SlideShare a Scribd company logo
1 of 97
1
KUMPULAN MATERI TUGAS MEMBUAT MAKALAH
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
Yang Di Bimbing Oleh :
Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
Yang Membuat :
Olivia Medriani Lamain 1211700076
Fayyas Ul Khaq 1211700137
Muhammad Khohar 1211700135
Esterlita Ayuningtyas 1211700208
( Kelas E Hari Rabu 09.30 I. 203 )
PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, kami dapat menyelesaikan makalah tentang kumpulan tugas makalah mata kuliah
pengantar filsafat ilmu. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Dr.Sigit Sardjono,MS selaku
Dosen mata kuliah Pengantar Filsafat Ilmu yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai pengantar filsafat ilmu. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.
Surabaya, 8 Juli 2019
Penulis
3
DAFTAR ISI
A Manfaat belajar ilmu filsafat bagi Mahasiswa 4
B Perkembangan Filsafat 16
C Filsafat ilmu dan pengetahuan 23
D Logika Berpikir 26
E Teori Kebenaran 35
F Filsafat etika dan moral 43
G Tataran ilmu pengetahuan 55
H Filsafat Pancasila 70
I Filsafat Karya ilmiah 81
J Kumpulan soal dan jawaban 89
A. MANFAAT BELAJAR ILMU FILSAFAT
BAGI MAHASISWA
4
2.1.DEFINISI FILSAFAT
Mari kita coba dulu untuk mengetaui bagaimanakah para filsuf dan ahli filsafat atau pemikir
mendefinisikan apa filsafat itu. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
 Plato ( 427 – 347 SM ), “ Filsafat tidak lain adalah pengetahuan tentang segala hal ”
 Aristoteles ( 384 – 322 ), “ Filsafat itu menyelidiki sebab dan asas segala benda ”
 Al-Kindi ( 800-870 ), “ Kegiatan manusia yang bertingkat tertinggi adalah filsafat yang
merupakan pengetahuan benar mengenai hakikit segala yang ada sejauh mungkin bagi
manusia ”
 Immanuel Kant (1724 – 1804), “Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan
yang didalamnya mencakup 4 persoalan berikut :
1. Apakah yang dapat kita ketahui ?
2. Apakah yang boleh kita kerjakan ?
3. Sampai dimanakah pengharapan kita ?
4. Apakah yang dinamakan manusia ?
 Ibnu Sina (980 – 1037), “Fisika dan metafisika sebagai suatu badan ilmu tak berbagi.
Fisika mengamat-amati yang ada sejauh tak bergerak, metafisika memandang yang ada
sejauh itu ada dan mengarah, mengetahui seluruh kenyataan sejauh dapat dicapai oleh
manusia. Hal pertama yang dihadapi oleh seorang filsuf adalah bahwa yang ada
(berwujud) berbeda-beda. Terdapat ada yang hanya mungkin ada.
Suatu hal yang ideal adlah suatu yang berasal dari pemikiran yang mendalam, membutuhkan
proses yang lama dalam pergulatan penemuan pengetahuan dan wawasan, yang melahirkan
kesimpulan mendalam tentang suatu hal. Kemudian, muncul suatu pandangan tentang suatu yang
hakiki inilah yang dilakukan filsafat.
5
Secara Etimologis, kata filsafat berasal dari gabungan 2 kata : philein yang berarti mencintai;
dan sophos yang berarti kearifan atau kebijaksanaan. Jadi, dilihat dari asal katanya filsaft berarti
mencintai kebijaksanaan.
Dalam praktik penggunaan istilah filsafat digunakan dalam banyak hal untuk menyebut
suatu kata yang terdiri dari banyak kategori misalnya, kita sering kali mendengar perkataan dari
teman kita, “wah, filsafatmu kacau sekali!” ada yang mengatakan juga, “saya jijik dengan filsafat
para politisi kita.” Maka, dalam kontek seperti itu, filsafat dimengerti untuk menunjuk gaya
berfikir, kepribadian, dan tindakan yang dianggap sebagai akibat dari filsafat yang dipegang
seseorang. Jadi, dalam hal ini filsafat adalah pandangan umum manusia tentang hidupnya, cita-
cita, dan nilai-nilainya.
2.2.CIRI-CIRI BERPIKIR FILSAFAT
Berikut adalah ciri-ciri berpikir filsafat :
 Radikal, artinya berpikir sampai ke akar persolan. Hal itu bisa dilakukan dengan
bertanya terus menerus hingga mendapat suatu jawaban yang lebih hakiki. Filsafat
sebagai bentuk perenungan mengupayakan suatu kejelasan, keruntukan, dan keadaan
memadainya pengetahuan agar kita dapat memeroleh pemahaman yang menyeluruh
(holistis) dan komprehensif. Sejumlah tindakan dan lotaran pengetahuan, wacana,
ucapan, dan tulisan pasti berangkat dari akar pemahaman terhadap kehidupan secara
mendasar disadari atau tidak. Pandangan itu bisa dibongkatr sampai akarnya jika kita
mampu sejumlah asumsi-asumsi sampai menemukan apa landasan filsafatnya.
 Kritis, artinya tanggap terhadap persoalan yang berkembangan dan yang diketahuinya
atau bahkan mendatanginya. Berpikir kritis adalah sebuah skill kognitif yang
memungkinkan seseorang untuk menginvestigasi sebuah situasi, masalah, pertanyaan,
atau fenomena untuk bisa membuat sebuah penilaian atau keputusan. Berpikir kritis
adalah sebuah hasil dari salah satu bagian otak manusia yang sangat berkembang, yaitu
6
the cerebral cortex, bagian luar dari bagian manusia yang terluas, the cerebrum (otak
depan).
Berfikir kritis mengkombinasikan dan mengkoordinasikan semua aspek koknitif yang
dihasilkan oleh super komputer biologis yang ada didalam kita-persepsi, emosi, intuisi,
mode berpikir linear atau non linear, dan juga penalaran induktif maupun deduktif.
Vincent Rien Ruggiero mengatakan bahwa ada 3 aktivitas dasar yang terlibat dalam
pemikiran kritis.
1. Melakuklan tindakan untuk mengumpulkan bukti-bukti. Bukti adalah suatu hal yang
bias bersifat empiris (bisa kitab lihat, sentuh, dengar, kecap, cium) apapun berbagai
bentuk fakta yang dapat kita peroleh dari sebuah otoritas, kertas riset, statistik,
testimoni, dan informasi lainnya. Tetapi, yang paling penting adalah mendapatkan
bukti secara langsung (empiris) karena bukti dari tingkat ke-2 kadang patut dicurigai
bukti yang kita temukan kangsung dari indra kita tidak dapat dibantah.
2. Menggunakan otak, bukan perasaan (berpikir logis). Membiasakan berfikir logis
merupakan jalan penting untuk menemukan pikiran kritis. Kebanyakan manusia
belum mapu berpikiran rasional, apalagi ditengah serangan irrasionalitas media,
seperti jaman sekarang. Karenanya harus dibiasakan. Logika bukanlah sebuah
kemampuan yang dapat berkembang sendiri, melainkan merupakan sebuah skill atau
disiplin yang harus dipelajari dan dilatih, baik dalam pendidikan formal maupun
dalam hari-hari kita. Suatu perangkat logis kurang formal dikenal dnegan istilah
“silogisme”, yang terdiri dari 3 pernyataan : teori utama, teori minor, dan sebuah
kesimpulan. Contoh : jika teori utamanya adalah “orang-orang yang berasal dari
madura berwatak keras” dan teori Minornya adalah “ Zulkifli berasal dari Madura”
maka kesimpulannya adalah Zulkifli adalah orang yang berwatak keras.
3. Skeptis, adalah rasa ragu karena adanya kebutuhan atas bukti, artinya tidak percaya
begitu saja sebelum menemukan bukti yang kuat yang kadang bukti yang
7
ditemukannya sendiri. Ini adalah elemen yang penting bagi pemukiran kritis.
Skeptisisme bukanlah sinisme, dan sayangnya sering disalahkan artikan dengan
menyatakan keduanya sama. Padahal, keduanya berlawanan arti.
Skeptisisme adalah sebuah pembenaran bahwa ada kebenaran dan obyektivitas
didunia ini, hanya sulit saja ditemukan. Artinya, skeptisisme akan mendorong orang
untuk mencari kebenaran. Jadi, merupakan kekuatan positif yang membangun dan
menginginkan peran untuk membuktikan dan memperbaiki kalau ada kesalahan
(kontradiksi). Sedangkan sinisme ditandai dengan anggapan “semua orang bisa
dimanfaatkan” karena sinis, ia tidak percaya pada siapapun dan karenanya tak ada
niat untuk mencari kebenaran karena dianggap percuma. Jadi, ia adalah kekuatan
negatif.
 Konseptual atau konsepsional, artinya konstruksi pemikiran filsafat berusaha untuk
menyusun suatu bagan yang konsepsional dalam arti bahwa konsepsi (rencana kerja)
merupakan suatu hasil generalisasi serta abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta
proses-proses satu demi satu.
Karena itulah, filsafat merupakan pemikiran tentang hal-hal serta proses0proses dalam
hubungan yang umum. Diantara proses-proses yang dibicarakan adalah pemikiran.
Diantara hal-hal yang dipikirkan ialah si pemikir.
Seorang filsuf tidak hanya membicarakan dunia yang ada disekitarnya serta dunia yang
ada didalam dirinya, tetapi juga membicarakan aktivitas berpikir. Berpikir filosofis tidak
hanya berupaya mengetahui hakikat kenyataan dan ukuran-ukuran untuk melakukan
verivikasi terhadap pernyataan-pernyataan mengenai segala sesuatu, melainkan juga
berusaha menemukan kaidah-kaidah berpikir itu sendiri.
 Rasional, yaitu berpikir dengan menggunakan akal. Dalam hal ini yang harus dilakukan
adalah menyusun bagan konsepsional yang rasional yaitu bagan yang bagian-bagiannya
secara logis berhubungan satu dengan lainnya.
8
 Reflektif, yaitu mencerminkan pengalaman pribadi. Artinya, filsafat dihasilkan dari
proses perenungan terhadap diri dengan dunia, mengevaluasi cara pandang diri dikaitkan
dengan pandangan-pandangan dan realitas baru yang dialami dan didapat.
 Koheren dan konsisten (runtut), yaitu bahwa perenungan pemikiran filsafat berusaha
untuk menyusun suatu bagan yang koheren , yang onsepsional. Koheren artinya runtut.
Runtut berarti pula konsisten, yng kebalikannya “tidak runtut”. Tidak runtut bisa berarti
“tidak konsisten” atau “kontradiktif”.
Pernyataan-pernyataan yang bertentangan dan tidak koheren bukanlah suatu perenungan
filsafat. Pertanyaan, seperti “mengapa tidak boleh?” biasanya tak sesuai dengan
pemikiran yang bersifat filsafati. Yang penting adalah bahwa jawaban filsafati tidak
membawa kita pada pernyataan-pernyataan yang kontradiktif .
 Komprehensif dan sistematis, artinya bahwa pemikiran filsafat itu berusaha menyusun
suatu gagasan konsepsional yangb memadai untuk duania tempat kita hidup maupun diri
kita. Jika ilmu memberi penjelasan tentang kenyataan empiris yang dialami, filsafat
berusaha untuk mencara penjelasan mengenai ilmu. Jadi, filsafat lebih luas dan
komprehensif, menjelaskan dunia kita dan diri kita sendiri sebagai bagian darinya.
 Suatu pandangan dunia, yaitu bahwa filsafat berusaha memahami seluruh kenyataan
dengan menyusun suatu pandangan dunia yang memberikan penjelasan tentang dunia dan
semua hal yang ada didalamnya.
 Metodias, yaitu bahwa pemikiran filsafat diperoleh dengan suatu metode atau cara agar
didapatkan kebenaran yang akan membuat manusia mampu menilai hidup dan
mengambil keputusan secara tepat . untuk berpikir secara benar, diperlukan metode yang
benar, ini adalah hukum filsafat.
2.3.PENTINGNYA BELAJAR FILSAFAT ILMU BAGI MAHASISWA
9
Tak sedikit orang yang menganggap bahwa filsafat itu tak lebih dari “omong kosong”,
“abstrak”, “obrolan belaka”, dan sebutan-sebutan lainnya. Padahal filsafat adalah landasan untuk
mengembangkan pengetahuan yang sangat berguna bagi peradaban suatu masyarakat. Filsafat,
pengetahuan, dan cara berpikir berkaitan dengan adanya landasan yang mendorong anggota-
anggota masyarakat terutama mahasiswa untuk melihat dunia dan mengembangkannya.
Bangsa Indonesia terus terbelakang, tertinggal dan belakangan juga semakin kacau balau
dan centang-perenang ini ternyata disokong oleh kekeliruan filsafat, yaitu filsafat fatalisme.
Filsafat yang keliru ini telah mendasari cara berpikir masyarakat, terutama para pemimpin.
Dengan filsafat yang cacat inilah kita bertahan diri dan membela diri, yang menyebabkan ilmu
pengetahuan dan teknologi kita rendah. Filsafat fatalis inilah yang dicengkokkan oleh elite yang
membayar para agamawan untuk mengatakan “sabar! Sabar! Sabar!” yang menganggap
pemikiran melawan, kritis, dan pemikiran rasional, logis yang menakutkan.
Filsafat fatalis yang berfungsi untuk bertahan dalam kondisi keterbelakangan ini
dibungkus dalam istilah “kebijaksanaan lokal” atau “kearifan lokal”. Ini adalah cara pandang
masyarakat yang menjaga cara pandang lama. Ditengah zaman modern yang membutuhkan
pikiran progresif untuk berkembang justru digaungkan untuk menghibur diri pada saat kita kalah
bersaing dalam kemajuan. Kekayaan alam kita semakin dikeruk asing, pekerja kita dikuras
keringatnya oleh kapitalis, pemuda-pemuda kita menganggur dan tanpa pendidikan. Para elite
dan tokoh terus saja menyerukan “kita bangsa yang arif, kita tak mengejar materi, kita gali
kearifan lokal, kita sabar saja dan tetap berdoa, potensi lokal kita itulah yang bisa kita jual”.
Para elite dan pimpinan tidak melakukan apa-apa kecuali sibuk memperkaya
diri,korupsi,tak peduli pada kemajuan, tak punya malu saat negaranya tertinggal dan rakyatnya
malah membudak ke negara lain. Para pimpinan malah memanfaatkan ketidaktahuan dan
kebodohan warga negaranya untuk terus mendapatkan kesenangan dirinya, dengan filsafat yang
juga picik dan menularkan filsafat ini pada rakyatnya.
Jadi, inilah situasi filsafat dan cara berpikir yang membuat kita lemah. Pada saat Milan
dan New Jersey telah mengembangkan berbagai macam penemuan alat transportasi modern atau
10
pada saat bangsa lain telah menjadikan pendidikan sebagai proses utama untuk memacu
perkembangan IPTEK-nya, pemimpin negeri ini yang tetap tak mau mematuhi UUD untuk
memberikan akses generasi muda pada pelatihan dan pendidikan, hanya sibuk mendoktrin rakyat
untuk bertahan hidup sesukanya dengan bangga pada “kearifan lokal” yang merupakan
pengembangan modal, pengetahuan, dan teknogi yang bukan hanya rendah, tetapi merupakan
peninggalan zaman tradisional (kuno).
Intinya syarat-syarat meningkatkan tenaga produktif masyarakat membuat setiap anggota
masyarakat(terutama remaja dan kaum muda) mampu mengakses ilmu pengetahuan dan
keterampilan. Cara ini secara formal dilakukan oleh lembaga pendidikan. Makannya, setiap
generasi harus mendapatkan akses pemndidikan setinggi mungkin, tanpat dibatasi dan tanpa
diskriminasi. Inilah yang dimaksud pendidikan harus demokratis! Artinya, tak ada satu anakpun
yang dibiarkan tidak bersekolah, kalau membiarkan anak jauh dari sekolah itu adalah dosa besar
bagi kemanusiaan.
Salah satu cara untuk memberikan akses masyarakat pada pendidikan adalah dengan
menghilangkan komersialisasi pendidikan, ilmu dan pengetahuan bukan untuk dimiliki secara
ekslusif atau diperjualbelikan, melainkan untuk disebarkan pada seluruh umat manusia. Maka,
pemerintah dan siapapun harus mendukung upaya memberikan pendidikan gratis. Memberikan
setiap warga negara akses untuk mendapatkan pendidikan adalah syarat mutlak yang harus
dipenuhi, syarat paling dasar, pendidikan adalah hak asasi (HAM) setiap manusia.
Meskipun demikian, demokrasi dalam pendidikan tak hanya cukup disitu. Setelah akses
ke dunia pendidikan tercapai, demokrasi juga harus terjadi dilembaga poendidikan itu sendiri,
mulai dari cara mengajar, mekanisme menentukan arah pendidikan (sekolah), hingga masalah-
masalah teknis. Hubungan antara guru atau pendidik dan murid harus demokrasi dan tidak boleh
menjadikan guru sebagai pihak yang otoriter. Manajemen sekolah juga harus menyertakan suara
atau aspirasi seluruh warga sekolah, terutama peserta didik. Hal ini untuk menghindari
kesewenang-wenangan birokratisme sekolah, misalnya tindakan mengomersialisasikan
pendidikan hingga pungutan-pungutan liar.
11
Setelah itu, kominitas ilmiah adalah kata kunci pendidikan. Jadi, pendidikan harus
ilmiah! Ilmiah dalam arti bahwa pendidikan harus mengikis habis cara berpikir irasional dan
feodalistik. Mental ilmiah ini merupakan tujuan yang sangat penting dari pendidikan. Jika
sekolah tak mampu menghgancurkan mental, pola pikir, dan tindak tak ilmiah, sekolah telah
gagal menunaikan visi-misinya.
Sekarang ini, dalam konteks itu, kebanyakan sekolah telah gagal. Anak-anak (mulai dari
SD hingga perguruan tinggi), misalnya ketika dikelas diajarkan tentang peristiwa alam yang
dialektis dengan hukum sebab-akibatnya, misalnya mengapa terjadi gempa bumi, tsunami,
gerhana, dan lain-lain. Dikelas, mereka sangat menerima logika ilmu pengetahuan alam tentang
kejadian-kejadian semacam itu.
Tetapi, ketika mereka keluar dari kelas atau sekolah, pola pikir semacam itu kembali
menghilang. Buktinya, ketika terjadi peristiwa alam, seperti tsunami, gempa, dan gerhana,
mereka masih banyak yang kembali pada penjelasan-penjelasan yang tak ilmiah (misal, gaib dll).
Celakanya, sekolah-sekolah justru semakin kalah dengan propaganda mistik yang datang dari
berbagai penjuru, mulai dari pola pikir guru(doesn) dikelas yang feodal, juga dari media.
Penjelasan anti ilmiah dan irasional kembali menggerogoti ilmu pengetahuan yang telah
tertanam dibenak pelajar pada saat mereka menghadapi ketegangan dan kesulitan dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Jadi, melihat situasi keterbelkangan karena cara berfilasafat kita, kita mengetahui betapa
bangsa ini butuh bangkit dengan menggunakan filsafat yang benar, yaitu filsafat yang progresif,
dialektis, rasinal, logis, dan kritis. Filsafat itulah yang akan membantu kita untuk bangkit.
Jadi manfaat mempelajari filsafat adalah sebagai berikut :
a. Memahami bagaimana filsafat yang benar dan mana yang salah. Dengan mempelajari
filsafat kita bisa tahu bagaimana masyarakat berkembang dan bagaimana pula filsafat
mengiringi perkembangan itu. Kita akan tahu bagaimana perubahan cara berpikir bisa
12
membawa kebangkitan manusia dan membuat mereka mampu menghadapi realitas dan
kadang juga mengubahnya.
b. Filsafat membuat kita mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Filsafat membantu
kita untuk berpikir, dan dengan demikian kita akan dipandu untuk memahami dunia
bersama misteri-misterinya. Ini akan membantu kita mudah menghadapi masalah, dan
kadang juga membuat kita mudah mengembangkan pengetahuan dan menggapai
keterampilan teknis. Kemandirian berpikir membuat kita tak perlu banyak bertanya
kepada orang lain, kita tak perlu membeli pengetahuan untuk menjelaskan masalah kita.
Sebagaimana dikatakan Michael LeGault,”kita hidup dan terkadang mati karena
keputusan cepat. Banyak orang yang lebih suka membayar orang lain untuk mewakili
mereka berpikir. Kita telah menjadi sebuah masyarakat yang bergantung pada pandangan
para ahli. Jagat dimana kita diizinkan untuk bermain, menghibur, dan mempertanyakan
berbagai misteri telah menyempit.”
Ditambahkan oleh LeGault, ketidakmampuan skill nalar dan berpikir telah melahirkan
industri jasa yang dirancang untuk memperhalus dan menarik keuntungan dari
ketidakmampuan masyarakat luas. Jadi intinya, hilangnya atau dihilangkannya filsafat
dari masyarakat memang seiring dengan upaya kapitalisme untuk mengomersialkan
filsafat dan pengetahuan. Karena itulah, jika kita semua berfilasafat dan mandiri untuk
mendapatkan penjelasan, kita menjadi mandiri dan tak perlu membeli penjelasan dari
filsuf komersial, psikolog, dan konsultan psikologis, mereka semua muncul pada saat
banyak orang goyah perasaannya karena tak pernah punya pendirian dengan sokongan
berpikir filosofis. Artinya, manfaat filsafat secara kolektif adalah untuk menciptakan
independensi umat manusia sehingga tak mudah dimanipulasi oleh sistem kapitalis yang
sedang berjalan.
c. Menggapai kebijakan dan nilai. Ini berkaitan dengan point diatas. Nilai diperoleh dengan
berpikir mendalam. Nilai itu penting untuk mengatur kehidupan sebab tanpa nilai,
13
kehidupan akan centang-perenang dan tanpa nilai, manusia akan terombang-ambing
tanpa panduan.
Dalam bukunya Religion, Values, and Peak Experience (1964), Maslow mengatakan,
“penyakit utama abad kita adalah tiadanya nilai-nilai. Keadaan ini jauh lebih gawat dari
yang pernah terjadi dalam sejarah umat manusia, dan sesuatu dapat dilakukan dengan
usaha manusia sendiri.”
Dengan menanamkan standar nilai dan mengajarkan kedisiplianan, anak-anak kita,
pemuda-pemuda kita, dan masyarakat terlebih mhasiswa secara umum akan merasa yakin
dan punya harga diri dihadapkan dengan orang lain serta perkembangan sosial yang cepat
berubah.
Hilangnya nilai-nilai dan prisip yang menjangkiti generasi di era ini dapat kita cegah jika
kita dapat memenangkan nilai yang lebih universal, rasional, serta nilai yang mampu
menjadi jawaban bagi keresahan dan kontradiksi yang dihadapi umat manusia dewasa ini.
Nilai adalah ukuran, sebagai panduan dalam menilai diri sendiri dan hubungan dengan
orang lain. Nilai yang baik pasti dihasilkan dari proses berpikir filosofis, sedangkan
ketiadaan nilai pasti dihasilkan dari masyarakat yang telah kehilangan filsafat atau
berpikir.
d. Menggapai kebenaran. Filsafat adalah jalan menggapai kebenaran karena proses berpikir
mendalam itu pada dasarnya adalah menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dan
bagaimana hal itu bisa terjadi, terhadap suatu kenyataan. Jika kita tidak memahami
kenyataan berdasarkan kenyataan, itu adalah suatu kesalahan, dan ini biasanya terjadi
saat orang tidak berfilsafat, atau pada saat orang menilai sesuatu seenaknya saja.
e. Memahami diri sendiri dan masyarakatnya : menghilangkan egoisme, meningkatkan
kesadaran kolektif.
14
f. Filsafat untuk mengubah kehidupan. Artinya, dengan filsafat orang akan terdorong untuk
mengubah segala sesuatu yang ternyata setelah dipikir benar-benar bahwa masyarakat
yang ditinggalinya telah jauh menyimpang dari nilai-nilai kebenaran. Dalam hal ini, juga
berarti bahwa filsafat tidak dapat dipisahkan dari kerja (praktik) mengubah kehidupan.
2.4 TUJUAN MEMPELAJARI FILSAFAT ILMU BAGI MAHASISWA
Adapun tujuan mempelajari filsafat ilmu menurut Amsal Bakhtiar (2008:20) adalah:
a) Mendalami unsur-unsur pokok ilmu sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami
sumber, hakekat dan tujuan ilmu.
b) Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmudi berbagai bidang
sehingga kita dapat gambaran tentang proses ilmu kontemporermsecara historis.
c) Menjadi pedoman untuk membedakan studi ilmiah dan non ilmiah.
d) Mempertegas bahwa persoalan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.
Bagi mahasiswa dan peneliti, tujuan mempelajari filsafat ilmu adalah
1) seseorang (peneliti, mahasiswa) dapat memahami persoalan ilmiah dengan melihat ciri dan
cara kerja setiap ilmu atau penelitian ilmiah dengan cermat dan kritis.
2) seseorang (peneliti, mahasiswa) dapat melakukan pencarian kebenaran ilmiah dengan tepat
dan benar dalam persoalan yang berkaitan dengan ilmunya (ilmu budaya, ilmu kedokteran, ilmu
teknik, ilmu keperawatan, ilmu hukum, ilmu sosial, ilmu ekonomi dan sebagainya) tetapi juga
persoalan yang menyangkut seluruh kehidupan manusia, seperti: lingkungan hidup, peristiwa
sejarah, kehidupan sosial politik dan sebagainya.
3) Seseorang (peneliti, mahasiswa) dapat memahami bahwa terdapat dampak kegiatan ilmiah
(penelitian) yang berupa teknologi ilmu (misalnya alat yang digunakan oleh bidang medis,
teknik, komputer) dengan masyarakat yaitu berupa tanggung jawab dan implikasi etis.
PERTANYAAN :
1. Kenapa setiap generasi perlu menggunakan filsafat yang benar?
15
2. Kenapa filsafat menjadi dasar bangsa untuk berkembang?
3. Bagaimana saya tahu bahwa itu adalah filsafat yang benar?
4. Bagaimana cara membangun filsafat yang benar ?
JAWABAN :
1. Filsafat yang benar akan membantu kita untuk berpikir mandiri serta mengajak kita untuk
menelaah segala sesuatu secara rasional dengan pemikiran yang kritis sehingga kita mampu
menyelasikan masalah sendiri. Pentingnya lagi , filsafat yang benar akan membantu kita
untuk bangkit, memperbaiki dan memajukan segala kesalahan dan ketertinggalan atas diri
sendiri maupun bagi bangsa dan negara.
2. Karena filsafat merupakan landasan masyarakat untuk berkembang yang disokong dengan
adanya cara berpikir yang radikal, kritis, dan skeptis . Dengan adanya pola pikir ini,
masyarakat akan lebih tau dan menyadari mana yang akan memberikan kemajuan atau
kemunduran bagi suatu bangsa, dan menyadari mana yang harus dipertahankan dan mana
yang harus dirubah.
3. Kita bisa mengetahui bahwa itu adalah filsafat yang benar yaitu ketika seseorang bisa
menghasilkan sebuah keputusan yang bijaksana serta rasional (dapat diterima oleh akal).
4. Membangun filsafat yang benar dapat dimulai dari diri sendiri, dengan menyadari bahwa kita
harus bisa menyelasaikan masalah secara mandiri tanpa terus meminta pertolongan orang lain,
karena kita tahu bahwa setiap manusia diberikan akal sehat untuk dapat berpikir secara
radikal, kritis, dan skeptis.
B. PERKEMBANGAN FILSAFAT
2.1PENGERTIAN FILSAFAT ILMU
Filsafat ilmu adalah cabang dari ilmu filsafat. Kalau didefinisikan filsafat ilmu adalah refleksi kegiatan
secara mendasar dan integral, maka filsafat ilmu adalah refleksi mendasar danintegral mengenai hakekat ilmu
pengetahuan itu sendiri. Filsafat ilmu (Philosophy of Sciensi,Wisssenchaftlehre, Wetenschapsleer) merupakan
penerusan dalam pengembangan filsafat pengetahuan, sebab pengetahuan ilmiah tidak lain adalah
’higher level dalam perangkat pengetahuan manusia dalam arti umum sebagaimana
16
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya obyek pengetahuan disana-sini sering
berhimpitan, namun berbeda dalama spekdanmotif pembahasannya.
Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang membahas apakah ilmu itu. Tidak perlu
didefinisikan tetapi dilihat dari sejarahnya (pendekatan historis). Filsafat sudah berjalan sekitar
28 abad, dimulai zaman Yunani Kuno (8 SM – 6 M), Abad pertengahan (6M-14/15 M), Abad
modern (15 M-19 M) dan abad kontemporer (20 M).
Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang telah di Arabkan. Kata ini berasal dari dua kata
“philos” dan “shopia” yang berarti pecinta pengetahuan. Konon yang pertama kali menggunakan
kata piloshop adalah Socrates. Dan masih konon juga dia menggunakan kata ini karena dua
alasan : Pertama, kerendah-hatian dia. Meskipun ia seorang yang pandai dan luas
pengetahuannya, dia tidak mau menyebut dirinya sebagai orang yang pandai., tetapi dia memilih untuk
disebut pecinta pengetahuan. Kedua, pada waktu itu, di Yunani terdapat beberapa orang yang
menganggap diri mereka orang yang pandai (shopis), mereka pandai bersilat lidah, sehingga apa
yang mereka anggap benar adalah benar. Kebenaran yang rill tidak ada. Akhirnya manusia waktu
itu terjangkit skeptis, artinya mereka ragu-ragu terhadap segala sesuatu karena apa yang mereka
anggap benar belum tentu benar, dan kebenaran tergantung orang-orang shopis. Dalam keadaan
seperti ini, Socrates merasa perlu membangun kepercayaan kepada manusia bahwa kebenaran itu
ada dan tidak harus tergantung kepada kaum shopis. Dia berhasil dalam upayanya itu dan
mengalahkan kaum shopis. Meski dia berhasil, ia tidak ingin dikatakan pandai tetapi ia memilih
kata philoshop sebagai sindiran kepada mereka yang sok pandai. Kemudian perjuangannya
dilanjutkan oleh Plato, yang dikembangkan lebih jauh oleh Aristoteles. Aristoteles menyusun
kaidah-kaidah berpikir dan berdalil yang kemudian dikenaldengan logika (mantiq) . Pada mulanya
kata filsafat berarti segala ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia. Mereka membagi
filsafat kepada dua bagian yakni, filsafat teoritis dan filsafat praktis. Filsafat teoritis mencakup :
(1) ilmu pengetahuan alam, seperti: fisika, biologi, ilmu pertambangan dan
astronomi; (2) ilmu eksakta dan matematika; (3) ilmu tentang ketuhanan dan methafisika.
Filsafat praktis mencakup: (1) norma-norma (akhlak); (2) urusa rumah tangga; (3) sosial dan
politik. Filusuf adalah orang yang mengetahui semua cabang-cabang ilmu pengetahuan tadi.
2.2 PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU
Dasar filsafat pada saat kelahirannya adalah mitos. Mulai abad ke 5 SM tidak
lagi puas dengan jawaban mitos itu, maka mulai lari kepada logos = akal. Apakah
archi atau asalmula dari segala sesuatu itu ? untuk menjawab hal itu lahirlah filosof
I thales (624-548 M) yang menjawab bahwa archi itu adalah air. Dalam hal ini,
17
yang dihormati adalah keberanian dia menentang, disini timbul kepercayaan kepada
akal, yang penting adalah kehidupan, dan apa yang menyebabkan hidup ialah azaz
yang basah yaitu air. Kemudian lahirlah berturut-turut : Anaximander (610 – 540
SM) yang menyatakan archi = apeiron = azas yang tidak mengalami perubahan.
Murid Thales yaitu Anaximines (590 – 518 SM), menyatakan bahwa archi = saudara = azaz
bernafas.Pythagoras (580 – 500 SM) menyatakan bahwa archi = bilangan. Herkleitos (535-275
SM) menyatakan bahwa archi = api. Sedangkan Demokritos(460 - 370 SM) menyatakan dengan nama
atom. Pendeknya segala yang ada dan yang mungkin
ada dipertanyakan pada zamanYunani kuno itu. Dan puncak filsafat Yunani kuno berada pada tiga
tokohbesar, yakni :
 Socrates (469 - 399 SM)
 Plato (427 -347 SM)
 Arestoteles (384 -322 SM)
Menurut Aristoteles segala sesuatu yang dapat dipertanggungjawabkan oleh akal
itulah filsafat. Dan karena banyaknya karangan Arestoteles tersebut, maka ada pandangan bahwa
fisafat hari ini adalah pengulangan filsafatnya. Objeknya adalah segala yang ada dan yang
mungkin ada. Karyanya ada yang bersifat umum yang melahirkan metafisika, dan adayang
bersifat khusus dan ini ada yang bersifat mutlak melahirikan teodise (Theodicae), dan yang tidak
mutlak menyangkut alam semesta melahirkan kosmologi , menyangkut manusia melahirkan
antropologi. Yang menyangkut manusia ini lahir pula cabang-cabangnya yakni logika, etika, dan
estetika. Melalui logika mencapai kebenaran atau truth, sedangkan melalui etika menimbulkan
kehendak untuk mencapai kesusilaan atau good dan melalui estetika menimbulkan perasaan
keindahan atau beautiful. Di zamannya pula lahir istilah philosophia. philos = cinta/teman;
sophia = wisdom yang artinya pintar dan arif .
Filsafat Yunani mulai menghadapi kemunduran. Sampai abad ke 6 M. Filsafat identik dengan
ilmu pengetahuan termasuk segala macam ilmu pengetahuan kita sekarang ini. Dan pada abad ke
6 ini lahir kaum Peter= Pateristik yang memadukan filsafat Yunani dengan Kristiani dan inilah yang disebut
skolastik.Akhirnya filsafat berubah menjadi theologi.
Di abad pertengahan dikenal Agustinus dan Thomas Aquino. Thomas Aquino mengembangkan
pandangan Arestoteles untuk mendukung ajaran Kristiani. Thomas dkk itu muncul berkat
adanya filosof Arab AI-Kindi, Al-Farabi (900 - 950), Ibnu Sina (980- 1037),Ibnu
Rusyd (1126 -1198) dan Al-Gazali (1059 -1111). Sementara di Eropah waktu itu masih barbar,
sedangkan ditimur (Cina) sudah maju.
18
Abad tengah adalah kejayaan tahta suci (Roma), kemudian terjadi kemunduran agama dari
segi politik dan ekonomi, karena tanah dikuasai oleh gereja yang dijustifikasi oleh agama dan
rakyat hanya sebagai pekerja, maka timbul keinginan untuk melepaskan diri.
Zaman modern didahului oleh zaman renaissance (renascimento) atau kelahiran
kembali. Abad 15 -17, manusia bebas dari manusia yang dibelenggu oleh dogma
agamayang dipakai untuk membenarkan sistem ekonomi. Gerakan renaissance didukung oleh cita-cita lahirnya
manusia bebas yaitu manusia ala Yunani. Oleh karena itu karya-karya Aristoteles yang asli diambil kembali untuk
dinilai. Manusia bebas dari segala otoritas – kebiasaan, gereja, sistem dan tradisi, kecuali otoritas diri sendiri.
Semboyannya liberasi, emansipasi dan otonomi diri . Kemudian gerakan kebebasan ini disusul
oleh skularisasi yang melahirkan skularisme.
Adanya renaissance tersebut bernilai positif sebab melahirkan kepercayaan diri danoptimisme.
Agama dan gereja dipertanyakan dan menjadi bulan-bulanan. Renaisance melahirkan:Copernicus, 1473 -
15432.Bruno , 1548 – 16003.Kepler, 1571- 16304. Galelei , 1564 1642- Inti ajaran Copernicus
adalah revolusi pengetahuan yang menyatakan bukan bumi sebagai pusat alam semeste tetapi
matahari, dan ini menentang dogma yang menentang dogma gereja yang menyatakan bumi
sebagai pusat. Bruno seorang pendetayang mendukung Copernicus dandihukum bunuh.- Pada abad ke 18
timbul zaman Aufklarung atau enlighten=pencerahan, mendorong agar manusia berpikir sendiri
"Sapere Aude" , berpikir sendiri
yang mementingkan rasio.
Pada abad ke 18 dikenal revolusi industri, sebelumnya pada abad ke 17 filsafat meninggalkan agama dan
berjalan sendiri-sendiri. Agama berdasarkan kepercayaan sedangkan filsafat berdasarkan akal dan pengetahuan.
Mungkin saja antara agama dan filsafat punya obyek yang sama misalnya moral, Tuhan, dsb. Ini merupakan
gejala periode II di samping gejala sekuler. Gejala periode III yaitu melepaskan pengetahuan dari
filsafat, orang tidak lagi berpikir dari kitab suci atau deduksi, dengan adanya renaissance orang
berpikir induksi. Anak-anak renaissance melihat alam dari bagian, tidak menyeluruh seperti
pandangan filsafat, demikian pula manusia di lihat aspek-aspeknya. Sejak renaissance, filsafat
seolah-olah menjadi kesepian dan seolah-olah hanya bagian dari metafisika. Manusia menjadi
detotalisasi, tidak dilihat secara keseluruhan dan inilah kenyataan sekarang. Memang spesialisasi
juga dibutuhkan. Ilmu cabang mengembangkan metode sendiri untuk mengetahui hal-hal yang
paling detail dalam wawasannya sendiri. Pada saat ilmu cabang memasuki spekulasi/teori yang
fundamental, maka harus kembali ke filsafat. Filsafat menjadi mahkota bagi ilmu-ilmu cabang.
Ilmu pengetahuan memang sukar kembali kepada induknya filsafat, karena paradigmanya telah begitu
berbeda. Tentunya filsafat yang bertujuan untuk mengerti tentang manusia dalam mana
pengetahuan selalu diberi nafas oleh tujuan fundamental ini. Tetapi dewasa ini
pengetahuan didasarkan atas pradigma bagaimana manusia menjadi berkuasa. Penguasaaan
terhadap alam banyak membawa manusia lupa mengenali dirinya sehingga nilai-nilai pragmatis
dan operasional menjadi semakin jelas. Bahkan menurut van Peursen, hakikat manusia telah
tertindas oleh nilai praktis ilmu dan manusia sendiri dipandang tidak lebih dari hal-hal material
dan operasional (van Peursen, 1985: 112-117).
19
Kelahiran filsafat ilmu pada abad ke 18 memberikan petunjuk bahwa ilmu-ilmu cabang telah
menyentuh nilai – nilai dasar/fundamental bagi umat manusia dan menyentuh nilai-ilai moral
bagi kelangsungan umat manusia.
Sejrah Perkembangan Filsafat IlmuDalam sejarah perkembangannya sebagaimana yang terjadi di dunia
Islam dengankelahiran mu’tazilah yang mengedepankan akal (rasio) sekitar (abad 2 H/8M), di dunia Eropha juga
lahir gerakan Aufklarung (abad 11 H/17 M). kedua sisi ini hendak merasionalkan
agama.Mu’tazilah menolak adanya sifat-sifat Tuhan dan Aufklarung menolak trinitas sebagai sifat Tuan. Alam
Aufklarung inilah dalam perkembangannya telah membuat peradaban Eropamenjurus pada pemujaan akal.
Mereka berpendapat bahwa antara ilmu dan agama terjadipertentangan yang keras, ilmu pengetahuan
berkembang pada dunianya dan agama pada duniayang lain. Dalam persoalan ini lahirlah sikap
sekuleristik dalam ilmu pengetahuan . Liberalisasi, emensipasi, otonomi pribadi, dan otoritas rasio yang begitu
diagungkan merupakan nilai-nilai kejiwaan yang selalu mewarnai sikap mental manusia Barat semenjak zaman
renaissance (abad 15) dan Aufklaerung (abad ke 18) yang memungkinkan mereka melakukan tinggal landas
mengarungi dirgantara ilmu pengetahuan yang tiada bertepi dengan hasil-hasil sebagaimana mereka miliki hingga
sekarang ini. Tokoh-tokoh renaissance dan Aufklaerung seperti Copernicus (1473- 1543), Kepler(1571-16300,
Galilie (1564-1642), Descrates (1596-1650), Newton (1643-1727), ImmanuelKant(1724-1804), adalah sebagaian
dari deretan panjang nama-nama yang dalam sejarah kehidupan umat manusia meupakan pelopor dan peletak
dasar ilmu pengetahuan modern.
Ilmupengetahun sebagai pengejawantahan peradaban manusia telah dan akan terus
berkembang menurut proses dialektis, eksternalisasi, tempat manusia membangun dunianya, menciptakanalam
lingkungannya, objektiivitas, tempat terciptanya hasil-hail karya manusia secara objektif kemudian terlepas dan
akan berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri, internalisasi ,struktural dunia objektif ke dalam kesadaran
subjektifnya. Namun perkembangan fisafat ilmu itu sendiri berbanding lurus dengan
perkembangan ilmu pengetahuan. Karangan-karangan dan buah pikiran Ibnu Rusyd (Averroism) sangat
berpengaruh atas perkembangan ilmu pada universitas-universitas yang terkenal di Eropa, seperti Bologna,
Napoli, Paris dan lain-lain sehingga menjadi faktor yang penting dalam bangkitnya sikap pikiran ilmu manusia
barudizamanrenaissance.
Zaman perkembangan ilmu yang paling menentukan dasar kemajuan ilmu sekarang ini adalah abad ke
17 dengan dorongan beberapa hal : pertama, untuk mengembalikan keputusan dan pernyataan-pernyataan ilmiah
lalu menonjolkan peranan matematik sebagai sarana penunjang pemikiran ilmiah. Dalam angka inilah mulainya
menonjolperanan penggunaan angka Arab di Eropa (angka yang kita kenal di dunia sekarang)
karenadinilai lebih sederhana dan praktis dari pada angka –angka Romawi. Adapun angka Arab itu sendiri
dikembangkan dan berasal dari kebudayaan India. Faktor yang kedua dalam revolusi ilmu di abad ke 17, makin
gigihnya para ilmuwan menggunakan pengamatan dan eksperimen dalam membuktikan kebenaran-kebenaran
preposisi ilmu. Namun J.B.Bury menyangkal bahwa kemajuan ilmu tidak terdapat pada
abad pertengahan bahkan tidak terdapat pada awal Renaissance ,tetapi baru abad ke -17, sebagai
hasil dari rumusan Cartesius tentang dua aksioma yaitu :1) berkuasanya akal manusia dan 2) tak berubah-
ubahnya hukum alam. Perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani
.Oleh karena itu periodesasi perkembangan ilmu disusun mulai dari peradaban Yunani kemudian diakhiri pada
penemuan-penemuan padazaman kontemporer.
20
Secara singkat periodesasi perkembangan ilmu dapat digambarkan sebagai berikut :
 Pra Yunani Kuno (abad 15-7 SM) Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia. Yakni ketika
belum mengenalperalatan seperti yang dipakai sekarang ini. Pada masa itu manusia
masih menggunakan batu sebagai peralatan. Masa zaman batu berkisar antara 4 juta tahun sampai
20.000 tahun sebelum masehi. Sisa peradaban manusia yang ditemukan pada masa ini antara lain: alat-
alat dari batu,tulang belulang dari hewan, sisa beberapa tanaman, gambar-gambar digua-gua, tempat-
tempat penguburan, tulang belulang manusia purba. Evolusi ilmu pengetahuan dapat
diruntut melaluisejarah perkembangan pemikiran yang terjadi di Yunani, Babilonia, Mesir, China,
Timur Tengah danEropa.
 Zaman Yunani kuno (abad-7-2 SM)Zaman Yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat,
karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengeluarkan ide-ide atau pendapatnya, Yunani
pada masa itu dianggap sebagai gudangnya ilmu dan filsafat, karena Yunani pada masa itu
tidakmempercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman-
pengalaman yang didasarkan pada sikap menerima saja (receptive attitude) tetapi
menumbuhkan anquiring attitude (senang menyelidiki secara kritis).Sikap inilah yang menjadikan
bangsa Yunani tampil sebagai ahli-ahli pikir yang terkenal sepanjang masa. Beberapa tokoh yang
terkenal padamasa ini antara lain :Thales,Demokrates danAristoteles.3.
 Zaman Pertengahan (Abad 2- 14 SM) . Zaman pertengahan (middle age) ditandai dengan para
tampilnya theolog di lapangan ilmu pengetahuan. Ilmuwan pada masa ini adalah hampir semuanya para
theolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Atau dengan kata lain kegiatan
ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Semboyan pada masa ini adalah
AnchilaTheologia (abdi agama). Peradaban dunia Islam terutama abad 7 yaitu Zaman bani Umayah
telah menemukan suatu cara pengamatan stronomi, 8 abad sebelum Galileo Galilie dan Copernicus.
Sedangkan peradaban Islam yang menaklukan Persia pada abad 8 Masehi, telah mendirikan Sekolah
kedokteran dan Astronomi di Jundishapur. Pada masa keemasan kebudayaan Islam, dilakukan
penerjemahan berbagai karya Yunani. Dan bahkan khalifah Al_Makmun telah mendirikan rumah
Kebijaksanaan (House of Wisdom) .
 Masa Renaissance (14-17 M) . Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran
yang bebas dari dogma-dogma agama, Renaissanse adalah zaman peralihan ketika kebudayaan
abad pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Tokoh-tokohnya
adalah : Roger Bacon, Copernicus, Tycho Brahe, yohanes Keppler, Galilio Galilei. Yang menarik
disini adalahpendapat Roger Bacon, ia berpendapat bahwa pengalaman empirik menjadi
landasan utama bagi awal dan ujian akhir bagi semua ilmu pengetahuan. Matematik
merupakan syarat mutlak untuk mengolah semua pengetahuan. Menurut Bacon, filsafat harus
dipisahkan dari theologi. Agama yang lama masih juga diterimanya. Ia berpendapat bahwa akal dapat
membuktikan adanya Allah. Akan tetapi mengenai hal-hal yang lain didalam theology hanya dikenal
melalui wahyu. Menurut dia kemenangan iman adalah besar, jika dogma-dogma tampak sebagai hal-hal
yang tidak masuk akal sama sekali.
21
 Perkembangan Filsafat Zaman Modern (17-19 M) . Zaman ini ditandai dengan berbagai dalam bidang
ilmiah, serta filsafat dari berbagai aliran muncul. Pada dasarnya corak secara keseluruhan bercorak
sufisme Yunani. Paham – paham yang muncul dalam garis besarnya adalah Rasionalisme,
Idialisme, dan Empirisme. Paham Rasionalisme mengajarkan bahwa akal itulah alat terpenting
dalam memperoleh dan menguji pengetahuan. Ada tiga tokoh penting pendukung rasionalisme, yaitu
Descartes,Spinoza, dan Leibniz . Sedangkan aliran Idialisme mengajarkan hakekat fisik adalah jiwa.,
spirit . Para pengikut aliran/paham ini pada umumnya, sumber filsafatnya mengikuti filsafat
kritisisismenya Immanuel Kant. Fitche (1762-1814) yang dijuluki sebagai penganut Idealisme
subyektif merupakan murid Kant. Sedangkan Scelling, filsafatnya dikenal dengan filsafat Idealisme .
Objektif .Kedua Idealisme ini kemudian disintesakan dalam Filsafat Idealisme Mutlak . Hegel.Pada
Paham Empirisme mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu dalam pikiran kita selaindidahului oleh
pengalaman. ini bertolak belakang dengan paham rasionalisme. Mereka menentang para penganut
rasionalisme yang berdasarkan atas kepastian-kepastian yang bersifat apriori. Pelopor aliran ini adalah
Thomas HobesJonh locke,dan David Hume.
 Zaman KontemporerYang dimaksud dengan zaman kontemporer dalam kontek ini adalah era tahun-
tahun terakhir yang kita jalani hingga saat sekarang. Hal yang membedakan pengamatan tentang ilmu
pada zaman sekarang adalah bahwa zaman modern adalah era perkembangan ilmuyang berawal sejak
sekitar abad ke-15, sedangkan kontemporer memfokuskan sorotannya pada berbagai perkembangan
terakhir yang terjadi hingga saat sekarang. Beberapa contoh perkembangan ilmu
kontemporer adalah : Santri, Priyayi, dan Abangan, dalam kajian ilmusocial keagamaan,
penelitiannya Clifford Geert yang dalam versi aslinya berjudul TheReligion of Java..
Lebih lanjut Semenjak tahun 1960 filsafat ilmu mengalami perkembangan yang sangat pesat, terutama
sejalan dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi yang ditopang penuh oleh
positivisme-empirik, melalui penelaahan dan pengukuran kuantitatif sebagai andalan utamanya.
Berbagai penemuan teori dan penggalian ilmu berlangsung secara mengesankan . Pada periode ini berbagai
kejadian dan peristiwa yang sebelumnya mungkin dianggap sesuatu yang mustahil, namun berkat kemajuan ilmu
dan teknologi dapat berubah menjadi suatu kenyataan. Bagaimana pada waktu itu orang dibuat tercengang dan
terkagum-kagum,ketika Neil Amstrong benar-benar menjadi manusia pertama yang berhasil menginjakkan kaki
di Bulan. Begitu juga ketika manusia berhasil mengembangkan teori rekayasa genetika dengan melakukan
percobaan cloning pada kambing, atau mengembangkan cyber technology, yang memungkinkan manusia untuk
menjelajah dunia melalui internet. Belum lagi keberhasilan manusia dalam mencetak berbagai produk nano
technology, dalam bentuk mesin-mesin micro-chip yang serba mini namun memiliki daya guna sangat luar
biasa.Semua keberhasilan ini kiranya semakin memperkokoh keyakinan manusia terhadap kebesaran ilmu dan
teknologi. Memang, tidak dipungkiri lagi bahwa positivisme-empirik yang serba matematik, fisikal, reduktif dan
free of value telah membuktikan kehebatan dan memperoleh kejayaannya, serta memberikan kontribusi yang
besar dalam membangunperadaban manusia seperti sekarang ini. Namun, dibalik keberhasilan itu,
ternyata telah memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak sederhana, dalam bentuk kekacauan,
krisis dan chaos yang hampir terjadi di setiap belahan dunia ini. Alam menjadi marah dan tidak
22
ramah lagi terhadap manusia, karena manusia telah memperlakukan dan mengexploitasinya tanpa
memperhatikan keseimbangan dan kelestariannya. Berbagai gejolak sosial hampir terjadi di mana-mana sebagai
akibat daribenturan budaya yang tak terkendali. Kesuksesan manusia dalam menciptakan teknologi-
teknologi raksasa ternyata telah menjadi bumerang bagi kehidupan manusia itu sendiri. Raksasa-raksasa teknologi
yangdiciptakan manusia itu seakan-akan berbalik untuk menghantam dan menerkam si penciptanya sendiri, yaitu
manusia .
Berbagai persoalan baru sebagai dampak dari kemajuan ilmu dan teknologi yang dikembangkan oleh kaum
positivisme-empirik, telah memunculkan berbagai kritik di kalangan ilmuwan tertentu. Kritik yang sangat tajam
muncul dari kalangan penganut “Teori Kritik Masyarakat”, sebagaimana diungkap oleh Ridwan Al Makasary
(2000:3). Kritik terhadap positivisme, kurang lebih bertali temali dengan kritik
terhadap determinisme ekonomi, karena sebagian atau keseluruhan bangunan determinisme ekonomi
dipancangkan dari teori pengetahuan positivistik.
Positivisme juga diserang oleh aliran kritik dari berbagai latar belakang dan didakwa
berkecenderungan meretifikasi dunia sosial. Selain itu Positivisme dipandang menghilangkan
pandangan aktor, yang direduksi sebatas entitas pasif yang sudahditentukan oleh “kekuatan-kekuatan natural”.
Freire (1973) mengemukakan bahwa tidak ada pendidikan netral, maka tidak ada pula penelitian yang
netral.Usaha untuk menghasilkan ilmu sosial yang bebas nilai makin ditinggalkan karena tak mungkin tercapai
dan karena itu bersifat “self deceptive” atau penipuan diri dan digantikan oleh ilmu sosial yang berdasarkan
ideologi tertentu . Hesse (1980) mengemukakan bahwa kenetralan dalam penelitian sosial selalu merupakan
problema dan hanya merupakan suatu ilusi. Dalam penelitian sosial tidak ada apa yang disebut “obyektivitas”,
namun ini tidak berarti bahwa hasil penelitian bersifat subyektif semata-mata, oleh sebab penelitian harus selalu
dapat dipertanggungjawabkan secara empirik, sehingga dapatdipercaya dan diandalkan. Macam-macam cara
yang dapat dilakukan untuk mencapai tingkatkepercayaan hasil penelitian. Jelasnya, apabila kita mengacu kepada
pemikiran Thomas Kuhn dalam bukunya The Structure of Scientific Revolutions (1962) bahwa perkembangan
filsafat ilmu, terutama sejak tahun 1960 hingga sekarang ini sedang dan telah mengalami pergeseran dari
paradigma positivisme-empirik, yang dianggap telah mengalami titik jenuh dan banyak mengandung kelemahan,
menuju paradigma baru ke arah post-positivisme yang lebih etik. Terjadinya perubahan paradigma ini dijelaskan
oleh John M.W. Venhaar (1999:) bahwa perubahan kultural yang sedang terwujud akhir-akhir ini,
perubahan yang sering disebut purna-modern, meliputi persoalan-persoalan : (1) antihumanisme,
(2) dekonstruksi dan (3)fragmentasi identitas. Ketiga unsur ini memuat tentang berbagai problem yang
berhubungan dengan fungsi sosial cendekiawan dan pentingnya paradigma kultural, terutama dalam karya
intelektual untuk memahami identitas manusia.
C. FILSAFAT ILMU DAN PENGETAHUAN
2.1DEFINISI FILSAFAT
Filsafat ilmu adalah cabang dari ilmu filsafat. Kalau didefinisikan filsafat ilmu adalah refleksi kegiatan
secara mendasar dan integral, maka filsafat ilmu adalah refleksi mendasar danintegral mengenai hakekat ilmu
23
pengetahuan itu sendiri. Filsafat ilmu (Philosophy of Sciensi,Wisssenchaftlehre, Wetenschapsleer) merupakan
penerusan dalam pengembangan filsafat pengetahuan, sebab pengetahuan ilmiah tidak lain adalah
’higher level dalam perangkat pengetahuan manusia dalam arti umum sebagaimana
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya obyek pengetahuan disana-sini sering
berhimpitan, namun berbeda dalama spek dan motif pembahasannya.Filsafat disebut sebagai “ibu dari ilmu
pengetahuan” (motherof science).
2.2DEFINISI ILMU PENGETAHUAN
Ilmu pengetahuan adalah anak dari filsfat. Ilmu berasal dari bahasa arab “alima-
ya’lamu”, dan dari science dari bahasa latin scio yangartinya to kno. Secara
etimologi ilmu artinya tahu atau pengetahuan. Sedangkan secara terminilogi ilmu
adalah semacam pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri, tanda-tanda dan syarat-
syarat tertentu.Menurut kamus besar Bahasa Indonesia ilmu adalah suatu
pengetahuan tentang suatu bidang yangdisusun secara bersitem menurut metode-
metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerapkangejala-gejala tertentu di
bidang 'pengetahuan( tersebut, seperti ilmu hukum, ilmu pendidikan, ilmuekonomi
dan sebagainya. Menurut definisi oxford university pengetahuan adalah
keahlian, atau ketrampilan yang diperoleh seseorang melalui pengalaman atau
pendidikan, pemahaman teoritis atau prakti dari suatu subjek. Jadi pada dasarnya ilmu
pengetahuan itu sendiri adalah suatu pengetahuan yang didapat oleh seseorang melalui
pengalaman ataupun pendidikan.
2.3.FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN
Apakah filsafat sama dengan ilmu pengetahuan? Haru kita tegaskan sejak awal bahwa
kduanya tidak sama. Tetapi yang terpenting adalah bahwa keduanya saling berhubungan.
Baik filsafat dan pengetahuan bisa menjadi kegiatan manusia. Untuk memahami keduanya,
kita bisa melihat dari proses dan hasilnya. Dilihat dari hasilnya, filsafat dan ilmu merupakan
hasil dari kegiatan berpikir secara sadar. Sedangkan dilihat dari prosesnya, keduanya
menunjukan suatu kegiatan yang berusaha untk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan
manusia (guna mendapatkan pengetahuan dan kebenaran), dengan menggunakan metode-metode
atau prosedur-prosedur tertentu secara sistematis dan kritis.
Dilihat dari sejarahnya, pengetahuan manusia dimulai dengan filsafat, ketika filsafat adalah
kegiatan untuk menjelaskan gejala-gejala kehidupan yang belum terpecah-pecah menjadi
berbagai bidang ilmu, pengetahuan seperti matematika, astronomi, fisika, kimia, biologi,
psikologi, sosiologi, ilmu politik,k ilmu komunikasi, ilmu bahasa, dan lain-lain.
24
2.4 HAKIKAT ILMU PENGETAHUAN
Banyak orang mengartikan pengetahuan dan ilmu pengetahuan itu sama, hal tersebut
memang tidak salah seluruhnya namun perlu ditinjau berdasarkan kaidah keilmuan agar dapat
memahami sesungguhnya. Sebagaimana analogi yang telah dipaparkan, bahwa ilmu pengetahuan
adalah tahapan atau bagian dari pengetahuan. Sehingga dapat dipahami bahwa pengetahuan
berbeda dengan ilmu pengetahuan. Lebih tepatnya ilmu pengetahuan adalah bagian dari
pengetahuan. Kata ilmu pengetahuan merupakan terjemahan dari kata “science”, yang secara
etimologis berasal dari kata latin “scinre”, artinya “to know”.
Sering salah diartikan, dan direduksi berkaitan dengan ilmu alam semata padahal tidak
demikian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan
tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu. Pendapat lain
menerangkan bahwa ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang mengembangkan dan
melaksanakan aturan-aturan mainnya dengan penuh tanggung jawab dan kesungguhannya.Dapat
dipahami bahwa ilmu pengetahuan merupakan pengembangan dari pengetahuan yang memiliki
aturan tertentu dan dapat diuji kebenarannya karena berkaitan dengan penafsiran suatu hal yang
pada umumnya berlaku secara umum. Dalam Bahasa Inggris “Science is the system of man’s
knowledge on nature, society and thought. It reflect the world in concepts, categories and law,
the correctness and truth of which are verified by practical experience
2.5.OBJEK ILMU PENGETAHUAN
Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan. Namun bukan sebaliknya kumpulan
ilmu pengetahuan adalah pengetahuan. Kumpulan pengetahuan agar dapat dikatakan ilmu
pengetahuan harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang dimaksudkan adalah
objek material dan objek formal. Setiap bidang ilmu pengetahuan baik itu ilmu khusus maupun
ilmu filsafat harus memenuhi ke dua objek tersebut. Objek material adalah sesuatu hal yang
dijadikan sasaran pemikiran (Gegenstand), sesuatu hal yang diselidiki atau sesuatu hal yang
dipelajari. Objek material mencakup hal konkrit misalnya manusia, tumbuhan, batu ataupun hal-
hal yang abstrak seperti ide-ide, nilai- nilai, dan kerohanian. Objek formal adalah cara
memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh peneliti terhadap objek materialnya serta
prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek formal dari suatu ilmu pengetahuan tidak hanya
memberi keutuhan suatu ilmu pengetahuan, tetapi pada saat yang sama membedakannya dari
bidang-bidang yang lain. Satu objek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandangan
sehingga menimbulkan ilmu pengetahuan yang berbeda-beda.
2.6 HUBUNGAN FILSAFAT ILMU DAN PENGETAHUAN
25
Baik filsafat dan pengetahuan bisa menjadi kegiatan manusia. Untuk memahami keduanya,
kita bisa melihat dari proses dan hasilnya. Dilihat dari hasilnya, filsafat dan ilmu merupakan
hasil dari kegiatan berpikir secara sadar. Sedangkan dilihat dari prosesnya, keduanya
menunjukan suatu kegiatan yang berusaha untk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan
manusia (guna mendapatkan pengetahuan dan kebenaran), dengan menggunakan metode-metode
atau prosedur-prosedur tertentu secara sistematis dan kritis.
Dilihat dari sejarahnya, pengetahuan manusia dimulai dengan filsafat, ketika filsafat adalah
kegiatan untuk menjelaskan gejala-gejala kehidupan yang belum terpecah-pecah menjadi
berbagai bidang ilmu, pengetahuan seperti matematika, astronomi, fisika, kimia, biologi,
psikologi, sosiologi, ilmu politik,k ilmu komunikasi, ilmu bahasa, dan lain-lain.
2.7 PERBEDAAN FILSAFAT DAN ILMU
Perbedaan antara filsafat dan ilmu pengetahuan juga tampak jelas ketika berhadapan
untuk melihat masalah-masalah kenyataan yang bersifat praktis. Ilmu pengetahuan bersifat
informasional dan analitis untuk bidang-bidang tertentu saja, tetapi filsafat tidak sekedar hanya
memberikan informasi, tetapi juga memberikan pandangan menyeluruh dimana informasi-
informasi dari kehidupan hanya menjadi satu bagian saja yang harus dikaitkan dengan
pengetahuan yang lainnya.
Jadi, ilmu berkaitan dengan lapangan yang terbatas, sedangkan filsafat mencoba
menghubungkan diri dengan berbagai pengalaman manusia untuk memperoleh suatu pandangan
yang lebih utuh dan lengkap.
Perbedaan antara ilmu dan filsasfat bisa dilihat pada table di bawah ini .
No Ilmu Filsafat
1. Anak filsafat Induk ilmu
2. Objeknya terbatas (bidangnya
saja)
Filsafat memiliki objek lebih luas, sifatnya
universal
3. Deskriptif dan analitis, memeriksa
semua gejala melalui unsure
terkecilnya untuk memperoleh
gambaran senyatanya menurut
bagian-bagiannya
Sinoptik, memandang dunia dan alam semesta
sebagai keseluruhan untuk dapat menerangkannya,
menafsurkannya, dan memahaminya secara utuh
4. Menekankan fakta-fakta untuk
melukiskan objeknya; netral; dan
mengabstrakkan factor keinginan
Bukan hanya menekankan keadaan sebenarnya
dari objek, melainkan juga bagaimana harusnya
objek itu. Manusia dan nilai merupakan factor
26
dan penilaian manusia penting
5. Menilai sesuatu dengan memakai
asumsi-asumsi
Memeriksa dan meragukan segala asumsi-asumsi
6. Menggunakan metode eksperimen
yang terkontrol dengan cara kerja
dan sifat terpenting, menguji
sesuatu denggan menggunakan
indra manusia
Menggunakan semua ilmu pengetahuan, menguji
sesuatu berdasarkan pengalaman dengan
menggunakan pikiran
D. LOGIKA BERPIKIR
2.1PENGERTIAN LOGIKA
Istilah logika diambil dari bahasa Yunani logikos, yang berarti mengenai sesuatu yang
diutarakan, mengenai suatu perkembangan akal(pikiran), mengenai kata, mengenai percakapan,
atau berkenaan dengan bahasa (Jan Hendrik Rapar, 2005:52) dalam bahasa latin logika disebut
dengan logos, bearti perkataan atau sabda (Mundiri, 2003:8). Orang arab biasanya menyebut
logika ini dengan kata Mantiq, yang diambil dari kata ‘nataga’ juga diartikan dengan hukum
yang memelihara hati nurani dari kesalahan dalam berpikir. Secara singkat, logika berarti ilmu,
kecakapan atau alat untuk berpikir lurus.
Sebagai ilmu, logika disebut sebagai logika Epiteme (Latin:logika scientia) yaitu logika
adalah sepenuhnya suatu jenis pengetahuan rasional atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang
mempelajari kecakapan untuk berpikir lurus, tepat dan teratur. Ilmu disini mengacu pada
kecakapan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi
untuk mewujudkan pengetahuan kedalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa
juga diartikan dengan masuk akal. Oleh karena itu logika terkait erat dengan hal-hal seperti
pengertian, putusan, penyimpulan, silogisme.
Logika sebagai ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya
penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari
segi ketepatannya. Penalaran adalah proses pemikiran manusia yang berusaha tiba pada
pernyataan baru yang merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah diketahui
27
(Premis) yang nanti akan diturunkan kesimpulan. Logika juga merupakan suatu ketrampilan
untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran dalam praktek, hal ini yang menyebabkan logika
disebut dengan filsafat yang praktis.
Dalam proses pemikiran, terjadi pertimbamgan, menguraikan, membandingkan dan
menghubungkan pengertian yang satu dengan yang lain. Penyelidikan logika tidak dilakukan
dengan sembarang berpikir. Logika berpikir dipandang dari sudut kelurusan atau ketepatannya.
Suatu pemikiran logika akan disebut lurus apabila pemikiran itu sesuai dengan hukum-hukum
serta aturan yang sudah ditetapkan dalam logika. Dari semua hal yang telah dijelaskan tersebut
dapat menunjukkan bahwa logika merupakan suatu pedoman atau pegangan untuk berpikir.
3
2.2 SEJARAH LOGIKA
Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang
meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada
akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe
(Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan
logika induktif. Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut
logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah
arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu. Sejak saat Thales sang
filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato
(427 SM-347 SM) juga telah merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang ini. Pada masa
Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara khusus meneliti berbagai
argumentasi yang berangkat dari proposisiyang benar, dan dialektika yang secara khusus
meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti
dari logika Aristoteles adalah silogisme.
Pada 370 SM - 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin
Lyceum, melanjutkan pengembangn logika. Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh
Zeno dari Citium 334 SM -226 SM pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada masa
28
Galenus (130 M - 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter medis yang
mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.
Kaum Sofis, Socrates, dan Plato tercatat sebagai tokoh-tokoh yang ikut merintis lahirnya
logika. Logika lahir sebagai ilmu atas jasa Aristoteles, Theoprostus dan Kaum Stoa. Logika
dikembangkan secara progresif oleh bangsa Arab dan kaum muslimin pada abad II Hijriyah.
Logika menjadi bagian yang menarik perhatian dalam perkembangan kebudayaan Islam. Namun
juga mendapat reaksi yang berbeda-beda, sebagai contoh Ibnu Salah dan Imam Nawawi
menghukumi haram mempelajari logika, Al-Ghazali menganjurkan dan menganggap baik,
sedangkan Jumhur Ulama membolehkan bagi orang-orang yang cukup akalnya dan kokoh
imannya. Filosof Al-Kindi mempelajari dan menyelidiki logika Yunani secara khusus dan studi
ini dilakukan lebih mendalam oleh Al-Farabi.
4
Selanjutnya logika mengalami masa dekadensi yang panjang. Logika menjadi sangat
dangkal dan sederhana sekali. Pada masa itu digunakan buku-buku logika seperti Isagoge dari
Porphirius, Fonts Scientie dari John Damascenus, buku-buku komentar logika dari Bothius, dan
sistematika logika dari Thomas Aquinas. Semua berangkat dan mengembangkan logika
Aristoteles. Pada abad XIII sampai dengan abad XV muncul Petrus Hispanus, Roger Bacon,
Raymundus Lullus, Wilhelm Ocham menyusun logika yang sangat berbeda dengan logika
Aristoteles yang kemudian kita kenal sebagai logika modern. Raymundus Lullus
mengembangkan metoda Ars Magna, semacam aljabar pengertian dengan maksud membuktikan
kebenaran - kebenaran tertinggi. Francis Bacon mengembangkan metoda induktif dalam
bukunya Novum Organum Scientiarum . W.Leibniz menyusun logika aljabar untuk
menyederhanakan pekerjaan akal serta memberi kepastian. Emanuel Kant menemukan Logika
Transendental yaitu logika yang menyelediki bentuk-bentuk pemikiran yang mengatasi batas
pengalaman. Selain itu George Boole (yang mengembangkan aljabar Boolean), Bertrand Russel,
dan G. Frege tercatat sebagai tokoh-tokoh yang berjasa dalam mengembangkan Logika Modern.
29
Pada abad 9 hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione,Eisagoge oleh
Porphyus dan karya Boethius masih digunakan. Thomas Aquinas 1224-1274 dan kawan-
kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika. Lahirlah logika modern dengan tokoh-
tokoh seperti: Petrus Hispanus (1210 - 1278); Roger Bacon (1214-1292); Raymundus Lullus
(1232 -1315) yang menemukan metode logika baru yang dinamakan Ars Magna, yang
merupakan semacam aljabar pengertian; William Ocham (1295 - 1349). Pengembangan dan
penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas Hobbes (1588 - 1679)
dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam An Essay Concrning Human
Understanding. Francis Bacon (1561 - 1626) mengembangkan logika induktif yang
diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum Scientiarum. J.S. Mills (1806 - 1873)
melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic.
Lalu logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti:
Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna dari
Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih
mempertajam kepastian; George Boole (1815-1864), John Venn (1834-1923), Gottlob Frege
(1848 - 1925).
Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah
mengajar di John Hopkins University,melengkapi logika simbolik dengan karya-karya tulisnya.
Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce’s Law) yang menafsirkan logika selaku teori umum
mengenai tanda (general theory of signs). Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun
1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama
Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970)
2.3 PEMBAGIAN LOGIKA
Setelah mempelajari tentang filsafat ilmu lebih mendalam lagi, ternyata didalamnya
terdapat banyak sekali materi yang disajikan. Yang salah satunya adalah tentang logika, dan
logika sendiri dapat dibedakan menjadi dua sebagai berikut :
30
1. Logika Alamiah Logika Alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat
dan lurus sebelum mendapat pengaruh-pengaruh dari luar, yakni keinginan-keinginan dan
kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Yang mana logika alamiah manusia ini ada sejak
manusia dilahirkan. Dan dapat disimpulkan pula bahwa logika alamiah ini sifatnya masih murni.
2. Logika Ilmiah Lain halnya dengan logika alamiah, logika ilmiah ini menjadi ilmu khusus yang
merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Dengan adanya pertolongan
logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih
aman. Logika ilmiah ini juga dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau setidaknya
dapat dikurangi. Sasaran dari logika ilmiah ini adalah untuk memperhalus dan mempertajam
pikiran dan akal budi.
Ada tiga aspek penting untuk memahami logika ini, agar mempunyai pengertian tentang
peanalaran yang merupakan bentuk pemikiran. Ketiga aspek tersebut adalah:
1. Pengertian
Pegertian adalah tanggapan atau gambaran yang dibentuk oleh akal budi tentang
kenyataan yang dipahami, atau merupakan hasil pengetahuan manusia mengenai realitas.
Menurut isinya, pengertian dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Kolektif dan distributif, kolektif maksudnya pengertian yang isinya mencakup barang-
barang atau orang secara koleksi atau sekumpulan, misalnya selusin piring, sekelompok
pemuda, dan sebagainya. Sedangkan distributif adalah kebalikan dari kolektif, yaitu
pengertian yang terpisah-pisah, yang menunjukkan bahwa barang atau orang tersebut
terpisah-pisah sebagai sendiri-sendiri atau satu persatu.
b. Konkret dan abstrak, pengertian yang konkret adalah pengertian yang memperlihatkan
kenyataan atau realitas sebagai pokok subjek yang berdiri sendiri, sedangkan pengertian
yang abstrak adalah pengertian yang memperlihatkan sifat tanpa memperlihatkan subjeknya,
misalnya dikatakan “gelas itu mahal”.
31
c. Menyindir dan terus terang, yang dimaksud menyindir ialah menyatakan sesuatu dengan
secara tidak langsungdan tidak terus terang.
2. Proposisi
Proposisi atau pernyataan adalah rangkaian dari pengertian-pengertian yang dibentuk
oleh akal budi atau merupakan pernyataan mengenai hubungan yang terdapat diantara dua buah
term. Kedua term tersebut terdiri dari subjek dan predikat. Subjek adalah term pokok dalam
proposisi, dan predikat adalah term yang menyebut sesuatu mengenai subjek.
3. Penalaran
Penalaran adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan pengetahuan. Agar buah
pengetahuan yang berdasarkan penalaran itu mempunyai bobot kebenaran, maka proses berpikir
perlu dan harus dilakukan dengan suatu cara atau metode tertentu. Dalam penalaran proposisi
yang menjadi dasar penyimpulan disebut premis, sedangan kesimpulannya disebut konklusi.
2.4 LOGIKA SEBAGAI CABANG FILSAFAT
Filsafat adalah kegiatan/hasil pemikiran/permenungan yang menyelidiki sekaligus
mendasari segala sesuatu yang berfokus pasa makna dibalik kenyataan atau teori yang ada untuk
disusun dalam sebuah system pengetahuan rasional.
Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis disini berarti logika dapat
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di
Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-
filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan
kesesatan penalarannya.Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan
yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai
cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika.
Logika sebagai cabang filsafat adalah cabang filsafat tentang berpikir. Logika
membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat
32
mengambil kesimpulan yang benar. Dengan mengetahui cara atau aturan-aturan tersebut dapat
menghindarkan diri dari kesalahan dalam mengambil keputusan. Menurut Louis O. Kattsoff,
logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat bahan
tertentu dan kadang-kadang logika didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang penarikan
kesimpulan.
Logika bisa menjadi suatu upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: Adakah
metode yang dapat digunakan untuk meneliti kekeliruan pendapat? Apakah yang dimaksud
pendapat yang benar? Apa yang membedakan antara alasan yang benar dengan alasan yang
salah? Filsafat logika ini merupakan cabang yang timbul dari persoalan tentang penyimpulan.
Untuk sampai kepada suatu pemikiran yang tepat , logika menganalisa unsur-unsur
pemikiran manusia. Materi logika antara lain sebagai berikut:
1. Mengerti PermasalahanYaitu memahami apa yang menjadi permasalahan yang sedang di
hadapi.Kegiatan mengerti ini dapat di bangun melalui penginderaan misalnya dengan
mengamati.
2. Adanya kausualitas keterkaitan. Pekerjaan otak selanjutnya setelah mengerti permasalahan
adalah membangun hubungan yang ada antara berbagai fakta.
3. Adanya kesimpulan, Pekerjaan akal yang ketiga adalah membangun kesimpulan . Kesimpulan
ini didapat atas serangkaian kegiatan mulai dari mengerti hubungan permasalahan dan fakta yang
dari keduanya dapat ditarik kesimpulan.
2.5 METODE DALAM LOGIKA
Menurut Poespoprojo (2006) Logika sesuai dengan fungsinya memecahkan masalah.
1. Metode deduktif yaitu pengkajian dari suatu yang umum (general) untuik menghasilkan suatu
yang khusus. Berpikir dengan Metode deduktif menggunakan sarana berfikir matematika.
33
2. Metode induktif yaitu logika berpikir yang bergerak dari hal-hal yang khusus menghasilkan
gegeralisasi yang umum. Berfikir induktif menggunakan sarana berfikir statistika.
Baik matematika maupun statistika bukanlah ilmu melainkan sarana berfikir. Kedua
Metode berfikir tersebut dapat diterapkan dalam penelitian Ilmiah yang direalisasikan dalam
karya Ilmiah Penelitian.
Logika berfikir deduktif dipakai dalam perumusan hipotesis penelitian yang dideduksi
dari teori-teori yang ada. Logika berfikir Induktif di terapkan dalam pengujian hipotesis dengan
menggunakan data dan sample. Untuk menyimpulkan kasus yang berdasarkan data dan sample
di perlukan sarana statistika. Proses Ilmiah yang secara epistemologis adalah paroses ilmiah agar
hasil yang diperoleh dapat di katagorikan sebagai produk ilmiah yaitu Ilmu
2.6 LOGIKA KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Kegunaan Logika dalam Kehidupan Sehari - hari Logika membantu manusia berpikir
lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan.
Dalam segala aktivitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip ini. Logika
menyampaikan kepada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan
seseoranng, karena itu ia mendidik manusia bersikap obyektif, tegas, dan berani, suatu sikap
yang dibutuhkan dalam segala suasana dan tempat.
Selain hubungannya erat dengan filsafat dan matematik, logika dewasa ini juga telah
mengembangkan berbagai metode logis (logical methods) yang banyak sekali pemakaiannya
dalam ilmu-ilmu, sebagai misal metode yang umumnya pertama dipakai oleh suatu ilmu.
Selain itu logika modern (terutama logika perlambang) dengan berbagai pengertian yang
cermat, lambang yang abstrak dan aturan-aturan yang diformalkan untuk keperluan penalaran
yang betul tidak saja dapat menangani perbincangan-perbincangan yang rumit dalam suatu
bidang ilmu, melainkan ternyata juga mempunyai penerapan. Misalnya dalam penyusunan
program komputer dan pengaturan arus listrik, yang tidak bersangkutan dengan argumen.
Pengertian ilmu logika secara umum adalah ilmu yang mempelajari aturan-aturan berpikir benar.
34
Jadi dalam logika kita mempelajari bagaimana sistematika atau aturan-aturan berpikir benar.
Subjek inti ilmu logika adalah definisi dan argumentasi. Yang selanjutnya dikembangkan dalam
bentuk silogisme.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kegunaan logika adalah sebagai berikut: 1.
membantu setiap orang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap,
tertib, metodis, dan koheren atau untuk menjaga kita supaya selalu berpikir benar
2. meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif
3. menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri
4. memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas
sistemati
5. meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir kekeliruan
serta kesesatan
6. mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian
7. sebagai ilmu alat dalam mempelajari ilmu apapun, termasuk filsafat.
Karena yang dipelajari dalam ilmu logika hanyalah berupa aturan-aturan berpikir benar
maka tidak otomatis seseorang yang belajar logika akan menjadi orang yang selalu benar dalam
berpikir. Itu semua tergantung seperti apa dia menerapkan aturan-aturan berpikir itu, disiplin atau
tidak dalam menggunakan aturan-aturan itu, sering berlatih, dan tentu saja punya tekad dalam
kebenaran.
Kegunaan dari kita belajar logika adalah daya analisis kita semakin bertambah dan
dimana apabila ada suatu masalah, kita dapat mengambil keputusan dengan benar. Disamping itu
belajar logika juga sangat bermanfaat dalam manajemen waktu, dan juga logika merupakan dasar
ilmu psikologi yang paling mendasar. Intinya dengan belajar logika kemampuan berpikir dan
daya analisis kita semakin berkembang
35
E. TEORI KEBENARAN
2.1 PENGERTIAN KEBENARAN
Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang
menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human
dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran. Berbicara tentang kebenaran ilmiah tidak
bisa dilepaskan dari makna dan fungsi ilmu itu sendiri sejauh mana dapat digunakan dan
dimanfaatkan oleh manusia. Di samping itu proses untuk mendapatkannya haruslah melalui
tahap-tahap metode ilmiah.
Kriteria ilmiah dari suatu ilmu memang tidak dapat menjelaskan fakta dan realitas yang
ada. Apalagi terhadap fakta dan kenyataan yang berada dalam lingkup religi ataupun yang
metafisika dan mistik, ataupun yang non ilmiah lainnya. Di sinilah perlunya pengembangan
sikap dan kepribadian yang mampu meletakkan manusia dalam dunianya. Penegasan di atas
dapat kita pahami karena apa yang disebut ilmu pengetahuan diletakkan dengan ukuran, pertama,
pada dimensi fenomenalnya yaitu bahwa ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai
masyarakat, sebagai proses dan sebagai produk. Kedua, pada dimensi strukturalnya, yaitu bahwa
ilmu pengetahuan harus terstruktur atas komponen-komponen, obyek sasaran yang hendak
diteliti (begenstand), yang diteliti atau dipertanyakan tanpa mengenal titik henti atas dasar motif
dan tata cara tertentu, sedang hasil-hasil temuannya diletakkan dalam satu kesatuan system.
Tampaknya anggapan yang kurang tepat mengenai apa yang disebut ilmiah telah
mengakibatkan pandangan yang salah terhadap kebenaran ilmiah dan fungsinya bagi kehidupan
manusia. Ilmiah atau tidak ilmiah kemudian dipergunakan orang untuk menolak atau menerima
suatu produk pemikiran manusia. Maksud dari hidup ini adalah untuk mencari kebenaran.
Tentang kebenaran ini, Plato pernah berkata: “Apakah kebenaran itu? lalu pada waktu yang tak
bersamaan, bahkan jauh belakangan Bradley menjawab; “Kebenaran itu adalah kenyataan”,
tetapi bukanlah kenyataan (dos sollen) itu tidak selalu yang seharusnya (dos sein) terjadi.
Kenyataan yang terjadi bisa saja berbentuk ketidak benaran (keburukan).
36
Dalam bahasan, makna “kebenaran” dibatasi pada kekhususan makna “kebenaran
keilmuan (ilmiah)”. Kebenaran ini mutlak dan tidak sama atau pun langgeng, melainkan bersifat
nisbi (relatif), sementara (tentatif) dan hanya merupakan pendekatan. Kebenaran intelektual yang
ada pada ilmu bukanlah suatu efek dari keterlibatan ilmu dengan bidang-bidang kehidupan.
Kebenaran merupakan ciri asli dari ilmu itu sendiri. Dengan demikian maka pengabdian ilmu
secara netral, tak bermuara, dapat melunturkan pengertian kebenaran sehingga ilmu terpaksa
menjadi steril. Uraian keilmuan tentang masyarakat sudah semestinya harus diperkuat oleh
kesadaran terhadap berakarnya kebenaran.
Selaras dengan Poedjawiyatna yang mengatakan bahwa persesuaian antara pengatahuan
dan obyeknya itulah yang disebut kebenaran. Artinya pengetahuan itu harus yang dengan aspek
obyek yang diketahui. Jadi pengetahuan benar adalah pengetahuan obyektif.
Meskipun demikian, apa yang dewasa ini kita pegang sebagai kebenaran mungkin suatu
saat akan hanya pendekatan kasar saja dari suatu kebenaran yang lebih jati lagi dan demikian
seterusnya. Hal ini tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan manusia yang transenden,dengan
kata lain, keresahan ilmu bertalian dengan hasrat yang terdapat dalam diri manusia. Dari sini
terdapat petunjuk mengenai kebenaran yang trasenden, artinya tidak henti dari kebenaran itu
terdapat diluar jangkauan manusia. Kebenaran dapat dikelompokkan dalam tiga makna:
kebenaran moral, kebenaran logis, dan kebenaran metafisik. Kebenaran moral menjadi bahasan
etika, ia menunjukkan hubungan antara yang kita nyatakan dengan apa yang kita rasakan.
Kebenaran logis menjadi bahasan epistemologi, logika, dan psikologi, ia merupakan hubungan
antara pernyataan dengan realitas objektif. Kebenaran metafisik berkaitan dengan yang-ada
sejauh berhadapan dengan akalbudi, karena yang ada mengungkapkan diri kepada akal budi.
Yang ada merupakan dasar dari kebenaran, dan akalbudi yang menyatakannya.
2.2 TEORI KEBENARAN
Ilmu pengetahuan terkait erat dengan pencarian kebenaran, yakni kebenaran ilmiah. Ada
banyak yang termasuk pengetahuan manusia, namun tidak semua hal itu langsung kita
golongkan sebagai ilmu pengetahuan.
37
Hanya pengetahuan tertentu, yang diperoleh dari kegiatan ilmiah, dengan metode yang
sistematis, melalui penelitian, analisis dan pengujian data secara ilmiah, yang dapat kit sebut
sebagai ilmu pengetahuan. Dalam sejarah filsafat, terdapat beberapa teori tentang kebenaran,
antara lain :
2.2.1 Teori Kebenaran Korespondensi (Saling Bersesuaian)
Kebenaran menurut teori korespondensi bahwa suatu proposisi atau pengertian adalah
benar apabila terdapat suatu fakta yang diselaraskannya, yaitu apabila ia menyatakan apa adanya.
Kebenaran adalah yang bersesuaian dengan fakta yang berselaras dengan realitas yang serasi dengan
situasi aktual (Bakhtiar, 2010, h. 112). Sebaliknya, jika pernyataan bertentangan dengan
kenyataan atau fakta yang ada, maka pernyataan tersebut dianggap sebagai penyataan yang salah atau sesat.
Misalnya, ada pernyataan yang mengatakan Lionel Messi adalah seorang pesepakbola profesional. Kalau
pernyataan tersebut bersesuaian dengan fakta yang ada di kenyataan yang sebenarnya maka itu dianggap
sebagai “kebenaran”. Jika ternyata Lionel Messi bukan seorang pesepak bola profesional, melainkan
seorang pemain basket. Maka pernyataan tersebut dianggap sebagai bukan kebenaran.
Dengan demikian menurut teori korespondensi ini, Bakhtiar (2010, h. 113) menjelaskan
bahwa kebenaran dapat didefinisikan sebagai kesetiaan pada realitas objektif yaitu suatu
pernyataan yang sesuai dengan fakta atau sesuatu yang selaras dengan situasi kebenaran ialah
persesuaian antara pernyataan mengenai fakta dengan fakta aktual atau antara putusan dengan
situasi seputar yang diberi interpretasi.
Mengenai teori korespondensi tentang kebenaran dapat disimpulkan, kita mengenal dua hal
yaitu pertama, penyataan dan kedua, kenyataan. Menurut teori ini, kebenaran adalah kesesuaian
antara pernyataan tentang sesuatu dengan kenyataan sesuatu itu sendiri (Bakhtiar, 2010, h. 115).
Sebagaimana contoh dapat dikemukakan Jakarta adalah ibukota republik Indonesia. Pernyataan
ini disebut benar karena kenyataanya Jakarta memang ibukota republik Indonesia. Kebenarannya
terletak pada hubungan antara pernyataan dengan kenyataan. Adapun jika dikatakan bandung adalah
ibukota republik Indonesia. Pernyataan itu salah karena tidak sesuai antara pernyataan dengan
kenyataan.
38
Arti “ sesuai ”dalam teori ini masih menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah
pada kritik terhadap teori kebenaran korespondensi. Kalau kebenaran selalu diukur dengan fakta-fakta
yang ada, lantas bagaimana dengan ide-ide yang bersifat kejiwaan, apakah ada fakta yang bersifat
kejiwaan. Lalu bagaimana membuktikan hubungan antara ide-ide tersebut, padahal ide-ide
tersebut bersifat abstrak, sulit untuk dibuktikan dengan indera manusia. Misalnya, Pak Iman
dikatakan sebagai seorang yang beriman, kalau pernyataan ini kemudian dibuktikan
kebenarannya dengan makna sesuai atau korespondensi, maka tentu subjek akan melihat pada
perilaku-perilaku beragama yang tampak pada Pak Iman. Pertanyaannya,apakah “keimanan” Pak
Imanbisa sepenuhnya diukur dengan observasi?, bukankah keimanan di dominasi oleh aspek
kejiwaan Pak Iman?.
Pertanyaan-pertanyaan di atas adalah kelemahan-kelemahan para realisme empirisme.
Teori korespondensi ini pada umumnya memang dianut oleh para pengikut realisme empirisme
(Kattsoff, 1996, h. 184). Diantara pelopor teori ini adalah Plato, Aristoteles, Moore, Ramsey, dan
Tarski. Teori ini dikembangkan oleh Betrand Russel (1872-1970). Teori korespondensi
digunakan untuk proses pembuktian secara empiris dalam bentuk pengumpulan data-data yang
mendukung suatu pernyataan yang telah dibuat sebelumnya.
2.2.2 Teori Kebenaran Koherensi (Saling Berhubungan)
Berkebalikan dengan paham korespondensi, paham koherensi dianut oleh para
pendukung idealisme rasionalisme. Teori koherensi ini berkembang pada abad 19 dibawah
pengaruh hegel dan di ikuti oleh pengikut madzhab idealisme seperti Leibniz, Spinoza dan filsuf
britania F.M Bradley (1864-1924). Bakhtiar (2010, h. 116) menjelaskan bahwa teori koherensi
yaitu suatu proposisi cenderung benar jika proposisi tersebut dalam keadaan saling berhubungan
(koheren/konsisten) dengan proposisi benar yang lain, atau jika arti yang dikandungnya dalam
keadaan saling berhubungan dengan pengalaman kita.
Misalnya kita mempunyai pengetahuan bahwa semua manusia pasti akan mati adalah
pernyataan yang memang benar adanya. Jika Ahmad adalah manusia, maka pernyataan bahwa Ahmad pasti akan
mati, merupakan pernyataan yang benar pula. Sebab pernyataan kedua konsisten dengan pernyataan
yang benar.
39
Mengenai teori konsistensi ini, Bakhtiar (2010, h. 117) menjelaskan bahwa dapat kita
ambil kesimpulan yang pertama, kebenaran menurut teori ini ialah kesesuaian anatra suatu pernyataan
dengan pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu kita ketahui, terima dan akui sebagai benar. Kedua,
teori ini agaknya dapat dinamakan teori penyaksian (justifikasi) tentang kebenaran, karena
menurut teori ini satu putusan dianggap benar apabila mendapat penyaksian penyaksian
(justifikasi, pembenaran) oleh putusan-putusan lainnya yang terdahulu yang sudah diketahui,
diterima, dan diakui benarnya. Dengan demikian menurut teori koherensi adalah suatu teori itu
dianggap benar apabila tahan uji (testable) artinya suatu teori yang sudah dicetuskan oleh
seseorang kemudian teori tersebut diuji oleh orang lain tentunya dengan mengkomparasikan
dengan data-data baru, oleh karena itu apabila teori itu bertentangan dengan data-data yang baru
secara otomatis teori pertama gugur atau batal “refutability” sebaliknya, kalau data itu cocok
dengan teori lama, teori itu semakin kuat “corroboration” (Karl Popper dalam Bakhtiar, 2010
h. 118)
2.2.3 Teori Kebenaran Pragmatis
Pragma artinya yang dikerjakan, yang dilakukan, perbuatan, tindakan, sebutan bagi
filsafat yang dikembangkan oleh William james di Amerika Serikat, benar tidaknya suatu
ucapan, dalil atau teori semata-mata bergantung kepada asas manfaat sesuatu dianggap benar jika
mendatangkan manfaat dan akan dikatakan salah jika tidak mendatangkan manfaat (Bakhtiar,
2010, h. 118-119). Istilah pragmatisme ini sendiri diangkat pada tahun 1856 oleh Charles Pierce
(1839-1914), Bakhtiar (2010, h. 119) mengatakan bahwa doktrin pragmatisme ini diangkat
dalam sebuah makalah yang dimunculkan pada tahun 1878 dengan tema “How To Make Our
Ideas Clear” yang kemudian dikembangk an oleh beberapa ahli filsafat Amerika. Diantara tokohnya
yang lain adalah John Dewey (1859-1952).
Menurut teori pragmatisme, suatu kebenaran dan suatu pernyataan diukur dengan kriteria
apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional atau bermanfaat dalam kehidupan manusia.
Bakhtiar (2010, h. 119) Menjelaskan bahwa teori, hipotesa atau ide adalah benar apabila hal
tersebut membawa kepada akibat yang memuaskan, apabila hal tersebut berlaku dalam praktik,
40
apabila hal tersebut mempunyai nilai praktis. Kebenaran terbukti oleh kegunaanya oleh hasilnya
dan oleh akibat-akibat praktisnya jadi kebenaran ialah apasaja yang berlaku (works).
Dapat dipahami bahwa kebenaran dalam pandangan pragmatisme adalah sebatas
kegunaan praktis dalam kehidupan. Apabila suatu proposisi memiliki kegunaan praktis maka akan
dipandang sebagai suatu kebenaran. Sebaliknya, apabila proposisi tidak memiliki kegunaan praktis
maka tidak dipandang sebagai suatu kebenaran, walaupun ada kemungkinan sesuatu yang tidak
bersifat fungsional tersebut adalah kebenaran yang sesungguhnya.
Dari teori ini dapat diberikan sebuah contoh pandangan para penganut teori pragmatis
tentang Tuhan. Bagi pragmatisme suatu agama itu bukan benar karena Tuhan yang disembah
oleh penganut agama itu memang ada, tetapi agama itu dianggap benar karena pengaruhnya yang
positif atas kehidupan manusia. Berkat kepercayaan orang akan Tuhan dan mengikutinya
seseorang kepada ajaran agama maka kehidupan masyarakat berlaku secara tertib,, sejahtera dan
jiwanya semakin tenang.
Kebenaran dalam pandangan pragmatisme seiring berjalannya waktu akan membawa
kebenaran pada masa kadaluarsa (expired ). Artinya ada masanya kebenaran yang sudah dianggap
suatu kebenaran akan dibuang, karena tidak lagi bersifat fungsional atau bermanfaat.
2.2.4 Teori Kebenaran Sintaksis
Penganut teori- kebenaran sintaksis berpijak bahwa suatu pernyataan dikatakan benar jika
pernyataan itu mengikuti aturan-aturan yang baku. Atau dengan kata lain apabila proposisi itu
tidak mengikuti syarat atau keluar dari hal yang di syaratkan maka proposisi itu tidak memiliki
arti. Teori ini berkembang di antara filsuf analisa bahasa, terutama yang begitu ketat terhadap
pemakaian gramatika (Hamami Dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2010). Jadi dalam teori
kebenaran ini susunan pola kalimat atau pernyataan sangat diperhatikan karena hal itu sangat
mempengaruhi terhadap penilaian kebenaran.
2.2.5 Teori Kebenaran Semantis
41
Teori ini kebanyakan dianut dan berkembang di kalangan filsuf analitika bahasa.
Kebenaran menurut faham ini adalah suatu proposisi dinilai benar ditinjau dari segi arti atau
makna, apakah proposisi yang merupakan pangkal tumpunya itu mempunyai referensi yang
jelas. Artinya teori ini bertugas untuk mengungkap kesahihan proposisi dalam referensinya.
Pernyataan yang mengandung kebenaran adalah pernyataan yang memiliki arti atau makna yang
sesungguhnya dengan merujuk pada kenyataan. Arti yang bersifat definitif, yaitu arti yang
dengan jelas menunjuk ciri yang khas dari sesuatu yang ada. (Hamami Dalam Tim Dosen
Filsafat Ilmu UGM, 2010). Seperti “Irigasi menyebabkan kesulitan dalam mengatur pengairan”,
pernyataan ini akan dikatakan benar bila menunjukkan makna yang sahih tentang bendungan dalam
kenyataan yang sesungguhnya. Tentu kebenaran pernyataan diatas akan di cek langsung ke
referensinya.
2.2.6 Teori Kebenaran Performatik
Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh pemegang
otoritas tertentu. Contoh pertama mengenai penetapan 1 Syawal. Sebagian muslim di Indonesia
mengikuti fatwa atau keputusan MUI atau pemerintah, sedangkan sebagian yang lain mengikuti
fatwa ulama tertentu atau organisasi tertentu. Contoh lainnya pada masa pertumbuhan ilmu,
Copernicus (1473-1543) mengajukan teori heliosentris dan bukan sebaliknya seperti yang
difatwakan gereja. Masyarakat menganggap hal yang benar adalah apa-apa yang diputuskan oleh gereja
walaupun bertentangan dengan bukti-bukti empiris.
Dalam fase hidupnya, manusia kadang kala harus mengikuti kebenaran performatif.
Pemegang otoritas yang menjadi rujukan bisa pemerintah, pemimpin agama, pemimpin adat,
pemimpin masyarakat, dan sebagainya. Kebenaran performatif dapat membawa kepada
kehidupan sosial yang rukun, kehidupan beragama yang tertib, adat yang stabil dan sebagainya.
Masyarakat yang mengikuti kebenaran performatif tidak terbiasa berpikir kritis dan rasional.
Mereka kurang inisiatif dan inovatif, karena terbiasa mengikuti kebenaran dari pemegang
otoritas. Pada beberapa daerah yang masyarakatnya masih sangat patuh pada adat, kebenaran ini
seakan-akan kebenaran mutlak. Mereka tidak berani melanggar keputusan pemimpin adat dan
tidak terbiasa menggunakan rasio untuk mencari kebenaran.
42
2.2.7 Teori Kebenaran Struktural Paradigmatik
Suatu teori dinyatakan benar jika teori itu berdasarkan pada paradigma atau perspektif
tertentu dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui atau mendukung paradigma tersebut.
Banyak sejarawan dan filosof sains masa kini menekankan bahwa serangkaian fenomena atau
realitas yang dipilih untuk dipelajari oleh kelompok ilmiah tertentu ditentukan oleh pandangan
tertentu tentang realitas yang telah diterima secara apriori oleh kelompok tersebut.
Pandangan apriori ini disebut paradigma oeh Kuhn dan world view oleh Sardar.
Paradigma ialah apa yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota suatu masyarakat sains atau
dengan kata lain masyarakat sains adalah orang-orang yang memiliki suatu paradigma bersama.
Masyarakat sains bisa mencapai konsensus yang kokoh karena adanya paradigma. Sebagai
konstelasi komitmen kelompok, paradigma merupakan nilai-nilai bersama yang bisa menjadi
determinan penting dari perilaku kelompok meskipun tidak semua anggota kelompok
menerapkannya dengan cara yang sama. Paradigma juga menunjukkan keanekaragaman
individual dalam penerapan nilai-nilai bersama yang bisa melayani fungsi-fungsi esensial ilmu
pengetahuan. Paradigma berfungsi sebagai keputusan yuridiktif yang diterima dalam hukum tak
tertulis. Pengujian suatu paradigma terjadi setelah adanya kegagalan berlarut-larut dalam
memecahkan masalah yang menimbulkan krisis.
Pengujian ini adalah bagian dari kompetisi di antara dua paradigma yang bersaingan
dalam memperebutkan kesetiaan masyarakat sains. Falsifikasi terhadap suatu paradigma akan
menyebabkan suatu teori yang telah mapan ditolak karena hasilnya negatif. Teori baru yang
memenangkan kompetisi akan mengalami verifikasi. Proses verifikasi-falsifikasi memiliki
kebaikan yang sangat mirip dengan kebenaran dan memungkinkan adanya penjelasan tentang
kesesuaian atau ketidaksesuaian antara fakta dan teori. Perubahan dari paradigma lama ke
paradigma baru adalah pengalaman konversi yang tidak dapat dipaksakan. Adanya perdebatan antar
paradigma bukan mengenai kemampuan relatif suatu paradigma dalam memecahkan masalah,
tetapi paradigma mana yang pada masa mendatang dapat menjadi pedoman riset untuk
memecahkan berbagai masalah secara tuntas. Adanya jaringan yang kuat dari para ilmuwan
43
sebagai peneliti konseptual, teori, instrumen, dan metodologi merupakan sumber utama yang
menghubungkan ilmu pengetahuan dengan pemecahan berbagai masalah
F. FILSAFAT ETIKA DAN MORAL
2.1 DEFINISI ETIKA
Etika adalah salah satu cabang dari Ilmu Filsafat yang bertitik tolak dari masalah
nilai(value) dan moral manusia yang berkenaan dengan tindakan manusia. Secara etimologis, kata
etika berasal dari bahasa Yunani, yakni ethos yang artinya cara bertindak, adat, tempat
tinggal,kebiasaan. Sedangkan kata moral berasal dari bahasa Latin, yakni mos yang
berarti sama dengan etika. Istilah etika dipakai oleh Aristoteles (384 – 322
SM) untruk menunj ukka n pengertia n tentang filsa fa t moral.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1993) etika adalah ilmu mengenai apa yang baik
dan buruk dan tentang hak dan kewajiban (ahlak). Dalam KBBI dibedakan pulaantara
etika , etik dan etiket. Etik adalah kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan ahlak (nilai benar dan
salah yang dianut masyarakat/golongan), misalnya kode etik dokter, dll. Etiket adalah tatacara
(adat, sopan santun, dll.) di masyarakat dalam memelihara hubungan yang baik sesama manusia. Etiket
juga dikenal sebagai label atau penamaan sesuatu yang dituliskan pada secarik
kertas dan dilekatkan pada benda (botol, kaleng, dll.). Dari ketiganya, yang
berhubungan erat dengan nilai dan moral adalah etika dan etik.. Etika sering disebut sebagai
filsafat moral, sedangkan etik tidak berkaitan dengan moral.
Secara filosofis, etika merupakan bagian dari ilmu filsafat yang mempelajari berbagai
nilai (value) yang diarahkan pada perbuatan manusia, khususnya yang berkaitan
dengan kebaikan dan keburukan dari hasil tindakannya. Dalam berbuat baik,
manusia memerlukan pertimbangan yang bersifat rasional. Pertimbangan rasional
artinya mempertimbangkan berbagai kemungkinan untuk berbuat baik atau
melakukan tindakan secara jernih, tanpa dilandasi dengan sikap emosional yang
berlebihan. Mempelajari etika etika harus dilandasi dengan pendekatan rasional dan kritis,
44
agar etika itu dapat diterapkan pada tindakan keseharian seseorang. Etika sebagai filsafat
moral berarti melakukan perenungan secara mendalam mengenaiberbagai ajaran moral (kebaikan)
secara kritis. Namun harus dibedakan antara etika dan moral. Etika mempela'ari berbagai ajaran
moral secara kritis dan logis. Sedangkan moral Adalah nasihat-nasihat yang berupa
ajaran-ajaran pada adat-istiadat suatu masyarakat/golongan/agama. M o r a l
bersifat aplikatif mengenai tindakan manusia yang baik dan buruk.. Pokok bahasan yang sangat khusus
pada etika adalah sikap kritis manusia dalam menerapkan ajaran-ajaran moral terhadap
perilaku manusia yang bertanggung jawab. Ajaran-Ajaran tersebut sangat menentukan
bagaimana moral manusia itu dibina baik melaluipendidikan formal maupun non
formal.
Kata etika, seringkali disebut pula dengan kata etik, atau ethics (bahasa Inggris),
mengandung banyak pengertian.
Dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Latin “Ethicos” yang berarti
kebiasaan. Dengan demikian menurut pengertian yang asli, yang dikatakan baik itu apabila
sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Kemudian lambat laun pengertian ini berubah, bahwa etika
adalah suatu ilmu yang mebicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang
dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai tidak baik.
Etika juga disebut ilmu normative, maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan
(norma-norma) dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Etika merupakan cabang filsafat yang mempelajari pandangan-pandangan dan persoalan-
persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan, dan kadang-kadang orang memakai
filsafat etika, filsafat moral atau filsafat susila. Dengan demikian dapat dikatakan, etika ialah
penyelidikan filosofis mengenai kewajiban-kewajiban manusia dan hal-hal yang baik dan buruk.
Etika adalah penyelidikan filsafat bidang moral. Etika tidak membahas keadaan manusia,
melainkan membahas bagaimana seharusnya manusia itu berlaku benar. Etika juga merupakan
45
filsafat praxis manusia. etika adalah cabang dari aksiologi, yaitu ilmu tentang nilai, yang
menitikberatkan pada pencarian salah dan benar dalam pengertian lain tentang moral.
2.2MACAM-MACAM ETIKA
Etika dapat dibedakan menjadi tigas macam :
1. Etika sebagai ilmu, yang merupakan kempulan tentang kebijakan, tentang penilaian perbuatan
seseorang.
2. Etika dalam arti perbuatan, yaitu perbuatan kebajikan. Misalnya seseorang dikatakan etis,
apabila orang tersebut telah berbuat kebijakan.
3. Etika sebagai Filsafat, yang mempelajari pandangan-pandangan, persoalan yang berhubungan
dengan masalah kesusilaan.
Kita juga sering mendengar istilah descriptive ethics, normative ethics, dan philosophy ethics.
a. Descriptive ethics, ialah gambaran atau lukisan tentang etika.
b. Normative ethics, ialah norma-norma tertentu tentang etika agar seorang dapat
dikatakan bermoral
c. Philosophy ethics, ialah etika sebagai filsafat, yang menyelidiki kebenaran.
Etika sebagai filsafat, berarti mencari keterangan yang benar, mencari ukuran-ukuran
yang baik dan yang buruk bagi tingkah laku manusia. Serta mencari norma-norma, ukuran-
ukuran mana susial itu, tindakan manakah yang paling dianggap baik. Dalam filsafat, masalah
baik dan buruk (good and evil) dibicarakan dalam etika. Tugas etika tidak lain berusaha untuk
hal yang baik dan yang dikatakan buruk. Sedangkan tujuan etika, agar setiap manusia
mengetahui dan menjalankan perilaku, sebab perilaku yang baik bukan saja bagi dirinya saja,
tetapi juga penting bagi orang lain, masyarakat, bangsa dan Negara, dan yang terpenting bagi
Tuhan yang Maha Esa.
2.3 ARTI ETIKA
46
 Dalam kamus besar bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(1988), etika dirumuskan dalam tiga arti, yaitu :
1.Ilmu tentang apa baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)
2.Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3.Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
 Bertens mengemukakan bahwa urutan tiga arti tersebut kurang kena, sebaiknya arti ketiga
ditempatkan didepan karena lebih mendasar daripada yang pertama, dan rumusannya juga bisa
dipertajam lagi.
Dengan demikian, menurut Bertens tiga arti etika dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Etika dipakai dalam arti: nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan seseorang
atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Arti ini disebut juga sebagai “system
nilai” dalam hidup manusia perseorangan atau hidup bermasyarakat. Misalnya etika orang jawa,
etika agama Buddha.
2. Etika dipakai dalam arti: kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud disini adalah
kode etik. Misalnya, Kode Etik Advokat Indonesia.
3. Etika dipakai dalam arti: ilmu tentang yang baik dan yang buruk. Arti etika disini sama
dengan filsafat moral.
Dihubungkan dengan Etika Profesi Sekretaris, etika dalam arti pertama dan kedua adalah
relevan karena kedua arti tersebut berkenaan dengan perilaku seseorang atau sekelompok profesi
sekretaris. Misalnya sekretaris tidak bermoral, artinya perbuatan sekretaris itu melanggar nilai-
nilai dan norma-norma moral yang berlaku dalam kelompok sekretaris tersebut. Dihubungkan
dengan arti kedua, Etika Profesi Sekretaris berarti Kode Etik Profesi Sekretaris.
 Pengertian etika juga dikemukakan oleh Sumaryono (1995), menurut beliau etika berasal
dati istilah Yunani ethos yang mempunyai arti adapt-istiadat atau kebiasaan yang baik. Bertolak
dari pengertian tersebut, etika berkembang menjadi study tentang kebiasaan manusia
berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan
47
perangai manusia dalam kehidupan manusia pada umumnya. Selain itu, etika juga berkembang
menjadi studi tentang kebenaran dan ketidakbenaran berdasarkan kodrat manusia yang
diwujudkan melalui kehendak manusia. Berdasarkan perkembangan arti tadi, etika dapat
dibedakan antara etika perangai dan etika moral.
1. Etika Perangai
Etika Perangai adalah adat istiadat atau kebiasaan yang menggambarkan perangai manusia dalam
kehidupan bermasyarakat di daerah-daerah tertentu, pada waktu tertentu pula. Etika perangai
terserbut diakui dan berlaku karena disepakati masyarakat berdasarkan hasil penelitian perilaku.
Contoh etika Perangai :
- Berbusana adat
- Pergaulan muda-mudi
- Perkawinan semenda
- Upacara adat
2. Etika Moral
Etika Moral berkenaan dengan kebiasaan berperilaku yang baik dan benar berdasarkan kodrat
manusia. Apabila etika ini dilanggar timbullah kejahatan, yaitu perbuatan yang tidak baik dan
tidak benar. Kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia yang disebut moral.
Contoh etika moral :
- Berkata dengan berbuat jujur
- Menghargai hak orang lain
- Menghormati orang tua
- Membela kebenaran dan keadilan
- Menyantuni anak yatim atau piatu
Etika moral ini terwujud dalam bentuk kehendak manusia berdasarkan kesadaran, dan
kesadaran adalah suara hati nurani. Dalam kehidupan, manusia selalu dikehendaki dengan baik
dan tidak baik, antara benar dan tidak benar. Dengan demikian ia mempertanggung jawabkan
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU

More Related Content

What's hot

Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sby
Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sbyKelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sby
Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sbyM Fatkhur Rohman
 
TUGAS FILSAFAT ILMU
TUGAS FILSAFAT ILMUTUGAS FILSAFAT ILMU
TUGAS FILSAFAT ILMUSeptiTirta
 
Rangkuman seluruh PPT kelompok 4 Pengantar Filsafat Ilmu kelas s
Rangkuman seluruh PPT kelompok 4 Pengantar Filsafat Ilmu kelas sRangkuman seluruh PPT kelompok 4 Pengantar Filsafat Ilmu kelas s
Rangkuman seluruh PPT kelompok 4 Pengantar Filsafat Ilmu kelas sElenAnggraini
 
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuanFilsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuanEkoBowo2
 
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.Stugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.Sbaguspw12
 
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astutiMakalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astutiOperator Warnet Vast Raha
 
Kelompok filsafat
Kelompok filsafatKelompok filsafat
Kelompok filsafatfarik aziz
 
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu   Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu   Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.elia_deardy
 
Kumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawabKumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawabAlmayszaroh
 
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayantiRangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayantiNabilahMaharani1
 
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiSoal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiAlwiAssegaf
 
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologiproblematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologiLtfltf
 
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjo...
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjo...Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjo...
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjo...FitriOktaviani7
 
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17Sri Suwanti
 
Soal soal filsafat
Soal soal filsafatSoal soal filsafat
Soal soal filsafatJennyJenny47
 
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MS
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MSTugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MS
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MSNur Rochmatus
 
Modul filsafat ilmu
Modul filsafat ilmuModul filsafat ilmu
Modul filsafat ilmuelhamidi
 
Soal filsafat ilmu 26 02-2021 UAS R . Adhi Indra Kurnia
Soal filsafat ilmu 26 02-2021  UAS R . Adhi Indra KurniaSoal filsafat ilmu 26 02-2021  UAS R . Adhi Indra Kurnia
Soal filsafat ilmu 26 02-2021 UAS R . Adhi Indra KurniaR . Adhi Indra Kurnia
 

What's hot (20)

Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sby
Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sbyKelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sby
Kelompok 5 slide share materi kuliah m1 s.d m15_pfi_s_untag_sby
 
TUGAS FILSAFAT ILMU
TUGAS FILSAFAT ILMUTUGAS FILSAFAT ILMU
TUGAS FILSAFAT ILMU
 
Rangkuman seluruh PPT kelompok 4 Pengantar Filsafat Ilmu kelas s
Rangkuman seluruh PPT kelompok 4 Pengantar Filsafat Ilmu kelas sRangkuman seluruh PPT kelompok 4 Pengantar Filsafat Ilmu kelas s
Rangkuman seluruh PPT kelompok 4 Pengantar Filsafat Ilmu kelas s
 
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuanFilsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pengetahuan
 
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.Stugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
 
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astutiMakalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
 
Kelompok filsafat
Kelompok filsafatKelompok filsafat
Kelompok filsafat
 
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu   Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu   Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
 
Contoh soal filsafat ilmu
Contoh soal filsafat ilmuContoh soal filsafat ilmu
Contoh soal filsafat ilmu
 
Kumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawabKumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawab
 
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayantiRangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
 
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiSoal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
 
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologiproblematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
problematika filsafat, epistimologi, ontologi aksiologi
 
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjo...
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjo...Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjo...
Kelompok 3 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sardjo...
 
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
 
Ringkasan filsafat ilmu
Ringkasan filsafat ilmuRingkasan filsafat ilmu
Ringkasan filsafat ilmu
 
Soal soal filsafat
Soal soal filsafatSoal soal filsafat
Soal soal filsafat
 
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MS
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MSTugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MS
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MS
 
Modul filsafat ilmu
Modul filsafat ilmuModul filsafat ilmu
Modul filsafat ilmu
 
Soal filsafat ilmu 26 02-2021 UAS R . Adhi Indra Kurnia
Soal filsafat ilmu 26 02-2021  UAS R . Adhi Indra KurniaSoal filsafat ilmu 26 02-2021  UAS R . Adhi Indra Kurnia
Soal filsafat ilmu 26 02-2021 UAS R . Adhi Indra Kurnia
 

Similar to FILSAFAT ILMU

Makalah pancasila sebagai filsafat
Makalah pancasila sebagai filsafatMakalah pancasila sebagai filsafat
Makalah pancasila sebagai filsafatDea_tita
 
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxFILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxLisdaPuspaawaliaj1
 
Makalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian FilsafatMakalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian Filsafatsayid bukhari
 
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafatPdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafatjotimustika
 
Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13
Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13
Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13CalvinAlaydrus
 
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, MsKumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Msdinyrusdiananda
 
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astutiMakalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astutiSeptian Muna Barakati
 
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmu
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmuKumpulan Soal jawab filsafat ilmu
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmuAbidaAnggun
 
KUMPULAN PPT FILSAFAT ILMU KEL 9.pptx
KUMPULAN PPT FILSAFAT ILMU KEL 9.pptxKUMPULAN PPT FILSAFAT ILMU KEL 9.pptx
KUMPULAN PPT FILSAFAT ILMU KEL 9.pptxMichelle943061
 
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AWFILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AWDjoko Adi Walujo
 
Tugas Akhir Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok 2
Tugas Akhir Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok 2Tugas Akhir Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok 2
Tugas Akhir Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok 2ElizaNovi
 
Pertanyaan dan jawaban pengantar filsafat ilmu
Pertanyaan dan jawaban pengantar filsafat ilmuPertanyaan dan jawaban pengantar filsafat ilmu
Pertanyaan dan jawaban pengantar filsafat ilmuRioPrasetio4
 
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1juniotrov
 
Kelompok 9 Filsafat Ilmu (A) Tugas Slide
Kelompok 9 Filsafat Ilmu (A) Tugas SlideKelompok 9 Filsafat Ilmu (A) Tugas Slide
Kelompok 9 Filsafat Ilmu (A) Tugas SlideRinda Fn
 
Rangkuman bab filsafat
Rangkuman bab filsafatRangkuman bab filsafat
Rangkuman bab filsafatAnggiChaca
 

Similar to FILSAFAT ILMU (20)

Makalah pancasila sebagai filsafat
Makalah pancasila sebagai filsafatMakalah pancasila sebagai filsafat
Makalah pancasila sebagai filsafat
 
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxFILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
 
Makalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian FilsafatMakalah Pengertian Filsafat
Makalah Pengertian Filsafat
 
Soaljawab filsafat
Soaljawab filsafatSoaljawab filsafat
Soaljawab filsafat
 
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafatPdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafat
 
Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13
Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13
Tugas kumpulan PPT filsafat kelompok 13
 
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, MsKumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
 
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astutiMakalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
 
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmu
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmuKumpulan Soal jawab filsafat ilmu
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmu
 
KUMPULAN PPT FILSAFAT ILMU KEL 9.pptx
KUMPULAN PPT FILSAFAT ILMU KEL 9.pptxKUMPULAN PPT FILSAFAT ILMU KEL 9.pptx
KUMPULAN PPT FILSAFAT ILMU KEL 9.pptx
 
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AWFILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
 
Tugas Akhir Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok 2
Tugas Akhir Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok 2Tugas Akhir Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok 2
Tugas Akhir Pengantar Filsafat Ilmu Kelompok 2
 
Tugas 2
Tugas 2Tugas 2
Tugas 2
 
Pertanyaan dan jawaban pengantar filsafat ilmu
Pertanyaan dan jawaban pengantar filsafat ilmuPertanyaan dan jawaban pengantar filsafat ilmu
Pertanyaan dan jawaban pengantar filsafat ilmu
 
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
 
Tugas makalah (1)
Tugas makalah (1)Tugas makalah (1)
Tugas makalah (1)
 
Kelompok 9 Filsafat Ilmu (A) Tugas Slide
Kelompok 9 Filsafat Ilmu (A) Tugas SlideKelompok 9 Filsafat Ilmu (A) Tugas Slide
Kelompok 9 Filsafat Ilmu (A) Tugas Slide
 
Rangkuman bab filsafat
Rangkuman bab filsafatRangkuman bab filsafat
Rangkuman bab filsafat
 
Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2Makalah filsafat pendidikan2
Makalah filsafat pendidikan2
 
Makalah filsafat
Makalah filsafatMakalah filsafat
Makalah filsafat
 

Recently uploaded

PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 

Recently uploaded (20)

PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 

FILSAFAT ILMU

  • 1. 1 KUMPULAN MATERI TUGAS MEMBUAT MAKALAH PENGANTAR FILSAFAT ILMU Yang Di Bimbing Oleh : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec Yang Membuat : Olivia Medriani Lamain 1211700076 Fayyas Ul Khaq 1211700137 Muhammad Khohar 1211700135 Esterlita Ayuningtyas 1211700208 ( Kelas E Hari Rabu 09.30 I. 203 ) PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
  • 2. 2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, kami dapat menyelesaikan makalah tentang kumpulan tugas makalah mata kuliah pengantar filsafat ilmu. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Dr.Sigit Sardjono,MS selaku Dosen mata kuliah Pengantar Filsafat Ilmu yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai pengantar filsafat ilmu. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang. Surabaya, 8 Juli 2019 Penulis
  • 3. 3 DAFTAR ISI A Manfaat belajar ilmu filsafat bagi Mahasiswa 4 B Perkembangan Filsafat 16 C Filsafat ilmu dan pengetahuan 23 D Logika Berpikir 26 E Teori Kebenaran 35 F Filsafat etika dan moral 43 G Tataran ilmu pengetahuan 55 H Filsafat Pancasila 70 I Filsafat Karya ilmiah 81 J Kumpulan soal dan jawaban 89 A. MANFAAT BELAJAR ILMU FILSAFAT BAGI MAHASISWA
  • 4. 4 2.1.DEFINISI FILSAFAT Mari kita coba dulu untuk mengetaui bagaimanakah para filsuf dan ahli filsafat atau pemikir mendefinisikan apa filsafat itu. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :  Plato ( 427 – 347 SM ), “ Filsafat tidak lain adalah pengetahuan tentang segala hal ”  Aristoteles ( 384 – 322 ), “ Filsafat itu menyelidiki sebab dan asas segala benda ”  Al-Kindi ( 800-870 ), “ Kegiatan manusia yang bertingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikit segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia ”  Immanuel Kant (1724 – 1804), “Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang didalamnya mencakup 4 persoalan berikut : 1. Apakah yang dapat kita ketahui ? 2. Apakah yang boleh kita kerjakan ? 3. Sampai dimanakah pengharapan kita ? 4. Apakah yang dinamakan manusia ?  Ibnu Sina (980 – 1037), “Fisika dan metafisika sebagai suatu badan ilmu tak berbagi. Fisika mengamat-amati yang ada sejauh tak bergerak, metafisika memandang yang ada sejauh itu ada dan mengarah, mengetahui seluruh kenyataan sejauh dapat dicapai oleh manusia. Hal pertama yang dihadapi oleh seorang filsuf adalah bahwa yang ada (berwujud) berbeda-beda. Terdapat ada yang hanya mungkin ada. Suatu hal yang ideal adlah suatu yang berasal dari pemikiran yang mendalam, membutuhkan proses yang lama dalam pergulatan penemuan pengetahuan dan wawasan, yang melahirkan kesimpulan mendalam tentang suatu hal. Kemudian, muncul suatu pandangan tentang suatu yang hakiki inilah yang dilakukan filsafat.
  • 5. 5 Secara Etimologis, kata filsafat berasal dari gabungan 2 kata : philein yang berarti mencintai; dan sophos yang berarti kearifan atau kebijaksanaan. Jadi, dilihat dari asal katanya filsaft berarti mencintai kebijaksanaan. Dalam praktik penggunaan istilah filsafat digunakan dalam banyak hal untuk menyebut suatu kata yang terdiri dari banyak kategori misalnya, kita sering kali mendengar perkataan dari teman kita, “wah, filsafatmu kacau sekali!” ada yang mengatakan juga, “saya jijik dengan filsafat para politisi kita.” Maka, dalam kontek seperti itu, filsafat dimengerti untuk menunjuk gaya berfikir, kepribadian, dan tindakan yang dianggap sebagai akibat dari filsafat yang dipegang seseorang. Jadi, dalam hal ini filsafat adalah pandangan umum manusia tentang hidupnya, cita- cita, dan nilai-nilainya. 2.2.CIRI-CIRI BERPIKIR FILSAFAT Berikut adalah ciri-ciri berpikir filsafat :  Radikal, artinya berpikir sampai ke akar persolan. Hal itu bisa dilakukan dengan bertanya terus menerus hingga mendapat suatu jawaban yang lebih hakiki. Filsafat sebagai bentuk perenungan mengupayakan suatu kejelasan, keruntukan, dan keadaan memadainya pengetahuan agar kita dapat memeroleh pemahaman yang menyeluruh (holistis) dan komprehensif. Sejumlah tindakan dan lotaran pengetahuan, wacana, ucapan, dan tulisan pasti berangkat dari akar pemahaman terhadap kehidupan secara mendasar disadari atau tidak. Pandangan itu bisa dibongkatr sampai akarnya jika kita mampu sejumlah asumsi-asumsi sampai menemukan apa landasan filsafatnya.  Kritis, artinya tanggap terhadap persoalan yang berkembangan dan yang diketahuinya atau bahkan mendatanginya. Berpikir kritis adalah sebuah skill kognitif yang memungkinkan seseorang untuk menginvestigasi sebuah situasi, masalah, pertanyaan, atau fenomena untuk bisa membuat sebuah penilaian atau keputusan. Berpikir kritis adalah sebuah hasil dari salah satu bagian otak manusia yang sangat berkembang, yaitu
  • 6. 6 the cerebral cortex, bagian luar dari bagian manusia yang terluas, the cerebrum (otak depan). Berfikir kritis mengkombinasikan dan mengkoordinasikan semua aspek koknitif yang dihasilkan oleh super komputer biologis yang ada didalam kita-persepsi, emosi, intuisi, mode berpikir linear atau non linear, dan juga penalaran induktif maupun deduktif. Vincent Rien Ruggiero mengatakan bahwa ada 3 aktivitas dasar yang terlibat dalam pemikiran kritis. 1. Melakuklan tindakan untuk mengumpulkan bukti-bukti. Bukti adalah suatu hal yang bias bersifat empiris (bisa kitab lihat, sentuh, dengar, kecap, cium) apapun berbagai bentuk fakta yang dapat kita peroleh dari sebuah otoritas, kertas riset, statistik, testimoni, dan informasi lainnya. Tetapi, yang paling penting adalah mendapatkan bukti secara langsung (empiris) karena bukti dari tingkat ke-2 kadang patut dicurigai bukti yang kita temukan kangsung dari indra kita tidak dapat dibantah. 2. Menggunakan otak, bukan perasaan (berpikir logis). Membiasakan berfikir logis merupakan jalan penting untuk menemukan pikiran kritis. Kebanyakan manusia belum mapu berpikiran rasional, apalagi ditengah serangan irrasionalitas media, seperti jaman sekarang. Karenanya harus dibiasakan. Logika bukanlah sebuah kemampuan yang dapat berkembang sendiri, melainkan merupakan sebuah skill atau disiplin yang harus dipelajari dan dilatih, baik dalam pendidikan formal maupun dalam hari-hari kita. Suatu perangkat logis kurang formal dikenal dnegan istilah “silogisme”, yang terdiri dari 3 pernyataan : teori utama, teori minor, dan sebuah kesimpulan. Contoh : jika teori utamanya adalah “orang-orang yang berasal dari madura berwatak keras” dan teori Minornya adalah “ Zulkifli berasal dari Madura” maka kesimpulannya adalah Zulkifli adalah orang yang berwatak keras. 3. Skeptis, adalah rasa ragu karena adanya kebutuhan atas bukti, artinya tidak percaya begitu saja sebelum menemukan bukti yang kuat yang kadang bukti yang
  • 7. 7 ditemukannya sendiri. Ini adalah elemen yang penting bagi pemukiran kritis. Skeptisisme bukanlah sinisme, dan sayangnya sering disalahkan artikan dengan menyatakan keduanya sama. Padahal, keduanya berlawanan arti. Skeptisisme adalah sebuah pembenaran bahwa ada kebenaran dan obyektivitas didunia ini, hanya sulit saja ditemukan. Artinya, skeptisisme akan mendorong orang untuk mencari kebenaran. Jadi, merupakan kekuatan positif yang membangun dan menginginkan peran untuk membuktikan dan memperbaiki kalau ada kesalahan (kontradiksi). Sedangkan sinisme ditandai dengan anggapan “semua orang bisa dimanfaatkan” karena sinis, ia tidak percaya pada siapapun dan karenanya tak ada niat untuk mencari kebenaran karena dianggap percuma. Jadi, ia adalah kekuatan negatif.  Konseptual atau konsepsional, artinya konstruksi pemikiran filsafat berusaha untuk menyusun suatu bagan yang konsepsional dalam arti bahwa konsepsi (rencana kerja) merupakan suatu hasil generalisasi serta abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses satu demi satu. Karena itulah, filsafat merupakan pemikiran tentang hal-hal serta proses0proses dalam hubungan yang umum. Diantara proses-proses yang dibicarakan adalah pemikiran. Diantara hal-hal yang dipikirkan ialah si pemikir. Seorang filsuf tidak hanya membicarakan dunia yang ada disekitarnya serta dunia yang ada didalam dirinya, tetapi juga membicarakan aktivitas berpikir. Berpikir filosofis tidak hanya berupaya mengetahui hakikat kenyataan dan ukuran-ukuran untuk melakukan verivikasi terhadap pernyataan-pernyataan mengenai segala sesuatu, melainkan juga berusaha menemukan kaidah-kaidah berpikir itu sendiri.  Rasional, yaitu berpikir dengan menggunakan akal. Dalam hal ini yang harus dilakukan adalah menyusun bagan konsepsional yang rasional yaitu bagan yang bagian-bagiannya secara logis berhubungan satu dengan lainnya.
  • 8. 8  Reflektif, yaitu mencerminkan pengalaman pribadi. Artinya, filsafat dihasilkan dari proses perenungan terhadap diri dengan dunia, mengevaluasi cara pandang diri dikaitkan dengan pandangan-pandangan dan realitas baru yang dialami dan didapat.  Koheren dan konsisten (runtut), yaitu bahwa perenungan pemikiran filsafat berusaha untuk menyusun suatu bagan yang koheren , yang onsepsional. Koheren artinya runtut. Runtut berarti pula konsisten, yng kebalikannya “tidak runtut”. Tidak runtut bisa berarti “tidak konsisten” atau “kontradiktif”. Pernyataan-pernyataan yang bertentangan dan tidak koheren bukanlah suatu perenungan filsafat. Pertanyaan, seperti “mengapa tidak boleh?” biasanya tak sesuai dengan pemikiran yang bersifat filsafati. Yang penting adalah bahwa jawaban filsafati tidak membawa kita pada pernyataan-pernyataan yang kontradiktif .  Komprehensif dan sistematis, artinya bahwa pemikiran filsafat itu berusaha menyusun suatu gagasan konsepsional yangb memadai untuk duania tempat kita hidup maupun diri kita. Jika ilmu memberi penjelasan tentang kenyataan empiris yang dialami, filsafat berusaha untuk mencara penjelasan mengenai ilmu. Jadi, filsafat lebih luas dan komprehensif, menjelaskan dunia kita dan diri kita sendiri sebagai bagian darinya.  Suatu pandangan dunia, yaitu bahwa filsafat berusaha memahami seluruh kenyataan dengan menyusun suatu pandangan dunia yang memberikan penjelasan tentang dunia dan semua hal yang ada didalamnya.  Metodias, yaitu bahwa pemikiran filsafat diperoleh dengan suatu metode atau cara agar didapatkan kebenaran yang akan membuat manusia mampu menilai hidup dan mengambil keputusan secara tepat . untuk berpikir secara benar, diperlukan metode yang benar, ini adalah hukum filsafat. 2.3.PENTINGNYA BELAJAR FILSAFAT ILMU BAGI MAHASISWA
  • 9. 9 Tak sedikit orang yang menganggap bahwa filsafat itu tak lebih dari “omong kosong”, “abstrak”, “obrolan belaka”, dan sebutan-sebutan lainnya. Padahal filsafat adalah landasan untuk mengembangkan pengetahuan yang sangat berguna bagi peradaban suatu masyarakat. Filsafat, pengetahuan, dan cara berpikir berkaitan dengan adanya landasan yang mendorong anggota- anggota masyarakat terutama mahasiswa untuk melihat dunia dan mengembangkannya. Bangsa Indonesia terus terbelakang, tertinggal dan belakangan juga semakin kacau balau dan centang-perenang ini ternyata disokong oleh kekeliruan filsafat, yaitu filsafat fatalisme. Filsafat yang keliru ini telah mendasari cara berpikir masyarakat, terutama para pemimpin. Dengan filsafat yang cacat inilah kita bertahan diri dan membela diri, yang menyebabkan ilmu pengetahuan dan teknologi kita rendah. Filsafat fatalis inilah yang dicengkokkan oleh elite yang membayar para agamawan untuk mengatakan “sabar! Sabar! Sabar!” yang menganggap pemikiran melawan, kritis, dan pemikiran rasional, logis yang menakutkan. Filsafat fatalis yang berfungsi untuk bertahan dalam kondisi keterbelakangan ini dibungkus dalam istilah “kebijaksanaan lokal” atau “kearifan lokal”. Ini adalah cara pandang masyarakat yang menjaga cara pandang lama. Ditengah zaman modern yang membutuhkan pikiran progresif untuk berkembang justru digaungkan untuk menghibur diri pada saat kita kalah bersaing dalam kemajuan. Kekayaan alam kita semakin dikeruk asing, pekerja kita dikuras keringatnya oleh kapitalis, pemuda-pemuda kita menganggur dan tanpa pendidikan. Para elite dan tokoh terus saja menyerukan “kita bangsa yang arif, kita tak mengejar materi, kita gali kearifan lokal, kita sabar saja dan tetap berdoa, potensi lokal kita itulah yang bisa kita jual”. Para elite dan pimpinan tidak melakukan apa-apa kecuali sibuk memperkaya diri,korupsi,tak peduli pada kemajuan, tak punya malu saat negaranya tertinggal dan rakyatnya malah membudak ke negara lain. Para pimpinan malah memanfaatkan ketidaktahuan dan kebodohan warga negaranya untuk terus mendapatkan kesenangan dirinya, dengan filsafat yang juga picik dan menularkan filsafat ini pada rakyatnya. Jadi, inilah situasi filsafat dan cara berpikir yang membuat kita lemah. Pada saat Milan dan New Jersey telah mengembangkan berbagai macam penemuan alat transportasi modern atau
  • 10. 10 pada saat bangsa lain telah menjadikan pendidikan sebagai proses utama untuk memacu perkembangan IPTEK-nya, pemimpin negeri ini yang tetap tak mau mematuhi UUD untuk memberikan akses generasi muda pada pelatihan dan pendidikan, hanya sibuk mendoktrin rakyat untuk bertahan hidup sesukanya dengan bangga pada “kearifan lokal” yang merupakan pengembangan modal, pengetahuan, dan teknogi yang bukan hanya rendah, tetapi merupakan peninggalan zaman tradisional (kuno). Intinya syarat-syarat meningkatkan tenaga produktif masyarakat membuat setiap anggota masyarakat(terutama remaja dan kaum muda) mampu mengakses ilmu pengetahuan dan keterampilan. Cara ini secara formal dilakukan oleh lembaga pendidikan. Makannya, setiap generasi harus mendapatkan akses pemndidikan setinggi mungkin, tanpat dibatasi dan tanpa diskriminasi. Inilah yang dimaksud pendidikan harus demokratis! Artinya, tak ada satu anakpun yang dibiarkan tidak bersekolah, kalau membiarkan anak jauh dari sekolah itu adalah dosa besar bagi kemanusiaan. Salah satu cara untuk memberikan akses masyarakat pada pendidikan adalah dengan menghilangkan komersialisasi pendidikan, ilmu dan pengetahuan bukan untuk dimiliki secara ekslusif atau diperjualbelikan, melainkan untuk disebarkan pada seluruh umat manusia. Maka, pemerintah dan siapapun harus mendukung upaya memberikan pendidikan gratis. Memberikan setiap warga negara akses untuk mendapatkan pendidikan adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi, syarat paling dasar, pendidikan adalah hak asasi (HAM) setiap manusia. Meskipun demikian, demokrasi dalam pendidikan tak hanya cukup disitu. Setelah akses ke dunia pendidikan tercapai, demokrasi juga harus terjadi dilembaga poendidikan itu sendiri, mulai dari cara mengajar, mekanisme menentukan arah pendidikan (sekolah), hingga masalah- masalah teknis. Hubungan antara guru atau pendidik dan murid harus demokrasi dan tidak boleh menjadikan guru sebagai pihak yang otoriter. Manajemen sekolah juga harus menyertakan suara atau aspirasi seluruh warga sekolah, terutama peserta didik. Hal ini untuk menghindari kesewenang-wenangan birokratisme sekolah, misalnya tindakan mengomersialisasikan pendidikan hingga pungutan-pungutan liar.
  • 11. 11 Setelah itu, kominitas ilmiah adalah kata kunci pendidikan. Jadi, pendidikan harus ilmiah! Ilmiah dalam arti bahwa pendidikan harus mengikis habis cara berpikir irasional dan feodalistik. Mental ilmiah ini merupakan tujuan yang sangat penting dari pendidikan. Jika sekolah tak mampu menghgancurkan mental, pola pikir, dan tindak tak ilmiah, sekolah telah gagal menunaikan visi-misinya. Sekarang ini, dalam konteks itu, kebanyakan sekolah telah gagal. Anak-anak (mulai dari SD hingga perguruan tinggi), misalnya ketika dikelas diajarkan tentang peristiwa alam yang dialektis dengan hukum sebab-akibatnya, misalnya mengapa terjadi gempa bumi, tsunami, gerhana, dan lain-lain. Dikelas, mereka sangat menerima logika ilmu pengetahuan alam tentang kejadian-kejadian semacam itu. Tetapi, ketika mereka keluar dari kelas atau sekolah, pola pikir semacam itu kembali menghilang. Buktinya, ketika terjadi peristiwa alam, seperti tsunami, gempa, dan gerhana, mereka masih banyak yang kembali pada penjelasan-penjelasan yang tak ilmiah (misal, gaib dll). Celakanya, sekolah-sekolah justru semakin kalah dengan propaganda mistik yang datang dari berbagai penjuru, mulai dari pola pikir guru(doesn) dikelas yang feodal, juga dari media. Penjelasan anti ilmiah dan irasional kembali menggerogoti ilmu pengetahuan yang telah tertanam dibenak pelajar pada saat mereka menghadapi ketegangan dan kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Jadi, melihat situasi keterbelkangan karena cara berfilasafat kita, kita mengetahui betapa bangsa ini butuh bangkit dengan menggunakan filsafat yang benar, yaitu filsafat yang progresif, dialektis, rasinal, logis, dan kritis. Filsafat itulah yang akan membantu kita untuk bangkit. Jadi manfaat mempelajari filsafat adalah sebagai berikut : a. Memahami bagaimana filsafat yang benar dan mana yang salah. Dengan mempelajari filsafat kita bisa tahu bagaimana masyarakat berkembang dan bagaimana pula filsafat mengiringi perkembangan itu. Kita akan tahu bagaimana perubahan cara berpikir bisa
  • 12. 12 membawa kebangkitan manusia dan membuat mereka mampu menghadapi realitas dan kadang juga mengubahnya. b. Filsafat membuat kita mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Filsafat membantu kita untuk berpikir, dan dengan demikian kita akan dipandu untuk memahami dunia bersama misteri-misterinya. Ini akan membantu kita mudah menghadapi masalah, dan kadang juga membuat kita mudah mengembangkan pengetahuan dan menggapai keterampilan teknis. Kemandirian berpikir membuat kita tak perlu banyak bertanya kepada orang lain, kita tak perlu membeli pengetahuan untuk menjelaskan masalah kita. Sebagaimana dikatakan Michael LeGault,”kita hidup dan terkadang mati karena keputusan cepat. Banyak orang yang lebih suka membayar orang lain untuk mewakili mereka berpikir. Kita telah menjadi sebuah masyarakat yang bergantung pada pandangan para ahli. Jagat dimana kita diizinkan untuk bermain, menghibur, dan mempertanyakan berbagai misteri telah menyempit.” Ditambahkan oleh LeGault, ketidakmampuan skill nalar dan berpikir telah melahirkan industri jasa yang dirancang untuk memperhalus dan menarik keuntungan dari ketidakmampuan masyarakat luas. Jadi intinya, hilangnya atau dihilangkannya filsafat dari masyarakat memang seiring dengan upaya kapitalisme untuk mengomersialkan filsafat dan pengetahuan. Karena itulah, jika kita semua berfilasafat dan mandiri untuk mendapatkan penjelasan, kita menjadi mandiri dan tak perlu membeli penjelasan dari filsuf komersial, psikolog, dan konsultan psikologis, mereka semua muncul pada saat banyak orang goyah perasaannya karena tak pernah punya pendirian dengan sokongan berpikir filosofis. Artinya, manfaat filsafat secara kolektif adalah untuk menciptakan independensi umat manusia sehingga tak mudah dimanipulasi oleh sistem kapitalis yang sedang berjalan. c. Menggapai kebijakan dan nilai. Ini berkaitan dengan point diatas. Nilai diperoleh dengan berpikir mendalam. Nilai itu penting untuk mengatur kehidupan sebab tanpa nilai,
  • 13. 13 kehidupan akan centang-perenang dan tanpa nilai, manusia akan terombang-ambing tanpa panduan. Dalam bukunya Religion, Values, and Peak Experience (1964), Maslow mengatakan, “penyakit utama abad kita adalah tiadanya nilai-nilai. Keadaan ini jauh lebih gawat dari yang pernah terjadi dalam sejarah umat manusia, dan sesuatu dapat dilakukan dengan usaha manusia sendiri.” Dengan menanamkan standar nilai dan mengajarkan kedisiplianan, anak-anak kita, pemuda-pemuda kita, dan masyarakat terlebih mhasiswa secara umum akan merasa yakin dan punya harga diri dihadapkan dengan orang lain serta perkembangan sosial yang cepat berubah. Hilangnya nilai-nilai dan prisip yang menjangkiti generasi di era ini dapat kita cegah jika kita dapat memenangkan nilai yang lebih universal, rasional, serta nilai yang mampu menjadi jawaban bagi keresahan dan kontradiksi yang dihadapi umat manusia dewasa ini. Nilai adalah ukuran, sebagai panduan dalam menilai diri sendiri dan hubungan dengan orang lain. Nilai yang baik pasti dihasilkan dari proses berpikir filosofis, sedangkan ketiadaan nilai pasti dihasilkan dari masyarakat yang telah kehilangan filsafat atau berpikir. d. Menggapai kebenaran. Filsafat adalah jalan menggapai kebenaran karena proses berpikir mendalam itu pada dasarnya adalah menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana hal itu bisa terjadi, terhadap suatu kenyataan. Jika kita tidak memahami kenyataan berdasarkan kenyataan, itu adalah suatu kesalahan, dan ini biasanya terjadi saat orang tidak berfilsafat, atau pada saat orang menilai sesuatu seenaknya saja. e. Memahami diri sendiri dan masyarakatnya : menghilangkan egoisme, meningkatkan kesadaran kolektif.
  • 14. 14 f. Filsafat untuk mengubah kehidupan. Artinya, dengan filsafat orang akan terdorong untuk mengubah segala sesuatu yang ternyata setelah dipikir benar-benar bahwa masyarakat yang ditinggalinya telah jauh menyimpang dari nilai-nilai kebenaran. Dalam hal ini, juga berarti bahwa filsafat tidak dapat dipisahkan dari kerja (praktik) mengubah kehidupan. 2.4 TUJUAN MEMPELAJARI FILSAFAT ILMU BAGI MAHASISWA Adapun tujuan mempelajari filsafat ilmu menurut Amsal Bakhtiar (2008:20) adalah: a) Mendalami unsur-unsur pokok ilmu sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber, hakekat dan tujuan ilmu. b) Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmudi berbagai bidang sehingga kita dapat gambaran tentang proses ilmu kontemporermsecara historis. c) Menjadi pedoman untuk membedakan studi ilmiah dan non ilmiah. d) Mempertegas bahwa persoalan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan. Bagi mahasiswa dan peneliti, tujuan mempelajari filsafat ilmu adalah 1) seseorang (peneliti, mahasiswa) dapat memahami persoalan ilmiah dengan melihat ciri dan cara kerja setiap ilmu atau penelitian ilmiah dengan cermat dan kritis. 2) seseorang (peneliti, mahasiswa) dapat melakukan pencarian kebenaran ilmiah dengan tepat dan benar dalam persoalan yang berkaitan dengan ilmunya (ilmu budaya, ilmu kedokteran, ilmu teknik, ilmu keperawatan, ilmu hukum, ilmu sosial, ilmu ekonomi dan sebagainya) tetapi juga persoalan yang menyangkut seluruh kehidupan manusia, seperti: lingkungan hidup, peristiwa sejarah, kehidupan sosial politik dan sebagainya. 3) Seseorang (peneliti, mahasiswa) dapat memahami bahwa terdapat dampak kegiatan ilmiah (penelitian) yang berupa teknologi ilmu (misalnya alat yang digunakan oleh bidang medis, teknik, komputer) dengan masyarakat yaitu berupa tanggung jawab dan implikasi etis. PERTANYAAN : 1. Kenapa setiap generasi perlu menggunakan filsafat yang benar?
  • 15. 15 2. Kenapa filsafat menjadi dasar bangsa untuk berkembang? 3. Bagaimana saya tahu bahwa itu adalah filsafat yang benar? 4. Bagaimana cara membangun filsafat yang benar ? JAWABAN : 1. Filsafat yang benar akan membantu kita untuk berpikir mandiri serta mengajak kita untuk menelaah segala sesuatu secara rasional dengan pemikiran yang kritis sehingga kita mampu menyelasikan masalah sendiri. Pentingnya lagi , filsafat yang benar akan membantu kita untuk bangkit, memperbaiki dan memajukan segala kesalahan dan ketertinggalan atas diri sendiri maupun bagi bangsa dan negara. 2. Karena filsafat merupakan landasan masyarakat untuk berkembang yang disokong dengan adanya cara berpikir yang radikal, kritis, dan skeptis . Dengan adanya pola pikir ini, masyarakat akan lebih tau dan menyadari mana yang akan memberikan kemajuan atau kemunduran bagi suatu bangsa, dan menyadari mana yang harus dipertahankan dan mana yang harus dirubah. 3. Kita bisa mengetahui bahwa itu adalah filsafat yang benar yaitu ketika seseorang bisa menghasilkan sebuah keputusan yang bijaksana serta rasional (dapat diterima oleh akal). 4. Membangun filsafat yang benar dapat dimulai dari diri sendiri, dengan menyadari bahwa kita harus bisa menyelasaikan masalah secara mandiri tanpa terus meminta pertolongan orang lain, karena kita tahu bahwa setiap manusia diberikan akal sehat untuk dapat berpikir secara radikal, kritis, dan skeptis. B. PERKEMBANGAN FILSAFAT 2.1PENGERTIAN FILSAFAT ILMU Filsafat ilmu adalah cabang dari ilmu filsafat. Kalau didefinisikan filsafat ilmu adalah refleksi kegiatan secara mendasar dan integral, maka filsafat ilmu adalah refleksi mendasar danintegral mengenai hakekat ilmu pengetahuan itu sendiri. Filsafat ilmu (Philosophy of Sciensi,Wisssenchaftlehre, Wetenschapsleer) merupakan penerusan dalam pengembangan filsafat pengetahuan, sebab pengetahuan ilmiah tidak lain adalah ’higher level dalam perangkat pengetahuan manusia dalam arti umum sebagaimana
  • 16. 16 diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya obyek pengetahuan disana-sini sering berhimpitan, namun berbeda dalama spekdanmotif pembahasannya. Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang membahas apakah ilmu itu. Tidak perlu didefinisikan tetapi dilihat dari sejarahnya (pendekatan historis). Filsafat sudah berjalan sekitar 28 abad, dimulai zaman Yunani Kuno (8 SM – 6 M), Abad pertengahan (6M-14/15 M), Abad modern (15 M-19 M) dan abad kontemporer (20 M). Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang telah di Arabkan. Kata ini berasal dari dua kata “philos” dan “shopia” yang berarti pecinta pengetahuan. Konon yang pertama kali menggunakan kata piloshop adalah Socrates. Dan masih konon juga dia menggunakan kata ini karena dua alasan : Pertama, kerendah-hatian dia. Meskipun ia seorang yang pandai dan luas pengetahuannya, dia tidak mau menyebut dirinya sebagai orang yang pandai., tetapi dia memilih untuk disebut pecinta pengetahuan. Kedua, pada waktu itu, di Yunani terdapat beberapa orang yang menganggap diri mereka orang yang pandai (shopis), mereka pandai bersilat lidah, sehingga apa yang mereka anggap benar adalah benar. Kebenaran yang rill tidak ada. Akhirnya manusia waktu itu terjangkit skeptis, artinya mereka ragu-ragu terhadap segala sesuatu karena apa yang mereka anggap benar belum tentu benar, dan kebenaran tergantung orang-orang shopis. Dalam keadaan seperti ini, Socrates merasa perlu membangun kepercayaan kepada manusia bahwa kebenaran itu ada dan tidak harus tergantung kepada kaum shopis. Dia berhasil dalam upayanya itu dan mengalahkan kaum shopis. Meski dia berhasil, ia tidak ingin dikatakan pandai tetapi ia memilih kata philoshop sebagai sindiran kepada mereka yang sok pandai. Kemudian perjuangannya dilanjutkan oleh Plato, yang dikembangkan lebih jauh oleh Aristoteles. Aristoteles menyusun kaidah-kaidah berpikir dan berdalil yang kemudian dikenaldengan logika (mantiq) . Pada mulanya kata filsafat berarti segala ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia. Mereka membagi filsafat kepada dua bagian yakni, filsafat teoritis dan filsafat praktis. Filsafat teoritis mencakup : (1) ilmu pengetahuan alam, seperti: fisika, biologi, ilmu pertambangan dan astronomi; (2) ilmu eksakta dan matematika; (3) ilmu tentang ketuhanan dan methafisika. Filsafat praktis mencakup: (1) norma-norma (akhlak); (2) urusa rumah tangga; (3) sosial dan politik. Filusuf adalah orang yang mengetahui semua cabang-cabang ilmu pengetahuan tadi. 2.2 PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU Dasar filsafat pada saat kelahirannya adalah mitos. Mulai abad ke 5 SM tidak lagi puas dengan jawaban mitos itu, maka mulai lari kepada logos = akal. Apakah archi atau asalmula dari segala sesuatu itu ? untuk menjawab hal itu lahirlah filosof I thales (624-548 M) yang menjawab bahwa archi itu adalah air. Dalam hal ini,
  • 17. 17 yang dihormati adalah keberanian dia menentang, disini timbul kepercayaan kepada akal, yang penting adalah kehidupan, dan apa yang menyebabkan hidup ialah azaz yang basah yaitu air. Kemudian lahirlah berturut-turut : Anaximander (610 – 540 SM) yang menyatakan archi = apeiron = azas yang tidak mengalami perubahan. Murid Thales yaitu Anaximines (590 – 518 SM), menyatakan bahwa archi = saudara = azaz bernafas.Pythagoras (580 – 500 SM) menyatakan bahwa archi = bilangan. Herkleitos (535-275 SM) menyatakan bahwa archi = api. Sedangkan Demokritos(460 - 370 SM) menyatakan dengan nama atom. Pendeknya segala yang ada dan yang mungkin ada dipertanyakan pada zamanYunani kuno itu. Dan puncak filsafat Yunani kuno berada pada tiga tokohbesar, yakni :  Socrates (469 - 399 SM)  Plato (427 -347 SM)  Arestoteles (384 -322 SM) Menurut Aristoteles segala sesuatu yang dapat dipertanggungjawabkan oleh akal itulah filsafat. Dan karena banyaknya karangan Arestoteles tersebut, maka ada pandangan bahwa fisafat hari ini adalah pengulangan filsafatnya. Objeknya adalah segala yang ada dan yang mungkin ada. Karyanya ada yang bersifat umum yang melahirkan metafisika, dan adayang bersifat khusus dan ini ada yang bersifat mutlak melahirikan teodise (Theodicae), dan yang tidak mutlak menyangkut alam semesta melahirkan kosmologi , menyangkut manusia melahirkan antropologi. Yang menyangkut manusia ini lahir pula cabang-cabangnya yakni logika, etika, dan estetika. Melalui logika mencapai kebenaran atau truth, sedangkan melalui etika menimbulkan kehendak untuk mencapai kesusilaan atau good dan melalui estetika menimbulkan perasaan keindahan atau beautiful. Di zamannya pula lahir istilah philosophia. philos = cinta/teman; sophia = wisdom yang artinya pintar dan arif . Filsafat Yunani mulai menghadapi kemunduran. Sampai abad ke 6 M. Filsafat identik dengan ilmu pengetahuan termasuk segala macam ilmu pengetahuan kita sekarang ini. Dan pada abad ke 6 ini lahir kaum Peter= Pateristik yang memadukan filsafat Yunani dengan Kristiani dan inilah yang disebut skolastik.Akhirnya filsafat berubah menjadi theologi. Di abad pertengahan dikenal Agustinus dan Thomas Aquino. Thomas Aquino mengembangkan pandangan Arestoteles untuk mendukung ajaran Kristiani. Thomas dkk itu muncul berkat adanya filosof Arab AI-Kindi, Al-Farabi (900 - 950), Ibnu Sina (980- 1037),Ibnu Rusyd (1126 -1198) dan Al-Gazali (1059 -1111). Sementara di Eropah waktu itu masih barbar, sedangkan ditimur (Cina) sudah maju.
  • 18. 18 Abad tengah adalah kejayaan tahta suci (Roma), kemudian terjadi kemunduran agama dari segi politik dan ekonomi, karena tanah dikuasai oleh gereja yang dijustifikasi oleh agama dan rakyat hanya sebagai pekerja, maka timbul keinginan untuk melepaskan diri. Zaman modern didahului oleh zaman renaissance (renascimento) atau kelahiran kembali. Abad 15 -17, manusia bebas dari manusia yang dibelenggu oleh dogma agamayang dipakai untuk membenarkan sistem ekonomi. Gerakan renaissance didukung oleh cita-cita lahirnya manusia bebas yaitu manusia ala Yunani. Oleh karena itu karya-karya Aristoteles yang asli diambil kembali untuk dinilai. Manusia bebas dari segala otoritas – kebiasaan, gereja, sistem dan tradisi, kecuali otoritas diri sendiri. Semboyannya liberasi, emansipasi dan otonomi diri . Kemudian gerakan kebebasan ini disusul oleh skularisasi yang melahirkan skularisme. Adanya renaissance tersebut bernilai positif sebab melahirkan kepercayaan diri danoptimisme. Agama dan gereja dipertanyakan dan menjadi bulan-bulanan. Renaisance melahirkan:Copernicus, 1473 - 15432.Bruno , 1548 – 16003.Kepler, 1571- 16304. Galelei , 1564 1642- Inti ajaran Copernicus adalah revolusi pengetahuan yang menyatakan bukan bumi sebagai pusat alam semeste tetapi matahari, dan ini menentang dogma yang menentang dogma gereja yang menyatakan bumi sebagai pusat. Bruno seorang pendetayang mendukung Copernicus dandihukum bunuh.- Pada abad ke 18 timbul zaman Aufklarung atau enlighten=pencerahan, mendorong agar manusia berpikir sendiri "Sapere Aude" , berpikir sendiri yang mementingkan rasio. Pada abad ke 18 dikenal revolusi industri, sebelumnya pada abad ke 17 filsafat meninggalkan agama dan berjalan sendiri-sendiri. Agama berdasarkan kepercayaan sedangkan filsafat berdasarkan akal dan pengetahuan. Mungkin saja antara agama dan filsafat punya obyek yang sama misalnya moral, Tuhan, dsb. Ini merupakan gejala periode II di samping gejala sekuler. Gejala periode III yaitu melepaskan pengetahuan dari filsafat, orang tidak lagi berpikir dari kitab suci atau deduksi, dengan adanya renaissance orang berpikir induksi. Anak-anak renaissance melihat alam dari bagian, tidak menyeluruh seperti pandangan filsafat, demikian pula manusia di lihat aspek-aspeknya. Sejak renaissance, filsafat seolah-olah menjadi kesepian dan seolah-olah hanya bagian dari metafisika. Manusia menjadi detotalisasi, tidak dilihat secara keseluruhan dan inilah kenyataan sekarang. Memang spesialisasi juga dibutuhkan. Ilmu cabang mengembangkan metode sendiri untuk mengetahui hal-hal yang paling detail dalam wawasannya sendiri. Pada saat ilmu cabang memasuki spekulasi/teori yang fundamental, maka harus kembali ke filsafat. Filsafat menjadi mahkota bagi ilmu-ilmu cabang. Ilmu pengetahuan memang sukar kembali kepada induknya filsafat, karena paradigmanya telah begitu berbeda. Tentunya filsafat yang bertujuan untuk mengerti tentang manusia dalam mana pengetahuan selalu diberi nafas oleh tujuan fundamental ini. Tetapi dewasa ini pengetahuan didasarkan atas pradigma bagaimana manusia menjadi berkuasa. Penguasaaan terhadap alam banyak membawa manusia lupa mengenali dirinya sehingga nilai-nilai pragmatis dan operasional menjadi semakin jelas. Bahkan menurut van Peursen, hakikat manusia telah tertindas oleh nilai praktis ilmu dan manusia sendiri dipandang tidak lebih dari hal-hal material dan operasional (van Peursen, 1985: 112-117).
  • 19. 19 Kelahiran filsafat ilmu pada abad ke 18 memberikan petunjuk bahwa ilmu-ilmu cabang telah menyentuh nilai – nilai dasar/fundamental bagi umat manusia dan menyentuh nilai-ilai moral bagi kelangsungan umat manusia. Sejrah Perkembangan Filsafat IlmuDalam sejarah perkembangannya sebagaimana yang terjadi di dunia Islam dengankelahiran mu’tazilah yang mengedepankan akal (rasio) sekitar (abad 2 H/8M), di dunia Eropha juga lahir gerakan Aufklarung (abad 11 H/17 M). kedua sisi ini hendak merasionalkan agama.Mu’tazilah menolak adanya sifat-sifat Tuhan dan Aufklarung menolak trinitas sebagai sifat Tuan. Alam Aufklarung inilah dalam perkembangannya telah membuat peradaban Eropamenjurus pada pemujaan akal. Mereka berpendapat bahwa antara ilmu dan agama terjadipertentangan yang keras, ilmu pengetahuan berkembang pada dunianya dan agama pada duniayang lain. Dalam persoalan ini lahirlah sikap sekuleristik dalam ilmu pengetahuan . Liberalisasi, emensipasi, otonomi pribadi, dan otoritas rasio yang begitu diagungkan merupakan nilai-nilai kejiwaan yang selalu mewarnai sikap mental manusia Barat semenjak zaman renaissance (abad 15) dan Aufklaerung (abad ke 18) yang memungkinkan mereka melakukan tinggal landas mengarungi dirgantara ilmu pengetahuan yang tiada bertepi dengan hasil-hasil sebagaimana mereka miliki hingga sekarang ini. Tokoh-tokoh renaissance dan Aufklaerung seperti Copernicus (1473- 1543), Kepler(1571-16300, Galilie (1564-1642), Descrates (1596-1650), Newton (1643-1727), ImmanuelKant(1724-1804), adalah sebagaian dari deretan panjang nama-nama yang dalam sejarah kehidupan umat manusia meupakan pelopor dan peletak dasar ilmu pengetahuan modern. Ilmupengetahun sebagai pengejawantahan peradaban manusia telah dan akan terus berkembang menurut proses dialektis, eksternalisasi, tempat manusia membangun dunianya, menciptakanalam lingkungannya, objektiivitas, tempat terciptanya hasil-hail karya manusia secara objektif kemudian terlepas dan akan berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri, internalisasi ,struktural dunia objektif ke dalam kesadaran subjektifnya. Namun perkembangan fisafat ilmu itu sendiri berbanding lurus dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Karangan-karangan dan buah pikiran Ibnu Rusyd (Averroism) sangat berpengaruh atas perkembangan ilmu pada universitas-universitas yang terkenal di Eropa, seperti Bologna, Napoli, Paris dan lain-lain sehingga menjadi faktor yang penting dalam bangkitnya sikap pikiran ilmu manusia barudizamanrenaissance. Zaman perkembangan ilmu yang paling menentukan dasar kemajuan ilmu sekarang ini adalah abad ke 17 dengan dorongan beberapa hal : pertama, untuk mengembalikan keputusan dan pernyataan-pernyataan ilmiah lalu menonjolkan peranan matematik sebagai sarana penunjang pemikiran ilmiah. Dalam angka inilah mulainya menonjolperanan penggunaan angka Arab di Eropa (angka yang kita kenal di dunia sekarang) karenadinilai lebih sederhana dan praktis dari pada angka –angka Romawi. Adapun angka Arab itu sendiri dikembangkan dan berasal dari kebudayaan India. Faktor yang kedua dalam revolusi ilmu di abad ke 17, makin gigihnya para ilmuwan menggunakan pengamatan dan eksperimen dalam membuktikan kebenaran-kebenaran preposisi ilmu. Namun J.B.Bury menyangkal bahwa kemajuan ilmu tidak terdapat pada abad pertengahan bahkan tidak terdapat pada awal Renaissance ,tetapi baru abad ke -17, sebagai hasil dari rumusan Cartesius tentang dua aksioma yaitu :1) berkuasanya akal manusia dan 2) tak berubah- ubahnya hukum alam. Perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani .Oleh karena itu periodesasi perkembangan ilmu disusun mulai dari peradaban Yunani kemudian diakhiri pada penemuan-penemuan padazaman kontemporer.
  • 20. 20 Secara singkat periodesasi perkembangan ilmu dapat digambarkan sebagai berikut :  Pra Yunani Kuno (abad 15-7 SM) Dalam sejarah perkembangan peradaban manusia. Yakni ketika belum mengenalperalatan seperti yang dipakai sekarang ini. Pada masa itu manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Masa zaman batu berkisar antara 4 juta tahun sampai 20.000 tahun sebelum masehi. Sisa peradaban manusia yang ditemukan pada masa ini antara lain: alat- alat dari batu,tulang belulang dari hewan, sisa beberapa tanaman, gambar-gambar digua-gua, tempat- tempat penguburan, tulang belulang manusia purba. Evolusi ilmu pengetahuan dapat diruntut melaluisejarah perkembangan pemikiran yang terjadi di Yunani, Babilonia, Mesir, China, Timur Tengah danEropa.  Zaman Yunani kuno (abad-7-2 SM)Zaman Yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengeluarkan ide-ide atau pendapatnya, Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudangnya ilmu dan filsafat, karena Yunani pada masa itu tidakmempercayai mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman- pengalaman yang didasarkan pada sikap menerima saja (receptive attitude) tetapi menumbuhkan anquiring attitude (senang menyelidiki secara kritis).Sikap inilah yang menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli-ahli pikir yang terkenal sepanjang masa. Beberapa tokoh yang terkenal padamasa ini antara lain :Thales,Demokrates danAristoteles.3.  Zaman Pertengahan (Abad 2- 14 SM) . Zaman pertengahan (middle age) ditandai dengan para tampilnya theolog di lapangan ilmu pengetahuan. Ilmuwan pada masa ini adalah hampir semuanya para theolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Atau dengan kata lain kegiatan ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Semboyan pada masa ini adalah AnchilaTheologia (abdi agama). Peradaban dunia Islam terutama abad 7 yaitu Zaman bani Umayah telah menemukan suatu cara pengamatan stronomi, 8 abad sebelum Galileo Galilie dan Copernicus. Sedangkan peradaban Islam yang menaklukan Persia pada abad 8 Masehi, telah mendirikan Sekolah kedokteran dan Astronomi di Jundishapur. Pada masa keemasan kebudayaan Islam, dilakukan penerjemahan berbagai karya Yunani. Dan bahkan khalifah Al_Makmun telah mendirikan rumah Kebijaksanaan (House of Wisdom) .  Masa Renaissance (14-17 M) . Zaman Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama, Renaissanse adalah zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Tokoh-tokohnya adalah : Roger Bacon, Copernicus, Tycho Brahe, yohanes Keppler, Galilio Galilei. Yang menarik disini adalahpendapat Roger Bacon, ia berpendapat bahwa pengalaman empirik menjadi landasan utama bagi awal dan ujian akhir bagi semua ilmu pengetahuan. Matematik merupakan syarat mutlak untuk mengolah semua pengetahuan. Menurut Bacon, filsafat harus dipisahkan dari theologi. Agama yang lama masih juga diterimanya. Ia berpendapat bahwa akal dapat membuktikan adanya Allah. Akan tetapi mengenai hal-hal yang lain didalam theology hanya dikenal melalui wahyu. Menurut dia kemenangan iman adalah besar, jika dogma-dogma tampak sebagai hal-hal yang tidak masuk akal sama sekali.
  • 21. 21  Perkembangan Filsafat Zaman Modern (17-19 M) . Zaman ini ditandai dengan berbagai dalam bidang ilmiah, serta filsafat dari berbagai aliran muncul. Pada dasarnya corak secara keseluruhan bercorak sufisme Yunani. Paham – paham yang muncul dalam garis besarnya adalah Rasionalisme, Idialisme, dan Empirisme. Paham Rasionalisme mengajarkan bahwa akal itulah alat terpenting dalam memperoleh dan menguji pengetahuan. Ada tiga tokoh penting pendukung rasionalisme, yaitu Descartes,Spinoza, dan Leibniz . Sedangkan aliran Idialisme mengajarkan hakekat fisik adalah jiwa., spirit . Para pengikut aliran/paham ini pada umumnya, sumber filsafatnya mengikuti filsafat kritisisismenya Immanuel Kant. Fitche (1762-1814) yang dijuluki sebagai penganut Idealisme subyektif merupakan murid Kant. Sedangkan Scelling, filsafatnya dikenal dengan filsafat Idealisme . Objektif .Kedua Idealisme ini kemudian disintesakan dalam Filsafat Idealisme Mutlak . Hegel.Pada Paham Empirisme mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu dalam pikiran kita selaindidahului oleh pengalaman. ini bertolak belakang dengan paham rasionalisme. Mereka menentang para penganut rasionalisme yang berdasarkan atas kepastian-kepastian yang bersifat apriori. Pelopor aliran ini adalah Thomas HobesJonh locke,dan David Hume.  Zaman KontemporerYang dimaksud dengan zaman kontemporer dalam kontek ini adalah era tahun- tahun terakhir yang kita jalani hingga saat sekarang. Hal yang membedakan pengamatan tentang ilmu pada zaman sekarang adalah bahwa zaman modern adalah era perkembangan ilmuyang berawal sejak sekitar abad ke-15, sedangkan kontemporer memfokuskan sorotannya pada berbagai perkembangan terakhir yang terjadi hingga saat sekarang. Beberapa contoh perkembangan ilmu kontemporer adalah : Santri, Priyayi, dan Abangan, dalam kajian ilmusocial keagamaan, penelitiannya Clifford Geert yang dalam versi aslinya berjudul TheReligion of Java.. Lebih lanjut Semenjak tahun 1960 filsafat ilmu mengalami perkembangan yang sangat pesat, terutama sejalan dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi yang ditopang penuh oleh positivisme-empirik, melalui penelaahan dan pengukuran kuantitatif sebagai andalan utamanya. Berbagai penemuan teori dan penggalian ilmu berlangsung secara mengesankan . Pada periode ini berbagai kejadian dan peristiwa yang sebelumnya mungkin dianggap sesuatu yang mustahil, namun berkat kemajuan ilmu dan teknologi dapat berubah menjadi suatu kenyataan. Bagaimana pada waktu itu orang dibuat tercengang dan terkagum-kagum,ketika Neil Amstrong benar-benar menjadi manusia pertama yang berhasil menginjakkan kaki di Bulan. Begitu juga ketika manusia berhasil mengembangkan teori rekayasa genetika dengan melakukan percobaan cloning pada kambing, atau mengembangkan cyber technology, yang memungkinkan manusia untuk menjelajah dunia melalui internet. Belum lagi keberhasilan manusia dalam mencetak berbagai produk nano technology, dalam bentuk mesin-mesin micro-chip yang serba mini namun memiliki daya guna sangat luar biasa.Semua keberhasilan ini kiranya semakin memperkokoh keyakinan manusia terhadap kebesaran ilmu dan teknologi. Memang, tidak dipungkiri lagi bahwa positivisme-empirik yang serba matematik, fisikal, reduktif dan free of value telah membuktikan kehebatan dan memperoleh kejayaannya, serta memberikan kontribusi yang besar dalam membangunperadaban manusia seperti sekarang ini. Namun, dibalik keberhasilan itu, ternyata telah memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak sederhana, dalam bentuk kekacauan, krisis dan chaos yang hampir terjadi di setiap belahan dunia ini. Alam menjadi marah dan tidak
  • 22. 22 ramah lagi terhadap manusia, karena manusia telah memperlakukan dan mengexploitasinya tanpa memperhatikan keseimbangan dan kelestariannya. Berbagai gejolak sosial hampir terjadi di mana-mana sebagai akibat daribenturan budaya yang tak terkendali. Kesuksesan manusia dalam menciptakan teknologi- teknologi raksasa ternyata telah menjadi bumerang bagi kehidupan manusia itu sendiri. Raksasa-raksasa teknologi yangdiciptakan manusia itu seakan-akan berbalik untuk menghantam dan menerkam si penciptanya sendiri, yaitu manusia . Berbagai persoalan baru sebagai dampak dari kemajuan ilmu dan teknologi yang dikembangkan oleh kaum positivisme-empirik, telah memunculkan berbagai kritik di kalangan ilmuwan tertentu. Kritik yang sangat tajam muncul dari kalangan penganut “Teori Kritik Masyarakat”, sebagaimana diungkap oleh Ridwan Al Makasary (2000:3). Kritik terhadap positivisme, kurang lebih bertali temali dengan kritik terhadap determinisme ekonomi, karena sebagian atau keseluruhan bangunan determinisme ekonomi dipancangkan dari teori pengetahuan positivistik. Positivisme juga diserang oleh aliran kritik dari berbagai latar belakang dan didakwa berkecenderungan meretifikasi dunia sosial. Selain itu Positivisme dipandang menghilangkan pandangan aktor, yang direduksi sebatas entitas pasif yang sudahditentukan oleh “kekuatan-kekuatan natural”. Freire (1973) mengemukakan bahwa tidak ada pendidikan netral, maka tidak ada pula penelitian yang netral.Usaha untuk menghasilkan ilmu sosial yang bebas nilai makin ditinggalkan karena tak mungkin tercapai dan karena itu bersifat “self deceptive” atau penipuan diri dan digantikan oleh ilmu sosial yang berdasarkan ideologi tertentu . Hesse (1980) mengemukakan bahwa kenetralan dalam penelitian sosial selalu merupakan problema dan hanya merupakan suatu ilusi. Dalam penelitian sosial tidak ada apa yang disebut “obyektivitas”, namun ini tidak berarti bahwa hasil penelitian bersifat subyektif semata-mata, oleh sebab penelitian harus selalu dapat dipertanggungjawabkan secara empirik, sehingga dapatdipercaya dan diandalkan. Macam-macam cara yang dapat dilakukan untuk mencapai tingkatkepercayaan hasil penelitian. Jelasnya, apabila kita mengacu kepada pemikiran Thomas Kuhn dalam bukunya The Structure of Scientific Revolutions (1962) bahwa perkembangan filsafat ilmu, terutama sejak tahun 1960 hingga sekarang ini sedang dan telah mengalami pergeseran dari paradigma positivisme-empirik, yang dianggap telah mengalami titik jenuh dan banyak mengandung kelemahan, menuju paradigma baru ke arah post-positivisme yang lebih etik. Terjadinya perubahan paradigma ini dijelaskan oleh John M.W. Venhaar (1999:) bahwa perubahan kultural yang sedang terwujud akhir-akhir ini, perubahan yang sering disebut purna-modern, meliputi persoalan-persoalan : (1) antihumanisme, (2) dekonstruksi dan (3)fragmentasi identitas. Ketiga unsur ini memuat tentang berbagai problem yang berhubungan dengan fungsi sosial cendekiawan dan pentingnya paradigma kultural, terutama dalam karya intelektual untuk memahami identitas manusia. C. FILSAFAT ILMU DAN PENGETAHUAN 2.1DEFINISI FILSAFAT Filsafat ilmu adalah cabang dari ilmu filsafat. Kalau didefinisikan filsafat ilmu adalah refleksi kegiatan secara mendasar dan integral, maka filsafat ilmu adalah refleksi mendasar danintegral mengenai hakekat ilmu
  • 23. 23 pengetahuan itu sendiri. Filsafat ilmu (Philosophy of Sciensi,Wisssenchaftlehre, Wetenschapsleer) merupakan penerusan dalam pengembangan filsafat pengetahuan, sebab pengetahuan ilmiah tidak lain adalah ’higher level dalam perangkat pengetahuan manusia dalam arti umum sebagaimana diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya obyek pengetahuan disana-sini sering berhimpitan, namun berbeda dalama spek dan motif pembahasannya.Filsafat disebut sebagai “ibu dari ilmu pengetahuan” (motherof science). 2.2DEFINISI ILMU PENGETAHUAN Ilmu pengetahuan adalah anak dari filsfat. Ilmu berasal dari bahasa arab “alima- ya’lamu”, dan dari science dari bahasa latin scio yangartinya to kno. Secara etimologi ilmu artinya tahu atau pengetahuan. Sedangkan secara terminilogi ilmu adalah semacam pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri, tanda-tanda dan syarat- syarat tertentu.Menurut kamus besar Bahasa Indonesia ilmu adalah suatu pengetahuan tentang suatu bidang yangdisusun secara bersitem menurut metode- metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerapkangejala-gejala tertentu di bidang 'pengetahuan( tersebut, seperti ilmu hukum, ilmu pendidikan, ilmuekonomi dan sebagainya. Menurut definisi oxford university pengetahuan adalah keahlian, atau ketrampilan yang diperoleh seseorang melalui pengalaman atau pendidikan, pemahaman teoritis atau prakti dari suatu subjek. Jadi pada dasarnya ilmu pengetahuan itu sendiri adalah suatu pengetahuan yang didapat oleh seseorang melalui pengalaman ataupun pendidikan. 2.3.FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN Apakah filsafat sama dengan ilmu pengetahuan? Haru kita tegaskan sejak awal bahwa kduanya tidak sama. Tetapi yang terpenting adalah bahwa keduanya saling berhubungan. Baik filsafat dan pengetahuan bisa menjadi kegiatan manusia. Untuk memahami keduanya, kita bisa melihat dari proses dan hasilnya. Dilihat dari hasilnya, filsafat dan ilmu merupakan hasil dari kegiatan berpikir secara sadar. Sedangkan dilihat dari prosesnya, keduanya menunjukan suatu kegiatan yang berusaha untk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan manusia (guna mendapatkan pengetahuan dan kebenaran), dengan menggunakan metode-metode atau prosedur-prosedur tertentu secara sistematis dan kritis. Dilihat dari sejarahnya, pengetahuan manusia dimulai dengan filsafat, ketika filsafat adalah kegiatan untuk menjelaskan gejala-gejala kehidupan yang belum terpecah-pecah menjadi berbagai bidang ilmu, pengetahuan seperti matematika, astronomi, fisika, kimia, biologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik,k ilmu komunikasi, ilmu bahasa, dan lain-lain.
  • 24. 24 2.4 HAKIKAT ILMU PENGETAHUAN Banyak orang mengartikan pengetahuan dan ilmu pengetahuan itu sama, hal tersebut memang tidak salah seluruhnya namun perlu ditinjau berdasarkan kaidah keilmuan agar dapat memahami sesungguhnya. Sebagaimana analogi yang telah dipaparkan, bahwa ilmu pengetahuan adalah tahapan atau bagian dari pengetahuan. Sehingga dapat dipahami bahwa pengetahuan berbeda dengan ilmu pengetahuan. Lebih tepatnya ilmu pengetahuan adalah bagian dari pengetahuan. Kata ilmu pengetahuan merupakan terjemahan dari kata “science”, yang secara etimologis berasal dari kata latin “scinre”, artinya “to know”. Sering salah diartikan, dan direduksi berkaitan dengan ilmu alam semata padahal tidak demikian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu. Pendapat lain menerangkan bahwa ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang mengembangkan dan melaksanakan aturan-aturan mainnya dengan penuh tanggung jawab dan kesungguhannya.Dapat dipahami bahwa ilmu pengetahuan merupakan pengembangan dari pengetahuan yang memiliki aturan tertentu dan dapat diuji kebenarannya karena berkaitan dengan penafsiran suatu hal yang pada umumnya berlaku secara umum. Dalam Bahasa Inggris “Science is the system of man’s knowledge on nature, society and thought. It reflect the world in concepts, categories and law, the correctness and truth of which are verified by practical experience 2.5.OBJEK ILMU PENGETAHUAN Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan. Namun bukan sebaliknya kumpulan ilmu pengetahuan adalah pengetahuan. Kumpulan pengetahuan agar dapat dikatakan ilmu pengetahuan harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang dimaksudkan adalah objek material dan objek formal. Setiap bidang ilmu pengetahuan baik itu ilmu khusus maupun ilmu filsafat harus memenuhi ke dua objek tersebut. Objek material adalah sesuatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran (Gegenstand), sesuatu hal yang diselidiki atau sesuatu hal yang dipelajari. Objek material mencakup hal konkrit misalnya manusia, tumbuhan, batu ataupun hal- hal yang abstrak seperti ide-ide, nilai- nilai, dan kerohanian. Objek formal adalah cara memandang, cara meninjau yang dilakukan oleh peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek formal dari suatu ilmu pengetahuan tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu pengetahuan, tetapi pada saat yang sama membedakannya dari bidang-bidang yang lain. Satu objek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandangan sehingga menimbulkan ilmu pengetahuan yang berbeda-beda. 2.6 HUBUNGAN FILSAFAT ILMU DAN PENGETAHUAN
  • 25. 25 Baik filsafat dan pengetahuan bisa menjadi kegiatan manusia. Untuk memahami keduanya, kita bisa melihat dari proses dan hasilnya. Dilihat dari hasilnya, filsafat dan ilmu merupakan hasil dari kegiatan berpikir secara sadar. Sedangkan dilihat dari prosesnya, keduanya menunjukan suatu kegiatan yang berusaha untk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan manusia (guna mendapatkan pengetahuan dan kebenaran), dengan menggunakan metode-metode atau prosedur-prosedur tertentu secara sistematis dan kritis. Dilihat dari sejarahnya, pengetahuan manusia dimulai dengan filsafat, ketika filsafat adalah kegiatan untuk menjelaskan gejala-gejala kehidupan yang belum terpecah-pecah menjadi berbagai bidang ilmu, pengetahuan seperti matematika, astronomi, fisika, kimia, biologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik,k ilmu komunikasi, ilmu bahasa, dan lain-lain. 2.7 PERBEDAAN FILSAFAT DAN ILMU Perbedaan antara filsafat dan ilmu pengetahuan juga tampak jelas ketika berhadapan untuk melihat masalah-masalah kenyataan yang bersifat praktis. Ilmu pengetahuan bersifat informasional dan analitis untuk bidang-bidang tertentu saja, tetapi filsafat tidak sekedar hanya memberikan informasi, tetapi juga memberikan pandangan menyeluruh dimana informasi- informasi dari kehidupan hanya menjadi satu bagian saja yang harus dikaitkan dengan pengetahuan yang lainnya. Jadi, ilmu berkaitan dengan lapangan yang terbatas, sedangkan filsafat mencoba menghubungkan diri dengan berbagai pengalaman manusia untuk memperoleh suatu pandangan yang lebih utuh dan lengkap. Perbedaan antara ilmu dan filsasfat bisa dilihat pada table di bawah ini . No Ilmu Filsafat 1. Anak filsafat Induk ilmu 2. Objeknya terbatas (bidangnya saja) Filsafat memiliki objek lebih luas, sifatnya universal 3. Deskriptif dan analitis, memeriksa semua gejala melalui unsure terkecilnya untuk memperoleh gambaran senyatanya menurut bagian-bagiannya Sinoptik, memandang dunia dan alam semesta sebagai keseluruhan untuk dapat menerangkannya, menafsurkannya, dan memahaminya secara utuh 4. Menekankan fakta-fakta untuk melukiskan objeknya; netral; dan mengabstrakkan factor keinginan Bukan hanya menekankan keadaan sebenarnya dari objek, melainkan juga bagaimana harusnya objek itu. Manusia dan nilai merupakan factor
  • 26. 26 dan penilaian manusia penting 5. Menilai sesuatu dengan memakai asumsi-asumsi Memeriksa dan meragukan segala asumsi-asumsi 6. Menggunakan metode eksperimen yang terkontrol dengan cara kerja dan sifat terpenting, menguji sesuatu denggan menggunakan indra manusia Menggunakan semua ilmu pengetahuan, menguji sesuatu berdasarkan pengalaman dengan menggunakan pikiran D. LOGIKA BERPIKIR 2.1PENGERTIAN LOGIKA Istilah logika diambil dari bahasa Yunani logikos, yang berarti mengenai sesuatu yang diutarakan, mengenai suatu perkembangan akal(pikiran), mengenai kata, mengenai percakapan, atau berkenaan dengan bahasa (Jan Hendrik Rapar, 2005:52) dalam bahasa latin logika disebut dengan logos, bearti perkataan atau sabda (Mundiri, 2003:8). Orang arab biasanya menyebut logika ini dengan kata Mantiq, yang diambil dari kata ‘nataga’ juga diartikan dengan hukum yang memelihara hati nurani dari kesalahan dalam berpikir. Secara singkat, logika berarti ilmu, kecakapan atau alat untuk berpikir lurus. Sebagai ilmu, logika disebut sebagai logika Epiteme (Latin:logika scientia) yaitu logika adalah sepenuhnya suatu jenis pengetahuan rasional atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir lurus, tepat dan teratur. Ilmu disini mengacu pada kecakapan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan kedalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. Oleh karena itu logika terkait erat dengan hal-hal seperti pengertian, putusan, penyimpulan, silogisme. Logika sebagai ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Penalaran adalah proses pemikiran manusia yang berusaha tiba pada pernyataan baru yang merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah diketahui
  • 27. 27 (Premis) yang nanti akan diturunkan kesimpulan. Logika juga merupakan suatu ketrampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran dalam praktek, hal ini yang menyebabkan logika disebut dengan filsafat yang praktis. Dalam proses pemikiran, terjadi pertimbamgan, menguraikan, membandingkan dan menghubungkan pengertian yang satu dengan yang lain. Penyelidikan logika tidak dilakukan dengan sembarang berpikir. Logika berpikir dipandang dari sudut kelurusan atau ketepatannya. Suatu pemikiran logika akan disebut lurus apabila pemikiran itu sesuai dengan hukum-hukum serta aturan yang sudah ditetapkan dalam logika. Dari semua hal yang telah dijelaskan tersebut dapat menunjukkan bahwa logika merupakan suatu pedoman atau pegangan untuk berpikir. 3 2.2 SEJARAH LOGIKA Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif. Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu. Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang ini. Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisiyang benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme. Pada 370 SM - 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum, melanjutkan pengembangn logika. Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334 SM -226 SM pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada masa
  • 28. 28 Galenus (130 M - 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri. Kaum Sofis, Socrates, dan Plato tercatat sebagai tokoh-tokoh yang ikut merintis lahirnya logika. Logika lahir sebagai ilmu atas jasa Aristoteles, Theoprostus dan Kaum Stoa. Logika dikembangkan secara progresif oleh bangsa Arab dan kaum muslimin pada abad II Hijriyah. Logika menjadi bagian yang menarik perhatian dalam perkembangan kebudayaan Islam. Namun juga mendapat reaksi yang berbeda-beda, sebagai contoh Ibnu Salah dan Imam Nawawi menghukumi haram mempelajari logika, Al-Ghazali menganjurkan dan menganggap baik, sedangkan Jumhur Ulama membolehkan bagi orang-orang yang cukup akalnya dan kokoh imannya. Filosof Al-Kindi mempelajari dan menyelidiki logika Yunani secara khusus dan studi ini dilakukan lebih mendalam oleh Al-Farabi. 4 Selanjutnya logika mengalami masa dekadensi yang panjang. Logika menjadi sangat dangkal dan sederhana sekali. Pada masa itu digunakan buku-buku logika seperti Isagoge dari Porphirius, Fonts Scientie dari John Damascenus, buku-buku komentar logika dari Bothius, dan sistematika logika dari Thomas Aquinas. Semua berangkat dan mengembangkan logika Aristoteles. Pada abad XIII sampai dengan abad XV muncul Petrus Hispanus, Roger Bacon, Raymundus Lullus, Wilhelm Ocham menyusun logika yang sangat berbeda dengan logika Aristoteles yang kemudian kita kenal sebagai logika modern. Raymundus Lullus mengembangkan metoda Ars Magna, semacam aljabar pengertian dengan maksud membuktikan kebenaran - kebenaran tertinggi. Francis Bacon mengembangkan metoda induktif dalam bukunya Novum Organum Scientiarum . W.Leibniz menyusun logika aljabar untuk menyederhanakan pekerjaan akal serta memberi kepastian. Emanuel Kant menemukan Logika Transendental yaitu logika yang menyelediki bentuk-bentuk pemikiran yang mengatasi batas pengalaman. Selain itu George Boole (yang mengembangkan aljabar Boolean), Bertrand Russel, dan G. Frege tercatat sebagai tokoh-tokoh yang berjasa dalam mengembangkan Logika Modern.
  • 29. 29 Pada abad 9 hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione,Eisagoge oleh Porphyus dan karya Boethius masih digunakan. Thomas Aquinas 1224-1274 dan kawan- kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika. Lahirlah logika modern dengan tokoh- tokoh seperti: Petrus Hispanus (1210 - 1278); Roger Bacon (1214-1292); Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode logika baru yang dinamakan Ars Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian; William Ocham (1295 - 1349). Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas Hobbes (1588 - 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam An Essay Concrning Human Understanding. Francis Bacon (1561 - 1626) mengembangkan logika induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum Scientiarum. J.S. Mills (1806 - 1873) melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic. Lalu logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti: Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih mempertajam kepastian; George Boole (1815-1864), John Venn (1834-1923), Gottlob Frege (1848 - 1925). Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah mengajar di John Hopkins University,melengkapi logika simbolik dengan karya-karya tulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce’s Law) yang menafsirkan logika selaku teori umum mengenai tanda (general theory of signs). Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970) 2.3 PEMBAGIAN LOGIKA Setelah mempelajari tentang filsafat ilmu lebih mendalam lagi, ternyata didalamnya terdapat banyak sekali materi yang disajikan. Yang salah satunya adalah tentang logika, dan logika sendiri dapat dibedakan menjadi dua sebagai berikut :
  • 30. 30 1. Logika Alamiah Logika Alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum mendapat pengaruh-pengaruh dari luar, yakni keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Yang mana logika alamiah manusia ini ada sejak manusia dilahirkan. Dan dapat disimpulkan pula bahwa logika alamiah ini sifatnya masih murni. 2. Logika Ilmiah Lain halnya dengan logika alamiah, logika ilmiah ini menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Dengan adanya pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah ini juga dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau setidaknya dapat dikurangi. Sasaran dari logika ilmiah ini adalah untuk memperhalus dan mempertajam pikiran dan akal budi. Ada tiga aspek penting untuk memahami logika ini, agar mempunyai pengertian tentang peanalaran yang merupakan bentuk pemikiran. Ketiga aspek tersebut adalah: 1. Pengertian Pegertian adalah tanggapan atau gambaran yang dibentuk oleh akal budi tentang kenyataan yang dipahami, atau merupakan hasil pengetahuan manusia mengenai realitas. Menurut isinya, pengertian dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Kolektif dan distributif, kolektif maksudnya pengertian yang isinya mencakup barang- barang atau orang secara koleksi atau sekumpulan, misalnya selusin piring, sekelompok pemuda, dan sebagainya. Sedangkan distributif adalah kebalikan dari kolektif, yaitu pengertian yang terpisah-pisah, yang menunjukkan bahwa barang atau orang tersebut terpisah-pisah sebagai sendiri-sendiri atau satu persatu. b. Konkret dan abstrak, pengertian yang konkret adalah pengertian yang memperlihatkan kenyataan atau realitas sebagai pokok subjek yang berdiri sendiri, sedangkan pengertian yang abstrak adalah pengertian yang memperlihatkan sifat tanpa memperlihatkan subjeknya, misalnya dikatakan “gelas itu mahal”.
  • 31. 31 c. Menyindir dan terus terang, yang dimaksud menyindir ialah menyatakan sesuatu dengan secara tidak langsungdan tidak terus terang. 2. Proposisi Proposisi atau pernyataan adalah rangkaian dari pengertian-pengertian yang dibentuk oleh akal budi atau merupakan pernyataan mengenai hubungan yang terdapat diantara dua buah term. Kedua term tersebut terdiri dari subjek dan predikat. Subjek adalah term pokok dalam proposisi, dan predikat adalah term yang menyebut sesuatu mengenai subjek. 3. Penalaran Penalaran adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan pengetahuan. Agar buah pengetahuan yang berdasarkan penalaran itu mempunyai bobot kebenaran, maka proses berpikir perlu dan harus dilakukan dengan suatu cara atau metode tertentu. Dalam penalaran proposisi yang menjadi dasar penyimpulan disebut premis, sedangan kesimpulannya disebut konklusi. 2.4 LOGIKA SEBAGAI CABANG FILSAFAT Filsafat adalah kegiatan/hasil pemikiran/permenungan yang menyelidiki sekaligus mendasari segala sesuatu yang berfokus pasa makna dibalik kenyataan atau teori yang ada untuk disusun dalam sebuah system pengetahuan rasional. Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis disini berarti logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf- filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika. Logika sebagai cabang filsafat adalah cabang filsafat tentang berpikir. Logika membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat
  • 32. 32 mengambil kesimpulan yang benar. Dengan mengetahui cara atau aturan-aturan tersebut dapat menghindarkan diri dari kesalahan dalam mengambil keputusan. Menurut Louis O. Kattsoff, logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu dan kadang-kadang logika didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang penarikan kesimpulan. Logika bisa menjadi suatu upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: Adakah metode yang dapat digunakan untuk meneliti kekeliruan pendapat? Apakah yang dimaksud pendapat yang benar? Apa yang membedakan antara alasan yang benar dengan alasan yang salah? Filsafat logika ini merupakan cabang yang timbul dari persoalan tentang penyimpulan. Untuk sampai kepada suatu pemikiran yang tepat , logika menganalisa unsur-unsur pemikiran manusia. Materi logika antara lain sebagai berikut: 1. Mengerti PermasalahanYaitu memahami apa yang menjadi permasalahan yang sedang di hadapi.Kegiatan mengerti ini dapat di bangun melalui penginderaan misalnya dengan mengamati. 2. Adanya kausualitas keterkaitan. Pekerjaan otak selanjutnya setelah mengerti permasalahan adalah membangun hubungan yang ada antara berbagai fakta. 3. Adanya kesimpulan, Pekerjaan akal yang ketiga adalah membangun kesimpulan . Kesimpulan ini didapat atas serangkaian kegiatan mulai dari mengerti hubungan permasalahan dan fakta yang dari keduanya dapat ditarik kesimpulan. 2.5 METODE DALAM LOGIKA Menurut Poespoprojo (2006) Logika sesuai dengan fungsinya memecahkan masalah. 1. Metode deduktif yaitu pengkajian dari suatu yang umum (general) untuik menghasilkan suatu yang khusus. Berpikir dengan Metode deduktif menggunakan sarana berfikir matematika.
  • 33. 33 2. Metode induktif yaitu logika berpikir yang bergerak dari hal-hal yang khusus menghasilkan gegeralisasi yang umum. Berfikir induktif menggunakan sarana berfikir statistika. Baik matematika maupun statistika bukanlah ilmu melainkan sarana berfikir. Kedua Metode berfikir tersebut dapat diterapkan dalam penelitian Ilmiah yang direalisasikan dalam karya Ilmiah Penelitian. Logika berfikir deduktif dipakai dalam perumusan hipotesis penelitian yang dideduksi dari teori-teori yang ada. Logika berfikir Induktif di terapkan dalam pengujian hipotesis dengan menggunakan data dan sample. Untuk menyimpulkan kasus yang berdasarkan data dan sample di perlukan sarana statistika. Proses Ilmiah yang secara epistemologis adalah paroses ilmiah agar hasil yang diperoleh dapat di katagorikan sebagai produk ilmiah yaitu Ilmu 2.6 LOGIKA KEHIDUPAN SEHARI-HARI Kegunaan Logika dalam Kehidupan Sehari - hari Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip ini. Logika menyampaikan kepada berpikir benar, lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseoranng, karena itu ia mendidik manusia bersikap obyektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala suasana dan tempat. Selain hubungannya erat dengan filsafat dan matematik, logika dewasa ini juga telah mengembangkan berbagai metode logis (logical methods) yang banyak sekali pemakaiannya dalam ilmu-ilmu, sebagai misal metode yang umumnya pertama dipakai oleh suatu ilmu. Selain itu logika modern (terutama logika perlambang) dengan berbagai pengertian yang cermat, lambang yang abstrak dan aturan-aturan yang diformalkan untuk keperluan penalaran yang betul tidak saja dapat menangani perbincangan-perbincangan yang rumit dalam suatu bidang ilmu, melainkan ternyata juga mempunyai penerapan. Misalnya dalam penyusunan program komputer dan pengaturan arus listrik, yang tidak bersangkutan dengan argumen. Pengertian ilmu logika secara umum adalah ilmu yang mempelajari aturan-aturan berpikir benar.
  • 34. 34 Jadi dalam logika kita mempelajari bagaimana sistematika atau aturan-aturan berpikir benar. Subjek inti ilmu logika adalah definisi dan argumentasi. Yang selanjutnya dikembangkan dalam bentuk silogisme. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kegunaan logika adalah sebagai berikut: 1. membantu setiap orang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis, dan koheren atau untuk menjaga kita supaya selalu berpikir benar 2. meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif 3. menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri 4. memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistemati 5. meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir kekeliruan serta kesesatan 6. mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian 7. sebagai ilmu alat dalam mempelajari ilmu apapun, termasuk filsafat. Karena yang dipelajari dalam ilmu logika hanyalah berupa aturan-aturan berpikir benar maka tidak otomatis seseorang yang belajar logika akan menjadi orang yang selalu benar dalam berpikir. Itu semua tergantung seperti apa dia menerapkan aturan-aturan berpikir itu, disiplin atau tidak dalam menggunakan aturan-aturan itu, sering berlatih, dan tentu saja punya tekad dalam kebenaran. Kegunaan dari kita belajar logika adalah daya analisis kita semakin bertambah dan dimana apabila ada suatu masalah, kita dapat mengambil keputusan dengan benar. Disamping itu belajar logika juga sangat bermanfaat dalam manajemen waktu, dan juga logika merupakan dasar ilmu psikologi yang paling mendasar. Intinya dengan belajar logika kemampuan berpikir dan daya analisis kita semakin berkembang
  • 35. 35 E. TEORI KEBENARAN 2.1 PENGERTIAN KEBENARAN Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu kebenaran. Berbicara tentang kebenaran ilmiah tidak bisa dilepaskan dari makna dan fungsi ilmu itu sendiri sejauh mana dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia. Di samping itu proses untuk mendapatkannya haruslah melalui tahap-tahap metode ilmiah. Kriteria ilmiah dari suatu ilmu memang tidak dapat menjelaskan fakta dan realitas yang ada. Apalagi terhadap fakta dan kenyataan yang berada dalam lingkup religi ataupun yang metafisika dan mistik, ataupun yang non ilmiah lainnya. Di sinilah perlunya pengembangan sikap dan kepribadian yang mampu meletakkan manusia dalam dunianya. Penegasan di atas dapat kita pahami karena apa yang disebut ilmu pengetahuan diletakkan dengan ukuran, pertama, pada dimensi fenomenalnya yaitu bahwa ilmu pengetahuan menampakkan diri sebagai masyarakat, sebagai proses dan sebagai produk. Kedua, pada dimensi strukturalnya, yaitu bahwa ilmu pengetahuan harus terstruktur atas komponen-komponen, obyek sasaran yang hendak diteliti (begenstand), yang diteliti atau dipertanyakan tanpa mengenal titik henti atas dasar motif dan tata cara tertentu, sedang hasil-hasil temuannya diletakkan dalam satu kesatuan system. Tampaknya anggapan yang kurang tepat mengenai apa yang disebut ilmiah telah mengakibatkan pandangan yang salah terhadap kebenaran ilmiah dan fungsinya bagi kehidupan manusia. Ilmiah atau tidak ilmiah kemudian dipergunakan orang untuk menolak atau menerima suatu produk pemikiran manusia. Maksud dari hidup ini adalah untuk mencari kebenaran. Tentang kebenaran ini, Plato pernah berkata: “Apakah kebenaran itu? lalu pada waktu yang tak bersamaan, bahkan jauh belakangan Bradley menjawab; “Kebenaran itu adalah kenyataan”, tetapi bukanlah kenyataan (dos sollen) itu tidak selalu yang seharusnya (dos sein) terjadi. Kenyataan yang terjadi bisa saja berbentuk ketidak benaran (keburukan).
  • 36. 36 Dalam bahasan, makna “kebenaran” dibatasi pada kekhususan makna “kebenaran keilmuan (ilmiah)”. Kebenaran ini mutlak dan tidak sama atau pun langgeng, melainkan bersifat nisbi (relatif), sementara (tentatif) dan hanya merupakan pendekatan. Kebenaran intelektual yang ada pada ilmu bukanlah suatu efek dari keterlibatan ilmu dengan bidang-bidang kehidupan. Kebenaran merupakan ciri asli dari ilmu itu sendiri. Dengan demikian maka pengabdian ilmu secara netral, tak bermuara, dapat melunturkan pengertian kebenaran sehingga ilmu terpaksa menjadi steril. Uraian keilmuan tentang masyarakat sudah semestinya harus diperkuat oleh kesadaran terhadap berakarnya kebenaran. Selaras dengan Poedjawiyatna yang mengatakan bahwa persesuaian antara pengatahuan dan obyeknya itulah yang disebut kebenaran. Artinya pengetahuan itu harus yang dengan aspek obyek yang diketahui. Jadi pengetahuan benar adalah pengetahuan obyektif. Meskipun demikian, apa yang dewasa ini kita pegang sebagai kebenaran mungkin suatu saat akan hanya pendekatan kasar saja dari suatu kebenaran yang lebih jati lagi dan demikian seterusnya. Hal ini tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan manusia yang transenden,dengan kata lain, keresahan ilmu bertalian dengan hasrat yang terdapat dalam diri manusia. Dari sini terdapat petunjuk mengenai kebenaran yang trasenden, artinya tidak henti dari kebenaran itu terdapat diluar jangkauan manusia. Kebenaran dapat dikelompokkan dalam tiga makna: kebenaran moral, kebenaran logis, dan kebenaran metafisik. Kebenaran moral menjadi bahasan etika, ia menunjukkan hubungan antara yang kita nyatakan dengan apa yang kita rasakan. Kebenaran logis menjadi bahasan epistemologi, logika, dan psikologi, ia merupakan hubungan antara pernyataan dengan realitas objektif. Kebenaran metafisik berkaitan dengan yang-ada sejauh berhadapan dengan akalbudi, karena yang ada mengungkapkan diri kepada akal budi. Yang ada merupakan dasar dari kebenaran, dan akalbudi yang menyatakannya. 2.2 TEORI KEBENARAN Ilmu pengetahuan terkait erat dengan pencarian kebenaran, yakni kebenaran ilmiah. Ada banyak yang termasuk pengetahuan manusia, namun tidak semua hal itu langsung kita golongkan sebagai ilmu pengetahuan.
  • 37. 37 Hanya pengetahuan tertentu, yang diperoleh dari kegiatan ilmiah, dengan metode yang sistematis, melalui penelitian, analisis dan pengujian data secara ilmiah, yang dapat kit sebut sebagai ilmu pengetahuan. Dalam sejarah filsafat, terdapat beberapa teori tentang kebenaran, antara lain : 2.2.1 Teori Kebenaran Korespondensi (Saling Bersesuaian) Kebenaran menurut teori korespondensi bahwa suatu proposisi atau pengertian adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang diselaraskannya, yaitu apabila ia menyatakan apa adanya. Kebenaran adalah yang bersesuaian dengan fakta yang berselaras dengan realitas yang serasi dengan situasi aktual (Bakhtiar, 2010, h. 112). Sebaliknya, jika pernyataan bertentangan dengan kenyataan atau fakta yang ada, maka pernyataan tersebut dianggap sebagai penyataan yang salah atau sesat. Misalnya, ada pernyataan yang mengatakan Lionel Messi adalah seorang pesepakbola profesional. Kalau pernyataan tersebut bersesuaian dengan fakta yang ada di kenyataan yang sebenarnya maka itu dianggap sebagai “kebenaran”. Jika ternyata Lionel Messi bukan seorang pesepak bola profesional, melainkan seorang pemain basket. Maka pernyataan tersebut dianggap sebagai bukan kebenaran. Dengan demikian menurut teori korespondensi ini, Bakhtiar (2010, h. 113) menjelaskan bahwa kebenaran dapat didefinisikan sebagai kesetiaan pada realitas objektif yaitu suatu pernyataan yang sesuai dengan fakta atau sesuatu yang selaras dengan situasi kebenaran ialah persesuaian antara pernyataan mengenai fakta dengan fakta aktual atau antara putusan dengan situasi seputar yang diberi interpretasi. Mengenai teori korespondensi tentang kebenaran dapat disimpulkan, kita mengenal dua hal yaitu pertama, penyataan dan kedua, kenyataan. Menurut teori ini, kebenaran adalah kesesuaian antara pernyataan tentang sesuatu dengan kenyataan sesuatu itu sendiri (Bakhtiar, 2010, h. 115). Sebagaimana contoh dapat dikemukakan Jakarta adalah ibukota republik Indonesia. Pernyataan ini disebut benar karena kenyataanya Jakarta memang ibukota republik Indonesia. Kebenarannya terletak pada hubungan antara pernyataan dengan kenyataan. Adapun jika dikatakan bandung adalah ibukota republik Indonesia. Pernyataan itu salah karena tidak sesuai antara pernyataan dengan kenyataan.
  • 38. 38 Arti “ sesuai ”dalam teori ini masih menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada kritik terhadap teori kebenaran korespondensi. Kalau kebenaran selalu diukur dengan fakta-fakta yang ada, lantas bagaimana dengan ide-ide yang bersifat kejiwaan, apakah ada fakta yang bersifat kejiwaan. Lalu bagaimana membuktikan hubungan antara ide-ide tersebut, padahal ide-ide tersebut bersifat abstrak, sulit untuk dibuktikan dengan indera manusia. Misalnya, Pak Iman dikatakan sebagai seorang yang beriman, kalau pernyataan ini kemudian dibuktikan kebenarannya dengan makna sesuai atau korespondensi, maka tentu subjek akan melihat pada perilaku-perilaku beragama yang tampak pada Pak Iman. Pertanyaannya,apakah “keimanan” Pak Imanbisa sepenuhnya diukur dengan observasi?, bukankah keimanan di dominasi oleh aspek kejiwaan Pak Iman?. Pertanyaan-pertanyaan di atas adalah kelemahan-kelemahan para realisme empirisme. Teori korespondensi ini pada umumnya memang dianut oleh para pengikut realisme empirisme (Kattsoff, 1996, h. 184). Diantara pelopor teori ini adalah Plato, Aristoteles, Moore, Ramsey, dan Tarski. Teori ini dikembangkan oleh Betrand Russel (1872-1970). Teori korespondensi digunakan untuk proses pembuktian secara empiris dalam bentuk pengumpulan data-data yang mendukung suatu pernyataan yang telah dibuat sebelumnya. 2.2.2 Teori Kebenaran Koherensi (Saling Berhubungan) Berkebalikan dengan paham korespondensi, paham koherensi dianut oleh para pendukung idealisme rasionalisme. Teori koherensi ini berkembang pada abad 19 dibawah pengaruh hegel dan di ikuti oleh pengikut madzhab idealisme seperti Leibniz, Spinoza dan filsuf britania F.M Bradley (1864-1924). Bakhtiar (2010, h. 116) menjelaskan bahwa teori koherensi yaitu suatu proposisi cenderung benar jika proposisi tersebut dalam keadaan saling berhubungan (koheren/konsisten) dengan proposisi benar yang lain, atau jika arti yang dikandungnya dalam keadaan saling berhubungan dengan pengalaman kita. Misalnya kita mempunyai pengetahuan bahwa semua manusia pasti akan mati adalah pernyataan yang memang benar adanya. Jika Ahmad adalah manusia, maka pernyataan bahwa Ahmad pasti akan mati, merupakan pernyataan yang benar pula. Sebab pernyataan kedua konsisten dengan pernyataan yang benar.
  • 39. 39 Mengenai teori konsistensi ini, Bakhtiar (2010, h. 117) menjelaskan bahwa dapat kita ambil kesimpulan yang pertama, kebenaran menurut teori ini ialah kesesuaian anatra suatu pernyataan dengan pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu kita ketahui, terima dan akui sebagai benar. Kedua, teori ini agaknya dapat dinamakan teori penyaksian (justifikasi) tentang kebenaran, karena menurut teori ini satu putusan dianggap benar apabila mendapat penyaksian penyaksian (justifikasi, pembenaran) oleh putusan-putusan lainnya yang terdahulu yang sudah diketahui, diterima, dan diakui benarnya. Dengan demikian menurut teori koherensi adalah suatu teori itu dianggap benar apabila tahan uji (testable) artinya suatu teori yang sudah dicetuskan oleh seseorang kemudian teori tersebut diuji oleh orang lain tentunya dengan mengkomparasikan dengan data-data baru, oleh karena itu apabila teori itu bertentangan dengan data-data yang baru secara otomatis teori pertama gugur atau batal “refutability” sebaliknya, kalau data itu cocok dengan teori lama, teori itu semakin kuat “corroboration” (Karl Popper dalam Bakhtiar, 2010 h. 118) 2.2.3 Teori Kebenaran Pragmatis Pragma artinya yang dikerjakan, yang dilakukan, perbuatan, tindakan, sebutan bagi filsafat yang dikembangkan oleh William james di Amerika Serikat, benar tidaknya suatu ucapan, dalil atau teori semata-mata bergantung kepada asas manfaat sesuatu dianggap benar jika mendatangkan manfaat dan akan dikatakan salah jika tidak mendatangkan manfaat (Bakhtiar, 2010, h. 118-119). Istilah pragmatisme ini sendiri diangkat pada tahun 1856 oleh Charles Pierce (1839-1914), Bakhtiar (2010, h. 119) mengatakan bahwa doktrin pragmatisme ini diangkat dalam sebuah makalah yang dimunculkan pada tahun 1878 dengan tema “How To Make Our Ideas Clear” yang kemudian dikembangk an oleh beberapa ahli filsafat Amerika. Diantara tokohnya yang lain adalah John Dewey (1859-1952). Menurut teori pragmatisme, suatu kebenaran dan suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional atau bermanfaat dalam kehidupan manusia. Bakhtiar (2010, h. 119) Menjelaskan bahwa teori, hipotesa atau ide adalah benar apabila hal tersebut membawa kepada akibat yang memuaskan, apabila hal tersebut berlaku dalam praktik,
  • 40. 40 apabila hal tersebut mempunyai nilai praktis. Kebenaran terbukti oleh kegunaanya oleh hasilnya dan oleh akibat-akibat praktisnya jadi kebenaran ialah apasaja yang berlaku (works). Dapat dipahami bahwa kebenaran dalam pandangan pragmatisme adalah sebatas kegunaan praktis dalam kehidupan. Apabila suatu proposisi memiliki kegunaan praktis maka akan dipandang sebagai suatu kebenaran. Sebaliknya, apabila proposisi tidak memiliki kegunaan praktis maka tidak dipandang sebagai suatu kebenaran, walaupun ada kemungkinan sesuatu yang tidak bersifat fungsional tersebut adalah kebenaran yang sesungguhnya. Dari teori ini dapat diberikan sebuah contoh pandangan para penganut teori pragmatis tentang Tuhan. Bagi pragmatisme suatu agama itu bukan benar karena Tuhan yang disembah oleh penganut agama itu memang ada, tetapi agama itu dianggap benar karena pengaruhnya yang positif atas kehidupan manusia. Berkat kepercayaan orang akan Tuhan dan mengikutinya seseorang kepada ajaran agama maka kehidupan masyarakat berlaku secara tertib,, sejahtera dan jiwanya semakin tenang. Kebenaran dalam pandangan pragmatisme seiring berjalannya waktu akan membawa kebenaran pada masa kadaluarsa (expired ). Artinya ada masanya kebenaran yang sudah dianggap suatu kebenaran akan dibuang, karena tidak lagi bersifat fungsional atau bermanfaat. 2.2.4 Teori Kebenaran Sintaksis Penganut teori- kebenaran sintaksis berpijak bahwa suatu pernyataan dikatakan benar jika pernyataan itu mengikuti aturan-aturan yang baku. Atau dengan kata lain apabila proposisi itu tidak mengikuti syarat atau keluar dari hal yang di syaratkan maka proposisi itu tidak memiliki arti. Teori ini berkembang di antara filsuf analisa bahasa, terutama yang begitu ketat terhadap pemakaian gramatika (Hamami Dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2010). Jadi dalam teori kebenaran ini susunan pola kalimat atau pernyataan sangat diperhatikan karena hal itu sangat mempengaruhi terhadap penilaian kebenaran. 2.2.5 Teori Kebenaran Semantis
  • 41. 41 Teori ini kebanyakan dianut dan berkembang di kalangan filsuf analitika bahasa. Kebenaran menurut faham ini adalah suatu proposisi dinilai benar ditinjau dari segi arti atau makna, apakah proposisi yang merupakan pangkal tumpunya itu mempunyai referensi yang jelas. Artinya teori ini bertugas untuk mengungkap kesahihan proposisi dalam referensinya. Pernyataan yang mengandung kebenaran adalah pernyataan yang memiliki arti atau makna yang sesungguhnya dengan merujuk pada kenyataan. Arti yang bersifat definitif, yaitu arti yang dengan jelas menunjuk ciri yang khas dari sesuatu yang ada. (Hamami Dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2010). Seperti “Irigasi menyebabkan kesulitan dalam mengatur pengairan”, pernyataan ini akan dikatakan benar bila menunjukkan makna yang sahih tentang bendungan dalam kenyataan yang sesungguhnya. Tentu kebenaran pernyataan diatas akan di cek langsung ke referensinya. 2.2.6 Teori Kebenaran Performatik Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh pemegang otoritas tertentu. Contoh pertama mengenai penetapan 1 Syawal. Sebagian muslim di Indonesia mengikuti fatwa atau keputusan MUI atau pemerintah, sedangkan sebagian yang lain mengikuti fatwa ulama tertentu atau organisasi tertentu. Contoh lainnya pada masa pertumbuhan ilmu, Copernicus (1473-1543) mengajukan teori heliosentris dan bukan sebaliknya seperti yang difatwakan gereja. Masyarakat menganggap hal yang benar adalah apa-apa yang diputuskan oleh gereja walaupun bertentangan dengan bukti-bukti empiris. Dalam fase hidupnya, manusia kadang kala harus mengikuti kebenaran performatif. Pemegang otoritas yang menjadi rujukan bisa pemerintah, pemimpin agama, pemimpin adat, pemimpin masyarakat, dan sebagainya. Kebenaran performatif dapat membawa kepada kehidupan sosial yang rukun, kehidupan beragama yang tertib, adat yang stabil dan sebagainya. Masyarakat yang mengikuti kebenaran performatif tidak terbiasa berpikir kritis dan rasional. Mereka kurang inisiatif dan inovatif, karena terbiasa mengikuti kebenaran dari pemegang otoritas. Pada beberapa daerah yang masyarakatnya masih sangat patuh pada adat, kebenaran ini seakan-akan kebenaran mutlak. Mereka tidak berani melanggar keputusan pemimpin adat dan tidak terbiasa menggunakan rasio untuk mencari kebenaran.
  • 42. 42 2.2.7 Teori Kebenaran Struktural Paradigmatik Suatu teori dinyatakan benar jika teori itu berdasarkan pada paradigma atau perspektif tertentu dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui atau mendukung paradigma tersebut. Banyak sejarawan dan filosof sains masa kini menekankan bahwa serangkaian fenomena atau realitas yang dipilih untuk dipelajari oleh kelompok ilmiah tertentu ditentukan oleh pandangan tertentu tentang realitas yang telah diterima secara apriori oleh kelompok tersebut. Pandangan apriori ini disebut paradigma oeh Kuhn dan world view oleh Sardar. Paradigma ialah apa yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota suatu masyarakat sains atau dengan kata lain masyarakat sains adalah orang-orang yang memiliki suatu paradigma bersama. Masyarakat sains bisa mencapai konsensus yang kokoh karena adanya paradigma. Sebagai konstelasi komitmen kelompok, paradigma merupakan nilai-nilai bersama yang bisa menjadi determinan penting dari perilaku kelompok meskipun tidak semua anggota kelompok menerapkannya dengan cara yang sama. Paradigma juga menunjukkan keanekaragaman individual dalam penerapan nilai-nilai bersama yang bisa melayani fungsi-fungsi esensial ilmu pengetahuan. Paradigma berfungsi sebagai keputusan yuridiktif yang diterima dalam hukum tak tertulis. Pengujian suatu paradigma terjadi setelah adanya kegagalan berlarut-larut dalam memecahkan masalah yang menimbulkan krisis. Pengujian ini adalah bagian dari kompetisi di antara dua paradigma yang bersaingan dalam memperebutkan kesetiaan masyarakat sains. Falsifikasi terhadap suatu paradigma akan menyebabkan suatu teori yang telah mapan ditolak karena hasilnya negatif. Teori baru yang memenangkan kompetisi akan mengalami verifikasi. Proses verifikasi-falsifikasi memiliki kebaikan yang sangat mirip dengan kebenaran dan memungkinkan adanya penjelasan tentang kesesuaian atau ketidaksesuaian antara fakta dan teori. Perubahan dari paradigma lama ke paradigma baru adalah pengalaman konversi yang tidak dapat dipaksakan. Adanya perdebatan antar paradigma bukan mengenai kemampuan relatif suatu paradigma dalam memecahkan masalah, tetapi paradigma mana yang pada masa mendatang dapat menjadi pedoman riset untuk memecahkan berbagai masalah secara tuntas. Adanya jaringan yang kuat dari para ilmuwan
  • 43. 43 sebagai peneliti konseptual, teori, instrumen, dan metodologi merupakan sumber utama yang menghubungkan ilmu pengetahuan dengan pemecahan berbagai masalah F. FILSAFAT ETIKA DAN MORAL 2.1 DEFINISI ETIKA Etika adalah salah satu cabang dari Ilmu Filsafat yang bertitik tolak dari masalah nilai(value) dan moral manusia yang berkenaan dengan tindakan manusia. Secara etimologis, kata etika berasal dari bahasa Yunani, yakni ethos yang artinya cara bertindak, adat, tempat tinggal,kebiasaan. Sedangkan kata moral berasal dari bahasa Latin, yakni mos yang berarti sama dengan etika. Istilah etika dipakai oleh Aristoteles (384 – 322 SM) untruk menunj ukka n pengertia n tentang filsa fa t moral. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1993) etika adalah ilmu mengenai apa yang baik dan buruk dan tentang hak dan kewajiban (ahlak). Dalam KBBI dibedakan pulaantara etika , etik dan etiket. Etik adalah kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan ahlak (nilai benar dan salah yang dianut masyarakat/golongan), misalnya kode etik dokter, dll. Etiket adalah tatacara (adat, sopan santun, dll.) di masyarakat dalam memelihara hubungan yang baik sesama manusia. Etiket juga dikenal sebagai label atau penamaan sesuatu yang dituliskan pada secarik kertas dan dilekatkan pada benda (botol, kaleng, dll.). Dari ketiganya, yang berhubungan erat dengan nilai dan moral adalah etika dan etik.. Etika sering disebut sebagai filsafat moral, sedangkan etik tidak berkaitan dengan moral. Secara filosofis, etika merupakan bagian dari ilmu filsafat yang mempelajari berbagai nilai (value) yang diarahkan pada perbuatan manusia, khususnya yang berkaitan dengan kebaikan dan keburukan dari hasil tindakannya. Dalam berbuat baik, manusia memerlukan pertimbangan yang bersifat rasional. Pertimbangan rasional artinya mempertimbangkan berbagai kemungkinan untuk berbuat baik atau melakukan tindakan secara jernih, tanpa dilandasi dengan sikap emosional yang berlebihan. Mempelajari etika etika harus dilandasi dengan pendekatan rasional dan kritis,
  • 44. 44 agar etika itu dapat diterapkan pada tindakan keseharian seseorang. Etika sebagai filsafat moral berarti melakukan perenungan secara mendalam mengenaiberbagai ajaran moral (kebaikan) secara kritis. Namun harus dibedakan antara etika dan moral. Etika mempela'ari berbagai ajaran moral secara kritis dan logis. Sedangkan moral Adalah nasihat-nasihat yang berupa ajaran-ajaran pada adat-istiadat suatu masyarakat/golongan/agama. M o r a l bersifat aplikatif mengenai tindakan manusia yang baik dan buruk.. Pokok bahasan yang sangat khusus pada etika adalah sikap kritis manusia dalam menerapkan ajaran-ajaran moral terhadap perilaku manusia yang bertanggung jawab. Ajaran-Ajaran tersebut sangat menentukan bagaimana moral manusia itu dibina baik melaluipendidikan formal maupun non formal. Kata etika, seringkali disebut pula dengan kata etik, atau ethics (bahasa Inggris), mengandung banyak pengertian. Dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Latin “Ethicos” yang berarti kebiasaan. Dengan demikian menurut pengertian yang asli, yang dikatakan baik itu apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Kemudian lambat laun pengertian ini berubah, bahwa etika adalah suatu ilmu yang mebicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai tidak baik. Etika juga disebut ilmu normative, maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan (norma-norma) dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Etika merupakan cabang filsafat yang mempelajari pandangan-pandangan dan persoalan- persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan, dan kadang-kadang orang memakai filsafat etika, filsafat moral atau filsafat susila. Dengan demikian dapat dikatakan, etika ialah penyelidikan filosofis mengenai kewajiban-kewajiban manusia dan hal-hal yang baik dan buruk. Etika adalah penyelidikan filsafat bidang moral. Etika tidak membahas keadaan manusia, melainkan membahas bagaimana seharusnya manusia itu berlaku benar. Etika juga merupakan
  • 45. 45 filsafat praxis manusia. etika adalah cabang dari aksiologi, yaitu ilmu tentang nilai, yang menitikberatkan pada pencarian salah dan benar dalam pengertian lain tentang moral. 2.2MACAM-MACAM ETIKA Etika dapat dibedakan menjadi tigas macam : 1. Etika sebagai ilmu, yang merupakan kempulan tentang kebijakan, tentang penilaian perbuatan seseorang. 2. Etika dalam arti perbuatan, yaitu perbuatan kebajikan. Misalnya seseorang dikatakan etis, apabila orang tersebut telah berbuat kebijakan. 3. Etika sebagai Filsafat, yang mempelajari pandangan-pandangan, persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan. Kita juga sering mendengar istilah descriptive ethics, normative ethics, dan philosophy ethics. a. Descriptive ethics, ialah gambaran atau lukisan tentang etika. b. Normative ethics, ialah norma-norma tertentu tentang etika agar seorang dapat dikatakan bermoral c. Philosophy ethics, ialah etika sebagai filsafat, yang menyelidiki kebenaran. Etika sebagai filsafat, berarti mencari keterangan yang benar, mencari ukuran-ukuran yang baik dan yang buruk bagi tingkah laku manusia. Serta mencari norma-norma, ukuran- ukuran mana susial itu, tindakan manakah yang paling dianggap baik. Dalam filsafat, masalah baik dan buruk (good and evil) dibicarakan dalam etika. Tugas etika tidak lain berusaha untuk hal yang baik dan yang dikatakan buruk. Sedangkan tujuan etika, agar setiap manusia mengetahui dan menjalankan perilaku, sebab perilaku yang baik bukan saja bagi dirinya saja, tetapi juga penting bagi orang lain, masyarakat, bangsa dan Negara, dan yang terpenting bagi Tuhan yang Maha Esa. 2.3 ARTI ETIKA
  • 46. 46  Dalam kamus besar bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1988), etika dirumuskan dalam tiga arti, yaitu : 1.Ilmu tentang apa baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak) 2.Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. 3.Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.  Bertens mengemukakan bahwa urutan tiga arti tersebut kurang kena, sebaiknya arti ketiga ditempatkan didepan karena lebih mendasar daripada yang pertama, dan rumusannya juga bisa dipertajam lagi. Dengan demikian, menurut Bertens tiga arti etika dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Etika dipakai dalam arti: nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Arti ini disebut juga sebagai “system nilai” dalam hidup manusia perseorangan atau hidup bermasyarakat. Misalnya etika orang jawa, etika agama Buddha. 2. Etika dipakai dalam arti: kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud disini adalah kode etik. Misalnya, Kode Etik Advokat Indonesia. 3. Etika dipakai dalam arti: ilmu tentang yang baik dan yang buruk. Arti etika disini sama dengan filsafat moral. Dihubungkan dengan Etika Profesi Sekretaris, etika dalam arti pertama dan kedua adalah relevan karena kedua arti tersebut berkenaan dengan perilaku seseorang atau sekelompok profesi sekretaris. Misalnya sekretaris tidak bermoral, artinya perbuatan sekretaris itu melanggar nilai- nilai dan norma-norma moral yang berlaku dalam kelompok sekretaris tersebut. Dihubungkan dengan arti kedua, Etika Profesi Sekretaris berarti Kode Etik Profesi Sekretaris.  Pengertian etika juga dikemukakan oleh Sumaryono (1995), menurut beliau etika berasal dati istilah Yunani ethos yang mempunyai arti adapt-istiadat atau kebiasaan yang baik. Bertolak dari pengertian tersebut, etika berkembang menjadi study tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan
  • 47. 47 perangai manusia dalam kehidupan manusia pada umumnya. Selain itu, etika juga berkembang menjadi studi tentang kebenaran dan ketidakbenaran berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kehendak manusia. Berdasarkan perkembangan arti tadi, etika dapat dibedakan antara etika perangai dan etika moral. 1. Etika Perangai Etika Perangai adalah adat istiadat atau kebiasaan yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan bermasyarakat di daerah-daerah tertentu, pada waktu tertentu pula. Etika perangai terserbut diakui dan berlaku karena disepakati masyarakat berdasarkan hasil penelitian perilaku. Contoh etika Perangai : - Berbusana adat - Pergaulan muda-mudi - Perkawinan semenda - Upacara adat 2. Etika Moral Etika Moral berkenaan dengan kebiasaan berperilaku yang baik dan benar berdasarkan kodrat manusia. Apabila etika ini dilanggar timbullah kejahatan, yaitu perbuatan yang tidak baik dan tidak benar. Kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia yang disebut moral. Contoh etika moral : - Berkata dengan berbuat jujur - Menghargai hak orang lain - Menghormati orang tua - Membela kebenaran dan keadilan - Menyantuni anak yatim atau piatu Etika moral ini terwujud dalam bentuk kehendak manusia berdasarkan kesadaran, dan kesadaran adalah suara hati nurani. Dalam kehidupan, manusia selalu dikehendaki dengan baik dan tidak baik, antara benar dan tidak benar. Dengan demikian ia mempertanggung jawabkan