IMPLEMENTASI PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA PADA KONTEKS SOSIO KULTURAL BUDAYA DI BEBERAPA WILAYAH KABUPATEN TASIKMALAYA (2).pptx
1. IMPLEMENTASI PEMIKIRAN
KI HAJAR DEWANTARA PADA
KONTEKS SOSIO KULTURAL
BUDAYA DI BEBERAPA WILAYAH
KABUPATEN TASIKMALAYA
1.1.a.5 Ruang Kolaborasi
MODUL 1.1 REFLEKSI FILOSOSFIS PENDIDIKAN
NASIONAL KI HAJAR DEWANTARA
2. KELAS B KELOMPOK 2
FASILITATOR : MOCH. ERWIN MAULANA
PENGAJAR PRAKTIK : DADAH NURHAMIDAH
ANGGOTA KELOMPOK :
1.DESI NURHARYATI
2.IRFAN AUDAH
3.ITA YULIASTUTI
4.JANUAR PRIYATNO
5.TINA AGUSTINA
3. KERANGKA PEMIKIRAN
KI HAJAR DEWANTARA
Dalam menuntun laku dan pertumbuhan
kodrat anak, KHD mengibaratkan peran
pendidik seperti seorang petani atau tukang
kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan
yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau
pak tukang kebun di lahan yang telah
disediakan.
4. Kondisi Sosiokultural yang ada pada beberapa wilayah Kab. Tasikmalaya
(Leuwisari, Singaparna, Padakembang, Rajapolah, dan Cisayong) yaitu :
KONDISI SOSIOKULTURAL
1. Wilayah yang strategis yang lebih
dekat ke tempat pusat perbelanjaan
sehingga mempengaruhi ke
kehidupan ekonomi.
2. Budaya pesantren dan religius
yang sangat kuat membentuk
pembiasaan yang baik.
3. Pengaruh ekonomi dan sosial
budaya membentuk jiwa wirausaha
baik offline maupun online.
4. Karakteristik peserta didik pada jenjang
SD yang memanfaatkan waktu kosong
disekolah dengan melakukan berbagai
permainan tradisional seperti bekles,
ucing sumput, sondah, dan lain
sebagainya.
6. Pemikiran Ki Hajar Dewantara yang
dapat dikontekstualkan sesuai
dengan nilai-nilai luhur kearifan
budaya di Kabupaten Tasikmalaya
7. Kodrat alam siswa yang religius terdapatnya kegiatan-kegiatan
Pembiasaan-pembiasaan keagamaan di sekolah seperti:
• Pembacaan doa sebelum dan sesudah belajar.
• Pembacaan surat-surat pendek atau membaca Al-Qur’an
minimal 2 halaman, dan asmaul husna
• Sholat Duha
• Sholat berjamaah dzuhur
• TadarusAl-Quran
• Ajengan Masuk Sekolah (AMS) sesuai Perbup.
• JumatReligius dan infaq jum ' at
• Kegiatan PHBI(PeringatanHari BesarIslam)
• Ekskul IRMA (Ikatan Remaja Masjid)
1.Religius
9. karakter seperti penerapan 5S (Senyum, salam, sapa, sopan,
santun) sebagai sosio kultural di Tasikmalaya sejalan dengan
pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa mendidik dan mengajar
adalah proses memanusiakan manusia sehingga harus
memerdekakan manusia dalam segala aspek kehidupan dan
mengembangkan budi pekerti.
2. Karakter
10. Budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara
gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga
menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai
perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga
menciptakan Karya (psikomotor).
•Keselarasan hidup anak dilatih melalui pemahaman kesadaran diri
yang baik tentang kekuatan dirinya kemudian dilatih mengelola diri
agar mampu memiliki kesadaran sosial bahwa ia tidak hidup sendiri
dalam relasi sosialnya sehingga ketika membuat sebuah keputusan
yang bertanggung jawab dalam kemerdekaan dirinya dan
kemerdekaan orang lain. Budi Pekerti melatih anak untuk memiliki
kesadaran diri yang utuh untuk menjadi dirinya (kemerdekaan diri)
dan kemerdekaan orang lain.
11. • Program student preneur
• Mempersiapkan siswa untuk memiliki mental dan jiwa
pengusaha.
• Siswa Belajar mempersiapkan diri dalam berwirausaha mulai
dari produksi, sampai dengan memasarkan.
• Belajar dari peternak budidaya ikan yang ada di lingkungan
sekitar yaitu budidaya ikan tawar konsumsi menjadi bagian
integral dari kehidupan sosio-kultural masyarakat setempat.
3. Kewirausahaan
14. 4. Permainan Tradisional
Mengenai Pendidikan dengan perspektif global, KHD mengingatkan
bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap
mengutamakan kearifan lokal sosial budaya Indonesia. Pada era serba
modern seperti sekarang ini, permainan tradisional Sunda seakan
terlupakan. .
Permainan tradisional memiliki nilai yang kolektif, karena mengajarkan
anak untuk belajar bekerja sama dengan kelompoknya. erhubungan
dengan melibatkan aspek sosial, pendidikan, dan kreativitas serta
motorik.
adapun jenis permainan yang sering dilakukan diantaranya permainan
tradisional seperti Gobag sodor, oray-orayan, boy-boyan, bekles, dan
yang lainnya.
16. Kekuatan pemikiran KHD yang
menebalkan laku murid di kelas atau
sekolah sesuai dengan konteks lokal
sosial budaya di Kabupaten Tasikmalaya
17. Kekuatan sosio-kultural menjadi proses ‘menebalkan’
kekuatan kodrat anak yang masih samar-samar.
Pendidikan bertujuan untuk menuntun
(memfasilitasi/membantu) anak untuk menebalkan
garis samar-samar agar dapat memperbaiki laku-nya
untnuk menjadi manusia seutuhnya. Jadi anak bukan
kertas kosong yang bisa digambar sesuai keinginan
orang dewasa. Adapun kekuatan yang menjadi proses
menebalkan laku murid adalah bidang kewirausahaan
dimana peserta didik bisa secara mandiri melaksanakan
apa yang menjadi aspek sosio kultural.