Dokumen tersebut membahas tentang pengertian pengetahuan dan ilmu pengetahuan, serta dasar-dasar ilmu pengetahuan. Secara ringkas:
1. Pengetahuan didefinisikan sebagai kepercayaan yang benar yang merupakan hasil proses usaha manusia untuk mengetahui sesuatu.
2. Ilmu pengetahuan berdasar pada ontologi, epistemologi, dan aksiologi yang menunjukkan bahwa manusia berusaha mengetahui realitas d
1. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK I :
PERLUNYA MAHASISWA BELAJAR FILSAFAT
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KELOMPOK 2
SEMESTER IV KELAS S
1. Nova Dwi Lestari (1211900010)
2. Dina Frenti Okvira Hutabarat (1211900020)
3. Dwiki Ammar Syihab (1211900025)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021
5. Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai semakin
menajamnya spesialisasi ilmu maka filsafat ilmu sangat diperlukan. Sebab dengan
mempelajari filsafat ilmu, para ilmuwan akan menyadari keterbatasan dirinya dan
tidak terperangkap kedalam sikap arogansi intelektual. Hal yang lebih diperlukan
adalah sikap keterbukaan diri di kalangan ilmuwan, sehingga mereka dapat saling
mengarahkan seluruh potensi keilmuwan yang dimilikinya untuk kepentingan
bersama umat manusia.
ALASAN PERLUNYA BELAJAR
6. Mahasiswa sebagai bagian dari sivitas akademika diharapkan memiliki penguasaan
yang baik atas bidang ilmu yang ditekuni untuk selanjutnya memanfaatkan ilmu
tersebut, baik untuk pengembangan kehidupan dirinya maupun kehidupan
masyarakat pada umumnya. Penguasaan ilmu bukan hanya menyangkut penguasaan
konsep-konsep serta teori-teori keilmuan dalam bidangnya masing-masing, akan
tetapi juga landasan pemahaman mengenai hakikat ilmu, objek kajian dari ilmu yang
dipelajari, metode untuk pengembangan ilmu tersebut, serta kaidah-kaidah moral
dan etika mengenai untuk apa ilmu itu harus dimanfaatkan.
Atas dasar itulah filsafat ilmu memiliki peranan penting dalam pembentukan
kepribadian calon-calon ilmuwan pada umumnya. Diharapkan dengan memahami
Filsafat mahasiswa bisa lebih berpikir secara mendalam, luas, kritis dan radikal.
Sehingga menerima tranferknowledge lebih baik.
ALASAN PERLUNYA BELAJAR
7. Fungsi filsafat ilmu juga untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami
berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk
membangun teori ilmiah.
Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu :
Sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif
antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya
menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.
ALASAN PERLUNYA BELAJAR
8. Filsafat adalah ilmu yang tak terbatas
karena tidak hanya menyelidiki suatu bidang
tertentu dari realitas yang tertentu saja.Filsafat
senantiasa mengajukan pertanyaan tentang
seluruh kenyataan yang ada. Filsafat pun selalu
mempersoalkan hakikat, prinsip, dan asas
mengenai seluruh realitas yang ada, bahkan apa
saja yang dapat dipertanyakan, termasuk filsafat
itu sendiri.
MANFAAT BELAJAR FILSAFAT DALAM KEHIDUPAN
Manfaat lain filsafat adalah didasarkan pada
pengertian filsafat sebagai suatu integrasi atau
pengintegrasi sehingga dapat melakukan fungsi
integrasi ilmu pengetahuan. Sebagian besar
orang hanya menyangkutkan apa yang paling
dekat dan apa yang paling dibutuhkannya pada
saat dan tempat tertentu.
9. ❑ Filsafat membantu kita memahami bahwa
sesuatu tidak selalu tampak seperti apa
adanya.
❑ Filsafat membantu kita mengerti tentang
diri kita sendiri dan dunia kita, karena
filsafat mengajarkan bagaimana kita
bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan
mendasar
❑ Filsafat membuat kita lebih kritis. Filsafat
mengajarkan pada kita bahwa apa yang
mungkin kita terima begitu saja ternyata
salah atau menyesatkan—atau hanya
merupakan sebagian dari kebenaran.
MANFAAT FILSAFAT SECARA UMUM
❑ Filsafat mengembangkan kemampuan kita
dalam :
a. Menalar secara jelas
b. Membedakan argument yang baik dan
yang buruk
c. Menyampaikan pendapat (lesan dan
tertulis) secara jelas
d. Melihat sesuatu melalui kacamata yang
lebih luas
e. Melihat dan mempertimbangkan pendapat
dan pandangan yang berbeda
10. ❑ Dengan mempelajari karya-karya para pemikir besae, para filsuf dalam sejarah dan tradisi filsafat,
kita akan melihat betapa besar sesungguhnya pengaruh filsafat terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan, agama, pemerintahan, Pendidikan dan karya seni.
❑ Filsafat memberi bekal dan kemampuan pada kita untuk memperhatikan pandangan kita sendiri
dan pandangan orang lain dengan kritis. Kadang ini memang bisa mendorong kita menolak
pendapat-pendapat yang telah ditanamkan pada kita, tetapi filsafat juga memberikan kita cara-
cara berfikir baru dan yang lebih kreatif dalam mengahadapi masalah yang mungkin tidak dapat
dipecahkan dengan cara lain.Kemampuan berfikir secara jernih, menalar secara logis, dan
mengajukan dan menilai argumen, menolak asumsi yang diterima begitu saja, dan pencarian akan
prinsip-prinsip pemikiran dan tindakan yang koheren semuanya ini merupakan ciri dari hasil
latihan dalam ilmu filsafat.
MANFAAT FILSAFAT SECARA UMUM
11. Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat
ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :
MANFAAT FILSAFAT SECARA KHUSUS
❑ Sebagai alat mencari kebenaran dari
segala fenomena yang ada
❑ Mempertahankan, menunjang dan
melawan ata berdiri netral terhadap
pandangan filsafat lainnya
❑ Memberikan pengertian tentang cara
hidup, pandangan hidup dan pandangan
dunia
❑ Memberikan ajaran tentang moral dan
etika yang bergunan dalam kehidupan
❑ Menjadi sumber insprasi dan pedoman
untuk kehidupan dalam berbagai aspek
kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi,
politik, hukum dan sebagainya.
❑ Filsafat ilmu bermanfaat untuk
menjelaskan keberadaan manusia di
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang merupakan alat
untuk membuat hidup menjadi lebih baik
❑ Filsafat ilmu bermanfaat untuk
membangun diri kita sendiri dengan
berpikir secara radikal (berpikir sampai
ke akar-akarnya), kita mengalami dan
menyadari keberadaan kita.
❑ Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan
kebijaksanaan untuk memandang
dan memecahkan persoalan-persoalan
dalam kehidupan sehari-hari.
12. Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat
ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :
MANFAAT FILSAFAT SECARA KHUSUS
❑ Filsafat ilmu memberikan pandangan yang
luas, sehingga dapat
membendung egoisme dan ego-sentrisme
(dalam segala hal hanya melihat dan
mementingkan kepentingan dan
kesenangan diri sendiri).
❑ Filsafat ilmu memberikan pendasaran
logis terhadap metode keilmuan. Setiap
metode ilmiah yang dikembangkan harus
dapat dipertanggungjawabkan secara
logis-rasional, agar dapat dipahami dan
dipergunakan secara umum.
❑ Filsafat ilmu memberikan dasar-dasar,
baik untuk hidup kita sendiri
(terutama dalam etika) maupun untuk
ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya,
seperti sosiologi, ilmu jiwa, ilmu mendidik,
dan sebagainya.
❑ Filsafat ilmu memberikan petunjuk
dengan metode pemikiran reflektif
dan penelitian penalaran supaya manusia
dapat menyerasikan antara logika,
rasio, pengalaman, dan agama dalam
usaha mereka dalam pemenuhan
kebutuhannyauntuk mencapai hidup yang
sejahtera.
13. MENGAPA HARUS BELAJAR FILSAFAT
Belajar filsafat ilmu bagi mahasiswa sangat penting, karena beberapa manfaat yang dapat
dirasakan, antara lain :
Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mahasiswa semakin kritis dalam sikap
ilmiahnya. Mahasiswa sebagai insan kampus diharapkan untuk bersikap kritis terhadap
berbagai macam teori yang dipelajarinya di ruang kuliah maupun dari sumber-sumber lainnya
Mempelajari filsafat ilmu mendatangkan kegunaan bagi para mahasiswa sebagai calon
ilmuwan untuk mendalami metode ilmiah dan untuk melakukan penelitian ilmiah. Dengan
mempelajari filsafat ilmu diharapkan mereka memiliki pemahaman yang utuh mengenai ilmu
dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut sebagai landasan dalam proses
pembelajaran dan penelitian ilmiah
14. MENGAPA HARUS BELAJAR FILSAFAT
Belajar filsafat ilmu bagi mahasiswa sangat penting, karena beberapa manfaat yang dapat
dirasakan, antara lain :
Mempelajari filsafat ilmu memiliki manfaat praktis. Setelah mahasiswa lulus dan bekerja
mereka pasti berhadapan dengan berbagai masalah dalam pekerjaannya. Untuk memecahkan
masalah diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam menganalisis berbagai hal yang
berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Dalam konteks inilah pengalaman mempelajari
filsafat ilmu diterapkan
Mengembangkan semangat toleransi dalam perbedaan pandangan (pluralitas).Karena para
ahli filsafat tidak pernah memiliki satu pendapat, baik dalam isi, perumusan permasalahan
maupun penyusunan jawabannya.
15. Sepanjang sejarah kefilsafatan dikalangan filsuf terdapat 3 (tiga) hal
yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu:
a. Kekaguman atau keheranan atau ketakjuban
b. Keraguan atau kegengsian
c. Kesadaran akan keterbatasan
HAL-HAL YANG MENDORONG BERFILSAFAT
16. MANFAAT FILSAFAT DALAM KEHIDUPAN
Manfaat lain filsafat adalah didasarkan pada pengertian filsafat sebagai suatu integrasi atau
pengintegrasi sehingga dapat melakukan fungsi integrasi ilmu pengetahuan. Sebagian besar
orang hanya menyangkutkan apa yang paling dekat dan apa yang paling dibutuhkannya pada
saat dan tempat tertentu. Filsafat memang abstrak, namun tidak berarti filsafat sama sekali
tidak bersangkut paut dengan kehidupan sehari-hari yang kongkret. Keabstrakan filsafat tidak
berarti bahwa filsafat itu tak memiliki hubungan apa pun juga dengan kehidupan nyata setiap
hari.Kendali tidak memberi petunjuk praktis tentang bagaimana bangunan yang artistic dan
elok, filsafat sanggup membantu manusia dengan memberi pemahaman tentang apa itu artistic
dan elok dalam kearsitekturan sehingga nilai keindahan yang diperoleh lewat pemahaman itu
akan menjadi patokan utama bagi pelaksanaan pekerjaan pembangunan tersebut.
18. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK III :
PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KELOMPOK 2
SEMESTER IV KELAS S
1. Nova Dwi Lestari (1211900010)
2. Dina Frenti Okvira Hutabarat (1211900020)
3. Dwiki Ammar Syihab (1211900025)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021
19. PENGANTARFILSAFATILMU
KELAS “S” – JUM’AT
18:00 – 19:15
KELOMPOK 2
1. Nova Dwi Lestari (1211900010)
2. Dina Frenti Okvira H. (1211900020)
3. Dwiki Ammar Syihab (1211900025)
20. WOODGROVE
BANK
2
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris
yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Phisolophy dijelaskan bahwa
definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is
justified true belief).
Sedangkan secara terminologi. Menurut Drs. Sidi Gazalba,
pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan mencari
tahu. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha
manusia untuk tahu.
21. WOODGROVE
BANK
3
Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan
(knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui manusia
secara Iangsung dari kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini
yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di
dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui
itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan
aktif .
22. WOODGROVE
BANK
4
Dasar ilmu pengetahuan secara substansial yaitu bertolak dari
ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ketiga dasar ilmu pengetahuan ini
menunjukkan bahwa manusia dalam hidupnya harus dapat
memahami apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukan hal itu,
dan untuk apa hal itu dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Dasar Pengetahuan
23. WOODGROVE
BANK
5
1. Dasar Ontologis
Dasar ontologis, menurut Amsal
Bakhtiar (2012) mengemukakan,
ontologi berasal dari Bahasa Yunani,
yaitu on/ontos yakni ada, dan logos
yakni ilmu, sehingga ontologi adalah
ilmu tentang yang ada. Menurut
istilah ontologi adalah ilmu yang
membahas tentang hakikat yang
ada, baik yang berbentuk
jasmani/konkret maupun
rohani/abstrak.
2. Dasar Epistemologis
Menurut Jujun S. Suriasumantri
(2010), dasar epistemologis yaitu
metode atau cara-cara
mendapatkan pengetahuan yang
benar. Kemudian Amsal Bakhtiar
(2012) menjelaskan, ontologis yaitu
cabang filsafat yang berurusan
dengan hakikat dan lingkup
pengetahuan, pengandaian dan
dasar-dasarnya serta
pertanggungjawaban atas
pertanyaan mengenai pengetahuan
yang dimiliki.
24. WOODGROVE
BANK
6
3. Dasar Aksiologis
Menurut Jujun S. Suriasumantri (2010), aksiologi adalah dasar ilmu
pengetahuan yang berbicara tentang nilai kegunaan ilmu. Selanjutnya
dikatakan Jujun, aksiologi merupakan teori tentang nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
25. WOODGROVE
BANK
7
Beranjak dari pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran
adalah pengetahuan, maka di dalam kehidupan manusia dapat
memiliki berbagai pengetahuan dan kebenaran. Burhanuddin Salam,
mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada
empat, yaitu
Jenis Pengetahuan
26. WOODGROVE
BANK
8
Pertama, pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam
filsafat dikatakan dengan istilah common sense, dan sering diartikan
dengan good sense.
karena seseorang memiliki sesuatu di mana mereka menerima
secara baik. Semua orang menyebutnya sesuatu itu merah karena
memang itu merah, benda itu panas karena memang dirasakan
panas dan sebagainya.
27. WOODGROVE
BANK
9
Kedua, pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari
science. Dalam pengertian yang sempit science diartikan untuk
menunjukkan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan
objektif.
Ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan
dan mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan yang
berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-
hari. Namun, dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan
teliti dengan menggunakan berbagai metode.
28. WOODGROVE
BANK
10
Ketiga, pengetahuan filsafat, yakni pengetahuan yang diperoleh
dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif.
Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan
kedalaman kajian tentang sesuatu. Kalau ilmu hanya pada satu
bidang pengetahuan yang sempit dan rigid, filsafat membahas hal
yang lebih luas dan mendalam. Filsafat biasanya memberikan
pengetahuan yang reflektif dan kritis, sehingga ilmu yang tadinya
kaku dan cenderung tertutup menjadi longgar kembali.
29. WOODGROVE
BANK
11
Keempat, pengetahuan agama, yakni pengetahuan yang hanya
diperoleh dari Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama
bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.
Pengetahuan mengandung beberapa hal yang pokok, yaitu
ajaran tentang cara berhubungan dengan Tuhan, yang sering juga
disebut dengan hubungan vertikal dan cara berhubungan dengan
sesama manusia, yang sering juga disebut dengan hubungan
horizontal.
30. WOODGROVE
BANK
12
Hakikat Pengetahuan
Pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental (mental
state). Mengetahui sesuatu adalah menyusun pendapat tentang suatu
objek, dengan kata lain menyusun gambaran tentang fakta yang ada di
luar akal. Persoalannya kemudian adalah apakah gambaran itu sesuai
dengan fakta atau tidak? Atau apakah gambaran itu dekat pada
kebenaran atau jauh dari kebenaran?
31. WOODGROVE
BANK
13
Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan, yaitu :
1. Realisme
Teori ini mempunyai pandangan realistic terhadap alam. Pengetahuan
menurut realisme adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang
ada dalam alam nyata berdasarkan fakta.
2. Idealisme
Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan
yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Pengetahuan
adalah proses-proses mental atau proses psikologis yang bersifat subjektif. Oleh
karena itu, pengetahuan bagi seorang idealis hanya merupakan gambaran
subjektif dan bukan gambaran objektif tentang realitas.
32. WOODGROVE
BANK
14
SUMBER PENGETAHUAN
Semua orang mengakui memiliki pengetahuan.
Persoalannya dari mana pengetahuan itu diperoleh atau
lewat apa pengetahuan didapat. Dari situ timbul pertanyaan
bagaimana caranya kita memperoleh pengetahuan atau dari
mana sumber pengetahuan kita? Pengetahuan yang ada
pada kita diperoleh dengan menggunakan berbagai alat
yang merupakan sumber pengetahuan tersebut.
33. WOODGROVE
BANK
15
Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber
pengetahuan antara lain:
a. Empirisme
Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos, artinya pengalaman.
Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui
pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata Yunaninya,
pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman inderawi.
b. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian
pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal.
Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek.
34. WOODGROVE
BANK
16
c. Intuisi
Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang
tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan kesadaran
dan kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini (intuisi) memerlukan suatu
usaha. Ia juga mengatakan bahwa intuisi adalah suatu pengetahuan langsung
yang mutlak, dan bukan pengetahuan yang nisbi.
d. Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia
lewat perantaraan pars nabi. Para nabi memperoleh pengetahuan dari Tuhan
tanpa upaya, tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk
memperoleh¬nya. Pengetahuan mereka terjadi atas kehendak Tuhan semesta.
35. WOODGROVE
BANK
17
Ilmu pengetahuan sebagai objek, menurut Ali Maksum (2011) merupakan
himpunan inforrnasi yang berupa pengetahuan ilmiah ten-tang gejala yang
dapat dilihat, dirasakan, atau dialami. Gejala ini dapat berupa gejala alam
(seperti angin, air, gempa Bumi, ombak, gerak, dan 1benda), atau gejala sosial
(seperti masyarakat bangsa, unjuk rasa, kemiskinan, kemakmuran, dan
ketersaingan), ataupun gejala pikir yang abstrak wujudnya, seperti konsep
tentang bilangan dan himpunan di dalam matematika.
Dengan demikian, bentuk dari hasil kegiatan ilmu pengetahuan mencakup
dua hal, yaitu penjelasan terhadap sesuatu gejala yang dinyatakan sebagai
hukum bila gejalanya merupakan gejala alam, kemudian sebagai dalil bila
gejalanya merupakan gejala pikir atau gejala abstrak.
36. WOODGROVE
BANK
18
Tujuan ilmu pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua macam
berdasarkan alirannya, sebagaimana dikemukakan oleh Darsono
Prawinegoro (2011), yakni:
Pertama, berdasarkan pengembangan ilmu pengetahuan untuk
keperluan ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu sebatas untuk
memenuhi rasa keingintahuan manusia.
Kedua, ilmu,pengetahuan pragmatis. Aliran inl menyakini bahwa
pengembangan ilmu pengetahuan harus dapat memberikan
manfaat bagi manusia dalam pemecahan masalah kehidupan.
37. WOODGROVE
BANK
19
Batas penjelasan ilmu yaitu ketika manusia berhenti berpikir
untuk mencari pengetahuan, ilmu didapatkan dari penjelasan
pengalaman manusia, sehingga jika manusia memulai
penjelasannya pada pengalaman manusia dan berhenti di batas
pengalaman manusia.
Ilmu membatasi lingkup penjelasannya pada batas
pengalaman manusia juga disebabkan metode yang digunakan
dalam menyusun yang telah teruji secara empiris.
39. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK IV :
FILSAFAT KEBENARAN
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KELOMPOK 2
SEMESTER IV KELAS S
1. Nova Dwi Lestari (1211900010)
2. Dina Frenti Okvira Hutabarat (1211900020)
3. Dwiki Ammar Syihab (1211900025)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021
43. Filsafat Kebenaran
Seorang murid Plato bernama Aristoteles, menjawab pertanyaan suhunya ini dengan
pendapat bahwa kebenaran itu subjektif sifatnya, artinya kebenaran bagi seseorang
adalah tidak benar bagi yang lain, sehingga kemudian lahirlah kebenaran relatif dan
kebenaran mutlak.
Plato pernah mempertanyakan apakah kebenaran itu sebenarnya? Bradley seakan
menjawab bahwa kebenaran itu adalah kenyataan. Jadi untuk membuktikan bahwa hari
benar-benar hujan, kita harus membedakan dengan melihat kenyataan yang terjadi di
luar rumah. Tetapi kenyataan yang terjadi sekarang tidak seluruhnya berupa kebenaran,
bahkan Di muka bumi ini berapa banyak kita melihat ketidakbenaran, seperti berbagai
penindasan, penjajahan dan rekayasa.
44. Banyak pakar ilmu filsafat yang menganggap benar bahwa pengetahuan itu
terdiri atas sebagai berikut :
ϑ Pengetahuan akal itu disebut ilmu yang kemudian untuk
membahasnya disebut logika
ϑ Pengetahuan budi itu disebut moral yang kemudian untuk
membahasnya disebut etika
ϑ Pengetahuan indrawi itu disebut seni yang untuk membahasnya
disebut estetika
ϑ Pengetahuan kepercayaan itu disebut agama, tetapi dalam hal ini
tidak boleh otoritatif karena agama tidak memaksa, agama harus
diterima secara logika, etika dan estetika dan agama itu hanyalah
Islam yang terbukti kebenarannya, keindahannya dan
kebaikannya. Jadi titik temu antara logika, etika dan estetika
adalah Islam, oleh karena itu pengetahuan intuitif kepada
seseorang yang kemudian disebut nabi harus diuji lebih dahulu
seperti halnya keberadaan Nabi Muhammad SAW, sebagaimana
penulis lakukan bertahun-tahun dalam keadaan atheis dan
kemudian baru menerimanya.
1. Pengetahuan Akal
2. Pengetahuan Budi
3. Pengetahuan Indrawi
4. Pengetahuan
Kepercayaan (Otoritatif)
5. Pengetahuan Intuitif
45. Selanjutnya untuk melihat sesuatu itu benar atau tidak benar, maka beberapa kriteria yang
sudah dilembagakan akan penulis sampaikan beberapa kritik antara lain sebagai berikut :
1. Teori Kebenaran Korespondensi.
2. Teori Kebenaran Koherensi.
3. Teori Kebenaran Pragmatis.
4. Teori Kebenaran Sintaksis.
5. Teori Kebenaran Semantis.
6. Teori Kebenaran Non Deskripsi.
7. Teori Kebenaran Logika yang
Berlebihan.
8. Teori Kebenaran Performatif:
9. Teori Kebenaran Paradigmatik.
10. Teori Kebenaran Proposisi.
1. Kebenaran Koherensi adalah kebenaran atas hubungan antara
dua pernyataan. Misalnya ketika dinyatakan bahwa monyet
mempunyai hidung pada pernyataan pertama, dan pada
pernyataan kedua dinyatakan manusia juga mempunyai hidung.
Apabila diberikan kesimpulan. Bahwa monyet. sama dengan
manusia, maka menurut kebenaran koherensi itu tidak benar
karena hidung bukan sebagai syarat sesuatu dinyatakan sebagai
monyet, apalagi manusia karena manusia dan monyet ada yang
tidak mempunyai hidung (cacat), jadi hanya untuk pernyataan
bahwa manusia dan monyet sebagian besar mempunyai hidung.
46. 2. Kebenaran Pragmatis adalah kebenaran
hanya dalam salah satu konsekuensi saja.
Kelemahan kebenaran ini adalah apabila
kemungkinannya luas, oleh karena itu harus
dipilih kemungkinannya hanya dua dan saling
bertolak belakang. Misalnya, semua yang
teratur ada yang mengatur, dalam hal ini kita
tidak membicarakan yang tidak teratur.
Dengan adanya yang mengatur peredaran
darah dalam tubuh maka tubuh manusia
terjadi sendiri tanpa ada yang mengatur hal itu
adalah salah, tetapi seharusnya ada yang
mengatur yaitu Tuhan, karena hanya ada dua
kemungkinan yaitu ada yang mengatur dan
tidak ada yang mengatur, apabila diterima
salah satu maka yang lain dicoret karena
bertolak belakang.
3. Kebenaran Sintaksis adalah kebanaran yang
berangkat dari tata bahasa yang melekat. Karena
teori ini dipengaruhi pula oleh kejiwaan dan
ekspresi, maka ada kemungkinan mereka yang
menerimanya yang juga mempunyai keterkaitan
jiwa akan terpengaruh, apalagi susunan tata
bahasa yang bernuansa rasa. Misalnya pernyataan
"Saya makan nasi" akan berbeda bila ditulis dan
ditekankan bacaannya (intonasi) ketika "Saya,
makan nasi" atau "Saya makan, nasi" atau "Saya
makan nasi!" atau "Saya makan nasi?" yaitu pada
subjek, predikat dan objek. Kebenaran seperti ini
juga mirip dengan kebenaran semantis yang
berbicara tentang makna bahasa.
47. 4. Kebenaran Logika yang berlebihan adalah
kebenaran yang sebenarnya telah merupakan
fakta. Jadi akan menjadi pemborosan dalam
pembuktiannya, misalnya sebuah lingkaran harus
berbentuk bulat. Para ahli agama
menganggapnya dengan dalil aksioma yang tidak
perlu dibuktikan, tetapi sebenarnya pembuktian
yang berangkat dari keraguan untuk menjadi
keyakinan itu perlu dalam mencari titik temu
agama dan ilmu.
Misalnya apakah Allah itu Tuhan?
▪ Apakah Muhammad itu Nabi? Apakah Yesus
itu Juru Selamat?
▪ Apakah Kresna itu Awatara?
▪ Apakah Sidharta Gautama itu Budha? dan
lain sebagainya.
5. Kebenaran Paradigmatik adalah kebenaran yang
berubah pada berbagai ruang dan waktu, jadi setelah
kurun waktu tertentu berubah (untuk kategori waktu)
dan pada tempat tertentu berubah (untuk kategori
ruang). Thomas Kuhn adalah orang yang mempercayai
kebenaran seperti ini. Contohnya dapat dilihat ketika
pendapat yang mengatakan bumi mengelilingi
matahari, merubah pendapat dahulu yang mengatakan
matahari mengelilingi bumi. Dalam dunia ilmu-ilmu
sosial perubahan ini sangat menyolok sehingga
keberadaan suatu disiplin ilmu, memerlukan berbagai
paradigma untuk melacaknya.
48. Jadi pada kajian logika kebenaran ilmu pengetahuan ini, kita akan bergelut dengan kegiatan
berpikir yang mengasah kemampuan intetektual mulai dari kegiatan yang sederhtna, seperti
mengingat sampai pada pemecahan masalah (problem solving).
49. Yang Maha Benar
Puncak kebenaran itu sendiri sebenarnya adalah Allah Yang Maha Benar (AI Haq), itulah
sebabnyam para pedzikir senantiasa mengucapkan "Alhamdulillah" (Segala Puji Bagi Allah)
pada setiap penyelesaian penemuan ilmiahnya, ataupun ketika selesai melaksanakan
Shalat Fardhu sebanyak tiga puluh tiga kali.
Sebagaimana telah penulis sampaikan di muka bahwa ilmu tidaklah bebas nilai, karena
antara logika dan etika harus berdialektika, jadi bukan hanya karena penggabungan ilmu
dan agama yang dalam pembicaraan kita sehari-hari biasanya disebut dengan Imtaq (Iman
dan Taqwa).
50. a. Proposisi Suatu Pernyataan Yang Benar
Mengetahui apa yang dimaksudkan oleh suatu pernyataan tidak sama dengan mengetahui apakah
pernyataan itu benar ataukah tidak. Bahkan mereka yang mengatakan bahwa makna sama dengan
keadaan yang dapat diverifikasi, akan bersepakat demikianlah harapan saya bahwa mengetahui
syarat- syarat untuk menetapkan suatu pemyataan dapat diverifikasi tidaklah sama dengan
mengetahui bahwa syarat-syarat itu sudah dipenuhi.
Untuk sampai pada definisi tentang kebenaran, marilah kita hubungkan lagi pembicaraan kita
dengan kalimat,
"Di luar hawanya dingin“.
Kalimat, ini dapat dianalisa sebagai berikut: (l) suatu perangkat tanda, (2) suatu susunan tanda-
tanda yang teratur yang sesuai dengan aturan-aturan sintaksis, (3) makna yang dikandungnya atau
dimaksudkannya. Bila kita mencari sesuatu definisi tentang kebenaran, maka kita tidak
berhubungan dengan kalimat-kalimat sebagai sekadar tanda-tanda atau berhubungan dengan
aturan-aturan sintaksis begitu saja.
51. Penyusunan tanda-tanda tersebut di atas secara tertib merupakan apa
yang oleh aturan-aturan sintaksis dinamakan kalimat berita, dan apa yang
saya namakan 'pernyataan'. Meskipun saya menamakannya 'pernyataan'
dalam hubungannya dengan makna yang dikandung oleh kalimat, namun
istilah 'pernyataan' tersebut merupakan istilah yang murni bersifat
sintaksis, karena pernyataan berarti 'kalimat berita'. Sedangkan makna
yang dimaksudkan oleh pemyataan, saya namakan 'proposisi'
(proposition).
52. Kebenaran Bersifat Semantik
Pernyataan' merupakan suatu istilah yang bersifat sintaktis; 'proposisi' ialah istilah yang
bersifat semantik, dan demikian pula kata 'benar' mengacu kepada makna simbol-sirnbol,
dan bukan kepada simbolnya. Maka kemungkinan untuk mengatakan bahwa 'p' adalah
benar, dan jika hanya jika ‘p’ itulah halnya dalam hal ini menurut kebiasaan simbol 'p'
menunjukkan pernyataan, sedangkan simbol ‘p’ mengacu kepada 5 proposisi. Maka di
dalam sintaksis kita tidak dapat mengatakan apapun mengenai kebenaran. Untuk
membicarakan masalah kebenaran kita membutuhkan suatu bahasa yang berbeda dengan
bahasa yang bersifat sintaksis.
Kebenaran menunjukkan bahwa makna suatu pernyataan artinya “proposisinya” sungguh-
sungguh merupakan halnya. Bila proposisinya tidak merupakan halnya, maka kita
mengatakan bahwa proposisi itu 'sesat'. Kadang-kadang orang juga memakai istilah-istilah
yang lain.
53. b. Ukuran Kebenaran
Mengenai makna apa yang didukung oleh perkataan 'kebenaran' tampaknya dapat dijawab
dengan mudah. Tetapi kesulitan-kesulitan akan timbul bila saya menanyakan "Bagaimana cara
saya mengetahui bila proposisi itu benar?" Dengan perkataan lain, ukuran apakah yang dapat
diterapkan pada proposisi-proposisi untuk menentukan kebenarannya atau kenyataannya? Ini
berarti mengadakan pembedaan antara definisi tentang kebenaran masalah tentang makna
dengan ukuran tentang kebenaran. Apa yang kita butuhkan ialah sesuatu yang dapat dipakai
untuk menunjukkan bahwa definisi itu terpenuhi, karena tidaklah mudah untuk menerapkan
suatu definisi secara langsung.
Diketengahkan pernyataan itu benar atau tidak ada 4 (empat) teori saja. Yang sebetulnya masih
ada teori lain, yaitu :
1. Coherence Theory
2. Corespodensy Theory
3. Emperical Theory
4. Pragmatis
54. Pandangan ini dudukung oleh Pythagoras, Parmenides, Spinoza, dan Hegel. Teori ini dianut oleh kaum
rasionalis. Kebenaran tidak lagi ditemukan dalam kesesuaian dengan kenyataan, melainkan dalam relasi
antara proposisi baru dengan proposisi lama atau yang sudah ada. Maka suatu pengetahuan atau proposisi
dianggap benar kalau sejalan dengan pengetahuan atau proposisi sebelumnya. Matematika dan ilmu pasti
sangat cocok dengan teori kebenaran ini. Misalnya, Semua manusia mati. Sokrates adalah manusia. Maka
Sokrates pasti mati. Penekanan pada pengetahuan apriorirasional dan deduktif. Di sini pengenal dan
subyek lebih dipentingkan daripada obyek.
1. Paham Koherensi (Coherence Theory)
2. Teory Kebenaran Korespodensi (Correspondence Theory)
Bagi orang kebanyakan, suatu pernyataan itu benar jika apa yang diungkapkannya merupakan fakta, dan
barangkali kita sendiri berpandangan demikian. Jika saya mengatakan "Di luar hawanya dingin", maka hal
itu benar jika di luar sungguh-sungguh hawanya dingin atau jika keadaan dingin di luar itu merupakan fakta.
Orang mungkin mengatakan, jika di luar benar-benar hawanya dingin, maka proposisi tersebut akan saling
berhubungan dengan proposisi-proposisi lain, dan bahwa karenanya keadaan saling berhubunyan itu
merupakan konsekuensi dari kebenaran suatu pernyataan. (Tetapi paham koherensi mengatakan
sebaliknya; jika suatu proposisi saling berhuburigan dengan proposisi-proposisi yang lain, maka apa yang
dinyatakannya merupakan fakta).
55. 3. Paham Empiris (Emperical Theory)
Definisi-definisi tentang kebenaran paham-paham empiris mendasarkan diri pada pelbagai segi
pengalaman, dan biasanya menunjuk kepada pengalaman inderawi dari orang seorang. Semua paham
tersebut dalam arti tertentu memandang proposisi bersifat meramalkan (predictiue) atau hipotetis, dan
memandang kebenaran proposisi sebagai terpenuhinya ramalan-ramalan. Yang demikian ini menyebabkan
kebenaran menjadi pengertian yang bersifat subjektif serta nisbi.
4. Teori Pragmatisme
Kebenaran pragmatis adalah kebenaran hanya dalam salah satu konsekuensi saja. Kelemahan kebenaran
ini adalah apabila kemungkinannya luas, oleh karena itu harus dipilih kemungkinannya hanya dua dan
saling bertolak belakang. Misalnya, semua yang teratur ada yang mengatur, dalam hal ini kita tidak
membicarakan yang tidak teratur. Dengan adanya yang mengatur peredaran darah dalam tubuh maka
tubuh manusia terjadi sendiri tanpa ada yang mengatur hal itu adalah salah, tetapi seharusnya ada yang
mengatur yaitu Tuhan, karena hanya ada dua kemungkinan yaitu ada yang mengatur dan tidak ada yang
mengatur, apabila diterima salah satu maka yang lain dicoret karena bertolak belakang.
56. Item di bawah ini adalah kumpulan kebenaran akal yang tidak beretika
moral, yaitu :
1. Menampar murid yang tidak menjawab
dengan benar.
2. Menceraikan isteri yang tidak dapat
memberikan anak.
3. Sistem komando yang militeristik.
4. Sistem jihad yang tidak kasih sayang.
5. Melakukan Daerah Operasi Militer terhadap
wilayah yang separatis.
6. Memaksakan hukum tanpa hak asasi
manusia.
7. Peraturan yang ketat tanpa toleransi.
8. Kemarahan yang melumpuhkan.
9. Kebenaran yang buruk (tidak baik).
10.Memerangi bangsa yang tidak bersalah.
11. Partai tunggal yang menguasai masyarakat.
12. Disiplin ilmu pengetahuan tanpa kaidah
moral.
13. Mengandalkan teori tanpa tedeng aling -
aling.
14. Mengandalkan perhitungan kuantitatif
melulu.
15. Mengandalkan bukti.
16. Mengandalkan fakta.
17. Mengandalkan akal semata.
18. Mengandalkan kebenaran tanpa kebaikan.
19. Mengandalkan perintah atasan bukan
tugas.
20. Hukum Perang mengabaikan kemanusiaan.
57. Allah Lah Yang Maha Benar
Puncak kebenaran itu sendiri sebenarnya adalah Allah Yang Maha Benar (AI Haq), itulah
sebabnya para pedzikir senantiasa mengucapkan "Alhamdulillah" (Segala Puji Bagi Allah)
pada setiap penyelesaian penemuan itmiahnya, ataupun ketika selesai melaksanakan Shalat
Fardhu sebanyak tiga puluh tiga kali.
Sebagaimana telah penulis sampaikan di muka bahwa ilmu tidaklah bebas nilai, karena
antara logika dan etika harus berdialektika, jadi bukan hanya karena penggabungan ilmu dan
agama yang dalam pembicaraan kita sehari-hari biasanya disebut dengan Imtaq (Iman dan
Taqwa).
58.
59. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK V :
PENALARAN
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KELOMPOK 2
SEMESTER IV KELAS S
1. Nova Dwi Lestari (1211900010)
2. Dina Frenti Okvira Hutabarat (1211900020)
3. Dwiki Ammar Syihab (1211900025)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021
61. 1. NOVA DWI LESTARI (1211900010)
2. DINA FRENTI OKVIRA H. (1211900020)
3. DWIKI AMMAR SYIHAB (1211900025)
KELOMPOK 2 :
TOPIK :
“PENALARAN”
62. Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk
mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan
akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau
pembicara. Melalui argumentasi penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta
sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat
atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak. Argumentasi merupakan dasar
yang paling fundamental dalam ilmu pengetahuan. Dan dalam dunia ilmu
pengetahuan, argumentasi itu tidak lain daripada usaha untuk mengajukan
bukti-bukti atau menentukan kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan
sikap atau pendapat mengenai suatu hal.
1. PENDAHULUAN
63. Dasar sebuah tulisan yang bersifat argumentatif adalah berpikir kritis dan logis.
Untuk itu ia harus bcrtolak dari fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang ada. Fakta-fakta
dan evidensi itu dapat dijalin dalam metode-metode sebagaimana dipergunakan juga
oleh eksposisi. Tetapi dalam argumentasi terdapat motivasi yang Iebih kuat. Eksposisi
hanya memerlukan kejelasan, sebab itu fakta-fakta dipakai seperlunya.
Namun argumentasi di samping memerlukan kejelasan, memerlukan juga
keyakinan dengan perantaraan fakta-fata itu. Sebab itu, penulis harus meneliti apakah
semua fakta yang akan dipergunakan itu benar, dan harus meneliti pula bagaimana
relevansi kualitasnya dengan maksudnya. Dengan fakta yang benar, ia dapat
merangkaikan suatu penuturan yang logis menuju kepada suatu kesimpulan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Seorang yang kurang hati-hati dan tidak cermat menganalisa
data- data tersebut, dapat mcnggagalkan seluruh usaha pembuktiannya.
LANJUTAN…
64. Berdasarkan semua kenyataan di atas, maka untuk berbicara mengenai sebuah tulisan
argumentatif, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa dasar yang penting yang menjadi
landasan argumentasi.
Untuk itu akan dikemukakan pertama-tama masalah penalaran yaitu bagaimana dapat
merumuskan pendapat yang benar sebagai hasil dari suatu proses berpikir untuk
merangkaikan fakta-fakta menuju suatu kesimpulan yang dapat diterima oleh akal sehat.
Masalah lain yang harus dibicarakan sebelum berbicara mengenai tulisan argumentatif adalah
mengenai beberapa corak penalaran. Ketiga, bagaimana mengadakan penilaian atau
penolakan (kalau perlu) atas pendapat orang-orang lain atau pendapat sendiri yang pernah
dicetuskan. Dengan prinsip- prinsip itu akhirnya dikemukakan bagaimana menyusun tulisan
argumentatif itu sendiri. Dan kelima, akan dikemukakan pula masalah persuasi yang
mempunyai pertalian sangat erat dengan argumentasi, dan bahkan sering diadakan
pengacauan atas kedua istilah tersebut.
LANJUTAN…
65. Penalaran (reasoning, jalan pikiran) adalah suatu proses berpikir yang berusaha
menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada
suatu kesimpulan. Bila kita bandingkan argumentasi dengan sebuah bangunan, maka fakta,
evidensi, dan sebagainya dapat disamakan dengan batu bata, batu kali, semen, dsb.,
sedangkan proses penalaran itu sendiri dapat disamakan dengan bagan atau arsitektur untuk
membangun gedung tersebut. Penalaran merupakan sebuah proses berpikir untuk mencapai
suatu kesimpulan yang logis.
Penalaran bukan saja dapat dilakukan dengan mempergunakan fakta-fakta yang
masih berbentuk polos, tetapi dapat juga dilakukan dengan mempergunakan fakta-fakta yang
telah dirumuskan dalam kalimat-kalimat yang berbentuk pendapat atau kesimpulan. Kalimat-
kalimat semacam ini, dalam hubungan dengan proses berpikir tadi disebut proposisi.
2. PROPOSISI
66. Untuk menjelaskan hal itu perhatikan contoh-contoh berikut:
֍ Semua manusia akan mati pada suatu waktu.
֍ Beberapa orang Indonesia memiliki kekayaan yang berlimpah-limpah.
֍ Kota Bandung hancur dalam Perang Dunia Kedua karena born atom.
֍ Semua gajah telah punah tahun 1980.
Keempat kalimat di atas merupakan proposisi; kedua kalimat yang pertama dapat
dibuktikan kebenarannya, dan kedua kalimat terakhir dapat ditolak karena fakta-fakta yang
ada menentang kebenarannya. Tetapi keempatnya tetap merupakan proposisi.
Proposisi selalu berbentuk kalimat, tetapi tidak semua kalimat adalah proposisi.
Hanya kalimat deklaratif yang dapat mengandung proposisi, karena hanya kalimat semacam
itulah yang dapat dibuktikan atau disangkal kebenarannya.
LANJUTAN…
67. Kata inferensi berasal dari kata Latin inferre yang berarti menarik
kesimpulan. Kata implikasi juga berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata implicare
yang berarti melibat atau merangkum. Dalam logika, juga dalam bidang ilmiah
lainnya, kata inferensi adalah kesimpulan yang diturunkan dari apa yang ada atau
dari fakta-fakta yang ada.
Sedangkan implikasi adalah rangkuman, yaitu sesuatu dianggap ada karena
sudah dirangkum dalam fakta atau evidensi itu sendiri. Banyak dari kesimpulan
sebagai hasil dari proses berpikir yang logis harus disusun dengan memperhatikan
kemungkinan-kemungkinan yang tercakup dalam evidensi (implikasi), dan
kesimpulan yang masuk akal berdasarkan implikasi (inferensi).
3. INFERENSI DAN IMPLIKASI
68. Untuk menjelaskan kedua pengertian di atas, dapat dikemukakan contoh berikut :
Bila seorang ibu mendengar tetesan air dalam kamar mandi, maka is menarik kesimpulan
bahwa kerannya bocor atau kerannya kurang cermat ditutup.
Untuk menetapkan kesimpulan mana yang mempunyai kemungkinan yang paling tinggi,
harus dipertimbangkan dua faktor :
Bagaimana kebiasaan penghuni rumah mempergunakan keran, serta berapa lama usia
paking keran itu. Jika si Adi mempunyai kebiasaan membiarkan keran terbuka, maka ibu
dapat mengambil kesimpulan (dalam hal ini inferensi) bahwa: "Adi tidak menutup keran
dengan cermat". Tetapi jika keran itu tidak dapat ditutup secara normal, sedangkan di
pihak lain pakingnya sudah lama diganti, maka dapat ditarik inferensi: "Pakingnya sudah
aus, sebab itu perlu diganti".
LANJUTAN…
69. Contoh di atas mengandung asumsi-asumsi tertentu. Tetesan-tetesan
air sudah mencakup atau sudah ada implikasi kebocoran. Dari tetesan-
tetesan itu timbul suatu dugaan bahwa suatu kebocoran .mungkin merupakan
akibat dari kelalaian manusia atau karena kerusakan teknis. Sifat manusia
yang ceroboh yang terjadi pada waktu-waktu sebelumnya, dapat terulang
lagi. Kerusakan-kerusakan mekanis dapat disebabkan oleh bagian-bagian
tertentu dari alat itu, yang dapat diketahui melalui penyelidikan.
LANJUTAN…
70. Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah evidensi.
Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua
informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk
membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak
boleh dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau
penegasan.
Pernyataan tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap sebuah evidensi, ia
hanya sekadar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau tidak. Dalam
argumentasi, seorang penulis boleh mengandalkan argumentasinya pada
pernyataan saja, bila ia menganggap pendengar sudah mengetahui fakta-faktanya,
serta memahami sepenuhnya kesimpulankesimpulan yang diturunkan daripadanya
4. WUJUD EVIDENSI
71. Dalam wujudnya yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau
informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan
yang diperoleh dari suatu sumber tertentu. Biasanya semua bahan informasi berupa
statistik, dan keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau diberikan oleh orang-
orang kepada .seseorang, semuanya dimasukkan dalam pengertian data (apa yang
diberikan) dan informasi (bahan keterangan).
Pada dasarnya semua data dan informasi harus diyakini dan diandalkan
kebenarannya. Untuk itu penulis atau pembicara harus mengadakan pengujian atas
data dan informasi tersebut, apakah semua bahan keterangan itu merupakan fakta.
Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi, atau sesuatu yang ada secara
nyata.
LANJUTAN…
72. Supaya data dan informasi dapat dipergunakan dalam penalaran data dan
informasi itu harus merupakan fakta. Dalam kedudukannya yang pasti sebagai
fakta, bahan-bahan itu siap digunakan sebagai evidensi. Sebab itu perlu
diadakan pengujian-pengujian melalui cara-cara tertentu.
Di bawah ini akan dikemukakan beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk
mengadakan pengujian tersebut :
֍Observasi
֍Kesaksian
֍Autoritas
5. CARA MENGUJI DATA
73. Sebagai telah dikemukakan di atas, untuk menetapkan apakah data atau
informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian,
apakah data-data atau informasi merupakan kenyataan atau hal yang sungguh-
sungguh terjadi. Penilaian tersebut Baru merupakan penilaian-penilaian tingkat
pertama. Penilaian tingkat pertama hanya diarahkan untuk mendapatkan keyakinan,
bahwa semua bahan itu adalah fakta. Dan penilaian itu tidak saja berhenti di sini.
Pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua, yaitu yang mana
dari semua fakta itu dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat
kesimpulan yang akan diambil. Atau dengan kata lain harus diadakan seleksi untuk
menentukan fakta-fakta mana yang dapat dijadikan evidensi dalam argumentasi itu.
6. CARA MENGUJI FAKTA
74. ֍ Konsistensi
Dasar pertama yang dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan dipakai sebagai
evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga
persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat konsisten, tidak ada satu evidensi
bertentangan atau melemahkan evidensi yang lain. Karena itu evidensi-evidensi yang
diajukan saling melemahkan. Bila evidensi itu bertentangan satu sama lain atau saling
melemahkan, maka argumentasi itu tidak akan meyakinkan pembaca atau pendengar.
LANJUTAN…
75. ֍ Koherensi
Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan penilaian fakta mana yang dapat
dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi. Semua fakta yang akan digunakan
sebagai evidensi harus pula koheren dengan pcngalaman-pengalaman manusia, atau sesuai
dengan pandangan atau sikap yang berlaku. Bila penulis menginginkan agar sesuatu hal
dapat diterima, is harus meyakinkan pembaca bahwa karena pembaca setuju atau menerima
fakta-fakta dan jalan pikiran yang dikemukakannya, maka secara konsekuen pula pembaca
harus menerima hal lain, yaitu konklusinya.
LANJUTAN…
76. Seorang penulis yang baik dan obyektif selalu akan menghindari semua desas-de-
sus, atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa
yang hanya merupakan pendapat saja, atau pendapat yang sungguh-sungguh
didasarkan atas penelitian atau data-data eksperimental. Demikian pula .sikap
seorang penulis menghadapi pendapat autoritas. Ada kemungkinan bahwa suatu
autoritas dapat melakukan kesalahan- kesalahan. Di pihak lain autoritas-autoritas
yang sungguh-sungguh ahli, masih dapat berbeda pendapat mengenai suatu
persoalan. Suatu autoritas dapat pula mempergunakan keterangan dari autoritas
lain, atau mempergunakan kesaksian dan interpretasi orang- orang biasa untuk
menyusun pendapatnya.
7. CARA MENILAI AUTORITAS
77. Apa yang harus dilakukan bila seorang menghadapi kenyataan bahwa pendapat
autoritas-autoritas itu berbeda-beda? Yang dapat dilakukan adalah membanding-
bandingkan autoritas-autoritas itu, mengadakan evaluasi atas pendapat-pendapat
itu untuk menemukan tulisan-tulisan hasil penelitiannya akan memberi keyakinan
pada penulis tentang autoritasnya.
֍Kemashuran dan Prestise
֍Koherensi dengan Kemajuan
֍Tidak mengandung Prasangka
֍Pengalaman dan Pendidikan Autoritas
LANJUTAN…
79. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK VI :
BERPIKIR SECARA FILSAFAT MENUJU
KEPASTIAN DAN KEBENARAN ILMIAH
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KELOMPOK 2
SEMESTER IV KELAS S
1. Nova Dwi Lestari (1211900010)
2. Dina Frenti Okvira Hutabarat (1211900020)
3. Dwiki Ammar Syihab (1211900025)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021
80. KELOMPOK 2 :
PENGANTAR FILSAFAT ILMU (S)
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, MS
01
Nova Dwi Lestari
NBI : 1211900010
03
02
Dina Frenti Okvira H.
NBI : 1211900020
Dwiki Ammar Syihab
NBI : 1211900025
82. MENGAPA HARUS BERPIKIR SECARA FILSAFAT ?
Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah diketahui dan apa yang belum
diketahui. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah diketahui
dalam kesemestaan yang seakan tidak terbatas ini. Berfilsafat berarti mengoreksi diri,
semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari
telah dijangkau.
83. MENGUKUR BERPIKIR FILSAFAT
Karakteristik berpikir filsafat adalah sifat menyeluruh, sifat mendasar dan sifat
spekulatif. Orang yang berpikir filsafati berarti orang tersebut membongkar tempat
berpijak secara fundamental. Dia tidak percaya begitu raja bahwa ilmu itu benar.
▪ Mengapa ilmu dapat disebut benar?
▪ Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut dilakukan?
▪ Lalu benar itu apa?
Pertanyaan itu melingkar sebagai sebuah lingkaran yang untuk menyusunnya, harus
dimulai dari sebuah titik, sebagai awal sekaligus sebagai akhir.
84. 5
01
02
CIRI-CIRI BERPIKIR FILSAFAT
Konsepsional. Perenungan filsafat berusaha untuk menyusun suatu bagian
konsepsional. Konsepsi merupakan hasil generalisasi dan abstraksi dari
pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses satu demi satu.
Koheren. Perenungan kefilsafatan berusaha untuk menyusun suatu bagan yang
koheren yang konsepsional. Secara singkat, istilah koheren ialah runtut. Bagan
konsepsional yang merupakan hasil perenungan kefilsafatan haruslah bersifat
runtut. Dalam arti lain, koheren bisa juga dikatakan berpikir sistematis, artinya
berpikir logis, yang bergerak selangkah demi selangkah dengan penuh
kesadaran. Dengan urutan yang bertanggungjawab dan saling hubungan
yang teratur
85. Memburu kebenaran.Filsuf adalah pemburu kebenaran, kebenaran yang diburunya adalah
kebenaran hakiki tentang seluruh realitas dan setiap hal yang dapat dipersoalkan. Oleh
sebab itu, dapat dikatakan bahwa berfilsafat berarti memburu kebenaran tentang segala
sesuatu. Kebenaran filsafat tidak pernah bersifat mutlak dan final, melainkan terus bergerak
dari suatu kebenaran menuju kebenaran baru yang lebih pasti. Kebenaran yang baru
ditemukan itu juga terbuka untuk dipersoalkan kembali demi menemukan kebenaran yang
lebih meyakinkan.
Radikal. Berfilsafat berarti berpikir radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal. Karena berpikir
secara radikal, ia tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu wujud realitas tertentu.
Keradikalan berpikirnya itu akan senantiasa mengobarkan hasratnya untuk menemukan
realitas seluruh kenyataan, berarti dirinya sendiri sebagai suatu realitas telahtermasuk ke
dalamnya sehingga ia pun berupaya untuk mencapai akar pengetahuan tentang dirinya
sendiri.
03
04
86. Rasional.
Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bahan konsepsional yang bersifat
rasional. Yang dimaksudkan dengan bagan konsepsionl yang bersifat rasional ialah
bagan yang bagian-bagiannya secara logis berhubungan satu dengan yang lain.
Berpikir secara rasional berarti berpikir logis, sistematis, dan kritis berpikir logis adalah
bukan hanya sekedar menggapai pengertian-pengertian yang dapat diterima oleh
akal sehat, melainkan agar sanggup menarik kesimpulan dan mengambil keputusan
yang tepat dan benar dari premis-premis yang digunakan. Berpikir logis yang menuntut
pemikiran yang sistematis. Pemikiran yang sistematis ialah rangkaian pemikiran yang
berhubungan satu sama lain atau saling berkaitan secara logis.
05
87. Menyeluruh.
Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan konsepsional yang memadai
untuk dunia tempat kita hidup maupun diri kita sendiri. Suatu sistem filsafat harus bersifat
komprehensif, dalam arti tidak ada sesuatu pun yang berada di luar jangkauannya. Jika
tidak demikian, filsafat akan ditolak serta dikatakan berat sebelah dan tidak memadai.
Berpikir universal tidak berpikir khusus, terbatas pada bagian-bagian tertentu, namun
mencakup secara keseluruhan. Berpikir filsafat harus dapat menyerap secara
keseluruhan apa yang ada pada clam semesta, tidak terpotong-potong
06
88. Dari penjabaran tentang filsafat tersebut di atas, konsep penting yang perlu
dipahami tentang hakikat makna filsafat antara lain:
a) filsafat adalah mendorong manusia untuk berpikir secara kritis;
b) berpikir filsafat adalah berpikir dalam bentuk yang sistematis;
c) filsafat harus menghasilkan sesuatu yang runtut;
d) berpikir filsafat adalah berpikir secara rasional dan logis; dan
e) proses berpikir filsafat harus bersifat mendalam dan komprehensif.
89. Kebenaran sebagai Persesuaian (the correspondent theory of truth
a. Teori ini sangat didukung oleh empirisme, dan oleh karena itu teori ini sangat menghargai
pengamatan dan pengujian empiris. la lebih menekankan cara kerja pengetahuan aposteriori;
b. Teori ini juga menegaskan dualitas antara S dan 0, pengenal dan yang dikenal. Di sana obyek
terasa penting bagi pengetahuan manusia. Subyek atau akal budi hanya mengolah apa yang
diberikan obyek;
c. Teori ini juga menekankan bukti bagi kebenaran suatu pengetahuan. Namun bukti ini bukannya
hasil akal budi, atau hasil imaginasi akal budi, tetapi apa yang disodorkan obyek melalui panca
indera. Persoalan ialah bahwa semua proposisi atau hipotesis yang tidak didukung oleh bukti
empiris tidak akan dianggap benar. Misalnya, Tuhan adalah mahabijaksana dan dia hadir
dalam sejarah manusia. Ini pernyataan yang tidak benar. Maka ini tidak dilihat sebagai
pengetahuan. Ini hanya dianggap sebagai keyakinan atau juga ideologi. Unsur-unsur anggapan
seperti ini sudah nampak sejak Heraklitus, Aristoteles, Aquinas dan terutama didukung oleh para
pemikir Inggris (Empirisme).
01
MACAM – MACAM TEORI KEBENARAN
90. Kebenaran sebagai Keteguhan (the coherent theory of truth).
Pandangan ini dudukung oleh Pythagoras, Parmenides, Spinoza, dan Hegel. Teori ini dianut oleh
kaum rasionalis. Kebenaran tidak lagi ditemukan dalam kesesuaian dengan kenyataan,
melainkan dalam relasi antara proposisi baru dengan proposisi lama atau yang sudah ada.
Maka suatu pengetahuan atau proposisi dianggap benar kalau sejalan dengan pengetahuan
atau proposisi sebelumnya.
Teori Pragmatis tentang Kebenaran (the pragmatic theory of truth).
Teori ini dikembangkan oleh Charles Sanders Peirce dan William James. Kebenaran memiliki arti
yang sama dengan kegunaan. Suatu ide benar adalah ide yang bisa memungkinkan
seseorang melakukan sesuatu secara paling berhasil dan tepat guna. Ide yang benar pasti juga
memiliki konsekuensi praktis pada tindakan tertentu (J. Dewey).Kebenaran yang ditemukan di
sini adalah menyangkut "know-how", kalau manusia berhasil menciptakan sesuatu.
02
03
91. Teori Kebenaran Performatif (Performative theory of truth)
Anggapan tentang terlaksananya kebenaran dalam bahasa (ungkapan) manusia
berasal dari Inggris (Frank Ramsey, John Austin, dan Peter Strawson). Mereka melawan
teori klasik bahwa benar dan salah adalah ungkapan deskriptif. Suatu pernyataan
dianggap benar kalau is menciptakan realitas. Misalnya, "Dengan ini saya mengangkat
ands menjadi ketua kelas." Ungkapan atau pernyataan ini menciptakan suatu realitas.
Teori Kebenaran Historis.
Teori ni pada umumnya diakui oleh kelompok post-modernis atau strukturalis dan post-
strukturalis. Menurut mereka kebenaran selalu bersifat historis dan selalu berpusat pada
kebebasan batin setiap manusia, dan bukannya ditentukan lebih dahulu atau ditentukan
oleh orang lain. Dalam diri setiap manusia dan kebudayaan terdapat unsur kebenaran.
04
05
92. Ada dua macam kebenaran yaitu kebenaran empiris dan logis yang kiranya dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Karena itu terdapat tiga sifat dasar kebenaran ilmiah:
1. Struktur kebenaran ilmiah bersifat rasional-logis (berdasarkan kesimpulan yang logis-rasional dari
premis-premis tertentu). Karena itu bersifat rasional, maka semua orang rasional dapat menggunakan
akal budinya secara balk dan memahami kebenaran ilmiah ini. Isi empiris: kebenaran ilmiah perlu diuji
dengan kenyataan yang ada (empiris).
2. Sifat pragmatis mau menggabungkan dua sifat kebenaran di atas. Pernyataan itu logis dan empiris,
maka harus juga berguna dalam hidup manusia dalam memecahkan permasalahan.
SIFAT-SIFAT KEBENARAN ILMIAH
93. Dalam diskusi tentang macam-macam teori kebenaran pertanyaan yang muncul
ialah apakah kebenaran ilmiah bersifat pasti atau sementara? Jawaban atas pertanyaan ini
memunculkan dua pandangan berbeda, yaitu pandangan kaum rasionalis yang
menekankan kebenaran logis-rasional dan pandangan kaum empiris yang menekankan
kebenaran empiris. Karena itu kita harus berbicara tentang taraf-taraf kepastian (subyektivitas
dan obyektivitas).
KEPASTIAN DAN KEBENARAN
94. TARAF KEPASTIAN ILMU EMPIRIS DAN ILMU EKSAKTA
Dalam kaitan dengan kepastian sering kita mengatakan bahwa sesuatu hanya
dapat ditempatkan dalam "barangkali" atau "mungkin.“Istilah ini digunakan para ilmuwan
untuk menunjuk pada sesuatu yang dalam gejala pengetahuan terletak pada pihak obyek.
Untuk mengatasi kesulitan ini kita diperkenalkan dengan istilah `kepercayaan' (credibility).
Kepercayaan adalah ciri khas hipotesis ilmiah. Hipotesis ini justru ada pada pihak
subyek. Kepercayaan hipotesis bisa Iemah, bisa kuat, tetapi ini tergantung pada mutu dan
jumlah data empiris yang dapat diterangkan.
95. Kepastian dalam ilmu-ilmu empiris
Semua ilmu empiris, termasuk ilmu-ilmu manusia, mengajar tentang kepastian dalam dua
arti, yaitu:
a. kepastian tentang explanans dari gejala-gejala yang diselidiki, terutama menyangkut kebenaran
pernyataan dari gejala-gejala itu; dan
b. kepastian mengenai kesimpulan yang dapat ditarik dari suatu hukum yang berlaku.
Kepastian dalam ilmu-ilmu eksakta
Dalam konteks penemuan (context of discovery), dalam usaha mencoba-coba, apa yang
dikatakan tentang ilmu-ilmu empiris juga berlaku untuk ilmu-ilmu pasti (di mana ilmu itu belum pasti).
Namun dalam konteks pembenaran (context of justification), dalam satu sistem matematika atau
logika yang sudah jadi dan berdiri sendiri, tidak ada lagi hipotesis, melainkan hanya ungkapan-
ungkapan yang bersifat aksiomatis (yang terdiri dari dalil-dalil) yang semuanya bernilai 1. Semua dalil
berlaku di mana-mana tanpa diragukan dalam sistem itu sendiri. Inilah yang dimaksudkan dengan
ilmu pasti.
96. A. BERPIKIR INDUKTIF
Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Pengetahuan yang
dimaksud adalah suatu fenomena yang ditangkap oleh indra manusia. Menangkap berarti mengamati
atau mengobservasi, sedangkan yang diamati dan fenomena itu tidak lain adalah fakta. Dalam
observasi itu fakta dari fenomena dikumpulkan, diamati, diklasifikasi dan disusun secara teratur
(sistematis) kemudian dibuat generalisasi sebagai kesimpulannya. Dan sinilah terwujud hukum, dalil,
atau teori dari suatu ilmu. Pekerjaan semacam ini tidak lain adalah pekerjaan induktif (menginduksi).
Dapatlah dikatakan bahwa pekerjaan induktif ini dimulai dari hal-hal yang khusus (particular) yang
terpikirkan sebagai kelas dari suatu fenomena, menuju generalisasi.
BERPIKIR INDUKTIF DAN DEDUKTIF
97. B. BERPIKIR DEDUKTIF
Kebalikan dari berpikir induktif ialah berpikir deduktif. Bekerjanya berangkat dari hal yang
umum (dari induksi/teori/dalil/hukum) kepada hal-hal yang khusus (particular). Prinsip dasarnya ialah
"segala yang dipandang benar pada semua peristiwa dalam situ kelas atau jenis, berlaku pula sebagai
hal yang benar pada semua peristiwa yang terjadi pada hal yang khusus, asal hal yang khusus ini
benar-benar merupakan bagian atau unsur dari hal yang umum itu".
BERPIKIR INDUKTIF DAN DEDUKTIF
98. METODE ILMIAH
Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematis dalam mendapatkan
pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui metode ilmiah.
Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah
sistematis. Garis besar langkah-langkah sistematis keilmuan adalah:
(1) mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah;
(2) menyusun kerangka pikiran (logical contract);
(3) merumuskan hipotesis (jawaban rasicnal terhadap masalah);
(4) menguji hipotesis secara empirik;
(5) melakukan pembahasan dan;
(6) menyimpulkan.
99. METODE ILMIAH
Tiga Iangkah pertama merupakan metode penelitian,
sedangkan langkah-langkah selanjutnya bersifat teknis penelitian.
Dengan demikian maka pelaksanaan penelitian menyangkut dua hal,
yaitu hal metode dan hal teknis penelitian. Namun secara implisit metode
dan teknik melarut di dalamnya.
101. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK X :
FILSAFAT MANUSIA
(HAKEKAT MANUSIA DILIHAT DARI SISI FILSAFAT ILMU)
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KELOMPOK 2
SEMESTER IV KELAS S
1. Nova Dwi Lestari (1211900010)
2. Dina Frenti Okvira Hutabarat (1211900020)
3. Dwiki Ammar Syihab (1211900025)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021
105. Pengertian Filsafat Manusia
Filsafat manusia adalah cabang filsafat khusus yang secara spesifik mempelajari
hakekat/esensi manusia. Filsafat manusia adalah bagian filsafat yang membahas apa
arti manusia sendiri secara mendetail. Filsafat manusia terus berkembang karena
manusia adalah objek yang penuh dengan misteri. Titik tolak filsafat manusia adalah
pengetahuan dan pengalaman manusia, serta dunia yang melingkupinya. Dalam sejarah
ada beberapa istilah yang mendahului filsafat manusia, yaitu psikologi filsafat, psikologi
rasional, eksperimental dan empiris.
106. Pengertian Filsafat Manusia
Antropologi filsafat atau yang lebih dikenal dengan filsafat manusia adalah bagian
integral dan sistem filsafat, yang secara spesifik menyoroti hakikat atau esensi manusia.
Objek material filsafat manusia dan ilmu-ilmu tentang manusia (misalnya psikologi dan
antropologi) adalah gejala manusia. Pada dasarnya ilmu ini bertujuan untuk menyelidiki,
menginterpretasi, dan memahami gejala-gejala atau ekspresi-ekspresi manusia.
Dengan demikian filsafat manusia mengantar manusia untuk menyelami kehidupannya
sendiri, dan sangat mungkin mendapat pencerahan mengenai menjadi manusia yang
lebih utuh.
107. Beberapa Pandangan Para Ahli Mengenai Filsafat Manusia
1. Manusia juga memiliki karya yang dihasilkan sehingga berbeda dengan mahluk yang lain.
Manusia dalam memiliki karya dapat dilihat dalam setting sejarah dan setting psikologis
situasi emosional dan intelektual yang melatarbelakangi karyanya. Dan karya yang dibuat
manusia tersebut menjadikan ia sebagai mahluk yang menciptakan sejarah.
2. Berbicara tentang manusia maka yang tergambar dalam fikiran adalah berbagai macam
perspektif. Ada yang mengatakan manusia adalah hewan rasional (animal rasional) dan
pendapat ini diyakini oleh para filosof
3. Ada yang lain menilai tentang manusia adalah sebagai homo feber dimana manusia adalah
hewan yang melakukan pekerjaan dan dapat gila terhadap kerja
108. Beberapa Pandangan Para Ahli Mengenai Filsafat Manusia
4. Menurut Marx manusia hanya terbuka pada nilai-nilai estetik dan hakekat perbedaan
manusia dengan binatang adalah menunjukan hakekat bebas dan universal.
5. Menurut Paulo Freire manusia merupakan satu-satunya mahluk yang memiliki hubungan
dengan dunia. Tindakan dan kesadaran manusia bersifat historis, manusia membuat
hubungan dengan dunianya bersifat epokal, yang menunjukan disini berhubungan disana,
sekarang berhubungan masa lalu dan berhubungan dengan masa depan. manusia
menciptakan sejarah jugs sebaliknya manusia diciptakan oleh sejarah.
109. Hakekat Manusia
Hakekat manusia selalu berkaitan dengan unsur pokok yang membentuknya.
Manusia secara individu tidak pernah menciptakan dirinya, akan tetapi bukan berarti
bahwa ia tidak dapat menentukan jalan hidup setelah kelahirannya dan eksistensinya
dalam kehidupan dunia ini mencapai kedewasaan dan semua kenyataan itu, akan
memberikan andil atas jawaban mengenai pertanyaan hakekat, kedudukan, dan
perannya dalam kehidupan yang ia hadapi.
110. KEDUDUKAN FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
1. Memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan tentang
kenyataan yang diberikan oleh filfafat.
2. Filsafat memberikan pedoman hidup kepada manusia. Pedoman itu mengenai sesuatu yang
terdapat di sekitar manusia sendiri, seperti kedudukan dalam hubungannyadengan yang lain.
Kita juga mengetahui bahwa alat-alat kewajiban manusia meliputi akal, rasa, dan kehendak
111. TIGA UNSUR PEMBENTUKAN MANUSIA
1. Pengetahuan manusia tentang diri sendiri dan lingkungannya
2. Manusia Dalam Hubungannya Dengan Hidup Komunitas
3. Agama mengandung nilai-nilai universal yang pada hakikatnya mengajarkan yang baik bagi
penganutnya.
112. HUBUNGAN FILSAFAT MANUSIA DENGAN DISIPLIN ILMU LAIN
TENTANG MANUSIA
∞ Psikologi membahas objek materi yakni manusia. Ilmu ini hanya membahas manusia
dan segi psikis yang dapat diperoleh dan melihat perilaku manusia, menjelaskan
gejala-gejala jiwa dan mental, bagaimana pengalaman manusia dapat mempengaruhi
kehidupan selanjutnya dan menjelaskan perkembangan manusia dari masa prenatal
hingga menjelang kematian.
113. HUBUNGAN FILSAFAT MANUSIA DENGAN DISIPLIN ILMU LAIN
TENTANG MANUSIA
∞ Sosiologi juga membahas objek materi yakni manusia. Namun, ilmu ini membatasi din
untuk mencoba menjawab perilaku manusia dari ruang lingkup sosialnya,
menjelaskan status sosial, pranata sosial, dan menjelaskan bahwa manusia sebagai
makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri.
∞ Antropologi juga membahas objek materi yakni manusia. Namun, ilmu ini membatasi
pada pola kebudayaan dan peradaban yang telah diciptakan manusia atau
ditinggalkan manusia, menjelaskan hasil-hasil kebudayaan, suku, etnis, dan ras suatu
masyarakat yang bersifat lokal.
114. HUBUNGAN FILSAFAT MANUSIA DENGAN DISIPLIN ILMU LAIN
TENTANG MANUSIA
∞ Sosiologi juga membahas objek materi yakni manusia. Namun, ilmu ini membatasi din
untuk mencoba menjawab perilaku manusia dari ruang lingkup sosialnya,
menjelaskan status sosial, pranata sosial, dan menjelaskan bahwa manusia sebagai
makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri.
∞ Antropologi juga membahas objek materi yakni manusia. Namun, ilmu ini membatasi
pada pola kebudayaan dan peradaban yang telah diciptakan manusia atau
ditinggalkan manusia, menjelaskan hasil-hasil kebudayaan, suku, etnis, dan ras suatu
masyarakat yang bersifat lokal.
115. ESENSI DAN EKSISTENSI FILSAFAT MANUSIA SERTA PERANAN MANUSIA
Esensi Manusia Menurut Sejumlah Aliran
dalam Filsafat :
Materialisme
Idealisme
Dualisme
Vitalisme
Eksistensialisme
Strukturalisme
Postmodernisme
Eksistensi dan Peranan Manusia :
Manusia sebagai mahluk yang
berdimensional memiliki peran dan
kedudukan yang sangat mulia.
Tiga Rantai Kehidupan :
Hubungan kepada Tuhan (Manusia sebagai
hamba)
Hubungan Antar Manusia (Manusia sebagai
makhluk sosial)
Hubungan kepada Alam (Manusia sebagai
makhluk)
116. PERAN MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH
Peran Manusia Sebagai Manusia Biasa :
Tujuan hidup manusia dari penciptaan
hingga kembali kepada dzat yang
menciptakan menapaki beberapa tahap.
Keterhubungan dan ketersaling-
ketergantungan menjadi sistem kehidupan
yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.
Konsekuensinya manusia disebut
sebagai makhluk sosial yang tidak dapat
hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Jika
ada segolong atau sekelompok manusia
yang menyatakan dirinya paling benar,
berarti is mengabaikan prinsip manusia
yang saling bergantung.
Peran Manusia Sebagai Khalifah :
Sebagai pemimpin di muka bumi,
manusia diajarkan bagaimana cara
memimpin yang baik. Lagi-lagi kembali
kepada tiga konsep besar di atas. Dari
Tuhan manusia memiliki kekuatan dan
pengetahuan yang jika diimplementasikan
terhadap kata `manusia sebagai khalifah'
akan menjadi sangat ideal.
Karena hanya manusialah makhluk
yang memiliki akal dan nurani yang masing-
masing menjadi pengontrol bagian lainnya.
117. PERBEDAAN FILSAFAT MANUSIA DAN ILMU TENTANG MANUSIA
(PSIKOLOGI & ANTROPOLOGI)
Ilmu Tentang Manusia :
Bersifat positifistik menggunakan metodologi
ilu alam, observasional dan eksperimental
yang terbatasa tampak secara empiris
Oleh karena itu tidak dapat menjawab
pertanyaan yang mendasar tentang manusia
Metode lebih fragmentaris yaitu menyelidiki
hanya bagian tertentu dari manusia,
contohnya : psikologis manusia sebagai
organisme. Antropologi dan sosiologi pada
gejala budaya dan pranata sosial.
Filsafat Manusia :
Bersifat metafisis menggunakan metode
ilmu kemanusiaan, sintetis, reflektif,
intensif, dan kritis yang merupakan gejala
seperti filsafat manusia
Oleh karena itu dapat menjawab
pertanyaan yang berdasar tentang manusia
Metode sintetis dan reflektif (ektensif) atau
menyeluruh, intensif (mendalam) dan kritis,
contoh: filsafat manusia menekankan
kesatuan dua aspek/lebih dalam satu visi.
118. MANFAAT DAN TUJUAN MEMPELAJARI FILSAFAT MANUSIA
1. Secara Praktis
Siapa sesungguhnya manusia? Hal ini membutuhkan pemahaman manusia secara
menyeluruh, sehingga memudahkan mengambil keputusan-keputusan
praktis/menjalankan aktivitas hidup sehari-hari.
2. Secara Teoritis
Pemahaman manusia secara yang esensial sehingga kits dapat meninjau secara
kritis asumsi-asumsi yang tersembunyi di balik teori-teori antropologi dan psikologi dan
ilmu-ilmu tentang manusia.
3. Manfaat Lain :
a. Mencari menemukan jawaban tentang siapakah sesunguhnya manusia itu, masalah-
masalah terkait manusia sangat kompleks sehingga persoalan tentang manusia tidak
habis untuk dibicarakan.
b. Essensi manusia pada prinsipnya adalah sebuah misteri.
119. CIRI – CIRI FILSAFAT MANUSIA
1. Ekstensif : dapat kita saksikan dari luasnya jangkauan atau menyeluruhnya objek kajian yang di
geluti oleh filsafat.
2. Intensif (mendasar) : filsafat adalah kegiatan intelektual yang hendak menggali inti hakikat
(esensi), akar, atau struktur dasar, yang melandasi segenap kenyataan.
3. Kritis: karena tujuan filsafat manusia pada taraf akhir tidak lain adalah untuk memahami din
sendiri maka hal apa saja yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan
pemahaman din manusia, tidak luput dari kritik filsafat.
120. KESIMPULAN
Filsafat Manusia adalah cabang filsafat yang hendak secara khusus merefleksikan
hakekat atau esensi dari manusia.
Hakekat manusia harus dilihat pada tahapannya nafs, keakuan, diri, ego dimana pada
tahap ini semua unsur membentuk keatuan diri yang aktual, kekinian dan dinamik,
dan aktualisasi kekinian yang dinamik yang bearada dalam perbuatan dan amalnya.
Ciri ciri filsafat manusia ada tiga, diantaranya ektensif filsafat manusia, intensif filsafat
manusia, dan Kritis filsafat manusia.
Terdapat dua Esensi aliran tertua dan terbesar dari filsafat manusia, yaitu
materialisme dan idealisme.
Manfaat mempelajari filsafat manusia berguna untuk mengetahui apa dan siapa
manusia secara menyeluruh. Selain itu, untuk mengetahui siapakah sesungguhnya diri
manusia didalam pemahaman manusia yang menyeluruh itu. Abidin (2007/3).
121. SARAN
Dalam mempelajari ilmu pengetahuan, kita dianjurkan untuk mempelajari filsafat
dengan berbagai macam cabang ilmunya. Karena, dengan cara kerjanya yang bersifat
sistematis, universal (menyeluruh) dan radikal, yang mengupas, menganalisa sesuatu
secara mendalam, ternyata sangat relevan dengan problematika hidup dan kehidupan
manusia serta mampu menjadi perekat antara berbagai macam disiplin ilmu yang
terpisah kaitannya satu sama lain.
Dengan demikian, menggunakan analisa filsafat, berbagai macam disiplin ilmu
yang berkembang sekarang ini, akan menemukan kembali relevansinya dengan hidup
dan kehidupan masyarakat dan akan lebih mampu lagi meningkatkan ffingsinya bagi
kesejahteraan hidup manusia.
122.
123. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK XI :
FILSAFAT ETIKA DAN MORAL
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KELOMPOK 2
SEMESTER IV KELAS S
1. Nova Dwi Lestari (1211900010)
2. Dina Frenti Okvira Hutabarat (1211900020)
3. Dwiki Ammar Syihab (1211900025)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021
127. PENDAHULUAN
Manusia ialah makhluk berpikir yang dengan itu menjadikan dirinya ada. Dengan
menempatkan manusia sebagai hewan yang berpikir, intelektual, dan berbudaya, maka
dapat disadari kemudian bila pada kenyataannya manusialah yang memiliki kemampuan
untuk menelusuri keadaan dirinya dan lingkungannya. Manusialah yang membiarkan
pikirannya mengembara dan akhirnya bertanya.
Berpikir yaitu bertanya, bertanya yaitu mencari jawaban, mencari jawaban mencari
kebenaran, mencari jawaban tentang alam dan Tuhan yaitu mencari kebenaran tentang
alam dan Tuhan. Dari proses tersebut lahirlah pengetahuan, teknologi, kepercayaan, atau
agama.
128. HAKIKAT ETIKA
Pengertian etika (etimologi) berasal dari bahasa Yunani, yaitu "ethos", yang berarti watak
kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral
yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu "mos" dan dalam bentuk jamaknya "mores," yang
berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik
(kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.
129. Lanjutan…
Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat
perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan
etika yaitu untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
Istilah lain yang identik dengan etika, yaitu: usila (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada
dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su). Dan yang kedua yaitu akhlak (Arab),
berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak.
130. Lanjutan…
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika diartikan sebagai:
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak);
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
131. Lanjutan…
▪ Pertama, etika diartikan sebagai sistem nilai yang dianut oleh sekelompok masyarakat
dan sangat memengaruhi tingkah lakunya.
Contoh : Etika Hindu, etika Protestan, dan etika Masyarakat Badui.
▪ Kedua, etika diartikan sebagai kumpulan asas atau nilai moral, atau biasa disebut
kode etik.
Contoh : Etika kedokteran, kode etik jurnalistik, dan kode etik guru.
▪ Ketiga, etika diartikan sebagai ilmu tentang tingkah laku yang baik dan buruk.
132. Nilai Objektif dan Subjektif
Nilai akan menjadi subjektif apabila subjek sangat berperan dalam segala hal,
kesadaran manusia menjadi tolok ukur segalanya, atau eksistensinya, maknanya dan
validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian tanpa
mempertimbangkan apakah ini bersifat fisik atau psikis.
Nilai akan menjadi objektif apabila tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang
menilai. Nilai objektif muncul karena adanya pandangan dalam filsafat tentang
objektivisme.
133. Hakikat Moral Versus Ilmu
MORAL
Moral yaitu nilai-niai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Ada lagi istilah moralitas yang mempunyai arti sama dengan moral (dari kata sifat Latin
moralis), artinya suatu perbuatan atau baik buruknya. Moralitas yaitu sifat moral atau
keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
134. Hakikat Moral Versus Ilmu
ILMU
Ilmu adalah pengetahuan yang dirumuskan secara sistematis, dapat diterima oleh akal
melalui pembuktian empiris. Istilah empiris memang sering memunculkan persoalan, yaitu
hams didasarkan fakta yang dapat dilihat.
Empiris tentu tidak hams demikian, sebab banyak faktor keilmuan yang tidak dapat dilihat,
tetapi ada. Kaidah yang mempelajari fakta ilmu yang tidak tampak itu patut digali dengan
aturan yang mapan.
135. Lanjutan…
Norma adalah aturan atau kaidah yang dipakai untuk tolok ukur dalam menilai sesuatu.
Ada tiga jenis norma umum, yaitu norma kesopanan atau etiket, norma hukum, dan norma moral.
Etiket hanya mengukur apakah suatu situasi sopan atau tidak.
Norma moral menentukan perilaku seseorang baik atau buruk dari segi etis. Norma moral
yaitu norma tertinggi yang tidak dapat dikalahkan untuk kepentingan norma yang lain. Norma
moral bertugas menilai norma-norma lainnya.
136. ASPEK DAN SIFAT MORAL DALAM ILMU
PENGETAHUAN
1. Moralitas Versus Legalitas dalam Ilmu Pengetahuan
2. Moralitas Objektivistik Versus Relativistik dalam Ilmu Pengetahuan
3. Sifat Moral dalam Perspektif Objektivistik Versus Relativistik
137. HAKIKAT ILMU PENGETAHUAN DAN KEMANUSIAAN
Menurut Jhon G. Kemeny dalam The Liang Gie (2005) mengatakan, ilmu adalah seluruh
pengetahuan yang dihimpun dengan perantara metode ilmiah (all knowledge collected by means
of the scientific method).
Terlepas berbagai makna dari pengertian ilmu sebagai pengetahuan, aktivitas dan metode itu
bila ditinjau lebih mendalam sesungguhnya tidak bertentangan bahkan sebaliknya, hal ini
merupakan kesatuan logis yang mesti ada secara berurutan. Ilmu tidak harus diusahakan
dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan
akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis
138. ETIKA DAN MORAL DALAM ILMU PENGETAHUAN
Etika moral harus mengikat para pihak, baik ilmuwan, pemakai atau pengguna, maupun
produsen atau pihak dunia industri yang menghasilkan produk ilmu pengetahuan dan
teknologi. Hal ini sangat penting, karena ilmu pengetahuan dan teknologi hams maslahat
bagi kehidupan manusia, bukan justru untuk kemudaratan dan memusnahkan budaya,
peradaban, dan kehidupan manusia.
139. ETIKA DAN MORAL DALAM ILMU PENGETAHUAN
Ada empat macam hidup dalam masyarakat menurut teori hukum kodrat :
a. Abstinentia alieni (hindarkan diri dari milik orang lain).
b. Oblagatio implendorum promissorum (penuhilah janji).
c. Damni culpa dati reparatio (bayarlah kerugian yang disebabkan kesalahan sendiri).
d. Poenae inter humanies meratum (berilah hukum yang setimpal).
140.
141. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK XIII :
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT
BANGSA INDONESIA
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KELOMPOK 2
SEMESTER IV KELAS S
1. Nova Dwi Lestari (1211900010)
2. Dina Frenti Okvira Hutabarat (1211900020)
3. Dwiki Ammar Syihab (1211900025)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021
145. PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Sistem nilai ( filsafat) yang dianut suatu bangsa merupakan filsafat masyarakat budaya
bangsa. Bagi suatu bangsa, filsafat merupakan sumber dari segala sumber hukum yang
berlaku dalam suatu masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, filsafat berfungsi
dalam menentukan pandangan hidup suatu masyarakat dalam menghadapi suatu
masalah, hakikat dan sifat hidup, hakikat kerja, hakikat kedudukan manusia, etika dan
tata krama pergaulan dalam ruang dan waktu, serta hakikat hubungan manusia dengan
manusia lainnya (Prayitno, 1989:2).
Indonesia adalah salah satu negara yang juga memiliki filsafat seperti bangsa-bangsa
lain. Filsafat ini tak lain adalah yang kita kenal dengan nama Pancasila yang terdiri dari
lima sila. Pancasila merupakan filsafat hidup bangsa Indonesia.
146. BEBERAPA PENDAPAT BAHWA PANCASILA
ADALAH SUATU FILSAFAT
❑ PENDAPAT MUH. YAMIN
Dalam bukunya Naskah Persiapan Undang-
undang Dasar 1945, menyebutkan bahwa
ajaran Pancasila adalah tersusun secara
harmonis dalam suatu sistem filsafat.
Hakikat filsafatnya ialah satu sinthese
fikiran yang lahir dari antithese fikiran. Dari
pertentangan pikiran lahirlah perpaduan
pendapat yang harmonis, begitu pula halnya
dengan ajaran Pancasila, satu sinthese
negara yang lahir dari pada satu antithese.
❑ PENDAPAT SOEDIMAN KARTOHADIPRODJO
Pancasila itu disajikan sebagai pidato untuk
memenuhi permintaan memberikan dasar
fiilsafat negara, maka disajikannya Pancasila
sebagai filsafat. Pancasila masih merupakan
filsafat Negara (staats-filosofie). Karena itu
dapat dimengerti, bahwa filsafat Pancasila
dibawakan sebagai inti dari hal-hal yang
berkenaan dengan manusia, disebabkan
negara adalah manusia serata organisasi
manusia.
147. BEBERAPA PENDAPAT BAHWA PANCASILA
ADALAH SUATU FILSAFAT
❑ PENDAPAT NOTONAGORO
Sifat kefilsafatan dari dasar negara tersebut
terwuujudkan dalam rumus abstrak dari
kelima sila dari pada Pancasila. Yang intinya
ialah ketuhanan, kemanusiaan, persatuan
(kesatuan dalam dinamikanya), kerakyatan
dan keadilan, terdiri atas kata-kata pokok
dengan awalan-akhiran ke-an dan per-an.
Dasar filsafat, asas kerokhanian Negara
Pancasila adalah cita-cita yang harus
dijelmakan dalam kehidupan negara.
❑ PENDAPAT ROESLAN ABDOELGANI
Pancasila adalah filsafat Negara yang lahir
sebagai collective-ideologie dari seluruh
bangsa Indonesia. Pada hakikatnya
Pancasila merupakan suatu realiteit dan
suatu noodzakelijkheid bagi keutuhan
persatuan bangsa Indonesia sebagaimana
tiap-tiap filsafat adalah hakikatnya suatu
noodzkelijkheid.
148. PENGERTIAN FILSAFAT DAN DASAR FILSAFAT PANCASILA
Secara etimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia. Kata itu terdiri dari
kata philo, philos, philein yang mempunyai arti cinta / pecinta / mencintai dan sophia yang
berarti kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran. Jadi secara harfiah istilah filsafat
adalah cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran yang hakiki.
Apabila kita bicara tentang filsafat, ada dua hal yang patut diperhatikan, yaitu filsafat sebagai
metode dan filsafat sebagai suatu pandangan, keduanya sangat berguna untuk memahami
Pancasila.
Filsafat Pancasila adalah refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara
dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertian
secara mendasar dan menyeluruh.
149. DASAR YANG MENJADIKAN PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT
BANGSA INDONESIA
1. LANDASAN ONTOLOGIS PANCASILA
Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu atau
tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan
metafisika. Jadi ontologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki makna yang ada
(eksistensi dan keberadaan), sumber ada, jenis ada, dan hakikat ada, termasuk ada
alam, manusia, metafisika dan kesemestaan atau kosmologi.
Dasar ontologi Pancasila adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak monopluralis,
oleh karenanya disebut juga sebagai dasar antropologis. Subyek pendukungnya
adalah manusia, yakni : yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang
berpersatuan, yang berkerakyatan dan yang berkeadilan pada hakikatnya adalah
manusia. Hal yang sama juga berlaku dalam konteks negara Indonesia, Pancasila
adalah filsafat negara dan pendukung pokok negara adalah rakyat (manusia).
150. Lanjutan…
2. LANDASAN EPISTEMOLOGIS PANCASILA
Epistemologi adalah cabang
filsafat yang menyelidiki asal, syarat,
susunan, metode, dan validitas ilmu
pengetahuan.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat
pada hakikatnya adalah suatu sistem
pengetahuan.
3. LANDASAN AKSIOLOGIS PANCASILA
Aksiologi mempunyai arti nilai,
manfaat, pikiran dan atau ilmu/teori.
Menurut Brameld, aksiologi adalah cabang
filsafat yang menyelidiki :
a. Tingkah laku moral, yang berwujud etika,
b. Ekspresi etika, yang berwujud estetika
atau seni dan keindahan,
c. Sosio politik yang berwujud ideologi.
151. PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT
1. ARTI PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT
Arti Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah sama dan mutlak bagi seluruh tumpah
darah Indonesia. Tidak ada tempat bagi warga negara Indonesia yang pro dan kontra, karena
Pancasila sudah ditetapkan sebagai filsafat bangsa Indonesia.
2. FUNGSI FILSAFAT PANCASILA
Memberi jawaban atas pernyataan yang bersifat fundamental atau mendasar dalam
kehidupan bernegara.
Filsafat Pancasila mampu memberikan dan mencari kebenaran yang substansi tentang
hakikat negara, ide negara, dan tujuan negara.
Pancasila sebagai filsafat bangsa harus mampu menjadi perangkat dan pemersatu dari
berbagai ilmu yang dikembangkan di Indonesia.
152. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Pancasila merupakan suatu sistem filsafat. Dalam sistem itu masing-masing silanya saling
kait mengkait merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Di dalam Pancasila tercakup
filsafat hidup dan cita-cita luhur bangsa Indonesia tentang hubunagan manusia dengan
Tuhan, hubungan manusia dengan sesame manusia, hubungan manusia dengan
lingkungannya.
Menurut Driyakarya, Pancasila memperoleh dasarnya pada eksistensi manusia sebagai
manusia, lepas dari keadaan hidupnya yang tertentu. Pancasila merupakan filsafat tentang
kodrat manusia. Dalam pancasila tersimpul hal-hal yang asasi tentang manusia. Oleh
karena itu pokok-pokok Pancasila bersifat universal.
153. PANDANGAN INTEGRALISTIK DALAM FILSAFAT PANCASILA
Secara lebih lanjut dapat dikemukakan pula bahwa dasar filsafat bangsa Indonesia bersifat
majemuk tunggal (monopluralis), yang merupakan persatuan dan kesatuan dari sila-silanya.
Akan tetapi bukan manusia yang menjadi dasar persatuan dan kesatuan dari sila-sila
Pancasila itu, melainkan dasar persatuan dan kesatuan itu terletak pada hakikat manusia.
Secara hakiki, susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan badan, sifat kodratnya adalah
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, dan kedudukan kodratnya adalah sebagai
makhluk Tuhan dan makhluk yang berdiri sendiri (otonom).
Aspek-aspek hakikat kodrat manusia itu dalam realitasnya saling berhubungan erat, saling
brkaitan, yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain. Jadi bersifat monopluralis, dan
hakiikat manusia yang monopluralis itulah yang menjadi dasar persatuan dan kesatuan sila-
sila Pancasilayang merupakan dasar filsafat Negara Indonesia.
154. DASAR PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Negara kita Indonesia dalam pengelolaan atau pengaturan kehidupan bernegaranya dilandasi
oleh filsafat atau ideologi pancasila.
ALASAN PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT BANGSA INDONESIA ADALAH SEBAGAI BERIKUT :
a. Secara prktis-fungsional, dalam tata-budaya masyarakat Indonesia pra-kemerdekaan nilai
Pancasila diakui sebagai filsafat hidup atau pandangan hidup yang dipraktekkan.
b. Secara formal-konstitusional, bangsa Indonesia mengakui Pancasila dalah dasar negara
(filsafat negara) RI.
c. Secara psikologis dan kultural, bangsa dan budaya Indonesia sederajat dengan bangsa dan
budaya manapun.
d. Secara potensial, filsafat Pancasila akan berkembang bersama dinamika budaya; filsafat
Pancasila akan berkembang secara konsepsional, kaya konsepsional dan kepustakaan
secara kuantitas dan kualitas.
155. ---- KESIMPULAN ----
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah cinta
akankebijakan. Sedangkan Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan
bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama antara sila yang satu
dengan sila yang lain untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu
kesatuan yang utuh yang mempunyai beberapa inti sila, nilai dan landasan yang
mendasar.
156.
157. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK XIV :
SARANA BERFIKIR ILMIAH DAN
FILSAFAT SEBAGAI BERFIKIR ILMIAH
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KELOMPOK 2
SEMESTER IV KELAS S
1. Nova Dwi Lestari (1211900010)
2. Dina Frenti Okvira Hutabarat (1211900020)
3. Dwiki Ammar Syihab (1211900025)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021
161. Sarana berfikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam
berbagai langkah yang harus ditempuh tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah
kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik.
Mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam
mendapatkan pengetahuannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah
membantu proses metode ilmiah.
DEFINISI SARANA BERFIKIR ILMIAH
162. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah :
a. Sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu, melainkan kumpulan pengetahuan yang
didapatkan berdasarkan metode ilmiah.
b. Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita
melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan
sarana berpikir ilmiah yaitu bahasa, matematika, dan statistika.
163. ▪ Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi
verbal yang dipakai dalam seluruh
proses berpikir ilmiah.
▪ Matematika
Matematika memiliki struktur dengan
keterkaitan yang kuat dan jelas satu
dengan lainnya serta berpola pikir
yang bersifat deduktif dan konsisten.
dan dapat atdipertanggungjawabkan.
SARANA BERFIKIR ILMIAH
▪ Statistika
Statistika memberikan cara untuk
dapat menarik kesimpulan yang
bersifat umum dengan jalan
mengamati hanya sebagian dari
populasi yang bersangkutan.
▪ Logika
Logika adalah sarana untuk berpikir
sistematik, valid dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya ada tiga, yaitu :
164. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses
berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi
untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain.
Ditinjau dari pola berpikirnya, maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir
deduktif dan berpikir induktif. Untuk itu, penalaran ilmiah menyandarkan diri
kepada proses logika deduktif dan logika induktif.
Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif.
Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.
Jadi keempat sarana ilmiah ini saling berhubungan erat satu sama lain.
HUBUNGAN ANTARA SARANA ILMIAH
BAHASA, LOGIKA, MATEMATIKA, & STATISTIKA
165. DEFINISI HAKIKAT SARANA BERFIKIR ILMIAH
Pengertian Sarana Berfikir Ilmiah menurut Para Ahli :
1. Menurut Salam (1997:139): Berfikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia untuk
menemukan/mendapatkan ilmu. Berfikir ilmiah adalah proses berpikir untuk sampai pada
suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
2. Menurut Jujun S.Suriasumantri. Berpikir merupakan kegiatan akal untuk memperoleh
pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi
dan deduksi.
3. Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah 2006:118). Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam
hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-
pembuktian.
4. Menurut Eman Sulaeman. Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir/pengembangan pikiran
yang tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang
sudah ada.
166. Untuk itu terdapat syarat-syarat yang
membedakan ilmu (science), dengan
pengetahuan (knowledge), antara lain :
Menurut Prof.Dr.Prajudi Atmosudiro, Adm. Dan
Management Umum 1982. Ilmu harus ada
obyeknya, terminologinya, metodologinya,
filosofinya dan teorinya yang khas.
Menurut Prof.DR.Hadari Nawawi, Metode
Penelitian Bidang Sosial 1985. Ilmu juga harus
memiliki objek, metode,sistematika dan mesti
bersifat universal.
Sumber-sumber pengetahuan
manusia dikelompokkan atas :
a. Pengalaman.
b. Otoritas .
c. Cara berfikir deduktif.
d. Cara berfikir induktif .
e. Berfikir ilmiah (pendekatan
ilmiah).
167. Perbedaan berfikir ilmiah dari berfikir non-ilmiah memiliki perbedaan dalam dua
faktor mendasar yaitu :
1. Sumber pengetahuan
Berfikir ilmiah menyandarkan sumber pengetahuan pada rasio dan pengalaman
manusia, sedangkan berfikir non-ilmiah (intuisi dan wahyu) mendasarkan sumber
pengetahuan pada perasaan manusia.
2. Ukuran kebenaran
Berfikir ilmiah mendasarkan ukuran kebenarannya pada logis dan analitisnya suatu
pengetahuan, sedangkan berfikir non-ilmiah (intuisi dan wahyu) mendasarkan
kebenaran suatu pengetahuan pada keyakinan semata.
168. Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir
ilmiah.
Bahasa menekankan pada bunyi, lambang, sistematika, komunikasi.
PERAN BAHASA DALAM SARANA BERPIKIR ILMIAH
Adapun ciri-ciri bahasa di antaranya yaitu :
a. Sistematis artinya memiliki pola dan aturan.
b. Arbitrer (manasuka) artinya kata sebagai simbol berhubungan secara tidak logis dengan
apa yang disimbolkannya.
c. Ucapan/vokal. Bahasa berupa bunyi
d. Sebagai symbol yang mengaju pada objeknya dan lain sebagainya.
169. Kelemahan bahasa dalam menghambat
komunikasi ilmiah yaitu :
Bahasa mempunyai multifungsi (ekspresif,
konatif, representasional, informatif,
deskriptif, simbolik, emotif, afektif) yang
dalam praktiknya sukar untuk dipisah-
pisahkan. Akibatnya, ilmuwan sukar untuk
membuang faktor emotif dan afektifnya
ketika mengomunikasikan pengetahuan
informatifnya.
Bahasa pada hakikatnya
mempunyai dua fungsi utama, yakni :
a. Sebagai sarana komunikasi antar
manusia.
b. Sebagai sarana budaya yang
mempersatukan kelompok manusia
yang mempergunakan bahasa
tersebut.
170. Adapun ciri-ciri bahasa ilmiah yaitu :
a. Informatif yang berarti bahwa bahasa ilmiah mengungkapan informasi atau
pengetahuan. Informasi atau pengetahuan ini dinyatakan secara eksplisit dan jelas
untuk menghindari kesalah pahaman Informasi.
b. Reproduktif adalah bahwa pembicara atau penulis menyampaikan informasi yang
sama dengan informasi yang diterima oleh pendengar atau pembacanya.
c. Intersubjektif, yaitu ungkapan-ungkapan yang dipakai mengandung makna-makna
yang sama bagi para pemakainya
d. Antiseptik berarti bahwa bahasa ilmiah itu objektif dan tidak memuat unsur emotif,
kendatipun pada kenyataannya. Unsure emotif ini sulit dilepaskan dari unsur
informatif.
171. Secara umum dapat dinyatakan bahwa fungsi
bahasa adalah :
a. Koordinator kegiatan-kegiatan dalam
masyarakat.
b. Penetapan pemikiran dan pengungkapan.
c. Penyampaian pikiran dan perasaan
d. Penyenangan jiwa
e. Pengurangan kegonjangan jiwa
Kneller mengemukakan 3 fungsi bahasa
yaitu :
a. Simbolik menonjol dalam komunikasi
ilmiah.
b. Emotif menonjol dalam komunikasi
estetik.
c. Afektif (George F. Kneller dalam jujun,
1990, 175).
FUNGSI BAHASA
172. Perbedaan bahasa alamiah dan bahasa buatan adalah sebagai berikut :
a. Bahasa alamiah antara kata dan makna merupakan satu kesatuan utuh, atas dasar kebiasaan
sehari-hari, karena bahasanya secara spontan, bersifat kebiasaan, intuitif (bisikan hati) dan
pernyataan langsung.
b. Bahasa buatan antara istilah dan konsep merupakan satu kesatuan bersifat relatif, atas dasar
pemikiran akal karena bahasanya berdasarkan pemikiran, sekehendak hati, diskursif (logika, luas
arti) dan pernyataan tidak langsung.
Ada dua pengolongan bahasa yang umumnya dibedakan yaitu :
a. Bahasa alamiah yaitu bahasa sehari-hari yang digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang
tumbuh atas pengaruh alam sekelilingnya. Bahasa alamiah dibagi menjadi dua yaitu: bahasa
isyarat dan bahasa biasa.
b. Bahasa buatan adalah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan akar pikiran untuk maksud tertentu. Bahasa buatan dibedakan menjadi dua bagian
yaitu: bahasa istilah dan bahasa antifisial atau bahasa simbolik.
173. Peranan Matematika sebagai sarana berfikir ilmiah dapat menggunakan alat-alat yang
mempunyai kemampuan sebagai berikut :
▪ Menggunakan algoritma.
▪ Melakukan manupulasi secara
matematika.
▪ Mengorganisasikan data.
▪ Memanfaatkan symbol, table dan grafik.
▪ Mengenal dan menenukan pola.
▪ Menarik kesimpulan.
PERAN MATEMATIKA DALAM BERFIKIR ILMIAH
▪ Membuat kalimat atau model
matematika.
▪ Membuat interpretasi bangun
geometri.
▪ Memahami pengukuran dan satuanya.
▪ Menggunakan alat hitung dan alat
bantu lainya dalam matematika,
seperti tabel matematika, kalkulator,
dan komputer.
174. Adapun kelebihan dan kekurangan Matematika :
a. Kelebihan matematika adalah: tidak memiliki unsur emotif dan bahasa
matematika sangat universal.
b. Kelemahan dari matematika adalah bahwa matematika tidak mengandung bahasa
emosional (tidak mengandung estetika) artinya bahwa matematika penuh dengan
simbol yang bersifat artifersial dan berlaku dimana saja.
175. Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Konsep statistika
sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi
tertentu. Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat
umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan.
PERAN STATISTIKA DALAM BERFIKIR ILMIAH
Peranan Statistika dalam tahap-tahap metode keilmuan :
▪ Alat untuk menghitung besarnya anggota sampel yang akan diambil dari populas.
▪ Alat untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen..
▪ Teknik untuk menyajikan data-data, sehingga data lebih komunikatif.
▪ Alat untuk analisis data seperti menguji hipotesis penelitian yang diajukan.
176. Bahasa pada hakikatnya mempunyai dua
fungsi utama yakni, pertama, sebagai sarana
komunikasi antar manusia, dan kedua, sebagai
sarana budaya yang mempersatukan
kelompok manusia yang mempergunakan
bahasa tersebut.
Statistika sangat berperan dalam
perkembangan ilmu pengetahuan terutama
dalam penelitian.Dari penelitianlah ditemukan
teori-teori baru
KESIMPULAN
178. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK XV :
HUBUNGAN FILSAFAT ILMU DENGAN
METODOLOGI PENELITIAN
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KELOMPOK 2
SEMESTER IV KELAS S
1. Nova Dwi Lestari (1211900010)
2. Dina Frenti Okvira Hutabarat (1211900020)
3. Dwiki Ammar Syihab (1211900025)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021
182. Pada perkembangan filsafat sebagai ilmu atau ilmu filsafat, terdapat hal pokok
yang menjadi cabang kajian mengenai cara manusia berfikir. Ketiga cabang tersebut
merupakan :
a. Ontology
b. Epistemologi
c. Aksiologi.
LATAR BELAKANG