SlideShare a Scribd company logo
1 of 141
ASSALAMMUALAIKUM W.B
1. Fatimah Azzahra (10/XIA2)
2. Nida Iftina Majida (14/XIA2)
3. Ummu Khonsa (23/XIA2)
Anggota:
HADITS
DITINJAU DARI
SEGI KWALITAS
HADITS
SHAHEH
HADITS
DLO’IF
HADITS
HASAN
PENGERTIAN HADITS SHAHEH
Menurut Bahasa
1. Benar
2. Bagus
3. Dapat dipertanggung jawabkan keahsaannya
4. Sehat
Menurut Istilah
ُ‫ث‬ْ‫ي‬ِ‫د‬َ‫احل‬‫ل‬ْ‫د‬َ‫ع‬ ُ‫اه‬َ‫و‬َ‫ر‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ ُ‫ح‬ْ‫ي‬ِ‫ح‬َ‫الص‬ِ‫َّص‬‫ت‬ُ‫م‬ ِ‫ط‬ْ‫ب‬َّ‫الض‬ ُّ‫م‬َ‫َت‬ُ‫ل‬
ٍ‫اذ‬َ‫ش‬ َ‫ال‬َ‫و‬ ٍ‫ل‬ِ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ت‬ُ‫م‬ ُ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫غ‬ ِ‫د‬َ‫ن‬َّ‫الس‬
Hadits Shohih yaitu suatu berita hadits yang diriwayatkan
oleh para perawi yang adil, sempurna hafalan,
bersambung sanadnya, tidak ada cacat yang tersembunyi
dan pengertiannya tidak janggal.
PENDAPAT ULAMA
*Ibnu shalah mengemukakan definisi hadits shaheh, yaitu:
“hadits shaheh ialah hadits yang sanadnya bersambungan
melalui periwayatan orang yang adil lagi dhabit dari
orang yang adil lagi dhabit pula, sampai ujungnya, tidak
syaz dan tidak mu’allal (terkena illat)
*Ajjaj al-Khatib memberikan definisi hadits shaheh, yaitu:
“hadits yang bersambungan sanadnya melalui
periwayatan perawi tsiqah dari perawi lain yang tsiqah
pula sejak awal sampai ujungnya (rasulullah saw) tanpa
syuzuz tanpa illat”
SYARAT-SYARAT HADITS SHAHEH
‫ا‬.‫ل‬ِ‫اد‬َ‫ع‬ ُ‫ه‬ُ‫ت‬‫ا‬َ‫و‬َ‫ر‬
‫ب‬.‫ط‬ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ض‬ ُ‫ه‬ُ‫ت‬‫ا‬َ‫و‬َ‫ر‬
‫ج‬.‫ل‬ِ‫َّص‬‫ت‬ُ‫م‬ ُ‫ه‬ُ‫د‬َ‫ن‬َ‫س‬
‫د‬.‫ل‬َّ‫ل‬َ‫ع‬ُ‫م‬ ُ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫غ‬ ُ‫ه‬ُ‫ت‬َ‫اي‬َ‫و‬ِ‫ر‬
‫ء‬.ُ‫ه‬ُ‫ت‬َ‫اي‬َ‫و‬ِ‫ر‬‫اذ‬َ‫ش‬ ُ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫غ‬
(Perawinya Adil)
(Perawinya Dhobit)
(Sanadnya bersambung)
(Perawinya Tanpa cacat)
(Perawinya Tidak Syadz)
KETERANGAN SYARAT HADITS SHAHIH
a. Perawinya Adil ( ُ‫ه‬ُ‫ت‬‫ا‬َ‫و‬َ‫ر‬‫ل‬ِ‫اد‬َ‫ع‬ )
Bahasa: menempatkan sesuatu pada tempatnya
kebalikan dari adil adalah dholim.
Istilah: seorang perawi disebut adil apabila memiliki
lima unsur yang saling mengikat satu sama lain yaitu:
1. selalu memelihara kepatuhan dan ketaatan kepada
Allah swt.
2. mampu menjauhi perbauatan maksiat dan dosa-doasa
besar. Contoh: syirik durhaka terhadap ortu, bohong, zina,
mblandangke bayaran.
3. mampu menjauhi dosa-dosa kecil. Contoh:
berkata kotor, ghibah, jajan ngabrul, njaplak.
4. tidak melakuakan perkara mubah atau
diperbolehkan yang akan dapat menggugurkan iman,
harga diri dan kehormaatan. Contoh: jam 1 malam
seorang ustadz ngangkring di pinggir jalan, memakai
sandal selen, dll.
5. tidak memgikuti faham atau aliran yang
bertentangan dengan dasar syariat islam, seperti
mengkafirkan sesama orang muslim. Contoh: aliran di
Indonesia yang bertentangan dengan dasar syariat
islam, antara lain Gafatar, Ahmadiyah, Ingkarussunnah,
NII, JIL, LDII, dll.
Ada beberapa cara menetapkan keadilan periwayat
hadits yang disebutkan oleh ulama, yakni berdasarkan:
1. Popularitas keutamaan periwayat tersebut di kalangan
ulama hadits
2. Penilaian dari para kritikus periwayat hadits
3. Penerapan kaedah al-jarh wa al-ta’dil. Cara ini ditempuh
bila para kritikus periwayat hadits tidak sepakat tentang
kualitas pribadi periwayat tertentu.
b. Perawinya Dhobit( ُ‫ه‬ُ‫ت‬‫ا‬َ‫و‬َ‫ر‬‫ط‬ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ض‬ )
Bahasa: Sempurna ingatannya atau dhobit.
Artinya: ingatan seorang perawi harus lebih banyak daripada
lupanya, dan kebenarannya harus lebih banyak dari kesalahannya,
menguasai apa yang diriwayatkan memahami maksud dan
maknanya.
Istilah: seorang perawi yang mempunyai hafalan sangat
sempurna serta mamahami isi kandungan terhadap hadits-hadits
yang diterimanya, semenjjak dia menerima hadits –hadits tersebut
semasa masih menjadi murid hingga menyampaikannya kepada
orang lain, yang jaraknya puluhan tahun.
KETERANGAN SYARAT HADITS SHAHIH
Macam-Macam dhobit:
a. Ad-dhobitu Assodri
seorang perawi yang mempunyai hafalan yang
sempurna serta memahami isi kandungannya
terhadap hadits-hadits yang diterimanya semenjak
dia menerima hadits-hadits tersebut semasa masih
menjadi murid hingga manyampaikannya kepada
orang lain, yang jaraknya puluhan tahun dan
kekuatan hafalannya ini sanggup dikeluarkan dan
disampaikan kepada orang lain (muridnya) kapan pun
dan dimana pun dikehendaki secara spontan tanpa
harus mengingat-ingat terlebih dahulu.
b. Ad-dhobitu Alkitab
seorang perawi yang mempunyai hafalan yang
sempurna serta memahami isi kandungan terdapat
hadits yang diterimanya, semenjak dia menerima
hadits-hadits tersebut semasa masih menjadi murid
hingga manyampaikannya kepada orang lain, yang
jaraknya puluhan tahun hanya saja ketika
menyampaikan hadits kepada orang lain, dia
menyerahkan buku hadits catatan pribadinya agar
dapat dibaca, dipelajari, dan dipahami ataupun
diturun oleh para muridnya
Kesimpulan:
Penulis berkesimpulan bahwa dhobit yang lebih
baik adalah Ad-dhobitul Kitab. Alasannya dengan
ditinggalkannya sebuah kitab maka hadits yang
diturunkan akan sangat awet.
c. Sanadnya Bersambung ( ُ‫ه‬ُ‫د‬َ‫ن‬َ‫س‬‫ل‬ِ‫َّص‬‫ت‬ُ‫م‬ )
Sanadnya bersambung maksudnya adalah
bahwa setiap rawi hadits yang bersangkutan benar-
benar menerimanya dari rawi yang berada diatasnya
dan begitu selanjutnya sampai kepada pembicara
yang pertama. Sanad suatu hadits dianggap tidak
bersambung bila terputus salah seorang atau lebih
dari rangkaian para rawinya. Boleh jadi rawi yang
dianggap putus itu adalah seorang rawi yang dlo'if,
sehingga hadits yang bersangkutan tidak shaheh.
Tidak terdapat keseragaman pendapat para
ulama mengenai konsep kebersambungan sanad ini.
Menurut al-Bukhari sebuah sanad dikatakan
bersambung apabila memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
a. Al-liqa’, yakni adanya pertautan langsung antara
satu perawi dengan perawi berikutnya, yang
ditandai dengan adanya sebuah aksi pertemuan
antara murid yang mendengar secara langsung
suatu hadits dari gurunya.
b. Al-mu’asharah, yakni bahwa sanad diklaim
bersambung apabila terjadi persamaan masa
hidup antara seorang guru dengan muridnya.
Secara ringkas, dapat dinyatakan bahwa
suatu hadits dinyatakan bersambung sanadnya
apabila:
1. Pada seluruh periwayat dalam sanad itu terjadi pertemuan
langsung, yakni adanya hubungan antara guru-murid,
sehingga seorang perawi bertemu dengan guru atau orang
yang meriwayatkan hadits kepadanya, dan bertemu langsung
dengan murid yang meriwayatkan hadits darinya.
2. Antara masing-masing periwayat dengan periwayat
terdekat sebelumnya dalam sanad itu benar-benar telah
terjadi hubungan periwayatn hadits menurut ketentuan
(proses penerimaan dan periwayatan hadits) tahammul wa
ada’ al-hadits. Mayoritas ulama hadits menempatkan
periwayan dengan metode al-sama’ pada peringkat tertinggi.
d. Perawinya Tidak Cacat (‫ل‬َّ‫ل‬َ‫ع‬ُ‫م‬ ُ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫غ‬ ُ‫ه‬ُ‫ت‬َ‫اي‬َ‫و‬ِ‫ر‬)
Maksudnya ialah bahwa hadits yang bersangkutan
terbebas dari cacat haditsnya. Yakni hadits itu terbebas dari
sifat-sifat samar yang membuatnya, meskipun tampak bahwa
hadits itu tidak menunjukan adanya cacat-cacat tersebut. Jadi
hadits yang mengandung cacat itu bukan hadits yang shaheh.
‘Illat disini adalah cacat yang menyelinap pada sanad hadits.
Kecacatan tersebut pada umumnya berbentuk
sebagai berikut:
1. Sanad yang tampak bersambung (muttashil) dan
sampai kepada Nabi (marfu’) ternyata muttashil
tetapi hanya sampai kepada sahabat (mawquf).
2. Sanad yang tampak muttashil dan marfu’
ternyata muttashil tetapi hanya riwayat sahabat
dari sahabat lain (mursal).
3. Terjadi percampuran dengan hadits lain.
4. Kemungkinan terjadi kesalahan penyebutan
perawi yang memiliki kesamaan nama, padahal
kualitas pribadi dan kapasitas intelektualnya
(tsiqah) tidak sama.
e. Periwayatannya tidak Syadz ( ُ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫غ‬ ُ‫ه‬ُ‫ت‬َ‫اي‬َ‫و‬ِ‫ر‬‫اذ‬َ‫ش‬ )
Syadz adalah suatu kondisi dimana seorang rawi berbeda
dengan rawi yang lain yang lebih kuat posisinya. Kondisi ini
dianggap janggal karena bila ia berada dengan rawi yang lain yang
lebih kuat posisinya, baik dari segi kekuatan daya ingatnya atau
hapalannya atau pun jumlah mereka lebih banyak, maka para rawi
yang lain itu harus diunggulkan, dan ia sendiri disebut syadz atau
janggal. Dan karena kejanggalannya maka timbulah penilaian
negatif terhadap periwayatan hadits yang bersangkutan.
KETERANGAN SYARAT HADITS SHAHIH
Sebenarnya kejanggalan suatu hadits itu akan hilang
dengan terpenuhi syarat-syarat sebelumnya, karena para
muhaditsin menganggap bahwa ke-dhabit-an telah
mencakup potensi kemampuan rawi yang berkaitan dengan
jumlah hadits yang dikuasainya. Boleh jadi terdapat
kekurangpastian dalam salah satu haditsnya, tanpa harus
kehilangan predikat ke-dhabit-annya sehubungan dengan
hadits-hadits yang lain. Kekurangpastian tersebut hanya
mengurangi keshahehan hadits yang dicurigai saja.
Terdapat tiga pendapat berkenaan dengan denifisi
syadz, yakni
1. Pendapat yang dimajukan al-Syafi’I, menyatakan
bahwa hadits baru dinyatakan mengandung
syadz bila hadits yang diriwayatkan oleh seorang
perawi tsiqah bertentangan dengan hadits yang
diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang juga
bersifat tsiqah. Dengan demikian hadits syadz
itu tidaklah disebabkan oleh kemenyedirian
individu perawi dalam sanad hadits, dan juga
tidak disebabkan perwai yang tidak tsiqah
2. Menurut Al-Khalili, sebuah hadits dinyatakan mengandung
syadz apabila hanya memeiliki satu jalur saja, baik hadits
tersebut diriwayatkan oleh perawi yang tsiqah maupun yang tidak,
baik btertentangan atau tidak. Dengan demikian, hadits syadz bagi
al-Khalili sama dengan hadits yang berstatus fard mutlaq. Alasan
yang dimajukan al-Khalili adalah karena hadits yang berstatus fard
mutlaq itu tidak memiliki syahid , yang memunculkan kesan bahwa
perawinya syadz, bahkan matruk.
3. Ketiga, pendapat yang dikemukakan oleh al-Naisaburi bahwa
hadits diklaim syadz apabila hadits tersebut diriwayatkan oleh
seorang perawi yang meriwayatkan hadits tersebut. Dengan
demikian, kerancuan (syadz) sebuah sanad hadits disebabkan oleh
kemenyendirian perawi, dan tidak disebabkan oleh ketidaktsiqatan
seorang perawi hadits.
1. Ahmadiyah (Al Qadiyaniah)
SEJARAH: muncul di akhir abad 19 M di
Qadiyan salah satu wilayah Punjab India, aliran baru
ini beruntung hidup di atas pemeliharaan penjajahan
Inggris.
Pendirinya bernama Mirza Gulam Ahmad Al
Qadiyani, dilahirkan tahun 1265 H. di Qadiyan. Mirza
telah memulai aktifitasnya sebagai da’i Islam,
kemudian mengaku sebagai pembaharu dan
mendapat wahyu dari Allah, akhrinya secara
berangsur-angsur ia mengaku sebagai Imam Mahdi Al
Muntadzar dan Al Masih yang dinanti
B. ALIRAN SESATDI INDONESIA
Nampaknya pengakuannya
sebagai Al-Masih tidak
mendapatkan
respon yang baik dan
target yang
diharapkan, maka ia beralih
mengaku sebagai Nabi
Muhammad saw.
TOKOH:
1. Mirza Ghulam Ahmad
2. Al Hakim Nuruddin Al Bahriry
3. Mahmud Ahmad bin Gulam Ahmad
4. Al Khawajah Kamaluddin
PENYIMPANGAN:
1. Mengakui ada nabi setelah nabi
Muhammad saw. yaitu Mirza
2. berkeyakinan bahwa ALLAH puasa,
salat, tidur dan salah, Maha Besar
Allah dari perkataan mereka.
3. Mereka menghalalkan minuman keras
4. Setiap muslim menurut mereka kafir
sehingga masuk ke dalam Ahmadiyah
5. Mereka diseru untuk meninggalkan
Jihad;
*2. NII
SEJARAH: organisasi Darul Islam yang pada
mulanya bernama Majlis Islam adalah organisasi
dibawah Masyumi yang kemudian memisahkan
diri. Kemudian berjuang dengan alat senjata,
mendirikan negara dalam negara.
TOKOH: 1. S. M. Kartosoewirjo
ALIRAN SESATDI INDONESIA
* PENYIMPANGAN:
1. Setiap muslim yang berada di luar gerakan
tersebut dituduh kafir dan dinyatakan halal
darahnya.
2. Dosa karena melakukan zina dan perbuatan
maksiat lainnya dapat ditebus dengan uang dalam
jumlah yang telah ditetapkan.
3. Tidak ada kewajiban meng-qadha saum Ramadan,
tetapi cukup hanya dengan membayar uang dalam
jumlah yang telah ditetapkan.
4. Qanun asasi (aturan dasar) gerakan tersebut
dianggap lebih tinggi derajatnya dibadingkan kitab
suci Alquran, bahkan tidak berdosa bila menginjak
Mushaf Alquran.
5. Tidak wajib melaksanakan ibadah haji kecuali
telah menjadi mas’ul atau pimpinan dalam jumlah
yang ditetapkan.
*3. JIL
SEJARAH:
Kisah ini bermula dari sebuah mailing list (milis)
bernama islamliberal@yahoogroups.com pada kurun waktu
awal milenium. Sosialisasi milis ini pun belum tersebar
secara merata. Beberapa mahasiswa muslim, dan juga
dosen masih terpencar untuk disatukan dalam milis ini.
Mereka masih bercerai berai pada milis-milis kecil dan
kelompok-kelompok kajian di beberapa kalangan.
Namun yang jelas, wacana ataupun isu seputar Liberalisasi
Islam bukanlah barang baru. Wacana akan hadirnya Islam
liberal secara merata di seluruh daerah sudah sempat
dimulai oleh beberapa kalangan, bahkan jauh sebelum ide
sekularisasi oleh Nurcholish Madjid mengemuka pada tahun
1970-an.
ALIRAN SESATDI INDONESIA
TOKOH::
1. Nurcholis Madjid
2. Djohan Efendi
3. Ahmad Wahib
4. Abdurrahman Wachid
PENYIMPANGAN:
1. mengatakan bahwa semua agama sama,
semuanya menuju jalan kebenaran, jadi Islam
bukan yang paling benar
2. Para tokoh JIL menafsirkan Islam hanya sebagai
sikap pasrah kepada Tuhan.
3. mengatakan bahwa larangan kawin beda
agama, dalam hal ini antara perempuan Islam
dengan lelaki non-Islam sudah tidak relevan lagi.
4. GAFATAR
SEJARAH:
Terbentuknya ormas Gafatar
dimulai dari pecahnya antara
Ahmad Mussadek dan Panji
Gumilang, yang keduanya
adalah anggota NII (Negara
Islam Indonesia).
Setelah pecah kongsi itu, lalu
Panji Gumilang mendirikan
ormas baru bernama NIM.
Sementara itu, Mussadek
mendirikan Alqiyadah Al-
Islamiah, setelah itu diganti
menjadi menjadi Komunitas
Millah Abraham (Komar).
Komar ini tidak bertahan
lama. Apalagi, setelah
Majelis Ulama Indonesia
mengeluarkan fatwa bahwa
ormas ini sesat. Diperkuat
lagi dengan putusan pidana
empat tahun terhadap
pimpinannya, Ahmad
Mussadek pada 2009 lalu.
Selanjutnya untuk
menghilangkan jejak,
akhirnya ganti kulit menjadi
ormas Gafatar yang dipimpin
Mahful Muis Manurung,
dengan meng-
cover kegiatannya yang
bersifat sosial
ALIRAN SESATDI INDONESIA
TOKOH:
1. Ahmad Mussadek
2. Mahful Muis Manurung
PENYIMPANGAN:
1. Gafatar dinilai menyebarkan ajaran Islam dan sejumlah agama
lain dengan cara menyatukan berbagai agama menjadi satu
kepercayaan.
2. Gafatar merupakan metamorfosis dari Komunitas Millah Abraham
(Komar). Sebelumnya, organisasi tersebut juga merupakan
metamorfosis dari organisasi Al-Qiyadah al-Islamiyah.
3. Ajaran Gafatar mempercayai Ahmad Mushadeq sebagai Al-Masih
Al’Maw’ud, Mesias (juru selamat)
yang dijanjikan menggantikan Nabi Muhammad saw.
5. Inkar sunnah
SEJARAH: Sejarah perkembangan
Ingkar Sunnah hanya terjadi dua
masa, yaitu masa klasik dan masa
modern, diantaranya sebagai
berikut:
1. INKAR SUNNAH KLASIK
Ingkar Sunnah klasik terjadi
pada masa Imam Asy-Syafi’i
(wafat 204 H) yang menolak
kehujjahan sunnah dan menolak
sunnah sebagai sumber hukkum
Islambaik muttawatir atau ahad.
Imam Asy-Syafi’i yang
dikenal sebagai Nashir As-
Sunnah (pembela Sunah)
pernah didatangi oleh
seseorang yang disebut
sebagai ahli tentang mazhab
teman-temannya yang
menolak seluruh
sunnah,baik muttawatir
maupun
ahad.
ALIRAN SESATDI INDONESIA
Ia datang untuk berdiskusi dan berdebat dengan
Asy-Syafi’i secara panjang lebar dengan berbagai
argumentasi yang ia ajukan. Namun, semua
argumentasi yang dikemukakan orang tersebut
dapat ditangkis oleh Asy-Syafi’i dengan jawaban
yang argumentatif, ilmiah, dan rasional sehingga
akhirnya ia mengakui dan menerima sunnah Nabi.
2. Ingkar Sunnah Modern
sebagaimana pembahasan di atas, bahwa Ingkar
Sunnah Klasik lahir di Irak (kurang lebih abad 2
H/7 M), kemudian menetas kembali pada abad
modern di India (kurang lebih abad 19 M/ 13 H),
setelah hilang dari peredarannya kurang lebih 11
abad. Baru muncul ingkar sunnah di Mesir (pada
abad 20 M).
Sebab utama pada awal timbulnya Ingkar Sunnah modern ini
ialah akibat pengaruh kolonialisme yang semakin dahsyat sejak
awal abad 19 M di dunia Islam, terutama di India setelah
terjadinya pemberontakan melawan kolonial Inggris 1857 M.
Berbagai usaha-usaha yang dilakukan kolonial untuk
perdangkalan ilmu agama dan umum, penyimpangan aqidah
melalui pimpinan-pimpinan umat Islam dan tergiurnya mereka
terhadap teori-teori Barat untuk memberikan interpretasi
hakekat Islam. Seperti yang dilakukan oleh Ciragih Ali, Mirza
Ghulam Ahmad Al-Qadliyani dan tokoh-tokoh lain yang
menghindari hadis-hadis jihad dengan pedang, dengan cara
mencela-cela hadis tersebut. Di samping ada usaha dari pihak
umat Islam menyatukan berbagai Mazhab hukum Islam, Syafi’i,
Hanbali, Hanafi, dan Maliki ke dalam satu bendera yaitu Islam,
akan tetapi pengetahuan keislaman mereka kurang mendalam.
Tokoh : 1. Ciragih Ali
2. Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadliyani
Penyimpangan :
1. Tidak percaya kepada semua hadis Rasulullah.
Menurut mereka hadis itu karangan Yahudi
untuk menghancurkan Islam dari dalam.
2. Dasar hukum Islam hanya Alquran saja.
3. Syahadat mereka; Isyhadu bi anna muslimin.
4. Shalat mereka bermacam-macam, ada yang
shalatnya dua rakaat – dua rakaat dan ada
hanya elling saja (ingat).
5. Puasa wajib hanya bagi orang yang melihat
bulan saja, kalu seorang saja yang melihat
bulan, maka dialah yang wajib berpuasa.
6. Haji boleh dilakukan selama 4 bulan
haram yaitu Muharram Rajab,
Zulqai’dah, dan Zulhijjah.
7. Pakaian ihram adalah pakaian Arab
dan membuat repot. Oleh karena itu,
waktu mengerjakan haji boleh
memakai celana panjang dan baju
biasa serta memakai jas/dasi.
8. Rasul tetap diutus sampai hari
kiamat.
9. Nabi Muhammad tidal berhak
menjelaskan tentang ajaran Alquran
(kandungan isi Alquran).
10. Orang yang meninggal dunia tidak
dishalati karena tidak ada perintah
Alquran.
6. LDII
SEJARAH:
Organisasi LDII pertama kali berdiri
pada tahun 1972 dengan nama
Yayasan Lembaga Karyawan Islam
(YAKARI). Pada Musyawarah Besar
(Mubes) tahun 1981 namanya diganti
menjadi Lembaga Karyawan Islam
(LEMKARI), dan pada Mubes tahun
1990 sesuai arahan Jenderal Rudini
sebagai Menteri Dalam Negeri
(Mendagri) waktu itu, nama LEMKARI
yang sama dengan akronim Lembaga
Karate-Do Indonesia diubah menjadi
Lembaga Dakwah Islam Indonesia
(LDII).
PENYIMAPANGAN :
1. Menganggap kafir
orang Muslim di luar
jama’ah LDII.
2. Menganggap najis
Muslimin di luar
jama’ah LDII dengan
cap sangat jorok.
3. Menganggap sholat
orang Muslim selain
LDII tidak sah.
TOKOH:
1. Nur Hasyim
2. Wijono
3. Edi Masyadi
4. Bahroni
Hertanto
5. Soetojo Wirjo
Atmodjo
7. ISIS
:
SEJARAH: Salah satu pemimpin dari para pejuang Irak yang
paling dikagumi rakyat Irak adalah Abu Mush'ab Al Zarqowi
(Ada juga yang menyebut Abu Musa Al Zarqawi) yang
merupakan figur dari dari kelompok pejuang Jihad wa
tauhid, sampai akhirnya AL Zarqawi meninggal, kemudian
kelanjutan dari perjuangan rakyat Irak maka para pejuang
Irak membentuk suatu dewan syura. yang
akhirnya mendeklarasikan Daulah Islam Iraq (DAI). Untuk
pemimpinnya dipilih Abu Umar al Baghdady. Sampai disini
semua berjalan masih normal tetapi kemudian roh DAI
menjadi berbeda ketika Abu Umar terbunuh dan diganti
dengan tidak normal oleh Abu Bakar Al Baghdady pada 15 Mei
2010 , dimana Abu Bakar Al-Bagdady ini tidak dikenal oleh
para Mujahidin senior Jihad Wa Tauhid, dia menjadi
pemimpin karena peran Haji Bakar
ALIRAN SESATDI INDONESIA
Ketika terjadi revolusi Suriah tahun 2011 maka
sebagian pejuang asal suriah dari Irak kembali ke
Suriah untuk melawan tindakan kejam dari presiden
Bashar Assad dengan membentuk Jabhat Al Nusrah
(JN) yang merupakan kelompok terbesar dari
pejuang Suriah. Sedikit demi sedikit beberapa kota
mulai di bebaskan. Ketika sudah banyak daerah
dibebaskan tiba-tiba Abu Bakar Al Baghdady pada
tahun 2013 mengatakan bahwa JN dihapus dan
dijadikan Daulah Islam Irak dan Syam / DAIS atau
ISIS (islamic state in Irak and Syam)
TOKOH :
Abu Mush'ab Al Zarqowi
Abu Umar al Baghdady
PENYIMPANGAN :
1. Mengklaim Bahwa Pimpinan Mereka Adalah
Sebagai Khalifah Yang Wajib Dibaiat Dan Ditaati
Oleh Setiap Muslim.
2. Mengkafirkan Setiap Muslim Yang Tidak Mau
Membai’at Khalifah Mereka.
3. Menghalalkan Darah Setiap Orang Yang Tidak
Mau Membai’at Khilafah Mereka.
8. SYIAH
SEJARAH:
Syi'ah adalah suatu aliran yang timbul sejak pemerintahan
Utsman bin Affan yang dikomandoi oleh Abdullah bin Saba',
seorang Yahudi dari Yaman. Setelah terbunuhnya Utsman bin
Affan, lalu Abdullah bin Saba' mengintrodusir ajarannya
secara terang-terangan dan menggalang massa untuk
memproklamirkan bahwa kepemimpinan (imamah) sesudah
Nabi saw sebenarnya ke tangan Ali bin Abi Thalib karena
suatu nash (teks) Nabi saw. Namun, menurut Abdullah bin
Saba', Khalifah Abu Bakar, Umar, Utsman telah mengambil
alih kedudukan tersebut.
ALIRAN SESAT DI INDONESIA
Keyakinan itu berkembang
sampai kepada menuhankan Ali
bin Abi Thalib. Berhubung hal itu
suatu kebohongan, maka diambil
tindakan oleh Ali bin Abi Thalib,
yaitu mereka dibakar, lalu
sebagian mereka melarikan diri
ke Madain.
Aliran Syi'ah pada abad pertama
hijriyah belum merupakan aliran
yang solid sebagai trend yang
mempunyai berbagai macam
keyakinan seperti yang
berkembang pada abad ke-2
hijriyah dan abad-abad
berikutnya.
TOKOH:
1. Abdullah bin Saba'
PENYIMPANGAN:
1. Keyakinan bahwa imam sesudah Rasulullah saw
adalah Ali bin Abi Thalib, sesuai dengan sabda Nabi
saw. Karena itu para Khalifah dituduh merampok
kepemimpinan dari tangan Ali bin Abi Thalib ra.
2. Keyakinan bahwa imam mereka maksum (terjaga
dari salah dan dosa)
3. Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para
Imam yang telah wafat akan hidup kembali sebelum
hari Kiamat untuk membalas dendam kepada lawan-
lawannya, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah
dll.
4. Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam
mengetahui rahasia ghaib, baik yang lalu maupun
yang akan datang.
5. Keyakinan tentang ketuhanan Ali bin Abi Thalib
yang dideklarasikan oleh para pengikut Abdullah bin
Saba' dan akhirnya mereka dihukum bakar oleh Ali
bin Abi Thalib karena keyakinan tersebut.
6. Keyakinan mengutamakan Ali bin Abi Thalib atas
Abu Bakar dan Umar bin Khattab.
7. mencaci maki para Sahabat atau sebagian
Sahabat
9. Darul Arqam
Sejarah:
Aliran sesat ini termasuk pemain lama yang sempat
beberapa kali dilarang gerakannya. Sekarang
menjelma menjadi aliran sesat yang tidak mau di
anggap sebagai Darul arqom. Di Indonesia mereka
menamai diri mereka kelompok hawariyun. namun
pokok-pokok ajarannya masih sama. Kelompok ini
berpusat di Malaisya Aliran ini di dirikan oleh Ashari
Muhammad atau biasa di panggil Abuya, lelaki yang
mengaku bermimpi bertemu dengan imam mahdi.
Tokoh:
Ashari Muhammad
ALIRAN SESATDI INDONESIA
Penyimpangan:
Ajaran kesesatan mereka tampak seperti keyakinan
mereka bahwa Abuya A. M. adalah tafsir Al-Qur’an
dan As-Sunnah yang bergerak. Mereka menambahkan
dua kalimat syahadat. Selain kalimat syahadat
kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka menambahkan
dengan kalimat syahadat kepada Abu Bakar, ‘Umar,
Utsman, ‘Ali dan kepada Muhammad bin Abdillah As-
Suhaimi yaitu tokoh sentral darul arqom. Abuya A.M.
juga membuat ramalan-ramalan, jadwal Tuhan dan
lain sebagainya.
Hadits shaheh li Dzatihi, yaitu hadits
yang mencakup semua syarat-syarat atau sifat-
sifat hadits maqbul secara sempurna. Dinamakan
“shaheh li Dzatihi” karena telah
memenuhi semua syarat shaheh,dan tidak butuh
dengan riwayat yang lain untuk sampai pada
puncak keshahehan, keshahehannya telah
tercapai dengan sendirinya.
ِ‫ا‬ َ‫ال‬ ْ‫ن‬َ‫ا‬ ِ‫ة‬َ‫اد‬َ‫ه‬َ‫ش‬ ِ‫س‬َْ‫َخ‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫م‬ َ‫َل‬ْ‫س‬ِ‫إل‬ َ
ِ‫ِن‬ُ‫ب‬ِ‫م‬َُ‫ُم‬ َّ‫ن‬َ‫ا‬ َ‫و‬ َّ‫اَّلل‬ َّ‫ال‬ِ‫ا‬ َ‫ه‬َ‫ل‬ُ‫ل‬ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ ً‫د‬
‫ا‬ َ‫و‬ ِ‫اة‬َ‫ك‬َّ‫الز‬ ِ‫اء‬َ‫ت‬ِ‫ئ‬ َ‫و‬ ِ‫ة‬ َ‫َل‬َّ‫الص‬ ِ‫ام‬َ‫ق‬ِ‫ا‬ َ‫و‬ َِّ‫اَّلل‬َ‫ن‬‫ا‬َ‫ض‬َ‫م‬َ‫ر‬ ِ‫م‬ْ‫و‬َ‫ص‬ َ‫و‬ ِ‫ج‬َ‫حل‬
Arti:
Rasulullah saw. Bersabda islam itu dibangun atas lima perkara
syahadat bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan
Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat berhaji dan puasa
Romadhon
Hadits shaheh li ghairihi, yaitu hadits hasan li
dzatihi (tidak memenuhi secara sempurna syarat-syarat
tertinggi hadits maqbul), yang diriwayatkan melalui
sanad yang lain yang sama atau lebih kuat darinya.
Dinamakan hadits shaheh li ghairihi karena predikat
keshahehannya diraih melalui sanad pendukung yang
lain.
ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ت‬‫ر‬ِ‫م‬َُ‫َل‬ ‫ي‬َِّ‫م‬ُ‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫ق‬ُ‫ش‬َ‫ا‬ ْ‫ن‬َ‫ا‬ َ‫َل‬ ْ‫و‬َ‫ل‬ِ َ‫ا‬َ‫ل‬ ِ‫و‬‫ل‬ُ‫ل‬ َ‫د‬ْ‫ن‬ِ‫ع‬ ِ ‫ا‬َ‫و‬ِ
‫و‬ِ‫ل‬
(‫الرتمذي‬ ‫و‬ ‫البخار‬ ‫رواه‬)
Arti:
seandainya aku tidak menyusahkan ummatku pastilah aku perintahkan
mereka untuk menggosok gigi tiap akan sholat
Kedudukan hadits memang berada pada urutan nomor dua
setelah Al-Quran. Namun bukan berarti kalau keduanya
sekilas terkesan saling berbeda, lalu yang satu harus
kalah.
Karena tiap ayat atau hadits masih mengandung hukum
yang perlu dikupas lebih dalam. Ada dalil yang bersifat
umum dan ada yang bersifat khusus, maka yang khusus
punya tempat tersendiri.
Bahkan ada dalil yang berbeda berlakunya, di mana yang keluar
berlakangan akan berlaku dan yang keluar lebih dahulu dihapus
oleh yang datang belakangan. Sehingga sangat dimungkinkan ada
ayat Al-Quran yang dihapus hukumnya (bukan lafadznya) hanya
oleh sebuah hadits shaheh. Lantaran hadits shaheh ini keluar
belakangan. Setidaknya, jumhur ulama mengatakan demikian.
Jadi tidak semata-mata urut kacang, tetapi kita harus membedah
detail tiap ayat atau hadits. Dan memang mutlak dibutuhkan ilmu
fiqih dan ushul fiqih dalam masalah ini.
Sebenarnya bukan kecenderungan untuk memakai hadits shaheh,
tetapi kembali kepada detail kandungan hukum. Umumnya hadits
lebih detail, lebih khusus dan lebih menukik dibandingkan dengan
ayat Al-Quran yang masih bersifat umum. Kalau kesannya lebih
mendahulukan hadits dari pada Al-Quran, hal itu tidak benar.
Sebab dalil yang umum akan dikalahkan oleh dalil yang khusus.
Para ulama sepakat bahwa salah satu syarat suatu hadits
dinyatakan shaheh adalah bila hadits itu diriwayatkan oleh
perawi yang adil, namun mereka berbeda dalam meletakkan
syarat-syarat adil itu. Boleh jadi, satu hadits dinyatakan shaheh
karena perawinya dianggap adil oleh satu ulama (sesuai dg
syarat adil yang dia susun), tetapi tidak dipandang adil oleh
ulama yang lain (karena tidak memenuhi syarat adil yg dia
yakini).
Persoalan lain adalah, bagaimana melakukan tarjih (memilih
mana hadits yang paling kuat) diantara dua hadits yang saling
bertentangan. Boleh jadi, sebagian ulama mengatakan hadits
yang satu telah menghapus (nasikh) hadits yang satu lagi.
Namun, sebagian ulama berpendapat bahwa boleh jadi hadits
yang satu bersifat umum, sedangkan hadits yang lain bersifat
mengecualikan keumuman itu.
Bagaimana bila teks hadits terlihat seakan-akan
bertentangan dengan teks Qur'an. Sebagian ulama
langsung berpegang pada teks Qur'an dan meninggalkan
teks hadits (ini yang dilakukan mazhab Zhahiri ketika
tidak mengharamkan pria memakai cincin dari emas),
akan tetapi sebagian lagi mengatakan bahwa hadits
merupakan penjelas maksud ayat, sehingga tidak perlu
meninggalkan salah satunya, tetapi menggabungkan
maknanya (ini yang dilakukan jumhur ulama ketika
mengharamkan pria memakai cincin dari emas).
Dalam istilah para Ulma Hadits, berkaitan dengan
kualitas para perawi atau Sanad suatu Hadits, dikenal
dengan apa yang disebut dengan Ashahh al-Asanid Ashahhul
Asanid. yaitu jalur sanad yang dianggap para perawi paling
shaheh berdasarkan kesempurnaan pemenuhan syarat-
syarat keshahehan suatu hadits. Al-Khatib mengemukakan,
bahwa dikalangan ulama terdapat perbedaan pendapat
mengenai ashahhul asanid.
Adapun Ashahh al-Asanid yang dianggap paling Shahi adalah
sebagai berikut.
1. Ashahh al-Asanid, menurut versi Ishaq ibn Rahawaih dan
Ahmad adalah: Az-zuhri dari Salim dari ayahnya
(‘Abdullah ibn Umar ibn Al- Khaththab).
2. Ashahh al-Asanid, menurut versi Ibn al- Madinihdan Al-
Fallas adalah: Ibn Sirin dari “Ubaidah dariAli ibn Abi
Thalib.
3. Ashahh al-Asanid, menurut versi Ibn Ma’in adalah: Al-
A’masy dari Ibrahim dari ‘Alqamah dari ‘abd Allah ibn
Mas’ud.
4. Ashahh al-Asanid, menurut versi Abu Bakar bin Syabah
adalah: Az-Zuhri dari Ali ibn al- Husain dari ayahnya dari
Ali ibn Abi Thalib.
5. Ashahh al-Asanid, menurut versi Bukhari adalah: Malik
dari Nafi’ dari Ibn Umar.
Namun pendapat yang kuat dalam masalah ini
adalah bahwa kita tidak dapat menentukan
sebua Sanad tertentu sebagai Sanad yanng
paling shaheh karena perbedaan tingkat ke-
shaheh-an sebuah Hadits ketika tepenuhinya
syarat-syarat ke-shaheh-an suatu Hadits. Kita
hanya dapat menyimpulkan bahwa Ashahh al-
Asanid, diatas lebih kuat dari Sanad yang
tidak mendapatkan predikat tersebut. Tidak
lebih dari itu.
Dari segi persyaratan shaheh yang terpenuhi dapat
dibagi menjadi 7 tingkatan, dari tingkat yang tertinggi sampai
dengan tingkat yang terendah, yaitu sebagai berikut:
1. Hadits Muttafaqun ‘alaih atau Muttafaqun ‘Alaih
Shihhatihi
Yaitu hadits shahih yang telah disepakati oleh kedua
imam hadits Bukhari dan Muslim tentang sanadnya.
Contoh:
َ‫ال‬َ‫ق‬ ٍْ‫ْي‬َ‫ب‬ُ‫ج‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬ ِ‫د‬ْ‫ي‬ِ‫ع‬َ‫س‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬:ِ‫م‬ ٍ‫ان‬َ‫ي‬ْ‫ت‬ِ‫ف‬ِ‫ب‬ َّ‫ر‬َ‫م‬ُ‫ه‬َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ر‬ْ‫ي‬َ‫ط‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ب‬َ‫ص‬َ‫ن‬ ْ‫د‬َ‫ق‬ ٍ‫ش‬ْ‫ي‬َ‫ر‬ُ‫ق‬ ْ‫ن‬ُ‫ه‬َ‫ن‬ْ‫و‬ُ‫م‬ْ‫ر‬َ‫ي‬ ‫م‬
ِ‫م‬ ٍ‫ة‬َ‫ئ‬ِ‫اط‬َ‫خ‬ َّ‫ل‬ُ‫ك‬ِْ‫ْي‬َّ‫ط‬‫ال‬ ِ‫ب‬ِ‫اح‬َ‫ص‬ِ‫ل‬ ‫ا‬ْ‫و‬ُ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬ ْ‫د‬َ‫ق‬َ‫و‬ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ن‬ ْ‫ن‬.َ‫م‬ُ‫ع‬ َ‫ن‬ْ‫اب‬ ‫ا‬ُ‫َو‬‫أ‬َ‫ر‬ ‫ا‬َّ‫م‬َ‫ل‬َ‫ف‬َ‫ر‬
‫ا‬ْ‫و‬ُ‫ق‬َّ‫ر‬َ‫ف‬َ‫ت‬,َ‫ر‬َ‫م‬ُ‫ع‬ ُ‫ن‬ْ‫ب‬ِ‫ا‬ َ‫ال‬َ‫ق‬َ‫ف‬:َ‫ل‬ ‫ا؟‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ف‬ ْ‫ن‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ف‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ ُ‫هللا‬ َ‫ن‬َ‫ع‬.ُ‫س‬َ‫ر‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ِ‫هللا‬ َ‫ل‬ْ‫و‬
َ‫ش‬ َ‫ذ‬ََّ‫اَّت‬ ِ‫ن‬َ‫م‬ َ‫ن‬َ‫ع‬َ‫ل‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬‫ا‬ًًَ‫ر‬َ‫غ‬ ُُْ‫و‬ُّ‫الر‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬ِ‫ف‬ ‫ا‬ً‫ئ‬ْ‫ي‬(‫ع‬ ‫متفق‬‫ليه‬)
"Diriwayatkan dari Sa'id bin Jubair beliau berkata: Ibnu
'Umar melewati beberapa pemuda Quraisy yang
mengikat seekor burung untuk mereka jadikan sebagai
sasaran bidikan panah dan mereka membayar kepada
pemilik burung tersebut pada setiap kali bidikan mereka
meleset. Tatkala mereka melihat Ibnu 'Umar, mereka
bubar, lalu Ibnu 'Umar bertanya: Siapa yang melakukan
ini? Allah mengutuk orang yang melakukan ini. Sungguh
Rasulullah saw. mengutuk orang yang menjadikan
makhluk bernyawa sebagai sasaran". (Muttafaqun 'Alaih)
2. Infarada Bihil Bukhari
Yaitu diriwayatkan oleh imam Bukhari sendiri sedangkan imam Muslim
tidak meriwayatkannya.
Contoh:
َ‫ص‬ ِِ‫َّب‬‫ن‬‫ال‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ َ‫ى‬ًَِ‫ر‬ َ‫ة‬َ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫ر‬ُ‫ه‬ ِ‫ِب‬َ‫ا‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬َ‫ال‬َ‫ق‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬:ُ‫هللا‬ َ‫ال‬َ‫ق‬َ‫ال‬َ‫ع‬َ‫ت‬:
ِ‫ِب‬ ‫ى‬َ‫ط‬ْ‫َع‬‫أ‬ ‫ل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬ ِ‫ة‬َ‫ام‬َ‫ي‬ِ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫م‬ْ‫ص‬َ‫خ‬ َ‫ََن‬‫أ‬ ‫ة‬َ‫ث‬َ‫َل‬َ‫ث‬َ‫أ‬َ‫ف‬ ‫ا‬ًّ‫ر‬ُ‫ح‬ َ‫ع‬َ‫َب‬ ‫ل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬َ‫و‬ َ‫ر‬َ‫د‬َ‫غ‬ َُّ‫ُث‬ُ‫ه‬َ‫ن‬ََ‫َث‬ َ‫ل‬َ‫ك‬
ْ‫ع‬ُ‫ي‬ َْ‫َل‬َ‫و‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫َف‬ْ‫و‬َ‫ت‬ْ‫اس‬َ‫ف‬ ‫ا‬ً‫ر‬ْ‫ي‬ ِ‫ج‬ َ‫ر‬َ‫ج‬ْ‫أ‬َ‫ت‬ْ‫اس‬ ‫ل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫ر‬ْ‫َج‬‫أ‬ ِ‫ه‬ِ‫ط‬(‫البخارى‬ ‫اه‬‫و‬‫ر‬)
"Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. dari
Nabi saw. beliau bersabda: Allah berfirman:
Ada tiga macam (golongan manusia) yang
menjadi musuh-Ku pada hari kiamat: 1)
Orang yang berjanji dengan nama-Ku
kemudian tidak diakuinya, 2) Orang yang
menjual orang yang merdeka, kemudian
dimakannya uang harganya, dan 3) Orang
yang mengupah kepada pekerja dan setelah
diselesaikan pekerjannya tidak dibayar
upahnya". (HR. Bukhari)
3. Infarada Bihil Muslim
Hanya diriwayatkan oleh imam muslim sendiri
sedang imam Bukhari tidak merwayatkannya.
Contoh:
َ‫ل‬ َِّ‫اَّلل‬ ُ‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ال‬َ‫ق‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ َُّ‫اَّلل‬ َ‫ى‬ِ‫ض‬َ‫ر‬ ََ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫ر‬ُ‫ه‬ ‫َيب‬‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َُّ‫اَّلل‬ ‫ى‬َّ‫ل‬:َ‫ر‬ْ‫ف‬َ‫ي‬ َ‫َل‬‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ ْ
ْ‫ن‬ِ‫ا‬ ً‫ة‬َ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫.م‬ َ‫ه‬ِ‫ر‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬َ‫ر‬َ‫خ‬‫آ‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ي‬ِ‫ض‬َ‫ر‬ ‫ا‬ً‫ق‬ُ‫ل‬ُ‫خ‬
Arti:
Dari Abu Hurairah dia berkata Rasulullah saw. Bersabda
janganlah seorang mukmin membenci wanita mukmin
perempuan karena jika dia tidak suka satu perangainya
niscaya dia akan lega dengan perangainya yang lain.
4. Shahhihun ‘Ala Syaril Bukhari atau Syartil Muslim
Hadits shahih yang diriwayatkan menurut syarat syarat
yang dipakai oleh Bukhari dan muslim yang disebut shahihhun ‘ala
syartil bukhari wa muslim, sedang kedua imam tersebut tidak
meriwayatkannya.
Contoh :
ْ‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ َ‫ى‬ًَِ‫ر‬ َ‫ة‬َ‫ش‬ِ‫ائ‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬:َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ‫هللا‬ ُ‫ل‬ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ال‬َ‫ق‬َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬:‫ا‬ ِ‫ل‬َ‫م‬ْ‫ك‬َ‫ا‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َّ‫ن‬ِ‫ا‬َْ‫ْي‬ِ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ْ‫ل‬
ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ف‬َ‫ط‬ْ‫ل‬َ‫ا‬َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ق‬ُ‫ل‬ُ‫خ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ن‬َ‫س‬ْ‫ح‬َ‫ا‬ ً‫اَن‬َْ‫ْي‬ِ‫ا‬ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫َه‬ِ‫ِب‬
(ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬ِ‫ط‬ْ‫ر‬َ‫ش‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ح‬ْ‫ي‬ِ‫ح‬َ‫ص‬ َ‫ال‬َ‫ق‬َ‫و‬ ُ‫م‬ِ‫اك‬َْ‫احل‬َ‫و‬ ُّ‫ى‬ِ‫ذ‬ِ‫م‬ْ
ِ‫الِت‬ ُ‫اه‬َ‫و‬َ‫ر‬ٍ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫م‬َ‫و‬ ‫ى‬ِ‫ر‬‫ا‬َ‫خ‬ُ‫ب‬)
Artinya: "Dari 'Aisyah r.a. berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Termasuk
penyempurnaan iman seorang mu'min ialah
keluhuran budi pekertinya dan kelemah
lembutan terhadap keluarga". (Riwayat At
Turmudzi dan Hakim dan ia berkata bahwa
hadits ini syarat Bukhari dan Muslim)
5.Shahhihun ‘Ala Syartil Bukhari
Hadits yang menurut syarat bukhari, sedang beliau
sendiri tidak mentakhrijkan hadits demikian itu.
6.Shahhihun ‘Ala Syartil Muslim
Hadits yang menurut syarat Muslim. Sedang imam
Muslim sendiri tidak mentakhrijkannya
7. Shahhihun ‘Ala Ghairi Syartihima
Hadits yang tidak menurut salah satu syarat dari
imam Bukhari dan Muslim. Ini berarti bahwa si pentakhrij
tidak mengambil hadits dari rawi-rawi atau guru-guru
Bukhari dan Muslim. yang telah beliau sepakati atau yang
masih diperselisihkan tapi hadits yang ditakhrijkantersebut
di shahihkan oleh imam imam hadits yang penamaan
misalnya hdits shahih yang terdapat dalam shahih Ibnu
Khuzaimah, Shahih Ibnu Hibban dan Shahih Al Hakim
Artinya:
1719. Dari Ibnu Umar, ia mendengar Rasulullah SAW jika
mengangkat kepalanya dari ruku' rakaat terakhir dari [shalat
8/155]
Subuh mengucapkan, "Ya Allah timpakan laknatmu kepada si
fulan,
dan si fulan, dan si fulan".
(Dalam riwayat hadits dari Salim, ia
berkata, "Rasulullah mendoakan celaka atas Shafwan bin
Umayyah,
Suhail bin Amr, dan Harits bin Hisyam)
4 2 sesudah mengucapkan,
"Sami'allahu timan hamidah, rabbana wa lokal hamdu", maka
Allah
menurunkan, "Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan
mereka itu" hingga firman Allah, "Karena sesungguhnya mereka
itu
orang-orang yang zhalim."
ِ‫هللا‬ ُ‫ل‬ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ال‬َ‫ق‬-َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬َ‫م‬َ‫ل‬:ْ‫َه‬‫أ‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫ل‬َ‫ج‬ِ‫الر‬ ُ‫ة‬َ‫ق‬ْ‫ف‬َ‫ن‬ِ‫ه‬ِ‫ل‬
‫ة‬َ‫ق‬َ‫د‬َ‫ص‬(‫ي‬ِ‫ذ‬ِ‫م‬ْ
ِ‫الِت‬َ‫و‬ ‫ي‬ِ‫ر‬‫ا‬َُ‫ُب‬ ‫ح‬ْ‫ي‬ِ‫ح‬َ‫ص‬.)
Rasulullah Saw bersabda:
“Nafkah yang diberikan seorang laki-laki kepada
keluarganya adalah sedekah”.
(HR. Al-Bukhari dan at-Tirmidzi).
‫ال‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ َ‫ي‬ًَِ‫ر‬ ِ‫ان‬َ‫م‬ْ‫ث‬ُ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ‫َّب‬‫ن‬َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬
َ‫ال‬َ‫ق‬":ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫خ‬َ‫ن‬‫آ‬ْ‫ر‬ُ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ت‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ُ‫ه‬َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫ع‬َ‫و‬"(‫ح‬ْ‫ي‬ِ‫ح‬َ‫ص‬َُ‫ُب‬‫ي‬ِ‫ر‬‫ا‬)
Dari Utsman Radhiyallahu’anhu bahwa Nabi
Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda : “Sebaik –
baik kalian adalah orang yang mempelajari al-
Qur’an dan mengajarkan nya.”
HADITS
HASAN
PENGERTIAN BAHASA
ISTILAHSYARAT-
SYARAT
MACAM-
MACAM
TINGKATAN
KEDUDUKAN
CONTOH
Menurut Bahasa
Kata Hasan (‫ن‬ََِ‫ح‬) dari kata al-Husn (
ُ‫ن‬ُِْ‫حل‬ْ‫ا‬) yang
bermakna al-Jamâl ( ُ‫ال‬َ‫م‬َ‫اجل‬) yang berarti kecantikan,
keindahan.
Menurut Istilah
َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ل‬ْ‫ق‬َ‫ن‬ِ‫ب‬ ُ‫ه‬ُ‫د‬َ‫ن‬َ‫س‬ ُ‫ل‬َ‫ص‬َّ‫ت‬ِ‫ا‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ط‬ْ‫ب‬ًَ ُّ‫ل‬ِ‫ق‬ ْ‫ى‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ل‬ْ‫د‬َ‫َل‬َ‫خ‬
ِ‫ذ‬ْ‫و‬ُ‫ذ‬ُّ‫الش‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ِ‫ة‬َّ‫ل‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬
Hadits hasan adalah hadits yang bersambung sanadnya,
diriwayatkan oleh orang adil, kurang sedikit ke-dhabit-annya,
tidak ada keganjilan (syadz) dan tidak ada illat.
Menurut Istilah
ُ‫ن‬َ‫س‬َ‫احل‬ ُ‫ث‬ْ‫ي‬ِ‫د‬َ‫احل‬‫ل‬ْ‫د‬َ‫ع‬ ُ‫اه‬َ‫و‬َ‫ر‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫ق‬ُ‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫ل‬ِ‫َّص‬‫ت‬ُ‫م‬ ِ‫ط‬ْ‫ب‬َّ‫الض‬ُ‫ل‬
ٍ‫اذ‬َ‫ش‬ َ‫ال‬َ‫و‬ ٍ‫ل‬ِ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ت‬ُ‫م‬ ُ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫غ‬ ِ‫د‬َ‫ن‬َّ‫الس‬
Hadits Hasan yaitu suatu berita hadits yang diriwayatkan
oleh para perawi yang adil, sedikit hafalan, bersambung
sanadnya, tidak ada cacat yang tersembunyi dan
pengertiannya tidak janggal.
Menurut Ibnu Hajar al-Asqalani
َ‫و‬‫ال‬ ِ‫م‬َ‫َت‬ ٍ‫ل‬ْ‫د‬َ‫ع‬ ِ‫ل‬ْ‫ق‬َ‫ن‬ِ‫ب‬ ِ‫اد‬َ‫َح‬ْ‫اْل‬ ُ‫ر‬ْ‫ب‬َ‫خ‬َ‫ن‬َّ‫الس‬ ُ‫ل‬ِ‫َّص‬‫ت‬ُ‫م‬ ِ‫ط‬ْ‫ب‬َّ‫ض‬ُ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫غ‬ ِ‫د‬
َ‫ال‬َ‫و‬ ٍ‫ل‬َّ‫ل‬َ‫ع‬ُ‫م‬ٍ‫اذ‬َ‫ش‬
Khobar ahad yang dinukil oleh orang yang adil,
kurang sempurna hapalannya, bersambung
sanadnya, tidak cacat, dan tidak syadz.
Menurut Imam at-Tirmidzi
ُّ‫ل‬ُ‫ك‬ٍ‫ث‬ْ‫ي‬ِ‫د‬َ‫ح‬ْ‫ر‬ُ‫ي‬َ‫ى‬ِ‫و‬َ‫ن‬ْ‫س‬ِ‫إ‬ ِ‫َف‬ ُ‫ن‬ْ‫و‬ُ‫ك‬َ‫ي‬ َ‫ال‬ِ‫ب‬َ‫ذ‬َ‫ك‬ْ‫ل‬ِ‫َب‬ ُ‫م‬ِ‫ه‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫اد‬َ‫ال‬َ‫و‬
ُ‫ن‬ْ‫و‬ُ‫ك‬َ‫ي‬ُ‫ث‬ْ‫ي‬ِ‫د‬َْ‫احل‬َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ذ‬‫ا‬َ‫ش‬ْ‫ر‬ُ‫ي‬َ‫ى‬ِ‫و‬ِْ‫ْي‬َ‫غ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬َ‫و‬َْ‫ْح‬ ٍ‫ه‬ْ‫ج‬َ‫و‬َ‫ك‬ِ‫ال‬َ‫ذ‬
Tiap-tiap hadits yang pada sanadnya tidak terdapat perawi
yang tertuduh dusta, pada matannya tidak terdapat
keganjalan, dan hadits itu diriwayatkan tidak hanya
dengan satu jalan (mempunyai banyak jalan) yang sepadan
dengannya
*Menurut At-Thibi
ُ‫م‬ ْ‫َو‬‫أ‬ِ‫ة‬َّ‫ق‬ِ‫الث‬ ِ‫ة‬َ‫ج‬َ‫ر‬َ‫د‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ِ‫ب‬ْ‫ر‬َ‫ق‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫د‬َ‫ن‬ْ‫س‬ُ‫م‬َ‫َل‬ِ‫ك‬ َ‫ي‬ِ‫و‬ُ‫ر‬ َ‫و‬ ‫ة‬َّ‫ق‬ِ‫ث‬ ‫ل‬َ‫س‬ْ‫ر‬َُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ا‬
ِْ‫ْي‬َ‫غ‬َ‫ال‬ َ‫و‬ ٍ‫ذ‬ْ‫و‬ُ‫ذ‬ُ‫ش‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ٍ‫ه‬ْ‫ج‬َ‫و‬َّ‫ل‬ِ‫ع‬ٍ‫ة‬.
Hadits musnad ( muttasil dan marfu’ ) yang sanad-sanadnya
mendekati derajat tsiqah. Atau hadits mursal yang sanad-
sanadnya tsiqah, tetapi pada keduanya ada perawi lain, dan
hadits itu terhindar dari syadz ( kejanggalan ) dan illat
(kekacauan).
SYARAT SYARAT
HADITS HASAN
Rawinya Adil ( ُ‫ه‬ُ‫ت‬‫ا‬َ‫و‬َ‫ر‬
‫ل‬ِ‫اد‬َ‫)ع‬
Bersambung
Sanadnya ( ُ‫ه‬ُ‫د‬َ‫ن‬َ‫س‬
‫ل‬ِ‫َّص‬‫ت‬ُ‫)م‬
Rawinya Kurang
Dhabith
( ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ض‬ ُ‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫ل‬َ‫ق‬ ُ‫ه‬ُ‫ت‬‫ا‬َ‫و‬َ‫ر‬‫ط‬ )
Tidak Temasuk
Hadits Syadz
Tidak Terdapat
Illat (cacat)
a. Rawinya Adil ( ُ‫ه‬ُ‫ت‬‫ا‬َ‫و‬َ‫ر‬‫ل‬ِ‫اد‬َ‫ع‬ )
Maksudnya adalah tiap-tiap perowi itu seorang
Muslim, bersetatus Mukallaf (baligh), bukan fasiq dan
tidak pula jelek prilakunya.
Dalam menilai keadilan seorang periwayat cukup
dilakuakan dengan salah satu teknik berikut:
a. Keterangan seseorang atau beberapa ulama ahli ta’dil
bahwa seorang itu bersifat adil, sebagaimana yang
disebutkan dalam kitab-kitab jarh wa at-ta’dil.
b. Keterangan seseorang bahwa ia bersifast adil, sdeperti
imam empat Hanafi,Maliki, Asy-Syafi’i, dan Hambali.
Khusus mengenai perawi hadits pada tingkat sahabat,
jumhur ulama sepakat bahwa seluruh sahabat adalah adil.
Pandangan berbeda datang dari golongan muktazilah yang
menilai bahwa sahabat yang terlibat dalam pembunuhan
‘Ali dianggap fasiq, dan periwayatannya pun ditolak.
b. Bersambung Sanadnya ( ُ‫ه‬ُ‫د‬َ‫ن‬َ‫س‬‫ل‬ِ‫َّص‬‫ت‬ُ‫م‬ )
Sanadnya bersambung maksudnya adalah bahwa
setiap rawi hadits yang bersangkutan benar-benar
menerimanya dari rawi yang berada diatasnya dan
begitu selanjutnya sampai kepada pembicara yang
pertama. Sanad suatu hadits dianggap tidak
bersambung bila terputus salah seorang atau lebih
dari rangkaian para rawinya. Boleh jadi rawi yang
dianggap putus itu adalah seorang rawi yang dlo'if,
sehingga hadits yang bersangkutan tidak shaheh.
Tidak terdapat keseragaman pendapat para
ulama mengenai konsep kebersambungan sanad ini.
Menurut al-Bukhari sebuah sanad dikatakan
bersambung apabila memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
a. Al-liqa’, yakni adanya pertautan langsung antara
satu perawi dengan perawi berikutnya, yang
ditandai dengan adanya sebuah aksi pertemuan
antara murid yang mendengar secara langsung
suatu hadits dari gurunya.
b. Al-mu’asharah, yakni bahwa sanad diklaim
bersambung apabila terjadi persamaan masa
hidup antara seorang guru dengan muridnya.
Secara ringkas, dapat dinyatakan bahwa
suatu hadits dinyatakan bersambung sanadnya
apabila:
1. Pada seluruh periwayat dalam sanad itu terjadi pertemuan
langsung, yakni adanya hubungan antara guru-murid,
sehingga seorang perawi bertemu dengan guru atau orang
yang meriwayatkan hadits kepadanya, dan bertemu langsung
dengan murid yang meriwayatkan hadits darinya.
2. Antara masing-masing periwayat dengan periwayat
terdekat sebelumnya dalam sanad itu benar-benar telah
terjadi hubungan periwayatn hadits menurut ketentuan
(proses penerimaan dan periwayatan hadits) tahammul wa
ada’ al-hadits. Mayoritas ulama hadits menempatkan
periwayan dengan metode al-sama’ pada peringkat tertinggi.
a. Mencatat semua periwayat yang diteliti
b. Mempelajari hidup masing-masing periwayat
c. Meneliti kata-kata yang berhubungan antara
para periwayat dengan periwayat yang
terdekat dalam sanad, yakni apakah kata-
kata yang terpakai berupa haddasani,
haddasani, akhbarana, akhbarani,
‘an,anna, atau kasta- kata lainnya.
c. Rawinya Kurang Dhabith ( ُ‫ه‬ُ‫ت‬‫ا‬َ‫و‬َ‫ر‬ُ‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫ل‬َ‫ق‬‫ط‬ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ض‬ )
Maksudnya masing-masing perowinya sempurna daya
ingatannya, baik berupa kuat ingatan dalam dada maupun
dalam kitab (tulisan).
Dhobith dalam dada ialah terpelihara periwayatan dalam
ingatan, sejak ia maneriama hadits sampai meriwayatkannya
kepada orang lain, sedang, dhobithdalam kitab ialah
terpeliharanya kebenaran suatu periwayatan melalui tulisan.
Adapun sifat-sifat kedhobitan perowi, nmenurut para ulama,
dapat diketahui melalui:
a. Kesaksian para ulama
b. Berdasarkan kesesuaian riwayatannya dengan
riwayat dari orang lain yang telah dikenal
kedhobithannya.
(Kedhabitan rawi disini tingkatannya dibawah kedhabitan rawi
hadits shaheh, yakni kurang sempurna kedhabitannya).
d. Tidak Temasuk Hadits Syadz
Maksudnya ialah hadits itu benar-benar tidak syadz,
dalam arti bertentangan atau menyalesihi orang yang
terpercaya dan lainnya.
Menurut al-Syafi’i, suatu hadits tidak dinyastakan
sebagai mengandung syudzudz, bila hadits itu hanya
diriwayatkan oleh seorang periwayat yang tsiqah, sedang
periwayat yang tsiqah lainnya tidak meriwayatkan hadits
itu. Artinya, suatu hadits dinyatakan syudzudz, bila
haditsd yang diriwayatkan oleh seorang periwayat
yangtsiqah tersebut bertentengan dengan hadits yang
dirirwayatkan oleh banyak periwayat yang juga
bersifat tsiqah.
e. Tidak Terdapat Illat (cacat)
Maksudnya ialah hadits itu tidak ada cacatnya,
dalam arti adanya sebab yang menutup tersembunyi yang
dapat menciderai pada ke-shaheh-an hadits, sementara
dhahirnya selamat dari cacat.
‘Illat hadits dapat terjadi pada sanad mapun pada
matan atau pada keduanya secara bersama-sama. Namun
demikian, ‘illat yang paling banyak terjadi adalah pada
sanad, seperti menyebutkan muttasil terhadap hadits
yang munqati’ ataumursal.
Hadits hasan li dzatihii adalah hadits yang memenuhi
segala syarat-syarat hadits hasan, hadits hasan dengan
sendirinya, karena telah memenuhi segala kriteria dan
persyaratan yang ditentukan.
Sebuah hadits dikategorikan sebagai hasan li
dzatihi karena jalur periwayatannya, hanya melalui satu jalur
periwayatan saja. Sementara hadits hasan pada umumnya, ada
kemungkinan melalui jalur riwayat yang lebih dari satu. Atau
didukung dengan riwayat yang lainnya. Bila hadits hasan ini
jumlah jalur riwayatnya hanya satu, maka hadits hasan itu
disebut dengan hadits hasan li dzatihi. Tetapi jika jumlahnya
banyak, maka ia akan saling menguatkan dan akan naik
derajatnya menjadi hadits shaheh li ghairihi.
MACAM-MACAM HADITS HASAN
Diriwayatkan oleh At-Tirmizi, dia berkata: telah bercerita
kepada kami Qutaibah, telah bercerita kepada kami Ja’far bin
Sulaiman Ad-Dhab’I, dari Abi Imran Al-Jauni, dari Abu Bakar bin Abu
Musa Al-Asy’ari, dia berkata,” Aku telah mendengar ayahku berkata
dihadapan musuh, Rasulullah bersabda, :
‫ا‬ َ‫ن‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ُ‫س‬ ُ‫ن‬ْ‫ب‬ ُ‫ر‬َ‫ف‬ْ‫ع‬َ‫ج‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ ُ‫ة‬َ‫ب‬ْ‫ي‬َ‫ت‬ُ‫ق‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫حد‬َ‫ع‬ ِ‫ِن‬ْ‫و‬َْ‫جل‬‫ا‬ ِ‫ان‬َ‫ر‬ْ‫م‬ِ‫ع‬ ِْ‫َيب‬‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ‫ي‬ِ‫ع‬َ‫ب‬ُّ‫لض‬ِ‫ر‬ْ‫ك‬َ‫ب‬ ِ‫َيب‬‫أ‬ ْ‫ن‬
َ‫ال‬َ‫ق‬ ْ‫ي‬ِ‫ر‬َ‫ع‬ْ‫ش‬َْ‫اْل‬ ‫ي‬َ‫س‬ْ‫و‬ُ‫م‬ ِ‫َيب‬‫أ‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬:َِ‫ب‬ ِ‫َيب‬‫أ‬ ُ‫ت‬ْ‫ع‬َِ‫َس‬ُ‫ل‬ْ‫و‬ُ‫ق‬َ‫ي‬ ‫و‬ِ‫و‬ُ‫د‬َ‫الع‬ ِ
َ‫ر‬ْ‫ض‬:ِ‫للا‬ ُ‫ل‬ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ال‬َ‫ق‬‫ص‬
‫م‬:ِ‫ف‬ْ‫و‬ُ‫ي‬ُِّ‫ال‬ ِ‫ل‬َ‫ا‬ِ‫ظ‬ َ‫ت‬َْ‫َت‬ ِ‫َّة‬‫ن‬َْ‫جل‬‫ا‬ َ‫اب‬َ‫و‬ْ‫َب‬‫أ‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬..... "
“Telah menceritakan kepada kamu qutaibah, telah menceritakan kepada
kamu ja’far bin sulaiman, dari abu imron al-jauni dari abu bakar bin abi
musa al-Asy’ari ia berkata: aku mendengar ayahku berkata ketika musuh
datang : Rasulullah Saw bersabda : sesungguhnya pintu-pintu syurga
dibawah bayangan pedang…”( HR. At-Tirmidzi, Bab Abwabu Fadhailil
jihadi).
Empat perawi hadits tersebut adalah tsiqoh kecuali Ja’far
bin Sulaiman ad-Dhab’I, sehingga hadits ini sebagai hadits hasan.
Hadits hasan li ghairihi adalah hadits dlo'if yang
bukan dikarenakan perawinya pelupa, banyak salah dan
orang fasik, yang mempunyai mutabi’ dan syahid, hadits
yang dlo'if dikuatkan dengan beberapa jalan, dan sebab
kedlo'ifannya bukan karena kefasikan perawi (yang keluar
dari jalan kebenaran) atau kedustaannya.
Seperti satu hadits yang dalam sanadnya ada perawi
yang mastur (tidak diketahui keadaannya), atau rawi yang
kurang kuat hafalannya, atau rawi yang tercampur
hafalannya karena tuanya, atau rawi yang pernah keliru
dalam meriwayatkan, lalu dikuatkan dengan jalan lain
yang sebanding dengannya, atau yang lebih kuat
darinya. Hadits ini derjatnya lebih rendah dari pada hasan
lidzatihii dan dapat dijadikan hujjah.
MACAM-MACAM HADITS HASAN
Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Al-Turmudzi dan dia
menilainya hasan, dari riwayat Syu’bah dari ‘Asim bin Ubaidillah
dari Abdullah bin Amir bin Rabi’ah dari ayahnya, berbunyi sebagai
berikut:
ْ‫ع‬َِ‫َس‬ ‫ال‬َ‫ق‬ ، َِّ‫اَّلل‬ ِ‫د‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ُ‫ع‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬ ِ‫م‬ِ‫ال‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ، ُ‫ة‬َ‫ب‬ْ‫ع‬ُ‫ش‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬َ‫ة‬َ‫يع‬ِ‫ب‬َ‫ر‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬ ِ‫ر‬ِ‫ام‬َ‫ع‬ َ‫ن‬ْ‫ب‬ َِّ‫اَّلل‬ َ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ُ‫ت‬‫ي‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ،ِ‫ه‬:
ِْ‫ْي‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ن‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ت‬َ‫ج‬َّ‫و‬َ‫ز‬َ‫ت‬ ََ‫ار‬َ‫ز‬َ‫ف‬ ِ‫ِن‬َ‫ب‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ًَ‫أ‬َ‫ر‬ْ‫ام‬ َّ‫َن‬‫أ‬.َ‫ق‬َ‫ف‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َُّ‫اَّلل‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ل‬ َِّ‫اَّلل‬ ُ‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ال‬َ‫م‬َّ‫ل‬":
‫؟‬ ِْ‫ْي‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ن‬ِ‫ب‬ ِ‫ك‬ِ‫ال‬َ‫م‬َ‫و‬ ِ‫ك‬ِِْ‫ف‬َ‫ن‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ِ‫يت‬ِ‫ض‬َ‫َر‬‫أ‬"ْ‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬:ْ‫م‬َ‫ع‬َ‫ن‬.َ‫ق‬َ‫ال‬:ُ‫ه‬َ‫از‬َ‫َج‬‫أ‬َ‫ف‬.
(‫رواه‬‫الرتمذي‬)
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari jalur Syu’bah dari ‘ashim bin
‘Ubaidillah,dari Abdillah bin Amir bin Rabi’ah, dari ayahnya
bahwasanya seorang perempuandari bani Fazarah menikah dengan
mahar sepasang sandal…”
Al-Turmudzi mengomentari bahwa hadits itu terdapat
riwayat-riwayat lain, yaitu dari Umar, Abu Hurairah, Aisyah dan
Abu Hadrad. Dalam hal ini Al-Turmudzi menilai hadits tersebut
hasan, karena meskipun ‘Asim dalam sanad hadits yang
diriwayatkannya itu dlo'if karena jelek hafalannya, hadits ini
didukung oleh adanya riwayat-riwayat lain.
Sama halnya dengan hadits shahih yang mempunyai berbagai
macam tingkatan, begitu pula halnya dengan hadits hasan,
mempunyai beberapa tingkatan. Adz-Dzahabi telah membagi
hadits hasan ke dalam dua tingkatan.
a. Tingkatan yang paling tinggi: Bahzu bin Hakim dari bapaknya
dari kakeknya; Amru bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya;
Ibnu Ishak dari at-Taimi. Contoh-contoh seperti ini ada yang
mengatakan shahih, hanya saja derajat keshahihannya paling
rendah.
b. Setelah itu merupakan (sanad-sanad) yang diperselisihkan
kehasanan dan kedla’ifannya; seperti haditsnya Harist bin
Abdullah, ‘Ashim bin Dlamrah, Hajjaj bin Arthah, dan
semacamnya.
Hadits hasan sama seperti hadits shaheh dalam pemakaiannya
sebagai hujjah, walaupun kekuatannya lebih rendah dibawah
hadits shaheh. Hanya saja, jika terjadi pertentangan antara hadits
shaheh dengan hadits hasan, maka harus mendahulukan hadits
shaheh, karena tingkat kualitas hadits hasan berada dibawah
hadits shaheh. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari dimensi
kesempurnaan kedhabitan rawi-rawi hadits hasan, yang tidak
seoptimal kesempurnaan kedhabithan rawi-rawi hadits shaheh.
Kebanyakan ulama ahli hadits dan fuqoha bersepakat untuk
menggunakan hadits shaheh dan hadits hasan sebagai hujjah.
Disamping itu, ada ulama yang mensyaratkan bahwa hadits hasan
dapat digunakan sebagai hujjah, bilamana memenuhi sifat-sifat
yang diterima. Pendapat terakhir ini memerlukan peninjauan yang
seksama
Sebab, sifat-sifat yang dapat diterima itu ada yang tinggi,
menengah dan rendah. Hadits yang sifat dapat diterimanya
tinggi dan menengah adalah hadits shaheh, sedangkan hadits
yang sifat dapat diterimanya rendah adalah hadits hasan.
Hadits-hadits yang mempunyai sifat dapat diterima
sebagai hujjah disebuthadits maqbul, dan hadits yang tidak
mempunyai sifat-sifat yang dapat diterima disebut hadits
mardud. Yang termasuk hadits maqbul adalah:
1. Hadits shaheh, baik shaheh li dzatihi maupun shaheh li
ghairihi
2. Hadits hasan, baik hasan li dzatihi maupun hasan li ghairihi
Yang termasuk hadits mardud adalah segala macam hadits
dlo'if. Hadits mardud tidak dapat diterima sebagai hujjah
karena terdapat sifat-sifat tercela pada rawi-rawinya atau pada
sanadnya.
Ringkasnya, hadits yang dapat diterima sebagai hujjah atau
dalam istimbath [konklusi] hukum hanyalah hadits shaheh dan
hasan. Hadits dlo'if tidak dapat digunakan baik
sebagai hujjah maupun istimbath hukum.
‫ا‬َ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫حد‬َ‫ل‬ُ‫س‬ ُ‫ن‬ْ‫ب‬ ُ‫ر‬َ‫ف‬ْ‫ع‬َ‫ج‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ ُ‫ة‬َ‫ب‬ْ‫ي‬َ‫ت‬ُ‫ق‬ِ‫ان‬َ‫ر‬ْ‫م‬ِ‫ع‬ ِْ‫َيب‬‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ‫ي‬ِ‫ع‬َ‫ب‬ُّ‫الض‬ َ‫ن‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫ي‬ِ‫ِن‬ْ‫و‬َْ‫جل‬‫ا‬
َ‫ق‬ ْ‫ي‬ِ‫ر‬َ‫ع‬ْ‫ش‬َْ‫اْل‬ ‫ي‬َ‫س‬ْ‫و‬ُ‫م‬ ِ‫َيب‬‫أ‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬ ِ‫ر‬ْ‫ك‬َ‫ب‬ ِ‫َيب‬‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬َ‫ال‬:ُ‫د‬َ‫الع‬ ِ
َ‫ر‬ْ‫ض‬َِ‫ب‬ ِ‫َيب‬‫أ‬ ُ‫ت‬ْ‫ع‬َِ‫َس‬‫و‬ِ‫و‬
ُ‫ل‬ْ‫و‬ُ‫ق‬َ‫ي‬:‫م‬ ‫ص‬ ِ‫للا‬ ُ‫ل‬ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ال‬َ‫ق‬:َْ‫جل‬‫ا‬ َ‫اب‬َ‫و‬ْ‫َب‬‫أ‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ِ‫ف‬ْ‫و‬ُ‫ي‬ُِّ‫ال‬ ِ‫ل‬َ‫ا‬ِ‫ظ‬ َ‫ت‬َْ‫َت‬ ِ‫َّة‬‫ن‬
.....‫احلديث‬ "
“Telah menceritakan kepada kamu qutaibah, telah menceritakan
kepada kamu ja’far bin sulaiman, dari abu imron al-jauni dari abu
bakar bin abi musa al-Asy’ari ia berkata: aku mendengar ayahku
berkata ketika musuh datang : Rasulullah Saw bersabda :
sesungguhnya pintu-pintu syurga dibawah bayangan pedang…”( HR.
At-Tirmidzi, Bab Abwabu Fadhailil jihadi).
ِ‫ه‬ْ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ، ٍ‫ب‬ْ‫ي‬َ‫ع‬ُ‫ش‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬ ‫رو‬ْ‫م‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬َ‫ال‬َ‫ق‬ ،ِ‫ه‬ِ‫د‬َ‫ج‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬:َ‫ال‬َ‫ق‬
َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ‫هللا‬ ُ‫ل‬ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬َ‫ع‬َّ‫اد‬ ٍ‫ئ‬ِ‫ر‬ْ‫م‬ِ‫َب‬ ‫ر‬ْ‫ف‬ُ‫ك‬َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫ب‬َ‫س‬َ‫ن‬ ‫ا‬
َّ‫ق‬َ‫د‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ،ُ‫ه‬َ‫د‬َّ‫ح‬َ‫ج‬ ْ‫َو‬‫أ‬ ،ُ‫ه‬ُ‫ف‬ِ‫ر‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ َ‫ال‬‫ن‬َ‫س‬َ‫ح‬ ُ‫ه‬ُ‫د‬َ‫ن‬َ‫س‬َ‫و‬ ،
Yahya bin Sa’id, dari Amr bin Syu’aib, dari
ayahnya, dari kakeknya, berkata;
Rasulullah saw bersabda; “kafirlah orang
yang mengaku-aku nasab orang yang tidak
diketahuinya, atau menolak nasab (yang
sebenarnya), meskipun samar”
َِّ‫اَّلل‬ ِ‫د‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ُ‫ع‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬ ِ‫م‬ِ‫ال‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ، ُ‫ة‬َ‫ب‬ْ‫ع‬ُ‫ش‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬َِّ‫اَّلل‬ َ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ُ‫ت‬ْ‫ع‬َِ‫َس‬ ‫ال‬َ‫ق‬ ،ِ‫ن‬ْ‫ب‬ ِ‫ر‬ِ‫ام‬َ‫ع‬ َ‫ن‬ْ‫ب‬
ِ‫يه‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ، َ‫ة‬َ‫يع‬ِ‫ب‬َ‫ر‬:َ‫ف‬ ِ‫ِن‬َ‫ب‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ًَ‫أ‬َ‫ر‬ْ‫ام‬ َّ‫َن‬‫أ‬ِْ‫ْي‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ن‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ت‬َ‫ج‬َّ‫و‬َ‫ز‬َ‫ت‬ ََ‫ار‬َ‫ز‬.ُ‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ال‬َ‫ق‬َ‫ف‬
َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َُّ‫اَّلل‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ل‬ َِّ‫اَّلل‬":‫ي‬ِ‫ض‬َ‫َر‬‫أ‬ِْ‫ْي‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ن‬ِ‫ب‬ ِ‫ك‬ِ‫ال‬َ‫م‬َ‫و‬ ِ‫ك‬ِِْ‫ف‬َ‫ن‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ِ‫ت‬‫؟‬"ْ‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬:
ْ‫م‬َ‫ع‬َ‫ن‬.َ‫ال‬َ‫ق‬:ُ‫ه‬َ‫از‬َ‫َج‬‫أ‬َ‫ف‬(.‫الرتمذي‬ ‫رواه‬)
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari jalur Syu’bah dari
‘ashim bin ‘Ubaidillah,dari Abdillah bin Amir bin Rabi’ah,
dari ayahnya bahwasanya seorang perempuandari bani
Fazarah menikah dengan mahar sepasang sandal…”
‫ا‬َ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬‫يم‬ِ‫ك‬َ‫ح‬ ُ‫ن‬ْ‫ب‬ ُ‫ز‬ْ‫ه‬َ‫ب‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ،ِ‫يه‬ِ‫ب‬َ‫أ‬َ‫ج‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ،ِ‫ه‬ِ‫و‬‫د‬ََ‫د‬ْ‫ي‬َ‫ح‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬ َ‫ة‬َ‫ي‬ِ‫و‬‫ا‬َ‫ع‬ُ‫م‬
ِ‫و‬‫ي‬ِْ‫ْي‬َ‫ش‬ُ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬َ‫ال‬َ‫ق‬ ،:ُ‫ت‬ْ‫ل‬ُ‫ق‬:، َِّ‫اَّلل‬ َ‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫َي‬"َ‫ال‬َ‫ق‬ ‫؟‬ ُّ‫ر‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫م‬:، َ‫ك‬َّ‫ُم‬‫أ‬
ُ‫ت‬ْ‫ل‬ُ‫ق‬:َ‫ال‬َ‫ق‬ ‫؟‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ َُّ‫ُث‬:َ‫ك‬َّ‫ُم‬‫أ‬ َُّ‫ُث‬.َ‫ال‬َ‫ق‬:ْ‫ل‬ُ‫ق‬ُ‫ت‬:َ‫ال‬َ‫ق‬ ‫؟‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ َُّ‫ُث‬:َ‫َب‬‫أ‬ َُّ‫ُث‬َ
َ‫ب‬َ‫ر‬ْ‫ق‬َ‫ْل‬‫ا‬َ‫ف‬ ، َ‫ب‬َ‫ر‬ْ‫ق‬َ‫ْل‬‫ا‬ َُّ‫ُث‬ ،"..
*“Menceritakan kepedaku bahzun bin hakim, dari
ayahnya, dari kakeknya muawiyah bin haidah qusyairi
berkata: Ya Rasulullah kepada siapakah aku harus
berbakti?”Rasulullah menjawab “kepada ibumu”. Aku
bertanya “lalu kepada siapa ?” Rasulullah menjawab.”
Ibumu, kemudian bapakmu, kemudian kerabat terdekat,
dan selanjutnya.”
HADITS
HASAN
PENGERTIAN BAHASA
ISTILAHSEBAB-
SEBAB
MACAM-
MACAM
TINGKATAN
KEDUDUKAN
CONTOH
Kata “dlo'if” menurut bahasa berasal dari
kata”dhu`fun” yang berarti lemah lawan dari kata “qawiy”
yang berarti kuat, sedangkan hadits dlo'if berarti hadits yang
tidak memenuhi kriteria hadits hasan. hadits dlo'if disebut juga
hadits mardud(ditolak).
Menurut istilah
Hadmits dlo’if adalah hadits yang
kehilangan salah satu syarat dari syarat-
syarat Hadits shaheh atau Hadits Hasan,
maka hadits tersebut dapat dikategorikan
sebagai Hadits dlo'if.
1. Imam Al-Nawawi: Hadits dlo'if adalah hadits yang di
dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadits shaheh dan
syarat-syarat hadits hasan.
2. Muhammad ‘Ajjaj Al-Khathib: Hadits dlo'if didefinisikan
sebagai segala hadits yang di dalamnya tidak terkumpul
sifat-sifat maqbul.
3. Nur Al-Din itr: Hadits dlo'if dapat dirumuskan dengan hadits
yang hilang salah satu syaratnya dari syarat-syarat hadits
maqbul ”hadits yang shaheh atau hadits yang hasan”.
SEBAB-SEBAB
HADITS DLO’IF
GUGURNYA
RAWI
CACAT PADA
MATAN/RAWI
Yang dimaksud dengan gugurnya rawi adalah tidak adanya
satu atau beberapa rawi, yang seharusnya ada dalam suatu
sanad, baik pada permulaan sanad, maupun pada pertengahan
atau akhirnya.
SEBAB-SEBAB HADITS DLO’IF
Banyak macam cacat yang dapat menimpa rawi
ataupun matan. Seperti pendusta, fasiq, tidak dikenal, dan
berbuat bid’ah yang masing-masing dapat menghilangkan sifat
adil pada rawi. Sering keliru, banyak waham, hafalan yang
buruk, atau lalai dalam mengusahakan hafalannya, dan
menyalahi rawi-rawi yang dipercaya. Ini dapat menghilangkan
sifat dhabith pada perawi. Adapun cacat pada matan,
misalkan terdapat sisipan di tengah-tengah lafadz hadits atau
diputarbalikkan sehingga memberi pengertian yang berbeda
dari maksud lafadz yang sebenarnya.
SEBAB-SEBAB HADITS DLO’IF
MACAM-
MACAM
HADITS
MU’ALLAQ
HADITS
MU’DHAL
HADITS
MUNQATHI’
HADITS
MURSAL
Hadits mursal menurut bahasa, berarti hadits yang
terlepas. Para ulama memberikan batasan bahwa hadits mursal
adalah hadits yang gugur rawinya di akhir sanad. Yang
dimaksud dengan rawi di akhir sanad ialah rawi pada tingkatan
sahabat yang merupakan orang pertama yang meriwayatkan
hadits dari Rasulullah SAW. (penentuan awal dan akhir sanad
adalah dengan melihat dari rawi yang terdekat dengan imam
yang membukukan hadits, seperti Bukhari, sampai kepada rawi
yang terdekat dengan Rasulullah). Jadi, hadits mursal adalah
hadits yang dalam sanadnya tidak menyebutkan sahabat Nabi,
sebagai rawi yang seharusnya menerima langsung dari
Rasulullah.
MACAM-MACAM HADITS DLO’IF
َ‫ال‬َ‫ق‬‫ص‬ ِ‫هللا‬ ُ‫ل‬ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬.‫م‬:ْ‫و‬ُ‫ه‬ُ‫ش‬ َْ‫ْي‬ِ‫ق‬ِ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ن‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َْ‫ْي‬َ‫ب‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬َ‫ن‬ْ‫و‬ُ‫ع‬ْ‫ي‬ِ‫ط‬َ‫ت‬ْ‫س‬ْ‫ي‬ ََ‫ال‬ ِ‫ح‬ْ‫ب‬ُ‫ص‬ْ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬ ِ‫اء‬َ‫ش‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫د‬.
Artinya:Rasulullah bersabda, “ Antara kita dan kaum munafik
munafik (ada batas), yaitu menghadiri jama’ah isya dan subuh;
mereka tidak sanggup menghadirinya”. (HR. Malik).
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Malik, dari
Abdurrahman, dari Harmalah, dan selanjutnya dari Sa’id bin
Mustayyab. Siapa sahabat Nabi yang meriwayatkan hadits itu
kepada Sa’id bin Mustayyab, tidaklah disebutkan dalam sanad
hadits di atas.
Kebanyakan Ulama memandang hadits mursal ini sebagai
hadits dlo'if, karena itu tidak bisa diterima sebagai hujjah atau
landasan dalam beramal. Namun, sebagian kecil ulama termasuk
Abu Hanifah, Malik bin Anas, dan Ahmad bin Hanbal, dapat
menerima hadits mursal menjadi hujjah asalkan para rawi
bersifat adil.
Hadits munqathi’ menurut etimologi ialah hadits yang
terputus. Para ulama memberi batasan bahwa hadits
munqathi’ adalah hadits yang gugur satu atau dua orang rawi
tanpa beriringan menjelang akhir sanadnya. Bila rawi di
akhir sanad adalah sahabat Nabi, maka rawi menjelang akhir
sanad adalah tabi’in. Jadi, pada hadits munqathi’ bukanlah
rawi di tingkat sahabat yang gugur, tetapi minimal gugur
seorang tabi’in. Bila dua rawi yang gugur, maka kedua rawi
tersebut tidak beriringan, dan salah satu dari dua rawi yang
gugur itu adalah tabi’in.
MACAM-MACAM HADITS DLO’IF
‫ص‬ ِ‫هللا‬ ُ‫ل‬ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬.َ‫ال‬َ‫ق‬ ِ‫د‬ِ‫ج‬ْ‫س‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ل‬َ‫خ‬َ‫د‬ ‫ا‬َ‫ذ‬‫ا‬ ‫م‬:ُ‫م‬َ‫َل‬ْ‫الس‬‫و‬ ِ‫هللا‬ ِ‫م‬ْ‫بس‬ِ‫ل‬ ْ‫ر‬ِ‫ف‬ْ‫غ‬‫ا‬ َ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬‫ال‬ ‫هللا‬ ِ‫ل‬ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ ‫لى‬َ‫ع‬
َ‫ك‬ِ‫ت‬َْ‫ْح‬َ‫ر‬ َ‫ب‬ ‫ا‬َ‫و‬ْ‫اب‬ ِ‫ل‬ ُْ ْ‫ر‬ َ‫اب‬َ‫و‬ْ‫ب‬َ‫ا‬ ِ‫ل‬ ْ‫ح‬َ‫ت‬ْ‫اف‬َ‫و‬ ِ‫ِب‬ ‫و‬ُ‫ن‬ ُ‫ذ‬(‫ابن‬ ‫اة‬‫و‬‫ر‬‫ماجه‬)
Artinya: Rasulullah SAW. bila masuk ke dalam mesjid,
membaca “dengan nama Allah, dan sejahtera atas Rasulullah;
Ya Allah, ampunilah dosaku dan bukakanlah bagiku segala
pintu rahmatMu”. (HR. Ibnu Majah).
Hadits di atas diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dari Abu
Bakar bin Ali Syaibah, dari Ismail bin Ibrahim, dari Laits, dari
Abdullah bin Hasan, dari Fatimah binti Al-Husain, dan
selanjutnya dari Fathimah Az-Zahra. Menurut Ibnu Majah,
hadits di atas adalah hadits munqathi’, karena Fathimah Az-
Zahra (putri Rasul) tidak berjumpa dengan Fathimah binti Al-
Husain. Jadi ada rawi yang gugur (tidak disebutkan) pada
tingkatan tabi’in.
Menurut bahasa, hadits mu’dhal adalah hadits yang
sulit dipahami. Batasan yang diberikan para ulama bahwa
hadits mu’dhal adalah hadits yang gugur dua orang
rawinya, atau lebih, secara beriringan dalam sanadnya.
MACAM-MACAM HADITS DLO’IF
Hadits Imam Malik mengenai hak hamba, dalam kitabnya “Al-
Muwatha” yang berbunyi: Imam Malik berkata: Telah sampai
kepadaku, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
ْ‫و‬ُ‫ر‬ْ‫ع‬َ‫م‬ْ‫ل‬ ِ‫َب‬ ُ‫ه‬ُ‫ت‬ َ‫و‬ْ‫س‬ِ‫ك‬َ‫و‬ ُ‫ه‬ُ‫م‬ ‫ا‬َ‫ع‬َ‫ط‬‫ا‬ ِ‫ك‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬ُ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ل‬ِ‫ف‬( .‫لك‬ ‫ما‬ ‫اة‬‫و‬‫ر‬)
Artinya:Budak itu harus diberi makanan dan pakaian dengan
baik. (HR. Malik).
Di dalam kitab Imam Malik tersebut, tidak memaparkan
dua orang rawi yang beriringan antara dia dengan Abu Hurairah.
Kedua rawi yang gugur itu dapat diketahui melalui riwayat
Imam Malik di luar kitab Al-Muwatha. Imam Malik meriwayatkan
hadits yang sama : Dari Muhammad bin Ajlan , dari ayahnya,
dari Abu Hurairah, dari Rasulullah. Dua rawi yang gugur adalah
Muhammad bin Ajlan dan ayahnya.
Menurut bahasa, hadits mu’allaq berarti hadits yang
tergantung. Batasan para ulama tentang hadits ini ialah hadits
yang gugur satu rawi atau lebih di awal sanad atau bias juga
bila semua rawinya digugurkan (tidak disebutkan).
MACAM-MACAM HADITS DLO’IF
Bukhari berkata: Kata Malik, dari Zuhri, dan Abu Salamah dari
Abu Huraira, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
ِ‫اء‬َ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫ن‬ َ‫ال‬ َْ‫ْي‬َ‫ب‬ ‫ا‬ْ‫و‬ُ‫ل‬ًَ ‫ا‬َ‫ف‬َ‫ت‬ َ‫ال‬( .‫رى‬ ‫اجلا‬ ‫اة‬‫و‬‫ر‬)
Artinya:Janganlah kamu melebihkan sebagian nabi dengan
sebagian yang lain. (HR. Bukhari).
Berdasarkan riwayat Bukhari, ia sebenarnya tidak
pernah bertemu dengan Malik. Dengan demikian, Bukhari telah
menggugurkan satu rawi di awal sanad tersebut. Pada
umumnya, yang termasuk dalam kategori hadits mu’allaq
tingkatannya adalah dlo'if, kecuali 1341 buah hadits muallaq
yang terdapat dalam kitab shaheh Bukhari. 1341 hadits
tersebut tetap dipandang shaheh, karena Bukhari bukanlah
seorang mudallis (yang menyembunyikan cacat hadits). Dan
sebagian besar dari hadits mu’allaqnya itu disebutkan seluruh
rawinya secara lengkap pada tempat lain dalam kiab itu juga.
MACAM-MACAM
HADITS MAUDHU’
HADITS
MATRUK/MATHRUH
HADITS MUNKAR
HADITS MU’ALLAL
HADITS MUDRAJ
HADITS MAQLUB
HADITS SYADZ
Menurut bahasa, hadits ini memiliki pengertian hadits
palsu atau dibuat-buat. Para ulama memberikan batasan
bahwa hadits maudhu’ ialah hadits yang bukan berasal dari
Rasulullah SAW. Akan tetapi disandarkan kepada dirinya.
Golongan-golongan pembuat hadits palsu yakni musuh-musuh
Islam dan tersebar pada abad-abad permulaan sejarah umat
Islam, yakni kaum yahudi dan nashrani, orang-orang munafik,
zindiq, atau sangat fanatic terhadap golongan politiknya,
mazhabnya, atau kebangsaannya.
Hadits maudhu’ merupakan seburuk-buruk hadits dlo'if.
Peringatan Rasulullah SAW terhadap orang yang berdusta
dengan hadits dlo'if serta menjadikan Rasul SAW sebagai
sandarannya.
“Barangsiapa yang sengaja berdusta terhadap diriku, maka
hendaklah ia menduduki tempat duduknya dalam neraka”.
Hadits yang dikarang oleh Abdur Rahman bin Zaid bin Aslam;
ia katakana bahwa hadits itu diterima dari ayahnya, dari kakeknya,
dan selanjutnya dari Rasulullah SAW. berbunyi : “Sesungguhnya
bahtera Nuh bertawaf mengelilingi ka’bah, tujuh kali dan shalat di
maqam Ibrahim dua rakaat” Makna hadits tersebut tidak masuk akal.
a. Adapun hadits lainnya : “anak zina itu tidak masuk surga tujuh
turunan”. Hadits tersebut bertentangan dengan Al-Qur’an. ”
Pemikul dosa itu tidaklah memikul dosa yang lain”. ( Al-An’am :
164 )
b. “Siapa yang memperoleh anak dan dinamakannya Muhammad,
maka ia dan anaknya itu masuk surga”. “orang yang dapat
dipercaya itu hanya tiga, yaitu: aku ( Muhammad), Jibril, dan
Muawiyah”.
Demikianlah sedikit uraian mengenai hadits maudhu’. Masih
banyak hadits-hadits lainnya yang sengaja dibuat oleh pihak
kufar. Sedikit sejarah, berdasarkan pengakuan dari mereka
yang memalsukan, seperti Maisarah bin Abdi Rabbin Al-
Farisi, misalnya, ia mengaku telah membuat beberapa hadits
tentang keutamaan Al-Qur’an dan 70 buah hadits tentang
keutamaan Ali bin Abi Thalib. Abdul Karim, seorang zindiq,
sebelum dihukum pancung ia telah memalsukan hadits dan
mengatakan : “aku telah membuat 3000 hadits; aku halalkan
barang yang haram dan aku haramkan barang yang halal”.
Hadits ini, menurut bahasa berarti hadits yang
ditinggalkan/dibuang. Para ulama memberikan batasan bahwa
hadits matruk adalah hadits yang diriwayatkan oleh orang-
orang yang pernah dituduh berdusta (baik berkenaan dengan
hadits ataupun mengenai urusan lain), atau pernah melakukan
maksiat, lalai, atau banyak wahamnya.
“Rasulullah Saw bersabda, sekiranya tidak ada wanita,
tentu Allah dita’ati dengan sungguh-sungguh”.
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Ya’qub bin Sufyan bin
‘Ashim dengan sanad yang terdiri dari serentetan rawi-rawi,
seperti : Muhammad bin ‘Imran, ‘Isa bin Ziyad, ‘Abdur Rahim bin
Zaid dan ayahnya, Said bin mutstayyab, dan Umar bin
Khaththab. Diantara nama-nama dalam sanad tersebut, ternyata
Abdur Rahim dan ayahnya pernah tertuduh berdusta. Oleh
karena itu, hadits tersebut ditinggalkan / dibuang.
haditst munkar, secara bahasa berarti hadits yang
diingkari atau tidak dikenal. Batasan yang diberikan para ‘ulama
bahwa hadits munkar ialah hadits yang diriwayatkan oleh rawi
yang lemah dan menyalahi perawi yang kuat.
Artinya:“Barangsiapa yang mendirikan shalat,
membayarkan zakat, mengerjakan haji, dan menghormati
tamu, niscaya masuk surga. ( H.R Riwayat Abu Hatim )”
Hadits di atas memiliki rawi-rawi yang lemah dan
matannya pun berlainan dengan matan-matan hadits yang lebih
kuat.
Menurut bahasa, hadits mu’allal berarti hadits yang
terkena illat .Menurutistilah ilmu hadits, hadits mu’allal
adalah hadits yang dinilai sakit atau cacat yaitu hadits yang
mengandung sebab-sebab tersembunyi , dan illat yang
menjatuhkan itu bisa terdapat pada sanad, matan, ataupun
keduanya.
Hadits Ya’la bin ‘Ubaid: “Dari Sufyan Al-Tsauri, dari ‘Amr Ibn Dinar dari Ibn
Umar dari Nabi SAW ia bersabda:
‫ﺍﻟﺑﻳﻌﺎﻦﺑﺎﻟﺧﻳﺎﺭﻣﺎﻟﻡﻳﺗﻓﺭﻗﺎ‬
"Si penjual dan si pembeli boleh memilih, selama belum berpisahan”.
‘Illat ini terdapat pada ‘Amr Ibn Dinar. Seharusnya bukan ia yang
meriwayatkan, melainkan ‘Abdullah Ibn Dinar. Hal ini diketahui dari riwayat-
riwayat lain yang juga melalui sanad tersebut.
Rasulullah SAW bersabda : Apabila aku menyuruh kamu mengerjakan sesuatu,
maka kerjakanlah dia; apabila aku melarang kamu dari sesuatu, maka jauhilah
ia sesuai kesanggupan kamu. (Riwayat Ath-Tabrani)
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, semestinya
hadits tersebut berbunyi: Rasulullah SAW bersabda : “Apa yang aku larag kamu
darinya, maka jauhilah ia, dan apa yang aku suruh kamu mengerjakannya,
maka kerjakanlah ia sesuai dengan kesanggupan kamu”.
Menurut bahasa, berarti hadits yang diputarbalikkan.
Para ulama menerangkan bahwa terjadi pemutarbalikkan pada
matannya atau pada nama rawi dalam sanadnya atau
penukaran suatu sanad untuk matan yang lain.
1. Hadits maqlub ini yang di matannya adalah hadits riwayat
Muslim, sebagai berikut:
* ُ‫ﻞ‬َ‫ﺟ‬ِ‫ﺮ‬َ‫ﻭ‬‫َﻳ‬‫ﻣ‬ُ‫ﻳ‬ ُ‫ﻡ‬َ‫ﻟ‬ْ‫ﻌ‬َ‫ﺗ‬ َ‫ﻻ‬‫َﻰ‬‫ﺗ‬َ‫ﺣ‬‫َﺎ‬‫ﻫ‬‫َﺎ‬‫ﻓ‬ْ‫ﺧ‬ِ‫ﺍ‬ ِ‫ﺔ‬َ‫ﻗ‬‫َﺪ‬‫ﺻ‬ِ‫ﺑ‬ َ‫ﻖ‬َ‫ﺪ‬َ‫ﺻ‬َ‫ﺗ‬ُ‫ﻖ‬َ‫ﻓ‬َ‫ﻧ‬َ‫ﺗ‬‫ُﺎ‬‫ﻣ‬ ِ‫ﻪ‬ِِ‫ﻧ‬ُْ‫ﻪ‬َ‫ﻟ‬‫َﺎ‬‫ﻣ‬ُ‫ﺷ‬
Padahal seharusnya ُ‫ﻪ‬َ‫ﻟ‬‫َﺎ‬‫ﻣ‬ُ‫ﺷ‬ ُ‫ﻡ‬َ‫ﻟ‬ْ‫ﻌ‬َ‫ﺗ‬ َ‫ﻻ‬ ‫َﻰ‬‫ﺗ‬َ‫ﺣ‬ ُ‫ﻖ‬َ‫ﻓ‬َ‫ﻧ‬َ‫ﺗ‬‫ُﺎ‬‫ﻣ‬ sebagaimana terdapat
dalam shahih Bukhari, Muwaththa’ dan selain keduanya.
2. Rasulullah SAW bersabda : Apabila aku menyuruh kamu mengerjakan
sesuatu, maka kerjakanlah dia; apabila aku melarang kamu dari
sesuatu, maka jauhilah ia sesuai kesanggupan kamu. (Riwayat Ath-
Tabrani)
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim,
semestinya hadits tersebut berbunyi: Rasulullah SAW bersabda : “Apa
yang aku larag kamu darinya, maka jauhilah ia, dan apa yang aku suruh
kamu mengerjakannya, maka kerjakanlah ia sesuai dengan kesanggupan
kamu”.
Secara bahasa, hadits ini berarti hadits ayng ganjil.
Batasan yang diberikan para ulama, hadits syadz adalah
hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang dipercaya, tapi
hadits itu berlainan dengan hadits-hadits yang diriwayatkan
oleh sejumlah rawi yang juga dipercaya. Haditsnya
mengandung keganjilan dibandingkan dengan hadits-hadits
lain yang kuat. Keganjilan itu bisa pada sanad, pada matan,
ataupun keduanya.
“Rasulullah bersabda: “Hari arafah dan hari-hari
tasyriq adalah hari-hari makan dan minum.”
Hadits di atas diriwayatkan oleh Musa bin Ali bin Rabah
dengan sanad yang terdiri dari serentetan rawi-rawi yang
dipercaya, namun matan hadits tersebut ternyata ganjil, jika
dibandingkan dengan hadits-hadits lain yang diriwayatkan
oleh rawi-rawi yang juga dipercaya. Pada hadits-hadits lain
tidak dijumpai ungkapan . Keganjilan hadits di atas terletak
pada adanya ungkapan tersebut, dan merupakan salah satu
contoh hadits syadz pada matannya. Lawan dari hadits ini
adalah hadits mahfuzh.
Kata dlo'if menurut bahasa berasal dari
kata dhuifun yang berarti lemah lawan dari
kata qawiy yang berarti kuat. Sedangkan dlo'if berarti
hadits yang tidak memenuhi hadits hasan. Hadits dlo'if
disebut juga hadits mardud (ditolak). Contoh hadits
dlo'if ialah hadits yang berbunyi:
‫علىه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ َ
ِ‫ب‬َ‫الن‬ َ‫ن‬ِ‫ا‬َ‫لى‬َ‫ع‬ َ‫ح‬َ‫س‬َ‫م‬َ‫و‬ َ‫أ‬ًَ َ‫و‬َ‫ت‬ ‫وسلم‬ِْ‫ْي‬َ‫ب‬ َ‫ر‬ْ‫و‬َْ‫اجل‬
Artinya: “Bahwasanya Nabi SAW wudhu dan beliau
mengudap kedua kaos kakinya”.
Hadits tersebut dikatakan dlo'if karena diriwayatkan dari
Abu Qais al-Audi. Seorang perawi yang masih
dipersoalkan.
Para ulama memberikan batasan bagi hadits dlo'if yaitu:
َْ‫َل‬ ْ‫ى‬ِ‫ذ‬َ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ث‬ْ‫ي‬ِ‫د‬َْ‫احل‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ ِ‫ف‬ْ‫ي‬ِ‫ع‬َ‫الض‬ ُ‫ث‬ْ‫ي‬ِ‫د‬َْ‫حل‬َ‫ا‬َ‫الص‬ ِ‫ث‬ْ‫ي‬ ِ‫د‬َْ‫احل‬ ُ‫ت‬ ‫ا‬َ‫ف‬ِ‫ص‬ ْ‫ع‬َ‫م‬ُْ‫ُي‬َ‫ال‬َ‫و‬ ِ‫ح‬ْ‫ي‬ِ‫ح‬
ِ‫ث‬ْ‫ي‬ ِ‫د‬َْ‫احل‬ ِ‫ت‬ ‫ا‬َ‫ف‬َ‫ص‬
Artinya: “Hadits dlo'if adalah hadits yang tidak menghimpun
sifat-sifat shaheh, dan juga tidak menghimpun sifat-sifat hadits
hasan”.
Kriteria hadits dlo'if yaitu hadits yang kehilangan salah
satu syaratnya sebagai hadits shaheh dan hasan. Dengan
demikian, hadits dlo'if itu bukan tidak memenuhi syarat-syarat
hadits shaheh, juga tidak memenuhi persyaratan hadits-hadits
hasan. Para hadits dlo'if terdapat hal-hal yang menyebabkan
lebih besarnya dugaan untuk menetapkan hadits tersebut bukan
berasal dari Rasulullah SAW.
Kehati-hatian dari para ahli hadits dalam menerima hadits
sehingga mereka menjadikan tidak adanya petunjuk keaslian
hadits itu sebagai alas an yang cukup untuk menolak hadits dan
menghukuminya sebagai hadits dlo'if. Padahal tidak adanya
petunjuk atas keaslian hadits itu bukan suatu bukti yang pasti
atas adanya kesalahan atau kedustaan dalam periwayatan
hadits, seperti kedlo'ifan hadits yang disebabkan rendahnya daya
hafal rawinya atau kesalahan yang dilakukan dalam
meriwayatkan suatu hadits. Padahal sebetulnya ia jujur dan
dapat dipercaya. Hal ini tidak memastikan bahwa rawi itu salah
pula dalam meriwayatkan hadits yang dimaksud, bahkan
mungkin sekali ia benar. Akan tetapi, karena ada kekhawatiran
yang cukup kuat terhadap kemungkinan terjadinya kesalahan
dalam periwayatan hadits yang dimaksud, maka mereka
menetapkan untuk menolaknya.
Demikian pula kedlo'ifan suatu hadits karena tidak
bersambungnya sanad. Hadits yang demikian dihukumi dlo'if
karena identitas rawi yang tidak tercantum itu tidak
diketahui sehingga boleh jadi ia adalah rawi yang dlo'if.
Seandainya ia rawi yang dlo'if, maka boleh jadi ia
melakukan kesalahan dalam meriwayatkannya. Oleh karena
itu, para muhadditsin menjadikan kemungkinan yang timbul
dari suatu kemungkinan itu sebagai suatu pertimbangan dan
menganggapnya sebagai penghalang dapat diterimanya
suatu hadits. Hal ini merupakan puncak kehati-hatian yang
kritis dan ilmiah.
*
ُ‫ت‬ َ‫و‬ْ‫س‬ِ‫ك‬َ‫و‬ ُ‫ه‬ُ‫م‬ ‫ا‬َ‫ع‬َ‫ط‬‫ا‬ ِ‫ك‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬ُ‫م‬ْ‫ل‬ِِِ‫ف‬ْ‫و‬ُ‫ر‬ْ‫ع‬َ‫م‬ْ‫ل‬ ِ‫َب‬ ُ‫ه‬.
(‫لك‬ ‫ما‬ ‫اة‬‫و‬‫ر‬)
Artinya:Budak itu harus diberi makanan dan
pakaian dengan baik. (HR. Malik).
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if

More Related Content

What's hot

Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)Marhamah Saleh
 
Hadits Shahih dan Hadits Hasan
Hadits Shahih dan Hadits HasanHadits Shahih dan Hadits Hasan
Hadits Shahih dan Hadits HasanFakhri Cool
 
PPT Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
PPT Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)PPT Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
PPT Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)Khusnul Kotimah
 
Perbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi
Perbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis NabawiPerbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi
Perbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis NabawiFaatihah Abwabarrizqi
 
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyadMarhamah Saleh
 
Kedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsKedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsFakhri Cool
 
PPT fiqh (sejarah pembentukan empat mahzab dalam fiqh) Kelompok 5
PPT fiqh (sejarah pembentukan empat mahzab dalam fiqh) Kelompok 5PPT fiqh (sejarah pembentukan empat mahzab dalam fiqh) Kelompok 5
PPT fiqh (sejarah pembentukan empat mahzab dalam fiqh) Kelompok 5NavenAbsurd
 
Studi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historisStudi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historisatjehh
 
Quran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran IslamQuran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran IslamMarhamah Saleh
 
PPT Makiyah dan Madaniyah
PPT Makiyah dan MadaniyahPPT Makiyah dan Madaniyah
PPT Makiyah dan Madaniyahrismariszki
 
istihsan, istishhab, mashlahah mursalah
istihsan, istishhab, mashlahah mursalahistihsan, istishhab, mashlahah mursalah
istihsan, istishhab, mashlahah mursalahMarhamah Saleh
 

What's hot (20)

Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
 
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
 
Ppt hadits
Ppt haditsPpt hadits
Ppt hadits
 
Hadits Shahih dan Hadits Hasan
Hadits Shahih dan Hadits HasanHadits Shahih dan Hadits Hasan
Hadits Shahih dan Hadits Hasan
 
Rasmul Qur'an
Rasmul Qur'anRasmul Qur'an
Rasmul Qur'an
 
Ppt ulumul qur'an
Ppt ulumul qur'anPpt ulumul qur'an
Ppt ulumul qur'an
 
PPT Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
PPT Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)PPT Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
PPT Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
 
Perbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi
Perbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis NabawiPerbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi
Perbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi
 
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
 
Kedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsKedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi Hadits
 
Takhrij Hadits
Takhrij HaditsTakhrij Hadits
Takhrij Hadits
 
PPT fiqh (sejarah pembentukan empat mahzab dalam fiqh) Kelompok 5
PPT fiqh (sejarah pembentukan empat mahzab dalam fiqh) Kelompok 5PPT fiqh (sejarah pembentukan empat mahzab dalam fiqh) Kelompok 5
PPT fiqh (sejarah pembentukan empat mahzab dalam fiqh) Kelompok 5
 
Studi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historisStudi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historis
 
Ppt hadits
Ppt haditsPpt hadits
Ppt hadits
 
Pengantar Ushul Fikih
Pengantar Ushul FikihPengantar Ushul Fikih
Pengantar Ushul Fikih
 
Presentasi Fiqh 1
Presentasi Fiqh 1Presentasi Fiqh 1
Presentasi Fiqh 1
 
Quran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran IslamQuran Sebagai sumber Ajaran Islam
Quran Sebagai sumber Ajaran Islam
 
PPT Makiyah dan Madaniyah
PPT Makiyah dan MadaniyahPPT Makiyah dan Madaniyah
PPT Makiyah dan Madaniyah
 
istihsan, istishhab, mashlahah mursalah
istihsan, istishhab, mashlahah mursalahistihsan, istishhab, mashlahah mursalah
istihsan, istishhab, mashlahah mursalah
 
Ppt tasawuf
Ppt tasawufPpt tasawuf
Ppt tasawuf
 

Viewers also liked

ISTILAH - ISTILAH DALAM ILMU HADITS
ISTILAH - ISTILAH DALAM ILMU HADITSISTILAH - ISTILAH DALAM ILMU HADITS
ISTILAH - ISTILAH DALAM ILMU HADITSAzzahra Azzahra
 
Ulum Hadis: Klasifikasi Hadis
Ulum Hadis: Klasifikasi HadisUlum Hadis: Klasifikasi Hadis
Ulum Hadis: Klasifikasi HadisZafirah Abdullah
 
Pengertian hadis dan pembahagiannya
Pengertian hadis dan pembahagiannyaPengertian hadis dan pembahagiannya
Pengertian hadis dan pembahagiannyaAtiekah Pauzi
 
Hadits mutawattir (without background)
Hadits mutawattir (without background)Hadits mutawattir (without background)
Hadits mutawattir (without background)Azzahra Azzahra
 
Pengertian hadis dhaif
Pengertian hadis dhaifPengertian hadis dhaif
Pengertian hadis dhaifYunus Muzakki
 
HADIS SAHIH & HADIS HASAN -PENGAJIAN TAFSIR AQ & AS
HADIS SAHIH & HADIS HASAN -PENGAJIAN TAFSIR AQ & ASHADIS SAHIH & HADIS HASAN -PENGAJIAN TAFSIR AQ & AS
HADIS SAHIH & HADIS HASAN -PENGAJIAN TAFSIR AQ & ASFarra Shahirra
 
Makalah kelompok iii kodifikasi periode ketiga prodi ih
Makalah kelompok iii kodifikasi periode ketiga prodi ihMakalah kelompok iii kodifikasi periode ketiga prodi ih
Makalah kelompok iii kodifikasi periode ketiga prodi ihqoida malik
 
PP IH1 sejarah penulisan hadis periode kedua
PP IH1 sejarah penulisan hadis periode keduaPP IH1 sejarah penulisan hadis periode kedua
PP IH1 sejarah penulisan hadis periode keduaqoida malik
 
Hadith Daif
Hadith DaifHadith Daif
Hadith Daifdr2200s
 
Metodologi penelitian matan
Metodologi penelitian matanMetodologi penelitian matan
Metodologi penelitian matanPriyo Sudibyo
 
Perpustakaan online
Perpustakaan onlinePerpustakaan online
Perpustakaan onlinethankyougod
 

Viewers also liked (20)

ISTILAH - ISTILAH DALAM ILMU HADITS
ISTILAH - ISTILAH DALAM ILMU HADITSISTILAH - ISTILAH DALAM ILMU HADITS
ISTILAH - ISTILAH DALAM ILMU HADITS
 
Hadits Ahad
Hadits AhadHadits Ahad
Hadits Ahad
 
Hadis dhaif
Hadis dhaifHadis dhaif
Hadis dhaif
 
PERKEMBANGAN HADITS
PERKEMBANGAN HADITSPERKEMBANGAN HADITS
PERKEMBANGAN HADITS
 
Ulum Hadis: Klasifikasi Hadis
Ulum Hadis: Klasifikasi HadisUlum Hadis: Klasifikasi Hadis
Ulum Hadis: Klasifikasi Hadis
 
Pengertian hadis dan pembahagiannya
Pengertian hadis dan pembahagiannyaPengertian hadis dan pembahagiannya
Pengertian hadis dan pembahagiannya
 
Hadits mutawattir (without background)
Hadits mutawattir (without background)Hadits mutawattir (without background)
Hadits mutawattir (without background)
 
Pengertian hadis dhaif
Pengertian hadis dhaifPengertian hadis dhaif
Pengertian hadis dhaif
 
HADIS SAHIH & HADIS HASAN -PENGAJIAN TAFSIR AQ & AS
HADIS SAHIH & HADIS HASAN -PENGAJIAN TAFSIR AQ & ASHADIS SAHIH & HADIS HASAN -PENGAJIAN TAFSIR AQ & AS
HADIS SAHIH & HADIS HASAN -PENGAJIAN TAFSIR AQ & AS
 
Bagus
BagusBagus
Bagus
 
Hadist atau Sunnah ppt
Hadist atau Sunnah pptHadist atau Sunnah ppt
Hadist atau Sunnah ppt
 
Makalah kelompok iii kodifikasi periode ketiga prodi ih
Makalah kelompok iii kodifikasi periode ketiga prodi ihMakalah kelompok iii kodifikasi periode ketiga prodi ih
Makalah kelompok iii kodifikasi periode ketiga prodi ih
 
PP IH1 sejarah penulisan hadis periode kedua
PP IH1 sejarah penulisan hadis periode keduaPP IH1 sejarah penulisan hadis periode kedua
PP IH1 sejarah penulisan hadis periode kedua
 
Studi Hukum Islam
Studi Hukum IslamStudi Hukum Islam
Studi Hukum Islam
 
Hadith Daif
Hadith DaifHadith Daif
Hadith Daif
 
Metodologi penelitian matan
Metodologi penelitian matanMetodologi penelitian matan
Metodologi penelitian matan
 
HADITS
HADITSHADITS
HADITS
 
1.sklqhxma
1.sklqhxma1.sklqhxma
1.sklqhxma
 
Aayush_Resume
Aayush_Resume Aayush_Resume
Aayush_Resume
 
Perpustakaan online
Perpustakaan onlinePerpustakaan online
Perpustakaan online
 

Similar to Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if

Ulumul hadis2009
Ulumul hadis2009Ulumul hadis2009
Ulumul hadis2009Bocah Nakal
 
KELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis h
KELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis hKELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis h
KELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis harifrahman87863
 
hadits mutawatir dan ahad.pptx
hadits mutawatir dan ahad.pptxhadits mutawatir dan ahad.pptx
hadits mutawatir dan ahad.pptxRaefanggaAngga
 
Hadits ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnya
Hadits ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnyaHadits ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnya
Hadits ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnyaRiana Arum
 
Qurdist 11 semester 2 berlomba dalam kebaikan
Qurdist 11 semester 2 berlomba dalam kebaikanQurdist 11 semester 2 berlomba dalam kebaikan
Qurdist 11 semester 2 berlomba dalam kebaikanTatik Suwartinah
 
Qurdist 10 semester 2 hadist segi kualitas
Qurdist 10 semester 2 hadist segi kualitasQurdist 10 semester 2 hadist segi kualitas
Qurdist 10 semester 2 hadist segi kualitasTatik Suwartinah
 
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas sanad (1).ppt
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi  kuantitas dan kualitas sanad (1).pptKlasifikasi hadis ditinjau dari segi  kuantitas dan kualitas sanad (1).ppt
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas sanad (1).pptFaizakbar251
 
Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)
Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)
Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)Rian Ramdani
 
Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya''
Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya'' Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya''
Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya'' Mulia Fathan
 
TUGAS QURDIS_KELOMPOK 5_KELAS X4 (PEMAHAMAN HADITS DARI SEGI KUANTITAS DAN KU...
TUGAS QURDIS_KELOMPOK 5_KELAS X4 (PEMAHAMAN HADITS DARI SEGI KUANTITAS DAN KU...TUGAS QURDIS_KELOMPOK 5_KELAS X4 (PEMAHAMAN HADITS DARI SEGI KUANTITAS DAN KU...
TUGAS QURDIS_KELOMPOK 5_KELAS X4 (PEMAHAMAN HADITS DARI SEGI KUANTITAS DAN KU...AbdoelHakeem
 
PPT SYARAT HADITS SHAHIH.pptx
PPT SYARAT HADITS SHAHIH.pptxPPT SYARAT HADITS SHAHIH.pptx
PPT SYARAT HADITS SHAHIH.pptxanqitamyizah
 
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)DeniKesuma1
 
Agama hadits
Agama haditsAgama hadits
Agama haditsIntandea
 
dasar-dasar pengetahuan tentang Hadits Nabiuuuuuu
dasar-dasar pengetahuan tentang Hadits Nabiuuuuuudasar-dasar pengetahuan tentang Hadits Nabiuuuuuu
dasar-dasar pengetahuan tentang Hadits NabiuuuuuuLocked Mount
 
ulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptx
ulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptxulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptx
ulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptxssuserffaed6
 

Similar to Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if (20)

Tugas ulumul hadits
Tugas ulumul haditsTugas ulumul hadits
Tugas ulumul hadits
 
Ulumul hadis2009
Ulumul hadis2009Ulumul hadis2009
Ulumul hadis2009
 
Ulumul hadis2009
Ulumul hadis2009Ulumul hadis2009
Ulumul hadis2009
 
KELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis h
KELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis hKELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis h
KELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis h
 
hadits mutawatir dan ahad.pptx
hadits mutawatir dan ahad.pptxhadits mutawatir dan ahad.pptx
hadits mutawatir dan ahad.pptx
 
keshahihan Hadits
keshahihan Haditskeshahihan Hadits
keshahihan Hadits
 
studi hadits
studi haditsstudi hadits
studi hadits
 
Hadits ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnya
Hadits ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnyaHadits ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnya
Hadits ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnya
 
Hadits shahih & dhoif
Hadits shahih & dhoifHadits shahih & dhoif
Hadits shahih & dhoif
 
Qurdist 11 semester 2 berlomba dalam kebaikan
Qurdist 11 semester 2 berlomba dalam kebaikanQurdist 11 semester 2 berlomba dalam kebaikan
Qurdist 11 semester 2 berlomba dalam kebaikan
 
Qurdist 10 semester 2 hadist segi kualitas
Qurdist 10 semester 2 hadist segi kualitasQurdist 10 semester 2 hadist segi kualitas
Qurdist 10 semester 2 hadist segi kualitas
 
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas sanad (1).ppt
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi  kuantitas dan kualitas sanad (1).pptKlasifikasi hadis ditinjau dari segi  kuantitas dan kualitas sanad (1).ppt
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas sanad (1).ppt
 
Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)
Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)
Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)
 
Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya''
Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya'' Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya''
Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya''
 
TUGAS QURDIS_KELOMPOK 5_KELAS X4 (PEMAHAMAN HADITS DARI SEGI KUANTITAS DAN KU...
TUGAS QURDIS_KELOMPOK 5_KELAS X4 (PEMAHAMAN HADITS DARI SEGI KUANTITAS DAN KU...TUGAS QURDIS_KELOMPOK 5_KELAS X4 (PEMAHAMAN HADITS DARI SEGI KUANTITAS DAN KU...
TUGAS QURDIS_KELOMPOK 5_KELAS X4 (PEMAHAMAN HADITS DARI SEGI KUANTITAS DAN KU...
 
PPT SYARAT HADITS SHAHIH.pptx
PPT SYARAT HADITS SHAHIH.pptxPPT SYARAT HADITS SHAHIH.pptx
PPT SYARAT HADITS SHAHIH.pptx
 
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
 
Agama hadits
Agama haditsAgama hadits
Agama hadits
 
dasar-dasar pengetahuan tentang Hadits Nabiuuuuuu
dasar-dasar pengetahuan tentang Hadits Nabiuuuuuudasar-dasar pengetahuan tentang Hadits Nabiuuuuuu
dasar-dasar pengetahuan tentang Hadits Nabiuuuuuu
 
ulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptx
ulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptxulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptx
ulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptx
 

More from Azzahra Azzahra

Sejarah Kerajaan Aceh Indonesia
Sejarah Kerajaan Aceh Indonesia Sejarah Kerajaan Aceh Indonesia
Sejarah Kerajaan Aceh Indonesia Azzahra Azzahra
 
SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) Sholahuddin Al Ayyubi
SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) Sholahuddin Al AyyubiSKI (Sejarah Kebudayaan Islam) Sholahuddin Al Ayyubi
SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) Sholahuddin Al AyyubiAzzahra Azzahra
 
ikhlas dan ridla kepada qodlo' dan qodar
ikhlas dan ridla kepada qodlo' dan qodarikhlas dan ridla kepada qodlo' dan qodar
ikhlas dan ridla kepada qodlo' dan qodarAzzahra Azzahra
 
Koloid (dalam kehidupan sehari hari)
Koloid (dalam kehidupan sehari hari)Koloid (dalam kehidupan sehari hari)
Koloid (dalam kehidupan sehari hari)Azzahra Azzahra
 
Akidah akhlaq - adab berpakaian
Akidah akhlaq - adab berpakaianAkidah akhlaq - adab berpakaian
Akidah akhlaq - adab berpakaianAzzahra Azzahra
 

More from Azzahra Azzahra (8)

Sejarah Kerajaan Aceh Indonesia
Sejarah Kerajaan Aceh Indonesia Sejarah Kerajaan Aceh Indonesia
Sejarah Kerajaan Aceh Indonesia
 
SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) Sholahuddin Al Ayyubi
SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) Sholahuddin Al AyyubiSKI (Sejarah Kebudayaan Islam) Sholahuddin Al Ayyubi
SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) Sholahuddin Al Ayyubi
 
ikhlas dan ridla kepada qodlo' dan qodar
ikhlas dan ridla kepada qodlo' dan qodarikhlas dan ridla kepada qodlo' dan qodar
ikhlas dan ridla kepada qodlo' dan qodar
 
PELUANG
PELUANGPELUANG
PELUANG
 
Utsman bin Affan
Utsman bin AffanUtsman bin Affan
Utsman bin Affan
 
Koloid (dalam kehidupan sehari hari)
Koloid (dalam kehidupan sehari hari)Koloid (dalam kehidupan sehari hari)
Koloid (dalam kehidupan sehari hari)
 
Akidah akhlaq - adab berpakaian
Akidah akhlaq - adab berpakaianAkidah akhlaq - adab berpakaian
Akidah akhlaq - adab berpakaian
 
Bartholomeus Dias
Bartholomeus DiasBartholomeus Dias
Bartholomeus Dias
 

Recently uploaded

BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 

Recently uploaded (20)

BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 

Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if

  • 2. 1. Fatimah Azzahra (10/XIA2) 2. Nida Iftina Majida (14/XIA2) 3. Ummu Khonsa (23/XIA2) Anggota:
  • 4.
  • 5. PENGERTIAN HADITS SHAHEH Menurut Bahasa 1. Benar 2. Bagus 3. Dapat dipertanggung jawabkan keahsaannya 4. Sehat
  • 6. Menurut Istilah ُ‫ث‬ْ‫ي‬ِ‫د‬َ‫احل‬‫ل‬ْ‫د‬َ‫ع‬ ُ‫اه‬َ‫و‬َ‫ر‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ ُ‫ح‬ْ‫ي‬ِ‫ح‬َ‫الص‬ِ‫َّص‬‫ت‬ُ‫م‬ ِ‫ط‬ْ‫ب‬َّ‫الض‬ ُّ‫م‬َ‫َت‬ُ‫ل‬ ٍ‫اذ‬َ‫ش‬ َ‫ال‬َ‫و‬ ٍ‫ل‬ِ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ت‬ُ‫م‬ ُ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫غ‬ ِ‫د‬َ‫ن‬َّ‫الس‬ Hadits Shohih yaitu suatu berita hadits yang diriwayatkan oleh para perawi yang adil, sempurna hafalan, bersambung sanadnya, tidak ada cacat yang tersembunyi dan pengertiannya tidak janggal.
  • 7. PENDAPAT ULAMA *Ibnu shalah mengemukakan definisi hadits shaheh, yaitu: “hadits shaheh ialah hadits yang sanadnya bersambungan melalui periwayatan orang yang adil lagi dhabit dari orang yang adil lagi dhabit pula, sampai ujungnya, tidak syaz dan tidak mu’allal (terkena illat) *Ajjaj al-Khatib memberikan definisi hadits shaheh, yaitu: “hadits yang bersambungan sanadnya melalui periwayatan perawi tsiqah dari perawi lain yang tsiqah pula sejak awal sampai ujungnya (rasulullah saw) tanpa syuzuz tanpa illat”
  • 8.
  • 9. SYARAT-SYARAT HADITS SHAHEH ‫ا‬.‫ل‬ِ‫اد‬َ‫ع‬ ُ‫ه‬ُ‫ت‬‫ا‬َ‫و‬َ‫ر‬ ‫ب‬.‫ط‬ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ض‬ ُ‫ه‬ُ‫ت‬‫ا‬َ‫و‬َ‫ر‬ ‫ج‬.‫ل‬ِ‫َّص‬‫ت‬ُ‫م‬ ُ‫ه‬ُ‫د‬َ‫ن‬َ‫س‬ ‫د‬.‫ل‬َّ‫ل‬َ‫ع‬ُ‫م‬ ُ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫غ‬ ُ‫ه‬ُ‫ت‬َ‫اي‬َ‫و‬ِ‫ر‬ ‫ء‬.ُ‫ه‬ُ‫ت‬َ‫اي‬َ‫و‬ِ‫ر‬‫اذ‬َ‫ش‬ ُ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫غ‬ (Perawinya Adil) (Perawinya Dhobit) (Sanadnya bersambung) (Perawinya Tanpa cacat) (Perawinya Tidak Syadz)
  • 10. KETERANGAN SYARAT HADITS SHAHIH a. Perawinya Adil ( ُ‫ه‬ُ‫ت‬‫ا‬َ‫و‬َ‫ر‬‫ل‬ِ‫اد‬َ‫ع‬ ) Bahasa: menempatkan sesuatu pada tempatnya kebalikan dari adil adalah dholim. Istilah: seorang perawi disebut adil apabila memiliki lima unsur yang saling mengikat satu sama lain yaitu: 1. selalu memelihara kepatuhan dan ketaatan kepada Allah swt. 2. mampu menjauhi perbauatan maksiat dan dosa-doasa besar. Contoh: syirik durhaka terhadap ortu, bohong, zina, mblandangke bayaran.
  • 11. 3. mampu menjauhi dosa-dosa kecil. Contoh: berkata kotor, ghibah, jajan ngabrul, njaplak. 4. tidak melakuakan perkara mubah atau diperbolehkan yang akan dapat menggugurkan iman, harga diri dan kehormaatan. Contoh: jam 1 malam seorang ustadz ngangkring di pinggir jalan, memakai sandal selen, dll. 5. tidak memgikuti faham atau aliran yang bertentangan dengan dasar syariat islam, seperti mengkafirkan sesama orang muslim. Contoh: aliran di Indonesia yang bertentangan dengan dasar syariat islam, antara lain Gafatar, Ahmadiyah, Ingkarussunnah, NII, JIL, LDII, dll.
  • 12. Ada beberapa cara menetapkan keadilan periwayat hadits yang disebutkan oleh ulama, yakni berdasarkan: 1. Popularitas keutamaan periwayat tersebut di kalangan ulama hadits 2. Penilaian dari para kritikus periwayat hadits 3. Penerapan kaedah al-jarh wa al-ta’dil. Cara ini ditempuh bila para kritikus periwayat hadits tidak sepakat tentang kualitas pribadi periwayat tertentu.
  • 13. b. Perawinya Dhobit( ُ‫ه‬ُ‫ت‬‫ا‬َ‫و‬َ‫ر‬‫ط‬ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ض‬ ) Bahasa: Sempurna ingatannya atau dhobit. Artinya: ingatan seorang perawi harus lebih banyak daripada lupanya, dan kebenarannya harus lebih banyak dari kesalahannya, menguasai apa yang diriwayatkan memahami maksud dan maknanya. Istilah: seorang perawi yang mempunyai hafalan sangat sempurna serta mamahami isi kandungan terhadap hadits-hadits yang diterimanya, semenjjak dia menerima hadits –hadits tersebut semasa masih menjadi murid hingga menyampaikannya kepada orang lain, yang jaraknya puluhan tahun. KETERANGAN SYARAT HADITS SHAHIH
  • 14. Macam-Macam dhobit: a. Ad-dhobitu Assodri seorang perawi yang mempunyai hafalan yang sempurna serta memahami isi kandungannya terhadap hadits-hadits yang diterimanya semenjak dia menerima hadits-hadits tersebut semasa masih menjadi murid hingga manyampaikannya kepada orang lain, yang jaraknya puluhan tahun dan kekuatan hafalannya ini sanggup dikeluarkan dan disampaikan kepada orang lain (muridnya) kapan pun dan dimana pun dikehendaki secara spontan tanpa harus mengingat-ingat terlebih dahulu.
  • 15. b. Ad-dhobitu Alkitab seorang perawi yang mempunyai hafalan yang sempurna serta memahami isi kandungan terdapat hadits yang diterimanya, semenjak dia menerima hadits-hadits tersebut semasa masih menjadi murid hingga manyampaikannya kepada orang lain, yang jaraknya puluhan tahun hanya saja ketika menyampaikan hadits kepada orang lain, dia menyerahkan buku hadits catatan pribadinya agar dapat dibaca, dipelajari, dan dipahami ataupun diturun oleh para muridnya
  • 16. Kesimpulan: Penulis berkesimpulan bahwa dhobit yang lebih baik adalah Ad-dhobitul Kitab. Alasannya dengan ditinggalkannya sebuah kitab maka hadits yang diturunkan akan sangat awet.
  • 17. c. Sanadnya Bersambung ( ُ‫ه‬ُ‫د‬َ‫ن‬َ‫س‬‫ل‬ِ‫َّص‬‫ت‬ُ‫م‬ ) Sanadnya bersambung maksudnya adalah bahwa setiap rawi hadits yang bersangkutan benar- benar menerimanya dari rawi yang berada diatasnya dan begitu selanjutnya sampai kepada pembicara yang pertama. Sanad suatu hadits dianggap tidak bersambung bila terputus salah seorang atau lebih dari rangkaian para rawinya. Boleh jadi rawi yang dianggap putus itu adalah seorang rawi yang dlo'if, sehingga hadits yang bersangkutan tidak shaheh. Tidak terdapat keseragaman pendapat para ulama mengenai konsep kebersambungan sanad ini.
  • 18. Menurut al-Bukhari sebuah sanad dikatakan bersambung apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Al-liqa’, yakni adanya pertautan langsung antara satu perawi dengan perawi berikutnya, yang ditandai dengan adanya sebuah aksi pertemuan antara murid yang mendengar secara langsung suatu hadits dari gurunya. b. Al-mu’asharah, yakni bahwa sanad diklaim bersambung apabila terjadi persamaan masa hidup antara seorang guru dengan muridnya.
  • 19. Secara ringkas, dapat dinyatakan bahwa suatu hadits dinyatakan bersambung sanadnya apabila: 1. Pada seluruh periwayat dalam sanad itu terjadi pertemuan langsung, yakni adanya hubungan antara guru-murid, sehingga seorang perawi bertemu dengan guru atau orang yang meriwayatkan hadits kepadanya, dan bertemu langsung dengan murid yang meriwayatkan hadits darinya. 2. Antara masing-masing periwayat dengan periwayat terdekat sebelumnya dalam sanad itu benar-benar telah terjadi hubungan periwayatn hadits menurut ketentuan (proses penerimaan dan periwayatan hadits) tahammul wa ada’ al-hadits. Mayoritas ulama hadits menempatkan periwayan dengan metode al-sama’ pada peringkat tertinggi.
  • 20. d. Perawinya Tidak Cacat (‫ل‬َّ‫ل‬َ‫ع‬ُ‫م‬ ُ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫غ‬ ُ‫ه‬ُ‫ت‬َ‫اي‬َ‫و‬ِ‫ر‬) Maksudnya ialah bahwa hadits yang bersangkutan terbebas dari cacat haditsnya. Yakni hadits itu terbebas dari sifat-sifat samar yang membuatnya, meskipun tampak bahwa hadits itu tidak menunjukan adanya cacat-cacat tersebut. Jadi hadits yang mengandung cacat itu bukan hadits yang shaheh. ‘Illat disini adalah cacat yang menyelinap pada sanad hadits.
  • 21. Kecacatan tersebut pada umumnya berbentuk sebagai berikut: 1. Sanad yang tampak bersambung (muttashil) dan sampai kepada Nabi (marfu’) ternyata muttashil tetapi hanya sampai kepada sahabat (mawquf). 2. Sanad yang tampak muttashil dan marfu’ ternyata muttashil tetapi hanya riwayat sahabat dari sahabat lain (mursal). 3. Terjadi percampuran dengan hadits lain. 4. Kemungkinan terjadi kesalahan penyebutan perawi yang memiliki kesamaan nama, padahal kualitas pribadi dan kapasitas intelektualnya (tsiqah) tidak sama.
  • 22. e. Periwayatannya tidak Syadz ( ُ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫غ‬ ُ‫ه‬ُ‫ت‬َ‫اي‬َ‫و‬ِ‫ر‬‫اذ‬َ‫ش‬ ) Syadz adalah suatu kondisi dimana seorang rawi berbeda dengan rawi yang lain yang lebih kuat posisinya. Kondisi ini dianggap janggal karena bila ia berada dengan rawi yang lain yang lebih kuat posisinya, baik dari segi kekuatan daya ingatnya atau hapalannya atau pun jumlah mereka lebih banyak, maka para rawi yang lain itu harus diunggulkan, dan ia sendiri disebut syadz atau janggal. Dan karena kejanggalannya maka timbulah penilaian negatif terhadap periwayatan hadits yang bersangkutan. KETERANGAN SYARAT HADITS SHAHIH
  • 23. Sebenarnya kejanggalan suatu hadits itu akan hilang dengan terpenuhi syarat-syarat sebelumnya, karena para muhaditsin menganggap bahwa ke-dhabit-an telah mencakup potensi kemampuan rawi yang berkaitan dengan jumlah hadits yang dikuasainya. Boleh jadi terdapat kekurangpastian dalam salah satu haditsnya, tanpa harus kehilangan predikat ke-dhabit-annya sehubungan dengan hadits-hadits yang lain. Kekurangpastian tersebut hanya mengurangi keshahehan hadits yang dicurigai saja.
  • 24. Terdapat tiga pendapat berkenaan dengan denifisi syadz, yakni 1. Pendapat yang dimajukan al-Syafi’I, menyatakan bahwa hadits baru dinyatakan mengandung syadz bila hadits yang diriwayatkan oleh seorang perawi tsiqah bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang juga bersifat tsiqah. Dengan demikian hadits syadz itu tidaklah disebabkan oleh kemenyedirian individu perawi dalam sanad hadits, dan juga tidak disebabkan perwai yang tidak tsiqah
  • 25. 2. Menurut Al-Khalili, sebuah hadits dinyatakan mengandung syadz apabila hanya memeiliki satu jalur saja, baik hadits tersebut diriwayatkan oleh perawi yang tsiqah maupun yang tidak, baik btertentangan atau tidak. Dengan demikian, hadits syadz bagi al-Khalili sama dengan hadits yang berstatus fard mutlaq. Alasan yang dimajukan al-Khalili adalah karena hadits yang berstatus fard mutlaq itu tidak memiliki syahid , yang memunculkan kesan bahwa perawinya syadz, bahkan matruk. 3. Ketiga, pendapat yang dikemukakan oleh al-Naisaburi bahwa hadits diklaim syadz apabila hadits tersebut diriwayatkan oleh seorang perawi yang meriwayatkan hadits tersebut. Dengan demikian, kerancuan (syadz) sebuah sanad hadits disebabkan oleh kemenyendirian perawi, dan tidak disebabkan oleh ketidaktsiqatan seorang perawi hadits.
  • 26. 1. Ahmadiyah (Al Qadiyaniah) SEJARAH: muncul di akhir abad 19 M di Qadiyan salah satu wilayah Punjab India, aliran baru ini beruntung hidup di atas pemeliharaan penjajahan Inggris. Pendirinya bernama Mirza Gulam Ahmad Al Qadiyani, dilahirkan tahun 1265 H. di Qadiyan. Mirza telah memulai aktifitasnya sebagai da’i Islam, kemudian mengaku sebagai pembaharu dan mendapat wahyu dari Allah, akhrinya secara berangsur-angsur ia mengaku sebagai Imam Mahdi Al Muntadzar dan Al Masih yang dinanti B. ALIRAN SESATDI INDONESIA
  • 27. Nampaknya pengakuannya sebagai Al-Masih tidak mendapatkan respon yang baik dan target yang diharapkan, maka ia beralih mengaku sebagai Nabi Muhammad saw. TOKOH: 1. Mirza Ghulam Ahmad 2. Al Hakim Nuruddin Al Bahriry 3. Mahmud Ahmad bin Gulam Ahmad 4. Al Khawajah Kamaluddin
  • 28. PENYIMPANGAN: 1. Mengakui ada nabi setelah nabi Muhammad saw. yaitu Mirza 2. berkeyakinan bahwa ALLAH puasa, salat, tidur dan salah, Maha Besar Allah dari perkataan mereka. 3. Mereka menghalalkan minuman keras 4. Setiap muslim menurut mereka kafir sehingga masuk ke dalam Ahmadiyah 5. Mereka diseru untuk meninggalkan Jihad;
  • 29. *2. NII SEJARAH: organisasi Darul Islam yang pada mulanya bernama Majlis Islam adalah organisasi dibawah Masyumi yang kemudian memisahkan diri. Kemudian berjuang dengan alat senjata, mendirikan negara dalam negara. TOKOH: 1. S. M. Kartosoewirjo ALIRAN SESATDI INDONESIA
  • 30. * PENYIMPANGAN: 1. Setiap muslim yang berada di luar gerakan tersebut dituduh kafir dan dinyatakan halal darahnya. 2. Dosa karena melakukan zina dan perbuatan maksiat lainnya dapat ditebus dengan uang dalam jumlah yang telah ditetapkan. 3. Tidak ada kewajiban meng-qadha saum Ramadan, tetapi cukup hanya dengan membayar uang dalam jumlah yang telah ditetapkan. 4. Qanun asasi (aturan dasar) gerakan tersebut dianggap lebih tinggi derajatnya dibadingkan kitab suci Alquran, bahkan tidak berdosa bila menginjak Mushaf Alquran. 5. Tidak wajib melaksanakan ibadah haji kecuali telah menjadi mas’ul atau pimpinan dalam jumlah yang ditetapkan.
  • 31. *3. JIL SEJARAH: Kisah ini bermula dari sebuah mailing list (milis) bernama islamliberal@yahoogroups.com pada kurun waktu awal milenium. Sosialisasi milis ini pun belum tersebar secara merata. Beberapa mahasiswa muslim, dan juga dosen masih terpencar untuk disatukan dalam milis ini. Mereka masih bercerai berai pada milis-milis kecil dan kelompok-kelompok kajian di beberapa kalangan. Namun yang jelas, wacana ataupun isu seputar Liberalisasi Islam bukanlah barang baru. Wacana akan hadirnya Islam liberal secara merata di seluruh daerah sudah sempat dimulai oleh beberapa kalangan, bahkan jauh sebelum ide sekularisasi oleh Nurcholish Madjid mengemuka pada tahun 1970-an. ALIRAN SESATDI INDONESIA
  • 32. TOKOH:: 1. Nurcholis Madjid 2. Djohan Efendi 3. Ahmad Wahib 4. Abdurrahman Wachid PENYIMPANGAN: 1. mengatakan bahwa semua agama sama, semuanya menuju jalan kebenaran, jadi Islam bukan yang paling benar 2. Para tokoh JIL menafsirkan Islam hanya sebagai sikap pasrah kepada Tuhan. 3. mengatakan bahwa larangan kawin beda agama, dalam hal ini antara perempuan Islam dengan lelaki non-Islam sudah tidak relevan lagi.
  • 33. 4. GAFATAR SEJARAH: Terbentuknya ormas Gafatar dimulai dari pecahnya antara Ahmad Mussadek dan Panji Gumilang, yang keduanya adalah anggota NII (Negara Islam Indonesia). Setelah pecah kongsi itu, lalu Panji Gumilang mendirikan ormas baru bernama NIM. Sementara itu, Mussadek mendirikan Alqiyadah Al- Islamiah, setelah itu diganti menjadi menjadi Komunitas Millah Abraham (Komar). Komar ini tidak bertahan lama. Apalagi, setelah Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan fatwa bahwa ormas ini sesat. Diperkuat lagi dengan putusan pidana empat tahun terhadap pimpinannya, Ahmad Mussadek pada 2009 lalu. Selanjutnya untuk menghilangkan jejak, akhirnya ganti kulit menjadi ormas Gafatar yang dipimpin Mahful Muis Manurung, dengan meng- cover kegiatannya yang bersifat sosial ALIRAN SESATDI INDONESIA
  • 34. TOKOH: 1. Ahmad Mussadek 2. Mahful Muis Manurung PENYIMPANGAN: 1. Gafatar dinilai menyebarkan ajaran Islam dan sejumlah agama lain dengan cara menyatukan berbagai agama menjadi satu kepercayaan. 2. Gafatar merupakan metamorfosis dari Komunitas Millah Abraham (Komar). Sebelumnya, organisasi tersebut juga merupakan metamorfosis dari organisasi Al-Qiyadah al-Islamiyah. 3. Ajaran Gafatar mempercayai Ahmad Mushadeq sebagai Al-Masih Al’Maw’ud, Mesias (juru selamat) yang dijanjikan menggantikan Nabi Muhammad saw.
  • 35. 5. Inkar sunnah SEJARAH: Sejarah perkembangan Ingkar Sunnah hanya terjadi dua masa, yaitu masa klasik dan masa modern, diantaranya sebagai berikut: 1. INKAR SUNNAH KLASIK Ingkar Sunnah klasik terjadi pada masa Imam Asy-Syafi’i (wafat 204 H) yang menolak kehujjahan sunnah dan menolak sunnah sebagai sumber hukkum Islambaik muttawatir atau ahad. Imam Asy-Syafi’i yang dikenal sebagai Nashir As- Sunnah (pembela Sunah) pernah didatangi oleh seseorang yang disebut sebagai ahli tentang mazhab teman-temannya yang menolak seluruh sunnah,baik muttawatir maupun ahad. ALIRAN SESATDI INDONESIA
  • 36. Ia datang untuk berdiskusi dan berdebat dengan Asy-Syafi’i secara panjang lebar dengan berbagai argumentasi yang ia ajukan. Namun, semua argumentasi yang dikemukakan orang tersebut dapat ditangkis oleh Asy-Syafi’i dengan jawaban yang argumentatif, ilmiah, dan rasional sehingga akhirnya ia mengakui dan menerima sunnah Nabi. 2. Ingkar Sunnah Modern sebagaimana pembahasan di atas, bahwa Ingkar Sunnah Klasik lahir di Irak (kurang lebih abad 2 H/7 M), kemudian menetas kembali pada abad modern di India (kurang lebih abad 19 M/ 13 H), setelah hilang dari peredarannya kurang lebih 11 abad. Baru muncul ingkar sunnah di Mesir (pada abad 20 M).
  • 37. Sebab utama pada awal timbulnya Ingkar Sunnah modern ini ialah akibat pengaruh kolonialisme yang semakin dahsyat sejak awal abad 19 M di dunia Islam, terutama di India setelah terjadinya pemberontakan melawan kolonial Inggris 1857 M. Berbagai usaha-usaha yang dilakukan kolonial untuk perdangkalan ilmu agama dan umum, penyimpangan aqidah melalui pimpinan-pimpinan umat Islam dan tergiurnya mereka terhadap teori-teori Barat untuk memberikan interpretasi hakekat Islam. Seperti yang dilakukan oleh Ciragih Ali, Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadliyani dan tokoh-tokoh lain yang menghindari hadis-hadis jihad dengan pedang, dengan cara mencela-cela hadis tersebut. Di samping ada usaha dari pihak umat Islam menyatukan berbagai Mazhab hukum Islam, Syafi’i, Hanbali, Hanafi, dan Maliki ke dalam satu bendera yaitu Islam, akan tetapi pengetahuan keislaman mereka kurang mendalam.
  • 38. Tokoh : 1. Ciragih Ali 2. Mirza Ghulam Ahmad Al-Qadliyani Penyimpangan : 1. Tidak percaya kepada semua hadis Rasulullah. Menurut mereka hadis itu karangan Yahudi untuk menghancurkan Islam dari dalam. 2. Dasar hukum Islam hanya Alquran saja. 3. Syahadat mereka; Isyhadu bi anna muslimin. 4. Shalat mereka bermacam-macam, ada yang shalatnya dua rakaat – dua rakaat dan ada hanya elling saja (ingat). 5. Puasa wajib hanya bagi orang yang melihat bulan saja, kalu seorang saja yang melihat bulan, maka dialah yang wajib berpuasa.
  • 39. 6. Haji boleh dilakukan selama 4 bulan haram yaitu Muharram Rajab, Zulqai’dah, dan Zulhijjah. 7. Pakaian ihram adalah pakaian Arab dan membuat repot. Oleh karena itu, waktu mengerjakan haji boleh memakai celana panjang dan baju biasa serta memakai jas/dasi. 8. Rasul tetap diutus sampai hari kiamat. 9. Nabi Muhammad tidal berhak menjelaskan tentang ajaran Alquran (kandungan isi Alquran). 10. Orang yang meninggal dunia tidak dishalati karena tidak ada perintah Alquran.
  • 40. 6. LDII SEJARAH: Organisasi LDII pertama kali berdiri pada tahun 1972 dengan nama Yayasan Lembaga Karyawan Islam (YAKARI). Pada Musyawarah Besar (Mubes) tahun 1981 namanya diganti menjadi Lembaga Karyawan Islam (LEMKARI), dan pada Mubes tahun 1990 sesuai arahan Jenderal Rudini sebagai Menteri Dalam Negeri (Mendagri) waktu itu, nama LEMKARI yang sama dengan akronim Lembaga Karate-Do Indonesia diubah menjadi Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII).
  • 41. PENYIMAPANGAN : 1. Menganggap kafir orang Muslim di luar jama’ah LDII. 2. Menganggap najis Muslimin di luar jama’ah LDII dengan cap sangat jorok. 3. Menganggap sholat orang Muslim selain LDII tidak sah. TOKOH: 1. Nur Hasyim 2. Wijono 3. Edi Masyadi 4. Bahroni Hertanto 5. Soetojo Wirjo Atmodjo
  • 42. 7. ISIS : SEJARAH: Salah satu pemimpin dari para pejuang Irak yang paling dikagumi rakyat Irak adalah Abu Mush'ab Al Zarqowi (Ada juga yang menyebut Abu Musa Al Zarqawi) yang merupakan figur dari dari kelompok pejuang Jihad wa tauhid, sampai akhirnya AL Zarqawi meninggal, kemudian kelanjutan dari perjuangan rakyat Irak maka para pejuang Irak membentuk suatu dewan syura. yang akhirnya mendeklarasikan Daulah Islam Iraq (DAI). Untuk pemimpinnya dipilih Abu Umar al Baghdady. Sampai disini semua berjalan masih normal tetapi kemudian roh DAI menjadi berbeda ketika Abu Umar terbunuh dan diganti dengan tidak normal oleh Abu Bakar Al Baghdady pada 15 Mei 2010 , dimana Abu Bakar Al-Bagdady ini tidak dikenal oleh para Mujahidin senior Jihad Wa Tauhid, dia menjadi pemimpin karena peran Haji Bakar ALIRAN SESATDI INDONESIA
  • 43. Ketika terjadi revolusi Suriah tahun 2011 maka sebagian pejuang asal suriah dari Irak kembali ke Suriah untuk melawan tindakan kejam dari presiden Bashar Assad dengan membentuk Jabhat Al Nusrah (JN) yang merupakan kelompok terbesar dari pejuang Suriah. Sedikit demi sedikit beberapa kota mulai di bebaskan. Ketika sudah banyak daerah dibebaskan tiba-tiba Abu Bakar Al Baghdady pada tahun 2013 mengatakan bahwa JN dihapus dan dijadikan Daulah Islam Irak dan Syam / DAIS atau ISIS (islamic state in Irak and Syam) TOKOH : Abu Mush'ab Al Zarqowi Abu Umar al Baghdady
  • 44. PENYIMPANGAN : 1. Mengklaim Bahwa Pimpinan Mereka Adalah Sebagai Khalifah Yang Wajib Dibaiat Dan Ditaati Oleh Setiap Muslim. 2. Mengkafirkan Setiap Muslim Yang Tidak Mau Membai’at Khalifah Mereka. 3. Menghalalkan Darah Setiap Orang Yang Tidak Mau Membai’at Khilafah Mereka.
  • 45. 8. SYIAH SEJARAH: Syi'ah adalah suatu aliran yang timbul sejak pemerintahan Utsman bin Affan yang dikomandoi oleh Abdullah bin Saba', seorang Yahudi dari Yaman. Setelah terbunuhnya Utsman bin Affan, lalu Abdullah bin Saba' mengintrodusir ajarannya secara terang-terangan dan menggalang massa untuk memproklamirkan bahwa kepemimpinan (imamah) sesudah Nabi saw sebenarnya ke tangan Ali bin Abi Thalib karena suatu nash (teks) Nabi saw. Namun, menurut Abdullah bin Saba', Khalifah Abu Bakar, Umar, Utsman telah mengambil alih kedudukan tersebut. ALIRAN SESAT DI INDONESIA
  • 46. Keyakinan itu berkembang sampai kepada menuhankan Ali bin Abi Thalib. Berhubung hal itu suatu kebohongan, maka diambil tindakan oleh Ali bin Abi Thalib, yaitu mereka dibakar, lalu sebagian mereka melarikan diri ke Madain. Aliran Syi'ah pada abad pertama hijriyah belum merupakan aliran yang solid sebagai trend yang mempunyai berbagai macam keyakinan seperti yang berkembang pada abad ke-2 hijriyah dan abad-abad berikutnya.
  • 47. TOKOH: 1. Abdullah bin Saba' PENYIMPANGAN: 1. Keyakinan bahwa imam sesudah Rasulullah saw adalah Ali bin Abi Thalib, sesuai dengan sabda Nabi saw. Karena itu para Khalifah dituduh merampok kepemimpinan dari tangan Ali bin Abi Thalib ra. 2. Keyakinan bahwa imam mereka maksum (terjaga dari salah dan dosa) 3. Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam yang telah wafat akan hidup kembali sebelum hari Kiamat untuk membalas dendam kepada lawan- lawannya, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dll.
  • 48. 4. Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam mengetahui rahasia ghaib, baik yang lalu maupun yang akan datang. 5. Keyakinan tentang ketuhanan Ali bin Abi Thalib yang dideklarasikan oleh para pengikut Abdullah bin Saba' dan akhirnya mereka dihukum bakar oleh Ali bin Abi Thalib karena keyakinan tersebut. 6. Keyakinan mengutamakan Ali bin Abi Thalib atas Abu Bakar dan Umar bin Khattab. 7. mencaci maki para Sahabat atau sebagian Sahabat
  • 49. 9. Darul Arqam Sejarah: Aliran sesat ini termasuk pemain lama yang sempat beberapa kali dilarang gerakannya. Sekarang menjelma menjadi aliran sesat yang tidak mau di anggap sebagai Darul arqom. Di Indonesia mereka menamai diri mereka kelompok hawariyun. namun pokok-pokok ajarannya masih sama. Kelompok ini berpusat di Malaisya Aliran ini di dirikan oleh Ashari Muhammad atau biasa di panggil Abuya, lelaki yang mengaku bermimpi bertemu dengan imam mahdi. Tokoh: Ashari Muhammad ALIRAN SESATDI INDONESIA
  • 50. Penyimpangan: Ajaran kesesatan mereka tampak seperti keyakinan mereka bahwa Abuya A. M. adalah tafsir Al-Qur’an dan As-Sunnah yang bergerak. Mereka menambahkan dua kalimat syahadat. Selain kalimat syahadat kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka menambahkan dengan kalimat syahadat kepada Abu Bakar, ‘Umar, Utsman, ‘Ali dan kepada Muhammad bin Abdillah As- Suhaimi yaitu tokoh sentral darul arqom. Abuya A.M. juga membuat ramalan-ramalan, jadwal Tuhan dan lain sebagainya.
  • 51.
  • 52. Hadits shaheh li Dzatihi, yaitu hadits yang mencakup semua syarat-syarat atau sifat- sifat hadits maqbul secara sempurna. Dinamakan “shaheh li Dzatihi” karena telah memenuhi semua syarat shaheh,dan tidak butuh dengan riwayat yang lain untuk sampai pada puncak keshahehan, keshahehannya telah tercapai dengan sendirinya.
  • 53. ِ‫ا‬ َ‫ال‬ ْ‫ن‬َ‫ا‬ ِ‫ة‬َ‫اد‬َ‫ه‬َ‫ش‬ ِ‫س‬َْ‫َخ‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫م‬ َ‫َل‬ْ‫س‬ِ‫إل‬ َ ِ‫ِن‬ُ‫ب‬ِ‫م‬َُ‫ُم‬ َّ‫ن‬َ‫ا‬ َ‫و‬ َّ‫اَّلل‬ َّ‫ال‬ِ‫ا‬ َ‫ه‬َ‫ل‬ُ‫ل‬ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ ً‫د‬ ‫ا‬ َ‫و‬ ِ‫اة‬َ‫ك‬َّ‫الز‬ ِ‫اء‬َ‫ت‬ِ‫ئ‬ َ‫و‬ ِ‫ة‬ َ‫َل‬َّ‫الص‬ ِ‫ام‬َ‫ق‬ِ‫ا‬ َ‫و‬ َِّ‫اَّلل‬َ‫ن‬‫ا‬َ‫ض‬َ‫م‬َ‫ر‬ ِ‫م‬ْ‫و‬َ‫ص‬ َ‫و‬ ِ‫ج‬َ‫حل‬ Arti: Rasulullah saw. Bersabda islam itu dibangun atas lima perkara syahadat bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat berhaji dan puasa Romadhon
  • 54. Hadits shaheh li ghairihi, yaitu hadits hasan li dzatihi (tidak memenuhi secara sempurna syarat-syarat tertinggi hadits maqbul), yang diriwayatkan melalui sanad yang lain yang sama atau lebih kuat darinya. Dinamakan hadits shaheh li ghairihi karena predikat keshahehannya diraih melalui sanad pendukung yang lain.
  • 55. ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ت‬‫ر‬ِ‫م‬َُ‫َل‬ ‫ي‬َِّ‫م‬ُ‫ا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫ق‬ُ‫ش‬َ‫ا‬ ْ‫ن‬َ‫ا‬ َ‫َل‬ ْ‫و‬َ‫ل‬ِ َ‫ا‬َ‫ل‬ ِ‫و‬‫ل‬ُ‫ل‬ َ‫د‬ْ‫ن‬ِ‫ع‬ ِ ‫ا‬َ‫و‬ِ ‫و‬ِ‫ل‬ (‫الرتمذي‬ ‫و‬ ‫البخار‬ ‫رواه‬) Arti: seandainya aku tidak menyusahkan ummatku pastilah aku perintahkan mereka untuk menggosok gigi tiap akan sholat
  • 56. Kedudukan hadits memang berada pada urutan nomor dua setelah Al-Quran. Namun bukan berarti kalau keduanya sekilas terkesan saling berbeda, lalu yang satu harus kalah. Karena tiap ayat atau hadits masih mengandung hukum yang perlu dikupas lebih dalam. Ada dalil yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus, maka yang khusus punya tempat tersendiri.
  • 57. Bahkan ada dalil yang berbeda berlakunya, di mana yang keluar berlakangan akan berlaku dan yang keluar lebih dahulu dihapus oleh yang datang belakangan. Sehingga sangat dimungkinkan ada ayat Al-Quran yang dihapus hukumnya (bukan lafadznya) hanya oleh sebuah hadits shaheh. Lantaran hadits shaheh ini keluar belakangan. Setidaknya, jumhur ulama mengatakan demikian. Jadi tidak semata-mata urut kacang, tetapi kita harus membedah detail tiap ayat atau hadits. Dan memang mutlak dibutuhkan ilmu fiqih dan ushul fiqih dalam masalah ini. Sebenarnya bukan kecenderungan untuk memakai hadits shaheh, tetapi kembali kepada detail kandungan hukum. Umumnya hadits lebih detail, lebih khusus dan lebih menukik dibandingkan dengan ayat Al-Quran yang masih bersifat umum. Kalau kesannya lebih mendahulukan hadits dari pada Al-Quran, hal itu tidak benar. Sebab dalil yang umum akan dikalahkan oleh dalil yang khusus.
  • 58. Para ulama sepakat bahwa salah satu syarat suatu hadits dinyatakan shaheh adalah bila hadits itu diriwayatkan oleh perawi yang adil, namun mereka berbeda dalam meletakkan syarat-syarat adil itu. Boleh jadi, satu hadits dinyatakan shaheh karena perawinya dianggap adil oleh satu ulama (sesuai dg syarat adil yang dia susun), tetapi tidak dipandang adil oleh ulama yang lain (karena tidak memenuhi syarat adil yg dia yakini). Persoalan lain adalah, bagaimana melakukan tarjih (memilih mana hadits yang paling kuat) diantara dua hadits yang saling bertentangan. Boleh jadi, sebagian ulama mengatakan hadits yang satu telah menghapus (nasikh) hadits yang satu lagi. Namun, sebagian ulama berpendapat bahwa boleh jadi hadits yang satu bersifat umum, sedangkan hadits yang lain bersifat mengecualikan keumuman itu.
  • 59. Bagaimana bila teks hadits terlihat seakan-akan bertentangan dengan teks Qur'an. Sebagian ulama langsung berpegang pada teks Qur'an dan meninggalkan teks hadits (ini yang dilakukan mazhab Zhahiri ketika tidak mengharamkan pria memakai cincin dari emas), akan tetapi sebagian lagi mengatakan bahwa hadits merupakan penjelas maksud ayat, sehingga tidak perlu meninggalkan salah satunya, tetapi menggabungkan maknanya (ini yang dilakukan jumhur ulama ketika mengharamkan pria memakai cincin dari emas).
  • 60. Dalam istilah para Ulma Hadits, berkaitan dengan kualitas para perawi atau Sanad suatu Hadits, dikenal dengan apa yang disebut dengan Ashahh al-Asanid Ashahhul Asanid. yaitu jalur sanad yang dianggap para perawi paling shaheh berdasarkan kesempurnaan pemenuhan syarat- syarat keshahehan suatu hadits. Al-Khatib mengemukakan, bahwa dikalangan ulama terdapat perbedaan pendapat mengenai ashahhul asanid.
  • 61. Adapun Ashahh al-Asanid yang dianggap paling Shahi adalah sebagai berikut. 1. Ashahh al-Asanid, menurut versi Ishaq ibn Rahawaih dan Ahmad adalah: Az-zuhri dari Salim dari ayahnya (‘Abdullah ibn Umar ibn Al- Khaththab). 2. Ashahh al-Asanid, menurut versi Ibn al- Madinihdan Al- Fallas adalah: Ibn Sirin dari “Ubaidah dariAli ibn Abi Thalib. 3. Ashahh al-Asanid, menurut versi Ibn Ma’in adalah: Al- A’masy dari Ibrahim dari ‘Alqamah dari ‘abd Allah ibn Mas’ud. 4. Ashahh al-Asanid, menurut versi Abu Bakar bin Syabah adalah: Az-Zuhri dari Ali ibn al- Husain dari ayahnya dari Ali ibn Abi Thalib. 5. Ashahh al-Asanid, menurut versi Bukhari adalah: Malik dari Nafi’ dari Ibn Umar.
  • 62. Namun pendapat yang kuat dalam masalah ini adalah bahwa kita tidak dapat menentukan sebua Sanad tertentu sebagai Sanad yanng paling shaheh karena perbedaan tingkat ke- shaheh-an sebuah Hadits ketika tepenuhinya syarat-syarat ke-shaheh-an suatu Hadits. Kita hanya dapat menyimpulkan bahwa Ashahh al- Asanid, diatas lebih kuat dari Sanad yang tidak mendapatkan predikat tersebut. Tidak lebih dari itu.
  • 63. Dari segi persyaratan shaheh yang terpenuhi dapat dibagi menjadi 7 tingkatan, dari tingkat yang tertinggi sampai dengan tingkat yang terendah, yaitu sebagai berikut: 1. Hadits Muttafaqun ‘alaih atau Muttafaqun ‘Alaih Shihhatihi Yaitu hadits shahih yang telah disepakati oleh kedua imam hadits Bukhari dan Muslim tentang sanadnya. Contoh: َ‫ال‬َ‫ق‬ ٍْ‫ْي‬َ‫ب‬ُ‫ج‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬ ِ‫د‬ْ‫ي‬ِ‫ع‬َ‫س‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬:ِ‫م‬ ٍ‫ان‬َ‫ي‬ْ‫ت‬ِ‫ف‬ِ‫ب‬ َّ‫ر‬َ‫م‬ُ‫ه‬َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ر‬ْ‫ي‬َ‫ط‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ب‬َ‫ص‬َ‫ن‬ ْ‫د‬َ‫ق‬ ٍ‫ش‬ْ‫ي‬َ‫ر‬ُ‫ق‬ ْ‫ن‬ُ‫ه‬َ‫ن‬ْ‫و‬ُ‫م‬ْ‫ر‬َ‫ي‬ ‫م‬ ِ‫م‬ ٍ‫ة‬َ‫ئ‬ِ‫اط‬َ‫خ‬ َّ‫ل‬ُ‫ك‬ِْ‫ْي‬َّ‫ط‬‫ال‬ ِ‫ب‬ِ‫اح‬َ‫ص‬ِ‫ل‬ ‫ا‬ْ‫و‬ُ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬ ْ‫د‬َ‫ق‬َ‫و‬ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ن‬ ْ‫ن‬.َ‫م‬ُ‫ع‬ َ‫ن‬ْ‫اب‬ ‫ا‬ُ‫َو‬‫أ‬َ‫ر‬ ‫ا‬َّ‫م‬َ‫ل‬َ‫ف‬َ‫ر‬ ‫ا‬ْ‫و‬ُ‫ق‬َّ‫ر‬َ‫ف‬َ‫ت‬,َ‫ر‬َ‫م‬ُ‫ع‬ ُ‫ن‬ْ‫ب‬ِ‫ا‬ َ‫ال‬َ‫ق‬َ‫ف‬:َ‫ل‬ ‫ا؟‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ف‬ ْ‫ن‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ف‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ ُ‫هللا‬ َ‫ن‬َ‫ع‬.ُ‫س‬َ‫ر‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ِ‫هللا‬ َ‫ل‬ْ‫و‬ َ‫ش‬ َ‫ذ‬ََّ‫اَّت‬ ِ‫ن‬َ‫م‬ َ‫ن‬َ‫ع‬َ‫ل‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬‫ا‬ًًَ‫ر‬َ‫غ‬ ُُْ‫و‬ُّ‫الر‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬ِ‫ف‬ ‫ا‬ً‫ئ‬ْ‫ي‬(‫ع‬ ‫متفق‬‫ليه‬)
  • 64. "Diriwayatkan dari Sa'id bin Jubair beliau berkata: Ibnu 'Umar melewati beberapa pemuda Quraisy yang mengikat seekor burung untuk mereka jadikan sebagai sasaran bidikan panah dan mereka membayar kepada pemilik burung tersebut pada setiap kali bidikan mereka meleset. Tatkala mereka melihat Ibnu 'Umar, mereka bubar, lalu Ibnu 'Umar bertanya: Siapa yang melakukan ini? Allah mengutuk orang yang melakukan ini. Sungguh Rasulullah saw. mengutuk orang yang menjadikan makhluk bernyawa sebagai sasaran". (Muttafaqun 'Alaih)
  • 65. 2. Infarada Bihil Bukhari Yaitu diriwayatkan oleh imam Bukhari sendiri sedangkan imam Muslim tidak meriwayatkannya. Contoh: َ‫ص‬ ِِ‫َّب‬‫ن‬‫ال‬ ِ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ َ‫ى‬ًَِ‫ر‬ َ‫ة‬َ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫ر‬ُ‫ه‬ ِ‫ِب‬َ‫ا‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬َ‫ال‬َ‫ق‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬:ُ‫هللا‬ َ‫ال‬َ‫ق‬َ‫ال‬َ‫ع‬َ‫ت‬: ِ‫ِب‬ ‫ى‬َ‫ط‬ْ‫َع‬‫أ‬ ‫ل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬ ِ‫ة‬َ‫ام‬َ‫ي‬ِ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫م‬ْ‫و‬َ‫ي‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫م‬ْ‫ص‬َ‫خ‬ َ‫ََن‬‫أ‬ ‫ة‬َ‫ث‬َ‫َل‬َ‫ث‬َ‫أ‬َ‫ف‬ ‫ا‬ًّ‫ر‬ُ‫ح‬ َ‫ع‬َ‫َب‬ ‫ل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬َ‫و‬ َ‫ر‬َ‫د‬َ‫غ‬ َُّ‫ُث‬ُ‫ه‬َ‫ن‬ََ‫َث‬ َ‫ل‬َ‫ك‬ ْ‫ع‬ُ‫ي‬ َْ‫َل‬َ‫و‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫َف‬ْ‫و‬َ‫ت‬ْ‫اس‬َ‫ف‬ ‫ا‬ً‫ر‬ْ‫ي‬ ِ‫ج‬ َ‫ر‬َ‫ج‬ْ‫أ‬َ‫ت‬ْ‫اس‬ ‫ل‬ُ‫ج‬َ‫ر‬َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫ر‬ْ‫َج‬‫أ‬ ِ‫ه‬ِ‫ط‬(‫البخارى‬ ‫اه‬‫و‬‫ر‬)
  • 66. "Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi saw. beliau bersabda: Allah berfirman: Ada tiga macam (golongan manusia) yang menjadi musuh-Ku pada hari kiamat: 1) Orang yang berjanji dengan nama-Ku kemudian tidak diakuinya, 2) Orang yang menjual orang yang merdeka, kemudian dimakannya uang harganya, dan 3) Orang yang mengupah kepada pekerja dan setelah diselesaikan pekerjannya tidak dibayar upahnya". (HR. Bukhari)
  • 67. 3. Infarada Bihil Muslim Hanya diriwayatkan oleh imam muslim sendiri sedang imam Bukhari tidak merwayatkannya. Contoh: َ‫ل‬ َِّ‫اَّلل‬ ُ‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ال‬َ‫ق‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ َُّ‫اَّلل‬ َ‫ى‬ِ‫ض‬َ‫ر‬ ََ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫ر‬ُ‫ه‬ ‫َيب‬‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َُّ‫اَّلل‬ ‫ى‬َّ‫ل‬:َ‫ر‬ْ‫ف‬َ‫ي‬ َ‫َل‬‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ ْ ْ‫ن‬ِ‫ا‬ ً‫ة‬َ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫.م‬ َ‫ه‬ِ‫ر‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬َ‫ر‬َ‫خ‬‫آ‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ي‬ِ‫ض‬َ‫ر‬ ‫ا‬ً‫ق‬ُ‫ل‬ُ‫خ‬ Arti: Dari Abu Hurairah dia berkata Rasulullah saw. Bersabda janganlah seorang mukmin membenci wanita mukmin perempuan karena jika dia tidak suka satu perangainya niscaya dia akan lega dengan perangainya yang lain.
  • 68. 4. Shahhihun ‘Ala Syaril Bukhari atau Syartil Muslim Hadits shahih yang diriwayatkan menurut syarat syarat yang dipakai oleh Bukhari dan muslim yang disebut shahihhun ‘ala syartil bukhari wa muslim, sedang kedua imam tersebut tidak meriwayatkannya. Contoh : ْ‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ َ‫ى‬ًَِ‫ر‬ َ‫ة‬َ‫ش‬ِ‫ائ‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬:َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ‫هللا‬ ُ‫ل‬ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ال‬َ‫ق‬َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬:‫ا‬ ِ‫ل‬َ‫م‬ْ‫ك‬َ‫ا‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َّ‫ن‬ِ‫ا‬َْ‫ْي‬ِ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ْ‫ل‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ف‬َ‫ط‬ْ‫ل‬َ‫ا‬َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ق‬ُ‫ل‬ُ‫خ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ن‬َ‫س‬ْ‫ح‬َ‫ا‬ ً‫اَن‬َْ‫ْي‬ِ‫ا‬ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫َه‬ِ‫ِب‬ (ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬ِ‫ط‬ْ‫ر‬َ‫ش‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ح‬ْ‫ي‬ِ‫ح‬َ‫ص‬ َ‫ال‬َ‫ق‬َ‫و‬ ُ‫م‬ِ‫اك‬َْ‫احل‬َ‫و‬ ُّ‫ى‬ِ‫ذ‬ِ‫م‬ْ ِ‫الِت‬ ُ‫اه‬َ‫و‬َ‫ر‬ٍ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫م‬َ‫و‬ ‫ى‬ِ‫ر‬‫ا‬َ‫خ‬ُ‫ب‬)
  • 69. Artinya: "Dari 'Aisyah r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda: Termasuk penyempurnaan iman seorang mu'min ialah keluhuran budi pekertinya dan kelemah lembutan terhadap keluarga". (Riwayat At Turmudzi dan Hakim dan ia berkata bahwa hadits ini syarat Bukhari dan Muslim)
  • 70. 5.Shahhihun ‘Ala Syartil Bukhari Hadits yang menurut syarat bukhari, sedang beliau sendiri tidak mentakhrijkan hadits demikian itu. 6.Shahhihun ‘Ala Syartil Muslim Hadits yang menurut syarat Muslim. Sedang imam Muslim sendiri tidak mentakhrijkannya 7. Shahhihun ‘Ala Ghairi Syartihima Hadits yang tidak menurut salah satu syarat dari imam Bukhari dan Muslim. Ini berarti bahwa si pentakhrij tidak mengambil hadits dari rawi-rawi atau guru-guru Bukhari dan Muslim. yang telah beliau sepakati atau yang masih diperselisihkan tapi hadits yang ditakhrijkantersebut di shahihkan oleh imam imam hadits yang penamaan misalnya hdits shahih yang terdapat dalam shahih Ibnu Khuzaimah, Shahih Ibnu Hibban dan Shahih Al Hakim
  • 71.
  • 72. Artinya: 1719. Dari Ibnu Umar, ia mendengar Rasulullah SAW jika mengangkat kepalanya dari ruku' rakaat terakhir dari [shalat 8/155] Subuh mengucapkan, "Ya Allah timpakan laknatmu kepada si fulan, dan si fulan, dan si fulan". (Dalam riwayat hadits dari Salim, ia berkata, "Rasulullah mendoakan celaka atas Shafwan bin Umayyah, Suhail bin Amr, dan Harits bin Hisyam) 4 2 sesudah mengucapkan, "Sami'allahu timan hamidah, rabbana wa lokal hamdu", maka Allah menurunkan, "Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu" hingga firman Allah, "Karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zhalim."
  • 73.
  • 74. ِ‫هللا‬ ُ‫ل‬ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ال‬َ‫ق‬-َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬َ‫م‬َ‫ل‬:ْ‫َه‬‫أ‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫ل‬َ‫ج‬ِ‫الر‬ ُ‫ة‬َ‫ق‬ْ‫ف‬َ‫ن‬ِ‫ه‬ِ‫ل‬ ‫ة‬َ‫ق‬َ‫د‬َ‫ص‬(‫ي‬ِ‫ذ‬ِ‫م‬ْ ِ‫الِت‬َ‫و‬ ‫ي‬ِ‫ر‬‫ا‬َُ‫ُب‬ ‫ح‬ْ‫ي‬ِ‫ح‬َ‫ص‬.) Rasulullah Saw bersabda: “Nafkah yang diberikan seorang laki-laki kepada keluarganya adalah sedekah”. (HR. Al-Bukhari dan at-Tirmidzi).
  • 75. ‫ال‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ َ‫ي‬ًَِ‫ر‬ ِ‫ان‬َ‫م‬ْ‫ث‬ُ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ‫َّب‬‫ن‬َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ َ‫ال‬َ‫ق‬":ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫خ‬َ‫ن‬‫آ‬ْ‫ر‬ُ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ت‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ُ‫ه‬َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫ع‬َ‫و‬"(‫ح‬ْ‫ي‬ِ‫ح‬َ‫ص‬َُ‫ُب‬‫ي‬ِ‫ر‬‫ا‬) Dari Utsman Radhiyallahu’anhu bahwa Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda : “Sebaik – baik kalian adalah orang yang mempelajari al- Qur’an dan mengajarkan nya.”
  • 77. Menurut Bahasa Kata Hasan (‫ن‬ََِ‫ح‬) dari kata al-Husn ( ُ‫ن‬ُِْ‫حل‬ْ‫ا‬) yang bermakna al-Jamâl ( ُ‫ال‬َ‫م‬َ‫اجل‬) yang berarti kecantikan, keindahan.
  • 78. Menurut Istilah َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ل‬ْ‫ق‬َ‫ن‬ِ‫ب‬ ُ‫ه‬ُ‫د‬َ‫ن‬َ‫س‬ ُ‫ل‬َ‫ص‬َّ‫ت‬ِ‫ا‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ط‬ْ‫ب‬ًَ ُّ‫ل‬ِ‫ق‬ ْ‫ى‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ِ‫ل‬ْ‫د‬َ‫َل‬َ‫خ‬ ِ‫ذ‬ْ‫و‬ُ‫ذ‬ُّ‫الش‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ِ‫ة‬َّ‫ل‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬ Hadits hasan adalah hadits yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh orang adil, kurang sedikit ke-dhabit-annya, tidak ada keganjilan (syadz) dan tidak ada illat.
  • 79. Menurut Istilah ُ‫ن‬َ‫س‬َ‫احل‬ ُ‫ث‬ْ‫ي‬ِ‫د‬َ‫احل‬‫ل‬ْ‫د‬َ‫ع‬ ُ‫اه‬َ‫و‬َ‫ر‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫ق‬ُ‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫ل‬ِ‫َّص‬‫ت‬ُ‫م‬ ِ‫ط‬ْ‫ب‬َّ‫الض‬ُ‫ل‬ ٍ‫اذ‬َ‫ش‬ َ‫ال‬َ‫و‬ ٍ‫ل‬ِ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ت‬ُ‫م‬ ُ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫غ‬ ِ‫د‬َ‫ن‬َّ‫الس‬ Hadits Hasan yaitu suatu berita hadits yang diriwayatkan oleh para perawi yang adil, sedikit hafalan, bersambung sanadnya, tidak ada cacat yang tersembunyi dan pengertiannya tidak janggal.
  • 80. Menurut Ibnu Hajar al-Asqalani َ‫و‬‫ال‬ ِ‫م‬َ‫َت‬ ٍ‫ل‬ْ‫د‬َ‫ع‬ ِ‫ل‬ْ‫ق‬َ‫ن‬ِ‫ب‬ ِ‫اد‬َ‫َح‬ْ‫اْل‬ ُ‫ر‬ْ‫ب‬َ‫خ‬َ‫ن‬َّ‫الس‬ ُ‫ل‬ِ‫َّص‬‫ت‬ُ‫م‬ ِ‫ط‬ْ‫ب‬َّ‫ض‬ُ‫ر‬ْ‫ي‬َ‫غ‬ ِ‫د‬ َ‫ال‬َ‫و‬ ٍ‫ل‬َّ‫ل‬َ‫ع‬ُ‫م‬ٍ‫اذ‬َ‫ش‬ Khobar ahad yang dinukil oleh orang yang adil, kurang sempurna hapalannya, bersambung sanadnya, tidak cacat, dan tidak syadz.
  • 81. Menurut Imam at-Tirmidzi ُّ‫ل‬ُ‫ك‬ٍ‫ث‬ْ‫ي‬ِ‫د‬َ‫ح‬ْ‫ر‬ُ‫ي‬َ‫ى‬ِ‫و‬َ‫ن‬ْ‫س‬ِ‫إ‬ ِ‫َف‬ ُ‫ن‬ْ‫و‬ُ‫ك‬َ‫ي‬ َ‫ال‬ِ‫ب‬َ‫ذ‬َ‫ك‬ْ‫ل‬ِ‫َب‬ ُ‫م‬ِ‫ه‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫اد‬َ‫ال‬َ‫و‬ ُ‫ن‬ْ‫و‬ُ‫ك‬َ‫ي‬ُ‫ث‬ْ‫ي‬ِ‫د‬َْ‫احل‬َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ذ‬‫ا‬َ‫ش‬ْ‫ر‬ُ‫ي‬َ‫ى‬ِ‫و‬ِْ‫ْي‬َ‫غ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬َ‫و‬َْ‫ْح‬ ٍ‫ه‬ْ‫ج‬َ‫و‬َ‫ك‬ِ‫ال‬َ‫ذ‬ Tiap-tiap hadits yang pada sanadnya tidak terdapat perawi yang tertuduh dusta, pada matannya tidak terdapat keganjalan, dan hadits itu diriwayatkan tidak hanya dengan satu jalan (mempunyai banyak jalan) yang sepadan dengannya
  • 82. *Menurut At-Thibi ُ‫م‬ ْ‫َو‬‫أ‬ِ‫ة‬َّ‫ق‬ِ‫الث‬ ِ‫ة‬َ‫ج‬َ‫ر‬َ‫د‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ِ‫ب‬ْ‫ر‬َ‫ق‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫د‬َ‫ن‬ْ‫س‬ُ‫م‬َ‫َل‬ِ‫ك‬ َ‫ي‬ِ‫و‬ُ‫ر‬ َ‫و‬ ‫ة‬َّ‫ق‬ِ‫ث‬ ‫ل‬َ‫س‬ْ‫ر‬َُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ا‬ ِْ‫ْي‬َ‫غ‬َ‫ال‬ َ‫و‬ ٍ‫ذ‬ْ‫و‬ُ‫ذ‬ُ‫ش‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ٍ‫ه‬ْ‫ج‬َ‫و‬َّ‫ل‬ِ‫ع‬ٍ‫ة‬. Hadits musnad ( muttasil dan marfu’ ) yang sanad-sanadnya mendekati derajat tsiqah. Atau hadits mursal yang sanad- sanadnya tsiqah, tetapi pada keduanya ada perawi lain, dan hadits itu terhindar dari syadz ( kejanggalan ) dan illat (kekacauan).
  • 83. SYARAT SYARAT HADITS HASAN Rawinya Adil ( ُ‫ه‬ُ‫ت‬‫ا‬َ‫و‬َ‫ر‬ ‫ل‬ِ‫اد‬َ‫)ع‬ Bersambung Sanadnya ( ُ‫ه‬ُ‫د‬َ‫ن‬َ‫س‬ ‫ل‬ِ‫َّص‬‫ت‬ُ‫)م‬ Rawinya Kurang Dhabith ( ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ض‬ ُ‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫ل‬َ‫ق‬ ُ‫ه‬ُ‫ت‬‫ا‬َ‫و‬َ‫ر‬‫ط‬ ) Tidak Temasuk Hadits Syadz Tidak Terdapat Illat (cacat)
  • 84. a. Rawinya Adil ( ُ‫ه‬ُ‫ت‬‫ا‬َ‫و‬َ‫ر‬‫ل‬ِ‫اد‬َ‫ع‬ ) Maksudnya adalah tiap-tiap perowi itu seorang Muslim, bersetatus Mukallaf (baligh), bukan fasiq dan tidak pula jelek prilakunya. Dalam menilai keadilan seorang periwayat cukup dilakuakan dengan salah satu teknik berikut: a. Keterangan seseorang atau beberapa ulama ahli ta’dil bahwa seorang itu bersifat adil, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab-kitab jarh wa at-ta’dil. b. Keterangan seseorang bahwa ia bersifast adil, sdeperti imam empat Hanafi,Maliki, Asy-Syafi’i, dan Hambali.
  • 85. Khusus mengenai perawi hadits pada tingkat sahabat, jumhur ulama sepakat bahwa seluruh sahabat adalah adil. Pandangan berbeda datang dari golongan muktazilah yang menilai bahwa sahabat yang terlibat dalam pembunuhan ‘Ali dianggap fasiq, dan periwayatannya pun ditolak.
  • 86. b. Bersambung Sanadnya ( ُ‫ه‬ُ‫د‬َ‫ن‬َ‫س‬‫ل‬ِ‫َّص‬‫ت‬ُ‫م‬ ) Sanadnya bersambung maksudnya adalah bahwa setiap rawi hadits yang bersangkutan benar-benar menerimanya dari rawi yang berada diatasnya dan begitu selanjutnya sampai kepada pembicara yang pertama. Sanad suatu hadits dianggap tidak bersambung bila terputus salah seorang atau lebih dari rangkaian para rawinya. Boleh jadi rawi yang dianggap putus itu adalah seorang rawi yang dlo'if, sehingga hadits yang bersangkutan tidak shaheh. Tidak terdapat keseragaman pendapat para ulama mengenai konsep kebersambungan sanad ini.
  • 87. Menurut al-Bukhari sebuah sanad dikatakan bersambung apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Al-liqa’, yakni adanya pertautan langsung antara satu perawi dengan perawi berikutnya, yang ditandai dengan adanya sebuah aksi pertemuan antara murid yang mendengar secara langsung suatu hadits dari gurunya. b. Al-mu’asharah, yakni bahwa sanad diklaim bersambung apabila terjadi persamaan masa hidup antara seorang guru dengan muridnya.
  • 88. Secara ringkas, dapat dinyatakan bahwa suatu hadits dinyatakan bersambung sanadnya apabila: 1. Pada seluruh periwayat dalam sanad itu terjadi pertemuan langsung, yakni adanya hubungan antara guru-murid, sehingga seorang perawi bertemu dengan guru atau orang yang meriwayatkan hadits kepadanya, dan bertemu langsung dengan murid yang meriwayatkan hadits darinya. 2. Antara masing-masing periwayat dengan periwayat terdekat sebelumnya dalam sanad itu benar-benar telah terjadi hubungan periwayatn hadits menurut ketentuan (proses penerimaan dan periwayatan hadits) tahammul wa ada’ al-hadits. Mayoritas ulama hadits menempatkan periwayan dengan metode al-sama’ pada peringkat tertinggi.
  • 89. a. Mencatat semua periwayat yang diteliti b. Mempelajari hidup masing-masing periwayat c. Meneliti kata-kata yang berhubungan antara para periwayat dengan periwayat yang terdekat dalam sanad, yakni apakah kata- kata yang terpakai berupa haddasani, haddasani, akhbarana, akhbarani, ‘an,anna, atau kasta- kata lainnya.
  • 90. c. Rawinya Kurang Dhabith ( ُ‫ه‬ُ‫ت‬‫ا‬َ‫و‬َ‫ر‬ُ‫ل‬ْ‫ي‬ِ‫ل‬َ‫ق‬‫ط‬ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ض‬ ) Maksudnya masing-masing perowinya sempurna daya ingatannya, baik berupa kuat ingatan dalam dada maupun dalam kitab (tulisan). Dhobith dalam dada ialah terpelihara periwayatan dalam ingatan, sejak ia maneriama hadits sampai meriwayatkannya kepada orang lain, sedang, dhobithdalam kitab ialah terpeliharanya kebenaran suatu periwayatan melalui tulisan.
  • 91. Adapun sifat-sifat kedhobitan perowi, nmenurut para ulama, dapat diketahui melalui: a. Kesaksian para ulama b. Berdasarkan kesesuaian riwayatannya dengan riwayat dari orang lain yang telah dikenal kedhobithannya. (Kedhabitan rawi disini tingkatannya dibawah kedhabitan rawi hadits shaheh, yakni kurang sempurna kedhabitannya).
  • 92. d. Tidak Temasuk Hadits Syadz Maksudnya ialah hadits itu benar-benar tidak syadz, dalam arti bertentangan atau menyalesihi orang yang terpercaya dan lainnya. Menurut al-Syafi’i, suatu hadits tidak dinyastakan sebagai mengandung syudzudz, bila hadits itu hanya diriwayatkan oleh seorang periwayat yang tsiqah, sedang periwayat yang tsiqah lainnya tidak meriwayatkan hadits itu. Artinya, suatu hadits dinyatakan syudzudz, bila haditsd yang diriwayatkan oleh seorang periwayat yangtsiqah tersebut bertentengan dengan hadits yang dirirwayatkan oleh banyak periwayat yang juga bersifat tsiqah.
  • 93. e. Tidak Terdapat Illat (cacat) Maksudnya ialah hadits itu tidak ada cacatnya, dalam arti adanya sebab yang menutup tersembunyi yang dapat menciderai pada ke-shaheh-an hadits, sementara dhahirnya selamat dari cacat. ‘Illat hadits dapat terjadi pada sanad mapun pada matan atau pada keduanya secara bersama-sama. Namun demikian, ‘illat yang paling banyak terjadi adalah pada sanad, seperti menyebutkan muttasil terhadap hadits yang munqati’ ataumursal.
  • 94.
  • 95. Hadits hasan li dzatihii adalah hadits yang memenuhi segala syarat-syarat hadits hasan, hadits hasan dengan sendirinya, karena telah memenuhi segala kriteria dan persyaratan yang ditentukan. Sebuah hadits dikategorikan sebagai hasan li dzatihi karena jalur periwayatannya, hanya melalui satu jalur periwayatan saja. Sementara hadits hasan pada umumnya, ada kemungkinan melalui jalur riwayat yang lebih dari satu. Atau didukung dengan riwayat yang lainnya. Bila hadits hasan ini jumlah jalur riwayatnya hanya satu, maka hadits hasan itu disebut dengan hadits hasan li dzatihi. Tetapi jika jumlahnya banyak, maka ia akan saling menguatkan dan akan naik derajatnya menjadi hadits shaheh li ghairihi. MACAM-MACAM HADITS HASAN
  • 96. Diriwayatkan oleh At-Tirmizi, dia berkata: telah bercerita kepada kami Qutaibah, telah bercerita kepada kami Ja’far bin Sulaiman Ad-Dhab’I, dari Abi Imran Al-Jauni, dari Abu Bakar bin Abu Musa Al-Asy’ari, dia berkata,” Aku telah mendengar ayahku berkata dihadapan musuh, Rasulullah bersabda, : ‫ا‬ َ‫ن‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ُ‫س‬ ُ‫ن‬ْ‫ب‬ ُ‫ر‬َ‫ف‬ْ‫ع‬َ‫ج‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ ُ‫ة‬َ‫ب‬ْ‫ي‬َ‫ت‬ُ‫ق‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫حد‬َ‫ع‬ ِ‫ِن‬ْ‫و‬َْ‫جل‬‫ا‬ ِ‫ان‬َ‫ر‬ْ‫م‬ِ‫ع‬ ِْ‫َيب‬‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ‫ي‬ِ‫ع‬َ‫ب‬ُّ‫لض‬ِ‫ر‬ْ‫ك‬َ‫ب‬ ِ‫َيب‬‫أ‬ ْ‫ن‬ َ‫ال‬َ‫ق‬ ْ‫ي‬ِ‫ر‬َ‫ع‬ْ‫ش‬َْ‫اْل‬ ‫ي‬َ‫س‬ْ‫و‬ُ‫م‬ ِ‫َيب‬‫أ‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬:َِ‫ب‬ ِ‫َيب‬‫أ‬ ُ‫ت‬ْ‫ع‬َِ‫َس‬ُ‫ل‬ْ‫و‬ُ‫ق‬َ‫ي‬ ‫و‬ِ‫و‬ُ‫د‬َ‫الع‬ ِ َ‫ر‬ْ‫ض‬:ِ‫للا‬ ُ‫ل‬ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ال‬َ‫ق‬‫ص‬ ‫م‬:ِ‫ف‬ْ‫و‬ُ‫ي‬ُِّ‫ال‬ ِ‫ل‬َ‫ا‬ِ‫ظ‬ َ‫ت‬َْ‫َت‬ ِ‫َّة‬‫ن‬َْ‫جل‬‫ا‬ َ‫اب‬َ‫و‬ْ‫َب‬‫أ‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬..... " “Telah menceritakan kepada kamu qutaibah, telah menceritakan kepada kamu ja’far bin sulaiman, dari abu imron al-jauni dari abu bakar bin abi musa al-Asy’ari ia berkata: aku mendengar ayahku berkata ketika musuh datang : Rasulullah Saw bersabda : sesungguhnya pintu-pintu syurga dibawah bayangan pedang…”( HR. At-Tirmidzi, Bab Abwabu Fadhailil jihadi). Empat perawi hadits tersebut adalah tsiqoh kecuali Ja’far bin Sulaiman ad-Dhab’I, sehingga hadits ini sebagai hadits hasan.
  • 97. Hadits hasan li ghairihi adalah hadits dlo'if yang bukan dikarenakan perawinya pelupa, banyak salah dan orang fasik, yang mempunyai mutabi’ dan syahid, hadits yang dlo'if dikuatkan dengan beberapa jalan, dan sebab kedlo'ifannya bukan karena kefasikan perawi (yang keluar dari jalan kebenaran) atau kedustaannya. Seperti satu hadits yang dalam sanadnya ada perawi yang mastur (tidak diketahui keadaannya), atau rawi yang kurang kuat hafalannya, atau rawi yang tercampur hafalannya karena tuanya, atau rawi yang pernah keliru dalam meriwayatkan, lalu dikuatkan dengan jalan lain yang sebanding dengannya, atau yang lebih kuat darinya. Hadits ini derjatnya lebih rendah dari pada hasan lidzatihii dan dapat dijadikan hujjah. MACAM-MACAM HADITS HASAN
  • 98. Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Al-Turmudzi dan dia menilainya hasan, dari riwayat Syu’bah dari ‘Asim bin Ubaidillah dari Abdullah bin Amir bin Rabi’ah dari ayahnya, berbunyi sebagai berikut: ْ‫ع‬َِ‫َس‬ ‫ال‬َ‫ق‬ ، َِّ‫اَّلل‬ ِ‫د‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ُ‫ع‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬ ِ‫م‬ِ‫ال‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ، ُ‫ة‬َ‫ب‬ْ‫ع‬ُ‫ش‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬َ‫ة‬َ‫يع‬ِ‫ب‬َ‫ر‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬ ِ‫ر‬ِ‫ام‬َ‫ع‬ َ‫ن‬ْ‫ب‬ َِّ‫اَّلل‬ َ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ُ‫ت‬‫ي‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ،ِ‫ه‬: ِْ‫ْي‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ن‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ت‬َ‫ج‬َّ‫و‬َ‫ز‬َ‫ت‬ ََ‫ار‬َ‫ز‬َ‫ف‬ ِ‫ِن‬َ‫ب‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ًَ‫أ‬َ‫ر‬ْ‫ام‬ َّ‫َن‬‫أ‬.َ‫ق‬َ‫ف‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َُّ‫اَّلل‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ل‬ َِّ‫اَّلل‬ ُ‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ال‬َ‫م‬َّ‫ل‬": ‫؟‬ ِْ‫ْي‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ن‬ِ‫ب‬ ِ‫ك‬ِ‫ال‬َ‫م‬َ‫و‬ ِ‫ك‬ِِْ‫ف‬َ‫ن‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ِ‫يت‬ِ‫ض‬َ‫َر‬‫أ‬"ْ‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬:ْ‫م‬َ‫ع‬َ‫ن‬.َ‫ق‬َ‫ال‬:ُ‫ه‬َ‫از‬َ‫َج‬‫أ‬َ‫ف‬. (‫رواه‬‫الرتمذي‬) Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari jalur Syu’bah dari ‘ashim bin ‘Ubaidillah,dari Abdillah bin Amir bin Rabi’ah, dari ayahnya bahwasanya seorang perempuandari bani Fazarah menikah dengan mahar sepasang sandal…” Al-Turmudzi mengomentari bahwa hadits itu terdapat riwayat-riwayat lain, yaitu dari Umar, Abu Hurairah, Aisyah dan Abu Hadrad. Dalam hal ini Al-Turmudzi menilai hadits tersebut hasan, karena meskipun ‘Asim dalam sanad hadits yang diriwayatkannya itu dlo'if karena jelek hafalannya, hadits ini didukung oleh adanya riwayat-riwayat lain.
  • 99. Sama halnya dengan hadits shahih yang mempunyai berbagai macam tingkatan, begitu pula halnya dengan hadits hasan, mempunyai beberapa tingkatan. Adz-Dzahabi telah membagi hadits hasan ke dalam dua tingkatan. a. Tingkatan yang paling tinggi: Bahzu bin Hakim dari bapaknya dari kakeknya; Amru bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya; Ibnu Ishak dari at-Taimi. Contoh-contoh seperti ini ada yang mengatakan shahih, hanya saja derajat keshahihannya paling rendah. b. Setelah itu merupakan (sanad-sanad) yang diperselisihkan kehasanan dan kedla’ifannya; seperti haditsnya Harist bin Abdullah, ‘Ashim bin Dlamrah, Hajjaj bin Arthah, dan semacamnya.
  • 100. Hadits hasan sama seperti hadits shaheh dalam pemakaiannya sebagai hujjah, walaupun kekuatannya lebih rendah dibawah hadits shaheh. Hanya saja, jika terjadi pertentangan antara hadits shaheh dengan hadits hasan, maka harus mendahulukan hadits shaheh, karena tingkat kualitas hadits hasan berada dibawah hadits shaheh. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari dimensi kesempurnaan kedhabitan rawi-rawi hadits hasan, yang tidak seoptimal kesempurnaan kedhabithan rawi-rawi hadits shaheh. Kebanyakan ulama ahli hadits dan fuqoha bersepakat untuk menggunakan hadits shaheh dan hadits hasan sebagai hujjah. Disamping itu, ada ulama yang mensyaratkan bahwa hadits hasan dapat digunakan sebagai hujjah, bilamana memenuhi sifat-sifat yang diterima. Pendapat terakhir ini memerlukan peninjauan yang seksama
  • 101. Sebab, sifat-sifat yang dapat diterima itu ada yang tinggi, menengah dan rendah. Hadits yang sifat dapat diterimanya tinggi dan menengah adalah hadits shaheh, sedangkan hadits yang sifat dapat diterimanya rendah adalah hadits hasan. Hadits-hadits yang mempunyai sifat dapat diterima sebagai hujjah disebuthadits maqbul, dan hadits yang tidak mempunyai sifat-sifat yang dapat diterima disebut hadits mardud. Yang termasuk hadits maqbul adalah: 1. Hadits shaheh, baik shaheh li dzatihi maupun shaheh li ghairihi 2. Hadits hasan, baik hasan li dzatihi maupun hasan li ghairihi Yang termasuk hadits mardud adalah segala macam hadits dlo'if. Hadits mardud tidak dapat diterima sebagai hujjah karena terdapat sifat-sifat tercela pada rawi-rawinya atau pada sanadnya. Ringkasnya, hadits yang dapat diterima sebagai hujjah atau dalam istimbath [konklusi] hukum hanyalah hadits shaheh dan hasan. Hadits dlo'if tidak dapat digunakan baik sebagai hujjah maupun istimbath hukum.
  • 102. ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫حد‬َ‫ل‬ُ‫س‬ ُ‫ن‬ْ‫ب‬ ُ‫ر‬َ‫ف‬ْ‫ع‬َ‫ج‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ ُ‫ة‬َ‫ب‬ْ‫ي‬َ‫ت‬ُ‫ق‬ِ‫ان‬َ‫ر‬ْ‫م‬ِ‫ع‬ ِْ‫َيب‬‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ‫ي‬ِ‫ع‬َ‫ب‬ُّ‫الض‬ َ‫ن‬‫ا‬َ‫م‬ْ‫ي‬ِ‫ِن‬ْ‫و‬َْ‫جل‬‫ا‬ َ‫ق‬ ْ‫ي‬ِ‫ر‬َ‫ع‬ْ‫ش‬َْ‫اْل‬ ‫ي‬َ‫س‬ْ‫و‬ُ‫م‬ ِ‫َيب‬‫أ‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬ ِ‫ر‬ْ‫ك‬َ‫ب‬ ِ‫َيب‬‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬َ‫ال‬:ُ‫د‬َ‫الع‬ ِ َ‫ر‬ْ‫ض‬َِ‫ب‬ ِ‫َيب‬‫أ‬ ُ‫ت‬ْ‫ع‬َِ‫َس‬‫و‬ِ‫و‬ ُ‫ل‬ْ‫و‬ُ‫ق‬َ‫ي‬:‫م‬ ‫ص‬ ِ‫للا‬ ُ‫ل‬ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ال‬َ‫ق‬:َْ‫جل‬‫ا‬ َ‫اب‬َ‫و‬ْ‫َب‬‫أ‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ِ‫ف‬ْ‫و‬ُ‫ي‬ُِّ‫ال‬ ِ‫ل‬َ‫ا‬ِ‫ظ‬ َ‫ت‬َْ‫َت‬ ِ‫َّة‬‫ن‬ .....‫احلديث‬ " “Telah menceritakan kepada kamu qutaibah, telah menceritakan kepada kamu ja’far bin sulaiman, dari abu imron al-jauni dari abu bakar bin abi musa al-Asy’ari ia berkata: aku mendengar ayahku berkata ketika musuh datang : Rasulullah Saw bersabda : sesungguhnya pintu-pintu syurga dibawah bayangan pedang…”( HR. At-Tirmidzi, Bab Abwabu Fadhailil jihadi).
  • 103. ِ‫ه‬ْ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ، ٍ‫ب‬ْ‫ي‬َ‫ع‬ُ‫ش‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬ ‫رو‬ْ‫م‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬َ‫ال‬َ‫ق‬ ،ِ‫ه‬ِ‫د‬َ‫ج‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬:َ‫ال‬َ‫ق‬ َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ‫هللا‬ ُ‫ل‬ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬َ‫ع‬َّ‫اد‬ ٍ‫ئ‬ِ‫ر‬ْ‫م‬ِ‫َب‬ ‫ر‬ْ‫ف‬ُ‫ك‬َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫ب‬َ‫س‬َ‫ن‬ ‫ا‬ َّ‫ق‬َ‫د‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ،ُ‫ه‬َ‫د‬َّ‫ح‬َ‫ج‬ ْ‫َو‬‫أ‬ ،ُ‫ه‬ُ‫ف‬ِ‫ر‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ َ‫ال‬‫ن‬َ‫س‬َ‫ح‬ ُ‫ه‬ُ‫د‬َ‫ن‬َ‫س‬َ‫و‬ ، Yahya bin Sa’id, dari Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, berkata; Rasulullah saw bersabda; “kafirlah orang yang mengaku-aku nasab orang yang tidak diketahuinya, atau menolak nasab (yang sebenarnya), meskipun samar”
  • 104. َِّ‫اَّلل‬ ِ‫د‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ُ‫ع‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬ ِ‫م‬ِ‫ال‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ، ُ‫ة‬َ‫ب‬ْ‫ع‬ُ‫ش‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬َِّ‫اَّلل‬ َ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ُ‫ت‬ْ‫ع‬َِ‫َس‬ ‫ال‬َ‫ق‬ ،ِ‫ن‬ْ‫ب‬ ِ‫ر‬ِ‫ام‬َ‫ع‬ َ‫ن‬ْ‫ب‬ ِ‫يه‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ، َ‫ة‬َ‫يع‬ِ‫ب‬َ‫ر‬:َ‫ف‬ ِ‫ِن‬َ‫ب‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ًَ‫أ‬َ‫ر‬ْ‫ام‬ َّ‫َن‬‫أ‬ِْ‫ْي‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ن‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ت‬َ‫ج‬َّ‫و‬َ‫ز‬َ‫ت‬ ََ‫ار‬َ‫ز‬.ُ‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ال‬َ‫ق‬َ‫ف‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َُّ‫اَّلل‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ل‬ َِّ‫اَّلل‬":‫ي‬ِ‫ض‬َ‫َر‬‫أ‬ِْ‫ْي‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ن‬ِ‫ب‬ ِ‫ك‬ِ‫ال‬َ‫م‬َ‫و‬ ِ‫ك‬ِِْ‫ف‬َ‫ن‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ِ‫ت‬‫؟‬"ْ‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬: ْ‫م‬َ‫ع‬َ‫ن‬.َ‫ال‬َ‫ق‬:ُ‫ه‬َ‫از‬َ‫َج‬‫أ‬َ‫ف‬(.‫الرتمذي‬ ‫رواه‬) Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari jalur Syu’bah dari ‘ashim bin ‘Ubaidillah,dari Abdillah bin Amir bin Rabi’ah, dari ayahnya bahwasanya seorang perempuandari bani Fazarah menikah dengan mahar sepasang sandal…”
  • 105. ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬‫يم‬ِ‫ك‬َ‫ح‬ ُ‫ن‬ْ‫ب‬ ُ‫ز‬ْ‫ه‬َ‫ب‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ،ِ‫يه‬ِ‫ب‬َ‫أ‬َ‫ج‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ،ِ‫ه‬ِ‫و‬‫د‬ََ‫د‬ْ‫ي‬َ‫ح‬ ِ‫ن‬ْ‫ب‬ َ‫ة‬َ‫ي‬ِ‫و‬‫ا‬َ‫ع‬ُ‫م‬ ِ‫و‬‫ي‬ِْ‫ْي‬َ‫ش‬ُ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬َ‫ال‬َ‫ق‬ ،:ُ‫ت‬ْ‫ل‬ُ‫ق‬:، َِّ‫اَّلل‬ َ‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫َي‬"َ‫ال‬َ‫ق‬ ‫؟‬ ُّ‫ر‬ِ‫ب‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫م‬:، َ‫ك‬َّ‫ُم‬‫أ‬ ُ‫ت‬ْ‫ل‬ُ‫ق‬:َ‫ال‬َ‫ق‬ ‫؟‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ َُّ‫ُث‬:َ‫ك‬َّ‫ُم‬‫أ‬ َُّ‫ُث‬.َ‫ال‬َ‫ق‬:ْ‫ل‬ُ‫ق‬ُ‫ت‬:َ‫ال‬َ‫ق‬ ‫؟‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ َُّ‫ُث‬:َ‫َب‬‫أ‬ َُّ‫ُث‬َ َ‫ب‬َ‫ر‬ْ‫ق‬َ‫ْل‬‫ا‬َ‫ف‬ ، َ‫ب‬َ‫ر‬ْ‫ق‬َ‫ْل‬‫ا‬ َُّ‫ُث‬ ،".. *“Menceritakan kepedaku bahzun bin hakim, dari ayahnya, dari kakeknya muawiyah bin haidah qusyairi berkata: Ya Rasulullah kepada siapakah aku harus berbakti?”Rasulullah menjawab “kepada ibumu”. Aku bertanya “lalu kepada siapa ?” Rasulullah menjawab.” Ibumu, kemudian bapakmu, kemudian kerabat terdekat, dan selanjutnya.”
  • 107. Kata “dlo'if” menurut bahasa berasal dari kata”dhu`fun” yang berarti lemah lawan dari kata “qawiy” yang berarti kuat, sedangkan hadits dlo'if berarti hadits yang tidak memenuhi kriteria hadits hasan. hadits dlo'if disebut juga hadits mardud(ditolak).
  • 108. Menurut istilah Hadmits dlo’if adalah hadits yang kehilangan salah satu syarat dari syarat- syarat Hadits shaheh atau Hadits Hasan, maka hadits tersebut dapat dikategorikan sebagai Hadits dlo'if.
  • 109. 1. Imam Al-Nawawi: Hadits dlo'if adalah hadits yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadits shaheh dan syarat-syarat hadits hasan. 2. Muhammad ‘Ajjaj Al-Khathib: Hadits dlo'if didefinisikan sebagai segala hadits yang di dalamnya tidak terkumpul sifat-sifat maqbul. 3. Nur Al-Din itr: Hadits dlo'if dapat dirumuskan dengan hadits yang hilang salah satu syaratnya dari syarat-syarat hadits maqbul ”hadits yang shaheh atau hadits yang hasan”.
  • 111. Yang dimaksud dengan gugurnya rawi adalah tidak adanya satu atau beberapa rawi, yang seharusnya ada dalam suatu sanad, baik pada permulaan sanad, maupun pada pertengahan atau akhirnya. SEBAB-SEBAB HADITS DLO’IF
  • 112. Banyak macam cacat yang dapat menimpa rawi ataupun matan. Seperti pendusta, fasiq, tidak dikenal, dan berbuat bid’ah yang masing-masing dapat menghilangkan sifat adil pada rawi. Sering keliru, banyak waham, hafalan yang buruk, atau lalai dalam mengusahakan hafalannya, dan menyalahi rawi-rawi yang dipercaya. Ini dapat menghilangkan sifat dhabith pada perawi. Adapun cacat pada matan, misalkan terdapat sisipan di tengah-tengah lafadz hadits atau diputarbalikkan sehingga memberi pengertian yang berbeda dari maksud lafadz yang sebenarnya. SEBAB-SEBAB HADITS DLO’IF
  • 114. Hadits mursal menurut bahasa, berarti hadits yang terlepas. Para ulama memberikan batasan bahwa hadits mursal adalah hadits yang gugur rawinya di akhir sanad. Yang dimaksud dengan rawi di akhir sanad ialah rawi pada tingkatan sahabat yang merupakan orang pertama yang meriwayatkan hadits dari Rasulullah SAW. (penentuan awal dan akhir sanad adalah dengan melihat dari rawi yang terdekat dengan imam yang membukukan hadits, seperti Bukhari, sampai kepada rawi yang terdekat dengan Rasulullah). Jadi, hadits mursal adalah hadits yang dalam sanadnya tidak menyebutkan sahabat Nabi, sebagai rawi yang seharusnya menerima langsung dari Rasulullah. MACAM-MACAM HADITS DLO’IF
  • 115. َ‫ال‬َ‫ق‬‫ص‬ ِ‫هللا‬ ُ‫ل‬ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬.‫م‬:ْ‫و‬ُ‫ه‬ُ‫ش‬ َْ‫ْي‬ِ‫ق‬ِ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ن‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َْ‫ْي‬َ‫ب‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬َ‫ن‬ْ‫و‬ُ‫ع‬ْ‫ي‬ِ‫ط‬َ‫ت‬ْ‫س‬ْ‫ي‬ ََ‫ال‬ ِ‫ح‬ْ‫ب‬ُ‫ص‬ْ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬ ِ‫اء‬َ‫ش‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ ُ‫د‬. Artinya:Rasulullah bersabda, “ Antara kita dan kaum munafik munafik (ada batas), yaitu menghadiri jama’ah isya dan subuh; mereka tidak sanggup menghadirinya”. (HR. Malik). Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Malik, dari Abdurrahman, dari Harmalah, dan selanjutnya dari Sa’id bin Mustayyab. Siapa sahabat Nabi yang meriwayatkan hadits itu kepada Sa’id bin Mustayyab, tidaklah disebutkan dalam sanad hadits di atas. Kebanyakan Ulama memandang hadits mursal ini sebagai hadits dlo'if, karena itu tidak bisa diterima sebagai hujjah atau landasan dalam beramal. Namun, sebagian kecil ulama termasuk Abu Hanifah, Malik bin Anas, dan Ahmad bin Hanbal, dapat menerima hadits mursal menjadi hujjah asalkan para rawi bersifat adil.
  • 116. Hadits munqathi’ menurut etimologi ialah hadits yang terputus. Para ulama memberi batasan bahwa hadits munqathi’ adalah hadits yang gugur satu atau dua orang rawi tanpa beriringan menjelang akhir sanadnya. Bila rawi di akhir sanad adalah sahabat Nabi, maka rawi menjelang akhir sanad adalah tabi’in. Jadi, pada hadits munqathi’ bukanlah rawi di tingkat sahabat yang gugur, tetapi minimal gugur seorang tabi’in. Bila dua rawi yang gugur, maka kedua rawi tersebut tidak beriringan, dan salah satu dari dua rawi yang gugur itu adalah tabi’in. MACAM-MACAM HADITS DLO’IF
  • 117. ‫ص‬ ِ‫هللا‬ ُ‫ل‬ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬.َ‫ال‬َ‫ق‬ ِ‫د‬ِ‫ج‬ْ‫س‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ل‬َ‫خ‬َ‫د‬ ‫ا‬َ‫ذ‬‫ا‬ ‫م‬:ُ‫م‬َ‫َل‬ْ‫الس‬‫و‬ ِ‫هللا‬ ِ‫م‬ْ‫بس‬ِ‫ل‬ ْ‫ر‬ِ‫ف‬ْ‫غ‬‫ا‬ َ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬‫ال‬ ‫هللا‬ ِ‫ل‬ْ‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ ‫لى‬َ‫ع‬ َ‫ك‬ِ‫ت‬َْ‫ْح‬َ‫ر‬ َ‫ب‬ ‫ا‬َ‫و‬ْ‫اب‬ ِ‫ل‬ ُْ ْ‫ر‬ َ‫اب‬َ‫و‬ْ‫ب‬َ‫ا‬ ِ‫ل‬ ْ‫ح‬َ‫ت‬ْ‫اف‬َ‫و‬ ِ‫ِب‬ ‫و‬ُ‫ن‬ ُ‫ذ‬(‫ابن‬ ‫اة‬‫و‬‫ر‬‫ماجه‬) Artinya: Rasulullah SAW. bila masuk ke dalam mesjid, membaca “dengan nama Allah, dan sejahtera atas Rasulullah; Ya Allah, ampunilah dosaku dan bukakanlah bagiku segala pintu rahmatMu”. (HR. Ibnu Majah). Hadits di atas diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dari Abu Bakar bin Ali Syaibah, dari Ismail bin Ibrahim, dari Laits, dari Abdullah bin Hasan, dari Fatimah binti Al-Husain, dan selanjutnya dari Fathimah Az-Zahra. Menurut Ibnu Majah, hadits di atas adalah hadits munqathi’, karena Fathimah Az- Zahra (putri Rasul) tidak berjumpa dengan Fathimah binti Al- Husain. Jadi ada rawi yang gugur (tidak disebutkan) pada tingkatan tabi’in.
  • 118. Menurut bahasa, hadits mu’dhal adalah hadits yang sulit dipahami. Batasan yang diberikan para ulama bahwa hadits mu’dhal adalah hadits yang gugur dua orang rawinya, atau lebih, secara beriringan dalam sanadnya. MACAM-MACAM HADITS DLO’IF
  • 119. Hadits Imam Malik mengenai hak hamba, dalam kitabnya “Al- Muwatha” yang berbunyi: Imam Malik berkata: Telah sampai kepadaku, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda: ْ‫و‬ُ‫ر‬ْ‫ع‬َ‫م‬ْ‫ل‬ ِ‫َب‬ ُ‫ه‬ُ‫ت‬ َ‫و‬ْ‫س‬ِ‫ك‬َ‫و‬ ُ‫ه‬ُ‫م‬ ‫ا‬َ‫ع‬َ‫ط‬‫ا‬ ِ‫ك‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬ُ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ل‬ِ‫ف‬( .‫لك‬ ‫ما‬ ‫اة‬‫و‬‫ر‬) Artinya:Budak itu harus diberi makanan dan pakaian dengan baik. (HR. Malik). Di dalam kitab Imam Malik tersebut, tidak memaparkan dua orang rawi yang beriringan antara dia dengan Abu Hurairah. Kedua rawi yang gugur itu dapat diketahui melalui riwayat Imam Malik di luar kitab Al-Muwatha. Imam Malik meriwayatkan hadits yang sama : Dari Muhammad bin Ajlan , dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah. Dua rawi yang gugur adalah Muhammad bin Ajlan dan ayahnya.
  • 120. Menurut bahasa, hadits mu’allaq berarti hadits yang tergantung. Batasan para ulama tentang hadits ini ialah hadits yang gugur satu rawi atau lebih di awal sanad atau bias juga bila semua rawinya digugurkan (tidak disebutkan). MACAM-MACAM HADITS DLO’IF
  • 121. Bukhari berkata: Kata Malik, dari Zuhri, dan Abu Salamah dari Abu Huraira, bahwa Rasulullah SAW bersabda: ِ‫اء‬َ‫ي‬ِ‫ب‬َ‫ن‬ َ‫ال‬ َْ‫ْي‬َ‫ب‬ ‫ا‬ْ‫و‬ُ‫ل‬ًَ ‫ا‬َ‫ف‬َ‫ت‬ َ‫ال‬( .‫رى‬ ‫اجلا‬ ‫اة‬‫و‬‫ر‬) Artinya:Janganlah kamu melebihkan sebagian nabi dengan sebagian yang lain. (HR. Bukhari). Berdasarkan riwayat Bukhari, ia sebenarnya tidak pernah bertemu dengan Malik. Dengan demikian, Bukhari telah menggugurkan satu rawi di awal sanad tersebut. Pada umumnya, yang termasuk dalam kategori hadits mu’allaq tingkatannya adalah dlo'if, kecuali 1341 buah hadits muallaq yang terdapat dalam kitab shaheh Bukhari. 1341 hadits tersebut tetap dipandang shaheh, karena Bukhari bukanlah seorang mudallis (yang menyembunyikan cacat hadits). Dan sebagian besar dari hadits mu’allaqnya itu disebutkan seluruh rawinya secara lengkap pada tempat lain dalam kiab itu juga.
  • 122. MACAM-MACAM HADITS MAUDHU’ HADITS MATRUK/MATHRUH HADITS MUNKAR HADITS MU’ALLAL HADITS MUDRAJ HADITS MAQLUB HADITS SYADZ
  • 123. Menurut bahasa, hadits ini memiliki pengertian hadits palsu atau dibuat-buat. Para ulama memberikan batasan bahwa hadits maudhu’ ialah hadits yang bukan berasal dari Rasulullah SAW. Akan tetapi disandarkan kepada dirinya. Golongan-golongan pembuat hadits palsu yakni musuh-musuh Islam dan tersebar pada abad-abad permulaan sejarah umat Islam, yakni kaum yahudi dan nashrani, orang-orang munafik, zindiq, atau sangat fanatic terhadap golongan politiknya, mazhabnya, atau kebangsaannya. Hadits maudhu’ merupakan seburuk-buruk hadits dlo'if. Peringatan Rasulullah SAW terhadap orang yang berdusta dengan hadits dlo'if serta menjadikan Rasul SAW sebagai sandarannya. “Barangsiapa yang sengaja berdusta terhadap diriku, maka hendaklah ia menduduki tempat duduknya dalam neraka”.
  • 124. Hadits yang dikarang oleh Abdur Rahman bin Zaid bin Aslam; ia katakana bahwa hadits itu diterima dari ayahnya, dari kakeknya, dan selanjutnya dari Rasulullah SAW. berbunyi : “Sesungguhnya bahtera Nuh bertawaf mengelilingi ka’bah, tujuh kali dan shalat di maqam Ibrahim dua rakaat” Makna hadits tersebut tidak masuk akal. a. Adapun hadits lainnya : “anak zina itu tidak masuk surga tujuh turunan”. Hadits tersebut bertentangan dengan Al-Qur’an. ” Pemikul dosa itu tidaklah memikul dosa yang lain”. ( Al-An’am : 164 ) b. “Siapa yang memperoleh anak dan dinamakannya Muhammad, maka ia dan anaknya itu masuk surga”. “orang yang dapat dipercaya itu hanya tiga, yaitu: aku ( Muhammad), Jibril, dan Muawiyah”.
  • 125. Demikianlah sedikit uraian mengenai hadits maudhu’. Masih banyak hadits-hadits lainnya yang sengaja dibuat oleh pihak kufar. Sedikit sejarah, berdasarkan pengakuan dari mereka yang memalsukan, seperti Maisarah bin Abdi Rabbin Al- Farisi, misalnya, ia mengaku telah membuat beberapa hadits tentang keutamaan Al-Qur’an dan 70 buah hadits tentang keutamaan Ali bin Abi Thalib. Abdul Karim, seorang zindiq, sebelum dihukum pancung ia telah memalsukan hadits dan mengatakan : “aku telah membuat 3000 hadits; aku halalkan barang yang haram dan aku haramkan barang yang halal”.
  • 126. Hadits ini, menurut bahasa berarti hadits yang ditinggalkan/dibuang. Para ulama memberikan batasan bahwa hadits matruk adalah hadits yang diriwayatkan oleh orang- orang yang pernah dituduh berdusta (baik berkenaan dengan hadits ataupun mengenai urusan lain), atau pernah melakukan maksiat, lalai, atau banyak wahamnya.
  • 127. “Rasulullah Saw bersabda, sekiranya tidak ada wanita, tentu Allah dita’ati dengan sungguh-sungguh”. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Ya’qub bin Sufyan bin ‘Ashim dengan sanad yang terdiri dari serentetan rawi-rawi, seperti : Muhammad bin ‘Imran, ‘Isa bin Ziyad, ‘Abdur Rahim bin Zaid dan ayahnya, Said bin mutstayyab, dan Umar bin Khaththab. Diantara nama-nama dalam sanad tersebut, ternyata Abdur Rahim dan ayahnya pernah tertuduh berdusta. Oleh karena itu, hadits tersebut ditinggalkan / dibuang.
  • 128. haditst munkar, secara bahasa berarti hadits yang diingkari atau tidak dikenal. Batasan yang diberikan para ‘ulama bahwa hadits munkar ialah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang lemah dan menyalahi perawi yang kuat.
  • 129. Artinya:“Barangsiapa yang mendirikan shalat, membayarkan zakat, mengerjakan haji, dan menghormati tamu, niscaya masuk surga. ( H.R Riwayat Abu Hatim )” Hadits di atas memiliki rawi-rawi yang lemah dan matannya pun berlainan dengan matan-matan hadits yang lebih kuat.
  • 130. Menurut bahasa, hadits mu’allal berarti hadits yang terkena illat .Menurutistilah ilmu hadits, hadits mu’allal adalah hadits yang dinilai sakit atau cacat yaitu hadits yang mengandung sebab-sebab tersembunyi , dan illat yang menjatuhkan itu bisa terdapat pada sanad, matan, ataupun keduanya.
  • 131. Hadits Ya’la bin ‘Ubaid: “Dari Sufyan Al-Tsauri, dari ‘Amr Ibn Dinar dari Ibn Umar dari Nabi SAW ia bersabda: ‫ﺍﻟﺑﻳﻌﺎﻦﺑﺎﻟﺧﻳﺎﺭﻣﺎﻟﻡﻳﺗﻓﺭﻗﺎ‬ "Si penjual dan si pembeli boleh memilih, selama belum berpisahan”. ‘Illat ini terdapat pada ‘Amr Ibn Dinar. Seharusnya bukan ia yang meriwayatkan, melainkan ‘Abdullah Ibn Dinar. Hal ini diketahui dari riwayat- riwayat lain yang juga melalui sanad tersebut. Rasulullah SAW bersabda : Apabila aku menyuruh kamu mengerjakan sesuatu, maka kerjakanlah dia; apabila aku melarang kamu dari sesuatu, maka jauhilah ia sesuai kesanggupan kamu. (Riwayat Ath-Tabrani) Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, semestinya hadits tersebut berbunyi: Rasulullah SAW bersabda : “Apa yang aku larag kamu darinya, maka jauhilah ia, dan apa yang aku suruh kamu mengerjakannya, maka kerjakanlah ia sesuai dengan kesanggupan kamu”.
  • 132. Menurut bahasa, berarti hadits yang diputarbalikkan. Para ulama menerangkan bahwa terjadi pemutarbalikkan pada matannya atau pada nama rawi dalam sanadnya atau penukaran suatu sanad untuk matan yang lain.
  • 133. 1. Hadits maqlub ini yang di matannya adalah hadits riwayat Muslim, sebagai berikut: * ُ‫ﻞ‬َ‫ﺟ‬ِ‫ﺮ‬َ‫ﻭ‬‫َﻳ‬‫ﻣ‬ُ‫ﻳ‬ ُ‫ﻡ‬َ‫ﻟ‬ْ‫ﻌ‬َ‫ﺗ‬ َ‫ﻻ‬‫َﻰ‬‫ﺗ‬َ‫ﺣ‬‫َﺎ‬‫ﻫ‬‫َﺎ‬‫ﻓ‬ْ‫ﺧ‬ِ‫ﺍ‬ ِ‫ﺔ‬َ‫ﻗ‬‫َﺪ‬‫ﺻ‬ِ‫ﺑ‬ َ‫ﻖ‬َ‫ﺪ‬َ‫ﺻ‬َ‫ﺗ‬ُ‫ﻖ‬َ‫ﻓ‬َ‫ﻧ‬َ‫ﺗ‬‫ُﺎ‬‫ﻣ‬ ِ‫ﻪ‬ِِ‫ﻧ‬ُْ‫ﻪ‬َ‫ﻟ‬‫َﺎ‬‫ﻣ‬ُ‫ﺷ‬ Padahal seharusnya ُ‫ﻪ‬َ‫ﻟ‬‫َﺎ‬‫ﻣ‬ُ‫ﺷ‬ ُ‫ﻡ‬َ‫ﻟ‬ْ‫ﻌ‬َ‫ﺗ‬ َ‫ﻻ‬ ‫َﻰ‬‫ﺗ‬َ‫ﺣ‬ ُ‫ﻖ‬َ‫ﻓ‬َ‫ﻧ‬َ‫ﺗ‬‫ُﺎ‬‫ﻣ‬ sebagaimana terdapat dalam shahih Bukhari, Muwaththa’ dan selain keduanya. 2. Rasulullah SAW bersabda : Apabila aku menyuruh kamu mengerjakan sesuatu, maka kerjakanlah dia; apabila aku melarang kamu dari sesuatu, maka jauhilah ia sesuai kesanggupan kamu. (Riwayat Ath- Tabrani) Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, semestinya hadits tersebut berbunyi: Rasulullah SAW bersabda : “Apa yang aku larag kamu darinya, maka jauhilah ia, dan apa yang aku suruh kamu mengerjakannya, maka kerjakanlah ia sesuai dengan kesanggupan kamu”.
  • 134. Secara bahasa, hadits ini berarti hadits ayng ganjil. Batasan yang diberikan para ulama, hadits syadz adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang dipercaya, tapi hadits itu berlainan dengan hadits-hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah rawi yang juga dipercaya. Haditsnya mengandung keganjilan dibandingkan dengan hadits-hadits lain yang kuat. Keganjilan itu bisa pada sanad, pada matan, ataupun keduanya.
  • 135. “Rasulullah bersabda: “Hari arafah dan hari-hari tasyriq adalah hari-hari makan dan minum.” Hadits di atas diriwayatkan oleh Musa bin Ali bin Rabah dengan sanad yang terdiri dari serentetan rawi-rawi yang dipercaya, namun matan hadits tersebut ternyata ganjil, jika dibandingkan dengan hadits-hadits lain yang diriwayatkan oleh rawi-rawi yang juga dipercaya. Pada hadits-hadits lain tidak dijumpai ungkapan . Keganjilan hadits di atas terletak pada adanya ungkapan tersebut, dan merupakan salah satu contoh hadits syadz pada matannya. Lawan dari hadits ini adalah hadits mahfuzh.
  • 136. Kata dlo'if menurut bahasa berasal dari kata dhuifun yang berarti lemah lawan dari kata qawiy yang berarti kuat. Sedangkan dlo'if berarti hadits yang tidak memenuhi hadits hasan. Hadits dlo'if disebut juga hadits mardud (ditolak). Contoh hadits dlo'if ialah hadits yang berbunyi: ‫علىه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ َ ِ‫ب‬َ‫الن‬ َ‫ن‬ِ‫ا‬َ‫لى‬َ‫ع‬ َ‫ح‬َ‫س‬َ‫م‬َ‫و‬ َ‫أ‬ًَ َ‫و‬َ‫ت‬ ‫وسلم‬ِْ‫ْي‬َ‫ب‬ َ‫ر‬ْ‫و‬َْ‫اجل‬ Artinya: “Bahwasanya Nabi SAW wudhu dan beliau mengudap kedua kaos kakinya”. Hadits tersebut dikatakan dlo'if karena diriwayatkan dari Abu Qais al-Audi. Seorang perawi yang masih dipersoalkan.
  • 137. Para ulama memberikan batasan bagi hadits dlo'if yaitu: َْ‫َل‬ ْ‫ى‬ِ‫ذ‬َ‫ل‬‫ا‬ ُ‫ث‬ْ‫ي‬ِ‫د‬َْ‫احل‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ ِ‫ف‬ْ‫ي‬ِ‫ع‬َ‫الض‬ ُ‫ث‬ْ‫ي‬ِ‫د‬َْ‫حل‬َ‫ا‬َ‫الص‬ ِ‫ث‬ْ‫ي‬ ِ‫د‬َْ‫احل‬ ُ‫ت‬ ‫ا‬َ‫ف‬ِ‫ص‬ ْ‫ع‬َ‫م‬ُْ‫ُي‬َ‫ال‬َ‫و‬ ِ‫ح‬ْ‫ي‬ِ‫ح‬ ِ‫ث‬ْ‫ي‬ ِ‫د‬َْ‫احل‬ ِ‫ت‬ ‫ا‬َ‫ف‬َ‫ص‬ Artinya: “Hadits dlo'if adalah hadits yang tidak menghimpun sifat-sifat shaheh, dan juga tidak menghimpun sifat-sifat hadits hasan”. Kriteria hadits dlo'if yaitu hadits yang kehilangan salah satu syaratnya sebagai hadits shaheh dan hasan. Dengan demikian, hadits dlo'if itu bukan tidak memenuhi syarat-syarat hadits shaheh, juga tidak memenuhi persyaratan hadits-hadits hasan. Para hadits dlo'if terdapat hal-hal yang menyebabkan lebih besarnya dugaan untuk menetapkan hadits tersebut bukan berasal dari Rasulullah SAW.
  • 138. Kehati-hatian dari para ahli hadits dalam menerima hadits sehingga mereka menjadikan tidak adanya petunjuk keaslian hadits itu sebagai alas an yang cukup untuk menolak hadits dan menghukuminya sebagai hadits dlo'if. Padahal tidak adanya petunjuk atas keaslian hadits itu bukan suatu bukti yang pasti atas adanya kesalahan atau kedustaan dalam periwayatan hadits, seperti kedlo'ifan hadits yang disebabkan rendahnya daya hafal rawinya atau kesalahan yang dilakukan dalam meriwayatkan suatu hadits. Padahal sebetulnya ia jujur dan dapat dipercaya. Hal ini tidak memastikan bahwa rawi itu salah pula dalam meriwayatkan hadits yang dimaksud, bahkan mungkin sekali ia benar. Akan tetapi, karena ada kekhawatiran yang cukup kuat terhadap kemungkinan terjadinya kesalahan dalam periwayatan hadits yang dimaksud, maka mereka menetapkan untuk menolaknya.
  • 139. Demikian pula kedlo'ifan suatu hadits karena tidak bersambungnya sanad. Hadits yang demikian dihukumi dlo'if karena identitas rawi yang tidak tercantum itu tidak diketahui sehingga boleh jadi ia adalah rawi yang dlo'if. Seandainya ia rawi yang dlo'if, maka boleh jadi ia melakukan kesalahan dalam meriwayatkannya. Oleh karena itu, para muhadditsin menjadikan kemungkinan yang timbul dari suatu kemungkinan itu sebagai suatu pertimbangan dan menganggapnya sebagai penghalang dapat diterimanya suatu hadits. Hal ini merupakan puncak kehati-hatian yang kritis dan ilmiah.
  • 140. * ُ‫ت‬ َ‫و‬ْ‫س‬ِ‫ك‬َ‫و‬ ُ‫ه‬ُ‫م‬ ‫ا‬َ‫ع‬َ‫ط‬‫ا‬ ِ‫ك‬ ْ‫و‬ُ‫ل‬ُ‫م‬ْ‫ل‬ِِِ‫ف‬ْ‫و‬ُ‫ر‬ْ‫ع‬َ‫م‬ْ‫ل‬ ِ‫َب‬ ُ‫ه‬. (‫لك‬ ‫ما‬ ‫اة‬‫و‬‫ر‬) Artinya:Budak itu harus diberi makanan dan pakaian dengan baik. (HR. Malik).