SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
1
REFERAT TRAUMA BULI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk
Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
Oleh :
Bobi Ahmad Sahid, S.Ked, S.Kep
17360245
Pembimbing :
dr. Abdi Gunawan, Sp.B
KEPANITRAAN KLINIK DEPATEMEN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
RSUD Dr. R.M. DJOELHAM KOTA BINJAI
TAHUN 2017
BAB I
2
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trauma vesika urinaria atau trauma buli-buli merupakan keadaan
darurat bedah yang memerlukan penatalaksanaan segera, bila tidak
ditanggulangi dapat menimbulkan komplikasi seperti perdarahan hebat,
peritonitis dan sepsis. Secara anatomi buli-buli terletak di dalam rongga
pelvis terlindung oleh tulang pelvis sehingga jarang mengalami cedera.4
Pada waktu lahir hingga usia anak, buli-buli terletak di rongga
abdomen. Namun semakin bertambahnya usia, tempatnya turun dan
terlindung di dalam kavum pelvis; sehingga kemungkinan mendapatkan
trauma dari luar jarang terjadi. Angka kejadian trauma pada buli-buli pada
beberapa klinik urologi kurang lebih 2% dari seluruh trauma pada sistem
urogenitalia.3
Trauma buli-buli terjadi paling banyak pada trauma eksternal dan
kebanyakan berhubungan dengan fraktur pelvis (sekitar 15% dari fraktur
pelvis berhubungan dengan kejadian trauma buli-buli atau uretra). Trauma
iatrogenik kemungkinan dihasilkan dari kasus ginekologi dan prosedur
ekstensif pelvis lainnya yang berasal dari perbaikan hernia dan operasi
transuretral.4
Penyebab trauma kandung kemih paling sering adalah kecelakaan
kendaraan bermotor, di mana kedua sabuk pengaman mengkompresi
3
kandung kemih. Sekitar 60 - 90 % (rata-rata 80 %) dari pasien cedera
kandung kemih akibat trauma tumpul biasanya disertai dengan fraktur
tulang panggul dan 30% dari pasien dengan fraktur tulang panggul
terdapat cedera pada kandung kemih, termasuk kontusio kandung kemih.
Sekitar 25% dari ruptur intraperitoneal kandung kemih terjadi pada pasien
tanpa fraktur panggul. Ruptur intraperitoneal tercatat sekitar sepertiga dari
cedera kandung kemih . Sedangkan untuk ruptur ekstraperitoneal tercatat
60 % dari sebagian besar cedera kandung kemih dan biasanya
berhubungan dengan fraktur panggul.2
BAB Il
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1 Definisi
Trauma vesika urinaria atau trauma buli-buli merupakan keadaan
darurat bedah yang memerlukan penatalaksanaan segera, bila tidak
ditanggulangi dapat menimbulkan komplikasi seperti perdarahan hebat,
peritonitis dan sepsis. Secara anatomi buli-buli terletak di dalam rongga
pelvis terlindung oleh tulang pelvis sehingga jarang mengalami cedera).4
2.2 Etiologi
Trauma vesika urinaria terbanyak terjadi karena kecelakaan lalu
lintas atau kecelakaan kerja yang menyebabkan fragmen dari fraktur
tulang pelvis mencederai kandung kemih. Kemungkinan cedera kandung
kemih dapat bervariasi berdasarkan dari isi kandung kemih, sehingga
apabila kandung kemih penuh lebih mungkin untuk terjadinya cedera
dibandingkan pada saat kandung kemih kosong. Fraktur tulang pelvis
dapat menimbulkan kontusio atau ruptur kandung kemih, pada kontusio
kandung kemih hanya terjadi memar pada dinding buli-buli dengan
hematuria tanpa eksravasasi urin).4
Ruptur dinding ekstraperitoneal kandung kemih biasanya akibat
tertusuk fragmen fraktur tulang pelvis pada dinding depan kandung kemih
yang penuh. Pada kejadian ini terjadi ekstravasasi urin dari rongga
perivesikal. Trauma tumpul kandung kemih dapat menyebabkan ruptur
5
kandung kemih terutama bila kandung kemih penuh atau terdapat kelainan
patologik seperti tuberkulosis, tumor atau obstruksi sehingga
menyebabkan ruptur. Trauma vesika urinaria tajam akibat luka trusuk atau
luka tembak lebih jarang ditemukan. Luka dapat melalui daerah
suprapubik ataupun transperineal. Penyebab lain adalah instrumentasi
urologik missal perforasi iatrogenik pada kandung kemih pada reseksi
transurethral sistoskopi (TUR).4
2.3 Epidemiologi
Penyebab trauma kandung kemih paling sering adalah kecelakaan
kendaraan bermotor, di mana kedua sabuk pengaman mengkompresi
kandung kemih. Sekitar 60 - 90 % (rata-rata 80 %) dari pasien cedera
kandung kemih akibat trauma tumpul biasanya disertai dengan fraktur
tulang panggul dan 30% dari pasien dengan fraktur tulang panggul
terdapat cedera pada kandung kemih, termasuk kontusio kandung kemih.
Sekitar 25% dari ruptur intraperitoneal kandung kemih terjadi pada pasien
tanpa fraktur panggul. Ruptur intraperitoneal tercatat sekitar sepertiga dari
cedera kandung kemih . Sedangkan untuk ruptur ekstraperitoneal tercatat
60 % dari sebagian besar cedera kandung kemih dan biasanya
berhubungan dengan fraktur panggul. (AJR) ).1
2.4 Patofisiologi
6
Kandung kemih dilindungi dengan baik oleh tulang pelvis sehingga
ketika terjadi fraktur pelvis yang disebabkan oleh trauma tumpul maka
fragmen dari fraktur pelvis dapat mencederai kandung kemih dan dapat
terjadi ruptur ekstraperitoneal. Apabila terdapat urin yang terinfeksi dapat
mengakibatkan abses dalam pelvis dan infeksi pelvis yang berat. Pada saat
kandung kemih terisi penuh kemudian tiba – tiba terjadi benturan atau
pukulan langsung ke perut bagian bawah dapat menyebabkan gangguan
pada kandung kemih. Jenis gangguan biasanya adalah gangguan
intraperitoneal. Ruptur intraperitoneal terjadi ketika ada pukulan atau
kompresi pada perut bagian bawah pasien dengan kandung kemih yang
penuh sehingga menyebabkan peningkatan mendadak tekanan intraluminal
kandung kemih kemudian menyebabkan pecahnya puncak yang
merupakan bagian terlemah dari kandung kemih. Puncak dari lengkungan
kandung kemih ditutupi oleh peritoneum, maka cedera yang terjadi di
daerah ini akan menyebabkan ekstravasasi intraperitoneal. Jika diagnosis
segera ditegakkan dan jika urin sudah steril, maka tidak ada gejala yang
dapat ditemukan selama beberapa hari, tetapi jika terdapat urin yang
terinfeksi, maka akan cepat berlanjut menjadi peritonitis dan akut
abdomen).1
2.5 Klasifikasi
7
Cedera vesika urinaria diklasifikasikan menurut American
Association for the Surgery of Trauma (AAST) - Organ Injury Scale
(OIS) menjadi 5 grade.
Tabel 2.1 American Association for the Surgery of Trauma (AAST) -
Organ Injury Scale (OIS)
Grade (AAST) : Jenis Cedera Deskripisi Kerusakan
I Hematoma
Laserasi
Kontusio dan hematoma
intramural
Laserasi sebagian dari
dinding buli - buli
II Laserasi Laserasi dari dinding
ekstraperitoneal buli –
buli < 2 cm
III Laserasi Laserasi dari dinding
ekstraperitoneal > 2 cm
atau intraperitoneal < 2
cm
IV Laserasi Laserasi ekstraperitoneal
> 2 cm
V Laserasi Laserasi intraperitoneal
atau ekstraperitoneal yang
meluas ke dalam kandung
kemih leher atau muara
uretra trigonum.
8
Gambar 2.1 Grade I Gambar 2.2 Grade II
Kontusio dan hematoma intramural Laserasi dari dinding ekstraperitoneal
Laserasi sebagian dari dinding buli – buli buli – buli < 2 cm
Gambar 2.3 Grade III
Laserasi dari dinding ekstraperitoneal > 2 cm atau intraperitoneal < 2 cm
Grade IV Grade V
9
Gambar 2.4 Grade IV Gambar 2.5 Grade V
Laserasi ekstraperitoneal > 2 cm Laserasi intraperitoneal atau ekstraperitoneal
yang meluas ke dalam leher kandung kemih
atau muara uretra (trigonum).
Selain itu dari Konsensus Societe Internationale D'Urologie
mengklasifikasikan cedera kandung kemih menjadi empat jenis dengan
tidak memperhitungkan panjang atau luas dari laserasi dinding kandung
kemih, yaitu :
1. Tipe 1 adalah memar kandung kemih
2. Tipe 2 yaitu ruptur dinding intraperitoneal
3. Tipe 3 yaitu ruptur dinding ekstraperitoneal
4. Tipe 4 yaitu gabungan antara ruptur dinding intraperitoneal dan
ektraperitoneal
2.6 Diagnosis
Setelah pasien mengalami cedera pada abdomen bagian bawah,
pasien mengeluh nyeri di daerah suprasimfisis, miksi bercampur darah
atau mungkin pasien tidak dapat miksi. Gambar klinis tergantung dari
etiologi trauma, bagian kandung kemih yang mengalami cedera yaitu
intraperitoneal atau ekstraperitoneal, adanya organ lain yang mengalami
cedera, serta penyulit yang terjadi akibat trauma. Pemeriksaan pencitraan
berupa sistografi yaitu dengan memasukan kontras ke dalam kandung
kemih sebanyak 300 – 400 ml secara gravitasi (tanpa tekanan) melalui
kateter peruretra.4
10
2.7 Pemeriksan Radiologi
Indikasi untuk pencitraan adalah Gross hematuria dengan fraktur
pelvis merupakan indikasi mutlak untuk mengevaluasi kandung kemih
pada pasien trauma karena pasien tersebut memiliki kemungkinan resiko
tinggi cedera. Morey et al, melaporkan bahwa dari 53 pasien dengan
cedera kandung kemih, semua mengalami hematuria dan 85% mengalami
fraktur tulang panggul. Quagliano et al, melaporkan bahwa 32% pasien
dengan fraktur panggul dan gross hematuria ditemukan memiliki cedera
kandung kemih. Gross hematuria tanpa fraktur panggul dan
mikrohematuria dengan fraktur panggul dianggap indikasi relatif untuk
mengevaluasi kandung kemih dengan pencitraan yang direkomendasikan
pada pasien dengan gejala klinis seperti nyeri suprapubik atau kesulitan
buang air kecil. (AJR) .1
2.7.1 X-Ray
a. Radioanatomi
Sistogram yang normal berupa garis lingkar, dindingnya rata
bundar dan oval. Sumber : Philp W. Ballinger, M.S., R.T. (R).
Merrill’s Atlas Radiographic Positions and Radiologic Procedures.
11
8nd ed. Volume 1 and 2. The Ohio State University,
Columbus, Ohio, 1995)
Gambar 2.6 Buli-buli yang terisi penuh oleh kontras
b. Cystography
Sistografi adalah pencitraan pada buli – buli dengan memakai
kontras. Melalui sistoskop / kateter dimasukkan kontras pada vesika
urinaria dan dapat menilai apakah terdapat filling defect, robekan buli
– buli yang terlihat sebagai ekstravasasi kontras ke luar buli – buli,
adanya divertikel. Cystography memiliki tingkat akurasi 85 - 100%
untuk mendeteksi cedera kandung kemih dan idealnya harus dilakukan
dengan bimbingan dari fluoroscopic. (AJR)
12
Gambar 2.7 Ruptur Ekstraperitoneal Vesika Urinaria. Tampak ekstravasasi (tanda
panah) terlihat di luar kandung kemih pada pelvis pada pemeriksaan sistogram.
Gambar 2.8 Ruptur Intraperitoneal Vesika Urinaria. Pada gambaran sistogra
menunjukkan kontras yang mengisi di sekitar usus
2.7.2 CT Cystographic
Computed tomografi (CT) cystography telah dianjurkan sebagai
pengganti sistografi konvensional pada pasien dengan dugaan trauma
kandung kemih. CT cystography dapat diterapkan untuk mengklasifikasi
cedera kandung kemih berdasarkan tingkat cedera dinding dan lokasi
anatomi dan menunjukkan gambaran karakteristik untuk setiap jenis
cedera. (Jonathan P. Vaccaro, MD • Jeffrey M. Brody, MD)
Quagliano et al, melaporkan sensitifitas dan spesifitas 95% dan
100%, masing, untuk kedua cystography CT dan cystography
konvensional. Penulis lain telah melaporkan sensitivitas tinggi yang sama
dan spesifisitas untuk CT cystography. (AJR) Temuan CT Cystographic
pada trauma vesika urinaria berdasarkan tipe, yaitu: (Sumber : Jonathan
P. Vaccaro, MD • Jeffrey M. Brody, MD)
13
1. Tipe 1: Kontusio Vesika Urinaria
Kontusio kandung kemih diartikan sebagai cedera seluruh atau
sebagian dari mukosa kandung kemih. Walaupun pasien datang
dengan hematuria, tetapi temuan pada sistrografi konvensional dan CT
sistografi normal. Data statistik yang dapat diandalkan mengenai
prevalensi tipe ini tidak tersedia.
2. Tipe 2: Ruptur intraperitoneal
Ruptur dinding intraperitoneal kandung kemih terjadi pada
sekitar 10% -20% dari cedera kandung kemih umumnya. Cedera ini
biasanya merupakan pukulan langsung ke kandung kemih yang
distensi. Peningkatan mendadak tekanan intravesikular menyebabkan
pecahnya kubah dinding intraperitoneal kandung kemih. CT
cystography menunjukkan bahan kontras intraperitoneal di sekitar
lumen usus, antara lipatan mesenterika, dan di saluran paracolic
(Gambar 2)
14
Gambar 2
Gambar 2.9 Ruptur intraperitoneal pada seorang pria 53 tahun yang mengalami
kecelakaan kendaraan bermotor. (a) CT cystogram menunjukkan penampilan klasik dari
ruptur intraperitoneal, dengan ekstravasasi kontras antara lumen usus kecil (panah) dan
fasia pararenal anterior (panah). (b) CT cystogram menunjukkan penipisan yang
heterogen di daerah kubah kandung kemih pecah (panah). (c) Pada CT cystogram,
terdapat hematoma intravesical (tanda panah) dan suatu fokus udara yang kecil
diperlihatkan selama pengisian kandung kemih terlihat sebagai pengisian defek.
3. Tipe 3: Cedera Interstitial
Cedera kandung kemih interstisial jarang terjadi dan
didefinisikan sebagai laserasi intramural atau laserasi sebagian dari
ketebalan dengan serosa yang utuh (Gambar 5). Akibatnya, CT
cystography mungkin menunjukkan bahan kontras pada intramural
tanpaadanya ekstravasasi (Gambar 6).
Gambar 2.10
15
(5) Cedera interstisial pada seorang pria 41 tahun yang mengalami kecelakaan kendaraan
bermotor. CT cystogram menunjukkan penebalan fokus lenticular dari dinding kandung
kemih disebabkan oleh hematoma interstisial dan kemungkinan adanya gangguan otot
(panah hitam). Fraktur multiple pelvis juga ditemukan (tanda panah putih). (6) Cedera
interstisial pada wanita 23 tahun yang mengalami luka tusuk tunggal disebabkan sendiri
di daerah suprapubik. Pada pemeriksaan klinis, awalnya luka dianggap hanya dangkal.
Pada CT cystogram menunjukkan adanya fokus dari bahan kontras intramural (tanda
panah hitam), di daerah posterior luka pada perut (tanda panah putih) dengan adanya
cairan di dalam ruang prevesical ekstraperitoneal (ruang retzius).
4. Tipe 4: Ruptur Ekstraperitoneal
Ruptur ekstraperitoneal adalah jenis yang paling umum dari
cedera kandung kemih (80% -90% kasus). Hal ini biasanya disebabkan
oleh trauma tembus, trauma tumpul, mekanisme diduga adalah laserasi
langsung ke dalam kandung kemih oleh fragmen tulang pelvis. Jalur
ekstravasasi kontras adalah berubah - ubah. Ekstravasasi hanya
terbatas di ruang perivesical pada ruptur ekstraperitoneal yang
sederhana (Tipe 4a) (Gambar 2.11), sedangkan pada rupture
ekstraperitoneal kompleks, bahan kontras melampaui ruang perivesical
(Tipe 4b) dan dapat membedah ke berbagai bidang dan ruang fasia
16
Gambar 2.11
Ruptur ekstraperitoneal sederhana pada wanita tua berusia 47 tahun yang mengalami
kecelakaan kendaraan bermotor. CT cystogram menunjukkan ekstravasasi kontras
terbatas pada ruang perivesical sampai daerah ekstraperitoneal pelvis (panah).
Ekstravasasi kontras menunjukkan gambaran khas yaitu seperti "molar gigi".
17
Gambar 8 dan 9
Gambar 2.12
(8) Ruptur ekstraperitoneal komplek pada wanita 37 tahun yang mengalami kecelakaan
kendaraan bermotor. CT cystogram menunjukkan ekstravasasi bahan kontras di paha
karena terjadi gangguan pada fasia inferior dari diafragma urogenital (membran perineal).
Bahan kontras juga dapat terlihat pada otot adduktor dari kedua kaki (tanda panah padat),
di ruang perivesical, dan berbatasan dengan bagian lateral vagina (tanda panah terbuka) .
Fraktur simfisis pubis dan ramus pubis inferior kiri juga tercatat (tanda panah). (9)
Ruptur ekstraperitoneal komplek pada seorang pria 23 tahun yang mengalami kecelakaan
kendaraan bermotor. (a) CT cystogram menunjukkan ekstravasasi ekstraperitoneal
perivesicular dengan gambaran khas seperti gigi geraham (tanda panah putih) (terlihat
pada gambar 7). Terdapat perluasan ke dalam otot rektus abdominis seperti lapisan
lemak superfisial (fasia dari camper) dan lapisan membran lebih dalam (fasia scarpa) dari
fasia subkutan (panah hitam) .(b,c) CT cystograms (gambar 9c diperoleh pada tingkat
yang lebih rendah daripada gambar 9b ) menunjukkan diastasis dari simfisis pubis (tanda
panah di gambar 9b) dengan gangguan diafragma urogenital , yang memungkinkan bahan
kontras untuk meluas langsung ke membran subkutan lebih dalam bagian fasia dan di
sekitar fasia sub- dartos skrotum (tanda panah) .
18
Gambar 2.13
(10) Ruptur ekstraperitoneal kompleks pada seorang pria 38 tahun yang terluka karena
jatuh dari bangunan, (a) CT cystogram menunjukkan beberapa fraktur tulang pelvis
( tanda panah) , yang menyebabkan gangguan pada fascia superior dari diafragma
urogenital atau diafragma urogenital sendiri dan bahan kontras memenuhi sampai meluas
ke dalam skrotum . (b ) Pada CT cystogram , bahan kontras di skrotum tetap terkandung
di dalam fasia dartos (tanda panah hitam ), sedangkan bahan kontras juga meluas ke otot
abductor kiri (tanda panah putih) . (11) Ruptur ekstraperitoneal kompleks pada seorang
pria 76 - tahun yang ditabrak mobil saat dia berjalan, (a) Pada CT cystogram, bahan
kontras terlihat di ruang properitoneal (jaringan subserosa ekstraperitoneal) dari kuadran
kanan bawah (tanda panah). (b) CT cystogram menunjukkan bahan kontras perivesical di
pelvis ekstraperitoneal (tanda panah).
5. Tipe 5: Ruptur kombinasi
Ruptur Kombinasi kandung kemih terdiri dari cedera
intraperitoneal dan ekstraperitoneal yang bersamaan. Prevalensi ruptur
kombinasi kandung kemih adalah 5% -12% yang dilaporkan baik
karena penetrasi dan trauma tumpul. CT cystography biasanya
menunjukkan pola ekstravasasi yang khas untuk kedua jenis cedera ini
19
Gambar 2.14
Gabungan ruptur intraperitoneal dan ekstraperitoneal pada seorang pria 23 tahun yang
mengalami kecelakaan kendaraan bermotor. (a) CT cystogram menunjukkan bahan
kontras bebas yang menggambarkan dari lumen usus kecil, sebuah temuan yang
merupakan karakteristik dari suatu ruptur intraperitoneal. (b) CT cystogram menunjukkan
bahan kontras menyindir dirinya ke dalam ruang paravesical dan pararectal dari panggul
ekstraperitoneal (tanda panah lurus). Fraktur ramus pubis juga terlihat (tanda panah
melengkung).
2.8 Penatalaksanaan
Bila penderita datang dalam keadaan syok, harus diatasi dengan
pemberian cairan intravena atau darah. Bila sirkulasi telah stabil, baru
dilakukan reparasi buli – buli. Prinsip pemulihan ruptur kandung kemih
adalah penyaliran ruang perivesikal , pemulihan dinding, penyaliran
kandung kemih dan perivesikal, dan jaminan arus urin melalui kateter.4
Pada kontusio buli-buli, cukup dilakukan pemasangan kateter
dengan tujuan untuk memberikan instirahat pada buli-buli. Dengan cara ini
diharapkan buli-buli sembuh setelah 7 - 10 hari. Pada cedera
intraperitoneal harus dilakukan eksplorasi laparatomi untuk mencari
robekan pada buli-buli serta kemungkinan cedera pada organ lain. Jika
tidak dioperasi, terjadi ekstravasasi urin ke rongga intraperitoneum dan
dapat menyebabkan peritonitis. Rongga intraperitoneum dicuci, robekan
pada buli-buli dijahit 2 lapis, kemudian dipasang kateter sistostomi yang
dilewatkan di luar sayatan laparatomi.1
20
Pada cedera ekstraperitoneal, robekan yang sederhana (ekstravasasi
minimal) dianjurkan untuk memasang kateter selama 7-10 hari, tetapi
sebagian ahli lain menganjurkan untuk melakukan penjahitan buli-buli
denagn pemasangan kateter sistostomi. Namun tanpa tindakan
pembedahan kejadian kegagalan penyembuhan luka ± 15%, dan
kemungkinan untuk terjadinya infeksi pada rongga perivesika sebesar 12
%. Oleh karena itu jika bersamaandengan rupture buli-buli terdapat cedera
organ lain yang membutuhkan operasi, sebaiknyadilakukan penjahitan
buli-buli dan pemasangan kateter sistostomi. Untuk memastikan bahwa
buli-buli telah sembuh, sebelum melepas kateter uretra ataukateter
sistostomi, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan sistografi guna melihat
kemungkinan masih adanya ekstravasasi urin. Sistografi dibuat pada hari
ke 10-14 pasca trauma. Jika masih ada ekstravasasi kateter sistostomi
dipertahankan sampai 3 minggu.1
2.9 Prognosis
Prognosis akan baik jika penatalaksanaan dilakukan secara segera.
Cystosomy suprapubic tube bisa dilepas setelah 10 hari. Pasien dengan
laserasi yang memanjang sampai ke area neck bladder mungkin untuk
terjadi inkontinensia sementara. Di waktu pelepasannya, kultur urin
diperlukan untuk melihat kemungkinan terjadinya infeksi yang nantinya
dibutuhkan terapi selanjutnya.1
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Trauma vesika urinaria atau trauma buli-buli merupakan keadaan
darurat bedah yang memerlukan penatalaksanaan segera, bila tidak
ditanggulangi dapat menimbulkan komplikasi seperti perdarahan hebat,
peritonitis dan sepsis. Secara anatomi buli-buli terletak di dalam rongga
pelvis terlindung oleh tulang pelvis sehingga jarang mengalami cedera).
Trauma vesika urinaria terbanyak terjadi karena kecelakaan lalu lintas atau
22
kecelakaan kerja yang menyebabkan fragmen dari fraktur tulang pelvis
mencederai kandung kemih.
Prinsip pemulihan ruptur kandung kemih adalah penyaliran ruang
perivesikal , pemulihan dinding, penyaliran kandung kemih dan
perivesikal, dan jaminan arus urin melalui kateter.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mc Annich J.W. dan Lue T.F., 2013, Smith and Tanagho’s General Urology,
Ed. 18 Chapter 18, California: Mc Graw Hill, pp. 289-292.
2. Purnomo, Basuki B., 2015, Dasar-Dasar Urologi, Ed. 3, Jakarta: CV Sagung
Seto, pp.
3. Rachmadani Parvati dan Philip, 2009, Imaging of Genitourinary Trauma,
American Journal of Roentgenology, Philadelphia: Department of Radiology,
University of Pennysylvania, pp.1514-1523.
4. Sjamsuhidajat, R., 2010, Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de Jong, Ed.3,
Jakarta: EGC, pp. 884-885.

More Related Content

What's hot

Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusAris Rahmanda
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisyudhasetya01
 
Ppt apendisitis ppt
Ppt apendisitis pptPpt apendisitis ppt
Ppt apendisitis pptkas mulyadi
 
119920864 hernia-inguinalis-ppt
119920864 hernia-inguinalis-ppt119920864 hernia-inguinalis-ppt
119920864 hernia-inguinalis-pptZulfikar Fikar
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisTenri Ashari Wanahari
 
Invaginasi retro aai copy
Invaginasi retro aai   copyInvaginasi retro aai   copy
Invaginasi retro aai copyAzis Aimaduddin
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHKharima SD
 
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.BMakalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.Bkoerniaso
 
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. bPresus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. bWoro Nugroho
 
Case Report BPPV
Case Report BPPVCase Report BPPV
Case Report BPPVKharima SD
 
Referat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur GinjalReferat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur GinjalKharima SD
 
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesar
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesarRectal toucher KDM I by pangestu chaesar
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesarPangestu S
 
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-pptdini dimas
 
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerJafar Nyan
 
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisSeascape Surveys
 

What's hot (20)

Radiology pada urolithiasis
Radiology pada urolithiasisRadiology pada urolithiasis
Radiology pada urolithiasis
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
Ppt apendisitis ppt
Ppt apendisitis pptPpt apendisitis ppt
Ppt apendisitis ppt
 
119920864 hernia-inguinalis-ppt
119920864 hernia-inguinalis-ppt119920864 hernia-inguinalis-ppt
119920864 hernia-inguinalis-ppt
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
 
Invaginasi retro aai copy
Invaginasi retro aai   copyInvaginasi retro aai   copy
Invaginasi retro aai copy
 
Case hernia putri
Case hernia putriCase hernia putri
Case hernia putri
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
 
Akalasia esofagus
Akalasia esofagusAkalasia esofagus
Akalasia esofagus
 
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.BMakalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
Makalah hernia dr dr koernia swa oetomo Sp.B
 
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. bPresus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
 
Case Report BPPV
Case Report BPPVCase Report BPPV
Case Report BPPV
 
Referat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur GinjalReferat Ruptur Ginjal
Referat Ruptur Ginjal
 
Katarak Imatur
Katarak ImaturKatarak Imatur
Katarak Imatur
 
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter IndonesiaStandar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
 
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesar
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesarRectal toucher KDM I by pangestu chaesar
Rectal toucher KDM I by pangestu chaesar
 
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
 
Pem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskulerPem fisik sist.kardiovaskuler
Pem fisik sist.kardiovaskuler
 
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
 

Similar to Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)

presentasi trauma abdomen.pdf
presentasi trauma abdomen.pdfpresentasi trauma abdomen.pdf
presentasi trauma abdomen.pdfanamnesissoce
 
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGOASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGOVeranica Widi
 
PR Presentasi.pptx
PR Presentasi.pptxPR Presentasi.pptx
PR Presentasi.pptxBonySimbolon
 
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptxDigestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptxririaja1
 
Dr.adam trauma urologi dan pelvis as
Dr.adam trauma urologi dan pelvis asDr.adam trauma urologi dan pelvis as
Dr.adam trauma urologi dan pelvis asMuhammad Nugroho
 
58398003 dr-adam-trauma-urologi-dan-pelvis-as
58398003 dr-adam-trauma-urologi-dan-pelvis-as58398003 dr-adam-trauma-urologi-dan-pelvis-as
58398003 dr-adam-trauma-urologi-dan-pelvis-asLangit Biru
 
Laporan pendahuluan sc
Laporan pendahuluan scLaporan pendahuluan sc
Laporan pendahuluan scnurulrachma0
 
Atresia ani kelompok 3 non reg a bu henik
Atresia ani kelompok 3 non reg a bu henikAtresia ani kelompok 3 non reg a bu henik
Atresia ani kelompok 3 non reg a bu henikAyu Bunga Muslimah
 
Trauma Abdomen.docx
Trauma Abdomen.docxTrauma Abdomen.docx
Trauma Abdomen.docxUmmi964001
 
Cara agar wasir bengkak cepat kempes
Cara agar wasir bengkak cepat kempesCara agar wasir bengkak cepat kempes
Cara agar wasir bengkak cepat kempeswawan wijanarko
 
Management pasca operasi
Management pasca operasiManagement pasca operasi
Management pasca operasiUlfa Pradipta
 

Similar to Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria) (20)

TRAUMA SISTEM PERKEMIHAN
TRAUMA SISTEM PERKEMIHAN TRAUMA SISTEM PERKEMIHAN
TRAUMA SISTEM PERKEMIHAN
 
Rupture uteri
Rupture uteriRupture uteri
Rupture uteri
 
presentasi trauma abdomen.pdf
presentasi trauma abdomen.pdfpresentasi trauma abdomen.pdf
presentasi trauma abdomen.pdf
 
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGOASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
ASKEB Ruptur Uteri AKBID HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
 
PR Presentasi.pptx
PR Presentasi.pptxPR Presentasi.pptx
PR Presentasi.pptx
 
Word sc
Word scWord sc
Word sc
 
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptxDigestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
 
Atresia Ani.pptx
Atresia Ani.pptxAtresia Ani.pptx
Atresia Ani.pptx
 
Dr.adam trauma urologi dan pelvis as
Dr.adam trauma urologi dan pelvis asDr.adam trauma urologi dan pelvis as
Dr.adam trauma urologi dan pelvis as
 
58398003 dr-adam-trauma-urologi-dan-pelvis-as
58398003 dr-adam-trauma-urologi-dan-pelvis-as58398003 dr-adam-trauma-urologi-dan-pelvis-as
58398003 dr-adam-trauma-urologi-dan-pelvis-as
 
Apendiksitis
ApendiksitisApendiksitis
Apendiksitis
 
Bab i1
Bab i1Bab i1
Bab i1
 
Laporan pendahuluan sc
Laporan pendahuluan scLaporan pendahuluan sc
Laporan pendahuluan sc
 
Fraktur1
Fraktur1Fraktur1
Fraktur1
 
Atresia ani kelompok 3 non reg a bu henik
Atresia ani kelompok 3 non reg a bu henikAtresia ani kelompok 3 non reg a bu henik
Atresia ani kelompok 3 non reg a bu henik
 
Trauma Abdomen.docx
Trauma Abdomen.docxTrauma Abdomen.docx
Trauma Abdomen.docx
 
Cara agar wasir bengkak cepat kempes
Cara agar wasir bengkak cepat kempesCara agar wasir bengkak cepat kempes
Cara agar wasir bengkak cepat kempes
 
Rbd ileus fix
Rbd ileus fix Rbd ileus fix
Rbd ileus fix
 
Management pasca operasi
Management pasca operasiManagement pasca operasi
Management pasca operasi
 
Askep ruptur uteri
Askep ruptur uteriAskep ruptur uteri
Askep ruptur uteri
 

More from dr. Bobby Ahmad

Rumus Johnson Toshack Converted
Rumus Johnson Toshack ConvertedRumus Johnson Toshack Converted
Rumus Johnson Toshack Converteddr. Bobby Ahmad
 
RELATIONSHIP BETWEEN MATERNAL OBESITY AND PRENATAL, METABOLIC SYNDROME, OBSTE...
RELATIONSHIP BETWEEN MATERNAL OBESITY AND PRENATAL, METABOLIC SYNDROME, OBSTE...RELATIONSHIP BETWEEN MATERNAL OBESITY AND PRENATAL, METABOLIC SYNDROME, OBSTE...
RELATIONSHIP BETWEEN MATERNAL OBESITY AND PRENATAL, METABOLIC SYNDROME, OBSTE...dr. Bobby Ahmad
 
Referat HIV/AIDS Pada Kehamilan
Referat HIV/AIDS Pada KehamilanReferat HIV/AIDS Pada Kehamilan
Referat HIV/AIDS Pada Kehamilandr. Bobby Ahmad
 
Pencegahan hipotermi dengan metode kangguru
Pencegahan hipotermi dengan metode kangguruPencegahan hipotermi dengan metode kangguru
Pencegahan hipotermi dengan metode kanggurudr. Bobby Ahmad
 
JURNAL FOTO POLOS (BNO) INTRAVENOUS PYELOGRAPHY (IVP)
JURNAL FOTO POLOS (BNO) INTRAVENOUS PYELOGRAPHY (IVP)JURNAL FOTO POLOS (BNO) INTRAVENOUS PYELOGRAPHY (IVP)
JURNAL FOTO POLOS (BNO) INTRAVENOUS PYELOGRAPHY (IVP)dr. Bobby Ahmad
 
Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenital
Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenitalAnatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenital
Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenitaldr. Bobby Ahmad
 

More from dr. Bobby Ahmad (16)

LAPKAS EKLAMPSIA
LAPKAS EKLAMPSIALAPKAS EKLAMPSIA
LAPKAS EKLAMPSIA
 
TRIMESTER 3
TRIMESTER 3TRIMESTER 3
TRIMESTER 3
 
Mioma Uteri
Mioma UteriMioma Uteri
Mioma Uteri
 
Rumus Johnson Toshack Converted
Rumus Johnson Toshack ConvertedRumus Johnson Toshack Converted
Rumus Johnson Toshack Converted
 
RELATIONSHIP BETWEEN MATERNAL OBESITY AND PRENATAL, METABOLIC SYNDROME, OBSTE...
RELATIONSHIP BETWEEN MATERNAL OBESITY AND PRENATAL, METABOLIC SYNDROME, OBSTE...RELATIONSHIP BETWEEN MATERNAL OBESITY AND PRENATAL, METABOLIC SYNDROME, OBSTE...
RELATIONSHIP BETWEEN MATERNAL OBESITY AND PRENATAL, METABOLIC SYNDROME, OBSTE...
 
Referat HIV/AIDS Pada Kehamilan
Referat HIV/AIDS Pada KehamilanReferat HIV/AIDS Pada Kehamilan
Referat HIV/AIDS Pada Kehamilan
 
REFERAT COLLODION BABY
REFERAT COLLODION BABYREFERAT COLLODION BABY
REFERAT COLLODION BABY
 
EKG
EKGEKG
EKG
 
Referat Presbikusis
Referat PresbikusisReferat Presbikusis
Referat Presbikusis
 
Power Point Thalasemia
Power Point ThalasemiaPower Point Thalasemia
Power Point Thalasemia
 
Referat Thalasemia
Referat ThalasemiaReferat Thalasemia
Referat Thalasemia
 
Pencegahan hipotermi dengan metode kangguru
Pencegahan hipotermi dengan metode kangguruPencegahan hipotermi dengan metode kangguru
Pencegahan hipotermi dengan metode kangguru
 
JURNAL FOTO POLOS (BNO) INTRAVENOUS PYELOGRAPHY (IVP)
JURNAL FOTO POLOS (BNO) INTRAVENOUS PYELOGRAPHY (IVP)JURNAL FOTO POLOS (BNO) INTRAVENOUS PYELOGRAPHY (IVP)
JURNAL FOTO POLOS (BNO) INTRAVENOUS PYELOGRAPHY (IVP)
 
Jurnal Hipnoterapi
Jurnal HipnoterapiJurnal Hipnoterapi
Jurnal Hipnoterapi
 
REFERAT TORCH
REFERAT TORCHREFERAT TORCH
REFERAT TORCH
 
Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenital
Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenitalAnatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenital
Anatomi hepar, lien, pankreas, vaskularisasi abdomen dan kelainan kongenital
 

Recently uploaded

anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxJasaketikku
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 

Recently uploaded (20)

anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 

Trauma Buli-Buli (Vesika Urinaria)

  • 1. 1 REFERAT TRAUMA BULI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Oleh : Bobi Ahmad Sahid, S.Ked, S.Kep 17360245 Pembimbing : dr. Abdi Gunawan, Sp.B KEPANITRAAN KLINIK DEPATEMEN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI RSUD Dr. R.M. DJOELHAM KOTA BINJAI TAHUN 2017 BAB I
  • 2. 2 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trauma vesika urinaria atau trauma buli-buli merupakan keadaan darurat bedah yang memerlukan penatalaksanaan segera, bila tidak ditanggulangi dapat menimbulkan komplikasi seperti perdarahan hebat, peritonitis dan sepsis. Secara anatomi buli-buli terletak di dalam rongga pelvis terlindung oleh tulang pelvis sehingga jarang mengalami cedera.4 Pada waktu lahir hingga usia anak, buli-buli terletak di rongga abdomen. Namun semakin bertambahnya usia, tempatnya turun dan terlindung di dalam kavum pelvis; sehingga kemungkinan mendapatkan trauma dari luar jarang terjadi. Angka kejadian trauma pada buli-buli pada beberapa klinik urologi kurang lebih 2% dari seluruh trauma pada sistem urogenitalia.3 Trauma buli-buli terjadi paling banyak pada trauma eksternal dan kebanyakan berhubungan dengan fraktur pelvis (sekitar 15% dari fraktur pelvis berhubungan dengan kejadian trauma buli-buli atau uretra). Trauma iatrogenik kemungkinan dihasilkan dari kasus ginekologi dan prosedur ekstensif pelvis lainnya yang berasal dari perbaikan hernia dan operasi transuretral.4 Penyebab trauma kandung kemih paling sering adalah kecelakaan kendaraan bermotor, di mana kedua sabuk pengaman mengkompresi
  • 3. 3 kandung kemih. Sekitar 60 - 90 % (rata-rata 80 %) dari pasien cedera kandung kemih akibat trauma tumpul biasanya disertai dengan fraktur tulang panggul dan 30% dari pasien dengan fraktur tulang panggul terdapat cedera pada kandung kemih, termasuk kontusio kandung kemih. Sekitar 25% dari ruptur intraperitoneal kandung kemih terjadi pada pasien tanpa fraktur panggul. Ruptur intraperitoneal tercatat sekitar sepertiga dari cedera kandung kemih . Sedangkan untuk ruptur ekstraperitoneal tercatat 60 % dari sebagian besar cedera kandung kemih dan biasanya berhubungan dengan fraktur panggul.2 BAB Il TINJAUAN PUSTAKA
  • 4. 4 2.1 Definisi Trauma vesika urinaria atau trauma buli-buli merupakan keadaan darurat bedah yang memerlukan penatalaksanaan segera, bila tidak ditanggulangi dapat menimbulkan komplikasi seperti perdarahan hebat, peritonitis dan sepsis. Secara anatomi buli-buli terletak di dalam rongga pelvis terlindung oleh tulang pelvis sehingga jarang mengalami cedera).4 2.2 Etiologi Trauma vesika urinaria terbanyak terjadi karena kecelakaan lalu lintas atau kecelakaan kerja yang menyebabkan fragmen dari fraktur tulang pelvis mencederai kandung kemih. Kemungkinan cedera kandung kemih dapat bervariasi berdasarkan dari isi kandung kemih, sehingga apabila kandung kemih penuh lebih mungkin untuk terjadinya cedera dibandingkan pada saat kandung kemih kosong. Fraktur tulang pelvis dapat menimbulkan kontusio atau ruptur kandung kemih, pada kontusio kandung kemih hanya terjadi memar pada dinding buli-buli dengan hematuria tanpa eksravasasi urin).4 Ruptur dinding ekstraperitoneal kandung kemih biasanya akibat tertusuk fragmen fraktur tulang pelvis pada dinding depan kandung kemih yang penuh. Pada kejadian ini terjadi ekstravasasi urin dari rongga perivesikal. Trauma tumpul kandung kemih dapat menyebabkan ruptur
  • 5. 5 kandung kemih terutama bila kandung kemih penuh atau terdapat kelainan patologik seperti tuberkulosis, tumor atau obstruksi sehingga menyebabkan ruptur. Trauma vesika urinaria tajam akibat luka trusuk atau luka tembak lebih jarang ditemukan. Luka dapat melalui daerah suprapubik ataupun transperineal. Penyebab lain adalah instrumentasi urologik missal perforasi iatrogenik pada kandung kemih pada reseksi transurethral sistoskopi (TUR).4 2.3 Epidemiologi Penyebab trauma kandung kemih paling sering adalah kecelakaan kendaraan bermotor, di mana kedua sabuk pengaman mengkompresi kandung kemih. Sekitar 60 - 90 % (rata-rata 80 %) dari pasien cedera kandung kemih akibat trauma tumpul biasanya disertai dengan fraktur tulang panggul dan 30% dari pasien dengan fraktur tulang panggul terdapat cedera pada kandung kemih, termasuk kontusio kandung kemih. Sekitar 25% dari ruptur intraperitoneal kandung kemih terjadi pada pasien tanpa fraktur panggul. Ruptur intraperitoneal tercatat sekitar sepertiga dari cedera kandung kemih . Sedangkan untuk ruptur ekstraperitoneal tercatat 60 % dari sebagian besar cedera kandung kemih dan biasanya berhubungan dengan fraktur panggul. (AJR) ).1 2.4 Patofisiologi
  • 6. 6 Kandung kemih dilindungi dengan baik oleh tulang pelvis sehingga ketika terjadi fraktur pelvis yang disebabkan oleh trauma tumpul maka fragmen dari fraktur pelvis dapat mencederai kandung kemih dan dapat terjadi ruptur ekstraperitoneal. Apabila terdapat urin yang terinfeksi dapat mengakibatkan abses dalam pelvis dan infeksi pelvis yang berat. Pada saat kandung kemih terisi penuh kemudian tiba – tiba terjadi benturan atau pukulan langsung ke perut bagian bawah dapat menyebabkan gangguan pada kandung kemih. Jenis gangguan biasanya adalah gangguan intraperitoneal. Ruptur intraperitoneal terjadi ketika ada pukulan atau kompresi pada perut bagian bawah pasien dengan kandung kemih yang penuh sehingga menyebabkan peningkatan mendadak tekanan intraluminal kandung kemih kemudian menyebabkan pecahnya puncak yang merupakan bagian terlemah dari kandung kemih. Puncak dari lengkungan kandung kemih ditutupi oleh peritoneum, maka cedera yang terjadi di daerah ini akan menyebabkan ekstravasasi intraperitoneal. Jika diagnosis segera ditegakkan dan jika urin sudah steril, maka tidak ada gejala yang dapat ditemukan selama beberapa hari, tetapi jika terdapat urin yang terinfeksi, maka akan cepat berlanjut menjadi peritonitis dan akut abdomen).1 2.5 Klasifikasi
  • 7. 7 Cedera vesika urinaria diklasifikasikan menurut American Association for the Surgery of Trauma (AAST) - Organ Injury Scale (OIS) menjadi 5 grade. Tabel 2.1 American Association for the Surgery of Trauma (AAST) - Organ Injury Scale (OIS) Grade (AAST) : Jenis Cedera Deskripisi Kerusakan I Hematoma Laserasi Kontusio dan hematoma intramural Laserasi sebagian dari dinding buli - buli II Laserasi Laserasi dari dinding ekstraperitoneal buli – buli < 2 cm III Laserasi Laserasi dari dinding ekstraperitoneal > 2 cm atau intraperitoneal < 2 cm IV Laserasi Laserasi ekstraperitoneal > 2 cm V Laserasi Laserasi intraperitoneal atau ekstraperitoneal yang meluas ke dalam kandung kemih leher atau muara uretra trigonum.
  • 8. 8 Gambar 2.1 Grade I Gambar 2.2 Grade II Kontusio dan hematoma intramural Laserasi dari dinding ekstraperitoneal Laserasi sebagian dari dinding buli – buli buli – buli < 2 cm Gambar 2.3 Grade III Laserasi dari dinding ekstraperitoneal > 2 cm atau intraperitoneal < 2 cm Grade IV Grade V
  • 9. 9 Gambar 2.4 Grade IV Gambar 2.5 Grade V Laserasi ekstraperitoneal > 2 cm Laserasi intraperitoneal atau ekstraperitoneal yang meluas ke dalam leher kandung kemih atau muara uretra (trigonum). Selain itu dari Konsensus Societe Internationale D'Urologie mengklasifikasikan cedera kandung kemih menjadi empat jenis dengan tidak memperhitungkan panjang atau luas dari laserasi dinding kandung kemih, yaitu : 1. Tipe 1 adalah memar kandung kemih 2. Tipe 2 yaitu ruptur dinding intraperitoneal 3. Tipe 3 yaitu ruptur dinding ekstraperitoneal 4. Tipe 4 yaitu gabungan antara ruptur dinding intraperitoneal dan ektraperitoneal 2.6 Diagnosis Setelah pasien mengalami cedera pada abdomen bagian bawah, pasien mengeluh nyeri di daerah suprasimfisis, miksi bercampur darah atau mungkin pasien tidak dapat miksi. Gambar klinis tergantung dari etiologi trauma, bagian kandung kemih yang mengalami cedera yaitu intraperitoneal atau ekstraperitoneal, adanya organ lain yang mengalami cedera, serta penyulit yang terjadi akibat trauma. Pemeriksaan pencitraan berupa sistografi yaitu dengan memasukan kontras ke dalam kandung kemih sebanyak 300 – 400 ml secara gravitasi (tanpa tekanan) melalui kateter peruretra.4
  • 10. 10 2.7 Pemeriksan Radiologi Indikasi untuk pencitraan adalah Gross hematuria dengan fraktur pelvis merupakan indikasi mutlak untuk mengevaluasi kandung kemih pada pasien trauma karena pasien tersebut memiliki kemungkinan resiko tinggi cedera. Morey et al, melaporkan bahwa dari 53 pasien dengan cedera kandung kemih, semua mengalami hematuria dan 85% mengalami fraktur tulang panggul. Quagliano et al, melaporkan bahwa 32% pasien dengan fraktur panggul dan gross hematuria ditemukan memiliki cedera kandung kemih. Gross hematuria tanpa fraktur panggul dan mikrohematuria dengan fraktur panggul dianggap indikasi relatif untuk mengevaluasi kandung kemih dengan pencitraan yang direkomendasikan pada pasien dengan gejala klinis seperti nyeri suprapubik atau kesulitan buang air kecil. (AJR) .1 2.7.1 X-Ray a. Radioanatomi Sistogram yang normal berupa garis lingkar, dindingnya rata bundar dan oval. Sumber : Philp W. Ballinger, M.S., R.T. (R). Merrill’s Atlas Radiographic Positions and Radiologic Procedures.
  • 11. 11 8nd ed. Volume 1 and 2. The Ohio State University, Columbus, Ohio, 1995) Gambar 2.6 Buli-buli yang terisi penuh oleh kontras b. Cystography Sistografi adalah pencitraan pada buli – buli dengan memakai kontras. Melalui sistoskop / kateter dimasukkan kontras pada vesika urinaria dan dapat menilai apakah terdapat filling defect, robekan buli – buli yang terlihat sebagai ekstravasasi kontras ke luar buli – buli, adanya divertikel. Cystography memiliki tingkat akurasi 85 - 100% untuk mendeteksi cedera kandung kemih dan idealnya harus dilakukan dengan bimbingan dari fluoroscopic. (AJR)
  • 12. 12 Gambar 2.7 Ruptur Ekstraperitoneal Vesika Urinaria. Tampak ekstravasasi (tanda panah) terlihat di luar kandung kemih pada pelvis pada pemeriksaan sistogram. Gambar 2.8 Ruptur Intraperitoneal Vesika Urinaria. Pada gambaran sistogra menunjukkan kontras yang mengisi di sekitar usus 2.7.2 CT Cystographic Computed tomografi (CT) cystography telah dianjurkan sebagai pengganti sistografi konvensional pada pasien dengan dugaan trauma kandung kemih. CT cystography dapat diterapkan untuk mengklasifikasi cedera kandung kemih berdasarkan tingkat cedera dinding dan lokasi anatomi dan menunjukkan gambaran karakteristik untuk setiap jenis cedera. (Jonathan P. Vaccaro, MD • Jeffrey M. Brody, MD) Quagliano et al, melaporkan sensitifitas dan spesifitas 95% dan 100%, masing, untuk kedua cystography CT dan cystography konvensional. Penulis lain telah melaporkan sensitivitas tinggi yang sama dan spesifisitas untuk CT cystography. (AJR) Temuan CT Cystographic pada trauma vesika urinaria berdasarkan tipe, yaitu: (Sumber : Jonathan P. Vaccaro, MD • Jeffrey M. Brody, MD)
  • 13. 13 1. Tipe 1: Kontusio Vesika Urinaria Kontusio kandung kemih diartikan sebagai cedera seluruh atau sebagian dari mukosa kandung kemih. Walaupun pasien datang dengan hematuria, tetapi temuan pada sistrografi konvensional dan CT sistografi normal. Data statistik yang dapat diandalkan mengenai prevalensi tipe ini tidak tersedia. 2. Tipe 2: Ruptur intraperitoneal Ruptur dinding intraperitoneal kandung kemih terjadi pada sekitar 10% -20% dari cedera kandung kemih umumnya. Cedera ini biasanya merupakan pukulan langsung ke kandung kemih yang distensi. Peningkatan mendadak tekanan intravesikular menyebabkan pecahnya kubah dinding intraperitoneal kandung kemih. CT cystography menunjukkan bahan kontras intraperitoneal di sekitar lumen usus, antara lipatan mesenterika, dan di saluran paracolic (Gambar 2)
  • 14. 14 Gambar 2 Gambar 2.9 Ruptur intraperitoneal pada seorang pria 53 tahun yang mengalami kecelakaan kendaraan bermotor. (a) CT cystogram menunjukkan penampilan klasik dari ruptur intraperitoneal, dengan ekstravasasi kontras antara lumen usus kecil (panah) dan fasia pararenal anterior (panah). (b) CT cystogram menunjukkan penipisan yang heterogen di daerah kubah kandung kemih pecah (panah). (c) Pada CT cystogram, terdapat hematoma intravesical (tanda panah) dan suatu fokus udara yang kecil diperlihatkan selama pengisian kandung kemih terlihat sebagai pengisian defek. 3. Tipe 3: Cedera Interstitial Cedera kandung kemih interstisial jarang terjadi dan didefinisikan sebagai laserasi intramural atau laserasi sebagian dari ketebalan dengan serosa yang utuh (Gambar 5). Akibatnya, CT cystography mungkin menunjukkan bahan kontras pada intramural tanpaadanya ekstravasasi (Gambar 6). Gambar 2.10
  • 15. 15 (5) Cedera interstisial pada seorang pria 41 tahun yang mengalami kecelakaan kendaraan bermotor. CT cystogram menunjukkan penebalan fokus lenticular dari dinding kandung kemih disebabkan oleh hematoma interstisial dan kemungkinan adanya gangguan otot (panah hitam). Fraktur multiple pelvis juga ditemukan (tanda panah putih). (6) Cedera interstisial pada wanita 23 tahun yang mengalami luka tusuk tunggal disebabkan sendiri di daerah suprapubik. Pada pemeriksaan klinis, awalnya luka dianggap hanya dangkal. Pada CT cystogram menunjukkan adanya fokus dari bahan kontras intramural (tanda panah hitam), di daerah posterior luka pada perut (tanda panah putih) dengan adanya cairan di dalam ruang prevesical ekstraperitoneal (ruang retzius). 4. Tipe 4: Ruptur Ekstraperitoneal Ruptur ekstraperitoneal adalah jenis yang paling umum dari cedera kandung kemih (80% -90% kasus). Hal ini biasanya disebabkan oleh trauma tembus, trauma tumpul, mekanisme diduga adalah laserasi langsung ke dalam kandung kemih oleh fragmen tulang pelvis. Jalur ekstravasasi kontras adalah berubah - ubah. Ekstravasasi hanya terbatas di ruang perivesical pada ruptur ekstraperitoneal yang sederhana (Tipe 4a) (Gambar 2.11), sedangkan pada rupture ekstraperitoneal kompleks, bahan kontras melampaui ruang perivesical (Tipe 4b) dan dapat membedah ke berbagai bidang dan ruang fasia
  • 16. 16 Gambar 2.11 Ruptur ekstraperitoneal sederhana pada wanita tua berusia 47 tahun yang mengalami kecelakaan kendaraan bermotor. CT cystogram menunjukkan ekstravasasi kontras terbatas pada ruang perivesical sampai daerah ekstraperitoneal pelvis (panah). Ekstravasasi kontras menunjukkan gambaran khas yaitu seperti "molar gigi".
  • 17. 17 Gambar 8 dan 9 Gambar 2.12 (8) Ruptur ekstraperitoneal komplek pada wanita 37 tahun yang mengalami kecelakaan kendaraan bermotor. CT cystogram menunjukkan ekstravasasi bahan kontras di paha karena terjadi gangguan pada fasia inferior dari diafragma urogenital (membran perineal). Bahan kontras juga dapat terlihat pada otot adduktor dari kedua kaki (tanda panah padat), di ruang perivesical, dan berbatasan dengan bagian lateral vagina (tanda panah terbuka) . Fraktur simfisis pubis dan ramus pubis inferior kiri juga tercatat (tanda panah). (9) Ruptur ekstraperitoneal komplek pada seorang pria 23 tahun yang mengalami kecelakaan kendaraan bermotor. (a) CT cystogram menunjukkan ekstravasasi ekstraperitoneal perivesicular dengan gambaran khas seperti gigi geraham (tanda panah putih) (terlihat pada gambar 7). Terdapat perluasan ke dalam otot rektus abdominis seperti lapisan lemak superfisial (fasia dari camper) dan lapisan membran lebih dalam (fasia scarpa) dari fasia subkutan (panah hitam) .(b,c) CT cystograms (gambar 9c diperoleh pada tingkat yang lebih rendah daripada gambar 9b ) menunjukkan diastasis dari simfisis pubis (tanda panah di gambar 9b) dengan gangguan diafragma urogenital , yang memungkinkan bahan kontras untuk meluas langsung ke membran subkutan lebih dalam bagian fasia dan di sekitar fasia sub- dartos skrotum (tanda panah) .
  • 18. 18 Gambar 2.13 (10) Ruptur ekstraperitoneal kompleks pada seorang pria 38 tahun yang terluka karena jatuh dari bangunan, (a) CT cystogram menunjukkan beberapa fraktur tulang pelvis ( tanda panah) , yang menyebabkan gangguan pada fascia superior dari diafragma urogenital atau diafragma urogenital sendiri dan bahan kontras memenuhi sampai meluas ke dalam skrotum . (b ) Pada CT cystogram , bahan kontras di skrotum tetap terkandung di dalam fasia dartos (tanda panah hitam ), sedangkan bahan kontras juga meluas ke otot abductor kiri (tanda panah putih) . (11) Ruptur ekstraperitoneal kompleks pada seorang pria 76 - tahun yang ditabrak mobil saat dia berjalan, (a) Pada CT cystogram, bahan kontras terlihat di ruang properitoneal (jaringan subserosa ekstraperitoneal) dari kuadran kanan bawah (tanda panah). (b) CT cystogram menunjukkan bahan kontras perivesical di pelvis ekstraperitoneal (tanda panah). 5. Tipe 5: Ruptur kombinasi Ruptur Kombinasi kandung kemih terdiri dari cedera intraperitoneal dan ekstraperitoneal yang bersamaan. Prevalensi ruptur kombinasi kandung kemih adalah 5% -12% yang dilaporkan baik karena penetrasi dan trauma tumpul. CT cystography biasanya menunjukkan pola ekstravasasi yang khas untuk kedua jenis cedera ini
  • 19. 19 Gambar 2.14 Gabungan ruptur intraperitoneal dan ekstraperitoneal pada seorang pria 23 tahun yang mengalami kecelakaan kendaraan bermotor. (a) CT cystogram menunjukkan bahan kontras bebas yang menggambarkan dari lumen usus kecil, sebuah temuan yang merupakan karakteristik dari suatu ruptur intraperitoneal. (b) CT cystogram menunjukkan bahan kontras menyindir dirinya ke dalam ruang paravesical dan pararectal dari panggul ekstraperitoneal (tanda panah lurus). Fraktur ramus pubis juga terlihat (tanda panah melengkung). 2.8 Penatalaksanaan Bila penderita datang dalam keadaan syok, harus diatasi dengan pemberian cairan intravena atau darah. Bila sirkulasi telah stabil, baru dilakukan reparasi buli – buli. Prinsip pemulihan ruptur kandung kemih adalah penyaliran ruang perivesikal , pemulihan dinding, penyaliran kandung kemih dan perivesikal, dan jaminan arus urin melalui kateter.4 Pada kontusio buli-buli, cukup dilakukan pemasangan kateter dengan tujuan untuk memberikan instirahat pada buli-buli. Dengan cara ini diharapkan buli-buli sembuh setelah 7 - 10 hari. Pada cedera intraperitoneal harus dilakukan eksplorasi laparatomi untuk mencari robekan pada buli-buli serta kemungkinan cedera pada organ lain. Jika tidak dioperasi, terjadi ekstravasasi urin ke rongga intraperitoneum dan dapat menyebabkan peritonitis. Rongga intraperitoneum dicuci, robekan pada buli-buli dijahit 2 lapis, kemudian dipasang kateter sistostomi yang dilewatkan di luar sayatan laparatomi.1
  • 20. 20 Pada cedera ekstraperitoneal, robekan yang sederhana (ekstravasasi minimal) dianjurkan untuk memasang kateter selama 7-10 hari, tetapi sebagian ahli lain menganjurkan untuk melakukan penjahitan buli-buli denagn pemasangan kateter sistostomi. Namun tanpa tindakan pembedahan kejadian kegagalan penyembuhan luka ± 15%, dan kemungkinan untuk terjadinya infeksi pada rongga perivesika sebesar 12 %. Oleh karena itu jika bersamaandengan rupture buli-buli terdapat cedera organ lain yang membutuhkan operasi, sebaiknyadilakukan penjahitan buli-buli dan pemasangan kateter sistostomi. Untuk memastikan bahwa buli-buli telah sembuh, sebelum melepas kateter uretra ataukateter sistostomi, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan sistografi guna melihat kemungkinan masih adanya ekstravasasi urin. Sistografi dibuat pada hari ke 10-14 pasca trauma. Jika masih ada ekstravasasi kateter sistostomi dipertahankan sampai 3 minggu.1 2.9 Prognosis Prognosis akan baik jika penatalaksanaan dilakukan secara segera. Cystosomy suprapubic tube bisa dilepas setelah 10 hari. Pasien dengan laserasi yang memanjang sampai ke area neck bladder mungkin untuk terjadi inkontinensia sementara. Di waktu pelepasannya, kultur urin diperlukan untuk melihat kemungkinan terjadinya infeksi yang nantinya dibutuhkan terapi selanjutnya.1
  • 21. 21 BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Trauma vesika urinaria atau trauma buli-buli merupakan keadaan darurat bedah yang memerlukan penatalaksanaan segera, bila tidak ditanggulangi dapat menimbulkan komplikasi seperti perdarahan hebat, peritonitis dan sepsis. Secara anatomi buli-buli terletak di dalam rongga pelvis terlindung oleh tulang pelvis sehingga jarang mengalami cedera). Trauma vesika urinaria terbanyak terjadi karena kecelakaan lalu lintas atau
  • 22. 22 kecelakaan kerja yang menyebabkan fragmen dari fraktur tulang pelvis mencederai kandung kemih. Prinsip pemulihan ruptur kandung kemih adalah penyaliran ruang perivesikal , pemulihan dinding, penyaliran kandung kemih dan perivesikal, dan jaminan arus urin melalui kateter. DAFTAR PUSTAKA 1. Mc Annich J.W. dan Lue T.F., 2013, Smith and Tanagho’s General Urology, Ed. 18 Chapter 18, California: Mc Graw Hill, pp. 289-292. 2. Purnomo, Basuki B., 2015, Dasar-Dasar Urologi, Ed. 3, Jakarta: CV Sagung Seto, pp. 3. Rachmadani Parvati dan Philip, 2009, Imaging of Genitourinary Trauma, American Journal of Roentgenology, Philadelphia: Department of Radiology, University of Pennysylvania, pp.1514-1523. 4. Sjamsuhidajat, R., 2010, Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de Jong, Ed.3, Jakarta: EGC, pp. 884-885.