Dokumen tersebut membahas manfaat mempelajari filsafat bagi mahasiswa dan filsafat ilmu secara umum. Filsafat membantu mengembangkan kemampuan berpikir secara kritis, rasional, dan luas serta memberikan pandangan hidup yang bermanfaat bagi kehidupan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu berperan dalam menjelaskan asumsi-asumsi yang mendasari ilmu pengetahuan dan memberikan landasan bagi metode ilmiah
2. 1. Kemampuan berpikir abstrak, kemampuan untuk membentuk argumen secara rasional
dan kritis, serta kemampuan untuk menyampaikan ide secara efektif,kritis dan
rasional, akan membuat anda mampu berkarya di berbagai bidang,nilai dari bidang
informasi-komunikasi, jurnalistik,penerbitan,konsultan, pendidikan, agamawan,
ataupun menjadi wirausaha.
2. Membiasakan diri untuk bersikap logis – rasional dalam opini dan argumentsi yang
dikemukakan.
3. Dengan mempelajari filsafat ilmu di harapkan mahasiswa semakin kritis dalam sikap
ilmiahnya. Mahasiswa sebagai insane kampus diharapkan untuk bersikap kritis
terhadap berbagai macam teori yang dipelajarinya diruang kuliah maupun sumber –
sumber lainnya .
4. Para mahasiswa akan mendapatkan wawasan yang amat luas, yang amat berguna
untuk mengembangkan diri dan profesi mereka nantinya setelah terjun ke dunia kerja.
5. Mengembangkan semangat toleransi dalam perbedaan pandangan (pluralitas). Karena
para ahli filsafat tidak pernah memiliki satu pendapat, baik dari isi, rumusan masalah
maupun penyusunan jawabannya.
6. Dengan belajar filsafat, mahasiswa akan dilatih menjadi manusia yang wutuh, yakni
yang mampu berpikir mendalam, rasional, komunikatif. Apapun profesi anda,
kemampuan – kemampuan ini sangat di butuhkan. Disisi lain, dengan belajar filsafat,
anada juga akan memiliki pengetahuan yang luas, yang merentang lebih dari 2000
tahun sejarah manusia.
7. Mempelajari manfaat ilmu memiliki manfaat praktis. Setelah mahasiswa lulus dan
bekerja mereka pasti berhadapan dengan berbagai masalah dalam pekerjaannya.
Untuk untuk memecah masalah diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam
menganalisis berbagai hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Dalam
konteks inilah pengalaman mempelajari tentang filsafat ilmu diterapkan.
Manfaat Filsafat dalam Kehidupan :
Berdasarkan pemahaman dasarnya, persepsi ini tidak tepat, meskipun di dalamnya
terkandung manfaat. Secara khusus, filsafat merupakan perbincangan mencari hakikat
sesuatu gejala atau segala hal yang ada. Artinya, filsafat merupakan landasan dari sesuatu
apapun , tumpuan segala hal, jika salah tentulah berbahaya, sedikitnya akan merugikan.
2
3. Apabila kehidupan berpengetahuan itu diibaratkan sebuah pohon maka filsafat adalah
akarnya, yaitu bagian yang berhyubungan langsung dengan sumber kehidupan pohon itu,
sedangkan batang, dahan, ranting, daun, bunga, dan buah menjadi bahan kajian ilmu
pengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian, ilmu pengetahuan berhubungan dengan apa yang
terlihat atau yang biasa disebut menggejala atau mewujud. Terlebih lagi kaum awam, ia
hanya dapat melihat sesuatu secara langsung atau yang berhubungan secara langsung,
khusunya menjawab kebutuhan nyata dirinya sendiri.
Dalam perbincangan lebih nyata, filsafat mempersoalkan dan membicarakan kembali
akar masalah, baik berdasarkan ilmu pengetahuan maupun pemahaman lain. Jadi, filsafat
menyadarkan manusia terhadap apa yang sudah biasa diyakini, digauli, digunakan, dan
dilakukannya. Hal ini penting! Sebagai contoh pada Matematika ,”Mengapa 5 x 5 lebih besar
daripada 4 x 4?” Umumnya, orang percaya begitu saja, bahkan mempercayainya apa yang
dikatakan orang lain, seperti guru atau orang tua dan kakaknya. Jawaban yang sebenarnya
adalah adanya kesepakatan bahwa sebutan angka 5 lebih tinggi nilainya daripada 4. Dengan
catatan, angka berikutnya lebih tinggi dari pada angka sebelumnya. Filsafat mengatakan,”
Ingatlah di balik matematika itu ada suatu kesepakata, jika kesepakatannya tidak demikian,
belum tentu 5 x 5 lebih besar daripada 4 x 4.
Dalam hal ini, ilmu pengetahuan mengenai asumsi yang disebut aksioma, yaitu
anggapan dasar yang merupakan tumpuan atau sumber dari awal kehidupan dan
perkembangan ilmu pengetahuan. Wacana atau perbincangan filsafat melahirkan asumsi
tersebut. Hal tersebut disebut sebagai keyakinan filsafati (philosophical belief). Asumsi
tersebut jika terus-menerus ditelaah ketepatannya, bukan tidak mungkin akan mengalami
perubahan, entah itu bertambah atau berkurang, atau justru berubah. Akhirnya, teori-teori
baru dalam bidang pengetahuan akan bermunculan sehingga lahirlah istilah filsafat ilmu.
Filsafat ilmu berperan fundamental dalam melahirkan, memelihara, dan mengembangkan
ilmu pengetahuan.
Cara berpikir filsafati telah mendokrak pintu serta tembok-tembok tradisi dan
kebiasaan, bahkan telah menguak mitos dan miteserta meninggalkan cara berpikir mistis.
Lalu pada saat yang sama telah pula berhasil mengembangkan cara berpikir rasional, luas dan
mendalam, teratur dan terang, integral dan koheren, metodis dan sistematis, logis, kritis, dan
analitis. Karena itu, ilmu pengetahuan pun semakin bertumbuh subur, terus berkembang, dan
menjadi dewasa. Kemudian, berbagai ilmu pengetahuan yang telah mencapai tingkat
3
4. kedewasaan penuh satu demi satu mulai mandiri dan meninggalkan filsafat yang selama itu
telah mendewasakan mereka. Itulah sebabnya, filsafat disebuts ebagai mater scientiarum atau
induk segala ilmu pengetahuan. Itu merupakan fakta yang tidak dapat diingkari, yang dengan
jelas menunjukkan bahwa ia benar-benar telah menampakkan kegunaannya lewat melahirkan,
merawat, dan mendewasakan berbagai ilmu pengetahuan yang begitu berjasa bagi kehidupan
manusia.
Filsafat adalah ilmu yang tak terbatas karena tidak hanya menyelidiki suatu bidang
tertentu dari realitas yang tertentu saja. Filsafat senantiasa mengajukan pertanyaan tentang
seluruh kenyataan yang ada. Filsafat pun selalu mempersoalkan hakikat, prinsip, dan asas
mengenai seluruh realitas yang ada, bahkan apa saja yang dapat dipertanyakan, termasuk
filsafat itu sendiri.
Keterbatasan filsafat yang demikian itulah yang amat berguna bagi ilmu pengetahuan.
Itu karena keterbatasan filsafat tidak melulu berguna selaku penghubung antardisiplin ilmu
pengetahuan. Akan tetapi, dengan keterbatasannya itu, filsafat sanggup memeriksa,
mengevaluasi, mengoreksi, dan lebih menyempurnakan prinsip-prinsip dan asas-asas yang
melandasi berbagai ilmu pengetahuan itu.
Manfaat lain filsafat adalah didasarkan pada pengertian filsafat sebagai suatu integrasi
atau pengintegrasi sehingga dapat melakukan fungsi integrasi ilmu pengetahuan. Sebagian
besar orang hanya menyangkutkan apa yang paling dekat dan apa yang paling dibutuhkannya
pada saat dan tempat tertentu.
Dalam Kehidupan Praktis
Filsafat memang abstrak, namun tidak berarti filsafat sama sekali tidak bersangkut
paut dengan kehidupan sehari-hari yang kongkret. Keabstrakan filsafat tidak berarti bahwa
filsafat itu tak memiliki hubungan apa pun juga dengan kehidupan nyata setiap hari. Kendali
tidak memberi petunjuk praktis tentang bagaimana bangunan yang artistic dan elok, filsafat
sanggup membantu manusia dengan memberi pemahaman tentang apa itu artistic dan elok
dalam kearsitekturan sehingga nilai keindahan yang diperoleh lewat pemahaman itu akan
menjadi patokan utama bagi pelaksanaan pekerjaan pembangunan tersebut.
4
5. Filsafat menggiring manusia kepengertian yang terang dan pemahaman yang jelas.
Kemudian, filsafat itu juga menuntun manusia ketindakan dan perbuatan yang konkret
berdasarkan pengertian yang terang dan pemahaman yang jelas.
- Secara umum manfaat filsafat :
1. Filsafat membantu kita memahami bahwa sesuatu tidak selalu tampak seperti apa
adanya.
2. Filsafat membantu kita mengerti tentang diri kita sendiri dan dunia kita, karena
filsafat mengajarkan bagaimana kita bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan
mendasar.
3. Filsafat membuat kita lebih kritis. Filsafat mengajarkan pada kita bahwa apa yang
mungkin kita terima begitu saja ternyata salah atau menyesatkan atau hanya
merupakan sebagian dari kebenaran.
- Filsafat mengembangkan kemampuan kita dalam:
1. menalar secara jelas
2. membedakan argumen yang baik dan yang buruk
3. menyampaikan pendapat (lesan dan tertulis) secara jelas
4. melihat sesuatu melalui kacamata yang lebih luas
5. melihat dan mempertimbangkan pendapat dan pandangan yang berbeda.
4. Dengan mempelajari karya-karya para pemikir besar, para filsuf dalam sejarah dan
tradisi filsafat, kita akan melihat betapa besar sesungguhnya pengaruh filsafat
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, agama, pemerintahan, pendidikan dan
karya seni.
5. Filsafat memberi bekal dan kemampulan pada kita untuk memperhatikan pandangan
kita sendiri dan pandangan orang lain dengan kritis. Kadang ini memang bisa
mendorong kita menolak pendapat-pendapat yang telah ditanamkan pada kita, tetapi
filsafat juga memberikan kita cara-cara berfikir baru dan yang lebih kreatif dalam
5
6. mengahadapi masalah yang mungkin tidak dapat dipecahkan dengan cara
lain.Kemampuan berfikir secara jernih, menalar secara logis, dan mengajukan dan
menilai argumen, menolak asumsi yang diterima begitu saja, dan pencarian akan
prinsip-prinsip pemikiran dan tindakan yang koheren—semuanya ini merupakan ciri
dari hasil latihan dalam ilmu filsafat.
- Secara khusus manfaat filsafat ilmu :
Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi
filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan,
yakni
1. Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
2. Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan
filsafat lainnya.
3. Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
4. Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
5. Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek
kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Menurut
Agraha Suhandi (1989)
6. Filsafat ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan manusia di dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan alat untuk
membuat hidup menjadi lebih baik
7. Filsafat ilmu bermanfaat untuk membangun diri kita sendiri dengan berpikir secara
radikal (berpikir sampai ke akar-akarnya), kita mengalami dan menyadari keberadaan
kita.
8. Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang dan
memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang hidup
secara dangkal saja, tidak mudah melihat persoalan-persoalan, apalagi melihat
pemecahannya.
6
7. 9. Filsafat ilmu memberikan pandangan yang luas, sehingga dapat membendung
egoisme dan ego-sentrisme (dalam segala hal hanya melihat dan mementingkan
kepentingan dan kesenangan diri sendiri).
10. Filsafat ilmu mengajak untuk berpikir secara radikal, holistik dan sistematis, hingga
kita tidak hanya ikut-ikutan saja, mengikuti pada pandangan umum, percaya akan
setiap semboyan dalam surat-surat kabar, tetapi secara kritis menyelidiki apa yang
dikemukakan orang, mempunyai pendapat sendiri, dengan cita-cita mencari
kebenaran.
11. Filsafat ilmu memberikan dasar-dasar, baik untuk hidup kita sendiri (terutama dalam
etika) maupun untuk ilmu-ilmu pengetahuan dan lainnya, seperti sosiologi, ilmu jiwa,
ilmu mendidik, dan sebagainya.
12. Filsafat ilmu bermanfaat sebagai pembebas. Filsafat bukan hanya sekedar mendobrak
pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh dengan berbagai mitos dan mite,
melainkan juga merenggut manusia keluar dari penjara itu. Filsafat ilmu
membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis dan dogma.
13. Filsafat ilmu membantu agar seseorang mampu membedakan persoalan yang ilmiah
dengan yang tidak ilmiah.
14. Filsafat ilmu memberikan landasan historis-filosofis bagi setiap kajian disiplin ilmu
yang ditekuni.
15. Filsafat ilmu memberikan nilai dan orientasi yang jelas bagi setiap disiplin ilmu.
16. Filsafat ilmu memberikan petunjuk dengan metode pemikiran reflektif dan penelitian
penalaran supaya manusia dapat menyerasikan antara logika, rasio, pengalaman, dan
agama dalam usaha mereka dalam pemenuhan kebutuhannya untuk mencapai hidup
yang sejahtera.
17. Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode
ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional,
agar dapat dipahami dan dipergunakan secara umum.
7
10. 1. Pengertian Ilmu Filsafat
Pengertian-pengertian tentang filsafat ilmu, telah banyak dijumpai dalam berbagai
buku maupun karangan ilmiah lainnya. Menurut The Liang Gie (1999), filsafat ilmu adalah
segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang
menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan
manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan
pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat
dan ilmu.
Sehubungan dengan pendapat tersebut serta sebagaimana pula yang telah
digambarkan pada bagian pendahuluan dari tulisan ini bahwa filsafat ilmu merupakan
penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman
dan keadaan tanpa meninggalkan pengetahuan lama. Pengetahuan lama tersebut akan
menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru. Hal ini senada dengan ungkapan dari
Archie J.Bahm (1980) bahwa ilmu pengetahuan (sebagai teori) adalah sesuatu yang selalu
berubah.
Dalam perkembangannya filsafat ilmu mengarahkan pandangannya pada strategi
pengembangan ilmu yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampai pada dimensi
kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti
maknanya bagi kehidupan manusia (Koento Wibisono dkk., 1997).
Oleh karena itu, diperlukan perenungan kembali secara mendasar tentang hakekat dari
ilmu pengetahuan itu bahkan hingga implikasinya ke bidang-bidang kajian lain seperti ilmu-
ilmu kealaman. Dengan demikian setiap perenungan yang mendasar, mau tidak mau
10
11. mengantarkan kita untuk masuk ke dalam kawasan filsafat. Menurut Koento Wibisono
(1984), filsafat dari sesuatu segi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang berusaha untuk
memahami hakekat dari sesuatu “ada” yang dijadikan objek sasarannya, sehingga filsafat
ilmu pengetahuan yang merupakan salah satu cabang filsafat dengan sendirinya merupakan
ilmu yang berusaha untuk memahami apakah hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri.
Tujuan Filsafat Ilmu
1. Peter Caw filsafat ilmu adalah suatu bagian filsafat yang mencoba berbuat bagi
ilmu apa yang filsafat umumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia.
Filsafat melakukan dua macam hal di satu pihak, ini membangun teori – teori tentang
manusia dan alam semesta, dan menyajikannya landasan bagi keyakinan dan
tindakan di pihak lain, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat
disajikan sebagai suatu landasan bagi tindakan termasuk teori – teori nya sendiri
dengan harapan dan penghapusan tidak ajegan dan kesalahan. Caw yakin bahwa
melalui filsat ilmu seseoang membangun dua hal, menyajikan teori sebagai landasan
bagi keyakinan tindakan dan memeriksa secara kritis segala sesuatu sebagai
landasan bagi sebuah keyakinan atau tindakan.
2. Alfred Cyril Ewing Filsafat ilmu menurutnya adalah salah satu bagian filsafat
yang membahas tentang logika, di mana di dalamnya membahas tentang cara yang
di khususkan metode – metode dari ilmu – ilmu yang berlainan . Lebih lanjut
menjelaskan tanfa penguasaan filsafat ilmu, maka akan sulitlah seseorang dalam
usahanya untuk memahami tentang ilmu secara baik dan profesional.
3. The Liang Gie Merumuskan Filsafat ilmu merupakan segenap pemikiran reflektif
terhadap persoalan – persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan
ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi kehidupan manusia. Bagi Gie,
filsafat ilmu bukan hanya di pahami sebagai ilmu untuk mengetahui metode dan
analisis ilmu – ilmu lain, tetapi filsafat ilmu sebagai usaha seseorang dalam
mengkaji persoalan – persoalan yang muncul melalui perenungan yang mendalam
agar dapat diketahui duduk persoalannya secara mendasar sehingga dapat di
manfaatkan dalam kehidupan manusia.
4. Menurut Beerling, filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri – ciri mengenai
pengetahuan ilmiah dan cara – cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut.
Filsafat ilmu erat kaitannya dengan filsafat pengetahuan atau epistemologi yang
11
12. secara umum menyelidiki syarat – syarat serta bentuk bentuk pengalamn manusia
juga mengenai logika dan metodologi.
5. Jujun S, Suriasumantri menjelaskan bahwa filsafat ilmu merupakan suatu
pengetahuan atau epistemologi yang mencoba menjelaskan rahasia alam agar
gejala alamiah tak lagi merupakan misteri, secara garis besar, Jujun menggolongkan
pengetahuan menjadi tiga kategori umum, yakni
1).pengetahuan tentang yang baik dan yang buruk yang disebut juga dengan etika
2).pengetahuan tentang indah dan jelek, yang disebut dengan estetika atau seni
3).pengetahuan tentang yang benar dan salah, yang disebut dengan logika.
Cabang-Cabang Filsafat
Cabang-cabang dari filsafat untuk memperjelas penjelasan dari filsafat itu sendiri dibagi
menjadi lima cabang yaitu etika, estetika, metafisika, epistemology dan logika.
1. Etika
Istilah etika berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani 'etos' dan 'etikos'. Etos berarti sifat,
watak, kebiasaan, tempat biasa. Etikos berarti susila, keadaban, atau kelakuan dan perbuatan
yang baik.Etika sering kali dinamakan filsafat moral karena cabang filsafat ini membahas
baik dan buruknya tingkah laku manusia. Jadi menurut cabang filsafat ini manusia dipandang
dari segi perilakunya. Dapat kita katakan juga bahwa etika merupakan ilmu yang membahas
tentang kesusilaan, yang menentukan bagaimana patutnya manusia hidup dalam masyarakat.
Pada hakikatnya, nilai tindakan manusia terikat pada tempat dan waktu, selain itu dapat kita
ketahui juga bahwa bakik dan buruknya manusia ditentukan oleh sudut pandang masyarakat.
Dapat kita ambil contoh dimana perilaku yang dianggap wajar atau biasa-biasa saja
diwilayahnya belum tentu dianggap biasa saja diwilayah lain,bahkan bisa saja dianggap
kurang asusila diwilayah tertentu.
2. Estetika
Adalah cabang filsafat yang membahas tentang seni nilai dan keindahan. Istilah estetika
berasal dari bahasa Yunani aisthesis yang berarti pencerapan indrawi, pemahaman intelektual
atau pengamatan spiritual. Adapun istilah art (seni) berasal dari bahasa latin ars yang berarti
seni, keterampilan, ilmu dan kecakapan. Etika dan estetika termasuk dalam cabang filsafat
aksiologi yang membahas tentang hakikat nilai.
12
13. 3. Metafisika
Salah satu cabang filsafat yang lain adalah metafisika yang berasal dari bahasa Yunani meta
phisyka (sesudah fisika). Kata metafisika ini juga memiliki berbagai arti, diantaranya dapat
berarti upaya untuk mengkarakteristikkan eksistensi atau realitas sebagai suatu keseluruhan.
Namun dapat juga kita lihat secara umum bahwa didalam metafisika terdapat suatu
pembahasan filsafat yang komprehensif mengenai seluruh realitas atau tentang segala sesuatu
yang ada. Metafisika dipilahkan dalam kosmologi yang membahas tentang kosmos (alam)
dan ontologi yang membahas tentang the being (yang ada) tentang objek. Tentu masih kita
ingat terhadap pendapat plato mengenai ide atau idea yang sempat kita pelajari, dimana pada
pandangannya plato mengatakan bahwa realitas sesungguhnya bukanlah yang tampak oleh
kita dalam dunia kenyataan.
4. Epistimologi
Istilah epistemologi berasal dari bahasa yunani, yakni epitesme yang berarti pengetahuan dan
logos yang berarti kata, pikiran, dan ilmu. Jadinya dapat kita artikan bahwa epistemologi
merupakan cabang filsafat yang membahas tentang pengetahuan. Contohnya dalam filsafat
ilmu yaitu mempelajari tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan bagaimana cara
mendapatkannya. Dengan mempelajari epistemologi diharap kita dapat membedakan antara
pengetahuan dan ilmu, serta mengetahui kebenaran tentang suatu ilmu tersebut. Persoalan
dalam epistemologi diantaranya adalah bagaimana manusia dapat mengetahui sesuatu?, dari
mana pengetahuan itu diperoleh?. Manusia tidak dapat mengetahui semua aspek dan objek
karena keterbatasan kemampuan manusia, socretes pernah berkata bahwa apa yang saya
ketahui adalah bahwa saya tidak menegtahui apa-apa. Proses metode keilmuan pada akhirnya
berhenti sejenak ketika sampai pada titik"pengujian kebenaran" untuk mendiskusikan benar
atau tidaknya suatu ilmu. Ada tiga ukuran kebenaran yang tampil yaitu gelanggang yang
dimana dalam gelanggang diskusi mengenai teori kebenanran, yaitu teori korespodensi,
koherensi dan pragmatis. Penilaian ini sangat menentukan untuk meenerima, menolak,
menambah, atau merubah hepotesa, selanjutnya diadakanlah teori ilmu pengetahuan.
13
14. 5. Logika
Logika adalah suatu jenis pengetahuan rasional atau ilmu pengetahuan yang mempelajari
kecakapan atau berpikir lurus, tepat dan teratur. Logika sebagai ilmu pengetahuan dimana
objek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran atau proses penalaran) dan objek
formal logika adalah berpikir atau penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Penalaran
adalah proses pemikiran manusia yang berusaha tiba pada pernyataan baru yang merupakan
kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah di ketahui yang nanti akan diturunkan
kesimpulan. Penyelidikan logika tidak dilakukan dengan sembarang berpikir. Logika berpikir
dipandang dari sudut ketepatannya. Suatu pemikiran logika akan disebut tepat jika pemikiran
sesuai dengan hukum-hukum serta aturan yang sudah ditetapkan dalam logika.
Ruang Lingkup Filsafat
Seperti halnya pengetahuan, maka filsafat pun dapat ditentukan ruang lingkupnya yang
dipilahkan dalam dua objek yaitu, objek material (lapangan) dan objek forrnalnva (sudut
pandangnya). Objek material filsafat ialah segala sesuatu yang diperrnasalaltkan oleh filsafat.
[1]Isi filsafat ditentukan oleh objek yang dipikirkan. Objek adalah sesuatu yang menjadi
bahan dari kajian dari suatu penalaahan atau penelitian tentang pengetahuan. Dan setiap ilmu
pengetahuan pasti mempunyai objek, baik objek yang bersifat materiil maupun objek formal.
Objek Materil
Adapun mengenai objek formal filsafat, adalah bersifat non-fragmentaris, karena filsafat
mencari pengertian realita secara luas dan mendalam. Sebagai konsekuensi pemikiran ini,
maka okjek formal filsafat adalah seluruh pengalaman manusia antara lain: etika, estetika,
teknik, ekonorni, sosial, budava, religius dan lain-lain. Dalam hal ini pemikiran filsafat
menuntut bahwa seorang ahli filsafat adalah seorang pribadi yang berkembang secara
harmonis dan memiliki pengalaman secara authentik yang diperoleh dari dunia realita. Objek
materiil ini adalah suatu penyelidikan, pemikiran atau penelitian keilmuan. Objek material
filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah disusun
secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat dipertanggung jawabkan
14
15. kebenarannya secara umum. Menurut Poedjawijatna, objek materiil filsafat meliputi segala
sesuatu dari keseluruhan ilmu yang menyelidiki sesuatu. Objek materiil mencakup segala
sesuatu yang ada dan mungkin ada, baik materiil konkret, fisik. Sedangkan objek nonmateriil
meliputi hal-hal yang abstrak, dan psikis, termasuk juga abstrak logis, konsepsional, spiritual,
nilai-nilai dan lain-lain. Jadi, dengan melihat dari beberapa pendapat mengenai objek filsafat
ini dapat dipahami bahwa objek filsafat meliputi berbagai hal, dengan kata lain, objek filsafat
materiil ini tak terbatas, Objek filsafat ini tak terbatas, Burhanudin Salam, bahwa lapangan
kerja filsafat itu bukan main luasnya yaitu meliputi segala pengetahuan manusia serta segala
sesuatu apa saja yang ingin diketahui manusia. [2]Baik hal-hal yang fisik atau tampak
maupun yang psikis atau yang tidak tampak. Hal-hal yang fisik adalah segala sesuatu yang
ada baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan.
Sedangkan hal-hal yang psikis atau nonfisik adalah masalah Tuhan, kepercayaan, norma-
norma, nilai, keyakinan,dan lainnya. Suatu objek materiil, baik yang materiil dan lebih-lebih
yang nonmateriil sebenarnya merupakan suatu substansi yang tidak begitu mudah untuk
diketahui. Karena didalamnya terkandung segi-segi kuantitatif berganda, berjenis-jenis dan
kualitatif bertingkat-tingkat dari yang konkret ke tingkat abstrak. Sebagai contoh objek
materiilnya adalah 'manusia', dari segi kuantitatif meliputi banyak jenis menurut ras, suku,
ciri khas, dan individualitasnya yang selanjutnya menjadi kompleks dalam setiap perilaku
hidupnya. Contoh tersebut menunjukkan bahwa objek materiil memiliki segi yang jumlahnya
tak terhitung. Sedangkan kemampuan akal fikir manusia bersifat terbatas. Oleh karena itu,
dalam rangka memperoleh pengetahuan yang benar, dan pasti mengenai suatu objek maka
perlu dilakukan pembatasan-pembatasan jenis objek, dan selanjutnya titik pandang artinya
dari segi mana objek materiil itu diselidiki.
Objek Formal
Objek yang satu ini (objek formal) lebih kepada sifat penelitian yaitu penyelidikan yang
mendalam. Mendalam dalam hal ini berarti ingin mengetahui mengenai objek yang tak
empiris. Menurut Lasiyo dan Yuwono, objek formal adalah sudut pandang yang menyeluruh,
umum, sehingga dapat mencapai hakikat dari objek materiilnya[1]. Objek fromal ini ingin
membahas tentang objek materiil dari suatu objek sampai ke hakikatnya atau keindahan
(esensi) yang dibahas. Objek formal merupakan sudut pandang atau cara memandang
terhadap objek materiil, termasuk prinsip-prinsip yang digunakan, dalam artian objek formal
15
16. filsafat bersifat mengasaskan atau berprinsip maka filsafat itu mengonstatir prinsip-prinsip
kebenaran dan ketidak-benaran. Jadi objek formal filsafat itu bersifat mengasaskan atau
berprinsip dan oleh karena mengasas, maka filsatat itu mengongstruksi serta menemukan
prinsip-prinsip kebenaran
Kesimpulan
Filsafat Ilmu adalah studi gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang beraneka macam
yang ditunjukan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu
Filsafat Ilmu sangat penting bagi seorang mahasiswa karena untuk membiasakan diri
bersikap kritis,logis dan rasional.
Filsafat Ilmu bermanfaat untuk menjelaskan keberadaan manusia didalam mengembangkan
ilmu.
Saran
Kita sebagai mahasiswa penting sekali untuk mempelajari filsafat ilmu, karena dengan
mempelajari filsafat ilmu mahasiswa dapat mengembangkan sifat toleransi, membiasakan diri
untuk bersikap logis-rasional opini & argumentasi, serta mampu bersikap kritis. Mahasiswa
dituntut untuk tidak hanya pandai dalam teori saja, melainkan harus bisa mempraktekkan apa
yang sudah di pelajari.
16
18. A. Pengertian Filsafat Ilmu
Istilah filsafat ilmu bisa ditinjau dari dua segi, semantik (bahasa) dan praktik.
Berdasarkan segi bahasa, perkataan filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari
bahasa Yunani, philosophia mempunyai dua kata dasar, yaitu philos yang berarti cinta, suka
(loving) dan Sophia yang berarti pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi philosophia berarti
cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada pengetahuan. Dari segi praktis filsafat berarti
alam pikiran atau alam berfikir. Berfilsafat artinya berfikir. Namun tidak semua berfikir
adalah berfilsafat. Berfilsafat maknanya berfikir dengan sungguh-sungguh. Sedangkan ilmu,
merupakan cabang pengetahuan yang memiliki ciri-ciri tertentu. Meskipun secara
metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial, namun
karena permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilmu ini sering
dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial.
Ilmu memang berbeda dari pengetahuan-pengetahuan secara filsafat, namun tidak
terdapat perbedaan yang prinsipil antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, di mana
keduanya mempunyai ciri-ciri keilmuan yang sama. Filsatat ilmu merupakan telaah secara
filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat dari ilmu.
B. Sejarah Filsafat Ilmu
Filsafat muncul sejak manusia mulai memikirkan dan berdiskusi akan keadaan alam,
dunia dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan kepada agama untuk
mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Sejarah mencatat, filsafat terindikasi
pertama dipakai oleh orang-orang Yunani kuno. Oleh karenanya, setiap berbicara tentang
sejarah filsafat nama Yunani kuno tidak dapat dipisahkan darinya.
Yunani kuno merupakan tempat dimana filsafat dikenal dan dikembangkan. Dari
daerah tersebut lahir pakar-pakar filsafat yang masyhur sampai abad ini, sebut saja Socrates,
Plato, Aristoteles dan lain-lain. Hal tersebut pula yang menjadikan Yunani sebagai kiblat
ilmu pengetahuan sampai sebelum abad pertengahan, bahkan menjadi inspirasi bagi masa
keemasan Islam. Secara umum karakteristik filsafat Yunani kuno adalah rasionalisme, yaitu
suatu pemahaman tentang sebuah pengetahuan yang lebih mengutamakan akal (logika).
Dengan meninggalkan kepercayaan pada tahayyul yang cenderung irrasional dan beralih pada
paradigma rasional, ilmu pengetahuan dapat berkembang dengan pesat.
18
19. Setelah masa keemasan tersebut, sejarah filsafat mencatat abad kegelapan filsafat
yang terjadi pada abad pertengahan (400 M – 1500 M). Pada rentang waktu tersebut, filsafat
cenderung digunakan hanya sebagai alat justifikasi atau pembenaran terhadap ajaran agama.
Sejauh filsafat dapat melayani ideologi agama, maka filsafat akan diterima, namun
sebaliknya apabila filsafat tidak dapat melayani ideologi agama dan bertentangan dengan
ajaran gereja, maka akan ditolak. Pada masa tersebut kebebasan berfikir logis mulai terbatasi,
yang berakibat pada keterpurukan filsafat.
Masa kegelapan filsafat pada abad petengahan (400 M – 1500 M) tersebut hanya
terjadi di dunia barat. Sebaliknya, di timur (Islam) sedang gencar-gencarnya mempelajari
filsafat yang berujung pada masa kejayaan Islam. Peradaban Islam mengalami perkembangan
pesat yang disebabkan kemauan mereka mempelajari filsafat barat. Mereka secara besar-
besaran menerjemahkan karya filsafat barat dan berbagai temuan ilmiah lainnya untuk
dipelajari. Namun sayangnya, masa keemasan Islam itu juga secara berangsur-angsur mulai
runtuh, meskipun mampu menggugah dunia Barat untuk kemudian bangkit kembali
(Renaisance).
Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa itu sudah berlangsung sejak abad 12 M
tersebut menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaissance) peradaban Yunani di
Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah
melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali ke
dalam bahasa latin. Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani
Klasik (renaissance) pada abad ke-14 M, rasionalisme pada abad ke-17, dan pencerahan
(aufklarung) pada abad ke-18 M.
Salah satu ciri khas masa khas Renaissance dan Humanisme dunia Barat sejak abad
ke-15 ialah menonjolnya manusia sebagai pribadi perseorangan dan sebagai yang berkuasa.
Ciri itu antara lain menampakkan diri dalam bidang seni, politik, filsafat, agama maupun
dalam gerakan-gerakan melawan agama, ilmu pengetahuan, dan teknik. Refleksi teoretis
yang bersifat falsafi dan yang menghasilkan suatu filsafat ilmu pengetahuan baru menyusul
beberapa waktu sesudah ilmu-ilmu modern itu lepas landas.
C. Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu
19
20. Secara umum, sejarah perkembangan filsafat ilmu berdasarkan periodeisasi dapat
dikelompokkan ke dalam empat periode. Periode pertama terjadi pada zaman yunani kuno,
periode kedua terjadi pada abab pertengahan dimana menjadi abad kegelapan bagi dunia
Barat namun menjadi abad kejayaan dunia Islam, periode ketiga menjadi masa dimana terjadi
kebangkitan kembali (Renaisance) dan zaman modern, serta periode keempat yang disebut
sebagai zaman kontemporer. Perkembangan sampai dengan abad ke 19 (periode ketiga)
secara lebih dalam akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Zaman Yunani Kuno
Zaman Yunani Kuno di pandang sebagai zaman keemasan Filsafat, karena pada masa
ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Yunani pada
masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, Karena bangsa Yunani pada masa ini
tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima
pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja),
melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki
sesuatu secara kritis). Sikap belakangan inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu
pengetahuan modern.
Sikap kritis inilah yang menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir-ahli pikir
terkenal sepanjang masa. Beberapa tokoh yang terkenal pada masa ini antara lain: Thales,
Sokrates, Leucippus, Plato, Aritoteles.
- Thales (624 - 548 SM)
Ia mempersoalkan asal alam semesta (Arkhe). Menurut Thales asal alam semesta itu
adalah air. Ada tiga alasan munculnya persoalan tentang asal alam semesta ini. Pertama, sejak
Thales mempersoalkan asal alam semesta, maka persoalan tersebut merupakan suatu
pertanyaan yang terus menerus dipersoalkan, dan dipandang sebagai persoalan abadi
(perennial problems), yang disebut pula sebagai pertanyaan yang signifikan (a significant
question). Kedua, pertanyaan yang diajukan Thales tersebut menimbulkan suatu konsep baru,
yaitu “suatu hal tidak begitu saja ada, melainkan terjadi dari sesuatu”. Bertitik tolak dari sini
timbul suatu konsep tentang perkembangan, suatu evolusi, genesis. Ketiga, pertanyaan
demikian hanya timbul dalam pemikiran kalangan tertentu, bukan masyarakat awam,
melainkan masyarakat inyelektual yang berfikir lebih maju.
- Sokrates (470 – 399 SM)
20
21. Ia tidak pernah meninggalkan tulisan, namun pemikirannya dikenal melalui dialog-
dialog yang ditulis oleh muridnya Plato. Metode Sokrates dikenal sebagai Maiutike Tekhne
(ilmu kebidanan), yaitu suatu metode dialektika untuk melahirkan kebenaran. Sokrates selalu
mendatangi orang yang dia pandang memiliki otoritas keilmuan dalam bidangnya untuk
diajak berdiskusi tentang pengertian-pengertian tertentu.
- Democritus (460 – 370 SM)
Ia dikenal sebagai Bapak Atom pertama, karena Democritus inilah yang
memperkenalkan konsep atom. Iamenjelaskan bahwa alam semesta ini sesungguhnya terdiri
atas atom-atom. Atom adalah materi kecil, yang tidak dapat dibagi lagi. Bentuk atom itu
bermacam-macam, dan benda-benda it uterus menerus bergerak tanpa ketentuan. Gerakitu
menimbulkan benturan, sehingga terjadi pusaran-pusaran pergerakan seperti gerak pusaran
air. Berdasarkan pusaran tersebut, maka terjemalah beraneka ragam benda. Di luar benda-
benda tiada sesuatu, kecuali kehampaan.
- Plato (427 – 347 SM)
Plato bertitik tolak dari polemik antara Parmenides dengan Heraklitos. Parmenides
menganggap bahwa reilitas itu berasal dari hal Satu (the One), yang tetap, tidak berubah;
sedangkan Heraklitos bertitiktolak dari hal Banyak (the Many), yang selalu berubah.plato
memadukan kedua pandangan tersebut dan menyatakan, bahwa disamping hal-hal
beranekaragam dan yang dikuasia gerak serta perubahan-perubahan itu sebagaimana yang
diyakini oleh Heraklitos tentu ada yang tetap, yang tidak berubah sebagaimana yang diyakini
oleh Parmenides. Plato menunjukkan bahwa yang serba berubah itu dikenal oleh pengamatan,
sedangkan yang tidak berubah dikenal oleh akal.
Pemikiran metafisika Plato terarah pada pembahasan mengenai Being (hal ada) dan
becoming (menjadi). Plato adalah filsuf yang pertama kali membangkitkan persoalan Being
dan mempertentangkannya denga becoming. Plato menemukan bahwa “becoming (hal
menjadi) yakni dunia yang berubah tidak memuaskan atau tidak memadai sebagai objek
pengetahuan; karena bagi Plato setiap bentuk pengetahuan bersesuaian dengan suatu jenis
objek.
Tujuan utama filsafat menurut plato adalah penyelidikan pada entitas, seperti apa
yang dimaksudkan dengan keadilan, kecantiakn, cinta hasrat, kesamaan, kesatuan.
- Aristoteles (384 – 322SM)
21
22. Aristoteles adalah murid Plato dan penasihat serta guru Iskandar Agung. Ia
meneruskan sekaligus menolak pandangan Plato. Ajaran Aristoteles paling tidak dapat
diklasifikasi kedalam tiga bidang, yaitu: metafisika, logika dan biologi.
1) Metafisika
Pandangan Aristoteles tentang metafisika berbeda dengan pandangan Plato. Ia
menolakpandangan Plato tentang ide-ide. Aristoteles lebih mendasarkan filsfatnya pada
realitas itu sendiri. Kenyataan bagi Aristoteles adalah konkret ini dan itu. Ide umum seperti :
“manusia”,, “pohon”, dan lain-lain. Seperti yang dikatakan Plato tidak terdapat dalam
kenyataan konkret. White menunjukkan beberapa istilah yang sering digunakan oleh
Aristoteles untuk membahas tentang realitas yang azali, dengan sepuluh nama yang berbeda
seperti: “pengetahuan yang kita cari”, “kebijaksanaan”, “pengetahuan tentang sebab”, “studi
tentang hal ada sebagai ada”, “studi tentang Ousia”, studi tentang hal abadi dan hal yang
tidak dapat digerakkan, “theologi”.
2) Logika
Aristoteles menyusun buku tentang logika untuk menjelaskan cara menarik
kesimpulan (inference) secara valid. Logika Aristoteles didasarkan pada susunan pikir
(syllogisme). Pada dasarnya syllogism itu terdiri dari tiga pernyataan, yaitu: Pertama, premis
mayor sebagai pernyataan pertama yang mengemukakan hal umum yang telah diakui
kebenarannya. Kedua, premis minor sebagaipernyataan kedua yang bersifat khusus dan lebih
kecil lingkupnya dari pada premis mayor. Ketiga, kesimpulan atau konklusi (conclusion)
yang tertari berdasarkan kedua premis tersebut di atas. Dengan demikian silogisme
merupakan suatu bentuk jalan yang bersifat deduktif, yang kebenarannya bersifat pasti.
3) Biologi
Aristoteles tidak hanya dikenal sebagai filsuf, tetapi juga adalah seorang ilmuan
kenamaan pada zamannya. Salah satu bidang ilmu yang banyak mendapat perhatiannya
adalah biologi. Dalam embriologi, ia melakukan pengamatan (observasi) perkembangan telur
sampai terbentuknya kepala ayam. Ia juga melakukan pemerikasaan anatomi badan hewan,
dan lain sebagainya. Aristoteles mementingkan aspek pengamatan sebagai suatu sarana untuk
membuktikan kebenaran sesuatu hal, terutama dalam ilmu-ilmu empirik.
2. Abad Pertengahan
22
23. Membahas sejarah filsafat tidak bisa dilakukan tanpa membahas perkembangan
filsafat dalam peradaban Islam. Hal ini jelas sebab kaum Musliminlah yang menyelamatkan
warisan filsafat Yunani selain mengembankan filsafat mereka sendiri ketika peradaban Barat
jatuh dalam kubangan Abad Kegelapan. Sejarawan filsafat Islam, Majid Fakhry,
menyebutkan bahwa momentum perkembangan filsafat Islam terjadi di masa kekuasaan
Dinasti Abbasiyah, yakni abad ke 3 Hijriyah. Kemunculan itu ditandai dengan kiprah filsuf
Arab pertama, al-Kinid pada tahun 866 M. Pada tahun-tahun ini, di Eropa, justru sudah lupa
pada warisan Yunani.
Sebagai penyelamat tradisi filsafat Yunani, para filsuf Islam kerap dianggap hanya
“terjemahan” filsuf Yunani, tidak punya gagasan sendiri. Anggapan meremehkan ini
misalnya dianut oleh Ernest Renan (1823 – 1892 M) dan Pierre Duhem (1861 – 1916 M).
Anggapan seperti ini membuat filsafat Islam dianggap tidak penting dan hanya dikaji dalam
konteks sejarah filsafat saja. Kontennya tidak banyak dieksplorasi.
Meski berkembang bersamaan dengan masuknya filsafat Yunani ke dunia Islam,
filsafat Islam memiliki keunikannya sendiri. Menurut Oliver Leaman, pemikiran fiosofis
tumbuh dalam tubuh umat Islam secara alami dalam usaha mereka memahami petunjuk al-
Qur’an dan Sunnah, bukan buah dari penerjemahan teks-teks Yunani. Lebih jauh lagi,
Leaman menyatakan bahwa para filsuf Muslim berhasil menyelesaikan persoalan-persoalan
filsafat yang menjadi perdebatan di kalangan filsuf Yunani sendiri. Keunikan filsafat Islam
juga bisa dilihat pada filsafat pengetahuan atau epistemologinya.
- Manusia Bisa Mengetahui
Mungkinnya ilmu diperoleh adalah salah satu diskursus penting dalam filsafat ilmu
Islam klasik. Hal itu disebabkan karena dalam sejarahnya, umat Islam pernah dihadapkan
pada tantangan pemikiran kaum sofis yang menafikan ilmu pengetahuan. Mereka adalah
pewaris ajaran skeptisisme relativisme dari filsafat Yunani. Ulama Islam menyebut mereka
kaum shufastaiyyah. Ibnul Jauzi menyebutkan bahwa mereka meyakini segala esuatu (al-
asya’) itu tidak memiliki hakikat yang tetap. Implikasi dari keyakinan ini adalah bahwa
seseorang tidak bisa memiliki imu atas sesautu sebab hakikatnya selalu berubah. Apabila
hakikat sesuatu terus berubah maka kita tidak akan mungkin mengetahuinya sebab syarat
ilmu adalah mengetahui sesuatu sebagaimana adanya. Maka perubahan hakikat akan
23
24. membatalkan ilmu. Pendirian ini, bertentangan kepada defenisi ilmu yang telah disebutkan di
atas.
Kaum sufastaiyyun mendapatkan perhatian khusus dari banyak ulama. Imam Ibnul
‘Arabi di dalam karyanya al-‘Awasim min al-Qawasim berbicara tentang kaum shufasta ini .;
Selelompok orang berkata bahwa kita tidak bisa memahami ataupun mengetahui. Manusia
hanya berhayal mengetahui sesuatu. Tidak ada jaminan kebenaran bagi simpulannya.
Kelompok ini menurut Ibnul Arabi harus kita jauhi sebab akan berakibat pada rusaknya
iman. Ibnul Arabi menegaskan bahwa hakikat sesuatu itu tetap, meskipun mungkin
suwar/bentuknya berubah-ubah. Jadi misalnya perubahan manusia dari muda menjadi tua,
atau dari keadaan diam menjadi bicara, bukanlah perubahan hakikat, melainkan perubahan
bentuk saja. Perubahan itu disebabkan gerak dan waktu. Sedangakn hakikat manusia tetap.
Sehingga kita tetap bisa mengetahui manusia.
Kemungkian manusia untuk mencapai ilmu bahkan dimasukan di dalam teks pokok
akidah Islam. Kasus ini bisa dilihat pada karya teolog Maturidiy, Imam an-Nasafi. Di dalam
buku akidah yang ditulisnya, al-Aqaid an-Nasafiyah, beliau menegaskan pada pembukannya
bahwa posisi ahlul haq adalah meyakini bahwa manusia mungkin mengetahui sebab hakikat
sesuatu itu tetap. Menjelaskan pernyataan ini at-Taftazani mengemukakan tiga keberatak
kamu Shopis pada masanya terhadap kepastian ilmu yakni ; pertama, apabila ilmu dianggap
adalah hasil dari indra (al-hissiyat) maka indra bisa saja salah. Kedua, apabila ilmu dianggap
sebagai hasil dari persepsi yang segera kita ketahui (al-badihi) maka bisa saja setiap orang
akan memiliki persepsi yang berbeda tentang sesuatu. Ketiga, ilmu bisa diperoleh dengan
penalaran rasional melalui silogisme. Tapi hal ini juga tidak mungkin menurut mereka sebab
premis-premis yang berbeda di antara orang-orang juga akan mengahsilkan simpulan yang
beragam. Olehnya ilmu yang pasti terhadap sesuatu, yang benar-benar disepakati tidak
mungkin terjadi.
Imam at-Taftazani menjawabnya sebagai berikut ; pertama, kesalahan yang muncul
dari pancaindra terjadi karena adanya alasan tertentu atau penyebab tertentu. Apabila sebab
itu hilang, maka indra akan kembali berfungsi baik. Olehnya, kesalahan indra pada saat
adanya sebab tertentu tersebut, tidak bisa menafikan kemungkinan indra untuk benar pada
saat tidak adanya penghalang/penyebab ia malfungsi. Kedua, keslahan persepsi tentang
sesuatu secara badihi terjdi karena kurangnya pengenalan seorang tersebut terhadap subjek,
atau karena terjadi kesukaran sehingga ia susah membentuk persepsi yang benar dalam
24
25. pikirannya. Olehnya hal ini tidak bisa menajdi alasan menafikan kemungkinan mampunya
seseorang untuk membentuk persepsi yang benar tentang sesuatu dalam pikirannya bila ia
terbebas dari halangan-halangan tadi. Ketiga bila ada yang salah dalam penyimpulan
silogisme karena salah membentuk premis, maka itu tidak menafikan kemungkinan orang
lain yang premisnya benar untuk sampai pada simpulan silogisme yang benar.
3. Zaman Renaisans dan Modern
Micheler, adalah sejarawan yang menggunakan istilah renaisans pertama kali. Kata
renaisans ini biasanya dipake untuk mengungkapkan berbagai periode kebangkitan
intelektual, khususnya di Eropa pasca-abad kegelapan filsafat yang menyelimuti mereka pada
abad pertengahan (400 M – 1500 ). Agak sulit menentukan garis batas yang jelas antara abad
pertengahan, zaman renaisans dan zaman modern. Sementara orang menganggap bahwa
zaman modern hanyalah perluasan dari zaman renaisans.
Renaisans adalah periode perkembangan peradaban yang mulai muncul setelah abad
pertengahan. Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan
yang mengandung arti pbagi perkembangan ilmu. Ciri utama renaisans yaitu humanisme,
individualisme, sekularisme, empirisme dan rasionalisme. Sebab yang menimbulkan adanya
renaisans ini adalah pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas eropa yang sudah berlangsung
sejak abad e-12 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah melalui
terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian diterjemahkan kembali ke dalam
bahasa latin.
Walaupun pada akhirnya Islam terusir dari Eropa (Spayol) dengan cara yang cukup
kejam, tetapi ia telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan
tersebut adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani Klasik (Renaisance) pada abad ke-
14 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan pencerahan (aufklarung) pada abad ke-18 M.
Mulai saat itulah ilmu pengetahuan semakin berkembang dengan pesat hingga sekarang.
D. Perkembangan Pemikiran Abad Pertengahan Filsafat Ilmu
25
26. Perkembangan pemikiran abad pertengahan Filsafat ilmu itu dapat juga disebut dengan
perkembangan Filsafat ilmu di zaman Islam. Sebelum di uaraikan sejarah dan perkembangan
ilmu dalam Islam, ada baiknya diuraikan sedikit tentang pandangan Islam terhadap ilmu. Hal
ini penting untuk diketahui karena menjadi landasan bagi pengembangan ilmu di sepanjang
sejarah kehidupan umat Islam.
Sejak awal kelahirannya, Islam sudah memberikan penghargaan yang begitu besar
kepada ilmu. Sebagaimana sudah diketahui, bahwa Muhhammad saw ketika diutus oleh
Allah sebagai Rasul, hidup dalam masyarakat yang terbelakang dimana paganism tumbuh
menjadi sebuah identitas yang melekat pada masyarakat Arab pada masa itu. Kemudian Islam
datang menawarkan cahaya penerang yang mengubah masyarakat Arab jahiliyyah menjadi
masyarakat yang berilmu dan beradab.
Kalau dilacak akar sejarahnya, pandangan Islam tentang pentingnya ilmu tumbuh
bersamaan dengan munculnya Islam itu sendiri. Ketika rasulullah menerima wahyu yang
pertama yang mula-mula diperintahkan kepadanya adalah “membaca”. Dengan demikian, al-
Qur'an dan hadis menjadi sumber ilmu yang dikembangkan oleh umat Islam dalam spectrum
yang seluas-luasnya. Selanjutnya kita akan masuk kedalam inti pembahasan, yaitu tentang
sejarah dan perkembangan ilmu dalam Islam. Untuk memudahkan pemahaman kita penulis
mencoba membagi sejarah perkembangan ilmu dalam Islam dalam beberapa zaman, seperti
uraian berikut:
1. Penyampaian Ilmu Dalam Filsafat Yunani Ke Dunia Islam
Pengalihan pengetahuan ilmiah dan Filsafat Yunani ke dunia Islam, dan penyerapan serta
pengintegrasian pengetahuan itu oleh umat Islam, merupakan sebuah catatan sejarah yang
unik. Dalam sejarah peradaban manusia, amat jarang ditemukan suatu kebudayaan asing
dapat diterima sedemikian rupa oleh kebuadaan lain, yang kemudian menjadikannya landasan
bagi perkembangan intelektual dan pemahaman filosofisnya.
Dalam perjalanan ilmu dan juga Filsafat di dunia Islam, pada dasarnya terdapat
rekonsiliasi dalam arti mendekatkan dan mempertemukan dua pandangan yang berbeda,
bahkan sering kali ekstrim antara pandangan Filsafat Yunani, seperti Filsafat Plato dan
Aristoteles, dengan pandangan keagamaan dalam Islam yang sering kali menimbulkan
benturan-benturan. Sebagai contoh konkret dapat disebutkan bahwa Plato dan Aristoteles
telah memberikan pengaruh yang besar pada mazhab-mazhab Islam, khususnya mazhab
eklektisisme. Al- FArabi dalam hal ini memiliki sikap yang jelas krena ia percaya pada
26
27. kesatuan Filsafat dan bahwa tokoh-tokoh Filsafat harus bersepakat diantara mereka sepanjang
yang menjadi tujuan mereka adalah kebenaran. Bahkan bisa dikatakan bahwa para filosof
muslim mulai dari al-Kindi sampai Ibnu Rusyd terlibat dalam upaya rekonsiliasi tersebut,
dengan cara mengemukakan pandangan-pandangan yang relative baru dan menarik. Usaha-
usaha mereka pada gilirannya menjadi alat dalam penyebaran Filsafat dan penetrasinya ke
dalam studi-studi keislaman lainnya, dan tak diragukan lagi, upaya-upaya rekonsiliasi oleh
para filosof muslim ini menghasilkan afinitas dan ikatan yang kuat antara Filsafat Arab dan
Filsafat Yunani.
Selanjutnya, ketika berbicara tentang proses penyampaian ilmu dan Filsafat Yunani ke
dunia Islam, kita harus melihat sisi lain yang juga menunjang keberhasilan Islam dalam
menemukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Sisi lain itu adalah aktivitas
penerjemahan. Menurut C. A. Qadir yang dikutip oleh Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A. dalam
bukunya Filsafat Ilmu, proses penerjemehan dan penafsiran buku-buku Yunani di negri-negri
Arab di mulai jauh sebelum lahirnya agama Islam atau penaklukkan Timur Dekat oleh bagsa
Arab pada tahun 614M. Jauh sebelum umat Islam dapat menaklukkan daerah-daerah di Tmur
Dekat, pada saat itu Suriah merupakan tempat bertemunya dua kekuasaan dunia, Romawi dan
Persia. Atas dasar itu bangsa Suriah disebut-sebut memainkan peranan yang sangat penting
dalam penyebaran budaya Yunani ke Timur dan Barat. Dikalangan umat Kristen di Suriah,
terutama kaum Nestorian, ilmu pengetahuan Yunani dipelajari dan disebarluaskan melalui
sekolah-sekolah mereka. Walaupun tujuan uatama mereka adalah menyebarluaskan
pengetahuan injil, namun pengetahuan ilmiah seperti ilmu kedokteran banyak diminati oleh
pelajar.
Selain itu pada masa ini juga didapati pusat-pusat ilmu pengetahuan seperti Ariokh,
Ephesus, dan Iskandariyah di aman buku-buku Yunani Purba masih dibaca dan
diterjemahkan dalam berbagai bahasa.
2. Perkembangan ilmu pada masa Islam klasik
Sebagaimana telah disinggung diatas bahwa pentingnya ilmu pengetahuan sangat
ditekankan oleh Islam sejak awal, mulai masa Nabi sampai dengan Khulafaurrasyidin,
pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan berjalan dengan pesat seiring dengan
tantangan zaman.
Selanjutnya, seperti yang dikutip oleh Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A., dari buku Kaki
Langit Peradaban Islam karya Nurcholis Madjid, dikatakan bahwa satu hal yang patut dicatat
27
28. dalam kaitannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan adalah peristiwa Fitnah Kubra,
yang ternyata tidak hanya membawa konsekuensi, tetapi ternyata juga membawa perubahan
besar bagi pertumbuhan dan perkembangan ilmu di dunia Islam. Pasca terjadinya Fitnatul
Kubra muncul berbagai golongan yang berkembang kaarena alasan-alasan politis. Namun di
luar konlik yang muncul saat itu, sejarah mencatat dua tokoh besar yang tidak ikut terlibat
dalam perdebatan teologis yang cenderung mengkafirkan satu sama lain, tetapi justru
mencurahkan perhatiannya pada bidang ilmu agama. Kedua tokoh itu adalah Abdullah bin
Umar dan Abdullah bin Abbas. Yang pertama mencurahkan perhatianya pada ilmu hadis,
sementara yang disebut belakangan lebih berkonsentrasi pada ilmu tafsir. Kedua tokoh
tersebut sering dianggap sebagai pelopor tumbuhnya institusi keulamaan dalam Islam.
Sekaligus berarti pelopor kajian mendalam dan sistematis dalam bidang ilmu agama Islam.
Tahap penting berikutnya dalam proses perkembangan dari tradisi keilmuan Islam adalah
masuknya unsur-unsur dari luar ke dalam Islam, khusunya unsur-unsur budaya Perso-Semitik
dan budaya Hellenisme. Yang disebut belakangan mempunyai pengaruh yang cukup besar
terhadap pemikiran Islam ibarat pisau bermata dua. Satu sisi ia mendukung Jabariyah (antara
lain oleh Jahm bin Safwan), sedang disisi lain ia mendukung Qadariyah (antara lain Washil
bin Atha’, tokoh dan pendiri mu’tazilah). Dari adanya pandangan yang dikotomis antara
keduanya, kemudian muncul usaha menengahi dengan menggunakan argument-argumen
Hellenisme, terutama Filsafat Aristoteles. Sikap menengahi itu terutama dilakukan oleh Abu
Hasan Al- Asy’ari dan al Maturidi yang juga menggunakan unsur Hellenisme.
Berdasarakan uraian di atas dapat ditarik hipotesa semntara bahwa pada masa awal Islam
pengaruh Hellenisme dan juga Filsafat Yunani terhadap tradisi keilmuan Islam sudah
sedemikian kental, sehingga pada saat selanjutnya pengaruh itupun terus mewarnai
perkembangan ilmu pada masa-masa berikutnya.
3. Perkembangan Ilmu Pada Masa Kejayaan Islam
Pada masa kejayaan kekuasaan Islam, khusunya pada masa pemerintahan Dinasti
Umayah dan Dinasti Abbasiyah, ilmu berkembang sangat maju dan pesat. Kemajuan ini
membawa Islam pada masa keemasannya, dimana pada saat yang sama wilayah-wilayah
yang jauh dari kekuasaan Islam masih berada pada masa kegelapan peradaban (dark age).
Dalam sejarah Islam, kita mengenal nama-nama seperti al-Mansur, Al-Ma’mun, dan
Harun Al-Rasyid, yang memberikan perhatian yang sangat besar terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan di dunia Islam. Pada masa pemerintahan al-Mansur misalnya, proses
28
29. penerjemahan karya-karya filosof Yunani kedalam bahasa Arab berjalan dengan pesat.
Dikabarkan bahwa al-Mansur telah memerintahkan penerjemahan naskah-naskah Yunani
mengenai Filsafat dan ilmu, dengan memberikan imbalan yang besar kepada para ahli bahasa
(penerjemah). Pada masa Harun Al-Rasyid (786-809) proses penerjemahan itu juga masih
terus berlangsung. Harun memerntahkan Yuhana (Yahya) Ibn Musawayh, seorang dokter
istana, untuk menerjemahkan buku-buku kuno mengenai kedokteran. Di masa itu juga
diterjemahkan karya-karya dalam bidang astronomi, seperti Siddhanta; sebuah risalah India
yang diterjemahkan oleh Muhammad bin Ibrahim Al-Fajari. Pada masa selanjutnya oleh Al-
Khawarizmi Siddhanta ini dibuat versi baru terjemahannya dan diberikan komentar-
komentar.
Perkembangan ilmu selanjutnya berada pada masa pemerintahan al-Makmun (813-833).
Ia adalah seorang pengikutnmu’tazilah dan seorang rasionalis yang berusaha memaksakan
pandangannya kepada rakyat melalui mekanisme Negara. Walaupun begitu, ia telah berjasa
besar dalam mengembangkan ilmu dalam dunia Islam dengan membangun baitul hikmah,
yang terdiri dari sebuah perpustakaan, sebuah observatorium, dan sebuah departemen
penerjemahan. Orang terpenting di baitul hikmah adalah Hunain, seorang murid al-
Musawayh, yang telah berjasa menerjemahkan buku-buku Plato, Aristoteles, Gelenus,
Appolonius, dan Archimides. Selanjutnya pada pertengahan abad ke 10 muncul dua
penerjemah terkemuka yaitu Yahya Ibn A’di dan Abu Ali Isa bin Ishaq bin Zera. Yahya
banyak member komentar dan memperbaiki terjemahan mengenai karya-karya Aristoteles.
Selanjutnya pada masa perkembangan ini terdapat pula tokoh-tokoh Filsafat yang
bergerak secara serius dalam kajian-kajian di luar Filsafat. Hal ini bisa difahami karena
adanya kenyataan bahwa mereka menganggap ilmu-ilmu rasional sebagai bagian Filsafat.
Atas dasar inilah mereka memperlakukan persoalan-persoalan fisika sebagaimana mereka
memperlakukan masalah-masalah yang bersifat metafisika. Salah satu bukti nyata dari hal ini
adalah kitab as-Syifa, sebuah ensiklopedi Filsafat Arab yang terbesar, yang berisi empat
bagian. Bagian I mengenai logika, bagian II tentang fisika, bagian III tentang matematika,
dan bagian IV membahas tentang metafisika. Dalam bagian fisika, Ibnu Sina memasukkan
ilmu-ilmu Psikologi, zoology, geologi, dan botani, dan pada matematika, ia membahas
geometri, ilmu hitung, astronomi, dan musik.
Selain adanya perkembangan ilmu yang dapat dikategorikan ke dalam bidang eksakta,
matematika, fisika, kimia, geometri, dan lain sebagainya, sejarah juga mencatat kemajuan
29
30. ilmu-ilmu keislaman, baik dalam bidang tafsir, hadis, fiqih, ushul fiqih, dan disiplin ilmu
keislaman lainnya.
E. Perkembangan Masa Renaissance Filsafat Ilmu
Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang
mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Zaman ini juga merupakan penyempurnaan
kesenian, keahlian, dan ilmu pengetahuan yang diwujudkan dalam diri jenius serba bisa,
Leonaro da Vinci. Penemuan mesin percetakan dan ditemukannya benua baru oleh Colombus
memberikan dorongan lebih keras untuk meraih kemajuan ilmu. Kelahiran kembali sastra di
Inggris, Perancis dan Spanyol diwakili Shakespeare, Spencer, Rabelais, dan Ronsard. Adanya
penemuan ahli perbintangan seperti Copernicus dan Galileo menjadi dasar bagi munculnya
astronomi modern yang merupakan titik balik dalam pemikiran ilmu dan Filsafat.
Teori Copernicus yang mengemukakan bahwa matahari berada dipusat jagad raya yang
biasa disebut dengan teori Heliosentrisme, melahirkan revolusi pemikiran tentang alam
semesta, terutama astronomi. Bacon adalah pemikir yang seolah-olah meloncat keluar dari
zamannya dengan melihat perintis Filsafat ilmu. Ucapan Bacon yang terkenal adalah
Knowledge is power (pengetahuan adalah kekuasaan).
F. Perkembangan Masa Modern Filsafat Ilmu
Setelah Galileo, Fermat, Pascal, dan Keppler berhasil mengembangkan penemuan
mereka dalam ilmu, maka pengetahuan yang terpencar-pencar itu jatuh ke tangan dua sarjana,
yang dalam ilmu modern memegang peran yang sangat penting. Mereka adalah Issac Newton
dan Leinbiz. Di tangan dua orang sarjana inilah sejarah ilmu modern dimulai.
Dimasa ini terjadi perkembangan ilmu kimia yang sangat pesat. Selain itu banyak
ditemukan mesin-mesin tanpa ada dasar ilmunya melainkan atas dasar percobaan, misalnya
mesin uap yang kemudian mendasari kereta api, percobaan-percobaan listrik dan lain-lain.
Penemuan itu semuanya yang melandasi terjadinya revolusi industry terutama di Inggris yang
kemudian meluas ke Eropa.
Secara singkat dapat ditarik sebuah sejarah ringkas ilmu yang lahir saat itu.
Perkembangan ilmu pada abad ke 18 telah melahirkan ilmu seperti taksonomi ekonomi,
30
31. kalkulus, dan statistika. Di abad ke 19 lahir semisal pharmakologi, geofisika, geormophologi,
palaentologi, arkeologi, dan sosiologi. Abad ke 20 mengenal ilmu informasi, logika
matematika, mekanika kuantum, fisika nuklir, kimia nuklir, radiobiology, oceanografi,
antropologi budaya, psikologi dan sebagainya
Pada zaman modern Filsafat dari berbagai aliran muncul. Pada dasarnya corak
keseluruhan Filsafat modern itu mengambil warna pmikiran Filsafat sufisme Yunani, sedikit
pengecualian pada Kant. Paham-paham yang muncul garis besarnya adalah rasionalisme,
idealism, dan empirisme.
Sedangkan pada abad 20 aliran Filsafat banyak sekali sehingga sulit digolongkan, karena
makin eratnya kerjasama internasional. Namun sifat-sifat Filsafat pada abad ini lawannya
abad 19, yaitu anti positivis, pluratis, antroposentrisme, dan pembentukan subyektivitas
modern.
31
33. Sebenarnya kata ‘Ilmu’ dan ‘Pengetahuan’ yang sering kita dengar dalam satu rangkaian
sebutan, tanpa mengerti lebih detail dari masing-masing definisinya, seperti yang dipakai
dalam istilah nama lembaga ‘Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia’ (LIPI) dan sebutan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) , merupakan pleonasme yaitu
pemakaian lebih dari satu perkataan yang sama artinya dan sudah menjadi salah kaprah.
Untuk pengertian yang dicakup kata Inggris ‘science’ cukuplah disebut ‘ilmu’ saja tanpa
menyebut perkataan ‘pengetahuan’.
A. DEFINISI ILMU PENGETAHUAN DAN FILSAFAT
Untuk mendapatkan pengertian yang luas tentang ilmu pengetahuan dan tidak melebar pada
pembahasan yang tidak relevan, maka pemakalah akan membahas secara detail dengan
mengacu pada kompetensi dasar dan indikator kompetensi pada silabi yang telah ditetapkan
dosen pengampu pada bahasan sebagai berikut :
Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa arab yaitu alima – ya’lamu – ‘ilman dengan wazan fa’ala – yaf’alu –
fi’lan yang berarti mengerti, memahami benar-benar. Ilmu dalam kamus Indonesia adalah
pengetahuan suatu bidang yang disusun secara konsisten menurut metode-metode tertentu,
juga dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.
Ilmu merupakan terjemahan kata science (sain) yaitu pengetahuan yang rasional dan
didukung dengan bukti empiris. Dalam bentuk yang baku, pengetahuan ilmu itu mempunyai
paradigma dan metode tertentu. Paradigmanya disebut paradigma ilmu dan metodenya
disebut metode ilmiah. Formula utama dalam pengetahuan ilmu (science) adalah buktikan
bahwa itu rasional dan tunjukkan bukti empirisnya. Jadi pengetahuan dapat berkembang
menjadi ilmu apabila memenuhi kriteria antara lain; mempunyai obyek kajian mempunyai
metode pendekatan, dan bersifat universal.
Ilmu merupakan sistem dari dari berbagai pengetahuan yang masing-masing mengenai suatu
pengalaman tertentu yang disusun melalui sistem tertentu, sehingga menjadi suatu kesatuan,
atau merupakan suatu sistem dari pengetahuan yang masing-masing diperoleh sebagai hasil
pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memahami metode-metode tertentu yaitu
induksi (kesimpulan yang dimulai dari kasus perkasus) dan deduksi (kesimpulan yang
dimulai dari pernyataan umum).
Pengertian Pengetahuan
Ditinjau dari segi etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris, yaitu
Knowledge. Dalam Encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan
33
34. adalah kepercayaan yang benar. Sedangkan dari segi terminology menurut Sidi Gazalba
dalam kitab Sistematika Filsafat Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui atau hasil
pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan
pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik pukiran. Dengan demikian pengetahuan adalah
merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
Pengetahuan adalah suatu istilah yang digunakan untuk menuturkan apabila seseorang
mengenal tentang sesuatu. Suatu hal yang menjadi pengetahuannya adalah selalu terdiri atas
unsur yang mengetahui dan yang diketahui serta kesadaran mengenai hal yang ingin
diketahuinya itu. Oleh Karena itu pengetahuan selalu menuntut adanya subyek yang
mempunyai kesadaran untuk mengetahui tentang sesuatu dan obyek yang merupakan sesuatu
yang dihadapinya sebagai hal yang ingin diketahuinya. Jadi bisa dikatakan pengetahuan
adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami
suatu obyek yang dihadapinya, atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu obyek
tertentu.
Di sini yang menjadi sumbernya adalah hasil penyelidikan dengan pengalaman (empirik) dan
percobaan (eksperimen) yang kemudian diolah dengan pikiran. Nilai kebenarannya adalah
positif, sepanjang positifnya peralatan yang digunakan dalam penyelidikannya, yaitu indera,
pengalaman dan percobaannya, maka ilmu pengetahuan selalu siap untuk diuji lagi
kebenarannya,karenanya kebenaran ilmu pengetahuan tetap diakui sebagai benar sampai ada
pembuktian dengan bukti yang lebih kuat.
Jadi pengetahuan dapat berkembang menjadi ilmu ,apabila memenuhi criteria antara lain;
mempunyai obyek kajian, mempunyai metode pendekatan dan bersifat universal.
Pengertian Filsafat
Dalam perkembangan sejarah ilmu filsafat, antara satu ahli filsafat dengan ahli filsafat
lainnya selalu berbeda seiring banyaknya ahli filsafat itu sendiri. Pengertian filsafat dapat
ditinjau secara etimologi dan terminology.
Arti Secara Etimologi
Kata Filsafat yang dalam bahasa Arab falsafah dan bahasa inggrisnya dikenal dengan istilah
Philosophy adalah berasal dari bahasa Yunani yaitu Philosopic. Kata Philosophic terdiri dari
kata Philein yang berarti cinta (Love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom),
sehingga secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti
yang sedalam-dalamnya. Seorang filsuf adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan.
34
35. Menurut Cicero, penulis Romawi (106-43 SM) kata filsafat pertama kali digunakan oleh
Pythagoras (497 SM), sebagai reaksi terhadap orang-orang cendekiawan pada masanya yang
menamakan dirinya “ahli pengetahuan”.
Arti filsafat saat itu belum begitu jelas, kemudian pengertian filsafat itu diperjelas seperti
halnya yang banyak dipakai sekarang ini oleh para kaum sophist.
Arti secara terminology
Secara terminologi,para filsuf berbeda-beda pendapat dalam memberikan definisi, sehingga
dalam makalah ini penulis cukuplah memaparkan tiga definisi, sebagai berikut :
1). Menurut Plato Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang
asli dan murni. Plato juga mengatakan bahwa filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-
sebab dan asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada.
2. Menurut Al farabi, filsafat adalah ilmu yang menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari
segala yang ada.
3. Sedangkan menurut Sidi Gazalba, filsafat adalah system kebenaran tentang segala sesuatu
yang dipersoalkan sebagai hasil dari berpikir secara radikal, sistematis dan universal.
Karena memperhatikan berbagai batasan, tentunya masih banyak yang belum dicantumkan.
Namun dari yang terurai di atas dapatlah ditarik benang merah sebagai kesimpulan bahwa
fisafat adalah ilmu pngetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam
dengan mempergunakan akal sampai pada hakikatnya. Filsafat bukannya mempersoalkan
gejala-gejala atau fenomena, tetapi yang dicari adalah hakekat dari fenomena.
B. GENEALOGI ILMU PENGETAHUAN
Yang dimaksud genealogi ilmu pengetahuan disini adalah sejarah atau asal usul ilmu
pengetahuan. Seperti telah disinggung pada pembahasan pengertian ilmu dan pengetahuan di
atas, telah kita pahami bahwa pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau
segala perbuatan manusia untuk memahami suatu obyek yang dihadapinya, atau hasil usaha
manusia untuk memahami suatu obyek tertentu, dan yang menjadi sumbernya adalah hasil
penyelidikan dengan pengalaman (empirik) dan percobaan (eksperimen) yang kemudian
diolah dengan pikiran.
Pythagoras mengatakan bahwa pengetahuan dalam artinya yang lengkap tidak sesuai untuk
manusia. Tiap-tiap orang mengalami kesukaran-kesukaran dalam memperolehnya dan
meskipun menghabiskan seluruh umurnya, namun ia tidak mencapai tepinya, jadi
pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan kita ambil sebagian darinyatanpa mencakup
35
36. keseluruhannya. Oleh karena itu kita ini bukan ahli pngetahuan, melainkan pencari dan
pecinta pengetahuan, yaitu filosuf.
Aristoteles mengawali metafisiknya dengan pernyataan” setiap manusia dari kodratnya ingin
tahu”. Tetapi jauh sebelum Aristoteles Socrates mengatakan hal yang nampaknya
bertentangan dengan ungkapan Aristoteles tersebut, yaitu bahwa tidak ada manusia yang
mempunyai pengetahuan. Kontradiktif ini tidak perlu diperdebatkan, karena menurut Plato
filsafat dimulai dari rasa kagum. Kekaguman filosofis ini bukanlah kekaguman akan hal-hal
yang rumit, canggih atau kompleks, tetapi justru kekaguman akan sesuatu yang sederhana
dan tampaknya jelas dalam kehidupan sehari-hari. Menyatakan kekaguman dalam hal ini
adalah mempertanyakan hal-hal yang ada di hadapan kita yang dalam anggapan umum
dianggap telah diketahui. Karena itu seseorang harus tahu apa yang dicarinya dan berusaha
untuk menemukan apa yang dicari tersebut.
Walaupun demikian ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan tetap berasal dari filsafat sebagai
induk dari semua ilmu pengetahuan yang berdasarkan kekaguman atau keheranan yang
mendorong rasa ingin tahu untuk menyelidikinya, kesangsian, kesadaran dan keterbatasan.
Untuk mencapai pengetahuan, seseorang harus sadar bahwa ia ‘belum tahu’ dan karena itu ia
“ingin tahu”
Dengan uraian di atas, kita dapat melihat adanya dua macam bentuk pengetahuan yaitu
pengetahuan harian atau pengetahuan biasa (common sesnse) yang sering dianggap sebagai
pengetahuan inderawi dan pengetahuan ilmiah yaitu pengetahuan yang berdasarkan akal budi
(intelektif).
C. KEDUDUKAN ILMU PENGETAHUAN DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Kedudukan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia dapat pemakalah jelaskan dalam
tiga hal sebagai berikut :
Ilmu sebagai proses ( kegiatan penelitian)
Ilmu pengetahuan sebagai proses juga dinamakan suatu aktifitas penelitian. Ilmu secara nyata
dan khas adalah suatu aktifitas manusia yakni perbuatan melakukan sesuatu yang dilakukan
oleh manusia. Ilmu tidak hanya satu aktifitas saja, melainkan suatu rangkaian aktifitas
sehingga merupakan sebuah proses. Rangkaian aktifitas itu bersifat rasional, kognitif dan
teologis.
Ilmu pengetahuan sebagai proses artinya kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan demi
penemuan dan pemahaman dunia alami sebagaaimana adanya, bukan sebagaimana yang kita
36
37. kehendaki. Metode ilmiah yang khas dipakai dalam proses ini adalah anatis rasionalis,
obyektif, sejauh mungkin “ impersonal” dari masalah yang didasarkan pada percobaan dan
data yang dapat di amati.
Dari dua pendapat di atas, menyebabkan adanya seseorang yang melaksanakan rangkaian
aktifitas penelitian dalam bidang keilmuan, dan sekarang lazim dinamakan ilmuwan (scientis)
Ilmu sebagai prosedur (Metode ilmiah)
Untuk memperjelas pengertian ilmu sebagai aktifitas penelitian, maka harus diuraikan lebih
lanjut dan lengkap mengenai cara dan langkah menuju hasil ilmiah. Penelitian sebagai
serangkaian aktifitas mengandung prosedur tertentu, yakni serangkaian cara dan langkah
tertib yang mewujudkan pola tetap. Rangkaian cara dan langkah ini dalam dunia keilmuan
disebut metode.. Untuk lebih jelasnya dipakai istilah ‘metode ilmiah’ (scientific method).
Secara lebih khusus archie J. Bahm dalam bukunya “What in Science?” menjelaskan bahwa
metode ilmiah meliputi 5 langkah yaitu :
Menyadari akan masalah.
Menguji masalah.
Mengusulkan solusi.
Menguji usulan atau proposal masalah/pengujian hipotesa.
Memecahkan masalah.
Ilmu sebagai Produk (pengetahuan sistematis)
Dari pengertian ilmu sebagai proses yang merupakan penelitian ilmiah dan prosedur yang
mewujudkan metode ilmiah di atas, pada akhirnya keluarlah produk berupa pengetahuan
ilmiah (scientific knowledge). Ini merupakan pengertian dan posisi ilmu yang ketiga.
Menurut Daoed Joesoef (1987) ilmu pengetahuan sebagai produk pengetahuan yang telah
diketahui dan diakui kebenarannya oleh masyarakat ilmuwan. Pengetahuan dalam hal ini
terbatas pada kenyataan yang mengandung kemungkinan untuk disepakati dan terbuka untuk
diteliti, diuji, dan dibantah oleh seseorang.
Pengetahuan ilmiah dapat dibaca dalam buku-buku pelajaran, majalah-majalah dan bahan-
bahan bacaan lainnya yang ada dalam halaman- halaman bacaan itu. Pengetahuan ilmiah
dapat juga diserap dari pernyataan-pernyataan yang diucapkan oleh seseorang dalam mimbar
kuliah atau pertemuan.
Dari uraian-uraian pendapat di atas, menjelaskan bahwa ilmu merupakan pengetahuan.
Pengetahuan secara sederhana pada dasarnya adalah keseluruhan keterangan dan ide yang
terkandung dalam pernyataan-pernyataan yang dibuat mengenai sesuatu gejala-peristiwa baik
37
38. yang bersifat alamiah, social maupun keorangan. Jadi pengetahuan menunjuk pada sesuatu
yang merupakan isi (fakta) substantive yang terkandung dalam ilmu.
D. TUJUAN ILMU PENGETAHUAN DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Tujuan ilmu terdapat bermacam-macam versi sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
masing-masing ilmuwan. Di antara pendapat-pendapat ilmuwan tersebut adalah :
Pendapat Robert Ackerman :“ It is sometimes said that the aim science is to control nature,
and sometimes thst it is to understand nature”
(Kadang-kadang dikatakan bahwa tujuan ilmu ialah mengendalikan alam, dan kadang-kadang
untuk memahami alam)
Francis Bacon berpendapat bahwa “ The real end legitimate goal of the sciences is the
endowment of human life with new inventions and riches”
(Tujuan sah dan senyatanya dari ilmu-ilmu adalah sumbangan terhadap hidup manusia
dengan ciptaan-ciptaan baru dan kekayaan)
Pendapat Mario Bronowski
“The end Of scienceis to discover what true about the world. The activity of science is
ddirected to seek the truth,and it is judged by the criterion of being true to the fact”
(Tujuan ilmu adalah menemukan apa yang benar mengenai dunia ini. Aktivitas ilmu
diarahkan untuk mencari kebenaran,dan ini dinilai dengan ukuran apakah benar terhadap
fakta-fakta)
Pendapat Mario Bunge
“Primarily to increase our knowledge (intrinsic or cognitive goal); derivatively, to increase
our welfare and power (extrinsic or utilitarian goals)”
(pertama-tama,meningkatkan pengetahuan kita (tujuan intrisik atau kognitif);kelanjutannya
meningkatkan kesejahteraan dan kekuasaan kita (tujuan ektrinsik atau kemanfaatan)
Dari kutipan beberapa pendapat di atas ternyata ilmu mengarah pada berbagai tujuan yang
ingin dicapai atau dilaksanakan,dapat dirinci sebagai berikut:
Pengetahuan (knowledge)
Kebenaran (truth)
Pemahaman (understanding, comprehension, insigt)
Penjelasan (explanation)
Peramalan (prediction)
Pengendalian (control)
38
39. Penerapan (application, invention, production)
Ilmu dikembangkan oleh para ilmuwan untuk mencapai kebenaran atau memperoleh
pengetahuan. Dari kedua hal itu ilmu diharapkan dapat pula mendatangkan pemahaman
kepada manusia mengenai alam semestanya, dunia sekelilingnya, atau sekarang bahkan juga
mengenai masyarakat lingkungannya dan dirinya sendiri. Berdasarkan pemahaman itu ilmu
dapat memberikan penjelasan tentang gejala alam, peristiwa masyarakat, atau perilaku
manusia yang perlu Dijelaskan. Penjelasan dapat menjadi landasan untuk peramalan yang
selanjutnya bias merupakan pangkal bagi pengendalian terhadap sesuatu hal. Akhirnya ilmu
juga diarahkan pada tujuan penerapan yaitu untuk membuat aneka sarana yang akan
membantu manusia mengendalikan alam atau mencapai tujuan praktis apapun. Dengan
demikian ilmu tidak mengarah pada tujuan tunggal yang terbatas melainkan pada macam-
macam tujuan yang tampaknya dapat berkembang terus sejalan dengan pemikiran para
ilmuwan.
39
40. BAB V
LOGIKA
BERFIKIR UNTUK
MENEMUKAN
KEBENARAN
Bagaimana Cara Mendapatkan Kebenaran?
Sebelum masuk ke dalam penjelasan , tentunya kita harus melihat Teori Teori dasar para
tokoh-tokoh ilmu tentang Arti Kebenaran dalam sudut pandang keilmuan yang mereka telah
ciptakan dan menjadi referensi pengetahuan bagi kita semua, Kebenaran adalah fidelity to
objektive reality (kesesuaian pikiran dengan kenyataan). Teori ini dianut oleh aliran realis.
40
41. Pelopornya Plato, Aristoteles dan Moore dikembangkan lebih lanjut oleh Ibnu Sina, Thomas
Aquinas di abad skolatik, serta oleh Berrand Russel pada abad modren.
Konsep Logika atau Logika Itu sendiri adalah cabang ilmu Filsafat yang secara tidak
langsung akan berhubungan langsung terhadap kaidah-kaidah yang ada didalamnya. Dalam
logika dikenal metode cara mendapatkan Kebenaran dangan metoda cara Berfikir secara
Induksi dan Deduksi dimana didalamnya telah dilakukan penelitian-penelitian yang
sistematis, tepelajar berdasarkan bidang ilmu atau object yang menjadi tujuan Pengetahuan.
Dalam proses penalaran yang akan dilakukan secara induktif atau deduktif kita tidak boleh
melalaikan pokok-pokok yang oleh logika disebut azas Berpikir ( Drs. H Mundari ), kapasitas
dari asas ini adalah mutlak agar kita bisa lurus dalam berpikir , tiga asas pemikiran antara lain
:
1. Asas Identitas
2. Asas Kontrakdiksi
3. Asas Penolakan Kemungkinan Ketiga.
Menurut penulis, CARA MENDAPATKAN KEBENARAN dalam sudut pandang LOGIKA
adalah dengan tercapainya syarat syarat Keseluruhan Sistem analisis dalam mengambil atau
mendapatkan Konklusi atau kesimpulan terhadap suatu keilmuwan, titik dari pengetahuan
adalah tercapainya kebenaran Keilmuwan. Keilmuwan memiliki sifat logis yang oleh karena
itu kepentingan keilmuwan tidak mungkin melepaskan Kepentingannya terhadap Logika.
Kebenaran Menurut Sosiologis
Definisi Sosiologi menurut penulis adalah Ilmu yang mempelajari tentang hubungan
masyarakat dengan individu begitupun sebaliknya, ilmu sosiologi memiliki konsep konsep
penelitian yang harus dilalui dalam melihat gejala-gejala social yang timbul dalam
masyarakat dalam hubungan sosial untuk menciptkan keseimbangan. Para ahli menyebutkan
bahwa objek material dari ilmu sosiologi adalah kehidupan social manusia dan gejala serta
proses hubungan manusia. Dalam objek formil ilmu sosiologi meliputi :
41
42. 1. Pengertian tentang sikap dan tindakan manusia terhadap lingkungan hidup manusiadalam
kehidupan sosialnya melalui penjelasan ilmiah
2. Meningkatkan keharmonisan dalam kehidupan bermasyrakat
3. Meningkatkan kerjasama antar manusia.
Dalam ilmu sosiologi, setelah mengenali atau mendapatkan objek nya, maka dilakukan
metode penelitan yang dilakukan melalui pendekatan dengan Metode Kumulatif dan Metode
Kuantitatif, disini juga penulis menambahkan bahwa disamping metode diatas ada metode-
metode yang lain yang lain seperti Metode Induktif, Deduktif, Empiris, Rasional dan metode
Fungsional.
Dalam Sosiologi objek yang dipelajari adalah apa yg terjadi sekarang dan bukan apa yang
seharusnya terjadi pada saat ini.
Pada kesimpulannya Penulis menggambarkan Bahwa KEBENARAN SOSIOLIGI adalah
kebenaran suatu analisa terhadap Gejala sosial yang timbul di masyarakat dengan tujuan
tercapainya sebuah keseimbangan dalam pergaulan.
Kebenaran Menurut Hukum
Dalam mencari Kebenaran hukum, seperti yang telah dilakukan sebelumnya penulis akan
menghubungkan dengan Konsep Logika dalam konteks sebagai Cabang Ilmu Filsafat,
menurut Theo huijbers , asas hukum ialah prinsip prinsip yang dianggap dasar atau
fundamen hukum dan merupakan pengertian-pengertian yang menjadi titik tolak berfikir
tentang hukum, termasuk titik tolak bagi pembentukan undang-undang dan interpretasi
terhadap undang-undang itu sendiri.
Hukum pada hakikatnya merupakan norma, dan tiap-tiap norma pasti mengandung nilai,
maka sekilas segera terjawab bahwa isi hukum adalah nilai. Nilai yang dimaksud disini tidak
lain adalah Moral, atau dalam lingkup yang lebih luas adalah moralitas.
Moral adalah hasil penilaian tentang baik dan buruk manusia sebagai manusia, baik secara
pribadi ( Individu ) maupun secara berkelompok ( Masyarakat ). Mencari kebenaran hukum
42
43. berarti mencari kepastian prilaku, kepastian batasan serta menerapkan menjadi Kebiasaan
masyarakat.
Dalam pemaparan singkat berdasarkan Beberapa referensi dan pemahaman penulis, bisa
disimpulkan bahwa KEBENARAN HUKUM adalah, tercapainya suatu Proses tindakan yang
mencerminkan :
1. Keadilan untuk Keseimbangan.
2. Kepastian Untuk Ketetapan.
3. Kemanfaatan untuk kebahagian.
Tiga tujuan Kebenaran Hukum harus menjadi refleksi Manusia dalam menjalani dimensi
hidup yang didalamnya selalu akan terjadi Hukum Sebab Akibat, sehingga Nilai dari
Kebaradaan hukum akan bersifat esksistensi, dan dapat diterima oleh masyarakat yang akan
mengikatkan dirinya terhadap nilai-nilai.
Pengertian Berpikir Ilmiah
Berpikir ilmiah adalah berpikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal,
danempirisadalahdibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat
dipertanggungjawabkan. (Hillway, 1956) selain itumenggunakan akal budi untuk
mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan. Contohnya: Kepler, seorang ahli
astronomi, telah mencatat pengamatan-pengamatan yang banyak jumlahnya tentang posisi
planet Mars. Catatan-catatan ini memberitahukan kepadanya tentang posisi Mars di ruang
angkasa pada berbagai waktu selama bertahun-tahun, dalam hubungannya dengan matahari
pada suatu waktu tertentu. Masalah yang dihadapi Kepler ialah jalan edar mengitari matahari
yang manakah yang harus ditempuh Mars agar berada pada titik-titik yang telah diamati di
angkasa pada waktu-waktu yang setepatnya.
Menurut Soejono Soemargono (1983) metode ilmiah secara garis besar ada dua
macam, yaitu Metode analitiko sintesa dan metode non deduksi.
a) Metode analitioko sintesa merupakan gabungan dari metode analisis dan metode
sintesis.
• Metode analisis
43
44. Metode analisis yaitu cara penanganan terhadap sesuatu objek ilmiah tertentu dengan
jalan memilah-milahkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya. Misalnya,
seorang filusuf memahami kata atau istilah “keberanian”. Dari segi ekstensi, dia
mengungkapkan makna kata ini berdasarkan bagaimana kata ini digunakan, dan mengetahui
sejauh mana kata “keberanian” menggambarkan realitas tertentu. Apabila kita menggunakan
metode analisis, dalam babak terakhir kita memperoleh pengetahuan analitis.
• Metode sintesis
Metode sintesis yaitu cara penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan cara
menggabungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya sehingga
menghasilkan sesuatu pengetahuan yang baru. Contohnya, (1) Ilmu adalah aktifitas, (2) Ilmu
adalah metode, (3) Ilmu adalah produk. Jadi, hasil sintetisnya yaitu Ilmu adalah aktifitas,
metode, dan produk.
b) Metode non deduksi
Metode non deduksi merupakan gabungan dari metode induksi dan metode deduksi.
• Metode induksi
Suatu cara yang dipakai untuk mendapati ilmu pengetahuan ilmiah dengan bertitik
tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat khusus, kemudian menarik
kesimpulan yang bersifat umum. Contohnya: Umpamanya kita mempunyai fakta bahwa
kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, demikian juga dengan singa, kucing,
dan berbagai binatang lainnya. Dari kenyataan-kenyataan ini kita dapat menarik
kesimpulan yang bersifat umum yakni semua binatang mempunyai mata.
• Metode deduksi
Suatu cara yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah dengan bertitik
tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat umum, kemudian menarik
kesimpulan yang bersifat khusus. Contohnya: setiap manusia yang ada didunia pasti suatu
ketika pasti akan mati, si Ahmad adalah manusia; atas dasar ketentuan yang bersifat
umum tadi karena Ahmad adalah manusia maka suatu ketika ia akan mati juga.
Ukuran kebenaran pengetahuan filsafat.
44
45. - Teori Corespondence menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu kedaan benar itu
terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau
pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut.
- Teori Consistency Teori ini merupakan suatu usah apengujian (test) atas arti
kebenaran. Hasil test dan eksperimen dianggap relible jika kesan-kesanyang berturut-
turut dari satu penyelidik bersifat konsisten dengan hasil test eksperimen yang
dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan tempat yang lain.
- Teori Pragmatisme Paragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal
apra pendidik sebagai metode project atau medoe problem olving dai dalam
pengajaran. Mereka akan benar-benar hanya jika mereka berguna mampu
memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika mengmbalikan pribadi
manusia di dalamkeseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan kesulitan. Sebab
tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di dalam keseimbangan,
untuk ini manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan
lingkungan.
- Kebenaran Religius Kebenaran tak cukup hanya diukur dnenga rasion dan kemauan
individu. Kebenaran bersifat objective, universal,berlaku bagi seluruh umat manusia,
karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis bersumber dari Tuhan yang
disampaikan melalui wahyu.
Aksiologi Pengetahuan Filsafat.
Aksiologi filsafat adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum.
Dalam hal ini ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf
hidup manusia dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan kelestarian
atau keseimbangan alam.
A. Kegunaan pengetahuan filsafat.
- Kegunaan filsafat sebagai akidah
Akidah seorang muslim haruslah kuat, dengan kuat akidah akan kuat pula
keislamannya secara keseluruhan. Untuk memperkuatnya diperlukan untuk
mengamalkan keseluruhan ajaran Islam secara sungguh-sungguh dan mempertajam
45
46. pengetahuan islam sendiri. Namun dapatkah filsafat memperkuat pemahaman kita
tentang Tuhan ? Kant menyatakan bahwa Tuhan tidak dapat dipahami melalui akal,
Tuhan dapat dipahami melalui suara hati yang disebut moral. Menurut kant akal
teoritis tidak melarang kita mempercayai tuhan, kesadaran moral kita memerintahkan
untuk mempercayaiNya.
- Kegunaan Filsafat bagi Hukum.
Hukum Islami yang dijadikan aturan beramal ada diadalam fiqih sebagai
kumpulan hukum yang dibuat berdasarkan kaidah-kaidah hukum yang digunakan
untuk menetapkan hukum tersebut. Ternyata kaidah-kaidah pembuatan hukum (ushul
fiqih) itu dibuat berdasarkan teori-teori filsafat. Jadi memang benar filsafat sebagai
metodologi berguna bagi pengembangan hukum dalam hal ini hukum Islami.
- Kegunaan Filsafat bagi Bahasa.
Bahasa berfungsi sebagai alat untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran.
Tatkala bahasa berfungsi sebagai alat berfikir ilmiah, muncul problem yang serius dan
ini diselesaikan antara lain dengan bantuan filsafat. Bahasa sering tidak mampu
membebaskan diri dari gangguan pemakainya, kerusakan bahasa tersebut biasanya
disebabkan oleh tidak digunakannya kaidah logika, logika itu filsafat. Kekeliruan
dalam berbahasa melahirkan kekeliruan dalam berfikir. Untuk itu filsafat sangat
berperan dalam menentukan kualitas bahasa. Tanpa peran serta filsafat (logika)
kekeliruan dalam bahasa tidak mungkin dapat diperbaiki.
Cara filsafat menyeleseikan masalah.
Kegunaan filsafat ialah sebagai metode dalam menghadapi dan menyelesaikan
masalah bahkan sebagai metode dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah bahkan
sebagai metode dalam memandang dunia. Sesuai sifatnya, filsafat menyelesaikan masalah
secara mendalam dan universal. Mendalam berarti mencari asal masalah dan universal berarti
melihat masalah dalam hubungan seluas-luasnya agar dapat diselesaikan secara efektif.
Cara orang umum menilai.
Kali ini dengan topik dan cara orang umum menilai dan netralisasi filsafat. Terdapat
tiga cara orang menilai yaitu menilai berdasarkan ketidaktahuan, menilai dengan pendapat
sebagai ukuran dan menilai dengan menggunakan pendapat pakar sebagai alat ukur. Cara
46
47. yang terbaik adalah yang ketiga yaitu mempelajari secara luas dan mendalam, lantas
mengemukakan pendapat berdasarkan pendapat pakar.
Mengenai netralitas filsafat dijelaskan bahwa terdapat kemungkinan netralnya filsafat
yaitu pada logika. Untuk membuktikannya adalah dengan menganggap logika esensinya
sama dengan matematika. Jika matematika netral, logika juga netral.
Bagaimana Cara Mendapatkan Kebenaran?
Sebelum masuk ke dalam penjelasan , tentunya kita harus melihat Teori Teori dasar
para tokoh-tokoh ilmu tentang Arti Kebenaran dalam sudut pandang keilmuan yang mereka
telah ciptakan dan menjadi referensi pengetahuan bagi kita semua, Kebenaran adalah fidelity
47
48. to objektive reality (kesesuaian pikiran dengan kenyataan). Teori ini dianut oleh aliran realis.
Pelopornya Plato, Aristoteles dan Moore dikembangkan lebih lanjut oleh Ibnu Sina, Thomas
Aquinas di abad skolatik, serta oleh Berrand Russel pada abad modren.
Dalam Tugas Materi Perkuliahan Logika, penulis akan mencoba menjelaskan
bagaimana Mendapatkan Kebenaran itu ditinjau dari sisi LOGIKA. Seperti kita ketahui
bersama, fungsi dasar dari Logika adalah menentukan penalaran Akal kita untuk dapat
memisahkan mana yang Benar dan Mana yang Tidak Benar. Benar menurut kita belum tentu
benar menurut orang lain, para tokoh-tokoh Filsuf Seperti Charles S Pierce ( 1914 – 1939 )
yang menganut Teori Pragmatisme dalam mencari kebenaran lebih dititik beratkan pada
akibat-akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Tiga teori yang menjadi dasar
dari sisi Pragmatis adalah :
- Sesuai Keinginan dan Tujuan
- Adanya Keseuaian dalam Eksperimen
- Eksistensi
Konsep Logika atau Logika Itu sendiri adalah cabang ilmu Filsafat yang secara tidak
langsung akan berhubungan langsung terhadap kaidah-kaidah yang ada didalamnya. Dalam
logika dikenal metode cara mendapatkan Kebenaran dangan metoda cara Berfikir secara
Induksi dan Deduksi dimana didalamnya telah dilakukan penelitian-penelitian yang
sistematis, tepelajar berdasarkan bidang ilmu atau object yang menjadi tujuan Pengetahuan.
Dalam proses penalaran yang akan dilakukan secara induktif atau deduktif kita tidak
boleh melalaikan pokok-pokok yang oleh logika disebut azas Berpikir ( Drs. H Mundari ),
kapasitas dari asas ini adalah mutlak agar kita bisa lurus dalam berpikir , tiga asas pemikiran
antara lain :
- Asas Identitas
- Asas Kontradiksi
- Asas Penolakan Kemungkinan Ketiga.
Menurut penulis, CARA MENDAPATKAN KEBENARAN dalam sudut pandang
LOGIKA adalah dengan tercapainya syarat syarat Keseluruhan Sistem analisis dalam
mengambil atau mendapatkan Konklusi atau kesimpulan terhadap suatu keilmuwan, titik dari
pengetahuan adalah tercapainya kebenaran Keilmuwan. Keilmuwan memiliki sifat logis yang
48
49. oleh karena itu kepentingan keilmuwan tidak mungkin melepaskan Kepentingannya terhadap
Logika.
Logika
Logika adalah sarana untuk berfikir dengan menggunakan akal yang sehat, secara
akurat, sistematis dan dipertanggungjawabkan. Aristoteles (dalam Herman J. Waluyo, 2007:
70) menyebutkan logika sebagai instrumen ilmu yang didalamnya terdapat penalaran yang
memiliki satu premis dan satu kesimpulan. Logika dapat di sistemisasi dalam beberapa
golongan:
Menurut Kualitas dibagi dua, yakni Logika Naturalis (kecakapan berlogika
berdasarkan kemampuan akal bawaan manusia) dan Logika Artifisialis (logika ilmiah) yang
bertugas membantu Logika Naturalis dalam menunjukkan jalan pemikiran agar lebih mudah
dicerna, lebih teliti, dan lebih efisien.
Menurut Metode dibagi dua yakni Logika Tradisional yakni logika yang mengikuti
aristotelian dan Logika Modern.
Menurut Objek dibagi dua yakni Logika Formal (deduktif dan induktif) dan Logika
Material.
Pengertian Berfikir Ilmiah
Pengertian berfikir ilmiah menurut para ahli yaitu :
1. Menurut Jujun S.Suriasumantri. Berpikir merupakan kegiatan akal untuk memperoleh
pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan
induksi dan deduksi.
2. Menurut Salam (1997:139): Berfikir ilmiah adalah proses atau aktivitas manusia
untuk menemukan/mendapatkan ilmu. Berfikir ilmiah adalah proses berpikir untuk
sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
49
50. 3. Menurut Eman Sulaeman. Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir/pengembangan
pikiran yang tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan
ilmiah yang sudah ada.
4. Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah 2006:118). Berpikir ilmiah, yaitu berpikir
dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai
pembuktian-pembuktian.
Dapat disimpulkan bahwa berfikir ilmiah merupakan kegiatan otak atau akal manusia
untuk berfikir dengan tepat dan cermat untuk memperoleh pengetahuan yang disertai dengan
bukti dan fakta yang ada.
Sarana Berfikir Ilmiah
Sarana berfikir ilmiah merupakan alat bagi kegiatan ilmiah untuk membantu langkah-
langkah ilmiah mendapatkan kebenaran. Sarana berfikir ilmiah merupakan suatu alat, yang
artinya dengan alat tersebut membuat manusia dapat berbuat sesuatu untuk mendapatkan
ilmu baru atau teori yang lain dengan melaksanakan kegiatan ilmiah. Untuk mendapatkan
ilmu tersebut diperlukan sarana berfikir ilmiah supaya terlaksana secara baik dan teratur.
Suriasumantri (2003:167) menyebutkan bahwa sarana berfikir ilmiah ada 4, yaitu :
bahasa, logika, matematika, dan statistika. Sarana berpikir ilmiah berupa bahasa sebagai alat
komunikasi verbal untuk menyampaikan jalan pikiran kepada orang lain, logika sebagai alat
berpikir agar sesuai dengan aturan berpikir sehingga dapat diterima kebenarannya oleh orang
lain, matematika berperan dalam pola berpikir deduktif sehingga orang lain lain dapat
mengikuti dan melacak kembali proses berpikir untuk menemukan kebenarannya, dan
statistika berperan dalam pola berpikir induktif untuk mencari kebenaran secara umum.
Hal-hal yang perlunya diperhatikan dari sarana berfikir ilmiah ada dua. Pertama, sarana
ilmiah bukanlah ilmu melainkan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan
metode ilmiah. Kedua, tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita
melakukan penelaahan ilmiah secara baik.
1. Kebenaran Menurut Sosiologis
Definisi Sosiologi menurut penulis adalah Ilmu yang mempelajari tentang
hubungan masyarakat dengan individu begitupun sebaliknya, ilmu sosiologi memiliki
konsep konsep penelitian yang harus dilalui dalam melihat gejala-gejala social yang
50
51. timbul dalam masyarakat dalam hubungan sosial untuk menciptkan keseimbangan.
Para ahli menyebutkan bahwa objek material dari ilmu sosiologi adalah kehidupan
social manusia dan gejala serta proses hubungan manusia. Dalam objek formil ilmu
sosiologi meliputi :
- Pengertian tentang sikap dan tindakan manusia terhadap lingkungan hidup manusia
dalam kehidupan sosialnya melalui penjelasan ilmiah
- Meningkatkan keharmonisan dalam kehidupan bermasyrakat
- Meningkatkan kerjasama antar manusia.
Dalam ilmu sosiologi, setelah mengenali atau mendapatkan objek nya, maka
dilakukan metode penelitan yang dilakukan melalui pendekatan dengan Metode
Kumulatif dan Metode Kuantitatif, disini juga penulis menambahkan bahwa
disamping metode diatas ada metode-metode yang lain yang lain seperti Metode
Induktif, Deduktif, Empiris, Rasional dan metode Fungsional.
Dalam Sosiologi objek yang dipelajari adalah apa yg terjadi sekarang dan
bukan apa yang seharusnya terjadi pada saat ini.
Pada kesimpulannya Penulis menggambarkan Bahwa KEBENARAN
SOSIOLIGI adalah kebenaran suatu analisa terhadap Gejala sosial yang timbul di
masyarakat dengan tujuan tercapainya sebuah keseimbangan dalam pergaulan.
2. Kebenaran Menurut Hukum
Dalam mencari Kebenaran hukum, seperti yang telah dilakukan sebelumnya
penulis akan menghubungkan dengan Konsep Logika dalam konteks sebagai Cabang
Ilmu Filsafat, menurut Theo huijbers , asas hukum ialah prinsip prinsip yang dianggap
dasar atau fundamen hukum dan merupakan pengertian-pengertian yang menjadi titik
tolak berfikir tentang hukum, termasuk titik tolak bagi pembentukan undang-undang
dan interpretasi terhadap undang-undang itu sendiri.
Hukum pada hakikatnya merupakan norma, dan tiap-tiap norma pasti
mengandung nilai, maka sekilas segera terjawab bahwa isi hukum adalah nilai. Nilai
51
52. yang dimaksud disini tidak lain adalah Moral, atau dalam lingkup yang lebih luas
adalah moralitas.
Moral adalah hasil penilaian tentang baik dan buruk manusia sebagai manusia,
baik secara pribadi ( Individu ) maupun secara berkelompok ( Masyarakat ). Mencari
kebenaran hukum berarti mencari kepastian prilaku, kepastian batasan serta
menerapkan menjadi Kebiasaan masyarakat.
Dalam pemaparan singkat berdasarkan Beberapa referensi dan pemahaman
penulis, bisa disimpulkan bahwa KEBENARAN HUKUM adalah, tercapainya suatu
Proses tindakan yang mencerminkan :
- Keadilan untuk Keseimbangan.
- Kepastian Untuk Ketetapan.
- Kemanfaatan untuk kebahagian.
Tiga tujuan Kebenaran Hukum harus menjadi refleksi Manusia dalam
menjalani dimensi hidup yang didalamnya selalu akan terjadi Hukum Sebab Akibat,
sehingga Nilai dari Kebaradaan hukum akan bersifat esksistensi, dan dapat diterima
oleh masyarakat yang akan mengikatkan dirinya terhadap nilai-nilai.
Kebenaran dapat diperoleh melalui cara-cara tertentu tergantung dari obyek yang
ingin diketahui kebenarannya , yaitu sebagai berikut:
- Kebenaran biasa diperoleh manusia melalui kehidupan sehari-hari. Dengan
pengetahuan itu menjadikan manusia tidak ragu-ragu dalam bertindak, karena
pengetahuan itu bersifat mutlak. Misalnya air direbus pasti mendidih.
- Kebenaran ilmiah diperoleh secara mendalam berdasarkan proses penelitian dan
penalaran logika ilmiah. Kebenaran ilmiah ini dapat ditemukan dan diuji dengan
pendekatan pragmatis, koresponden, koheren.
1. Kebenaran Pragmatis: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila memiliki
kegunaan/manfaat praktis dan bersifat fungsional dalam kehidupan sehari-hari.
- Contohnya, Budi mau bekerja di sebuah perusahaan minyak karena diberi gaji tinggi.
Budi bersifat pragmatis, artinya mau bekerja di perusahaan tersebut karena ada
manfaatnya bagi dirinya, yaitu mendapatkan gaji tinggi.
52
53. 2. Kebenaran Koresponden: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila materi
pengetahuan yang terkandung didalamnya berhubungan atau memiliki korespondensi
dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Teori koresponden menggunakan
logika induktif, artinya metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari
hal-hal khusus ke umum. Dengan kata lain kesimpulan akhir ditarik karena ada fakta-
fakta mendukung yang telah diteliti dan dianalisa sebelumnya.
- Contohnya, Jurusan teknik elektro, teknik mesin, dan teknik sipil Undip ada di
Tembalang. Jadi Fakultas Teknik Undip ada di Tembalang.
3. Kebenaran Koheren: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila konsisten dan
memiliki koherensi dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Teori
koheren menggunakan logika deduktif, artinya metode yang digunakan dalam berpikir
dengan bertolak dari hal-hal umum ke khusus.
- Contohnya, seluruh mahasiswa Upi harus mengikuti kegiatan Ospek. Ryan adalah
mahasiswa Upi, jadi harus mengikuti kegiatan Ospek.
Kebenaran yang didapat dari kebetulan dan tidak ditemukan secara ilmiah. Tidak dapat
diandalkan karena kadang kita sering tertipu dengan kebetulan yang tidak bisa dibuktikan.
Namun satu atau dua kebetulan bisa juga menjadi perantara kebenaran ilmiah, misalnya
penemuan kristal Urease oleh Dr. J.S. Summers.
1. Kebenaran Karena Akal Sehat (Common Sense): Akal sehat adalah serangkaian
konsep yang dipercayai dapat memecahkan masalah secara praktis. Kepercayaan
bahwa hukuman fisik merupakan alat utama untuk pendidikan adalah termasuk
kebenaran akal sehat ini. Penelitian psikologi kemudian membuktikan hal itu tidak
benar.
2. Kebenaran Agama dan Wahyu: Kebenaran mutlak dan asasi dari Allah dan Rasulnya.
Beberapa hal masih bisa dinalar dengan panca indra manusia, tapi sebagian hal lain
tidak.
3. Kebenaran Intuitif: Kebenaran yang didapat dari proses luar sadar tanpa
menggunakan penalaran dan proses berpikir. Kebenaran intuitif sukar dipercaya dan
tidak bisa dibuktikan, hanya sering dimiliki oleh orang yang berpengalaman lama dan
mendarah daging di suatu bidang.
53
54. 4. Kebenaran Karena Trial dan Error: Kebenaran yang diperoleh karena mengulang-
ulang pekerjaan, baik metode, teknik, materi dan paramater-parameter sampai
akhirnya menemukan sesuatu. Memerlukan waktu lama dan biaya tinggi.
5. Kebenaran Spekulasi: Kebenaran karena adanya pertimbangan meskipun kurang
dipikirkan secara matang. Dikerjakan dengan penuh resiko, relatif lebih cepat dan
biaya lebih rendah daripada trial-error.
6. Kebenaran Karena Kewibawaan: Kebenaran yang diterima karena pengaruh
kewibawaan seseorang. Seorang tersebut bisa ilmuwan, pakar atau ahli yang memiliki
kompetensi dan otoritas dalam suatu bidang ilmu. Kadang kebenaran yang keluar
darinya diterima begitu saja tanpa perlu diuji. Kebenaran ini bisa benar tapi juga bisa
salah karena tanpa prosedur ilmiah.
Kebenaran filsafat memiliki proses penemuan dan pengujian kebenaran yang unik dan
dibagi dalam beberapa kelompok dan ada pula yang menganut dualisme kelompok.
Kebenaran diperoleh dengan cara merenungkan atau memikirkan sesuatu sedalam-dalamnya
dan seluas-luasnya, baik sesuatu itu ada atau mungkin ada. Berikut pokok-pokok persoalan
filsafat:
● Metafisika
Cabang filsafat yang mempelajari penjelasan asal atau hakekat objek (fisik) di dunia.
Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas. Metafisika mencoba menjawab pertanyaan-
pertanyaan seperti: Apakah sumber dari suatu realitas? Apakah Tuhan ada? Apa tempat
manusia di dalam semesta?
● Etika
Cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi
mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti
benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
● Logik
Kebenaran yang ditarik dari penalaran. Dalam logika itupun titik tolaknya bisa
bertumpu pada rasionalitas atau empirik.
● Empirik
54
55. Sesuatu pernyataan dianggap benar kalau apa yang dinyatakannnya itu sesuai dengan
apa yang dilihatnya. Lingkup kebenaran empiris ini tidak boleh melampui kewenangan
pengukuran dan penilaian.
● Realisme
Mempercayai sesuatu yang ada di dalam dirinya sendiri dan sesuatu yang pada
hakekatnya tidak terpengaruh oleh seseorang.
● Naturalisme
Sesuatu yang bersifat alami memiliki makna, yaitu bukti berlakunya hukum alam dan
terjadi menurut kodratnya sendiri.
● Positivisme
Menolak segala sesuatu yang di luar fakta, dan menerima sesuatu yang dapat
ditangkap oleh pancaindra. Tolok ukurnya adalah nyata, bermanfaat, pasti, tepat dan
memiliki keseimbangan logika.
● Materialisme Dialektik
Orientasi berpikir adalah materi, karena materi merupakan satu-satunya hal yang
nyata, yang terdalam dan berada diatas kekuatannya sendiri. Filosofi resmi dari ajaran
komunisme.
● Idealisme
Idealisme menjelaskan semua obyek dalam alam dan pengalaman sebagai pernyataan
pikiran.
● Pragmatisme
Hidup manusia adalah perjuangan hidup terus menerus, yang sarat dengan
konsekuensi praktis. Orientasi berpikir adalah sifat praktis, karena praktis berhubungan erat
dengan makna dan kebenaran.
55