2. 1. St. Nurhalisa (105461194923)
2. Lilik Sriani (105461193523)
3. Maria Kuhuwael (105461193723)
4. Nur Annisah (105461193923)
5. Sainab (105461194523)
3. vv
Masohi dan badati merupakah salah satu kebudayaan khas Maluku. Masohi dan badati yaitu istilah dari wilayah maluku untuk
menyebut kegiatan tolong menolong. Badati adalah tolong menolong dalam bentuk urunan bersama untuk kepentingan bersama.
Sedangkan masohi yaitu tolong menolong dalam bentuk materi atau tenaga untuk kepentingan orang lain.
Badati Masohi
1. Apa kekuatan konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah Anda yang sejalan
dengan pemikiran KHD?
1). Pela Gandong merupakan salah satu kebudayaan Khas Ambon, Pela adalah suatu hubungan perjanjian persaudaraan antar satu negri (sebutan untuk
kampong/ desa) dengan negeri yang lain, yang biasanya berada di lain pulau dan kadang juga meganut agama yang berbeda sedangkan Gandong
memiliki makna saudara. Perjanjian diangkat dalam sumpah yang tidak boleh dilanggar. Hal ini sesuai dengan salah satu nilai luhur integritas.
https://youtu.be/Mc_tbL1iO6E?si=CeKNkHCYAfKcDFpj
https://youtu.be/_0YUlRo-zKU?si=4jyx-VqqK7BwZ5Vl
4. 2). Konteks sosio-kultural di daerah Nusa tenggara Barat (NTB) yang sejalan dengan pemikiran Ki
Hajar Dewantara adalah Budaya Presean. Permainan presean ini menunjukkan katangkasan dan
kedigdayaan seorang pepadu (petarung). Presean merupakan wujud aktualisme kejantanan lelaki
Sasak yang disalurkan melalui permainan rakyat yang mengandalkan ketangkasan dan kekuatan
fisik. Presean juga diadakan untuk meminta hujan.
Untuk melakukan permainan ini dibutuhkan dua orang yang disebut pepadu, alat yang
digunakan adalah rotan (penjalin) sebagai pemukul memiliki panjang sekitar satu meter dan
beserta tameng yang disebut “ende”. Kemudian satu orang menjadi wasit (pekembar tengaq)
yang tugasnya memimpin jalannya permainan.
5. 3). Salah satu nilai luhur di Kab Jeneponto yang sejalan dengan pemikiran KHD yaitu budaya "Siri na pacce" Di
Jeneponto, siri’ juga memiliki kaitan dengan martabat dan harga diri. Ketika seseorang melakukan perbuatan
tercela, dianggap merendahkan martabat dan perbuatannya dianggap sebagai aib, konsekuensinya kemudian
adalah diasingkan atau mengasingkan diri keluar Jeneponto. Pengalaman di Jeneponto menunjukkan banyaknya
peristiwa pertikaian memiliki kaitan siri’ yang kemudian berujung pada perkelahian.
Selain siri‟, konsep lain yang masih melekat sebagai filosofi hidup orang Jeneponto adalah pacce (pesse, Bugis).
Konsep ini sebagai sisi yang terus berdampingan dengan filosofi siri’ yang saling melengkapi. Pacce diartikan
sebagai rasa simpati terdap sesama orang-orang Sulawesi Selatan. Konsep ini mengedepankan aspek persaudaraan
dan solidaritas baik dari kerabat maupun diluar kerabat Yang telah dianggap “saudara”. Nilai seperti ini tidak saja
hidup di kampung halaman namun di wilayah perantauan. Dalam sebuah studi mengenai hubungan kekerabatan di
Jeneponto, Effendy yang dikutip Acciaioli (dalam Tol, et.al, 2009) mengemukakan adanya ungkapan solidaritas
kekeluargaan: Di Jeneponto, meski dia orang [yang berasal dari] luar, jika kami telah menjalin hubungan baik
dengannya, maka orang itu dianggap bagaikan kerabat sendiri. Kami siap mati demi membela kawan kami itu demi
nama baik keluarga kami.
6. 4). Salah satu nilai budaya di Bima NTB yang sejalan dengan pemikiran KHD yaitu budaya rimpu. Rimpu adalah sejenis sarung
tenunan khas Bima yang dikenal dengan nama tembe nggoli (sarung Bima), biasanya dililitkan di bagian kepala hingga
membentuk bundaran yang rapi. Dalam penggunaannya, rimpu ini dibedakan menjadi dua jenis, yaitu rimpu colo dan rimpu
mpida, digunakan oleh para gadis yang cara pemakaiannya adalah dengan melilitkan tembe nggoli dengan cara menampakan
bagian mata saja. Sedangkan rimpu colo digunakan oleh kalangan ibu-ibu dengan lilitan yang menyisakan bagian wajah saja
yang terbuka. Rimpu merupakan salah satu pakaian yang memiliki nilai keagamaan.
7. 5). Nilai-nilai leluhur yang sejalan dengan pemikiran KHD di Sidenreng Rappang yaitu riolo na pattiroang,
tengngai na paraga-raga, dan rimunri na pampiri merupakan salah satu falsafah nenek mallomo yang
artinya menjadi seorang pemimpin harus memberi suri tauladan (Riolo na pattiorang), ditengah-tengah
harus membangkitkan atau menggugah semangat (Tengngai na paraga-raga), dan seseorang harus
memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang (rimunri na pampiri).
8. kekuatan konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah saya (Ambon) mengandung nilai-nilai luhur
pendidikan multikultural seperti belajar hidup dalam perbedaan, membangun rasa saling percaya, memelihara rasa
saling pengertian, menjunjung rasa sikap saling menghargai, terbuka dalam berfikir, resolusi konflik, dan rekonsiliasi
nir-kekerasan, apresiasi terhadap kenyataan pluralitas budaya masyarakat, pengakuan terhadap harkat manusia dan
hak asasi manusia dikontekstualkan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Seperti bergotong royong, nasionalis,
religius, dan integritas dan ini menjadi penguatan karakter peserta didik disekolah. Dalam pembelajaran di kelas proses
belajar peserta didik biasa menerapkan sistem berkelompok dalam mengerjakan tugas. Dalam kegiatan berkelompok ini
terdapat penguatan karakter peserta didik yaitu bergotong royong, pantang menyerah, tanggung jawab, berani
(mengungkapkan pendapat) dan mandiri.
2. Bagaimana pemikiran Ki Hadjar Dewantara dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai luhur
kearifan budaya daerah yang relevan menjadi penguatan karakter peserta didik sebagai individu
sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya di daerah Anda?
9. 2). Ki Hajar Dewantara dalam pemikirannya menjelaskan pengajaran merupakan proses pendidikan dalam
memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan pendidikan
(opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik bagi seorang manusia maupun sebagai anggota
masayarakat. Pendidikan mencipatakan ruang bagi murid untuk bertumbuh secara utuh agar mampu
memuliakan dirinnya dan orang lain (merdeka batin) dan menjadi mandiri (merdeka lahir). Kekuatan diri
(kodrat) yang dimiliki, meununtun murid menjadi cakap mengatur hidupnya dengan tanpa terperintah oleh
orang lain.
Contoh impelementasi di lingkungan sekolah dari salah satu kearifan lokal suku sasak di Lombok adalah
“Presean” dari kegiatan tersebut siswa dapat memperaktekkan kemandirian, motivas, kerja keras, dan
kreatifitas dalam menentukan strategi untuk menjadi juara dan berprestasi. Peserta didik dapat berlaku jujur
untuk mengaku siapa yang menang dan siapa yang kalah. Peserta didik dapat menghargai budaya lokal dan
dapat melestarikannya sebagai cagar budaya yang tidak boleh punah.
LINK VIDEO:
https://youtu.be/BPef0DHL4rY?si=hGSnXQIABitlXfw8
10. 3). Budaya Siri' na pacce' juga tertuang dalam pendidikan karakter menurut Ki Hadjar
Dewantara yang termasuk dalam istilah estetika. Sebagaian orang mengenal hal tersebut
dengan olah karsa atau juga olah rasa. Jika diartikan secara singkat, ini merupakan suatu
kemampuan dalam mengelola kepedulian terhadap pihak lain. Serta juga bisa diartikan
sebagai kepedulian terhadap lingkungan yang berada disekitar seseorang. Karena
nyatanya, dalam hidup seseorang tidak akan akan bisa dilepaskan dari lingkup
lingkungan serta pergaulan. Begitu juga halnya untuk penanaman pendidikan karakter.
Contoh implementasi di lingkungan Sekolah dari penerapan budaya siri' na pacce' salah
satunya ialah:
-Para siswa mengadakan kegiatan bersih-bersih di lingkungan sekitar sekolah dan
menanam pohon.
Dari implemetasi tersebut dapat dilihat bahwa siswa-siswi sekolah memiliki kepedulian
yang tinggi terhadap lingkungan sekitar. Mereka tidak hanya belajar di dalam kelas,
tetapi juga mengambil tindakan nyata untuk membuat perubahan positif.
LINK VIDEO:
https://youtu.be/rCU82Hun_is?si=T3gXVTZx2NAMiI7Q
11. 4). Nilai Religi (keagamaan) yang terdapat pada budaya rimpu dapat terlihat pada pemakaian rimpu yang
digunakan oleh perempuan Bima. Penggunaan rimpu ini menunjukkan bagaimana perempuan Bima
menggunakan pakaian yang menutup aurat. Menurut saya nilai keagamaan yang terdapat pada budaya
berkaitan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pentingnya budi pekerti. Keterkaitan penguatan
karakter peserta didik adalah terciptanya iklim belajar yang kondusif terhadap perkembangan moral serta
kecerdasan spiritual siswa. SMPN 33 Makassar mempunyai program sholat dhuha (Pelajaran Agama).
12. 5). Nilai-nilai budaya leluhur di Sidenreng Rappang relevan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara
sebagai penguatan karakter peserta didik yaitu Riolo na pattiroang,Tengngai na paraga-raga, dan
Rumunri na pampiri yang memiliki makna seperti semboyan Ki Hajar Dewantara yaitu Ing ngarso sung
tolodo, Ing madyo mangun karsa,Tut wuri handayani. Riolo na pattiorang memiliki arti yang sejalan
dengan Ing ngarsosung tolodo yaitu sebagai seorang pendidik (guru) berada didepan menjadi contoh bagi
anak didiknya, baik sikap maupun pola pikirnya. Tengngai na paraga-raga memiliki arti yang sejalan
dengan Ing madyo mangun karsa yaitu pendidik (guru) berada ditengah-tengah anak pendidik yang
mampu memberikan inspirasi dan motivasi bagi anak didiknya agar lebih giat dan semangat dalam
belajar serta mendapatkan pikiran- pikiran positif dari gurunya. Terakhir adalah Rimunri na pampiri
yang memiliki arti sejalan dengan Tut wuri handayani yaitu pendidik (guru) berada dibelakang anak
didiknya memberikan kepercayaan dalam melaksanakan tugas dengan baik.
Ketiga falsafah tersebut memiliki arti masing-masing terkait pendidikan yg melibatkan antara siswa dan
guru. Salah satu falsafah yang dikemukakan oleh nenek Mallomo yaitu Tengngai na paraga-raga
memiliki arti yang sejalan dengan Ing madyo mangun karsa yaitu pendidik (guru) berada ditengah-
tengah anak pendidik yang mampu memberikan inspirasi dan motivasi bagi anak didiknya agar lebih
giat dan semangat dalam belajar serta mendapatkan pikiran- pikiran positif dari gurunya.
Adapun contoh pengimplementasiannya dapat disimak dalam video dibawah ini :
1. https://youtu.be/xhJVHFijouU?si=DwnXxy-VZWWKJG9b
2. https://youtu.be/85xjQOOL65E?si=Eb-54TYa0GwUwvDD
13. Satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku peserta didik di kelas atau sekolah yang sesuai
dengan konteks lokal sosial budaya di daerah kami adalah pemikiran tentang “Pendidikan harus
memperhatikan kodrat zaman dan kodrat alam peserta didik”. Kami rasa bahwa pemikiran KHD pada
bagian ini efektif untuk menebalkan laku peserta didik karena dengan memperhatikan kodrat zaman
dan kodrat alam peserta didik, maka proses pembelajaran akan berorientasi pada peserta didik,
selain itu peserta didik dapat mengekspresikan dirinya dalam proses pembelajaran sesuai dengan
karakteristik mereka sesuai dengan zaman dan alamnya.
3. Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku peserta didik di kelas atau
sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda yang dapat diterapkan.