Dokumen tersebut membahas tentang pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Secara umum dijelaskan bahwa pengetahuan adalah kepercayaan yang benar, dan terdapat dua jenis pengetahuan yaitu pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmiah.
Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sby
1. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK I :
PERLUNYA MAHASISWA BELAJAR FILSAFAT
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KELOMPOK 5
SEMESTER IV KELAS S
1. Thomas Julianto (1211900077)
2. Muhammad Fatkhur Rohman (1211900081)
3. Alviyati Wahyuningtyas (1211900085)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021
5. Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai semakin
menajamnya spesialisasi ilmu maka filsafat ilmu sangat diperlukan. Sebab dengan
mempelajari filsafat ilmu, para ilmuwan akan menyadari keterbatasan dirinya dan tidak
terperangkap kedalam sikap arogansi intelektual. Hal yang lebih diperlukan adalah sikap
keterbukaan diri di kalangan ilmuwan, sehingga mereka dapat saling mengarahkan seluruh
potensi keilmuwan yang dimilikinya untuk kepentingan bersama umat manusia.
ALASAN PERLUNYA BELAJAR
6. ⇒ Mahasiswa sebagai bagian dari sivitas akademika diharapkan memiliki penguasaan yang
baik atas bidang ilmu yang ditekuni untuk selanjutnya memanfaatkan ilmu tersebut, baik
untuk pengembangan kehidupan dirinya maupun kehidupan masyarakat pada umumnya.
Penguasaan ilmu bukan hanya menyangkut penguasaan konsep-konsep serta teori-teori
keilmuan dalam bidangnya masing-masing, akan tetapi juga landasan pemahaman
mengenai hakikat ilmu, objek kajian dari ilmu yang dipelajari, metode untuk
pengembangan ilmu tersebut, serta kaidah-kaidah moral dan etika mengenai untuk apa
ilmu itu harus dimanfaatkan.
⇒ Atas dasar itulah filsafat ilmu memiliki peranan penting dalam pembentukan kepribadian
calon-calon ilmuwan pada umumnya. Diharapkan dengan memahami Filsafat mahasiswa
bisa lebih berpikir secara mendalam, luas, kritis dan radikal. Sehingga menerima
tranferknowledge lebih baik.
ALASAN PERLUNYA BELAJAR
7. Fungsi filsafat ilmu juga untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi
konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun
teori ilmiah.
Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu :
⇒ Sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara
hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan
berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.
ALASAN PERLUNYA BELAJAR
8. Filsafat adalah ilmu yang tak terbatas karena
tidak hanya menyelidiki suatu bidang tertentu dari
realitas yang tertentu saja.Filsafat senantiasa
mengajukan pertanyaan tentang seluruh kenyataan
yang ada. Filsafat pun selalu mempersoalkan
hakikat, prinsip, dan asas mengenai seluruh realitas
yang ada, bahkan apa saja yang dapat
dipertanyakan, termasuk filsafat itu sendiri.
MANFAAT BELAJAR FILSAFAT DALAM KEHIDUPAN
Manfaat lain filsafat adalah didasarkan pada
pengertian filsafat sebagai suatu integrasi atau
pengintegrasi sehingga dapat melakukan fungsi
integrasi ilmu pengetahuan. Sebagian besar
orang hanya menyangkutkan apa yang paling
dekat dan apa yang paling dibutuhkannya pada
saat dan tempat tertentu.
9. Filsafat membantu kita memahami bahwa sesuatu tidak selalu tampak seperti apa
adanya.
Filsafat membantu kita mengerti tentang diri kita sendiri dan dunia kita, karena
filsafat mengajarkan bagaimana kita bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan
mendasar
Filsafat membuat kita lebih kritis. Filsafat mengajarkan pada kita bahwa apa yang
mungkin kita terima begitu saja ternyata salah atau menyesatkan—atau hanya
merupakan sebagian dari kebenaran.
MANFAAT FILSAFAT SECARA UMUM
10. MANFAAT FILSAFAT SECARA UMUM
Filsafat mengembangkan kemampuan kita dalam :
a. Menalar secara jelas
b. Membedakan argument yang baik dan yang buruk
c. Menyampaikan pendapat (lesan dan tertulis) secara jelas
d. Melihat sesuatu melalui kacamata yang lebih luas
e. Melihat dan mempertimbangkan pendapat dan
pandangan yang berbeda
11. Dengan mempelajari karya-karya para pemikir besae, para filsuf dalam sejarah dan tradisi filsafat,
kita akan melihat betapa besar sesungguhnya pengaruh filsafat terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan, agama, pemerintahan, Pendidikan dan karya seni.
Filsafat memberi bekal dan kemampuan pada kita untuk memperhatikan pandangan kita sendiri
dan pandangan orang lain dengan kritis. Kadang ini memang bisa mendorong kita menolak
pendapat-pendapat yang telah ditanamkan pada kita, tetapi filsafat juga memberikan kita cara-
cara berfikir baru dan yang lebih kreatif dalam mengahadapi masalah yang mungkin tidak dapat
dipecahkan dengan cara lain.Kemampuan berfikir secara jernih, menalar secara logis, dan
mengajukan dan menilai argumen, menolak asumsi yang diterima begitu saja, dan pencarian akan
prinsip-prinsip pemikiran dan tindakan yang koheren semuanya ini merupakan ciri dari hasil
latihan dalam ilmu filsafat.
MANFAAT FILSAFAT SECARA UMUM
12. Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat
ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :
MANFAAT FILSAFAT SECARA KHUSUS
Sebagai alat mencari kebenaran dari
segala fenomena yang ada
Mempertahankan, menunjang dan
melawan ata berdiri netral terhadap
pandangan filsafat lainnya
Memberikan pengertian tentang cara
hidup, pandangan hidup dan pandangan
dunia
Memberikan ajaran tentang moral dan
etika yang bergunan dalam kehidupan
Menjadi sumber insprasi dan pedoman
untuk kehidupan dalam berbagai aspek
kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi,
politik, hukum dan sebagainya.
Filsafat ilmu bermanfaat untuk
menjelaskan keberadaan manusia di
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang merupakan alat
untuk membuat hidup menjadi lebih baik
Filsafat ilmu bermanfaat untuk
membangun diri kita sendiri dengan
berpikir secara radikal (berpikir sampai
ke akar-akarnya), kita mengalami dan
menyadari keberadaan kita.
Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan
kebijaksanaan untuk memandang
dan memecahkan persoalan-persoalan
dalam kehidupan sehari-hari.
13. Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu
kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :
MANFAAT FILSAFAT SECARA KHUSUS
Filsafat ilmu memberikan pandangan yang
luas, sehingga dapat membendung egoisme
dan ego-sentrisme (dalam segala hal hanya
melihat dan mementingkan kepentingan dan
kesenangan diri sendiri).
Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis
terhadap metode keilmuan. Setiap metode
ilmiah yang dikembangkan harus dapat
dipertanggungjawabkan secara logis-
rasional, agar dapat dipahami dan
dipergunakan secara umum.
Filsafat ilmu memberikan dasar-dasar, baik
untuk hidup kita sendiri (terutama dalam
etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan
dan lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa,
ilmu mendidik, dan sebagainya.
Filsafat ilmu memberikan petunjuk dengan
metode pemikiran reflektif dan penelitian
penalaran supaya manusia dapat
menyerasikan antara logika,
rasio, pengalaman, dan agama dalam usaha
mereka dalam pemenuhan
kebutuhannyauntuk mencapai hidup yang
sejahtera.
14. MENGAPA HARUS BELAJAR FILSAFAT
Belajar filsafat ilmu bagi mahasiswa sangat penting, karena beberapa manfaat yang dapat
dirasakan, antara lain :
⇒ Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mahasiswa semakin kritis dalam sikap
ilmiahnya. Mahasiswa sebagai insan kampus diharapkan untuk bersikap kritis terhadap
berbagai macam teori yang dipelajarinya di ruang kuliah maupun dari sumber-sumber lainnya
⇒ Mempelajari filsafat ilmu mendatangkan kegunaan bagi para mahasiswa sebagai calon
ilmuwan untuk mendalami metode ilmiah dan untuk melakukan penelitian ilmiah. Dengan
mempelajari filsafat ilmu diharapkan mereka memiliki pemahaman yang utuh mengenai ilmu
dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut sebagai landasan dalam proses
pembelajaran dan penelitian ilmiah
15. MENGAPA HARUS BELAJAR FILSAFAT
Belajar filsafat ilmu bagi mahasiswa sangat penting, karena beberapa manfaat yang dapat
dirasakan, antara lain :
⇒ Mempelajari filsafat ilmu memiliki manfaat praktis. Setelah mahasiswa lulus dan bekerja
mereka pasti berhadapan dengan berbagai masalah dalam pekerjaannya. Untuk memecahkan
masalah diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam menganalisis berbagai hal yang
berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Dalam konteks inilah pengalaman mempelajari
filsafat ilmu diterapkan
⇒ Mengembangkan semangat toleransi dalam perbedaan pandangan (pluralitas).Karena para
ahli filsafat tidak pernah memiliki satu pendapat, baik dalam isi, perumusan permasalahan
maupun penyusunan jawabannya.
16. Sepanjang sejarah kefilsafatan dikalangan filsuf terdapat 3 (tiga) hal
yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu:
a. Kekaguman atau keheranan atau ketakjuban
b. Keraguan atau kegengsian
c. Kesadaran akan keterbatasan
HAL-HAL YANG MENDORONG BERFILSAFAT
17. MANFAAT FILSAFAT DALAM KEHIDUPAN
⇒ Manfaat lain filsafat adalah didasarkan pada pengertian filsafat sebagai suatu integrasi atau
pengintegrasi sehingga dapat melakukan fungsi integrasi ilmu pengetahuan. Sebagian besar orang
hanya menyangkutkan apa yang paling dekat dan apa yang paling dibutuhkannya pada saat dan
tempat tertentu. Filsafat memang abstrak, namun tidak berarti filsafat sama sekali tidak bersangkut
paut dengan kehidupan sehari-hari yang kongkret. Keabstrakan filsafat tidak berarti bahwa filsafat
itu tak memiliki hubungan apa pun juga dengan kehidupan nyata setiap hari.Kendali tidak memberi
petunjuk praktis tentang bagaimana bangunan yang artistic dan elok, filsafat sanggup membantu
manusia dengan memberi pemahaman tentang apa itu artistic dan elok dalam kearsitekturan
sehingga nilai keindahan yang diperoleh lewat pemahaman itu akan menjadi patokan utama bagi
pelaksanaan pekerjaan pembangunan tersebut.
19. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK III :
PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KELOMPOK 5
SEMESTER IV KELAS S
1. Thomas Julianto (1211900077)
2. Muhammad Fatkhur Rohman (1211900081)
3. Alviyati Wahyuningtyas (1211900085)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021
21. PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
DOSEN PENGAMPU : DR. SIGIT SARDJONO, M.Ec
KELAS : S
NAMA KELOMPOK : 5
1. MUHAMMAD FATKHUR ROHMAN 1211900081
2. ALFIYATI WAHYUNINGTYAS 1211900085
3. THOMAS JULIANTO 1211900077
22. DEFINISI DAN JENIS PENGETAHUAN
• Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam
bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of
Phisolophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan
adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified
true belief).'
• Sedangkan secara terminologi akan dikemukakan
beberapa definisi tentang pengetahuan. Menurut Drs.
Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui
atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut
adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan
pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi
pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan
hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
23. Jenis Pengetahuan
• PENGETAHUAN BIASA
yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan istilah common
sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang memiliki
sesuatu di mana is menerima secara baik. Semua orang menyebutnya
sesuatu itu merah karena memang itu merah, benda itu panas karena
memang dirasakan panas dan sebagainya.
• PENGETAHUAN
yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Dalam pengertian yang
sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam,
yang sifatnya kuantitatif dan objektif.
24. • Pengetahuan Filsafat
yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif
dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan
kedalaman kajian tentang sesuatu. Kalau ilmu hanya pada satu bidang
pengetahuan yang sempit dan rigid, filsafat membahas hal yang lebih luas
dan mendalam. Filsafat biasanya memberikan pengetahuan yang reflektif dan
kritis, sehingga ilmu yang tadinya kaku dan cenderung tertutup menjadi
longgar kembali.
• Pengetahuan Agama
yakni pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para
utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini
oleh para pemeluk agama. Pengetahuan mengandung beberapa hal
yang pokok, yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan Tuhan,
yang sering juga disebut dengan hubungan vertikal dan cara
berhubungan dengan sesama manusia, yang sering juga disebut
dengan hubungan horizontal.
25. HAKIKAT PENGETAHUAN
Pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental (mental
state). Mengetahui sesuatu adalah menyusun pendapat tentang
suatu objek, dengan kata lain menyusun gambaran tentang fakta
yang ada di luar akal. Persoalannya kemudian adalah apakah
gambaran itu sesuai dengan fakta atau tidak? Apakah gambaran
itu benar? Atau apakah gambaran itu dekat pada kebenaran atau
jauh dari kebenaran?
26. dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan
• Realisme
Teori ini mempunyai pandangan realistic terhadap alam. Pengetahuan menurut
realisme adalah gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada dalam
alam nyata (dari fakta atau hakikat). Pengetahuan atau gambaran yang ada dalam
akal adalah kopi dari yang asli yang ada di luar akal.
• Idealisme
Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang
benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Pengetahuan adalah
proses-proses mental atau proses psikologis yang bersifat subjektif. Oleh
karena itu, pengetahuan bagi seorang idealis hanya merupakan gambaran
subjektif dan bukan gambaran objektif tentang realitas.
27. Sumber Pengetahuan
• Empirisme
Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos, artinya pengalaman. Menurut aliran ini
manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan
kepada kata Yunaninya, pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman inderawi.
• Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan
yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan
melalui kegiatan menangkap objek.
28. • INTUISI
Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang
tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan insting, tetapi berbeda dengan
kesadaran dan kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini (intuisi)
memerlukan suatu usaha. Ia juga mengatakan bahwa intuisi adalah suatu
pengetahuan yang langsung, yang mutlak dan bukan pengetahuan yang nisbi.
• Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia
lewat perantaraan pars nabi. Para nabi memperoleh pengetahuan dari Tuhan
tanpa upaya, tanpa bersusah payah, tanpa memerlukan waktu untuk
memperolehnya. Pengetahuan mereka terjadi atas kehendak Tuhan semesta.
Tuhan mensucikan jiwa mereka dan diterangkan-Nya Pula jiwa mereka untuk
memperoleh kebenaran dengan jalan wahyu.
29. Perbedaan Pengetahuan dengan Ilmu
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ilmu disamakan artinya
dengan pengetahuan, ilmu adalah pengetahuan.Dari asal
katanya, kita dapat ketahui bahwa pengetahuan diambil dari kata
dalam bahasa Inggris yaitu knowledge, sedangkan ilmu diambil
dari kata science dan peralihan dari kata Arab ilm.
Perbedaan antara ilmu dengan pengetahuan dapat ditelusuri
dengan melihat perbedaan ciri-cirinya. Herbert L. Searles
memperlihatkan ciri-ciri tersebut sebagai berikut: "Kalau ilmu
berbeda dengan filsafat berdasarkan empiris, maka ilmu berbeda
dari pengetahuan biasa karena ciri sistematisnya".
30. DASAR DAN JENIS ILMU PENGETAHUAN
Dasar ilmu pengetahuan secara substansial yaitu
bertolak dari ontologi, epistemologi, dan aksiologi_
Ketiga dasar ilmu pengetahuan ini menunjukkan
bahwa manusia dalam hidupnya harus dapat
memahami apa yang akan dilakukan, bagaimana
melakukan hal itu, dan untuk apa hal itu dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari. Manusia harus dapat
membedakan antara hal-hal yang dapat dilihat,
diraba, dan dirasa, demikian juga harus dapat
membedakan hal-hal yang bersifat kejasmanian dan
kejiwaan.
31. Berikut dikemukakan dasar ilmu pengetahuan
• Dasar Ontologis
Menurut istilah ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, baik
yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak. Selanjutnya dikatakan,
Rudolf Goclenius (1636 M) orang yang pertama kali memopulerkan term ontologi.
• Dasar Epistemologis
Menurut Jujun S. Suriasumantri (2010), dasar epistemologis yaitu metode atau cara-
cara mendapatkan pengetahuan yang benar. Kemudian Amsal Bakhtiar (2012)
menjelaskan, ontologis yaitu cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan
lingkup pengetahuan, pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban
atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
• Dasar Aksiologis
Menurut Jujun S. Suriasumantri (2010), aksiologi adalah dasar ilmu
pengetahuan yang berbicara tentang nilai kegunaan ilmu. Di dalam ontologi
dibicarakan mengenai ilmu dan moral, tanggung jawab sosial serta berbagai
etika dalam pengembangan keilmuan.
32. OBJEK DAN KONSEP ILMU PENGETAHUAN ILMIAH
1. Objek Ilmu Pengetahuan Ilmiah
Objek pengetahuan ilmiah atau objek keilmuan, dalam hal ini mencakup
segala sesuatu (yang tampak secara fisik maupun nonfisik berupa fenomena
atau gejala kerohanian, kejiwaan, atau sosial) yang sejauh dapat dijangkau
oleh pikiran atau indra manusia
2. Konsep Ilmu
Konsep ilmu sebagaimana dipahami Solly Lubis (2012), yaitu bagan, rencana,
atau pengertian, baik yang bersifat abstrak maupun operasional yang
merupakan alat penting untuk kepentingan pemikiran dalam ilmu atau
pengetahuan ilmiah.
3. Konsep Pengetahuan
Menurut Jujun Suriasumantri (2010), pengetahuan pada hakikatnya merupakan
segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk ke dalamnya
ilmu. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui manusia di samping
berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama
33. 4. Konsep Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan sebagai objek, menurut Ali Maksum (2011) merupakan himpunan
inforrnasi yang berupa pengetahuan ilmiah ten-tang gejala yang dapat dilihat,
dirasakan, atau dialami. Gejala ini dapat berupa gejala alam (seperti angin, air, gempa
Bumi, ombak, gerak, dan 1benda), atau gejala sosial (seperti masyarakat bangsa, unjuk
rasa, kemiskinan, kemakmuran, dan ketersaingan), ataupun gejala pikir yang abstrak
wujudnya, seperti konsep tentang bilangan dan himpunan di dalam matematika.
5. Tujuan Ilmu Pengetahuan
Tujuan ilmu pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua macam berdasarkan
alirannya, sebagaimana dikemukakan oleh Darsono Prawinegoro (2011), yakni:
Pertama, berdasarkan pengembangan ilmu pengetahuan untuk keperluan ilmu
pengetahuan itu sendiri, yaitu sebatas untuk memenuhi rasa keingintahuan manusia.
Kedua, ilrnu,pengetahuan pragmatis. Aliran inl menyakini bahwa pengembangan ilmu
pengetahuan haruslah dapat memberikan manfaat bagi manusia dalam pemecahan
masalah kehidupan.
34. 6. Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan
Ilmu sebagai pengetahuan ilmiah berbeda dengan pengetahuan biasa ,
memiliki ciri tersendiri di antara ciri yang dimiliki oleh ilmu pengetahuan
seperti dikemukakan Konrad Kebug (2011), yaitu: Pertama, sistematis. Para
filsuf dan ilmuwan sepaham bahwa ilmu adalah pengetahuan atau kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Ciri sistematis ilmu
menunjukkan bahwa ilmu merupakan berbagai keterangan dan data yang
tersusun sebagai kumpulan pengetahuan tersebut mempunyai hubungan
saling ketergantungan yang teratur (pertalian tertib).
35. JENIS ILMU PENGETAHUAN
• Pengetahuan Manusia
Pengetahuan adalah kebenaran dan kebenaran adalah pengetahuan, maka di
dalam kehidupan manusia dapat memiliki berbagai pengetahuan dan
kebenaran.
• Jenis Ilmu Pengetahuan
Rasionalisme yaitu aliran dalam filsafat yang mengutainakan rasio untuk
memperoleh pengetahuan dan kebenaran. Rasionalisme berpandangan
bahwa akal merupakan faktor fundamental dalam pengetahuan.
• Kritik Paham Rasionalisme Terhadap Empirisme
bahwa metode empiris tidak memberi kepastian tetapi hanya sampai pada
probabilitas yang tinggi.
36. PENJELASAN ILMU
Batas penjelasan ilmu yaitu ketika manusia berhenti berpikir
untuk mencari pengetahuan, ilmu didapatkan dari penjelasan
pengalaman manusia, sehingga jika manusia memulai
penjelasannya pada pengalaman manusia dan berhenti di batas
pengalaman manusia. Ilmu membatasi lingkup penjelasannya
pada batas pengalaman manusia juga disebabkan metode yang
digunakan dalam menyusun yang telah teruji secara empiris.
38. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK IV :
FILSAFAT KEBENARAN
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KELOMPOK 5
SEMESTER IV KELAS S
1. Thomas Julianto (1211900077)
2. Muhammad Fatkhur Rohman (1211900081)
3. Alviyati Wahyuningtyas (1211900085)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021
39. PENGANTAR FILSAFAT ILMU
DOSEN PENGAMPU : DR. SIGIT SARDJONO, MS
KELAS (S)
FILSAFAT KEBENARAN
(Proposisi Akan Benar Jika Dilandasi Teori, Hanya Allah Yang
Maha Benar)
40. 1. MUHAMMAD FATKHUR ROHMAN 1211900081
2. ALVIYATI WAHYUNINGTYAS 1211900085
3. THOMAS JULIANTO 1211900077
KELOMPOK 5 :
41. Filsafat Kebenaran
Seorang murid Plato bernama Aristoteles, menjawab pertanyaan suhunya ini
dengan pendapat bahwa kebenaran itu subjektif sifatnya, artinya kebenaran
bagi seseorang adalah tidak benar bagi yang lain, sehingga kemudian lahirlah
kebenaran relatif dan kebenaran mutlak.
Plato pernah mempertanyakan apakah kebenaran itu sebenarnya? Bradley
seakan menjawab bahwa kebenaran itu adalah kenyataan. Jadi untuk
membuktikan bahwa hari benar-benar hujan, kita harus membedakan dengan
melihat kenyataan yang terjadi di luar rumah. Tetapi kenyataan yang terjadi
sekarang tidak seluruhnya berupa kebenaran, bahkan Di muka bumi ini
berapa banyak kita melihat ketidakbenaran, seperti berbagai penindasan,
penjajahan dan rekayasa.
42. Banyak pakar ilmu filsafat yang menganggap benar bahwa pengetahuan
itu terdiri atas sebagai berikut :
1. Pengetahuan Akal
2. Pengetahuan Budi
3. Pengetahuan Indrawi
4. Pengetahuan Kepercayaan (Otoritatif)
5. Pengetahuan Intuitif
43. Lanjutan…
Pengetahuan akal itu disebut ilmu yang kemudian untuk membahasnya disebut logika
Pengetahuan budi itu disebut moral yang kemudian untuk membahasnya disebut etika
Pengetahuan indrawi itu disebut seni yang untuk membahasnya disebut estetika
Pengetahuan kepercayaan itu disebut agama, tetapi dalam hal ini tidak boleh otoritatif karena
agama tidak memaksa, agama harus diterima secara logika, etika dan estetika dan agama itu
hanyalah Islam yang terbukti kebenarannya, keindahannya dan kebaikannya. Jadi titik temu antara
logika, etika dan estetika adalah Islam, oleh karena itu pengetahuan intuitif kepada seseorang yang
kemudian disebut nabi harus diuji lebih dahulu seperti halnya keberadaan Nabi Muhammad SAW,
sebagaimana penulis lakukan bertahun-tahun dalam keadaan atheis dan kemudian baru
menerimanya.
44. Selanjutnya untuk melihat sesuatu itu benar atau tidak benar, maka beberapa kriteria yang
sudah dilembagakan akan penulis sampaikan beberapa kritik antara lain sebagai berikut :
1. Teori Kebenaran Korespondensi.
2. Teori Kebenaran Koherensi.
3. Teori Kebenaran Pragmatis.
4. Teori Kebenaran Sintaksis.
5. Teori Kebenaran Semantis.
6. Teori Kebenaran Non Deskripsi.
7. Teori Kebenaran Logika yang
Berlebihan.
8. Teori Kebenaran Performatif:
9. Teori Kebenaran Paradigmatik.
10. Teori Kebenaran Proposisi.
45. Selanjutnya untuk melihat sesuatu itu benar atau tidak benar, maka beberapa
kriteria yang sudah dilembagakan akan penulis sampaikan beberapa kritik antara
lain sebagai berikut :
1. Kebenaran Koherensi adalah kebenaran atas hubungan antara dua pernyataan. Misalnya
ketika dinyatakan bahwa monyet mempunyai hidung pada pernyataan pertama, dan pada
pernyataan kedua dinyatakan manusia juga mempunyai hidung. Apabila diberikan kesimpulan.
Bahwa monyet. sama dengan manusia, maka menurut kebenaran koherensi itu tidak benar
karena hidung bukan sebagai syarat sesuatu dinyatakan sebagai monyet, apalagi manusia
karena manusia dan monyet ada yang tidak mempunyai hidung (cacat), jadi hanya untuk
pernyataan bahwa manusia dan monyet sebagian besar mempunyai hidung.
46. 2. Kebenaran Pragmatis adalah kebenaran hanya dalam salah satu konsekuensi saja.
Kelemahan kebenaran ini adalah apabila kemungkinannya luas, oleh karena itu harus
dipilih kemungkinannya hanya dua dan saling bertolak belakang. Misalnya, semua yang
teratur ada yang mengatur, dalam hal ini kita tidak membicarakan yang tidak teratur.
Dengan adanya yang mengatur peredaran darah dalam tubuh maka tubuh manusia
terjadi sendiri tanpa ada yang mengatur hal itu adalah salah, tetapi seharusnya ada yang
mengatur yaitu Tuhan, karena hanya ada dua kemungkinan yaitu ada yang mengatur
dan tidak ada yang mengatur, apabila diterima salah satu maka yang lain dicoret karena
bertolak belakang.
47. 3. Kebenaran Sintaksis adalah kebanaran yang berangkat dari tata bahasa yang melekat.
Karena teori ini dipengaruhi pula oleh kejiwaan dan ekspresi, maka ada kemungkinan
mereka yang menerimanya yang juga mempunyai keterkaitan jiwa akan terpengaruh,
apalagi susunan tata bahasa yang bernuansa rasa. Misalnya pernyataan "Saya makan nasi"
akan berbeda bila ditulis dan ditekankan bacaannya (intonasi) ketika "Saya, makan nasi"
atau "Saya makan, nasi" atau "Saya makan nasi!" atau "Saya makan nasi?" yaitu pada subjek,
predikat dan objek. Kebenaran seperti ini juga mirip dengan kebenaran semantis yang
berbicara tentang makna bahasa.
48. 4. Kebenaran Logika yang berlebihan adalah kebenaran yang sebenarnya telah merupakan
fakta. Jadi akan menjadi pemborosan dalam pembuktiannya, misalnya sebuah lingkaran
harus berbentuk bulat. Para ahli agama menganggapnya dengan dalil aksioma yang tidak
perlu dibuktikan, tetapi sebenarnya pembuktian yang berangkat dari keraguan untuk
menjadi keyakinan itu perlu dalam mencari titik temu agama dan ilmu.
Misalnya apakah Allah itu Tuhan?
Apakah Muhammad itu Nabi? Apakah Yesus itu Juru Selamat?
Apakah Kresna itu Awatara?
Apakah Sidharta Gautama itu Budha? dan lain sebagainya.
49. 5. Kebenaran Paradigmatik adalah kebenaran yang berubah pada berbagai ruang dan
waktu, jadi setelah kurun waktu tertentu berubah (untuk kategori waktu) dan pada
tempat tertentu berubah (untuk kategori ruang). Thomas Kuhn adalah orang yang
mempercayai kebenaran seperti ini. Contohnya dapat dilihat ketika pendapat yang
mengatakan bumi mengelilingi matahari, merubah pendapat dahulu yang mengatakan
matahari mengelilingi bumi. Dalam dunia ilmu-ilmu sosial perubahan ini sangat
menyolok sehingga keberadaan suatu disiplin ilmu, memerlukan berbagai paradigma
untuk melacaknya.
Jadi pada kajian logika kebenaran ilmu pengetahuan ini, kita akan bergelut dengan
kegiatan berpikir yang mengasah kemampuan intetektual mulai dari kegiatan yang
sederhtna, seperti mengingat sampai pada pemecahan masalah (problem solving).
50. Yang Maha Benar
Puncak kebenaran itu sendiri sebenarnya adalah Allah Yang Maha Benar (AI
Haq), itulah sebabnyam para pedzikir senantiasa mengucapkan
"Alhamdulillah" (Segala Puji Bagi Allah) pada setiap penyelesaian penemuan
ilmiahnya, ataupun ketika selesai melaksanakan Shalat Fardhu sebanyak
tiga puluh tiga kali.
Sebagaimana telah penulis sampaikan di muka bahwa ilmu tidaklah bebas
nilai, karena antara logika dan etika harus berdialektika, jadi bukan hanya
karena penggabungan ilmu dan agama yang dalam pembicaraan kita sehari-
hari biasanya disebut dengan Imtaq (Iman dan Taqwa).
51. a. Proposisi Suatu Pernyataan Yang Benar
Mengetahui apa yang dimaksudkan oleh suatu pernyataan tidak sama dengan mengetahui apakah
pernyataan itu benar ataukah tidak. Bahkan mereka yang mengatakan bahwa makna sama dengan
keadaan yang dapat diverifikasi, akan bersepakat demikianlah harapan saya bahwa mengetahui
syarat- syarat untuk menetapkan suatu pemyataan dapat diverifikasi tidaklah sama dengan
mengetahui bahwa syarat-syarat itu sudah dipenuhi.
Untuk sampai pada definisi tentang kebenaran, marilah kita hubungkan lagi pembicaraan kita
dengan kalimat,
"Di luar hawanya dingin“.
Kalimat, ini dapat dianalisa sebagai berikut: (l) suatu perangkat tanda, (2) suatu susunan tanda-
tanda yang teratur yang sesuai dengan aturan-aturan sintaksis, (3) makna yang dikandungnya atau
dimaksudkannya. Bila kita mencari sesuatu definisi tentang kebenaran, maka kita tidak
berhubungan dengan kalimat-kalimat sebagai sekadar tanda-tanda atau berhubungan dengan
aturan-aturan sintaksis begitu saja.
52. Penyusunan tanda-tanda tersebut di atas secara tertib merupakan apa yang oleh
aturan-aturan sintaksis dinamakan kalimat berita, dan apa yang saya namakan
'pernyataan'. Meskipun saya menamakannya 'pernyataan' dalam hubungannya dengan
makna yang dikandung oleh kalimat, namun istilah 'pernyataan' tersebut merupakan
istilah yang murni bersifat sintaksis, karena pernyataan berarti 'kalimat berita'.
Sedangkan makna yang dimaksudkan oleh pemyataan, saya namakan 'proposisi'
(proposition).
53. Kebenaran Bersifat Semantik
Pernyataan' merupakan suatu istilah yang bersifat sintaktis; 'proposisi' ialah istilah
yang bersifat semantik, dan demikian pula kata 'benar' mengacu kepada makna
simbol-sirnbol, dan bukan kepada simbolnya. Maka kemungkinan untuk
mengatakan bahwa 'p' adalah benar, dan jika hanya jika ‘p’ itulah halnya dalam hal
ini menurut kebiasaan simbol 'p' menunjukkan pernyataan, sedangkan simbol ‘p’
mengacu kepada 5 proposisi. Maka di dalam sintaksis kita tidak dapat mengatakan
apapun mengenai kebenaran. Untuk membicarakan masalah kebenaran kita
membutuhkan suatu bahasa yang berbeda dengan bahasa yang bersifat sintaksis.
Kebenaran menunjukkan bahwa makna suatu pernyataan artinya “proposisinya”
sungguh-sungguh merupakan halnya. Bila proposisinya tidak merupakan halnya,
maka kita mengatakan bahwa proposisi itu 'sesat'. Kadang-kadang orang juga
memakai istilah-istilah yang lain.
54. b. Ukuran Kebenaran
Mengenai makna apa yang didukung oleh perkataan 'kebenaran' tampaknya dapat
dijawab dengan mudah. Tetapi kesulitan-kesulitan akan timbul bila saya menanyakan
"Bagaimana cara saya mengetahui bila proposisi itu benar?" Dengan perkataan lain,
ukuran apakah yang dapat diterapkan pada proposisi-proposisi untuk menentukan
kebenarannya atau kenyataannya? Ini berarti mengadakan pembedaan antara definisi
tentang kebenaran masalah tentang makna dengan ukuran tentang kebenaran. Apa yang
kita butuhkan ialah sesuatu yang dapat dipakai untuk menunjukkan bahwa definisi itu
terpenuhi, karena tidaklah mudah untuk menerapkan suatu definisi secara langsung.
Diketengahkan pernyataan itu benar atau tidak ada 4 (empat) teori saja. Yang sebetulnya
masih ada teori lain, yaitu :
1. Coherence Theory
2. Corespodensy Theory
3. Emperical Theory
4. Pragmatis
55. Pandangan ini dudukung oleh Pythagoras, Parmenides, Spinoza, dan Hegel. Teori ini dianut oleh kaum
rasionalis. Kebenaran tidak lagi ditemukan dalam kesesuaian dengan kenyataan, melainkan dalam relasi
antara proposisi baru dengan proposisi lama atau yang sudah ada. Maka suatu pengetahuan atau proposisi
dianggap benar kalau sejalan dengan pengetahuan atau proposisi sebelumnya. Matematika dan ilmu pasti
sangat cocok dengan teori kebenaran ini. Misalnya, Semua manusia mati. Sokrates adalah manusia. Maka
Sokrates pasti mati. Penekanan pada pengetahuan apriorirasional dan deduktif. Di sini pengenal dan
subyek lebih dipentingkan daripada obyek.
1. Paham Koherensi (Coherence Theory)
2. Teory Kebenaran Korespodensi (Correspondence Theory)
Bagi orang kebanyakan, suatu pernyataan itu benar jika apa yang diungkapkannya merupakan fakta, dan
barangkali kita sendiri berpandangan demikian. Jika saya mengatakan "Di luar hawanya dingin", maka hal
itu benar jika di luar sungguh-sungguh hawanya dingin atau jika keadaan dingin di luar itu merupakan
fakta. Orang mungkin mengatakan, jika di luar benar-benar hawanya dingin, maka proposisi tersebut akan
saling berhubungan dengan proposisi-proposisi lain, dan bahwa karenanya keadaan saling berhubunyan
itu merupakan konsekuensi dari kebenaran suatu pernyataan. (Tetapi paham koherensi mengatakan
sebaliknya; jika suatu proposisi saling berhuburigan dengan proposisi-proposisi yang lain, maka apa yang
dinyatakannya merupakan fakta).
56. 3. Paham Empiris (Emperical Theory)
Definisi-definisi tentang kebenaran paham-paham empiris mendasarkan diri pada pelbagai segi
pengalaman, dan biasanya menunjuk kepada pengalaman inderawi dari orang seorang. Semua
paham tersebut dalam arti tertentu memandang proposisi bersifat meramalkan (predictiue)
atau hipotetis, dan memandang kebenaran proposisi sebagai terpenuhinya ramalan-ramalan.
Yang demikian ini menyebabkan kebenaran menjadi pengertian yang bersifat subjektif serta
nisbi.
4. Teori Pragmatisme
Kebenaran pragmatis adalah kebenaran hanya dalam salah satu konsekuensi saja. Kelemahan
kebenaran ini adalah apabila kemungkinannya luas, oleh karena itu harus dipilih
kemungkinannya hanya dua dan saling bertolak belakang. Misalnya, semua yang teratur ada
yang mengatur, dalam hal ini kita tidak membicarakan yang tidak teratur. Dengan adanya yang
mengatur peredaran darah dalam tubuh maka tubuh manusia terjadi sendiri tanpa ada yang
mengatur hal itu adalah salah, tetapi seharusnya ada yang mengatur yaitu Tuhan, karena hanya
ada dua kemungkinan yaitu ada yang mengatur dan tidak ada yang mengatur, apabila diterima
salah satu maka yang lain dicoret karena bertolak belakang.
57. Item di bawah ini adalah kumpulan kebenaran akal yang tidak
beretika moral, yaitu :
1. Menampar murid yang tidak menjawab dengan benar.
2. Menceraikan isteri yang tidak dapat memberikan
anak.
3. Sistem komando yang militeristik.
4. Sistem jihad yang tidak kasih sayang.
5. Melakukan Daerah Operasi Militer terhadap wilayah
yang separatis.
6. Memaksakan hukum tanpa hak asasi manusia.
7. Peraturan yang ketat tanpa toleransi.
8. Kemarahan yang melumpuhkan.
9. Kebenaran yang buruk (tidak baik).
10. Memerangi bangsa yang tidak bersalah.
11. Partai tunggal yang menguasai masyarakat.
12. Disiplin ilmu pengetahuan tanpa kaidah moral.
13. Mengandalkan teori tanpa tedeng aling - aling.
14. Mengandalkan perhitungan kuantitatif melulu.
15. Mengandalkan bukti.
16. Mengandalkan fakta.
17. Mengandalkan akal semata.
18. Mengandalkan kebenaran tanpa kebaikan.
19. Mengandalkan perintah atasan bukan tugas.
20. Hukum Perang mengabaikan kemanusiaan.
58. Allah Lah Yang Maha Benar
Puncak kebenaran itu sendiri sebenarnya adalah Allah Yang Maha Benar (AI
Haq), itulah sebabnya para pedzikir senantiasa mengucapkan "Alhamdulillah"
(Segala Puji Bagi Allah) pada setiap penyelesaian penemuan itmiahnya,
ataupun ketika selesai melaksanakan Shalat Fardhu sebanyak tiga puluh tiga
kali.
Sebagaimana telah penulis sampaikan di muka bahwa ilmu tidaklah bebas
nilai, karena antara logika dan etika harus berdialektika, jadi bukan hanya
karena penggabungan ilmu dan agama yang dalam pembicaraan kita sehari-
hari biasanya disebut dengan Imtaq (Iman dan Taqwa).
60. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK V :
PENALARAN
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KELOMPOK 5
SEMESTER IV KELAS S
1. Thomas Julianto (1211900077)
2. Muhammad Fatkhur Rohman (1211900081)
3. Alviyati Wahyuningtyas (1211900085)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021
62. 1. MUHAMMAD FATKHUR ROHMAN 1211900081
2. ALVIYATI WAHYUNINGTYAS 1211900085
3. THOMAS JULIANTO 1211900077
KELOMPOK 5 :
63. Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk
mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan
akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau
pembicara. Melalui argumentasi penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta
sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat
atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak. Argumentasi merupakan dasar
yang paling fundamental dalam ilmu pengetahuan. Dan dalam dunia ilmu
pengetahuan, argumentasi itu tidak lain daripada usaha untuk mengajukan
bukti-bukti atau menentukan kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan
sikap atau pendapat mengenai suatu hal.
1. PENDAHULUAN
64. Dasar sebuah tulisan yang bersifat argumentatif adalah berpikir kritis
dan logis. Untuk itu ia harus bcrtolak dari fakta-fakta atau evidensi-evidensi
yang ada. Fakta-fakta dan evidensi itu dapat dijalin dalam metode-metode
sebagaimana dipergunakan juga oleh eksposisi. Tetapi dalam argumentasi
terdapat motivasi yang Iebih kuat. Eksposisi hanya memerlukan kejelasan,
sebab itu fakta-fakta dipakai seperlunya.
Namun argumentasi di samping memerlukan kejelasan, memerlukan
juga keyakinan dengan perantaraan fakta-fata itu. Sebab itu, penulis harus
meneliti apakah semua fakta yang akan dipergunakan itu benar, dan harus
meneliti pula bagaimana relevansi kualitasnya dengan maksudnya. Dengan
fakta yang benar, ia dapat merangkaikan suatu penuturan yang logis menuju
kepada suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Seorang yang
kurang hati-hati dan tidak cermat menganalisa data- data tersebut, dapat
mcnggagalkan seluruh usaha pembuktiannya.
65. Berdasarkan semua kenyataan di atas, maka untuk berbicara mengenai
sebuah tulisan argumentatif, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa
dasar yang penting yang menjadi landasan argumentasi.
Untuk itu akan dikemukakan pertama-tama masalah penalaran yaitu
bagaimana dapat merumuskan pendapat yang benar sebagai hasil dari suatu
proses berpikir untuk merangkaikan fakta-fakta menuju suatu kesimpulan
yang dapat diterima oleh akal sehat. Masalah lain yang harus dibicarakan
sebelum berbicara mengenai tulisan argumentatif adalah mengenai beberapa
corak penalaran. Ketiga, bagaimana mengadakan penilaian atau penolakan
(kalau perlu) atas pendapat orang-orang lain atau pendapat sendiri yang
pernah dicetuskan. Dengan prinsip- prinsip itu akhirnya dikemukakan
bagaimana menyusun tulisan argumentatif itu sendiri. Dan kelima, akan
dikemukakan pula masalah persuasi yang mempunyai pertalian sangat erat
dengan argumentasi, dan bahkan sering diadakan pengacauan atas kedua
istilah tersebut.
66. Penalaran (reasoning, jalan pikiran) adalah suatu proses berpikir
yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi
yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan. Bila kita bandingkan
argumentasi dengan sebuah bangunan, maka fakta, evidensi, dan sebagainya
dapat disamakan dengan batu bata, batu kali, semen, dsb., sedangkan proses
penalaran itu sendiri dapat disamakan dengan bagan atau arsitektur untuk
membangun gedung tersebut. Penalaran merupakan sebuah proses berpikir
untuk mencapai suatu kesimpulan yang logis.
Penalaran bukan saja dapat dilakukan dengan mempergunakan fakta-
fakta yang masih berbentuk polos, tetapi dapat juga dilakukan dengan
mempergunakan fakta-fakta yang telah dirumuskan dalam kalimat-kalimat
yang berbentuk pendapat atau kesimpulan. Kalimat-kalimat semacam ini, dalam
hubungan dengan proses berpikir tadi disebut proposisi.
2. PROPOSISI
67. Untuk menjelaskan hal itu perhatikan contoh-contoh berikut:
Semua manusia akan mati pada suatu waktu.
Beberapa orang Indonesia memiliki kekayaan yang berlimpah-limpah.
Kota Bandung hancur dalam Perang Dunia Kedua karena born atom.
Semua gajah telah punah tahun 1980.
Keempat kalimat di atas merupakan proposisi; kedua kalimat yang
pertama dapat dibuktikan kebenarannya, dan kedua kalimat terakhir dapat
ditolak karena fakta-fakta yang ada menentang kebenarannya. Tetapi
keempatnya tetap merupakan proposisi.
Proposisi selalu berbentuk kalimat, tetapi tidak semua kalimat
adalah proposisi. Hanya kalimat deklaratif yang dapat mengandung
proposisi, karena hanya kalimat semacam itulah yang dapat dibuktikan atau
disangkal kebenarannya.
68. Kata inferensi berasal dari kata Latin inferre yang berarti menarik
kesimpulan. Kata implikasi juga berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata
implicare yang berarti melibat atau merangkum. Dalam logika, juga dalam
bidang ilmiah lainnya, kata inferensi adalah kesimpulan yang diturunkan dari
apa yang ada atau dari fakta-fakta yang ada.
Sedangkan implikasi adalah rangkuman, yaitu sesuatu dianggap
ada karena sudah dirangkum dalam fakta atau evidensi itu sendiri.
Banyak dari kesimpulan sebagai hasil dari proses berpikir yang logis harus
disusun dengan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang tercakup
dalam evidensi (implikasi), dan kesimpulan yang masuk akal berdasarkan
implikasi (inferensi).
3. INFERENSI DAN IMPLIKASI
69. Contoh di atas mengandung asumsi-asumsi tertentu. Tetesan-
tetesan air sudah mencakup atau sudah ada implikasi kebocoran.
Dari tetesan-tetesan itu timbul suatu dugaan bahwa suatu
kebocoran .mungkin merupakan akibat dari kelalaian manusia atau
karena kerusakan teknis. Sifat manusia yang ceroboh yang terjadi
pada waktu-waktu sebelumnya, dapat terulang lagi. Kerusakan-
kerusakan mekanis dapat disebabkan oleh bagian-bagian tertentu
dari alat itu, yang dapat diketahui melalui penyelidikan.
70. Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah
evidensi. Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua
kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-
hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan
sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal
sebagai pernyataan atau penegasan.
Pernyataan tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap sebuah
evidensi, ia hanya sekadar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau
tidak. Dalam argumentasi, seorang penulis boleh mengandalkan
argumentasinya pada pernyataan saja, bila ia menganggap pendengar sudah
mengetahui fakta-faktanya, serta memahami sepenuhnya
kesimpulankesimpulan yang diturunkan daripadanya
4. WUJUD EVIDENSI
71. Dalam wujudnya yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau
informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan
keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu. Biasanya semua bahan
informasi berupa statistik, dan keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau
diberikan oleh orang-orang kepada .seseorang, semuanya dimasukkan dalam
pengertian data (apa yang diberikan) dan informasi (bahan keterangan).
Pada dasarnya semua data dan informasi harus diyakini dan diandalkan
kebenarannya. Untuk itu penulis atau pembicara harus mengadakan pengujian
atas data dan informasi tersebut, apakah semua bahan keterangan itu
merupakan fakta.
Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi, atau sesuatu yang ada secara
nyata.
72. Supaya data dan informasi dapat dipergunakan dalam penalaran
data dan informasi itu harus merupakan fakta. Dalam
kedudukannya yang pasti sebagai fakta, bahan-bahan itu siap
digunakan sebagai evidensi. Sebab itu perlu diadakan pengujian-
pengujian melalui cara-cara tertentu.
Di bawah ini akan dikemukakan beberapa cara yang dapat
dipergunakan untuk mengadakan pengujian tersebut :
Observasi
Kesaksian
Autoritas
5. CARA MENGUJI DATA
73. Sebagai telah dikemukakan di atas, untuk menetapkan
apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta,
maka harus diadakan penilaian, apakah data-data atau informasi
merupakan kenyataan atau hal yang sungguh-sungguh terjadi.
Penilaian tersebut Baru merupakan penilaian-penilaian tingkat
pertama. Penilaian tingkat pertama hanya diarahkan untuk
mendapatkan keyakinan, bahwa semua bahan itu adalah fakta. Dan
penilaian itu tidak saja berhenti di sini. Pengarang atau penulis
harus mengadakan penilaian tingkat kedua, yaitu yang mana dari
semua fakta itu dapat digunakan sehingga benar-benar
memperkuat kesimpulan yang akan diambil. Atau dengan kata lain
harus diadakan seleksi untuk menentukan fakta-fakta mana yang
dapat dijadikan evidensi dalam argumentasi itu.
6. CARA MENGUJI FAKTA
74. Konsistensi
Dasar pertama yang dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan dipakai
sebagai evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan
mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat
konsisten, tidak ada satu evidensi bertentangan atau melemahkan evidensi
yang lain. Karena itu evidensi-evidensi yang diajukan saling melemahkan. Bila
evidensi itu bertentangan satu sama lain atau saling melemahkan, maka
argumentasi itu tidak akan meyakinkan pembaca atau pendengar.
75. Koherensi
Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan penilaian fakta mana yang
dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi. Semua fakta
yang akan digunakan sebagai evidensi harus pula koheren dengan pcngalaman-
pengalaman manusia, atau sesuai dengan pandangan atau sikap yang berlaku.
Bila penulis menginginkan agar sesuatu hal dapat diterima, is harus
meyakinkan pembaca bahwa karena pembaca setuju atau menerima fakta-
fakta dan jalan pikiran yang dikemukakannya, maka secara konsekuen pula
pembaca harus menerima hal lain, yaitu konklusinya.
76. Seorang penulis yang baik dan obyektif selalu akan menghindari
semua desas-de- sus, atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang
baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat
saja, atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas
penelitian atau data-data eksperimental. Demikian pula .sikap
seorang penulis menghadapi pendapat autoritas. Ada kemungkinan
bahwa suatu autoritas dapat melakukan kesalahan- kesalahan. Di
pihak lain autoritas-autoritas yang sungguh-sungguh ahli, masih
dapat berbeda pendapat mengenai suatu persoalan. Suatu autoritas
dapat pula mempergunakan keterangan dari autoritas lain, atau
mempergunakan kesaksian dan interpretasi orang- orang biasa
untuk menyusun pendapatnya.
7. CARA MENILAI AUTORITAS
77. Apa yang harus dilakukan bila seorang menghadapi kenyataan
bahwa pendapat autoritas-autoritas itu berbeda-beda? Yang
dapat dilakukan adalah membanding-bandingkan autoritas-
autoritas itu, mengadakan evaluasi atas pendapat-pendapat itu
untuk menemukan tulisan-tulisan hasil penelitiannya akan
memberi keyakinan pada penulis tentang autoritasnya.
Kemashuran dan Prestise
Koherensi dengan Kemajuan
79. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK VI :
BERPIKIR SECARA FILSAFAT MENUJU
KEPASTIAN DAN KEBENARAN ILMIAH
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KELOMPOK 5
SEMESTER IV KELAS S
1. Thomas Julianto (1211900077)
2. Muhammad Fatkhur Rohman (1211900081)
3. Alviyati Wahyuningtyas (1211900085)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021
81. Kelompok 5
1. 1211900085_ Alviyati W ahyuningtyas
2. 1211900077_ T hom as Julianto
3. 1211900081_ M uham m ad Fatkhur R ohm an
2
82. Mengapa Harus Berpikir Secara Filsafat?
Karena filsafat membawa kita berpikir secara mendalam, maksudnya untuk
mencari kebenaran substansial atau kebenaran yang sebenarnya dan
mempertimbangkan semua aspek, serta menuntun kita untuk mendapatkan
pemahaman yang lengkap.
3
Berfilsafat tentang ilmu berarti keterusterangan
pada diri sendiri
Biasanya akan memunculkan pertanyaan seperti :
1. Apakah sebenarnya yang kita ketahui tentang ilmu itu?
2. Apakah ciri ciri yang hakiki yang membedakan ilmu dari pengetahuan-
pengetahuan lain yang bukan ilmu?
3. Bagaimana mengetahui bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang benar?
4. Kriteria apa yang dipakai dalam menentukan kebenaran secara ilmiah?
Mengapa ilmu mesti dipelajari?
5. Apa keguanaan ilmu yang sebenarnya?
83. Mengukur Berpikir Filsafat
Karakteristik berpikir filsafat adalah sifat menyeluruh, sifat mendasar dan sifat
spekulatif. Dalam sifat spekulatif berpikir filsafati, tidaklah mungkin manusia
menangguk pengetahuan secara keseluruhan, bahkan manusiapun tidak yakin
pada titik awal yang menjadi jangkar pemikiran yang mendasar. Itu hanya
sebuah spekulasi.
Semua pengetahuan dimulai dari spekulatif. Dari serangkaian spekulatif tersebut
dapat dipilih buah pikiran yang paling dapat diandalkan, yang merupakan titik
awal dari penjelajahan pengetahuan. Tanpa menerapkan apa yang disebut benar,
maka tidak mungkin pengetahuan lain berkembang atas dasar pengetahuan.
Tanpa menetapkan apa yang dimaksud baik atau buruk tidak mungkin bicara
tentang moral.
4
84. Ciri-ciri Berpikir Filsafat
1. K onsepsional
2. K oheren
3. M em buru K ebenaran
4. R adikal
5. R asional
6 . M enyeluruh
5
85. Konsep Penting Yang Perlu Dipahami Tentang
Hakikat Makna Filsafat
1. Filsafat adalah mendorong manusia untuk berpikir secara
kritis
2. Berpikir filsafat adalah berpikir dalam bentuk yang
sistematis
3. Filsafat harus menghasilkan sesuatu yang runtut
4. Berpikir filsafat adalah berpikir secara rasional dan logis
5. Proses berpikir filsafat harus bersifat mendalam dan
komprehensif.
6
86. Beberapa Teori Tentang Kebenaran
1. Kebenaran sebagai Persesuaian (the correspondent theory of
truth)
2. Kebenaran sebagai Keteguhan (the coherent theory of truth)
3. Teori Pragmatis tentang Kebenaran (the pragmatic theory of
truth).
4. Teori Kebenaran Performatif (Performative theory of truth).
5. Teori Kebenaran Historis
7
87. Sifat-sifat Kebenaran Ilmiah
Tiga sifat dasar kebenaran ilmiah :
1. Struktur kebenaran ilmiah bersifat rasional-logis
(berdasarkan kesimpulan yang logis-rasional dari premis-
premis tertentu)
2. Isi empiris: kebenaran ilmiah perlu diuji dengan kenyataan
yang ada (empiris).
3. Sifat pragmatis mau menggabungkan dua sifat kebenaran di
atas. Pernyataan itu logis dan empiris, maka harus juga
berguna dalam hidup manusia dalam memecahkan
permasalahan.
8
88. Dari sudut pengetahuan kita mengenal apa yang disebut evidensi dan
kepastian. Dalam hubungan S dan 0, evidensi terletak pada pihak obyek.
Sedangkan kepastian ada pada pihak subyek. Evidensi adalah terang atau
daya obyek yang menampakkan diri, sedangkan kepastian ialah
keyakinan dalam diri subyek bahwa apa yang dikenalnya sungguh adalah
obyek yang ingin diketahuinya. Kepastian berkaitan dengan subyek
(rasionalis).
Kaum rasionalis yakin bahwa kebenaran sebagai keteguhan bersifat pasti,
karena kesimpulannya hanyalah merupakan konsekuensi logis dari teori,
pernyataan, atau hukum ilmiah Iainnya. Sebab itu sejauh teori atau
hukum benar, kesimpulannya juga benar.
9
Kepastian dan Kebenaran
89. Taraf Kepastian Ilmu Empiris dan Ilmu Eksakta
✖ Kepastian dalam ilmu-ilmu empiris
Semua ilmu empiris, termasuk ilmu-ilmu
manusia, mengajar tentang kepastian
dalam dua arti, yaitu:
a. kepastian tentang explanans dari
gejala-gejala yang diselidiki,
terutama menyangkut kebenaran
pernyataan dari gejala-gejala itu
b. b. kepastian mengenai kesimpulan
yang dapat ditarik dari suatu hukum
yang berlaku. Namun yang dicapai
adalah satu ketakpercayaan (tidak
pernah mencapai nilai 1)
✖ Kepastian dalam ilmu-ilmu
eksakta
Dalam konteks penemuan (context of
discovery), dalam usaha mencoba-coba,
apa yang dikatakan tentang ilmu-ilmu
empiris juga berlaku untuk ilmu-ilmu pasti
(di mans ilmu itu belum pasti). Namun
dalam konteks pembenaran (context of
justification), dalam satu sistem
matematika atau logika yang sudah jadi
dan berdiri sendiri, tidak ada lagi
hipotesis, melainkan hanya ungkapan-
ungkapan yang bersifat aksiomatis (yang
terdiri dari dalil-dalil) yang semuanya
bernilai 1. Semua dalil berlaku di mana-
mana tanpa diragukan dalam sistem itu
sendiri. Inilah yang dimaksudkan dengan
ilmu pasti.
1
0
90. Berpikir Induktif dan Deduktif
✖ Menurut Francis Bacon (Soetriono
dan SRDm Rita Hanafie: 2007),
mempertegas variasi kondisi untuk
mencapai hikikat induktif, yaitu:
1. Tabulasi atau pencatatan ciri-ciri
positif yaitu pencatatan mengenai apa
yang terjadi dalam suatu kondisi
2. Tabulasi atau pencatatan ciri-ciri
negatif yaitu pencatatan kondisi mana
suatu kejadian tidak timbul
3. Tabulasi atau pencatatan variasi
kondisi yaitu pencatatan ada tidaknya
perubahan ciri-ciri pada kondisi yang
berubah-ubah
✖ Prinsip berpikir deduktif
segala yang dipandang benar pada semua
peristiwa dalam situ kelas atau jenis,
berlaku pula sebagai hal yang benar pada
semua peristiwa yang terjadi pada hal
yang khusus, asal hal yang khusus ini
benar-benar merupakan bagian atau unsur
dari hal yang umum itu
1
1
91. Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur atau langkah-langkah sistematis dalam
mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan yang
didapatkan melalui metode ilmiah. Metode adalah suatu prosedur atau cara
untuk mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah sistematis. Garis besar
langkah-langkah sistematis keilmuan adalah :
1. Mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah
2. Menyusun kerangka pikiran (logical contract)
3. Merumuskan hipotesis (jawaban rasicnal terhadap masalah)
4. Menguji hipotesis secara empirik
5. Melakukan pembahasan
6. Menyimpulkan
1
2
92. Kesimpulan
Cara terpenting untuk memahami apa itu filsafat tidak lain adalah dengan
berfilsafat. Berfilsafat, artinya menyelidiki suatu permasalahan dengan
menerapkan argumen-argumen yang filosofis. Maksud argumen-argumen
yang filosofis adalah argumen-argumen yang memiliki sifat- sifat
deskriptif, kritis atau analitis, evaluatif atau normatif, spekulatif, rasional,
sistematis, mendalam, mendasar, dan menyeluruh
1
3
93. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK X :
FILSAFAT MANUSIA
(HAKEKAT MANUSIA DILIHAT DARI SISI FILSAFAT ILMU)
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KELOMPOK 5
SEMESTER IV KELAS S
1. Thomas Julianto (1211900077)
2. Muhammad Fatkhur Rohman (1211900081)
3. Alviyati Wahyuningtyas (1211900085)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104. Manfaat lain:
1. Mencari menemukan
jawaban tentang siapakah
sesunguhnya manusia itu,
masalah-masalah terkait
manusia sangat kompleks
sehingga persoalan tentang
manusia tidak habis untuk
dibicarakan.
2. Essensi manusia pada
prinsipnya adalah sebuah
misteri.
105.
106.
107. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK XI :
FILSAFAT ETIKA DAN MORAL
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KELOMPOK 5
SEMESTER IV KELAS S
1. Thomas Julianto (1211900077)
2. Muhammad Fatkhur Rohman (1211900081)
3. Alviyati Wahyuningtyas (1211900085)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021
109. KELOMPOK 5 :
1. Thomas Julianto (1211900077)
2. Muhammad Fatkhur Rohman (1211900081)
3. Alviyati Wahyuningtyas (1211900085)
110. PENDAHULUAN
Manusia ialah makhluk berpikir yang dengan itu menjadikan dirinya ada. Dengan
menempatkan manusia sebagai hewan yang berpikir, intelektual, dan berbudaya, maka
dapat disadari kemudian bila pada kenyataannya manusialah yang memiliki kemampuan
untuk menelusuri keadaan dirinya dan lingkungannya. Manusialah yang membiarkan
pikirannya mengembara dan akhirnya bertanya.
Berpikir yaitu bertanya, bertanya yaitu mencari jawaban, mencari jawaban mencari
kebenaran, mencari jawaban tentang alam dan Tuhan yaitu mencari kebenaran tentang
alam dan Tuhan. Dari proses tersebut lahirlah pengetahuan, teknologi, kepercayaan, atau
agama.
111. HAKIKAT ETIKA
Pengertian etika (etimologi) berasal dari bahasa Yunani, yaitu
"ethos", yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika
biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah
dari bahasa Latin, yaitu "mos" dan dalam bentuk jamaknya "mores," yang
berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan
perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang
buruk.
112. Lanjutan…
Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam
kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk
penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika yaitu untuk
pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
Istilah lain yang identik dengan etika, yaitu: usila (Sanskerta), lebih
menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih
baik (su). Dan yang kedua yaitu akhlak (Arab), berarti moral, dan etika
berarti ilmu akhlak.
113. Lanjutan…
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika diartikan sebagai:
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak
dan kewajiban moral (akhlak);
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.
114. Lanjutan…
Pertama, etika diartikan sebagai sistem nilai yang dianut oleh
sekelompok masyarakat dan sangat memengaruhi tingkah lakunya.
Contoh : Etika Hindu, etika Protestan, dan etika Masyarakat Badui.
Kedua, etika diartikan sebagai kumpulan asas atau nilai moral, atau
biasa disebut kode etik.
Contoh : Etika kedokteran, kode etik jurnalistik, dan kode etik guru.
Ketiga, etika diartikan sebagai ilmu tentang tingkah laku yang baik
dan buruk.
115. Nilai Objektif dan Subjektif
⇒Nilai akan menjadi subjektif apabila subjek sangat berperan
dalam segala hal, kesadaran manusia menjadi tolok ukur
segalanya, atau eksistensinya, maknanya dan validitasnya
tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian tanpa
mempertimbangkan apakah ini bersifat fisik atau psikis.
⇒Nilai akan menjadi objektif apabila tidak tergantung pada subjek
atau kesadaran yang menilai. Nilai objektif muncul karena adanya
pandangan dalam filsafat tentang objektivisme.
116. Hakikat Moral Versus Ilmu
MORAL
Moral yaitu nilai-niai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Ada lagi istilah moralitas yang mempunyai arti sama dengan moral
(dari kata sifat Latin moralis), artinya suatu perbuatan atau baik
buruknya. Moralitas yaitu sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai
yang berkenaan dengan baik dan buruk.
117. Hakikat Moral Versus Ilmu
ILMU
Ilmu adalah pengetahuan yang dirumuskan secara sistematis, dapat diterima
oleh akal melalui pembuktian empiris. Istilah empiris memang sering
memunculkan persoalan, yaitu hams didasarkan fakta yang dapat dilihat.
Empiris tentu tidak hams demikian, sebab banyak faktor keilmuan yang tidak
dapat dilihat, tetapi ada. Kaidah yang mempelajari fakta ilmu yang tidak
tampak itu patut digali dengan aturan yang mapan.
118. Lanjutan…
Norma adalah aturan atau kaidah yang dipakai untuk tolok ukur dalam menilai sesuatu.
Ada tiga jenis norma umum, yaitu norma kesopanan atau etiket, norma hukum, dan
norma moral.
Etiket hanya mengukur apakah suatu situasi sopan atau tidak.
Norma moral menentukan perilaku seseorang baik atau buruk dari segi etis. Norma
moral yaitu norma tertinggi yang tidak dapat dikalahkan untuk kepentingan norma
yang lain. Norma moral bertugas menilai norma-norma lainnya.
119. ASPEK DAN SIFAT MORAL DALAM ILMU
PENGETAHUAN
1. Moralitas Versus Legalitas dalam Ilmu Pengetahuan
2. Moralitas Objektivistik Versus Relativistik dalam Ilmu
Pengetahuan
3. Sifat Moral dalam Perspektif Objektivistik Versus
Relativistik
120. HAKIKAT ILMU PENGETAHUAN DAN KEMANUSIAAN
Menurut Jhon G. Kemeny dalam The Liang Gie (2005) mengatakan, ilmu adalah
seluruh pengetahuan yang dihimpun dengan perantara metode ilmiah (all
knowledge collected by means of the scientific method).
⇒ Terlepas berbagai makna dari pengertian ilmu sebagai pengetahuan, aktivitas
dan metode itu bila ditinjau lebih mendalam sesungguhnya tidak bertentangan
bahkan sebaliknya, hal ini merupakan kesatuan logis yang mesti ada secara
berurutan. Ilmu tidak harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu
harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu
mendatangkan pengetahuan yang sistematis
121. ETIKA DAN MORAL DALAM ILMU PENGETAHUAN
Etika moral harus mengikat para pihak, baik ilmuwan, pemakai
atau pengguna, maupun produsen atau pihak dunia industri
yang menghasilkan produk ilmu pengetahuan dan teknologi.
Hal ini sangat penting, karena ilmu pengetahuan dan teknologi
hams maslahat bagi kehidupan manusia, bukan justru untuk
kemudaratan dan memusnahkan budaya, peradaban, dan
kehidupan manusia.
122. ETIKA DAN MORAL DALAM ILMU PENGETAHUAN
Ada empat macam hidup dalam masyarakat menurut teori hukum
kodrat :
a. Abstinentia alieni (hindarkan diri dari milik orang lain).
b. Oblagatio implendorum promissorum (penuhilah janji).
c. Damni culpa dati reparatio (bayarlah kerugian yang disebabkan
kesalahan sendiri).
d. Poenae inter humanies meratum (berilah hukum yang setimpal).
123.
124. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK XIII :
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT
BANGSA INDONESIA
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KELOMPOK 5
SEMESTER IV KELAS S
1. Thomas Julianto (1211900077)
2. Muhammad Fatkhur Rohman (1211900081)
3. Alviyati Wahyuningtyas (1211900085)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021
125. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK 13 :
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT BANGSA
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : 5 (Lima)
MHS SMT 4 KELAS S
1. Thomas Julianto (1211900077)
2. Muhammad Fatkhur Rohman (1211900081)
3. Alviyati Wahyuningtyas (1211900085)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
127. KELOMPOK 5 :
1. Thomas Julianto (1211900077)
2. Muhammad Fatkhur Rohman (1211900081)
3. Alviyati Wahyuningtyas (1211900085)
128. PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Sistem nilai ( filsafat) yang dianut suatu bangsa merupakan filsafat masyarakat
budaya bangsa. Bagi suatu bangsa, filsafat merupakan sumber dari segala
sumber hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh
karena itu, filsafat berfungsi dalam menentukan pandangan hidup suatu
masyarakat dalam menghadapi suatu masalah, hakikat dan sifat hidup, hakikat
kerja, hakikat kedudukan manusia, etika dan tata krama pergaulan dalam ruang
dan waktu, serta hakikat hubungan manusia dengan manusia lainnya (Prayitno,
1989:2).
Indonesia adalah salah satu negara yang juga memiliki filsafat seperti
bangsa-bangsa lain. Filsafat ini tak lain adalah yang kita kenal dengan nama
Pancasila yang terdiri dari lima sila. Pancasila merupakan filsafat hidup bangsa
Indonesia.
129. BEBERAPA PENDAPAT BAHWA PANCASILA
ADALAH SUATU FILSAFAT
❖ PENDAPAT MUH. YAMIN
Dalam bukunya Naskah Persiapan Undang-undang Dasar 1945, menyebutkan bahwa ajaran
Pancasila adalah tersusun secara harmonis dalam suatu sistem filsafat. Hakikat filsafatnya ialah
satu sinthese fikiran yang lahir dari antithese fikiran. Dari pertentangan pikiran lahirlah
perpaduan pendapat yang harmonis, begitu pula halnya dengan ajaran Pancasila, satu sinthese
negara yang lahir dari pada satu antithese.
❖ PENDAPAT SOEDIMAN KARTOHADIPRODJO
Pancasila itu disajikan sebagai pidato untuk memenuhi permintaan memberikan dasar fiilsafat
negara, maka disajikannya Pancasila sebagai filsafat. Pancasila masih merupakan filsafat Negara
(staats-filosofie). Karena itu dapat dimengerti, bahwa filsafat Pancasila dibawakan sebagai inti
dari hal-hal yang berkenaan dengan manusia, disebabkan negara adalah manusia serata
organisasi manusia.
130. BEBERAPA PENDAPAT BAHWA PANCASILA
ADALAH SUATU FILSAFAT
❑ PENDAPAT NOTONAGORO
Sifat kefilsafatan dari dasar negara tersebut terwuujudkan dalam rumus abstrak dari kelima sila
dari pada Pancasila. Yang intinya ialah ketuhanan, kemanusiaan, persatuan (kesatuan dalam
dinamikanya), kerakyatan dan keadilan, terdiri atas kata-kata pokok dengan awalan-akhiran ke-
an dan per-an. Dasar filsafat, asas kerokhanian Negara Pancasila adalah cita-cita yang harus
dijelmakan dalam kehidupan negara.
❑ PENDAPAT ROESLAN ABDOELGANI
Pancasila adalah filsafat Negara yang lahir sebagai collective-ideologie dari seluruh bangsa
Indonesia. Pada hakikatnya Pancasila merupakan suatu realiteit dan suatu noodzakelijkheid bagi
keutuhan persatuan bangsa Indonesia sebagaimana tiap-tiap filsafat adalah hakikatnya suatu
noodzkelijkheid.
131. PENGERTIAN FILSAFAT DAN DASAR FILSAFAT
PANCASILA
▪ Secara etimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia. Kata itu
terdiri dari kata philo, philos, philein yang mempunyai arti cinta / pecinta / mencintai
dan sophia yang berarti kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran. Jadi secara
harfiah istilah filsafat adalah cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran yang hakiki.
▪ Apabila kita bicara tentang filsafat, ada dua hal yang patut diperhatikan, yaitu filsafat
sebagai metode dan filsafat sebagai suatu pandangan, keduanya sangat berguna
untuk memahami Pancasila.
▪ Filsafat Pancasila adalah refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar
negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-
pokok pengertian secara mendasar dan menyeluruh.
132. DASAR YANG MENJADIKAN PANCASILA SEBAGAI
FILSAFAT BANGSA INDONESIA
1. LANDASAN ONTOLOGIS PANCASILA
▪ Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu atau tentang
ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika. Jadi ontologi
adalah bidang filsafat yang menyelidiki makna yang ada (eksistensi dan keberadaan), sumber
ada, jenis ada, dan hakikat ada, termasuk ada alam, manusia, metafisika dan kesemestaan
atau kosmologi.
▪ Dasar ontologi Pancasila adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak monopluralis, oleh
karenanya disebut juga sebagai dasar antropologis. Subyek pendukungnya adalah manusia,
yakni : yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan
dan yang berkeadilan pada hakikatnya adalah manusia. Hal yang sama juga berlaku dalam
konteks negara Indonesia, Pancasila adalah filsafat negara dan pendukung pokok negara
adalah rakyat (manusia).
133. DASAR YANG MENJADIKAN PANCASILA SEBAGAI
FILSAFAT BANGSA INDONESIA
2. LANDASAN EPISTEMOLOGIS PANCASILA
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode, dan
validitas ilmu pengetahuan.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya adalah suatu sistem pengetahuan.
3. LANDASAN AKSIOLOGIS PANCASILA
Aksiologi mempunyai arti nilai, manfaat, pikiran dan atau ilmu/teori. Menurut Brameld,
aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki :
a. Tingkah laku moral, yang berwujud etika,
b. Ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan keindahan,
c. Sosio politik yang berwujud ideologi.
134. PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT
1. ARTI PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT
Arti Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah sama dan mutlak bagi seluruh tumpah darah
Indonesia. Tidak ada tempat bagi warga negara Indonesia yang pro dan kontra, karena Pancasila
sudah ditetapkan sebagai filsafat bangsa Indonesia.
2. FUNGSI FILSAFAT PANCASILA
▪ Memberi jawaban atas pernyataan yang bersifat fundamental atau mendasar dalam
kehidupan bernegara.
▪ Filsafat Pancasila mampu memberikan dan mencari kebenaran yang substansi tentang
hakikat negara, ide negara, dan tujuan negara.
▪ Pancasila sebagai filsafat bangsa harus mampu menjadi perangkat dan pemersatu dari
berbagai ilmu yang dikembangkan di Indonesia.
135. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
❖ Pancasila merupakan suatu sistem filsafat. Dalam sistem itu masing-masing silanya saling kait
mengkait merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Di dalam Pancasila tercakup filsafat
hidup dan cita-cita luhur bangsa Indonesia tentang hubunagan manusia dengan Tuhan,
hubungan manusia dengan sesame manusia, hubungan manusia dengan lingkungannya.
❖ Menurut Driyakarya, Pancasila memperoleh dasarnya pada eksistensi manusia sebagai
manusia, lepas dari keadaan hidupnya yang tertentu. Pancasila merupakan filsafat tentang
kodrat manusia. Dalam pancasila tersimpul hal-hal yang asasi tentang manusia. Oleh karena
itu pokok-pokok Pancasila bersifat universal.
136. PANDANGAN INTEGRALISTIK DALAM FILSAFAT
PANCASILA
▪ Secara lebih lanjut dapat dikemukakan pula bahwa dasar filsafat bangsa Indonesia bersifat
majemuk tunggal (monopluralis), yang merupakan persatuan dan kesatuan dari sila-silanya.
Akan tetapi bukan manusia yang menjadi dasar persatuan dan kesatuan dari sila-sila
Pancasila itu, melainkan dasar persatuan dan kesatuan itu terletak pada hakikat manusia.
▪ Secara hakiki, susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan badan, sifat kodratnya adalah
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, dan kedudukan kodratnya adalah sebagai
makhluk Tuhan dan makhluk yang berdiri sendiri (otonom).
▪ Aspek-aspek hakikat kodrat manusia itu dalam realitasnya saling berhubungan erat, saling
brkaitan, yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain. Jadi bersifat monopluralis, dan
hakiikat manusia yang monopluralis itulah yang menjadi dasar persatuan dan kesatuan sila-
sila Pancasilayang merupakan dasar filsafat Negara Indonesia.
137. DASAR PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
▪ Negara kita Indonesia dalam pengelolaan atau pengaturan kehidupan bernegaranya dilandasi
oleh filsafat atau ideologi pancasila.
▪ ALASAN PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT BANGSA INDONESIA ADALAH SEBAGAI
BERIKUT:
1. Secara prktis-fungsional, dalam tata-budaya masyarakat Indonesia pra-kemerdekaan nilai
Pancasila diakui sebagai filsafat hidup atau pandangan hidup yang dipraktekkan.
2. Secara formal-konstitusional, bangsa Indonesia mengakui Pancasila dalah dasar negara
(filsafat negara) RI.
3. Secara psikologis dan kultural, bangsa dan budaya Indonesia sederajat dengan bangsa dan
budaya manapun.
4. Secara potensial, filsafat Pancasila akan berkembang bersama dinamika budaya; filsafat
Pancasila akan berkembang secara konsepsional, kaya konsepsional dan kepustakaan secara
kuantitas dan kualitas.
138. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah cinta
akankebijakan. Sedangkan Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-bagian
yang saling berhubungan, saling bekerjasama antara sila yang satu dengan sila yang lain untuk
tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh yang mempunyai
beberapa inti sila, nilai dan landasan yang mendasar.
139.
140. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK XIV :
SARANA BERFIKIR ILMIAH DAN
FILSAFAT SEBAGAI BERFIKIR ILMIAH
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KELOMPOK 5
SEMESTER IV KELAS S
1. Thomas Julianto (1211900077)
2. Muhammad Fatkhur Rohman (1211900081)
3. Alviyati Wahyuningtyas (1211900085)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021
141. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK 14 :
SARANA BERFIKIR ILMIAH DAN FILSAFAT
SEBAGAI BERFIKIR ILMIAH
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : 5 (Lima)
MHS SMT 4 KELAS S
1. Thomas Julianto (1211900077)
2. Muhammad Fatkhur Rohman (1211900081)
3. Alviyati Wahyuningtyas (1211900085)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
143. SARANA BERFIKIR ILMIAH DAN FILSAFAT
SEBAGAI BERFIKIR ILMIAH
DEFINISI
Sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi
langkah-langkah (metode) ilmiah, atau
membantu langkah-langkah ilmiah, untuk
mendapatkan kebenaran
FUNGSI
Fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu
proses metode ilmiah untuk mendapat ilmu atau
teori yang lain.
144. PENGERTIANSARANABERFIKIRILMIAH
MENURUTPARAAHLI
1. Menurut Salam (1997:139): Berfikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia
untuk menemukan/mendapatkan ilmu. Berfikir ilmiah adalah proses berpikir
untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
2. Menurut Jujun S.Suriasumantri. Berpikir merupakan kegiatan akal untuk
memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang
menggabungkan induksi dan deduksi.
3. Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah 2006:118). Berpikir ilmiah, yaitu berpikir
dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai
pembuktian-pembuktian.
4. Menurut Eman Sulaeman. Berfikir ilmiah merupakan proses
berfikir/pengembangan pikiran yang tersusun secara sistematis yang
berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang sudah ada.
145. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana
berpikir ilmiah
Sarana berfikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan
kumpulan pengetahuan yang didapatkan
berdasarkan metode ilmu
Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk
memungkinkan kita melakukan penelaahan
ilmiah secara baik.
147. Perbedaan berfikir ilmiah dari berfikir non-ilmiah
memiliki perbedaan dalam dua faktor mendasar
1. Sumberpengetahuan
Berfikir ilmiah menyandarkan sumber pengetahuan pada rasio dan pengalaman manusia,
sedangkan berfikir non-ilmiah (intuisi dan wahyu) mendasarkan sumber pengetahuan pada
perasaan manusia
2. Ukurankebenaran
Berfikir ilmiah mendasarkan ukuran kebenarannya pada logis dan analitisnya suatu pengetahuan,
sedangkan berfikir non-ilmiah (intuisi dan wahyu) mendasarkan kebenaran suatu pengetahuan
pada keyakinan semata.
148. PERAN BAHASA DALAM SARANA BERFIKIR
ILMIAH
Definisi bahasa menurut Jujun Suparjan Suriasumantri menyebut bahasa sebagai serangkaian bunyi dan
lambang yang membentuk makna.
Adapun ciri-ciri bahasa di antaranya yaitu:
1. Sistematis artinya memiliki pola dan aturan.
2. Arbitrer (manasuka) artinya kata sebagai simbol berhubungan secara tidak logis dengan apa yang
disimbolkannya.
3. Ucapan/vokal. Bahasa berupa bunyi
4. Sebagai symbol yang mengaju pada objeknya dan lain sebagainya.
149. KELEMAHANBAHASADALAMMENGHAMBAT
KOMUNIKASIILMIAH
Bahasa mempunyai multifungsi (ekspresif, konatif,representasional,informatif,
deskriptif,simbolik, emotif, afektif)yang dalam praktiknyasukar untukdipisah-
pisahkan. Akibatnya,ilmuwan sukar untuk membuangfaktor emotif dan afektifnya
ketikamengomunikasikanpengetahuaninformatifnya.
150. Adapun ciri-ciri bahasa ilmiah yaitu:
◦ Informatif yang berarti bahwa bahasa ilmiah mengungkapan informasi atau pengetahuan. Informasi
atau pengetahuan ini dinyatakan secara eksplisit dan jelas untuk menghindari kesalah pahaman
Informasi.
◦ Reproduktif adalah bahwa pembicara atau penulis menyampaikan informasi yang sama dengan
informasi yang diterima oleh pendengar atau pembacanya.
◦ Intersubjektif, yaitu ungkapan-ungkapan yang dipakai mengandung makna-makna yang sama bagi para
pemakainya
◦ Antiseptik berarti bahwa bahasa ilmiah itu objektif dan tidak memuat unsur emotif, kendatipun pada
kenyataannya. Unsure emotif ini sulit dilepaskan dari unsur informatif.
151. Secara umum dapat dinyatakan bahwa
fungsi bahasa
◦ Koordinator kegiatan-kegiatan dalam
masyarakat.
◦ Penetapan pemikiran dan pengungkapan.
◦ Penyampaian pikiran dan perasaan
◦ Penyenangan jiwa
◦ Pengurangan kegonjangan jiwa
Kneller mengemukakan 3 fungsi bahasa yaitu
◦ Simbolik menonjol dalam komunikasi
ilmiah.
◦ Emotif menonjol dalam komunikasi estetik.
◦ Afektif (George F. Kneller dalam jujun,
1990, 175).
152. Menurut Halliday sebagaimana yang dikutip oleh Thaimah bahwa fungsi bahasa adalah sebagai
berikut:
◦ Instrumental yaitu: penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal yang bersifat materi seperti makan, minum, dan
sebagainya.
◦ Fungsi Regulatoris yaitu: penggunaan bahasa untuk memerintah dan perbaikan tingkah laku.
◦ Fungsi Interaksional yaitu: penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan perasaan pemikiran antara seseorang dan
orang lain.
◦ Fungsi Personal yaitu: seseorang menggunakan bahasa untuk mencurahkan perasaan dan pikiran.
◦ Fungsi Heuristik yaitu : penggunaan bahasa untuk mengungkap tabir fenomena dan keinginan untuk
mempelajarinya.
◦ Fungsi Imajinatif yaitu: penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi seseorang dan gambaran-gambaran
tentang
◦ discovery seseorang dan tidak sesuai dengan realita (dunia nyata).
◦ Fungsi Representasional yaitu: penggunaan bahasa untuk menggambarkan pemikiran dan wawasan.
◦ Untuk menelaah bahasa ilmiah perlu dijelaskan tentang pengolongan bahasa.
153. Ada dua pengolongan bahasa yang umumnya dibedakan yaitu :
Bahasa alamiah
bahasa sehari-hari yang digunakan untuk
menyatakan sesuatu, yang tumbuh atas pengaruh
alam sekelilingnya. Bahasa alamiah dibagi
menjadi dua yaitu: bahasa isyarat dan bahasa
biasa.
Bahasa buatan
bahasa yang disusun sedemikian rupa
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan akar
pikiran untuk maksud tertentu. Bahasa buatan
dibedakan menjadi dua bagian yaitu: bahasa
istilah dan bahasa antifisial atau bahasa
simbolik.
154. PERAN MATEMATIKA
DALAM BERFIKIR ILMIAH
Peranan Matematiki sebagai sarana berfikir ilmiah dapat menggunakan alat-alat yang mempunyai kemampuan
sebagai berikut:
◦ Menggunakan algoritma.
◦ Melakukan manupulasi secara matematika.
◦ Mengorganisasikan data.
◦ Memanfaatkan symbol, table dan grafik.
◦ Mengenal dan menenukan pola.
◦ Menarik kesimpulan.
◦ Membuat kalimat atau model matematika.
◦ Membuat interpretasi bangun geometri.
◦ Memahami pengukuran dan satuanya.
◦ Menggunakan alat hitung dan alat bantu lainya dalam matematika, seperti tabel matematika, kalkulator, dan
komputer.
155. Adapun kelebihan dan kekurangan matematika:
◦ Kelebihan matematika adalah: tidak memiliki
unsur emotif dan bahasa matematika sangat
universal.
◦ Kelemahan dari matematika adalah bahwa
matematika tidak mengandung bahasa
emosional (tidak mengandung estetika) artinya
bahwa matematika penuh dengan simbol yang
bersifat artifersial dan berlaku dimana saja.
156. PERAN STATISKA DALAM BERFIKIR ILMIAH
Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Konsep statistika
sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi
tertentu. Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat
umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan.
Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan
yang ditarik tersebut, yang pada dasarnya didasarkan pada asas yang sangat
sederhana, yakni makin besar contoh yang diambil maka makin tinggi tingkat
ketelitian tersebut dan sebaliknya.
157. Peranan Statistika dalam tahap-tahap metode keilmuan:
◦ Alat untuk menghitung besarnya anggota sampel yang akan diambil dari populas.
◦ Alat untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen..
◦ Teknik untuk menyajikan data-data, sehingga data lebih komunikatif.
◦ Alat untuk analisis data seperti menguji hipotesis penelitian yang diajukan.
159. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK XV :
HUBUNGAN FILSAFAT ILMU DENGAN
METODOLOGI PENELITIAN
Dosen Pengampu : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KELOMPOK 5
SEMESTER IV KELAS S
1. Thomas Julianto (1211900077)
2. Muhammad Fatkhur Rohman (1211900081)
3. Alviyati Wahyuningtyas (1211900085)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2021
160. TUGAS MEMBUAT SLIDE
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
TOPIK 15 :
HUBUNGAN FILSAFAT ILMU DENGAN
METODOLOGI PENELITIAN
Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjono, M.Ec
Oleh Kelompok : 5 (Lima)
MHS SMT 4 KELAS S
1. Thomas Julianto (1211900077)
2. Muhammad Fatkhur Rohman (1211900081)
3. Alviyati Wahyuningtyas (1211900085)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
JUNI 2021
162. KELOMPOK 5 :
1. Thomas Julianto (1211900077)
2. Muhammad Fatkhur Rohman (1211900081)
3. Alviyati Wahyuningtyas (1211900085)
163. LATAR BELAKANG
Pada perkembangan filsafat sebagai ilmu atau ilmu filsafat, terdapat hal pokok
yang menjadi cabang kajian mengenai cara manusia berfikir. Ketiga cabang tersebut
merupakan :
a. Ontology
b. Epistemologi
c. Aksiologi.
164. PENGERTIAN ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI
DAN AKSIOLOGI
a. Ontologi adalah teori dari cabang filsafat yang membahas tentang realitas. Realitas
ialah kenyataan yang selanjutnya menjurus pada suatu kebenaran.
b. Epistemologi teori tentang ilmu pengetahuan atau Theory of Knowledge.
Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari benar atau tidaknya suatu
pengetahuan2
c. Aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh.
165. ONTOLOGY
Ontologi dinamakan sbagai teori hakekat, teori hakekat ini sangat luas, segala yang ada
yang mungkin ada, yang boleh juga mencakup penetahuan pengetahuan dan nilai
(yang di carinya ialah hakekat penegetahuan dan hakekat nilai).
Didalam ontology membahas dua bidang yaitu:
a. Kosmologi membicarakan hakekat asal, hakekat susunan, hakekat berada, juga
hakekat tujuan kosmos.
b. Metafisik atau antropologi secara etimologis berarti dibalik atau dibelakang fisika
artinya ia ingin mengerti atau mengetahui apa yang ada dibalik dari alam ini atau
suatu yang tidak nampak.
166. EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI
❑ EPISTEMOLOGI
Epistemologi membicarakan sumber
pengetahuan dan bagaimana cara
memperoleh pengetahuan. atau suatu
cabang filsafat yang membahas sumber,
proses, syarat, batas dan validitas dan
hakekat pengetahuan. Sistematika dan logika
sangat berperan dalam epistemologi
demikian pila metode-metode berfikir
seperti deduktif dan induktif.
❑ AKSIOLOGI
Aksiologi ialah cabang filsafat yang
menyelidiki nilai-nilai (value), tindakan
moral melahirkan nilai etika, ekspresi
keindahan yang melahirkan nilai esthetika
dan kehidupan sosiolah yang menjelaskan
apa yang di anggap baik dalam tingkah laku
manusia, apa yang di maksud indah dalam
seni. Demikian pula apakah yang benar dan
diinginkan didalam organisasi sosial
kemasyarakatan dan kenegaraan.
167. PENGERTIAN FILSAFAT ILMU MENURUT PARA AHLI
❑ Berry dalam buku A. Susanto.
➢ Filsafat Ilmu adalah penelaahan tentang
logika intern dan teori – teori ilmiah dan
hubungan – hubungan antara percobaan
dan teori, yakni tentang metode ilmiah.
Bagi Berry, filsafat ilmu adalah ilmu
yang di pakai untuk menelaah tentang
logika, teori – teori ilmiah serta upaya
pelaksanaannya untuk menghasilkan
suatu metode atau teori ilmiah.
❑ Robert Ackermann.
➢ Filsafat ilmu adalah sebuah tinjauan
kritis tentang pendapat – pendapat
ilmiah dewasa ini dengan perbandingan
terhadap pendapat – pendapat lampau
yang telah dibuktikan atau dalam
rangka ukuran – ukuran yang
dikembangkan dari pendapat –
pendapat demikian itu, tetapi filsafat
ilmu demikian jelas bukan suatu
cabang ilmu yang bebas dari praktik
ilmiah senyatanya7.
168. PENGERTIAN FILSAFAT ILMU MENURUT PARA AHLI
❑ Menurut Beerling
➢ Filsafat ilmu adalah penyelidikan
tentang ciri – ciri mengenai
pengetahuan ilmiah dan cara – cara
untuk memperoleh pengetahuan
tersebut. Filsafat ilmu erat kaitannya
dengan filsafat pengetahuan atau
epistemologi yang secara umum
menyelidiki syarat – syarat serta bentuk
bentuk pengalamn manusia juga
mengenai logika dan metodologi.
❑ Stephen R. Toulman dalam H endang Komara
➢ Filsafat ilmu adalah sebagai suatu cabang ilmu,
filsafat ilmu mencoba pertama-tama
menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam
proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur
pengamatan, pola-pola perbincangan, metode-
metode penggantian dan perhitungan,
peranggapan-peranggapan metafisis dan
seterusnya menilai landasan-landasan bagi
kesalahnnya dari sudut tinjauan logika formal,
metodologis praktis, dan metafisika.
169. PENGERTIAN FILSAFAT ILMU
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa :
➢ Filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai
hakikat ilmu, baik ditinjau dari segi ontologis, epistemologis maupun aksiologisnya.
➢ Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat
pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu.
170. LANJUTAN…
Kemudian didalam pengertian filsafat ilmu di atas terdapat hal yang mendasar
dalam filsafat ilmu, yakni filsafat ilmu bertindak sebagai alat uji kritis ilmu
pengetahuan, sehingga ilmu pengetahuan tidak terjebak menjadi dogma. Dalam
rangka menguji ilmu pengetahuan, filsafat ilmu menggunakan metodologi yang
logis dan kritis. Dengan demikian konsekuensi filsafat ilmu selalu berhubungan
dengan metodologi penelitian, dimana metodologi penelitian menjadi alat uji bagi
ilmu pengetahuan sehingga dianggap terstruktur rapi, sistematis dan logis dan
dapat disebut ilmu (science).
171. PEMBAHASAN
➢ Pengetahuan adalah pembentukan
pemikiran asosiatif yang menghubungan
atau menjalin sebuah pikiran dengan
kenyataan atau dengan pikiran lain
berdasarkan pengalaman yang berulang-
ulang tanpa pemahaman mengenai
kausalitas yang hakiki dan universal.
➢ Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang
menjelaskan kausalitas dari suatu objek
menurut metode tertentu yang
merupakan suatu kesatuan sistematis.
➢ Kemudian metode penelitian adalah berarti
Ilmu tentang metode14. Sedang penelitian
adalah penelitian adalah kegiatan mencari
dan mengumpulkan data kemudian
mengolah, menganalisa dan mengkaji data
yang dilakukan secara sistematis dan
obyektif.
➢ Jadi metodologi penelitian Ilmu yang
mempelajari, menyelusuri, mencari dan
mengumpulkan data kemudian mengolah,
menganalisa dan menyajikan data yang
dilakukan secara sistematis supaya
diperoleh suatu kebenaran yang obyektif.
172. KEDUDUKAN FILSAFAT ILMU DAN PENELITIAN
➢ Berubungan atau tidaknya filsafat ilmu pengetahuan dan penelitian merupakan masalah
rumit, yang tidak mungkin dijawab dengan sekedar ada hubungan atau tidak ada
hubungan dari keduanya.
➢ Filsafat ilmu pengetahuan pada dasarnya merupakan salah satu cara untuk mebuktikan
kebenaran, sedangkan penelitian juga merupakan wahana untuk menguji kebenaran.
173. LANJUTAN…
➢ Filsafat ilmu pengetahuan dapat dimaknai sebagai filsafat yang berkaitan dengan atau tentang
ilmu. Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat pengetahuan secara umum, ini dikarenakan ilmu
itu sendiri merupakan suatu bentuk pengetahuan dengan karakteristik khusus, namun demikian
untuk memahami secara lebih khusus apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu pengetahuan, maka
diperlukan pembatasan yang dapat menggambarkan dan memberi makna khusus tentang istilah
tersebut.
➢ Sedangkan penelitian adalah suatu penyelidikan yang sistematis dan metodis atas suatu masalah
untuk menemukan solusi atas masalah tersebut dan menambah hazanah pengetahuan.
174. LANJUTAN…
➢ Filsafat ilmu pengetahuan dan penelitian jelas ada hubungannya kalau kita melihat dari
tujuan keduanya. Hubungannya ialah, dimana penelitian memerluka pengetahuan dari
filsafat ilmu pengetahuan dalam mencari kebenaran yang pasti dengan melakukan
berbagai sureve.
➢ Dan juga filsafat ilmu pengetahuan memerlukan penelitian untuk mendapatkan
atau mebuktikan kebanaran.
175. TUJUAN FILSAFAT ILMU
Menurut Amsal Bahtiar tujuan filsafat Ilmu adalah :
1. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami
sumber hakekat dan tujuan ilmu
2. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu di berbagai bidang,
sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara histories.
176. KESIMPULAN
❑ Filsafat Ilmu merupakan cabang dari Ilmu filsafat yang termasuk dataran
epistemologi
❑ Filsafat Ilmu membahas tentang ontology, epistemologi, dan aksiologi
❑ Metodologi ditinjau dari Ilmu filsafat juga termasuk dalam tataran epistemologi
❑ Filsafat Ilmu dan metodologi penelitian menduduki posisi yang sama dalam Ilmu filsafat
yaitu pada tataran epistemologi
❑ Dan untuk mencapai hasil penelitian yang valid, metodologi harus di landasi filsafat Ilmu.