SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
HADITS DITINJAU DARI SEGI KUALITAS DAN
KUANTITASNYA
HADITS DITINJAU DARI SEGI
KUANTITAS DAN KUALITASNYA
Pembagian hadits diperlukan dalam upaya untuk mengklasifikasikan hadits, dari
sisi kuantitas pembagian hadits bertujuan untuk mengetahui jumlah rawi pada tiap
tingkatan sehingga muncul klasifikasi hadits mutawattir dan hadits ahad. Sedangkan
dari sisi kualitas bertujuan untuk mengetahui keontetikan hadits dilihat dari shahih,
hasan, dhaif dan sebagainya.
A. PEMBAGIAN HADITS DARI SEGI KUANTITASNYA
Maksud tinjauan hadits dari segi kuantitasnya, adalah kuantitas atau jumlah
perawi yang ada dalam periwayatan sebuah hadits. Ditinjau dari segi sedikit atau
banyaknya rawi yang menjadi sumber berita, hadits terbagi menjadi dua macam, yaitu
hadits mutawatir dan hadits Ahad.
1. Hadits Mutawatir
a. Pengertian Hadits Mutawatir
Setiap hadits pasti mempunyai rawi yang banyak dari berbagai tingkatan. Jika
sejumlah sahabat yang menjadi rawi pertama suatu hadits itu banyak sekali, rawi yang
kedua (tabi’in), ketiga (tabi’it – tabi’in) dan seterusnya sampai pada rawi yang
mendewankan (membukukan) dalam keadaan yang sama, seimbang atau bahkan
lebih banyak jumlahnya, maka termasuk Hadits Mutawatir.
Diantara salah satu rumusan definisi Hadits Mutawatir, yaitu :
“Suatu hadits
yang diriwayatkan oleh sejumlah rawi yang menurut kebiasaannya mustahil mereka itu
bersepakat untuk berdusta. Kualitas mereka sama dari sanad pertama sampai terakhir
dan tidak ada yang cacat”.
b. Ciri-ciri Hadits Mutawatir
Setelah anda mengkaji pengertian hadits mutawatir di atas, maka akan
menemukan ciri-cirinya, yaitu :
1).Jumlah perawinya banyak yang tidak mungkin berdusta
Menurut Abu Thayyib, minimal 4 orang, mengkiaskan saksi dalam persidangan.
Kelompok Asy-Syafi’i berpendapat, minimal 5 orang mengkiyaskan Nabi-nabi Ulul
Azmi. Sebagian ulama lain menentukan minimal 20 orang berdasar QS. Al-Anfal 65,
yang menjelaskan tentang 20 orang yang tahan uji sehingga dapat mengalahkan 200
orang kafir. Ada pula yang menentukan minimal rawinya berjumlah 40 orang, berdasar
QS. Al-Anfal 64, yaitu jumlah orang mukmin ketika itu.
2).Jumlah rawinya seimbang dalam semua tingkatan
Dengan demikian jika misalnya suatu hadits diriwayatkan oleh 10 sahabat, kemudian
diterima oleh 5 orang tabi’in dan seterusnya hanya diriwayatkan oleh 2 orang tabi’it
tabi’in, maka tidak termasuk hadits mutawatir.
3).Berdasarkan Tanggapan Panca Indra
Maksudnya warta yang disampaikan itu benar-benar hasil pendengaran atau
penglihatannya sendiri bukan hasil pemikiran atau teori yang mereka temukan.
c. Kedudukan Hadits Mutawatir
Keadilan dan kedhabitan (kuat ingatan) dari para perawi hadits mutawatir itu
sudah tidak diragukan lagi, sehingga mereka tidak mungkin untuk berbohong dalam
membawa berita dari Nabi SAW. Karena itu para ulama sepakat bahwa hadits
mutawatir memberi dampak pada faedah ilmu dharury, yakni keharusan untuk
menerima bulat-bulat berita dalam hadits tersebut secara pasti (qath’y wurud). Dengan
demikian hadits mutawatir menduduki tingkatan teratas dibandingkan dengan hadits-
hadits yang lainnya.
d. Pembagian Hadits Mutawatir
Ulama ushul membagi hadits mutawatir menjadi dua bagian, yaitu mutawatir
lafdy dan mutawatir ma’nawy. Adapun yang dimaksud dengan mutawatir lafdy ialah
hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak dan susunan redaksi serta maknanya
benar-benar sama antara riwayat yang satu dengan lainnya. Sedang Mutawatir
Maknawy, ialah hadits yang rawinya banyak, tetapi redaksi pemberitaannya berbeda-
beda, hanya prinsip dan maknanya saja yang ada kesamaan.
Contoh hadits mutawatir lafdhy, antara lain :
Menurut Abu bakar Al-Bazzar, hadits tersebut diriwayatkan oleh 40 orang sahabat, dan
sebagian ulama mengatakan bahwa hadits tersebut diriwayatkan oleh 62 orang
sahabat dengan susunan redaksi dan makna yang sama.
2. Hadits Ahad
a. Pengertian dan Kedudukan Hadits Ahad
Ulama Muhaditsin memberikan definisi
“Yaitu, Hadits yang
tidak mencapai derajat mutawatir”.
b. Klasifikasi Hadits Ahad
Berdasarkan sedikit dan banyaknya para perawi yang terdapat pada tiap-tiap
tingkatan (thabaqat), maka hadits Ahad dapat dibagi menjadi tiga, yaitu hadits
masyhur, hadits aziz dan hadits gharib.
1). Hadits Masyhur
Hadits Masyhur ialah hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, tetapi
belum mencapai derajat mutawatir.
Contoh hadits masyhur
Menurut ulama Fiqh, hadits Masyhur itu Murodif (disebut juga) Hadits Mustafid.
Namun sebagian yang lain berpendapat bahwa hadits Masyhur itu lebih umum
daripada hadits Mustafid. Dalam hadits Mustafid jumlah rawi harus sama dalam setiap
tingkatannya, sementara pada hadits Masyhur tidak harus sama.
Dilihat dari segi makna Masyhur berarti terkenal atau populer. Maka ulama hadits
membagi hadits Masyhur dari segi maknanya menjadi tiga kelompok, yaitu :
a) Masyhur di kalangan Muhadditsin dan lainnya.
b) Masyhur di kalangan para ahli disiplin keilmuan tertentu. Misalnya hanya terkenal di
kalangan Muhadditsin, Fuqaha’, ahli nahwu, tasawuf dan lain
c) Masyhur hanya di kalangan umum
2). Hadits Aziz
Aziz secara bahasa berarti mulia atau kuat dan juga berarti jarang, menurut istilah
Hadits aziz adalah hadits yang diriwayatkan dua orang perawi walaupun dua orang
perawi tersebut berada dalam satu tingkatan saja., kemudian setelah itu orang-orang
meriwayatkannya.
Contoh hadits ini adalah :
3). Hadits Gharib
Contoh Hadits Gharib :
Hadits Gharib yaitu “hadits yang dalam sanadnya terdapat seseorang yang
menyendiri dalam meriwayatkan, dimana saja penyendirian dalam sanad itu terjadi”.
Maksudnya penyendirian itu bisa jumlah personalianya atau sendiri dalam sifat atau
keadaannya perawi-perawi lainnya yang meriwayatkan hadits tersebut.
Penyendirian dalam personalianya disebut Gharib Mutlak, sedang penyendirian
mengenai sifat-sifat atau keadaan tertentu seorang rawi. Misalnya ketsiqahan, tempat
tinggal, rawi tertentu, maka disebut Gharib Nisby.
Mayoritas ulama sependapat bahwa hadits ahad
yang maqbul (bisa diterima) dalam arti shahih, bisa digunakan sebagai dasar hukum
Islam, dan wajib diamalkan. Adapun yang berkaitan dengan akidah ada beberapa
pendapat yang netral, hadits ahad yang telah memenuhi syarat (shahih) dapat
dijadikan hujjah / dalil untuk masalah akidah asal hadits tersebut tidak bertentangan
dengan al-Qur’an, dan hadits-hadits lain yang lebih kuat, dan tidak bertentangan
dengan akal sehat.
Pembagian hadits dari segi kuantitas ini sekedar untuk mengetahui sedikit atau
banyaknya sanad, bukan untuk menentukan diterima atau tidaknya hadits. Karena itu
kita perlu pula mengetahui materi berikutnya yang akan membahas tentang kualitas
hadits.
B. PEMBAGIAN HADITS DARI SEGI KUALITASNYA
Ditinjau dari segi kualitas, para ulama membagi tiga bagian, yaitu
hadits Shahih, hadits Hasan dan haditsDha’if :
1. Hadits Shahih
a. Pengertian Hadits Shahih
Menurut Ulama Muhadditsin, hadits shahih yaitu
“Hadits yang dinukil (diriwayatkan) oleh rawi yang adil, sempurna ingatannya,
bersambung sanadnya, tidak ber’illat dan tidak janggal”.
Dengan pengertian tersebut, maka ada lima syarat untuk disebut hadits shahih,
yaitu :
1). Rawinya bersifat adil
Menurut Ibnus-Sam’any, seorang rawi bisa disebut adil bila :
a) Menjaga ketaatan dan menjauhi kemaksiatan kepada Allah
b) Menjauhi dosa-dosa kecil
c) Meninggalkan perbuatan mubah yang dapat menggugurkan iman kepada Qadar dan
menjadikan penyesalan
d) Tidak mengikuti salah satu mazhab yang bertentangan dengan dasar syara’.
Sedang Muhyiddin Abdul Hamid menjelaskan bahwa adil berarti :
a) Islam
b) Mukallaf
c) Selamat dari sebab-sebab yang menjadikan seseorang fasik dan mencacatkan
kepribadiannya.
2). Sempurna ingatannya (dhabit)
Maksudnya daya ingatannya kuat, dari awal menerima hadits hingga disampaikan
kepada orang lain tidak ada yang lupa. Sanggup dikeluarkan dimana dan kapan saja
dikehendaki. Jika demikian, maka disebut Dhabit Shadran. Sedang bila keutuhan
hadits yang disampaikan itu berdasar pada buku catatan (teks book), maka
disebut Dhabit Kitabah. Adapun rawi yang memiliki sifat adil dan Dhabit disebut “Rawi
Tsiqah” (dapat dipertanggung jawabkan).
3). Sanadnya tidak terputus
Maksudnya sanadnya bersambung, tidak ada yang terputus, karena tiap-tiap rawi
dapat saling bertemu dan menerima langsung dari guru yang memberinya.
4). Tidak mempunyai ‘illat
Selamat dari illat (penyakit) hadits, yaitu penyakit yang samar-samar yang dapat
menodai kesahihan suatu hadits. Misalnya, meriwayatkan hadits
secara Muttasil (bersambung) terhadap haditsMursal (gugur seorang sahabat yang
meriwayatkannya) atau terhadap hadits Munqathi’ (gugur salah seorang rawinya).
Demikian juga dapat dianggap illat hadits, jika ada sisipan dalam matan haditsnya.
5). Tidak janggal
Maksudnya hadits yang rawinya maqbul (dapat diterima periwayatannya) tersebut
tidak bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang lebih rajih (kuat),
disebabkan dengan adanya kelebihan jumlah sanad atau kelebihan dalam kedhabitan
rawinya atau adanya segi-segi tarjih yang lainnya.
b. Klasifikasi Hadits Shahih
Hadits Shahih terbagi menajdi dua bentuk, yaitu :
1). Shahih li-Dzatihi (‫لذاته‬ ‫,)صحيح‬ yaitu hadits shahih yang secara sempurna terpenui kriteria
persyaratan tersebut di atas. Hadits shahih li dzatihi tingkatannya bisa turun menjadi
Hasan li zatihi ketikakedhabitan seorang rawi kurang sempurna.
2). Shahih Lighairih (‫لغيره‬ ‫,)صحيح‬ yaitu hadits yang rawinya kurang hafizd dan dhabit (hasan
Lizzatih), namun ada sanad lain yang serupa atau lebih kuat, sehingga dapat menutupi
kekurangan-kekurangannya.
c. Martabat Hadits Shahih
Di dalam hadits shahih sendiri terdapat tingakatan-tingkatan berdasarkan
kedhabitan dan keadilan para perawinya, yaitu :
1). ‫االساند‬ ‫اصح‬ (sanadnya paling shahih, misalnya bagi Imam Bukhari adalah Malik, Nafi’
dan Ibnu Umar, bagi Imam An-Nasa’I adalah Ubaidillah Ibnu ‘Abbas dan Umar bin
Khattab).
2). ‫عليه‬ ‫متفق‬ (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim).
3). ‫البخارى‬ ‫رواه‬ (Hadits riwayat Imam Bukhari)
4). ‫مسلم‬ ‫رواه‬ (Hadits riwayat Imam Muslim)
5). ‫ومسلم‬ ‫البخارى‬ ‫شراط‬ (menurut syarat-syarat Imam Bukhari dan Muslim)
6). ‫البخارى‬ ‫شرط‬ ‫على‬ ‫صحيح‬ (Shahih memenuhi syarat Imam Bukhari)
7). ‫مسلم‬ ‫شرط‬ ‫على‬ ‫صحيح‬ (Shahih memenuhi syarat Imam Muslim)
8). Hadits yang ditakhrij dengan tidak menggunakan syarat Bukhari dan Muslim.
2. Hadits Hasan
Menurut bahasa, hadits hasan adalah hadits yang baik. Menurut istilah hadits
hasan adalah hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, sanadnya bersambung,
tidak mengandung ilat, dan tidak janggal, namun rawinya kurang dhabit (kurang baik
tingkat hapalannya).
Hadits hasan adalah hadits yang memenuhi semua syarat-syarat hadits shahih,
hanya saja seluruh atau sebagian perawinya kurang dhabit. Dengan demikian
perbedaan hadits shahih dan hadits hasan terletak pada tinggi atau rendahnya
kedhabitan seorang rawi. Hadits hasan terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Hasan Lizzatihi. Maksudnya hadits itu telah memenuhi syarat-syarat hadits hasan.
b. Hasan Lighairihi, Maksudnya hadits itu sanadnya ada yang dirahasiakan (Mastur),
tidak jelas keahliannya, namuan mereka bukan pelupa, tidak banyak salah dan tidak
dituduh dusta dalam periwayatannya. Pada mulanya hadits hasan ligahirih itu adalah
hadits dha’if, namun karena ada dukungan sanad lain yang memperkuat, maka naik
tingkatannya menjadi hadits Hasan.
Hadits hasan ini bisa dijadikan sebagai dasar sumber hukum Islam, namun
tingkatannya di bawah hadits shahih.
3. Hadits Dha’if
Dha’if artinya “lemah”. Adapun yang disebut hadits dha’if adalah hadits yang
kehilangan satu atau lebih syarat-syarat hadits shahih atau hadits hasan.
Pada dasarnya hadits dha’if itu disebabkan dua alasan, yaitu :
a. Karena sanadnya tidak muttasil (bersambung)
Nama hadits dhaif karena alasan / sebab tidak muttasilnya sanad antara lain ;
hadits mursal, hadits munqati’, hadits mu’adhdhal, hadits mudallas, dan hadits muallal.
b. Karena faktor lain misal dari matan
Nama hadits dhaif karena alasan / sebab ini antara lain hadits mudha’af, hadits
mudhtharib, hadits maqlub, hadits mungkar, hadits matruk, dan hadits mathrub.
Menurut para Muhadditsin, sebab-sebab tertolaknya hadits sebagai sumber
hukum bisa ditinjau dari dua faktor, yaitu Sanad dan matannya.
1. Faktor Sanad
Dari faktor sanad ini bisa karena rawinya cacat dan bisa pula tertolak karena sanadnya
tidak bersambung.
a. Rawi Cacat
Rawi hadits yang cacat dari keadilan dan kedhabitan haditsnya disebut
- Mandhu’ (rawinya dusta)
- Matruk (tertuduh dusta)
- Munkar (fasik, banyak salah, lengah dalam hafalan)
- Mu’allal (banyak prasangka)
- Mudraj (penambahan suatu sisipan)
- Maqlub (memutarbalikkan)
- Mudhtharib (menukar-nukar rawi hadits)
- Muharraf (mengubah syakal - huruf)
- Mushahhaf (mengubah titik dan kata)
- Mubham (tidak diketahui identitasnya)
- Mardud (penganut Bid’ah)
b. Sanadnya tidak bersambung
Hadits yang sanadnya gugur atau tidak bersambung haditsnya disebut
- Mu’allaq (gugur pada sanad pertama)
- Mursal (gugur pada sanad terakhir / shahabat)
- Mu’dhal (gugur dua orang rawi atau lebih berurutan)
- Munqhati’ (gugurnya rawi tidak berurutan)
2. Faktor Matan
Hadits yang tertolak dari faktor matan hadits, maka haditsnya bisa karena berupa
hadits
- Mauquf (disandarkan kepada sahabat)
- Maqthu’ (disandarkan kepada tabi’in).
Para ulama berbeda pendapat tentang penggunaan hadits dha’if sebagai hujjah
(dasar hukum) atau sebagai amalan kebaikan. Pendapat pertama, menolak sama
sekali menggunakan hadits dha’if. Baik untuk mendorong berbuat kebajikan maupun
dalam penetapan hukum. Kedua, menerima secara utuh hadits dha’if.Ketiga, menolak
sebagai hujjah (dasar hukum) dan menerima sekedar untuk memotifasi berbuat
kebajikan dan nasehat asalkan haditsnya tidak terlalu janggal dan ada penguat dari
hadits yang lainnya.
Dari ketiga pendapat tersebut, yang paling selamat adalah pendapat pertama,
karena penuh dengan ihtiyat dan kehati-hatian agar tidak terjebak dalam perbuatan
bid’ah.
Diposkan 5th March 2013 oleh M. Arifin
B. Hadis Hasan
1. Pengertian Hadis Hasan
Hadis hasan ialah hadis yang sanadnya bersambung, oleh penukil yang ‘adil namun kurang ke-dhabit-annya (tidak terlalu kuat ingatannya) serta terhindar
dari Syaz dan illat.[12]
Perbedaan antara hadis Hasan dengan Shahih terletak pada dhabit yang sempurna untuk hadis shahih dan dhabit yang kurang untuk hadis hasan[13]
Ibn Hajar sebagaimana dinukil Mahmud Thahhan dalam Musthalah Hadis mengemukakan bahwa khabar ahad yang diriwayatkan oleh perawi yang adil lagi
sempurna ke-dhabithan-nya, mutthashil tanpa syaz dan illat. Itulah yang disebut shahih li dzatihi. Bila kedhabithannya kurang maka itulah hadis hasan li
dzatihi[14]
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hadis hasan adalah hadis yang memenuhi syarat-syarat hadis shahih seluruhnya, hanya saja semua perawi atau
sebagiannya, kurang ke-dhabitan-nya dibanding dengan perawi hadis shahih. [15]
Berdasarkan pada pengertian-pengertian yang telah dikemukakan diatas, para ulama hadis merumuskan kriteria hadis hasan, kriterianya sama dengan hadis
shahih, Hanya saja pada hadis hasan terdapat perawi yang tingkat kedhabitannya kurang atau lebih rendah dari perawi hadis shahih.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hadis hasan mempunyai kriteria sebagai berikut:
a. Sanad hadis harus bersambung.
b. Perawinya adil
c. Perawinya mempunyai sifat dhabit, namun kualitasnya lebih rendah (kurang) dari yang dimiliki oleh perawi hadis shahih
d. Hadis yang diriwayatkan tersebut tidak syaz
e. Hadis yang diriwayatkan terhindar dari illat yang merusak (qadihah)[16]
2. Pembagian Hadis Hasan
Hadis hasan dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Hadis hasan li dzatihi
Hadis hasan li dzatihi adalah hadis yang dengan sendirinya telah memenuhi kriteria hadis hasan sebagaimana tersebut diatas, dan tidak memerlukan
riwayat lain untuk mengangkatnya ke derajat hasan.
b. Hadis hasan li ghairihi
Hadis hasan li ghairihi adalah hadis dha’if apabila jalan (datang)-nya berbilang (lebih dari satu), dan sebab-sebab kedha’ifannya bukan karena perawinya
fasik atau pendusta.[17]
Dengan demikian hadis hasan li ghairihi pada mulanya merupakan hadis dha’if, yang naik menjadi hasan karena ada riwayat penguat, jadi dimungkinkan
berkualitas hasan karena riwayat penguat itu, seandainya tidak ada penguat tentu masih berstatus dha’if.
Imam adz-Zahaby mengatakan, tingkat hasan tertinggi adalah riwayat Bahz ibn Hukaim dari bapaknya dari kakeknya, Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari
kakeknya, Ibn Ishaq dari at-Taimy dan sanad sejenis yang menurut para ulama dikatakan sebagai sanad shahih, yakni merupakan derajat shahih terendah.[18]
Contoh hadis hasan:
ٍ‫د‬َ‫ب‬ْ‫ع‬َ‫م‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ، َ‫يم‬‫ي‬‫اه‬َ‫ر‬ْ‫ب‬‫ي‬‫إ‬ ُ‫ن‬ْ‫ب‬ ُ‫د‬ْ‫ع‬َ‫س‬ ‫ي‬‫َِن‬‫أ‬َ‫ب‬ْ‫َن‬‫أ‬ َ‫ال‬َ‫ق‬ ،ُ‫ة‬َ‫ب‬ْ‫ع‬ُ‫ش‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ ، ُ‫ن‬‫َّا‬‫ف‬َ‫ع‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬‫ا‬‫ي‬‫ي‬‫د‬َُ‫ُي‬ ‫ا‬َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫ق‬ُ‫ة‬َ‫ي‬‫ي‬‫و‬‫ا‬َ‫ع‬ُ‫م‬ َ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬: َ‫ال‬َ‫ق‬ ، ‫ي‬‫ي‬
‫ي‬‫ن‬َ‫ه‬ُْ‫ْل‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫ث‬
َ‫د‬َ‫ي‬ ‫ا‬َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫ق‬ ‫ي‬‫ات‬َ‫م‬‫ي‬‫ل‬َ‫ك‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ي‬‫الء‬ُ‫ؤ‬َ‫ه‬ ُ‫ل‬‫و‬ُ‫ق‬َ‫ي‬َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ئ‬ْ‫ي‬َ‫ش‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ‫ي‬‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬َُّ‫اَّلل‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ‫ي‬َّ‫اَّلل‬ ‫ي‬‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬‫ال‬ ‫ي‬‫ن‬َ‫ع‬ ‫ي‬‫ع‬َ‫م‬ُْ‫ْل‬‫ا‬ ‫ي‬‫ِف‬ َّ‫ن‬‫يي‬‫ِب‬ ُ‫ث‬‫ي‬‫ي‬‫د‬َُ‫ُي‬ ْ‫َو‬‫أ‬ ، َّ‫ن‬ُ‫ه‬ُ‫ع‬‫ي‬‫ي‬‫ي‬‫َّب‬‫ن‬
َ‫و‬ ‫ي‬‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َُّ‫اَّلل‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬، ‫ي‬‫ن‬‫ي‬‫ي‬‫ي‬‫د‬‫ال‬ ‫ي‬‫ِف‬ ُّ‫ه‬‫ي‬‫ي‬‫ق‬َ‫ف‬ُ‫ي‬ ‫ا‬ً‫ر‬ْ‫ي‬َ‫خ‬ ‫ي‬‫ه‬‫ي‬‫ب‬ َُّ‫اَّلل‬ ‫ي‬‫د‬‫ي‬‫ر‬ُ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ : َ‫ال‬َ‫ق‬ ، َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ
‫ي‬‫ب‬ ُ‫ه‬ْ‫ذ‬ُ‫خ‬ْ‫أ‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫ف‬ ٌ‫ر‬‫ي‬‫ض‬َ‫خ‬ ٌ‫و‬ْ‫ل‬ُ‫ح‬ ‫ال‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ َّ‫ن‬‫ي‬‫إ‬َ‫و‬‫ي‬‫ه‬‫ي‬‫ي‬‫ق‬
)‫أمحد‬‫اه‬‫و‬‫.(ر‬ُ‫ح‬ْ‫ب‬َّ‫الذ‬ ُ‫َّه‬‫ن‬‫ي‬‫إ‬َ‫ف‬ َ‫ح‬ُ‫اد‬َ‫م‬َّ‫الت‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ا‬َّ‫ي‬‫ي‬‫إ‬َ‫و‬ ، ‫ي‬‫يه‬‫ي‬‫ف‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ْ‫ك‬َ‫ار‬َ‫ب‬ُ‫ي‬
Hadis tersebut diatas bersambung sanadnya dan semua perawinya termasuk orang-orang terpercaya kecuali Ma’bad al-Juhany menurut adz-
Zahaby,Ma’bad termasuk orang yang kurang ke-‘adilan-nya.[19]
Contoh hadis shahih li ghairihi:
ْ‫ب‬ ‫ي‬‫ر‬‫ي‬‫ام‬َ‫ع‬ َ‫ن‬ْ‫ب‬ ‫ي‬َّ‫اَّلل‬ َ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ُ‫ت‬ْ‫ع‬‫ي‬َ‫َس‬ ‫ال‬َ‫ق‬ ، ‫ي‬َّ‫اَّلل‬ ‫ي‬‫د‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ُ‫ع‬ ‫ي‬‫ن‬ْ‫ب‬ ‫ي‬‫م‬‫ي‬‫اص‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ، ُ‫ة‬َ‫ب‬ْ‫ع‬ُ‫ش‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬َ‫ر‬ ‫ي‬‫ن‬َ‫ب‬ ْ‫ن‬‫ي‬‫م‬ ً‫ة‬َ‫أ‬َ‫ر‬ْ‫ام‬ َّ‫َن‬‫أ‬ : ‫ي‬‫يه‬‫ي‬‫ب‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ، َ‫ة‬َ‫يع‬‫ي‬‫ب‬َ‫ة‬َ‫ار‬َ‫ز‬َ‫ف‬ ‫ي‬‫ن‬
‫ي‬‫ي‬‫ض‬َ‫َر‬‫أ‬ ": َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ‫ي‬‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َُّ‫اَّلل‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ‫ي‬َّ‫اَّلل‬ ُ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ال‬َ‫ق‬َ‫ف‬ . ‫ي‬ْ‫ْي‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ن‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ت‬َ‫ج‬َّ‫و‬َ‫ز‬َ‫ت‬َ‫ن‬ : ْ‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ "‫؟‬ ‫ي‬ْ‫ْي‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ن‬‫ي‬‫ب‬ ‫ي‬‫ك‬‫ي‬‫ال‬َ‫م‬َ‫و‬ ‫ي‬‫ك‬ ‫ي‬‫س‬ْ‫ف‬َ‫ن‬ ْ‫ن‬‫ي‬‫م‬ ‫ي‬‫ت‬ْ‫م‬َ‫ع‬
‫الرتم‬ ‫اه‬‫و‬‫.(ر‬ ُ‫ه‬َ‫از‬َ‫َج‬‫أ‬َ‫ف‬ : َ‫ال‬َ‫ق‬ .)‫ذي‬
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari jalur Syu’bah dari ‘ashim bin ‘Ubaidillah,dari Abdillah bin Amir bin Rabi’ah, dari ayahnya bahwasanya seorang wanita dari bani
Fazarah menikah dengan mahar sepasang sandal.
Kemudian at-Tirmidzi berkata,”pada bab ini juga diriwayatkan (hadis yang sama) dari ‘Umar, Abi Hurairah,Aisyah dan Abi Hadrad.”Jalur ‘Ashim didha’ifkan
karena buruk hafalannya, kemudian hadis ini dihasankan oleh at-Tirmidzy melalui jalur riwayat yang lain.[20]
Hadis dha’if dapat ditingkatkan derajatnya ke tingkat hasan dengan dua ketentuan,yaitu:
a) hadis tersebut diriwayatkan oleh perawi yang lain melalui jalan lain, dengan syarat bahwa perawi (jalan) yang lain tersebut sama kualitasnya atau lebih
baik dari padanya.
b) bahwa sebab kedha’ifannya karena keburukan hafalan perawinya, putusnya sanad.serta adanya periwayat yang tak dikenal.[21]
Jadi hadis dha’if yang bisa naik kedudukannya menjadi hadis hasan hanyalah hadis-hadis yang tidak terlalu lemah, sementara hadis yang terlalu lemah seperti
hadis munkar, hadis matruk betapapun syahid dan muttabi’ kedudukannya tetap saja dha’if, tidak bisa berubah menjadi hasan.
3. Kehujjahan Hadis Hasan.
Hadis hasan sebagaimana kedudukannya hadis shahih, meskipun derajatnya dibawah hadis shahih, adalah dapat dijadikan sebagai hujjahdalam penetapan
hukum maupun dalam beramal.
Para ulama hadis dan ulama ushul fiqh, serta para fuqaha sependapat tentang kehujjahan hadis hasan ini.[22]
4. Kitab-kitab Yang Memuat Hadis Hasan
Ulama yang mula-mula membagi hadis sebagai hadis shahih, hasan dan dha’if adalah Imam at-Tirmidzy, sehingga wajar jika Imam at-Tirmidzy memiliki
peran dalam menghimpun hadis-hadis hasan. Diantara kitab-kitab yang memuat hadis hasan adalah[23]:
a. Sunan at-Tirmidzy
b. Sunan Abu Daud
c. Sunan ad-Dar Quthny
C. Hadis Dhaif
1. Pengertian dan Pembagian Hadis Dha’if
Dha’if menurut bahasa adalah lawan dari kuat. Dha’if ada dua macam, yaitu lahiriyah dan maknawiyah. Sedangkan yang dimaksud disini adalah dha’if
maknawiyah.
Hadis dhaif menurut istilah adalah “hadis yang didalamnya tidak didapati syarat hadis shahih dan tidak pula didapati syarat hadis hasan.”[24]
Diantara para ulama terdapat perbedaan rumusan dalam mendefinisikan hadis dhaif ini, akan tetapi pada dasarnya isi dan maksudnya sama.
An-Nawawi mendefinisikannya dengan:
“hadis yang didalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadis shahih dan syarat-syarat hadis hasan”[25]
As-Suyuthi mendefinisikan hadis dhaif adalah:
“Hadis yang hilang salah satu syarat atau keseluruhan dari syarat-syarat hadis maqbul, atau dengan kata lain hadis yang tidak terpenuhi didalamnya syarat-
syarat hadis maqbul”
Hadis dhaif apabila ditinjau dari segi sebab-sebab kedhaifannya, maka dapat dibagi kepada dua bahagian, pertama: Dhaif disebabkan karena tidak
memenuhi syarat bersambungnya sanad. Kedua: Dhaif karena terdapat cacat pada perawinya.
Dhaif disebabkan karena tidak memenuhi syarat bersambungnya Sanad. Dhaif jenis ini di bagi lagi menjadi :
1) Hadis Mu’allaq
Hadis mu’allaq yaitu hadis yang pada sanadnya telah dibuang satu atau lebih rawi baik secara berurutan maupun tidak. Contohnya pada hadis yang
diriwayatkan oleh Bukhari:
‫األنبيأ‬ ‫بْي‬ ‫ا‬‫و‬‫ضل‬ ‫تفا‬ ‫"ال‬ ‫النىب‬ ‫عن‬ ‫هريرة‬ ‫أىب‬ ‫عن‬ ‫سلمة‬ ‫أىب‬ ‫عن‬ ‫الزهرى‬ ‫عن‬ ‫مالك‬ ‫قال‬
Dikatakan Muallaq karena Imam bukhari langsung menyebut Imam Malik padahal ia dengan Imam Malik tidak pernah bertemu. Contoh lain adalah,
‫اله‬‫و‬‫أح‬ ‫كل‬‫على‬ ‫هللا‬ ‫يذكر‬ ‫النىب‬ ‫كان‬‫العائشة‬ ‫قالت‬ ‫ألبخارى‬ ‫قال‬
Disini Bukhari tidak menyebutkan rawi sebelum Aisyah
2) Hadis Mursal
Hadis mursal menurut istilah adalah hadis yang gugur perawi dari sanadnya setelah tabi’in, seperti bila seorang tabi’in mengatakan,”Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam bersabda begini atau berbuat seperti ini”[26]. Contoh hadits ini adalah:
‫أبيه‬ ‫عن‬ ‫حممد‬ ‫بن‬ ‫جعفر‬ ‫عن‬ ‫مالك‬ ‫قال‬‫الشاهد‬‫و‬ ‫باليمن‬ ‫قضى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫أن‬
Disini Muhammad bin Ali Zainul Abidin tidak menyebutkan sahabat yang menjadi perantara antara nabi dan bapaknya.
3) Hadis Munqathi'
Hadis munqathi’ menurut istilah para ulama hadis mutaqaddi min sebagai “hadis yang sanadnya tidak bersambung dari semua sisi”. Sedangkan menurut para
ulama hadis mutaakhkhirin adalah ”suatu hadis yang ditengah sanadnya gugur seorang perawi atau beberapa perawi tetapi tidak berturut-turut” [27]
Contoh hadits ini adalah;
‫ب‬ ‫أبا‬‫وليتموها‬ ‫إن‬‫مرفوعا‬ ‫حذيفه‬ ‫عن‬ ‫يثيع‬ ‫بن‬ ‫زيد‬ ‫عن‬ ‫إسحاق‬ ‫أىب‬ ‫عن‬ ‫الثورى‬ ‫عن‬ ‫اق‬‫ز‬‫الر‬ ‫عبد‬ ‫اه‬‫و‬‫ر‬ ‫ما‬‫أمْي‬ ‫فقوى‬ ‫كر‬
Riwayat yang sebenarnya adalah Abdul Razak meriwayatkan hadis dari Nukman bin Abi Saybah al-Jundi bukan dari Syauri. Sedangkan Syauri tidak
meriwayatkan hadis dari Abi Ishak, akan tetapi ia meriwayatkan hadits dari Zaid. Dari riwayat yang sesungguhnya kita dapat mengetahui bahwa hadits di atas
adalah termasuk hadis yang munqthi’.
4) Hadis Mu'dhal
Hadis mu’dhal menurut istilah adalah “ hadis yang gugur pada sanadnya dua atau lebih secara berurutan.”[28].
Contohnya :
Diriwayatkan oleh al-Hakim dengan sanadnya kepada al-Qa’naby dari Malik bahwasanya dia menyampaikan, bahwa Abu Hurairah berkata, “rasulullah
bersabda,
" ‫طيق‬ُ‫ي‬ ‫ما‬ ‫إال‬ ‫العمل‬ ‫من‬ ‫ف‬‫ي‬‫ل‬‫ك‬ُ‫ي‬ ‫ال‬ ، ‫باملعروف‬ ‫كسوته‬‫و‬ ‫طعامه‬ ‫للمملوك‬
Al-Hakim berkata,” hadis ini mu’dhal dari Malik dalam kitab al-Muwaththa’., Letak ke-mu’adalahan-nya karena gugurnya dua perawi dari sanadnya yaitu
Muhammad bin ‘Aljan, dari bapaknya. Kedua perawi tersebut gugur secara berurutan[29]
5) Hadis Mudallas
Yaitu hadits yang diriwayatkan dengan menghilangkan rawi diatasnya. Tadlis sendiri dibagi menjadi beberapa macam;
a. Tadlis Isnad, adalah hadis yang disampaikan oleh seorang perawi dari orang yang semasa dengannya dan ia betemu sendiri dengan orang itu namun ia
tidak mendengar hadis tersebut langsung darinya. Apabila perawi memberikan penjelasan bahwa ia mendengar langsung hadis tersebut padahal kenyataannya
tidak, maka tidak tidak termasuk mudallas melainkan suatu kebohongan/ kefasikan.
b. Tadlis qath’i : Apabila perawi menggugurkan beberapa perawi di atasnya dengan meringkas menggunakan nama gurunya atau misalnya perawi mengatakan
“ telah berkata kepadaku”, kemudian diam beberapa saat dan melanjutkan “al-Amasi . . .” umpamanya. Hal seperti itu mengesankan seolah-olah ia mendengar
dari al-Amasi secara langsung padahal sebenarnya tidak. Hadist seperti itu disebut juga dengan tadlis Hadf (dibuang) atau tadlis sukut (diam dengan tujuan
untuk memotong).
c. Tadlis ‘Athaf (merangkai dengan kata sambung semisal “Dan”). Yaitu bila perawi menjelaskan bahwa ia memperoleh hadis dari gurunya dan
menyambungnya dengan guru lain padahal ia tidak mendengar hadis tersebut dari guru kedua yang disebutnya.
d. Tadlis Taswiyah : apabila perawi menggugurkan perawi di atasnya yang bukan gurunya karena dianggap lemah sehingga hadis tersebut hanya diriwayatkan
oleh orang-orang yang terpercaya saja, agar dapat diterima sebagai hadis shahih. Tadlistaswiyah merupakan jenis tadlis yang paling buruk karena
mengandung penipuan yang keterlaluan.
e. Tadlis Syuyukh: Yaitu tadlis yang memberikan sifat kepada perawi dengan sifat-sifat yang lebih dari kenyataan, atau memberinya nama
dengan kunyah (julukan) yang berbeda dengan yang telah masyhur dengan maksud menyamarkan masalahnya. Contoh: Seseorang mengatakan: “Orang yang
sangat alim dan teguh pendirian bercerita kepadaku, atau penghafal yang sangat kuat hafaleannya brkata kepadaku”.
f. Termasuk dalam golongan tadlis suyukh adalah tadlis bilad (penyamaran nama tampat). Contoh: Haddatsana fulan fi andalus (padahal yang dimaksud
adalah suatu tempat di pekuburan). Ada beberapa hal yang mendasari seorang perawi melakukan tadlis suyukh, adakalanya dikarenakan gurunya lemah
hingga perlu diberikan sifat yang belum dikenal, karena perawi ingin menunjukkan bahwa ia mempunyai banyak guru atau karena gurunya lebih muda usianya
hingga ia merasa malu meriwayatkan hadis darinya dan lain sebagainya.
Dhaif karena terdapat cacat pada perawinya
Sebab-sebab cela pada perawi yang berkaitan dengan ke’adalahan perawi ada lima, dan yang berkaitan dengan kedhabithannya juga ada lima.
Adapun yang berkaitan dengan ke’adalahannya, yaitu: a) Dusta, b) Tuduhan, c) berdusta, d) Fasik, e) bid’ah, f) al-Jahalah (ketidakjelasan)
Adapun yang berkaitan dengan ke’adalahannya, yaitu: a) kesalahan yang, sangat buruk, b) Buruk hafalan, c) Kelalaian, d) Banyaknyaw aham, e) menyelisihi
para perawi yang tsiqah
Dan berikut ini macam-macam hadis yang dikarenakan sebab-sebab diatas:
1) Hadis Maudhu'
Hadis maudhu’ adalah hadis kontroversial yang di buat seseorang dengan tidak mempunyai dasar sama sekali. Menurut Subhi Shalih adalah khabar yang di
buat oleh pembohong kemudian dinisbatkan kepada Nabi.karena disebabkan oleh faktor kepentingan.[30] Contohnya adalah hadis tentang keutamaan
bulan rajab yang diriwayatkan Ziyad ibn Maimun dari shabat Anas r.a:
‫خري‬ ‫فيه‬ ‫يرتجب‬ ‫ألنه‬ ‫قال‬ ‫رجب‬ ‫َسي‬ ‫مل‬ ‫هللا‬ ‫يارسول‬ ‫قيل‬‫كثرب‬
Menurut Abu Dawud dan Yazid ibn Burhan, Ziyad ibn Maimun adalah seorang pembohong dan pembuat hadis palsu.
2) Hadis Matruk
Hadis matruk adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang disangka suka berdusta.[31] Contoh hadis ini adalah hadis tentang qadha' al hajat yang
diriwayatkan oleh Ibn Abi Dunya dari Juwaibir ibn Sa'id al Asdi dari dhahak dari Ibn 'Abbas.
‫مص‬ ‫مينع‬ ‫فانه‬‫املعروف‬ ‫باصطناع‬ ‫عليكم‬ ‫النب‬ ‫قال‬‫اخل‬ ... ‫السوء‬ ‫ع‬‫ار‬
Menurut an Nasa'i dan Daruqutni, Juwaibir adalah orang yang tidak dianggap hadisnya.
3) Hadis Munkar
Hadis munkar adalah hadits yang diriwatkan oleh perawi yang dhaif, yang menyalahi orang kepercayaan.[32] perawi itu tidak memenuhi syarat biasa dikatakan
seorang dhabit. Atau dengan pengetian hadis yang rawinya lemah dan bertentangan dengan riwayat rawi tsiq ah. Munkar sendiri tidak hanya sebatas pada
sanad namun juga bisa terdapat pada matan.
4) Hadis Majhul
a. Majhul 'aini : hanya diketahui seorang saja tanpa tahu jarh dan ta'dilnya.Contohnya hadis yang diriwayatkan oleh Qutaibah ibn Sa'ad dari Ibn Luhai'ah dari
Hafs ibn Hasyim ibn 'utbah ibn Abi Waqas dari Saib ibn Yazid dari ayahnya Yazid ibn Sa'id al Kindi
‫داود‬ ‫ايب‬ ‫اخرجه‬ .‫بيده‬ ‫وجهه‬ ‫مسح‬ ‫يديه‬ ‫فرفع‬ ‫دعا‬ ‫اذا‬ ‫كان‬‫النب‬ ‫ان‬
Hanyalah Ibn Luhai'ah yang meriwayatkan hadis dari Hafs ibn Hasyim ibn 'utbah ibn Abi Waqas tanpa diketahui jarh danta'dilnya.
b. Majhul hali : diketahui lebih adari satu orang namun tidak diketahui jarh dan ta'dilnya.contoh hadis ini adalah hadisnya Qasim ibn Walid dari Yazid ibn
Madkur.
‫البيهقى‬ ‫اخرجه‬ .‫لوطيا‬ ‫رجم‬ ‫عنه‬ ‫هللا‬ ‫رضي‬ ‫عليا‬ ‫ان‬
Yazid ibn Madkur dianggap majhul hali.
5) Hadis Mubham
Hadis mubham yaitu hadis yang tidak menyebutkan nama orang dalam rangkaian sanad-nya, baik lelaki maupun perempuan.[33]C ontohnya adalah hadis Hujaj
ibn Furadhah dari seseorang (rajul), dari Abi Salamah dari Abi Hurairah.
‫اخرج‬ ‫لئيمز‬ ‫خب‬ ‫الفاجر‬‫و‬ ‫كرمي‬‫غر‬ ‫املؤمن‬ ‫هللا‬ ‫ل‬ ‫رسو‬ ‫قال‬‫داود‬ ‫ابو‬ ‫ه‬
6) Hadis Syadz
Hadis syadz yaitu hadis yang beretentangan dengan hadis lain yang riwayatnya lebih kuat[34].
7) Hadis maqlub
Yang dimaksud dengan hadis maqlub ialah yang memutar balikkan (mendahulukan) kata, kalimat, atau nama yang seharusnya ditulis di belakang, dan
mengakhirkan kata, kalimat atau nama yang seharusnya didahulukan.
8) Hadis mudraj
Secara terminologis hadits mudraj ialah yang didalamnya terdapat sisipan atau tambahan, baik pada matan atau pada sanad. Pada matan bisa berupa
penafsiran perawi terhadap hadits yang diriwayatkannya, atau bisa semata-mata tambahan, baik pada awal matan, di tengah-tengah, atau pada akhirnya.
9) Hadis mushahaf
Hadits mushahaf ialah yang terdapat perbedaan dengan hadis yang diriwayatkan oleh orang kepercayaan, karena di dalamnya terdapat beberapa hur uf yang di
ubah. Perubahan ini juga bisa terjadi pada lafadz atau pada makna, sehingga maksud hadis menjadi jauh berbeda dari makna dan maksud semula.
Selain hadis diatas masih terdapat beberapa hadits lagi yang termasuk dha'if antara lain, mudhtharab, mudha'af , mudarraj, mu'allal, musalsal, mukhtalith untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dalam buku Hasby as-Shiddieqy; Pokok-pokok dirayah ilmu hadis dan juga ‘Ajjaj al-Khotib; Ushul al-hadits

More Related Content

What's hot

sejarah dan perkembangan ilmu tauhid
sejarah dan perkembangan ilmu tauhidsejarah dan perkembangan ilmu tauhid
sejarah dan perkembangan ilmu tauhidRoisMansur
 
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhDaftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhSuya Yahya
 
Ppt sumber hukum islam
Ppt sumber hukum islamPpt sumber hukum islam
Ppt sumber hukum islamkhumairoh
 
Perbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi
Perbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis NabawiPerbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi
Perbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis NabawiFaatihah Abwabarrizqi
 
Macam-macam Tarekat dan pemahamannya di Indonesia
Macam-macam Tarekat dan pemahamannya di IndonesiaMacam-macam Tarekat dan pemahamannya di Indonesia
Macam-macam Tarekat dan pemahamannya di IndonesiaAlvie Mencarie Cahaya
 
Studi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historisStudi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historisatjehh
 
Terjemah, tafsir dan ta'wil
Terjemah, tafsir dan ta'wilTerjemah, tafsir dan ta'wil
Terjemah, tafsir dan ta'wilMohamad Bastomii
 
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalamAkidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalamAbulkhair Abdullah
 
PPT Makiyah dan Madaniyah
PPT Makiyah dan MadaniyahPPT Makiyah dan Madaniyah
PPT Makiyah dan Madaniyahrismariszki
 
Tugas pembuatan makalah studi al qur’an
Tugas pembuatan makalah studi al qur’anTugas pembuatan makalah studi al qur’an
Tugas pembuatan makalah studi al qur’anNur Alfiyatur Rochmah
 
Islam dan kebudayaan
Islam dan kebudayaanIslam dan kebudayaan
Islam dan kebudayaanzahfath06
 
Kedudukan Hadits Dalam Syari’at Islam dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an
Kedudukan Hadits Dalam Syari’at Islam dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’anKedudukan Hadits Dalam Syari’at Islam dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an
Kedudukan Hadits Dalam Syari’at Islam dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’anRobet Saputra
 

What's hot (20)

Ppt muamalah
Ppt muamalah Ppt muamalah
Ppt muamalah
 
sejarah dan perkembangan ilmu tauhid
sejarah dan perkembangan ilmu tauhidsejarah dan perkembangan ilmu tauhid
sejarah dan perkembangan ilmu tauhid
 
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhDaftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
 
Ppt sumber hukum islam
Ppt sumber hukum islamPpt sumber hukum islam
Ppt sumber hukum islam
 
Perbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi
Perbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis NabawiPerbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi
Perbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi
 
Materi Al Qur'an
Materi Al Qur'anMateri Al Qur'an
Materi Al Qur'an
 
Macam-macam Tarekat dan pemahamannya di Indonesia
Macam-macam Tarekat dan pemahamannya di IndonesiaMacam-macam Tarekat dan pemahamannya di Indonesia
Macam-macam Tarekat dan pemahamannya di Indonesia
 
Infaq, Shodaqoh, dan Zakat
Infaq, Shodaqoh, dan ZakatInfaq, Shodaqoh, dan Zakat
Infaq, Shodaqoh, dan Zakat
 
Makalah al yakin la yuzalu bi syak
Makalah al yakin la yuzalu bi syakMakalah al yakin la yuzalu bi syak
Makalah al yakin la yuzalu bi syak
 
Studi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historisStudi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historis
 
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
 
Hukum Islam
Hukum IslamHukum Islam
Hukum Islam
 
Terjemah, tafsir dan ta'wil
Terjemah, tafsir dan ta'wilTerjemah, tafsir dan ta'wil
Terjemah, tafsir dan ta'wil
 
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalamAkidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
 
PPT Makiyah dan Madaniyah
PPT Makiyah dan MadaniyahPPT Makiyah dan Madaniyah
PPT Makiyah dan Madaniyah
 
Tugas pembuatan makalah studi al qur’an
Tugas pembuatan makalah studi al qur’anTugas pembuatan makalah studi al qur’an
Tugas pembuatan makalah studi al qur’an
 
ppt Ibadah
ppt Ibadah ppt Ibadah
ppt Ibadah
 
Islam dan kebudayaan
Islam dan kebudayaanIslam dan kebudayaan
Islam dan kebudayaan
 
Hukum Taklifi Wadh'i
Hukum Taklifi Wadh'iHukum Taklifi Wadh'i
Hukum Taklifi Wadh'i
 
Kedudukan Hadits Dalam Syari’at Islam dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an
Kedudukan Hadits Dalam Syari’at Islam dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’anKedudukan Hadits Dalam Syari’at Islam dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an
Kedudukan Hadits Dalam Syari’at Islam dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an
 

Viewers also liked

Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan Kualitasnya
Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan KualitasnyaKlasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan Kualitasnya
Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan KualitasnyaAbdul Fauzan
 
Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya''
Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya'' Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya''
Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya'' Mulia Fathan
 
HADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWI
HADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWIHADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWI
HADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWInuzulLaa
 
Pembagian Hadis dari Segi Kualitas
Pembagian Hadis dari Segi KualitasPembagian Hadis dari Segi Kualitas
Pembagian Hadis dari Segi KualitasSuya Yahya
 
Pembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas Rawi
Pembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas RawiPembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas Rawi
Pembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas RawiFakhri Cool
 
8. hadits shahih syarat dan macam macam
8. hadits shahih syarat dan macam macam8. hadits shahih syarat dan macam macam
8. hadits shahih syarat dan macam macamFakhri Cool
 
5.sejarah perkembangan hadist masa pra kodifikasi saved
5.sejarah perkembangan hadist masa pra kodifikasi saved5.sejarah perkembangan hadist masa pra kodifikasi saved
5.sejarah perkembangan hadist masa pra kodifikasi savedFakhri Cool
 
Pengertian hadis dhaif
Pengertian hadis dhaifPengertian hadis dhaif
Pengertian hadis dhaifYunus Muzakki
 
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabatSejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabatKhairul Muttaqin
 
Makalah kelompok 2 kelas c
Makalah kelompok 2 kelas cMakalah kelompok 2 kelas c
Makalah kelompok 2 kelas ckhoirul rojiin
 
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al qur’an
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al  qur’anKedudukan dan fungsi hadits terhadap al  qur’an
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al qur’anVia Dewi Syahara
 
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nyaPembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nyaHolong Marina Ops
 
3 unsur hadist (sanad,matan,rawi
3 unsur hadist (sanad,matan,rawi3 unsur hadist (sanad,matan,rawi
3 unsur hadist (sanad,matan,rawiMuhammad Yusril
 
Hadith Daif
Hadith DaifHadith Daif
Hadith Daifdr2200s
 
Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah
Makalah Ushul Fiqh As-SunnahMakalah Ushul Fiqh As-Sunnah
Makalah Ushul Fiqh As-Sunnahindah pertiwi
 
Ulumul hadits
Ulumul haditsUlumul hadits
Ulumul haditsMoh Yakub
 

Viewers also liked (20)

Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan Kualitasnya
Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan KualitasnyaKlasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan Kualitasnya
Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan Kualitasnya
 
Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya''
Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya'' Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya''
Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya''
 
HADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWI
HADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWIHADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWI
HADITS DILIHAT DARI KUANTITAS PERAWI
 
Pembagian Hadis dari Segi Kualitas
Pembagian Hadis dari Segi KualitasPembagian Hadis dari Segi Kualitas
Pembagian Hadis dari Segi Kualitas
 
Pembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas Rawi
Pembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas RawiPembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas Rawi
Pembagian Hadits Secara Umum Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas Rawi
 
Unsur unsur hadis
Unsur unsur hadisUnsur unsur hadis
Unsur unsur hadis
 
8. hadits shahih syarat dan macam macam
8. hadits shahih syarat dan macam macam8. hadits shahih syarat dan macam macam
8. hadits shahih syarat dan macam macam
 
5.sejarah perkembangan hadist masa pra kodifikasi saved
5.sejarah perkembangan hadist masa pra kodifikasi saved5.sejarah perkembangan hadist masa pra kodifikasi saved
5.sejarah perkembangan hadist masa pra kodifikasi saved
 
Pengertian hadis dhaif
Pengertian hadis dhaifPengertian hadis dhaif
Pengertian hadis dhaif
 
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabatSejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
Sejarah perkembangan hadits pada masa nabi, sahabat
 
Makalah kelompok 2 kelas c
Makalah kelompok 2 kelas cMakalah kelompok 2 kelas c
Makalah kelompok 2 kelas c
 
(memahami isi pokok ajaran al-qur'an)
(memahami isi pokok ajaran al-qur'an)(memahami isi pokok ajaran al-qur'an)
(memahami isi pokok ajaran al-qur'an)
 
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al qur’an
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al  qur’anKedudukan dan fungsi hadits terhadap al  qur’an
Kedudukan dan fungsi hadits terhadap al qur’an
 
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nyaPembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
Pembagian Hadis Berdasarkan Kualitas Sanad dan Matan-nya
 
3 unsur hadist (sanad,matan,rawi
3 unsur hadist (sanad,matan,rawi3 unsur hadist (sanad,matan,rawi
3 unsur hadist (sanad,matan,rawi
 
Hadist Riwayah dan Diroyah
Hadist Riwayah dan DiroyahHadist Riwayah dan Diroyah
Hadist Riwayah dan Diroyah
 
Hadith Daif
Hadith DaifHadith Daif
Hadith Daif
 
Model etika dalam bisnis
Model etika dalam bisnisModel etika dalam bisnis
Model etika dalam bisnis
 
Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah
Makalah Ushul Fiqh As-SunnahMakalah Ushul Fiqh As-Sunnah
Makalah Ushul Fiqh As-Sunnah
 
Ulumul hadits
Ulumul haditsUlumul hadits
Ulumul hadits
 

Similar to Hadits ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnya

hadits mutawatir dan ahad.pptx
hadits mutawatir dan ahad.pptxhadits mutawatir dan ahad.pptx
hadits mutawatir dan ahad.pptxRaefanggaAngga
 
Agama hadits
Agama haditsAgama hadits
Agama haditsIntandea
 
ulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptx
ulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptxulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptx
ulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptxssuserffaed6
 
Qurdist 10 semester2 hadist segi kuantitas
Qurdist 10 semester2 hadist segi kuantitasQurdist 10 semester2 hadist segi kuantitas
Qurdist 10 semester2 hadist segi kuantitasTatik Suwartinah
 
qurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitas
qurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitasqurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitas
qurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitasTatik Suwartinah
 
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'ifHadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'ifAzzahra Azzahra
 
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas sanad (1).ppt
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi  kuantitas dan kualitas sanad (1).pptKlasifikasi hadis ditinjau dari segi  kuantitas dan kualitas sanad (1).ppt
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas sanad (1).pptFaizakbar251
 
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dan cabang cabangnya
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dan cabang cabangnyaRuang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dan cabang cabangnya
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dan cabang cabangnyasholihiyyah
 
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)DeniKesuma1
 
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai AspeknyaMakalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai AspeknyaRafi Mariska
 

Similar to Hadits ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnya (20)

Ppt hadits
Ppt haditsPpt hadits
Ppt hadits
 
hadits mutawatir dan ahad.pptx
hadits mutawatir dan ahad.pptxhadits mutawatir dan ahad.pptx
hadits mutawatir dan ahad.pptx
 
Agama hadits
Agama haditsAgama hadits
Agama hadits
 
keshahihan Hadits
keshahihan Haditskeshahihan Hadits
keshahihan Hadits
 
ulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptx
ulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptxulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptx
ulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptx
 
Qurdist 10 semester2 hadist segi kuantitas
Qurdist 10 semester2 hadist segi kuantitasQurdist 10 semester2 hadist segi kuantitas
Qurdist 10 semester2 hadist segi kuantitas
 
qurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitas
qurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitasqurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitas
qurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitas
 
Tugas ulumul hadits
Tugas ulumul haditsTugas ulumul hadits
Tugas ulumul hadits
 
Ulumul hadits
Ulumul haditsUlumul hadits
Ulumul hadits
 
Ulumul hadits
Ulumul haditsUlumul hadits
Ulumul hadits
 
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'ifHadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if
 
Hadits Ahad
Hadits AhadHadits Ahad
Hadits Ahad
 
HADITS
HADITSHADITS
HADITS
 
Hadits shahih & dhoif
Hadits shahih & dhoifHadits shahih & dhoif
Hadits shahih & dhoif
 
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas sanad (1).ppt
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi  kuantitas dan kualitas sanad (1).pptKlasifikasi hadis ditinjau dari segi  kuantitas dan kualitas sanad (1).ppt
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas sanad (1).ppt
 
studi hadits
studi haditsstudi hadits
studi hadits
 
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dan cabang cabangnya
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dan cabang cabangnyaRuang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dan cabang cabangnya
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dan cabang cabangnya
 
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
 
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai AspeknyaMakalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya
 
Hadits
HaditsHadits
Hadits
 

Recently uploaded

adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 

Recently uploaded (20)

adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 

Hadits ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnya

  • 1. HADITS DITINJAU DARI SEGI KUALITAS DAN KUANTITASNYA HADITS DITINJAU DARI SEGI KUANTITAS DAN KUALITASNYA Pembagian hadits diperlukan dalam upaya untuk mengklasifikasikan hadits, dari sisi kuantitas pembagian hadits bertujuan untuk mengetahui jumlah rawi pada tiap tingkatan sehingga muncul klasifikasi hadits mutawattir dan hadits ahad. Sedangkan dari sisi kualitas bertujuan untuk mengetahui keontetikan hadits dilihat dari shahih, hasan, dhaif dan sebagainya. A. PEMBAGIAN HADITS DARI SEGI KUANTITASNYA Maksud tinjauan hadits dari segi kuantitasnya, adalah kuantitas atau jumlah perawi yang ada dalam periwayatan sebuah hadits. Ditinjau dari segi sedikit atau banyaknya rawi yang menjadi sumber berita, hadits terbagi menjadi dua macam, yaitu hadits mutawatir dan hadits Ahad. 1. Hadits Mutawatir a. Pengertian Hadits Mutawatir Setiap hadits pasti mempunyai rawi yang banyak dari berbagai tingkatan. Jika sejumlah sahabat yang menjadi rawi pertama suatu hadits itu banyak sekali, rawi yang kedua (tabi’in), ketiga (tabi’it – tabi’in) dan seterusnya sampai pada rawi yang mendewankan (membukukan) dalam keadaan yang sama, seimbang atau bahkan lebih banyak jumlahnya, maka termasuk Hadits Mutawatir. Diantara salah satu rumusan definisi Hadits Mutawatir, yaitu : “Suatu hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah rawi yang menurut kebiasaannya mustahil mereka itu bersepakat untuk berdusta. Kualitas mereka sama dari sanad pertama sampai terakhir dan tidak ada yang cacat”. b. Ciri-ciri Hadits Mutawatir Setelah anda mengkaji pengertian hadits mutawatir di atas, maka akan menemukan ciri-cirinya, yaitu : 1).Jumlah perawinya banyak yang tidak mungkin berdusta Menurut Abu Thayyib, minimal 4 orang, mengkiaskan saksi dalam persidangan. Kelompok Asy-Syafi’i berpendapat, minimal 5 orang mengkiyaskan Nabi-nabi Ulul Azmi. Sebagian ulama lain menentukan minimal 20 orang berdasar QS. Al-Anfal 65, yang menjelaskan tentang 20 orang yang tahan uji sehingga dapat mengalahkan 200 orang kafir. Ada pula yang menentukan minimal rawinya berjumlah 40 orang, berdasar QS. Al-Anfal 64, yaitu jumlah orang mukmin ketika itu. 2).Jumlah rawinya seimbang dalam semua tingkatan Dengan demikian jika misalnya suatu hadits diriwayatkan oleh 10 sahabat, kemudian diterima oleh 5 orang tabi’in dan seterusnya hanya diriwayatkan oleh 2 orang tabi’it tabi’in, maka tidak termasuk hadits mutawatir.
  • 2. 3).Berdasarkan Tanggapan Panca Indra Maksudnya warta yang disampaikan itu benar-benar hasil pendengaran atau penglihatannya sendiri bukan hasil pemikiran atau teori yang mereka temukan. c. Kedudukan Hadits Mutawatir Keadilan dan kedhabitan (kuat ingatan) dari para perawi hadits mutawatir itu sudah tidak diragukan lagi, sehingga mereka tidak mungkin untuk berbohong dalam membawa berita dari Nabi SAW. Karena itu para ulama sepakat bahwa hadits mutawatir memberi dampak pada faedah ilmu dharury, yakni keharusan untuk menerima bulat-bulat berita dalam hadits tersebut secara pasti (qath’y wurud). Dengan demikian hadits mutawatir menduduki tingkatan teratas dibandingkan dengan hadits- hadits yang lainnya. d. Pembagian Hadits Mutawatir Ulama ushul membagi hadits mutawatir menjadi dua bagian, yaitu mutawatir lafdy dan mutawatir ma’nawy. Adapun yang dimaksud dengan mutawatir lafdy ialah hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak dan susunan redaksi serta maknanya benar-benar sama antara riwayat yang satu dengan lainnya. Sedang Mutawatir Maknawy, ialah hadits yang rawinya banyak, tetapi redaksi pemberitaannya berbeda- beda, hanya prinsip dan maknanya saja yang ada kesamaan. Contoh hadits mutawatir lafdhy, antara lain : Menurut Abu bakar Al-Bazzar, hadits tersebut diriwayatkan oleh 40 orang sahabat, dan sebagian ulama mengatakan bahwa hadits tersebut diriwayatkan oleh 62 orang sahabat dengan susunan redaksi dan makna yang sama. 2. Hadits Ahad a. Pengertian dan Kedudukan Hadits Ahad Ulama Muhaditsin memberikan definisi “Yaitu, Hadits yang tidak mencapai derajat mutawatir”. b. Klasifikasi Hadits Ahad Berdasarkan sedikit dan banyaknya para perawi yang terdapat pada tiap-tiap tingkatan (thabaqat), maka hadits Ahad dapat dibagi menjadi tiga, yaitu hadits masyhur, hadits aziz dan hadits gharib. 1). Hadits Masyhur
  • 3. Hadits Masyhur ialah hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, tetapi belum mencapai derajat mutawatir. Contoh hadits masyhur Menurut ulama Fiqh, hadits Masyhur itu Murodif (disebut juga) Hadits Mustafid. Namun sebagian yang lain berpendapat bahwa hadits Masyhur itu lebih umum daripada hadits Mustafid. Dalam hadits Mustafid jumlah rawi harus sama dalam setiap tingkatannya, sementara pada hadits Masyhur tidak harus sama. Dilihat dari segi makna Masyhur berarti terkenal atau populer. Maka ulama hadits membagi hadits Masyhur dari segi maknanya menjadi tiga kelompok, yaitu : a) Masyhur di kalangan Muhadditsin dan lainnya. b) Masyhur di kalangan para ahli disiplin keilmuan tertentu. Misalnya hanya terkenal di kalangan Muhadditsin, Fuqaha’, ahli nahwu, tasawuf dan lain c) Masyhur hanya di kalangan umum
  • 4. 2). Hadits Aziz Aziz secara bahasa berarti mulia atau kuat dan juga berarti jarang, menurut istilah Hadits aziz adalah hadits yang diriwayatkan dua orang perawi walaupun dua orang perawi tersebut berada dalam satu tingkatan saja., kemudian setelah itu orang-orang meriwayatkannya. Contoh hadits ini adalah : 3). Hadits Gharib Contoh Hadits Gharib : Hadits Gharib yaitu “hadits yang dalam sanadnya terdapat seseorang yang menyendiri dalam meriwayatkan, dimana saja penyendirian dalam sanad itu terjadi”. Maksudnya penyendirian itu bisa jumlah personalianya atau sendiri dalam sifat atau keadaannya perawi-perawi lainnya yang meriwayatkan hadits tersebut. Penyendirian dalam personalianya disebut Gharib Mutlak, sedang penyendirian mengenai sifat-sifat atau keadaan tertentu seorang rawi. Misalnya ketsiqahan, tempat tinggal, rawi tertentu, maka disebut Gharib Nisby. Mayoritas ulama sependapat bahwa hadits ahad yang maqbul (bisa diterima) dalam arti shahih, bisa digunakan sebagai dasar hukum Islam, dan wajib diamalkan. Adapun yang berkaitan dengan akidah ada beberapa pendapat yang netral, hadits ahad yang telah memenuhi syarat (shahih) dapat dijadikan hujjah / dalil untuk masalah akidah asal hadits tersebut tidak bertentangan dengan al-Qur’an, dan hadits-hadits lain yang lebih kuat, dan tidak bertentangan dengan akal sehat. Pembagian hadits dari segi kuantitas ini sekedar untuk mengetahui sedikit atau banyaknya sanad, bukan untuk menentukan diterima atau tidaknya hadits. Karena itu
  • 5. kita perlu pula mengetahui materi berikutnya yang akan membahas tentang kualitas hadits. B. PEMBAGIAN HADITS DARI SEGI KUALITASNYA Ditinjau dari segi kualitas, para ulama membagi tiga bagian, yaitu hadits Shahih, hadits Hasan dan haditsDha’if : 1. Hadits Shahih a. Pengertian Hadits Shahih Menurut Ulama Muhadditsin, hadits shahih yaitu “Hadits yang dinukil (diriwayatkan) oleh rawi yang adil, sempurna ingatannya, bersambung sanadnya, tidak ber’illat dan tidak janggal”. Dengan pengertian tersebut, maka ada lima syarat untuk disebut hadits shahih, yaitu : 1). Rawinya bersifat adil Menurut Ibnus-Sam’any, seorang rawi bisa disebut adil bila : a) Menjaga ketaatan dan menjauhi kemaksiatan kepada Allah b) Menjauhi dosa-dosa kecil c) Meninggalkan perbuatan mubah yang dapat menggugurkan iman kepada Qadar dan menjadikan penyesalan d) Tidak mengikuti salah satu mazhab yang bertentangan dengan dasar syara’. Sedang Muhyiddin Abdul Hamid menjelaskan bahwa adil berarti : a) Islam b) Mukallaf c) Selamat dari sebab-sebab yang menjadikan seseorang fasik dan mencacatkan kepribadiannya. 2). Sempurna ingatannya (dhabit) Maksudnya daya ingatannya kuat, dari awal menerima hadits hingga disampaikan kepada orang lain tidak ada yang lupa. Sanggup dikeluarkan dimana dan kapan saja dikehendaki. Jika demikian, maka disebut Dhabit Shadran. Sedang bila keutuhan hadits yang disampaikan itu berdasar pada buku catatan (teks book), maka disebut Dhabit Kitabah. Adapun rawi yang memiliki sifat adil dan Dhabit disebut “Rawi Tsiqah” (dapat dipertanggung jawabkan). 3). Sanadnya tidak terputus Maksudnya sanadnya bersambung, tidak ada yang terputus, karena tiap-tiap rawi dapat saling bertemu dan menerima langsung dari guru yang memberinya. 4). Tidak mempunyai ‘illat Selamat dari illat (penyakit) hadits, yaitu penyakit yang samar-samar yang dapat menodai kesahihan suatu hadits. Misalnya, meriwayatkan hadits secara Muttasil (bersambung) terhadap haditsMursal (gugur seorang sahabat yang meriwayatkannya) atau terhadap hadits Munqathi’ (gugur salah seorang rawinya). Demikian juga dapat dianggap illat hadits, jika ada sisipan dalam matan haditsnya. 5). Tidak janggal Maksudnya hadits yang rawinya maqbul (dapat diterima periwayatannya) tersebut tidak bertentangan dengan hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang lebih rajih (kuat), disebabkan dengan adanya kelebihan jumlah sanad atau kelebihan dalam kedhabitan rawinya atau adanya segi-segi tarjih yang lainnya. b. Klasifikasi Hadits Shahih Hadits Shahih terbagi menajdi dua bentuk, yaitu :
  • 6. 1). Shahih li-Dzatihi (‫لذاته‬ ‫,)صحيح‬ yaitu hadits shahih yang secara sempurna terpenui kriteria persyaratan tersebut di atas. Hadits shahih li dzatihi tingkatannya bisa turun menjadi Hasan li zatihi ketikakedhabitan seorang rawi kurang sempurna. 2). Shahih Lighairih (‫لغيره‬ ‫,)صحيح‬ yaitu hadits yang rawinya kurang hafizd dan dhabit (hasan Lizzatih), namun ada sanad lain yang serupa atau lebih kuat, sehingga dapat menutupi kekurangan-kekurangannya. c. Martabat Hadits Shahih Di dalam hadits shahih sendiri terdapat tingakatan-tingkatan berdasarkan kedhabitan dan keadilan para perawinya, yaitu : 1). ‫االساند‬ ‫اصح‬ (sanadnya paling shahih, misalnya bagi Imam Bukhari adalah Malik, Nafi’ dan Ibnu Umar, bagi Imam An-Nasa’I adalah Ubaidillah Ibnu ‘Abbas dan Umar bin Khattab). 2). ‫عليه‬ ‫متفق‬ (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim). 3). ‫البخارى‬ ‫رواه‬ (Hadits riwayat Imam Bukhari) 4). ‫مسلم‬ ‫رواه‬ (Hadits riwayat Imam Muslim) 5). ‫ومسلم‬ ‫البخارى‬ ‫شراط‬ (menurut syarat-syarat Imam Bukhari dan Muslim) 6). ‫البخارى‬ ‫شرط‬ ‫على‬ ‫صحيح‬ (Shahih memenuhi syarat Imam Bukhari) 7). ‫مسلم‬ ‫شرط‬ ‫على‬ ‫صحيح‬ (Shahih memenuhi syarat Imam Muslim) 8). Hadits yang ditakhrij dengan tidak menggunakan syarat Bukhari dan Muslim. 2. Hadits Hasan Menurut bahasa, hadits hasan adalah hadits yang baik. Menurut istilah hadits hasan adalah hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, sanadnya bersambung, tidak mengandung ilat, dan tidak janggal, namun rawinya kurang dhabit (kurang baik tingkat hapalannya). Hadits hasan adalah hadits yang memenuhi semua syarat-syarat hadits shahih, hanya saja seluruh atau sebagian perawinya kurang dhabit. Dengan demikian perbedaan hadits shahih dan hadits hasan terletak pada tinggi atau rendahnya kedhabitan seorang rawi. Hadits hasan terbagi menjadi dua, yaitu : a. Hasan Lizzatihi. Maksudnya hadits itu telah memenuhi syarat-syarat hadits hasan. b. Hasan Lighairihi, Maksudnya hadits itu sanadnya ada yang dirahasiakan (Mastur), tidak jelas keahliannya, namuan mereka bukan pelupa, tidak banyak salah dan tidak dituduh dusta dalam periwayatannya. Pada mulanya hadits hasan ligahirih itu adalah hadits dha’if, namun karena ada dukungan sanad lain yang memperkuat, maka naik tingkatannya menjadi hadits Hasan. Hadits hasan ini bisa dijadikan sebagai dasar sumber hukum Islam, namun tingkatannya di bawah hadits shahih. 3. Hadits Dha’if Dha’if artinya “lemah”. Adapun yang disebut hadits dha’if adalah hadits yang kehilangan satu atau lebih syarat-syarat hadits shahih atau hadits hasan. Pada dasarnya hadits dha’if itu disebabkan dua alasan, yaitu : a. Karena sanadnya tidak muttasil (bersambung) Nama hadits dhaif karena alasan / sebab tidak muttasilnya sanad antara lain ; hadits mursal, hadits munqati’, hadits mu’adhdhal, hadits mudallas, dan hadits muallal. b. Karena faktor lain misal dari matan Nama hadits dhaif karena alasan / sebab ini antara lain hadits mudha’af, hadits mudhtharib, hadits maqlub, hadits mungkar, hadits matruk, dan hadits mathrub. Menurut para Muhadditsin, sebab-sebab tertolaknya hadits sebagai sumber hukum bisa ditinjau dari dua faktor, yaitu Sanad dan matannya. 1. Faktor Sanad Dari faktor sanad ini bisa karena rawinya cacat dan bisa pula tertolak karena sanadnya tidak bersambung.
  • 7. a. Rawi Cacat Rawi hadits yang cacat dari keadilan dan kedhabitan haditsnya disebut - Mandhu’ (rawinya dusta) - Matruk (tertuduh dusta) - Munkar (fasik, banyak salah, lengah dalam hafalan) - Mu’allal (banyak prasangka) - Mudraj (penambahan suatu sisipan) - Maqlub (memutarbalikkan) - Mudhtharib (menukar-nukar rawi hadits) - Muharraf (mengubah syakal - huruf) - Mushahhaf (mengubah titik dan kata) - Mubham (tidak diketahui identitasnya) - Mardud (penganut Bid’ah) b. Sanadnya tidak bersambung Hadits yang sanadnya gugur atau tidak bersambung haditsnya disebut - Mu’allaq (gugur pada sanad pertama) - Mursal (gugur pada sanad terakhir / shahabat) - Mu’dhal (gugur dua orang rawi atau lebih berurutan) - Munqhati’ (gugurnya rawi tidak berurutan) 2. Faktor Matan Hadits yang tertolak dari faktor matan hadits, maka haditsnya bisa karena berupa hadits - Mauquf (disandarkan kepada sahabat) - Maqthu’ (disandarkan kepada tabi’in). Para ulama berbeda pendapat tentang penggunaan hadits dha’if sebagai hujjah (dasar hukum) atau sebagai amalan kebaikan. Pendapat pertama, menolak sama sekali menggunakan hadits dha’if. Baik untuk mendorong berbuat kebajikan maupun dalam penetapan hukum. Kedua, menerima secara utuh hadits dha’if.Ketiga, menolak sebagai hujjah (dasar hukum) dan menerima sekedar untuk memotifasi berbuat kebajikan dan nasehat asalkan haditsnya tidak terlalu janggal dan ada penguat dari hadits yang lainnya. Dari ketiga pendapat tersebut, yang paling selamat adalah pendapat pertama, karena penuh dengan ihtiyat dan kehati-hatian agar tidak terjebak dalam perbuatan bid’ah. Diposkan 5th March 2013 oleh M. Arifin B. Hadis Hasan 1. Pengertian Hadis Hasan Hadis hasan ialah hadis yang sanadnya bersambung, oleh penukil yang ‘adil namun kurang ke-dhabit-annya (tidak terlalu kuat ingatannya) serta terhindar dari Syaz dan illat.[12] Perbedaan antara hadis Hasan dengan Shahih terletak pada dhabit yang sempurna untuk hadis shahih dan dhabit yang kurang untuk hadis hasan[13] Ibn Hajar sebagaimana dinukil Mahmud Thahhan dalam Musthalah Hadis mengemukakan bahwa khabar ahad yang diriwayatkan oleh perawi yang adil lagi sempurna ke-dhabithan-nya, mutthashil tanpa syaz dan illat. Itulah yang disebut shahih li dzatihi. Bila kedhabithannya kurang maka itulah hadis hasan li dzatihi[14] Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hadis hasan adalah hadis yang memenuhi syarat-syarat hadis shahih seluruhnya, hanya saja semua perawi atau sebagiannya, kurang ke-dhabitan-nya dibanding dengan perawi hadis shahih. [15] Berdasarkan pada pengertian-pengertian yang telah dikemukakan diatas, para ulama hadis merumuskan kriteria hadis hasan, kriterianya sama dengan hadis shahih, Hanya saja pada hadis hasan terdapat perawi yang tingkat kedhabitannya kurang atau lebih rendah dari perawi hadis shahih. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hadis hasan mempunyai kriteria sebagai berikut: a. Sanad hadis harus bersambung. b. Perawinya adil c. Perawinya mempunyai sifat dhabit, namun kualitasnya lebih rendah (kurang) dari yang dimiliki oleh perawi hadis shahih d. Hadis yang diriwayatkan tersebut tidak syaz e. Hadis yang diriwayatkan terhindar dari illat yang merusak (qadihah)[16]
  • 8. 2. Pembagian Hadis Hasan Hadis hasan dibagi menjadi dua, yaitu: a. Hadis hasan li dzatihi Hadis hasan li dzatihi adalah hadis yang dengan sendirinya telah memenuhi kriteria hadis hasan sebagaimana tersebut diatas, dan tidak memerlukan riwayat lain untuk mengangkatnya ke derajat hasan. b. Hadis hasan li ghairihi Hadis hasan li ghairihi adalah hadis dha’if apabila jalan (datang)-nya berbilang (lebih dari satu), dan sebab-sebab kedha’ifannya bukan karena perawinya fasik atau pendusta.[17] Dengan demikian hadis hasan li ghairihi pada mulanya merupakan hadis dha’if, yang naik menjadi hasan karena ada riwayat penguat, jadi dimungkinkan berkualitas hasan karena riwayat penguat itu, seandainya tidak ada penguat tentu masih berstatus dha’if. Imam adz-Zahaby mengatakan, tingkat hasan tertinggi adalah riwayat Bahz ibn Hukaim dari bapaknya dari kakeknya, Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Ibn Ishaq dari at-Taimy dan sanad sejenis yang menurut para ulama dikatakan sebagai sanad shahih, yakni merupakan derajat shahih terendah.[18] Contoh hadis hasan: ٍ‫د‬َ‫ب‬ْ‫ع‬َ‫م‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ، َ‫يم‬‫ي‬‫اه‬َ‫ر‬ْ‫ب‬‫ي‬‫إ‬ ُ‫ن‬ْ‫ب‬ ُ‫د‬ْ‫ع‬َ‫س‬ ‫ي‬‫َِن‬‫أ‬َ‫ب‬ْ‫َن‬‫أ‬ َ‫ال‬َ‫ق‬ ،ُ‫ة‬َ‫ب‬ْ‫ع‬ُ‫ش‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬ ، ُ‫ن‬‫َّا‬‫ف‬َ‫ع‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬‫ا‬‫ي‬‫ي‬‫د‬َُ‫ُي‬ ‫ا‬َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫ق‬ُ‫ة‬َ‫ي‬‫ي‬‫و‬‫ا‬َ‫ع‬ُ‫م‬ َ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬: َ‫ال‬َ‫ق‬ ، ‫ي‬‫ي‬ ‫ي‬‫ن‬َ‫ه‬ُْ‫ْل‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ُ‫ث‬ َ‫د‬َ‫ي‬ ‫ا‬َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫ق‬ ‫ي‬‫ات‬َ‫م‬‫ي‬‫ل‬َ‫ك‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ي‬‫الء‬ُ‫ؤ‬َ‫ه‬ ُ‫ل‬‫و‬ُ‫ق‬َ‫ي‬َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ئ‬ْ‫ي‬َ‫ش‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ‫ي‬‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬َُّ‫اَّلل‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ‫ي‬َّ‫اَّلل‬ ‫ي‬‫ول‬ُ‫س‬َ‫ر‬‫ال‬ ‫ي‬‫ن‬َ‫ع‬ ‫ي‬‫ع‬َ‫م‬ُْ‫ْل‬‫ا‬ ‫ي‬‫ِف‬ َّ‫ن‬‫يي‬‫ِب‬ ُ‫ث‬‫ي‬‫ي‬‫د‬َُ‫ُي‬ ْ‫َو‬‫أ‬ ، َّ‫ن‬ُ‫ه‬ُ‫ع‬‫ي‬‫ي‬‫ي‬‫َّب‬‫ن‬ َ‫و‬ ‫ي‬‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َُّ‫اَّلل‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬، ‫ي‬‫ن‬‫ي‬‫ي‬‫ي‬‫د‬‫ال‬ ‫ي‬‫ِف‬ ُّ‫ه‬‫ي‬‫ي‬‫ق‬َ‫ف‬ُ‫ي‬ ‫ا‬ً‫ر‬ْ‫ي‬َ‫خ‬ ‫ي‬‫ه‬‫ي‬‫ب‬ َُّ‫اَّلل‬ ‫ي‬‫د‬‫ي‬‫ر‬ُ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ : َ‫ال‬َ‫ق‬ ، َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ ‫ي‬‫ب‬ ُ‫ه‬ْ‫ذ‬ُ‫خ‬ْ‫أ‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫ف‬ ٌ‫ر‬‫ي‬‫ض‬َ‫خ‬ ٌ‫و‬ْ‫ل‬ُ‫ح‬ ‫ال‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ذ‬َ‫ه‬ َّ‫ن‬‫ي‬‫إ‬َ‫و‬‫ي‬‫ه‬‫ي‬‫ي‬‫ق‬ )‫أمحد‬‫اه‬‫و‬‫.(ر‬ُ‫ح‬ْ‫ب‬َّ‫الذ‬ ُ‫َّه‬‫ن‬‫ي‬‫إ‬َ‫ف‬ َ‫ح‬ُ‫اد‬َ‫م‬َّ‫الت‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ا‬َّ‫ي‬‫ي‬‫إ‬َ‫و‬ ، ‫ي‬‫يه‬‫ي‬‫ف‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ ْ‫ك‬َ‫ار‬َ‫ب‬ُ‫ي‬ Hadis tersebut diatas bersambung sanadnya dan semua perawinya termasuk orang-orang terpercaya kecuali Ma’bad al-Juhany menurut adz- Zahaby,Ma’bad termasuk orang yang kurang ke-‘adilan-nya.[19] Contoh hadis shahih li ghairihi: ْ‫ب‬ ‫ي‬‫ر‬‫ي‬‫ام‬َ‫ع‬ َ‫ن‬ْ‫ب‬ ‫ي‬َّ‫اَّلل‬ َ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ُ‫ت‬ْ‫ع‬‫ي‬َ‫َس‬ ‫ال‬َ‫ق‬ ، ‫ي‬َّ‫اَّلل‬ ‫ي‬‫د‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ُ‫ع‬ ‫ي‬‫ن‬ْ‫ب‬ ‫ي‬‫م‬‫ي‬‫اص‬َ‫ع‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ، ُ‫ة‬َ‫ب‬ْ‫ع‬ُ‫ش‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫ث‬َّ‫د‬َ‫ح‬َ‫ر‬ ‫ي‬‫ن‬َ‫ب‬ ْ‫ن‬‫ي‬‫م‬ ً‫ة‬َ‫أ‬َ‫ر‬ْ‫ام‬ َّ‫َن‬‫أ‬ : ‫ي‬‫يه‬‫ي‬‫ب‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ، َ‫ة‬َ‫يع‬‫ي‬‫ب‬َ‫ة‬َ‫ار‬َ‫ز‬َ‫ف‬ ‫ي‬‫ن‬ ‫ي‬‫ي‬‫ض‬َ‫َر‬‫أ‬ ": َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬َ‫و‬ ‫ي‬‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َُّ‫اَّلل‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ‫ي‬َّ‫اَّلل‬ ُ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ال‬َ‫ق‬َ‫ف‬ . ‫ي‬ْ‫ْي‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ن‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫ت‬َ‫ج‬َّ‫و‬َ‫ز‬َ‫ت‬َ‫ن‬ : ْ‫ت‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ "‫؟‬ ‫ي‬ْ‫ْي‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ن‬‫ي‬‫ب‬ ‫ي‬‫ك‬‫ي‬‫ال‬َ‫م‬َ‫و‬ ‫ي‬‫ك‬ ‫ي‬‫س‬ْ‫ف‬َ‫ن‬ ْ‫ن‬‫ي‬‫م‬ ‫ي‬‫ت‬ْ‫م‬َ‫ع‬ ‫الرتم‬ ‫اه‬‫و‬‫.(ر‬ ُ‫ه‬َ‫از‬َ‫َج‬‫أ‬َ‫ف‬ : َ‫ال‬َ‫ق‬ .)‫ذي‬ Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari jalur Syu’bah dari ‘ashim bin ‘Ubaidillah,dari Abdillah bin Amir bin Rabi’ah, dari ayahnya bahwasanya seorang wanita dari bani Fazarah menikah dengan mahar sepasang sandal. Kemudian at-Tirmidzi berkata,”pada bab ini juga diriwayatkan (hadis yang sama) dari ‘Umar, Abi Hurairah,Aisyah dan Abi Hadrad.”Jalur ‘Ashim didha’ifkan karena buruk hafalannya, kemudian hadis ini dihasankan oleh at-Tirmidzy melalui jalur riwayat yang lain.[20] Hadis dha’if dapat ditingkatkan derajatnya ke tingkat hasan dengan dua ketentuan,yaitu: a) hadis tersebut diriwayatkan oleh perawi yang lain melalui jalan lain, dengan syarat bahwa perawi (jalan) yang lain tersebut sama kualitasnya atau lebih baik dari padanya. b) bahwa sebab kedha’ifannya karena keburukan hafalan perawinya, putusnya sanad.serta adanya periwayat yang tak dikenal.[21] Jadi hadis dha’if yang bisa naik kedudukannya menjadi hadis hasan hanyalah hadis-hadis yang tidak terlalu lemah, sementara hadis yang terlalu lemah seperti hadis munkar, hadis matruk betapapun syahid dan muttabi’ kedudukannya tetap saja dha’if, tidak bisa berubah menjadi hasan. 3. Kehujjahan Hadis Hasan. Hadis hasan sebagaimana kedudukannya hadis shahih, meskipun derajatnya dibawah hadis shahih, adalah dapat dijadikan sebagai hujjahdalam penetapan hukum maupun dalam beramal. Para ulama hadis dan ulama ushul fiqh, serta para fuqaha sependapat tentang kehujjahan hadis hasan ini.[22] 4. Kitab-kitab Yang Memuat Hadis Hasan Ulama yang mula-mula membagi hadis sebagai hadis shahih, hasan dan dha’if adalah Imam at-Tirmidzy, sehingga wajar jika Imam at-Tirmidzy memiliki peran dalam menghimpun hadis-hadis hasan. Diantara kitab-kitab yang memuat hadis hasan adalah[23]: a. Sunan at-Tirmidzy b. Sunan Abu Daud c. Sunan ad-Dar Quthny C. Hadis Dhaif 1. Pengertian dan Pembagian Hadis Dha’if Dha’if menurut bahasa adalah lawan dari kuat. Dha’if ada dua macam, yaitu lahiriyah dan maknawiyah. Sedangkan yang dimaksud disini adalah dha’if maknawiyah. Hadis dhaif menurut istilah adalah “hadis yang didalamnya tidak didapati syarat hadis shahih dan tidak pula didapati syarat hadis hasan.”[24] Diantara para ulama terdapat perbedaan rumusan dalam mendefinisikan hadis dhaif ini, akan tetapi pada dasarnya isi dan maksudnya sama. An-Nawawi mendefinisikannya dengan:
  • 9. “hadis yang didalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadis shahih dan syarat-syarat hadis hasan”[25] As-Suyuthi mendefinisikan hadis dhaif adalah: “Hadis yang hilang salah satu syarat atau keseluruhan dari syarat-syarat hadis maqbul, atau dengan kata lain hadis yang tidak terpenuhi didalamnya syarat- syarat hadis maqbul” Hadis dhaif apabila ditinjau dari segi sebab-sebab kedhaifannya, maka dapat dibagi kepada dua bahagian, pertama: Dhaif disebabkan karena tidak memenuhi syarat bersambungnya sanad. Kedua: Dhaif karena terdapat cacat pada perawinya. Dhaif disebabkan karena tidak memenuhi syarat bersambungnya Sanad. Dhaif jenis ini di bagi lagi menjadi : 1) Hadis Mu’allaq Hadis mu’allaq yaitu hadis yang pada sanadnya telah dibuang satu atau lebih rawi baik secara berurutan maupun tidak. Contohnya pada hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari: ‫األنبيأ‬ ‫بْي‬ ‫ا‬‫و‬‫ضل‬ ‫تفا‬ ‫"ال‬ ‫النىب‬ ‫عن‬ ‫هريرة‬ ‫أىب‬ ‫عن‬ ‫سلمة‬ ‫أىب‬ ‫عن‬ ‫الزهرى‬ ‫عن‬ ‫مالك‬ ‫قال‬ Dikatakan Muallaq karena Imam bukhari langsung menyebut Imam Malik padahal ia dengan Imam Malik tidak pernah bertemu. Contoh lain adalah, ‫اله‬‫و‬‫أح‬ ‫كل‬‫على‬ ‫هللا‬ ‫يذكر‬ ‫النىب‬ ‫كان‬‫العائشة‬ ‫قالت‬ ‫ألبخارى‬ ‫قال‬ Disini Bukhari tidak menyebutkan rawi sebelum Aisyah 2) Hadis Mursal Hadis mursal menurut istilah adalah hadis yang gugur perawi dari sanadnya setelah tabi’in, seperti bila seorang tabi’in mengatakan,”Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda begini atau berbuat seperti ini”[26]. Contoh hadits ini adalah: ‫أبيه‬ ‫عن‬ ‫حممد‬ ‫بن‬ ‫جعفر‬ ‫عن‬ ‫مالك‬ ‫قال‬‫الشاهد‬‫و‬ ‫باليمن‬ ‫قضى‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫أن‬ Disini Muhammad bin Ali Zainul Abidin tidak menyebutkan sahabat yang menjadi perantara antara nabi dan bapaknya. 3) Hadis Munqathi' Hadis munqathi’ menurut istilah para ulama hadis mutaqaddi min sebagai “hadis yang sanadnya tidak bersambung dari semua sisi”. Sedangkan menurut para ulama hadis mutaakhkhirin adalah ”suatu hadis yang ditengah sanadnya gugur seorang perawi atau beberapa perawi tetapi tidak berturut-turut” [27] Contoh hadits ini adalah; ‫ب‬ ‫أبا‬‫وليتموها‬ ‫إن‬‫مرفوعا‬ ‫حذيفه‬ ‫عن‬ ‫يثيع‬ ‫بن‬ ‫زيد‬ ‫عن‬ ‫إسحاق‬ ‫أىب‬ ‫عن‬ ‫الثورى‬ ‫عن‬ ‫اق‬‫ز‬‫الر‬ ‫عبد‬ ‫اه‬‫و‬‫ر‬ ‫ما‬‫أمْي‬ ‫فقوى‬ ‫كر‬ Riwayat yang sebenarnya adalah Abdul Razak meriwayatkan hadis dari Nukman bin Abi Saybah al-Jundi bukan dari Syauri. Sedangkan Syauri tidak meriwayatkan hadis dari Abi Ishak, akan tetapi ia meriwayatkan hadits dari Zaid. Dari riwayat yang sesungguhnya kita dapat mengetahui bahwa hadits di atas adalah termasuk hadis yang munqthi’. 4) Hadis Mu'dhal Hadis mu’dhal menurut istilah adalah “ hadis yang gugur pada sanadnya dua atau lebih secara berurutan.”[28]. Contohnya : Diriwayatkan oleh al-Hakim dengan sanadnya kepada al-Qa’naby dari Malik bahwasanya dia menyampaikan, bahwa Abu Hurairah berkata, “rasulullah bersabda, " ‫طيق‬ُ‫ي‬ ‫ما‬ ‫إال‬ ‫العمل‬ ‫من‬ ‫ف‬‫ي‬‫ل‬‫ك‬ُ‫ي‬ ‫ال‬ ، ‫باملعروف‬ ‫كسوته‬‫و‬ ‫طعامه‬ ‫للمملوك‬ Al-Hakim berkata,” hadis ini mu’dhal dari Malik dalam kitab al-Muwaththa’., Letak ke-mu’adalahan-nya karena gugurnya dua perawi dari sanadnya yaitu Muhammad bin ‘Aljan, dari bapaknya. Kedua perawi tersebut gugur secara berurutan[29] 5) Hadis Mudallas Yaitu hadits yang diriwayatkan dengan menghilangkan rawi diatasnya. Tadlis sendiri dibagi menjadi beberapa macam; a. Tadlis Isnad, adalah hadis yang disampaikan oleh seorang perawi dari orang yang semasa dengannya dan ia betemu sendiri dengan orang itu namun ia tidak mendengar hadis tersebut langsung darinya. Apabila perawi memberikan penjelasan bahwa ia mendengar langsung hadis tersebut padahal kenyataannya tidak, maka tidak tidak termasuk mudallas melainkan suatu kebohongan/ kefasikan. b. Tadlis qath’i : Apabila perawi menggugurkan beberapa perawi di atasnya dengan meringkas menggunakan nama gurunya atau misalnya perawi mengatakan “ telah berkata kepadaku”, kemudian diam beberapa saat dan melanjutkan “al-Amasi . . .” umpamanya. Hal seperti itu mengesankan seolah-olah ia mendengar dari al-Amasi secara langsung padahal sebenarnya tidak. Hadist seperti itu disebut juga dengan tadlis Hadf (dibuang) atau tadlis sukut (diam dengan tujuan untuk memotong). c. Tadlis ‘Athaf (merangkai dengan kata sambung semisal “Dan”). Yaitu bila perawi menjelaskan bahwa ia memperoleh hadis dari gurunya dan menyambungnya dengan guru lain padahal ia tidak mendengar hadis tersebut dari guru kedua yang disebutnya. d. Tadlis Taswiyah : apabila perawi menggugurkan perawi di atasnya yang bukan gurunya karena dianggap lemah sehingga hadis tersebut hanya diriwayatkan oleh orang-orang yang terpercaya saja, agar dapat diterima sebagai hadis shahih. Tadlistaswiyah merupakan jenis tadlis yang paling buruk karena mengandung penipuan yang keterlaluan. e. Tadlis Syuyukh: Yaitu tadlis yang memberikan sifat kepada perawi dengan sifat-sifat yang lebih dari kenyataan, atau memberinya nama dengan kunyah (julukan) yang berbeda dengan yang telah masyhur dengan maksud menyamarkan masalahnya. Contoh: Seseorang mengatakan: “Orang yang sangat alim dan teguh pendirian bercerita kepadaku, atau penghafal yang sangat kuat hafaleannya brkata kepadaku”. f. Termasuk dalam golongan tadlis suyukh adalah tadlis bilad (penyamaran nama tampat). Contoh: Haddatsana fulan fi andalus (padahal yang dimaksud adalah suatu tempat di pekuburan). Ada beberapa hal yang mendasari seorang perawi melakukan tadlis suyukh, adakalanya dikarenakan gurunya lemah hingga perlu diberikan sifat yang belum dikenal, karena perawi ingin menunjukkan bahwa ia mempunyai banyak guru atau karena gurunya lebih muda usianya hingga ia merasa malu meriwayatkan hadis darinya dan lain sebagainya. Dhaif karena terdapat cacat pada perawinya Sebab-sebab cela pada perawi yang berkaitan dengan ke’adalahan perawi ada lima, dan yang berkaitan dengan kedhabithannya juga ada lima. Adapun yang berkaitan dengan ke’adalahannya, yaitu: a) Dusta, b) Tuduhan, c) berdusta, d) Fasik, e) bid’ah, f) al-Jahalah (ketidakjelasan) Adapun yang berkaitan dengan ke’adalahannya, yaitu: a) kesalahan yang, sangat buruk, b) Buruk hafalan, c) Kelalaian, d) Banyaknyaw aham, e) menyelisihi para perawi yang tsiqah Dan berikut ini macam-macam hadis yang dikarenakan sebab-sebab diatas: 1) Hadis Maudhu' Hadis maudhu’ adalah hadis kontroversial yang di buat seseorang dengan tidak mempunyai dasar sama sekali. Menurut Subhi Shalih adalah khabar yang di buat oleh pembohong kemudian dinisbatkan kepada Nabi.karena disebabkan oleh faktor kepentingan.[30] Contohnya adalah hadis tentang keutamaan bulan rajab yang diriwayatkan Ziyad ibn Maimun dari shabat Anas r.a:
  • 10. ‫خري‬ ‫فيه‬ ‫يرتجب‬ ‫ألنه‬ ‫قال‬ ‫رجب‬ ‫َسي‬ ‫مل‬ ‫هللا‬ ‫يارسول‬ ‫قيل‬‫كثرب‬ Menurut Abu Dawud dan Yazid ibn Burhan, Ziyad ibn Maimun adalah seorang pembohong dan pembuat hadis palsu. 2) Hadis Matruk Hadis matruk adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang disangka suka berdusta.[31] Contoh hadis ini adalah hadis tentang qadha' al hajat yang diriwayatkan oleh Ibn Abi Dunya dari Juwaibir ibn Sa'id al Asdi dari dhahak dari Ibn 'Abbas. ‫مص‬ ‫مينع‬ ‫فانه‬‫املعروف‬ ‫باصطناع‬ ‫عليكم‬ ‫النب‬ ‫قال‬‫اخل‬ ... ‫السوء‬ ‫ع‬‫ار‬ Menurut an Nasa'i dan Daruqutni, Juwaibir adalah orang yang tidak dianggap hadisnya. 3) Hadis Munkar Hadis munkar adalah hadits yang diriwatkan oleh perawi yang dhaif, yang menyalahi orang kepercayaan.[32] perawi itu tidak memenuhi syarat biasa dikatakan seorang dhabit. Atau dengan pengetian hadis yang rawinya lemah dan bertentangan dengan riwayat rawi tsiq ah. Munkar sendiri tidak hanya sebatas pada sanad namun juga bisa terdapat pada matan. 4) Hadis Majhul a. Majhul 'aini : hanya diketahui seorang saja tanpa tahu jarh dan ta'dilnya.Contohnya hadis yang diriwayatkan oleh Qutaibah ibn Sa'ad dari Ibn Luhai'ah dari Hafs ibn Hasyim ibn 'utbah ibn Abi Waqas dari Saib ibn Yazid dari ayahnya Yazid ibn Sa'id al Kindi ‫داود‬ ‫ايب‬ ‫اخرجه‬ .‫بيده‬ ‫وجهه‬ ‫مسح‬ ‫يديه‬ ‫فرفع‬ ‫دعا‬ ‫اذا‬ ‫كان‬‫النب‬ ‫ان‬ Hanyalah Ibn Luhai'ah yang meriwayatkan hadis dari Hafs ibn Hasyim ibn 'utbah ibn Abi Waqas tanpa diketahui jarh danta'dilnya. b. Majhul hali : diketahui lebih adari satu orang namun tidak diketahui jarh dan ta'dilnya.contoh hadis ini adalah hadisnya Qasim ibn Walid dari Yazid ibn Madkur. ‫البيهقى‬ ‫اخرجه‬ .‫لوطيا‬ ‫رجم‬ ‫عنه‬ ‫هللا‬ ‫رضي‬ ‫عليا‬ ‫ان‬ Yazid ibn Madkur dianggap majhul hali. 5) Hadis Mubham Hadis mubham yaitu hadis yang tidak menyebutkan nama orang dalam rangkaian sanad-nya, baik lelaki maupun perempuan.[33]C ontohnya adalah hadis Hujaj ibn Furadhah dari seseorang (rajul), dari Abi Salamah dari Abi Hurairah. ‫اخرج‬ ‫لئيمز‬ ‫خب‬ ‫الفاجر‬‫و‬ ‫كرمي‬‫غر‬ ‫املؤمن‬ ‫هللا‬ ‫ل‬ ‫رسو‬ ‫قال‬‫داود‬ ‫ابو‬ ‫ه‬ 6) Hadis Syadz Hadis syadz yaitu hadis yang beretentangan dengan hadis lain yang riwayatnya lebih kuat[34]. 7) Hadis maqlub Yang dimaksud dengan hadis maqlub ialah yang memutar balikkan (mendahulukan) kata, kalimat, atau nama yang seharusnya ditulis di belakang, dan mengakhirkan kata, kalimat atau nama yang seharusnya didahulukan. 8) Hadis mudraj Secara terminologis hadits mudraj ialah yang didalamnya terdapat sisipan atau tambahan, baik pada matan atau pada sanad. Pada matan bisa berupa penafsiran perawi terhadap hadits yang diriwayatkannya, atau bisa semata-mata tambahan, baik pada awal matan, di tengah-tengah, atau pada akhirnya. 9) Hadis mushahaf Hadits mushahaf ialah yang terdapat perbedaan dengan hadis yang diriwayatkan oleh orang kepercayaan, karena di dalamnya terdapat beberapa hur uf yang di ubah. Perubahan ini juga bisa terjadi pada lafadz atau pada makna, sehingga maksud hadis menjadi jauh berbeda dari makna dan maksud semula. Selain hadis diatas masih terdapat beberapa hadits lagi yang termasuk dha'if antara lain, mudhtharab, mudha'af , mudarraj, mu'allal, musalsal, mukhtalith untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam buku Hasby as-Shiddieqy; Pokok-pokok dirayah ilmu hadis dan juga ‘Ajjaj al-Khotib; Ushul al-hadits