SlideShare a Scribd company logo
1 of 44
Makalah Case I
“Impetigo Bullosa”
Tutorial D1
Dr.E.M.Hidayat, Sp.PK
Gandung Prakoso 1110211065
Chandrika Fazaprawira 1110211091
Yuni Rachmawati 1110211055
Anisa Trianti 1110211027
Fanny Hanna Paulina 1110211041
Annisa Putri 1110211038
Elissa Dewi Lisencia 1110211011
Meitika 1110211105
Prayoga Noor Hakim 1110211173
Arry Tri Anugrah R 1110211116
Fakultas Kedokteran
Universitas Pembangunan Nasional
“veteran” Jakarta
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan
karunia-Nya karena kami berhasil menyelesaikan makalah tutorial Case I ini.
Adapun tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kewajiban
pada setiap case yang dipelajari dan juga semoga dapat memberikan manfaat kepada
beberapa pihak yang ingin menggali informasi dalam makalah ini.
Tak lupa ucapan terima kasih kami haturkan kepada tutor kami dr. Hidayat atas segala
bimbingannya dalam proses tutorial.
Harapan kami dengan makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
ingin mempelajari makalah ini.
Akhir kata Tak Ada Gading yang Tak Retak, kesempurnaan hanyalah milik Tuhan
Yang Maha Esa, dan kesalahan hanyalah milik kami. Oleh karena itu, demi tercapainya
makalah yang sangat baik, kami membutuhkan segala saran dan kritik yang bersifat
membangun bagi proses pembelajaran kami kedepan, Terima kasih.
Ketua Tutorial,
Gandung Prakoso
(1110211065)
3
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah ini disahkan oleh,
Tutor Pembimbing
Dr. E.M.Hidayat, Sp.PK
Ketua Case Sekertaris I
Gandung Prakoso Meitika
(1110211065) (1110211105)
Sekertaris II Ketua Tutorial
Yuni Rachmawati Gandung Prakoso
(1110211055) (1110211065)
4
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................ 2
Lembar Pengesahan..........................................................................................................3
Daftar Isi...........................................................................................................................4
Kasus.................................................................................................................................5
Learning Progress Report.................................................................................................7
Kulit................................................................................................................................10
1.1 Faal Kulit......................................................................................................16
1.2 Efloresensi....................................................................................................17
Infeksi Karna Virus........................................................................................................23
Penyakit Kulit Karena Parasit........................................................................................28
Herpes Simplex...............................................................................................................33
Pioderma.........................................................................................................................34
Obat Topikal...................................................................................................................38
Daftar Pustaka................................................................................................................44
5
Kasus An. Upin
PAGE 1
An. Upin berusia 2 tahun diantar oleh ibunya ke Rumah sakit dengan keluhan kulitnya
lecet-lecet dan melepuh di daerah muka, leher, lengan kanan, dan kiri sejak 1 minggu yang
lalu. Kelainan bermula berupa bercak-bercak merah seperti tersundut rokok, sebgian nampak
ada yang menggelembung dan sebagian lain ada yang sudah pecah. Kelainan muncul pertama
kali di daerah muka.
3 hari sebelum keruah sakit pasien pernah berobat ke Puskesmas dan diberi obat salep
akan tetapi, kelainan malah bertambah banyak melebar kedaeah leher, kelengan kanan dan
kiri.Pasien tetap bermain seperti biasa dan tidak mengeluh demam atau sakit-sakit pada
badannya.
PAGE 2
Pasien tinggal satu rumah bersama orang tua dan seorang kakanya. Orang tua pasien
mengatakan bahwa pasien tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya. Saat ini kakak
pasien juga mempunyai keluhan yang sama tetapi dengan kelainan kulit yange lebih sedikit.
Riwayat alergi disangkal.
Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : CM
TD : tidak dilakukan , N:84x/menit, S:37C, RR:20x/menit
Status Geralis :
Kepala : Normocephali
Mata : anemia -/- ikterus -/-
THT : dbn
Thoraks : cor- pulmo: dbn
Adomen : distensi (-), BU (+) normal; hepar lien tidak teraba
Ekstermitas : hangat(+); Edema (-)
Status Dermatologis:
Lokasi : pada daerah wajah leher, lengan kanan dan kiri terdapat erosi-erosi dengan konfluens
sebagian, skuama kolaret, sebagian yang lain tampak bula hipopion kendur dan terdapat
sedikit krusta.
PAGE 3
Pemeriksaan Laboratorium :
Darah lenkap :
Hb : 15g/dl
Ht : 37%
Trombosit : 150.000/ul
Leukosit : 6000/ul
Diff count/hitung jenis leukosit :
Basofil : 0
6
Esinofil 3
Batang : 4
Segmen : 59
Limfosit : 28
Monosit : 6
Pemeriksaan Parasitologik :
Pewarnaan gram dari pus dan bula :
Ditemukan bakteri coccus berwarna biru dan berkelompok seperti buah anggur.
EPILOGUE
Spesialis kulit-kelamin mengatakan bahwa An. Upin menderita Impetigo bullosa.
Kemudian orang tua pasien disarankan untuk menjaga higiene anaknya dengan membiasakan
membersihkan tubuh dengan sabun, memotong kuku. Perawatan luka, tidak saling tukar
menukar dalam menggunakan peralatan pribadi (handuk,pakaian).
Medikamentosa :
As.fusidat / mupirocin salep (cream)
7
Learning Progress Report
Terminologi :
1. Melepuh
2. Kulit
3. Skuama kolaret
4. Bula
5. Krusta
6. Konfluens
7. Erosi
Problem :
1. Apa yang menyebabkan kulit An. Upin menjadi lecet dan melepuh?
2. Mengapa lukanya menyebar setelah An. Upin diberikan salap?
3. Terdiri dari apa sajakah lapisan kulit?
4. Jika pada kulit yang melepuh, bagian lapisan kulit manakah yang terkena?
5. Apakah yang menyebabkan kulit An. Upin merah?
6. Mengapa pada luka tersebut terdapat gelembung ?
7. Mengapa An. Upin tidak mengeluh demam atau sakit pada badannya?
8. Mengapa ekstermitas hanga?
9. Apakah oenyakit yang diderita oleh An.Upin menular ?
10. Pada daerah wajah, leher, lengan kanan, kiri, terdapat erosi dengan konfluen, skuama
kolaret, bula hipopion, dan sedikit krusta
11. Ditemukan bakteri coccus berwarna biru dan berkelompok seperti anggur
12. Inflamsi yang ditemukan bersifat lokal
Hipotesis :
1. Impetigo Bullosa
2. Impetigo Ulseratifa
3. Folliculitis Bacteria
4. Pemuigoin Bullosa
5. Herpes Simplex
8
Mekanisme :
Higiene jelek
Faktor lingkungan
Faktor penularan
Faktor obat
Infeksi Bakteri
Inflamasi pada kulit
Eritema, bula, skuama kolaret, krusta, erosi dengan konfluens
Pada daerah leher, waajah, lengan kanan, lengan kiri
IMPETIGO BULLOSA
More Info :
1. Uji kultur
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
I Don’t Know :
1. Kulit
2. Efloresensi
3. Infeksi pada kulit
4. (sesuai hipotesis)
5. Obat-obatan topikal
9
Learning Issue :
1.1 Anatomi
1.2 Histologi
1.3 Fisiologi
1.4 Histopatologik
2.1 Klasifikasi (primer dan sekunder)
2.2 Gambar
3.1 Bakteri
3.2 Virus
3.3 Jamur
3.4 Parasit
3.5 Serangga
4.1 Definisi
4.2 Etiologi
4.3 Epidemiologi
4.4 Patofisiologi
4.5 Patogenesis
4.6 Gambaran klinis
4.7 Diagnosis
4.8 Tata laksana
5.1 All about
10
KULIT
Adalah organ tunggal yang terberat di tubuh , dengan berat sekitar 16% dari berat badan total
dan pada orang dewasa mempunyai luas permukaan sebesar 1,2-2,3 m2 yang terpapar dengan
dunia luar .
Organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia ,
luas kulit orang dewasa 1,5m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan .
Organ tubuh terbesar , berfungsi tidak hanya sebagai sawar mekanis antara lingkungan
eksternal dan jaringan dibawahnya tetapi juga secara dinamis terlibat dalam mekanisme
pertahanan dan fungsi lain .
A.Lapisan Kulit
a. Lapisan Epidermis
b. Lapisan Dermis
c. Lapisan Hipodermis
B.Adneksa Kulit
a. Kelenjar Kulit
a.1 Kelenjar keringat
a.2 Kelenjar Sebasea
b. Kuku
c. Rambut
Lapisan Epidermis
Merupakan lapisan paling atas dari kulit . Terdiri atas :
1. Epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk
2. Tiga jenis sel yang jumlahnya tidak banyak.
a. Melanosit
Sel epidermis khusus yang terdapat dibawah atau diantara sel-sel stratum
basale dan dalam folikel rambut. Melanosit memiliki badan sel bulat dan dari
badan sel tersebut terjulur cabang-cabang yang tidak teratur dan panjang ke
dalam epidermis , yang berjalan diantara sel-sel stratum basale dan startum
spinosum .
Warna kulit ditentukan berbagai factor , namun yang terpenting adalah
kandungan melanin dan karoten , jumlah pembuluh darah dalam dermis dan
warna darah yang mengalir didalamnya.
Sintesis melanin berlangsung didalam melanosit , dengan tirosinase yang
berperan penting pada proses ini .walaupun melanosit membentuk melanin ,
tetapi yang berfungsi sebagai depot dang mengandung lebih banyak pigmen
melanin dari pada melanosit adalah sel-sel epitel.
11
b. Sel Langerhans
Sel berbentuk bintang terutama ditemukan di stratum spinosum epidermis .
merupakan makrofag turunan sumsum tulang yang mampu mengikat ,
mengolah, memresentasikan antigen kepada limfosit T . mempunya peran
yang berarti dalam reaksi imunologi .
c. Sel Merkel
Biasanya terdapat dalam kulit tebal telapak tangan dan kaki , yang agak
menyerupai sel epitel epidermis tetapi memiliki granula padat kecil didalam
sitoplasmanya. Berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris .
Sel – sel epidermis ini disatukan oleh desmosom , desmosom berfungsi sebagai “spot rivets”
(paku) yang menyatukan 2 sel yang berdekat tetapi tidak bersentuhan .
Terdiri dari 2 komponen :
a. Plak
Sepasang penebalan pada sitoplasma seperti tombol
b. Filamen glikoprotein kuat
Yang menembus ruang diantara kedua sel dan melekat ke plak kedua sel .
Sel kulit mengandung anyaman ireguler filament intermediet yang terbuat dari protein keratin
, filamen – filamen intersel ini berhubungan dengan filament ekstrasel yang menyatukan sel-
sel sehingga terbentuk suatu anyaman berkesinambungan yang meluas ke seluruh kulit dan
memberinya kekuatan .
Sewaktu sel lapisan luar mati , protein keratin fibrosa ini tertinggal membentuk lapisan
tanduk (berkeratin) protektif yang kuat , bila lapisan tanduk paling luar terlepas atau
terkelupas akibat abrasi maka lapisan ini diganti dengan cara pembelahan sel di lapisan
epidermis yang lebih dalam .
Rata –rata epidermis mengganti dirinya sendiri sekitar 2,5 bulan .
Lapisan-lapisan Epidermis :
1. Stratum germinativum epidermis
Lapisan ini terdiri atas selapis sel kuboid atau silindris yang tersusun berderet diatas
membrane basal , dapat ditemukan sel yang bermitosis .
2. Stratum Spinosum Epidermis
Terdiri atas sel-sel kuboid , atau agak gepeng dengan inti ditengah dan sitoplasma
dengan cabang-cabang yang terisi berkas filament . pada dinding sel yang berbatasan
dengan sel disebelahnya , bila diperhatikan dengan cermat pada pembesaran obyektif
45x akan terlihat taju-taju yang seolah-olah menghubungkan sel satu dengan sel
lainnya .semua mitosis hanya terbatas pada lapisan malpigi ( startum spinosum dan
stratum germinativum) .
12
3. Stratum Granula Epidermis
Terdiri atas 3-5 lapis sel gepeng yang sito[lasmanya berisikan granul basofilik kasar
yang disebut granul keratohialin yang berwarna biru hitam . inti sel kadang masih
tampak jelas , tetapi pada lapisan yang lebih ke permukaan inti itu tampak pucat dan
tertimbun butir granula .
4. Stratum Lusidum Epidermis
Pada lapisan ini bentuk sudah tidak jelas lagi . sel-selnya tidak berinti lagi , tampak
menyatu , homogeny , membentuk garis merah terang bergelombang diatas lapis
berbutir .
5. Stratum Korneum Epidermis
Lapisan ini disebut juga lapis tanduk epidermis , lapisan paling luar dan terdiri atas
beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati , tidak berinti . pada permukaannya , lapisan
ini terlihat terkelupas dan disebut stratum disjunctum atau lapis kelupas.
Lapisan Dermis
Lapisan yang berada dibawah epidermis . Dermis terdiri atas jaringan ikat yang menunjang
epidermis dan mengikatnya pada jaringan subkutan ( hypodermis).
Terdiri atas 2 bagian :
a. Stratum Papillare dermis
Sebutin ini diberikan karena lapisan ini membentuk papil-papil yang menonjol ke
dalam epidermis diatasnya . jaringan ikat yang membentuk lapisan ini lebih
banyak mengandung unsurserat , sehingga tampak lebih longgar .
Sebagian papil mengandung pembuluh darah dan disebut sebagai papil vascular
sedangkan sebagian lainnya mengandung badan akhir saraf dan disebut papil saraf
.
b. Stratum retikulare dermis
13
Lapisan ini cukup padat , unsutr serat dalam zat antar selnya lebih menonjol . serat
kolagen saling menyilang seperti jala-jala , diantaranya juga terdapat serat elastin .
Hypodermis
Merupakan jaringan ikat jarang mempunya banyak jaringan lemak , dapat ditemukan badan
vaterpacini .
Kelenjar
1. Kelenjar keringat
a. Kelenjar Ekrin
Kelenjar kecil-kecil , terletak dangkal didermis dengan secret encer , dibentuk
sempurna pada 28 minggu kehamilan dan baru berfungsi 40 minggi setelah
kelahiran . terdapat diseluruh permukaan kulit dan terbanyak ditelapak tangan ,
kaki ,dan bahu .
b. Kelenjar Apokrin
Kelenjar yang lebih besar, terletak lebih dalam , sekretnya kental , terdapat di
aksila ,aerola , mamme , pubis labia minor , saluran telinga luar .
2. Kelenjar sebasea
Terletak diseluruh permukaan kulit manusia kecuali ditelapak tangan dan kaki
, kelenjar palit ini disebut juga kelenjar holokrin . kelenjar palit biasanya
terdapat disamping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar
rambut ( folikel rambut ). Sekresi dipengaruhi oleh hormone androgen , pada
anak-anak lebih sedikit dibanding dewasa .
14
Rambut
Rambut terdiri atas bagian yang terbenam di dalam kulit ( akar rambut ) dan bagian yang
berada diluar kulit rambut ( batang rambut )
Ada 2 macam tipe rambut :
a. Lanugo
Merupakan rambut halus , tidak terdapat pigmen
b. Terminal
Lebih kasar , banyak pigmen
c. Velus
Rambut halus didahi dan badan lain
Pertumbuhan rambut secara siklik :
a. Fase anagen ( pertumbuhan )
Sel-sel matrix melalui mitosis membentuk sel-sel baru mendorong sel-sel lebih tua
keatas . Aktivasi ini lamanya 2-6 tahun .
b. Fase katagen ( peralihan )
Masa peralihan dimulai dari penebalan jaringan ikat disekitar folikel rambut .
bagian tengah akar rambut dan bagian dibawahnya melebar dan mengalami
pertandukan sehingga terbentuk gada ( club) berlangsung 2-3 minggu .
c. Fase Telogen (istirahat)
Berlangsung kurang lebih 4 bulan , rambut mengalami kerontokan . 50-100
lembar rambut rontok dalam tiap harinya
15
Komposisi Rambut :
a. Karbon 50,60%
b. Hidrogen 6,36%
c. Nitrogen 17,4%
d. Sulfur 5 %
e. Oksigen 20,80 %
Kuku
Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal .
Bagian – Bagian :
a. Nail root
Bagian kuku yang terbenam dalam kulit
b. Nail plate
Bagian yang terbuka diatas dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari terngah , dan
yang paling ujung adalah bagian kuku yang bebas
c. Naik groove
Sisi kuku agak mencekung membentuk alur kuku .
d. Eponikium
Kulit tipis yang menutupi kuku dibagian proksimal
e. Hiponikium
Kulit yang ditutupi bagian kuku bebas .
16
Faal Kulit
1. Fungsi Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis , contoh :
tekanan , gesekan , tarikan . gangguan kimiawi : zat-zat kimia terutama yang bersifat
iritan , contoh : lisol.karbol , asam dll . gangguan yang bersifat panas , misalnya
radiasi , sengatan sinar ultraviolet , gangguan infeksi luar oleh kuman, bakteri maupun
jamur .
Hal tersebut dimungkinkan karena danya :
a. Bantalan lemak
b. Tebal lapisan kulit
c. Serabut jaringan penunjang
2. Fungsi absorbsi
Kulit sehat tidak mudah menyerap air , larutan dan benda padat tetapi cairan yang
mudah menguap lebih mudah diserap , begitupun yang larut lemak , permeabilitas
kulit terhadap O2 , CO2 , dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian
pada fungsi respirasi , dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit , kelembapan . penyerapan
dapat berlangsung melalui celah antar sel , menembus sel-sel epidermis .
3. Fungsi Ekresi
Kelenjar –kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa
metabolism dalam tubuh NaCL ,Urea , asam Urat dan ammonia .
4. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis :
a. Rangsangan panas = Badan Ruffini di dermis & subkutis
b. Rangsangan dingin = badan Krause di dermis
c. Rangsangan rabaan = badan meissner di papilla dermis
d. Rangsangan rabaan = badan merkel ranvier yang terletak di epidermis .
e. Rangsangan tekanan = badan paccini di epidermis
5. Fungsi pengatur Suhu tubuh
Kulit merupakan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan
(otot berkontraksi) pembuluh darah kulit .
6. Fungsi pembentukan Pigmen
Sel pembentuk pigmen ( melanosit ) terletak dilapisan basal .
17
EFLORESENSI
Efloresensi dibagi menjadi 2 bentuk
 Efloresensi Primer
1. Makula : Kelainan kulit berbatas tegas berupa perubahan warna
semata.
2. Papul : Penonjolan diatas kulit berbatas tegas dan berisi suatu massa
padat dengan diamet kurang dari 0,5cm.
3. Plak : Peninggian diatas permukaan kulit, permukaan rata dan berisi
zat padat dengan diameter 2cm atau lebih
18
4. Urtika : Edem setempat yang timbul mendadak dan hilang perlahan-
lahan
5. Pustul : Vesikel yang berisi nanah, bila nanah mengendap di bagian
bawah disebut hipopion
6. Vesikel : Gelembung berisi cairan serum dengan diameter
kurang dari 1/2cm.
7. Nodus : Massa padat sirkumskrip dikutan/subkutan dan dapat
menonjol. Jika diameter lebih dari 1cm disebut nodulus
19
8. Kista : Ruangan berdinding dan berisi cairan sel maupun sisa sel.
Kista terbentuk bukan dari akibat peradangan tapi dapat
meradang.
9. Bula : Vesikel yang berukuran lebih besar
 Efloresensi Sekunder
1. Skuama :Lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit.
2. Krusta : Cairan badan yang mongering.
20
3. Erosi : Kehilangan jaringan tidak sampai stratum basale
4. Ulkus : Hilangnya jaringan lebih dalam dari ekskoriasi
5. Sikatriks : Terdiri atas jaringan tidak utuh, Bentuk kulit tidak
normal,permukaan kulit licin dan tidak terdapat adneksa kulit
21
Beberapa definisi kelainan kulit
 Eritema : Kemerahan pada kulit karena pelebaran pembuluh darah yang bersifat
reversible.
 Abses : Kumpulan nanah dalam jaringan. Batas antara nanah dan jaringan
sekitar tidak jelas.
 Tumor : Benjolan yang berdasarkan pertumbuhan sel atau jaringan.
 Infiltrat : Tumor yang terdiri atas kumpulan sel radang.
 Anetoderma : Kulit kehilangan elastisitas tanpa perubahan yang berarti pada bagian
kulit yang lain.
 Ekskoriasi : Bila garukan sampai lebih dalam lagi sampai terlihat darah yang
keluar. Hilangnya jaringan sampai stratum papilare.
 LIkenifikasi : Penebalan kulit disertai relief kulit yang terlihat jelas.
 Guma : Infiltrat sirkumskrip, menahun, dekstruktif dan biasanya melunak.
 Eksantema : Kelainan pada kulit yang timbul serentak dalam waktu singkat , tidak
berlangsung lama. Umumnya demam terlebih dahulu.
 Fagedenikum : Proses yang menjurus ke dalam dan meluas (ulkus tropikum, ulkus
mole).
 Terebrans : Proses yang menjurus ke dalam
 Monomorf : Kelainan kulit yang terdiri atas satu macam ruam.
 Polimorf : Kelainan kulit yang terdiri atas bermacam-macam ruam.
 Telengiektasis : Pelebaran kapiler yang menetap pada kulit
 Roseola : Eksantema yang lentikular berwarna merah tembaga pada sifilis dan
frambusia
 Eksantema Skarlatiniformis : Erupsi yang difus dapat generalisata atau lokalisata
berbentuk eritema nummular
 Eksantema morbiliformis : Erupsi berbentuk eritema yang lentikuler
 Galopans : Proses yang sangat cepat meluas.
Berbagai istilah ukuran, susunan kelainan/bentuk serta penyebaran dan lokalisasi
1. Ukuran
a. Miliar : Sebesar kepala jarum pentul.
b. Lentikular : Sebesar biji jagung.
c. Numular : Sebesar uang logam 5 rupiah atau 100 rupiah.
d. Plakat : Lebih besar dari numular.
2. Bentuk
a. Linear : Seperti garis lurus.
b. Sirsinar : Seperti lingkaran.
c. Arsinar : Berbentuk bulan sabit.
d. Polisiklik : Bentuk pinggiran yang sambung menyambung.
e. Korimbiformis: Susunan seperti induk ayam yang dikelilingi anaknya.
22
3. Penyebaran dan Lokasi
a. Sirkumskrip : Berbatas tegas
b. Difus : Tidak berbatas tegas
c. Generalisata : Tersebar pada sebagian besar tubuh
d. Regional : Mengenai daerah tertentu badan
e. Universalis : Seluruh atau hamper seluruh tubuh
f. Soliter : Hanya 1 lesi
g. Herpetiformis : Vesikel berkelompok seperti pada herpes zoster
h. Konfluens : Dua atau lebih lesi yang menjadi satu
i. Diskret : Terpisah satu dengan yang lain
j. Serpiginosa : Proses yang menjalar ke satu jurusan diikuti oleh
penyembuhan bagian yang ditinggalkan
k. Irisformis : Eritema berbentuk bulat lonjong dengan vesikel warna
yang lebih gelap ditengahnya
l. Simetrik : Mengenai kedua belah badan yang sama
m. Bilateral : Mengenai kedua belah badan
n. Unilateral : Mengenai salah satu badan
23
Infeksi karena Virus
Virus varisella
Varicella zoster virus (VZV) merupakan salah satu dari delapan herpes virus yang
diketahui menjangkiti manusia (dan vertebrata lainnya). Ia sering menyebabkan cacar air
pada anak-anak; juga penyakit sinanaga (herpes zoster) dan postherpetic neuralgia (sakit saraf
kulit) pada orang dewasa.
Infeksi utama VZV adalah cacar air (varicella), yang jarang mengakibatkan
komplikasi termasuk ensefalitis (radang akut pada otak) atau pneumonia (radang paru-paru).
Bahkan bila gejala klinis cacar air sudah terselesaikan, VZV menjadi dorman (tidak aktif)
dalam sistem saraf orang yang terinfeksi (namun suatu saat bisa menjadi aktif lagi). Sekitar
10-20 % kasus, VZV nantinya menjadi aktif kembalii yang dikenal sebagai penyakit herpes
zoster atau ruam saraf. Komplikasi serius dari sinanaga termasuk postherpetic neuralgia,
zoster multiplex, myelitis (radang saraf otak), herpes ophthalmicus, dan zoster sine herpete.
Virus Varicella zoster dapat laten pada sel syaraf tubuh dan pada frekuensi yang kecil
di sel non-neuronal satelit dari akar dorsal, berhubung dengan saraf tengkorak dan saraf
autonomic ganglion, tanpa menyebabkan gejala apapun. Dalam sebuah individu yang
immunocompromised (kekebalan tubuh rendah), beberapa tahun atau dekade setelah terkena
infeksi cacar air, virus dapat muncul lagi pada sel-sel saraf dan menular melalui saraf axons
menyebabkan infeksi kulit di daerah yang mengandung syaraf. Virus menyebar dari satu atau
lebih sepanjang ganglia sepanjang saraf dan menulari segmen dermatome (daerah kulit yang
disuplai oleh saraf tulang belakang) menyebabkan sakit ruam. Meskipun biasanya ruam dapat
sembuh sendiri dalam waktu dua sampai empat bulan, beberapa pengalaman penderita masih
merasakan sisa sakit syaraf selama berbulan atau bertahun-tahun, suatu kondisi yang disebut
postherpetic neuralgia.
Penularan
Penularan bisa terjadi melalui kontak udara yang terkontaminasi khususnya pada
banyak orang di dalamnya seperti sekolah. Bisa juga terjadi penularan melalui sentuhan kulit
antar individu.
24
Herpes zoster di kulit
Tanda-tanda dan gejala
Gejala awal herpes zoster yaitu sakit kepala, demam, dan rasa tidak nyaman, ini
merupakan gejala-gejala yang nonspecific, dan dapat mengakibatkan salah diagnosa. Gejala
ini biasanya diikuti oleh sensation rasa sakit membakar, gatal, hyperesthesia (oversensitivity),
atau paresthesia ( “gelisah”: rasa geli, ditusuk-tusuk, dan mati rasa). Rasa sakit mungkin
ekstrim terasa pada dermatome (lapisan kulit), dengan sensasi-sensasi yang sering
digambarkan bebentuk pedas/panas, geli, nyeri, kaku dan berdenyut-denyut, dan dapat
menyebar cepat dengan rasa ditusuk-tusuk. Dalam banyak kasus, setelah 1-2 hari (tapi
kadang-kadang selama 3 minggu) tahap awal ini diikuti dengan tampilan karakteristik: ruam
kulit. Rasa sakit dan ruam yang paling sering terjadi pada seluruh tubuh, tetapi dapat muncul
di wajah, mata atau bagian lain dari tubuh. Pada awalnya, ruam yang muncul mirip dengan
tampilan penyakit hives (Urticaria), namun tidak seperti hives, herpes zoster menyebabkan
kulit terbatas pada perubahan di kulit, biasanya bentuknya strip/jalur atau seperti pola pada
sabuk/belt yang terbatas pada satu sisi tubuh dan tidak menyeberangi midline(?). Zoster sine
herpete menjelaskan semua pasien yang memiliki gejala-gejala dari herpes zoster ini kecuali
karakteristik ruam.
Kemudian, ruam menjadi vesicular (seperti tekstur batu vulkanik), terbentuknya
ruam-ruam kecil berisi cairan, demam dan rasa tidak nyaman pada tubuh. Vesicle
(gelembung) akhirnya menjadi berwarna abu-abu dan gelap karena diiisi dengan darah.
Pengelupasan terjadi anatar tujuh sampai sepuluh hari kemudian, dan biasanya jatuh dan
menyembuhkan kulit tetapi kadang-kadang setelah ruam yang parah dapat menimbulkan
bekas parutan dan perubahan warna kulit.
Herpes mungkin memiliki gejala tambahan , tergantung pada lapisan kulit yang
terlibat. Herpes zoster ophthalmicus muncul pada mata dan terjadi di sekitar 10-25% kasus.
Hal ini disebabkan karena virus menjadi aktif pada daerah ophthalmic dari saraf trigeminal.
Pada beberapa pasien, muncul pula gejala radang lainnya pada mata seperti : conjunctivitis,
keratitis, uveitis, dan saraf optik palsies yang kadang-kadang dapat menyebabkan radang
mata kronis, dan kehilangan penglihatan. Herpes zoster oticus, juga dikenal sebagai Ramsay
Hunt syndrome tipe II, melibatkan telinga. Ia adalah hasil penyebaran virus dari syaraf wajah
ke saraf vestibulocochlear. Gejala termasuk kehilangan pendengaran dan vertigo.
Diagnosis
Bisa ditanyakan pada dokter.
Pengobatan
Tujuan dari perawatan adalah untuk membatasi kemajuan dan durasi sakit,
mempersingkat durasi dari episode sinanaga, dan mengurangi komplikasi. Perawatan gejala
diperlukan untuk mencegah komplikasi terjadinya postherpetic neuralgia.
Obat antiviral menghalangi replikasi VZV dan mengurangi kemampuan dan durasi
herpes zoster dengan sedikit efek samping, tapi tidak berefek untuk mencegah postherpetic
neuralgia. Aciclovir merupakan obat untuk standar perawatan, namun obat baru valaciclovir
dan obat-obatan serupa famciclovir menunjukkan kemanjuran lebih ketimbang obat pertama
tadi. obat-obatan ini digunakan baik sebagai pencegahan (misalnya pada pasien AIDS)
maupun sebagai terapi selama pada fase akut. Pengobatan antiviral dianjurkan bagi semua
25
individu yang kekebalan tubuhnya masih baik dengan HZV ditubuhnya, sebaiknya diberikan
dalam waktu 72 jam setelah tampilan ruam muncul. Komplikasi yang terjadi pada individu
dengan herpes zoster dapat dikurangi dengan pemberian infusan + aciclovir. Pada orang-
orang yang berisiko tinggi dengan serangan sinanaga yang berulang dapat diberi obat oral
aciclovir selama lima hari.
Pasien dengan sakit ringan hingga sedang dapat diobati dengan over-the-counter
analgesics. Topical lotions berisi calamine dapat digunakan pada ruam atau gelembung dan
bersifat menyejukkan. Kadang-kadang, sakit parah memerlukan obat opioid seperti morfin.
Setelah lesi terkelupas, dapat diberikan krim capsaicin (Zostrix). Topical lidocaine dan obat
pem-blok syaraf juga dapat mengurangi rasa sakit. (ada tambahan paragraf, bisa
dibaca/English dengan mengklik alamat dibawah: ‘Herpes zoster’).
KONDILOMA AKUMINATA
1.Pengertian
Kondiloma Akuminata adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus Virus
Papiloma Humanus (VPH) dengan kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan mukosa.
Sinonim penyakit ini disebut jengger ayam, kutil kelamin, dan genital warts.
Kondiloma akuminata adalah kelainan kulit berbentuk vegetasi bertangkai dengan permukaan
berjenjot yang disebabkan oleh virus.
Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata) merupakan kutil di dalam atau di sekeliling vagina,
penis atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual.
2.Etiologi
Kutil kelamin disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) karena berganti-ganti pasangan
seksual tanpa menggunakan pengaman.
Virus Papiloma Humanus [VPH/ HPV], virus DNA yang tergolong dalam family Papova.
Tipe yang pernah ditemui adalah tipe 6, 11, 16, 18, 30, 31, 33, 35, 39, 41, 42, 44, 51, 52 dan
56. Tipe 6 dan 11 tersering dijumpai pada Kondiloma Akuminatum dan Neoplasia
Intraepitelial Serviks ringan. Tipe 16 dan 18 mempunyai potensi keganasan yang tinggi dan
sering dijumpai pada kanker serviks. Sampai saat ini sudah dapat diidentifikasikan 80 tipe
virus papiloma humanus.
3.TandadanGejala
Gejala awal
•Benjolan atau lecet di sekitar alat kelamin.
•Gatal atau sakit di sekitar alat kelamin.
•Bengkak atau merah di sekitar alat kelamin.
•Rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil.
•Buang air kecil lebih sering dari biasanya.
•Demam, lemah, kulit menguning dan rasa nyeri sekujur tubuh.
•Kehilangan berat badan, diare dan keringat malam hari.
•Pada wanita keluar darah di luar masa menstruasi dan lain-lain.
•PMS kadang tidak memiliki gejala.
• Keluar cairan/keputihan yang tidak normal dari vagina atau penis. Pada wanita, terjadi
peningkatan keputihan. Warnanya bisa menjadi lebih putih, kekuningan, kehijauan, atau
kemerah mudaan. Keputihan bisa memiliki bau yang tidak sedap dan berlendir.
• Pada pria, rasa panas seperti terbakar atau sakit selama atau setelah kencing, biasanya
26
disebabkan oleh PMS. Pada wanita, beberapa gejala dapat disebabkan oleh PMS tapi juga
disebabkan oleh infeksi kandung kencing yang tidak ditularkan melalui hubungan seksual.
• Luka terbuka dan atau luka basah disekitar alat kelamin atau mulut. Luka tersebut dapat
terasa sakit atau tidak.
• Tonjolan kecil-kecil (papules) disekitar alat kelarnin .
• Kemerahan di sekitar alat kelamin.
• Pada pria, rasa sakit atau kemerahan terjadi pada kantung zakar.
• Rasa sakit diperut bagian bawah yang muncul dan hilang, dan tidak berhubungan dengan
menstruasi.
Pada pria tempat yang sering terkena adalah glans penis, sulkus koronarius, frenulum dan
batang penis, sedang pada wanita adalah fourchette posterior, vestibulum.
Untuk kepentingan klinis maka Kondiloma Akuminata dibagi dalam 3 bentuk, yaitu:
1. Bentuk akuminata.
2. Bentuk papul.
3. Bentuk datar (flat).
Meskipun demikian perlu diingat bahwa tidak ada batasan yang jelas antara ke tiga bentuk
tadi dan sering pula dijumpai bentuk-bentuk peralihan.
1. Bentuk akuminata
Terutama dijumpai pada. daerah lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi bertangkai dengan
permukaan yang berjonjot-jonjot seperti jari. Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi
yang lebih besar sehingga tampak seperti kembang kol. Lesi yang besar ini sering dijumpai
pada wanita yang mengalami fluor albus dan pada wanita hamil, atau pada keadaan imunitas
terganggu.
2. Bentuk papul
Lesi bentuk papul biasanya didapati di daerah dengan keratinisasi sempurna, seperti batang
penis, vulva bagian lateral, daerah perianal dan perineum. Kelainan berupa papul dengan
permukaan yang halus dan licin, multipel dan tersebar secara diskret.
3. Bentuk datar
Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan sama sekali tidak tampak
dengan mata telanjang (infeksi subklinis), dan baru terlihat setelah dilakukan tes asam asetat.
Dalam hal ini penggunaan kolposkopi sangat menolong.
Selain ketiga bentuk klinis di atas, dijumpai pula bentuk klinis lain yang telah diketahui
berhubungan dengan keganasan pada genitalia, yaitu:
1. Giant condyloma Buschke-Lowenstein
Bentuk ini diklasifikasikan sebagai karsinoma sel skuamosa dengan keganasan derajat
rendah. Hubungan antara KA dengan giant condyloma diketahui dengan ditemukannya VPH
tipe 6 dan tipe 11. Lokasi lesi yang paling sering adalah pada penis dan kadang-kadang vulva
dan anus. Klinis tampak sebagai kondiloma yang besar, bersifat invasif lokal dan tidak
bermetastasis. Secara histologis giant condyloma tidak berbeda dengan kondilomata
akuminata. Giant condyloma ini umumnya refrakter terhadap pengobatan.
2. Papulosis Bowenoid
Secara klinis berupa papul likenoid berwarna coklat kemerahan dan dapat berkonfluens
menjadi plakat. Ada pula lesi yang berbentuk makula eritematosa dan lesi yang mirip
leukoplakia atau lesi subklinis. Umumnya lesi multipel dan kadang-kadang berpigmentasi.
27
Berbeda dengan KA, permukaan lesi papulosis Bowenoid biasanya halus atau hanya sedikit
papilomatosa. Gambaran histopatologik mirip penyakit Bowen dengan inti yang
berkelompok, sel raksasa diskeratorik dan sebagian mitotik atipik. Dalam perjalanan
penyakitnya, papulosis Bowenoid jarang menjadi ganas dan cenderung untuk regresi spontan.
Kutil genitalis paling sering tumbuh di permukaan tubuh yang hangat dan lembab. Pada pria,
area yang sering terkena adalah ujung dan batang penis dan dibawah kulit depannya (jika
tidak disunat). Pada wanita, kutil timbul di vulva, dinding vagina, leher rahim (serviks) dan
kulit di sekeliling vagina. Kutil genitalis juga bisa terjadi di daerah sekeliling anus dan
rektum, terutama pada pria homoseksual dan wanita yang melakukan hubungan seksual
melalui dubur
Masa tunas penyakit ini adalah 4-7 hari. Disebut sebagai penyakit jengger ayam, karena
timbul bintil- bintil/ kutil bertangkai dan bergerombol di daerah kemaluan, menyerupai
jengger ayam.
Masa inkubasi seringkali sukar ditentukan secara tepat dan dapat bervariasi antara 3 minggu -
8 bulan (rata-rata 3 bulan). Gambaran klinik sangat bervariasi, berupa suatu vegetasi
bertangkai dengan pertumbuhan yang berjonjot-jonjot (eksofitik) dan beberapa bergabung
membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak seperti kembang kol atau berupa papula
dengan permukaan yang halus dan licin dengan diameter 1-2 mm yang bergabung menjadi
plakat lebar.
4. Pengobatan
• Farmakologis
1. Kemoterapi
• Tingtura Podofilin 25 %
Daerah sekitarnya lebih dulu dilindungi dengan vaselin, untuk menghindari iritasi. Podofilin
dicuci 6 jam kemudian. Pada lesi-lesi yang luas dan pada wanita hamil, jangan diberikan
podofilin, karena obat ini bersifat toksik dan dapat menyebabkan keguguran. Juga jangan
dipakai untuk pengobatan lesi dalam vagina dan serviks karena obai ini dapat diabsorbsi
sehingga bersifat toksik dan dapat menyebabkan karsinoma.
• Podofilotoksin 0.5 %
Bahan ini merupakan zat aktif yang terdapat di dalam podofilin. Setelah pemakaian
podofiloks, dalam beberapa hari akan terjadi destruksi pada jaringan KA. Reaksi iritasi pada
pemakaian podofiloks lebih jarang terjadi dibandingkan dengan podofilin dan reaksi sistemik
belum pernah dilaporkan. Obat ini dapat dioleskan sendiri oleh penderita sebanyak dua kali
sehari selama tiga hari berturut-turut.
• Asam Trikloroasetat 25-50 %
Pemberiannya adalah seminggu sekali dan harus hati-hati karena dapat menimbulkan ulkus
yang dalam. Dapat diberikan kepada wanita hamil.
• Krim 5-Fuorourasil 1-5 %
Obat ini terutama untuk KA yang terletak di atas meatus uretra. Pemberiannya setiap hari
sampai lesi hilang. Sebaiknya penderita tidak miksi selama dua jam setelah pengobatan.
2. Tindakan Bedah
• Bedah Skalpel (eksisi)
• Bedah listrik (elektrokauterisasi)
Biasanya efektif tetapi membutuhkan anestesi local
• Bedah beku (N2 N2O dan sebagainya)
Bedah beku ini banyak menolong untuk pengobatan kondiloma akuminata pada wanita hamil
dengan lesi yang banyak dan basah.
28
3. Laser karbondioksida
Pengobatan kimiawi, seperti podofilum resin atau racun yang dimurnikan atau asam
trikloroasetat, bisa dioleskan langsung pada kutil. Tetapi pengobatan ini memerlukan waktu
beberapa minggu sampai beberapa bulan, bisa melukai kulit di sekelilingnya dan sering
gagal.
Kutil di uretra bisa diobati dengan obat anti kanker seperti tiotepa atau florourasil.
Pilihan lainnya adalah pengangkatan kutil dari uretra melalui pembedahan endoskopik.
Kutil genitalis sering kambuh dan memerlukan pengobatan ulang. Pada pria yang belum
disunat, kekambuhan bisa dicegah dengan menjalani penyunatan.
• Non Farmakologis
Obat Kutil pada kelamin (Kutil Kondiloma pada pria / Kutil Jengger Ayam pada wanita).
Penggunaan: Bubuk WARTS POWDER dicampur dengan air hangat dan dioleskan pada
bagian yang sakit, secara teratur 2x sehari. Tidak pedih, ampuh dan aman karena terbuat dari
bahan-bahan alami.
Keterangan Gambar
Agar penyakit tidak muncul lagi setelah tindakan pengobatan, yaitu menghilangkan faktor
yang menyebabkan penyakit mudah muncul (predisposisi) serta menjaga agar stamina tubuh
tetap prima.
5. Implementasi Keperawatan
* Menghindari kontak fisik dengan pasangan seksual yang terinfeksi
* Anjurkan penggunaan kondom
* Menghentikan aktivitas seksual selama pengobatan
* Hubungan seksual monogamy dengan individu yang sehat
* Memeriksakan diri secara teratur termasuk pula memeriksakan pasangan seksualnya
* Pap smear secara teratur pada wanita usia lebih dari 18 tahun (* Pap smear, untuk deteksi
dini perubahan tingkat seluler meliputi papillomatosis, akantosis, abnormalitas koilosistik
serta kelainan nukleus)
* Pemeriksaan HIV-AIDS
Penyakit kulit karena parasit
Scabies
Adalah penyakit kulit karena adanya invasi parasit oleh sarcoptes scabei, dengan
sinonim nya gudik atau budukan, penyakit ini banyak menyerang anak anak
Epidemiologi nya pada golongan sosio ekonomi lemah dan tingkat kebersihan yang kurang,
penularan dapat berlangsung secara langsung dan tidak langsung.
Infeksius nya ditularkan oleh scabei betina yang sudah dibuahi atau dalam bentuk larva, yang
menyerang pada daerah sela sela jari tangan, pergelangan tangan , pusat,dan paha bagian
dalam.
Gejala yang biasa nya timbul berupa gatal pada malam hari, scabei biasanya
menyerang sekelompok hospes yang berada dalam 1 lingkungan hidup, terdapat kanalikuli
atau terowongan tempat scabei.
29
Gambaran efloresensi yang terlihat adalah papul papul vesikel miliar disertai
ekskoriasi membentuk kanalikuli miliar, berwarna putih abu abu. Ujung dari kanalikuli ini
akan menjadi tempat persembunyian dan tempat meletakkan telur, betina scabie meletakkan
2-3 telur perhari, telur ini akan menetas pada 2-4 hari dan menjadi larva berkaki 6, dan
menjadi dewasa dalam waktu kurang lebih 17 hari .
Diagnosis nya dapat ditegakkan dengan menemukan scabei dewasa, larva, atau telur
dalam kanalikuli, diagnosis penyakit ini adalah impetigo, gigitan serangga, dan folikulitis.
Penatalaksanaan penyakit ini dengan menjaga kebersihan dan dengan sulfur presipitatum 2-5
% dan asam salsilat 2% selama 3 sampai 4 hari. Atau dapat juga di berikan emulsi benzil
benzoat 20 -25%,atau gamaksen 0,5 % , atau permetrin 5 %. Jika di tangani dengan tepat
prognosis penyakit ini adalah baik ke arah kesembuhan.
Pedikulosis kapitis
Adalah infeksi kulit rambut karena pedikulus, epidemiologi anak anak atau usia muda
dan dengan higyne yang kurang. Penyakit ini menular melalui perantara, diagnosis nya
dengan di temukan tuma di kepala dan telur, lokalisasi yang terdapat adalah bagian belakang
kepala dan regio parietalis atau belakang telinga.
Efloresensi nya adalah tampak krusta yang melekat di rambut, dengan gejala klinis gatal di
oksiput dan temporal juga dapat terjadi erosi, ekskoriasi serta infeksi sekunder atau pus ,
krusta dan pembesaran KGB. Diagnosis banding nya adalah tinea capitis dan impetigo
kurosa, penatalaksanaan dengan peningkatan higenis dan gama benzen heksaklorida dalam
bentuk sampo dan antibiotik, prognosis nya baik.
Pedikulosis korporis
Adalah infeksi atau penyakit kulit oleh pediculus humanus, biasanya di orang dewasa,
higene menurun dan daerah peternakan dan perkebunan menjadi epidemiologi, lokalisasi nya
adalah daerah pinggang , ketiak dan inguinal. Efloresensi papula miliar di sertai bekas
garukan. Dengan diagnosis banding nya scabei, gigitan serangga dan folikulitis,
penatalaksanaan nya dengan gama benzana heksaklorida cream dan benzil benzoat 20-25%,
dengan prognosis baik
30
Pedikulosis pubis
Adalah infeksi pada rambut dan kulit di daerah pubis, etiologi nya adalah pediculus
dengan penyebaran melalui kontak seksual, biasanya terjadi pada wanita dewasa atau pria
dewasa. Lokalisasi nya terdapat pada daerah pubis, ketiak, jenggot, alis dan rambut kepala.
Efloresensi nya berupa papul miliar dengan urtrika.
Crepping eruption
Adalah peradangan bentuk linier atau berkelok kelok, etiologi nya adalah larva cacing
tambang, larva cacing ini masuk dengan cara menembus kulit namun tidak mencapai
pembuluh darah dan menyebar di sub kutis.
Pada tempat masuk larva papul menjalar berkelok kelok dan berwarna kemerahan. Gejala
klinis yaang terjadi berupa gatal , terasa nyeri dan panas, tempat predileksi nya daerah
31
tungkai, plantar, tangan, anus, bokong, dan paha, hal ini terjadi karena kebiasaan tidak
menggunakan alas kaki, diagnosa dapat ditegakkan dengan menemukan kelainan seperti
benang yang lurus atau berkelok kelok menimbul dan terdapat papul.
Diagnosa banding nya adalah insect bite dan herpes zooster stadium 1. Penatalaksanaan nya
adalah dengan memberikan tiobendazol 50 mg, atau antihistamin, pencegahannya dengan
meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan.
Amebiasis cutis
Adalah infeksi amuba ke dalam kulit dengan gejala yang khas berupa gatal dan sakit.
Etiologi penyakit ini adalah entamoeba histolytica dengan predilaksis genitalia eksterna,
anus, dan bokong. Efloresensi nya berupa makula eritematosa dengan permukaan kasar yang
tidak rata, permukaan kasar berupa granuloma merah di anus.
Insect bite
Adalah kelainan karena gigitan serangga. Etiologi nya karena toksin dalam cairan
gigitan serangga, hal ini dapat terjadi karena setelah digigit serangga menimbulkan edema di
kulit dan membuat jaringan nekrosis setempat.
Gejala klinis nya adalag gatal, nyeri, rasa tidak nyaman, dan dapat juga muntah muntah.
Lokalisasi nya luas, efloresensi yang dapat timbul berupa eritema morbiliformis atau bula
yang dikelilingi eritema dengan nekrosis luas dn gangren dapat terjadi kemudian.
Diagnosa banding nya adalah impetigo, urtikaria.
32
33
HERPES SIMPLEKS
definisi: yaitu suatu lesi akut berupa vesikel berkelompok di atas daerah yang eritema, dapat
satu atau beberapa kelompok terutama pada atau dekat sambungan mukokutan.
penyebab: herpes virus hominis (HVH) dgn diameter 150mm, dan merupakan virus DNA.
umur:semua umur
jenis kelamin: pria dan wanita
keturunan: dapat menyerang janin in utero
lingkungan: makin renddah sstatus ekonomi, makin banyak jumlah karrier
faktor pencetus:menstruasi, emosiona, trauma, dan senggama
gejala singkat penyakit: awitan penyakit di mulai dengan perasaan gatal, rasa terbakar dan
eritema selama beberapa menit sampai beberapa jam, kadang juga timbul nyeri saraf. pada
infeksi primer gejala-gejala lebih berat dan lebih lama jika di bandingkan dengan infeksi
rekuren, yaitu berupa malaise, demam dan nyeri otot.
lokalisasi: paling sering pada daerah dekat sambungan mukokutan
efloresisensi/ sifat: vesikel-vesikel miliar berkelompok, jika pecah membentuk ulkus yang
dangkal dengan kemerahan pada daerah di sekitarnya.
gambaran histopatology: tampak vesikel intraepidermal, infiltrat leukosit, dan akantolisis
akibat degenerasi sel-sel balon epidermis. dapat terlihat badan inklusi asidofilik intranukleus
yang di kelilingi halo.
pemeriksaan pembantu/laboratorium:
1. pemeriksaan sel raksasa dengan percobaan Tzanck
2. pemeriksaan antiodi dengan teknik flouresensi langsung
3. kultur jaringan
diagnosis banding:
1. impetigo: cairan serosa dan krusta menonjol pada impetigo
2. herpes zoster sekitar bibir: lesi sepanjang perjalanan saraf
3. ulkus durum: pemerikasaan lapangan gelap, dapat di temukan spirokaeta.
penetalaksaan:
pengobatan bersifat asimtomatis
jika vesikel pecah:
1. kompreis dengan sol. kalium-permanganas 1/5000
2. obat-obat antiseptik seperti povidon yodium
3. idoksuridin (IDU) 5-40% untuk menekan sintesis DNA
4. alkohol 70% untuk mengeringkan dan desinfeksi
sistemik:
yaitu dengan asklovir 5x 400 mg/hari selama 5-10 hari
pada pasien imunokompeten:
-lesi inisial: asiklovir 5x200 mg selama 5-10 hari
-infeksi rekuren: asiklovir 5x 200 mg selama 5 hari atau 2x 400 mg/ hari
pada pasien dengan tanggap imun lemah (immunocompromised):
-herpes mukokutan primer: asiklovir 5x200 mg/hari slama 10 hari
-herpes imunokutan rekuren: asiklovir 5x400 mg selama 5-7 hari.
prognosis:
cenderung rekuren
34
PIODERMA
pioderma superfisialis (terbatas pada epidermis)
a) IMPETIGO BULOSA
Sinonim: Impetigo kontangiosa
Impetigo vulgaris
Impetigo tillbury Fox
Etiologi : Streptococcus B hemolyticus
Gejala klinis : Tidak disertai gejala umum, hanya pada anak
Tempat predileksi di muka, sekitar lubang hidung dan mulut (dianggap
sumber infeksi)
Talak : Jika krusta sedikit, dilepaskan dan diberi salep antibiotic
b) Impetigo bulosa
Sinonim : Impetigo vesiko bulosa (cacar monyet)
Etilogi : Staphylococus aureus
Gejala klinis: Tempat predileksi di ketiak, punggung, dada
Terdapat pada anak2 dan dewasa
Eritema bula dan bula hipopion
Kadang2 waktu berobat vesikel / bula telah peah -> tampak hanya kolaret
Diagnosis banding: Dermatofitosis : tampak hanya kolaret
Impetigo bulosa: jika sebelumnya ada lapuhan
Talak: Jika terdapat hanya beberapa vesikel/bula -> dipecah
Lalu diberi salep antibiotic/cairan antiseptic
Kalau banyak diberi antibiotic sistemik
35
c) IMPETIGO KRUSTOSA
Varian dari impetigo bulosa pada neonates. Lokasinya menyeluruh disertai demam
Diagnosis banding : Sifilis congenital (bula terletak pada tangan dan kaki)
Obat : Antibiotik sistemik
Topikal diberi salisil 2 %
2) FOLIKULITIS
Adalah radang folikel rambut
Etiologi : staphylocous aureus
Klasifikasi : Folikulitis superfisialis -> terbatas dalam epidermis
Folikulitis profunda -> sampai ke subkutan
Folikulitis superfisialis
Sinonim : Impetigo bockhart
Gejala klinis : Tempat predileksi di tangkai bawah. Kelainan berupa papul/ pustule
yang eritematosa dan ditengahnya terdapat rambut, biasanya multiple
Folikulitis profunda
Gejala klinis : Seperti folikulitis superfisialis hanya teraba infiltrate di subkutan
Diagnosis banding : Tinea barbae, lokalisasi di mandibula/ submandinbula
Obat : antibiotic sistemik/ topical
36
3) Furunkel/ karbunkel
Adalah radang folikel rambut dan sekitarnya
Etiologi : Staphylococcus aureus
Gejala klinis : Nyeri
Nodus eritematosa berbentuk kerucut ditengahnya terdapat pustule
Talak : Jika sedikit cukup -> topical
Banyak -> sistemik
4) Ektima
Ulkus superfisialis dengan krusta di atasnya disebabkan oleh streptococcus
Etiologi : Streptococcus B hemolitycus
Gejala klinis : krusta tebal warna kuning, biasanya lokasi di tungkai bawah
yaitu tempat relative banyak mendapat trauma
Diagnosis banding : Impetigo krustosa
Obat : sedikit -> krusta diangkat lalu diolesi dengan salep
Banyak -> sistemik
37
5) Pionika
Radang di sekitar kuku oleh piokokus
Etiologi : Staphylococus aureus dan Streptococcus B hemolyticus
Gejala klinis : Peny didahului trauma. Mulai infeksi pada lipat kuku, terlihat tanda2
radang kemudian menjalar ke lempeng kuku
Talak : Kompres larutan antiseptic dan berikamn antibiotic sistemik
38
Obat Topikal
Agen bakteri topikal bermanfaat dalam mencegah timbulnya infeksi pada luka bersih,
sebagai terapi dini pada dermatosi dan luka yang terinfeksi, dalam menurunkan kolonisasi
stafilokokus, deodorisasi aksila dan tatalaksana akne vulgaris.
Obat topikal dapat dibedakan menjadi agen antibakteri, agen antijamur dan agen anti
virus.
AGEN ANTI BAKTERI
Sediaan Anti bakteri Topikal
1. Basitrasin dan Gramisidin
 Antibiotik peptida yang aktif terhadap berbagai organisme gram-positif seperti
stafilokokus, streptokokus, dan pneumokokus
 Basitrasin dicampur dalam salep sendiri dan dapat dikombinasikan dengan neomisin,
polimiksin B/ keduanya
 Basitrasin aktif pada mikroorganisme gram (+)
 Mekanisme kerja : menghambat pembentukan dinding sel
 Bersifat sangat nefrotoksik jika diberikan secara sistemik sehingga diberikan secara
topikal
 Absorbsi basitrasin buruk
 Basitrasin, 200unit/g dalam vehikulum salep (sering digabung dengan
polimiksin/neomisin), diindikasikan untuk menekan flora bakteri campuran pada lesi
perm kulit, pada luka / membran mukosa
 Larutan basitrasin yang mengandung 100-200 unit /mL dalam saline dapat digunakan
untuk iritasi sendi, luka atau rongga pleura
 Gramisidin dikombinasikan dengan antibiotik lain, seperti neomisin, polimiksin,
basitrasin dan nistatin.
 Gramisidin hanya ada dalam sediaan topikal
2. Mupirosin
 Dihasilkan oleh Pseudomonas fluorescens
 Diinaktifkan setelah diserap sehingga kadar sistemik tidak terdeteksi
 Aktif terhadap kokus gram (+) esp Staphylococcus aureus rentan-metisilin dan
resisten metisilin
 Mekanisme kerja : menghambat isoleusil tRNA sintase milik stafilokokus
 Resistensi tingkat rendah terjadi akibat mutasi titik di dalam gen enzim target
 Resistensi tingkat tinggi terjadi akibat adanya gen isoleusil tRNA sintase kedua, yang
disandi dalam plasmid
 Indikasi : Infeksi kulit minor, mis impetigo ; infeksi kulit yang luas, mis ulkus
dekubitus/ luka bedah terbuka
39
 Juga dapat menghilangkan S. aureus yang terbawa di hidung pasien (intranasal).
Digunakan salep Bactoban Nasal akan tetapi dapat menimbulkan iritasi membran
mukosa.
 Tidak terlalu diserap secara sistemik
3. Polimiksin B Sulfat
 Golongan polimiksin.
 Polimiksin : sekelompok peptida dasar yang aktif terhadap bakteri gram(-)
 Mekanisme kerja : melekat pada membran sel bakteri dan merusaknya, menggaggu
fungsi pengaturan osmosis oleh membran sitoplasma kuman, mengikat &
menginaktifkan endotoksin
 Obat ini jarang terjadi resistensi
 Resisten : gram (+) : proteus dan neisseria
 Sediaan : solusio/salep
 Aktif terhadap bakteri gram (-) : esp P. aeruginosa. Selain itu Pseudomonas,
Escheichia coli, Enterobakter, Klebsiella, Salmonella, shigella, Vibrio, dll
4. Neomisin & Gentamisin
 Anbiotik aminoglikosia yang aktif terhadap organisme gram (-) esp E.coli, proteus,
Klebsiella, enterobakter
 Gentamisin aktivitasnya lebih kuat thd P.aeruginosa daripada neomisin
 Gentamisin jauh lebih aktif terhadap stafilokokus dan streptokokus beta hemolitikus
grup A
 Sediaan gentamisin : salep/krem, bubuk steril
 Neomisin & gentamisin larut dalam air dan diekskresikan terutama dalam urin
 Neomisin sering menimbulkan sensitisasi
AGEN ANTI JAMUR
Sediaan Anti jamur Topikal :
1. Turunan Azol Topikal
 Golongan imidazol topikal yang meliputi klotrimazol, ekonazol, ketokonazol,
mikonazol, oksikonazol, sulkonazol memiliki aktivitas yang luas terhadap dermatofit
serta ragi, termasuk candida albicans & pityrosporum
a). MIKONAZOL
 Turunan imidazol sintetik yang relatif stabil
 Spektrum antijamur lebar terhadap jamur dermatofit
 Bentuknya kristal putih, tidak berwarna dan tidak berbau, sebagian kecil larut dalam
air tetapi lebih larut dalam pelarut organik
40
 Aktivitas antijamur : menghambat aktivitas jamur trichophyton, epidermophyton,
mocrosporum, candida & malassezia furfur, mikonazol in vitro efektif terhadap
beberapa kuman gram (+)
 Mekanisme kerja : menghambat enzim sitokrom P450 jamur  penurunan sintesis
ergosterol  membran sel rusak
 Indikasi : untuk dermatofitosis, tinea versikolor & kandidiasis mukotan, kandidiasis
vulvovaginal
 Efek samping : iritasi, rasa terbakar & maserasi
 Sediaan & pasologi : krim 2% & bedak tabur yang dipakai 2x sehari selama 2 – 4
minggu.
 Obat ini tidak dibolehkan dibubuhkan ke mata
b). KLOTIMAZOL
 Sediaan & pasologi : bubuk tidak berwarna yang praktis tidak larut dalam air, larut
dalam alkohol & kloroform, sedikit laarut dalam eter; krem dengan kadar 1% untuk
dioleskan 2 kali sehari
 Indikasi : tinea pedis, kruris, & korporis yang disebabkan oleh T. rubrum, T.
mentagrophyles, E. floccosum, & M. canis ; & untuk tinea versikolor
 Mekanisme kerja : sama dengan mikonazol
 Efek : rasa terbakar, eritema, edema, gatal & urtikaria
c). EKONAZOL
 Tersedia dalam bentuk krem untuk penggunaan topikal
d). KETOKONAZOL
 Turunan imidazol sintetik denganstruktur mirip mikonazol & klotrimazol
 Larut dalam air pada pH asam
 Aktivitas antijamur : sistemik/nonsistemik. Efektif thd candida, coccidoides immitis,
cryptococcus neoformans, H. capsulatum, Aspergullus, dll
 Indikasi : histoplasmosis paru, tulang, sendi & jaringan lemak. Beberapa bentuk
koksisioisomikosis, dermatomikosis & kandidiasis
 Sediaan : krim 2 %, sampo 2 %, tablet 200mg
 Dosis : dewasa 1x sehari 200-400 mg
 Pengobatan : bervariasi
 Efek samping : mual, muntah, vertigo, sakit kepala, erupsi kulit, dll
e). SULKONAZOL
 Tersedia dalam bentuk krem/solusio
41
2. Siklopiroks Olamin
 Agen antimitotik sintetik spektrum luas dengan aktivitas inhibitorik terhadap
dermatofit, spesies kandida & P. orbiculare
 Mekanisme kerja : menghambat ambilan prekursor sintesis makromolekular di
membran sel jamur
 Sediaan : krem & losion 1%
 Indikasi : dermatomikosis, andidiasis & tinea versikolor
 Pengobatan : Dioleskan pada lesi 2x sehari
 Jarang terjadi iritasi
3. Alilamin : Naftitin & Terbinafin
 Sangat aktif thd dermatofit tapi kurang aktif pada ragi
 Mekanisme kerja : Menghambat selektif skualen epoksidase, suatu enzim kunci dalam
sintetis ergosterol
 Sediaan naftitin : krem 1%
 Efek samping : iritasi setempat, sensasi terbakar & eritema
 Dap Indikasi naftitin: tinea kruris & tinea korporis
 Indikasi terbinafin : dermatofitosis, terutama onikomikosis
 Sediaan terbinafin : krim 1% & gel 1%
4. Butenafin
 Secara structural terkait dengan alilamin
 Mekanisme kerja : sama dengan semua alilamin
 Sediaan : krem 1%
 Pengobatan : 1 kali sehari pada terapi dermatofitosis superficial
5. Tolnaftat
 Merupakan anti jamur sintetik
 Aktivitas : terhadap infeksi dermatofit yang disebabkan oleh epidermofitosis
mikrosporum dan trikofiton. Efektif terhadap P. orbiculare tetapi tidak terhadap
kandida
 Sediaan : krem, solusio, bubuk/aerosol bubuk
 Pengobatan : 2x sehari
 Tolnaftat juga menyebabkan iritasi/sensitisasi kontak alergik
6. Nistatin
 Suatu antibiotik polien yang dihasilkan oleh streptomyces noursei
 Spektrum sempit : kandida kutaneus & mukosal
42
 Berupa bubuk berwarna kuning kemerahan bersifat higroskopis, berbau khas, sukar
larut dalam kloroform & eter
 Tidak diserap melalui saluran cerna, kulit/ vagina
 Mekanisme kerja : tergantung dari adanya ikatan dengan sterol pada membran sel
jamur/ragi terutama ergosterol.
 Indikasi : kandida di kulit, selaput lendir & saluran cerna
 Sediaan : krim, bubuk, salep suspensi
 Pengobatan 2x sehari
7. Amfoterisin B
 Antibiotik yang dihasilkan oleh stretomycenodosus
 Tidak larut dalam air
 Mekanisme kerja : bersifat selektif karena mempergunakan perbedaan komposisi lipid
pada membran sel jamur & mamalia
 Amfoterisin B berikatan dengan ergosterol & mengubah permeabilitas sel dengan
membentuk pori-pori terkait-amfoterisin B pada membran sel
 Adanya pori ini menyebabkan kebocoran ion intrasel & makromolekul, yang berujung
pada kematian sel jamur
 Resistensi jika ikatan ergosterol terganggu
 Aktivitas antijamur : Spektrum kerja luas. Bekerja pada ragi2an yang bermakna
secara klinis, seperti candida albicans & cryptococcus neoformans, organisme yang
menyebabkan mikosis endemik & kopong patogenik
 Sediaan : krem & losion
8. Asam Undesilenat
 Cairan kuning dengan bau khas yang tajam
 Aktif terhadap epidermophyton, Tricophyton & Microsporum
 Sediaan : salep campuran mengandung 5% undesilenat dan 20% seng undesilenat.
Bentuk bedak dan aerosol mengandung 2% undesilenat & 20% seng undesilenat
 Efek : pemakaian pada mukosa dapat menyebabkan iritasi
9. Haloprogin
 Anti jamur sintetik berbentuk kristal putih kekuningan, sukar larut dalam air tetapi
larut dalam alcohol
 Bersifat fungisidal terhadap Epidermophyton, Trichophyton, Microsporum dan
Malassezia furfur
 Efek : iritasi local, rasa terbakar, vesikel, meluasnya maserasi dan sensitisasi
 Sediaan : krim 1%
43
AGEN ANTI VIRUS
Sediaan Anti Virus Topikal :
 Asiklovir, valasiklovir, pensiklovir dan famsiklovir aktivitas inhibitorik terhadap
anggota herepes virus, terutama herpes simplex tipe 1 dan 2
 Asiklovir topical tersedia salep 5%
 Pensiklovir topical tersedia krem 1%
44
DAFTAR PUSTAKA
1. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit (Prof.Dr.Siregar, Sp.KK)
2. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (Universitas Indonesia)
3. Patologi (Robin Kumar)
4. Mikrobiologi Kedokteran (Jawetz)
5. Parasitologi Kedokteran (Universitas Indonesia)
6. Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology (Fitzpatrick)

More Related Content

What's hot

Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisSeascape Surveys
 
119920864 hernia-inguinalis-ppt
119920864 hernia-inguinalis-ppt119920864 hernia-inguinalis-ppt
119920864 hernia-inguinalis-pptZulfikar Fikar
 
PPT macam-macam syok
PPT macam-macam syokPPT macam-macam syok
PPT macam-macam syokesty lebi
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
 
Balans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolitBalans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolitAzis Aimaduddin
 
Trauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala BeratTrauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala BeratAris Rahmanda
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialisfikri asyura
 
case report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponiblecase report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponiblemuhammad ikhlas yakin
 
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Novi Y'uZzman
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Surya Amal
 

What's hot (20)

Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
 
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
 
119920864 hernia-inguinalis-ppt
119920864 hernia-inguinalis-ppt119920864 hernia-inguinalis-ppt
119920864 hernia-inguinalis-ppt
 
Peritonitis generalisata
Peritonitis generalisataPeritonitis generalisata
Peritonitis generalisata
 
PPT macam-macam syok
PPT macam-macam syokPPT macam-macam syok
PPT macam-macam syok
 
Ppt glaukoma
Ppt glaukomaPpt glaukoma
Ppt glaukoma
 
Keseimbangan cairan & elektrolit
Keseimbangan cairan & elektrolitKeseimbangan cairan & elektrolit
Keseimbangan cairan & elektrolit
 
Efloresensi
EfloresensiEfloresensi
Efloresensi
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
 
Balans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolitBalans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolit
 
Trauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala BeratTrauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
 
Dermatofitosis
DermatofitosisDermatofitosis
Dermatofitosis
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialis
 
Pemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thoraxPemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thorax
 
Terapi cairan pada anak
Terapi cairan pada anakTerapi cairan pada anak
Terapi cairan pada anak
 
case report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponiblecase report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponible
 
Stilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafasStilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafas
 
keseimbangan asam-basa dan gas darah
keseimbangan asam-basa dan gas darahkeseimbangan asam-basa dan gas darah
keseimbangan asam-basa dan gas darah
 
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
 

Viewers also liked

Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)
Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)
Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)Iva Maria
 
Presentasi sistem integumen
Presentasi sistem integumenPresentasi sistem integumen
Presentasi sistem integumenRozyainun
 
Epidermolysis Bullosa
Epidermolysis BullosaEpidermolysis Bullosa
Epidermolysis Bullosaguest55f974
 
Luka alat kelamin uronefrologi
Luka alat kelamin uronefrologiLuka alat kelamin uronefrologi
Luka alat kelamin uronefrologiZarah Dzulhijjah
 
Kulit retrogresif 1 (modul kulit dan jaringan penunjang)
Kulit   retrogresif 1 (modul kulit dan jaringan penunjang)Kulit   retrogresif 1 (modul kulit dan jaringan penunjang)
Kulit retrogresif 1 (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
 
PRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataPRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataSK Sulistyaningrum
 
Superficial bacterial infection
Superficial bacterial infectionSuperficial bacterial infection
Superficial bacterial infectionDaniel Augustine
 
dermatology. disorders of sebaceous and sweat glands.(dr.faraydwn)
dermatology. disorders of sebaceous and sweat glands.(dr.faraydwn)dermatology. disorders of sebaceous and sweat glands.(dr.faraydwn)
dermatology. disorders of sebaceous and sweat glands.(dr.faraydwn)student
 
Detection of and response to Online Users' Emotion
Detection of and response to Online Users' EmotionDetection of and response to Online Users' Emotion
Detection of and response to Online Users' EmotionBeverly Park Woolf
 
Excelentes dibujos de julian beever
Excelentes dibujos de julian beeverExcelentes dibujos de julian beever
Excelentes dibujos de julian beeverSalvador Mata Sosa
 
EAMES CORPORATE BROCHURE
EAMES CORPORATE BROCHUREEAMES CORPORATE BROCHURE
EAMES CORPORATE BROCHUREMatt Cvijan
 
Pengembanan hukum teoretikal
Pengembanan hukum teoretikalPengembanan hukum teoretikal
Pengembanan hukum teoretikalKau Hatiku
 

Viewers also liked (20)

Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)
Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)
Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)
 
Ppt campak
Ppt campakPpt campak
Ppt campak
 
Presentasi sistem integumen
Presentasi sistem integumenPresentasi sistem integumen
Presentasi sistem integumen
 
Epidermolysis Bullosa
Epidermolysis BullosaEpidermolysis Bullosa
Epidermolysis Bullosa
 
Luka alat kelamin uronefrologi
Luka alat kelamin uronefrologiLuka alat kelamin uronefrologi
Luka alat kelamin uronefrologi
 
Kulit retrogresif 1 (modul kulit dan jaringan penunjang)
Kulit   retrogresif 1 (modul kulit dan jaringan penunjang)Kulit   retrogresif 1 (modul kulit dan jaringan penunjang)
Kulit retrogresif 1 (modul kulit dan jaringan penunjang)
 
Pengantar ilmu anatomi
Pengantar ilmu anatomiPengantar ilmu anatomi
Pengantar ilmu anatomi
 
PRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminataPRESENTATION kondiloma akuminata
PRESENTATION kondiloma akuminata
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia
Penyakit Kulit Yang Umum Di IndonesiaPenyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia
Penyakit Kulit Yang Umum Di Indonesia
 
Immunologically mediated skin diseases
Immunologically mediated skin diseasesImmunologically mediated skin diseases
Immunologically mediated skin diseases
 
Lapsus varicella
Lapsus varicellaLapsus varicella
Lapsus varicella
 
Superficial bacterial infection
Superficial bacterial infectionSuperficial bacterial infection
Superficial bacterial infection
 
dermatology. disorders of sebaceous and sweat glands.(dr.faraydwn)
dermatology. disorders of sebaceous and sweat glands.(dr.faraydwn)dermatology. disorders of sebaceous and sweat glands.(dr.faraydwn)
dermatology. disorders of sebaceous and sweat glands.(dr.faraydwn)
 
Cacar air ppt
Cacar air pptCacar air ppt
Cacar air ppt
 
Detection of and response to Online Users' Emotion
Detection of and response to Online Users' EmotionDetection of and response to Online Users' Emotion
Detection of and response to Online Users' Emotion
 
Ամառ
ԱմառԱմառ
Ամառ
 
Excelentes dibujos de julian beever
Excelentes dibujos de julian beeverExcelentes dibujos de julian beever
Excelentes dibujos de julian beever
 
EAMES CORPORATE BROCHURE
EAMES CORPORATE BROCHUREEAMES CORPORATE BROCHURE
EAMES CORPORATE BROCHURE
 
Pengembanan hukum teoretikal
Pengembanan hukum teoretikalPengembanan hukum teoretikal
Pengembanan hukum teoretikal
 

Similar to Impetigo bullosa (20)

kulit ss
kulit sskulit ss
kulit ss
 
Makalah kulit
Makalah kulitMakalah kulit
Makalah kulit
 
Modul 1 kelompok 1 2014
Modul 1 kelompok 1 2014Modul 1 kelompok 1 2014
Modul 1 kelompok 1 2014
 
Makalah kulit
Makalah kulitMakalah kulit
Makalah kulit
 
Atopic dermatitis
Atopic dermatitisAtopic dermatitis
Atopic dermatitis
 
Tugas pp tik
Tugas pp tikTugas pp tik
Tugas pp tik
 
Tugas pp tik
Tugas pp tikTugas pp tik
Tugas pp tik
 
Tugas pp tik
Tugas pp tikTugas pp tik
Tugas pp tik
 
Makalah kulit
Makalah kulitMakalah kulit
Makalah kulit
 
Tuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptx
Tuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptxTuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptx
Tuklin-Kelompok D-dr.Yulisna Sp.KK.pptx
 
Dermatitis
Dermatitis Dermatitis
Dermatitis
 
160161810 case-report-snnt
160161810 case-report-snnt160161810 case-report-snnt
160161810 case-report-snnt
 
Askep herpes zoster
Askep herpes zosterAskep herpes zoster
Askep herpes zoster
 
Askep herpes zoster AKPER PEMKAB MUNA
Askep herpes zoster AKPER PEMKAB MUNA Askep herpes zoster AKPER PEMKAB MUNA
Askep herpes zoster AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep tonsilitis dan laringitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep tonsilitis dan laringitis AKPER PEMKAB MUNA Askep tonsilitis dan laringitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep tonsilitis dan laringitis AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep tonsilitis dan laringitis
Askep tonsilitis dan laringitisAskep tonsilitis dan laringitis
Askep tonsilitis dan laringitis
 
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
 
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
 
pruritussenilispptx.pptx
pruritussenilispptx.pptxpruritussenilispptx.pptx
pruritussenilispptx.pptx
 
128118124 skajdklasjdkljsldjaskldjaklsjdlkasjdlasjlbies-case-ok
128118124 skajdklasjdkljsldjaskldjaklsjdlkasjdlasjlbies-case-ok128118124 skajdklasjdkljsldjaskldjaklsjdlkasjdlasjlbies-case-ok
128118124 skajdklasjdkljsldjaskldjaklsjdlkasjdlasjlbies-case-ok
 

More from Elissa Lisencia (20)

Penyakit kulit pada kelainan sistemik
Penyakit kulit pada kelainan sistemikPenyakit kulit pada kelainan sistemik
Penyakit kulit pada kelainan sistemik
 
Parkinson
ParkinsonParkinson
Parkinson
 
Obat antipsikosis
Obat antipsikosisObat antipsikosis
Obat antipsikosis
 
Neurosis
NeurosisNeurosis
Neurosis
 
Miksi , enuresis & defekasi
Miksi , enuresis & defekasiMiksi , enuresis & defekasi
Miksi , enuresis & defekasi
 
infeksi sistem saraf pusat
infeksi sistem saraf pusatinfeksi sistem saraf pusat
infeksi sistem saraf pusat
 
Konsep neurosis
Konsep neurosisKonsep neurosis
Konsep neurosis
 
Kejang demam
Kejang demamKejang demam
Kejang demam
 
Infeksi sistem saraf pusat
Infeksi sistem saraf pusatInfeksi sistem saraf pusat
Infeksi sistem saraf pusat
 
Herpes simpleks
Herpes simpleksHerpes simpleks
Herpes simpleks
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 
F48 gangguan neurotik
F48 gangguan neurotik F48 gangguan neurotik
F48 gangguan neurotik
 
F45 gangguan somatofrom
F45 gangguan somatofromF45 gangguan somatofrom
F45 gangguan somatofrom
 
F 44 gangguan disosiatif (konversi)
F 44 gangguan disosiatif (konversi)F 44 gangguan disosiatif (konversi)
F 44 gangguan disosiatif (konversi)
 
Dermato terapi
Dermato terapiDermato terapi
Dermato terapi
 
Tumor muskuloskletal
Tumor muskuloskletalTumor muskuloskletal
Tumor muskuloskletal
 
Makalah biokimia
Makalah biokimiaMakalah biokimia
Makalah biokimia
 
Tumbuh kembang anak
Tumbuh kembang anakTumbuh kembang anak
Tumbuh kembang anak
 
Penilaian status gizi
Penilaian status giziPenilaian status gizi
Penilaian status gizi
 

Recently uploaded

Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxMateri Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxshafiraramadhani9
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 

Recently uploaded (20)

Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxMateri Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 

Impetigo bullosa

  • 1. Makalah Case I “Impetigo Bullosa” Tutorial D1 Dr.E.M.Hidayat, Sp.PK Gandung Prakoso 1110211065 Chandrika Fazaprawira 1110211091 Yuni Rachmawati 1110211055 Anisa Trianti 1110211027 Fanny Hanna Paulina 1110211041 Annisa Putri 1110211038 Elissa Dewi Lisencia 1110211011 Meitika 1110211105 Prayoga Noor Hakim 1110211173 Arry Tri Anugrah R 1110211116 Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional “veteran” Jakarta
  • 2. 2 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan karunia-Nya karena kami berhasil menyelesaikan makalah tutorial Case I ini. Adapun tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kewajiban pada setiap case yang dipelajari dan juga semoga dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak yang ingin menggali informasi dalam makalah ini. Tak lupa ucapan terima kasih kami haturkan kepada tutor kami dr. Hidayat atas segala bimbingannya dalam proses tutorial. Harapan kami dengan makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang ingin mempelajari makalah ini. Akhir kata Tak Ada Gading yang Tak Retak, kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa, dan kesalahan hanyalah milik kami. Oleh karena itu, demi tercapainya makalah yang sangat baik, kami membutuhkan segala saran dan kritik yang bersifat membangun bagi proses pembelajaran kami kedepan, Terima kasih. Ketua Tutorial, Gandung Prakoso (1110211065)
  • 3. 3 LEMBAR PENGESAHAN Makalah ini disahkan oleh, Tutor Pembimbing Dr. E.M.Hidayat, Sp.PK Ketua Case Sekertaris I Gandung Prakoso Meitika (1110211065) (1110211105) Sekertaris II Ketua Tutorial Yuni Rachmawati Gandung Prakoso (1110211055) (1110211065)
  • 4. 4 DAFTAR ISI Kata Pengantar................................................................................................................ 2 Lembar Pengesahan..........................................................................................................3 Daftar Isi...........................................................................................................................4 Kasus.................................................................................................................................5 Learning Progress Report.................................................................................................7 Kulit................................................................................................................................10 1.1 Faal Kulit......................................................................................................16 1.2 Efloresensi....................................................................................................17 Infeksi Karna Virus........................................................................................................23 Penyakit Kulit Karena Parasit........................................................................................28 Herpes Simplex...............................................................................................................33 Pioderma.........................................................................................................................34 Obat Topikal...................................................................................................................38 Daftar Pustaka................................................................................................................44
  • 5. 5 Kasus An. Upin PAGE 1 An. Upin berusia 2 tahun diantar oleh ibunya ke Rumah sakit dengan keluhan kulitnya lecet-lecet dan melepuh di daerah muka, leher, lengan kanan, dan kiri sejak 1 minggu yang lalu. Kelainan bermula berupa bercak-bercak merah seperti tersundut rokok, sebgian nampak ada yang menggelembung dan sebagian lain ada yang sudah pecah. Kelainan muncul pertama kali di daerah muka. 3 hari sebelum keruah sakit pasien pernah berobat ke Puskesmas dan diberi obat salep akan tetapi, kelainan malah bertambah banyak melebar kedaeah leher, kelengan kanan dan kiri.Pasien tetap bermain seperti biasa dan tidak mengeluh demam atau sakit-sakit pada badannya. PAGE 2 Pasien tinggal satu rumah bersama orang tua dan seorang kakanya. Orang tua pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya. Saat ini kakak pasien juga mempunyai keluhan yang sama tetapi dengan kelainan kulit yange lebih sedikit. Riwayat alergi disangkal. Pemeriksaan fisik : Keadaan umum : tampak sakit ringan Kesadaran : CM TD : tidak dilakukan , N:84x/menit, S:37C, RR:20x/menit Status Geralis : Kepala : Normocephali Mata : anemia -/- ikterus -/- THT : dbn Thoraks : cor- pulmo: dbn Adomen : distensi (-), BU (+) normal; hepar lien tidak teraba Ekstermitas : hangat(+); Edema (-) Status Dermatologis: Lokasi : pada daerah wajah leher, lengan kanan dan kiri terdapat erosi-erosi dengan konfluens sebagian, skuama kolaret, sebagian yang lain tampak bula hipopion kendur dan terdapat sedikit krusta. PAGE 3 Pemeriksaan Laboratorium : Darah lenkap : Hb : 15g/dl Ht : 37% Trombosit : 150.000/ul Leukosit : 6000/ul Diff count/hitung jenis leukosit : Basofil : 0
  • 6. 6 Esinofil 3 Batang : 4 Segmen : 59 Limfosit : 28 Monosit : 6 Pemeriksaan Parasitologik : Pewarnaan gram dari pus dan bula : Ditemukan bakteri coccus berwarna biru dan berkelompok seperti buah anggur. EPILOGUE Spesialis kulit-kelamin mengatakan bahwa An. Upin menderita Impetigo bullosa. Kemudian orang tua pasien disarankan untuk menjaga higiene anaknya dengan membiasakan membersihkan tubuh dengan sabun, memotong kuku. Perawatan luka, tidak saling tukar menukar dalam menggunakan peralatan pribadi (handuk,pakaian). Medikamentosa : As.fusidat / mupirocin salep (cream)
  • 7. 7 Learning Progress Report Terminologi : 1. Melepuh 2. Kulit 3. Skuama kolaret 4. Bula 5. Krusta 6. Konfluens 7. Erosi Problem : 1. Apa yang menyebabkan kulit An. Upin menjadi lecet dan melepuh? 2. Mengapa lukanya menyebar setelah An. Upin diberikan salap? 3. Terdiri dari apa sajakah lapisan kulit? 4. Jika pada kulit yang melepuh, bagian lapisan kulit manakah yang terkena? 5. Apakah yang menyebabkan kulit An. Upin merah? 6. Mengapa pada luka tersebut terdapat gelembung ? 7. Mengapa An. Upin tidak mengeluh demam atau sakit pada badannya? 8. Mengapa ekstermitas hanga? 9. Apakah oenyakit yang diderita oleh An.Upin menular ? 10. Pada daerah wajah, leher, lengan kanan, kiri, terdapat erosi dengan konfluen, skuama kolaret, bula hipopion, dan sedikit krusta 11. Ditemukan bakteri coccus berwarna biru dan berkelompok seperti anggur 12. Inflamsi yang ditemukan bersifat lokal Hipotesis : 1. Impetigo Bullosa 2. Impetigo Ulseratifa 3. Folliculitis Bacteria 4. Pemuigoin Bullosa 5. Herpes Simplex
  • 8. 8 Mekanisme : Higiene jelek Faktor lingkungan Faktor penularan Faktor obat Infeksi Bakteri Inflamasi pada kulit Eritema, bula, skuama kolaret, krusta, erosi dengan konfluens Pada daerah leher, waajah, lengan kanan, lengan kiri IMPETIGO BULLOSA More Info : 1. Uji kultur 2. Pemeriksaan fisik 3. Pemeriksaan penunjang I Don’t Know : 1. Kulit 2. Efloresensi 3. Infeksi pada kulit 4. (sesuai hipotesis) 5. Obat-obatan topikal
  • 9. 9 Learning Issue : 1.1 Anatomi 1.2 Histologi 1.3 Fisiologi 1.4 Histopatologik 2.1 Klasifikasi (primer dan sekunder) 2.2 Gambar 3.1 Bakteri 3.2 Virus 3.3 Jamur 3.4 Parasit 3.5 Serangga 4.1 Definisi 4.2 Etiologi 4.3 Epidemiologi 4.4 Patofisiologi 4.5 Patogenesis 4.6 Gambaran klinis 4.7 Diagnosis 4.8 Tata laksana 5.1 All about
  • 10. 10 KULIT Adalah organ tunggal yang terberat di tubuh , dengan berat sekitar 16% dari berat badan total dan pada orang dewasa mempunyai luas permukaan sebesar 1,2-2,3 m2 yang terpapar dengan dunia luar . Organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia , luas kulit orang dewasa 1,5m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan . Organ tubuh terbesar , berfungsi tidak hanya sebagai sawar mekanis antara lingkungan eksternal dan jaringan dibawahnya tetapi juga secara dinamis terlibat dalam mekanisme pertahanan dan fungsi lain . A.Lapisan Kulit a. Lapisan Epidermis b. Lapisan Dermis c. Lapisan Hipodermis B.Adneksa Kulit a. Kelenjar Kulit a.1 Kelenjar keringat a.2 Kelenjar Sebasea b. Kuku c. Rambut Lapisan Epidermis Merupakan lapisan paling atas dari kulit . Terdiri atas : 1. Epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk 2. Tiga jenis sel yang jumlahnya tidak banyak. a. Melanosit Sel epidermis khusus yang terdapat dibawah atau diantara sel-sel stratum basale dan dalam folikel rambut. Melanosit memiliki badan sel bulat dan dari badan sel tersebut terjulur cabang-cabang yang tidak teratur dan panjang ke dalam epidermis , yang berjalan diantara sel-sel stratum basale dan startum spinosum . Warna kulit ditentukan berbagai factor , namun yang terpenting adalah kandungan melanin dan karoten , jumlah pembuluh darah dalam dermis dan warna darah yang mengalir didalamnya. Sintesis melanin berlangsung didalam melanosit , dengan tirosinase yang berperan penting pada proses ini .walaupun melanosit membentuk melanin , tetapi yang berfungsi sebagai depot dang mengandung lebih banyak pigmen melanin dari pada melanosit adalah sel-sel epitel.
  • 11. 11 b. Sel Langerhans Sel berbentuk bintang terutama ditemukan di stratum spinosum epidermis . merupakan makrofag turunan sumsum tulang yang mampu mengikat , mengolah, memresentasikan antigen kepada limfosit T . mempunya peran yang berarti dalam reaksi imunologi . c. Sel Merkel Biasanya terdapat dalam kulit tebal telapak tangan dan kaki , yang agak menyerupai sel epitel epidermis tetapi memiliki granula padat kecil didalam sitoplasmanya. Berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris . Sel – sel epidermis ini disatukan oleh desmosom , desmosom berfungsi sebagai “spot rivets” (paku) yang menyatukan 2 sel yang berdekat tetapi tidak bersentuhan . Terdiri dari 2 komponen : a. Plak Sepasang penebalan pada sitoplasma seperti tombol b. Filamen glikoprotein kuat Yang menembus ruang diantara kedua sel dan melekat ke plak kedua sel . Sel kulit mengandung anyaman ireguler filament intermediet yang terbuat dari protein keratin , filamen – filamen intersel ini berhubungan dengan filament ekstrasel yang menyatukan sel- sel sehingga terbentuk suatu anyaman berkesinambungan yang meluas ke seluruh kulit dan memberinya kekuatan . Sewaktu sel lapisan luar mati , protein keratin fibrosa ini tertinggal membentuk lapisan tanduk (berkeratin) protektif yang kuat , bila lapisan tanduk paling luar terlepas atau terkelupas akibat abrasi maka lapisan ini diganti dengan cara pembelahan sel di lapisan epidermis yang lebih dalam . Rata –rata epidermis mengganti dirinya sendiri sekitar 2,5 bulan . Lapisan-lapisan Epidermis : 1. Stratum germinativum epidermis Lapisan ini terdiri atas selapis sel kuboid atau silindris yang tersusun berderet diatas membrane basal , dapat ditemukan sel yang bermitosis . 2. Stratum Spinosum Epidermis Terdiri atas sel-sel kuboid , atau agak gepeng dengan inti ditengah dan sitoplasma dengan cabang-cabang yang terisi berkas filament . pada dinding sel yang berbatasan dengan sel disebelahnya , bila diperhatikan dengan cermat pada pembesaran obyektif 45x akan terlihat taju-taju yang seolah-olah menghubungkan sel satu dengan sel lainnya .semua mitosis hanya terbatas pada lapisan malpigi ( startum spinosum dan stratum germinativum) .
  • 12. 12 3. Stratum Granula Epidermis Terdiri atas 3-5 lapis sel gepeng yang sito[lasmanya berisikan granul basofilik kasar yang disebut granul keratohialin yang berwarna biru hitam . inti sel kadang masih tampak jelas , tetapi pada lapisan yang lebih ke permukaan inti itu tampak pucat dan tertimbun butir granula . 4. Stratum Lusidum Epidermis Pada lapisan ini bentuk sudah tidak jelas lagi . sel-selnya tidak berinti lagi , tampak menyatu , homogeny , membentuk garis merah terang bergelombang diatas lapis berbutir . 5. Stratum Korneum Epidermis Lapisan ini disebut juga lapis tanduk epidermis , lapisan paling luar dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati , tidak berinti . pada permukaannya , lapisan ini terlihat terkelupas dan disebut stratum disjunctum atau lapis kelupas. Lapisan Dermis Lapisan yang berada dibawah epidermis . Dermis terdiri atas jaringan ikat yang menunjang epidermis dan mengikatnya pada jaringan subkutan ( hypodermis). Terdiri atas 2 bagian : a. Stratum Papillare dermis Sebutin ini diberikan karena lapisan ini membentuk papil-papil yang menonjol ke dalam epidermis diatasnya . jaringan ikat yang membentuk lapisan ini lebih banyak mengandung unsurserat , sehingga tampak lebih longgar . Sebagian papil mengandung pembuluh darah dan disebut sebagai papil vascular sedangkan sebagian lainnya mengandung badan akhir saraf dan disebut papil saraf . b. Stratum retikulare dermis
  • 13. 13 Lapisan ini cukup padat , unsutr serat dalam zat antar selnya lebih menonjol . serat kolagen saling menyilang seperti jala-jala , diantaranya juga terdapat serat elastin . Hypodermis Merupakan jaringan ikat jarang mempunya banyak jaringan lemak , dapat ditemukan badan vaterpacini . Kelenjar 1. Kelenjar keringat a. Kelenjar Ekrin Kelenjar kecil-kecil , terletak dangkal didermis dengan secret encer , dibentuk sempurna pada 28 minggu kehamilan dan baru berfungsi 40 minggi setelah kelahiran . terdapat diseluruh permukaan kulit dan terbanyak ditelapak tangan , kaki ,dan bahu . b. Kelenjar Apokrin Kelenjar yang lebih besar, terletak lebih dalam , sekretnya kental , terdapat di aksila ,aerola , mamme , pubis labia minor , saluran telinga luar . 2. Kelenjar sebasea Terletak diseluruh permukaan kulit manusia kecuali ditelapak tangan dan kaki , kelenjar palit ini disebut juga kelenjar holokrin . kelenjar palit biasanya terdapat disamping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut ( folikel rambut ). Sekresi dipengaruhi oleh hormone androgen , pada anak-anak lebih sedikit dibanding dewasa .
  • 14. 14 Rambut Rambut terdiri atas bagian yang terbenam di dalam kulit ( akar rambut ) dan bagian yang berada diluar kulit rambut ( batang rambut ) Ada 2 macam tipe rambut : a. Lanugo Merupakan rambut halus , tidak terdapat pigmen b. Terminal Lebih kasar , banyak pigmen c. Velus Rambut halus didahi dan badan lain Pertumbuhan rambut secara siklik : a. Fase anagen ( pertumbuhan ) Sel-sel matrix melalui mitosis membentuk sel-sel baru mendorong sel-sel lebih tua keatas . Aktivasi ini lamanya 2-6 tahun . b. Fase katagen ( peralihan ) Masa peralihan dimulai dari penebalan jaringan ikat disekitar folikel rambut . bagian tengah akar rambut dan bagian dibawahnya melebar dan mengalami pertandukan sehingga terbentuk gada ( club) berlangsung 2-3 minggu . c. Fase Telogen (istirahat) Berlangsung kurang lebih 4 bulan , rambut mengalami kerontokan . 50-100 lembar rambut rontok dalam tiap harinya
  • 15. 15 Komposisi Rambut : a. Karbon 50,60% b. Hidrogen 6,36% c. Nitrogen 17,4% d. Sulfur 5 % e. Oksigen 20,80 % Kuku Kuku adalah bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal . Bagian – Bagian : a. Nail root Bagian kuku yang terbenam dalam kulit b. Nail plate Bagian yang terbuka diatas dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari terngah , dan yang paling ujung adalah bagian kuku yang bebas c. Naik groove Sisi kuku agak mencekung membentuk alur kuku . d. Eponikium Kulit tipis yang menutupi kuku dibagian proksimal e. Hiponikium Kulit yang ditutupi bagian kuku bebas .
  • 16. 16 Faal Kulit 1. Fungsi Proteksi Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis , contoh : tekanan , gesekan , tarikan . gangguan kimiawi : zat-zat kimia terutama yang bersifat iritan , contoh : lisol.karbol , asam dll . gangguan yang bersifat panas , misalnya radiasi , sengatan sinar ultraviolet , gangguan infeksi luar oleh kuman, bakteri maupun jamur . Hal tersebut dimungkinkan karena danya : a. Bantalan lemak b. Tebal lapisan kulit c. Serabut jaringan penunjang 2. Fungsi absorbsi Kulit sehat tidak mudah menyerap air , larutan dan benda padat tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap , begitupun yang larut lemak , permeabilitas kulit terhadap O2 , CO2 , dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi , dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit , kelembapan . penyerapan dapat berlangsung melalui celah antar sel , menembus sel-sel epidermis . 3. Fungsi Ekresi Kelenjar –kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolism dalam tubuh NaCL ,Urea , asam Urat dan ammonia . 4. Fungsi persepsi Kulit mengandung ujung ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis : a. Rangsangan panas = Badan Ruffini di dermis & subkutis b. Rangsangan dingin = badan Krause di dermis c. Rangsangan rabaan = badan meissner di papilla dermis d. Rangsangan rabaan = badan merkel ranvier yang terletak di epidermis . e. Rangsangan tekanan = badan paccini di epidermis 5. Fungsi pengatur Suhu tubuh Kulit merupakan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit . 6. Fungsi pembentukan Pigmen Sel pembentuk pigmen ( melanosit ) terletak dilapisan basal .
  • 17. 17 EFLORESENSI Efloresensi dibagi menjadi 2 bentuk  Efloresensi Primer 1. Makula : Kelainan kulit berbatas tegas berupa perubahan warna semata. 2. Papul : Penonjolan diatas kulit berbatas tegas dan berisi suatu massa padat dengan diamet kurang dari 0,5cm. 3. Plak : Peninggian diatas permukaan kulit, permukaan rata dan berisi zat padat dengan diameter 2cm atau lebih
  • 18. 18 4. Urtika : Edem setempat yang timbul mendadak dan hilang perlahan- lahan 5. Pustul : Vesikel yang berisi nanah, bila nanah mengendap di bagian bawah disebut hipopion 6. Vesikel : Gelembung berisi cairan serum dengan diameter kurang dari 1/2cm. 7. Nodus : Massa padat sirkumskrip dikutan/subkutan dan dapat menonjol. Jika diameter lebih dari 1cm disebut nodulus
  • 19. 19 8. Kista : Ruangan berdinding dan berisi cairan sel maupun sisa sel. Kista terbentuk bukan dari akibat peradangan tapi dapat meradang. 9. Bula : Vesikel yang berukuran lebih besar  Efloresensi Sekunder 1. Skuama :Lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. 2. Krusta : Cairan badan yang mongering.
  • 20. 20 3. Erosi : Kehilangan jaringan tidak sampai stratum basale 4. Ulkus : Hilangnya jaringan lebih dalam dari ekskoriasi 5. Sikatriks : Terdiri atas jaringan tidak utuh, Bentuk kulit tidak normal,permukaan kulit licin dan tidak terdapat adneksa kulit
  • 21. 21 Beberapa definisi kelainan kulit  Eritema : Kemerahan pada kulit karena pelebaran pembuluh darah yang bersifat reversible.  Abses : Kumpulan nanah dalam jaringan. Batas antara nanah dan jaringan sekitar tidak jelas.  Tumor : Benjolan yang berdasarkan pertumbuhan sel atau jaringan.  Infiltrat : Tumor yang terdiri atas kumpulan sel radang.  Anetoderma : Kulit kehilangan elastisitas tanpa perubahan yang berarti pada bagian kulit yang lain.  Ekskoriasi : Bila garukan sampai lebih dalam lagi sampai terlihat darah yang keluar. Hilangnya jaringan sampai stratum papilare.  LIkenifikasi : Penebalan kulit disertai relief kulit yang terlihat jelas.  Guma : Infiltrat sirkumskrip, menahun, dekstruktif dan biasanya melunak.  Eksantema : Kelainan pada kulit yang timbul serentak dalam waktu singkat , tidak berlangsung lama. Umumnya demam terlebih dahulu.  Fagedenikum : Proses yang menjurus ke dalam dan meluas (ulkus tropikum, ulkus mole).  Terebrans : Proses yang menjurus ke dalam  Monomorf : Kelainan kulit yang terdiri atas satu macam ruam.  Polimorf : Kelainan kulit yang terdiri atas bermacam-macam ruam.  Telengiektasis : Pelebaran kapiler yang menetap pada kulit  Roseola : Eksantema yang lentikular berwarna merah tembaga pada sifilis dan frambusia  Eksantema Skarlatiniformis : Erupsi yang difus dapat generalisata atau lokalisata berbentuk eritema nummular  Eksantema morbiliformis : Erupsi berbentuk eritema yang lentikuler  Galopans : Proses yang sangat cepat meluas. Berbagai istilah ukuran, susunan kelainan/bentuk serta penyebaran dan lokalisasi 1. Ukuran a. Miliar : Sebesar kepala jarum pentul. b. Lentikular : Sebesar biji jagung. c. Numular : Sebesar uang logam 5 rupiah atau 100 rupiah. d. Plakat : Lebih besar dari numular. 2. Bentuk a. Linear : Seperti garis lurus. b. Sirsinar : Seperti lingkaran. c. Arsinar : Berbentuk bulan sabit. d. Polisiklik : Bentuk pinggiran yang sambung menyambung. e. Korimbiformis: Susunan seperti induk ayam yang dikelilingi anaknya.
  • 22. 22 3. Penyebaran dan Lokasi a. Sirkumskrip : Berbatas tegas b. Difus : Tidak berbatas tegas c. Generalisata : Tersebar pada sebagian besar tubuh d. Regional : Mengenai daerah tertentu badan e. Universalis : Seluruh atau hamper seluruh tubuh f. Soliter : Hanya 1 lesi g. Herpetiformis : Vesikel berkelompok seperti pada herpes zoster h. Konfluens : Dua atau lebih lesi yang menjadi satu i. Diskret : Terpisah satu dengan yang lain j. Serpiginosa : Proses yang menjalar ke satu jurusan diikuti oleh penyembuhan bagian yang ditinggalkan k. Irisformis : Eritema berbentuk bulat lonjong dengan vesikel warna yang lebih gelap ditengahnya l. Simetrik : Mengenai kedua belah badan yang sama m. Bilateral : Mengenai kedua belah badan n. Unilateral : Mengenai salah satu badan
  • 23. 23 Infeksi karena Virus Virus varisella Varicella zoster virus (VZV) merupakan salah satu dari delapan herpes virus yang diketahui menjangkiti manusia (dan vertebrata lainnya). Ia sering menyebabkan cacar air pada anak-anak; juga penyakit sinanaga (herpes zoster) dan postherpetic neuralgia (sakit saraf kulit) pada orang dewasa. Infeksi utama VZV adalah cacar air (varicella), yang jarang mengakibatkan komplikasi termasuk ensefalitis (radang akut pada otak) atau pneumonia (radang paru-paru). Bahkan bila gejala klinis cacar air sudah terselesaikan, VZV menjadi dorman (tidak aktif) dalam sistem saraf orang yang terinfeksi (namun suatu saat bisa menjadi aktif lagi). Sekitar 10-20 % kasus, VZV nantinya menjadi aktif kembalii yang dikenal sebagai penyakit herpes zoster atau ruam saraf. Komplikasi serius dari sinanaga termasuk postherpetic neuralgia, zoster multiplex, myelitis (radang saraf otak), herpes ophthalmicus, dan zoster sine herpete. Virus Varicella zoster dapat laten pada sel syaraf tubuh dan pada frekuensi yang kecil di sel non-neuronal satelit dari akar dorsal, berhubung dengan saraf tengkorak dan saraf autonomic ganglion, tanpa menyebabkan gejala apapun. Dalam sebuah individu yang immunocompromised (kekebalan tubuh rendah), beberapa tahun atau dekade setelah terkena infeksi cacar air, virus dapat muncul lagi pada sel-sel saraf dan menular melalui saraf axons menyebabkan infeksi kulit di daerah yang mengandung syaraf. Virus menyebar dari satu atau lebih sepanjang ganglia sepanjang saraf dan menulari segmen dermatome (daerah kulit yang disuplai oleh saraf tulang belakang) menyebabkan sakit ruam. Meskipun biasanya ruam dapat sembuh sendiri dalam waktu dua sampai empat bulan, beberapa pengalaman penderita masih merasakan sisa sakit syaraf selama berbulan atau bertahun-tahun, suatu kondisi yang disebut postherpetic neuralgia. Penularan Penularan bisa terjadi melalui kontak udara yang terkontaminasi khususnya pada banyak orang di dalamnya seperti sekolah. Bisa juga terjadi penularan melalui sentuhan kulit antar individu.
  • 24. 24 Herpes zoster di kulit Tanda-tanda dan gejala Gejala awal herpes zoster yaitu sakit kepala, demam, dan rasa tidak nyaman, ini merupakan gejala-gejala yang nonspecific, dan dapat mengakibatkan salah diagnosa. Gejala ini biasanya diikuti oleh sensation rasa sakit membakar, gatal, hyperesthesia (oversensitivity), atau paresthesia ( “gelisah”: rasa geli, ditusuk-tusuk, dan mati rasa). Rasa sakit mungkin ekstrim terasa pada dermatome (lapisan kulit), dengan sensasi-sensasi yang sering digambarkan bebentuk pedas/panas, geli, nyeri, kaku dan berdenyut-denyut, dan dapat menyebar cepat dengan rasa ditusuk-tusuk. Dalam banyak kasus, setelah 1-2 hari (tapi kadang-kadang selama 3 minggu) tahap awal ini diikuti dengan tampilan karakteristik: ruam kulit. Rasa sakit dan ruam yang paling sering terjadi pada seluruh tubuh, tetapi dapat muncul di wajah, mata atau bagian lain dari tubuh. Pada awalnya, ruam yang muncul mirip dengan tampilan penyakit hives (Urticaria), namun tidak seperti hives, herpes zoster menyebabkan kulit terbatas pada perubahan di kulit, biasanya bentuknya strip/jalur atau seperti pola pada sabuk/belt yang terbatas pada satu sisi tubuh dan tidak menyeberangi midline(?). Zoster sine herpete menjelaskan semua pasien yang memiliki gejala-gejala dari herpes zoster ini kecuali karakteristik ruam. Kemudian, ruam menjadi vesicular (seperti tekstur batu vulkanik), terbentuknya ruam-ruam kecil berisi cairan, demam dan rasa tidak nyaman pada tubuh. Vesicle (gelembung) akhirnya menjadi berwarna abu-abu dan gelap karena diiisi dengan darah. Pengelupasan terjadi anatar tujuh sampai sepuluh hari kemudian, dan biasanya jatuh dan menyembuhkan kulit tetapi kadang-kadang setelah ruam yang parah dapat menimbulkan bekas parutan dan perubahan warna kulit. Herpes mungkin memiliki gejala tambahan , tergantung pada lapisan kulit yang terlibat. Herpes zoster ophthalmicus muncul pada mata dan terjadi di sekitar 10-25% kasus. Hal ini disebabkan karena virus menjadi aktif pada daerah ophthalmic dari saraf trigeminal. Pada beberapa pasien, muncul pula gejala radang lainnya pada mata seperti : conjunctivitis, keratitis, uveitis, dan saraf optik palsies yang kadang-kadang dapat menyebabkan radang mata kronis, dan kehilangan penglihatan. Herpes zoster oticus, juga dikenal sebagai Ramsay Hunt syndrome tipe II, melibatkan telinga. Ia adalah hasil penyebaran virus dari syaraf wajah ke saraf vestibulocochlear. Gejala termasuk kehilangan pendengaran dan vertigo. Diagnosis Bisa ditanyakan pada dokter. Pengobatan Tujuan dari perawatan adalah untuk membatasi kemajuan dan durasi sakit, mempersingkat durasi dari episode sinanaga, dan mengurangi komplikasi. Perawatan gejala diperlukan untuk mencegah komplikasi terjadinya postherpetic neuralgia. Obat antiviral menghalangi replikasi VZV dan mengurangi kemampuan dan durasi herpes zoster dengan sedikit efek samping, tapi tidak berefek untuk mencegah postherpetic neuralgia. Aciclovir merupakan obat untuk standar perawatan, namun obat baru valaciclovir dan obat-obatan serupa famciclovir menunjukkan kemanjuran lebih ketimbang obat pertama tadi. obat-obatan ini digunakan baik sebagai pencegahan (misalnya pada pasien AIDS) maupun sebagai terapi selama pada fase akut. Pengobatan antiviral dianjurkan bagi semua
  • 25. 25 individu yang kekebalan tubuhnya masih baik dengan HZV ditubuhnya, sebaiknya diberikan dalam waktu 72 jam setelah tampilan ruam muncul. Komplikasi yang terjadi pada individu dengan herpes zoster dapat dikurangi dengan pemberian infusan + aciclovir. Pada orang- orang yang berisiko tinggi dengan serangan sinanaga yang berulang dapat diberi obat oral aciclovir selama lima hari. Pasien dengan sakit ringan hingga sedang dapat diobati dengan over-the-counter analgesics. Topical lotions berisi calamine dapat digunakan pada ruam atau gelembung dan bersifat menyejukkan. Kadang-kadang, sakit parah memerlukan obat opioid seperti morfin. Setelah lesi terkelupas, dapat diberikan krim capsaicin (Zostrix). Topical lidocaine dan obat pem-blok syaraf juga dapat mengurangi rasa sakit. (ada tambahan paragraf, bisa dibaca/English dengan mengklik alamat dibawah: ‘Herpes zoster’). KONDILOMA AKUMINATA 1.Pengertian Kondiloma Akuminata adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus Virus Papiloma Humanus (VPH) dengan kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan mukosa. Sinonim penyakit ini disebut jengger ayam, kutil kelamin, dan genital warts. Kondiloma akuminata adalah kelainan kulit berbentuk vegetasi bertangkai dengan permukaan berjenjot yang disebabkan oleh virus. Kutil Genitalis (Kondiloma Akuminata) merupakan kutil di dalam atau di sekeliling vagina, penis atau dubur, yang ditularkan melalui hubungan seksual. 2.Etiologi Kutil kelamin disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) karena berganti-ganti pasangan seksual tanpa menggunakan pengaman. Virus Papiloma Humanus [VPH/ HPV], virus DNA yang tergolong dalam family Papova. Tipe yang pernah ditemui adalah tipe 6, 11, 16, 18, 30, 31, 33, 35, 39, 41, 42, 44, 51, 52 dan 56. Tipe 6 dan 11 tersering dijumpai pada Kondiloma Akuminatum dan Neoplasia Intraepitelial Serviks ringan. Tipe 16 dan 18 mempunyai potensi keganasan yang tinggi dan sering dijumpai pada kanker serviks. Sampai saat ini sudah dapat diidentifikasikan 80 tipe virus papiloma humanus. 3.TandadanGejala Gejala awal •Benjolan atau lecet di sekitar alat kelamin. •Gatal atau sakit di sekitar alat kelamin. •Bengkak atau merah di sekitar alat kelamin. •Rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil. •Buang air kecil lebih sering dari biasanya. •Demam, lemah, kulit menguning dan rasa nyeri sekujur tubuh. •Kehilangan berat badan, diare dan keringat malam hari. •Pada wanita keluar darah di luar masa menstruasi dan lain-lain. •PMS kadang tidak memiliki gejala. • Keluar cairan/keputihan yang tidak normal dari vagina atau penis. Pada wanita, terjadi peningkatan keputihan. Warnanya bisa menjadi lebih putih, kekuningan, kehijauan, atau kemerah mudaan. Keputihan bisa memiliki bau yang tidak sedap dan berlendir. • Pada pria, rasa panas seperti terbakar atau sakit selama atau setelah kencing, biasanya
  • 26. 26 disebabkan oleh PMS. Pada wanita, beberapa gejala dapat disebabkan oleh PMS tapi juga disebabkan oleh infeksi kandung kencing yang tidak ditularkan melalui hubungan seksual. • Luka terbuka dan atau luka basah disekitar alat kelamin atau mulut. Luka tersebut dapat terasa sakit atau tidak. • Tonjolan kecil-kecil (papules) disekitar alat kelarnin . • Kemerahan di sekitar alat kelamin. • Pada pria, rasa sakit atau kemerahan terjadi pada kantung zakar. • Rasa sakit diperut bagian bawah yang muncul dan hilang, dan tidak berhubungan dengan menstruasi. Pada pria tempat yang sering terkena adalah glans penis, sulkus koronarius, frenulum dan batang penis, sedang pada wanita adalah fourchette posterior, vestibulum. Untuk kepentingan klinis maka Kondiloma Akuminata dibagi dalam 3 bentuk, yaitu: 1. Bentuk akuminata. 2. Bentuk papul. 3. Bentuk datar (flat). Meskipun demikian perlu diingat bahwa tidak ada batasan yang jelas antara ke tiga bentuk tadi dan sering pula dijumpai bentuk-bentuk peralihan. 1. Bentuk akuminata Terutama dijumpai pada. daerah lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi bertangkai dengan permukaan yang berjonjot-jonjot seperti jari. Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak seperti kembang kol. Lesi yang besar ini sering dijumpai pada wanita yang mengalami fluor albus dan pada wanita hamil, atau pada keadaan imunitas terganggu. 2. Bentuk papul Lesi bentuk papul biasanya didapati di daerah dengan keratinisasi sempurna, seperti batang penis, vulva bagian lateral, daerah perianal dan perineum. Kelainan berupa papul dengan permukaan yang halus dan licin, multipel dan tersebar secara diskret. 3. Bentuk datar Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan sama sekali tidak tampak dengan mata telanjang (infeksi subklinis), dan baru terlihat setelah dilakukan tes asam asetat. Dalam hal ini penggunaan kolposkopi sangat menolong. Selain ketiga bentuk klinis di atas, dijumpai pula bentuk klinis lain yang telah diketahui berhubungan dengan keganasan pada genitalia, yaitu: 1. Giant condyloma Buschke-Lowenstein Bentuk ini diklasifikasikan sebagai karsinoma sel skuamosa dengan keganasan derajat rendah. Hubungan antara KA dengan giant condyloma diketahui dengan ditemukannya VPH tipe 6 dan tipe 11. Lokasi lesi yang paling sering adalah pada penis dan kadang-kadang vulva dan anus. Klinis tampak sebagai kondiloma yang besar, bersifat invasif lokal dan tidak bermetastasis. Secara histologis giant condyloma tidak berbeda dengan kondilomata akuminata. Giant condyloma ini umumnya refrakter terhadap pengobatan. 2. Papulosis Bowenoid Secara klinis berupa papul likenoid berwarna coklat kemerahan dan dapat berkonfluens menjadi plakat. Ada pula lesi yang berbentuk makula eritematosa dan lesi yang mirip leukoplakia atau lesi subklinis. Umumnya lesi multipel dan kadang-kadang berpigmentasi.
  • 27. 27 Berbeda dengan KA, permukaan lesi papulosis Bowenoid biasanya halus atau hanya sedikit papilomatosa. Gambaran histopatologik mirip penyakit Bowen dengan inti yang berkelompok, sel raksasa diskeratorik dan sebagian mitotik atipik. Dalam perjalanan penyakitnya, papulosis Bowenoid jarang menjadi ganas dan cenderung untuk regresi spontan. Kutil genitalis paling sering tumbuh di permukaan tubuh yang hangat dan lembab. Pada pria, area yang sering terkena adalah ujung dan batang penis dan dibawah kulit depannya (jika tidak disunat). Pada wanita, kutil timbul di vulva, dinding vagina, leher rahim (serviks) dan kulit di sekeliling vagina. Kutil genitalis juga bisa terjadi di daerah sekeliling anus dan rektum, terutama pada pria homoseksual dan wanita yang melakukan hubungan seksual melalui dubur Masa tunas penyakit ini adalah 4-7 hari. Disebut sebagai penyakit jengger ayam, karena timbul bintil- bintil/ kutil bertangkai dan bergerombol di daerah kemaluan, menyerupai jengger ayam. Masa inkubasi seringkali sukar ditentukan secara tepat dan dapat bervariasi antara 3 minggu - 8 bulan (rata-rata 3 bulan). Gambaran klinik sangat bervariasi, berupa suatu vegetasi bertangkai dengan pertumbuhan yang berjonjot-jonjot (eksofitik) dan beberapa bergabung membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak seperti kembang kol atau berupa papula dengan permukaan yang halus dan licin dengan diameter 1-2 mm yang bergabung menjadi plakat lebar. 4. Pengobatan • Farmakologis 1. Kemoterapi • Tingtura Podofilin 25 % Daerah sekitarnya lebih dulu dilindungi dengan vaselin, untuk menghindari iritasi. Podofilin dicuci 6 jam kemudian. Pada lesi-lesi yang luas dan pada wanita hamil, jangan diberikan podofilin, karena obat ini bersifat toksik dan dapat menyebabkan keguguran. Juga jangan dipakai untuk pengobatan lesi dalam vagina dan serviks karena obai ini dapat diabsorbsi sehingga bersifat toksik dan dapat menyebabkan karsinoma. • Podofilotoksin 0.5 % Bahan ini merupakan zat aktif yang terdapat di dalam podofilin. Setelah pemakaian podofiloks, dalam beberapa hari akan terjadi destruksi pada jaringan KA. Reaksi iritasi pada pemakaian podofiloks lebih jarang terjadi dibandingkan dengan podofilin dan reaksi sistemik belum pernah dilaporkan. Obat ini dapat dioleskan sendiri oleh penderita sebanyak dua kali sehari selama tiga hari berturut-turut. • Asam Trikloroasetat 25-50 % Pemberiannya adalah seminggu sekali dan harus hati-hati karena dapat menimbulkan ulkus yang dalam. Dapat diberikan kepada wanita hamil. • Krim 5-Fuorourasil 1-5 % Obat ini terutama untuk KA yang terletak di atas meatus uretra. Pemberiannya setiap hari sampai lesi hilang. Sebaiknya penderita tidak miksi selama dua jam setelah pengobatan. 2. Tindakan Bedah • Bedah Skalpel (eksisi) • Bedah listrik (elektrokauterisasi) Biasanya efektif tetapi membutuhkan anestesi local • Bedah beku (N2 N2O dan sebagainya) Bedah beku ini banyak menolong untuk pengobatan kondiloma akuminata pada wanita hamil dengan lesi yang banyak dan basah.
  • 28. 28 3. Laser karbondioksida Pengobatan kimiawi, seperti podofilum resin atau racun yang dimurnikan atau asam trikloroasetat, bisa dioleskan langsung pada kutil. Tetapi pengobatan ini memerlukan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan, bisa melukai kulit di sekelilingnya dan sering gagal. Kutil di uretra bisa diobati dengan obat anti kanker seperti tiotepa atau florourasil. Pilihan lainnya adalah pengangkatan kutil dari uretra melalui pembedahan endoskopik. Kutil genitalis sering kambuh dan memerlukan pengobatan ulang. Pada pria yang belum disunat, kekambuhan bisa dicegah dengan menjalani penyunatan. • Non Farmakologis Obat Kutil pada kelamin (Kutil Kondiloma pada pria / Kutil Jengger Ayam pada wanita). Penggunaan: Bubuk WARTS POWDER dicampur dengan air hangat dan dioleskan pada bagian yang sakit, secara teratur 2x sehari. Tidak pedih, ampuh dan aman karena terbuat dari bahan-bahan alami. Keterangan Gambar Agar penyakit tidak muncul lagi setelah tindakan pengobatan, yaitu menghilangkan faktor yang menyebabkan penyakit mudah muncul (predisposisi) serta menjaga agar stamina tubuh tetap prima. 5. Implementasi Keperawatan * Menghindari kontak fisik dengan pasangan seksual yang terinfeksi * Anjurkan penggunaan kondom * Menghentikan aktivitas seksual selama pengobatan * Hubungan seksual monogamy dengan individu yang sehat * Memeriksakan diri secara teratur termasuk pula memeriksakan pasangan seksualnya * Pap smear secara teratur pada wanita usia lebih dari 18 tahun (* Pap smear, untuk deteksi dini perubahan tingkat seluler meliputi papillomatosis, akantosis, abnormalitas koilosistik serta kelainan nukleus) * Pemeriksaan HIV-AIDS Penyakit kulit karena parasit Scabies Adalah penyakit kulit karena adanya invasi parasit oleh sarcoptes scabei, dengan sinonim nya gudik atau budukan, penyakit ini banyak menyerang anak anak Epidemiologi nya pada golongan sosio ekonomi lemah dan tingkat kebersihan yang kurang, penularan dapat berlangsung secara langsung dan tidak langsung. Infeksius nya ditularkan oleh scabei betina yang sudah dibuahi atau dalam bentuk larva, yang menyerang pada daerah sela sela jari tangan, pergelangan tangan , pusat,dan paha bagian dalam. Gejala yang biasa nya timbul berupa gatal pada malam hari, scabei biasanya menyerang sekelompok hospes yang berada dalam 1 lingkungan hidup, terdapat kanalikuli atau terowongan tempat scabei.
  • 29. 29 Gambaran efloresensi yang terlihat adalah papul papul vesikel miliar disertai ekskoriasi membentuk kanalikuli miliar, berwarna putih abu abu. Ujung dari kanalikuli ini akan menjadi tempat persembunyian dan tempat meletakkan telur, betina scabie meletakkan 2-3 telur perhari, telur ini akan menetas pada 2-4 hari dan menjadi larva berkaki 6, dan menjadi dewasa dalam waktu kurang lebih 17 hari . Diagnosis nya dapat ditegakkan dengan menemukan scabei dewasa, larva, atau telur dalam kanalikuli, diagnosis penyakit ini adalah impetigo, gigitan serangga, dan folikulitis. Penatalaksanaan penyakit ini dengan menjaga kebersihan dan dengan sulfur presipitatum 2-5 % dan asam salsilat 2% selama 3 sampai 4 hari. Atau dapat juga di berikan emulsi benzil benzoat 20 -25%,atau gamaksen 0,5 % , atau permetrin 5 %. Jika di tangani dengan tepat prognosis penyakit ini adalah baik ke arah kesembuhan. Pedikulosis kapitis Adalah infeksi kulit rambut karena pedikulus, epidemiologi anak anak atau usia muda dan dengan higyne yang kurang. Penyakit ini menular melalui perantara, diagnosis nya dengan di temukan tuma di kepala dan telur, lokalisasi yang terdapat adalah bagian belakang kepala dan regio parietalis atau belakang telinga. Efloresensi nya adalah tampak krusta yang melekat di rambut, dengan gejala klinis gatal di oksiput dan temporal juga dapat terjadi erosi, ekskoriasi serta infeksi sekunder atau pus , krusta dan pembesaran KGB. Diagnosis banding nya adalah tinea capitis dan impetigo kurosa, penatalaksanaan dengan peningkatan higenis dan gama benzen heksaklorida dalam bentuk sampo dan antibiotik, prognosis nya baik. Pedikulosis korporis Adalah infeksi atau penyakit kulit oleh pediculus humanus, biasanya di orang dewasa, higene menurun dan daerah peternakan dan perkebunan menjadi epidemiologi, lokalisasi nya adalah daerah pinggang , ketiak dan inguinal. Efloresensi papula miliar di sertai bekas garukan. Dengan diagnosis banding nya scabei, gigitan serangga dan folikulitis, penatalaksanaan nya dengan gama benzana heksaklorida cream dan benzil benzoat 20-25%, dengan prognosis baik
  • 30. 30 Pedikulosis pubis Adalah infeksi pada rambut dan kulit di daerah pubis, etiologi nya adalah pediculus dengan penyebaran melalui kontak seksual, biasanya terjadi pada wanita dewasa atau pria dewasa. Lokalisasi nya terdapat pada daerah pubis, ketiak, jenggot, alis dan rambut kepala. Efloresensi nya berupa papul miliar dengan urtrika. Crepping eruption Adalah peradangan bentuk linier atau berkelok kelok, etiologi nya adalah larva cacing tambang, larva cacing ini masuk dengan cara menembus kulit namun tidak mencapai pembuluh darah dan menyebar di sub kutis. Pada tempat masuk larva papul menjalar berkelok kelok dan berwarna kemerahan. Gejala klinis yaang terjadi berupa gatal , terasa nyeri dan panas, tempat predileksi nya daerah
  • 31. 31 tungkai, plantar, tangan, anus, bokong, dan paha, hal ini terjadi karena kebiasaan tidak menggunakan alas kaki, diagnosa dapat ditegakkan dengan menemukan kelainan seperti benang yang lurus atau berkelok kelok menimbul dan terdapat papul. Diagnosa banding nya adalah insect bite dan herpes zooster stadium 1. Penatalaksanaan nya adalah dengan memberikan tiobendazol 50 mg, atau antihistamin, pencegahannya dengan meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan. Amebiasis cutis Adalah infeksi amuba ke dalam kulit dengan gejala yang khas berupa gatal dan sakit. Etiologi penyakit ini adalah entamoeba histolytica dengan predilaksis genitalia eksterna, anus, dan bokong. Efloresensi nya berupa makula eritematosa dengan permukaan kasar yang tidak rata, permukaan kasar berupa granuloma merah di anus. Insect bite Adalah kelainan karena gigitan serangga. Etiologi nya karena toksin dalam cairan gigitan serangga, hal ini dapat terjadi karena setelah digigit serangga menimbulkan edema di kulit dan membuat jaringan nekrosis setempat. Gejala klinis nya adalag gatal, nyeri, rasa tidak nyaman, dan dapat juga muntah muntah. Lokalisasi nya luas, efloresensi yang dapat timbul berupa eritema morbiliformis atau bula yang dikelilingi eritema dengan nekrosis luas dn gangren dapat terjadi kemudian. Diagnosa banding nya adalah impetigo, urtikaria.
  • 32. 32
  • 33. 33 HERPES SIMPLEKS definisi: yaitu suatu lesi akut berupa vesikel berkelompok di atas daerah yang eritema, dapat satu atau beberapa kelompok terutama pada atau dekat sambungan mukokutan. penyebab: herpes virus hominis (HVH) dgn diameter 150mm, dan merupakan virus DNA. umur:semua umur jenis kelamin: pria dan wanita keturunan: dapat menyerang janin in utero lingkungan: makin renddah sstatus ekonomi, makin banyak jumlah karrier faktor pencetus:menstruasi, emosiona, trauma, dan senggama gejala singkat penyakit: awitan penyakit di mulai dengan perasaan gatal, rasa terbakar dan eritema selama beberapa menit sampai beberapa jam, kadang juga timbul nyeri saraf. pada infeksi primer gejala-gejala lebih berat dan lebih lama jika di bandingkan dengan infeksi rekuren, yaitu berupa malaise, demam dan nyeri otot. lokalisasi: paling sering pada daerah dekat sambungan mukokutan efloresisensi/ sifat: vesikel-vesikel miliar berkelompok, jika pecah membentuk ulkus yang dangkal dengan kemerahan pada daerah di sekitarnya. gambaran histopatology: tampak vesikel intraepidermal, infiltrat leukosit, dan akantolisis akibat degenerasi sel-sel balon epidermis. dapat terlihat badan inklusi asidofilik intranukleus yang di kelilingi halo. pemeriksaan pembantu/laboratorium: 1. pemeriksaan sel raksasa dengan percobaan Tzanck 2. pemeriksaan antiodi dengan teknik flouresensi langsung 3. kultur jaringan diagnosis banding: 1. impetigo: cairan serosa dan krusta menonjol pada impetigo 2. herpes zoster sekitar bibir: lesi sepanjang perjalanan saraf 3. ulkus durum: pemerikasaan lapangan gelap, dapat di temukan spirokaeta. penetalaksaan: pengobatan bersifat asimtomatis jika vesikel pecah: 1. kompreis dengan sol. kalium-permanganas 1/5000 2. obat-obat antiseptik seperti povidon yodium 3. idoksuridin (IDU) 5-40% untuk menekan sintesis DNA 4. alkohol 70% untuk mengeringkan dan desinfeksi sistemik: yaitu dengan asklovir 5x 400 mg/hari selama 5-10 hari pada pasien imunokompeten: -lesi inisial: asiklovir 5x200 mg selama 5-10 hari -infeksi rekuren: asiklovir 5x 200 mg selama 5 hari atau 2x 400 mg/ hari pada pasien dengan tanggap imun lemah (immunocompromised): -herpes mukokutan primer: asiklovir 5x200 mg/hari slama 10 hari -herpes imunokutan rekuren: asiklovir 5x400 mg selama 5-7 hari. prognosis: cenderung rekuren
  • 34. 34 PIODERMA pioderma superfisialis (terbatas pada epidermis) a) IMPETIGO BULOSA Sinonim: Impetigo kontangiosa Impetigo vulgaris Impetigo tillbury Fox Etiologi : Streptococcus B hemolyticus Gejala klinis : Tidak disertai gejala umum, hanya pada anak Tempat predileksi di muka, sekitar lubang hidung dan mulut (dianggap sumber infeksi) Talak : Jika krusta sedikit, dilepaskan dan diberi salep antibiotic b) Impetigo bulosa Sinonim : Impetigo vesiko bulosa (cacar monyet) Etilogi : Staphylococus aureus Gejala klinis: Tempat predileksi di ketiak, punggung, dada Terdapat pada anak2 dan dewasa Eritema bula dan bula hipopion Kadang2 waktu berobat vesikel / bula telah peah -> tampak hanya kolaret Diagnosis banding: Dermatofitosis : tampak hanya kolaret Impetigo bulosa: jika sebelumnya ada lapuhan Talak: Jika terdapat hanya beberapa vesikel/bula -> dipecah Lalu diberi salep antibiotic/cairan antiseptic Kalau banyak diberi antibiotic sistemik
  • 35. 35 c) IMPETIGO KRUSTOSA Varian dari impetigo bulosa pada neonates. Lokasinya menyeluruh disertai demam Diagnosis banding : Sifilis congenital (bula terletak pada tangan dan kaki) Obat : Antibiotik sistemik Topikal diberi salisil 2 % 2) FOLIKULITIS Adalah radang folikel rambut Etiologi : staphylocous aureus Klasifikasi : Folikulitis superfisialis -> terbatas dalam epidermis Folikulitis profunda -> sampai ke subkutan Folikulitis superfisialis Sinonim : Impetigo bockhart Gejala klinis : Tempat predileksi di tangkai bawah. Kelainan berupa papul/ pustule yang eritematosa dan ditengahnya terdapat rambut, biasanya multiple Folikulitis profunda Gejala klinis : Seperti folikulitis superfisialis hanya teraba infiltrate di subkutan Diagnosis banding : Tinea barbae, lokalisasi di mandibula/ submandinbula Obat : antibiotic sistemik/ topical
  • 36. 36 3) Furunkel/ karbunkel Adalah radang folikel rambut dan sekitarnya Etiologi : Staphylococcus aureus Gejala klinis : Nyeri Nodus eritematosa berbentuk kerucut ditengahnya terdapat pustule Talak : Jika sedikit cukup -> topical Banyak -> sistemik 4) Ektima Ulkus superfisialis dengan krusta di atasnya disebabkan oleh streptococcus Etiologi : Streptococcus B hemolitycus Gejala klinis : krusta tebal warna kuning, biasanya lokasi di tungkai bawah yaitu tempat relative banyak mendapat trauma Diagnosis banding : Impetigo krustosa Obat : sedikit -> krusta diangkat lalu diolesi dengan salep Banyak -> sistemik
  • 37. 37 5) Pionika Radang di sekitar kuku oleh piokokus Etiologi : Staphylococus aureus dan Streptococcus B hemolyticus Gejala klinis : Peny didahului trauma. Mulai infeksi pada lipat kuku, terlihat tanda2 radang kemudian menjalar ke lempeng kuku Talak : Kompres larutan antiseptic dan berikamn antibiotic sistemik
  • 38. 38 Obat Topikal Agen bakteri topikal bermanfaat dalam mencegah timbulnya infeksi pada luka bersih, sebagai terapi dini pada dermatosi dan luka yang terinfeksi, dalam menurunkan kolonisasi stafilokokus, deodorisasi aksila dan tatalaksana akne vulgaris. Obat topikal dapat dibedakan menjadi agen antibakteri, agen antijamur dan agen anti virus. AGEN ANTI BAKTERI Sediaan Anti bakteri Topikal 1. Basitrasin dan Gramisidin  Antibiotik peptida yang aktif terhadap berbagai organisme gram-positif seperti stafilokokus, streptokokus, dan pneumokokus  Basitrasin dicampur dalam salep sendiri dan dapat dikombinasikan dengan neomisin, polimiksin B/ keduanya  Basitrasin aktif pada mikroorganisme gram (+)  Mekanisme kerja : menghambat pembentukan dinding sel  Bersifat sangat nefrotoksik jika diberikan secara sistemik sehingga diberikan secara topikal  Absorbsi basitrasin buruk  Basitrasin, 200unit/g dalam vehikulum salep (sering digabung dengan polimiksin/neomisin), diindikasikan untuk menekan flora bakteri campuran pada lesi perm kulit, pada luka / membran mukosa  Larutan basitrasin yang mengandung 100-200 unit /mL dalam saline dapat digunakan untuk iritasi sendi, luka atau rongga pleura  Gramisidin dikombinasikan dengan antibiotik lain, seperti neomisin, polimiksin, basitrasin dan nistatin.  Gramisidin hanya ada dalam sediaan topikal 2. Mupirosin  Dihasilkan oleh Pseudomonas fluorescens  Diinaktifkan setelah diserap sehingga kadar sistemik tidak terdeteksi  Aktif terhadap kokus gram (+) esp Staphylococcus aureus rentan-metisilin dan resisten metisilin  Mekanisme kerja : menghambat isoleusil tRNA sintase milik stafilokokus  Resistensi tingkat rendah terjadi akibat mutasi titik di dalam gen enzim target  Resistensi tingkat tinggi terjadi akibat adanya gen isoleusil tRNA sintase kedua, yang disandi dalam plasmid  Indikasi : Infeksi kulit minor, mis impetigo ; infeksi kulit yang luas, mis ulkus dekubitus/ luka bedah terbuka
  • 39. 39  Juga dapat menghilangkan S. aureus yang terbawa di hidung pasien (intranasal). Digunakan salep Bactoban Nasal akan tetapi dapat menimbulkan iritasi membran mukosa.  Tidak terlalu diserap secara sistemik 3. Polimiksin B Sulfat  Golongan polimiksin.  Polimiksin : sekelompok peptida dasar yang aktif terhadap bakteri gram(-)  Mekanisme kerja : melekat pada membran sel bakteri dan merusaknya, menggaggu fungsi pengaturan osmosis oleh membran sitoplasma kuman, mengikat & menginaktifkan endotoksin  Obat ini jarang terjadi resistensi  Resisten : gram (+) : proteus dan neisseria  Sediaan : solusio/salep  Aktif terhadap bakteri gram (-) : esp P. aeruginosa. Selain itu Pseudomonas, Escheichia coli, Enterobakter, Klebsiella, Salmonella, shigella, Vibrio, dll 4. Neomisin & Gentamisin  Anbiotik aminoglikosia yang aktif terhadap organisme gram (-) esp E.coli, proteus, Klebsiella, enterobakter  Gentamisin aktivitasnya lebih kuat thd P.aeruginosa daripada neomisin  Gentamisin jauh lebih aktif terhadap stafilokokus dan streptokokus beta hemolitikus grup A  Sediaan gentamisin : salep/krem, bubuk steril  Neomisin & gentamisin larut dalam air dan diekskresikan terutama dalam urin  Neomisin sering menimbulkan sensitisasi AGEN ANTI JAMUR Sediaan Anti jamur Topikal : 1. Turunan Azol Topikal  Golongan imidazol topikal yang meliputi klotrimazol, ekonazol, ketokonazol, mikonazol, oksikonazol, sulkonazol memiliki aktivitas yang luas terhadap dermatofit serta ragi, termasuk candida albicans & pityrosporum a). MIKONAZOL  Turunan imidazol sintetik yang relatif stabil  Spektrum antijamur lebar terhadap jamur dermatofit  Bentuknya kristal putih, tidak berwarna dan tidak berbau, sebagian kecil larut dalam air tetapi lebih larut dalam pelarut organik
  • 40. 40  Aktivitas antijamur : menghambat aktivitas jamur trichophyton, epidermophyton, mocrosporum, candida & malassezia furfur, mikonazol in vitro efektif terhadap beberapa kuman gram (+)  Mekanisme kerja : menghambat enzim sitokrom P450 jamur  penurunan sintesis ergosterol  membran sel rusak  Indikasi : untuk dermatofitosis, tinea versikolor & kandidiasis mukotan, kandidiasis vulvovaginal  Efek samping : iritasi, rasa terbakar & maserasi  Sediaan & pasologi : krim 2% & bedak tabur yang dipakai 2x sehari selama 2 – 4 minggu.  Obat ini tidak dibolehkan dibubuhkan ke mata b). KLOTIMAZOL  Sediaan & pasologi : bubuk tidak berwarna yang praktis tidak larut dalam air, larut dalam alkohol & kloroform, sedikit laarut dalam eter; krem dengan kadar 1% untuk dioleskan 2 kali sehari  Indikasi : tinea pedis, kruris, & korporis yang disebabkan oleh T. rubrum, T. mentagrophyles, E. floccosum, & M. canis ; & untuk tinea versikolor  Mekanisme kerja : sama dengan mikonazol  Efek : rasa terbakar, eritema, edema, gatal & urtikaria c). EKONAZOL  Tersedia dalam bentuk krem untuk penggunaan topikal d). KETOKONAZOL  Turunan imidazol sintetik denganstruktur mirip mikonazol & klotrimazol  Larut dalam air pada pH asam  Aktivitas antijamur : sistemik/nonsistemik. Efektif thd candida, coccidoides immitis, cryptococcus neoformans, H. capsulatum, Aspergullus, dll  Indikasi : histoplasmosis paru, tulang, sendi & jaringan lemak. Beberapa bentuk koksisioisomikosis, dermatomikosis & kandidiasis  Sediaan : krim 2 %, sampo 2 %, tablet 200mg  Dosis : dewasa 1x sehari 200-400 mg  Pengobatan : bervariasi  Efek samping : mual, muntah, vertigo, sakit kepala, erupsi kulit, dll e). SULKONAZOL  Tersedia dalam bentuk krem/solusio
  • 41. 41 2. Siklopiroks Olamin  Agen antimitotik sintetik spektrum luas dengan aktivitas inhibitorik terhadap dermatofit, spesies kandida & P. orbiculare  Mekanisme kerja : menghambat ambilan prekursor sintesis makromolekular di membran sel jamur  Sediaan : krem & losion 1%  Indikasi : dermatomikosis, andidiasis & tinea versikolor  Pengobatan : Dioleskan pada lesi 2x sehari  Jarang terjadi iritasi 3. Alilamin : Naftitin & Terbinafin  Sangat aktif thd dermatofit tapi kurang aktif pada ragi  Mekanisme kerja : Menghambat selektif skualen epoksidase, suatu enzim kunci dalam sintetis ergosterol  Sediaan naftitin : krem 1%  Efek samping : iritasi setempat, sensasi terbakar & eritema  Dap Indikasi naftitin: tinea kruris & tinea korporis  Indikasi terbinafin : dermatofitosis, terutama onikomikosis  Sediaan terbinafin : krim 1% & gel 1% 4. Butenafin  Secara structural terkait dengan alilamin  Mekanisme kerja : sama dengan semua alilamin  Sediaan : krem 1%  Pengobatan : 1 kali sehari pada terapi dermatofitosis superficial 5. Tolnaftat  Merupakan anti jamur sintetik  Aktivitas : terhadap infeksi dermatofit yang disebabkan oleh epidermofitosis mikrosporum dan trikofiton. Efektif terhadap P. orbiculare tetapi tidak terhadap kandida  Sediaan : krem, solusio, bubuk/aerosol bubuk  Pengobatan : 2x sehari  Tolnaftat juga menyebabkan iritasi/sensitisasi kontak alergik 6. Nistatin  Suatu antibiotik polien yang dihasilkan oleh streptomyces noursei  Spektrum sempit : kandida kutaneus & mukosal
  • 42. 42  Berupa bubuk berwarna kuning kemerahan bersifat higroskopis, berbau khas, sukar larut dalam kloroform & eter  Tidak diserap melalui saluran cerna, kulit/ vagina  Mekanisme kerja : tergantung dari adanya ikatan dengan sterol pada membran sel jamur/ragi terutama ergosterol.  Indikasi : kandida di kulit, selaput lendir & saluran cerna  Sediaan : krim, bubuk, salep suspensi  Pengobatan 2x sehari 7. Amfoterisin B  Antibiotik yang dihasilkan oleh stretomycenodosus  Tidak larut dalam air  Mekanisme kerja : bersifat selektif karena mempergunakan perbedaan komposisi lipid pada membran sel jamur & mamalia  Amfoterisin B berikatan dengan ergosterol & mengubah permeabilitas sel dengan membentuk pori-pori terkait-amfoterisin B pada membran sel  Adanya pori ini menyebabkan kebocoran ion intrasel & makromolekul, yang berujung pada kematian sel jamur  Resistensi jika ikatan ergosterol terganggu  Aktivitas antijamur : Spektrum kerja luas. Bekerja pada ragi2an yang bermakna secara klinis, seperti candida albicans & cryptococcus neoformans, organisme yang menyebabkan mikosis endemik & kopong patogenik  Sediaan : krem & losion 8. Asam Undesilenat  Cairan kuning dengan bau khas yang tajam  Aktif terhadap epidermophyton, Tricophyton & Microsporum  Sediaan : salep campuran mengandung 5% undesilenat dan 20% seng undesilenat. Bentuk bedak dan aerosol mengandung 2% undesilenat & 20% seng undesilenat  Efek : pemakaian pada mukosa dapat menyebabkan iritasi 9. Haloprogin  Anti jamur sintetik berbentuk kristal putih kekuningan, sukar larut dalam air tetapi larut dalam alcohol  Bersifat fungisidal terhadap Epidermophyton, Trichophyton, Microsporum dan Malassezia furfur  Efek : iritasi local, rasa terbakar, vesikel, meluasnya maserasi dan sensitisasi  Sediaan : krim 1%
  • 43. 43 AGEN ANTI VIRUS Sediaan Anti Virus Topikal :  Asiklovir, valasiklovir, pensiklovir dan famsiklovir aktivitas inhibitorik terhadap anggota herepes virus, terutama herpes simplex tipe 1 dan 2  Asiklovir topical tersedia salep 5%  Pensiklovir topical tersedia krem 1%
  • 44. 44 DAFTAR PUSTAKA 1. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit (Prof.Dr.Siregar, Sp.KK) 2. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (Universitas Indonesia) 3. Patologi (Robin Kumar) 4. Mikrobiologi Kedokteran (Jawetz) 5. Parasitologi Kedokteran (Universitas Indonesia) 6. Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology (Fitzpatrick)