kelenjar
1. Kelenjar keringat
a. Kelenjar Ekrin
Kelenjar kecil-kecil , terletak dangkal didermis dengan secret encer , dibentuk
sempurna pada 28 minggu kehamilan dan baru berfungsi 40 minggi setelah
kelahiran . terdapat diseluruh permukaan kulit dan terbanyak ditelapak tangan ,
kaki ,dan bahu .
b. Kelenjar Apokrin
Kelenjar yang lebih besar, terletak lebih dalam , sekretnya kental , terdapat di
aksila ,aerola , mamme , pubis labia minor , saluran telinga luar .
2. Kelenjar sebasea
Terletak diseluruh permukaan kulit manusia kecuali ditelapak tangan dan kaki
, kelenjar palit ini disebut juga kelenjar holokrin . kelenjar palit biasanya
terdapat disamping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar
rambut ( folikel rambut ). Sekresi dipengaruhi oleh hormone androgen , pada
anak-anak lebih sedikit dibanding dewasa .
14. 14
Rambut
Rambut terdiri atas bagian yang terbenam di dalam kulit ( akar rambut ) dan bagian yang
berada diluar kulit rambut ( batang rambut )
Ada 2 macam tipe rambut :
a. Lanugo
Merupakan rambut halus , tidak terdapat pigmen
b. Terminal
Lebih kasar , banyak pigmen
c. Velus
Rambut halus didahi dan badan lain
Pertumbuhan rambut secara siklik :
a. Fase anagen ( pertumbuhan )
Sel-sel matrix melalui mitosis membentuk sel-sel baru mendorong sel-sel lebih tua
keatas . Aktivasi ini lamanya 2-6 tahun .
b. Fase katagen ( peralihan )
Masa peralihan dimulai dari penebalan jaringan ikat disekitar folikel rambut .
bagian tengah akar rambut dan bagian dibawahnya melebar dan mengalami
pertandukan sehingga terbentuk gada ( club) berlangsung 2-3 minggu .
c. Fase Telogen (istirahat)
Berlangsung kurang lebih 4 bulan , rambut mengalami kerontokan . 50-100
lembar rambut rontok dalam tiap harinya
15. 15
Komposisi Rambut :
a. Karbon 50,60%
b. Hidrogen 6,36%
c. Nitrogen 17,4%
d. Sulfur 5 %
e. Oksigen 20,80 %
Kuku
Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal .
Bagian – Bagian :
a. Nail root
Bagian kuku yang terbenam dalam kulit
b. Nail plate
Bagian yang terbuka diatas dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari terngah , dan
yang paling ujung adalah bagian kuku yang bebas
c. Naik groove
Sisi kuku agak mencekung membentuk alur kuku .
d. Eponikium
Kulit tipis yang menutupi kuku dibagian proksimal
e. Hiponikium
Kulit yang ditutupi bagian kuku bebas .
16. 16
Faal Kulit
1. Fungsi Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis , contoh :
tekanan , gesekan , tarikan . gangguan kimiawi : zat-zat kimia terutama yang bersifat
iritan , contoh : lisol.karbol , asam dll . gangguan yang bersifat panas , misalnya
radiasi , sengatan sinar ultraviolet , gangguan infeksi luar oleh kuman, bakteri maupun
jamur .
Hal tersebut dimungkinkan karena danya :
a. Bantalan lemak
b. Tebal lapisan kulit
c. Serabut jaringan penunjang
2. Fungsi absorbsi
Kulit sehat tidak mudah menyerap air , larutan dan benda padat tetapi cairan yang
mudah menguap lebih mudah diserap , begitupun yang larut lemak , permeabilitas
kulit terhadap O2 , CO2 , dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian
pada fungsi respirasi , dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit , kelembapan . penyerapan
dapat berlangsung melalui celah antar sel , menembus sel-sel epidermis .
3. Fungsi Ekresi
Kelenjar –kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa
metabolism dalam tubuh NaCL ,Urea , asam Urat dan ammonia .
4. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis :
a. Rangsangan panas = Badan Ruffini di dermis & subkutis
b. Rangsangan dingin = badan Krause di dermis
c. Rangsangan rabaan = badan meissner di papilla dermis
d. Rangsangan rabaan = badan merkel ranvier yang terletak di epidermis .
e. Rangsangan tekanan = badan paccini di epidermis
5. Fungsi pengatur Suhu tubuh
Kulit merupakan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan
(otot berkontraksi) pembuluh darah kulit .
6. Fungsi pembentukan Pigmen
Sel pembentuk pigmen ( melanosit ) terletak dilapisan basal .
17. 17
EFLORESENSI
Efloresensi dibagi menjadi 2 bentuk
Efloresensi Primer
1. Makula : Kelainan kulit berbatas tegas berupa perubahan warna
semata.
2. Papul : Penonjolan diatas kulit berbatas tegas dan berisi suatu massa
padat dengan diamet kurang dari 0,5cm.
3. Plak : Peninggian diatas permukaan kulit, permukaan rata dan berisi
zat padat dengan diameter 2cm atau lebih
18. 18
4. Urtika : Edem setempat yang timbul mendadak dan hilang perlahan-
lahan
5. Pustul : Vesikel yang berisi nanah, bila nanah mengendap di bagian
bawah disebut hipopion
6. Vesikel : Gelembung berisi cairan serum dengan diameter
kurang dari 1/2cm.
7. Nodus : Massa padat sirkumskrip dikutan/subkutan dan dapat
menonjol. Jika diameter lebih dari 1cm disebut nodulus
19. 19
8. Kista : Ruangan berdinding dan berisi cairan sel maupun sisa sel.
Kista terbentuk bukan dari akibat peradangan tapi dapat
meradang.
9. Bula : Vesikel yang berukuran lebih besar
Efloresensi Sekunder
1. Skuama :Lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit.
2. Krusta : Cairan badan yang mongering.
20. 20
3. Erosi : Kehilangan jaringan tidak sampai stratum basale
4. Ulkus : Hilangnya jaringan lebih dalam dari ekskoriasi
5. Sikatriks : Terdiri atas jaringan tidak utuh, Bentuk kulit tidak
normal,permukaan kulit licin dan tidak terdapat adneksa kulit
21. 21
Beberapa definisi kelainan kulit
Eritema : Kemerahan pada kulit karena pelebaran pembuluh darah yang bersifat
reversible.
Abses : Kumpulan nanah dalam jaringan. Batas antara nanah dan jaringan
sekitar tidak jelas.
Tumor : Benjolan yang berdasarkan pertumbuhan sel atau jaringan.
Infiltrat : Tumor yang terdiri atas kumpulan sel radang.
Anetoderma : Kulit kehilangan elastisitas tanpa perubahan yang berarti pada bagian
kulit yang lain.
Ekskoriasi : Bila garukan sampai lebih dalam lagi sampai terlihat darah yang
keluar. Hilangnya jaringan sampai stratum papilare.
LIkenifikasi : Penebalan kulit disertai relief kulit yang terlihat jelas.
Guma : Infiltrat sirkumskrip, menahun, dekstruktif dan biasanya melunak.
Eksantema : Kelainan pada kulit yang timbul serentak dalam waktu singkat , tidak
berlangsung lama. Umumnya demam terlebih dahulu.
Fagedenikum : Proses yang menjurus ke dalam dan meluas (ulkus tropikum, ulkus
mole).
Terebrans : Proses yang menjurus ke dalam
Monomorf : Kelainan kulit yang terdiri atas satu macam ruam.
Polimorf : Kelainan kulit yang terdiri atas bermacam-macam ruam.
Telengiektasis : Pelebaran kapiler yang menetap pada kulit
Roseola : Eksantema yang lentikular berwarna merah tembaga pada sifilis dan
frambusia
Eksantema Skarlatiniformis : Erupsi yang difus dapat generalisata atau lokalisata
berbentuk eritema nummular
Eksantema morbiliformis : Erupsi berbentuk eritema yang lentikuler
Galopans : Proses yang sangat cepat meluas.
Berbagai istilah ukuran, susunan kelainan/bentuk serta penyebaran dan lokalisasi
1. Ukuran
a. Miliar : Sebesar kepala jarum pentul.
b. Lentikular : Sebesar biji jagung.
c. Numular : Sebesar uang logam 5 rupiah atau 100 rupiah.
d. Plakat : Lebih besar dari numular.
2. Bentuk
a. Linear : Seperti garis lurus.
b. Sirsinar : Seperti lingkaran.
c. Arsinar : Berbentuk bulan sabit.
d. Polisiklik : Bentuk pinggiran yang sambung menyambung.
e. Korimbiformis: Susunan seperti induk ayam yang dikelilingi anaknya.
22. 22
3. Penyebaran dan Lokasi
a. Sirkumskrip : Berbatas tegas
b. Difus : Tidak berbatas tegas
c. Generalisata : Tersebar pada sebagian besar tubuh
d. Regional : Mengenai daerah tertentu badan
e. Universalis : Seluruh atau hamper seluruh tubuh
f. Soliter : Hanya 1 lesi
g. Herpetiformis : Vesikel berkelompok seperti pada herpes zoster
h. Konfluens : Dua atau lebih lesi yang menjadi satu
i. Diskret : Terpisah satu dengan yang lain
j. Serpiginosa : Proses yang menjalar ke satu jurusan diikuti oleh
penyembuhan bagian yang ditinggalkan
k. Irisformis : Eritema berbentuk bulat lonjong dengan vesikel warna
yang lebih gelap ditengahnya
l. Simetrik : Mengenai kedua belah badan yang sama
m. Bilateral : Mengenai kedua belah badan
n. Unilateral : Mengenai salah satu badan
23. 23
Infeksi karena Virus
Virus varisella
Varicella zoster virus (VZV) merupakan salah satu dari delapan herpes virus yang
diketahui menjangkiti manusia (dan vertebrata lainnya). Ia sering menyebabkan cacar air
pada anak-anak; juga penyakit sinanaga (herpes zoster) dan postherpetic neuralgia (sakit saraf
kulit) pada orang dewasa.
Infeksi utama VZV adalah cacar air (varicella), yang jarang mengakibatkan
komplikasi termasuk ensefalitis (radang akut pada otak) atau pneumonia (radang paru-paru).
Bahkan bila gejala klinis cacar air sudah terselesaikan, VZV menjadi dorman (tidak aktif)
dalam sistem saraf orang yang terinfeksi (namun suatu saat bisa menjadi aktif lagi). Sekitar
10-20 % kasus, VZV nantinya menjadi aktif kembalii yang dikenal sebagai penyakit herpes
zoster atau ruam saraf. Komplikasi serius dari sinanaga termasuk postherpetic neuralgia,
zoster multiplex, myelitis (radang saraf otak), herpes ophthalmicus, dan zoster sine herpete.
Virus Varicella zoster dapat laten pada sel syaraf tubuh dan pada frekuensi yang kecil
di sel non-neuronal satelit dari akar dorsal, berhubung dengan saraf tengkorak dan saraf
autonomic ganglion, tanpa menyebabkan gejala apapun. Dalam sebuah individu yang
immunocompromised (kekebalan tubuh rendah), beberapa tahun atau dekade setelah terkena
infeksi cacar air, virus dapat muncul lagi pada sel-sel saraf dan menular melalui saraf axons
menyebabkan infeksi kulit di daerah yang mengandung syaraf. Virus menyebar dari satu atau
lebih sepanjang ganglia sepanjang saraf dan menulari segmen dermatome (daerah kulit yang
disuplai oleh saraf tulang belakang) menyebabkan sakit ruam. Meskipun biasanya ruam dapat
sembuh sendiri dalam waktu dua sampai empat bulan, beberapa pengalaman penderita masih
merasakan sisa sakit syaraf selama berbulan atau bertahun-tahun, suatu kondisi yang disebut
postherpetic neuralgia.
Penularan
Penularan bisa terjadi melalui kontak udara yang terkontaminasi khususnya pada
banyak orang di dalamnya seperti sekolah. Bisa juga terjadi penularan melalui sentuhan kulit
antar individu.
24. 24
Herpes zoster di kulit
Tanda-tanda dan gejala
Gejala awal herpes zoster yaitu sakit kepala, demam, dan rasa tidak nyaman, ini
merupakan gejala-gejala yang nonspecific, dan dapat mengakibatkan salah diagnosa. Gejala
ini biasanya diikuti oleh sensation rasa sakit membakar, gatal, hyperesthesia (oversensitivity),
atau paresthesia ( “gelisah”: rasa geli, ditusuk-tusuk, dan mati rasa). Rasa sakit mungkin
ekstrim terasa pada dermatome (lapisan kulit), dengan sensasi-sensasi yang sering
digambarkan bebentuk pedas/panas, geli, nyeri, kaku dan berdenyut-denyut, dan dapat
menyebar cepat dengan rasa ditusuk-tusuk. Dalam banyak kasus, setelah 1-2 hari (tapi
kadang-kadang selama 3 minggu) tahap awal ini diikuti dengan tampilan karakteristik: ruam
kulit. Rasa sakit dan ruam yang paling sering terjadi pada seluruh tubuh, tetapi dapat muncul
di wajah, mata atau bagian lain dari tubuh. Pada awalnya, ruam yang muncul mirip dengan
tampilan penyakit hives (Urticaria), namun tidak seperti hives, herpes zoster menyebabkan
kulit terbatas pada perubahan di kulit, biasanya bentuknya strip/jalur atau seperti pola pada
sabuk/belt yang terbatas pada satu sisi tubuh dan tidak menyeberangi midline(?). Zoster sine
herpete menjelaskan semua pasien yang memiliki gejala-gejala dari herpes zoster ini kecuali
karakteristik ruam.
Kemudian, ruam menjadi vesicular (seperti tekstur batu vulkanik), terbentuknya
ruam-ruam kecil berisi cairan, demam dan rasa tidak nyaman pada tubuh. Vesicle
(gelembung) akhirnya menjadi berwarna abu-abu dan gelap karena diiisi dengan darah.
Pengelupasan terjadi anatar tujuh sampai sepuluh hari kemudian, dan biasanya jatuh dan
menyembuhkan kulit tetapi kadang-kadang setelah ruam yang parah dapat menimbulkan
bekas parutan dan perubahan warna kulit.
Herpes mungkin memiliki gejala tambahan , tergantung pada lapisan kulit yang
terlibat. Herpes zoster ophthalmicus muncul pada mata dan terjadi di sekitar 10-25% kasus.
Hal ini disebabkan karena virus menjadi aktif pada daerah ophthalmic dari saraf trigeminal.
Pada beberapa pasien, muncul pula gejala radang lainnya pada mata seperti : conjunctivitis,
keratitis, uveitis, dan saraf optik palsies yang kadang-kadang dapat menyebabkan radang
mata kronis, dan kehilangan penglihatan. Herpes zoster oticus, juga dikenal sebagai Ramsay
Hunt syndrome tipe II, melibatkan telinga. Ia adalah hasil penyebaran virus dari syaraf wajah
ke saraf vestibulocochlear. Gejala termasuk kehilangan pendengaran dan vertigo.
Diagnosis
Bisa ditanyakan pada dokter.
Pengobatan
Tujuan dari perawatan adalah untuk membatasi kemajuan dan durasi sakit,
mempersingkat durasi dari episode sinanaga, dan mengurangi komplikasi. Perawatan gejala
diperlukan untuk mencegah komplikasi terjadinya postherpetic neuralgia.
Obat antiviral menghalangi replikasi VZV dan mengurangi kemampuan dan durasi
herpes zoster dengan sedikit efek samping, tapi tidak berefek untuk mencegah postherpetic
neuralgia. Aciclovir merupakan obat untuk standar perawatan, namun obat baru valaciclovir
dan obat-obatan serupa famciclovir menunjukkan kemanjuran lebih ketimbang obat pertama
tadi. obat-obatan ini digunakan baik sebagai pencegahan (misalnya pada pasien AIDS)
maupun sebagai terapi selama pada fase akut. Pengobatan antiviral dianjurkan bagi semua
25. 25
individu yang kekebalan tubuhnya masih baik dengan HZV ditubuhnya, sebaiknya diberikan
dalam waktu 72 jam setelah tampilan ruam muncul. Komplikasi yang terjadi pada individu
dengan herpes zoster dapat dikurangi dengan pemberian infusan + aciclovir. Pada orang-
orang yang berisiko tinggi dengan serangan sinanaga yang berulang dapat diberi obat oral
aciclovir selama lima hari.
Pasien dengan sakit ringan hingga sedang dapat diobati dengan over-the-counter
analgesics. Topical lotions berisi calamine dapat digunakan pada ruam atau gelembung dan
bersifat menyejukkan. Kadang-kadang, sakit parah memerlukan obat opioid seperti morfin.
Setelah lesi terkelupas, dapat diberikan krim capsaicin (Zostrix). Topical lidocaine dan obat
pem-blok syaraf juga dapat mengurangi rasa sakit. (ada tambahan paragraf, bisa
dibaca/English dengan mengklik alamat dibawah: ‘Herpes zoster’).
KONDILOMA AKUMINATA
1.Pengertian
Kondiloma Akuminata adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus Virus
Papiloma Humanus (VPH) dengan kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan mukosa.
Sinonim penyakit ini disebut jengger ayam, kutil kelamin, dan genital warts.
Kondiloma akuminata adalah kelainan kulit berbentuk vegetasi bertangkai dengan permukaan
berjenjot yang disebabkan oleh virus.
Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata) merupakan kutil di dalam atau di sekeliling vagina,
penis atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual.
2.Etiologi
Kutil kelamin disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) karena berganti-ganti pasangan
seksual tanpa menggunakan pengaman.
Virus Papiloma Humanus [VPH/ HPV], virus DNA yang tergolong dalam family Papova.
Tipe yang pernah ditemui adalah tipe 6, 11, 16, 18, 30, 31, 33, 35, 39, 41, 42, 44, 51, 52 dan
56. Tipe 6 dan 11 tersering dijumpai pada Kondiloma Akuminatum dan Neoplasia
Intraepitelial Serviks ringan. Tipe 16 dan 18 mempunyai potensi keganasan yang tinggi dan
sering dijumpai pada kanker serviks. Sampai saat ini sudah dapat diidentifikasikan 80 tipe
virus papiloma humanus.
3.TandadanGejala
Gejala awal
•Benjolan atau lecet di sekitar alat kelamin.
•Gatal atau sakit di sekitar alat kelamin.
•Bengkak atau merah di sekitar alat kelamin.
•Rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil.
•Buang air kecil lebih sering dari biasanya.
•Demam, lemah, kulit menguning dan rasa nyeri sekujur tubuh.
•Kehilangan berat badan, diare dan keringat malam hari.
•Pada wanita keluar darah di luar masa menstruasi dan lain-lain.
•PMS kadang tidak memiliki gejala.
• Keluar cairan/keputihan yang tidak normal dari vagina atau penis. Pada wanita, terjadi
peningkatan keputihan. Warnanya bisa menjadi lebih putih, kekuningan, kehijauan, atau
kemerah mudaan. Keputihan bisa memiliki bau yang tidak sedap dan berlendir.
• Pada pria, rasa panas seperti terbakar atau sakit selama atau setelah kencing, biasanya
26. 26
disebabkan oleh PMS. Pada wanita, beberapa gejala dapat disebabkan oleh PMS tapi juga
disebabkan oleh infeksi kandung kencing yang tidak ditularkan melalui hubungan seksual.
• Luka terbuka dan atau luka basah disekitar alat kelamin atau mulut. Luka tersebut dapat
terasa sakit atau tidak.
• Tonjolan kecil-kecil (papules) disekitar alat kelarnin .
• Kemerahan di sekitar alat kelamin.
• Pada pria, rasa sakit atau kemerahan terjadi pada kantung zakar.
• Rasa sakit diperut bagian bawah yang muncul dan hilang, dan tidak berhubungan dengan
menstruasi.
Pada pria tempat yang sering terkena adalah glans penis, sulkus koronarius, frenulum dan
batang penis, sedang pada wanita adalah fourchette posterior, vestibulum.
Untuk kepentingan klinis maka Kondiloma Akuminata dibagi dalam 3 bentuk, yaitu:
1. Bentuk akuminata.
2. Bentuk papul.
3. Bentuk datar (flat).
Meskipun demikian perlu diingat bahwa tidak ada batasan yang jelas antara ke tiga bentuk
tadi dan sering pula dijumpai bentuk-bentuk peralihan.
1. Bentuk akuminata
Terutama dijumpai pada. daerah lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi bertangkai dengan
permukaan yang berjonjot-jonjot seperti jari. Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi
yang lebih besar sehingga tampak seperti kembang kol. Lesi yang besar ini sering dijumpai
pada wanita yang mengalami fluor albus dan pada wanita hamil, atau pada keadaan imunitas
terganggu.
2. Bentuk papul
Lesi bentuk papul biasanya didapati di daerah dengan keratinisasi sempurna, seperti batang
penis, vulva bagian lateral, daerah perianal dan perineum. Kelainan berupa papul dengan
permukaan yang halus dan licin, multipel dan tersebar secara diskret.
3. Bentuk datar
Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan sama sekali tidak tampak
dengan mata telanjang (infeksi subklinis), dan baru terlihat setelah dilakukan tes asam asetat.
Dalam hal ini penggunaan kolposkopi sangat menolong.
Selain ketiga bentuk klinis di atas, dijumpai pula bentuk klinis lain yang telah diketahui
berhubungan dengan keganasan pada genitalia, yaitu:
1. Giant condyloma Buschke-Lowenstein
Bentuk ini diklasifikasikan sebagai karsinoma sel skuamosa dengan keganasan derajat
rendah. Hubungan antara KA dengan giant condyloma diketahui dengan ditemukannya VPH
tipe 6 dan tipe 11. Lokasi lesi yang paling sering adalah pada penis dan kadang-kadang vulva
dan anus. Klinis tampak sebagai kondiloma yang besar, bersifat invasif lokal dan tidak
bermetastasis. Secara histologis giant condyloma tidak berbeda dengan kondilomata
akuminata. Giant condyloma ini umumnya refrakter terhadap pengobatan.
2. Papulosis Bowenoid
Secara klinis berupa papul likenoid berwarna coklat kemerahan dan dapat berkonfluens
menjadi plakat. Ada pula lesi yang berbentuk makula eritematosa dan lesi yang mirip
leukoplakia atau lesi subklinis. Umumnya lesi multipel dan kadang-kadang berpigmentasi.
27. 27
Berbeda dengan KA, permukaan lesi papulosis Bowenoid biasanya halus atau hanya sedikit
papilomatosa. Gambaran histopatologik mirip penyakit Bowen dengan inti yang
berkelompok, sel raksasa diskeratorik dan sebagian mitotik atipik. Dalam perjalanan
penyakitnya, papulosis Bowenoid jarang menjadi ganas dan cenderung untuk regresi spontan.
Kutil genitalis paling sering tumbuh di permukaan tubuh yang hangat dan lembab. Pada pria,
area yang sering terkena adalah ujung dan batang penis dan dibawah kulit depannya (jika
tidak disunat). Pada wanita, kutil timbul di vulva, dinding vagina, leher rahim (serviks) dan
kulit di sekeliling vagina. Kutil genitalis juga bisa terjadi di daerah sekeliling anus dan
rektum, terutama pada pria homoseksual dan wanita yang melakukan hubungan seksual
melalui dubur
Masa tunas penyakit ini adalah 4-7 hari. Disebut sebagai penyakit jengger ayam, karena
timbul bintil- bintil/ kutil bertangkai dan bergerombol di daerah kemaluan, menyerupai
jengger ayam.
Masa inkubasi seringkali sukar ditentukan secara tepat dan dapat bervariasi antara 3 minggu -
8 bulan (rata-rata 3 bulan). Gambaran klinik sangat bervariasi, berupa suatu vegetasi
bertangkai dengan pertumbuhan yang berjonjot-jonjot (eksofitik) dan beberapa bergabung
membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak seperti kembang kol atau berupa papula
dengan permukaan yang halus dan licin dengan diameter 1-2 mm yang bergabung menjadi
plakat lebar.
4. Pengobatan
• Farmakologis
1. Kemoterapi
• Tingtura Podofilin 25 %
Daerah sekitarnya lebih dulu dilindungi dengan vaselin, untuk menghindari iritasi. Podofilin
dicuci 6 jam kemudian. Pada lesi-lesi yang luas dan pada wanita hamil, jangan diberikan
podofilin, karena obat ini bersifat toksik dan dapat menyebabkan keguguran. Juga jangan
dipakai untuk pengobatan lesi dalam vagina dan serviks karena obai ini dapat diabsorbsi
sehingga bersifat toksik dan dapat menyebabkan karsinoma.
• Podofilotoksin 0.5 %
Bahan ini merupakan zat aktif yang terdapat di dalam podofilin. Setelah pemakaian
podofiloks, dalam beberapa hari akan terjadi destruksi pada jaringan KA. Reaksi iritasi pada
pemakaian podofiloks lebih jarang terjadi dibandingkan dengan podofilin dan reaksi sistemik
belum pernah dilaporkan. Obat ini dapat dioleskan sendiri oleh penderita sebanyak dua kali
sehari selama tiga hari berturut-turut.
• Asam Trikloroasetat 25-50 %
Pemberiannya adalah seminggu sekali dan harus hati-hati karena dapat menimbulkan ulkus
yang dalam. Dapat diberikan kepada wanita hamil.
• Krim 5-Fuorourasil 1-5 %
Obat ini terutama untuk KA yang terletak di atas meatus uretra. Pemberiannya setiap hari
sampai lesi hilang. Sebaiknya penderita tidak miksi selama dua jam setelah pengobatan.
2. Tindakan Bedah
• Bedah Skalpel (eksisi)
• Bedah listrik (elektrokauterisasi)
Biasanya efektif tetapi membutuhkan anestesi local
• Bedah beku (N2 N2O dan sebagainya)
Bedah beku ini banyak menolong untuk pengobatan kondiloma akuminata pada wanita hamil
dengan lesi yang banyak dan basah.
28. 28
3. Laser karbondioksida
Pengobatan kimiawi, seperti podofilum resin atau racun yang dimurnikan atau asam
trikloroasetat, bisa dioleskan langsung pada kutil. Tetapi pengobatan ini memerlukan waktu
beberapa minggu sampai beberapa bulan, bisa melukai kulit di sekelilingnya dan sering
gagal.
Kutil di uretra bisa diobati dengan obat anti kanker seperti tiotepa atau florourasil.
Pilihan lainnya adalah pengangkatan kutil dari uretra melalui pembedahan endoskopik.
Kutil genitalis sering kambuh dan memerlukan pengobatan ulang. Pada pria yang belum
disunat, kekambuhan bisa dicegah dengan menjalani penyunatan.
• Non Farmakologis
Obat Kutil pada kelamin (Kutil Kondiloma pada pria / Kutil Jengger Ayam pada wanita).
Penggunaan: Bubuk WARTS POWDER dicampur dengan air hangat dan dioleskan pada
bagian yang sakit, secara teratur 2x sehari. Tidak pedih, ampuh dan aman karena terbuat dari
bahan-bahan alami.
Keterangan Gambar
Agar penyakit tidak muncul lagi setelah tindakan pengobatan, yaitu menghilangkan faktor
yang menyebabkan penyakit mudah muncul (predisposisi) serta menjaga agar stamina tubuh
tetap prima.
5. Implementasi Keperawatan
* Menghindari kontak fisik dengan pasangan seksual yang terinfeksi
* Anjurkan penggunaan kondom
* Menghentikan aktivitas seksual selama pengobatan
* Hubungan seksual monogamy dengan individu yang sehat
* Memeriksakan diri secara teratur termasuk pula memeriksakan pasangan seksualnya
* Pap smear secara teratur pada wanita usia lebih dari 18 tahun (* Pap smear, untuk deteksi
dini perubahan tingkat seluler meliputi papillomatosis, akantosis, abnormalitas koilosistik
serta kelainan nukleus)
* Pemeriksaan HIV-AIDS
Penyakit kulit karena parasit
Scabies
Adalah penyakit kulit karena adanya invasi parasit oleh sarcoptes scabei, dengan
sinonim nya gudik atau budukan, penyakit ini banyak menyerang anak anak
Epidemiologi nya pada golongan sosio ekonomi lemah dan tingkat kebersihan yang kurang,
penularan dapat berlangsung secara langsung dan tidak langsung.
Infeksius nya ditularkan oleh scabei betina yang sudah dibuahi atau dalam bentuk larva, yang
menyerang pada daerah sela sela jari tangan, pergelangan tangan , pusat,dan paha bagian
dalam.
Gejala yang biasa nya timbul berupa gatal pada malam hari, scabei biasanya
menyerang sekelompok hospes yang berada dalam 1 lingkungan hidup, terdapat kanalikuli
atau terowongan tempat scabei.
29. 29
Gambaran efloresensi yang terlihat adalah papul papul vesikel miliar disertai
ekskoriasi membentuk kanalikuli miliar, berwarna putih abu abu. Ujung dari kanalikuli ini
akan menjadi tempat persembunyian dan tempat meletakkan telur, betina scabie meletakkan
2-3 telur perhari, telur ini akan menetas pada 2-4 hari dan menjadi larva berkaki 6, dan
menjadi dewasa dalam waktu kurang lebih 17 hari .
Diagnosis nya dapat ditegakkan dengan menemukan scabei dewasa, larva, atau telur
dalam kanalikuli, diagnosis penyakit ini adalah impetigo, gigitan serangga, dan folikulitis.
Penatalaksanaan penyakit ini dengan menjaga kebersihan dan dengan sulfur presipitatum 2-5
% dan asam salsilat 2% selama 3 sampai 4 hari. Atau dapat juga di berikan emulsi benzil
benzoat 20 -25%,atau gamaksen 0,5 % , atau permetrin 5 %. Jika di tangani dengan tepat
prognosis penyakit ini adalah baik ke arah kesembuhan.
Pedikulosis kapitis
Adalah infeksi kulit rambut karena pedikulus, epidemiologi anak anak atau usia muda
dan dengan higyne yang kurang. Penyakit ini menular melalui perantara, diagnosis nya
dengan di temukan tuma di kepala dan telur, lokalisasi yang terdapat adalah bagian belakang
kepala dan regio parietalis atau belakang telinga.
Efloresensi nya adalah tampak krusta yang melekat di rambut, dengan gejala klinis gatal di
oksiput dan temporal juga dapat terjadi erosi, ekskoriasi serta infeksi sekunder atau pus ,
krusta dan pembesaran KGB. Diagnosis banding nya adalah tinea capitis dan impetigo
kurosa, penatalaksanaan dengan peningkatan higenis dan gama benzen heksaklorida dalam
bentuk sampo dan antibiotik, prognosis nya baik.
Pedikulosis korporis
Adalah infeksi atau penyakit kulit oleh pediculus humanus, biasanya di orang dewasa,
higene menurun dan daerah peternakan dan perkebunan menjadi epidemiologi, lokalisasi nya
adalah daerah pinggang , ketiak dan inguinal. Efloresensi papula miliar di sertai bekas
garukan. Dengan diagnosis banding nya scabei, gigitan serangga dan folikulitis,
penatalaksanaan nya dengan gama benzana heksaklorida cream dan benzil benzoat 20-25%,
dengan prognosis baik
30. 30
Pedikulosis pubis
Adalah infeksi pada rambut dan kulit di daerah pubis, etiologi nya adalah pediculus
dengan penyebaran melalui kontak seksual, biasanya terjadi pada wanita dewasa atau pria
dewasa. Lokalisasi nya terdapat pada daerah pubis, ketiak, jenggot, alis dan rambut kepala.
Efloresensi nya berupa papul miliar dengan urtrika.
Crepping eruption
Adalah peradangan bentuk linier atau berkelok kelok, etiologi nya adalah larva cacing
tambang, larva cacing ini masuk dengan cara menembus kulit namun tidak mencapai
pembuluh darah dan menyebar di sub kutis.
Pada tempat masuk larva papul menjalar berkelok kelok dan berwarna kemerahan. Gejala
klinis yaang terjadi berupa gatal , terasa nyeri dan panas, tempat predileksi nya daerah
31. 31
tungkai, plantar, tangan, anus, bokong, dan paha, hal ini terjadi karena kebiasaan tidak
menggunakan alas kaki, diagnosa dapat ditegakkan dengan menemukan kelainan seperti
benang yang lurus atau berkelok kelok menimbul dan terdapat papul.
Diagnosa banding nya adalah insect bite dan herpes zooster stadium 1. Penatalaksanaan nya
adalah dengan memberikan tiobendazol 50 mg, atau antihistamin, pencegahannya dengan
meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan.
Amebiasis cutis
Adalah infeksi amuba ke dalam kulit dengan gejala yang khas berupa gatal dan sakit.
Etiologi penyakit ini adalah entamoeba histolytica dengan predilaksis genitalia eksterna,
anus, dan bokong. Efloresensi nya berupa makula eritematosa dengan permukaan kasar yang
tidak rata, permukaan kasar berupa granuloma merah di anus.
Insect bite
Adalah kelainan karena gigitan serangga. Etiologi nya karena toksin dalam cairan
gigitan serangga, hal ini dapat terjadi karena setelah digigit serangga menimbulkan edema di
kulit dan membuat jaringan nekrosis setempat.
Gejala klinis nya adalag gatal, nyeri, rasa tidak nyaman, dan dapat juga muntah muntah.
Lokalisasi nya luas, efloresensi yang dapat timbul berupa eritema morbiliformis atau bula
yang dikelilingi eritema dengan nekrosis luas dn gangren dapat terjadi kemudian.
Diagnosa banding nya adalah impetigo, urtikaria.
33. 33
HERPES SIMPLEKS
definisi: yaitu suatu lesi akut berupa vesikel berkelompok di atas daerah yang eritema, dapat
satu atau beberapa kelompok terutama pada atau dekat sambungan mukokutan.
penyebab: herpes virus hominis (HVH) dgn diameter 150mm, dan merupakan virus DNA.
umur:semua umur
jenis kelamin: pria dan wanita
keturunan: dapat menyerang janin in utero
lingkungan: makin renddah sstatus ekonomi, makin banyak jumlah karrier
faktor pencetus:menstruasi, emosiona, trauma, dan senggama
gejala singkat penyakit: awitan penyakit di mulai dengan perasaan gatal, rasa terbakar dan
eritema selama beberapa menit sampai beberapa jam, kadang juga timbul nyeri saraf. pada
infeksi primer gejala-gejala lebih berat dan lebih lama jika di bandingkan dengan infeksi
rekuren, yaitu berupa malaise, demam dan nyeri otot.
lokalisasi: paling sering pada daerah dekat sambungan mukokutan
efloresisensi/ sifat: vesikel-vesikel miliar berkelompok, jika pecah membentuk ulkus yang
dangkal dengan kemerahan pada daerah di sekitarnya.
gambaran histopatology: tampak vesikel intraepidermal, infiltrat leukosit, dan akantolisis
akibat degenerasi sel-sel balon epidermis. dapat terlihat badan inklusi asidofilik intranukleus
yang di kelilingi halo.
pemeriksaan pembantu/laboratorium:
1. pemeriksaan sel raksasa dengan percobaan Tzanck
2. pemeriksaan antiodi dengan teknik flouresensi langsung
3. kultur jaringan
diagnosis banding:
1. impetigo: cairan serosa dan krusta menonjol pada impetigo
2. herpes zoster sekitar bibir: lesi sepanjang perjalanan saraf
3. ulkus durum: pemerikasaan lapangan gelap, dapat di temukan spirokaeta.
penetalaksaan:
pengobatan bersifat asimtomatis
jika vesikel pecah:
1. kompreis dengan sol. kalium-permanganas 1/5000
2. obat-obat antiseptik seperti povidon yodium
3. idoksuridin (IDU) 5-40% untuk menekan sintesis DNA
4. alkohol 70% untuk mengeringkan dan desinfeksi
sistemik:
yaitu dengan asklovir 5x 400 mg/hari selama 5-10 hari
pada pasien imunokompeten:
-lesi inisial: asiklovir 5x200 mg selama 5-10 hari
-infeksi rekuren: asiklovir 5x 200 mg selama 5 hari atau 2x 400 mg/ hari
pada pasien dengan tanggap imun lemah (immunocompromised):
-herpes mukokutan primer: asiklovir 5x200 mg/hari slama 10 hari
-herpes imunokutan rekuren: asiklovir 5x400 mg selama 5-7 hari.
prognosis:
cenderung rekuren
34. 34
PIODERMA
pioderma superfisialis (terbatas pada epidermis)
a) IMPETIGO BULOSA
Sinonim: Impetigo kontangiosa
Impetigo vulgaris
Impetigo tillbury Fox
Etiologi : Streptococcus B hemolyticus
Gejala klinis : Tidak disertai gejala umum, hanya pada anak
Tempat predileksi di muka, sekitar lubang hidung dan mulut (dianggap
sumber infeksi)
Talak : Jika krusta sedikit, dilepaskan dan diberi salep antibiotic
b) Impetigo bulosa
Sinonim : Impetigo vesiko bulosa (cacar monyet)
Etilogi : Staphylococus aureus
Gejala klinis: Tempat predileksi di ketiak, punggung, dada
Terdapat pada anak2 dan dewasa
Eritema bula dan bula hipopion
Kadang2 waktu berobat vesikel / bula telah peah -> tampak hanya kolaret
Diagnosis banding: Dermatofitosis : tampak hanya kolaret
Impetigo bulosa: jika sebelumnya ada lapuhan
Talak: Jika terdapat hanya beberapa vesikel/bula -> dipecah
Lalu diberi salep antibiotic/cairan antiseptic
Kalau banyak diberi antibiotic sistemik
35. 35
c) IMPETIGO KRUSTOSA
Varian dari impetigo bulosa pada neonates. Lokasinya menyeluruh disertai demam
Diagnosis banding : Sifilis congenital (bula terletak pada tangan dan kaki)
Obat : Antibiotik sistemik
Topikal diberi salisil 2 %
2) FOLIKULITIS
Adalah radang folikel rambut
Etiologi : staphylocous aureus
Klasifikasi : Folikulitis superfisialis -> terbatas dalam epidermis
Folikulitis profunda -> sampai ke subkutan
Folikulitis superfisialis
Sinonim : Impetigo bockhart
Gejala klinis : Tempat predileksi di tangkai bawah. Kelainan berupa papul/ pustule
yang eritematosa dan ditengahnya terdapat rambut, biasanya multiple
Folikulitis profunda
Gejala klinis : Seperti folikulitis superfisialis hanya teraba infiltrate di subkutan
Diagnosis banding : Tinea barbae, lokalisasi di mandibula/ submandinbula
Obat : antibiotic sistemik/ topical
36. 36
3) Furunkel/ karbunkel
Adalah radang folikel rambut dan sekitarnya
Etiologi : Staphylococcus aureus
Gejala klinis : Nyeri
Nodus eritematosa berbentuk kerucut ditengahnya terdapat pustule
Talak : Jika sedikit cukup -> topical
Banyak -> sistemik
4) Ektima
Ulkus superfisialis dengan krusta di atasnya disebabkan oleh streptococcus
Etiologi : Streptococcus B hemolitycus
Gejala klinis : krusta tebal warna kuning, biasanya lokasi di tungkai bawah
yaitu tempat relative banyak mendapat trauma
Diagnosis banding : Impetigo krustosa
Obat : sedikit -> krusta diangkat lalu diolesi dengan salep
Banyak -> sistemik
37. 37
5) Pionika
Radang di sekitar kuku oleh piokokus
Etiologi : Staphylococus aureus dan Streptococcus B hemolyticus
Gejala klinis : Peny didahului trauma. Mulai infeksi pada lipat kuku, terlihat tanda2
radang kemudian menjalar ke lempeng kuku
Talak : Kompres larutan antiseptic dan berikamn antibiotic sistemik
38. 38
Obat Topikal
Agen bakteri topikal bermanfaat dalam mencegah timbulnya infeksi pada luka bersih,
sebagai terapi dini pada dermatosi dan luka yang terinfeksi, dalam menurunkan kolonisasi
stafilokokus, deodorisasi aksila dan tatalaksana akne vulgaris.
Obat topikal dapat dibedakan menjadi agen antibakteri, agen antijamur dan agen anti
virus.
AGEN ANTI BAKTERI
Sediaan Anti bakteri Topikal
1. Basitrasin dan Gramisidin
Antibiotik peptida yang aktif terhadap berbagai organisme gram-positif seperti
stafilokokus, streptokokus, dan pneumokokus
Basitrasin dicampur dalam salep sendiri dan dapat dikombinasikan dengan neomisin,
polimiksin B/ keduanya
Basitrasin aktif pada mikroorganisme gram (+)
Mekanisme kerja : menghambat pembentukan dinding sel
Bersifat sangat nefrotoksik jika diberikan secara sistemik sehingga diberikan secara
topikal
Absorbsi basitrasin buruk
Basitrasin, 200unit/g dalam vehikulum salep (sering digabung dengan
polimiksin/neomisin), diindikasikan untuk menekan flora bakteri campuran pada lesi
perm kulit, pada luka / membran mukosa
Larutan basitrasin yang mengandung 100-200 unit /mL dalam saline dapat digunakan
untuk iritasi sendi, luka atau rongga pleura
Gramisidin dikombinasikan dengan antibiotik lain, seperti neomisin, polimiksin,
basitrasin dan nistatin.
Gramisidin hanya ada dalam sediaan topikal
2. Mupirosin
Dihasilkan oleh Pseudomonas fluorescens
Diinaktifkan setelah diserap sehingga kadar sistemik tidak terdeteksi
Aktif terhadap kokus gram (+) esp Staphylococcus aureus rentan-metisilin dan
resisten metisilin
Mekanisme kerja : menghambat isoleusil tRNA sintase milik stafilokokus
Resistensi tingkat rendah terjadi akibat mutasi titik di dalam gen enzim target
Resistensi tingkat tinggi terjadi akibat adanya gen isoleusil tRNA sintase kedua, yang
disandi dalam plasmid
Indikasi : Infeksi kulit minor, mis impetigo ; infeksi kulit yang luas, mis ulkus
dekubitus/ luka bedah terbuka
39. 39
Juga dapat menghilangkan S. aureus yang terbawa di hidung pasien (intranasal).
Digunakan salep Bactoban Nasal akan tetapi dapat menimbulkan iritasi membran
mukosa.
Tidak terlalu diserap secara sistemik
3. Polimiksin B Sulfat
Golongan polimiksin.
Polimiksin : sekelompok peptida dasar yang aktif terhadap bakteri gram(-)
Mekanisme kerja : melekat pada membran sel bakteri dan merusaknya, menggaggu
fungsi pengaturan osmosis oleh membran sitoplasma kuman, mengikat &
menginaktifkan endotoksin
Obat ini jarang terjadi resistensi
Resisten : gram (+) : proteus dan neisseria
Sediaan : solusio/salep
Aktif terhadap bakteri gram (-) : esp P. aeruginosa. Selain itu Pseudomonas,
Escheichia coli, Enterobakter, Klebsiella, Salmonella, shigella, Vibrio, dll
4. Neomisin & Gentamisin
Anbiotik aminoglikosia yang aktif terhadap organisme gram (-) esp E.coli, proteus,
Klebsiella, enterobakter
Gentamisin aktivitasnya lebih kuat thd P.aeruginosa daripada neomisin
Gentamisin jauh lebih aktif terhadap stafilokokus dan streptokokus beta hemolitikus
grup A
Sediaan gentamisin : salep/krem, bubuk steril
Neomisin & gentamisin larut dalam air dan diekskresikan terutama dalam urin
Neomisin sering menimbulkan sensitisasi
AGEN ANTI JAMUR
Sediaan Anti jamur Topikal :
1. Turunan Azol Topikal
Golongan imidazol topikal yang meliputi klotrimazol, ekonazol, ketokonazol,
mikonazol, oksikonazol, sulkonazol memiliki aktivitas yang luas terhadap dermatofit
serta ragi, termasuk candida albicans & pityrosporum
a). MIKONAZOL
Turunan imidazol sintetik yang relatif stabil
Spektrum antijamur lebar terhadap jamur dermatofit
Bentuknya kristal putih, tidak berwarna dan tidak berbau, sebagian kecil larut dalam
air tetapi lebih larut dalam pelarut organik
40. 40
Aktivitas antijamur : menghambat aktivitas jamur trichophyton, epidermophyton,
mocrosporum, candida & malassezia furfur, mikonazol in vitro efektif terhadap
beberapa kuman gram (+)
Mekanisme kerja : menghambat enzim sitokrom P450 jamur penurunan sintesis
ergosterol membran sel rusak
Indikasi : untuk dermatofitosis, tinea versikolor & kandidiasis mukotan, kandidiasis
vulvovaginal
Efek samping : iritasi, rasa terbakar & maserasi
Sediaan & pasologi : krim 2% & bedak tabur yang dipakai 2x sehari selama 2 – 4
minggu.
Obat ini tidak dibolehkan dibubuhkan ke mata
b). KLOTIMAZOL
Sediaan & pasologi : bubuk tidak berwarna yang praktis tidak larut dalam air, larut
dalam alkohol & kloroform, sedikit laarut dalam eter; krem dengan kadar 1% untuk
dioleskan 2 kali sehari
Indikasi : tinea pedis, kruris, & korporis yang disebabkan oleh T. rubrum, T.
mentagrophyles, E. floccosum, & M. canis ; & untuk tinea versikolor
Mekanisme kerja : sama dengan mikonazol
Efek : rasa terbakar, eritema, edema, gatal & urtikaria
c). EKONAZOL
Tersedia dalam bentuk krem untuk penggunaan topikal
d). KETOKONAZOL
Turunan imidazol sintetik denganstruktur mirip mikonazol & klotrimazol
Larut dalam air pada pH asam
Aktivitas antijamur : sistemik/nonsistemik. Efektif thd candida, coccidoides immitis,
cryptococcus neoformans, H. capsulatum, Aspergullus, dll
Indikasi : histoplasmosis paru, tulang, sendi & jaringan lemak. Beberapa bentuk
koksisioisomikosis, dermatomikosis & kandidiasis
Sediaan : krim 2 %, sampo 2 %, tablet 200mg
Dosis : dewasa 1x sehari 200-400 mg
Pengobatan : bervariasi
Efek samping : mual, muntah, vertigo, sakit kepala, erupsi kulit, dll
e). SULKONAZOL
Tersedia dalam bentuk krem/solusio
41. 41
2. Siklopiroks Olamin
Agen antimitotik sintetik spektrum luas dengan aktivitas inhibitorik terhadap
dermatofit, spesies kandida & P. orbiculare
Mekanisme kerja : menghambat ambilan prekursor sintesis makromolekular di
membran sel jamur
Sediaan : krem & losion 1%
Indikasi : dermatomikosis, andidiasis & tinea versikolor
Pengobatan : Dioleskan pada lesi 2x sehari
Jarang terjadi iritasi
3. Alilamin : Naftitin & Terbinafin
Sangat aktif thd dermatofit tapi kurang aktif pada ragi
Mekanisme kerja : Menghambat selektif skualen epoksidase, suatu enzim kunci dalam
sintetis ergosterol
Sediaan naftitin : krem 1%
Efek samping : iritasi setempat, sensasi terbakar & eritema
Dap Indikasi naftitin: tinea kruris & tinea korporis
Indikasi terbinafin : dermatofitosis, terutama onikomikosis
Sediaan terbinafin : krim 1% & gel 1%
4. Butenafin
Secara structural terkait dengan alilamin
Mekanisme kerja : sama dengan semua alilamin
Sediaan : krem 1%
Pengobatan : 1 kali sehari pada terapi dermatofitosis superficial
5. Tolnaftat
Merupakan anti jamur sintetik
Aktivitas : terhadap infeksi dermatofit yang disebabkan oleh epidermofitosis
mikrosporum dan trikofiton. Efektif terhadap P. orbiculare tetapi tidak terhadap
kandida
Sediaan : krem, solusio, bubuk/aerosol bubuk
Pengobatan : 2x sehari
Tolnaftat juga menyebabkan iritasi/sensitisasi kontak alergik
6. Nistatin
Suatu antibiotik polien yang dihasilkan oleh streptomyces noursei
Spektrum sempit : kandida kutaneus & mukosal
42. 42
Berupa bubuk berwarna kuning kemerahan bersifat higroskopis, berbau khas, sukar
larut dalam kloroform & eter
Tidak diserap melalui saluran cerna, kulit/ vagina
Mekanisme kerja : tergantung dari adanya ikatan dengan sterol pada membran sel
jamur/ragi terutama ergosterol.
Indikasi : kandida di kulit, selaput lendir & saluran cerna
Sediaan : krim, bubuk, salep suspensi
Pengobatan 2x sehari
7. Amfoterisin B
Antibiotik yang dihasilkan oleh stretomycenodosus
Tidak larut dalam air
Mekanisme kerja : bersifat selektif karena mempergunakan perbedaan komposisi lipid
pada membran sel jamur & mamalia
Amfoterisin B berikatan dengan ergosterol & mengubah permeabilitas sel dengan
membentuk pori-pori terkait-amfoterisin B pada membran sel
Adanya pori ini menyebabkan kebocoran ion intrasel & makromolekul, yang berujung
pada kematian sel jamur
Resistensi jika ikatan ergosterol terganggu
Aktivitas antijamur : Spektrum kerja luas. Bekerja pada ragi2an yang bermakna
secara klinis, seperti candida albicans & cryptococcus neoformans, organisme yang
menyebabkan mikosis endemik & kopong patogenik
Sediaan : krem & losion
8. Asam Undesilenat
Cairan kuning dengan bau khas yang tajam
Aktif terhadap epidermophyton, Tricophyton & Microsporum
Sediaan : salep campuran mengandung 5% undesilenat dan 20% seng undesilenat.
Bentuk bedak dan aerosol mengandung 2% undesilenat & 20% seng undesilenat
Efek : pemakaian pada mukosa dapat menyebabkan iritasi
9. Haloprogin
Anti jamur sintetik berbentuk kristal putih kekuningan, sukar larut dalam air tetapi
larut dalam alcohol
Bersifat fungisidal terhadap Epidermophyton, Trichophyton, Microsporum dan
Malassezia furfur
Efek : iritasi local, rasa terbakar, vesikel, meluasnya maserasi dan sensitisasi
Sediaan : krim 1%
43. 43
AGEN ANTI VIRUS
Sediaan Anti Virus Topikal :
Asiklovir, valasiklovir, pensiklovir dan famsiklovir aktivitas inhibitorik terhadap
anggota herepes virus, terutama herpes simplex tipe 1 dan 2
Asiklovir topical tersedia salep 5%
Pensiklovir topical tersedia krem 1%
44. 44
DAFTAR PUSTAKA
1. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit (Prof.Dr.Siregar, Sp.KK)
2. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (Universitas Indonesia)
3. Patologi (Robin Kumar)
4. Mikrobiologi Kedokteran (Jawetz)
5. Parasitologi Kedokteran (Universitas Indonesia)
6. Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology (Fitzpatrick)