SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. R
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang
Status marital : Menikah
Alamat : Bandung
ANAMNESA
Keluhan Utama :
Beruntus-beruntus kemerahan yang terasa gatal pada kedua tangan, lengan, dan
kedua tungkai bawah
Anamnesa Khusus :
± Sejak 2 hari yang lalu pasien mengeluh timbul beruntus-beruntus yang terasa
gatal pada kedua tangan, lengan, dan kedua tungkai bawah. Awalnya keluhan sebesar
gigitan nyamuk yang awalnya ada di lipat sikut kanan sejak 5 hari yang lalu kemudian
meluas dan menyebar ke kedua lengan, tangan dan lipat lutut. Keluhan gatal dirasakan
terutama saat menjelang sore hari dan saat pasien sedang berkeringat sehingga pasien
sering menggaruknya. Tidak ada keluhan keluar nanah dari beruntus. Keluhan seperti ini
adalah keluhan yang pertama kali dirasakan pasien. Pasien juga mengeluhkan kulitnya
terasa kering.
Tidak ada keluhan sering bersin-bersin saat pagi hari atau saat terkena debu.
Pasien mengaku memiliki riwayat kaligata setelah makan udang. Saat ini pasien mengaku
tidak sedang stres.
Karena keluhannya, pasien membeli salicyl talk untuk menghilangkan rasa
gatalnya. Keluhan gatal dirasakan pasien sedikit berkurang namun tetap ada sehingga
pasien memutuskan untuk berobat ke Puskesmas Pasundan.
Pasien mandi 2x sehari dengan handuk dan alat mandi sendiri. Kebiasaan
bertukar pakaian dengan orang lain disangkal. Pasien tinggal serumah dengan 3 orang
dan tidak ada keluarga yang mengalami riwayat penyakit yang sama. Riwayat gigi
berlubang dan sakit tenggorokan sebelumnya disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Kompos mentis
Status gizi : Baik
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 18x/menit
Suhu : Afebris
Status Generalis
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Hertoge Sign (-)
Dennie Morgan fold (-)
Orbital Darkening (-)
Fascial Pallor (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorak : Bentuk dan gerak simetris
Pulmo: VBS ki=ka, ronki-/-, wheezing -/-
Abdomen : Datar, lembut, hepar dan lien tidak teraba membesar, BU (+)N
Ekstremitas : Edema/clubbing/cyanosis : -/-/-
Hiperlinearity (-)
Kulit : lihat status dermatologikus
Status Dermatologikus
a. Distribusi lesi : Regioner
b. Ad regio : Kedua tangan, lengan, lipat ketiak kanan, dan kedua tungkai
bawah
c. Karakteristik lesi : Multiple, diskret, bentuk bulat sampai ireguler, ukuran terkecil
0,1x0,1 cm, ukuran terbesar 2x1 cm, batas tegas, sebagian menimbul, kering
d. Efloresensi : Makula eritem, papula eritem, krusta, skuama
USULAN PEMERIKSAAN
- Konsul ke bagian Gigi dan Mulut serta THT
- Pemeriksaan Laboratorium
DIAGNOSA BANDING
- Dermatitis Atopik
- Skabies dengan eksematisasi
- Dermatitis nummularis
DIAGNOSA
Dermatitis atopik
PENATALAKSANAAN
1. Umum :
- Penderita diberi penerangan bahwa penyakit yang diderita adalah penyakit
yang bersifat kronis residif dan sebaiknya penderita menghindari faktor
pencetus
- Penderita diberi penerangan tentang cara pengobatan yang harus dilakukan
secara menyeluruh, tekun, dan konsisten
2. Khusus :
- Topikal :
o Salep Imerson dipakai 2 kali sehari
o Dequbal lotion dipakai setiap hari sehabis mandi
- Sistemik
o Celestamin Syrup 5 ml diminum 1 kali sehari dan dihentikan jika
keluhan gatal sudah tidak dirasakan
PROGNOSA
Quo ad Vitam : ad bonam
Quo ad Functionam : ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad malam
DERMATITIS ATOPIK
Definisi
Dermatitis Atopik adalah peradangan kulit kronik residif yang ditandai dengan
rasa gatal dan distribusi lesi yang khas serta berhubungan dengan keadaan atopi. Atopi
artinya kurang lebih sebagai suatu hipersensitivitas atau keadaan alergi yang dapat
bermanifestasi sebagai penyakit asma dan hay fever serta keadaan yang pada saat itu
disebutnya sebagai pruritic rash. Atopi dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu
yang mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya, misalnya asma bronkhial, rhinitis
alergi, dermatitis atopik. Para peneliti berpendapat bahwa untuk terjadinya DA
dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berkaitan merupakan suatu rantai, sehingga
penyakit ini dianggap merupakan suatu penyakit multifaktorial. Faktor tersebut dapat dari
tubuh (intrinsik) maupun dari luar tubuh (ekstrinsik).
Epidemiologi
Umumnya wanita lebih banyak menderita DA dibandingkan dengan laki-laki
dengan rasio 1,3 : 1.
Etiopatogenesis
Berbagai faktor ikut berinteraksi dalam patogenesis DA seperti :
- Faktor genetik
- Lingkungan
- Sawar kulit
- Imunologi
Dermatitis atopik dan penyakit atopi lainnya termasuk dalam reaksi
hipersensitivitas tipe I, dimana hal ini tergantung dari aktivasi sel-sel mastosit atau
basofil dan pelepasan mediator-mediator. Pada rangsangan antigen atau alergen yang
pertama kali akan terbentuk antibodi homositotropik atau disebut juga antibodi reagenik,
berupa antibodi kelas IgE. Antibodi ini akan berikatan dengan sel mastosit dan basofil
melalui reseptor Fc pada permukaan sel, sambil mengaktivasi pembentukan granula sel
tersebut. Bila ada antigen yang sama kemudian memasuki tubuh kembali maka antigen
tersebut akan berikatan dengan bagian Fab IgE yang telah melekat pada permukaan sel
mastosit dan basofil, sehingga akan mengakibatkan terjadinya degranulasi dari granula-
granula sel tersebut, dan selanjutnya akan melepaskan bahan-bahan vasoaktif amin oleh
granula-granula tersebut sehingga timbul berbagai macam reaksi.
TYPE1-Inflamasiimunologiktipehomositotrofik
Produkatau
metabolitobat
Basofil
Sekresi
histamin
Peningkatan
permeabilitas
kapiler
Kontraksiotot
polos
Namun, dapat ditemukan juga respon lambat yang terjadi akibat induksi melalui
jalur metabolisme asam arakhidonat yang mengakibatkan timbulnya mediator fase lambat
yaitu leukotrienes (LT), prostaglandin (PGs), dan Tromboksan. Respon ini biasanya
terjadi 6-8 jam pasca paparan antigen.
Fc-
IgE
ε
M
Reaksi alergi "klasik"
(segera)
Reaksi tahap lambat
Kontraksi otot polos bronkus asma
Vasodilatasi perifer
Permeabilitas kapiler meningkat
Infiltrasi eosinofil dan
netrofil peletakan fibrine
Infiltrasi sel monoklues
(makrofag, fibroblas)
Kerusakan jaringan
1 - 2 hari
Menetap
dalam
Berlangsung
2-8 jam
Berlangsung
menitan
Penglepasan
mediator
Antigen
Eritema, transudasi cairan
Urtikaria, Pruritus
Sekresi mukus meningkat
Hipovolumik relatif
Syok
M
EOS
EOS
ECFA
Histamin
AgInhalan
LC
LC Th
Ag
Presentasi
IL-5
M
B
FcER
IL-3
IL-4
IL-10
IF-
IL-4
IL-13
Mediator
IgE
LINGKUNGAN
EPIDERMIS
DERMIS
SIRKULASI
Keterangan:
ECFA :
Eos :
M :
Th :
B :
LC :
MBP :
Eosinophil Chemotactic FactorA
Eosinophil
Mastosit
Sel Thelper
Sel B
Sel Langerhans
MajorBasicProtein
IL :
IF- :
IgE :
FcER :
:
:
:
Interlukin
Interferon
ImunoglobulinE
ReseptorIgE
Sekresi
Antigen
Antibodi
γ
γ γ
MBP
Klasifikasi
1. Tipe infantil (lahir-2 tahun)
Eksema akut sampai subakut
Distribusi : wajah terutama dahi, pipi, skalp, bagian lateral lengan dan tungkai
2. Tipe anak (2-12 tahun)
Eksema subakut sampai kronik, sering disertai infeksi sekunder oleh bakteri.
Distribusi : lipat siku, lipat lutut, leher, pergelangan tangan dan kaki
3. Tipe Dewasa (>12 tahun)
Eksema kronik
Distribusi : dahi, kelopak mata, leher, lipat siku dan lipat lutut, pergelangan
tangan, punggung tangan dan kaki, daerah sekitar areola mamae (terutama pada
wanita muda) serta bibir.
Gejala Klinis
Gejala utama DA adalah kulit kering, gatal dan eksim, yang berjalan kronik
residif. Tempat predileksi utama di lipat siku dan lipat lutut. Pada penderita DA dapat
terjadi eksaserbasi penyakitnya, oleh karena dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan
misalnya debu, temperatur atau iklim, berbagai stres fisik atau jiwa. Gejala klinis yang
dianggap sebagai gejala yang sering ditemukan adalah gatal yang hilang timbul dan
kronik, selain itu terdapat pula gejala kulit kering, kasar, bersisik dan permukaan tidak
mengkilat.
Gejala kulit kering ini sering kali tampak pada kulit yang tidak dalam keadaan
inflamasi. Kelain kulit yang timbul sebagai akibat rasa gatal yang diderita akan
menimbulkan kelainan kulit sekunder yaitu bekas garukan dan diikuti oleh likenifikasi.
Secara klinis papul yang timbul pada penderita Da ditandai dengan rasa gatal yang hebat
dan dikenal sebagai “prurigo papel”.
1. Gejala Pada Bayi
Bentuk lesi pada bayi dan anak sering kali susah dibedakan dengan lesi dermatitis
seboroika, sehingga pada fase awal sering kali DA pada bayi dianggap sebagai dermatitis
seboroika. Pada saai ini berkembang suatu pendapat bahwa dermatitis seboroik pada bayi
merupakan petanda awal adanya DA pada masa kanak. Lesi kulit biasanya berbentuk
sebagai lesi dermatitis pada umumnya, terutama menyerang daerah muka dengan
kelainan beruypa eriteme, erosi dan krusta sehingga kelainanya tampak basah.
2. Gejala Pada Anak
Lesi DA pada anak yang berjalan kronik, akan melanjut sampai usia sekolah. Lesi
kulit sudah tidak tampak akut, tetapi gejala klinis yang tampak adalah sisa dari dermatitis
yang timbul pada masa anak. Pada umumnya lesi pada usia ini sudah lebih kering
dibandingkan lesi pada usia bayi. Predileksi lesi pada umumnya terdapat pada lipat siku
dan lipat lutut. Kedalam fase ini dibagi dalam 2 golongan yaitu fase “child hood” yaitu
antara 4-8 tahun, merupakan kelajutan dari fase infantil dan fase adolescent yang terjadi
pada usia 8-12 tahun yang gejala klinis dan predileksinya mirip dengan fase dewasa.
3. Gejala Pada Dewasa
Pada fase ini lesi kulit sudah lebih sering didapatkan pada regio fleksuralis,
terutam daerah lipatan siku, lutu dan leher. Lesi pada muka berangsur mengurang dan
diganti lesi daerah fleksural dan akan diganti dengan “prurigeneus papula” pada daerah
ekstremitas, lesinya kering dan terjadi likenifikasi.
Diagnosa
Pada awalnya diagnosis didasarkan pada berbagai fenomena klinis yang tampak
menonjol yaitu gatal, kemudian adanya hubungan dengan faktor turunan (familiar) dan
akhirnya berhubungan dengan faktor alergi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
awalnya diagnosa DA dimulai dari gambaran klinik dan akhirnya dilanjutkan dengan
menggunakan kaidah imunologi.
I. Diagnosa klinis
Hubungan antara faktor alergi dan lingkungan diajukan pertama kali oleh Coca &
Cooke dan selanjutnya penyakit yang tampak sebagai penyakit gatal, dipengaruhi faktor
alergi dan keturunan yang timbulnya sering kali bersamaan dengan penyakit asma dan
rhinitis disebutnya sebagai dermatitis atopik.
II. Diagnosa Imunologi
Adanya keadaan atopi yang mendorong timbulnya lesi kulit ini dapat ditemukan
dengan pemeriksaan :
1. Penentuan kadar IgE total dalam serum
Penentuan kadar IgE total dalam serum sangat berguna untuk menegakkan
diagnosis penyakit alergi. Namun peninggian IgE ini bukan hanya spesifik
untuk penyakit atopi, tetapi dapat terjadi pula pada penyakit yang lainnya.
Walaupun kadar IgE didapatkan meningkat pada DA, namun untuk
menentukan adanya alergi terhadap bahan alergen lingkungan masih perlu
konfirmasi lebih lanjut dengan memeriksa kadar IgE spesifik.
2. Pemeriksaan IgE spesifik
Pemeriksaan IgE spesifik yang terdapat di dalam serum terhadap alergen
lingkungan terutama terhadap tungau debu rumah saat ini dapat dipakai
sebagai petunjuk adanya alergi terhadap alergen lingkungan. Banyak ahli
membuktikan kaitan tungau debu rumah dengan kekambuhan DA, terlebih
lagi setelah diketahui adanya sel langerhan epidermal yang mempunyai
IgE spesifik pada permukaan membran selnya. Dengan ditemukannya IgE
pada jaringan epidermis maka dapat dipakai sebagai patanda
patognomonik adanya DA.
3. Uji kulit
Uji kulit untuk menentukan adanya respon imun terhadap alergen inhalan
dapat dikerjakan dengan 2 jalan tergantung respon imun yang akan
diperiksa. Untuk melihat respon seluler dapat diperiksa dengan jalan uji
tempel menggunakan alergen TDR konsentrat 1% di dalam larutan vaselin
album dibaca 48-72 jam pasca penempelan alergen. Untuk memeriksa
adanya respon humoral dilakukan dengan uji tusuk dan dibaca setelah 15-
20 menit pasca tusukan.
4. Pemeriksaan IgE pada epidermis
Pemeriksaan adanya IgE dalam jaringan epidermis merupakan
pemeriksaan yang dapat diandalkan sebagai alat bantu diagnosis DA.
Dengan menemukan adanya IgE pada lapisan epidermis merupakan
petunjuk bahwa pada epidermis terdapat sel langerhan epidermal yang
membawa IgE pada permukaan selnya. Sedangkan sel langerhan
epidermal yang mengandung IgE ini khas hanya didapatkan pada orang
DA, tidak pada kelompok atopi yang lainnya.
KRITERIA KLINIS DARI RAJKA
KRITERIA MAYOR
1. Adanya riwayat atopi pada keluarga.
2. Kombinasi gatal hebat dan menetap, prurigo, likenifikasi serta eksim pada
predileksi sesuai umur
3. Kulit kering dan gatal apabila berkeringat
4. Adanya penyakit atopik saluran pencernaan, iktiosis, katarak, dan kelainan sekitar
mulut.
5. Peninggian kadar IgE dan riwayat alergi terhadap bahan hisapan.
6. Lebih dari satu tes kulit yang positif
KRITERIA MINOR
1. Perjalan penyakit dipengaruhi oleh faktor panas, emosi dan infeksi.
2. “Hertog sign” infra orbital fold dan facial palor
3. Riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan, daya tahan yang menurun
terhadap infeksi bakteri dan virus.
4. Adanya gangguan saluran pencernaan
5. Onset yang cepat
6. Tidak tahan terhadap wol dan pakaian tertutup
7. adanya eosinofilia
Diagnosa DA ditegakan apabila pada penderita terdapat :
- Min 3 kriteria mayor
- 2 kriteria mayor dan beberapa kriteria minor
KRITERIA HANIFIN
Kelompok 1 :
1. Rasa gatal
2. Morfologi dan distribusi yang khas
a. Lichenifikasi pada daerah lipatan orang dewasa
b. Pada daerah muka dan ekstensor pada bayi
3. Perjalanan penyakit yang kronik atau kronik eksaserbasi
Kelompok 2 :
1. Riwayat penyakit atopi (asma, rinitis, dermatitis atopi) pada penderita atau
keluarganya
2. Tes kulit yang positif
3. White dermatografisme
4. Katarak
Kelompok 3 :
1. Xerosis atau ichtiosis
2. Pityriasis alba
3. Keratosis pilaris
4. Fasial palor/ infraorbital darkning
5. Peninggian IgE
6. Dennie Morgan Fold
7. Hand dermatitis
8. Infeksi kulit yang berulang
Diagnosis ditegakkan apabila pada penderita terdapat :
- Salah satu kelompok 1+2 atau lebih kelompok 2
- Salah satu kelompok 1+4 atau lebih kelompok 3
KRITERIA SVENSSONS
Kelompok 1 (p < 0,001, bernilai 3) :
1. Perjalanan penyakitnya dipengaruhi musim
2. Xerosis
3. diperburuk dengan tegangan jiwa
4. kulit kering secara berlebihan atau terus menerus
5. Gatal pada kulit yang sehat apabila berkeringat
6. Serum IgE 80 iu/ml
7. menderita rinitis alergik
8. Riwayat rinitis alergika pada keluarga
9. Iritasi dengan tekstil
10. Hand Eczema pada waktu anak-anak
11. Dermatitis atopik pada keluarga
Kelompok 2 (p < 0,001, bernilai 2) :
1. Kulit muka yang pucat/ kemerahan
2. Knuckle dermatitis (dermatitis dengan lichenifikasi pada jari-jari)
3. Penderita menderita asma
4. Keratosis spiralis
5. Alergi terhadap makanan
6. Numuler dermatitis
7. Nipple eczema
Kelompok 3 (p < 0,001, bernilai 1) :
1. Pomfolik
2. Ichtiosis
3. Dennie Morgan Fold
Diagnosis ditegakkan bila jumlah nilai ≥ 15
GRADING DERMATITIS ATOPIK
1. Luasnya kelainan kulit Nilai/ Skor
a. Fase anak-anak dan dewasa
- < 9% luas tubuh 1
- > 9% - 36% 2
- > 36% luas tubuh 3
b. Fase infantil
- 18% luas tubuh 1
- 18% - 54% 2
- 54% luas tubuh 3
2. Perjalanan penyakit
- Remisi > 3 bulan dalam 1 tahun 1
- Remisi < 3 bulan dalam 1 tahun 2
- Kambuhan 3
3. Intensitas penyakit
- Gatal ringan kadang terjadi gangguan tidur 1
- Gatal sedang 2
- Gatal hebat biasanya mengganggu tidur 3
Penilaian :
- Skor 3-4 : ringan
- Skor 4,5-7,5 : sedang
- Skor 8,5-9 : berat
Minor Sign (Tanda Minor) menurut Rajka :
1. Hiperlinearity pada telapak tangan dan kaki yaitu bertambahnya garis-garis
tangan
2. Hertoge Sign adalah suatu penipisan atau pelonggaran alis di bagian lateral, hal
ini diduga suatu keadaan autonom atau akibat garukan yang terus menerus pada
DA
3. Dennie Morgan Fold adalah suatu lipatan linear masuk ke dalam kelopak mata
bawah. Merupakan tanda patognomonis untuk DA
4. Adanya kelainan respon vaskuler pada DA ditujukan dengan tes White
Dermatografisme
5. Fasial palor (pucat) yang terjadi karena peninggian tonus pembuluh darah perifer
dan terjadi kemerahan pada muka (fasial eritem) apabila kena rangsangan dari
luar terutama sinar matahari
6. Alergi terhadap berbagai makanan contohnya telur. susu, kacang-kacangan, dan
gandum
7. Orbital darkening ditandai dengan bertambah gelapnya daerah kelopak mata
terutama kelopak bawah, kadang-kadang terlihat sedikit edema
Diagnosa Banding
- Dermatitis atopik
- Dermatitis kontak
- Dermatitis numularis
Penatalaksanaan
Umum :
- Menghindari faktor pencetus
Khusus :
- Topikal :
1. Kortikosteroid topikal diberikan sampai lesi kulit sembuh
2. Pelembab, dipakai setiap habis mandi atau mencuci tangan
3. Dapat digunakan pelembab bibir yang tidak mengandung lipid
- Sistemik :
1. Antibiotik : dapat diberikan bila perlu
2. Antihistamin untuk mengatasi rasa gatal dan menimbulkan rasa
mengantuk. Dapat diberikan klorpeniramin 0,2-0,4 mg/kgBB/hari, 2
sampai 3 kali sehari
3. Kortikosteroid diberikan pada lesi yang luas dan tappering off dalam 2
minggu
4. Fototerapi dengan PUVA atau UVB dapat digunakan bila gagal dengan
pengobatan standar
Komplikasi
1. Kelaianan pada mata dapat berupa dermatitis pada kelopak mata dan
blepharitis kronis
2. Infeksi kulit yang berulang baik oleh bakteri, virus, maupun jamur
3. Hand dermatitis
4. Dermatitis eksfoliatifa
CASE REPORT SESSION
DERMATITIS ATOPIK
Disusun oleh :
Wiyana Wulandari 1301-1207-0051
Ajeng Pratiwi F. W 1301-1207-0054
Preceptor :
Inne Arline Diana, dr, SpKK
BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN
KELAMIN
RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN
BANDUNG
2008

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
 
Abses hati
Abses hatiAbses hati
Abses hati
 
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
 
Peri apendikuler infiltrat
Peri apendikuler infiltratPeri apendikuler infiltrat
Peri apendikuler infiltrat
 
Otitis Media Akut
Otitis Media AkutOtitis Media Akut
Otitis Media Akut
 
Cutaneous Larva Migrans
Cutaneous Larva MigransCutaneous Larva Migrans
Cutaneous Larva Migrans
 
PPT Efusi Pleura
PPT Efusi Pleura PPT Efusi Pleura
PPT Efusi Pleura
 
Laporan kasus kolitis
Laporan kasus kolitisLaporan kasus kolitis
Laporan kasus kolitis
 
Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)
Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)
Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialis
 
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
 
P petri dbd
P petri dbdP petri dbd
P petri dbd
 
Nefrotik vs nefritik
Nefrotik vs nefritikNefrotik vs nefritik
Nefrotik vs nefritik
 
Makalah dermatitis atopik part 1
Makalah dermatitis atopik part 1Makalah dermatitis atopik part 1
Makalah dermatitis atopik part 1
 
transfusi darah
transfusi darahtransfusi darah
transfusi darah
 
Demam tifoid anak
Demam tifoid anakDemam tifoid anak
Demam tifoid anak
 
Efloresensi
EfloresensiEfloresensi
Efloresensi
 
Syok pada anak
Syok pada anak Syok pada anak
Syok pada anak
 
mekanisme vaskuler pada inflamasi.pptx
mekanisme vaskuler pada inflamasi.pptxmekanisme vaskuler pada inflamasi.pptx
mekanisme vaskuler pada inflamasi.pptx
 
Patofisiologi demam
Patofisiologi demamPatofisiologi demam
Patofisiologi demam
 

Similar to Atopic dermatitis

DERMATOVENEROLOGI.pdf
DERMATOVENEROLOGI.pdfDERMATOVENEROLOGI.pdf
DERMATOVENEROLOGI.pdfZaidHidayah
 
Impetigo Bullosa
Impetigo BullosaImpetigo Bullosa
Impetigo BullosaPhil Adit R
 
Penyakit Bula Ilmu Kesehatan Kulit
Penyakit Bula Ilmu Kesehatan KulitPenyakit Bula Ilmu Kesehatan Kulit
Penyakit Bula Ilmu Kesehatan KulitMeta A
 
Penyakit Bula
Penyakit BulaPenyakit Bula
Penyakit BulaMeta A
 
ppt DKA muffakir.pptx
ppt DKA muffakir.pptxppt DKA muffakir.pptx
ppt DKA muffakir.pptxSuciMayvera1
 
Farmakologi Penyakit Kulit
Farmakologi Penyakit KulitFarmakologi Penyakit Kulit
Farmakologi Penyakit KulitDedi Kun
 
asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kustaasuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kustaKEPKNHM
 
pruritussenilispptx.pptx
pruritussenilispptx.pptxpruritussenilispptx.pptx
pruritussenilispptx.pptxAhmadAnshori12
 
Laporan kasusScabies
Laporan kasusScabiesLaporan kasusScabies
Laporan kasusScabieszakharia1
 
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Teye Onti
 
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Teye Onti
 
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Teye Onti
 

Similar to Atopic dermatitis (20)

Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroikDermatitis seboroik
Dermatitis seboroik
 
Dermatitis
Dermatitis Dermatitis
Dermatitis
 
Presentasi Mr Tys
Presentasi Mr TysPresentasi Mr Tys
Presentasi Mr Tys
 
DERMATOVENEROLOGI.pdf
DERMATOVENEROLOGI.pdfDERMATOVENEROLOGI.pdf
DERMATOVENEROLOGI.pdf
 
Lepra
LepraLepra
Lepra
 
Impetigo Bullosa
Impetigo BullosaImpetigo Bullosa
Impetigo Bullosa
 
Sebosea
SeboseaSebosea
Sebosea
 
Penyakit Bula Ilmu Kesehatan Kulit
Penyakit Bula Ilmu Kesehatan KulitPenyakit Bula Ilmu Kesehatan Kulit
Penyakit Bula Ilmu Kesehatan Kulit
 
Frambusia.pptx
Frambusia.pptxFrambusia.pptx
Frambusia.pptx
 
Penyakit Bula
Penyakit BulaPenyakit Bula
Penyakit Bula
 
ppt DKA muffakir.pptx
ppt DKA muffakir.pptxppt DKA muffakir.pptx
ppt DKA muffakir.pptx
 
Farmakologi Penyakit Kulit
Farmakologi Penyakit KulitFarmakologi Penyakit Kulit
Farmakologi Penyakit Kulit
 
asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kustaasuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
asuehan keperawatan pada pasien dengan penyakit kusta
 
pruritussenilispptx.pptx
pruritussenilispptx.pptxpruritussenilispptx.pptx
pruritussenilispptx.pptx
 
Laporan kasusScabies
Laporan kasusScabiesLaporan kasusScabies
Laporan kasusScabies
 
Ada kusta diantara kita 2
Ada kusta diantara kita 2Ada kusta diantara kita 2
Ada kusta diantara kita 2
 
Dermatitis atopik & urtikaria
Dermatitis atopik & urtikariaDermatitis atopik & urtikaria
Dermatitis atopik & urtikaria
 
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
 
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
 
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
 

Recently uploaded

BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxJasaketikku
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 

Recently uploaded (20)

BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 

Atopic dermatitis

  • 1. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. R Umur : 48 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMP Pekerjaan : Pedagang Status marital : Menikah Alamat : Bandung ANAMNESA Keluhan Utama : Beruntus-beruntus kemerahan yang terasa gatal pada kedua tangan, lengan, dan kedua tungkai bawah Anamnesa Khusus : ± Sejak 2 hari yang lalu pasien mengeluh timbul beruntus-beruntus yang terasa gatal pada kedua tangan, lengan, dan kedua tungkai bawah. Awalnya keluhan sebesar gigitan nyamuk yang awalnya ada di lipat sikut kanan sejak 5 hari yang lalu kemudian meluas dan menyebar ke kedua lengan, tangan dan lipat lutut. Keluhan gatal dirasakan terutama saat menjelang sore hari dan saat pasien sedang berkeringat sehingga pasien sering menggaruknya. Tidak ada keluhan keluar nanah dari beruntus. Keluhan seperti ini adalah keluhan yang pertama kali dirasakan pasien. Pasien juga mengeluhkan kulitnya terasa kering. Tidak ada keluhan sering bersin-bersin saat pagi hari atau saat terkena debu. Pasien mengaku memiliki riwayat kaligata setelah makan udang. Saat ini pasien mengaku tidak sedang stres. Karena keluhannya, pasien membeli salicyl talk untuk menghilangkan rasa gatalnya. Keluhan gatal dirasakan pasien sedikit berkurang namun tetap ada sehingga pasien memutuskan untuk berobat ke Puskesmas Pasundan. Pasien mandi 2x sehari dengan handuk dan alat mandi sendiri. Kebiasaan bertukar pakaian dengan orang lain disangkal. Pasien tinggal serumah dengan 3 orang
  • 2. dan tidak ada keluarga yang mengalami riwayat penyakit yang sama. Riwayat gigi berlubang dan sakit tenggorokan sebelumnya disangkal. PEMERIKSAAN FISIK Tanda Vital Keadaan umum : Tampak sakit ringan Kesadaran : Kompos mentis Status gizi : Baik Tekanan darah : 110/80 mmHg Nadi : 80x/menit Respirasi : 18x/menit Suhu : Afebris Status Generalis Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik Hertoge Sign (-) Dennie Morgan fold (-) Orbital Darkening (-) Fascial Pallor (-) Leher : Pembesaran KGB (-) Thorak : Bentuk dan gerak simetris Pulmo: VBS ki=ka, ronki-/-, wheezing -/- Abdomen : Datar, lembut, hepar dan lien tidak teraba membesar, BU (+)N Ekstremitas : Edema/clubbing/cyanosis : -/-/- Hiperlinearity (-) Kulit : lihat status dermatologikus Status Dermatologikus a. Distribusi lesi : Regioner b. Ad regio : Kedua tangan, lengan, lipat ketiak kanan, dan kedua tungkai bawah
  • 3. c. Karakteristik lesi : Multiple, diskret, bentuk bulat sampai ireguler, ukuran terkecil 0,1x0,1 cm, ukuran terbesar 2x1 cm, batas tegas, sebagian menimbul, kering d. Efloresensi : Makula eritem, papula eritem, krusta, skuama USULAN PEMERIKSAAN - Konsul ke bagian Gigi dan Mulut serta THT - Pemeriksaan Laboratorium DIAGNOSA BANDING - Dermatitis Atopik - Skabies dengan eksematisasi - Dermatitis nummularis DIAGNOSA Dermatitis atopik PENATALAKSANAAN 1. Umum : - Penderita diberi penerangan bahwa penyakit yang diderita adalah penyakit yang bersifat kronis residif dan sebaiknya penderita menghindari faktor pencetus - Penderita diberi penerangan tentang cara pengobatan yang harus dilakukan secara menyeluruh, tekun, dan konsisten
  • 4. 2. Khusus : - Topikal : o Salep Imerson dipakai 2 kali sehari o Dequbal lotion dipakai setiap hari sehabis mandi - Sistemik o Celestamin Syrup 5 ml diminum 1 kali sehari dan dihentikan jika keluhan gatal sudah tidak dirasakan PROGNOSA Quo ad Vitam : ad bonam Quo ad Functionam : ad bonam Quo ad Sanationam : dubia ad malam DERMATITIS ATOPIK Definisi Dermatitis Atopik adalah peradangan kulit kronik residif yang ditandai dengan rasa gatal dan distribusi lesi yang khas serta berhubungan dengan keadaan atopi. Atopi artinya kurang lebih sebagai suatu hipersensitivitas atau keadaan alergi yang dapat bermanifestasi sebagai penyakit asma dan hay fever serta keadaan yang pada saat itu disebutnya sebagai pruritic rash. Atopi dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya, misalnya asma bronkhial, rhinitis alergi, dermatitis atopik. Para peneliti berpendapat bahwa untuk terjadinya DA dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berkaitan merupakan suatu rantai, sehingga penyakit ini dianggap merupakan suatu penyakit multifaktorial. Faktor tersebut dapat dari tubuh (intrinsik) maupun dari luar tubuh (ekstrinsik).
  • 5. Epidemiologi Umumnya wanita lebih banyak menderita DA dibandingkan dengan laki-laki dengan rasio 1,3 : 1. Etiopatogenesis Berbagai faktor ikut berinteraksi dalam patogenesis DA seperti : - Faktor genetik - Lingkungan - Sawar kulit - Imunologi Dermatitis atopik dan penyakit atopi lainnya termasuk dalam reaksi hipersensitivitas tipe I, dimana hal ini tergantung dari aktivasi sel-sel mastosit atau basofil dan pelepasan mediator-mediator. Pada rangsangan antigen atau alergen yang pertama kali akan terbentuk antibodi homositotropik atau disebut juga antibodi reagenik, berupa antibodi kelas IgE. Antibodi ini akan berikatan dengan sel mastosit dan basofil melalui reseptor Fc pada permukaan sel, sambil mengaktivasi pembentukan granula sel tersebut. Bila ada antigen yang sama kemudian memasuki tubuh kembali maka antigen tersebut akan berikatan dengan bagian Fab IgE yang telah melekat pada permukaan sel mastosit dan basofil, sehingga akan mengakibatkan terjadinya degranulasi dari granula- granula sel tersebut, dan selanjutnya akan melepaskan bahan-bahan vasoaktif amin oleh granula-granula tersebut sehingga timbul berbagai macam reaksi. TYPE1-Inflamasiimunologiktipehomositotrofik Produkatau metabolitobat Basofil Sekresi histamin Peningkatan permeabilitas kapiler Kontraksiotot polos
  • 6. Namun, dapat ditemukan juga respon lambat yang terjadi akibat induksi melalui jalur metabolisme asam arakhidonat yang mengakibatkan timbulnya mediator fase lambat yaitu leukotrienes (LT), prostaglandin (PGs), dan Tromboksan. Respon ini biasanya terjadi 6-8 jam pasca paparan antigen. Fc- IgE ε M Reaksi alergi "klasik" (segera) Reaksi tahap lambat Kontraksi otot polos bronkus asma Vasodilatasi perifer Permeabilitas kapiler meningkat Infiltrasi eosinofil dan netrofil peletakan fibrine Infiltrasi sel monoklues (makrofag, fibroblas) Kerusakan jaringan 1 - 2 hari Menetap dalam Berlangsung 2-8 jam Berlangsung menitan Penglepasan mediator Antigen Eritema, transudasi cairan Urtikaria, Pruritus Sekresi mukus meningkat Hipovolumik relatif Syok M EOS EOS ECFA Histamin AgInhalan LC LC Th Ag Presentasi IL-5 M B FcER IL-3 IL-4 IL-10 IF- IL-4 IL-13 Mediator IgE LINGKUNGAN EPIDERMIS DERMIS SIRKULASI Keterangan: ECFA : Eos : M : Th : B : LC : MBP : Eosinophil Chemotactic FactorA Eosinophil Mastosit Sel Thelper Sel B Sel Langerhans MajorBasicProtein IL : IF- : IgE : FcER : : : : Interlukin Interferon ImunoglobulinE ReseptorIgE Sekresi Antigen Antibodi γ γ γ MBP
  • 7. Klasifikasi 1. Tipe infantil (lahir-2 tahun) Eksema akut sampai subakut Distribusi : wajah terutama dahi, pipi, skalp, bagian lateral lengan dan tungkai 2. Tipe anak (2-12 tahun) Eksema subakut sampai kronik, sering disertai infeksi sekunder oleh bakteri. Distribusi : lipat siku, lipat lutut, leher, pergelangan tangan dan kaki 3. Tipe Dewasa (>12 tahun) Eksema kronik Distribusi : dahi, kelopak mata, leher, lipat siku dan lipat lutut, pergelangan tangan, punggung tangan dan kaki, daerah sekitar areola mamae (terutama pada wanita muda) serta bibir. Gejala Klinis Gejala utama DA adalah kulit kering, gatal dan eksim, yang berjalan kronik residif. Tempat predileksi utama di lipat siku dan lipat lutut. Pada penderita DA dapat terjadi eksaserbasi penyakitnya, oleh karena dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan misalnya debu, temperatur atau iklim, berbagai stres fisik atau jiwa. Gejala klinis yang dianggap sebagai gejala yang sering ditemukan adalah gatal yang hilang timbul dan kronik, selain itu terdapat pula gejala kulit kering, kasar, bersisik dan permukaan tidak mengkilat. Gejala kulit kering ini sering kali tampak pada kulit yang tidak dalam keadaan inflamasi. Kelain kulit yang timbul sebagai akibat rasa gatal yang diderita akan menimbulkan kelainan kulit sekunder yaitu bekas garukan dan diikuti oleh likenifikasi. Secara klinis papul yang timbul pada penderita Da ditandai dengan rasa gatal yang hebat dan dikenal sebagai “prurigo papel”.
  • 8. 1. Gejala Pada Bayi Bentuk lesi pada bayi dan anak sering kali susah dibedakan dengan lesi dermatitis seboroika, sehingga pada fase awal sering kali DA pada bayi dianggap sebagai dermatitis seboroika. Pada saai ini berkembang suatu pendapat bahwa dermatitis seboroik pada bayi merupakan petanda awal adanya DA pada masa kanak. Lesi kulit biasanya berbentuk sebagai lesi dermatitis pada umumnya, terutama menyerang daerah muka dengan kelainan beruypa eriteme, erosi dan krusta sehingga kelainanya tampak basah. 2. Gejala Pada Anak Lesi DA pada anak yang berjalan kronik, akan melanjut sampai usia sekolah. Lesi kulit sudah tidak tampak akut, tetapi gejala klinis yang tampak adalah sisa dari dermatitis yang timbul pada masa anak. Pada umumnya lesi pada usia ini sudah lebih kering dibandingkan lesi pada usia bayi. Predileksi lesi pada umumnya terdapat pada lipat siku dan lipat lutut. Kedalam fase ini dibagi dalam 2 golongan yaitu fase “child hood” yaitu antara 4-8 tahun, merupakan kelajutan dari fase infantil dan fase adolescent yang terjadi pada usia 8-12 tahun yang gejala klinis dan predileksinya mirip dengan fase dewasa. 3. Gejala Pada Dewasa Pada fase ini lesi kulit sudah lebih sering didapatkan pada regio fleksuralis, terutam daerah lipatan siku, lutu dan leher. Lesi pada muka berangsur mengurang dan diganti lesi daerah fleksural dan akan diganti dengan “prurigeneus papula” pada daerah ekstremitas, lesinya kering dan terjadi likenifikasi. Diagnosa Pada awalnya diagnosis didasarkan pada berbagai fenomena klinis yang tampak menonjol yaitu gatal, kemudian adanya hubungan dengan faktor turunan (familiar) dan akhirnya berhubungan dengan faktor alergi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada awalnya diagnosa DA dimulai dari gambaran klinik dan akhirnya dilanjutkan dengan menggunakan kaidah imunologi. I. Diagnosa klinis Hubungan antara faktor alergi dan lingkungan diajukan pertama kali oleh Coca & Cooke dan selanjutnya penyakit yang tampak sebagai penyakit gatal, dipengaruhi faktor
  • 9. alergi dan keturunan yang timbulnya sering kali bersamaan dengan penyakit asma dan rhinitis disebutnya sebagai dermatitis atopik. II. Diagnosa Imunologi Adanya keadaan atopi yang mendorong timbulnya lesi kulit ini dapat ditemukan dengan pemeriksaan : 1. Penentuan kadar IgE total dalam serum Penentuan kadar IgE total dalam serum sangat berguna untuk menegakkan diagnosis penyakit alergi. Namun peninggian IgE ini bukan hanya spesifik untuk penyakit atopi, tetapi dapat terjadi pula pada penyakit yang lainnya. Walaupun kadar IgE didapatkan meningkat pada DA, namun untuk menentukan adanya alergi terhadap bahan alergen lingkungan masih perlu konfirmasi lebih lanjut dengan memeriksa kadar IgE spesifik. 2. Pemeriksaan IgE spesifik Pemeriksaan IgE spesifik yang terdapat di dalam serum terhadap alergen lingkungan terutama terhadap tungau debu rumah saat ini dapat dipakai sebagai petunjuk adanya alergi terhadap alergen lingkungan. Banyak ahli membuktikan kaitan tungau debu rumah dengan kekambuhan DA, terlebih lagi setelah diketahui adanya sel langerhan epidermal yang mempunyai IgE spesifik pada permukaan membran selnya. Dengan ditemukannya IgE pada jaringan epidermis maka dapat dipakai sebagai patanda patognomonik adanya DA. 3. Uji kulit Uji kulit untuk menentukan adanya respon imun terhadap alergen inhalan dapat dikerjakan dengan 2 jalan tergantung respon imun yang akan diperiksa. Untuk melihat respon seluler dapat diperiksa dengan jalan uji tempel menggunakan alergen TDR konsentrat 1% di dalam larutan vaselin album dibaca 48-72 jam pasca penempelan alergen. Untuk memeriksa adanya respon humoral dilakukan dengan uji tusuk dan dibaca setelah 15- 20 menit pasca tusukan. 4. Pemeriksaan IgE pada epidermis
  • 10. Pemeriksaan adanya IgE dalam jaringan epidermis merupakan pemeriksaan yang dapat diandalkan sebagai alat bantu diagnosis DA. Dengan menemukan adanya IgE pada lapisan epidermis merupakan petunjuk bahwa pada epidermis terdapat sel langerhan epidermal yang membawa IgE pada permukaan selnya. Sedangkan sel langerhan epidermal yang mengandung IgE ini khas hanya didapatkan pada orang DA, tidak pada kelompok atopi yang lainnya. KRITERIA KLINIS DARI RAJKA KRITERIA MAYOR 1. Adanya riwayat atopi pada keluarga. 2. Kombinasi gatal hebat dan menetap, prurigo, likenifikasi serta eksim pada predileksi sesuai umur 3. Kulit kering dan gatal apabila berkeringat 4. Adanya penyakit atopik saluran pencernaan, iktiosis, katarak, dan kelainan sekitar mulut. 5. Peninggian kadar IgE dan riwayat alergi terhadap bahan hisapan. 6. Lebih dari satu tes kulit yang positif KRITERIA MINOR 1. Perjalan penyakit dipengaruhi oleh faktor panas, emosi dan infeksi. 2. “Hertog sign” infra orbital fold dan facial palor 3. Riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan, daya tahan yang menurun terhadap infeksi bakteri dan virus. 4. Adanya gangguan saluran pencernaan 5. Onset yang cepat 6. Tidak tahan terhadap wol dan pakaian tertutup 7. adanya eosinofilia Diagnosa DA ditegakan apabila pada penderita terdapat : - Min 3 kriteria mayor - 2 kriteria mayor dan beberapa kriteria minor
  • 11. KRITERIA HANIFIN Kelompok 1 : 1. Rasa gatal 2. Morfologi dan distribusi yang khas a. Lichenifikasi pada daerah lipatan orang dewasa b. Pada daerah muka dan ekstensor pada bayi 3. Perjalanan penyakit yang kronik atau kronik eksaserbasi Kelompok 2 : 1. Riwayat penyakit atopi (asma, rinitis, dermatitis atopi) pada penderita atau keluarganya 2. Tes kulit yang positif 3. White dermatografisme 4. Katarak Kelompok 3 : 1. Xerosis atau ichtiosis 2. Pityriasis alba 3. Keratosis pilaris 4. Fasial palor/ infraorbital darkning 5. Peninggian IgE 6. Dennie Morgan Fold 7. Hand dermatitis 8. Infeksi kulit yang berulang Diagnosis ditegakkan apabila pada penderita terdapat : - Salah satu kelompok 1+2 atau lebih kelompok 2 - Salah satu kelompok 1+4 atau lebih kelompok 3 KRITERIA SVENSSONS Kelompok 1 (p < 0,001, bernilai 3) : 1. Perjalanan penyakitnya dipengaruhi musim 2. Xerosis 3. diperburuk dengan tegangan jiwa
  • 12. 4. kulit kering secara berlebihan atau terus menerus 5. Gatal pada kulit yang sehat apabila berkeringat 6. Serum IgE 80 iu/ml 7. menderita rinitis alergik 8. Riwayat rinitis alergika pada keluarga 9. Iritasi dengan tekstil 10. Hand Eczema pada waktu anak-anak 11. Dermatitis atopik pada keluarga Kelompok 2 (p < 0,001, bernilai 2) : 1. Kulit muka yang pucat/ kemerahan 2. Knuckle dermatitis (dermatitis dengan lichenifikasi pada jari-jari) 3. Penderita menderita asma 4. Keratosis spiralis 5. Alergi terhadap makanan 6. Numuler dermatitis 7. Nipple eczema Kelompok 3 (p < 0,001, bernilai 1) : 1. Pomfolik 2. Ichtiosis 3. Dennie Morgan Fold Diagnosis ditegakkan bila jumlah nilai ≥ 15 GRADING DERMATITIS ATOPIK 1. Luasnya kelainan kulit Nilai/ Skor a. Fase anak-anak dan dewasa - < 9% luas tubuh 1 - > 9% - 36% 2 - > 36% luas tubuh 3 b. Fase infantil - 18% luas tubuh 1 - 18% - 54% 2
  • 13. - 54% luas tubuh 3 2. Perjalanan penyakit - Remisi > 3 bulan dalam 1 tahun 1 - Remisi < 3 bulan dalam 1 tahun 2 - Kambuhan 3 3. Intensitas penyakit - Gatal ringan kadang terjadi gangguan tidur 1 - Gatal sedang 2 - Gatal hebat biasanya mengganggu tidur 3 Penilaian : - Skor 3-4 : ringan - Skor 4,5-7,5 : sedang - Skor 8,5-9 : berat Minor Sign (Tanda Minor) menurut Rajka : 1. Hiperlinearity pada telapak tangan dan kaki yaitu bertambahnya garis-garis tangan 2. Hertoge Sign adalah suatu penipisan atau pelonggaran alis di bagian lateral, hal ini diduga suatu keadaan autonom atau akibat garukan yang terus menerus pada DA 3. Dennie Morgan Fold adalah suatu lipatan linear masuk ke dalam kelopak mata bawah. Merupakan tanda patognomonis untuk DA 4. Adanya kelainan respon vaskuler pada DA ditujukan dengan tes White Dermatografisme 5. Fasial palor (pucat) yang terjadi karena peninggian tonus pembuluh darah perifer dan terjadi kemerahan pada muka (fasial eritem) apabila kena rangsangan dari luar terutama sinar matahari 6. Alergi terhadap berbagai makanan contohnya telur. susu, kacang-kacangan, dan gandum 7. Orbital darkening ditandai dengan bertambah gelapnya daerah kelopak mata terutama kelopak bawah, kadang-kadang terlihat sedikit edema
  • 14. Diagnosa Banding - Dermatitis atopik - Dermatitis kontak - Dermatitis numularis Penatalaksanaan Umum : - Menghindari faktor pencetus Khusus : - Topikal : 1. Kortikosteroid topikal diberikan sampai lesi kulit sembuh 2. Pelembab, dipakai setiap habis mandi atau mencuci tangan 3. Dapat digunakan pelembab bibir yang tidak mengandung lipid - Sistemik : 1. Antibiotik : dapat diberikan bila perlu 2. Antihistamin untuk mengatasi rasa gatal dan menimbulkan rasa mengantuk. Dapat diberikan klorpeniramin 0,2-0,4 mg/kgBB/hari, 2 sampai 3 kali sehari 3. Kortikosteroid diberikan pada lesi yang luas dan tappering off dalam 2 minggu 4. Fototerapi dengan PUVA atau UVB dapat digunakan bila gagal dengan pengobatan standar Komplikasi 1. Kelaianan pada mata dapat berupa dermatitis pada kelopak mata dan blepharitis kronis 2. Infeksi kulit yang berulang baik oleh bakteri, virus, maupun jamur 3. Hand dermatitis 4. Dermatitis eksfoliatifa
  • 15. CASE REPORT SESSION DERMATITIS ATOPIK Disusun oleh : Wiyana Wulandari 1301-1207-0051
  • 16. Ajeng Pratiwi F. W 1301-1207-0054 Preceptor : Inne Arline Diana, dr, SpKK BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG 2008