SlideShare a Scribd company logo
1 of 98
Download to read offline
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 3
MANFAAT MAHASISWA BELAJAR FILSAFAT
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
Yang Di Bimbing Oleh :
Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
Yang Membuat :
1. Sefa Salma Idhiya (1221800056)
2. Dinda Dwi Apriliyah (1221800095)
3. Yuniar Fani Maulidiyah (1221800123)
( Kelas U Hari Kamis 17.00 L. 511)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 4
Referensi
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2013.
kutipan Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A,
Susanto dalam bukunya Filsafat Ilmu
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 5
PENGERTIAN DAN CAKUPAN FILSAFAT ILMU
A. Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan penelusuran pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat
ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti
perkembangan zaman dan keadaaan. Pengetahuan lama menjadi pijakan untuk mencari
pengetahuan baru. Filsafat ilmu adalah ikhtiar manusia untuk memahami pengetahuan agar
menjadi bijaksana. Dengan filsalat ilmu ke absahan atau cara pandang harus bersifat ilmiah.
Filsalat ilmu memperkenaIkan knowledge dan science yang dapat ditransfer melalui proses
pembelajaran atau pendidikan.
Filsafat ilmu adalah filsafat yang menelusuri dan menyelidiki sedalam dan seluas
mungkin segala sesuatu mengenal semua ilmu. Filsafat ilmu merupakan suatu pengetahuan
campuran yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada huhungan timbal balik dan
salingpengaruh antara filsalat dan ilmu Sehubungan dengan pendapat tersebut bahwa filsafat
ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan, Objek dan filsalat ilmu
adalah ilmu pengetahuan.
B. Metode Filsafat Ilmu
Susanto dalam bukunya Filsafat Ilmu mengatakan sebagian ahli mengelompokkan
metode yang dipergunakan dalam mempelajari filsafat ini menjadi tiga macam, yaitu:
1. Menggunakan metode sistematis, para pelajar akan menghadapi karya-karya filsafat,
misalnya mempelajari tentang teori-teori pengetahuan yang terdiri atas beberapa cabang
filsafat. Setelah itu ia mempelajari teori hakikat yang merupakan cabang ilmu lainnya,
kemudian ia akan mempelajari teori nilai atau filsafat nilai. Ketika para pelajar membahas
setiap cabang atau subcabang filsafat melalui metode sistematis ini perhatiannya akan
terfokus pada isi filsafat, bukan pada tokoh ataupun pada zaman serta periodenya.
2. Metode historis, digunakan bila para pelajar mengkaji filsafat dengan mengikuti
sejarahnya. Ini dapat dilakukan dengan cara membicarakan tokoh demi tokoh menurut
kedudukannya dalam sejarah. Dapat disimpulkan bahwa metode filsafat historis ini berarti
mempelajari filsafat secara kronologis, mulai dari mempelajari filsafat kuno, filsafat
pertengahan dan selanjutnya filsafat abad modern.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 6
3. Metode kritis, metode ini digunakan untuk mereka yang mempelajari filsafat tingkat
intensif. Para pelajar haruslah memiliki bekal pengetahuan tentang filsafat secara memadai.
Dalam metode ini pengajaran filsafat dapat menggunakan metode sistematis atau historis.
Langkah pertama adalah memahami isi ajaran, kemudian para pelajar mencoba mengajukan
kritiknya. Kritikan itu boleh bersifat menentang atau menolak paham atau pendapat para
tokoh, namun dapat juga berupa dukungan atau memperkuat terhadap ajaran atau paham
filsafat yang sedang dikajinya. Dalam mengkritik mungkin menggunakan pendapat sendiri
atau pendapat para filosof lainnya.
C. Tujuan Filsafat Ilmu
Salah satu yang terpenting dalam filsafat termasuk filsafat ilmu yaitu menyangkut
pertanyaan dan jawaban atas pertanyaan itu, baik pertanyaan yang bersifat komperhensif
maupun spesifik.
Dari kutipan Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A, tujuan fisafat ilmu adalah:
1. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami
sumber, hakikat dan tujuan ilmu.
2. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu diberbagai bidang,
sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis.
3. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan
tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan non-ilmiah
4. Mendorong pada calon ilmuan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan
mengembangkannya.
5. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada
pertentangan.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 7
D. Manfaat Filsafat Ilmu Bagi Mahasiswa
1. Filsafat dapat membangun semangat toleransi.
2. Filsafat mengajarkan kepada kita tentang etika dan moral.
3. Filsafat dapat dijadikan alat untuk mencari kebenaran.
4. Filsafat dapat memberikan nilai dan orientasi pada semua disiplin ilmu.
5. Filsafat akan membuat kita membedakan persoalan.
6. Filsafat akan membangun landasan berpikir.
7. Filsafat membantu menjadi diri sendiri.
8. Filsafat memiliki pandangan yang luas.
9. Filsafat dapat mengkondisikan akal untuk berpikir secara radikal.
10. Filsafat akan mengasah kemampuan kita dalam penalaran.
E. Pertanyaan dan Jawaban Seputar Filsafat Ilmu
1. Kata filsafat bersumber dari bahasa Yunani Philo dan Sophos yang berarti cinta akan
kebijaksanaan. Apakah makna dari hal tersebut?
Jawaban :
Filsafat ilmu memiliki makna cinta kebijaksanaan. Cinta diartikan hasrat yang besar,
atau yang berkobar-kobar, atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran
sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Jadi filsafat artiya hasrat atau keinginan yang
sungguh akan kebenaran sejati.
2. Apakah manfaat filsafat ilmu bagi ilmuwan maupun mahasiswa disebut martabat
Jawaban :
Filsafat memberi bekal dan kemampuan pada kita untuk memperhatikan pandangan kita
sendiri dan pandangan orang lain dengan kritis. Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan
kebijaksanaan untuk memandang dan memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan
sehari-hari. Singkatnya, Filsafat ilmu sangat pentingbagi ilmuwan dan mahasiwa karena
untuk membiasakan berpikir , bersikap kritis, dan rasional serta menumbuhkan rasa toleransi
dalam perbedaan pandangan. Filsafat Ilmu mengajarkan dan menekankan konsep AKAL
yaitu berpikir secara ber-Akhlak,berpikir secara Kritis, berpikir secara Analitis, serta berpikir
secara Logis.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 8
PERKEMBANGAN ILMU FILSAFAT
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
Yang Di Bimbing Oleh :
Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
Yang Membuat :
1. Sefa Salma Idhiya (1221800056)
2. Dinda Dwi Apriliyah (1221800095)
3. Yuniar Fani Maulidiyah (1221800123)
( Kelas U Hari Kamis 17.00 L. 511)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 9
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pengantar
filsafat ilmu.
Tugas ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pengerjaan tugas ini,
terutama kepada Bapak Dosen Dr. Sigit Sardjono, MS.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik pembaca agar kami dapat memperbaiki tugas
ini.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 10
A. Perkembangan Filsafat
1. Perkembangan Pemikiran Yunani Kuno: Dari Mitos ke Logos
Mitologi atau mitos berasal dari kata ‖mite‖. Sebelum filsafat lahir dan berkembang
pesat, di Yunani telah berkembang berbagai mitos. Bahkan, filsafat pertama kali
dikembangkan melalui jalan mitologis. Mitos-mitos yang berkembang merupakan metode
yang dijadikan cara untuk memahami segala sesuatu yang ada. Berbagai pertanyaan atas
ketidaktahuan atau kepenasaran manusia atas eksistensi jagat raya ini, jawabannya hanya ada
dalam mitos. Pertanyaan dari mana asalnya bumi dan bagaimana bumi ini tercipta. Mengapa
tiba-tiba bumi menjadi gelap, kemudian terang kembali? Sebelum ditemukan jawaban
filosofis atau apalagi ilmiah, manusia hanya mampu menjawab dengan mitos. Bumi gelap
karena digengam oleh raksasa yang sedang marah, sehingga manusia harus berusaha
meredakan kemarahannya dengan berbagai cara, misalnya memberi sesajen, meyakini adanya
kekuatan lain diluar alam fisik, adanya para dewa, dan sebagainya. Khayalan-khayalan itu
menjadi ‖keyakinan‖ yang selanjutnya membentuk pemahaman normatik tentang setiap
keberadaan dan kekuatan yang ada di dalamnya. Sebelum dunia ilmu menyatakan adanya
―gerhana bulan/gerhana matahari, manusia pada umumnya mendapat jawaban dari berbagai
mitos. Mitos adalah pencerahan masyarakat yang hidup pada masa lalu dalam menemukan
jawaban-jawaban atas masalah yang disebabkan oleh situasi dan kondisi alam.
Secara historis kelahiran dan perkembangan pemkiran yunani kuno (sistem berpikir)
tidak dapat di lepskan dari keberadaan kelahiran dan perkembangan filsafat. dalam hal ini
adalah sejarah filsafat. Dalam tradisi sejrah filsafat mengenal 3 tradisi besar, yakni:
1) Sejarah filsafat india (sekitar 2000 sm-dewasa ini),
2) Sejarah filsafat cina (sekitar 600 sm- dewasa ini),
3) Sejarah filsafat barat (sekitar 600 sm – dewasa ini)
Dari ketiga tradisi sejarah tersebut di atas, tradisi sejarah filsafat barat adalah basis
kelahiran dan perkembangan ilmu (scientiae/science/sain) sebagaimana yang kita kenal
sekarang ini. Titik tolak dan orientasi sejarah filsafat baik yang diperlihatkan dalam tradisi
sejarah filsafat india maupun cina di satu pihak dan sejarah filsafat barat di lain pihak, yakni
semenjak periodesasi awal sudah memperlihatkan titik tolak dan orientasi sejarah yang
berbeda.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 11
Upaya mencari unsur induk segala sesuatau (arche), itulah momentum awal sejarah
yang telah membongkar periode myte (mythos/mitologi) yang mengungkung pemikiran
manusia pada masa itu karena rasionalitas (logos) dengan suatu metode berfikir untuk
mencari sebab awal dari segala sesuatu dengan menurut dari hubungan kualitasnya (sebab
akibat). Jadi unsur berpikir penting ilmiah sudah mulai dipakai, yakni: rasio dan logika
(konsekuensi). Meskipun tentu saja ini arche yang dikemukakan para filosuf tadi masih
bersifat spekulatif dalam arti masih belum dikembangkan lebih lanjut dengan melakukan
pembuktian (verivikasi) melalui ovservasi maupun eksperimen (metode) dalam kenyataan
atau (empiris), tetapi prosedur berfikir untuk menemukannya melalui sesuatu bentuk berfikir
sebab akibat secara rasional itulah yang patut dicatat sebagai sesuatu arah baru dalam sejarah
pemikiran manusia. Hubungan sebab akibat inilah yang dalam ilmu pengetahuan disebut
sebagai hukum (ilmiah).
Dari sini kita bisa ketahui bahwa mitos adalah pencerahan masyarakat jaman dahulu
dalam menemukan jawaban atas masalah-masalah situasi dan kondisi yang dihadapi.
Dan logos adalah prosedur berfikir untuk menemukan kebenaran melalui sesuatu bentuk
berfikir sebab akibat secara rasional. Itulah yang patut dicatat sebagai sesuatu arah baru
dalam sejarah pemikiran manusia. Hubungan sebab akibat inilah yang dalam ilmu
pengetahuan disebut sebagai hukum (ilmiah).
2. Zaman Patristik Dan Skolastik
Pada zaman ini dikenal sebagai abad pertengahan (400-1500). Filsafat pada abad ini
dikuasai dengan pemikiran keagamaan (kristianai). Puncak filsafat kristiani ini adalah
patristik (lt. ―patres‖/bapa-bapa gereja. Dan skolastik patristik sendiri dibagi atas patristik
yunani (atau patristik timur) dan patristik latin (atau patristik barat).
Ajaran-ajaran dari bapa gereja ini adalah filsafi teologis, yang pada intinya ajaran ini ingin
memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan pikiran-pikiran paling dalam dari manusia.
Ajaran-ajaran ini banyak berpengaruh dari plotinos. Pada masa ini dapat dikatakan era filsafat
yang berlandaskan akal-budi ―diabdikan‖ untuk dogma agama.[4]
Zaman skolastik (sekitar tahun 1000), pengaruh plotinus diambil alih oleh aristoteles.
Pemikiran-pemikiran kembali dikenal dalam karya beberapa filosuf yahudi maupun islam.
Pengaruh aristoteles demikian besar sehingga ia (aritoteles) di sebut sebgai ―yang
filsuf‖ sedangkan averroes yang banyak membahas karya aristoteles dengan iman kristiani
menghasilkan filsuf penting sebagian besar dari ordo baru yang lahir pada masa abad
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 12
pertengahan, yaitu, dari ordo dominikan dan fransiskan. Filsafatnya disebut ―skolastik‖.
Karena pada periode ini filsafat diajarkan dalam sekolah-sekolah biara dan universitas-
universitas menurut suatu kurikulum yang baku dan bersifat internasional. Inti ajaran ini
bertema pokok bahwa ada hubungan antara iman dengan akal budi. Pada masa ini filsafat
mulai ambil jarak dengan agama, dengan melihat sebagai suatu kesetaraan antara satu dengan
yang lain.
Jadi, zaman patristik adalah zaman dimana filsafat dikuasai oleh bapa-bapa kristen,
atau juga disebut sebagai ahli agama kristen. Sehingga filsafat berkembang untuk
memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan pikiran-pikiran paling dalam dari manusia. era
filsafat ini berlandaskan akal-budi yang diabdikan untuk dogma agama.
Sedangkan zaman skolastik adalah periode di abad pertengahan dimana filsafat berkembang
melalui sekolah-sekolah yang didirikan sehingga banyak muncul pengajar-pengajar ulung
dalam berkembangnya filsafat tersebut.
3. Zaman Modern
Zaman Modern dikenal juga sebagai masa Rasionalisme yang ditandai dengan berbagai
penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sudah
dirintis sejak Zaman Renaissance. Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan
berasal dari diri manusia sendiri. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber
pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal).
Filsafat zaman modern berfokus pada manusia, bukan kosmos (seperti pada zaman yunani
kuno), atau Tuhan (pada abad pertengahan). Era ini berawal sekitar abad ke-15.
Pada zaman ini filsafat dari berbagai aliran muncul. Secara garis besar ada tiga paham yang
muncul yaitu rasionalisme, idealisme, dan empirisme. Tapi yang paling mendominasi pada
zaman ini adalah paham rasionalisme.
A. Paham Rasionalisme
Aliran rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M). Dalam buku
Discourse de la Methode tahun 1637 ia menegaskan perlunya ada metode yang jitu sebagai
dasar kokoh bagi semua pengetahuan, yaitu dengan menyangsikan segalanya, secara metodis.
Descartes menerapkan pembagian tegas antara realitas pikiran dan realitas yang meluas.
Descartes menerima 3 realitas atau substansi bawaan, yang sudah ada sejak kita lahir, yaitu:
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 13
1. Realitas pikiran (res cogitan) : Pikiran sesungguhnya adalah kesadaran, tidak
mengambilruang dan tak dapat dibagi-bagi menjadi bagian yang lebih kecil.
2. Realitas perluasan (res extensa, "extention") atau materi : Materi adalah keluasan,
mengambil tempat dan dapat dibagi-bagi, dan tak memiliki kesadaran.
3. Tuhan (sebagai Wujud yang seluruhnya sempurna, penyebab sempurna dari kedua
realitas itu) : Kedua substansi berasal dari Tuhan, sebab hanya Tuhan sajalah yang ada
tanpa tergantung pada apapun juga.
B. Paham Empirisme
Pada paham empirisme dinyatakan bahwa tidak ada sesuatu dalam pikiran kita selain
didahului oleh pengalaman. Paham ini bertolak belakang dengan paham rasionalisme.
Pengalaman itu dapat yang bersifat lahirilah (yang menyangkut dunia), maupun yang
batiniah (yang menyangkut pribadi manusia). Menurut paham ini, pengenalan inderawi
merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna, alasannya karena ada
batasan-batasan yang tegas tentang bagaimana kesimpulan dapat diambil melalui persepsi
indera kita. Pelopor aliran ini yaitu Francis Bacon dan dikembangkan oleh David Hume,
Thomas Hubbes, John Lock, dan David Hume.
C. Paham Idealisme
Paham ini mengajarkan bahwa hakikat fisik adalah jiwa. Aliran ini mencoba memadukan
pendapat paham Rasionalisme dan paham Empirisme. Dengan kritisisme Immanuel Kant
berpendapat, pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indera kita, namun dalam akal kita
ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana kita memandang dunia sekitar kita.
Menurut Kant, ada dua unsur yang memberi sumbangan kepada pengetahuan manusia
tentang dunia.
1. Kondisi-kondisi lahirilah ruang dan waktu yang tidak dapat kita ketahui sebelum kita
menangkapnya dengan indera kita. Ruang dan waktu adalah cara pandang dan bukan atribut
dari dunia fisik. Itu materi pengetahuan.
2. Kondisi-kondisi batiniah dalam manusia mengenai proses-proses yang tunduk kepada
hukum kausalitas yang tak terpatahkan. Ini bentuk pengetahuan.
Jembatan antara abad pertengahan dan jaman modern adalah jaman ―renesanse‖.
pembaharuan yang sangat bermakna pada jaman ini adalah ―antroposentrisme‖nya. Artinya
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 14
pusat perhatian pemikiran tidak lagi kosmos seperti pada jaman yunani kuno. Setelah
renesanse mulailah jaman barok, pada jaman ini rasionalitas ditumbuh kembangkan oleh
filsuf-filsuf. Para filsuf di sini menekankan pentingnya kemungkinan-kemungkinan akal-budi
―ratio‖ di dalam mengembangkan pengetahuan manusia.
Pada abad ke delapan belas mulai memasuki perkembangan baru. Setelah renesanse setelah
rasionalisme jaman barok, pemikiran manusia mulai dianggap telah ―dewasa‖. Periode
perkembangan pemikiran filsafat disebut sebagai ―jaman pencerahan‖ atau ―fajar budi‖.
Filsuf-filsuf pada jaman ini disebut sebagai para ―empirikus‖, yang ajarannya lebih
menekankan bahwa suatu pengetahuan adalah mungkin karena adanya pengalaman indrawi
manusia.
Pengetahuan yang dimiliki manusia merupakan hasil sintesis antara yang apriori (yang
sudah ada dalam kesadaran dan pikiran manusia) dengan impresi yang dipeoleh dari
pengalaman.
Jadi, pada jaman modern ini lahir dan berkembanag tradisi ilmu pengetahuan yang
merupakan hasil sitesis antara pengetahuan yang memang sudah ada dalam kesadaran dan
pikiran manusia, dan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman.
4. ZAMAN KONTEMPORER (ABAD KE-20 DAN SETERUSNYA)
Melihat sejarah perkembangan filsafat zaman kontemporer tidak lain adalah
mengamati pemanfaatan dan pengembangan lebih lanjut dari sejarah filsafat sebelumnya.
Yang dimaksud dengan zaman kontemporer adalah era tahun-tahun terakhir yang kita jalani
hingga saat sekarang ini.
Karakteristik filsafat di zaman kontemporer ini yaitu :
1. Membuat deskripsi tentang perkembangan filsafat di zaman kontemporer berarti
menggambarkan aplikasi ilmu dan teknologi dalam berbagai sektor kehidupan manusia.
2. Filsafat pada zaman kontemporer tidak segan-segan melakukan dekonstruksi (perbaikan)
dan peruntuhan terhadap teori-teori ilmu yang pernah ada untuk kemudian menyodorkan
pandangan-pandangan baru dalam rekonstruksi ilmu yang mereka bangun.
Di antara ilmu khusus, bidang fisika menempati kedudukan yang paling tinggi dan banyak
dibicarakan oleh para filsuf. Menurut Trout, fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan
yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fundamental yang membentuk alam
semesta. Secara historis hubungan antara fisika dengan filsafat terlihat dalam dua cara :
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 15
1. Diskusi filosofis mengenai metode fisika dan dalam interaksi antara pandangan substansial
tentang fisika misalnya tentang materi, kuasa, konsep ruang, dan waktu.
2. Ajaran filsafat tradisional yang menjawab tentang materi, kuasa, ruang dan waktu.
Fisikawan Albert Einstein menyatakan alam itu tidak berhingga besarnya dan tidak terbatas,
tetapi juga tidak berubah status totalitasnya atau bersifat statis dari waktu ke waktu. Einstein
percaya akan kekekalan materi, berarti alam semesta itu kekal, dengan kata lain tidak
mengakui adanya penciptaan alam.
Zaman kontemporer ini juga ditandai dengan penemuan berbagai teknologi canggih seperti
teknologi komunikasi, komputer, satelit komunikasi, internet, dan sebagainya.
Bidang ilmu lain juga mengalami kemajuan pesat, sehingga terjadi spesialisasi ilmu yang
semakin tajam. Ilmuwan kontemporer mengetahui hal yang sedikit, tetapi secara mendalam.
Disamping kecenderungan ke arah spesialisasi, kecenderungan lain adalah sintesis antara
bidang ilmu satu dengan yang lainnya. Sehingga dihasilkannya bidang-bidang ilmu baru.
5. Masa Kini
Pada abad ketujuh belas dan delapan belas perkembangan filsafat pengetahuan
memperlihatkan aliran-aliran besar;rasionalisme,empirisme, dan idealisme dengan
mempertahankan wilayah-wilayah yang luas. Dibandingkan dengan filsafat abad ketujuh
belas dan abad kedelapan belas, filsafat abad kesembilan belas dan abad kedua puluh banyak
bermunculan aliran-aliran baru dalam filsafat tetapi wilayah pengaruhnya lebih tertentu.
Akan tetapi justru menemukan bentuknya atau fomat yang lebih bebas dari corak spekulasi
filsafati dan otonom. Aliran-aliran tersebut antara lain; positivisme, marxisme,
eksistensialisme, pragmatisme, neokantianisme, neo-tomisme dan fenomenologi.
Pada periode terkini (kontemporer) setelah aliran-aliran sebagaimana disebut diatas munculah
aliran-aliran filsafat, misalnya;‖strukturalisme‖ dan ―postmodernisme‖. Sehingga, dari
struktur ilmu tersebut tidak lain hendak dikatakan bahwa kegiatan keilmuan/ilmiah itu tidak
lain adalah penelitian(search dan research).
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 16
Kesimpulan
Perkembangan filsafat, filsafat pertama kali dikembangkan melalui jalan mitologis.
Mitos-mitos yang berkembang merupakan metode yang dijadikan cara untuk memahami
segala sesuatu yang ada. Berbagai pertanyaan atas ketidaktahuan atau kepenasaran manusia
atas eksistensi jagat raya ini, jawabannya hanya ada dalam mitos. Pertanyaan dari mana
asalnya bumi dan bagaimana bumi ini tercipta. Mengapa tiba-tiba bumi menjadi gelap,
kemudian terang kembali? Sebelum ditemukan jawaban filosofis atau apalagi ilmiah,
manusia hanya mampu menjawab dengan mitos.
Mitos adalah pencerahan masyarakat yang hidup pada masa lalu dalam menemukan jawaban-
jawaban atas masalah yang disebabkan oleh situasi dan kondisi alam.
Logos di sini adalah suatu prosedur berfikir tentang sebab akibat secara rasional sebagai
sesuatu arah baru dalam sejarah pemikiran manusia. Hubungan sebab akibat inilah yang
dalam ilmu pengetahuan disebut sebagai hukum (ilmiah). Adapun perkembangan filsafat dari
zaman-kezaman ialah:
Zaman patristik adalah zaman dimana filsafat dikuasai oleh bapa-bapa kristen, atau
juga disebut sebagai ahli agama kristen. Sehingga filsafat berkembang untuk memperlihatkan
bahwa iman sesuai dengan pikiran-pikiran paling dalam dari manusia. era filsafat ini
berlandaskan akal-budi yang diabdikan untuk dogma agama.
Sedangkan zaman skolastik adalah periode di abad pertengahan dimana filsafat berkembang
melalui sekolah-sekolah yang didirikan sehingga banyak muncul pengajar-pengajar ulung
dalam berkembangnya filsafat tersebut.
Pada jaman moderen lahir dan berkembanag tradisi ilmu pengetahuan yang merupakan hasil
sitesis antara pengetahuan yang memang sudah ada dalam kesadaran dan pikiran manusia,
dan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman.
Pada periode terkini (kontemporer) setelah aliran-aliran sebagaimana disebut diatas munculah
aliran-aliran filsafat, misalnya: ‖strukturalisme‖ dan ―postmodernisme‖. Sehingga, dari
struktur ilmu tersebut tidak lain hendak dikatakan bahwa kegiatan keilmuan/ilmiah itu tidak
lain adalah penelitian(search dan research).
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 17
SOAL
1. Apa perbedaan anatar filsafat Yunani Kuno dengan Yunani Klasik ?
Jawab : Periode Yunani Kuno mengarahkan pemikirannya pada apa yang diamati di
sekitarnya, yaitu alam semesta. Periode Yunani Kuno lazim disebut periode filsafat
alam. Sementara filsafat Yunani klasik pokok permasalahannya tidak lagi alam,
melainkan manusia.Mereka memustkan perhatian pemikirannya kepada manusia.
2. Apa kekurangan dan kelebihan dari pemikiran filsafat Yunani ?
Jawab : Kelebihannya, filsafat Yunani terbukti dapat membangun peradaban manusia,
seperti bangsa-bangsa di negara-negara barat yang system pemikirannya bersumber
pada pemikiran filsafat Yunani. Tetapi pada akhirnya, manusia yang individualistis
yang akalnya dari pemikiran Yunani hanya diwarnai oleh warna yang transedental
atau yang immanent, tetapi pemikiran Yunani hanya diwarnai oleh warna mitologi
dan rasio. Suatu pandangan hidup atau pemikiran yang berasakan individualism akan
melahirkan manusia-manusia yang berpola dangkal dalam lingkup pergaulan sosial.
Sementara itu, pandangan hidup yang berasaskan materialism akan melahirkan
manusia-manusia yang berpola pada penyimpangan nilai-nilai moral dalam lingkup
sosial.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 18
DAFTAR PUSTAKA
 Hakim, atang abdul dan Saebani, beni ahmad. 2008. Filsafat Umum, Bandung: Pustaka
Setia
 Martini, eka. 2013. Filsafat Ilmu, Palembang: Noer Fikri Offset
 Tafsir, ahmad. 2013. Filsafat Umum “akal dan hati sejak thales sampai
capra”, Bandung:PT Remaja Rosdakarya
 Zaprulkhan. 2013. Filsafat Umum “sebuah pendekatan tematik”, Jakarta: Rajawali Pers
 Eka martini, Filsafat ilmu, hlm. 21
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 19
LOGIKA ILMU BERPIKIR
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
Yang Di Bimbing Oleh :
Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
Yang Membuat :
1. Sefa Salma Idhiya (1221800056)
2. Dinda Dwi Apriliyah (1221800095)
3. Yuniar Fani Maulidiyah (1221800123)
( Kelas U Hari Kamis 17.00 L. 511)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 20
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayahNya
kepada kelompok kami yang telah menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini
merupakan makalah ―Logika Berpikir Untuk Menemukan Kebenaran Ilmiah‖. Secara khusus
makalah ini disusun sedemikian rupa sehingga materi yang ada didalam makalah sesuai
dengan silabus yang telah diberikan kepada kami.
Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun, kami
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan dan bimbingan orang tua dan teman-teman kami, sehingga kendala-kendala yang
kami hadapi teratasi. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak dosen yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
termotivasi dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
2. Teman yang turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga
tugas makalah ini bisa selesai.
Kami sadar, bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna meningkatkan kualitas pembuatan
makalah yang selanjutnya. Kami sadar bahwa kebenaran dan kesempurnaan hanya milik
Allah SWT. Harapan kami, makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca
khususnya dalam mata kuliah Filsafat Ilmu.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 21
BAB II
1. Pengertian Logika Ilmu
Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran
yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Nama logika untuk pertama kali
muncul pada filsuf Cicero (abad ke -1 sebelum Masehi), tetapi dalam arti ―seni berdebat‖,
Alexander Aphrodisias (sekitar permulaan abad ke-3 sesudah Masehi adalah orang pertama
yang mempergunakan kata ―logika‖ dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya
pemikiran kita.
Logika adalah salah satu cabang filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut
dengan logikeepisteme(Latin: logicascientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang
mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu disini mengacu
pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan yang mengacu pada
kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang
dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. Logika secara luas dapat
didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara valid.
Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan
sekaligus sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat
dan sarana ilmu logika merupakan ―jembatan penghubung‖ antara filsafat dan ilmu, yang
secara terminologis logika didefinisikan teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan
pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu
kesimpulan. Penyimpulan yang sah, artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut
sehingga dapat dilacak kembali sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk
sesuai dengan isi. Contohnya, pada kupu-kupu mengalami fase metamorfosa. Karena
sebelum menjadi kupu-kupu adanya tahap-tahapan yang dilalui yaitu yang pertama fase telur
kemudian menetas menjadi ulat lalu berubah menjadi kepompong dan selanjutnya menjadi
kupu-kupu. Penyimpulan di atas dikatakan penyimpulan yang sah karena sesuai dengan
kenyataan yang ada dan tidak dibuat-buat (masuk akal).
Menurut Louis O. Kattsoff (2004), Logika ialah ilmu pengetahuan mengenai penyimpulan
yang lurus. Ilmu pengetahuan ini menguraikan tentang aturan-aturan serta cara untuk
mencapai kesimpulan, setelah didahului oleh suatu perangkat premis. Contoh penerapan ilmu
logika dalam kehidupan misalnya pada manusia yang mengalami penyakit serak pada
tenggorokan maka pengobatannya dapat dilakukan dengan minum air putih. Logikanya air
putih adalah cairan yang diperlukan manusia untuk menjaga keseimbangan tubuh, memberi
kekuatan kepada leukosit untuk menjalankan tugasnya menghasilkan makrofag untuk
membunuh patogen yang masuk, menjadikan kekebalan tubuh meningkat sehingga luka yang
dihinggapi bakteri akan sembuh dan akhirnya tenggorokan menjadi lapang dan dikatakan
sembuh.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 22
Macam-macam Logika
Macam-macam Logika menurut The Liang Gie (1980) dalam Adib (2010: 102-104) yaitu:
1. Logika dalam pengertian sempit dan luas
Dalam arti sempit logika dipakai searti dengan logika deduktif atau logika formal. Sedangkan
dalam arti luas, pemakaiannya mencakup kesimpulan-kesimpulan dari berbagai bukti dan
tentang bagaimana sistem penjelasan disusun dalam ilmu alam serta meliputi pula
pembahasan mengenai logika itu sendiri.
2. Logika Deduktif dan Induktif
Logika deduktif adalah cara berpikir dengan menggunakan premis-premis dari fakta yang
bersifat umum ke khusus yang menjadi kesimpulannya. Contoh argument pada logika
deduktif yaitu:
 Sefa adalah mahasiswi semester 2
Logika induktif merupakan cara berpikir yang berdasarkan fakta-fakta yang bersifat (khusus)
terlebih dahulu dipakai untuk penarikan kesimpulan (umum). Contohnya argument pada
logika induktif yaitu:
 Buku 1 besar dan tebal adalah mahal.
 Buku 2 besar dan tebal adalah mahal.
 Jadi, semua buku besar dan tebal adalah mahal.
1. Logika Formal (Minor) dan Material (Mayor)
Logika Formal atau disebut juga Logika Minor mempelajari asas, aturan atau hukum-hukum
berfikir yang harus ditaati, agar orang dapat berfikir dengan benar dan mencapai kebenaran.
Sedangkan Logika Material atau Mayor mempelajari langsung pekerjaan akal serta menilai
hasil-hasil logika formal dan mengujinya dengan kenyataan praktis yang sesungguhnya,
mempelajari sumber-sumber dan asalnya pengetahuan, alat-alat pengetahuan, proses
terjadinya pengetahuan, dan akhirnya merumuskan metode ilmu pengetahuan itu.
2. Logika Murni dan Terapan
Logika Murni merupakan pengetahuan mengenai asas dan aturan logika yang berlaku umum
pada semua segi dan bagian dari pernyataan-pernyataan dengan tanpa mempersoalkan arti
khusus dalam sesuatu cabang ilmu dari istilah pernyataan yang dimaksud. Logika Terapan
adalah pengetahuan logika yang diterapkan dalam setiap cabang ilmu, bidang-bidang filsafat,
dan juga dalam pembicaraan yang menggunakan bahasa sehari-hari.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 23
3. Logika Filsafati dan Matematik
Logika Filsafati merupakan ragam logika yang mempunyai hubungan erat dengan
pembahasan dalam bidang filsafat, seperti logika kewajiban dengan etika atau logika arti
dengan metafisika. Sedangkan Logika Matematik menelaah penalaran yang benar dengan
menggunakan metode matematik serta bentuk lambang yang khusus dan cermat untuk
mengindarkan makna ganda.
Pengertian Penalaran
Penalaran adalah kemampuan manusia untuk melihat dan memberikan tanggapan tentang apa
yang dia lihat. Karena manusia adalah makhluk yang mengembangkan pengetahuan dengan
cara bersungguh-sungguh, dengan pengetahuan ini dia mampu membedakan mana yang baik
dan mana yang buruk.
Penalaran dalam contoh yang nyata dapat kita temukan pada perbedaan manusia dengan
hewan yaitu apabila terjadi kabut, burung akan terbang untuk mengindari polusi udara yang
memungkinkan dia tidak bisa bertahan hidup. Sedangkan manusia akan mencari tahu
mengapa sampai terjadinya kabut? Bagaimana cara menghindari kabut? Apa saja komponen-
komponen yang terkadung di dalam kabut? Apa saja penyakit yang diakibatkan oleh kabut?
Penalaran manusia bisa terjadi karena dua hal yaitu manusia mempunyai bahasa dan manusia
mampu mengembangkan pengetahuan. Dua hal inilah yang membedakan manusia dengan
hewan dan di harapkan manusia mampu memposisikan dirinya di tempat yang benar.
 Macam-macam penalaran
1. Penalaran deduktif
Penalaran deduktif atau disebut logika deduktif, yaitu penalaran yang membicarakan cara-
cara untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan apabila lebih dahulu telah diajukan pertanyaan-
pertanyaan mengenai semua atau sejumlah di antara suatu kelompok barang.
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola pikir yang
dinamakan silogisme. Silogisme dibentuk oleh 2 pernyataan yang disebut premis (premis
mayor dan premis minor), yang diikuti dengan sebuah kesimpulan atau konklusi. Dengan
fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat yang terdiri dari 2 pendapat dan
1 kesimpulan. Contohnya penalaran/logika deduktif menggunakan silogisme:
 Semua buku besar dan tebal adalah mahal (premis mayor)
 Buku 3 adalah besar dan tebal (premis minor)
 Jadi, buku 3 adalah mahal (konklusi/kesimpulan)
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 24
2. Penalaran induktif
Penalaran induktif disebut logika induktif, yaitu penalaran yang membicarakan tentang
penarikan kesimpulan bukan dari pernyataan-pernyataan yang umum, melainkan dari
pernyataan-pernyataan yang khusus. Kesimpulannya hanya bersifat probabilitas berdasarkan
atas pernyataan-pernyataan yang telah diajukan. Macam-macam penalaran induktif yaitu:
 Penyimpulan secara kausal
Penyimpulan ini berusaha untuk menemukan sebab-sebab dari hal-hal yang terjadi. Bila telah
diajukan suatu perangkat kejadian, maka haruslah diajukan pertanyaan: ―Apakah yang
menyebabkan kejadian-kejadian itu?‖ Misalnya, terjadi suatu wabah penyakit tipus: ―Apakah
yang menyebabkan timbulnya wabah tipus?
 Analogi
Penalaran secara analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang
mempunyai sifat yang sama. Contohnya kita ingin membuktikan adanya Tuhan berdasarkan
susunan dunia tempat kita hidup. Dalam hal ini, kita dapat mengatakan sebagai berikut.
Perhatikanlah sebuah jam. Seperti halnya dunia, jam tersebut juga merupakan mekanisme
yang terdiri dari bagian-bagian yang sangat erat hubungannya yang satu dengan yang lain.
Kiranya tidak seorang pun beranggapan bahwa sebuah jam dapat membuat dirinya sendiri
atau terjadi secara kebetulan. Susunannya yang sangat rumit menunjukkan bahwa ada yang
membuatnya.
Dengan demikian, secara analogi adanya dunia juga menunjukkan adanya pembuatannya,
karena dunia kita ini juga sangat rumit susunannya dan bagian-bagiannya yang berhubungan
sangat erat satu dengan yang lain secara baik. Bahwa penalaran ini terdiri dari
memperbandingkan jam dengan dunia, dan dari persamaan-persamaan tertentu
menyimpulkan persamaan-persaamaan yang lain.
Contoh analogi lain yakni:
 Dinda mahasiswi UNTAG adalah anak pintar dan rajin.
 Fani mahasiwsi UNTAG adalah anak rajin.
 Jadi, Dinda dan Fani adalah anak pintar dan rajin.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 25
Pengertian Berpikir Ilmiah
Berpikir ilmiah adalah berpikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan empiris
adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan.
(Hillway, 1956) selain itu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan,
dan mengembangkan. Contohnya: Kepler, seorang ahli astronomi, telah mencatat
pengamatan-pengamatan yang banyak jumlahnya tentang posisi planet Mars. Catatan-catatan
ini memberitahukan kepadanya tentang posisi Mars di ruang angkasa pada berbagai waktu
selama bertahun-tahun, dalam hubungannya dengan matahari pada suatu waktu tertentu.
Masalah yang dihadapi Kepler ialah jalan edar mengitari matahari yang manakah yang harus
ditempuh Mars agar berada pada titik-titik yang telah diamati di angkasa pada waktu-waktu
yang setepatnya.
Menurut SoejonoSoemargono (1983) metode ilmiah secara garis besar ada dua macam, yaitu
Metode analitikosintesa dan metode non deduksi.
1. Metode analitiokosintesa merupakan gabungan dari metode analisis dan metode sintesis.
 Metode analisis
Metode analisis yaitu cara penanganan terhadap sesuatu objek ilmiah tertentu dengan jalan
memilah-milahkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya. Misalnya, seorang
filusuf memahami kata atau istilah ―keberanian‖. Dari segi ekstensi, dia mengungkapkan
makna kata ini berdasarkan bagaimana kata ini digunakan, dan mengetahui sejauh mana kata
―keberanian‖ menggambarkan realitas tertentu. Apabila kita menggunakan metode analisis,
dalam babak terakhir kita memperoleh pengetahuan analitis.
 Metode sintesis
Metode sintesis yaitu cara penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan cara
menggabungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya sehingga
menghasilkan sesuatu pengetahuan yang baru. Contohnya, (1) Ilmu adalah aktifitas, (2) Ilmu
adalah metode, (3) Ilmu adalah produk. Jadi, hasil sintetisnya yaitu Ilmu adalah aktifitas,
metode, dan produk.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 26
2. Metode non deduksi
Metode non deduksi merupakan gabungan dari metode induksi dan metode deduksi.
 Metode induksi, yaitu suatu cara yang dipakai untuk mendapati ilmu pengetahuan ilmiah
dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat khusus,
kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum. Contohnya: Umpamanya kita
mempunyai fakta bahwa kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, demikian
juga dengan singa, kucing, dan berbagai binatang lainnya. Dari kenyataan-kenyataan ini
kita dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum yakni semua binatang mempunyai
mata.
 Metode deduksi, yaitu suatu cara yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah
dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat umum,
kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Contohnya: setiap manusia yang ada
didunia pasti suatu ketika pasti akan mati, si Ahmad adalah manusia; atas dasar ketentuan
yang bersifat umum tadi karena Ahmad adalah manusia maka suatu ketika ia akan mati
juga
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 27
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari makalah, penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam mempelajari suatu nilai kebenaran,
manusia dituntut untuk bisa memanfaatkan wahana berpikir yang dimilikinya, manusia juga
harus mampu memposisikan dirinya diposisi kebenaran. Hal yang harus dilakukan manusia
adalah menempatkan penalaran. Penalaran sebagai salah satu langkah menemukan titik
kebenaran. Pengetahuan inilah yang disebut dengan ilmu dan ilmu inilah yang membuat
manusia bisa berpikir.
Didalam penalaran ditemukan logika. Logika melahirkan deduksi dan induksi, secara umum
induksi dan induksi suatu proses pemikiran untuk menghasilkan suatu kesimpulan yang benar
didasarkan pada pengetahuan yang dimiliki. Metode ilmiah berkaitan dengan gabungan dari
metode deduksi dan metode induksi. Jadi suatu proses pemikiran dapat dituangkan dalam
pembuatan metode ilmiah dan juga membuktikan tentang penalaran yang melahirkan logika
dibantu dengan metode deduksi dan induksi maka akan menghasilkan pengetahuan yang
baru. Dengan metode ilmiah pengetahuan akan dianggap sah adanya.
1. Saran
Diharapkan pembaca dapat dituntut untuk memikirkan secara mendalam mengenai logika
ilmu dan berpikir ilmiah untuk itu diharapkan memiliki referensi keilmuan yang mencukupi
guna menguasai cabang filsafat tersebut. Hal ini amat penting mengingat filsafat ilmu adalah
akar dari berbagai keilmuan yang terus berkembang pesat dewasa ini.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 28
PERTANYAAN
1. Jelaskan peranan sarana berpikir ilmiah dan metode ilmiah!
Ciri utama manusia yang membedakan dengan binatang yaitu manusia memiliki akal
dan selalu berpikir dalam melakukan aktivitasnya. Berpikir sendiri dibedakan menjadi
dua yaitu berpikir alamiah dan ilmiah. Berpikir alamiah digunakan berdasarkan
kebiasaan sehari-hari; sedangkan berpikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkah
– langkah metode ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian
literatur, menjugi hipotesis, menarik kesimpulan. Kesemua langkah – langkah berfikir
dengan metode ilmiah tersebut harus didukung dengan alat / sarana yang baik sehingga
diharapkan hasil dari berfikir ilmiah yang kita lakukan mendapatkan hasil yang baik.
Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam
berbagai langkah yang harus ditempuh. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah
untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan
tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengehahuan yang
memungkinkan untuk bisa memecahkan masalah sehari-hari.
Ditinjau dari pola berfikirnya, maka maka ilmu merupakan gabungan antara pola
berfikir deduktif dan berfikir induktif, untuk itu maka penalaran ilmiah menyadarkan
diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif .Penalaran ilmiah mengharuskan
kita menguasai metode penelitian ilmiah yang pada hakekatnya merupakan
pengumpulan fakta untuk mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan.
Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana
berfikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah kearah penguasaan itu adalah
mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berfikir tersebut dalam
keseluruhan berfikir ilmiah tersebut. Untuk dapat melakukan kegiatan ilmiah dengan
baik, maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistik.
Sikap ilmiah menuntut orang untuk berfikir dengan sikap tertentu. Dari sikap tersebut
orang dituntut dengan cara tertentu untuk menghasilkan ilmu pengetahuan.
selanjutnya cara tertentu itu disebut metode ilmiah. Jadi dengan sikap ilmiah dan
metode ilmiah diharapkan dapat menyusun ilmu pengetahuan secara sistematik dan
runtun.Secara garis besar keduanya mempunyai peran atau tugas yang identik, tugas –
tugas tersebut antara lain :
Menggambarkan secara jelas daan cermat, hal – hal yang dipersoalkan.
Menerangkan secara detil kondisi – kondisi yang mendasari terjadinya peristiwa.
Mencari dan merumuskan hukum – hukum, tata hubungan antara peristiwa yang satu
dengan yang lain.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 29
alan ( prediksi )
Membuat prediksi ( ramalan ), estimasi ( taksiran ) dan proyeksi mengenai peristiwa
yang bakal muncul bila keadaan itu didiamkan.
Melakukan tindakan – tindakan guna mengatasi keadaan atau gejala yang bakal
muncul.
Hasil dari suatu metode ilmiah dalam pengembangan ilmu sendiri mempunyai manfaat
diantaranya :
sekaligus melukiskan tentang kemampuan sumber daya, kemungkinan–kemungkinan
yang ditemukan di dalam melaksanakan sesuatu.
sehingga dapat dengan mudah dicari upaya untuk menanggulanginya.
am menyusun
strategi pengembangan selanjutnya.
2. Secara sederhana teori ilmiah harus memenuhi dua syarat utama. Sebutkan!
teori ilmiah syarat utamanya adalah:
· Harus konsisten dengan teori- teori sebelumnya yang memungkinkan tidak
terjadinya kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan
· Harus cocok dengan fakta- fakta empiris sebab teori yang bagaimanapun
konsistennya sekiranya tidak didukung
3. Apakah yang dimaksud dengan logika ilmiah?
Logika ilmiah adalah gabungan antara logika deduktif dan logika induktif dimana
rasionalisme dan empirisme hidup berdampingan.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 30
4. Alur berfikir tercakup dalam metode ilmiah yang dapat dijabarkan dalam beberapa
langkah. Uraikan langkah- langkah tersebut!
Langkah- langkah dalam alur berfikir yag sesuai dengan metode ilmiah adalah:
· Perumusan masalah yang merupakan pertanyaan- pertanyaan mengenai objek
empiris yang jelas batas- batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor- faktor yang
terkait didalamnya
· Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesa yang merupakan
argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai
faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan.
· Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta- fakta yang relevan dengan
hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta- fakta yang
mendukung hipotesis tersebut atau tidak
· Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian pakah sebuah hipotesis yang
diajukan ditolak atau diterima.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 31
REFERENSI
Surajiyo Drs., Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia: Suatu
Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Adib Mohamad, Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Kattsoff, Louis O., Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004.
https://syafrudinmtop.blogspot.co.id/2015/03/filsafat-ilmu-logika-ilmu-dan.html,
diakses pada 9 November 2016, pukul 20:07.
[1] K.Bertens, 1975 dalam buku Surajiyo, 2005.
[2] Drs. Surajiyo, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 36.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 32
TEORI KEBENARAN
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
Yang Di Bimbing Oleh :
Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
Yang Membuat :
1. Sefa Salma Idhiya (1221800056)
2. Dinda Dwi Apriliyah (1221800095)
3. Yuniar Fani Maulidiyah (1221800123)
( Kelas U Hari Kamis 17.00 L. 511)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 33
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul ―Teori Kebenaran‖ ini.
Masalah penilaian kebenaran dan kesalahan pasti kita temui dalam
kehidupan sehari-hari namun, sering kali kita bingung bagaimanakah kriteria yang
dianggap kebenaran atau kesalahan itu, meskipun sudah banyak filsuf yang
mengemukakan kriteria-kriteria kebenaran yang menjadi dasar penilaian
kebenaran namun tetap saja hal itu masih menjadi perdebatan sampai sekarang.
Dan dalam makalah kali ini penulis akan membahas tentang beberapa
teoriteori kebenaran yang juga dianut oleh filsuf-filsuf dunia yang latar
belakang ideologinya berbeda-beda. Selanjutnya penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr.Sigit Sardjono, MS selaku dosen
pengampu mata kuliah dan kepada segenap pihak yang telah memberikan
bimbingan serta arahan selama makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-
kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan
kritik
dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 34
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk berakal. Dengan akal, manusia secara terus
menerus menjalani kehidupan secara dinamis, terutama perkembangan mental
atau psikis. Akal menunjukkan perubahan positif (perkembangan cara berpikir)
seiring pertumbuhan usia manusia. Kapasitas berpikir akan semakin kompleks
ketika manusia hidup dan tumbuh di kehidupannya. Seorang balita berpikir
tentang sebuah pohon, tentu tidak sama dengan seorang dewasa yang berpikir
tentang pohon. Inilah potensi akal manusia yang secara berkelanjutan berpikir
terus menerus mencari kebenaran. Kebenaran yang bisa mereka terima secara
logis dan ilmiah namun, penilaian kebenaran inilah yang sampai sekarang masih
dibingungkan dan masih timbul banyak pertanyaan tentang apakah arti kebenaran
itu, bagaimana kriteria-kriteria dan teori-teori kebenaran itu, hal inilah yang
menjadi perdebatan sampai sekarang meskipun banyak filsuf-filsuf yang telah
mengemukakan teori-teori kebenaran seperti yang akan penulis bahas di makalah
ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, penulis mengambil
beberapa rumusan masalah diantaranya:
1. Apa pengertian kebenaran ?
2. Apa saja kriteria atau teori-teori kebenaran ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang bisa diambil dari isi paper ini antara lain:
1. Untuk mengetahui arti kebenaran
2. Untuk mengetahui beberapa teori-teori kebenaran
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 35
1.4 Manfaat
Sedangkan manfaat dari penulisan paper ini adalah:
1. Agar dapat digunakan sebagai bahan bacaan oleh setiap orang untuk
menambah wawasan pembaca tentang kebenaran dan beberapa teori-
teorinya yang ada
2. Setelah para pembaca mengetahui tentang kebenaran dan beberapa
teori-teorinya yang ada, nantinya bisa menjadi pengetahuan yang
bermanfaat bagi pembaca untuk kehidupan sehari-hari, atau menjadi
gambaran dan pemacu pikiran atau ide khususnya dalam menilai
sebuah kebenaran.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 36
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kebenaran
Benar adalah sesuatu yang apa adanya atau sesuai kenyataan yang ada,
sebuah fakta tentang realita berdasarkan data-data yang ada. Sedangkan
―kebenaran‖ dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang kongkret maupun
abstrak.
Menurut Randall & Bucher kebenaran adalah persesuaian antara pikiran
dan kenyataan. Kemudian menurut Jujun S. Suriasumantri kebenaran adalah
pernyataan tanpa ragu. Contoh, ketika kita mengakui kebenaran sebuah proposisi
bahwa bumi bergerak mengelilingi matahari, dasar kita, tidak lain adalah sesuai
tidaknya proposisi tersebut dengan kenyataannya.
Setiap subjek yang memiliki pengetahuan akan memiliki persepsi dan
pengertian yang berbeda-beda satu dengan lainnya tentang kebenaran, karena
kebenaran tidak bisa dilepaskan dari makna yang dikandung dalam suatu
pernyataan. Berarti kebenaran berkaitan erat dengan kualitas, sifat atau
karakteristik, hubungan, dan nilai kebenaran itu sendiri, dan dalam proses
penilaian kebenaran tak jarang penilaian tersebut juga tergantung dari latar
belakang pandangan atau ideologi setiap orang yang karena sebab inilah
kebenaran jadi terasa relatif dan jauh dari kepastian atau kebenaran mutlak, yang
tak dipungkiri hal ini sering menggiring kita pada keraguan atau kebingungan.
Secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk
mencapai atau mencari kebenaran, namun masalahnya tidak hanya sampai disitu
saja, masalah kebenaran inilah yang memacu tumbuh dan berkembangnya
epistemologi, kajian epistemologi untuk menilai suatu ―kebenaran‖ membawa
orang kepada sesuatu kesimpulan bahwa perlu dibedakan adanya tiga jenis
kebenaran yaitu kebenaran epistemologis, kebenaran ontologis, kebenaran
semantis. Bakhtiar (2010, h. 111) menjelaskan bahwa kebenaran epistemologis
adalah yang berhubungan dengan pengetahuan manusia dan kebenaran dalam arti
ontologis adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada hakikat segala
sesuatu yang ada atau diadakan kemudian kebenaran dalam arti semantis adalah
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 37
kebenaran yang terdapat serta melekat dalam tutur kata dan bahasa. Namun, kali
ini yang dibahas oleh penulis dalam paper ini adalah kebenaran epistemologis
karena kebenaran yang lainnya secara tidak langsung berhubungan erat dengan
kategori kebenaran epistemologis.
2.2 Macam-Macam Teori Kebenaran
Pembahasan mengenai kebenaran sudah dimulai sejak Plato melalui
metode dialog, kemudian dilanjutkan oleh Aristoteles. Plato dianggap sebagai
filsuf yang membangun teori pengetahuan yang cukup lengkap sebagai teori
pengetahuan yang awal. Dari pemikiran Plato kemudian muncul teori-teori
pengetahuan baik sebagai kritik atau sebagai dukungan atas teori yang sudah
dibangun Plato. Menurut seorang filsuf Jaspers sebagaimana dikutip oleh
Hammersa bahwa sebenarnya para pemikir sekarang hanya melengkapi dan
menyempurnakan filsafat Plato dan filsafat Aristoteles (Hamami dalam Tim
Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2010, h. 138). Jadi pemikiran-pemikiran Plato dan
Aristoteles secara tidak langsung menjadi gambaran atau pemicu munculnya ide-
ide baru dari para filsuf-filsuf setelahnya. Berikut ini adalah penjelasan mengenai
teori-teori kebenaran yang penulis rangkum dari beberapa referensi:
2.2.1 Teori Kebenaran Korespondensi (Saling Bersesuaian)
Kebenaran menurut teori korespondensi bahwa suatu proposisi atau
pengertian adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang diselaraskannya, yaitu
apabila ia menyatakan apa adanya. Kebenaran adalah yang bersesuaian dengan
fakta yang berselaras dengan realitas yang serasi dengan situasi aktual (Bakhtiar,
2010, h. 112). Sebaliknya, jika pernyataan bertentangan dengan kenyataan atau
fakta yang ada, maka pernyataan tersebut dianggap sebagai penyataan yang salah
atau sesat. Misalnya, ada pernyataan yang mengatakan Lionel Messi adalah
seorang pesepakbola profesional. Kalau pernyataan tersebut bersesuaian dengan
fakta yang ada di kenyataan yang sebenarnya maka itu dianggap sebagai
―kebenaran‖. Jika ternyata Lionel Messi bukan seorang pesepak bola profesional,
melainkan seorang pemain basket. Maka pernyataan tersebut dianggap sebagai
bukan kebenaran.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 38
Dengan demikian menurut teori korespondensi ini, Bakhtiar (2010, h. 113)
menjelaskan bahwa kebenaran dapat didefinisikan sebagai kesetiaan pada realitas
objektif yaitu suatu pernyataan yang sesuai dengan fakta atau sesuatu yang selaras
dengan situasi kebenaran ialah persesuaian antara pernyataan mengenai fakta
dengan fakta aktual atau antara putusan dengan situasi seputar yang diberi
interpretasi.
Mengenai teori korespondensi tentang kebenaran dapat disimpulkan, kita
mengenal dua hal yaitu pertama, penyataan dan kedua, kenyataan. Menurut teori
ini, kebenaran adalah kesesuaian antara pernyataan tentang sesuatu dengan
kenyataan sesuatu itu sendiri (Bakhtiar, 2010, h. 115). Sebagaimana contoh dapat
dikemukakan Jakarta adalah ibukota republik Indonesia. Pernyataan ini disebut
benar karena kenyataanya Jakarta memang ibukota republik Indonesia.
Kebenarannya terletak pada hubungan antara pernyataan dengan kenyataan.
Adapun jika dikatakan bandung adalah ibukota republik Indonesia. Pernyataan itu
salah karena tidak sesuai antara pernyataan dengan kenyataan.
Arti ―sesuai‖ dalam teori ini masih menimbulkan pertanyaan-pertanyaan
yang mengarah pada kritik terhadap teori kebenaran korespondensi. Kalau
kebenaran selalu diukur dengan fakta-fakta yang ada, lantas bagaimana dengan
ide-ide yang bersifat kejiwaan, apakah ada fakta yang bersifat kejiwaan. Lalu
bagaimana membuktikan hubungan antara ide-ide tersebut, padahal ide-ide
tersebut bersifat abstrak, sulit untuk dibuktikan dengan indera manusia. Misalnya,
Pak Iman dikatakan sebagai seorang yang beriman, kalau pernyataan ini kemudian
dibuktikan kebenarannya dengan makna sesuai atau korespondensi, maka tentu
subjek akan melihat pada perilaku-perilaku beragama yang tampak pada Pak
Iman. Pertanyaannya, apakah ―keimanan‖ Pak Iman bisa sepenuhnya diukur
dengan observasi?, bukankah keimanan di dominasi oleh aspek kejiwaan Pak
Iman?.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 39
Pertanyaan-pertanyaan di atas adalah kelemahan-kelemahan para realisme
empirisme. Teori korespondensi ini pada umumnya memang dianut oleh para
pengikut realisme empirisme (Kattsoff, 1996, h. 184). Diantara pelopor teori ini
adalah Plato, Aristoteles, Moore, Ramsey, dan Tarski. Teori ini dikembangkan
oleh Betrand Russel (1872-1970). Teori korespondensi digunakan untuk proses
pembuktian secara empiris dalam bentuk pengumpulan data-data yang
mendukung suatu pernyataan yang telah dibuat sebelumnya.
2.2.2 Teori Kebenaran Koherensi (Saling Berhubungan)
Berkebalikan dengan paham korespondensi, paham koherensi dianut oleh
para pendukung idealisme rasionalisme. Teori koherensi ini berkembang pada
abad 19 dibawah pengaruh hegel dan di ikuti oleh pengikut madzhab idealisme
seperti Leibniz, Spinoza dan filsuf britania F.M Bradley (1864-1924). Bakhtiar
(2010, h. 116) menjelaskan bahwa teori koherensi yaitu suatu proposisi cenderung
benar jika proposisi tersebut dalam keadaan saling berhubungan
(koheren/konsisten) dengan proposisi benar yang lain, atau jika arti yang
dikandungnya dalam keadaan saling berhubungan dengan pengalaman kita.
Misalnya kita mempunyai pengetahuan bahwa semua manusia pasti akan mati
adalah pernyataan yang memang benar adanya. Jika Ahmad adalah manusia,
maka pernyataan bahwa Ahmad pasti akan mati, merupakan pernyataan yang
benar pula. Sebab pernyataan kedua konsisten dengan pernyataan yang benar.
Mengenai teori konsistensi ini, Bakhtiar (2010, h. 117) menjelaskan bahwa
dapat kita ambil kesimpulan yang pertama, kebenaran menurut teori ini ialah
kesesuaian anatra suatu pernyataan dengan pernyataan lainnya yang sudah lebih
dahulu kita ketahui, terima dan akui sebagai benar. Kedua, teori ini agaknya dapat
dinamakan teori penyaksian (justifikasi) tentang kebenaran, karena menurut teori
ini satu putusan dianggap benar apabila mendapat penyaksian penyaksian
(justifikasi, pembenaran) oleh putusan-putusan lainnya yang terdahulu yang sudah
diketahui, diterima, dan diakui benarnya.
Dengan demikian menurut teori koherensi adalah suatu teori itu dianggap
benar apabila tahan uji (testable) artinya suatu teori yang sudah dicetuskan oleh
seseorang kemudian teori tersebut diuji oleh orang lain tentunya dengan
mengkomparasikan dengan data-data baru, oleh karena itu apabila teori itu
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 40
bertentangan dengan data-data yang baru secara otomatis teori pertama gugur atau
batal ―refutability‖ sebaliknya, kalau data itu cocok dengan teori lama, teori itu
semakin kuat ―corroboration‖ (Karl Popper dalam Bakhtiar, 2010 h. 118)
2.2.3 Teori Kebenaran Pragmatis
Pragma artinya yang dikerjakan, yang dilakukan, perbuatan, tindakan,
sebutan bagi filsafat yang dikembangkan oleh William james di Amerika Serikat,
benar tidaknya suatu ucapan, dalil atau teori semata-mata bergantung kepada asas
manfaat sesuatu dianggap benar jika mendatangkan manfaat dan akan dikatakan
salah jika tidak mendatangkan manfaat (Bakhtiar, 2010, h. 118-119). Istilah
pragmatisme ini sendiri diangkat pada tahun 1856 oleh Charles Pierce (1839-
1914), Bakhtiar (2010, h. 119) mengatakan bahwa doktrin pragmatisme ini
diangkat dalam sebuah makalah yang dimunculkan pada tahun 1878 dengan tema
―How To Make Our Ideas Clear‖ yang kemudian dikembangkan oleh beberapa
ahli filsafat Amerika. Diantara tokohnya yang lain adalah John Dewey (1859-
1952).
Menurut teori pragmatisme, suatu kebenaran dan suatu pernyataan diukur
dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional atau bermanfaat
dalam kehidupan manusia. Bakhtiar (2010, h. 119) Menjelaskan bahwa teori,
hipotesa atau ide adalah benar apabila hal tersebut membawa kepada akibat yang
memuaskan, apabila hal tersebut berlaku dalam praktik, apabila hal tersebut
mempunyai nilai praktis. Kebenaran terbukti oleh kegunaanya oleh hasilnya dan
oleh akibat-akibat praktisnya jadi kebenaran ialah apasaja yang berlaku (works)
Dapat dipahami bahwa kebenaran dalam pandangan pragmatisme adalah
sebatas kegunaan praktis dalam kehidupan. Apabila suatu proposisi memiliki
kegunaan praktis maka akan dipandang sebagai suatu kebenaran. Sebaliknya,
apabila proposisi tidak memiliki kegunaan praktis maka tidak dipandang sebagai
suatu kebenaran, walaupun ada kemungkinan sesuatu yang tidak bersifat
fungsional tersebut adalah kebenaran yang sesungguhnya.
Dari teori ini dapat diberikan sebuah contoh pandangan para penganut
teori pragmatis tentang Tuhan. Bagi pragmatisme suatu agama itu bukan benar
karena Tuhan yang disembah oleh penganut agama itu memang ada, tetapi agama
itu dianggap benar karena pengaruhnya yang positif atas kehidupan manusia.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 41
Berkat kepercayaan orang akan Tuhan dan mengikutinya seseorang kepada ajaran
agama maka kehidupan masyarakat berlaku secara tertib,, sejahtera dan jiwanya
semakin tenang.
Kebenaran dalam pandangan pragmatisme seiring berjalannya waktu akan
membawa kebenaran pada masa kadaluarsa (expired). Artinya ada masanya
kebenaran yang sudah dianggap suatu kebenaran akan dibuang, karena tidak lagi
bersifat fungsional atau bermanfaat.
2.2.4 Teori Kebenaran Sintaksis
Penganut teori- kebenaran sintaksis berpijak bahwa suatu pernyataan
dikatakan benar jika pernyataan itu mengikuti aturan-aturan yang baku. Atau
dengan kata lain apabila proposisi itu tidak mengikuti syarat atau keluar dari hal
yang di syaratkan maka proposisi itu tidak memiliki arti. Teori ini berkembang di
antara filsuf analisa bahasa, terutama yang begitu ketat terhadap pemakaian
gramatika (Hamami Dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2010). Jadi dalam
teori kebenaran ini susunan pola kalimat atau pernyataan sangat diperhatikan
karena hal itu sangat mempengaruhi terhadap penilaian kebenaran.
2.2.5 Teori Kebenaran Semantis
Teori ini kebanyakan dianut dan berkembang di kalangan filsuf analitika
bahasa. Kebenaran menurut faham ini adalah suatu proposisi dinilai benar ditinjau
dari segi arti atau makna, apakah proposisi yang merupakan pangkal tumpunya itu
mempunyai referensi yang jelas. Artinya teori ini bertugas untuk mengungkap
kesahihan proposisi dalam referensinya. Pernyataan yang mengandung kebenaran
adalah pernyataan yang memiliki arti atau makna yang sesungguhnya dengan
merujuk pada kenyataan. Arti yang bersifat definitif, yaitu arti yang dengan jelas
menunjuk ciri yang khas dari sesuatu yang ada. (Hamami Dalam Tim Dosen
Filsafat Ilmu UGM, 2010). Seperti ―Irigasi menyebabkan kesulitan dalam
mengatur pengairan‖, pernyataan ini akan dikatakan benar bila menunjukkan
makna yang sahih tentang bendungan dalam kenyataan yang sesungguhnya. Tentu
kebenaran pernyataan diatas akan di cek langsung ke referensinya.
2.2.6 Teori Kebenaran Performatik
Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh
pemegang otoritas tertentu. Contoh pertama mengenai penetapan 1 Syawal.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 42
Sebagian muslim di Indonesia mengikuti fatwa atau keputusan MUI atau
pemerintah, sedangkan sebagian yang lain mengikuti fatwa ulama tertentu atau
organisasi tertentu. Contoh lainnya pada masa pertumbuhan ilmu, Copernicus
(1473-1543) mengajukan teori heliosentris dan bukan sebaliknya seperti yang
difatwakan gereja. Masyarakat menganggap hal yang benar adalah apa-apa yang
diputuskan oleh gereja walaupun bertentangan dengan bukti-bukti empiris. Dalam
fase hidupnya, manusia kadang kala harus mengikuti kebenaran performatif.
Pemegang otoritas yang menjadi rujukan bisa pemerintah, pemimpin agama,
pemimpin adat, pemimpin masyarakat, dan sebagainya. Kebenaran performatif
dapat membawa kepada kehidupan sosial yang rukun, kehidupan beragama yang
tertib, adat yang stabil dan sebagainya. Masyarakat yang mengikuti kebenaran
performatif tidak terbiasa berpikir kritis dan rasional. Mereka kurang inisiatif dan
inovatif, karena terbiasa mengikuti kebenaran dari pemegang otoritas. Pada
beberapa daerah yang masyarakatnya masih sangat patuh pada adat, kebenaran ini
seakan-akan kebenaran mutlak. Mereka tidak berani melanggar keputusan
pemimpin adat dan tidak terbiasa menggunakan rasio untuk mencari kebenaran.
2.2.7 Teori Kebenaran Struktural Paradigmatik
Suatu teori dinyatakan benar jika teori itu berdasarkan pada paradigma
atau perspektif tertentu dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui atau
mendukung paradigma tersebut. Banyak sejarawan dan filosof sains masa kini
menekankan bahwa serangkaian fenomena atau realitas yang dipilih untuk
dipelajari oleh kelompok ilmiah tertentu ditentukan oleh pandangan tertentu
tentang realitas yang telah diterima secara apriori oleh kelompok tersebut.
Pandangan apriori ini disebut paradigma oeh Kuhn dan world view oleh Sardar.
Paradigma ialah apa yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota suatu
masyarakat sains atau dengan kata lain masyarakat sains adalah orang-orang yang
memiliki suatu paradigma bersama. Masyarakat sains bisa mencapai konsensus
yang kokoh karena adanya paradigma. Sebagai konstelasi komitmen kelompok,
paradigma merupakan nilai-nilai bersama yang bisa menjadi determinan penting
dari perilaku kelompok meskipun tidak semua anggota kelompok menerapkannya
dengan cara yang sama. Paradigma juga menunjukkan keanekaragaman individual
dalam penerapan nilai-nilai bersama yang bisa melayani fungsi-fungsi esensial
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 43
ilmu pengetahuan. Paradigma berfungsi sebagai keputusan yuridiktif yang
diterima dalam hukum tak tertulis.
Pengujian suatu paradigma terjadi setelah adanya kegagalan berlarut-larut
dalam memecahkan masalah yang menimbulkan krisis. Pengujian ini adalah
bagian dari kompetisi di antara dua paradigma yang bersaingan dalam
memperebutkan kesetiaan masyarakat sains. Falsifikasi terhadap suatu paradigma
akan menyebabkan suatu teori yang telah mapan ditolak karena hasilnya negatif.
Teori baru yang memenangkan kompetisi akan mengalami verifikasi. Proses
verifikasi-falsifikasi memiliki kebaikan yang sangat mirip dengan kebenaran dan
memungkinkan adanya penjelasan tentang kesesuaian atau ketidaksesuaian antara
fakta dan teori. Perubahan dari paradigma lama ke paradigma baru adalah
pengalaman konversi yang tidak dapat dipaksakan. Adanya perdebatan antar
paradigma bukan mengenai kemampuan relatif suatu paradigma dalam
memecahkan masalah, tetapi paradigma mana yang pada masa mendatang dapat
menjadi pedoman riset untuk memecahkan berbagai masalah secara tuntas.
Adanya jaringan yang kuat dari para ilmuwan sebagai peneliti konseptual, teori,
instrumen, dan metodologi merupakan sumber utama yang menghubungkan ilmu
pengetahuan dengan pemecahan berbagai masalah.
2.2.8 Agama Sebagai Teori Kebenaran
Manusia adalah makhluk pencari kebenaran, salah cara untuk menemukan
suatu kebenaran adalah melalui agama (Bakhtiar, 2010, h 121). Agama dengan
karekteristiknya sendiri memberikan jawaban atau pencerahan atas segala
persoalan mendasar yang dipertanyakan manusia baik tentang alam manusia
maupun tentang Tuhan yang disembahnya. Kalau teori-teori kebenaran
sebelumnya lebih mengedepankan akal, budi, rasio dan reason manusia, dalam
agama untuk menilai sebuah kebenaran yang dikedepankan adalah wahyu yang
ada di kitab sucinya dan yang diyakini bersumber dari Tuhan, Dengan demikian
suatu hal itu dianggap benar apabila sesuai dengan ajaran agama atau wahyu
sebagai penentu kebenaran mutlak (Bakhtiar, 2010, h. 22).
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 44
PERTANYAAN
1. Apa ciri-ciri ilmu yang dianggap benar oleh orang-orang?
Menurut Randall dan Buchker (1942) mengemukakan beberapa ciri umum ilmu
diantaranya :
1. Hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.
2. Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan karena
yang menyelidiki adalah manusia.
3. Ilmu bersifat obyektif, artinya prosedur kerja atau cara penggunaan
metode ilmu tidak tergantung kepada yang menggunakan, tidak tergantung pada pemahaman
secara pribadi.
2. Disebutkan bahwa kebenaran dalam pandangan pragtisme seiring berjalannya
waktu akan membawa kebenaran pada masa kadaluarsa (expired), jelaskan apa
yg dimaksud dari pertanyaan diatas !
ada masanya kebenaran yang sudah dianggap suatu kebenaran akan dibuang, karena tidak
lagi bersifat fungsional atau bermanfaat
3. Teori kebenaran struktural paradigmatik.
Bagaimana perubahan dari pardigma lama ke paradigma baru ?
Jelaskan mengapa pengalaman konversi tidak bisa dipaksakan!
Karena adanya perdebatan antar paradigma bukan mengenai kemampuan relatif suatu
paradigma dalam memecahkan masalah, tetapi paradigma mana yang pada masa mendatang
dapat menjadi pedoman riset untuk memecahkan berbagai masalah secara tuntas.
Adanya jaringan yang kuat dari para ilmuwan sebagai peneliti konseptual, teori, instrumen,
dan metodologi merupakan sumber utama yang menghubungkan ilmu pengetahuan dengan
pemecahan berbagai masalah.
4. Disebut Teori kebenaran korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa
pernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau
pernyataan yang ada di alam atau objek yang dituju pernyataan tersebut.
Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti
yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Apa yang di maksud hal
tersebut? Jika seseorang mengatakan bahwa, ―Kampus Pascasarjana Unsri berada di
kota Palembang,‖ maka pernyataan tersebut adalah benar, sebab pernyataan itu
dengan objek yang bersifat faktual yakni Palembang, memang kota di mana kampus
Pascasarjana Unsri berada.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 45
Apabila ada orang lain yang menyatakan bahwa ―Kampus Pascasarjana Unsri berada
di kota Jambi,‖ maka pernyataan itu adalah tidak benar, sebab tidak terdapat objek
yang benar dengan pernyataan tersebut. Dalam hal ini, maka secara faktual, ―Kampus
Pascasarjana Unsri bukan berada di kota Jambi, melainkan di Palembang.‖
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebenaran adalah jika pernyataan tidak berlawanan dengan fakta yang ada
atau ide-ide atau gagasan tidak berlawanan dengan realita, dan tak jarang
kebenaran merujuk pada pengalaman inderawi seseorang. Penilaian kebenaran ini
tak dipungkiri sangat dipengaruhi oleh latar belakang ideologi orang yang menilai,
para penganut empirisme cenderung melihat kebenaran dari fakta dan realita yang
ada, berbeda dengan para penganut rasionalisme cenderung melihat kebenaran
dari ide-ide yang saling mempunyai keterkaitan satu sama lainnya, kemudian jika
orang yang latar belakangnya religius cenderung melihat atau menilai kebenaran
sebuah pernyataan dari firman-firman Tuhannya yang ada di kitab sucinya.
Kebenaran yang sifatnya subjektif inilah yang tak jarang membuat bingung dan
ragu akan manakah yang benar namun, dari teori-teori kebenaran ini kita bisa
tidak hanya melihat dari satu teori untuk menilai sebuah kebenaran tapi kita
kombinasikan untuk mencari kebenaran sesungguhnya atau kebenaran yang
bernilai mutlak.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada pembaca dan penulis mengenai paper ini
adalah:
1. Diharapkan penulis nantinya dapat mengembangkan penulisan makalah
tentang kajian-kajian filsafat yang lebih luas khsusnya tentang teori-teori kebenaran
2. Diharapkan hasil penulisan makalah ini bisa dijadikan bahan bacaan untuk menambah
ilmu pengetahuan khususnya tentang teori-teori kebenaran yang nantinya teori-teori ini
menjadi gambaran atau pemacu ide-ide dalam penilaian kebenaran.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 46
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal. (2010). Filsafat Ilmu. Jakarta:Rajawali Pers.
Wiramihardja, Sutardjo. (2007) Pengantar Filsafat. Bandung:Refika Aditama.
Suriasumantri, Jujun S. (2010). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Surajiyo. (2000). Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: IISIP Jakarta.
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM. (2010). Filsafat Ilmu:Sebagai
Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Liberty.
Kattsoff, Louis O. (1996). Pengantar Filsafat. Yogyakarta : Tiara Wicana Yogya.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 47
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
Tataran Keilmuan
Pengetahuan:Ontologi,Epistemologi,dan Aksiologi
Yang Di Bimbing Oleh :
Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
Yang Membuat :
1. Sefa Salma Idhiya (1221800056)
2. Dinda Dwi Apriliyah (1221800095)
3. Yuniar Fani Maulidiyah (1221800123)
( Kelas U Hari Kamis 17.00 L. 511)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 48
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayahNya
kepada kelompok kami yang telah menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini
merupakan makalah ―Tataran Keilmuan Pengetahuan:Ontologi,Epistemologi, dan Akiologi‖.
Secara khusus makalah ini disusun sedemikian rupa sehingga materi yang ada didalam
makalah sesuai dengan silabus yang telah diberikan kepada kami.
Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun, kami
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan dan bimbingan orang tua dan teman-teman kami, sehingga kendala-kendala yang
kami hadapi teratasi. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak dosen yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
termotivasi dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
2. Teman yang turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga
tugas makalah ini bisa selesai.
Kami sadar, bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna meningkatkan kualitas pembuatan
makalah yang selanjutnya. Kami sadar bahwa kebenaran dan kesempurnaan hanya milik
Allah SWT. Harapan kami, makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca
khususnya dalam mata kuliah Filsafat Ilmu.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 49
BAB I
PENDAHULUAN
1. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari Ontologi.
2. Mengetahui term Ontologi.
3. Mengetahui paham paham Ontologi.
4. Mengetahui pengertian Epistemologi.
5. Mengetahui ruang lingkup Epistemologi.
6. Mengetahui objek dan tujuan Epistemologi.
7. Mengetahui landasan Epistemologi.
8. Mengetahui hakikat Epistemologi.
9. Mengetahui pengaruh Epistemologi.
10. Mengetahui pengertian Aksiologi.
11. Mengetahui penilaian Aksiologi.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 50
BAB II
PEMBAHASAN
2. Pengertian Ontologi
1. Menurut Bahasa :
Ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu on/ontos = being atau ada, dan
logos = logic atau ilmu. Jadi, ontologi bisa diartikan : The theory of being qua
being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan), atau ilmu tentang yang
ada.
2. Menurut Istilah :
Ontologi adalah ilmu yang membahas hakikat yang ada, yang merupakan
ultimate reality yang berbentuk jasmani / kongkret maupun rohani/abstrak
(Bakhtiar,2008)
3. Term Ontologi
Term ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun
1636M untuk menamai teori tentang hakikat yang ada bersifat metafisis. Dalam
perkembangan selanjutnya Christian Wolf (1679-1754M) membagi Metafisika
menjadi 2 yaitu :
 Metafisika Umum : Ontologi
Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontologi. Jadi
metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan
prinsip yang paling dasar dari segala sesuatu yang ada.
 Metafisika Khusus : Kosmologi, Psikologi, Teologi (Bakker,1992)
4. Paham-paham dalam Ontologi
Dalam pemahaman ontologi dapat diketemukan pandangan-pandnagan pokok/aliran-
aliran pemikiran antara lain: Monoisme, Dualisme, Pluralisme, Nihilisme, dan
Agnotisme.
1. Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu
hanyalah satu saja, tidak mungkin dua, baik yang asal berupa materi ataupun
rohani. Paham ini kemudian terbagi kedalam 2 aliran :
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 51
1. Materialisme
Aliran materialisme ini menganggap bahwa sumber yang asal
itu adalah materi, bukan rohani. Aliran pemikiran ini dipelopori oleh
Bapak Filsafat yaitu Thales (624-546 SM). Dia berpendapat bahwa
sumber asal adalah air karena pentingnya bagi kehidupan. Aliran ini
sering juga disebut naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati
merupakan kenyataan dan satusatunya fakta. Yang ada hanyalah
materi/alam, sedangkan jiwa /ruh tidak berdiri sendiri. Tokoh aliran ini
adalah Anaximander (585-525 SM). Dia berpendapat bahwa unsur asal
itu adalah udara dengan alasan bahwa udara merupakan sumber dari
segala kehidupan. Dari segi dimensinya paham ini sering dikaitkan
dengan teori Atomisme. Menurutnya semua materi tersusun dari
sejumlah bahan yang disebut unsur. Unsur-unsur itu bersifat tetap tak
dapat dirusakkan. Bagian-bagian yang terkecil dari itulah yang
dinamakan atom-atom. Tokoh aliran ini adalah Demokritos (460-370
SM). Ia berpendapat bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom
yang banyak jumlahnya, tak dapat di hitung dan amat halus. Atom-
atom inilah yang merupkan asal kejadian alam.
2. Idealisme
Idealisme diambil dari kata idea, yaitu sesuatu yang hadir
dalam jiwa. Idelisme sebagai lawan materialisme, dinamakan juga
spiritualisme. Idealisme berarti serbacita, spiritualisme berarti serba
ruh. Aliran idealisme beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang
beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma) atau sejenis
dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang.
Tokoh aliran ini diantaranya : Plato (428 -348 SM) dengan teori
idenya. Menurutnya, tiap-tiap yang ada dialam mesti ada idenya, yaitu
konsep universal dari setiap sesuatu. Aristoteles (384-322 SM),
memberikan sifat keruhanian dengan ajarannya yang menggambarkan
alam ide itu sebagai sesuatu tenaga yang berada dalam benda-benda itu
sendiri dan menjalankan pengaruhnya dari dalam benda itu. Pada
Filsafat modern padangan ini mula-mula kelihatan pada George
Barkeley (1685-1753 M) yang menyatakan objek-objek fisis adalah
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 52
ide-ide. Kemudian Immanuel Kant (1724-1804 M), Fichte (1762-1814
M), Hegel (1770-1831 M), dan Schelling (1775-1854 M).
2. Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari 2 macam hakikat
sebagai asal sumbernya yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani, benda dan
ruh, jasad dan spirit. Tokoh paham ini adalah Descartes (1596-1650 M) yang
dianggap sebagai bapak filsafat modern. Ia menamakan kedua hakikat itu
dengan istilah dunia kesadaran (ruhani) dan dunia ruang (kebendaan). Tokoh
yang lain : Benedictus De spinoza (1632-1677 M), dan Gitifried Wilhelm Von
Leibniz (1646-1716 M).
3. Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan
kenyataan. Lebih jauh lagi paham ini menyatakan bahwa kenyataan alam ini
tersusun dari banyak unsur. Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah
Anaxagoras dan Empedocles yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu
terbentuk dan terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara. Tokoh
modern aliran ini adalah William James (1842-1910 M) yang terkenal sebagai
seorang psikolog dan filosof Amerika. Dalam bukunya The Meaning of Truth,
James mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku
umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas dari akal yang
mengenal. Apa yang kita anggap benar sebelumnya dapat dikoreksi/diubah
oleh pengalaman berikutnya.
4. Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada.
Doktrin tentang nihilisme sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno, tokohnya
yaitu Gorgias (483-360 SM) yang memberikan 3 proposisi tentang realitas
yaitu: Pertama, tidak ada sesuatupun yang eksis, Kedua, bila sesuatu itu ada ia
tidak dapat diketahui, Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui ia tidak
akan dapat kita beritahukan kepada orang lain. Tokoh modern aliran ini
diantaranya: Ivan Turgeniev (1862 M) dari Rusia dan Friedrich Nietzsche
(1844-1900 M), ia dilahirkan di Rocken di Prusia dari keluarga pendeta.
5. Agnotisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui
hakikat benda. Baik hakikat materi maupun ruhani. Kata Agnoticisme berasal
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 53
dari bahasa Greek yaitu Agnostos yang berarti unknown A artinya not Gno
artinya know. Aliran ini dapat kita temui dalam filsafat eksistensi dengan
tokohtokohnya seperti: Soren Kierkegaar (1813-1855 M), yang terkenal
dengan julukan sebagai Bapak Filsafat Eksistensialisme dan Martin Heidegger
(18891976 M) seorang filosof Jerman, serta Jean Paul Sartre (1905-1980 M),
seorang filosof dan sastrawan Prancis yang atheis (Bagus, 1996).
5. Pengertian Epistemologi
Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat
dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu. Epistemologi
juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge).
Secara etimologi, istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti
pengetahuan, dan logos berarti teori. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang
filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan sahnya
(validitasnya) pengetahuan.
Pengertian lain, menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai
bagaimana kita mendapatkan pengetahuan: apakah sumber-sumber pengetahuan ?
apakah hakikat, jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan? Sampai tahap mana
pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William S.Sahakian dan
Mabel Lewis Sahakian, 1965, dalam Suriasumantri, 2010).
Menurut (Bakhtiar, 2008) epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang
filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaiandaian,
dan dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan
yang dimiliki. Sedangkan, (Hardono, 1994) menyatakan, bahwa epistemologi adalah
cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope
pengetahuan, pengandaian-pengendaian dan dasarnya, serta pertanggungjawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Selanjutnya, pengertian
epistemologi yang lebih jelas diungkapkan (Runes, 1971). Dia menyatakan, bahwa
epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber, struktur, metode-metode
dan validitas pengetahuan.
6. Ruang lingkup Epistemologi
M. Arifin merinci ruang lingkup epistemologi, meliputi hakekat, sumber dan validitas
pengetahuan. Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek, yaitu hakikat, unsur, macam,
tumpuan, batas, dan sasaran pengetahuan. Bahkan, A.M Saefuddin menyebutkan, bahwa
epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab, apakah
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 54
ilmu itu, dari mana asalnya, apa sumbernya, apa hakikatnya, bagaimana
membangun ilmu yang tepat dan benar, apa kebenaran itu, mungkinkah kita mencapai
ilmu yang benar, apa yang dapat kita ketahui, dan sampai dimanakah batasannya.
Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok; masalah sumber
ilmu dan masalah benarnya ilmu.
M. Amin Abdullah menilai, bahwa seringkali kajian epistemologi lebih
banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara
konseptual-filosofis. Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak
membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah. Sementara itu,
aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi, atau setidak-
tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak.
Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan
pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan,
bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan. Terlebih
lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik, seserorang
cenderung menyederhanakan pemahaman, sehingga memaknai epistemologi sebagai
metode pemikiran, ontologi sebagai objek pemikiran, sedangkan aksiologi sebagai
hasil pemikiran, sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai, baik yang bercorak
positif maupun negatif. Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu
bagian dari cakupan wilayah epistemologi.
7. Objek dan Tujuan Epistemologi
Seperti dibahas dalam pendahuluan makalah ini, dalam filsafat terdapat objek
material dan objek formal. Objek material adalah sarwa-yang-ada, yang secara garis
besar meliputi hakikat Tuhan, hakikat alam dan hakikat manusia. Sedangkan objek
formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalamdalamnya, sampai ke
akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada).
Objek epistemologi ini menurut (Suriasumantri, 2010) berupa ―segenap proses
yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan.‖ Proses untuk
memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan
sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan, sebab sasaran itu merupakan
suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan. Tanpa suatu
sasaran, mustahil tujuan bisa terealisir, sebaliknya tanpa suatu tujuan, maka sasaran
menjadi tidak terarah sama sekali.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 55
Tujuan epistemologi menurut Jacques Martain mengatakan: ―Tujuan
epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan, apakah saya
dapat tahu, tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat
tahu‖. Hal ini menunjukkan, bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh
pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari, akan tetapi yang menjadi
pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu, yaitu ingin
memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan.
8. Landasan Epistemologi
Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan
menuju ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan
yang bergantung pada metode ilmiah, karena metode ilmiah menjadi standar untuk
menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan. Sesuatu fenomena
pengetahuan logis, tetapi tidak empiris, juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan,
melaikan termasuk wilayah filsafat. Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong
oleh dua pilar pengetahuan, yaitu rasio dan fakta secara integratif.
9. Hakikat Epistemologi
Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan, membedakan
cabang-cabangnya yang pokok, mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan
menetapkan batas-batasnya. ―Apa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita
mengetahui‖ adalah masalah-masalah sentral epistemologi, tetapi masalah-masalah ini
bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat. Pandangan yang lebih ekstrim lagi
menurut Kelompok Wina, bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat, melainkan
termasuk dalam kajian psikologi. Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan
pikiran manusia, the workings of human mind. Tampaknya Kelompok Wina melihat
sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan
dengan pekerjaan pikiran manusia. Cara pandang demikian akan berimplikasi secara
luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan. Tidak ada satu pun aspek
filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia, karena filsafat
mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran. Kemudian jika diingat, bahwa filsafat
adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu, maka seluruh disiplin ilmu selalu
berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia, terutama pada saat proses aplikasi
metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal
sehat. Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain, kecuali psikologi, padahal realitasnya
banyak sekali.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 56
Oleh karena itu, epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat, walaupun
objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik, justru karena epistemologi menjadi
ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya. Dalam epistemologi terdapat upaya-
upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya. Aktivitasaktivitas
ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis. Perbedaaan
padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan
untuk membenarkan Stanley M. Honer dan Thomas C.Hunt yang menilai,
epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi. Sejak semula,
epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit,
sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang
seluas jangkauan metafisika sendiri, sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh
disingkirkan darinya. Selain itu, pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan
jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan
biasanya diandaikan begitu saja, maka minat untuk membicarakan dasar-dasar
pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya untuk melebihi
takaran minat kita.
Epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral
setiap pandangan dunia. Ia merupakan parameter yang bisa memetakan, apa yang
mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya; apa yang mungkin
diketahui dan harus diketahui; apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak
usah diketahui; dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui. Epistemologi
dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek
pengetahuan. Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia. Ada
objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar, sehingga
tidak perlu diketahui, meskipun memungkinkan untuk diketahui. Ada juga objek yang
benar-benar merupakan misteri, sehingga tidak mungkin bisa diketahui.
10. Pengaruh Epistemologi
Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia. Suatu
peradaban, sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya. Epistemologi mengatur
semua aspek studi manusia, dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial.
Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada
tubuh, ilmu-ilmu mereka itu—suatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis
dari ilmu-ilmu—dipandang dari keyakinan, kepercayaan dan sistem nilai mereka.
Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi. Wujud sains dan
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 57
teknologi yang maju disuatu negara, karena didukung oleh penguasaan dan
bahkan pengembangan epistemologi. Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa
fenomena alam, sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh
kemajuan epistemologi. Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis
dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains
yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Demikian halnya yang terjadi pada
teknologi. Meskipun teknologi sebagai penerapan sains, tetapi jika dilacak lebih jauh
lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan
epistemologi.
Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk selalu berfikir dan
berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru. Semua bentuk teknologi
yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis, yaitu pemikiran
dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu,
perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu, dan
sebagainya.
11. Pengertian Aksiologi
Menurut Kamus Filsafat, Aksiologi Berasal dari bahasa Yunani Axios (layak,
pantas) dan Logos (Ilmu). Jadi aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari
nilai. Jujun S.Suriasumantri mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Aksiologi berkaitan dengan kegunaan dari suatu ilmu, hakekat ilmu sebagai
suatu kumpulan pengetahuan yang didapat dan berguna untuk kita dalam
menjelaskan, meramalkan dan menganalisa gejala-gejala alam.
12. Penilaian Aksiologi
Bramel membagi aksiologi dalam tiga bagian. Pertama, moral conduct, yaitu
tindakan moral. Bidang ini melahirkan disiplin khusus yakni etika. Kajian etika lebih
fokus pada prilaku, norma dan adat istiadat manusia. Tujuan dari etika adalah agar
manusia mengetahui dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.
Didalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan.
Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggung jawab, baik tanggung
jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, alam maupun terhadap Tuhan sebagai sang
pencipta. Bagian kedua dari aksiologi adalah esthetic expression, yaitu ekspresi
keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan. Estetika berkaitan dengan nilai tentang
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 58
pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan
fenomena disekelilingnya.
Mengutip pendapatnya Risieri Frondiz (Bakhtiar, 2008), nilai itu objektif
ataukah subjektif adalah sangat tergantung dari hasil pandangannya yang muncul dari
filsafat. Nilai akan menjadi subjektif, apabila subjek sangat berperan dalam segala hal,
kesadaran manusia menjadi tolak ukur segalanya; atau eksistensinya, maknanya dan
validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian tanpa
mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis ataupun fisik. Dengan demikian nilai
subjekif akan selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi
manusia seperti perasaan, intelektualitas dan hasil nilai subjektif akan selalu
mengarah pada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.
Selanjutnya nilai itu akan objektif, jika tidak tergantung pada subjek atau
kesadaran yang menilai. Nilai objektif muncul karena adanya pandangan dalam
filsafat tentang objektivisme. Objektivisme ini beranggapan pada tolak ukur suatu
gagasan berada pada objeknya, sesuatu yang memiliki kadar secara realitas
benarbenar ada (Bakhtiar, 2008).
Bagian ketiga dari Aksiologi adalah , sosio-political life, yaitu kehidupan
social politik yang akan melahirkan filsafat sosiopolitik. Manfaat dari ilmu adalah
sudah tidak terhitung banyaknya manfaat dari ilmu bagi manusia dan makhluk hidup
secara keseluruhan. Mulai dari zamannya Copernicus sampai Mark Elliot Zuckerberg,
ilmu terus berkembang dan memberikan banyak manfaat bagi manusia. Dengan ilmu
manusia bisa sampai ke bulan, dengan ilmu manusia dapat mengetahui bagian-bagian
tersembunyi dan terkecil dari sel tubuh manusia. Ilmu telah memberikan kontribusi
yang sangat besar bagi peradaban manusia, tapi dengan ilmu juga manusia dapat
menghancurkan peradaban manusia yang lain.
Mengutip pendapatnya Francis Bacon dalam (Suriasumantri, 2010) yang
mengatakan bahwa ―Pengetahuan adalah kekuasaan‖. Apakah kekuasaan itu akan
merupakan berkat atau malapetaka bagi umat manusia, semua itu terletak pada system
nilai dari orang yang menggunakan kekuasaan tersebut. Ilmu itu bersifat netral, ilmu
tidak mengenal sifat baik atau buruk, dan si pemilik pengetahuan itulah yang harus
mempunyai sikap.
Selanjutnya Suriasumantri juga mengatakan bahwa kekuasaan ilmu yang
besar ini mengharuskan seorang ilmuwan mempunyai landasan moral yang kuat.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 59
Untuk merumuskan aksiologi dari ilmu, Jujun S Sumantri merumuskan kedalam 4
tahapan yaitu:
- Untuk apa ilmu tersebut digunakan?
- Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah moral?
- Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
- Bagaimana kaitan antara teknik procedural yang merupakan operasionalisasi metode
ilmiah dengan norma-norma moral/profesional.
Dari apa yang dirumuskan diatas dikatakan bahwa apapun jenis ilmu yang ada,
kesemuanya harus disesuaikan dengan nilai moral yang ada di masyarakat, sehingga nilai
kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan
kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana. Bagi seorang
ilmuwan, nilai dan norma moral yang dimilikinya akan menjadi penentu apakah ia sudah
menjadi ilmuwan yang baik atau belum.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 60
Bab 3
Kesimpulan
Filsafat Ilmu menjelaskan filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam
tetang dasar-dasar ilmu. Selanjutnya ilmu sebagai objek kajian filsafat memiliki ciri-ciri
yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa
(aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Ketiga landasan ini saling berkaitan; ontologi
ilmu terkait dengan epistemologi ilmu, epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu
dan seterusnya. Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu, maka hal ini harus
dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu. Secara detail, tidak mungkin bahasan
epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi. Apalagi bahasan yang
didasarkan model berpikir sistemik, justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan.
Keterkaitan antara ontologi, epistemologi, dan aksiologi seperti juga lazimnya
keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem.membuktikan betapa sulit
untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain, sebab ketiga-tiganya memiliki
fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran.
Demikian juga, setiap jenis pengetahuan selalu mempunyai ciri-ciri yang
spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi)
pengetahuan tersebut disusun. Ketiga landasan ini saling berkaitan; ontologi ilmu terkait
dengan epistemologi ilmu, epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan
seterusnya. Pembahasan mengenai epistemologi harus dikatikan dengan ontologi dan
aksiologi. Secara jelas, tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari
ontologi dan aksiologi. Dalam membahas dimensi kajian filsafat ilmu didasarkan model
berpikir yang sistematik, sehingga senantiasa pembahasannya tidak dapat dipisahkan
dari ketiga kajian ini.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 61
Daftar Pustaka
Bakhtiar, A. (2008). Filsafat Ilmu. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Gie, T. L. (1991). Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.
Hardono, H. P. (1994). Epistemologi: Filsafat Pengetahuan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Kuntjojo. (2009, September). Filsafat Ilmu - Diktat Perkuliahan. p. 10. Retrieved March 12,
2016, from
http://www.mediafire.com/download/s6s12ak6r60ruvj/filsafat-ilmu.pdf
Muslih, M. (2004). Filsafat Ilmu: Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma dan Kerangka Teori
Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Belukar.
Runes, D. D. (1971). Dictionary of Philosophy. New Jersey: Adams and Co.
Suriasumantri, J. S. (2010). Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Tafsir, A. (2004). Filsafat Ilmu : Mengurai Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
Pengetahuan. Bandung: PT Remaja BosdaKarya.
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 62
FILSAFAT PANCASILA
PENGANTAR FILSAFAT ILMU
Yang Di Bimbing Oleh :
Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
Yang Membuat :
1. Sefa Salma Idhiya (1221800056)
2. Dinda Dwi Apriliyah (1221800095)
3. Yuniar Fani Maulidiyah (1221800123)
( Kelas U Hari Kamis 17.00 L. 511)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
FILSAFAT PENGANTAR ILMU 63
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pengantar
filsafat ilmu.
Tugas ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pengerjaan tugas ini,
terutama kepada Bapak Dosen Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik pembaca agar kami dapat memperbaiki tugas
ini.
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS
Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS

More Related Content

What's hot

TUGAS FILSAFAT ILMU
TUGAS FILSAFAT ILMUTUGAS FILSAFAT ILMU
TUGAS FILSAFAT ILMUSeptiTirta
 
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.Stugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.Sbaguspw12
 
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu   Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu   Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.elia_deardy
 
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MS
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MSTugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MS
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MSNur Rochmatus
 
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayantiRangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayantiNabilahMaharani1
 
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu dosen pengampu dr. sigit sardjono, ms
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu dosen pengampu  dr. sigit sardjono, msKumpulan makalah pengantar filsafat ilmu dosen pengampu  dr. sigit sardjono, ms
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu dosen pengampu dr. sigit sardjono, ms05270614
 
Modul filsafat ilmu
Modul filsafat ilmuModul filsafat ilmu
Modul filsafat ilmuelhamidi
 
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafatPdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafatjotimustika
 
Kumpulan makalah filsafat ilmu-Dr. sigit sardjono,ms
Kumpulan makalah filsafat ilmu-Dr. sigit sardjono,msKumpulan makalah filsafat ilmu-Dr. sigit sardjono,ms
Kumpulan makalah filsafat ilmu-Dr. sigit sardjono,msNur Rochmatus
 
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat IlmuMakalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmuesterlitaayuningtyas
 
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmuKumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmuEgar Mei
 
Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1Fandi Fandi
 
Kumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawabKumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawabAlmayszaroh
 
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
Hubungan filsafat dengan ilmu  lainHubungan filsafat dengan ilmu  lain
Hubungan filsafat dengan ilmu lainNick V
 
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiSoal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiAlwiAssegaf
 
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17Sri Suwanti
 
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astutiMakalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astutiOperator Warnet Vast Raha
 

What's hot (20)

Ringkasan filsafat ilmu
Ringkasan filsafat ilmuRingkasan filsafat ilmu
Ringkasan filsafat ilmu
 
TUGAS FILSAFAT ILMU
TUGAS FILSAFAT ILMUTUGAS FILSAFAT ILMU
TUGAS FILSAFAT ILMU
 
Slide pertemuan 2
Slide pertemuan 2Slide pertemuan 2
Slide pertemuan 2
 
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.Stugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono M.S
 
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu   Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu   Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
Tugas Kumpulan Soal Filsafat Ilmu Dr. Sigit Sardjono, M.Ec.
 
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MS
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MSTugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MS
Tugas filsafat - Dr. sigit sardjono,MS
 
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayantiRangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
 
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu dosen pengampu dr. sigit sardjono, ms
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu dosen pengampu  dr. sigit sardjono, msKumpulan makalah pengantar filsafat ilmu dosen pengampu  dr. sigit sardjono, ms
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu dosen pengampu dr. sigit sardjono, ms
 
Modul filsafat ilmu
Modul filsafat ilmuModul filsafat ilmu
Modul filsafat ilmu
 
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafatPdf kumpulan soal soal makalah filsafat
Pdf kumpulan soal soal makalah filsafat
 
Kumpulan makalah filsafat ilmu-Dr. sigit sardjono,ms
Kumpulan makalah filsafat ilmu-Dr. sigit sardjono,msKumpulan makalah filsafat ilmu-Dr. sigit sardjono,ms
Kumpulan makalah filsafat ilmu-Dr. sigit sardjono,ms
 
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat IlmuMakalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
Makalah kumpulan tugas Pengantar Filsafat Ilmu
 
Pengantar Fisafat
Pengantar Fisafat Pengantar Fisafat
Pengantar Fisafat
 
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmuKumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan makalah pengantar filsafat ilmu
 
Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1Makalah filsafat ilmu tugas 1
Makalah filsafat ilmu tugas 1
 
Kumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawabKumpulan soal dan jawab
Kumpulan soal dan jawab
 
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
Hubungan filsafat dengan ilmu  lainHubungan filsafat dengan ilmu  lain
Hubungan filsafat dengan ilmu lain
 
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwiSoal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
Soal dan jawaban filsafat ilmu dari semua materi.docx alwi
 
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 17
 
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astutiMakalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
 

Similar to Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS

TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptx
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptxTUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptx
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptxZahraFebta
 
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, MsKumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Msdinyrusdiananda
 
Kumpulan materi filsafat ilmu
Kumpulan materi filsafat ilmuKumpulan materi filsafat ilmu
Kumpulan materi filsafat ilmuFiqiahKirana
 
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafatOperator Warnet Vast Raha
 
Kumpulan PPT Filsafat Ilmu Kelompok 3.pptx
Kumpulan PPT Filsafat Ilmu Kelompok 3.pptxKumpulan PPT Filsafat Ilmu Kelompok 3.pptx
Kumpulan PPT Filsafat Ilmu Kelompok 3.pptxKayllaMaurindaZulkar
 
Kumpulan materi tugas filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas filsafat ilmuKumpulan materi tugas filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas filsafat ilmuTiaAgustina2
 
KUMPULAN PPT FILSAFAT KELOMPOK 2.pptx
KUMPULAN PPT FILSAFAT KELOMPOK 2.pptxKUMPULAN PPT FILSAFAT KELOMPOK 2.pptx
KUMPULAN PPT FILSAFAT KELOMPOK 2.pptxCitraFadhil
 
TUGAS PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
TUGAS PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptxTUGAS PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
TUGAS PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptxSuciNurLayli
 
TUGAS AKHIR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 7 KELAS S.pptx
TUGAS AKHIR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 7 KELAS S.pptxTUGAS AKHIR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 7 KELAS S.pptx
TUGAS AKHIR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 7 KELAS S.pptxChika
 
KUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.EcKUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.EcAyuRia4
 
Filsafat-Ilmu-5.pptx
Filsafat-Ilmu-5.pptxFilsafat-Ilmu-5.pptx
Filsafat-Ilmu-5.pptxFaizulHasan15
 
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxFILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxLisdaPuspaawaliaj1
 
BUKU PENGANTAR FILSFAT.docx
BUKU PENGANTAR FILSFAT.docxBUKU PENGANTAR FILSFAT.docx
BUKU PENGANTAR FILSFAT.docxMunatarKause
 
Kumpulan makalah filsafat
Kumpulan makalah filsafatKumpulan makalah filsafat
Kumpulan makalah filsafatViraRosalia
 
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmuKumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmuClaudiaPrisila
 
Makalah sejarah dan perkembangan Filsafat Pendidikan
Makalah sejarah dan perkembangan Filsafat PendidikanMakalah sejarah dan perkembangan Filsafat Pendidikan
Makalah sejarah dan perkembangan Filsafat Pendidikanrumah
 
PENGANTAR FILSAFAT ILMU_KELOMPOK 12.pdf
PENGANTAR FILSAFAT ILMU_KELOMPOK 12.pdfPENGANTAR FILSAFAT ILMU_KELOMPOK 12.pdf
PENGANTAR FILSAFAT ILMU_KELOMPOK 12.pdfRizkyAmelia88
 

Similar to Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS (20)

TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptx
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptxTUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptx
TUGAS AKHIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU KEL 6.pptx
 
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, MsKumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
Kumpulan tugas filsafat ilmu dosen pembimbing Dr. Sigit Sardjono, Ms
 
Kumpulan materi filsafat ilmu
Kumpulan materi filsafat ilmuKumpulan materi filsafat ilmu
Kumpulan materi filsafat ilmu
 
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat
118015425 pengertian-filsafat-objek-material-dan-formal-filsafat
 
Kumpulan PPT Filsafat Ilmu Kelompok 3.pptx
Kumpulan PPT Filsafat Ilmu Kelompok 3.pptxKumpulan PPT Filsafat Ilmu Kelompok 3.pptx
Kumpulan PPT Filsafat Ilmu Kelompok 3.pptx
 
Kumpulan materi tugas filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas filsafat ilmuKumpulan materi tugas filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas filsafat ilmu
 
KUMPULAN PPT FILSAFAT KELOMPOK 2.pptx
KUMPULAN PPT FILSAFAT KELOMPOK 2.pptxKUMPULAN PPT FILSAFAT KELOMPOK 2.pptx
KUMPULAN PPT FILSAFAT KELOMPOK 2.pptx
 
TUGAS PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
TUGAS PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptxTUGAS PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
TUGAS PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU.pptx
 
TUGAS AKHIR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 7 KELAS S.pptx
TUGAS AKHIR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 7 KELAS S.pptxTUGAS AKHIR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 7 KELAS S.pptx
TUGAS AKHIR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 7 KELAS S.pptx
 
KUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.EcKUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
KUMPULAN MAKALAH FILSAFAT ILMU oleh Dr. Sigit Sardjono, M.Ec
 
Tugas makalah (1)
Tugas makalah (1)Tugas makalah (1)
Tugas makalah (1)
 
Filsafat-Ilmu-5.pptx
Filsafat-Ilmu-5.pptxFilsafat-Ilmu-5.pptx
Filsafat-Ilmu-5.pptx
 
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docxFILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
FILSAFAT ILMU DALAM KEHIDUAPAN MANUSIA.docx
 
BUKU PENGANTAR FILSFAT.docx
BUKU PENGANTAR FILSFAT.docxBUKU PENGANTAR FILSFAT.docx
BUKU PENGANTAR FILSFAT.docx
 
Revisi makalah landasan pendidikan
Revisi makalah landasan pendidikanRevisi makalah landasan pendidikan
Revisi makalah landasan pendidikan
 
Kumpulan makalah filsafat
Kumpulan makalah filsafatKumpulan makalah filsafat
Kumpulan makalah filsafat
 
Filsafat Ilmu
Filsafat IlmuFilsafat Ilmu
Filsafat Ilmu
 
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmuKumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
Kumpulan materi tugas membuat makalah pengantar filsafat ilmu
 
Makalah sejarah dan perkembangan Filsafat Pendidikan
Makalah sejarah dan perkembangan Filsafat PendidikanMakalah sejarah dan perkembangan Filsafat Pendidikan
Makalah sejarah dan perkembangan Filsafat Pendidikan
 
PENGANTAR FILSAFAT ILMU_KELOMPOK 12.pdf
PENGANTAR FILSAFAT ILMU_KELOMPOK 12.pdfPENGANTAR FILSAFAT ILMU_KELOMPOK 12.pdf
PENGANTAR FILSAFAT ILMU_KELOMPOK 12.pdf
 

Recently uploaded

ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 

Recently uploaded (20)

ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 

Makalah kumpulan tugas filsafat ilmu Dr. Sigit Sardjono, MS

  • 1. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 3 MANFAAT MAHASISWA BELAJAR FILSAFAT PENGANTAR FILSAFAT ILMU Yang Di Bimbing Oleh : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec Yang Membuat : 1. Sefa Salma Idhiya (1221800056) 2. Dinda Dwi Apriliyah (1221800095) 3. Yuniar Fani Maulidiyah (1221800123) ( Kelas U Hari Kamis 17.00 L. 511) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
  • 2. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 4 Referensi Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2013. kutipan Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A, Susanto dalam bukunya Filsafat Ilmu
  • 3. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 5 PENGERTIAN DAN CAKUPAN FILSAFAT ILMU A. Pengertian Filsafat Ilmu Filsafat ilmu merupakan penelusuran pengembangan filsafat pengetahuan. Objek dari filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu setiap saat ilmu itu berubah mengikuti perkembangan zaman dan keadaaan. Pengetahuan lama menjadi pijakan untuk mencari pengetahuan baru. Filsafat ilmu adalah ikhtiar manusia untuk memahami pengetahuan agar menjadi bijaksana. Dengan filsalat ilmu ke absahan atau cara pandang harus bersifat ilmiah. Filsalat ilmu memperkenaIkan knowledge dan science yang dapat ditransfer melalui proses pembelajaran atau pendidikan. Filsafat ilmu adalah filsafat yang menelusuri dan menyelidiki sedalam dan seluas mungkin segala sesuatu mengenal semua ilmu. Filsafat ilmu merupakan suatu pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada huhungan timbal balik dan salingpengaruh antara filsalat dan ilmu Sehubungan dengan pendapat tersebut bahwa filsafat ilmu merupakan penerusan pengembangan filsafat pengetahuan, Objek dan filsalat ilmu adalah ilmu pengetahuan. B. Metode Filsafat Ilmu Susanto dalam bukunya Filsafat Ilmu mengatakan sebagian ahli mengelompokkan metode yang dipergunakan dalam mempelajari filsafat ini menjadi tiga macam, yaitu: 1. Menggunakan metode sistematis, para pelajar akan menghadapi karya-karya filsafat, misalnya mempelajari tentang teori-teori pengetahuan yang terdiri atas beberapa cabang filsafat. Setelah itu ia mempelajari teori hakikat yang merupakan cabang ilmu lainnya, kemudian ia akan mempelajari teori nilai atau filsafat nilai. Ketika para pelajar membahas setiap cabang atau subcabang filsafat melalui metode sistematis ini perhatiannya akan terfokus pada isi filsafat, bukan pada tokoh ataupun pada zaman serta periodenya. 2. Metode historis, digunakan bila para pelajar mengkaji filsafat dengan mengikuti sejarahnya. Ini dapat dilakukan dengan cara membicarakan tokoh demi tokoh menurut kedudukannya dalam sejarah. Dapat disimpulkan bahwa metode filsafat historis ini berarti mempelajari filsafat secara kronologis, mulai dari mempelajari filsafat kuno, filsafat pertengahan dan selanjutnya filsafat abad modern.
  • 4. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 6 3. Metode kritis, metode ini digunakan untuk mereka yang mempelajari filsafat tingkat intensif. Para pelajar haruslah memiliki bekal pengetahuan tentang filsafat secara memadai. Dalam metode ini pengajaran filsafat dapat menggunakan metode sistematis atau historis. Langkah pertama adalah memahami isi ajaran, kemudian para pelajar mencoba mengajukan kritiknya. Kritikan itu boleh bersifat menentang atau menolak paham atau pendapat para tokoh, namun dapat juga berupa dukungan atau memperkuat terhadap ajaran atau paham filsafat yang sedang dikajinya. Dalam mengkritik mungkin menggunakan pendapat sendiri atau pendapat para filosof lainnya. C. Tujuan Filsafat Ilmu Salah satu yang terpenting dalam filsafat termasuk filsafat ilmu yaitu menyangkut pertanyaan dan jawaban atas pertanyaan itu, baik pertanyaan yang bersifat komperhensif maupun spesifik. Dari kutipan Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A, tujuan fisafat ilmu adalah: 1. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu. 2. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu diberbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis. 3. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan non-ilmiah 4. Mendorong pada calon ilmuan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan mengembangkannya. 5. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.
  • 5. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 7 D. Manfaat Filsafat Ilmu Bagi Mahasiswa 1. Filsafat dapat membangun semangat toleransi. 2. Filsafat mengajarkan kepada kita tentang etika dan moral. 3. Filsafat dapat dijadikan alat untuk mencari kebenaran. 4. Filsafat dapat memberikan nilai dan orientasi pada semua disiplin ilmu. 5. Filsafat akan membuat kita membedakan persoalan. 6. Filsafat akan membangun landasan berpikir. 7. Filsafat membantu menjadi diri sendiri. 8. Filsafat memiliki pandangan yang luas. 9. Filsafat dapat mengkondisikan akal untuk berpikir secara radikal. 10. Filsafat akan mengasah kemampuan kita dalam penalaran. E. Pertanyaan dan Jawaban Seputar Filsafat Ilmu 1. Kata filsafat bersumber dari bahasa Yunani Philo dan Sophos yang berarti cinta akan kebijaksanaan. Apakah makna dari hal tersebut? Jawaban : Filsafat ilmu memiliki makna cinta kebijaksanaan. Cinta diartikan hasrat yang besar, atau yang berkobar-kobar, atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Jadi filsafat artiya hasrat atau keinginan yang sungguh akan kebenaran sejati. 2. Apakah manfaat filsafat ilmu bagi ilmuwan maupun mahasiswa disebut martabat Jawaban : Filsafat memberi bekal dan kemampuan pada kita untuk memperhatikan pandangan kita sendiri dan pandangan orang lain dengan kritis. Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang dan memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Singkatnya, Filsafat ilmu sangat pentingbagi ilmuwan dan mahasiwa karena untuk membiasakan berpikir , bersikap kritis, dan rasional serta menumbuhkan rasa toleransi dalam perbedaan pandangan. Filsafat Ilmu mengajarkan dan menekankan konsep AKAL yaitu berpikir secara ber-Akhlak,berpikir secara Kritis, berpikir secara Analitis, serta berpikir secara Logis.
  • 6. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 8 PERKEMBANGAN ILMU FILSAFAT PENGANTAR FILSAFAT ILMU Yang Di Bimbing Oleh : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec Yang Membuat : 1. Sefa Salma Idhiya (1221800056) 2. Dinda Dwi Apriliyah (1221800095) 3. Yuniar Fani Maulidiyah (1221800123) ( Kelas U Hari Kamis 17.00 L. 511) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
  • 7. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 9 KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pengantar filsafat ilmu. Tugas ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pengerjaan tugas ini, terutama kepada Bapak Dosen Dr. Sigit Sardjono, MS. Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik pembaca agar kami dapat memperbaiki tugas ini.
  • 8. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 10 A. Perkembangan Filsafat 1. Perkembangan Pemikiran Yunani Kuno: Dari Mitos ke Logos Mitologi atau mitos berasal dari kata ‖mite‖. Sebelum filsafat lahir dan berkembang pesat, di Yunani telah berkembang berbagai mitos. Bahkan, filsafat pertama kali dikembangkan melalui jalan mitologis. Mitos-mitos yang berkembang merupakan metode yang dijadikan cara untuk memahami segala sesuatu yang ada. Berbagai pertanyaan atas ketidaktahuan atau kepenasaran manusia atas eksistensi jagat raya ini, jawabannya hanya ada dalam mitos. Pertanyaan dari mana asalnya bumi dan bagaimana bumi ini tercipta. Mengapa tiba-tiba bumi menjadi gelap, kemudian terang kembali? Sebelum ditemukan jawaban filosofis atau apalagi ilmiah, manusia hanya mampu menjawab dengan mitos. Bumi gelap karena digengam oleh raksasa yang sedang marah, sehingga manusia harus berusaha meredakan kemarahannya dengan berbagai cara, misalnya memberi sesajen, meyakini adanya kekuatan lain diluar alam fisik, adanya para dewa, dan sebagainya. Khayalan-khayalan itu menjadi ‖keyakinan‖ yang selanjutnya membentuk pemahaman normatik tentang setiap keberadaan dan kekuatan yang ada di dalamnya. Sebelum dunia ilmu menyatakan adanya ―gerhana bulan/gerhana matahari, manusia pada umumnya mendapat jawaban dari berbagai mitos. Mitos adalah pencerahan masyarakat yang hidup pada masa lalu dalam menemukan jawaban-jawaban atas masalah yang disebabkan oleh situasi dan kondisi alam. Secara historis kelahiran dan perkembangan pemkiran yunani kuno (sistem berpikir) tidak dapat di lepskan dari keberadaan kelahiran dan perkembangan filsafat. dalam hal ini adalah sejarah filsafat. Dalam tradisi sejrah filsafat mengenal 3 tradisi besar, yakni: 1) Sejarah filsafat india (sekitar 2000 sm-dewasa ini), 2) Sejarah filsafat cina (sekitar 600 sm- dewasa ini), 3) Sejarah filsafat barat (sekitar 600 sm – dewasa ini) Dari ketiga tradisi sejarah tersebut di atas, tradisi sejarah filsafat barat adalah basis kelahiran dan perkembangan ilmu (scientiae/science/sain) sebagaimana yang kita kenal sekarang ini. Titik tolak dan orientasi sejarah filsafat baik yang diperlihatkan dalam tradisi sejarah filsafat india maupun cina di satu pihak dan sejarah filsafat barat di lain pihak, yakni semenjak periodesasi awal sudah memperlihatkan titik tolak dan orientasi sejarah yang berbeda.
  • 9. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 11 Upaya mencari unsur induk segala sesuatau (arche), itulah momentum awal sejarah yang telah membongkar periode myte (mythos/mitologi) yang mengungkung pemikiran manusia pada masa itu karena rasionalitas (logos) dengan suatu metode berfikir untuk mencari sebab awal dari segala sesuatu dengan menurut dari hubungan kualitasnya (sebab akibat). Jadi unsur berpikir penting ilmiah sudah mulai dipakai, yakni: rasio dan logika (konsekuensi). Meskipun tentu saja ini arche yang dikemukakan para filosuf tadi masih bersifat spekulatif dalam arti masih belum dikembangkan lebih lanjut dengan melakukan pembuktian (verivikasi) melalui ovservasi maupun eksperimen (metode) dalam kenyataan atau (empiris), tetapi prosedur berfikir untuk menemukannya melalui sesuatu bentuk berfikir sebab akibat secara rasional itulah yang patut dicatat sebagai sesuatu arah baru dalam sejarah pemikiran manusia. Hubungan sebab akibat inilah yang dalam ilmu pengetahuan disebut sebagai hukum (ilmiah). Dari sini kita bisa ketahui bahwa mitos adalah pencerahan masyarakat jaman dahulu dalam menemukan jawaban atas masalah-masalah situasi dan kondisi yang dihadapi. Dan logos adalah prosedur berfikir untuk menemukan kebenaran melalui sesuatu bentuk berfikir sebab akibat secara rasional. Itulah yang patut dicatat sebagai sesuatu arah baru dalam sejarah pemikiran manusia. Hubungan sebab akibat inilah yang dalam ilmu pengetahuan disebut sebagai hukum (ilmiah). 2. Zaman Patristik Dan Skolastik Pada zaman ini dikenal sebagai abad pertengahan (400-1500). Filsafat pada abad ini dikuasai dengan pemikiran keagamaan (kristianai). Puncak filsafat kristiani ini adalah patristik (lt. ―patres‖/bapa-bapa gereja. Dan skolastik patristik sendiri dibagi atas patristik yunani (atau patristik timur) dan patristik latin (atau patristik barat). Ajaran-ajaran dari bapa gereja ini adalah filsafi teologis, yang pada intinya ajaran ini ingin memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan pikiran-pikiran paling dalam dari manusia. Ajaran-ajaran ini banyak berpengaruh dari plotinos. Pada masa ini dapat dikatakan era filsafat yang berlandaskan akal-budi ―diabdikan‖ untuk dogma agama.[4] Zaman skolastik (sekitar tahun 1000), pengaruh plotinus diambil alih oleh aristoteles. Pemikiran-pemikiran kembali dikenal dalam karya beberapa filosuf yahudi maupun islam. Pengaruh aristoteles demikian besar sehingga ia (aritoteles) di sebut sebgai ―yang filsuf‖ sedangkan averroes yang banyak membahas karya aristoteles dengan iman kristiani menghasilkan filsuf penting sebagian besar dari ordo baru yang lahir pada masa abad
  • 10. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 12 pertengahan, yaitu, dari ordo dominikan dan fransiskan. Filsafatnya disebut ―skolastik‖. Karena pada periode ini filsafat diajarkan dalam sekolah-sekolah biara dan universitas- universitas menurut suatu kurikulum yang baku dan bersifat internasional. Inti ajaran ini bertema pokok bahwa ada hubungan antara iman dengan akal budi. Pada masa ini filsafat mulai ambil jarak dengan agama, dengan melihat sebagai suatu kesetaraan antara satu dengan yang lain. Jadi, zaman patristik adalah zaman dimana filsafat dikuasai oleh bapa-bapa kristen, atau juga disebut sebagai ahli agama kristen. Sehingga filsafat berkembang untuk memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan pikiran-pikiran paling dalam dari manusia. era filsafat ini berlandaskan akal-budi yang diabdikan untuk dogma agama. Sedangkan zaman skolastik adalah periode di abad pertengahan dimana filsafat berkembang melalui sekolah-sekolah yang didirikan sehingga banyak muncul pengajar-pengajar ulung dalam berkembangnya filsafat tersebut. 3. Zaman Modern Zaman Modern dikenal juga sebagai masa Rasionalisme yang ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern sudah dirintis sejak Zaman Renaissance. Para filsuf zaman modern menegaskan bahwa pengetahuan berasal dari diri manusia sendiri. Aliran rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah rasio: kebenaran pasti berasal dari rasio (akal). Filsafat zaman modern berfokus pada manusia, bukan kosmos (seperti pada zaman yunani kuno), atau Tuhan (pada abad pertengahan). Era ini berawal sekitar abad ke-15. Pada zaman ini filsafat dari berbagai aliran muncul. Secara garis besar ada tiga paham yang muncul yaitu rasionalisme, idealisme, dan empirisme. Tapi yang paling mendominasi pada zaman ini adalah paham rasionalisme. A. Paham Rasionalisme Aliran rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650 M). Dalam buku Discourse de la Methode tahun 1637 ia menegaskan perlunya ada metode yang jitu sebagai dasar kokoh bagi semua pengetahuan, yaitu dengan menyangsikan segalanya, secara metodis. Descartes menerapkan pembagian tegas antara realitas pikiran dan realitas yang meluas. Descartes menerima 3 realitas atau substansi bawaan, yang sudah ada sejak kita lahir, yaitu:
  • 11. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 13 1. Realitas pikiran (res cogitan) : Pikiran sesungguhnya adalah kesadaran, tidak mengambilruang dan tak dapat dibagi-bagi menjadi bagian yang lebih kecil. 2. Realitas perluasan (res extensa, "extention") atau materi : Materi adalah keluasan, mengambil tempat dan dapat dibagi-bagi, dan tak memiliki kesadaran. 3. Tuhan (sebagai Wujud yang seluruhnya sempurna, penyebab sempurna dari kedua realitas itu) : Kedua substansi berasal dari Tuhan, sebab hanya Tuhan sajalah yang ada tanpa tergantung pada apapun juga. B. Paham Empirisme Pada paham empirisme dinyatakan bahwa tidak ada sesuatu dalam pikiran kita selain didahului oleh pengalaman. Paham ini bertolak belakang dengan paham rasionalisme. Pengalaman itu dapat yang bersifat lahirilah (yang menyangkut dunia), maupun yang batiniah (yang menyangkut pribadi manusia). Menurut paham ini, pengenalan inderawi merupakan bentuk pengenalan yang paling jelas dan sempurna, alasannya karena ada batasan-batasan yang tegas tentang bagaimana kesimpulan dapat diambil melalui persepsi indera kita. Pelopor aliran ini yaitu Francis Bacon dan dikembangkan oleh David Hume, Thomas Hubbes, John Lock, dan David Hume. C. Paham Idealisme Paham ini mengajarkan bahwa hakikat fisik adalah jiwa. Aliran ini mencoba memadukan pendapat paham Rasionalisme dan paham Empirisme. Dengan kritisisme Immanuel Kant berpendapat, pengetahuan kita tentang dunia berasal dari indera kita, namun dalam akal kita ada faktor-faktor yang menentukan bagaimana kita memandang dunia sekitar kita. Menurut Kant, ada dua unsur yang memberi sumbangan kepada pengetahuan manusia tentang dunia. 1. Kondisi-kondisi lahirilah ruang dan waktu yang tidak dapat kita ketahui sebelum kita menangkapnya dengan indera kita. Ruang dan waktu adalah cara pandang dan bukan atribut dari dunia fisik. Itu materi pengetahuan. 2. Kondisi-kondisi batiniah dalam manusia mengenai proses-proses yang tunduk kepada hukum kausalitas yang tak terpatahkan. Ini bentuk pengetahuan. Jembatan antara abad pertengahan dan jaman modern adalah jaman ―renesanse‖. pembaharuan yang sangat bermakna pada jaman ini adalah ―antroposentrisme‖nya. Artinya
  • 12. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 14 pusat perhatian pemikiran tidak lagi kosmos seperti pada jaman yunani kuno. Setelah renesanse mulailah jaman barok, pada jaman ini rasionalitas ditumbuh kembangkan oleh filsuf-filsuf. Para filsuf di sini menekankan pentingnya kemungkinan-kemungkinan akal-budi ―ratio‖ di dalam mengembangkan pengetahuan manusia. Pada abad ke delapan belas mulai memasuki perkembangan baru. Setelah renesanse setelah rasionalisme jaman barok, pemikiran manusia mulai dianggap telah ―dewasa‖. Periode perkembangan pemikiran filsafat disebut sebagai ―jaman pencerahan‖ atau ―fajar budi‖. Filsuf-filsuf pada jaman ini disebut sebagai para ―empirikus‖, yang ajarannya lebih menekankan bahwa suatu pengetahuan adalah mungkin karena adanya pengalaman indrawi manusia. Pengetahuan yang dimiliki manusia merupakan hasil sintesis antara yang apriori (yang sudah ada dalam kesadaran dan pikiran manusia) dengan impresi yang dipeoleh dari pengalaman. Jadi, pada jaman modern ini lahir dan berkembanag tradisi ilmu pengetahuan yang merupakan hasil sitesis antara pengetahuan yang memang sudah ada dalam kesadaran dan pikiran manusia, dan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman. 4. ZAMAN KONTEMPORER (ABAD KE-20 DAN SETERUSNYA) Melihat sejarah perkembangan filsafat zaman kontemporer tidak lain adalah mengamati pemanfaatan dan pengembangan lebih lanjut dari sejarah filsafat sebelumnya. Yang dimaksud dengan zaman kontemporer adalah era tahun-tahun terakhir yang kita jalani hingga saat sekarang ini. Karakteristik filsafat di zaman kontemporer ini yaitu : 1. Membuat deskripsi tentang perkembangan filsafat di zaman kontemporer berarti menggambarkan aplikasi ilmu dan teknologi dalam berbagai sektor kehidupan manusia. 2. Filsafat pada zaman kontemporer tidak segan-segan melakukan dekonstruksi (perbaikan) dan peruntuhan terhadap teori-teori ilmu yang pernah ada untuk kemudian menyodorkan pandangan-pandangan baru dalam rekonstruksi ilmu yang mereka bangun. Di antara ilmu khusus, bidang fisika menempati kedudukan yang paling tinggi dan banyak dibicarakan oleh para filsuf. Menurut Trout, fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fundamental yang membentuk alam semesta. Secara historis hubungan antara fisika dengan filsafat terlihat dalam dua cara :
  • 13. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 15 1. Diskusi filosofis mengenai metode fisika dan dalam interaksi antara pandangan substansial tentang fisika misalnya tentang materi, kuasa, konsep ruang, dan waktu. 2. Ajaran filsafat tradisional yang menjawab tentang materi, kuasa, ruang dan waktu. Fisikawan Albert Einstein menyatakan alam itu tidak berhingga besarnya dan tidak terbatas, tetapi juga tidak berubah status totalitasnya atau bersifat statis dari waktu ke waktu. Einstein percaya akan kekekalan materi, berarti alam semesta itu kekal, dengan kata lain tidak mengakui adanya penciptaan alam. Zaman kontemporer ini juga ditandai dengan penemuan berbagai teknologi canggih seperti teknologi komunikasi, komputer, satelit komunikasi, internet, dan sebagainya. Bidang ilmu lain juga mengalami kemajuan pesat, sehingga terjadi spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Ilmuwan kontemporer mengetahui hal yang sedikit, tetapi secara mendalam. Disamping kecenderungan ke arah spesialisasi, kecenderungan lain adalah sintesis antara bidang ilmu satu dengan yang lainnya. Sehingga dihasilkannya bidang-bidang ilmu baru. 5. Masa Kini Pada abad ketujuh belas dan delapan belas perkembangan filsafat pengetahuan memperlihatkan aliran-aliran besar;rasionalisme,empirisme, dan idealisme dengan mempertahankan wilayah-wilayah yang luas. Dibandingkan dengan filsafat abad ketujuh belas dan abad kedelapan belas, filsafat abad kesembilan belas dan abad kedua puluh banyak bermunculan aliran-aliran baru dalam filsafat tetapi wilayah pengaruhnya lebih tertentu. Akan tetapi justru menemukan bentuknya atau fomat yang lebih bebas dari corak spekulasi filsafati dan otonom. Aliran-aliran tersebut antara lain; positivisme, marxisme, eksistensialisme, pragmatisme, neokantianisme, neo-tomisme dan fenomenologi. Pada periode terkini (kontemporer) setelah aliran-aliran sebagaimana disebut diatas munculah aliran-aliran filsafat, misalnya;‖strukturalisme‖ dan ―postmodernisme‖. Sehingga, dari struktur ilmu tersebut tidak lain hendak dikatakan bahwa kegiatan keilmuan/ilmiah itu tidak lain adalah penelitian(search dan research).
  • 14. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 16 Kesimpulan Perkembangan filsafat, filsafat pertama kali dikembangkan melalui jalan mitologis. Mitos-mitos yang berkembang merupakan metode yang dijadikan cara untuk memahami segala sesuatu yang ada. Berbagai pertanyaan atas ketidaktahuan atau kepenasaran manusia atas eksistensi jagat raya ini, jawabannya hanya ada dalam mitos. Pertanyaan dari mana asalnya bumi dan bagaimana bumi ini tercipta. Mengapa tiba-tiba bumi menjadi gelap, kemudian terang kembali? Sebelum ditemukan jawaban filosofis atau apalagi ilmiah, manusia hanya mampu menjawab dengan mitos. Mitos adalah pencerahan masyarakat yang hidup pada masa lalu dalam menemukan jawaban- jawaban atas masalah yang disebabkan oleh situasi dan kondisi alam. Logos di sini adalah suatu prosedur berfikir tentang sebab akibat secara rasional sebagai sesuatu arah baru dalam sejarah pemikiran manusia. Hubungan sebab akibat inilah yang dalam ilmu pengetahuan disebut sebagai hukum (ilmiah). Adapun perkembangan filsafat dari zaman-kezaman ialah: Zaman patristik adalah zaman dimana filsafat dikuasai oleh bapa-bapa kristen, atau juga disebut sebagai ahli agama kristen. Sehingga filsafat berkembang untuk memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan pikiran-pikiran paling dalam dari manusia. era filsafat ini berlandaskan akal-budi yang diabdikan untuk dogma agama. Sedangkan zaman skolastik adalah periode di abad pertengahan dimana filsafat berkembang melalui sekolah-sekolah yang didirikan sehingga banyak muncul pengajar-pengajar ulung dalam berkembangnya filsafat tersebut. Pada jaman moderen lahir dan berkembanag tradisi ilmu pengetahuan yang merupakan hasil sitesis antara pengetahuan yang memang sudah ada dalam kesadaran dan pikiran manusia, dan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman. Pada periode terkini (kontemporer) setelah aliran-aliran sebagaimana disebut diatas munculah aliran-aliran filsafat, misalnya: ‖strukturalisme‖ dan ―postmodernisme‖. Sehingga, dari struktur ilmu tersebut tidak lain hendak dikatakan bahwa kegiatan keilmuan/ilmiah itu tidak lain adalah penelitian(search dan research).
  • 15. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 17 SOAL 1. Apa perbedaan anatar filsafat Yunani Kuno dengan Yunani Klasik ? Jawab : Periode Yunani Kuno mengarahkan pemikirannya pada apa yang diamati di sekitarnya, yaitu alam semesta. Periode Yunani Kuno lazim disebut periode filsafat alam. Sementara filsafat Yunani klasik pokok permasalahannya tidak lagi alam, melainkan manusia.Mereka memustkan perhatian pemikirannya kepada manusia. 2. Apa kekurangan dan kelebihan dari pemikiran filsafat Yunani ? Jawab : Kelebihannya, filsafat Yunani terbukti dapat membangun peradaban manusia, seperti bangsa-bangsa di negara-negara barat yang system pemikirannya bersumber pada pemikiran filsafat Yunani. Tetapi pada akhirnya, manusia yang individualistis yang akalnya dari pemikiran Yunani hanya diwarnai oleh warna yang transedental atau yang immanent, tetapi pemikiran Yunani hanya diwarnai oleh warna mitologi dan rasio. Suatu pandangan hidup atau pemikiran yang berasakan individualism akan melahirkan manusia-manusia yang berpola dangkal dalam lingkup pergaulan sosial. Sementara itu, pandangan hidup yang berasaskan materialism akan melahirkan manusia-manusia yang berpola pada penyimpangan nilai-nilai moral dalam lingkup sosial.
  • 16. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 18 DAFTAR PUSTAKA  Hakim, atang abdul dan Saebani, beni ahmad. 2008. Filsafat Umum, Bandung: Pustaka Setia  Martini, eka. 2013. Filsafat Ilmu, Palembang: Noer Fikri Offset  Tafsir, ahmad. 2013. Filsafat Umum “akal dan hati sejak thales sampai capra”, Bandung:PT Remaja Rosdakarya  Zaprulkhan. 2013. Filsafat Umum “sebuah pendekatan tematik”, Jakarta: Rajawali Pers  Eka martini, Filsafat ilmu, hlm. 21
  • 17. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 19 LOGIKA ILMU BERPIKIR PENGANTAR FILSAFAT ILMU Yang Di Bimbing Oleh : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec Yang Membuat : 1. Sefa Salma Idhiya (1221800056) 2. Dinda Dwi Apriliyah (1221800095) 3. Yuniar Fani Maulidiyah (1221800123) ( Kelas U Hari Kamis 17.00 L. 511) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
  • 18. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 20 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayahNya kepada kelompok kami yang telah menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini merupakan makalah ―Logika Berpikir Untuk Menemukan Kebenaran Ilmiah‖. Secara khusus makalah ini disusun sedemikian rupa sehingga materi yang ada didalam makalah sesuai dengan silabus yang telah diberikan kepada kami. Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun, kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua dan teman-teman kami, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak dosen yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami termotivasi dalam menyelesaikan tugas makalah ini. 2. Teman yang turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas makalah ini bisa selesai. Kami sadar, bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna meningkatkan kualitas pembuatan makalah yang selanjutnya. Kami sadar bahwa kebenaran dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Harapan kami, makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca khususnya dalam mata kuliah Filsafat Ilmu.
  • 19. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 21 BAB II 1. Pengertian Logika Ilmu Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Nama logika untuk pertama kali muncul pada filsuf Cicero (abad ke -1 sebelum Masehi), tetapi dalam arti ―seni berdebat‖, Alexander Aphrodisias (sekitar permulaan abad ke-3 sesudah Masehi adalah orang pertama yang mempergunakan kata ―logika‖ dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita. Logika adalah salah satu cabang filsafat. Sebagai ilmu, logika disebut dengan logikeepisteme(Latin: logicascientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan yang mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal. Logika secara luas dapat didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara valid. Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan sekaligus sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu logika merupakan ―jembatan penghubung‖ antara filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah, artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi. Contohnya, pada kupu-kupu mengalami fase metamorfosa. Karena sebelum menjadi kupu-kupu adanya tahap-tahapan yang dilalui yaitu yang pertama fase telur kemudian menetas menjadi ulat lalu berubah menjadi kepompong dan selanjutnya menjadi kupu-kupu. Penyimpulan di atas dikatakan penyimpulan yang sah karena sesuai dengan kenyataan yang ada dan tidak dibuat-buat (masuk akal). Menurut Louis O. Kattsoff (2004), Logika ialah ilmu pengetahuan mengenai penyimpulan yang lurus. Ilmu pengetahuan ini menguraikan tentang aturan-aturan serta cara untuk mencapai kesimpulan, setelah didahului oleh suatu perangkat premis. Contoh penerapan ilmu logika dalam kehidupan misalnya pada manusia yang mengalami penyakit serak pada tenggorokan maka pengobatannya dapat dilakukan dengan minum air putih. Logikanya air putih adalah cairan yang diperlukan manusia untuk menjaga keseimbangan tubuh, memberi kekuatan kepada leukosit untuk menjalankan tugasnya menghasilkan makrofag untuk membunuh patogen yang masuk, menjadikan kekebalan tubuh meningkat sehingga luka yang dihinggapi bakteri akan sembuh dan akhirnya tenggorokan menjadi lapang dan dikatakan sembuh.
  • 20. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 22 Macam-macam Logika Macam-macam Logika menurut The Liang Gie (1980) dalam Adib (2010: 102-104) yaitu: 1. Logika dalam pengertian sempit dan luas Dalam arti sempit logika dipakai searti dengan logika deduktif atau logika formal. Sedangkan dalam arti luas, pemakaiannya mencakup kesimpulan-kesimpulan dari berbagai bukti dan tentang bagaimana sistem penjelasan disusun dalam ilmu alam serta meliputi pula pembahasan mengenai logika itu sendiri. 2. Logika Deduktif dan Induktif Logika deduktif adalah cara berpikir dengan menggunakan premis-premis dari fakta yang bersifat umum ke khusus yang menjadi kesimpulannya. Contoh argument pada logika deduktif yaitu:  Sefa adalah mahasiswi semester 2 Logika induktif merupakan cara berpikir yang berdasarkan fakta-fakta yang bersifat (khusus) terlebih dahulu dipakai untuk penarikan kesimpulan (umum). Contohnya argument pada logika induktif yaitu:  Buku 1 besar dan tebal adalah mahal.  Buku 2 besar dan tebal adalah mahal.  Jadi, semua buku besar dan tebal adalah mahal. 1. Logika Formal (Minor) dan Material (Mayor) Logika Formal atau disebut juga Logika Minor mempelajari asas, aturan atau hukum-hukum berfikir yang harus ditaati, agar orang dapat berfikir dengan benar dan mencapai kebenaran. Sedangkan Logika Material atau Mayor mempelajari langsung pekerjaan akal serta menilai hasil-hasil logika formal dan mengujinya dengan kenyataan praktis yang sesungguhnya, mempelajari sumber-sumber dan asalnya pengetahuan, alat-alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan, dan akhirnya merumuskan metode ilmu pengetahuan itu. 2. Logika Murni dan Terapan Logika Murni merupakan pengetahuan mengenai asas dan aturan logika yang berlaku umum pada semua segi dan bagian dari pernyataan-pernyataan dengan tanpa mempersoalkan arti khusus dalam sesuatu cabang ilmu dari istilah pernyataan yang dimaksud. Logika Terapan adalah pengetahuan logika yang diterapkan dalam setiap cabang ilmu, bidang-bidang filsafat, dan juga dalam pembicaraan yang menggunakan bahasa sehari-hari.
  • 21. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 23 3. Logika Filsafati dan Matematik Logika Filsafati merupakan ragam logika yang mempunyai hubungan erat dengan pembahasan dalam bidang filsafat, seperti logika kewajiban dengan etika atau logika arti dengan metafisika. Sedangkan Logika Matematik menelaah penalaran yang benar dengan menggunakan metode matematik serta bentuk lambang yang khusus dan cermat untuk mengindarkan makna ganda. Pengertian Penalaran Penalaran adalah kemampuan manusia untuk melihat dan memberikan tanggapan tentang apa yang dia lihat. Karena manusia adalah makhluk yang mengembangkan pengetahuan dengan cara bersungguh-sungguh, dengan pengetahuan ini dia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Penalaran dalam contoh yang nyata dapat kita temukan pada perbedaan manusia dengan hewan yaitu apabila terjadi kabut, burung akan terbang untuk mengindari polusi udara yang memungkinkan dia tidak bisa bertahan hidup. Sedangkan manusia akan mencari tahu mengapa sampai terjadinya kabut? Bagaimana cara menghindari kabut? Apa saja komponen- komponen yang terkadung di dalam kabut? Apa saja penyakit yang diakibatkan oleh kabut? Penalaran manusia bisa terjadi karena dua hal yaitu manusia mempunyai bahasa dan manusia mampu mengembangkan pengetahuan. Dua hal inilah yang membedakan manusia dengan hewan dan di harapkan manusia mampu memposisikan dirinya di tempat yang benar.  Macam-macam penalaran 1. Penalaran deduktif Penalaran deduktif atau disebut logika deduktif, yaitu penalaran yang membicarakan cara- cara untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan apabila lebih dahulu telah diajukan pertanyaan- pertanyaan mengenai semua atau sejumlah di antara suatu kelompok barang. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola pikir yang dinamakan silogisme. Silogisme dibentuk oleh 2 pernyataan yang disebut premis (premis mayor dan premis minor), yang diikuti dengan sebuah kesimpulan atau konklusi. Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan. Contohnya penalaran/logika deduktif menggunakan silogisme:  Semua buku besar dan tebal adalah mahal (premis mayor)  Buku 3 adalah besar dan tebal (premis minor)  Jadi, buku 3 adalah mahal (konklusi/kesimpulan)
  • 22. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 24 2. Penalaran induktif Penalaran induktif disebut logika induktif, yaitu penalaran yang membicarakan tentang penarikan kesimpulan bukan dari pernyataan-pernyataan yang umum, melainkan dari pernyataan-pernyataan yang khusus. Kesimpulannya hanya bersifat probabilitas berdasarkan atas pernyataan-pernyataan yang telah diajukan. Macam-macam penalaran induktif yaitu:  Penyimpulan secara kausal Penyimpulan ini berusaha untuk menemukan sebab-sebab dari hal-hal yang terjadi. Bila telah diajukan suatu perangkat kejadian, maka haruslah diajukan pertanyaan: ―Apakah yang menyebabkan kejadian-kejadian itu?‖ Misalnya, terjadi suatu wabah penyakit tipus: ―Apakah yang menyebabkan timbulnya wabah tipus?  Analogi Penalaran secara analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama. Contohnya kita ingin membuktikan adanya Tuhan berdasarkan susunan dunia tempat kita hidup. Dalam hal ini, kita dapat mengatakan sebagai berikut. Perhatikanlah sebuah jam. Seperti halnya dunia, jam tersebut juga merupakan mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian yang sangat erat hubungannya yang satu dengan yang lain. Kiranya tidak seorang pun beranggapan bahwa sebuah jam dapat membuat dirinya sendiri atau terjadi secara kebetulan. Susunannya yang sangat rumit menunjukkan bahwa ada yang membuatnya. Dengan demikian, secara analogi adanya dunia juga menunjukkan adanya pembuatannya, karena dunia kita ini juga sangat rumit susunannya dan bagian-bagiannya yang berhubungan sangat erat satu dengan yang lain secara baik. Bahwa penalaran ini terdiri dari memperbandingkan jam dengan dunia, dan dari persamaan-persamaan tertentu menyimpulkan persamaan-persaamaan yang lain. Contoh analogi lain yakni:  Dinda mahasiswi UNTAG adalah anak pintar dan rajin.  Fani mahasiwsi UNTAG adalah anak rajin.  Jadi, Dinda dan Fani adalah anak pintar dan rajin.
  • 23. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 25 Pengertian Berpikir Ilmiah Berpikir ilmiah adalah berpikir yang logis dan empiris. Logis adalah masuk akal, dan empiris adalah dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan. (Hillway, 1956) selain itu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan. Contohnya: Kepler, seorang ahli astronomi, telah mencatat pengamatan-pengamatan yang banyak jumlahnya tentang posisi planet Mars. Catatan-catatan ini memberitahukan kepadanya tentang posisi Mars di ruang angkasa pada berbagai waktu selama bertahun-tahun, dalam hubungannya dengan matahari pada suatu waktu tertentu. Masalah yang dihadapi Kepler ialah jalan edar mengitari matahari yang manakah yang harus ditempuh Mars agar berada pada titik-titik yang telah diamati di angkasa pada waktu-waktu yang setepatnya. Menurut SoejonoSoemargono (1983) metode ilmiah secara garis besar ada dua macam, yaitu Metode analitikosintesa dan metode non deduksi. 1. Metode analitiokosintesa merupakan gabungan dari metode analisis dan metode sintesis.  Metode analisis Metode analisis yaitu cara penanganan terhadap sesuatu objek ilmiah tertentu dengan jalan memilah-milahkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya. Misalnya, seorang filusuf memahami kata atau istilah ―keberanian‖. Dari segi ekstensi, dia mengungkapkan makna kata ini berdasarkan bagaimana kata ini digunakan, dan mengetahui sejauh mana kata ―keberanian‖ menggambarkan realitas tertentu. Apabila kita menggunakan metode analisis, dalam babak terakhir kita memperoleh pengetahuan analitis.  Metode sintesis Metode sintesis yaitu cara penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan cara menggabungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya sehingga menghasilkan sesuatu pengetahuan yang baru. Contohnya, (1) Ilmu adalah aktifitas, (2) Ilmu adalah metode, (3) Ilmu adalah produk. Jadi, hasil sintetisnya yaitu Ilmu adalah aktifitas, metode, dan produk.
  • 24. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 26 2. Metode non deduksi Metode non deduksi merupakan gabungan dari metode induksi dan metode deduksi.  Metode induksi, yaitu suatu cara yang dipakai untuk mendapati ilmu pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat khusus, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum. Contohnya: Umpamanya kita mempunyai fakta bahwa kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, demikian juga dengan singa, kucing, dan berbagai binatang lainnya. Dari kenyataan-kenyataan ini kita dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum yakni semua binatang mempunyai mata.  Metode deduksi, yaitu suatu cara yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Contohnya: setiap manusia yang ada didunia pasti suatu ketika pasti akan mati, si Ahmad adalah manusia; atas dasar ketentuan yang bersifat umum tadi karena Ahmad adalah manusia maka suatu ketika ia akan mati juga
  • 25. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 27 BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Dari makalah, penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam mempelajari suatu nilai kebenaran, manusia dituntut untuk bisa memanfaatkan wahana berpikir yang dimilikinya, manusia juga harus mampu memposisikan dirinya diposisi kebenaran. Hal yang harus dilakukan manusia adalah menempatkan penalaran. Penalaran sebagai salah satu langkah menemukan titik kebenaran. Pengetahuan inilah yang disebut dengan ilmu dan ilmu inilah yang membuat manusia bisa berpikir. Didalam penalaran ditemukan logika. Logika melahirkan deduksi dan induksi, secara umum induksi dan induksi suatu proses pemikiran untuk menghasilkan suatu kesimpulan yang benar didasarkan pada pengetahuan yang dimiliki. Metode ilmiah berkaitan dengan gabungan dari metode deduksi dan metode induksi. Jadi suatu proses pemikiran dapat dituangkan dalam pembuatan metode ilmiah dan juga membuktikan tentang penalaran yang melahirkan logika dibantu dengan metode deduksi dan induksi maka akan menghasilkan pengetahuan yang baru. Dengan metode ilmiah pengetahuan akan dianggap sah adanya. 1. Saran Diharapkan pembaca dapat dituntut untuk memikirkan secara mendalam mengenai logika ilmu dan berpikir ilmiah untuk itu diharapkan memiliki referensi keilmuan yang mencukupi guna menguasai cabang filsafat tersebut. Hal ini amat penting mengingat filsafat ilmu adalah akar dari berbagai keilmuan yang terus berkembang pesat dewasa ini.
  • 26. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 28 PERTANYAAN 1. Jelaskan peranan sarana berpikir ilmiah dan metode ilmiah! Ciri utama manusia yang membedakan dengan binatang yaitu manusia memiliki akal dan selalu berpikir dalam melakukan aktivitasnya. Berpikir sendiri dibedakan menjadi dua yaitu berpikir alamiah dan ilmiah. Berpikir alamiah digunakan berdasarkan kebiasaan sehari-hari; sedangkan berpikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkah – langkah metode ilmiah seperti perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengkajian literatur, menjugi hipotesis, menarik kesimpulan. Kesemua langkah – langkah berfikir dengan metode ilmiah tersebut harus didukung dengan alat / sarana yang baik sehingga diharapkan hasil dari berfikir ilmiah yang kita lakukan mendapatkan hasil yang baik. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengehahuan yang memungkinkan untuk bisa memecahkan masalah sehari-hari. Ditinjau dari pola berfikirnya, maka maka ilmu merupakan gabungan antara pola berfikir deduktif dan berfikir induktif, untuk itu maka penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif .Penalaran ilmiah mengharuskan kita menguasai metode penelitian ilmiah yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk mendukung atau menolak hipotesis yang diajukan. Kemampuan berfikir ilmiah yang baik harus didukung oleh penguasaan sarana berfikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah kearah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berfikir tersebut dalam keseluruhan berfikir ilmiah tersebut. Untuk dapat melakukan kegiatan ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistik. Sikap ilmiah menuntut orang untuk berfikir dengan sikap tertentu. Dari sikap tersebut orang dituntut dengan cara tertentu untuk menghasilkan ilmu pengetahuan. selanjutnya cara tertentu itu disebut metode ilmiah. Jadi dengan sikap ilmiah dan metode ilmiah diharapkan dapat menyusun ilmu pengetahuan secara sistematik dan runtun.Secara garis besar keduanya mempunyai peran atau tugas yang identik, tugas – tugas tersebut antara lain : Menggambarkan secara jelas daan cermat, hal – hal yang dipersoalkan. Menerangkan secara detil kondisi – kondisi yang mendasari terjadinya peristiwa. Mencari dan merumuskan hukum – hukum, tata hubungan antara peristiwa yang satu dengan yang lain.
  • 27. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 29 alan ( prediksi ) Membuat prediksi ( ramalan ), estimasi ( taksiran ) dan proyeksi mengenai peristiwa yang bakal muncul bila keadaan itu didiamkan. Melakukan tindakan – tindakan guna mengatasi keadaan atau gejala yang bakal muncul. Hasil dari suatu metode ilmiah dalam pengembangan ilmu sendiri mempunyai manfaat diantaranya : sekaligus melukiskan tentang kemampuan sumber daya, kemungkinan–kemungkinan yang ditemukan di dalam melaksanakan sesuatu. sehingga dapat dengan mudah dicari upaya untuk menanggulanginya. am menyusun strategi pengembangan selanjutnya. 2. Secara sederhana teori ilmiah harus memenuhi dua syarat utama. Sebutkan! teori ilmiah syarat utamanya adalah: · Harus konsisten dengan teori- teori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan · Harus cocok dengan fakta- fakta empiris sebab teori yang bagaimanapun konsistennya sekiranya tidak didukung 3. Apakah yang dimaksud dengan logika ilmiah? Logika ilmiah adalah gabungan antara logika deduktif dan logika induktif dimana rasionalisme dan empirisme hidup berdampingan.
  • 28. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 30 4. Alur berfikir tercakup dalam metode ilmiah yang dapat dijabarkan dalam beberapa langkah. Uraikan langkah- langkah tersebut! Langkah- langkah dalam alur berfikir yag sesuai dengan metode ilmiah adalah: · Perumusan masalah yang merupakan pertanyaan- pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batas- batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor- faktor yang terkait didalamnya · Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesa yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengkait dan membentuk konstelasi permasalahan. · Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta- fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta- fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak · Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian pakah sebuah hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima.
  • 29. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 31 REFERENSI Surajiyo Drs., Filsafat Ilmu & Perkembangannya di Indonesia: Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara, 2007. Adib Mohamad, Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010. Kattsoff, Louis O., Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2004. https://syafrudinmtop.blogspot.co.id/2015/03/filsafat-ilmu-logika-ilmu-dan.html, diakses pada 9 November 2016, pukul 20:07. [1] K.Bertens, 1975 dalam buku Surajiyo, 2005. [2] Drs. Surajiyo, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 36.
  • 30. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 32 TEORI KEBENARAN PENGANTAR FILSAFAT ILMU Yang Di Bimbing Oleh : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec Yang Membuat : 1. Sefa Salma Idhiya (1221800056) 2. Dinda Dwi Apriliyah (1221800095) 3. Yuniar Fani Maulidiyah (1221800123) ( Kelas U Hari Kamis 17.00 L. 511) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
  • 31. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 33 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ―Teori Kebenaran‖ ini. Masalah penilaian kebenaran dan kesalahan pasti kita temui dalam kehidupan sehari-hari namun, sering kali kita bingung bagaimanakah kriteria yang dianggap kebenaran atau kesalahan itu, meskipun sudah banyak filsuf yang mengemukakan kriteria-kriteria kebenaran yang menjadi dasar penilaian kebenaran namun tetap saja hal itu masih menjadi perdebatan sampai sekarang. Dan dalam makalah kali ini penulis akan membahas tentang beberapa teoriteori kebenaran yang juga dianut oleh filsuf-filsuf dunia yang latar belakang ideologinya berbeda-beda. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr.Sigit Sardjono, MS selaku dosen pengampu mata kuliah dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama makalah ini. Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan- kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
  • 32. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 34 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk berakal. Dengan akal, manusia secara terus menerus menjalani kehidupan secara dinamis, terutama perkembangan mental atau psikis. Akal menunjukkan perubahan positif (perkembangan cara berpikir) seiring pertumbuhan usia manusia. Kapasitas berpikir akan semakin kompleks ketika manusia hidup dan tumbuh di kehidupannya. Seorang balita berpikir tentang sebuah pohon, tentu tidak sama dengan seorang dewasa yang berpikir tentang pohon. Inilah potensi akal manusia yang secara berkelanjutan berpikir terus menerus mencari kebenaran. Kebenaran yang bisa mereka terima secara logis dan ilmiah namun, penilaian kebenaran inilah yang sampai sekarang masih dibingungkan dan masih timbul banyak pertanyaan tentang apakah arti kebenaran itu, bagaimana kriteria-kriteria dan teori-teori kebenaran itu, hal inilah yang menjadi perdebatan sampai sekarang meskipun banyak filsuf-filsuf yang telah mengemukakan teori-teori kebenaran seperti yang akan penulis bahas di makalah ini. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, penulis mengambil beberapa rumusan masalah diantaranya: 1. Apa pengertian kebenaran ? 2. Apa saja kriteria atau teori-teori kebenaran ? 1.3 Tujuan Adapun tujuan yang bisa diambil dari isi paper ini antara lain: 1. Untuk mengetahui arti kebenaran 2. Untuk mengetahui beberapa teori-teori kebenaran
  • 33. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 35 1.4 Manfaat Sedangkan manfaat dari penulisan paper ini adalah: 1. Agar dapat digunakan sebagai bahan bacaan oleh setiap orang untuk menambah wawasan pembaca tentang kebenaran dan beberapa teori- teorinya yang ada 2. Setelah para pembaca mengetahui tentang kebenaran dan beberapa teori-teorinya yang ada, nantinya bisa menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca untuk kehidupan sehari-hari, atau menjadi gambaran dan pemacu pikiran atau ide khususnya dalam menilai sebuah kebenaran.
  • 34. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 36 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Kebenaran Benar adalah sesuatu yang apa adanya atau sesuai kenyataan yang ada, sebuah fakta tentang realita berdasarkan data-data yang ada. Sedangkan ―kebenaran‖ dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang kongkret maupun abstrak. Menurut Randall & Bucher kebenaran adalah persesuaian antara pikiran dan kenyataan. Kemudian menurut Jujun S. Suriasumantri kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu. Contoh, ketika kita mengakui kebenaran sebuah proposisi bahwa bumi bergerak mengelilingi matahari, dasar kita, tidak lain adalah sesuai tidaknya proposisi tersebut dengan kenyataannya. Setiap subjek yang memiliki pengetahuan akan memiliki persepsi dan pengertian yang berbeda-beda satu dengan lainnya tentang kebenaran, karena kebenaran tidak bisa dilepaskan dari makna yang dikandung dalam suatu pernyataan. Berarti kebenaran berkaitan erat dengan kualitas, sifat atau karakteristik, hubungan, dan nilai kebenaran itu sendiri, dan dalam proses penilaian kebenaran tak jarang penilaian tersebut juga tergantung dari latar belakang pandangan atau ideologi setiap orang yang karena sebab inilah kebenaran jadi terasa relatif dan jauh dari kepastian atau kebenaran mutlak, yang tak dipungkiri hal ini sering menggiring kita pada keraguan atau kebingungan. Secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai atau mencari kebenaran, namun masalahnya tidak hanya sampai disitu saja, masalah kebenaran inilah yang memacu tumbuh dan berkembangnya epistemologi, kajian epistemologi untuk menilai suatu ―kebenaran‖ membawa orang kepada sesuatu kesimpulan bahwa perlu dibedakan adanya tiga jenis kebenaran yaitu kebenaran epistemologis, kebenaran ontologis, kebenaran semantis. Bakhtiar (2010, h. 111) menjelaskan bahwa kebenaran epistemologis adalah yang berhubungan dengan pengetahuan manusia dan kebenaran dalam arti ontologis adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada hakikat segala sesuatu yang ada atau diadakan kemudian kebenaran dalam arti semantis adalah
  • 35. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 37 kebenaran yang terdapat serta melekat dalam tutur kata dan bahasa. Namun, kali ini yang dibahas oleh penulis dalam paper ini adalah kebenaran epistemologis karena kebenaran yang lainnya secara tidak langsung berhubungan erat dengan kategori kebenaran epistemologis. 2.2 Macam-Macam Teori Kebenaran Pembahasan mengenai kebenaran sudah dimulai sejak Plato melalui metode dialog, kemudian dilanjutkan oleh Aristoteles. Plato dianggap sebagai filsuf yang membangun teori pengetahuan yang cukup lengkap sebagai teori pengetahuan yang awal. Dari pemikiran Plato kemudian muncul teori-teori pengetahuan baik sebagai kritik atau sebagai dukungan atas teori yang sudah dibangun Plato. Menurut seorang filsuf Jaspers sebagaimana dikutip oleh Hammersa bahwa sebenarnya para pemikir sekarang hanya melengkapi dan menyempurnakan filsafat Plato dan filsafat Aristoteles (Hamami dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2010, h. 138). Jadi pemikiran-pemikiran Plato dan Aristoteles secara tidak langsung menjadi gambaran atau pemicu munculnya ide- ide baru dari para filsuf-filsuf setelahnya. Berikut ini adalah penjelasan mengenai teori-teori kebenaran yang penulis rangkum dari beberapa referensi: 2.2.1 Teori Kebenaran Korespondensi (Saling Bersesuaian) Kebenaran menurut teori korespondensi bahwa suatu proposisi atau pengertian adalah benar apabila terdapat suatu fakta yang diselaraskannya, yaitu apabila ia menyatakan apa adanya. Kebenaran adalah yang bersesuaian dengan fakta yang berselaras dengan realitas yang serasi dengan situasi aktual (Bakhtiar, 2010, h. 112). Sebaliknya, jika pernyataan bertentangan dengan kenyataan atau fakta yang ada, maka pernyataan tersebut dianggap sebagai penyataan yang salah atau sesat. Misalnya, ada pernyataan yang mengatakan Lionel Messi adalah seorang pesepakbola profesional. Kalau pernyataan tersebut bersesuaian dengan fakta yang ada di kenyataan yang sebenarnya maka itu dianggap sebagai ―kebenaran‖. Jika ternyata Lionel Messi bukan seorang pesepak bola profesional, melainkan seorang pemain basket. Maka pernyataan tersebut dianggap sebagai bukan kebenaran.
  • 36. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 38 Dengan demikian menurut teori korespondensi ini, Bakhtiar (2010, h. 113) menjelaskan bahwa kebenaran dapat didefinisikan sebagai kesetiaan pada realitas objektif yaitu suatu pernyataan yang sesuai dengan fakta atau sesuatu yang selaras dengan situasi kebenaran ialah persesuaian antara pernyataan mengenai fakta dengan fakta aktual atau antara putusan dengan situasi seputar yang diberi interpretasi. Mengenai teori korespondensi tentang kebenaran dapat disimpulkan, kita mengenal dua hal yaitu pertama, penyataan dan kedua, kenyataan. Menurut teori ini, kebenaran adalah kesesuaian antara pernyataan tentang sesuatu dengan kenyataan sesuatu itu sendiri (Bakhtiar, 2010, h. 115). Sebagaimana contoh dapat dikemukakan Jakarta adalah ibukota republik Indonesia. Pernyataan ini disebut benar karena kenyataanya Jakarta memang ibukota republik Indonesia. Kebenarannya terletak pada hubungan antara pernyataan dengan kenyataan. Adapun jika dikatakan bandung adalah ibukota republik Indonesia. Pernyataan itu salah karena tidak sesuai antara pernyataan dengan kenyataan. Arti ―sesuai‖ dalam teori ini masih menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada kritik terhadap teori kebenaran korespondensi. Kalau kebenaran selalu diukur dengan fakta-fakta yang ada, lantas bagaimana dengan ide-ide yang bersifat kejiwaan, apakah ada fakta yang bersifat kejiwaan. Lalu bagaimana membuktikan hubungan antara ide-ide tersebut, padahal ide-ide tersebut bersifat abstrak, sulit untuk dibuktikan dengan indera manusia. Misalnya, Pak Iman dikatakan sebagai seorang yang beriman, kalau pernyataan ini kemudian dibuktikan kebenarannya dengan makna sesuai atau korespondensi, maka tentu subjek akan melihat pada perilaku-perilaku beragama yang tampak pada Pak Iman. Pertanyaannya, apakah ―keimanan‖ Pak Iman bisa sepenuhnya diukur dengan observasi?, bukankah keimanan di dominasi oleh aspek kejiwaan Pak Iman?.
  • 37. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 39 Pertanyaan-pertanyaan di atas adalah kelemahan-kelemahan para realisme empirisme. Teori korespondensi ini pada umumnya memang dianut oleh para pengikut realisme empirisme (Kattsoff, 1996, h. 184). Diantara pelopor teori ini adalah Plato, Aristoteles, Moore, Ramsey, dan Tarski. Teori ini dikembangkan oleh Betrand Russel (1872-1970). Teori korespondensi digunakan untuk proses pembuktian secara empiris dalam bentuk pengumpulan data-data yang mendukung suatu pernyataan yang telah dibuat sebelumnya. 2.2.2 Teori Kebenaran Koherensi (Saling Berhubungan) Berkebalikan dengan paham korespondensi, paham koherensi dianut oleh para pendukung idealisme rasionalisme. Teori koherensi ini berkembang pada abad 19 dibawah pengaruh hegel dan di ikuti oleh pengikut madzhab idealisme seperti Leibniz, Spinoza dan filsuf britania F.M Bradley (1864-1924). Bakhtiar (2010, h. 116) menjelaskan bahwa teori koherensi yaitu suatu proposisi cenderung benar jika proposisi tersebut dalam keadaan saling berhubungan (koheren/konsisten) dengan proposisi benar yang lain, atau jika arti yang dikandungnya dalam keadaan saling berhubungan dengan pengalaman kita. Misalnya kita mempunyai pengetahuan bahwa semua manusia pasti akan mati adalah pernyataan yang memang benar adanya. Jika Ahmad adalah manusia, maka pernyataan bahwa Ahmad pasti akan mati, merupakan pernyataan yang benar pula. Sebab pernyataan kedua konsisten dengan pernyataan yang benar. Mengenai teori konsistensi ini, Bakhtiar (2010, h. 117) menjelaskan bahwa dapat kita ambil kesimpulan yang pertama, kebenaran menurut teori ini ialah kesesuaian anatra suatu pernyataan dengan pernyataan lainnya yang sudah lebih dahulu kita ketahui, terima dan akui sebagai benar. Kedua, teori ini agaknya dapat dinamakan teori penyaksian (justifikasi) tentang kebenaran, karena menurut teori ini satu putusan dianggap benar apabila mendapat penyaksian penyaksian (justifikasi, pembenaran) oleh putusan-putusan lainnya yang terdahulu yang sudah diketahui, diterima, dan diakui benarnya. Dengan demikian menurut teori koherensi adalah suatu teori itu dianggap benar apabila tahan uji (testable) artinya suatu teori yang sudah dicetuskan oleh seseorang kemudian teori tersebut diuji oleh orang lain tentunya dengan mengkomparasikan dengan data-data baru, oleh karena itu apabila teori itu
  • 38. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 40 bertentangan dengan data-data yang baru secara otomatis teori pertama gugur atau batal ―refutability‖ sebaliknya, kalau data itu cocok dengan teori lama, teori itu semakin kuat ―corroboration‖ (Karl Popper dalam Bakhtiar, 2010 h. 118) 2.2.3 Teori Kebenaran Pragmatis Pragma artinya yang dikerjakan, yang dilakukan, perbuatan, tindakan, sebutan bagi filsafat yang dikembangkan oleh William james di Amerika Serikat, benar tidaknya suatu ucapan, dalil atau teori semata-mata bergantung kepada asas manfaat sesuatu dianggap benar jika mendatangkan manfaat dan akan dikatakan salah jika tidak mendatangkan manfaat (Bakhtiar, 2010, h. 118-119). Istilah pragmatisme ini sendiri diangkat pada tahun 1856 oleh Charles Pierce (1839- 1914), Bakhtiar (2010, h. 119) mengatakan bahwa doktrin pragmatisme ini diangkat dalam sebuah makalah yang dimunculkan pada tahun 1878 dengan tema ―How To Make Our Ideas Clear‖ yang kemudian dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat Amerika. Diantara tokohnya yang lain adalah John Dewey (1859- 1952). Menurut teori pragmatisme, suatu kebenaran dan suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional atau bermanfaat dalam kehidupan manusia. Bakhtiar (2010, h. 119) Menjelaskan bahwa teori, hipotesa atau ide adalah benar apabila hal tersebut membawa kepada akibat yang memuaskan, apabila hal tersebut berlaku dalam praktik, apabila hal tersebut mempunyai nilai praktis. Kebenaran terbukti oleh kegunaanya oleh hasilnya dan oleh akibat-akibat praktisnya jadi kebenaran ialah apasaja yang berlaku (works) Dapat dipahami bahwa kebenaran dalam pandangan pragmatisme adalah sebatas kegunaan praktis dalam kehidupan. Apabila suatu proposisi memiliki kegunaan praktis maka akan dipandang sebagai suatu kebenaran. Sebaliknya, apabila proposisi tidak memiliki kegunaan praktis maka tidak dipandang sebagai suatu kebenaran, walaupun ada kemungkinan sesuatu yang tidak bersifat fungsional tersebut adalah kebenaran yang sesungguhnya. Dari teori ini dapat diberikan sebuah contoh pandangan para penganut teori pragmatis tentang Tuhan. Bagi pragmatisme suatu agama itu bukan benar karena Tuhan yang disembah oleh penganut agama itu memang ada, tetapi agama itu dianggap benar karena pengaruhnya yang positif atas kehidupan manusia.
  • 39. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 41 Berkat kepercayaan orang akan Tuhan dan mengikutinya seseorang kepada ajaran agama maka kehidupan masyarakat berlaku secara tertib,, sejahtera dan jiwanya semakin tenang. Kebenaran dalam pandangan pragmatisme seiring berjalannya waktu akan membawa kebenaran pada masa kadaluarsa (expired). Artinya ada masanya kebenaran yang sudah dianggap suatu kebenaran akan dibuang, karena tidak lagi bersifat fungsional atau bermanfaat. 2.2.4 Teori Kebenaran Sintaksis Penganut teori- kebenaran sintaksis berpijak bahwa suatu pernyataan dikatakan benar jika pernyataan itu mengikuti aturan-aturan yang baku. Atau dengan kata lain apabila proposisi itu tidak mengikuti syarat atau keluar dari hal yang di syaratkan maka proposisi itu tidak memiliki arti. Teori ini berkembang di antara filsuf analisa bahasa, terutama yang begitu ketat terhadap pemakaian gramatika (Hamami Dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2010). Jadi dalam teori kebenaran ini susunan pola kalimat atau pernyataan sangat diperhatikan karena hal itu sangat mempengaruhi terhadap penilaian kebenaran. 2.2.5 Teori Kebenaran Semantis Teori ini kebanyakan dianut dan berkembang di kalangan filsuf analitika bahasa. Kebenaran menurut faham ini adalah suatu proposisi dinilai benar ditinjau dari segi arti atau makna, apakah proposisi yang merupakan pangkal tumpunya itu mempunyai referensi yang jelas. Artinya teori ini bertugas untuk mengungkap kesahihan proposisi dalam referensinya. Pernyataan yang mengandung kebenaran adalah pernyataan yang memiliki arti atau makna yang sesungguhnya dengan merujuk pada kenyataan. Arti yang bersifat definitif, yaitu arti yang dengan jelas menunjuk ciri yang khas dari sesuatu yang ada. (Hamami Dalam Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2010). Seperti ―Irigasi menyebabkan kesulitan dalam mengatur pengairan‖, pernyataan ini akan dikatakan benar bila menunjukkan makna yang sahih tentang bendungan dalam kenyataan yang sesungguhnya. Tentu kebenaran pernyataan diatas akan di cek langsung ke referensinya. 2.2.6 Teori Kebenaran Performatik Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh pemegang otoritas tertentu. Contoh pertama mengenai penetapan 1 Syawal.
  • 40. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 42 Sebagian muslim di Indonesia mengikuti fatwa atau keputusan MUI atau pemerintah, sedangkan sebagian yang lain mengikuti fatwa ulama tertentu atau organisasi tertentu. Contoh lainnya pada masa pertumbuhan ilmu, Copernicus (1473-1543) mengajukan teori heliosentris dan bukan sebaliknya seperti yang difatwakan gereja. Masyarakat menganggap hal yang benar adalah apa-apa yang diputuskan oleh gereja walaupun bertentangan dengan bukti-bukti empiris. Dalam fase hidupnya, manusia kadang kala harus mengikuti kebenaran performatif. Pemegang otoritas yang menjadi rujukan bisa pemerintah, pemimpin agama, pemimpin adat, pemimpin masyarakat, dan sebagainya. Kebenaran performatif dapat membawa kepada kehidupan sosial yang rukun, kehidupan beragama yang tertib, adat yang stabil dan sebagainya. Masyarakat yang mengikuti kebenaran performatif tidak terbiasa berpikir kritis dan rasional. Mereka kurang inisiatif dan inovatif, karena terbiasa mengikuti kebenaran dari pemegang otoritas. Pada beberapa daerah yang masyarakatnya masih sangat patuh pada adat, kebenaran ini seakan-akan kebenaran mutlak. Mereka tidak berani melanggar keputusan pemimpin adat dan tidak terbiasa menggunakan rasio untuk mencari kebenaran. 2.2.7 Teori Kebenaran Struktural Paradigmatik Suatu teori dinyatakan benar jika teori itu berdasarkan pada paradigma atau perspektif tertentu dan ada komunitas ilmuwan yang mengakui atau mendukung paradigma tersebut. Banyak sejarawan dan filosof sains masa kini menekankan bahwa serangkaian fenomena atau realitas yang dipilih untuk dipelajari oleh kelompok ilmiah tertentu ditentukan oleh pandangan tertentu tentang realitas yang telah diterima secara apriori oleh kelompok tersebut. Pandangan apriori ini disebut paradigma oeh Kuhn dan world view oleh Sardar. Paradigma ialah apa yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota suatu masyarakat sains atau dengan kata lain masyarakat sains adalah orang-orang yang memiliki suatu paradigma bersama. Masyarakat sains bisa mencapai konsensus yang kokoh karena adanya paradigma. Sebagai konstelasi komitmen kelompok, paradigma merupakan nilai-nilai bersama yang bisa menjadi determinan penting dari perilaku kelompok meskipun tidak semua anggota kelompok menerapkannya dengan cara yang sama. Paradigma juga menunjukkan keanekaragaman individual dalam penerapan nilai-nilai bersama yang bisa melayani fungsi-fungsi esensial
  • 41. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 43 ilmu pengetahuan. Paradigma berfungsi sebagai keputusan yuridiktif yang diterima dalam hukum tak tertulis. Pengujian suatu paradigma terjadi setelah adanya kegagalan berlarut-larut dalam memecahkan masalah yang menimbulkan krisis. Pengujian ini adalah bagian dari kompetisi di antara dua paradigma yang bersaingan dalam memperebutkan kesetiaan masyarakat sains. Falsifikasi terhadap suatu paradigma akan menyebabkan suatu teori yang telah mapan ditolak karena hasilnya negatif. Teori baru yang memenangkan kompetisi akan mengalami verifikasi. Proses verifikasi-falsifikasi memiliki kebaikan yang sangat mirip dengan kebenaran dan memungkinkan adanya penjelasan tentang kesesuaian atau ketidaksesuaian antara fakta dan teori. Perubahan dari paradigma lama ke paradigma baru adalah pengalaman konversi yang tidak dapat dipaksakan. Adanya perdebatan antar paradigma bukan mengenai kemampuan relatif suatu paradigma dalam memecahkan masalah, tetapi paradigma mana yang pada masa mendatang dapat menjadi pedoman riset untuk memecahkan berbagai masalah secara tuntas. Adanya jaringan yang kuat dari para ilmuwan sebagai peneliti konseptual, teori, instrumen, dan metodologi merupakan sumber utama yang menghubungkan ilmu pengetahuan dengan pemecahan berbagai masalah. 2.2.8 Agama Sebagai Teori Kebenaran Manusia adalah makhluk pencari kebenaran, salah cara untuk menemukan suatu kebenaran adalah melalui agama (Bakhtiar, 2010, h 121). Agama dengan karekteristiknya sendiri memberikan jawaban atau pencerahan atas segala persoalan mendasar yang dipertanyakan manusia baik tentang alam manusia maupun tentang Tuhan yang disembahnya. Kalau teori-teori kebenaran sebelumnya lebih mengedepankan akal, budi, rasio dan reason manusia, dalam agama untuk menilai sebuah kebenaran yang dikedepankan adalah wahyu yang ada di kitab sucinya dan yang diyakini bersumber dari Tuhan, Dengan demikian suatu hal itu dianggap benar apabila sesuai dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak (Bakhtiar, 2010, h. 22).
  • 42. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 44 PERTANYAAN 1. Apa ciri-ciri ilmu yang dianggap benar oleh orang-orang? Menurut Randall dan Buchker (1942) mengemukakan beberapa ciri umum ilmu diantaranya : 1. Hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama. 2. Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan karena yang menyelidiki adalah manusia. 3. Ilmu bersifat obyektif, artinya prosedur kerja atau cara penggunaan metode ilmu tidak tergantung kepada yang menggunakan, tidak tergantung pada pemahaman secara pribadi. 2. Disebutkan bahwa kebenaran dalam pandangan pragtisme seiring berjalannya waktu akan membawa kebenaran pada masa kadaluarsa (expired), jelaskan apa yg dimaksud dari pertanyaan diatas ! ada masanya kebenaran yang sudah dianggap suatu kebenaran akan dibuang, karena tidak lagi bersifat fungsional atau bermanfaat 3. Teori kebenaran struktural paradigmatik. Bagaimana perubahan dari pardigma lama ke paradigma baru ? Jelaskan mengapa pengalaman konversi tidak bisa dipaksakan! Karena adanya perdebatan antar paradigma bukan mengenai kemampuan relatif suatu paradigma dalam memecahkan masalah, tetapi paradigma mana yang pada masa mendatang dapat menjadi pedoman riset untuk memecahkan berbagai masalah secara tuntas. Adanya jaringan yang kuat dari para ilmuwan sebagai peneliti konseptual, teori, instrumen, dan metodologi merupakan sumber utama yang menghubungkan ilmu pengetahuan dengan pemecahan berbagai masalah. 4. Disebut Teori kebenaran korespondensi adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau pernyataan yang ada di alam atau objek yang dituju pernyataan tersebut. Kebenaran atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Apa yang di maksud hal tersebut? Jika seseorang mengatakan bahwa, ―Kampus Pascasarjana Unsri berada di kota Palembang,‖ maka pernyataan tersebut adalah benar, sebab pernyataan itu dengan objek yang bersifat faktual yakni Palembang, memang kota di mana kampus Pascasarjana Unsri berada.
  • 43. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 45 Apabila ada orang lain yang menyatakan bahwa ―Kampus Pascasarjana Unsri berada di kota Jambi,‖ maka pernyataan itu adalah tidak benar, sebab tidak terdapat objek yang benar dengan pernyataan tersebut. Dalam hal ini, maka secara faktual, ―Kampus Pascasarjana Unsri bukan berada di kota Jambi, melainkan di Palembang.‖ BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kebenaran adalah jika pernyataan tidak berlawanan dengan fakta yang ada atau ide-ide atau gagasan tidak berlawanan dengan realita, dan tak jarang kebenaran merujuk pada pengalaman inderawi seseorang. Penilaian kebenaran ini tak dipungkiri sangat dipengaruhi oleh latar belakang ideologi orang yang menilai, para penganut empirisme cenderung melihat kebenaran dari fakta dan realita yang ada, berbeda dengan para penganut rasionalisme cenderung melihat kebenaran dari ide-ide yang saling mempunyai keterkaitan satu sama lainnya, kemudian jika orang yang latar belakangnya religius cenderung melihat atau menilai kebenaran sebuah pernyataan dari firman-firman Tuhannya yang ada di kitab sucinya. Kebenaran yang sifatnya subjektif inilah yang tak jarang membuat bingung dan ragu akan manakah yang benar namun, dari teori-teori kebenaran ini kita bisa tidak hanya melihat dari satu teori untuk menilai sebuah kebenaran tapi kita kombinasikan untuk mencari kebenaran sesungguhnya atau kebenaran yang bernilai mutlak. 3.2 Saran Adapun saran yang dapat diberikan kepada pembaca dan penulis mengenai paper ini adalah: 1. Diharapkan penulis nantinya dapat mengembangkan penulisan makalah tentang kajian-kajian filsafat yang lebih luas khsusnya tentang teori-teori kebenaran 2. Diharapkan hasil penulisan makalah ini bisa dijadikan bahan bacaan untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya tentang teori-teori kebenaran yang nantinya teori-teori ini menjadi gambaran atau pemacu ide-ide dalam penilaian kebenaran.
  • 44. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 46 DAFTAR PUSTAKA Bakhtiar, Amsal. (2010). Filsafat Ilmu. Jakarta:Rajawali Pers. Wiramihardja, Sutardjo. (2007) Pengantar Filsafat. Bandung:Refika Aditama. Suriasumantri, Jujun S. (2010). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Surajiyo. (2000). Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: IISIP Jakarta. Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM. (2010). Filsafat Ilmu:Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Liberty. Kattsoff, Louis O. (1996). Pengantar Filsafat. Yogyakarta : Tiara Wicana Yogya.
  • 45. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 47 PENGANTAR FILSAFAT ILMU Tataran Keilmuan Pengetahuan:Ontologi,Epistemologi,dan Aksiologi Yang Di Bimbing Oleh : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec Yang Membuat : 1. Sefa Salma Idhiya (1221800056) 2. Dinda Dwi Apriliyah (1221800095) 3. Yuniar Fani Maulidiyah (1221800123) ( Kelas U Hari Kamis 17.00 L. 511) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
  • 46. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 48 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayahNya kepada kelompok kami yang telah menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini merupakan makalah ―Tataran Keilmuan Pengetahuan:Ontologi,Epistemologi, dan Akiologi‖. Secara khusus makalah ini disusun sedemikian rupa sehingga materi yang ada didalam makalah sesuai dengan silabus yang telah diberikan kepada kami. Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun, kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua dan teman-teman kami, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak dosen yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami termotivasi dalam menyelesaikan tugas makalah ini. 2. Teman yang turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas makalah ini bisa selesai. Kami sadar, bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna meningkatkan kualitas pembuatan makalah yang selanjutnya. Kami sadar bahwa kebenaran dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Harapan kami, makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca khususnya dalam mata kuliah Filsafat Ilmu.
  • 47. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 49 BAB I PENDAHULUAN 1. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui pengertian dari Ontologi. 2. Mengetahui term Ontologi. 3. Mengetahui paham paham Ontologi. 4. Mengetahui pengertian Epistemologi. 5. Mengetahui ruang lingkup Epistemologi. 6. Mengetahui objek dan tujuan Epistemologi. 7. Mengetahui landasan Epistemologi. 8. Mengetahui hakikat Epistemologi. 9. Mengetahui pengaruh Epistemologi. 10. Mengetahui pengertian Aksiologi. 11. Mengetahui penilaian Aksiologi.
  • 48. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 50 BAB II PEMBAHASAN 2. Pengertian Ontologi 1. Menurut Bahasa : Ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu on/ontos = being atau ada, dan logos = logic atau ilmu. Jadi, ontologi bisa diartikan : The theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan), atau ilmu tentang yang ada. 2. Menurut Istilah : Ontologi adalah ilmu yang membahas hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality yang berbentuk jasmani / kongkret maupun rohani/abstrak (Bakhtiar,2008) 3. Term Ontologi Term ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636M untuk menamai teori tentang hakikat yang ada bersifat metafisis. Dalam perkembangan selanjutnya Christian Wolf (1679-1754M) membagi Metafisika menjadi 2 yaitu :  Metafisika Umum : Ontologi Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontologi. Jadi metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip yang paling dasar dari segala sesuatu yang ada.  Metafisika Khusus : Kosmologi, Psikologi, Teologi (Bakker,1992) 4. Paham-paham dalam Ontologi Dalam pemahaman ontologi dapat diketemukan pandangan-pandnagan pokok/aliran- aliran pemikiran antara lain: Monoisme, Dualisme, Pluralisme, Nihilisme, dan Agnotisme. 1. Monoisme Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua, baik yang asal berupa materi ataupun rohani. Paham ini kemudian terbagi kedalam 2 aliran :
  • 49. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 51 1. Materialisme Aliran materialisme ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani. Aliran pemikiran ini dipelopori oleh Bapak Filsafat yaitu Thales (624-546 SM). Dia berpendapat bahwa sumber asal adalah air karena pentingnya bagi kehidupan. Aliran ini sering juga disebut naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satusatunya fakta. Yang ada hanyalah materi/alam, sedangkan jiwa /ruh tidak berdiri sendiri. Tokoh aliran ini adalah Anaximander (585-525 SM). Dia berpendapat bahwa unsur asal itu adalah udara dengan alasan bahwa udara merupakan sumber dari segala kehidupan. Dari segi dimensinya paham ini sering dikaitkan dengan teori Atomisme. Menurutnya semua materi tersusun dari sejumlah bahan yang disebut unsur. Unsur-unsur itu bersifat tetap tak dapat dirusakkan. Bagian-bagian yang terkecil dari itulah yang dinamakan atom-atom. Tokoh aliran ini adalah Demokritos (460-370 SM). Ia berpendapat bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom yang banyak jumlahnya, tak dapat di hitung dan amat halus. Atom- atom inilah yang merupkan asal kejadian alam. 2. Idealisme Idealisme diambil dari kata idea, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Idelisme sebagai lawan materialisme, dinamakan juga spiritualisme. Idealisme berarti serbacita, spiritualisme berarti serba ruh. Aliran idealisme beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang. Tokoh aliran ini diantaranya : Plato (428 -348 SM) dengan teori idenya. Menurutnya, tiap-tiap yang ada dialam mesti ada idenya, yaitu konsep universal dari setiap sesuatu. Aristoteles (384-322 SM), memberikan sifat keruhanian dengan ajarannya yang menggambarkan alam ide itu sebagai sesuatu tenaga yang berada dalam benda-benda itu sendiri dan menjalankan pengaruhnya dari dalam benda itu. Pada Filsafat modern padangan ini mula-mula kelihatan pada George Barkeley (1685-1753 M) yang menyatakan objek-objek fisis adalah
  • 50. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 52 ide-ide. Kemudian Immanuel Kant (1724-1804 M), Fichte (1762-1814 M), Hegel (1770-1831 M), dan Schelling (1775-1854 M). 2. Dualisme Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari 2 macam hakikat sebagai asal sumbernya yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit. Tokoh paham ini adalah Descartes (1596-1650 M) yang dianggap sebagai bapak filsafat modern. Ia menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran (ruhani) dan dunia ruang (kebendaan). Tokoh yang lain : Benedictus De spinoza (1632-1677 M), dan Gitifried Wilhelm Von Leibniz (1646-1716 M). 3. Pluralisme Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan. Lebih jauh lagi paham ini menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur. Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah Anaxagoras dan Empedocles yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara. Tokoh modern aliran ini adalah William James (1842-1910 M) yang terkenal sebagai seorang psikolog dan filosof Amerika. Dalam bukunya The Meaning of Truth, James mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas dari akal yang mengenal. Apa yang kita anggap benar sebelumnya dapat dikoreksi/diubah oleh pengalaman berikutnya. 4. Nihilisme Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Doktrin tentang nihilisme sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno, tokohnya yaitu Gorgias (483-360 SM) yang memberikan 3 proposisi tentang realitas yaitu: Pertama, tidak ada sesuatupun yang eksis, Kedua, bila sesuatu itu ada ia tidak dapat diketahui, Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain. Tokoh modern aliran ini diantaranya: Ivan Turgeniev (1862 M) dari Rusia dan Friedrich Nietzsche (1844-1900 M), ia dilahirkan di Rocken di Prusia dari keluarga pendeta. 5. Agnotisisme Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Baik hakikat materi maupun ruhani. Kata Agnoticisme berasal
  • 51. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 53 dari bahasa Greek yaitu Agnostos yang berarti unknown A artinya not Gno artinya know. Aliran ini dapat kita temui dalam filsafat eksistensi dengan tokohtokohnya seperti: Soren Kierkegaar (1813-1855 M), yang terkenal dengan julukan sebagai Bapak Filsafat Eksistensialisme dan Martin Heidegger (18891976 M) seorang filosof Jerman, serta Jean Paul Sartre (1905-1980 M), seorang filosof dan sastrawan Prancis yang atheis (Bagus, 1996). 5. Pengertian Epistemologi Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu. Epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Secara etimologi, istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan, dan logos berarti teori. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan. Pengertian lain, menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan pengetahuan: apakah sumber-sumber pengetahuan ? apakah hakikat, jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan? Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia (William S.Sahakian dan Mabel Lewis Sahakian, 1965, dalam Suriasumantri, 2010). Menurut (Bakhtiar, 2008) epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaiandaian, dan dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Sedangkan, (Hardono, 1994) menyatakan, bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan, pengandaian-pengendaian dan dasarnya, serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Selanjutnya, pengertian epistemologi yang lebih jelas diungkapkan (Runes, 1971). Dia menyatakan, bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber, struktur, metode-metode dan validitas pengetahuan. 6. Ruang lingkup Epistemologi M. Arifin merinci ruang lingkup epistemologi, meliputi hakekat, sumber dan validitas pengetahuan. Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek, yaitu hakikat, unsur, macam, tumpuan, batas, dan sasaran pengetahuan. Bahkan, A.M Saefuddin menyebutkan, bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab, apakah
  • 52. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 54 ilmu itu, dari mana asalnya, apa sumbernya, apa hakikatnya, bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar, apa kebenaran itu, mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar, apa yang dapat kita ketahui, dan sampai dimanakah batasannya. Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok; masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu. M. Amin Abdullah menilai, bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis. Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah. Sementara itu, aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi, atau setidak- tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak. Kecenderungan sepihak ini menimbulkan kesan seolah-olah cakupan pembahasan epistemologi itu hanya terbatas pada sumber dan metode pengetahuan, bahkan epistemologi sering hanya diidentikkan dengan metode pengetahuan. Terlebih lagi ketika dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi secara sistemik, seserorang cenderung menyederhanakan pemahaman, sehingga memaknai epistemologi sebagai metode pemikiran, ontologi sebagai objek pemikiran, sedangkan aksiologi sebagai hasil pemikiran, sehingga senantiasa berkaitan dengan nilai, baik yang bercorak positif maupun negatif. Padahal sebenarnya metode pengetahuan itu hanya salah satu bagian dari cakupan wilayah epistemologi. 7. Objek dan Tujuan Epistemologi Seperti dibahas dalam pendahuluan makalah ini, dalam filsafat terdapat objek material dan objek formal. Objek material adalah sarwa-yang-ada, yang secara garis besar meliputi hakikat Tuhan, hakikat alam dan hakikat manusia. Sedangkan objek formal ialah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalamdalamnya, sampai ke akarnya) tentang objek material filsafat (sarwa-yang-ada). Objek epistemologi ini menurut (Suriasumantri, 2010) berupa ―segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan.‖ Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan, sebab sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui dalam mewujudkan tujuan. Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa terealisir, sebaliknya tanpa suatu tujuan, maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali.
  • 53. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 55 Tujuan epistemologi menurut Jacques Martain mengatakan: ―Tujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan, apakah saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahu‖. Hal ini menunjukkan, bahwa epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini tak bisa dihindari, akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu, yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan. 8. Landasan Epistemologi Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud pengetahuan menuju ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yang bergantung pada metode ilmiah, karena metode ilmiah menjadi standar untuk menilai dan mengukur kelayakan suatu ilmu pengetahuan. Sesuatu fenomena pengetahuan logis, tetapi tidak empiris, juga tidak termasuk dalam ilmu pengetahuan, melaikan termasuk wilayah filsafat. Dengan demikian metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan, yaitu rasio dan fakta secara integratif. 9. Hakikat Epistemologi Epistemologi berusaha memberi definisi ilmu pengetahuan, membedakan cabang-cabangnya yang pokok, mengidentifikasikan sumber-sumbernya dan menetapkan batas-batasnya. ―Apa yang bisa kita ketahui dan bagaimana kita mengetahui‖ adalah masalah-masalah sentral epistemologi, tetapi masalah-masalah ini bukanlah semata-mata masalah-masalah filsafat. Pandangan yang lebih ekstrim lagi menurut Kelompok Wina, bidang epistemologi bukanlah lapangan filsafat, melainkan termasuk dalam kajian psikologi. Sebab epistemologi itu berkenaan dengan pekerjaan pikiran manusia, the workings of human mind. Tampaknya Kelompok Wina melihat sepintas terhadap cara kerja ilmiah dalam epistemologi yang memang berkaitan dengan pekerjaan pikiran manusia. Cara pandang demikian akan berimplikasi secara luas dalam menghilangkan spesifikasi-spesifikasi keilmuan. Tidak ada satu pun aspek filsafat yang tidak berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia, karena filsafat mengedepankan upaya pendayagunaan pikiran. Kemudian jika diingat, bahwa filsafat adalah landasan dalam menumbuhkan disiplin ilmu, maka seluruh disiplin ilmu selalu berhubungan dengan pekerjaan pikiran manusia, terutama pada saat proses aplikasi metode deduktif yang penuh penjelasan dari hasil pemikiran yang dapat diterima akal sehat. Ini berarti tidak ada disiplin ilmu lain, kecuali psikologi, padahal realitasnya banyak sekali.
  • 54. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 56 Oleh karena itu, epistemologi lebih berkaitan dengan filsafat, walaupun objeknya tidak merupakan ilmu yang empirik, justru karena epistemologi menjadi ilmu dan filsafat sebagai objek penyelidikannya. Dalam epistemologi terdapat upaya- upaya untuk mendapatkan pengetahuan dan mengembangkannya. Aktivitasaktivitas ini ditempuh melalui perenungan-perenungan secara filosofis dan analitis. Perbedaaan padangan tentang eksistensi epistemologi ini agaknya bisa dijadikan pertimbangan untuk membenarkan Stanley M. Honer dan Thomas C.Hunt yang menilai, epistemologi keilmuan adalah rumit dan penuh kontroversi. Sejak semula, epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang paling sulit, sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang membentang seluas jangkauan metafisika sendiri, sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan darinya. Selain itu, pengetahaun merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan biasanya diandaikan begitu saja, maka minat untuk membicarakan dasar-dasar pertanggungjawaban terhadap pengetahuan dirasakan sebagai upaya untuk melebihi takaran minat kita. Epistemologi atau teori mengenai ilmu pengetahuan itu adalah inti sentral setiap pandangan dunia. Ia merupakan parameter yang bisa memetakan, apa yang mungkin dan apa yang tidak mungkin menurut bidang-bidangnya; apa yang mungkin diketahui dan harus diketahui; apa yang mungkin diketahui tetapi lebih baik tidak usah diketahui; dan apa yang sama sekali tidak mungkin diketahui. Epistemologi dengan demikian bisa dijadikan sebagai penyaring atau filter terhadap objek-objek pengetahuan. Tidak semua objek mesti dijelajahi oleh pengetahuan manusia. Ada objek-objek tertentu yang manfaatnya kecil dan madaratnya lebih besar, sehingga tidak perlu diketahui, meskipun memungkinkan untuk diketahui. Ada juga objek yang benar-benar merupakan misteri, sehingga tidak mungkin bisa diketahui. 10. Pengaruh Epistemologi Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia. Suatu peradaban, sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya. Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia, dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial. Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh, ilmu-ilmu mereka itu—suatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmu—dipandang dari keyakinan, kepercayaan dan sistem nilai mereka. Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi. Wujud sains dan
  • 55. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 57 teknologi yang maju disuatu negara, karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi. Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam, sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi. Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Demikian halnya yang terjadi pada teknologi. Meskipun teknologi sebagai penerapan sains, tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi. Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru. Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis, yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu, perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu, dan sebagainya. 11. Pengertian Aksiologi Menurut Kamus Filsafat, Aksiologi Berasal dari bahasa Yunani Axios (layak, pantas) dan Logos (Ilmu). Jadi aksiologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai. Jujun S.Suriasumantri mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Aksiologi berkaitan dengan kegunaan dari suatu ilmu, hakekat ilmu sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang didapat dan berguna untuk kita dalam menjelaskan, meramalkan dan menganalisa gejala-gejala alam. 12. Penilaian Aksiologi Bramel membagi aksiologi dalam tiga bagian. Pertama, moral conduct, yaitu tindakan moral. Bidang ini melahirkan disiplin khusus yakni etika. Kajian etika lebih fokus pada prilaku, norma dan adat istiadat manusia. Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahui dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan. Didalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan. Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggung jawab, baik tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, alam maupun terhadap Tuhan sebagai sang pencipta. Bagian kedua dari aksiologi adalah esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan. Estetika berkaitan dengan nilai tentang
  • 56. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 58 pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena disekelilingnya. Mengutip pendapatnya Risieri Frondiz (Bakhtiar, 2008), nilai itu objektif ataukah subjektif adalah sangat tergantung dari hasil pandangannya yang muncul dari filsafat. Nilai akan menjadi subjektif, apabila subjek sangat berperan dalam segala hal, kesadaran manusia menjadi tolak ukur segalanya; atau eksistensinya, maknanya dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat psikis ataupun fisik. Dengan demikian nilai subjekif akan selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia seperti perasaan, intelektualitas dan hasil nilai subjektif akan selalu mengarah pada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang. Selanjutnya nilai itu akan objektif, jika tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Nilai objektif muncul karena adanya pandangan dalam filsafat tentang objektivisme. Objektivisme ini beranggapan pada tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, sesuatu yang memiliki kadar secara realitas benarbenar ada (Bakhtiar, 2008). Bagian ketiga dari Aksiologi adalah , sosio-political life, yaitu kehidupan social politik yang akan melahirkan filsafat sosiopolitik. Manfaat dari ilmu adalah sudah tidak terhitung banyaknya manfaat dari ilmu bagi manusia dan makhluk hidup secara keseluruhan. Mulai dari zamannya Copernicus sampai Mark Elliot Zuckerberg, ilmu terus berkembang dan memberikan banyak manfaat bagi manusia. Dengan ilmu manusia bisa sampai ke bulan, dengan ilmu manusia dapat mengetahui bagian-bagian tersembunyi dan terkecil dari sel tubuh manusia. Ilmu telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi peradaban manusia, tapi dengan ilmu juga manusia dapat menghancurkan peradaban manusia yang lain. Mengutip pendapatnya Francis Bacon dalam (Suriasumantri, 2010) yang mengatakan bahwa ―Pengetahuan adalah kekuasaan‖. Apakah kekuasaan itu akan merupakan berkat atau malapetaka bagi umat manusia, semua itu terletak pada system nilai dari orang yang menggunakan kekuasaan tersebut. Ilmu itu bersifat netral, ilmu tidak mengenal sifat baik atau buruk, dan si pemilik pengetahuan itulah yang harus mempunyai sikap. Selanjutnya Suriasumantri juga mengatakan bahwa kekuasaan ilmu yang besar ini mengharuskan seorang ilmuwan mempunyai landasan moral yang kuat.
  • 57. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 59 Untuk merumuskan aksiologi dari ilmu, Jujun S Sumantri merumuskan kedalam 4 tahapan yaitu: - Untuk apa ilmu tersebut digunakan? - Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah moral? - Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? - Bagaimana kaitan antara teknik procedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional. Dari apa yang dirumuskan diatas dikatakan bahwa apapun jenis ilmu yang ada, kesemuanya harus disesuaikan dengan nilai moral yang ada di masyarakat, sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana. Bagi seorang ilmuwan, nilai dan norma moral yang dimilikinya akan menjadi penentu apakah ia sudah menjadi ilmuwan yang baik atau belum.
  • 58. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 60 Bab 3 Kesimpulan Filsafat Ilmu menjelaskan filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam tetang dasar-dasar ilmu. Selanjutnya ilmu sebagai objek kajian filsafat memiliki ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Ketiga landasan ini saling berkaitan; ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu, epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya. Kalau kita ingin membicarakan epistemologi ilmu, maka hal ini harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi ilmu. Secara detail, tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi. Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir sistemik, justru ketiganya harus senantiasa dikaitkan. Keterkaitan antara ontologi, epistemologi, dan aksiologi seperti juga lazimnya keterkaitan masing-masing sub sistem dalam suatu sistem.membuktikan betapa sulit untuk menyatakan yang satu lebih pentng dari yang lain, sebab ketiga-tiganya memiliki fungsi sendiri-sendiri yang berurutan dalam mekanisme pemikiran. Demikian juga, setiap jenis pengetahuan selalu mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Ketiga landasan ini saling berkaitan; ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu, epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya. Pembahasan mengenai epistemologi harus dikatikan dengan ontologi dan aksiologi. Secara jelas, tidak mungkin bahasan epistemologi terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi. Dalam membahas dimensi kajian filsafat ilmu didasarkan model berpikir yang sistematik, sehingga senantiasa pembahasannya tidak dapat dipisahkan dari ketiga kajian ini.
  • 59. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 61 Daftar Pustaka Bakhtiar, A. (2008). Filsafat Ilmu. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Gie, T. L. (1991). Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty. Hardono, H. P. (1994). Epistemologi: Filsafat Pengetahuan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Kuntjojo. (2009, September). Filsafat Ilmu - Diktat Perkuliahan. p. 10. Retrieved March 12, 2016, from http://www.mediafire.com/download/s6s12ak6r60ruvj/filsafat-ilmu.pdf Muslih, M. (2004). Filsafat Ilmu: Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Belukar. Runes, D. D. (1971). Dictionary of Philosophy. New Jersey: Adams and Co. Suriasumantri, J. S. (2010). Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Tafsir, A. (2004). Filsafat Ilmu : Mengurai Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Pengetahuan. Bandung: PT Remaja BosdaKarya.
  • 60. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 62 FILSAFAT PANCASILA PENGANTAR FILSAFAT ILMU Yang Di Bimbing Oleh : Dr. Sigit Sardjono, M.Ec Yang Membuat : 1. Sefa Salma Idhiya (1221800056) 2. Dinda Dwi Apriliyah (1221800095) 3. Yuniar Fani Maulidiyah (1221800123) ( Kelas U Hari Kamis 17.00 L. 511) FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
  • 61. FILSAFAT PENGANTAR ILMU 63 KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pengantar filsafat ilmu. Tugas ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pengerjaan tugas ini, terutama kepada Bapak Dosen Dr. Sigit Sardjono, M.Ec. Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik pembaca agar kami dapat memperbaiki tugas ini.