SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 1
Get Homework/Assignment Done
Homeworkping.com
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sites
BAB I
STATUS MEDIK
Nama : Dessi Natalia Tanda Tangan:
NIM : 11.2012.046
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 2
dr. Pembimbing : dr. Agus Indro, Sp. THT
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Bandar Kemang, RT.01 – RW.13
II. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis, pada tanggal 16 September 2013, jam 10.30
Keluhan Utama : keluar cairan dari liang telinga kiri
Keluhan Tambahan : tidak ada
Riwayat Penyakit Sekarang
OS datang ke poliklinik dengan keluhan keluar cairan dari liang telinga kiri sejak 2
bulan SMRS. Cairan yang keluar dari liang telinga berwarna putih jernih, encer, tidak
berbau, tidak bercampur darah. OS merasakan tidak nyaman pada telinga kiri dan merasa
pendengarannya agak terganggu.
Menurut orangtuanya, OS pernah mengalami gejala serupa ketika OS duduk dibangku
SD, penyakit ini timbul apabila OS berenang atau sakit batuk – pilek. Dan setiap kali sakit,
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 3
OS dibawa ke Puskesmas. Dikeluarga tidak ada yang mengalami gejala serupa. Akhir –
akhir ini OS suka mengorek – ngorek telinga sehingga gejala tersebut muncul kembali.
Rasa demam, rasa nyeri tekan ataupun nyeri tarik pada telinga kiri disangkal. Rasa sakit
kepala, rasa pusing berputar, mual dan muntah disangkal.
Sekitar 4 bulan lalu OS pernah berobat ke Puskesmas dan diberikan obat antibiotika
dan obat tetes telinga serta dianjurkan untuk kontrol kembali, namun karena merasa sudah
sembuh OS tidak kembali kontrol. Riwayat mengorek telinga dengan cotton bud.
Riwayat Penyakit Dahulu
OS pernah mengalami penyakit serupa ketika OS duduk dibangku SD, penyakit ini
timbul apabila OS berenang atau sakit batuk – pilek. Riwayat sakit asma, sakit darah tinggi,
sakit kencing manis, dan alergi terhadap obat dan makanan disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga tidak ada yang mengalami gejala serupa. Riwayat sakit asma, sakit darah
tinggi, sakit kencing manis, dan alergi terhadap obat dan makanan disangkal.
III.PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 4
Temperatur axilla : 36,7 0C
Berat badan : 56 kg
i. Telinga
AD AS
Bentuk daun telinga
- Bat ear/ camplang
- Mikrotia
- Pseudokista
- Cauliflower ear
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Kelainan congenital (-) (-)
Tumor (-) (-)
Nyeri tekan tragus (-) (-)
Penarikan daun telinga (-) (-)
Valsava tes
Toyinbee tes
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Regio Mastoid (retroaurikuler)
- Hiperemis
- Edema
- Fistula
Pre – aurikuler :
- Hiperemis
- Edema
- Fistula
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Liang telinga
- Atresia liang telinga
- Serumen
- Corpus allenum
- Furunkel
- Kolesteatoma
- Sekret
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
putih, jernih, encer, bau (-),
darah (-)
Membran tympani
- Intak
- Retraksi
(+)
(-)
(-)
(-)
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 5
- Bulging
- Perforasi
- Cone of light
(-)
(-)
(+) arah jam 5
(-)
(+) letak sentral
(-)
Tes Penala :
Penala yang dipakai : 512 Hz
- Rinne (+) (-)
- Webber Lateralisasi (+) terdengar lebih keras di telinga sebelah
kiri
- Swabach Sama dengan
pemeriksa
memanjang
Kesan : tuli konduktif telinga kiri
ii. Hidung dan Sinus Paranasal
Pemeriksaan Hidung dengan rinoskopi anterior
- Bentuk : Normal, Deformitas -/-
- Tanda peradangan : hiperemis -/-, nyeri -/-, bengkak -/-,
abses -/-, hematoma -/-
- Vestibulum : hiperemis -/-, sekret -/-
- Cavum nasi : lapang +/+, udem -/-, hiperemis -/-
- Konka inferior kanan/ kiri : eutrofi/eutrofi
- Konka medius kanan/ kiri : eutrofi/eutrofi
- Meatus nasi inferiir kanan/ kiri : sekret -/-
- Septum nasi : septum deviasi -/-
- Nyeri ketok daerah sinus frontalis dan maksilaris : nyeri ketok -/-
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 6
Pemeriksaan nasofaring dengan rinoskopi posterior
Pemeriksaan tidak dilakukan.
Pemeriksaan transiluminasi
Pemeriksaan tidak dilakukan
iii. Tenggorok
Faring
- Dinding faring : merah muda, hiperemis (-), granular (-)
- Arkus faring : simetris, hiperemis (-), edema (-)
- Tonsil : T1 – T1, hiperemis -/-, kripta melebar -/-, dendrites -/-, perlengketan -/-
- Uvula : hiperemis (-), letak ditengah
- Gigi : gigi geligi lengkap, caries (-)
Pemeriksaan Laring dengan Laringoskopi
Pemeriksaan tidak dilakukan.
Leher luar
- Kelenjar limfe submandibula : tidak teraba membesar
- Kelenjar limfe servikal : tidak teraba membesar
Maksillo – Fasial
- Deformitas : (-)
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 7
- Parese saraf otak : (-)
RESUME
Seorang wanita berusia 24 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan keluar cairan dari
liang telinga kiri sejak 2 bulan SMRS. Cairan yang keluar dari liang telinga berwarna putih
jernih, encer, tidak berbau, tidak bercampur darah. OS merasakan tidak nyaman pada telinga
kiri dan merasa pendengarannya agak terganggu. Sekitar 4 bulan lalu OS pernah berobat ke
Puskesmas dan diberikan obat antibiotika dan obat tetes telinga serta dianjurkan untuk
kontrol kembali, namun karena merasa sudah sembuh OS tidak kembali kontrol. Riwayat
mengorek telinga dengan cotton bud. OS pernah mengalami gejala serupa ketika OS duduk
dibangku SD, penyakit ini timbul apabila OS berenang atau sakit batuk – pilek.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan telinga kanan dalam batasan normal, sedangkan
pada telinga kiri didapatkan sekret dari liang telinga berwarna putih, jernih, encer, bau (-),
darah (-), membrane timpani tidak intak dan mengalami perforasi letak sentral, reflex
cahaya tidak ada. Pada tes penala menggunakan penala 512 Hz, tes Rinne (-), tes Webber
lateralisasi (+) terdengar lebih keras disebelah kiri, dan tes Swabach memanjang pada
telinga kiri.
DIAGNOSIS BANDING
1. Otitis media supuratif kronik
2. Otitis media akut
DIAGNOSIS KERJA
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) jinak tipe aktif AS.
Dasar diagnosis :
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 8
- keluar cairan berwarna putih jernih, encer, tidak berbau, tidak bercampur darah dari liang
telinga kiri sejak 3 bulan SMRS.
- Rasa tidak nyaman pada telinga kiri dan merasa pendengaran terganggu.
- Sekitar 4 bulan lalu berobat ke Puskesmas namun tidak kembali kontrol.
- Riwayat mengorek telinga dengan cotton bud.
- Pada telinga kiri membrane timpani tidak intak dan mengalami perforasi letak sentral,
reflex cahaya tidak ada.
USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan audiometric : untuk menilai hantaran tulang dan udara, mengevaluasi
tingkat penurunan pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang
- Pemeriksaan radiologi : untuk mengetahui luasnya pneumatisasi mastoid dari
lateral dan atas
- Pemeriksaan bakteri : untuk mengetahui bakteri penyebab
TATA LAKSANA
 Medika mentosa
- Obat pencuci telinga : H2O2 3% selama 3 – 5 hari
- Dilanjutkan pemberian tetes telinga yang mengandung antibiotika dan
kortikosteroid, misalnya neomisin dengan hidrokortison diberikan dalam jangka
10 hari.
 Operatif
- Miringoplasti
- Timpanoplasti
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 9
 Anjuran/ edukasi
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang diderita
- Menganjurkan pasien untuk menghindari air masuk ke telinga yang sakit,
misalnya tidak berenang
- Menganjurkan pasien untuk tidak mengorek – ngorek telinga
- Menganjurkan pasien untuk segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas
PROGNOSIS
- Ad vitam : dubia ad bonam
- Ad fungsionam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Telinga
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 10
Anatomi Telinga
Telinga terbagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
 Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga, dan liang telinga sampai membrane timpani.
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S,
dengan rangka tulang rawan pada ⅓ bagian luar, sedangkan ⅔ bagian dalam rangkanya
terdiri dari tulang. Panjangnya kira – kira 2,5 – 3 cm.
Pada ⅓ bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (kelenjar
keringat) dan rambut. Pada ⅔ bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.
 Telinga tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batasnya adalah sebagai berikut4:
- Batas luar : membrane timpani
- Batas depan : tuba eustachius
- Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 11
- Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis facialis pars vertikalis
- Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)
- Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis
horizontal, kanalis facialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar
(round window) dan promontorium.
Telinga tengah terdiri dari suatu ruang yang terletak antara membrane timpani dan kapsul
telinga dalam, tulang-tulang dan otot yang terdapat didalamnya beserta penunjangnya, tuba
eustachius dan system sel-sel udara mastoid. Bagian ini dipisahkan dari dunia luar oleh suatu
membrane timpani dengan diameter kurang lebih setengah inci.5
Membrane timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan
terlihat oblik terhadap sumbu liang telinnga. Bagian atas disebut pars flaksida (membrane
shrapnel), sedangkan bagian bawah pars tensa (membrane propria). Pars flaksida hanya
berlapis dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam
dilapisi olehsel kubus bersilia, seperti sel epitel saluran napas. Pars tensa mempunyai satu
lapis lagi di tengah yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagendan sedikit serat elastin yang
berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut sebagai
umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) kearah bawah yaitu pukul 7
untuk membrane timpani kiri dan pukul 5 untuk membrane timpani kanan. Membrane
timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleus
dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan,
atas-belakang, bawah-depan serta bawah-belakang, untuk menyatakan letak perforasi
membrane timpani.
Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar
kedalam yaitu, maleus, inkus dan stapes. Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling
berhubungan. Prosesus longus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada inkus,
dan inkus melakt pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan
dengan koklea. Hubungan antara tulang-tulang pendengaran merupakan persendian.
Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Ditempat ini terdapat aditus ad
antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid.
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 12
Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring
dengan telinga tengah.4
 Telinga dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa 2 ½ lingkaran dan vestibuler
yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut
helikoterma, menghubungkan perilimfa skala timpani dan skala vestibule.
Di dalam koklea terdapat ruangan – ruangan yang berisi cairan, antara lain skala vestibule
dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar skala
vestibule disebut sebagai membrane vestibule (Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala
media adalah membrane basalis. Pada membrane basalis terletak organ Corti, sel rambut
dalam, dan sel rambut luar, dimana berfungsi mengubah energy getaran menjadi energy
listrik.
Fisiologi Telinga
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut
menggetarkan membrane timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran
dan perkalian perbandingan luas membrane timpani dan tingkap lonjong. Energy getar yang
telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap lonjong sehingga
perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang
mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membrane basilaris
dan membrane tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan
terjadinya defleksi stereosilia sel – sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan penglepasan
ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi rambut,
sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial
aksi pada saraf auditorius, yang dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran (area 39 – 40) di lobus temporalis.
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 13
2.2 Definisi OMSK
Otitis media supuratif kronik adalah infeksi kronis ditelinga tengah dengan perforasi
membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang
timbul. Sekret yang keluar mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah. Otitis
media akut dengan perforasi membran timpani dapat menjadi otitis media supuratif kronis
bila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan, disebut
sebagai otitis media supuratif subakut.1
2.3 Epidemiologi
Jenis bakteri yang paling banyak diisolasi pada OMSK adalah P. Aeruginosa, S. Aureus,
Corynebacterium, dan Klebsiella pneumoniae. Organisme anaerobik seperti
Peptostreptococcus, Fusobacterium species, Propionibacterium acnes, dan Bacterioides
species, juga umum diisolasi. Lain halnya dengan yang ditemukan pada OMA, dimana
organisme anaerob hanya memainkan peranan kecil dalam pathogenesisnya.5
Faktor – faktor predisposisi yang dapat menimbulkan OMSK antara lain : 6,7
 Hipertrofi adenoid dan sinusitis kronik juga memberikan kontribusi terhadap
berkembangnya OMSK.
 Otitis media akut yang terlambat mendapat pengobatan
 Otitis media akut yang mendapat pengobatan antibiotik yang tidak adekuat.
 Radang saluran pernafasan bagian atas yang berulang
 Daya tahan tubuh yang rendah akibat penyakit – penyakit malnutrisi, anemia,
gangguan pada sistem imun tubuh.
 Virulensi kuman.
 Predisposisi genetik, yang secara tipikal berhubungan dengan disfungsi tuba
eustachius. Disfungsi ini terlihat dalam berbagai populasi, seperti suku Eskimo,
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 14
dan orang Indian – Amerika, seperti juga yang ditemukan pada orang dengan
kelainan berupa palatoschisis.
Namun demikian, disebutkan pula dalam kepustakaan yang lain bahwa dalam keadaan
normal, tuba Eustachius dapat mencegah akumulasi cairan dalam telinga tengah dengan cara
membiarkan cairan tersebut mengalir keluar dari telinga tengah melalui tuba. Dalam
beberapa waktu, otitis media kronik dapat berkembang, dan biasanya didahului oleh efusi
(cairan) dalam telinga tengah yang tidak segera menyembuh. Cairan yang persisten ini
kemudian terkontaminasi oleh bakteri, dan bakteri yang ditemukan pada otitis media kronik
berbeda dengan yang ditemukan pada otitis media akut.8
OMSK dapat terjadi akibat tidak terjadinya resolusi pada OMA. Dimana dalam hal ini
akan terjadi perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua
bulan. Maka keadaan ini disebut sebagai otitis media suppuratif kronis (OMSK). Bila kurang
dari 2 bulan dikatakan sebagai otitis media supuratif sub akut.
Perforasi ini dapat terjadi karena trauma, iatrogenik, atau karena otitis media akut yang
telah dijelaskan diatas.4 Dengan demikian, maka segala sesuatu yang bisa menimbulkan
gangguan fungsi Tuba Eustachius dapat pula mendorong terjadinya otitis media supuratif
kronik. 8
2.4 Etiologi
Prevalensi dari OMSK bervariasi dari negara ke negara. WHO mengklasifikasikannya
menjadi negara berprevalensi paling tinggi (>4%), tinggi (2 – 4%), rendah (1 – 2%), dan
paling rendah (<1%). Prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,9% dan pasien OMSK
merupakan 25% dari pasien – pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di
Indonesia, sehingga termasuk negara dengan OMSK prevalensi tinggi.3
Insiden dari OMSK dikatakan terkait dengan ras dan faktor sosio – ekonomi. OMSK
ditemukan lebih sering pada orang Eskimo, Amerikan-Indian (Fairbanks, 1981), populasi
orang Alaska (Tschopp, 1977), pada anak-anak suku Aborigin di Australia (McCafferty,
1977), dan orang-orang berkulit hitam di Afrika Selatan (Meyrick, 1951).7
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 15
Beberapa studi memperkirakan insiden OMSK terjadi 39 kasus per 100.000 orang
pertahunnya. Beberapa populasi ras tertentu dapat meningkatkan resiko terjadinya OMSK.
Anatomi dan fungsi dari tuba eustachius memegang peranan penting dalam meningkatkan
resiko. Orang Indian Amerika dan Eskimo memiliki resiko lebih tinggi karena memilki tuba
eustachius yang lebih lebar dan lebih terbuka. Prevalensi OMSK adalah sama antara pria dan
wanita. Distribusi OMSK menurut umur belum dapat ditetapkan secara pasti tetapi
insidennya relatif meningkat pada anak – anak dan remaja umur 15 tahun atau lebih muda.4
2.5 Patofisiologi
Disfungsi tuba Eustachius, yaitu suatu saluran yang menghubungkan rongga di belakang
hidung (nasofaring) dengan telinga tengah (kavum timpani), merupakan penyebab utama
terjadinya radang telinga tengah ini (otitis media, OM).1
Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan tertutup dan akan
membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan
udara telinga tengah dengan tekanan udara luar (tekanan udara atmosfer). Fungsi tuba yang
belum sempurna, tuba yang pendek, penampang relatif besar pada anak dan posisi tuba yang
datar menjelaskan mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah
menjalar ke telinga tengah sehingga lebih sering menimbulkan OM daripada dewasa.
Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari nasofaring melalui
tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya infeksi dari telinga tengah.
Pada saat ini terjadi respons imun di telinga tengah. Mediator peradangan pada telinga tengah
yang dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrat, seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel
lokal seperti keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut akan menambah
permiabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran sekret di telinga tengah. Selain
itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik yang dihasilkan mukosa telinga
tengah karena stimulasi bakteri menyebabkan terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada
telinga tengah.
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 16
Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk dari satu lapisan,
epitel skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified respiratory epithelium dengan banyak
lapisan sel di antara sel tambahan tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel
yang bersilia, mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah. Penyembuhan OM
ditandai dengan hilangnya sel-sel tambahan tersebut dan kembali ke bentuk lapisan epitel
sederhana.
Terjadinya OMSK disebabkan oleh keadaan mukosa telinga tengah yang tidak normal
atau tidak kembali normal setelah proses peradangan akut telinga tengah, keadaan tuba
Eustachius yang tertutup dan adanya penyakit telinga pada waktu bayi.6
2.6 Klasifikasi
OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe benigna)
dan OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna).
Berdasarkan aktifitas sekret yang keluar dikenal juga OMSK tipe aktif dan OMSK
tenang. OMSK aktif adalah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara
aktif, sedangkan OMSK tenang adalah yang keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau
kering.
Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak
mengenai tulang. Perforasi terletak disentral. Umumnya OMSK tipe aman jarang
menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak terdapat
kolesteatoma. Kolesteatoma adalah suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel
(keratin).
Yang dimaksud OMSK tipe maligna adalah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma.
OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe tulang. Perforasi pada
OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau di atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatom
pada OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal
timbul pada OMSK tipe bahaya.1
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 17
Bentuk perforasi membran timpani adalah1 :
1. Perforasi sentral
Lokasi pada pars tensa, bisa antero-
inferior, postero-inferior dan postero-
superior, kadang-kadang sub total.
2. Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran
timpani dengan adanya erosi dari anulus
fibrosus. Perforasi marginal yang sangat
besar digambarkan sebagai perforasi
total. Perforasi pada pinggir postero-
superior berhubungan dengan
kolesteatom.
3. Perforasi atik
Terjadi pada pars flaksida,
berhubungan dengan primary acquired
cholesteatoma.
Kolesteatoma adalah suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel (keratin).
Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatoma betambah besar.
Beberapa ahli mengajukan teori terbentuknya kolesteatoma diantaranya: teori invaginasi,
teori imigrasi, teori metaplasi dan teori implantasi. Menurut Gray (1964), kolesteatoma
adalah epitel kulit yang berada pada tempat yang salah. Sebagaimana kita ketahui bahwa
seluruh epitel kulit (keratinizing stratified squamous epithelium) pada tubuh kita berada pada
lokasi yang terpapar ke dunia luar. Epitel kulit di liang telinga merupakan suatu daerah cul-
de-sac, sehingga apabila terdapat serumen padat di liang telinga dalam waktu yang lama
maka darai epitel kulit yang berada medial dari serumen tersebut seakan terperangkap
sehingga membentuk kolesteatoma.
Kolesteatoma dibagi atas dua jenis yaitu :
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 18
1. Kolesteatoma kongenital
Kolesteatoma yang terbentuk pada masa embrionik dan ditemukan pada telinga
dengan membrane timpani utuh tanpa tanda – tanda infeksi. Lokasi kolesteatoma
biasanya di kavum timpani, daerah petrosus mastoid atau di cerebellopontin angle.
Kolesteatoma di cerebellopontin angle sering ditemukan secara tidak sengaja oleh
ahli bedah saraf.
2. Kolesteatoma aquisita
Kolesteatoma yang terbentuk setelah anak lahir, terbagi atas dua jenis :
a. Kolesteatoma aquisita primer
Kolesteatoma yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membrane timpani.
Kolesteatoma timbul akibat proses invaginasi dari membrane pars flaksida karena
adanya tekanan negative di telinga tengah akibat gangguan tuba (teori invaginasi).
b. Kolesteatoma aquisita sekunder
Kolesteatoma terbentuk setelah adanya proses perforasi membrane timpani.
Kolesteatoma terbentuk sebagai akibat dari masuknya epitel kulit dari liang
telinga atau dari pinggir perforasi membrane timpani ke telinga tengah (teori
migrasi) atau terjadi akibat metaplasi mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi
yang berlangsung lama (teori metaplasi).
Pada teori implantasi dikatakan bahwa kolesteatoma terjadi akibat implantasi epitel kulit
secara iatrogenic ke dalam telinga tengah sewaktu operasi, setelah blust injury, pemasangan
pipa ventilasi atau setelah miringotomi.
Kolesteatoma merupakan media yang baik untuk tumbuhnya kuman (infeksi), yang
paling sering adalah Pseudomonas aeruginosa. Sebaliknya infeksi dapat memicu respons
imun local yang mengakibatkan produksi berbagai mediator inflamasi dan berbagai sitokin.
Sitokin yang diidentifikasi terdapat pada matriks kolesteatoma adalah interleukin – 1 (IL –
1), interleukin – 6, tumor necrosis factor - ά (TNF - ά), dan transforming growth factor
(TGF). Zat – zat ini dapat menstimulasi sel – sel keratinosit matriks kolesteatoma bersifat
hiperproliferatif, destruktif, dan mampu berangiogenesis.
Pembesarannya akan lebih cepat apabila disertai infeksi, kolesteatoma akan mendesak
dan menekan organ di sekitarnya serta menimbulkan nekrosis tulang. Hal ini akan diperhebat
oleh proses terbentuknya asam akibat pembusukan bakteri. Proses nekrosis tulang ini
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 19
kemudian akan mempermudah timbulnya komplikasi seperti labirinitiomas, meningitis dan
abses otak.2
2.7 Gejala Klinis
1. Telinga berair (otorrhoe)
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer) tergantung
stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik
telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus
yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah
oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang
timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau
kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang.
Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Sekret yang
sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produk
degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih, mengkilap. Pada
OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang
karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah
berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan
tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa
nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.
2. Gangguan pendengaran
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya dijumpai
tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin
ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun
kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak
dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai
tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang
pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db.
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 20
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta
keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe
maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang
pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara
sehingga ambang pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati.
Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya infeksi
karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel labirin
tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi
tuli saraf berat, hantaran tulang dapat menggambarkan sisa fungsi kohlea.
3. Otalgia ( nyeri telinga)
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu tanda
yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus.
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret,
terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses
otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna
sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis,
subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.
4. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan
vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding
labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan
udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi
hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih
mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga
akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi
serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat
berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis
dan dari sana mungkin berlanj ut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan
pada kasus OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 21
positif dan negatif pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan
melalui rongga telinga tengah.
Tanda Klinis OMSK tipe maligna :
- Perforasi pada marginal atau atik
- Abses atau fistel retroaurikuler (belakang telinga)
- Polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari dalam telinga
tengah
- Sekret berbentuk nanah dan berbau khas (aroma kolesteatoma)
- Foto rontgen mastoid menunjukan gambaran kolesteatoma
2.8 Pemeriksaan Klinis
1. Pemeriksaan Otoskopi
Pada pemeriksaan otoskopi dapat dibedakan jenis OMSK berdasarkan letak perforasi
pada membrane timpani, yang terdiri atas perforasi sentral, marginal, dan atik.
2. Pemeriksaan Audiometri
Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai hantaran tulang
dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran dan untuk
menentukan gap udara dan tulang. Audiometri tutur berguna untuk menilai ‘speech
reception threshold’ pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki pendengaran.
Pemeriksaan penala adalah pemeriksaan sederhana untuk mengetahui adanya gangguan
pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan pendengaran dapat dilakukan
pemeriksaan audiometri nada murni, audiometri tutur (speech audiometry) dan
pemeriksaan BERA (brainstem evoked responce audiometry) bagi pasien anak yang tidak
kooperatif dengan pemeriksaan audiometri nada murni.
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi
dapat pula dijumpai tuli sensori neural, beratnya ketulian tergantung besar dan letaknya
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 22
perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem penghantaran suara di
telinga tengah.
3. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi dengan proyeksi Schuller digunakan untuk mengetahui luasnya
pneumatisasi mastoid dari lateral dan atas yang berguna untuk pembedahan karena
memperlihatkan sinus lateral. Biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik,
lebih kecil dengan pneumatisasi lebih sedikit dibandingkan mastoid yang normal. Erosi
tulang terutama pada daerah atik memberi kesan kolesteatoma.
4. Pemeriksaan Bakteriologi
Identifikasi kuman didasarkan pada morfologi koloni kuman yang tumbuh pada media
kultur (agar darah) dan uji biokimia. Identifikasi bakteriologik dalam tubuh manusia
(dalam hal ini sekret telinga penderita OMSKBA) masih mengandalkan teknik kultur
murni.
2.9 Tata Laksana
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-ulang. Sekret
yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain disebabkan
oleh satu atau beberapa keadaan yaitu: adanya perforasi membran timpani yang permanen,
sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar; terdapat sumber infeksi di faring,
nasofaring, hidung dan sinus paranasal; sudah terbentuk jaringan patologik yang irreversibel
dalam rongga mastoid dan ; gizi dan higiene yang kurang.
Prinsip terapi OMSK tipe aman adalah konserfatif atau dengan medikamentosa. Bila
sekret yang keluar terus-menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H2O2
3% selama 3-5 hari. Secara oral diberikan antibiotika dari golongan ampisilin atau
eritromisin (bila pasien alergi terhadap ampisilin) sebelum hasil tes resistensi diterima. Pada
infeksi yang dicurigai penyebebnya telah resisten terhadap ampisilin dapat diberikan
ampisilin asam klavulanat.
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 23
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan
maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk
menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi,
mencegah terjadinya komplikasi dan kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta
memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya infeksi
berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu
dilakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi atau tonsilektomi.
Prinsip terapi OMSK tipe bahaya adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi, bila
terdapat OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat adalah dengan melakukan
mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medika mentosa
hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses
periosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum
mastoidektomi.
Untuk mencapai hasil terapi antimikroba yang optimal pada OMSK, harus dilakukan
isolasi kuman penyebab dan uji kepekaan terhadap antimikroba. Meskipun demikian, tidak
semua OMSK berhasil diatasi dengan terapi antimikroba, walaupun terapi yang diberikan
telah sesuai dengan uji kepekaan.7
Infeksi telinga tengah dan mastoid
Rongga telinga tengah dan rongga mastoid berhubungan langsung melalui aditus ad antrum.
Oleh karena itu infeksi kronis telinga tengah yang sudah berlangsung lama biasanya disertai
infeksi kronis di rongga mastoid. Infeksi rongga mastoid dikenal dengan mastoiditis.
Jenis pembedahan pada OMSK
1. Mastoidektomi sederhana
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 24
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan konservatif tidak
sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan
patologik. Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada
operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
2. Mastoidektomi radikal
Operasi ini dilakukan pada OMSK bahaya dengan infeksi atau kolesteatoma yang sudah
meluas.
Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan
patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga
mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan.
Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah
komplikasi intracranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya. Pasien
harus datang teratur untuk control, supaya tidak terjadi infeksi kembali. Pendengaran
berkurang sekali, sehingga dapat menghambat pendidikan atau karier pasien.
Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi serta
membuat meatoplasti yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi
terdapat cacat anatomi, yaitu meatus liang telinga luar menjadi lebar.
3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi Bondy)
Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatoma di daerah atik, tetapi belum
merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang
telinga direndahkan.
Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid,
dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.
4. Miringoplasti
Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal dengan nama
timpanoplasti tipe I. rekonstruksi hanya dilakukan pada membrane timpani.
Tujuan operasi ini ialah untuk mecegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK
tipe aman dengan perforasi yang menetap.
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang sudah tenang dengan ketulian ringan
yang hanya disebabkan oleh perforasi membrane timpani.
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 25
5. Timpanoplasti
Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang lebih berat atau
OMSK tipe aman yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medika mentosa.
Tujuan operasi ialah untuk menyembukan penyakit serta memperbaiki pendengaran.
Pada operasi ini selain rekonstruksi membrane timpani sering kali harus dilakukan juga
rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran
yang dilakukan , maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV, dan V.
Sebelum rekonstruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani
dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang
pula operasi ini terpaksa dilakukan dua tahap dengan jarak waktu 6 – 12 bulan.
6. Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach Tympanoplasty)
Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK
tipe bahaya atau OMSK tipe aman dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi
untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik
mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior liang telinga).
Membersihkan kolesteatoma dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan melalui
dua jalan (combined approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid dengan
melakukan timpanotomi posterior. Teknik operasi ini pada OMSK tipe bahaya belum
disepakati oleh karena sering kambuhnya kolesteatoma kembali.
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 26
OMSK bahaya kolesteatoma (+)
Pengobatan yang harus dilakukan adalah dengan operasi untuk eradikasi kolesteatoma.
Tehnik operasi yang dipilih tergantung luas kerusakan dan pilihan ahli bedah. Tindakan
atikotomi anterior dipilih apabila kolesteatoma masih sangat terbatas di atik. Bila kolesteatoma
tidak dapat dibersihkan secara total dengan tindakan tersebut, dapat dipilih berbagai variasi
tehnik eradikasi kolesteatoma, biasanya diikuti dengan rekonatruksi fungsi pendengaran pada
saat yang sama, misalnya timpanoplasti dinding runtuh (canal wall down tympanoplasty) atau
mastoidektomi dinding utuh (canal wall up tympanoplasty) atau atikoplasti atau timpanoplasti
buka-tutup (open and close method tympanoplasty) dan sebagainya
OMSK Benigna Kolesteatoma (-)
OMSK tenang OMSK aktif
Stimulasi epitelisasi tepi
perforasi
Perforasi
menetap
Ro.Mastoid, Audiogram
Cuci telinga, AB sistemik, AB topikal
Otore stop Otore menetap >1mg
AB berdasarkan
pemeriksaan MO
Tuli
kond
uktif
(+)
Ideal: timpanoplasti dengan atau
tanpa mastoidektomi
Perforasi
menutup
Tuli
kon
duk
tif
(-)
Otore stop Otore menetap
>3 bulan
Ideal:
mastoidektomi+timpanoplasti
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 27
2.10 Komplikasi
OMSK baik yang akut maupun yang kronis, mempunyai potensi untuk menjadi serius
karena komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan kematian.
Bentuk komplikasi ini tergantung pada kelainan patologik yang dapat menyebabkan otore.
Biasanya komplikasi ini didapatkan pada OMSK tipe bahaya, tetapi OMSK tipe aman pun
dapat menyebabkan suatu komplikasi apabila terinfeksi kuman yang virulen. Dengan
tersedianya antibiotika mutakhir, komplikasi otogenik menjadi semakin jarang. Pemberian
obat – obat itu sering menyebabkan gejala dan tanda klinis komplikasi OMSK menjadi
kurang jelas. Hal tersebut menyebabkan pentingnya mengenai pola penyakit yang
berhubungan dengan komplikasi ini.
Penyebaran Penyakit
Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar (barier) pertahanan telinga tengah yang
normal dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur disekitarnya.
Pertahanan pertama ini ialah mukosa kavum timpani yang juga seperti mukosa saluran napas,
mampu melokalisasi infeksi. Bila sawar ini utuh masih ada sawar kedua, yaitu dinding tulang
kavum timpani dan sel mastoid. Bila sawar ini runtuh, maka struktur lunak disekitarnya akan
terkena. Runtuhnya periosteum akan menyebabkan terjadinya abses sub periosteal, suatu
komplikasi yang relative tidak berbahaya. Apabila infeksi mengarah ke dalam, ke tulang
temporal, maka akan menyebabkan parese N. Fasialis atau labirinitis. Bila kearah cranial,
akan menyebabkan abses ekstradural, tromboflebitis, sinus lateralis, meningitis, dan abses
otak.
Bila sawar tulang terlampaui, suatu dinding pertahanan ketiga yaitu jaringan granulasi
akan terbentuk. Pada OMSK akut atau suatu eksaserbasi akut penyebaran biasanya melalui
osteotromboflebitis (hematogen). Sedangkan pada kasus OMSK kronik, penyebaran terjadi
melalui erosi tulang. Cara penyebaran lainnya ialah toksin masuk melalui jalan yang sudah
ada, misalnya fenestra rotundum, meatus akustikus internus, duktus perilimfatik, dan duktus
endolimfatik.
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 28
Dari gejala dan tanda yang ditemukan, dapat diperkirakan jalan penyebaran suatu infeksi
telinga tengah ke intra cranial.
 Penyebaran hematogen
Penyebaran melalui osteotromboflebitis dapat diketahui dengan adanya :
1) komplikasi terjadi pada awal suatu infeksi atau eksaserbasi akut, dapat
terjadi pada hari pertama atau kedua sampai hari kesepuluh
2) gejala prodormal tidak jelas seperti didapatkan pada gejala meningitis local
3) pada operasi, didapatkan dinding tulang telinga tengah utuh, dan tulang serta
lapisan mukoperiosteal meradang dan mudah berdarah, sehingga disebut
juga mastoiditis hemoragika
 Penyebaran melalui erosi tulang
Penyebaran melalui erosi tulang dapat diketahui bila :
1) Komplikasi terjadi beberapa minggu atau lebih setelah awal penyakit
2) Gejala prodormal infeksi local biasanya mendahului gejala infeksi yang lebih
luas, misalnya parese N. Fasialis ringan yang hilang timbul mendahului
parese N. Fasialis yang total, atau gejala meningitis local mendahului
meningitis purulen
3) Pada operasi dapat ditemukan lapisan tulang yang rusak diantaranya focus
supurasi dengan struktur disekitarnya. Struktur jaringan lunak yang terbuka
biasanya dilapisi oleh jaringan granulasi
 Penyebaran melalui jalan yang sudah ada
Penyebaran cara ini dapat diketahui bila :
1) Komplikasi terjadi pada awal penyakit
2) Ada serangan labirinitis atau meningitis berulang, mungkin dapat ditemukan
fraktur tengkorak, riwayat operasi tulang, atau riwayat otitis media yang
sudah sembuh. Komplikasi intracranial mengikuti komplikasi labirinitis
supuratif
3) Pada operasi dapat ditemukan jalan penjalaran melalui sawar tulang yang
bukan karena erosi
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 29
Klasifikasi Komplikasi OMSK
Komplikasi di telinga tengah
Akibat infeksi telinga tengah hampir selalu berupa tuli konduktif. Pada membrane
timpani yang masih utuh, tetapi rangkaian tulang pendengaran terputus, akan menyebabkan
tuli konduktif yang berat. Biasanya derajat tuli konduktif yang tidak selalu berhubungan
dengan penyakit, sebab jaringan patologis yang terdapat di kavum timpani pun, misalnya
kolesteatoma dapat menghantar suara ke telinga dalam.
 Parese N. Fasialis
N. Fasialis dapat terkena oleh penyebaran infeksi langsung ke kanalis fasialis pada OMA.
Pada OMSK, kerusakan terjadi oleh erosi tulang oleh kolesteatom atau oleh jaringan
granulasi, disusul oleh infeksi ke dalam kanalis fasialis tersebut.
Pada OMA operasi dekompresi kanalis fasialis tidak diperlukan. Perlu diberikan
antibiotika dosis tinggi dan terapi penunjang lainnya, serta menghilangkan tekanan di dalam
kavum timpani dengan drainase. Bila dalam jangka waktu tertentu ternyata tidak ada
perbaikan setelah diukur dengan elektrodiagnostik (misalnya elektromiografi), barulah
dipikirkan untuk melakukan dekompresi.
Pada OMSK, tindakan dekompresi harus segera dilakukan segera tanpa menunggu
pemeriksaan elektrodiagnostik.
Komplikasi di telinga dalam
Apabila terdapat peninggian tekanan di telinga tengah oleh produk infeksi, ada
kemungkinan produk infeksi itu akan menyebar ke telinga dalam melalui tingkap bulat
(fenestra rotundum). Selama kerusakan hanya sampai bagian basalnya saja biasanya tidak
menimbulkan keluhan pada pasien. Akan tetapi apabila kerusakan telah menyebar ke koklea
akan menjadi masalah. Hal ini sering dipakai sebagai indikasi untuk dilakukan miringotomi
segera pada pasien OMA yang tidak membaik setelah 48 jam dengan pengobatan medika
mentosa saja.
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 30
Penyebaran oleh proses destruksi, seperti oleh kolesteatoma atau infeksi langsung ke
labirin akan menyebabkan gangguan keseimbangan dan pendengaran. Misalnya vertigo,
mual dan muntah, serta tuli saraf.
 Fistula labirin
OMSK terutama yang dengan kolesteatoma, dapat menyebabkan terjadinya kerusakan
pada bagian vestibuler labirin, sehingga terbentuk fistula. Pada keadaan ini infeksi dapat
masuk, sehingga terjadi labirinitis dan akhirnya akan terjadi komplikasi tuli total atau
meningitis.
Fistula di labirin dapat diketahui dengan tes fistula, yaitu dengan memberikan tekanan
udara positif atau negative ke liang telinga melalui otoskop Siegel dengan corong telinga
yang kedap atau balon karet dengan bentuk elips pada ujungnya yang dimasukkan ke dalam
liang telinga. Balon karet dipencet dan udara di dalamnya akan menyebabkan perubahan
tekanan udara di liang telinga. Bila fistula yang terjadi masih paten makan akan terjadi
kompresi dan ekspansi labirin membrane. Tes fistula positif akan menimbulkan nistagmus
atau vertigo. Tes fistula bisa negative, bila fistula sudah tertutup oleh jaringan granulasi atau
bila labirin sudah mati/ parese kanal.
Pemeriksaan radiologi tomografi atau CT scan yang baik kadang – kadang dapat dapat
memperlihatkan fistula labirin, yang biasanya ditemukan di kanalis semisirkularis horizontal.
Pada fistula labirin atau labirinitis, operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan
infeksi dan menutup fistula, sehingga fungsi telinga dalam dapat pulih kembali. Tindakan
bedah harus adekuat, untuk mengontrol penyakit primer. Matriks kolesteatoma dan jaringan
granulasi harus diangkat dari fistula sampai bersih dan daerah tersebut harus segera ditutup
dengan jaringan ikat atau sekeping tulang/ tulang rawan.
 Labirinitis
Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin, disebut labirinitis umum (general),
dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat, sedangkan labirinitis yang terbatas (labirinitis
sirkumskripta) menyebabkan terjadinya vertigo saja atau tuli saraf saja.
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 31
Labirinitis terjadi oleh karena penyebaran infeksi ke ruang perilimfa. Terdapat dua
bentuk labirinitis, yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis serosa dapat
berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis serosa sirkumskripta. Labirinitis supuratif
dibagi dalam bentuk labirinitis supuratif akut difus dan labirinitis supuratif kronik difus.
Pada labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang,
sedangkan pada labirinitis supuratif, sel radang menginvasi labirin, sehingga terjadi
kerusakan yang ireversibel, seperti fibrosis dan osifikasi.
Pada kedua bentuk labirinitis itu operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan
infeksi dari telinga tengah. Kadang – kadang diperlukan drainase nanah dari labirin untuk
mencegah terjadinya meningitis. Pemberian antibiotika adekuat terutama ditujukan kepada
pengobatan otitis media kronik dengan/ tanpa kolesteatoma.
Komplikasi ke ekstradural
 Petrositis
Kira – kira ⅓ dari populasi manusia, tulang temporalnya mempunyai sel – sel udara
sampai ke apeks os petrosum. Terdapat beberapa cara penyebaran infeksi dari telinga tengah
ke os petrosum. Yang sering ialah penyebaran langsung ke sel – sel udara tersebut.
Adanya pertositis sudah harus dicurigai, apabila pada pasien otitis media terdapat keluhan
diplopia, karena kelemahan N. VI. Seringkali disertai rasa nyeri di daerah parietal, temporal,
atau oksipital, oleh karena terkenanya N. V, ditambah dengan terdapatnya otore yang
persisten, terbentuklah suatu sindrom Gradenigo.
Kecurigaan terhadap petrositis terutama bila terdapat nanah yang keluar terus – menerus
dan rasa nyeri yang menetap pasca mastoidektomi.
Pengobatan petrositis ialah operasi serta pemberian antibiotika protocol komplikasi
intracranial. Pada waktu melakukan operasi telinga tengah dilakukan juga eksplorasi sel – sel
udara tulang petrosum serta mengeluarkan jaringan pathogen.
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 32
 Tromboflebitis sinus lateralis
Invasi infeksi ke sinus sigmoid ketika melewati tulang mastoid akan menyebabkan
terjadinya thrombosis sinus lateralis. Komplikasi ini sering ditemukan pada jaman pra –
antibiotik, tetapi kini sudah jarang terjadi.
Demam yang tidak dapat diterangkan penyebabnya merupakan tanda pertama dari infeksi
pembuluh darah. Pada mulanya suhu tubuh turun naik, tetapi setelah penyakit menjadi berat
didapatkan kurva suhu yang naik turun dengan sangat curam disertai dengan menggigil.
Kurva suhu demikian menandakan adanya sepsis.
Rasa nyeri biasanya tidak jelas, kecuali bila sudah terdapat abses perisinus. Kultur darah
biasanya positif, terutama bila darah diambil ketika demam.
Pengobatan haruslah dengan jalan bedah, membuang sumber infeksi di sel – sel mastoid,
membuang tulang yang berbatasan dengan sinus (sinus plate) yang nekrotik, atau membuang
dinding sinus yang terinfeksi atau nekrotik. Jika sudah terbentuk thrombus harus juga
dilakukan drainase sinus dan mengeluarkan thrombus. Sebelum itu dilakukan dulu ligasi
vena jugulare interna untuk mencegah thrombus terlepas ke paru dan ke dalam tubuh lain.
 Abses ekstradural
Abses ekstradural ialah terkumpulnya nanah di antara duramater dan tulang. Pada OMSK
keadaan ini berhubungan dengan jaringan granulasi dan kolesteatoma yang menyebabkan
erosi tegmen timpani atau mastoid.
Gejala terutama berupa nyeri telinga hebat dan nyeri kepala. Dengan foto rontgen
mastoid yang baik, terutama posisi Schuller, dapat dilihat kerusakan di lempeng tegmen
(tegmen plate) yang menandakan tertembusnya tegmen. Pada umumnya abses ini baru
diketahui pada waktu operasi mastoidektomi.
 Abses subdural
Abses subdural jarang terjadi sebagai perluasan langsung dari abses ekstradural biasanya
sebagai perluasan tromboflebitis melalui pembuluh vena.
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 33
Gejalanya dapat berupa demam, nyeri kepala, dan penurunan kesadaran sampai koma
pada pasien OMSK. Gejala kelainan SSP bisa berupa kejang, hemiplegia, dan pada
pemeroksaan terdapat kernig positif.
Pungsi lumbal perlu untuk membedakan abses subdural dengan meningitis. Pada abses
subdural pada pemeriksaan liquor serebrospinal kadar protein biasanya normal dan tidak
ditemukan bakteri. Kalau pada abses ekstradural nanah keluar pada waktu operasi
mastoidektomi, pada abses subdural nanah harus dikeluarkan secara bedah saraf (neuro –
surgical), sebelum dilakukan operasi mastoidektomi.
Komplikasi ke Susunan saraf pusat
 Meningitis
Komplikasi otitis media ke SSP yang paling sering ialah meningitis. Keadaan ini dapat
terjadi oleh OMA, maupun OMSK, serta dapat terlokalisasi, atau umum (general). Walau
secara klinik kedua bentuk ini mirip, pada pemeriksaan liquor serebrospinal terdapat bakteri
pada bentuk umum (general), sedangkan pada bentuk terlokalisasi tidak ditemukan bakteri.
Gambaran klinis meningitis biasanya berupa kaku kuduk, kenaikan suhu tubuh, mual,
muntah yang kadang – kadang muntahnya muncrat (proyektil), serta nyeri kepala yang hebat.
Pada kasus yang berat biasanya kesadaran menurun (delirium sampai koma). Pada
pemeriksaan klinik terdapat kaku kuduk waktu difleksikan dan terdapat tanda kernig positif.
Biasanya kadar gula menurun dan kadar protein meninggi di liquor serebrospinal.
Pengobatan meningitis otogenik ini ialah dengan mengobati meningitis dulu dengan
antibiotic yang sesuai, kemudian infeksi di telinga ditanggulangi dengan operasi
mastoidektomi.
 Abses otak
Abses otak sebagai komplikasi otitis media dan mastoiditis dapat ditemukan di
serebelum, fosa cranial posterior atau di lobus temporal, di fosa cranial media. Keadaan ini
sering berhubungan dengan tromboflebitis sinus lateralis, petrositis, atau meningitis. Abses
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 34
otak biasanya merupakan perluasan langsung dari infeksi telinga dan mastoid atau
tromboflebitis. Umumnya didahului oleh suatu abses ekstradural.
Gejala abses serebelum biasanya lebih jelas daripada abses lobus temporal. Abses
serebelum dapat ditandai dengan ataksia, disdiadokokinetis, tremor intensif dan tidak tepat
menunjuk suatu objek.
Afasia dapat terjadi pada abses lobus temporal. Gejala lain yang menunjukkan adanya
toksisitas, berupa nyeri kepala, demam, muntah, serta keadaan latargik. Selain itu sebagai
tanda yang nyata suatu abses otak ialah nadi yang lambat serta serangan kejang. Pemeriksaan
liquor serebrospinal memperlihatkan kadar protein yang meninggi serta kenaikan tekanan
liquor. Mungkin terdapat juga edema papil. Lokasi abses dapat ditentukan dengan
pemeriksaan angiografi, ventrikulografi, atau dengan tomografi computer.
Pengobatan abses otak ialah dengan antibiotika parenteral dosis tinggi (protocol terapi
komplikasi intracranial), dengan atau tanpa operasi untuk melakukan drainase dari lesi.
Selain itu pengobatan dengan antibiotika harus intensif. Mastoidektomi dilakukan untuk
membuang sumber infeksi, pada waktu keadaan umum lebih baik.
 Hidrosefalus otitis
Hidrosefalus otitis ditandai dengan peninggian tekanan liquor serebrospinal yang hebat
tanpa adanya kelainan kimiawi dari liquor itu. Pada pemeriksaan terdapat edema papil.
Keadaan ini dapat menyertai OMA atau OMSK.
Gejala berupa nyeri kepala yang menetap, diplopia, pandangan kabur, mual dan muntah.
Keadaan ini diperkirakan disebabkan oleh tertekannya sinus lateralis yang mengakibatkan
kegagalan absorpsi liquor serebrospinal oleh lapisan araknoid.
Case danReferatOMSK
Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 35
Daftar Pustaka
1. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi, E, et al, Ed. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi VI. Balai Penerbitan FKUI, Jakarta. 2006:
p. 64-77.
2. Christanto, A. et al. Pendekatan Molekuler (RISA) untuk Membedakan Spesies Bakteri
Otitis Media Supuratif Kronik Benigna Aktif. Cermin Dunia Kedokteran No. 155, 2007
3. Nursiah, S. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan Terhadap Beberapa
Antibiotika di Bagian THT FK USU / RSUP. H. Adam Malik Medan. Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2003
4. Soetirto, I. et al. Gangguan Pendengaran (Tuli). Dalam: Soepardi, E, et al, Ed. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi VI. Balai Penerbitan FKUI, Jakarta.
2006: p.10-22
5. Ballenger JJ. Penyakit Telinga Kronis. Dalam Buku Penyakit Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala dan Leher. Ed.13 Jilid Satu. Binarupa Aksara, Jakarta. 1994: p. 392-
412.
6. Aboet, A. Radang Telinga Tengah Menahun. Universitas Sumatera Utara: Medan.2007
7. Boesoirie, TS dan Lasminingrum. Perjalanan Klinis dan Penatalaksanaan Otitis Media
Supuratif. Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL. Fakultas Kedokteran UNPAD/RSUP
dr.Hasan Sadikin Bandung. 2009. Diakses dari
http://www.ketulian.com/v1/web/index.php?to=article&id=13 pada 20 september 2010.

More Related Content

What's hot

Askep gangguan pendengaran
Askep gangguan pendengaranAskep gangguan pendengaran
Askep gangguan pendengaranKANDA IZUL
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akutAriesta Mp
 
CBD Epistaksis Posterior
CBD Epistaksis PosteriorCBD Epistaksis Posterior
CBD Epistaksis PosteriorCoassTHT
 
Rhinosinusitis kronis
Rhinosinusitis kronisRhinosinusitis kronis
Rhinosinusitis kronisAriesta Mp
 
Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)fikri asyura
 
Anatomi telinga tengah ruptur mt oma
Anatomi telinga tengah ruptur mt omaAnatomi telinga tengah ruptur mt oma
Anatomi telinga tengah ruptur mt omaNova Mandasari
 
Cbd rhinitis medikamatosa
Cbd   rhinitis medikamatosaCbd   rhinitis medikamatosa
Cbd rhinitis medikamatosaastritkasandra
 
Cbd epiglotitis akut
Cbd epiglotitis akutCbd epiglotitis akut
Cbd epiglotitis akutvinavina25
 
otitis media supuratif kronik tipe maligna
otitis media supuratif kronik tipe malignaotitis media supuratif kronik tipe maligna
otitis media supuratif kronik tipe malignaClarissa Rizky
 
Cbd tht tuli mendadak veby b.m. marewa 1415112
Cbd tht tuli mendadak veby b.m. marewa 1415112Cbd tht tuli mendadak veby b.m. marewa 1415112
Cbd tht tuli mendadak veby b.m. marewa 1415112VebyBeloMusuMarewa
 

What's hot (18)

Askep gangguan pendengaran
Askep gangguan pendengaranAskep gangguan pendengaran
Askep gangguan pendengaran
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
CBD Epistaksis Posterior
CBD Epistaksis PosteriorCBD Epistaksis Posterior
CBD Epistaksis Posterior
 
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
 
Rhinosinusitis kronis
Rhinosinusitis kronisRhinosinusitis kronis
Rhinosinusitis kronis
 
Epistaksis (ENT)
Epistaksis (ENT)Epistaksis (ENT)
Epistaksis (ENT)
 
Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)
 
Klp cerdas
Klp cerdasKlp cerdas
Klp cerdas
 
Omsk
OmskOmsk
Omsk
 
Anatomi telinga tengah ruptur mt oma
Anatomi telinga tengah ruptur mt omaAnatomi telinga tengah ruptur mt oma
Anatomi telinga tengah ruptur mt oma
 
Cbd rhinitis medikamatosa
Cbd   rhinitis medikamatosaCbd   rhinitis medikamatosa
Cbd rhinitis medikamatosa
 
Otitis media akut
Otitis  media  akutOtitis  media  akut
Otitis media akut
 
Otitis eksterna
Otitis eksternaOtitis eksterna
Otitis eksterna
 
Otitis
OtitisOtitis
Otitis
 
Cbd epiglotitis akut
Cbd epiglotitis akutCbd epiglotitis akut
Cbd epiglotitis akut
 
otitis media supuratif kronik tipe maligna
otitis media supuratif kronik tipe malignaotitis media supuratif kronik tipe maligna
otitis media supuratif kronik tipe maligna
 
Epistaksis
EpistaksisEpistaksis
Epistaksis
 
Cbd tht tuli mendadak veby b.m. marewa 1415112
Cbd tht tuli mendadak veby b.m. marewa 1415112Cbd tht tuli mendadak veby b.m. marewa 1415112
Cbd tht tuli mendadak veby b.m. marewa 1415112
 

Similar to 177722298 case-omsk-thtotitis-media

Asuhan keperawatan gg. pendengaran&amp;wicara
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&amp;wicaraAsuhan keperawatan gg. pendengaran&amp;wicara
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&amp;wicaraGina Nd
 
LAPORAN KASUS tonsiltis.pptx
LAPORAN KASUS tonsiltis.pptxLAPORAN KASUS tonsiltis.pptx
LAPORAN KASUS tonsiltis.pptxMuhammadIzwarHadi
 
BLOK Ilmu THT-KL TERBARU LENGKAP NEW.pdf
BLOK Ilmu THT-KL TERBARU LENGKAP NEW.pdfBLOK Ilmu THT-KL TERBARU LENGKAP NEW.pdf
BLOK Ilmu THT-KL TERBARU LENGKAP NEW.pdfIzazFishalShafa
 
Otitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptx
Otitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptxOtitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptx
Otitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptxjonathan9410
 
Case Tubair Catarrh
Case Tubair CatarrhCase Tubair Catarrh
Case Tubair Catarrhestimahanani
 
GANGGUAN PENDENGARAN.ppt
GANGGUAN PENDENGARAN.pptGANGGUAN PENDENGARAN.ppt
GANGGUAN PENDENGARAN.pptPrazhCzar
 
Pengkajian pendengaran dalam Keperawatan by Indah Maharani Nasution
Pengkajian pendengaran dalam Keperawatan by Indah Maharani NasutionPengkajian pendengaran dalam Keperawatan by Indah Maharani Nasution
Pengkajian pendengaran dalam Keperawatan by Indah Maharani NasutionIndah Maharani
 
Revisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRevisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRichard Leonardo
 
Eksisi fibrolipoma retrofaring dengan pendekatan transcervical laporan kasus
Eksisi fibrolipoma retrofaring dengan pendekatan transcervical  laporan kasusEksisi fibrolipoma retrofaring dengan pendekatan transcervical  laporan kasus
Eksisi fibrolipoma retrofaring dengan pendekatan transcervical laporan kasusUruhaSama1
 
240142535 case-bismillah
240142535 case-bismillah240142535 case-bismillah
240142535 case-bismillahhomeworkping4
 
Barotrauma Telinga Tengah
Barotrauma Telinga TengahBarotrauma Telinga Tengah
Barotrauma Telinga Tengahauliadhita354
 
Case report-rinitis-alergi
Case report-rinitis-alergiCase report-rinitis-alergi
Case report-rinitis-alergijelly hariyati
 
otitismediaakut-170326050829.pptx
otitismediaakut-170326050829.pptxotitismediaakut-170326050829.pptx
otitismediaakut-170326050829.pptxZulAme
 
Modul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokan
Modul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokanModul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokan
Modul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokanUwes Chaeruman
 

Similar to 177722298 case-omsk-thtotitis-media (20)

Anis furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Anis furunkel AKPER PEMKAB MUNAAnis furunkel AKPER PEMKAB MUNA
Anis furunkel AKPER PEMKAB MUNA
 
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&amp;wicara
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&amp;wicaraAsuhan keperawatan gg. pendengaran&amp;wicara
Asuhan keperawatan gg. pendengaran&amp;wicara
 
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
Askep serumen AKPER PEMKAB MUNA
 
LAPORAN KASUS tonsiltis.pptx
LAPORAN KASUS tonsiltis.pptxLAPORAN KASUS tonsiltis.pptx
LAPORAN KASUS tonsiltis.pptx
 
Askep serumen
Askep serumenAskep serumen
Askep serumen
 
BLOK Ilmu THT-KL TERBARU LENGKAP NEW.pdf
BLOK Ilmu THT-KL TERBARU LENGKAP NEW.pdfBLOK Ilmu THT-KL TERBARU LENGKAP NEW.pdf
BLOK Ilmu THT-KL TERBARU LENGKAP NEW.pdf
 
lapkas dellla.pptx
lapkas dellla.pptxlapkas dellla.pptx
lapkas dellla.pptx
 
Otitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptx
Otitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptxOtitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptx
Otitis_Eksterna_Maligna_Cecilia_b23_ppt.pptx
 
Case Tubair Catarrh
Case Tubair CatarrhCase Tubair Catarrh
Case Tubair Catarrh
 
GANGGUAN PENDENGARAN.ppt
GANGGUAN PENDENGARAN.pptGANGGUAN PENDENGARAN.ppt
GANGGUAN PENDENGARAN.ppt
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Pengkajian pendengaran dalam Keperawatan by Indah Maharani Nasution
Pengkajian pendengaran dalam Keperawatan by Indah Maharani NasutionPengkajian pendengaran dalam Keperawatan by Indah Maharani Nasution
Pengkajian pendengaran dalam Keperawatan by Indah Maharani Nasution
 
Revisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRevisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsai
 
Eksisi fibrolipoma retrofaring dengan pendekatan transcervical laporan kasus
Eksisi fibrolipoma retrofaring dengan pendekatan transcervical  laporan kasusEksisi fibrolipoma retrofaring dengan pendekatan transcervical  laporan kasus
Eksisi fibrolipoma retrofaring dengan pendekatan transcervical laporan kasus
 
240142535 case-bismillah
240142535 case-bismillah240142535 case-bismillah
240142535 case-bismillah
 
Barotrauma Telinga Tengah
Barotrauma Telinga TengahBarotrauma Telinga Tengah
Barotrauma Telinga Tengah
 
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
IPE Pancaindra otalgia (skenario 3)
 
Case report-rinitis-alergi
Case report-rinitis-alergiCase report-rinitis-alergi
Case report-rinitis-alergi
 
otitismediaakut-170326050829.pptx
otitismediaakut-170326050829.pptxotitismediaakut-170326050829.pptx
otitismediaakut-170326050829.pptx
 
Modul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokan
Modul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokanModul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokan
Modul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokan
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAAmmar Ahmad
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...MuhammadSyamsuryadiS
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXIksanSaputra6
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxSaujiOji
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 

Recently uploaded (20)

Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 

177722298 case-omsk-thtotitis-media

  • 1. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 1 Get Homework/Assignment Done Homeworkping.com Homework Help https://www.homeworkping.com/ Research Paper help https://www.homeworkping.com/ Online Tutoring https://www.homeworkping.com/ click here for freelancing tutoring sites BAB I STATUS MEDIK Nama : Dessi Natalia Tanda Tangan: NIM : 11.2012.046
  • 2. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 2 dr. Pembimbing : dr. Agus Indro, Sp. THT I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. A Umur : 24 tahun Agama : Islam Pekerjaan : Pelajar Alamat : Bandar Kemang, RT.01 – RW.13 II. ANAMNESIS Dilakukan autoanamnesis, pada tanggal 16 September 2013, jam 10.30 Keluhan Utama : keluar cairan dari liang telinga kiri Keluhan Tambahan : tidak ada Riwayat Penyakit Sekarang OS datang ke poliklinik dengan keluhan keluar cairan dari liang telinga kiri sejak 2 bulan SMRS. Cairan yang keluar dari liang telinga berwarna putih jernih, encer, tidak berbau, tidak bercampur darah. OS merasakan tidak nyaman pada telinga kiri dan merasa pendengarannya agak terganggu. Menurut orangtuanya, OS pernah mengalami gejala serupa ketika OS duduk dibangku SD, penyakit ini timbul apabila OS berenang atau sakit batuk – pilek. Dan setiap kali sakit,
  • 3. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 3 OS dibawa ke Puskesmas. Dikeluarga tidak ada yang mengalami gejala serupa. Akhir – akhir ini OS suka mengorek – ngorek telinga sehingga gejala tersebut muncul kembali. Rasa demam, rasa nyeri tekan ataupun nyeri tarik pada telinga kiri disangkal. Rasa sakit kepala, rasa pusing berputar, mual dan muntah disangkal. Sekitar 4 bulan lalu OS pernah berobat ke Puskesmas dan diberikan obat antibiotika dan obat tetes telinga serta dianjurkan untuk kontrol kembali, namun karena merasa sudah sembuh OS tidak kembali kontrol. Riwayat mengorek telinga dengan cotton bud. Riwayat Penyakit Dahulu OS pernah mengalami penyakit serupa ketika OS duduk dibangku SD, penyakit ini timbul apabila OS berenang atau sakit batuk – pilek. Riwayat sakit asma, sakit darah tinggi, sakit kencing manis, dan alergi terhadap obat dan makanan disangkal. Riwayat Penyakit Keluarga Di keluarga tidak ada yang mengalami gejala serupa. Riwayat sakit asma, sakit darah tinggi, sakit kencing manis, dan alergi terhadap obat dan makanan disangkal. III.PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum Kesadaran : Compos Mentis Tekanan darah : 110/70 mmHg Nadi : 84 x/menit Respirasi : 18 x/menit
  • 4. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 4 Temperatur axilla : 36,7 0C Berat badan : 56 kg i. Telinga AD AS Bentuk daun telinga - Bat ear/ camplang - Mikrotia - Pseudokista - Cauliflower ear (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) Kelainan congenital (-) (-) Tumor (-) (-) Nyeri tekan tragus (-) (-) Penarikan daun telinga (-) (-) Valsava tes Toyinbee tes Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Regio Mastoid (retroaurikuler) - Hiperemis - Edema - Fistula Pre – aurikuler : - Hiperemis - Edema - Fistula (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) Liang telinga - Atresia liang telinga - Serumen - Corpus allenum - Furunkel - Kolesteatoma - Sekret (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) putih, jernih, encer, bau (-), darah (-) Membran tympani - Intak - Retraksi (+) (-) (-) (-)
  • 5. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 5 - Bulging - Perforasi - Cone of light (-) (-) (+) arah jam 5 (-) (+) letak sentral (-) Tes Penala : Penala yang dipakai : 512 Hz - Rinne (+) (-) - Webber Lateralisasi (+) terdengar lebih keras di telinga sebelah kiri - Swabach Sama dengan pemeriksa memanjang Kesan : tuli konduktif telinga kiri ii. Hidung dan Sinus Paranasal Pemeriksaan Hidung dengan rinoskopi anterior - Bentuk : Normal, Deformitas -/- - Tanda peradangan : hiperemis -/-, nyeri -/-, bengkak -/-, abses -/-, hematoma -/- - Vestibulum : hiperemis -/-, sekret -/- - Cavum nasi : lapang +/+, udem -/-, hiperemis -/- - Konka inferior kanan/ kiri : eutrofi/eutrofi - Konka medius kanan/ kiri : eutrofi/eutrofi - Meatus nasi inferiir kanan/ kiri : sekret -/- - Septum nasi : septum deviasi -/- - Nyeri ketok daerah sinus frontalis dan maksilaris : nyeri ketok -/-
  • 6. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 6 Pemeriksaan nasofaring dengan rinoskopi posterior Pemeriksaan tidak dilakukan. Pemeriksaan transiluminasi Pemeriksaan tidak dilakukan iii. Tenggorok Faring - Dinding faring : merah muda, hiperemis (-), granular (-) - Arkus faring : simetris, hiperemis (-), edema (-) - Tonsil : T1 – T1, hiperemis -/-, kripta melebar -/-, dendrites -/-, perlengketan -/- - Uvula : hiperemis (-), letak ditengah - Gigi : gigi geligi lengkap, caries (-) Pemeriksaan Laring dengan Laringoskopi Pemeriksaan tidak dilakukan. Leher luar - Kelenjar limfe submandibula : tidak teraba membesar - Kelenjar limfe servikal : tidak teraba membesar Maksillo – Fasial - Deformitas : (-)
  • 7. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 7 - Parese saraf otak : (-) RESUME Seorang wanita berusia 24 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan keluar cairan dari liang telinga kiri sejak 2 bulan SMRS. Cairan yang keluar dari liang telinga berwarna putih jernih, encer, tidak berbau, tidak bercampur darah. OS merasakan tidak nyaman pada telinga kiri dan merasa pendengarannya agak terganggu. Sekitar 4 bulan lalu OS pernah berobat ke Puskesmas dan diberikan obat antibiotika dan obat tetes telinga serta dianjurkan untuk kontrol kembali, namun karena merasa sudah sembuh OS tidak kembali kontrol. Riwayat mengorek telinga dengan cotton bud. OS pernah mengalami gejala serupa ketika OS duduk dibangku SD, penyakit ini timbul apabila OS berenang atau sakit batuk – pilek. Pada pemeriksaan fisik didapatkan telinga kanan dalam batasan normal, sedangkan pada telinga kiri didapatkan sekret dari liang telinga berwarna putih, jernih, encer, bau (-), darah (-), membrane timpani tidak intak dan mengalami perforasi letak sentral, reflex cahaya tidak ada. Pada tes penala menggunakan penala 512 Hz, tes Rinne (-), tes Webber lateralisasi (+) terdengar lebih keras disebelah kiri, dan tes Swabach memanjang pada telinga kiri. DIAGNOSIS BANDING 1. Otitis media supuratif kronik 2. Otitis media akut DIAGNOSIS KERJA Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) jinak tipe aktif AS. Dasar diagnosis :
  • 8. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 8 - keluar cairan berwarna putih jernih, encer, tidak berbau, tidak bercampur darah dari liang telinga kiri sejak 3 bulan SMRS. - Rasa tidak nyaman pada telinga kiri dan merasa pendengaran terganggu. - Sekitar 4 bulan lalu berobat ke Puskesmas namun tidak kembali kontrol. - Riwayat mengorek telinga dengan cotton bud. - Pada telinga kiri membrane timpani tidak intak dan mengalami perforasi letak sentral, reflex cahaya tidak ada. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG - Pemeriksaan audiometric : untuk menilai hantaran tulang dan udara, mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang - Pemeriksaan radiologi : untuk mengetahui luasnya pneumatisasi mastoid dari lateral dan atas - Pemeriksaan bakteri : untuk mengetahui bakteri penyebab TATA LAKSANA  Medika mentosa - Obat pencuci telinga : H2O2 3% selama 3 – 5 hari - Dilanjutkan pemberian tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid, misalnya neomisin dengan hidrokortison diberikan dalam jangka 10 hari.  Operatif - Miringoplasti - Timpanoplasti
  • 9. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 9  Anjuran/ edukasi - Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang diderita - Menganjurkan pasien untuk menghindari air masuk ke telinga yang sakit, misalnya tidak berenang - Menganjurkan pasien untuk tidak mengorek – ngorek telinga - Menganjurkan pasien untuk segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas PROGNOSIS - Ad vitam : dubia ad bonam - Ad fungsionam : dubia ad bonam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Telinga
  • 10. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 10 Anatomi Telinga Telinga terbagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.  Telinga luar Telinga luar terdiri dari daun telinga, dan liang telinga sampai membrane timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada ⅓ bagian luar, sedangkan ⅔ bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira – kira 2,5 – 3 cm. Pada ⅓ bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Pada ⅔ bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.  Telinga tengah Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batasnya adalah sebagai berikut4: - Batas luar : membrane timpani - Batas depan : tuba eustachius - Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
  • 11. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 11 - Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis facialis pars vertikalis - Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak) - Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal, kanalis facialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan promontorium. Telinga tengah terdiri dari suatu ruang yang terletak antara membrane timpani dan kapsul telinga dalam, tulang-tulang dan otot yang terdapat didalamnya beserta penunjangnya, tuba eustachius dan system sel-sel udara mastoid. Bagian ini dipisahkan dari dunia luar oleh suatu membrane timpani dengan diameter kurang lebih setengah inci.5 Membrane timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinnga. Bagian atas disebut pars flaksida (membrane shrapnel), sedangkan bagian bawah pars tensa (membrane propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi olehsel kubus bersilia, seperti sel epitel saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagendan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam. Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) kearah bawah yaitu pukul 7 untuk membrane timpani kiri dan pukul 5 untuk membrane timpani kanan. Membrane timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah-belakang, untuk menyatakan letak perforasi membrane timpani. Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar kedalam yaitu, maleus, inkus dan stapes. Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melakt pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antara tulang-tulang pendengaran merupakan persendian. Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Ditempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid.
  • 12. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 12 Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah.4  Telinga dalam Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa 2 ½ lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikoterma, menghubungkan perilimfa skala timpani dan skala vestibule. Di dalam koklea terdapat ruangan – ruangan yang berisi cairan, antara lain skala vestibule dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibule disebut sebagai membrane vestibule (Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media adalah membrane basalis. Pada membrane basalis terletak organ Corti, sel rambut dalam, dan sel rambut luar, dimana berfungsi mengubah energy getaran menjadi energy listrik. Fisiologi Telinga Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membrane timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membrane timpani dan tingkap lonjong. Energy getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membrane basilaris dan membrane tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel – sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, yang dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39 – 40) di lobus temporalis.
  • 13. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 13 2.2 Definisi OMSK Otitis media supuratif kronik adalah infeksi kronis ditelinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret yang keluar mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah. Otitis media akut dengan perforasi membran timpani dapat menjadi otitis media supuratif kronis bila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi kurang dari 2 bulan, disebut sebagai otitis media supuratif subakut.1 2.3 Epidemiologi Jenis bakteri yang paling banyak diisolasi pada OMSK adalah P. Aeruginosa, S. Aureus, Corynebacterium, dan Klebsiella pneumoniae. Organisme anaerobik seperti Peptostreptococcus, Fusobacterium species, Propionibacterium acnes, dan Bacterioides species, juga umum diisolasi. Lain halnya dengan yang ditemukan pada OMA, dimana organisme anaerob hanya memainkan peranan kecil dalam pathogenesisnya.5 Faktor – faktor predisposisi yang dapat menimbulkan OMSK antara lain : 6,7  Hipertrofi adenoid dan sinusitis kronik juga memberikan kontribusi terhadap berkembangnya OMSK.  Otitis media akut yang terlambat mendapat pengobatan  Otitis media akut yang mendapat pengobatan antibiotik yang tidak adekuat.  Radang saluran pernafasan bagian atas yang berulang  Daya tahan tubuh yang rendah akibat penyakit – penyakit malnutrisi, anemia, gangguan pada sistem imun tubuh.  Virulensi kuman.  Predisposisi genetik, yang secara tipikal berhubungan dengan disfungsi tuba eustachius. Disfungsi ini terlihat dalam berbagai populasi, seperti suku Eskimo,
  • 14. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 14 dan orang Indian – Amerika, seperti juga yang ditemukan pada orang dengan kelainan berupa palatoschisis. Namun demikian, disebutkan pula dalam kepustakaan yang lain bahwa dalam keadaan normal, tuba Eustachius dapat mencegah akumulasi cairan dalam telinga tengah dengan cara membiarkan cairan tersebut mengalir keluar dari telinga tengah melalui tuba. Dalam beberapa waktu, otitis media kronik dapat berkembang, dan biasanya didahului oleh efusi (cairan) dalam telinga tengah yang tidak segera menyembuh. Cairan yang persisten ini kemudian terkontaminasi oleh bakteri, dan bakteri yang ditemukan pada otitis media kronik berbeda dengan yang ditemukan pada otitis media akut.8 OMSK dapat terjadi akibat tidak terjadinya resolusi pada OMA. Dimana dalam hal ini akan terjadi perforasi menetap dan sekret tetap keluar lebih dari satu setengah bulan atau dua bulan. Maka keadaan ini disebut sebagai otitis media suppuratif kronis (OMSK). Bila kurang dari 2 bulan dikatakan sebagai otitis media supuratif sub akut. Perforasi ini dapat terjadi karena trauma, iatrogenik, atau karena otitis media akut yang telah dijelaskan diatas.4 Dengan demikian, maka segala sesuatu yang bisa menimbulkan gangguan fungsi Tuba Eustachius dapat pula mendorong terjadinya otitis media supuratif kronik. 8 2.4 Etiologi Prevalensi dari OMSK bervariasi dari negara ke negara. WHO mengklasifikasikannya menjadi negara berprevalensi paling tinggi (>4%), tinggi (2 – 4%), rendah (1 – 2%), dan paling rendah (<1%). Prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,9% dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasien – pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia, sehingga termasuk negara dengan OMSK prevalensi tinggi.3 Insiden dari OMSK dikatakan terkait dengan ras dan faktor sosio – ekonomi. OMSK ditemukan lebih sering pada orang Eskimo, Amerikan-Indian (Fairbanks, 1981), populasi orang Alaska (Tschopp, 1977), pada anak-anak suku Aborigin di Australia (McCafferty, 1977), dan orang-orang berkulit hitam di Afrika Selatan (Meyrick, 1951).7
  • 15. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 15 Beberapa studi memperkirakan insiden OMSK terjadi 39 kasus per 100.000 orang pertahunnya. Beberapa populasi ras tertentu dapat meningkatkan resiko terjadinya OMSK. Anatomi dan fungsi dari tuba eustachius memegang peranan penting dalam meningkatkan resiko. Orang Indian Amerika dan Eskimo memiliki resiko lebih tinggi karena memilki tuba eustachius yang lebih lebar dan lebih terbuka. Prevalensi OMSK adalah sama antara pria dan wanita. Distribusi OMSK menurut umur belum dapat ditetapkan secara pasti tetapi insidennya relatif meningkat pada anak – anak dan remaja umur 15 tahun atau lebih muda.4 2.5 Patofisiologi Disfungsi tuba Eustachius, yaitu suatu saluran yang menghubungkan rongga di belakang hidung (nasofaring) dengan telinga tengah (kavum timpani), merupakan penyebab utama terjadinya radang telinga tengah ini (otitis media, OM).1 Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan tertutup dan akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara luar (tekanan udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang pendek, penampang relatif besar pada anak dan posisi tuba yang datar menjelaskan mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah menjalar ke telinga tengah sehingga lebih sering menimbulkan OM daripada dewasa. Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari nasofaring melalui tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya infeksi dari telinga tengah. Pada saat ini terjadi respons imun di telinga tengah. Mediator peradangan pada telinga tengah yang dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrat, seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal seperti keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut akan menambah permiabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran sekret di telinga tengah. Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik yang dihasilkan mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri menyebabkan terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah.
  • 16. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 16 Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk dari satu lapisan, epitel skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified respiratory epithelium dengan banyak lapisan sel di antara sel tambahan tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel yang bersilia, mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah. Penyembuhan OM ditandai dengan hilangnya sel-sel tambahan tersebut dan kembali ke bentuk lapisan epitel sederhana. Terjadinya OMSK disebabkan oleh keadaan mukosa telinga tengah yang tidak normal atau tidak kembali normal setelah proses peradangan akut telinga tengah, keadaan tuba Eustachius yang tertutup dan adanya penyakit telinga pada waktu bayi.6 2.6 Klasifikasi OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe benigna) dan OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna). Berdasarkan aktifitas sekret yang keluar dikenal juga OMSK tipe aktif dan OMSK tenang. OMSK aktif adalah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif, sedangkan OMSK tenang adalah yang keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau kering. Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak disentral. Umumnya OMSK tipe aman jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak terdapat kolesteatoma. Kolesteatoma adalah suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Yang dimaksud OMSK tipe maligna adalah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe tulang. Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau di atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatom pada OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal timbul pada OMSK tipe bahaya.1
  • 17. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 17 Bentuk perforasi membran timpani adalah1 : 1. Perforasi sentral Lokasi pada pars tensa, bisa antero- inferior, postero-inferior dan postero- superior, kadang-kadang sub total. 2. Perforasi marginal Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi pada pinggir postero- superior berhubungan dengan kolesteatom. 3. Perforasi atik Terjadi pada pars flaksida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma. Kolesteatoma adalah suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatoma betambah besar. Beberapa ahli mengajukan teori terbentuknya kolesteatoma diantaranya: teori invaginasi, teori imigrasi, teori metaplasi dan teori implantasi. Menurut Gray (1964), kolesteatoma adalah epitel kulit yang berada pada tempat yang salah. Sebagaimana kita ketahui bahwa seluruh epitel kulit (keratinizing stratified squamous epithelium) pada tubuh kita berada pada lokasi yang terpapar ke dunia luar. Epitel kulit di liang telinga merupakan suatu daerah cul- de-sac, sehingga apabila terdapat serumen padat di liang telinga dalam waktu yang lama maka darai epitel kulit yang berada medial dari serumen tersebut seakan terperangkap sehingga membentuk kolesteatoma. Kolesteatoma dibagi atas dua jenis yaitu :
  • 18. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 18 1. Kolesteatoma kongenital Kolesteatoma yang terbentuk pada masa embrionik dan ditemukan pada telinga dengan membrane timpani utuh tanpa tanda – tanda infeksi. Lokasi kolesteatoma biasanya di kavum timpani, daerah petrosus mastoid atau di cerebellopontin angle. Kolesteatoma di cerebellopontin angle sering ditemukan secara tidak sengaja oleh ahli bedah saraf. 2. Kolesteatoma aquisita Kolesteatoma yang terbentuk setelah anak lahir, terbagi atas dua jenis : a. Kolesteatoma aquisita primer Kolesteatoma yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membrane timpani. Kolesteatoma timbul akibat proses invaginasi dari membrane pars flaksida karena adanya tekanan negative di telinga tengah akibat gangguan tuba (teori invaginasi). b. Kolesteatoma aquisita sekunder Kolesteatoma terbentuk setelah adanya proses perforasi membrane timpani. Kolesteatoma terbentuk sebagai akibat dari masuknya epitel kulit dari liang telinga atau dari pinggir perforasi membrane timpani ke telinga tengah (teori migrasi) atau terjadi akibat metaplasi mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang berlangsung lama (teori metaplasi). Pada teori implantasi dikatakan bahwa kolesteatoma terjadi akibat implantasi epitel kulit secara iatrogenic ke dalam telinga tengah sewaktu operasi, setelah blust injury, pemasangan pipa ventilasi atau setelah miringotomi. Kolesteatoma merupakan media yang baik untuk tumbuhnya kuman (infeksi), yang paling sering adalah Pseudomonas aeruginosa. Sebaliknya infeksi dapat memicu respons imun local yang mengakibatkan produksi berbagai mediator inflamasi dan berbagai sitokin. Sitokin yang diidentifikasi terdapat pada matriks kolesteatoma adalah interleukin – 1 (IL – 1), interleukin – 6, tumor necrosis factor - ά (TNF - ά), dan transforming growth factor (TGF). Zat – zat ini dapat menstimulasi sel – sel keratinosit matriks kolesteatoma bersifat hiperproliferatif, destruktif, dan mampu berangiogenesis. Pembesarannya akan lebih cepat apabila disertai infeksi, kolesteatoma akan mendesak dan menekan organ di sekitarnya serta menimbulkan nekrosis tulang. Hal ini akan diperhebat oleh proses terbentuknya asam akibat pembusukan bakteri. Proses nekrosis tulang ini
  • 19. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 19 kemudian akan mempermudah timbulnya komplikasi seperti labirinitiomas, meningitis dan abses otak.2 2.7 Gejala Klinis 1. Telinga berair (otorrhoe) Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis. 2. Gangguan pendengaran Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db.
  • 20. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 20 Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati. Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat menggambarkan sisa fungsi kohlea. 3. Otalgia ( nyeri telinga) Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis. 4. Vertigo Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin berlanj ut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan
  • 21. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 21 positif dan negatif pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga tengah. Tanda Klinis OMSK tipe maligna : - Perforasi pada marginal atau atik - Abses atau fistel retroaurikuler (belakang telinga) - Polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari dalam telinga tengah - Sekret berbentuk nanah dan berbau khas (aroma kolesteatoma) - Foto rontgen mastoid menunjukan gambaran kolesteatoma 2.8 Pemeriksaan Klinis 1. Pemeriksaan Otoskopi Pada pemeriksaan otoskopi dapat dibedakan jenis OMSK berdasarkan letak perforasi pada membrane timpani, yang terdiri atas perforasi sentral, marginal, dan atik. 2. Pemeriksaan Audiometri Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai hantaran tulang dan udara, penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang. Audiometri tutur berguna untuk menilai ‘speech reception threshold’ pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki pendengaran. Pemeriksaan penala adalah pemeriksaan sederhana untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan pendengaran dapat dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni, audiometri tutur (speech audiometry) dan pemeriksaan BERA (brainstem evoked responce audiometry) bagi pasien anak yang tidak kooperatif dengan pemeriksaan audiometri nada murni. Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi dapat pula dijumpai tuli sensori neural, beratnya ketulian tergantung besar dan letaknya
  • 22. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 22 perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem penghantaran suara di telinga tengah. 3. Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan radiologi dengan proyeksi Schuller digunakan untuk mengetahui luasnya pneumatisasi mastoid dari lateral dan atas yang berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan sinus lateral. Biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik, lebih kecil dengan pneumatisasi lebih sedikit dibandingkan mastoid yang normal. Erosi tulang terutama pada daerah atik memberi kesan kolesteatoma. 4. Pemeriksaan Bakteriologi Identifikasi kuman didasarkan pada morfologi koloni kuman yang tumbuh pada media kultur (agar darah) dan uji biokimia. Identifikasi bakteriologik dalam tubuh manusia (dalam hal ini sekret telinga penderita OMSKBA) masih mengandalkan teknik kultur murni. 2.9 Tata Laksana Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-ulang. Sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan yaitu: adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar; terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal; sudah terbentuk jaringan patologik yang irreversibel dalam rongga mastoid dan ; gizi dan higiene yang kurang. Prinsip terapi OMSK tipe aman adalah konserfatif atau dengan medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus-menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Secara oral diberikan antibiotika dari golongan ampisilin atau eritromisin (bila pasien alergi terhadap ampisilin) sebelum hasil tes resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai penyebebnya telah resisten terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin asam klavulanat.
  • 23. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 23 Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi dan kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran. Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu dilakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi atau tonsilektomi. Prinsip terapi OMSK tipe bahaya adalah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi, bila terdapat OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat adalah dengan melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medika mentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses periosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum mastoidektomi. Untuk mencapai hasil terapi antimikroba yang optimal pada OMSK, harus dilakukan isolasi kuman penyebab dan uji kepekaan terhadap antimikroba. Meskipun demikian, tidak semua OMSK berhasil diatasi dengan terapi antimikroba, walaupun terapi yang diberikan telah sesuai dengan uji kepekaan.7 Infeksi telinga tengah dan mastoid Rongga telinga tengah dan rongga mastoid berhubungan langsung melalui aditus ad antrum. Oleh karena itu infeksi kronis telinga tengah yang sudah berlangsung lama biasanya disertai infeksi kronis di rongga mastoid. Infeksi rongga mastoid dikenal dengan mastoiditis. Jenis pembedahan pada OMSK 1. Mastoidektomi sederhana
  • 24. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 24 Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki. 2. Mastoidektomi radikal Operasi ini dilakukan pada OMSK bahaya dengan infeksi atau kolesteatoma yang sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi intracranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki. Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya. Pasien harus datang teratur untuk control, supaya tidak terjadi infeksi kembali. Pendengaran berkurang sekali, sehingga dapat menghambat pendidikan atau karier pasien. Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi serta membuat meatoplasti yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat cacat anatomi, yaitu meatus liang telinga luar menjadi lebar. 3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi Bondy) Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatoma di daerah atik, tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid, dan mempertahankan pendengaran yang masih ada. 4. Miringoplasti Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal dengan nama timpanoplasti tipe I. rekonstruksi hanya dilakukan pada membrane timpani. Tujuan operasi ini ialah untuk mecegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK tipe aman dengan perforasi yang menetap. Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membrane timpani.
  • 25. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 25 5. Timpanoplasti Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe aman yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medika mentosa. Tujuan operasi ialah untuk menyembukan penyakit serta memperbaiki pendengaran. Pada operasi ini selain rekonstruksi membrane timpani sering kali harus dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran yang dilakukan , maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV, dan V. Sebelum rekonstruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang pula operasi ini terpaksa dilakukan dua tahap dengan jarak waktu 6 – 12 bulan. 6. Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach Tympanoplasty) Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe aman dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior liang telinga). Membersihkan kolesteatoma dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan melalui dua jalan (combined approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Teknik operasi ini pada OMSK tipe bahaya belum disepakati oleh karena sering kambuhnya kolesteatoma kembali.
  • 26. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 26 OMSK bahaya kolesteatoma (+) Pengobatan yang harus dilakukan adalah dengan operasi untuk eradikasi kolesteatoma. Tehnik operasi yang dipilih tergantung luas kerusakan dan pilihan ahli bedah. Tindakan atikotomi anterior dipilih apabila kolesteatoma masih sangat terbatas di atik. Bila kolesteatoma tidak dapat dibersihkan secara total dengan tindakan tersebut, dapat dipilih berbagai variasi tehnik eradikasi kolesteatoma, biasanya diikuti dengan rekonatruksi fungsi pendengaran pada saat yang sama, misalnya timpanoplasti dinding runtuh (canal wall down tympanoplasty) atau mastoidektomi dinding utuh (canal wall up tympanoplasty) atau atikoplasti atau timpanoplasti buka-tutup (open and close method tympanoplasty) dan sebagainya OMSK Benigna Kolesteatoma (-) OMSK tenang OMSK aktif Stimulasi epitelisasi tepi perforasi Perforasi menetap Ro.Mastoid, Audiogram Cuci telinga, AB sistemik, AB topikal Otore stop Otore menetap >1mg AB berdasarkan pemeriksaan MO Tuli kond uktif (+) Ideal: timpanoplasti dengan atau tanpa mastoidektomi Perforasi menutup Tuli kon duk tif (-) Otore stop Otore menetap >3 bulan Ideal: mastoidektomi+timpanoplasti
  • 27. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 27 2.10 Komplikasi OMSK baik yang akut maupun yang kronis, mempunyai potensi untuk menjadi serius karena komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan kematian. Bentuk komplikasi ini tergantung pada kelainan patologik yang dapat menyebabkan otore. Biasanya komplikasi ini didapatkan pada OMSK tipe bahaya, tetapi OMSK tipe aman pun dapat menyebabkan suatu komplikasi apabila terinfeksi kuman yang virulen. Dengan tersedianya antibiotika mutakhir, komplikasi otogenik menjadi semakin jarang. Pemberian obat – obat itu sering menyebabkan gejala dan tanda klinis komplikasi OMSK menjadi kurang jelas. Hal tersebut menyebabkan pentingnya mengenai pola penyakit yang berhubungan dengan komplikasi ini. Penyebaran Penyakit Komplikasi otitis media terjadi apabila sawar (barier) pertahanan telinga tengah yang normal dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur disekitarnya. Pertahanan pertama ini ialah mukosa kavum timpani yang juga seperti mukosa saluran napas, mampu melokalisasi infeksi. Bila sawar ini utuh masih ada sawar kedua, yaitu dinding tulang kavum timpani dan sel mastoid. Bila sawar ini runtuh, maka struktur lunak disekitarnya akan terkena. Runtuhnya periosteum akan menyebabkan terjadinya abses sub periosteal, suatu komplikasi yang relative tidak berbahaya. Apabila infeksi mengarah ke dalam, ke tulang temporal, maka akan menyebabkan parese N. Fasialis atau labirinitis. Bila kearah cranial, akan menyebabkan abses ekstradural, tromboflebitis, sinus lateralis, meningitis, dan abses otak. Bila sawar tulang terlampaui, suatu dinding pertahanan ketiga yaitu jaringan granulasi akan terbentuk. Pada OMSK akut atau suatu eksaserbasi akut penyebaran biasanya melalui osteotromboflebitis (hematogen). Sedangkan pada kasus OMSK kronik, penyebaran terjadi melalui erosi tulang. Cara penyebaran lainnya ialah toksin masuk melalui jalan yang sudah ada, misalnya fenestra rotundum, meatus akustikus internus, duktus perilimfatik, dan duktus endolimfatik.
  • 28. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 28 Dari gejala dan tanda yang ditemukan, dapat diperkirakan jalan penyebaran suatu infeksi telinga tengah ke intra cranial.  Penyebaran hematogen Penyebaran melalui osteotromboflebitis dapat diketahui dengan adanya : 1) komplikasi terjadi pada awal suatu infeksi atau eksaserbasi akut, dapat terjadi pada hari pertama atau kedua sampai hari kesepuluh 2) gejala prodormal tidak jelas seperti didapatkan pada gejala meningitis local 3) pada operasi, didapatkan dinding tulang telinga tengah utuh, dan tulang serta lapisan mukoperiosteal meradang dan mudah berdarah, sehingga disebut juga mastoiditis hemoragika  Penyebaran melalui erosi tulang Penyebaran melalui erosi tulang dapat diketahui bila : 1) Komplikasi terjadi beberapa minggu atau lebih setelah awal penyakit 2) Gejala prodormal infeksi local biasanya mendahului gejala infeksi yang lebih luas, misalnya parese N. Fasialis ringan yang hilang timbul mendahului parese N. Fasialis yang total, atau gejala meningitis local mendahului meningitis purulen 3) Pada operasi dapat ditemukan lapisan tulang yang rusak diantaranya focus supurasi dengan struktur disekitarnya. Struktur jaringan lunak yang terbuka biasanya dilapisi oleh jaringan granulasi  Penyebaran melalui jalan yang sudah ada Penyebaran cara ini dapat diketahui bila : 1) Komplikasi terjadi pada awal penyakit 2) Ada serangan labirinitis atau meningitis berulang, mungkin dapat ditemukan fraktur tengkorak, riwayat operasi tulang, atau riwayat otitis media yang sudah sembuh. Komplikasi intracranial mengikuti komplikasi labirinitis supuratif 3) Pada operasi dapat ditemukan jalan penjalaran melalui sawar tulang yang bukan karena erosi
  • 29. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 29 Klasifikasi Komplikasi OMSK Komplikasi di telinga tengah Akibat infeksi telinga tengah hampir selalu berupa tuli konduktif. Pada membrane timpani yang masih utuh, tetapi rangkaian tulang pendengaran terputus, akan menyebabkan tuli konduktif yang berat. Biasanya derajat tuli konduktif yang tidak selalu berhubungan dengan penyakit, sebab jaringan patologis yang terdapat di kavum timpani pun, misalnya kolesteatoma dapat menghantar suara ke telinga dalam.  Parese N. Fasialis N. Fasialis dapat terkena oleh penyebaran infeksi langsung ke kanalis fasialis pada OMA. Pada OMSK, kerusakan terjadi oleh erosi tulang oleh kolesteatom atau oleh jaringan granulasi, disusul oleh infeksi ke dalam kanalis fasialis tersebut. Pada OMA operasi dekompresi kanalis fasialis tidak diperlukan. Perlu diberikan antibiotika dosis tinggi dan terapi penunjang lainnya, serta menghilangkan tekanan di dalam kavum timpani dengan drainase. Bila dalam jangka waktu tertentu ternyata tidak ada perbaikan setelah diukur dengan elektrodiagnostik (misalnya elektromiografi), barulah dipikirkan untuk melakukan dekompresi. Pada OMSK, tindakan dekompresi harus segera dilakukan segera tanpa menunggu pemeriksaan elektrodiagnostik. Komplikasi di telinga dalam Apabila terdapat peninggian tekanan di telinga tengah oleh produk infeksi, ada kemungkinan produk infeksi itu akan menyebar ke telinga dalam melalui tingkap bulat (fenestra rotundum). Selama kerusakan hanya sampai bagian basalnya saja biasanya tidak menimbulkan keluhan pada pasien. Akan tetapi apabila kerusakan telah menyebar ke koklea akan menjadi masalah. Hal ini sering dipakai sebagai indikasi untuk dilakukan miringotomi segera pada pasien OMA yang tidak membaik setelah 48 jam dengan pengobatan medika mentosa saja.
  • 30. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 30 Penyebaran oleh proses destruksi, seperti oleh kolesteatoma atau infeksi langsung ke labirin akan menyebabkan gangguan keseimbangan dan pendengaran. Misalnya vertigo, mual dan muntah, serta tuli saraf.  Fistula labirin OMSK terutama yang dengan kolesteatoma, dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada bagian vestibuler labirin, sehingga terbentuk fistula. Pada keadaan ini infeksi dapat masuk, sehingga terjadi labirinitis dan akhirnya akan terjadi komplikasi tuli total atau meningitis. Fistula di labirin dapat diketahui dengan tes fistula, yaitu dengan memberikan tekanan udara positif atau negative ke liang telinga melalui otoskop Siegel dengan corong telinga yang kedap atau balon karet dengan bentuk elips pada ujungnya yang dimasukkan ke dalam liang telinga. Balon karet dipencet dan udara di dalamnya akan menyebabkan perubahan tekanan udara di liang telinga. Bila fistula yang terjadi masih paten makan akan terjadi kompresi dan ekspansi labirin membrane. Tes fistula positif akan menimbulkan nistagmus atau vertigo. Tes fistula bisa negative, bila fistula sudah tertutup oleh jaringan granulasi atau bila labirin sudah mati/ parese kanal. Pemeriksaan radiologi tomografi atau CT scan yang baik kadang – kadang dapat dapat memperlihatkan fistula labirin, yang biasanya ditemukan di kanalis semisirkularis horizontal. Pada fistula labirin atau labirinitis, operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan infeksi dan menutup fistula, sehingga fungsi telinga dalam dapat pulih kembali. Tindakan bedah harus adekuat, untuk mengontrol penyakit primer. Matriks kolesteatoma dan jaringan granulasi harus diangkat dari fistula sampai bersih dan daerah tersebut harus segera ditutup dengan jaringan ikat atau sekeping tulang/ tulang rawan.  Labirinitis Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin, disebut labirinitis umum (general), dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat, sedangkan labirinitis yang terbatas (labirinitis sirkumskripta) menyebabkan terjadinya vertigo saja atau tuli saraf saja.
  • 31. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 31 Labirinitis terjadi oleh karena penyebaran infeksi ke ruang perilimfa. Terdapat dua bentuk labirinitis, yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis serosa sirkumskripta. Labirinitis supuratif dibagi dalam bentuk labirinitis supuratif akut difus dan labirinitis supuratif kronik difus. Pada labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang, sedangkan pada labirinitis supuratif, sel radang menginvasi labirin, sehingga terjadi kerusakan yang ireversibel, seperti fibrosis dan osifikasi. Pada kedua bentuk labirinitis itu operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan infeksi dari telinga tengah. Kadang – kadang diperlukan drainase nanah dari labirin untuk mencegah terjadinya meningitis. Pemberian antibiotika adekuat terutama ditujukan kepada pengobatan otitis media kronik dengan/ tanpa kolesteatoma. Komplikasi ke ekstradural  Petrositis Kira – kira ⅓ dari populasi manusia, tulang temporalnya mempunyai sel – sel udara sampai ke apeks os petrosum. Terdapat beberapa cara penyebaran infeksi dari telinga tengah ke os petrosum. Yang sering ialah penyebaran langsung ke sel – sel udara tersebut. Adanya pertositis sudah harus dicurigai, apabila pada pasien otitis media terdapat keluhan diplopia, karena kelemahan N. VI. Seringkali disertai rasa nyeri di daerah parietal, temporal, atau oksipital, oleh karena terkenanya N. V, ditambah dengan terdapatnya otore yang persisten, terbentuklah suatu sindrom Gradenigo. Kecurigaan terhadap petrositis terutama bila terdapat nanah yang keluar terus – menerus dan rasa nyeri yang menetap pasca mastoidektomi. Pengobatan petrositis ialah operasi serta pemberian antibiotika protocol komplikasi intracranial. Pada waktu melakukan operasi telinga tengah dilakukan juga eksplorasi sel – sel udara tulang petrosum serta mengeluarkan jaringan pathogen.
  • 32. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 32  Tromboflebitis sinus lateralis Invasi infeksi ke sinus sigmoid ketika melewati tulang mastoid akan menyebabkan terjadinya thrombosis sinus lateralis. Komplikasi ini sering ditemukan pada jaman pra – antibiotik, tetapi kini sudah jarang terjadi. Demam yang tidak dapat diterangkan penyebabnya merupakan tanda pertama dari infeksi pembuluh darah. Pada mulanya suhu tubuh turun naik, tetapi setelah penyakit menjadi berat didapatkan kurva suhu yang naik turun dengan sangat curam disertai dengan menggigil. Kurva suhu demikian menandakan adanya sepsis. Rasa nyeri biasanya tidak jelas, kecuali bila sudah terdapat abses perisinus. Kultur darah biasanya positif, terutama bila darah diambil ketika demam. Pengobatan haruslah dengan jalan bedah, membuang sumber infeksi di sel – sel mastoid, membuang tulang yang berbatasan dengan sinus (sinus plate) yang nekrotik, atau membuang dinding sinus yang terinfeksi atau nekrotik. Jika sudah terbentuk thrombus harus juga dilakukan drainase sinus dan mengeluarkan thrombus. Sebelum itu dilakukan dulu ligasi vena jugulare interna untuk mencegah thrombus terlepas ke paru dan ke dalam tubuh lain.  Abses ekstradural Abses ekstradural ialah terkumpulnya nanah di antara duramater dan tulang. Pada OMSK keadaan ini berhubungan dengan jaringan granulasi dan kolesteatoma yang menyebabkan erosi tegmen timpani atau mastoid. Gejala terutama berupa nyeri telinga hebat dan nyeri kepala. Dengan foto rontgen mastoid yang baik, terutama posisi Schuller, dapat dilihat kerusakan di lempeng tegmen (tegmen plate) yang menandakan tertembusnya tegmen. Pada umumnya abses ini baru diketahui pada waktu operasi mastoidektomi.  Abses subdural Abses subdural jarang terjadi sebagai perluasan langsung dari abses ekstradural biasanya sebagai perluasan tromboflebitis melalui pembuluh vena.
  • 33. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 33 Gejalanya dapat berupa demam, nyeri kepala, dan penurunan kesadaran sampai koma pada pasien OMSK. Gejala kelainan SSP bisa berupa kejang, hemiplegia, dan pada pemeroksaan terdapat kernig positif. Pungsi lumbal perlu untuk membedakan abses subdural dengan meningitis. Pada abses subdural pada pemeriksaan liquor serebrospinal kadar protein biasanya normal dan tidak ditemukan bakteri. Kalau pada abses ekstradural nanah keluar pada waktu operasi mastoidektomi, pada abses subdural nanah harus dikeluarkan secara bedah saraf (neuro – surgical), sebelum dilakukan operasi mastoidektomi. Komplikasi ke Susunan saraf pusat  Meningitis Komplikasi otitis media ke SSP yang paling sering ialah meningitis. Keadaan ini dapat terjadi oleh OMA, maupun OMSK, serta dapat terlokalisasi, atau umum (general). Walau secara klinik kedua bentuk ini mirip, pada pemeriksaan liquor serebrospinal terdapat bakteri pada bentuk umum (general), sedangkan pada bentuk terlokalisasi tidak ditemukan bakteri. Gambaran klinis meningitis biasanya berupa kaku kuduk, kenaikan suhu tubuh, mual, muntah yang kadang – kadang muntahnya muncrat (proyektil), serta nyeri kepala yang hebat. Pada kasus yang berat biasanya kesadaran menurun (delirium sampai koma). Pada pemeriksaan klinik terdapat kaku kuduk waktu difleksikan dan terdapat tanda kernig positif. Biasanya kadar gula menurun dan kadar protein meninggi di liquor serebrospinal. Pengobatan meningitis otogenik ini ialah dengan mengobati meningitis dulu dengan antibiotic yang sesuai, kemudian infeksi di telinga ditanggulangi dengan operasi mastoidektomi.  Abses otak Abses otak sebagai komplikasi otitis media dan mastoiditis dapat ditemukan di serebelum, fosa cranial posterior atau di lobus temporal, di fosa cranial media. Keadaan ini sering berhubungan dengan tromboflebitis sinus lateralis, petrositis, atau meningitis. Abses
  • 34. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 34 otak biasanya merupakan perluasan langsung dari infeksi telinga dan mastoid atau tromboflebitis. Umumnya didahului oleh suatu abses ekstradural. Gejala abses serebelum biasanya lebih jelas daripada abses lobus temporal. Abses serebelum dapat ditandai dengan ataksia, disdiadokokinetis, tremor intensif dan tidak tepat menunjuk suatu objek. Afasia dapat terjadi pada abses lobus temporal. Gejala lain yang menunjukkan adanya toksisitas, berupa nyeri kepala, demam, muntah, serta keadaan latargik. Selain itu sebagai tanda yang nyata suatu abses otak ialah nadi yang lambat serta serangan kejang. Pemeriksaan liquor serebrospinal memperlihatkan kadar protein yang meninggi serta kenaikan tekanan liquor. Mungkin terdapat juga edema papil. Lokasi abses dapat ditentukan dengan pemeriksaan angiografi, ventrikulografi, atau dengan tomografi computer. Pengobatan abses otak ialah dengan antibiotika parenteral dosis tinggi (protocol terapi komplikasi intracranial), dengan atau tanpa operasi untuk melakukan drainase dari lesi. Selain itu pengobatan dengan antibiotika harus intensif. Mastoidektomi dilakukan untuk membuang sumber infeksi, pada waktu keadaan umum lebih baik.  Hidrosefalus otitis Hidrosefalus otitis ditandai dengan peninggian tekanan liquor serebrospinal yang hebat tanpa adanya kelainan kimiawi dari liquor itu. Pada pemeriksaan terdapat edema papil. Keadaan ini dapat menyertai OMA atau OMSK. Gejala berupa nyeri kepala yang menetap, diplopia, pandangan kabur, mual dan muntah. Keadaan ini diperkirakan disebabkan oleh tertekannya sinus lateralis yang mengakibatkan kegagalan absorpsi liquor serebrospinal oleh lapisan araknoid.
  • 35. Case danReferatOMSK Ilmu KesehatanTHT RS PusatTNI AU dr. Esnawan Antariksa Page 35 Daftar Pustaka 1. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi, E, et al, Ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi VI. Balai Penerbitan FKUI, Jakarta. 2006: p. 64-77. 2. Christanto, A. et al. Pendekatan Molekuler (RISA) untuk Membedakan Spesies Bakteri Otitis Media Supuratif Kronik Benigna Aktif. Cermin Dunia Kedokteran No. 155, 2007 3. Nursiah, S. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan Terhadap Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK USU / RSUP. H. Adam Malik Medan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2003 4. Soetirto, I. et al. Gangguan Pendengaran (Tuli). Dalam: Soepardi, E, et al, Ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi VI. Balai Penerbitan FKUI, Jakarta. 2006: p.10-22 5. Ballenger JJ. Penyakit Telinga Kronis. Dalam Buku Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Ed.13 Jilid Satu. Binarupa Aksara, Jakarta. 1994: p. 392- 412. 6. Aboet, A. Radang Telinga Tengah Menahun. Universitas Sumatera Utara: Medan.2007 7. Boesoirie, TS dan Lasminingrum. Perjalanan Klinis dan Penatalaksanaan Otitis Media Supuratif. Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL. Fakultas Kedokteran UNPAD/RSUP dr.Hasan Sadikin Bandung. 2009. Diakses dari http://www.ketulian.com/v1/web/index.php?to=article&id=13 pada 20 september 2010.