SlideShare a Scribd company logo
1 of 113
1
KUMPULAN MATERI TUGAS MEMBUAT MAKALAH
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
Yang Di Bimbing Oleh :
Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
Yang Membuat :
1. Egar Meifardha L.M.S (1211700133)
2. Abellia Permatasari (1211700294)
3. Fahira Nadifah (1211700295)
( Kelas E Hari Rabu 09.30 I.203 )
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya, makalah mengenai “ Kumpulan Materi Tugas membuat Makalah Pengantar Filsafat
Ilmu “ ini dapat diselesaikan tepat waktu walaupun kami menyadari masih banyak terdapat
kesalahan di dalamnya.
Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini, bisa memberikan manfaat dan edukasi
. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk kemudian makalah kami ini dapat kami perbaiki dan menjadi lebih baik lagi.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Kami juga
yakin bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan kritik serta saran
dari pembaca, untuk menjadikan makalah ini lebih baik ke depannya.
Surabaya, 10 Juli 2019
Penyusun
3
DAFTAR ISI
Judul Halaman
Manfaat Belajar Filsafat Bagi Mahasiswa 3
Perkembangan Filsafat 8
Filsafat Dan Ilmu Pengetahuan 20
Logika Berpikir 30
Teori – Teori Kebenaran 43
Filsafat Etika Dan Moral 53
Tataran Ilmu Pengetahuan Ontologis Epistemologis Dan Aksiologis 65
Filsafat Pancasila 78
Filsafat Metedologi ilmiah 93
Kumpulan Soal Dan Jawaban 108
4
BAB I
MANFAAT BELAJAR FILSAFAT BAGI MAHASISWA
1.1. Pengertian Filsafat
Filsafat merupakan ilmu yang sudah sangat tua. Bila kita membicarakan filsafat maka
pandangan kita akan tertuju jauh ke masa lampau di zaman Yunani Kuno. Pada masa itu semua
ilmu dinamakan filsafat. Dari Yunanilah kata “filsafat” ini berasal, yaitu dari kata “philos” dan
“sophia”. “Philos” artinya cinta yang sangat mendalam dan “sophia” artinya kebijakan atau
kearifan. Istilah filsafat sering dipergunakan secara populer dalam kehidupan sehari-hari, baik
secara sadar maupun tidak sadar. Dalam penggunaan populer, filsafat dapatdiartikan sebagai suatu
pendirian hidup (individu) dan dapat juga disebut sebagai pandangan masyarakat. Mungkin anda
pernah bertemu dengan seseorang dan mengatakan: “filsafat hidup saya adalah hidup seperti
oksigen, menghidupi orang lain dan diri saya sendiri”. Orang lain lagi mengatakan: “Hidup harus
bermanfaat bagi orang lain dan dunia”. Hal ini adalah contoh sederhana tentang filsafat seseorang.
Berfilsafat merupakan salah satu kegiatan manusia yang memiliki peran penting dalam
menentukan dan menemukan eksistensinya. Dalam kegiatan ini manusia akan berusaha untuk
mencapai kearifan dan kebajikan. Kearifan merupakan hasil dari filsafat dari usaha mencapai
hubungan-hubungan antara berbagai pengetahuan dan menentukan implikasinya, baik yang
tersurat maupun yang tersirat dalam kehidupan.
1.2. Manfaat Filsafat dalam kehidupan
Cara berpikir filsafati telah mendokrak pintu serta tembok-tembok tradisi dan kebiasaan,
bahkan telah menguak mitos dan mite serta meninggalkan cara berpikir mistis. Lalu pada saat yang
sama telah pula berhasil mengembangkan cara berpikir rasional, luas dan mendalam, teratur dan
terang, integral dan koheren, metodis dan sistematis, logis, kritis, dan analitis. Karena itu, ilmu
pengetahuan pun semakin bertumbuh subur, terus berkembang, dan menjadi dewasa. Kemudian,
berbagai ilmu pengetahuan yang telah mencapai tingkat kedewasaan penuh satu demi satu mulai
mandiri dan meninggalkan filsafat yang selama itu telah mendewasakan mereka. Itulah sebabnya,
filsafat disebut sebagai mater scientiarum atau induk segala ilmu pengetahuan. Itu merupakan fakta
yang tidak dapat diingkari, yang dengan jelas menunjukkan bahwa ia benar-benar telah
menampakkan kegunaannya lewat melahirkan, merawat, dan mendewasakan berbagai ilmu
pengetahuan yang begitu berjasa bagi kehidupan manusia.
5
1.3. Manfaat Belajar Filsafat Bagi Mahasiswa
Banyak mahasiswa yang masuk perguruan tinggi tidak mengenal ilmu filsafat. Bahkan
meskipun anak-anak Sekolah Menengah Umum (SMU) memiliki kemampuan yang memadai
untuk mempelajari filsafat, kesempatan jarang sekali diberikan pada mereka. Jadi, mudah
dipahami jika kesan mahasiswa pada umumnya tentang filsafat, sebuah kesan yang juga tertanam
luas dalam masyarakat umum, adalah bahwa mereka tidak mengerti. Belajar filsafat bagi
mahasiswa sangat penting, karena banyak manfaat yang dapat dirasakan, antara lain :
1. Filsafat akan mengajarkan untuk melihat segala sesuatu secara multi dimensi, ilmu ini akan
membantu kita untuk menilai dan memahami segala sesuatu tidak hanya dari permukaannya
saja, dan tidak hanya dari sesuatu yang terlihat oleh mata saja, tapi jauh lebih dalam dan lebih
luas.
2. Filsafat mengajarkan kepada kita untuk mengerti tentang diri sendiri dan dunia. Manfaat
belajar filsafat akan membantu memahami diri dan sekeliling dengan pertanyaan-pertanyaan
mendasar.
3. Filsafat mengasah hati dan pikiran untuk lebih kritis terhadap fenomena yang berkembang, hal
ini akan membuat kita tidak begitu saja menerima segala sesuatu tanpa terlebih dahulu
mengetahui maksud dari pemberian yang kita terima.
4. Filsafat dapat mengasah kemampuan kita dalam melakukan penalaran, penalaran ini akan
membedakan argumen, menyampaikan pendapat baik lisan maupun tertulis, melihat segala
sesuatu dengan sudut pandang yang lebih luas dan berbeda.
5. Belajar dari para filsuf lewat karya-karya besar mereka, kita akan semakin tahu betapa
besarnya filsafat dalam mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,
karya seni, pemerintahan, serta bidang-bidang yang lain.
6. Filsafat akan membuka cakrawala berpikir yang baru, Ide-ide yang lebih kreatif dalam
memecahkan setiap persoalan, lewat penalaran secara logis, tindakan dan pemikiran yang
koheren, juga penilaian argumen dan asumsi secara kritis.
7. Filsafat membantu kita untuk dapat berpikir dengan lebih rasional, Membangun cara berpikir
yang luas dan mendalam, dengan integral dan koheren, serta dengan sistematis, metodis, kritis,
analitis, dan logis.
8. Filsafat akan mengkondisikan akal untuk berpikir secara radikal, membuat kita berpikir hingga
mendasar, sehingga kita akan lebih sadar terhadap keberadaan diri kita.
6
9. Filsafat membawa keterlibatan dalam memecahkan berbagai macam persoalan – Persoalan
baik yang terjadi pada diri sendiri maupun orang lain, akan membuat kehidupan kita tidak
dangkal, namun kaya akan warna.
10. Memiliki pandangan yang luas – Manfaat belajar filsafat dalam hal ini, akan mengurangi
kecenderungan sifat egoisme dan egosentrisme.
11. filsafat membantu menjadi diri sendiri, lewat cara berpikir yang sistematis, holistik dan radikal
yang diajarkan tanpa terpengaruh oleh pendapat dan pandangan umum.
12. Filsafat akan membangun landasan berpikir – Komponen utama baik bagi kehidupan pribadi
terutama dalam hal etika, maupun bagi berbagai macam ilmu pengetahuan yang kita pelajari.
13. Filsafat dengan sifatnya sebagai pembebas. Manfaat belajar filsafat akan mendobrak pola pikir
yang terbelenggu tradisi, mistis, dan dogma yang menjadi penjara bagi pikiran manusia.
14. Filsafat akan membuat kita dapat membedakan persoalan , terutama berbagai persoalan ilmiah
dengan persoalan yang tidak ilmiah.
15. Filsafat dapat menjadi landasan historis-filosofis. Dalam hal ini, berasal dari berbagai macam
kajian disiplin ilmu yang kita tekuni.
16. Filsafat dapat memberikan nilai dan orientasi pada semua disiplin ilmu, filsafat memberikan
petunjuk lewat penelitian penalaran serta metode pemikiran reflektif, sehingga kita dapat
menyelaraskan antara pengalaman, rasio, agama serta logika.
17. Filsafat dapat dijadikan alat untuk mencari kebenaran , memberikan pandangan serta
pengertian mengenai hidup
18. Filsafat dapat dijadikan sebagai pedoman, berguna sebagai sumber inspirasi bagi kehidupan.
19. Filsafat mengajarkan kepada kita tentang etika dan moral, pembelajaran moral dan etika
ini, dapat diimplementasikan secara langsung dalam kehidupan.
20. Filsafat dapat membangun semangat toleransi, menjaga keharmonisan hidup di tengah
perbedaan pandangan atau pluralitas.
1.4. Cabang – cabang Ilmu Filsafat
Di dalam perkembangannya, ilmu filsafat tidak lagi merupakan satu kesatuan utuh. Dalam hal ini,
karena dirasa perlu untuk membaginya menjadi beberapa cabang. Tujuannya agar lebih mudah
untuk dipelajari serta diimplementasikan dalam kehidupan nyata.
Cabang – cabang dari ilmu filsafat tersebut terdiri atas :
1. Ontologi, yang mempelajari khusus tentang eksistensi atau keberadaan.
7
2. Theologi, yang mempelajari tentang ketuhanan dan proses penciptaan.
3. Sains Universal, yang mempelajari tentang prinsisp – prinsip seperti jati diri.
Secara harfiah arti dari metafisika adalah “ melampaui ilmu pengetahuan “, karena dalam
bahasa Yunani arti dari “ meta “ adalah melampaui, sedang “ physika ” memiliki arti Fisika.
Cabang ilmu filsafat ini memepelajari tentang jati diri manusia, termasuk alam semesta,
makhluk spiritual, kehidupan pasca kematian, dan lain – lain
1.5. Kesimpulan
Ilmu filsafat memang kalah populer dibanding disiplin ilmu yang lain, apalagi di era yang serba
hedonis seperti sekarang ini, filsafat semakin ditinggalkan. Semakin sedikitnya mereka yang
mempelajari ilmu filsafat inilah yang membuat batin dan piukiran mereka semakin keropos.
Kekeroposan yang bukan hanya akan merusak diri mereka sendiri, tapi juga merusak kehidupan
di sekitarnya atau menyalahpahami ilmu filsafat.
8
DAFTAR PUSTAKA
Rachman, Maman. 2009. Filsafat Ilmu. Semarang : UPT UNNES PRESS
Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di indonesia. Jakarta : Bumi Aksara.
https ://manfaat.co.id<pendidikan.
9
BAB II
PERKEMBANGAN FILSAFAT
2.1. Latar Belakang Masalah
Kelahiran filsafat modern sejak renaissance dan aufklaerung merupakan reaksi terhadap
pemikiran filsafat abad pertengahan. Gereja pada waktu menjadi satu-satunya menjadi otoritas
yang mengakui kebenaran dan keabsahan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Dibidang
astronomi perkembangan ilmu pengetahuan diluar kontrol gereja sudah berjalan sangat pesat.
Sehingga upaya mengontrol perkembangan ilmu pengetahuan mengalami kegagalan. Terjadilah
serkularisasi ilmu, pemisahan antara aktifitas ilmiah dengan aktifitas keagamaan. Dan pada abad
ke-20 postmodernisme juga sebagai reaksi terhadap pemikiran modern yang juga telah berubah
menjadi mitos baru. Filsafat modern yang lahir sebagai reaksi terhadap dogmatis abad
pertengahan, menurut kaum postmodermis telah terjebak dalam membangun mitos-mitos baru.
Mitos-mitos itu ialah suatu keyakinan bahwa dengan pemikiran filsafat, ilmu pengetahuan dan
aplikasinya dalam teknologi, segala persoalan kemanusiaan dapat diselesaikan. Padahal
kenyataannya banyak agenda kemanusiaan yang masih membutuhkan pemikiran-pemikiran baru.
Untuk lebih jelas lagi mari kita bahas makalah ini bersama.
2.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan Pada Zaman Modern ?
2. Bagaimana Perkembangan Pada Zaman Kontemporer ?
2.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah dari perkembangan filsafat ilmu.
2. Untuk mengetahui dan memahami ilmuwan pada sejarah perkembangan filsafat ilmu.
10
2.4. Sejarah perkembangan Filsafat ilmu
Pemikiran filsafat ilmu banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Secara periodisasi filsafat
ilmu barat adalah zaman kuno, zaman abad pertengahan, zaman modern dan masa kini. Periodisasi
filsafat ilmu Cina adalah zaman kuno, zaman pembauran, zaman neokonfusionisme dan zaman
modern dan dikenal dengan sebutan periode weda, biracarita, sutra – sutra dan skolastik. Yang
terpenting dalam filsafat ilmu India adalah bagaimana manusia berteman dengan dunia bukan
untuk menguasai dunia. Sedangkan filsafat ilmu Islam dikenal dengan periode mutakalimin dan
filsafat ilmu Islam. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung secara bertahap dan berkembang
berdampingan dengan agama.
2.4.1. Zaman Pra Yunani Kuno
Pada masa ini manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Oleh karena itu, zaman
pra Yunani Kuno disebut juga Zaman Batu yang berkisar antara empat juta tahun sampai 20.000
tahun. Antara abad ke-15 sampai 6-SM,manusia telah menemukan besi, tembaga, dan perak untuk
berbagai peralatan. Abad kelima belas Sebelum Masehi peralatan besi dipergunakan pertama kali
di Irak, tidak di Eropa atau Tiongkok. Pada abad ke-6 SM di Yunani muncul lahirnya filsafat.
Timbulnya filsafat di tempat itu disebut suatu peristiwa ajaib (the greek miracle). Ada beberapa
faktor yang sudah mendahului dan seakan-akan mempersiapkan lahirnya filsafat di Yunani. Pada
bangsa Yunani, seperti juga pada bangsa-bangsa sekitarnya, terdapat suatu mitologi yang kaya
serta luas. Mitologi ini dapat dianggap sebagai perintis yang mendahului filsafat, karena mite-mite
sudah merupakan percobaan untuk mengerti.
Mite-mite sudah memberi jawaban atas pertanyaan yang hidup dalam hati manusia: dari
mana dunia kita? Dari mana kejadian dalam alam? Apa sebab matahari terbit, lalu terbenam lagi?
Melalui mite-mite, manusia mencari keterangan tentang asal usul alam semesta dan tentang
kejadian-kejadian yang berlangsung di dalamnya. Mite jenis pertama yang mencari keterangan
tentang asal usul alam semesta sendiri biasanya disebut mite kosmogonis, sedangkan mite jenis
kedua yang mencari keterangan tentang asal usul serta sifat kejadian dalam alam semesta disebut
mite kosmologis. Khusus pada bangsa Yunani ialah mereka mengadakan beberapa usaha untuk
menyusun mite-mite yang diceritakan oleh rakyat menjadi suatu keseluruhan yang sistematis.
Dalam usaha itu sudah tampaklah sifat rasional bangsa Yunani. Karena dengan mencari suatu
keseluruhan yang sistematis, mereka sudah menyatakan keinginan untuk mengerti hubungan mite-
mite satu sama lain dan menyingkirkan mite yang tidak dapat dicocokkan dengan mite lain.
11
Kedua karya puisi Homeros yang masing-masing berjudul Ilias dan Odyssea mempunyai
kedudukan istimewa dalam kesusasteraan Yunani. Syair-syair dalam karya tersebut lama sekali
digunakan sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat Yunani. Pada dialog yang bernama
Foliteia, Plato mengatakan Homeros telah mendidik seluruh Hellas. Karena puisi Homeros pun
sangat digemari oleh rakyat untuk mengisi waktu terluang dan serentak juga mempunyai nilai
edukatif.
Pengaruh Ilmu Pengetahuan yang pada waktu itu sudah terdapat di Timur Kuno. Orang
Yunani tentu berutang budi kepada bangsa-bangsa lain dalam menerima beberapa unsur ilmu
pengetahuan dari mereka. Demikianlah ilmu ukur dan ilmu hitung sebagian berasal dari Mesir dan
Babylonia pasti ada pengaruhnya dalam perkembangan ilmu astronomi di negeri Yunani. Namun,
andil dari bangsa-bangsa lain dalam perkembangan ilmu pengetahuan Yunani tidak boleh dilebih-
lebihkan. Orang Yunani telah mengolah unsur-unsur tadi atas cara yang tidak pernah disangka-
sangka oleh bangsa Mesir dan Babylonia. Baru pada bangsa Yunani ilmu pengetahuan mendapat
corak yang sungguh-sungguh ilmiah.
Pada abad ke-6 Sebelum Masehi mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali
berlainan. Sejak saat itu orang mulai mencari berbagai jawaban rasional tentang problem yang
diajukan oleh alam semesta. Logos (akal budi, rasio) mengganti mythos. Dengan demikian filsafat
dilahirkan. Pada zaman Pra Yunani Kuno di dunia ilmu pengetahuan dicirikan berdasarkan know
how yang dilandasi pengalaman empiris. Di samping itu, kemampuan berhitung ditempuh dengan
cara one-to one correspondency atau mapping process. Contoh cara menghitung hewan yang akan
masuk dan ke luar kandang dengan kerikil. Namun pada masa ini manusia sudah mulai
memperhatikan keadaan alam semesta sebagai suatu proses alam.
2.4.2. Zaman Yunani Kuno
Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini
orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu
dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena Bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi
mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman yang
didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan
sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap
belakangan inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap kritis
12
inilah menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir terkenal sepanjang masa. Beberapa
filsuf pada masa itu antara lain Thales (625-545 SM), Phytagoras (580-500 SM), Socrates (469-
399 SM), Plato (427-347 SM), hingga Aristoteles (384-322 SM).
Zaman Kuno meliputi zaman filsafat pra-Socrates di Yunani. Tokoh-tokohnya dikenal
dengan nama filsuf pertama atau filsuf alam. Mereka mencari unsur induk (arche) yang dianggap
asal dari segala sesuatu. Menurut Thales arche itu air, Anaximandros berpendapat arche itu “yang
tak terbatas” (to apeiron). Anaximenes arche itu udara, Pythagoras arche itu bilangan, Heraklitos
arche itu api, ia juga berpendapat bahwa segala sesuatu itu terus mengalir (panta rhei). Parmenedes
mengatakan bahwa segala sesuatu itu tetap tidak bergerak.
2.4.3. Zaman Keemasan Yunani Kuno
Pada waktu Athena dipimpin oleh Perikles kegiatan politik dan filsafat dapat berkembang
dengan baik. Ada segolongan kaum yang pandai berpidato (rethorika) dinamakan kaum sofis.
Kegiatan mereka adalah mengajarkan pengetahuan pada kaum muda. Yang menjadi objek
penyelidikannya bukan lagi alam tetapi manusia, sebagaimana yang dikatakan oleh Prothagoras,
Manusia adalah ukuran untuk segala-galanya. Hal ini ditentang oleh Socrates dengan mengatakan
bahwa yang benar dan yang baik harus dipandang sebagai nilai-nilai objektif yang dijunjung tinggi
oleh semua orang. Akibat ucapannya tersebut Socrates dihukum mati. Hasil pemikiran Socrates
dapat diketemukan pada muridnya Plato. Dalam filsafatnya Plato mengatakan: realitas seluruhnya
terbagi atas dua dunia yang hanya terbuka bagi pancaindra dan dunia yang hanya terbuka bagi
rasio kita. Dunia yang pertama adalah dunia jasmani dan yang kedua dunia ide.
Pendapat tersebut dikritik oleh Aristoteles dengan mengatakan bahwa yang ada itu adalah
manusia-manusia yang konkret. “Ide manusia” tidak terdapat dalam kenyataan. Aristoteles adalah
filsuf realis, dan sumbangannya kepada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali. Sumbangan
yang sampai sekarang masih digunakan dalam ilmu pengetahuan adalah mengenai abstraksi, yakni
aktivitas rasional di mana seseorang memperoleh pengetahuan. Menurut Aristoteles ada tiga
macam abstraksi, yakni abstraksi fisis, abstraksi matematis, dan metafisis. Abstraksi yang ingin
menangkap pengertian dengan membuang unsur-unsur individual untuk mencapai kualitas adalah
abstraksi fisis. Sedangkan abstraksi di mana subjek menangkap unsur kuantitatif dengan
menyingkirkan unsur kualitatif disebut abstraksi matematis. Abstraksi di mana seseorang
menangkap unsur-unsur yang hakiki dengan mengesampingkan unsur-unsur lain disebut abstraksi
metafisis. Teori Aristoteles yang cukup terkenal adalah tentang materi dan bentuk. Keduanya ini
13
merupakan prinsip-prinsip metafisis, Materi adal.ah prinsip yaug tidak ditentukan, sedangkan
bentuk adalah prinsip yang menentukan. Teori ini terkenal dengan sebutan Hylemorfisyme.
2.4.4. Masa Helintis Dan Romawi
Pada zaman Alexander Agung (359-323 SM) sebagai kaisar Romawi dari Macedonia
dengan kekuatan militer yang besar menguasai Yunani, Mesir, Hingga Syria. Pada masa itu
berkembang sebuah kebudayaan trans nasional yang disebut kebudayaan Hellinistis, karena
kekuasaan Romawi dengan ekspansi yang luas membawa kebudayaan Yunani tidak terbatas lagi
pada kota-kota Yunani saja, tetapi mencakup juga seluruh wilayah yang ditaklukkan Alexander
Agung. Bidang filsafat, di Athena tetap merupakan suatu pusat yang penting, tetapi berkembang
pula pusat-pusat intelektual lain, terutama kota Alexandria. Jika akhirnya ekspansi Romawi meluas
sampai ke wilayah Yunani, itu tidak berarti kesudahan kebudayaan dan filsafat Yunani, karena
kekaisaran Romawi pun pintu di buka lebar untuk menerima warisan kultural Yunani.
Dalam bidang filsafat tetap berkembang, namun pada saat itu tidak ada filsuf yang
sungguh-sungguh besar kecuali Plotinus. Pada masa ini muncul beberapa aliran berikut:
1. Sinisme
Menurut paham ini jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut Logos. Oleh karena
itu, segala kejadian berlangsung menurut ketetapan yang tidak dapat dihindari. Aliran Sinisme
merupakan pengembangan dari aliran Stoik.
2. Stoik
Menyatakan penyangkalannya adanya “Ruh” dan “Materi” aliran ini disebut juga dengan
Monoisme dan menolak pandangan Aristoteles dengan Dualismenya.
3. Epikurime
Segala-galanya terdiri atas atom-atom yang senantiasa bergerak. Manusia akan bahagia jika
mau mengakui susunan dunia ini dan tidak boleh takut pada dewa-dewa. Setiap tindakan harus
dipikirkan akan akibatnya. Aliran ini merupakan pengembangan dari teori atom Democritus
sebagai obat mujarab untuk menghilangkan rasa takut pada takhayul.
4. Neo Platonisme
Paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat Plato. Tokohnya adalah Plotinus. Seluruh
filsafatnya berkisar pada Allah sebagai yang satu. Segala sesuatu berasal dari yang satu dan
ingin kembali kepadanya.
14
2.4.5. Zaman Abad Pertengahan
Abad Pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan.
Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait
dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancilla
theologia atau abdi agama. Namun demikian harus diakui bahwa banyak juga temuan dalam
bidang ilmu yang terjadi pada masa ini.
Periode Abad Pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan abad
sebelumnya. Perbedaan itu terutama terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama Kristen
yang diajarkan oleh Nabi Isa as. pada permulaan Abad Masehi membawa perubahan besar
terhadap kepercayaan keagamaan.
Pada zaman ini kebesaran kerajaan Romawi runtuh, begitu pula dengan peradaban yang
didasakan oleh logika ditutup oleh gereja dan digantikan dengan logika keagamaan. Agama
Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang
merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani Kuno yang
mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal
adanya wahyu. Pada zaman itu akademia Plato di Athena ditutup meskipun ajaran-ajaran
Aristoteles tetap dapat dikenal. Para filosof nyaris begitu saja menyatakan bahwa Agama Kristen
adalah benar.
Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua: Golongan yang menolak sama sekali
pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani merupakan pemikiran orang kafir, karena tidak
mengakui wahyu. Menerima filsafat Yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptaan
Tuhan, kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan. Mungkin
akal tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati maka akal dapat dibantu oleh wahyu.
Filsafat pada zaman Abad Pertengahan mengalami dua periode, yaitu: Periode Patristik,
berasal dari kata Latin patres yang berarti bapa-bapa Gereja, ialah ahli-ahli agama Kristen pada
abad permulaan agama Kristen. Periode ini mengalami dua tahap:
1)Permulaan agama Kristen. Setelah mengalami berbagai kesukaran terutama mengenai filsafat
Yunani, maka agama Kristen memantapkan diri. Keluar memperkuat gereja dan ke dalam
menetapkan dogma-dogma. 2) Filsafat Agustinus yang merupakan seorang ahli filsafat yang
terkenal pada masa patristik. Agustinus melihat dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan. Periode
Skolastik, berlangsung dari tahun 800-1500 M. Periode ini dibagi menjadi tiga tahap: 1) Periode
15
skolastik awal (abad ke-9-12), ditandai oleh pembentukan rnetode-metode yang lahir karena
hubungan yang rapat antara agama dan filsafat. Yang tampak pada permulaan ialah persoalan
tentang Universalia. 2) Periode puncak perkembangan skolastik (abad ke-13), ditandai oleh
keadaan yang dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab dan Yahudi.
Puncak perkembangan pada Thomas Aquinas. 3) Periode skolastik akhir (abad ke-14-15), ditandai
dengan pemikiran kefilsafatan yang berkembang ke arah nominalisme, ialah aliran yang
berpendapat bahwa universalisme tidak memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang
umum mengenai adanya sesuatu hal. Pengertian umum hanya momen yang tidak mempunyai nilai-
nilai kebenaran yang objekti.
2.4.6. Zaman Renaissance
Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari
dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan Abad Pertengahan
mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang
merindukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri,
tidak didasarkan atas campur tangan ilahi. Penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai
dirintis pada Zaman Renaissance. Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah
bidang astronomi. Tokoh-tokoh yang terkenal seperti Roger Bacon, Copernicus, Johannes
Keppler, Galileo Galilei. Berikut cuplikan pemikiran para filsuf tersebut yaitu Roger Bacon,
Copernicus, Johannes Keppler (awal 1600-an), dan Galileo Galilei.
2.4.7. Zaman Modern
Filsafat barat modern yang kelahirannya didahului oleh suatu periode yang disebut dengan
“renaissans” dan dimatangkan oleh “gerakan” Aufklaerung diabad ke-18 itu, didalamnya
mengandung dua hal yang sangat penting. Pengaruh dari gerakan renaissans dan aufklaerung itu
telah menyebabkan peradaban dan kebudayaan barat modern berkembang dengan pesat, dan
semakin bebas dari pengaruh otoritas dogma-dogma gereja. Sejak itu kebenaran filsafat dan ilmu
pengetahuan didasarkan atas kepercayaan dan kepastian intelektual (sikap ilmiah) yang
kebenarannya dapat dibuktikan berdasarkan metode, perkiraan dan pemikiran yang dapat diuji.
Filsafat barat modern dengan demikian memiliki corak yang berbeda dengan periode filsafat abad
pertengahan. Pada zaman modern otoritas kekuasaan itu terletak kemampuan akal manusia itu
16
sendiri. Manusia pada zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan serta raja dengan kekuasaan
politiknya yang bersifat absolut.
Para filosof modern pertama-tama menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab
suci atau dogma-dogma gereja, juga tidak berasal dari kekuasaan feudal. Semua filsuf apad zaman
ini menyelidiki segi-segi subjek manusiawi ; “Aku” sebagai pusat pemikiran, pusat pengamatan,
pusat kebebasan, pusat tindakan, pusat kehendak, dan pusat perasaan. Wacana filsafat yang
menjadi topic utama pada zaman modern, khususnya dalam abad ke-17, adalah persoalan
epistemologi. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bercorak epistemologis ini, maka
dalam filsafat abad ke-17 muncullah dua aliran filsafat yang memberikan jawaban berbeda, bahkan
saling bertentangan.
2.4.8. Zaman Kontemporer
Tema yang menguasai refleksi filosofis dalam abad ke-20 ini adalah pemikiran tentang
bahasa. Sebagian besar pemikir abad ke-20 pernah menulis tentang bahasa. Menurut Wittgenstein,
apa yang dihasilkan oleh sebuah karya filsafat melulu sederetan ungkapan filsafati, melainkan
upaya membuat ungkapan-ungkapan menjadi jelas. Para filsuf analitik ini tidak lain sebagai reaksi
atau respons terhadap aktivitas filsafat yang dilakukan oleh para penganut aliran filsafat idealisme.
sebab aliran filsafat idealisme lebih menekankan pada upaya mengintrodusir ungkapan-ungkapan
filsafati. Ungkapan-ungkapan filsafati yang di introdusir oleh penganut idealisme itu menurut
filsuf analitik kebanyakan bermakna ganda kubur dan tidak terpahami oleh akal sehat. Hal-hal
semacam itulah yang perlu diatasi dengan analisis bahasa. Perkembangan filsafat abad ke-20 juga
ditandai oleh munculnya berbagai aliran filsafat kebanyakan aliran itu merupakan kelanjutan dari
aliran-aliran filsafat yang telah berkembang pada abad modern.
Beberapa aliran dan tokoh yang paling berpengaruh pada abad ke-20 adalah Edmund
Husserl (1859-1938), selaku pendiri aliran Fenomenologi, ia telah mempengaruhi pemikiran
filsafat abad ke-20 ini secara amat mendalam. Eksistensialisme dan fenomenologi merupakan dua
gerakan yang sangat erat dan menunjukkan pemberontakan tambahan terhadap metode-metode
dan pandangan-pandangan barat. Terdapat perbedaan-perbedaan yang besar antara para pengikut
aliran ini namun terdapat tema-tema yang sama sebagai cirri khas aliran ini yang tampak pada para
penganutnya. Mengidentifikasi ciri aliran eksistensialisme sebagai berikut :
1. Eksistensialisme adalah pemberontakan dan protes terhadap rasionalisme dan masyarakat
modern, khususnya terhadap idealism Hegel.
17
2. Eksistensialisme adalah suatu protes atas nama individualis terhadap konsep-konsep, filsafat
akademis yang jauh dari kehidupan konkret.
3. Eksistensialisme juga merupakan pemberontakan terhadap alam yang impersonal (tanpa
kepribadian) dari zaman industri modern dan teknologi, serta gerakan masa. Masyarakat
industry cenderung untuk menundukkan orang seorang kepada mesin.
4. Eksistensialisme merupakan protes terhadap gerakan-gerakan totaliter baik gerakan pasis,
komunis, yang cenderung menghancurkan atau menenggelamkan perorangan didalam kolektif
atau masa.
5. Eksistensialisme menekankan situasi manusia dan prospek manusia didunia.
6. Eksistensialisme menekankan keunikan dan kedudukan pertama eksistensi, pengalaman
kesadaran yang dalam dan langsung.
Salah seorang tokoh eksistensialisme yang popular adalah Jean Paul Sartre (1905-1980) ia
membedakan dialektis dengan rasio analitis. Aliran filsafat eksistensialisme yang menjadi mode
berfilsafat pada pertangahan abad ke-20 mendapat reaksi aliran strukturalisme. Jika
eksistensialisme menekankan pada peranan pada individu, maka strukturalisme justru melihat
manusia “terkukung” dalam berbagai struktur dalam kehidupannya. Secara garis besar ada dua
pengertian pokok yang sangat erat kaitannya dengan strukturalisme sebagai aliran filsafat.
Pertama : strukturalisme adalah metode atau metodelogi yang digunakan untuk
mempelajari ilmu-ilmu kemanusiaan dengan bertitik tolak dari prinsip-prinsip
linguistic yang dirintis oleh Ferdinand de Saussure,
Kedua : strukturalisme merupakan aliran filsafat yang hendak memahami masalah
yang muncul dalam sejarah filsafat. Disini metodelogi struktural dipakai untuk
membahas tentang manusia, sejarah kebudayaan, serta hubungan antara
kebudayaan dan alam.
Para strukturalis filosofis yang menerapkan prinsip-prinsip strukturalisme linguistic dalam
berfilsafat bereaksi terhadap aliran filsafat fenomenologi dan eksistensialisme yang melihat
manusia dari sudut pandang yang subjektif. Para penganut aliran filsafat strukturalisme ini
memiliki kesamaan. Tokoh berpengaruh dalam aliran filsafat struktulisme adalah Michel Foucault
(1926-1984) Kesudahan ‘manusia’ sudah dekat itulah pendirian Foucalt yang sudah terkenal
tentang ‘kematian’ manusia. Maksud Foucault bukanya bahwa nanti tidak ada manusia lagi,
18
melainkan bahwa akan hilang konsep ‘manusia’ sebagai suatu kategori istimewa dalam pemikiran
kita.
Pada abad ke-20 ada aliran filsafat yang pengaruhnya dalam dunia praktis cukup besar,
yaitu aliran filsafat pragmatisme. Aliran filsafat ini merupakan suatu sikap metode dan filsafat
yang memakai akibat-akibat praktis dari pikiran dan kepercayaan sebagai ukuran untuk
menetapkan nilai kebenaran. Salah seorang tokoh pragmatisme adalah Willam Jasme (1842-1910),
ia memandang pemikirannya sendiri sebagai kelanjutan empirisme Inggris, namun empirismenya
bukan merupakan upaya untuk menyusun kenyataan berdasar atas fakta-fakta lepas sebagai hasil
pengamatan. James membedakan dua macam bentuk pengetahuan :
1) Pengetahuan yang langsung diperoleh dengan jalan pengamatan.
2) Merupakan pengetahuan tidak langsung yang diperoleh dengan melalui pengertian.
Suatu ide dapat menjadi benar apabila didukung oleh peristiwa-peristiwa sebagai akibat atau buah
dari ide itu. Pada awalnya postmodernisme lahir sebagai reaksi terhadap kegagalan modernism.
Dalam modernisme, filsafat memang berpusat pada Epistemologi yang bersandar pada gagasan
tentang subjektivitas dan objektivitas murni yang satu sama lain terpisah tak saling berkaitan.
Tugas pokok filsafat adalah mencari fondasi segala pengetahuan dan tugas pokok subjek adalah
mempresentasikan kenyataan objektif.
Wacana postmodern menjadi popular setelah Francois Lyotard (1924) menerbitkan
bukunya The Postmodern Condition : A Report on Knowledge (1979). Modernitas menurut
Lyotard ditandai oleh kisah-kisah besar yang mempunyai fungsi mengarahkan serta menjiwai
masyarakat modern, mirip dengan mitos-mitos yang mendasari masyarakat masyarakat primitif
dulu.
Bagi Marx masalah filsafat bukan hanya maslah pengetahuan dan masalah kehendak murni
yang utama, melainkan masalah tindakan. Para filosof menurut Marx selama ini hanya sekedar
menafsirkan dunia berbagai cara, namun menurut yang terpenting adalah mengubahnya. Menurut
Marx kaum, proletar harus merebut peranan kaum Borjuis dan Kapitalis itu melalui revolusi.
Berkembangnya aliran-aliran epistemologi, filsafat modern juga mengantarkan lahirnya revolusi
industri di abad ke-18 dan Negara-negara kebangsaan. Serta ideologi-ideologi dunia seperti
Liberalisme/Kapitalisme dan Sosialisme/Komunisme.
2.5. Kesimpulan
19
Sejarah perkembangan ilmu terbagi secara periode, yakni; Zman Pra Yunani Kuno, Zaman
Yunani kuno, Masa Helintis Romawi, Zaman Abad pertengahan, Zaman Renaissance, Zaman
Modern, Zaman Kontemporer ( Abad XX dan Seterusnya).
Adapun aliran – aliran filsafat ilmu terbagi menjadi beberapa aliran yaitu sebagai berikut :
rasonalisme, empirisme, realisme, idealisme, positivisme, dan pragmatisme. Dari berbagai aliran
filsafat ilmu, sampai sekarang banyak mewarnai perkembangan ilmu di Indonesia, terutama dalam
bidang penelitian. Implikasi dari berbagai aliran itu memiliki sudut pandang metodologis yang
berbeda. Bahkan masing – masing aliran akan melahirkan aneka ragam metode penelitian. Namun
dalam wawasan filsafat ilmu, aliran tetap menjadi akar dari perkembangan ilmu pengetahuan.
Aliran akan menentukan metode dan seluruh teori yang digunakan dalam penelitian apapun.
20
DAFTAR PUSTAKA
Endraswara, Suwardi. Dr.,M.Hum., 2012. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: CAPS.
https://suarakritingfree.blogspot.com/2012/09/sejarah-perkembangan-filsafat.html.
21
BAB III
FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN
3.1. Latar Belakang Masalah
Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami
perkembangan yang sangat menyolok. Pada permulaan sejarah filsafat di Yunani, “philosophia”
meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan
dikemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani Kuno
yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudian menjadi terpecah-pecah. Dengan munculnya
Ilmu Pengetahuan Alam pada abad ke 17, mulai terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu
pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut ilmu
pengetahuan adalah identik dengan filsafat.
Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999), filsafat itu sendiri
telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu
pengetahuan” telah tumbuh mekar- bercabang secara subur. Masing-masing cabang melepaskan
diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya
sendiri-sendiri.
Dengan demikian perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan
munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru
bahkan ke arah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh
karena itu sangat tepat bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin
menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat
ditentukan.
Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam ilmu pengetahuan,
sejak F.Bacon (1561-1626) mengembangkan semboyannya “Knowledge Is Power”, kita dapat
mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan manusia, baik individual
maupun sosial menjadi sangat menentukan.
Karena itu implikasi yang timbul menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu
yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis
batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis.Untuk mengatasi gap
antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat
menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul.
22
Oleh karenanya, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini
senada dengan pendapat Immanuel Kant (dalam Kunto Wibisono dkk., 1997) yang menyatakan
bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup
pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis Bacon (dalam The Liang Gie, 1999)
menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences).
Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena pengetahuan ilmiah atau
ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan
pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek
sasarannya: Ilmu (Pengetahuan).
3.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi ilmu pengetahuan dengan filsafat ilmu ?
2. Bagaimana hubungan diantara keduanya dan perbedaannya ?
3. Mengapa manusia lebih mementingkan ilmu dibandingkan dengan filsafat ?
4. Mengapa filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki hubungan dekat ?
3.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari ilmu pengetahuan dengan filsafat ilmu itu sendiri.
2. Mengetahui dan memahami hubungan diantara keduannya.
3. Memahami arti ilmu dan filsafat bagi manusia.
4. Mengetahui dan memahami alasan filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki
hubungan dekat.
5. Mendapatkan wawasan dan pengetahuan yang lebih dari makalah ini.
23
3.4. Definisi Ilmu Pengetahuan dan Filsafat Ilmu
Untuk mendapatkan pengertian yang luas tentang ilmu pengetahuan dan tidak melebar
pada pembahasan yang tidak relevan, maka pemakalah akan membahas secara detail dengan
mengacu pada kompetensi dasar dan indikator kompetensi pada silabi yang telah ditetapkan dosen
pengampu pada bahasan sebagai berikut :
3.4.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alima, ya’lamu, ‘ilman yang berarti mengetahui,
memahami dan mengerti benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut Science, dari bahasa Latin
yang berasal dari kata Scientia (pengetahuan) atau Scire (mengetahui). Sedangkan dalam bahasa
Yunani adalah Episteme (pengetahuan). Dalam kamus Bahasa Indonesia, ilmu adalah pengetahuan
tentang suatu bidang yang tersusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang itu.
Ilmu merupakan sistem dari dari berbagai pengetahuan yang masing-masing mengenai
suatu pengalaman tertentu yang disusun melalui sistem tertentu, sehingga menjadi suatu kesatuan,
atau merupakan suatu sistem dari pengetahuan yang masing-masing diperoleh sebagai hasil
pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memahami metode-metode tertentu yaitu induksi
(kesimpulan yang dimulai dari kasus perkasus) dan deduksi (kesimpulan yang dimulai dari
pernyataan umum).
Adapun pendapat-pendapat dari tokoh-tokoh tentang ilmu, diantaranya yaitu:
1. Encyclopedia Americana
Dalam Encyclopedia Americana, ilmu adalah pengetahuan yang bersifat positif dans
istematis.
2. Paul Freed man
Dalam The Principles of Scientific Research mendefinisikan ilmu sebagai: bentuk aktifitas
manusia yang dengan melakukannya umat manusia memperoleh suatu pengetahuan dan
senantiasa lebih lengkap dan cermat tentang alam dimasa lampau, sekarang dan kemudian
hari, serta suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya dan mengubah
lingkungannya serta mengubah sifat-sifatnya sendiri.
3. S. Ornby
Mengartikan ilmu sebagai susunan atau kumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui
penelitian dan percobaan dari fakta-fakta.
24
4. Poincare
Menyebutkan bahwa ilmu berisi kaidah-kaidah dalam arti definisi yang tersembunyi. Tidak
dapat di pungkiri bahwa dalam proses untuk memperoleh suatu ilmu adalah dengan melalui
pedekatan filsafat. Menurut Dr.Slamet Ibrahim.Pada zaman Plato sampai pada masa Al-
Kindi, batas antara filsafat dan ilmu pengetahuan boleh dikatakan tidak ada. Seorang
filosof (ahli filsafat) pasti menguasai semua ilmu pengetahuan. Perkembangan daya
berfikir manusia yang mengembangkan filsafat pada tingkat praktis dikalahkan oleh
perkembangan ilmu yang didukung oleh teknologi. Wilayah kajian filsafat menjadi lebih
sempit dibandingkan dengan wilayah kajian ilmu. Sehingga ada anggapan filsafat tidak
dibutuhkan lagi. Filsafat kurang membumi sedangkan ilmu lebih bermanfaat dan lebih
praktis. Padahal filsafat menghendaki pengetahuan yang komprehensif yang luas, umum,
dan universal dan hal ini tidak dapat diperoleh dalam ilmu. Sehingga filsafat dapat
ditempatkan pada posisi dimana pemikiran manusia tidak mungkin dapat dijangkau oleh
ilmu.
3.4.2. Pengertian Filsafat Ilmu
Istilah filsafat bisa ditinjau dari dua segi, semantik dan praktis. Dari segi semantik
perkataan filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, philosophia,
yang berarti philos=cinta, suka (loving) dan Sophia=pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi
philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap
orang yang cinta kepada pengetahuan disebut philosopher dalam bahasa Arab disebut failasuf.
Dari segi praktis filsafat berarti alam pikiran atau alam berfikir. Berfilsafat artinya berfikir. Namun
tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat maknanya berpikir secara mendalam dan
sungguh-sungguh.
Filsafat juga disebut sebagai way of life, Weltanschauung, Wereldbeschouwing, Wereld-
en levenbeschouwing, yaitu sebagai petunjuk arah kegiatan (aktivitas) manusia dalam segala
bidang kehidupannya. Syarat-syarat filsafat sebagai ilmu adalah pengetahuan yang metodis,
sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan yang bersifat menyeluruh dan universal, dan
sebagai petunjuk arah kegiatan manusia dalam seluruh bidang kehidupannya. Telaah secara
mendalam pada filsafat akan membuat filsafat memiliki tiga sifat yang pokok, yaitu: menyeluruh,
mendasar dan spekulatif.
25
3.5. Hubungan antara Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Hubungan Antara Filsafat dan Ilmu dari berbagai pengertian tentang filsafat dan ilmu
sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka berikutnya akan tergambar pula pola hubungan antara
ilmu dan filsafat. Pola relasi ini dapat berbentuk persamaan antara ilmu dan filsafat, terdapat juga
perbedaan diantara keduanya. Di zaman Plato, bahkan sampai masa al Kindi, batas antara filsafat
dan ilmu pengetahuan boleh disebut tidak ada. Seorang filosof pasti menguasi semua ilmu. Tetapi
perkembangan pikir manusia yang mengembangkan filsafat pada tingkat praktis, berujung pada
loncatan ilmu dibandingkan dengan loncatan filsafat. Meski ilmu lahir dari filsafat, tetapi dalam
daya perkembangan berikut, perkembangan ilmu pengetahuan yang didukung dengan kecanggihan
teknologi, telah mengalahkan perkembangan filsafat. Wilayah kajian filsafat bahkan seolah lebih
sempit dibandingkan dengan masa awal perkembangannya, dibandingkan dengan wilayah kajian
ilmu.
Oleh karena itu, tidak salah jika kemudian muncul suatu anggapan bahwa untuk saat ini,
filsafat tidak lagi dibutuhkan bahkan kurang relevan dikembangkan oleh manusia. Sebab manusia
hari ini mementingkan ilmu yang sifatnya praktis dibandingkan dengan filsafat yang terkadang
sulit “dibumikan”. Tetapi masalahnya betulkah demikian? Ilmu telah menjadi sekelompok
pengetahuan yang terorganisir dan tersusun secara sistematis. Tugas ilmu menjadi lebih luas, yakni
bagaimana ia mempelajari gejala-gejala sosial lewat observasi dan eksperimen.
Keinginan-keinginan melakukan observasi dan eksperimen sendiri, dapat didorong oleh
keinginannya untuk membuktikan hasil pemikiran filsafat yang cenderung Spekulatif ke dalam
bentuk ilmu yang praktis. Dengan demikian, ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai
keseluruhan lanjutan sistem pengetahuan manusia yang telah dihasilkan oleh hasil kerja filsafat
kemudian dibukukan secara sistematis dalam bentuk ilmu yang terteoritisasi.
Kebenaran ilmu dibatasi hanya pada sepanjang pengalaman dan sepanjang pemikiran, sedangkan
filsafat menghendaki pengetahuan yang komprehensif, yakni; yang luas, yang umum dan yang
universal (menyeluruh) dan itu tidak dapat diperoleh dalam ilmu.Lalu jika demikian, dimana saat
ini filsafat harus ditempatkan?
Menurut Am. Saefudin, filsafat dapat ditempatkan pada posisi maksimal pemikiran
manusia yang tidak mungkin pada taraf tertentu dijangkau oleh ilmu. Menafikan kehadiran filsafat,
sama artinya dengan melakukan penolakan terhadap kebutuhan riil dari realitas kehidupan manusia
yang memiliki sifat untuk terus maju.
26
Ilmu dapat dibedakan dengan filsafat. Ilmu bersifat pasteriori. Kesimpulannya ditarik
setelah melakukan pengujian-pengujian secara berulang-ulang. Untuk kasus tertentu, ilmu bahkan
menuntut untuk diadakannya percobaan dan pendalaman untuk mendapatkan esensinya.
Sedangkan filsafat bersifat priori, yakni; kesimpulan-kesimpulannya ditarik tanpa pengujian.
Sebab filsafat tidak mengharuskan adanya data empiris seperti dimiliki ilmu. Karena filsafat
bersifat spekulatif dan kontemplatif yang ini juga dimiliki ilmu.
Kebenaran filsafat tidak dapat dibuktikan oleh filsafat itu sendiri, tetapi hanya dapat
dibuktikan oleh teori-teori keilmuan melalui observasi dan eksperimen atau memperoleh
justifikasi kewahyuan. Dengan demikian, tidak setiap filosof dapat disebut sebagai ilmuan, sama
seperti tidak semua ilmuwan disebut filosof. Meski demikian aktifitas berpikir. Tetapi aktivitas
dan ilmuwan itu sama, yakni menggunakan aktifitas berpikir filosof. Berdasarkan cara berpikir
seperti itu, maka hasil kerja filosofis dapat dilanjutkan oleh cara kerja berfikir ilmuwan. Hasil kerja
filosofis bahkan dapat menjadi pembuka bagi lahirnya ilmu. Namun demikian, harus juga diakui
bahwa tujuan akhir dari ilmuwan yang bertugas mencari pengetahuan, sebagaimana hasil analisa
Spencer, dapat dilanjutkan oleh cara kerja berpikir filosofis.
Di samping sejumlah perbedaan tadi, antara ilmu dan filsafat serta cara kerja ilmuwan dan
filosofis, memang mengandung sejumlah persamaan, yakni sama-sama mencari kebenaran. Ilmu
memiliki tugas melukiskan, sedangkan filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan.
Aktivitas ilmu digerakkan oleh pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan fakta.
Sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan bagaimana sesungguhnya fakta itu, dari
mana awalnya dan akan kemana akhirnya.
Berbagai gambaran di atas memperlihatkan bahwa filsafat di satu sisi dapat menjadi
pembuka bagi lahirnya ilmu pengetahuan, namun di sisi yang lainnya ia juga dapat berfungsi
sebagai cara kerja akhir ilmuwan.
Filsafat yang sering disebut sebagai induk ilmu pengetahuan (mother of science) dapat
menjadi pembuka dan sekaligus ilmu pamungkas keilmuan yang tidak dapat diselesaikan oleh
ilmu. Kenapa demikian? Sebab filsafat dapat merangsang lahirnya sejumlah keinginan dari temuan
filosofis melalui berbagai observasi dan eksperimen yang melahirkan berbagai pencabangan ilmu.
Realitas juga menunjukan bahwa hampir tidak ada satu cabang ilmu yang lepas dari filsafat
atau serendahnya tidak terkait dengan persoalan filsafat. Bahkan untuk kepentingan perkembangan
ilmu itu sendiri, lahir suatu disiplin filsafat untuk mengkaji ilmu pengetahuan, pada apa yang
27
disebut sebagai filsafat pengetahuan, yang kemudian berkembang lagi yang melahirkan salah satu
cabang yang disebut sebagai filsafat ilmu.
3.6. Perbedaan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan
Dalam sejarah filsafat Yunani, filsafat mencakup seluruh bidang ilmu pengetahuan. Lambat
laun banyak ilmu-ilmu khusus yang melepaskan diri dari filsafat. Meskipun demikian, filsafat dan
ilmu pengetahuan masih memiliki hubungan dekat. Sebab baik filsafat maupun ilmu pengetahuan
sama-sama pengetahuan yang metodis, sistematis, koheren dan mempunyai obyek material dan
formal. Yang membedakan diantara keduanya adalah:
1. Filsafat mempelajari seluruh realitas, sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari
satu realitas atau bidang tertentu.
2. Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran sebagai
induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu
pengetahuan itu dapat hidup dan berkembang.
3. Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam
mempertanggungjawabkan ilmunya. Pertanggung jawaban secara rasional di sini berarti
bahwa setiap langkah-langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan
dan harus dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan argumen-argumen yang
obyektif (dapat dimengerti secara intersubyektif).
3.7. Kedudukan Ilmu Pengetahuan Dalam Pengetahuan Manusia
Kedudukan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia dapat pemakalah jelaskan dalam
tiga hal sebagai berikut :
1. Ilmu sebagai proses ( kegiatan penelitian)
2. Ilmu pengetahuan sebagai proses juga dinamakan suatu aktifitas penelitian. Ilmu secara
nyata dan khas adalah suatu aktifitas manusia yakni perbuatan melakukan sesuatu yang
dilakukan oleh manusia. Ilmu tidak hanya satu aktifitas saja, melainkan suatu rangkaian
aktifitas sehingga merupakan sebuah proses. Rangkaian aktifitas itu bersifat rasional,
kognitif dan teologis.
3. Ilmu pengetahuan sebagai proses artinya kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan demi
penemuan dan pemahaman dunia alami sebagaaimana adanya, bukan sebagaimana yang
kita kehendaki. Metode ilmiah yang khas dipakai dalam proses ini adalah anatis rasionalis,
28
obyektif, sejauh mungkin “ impersonal” dari masalah yang didasarkan pada percobaan dan
data yang dapat di amati.
4. Dari dua pendapat di atas, menyebabkan adanya seseorang yang melaksanakan rangkaian
aktifitas penelitian dalam bidang keilmuan, dan sekarang lazim dinamakan ilmuwan
(scientis)
5. Ilmu sebagai prosedur (Metode ilmiah) Untuk memperjelas pengertian ilmu sebagai
aktifitas penelitian, maka harus diuraikan lebih lanjut dan lengkap mengenai cara dan
langkah menuju hasil ilmiah. Penelitian sebagai serangkaian aktifitas mengandung
prosedur tertentu, yakni serangkaian cara dan langkah tertib yang mewujudkan pola tetap.
Rangkaian cara dan langkah ini dalam dunia keilmuan disebut metode.. Untuk lebih
jelasnya dipakai istilah ‘metode ilmiah’ (scientific method). Secara lebih khusus archie J.
Bahm dalam bukunya “What in Science?” menjelaskan bahwa metode ilmiah meliputi 5
langkah yaitu :
1. Menyadari akan masalah.
2. Menguji masalah.
3. Mengusulkan solusi.
4. Menguji usulan atau proposal masalah/pengujian hipotesa.
5. Memecahkan masalah.
6. Ilmu sebagai Produk (pengetahuan sistematis) Dari pengertian ilmu sebagai proses yang
merupakan penelitian ilmiah dan prosedur yang mewujudkan metode ilmiah di atas, pada
akhirnya keluarlah produk berupa pengetahuan ilmiah (scientific knowledge). Ini
merupakan pengertian dan posisi ilmu yang ketiga.
Menurut Daoed Joesoef (1987) ilmu pengetahuan sebagai produk pengetahuan yang telah
diketahui dan diakui kebenarannya oleh masyarakat ilmuwan. Pengetahuan dalam hal ini terbatas
pada kenyataan yang mengandung kemungkinan untuk disepakati dan terbuka untuk diteliti, diuji,
dan dibantah oleh seseorang.
Pengetahuan ilmiah dapat dibaca dalam buku-buku pelajaran, majalah-majalah dan bahan-
bahan bacaan lainnya yang ada dalam halaman- halaman bacaan itu. Pengetahuan ilmiah dapat
juga diserap dari pernyataan-pernyataan yang diucapkan oleh seseorang dalam mimbar kuliah atau
pertemuan.
29
Dari uraian-uraian pendapat di atas, menjelaskan bahwa ilmu merupakan pengetahuan.
Pengetahuan secara sederhana pada dasarnya adalah keseluruhan keterangan dan ide yang
terkandung dalam pernyataan-pernyataan yang dibuat mengenai sesuatu gejala-peristiwa baik
yang bersifat alamiah, social maupun keorangan. Jadi pengetahuan menunjuk pada sesuatu yang
merupakan isi (fakta) substantive yang terkandung dalam ilmu.
3.8. Kesimpulan
Dalam sejarah filsafat Yunani, filsafat mencakup seluruh bidang ilmu pengetahuan. Lambat
laun banyak ilmu-ilmu khusus yang melepaskan diri dari filsafat. Meskipun demikian, filsafat dan
ilmu pengetahuan masih memiliki hubungan dekat. Sebab baik filsafat maupun ilmu pengetahuan
sama-sama pengetahuan yang metodis, sistematis, koheren dan mempunyai obyek material dan
formal. Yang membedakan diantara keduanya adalah :
1. Filsafat mempelajari seluruh realitas, sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari
satu realitas atau bidang tertentu.
2. Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran sebagai
induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu
pengetahuan itu itu dapat hidup dan berkembang.
3. Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam
mempertanggungjawabkan ilmunya. Pertanggungjawaban secara rasional di sini berarti
bahwa setiap langkah langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan
dan harus dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan argumen-argumen yang
obyektif (dapat dimengerti secara intersuyektif).
30
DAFTAR PUSTAKA
http://referensiagama.blogspot.com/2011/01/makalah-filsafat-ilmu-dan-pengetahuan.html
https://agus-mal.blogspot.com/2015/11/perbedaan-filsafat-pengetahuan-dan-ilmu.
31
BAB IV
LOGIKA BERPIKIR
4.1. Latar Belakang Masalah
Akal manusia pada hakikatnya memerlukan aturan dalam menganalisa berbagai masalah
yang ada karena ilmu logika merupakan ilmu yang mengatur cara berpikir (analisa) manusia, maka
keperluan kita kepada ilmu logika adalah untuk mengatur dan mengarahkan kita kepada suatu cara
berpikir yang benar.
Logika merupakan bagian dari kajian epitemologi, yaitu cabang filsafat yang
membicarakan mengenai pengetahuan. Ia bisa dikatakan ruh dari filsafat. Karena mungkin tidak
akan ada filsafat kalau tidak ada logika.
Berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan
cermat. Harus disadari bahwa setiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta
menggunakan akalnya semaksimal mungkin. Seseorang yang tidak berpikir, berada sangat jauh
dari kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya
ia tidak akan mengetahui tujuan penciptaan alam dan arti keberadaan dirinya di dunia.
4.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemahaman tentang logika dan berpikir ?
2. Bagaimana rahasia logika berpikir yang sebenarnya ?
3. Mengapa logika bisa dikatakan ilmu tentang penalaran ?
4. Mengapa pikiran mempertahankan pengalaman saat ini dan mengurutkan pengalaman
masa lalu yang relevan ?
4.3. Tujuan
1. Memahami tentang logika dan berpikir.
2. Mengetahui dan memahami rahasia logika berpikir.
3. Mengetahui dan memahami penalaran.
4. Mengetahui dan memahami alasan pikiran mempertahankan pengalaman saat ini dan
mengurutkan pengalaman masa lalu yang relevan.
32
4.4. Pemahaman Dasar Tentang Logika Ilmu
Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran
yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Nama logika untuk pertama kali muncul
pada filsuf Cicero (abad ke -1 sebelum Masehi), tetapi dalam arti “seni berdebat”. Alexander
Aphrodisias (sekitar permulaan abad ke-3 sesudah Masehi adalah orang pertama yang
mempergunakan kata “logika” dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita.
Logika adalah salah satu cabang filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logika
episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan
untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional
untuk mengetahui dan kecakapan yang mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan
pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan
masuk akal. Logika secara luas dapat didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara valid.
Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan
sekaligus sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan
sarana ilmu logika merupakan “jembatan penghubung” antara filsafat dan ilmu, yang secara
terminologis logika didefinisikan teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya
bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan.
Penyimpulan yang sah, artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak
kembali sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi.
Contohnya, pada kupu-kupu mengalami fase metamorfosa. Karena sebelum menjadi kupu-
kupu adanya tahap-tahapan yang dilalui yaitu yang pertama fase telur kemudian menetas menjadi
ulat lalu berubah menjadi kepompong dan selanjutnya menjadi kupu-kupu. Penyimpulan di atas
dikatakan penyimpulan yang sah karena sesuai dengan kenyataan yang ada dan tidak dibuat-buat
(masuk akal).
Logika tidak mempelajari cara atau metode berpikir dari semua ragamnya, tetapi pemikiran
yang paling sehat dan praktis. Banyak jalan pemikiran kita dipengaruhi oleh keyakinan, pola
berpikir kelompok, kecenderungan pribadi, pergaulan dan sugesti. Juga banyak pemikiran yang
diungkapkan sebagai luapan emosi seperti caci maki, kata pujian atau pernyataan keheranan dan
kekaguman.
Ada juga pemikiran yang diungkapkan dengan argumentasi yang secara sepintas kelihatan
benar untuk memutarbalikkan kenyataan dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi maupun
33
golongan. Untuk memahami sesuatu, kita memerlukan logika dan cara menganalisa. Untuk
memahami sesuatu, kita memerlukan logika dan cara menilai pemikiran. Logika menyelidiki,
menyeleksi, dan menilai pemikiran dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan untuk
mendapatkan kebenaran, terlepas dari segala kepentingan dan keinginan perorangan. Logika
merumuskan serta menerapkan hukum dan patokan yang harus ditaati agar seseorang dapat
berpikir benar, efisien, sistematis, dan teratur.
Kita tidak mungkin memahami pikiran seseorang kalau tidak diwujudkan dalam bentuk
ucapan, tulisan atau isyarat. Isyarat adalah perkataan yang dipadatkan, karena itu ia adalah
perkataan juga. Jadi pikiran dan perkataan adalah identik, tidak berbeda satu sama lain dan bukan
tambahan bagi masing-masingnya. Terkadang orang mengatakan, “Pikiran adalah perkataan dan
perkataan adalah pikiran.”
Angan-angan, khayalan, pikiran yang berkecamuk dalam dada dan kepala kita tidak lain
adalah bisikan kata yang amat lembut. Kata-kata yang mewakili pikiran ini bukan sekedar coretan
pena yang dituliskan atau suara gaduh yang diucapkan, tetapi merupakan susunan kata yang
mewakili maksud tertentu yang lengkap (Proposisi).
Pengetahuan kita tidak lain adalah informasi proposisi. Dalam aktivitas berpikir (thinking
process) kita selalu membanding, menganalisis serta menghubungkan proposisi yang satu dengan
proposisi yang lainnya. Dengan demikian penyelidikan logika dalam mencari kebenaran
pemikiran selalu berurusan dengan struktur dan relasi proposisi.
Rahasia Logika berpikir sebenarnya terletak pada bagaimana memaksimalkan fungsi otak
kiri dan otak kanan yang berkorelasi positif terhadap proses pengambilan keputusan dan perilaku
kepemimpinan. Belahan otak kiri beroperasi secara rasional (intelectual capabilities), ia menerima
informasi sedikit demi sedikit dan langsung mengolahnya, seperti mendengarkan laporan
bawahan, membaca laporan telaahan staf, memahami ceramah, dan lain sebagainya.
Otak kiri itu juga mengawasi komunikasi lisan, disamping penalaran logis dan matematis.
Sedangkan, belahan otak kanan beroperasi secara intuitif, memimpikan dan merasakan dalam total
pencitraan terhadap sesuatu, kemampuan dan jiwa seni (art capabilities) seseorang dikontrol oleh
otak kanan ini. Otak kanan itu mengontrol kreatifitas dan kemampuan artistik.
Logika berpikir dapat disistematisasikan menjadi beberapa kategori, tergantung darimana
kita meninjaunya. Dilihat dari segi kualitasnya. Logika (dalam Bahasa Arab dikenal dengan nama
34
Mantiq) dibedakan menjadi Logika Naturalis (Mantiq al-Fitri) dan Logika Artifisialis atau Logika
Ilmiah (Mantiq as-Suri).
Logika Naturalis yaitu kecakapan berpikir berdasarkan kemampuan akal bawaan manusia.
Akal manusia yang normal berarti dapat bekerja secara spontan sesuai hokum – hukum logika
dasar sedang Logika Ilmiah (science logic) memperhalus, mempertajam serta menunjukkan jalan
pemikiran agar akal dapat bekerja lebih teliti, efisien, mudah dan aman.
4.4.1. Macam-Macam Logika
Macam-macam Logika menurut The Liang Gie (1980) dalam Adib (2010: 102-104) yaitu:
Logika dalam pengertian sempit dan luas
Dalam arti sempit logika dipakai seperti dengan logika deduktif atau logika formal. Sedangkan
dalam arti luas, pemakaiannya mencakup kesimpulan-kesimpulan dari berbagai bukti dan tentang
bagaimana sistem penjelasan disusun dalam ilmu alam serta meliputi pula pembahasan mengenai
logika itu sendiri.
1. Logika Deduktif
Logika deduktif adalah cara berpikir dengan menggunakan premis-premis dari fakta yang
bersifat umum ke khusus yang menjadi kesimpulannya. Contoh argument pada logika
deduktif yaitu:
1. Semua Mahasiswa IAIN SALATIGA semester 5 tinggal di Ma’had
2. Firman adalah mahasiswa IAIN SALATIGA semester 5
3. Firman tinggal di Ma’had
2. Logika induktif merupakan cara berpikir yang berdasarkan fakta-fakta yang bersifat
(khusus) terlebih dahulu dipakai untuk penarikan kesimpulan (umum). Contohnya
argument pada logika induktif yaitu:
1. Buku 1 besar dan tebal adalah mahal.
2. Buku 2 besar dan tebal adalah mahal.
Jadi, semua buku besar dan tebal adalah mahal.
3. Logika Formal (Minor) dan Material (Mayor)
Logika Formal atau disebut juga Logika Minor mempelajari asas, aturan atau hukum-
hukum berfikir yang harus ditaati, agar orang dapat berfikir dengan benar dan mencapai
kebenaran. Sedangkan Logika Material atau Mayor mempelajari langsung pekerjaan akal
serta menilai hasil-hasil logika formal dan mengujinya dengan kenyataan praktis yang
35
sesungguhnya, mempelajari sumber-sumber dan asalnya pengetahuan, alat-alat
pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan, dan akhirnya merumuskan metode ilmu
pengetahuan itu.
4. Logika Murni dan Terapan
Logika Murni merupakan pengetahuan mengenai asas dan aturan logika yang berlaku
umum pada semua segi dan bagian dari pernyataan-pernyataan dengan tanpa
mempersoalkan arti khusus dalam sesuatu cabang ilmu dari istilah pernyataan yang
dimaksud. Logika Terapan adalah pengetahuan logika yang diterapkan dalam setiap
cabang ilmu, bidang-bidang filsafat, dan juga dalam pembicaraan yang menggunakan
bahasa sehari-hari.
5. Logika Filsafati dan Matematik
Logika Filsafati merupakan ragam logika yang mempunyai hubungan erat dengan
pembahasan dalam bidang filsafat, seperti logika kewajiban dengan etika atau logika arti
dengan metafisika. Sedangkan Logika Matematik menelaah penalaran yang benar dengan
menggunakan metode matematik serta bentuk lambang yang khusus dan cermat untuk
mengindarkan makna ganda.
4.5. Pengertian Penalaran
Penalaran adalah kemampuan manusia untuk melihat dan memberikan tanggapan tentang
apa yang dia lihat. Karena manusia adalah makhluk yang mengembangkan pengetahuan dengan
cara bersungguh-sungguh, dengan pengetahuan ini dia mampu membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk.
Penalaran dalam contoh yang nyata dapat kita temukan pada perbedaan manusia dengan
hewan yaitu apabila terjadi kabut, burung akan terbang untuk mengindari polusi udara yang
memungkinkan dia tidak bisa bertahan hidup. Sedangkan manusia akan mencari tahu mengapa
sampai terjadinya kabut? Bagaimana cara menghindari kabut? Apa saja komponen-komponen
yang terkadung di dalam kabut? Apa saja penyakit yang diakibatkan oleh kabut?
Penalaran manusia bisa terjadi karena dua hal yaitu manusia mempunyai bahasa dan
manusia mampu mengembangkan pengetahuan. Dua hal inilah yang membedakan manusia
dengan hewan dan di harapkan manusia mampu memposisikan dirinya di tempat yang benar.
4.5.1. Macam-Macam Penalaran
1. Penalaran deduktif
36
Penalaran deduktif atau disebut logika deduktif, yaitu penalaran yang membicarakan cara-
cara untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan apabila lebih dahulu telah diajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai semua atau sejumlah di antara suatu kelompok barang.
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola pikir yang
dinamakan silogisme. Silogisme dibentuk oleh 2 pernyataan yang disebut premis (premis
mayor dan premis minor), yang diikuti dengan sebuah kesimpulan atau konklusi. Dengan
fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat yang terdiri dari 2 pendapat
dan 1 kesimpulan. Contohnya penalaran/logika deduktif menggunakan silogisme:
Semua buku besar dan tebal adalah mahal (premis mayor)
Buku 3 adalah besar dan tebal (premis minor)
Jadi, buku 3 adalah mahal (konklusi/kesimpulan)
2. Penalaran induktif
Penalaran induktif disebut logika induktif, yaitu penalaran yang membicarakan tentang
penarikan kesimpulan bukan dari pernyataan-pernyataan yang umum, melainkan dari
pernyataan-pernyataan yang khusus. Kesimpulannya hanya bersifat probabilitas
berdasarkan atas pernyataan-pernyataan yang telah diajukan. Macam-macam penalaran
induktif yaitu:
3. Penyimpulan secara kausal
Penyimpulan ini berusaha untuk menemukan sebab-sebab dari hal-hal yang terjadi. Bila
telah diajukan suatu perangkat kejadian, maka haruslah diajukan pertanyaan: “Apakah
yang menyebabkan kejadian-kejadian itu?” Misalnya, terjadi suatu wabah penyakit tipus:
“Apakah yang menyebabkan timbulnya wabah tipus?
4. Analogi
Penalaran secara analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang
mempunyai sifat yang sama. Contohnya kita ingin membuktikan adanya Tuhan
berdasarkan susunan dunia tempat kita hidup. Dalam hal ini, kita dapat mengatakan sebagai
berikut. Perhatikanlah sebuah jam. Seperti halnya dunia, jam tersebut juga merupakan
mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian yang sangat erat hubungannya yang satu
dengan yang lain. Kiranya tidak seorang pun beranggapan bahwa sebuah jam dapat
membuat dirinya sendiri atau terjadi secara kebetulan. Susunannya yang sangat rumit
menunjukkan bahwa ada yang membuatnya. Dengan demikian, secara analogi adanya
37
dunia juga menunjukkan adanya pembuatannya, karena dunia kita ini juga sangat rumit
susunannya dan bagian-bagiannya yang berhubungan sangat erat satu dengan yang lain
secara baik. Bahwa penalaran ini terdiri dari memperbandingkan jam dengan dunia, dan
dari persamaan-persamaan tertentu menyimpulkan persamaan-persaamaan yang lain.
Contoh analogi lain yakni :
1) Ibnu mahasiswa IAIN adalah anak sholeh dan rajin.
2) Rizki adalah mahasiswa IAIN adalah anak sholeh dan rajin.
3) Muhammad mahasiswa IAIN.
Jadi, Muhammad mahasiswa IAIN adalah anak sholeh dan rajin.
4.6. Pemahaman Tentang Pikiran dan Berpikir
Pikiran adalah gagasan dan proses mental. Berpikir memungkinkan seseorang untuk
merepresentasikan dunia sebagai model dan memberikan perlakuan terhadapnya secara efektif
sesuai dengan tujuan, rencana, dan keinginan. Kata yang merujuk pada konsep dan proses yang
sama diantaranya kognisi, pemahaman, kesadaran, gagasan, dan imajinasi.
Berpikir melibatkan manipulasi otak terhadap informasi, seperti saat kita membentuk
konsep, terlibat dalam pemecahan masalah, melakukan penalaran, dan membuat keputusan.
Berpikir adalah fungsi kognitif tingkat tinggi dan analisis proses berpikir menjadi bagian dari
psikologi kognitif.
4.6.1. Proses Dasar
Mekanisme dasar dari sel otak manusia merefleksikan proses pencocokan pola atau
pengenalan pola. Saat seseorang melakukan refleksi, situasi baru dan pengalaman baru dinilai
berdasarkan apa yang diingat. Untuk membuat penilaian ini, pikiran mempertahankan pengalaman
saat ini dan mengurutkan pengalaman masa lalu yang relevan.
Hal tersebut dilakukan dengan mempertahankan agar pengalaman kini dan masa lalu
sebagai pengalaman yang terpisah. Pikiran dapat mencampur, mencocokkan, menggabungkan,
menukar, dan mengurutkan konsep-konsep, persepsi, dan pengalaman. Proses ini disebut
penalaran. Logika adalah ilmu tentang penalaran. Kesadaran akan proses penalaran ini adalah jalan
masuk kedalam kesadaran
4.6.2. Berpikir Ilmiah
38
Berpikir ilmiah adalah berpikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan
empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan.
(Hillway, 1956) selain itu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan
mengembangkan. Contohnya: Kepler, seorang ahli astronomi, telah mencatat pengamatan-
pengamatan yang banyak jumlahnya tentang posisi planet Mars. Catatan-catatan ini
memberitahukan kepadanya tentang posisi Mars di ruang angkasa pada berbagai waktu selama
bertahun-tahun, dalam hubungannya dengan matahari pada suatu waktu tertentu. Masalah yang
dihadapi Kepler ialah jalan edar mengitari matahari yang manakah yang harus ditempuh Mars agar
berada pada titik-titik yang telah diamati di angkasa pada waktu-waktu yang setepatnya.
Menurut Soejono Soemargono (1983) metode ilmiah secara garis besar ada dua macam,
yaitu Metode analitiko sintesa dan metode non deduksi.
1. Metode Analitioko Sintesa
Metode analitioko sintesa merupakan gabungan dari metode analisis dan metode sintesis.
1. Metode Analisis
Metode analisis yaitu cara penanganan terhadap sesuatu objek ilmiah tertentu dengan jalan
memilah-milahkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya. Misalnya,
seorang filusuf memahami kata atau istilah “keberanian”. Dari segi ekstensi, dia
mengungkapkan makna kata ini berdasarkan bagaimana kata ini digunakan, dan
mengetahui sejauh mana kata “keberanian” menggambarkan realitas tertentu. Apabila kita
menggunakan metode analisis, dalam babak terakhir kita memperoleh pengetahuan
analitis.
2. Metode Sintesis
Metode sintesis yaitu cara penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan cara
menggabungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya sehingga
menghasilkan sesuatu pengetahuan yang baru. Contohnya, (1) Ilmu adalah aktifitas, (2)
Ilmu adalah metode, (3) Ilmu adalah produk. Jadi, hasil sintetisnya yaitu Ilmu adalah
aktifitas, metode, dan produk.
2. Metode Non Deduksi
Metode non deduksi merupakan gabungan dari metode induksi dan metode deduksi.
1. Metode Induksi
39
Yaitu suatu cara yang dipakai untuk mendapati ilmu pengetahuan ilmiah dengan bertitik
tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat khusus, kemudian menarik
kesimpulan yang bersifat umum. Contohnya: Umpamanya kita mempunyai fakta bahwa
kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, demikian juga dengan singa, kucing,
dan berbagai binatang lainnya. Dari kenyataan-kenyataan ini kita dapat menarik
kesimpulan yang bersifat umum yakni semua binatang mempunyai mata.
2. Metode Deduksi
Yaitu suatu cara yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak
dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat umum, kemudian menarik
kesimpulan yang bersifat khusus. Contohnya: setiap manusia yang ada didunia pasti suatu
ketika pasti akan mati, si Ahmad adalah manusia; atas dasar ketentuan yang bersifat umum
tadi karena Ahmad adalah manusia maka suatu ketika ia akan mati juga.
4.6.3. Berpikir Evaluatif
Berpikir Evaluatif (evaluative thinking) ialah berpikir kritis, menilai baik-buruknya suatu
kebijakan, tepat atau tidaknya suatu gagasan, valid atau tidaknya suatu data, teruji atau tidaknya
suatu argumen. Dalam berpikir evaluatif, kita tidak menambah atau mengurangi gagasan atau
keputusan. Kita menilainya menurut kriteria tertentu.
Berpikir evaluatif (evaluative thinking) sangat terkait dengan logis tidaknya suatu penilaian
berdasarkan kriteria yang relevan. Tidak semata karena dipengaruhi oleh faktor sentimen atau
politis. Jika suatu penilaian bersifat logis maka hal tersebut disebut obyektif dan jika tidak logis
disebut penilaian subyektif.
Obyektif atau subyektif tidaknya penilaian biasanya dipengaruhi seberapa matang
seseorang dalam ilmu dan pengalaman yang menjadi penguat argumentasinya. Penilaian obyektif
hanya dapat diberikan jika seseorang memiliki informasi yang berimbang terhadap apa yang
dinilainya, tentu saja tetap memperhatikan keakuratan informasi dan fakta empiris di lapangan.
Menurut perkembangan mutakhir psikologi kognitif, seseorang lebih sering berpikir tidak logis
daripada berpikir logis seperti berpikir deduktif.
Kata Morton “Berpikir logis bukanlah kebiasaan kita atau hal yang alamiah. Dan cara
berpikir menurut logika yang tidak valid yang biasa kita lakukan, justru berjalan agak baik dalam
kebanyakan situasi sehari-hari”.Berpikir tidak logis ternyata lebih praktis, efisien, dan bermanfaat.
40
Terkenal ucapan Wason dan Johnson Laird. “ Pada keadaan terbaik, kita semua dapat
berpikir seperti ahli logika ; dalam keadaan terjelek, ahli logika semua berpikir seperti kita”.
Kalau begitu, tentu hanya mereka yang ahli dan terdidik saja dapat berpikir logis. Sudah lama
diduga orang bahwa wanita, anak kecil, rakyat pedesaan, petani, orang pulau, atau orang yang
berpendidikan rendah berpikir tidak logis. Yang logis hanyalah ilmuwan, dosen, kaum profesional
atau pejabat. Anggapan ini tidak benar, Paul E Johnson pernah meneliti cara berpikir ilmuwan dan
pakar dari berbagai profesi.
Paul E Johnsons menulis, “Saya selalu terkejut menyaksikan bahwa ahli yang kami teliti
sangat jarang melakukan berpikir seperti logika formal. Kebanyakan mereka melakukan berpikir
inferensial kira – kira, yang didasarkan pengenalan kesamaan.” (Hunt, 1982 : 139, Jalaluddin
Rahmat, 1990).
Karena itu, kesalahan terbesar seorang pejabat atau pegawai pemerintah yang berbicara
dengan rakyat maka dianggapnya bahwa lawan bicaranya itu tidak selogis umpan balik (feedback)
komunikasi dari apa yang diperkirakan dan diharapkannya.
Logis tidaknya, obyektif tidaknya suatu penilaian bergantung sampai sejauh mana tingkat
kedewasaan seseorang dalam memahami sesuatu. Apakah logis jika anggota DPRD menuduh
seorang pejabat melakukan penyelewengan hanya berdasarkan isu yang berkembang di
masyarakat ataukah hanya berdasarkan berita di koran (informasi sekunder).
Apakah suatu informasi dapat dikatakan obyektif jika terdapat oknum di masyarakat yang
menuduh dan menuding seorang pejabat KKN hanya berdasarkan praduga tanpa ada satupun bukti
yang bisa dikemukakan dan dipertanggungjawabkan secara moral dan secara hukum. Apakah logis
dan adil jika seorang Bupati menilai suatu proyek ‘terhambat, gagal atau menyalahi bestek’ hanya
berdasarkan keterangan sepihak Kadis PU misalnya, tanpa memahami aspek teknis dan
meninjaunya terlebih dahulu.
Logis tidaknya seseorang berpikir, obyektif tidaknya kita menilai sangat tergantung pada
seberapa banyak informasi yang kita miliki serta seberapa luas pemahaman kita terhadap aspek
teknis dan non-teknis suatu pekerjaan sehingga dengan demikian kita dapat berpikir evaluatif lebih
adil. Seorang pemimpin yang terbiasa berpikir evaluatif akan terbentuk menjadi pemimpin yang
adil (good leader).
4.6.4. Berpikir Kreatif
41
Berpikir kreatif diperlukan saat cari ide, inspirasi atau untuk menyederhanakan persoalan.
Berpikir Kreatif (Creative Thinking) menurut James C. Coleman dan Caustance L Hamen (1974 :
452), adalah “thinking which produces new methods, new concepts, new understanding, new
inventions, new work of art”. Berpikir kreatif adalah cara berpikir untuk menghasilkan metode
baru, konsep baru, pemahaman yang baru, dan cara kerja baru.(Jalaluddin Rahmat, 1990).
Berpikir kreatif diperlukan mulai dari komunikator yang mendesain pesannya, Kepala
Kantor yang membuat telaahan staf, insinyur yang merancang bangunan, ahli iklan yang harus
menata pesan verbal dan pesan grafis, Wartawan yang memperindah bahasa ‘berita
investigasinya’, Seorang bupati yang harus memberikan perspektif baru dalam mengatasi masalah
sosial, tak terkecuali untuk seorang aktivis organisasi massa atau partai politik dalam menata
program kerjanya.
Kadang kita merasa, untuk menjadi lebih kreatif kita perlu menjauhi orang. Jika anda
berpikir demikian, maka anda sedang berjalan pada gang buntu. Temukanlah pemecahan masalah
anda, pada orang lain yang juga pernah mengalami masalah sama seperti anda. Lalu ubahlah
sedikit sesuai dengan style anda.
Terimalah gagasan apa adanya, sehingga merangsang pikiran membuat gagasan yang lebih
baik. Agar menjadi sedikit lebih kreatif, gunakanlah masalah yang tidak persis sama dengan
masalah baru untuk merangsang gagasan baru. Kita, cenderung terpaku pada kebiasaan kita dalam
memandang sesuatu dan menafsirkan kata.
Membebaskan pikiran adalah metode kreatif yang dirancang untuk membantu kita dalam melihat
hal dan hubungan antar hal tersebut dengan cara baru yang berbeda. Dan untuk menggunakan
kebiasaan kita dalam melihat sesuatu hanya sebagai suatu keuntungan, bukan sebagai suatu
rintangan. Menggunakan metode kesamaan atau analogi merupakan salah satu proses untuk
menjadi lebih kreatif.
Dalam menggunakan analogi, dibutuhkan kekuatan berpikir untuk menyamakan sesuatu
dengan hal lain. Walaupun hal tersebut sangat sederhana untuk dipahami, namun mencari
kesamaan yang tepat jelas memerlukan energi. Hal yang tampaknya tidak berkaitan, dapat
memberikan wawasan tentang berbagai masalah dan pemecahannya.
Inilah yang dimaksud perangsang gagasan. Menggunakan analogi untuk mencari hal
imajinatif dalam memecahkan masalah merupakan cara pemecahan masalah lebih kreatif, dengan
42
mengimajinasikan kemiripan gagasan yang tampaknya tidak berhubungan, kita harus memaksa
adanya hubungan tersebut.
William James (1975 : 242) mengatakan, bahwa kreatifitas yang tinggi berasal dari
kemampuan mengasosiasikan kesamaan, dengan begitu merupakan katalisator membebaskan
pikiran. Membebaskan pikiran tidak hanya membantu kita untuk menjadi kreatif dalam
pendekatan pemecahan masalah, tetapi menjadi lebih kreatif dengan kesadaran kita terhadap
lingkungan sekitar. Kita menjadi semakin dirangsang untuk menyadari dan berpikir memecahkan
masalah yang terjadi.
4.7. Kesimpulan
Dari makalah, penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam mempelajari suatu nilai
kebenaran, manusia dituntut untuk bisa memanfaatkan wahana berpikir yang dimilikinya, manusia
juga harus mampu memposisikan dirinya diposisi kebenaran. Hal yang harus dilakukan manusia
adalah menempatkan penalaran.
Rahasia Logika berpikir sebenarnya terletak pada bagaimana memaksimalkan fungsi otak
kiri dan otak kanan yang berkorelasi positif terhadap proses pengambilan keputusan dan perilaku
kepemimpinan. Belahan otak kiri beroperasi secara rasional (intelectual capabilities), ia menerima
informasi sedikit demi sedikit dan langsung mengolahnya, seperti mendengarkan laporan
bawahan, membaca laporan telaahan staf, memahami ceramah, dan lain sebagainya.
Otak kiri itu juga mengawasi komunikasi lisan, disamping penalaran logis dan matematis.
Sedangkan, belahan otak kanan beroperasi secara intuitif, memimpikan dan merasakan dalam total
pencitraan terhadap sesuatu, kemampuan dan jiwa seni (art capabilities) seseorang dikontrol oleh
otak kanan ini. Otak kanan itu mengontrol kreatifitas dan kemampuan artistik.
Logika berpikir dapat disistematisasikan menjadi beberapa kategori, tergantung darimana
kita meninjaunya. Dilihat dari segi kualitasnya. Logika (dalam Bahasa Arab dikenal dengan nama
Mantiq) dibedakan menjadi Logika Naturalis (Mantiq al-Fitri) dan Logika Artifisialis atau Logika
Ilmiah (Mantiq as-Suri).
43
DAFTAR PUSTAKA
https://syafrudinmtop.blogspot.co.id/2015/03/filsafat-ilmu-logika-ilmu-dan.html.
https://nurwiddy.wordpress.com/2017/10/29/makalah-logika-ilmu-dan-berpikir-ilmiah.
https://palontaraq.id/2018/05/17/pemahaman-dasar-logika-dan-cara-berpikir/amp.
44
BAB V
TEORI TEORI KEBENARAN
5.1. Latar Belakang Masalah
Filsafat dapat diartikan dengan pengetahuan tentang hikmah, pengetahuan tentang prinsip,
mencari kebenaran, mencari dasar-dasar apa-apa yang di bahas . Pada pengertian nomor tiga yang
menyatakan bahwa filsafat itu mencari kebenaran, maka dapat dikatakan bahwa setiap manusia
tak lepas dari berfilsafat. Karena nasalah yang selalu menggeluti manusia sepanjang hidup adalah
kebenaran.manusia tanpa mengenal letih, berusaha menjangkaunya. Keinginannya ini bisa ditemu,
bila manusia mau menelusuri cerita-cerita kepercayaan (agama) maupun sejarah pemikiran
(filsafat dan ilmu) manusia.
Keengganan anak nabi Nuh untuk ikut berperahu bersama ayahnya dan usahanya mencapai
“tempat ketinggian” guna menyelamatkan diri dari banjir, menggambarkan akan keinginan
mendapatkan kebenaran. Beralih-alihnya dugaan nabi Ibrahim tentang “Tuhan” (dari bintang,
bulan, dan seterusnya) memperlihatkan juga akan usahanya mengejar kebenaran.
Dalam sejarah filsafat, hal semacam itu tidak sedikit terjadi. Perbedaan pendapat tentang
apa yang asal dari segalanya, pernah di jaman Yunani. bahwa sumber segala sesuatu itu ialah air
(menurut Thales), api (menurut Herakleitos), udara (menurut Anaximenes) adalah contoh dari
perlombaan manusia menuju kebenaran. Pertentangan antara Rasionalisme dengan Empir isme
tentang dasar “tahu” dapat dimasukan sebagai contoh pula
Kebenaran merupakan suatu hal yang menjadi landasan atau dasar kita untuk bertidak dan
berpikir. Apakah kebenaran yang kita anggap benar itu merupakan sesuatu kebenaran hakiki
ataupun suatu kebenaran relative, tetap saja kita memerlukan kebenaran dalam membaca
kehidupan ini. Kebenaran merupakan kunci untuk bisa hidup dengan benar, baik, sesuai jalurnya.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami akan menjelaskan tentang teori-teori kebenaran.
Dimana teori-teori tersebut merupakan teori-teori yang telah dikemukakan oleh para ahli filsafat
terdahulu. Sehingga nantinya kita bisa mengetahui mana kebenaran hakiki dan mana kebenaran
relatif untuk dapat mengutamakan kebenaran hakiki di banding dengan kebenaran relative.
45
5.2. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebenaran ?
2. Apa sajakah teori – teori dari kebenaran filsafat ?
3. Apa sajakah macam macam dari kebenaran
4. Apa sajakah tingkat kebenaran ?
5.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kebenaran.
2. Untuk mengetahui teori – teori dari kebenaran.
3. Untuk mengetahui macam – macam dari kebenaran.
4. Untuk mengetahui tingkat kebenaran.
46
5.4. Pengertian Kebenaran
Kebenaran adalah kenyataan adanya (being) yang menampakkan diri sampai masuk akal.
Pengalaman tentang kebenaran itu dialami akal si pengenal dalam kesamaannya dengan kenyataan
adanya yang menampakkan diri padanya. Karena kesamaaan itu memang dicari dan dikejar namun
belum tercapai, maka menurut pengalaman manusia si pengenal, kebenaran itu tanpa hentinya
mewujudkan diri sambil ditentukan dari luar, tanpa pernah mencapai kesamaan sempurna .
“Benar” menyatakan kualitas, keadaan atau sifat benarnya sesuatu. Sesuatu itu bisa berupa
pengetahuan (pemikiran) atau pengalaman (perbuatan). Jadi benar adalah suatu pengertian abstrak
: suatu pengertian yang pada dasarnya tak dapat ditangkap oleh indra insani, meskipun seandainya
indra ini diberi kekuatan tak terbatas. Sebagai lazimnya setiap sifat, “benar” baru dipahami dengan
baik bila dihubungkan dengan sesuatu yang disifatinya.
Akan tetapi “benar” bisa juga berarti : sesuatu yang benar itu sendiri. Jadi bukan sifatnya,
tetapi barangnya. Mengenai pengertian “benar” ini, dalam Encyclopedia Americana, yang ditulis
bersama oleh Bernard S. Cayne dengan beberapa orang ahli, dikemukakan dua pengertian benar
sebagai berikut : “Truth is the quality of being true, and anything that is true is a truth.” Jadi
menurut buku ini, benar mempunyai dua pengertian seperti yang tersebut diatas.
Adapun “kebenaran mutlak” pada pembahasan disini dimaksudkan sebagai “sesuatu yang
benar itu sendiri” (pengertian kedua), sebagai pengertian konkrit. Jika kebenaran mutlak dimaksud
sebagai pengertian abstrak, maka selamanya kebenaran ini tak akan dapat dicapai, karena ia hanya
ada dalam pengrtian kata (formal) bukan dalam pengertian zat (material). Karena itu sebutan
“kebenaran mutlak” dimaksud sebagai keadaan sebenarnya dari sesuatu : zat yang sebenarnya dari
objek (ding an sich).
Bila orang mendengar kata “benar,” secepat kilat dalam pikiranya akan “salah” sebagai
lawannya. Itu adalah hal yang wajar. Akan tetapi tidak selamanya lawan “benar” itu “salah”. Benar
bisa berarti lain, yaitu ; lempang (lawan sesat) – baik (lawan jahat) – bagus (lawan jelek) – tepat
(lawan keliru) dan seterusnya. Peralihan pengertian benar kepada hal yang lain ini, bergantung
kepada jenis nilai mana yang diberikan kepada sesuatu yang berpredikat “benar” .
Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat
asasinya terdorong pula untuk melaksankan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan
pemahaman tentang kebenran, tanpa melaksankan konflik kebenaran, manusia akan mengalami
pertentangan batin, konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia sesuatu yang dilakukan
47
harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya dan manusia juga tidak akan
bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana selalu ditunjukkan oleh kebanaran.
5.5. Teori –Teori Kebenaran.
1. Teori Corespondence
Masalah kebenaran menurut teori ini hanyalah perbandingan antara realita oyek (informasi,
fakta, peristiwa, pendapat) dengan apa yang ditangkap oleh subjek (ide, kesan). Jika ide atau
kesan yang dihayati subjek (pribadi) sesuai dengan kenyataan, realita, objek, maka sesuatu itu
benar.
Teori korespodensi (corespondence theory of truth)  menerangkan bahwa kebenaran atau
sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu
pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat
tersebut.
Kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan fakta, yang berselaran dengan realitas
yang serasi dengan sitasi aktual. Dengan demikian ada lima unsur yang perlu yaitu :
1. Statemaent (pernyataan)
2. Persesuaian (agreemant)
3. Situasi (situation)
4. Kenyataan (realitas)
5. Putusan (judgements)
Kebenaran adalah fidelity to objektive reality (kesesuaian pikiran dengan kenyataan). Teori ini
dianut oleh aliran realis. Pelopornya plato, aristotels dan moore dikembangkan lebih lanjut oleh
Ibnu Sina, Thomas Aquinas di abad skolatik, serta oleh Berrand Russel pada abad moderen.
Cara berfikir ilmiah yaitu logika induktif menggunakan teori korespodensi ini. Teori
kebenaran menurut corespondensi ini sudah ada di dalam masyarakat sehingga pendidikan moral
bagi anak-anak ialah pemahaman atas pengertian-pengertian moral yang telah merupakan
kebenaran itu. Apa yang diajarkan oleh nilai-nilai moral ini harus diartikan sebagai dasar bagi
tindakan-tindakan anak di dalam tingkah lakunya.
Artinya anak harus mewujudkan di dalam kenyataan hidup, sesuai dengan nilai-nilai moral
itu. Bahkan anak harus mampu mengerti hubungan antara peristiwa-peristiwa di dalam kenyataan
dengan nilai-nilai moral itu dan menilai adakah kesesuaian atau tidak sehingga kebenaran
berwujud sebagai nilai standard atau asas normatif bagi tingkah laku. Apa yang ada di dalam
48
subyek (ide, kesan) termasuk tingkah laku harus dicocokkan dengan apa yang ada di luar subyek
(realita, obyek, nilai-nilai) bila sesuai maka itu benar.
2. Teori Consistency
Teori ini merupakan suatu usah apengujian (test) atas arti kebenaran. Hasil test dan
eksperimen dianggap relible jika kesan-kesanyang berturut-turut dari satu penyelidik bersifat
konsisten dengan hasil test eksperimen yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan tempat
yang lain.
Menurut teori consistency untuk menetapkan suatu kebenaran bukanlah didasarkan atas
hubungan subyek dengan realitas obyek. Sebab apabila didasarkan atas hubungan subyek (ide,
kesannya dan comprehensionnya) dengan obyek, pastilah ada subyektivitasnya. Oleh karena itu
pemahaman subyek yang satu tentang sesuatu realitas akan mungkin sekali berbeda dengan apa
yang ada di dalam pemahaman subyek lain.
Teori ini dipandang sebagai teori ilmiah yaitu sebagai usaha yang sering dilakukan di
dalam penelitian pendidikan khsusunya di dalam bidang pengukuran pendidikan.
Teori konsisten ini tidaklah bertentangan dengan teori korespondensi. Kedua teori ini lebih
bersifat melengkapi. Teori konsistensi adalah pendalaman dankelanjutan yang teliti dan teori
korespondensi. Teori korespondensi merupakan pernyataan dari arti kebenaran. Sedah teori
konsistensi merupakan usaha pengujian (test) atas arti kebenaran tadi.
Teori koherensi (the coherence theory of trut) menganggap suatu pernyataan benar bila di
dalamnya tidak ada perntentangan, bersifat koheren dan konsisten dengna pernyataan sebelumnya
yang telah dianggap benar. Dengan demikian suatu pernyataan dianggap benar, jika pernyataan itu
dilaksanakan atas pertimbangan yang konsisten dan pertimbangan lain yang telah diterima
kebenarannya.
Rumusan kebenaran adalah turth is a sistematis coherence dan trut is consistency. Jika A
= B dan B = C maka A = C Logika matematik yang deduktif memakai teori kebenaran koherensi
ini. Logika ini menjelaskan bahwa kesimpulan akan benar, jika premis-premis yang digunakan
juga benar. Teori ini digunakan oleh aliran metafisikus rasional dan idealis.
Teori ini sudah ada sejak Pra Socrates, kemudian dikembangan oleh Benedictus Spinoza
dan George Hegel. Suatu teori dianggapbenar apabila telah dibuktikan (klasifikasi) benar dan tahan
uji. Kalau teori ini bertentangan dengan data terbaru yagn benar atau dengan teori lama yang benar,
maka teori itu akan gugur atau batal dengan sendirinya.
49
3. Teori Pragmatisme
Paragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal apra pendidik sebagai
metode project atau medoe problem olving dai dalam pengajaran. Mereka akan benar-benar hanya
jika mereka berguna mampu memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika
mengmbalikan pribadi manusia di dalamkeseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan
kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di dalam
keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan
lingkungan.
Dalam dunia pendidikan, suatu teori akan benar jika ia membuat segala sesutu menjadi
lebih jelas dan mampu mengembalikan kontinuitas pengajaran, jika tidak, teori ini salah. Jika teori
itu praktis, mampu memecahkan problem secara tepat barulah teori itu benar. Yang dapat secara
efektif memecahkan masalah itulah teori yang benar (kebenaran).
Teori pragmatisme (the pragmatic theory of truth) menganggap suatu pernyataan, teori
atau dalil itu memliki kebanran bila memiliki kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia.
Kaum pragmatis menggunakan kriteria kebenarannya dengan kegunaan (utility) dapat dikerjakan
(workobility) dan akibat yagn memuaskan (satisfaktor consequence). Oleh karena itu tidak ada
kebenaran yang mutak/ tetap, kebenarannya tergantung pada manfaat dan akibatnya.
Akibat/ hasil yang memuaskan bagi kaum pragmatis adalah :
1. Sesuai dengan keinginan dan tujuan
2. Sesuai dengan teruji dengan suatu eksperimen
3. Ikut membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap eksis (ada)
Teori ini merupakan sumbangan paling nyata dari pada filsup Amerika tokohnya adalha Charles
S. Pierce (1914-1939) dan diikuti oleh Wiliam James dan John Dewey (1852-1859).
Wiliam James misalnya menekankan bahwa suatu ide itu benar terletak pada konsikuensi,
pada hasil tindakan yang dilakukan. Bagi Dewey konsikasi tidaklah terletak di dalam ide itu
sendiri, malainkan dalam hubungan ide dengan konsekuensinya setelah dilakukan. Teory Dewey
bukanlah mengerti obyek secara langsung (teori korepondensi) atau cara tak langsung melalui
kesan-kesan dari pada realita (teori konsistensi). Melainkan mengerti segala sesuai melalui praktek
di dalam program solving.
4. Kebenaran Religius
50
Kebenaran adalah kesan subjek tentang suatu realita, dan perbandingan antara kesan
dengan realita objek. Jika keduanya ada persesuaian, persamaan maka itu benar. Kebenaran tak
cukup hanya diukur dnenga rasion dan kemauan individu. Kebenaran bersifat objective,
universal,berlaku bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis
bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.
Nilai kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan itu adalah objektif namun bersifat
superrasional dan superindividual. Bahkan bagi kaum religius kebenarn aillahi ini adalah
kebenarna tertinggi, dimnaa semua kebanaran (kebenaran inderan, kebenaran ilmiah, kebenaran
filosofis) taraf dan nilainya berada di bawah kebenaran ini seperti Agama sebagai teori kebenaran
Ketiga teori kebenaran sebelumnya menggunakan alat, budi,fakta, realitas dan kegunaan
sebagai landasannya. Dalam teori kebenaran agama digunakan wahyu yang bersumber dari
Tuhan. Sebagai makluk pencari kebenaran, manusia dan mencari dan menemukan kebenaran
melalui agama. Dengan demikian, sesuatu dianggap benar bila sesuai dan koheren dengan ajaran
agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak.agama dengan kitab suci dan haditsnya
dapat memberikan jawaban atas segala persoalan manusia, termasuk kebenaran.
5.6. Macam-Macam Kebenaran
Kebenaran bermacam-macam, tergantung dari sudut mana orang berpijak untuk
membaginya. Dipandang dari segi “perantara” untuk mendapatkannya, kebenaran dibagi dalam :
a. Kebenaran indrawi (empiris), yang ditemui dalam pengamatan pengalaman.
b. Kebenaran ilmiah ( rational), yang lewat konsepsi akal.
c. Kebenaran filosofis (reflective thinking), yang dicapai dengan perenungan (murni)
d. Kiebenaran religius ( supernatural), yang diterima melalui wahyu Ilahi.
 DilIhat dari segi “kekuasaan” untuk menekan orang menerimanya, kebenaran dibagi
dua :
a. Kebenaran Subyektif, yang hanya diterima oleh subyek pengamat sendiri.
b. Kebenaran obyektif, yang diakui tidak hanya oleh subyek pengamat, tatpi juga oleh
subyek-subyek yang lain.
 Dari segi “luas berlakunya” kebenaran dibagi menjadi:
a. Kebenaran individual, yang berlaku bagi perorangan.
b. Kebenaran universal, yang berlaku bagi semua orang.
 Dari segi “kualitasnya”, kebenaran dibagi dalam :
51
a. Kebenaran dasar, yaitu kebenaran yang paling rendah (= minim).
b. Kebenaran nisbi, yaitu kebenaran yang satu atau beberapa tingkat diatas kebenaran dasar,
namun belum sempurna (= relatif).
c. Kebenaran mutlak, yaitu kebenaran yang sempurna, yang sejati, yang hakiki (=absolut) .
5.7. Tingkat Kebenaran
Ada beberapa wujud kebenaran, dan wujud ini berbeda – beda tingkatannya. Perbedaan
tingkat ini terutama ditentukan oleh potensi subjek yang menyadari atau menangkap kebenaran
itu. Baik panca indra, maupun rasio, bahkan juga budinurani manusia adalah potensi subjek yang
menangkap dan menghayati kebenaran itu. Berdasarkan scope potensi subjek itu tadi, maka
susunan tingkatan kebenaran itu menjadi:
1) Tingkat kebenaran indra adalah tingkat yang paling sederhana dan pertama yang dialami
manusia. Indra adalah gerbang kesadaran manusia.
2) Tingakat ilmiah, pengalaman – pengalaman yang didasarkan disamping melalui indera, diolah
pula dengan rasio.
3) Tingkat filosofis, kedua tingkat di atas telah dilalui sebagai tahap pendahuluan. Rasio dan pikir
murni, renungan yang mendalam, mengolah kebenaran itu semakin tinggi nilainya.
4) Tingkat religius , kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa, dan dihayati
dengan seluruh kepribadian, dengan integritas kepribadian, dengan iman dan kepercayaan.
Keempat tingkat kebenaran ini berbeda-beda wujud sifat dan kualitasnya. Bahkan juga proses dan
cara terjadinya, di samping potensi subyek yang menyadarinya. Potensi subyek yang dimaksud di
sini ialah aspek kepribadian yang menangkap kebenaran itu. Misalnya pada tingkat kebenaran
indra. Demikian seterusnya, yaitu rasio, kebijaksanaan, dan budinurani atau consciencia yang
super rasional.
Dari uraian tentang tingkat-tingkat kebenaran diatas tadi kita dapat simpulkan batasan
kebenaran itu sebagai berikut :
 Bahwa kebenaran itu sangat ditentukan oleh potensi subyek. Demikian pula tingkatan
validitas kebenaran ditentukan oleh potensi subyek yang berperan didalam penghayatan atas
sesuatu itu.
 Bahwa kebenaran itu adalah perwujudan dari pemahaman (comprehension) subyek tentang
sesuatu. Terutama yang bersumber dari sesuatu yang diluar subyek, yaitu realita, peristiwa,
52
nilai-nilai (norma, hukum) yang bersifat umum. Ada pula yang bersumber dari dalam berupa
ide-ide, konsepsi-konsepsi, kreasi tertentu.
 Bahwa kebenaran itu ada yang relatif, terbatas ; ada pula yang umum. Bahkan ada pula yang
mutlak, abadi dan universal. Wujud kebenaran itu ada yang berupa penghayatan lahiriah
(jasmaniah, indra). Ada yang berupa ide-ide yang merupakan pemahaman potensi suyek
(mental, rasio, intelektual).
 Ada pula kebenaran yang berwujud transcendetal, rohaniah, spritual yang di jangkau oleh
potensi subyek(budinurani, consciencia, super rasional).
5.8. Kesimpulan
Kebenaran pertama-tama berkedudukan dalam diri si pengenal. Kebenaran di beri batasan-
batasan sebagai penyamaan akal dengan kenyataan, yang terjadi pada taraf inderawi maupun akal
budi tanpa pernah sampai kesamaan sempurna yang dituju kebenaran dalam pengalaman manusia.
Ilmu-ikmu empiris memegang peranannya dalam usaha memegang kesamaannya itu. Dalm bidang
ilmu-ilmu itu sendiri pun kebenaran sel alu bersifat sementara . Ilmu-ilmu pasti tidak langsung
berkecimpung dalam usaha manusia menuju kebenaran, tepatnya perjalanan ilmu-ilmu itu
merupakan suati sumbangan agar pengetahuan diluar ilmu-ilmu itu makin lancar mendekati
kebenaran.
53
DAFTAR PUSTAKA
https : //van88.wordpress.com/teori-teori-kebenaran-filsafat/
54
BAB VI
FILSAFAT ETIKA DAN MORAL
6.1. Latar Belakang Masalah
Di era global yang semakin maju ini perilaku seorang muslim semakin beraneka ragam.
Manusia cenderung mengikuti pola hidup yang mewah dan bergaya, mereka bahkan lupa dengan
adanya etika dan moral yang tidak terlalu dihiraukannya dan dijadikan pedoman dalam hidup.
Karena pada kenyataanya manusia sekarang kurang pengetahuan tentang etika dan moral
Selama ini pelajaran etika dan moral sudah diperkenalkan sejak kita berada di sekolah
dasar, yaitu pada dan kewarnegaraan Namun ternyata pelajaran etika dan moral itu hanya
dibiarkan saja tanpa diaplikasikan ke dalam perilaku kehidupan sehari – hari, sehingga pelajaran
yang telah disampaikan menjadi sia – sia.
Sebagai generasi penerus Indonesia, sangatlah tidak terpuji jika kita para generasi penerus
tidak memiliki etika dan moral Oleh karena itu penyusun menyusun makalah ini agar menjadi
acuan dalam menambah pengetahuan.
6.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan etika ?
2. Apa yang dimaksud dengan dengan moral ?
3. Bagaimana Perbedaan dan persamaan etika dengan moral dalam filsafat ?
4. Bagaimana hubungan etika dengan moral dalam filsafat ?
6.3. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari etika.
2. Mengetahui dan memahami pengertian dari moral.
3. Menegtahui dan memehami perbedaan dan persamaan dari etika dengan moral.
4. Mengetahui dan memahami hubungan etika dengan moral.
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu

More Related Content

What's hot

Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)Listia wati
 
epistemologi
epistemologiepistemologi
epistemologiM fazrul
 
Peran Pendidikan Jasmani Sebagai Pembentuk Karakter dan Watak Anak
Peran Pendidikan Jasmani Sebagai Pembentuk Karakter dan Watak AnakPeran Pendidikan Jasmani Sebagai Pembentuk Karakter dan Watak Anak
Peran Pendidikan Jasmani Sebagai Pembentuk Karakter dan Watak AnakHariyatunnisa Ahmad
 
Presentation kosmologi
Presentation kosmologiPresentation kosmologi
Presentation kosmologiRana Nugraha
 
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...YuliaKartika6
 
PROSEDUR PENGEMBANGAN MODUL
PROSEDUR  PENGEMBANGAN  MODULPROSEDUR  PENGEMBANGAN  MODUL
PROSEDUR PENGEMBANGAN MODULherlianpaic
 
Tugas Perbedaan R & D dan Design research
Tugas Perbedaan R & D dan Design researchTugas Perbedaan R & D dan Design research
Tugas Perbedaan R & D dan Design research06091008010
 
Perkembangan Peserta Didik
Perkembangan Peserta Didik Perkembangan Peserta Didik
Perkembangan Peserta Didik Asma'ul Khusna
 
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013Hafiza .h
 
Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi
Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan DeduksiArtikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi
Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan DeduksiNasruddin Asnah
 
MAKALAH PESAWAT SEDERHANA
MAKALAH PESAWAT SEDERHANAMAKALAH PESAWAT SEDERHANA
MAKALAH PESAWAT SEDERHANANurulAdila14
 
Kumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawabKumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawabAlmayszaroh
 
FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
FILSAFAT ILMU PENGETAHUANFILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
FILSAFAT ILMU PENGETAHUANAlvy Mayrina
 
ppt-sidang tesis pengembangan modul android materi ekosistem
ppt-sidang tesis pengembangan modul android materi ekosistemppt-sidang tesis pengembangan modul android materi ekosistem
ppt-sidang tesis pengembangan modul android materi ekosistemYuningsih Yuningsih
 
Inovasi teknologi pembelajaran
Inovasi teknologi pembelajaranInovasi teknologi pembelajaran
Inovasi teknologi pembelajaranMustapa Alba
 

What's hot (20)

Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
Hubungan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya (listiawati)
 
epistemologi
epistemologiepistemologi
epistemologi
 
Peran Pendidikan Jasmani Sebagai Pembentuk Karakter dan Watak Anak
Peran Pendidikan Jasmani Sebagai Pembentuk Karakter dan Watak AnakPeran Pendidikan Jasmani Sebagai Pembentuk Karakter dan Watak Anak
Peran Pendidikan Jasmani Sebagai Pembentuk Karakter dan Watak Anak
 
Presentation kosmologi
Presentation kosmologiPresentation kosmologi
Presentation kosmologi
 
Karya Tulis Ilmiah
Karya Tulis IlmiahKarya Tulis Ilmiah
Karya Tulis Ilmiah
 
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
 
Filsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuanFilsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuan
 
Aliran filsafat 'fenomenologi'
Aliran filsafat 'fenomenologi'Aliran filsafat 'fenomenologi'
Aliran filsafat 'fenomenologi'
 
makalah filsafat
makalah filsafatmakalah filsafat
makalah filsafat
 
PROSEDUR PENGEMBANGAN MODUL
PROSEDUR  PENGEMBANGAN  MODULPROSEDUR  PENGEMBANGAN  MODUL
PROSEDUR PENGEMBANGAN MODUL
 
Tugas Perbedaan R & D dan Design research
Tugas Perbedaan R & D dan Design researchTugas Perbedaan R & D dan Design research
Tugas Perbedaan R & D dan Design research
 
Perkembangan Peserta Didik
Perkembangan Peserta Didik Perkembangan Peserta Didik
Perkembangan Peserta Didik
 
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
 
Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi
Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan DeduksiArtikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi
Artikel Filsafat Ilmu dan Logika Metode Induksi dan Deduksi
 
MAKALAH PESAWAT SEDERHANA
MAKALAH PESAWAT SEDERHANAMAKALAH PESAWAT SEDERHANA
MAKALAH PESAWAT SEDERHANA
 
Kumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawabKumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawab
 
FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
FILSAFAT ILMU PENGETAHUANFILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN
 
ppt-sidang tesis pengembangan modul android materi ekosistem
ppt-sidang tesis pengembangan modul android materi ekosistemppt-sidang tesis pengembangan modul android materi ekosistem
ppt-sidang tesis pengembangan modul android materi ekosistem
 
SOCRATES
SOCRATESSOCRATES
SOCRATES
 
Inovasi teknologi pembelajaran
Inovasi teknologi pembelajaranInovasi teknologi pembelajaran
Inovasi teknologi pembelajaran
 

Similar to Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu

Kelompok filsafat
Kelompok filsafatKelompok filsafat
Kelompok filsafatfarik aziz
 
makalah Pengantar filsafat ilmu
makalah Pengantar filsafat ilmu makalah Pengantar filsafat ilmu
makalah Pengantar filsafat ilmu fadhalamany
 
PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptxPPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptxnianur10
 
Rangkuman bab filsafat
Rangkuman bab filsafatRangkuman bab filsafat
Rangkuman bab filsafatAnggiChaca
 
Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Warnet Raha
 
Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Warnet Raha
 
Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13
Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13
Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13CalvinAlaydrus
 
Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2Warnet Raha
 
Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2Warnet Raha
 
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafatPdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafatjotimustika
 
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat IlmuMakalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmuesterlitaayuningtyas
 
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxFILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxLisdaPuspaawaliaj1
 
Manfaat belajar filsafat
Manfaat belajar filsafatManfaat belajar filsafat
Manfaat belajar filsafatLindaRanyRayya
 

Similar to Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu (20)

Kelompok filsafat
Kelompok filsafatKelompok filsafat
Kelompok filsafat
 
makalah Pengantar filsafat ilmu
makalah Pengantar filsafat ilmu makalah Pengantar filsafat ilmu
makalah Pengantar filsafat ilmu
 
PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptxPPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
 
Rangkuman bab filsafat
Rangkuman bab filsafatRangkuman bab filsafat
Rangkuman bab filsafat
 
Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3
 
Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3
 
Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3
 
Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3
 
Makalah filsafat 3 (2)
Makalah filsafat 3 (2)Makalah filsafat 3 (2)
Makalah filsafat 3 (2)
 
Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3
 
Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13
Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13
Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13
 
Makalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikanMakalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikan
 
Makalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikanMakalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikan
 
Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2
 
Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2
 
Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2
 
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafatPdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafat
 
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat IlmuMakalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
 
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxFILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
 
Manfaat belajar filsafat
Manfaat belajar filsafatManfaat belajar filsafat
Manfaat belajar filsafat
 

Recently uploaded

Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 

Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu

  • 1. 1 KUMPULAN MATERI TUGAS MEMBUAT MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT ILMU Yang Di Bimbing Oleh : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec Yang Membuat : 1. Egar Meifardha L.M.S (1211700133) 2. Abellia Permatasari (1211700294) 3. Fahira Nadifah (1211700295) ( Kelas E Hari Rabu 09.30 I.203 ) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
  • 2. 2 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, makalah mengenai “ Kumpulan Materi Tugas membuat Makalah Pengantar Filsafat Ilmu “ ini dapat diselesaikan tepat waktu walaupun kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan di dalamnya. Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini, bisa memberikan manfaat dan edukasi . Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kemudian makalah kami ini dapat kami perbaiki dan menjadi lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Kami juga yakin bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan kritik serta saran dari pembaca, untuk menjadikan makalah ini lebih baik ke depannya. Surabaya, 10 Juli 2019 Penyusun
  • 3. 3 DAFTAR ISI Judul Halaman Manfaat Belajar Filsafat Bagi Mahasiswa 3 Perkembangan Filsafat 8 Filsafat Dan Ilmu Pengetahuan 20 Logika Berpikir 30 Teori – Teori Kebenaran 43 Filsafat Etika Dan Moral 53 Tataran Ilmu Pengetahuan Ontologis Epistemologis Dan Aksiologis 65 Filsafat Pancasila 78 Filsafat Metedologi ilmiah 93 Kumpulan Soal Dan Jawaban 108
  • 4. 4 BAB I MANFAAT BELAJAR FILSAFAT BAGI MAHASISWA 1.1. Pengertian Filsafat Filsafat merupakan ilmu yang sudah sangat tua. Bila kita membicarakan filsafat maka pandangan kita akan tertuju jauh ke masa lampau di zaman Yunani Kuno. Pada masa itu semua ilmu dinamakan filsafat. Dari Yunanilah kata “filsafat” ini berasal, yaitu dari kata “philos” dan “sophia”. “Philos” artinya cinta yang sangat mendalam dan “sophia” artinya kebijakan atau kearifan. Istilah filsafat sering dipergunakan secara populer dalam kehidupan sehari-hari, baik secara sadar maupun tidak sadar. Dalam penggunaan populer, filsafat dapatdiartikan sebagai suatu pendirian hidup (individu) dan dapat juga disebut sebagai pandangan masyarakat. Mungkin anda pernah bertemu dengan seseorang dan mengatakan: “filsafat hidup saya adalah hidup seperti oksigen, menghidupi orang lain dan diri saya sendiri”. Orang lain lagi mengatakan: “Hidup harus bermanfaat bagi orang lain dan dunia”. Hal ini adalah contoh sederhana tentang filsafat seseorang. Berfilsafat merupakan salah satu kegiatan manusia yang memiliki peran penting dalam menentukan dan menemukan eksistensinya. Dalam kegiatan ini manusia akan berusaha untuk mencapai kearifan dan kebajikan. Kearifan merupakan hasil dari filsafat dari usaha mencapai hubungan-hubungan antara berbagai pengetahuan dan menentukan implikasinya, baik yang tersurat maupun yang tersirat dalam kehidupan. 1.2. Manfaat Filsafat dalam kehidupan Cara berpikir filsafati telah mendokrak pintu serta tembok-tembok tradisi dan kebiasaan, bahkan telah menguak mitos dan mite serta meninggalkan cara berpikir mistis. Lalu pada saat yang sama telah pula berhasil mengembangkan cara berpikir rasional, luas dan mendalam, teratur dan terang, integral dan koheren, metodis dan sistematis, logis, kritis, dan analitis. Karena itu, ilmu pengetahuan pun semakin bertumbuh subur, terus berkembang, dan menjadi dewasa. Kemudian, berbagai ilmu pengetahuan yang telah mencapai tingkat kedewasaan penuh satu demi satu mulai mandiri dan meninggalkan filsafat yang selama itu telah mendewasakan mereka. Itulah sebabnya, filsafat disebut sebagai mater scientiarum atau induk segala ilmu pengetahuan. Itu merupakan fakta yang tidak dapat diingkari, yang dengan jelas menunjukkan bahwa ia benar-benar telah menampakkan kegunaannya lewat melahirkan, merawat, dan mendewasakan berbagai ilmu pengetahuan yang begitu berjasa bagi kehidupan manusia.
  • 5. 5 1.3. Manfaat Belajar Filsafat Bagi Mahasiswa Banyak mahasiswa yang masuk perguruan tinggi tidak mengenal ilmu filsafat. Bahkan meskipun anak-anak Sekolah Menengah Umum (SMU) memiliki kemampuan yang memadai untuk mempelajari filsafat, kesempatan jarang sekali diberikan pada mereka. Jadi, mudah dipahami jika kesan mahasiswa pada umumnya tentang filsafat, sebuah kesan yang juga tertanam luas dalam masyarakat umum, adalah bahwa mereka tidak mengerti. Belajar filsafat bagi mahasiswa sangat penting, karena banyak manfaat yang dapat dirasakan, antara lain : 1. Filsafat akan mengajarkan untuk melihat segala sesuatu secara multi dimensi, ilmu ini akan membantu kita untuk menilai dan memahami segala sesuatu tidak hanya dari permukaannya saja, dan tidak hanya dari sesuatu yang terlihat oleh mata saja, tapi jauh lebih dalam dan lebih luas. 2. Filsafat mengajarkan kepada kita untuk mengerti tentang diri sendiri dan dunia. Manfaat belajar filsafat akan membantu memahami diri dan sekeliling dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar. 3. Filsafat mengasah hati dan pikiran untuk lebih kritis terhadap fenomena yang berkembang, hal ini akan membuat kita tidak begitu saja menerima segala sesuatu tanpa terlebih dahulu mengetahui maksud dari pemberian yang kita terima. 4. Filsafat dapat mengasah kemampuan kita dalam melakukan penalaran, penalaran ini akan membedakan argumen, menyampaikan pendapat baik lisan maupun tertulis, melihat segala sesuatu dengan sudut pandang yang lebih luas dan berbeda. 5. Belajar dari para filsuf lewat karya-karya besar mereka, kita akan semakin tahu betapa besarnya filsafat dalam mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, karya seni, pemerintahan, serta bidang-bidang yang lain. 6. Filsafat akan membuka cakrawala berpikir yang baru, Ide-ide yang lebih kreatif dalam memecahkan setiap persoalan, lewat penalaran secara logis, tindakan dan pemikiran yang koheren, juga penilaian argumen dan asumsi secara kritis. 7. Filsafat membantu kita untuk dapat berpikir dengan lebih rasional, Membangun cara berpikir yang luas dan mendalam, dengan integral dan koheren, serta dengan sistematis, metodis, kritis, analitis, dan logis. 8. Filsafat akan mengkondisikan akal untuk berpikir secara radikal, membuat kita berpikir hingga mendasar, sehingga kita akan lebih sadar terhadap keberadaan diri kita.
  • 6. 6 9. Filsafat membawa keterlibatan dalam memecahkan berbagai macam persoalan – Persoalan baik yang terjadi pada diri sendiri maupun orang lain, akan membuat kehidupan kita tidak dangkal, namun kaya akan warna. 10. Memiliki pandangan yang luas – Manfaat belajar filsafat dalam hal ini, akan mengurangi kecenderungan sifat egoisme dan egosentrisme. 11. filsafat membantu menjadi diri sendiri, lewat cara berpikir yang sistematis, holistik dan radikal yang diajarkan tanpa terpengaruh oleh pendapat dan pandangan umum. 12. Filsafat akan membangun landasan berpikir – Komponen utama baik bagi kehidupan pribadi terutama dalam hal etika, maupun bagi berbagai macam ilmu pengetahuan yang kita pelajari. 13. Filsafat dengan sifatnya sebagai pembebas. Manfaat belajar filsafat akan mendobrak pola pikir yang terbelenggu tradisi, mistis, dan dogma yang menjadi penjara bagi pikiran manusia. 14. Filsafat akan membuat kita dapat membedakan persoalan , terutama berbagai persoalan ilmiah dengan persoalan yang tidak ilmiah. 15. Filsafat dapat menjadi landasan historis-filosofis. Dalam hal ini, berasal dari berbagai macam kajian disiplin ilmu yang kita tekuni. 16. Filsafat dapat memberikan nilai dan orientasi pada semua disiplin ilmu, filsafat memberikan petunjuk lewat penelitian penalaran serta metode pemikiran reflektif, sehingga kita dapat menyelaraskan antara pengalaman, rasio, agama serta logika. 17. Filsafat dapat dijadikan alat untuk mencari kebenaran , memberikan pandangan serta pengertian mengenai hidup 18. Filsafat dapat dijadikan sebagai pedoman, berguna sebagai sumber inspirasi bagi kehidupan. 19. Filsafat mengajarkan kepada kita tentang etika dan moral, pembelajaran moral dan etika ini, dapat diimplementasikan secara langsung dalam kehidupan. 20. Filsafat dapat membangun semangat toleransi, menjaga keharmonisan hidup di tengah perbedaan pandangan atau pluralitas. 1.4. Cabang – cabang Ilmu Filsafat Di dalam perkembangannya, ilmu filsafat tidak lagi merupakan satu kesatuan utuh. Dalam hal ini, karena dirasa perlu untuk membaginya menjadi beberapa cabang. Tujuannya agar lebih mudah untuk dipelajari serta diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Cabang – cabang dari ilmu filsafat tersebut terdiri atas : 1. Ontologi, yang mempelajari khusus tentang eksistensi atau keberadaan.
  • 7. 7 2. Theologi, yang mempelajari tentang ketuhanan dan proses penciptaan. 3. Sains Universal, yang mempelajari tentang prinsisp – prinsip seperti jati diri. Secara harfiah arti dari metafisika adalah “ melampaui ilmu pengetahuan “, karena dalam bahasa Yunani arti dari “ meta “ adalah melampaui, sedang “ physika ” memiliki arti Fisika. Cabang ilmu filsafat ini memepelajari tentang jati diri manusia, termasuk alam semesta, makhluk spiritual, kehidupan pasca kematian, dan lain – lain 1.5. Kesimpulan Ilmu filsafat memang kalah populer dibanding disiplin ilmu yang lain, apalagi di era yang serba hedonis seperti sekarang ini, filsafat semakin ditinggalkan. Semakin sedikitnya mereka yang mempelajari ilmu filsafat inilah yang membuat batin dan piukiran mereka semakin keropos. Kekeroposan yang bukan hanya akan merusak diri mereka sendiri, tapi juga merusak kehidupan di sekitarnya atau menyalahpahami ilmu filsafat.
  • 8. 8 DAFTAR PUSTAKA Rachman, Maman. 2009. Filsafat Ilmu. Semarang : UPT UNNES PRESS Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di indonesia. Jakarta : Bumi Aksara. https ://manfaat.co.id<pendidikan.
  • 9. 9 BAB II PERKEMBANGAN FILSAFAT 2.1. Latar Belakang Masalah Kelahiran filsafat modern sejak renaissance dan aufklaerung merupakan reaksi terhadap pemikiran filsafat abad pertengahan. Gereja pada waktu menjadi satu-satunya menjadi otoritas yang mengakui kebenaran dan keabsahan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Dibidang astronomi perkembangan ilmu pengetahuan diluar kontrol gereja sudah berjalan sangat pesat. Sehingga upaya mengontrol perkembangan ilmu pengetahuan mengalami kegagalan. Terjadilah serkularisasi ilmu, pemisahan antara aktifitas ilmiah dengan aktifitas keagamaan. Dan pada abad ke-20 postmodernisme juga sebagai reaksi terhadap pemikiran modern yang juga telah berubah menjadi mitos baru. Filsafat modern yang lahir sebagai reaksi terhadap dogmatis abad pertengahan, menurut kaum postmodermis telah terjebak dalam membangun mitos-mitos baru. Mitos-mitos itu ialah suatu keyakinan bahwa dengan pemikiran filsafat, ilmu pengetahuan dan aplikasinya dalam teknologi, segala persoalan kemanusiaan dapat diselesaikan. Padahal kenyataannya banyak agenda kemanusiaan yang masih membutuhkan pemikiran-pemikiran baru. Untuk lebih jelas lagi mari kita bahas makalah ini bersama. 2.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Perkembangan Pada Zaman Modern ? 2. Bagaimana Perkembangan Pada Zaman Kontemporer ? 2.3. Tujuan 1. Untuk mengetahui sejarah dari perkembangan filsafat ilmu. 2. Untuk mengetahui dan memahami ilmuwan pada sejarah perkembangan filsafat ilmu.
  • 10. 10 2.4. Sejarah perkembangan Filsafat ilmu Pemikiran filsafat ilmu banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Secara periodisasi filsafat ilmu barat adalah zaman kuno, zaman abad pertengahan, zaman modern dan masa kini. Periodisasi filsafat ilmu Cina adalah zaman kuno, zaman pembauran, zaman neokonfusionisme dan zaman modern dan dikenal dengan sebutan periode weda, biracarita, sutra – sutra dan skolastik. Yang terpenting dalam filsafat ilmu India adalah bagaimana manusia berteman dengan dunia bukan untuk menguasai dunia. Sedangkan filsafat ilmu Islam dikenal dengan periode mutakalimin dan filsafat ilmu Islam. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung secara bertahap dan berkembang berdampingan dengan agama. 2.4.1. Zaman Pra Yunani Kuno Pada masa ini manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Oleh karena itu, zaman pra Yunani Kuno disebut juga Zaman Batu yang berkisar antara empat juta tahun sampai 20.000 tahun. Antara abad ke-15 sampai 6-SM,manusia telah menemukan besi, tembaga, dan perak untuk berbagai peralatan. Abad kelima belas Sebelum Masehi peralatan besi dipergunakan pertama kali di Irak, tidak di Eropa atau Tiongkok. Pada abad ke-6 SM di Yunani muncul lahirnya filsafat. Timbulnya filsafat di tempat itu disebut suatu peristiwa ajaib (the greek miracle). Ada beberapa faktor yang sudah mendahului dan seakan-akan mempersiapkan lahirnya filsafat di Yunani. Pada bangsa Yunani, seperti juga pada bangsa-bangsa sekitarnya, terdapat suatu mitologi yang kaya serta luas. Mitologi ini dapat dianggap sebagai perintis yang mendahului filsafat, karena mite-mite sudah merupakan percobaan untuk mengerti. Mite-mite sudah memberi jawaban atas pertanyaan yang hidup dalam hati manusia: dari mana dunia kita? Dari mana kejadian dalam alam? Apa sebab matahari terbit, lalu terbenam lagi? Melalui mite-mite, manusia mencari keterangan tentang asal usul alam semesta dan tentang kejadian-kejadian yang berlangsung di dalamnya. Mite jenis pertama yang mencari keterangan tentang asal usul alam semesta sendiri biasanya disebut mite kosmogonis, sedangkan mite jenis kedua yang mencari keterangan tentang asal usul serta sifat kejadian dalam alam semesta disebut mite kosmologis. Khusus pada bangsa Yunani ialah mereka mengadakan beberapa usaha untuk menyusun mite-mite yang diceritakan oleh rakyat menjadi suatu keseluruhan yang sistematis. Dalam usaha itu sudah tampaklah sifat rasional bangsa Yunani. Karena dengan mencari suatu keseluruhan yang sistematis, mereka sudah menyatakan keinginan untuk mengerti hubungan mite- mite satu sama lain dan menyingkirkan mite yang tidak dapat dicocokkan dengan mite lain.
  • 11. 11 Kedua karya puisi Homeros yang masing-masing berjudul Ilias dan Odyssea mempunyai kedudukan istimewa dalam kesusasteraan Yunani. Syair-syair dalam karya tersebut lama sekali digunakan sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat Yunani. Pada dialog yang bernama Foliteia, Plato mengatakan Homeros telah mendidik seluruh Hellas. Karena puisi Homeros pun sangat digemari oleh rakyat untuk mengisi waktu terluang dan serentak juga mempunyai nilai edukatif. Pengaruh Ilmu Pengetahuan yang pada waktu itu sudah terdapat di Timur Kuno. Orang Yunani tentu berutang budi kepada bangsa-bangsa lain dalam menerima beberapa unsur ilmu pengetahuan dari mereka. Demikianlah ilmu ukur dan ilmu hitung sebagian berasal dari Mesir dan Babylonia pasti ada pengaruhnya dalam perkembangan ilmu astronomi di negeri Yunani. Namun, andil dari bangsa-bangsa lain dalam perkembangan ilmu pengetahuan Yunani tidak boleh dilebih- lebihkan. Orang Yunani telah mengolah unsur-unsur tadi atas cara yang tidak pernah disangka- sangka oleh bangsa Mesir dan Babylonia. Baru pada bangsa Yunani ilmu pengetahuan mendapat corak yang sungguh-sungguh ilmiah. Pada abad ke-6 Sebelum Masehi mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali berlainan. Sejak saat itu orang mulai mencari berbagai jawaban rasional tentang problem yang diajukan oleh alam semesta. Logos (akal budi, rasio) mengganti mythos. Dengan demikian filsafat dilahirkan. Pada zaman Pra Yunani Kuno di dunia ilmu pengetahuan dicirikan berdasarkan know how yang dilandasi pengalaman empiris. Di samping itu, kemampuan berhitung ditempuh dengan cara one-to one correspondency atau mapping process. Contoh cara menghitung hewan yang akan masuk dan ke luar kandang dengan kerikil. Namun pada masa ini manusia sudah mulai memperhatikan keadaan alam semesta sebagai suatu proses alam. 2.4.2. Zaman Yunani Kuno Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena Bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja), melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap belakangan inilah yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap kritis
  • 12. 12 inilah menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir terkenal sepanjang masa. Beberapa filsuf pada masa itu antara lain Thales (625-545 SM), Phytagoras (580-500 SM), Socrates (469- 399 SM), Plato (427-347 SM), hingga Aristoteles (384-322 SM). Zaman Kuno meliputi zaman filsafat pra-Socrates di Yunani. Tokoh-tokohnya dikenal dengan nama filsuf pertama atau filsuf alam. Mereka mencari unsur induk (arche) yang dianggap asal dari segala sesuatu. Menurut Thales arche itu air, Anaximandros berpendapat arche itu “yang tak terbatas” (to apeiron). Anaximenes arche itu udara, Pythagoras arche itu bilangan, Heraklitos arche itu api, ia juga berpendapat bahwa segala sesuatu itu terus mengalir (panta rhei). Parmenedes mengatakan bahwa segala sesuatu itu tetap tidak bergerak. 2.4.3. Zaman Keemasan Yunani Kuno Pada waktu Athena dipimpin oleh Perikles kegiatan politik dan filsafat dapat berkembang dengan baik. Ada segolongan kaum yang pandai berpidato (rethorika) dinamakan kaum sofis. Kegiatan mereka adalah mengajarkan pengetahuan pada kaum muda. Yang menjadi objek penyelidikannya bukan lagi alam tetapi manusia, sebagaimana yang dikatakan oleh Prothagoras, Manusia adalah ukuran untuk segala-galanya. Hal ini ditentang oleh Socrates dengan mengatakan bahwa yang benar dan yang baik harus dipandang sebagai nilai-nilai objektif yang dijunjung tinggi oleh semua orang. Akibat ucapannya tersebut Socrates dihukum mati. Hasil pemikiran Socrates dapat diketemukan pada muridnya Plato. Dalam filsafatnya Plato mengatakan: realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia yang hanya terbuka bagi pancaindra dan dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dunia yang pertama adalah dunia jasmani dan yang kedua dunia ide. Pendapat tersebut dikritik oleh Aristoteles dengan mengatakan bahwa yang ada itu adalah manusia-manusia yang konkret. “Ide manusia” tidak terdapat dalam kenyataan. Aristoteles adalah filsuf realis, dan sumbangannya kepada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali. Sumbangan yang sampai sekarang masih digunakan dalam ilmu pengetahuan adalah mengenai abstraksi, yakni aktivitas rasional di mana seseorang memperoleh pengetahuan. Menurut Aristoteles ada tiga macam abstraksi, yakni abstraksi fisis, abstraksi matematis, dan metafisis. Abstraksi yang ingin menangkap pengertian dengan membuang unsur-unsur individual untuk mencapai kualitas adalah abstraksi fisis. Sedangkan abstraksi di mana subjek menangkap unsur kuantitatif dengan menyingkirkan unsur kualitatif disebut abstraksi matematis. Abstraksi di mana seseorang menangkap unsur-unsur yang hakiki dengan mengesampingkan unsur-unsur lain disebut abstraksi metafisis. Teori Aristoteles yang cukup terkenal adalah tentang materi dan bentuk. Keduanya ini
  • 13. 13 merupakan prinsip-prinsip metafisis, Materi adal.ah prinsip yaug tidak ditentukan, sedangkan bentuk adalah prinsip yang menentukan. Teori ini terkenal dengan sebutan Hylemorfisyme. 2.4.4. Masa Helintis Dan Romawi Pada zaman Alexander Agung (359-323 SM) sebagai kaisar Romawi dari Macedonia dengan kekuatan militer yang besar menguasai Yunani, Mesir, Hingga Syria. Pada masa itu berkembang sebuah kebudayaan trans nasional yang disebut kebudayaan Hellinistis, karena kekuasaan Romawi dengan ekspansi yang luas membawa kebudayaan Yunani tidak terbatas lagi pada kota-kota Yunani saja, tetapi mencakup juga seluruh wilayah yang ditaklukkan Alexander Agung. Bidang filsafat, di Athena tetap merupakan suatu pusat yang penting, tetapi berkembang pula pusat-pusat intelektual lain, terutama kota Alexandria. Jika akhirnya ekspansi Romawi meluas sampai ke wilayah Yunani, itu tidak berarti kesudahan kebudayaan dan filsafat Yunani, karena kekaisaran Romawi pun pintu di buka lebar untuk menerima warisan kultural Yunani. Dalam bidang filsafat tetap berkembang, namun pada saat itu tidak ada filsuf yang sungguh-sungguh besar kecuali Plotinus. Pada masa ini muncul beberapa aliran berikut: 1. Sinisme Menurut paham ini jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut Logos. Oleh karena itu, segala kejadian berlangsung menurut ketetapan yang tidak dapat dihindari. Aliran Sinisme merupakan pengembangan dari aliran Stoik. 2. Stoik Menyatakan penyangkalannya adanya “Ruh” dan “Materi” aliran ini disebut juga dengan Monoisme dan menolak pandangan Aristoteles dengan Dualismenya. 3. Epikurime Segala-galanya terdiri atas atom-atom yang senantiasa bergerak. Manusia akan bahagia jika mau mengakui susunan dunia ini dan tidak boleh takut pada dewa-dewa. Setiap tindakan harus dipikirkan akan akibatnya. Aliran ini merupakan pengembangan dari teori atom Democritus sebagai obat mujarab untuk menghilangkan rasa takut pada takhayul. 4. Neo Platonisme Paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat Plato. Tokohnya adalah Plotinus. Seluruh filsafatnya berkisar pada Allah sebagai yang satu. Segala sesuatu berasal dari yang satu dan ingin kembali kepadanya.
  • 14. 14 2.4.5. Zaman Abad Pertengahan Abad Pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancilla theologia atau abdi agama. Namun demikian harus diakui bahwa banyak juga temuan dalam bidang ilmu yang terjadi pada masa ini. Periode Abad Pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan abad sebelumnya. Perbedaan itu terutama terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama Kristen yang diajarkan oleh Nabi Isa as. pada permulaan Abad Masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan. Pada zaman ini kebesaran kerajaan Romawi runtuh, begitu pula dengan peradaban yang didasakan oleh logika ditutup oleh gereja dan digantikan dengan logika keagamaan. Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu. Pada zaman itu akademia Plato di Athena ditutup meskipun ajaran-ajaran Aristoteles tetap dapat dikenal. Para filosof nyaris begitu saja menyatakan bahwa Agama Kristen adalah benar. Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua: Golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani merupakan pemikiran orang kafir, karena tidak mengakui wahyu. Menerima filsafat Yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptaan Tuhan, kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati maka akal dapat dibantu oleh wahyu. Filsafat pada zaman Abad Pertengahan mengalami dua periode, yaitu: Periode Patristik, berasal dari kata Latin patres yang berarti bapa-bapa Gereja, ialah ahli-ahli agama Kristen pada abad permulaan agama Kristen. Periode ini mengalami dua tahap: 1)Permulaan agama Kristen. Setelah mengalami berbagai kesukaran terutama mengenai filsafat Yunani, maka agama Kristen memantapkan diri. Keluar memperkuat gereja dan ke dalam menetapkan dogma-dogma. 2) Filsafat Agustinus yang merupakan seorang ahli filsafat yang terkenal pada masa patristik. Agustinus melihat dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan. Periode Skolastik, berlangsung dari tahun 800-1500 M. Periode ini dibagi menjadi tiga tahap: 1) Periode
  • 15. 15 skolastik awal (abad ke-9-12), ditandai oleh pembentukan rnetode-metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat. Yang tampak pada permulaan ialah persoalan tentang Universalia. 2) Periode puncak perkembangan skolastik (abad ke-13), ditandai oleh keadaan yang dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab dan Yahudi. Puncak perkembangan pada Thomas Aquinas. 3) Periode skolastik akhir (abad ke-14-15), ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang berkembang ke arah nominalisme, ialah aliran yang berpendapat bahwa universalisme tidak memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum mengenai adanya sesuatu hal. Pengertian umum hanya momen yang tidak mempunyai nilai- nilai kebenaran yang objekti. 2.4.6. Zaman Renaissance Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan Abad Pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan ilahi. Penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis pada Zaman Renaissance. Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah bidang astronomi. Tokoh-tokoh yang terkenal seperti Roger Bacon, Copernicus, Johannes Keppler, Galileo Galilei. Berikut cuplikan pemikiran para filsuf tersebut yaitu Roger Bacon, Copernicus, Johannes Keppler (awal 1600-an), dan Galileo Galilei. 2.4.7. Zaman Modern Filsafat barat modern yang kelahirannya didahului oleh suatu periode yang disebut dengan “renaissans” dan dimatangkan oleh “gerakan” Aufklaerung diabad ke-18 itu, didalamnya mengandung dua hal yang sangat penting. Pengaruh dari gerakan renaissans dan aufklaerung itu telah menyebabkan peradaban dan kebudayaan barat modern berkembang dengan pesat, dan semakin bebas dari pengaruh otoritas dogma-dogma gereja. Sejak itu kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan didasarkan atas kepercayaan dan kepastian intelektual (sikap ilmiah) yang kebenarannya dapat dibuktikan berdasarkan metode, perkiraan dan pemikiran yang dapat diuji. Filsafat barat modern dengan demikian memiliki corak yang berbeda dengan periode filsafat abad pertengahan. Pada zaman modern otoritas kekuasaan itu terletak kemampuan akal manusia itu
  • 16. 16 sendiri. Manusia pada zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan serta raja dengan kekuasaan politiknya yang bersifat absolut. Para filosof modern pertama-tama menegaskan bahwa pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau dogma-dogma gereja, juga tidak berasal dari kekuasaan feudal. Semua filsuf apad zaman ini menyelidiki segi-segi subjek manusiawi ; “Aku” sebagai pusat pemikiran, pusat pengamatan, pusat kebebasan, pusat tindakan, pusat kehendak, dan pusat perasaan. Wacana filsafat yang menjadi topic utama pada zaman modern, khususnya dalam abad ke-17, adalah persoalan epistemologi. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bercorak epistemologis ini, maka dalam filsafat abad ke-17 muncullah dua aliran filsafat yang memberikan jawaban berbeda, bahkan saling bertentangan. 2.4.8. Zaman Kontemporer Tema yang menguasai refleksi filosofis dalam abad ke-20 ini adalah pemikiran tentang bahasa. Sebagian besar pemikir abad ke-20 pernah menulis tentang bahasa. Menurut Wittgenstein, apa yang dihasilkan oleh sebuah karya filsafat melulu sederetan ungkapan filsafati, melainkan upaya membuat ungkapan-ungkapan menjadi jelas. Para filsuf analitik ini tidak lain sebagai reaksi atau respons terhadap aktivitas filsafat yang dilakukan oleh para penganut aliran filsafat idealisme. sebab aliran filsafat idealisme lebih menekankan pada upaya mengintrodusir ungkapan-ungkapan filsafati. Ungkapan-ungkapan filsafati yang di introdusir oleh penganut idealisme itu menurut filsuf analitik kebanyakan bermakna ganda kubur dan tidak terpahami oleh akal sehat. Hal-hal semacam itulah yang perlu diatasi dengan analisis bahasa. Perkembangan filsafat abad ke-20 juga ditandai oleh munculnya berbagai aliran filsafat kebanyakan aliran itu merupakan kelanjutan dari aliran-aliran filsafat yang telah berkembang pada abad modern. Beberapa aliran dan tokoh yang paling berpengaruh pada abad ke-20 adalah Edmund Husserl (1859-1938), selaku pendiri aliran Fenomenologi, ia telah mempengaruhi pemikiran filsafat abad ke-20 ini secara amat mendalam. Eksistensialisme dan fenomenologi merupakan dua gerakan yang sangat erat dan menunjukkan pemberontakan tambahan terhadap metode-metode dan pandangan-pandangan barat. Terdapat perbedaan-perbedaan yang besar antara para pengikut aliran ini namun terdapat tema-tema yang sama sebagai cirri khas aliran ini yang tampak pada para penganutnya. Mengidentifikasi ciri aliran eksistensialisme sebagai berikut : 1. Eksistensialisme adalah pemberontakan dan protes terhadap rasionalisme dan masyarakat modern, khususnya terhadap idealism Hegel.
  • 17. 17 2. Eksistensialisme adalah suatu protes atas nama individualis terhadap konsep-konsep, filsafat akademis yang jauh dari kehidupan konkret. 3. Eksistensialisme juga merupakan pemberontakan terhadap alam yang impersonal (tanpa kepribadian) dari zaman industri modern dan teknologi, serta gerakan masa. Masyarakat industry cenderung untuk menundukkan orang seorang kepada mesin. 4. Eksistensialisme merupakan protes terhadap gerakan-gerakan totaliter baik gerakan pasis, komunis, yang cenderung menghancurkan atau menenggelamkan perorangan didalam kolektif atau masa. 5. Eksistensialisme menekankan situasi manusia dan prospek manusia didunia. 6. Eksistensialisme menekankan keunikan dan kedudukan pertama eksistensi, pengalaman kesadaran yang dalam dan langsung. Salah seorang tokoh eksistensialisme yang popular adalah Jean Paul Sartre (1905-1980) ia membedakan dialektis dengan rasio analitis. Aliran filsafat eksistensialisme yang menjadi mode berfilsafat pada pertangahan abad ke-20 mendapat reaksi aliran strukturalisme. Jika eksistensialisme menekankan pada peranan pada individu, maka strukturalisme justru melihat manusia “terkukung” dalam berbagai struktur dalam kehidupannya. Secara garis besar ada dua pengertian pokok yang sangat erat kaitannya dengan strukturalisme sebagai aliran filsafat. Pertama : strukturalisme adalah metode atau metodelogi yang digunakan untuk mempelajari ilmu-ilmu kemanusiaan dengan bertitik tolak dari prinsip-prinsip linguistic yang dirintis oleh Ferdinand de Saussure, Kedua : strukturalisme merupakan aliran filsafat yang hendak memahami masalah yang muncul dalam sejarah filsafat. Disini metodelogi struktural dipakai untuk membahas tentang manusia, sejarah kebudayaan, serta hubungan antara kebudayaan dan alam. Para strukturalis filosofis yang menerapkan prinsip-prinsip strukturalisme linguistic dalam berfilsafat bereaksi terhadap aliran filsafat fenomenologi dan eksistensialisme yang melihat manusia dari sudut pandang yang subjektif. Para penganut aliran filsafat strukturalisme ini memiliki kesamaan. Tokoh berpengaruh dalam aliran filsafat struktulisme adalah Michel Foucault (1926-1984) Kesudahan ‘manusia’ sudah dekat itulah pendirian Foucalt yang sudah terkenal tentang ‘kematian’ manusia. Maksud Foucault bukanya bahwa nanti tidak ada manusia lagi,
  • 18. 18 melainkan bahwa akan hilang konsep ‘manusia’ sebagai suatu kategori istimewa dalam pemikiran kita. Pada abad ke-20 ada aliran filsafat yang pengaruhnya dalam dunia praktis cukup besar, yaitu aliran filsafat pragmatisme. Aliran filsafat ini merupakan suatu sikap metode dan filsafat yang memakai akibat-akibat praktis dari pikiran dan kepercayaan sebagai ukuran untuk menetapkan nilai kebenaran. Salah seorang tokoh pragmatisme adalah Willam Jasme (1842-1910), ia memandang pemikirannya sendiri sebagai kelanjutan empirisme Inggris, namun empirismenya bukan merupakan upaya untuk menyusun kenyataan berdasar atas fakta-fakta lepas sebagai hasil pengamatan. James membedakan dua macam bentuk pengetahuan : 1) Pengetahuan yang langsung diperoleh dengan jalan pengamatan. 2) Merupakan pengetahuan tidak langsung yang diperoleh dengan melalui pengertian. Suatu ide dapat menjadi benar apabila didukung oleh peristiwa-peristiwa sebagai akibat atau buah dari ide itu. Pada awalnya postmodernisme lahir sebagai reaksi terhadap kegagalan modernism. Dalam modernisme, filsafat memang berpusat pada Epistemologi yang bersandar pada gagasan tentang subjektivitas dan objektivitas murni yang satu sama lain terpisah tak saling berkaitan. Tugas pokok filsafat adalah mencari fondasi segala pengetahuan dan tugas pokok subjek adalah mempresentasikan kenyataan objektif. Wacana postmodern menjadi popular setelah Francois Lyotard (1924) menerbitkan bukunya The Postmodern Condition : A Report on Knowledge (1979). Modernitas menurut Lyotard ditandai oleh kisah-kisah besar yang mempunyai fungsi mengarahkan serta menjiwai masyarakat modern, mirip dengan mitos-mitos yang mendasari masyarakat masyarakat primitif dulu. Bagi Marx masalah filsafat bukan hanya maslah pengetahuan dan masalah kehendak murni yang utama, melainkan masalah tindakan. Para filosof menurut Marx selama ini hanya sekedar menafsirkan dunia berbagai cara, namun menurut yang terpenting adalah mengubahnya. Menurut Marx kaum, proletar harus merebut peranan kaum Borjuis dan Kapitalis itu melalui revolusi. Berkembangnya aliran-aliran epistemologi, filsafat modern juga mengantarkan lahirnya revolusi industri di abad ke-18 dan Negara-negara kebangsaan. Serta ideologi-ideologi dunia seperti Liberalisme/Kapitalisme dan Sosialisme/Komunisme. 2.5. Kesimpulan
  • 19. 19 Sejarah perkembangan ilmu terbagi secara periode, yakni; Zman Pra Yunani Kuno, Zaman Yunani kuno, Masa Helintis Romawi, Zaman Abad pertengahan, Zaman Renaissance, Zaman Modern, Zaman Kontemporer ( Abad XX dan Seterusnya). Adapun aliran – aliran filsafat ilmu terbagi menjadi beberapa aliran yaitu sebagai berikut : rasonalisme, empirisme, realisme, idealisme, positivisme, dan pragmatisme. Dari berbagai aliran filsafat ilmu, sampai sekarang banyak mewarnai perkembangan ilmu di Indonesia, terutama dalam bidang penelitian. Implikasi dari berbagai aliran itu memiliki sudut pandang metodologis yang berbeda. Bahkan masing – masing aliran akan melahirkan aneka ragam metode penelitian. Namun dalam wawasan filsafat ilmu, aliran tetap menjadi akar dari perkembangan ilmu pengetahuan. Aliran akan menentukan metode dan seluruh teori yang digunakan dalam penelitian apapun.
  • 20. 20 DAFTAR PUSTAKA Endraswara, Suwardi. Dr.,M.Hum., 2012. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: CAPS. https://suarakritingfree.blogspot.com/2012/09/sejarah-perkembangan-filsafat.html.
  • 21. 21 BAB III FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN 3.1. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat menyolok. Pada permulaan sejarah filsafat di Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dikemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudian menjadi terpecah-pecah. Dengan munculnya Ilmu Pengetahuan Alam pada abad ke 17, mulai terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999), filsafat itu sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar- bercabang secara subur. Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri. Dengan demikian perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan ke arah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi. Oleh karena itu sangat tepat bahwa ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan. Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam ilmu pengetahuan, sejak F.Bacon (1561-1626) mengembangkan semboyannya “Knowledge Is Power”, kita dapat mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan manusia, baik individual maupun sosial menjadi sangat menentukan. Karena itu implikasi yang timbul menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis.Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul.
  • 22. 22 Oleh karenanya, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Immanuel Kant (dalam Kunto Wibisono dkk., 1997) yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis Bacon (dalam The Liang Gie, 1999) menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences). Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). 3.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana definisi ilmu pengetahuan dengan filsafat ilmu ? 2. Bagaimana hubungan diantara keduanya dan perbedaannya ? 3. Mengapa manusia lebih mementingkan ilmu dibandingkan dengan filsafat ? 4. Mengapa filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki hubungan dekat ? 3.3. Tujuan 1. Mengetahui pengertian dari ilmu pengetahuan dengan filsafat ilmu itu sendiri. 2. Mengetahui dan memahami hubungan diantara keduannya. 3. Memahami arti ilmu dan filsafat bagi manusia. 4. Mengetahui dan memahami alasan filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki hubungan dekat. 5. Mendapatkan wawasan dan pengetahuan yang lebih dari makalah ini.
  • 23. 23 3.4. Definisi Ilmu Pengetahuan dan Filsafat Ilmu Untuk mendapatkan pengertian yang luas tentang ilmu pengetahuan dan tidak melebar pada pembahasan yang tidak relevan, maka pemakalah akan membahas secara detail dengan mengacu pada kompetensi dasar dan indikator kompetensi pada silabi yang telah ditetapkan dosen pengampu pada bahasan sebagai berikut : 3.4.1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alima, ya’lamu, ‘ilman yang berarti mengetahui, memahami dan mengerti benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut Science, dari bahasa Latin yang berasal dari kata Scientia (pengetahuan) atau Scire (mengetahui). Sedangkan dalam bahasa Yunani adalah Episteme (pengetahuan). Dalam kamus Bahasa Indonesia, ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang tersusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang itu. Ilmu merupakan sistem dari dari berbagai pengetahuan yang masing-masing mengenai suatu pengalaman tertentu yang disusun melalui sistem tertentu, sehingga menjadi suatu kesatuan, atau merupakan suatu sistem dari pengetahuan yang masing-masing diperoleh sebagai hasil pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memahami metode-metode tertentu yaitu induksi (kesimpulan yang dimulai dari kasus perkasus) dan deduksi (kesimpulan yang dimulai dari pernyataan umum). Adapun pendapat-pendapat dari tokoh-tokoh tentang ilmu, diantaranya yaitu: 1. Encyclopedia Americana Dalam Encyclopedia Americana, ilmu adalah pengetahuan yang bersifat positif dans istematis. 2. Paul Freed man Dalam The Principles of Scientific Research mendefinisikan ilmu sebagai: bentuk aktifitas manusia yang dengan melakukannya umat manusia memperoleh suatu pengetahuan dan senantiasa lebih lengkap dan cermat tentang alam dimasa lampau, sekarang dan kemudian hari, serta suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya dan mengubah lingkungannya serta mengubah sifat-sifatnya sendiri. 3. S. Ornby Mengartikan ilmu sebagai susunan atau kumpulan pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian dan percobaan dari fakta-fakta.
  • 24. 24 4. Poincare Menyebutkan bahwa ilmu berisi kaidah-kaidah dalam arti definisi yang tersembunyi. Tidak dapat di pungkiri bahwa dalam proses untuk memperoleh suatu ilmu adalah dengan melalui pedekatan filsafat. Menurut Dr.Slamet Ibrahim.Pada zaman Plato sampai pada masa Al- Kindi, batas antara filsafat dan ilmu pengetahuan boleh dikatakan tidak ada. Seorang filosof (ahli filsafat) pasti menguasai semua ilmu pengetahuan. Perkembangan daya berfikir manusia yang mengembangkan filsafat pada tingkat praktis dikalahkan oleh perkembangan ilmu yang didukung oleh teknologi. Wilayah kajian filsafat menjadi lebih sempit dibandingkan dengan wilayah kajian ilmu. Sehingga ada anggapan filsafat tidak dibutuhkan lagi. Filsafat kurang membumi sedangkan ilmu lebih bermanfaat dan lebih praktis. Padahal filsafat menghendaki pengetahuan yang komprehensif yang luas, umum, dan universal dan hal ini tidak dapat diperoleh dalam ilmu. Sehingga filsafat dapat ditempatkan pada posisi dimana pemikiran manusia tidak mungkin dapat dijangkau oleh ilmu. 3.4.2. Pengertian Filsafat Ilmu Istilah filsafat bisa ditinjau dari dua segi, semantik dan praktis. Dari segi semantik perkataan filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, philosophia, yang berarti philos=cinta, suka (loving) dan Sophia=pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang cinta kepada pengetahuan disebut philosopher dalam bahasa Arab disebut failasuf. Dari segi praktis filsafat berarti alam pikiran atau alam berfikir. Berfilsafat artinya berfikir. Namun tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat maknanya berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Filsafat juga disebut sebagai way of life, Weltanschauung, Wereldbeschouwing, Wereld- en levenbeschouwing, yaitu sebagai petunjuk arah kegiatan (aktivitas) manusia dalam segala bidang kehidupannya. Syarat-syarat filsafat sebagai ilmu adalah pengetahuan yang metodis, sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan yang bersifat menyeluruh dan universal, dan sebagai petunjuk arah kegiatan manusia dalam seluruh bidang kehidupannya. Telaah secara mendalam pada filsafat akan membuat filsafat memiliki tiga sifat yang pokok, yaitu: menyeluruh, mendasar dan spekulatif.
  • 25. 25 3.5. Hubungan antara Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Hubungan Antara Filsafat dan Ilmu dari berbagai pengertian tentang filsafat dan ilmu sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka berikutnya akan tergambar pula pola hubungan antara ilmu dan filsafat. Pola relasi ini dapat berbentuk persamaan antara ilmu dan filsafat, terdapat juga perbedaan diantara keduanya. Di zaman Plato, bahkan sampai masa al Kindi, batas antara filsafat dan ilmu pengetahuan boleh disebut tidak ada. Seorang filosof pasti menguasi semua ilmu. Tetapi perkembangan pikir manusia yang mengembangkan filsafat pada tingkat praktis, berujung pada loncatan ilmu dibandingkan dengan loncatan filsafat. Meski ilmu lahir dari filsafat, tetapi dalam daya perkembangan berikut, perkembangan ilmu pengetahuan yang didukung dengan kecanggihan teknologi, telah mengalahkan perkembangan filsafat. Wilayah kajian filsafat bahkan seolah lebih sempit dibandingkan dengan masa awal perkembangannya, dibandingkan dengan wilayah kajian ilmu. Oleh karena itu, tidak salah jika kemudian muncul suatu anggapan bahwa untuk saat ini, filsafat tidak lagi dibutuhkan bahkan kurang relevan dikembangkan oleh manusia. Sebab manusia hari ini mementingkan ilmu yang sifatnya praktis dibandingkan dengan filsafat yang terkadang sulit “dibumikan”. Tetapi masalahnya betulkah demikian? Ilmu telah menjadi sekelompok pengetahuan yang terorganisir dan tersusun secara sistematis. Tugas ilmu menjadi lebih luas, yakni bagaimana ia mempelajari gejala-gejala sosial lewat observasi dan eksperimen. Keinginan-keinginan melakukan observasi dan eksperimen sendiri, dapat didorong oleh keinginannya untuk membuktikan hasil pemikiran filsafat yang cenderung Spekulatif ke dalam bentuk ilmu yang praktis. Dengan demikian, ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai keseluruhan lanjutan sistem pengetahuan manusia yang telah dihasilkan oleh hasil kerja filsafat kemudian dibukukan secara sistematis dalam bentuk ilmu yang terteoritisasi. Kebenaran ilmu dibatasi hanya pada sepanjang pengalaman dan sepanjang pemikiran, sedangkan filsafat menghendaki pengetahuan yang komprehensif, yakni; yang luas, yang umum dan yang universal (menyeluruh) dan itu tidak dapat diperoleh dalam ilmu.Lalu jika demikian, dimana saat ini filsafat harus ditempatkan? Menurut Am. Saefudin, filsafat dapat ditempatkan pada posisi maksimal pemikiran manusia yang tidak mungkin pada taraf tertentu dijangkau oleh ilmu. Menafikan kehadiran filsafat, sama artinya dengan melakukan penolakan terhadap kebutuhan riil dari realitas kehidupan manusia yang memiliki sifat untuk terus maju.
  • 26. 26 Ilmu dapat dibedakan dengan filsafat. Ilmu bersifat pasteriori. Kesimpulannya ditarik setelah melakukan pengujian-pengujian secara berulang-ulang. Untuk kasus tertentu, ilmu bahkan menuntut untuk diadakannya percobaan dan pendalaman untuk mendapatkan esensinya. Sedangkan filsafat bersifat priori, yakni; kesimpulan-kesimpulannya ditarik tanpa pengujian. Sebab filsafat tidak mengharuskan adanya data empiris seperti dimiliki ilmu. Karena filsafat bersifat spekulatif dan kontemplatif yang ini juga dimiliki ilmu. Kebenaran filsafat tidak dapat dibuktikan oleh filsafat itu sendiri, tetapi hanya dapat dibuktikan oleh teori-teori keilmuan melalui observasi dan eksperimen atau memperoleh justifikasi kewahyuan. Dengan demikian, tidak setiap filosof dapat disebut sebagai ilmuan, sama seperti tidak semua ilmuwan disebut filosof. Meski demikian aktifitas berpikir. Tetapi aktivitas dan ilmuwan itu sama, yakni menggunakan aktifitas berpikir filosof. Berdasarkan cara berpikir seperti itu, maka hasil kerja filosofis dapat dilanjutkan oleh cara kerja berfikir ilmuwan. Hasil kerja filosofis bahkan dapat menjadi pembuka bagi lahirnya ilmu. Namun demikian, harus juga diakui bahwa tujuan akhir dari ilmuwan yang bertugas mencari pengetahuan, sebagaimana hasil analisa Spencer, dapat dilanjutkan oleh cara kerja berpikir filosofis. Di samping sejumlah perbedaan tadi, antara ilmu dan filsafat serta cara kerja ilmuwan dan filosofis, memang mengandung sejumlah persamaan, yakni sama-sama mencari kebenaran. Ilmu memiliki tugas melukiskan, sedangkan filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan. Aktivitas ilmu digerakkan oleh pertanyaan bagaimana menjawab pelukisan fakta. Sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan bagaimana sesungguhnya fakta itu, dari mana awalnya dan akan kemana akhirnya. Berbagai gambaran di atas memperlihatkan bahwa filsafat di satu sisi dapat menjadi pembuka bagi lahirnya ilmu pengetahuan, namun di sisi yang lainnya ia juga dapat berfungsi sebagai cara kerja akhir ilmuwan. Filsafat yang sering disebut sebagai induk ilmu pengetahuan (mother of science) dapat menjadi pembuka dan sekaligus ilmu pamungkas keilmuan yang tidak dapat diselesaikan oleh ilmu. Kenapa demikian? Sebab filsafat dapat merangsang lahirnya sejumlah keinginan dari temuan filosofis melalui berbagai observasi dan eksperimen yang melahirkan berbagai pencabangan ilmu. Realitas juga menunjukan bahwa hampir tidak ada satu cabang ilmu yang lepas dari filsafat atau serendahnya tidak terkait dengan persoalan filsafat. Bahkan untuk kepentingan perkembangan ilmu itu sendiri, lahir suatu disiplin filsafat untuk mengkaji ilmu pengetahuan, pada apa yang
  • 27. 27 disebut sebagai filsafat pengetahuan, yang kemudian berkembang lagi yang melahirkan salah satu cabang yang disebut sebagai filsafat ilmu. 3.6. Perbedaan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan Dalam sejarah filsafat Yunani, filsafat mencakup seluruh bidang ilmu pengetahuan. Lambat laun banyak ilmu-ilmu khusus yang melepaskan diri dari filsafat. Meskipun demikian, filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki hubungan dekat. Sebab baik filsafat maupun ilmu pengetahuan sama-sama pengetahuan yang metodis, sistematis, koheren dan mempunyai obyek material dan formal. Yang membedakan diantara keduanya adalah: 1. Filsafat mempelajari seluruh realitas, sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari satu realitas atau bidang tertentu. 2. Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu dapat hidup dan berkembang. 3. Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam mempertanggungjawabkan ilmunya. Pertanggung jawaban secara rasional di sini berarti bahwa setiap langkah-langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan dan harus dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan argumen-argumen yang obyektif (dapat dimengerti secara intersubyektif). 3.7. Kedudukan Ilmu Pengetahuan Dalam Pengetahuan Manusia Kedudukan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia dapat pemakalah jelaskan dalam tiga hal sebagai berikut : 1. Ilmu sebagai proses ( kegiatan penelitian) 2. Ilmu pengetahuan sebagai proses juga dinamakan suatu aktifitas penelitian. Ilmu secara nyata dan khas adalah suatu aktifitas manusia yakni perbuatan melakukan sesuatu yang dilakukan oleh manusia. Ilmu tidak hanya satu aktifitas saja, melainkan suatu rangkaian aktifitas sehingga merupakan sebuah proses. Rangkaian aktifitas itu bersifat rasional, kognitif dan teologis. 3. Ilmu pengetahuan sebagai proses artinya kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan demi penemuan dan pemahaman dunia alami sebagaaimana adanya, bukan sebagaimana yang kita kehendaki. Metode ilmiah yang khas dipakai dalam proses ini adalah anatis rasionalis,
  • 28. 28 obyektif, sejauh mungkin “ impersonal” dari masalah yang didasarkan pada percobaan dan data yang dapat di amati. 4. Dari dua pendapat di atas, menyebabkan adanya seseorang yang melaksanakan rangkaian aktifitas penelitian dalam bidang keilmuan, dan sekarang lazim dinamakan ilmuwan (scientis) 5. Ilmu sebagai prosedur (Metode ilmiah) Untuk memperjelas pengertian ilmu sebagai aktifitas penelitian, maka harus diuraikan lebih lanjut dan lengkap mengenai cara dan langkah menuju hasil ilmiah. Penelitian sebagai serangkaian aktifitas mengandung prosedur tertentu, yakni serangkaian cara dan langkah tertib yang mewujudkan pola tetap. Rangkaian cara dan langkah ini dalam dunia keilmuan disebut metode.. Untuk lebih jelasnya dipakai istilah ‘metode ilmiah’ (scientific method). Secara lebih khusus archie J. Bahm dalam bukunya “What in Science?” menjelaskan bahwa metode ilmiah meliputi 5 langkah yaitu : 1. Menyadari akan masalah. 2. Menguji masalah. 3. Mengusulkan solusi. 4. Menguji usulan atau proposal masalah/pengujian hipotesa. 5. Memecahkan masalah. 6. Ilmu sebagai Produk (pengetahuan sistematis) Dari pengertian ilmu sebagai proses yang merupakan penelitian ilmiah dan prosedur yang mewujudkan metode ilmiah di atas, pada akhirnya keluarlah produk berupa pengetahuan ilmiah (scientific knowledge). Ini merupakan pengertian dan posisi ilmu yang ketiga. Menurut Daoed Joesoef (1987) ilmu pengetahuan sebagai produk pengetahuan yang telah diketahui dan diakui kebenarannya oleh masyarakat ilmuwan. Pengetahuan dalam hal ini terbatas pada kenyataan yang mengandung kemungkinan untuk disepakati dan terbuka untuk diteliti, diuji, dan dibantah oleh seseorang. Pengetahuan ilmiah dapat dibaca dalam buku-buku pelajaran, majalah-majalah dan bahan- bahan bacaan lainnya yang ada dalam halaman- halaman bacaan itu. Pengetahuan ilmiah dapat juga diserap dari pernyataan-pernyataan yang diucapkan oleh seseorang dalam mimbar kuliah atau pertemuan.
  • 29. 29 Dari uraian-uraian pendapat di atas, menjelaskan bahwa ilmu merupakan pengetahuan. Pengetahuan secara sederhana pada dasarnya adalah keseluruhan keterangan dan ide yang terkandung dalam pernyataan-pernyataan yang dibuat mengenai sesuatu gejala-peristiwa baik yang bersifat alamiah, social maupun keorangan. Jadi pengetahuan menunjuk pada sesuatu yang merupakan isi (fakta) substantive yang terkandung dalam ilmu. 3.8. Kesimpulan Dalam sejarah filsafat Yunani, filsafat mencakup seluruh bidang ilmu pengetahuan. Lambat laun banyak ilmu-ilmu khusus yang melepaskan diri dari filsafat. Meskipun demikian, filsafat dan ilmu pengetahuan masih memiliki hubungan dekat. Sebab baik filsafat maupun ilmu pengetahuan sama-sama pengetahuan yang metodis, sistematis, koheren dan mempunyai obyek material dan formal. Yang membedakan diantara keduanya adalah : 1. Filsafat mempelajari seluruh realitas, sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari satu realitas atau bidang tertentu. 2. Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu itu dapat hidup dan berkembang. 3. Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam mempertanggungjawabkan ilmunya. Pertanggungjawaban secara rasional di sini berarti bahwa setiap langkah langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan dan harus dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan argumen-argumen yang obyektif (dapat dimengerti secara intersuyektif).
  • 31. 31 BAB IV LOGIKA BERPIKIR 4.1. Latar Belakang Masalah Akal manusia pada hakikatnya memerlukan aturan dalam menganalisa berbagai masalah yang ada karena ilmu logika merupakan ilmu yang mengatur cara berpikir (analisa) manusia, maka keperluan kita kepada ilmu logika adalah untuk mengatur dan mengarahkan kita kepada suatu cara berpikir yang benar. Logika merupakan bagian dari kajian epitemologi, yaitu cabang filsafat yang membicarakan mengenai pengetahuan. Ia bisa dikatakan ruh dari filsafat. Karena mungkin tidak akan ada filsafat kalau tidak ada logika. Berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat. Harus disadari bahwa setiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan akalnya semaksimal mungkin. Seseorang yang tidak berpikir, berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani sebuah kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya ia tidak akan mengetahui tujuan penciptaan alam dan arti keberadaan dirinya di dunia. 4.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pemahaman tentang logika dan berpikir ? 2. Bagaimana rahasia logika berpikir yang sebenarnya ? 3. Mengapa logika bisa dikatakan ilmu tentang penalaran ? 4. Mengapa pikiran mempertahankan pengalaman saat ini dan mengurutkan pengalaman masa lalu yang relevan ? 4.3. Tujuan 1. Memahami tentang logika dan berpikir. 2. Mengetahui dan memahami rahasia logika berpikir. 3. Mengetahui dan memahami penalaran. 4. Mengetahui dan memahami alasan pikiran mempertahankan pengalaman saat ini dan mengurutkan pengalaman masa lalu yang relevan.
  • 32. 32 4.4. Pemahaman Dasar Tentang Logika Ilmu Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Nama logika untuk pertama kali muncul pada filsuf Cicero (abad ke -1 sebelum Masehi), tetapi dalam arti “seni berdebat”. Alexander Aphrodisias (sekitar permulaan abad ke-3 sesudah Masehi adalah orang pertama yang mempergunakan kata “logika” dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita. Logika adalah salah satu cabang filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logika episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan yang mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. Logika secara luas dapat didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara valid. Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan sekaligus sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu logika merupakan “jembatan penghubung” antara filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah, artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi. Contohnya, pada kupu-kupu mengalami fase metamorfosa. Karena sebelum menjadi kupu- kupu adanya tahap-tahapan yang dilalui yaitu yang pertama fase telur kemudian menetas menjadi ulat lalu berubah menjadi kepompong dan selanjutnya menjadi kupu-kupu. Penyimpulan di atas dikatakan penyimpulan yang sah karena sesuai dengan kenyataan yang ada dan tidak dibuat-buat (masuk akal). Logika tidak mempelajari cara atau metode berpikir dari semua ragamnya, tetapi pemikiran yang paling sehat dan praktis. Banyak jalan pemikiran kita dipengaruhi oleh keyakinan, pola berpikir kelompok, kecenderungan pribadi, pergaulan dan sugesti. Juga banyak pemikiran yang diungkapkan sebagai luapan emosi seperti caci maki, kata pujian atau pernyataan keheranan dan kekaguman. Ada juga pemikiran yang diungkapkan dengan argumentasi yang secara sepintas kelihatan benar untuk memutarbalikkan kenyataan dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi maupun
  • 33. 33 golongan. Untuk memahami sesuatu, kita memerlukan logika dan cara menganalisa. Untuk memahami sesuatu, kita memerlukan logika dan cara menilai pemikiran. Logika menyelidiki, menyeleksi, dan menilai pemikiran dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan untuk mendapatkan kebenaran, terlepas dari segala kepentingan dan keinginan perorangan. Logika merumuskan serta menerapkan hukum dan patokan yang harus ditaati agar seseorang dapat berpikir benar, efisien, sistematis, dan teratur. Kita tidak mungkin memahami pikiran seseorang kalau tidak diwujudkan dalam bentuk ucapan, tulisan atau isyarat. Isyarat adalah perkataan yang dipadatkan, karena itu ia adalah perkataan juga. Jadi pikiran dan perkataan adalah identik, tidak berbeda satu sama lain dan bukan tambahan bagi masing-masingnya. Terkadang orang mengatakan, “Pikiran adalah perkataan dan perkataan adalah pikiran.” Angan-angan, khayalan, pikiran yang berkecamuk dalam dada dan kepala kita tidak lain adalah bisikan kata yang amat lembut. Kata-kata yang mewakili pikiran ini bukan sekedar coretan pena yang dituliskan atau suara gaduh yang diucapkan, tetapi merupakan susunan kata yang mewakili maksud tertentu yang lengkap (Proposisi). Pengetahuan kita tidak lain adalah informasi proposisi. Dalam aktivitas berpikir (thinking process) kita selalu membanding, menganalisis serta menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya. Dengan demikian penyelidikan logika dalam mencari kebenaran pemikiran selalu berurusan dengan struktur dan relasi proposisi. Rahasia Logika berpikir sebenarnya terletak pada bagaimana memaksimalkan fungsi otak kiri dan otak kanan yang berkorelasi positif terhadap proses pengambilan keputusan dan perilaku kepemimpinan. Belahan otak kiri beroperasi secara rasional (intelectual capabilities), ia menerima informasi sedikit demi sedikit dan langsung mengolahnya, seperti mendengarkan laporan bawahan, membaca laporan telaahan staf, memahami ceramah, dan lain sebagainya. Otak kiri itu juga mengawasi komunikasi lisan, disamping penalaran logis dan matematis. Sedangkan, belahan otak kanan beroperasi secara intuitif, memimpikan dan merasakan dalam total pencitraan terhadap sesuatu, kemampuan dan jiwa seni (art capabilities) seseorang dikontrol oleh otak kanan ini. Otak kanan itu mengontrol kreatifitas dan kemampuan artistik. Logika berpikir dapat disistematisasikan menjadi beberapa kategori, tergantung darimana kita meninjaunya. Dilihat dari segi kualitasnya. Logika (dalam Bahasa Arab dikenal dengan nama
  • 34. 34 Mantiq) dibedakan menjadi Logika Naturalis (Mantiq al-Fitri) dan Logika Artifisialis atau Logika Ilmiah (Mantiq as-Suri). Logika Naturalis yaitu kecakapan berpikir berdasarkan kemampuan akal bawaan manusia. Akal manusia yang normal berarti dapat bekerja secara spontan sesuai hokum – hukum logika dasar sedang Logika Ilmiah (science logic) memperhalus, mempertajam serta menunjukkan jalan pemikiran agar akal dapat bekerja lebih teliti, efisien, mudah dan aman. 4.4.1. Macam-Macam Logika Macam-macam Logika menurut The Liang Gie (1980) dalam Adib (2010: 102-104) yaitu: Logika dalam pengertian sempit dan luas Dalam arti sempit logika dipakai seperti dengan logika deduktif atau logika formal. Sedangkan dalam arti luas, pemakaiannya mencakup kesimpulan-kesimpulan dari berbagai bukti dan tentang bagaimana sistem penjelasan disusun dalam ilmu alam serta meliputi pula pembahasan mengenai logika itu sendiri. 1. Logika Deduktif Logika deduktif adalah cara berpikir dengan menggunakan premis-premis dari fakta yang bersifat umum ke khusus yang menjadi kesimpulannya. Contoh argument pada logika deduktif yaitu: 1. Semua Mahasiswa IAIN SALATIGA semester 5 tinggal di Ma’had 2. Firman adalah mahasiswa IAIN SALATIGA semester 5 3. Firman tinggal di Ma’had 2. Logika induktif merupakan cara berpikir yang berdasarkan fakta-fakta yang bersifat (khusus) terlebih dahulu dipakai untuk penarikan kesimpulan (umum). Contohnya argument pada logika induktif yaitu: 1. Buku 1 besar dan tebal adalah mahal. 2. Buku 2 besar dan tebal adalah mahal. Jadi, semua buku besar dan tebal adalah mahal. 3. Logika Formal (Minor) dan Material (Mayor) Logika Formal atau disebut juga Logika Minor mempelajari asas, aturan atau hukum- hukum berfikir yang harus ditaati, agar orang dapat berfikir dengan benar dan mencapai kebenaran. Sedangkan Logika Material atau Mayor mempelajari langsung pekerjaan akal serta menilai hasil-hasil logika formal dan mengujinya dengan kenyataan praktis yang
  • 35. 35 sesungguhnya, mempelajari sumber-sumber dan asalnya pengetahuan, alat-alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan, dan akhirnya merumuskan metode ilmu pengetahuan itu. 4. Logika Murni dan Terapan Logika Murni merupakan pengetahuan mengenai asas dan aturan logika yang berlaku umum pada semua segi dan bagian dari pernyataan-pernyataan dengan tanpa mempersoalkan arti khusus dalam sesuatu cabang ilmu dari istilah pernyataan yang dimaksud. Logika Terapan adalah pengetahuan logika yang diterapkan dalam setiap cabang ilmu, bidang-bidang filsafat, dan juga dalam pembicaraan yang menggunakan bahasa sehari-hari. 5. Logika Filsafati dan Matematik Logika Filsafati merupakan ragam logika yang mempunyai hubungan erat dengan pembahasan dalam bidang filsafat, seperti logika kewajiban dengan etika atau logika arti dengan metafisika. Sedangkan Logika Matematik menelaah penalaran yang benar dengan menggunakan metode matematik serta bentuk lambang yang khusus dan cermat untuk mengindarkan makna ganda. 4.5. Pengertian Penalaran Penalaran adalah kemampuan manusia untuk melihat dan memberikan tanggapan tentang apa yang dia lihat. Karena manusia adalah makhluk yang mengembangkan pengetahuan dengan cara bersungguh-sungguh, dengan pengetahuan ini dia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Penalaran dalam contoh yang nyata dapat kita temukan pada perbedaan manusia dengan hewan yaitu apabila terjadi kabut, burung akan terbang untuk mengindari polusi udara yang memungkinkan dia tidak bisa bertahan hidup. Sedangkan manusia akan mencari tahu mengapa sampai terjadinya kabut? Bagaimana cara menghindari kabut? Apa saja komponen-komponen yang terkadung di dalam kabut? Apa saja penyakit yang diakibatkan oleh kabut? Penalaran manusia bisa terjadi karena dua hal yaitu manusia mempunyai bahasa dan manusia mampu mengembangkan pengetahuan. Dua hal inilah yang membedakan manusia dengan hewan dan di harapkan manusia mampu memposisikan dirinya di tempat yang benar. 4.5.1. Macam-Macam Penalaran 1. Penalaran deduktif
  • 36. 36 Penalaran deduktif atau disebut logika deduktif, yaitu penalaran yang membicarakan cara- cara untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan apabila lebih dahulu telah diajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai semua atau sejumlah di antara suatu kelompok barang. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola pikir yang dinamakan silogisme. Silogisme dibentuk oleh 2 pernyataan yang disebut premis (premis mayor dan premis minor), yang diikuti dengan sebuah kesimpulan atau konklusi. Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan. Contohnya penalaran/logika deduktif menggunakan silogisme: Semua buku besar dan tebal adalah mahal (premis mayor) Buku 3 adalah besar dan tebal (premis minor) Jadi, buku 3 adalah mahal (konklusi/kesimpulan) 2. Penalaran induktif Penalaran induktif disebut logika induktif, yaitu penalaran yang membicarakan tentang penarikan kesimpulan bukan dari pernyataan-pernyataan yang umum, melainkan dari pernyataan-pernyataan yang khusus. Kesimpulannya hanya bersifat probabilitas berdasarkan atas pernyataan-pernyataan yang telah diajukan. Macam-macam penalaran induktif yaitu: 3. Penyimpulan secara kausal Penyimpulan ini berusaha untuk menemukan sebab-sebab dari hal-hal yang terjadi. Bila telah diajukan suatu perangkat kejadian, maka haruslah diajukan pertanyaan: “Apakah yang menyebabkan kejadian-kejadian itu?” Misalnya, terjadi suatu wabah penyakit tipus: “Apakah yang menyebabkan timbulnya wabah tipus? 4. Analogi Penalaran secara analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama. Contohnya kita ingin membuktikan adanya Tuhan berdasarkan susunan dunia tempat kita hidup. Dalam hal ini, kita dapat mengatakan sebagai berikut. Perhatikanlah sebuah jam. Seperti halnya dunia, jam tersebut juga merupakan mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian yang sangat erat hubungannya yang satu dengan yang lain. Kiranya tidak seorang pun beranggapan bahwa sebuah jam dapat membuat dirinya sendiri atau terjadi secara kebetulan. Susunannya yang sangat rumit menunjukkan bahwa ada yang membuatnya. Dengan demikian, secara analogi adanya
  • 37. 37 dunia juga menunjukkan adanya pembuatannya, karena dunia kita ini juga sangat rumit susunannya dan bagian-bagiannya yang berhubungan sangat erat satu dengan yang lain secara baik. Bahwa penalaran ini terdiri dari memperbandingkan jam dengan dunia, dan dari persamaan-persamaan tertentu menyimpulkan persamaan-persaamaan yang lain. Contoh analogi lain yakni : 1) Ibnu mahasiswa IAIN adalah anak sholeh dan rajin. 2) Rizki adalah mahasiswa IAIN adalah anak sholeh dan rajin. 3) Muhammad mahasiswa IAIN. Jadi, Muhammad mahasiswa IAIN adalah anak sholeh dan rajin. 4.6. Pemahaman Tentang Pikiran dan Berpikir Pikiran adalah gagasan dan proses mental. Berpikir memungkinkan seseorang untuk merepresentasikan dunia sebagai model dan memberikan perlakuan terhadapnya secara efektif sesuai dengan tujuan, rencana, dan keinginan. Kata yang merujuk pada konsep dan proses yang sama diantaranya kognisi, pemahaman, kesadaran, gagasan, dan imajinasi. Berpikir melibatkan manipulasi otak terhadap informasi, seperti saat kita membentuk konsep, terlibat dalam pemecahan masalah, melakukan penalaran, dan membuat keputusan. Berpikir adalah fungsi kognitif tingkat tinggi dan analisis proses berpikir menjadi bagian dari psikologi kognitif. 4.6.1. Proses Dasar Mekanisme dasar dari sel otak manusia merefleksikan proses pencocokan pola atau pengenalan pola. Saat seseorang melakukan refleksi, situasi baru dan pengalaman baru dinilai berdasarkan apa yang diingat. Untuk membuat penilaian ini, pikiran mempertahankan pengalaman saat ini dan mengurutkan pengalaman masa lalu yang relevan. Hal tersebut dilakukan dengan mempertahankan agar pengalaman kini dan masa lalu sebagai pengalaman yang terpisah. Pikiran dapat mencampur, mencocokkan, menggabungkan, menukar, dan mengurutkan konsep-konsep, persepsi, dan pengalaman. Proses ini disebut penalaran. Logika adalah ilmu tentang penalaran. Kesadaran akan proses penalaran ini adalah jalan masuk kedalam kesadaran 4.6.2. Berpikir Ilmiah
  • 38. 38 Berpikir ilmiah adalah berpikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan. (Hillway, 1956) selain itu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan. Contohnya: Kepler, seorang ahli astronomi, telah mencatat pengamatan- pengamatan yang banyak jumlahnya tentang posisi planet Mars. Catatan-catatan ini memberitahukan kepadanya tentang posisi Mars di ruang angkasa pada berbagai waktu selama bertahun-tahun, dalam hubungannya dengan matahari pada suatu waktu tertentu. Masalah yang dihadapi Kepler ialah jalan edar mengitari matahari yang manakah yang harus ditempuh Mars agar berada pada titik-titik yang telah diamati di angkasa pada waktu-waktu yang setepatnya. Menurut Soejono Soemargono (1983) metode ilmiah secara garis besar ada dua macam, yaitu Metode analitiko sintesa dan metode non deduksi. 1. Metode Analitioko Sintesa Metode analitioko sintesa merupakan gabungan dari metode analisis dan metode sintesis. 1. Metode Analisis Metode analisis yaitu cara penanganan terhadap sesuatu objek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-milahkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya. Misalnya, seorang filusuf memahami kata atau istilah “keberanian”. Dari segi ekstensi, dia mengungkapkan makna kata ini berdasarkan bagaimana kata ini digunakan, dan mengetahui sejauh mana kata “keberanian” menggambarkan realitas tertentu. Apabila kita menggunakan metode analisis, dalam babak terakhir kita memperoleh pengetahuan analitis. 2. Metode Sintesis Metode sintesis yaitu cara penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan cara menggabungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya sehingga menghasilkan sesuatu pengetahuan yang baru. Contohnya, (1) Ilmu adalah aktifitas, (2) Ilmu adalah metode, (3) Ilmu adalah produk. Jadi, hasil sintetisnya yaitu Ilmu adalah aktifitas, metode, dan produk. 2. Metode Non Deduksi Metode non deduksi merupakan gabungan dari metode induksi dan metode deduksi. 1. Metode Induksi
  • 39. 39 Yaitu suatu cara yang dipakai untuk mendapati ilmu pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat khusus, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum. Contohnya: Umpamanya kita mempunyai fakta bahwa kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, demikian juga dengan singa, kucing, dan berbagai binatang lainnya. Dari kenyataan-kenyataan ini kita dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum yakni semua binatang mempunyai mata. 2. Metode Deduksi Yaitu suatu cara yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Contohnya: setiap manusia yang ada didunia pasti suatu ketika pasti akan mati, si Ahmad adalah manusia; atas dasar ketentuan yang bersifat umum tadi karena Ahmad adalah manusia maka suatu ketika ia akan mati juga. 4.6.3. Berpikir Evaluatif Berpikir Evaluatif (evaluative thinking) ialah berpikir kritis, menilai baik-buruknya suatu kebijakan, tepat atau tidaknya suatu gagasan, valid atau tidaknya suatu data, teruji atau tidaknya suatu argumen. Dalam berpikir evaluatif, kita tidak menambah atau mengurangi gagasan atau keputusan. Kita menilainya menurut kriteria tertentu. Berpikir evaluatif (evaluative thinking) sangat terkait dengan logis tidaknya suatu penilaian berdasarkan kriteria yang relevan. Tidak semata karena dipengaruhi oleh faktor sentimen atau politis. Jika suatu penilaian bersifat logis maka hal tersebut disebut obyektif dan jika tidak logis disebut penilaian subyektif. Obyektif atau subyektif tidaknya penilaian biasanya dipengaruhi seberapa matang seseorang dalam ilmu dan pengalaman yang menjadi penguat argumentasinya. Penilaian obyektif hanya dapat diberikan jika seseorang memiliki informasi yang berimbang terhadap apa yang dinilainya, tentu saja tetap memperhatikan keakuratan informasi dan fakta empiris di lapangan. Menurut perkembangan mutakhir psikologi kognitif, seseorang lebih sering berpikir tidak logis daripada berpikir logis seperti berpikir deduktif. Kata Morton “Berpikir logis bukanlah kebiasaan kita atau hal yang alamiah. Dan cara berpikir menurut logika yang tidak valid yang biasa kita lakukan, justru berjalan agak baik dalam kebanyakan situasi sehari-hari”.Berpikir tidak logis ternyata lebih praktis, efisien, dan bermanfaat.
  • 40. 40 Terkenal ucapan Wason dan Johnson Laird. “ Pada keadaan terbaik, kita semua dapat berpikir seperti ahli logika ; dalam keadaan terjelek, ahli logika semua berpikir seperti kita”. Kalau begitu, tentu hanya mereka yang ahli dan terdidik saja dapat berpikir logis. Sudah lama diduga orang bahwa wanita, anak kecil, rakyat pedesaan, petani, orang pulau, atau orang yang berpendidikan rendah berpikir tidak logis. Yang logis hanyalah ilmuwan, dosen, kaum profesional atau pejabat. Anggapan ini tidak benar, Paul E Johnson pernah meneliti cara berpikir ilmuwan dan pakar dari berbagai profesi. Paul E Johnsons menulis, “Saya selalu terkejut menyaksikan bahwa ahli yang kami teliti sangat jarang melakukan berpikir seperti logika formal. Kebanyakan mereka melakukan berpikir inferensial kira – kira, yang didasarkan pengenalan kesamaan.” (Hunt, 1982 : 139, Jalaluddin Rahmat, 1990). Karena itu, kesalahan terbesar seorang pejabat atau pegawai pemerintah yang berbicara dengan rakyat maka dianggapnya bahwa lawan bicaranya itu tidak selogis umpan balik (feedback) komunikasi dari apa yang diperkirakan dan diharapkannya. Logis tidaknya, obyektif tidaknya suatu penilaian bergantung sampai sejauh mana tingkat kedewasaan seseorang dalam memahami sesuatu. Apakah logis jika anggota DPRD menuduh seorang pejabat melakukan penyelewengan hanya berdasarkan isu yang berkembang di masyarakat ataukah hanya berdasarkan berita di koran (informasi sekunder). Apakah suatu informasi dapat dikatakan obyektif jika terdapat oknum di masyarakat yang menuduh dan menuding seorang pejabat KKN hanya berdasarkan praduga tanpa ada satupun bukti yang bisa dikemukakan dan dipertanggungjawabkan secara moral dan secara hukum. Apakah logis dan adil jika seorang Bupati menilai suatu proyek ‘terhambat, gagal atau menyalahi bestek’ hanya berdasarkan keterangan sepihak Kadis PU misalnya, tanpa memahami aspek teknis dan meninjaunya terlebih dahulu. Logis tidaknya seseorang berpikir, obyektif tidaknya kita menilai sangat tergantung pada seberapa banyak informasi yang kita miliki serta seberapa luas pemahaman kita terhadap aspek teknis dan non-teknis suatu pekerjaan sehingga dengan demikian kita dapat berpikir evaluatif lebih adil. Seorang pemimpin yang terbiasa berpikir evaluatif akan terbentuk menjadi pemimpin yang adil (good leader). 4.6.4. Berpikir Kreatif
  • 41. 41 Berpikir kreatif diperlukan saat cari ide, inspirasi atau untuk menyederhanakan persoalan. Berpikir Kreatif (Creative Thinking) menurut James C. Coleman dan Caustance L Hamen (1974 : 452), adalah “thinking which produces new methods, new concepts, new understanding, new inventions, new work of art”. Berpikir kreatif adalah cara berpikir untuk menghasilkan metode baru, konsep baru, pemahaman yang baru, dan cara kerja baru.(Jalaluddin Rahmat, 1990). Berpikir kreatif diperlukan mulai dari komunikator yang mendesain pesannya, Kepala Kantor yang membuat telaahan staf, insinyur yang merancang bangunan, ahli iklan yang harus menata pesan verbal dan pesan grafis, Wartawan yang memperindah bahasa ‘berita investigasinya’, Seorang bupati yang harus memberikan perspektif baru dalam mengatasi masalah sosial, tak terkecuali untuk seorang aktivis organisasi massa atau partai politik dalam menata program kerjanya. Kadang kita merasa, untuk menjadi lebih kreatif kita perlu menjauhi orang. Jika anda berpikir demikian, maka anda sedang berjalan pada gang buntu. Temukanlah pemecahan masalah anda, pada orang lain yang juga pernah mengalami masalah sama seperti anda. Lalu ubahlah sedikit sesuai dengan style anda. Terimalah gagasan apa adanya, sehingga merangsang pikiran membuat gagasan yang lebih baik. Agar menjadi sedikit lebih kreatif, gunakanlah masalah yang tidak persis sama dengan masalah baru untuk merangsang gagasan baru. Kita, cenderung terpaku pada kebiasaan kita dalam memandang sesuatu dan menafsirkan kata. Membebaskan pikiran adalah metode kreatif yang dirancang untuk membantu kita dalam melihat hal dan hubungan antar hal tersebut dengan cara baru yang berbeda. Dan untuk menggunakan kebiasaan kita dalam melihat sesuatu hanya sebagai suatu keuntungan, bukan sebagai suatu rintangan. Menggunakan metode kesamaan atau analogi merupakan salah satu proses untuk menjadi lebih kreatif. Dalam menggunakan analogi, dibutuhkan kekuatan berpikir untuk menyamakan sesuatu dengan hal lain. Walaupun hal tersebut sangat sederhana untuk dipahami, namun mencari kesamaan yang tepat jelas memerlukan energi. Hal yang tampaknya tidak berkaitan, dapat memberikan wawasan tentang berbagai masalah dan pemecahannya. Inilah yang dimaksud perangsang gagasan. Menggunakan analogi untuk mencari hal imajinatif dalam memecahkan masalah merupakan cara pemecahan masalah lebih kreatif, dengan
  • 42. 42 mengimajinasikan kemiripan gagasan yang tampaknya tidak berhubungan, kita harus memaksa adanya hubungan tersebut. William James (1975 : 242) mengatakan, bahwa kreatifitas yang tinggi berasal dari kemampuan mengasosiasikan kesamaan, dengan begitu merupakan katalisator membebaskan pikiran. Membebaskan pikiran tidak hanya membantu kita untuk menjadi kreatif dalam pendekatan pemecahan masalah, tetapi menjadi lebih kreatif dengan kesadaran kita terhadap lingkungan sekitar. Kita menjadi semakin dirangsang untuk menyadari dan berpikir memecahkan masalah yang terjadi. 4.7. Kesimpulan Dari makalah, penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam mempelajari suatu nilai kebenaran, manusia dituntut untuk bisa memanfaatkan wahana berpikir yang dimilikinya, manusia juga harus mampu memposisikan dirinya diposisi kebenaran. Hal yang harus dilakukan manusia adalah menempatkan penalaran. Rahasia Logika berpikir sebenarnya terletak pada bagaimana memaksimalkan fungsi otak kiri dan otak kanan yang berkorelasi positif terhadap proses pengambilan keputusan dan perilaku kepemimpinan. Belahan otak kiri beroperasi secara rasional (intelectual capabilities), ia menerima informasi sedikit demi sedikit dan langsung mengolahnya, seperti mendengarkan laporan bawahan, membaca laporan telaahan staf, memahami ceramah, dan lain sebagainya. Otak kiri itu juga mengawasi komunikasi lisan, disamping penalaran logis dan matematis. Sedangkan, belahan otak kanan beroperasi secara intuitif, memimpikan dan merasakan dalam total pencitraan terhadap sesuatu, kemampuan dan jiwa seni (art capabilities) seseorang dikontrol oleh otak kanan ini. Otak kanan itu mengontrol kreatifitas dan kemampuan artistik. Logika berpikir dapat disistematisasikan menjadi beberapa kategori, tergantung darimana kita meninjaunya. Dilihat dari segi kualitasnya. Logika (dalam Bahasa Arab dikenal dengan nama Mantiq) dibedakan menjadi Logika Naturalis (Mantiq al-Fitri) dan Logika Artifisialis atau Logika Ilmiah (Mantiq as-Suri).
  • 44. 44 BAB V TEORI TEORI KEBENARAN 5.1. Latar Belakang Masalah Filsafat dapat diartikan dengan pengetahuan tentang hikmah, pengetahuan tentang prinsip, mencari kebenaran, mencari dasar-dasar apa-apa yang di bahas . Pada pengertian nomor tiga yang menyatakan bahwa filsafat itu mencari kebenaran, maka dapat dikatakan bahwa setiap manusia tak lepas dari berfilsafat. Karena nasalah yang selalu menggeluti manusia sepanjang hidup adalah kebenaran.manusia tanpa mengenal letih, berusaha menjangkaunya. Keinginannya ini bisa ditemu, bila manusia mau menelusuri cerita-cerita kepercayaan (agama) maupun sejarah pemikiran (filsafat dan ilmu) manusia. Keengganan anak nabi Nuh untuk ikut berperahu bersama ayahnya dan usahanya mencapai “tempat ketinggian” guna menyelamatkan diri dari banjir, menggambarkan akan keinginan mendapatkan kebenaran. Beralih-alihnya dugaan nabi Ibrahim tentang “Tuhan” (dari bintang, bulan, dan seterusnya) memperlihatkan juga akan usahanya mengejar kebenaran. Dalam sejarah filsafat, hal semacam itu tidak sedikit terjadi. Perbedaan pendapat tentang apa yang asal dari segalanya, pernah di jaman Yunani. bahwa sumber segala sesuatu itu ialah air (menurut Thales), api (menurut Herakleitos), udara (menurut Anaximenes) adalah contoh dari perlombaan manusia menuju kebenaran. Pertentangan antara Rasionalisme dengan Empir isme tentang dasar “tahu” dapat dimasukan sebagai contoh pula Kebenaran merupakan suatu hal yang menjadi landasan atau dasar kita untuk bertidak dan berpikir. Apakah kebenaran yang kita anggap benar itu merupakan sesuatu kebenaran hakiki ataupun suatu kebenaran relative, tetap saja kita memerlukan kebenaran dalam membaca kehidupan ini. Kebenaran merupakan kunci untuk bisa hidup dengan benar, baik, sesuai jalurnya. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami akan menjelaskan tentang teori-teori kebenaran. Dimana teori-teori tersebut merupakan teori-teori yang telah dikemukakan oleh para ahli filsafat terdahulu. Sehingga nantinya kita bisa mengetahui mana kebenaran hakiki dan mana kebenaran relatif untuk dapat mengutamakan kebenaran hakiki di banding dengan kebenaran relative.
  • 45. 45 5.2. Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud dengan kebenaran ? 2. Apa sajakah teori – teori dari kebenaran filsafat ? 3. Apa sajakah macam macam dari kebenaran 4. Apa sajakah tingkat kebenaran ? 5.3. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari kebenaran. 2. Untuk mengetahui teori – teori dari kebenaran. 3. Untuk mengetahui macam – macam dari kebenaran. 4. Untuk mengetahui tingkat kebenaran.
  • 46. 46 5.4. Pengertian Kebenaran Kebenaran adalah kenyataan adanya (being) yang menampakkan diri sampai masuk akal. Pengalaman tentang kebenaran itu dialami akal si pengenal dalam kesamaannya dengan kenyataan adanya yang menampakkan diri padanya. Karena kesamaaan itu memang dicari dan dikejar namun belum tercapai, maka menurut pengalaman manusia si pengenal, kebenaran itu tanpa hentinya mewujudkan diri sambil ditentukan dari luar, tanpa pernah mencapai kesamaan sempurna . “Benar” menyatakan kualitas, keadaan atau sifat benarnya sesuatu. Sesuatu itu bisa berupa pengetahuan (pemikiran) atau pengalaman (perbuatan). Jadi benar adalah suatu pengertian abstrak : suatu pengertian yang pada dasarnya tak dapat ditangkap oleh indra insani, meskipun seandainya indra ini diberi kekuatan tak terbatas. Sebagai lazimnya setiap sifat, “benar” baru dipahami dengan baik bila dihubungkan dengan sesuatu yang disifatinya. Akan tetapi “benar” bisa juga berarti : sesuatu yang benar itu sendiri. Jadi bukan sifatnya, tetapi barangnya. Mengenai pengertian “benar” ini, dalam Encyclopedia Americana, yang ditulis bersama oleh Bernard S. Cayne dengan beberapa orang ahli, dikemukakan dua pengertian benar sebagai berikut : “Truth is the quality of being true, and anything that is true is a truth.” Jadi menurut buku ini, benar mempunyai dua pengertian seperti yang tersebut diatas. Adapun “kebenaran mutlak” pada pembahasan disini dimaksudkan sebagai “sesuatu yang benar itu sendiri” (pengertian kedua), sebagai pengertian konkrit. Jika kebenaran mutlak dimaksud sebagai pengertian abstrak, maka selamanya kebenaran ini tak akan dapat dicapai, karena ia hanya ada dalam pengrtian kata (formal) bukan dalam pengertian zat (material). Karena itu sebutan “kebenaran mutlak” dimaksud sebagai keadaan sebenarnya dari sesuatu : zat yang sebenarnya dari objek (ding an sich). Bila orang mendengar kata “benar,” secepat kilat dalam pikiranya akan “salah” sebagai lawannya. Itu adalah hal yang wajar. Akan tetapi tidak selamanya lawan “benar” itu “salah”. Benar bisa berarti lain, yaitu ; lempang (lawan sesat) – baik (lawan jahat) – bagus (lawan jelek) – tepat (lawan keliru) dan seterusnya. Peralihan pengertian benar kepada hal yang lain ini, bergantung kepada jenis nilai mana yang diberikan kepada sesuatu yang berpredikat “benar” . Manusia selalu mencari kebenaran, jika manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk melaksankan kebenaran itu. Sebaliknya pengetahuan dan pemahaman tentang kebenran, tanpa melaksankan konflik kebenaran, manusia akan mengalami pertentangan batin, konflik spilogis. Karena di dalam kehidupan manusia sesuatu yang dilakukan
  • 47. 47 harus diiringi akan kebenaran dalam jalan hidup yang dijalaninya dan manusia juga tidak akan bosan untuk mencari kenyataan dalam hidupnya yang dimana selalu ditunjukkan oleh kebanaran. 5.5. Teori –Teori Kebenaran. 1. Teori Corespondence Masalah kebenaran menurut teori ini hanyalah perbandingan antara realita oyek (informasi, fakta, peristiwa, pendapat) dengan apa yang ditangkap oleh subjek (ide, kesan). Jika ide atau kesan yang dihayati subjek (pribadi) sesuai dengan kenyataan, realita, objek, maka sesuatu itu benar. Teori korespodensi (corespondence theory of truth)  menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut. Kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan fakta, yang berselaran dengan realitas yang serasi dengan sitasi aktual. Dengan demikian ada lima unsur yang perlu yaitu : 1. Statemaent (pernyataan) 2. Persesuaian (agreemant) 3. Situasi (situation) 4. Kenyataan (realitas) 5. Putusan (judgements) Kebenaran adalah fidelity to objektive reality (kesesuaian pikiran dengan kenyataan). Teori ini dianut oleh aliran realis. Pelopornya plato, aristotels dan moore dikembangkan lebih lanjut oleh Ibnu Sina, Thomas Aquinas di abad skolatik, serta oleh Berrand Russel pada abad moderen. Cara berfikir ilmiah yaitu logika induktif menggunakan teori korespodensi ini. Teori kebenaran menurut corespondensi ini sudah ada di dalam masyarakat sehingga pendidikan moral bagi anak-anak ialah pemahaman atas pengertian-pengertian moral yang telah merupakan kebenaran itu. Apa yang diajarkan oleh nilai-nilai moral ini harus diartikan sebagai dasar bagi tindakan-tindakan anak di dalam tingkah lakunya. Artinya anak harus mewujudkan di dalam kenyataan hidup, sesuai dengan nilai-nilai moral itu. Bahkan anak harus mampu mengerti hubungan antara peristiwa-peristiwa di dalam kenyataan dengan nilai-nilai moral itu dan menilai adakah kesesuaian atau tidak sehingga kebenaran berwujud sebagai nilai standard atau asas normatif bagi tingkah laku. Apa yang ada di dalam
  • 48. 48 subyek (ide, kesan) termasuk tingkah laku harus dicocokkan dengan apa yang ada di luar subyek (realita, obyek, nilai-nilai) bila sesuai maka itu benar. 2. Teori Consistency Teori ini merupakan suatu usah apengujian (test) atas arti kebenaran. Hasil test dan eksperimen dianggap relible jika kesan-kesanyang berturut-turut dari satu penyelidik bersifat konsisten dengan hasil test eksperimen yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan tempat yang lain. Menurut teori consistency untuk menetapkan suatu kebenaran bukanlah didasarkan atas hubungan subyek dengan realitas obyek. Sebab apabila didasarkan atas hubungan subyek (ide, kesannya dan comprehensionnya) dengan obyek, pastilah ada subyektivitasnya. Oleh karena itu pemahaman subyek yang satu tentang sesuatu realitas akan mungkin sekali berbeda dengan apa yang ada di dalam pemahaman subyek lain. Teori ini dipandang sebagai teori ilmiah yaitu sebagai usaha yang sering dilakukan di dalam penelitian pendidikan khsusunya di dalam bidang pengukuran pendidikan. Teori konsisten ini tidaklah bertentangan dengan teori korespondensi. Kedua teori ini lebih bersifat melengkapi. Teori konsistensi adalah pendalaman dankelanjutan yang teliti dan teori korespondensi. Teori korespondensi merupakan pernyataan dari arti kebenaran. Sedah teori konsistensi merupakan usaha pengujian (test) atas arti kebenaran tadi. Teori koherensi (the coherence theory of trut) menganggap suatu pernyataan benar bila di dalamnya tidak ada perntentangan, bersifat koheren dan konsisten dengna pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar. Dengan demikian suatu pernyataan dianggap benar, jika pernyataan itu dilaksanakan atas pertimbangan yang konsisten dan pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya. Rumusan kebenaran adalah turth is a sistematis coherence dan trut is consistency. Jika A = B dan B = C maka A = C Logika matematik yang deduktif memakai teori kebenaran koherensi ini. Logika ini menjelaskan bahwa kesimpulan akan benar, jika premis-premis yang digunakan juga benar. Teori ini digunakan oleh aliran metafisikus rasional dan idealis. Teori ini sudah ada sejak Pra Socrates, kemudian dikembangan oleh Benedictus Spinoza dan George Hegel. Suatu teori dianggapbenar apabila telah dibuktikan (klasifikasi) benar dan tahan uji. Kalau teori ini bertentangan dengan data terbaru yagn benar atau dengan teori lama yang benar, maka teori itu akan gugur atau batal dengan sendirinya.
  • 49. 49 3. Teori Pragmatisme Paragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang dikenal apra pendidik sebagai metode project atau medoe problem olving dai dalam pengajaran. Mereka akan benar-benar hanya jika mereka berguna mampu memecahkan problem yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika mengmbalikan pribadi manusia di dalamkeseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di dalam keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan lingkungan. Dalam dunia pendidikan, suatu teori akan benar jika ia membuat segala sesutu menjadi lebih jelas dan mampu mengembalikan kontinuitas pengajaran, jika tidak, teori ini salah. Jika teori itu praktis, mampu memecahkan problem secara tepat barulah teori itu benar. Yang dapat secara efektif memecahkan masalah itulah teori yang benar (kebenaran). Teori pragmatisme (the pragmatic theory of truth) menganggap suatu pernyataan, teori atau dalil itu memliki kebanran bila memiliki kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia. Kaum pragmatis menggunakan kriteria kebenarannya dengan kegunaan (utility) dapat dikerjakan (workobility) dan akibat yagn memuaskan (satisfaktor consequence). Oleh karena itu tidak ada kebenaran yang mutak/ tetap, kebenarannya tergantung pada manfaat dan akibatnya. Akibat/ hasil yang memuaskan bagi kaum pragmatis adalah : 1. Sesuai dengan keinginan dan tujuan 2. Sesuai dengan teruji dengan suatu eksperimen 3. Ikut membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap eksis (ada) Teori ini merupakan sumbangan paling nyata dari pada filsup Amerika tokohnya adalha Charles S. Pierce (1914-1939) dan diikuti oleh Wiliam James dan John Dewey (1852-1859). Wiliam James misalnya menekankan bahwa suatu ide itu benar terletak pada konsikuensi, pada hasil tindakan yang dilakukan. Bagi Dewey konsikasi tidaklah terletak di dalam ide itu sendiri, malainkan dalam hubungan ide dengan konsekuensinya setelah dilakukan. Teory Dewey bukanlah mengerti obyek secara langsung (teori korepondensi) atau cara tak langsung melalui kesan-kesan dari pada realita (teori konsistensi). Melainkan mengerti segala sesuai melalui praktek di dalam program solving. 4. Kebenaran Religius
  • 50. 50 Kebenaran adalah kesan subjek tentang suatu realita, dan perbandingan antara kesan dengan realita objek. Jika keduanya ada persesuaian, persamaan maka itu benar. Kebenaran tak cukup hanya diukur dnenga rasion dan kemauan individu. Kebenaran bersifat objective, universal,berlaku bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu. Nilai kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan itu adalah objektif namun bersifat superrasional dan superindividual. Bahkan bagi kaum religius kebenarn aillahi ini adalah kebenarna tertinggi, dimnaa semua kebanaran (kebenaran inderan, kebenaran ilmiah, kebenaran filosofis) taraf dan nilainya berada di bawah kebenaran ini seperti Agama sebagai teori kebenaran Ketiga teori kebenaran sebelumnya menggunakan alat, budi,fakta, realitas dan kegunaan sebagai landasannya. Dalam teori kebenaran agama digunakan wahyu yang bersumber dari Tuhan. Sebagai makluk pencari kebenaran, manusia dan mencari dan menemukan kebenaran melalui agama. Dengan demikian, sesuatu dianggap benar bila sesuai dan koheren dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak.agama dengan kitab suci dan haditsnya dapat memberikan jawaban atas segala persoalan manusia, termasuk kebenaran. 5.6. Macam-Macam Kebenaran Kebenaran bermacam-macam, tergantung dari sudut mana orang berpijak untuk membaginya. Dipandang dari segi “perantara” untuk mendapatkannya, kebenaran dibagi dalam : a. Kebenaran indrawi (empiris), yang ditemui dalam pengamatan pengalaman. b. Kebenaran ilmiah ( rational), yang lewat konsepsi akal. c. Kebenaran filosofis (reflective thinking), yang dicapai dengan perenungan (murni) d. Kiebenaran religius ( supernatural), yang diterima melalui wahyu Ilahi.  DilIhat dari segi “kekuasaan” untuk menekan orang menerimanya, kebenaran dibagi dua : a. Kebenaran Subyektif, yang hanya diterima oleh subyek pengamat sendiri. b. Kebenaran obyektif, yang diakui tidak hanya oleh subyek pengamat, tatpi juga oleh subyek-subyek yang lain.  Dari segi “luas berlakunya” kebenaran dibagi menjadi: a. Kebenaran individual, yang berlaku bagi perorangan. b. Kebenaran universal, yang berlaku bagi semua orang.  Dari segi “kualitasnya”, kebenaran dibagi dalam :
  • 51. 51 a. Kebenaran dasar, yaitu kebenaran yang paling rendah (= minim). b. Kebenaran nisbi, yaitu kebenaran yang satu atau beberapa tingkat diatas kebenaran dasar, namun belum sempurna (= relatif). c. Kebenaran mutlak, yaitu kebenaran yang sempurna, yang sejati, yang hakiki (=absolut) . 5.7. Tingkat Kebenaran Ada beberapa wujud kebenaran, dan wujud ini berbeda – beda tingkatannya. Perbedaan tingkat ini terutama ditentukan oleh potensi subjek yang menyadari atau menangkap kebenaran itu. Baik panca indra, maupun rasio, bahkan juga budinurani manusia adalah potensi subjek yang menangkap dan menghayati kebenaran itu. Berdasarkan scope potensi subjek itu tadi, maka susunan tingkatan kebenaran itu menjadi: 1) Tingkat kebenaran indra adalah tingkat yang paling sederhana dan pertama yang dialami manusia. Indra adalah gerbang kesadaran manusia. 2) Tingakat ilmiah, pengalaman – pengalaman yang didasarkan disamping melalui indera, diolah pula dengan rasio. 3) Tingkat filosofis, kedua tingkat di atas telah dilalui sebagai tahap pendahuluan. Rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam, mengolah kebenaran itu semakin tinggi nilainya. 4) Tingkat religius , kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa, dan dihayati dengan seluruh kepribadian, dengan integritas kepribadian, dengan iman dan kepercayaan. Keempat tingkat kebenaran ini berbeda-beda wujud sifat dan kualitasnya. Bahkan juga proses dan cara terjadinya, di samping potensi subyek yang menyadarinya. Potensi subyek yang dimaksud di sini ialah aspek kepribadian yang menangkap kebenaran itu. Misalnya pada tingkat kebenaran indra. Demikian seterusnya, yaitu rasio, kebijaksanaan, dan budinurani atau consciencia yang super rasional. Dari uraian tentang tingkat-tingkat kebenaran diatas tadi kita dapat simpulkan batasan kebenaran itu sebagai berikut :  Bahwa kebenaran itu sangat ditentukan oleh potensi subyek. Demikian pula tingkatan validitas kebenaran ditentukan oleh potensi subyek yang berperan didalam penghayatan atas sesuatu itu.  Bahwa kebenaran itu adalah perwujudan dari pemahaman (comprehension) subyek tentang sesuatu. Terutama yang bersumber dari sesuatu yang diluar subyek, yaitu realita, peristiwa,
  • 52. 52 nilai-nilai (norma, hukum) yang bersifat umum. Ada pula yang bersumber dari dalam berupa ide-ide, konsepsi-konsepsi, kreasi tertentu.  Bahwa kebenaran itu ada yang relatif, terbatas ; ada pula yang umum. Bahkan ada pula yang mutlak, abadi dan universal. Wujud kebenaran itu ada yang berupa penghayatan lahiriah (jasmaniah, indra). Ada yang berupa ide-ide yang merupakan pemahaman potensi suyek (mental, rasio, intelektual).  Ada pula kebenaran yang berwujud transcendetal, rohaniah, spritual yang di jangkau oleh potensi subyek(budinurani, consciencia, super rasional). 5.8. Kesimpulan Kebenaran pertama-tama berkedudukan dalam diri si pengenal. Kebenaran di beri batasan- batasan sebagai penyamaan akal dengan kenyataan, yang terjadi pada taraf inderawi maupun akal budi tanpa pernah sampai kesamaan sempurna yang dituju kebenaran dalam pengalaman manusia. Ilmu-ikmu empiris memegang peranannya dalam usaha memegang kesamaannya itu. Dalm bidang ilmu-ilmu itu sendiri pun kebenaran sel alu bersifat sementara . Ilmu-ilmu pasti tidak langsung berkecimpung dalam usaha manusia menuju kebenaran, tepatnya perjalanan ilmu-ilmu itu merupakan suati sumbangan agar pengetahuan diluar ilmu-ilmu itu makin lancar mendekati kebenaran.
  • 53. 53 DAFTAR PUSTAKA https : //van88.wordpress.com/teori-teori-kebenaran-filsafat/
  • 54. 54 BAB VI FILSAFAT ETIKA DAN MORAL 6.1. Latar Belakang Masalah Di era global yang semakin maju ini perilaku seorang muslim semakin beraneka ragam. Manusia cenderung mengikuti pola hidup yang mewah dan bergaya, mereka bahkan lupa dengan adanya etika dan moral yang tidak terlalu dihiraukannya dan dijadikan pedoman dalam hidup. Karena pada kenyataanya manusia sekarang kurang pengetahuan tentang etika dan moral Selama ini pelajaran etika dan moral sudah diperkenalkan sejak kita berada di sekolah dasar, yaitu pada dan kewarnegaraan Namun ternyata pelajaran etika dan moral itu hanya dibiarkan saja tanpa diaplikasikan ke dalam perilaku kehidupan sehari – hari, sehingga pelajaran yang telah disampaikan menjadi sia – sia. Sebagai generasi penerus Indonesia, sangatlah tidak terpuji jika kita para generasi penerus tidak memiliki etika dan moral Oleh karena itu penyusun menyusun makalah ini agar menjadi acuan dalam menambah pengetahuan. 6.2. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan etika ? 2. Apa yang dimaksud dengan dengan moral ? 3. Bagaimana Perbedaan dan persamaan etika dengan moral dalam filsafat ? 4. Bagaimana hubungan etika dengan moral dalam filsafat ? 6.3. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengertian dari etika. 2. Mengetahui dan memahami pengertian dari moral. 3. Menegtahui dan memehami perbedaan dan persamaan dari etika dengan moral. 4. Mengetahui dan memahami hubungan etika dengan moral.