Pasien mengeluhkan benjolan di lipatan paha kiri yang dapat direposisi. Pemeriksaan fisik menunjukkan adanya hernia inguinalis lateralis kiri yang reponibel.
3. LATAR BELAKANG
Hernia merupakan
penonjolan sebagian
isi abdomen diluar
batas – batas normal
dinding abdomen
Hernia inguinalis hampir
75% dari semua kasus
hernia abdominalis. Hernia
femoralis sebanyak 17% dari
hernia abdominalis dan
hernia umbilicalis sekitar
8,5% dari hernia dinding
abdomen
Hernia inguinalis lateralis
pada anak-anak harus
diperbaiki secara operatif
tanpa penundaan, karena
adanya risiko komplikasi
yang besar terutama
inkarserata, strangulata,.
5. Definisi Hernia Inguinalis
Menurut patogenesisnya hernia ini dibagi menjadi dua,
yaitu hernia inguinalis lateralis (HIL) dan hernia
inguinalis medialis (HIM).
6. • timbul karena adanya kelemahan anulus
intenus sehingga organ-organ dalam rongga
perut (omentum, usus) masuk ke dalam
kanalis inguinalis dan menimbulkan benjolan
di lipat paha sampai skrotum.
Hernia
inguinalis
lateralis
• timbul karena adanya kelemahan dinding
perut karena suatu sebab tertentu.
Biasanya terjadi pada segitiga hasselbach.
hernia
ingunalis
medialis
7.
8. Etiologi
di usia ini seseorang lebih produktif dan melakukan
banyak aktivitas. Sehingga penyebab hernia pada
orang dewasa ialah sering mengangkat barang berat,
juga bisa oleh karena kegemukan, atau karena pola
makan yang tinggi lemak dan rendah serat sehingga
sering mengedan pada saat BAB.
9. Klasifikasi Hernia Inguinalis
• benjolan akan muncul saat bersin, berdiri, batuk, mengedan namun dapat
kembali setelah berbaring dan didorong masuk kembali. Rasa nyeri jarang
dikeluhkan
Hernia
Reponibel
• disebut juga akreta atau perlekatan. Hal ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi
kantong hernia dengan peritoneum kantong hernia. Biasanya tidak ada keluhan nyeri
Hernia
Irreponibel
• Bila isi hernia terperangkap tidak dapat kembali ke dalam rongga dengan
gangguan pasase disebut hernia inkarserata. Dapat menyebabkan obstruksi, mual,
muntah dan nyeri perut.
Hernia
Inkarserata
• Usus yang terperangkap dapat mengalami ileus obstruksi karena terjepit dalam
kantong hernia kemudian terjadi adanya gangguan vaskularisasi. Sehingga dapat
mengalam infark dan perforasi usus dan menyebabkan peritonitis.
Hernia
Strangulata
10. Anamnesis
Benjolan akan muncul
saat bersin, berdiri,
batuk, mengedan
namun dapat kembali
setelah berbaring dan
didorong masuk
kembali pada hernia
reponibel.
jika terjadi obstruksi usus
dapat menyebabkan
distensi, mual, muntah dan
obstipasi
Pada anak besar
mengeluhkan adanya
ketidaknyamanan pada
lipat paha selama
beraktivitas fisik.
11. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Finger Test :
Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
1.Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal
inguinal.
2.Penderita disuruh batuk:
• Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
• Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.
12. Pemeriksaan Ziemen Test :
Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan
dulu (biasanya oleh penderita).
Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :
jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
jari ke 4 : Hernia Femoralis.
13. Pemeriksaan Thumb Test :
•Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh
mengejan
•Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis
14. Diagnosis Banding
• tanda radang lokal umum dengan sumber infeksi di tungkai
bawah, perineum, anus, atau kulit tubuh kaudal dari tingkat
umbilikus.
Limfadenitis
• kadang tidak dapat dibedakan dari benjolan jaringan lemak
preperitoneal pada hernia femoralis.
Lipoma
• yang berasal dari spondilitis torakolumbalis dapat menonjol
di fosa ovalis.
Abses dingin
15. Penatalaksanaan
Konservatif
(pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau
penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi)
Reposisi
Tangan kiri memegang isi hernia
membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorongnya
kearah cincin hernia dengan
tekanan lambat tapi menetap
sampai terjadi reposisi.
Bantalan penyangga ( sabuk
Truss)
Pemakaian bantalan penyangga
hanya bertujuan menahan hernia
yang telah direposisi dan tidak
pernah menyembuhkan sehingga
harus dipakai seumur hidup.
16. Operatif
Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong
hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka dan
isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat
setinggi mungkin lalu dipotong.
17. Indikasi :
Hernia Inkarserata / Strangulasi (cito)
Hernia Irreponabilis ( urgen, 2 x 24 jam)
Hernia Reponabilis dilakukan atas indikasi sosial :
pekerjaan (elektif)
Hernia Reponabilis yang mengalami incarserasi
(HIL,Femoralis)
18. Komplikasi
Hernia inguinalis dapat menjadi inkarserata
dan strangulata.
Mual, muntah, dan nyeri abdomen yang
berat dapat terjadi pada hernia strangulata.
Hernia strangulata merupakan suatu kondisi
yang mengancam jiwa (gawat darurat) yang
membutuhkan pembedahan segera
21. Identifikasi
– Nama : Muhammad Andre Syaputra
– TTL : Meranjat, 23 Oktober 2002
– Jenis Kelamin : laki-laki
– Alamat : Desa Meranjat, Ilir, Indralaya Selatan, Ogan Ilir
– Agama : Islam
– Pekerjaan :Pelajar
– Tanggal MRS : 30 Agustus 2018
– No. RM :56.15.56
22. Anamnesis
•Keluhan Utama
Keluar benjolan di lipatan paha kiri.
• Riwayat Perjalan Penyakit
Pasien mengatakan kurang lebih 1 tahun yang lalu muncul benjolan dari
lipatan paha kirinya, awalnya benjolan tersebut kecil. Jika pasien berdiri,
batuk, mengejan, beraktivitas berat seperti berlari dan bermain bola benjolan
tersebut keluar, namun saat berbaring dan didorong dapat masuk kembali.
Saat beraktivitas berat seperti bermain bola maka benjolan dapat turun hingga
ke buah jakar. Benjolan tidak pernah nyeri dan tidak pernah merah. Nafsu
makan pasien baik, berat badan tidak pernah menurun. Keluhan mual tidak
ada. Keluhan muntah tidak ada. Buang air kecil (BAK) nyeri tidak pernah. BAK
dalam batas normal. BAB dalam batas normal.
23. Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien menyangkal mempunyai riwayat batuk lama, DM,
tumor/kanker. Pasien tidak mempunyai riwayat hipertensi.
Riwayat Penyakit Keluarga
• Pasien menyangkal mempunyai riwayat batuk lama, DM,
tumor/kanker. Pasien tidak mempunyai riwayat hipertensi.
Riwayat Sosial
• Pasien seorang laki – laki, pelajar sekolah yang aktif bermain.
Sehingga muncul benjolan lebih sering.
24. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum:
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Berat Badan : 54 kg
Tinggi badan : 162 cm
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi
Frekuensi : 82 kali per menit
Irama : Reguler
Isi : Cukup
Tegangan : Kuat
Kualitas : Baik
Pernafasan
Frekuensi : 20 kali per menit
Irama : Reguler
Temperature : 36,6°C
25. Keadaan Spesifik:
•Pemeriksaan Kepala:
- Bentuk : Normocepali
- Rambut :Hitam, lebat,
tidak mudah dicabut
•Simetris Muka : Simetris
•Wajah : Sawo matang
•Pemeriksaan Mata:
- Eksophtalmus : Tidak ada
- Endophtalmus : Tidak ada
- Palpebra : Tidak ada edema
- Konjungtiva : Tidak anemis
- Sklera : Tidak ikterik
- Pupil : Isokor, refleks cahaya
ada kiri dan kanan
- Pergerakan mata : Kesegala arah baik
26. Keadaan Spesifik
– Pemeriksaan Telinga :
– - Liang Telinga : Lapang
– - Serumen : Tidak ada
– - Sekret : Tidak ada
– Nyeri Tekan Tragus : Tidak ada
– Gangguan Pendengaran: Tidak ada
– Pemeriksaan Hidung :
– Deforrmitas : Tidak ada
– Sekret : Tidak ada
– Epitaksis : Tidak ada
– Mukosa Hiperemis : Tidak
– Septum Deviasi : Tidak ada
27. •Pemeriksaan Mulut dan Tengorokan:
•Bibir : Sianosis tidak ada, normal
•Gigi –geligi : Lengkap
•Gusi : Normal
•Lidah : Sariawan tidak ada, atrofi papil lidah tidak ada,
bercak putih atau kuning tidak ada.
•Tonsil : T1/T1 tenang
•Faring : Merah muda
•Pemeriksaan Leher
•Inspeksi : Simetris, tidak terlihat benjolan
•Palpasi : Pembesaran Tiroid tidak ada, Pembesaran KGB tidak ada
•JVP : 5-2 cm H2O
28. Kulit
– Hiperpigmentasi : Tidak ditemukan
– Ikterik : Tidak ada
– Ptekhie : Tidak ada
– Sianosis : Tidak ada
– Pucat pada telapak tangan : Tidak ada
– Pucat pada telapak kaki : Tidak ada
– Turgor : Kembali cepat
29. Thorax :
Paru-paru:
– Inspeksi : Simetris, tidak ada
retraksi
– Palpasi :Fremitus raba
normal
– Perkusi : Sonor (+/+)
– Auskultasi :Vesikuler (+/+)
normal, ronkhi (-/-), wheezing (-
/-)
Jantung:
– Inspeksi : Ictus cordis tidak
tampak
– Palpasi : Ictus cordis teraba pada
ICS IV linea midclavicularis sinistra
– Perkusi : Batas jantung dalam
batas normal
– Auskultasi :HR:82x/menit reguler,
bunyi jantung S1- S2 normal, murmur
tidak ada, gallop tidak ada.
30. Pemeriksaan Abdomen
– Inspeksi : Sedikit cembung, venektasi tidak ada, caput medusa
tidak ada, spider naevi tidak ada, benjolan tidak ada
– Palpasi : lemas, nyeri tekan tidak ada, hepar lien tidak teraba.
– Perkusi : Tympani, shifting dullness tidak ada, nyeri ketok tidak
ada
– Auskultasi : Bising usus normal, frekuensi 3x/menit, bruit tidak
ada.
31. Pemeriksaan Ekstremitas
– Superior : Eutoni, eutropi, gerakan bebas, kekuatan 5, nyeri
sendi tidak ada, palmar eritem tidak ada, edema pada kedua
lengan dan tangan ada, teraba lembab.
– Inferior : Eutoni, eutropi, gerakan bebas, kekuatan 5, nyeri
sendi tidak ada, palmar eritem tidak ada, edema pada kedua
tungkai tidak ada.
32. Status Lokalis:
Regio inguinalis Sinistra :
• Saat pasien berdiri, tidak ada kemerahan
pada lipat paha, tidak tampak adanya
pembengkakan, saat pasien mengejan dan
batuk tampak adanya benjolan pada lipat
paha berukuran sekitar 4 x 4 cm, permukaan
rata. Kemudian saat berbaring dengan posisi
supine benjolan muncul saat pasien bericara.
Look
33. Status Lokalis:
Regio inguinalis Sinistra :
• Saat dilakukan perabaan pada saat berdiri dan
berbaring teraba adanya massa pada inguinal sinistra,
bentuk lonjong, tidak teraba hangat, batas tegas,
mobile, konsistensi kenyal, nyeri tekan tidak ada,
transluminasi (-), benjolan dapat dimasukkan kembali.
Beberapa saat setelah pasien berbaring, tidak
berbicara benjolan dapat menghilang kembali. Tidak
teraba adanya pembesaran kelenjer getah bening
pada regio inguinal dekstra maupun sinistra..
Feel
34.
35. Pemeriksaan Locus Minoris Resistentie
Pemeriksaan Ziemen Test :
– Posisi berbaring, benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).
– Hernia kiri diperiksa dengan tangan kiri.
– Penderita disuruh batuk rangsangan pada jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.
Pemeriksaan Finger Test :
– Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
– Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.
– Penderita disuruh batuk: didapatkan impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis
Lateralis.
36. Pemeriksaan Ziemen Test :
– Posisi berbaring, benjolan masukkan dulu (biasanya oleh
penderita).
– Hernia kiri diperiksa dengan tangan kiri.
– Penderita disuruh batuk rangsangan pada jari ke 2 : Hernia
Inguinalis Lateralis.
37. Darah Rutin
Parameter Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 14,7 14-16 g/dl
Leukosit 10.100 4.500-10.000/ul
Trombosit 349.000 150.000-400.000/ul
Hematokrit 44 40-48%
Eosinofil 0 0-1
Basofil 2 1-3
Neutrofil Batang 2 2-6
Neutrofil Segmen 47 50-70
Limfosit 41 20-40
Monosit 8 2-8
Kimia Klinik
Glukosa Darah Sewaktu 95 70-140 mg/dl
Lain-Lain
Waktu Perdarahan 3
Waktu Pembekuan 10 10-15/s
41. Penatalaksanaan
– Non- Farmakologi
Reposisi
– reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk
corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia dengan
tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi.
– Farmakologi
– IVFD RL gtt 20x/m
– Inj, ceftriaxone 2x 1gr (IV)
– Inj. Ketorolac 3x 10 mg (IV)
– Rujuk ke bagian spesialis bedah untuk tindakan herniotomy
42. Prognosis
– Quo ad vitam : Dubia ad bonam
– Quo ad functionam:Dubia ad
bonam
– Quo ad sanactionam: Dubia ad
bonam
Komplikasi
– Hernia inguinalis inkarserata
– Hernia inguinalis
strangulata.