SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Download to read offline
HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU LAIN
Sebuah kajian untuk memahami filsafat sebagai dasar semua ilmu
Nico Alexander
Hapzi Ali
Doctoral Management, Universitas Mercu Buana
Jalan, Meruya Selatan, Meruya Jakarta Barat
Email: nickvizano@gmail.com
Abstraksi
Banyak orang bertanya-tanya, mengapa di jaman milenia ini, jaman yang begitu
mengagung-agungkan teknologi dengan segala kemajuannya masih saja di perlukan
pengetahuan tentang apa itu filsafat. Hal tersebut yang mendorong penulisan ini
untuk berbicara tentang filsafat serta hubungannya dengan ilmu-ilmu lain.
Kedudukan filsafat sebagai ibu dari segala ilmu dapat di ketahui dalam tulisan ini.
Apa-apa saja yang menjadi kaitan antar ilmu-ilmu yang ada, mulai dari ilmu sains
hingga ilmu politik, terhadap ilmu filsafat itu sendiri.
Filsafat dapat merangsang lahirnya sejumlah keinginan dari temuan filosofis melalui
berbagai observasi dan eksperimen yang melahirkan berbagai pencabangan ilmu.
Fakta menunjukan bahwa hampir tidak ada satupun cabang ilmu yang lepas dari
persoalan filsafat. Filsafat merupakan ilmu yang mempelajari dengan sungguh-
sungguh hakekat kebenaran segala sesuatu. Dengan bantuan filsafat, manusia
berusaha menangkap makna, hakekat, hikmah dari setiap pemikiran, realitas dan
kejadian. Filsafat mengantarkan manusia untuk lebih jernih, mendasar dan bijaksana
dalam berfikir, bersikap, berkata, berbuat dan mengambil kesimpulan.
Kata kunci: Filsafat, ilmu lain.
1. Pendahuluan
Hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan begitu berkembang seiring dengan
waktu yang terus berjalan. Filsafat berakar dari bahasa Yunani: “philosophia”; kata
ini berasal dari dua kata Philo dan Sophia. Philo = ilmu atau cinta, dan Sophia =
kebijaksanaan. Sehingga filsafat dapat di artikan sebagai ilmu tentang kebijaksanaan.
Pada awal perkembangan ilmu di Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh
pemikiran teoritis, dan pada saat itu ilmu pengetahuan identik dengan filsafat. Pada
saat mulai berkembangnya ilmu pengetahuan alam di abad ke 17, filsafat dan ilmu
pengetahuan mulai terlihat perbedaan dan pembatasnya, Nuchelmans (1982). Filsafat
dan ilmu pengetahuan mulai bergerak menjadi suatu korelasi di antar sub ilmu yang
terus berkembang, saling melengkapi dan menjelaskan. Ilmu pengetahuan
berkembang menjadi lebih spesifik dan detil, sementara filsafat tetap menjadi
landasan dari ilmu-ilmu tersebut. Menurut Koento Wibisono (1999), filsafat itu
sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana
“pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar bercabang secara subur, yang masing-
masing cabangnya melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan
masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri. Filsafat menjadi ilmu yang
membantu ilmu pengetahuan dalam memantapkan dan menjelaskan prinsip prinsip
dasarnya.
Seiring dengan perkembangan waktu, ilmu pengetahuan semakin lama semakin
berkembang dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang melahirkan sub ilmu
pengetahuan yang lebih banyak dan lebih khusus. Menurut van Peursen (1985), ilmu
pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas
(konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan.
Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena pengetahuan ilmiah
atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu
sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang
filsafat menempatkan objek sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat
ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga
bagi eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hal ini didukung oleh
Israel Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999), yang berpendapat bahwa filsafat ilmu
mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau tentang dunia sebagaimana
ditunjukkan oleh ilmu. Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa
filsafat dewasa ini tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu
tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip ungkapan
dari Michael Whiteman (dalam Koento Wibisono dkk.1997), bahwa ilmu kealaman
persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena terlibat dengan persoalan-persoalan
filsafati sehingga memisahkan satu dari yang lain tidak mungkin.
Tabel dibawah (disarikan dari Drs. Agraha Suhandi, 1992) menggambarkan
perbedaan ilmu dengan filsafat:
Ilmu Filsafat
Segi-segi yang dipelajari dibatasi agar
dihasilkan rumusan-rumusan yang
pasti
Obyek penelitian yang terbatas
Tidak menilai obyek dari suatu sistem
nilai tertentu.
Bertugas memberikan jawaban
Mencoba merumuskan pertanyaan atas
jawaban.
Mencari prinsip-prinsip umum, tidak
membatasi segi pandangannya bahkan
cenderung memandang segala sesuatu
secara umum dan keseluruhan-keseluruhan
yang ada
Menilai obyek renungan dengan suatu
makna, misalkan religi, kesusilaan, keadilan
dsb.
Bertugas mengintegrasikan ilmu-ilmu
Obyek material filsafat itu bersifat universal/umum, yaitu segala sesuatu yang ada
realita, sedangkan obyek material ilmu pengetahuan bersifat khusus dan empiris.
Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secara kaku dan
terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu.
Sudut pandangan filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari
segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu
bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifat
teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri
dengan realita. Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan
daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat
pendekatan trial and error. Nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan
kegunaan filsafat timbul dari nilainnya. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan
lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu
bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu
menjadi tahu. Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak, dan
mendalam sampai mendasar (primary cause) sedangkan ilmu menunjukkan sebab-
sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder (secondary
cause).
Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam ilmu
pengetahuan, sejak F.Bacon (1561-1626) mengembangkan semboyannya
“Knowledge Is Power”, kita dapat mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan
terhadap kehidupan manusia, baik individual maupun sosial menjadi sangat
menentukan. Karena itu implikasi yang timbul menurut Koento Wibisono (1984),
adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain
serta semakin kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu
terapan atau praktis.
Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan
suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul.
Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini
senada dengan pendapat Immanuel kant (dalam kunto Wibisono dkk., 1997) yang
menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-
batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis
bacon (dalam The Liang Gie, 1999), menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-
ilmu (the great mother of the sciences).
Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena pengetahuan
ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu
sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang
filsafat menempatkan objek sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat
ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga
bagi eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hal ini didukung oleh
Israel Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999), yang berpendapat bahwa filsafat ilmu
mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau tentang dunia sebagaimana
ditunjukkan oleh ilmu.
Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak
dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak dapat tumbuh
dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Filsafat selalu menanyakan sesuatu dibalik
persoalan yang dihadapi dan dipelajari oleh ilmu (spekulatif) tersebut, menetapkan
dan mengendalikan pada pikiran rasional dan berusaha mencari kebenaran.
2. Hubungan Filsafat dengan ilmu lain
Sebagai induk dari segala ilmu, filsafat mempunyai peranan yang mendasar dalam
pengembangan tiap sub ilmu yang ada. Dan dikarenakan buah pemikiran yang
dihasilkan sangat rasional dan empiris yang dilakukan oleh para filosof, sehingga
menghasilkan suatu kebenaran yang dapat di implementasikan ke dalam kehidupan
sehari hari.
Beberapa pendapat dari Filsuf kenamaan mengenai filsafat:
Plato (427-348 SM), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai
kebenaran yang asli.
Aristoteles (382-322 SM ), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran
yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik dan etestika.
Cicero (106 – 43 SM), filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “(the mother of all
the arts)“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan).
Descartes (1596 –1650 M), filsafat ialah kumpulan segala ilmu pengetahuan dimana
Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
Immanuel Kant (1724-1804M), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi
pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang tercakup di dalamnya metafisika,
etika, agama dan anthropologi.
Al Kindi (801–873M), filsafat adalah pengetahuan tentang realisasi segala sesuatu
sejauh jangkauan kemampuan manusia.
Al Farabi (870 – 950M), filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam wujud
bagaimana hakikat sebenarnya.
Johann Gotlich Fickte (1762-1814M), filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari
ilmu-ilmu), yakni ilmu umum yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan
sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan
seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
Paul Nartorp (1854 – 1924M), filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar) hendak
menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang
sama, yang memikul sekaliannya.
Manuel Kant (1724 – 1804M), Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi
pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat
persoalan.
- Apakah yang dapat kita kerjakan? (jawabannya Metafisika )
- Apakah yang seharusnya kita kerjakan? (jawabannya Etika )
- Sampai dimanakah harapan kita? (jawabannya Agama )
- Apakah yang dinamakan manusia? (jawabannya Antropologi )
Notonegoro (1905–1981M), Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari
sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah, yang disebut hakekat.
Driyakarya (1913–1967M), filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya
tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang
sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan“.
Harold H. Titus (1979),
(1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan
alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses
kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi;
(2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan
keseluruhan;
(3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata
dan pengertian (konsep); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat
perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
Hasbullah Bakry, Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan
mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah
mencapai pengetahuan itu.
Walau dalam perkembangannya masing masing sub ilmu memisahkan diri dari
filsafat, hal ini tidak menyebabkan hubungan antara filsafat dan ilmu tersebut
terputus. Justru sebaliknya, di karenakan sifat kekhususan ilmu tersebut, maka tampak
jelas pembatas yang tegas di antara masing masing ilmu, dan filsafatlah yang
menyatukan. Juga dikarenakan filsafat memerlukan landasan ilmu pengetahuan yang
khusus itu untuk pemecahan masalah yang sifatnya ilmiah dan empiris, dengan
menyediakan data data dan fakta yang penting dalam pengkajian filsafat.
Filsafat tidak terbatas, sedangkan ilmu terbatas, sehingga ilmu menarik bagian
filsafat agar bisa dimengerti oleh manusia. Filsafat berusaha untuk mengatur hasil-
hasil dari berbagai ilmu-ilmu khusus ke dalam suatu pandangan hidup dan pandangan
dunia yang tersatu padukan, komprehensif dan konsisten. Filsafat tidak menyusun
pendapat-pendapat yang saling berkontardiksi.
Pada hakikatnya filsafat dan ilmu saling terkait satu sama lain, keduanya tumbuh
dari sikap refleksi, ingin tahu, dan dilandasi kecintaan pada kebenaran. Filsafat
dengan metodenya mampu mempertanyakan keabsahan dan kebenaran ilmu,
sedangkan ilmu tidak mampu mempertanyakan asumsi, kebenaran, metode, dan
keabsahannya sendiri. Ilmu merupakan masalah yang hidup bagi filsafat dan
membekali filsafat dengan bahan-bahan deskriptif dan faktual yang sangat perlu untuk
membangun filsafat. Filsafat dapat memperlancar integrasi antara ilmu-ilmu yang
dibutuhkan. Filsafat adalah meta ilmu, refleksinya mendorong peninjauan kembali
ide-ide dan interpretasi baik dari ilmu maupun bidang-bidang lain. Ilmu merupakan
konkritisasi dari filsafat. Filsafat dapat dilihat dan dikaji sebagai suatu ilmu, yaitu
ilmu filsafat. Sebagai ilmu, filsafat memiliki objek dan metode yang khas dan bahkan
dapat dirumuskan secara sistematis. Ilmu filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
mengkaji seluruh fenomena yang dihadapi manusia secara kritis refleksi, integral,
radikal, logis, sistematis, dan universal (kesemestaan).
Sebagai fenomena ilmu filsafat dapat dilihat dari tema besarnya, yaitu, ontologi
(definisi, pengertian, konsep, mengkaji keberadaan sesuatu, membahas tentang ada,
yang dapat dipahami baik secara konkret, faktual, transendental, atau pun metafisis),
epistemologi (substansi, membahas pengetahuan yang akan dimiliki manusia apabila
manusia itu membutuhkannya), dan aksiologi (manfaat, membahas kaidah norma dan
nilai yang ada pada manusia).
2.1 Hubungan Filsafat dengan Ilmu Matematika
Plato, menyatakan bahwasanya geometri merupakan pengetahuan alam dengan
dasar akal adalah kunci untuk mendukung kebenaran filsafat serta melengkapi sifat
alam yang nyata berakhir (The Nature of Ultimate Reality). Collingwood (1938)
menyatakan ”philosophy is reflektive. “The philosophizing mind never simply thinks
also about any object, thinks also about its own thought about that object.” (filsafat
bersifat relektif tidaklah semata-mata berpikir tentang suatu obyek, sambil berpikir
tentang sesuatu obyek, budi itu senantiasa berpikir juga tentang pemikirannya sendiri
mengenai obyek itu). Dasar pemikiran filsafat adalah reflektif, yang diindikasikan
sebagai jenis pemikiran yag terdiri dari pertimbangan terhadap sebuah masalah dan
memperhatikan masalah tersebut dengan serius. Permasalahan atau problem dalam
matematika disebut sebagai pemikiran reflektif terhadap matematika. Hingga
dijadikan sebagai salah satu objek kajian dalam filsafat. Sehingga lahirlah bagian ilmu
yang disebut filsafat matematika.
Banyak filsuf telah menggunakan matematika untuk membangun teori
pengetahuan dan penalaran yang dihasilkan dengan memanfaatkan bukti-bukti
matematika dianggap telah dapat menghasilkan suatu pencapaian yang memuaskan.
Matematika telah menjadi sumber inspirasi yang utama bagi para filsuf untuk
mengembangkan epistemologi dan metafisik. Pada taraf tertentu matematika dan
filsafat mempunyai persoalan-persoalan bersama. Hannes Leitgeb telah menyelidiki
aspek-aspek dalam mana matematika dan filsafat mempunyai derajat yang sama
ketika melakukan penelaahan yatitu kesamaan antara obyek, sifat-sifat obyek, logika,
sistem-sistem, makna kalimat, hukum sebab-akibat, paradoks, teori permainan dan
teori kemungkinan. Para filsuf menggunakan logika sebab-akibat untuk untuk
mengetahui implikasi dari konsep atau pemikirannya, bahkan untuk membuktikan
kebenaran ungkapan-ungkapannya. Joseph N. Manago (2006) di dalam bukunya
“Mathematical Logic and the Philosophy of God and Man” mendemonstrasikan
filsafat menggunakan metode matematika untuk membuktikan Lemma bahwa
terdapat beberapa makhluk hidup bersifat “eternal”. Makhluk hidup yang tetap hidup
disebut bersifat eternal.
2.2 Hubungan Filsafat dengan Ilmu Kimia
Kimia adalah ilmu tentang materi dan perubahannya. Materi itu sendiri adalah
segala sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Pada prinsipnya, semua
materi dapat berada dalam tiga wujud: padat, cair, dan gas.
Ilmu kimia mempelajari reaksi kimia, dimana akan terjadi perubahan bila senyawa
kimia berinteraksi dengan senyawa lain dan membentuk suatu senyawa baru yang
bentuk maupun partikelnya berubah.
Pada filsafat kimia ada dua hal yang menjadi perhatian yaitu isu-isu konseptual
yang timbul dalam kimia secara hati-hati di-artikulasikan dan dianalisa. Dan
kaitannya dalam filsafat kimia realisme, pengurangan, penjelasan, konfirmasi, dan
pemodelan yang diambil dalam konteks kimia.
Filsafat sebagai fasilitator ilmu kimia hanyalah sebatas untuk mengorek isi yang
terkandung dalam wilayah kimia serta mencari gejala-gejala ilmiah yang ada di alam
semesta ini yang akhirnya dimasukkan ke wilayah ilmu kimia. Tanpa filsafat yang
mengorek mengenai sesuatu yang tersembunyi di tubuh alam semesta ini maka
perkembangan ilmu, khususnya kimia, hanya akan mengalami stagnansi,
kemandekan.
2.3 Hubungan Filsafat dengan Ilmu Biologi
Ilmu Biologi mempelajari tentang sesuatu yang hidup serta masalah-masalah yang
menyangkut hidupnya. Sesuai dengan etimologi, kata biologi berasal dari bahasa
Yunani yang katanya yaitu: bios yang berarti hidup dan logos yang berarti ilmu. Ilmu
ini mempelajari interaksi antar mahluk hidup dan lingkungannya. Pengembangan ilmu
biologi terbentang luas mulai dari: Botani, Zoologi, Morfologi, Fisiologi, Histologi,
Taksonomi dan lain sebagainya.
Ilmu filsafat mempelajari seluruh isi alam semesta mulai dari benda, tumbuhan,
hewan, manusia, sampai pada sang pencipta (prima causa). Biologi merupakan buah
dari pemikiran filsafat yang detil dan mendalam yang dapat dibuktikan secara empiris
dan komprehensif yang kemudian secara jelas dapat di pertanggungjawabkan ke
absahan-nya oleh pengguna ilmu tersebut.
Filsafat mencoba untuk menganalisis pengertian-pengertian hakiki dalam biologi
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai pengertian-pengertian hidup,
adaptasi, teologi, evolusi, dan penurunan sifat-sifat. Filsafat menjabarkan juga
membicarakan tentang tempat hidup dalam rangka sesuatu, dan arti pentingnya hidup
bagi penafsiran kita tentang alam semesta tempat kita hidup. Biologi kefilsafatan
membantu untuk bersifat kritis, bukan hanya terhadap istilah-istilah biologi,
melainkan juga metode-metode serta teori-teorinya. Gambaran yang kita buat
mengenai kenyataan tidak boleh bertentangan dengan fakta-fakta biologi yang sudah
ditetapkan dengan baik.
Seorang filsuf dapat menghubungkan bahan-bahan yang ditemukan oleh ilmuwan
biologi dengan teori-teori yang dikemukakan untuk menerangkan bahan-bahan
tersebut. Ia dapat menolong seorang ahli biologi untuk bersifat kritis, bukan hanya
terhadap istilah-istilahnya, melainkan juga terhadap metode-metode dan teori-
teorinya.
2.4 Hubungan Filsafat dengan Ilmu Sains
Sains merupakan suatu metode berfikir yang bersifat objektif untuk
menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia nyata, yang di artikan juga
sebagai common sense yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan
terhadap benda-benda atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode
observasi yang teliti dan krisis, Titus (1959) dalam Uyoh Sadulloh (2012).
Perkembangan filsafat sangat dipengaruhi oleh sains. Sains sangat mempengaruhi
pemikiran filsafat dalam mengembangkan sejumlah pemikiran yang deskriptif dan
nyata. Dengan dibuktikan oleh sains, filsafat menjadikan buah pemikiran filsuf
menajdi suatu kebenaran karena dibuktikan secara ilmiah. Filsafat membantu
memikirkan dan menjawab apa yang tak dapat dipikirkan dan dijawab oleh sains.
Sains menyediakan pertanyaan-pertanyaan bagi filsafat. Filsafat menyediakan konsep-
konsep yang gejalanya dapat diteliti oleh sains.
Sains berbeda dari cara perolehan pengetahuan lain karena penjelasannya. Motif
sains adalah setepat dan sejelas mungkin menjelaskan gejala. Sedangkan filsafat ilmu
menyediakan kerangka orientasi bagi ilmu untuk mendekati dan memandang gejala.
Filsafat ilmu membantu ilmu untuk menyediakan kerangka pikir untuk menjelaskan,
meramalkan dan mengendalikan gejala. Filsafat ilmu memikirkan dan mengkaji
persoalan yang tak dapat dijawab oleh ilmu.
2.5 Hubungan Filsafat dengan Ilmu Agama
Menurut (Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama, 1979: 169), Ilmu
agama memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia
tentang alam, manusia dan Tuhan. Ilmu agama dapat memberikan jawaban kepada hal
hal yang tidak dapat dijawab oleh ilmu lain bahkan filsafat. Agama mengatur seluruh
kehidupan manusia untuk berbakti kepada Tuhan, sementara Filsafat yang
menjelaskan fakta dan realita yang terjadi. Filsafat menjadi bagian dalam Ilmu agama
dan keduanya terkait dalam penggunaan akal, budi dan keyakinan dalam menjabarkan
suatu permasalahan untuk mencari kebenaran yang hakiki.
Perbedaan antara Filsafat dengan Agama, yakni:
1. Sumber kebenaran filsafat adalah dari manusia itu sendiri dalam arti pikiran
pengalaman dan intuisinya. Sumber kebenaran agama adalah dari Allah, karena itu
disebut juga bersifat vertical.
2. Pendekatan kebenaran filsafat dengan jalan perenungan dari akal manusia
secara radikal, sistematis, dan universal tanpa pertolongan dan bantuan dari wahyu
Allah. Pendekatan kebenaran agama dengan jalan melihat kepada wahyu Allah yang
berada dalam kitab suci Al-qur’an, Taurat, dan Injil.
3. Sifat kebenaran filsafat adalah spekulatif, yaitu yang bersifat pendugaan yang
mengakar menyeluruh dan universal. Dimana timbul keraguan setelah itu yakin dan
kemudian ragu kembali dan timbul pertanyaan lagi untuk mencari jawaban yang
mendalam. Sifat kebenaran agama adalah mutlak karena bersumber dari Allah.
Dimana dimulai dengan keimanan dan keyakinan setelah itu iman dan keyakinan
meyelidiki kebenaran yang mutlak setelah yakin atas hasil penyelidikan tersebut maka
terjadilah pendalaman keimanan dan keyakinan yang disebut taqwa.
4. Tujuan filsafat ialah kecintaan kepada pengetahuan yang bijaksana dengan hasil
kedamaian dan kepuasan jiwa yang sedalam-dalamnya. Tujuan agama adalah
kedamaian, keharmonisan, kebahagiaan, keselarasan, keridhoan.
2.6 Hubungan Filsafat dengan Ilmu Seni (Art)
Seni dan filsafat berkembang dengan pesat di Yunani. Dalam bukunya, Poetics;
Aristoteles (384-322 SM); digambarkan bahwa seni adalah imitasi dari realitas.
Menurut Aristoteles, fungsi sastrawan bukanlah membicarakan sesuatu yang telah
terjadi, melainkan sesuatu yang mungkin terjadi, yakni membicarakan sesuatu yang
mungkin (probable) sebagai yang mungkin (probable) atau niscaya (necessary).
Dalam bukunya, physics, Aristoteles membagi seni menjadi:
1. Seni yang bertujuan untuk melengkapi fungsi alam semesta, seperti
menciptakan alat-alat atau teknologi-teknologi, karena alam itu sendiri
memberikan manusia hanya dua tangan.
2. Seni yang bertujuan meng-“imitasi” alam semesta. Seni sebagai “alat peraga”
manusia dalam mengemukakan pendapat, dugaan bahkan suatu kenyataan
dalam bentuk yang mudah di cerna atau sesekali dalam bentuk yang
memerlukan pemikiran dalam. Kebalikannya, seni dapat meninggalkan
relung-relung tebuka bagi filsafat untuk mendalami dan menggalinya lebih
dalam.
2.7 Hubungan Filsafat dengan Ilmu Politik
Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat
yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan. Ilmu politik terutama sekali
erat hubungannya dengan filsafat, yaitu bagian dari filsafat yang menyangkut
kehidupan politik terutama mengenai sifat hakiki, asal mula dan nilai (value) dari
suatu kelompok atau bahkan negara. Negara dan manusia didalamnya dianggap
sebagai sebagian dari alam semesta.
Kadang seorang manusia tanpa landasan dasar politik, moral dan etika yang benar
akan membenarkan tujuan politiknya dan melakukan apa saja dalam proses
mencapainya. Filsafat mengembalikan karakter manusiawi kehidupan yang kerap
dikotori oleh rupa-rupa manipulasi dari aneka pola pikir manipulaitif yang berkaitan
dengan politik. Filsafat menjaga individu tetatp dalam pola berpikir rasional dan
mendalam serta mengedepankan kemandirian dan tanggung jawab pribadi dan selalu
bertunduk kepada kebenaran.
2.8 Hubungan Filsafat dengan Ilmu Sosiologi
Sosiologi yang pernah diperlakukan sebagai filsafat sosial yang kemudian
berkembang menjadi ilmu sosial yang mandiri pada abad ke-19. Auguste Comte,
seorang Prancis, secara tradisional dianggap sebagai bapak sosiologi. Comte
terakreditasi dengan coining dari sosiologi istilah (tahun 1839). "Sosiologi" terdiri
dari dua kata: socius, yang berarti pendamping atau asosiasi, dan logos, yang berarti
ilmu atau belajar. Makna etimologis dari "sosiologi" demikian ilmu masyarakat. John
Stuart Mill, seorang pemikir sosial dan filsuf abad ke-19, mengusulkan etologi kata
untuk ini ilmu baru. Herbert Spencer mengembangkan studi sistematis tentang
masyarakat dan mengadopsi kata "sosiologi" dalam karyanya. Dengan kontribusi dari
Spencer dan lain-lain itu (sosiologi) menjadi nama permanen dari ilmu baru. Sosiologi
memaknai metode observasi dan berusaha menerangkan sebab-musabab suatu gejala
sosial yang konkrit dari keadaannya yang lebih luas. Maka sosiologi tetap berada di
bidang kejadian yang dapat diobservasi.
Proses pencarian tersebut dapat juga dinamakan sebagai proses berfilsafat. Dasar
pemikiran sosiologi tidak bisa terlepas dari pemikiran para ahli filsafat yang mengkaji
tentang kehidupan manusia. Sosiologi memberikan informasi yang cukup tentang
adanya keterkaitan antara proses keilmuan tertentu dengan faktor-faktor lain diluar
keilmuan misalnya ideologi, tradisi keagamaan, otoritas politik, ekonomi dan lain-
lain.
Sudah menjadi sifat bawaannya, bahwa sosiologi sejak berkembang hingga
dewasa ini menjadi disiplin yang berdiri sendiri yang selalu berada dalam suasana
pergulatan, pemikiran dikalangan tokoh-tokohnya. Sosiologi lahir di tengah-tengah
persaingan antara filsafat dan psikologi. Inilah yang menjadikan filsafat sangat
berhubungan dengan sosiologi.
2.9 Hubungan Filsafat dengan Ilmu Antropologi
Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti “manusia”, dan logos yang
berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus
makhluk sosial. Antropologi mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis
tertentu. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat
tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama,
antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada
masyarakat dan kehidupan sosialnya.
Adanya filsafat karena adanya kehidupan manusia dan adanya hasil pemikiran
berarti ada yang memikirkan (subjek). Filsafat dan antropologi adalah hubungan yang
paling awal dari hubungan filsafat dengan lainnya. Hubungan ini untuk mengetahui
tentang apa atau siapa manusia dalam keutuhannya, serta mengetahui tentang apa dan
siapa diri kita ini dalam pemahaman tentang manusia tersebut. Filsafat berkembang
berkat manusia dan keadaan kehidupannya. Yang mana saling berkaitan antara filsafat
dan ilmu antropologi yakni perkembangannya hingga kini makin berkembang seiring
kehidupan.
2.10 Hubungan Filsafat dengan Ilmu Psikologi
Psikologis berasal dari yunani yaitu dari kata Psyche yang bararti jiwa dan Logos
yang berarti ilmu atau berarti ilmu jiwa, atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-
gejala kejiwaan.
Filsafat memerlukan data dari ilmu lain, dalam hal ini psikologi akan menolong
filsafat dangan hasil penelitiannya. Dengan mempertimbangkan hasil psikologi,
sebagai literatur. Filsafat itu mempertanyakan jawaban, sedangkan psikologi
menjawab pertanyaan (masalah). Rasionalitas merupakan hal penting dalam dalam
hubungan psikologi dan filsafat, untuk menjelaskan tentang data hidup bersama.
Kesamaan antara keduanya terletak pada penggalian data yang berdasarkan norma
dan realitas psikologi yang kompleks. Coexistence atau hidup bersama akan
membenarkan status tentang keadilan. Penambahan supranatural oleh manusia dalam
memandang kehidupan juga tidak dapat dipisahkan dari alam dan alasan yang
berdasarkan ilmu pengetahuan.
Filsafat ilmu menyediakan tata cara berpikir, yaitu berpikir kritis terhadap pola
ilmiahnya sendiri dalam psikologi dan mengembangkannya sesuai kebutuhan
masyarakat. Tujuannya supaya para psikolog tetap sadar bahwa ilmu pada dasarnya
tidak pernah bisa mencapai kepastian secara mutlak, melainkan hanya pada level
probabilitas. Dengan begitu, para psikolog terhindar dari sikap memuja ilmu
pengetahuan sebagai satu-satunya sumber kebenaran.
Filsafat bisa menegaskan akar historis ilmu psikologi. Psikolog bisa mempelajari
teks-teks kuno filsafat tentang refleksi perilaku dan konsep jiwa manusia agar
semakin memahami akar historis ilmu mereka, serta persoalan apa saja yang ada di
dalamnya.
2.11 Hubungan Filsafat dengan Ilmu Ekonomi
Ilmu ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana cara memilih,
menggunakan sumber daya produksi yang terbatas dan menyalurkannya ke berbagai
anggota masyarakat untuk segera dikonsumsikan. Ilmu ekonomi merupakan suatu
studi tentang uang, suku bunga, modal, dan kekayaan.
Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa ilmu ekonomi merupakan
suatu studi tentang perilaku masyarakat dalam menggunakan sumber daya yang
langka dalam rangka memproduksi berbagai komoditi, untuk kemudian
menyalurkannya kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam suatu
masyarakat.
Ilmu ekonomi berkaitan dengan pembahasan yang menjelaskan landasan yang
mendasari konsepsi, metodologi, serta etika dalam disiplin ilmu ekonomi. Oleh
karenanya, filsafat ekonomi merupakan bagian tak terpisahkan dari filsafat ilmu
pengetahuan yang membahas bagaimana disiplin ilmu tertentu menghasilkan
pengetahuan, memberikan penjelasan dan prediksi, serta pemahaman yang melatar
belakangi suatu disiplin ilmu. Sekalipun demikian, terdapat beragam perdebatan yang
sangat intensif dan terus berkembang dalam upaya mengokohkan filsafat ilmu
ekonomi dari perspektif filsafat ilmu pengetahuan khususnya terkait dengan aspek
metodologis, rasionalitas, etika dan aspek normatif yang terdapat dalam ilmu
ekonomi. Telaah yang lebih mendalam dalam aspek-aspek ini sangat diperlukan
dalam mengokohkan klaim “scientific” ilmu ekonomi di masa mendatang.
3. Metode Penulisan
Penulis mengunakan metode study literacy dalam membuat tulisan ini. Sumber
literature sekunder (secondary source) penulis didapat dengan cara mengumpulkan
dan mengkaji data pustaka seperti buku buku filsafat, jurnal internasional dan
beberapa sumber dari makalah atau study sebelumnya.
Study dilakukan dalam waktu dua bulan mulai bulan Mei 2017, dengan hasil yang
diharapkan bisa menjadi bahan dasar sebelum mendalami ilmu filsafat dan juga
korelasinya ke ilmu-ilmu lain.
4. Hasil dan Pembahasaan
Dari pemaparan di atas dapat di lihat bahwa ada persamaan antara kegunaan ilmu
filsafat dan ilmu lain hingga keduanya berkaitan dalam praktek kesehariannya,
seperti:
- Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek
selengkap-lengkapnya sampai ke-akar-akarnya.
- Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada
antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-
akibatnya.
- Keduanya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang
bergandengan.
- Keduanya mempunyai metode dan system.
- Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya
timbul dari hasrat manusia (obyektivitas), akan pengetahuan yang lebih
mendasar.
Yang membedakan diantara keduanya adalah: filsafat mempelajari
seluruh realitas, sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari satu realitas atau
bidang tertentu. Filsafat mempunyai objek yang lebih luas, sifatnya universal,
sedangkan ilmu-ilmu pengetahuan objeknya terbatas, khusus lapangannya saja.
5. Kesimpulan dan saran
5.1 Kesimpulan
Hubungan antara filsafat dengan ilmu yang dapat terintegrasi dalam filsafat ilmu,
dimana filsafat mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan ilmu,
menunjukan adanya keterbatasan ilmu dalam menjelaskan berbagai fenomena
kehidupan. Disamping itu dilingkungan wilayah ilmu itu sendiri sering terjadi sesuatu
yang dianggap benar pada satu saat ternyata disaat lain terbukti salah, sehingga timbul
pertanyaan apakah kebenaran ilmu itu sesuatu yang mutlak?, dan apakah seluruh
persoalan manusia dapat dijelaskan oleh ilmu?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
sebenarnya menggambarkan betapa terbatasnya ilmu dalam mengungkap misteri
kehidupan serta betapa tentatif-nya kebenaran ilmu.
Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan
peran sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu
pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu dapat hidup dan berkembang. Filsafat
bertujuan untuk mencari kebenaran yang sungguh-sungguh benar, kebenaran akhir.
Seorang filosof tidak akan berhenti pada pengetahuan yang tampak benar, melainkan
menyelidiki hingga kebalikannya. Dalam proses mencari kebenarannya, ilmu-ilmu
lain berperan untuk menguatkan dasar pemikirannya hingga menjadi empiris dan
tidak tergoyahkan.
Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam
mempertanggung jawabkan ilmunya. Pertanggungjawaban secara rasional di sini
berarti bahwa setiap langkah langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan
sangkalan dan harus dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan argumen-
argumen yang obyektif (dapat dimengerti secara inter-subyektif).
Pemahaman tentang arti dan hakikat filsafat itu sendiri akan menjadi lebih jelas
bila dilihat dalam posisi perbandingan dengan ilmu lain. Filsafat, dalam hal ini, lebih
merupakan sebuah pemikiran yang universal, menyeluruh, dan mendasar, sementara
ilmu lainnya lebih merupakan pemikiran yang lebih spesifik atau khusus, karena
dibatasi pada obyek dan sudut pandang pemikirannya yang khas. Obyek penelitian
filsafat mencakup segala sesuatu, sejauh bisa dijangkau oleh pikiran manusia. Filsafat
berusaha menyimak dan menyingkap seluruh kenyataan dan menyelidiki sebab-sebab
dasariah dari segala sesuatu. Filsafat, karenanya, ingin mengkritisi dan menembusi
berbagai sekat pemikiran ilmu-ilmu lainnya, serta berusaha mencapai sebab terahkir
dan mutlak (absolute) dari segala yang ada.
Filsafat berusaha menerangi dunia dengan rasio manusia, dan karennya, filsafat
lebih merupakan “kebijaksanaan duniawi”, bukan “kebijaksanaan ilahi” yang
sempurna dan mutlak abadi.
Filsafat tidak pernah akan menerima secara buta berbagai pemikiran, keyakinan,
egoisme keilmuan, atau pandangan-pandangan kepribadian yang bersifat individual
semata. Justru, filsafat berusaha menguji, mengkritisi, dan berusaha mengajukan
pertanyaan-pertanyaan secara baru dan menjawabnya secara baru pula, berdasarkan
aktualitas dan tuntutan dinamika perkembangan yang dihadapi. Filsafat, karena itu,
tidak akan pernah menjadikan dirinya sebagai kebenaran ideologis yang serba-
sempurna dan serba-oke, yang membelenggui manusia. Justru, filsafat tetap adalah
sebuah program pencerahan dalam rangka otonomi, emansipasi, dan perkembangan
manusia.
Dewasa ini, tanggungjawab filsafat semakin diakui, baik sebagai pangkalan
pengembangan keilmuan maupun sebagai titik pangkal pengintegrasian ilmu-ilmu
dalam sebuah pendekatan yang bersifat multi dan interdisipliner. Melalui itu, ilmu-
ilmu dan spesialisasi tidak tertutup dalam egoisme keilmuan atau spesialisasinya
masing masing, tetapi terbuka untuk saling menyapa dan membangun tugas bersama
demi manusia dan kemanusiaan yang menjadi sumber dan norma, serta penyebab
adanya bagi ilmu-ilmu itu sendiri.
5.2 Saran
Saran penulis bagi pembaca yang ingin mendalami mengenai Ilmu Filsafat yaitu
untuk lebih memahami filsafat dan ilmu, agar lebih terarah dan tujuan pembelajaran
bisa tercapai dengan baik serta sempurna. Untuk mendapatkan hal itu, maka harus
berusaha memahami dan mengerti apa konsep dari filsafat itu sebenarnya.
Untuk penulis lain yang akan mengembangkan tulisan yang sudah ada, penulis
menyarankan untuk menggunakan literatur yang lebih luas dan modern dalam
mengungkapkan hubungan filsafat dan ilmu lain mengingat perkembangan ilmu
sudah jauh lebih maju dan detil dan terpecah kedalam pendalaman yang lebih
mikroskopis.
DAFTAR PUSTAKA
Bahm, Archie, J., 1980., “What Is Science”, Reprinted from my Axiology; The
Science Of Values.
Bertens, K., 1987., “Panorama Filsafat Modern”, Gramedia, Jakarta.
Nuchelmans, G., 1982., “Berfikir Secara Kefilsafatan”, Bab X, Filsafat Ilmu
Pengetahuan Alam, Dialihbahasakan Oleh Soejono Soemargono”, UGM Yogyakarta
Ernest, Paul 1999., The Philosophy of Mathematics Education.
Warburton, Nigel., 2004., “Philosophy The Basic fourth edition”, New York:
Routledge.
Soeparmo, A.H., 1984., “Struktur Keilmuwan Dan Teori Ilmu Pengetahuan Alam”,
Penerbit : Airlangga University.
The Liang Gie., 1999., “Pengantar Filsafat Ilmu Yogyakarta”.
Adib, Mohammad., 2010., “Filsafat Ilmu, Ontologi, Epistemologi, Aksiologi dan
Logika Ilmu Pengetahuan”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar XXV.
Wibisono, Koento dkk., 1997., “Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Pengetahuan”. Klaten: Intan Pariwara.
Surajiro., 2008., “Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia”, Jakarta: Bumi
Aksara
Wattimena, Reza., A. A., tth., “Filsafat dan Sains”, Jakarta: Grasindo
Jujun, S. Suriasumantri., 2005., “Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer”.
Jakarta: Pusataka Sinar Harapan.
Suriasumantri, J.S., 1995., “Ilmu dalam Perspektif”, Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Watloly, A. 2011., “Tanggung Jawab Pengetahuan”, Kanisius: Yogyakarta.
Abidin, Zainal., 2003., “Filsafat Manusia Memahami Manusia Melalui Filsafat”,
Cet.3. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Ofset.
Bakhtiar, Amsal., 1997., “Filsafat Agama 1”. Jakarta: PT. LOGOS Wacana Ilmu
Muslim.
Mohammad., 2006., “Filsafat Ilmu Kajian Atas Asumsi Dasar Paradigma Dan
Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan”, Cet.3. Yogyakarta: Belukar.
Prasetyo., 2002., “Filsafat Agama”, Cet. 3. Bandung: Pustaka Setia.
Salam, Burhanudin., 2003., “Pengantar Filsafat”, Cet. 5. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
S. Praja, Juhaya., 2008., “Aliran-aliran Filsafat dan Etika”, Cet. 3. Jakarta:
Kencana.
Suhartono, Suparlan., 2007., “Filsafat Pendidikan”, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Chang, Raymond., 2003., “Kimia Dasar Konsep-konsep Inti”, Jilid I, Edisi Ketiga,
Jakarta: Erlangga.
Baktiar, Amsal., 2004., “Filsafat Ilmu: Perbedaan dan persamaan antara
filsafat dan ilmu’, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Ahmadi, Abu., 2003., “Psikologi Umum”, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dennis, Fitryan G., 2011., “Bekerja Sebagai Psikolog”. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sarwono, Sarlito Wirawan., 2012., “Pengantar Psikologi Umum”. Jakarta: Rajawali
Pers.
Walgito, Bimo., 2003., “Psikologi Sosial”, Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Agraha Suhandi, Drs., SHm.,(1992), “Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya”,
(Diktat Kuliah), Bandung : Fakultas Sastra Unpad Bandung.

More Related Content

What's hot

Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesia
Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesiaBab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesia
Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesiaSyaiful Ahdan
 
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam Islam
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam IslamIlmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam Islam
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam IslamWulandari Rima Kumari
 
Tugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenranTugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenranSusi Yanti
 
Hubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agamaHubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agamaBuyung Iskandar
 
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasilaJelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasilaSusanti Susanti
 
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam IslamAkhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam IslamNovita Widianingsih
 
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatHakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatIrma Puji Lestari
 
Pancasila sebagai dasar dalam ilmu pengetahuan
Pancasila sebagai dasar dalam ilmu pengetahuanPancasila sebagai dasar dalam ilmu pengetahuan
Pancasila sebagai dasar dalam ilmu pengetahuanErwin Pasaribu
 
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang WacanaContoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang WacanaAi Roudatul
 
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...Nurfaizatul Jannah
 
Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan IlmuPancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmudayurikaperdana19
 
Buku 100 Pertanyaan Top Seputar Khilafah
Buku 100 Pertanyaan Top Seputar KhilafahBuku 100 Pertanyaan Top Seputar Khilafah
Buku 100 Pertanyaan Top Seputar KhilafahAnas Wibowo
 

What's hot (20)

Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesia
Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesiaBab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesia
Bab ii pancasila dalam arus sejarah bangsa indonesia
 
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam Islam
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam IslamIlmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam Islam
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) dalam Islam
 
Tugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenranTugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenran
 
Aksiologi ppt
Aksiologi pptAksiologi ppt
Aksiologi ppt
 
Makalah Sintaksis Bahasa Indonesia
Makalah Sintaksis Bahasa IndonesiaMakalah Sintaksis Bahasa Indonesia
Makalah Sintaksis Bahasa Indonesia
 
Hubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agamaHubungan filsafat dan agama
Hubungan filsafat dan agama
 
Definisi Filsafat Ilmu
Definisi Filsafat IlmuDefinisi Filsafat Ilmu
Definisi Filsafat Ilmu
 
Filsafat umum
Filsafat umumFilsafat umum
Filsafat umum
 
Makalah kalimat
Makalah   kalimatMakalah   kalimat
Makalah kalimat
 
Makalah Karya Ilmiah
Makalah Karya Ilmiah Makalah Karya Ilmiah
Makalah Karya Ilmiah
 
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasilaJelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
Jelaskan dengan contoh landasan historis pada landasan pedidikan pacasila
 
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam IslamAkhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
 
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatHakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
 
Pancasila sebagai dasar dalam ilmu pengetahuan
Pancasila sebagai dasar dalam ilmu pengetahuanPancasila sebagai dasar dalam ilmu pengetahuan
Pancasila sebagai dasar dalam ilmu pengetahuan
 
Makalah ontologi filsafat ilmu
Makalah ontologi filsafat ilmuMakalah ontologi filsafat ilmu
Makalah ontologi filsafat ilmu
 
Tugas Kelompok FIlsafat Struktur Ilmu Pengetahuan
Tugas Kelompok FIlsafat Struktur Ilmu PengetahuanTugas Kelompok FIlsafat Struktur Ilmu Pengetahuan
Tugas Kelompok FIlsafat Struktur Ilmu Pengetahuan
 
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang WacanaContoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
Contoh Soal Bahas Indonesia tentang Wacana
 
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...
 
Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan IlmuPancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
 
Buku 100 Pertanyaan Top Seputar Khilafah
Buku 100 Pertanyaan Top Seputar KhilafahBuku 100 Pertanyaan Top Seputar Khilafah
Buku 100 Pertanyaan Top Seputar Khilafah
 

Similar to Hubungan filsafat dengan ilmu lain

Filsafat ilmu, Kol Inf Triadi Murwanto,S.E.,M.M., Prof Hapzli Ali, Hub Filsaf...
Filsafat ilmu, Kol Inf Triadi Murwanto,S.E.,M.M., Prof Hapzli Ali, Hub Filsaf...Filsafat ilmu, Kol Inf Triadi Murwanto,S.E.,M.M., Prof Hapzli Ali, Hub Filsaf...
Filsafat ilmu, Kol Inf Triadi Murwanto,S.E.,M.M., Prof Hapzli Ali, Hub Filsaf...triadimurwanto
 
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.Septian Muna Barakati
 
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat IlmuMakalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat Ilmusayid bukhari
 
Kumpulan materi tugas membuat makalah Dosen Pengajar Dr. Sigit Sardjono, MS
Kumpulan materi tugas membuat makalah Dosen Pengajar Dr. Sigit Sardjono, MSKumpulan materi tugas membuat makalah Dosen Pengajar Dr. Sigit Sardjono, MS
Kumpulan materi tugas membuat makalah Dosen Pengajar Dr. Sigit Sardjono, MSkhoinurfaisila
 
FALSAFAH KESATUAN ILMU_ANGGRAENI YUSPITA.docx
FALSAFAH KESATUAN ILMU_ANGGRAENI YUSPITA.docxFALSAFAH KESATUAN ILMU_ANGGRAENI YUSPITA.docx
FALSAFAH KESATUAN ILMU_ANGGRAENI YUSPITA.docxanggraeni yuspita
 
Artikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docx
Artikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docxArtikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docx
Artikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docxMetaFitriani1
 
Filsafat ilmu, aris setiyani, hapzi ali, hubungan filsafat dengan ilmu ilmu l...
Filsafat ilmu, aris setiyani, hapzi ali, hubungan filsafat dengan ilmu ilmu l...Filsafat ilmu, aris setiyani, hapzi ali, hubungan filsafat dengan ilmu ilmu l...
Filsafat ilmu, aris setiyani, hapzi ali, hubungan filsafat dengan ilmu ilmu l...ARIS SETIYANI
 
Filsafat ilmu, aris setiyani, hapzi ali, hubungan filsafat dengan ilmu ilmu l...
Filsafat ilmu, aris setiyani, hapzi ali, hubungan filsafat dengan ilmu ilmu l...Filsafat ilmu, aris setiyani, hapzi ali, hubungan filsafat dengan ilmu ilmu l...
Filsafat ilmu, aris setiyani, hapzi ali, hubungan filsafat dengan ilmu ilmu l...ARIS SETIYANI
 
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.Septian Muna Barakati
 
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.Warnet Raha
 
KELOMPOK 2_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH M1 s.d M15_PFI_S_UNTAG_SBY
KELOMPOK 2_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH M1 s.d M15_PFI_S_UNTAG_SBYKELOMPOK 2_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH M1 s.d M15_PFI_S_UNTAG_SBY
KELOMPOK 2_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH M1 s.d M15_PFI_S_UNTAG_SBYDINAFRENTI17
 
Filsafat_Ilmu_dalam_Kehidupan_PPT_kelomp.pptx
Filsafat_Ilmu_dalam_Kehidupan_PPT_kelomp.pptxFilsafat_Ilmu_dalam_Kehidupan_PPT_kelomp.pptx
Filsafat_Ilmu_dalam_Kehidupan_PPT_kelomp.pptxArif642407
 
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.Stugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.Sbaguspw12
 
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1juniotrov
 
Tugas Akhir Filsafat Kel.6.pptx
Tugas Akhir Filsafat Kel.6.pptxTugas Akhir Filsafat Kel.6.pptx
Tugas Akhir Filsafat Kel.6.pptxEarlydesyaoctavia
 

Similar to Hubungan filsafat dengan ilmu lain (20)

Filsafat ilmu, Kol Inf Triadi Murwanto,S.E.,M.M., Prof Hapzli Ali, Hub Filsaf...
Filsafat ilmu, Kol Inf Triadi Murwanto,S.E.,M.M., Prof Hapzli Ali, Hub Filsaf...Filsafat ilmu, Kol Inf Triadi Murwanto,S.E.,M.M., Prof Hapzli Ali, Hub Filsaf...
Filsafat ilmu, Kol Inf Triadi Murwanto,S.E.,M.M., Prof Hapzli Ali, Hub Filsaf...
 
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.
 
Science and Knowledge
Science and KnowledgeScience and Knowledge
Science and Knowledge
 
36413-99553-1-PB.pdf
36413-99553-1-PB.pdf36413-99553-1-PB.pdf
36413-99553-1-PB.pdf
 
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat IlmuMakalah Substansi Filsafat Ilmu
Makalah Substansi Filsafat Ilmu
 
Kumpulan materi tugas membuat makalah Dosen Pengajar Dr. Sigit Sardjono, MS
Kumpulan materi tugas membuat makalah Dosen Pengajar Dr. Sigit Sardjono, MSKumpulan materi tugas membuat makalah Dosen Pengajar Dr. Sigit Sardjono, MS
Kumpulan materi tugas membuat makalah Dosen Pengajar Dr. Sigit Sardjono, MS
 
FALSAFAH KESATUAN ILMU_ANGGRAENI YUSPITA.docx
FALSAFAH KESATUAN ILMU_ANGGRAENI YUSPITA.docxFALSAFAH KESATUAN ILMU_ANGGRAENI YUSPITA.docx
FALSAFAH KESATUAN ILMU_ANGGRAENI YUSPITA.docx
 
Artikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docx
Artikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docxArtikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docx
Artikel FKI SUSI LUSIYANI MANJ B.docx
 
Filsafat ilmu, aris setiyani, hapzi ali, hubungan filsafat dengan ilmu ilmu l...
Filsafat ilmu, aris setiyani, hapzi ali, hubungan filsafat dengan ilmu ilmu l...Filsafat ilmu, aris setiyani, hapzi ali, hubungan filsafat dengan ilmu ilmu l...
Filsafat ilmu, aris setiyani, hapzi ali, hubungan filsafat dengan ilmu ilmu l...
 
Filsafat ilmu, aris setiyani, hapzi ali, hubungan filsafat dengan ilmu ilmu l...
Filsafat ilmu, aris setiyani, hapzi ali, hubungan filsafat dengan ilmu ilmu l...Filsafat ilmu, aris setiyani, hapzi ali, hubungan filsafat dengan ilmu ilmu l...
Filsafat ilmu, aris setiyani, hapzi ali, hubungan filsafat dengan ilmu ilmu l...
 
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.
 
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu nurhalima s.
 
KELOMPOK 2_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH M1 s.d M15_PFI_S_UNTAG_SBY
KELOMPOK 2_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH M1 s.d M15_PFI_S_UNTAG_SBYKELOMPOK 2_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH M1 s.d M15_PFI_S_UNTAG_SBY
KELOMPOK 2_SLIDE SHARE_MATERI KULIAH M1 s.d M15_PFI_S_UNTAG_SBY
 
Filsafat_Ilmu_dalam_Kehidupan_PPT_kelomp.pptx
Filsafat_Ilmu_dalam_Kehidupan_PPT_kelomp.pptxFilsafat_Ilmu_dalam_Kehidupan_PPT_kelomp.pptx
Filsafat_Ilmu_dalam_Kehidupan_PPT_kelomp.pptx
 
Makalah filsafat
Makalah filsafatMakalah filsafat
Makalah filsafat
 
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.Stugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
 
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
Filsafat dan-filsafat-pendidikan1
 
Tugas filsafat ilmu
Tugas filsafat ilmu Tugas filsafat ilmu
Tugas filsafat ilmu
 
Tugas Akhir Filsafat Kel.6.pptx
Tugas Akhir Filsafat Kel.6.pptxTugas Akhir Filsafat Kel.6.pptx
Tugas Akhir Filsafat Kel.6.pptx
 
Makalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmuMakalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmu
 

Recently uploaded

Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 

Recently uploaded (20)

Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 

Hubungan filsafat dengan ilmu lain

  • 1. HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ILMU LAIN Sebuah kajian untuk memahami filsafat sebagai dasar semua ilmu Nico Alexander Hapzi Ali Doctoral Management, Universitas Mercu Buana Jalan, Meruya Selatan, Meruya Jakarta Barat Email: nickvizano@gmail.com Abstraksi Banyak orang bertanya-tanya, mengapa di jaman milenia ini, jaman yang begitu mengagung-agungkan teknologi dengan segala kemajuannya masih saja di perlukan pengetahuan tentang apa itu filsafat. Hal tersebut yang mendorong penulisan ini untuk berbicara tentang filsafat serta hubungannya dengan ilmu-ilmu lain. Kedudukan filsafat sebagai ibu dari segala ilmu dapat di ketahui dalam tulisan ini. Apa-apa saja yang menjadi kaitan antar ilmu-ilmu yang ada, mulai dari ilmu sains hingga ilmu politik, terhadap ilmu filsafat itu sendiri. Filsafat dapat merangsang lahirnya sejumlah keinginan dari temuan filosofis melalui berbagai observasi dan eksperimen yang melahirkan berbagai pencabangan ilmu. Fakta menunjukan bahwa hampir tidak ada satupun cabang ilmu yang lepas dari persoalan filsafat. Filsafat merupakan ilmu yang mempelajari dengan sungguh- sungguh hakekat kebenaran segala sesuatu. Dengan bantuan filsafat, manusia berusaha menangkap makna, hakekat, hikmah dari setiap pemikiran, realitas dan kejadian. Filsafat mengantarkan manusia untuk lebih jernih, mendasar dan bijaksana dalam berfikir, bersikap, berkata, berbuat dan mengambil kesimpulan. Kata kunci: Filsafat, ilmu lain. 1. Pendahuluan Hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan begitu berkembang seiring dengan waktu yang terus berjalan. Filsafat berakar dari bahasa Yunani: “philosophia”; kata ini berasal dari dua kata Philo dan Sophia. Philo = ilmu atau cinta, dan Sophia = kebijaksanaan. Sehingga filsafat dapat di artikan sebagai ilmu tentang kebijaksanaan. Pada awal perkembangan ilmu di Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis, dan pada saat itu ilmu pengetahuan identik dengan filsafat. Pada saat mulai berkembangnya ilmu pengetahuan alam di abad ke 17, filsafat dan ilmu pengetahuan mulai terlihat perbedaan dan pembatasnya, Nuchelmans (1982). Filsafat
  • 2. dan ilmu pengetahuan mulai bergerak menjadi suatu korelasi di antar sub ilmu yang terus berkembang, saling melengkapi dan menjelaskan. Ilmu pengetahuan berkembang menjadi lebih spesifik dan detil, sementara filsafat tetap menjadi landasan dari ilmu-ilmu tersebut. Menurut Koento Wibisono (1999), filsafat itu sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar bercabang secara subur, yang masing- masing cabangnya melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri. Filsafat menjadi ilmu yang membantu ilmu pengetahuan dalam memantapkan dan menjelaskan prinsip prinsip dasarnya. Seiring dengan perkembangan waktu, ilmu pengetahuan semakin lama semakin berkembang dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang melahirkan sub ilmu pengetahuan yang lebih banyak dan lebih khusus. Menurut van Peursen (1985), ilmu pengetahuan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang jalin-menjalin dan taat asas (konsisten) dari ungkapan-ungkapan yang sifat benar-tidaknya dapat ditentukan. Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hal ini didukung oleh Israel Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999), yang berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau tentang dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu. Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip ungkapan dari Michael Whiteman (dalam Koento Wibisono dkk.1997), bahwa ilmu kealaman persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena terlibat dengan persoalan-persoalan filsafati sehingga memisahkan satu dari yang lain tidak mungkin. Tabel dibawah (disarikan dari Drs. Agraha Suhandi, 1992) menggambarkan perbedaan ilmu dengan filsafat: Ilmu Filsafat Segi-segi yang dipelajari dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti Obyek penelitian yang terbatas Tidak menilai obyek dari suatu sistem nilai tertentu. Bertugas memberikan jawaban Mencoba merumuskan pertanyaan atas jawaban. Mencari prinsip-prinsip umum, tidak membatasi segi pandangannya bahkan cenderung memandang segala sesuatu secara umum dan keseluruhan-keseluruhan yang ada Menilai obyek renungan dengan suatu makna, misalkan religi, kesusilaan, keadilan dsb. Bertugas mengintegrasikan ilmu-ilmu Obyek material filsafat itu bersifat universal/umum, yaitu segala sesuatu yang ada realita, sedangkan obyek material ilmu pengetahuan bersifat khusus dan empiris.
  • 3. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secara kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu. Sudut pandangan filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita. Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainnya. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu. Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak, dan mendalam sampai mendasar (primary cause) sedangkan ilmu menunjukkan sebab- sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder (secondary cause). Terlepas dari berbagai macam pengelompokkan atau pembagian dalam ilmu pengetahuan, sejak F.Bacon (1561-1626) mengembangkan semboyannya “Knowledge Is Power”, kita dapat mensinyalir bahwa peranan ilmu pengetahuan terhadap kehidupan manusia, baik individual maupun sosial menjadi sangat menentukan. Karena itu implikasi yang timbul menurut Koento Wibisono (1984), adalah bahwa ilmu yang satu sangat erat hubungannya dengan cabang ilmu yang lain serta semakin kaburnya garis batas antara ilmu dasar-murni atau teoritis dengan ilmu terapan atau praktis. Untuk mengatasi gap antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya, dibutuhkan suatu bidang ilmu yang dapat menjembatani serta mewadahi perbedaan yang muncul. Oleh karena itu, maka bidang filsafatlah yang mampu mengatasi hal tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Immanuel kant (dalam kunto Wibisono dkk., 1997) yang menyatakan bahwa filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas- batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis bacon (dalam The Liang Gie, 1999), menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu- ilmu (the great mother of the sciences). Lebih lanjut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena pengetahuan ilmiah atau ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu sebagai penerusan pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu: ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hal ini didukung oleh Israel Scheffler (dalam The Liang Gie, 1999), yang berpendapat bahwa filsafat ilmu mencari pengetahuan umum tentang ilmu atau tentang dunia sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu. Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa ini tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Filsafat selalu menanyakan sesuatu dibalik persoalan yang dihadapi dan dipelajari oleh ilmu (spekulatif) tersebut, menetapkan dan mengendalikan pada pikiran rasional dan berusaha mencari kebenaran.
  • 4. 2. Hubungan Filsafat dengan ilmu lain Sebagai induk dari segala ilmu, filsafat mempunyai peranan yang mendasar dalam pengembangan tiap sub ilmu yang ada. Dan dikarenakan buah pemikiran yang dihasilkan sangat rasional dan empiris yang dilakukan oleh para filosof, sehingga menghasilkan suatu kebenaran yang dapat di implementasikan ke dalam kehidupan sehari hari. Beberapa pendapat dari Filsuf kenamaan mengenai filsafat: Plato (427-348 SM), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli. Aristoteles (382-322 SM ), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan etestika. Cicero (106 – 43 SM), filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “(the mother of all the arts)“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan). Descartes (1596 –1650 M), filsafat ialah kumpulan segala ilmu pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan. Immanuel Kant (1724-1804M), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang tercakup di dalamnya metafisika, etika, agama dan anthropologi. Al Kindi (801–873M), filsafat adalah pengetahuan tentang realisasi segala sesuatu sejauh jangkauan kemampuan manusia. Al Farabi (870 – 950M), filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam wujud bagaimana hakikat sebenarnya. Johann Gotlich Fickte (1762-1814M), filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu), yakni ilmu umum yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan. Paul Nartorp (1854 – 1924M), filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar) hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya. Manuel Kant (1724 – 1804M), Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan. - Apakah yang dapat kita kerjakan? (jawabannya Metafisika ) - Apakah yang seharusnya kita kerjakan? (jawabannya Etika ) - Sampai dimanakah harapan kita? (jawabannya Agama ) - Apakah yang dinamakan manusia? (jawabannya Antropologi ) Notonegoro (1905–1981M), Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah, yang disebut hakekat. Driyakarya (1913–1967M), filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan“. Harold H. Titus (1979), (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi;
  • 5. (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian (konsep); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat. Hasbullah Bakry, Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu. Walau dalam perkembangannya masing masing sub ilmu memisahkan diri dari filsafat, hal ini tidak menyebabkan hubungan antara filsafat dan ilmu tersebut terputus. Justru sebaliknya, di karenakan sifat kekhususan ilmu tersebut, maka tampak jelas pembatas yang tegas di antara masing masing ilmu, dan filsafatlah yang menyatukan. Juga dikarenakan filsafat memerlukan landasan ilmu pengetahuan yang khusus itu untuk pemecahan masalah yang sifatnya ilmiah dan empiris, dengan menyediakan data data dan fakta yang penting dalam pengkajian filsafat. Filsafat tidak terbatas, sedangkan ilmu terbatas, sehingga ilmu menarik bagian filsafat agar bisa dimengerti oleh manusia. Filsafat berusaha untuk mengatur hasil- hasil dari berbagai ilmu-ilmu khusus ke dalam suatu pandangan hidup dan pandangan dunia yang tersatu padukan, komprehensif dan konsisten. Filsafat tidak menyusun pendapat-pendapat yang saling berkontardiksi. Pada hakikatnya filsafat dan ilmu saling terkait satu sama lain, keduanya tumbuh dari sikap refleksi, ingin tahu, dan dilandasi kecintaan pada kebenaran. Filsafat dengan metodenya mampu mempertanyakan keabsahan dan kebenaran ilmu, sedangkan ilmu tidak mampu mempertanyakan asumsi, kebenaran, metode, dan keabsahannya sendiri. Ilmu merupakan masalah yang hidup bagi filsafat dan membekali filsafat dengan bahan-bahan deskriptif dan faktual yang sangat perlu untuk membangun filsafat. Filsafat dapat memperlancar integrasi antara ilmu-ilmu yang dibutuhkan. Filsafat adalah meta ilmu, refleksinya mendorong peninjauan kembali ide-ide dan interpretasi baik dari ilmu maupun bidang-bidang lain. Ilmu merupakan konkritisasi dari filsafat. Filsafat dapat dilihat dan dikaji sebagai suatu ilmu, yaitu ilmu filsafat. Sebagai ilmu, filsafat memiliki objek dan metode yang khas dan bahkan dapat dirumuskan secara sistematis. Ilmu filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji seluruh fenomena yang dihadapi manusia secara kritis refleksi, integral, radikal, logis, sistematis, dan universal (kesemestaan). Sebagai fenomena ilmu filsafat dapat dilihat dari tema besarnya, yaitu, ontologi (definisi, pengertian, konsep, mengkaji keberadaan sesuatu, membahas tentang ada, yang dapat dipahami baik secara konkret, faktual, transendental, atau pun metafisis), epistemologi (substansi, membahas pengetahuan yang akan dimiliki manusia apabila manusia itu membutuhkannya), dan aksiologi (manfaat, membahas kaidah norma dan nilai yang ada pada manusia). 2.1 Hubungan Filsafat dengan Ilmu Matematika Plato, menyatakan bahwasanya geometri merupakan pengetahuan alam dengan dasar akal adalah kunci untuk mendukung kebenaran filsafat serta melengkapi sifat alam yang nyata berakhir (The Nature of Ultimate Reality). Collingwood (1938)
  • 6. menyatakan ”philosophy is reflektive. “The philosophizing mind never simply thinks also about any object, thinks also about its own thought about that object.” (filsafat bersifat relektif tidaklah semata-mata berpikir tentang suatu obyek, sambil berpikir tentang sesuatu obyek, budi itu senantiasa berpikir juga tentang pemikirannya sendiri mengenai obyek itu). Dasar pemikiran filsafat adalah reflektif, yang diindikasikan sebagai jenis pemikiran yag terdiri dari pertimbangan terhadap sebuah masalah dan memperhatikan masalah tersebut dengan serius. Permasalahan atau problem dalam matematika disebut sebagai pemikiran reflektif terhadap matematika. Hingga dijadikan sebagai salah satu objek kajian dalam filsafat. Sehingga lahirlah bagian ilmu yang disebut filsafat matematika. Banyak filsuf telah menggunakan matematika untuk membangun teori pengetahuan dan penalaran yang dihasilkan dengan memanfaatkan bukti-bukti matematika dianggap telah dapat menghasilkan suatu pencapaian yang memuaskan. Matematika telah menjadi sumber inspirasi yang utama bagi para filsuf untuk mengembangkan epistemologi dan metafisik. Pada taraf tertentu matematika dan filsafat mempunyai persoalan-persoalan bersama. Hannes Leitgeb telah menyelidiki aspek-aspek dalam mana matematika dan filsafat mempunyai derajat yang sama ketika melakukan penelaahan yatitu kesamaan antara obyek, sifat-sifat obyek, logika, sistem-sistem, makna kalimat, hukum sebab-akibat, paradoks, teori permainan dan teori kemungkinan. Para filsuf menggunakan logika sebab-akibat untuk untuk mengetahui implikasi dari konsep atau pemikirannya, bahkan untuk membuktikan kebenaran ungkapan-ungkapannya. Joseph N. Manago (2006) di dalam bukunya “Mathematical Logic and the Philosophy of God and Man” mendemonstrasikan filsafat menggunakan metode matematika untuk membuktikan Lemma bahwa terdapat beberapa makhluk hidup bersifat “eternal”. Makhluk hidup yang tetap hidup disebut bersifat eternal. 2.2 Hubungan Filsafat dengan Ilmu Kimia Kimia adalah ilmu tentang materi dan perubahannya. Materi itu sendiri adalah segala sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Pada prinsipnya, semua materi dapat berada dalam tiga wujud: padat, cair, dan gas. Ilmu kimia mempelajari reaksi kimia, dimana akan terjadi perubahan bila senyawa kimia berinteraksi dengan senyawa lain dan membentuk suatu senyawa baru yang bentuk maupun partikelnya berubah. Pada filsafat kimia ada dua hal yang menjadi perhatian yaitu isu-isu konseptual yang timbul dalam kimia secara hati-hati di-artikulasikan dan dianalisa. Dan kaitannya dalam filsafat kimia realisme, pengurangan, penjelasan, konfirmasi, dan pemodelan yang diambil dalam konteks kimia. Filsafat sebagai fasilitator ilmu kimia hanyalah sebatas untuk mengorek isi yang terkandung dalam wilayah kimia serta mencari gejala-gejala ilmiah yang ada di alam semesta ini yang akhirnya dimasukkan ke wilayah ilmu kimia. Tanpa filsafat yang mengorek mengenai sesuatu yang tersembunyi di tubuh alam semesta ini maka perkembangan ilmu, khususnya kimia, hanya akan mengalami stagnansi, kemandekan.
  • 7. 2.3 Hubungan Filsafat dengan Ilmu Biologi Ilmu Biologi mempelajari tentang sesuatu yang hidup serta masalah-masalah yang menyangkut hidupnya. Sesuai dengan etimologi, kata biologi berasal dari bahasa Yunani yang katanya yaitu: bios yang berarti hidup dan logos yang berarti ilmu. Ilmu ini mempelajari interaksi antar mahluk hidup dan lingkungannya. Pengembangan ilmu biologi terbentang luas mulai dari: Botani, Zoologi, Morfologi, Fisiologi, Histologi, Taksonomi dan lain sebagainya. Ilmu filsafat mempelajari seluruh isi alam semesta mulai dari benda, tumbuhan, hewan, manusia, sampai pada sang pencipta (prima causa). Biologi merupakan buah dari pemikiran filsafat yang detil dan mendalam yang dapat dibuktikan secara empiris dan komprehensif yang kemudian secara jelas dapat di pertanggungjawabkan ke absahan-nya oleh pengguna ilmu tersebut. Filsafat mencoba untuk menganalisis pengertian-pengertian hakiki dalam biologi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai pengertian-pengertian hidup, adaptasi, teologi, evolusi, dan penurunan sifat-sifat. Filsafat menjabarkan juga membicarakan tentang tempat hidup dalam rangka sesuatu, dan arti pentingnya hidup bagi penafsiran kita tentang alam semesta tempat kita hidup. Biologi kefilsafatan membantu untuk bersifat kritis, bukan hanya terhadap istilah-istilah biologi, melainkan juga metode-metode serta teori-teorinya. Gambaran yang kita buat mengenai kenyataan tidak boleh bertentangan dengan fakta-fakta biologi yang sudah ditetapkan dengan baik. Seorang filsuf dapat menghubungkan bahan-bahan yang ditemukan oleh ilmuwan biologi dengan teori-teori yang dikemukakan untuk menerangkan bahan-bahan tersebut. Ia dapat menolong seorang ahli biologi untuk bersifat kritis, bukan hanya terhadap istilah-istilahnya, melainkan juga terhadap metode-metode dan teori- teorinya. 2.4 Hubungan Filsafat dengan Ilmu Sains Sains merupakan suatu metode berfikir yang bersifat objektif untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia nyata, yang di artikan juga sebagai common sense yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap benda-benda atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode observasi yang teliti dan krisis, Titus (1959) dalam Uyoh Sadulloh (2012). Perkembangan filsafat sangat dipengaruhi oleh sains. Sains sangat mempengaruhi pemikiran filsafat dalam mengembangkan sejumlah pemikiran yang deskriptif dan nyata. Dengan dibuktikan oleh sains, filsafat menjadikan buah pemikiran filsuf menajdi suatu kebenaran karena dibuktikan secara ilmiah. Filsafat membantu memikirkan dan menjawab apa yang tak dapat dipikirkan dan dijawab oleh sains. Sains menyediakan pertanyaan-pertanyaan bagi filsafat. Filsafat menyediakan konsep- konsep yang gejalanya dapat diteliti oleh sains. Sains berbeda dari cara perolehan pengetahuan lain karena penjelasannya. Motif sains adalah setepat dan sejelas mungkin menjelaskan gejala. Sedangkan filsafat ilmu menyediakan kerangka orientasi bagi ilmu untuk mendekati dan memandang gejala. Filsafat ilmu membantu ilmu untuk menyediakan kerangka pikir untuk menjelaskan,
  • 8. meramalkan dan mengendalikan gejala. Filsafat ilmu memikirkan dan mengkaji persoalan yang tak dapat dijawab oleh ilmu. 2.5 Hubungan Filsafat dengan Ilmu Agama Menurut (Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama, 1979: 169), Ilmu agama memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia tentang alam, manusia dan Tuhan. Ilmu agama dapat memberikan jawaban kepada hal hal yang tidak dapat dijawab oleh ilmu lain bahkan filsafat. Agama mengatur seluruh kehidupan manusia untuk berbakti kepada Tuhan, sementara Filsafat yang menjelaskan fakta dan realita yang terjadi. Filsafat menjadi bagian dalam Ilmu agama dan keduanya terkait dalam penggunaan akal, budi dan keyakinan dalam menjabarkan suatu permasalahan untuk mencari kebenaran yang hakiki. Perbedaan antara Filsafat dengan Agama, yakni: 1. Sumber kebenaran filsafat adalah dari manusia itu sendiri dalam arti pikiran pengalaman dan intuisinya. Sumber kebenaran agama adalah dari Allah, karena itu disebut juga bersifat vertical. 2. Pendekatan kebenaran filsafat dengan jalan perenungan dari akal manusia secara radikal, sistematis, dan universal tanpa pertolongan dan bantuan dari wahyu Allah. Pendekatan kebenaran agama dengan jalan melihat kepada wahyu Allah yang berada dalam kitab suci Al-qur’an, Taurat, dan Injil. 3. Sifat kebenaran filsafat adalah spekulatif, yaitu yang bersifat pendugaan yang mengakar menyeluruh dan universal. Dimana timbul keraguan setelah itu yakin dan kemudian ragu kembali dan timbul pertanyaan lagi untuk mencari jawaban yang mendalam. Sifat kebenaran agama adalah mutlak karena bersumber dari Allah. Dimana dimulai dengan keimanan dan keyakinan setelah itu iman dan keyakinan meyelidiki kebenaran yang mutlak setelah yakin atas hasil penyelidikan tersebut maka terjadilah pendalaman keimanan dan keyakinan yang disebut taqwa. 4. Tujuan filsafat ialah kecintaan kepada pengetahuan yang bijaksana dengan hasil kedamaian dan kepuasan jiwa yang sedalam-dalamnya. Tujuan agama adalah kedamaian, keharmonisan, kebahagiaan, keselarasan, keridhoan. 2.6 Hubungan Filsafat dengan Ilmu Seni (Art) Seni dan filsafat berkembang dengan pesat di Yunani. Dalam bukunya, Poetics; Aristoteles (384-322 SM); digambarkan bahwa seni adalah imitasi dari realitas. Menurut Aristoteles, fungsi sastrawan bukanlah membicarakan sesuatu yang telah terjadi, melainkan sesuatu yang mungkin terjadi, yakni membicarakan sesuatu yang mungkin (probable) sebagai yang mungkin (probable) atau niscaya (necessary). Dalam bukunya, physics, Aristoteles membagi seni menjadi: 1. Seni yang bertujuan untuk melengkapi fungsi alam semesta, seperti menciptakan alat-alat atau teknologi-teknologi, karena alam itu sendiri memberikan manusia hanya dua tangan. 2. Seni yang bertujuan meng-“imitasi” alam semesta. Seni sebagai “alat peraga” manusia dalam mengemukakan pendapat, dugaan bahkan suatu kenyataan dalam bentuk yang mudah di cerna atau sesekali dalam bentuk yang memerlukan pemikiran dalam. Kebalikannya, seni dapat meninggalkan
  • 9. relung-relung tebuka bagi filsafat untuk mendalami dan menggalinya lebih dalam. 2.7 Hubungan Filsafat dengan Ilmu Politik Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan. Ilmu politik terutama sekali erat hubungannya dengan filsafat, yaitu bagian dari filsafat yang menyangkut kehidupan politik terutama mengenai sifat hakiki, asal mula dan nilai (value) dari suatu kelompok atau bahkan negara. Negara dan manusia didalamnya dianggap sebagai sebagian dari alam semesta. Kadang seorang manusia tanpa landasan dasar politik, moral dan etika yang benar akan membenarkan tujuan politiknya dan melakukan apa saja dalam proses mencapainya. Filsafat mengembalikan karakter manusiawi kehidupan yang kerap dikotori oleh rupa-rupa manipulasi dari aneka pola pikir manipulaitif yang berkaitan dengan politik. Filsafat menjaga individu tetatp dalam pola berpikir rasional dan mendalam serta mengedepankan kemandirian dan tanggung jawab pribadi dan selalu bertunduk kepada kebenaran. 2.8 Hubungan Filsafat dengan Ilmu Sosiologi Sosiologi yang pernah diperlakukan sebagai filsafat sosial yang kemudian berkembang menjadi ilmu sosial yang mandiri pada abad ke-19. Auguste Comte, seorang Prancis, secara tradisional dianggap sebagai bapak sosiologi. Comte terakreditasi dengan coining dari sosiologi istilah (tahun 1839). "Sosiologi" terdiri dari dua kata: socius, yang berarti pendamping atau asosiasi, dan logos, yang berarti ilmu atau belajar. Makna etimologis dari "sosiologi" demikian ilmu masyarakat. John Stuart Mill, seorang pemikir sosial dan filsuf abad ke-19, mengusulkan etologi kata untuk ini ilmu baru. Herbert Spencer mengembangkan studi sistematis tentang masyarakat dan mengadopsi kata "sosiologi" dalam karyanya. Dengan kontribusi dari Spencer dan lain-lain itu (sosiologi) menjadi nama permanen dari ilmu baru. Sosiologi memaknai metode observasi dan berusaha menerangkan sebab-musabab suatu gejala sosial yang konkrit dari keadaannya yang lebih luas. Maka sosiologi tetap berada di bidang kejadian yang dapat diobservasi. Proses pencarian tersebut dapat juga dinamakan sebagai proses berfilsafat. Dasar pemikiran sosiologi tidak bisa terlepas dari pemikiran para ahli filsafat yang mengkaji tentang kehidupan manusia. Sosiologi memberikan informasi yang cukup tentang adanya keterkaitan antara proses keilmuan tertentu dengan faktor-faktor lain diluar keilmuan misalnya ideologi, tradisi keagamaan, otoritas politik, ekonomi dan lain- lain. Sudah menjadi sifat bawaannya, bahwa sosiologi sejak berkembang hingga dewasa ini menjadi disiplin yang berdiri sendiri yang selalu berada dalam suasana pergulatan, pemikiran dikalangan tokoh-tokohnya. Sosiologi lahir di tengah-tengah persaingan antara filsafat dan psikologi. Inilah yang menjadikan filsafat sangat berhubungan dengan sosiologi.
  • 10. 2.9 Hubungan Filsafat dengan Ilmu Antropologi Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti “manusia”, dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Antropologi mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya. Adanya filsafat karena adanya kehidupan manusia dan adanya hasil pemikiran berarti ada yang memikirkan (subjek). Filsafat dan antropologi adalah hubungan yang paling awal dari hubungan filsafat dengan lainnya. Hubungan ini untuk mengetahui tentang apa atau siapa manusia dalam keutuhannya, serta mengetahui tentang apa dan siapa diri kita ini dalam pemahaman tentang manusia tersebut. Filsafat berkembang berkat manusia dan keadaan kehidupannya. Yang mana saling berkaitan antara filsafat dan ilmu antropologi yakni perkembangannya hingga kini makin berkembang seiring kehidupan. 2.10 Hubungan Filsafat dengan Ilmu Psikologi Psikologis berasal dari yunani yaitu dari kata Psyche yang bararti jiwa dan Logos yang berarti ilmu atau berarti ilmu jiwa, atau ilmu yang mempelajari tentang gejala- gejala kejiwaan. Filsafat memerlukan data dari ilmu lain, dalam hal ini psikologi akan menolong filsafat dangan hasil penelitiannya. Dengan mempertimbangkan hasil psikologi, sebagai literatur. Filsafat itu mempertanyakan jawaban, sedangkan psikologi menjawab pertanyaan (masalah). Rasionalitas merupakan hal penting dalam dalam hubungan psikologi dan filsafat, untuk menjelaskan tentang data hidup bersama. Kesamaan antara keduanya terletak pada penggalian data yang berdasarkan norma dan realitas psikologi yang kompleks. Coexistence atau hidup bersama akan membenarkan status tentang keadilan. Penambahan supranatural oleh manusia dalam memandang kehidupan juga tidak dapat dipisahkan dari alam dan alasan yang berdasarkan ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu menyediakan tata cara berpikir, yaitu berpikir kritis terhadap pola ilmiahnya sendiri dalam psikologi dan mengembangkannya sesuai kebutuhan masyarakat. Tujuannya supaya para psikolog tetap sadar bahwa ilmu pada dasarnya tidak pernah bisa mencapai kepastian secara mutlak, melainkan hanya pada level probabilitas. Dengan begitu, para psikolog terhindar dari sikap memuja ilmu pengetahuan sebagai satu-satunya sumber kebenaran. Filsafat bisa menegaskan akar historis ilmu psikologi. Psikolog bisa mempelajari teks-teks kuno filsafat tentang refleksi perilaku dan konsep jiwa manusia agar semakin memahami akar historis ilmu mereka, serta persoalan apa saja yang ada di dalamnya.
  • 11. 2.11 Hubungan Filsafat dengan Ilmu Ekonomi Ilmu ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana cara memilih, menggunakan sumber daya produksi yang terbatas dan menyalurkannya ke berbagai anggota masyarakat untuk segera dikonsumsikan. Ilmu ekonomi merupakan suatu studi tentang uang, suku bunga, modal, dan kekayaan. Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa ilmu ekonomi merupakan suatu studi tentang perilaku masyarakat dalam menggunakan sumber daya yang langka dalam rangka memproduksi berbagai komoditi, untuk kemudian menyalurkannya kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam suatu masyarakat. Ilmu ekonomi berkaitan dengan pembahasan yang menjelaskan landasan yang mendasari konsepsi, metodologi, serta etika dalam disiplin ilmu ekonomi. Oleh karenanya, filsafat ekonomi merupakan bagian tak terpisahkan dari filsafat ilmu pengetahuan yang membahas bagaimana disiplin ilmu tertentu menghasilkan pengetahuan, memberikan penjelasan dan prediksi, serta pemahaman yang melatar belakangi suatu disiplin ilmu. Sekalipun demikian, terdapat beragam perdebatan yang sangat intensif dan terus berkembang dalam upaya mengokohkan filsafat ilmu ekonomi dari perspektif filsafat ilmu pengetahuan khususnya terkait dengan aspek metodologis, rasionalitas, etika dan aspek normatif yang terdapat dalam ilmu ekonomi. Telaah yang lebih mendalam dalam aspek-aspek ini sangat diperlukan dalam mengokohkan klaim “scientific” ilmu ekonomi di masa mendatang. 3. Metode Penulisan Penulis mengunakan metode study literacy dalam membuat tulisan ini. Sumber literature sekunder (secondary source) penulis didapat dengan cara mengumpulkan dan mengkaji data pustaka seperti buku buku filsafat, jurnal internasional dan beberapa sumber dari makalah atau study sebelumnya. Study dilakukan dalam waktu dua bulan mulai bulan Mei 2017, dengan hasil yang diharapkan bisa menjadi bahan dasar sebelum mendalami ilmu filsafat dan juga korelasinya ke ilmu-ilmu lain. 4. Hasil dan Pembahasaan Dari pemaparan di atas dapat di lihat bahwa ada persamaan antara kegunaan ilmu filsafat dan ilmu lain hingga keduanya berkaitan dalam praktek kesehariannya, seperti: - Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkap-lengkapnya sampai ke-akar-akarnya. - Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab- akibatnya. - Keduanya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan. - Keduanya mempunyai metode dan system.
  • 12. - Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia (obyektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar. Yang membedakan diantara keduanya adalah: filsafat mempelajari seluruh realitas, sedangkan ilmu pengetahuan hanya mempelajari satu realitas atau bidang tertentu. Filsafat mempunyai objek yang lebih luas, sifatnya universal, sedangkan ilmu-ilmu pengetahuan objeknya terbatas, khusus lapangannya saja. 5. Kesimpulan dan saran 5.1 Kesimpulan Hubungan antara filsafat dengan ilmu yang dapat terintegrasi dalam filsafat ilmu, dimana filsafat mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan ilmu, menunjukan adanya keterbatasan ilmu dalam menjelaskan berbagai fenomena kehidupan. Disamping itu dilingkungan wilayah ilmu itu sendiri sering terjadi sesuatu yang dianggap benar pada satu saat ternyata disaat lain terbukti salah, sehingga timbul pertanyaan apakah kebenaran ilmu itu sesuatu yang mutlak?, dan apakah seluruh persoalan manusia dapat dijelaskan oleh ilmu?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sebenarnya menggambarkan betapa terbatasnya ilmu dalam mengungkap misteri kehidupan serta betapa tentatif-nya kebenaran ilmu. Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu pengetahuan itu dapat hidup dan berkembang. Filsafat bertujuan untuk mencari kebenaran yang sungguh-sungguh benar, kebenaran akhir. Seorang filosof tidak akan berhenti pada pengetahuan yang tampak benar, melainkan menyelidiki hingga kebalikannya. Dalam proses mencari kebenarannya, ilmu-ilmu lain berperan untuk menguatkan dasar pemikirannya hingga menjadi empiris dan tidak tergoyahkan. Filsafat membantu ilmu pengetahuan untuk bersikap rasional dalam mempertanggung jawabkan ilmunya. Pertanggungjawaban secara rasional di sini berarti bahwa setiap langkah langkah harus terbuka terhadap segala pertanyaan dan sangkalan dan harus dipertahankan secara argumentatif, yaitu dengan argumen- argumen yang obyektif (dapat dimengerti secara inter-subyektif). Pemahaman tentang arti dan hakikat filsafat itu sendiri akan menjadi lebih jelas bila dilihat dalam posisi perbandingan dengan ilmu lain. Filsafat, dalam hal ini, lebih merupakan sebuah pemikiran yang universal, menyeluruh, dan mendasar, sementara ilmu lainnya lebih merupakan pemikiran yang lebih spesifik atau khusus, karena dibatasi pada obyek dan sudut pandang pemikirannya yang khas. Obyek penelitian filsafat mencakup segala sesuatu, sejauh bisa dijangkau oleh pikiran manusia. Filsafat berusaha menyimak dan menyingkap seluruh kenyataan dan menyelidiki sebab-sebab dasariah dari segala sesuatu. Filsafat, karenanya, ingin mengkritisi dan menembusi berbagai sekat pemikiran ilmu-ilmu lainnya, serta berusaha mencapai sebab terahkir dan mutlak (absolute) dari segala yang ada. Filsafat berusaha menerangi dunia dengan rasio manusia, dan karennya, filsafat lebih merupakan “kebijaksanaan duniawi”, bukan “kebijaksanaan ilahi” yang sempurna dan mutlak abadi.
  • 13. Filsafat tidak pernah akan menerima secara buta berbagai pemikiran, keyakinan, egoisme keilmuan, atau pandangan-pandangan kepribadian yang bersifat individual semata. Justru, filsafat berusaha menguji, mengkritisi, dan berusaha mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara baru dan menjawabnya secara baru pula, berdasarkan aktualitas dan tuntutan dinamika perkembangan yang dihadapi. Filsafat, karena itu, tidak akan pernah menjadikan dirinya sebagai kebenaran ideologis yang serba- sempurna dan serba-oke, yang membelenggui manusia. Justru, filsafat tetap adalah sebuah program pencerahan dalam rangka otonomi, emansipasi, dan perkembangan manusia. Dewasa ini, tanggungjawab filsafat semakin diakui, baik sebagai pangkalan pengembangan keilmuan maupun sebagai titik pangkal pengintegrasian ilmu-ilmu dalam sebuah pendekatan yang bersifat multi dan interdisipliner. Melalui itu, ilmu- ilmu dan spesialisasi tidak tertutup dalam egoisme keilmuan atau spesialisasinya masing masing, tetapi terbuka untuk saling menyapa dan membangun tugas bersama demi manusia dan kemanusiaan yang menjadi sumber dan norma, serta penyebab adanya bagi ilmu-ilmu itu sendiri. 5.2 Saran Saran penulis bagi pembaca yang ingin mendalami mengenai Ilmu Filsafat yaitu untuk lebih memahami filsafat dan ilmu, agar lebih terarah dan tujuan pembelajaran bisa tercapai dengan baik serta sempurna. Untuk mendapatkan hal itu, maka harus berusaha memahami dan mengerti apa konsep dari filsafat itu sebenarnya. Untuk penulis lain yang akan mengembangkan tulisan yang sudah ada, penulis menyarankan untuk menggunakan literatur yang lebih luas dan modern dalam mengungkapkan hubungan filsafat dan ilmu lain mengingat perkembangan ilmu sudah jauh lebih maju dan detil dan terpecah kedalam pendalaman yang lebih mikroskopis. DAFTAR PUSTAKA Bahm, Archie, J., 1980., “What Is Science”, Reprinted from my Axiology; The Science Of Values. Bertens, K., 1987., “Panorama Filsafat Modern”, Gramedia, Jakarta. Nuchelmans, G., 1982., “Berfikir Secara Kefilsafatan”, Bab X, Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam, Dialihbahasakan Oleh Soejono Soemargono”, UGM Yogyakarta Ernest, Paul 1999., The Philosophy of Mathematics Education. Warburton, Nigel., 2004., “Philosophy The Basic fourth edition”, New York: Routledge. Soeparmo, A.H., 1984., “Struktur Keilmuwan Dan Teori Ilmu Pengetahuan Alam”, Penerbit : Airlangga University.
  • 14. The Liang Gie., 1999., “Pengantar Filsafat Ilmu Yogyakarta”. Adib, Mohammad., 2010., “Filsafat Ilmu, Ontologi, Epistemologi, Aksiologi dan Logika Ilmu Pengetahuan”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar XXV. Wibisono, Koento dkk., 1997., “Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan”. Klaten: Intan Pariwara. Surajiro., 2008., “Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia”, Jakarta: Bumi Aksara Wattimena, Reza., A. A., tth., “Filsafat dan Sains”, Jakarta: Grasindo Jujun, S. Suriasumantri., 2005., “Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer”. Jakarta: Pusataka Sinar Harapan. Suriasumantri, J.S., 1995., “Ilmu dalam Perspektif”, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Watloly, A. 2011., “Tanggung Jawab Pengetahuan”, Kanisius: Yogyakarta. Abidin, Zainal., 2003., “Filsafat Manusia Memahami Manusia Melalui Filsafat”, Cet.3. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Ofset. Bakhtiar, Amsal., 1997., “Filsafat Agama 1”. Jakarta: PT. LOGOS Wacana Ilmu Muslim. Mohammad., 2006., “Filsafat Ilmu Kajian Atas Asumsi Dasar Paradigma Dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan”, Cet.3. Yogyakarta: Belukar. Prasetyo., 2002., “Filsafat Agama”, Cet. 3. Bandung: Pustaka Setia. Salam, Burhanudin., 2003., “Pengantar Filsafat”, Cet. 5. Jakarta: PT. Bumi Aksara. S. Praja, Juhaya., 2008., “Aliran-aliran Filsafat dan Etika”, Cet. 3. Jakarta: Kencana. Suhartono, Suparlan., 2007., “Filsafat Pendidikan”, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Chang, Raymond., 2003., “Kimia Dasar Konsep-konsep Inti”, Jilid I, Edisi Ketiga, Jakarta: Erlangga. Baktiar, Amsal., 2004., “Filsafat Ilmu: Perbedaan dan persamaan antara filsafat dan ilmu’, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Ahmadi, Abu., 2003., “Psikologi Umum”, Jakarta: PT Rineka Cipta. Dennis, Fitryan G., 2011., “Bekerja Sebagai Psikolog”. Jakarta: Penerbit Erlangga.
  • 15. Sarwono, Sarlito Wirawan., 2012., “Pengantar Psikologi Umum”. Jakarta: Rajawali Pers. Walgito, Bimo., 2003., “Psikologi Sosial”, Yogyakarta: Penerbit ANDI. Agraha Suhandi, Drs., SHm.,(1992), “Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya”, (Diktat Kuliah), Bandung : Fakultas Sastra Unpad Bandung.