SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
Elissa lisencia
111 0211 011
DERMATO-TERAPI
 Penyakit kulit dapat diobati dengan bermacam-macam
cara :
 Topikal
 Sistemik
 intrasel
 Jika cara pengobatan di atas ini belum memadai , maka
masih dapat dipergunakan cara-cara lain , yaitu:
 Radioterapi
 Sinar ultraviolet
 Pengobatan laser
 Bedah listrik
 Bedah scapel
PENGOBATAN TOPIKAL
 Prinsip obat topikal secara umum terdiri atas 2
bagian :
 A. Bahan dasar (Vehikulum)
 B. Bahan Aktif
Bahan Dasar (Vehikulum)
 Secara sederhana bahan dasar dibagi menjadi :
 1. Cairan
 2. Bedak
 3. Salep
 Disamping itu itu ada 2 campuran atau lebih
bahan dasar , yaitu :
 a Bedak kocok ( lotion)
 Campuran cairan dan bedak
 b. Krim
 Campuran cairan dan salep
 c. Pasta
 Campuran salap dan bedak
 d. Linimen
 Yaitu campuran , cairan , bedak dan salap
A. Cairan
 Cairan terdiri atas :
 A. solusio artinya larutan dalam air
 B. tingtura artinya larutan dalam alkohol
 Solusio dibagi dalam :
 1. kompres
 2. rendam (bath) , misalnya rendam kaki , rendam
tangan
 3. Mandi (full bath)
 Prinsip pengobatan cairan :
 Membersihkan kulit yang sakit dari debris
(pus,krusta,dsb) dan sisa-sisa obat topikal yang
pernah dipakai .
 Hasil akhir pengobatan ialah keadaan yang
membasah menjadi kering , permukaan menjadi
sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh dan
mulai terjadi proses epitelisasi .
 Pengobatan cairan berguna juga untuk
menghilangkan gejala , misalnya rasa gatal , rasa
 Harus diingat bahwa pengobatan dengan cairan
dapat menyebabkan kulit menjadi terlalu kering .
 Jadi pengobatan cairan harus dipantau secara teliti
, kalau keadaan sudah mulai mengering
pemakaiannya harus dikurangi dan kalau perlu
dihentikan untuk diganti dengan pengobatan lain .
Dikenal 2 macam kompres:
 A. kompres Terbuka
 Dasar
 Penguapan cairan kompres disusul oleh absorbsi eksudat atau
pus
 Indikasi
 Infeksi pada kulit dengan eritema yang mencolok
 Ulkus kotor yang mengandung pus dan krusta
 Efek pada kulit
 Kulit yang semula eksudatif menjadi kering
 Permukaan kulit menjadi dingin
 Vasokontriksi
 Eritema berkurang
 Cara :
 Digunakan kain kasa yang bersifat absorben dan non-iritasi
serta tidak terlalu tebal ( 3 lapis )
 Balutan jangan terlalu ketat, tidak perlu steril , dan jangan
menggunakan kapas karena lekat dan menghambat
penguapan .
 Kasa dicelup ke dalam cairan kompres , diperas, lalu
dibalutkan dan didiamkan
 Biasanya sehari 2 kali selama 3 jam.
Kompres Tertutup
 Sinonim
 Kompres impermeabel
 Dasar
 Vasodilatasi , bukan untuk penguapan .
 Idikasi
 Kelaianan yang dalam , misalnya limfogranuloma
venerium
 Cara
 Digunakan pembalut tebal dan ditutup dengan bahan
impermeabel , misalnya selofan atau plastik .
B. Bedak
 Bedak yang dioleskan diatas kulit membuat
lapisan tipios dikulit yang tidak melekat erat
sehingga penetrasinya sedikit sekali .
 Efek bedak ialah :
 Mendinginkan
 Antiinflamasi ringan karena ada sedikit efek
vasokontriksi
 Mengurangi pergeseran pada kulit yang berlipat (
intertrigo )
 Yang duharapkan dari bedak terutama ialah efek
fisis . Bahan dasarnya ialah talkum venutum .
 Biasanya bedak dicampur dengan sek oksida ,
sebab zat ini bersifat mengabsorpsi air dan
sebum , astringen , antiseptik lemah dan
antipruitus lemah .
Indikasi :
 1. dermatosis yang kering dan superficialis
 2. mempertahankan vesikel/ bula agar tidak
pecah , misalnya
pada varisela dan herpes zoster .
Kontraindikasi :
 Dermatitis yang basah , terutama bila disertai
dengan infeksi sekunder .
c. Salep
 Salap ialah bahan berlemak atau seperti lemak ,
yang pada suhu kamar berkonsistensi sepertiga
mentega . Bahan dasar biasanya vaselin , tetapi
dapat pula lanolin atau minyak .
Indikasi :
 Dermatosis yang kering dan kronik
 Dermatosis yang dalam dan kronik , karena daya
penetrasi salap paling kuat jika dibandingkan
dengan bahan dasar lainnya
 Dermatosis yang bersisik dan berkrusta
Kontraindikasi
 Jika kelainan kulit terdapat pada bagian badan
yang berambut , penggunaan salap tidak
dianjurkan dan salap jangan dipakai diseluruh
tubuh .
4. Bedak kocok
 Bedak kocok terdiri atas campuran air dan bedak ,
yang biasanya ditambah dengan gliserin sebagai
bahan perekat .
 Indikasi :
- dermatosin yg kering, superfisial dan agak luas,
penetrasi sedikit
- Pada keadaan subakut
• Kontraindikasi :
- Dermatitis madidans
- Daerah badan yang berambut
Krim
 Krim ialah campuran w ( water , air ) , O (oil, minyak)
dan emulgator .
 Indikasi :
- Indikasi kosmetik
- Dermatosisyg subakut dan luas, penetrasi lebih besar
drpd bedak kocok
- Krim bolehdigunakan di daerah berambut
 Kontraindikasi
- Dermatitis madidans
Pasta
 Pasta ialah campuran homogen bedak dan
vaselin . Pasta bersifat protektif dan
mengeringkan .
 Indikasi :
- Dermatosis yang agak basah
 Kontraindikasi :
- Dermatosis eksudatif dan daerah berambut
- Genital eksterna dan lipatan badan (terlalu
melekat)
Linimen
 Linimen atau pasta pendingin ialah campuran
cairan , bedak dan salap .
 Indikasi :
- Dermatosis subakut
 Kontraindikasi :
- Dermatosis madidans

More Related Content

What's hot

Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosisSkenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosisSyscha Lumempouw
 
Pendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopatiPendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopatiMerdy Prianda
 
uveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referatuveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referatNovi Vie Opie
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akutPhil Adit R
 
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
239776755 dr-bowo-lapkas-scabieshomeworkping4
 
1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)
1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)
1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)Farhan Hady Danuatmaja
 
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Novi Y'uZzman
 
CBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCoassTHT
 
Balans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolitBalans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolitAzis Aimaduddin
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHKharima SD
 
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangBAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangSyscha Lumempouw
 

What's hot (20)

2. konjungtiva
2. konjungtiva2. konjungtiva
2. konjungtiva
 
Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroikDermatitis seboroik
Dermatitis seboroik
 
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosisSkenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
Skenario 20.5 Dermatofitosis & Non-dermatofitosis
 
Pendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopatiPendekatan diagnosis limfadenopati
Pendekatan diagnosis limfadenopati
 
Efloresensi
EfloresensiEfloresensi
Efloresensi
 
uveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referatuveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referat
 
Prurigo nodularis
Prurigo nodularisPrurigo nodularis
Prurigo nodularis
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
 
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
 
1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)
1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)
1 05 209_pendekatan diagnosis limfadenopati(1)
 
Laporan kasus ii
Laporan kasus iiLaporan kasus ii
Laporan kasus ii
 
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
Liken Simpleks Kronis (Neurodermatitis Sirkumskripta)
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
CBD otitis eksterna
CBD otitis eksternaCBD otitis eksterna
CBD otitis eksterna
 
Balans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolitBalans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolit
 
Laporan kasus ppok
Laporan kasus ppokLaporan kasus ppok
Laporan kasus ppok
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
 
Otitis eksterna
Otitis eksternaOtitis eksterna
Otitis eksterna
 
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangBAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
 

Viewers also liked

Viewers also liked (8)

Dermatoterapi fix
Dermatoterapi fixDermatoterapi fix
Dermatoterapi fix
 
Lecture 5 the information system a general model of ais:update version
Lecture 5  the information system   a general model of ais:update versionLecture 5  the information system   a general model of ais:update version
Lecture 5 the information system a general model of ais:update version
 
(5) prinsip pengobatan
(5) prinsip pengobatan(5) prinsip pengobatan
(5) prinsip pengobatan
 
Distribusi Obat Dalam Tubuh
Distribusi Obat Dalam TubuhDistribusi Obat Dalam Tubuh
Distribusi Obat Dalam Tubuh
 
Distribusi dan ikatan protein
Distribusi dan ikatan proteinDistribusi dan ikatan protein
Distribusi dan ikatan protein
 
Farmakoterapi Infeksi Saluran Kemih
Farmakoterapi Infeksi Saluran KemihFarmakoterapi Infeksi Saluran Kemih
Farmakoterapi Infeksi Saluran Kemih
 
Interaksi obat
Interaksi obatInteraksi obat
Interaksi obat
 
Interaksi obat
Interaksi obat Interaksi obat
Interaksi obat
 

Similar to Dermato terapi

Similar to Dermato terapi (20)

Makalah pemberian obat pada kulit
Makalah pemberian obat pada kulitMakalah pemberian obat pada kulit
Makalah pemberian obat pada kulit
 
Makalah pemberian obat pada kulit
Makalah pemberian obat pada kulitMakalah pemberian obat pada kulit
Makalah pemberian obat pada kulit
 
Asuhan keperawatan-anak-dengan-dermatitis-atopik
Asuhan keperawatan-anak-dengan-dermatitis-atopikAsuhan keperawatan-anak-dengan-dermatitis-atopik
Asuhan keperawatan-anak-dengan-dermatitis-atopik
 
Pemberian Obat Topical KDM II By pangestu chaesar
Pemberian Obat Topical KDM II By pangestu chaesarPemberian Obat Topical KDM II By pangestu chaesar
Pemberian Obat Topical KDM II By pangestu chaesar
 
dermatoterapi-10-10-06print.pdf
dermatoterapi-10-10-06print.pdfdermatoterapi-10-10-06print.pdf
dermatoterapi-10-10-06print.pdf
 
Sistem ekskresi
Sistem ekskresiSistem ekskresi
Sistem ekskresi
 
Tips Memilih Skincare Demi Kebutuhan Kulit.pptx
Tips Memilih Skincare Demi  Kebutuhan Kulit.pptxTips Memilih Skincare Demi  Kebutuhan Kulit.pptx
Tips Memilih Skincare Demi Kebutuhan Kulit.pptx
 
Dermatoterapi.pptx
Dermatoterapi.pptxDermatoterapi.pptx
Dermatoterapi.pptx
 
Kmb emy AKPER PEMKAB MUNA
Kmb emy AKPER PEMKAB MUNA Kmb emy AKPER PEMKAB MUNA
Kmb emy AKPER PEMKAB MUNA
 
Tugas pp tik new
Tugas pp tik newTugas pp tik new
Tugas pp tik new
 
Perawatan kulit
Perawatan kulitPerawatan kulit
Perawatan kulit
 
Pasta asam salisilat BY citra
Pasta asam salisilat BY citraPasta asam salisilat BY citra
Pasta asam salisilat BY citra
 
Masalah Kulit
Masalah KulitMasalah Kulit
Masalah Kulit
 
Bab i AKPER PEMKAB MUNA
Bab i AKPER PEMKAB MUNA Bab i AKPER PEMKAB MUNA
Bab i AKPER PEMKAB MUNA
 
Konsep Asuhan Keperawatan Dermatitis
Konsep Asuhan Keperawatan DermatitisKonsep Asuhan Keperawatan Dermatitis
Konsep Asuhan Keperawatan Dermatitis
 
SESI-13 LOTION.pptx
SESI-13 LOTION.pptxSESI-13 LOTION.pptx
SESI-13 LOTION.pptx
 
Warna dasar luka 2
Warna dasar luka 2Warna dasar luka 2
Warna dasar luka 2
 
Perawatan Dekubitus
Perawatan DekubitusPerawatan Dekubitus
Perawatan Dekubitus
 
Lp eritroderma
Lp eritrodermaLp eritroderma
Lp eritroderma
 
Farmasetika: Salep1
Farmasetika: Salep1Farmasetika: Salep1
Farmasetika: Salep1
 

More from Elissa Lisencia (20)

Penyakit kulit pada kelainan sistemik
Penyakit kulit pada kelainan sistemikPenyakit kulit pada kelainan sistemik
Penyakit kulit pada kelainan sistemik
 
Parkinson
ParkinsonParkinson
Parkinson
 
Obat antipsikosis
Obat antipsikosisObat antipsikosis
Obat antipsikosis
 
Neurosis
NeurosisNeurosis
Neurosis
 
Miksi , enuresis & defekasi
Miksi , enuresis & defekasiMiksi , enuresis & defekasi
Miksi , enuresis & defekasi
 
infeksi sistem saraf pusat
infeksi sistem saraf pusatinfeksi sistem saraf pusat
infeksi sistem saraf pusat
 
Konsep neurosis
Konsep neurosisKonsep neurosis
Konsep neurosis
 
Kejang demam
Kejang demamKejang demam
Kejang demam
 
Infeksi sistem saraf pusat
Infeksi sistem saraf pusatInfeksi sistem saraf pusat
Infeksi sistem saraf pusat
 
Impetigo bullosa
Impetigo bullosaImpetigo bullosa
Impetigo bullosa
 
Herpes simpleks
Herpes simpleksHerpes simpleks
Herpes simpleks
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 
F48 gangguan neurotik
F48 gangguan neurotik F48 gangguan neurotik
F48 gangguan neurotik
 
F45 gangguan somatofrom
F45 gangguan somatofromF45 gangguan somatofrom
F45 gangguan somatofrom
 
F 44 gangguan disosiatif (konversi)
F 44 gangguan disosiatif (konversi)F 44 gangguan disosiatif (konversi)
F 44 gangguan disosiatif (konversi)
 
Tumor muskuloskletal
Tumor muskuloskletalTumor muskuloskletal
Tumor muskuloskletal
 
Makalah biokimia
Makalah biokimiaMakalah biokimia
Makalah biokimia
 
Tumbuh kembang anak
Tumbuh kembang anakTumbuh kembang anak
Tumbuh kembang anak
 
Penilaian status gizi
Penilaian status giziPenilaian status gizi
Penilaian status gizi
 

Recently uploaded

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 

Dermato terapi

  • 1. Elissa lisencia 111 0211 011 DERMATO-TERAPI
  • 2.  Penyakit kulit dapat diobati dengan bermacam-macam cara :  Topikal  Sistemik  intrasel  Jika cara pengobatan di atas ini belum memadai , maka masih dapat dipergunakan cara-cara lain , yaitu:  Radioterapi  Sinar ultraviolet  Pengobatan laser  Bedah listrik  Bedah scapel
  • 3. PENGOBATAN TOPIKAL  Prinsip obat topikal secara umum terdiri atas 2 bagian :  A. Bahan dasar (Vehikulum)  B. Bahan Aktif
  • 4. Bahan Dasar (Vehikulum)  Secara sederhana bahan dasar dibagi menjadi :  1. Cairan  2. Bedak  3. Salep
  • 5.  Disamping itu itu ada 2 campuran atau lebih bahan dasar , yaitu :  a Bedak kocok ( lotion)  Campuran cairan dan bedak  b. Krim  Campuran cairan dan salep  c. Pasta  Campuran salap dan bedak  d. Linimen  Yaitu campuran , cairan , bedak dan salap
  • 6. A. Cairan  Cairan terdiri atas :  A. solusio artinya larutan dalam air  B. tingtura artinya larutan dalam alkohol  Solusio dibagi dalam :  1. kompres  2. rendam (bath) , misalnya rendam kaki , rendam tangan  3. Mandi (full bath)
  • 7.  Prinsip pengobatan cairan :  Membersihkan kulit yang sakit dari debris (pus,krusta,dsb) dan sisa-sisa obat topikal yang pernah dipakai .  Hasil akhir pengobatan ialah keadaan yang membasah menjadi kering , permukaan menjadi sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh dan mulai terjadi proses epitelisasi .  Pengobatan cairan berguna juga untuk menghilangkan gejala , misalnya rasa gatal , rasa
  • 8.  Harus diingat bahwa pengobatan dengan cairan dapat menyebabkan kulit menjadi terlalu kering .  Jadi pengobatan cairan harus dipantau secara teliti , kalau keadaan sudah mulai mengering pemakaiannya harus dikurangi dan kalau perlu dihentikan untuk diganti dengan pengobatan lain .
  • 9. Dikenal 2 macam kompres:  A. kompres Terbuka  Dasar  Penguapan cairan kompres disusul oleh absorbsi eksudat atau pus  Indikasi  Infeksi pada kulit dengan eritema yang mencolok  Ulkus kotor yang mengandung pus dan krusta  Efek pada kulit  Kulit yang semula eksudatif menjadi kering  Permukaan kulit menjadi dingin  Vasokontriksi  Eritema berkurang
  • 10.  Cara :  Digunakan kain kasa yang bersifat absorben dan non-iritasi serta tidak terlalu tebal ( 3 lapis )  Balutan jangan terlalu ketat, tidak perlu steril , dan jangan menggunakan kapas karena lekat dan menghambat penguapan .  Kasa dicelup ke dalam cairan kompres , diperas, lalu dibalutkan dan didiamkan  Biasanya sehari 2 kali selama 3 jam.
  • 11. Kompres Tertutup  Sinonim  Kompres impermeabel  Dasar  Vasodilatasi , bukan untuk penguapan .  Idikasi  Kelaianan yang dalam , misalnya limfogranuloma venerium  Cara  Digunakan pembalut tebal dan ditutup dengan bahan impermeabel , misalnya selofan atau plastik .
  • 12. B. Bedak  Bedak yang dioleskan diatas kulit membuat lapisan tipios dikulit yang tidak melekat erat sehingga penetrasinya sedikit sekali .  Efek bedak ialah :  Mendinginkan  Antiinflamasi ringan karena ada sedikit efek vasokontriksi  Mengurangi pergeseran pada kulit yang berlipat ( intertrigo )
  • 13.  Yang duharapkan dari bedak terutama ialah efek fisis . Bahan dasarnya ialah talkum venutum .  Biasanya bedak dicampur dengan sek oksida , sebab zat ini bersifat mengabsorpsi air dan sebum , astringen , antiseptik lemah dan antipruitus lemah .
  • 14. Indikasi :  1. dermatosis yang kering dan superficialis  2. mempertahankan vesikel/ bula agar tidak pecah , misalnya pada varisela dan herpes zoster .
  • 15. Kontraindikasi :  Dermatitis yang basah , terutama bila disertai dengan infeksi sekunder .
  • 16. c. Salep  Salap ialah bahan berlemak atau seperti lemak , yang pada suhu kamar berkonsistensi sepertiga mentega . Bahan dasar biasanya vaselin , tetapi dapat pula lanolin atau minyak .
  • 17. Indikasi :  Dermatosis yang kering dan kronik  Dermatosis yang dalam dan kronik , karena daya penetrasi salap paling kuat jika dibandingkan dengan bahan dasar lainnya  Dermatosis yang bersisik dan berkrusta
  • 18. Kontraindikasi  Jika kelainan kulit terdapat pada bagian badan yang berambut , penggunaan salap tidak dianjurkan dan salap jangan dipakai diseluruh tubuh .
  • 19. 4. Bedak kocok  Bedak kocok terdiri atas campuran air dan bedak , yang biasanya ditambah dengan gliserin sebagai bahan perekat .  Indikasi : - dermatosin yg kering, superfisial dan agak luas, penetrasi sedikit - Pada keadaan subakut • Kontraindikasi : - Dermatitis madidans - Daerah badan yang berambut
  • 20. Krim  Krim ialah campuran w ( water , air ) , O (oil, minyak) dan emulgator .  Indikasi : - Indikasi kosmetik - Dermatosisyg subakut dan luas, penetrasi lebih besar drpd bedak kocok - Krim bolehdigunakan di daerah berambut  Kontraindikasi - Dermatitis madidans
  • 21. Pasta  Pasta ialah campuran homogen bedak dan vaselin . Pasta bersifat protektif dan mengeringkan .  Indikasi : - Dermatosis yang agak basah  Kontraindikasi : - Dermatosis eksudatif dan daerah berambut - Genital eksterna dan lipatan badan (terlalu melekat)
  • 22. Linimen  Linimen atau pasta pendingin ialah campuran cairan , bedak dan salap .  Indikasi : - Dermatosis subakut  Kontraindikasi : - Dermatosis madidans