1. i
MUTAWATIR DAN AHAD
Ditujukan untuk Memenuhi Tugas kulia
“STUDI HADITS”
Dosen pengampu:
Bakhrul Huda, M.E.I
Penyusun:
David sheva julianto ( G04219019 )
Rendi trida kusuma mayora ( G04219064 )
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2. ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim...........
Syukur kehadirat Allah SWTYang maha pengasih lagi maha penyayang. Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya , yang telah melimpahkan rahmat , hidayah dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta Salam senantiasa terucap dari lisan kami, Lisan umat Nabi Muhammad
SAW.Karena kehadiran-Nya telah membawa pencerahan pada alam semesta. Kehadiran-Nya
pula menerangkan mana yang baik dan mana yang buruk, serta membawa umat manusia ke jalan
yang baik dan terang benderang.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya pengajar mata
kuliah Studi Al-quran atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini, sehingga makalah
ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak memiliki kekurangan.
Mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak,
penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Surabaya, 15 Februari 2020
Penulis
3. iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................................iii
BAB I ...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................................4
1.3 Tujuan Masalah......................................................................................................................4
BAB II..............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN ..............................................................................................................................5
2.1 Hadits Mutawatir ....................................................................................................................5
A. Pengertian Hadits Mutawatir................................................................................................5
B. Syarat-Syarat Hadits Mutawatir ...........................................................................................5
C. Macam-Macam Hadits Mutawatir........................................................................................6
D. Hukum Hadits Mutawatir.....................................................................................................8
E. Klasifikasi Hadits Mutawatir................................................................................................8
F. Contoh Hadits Mutawatir .....................................................................................................9
2.2 Hadits Ahad ............................................................................................................................9
A. Pengertian Hadits Ahad........................................................................................................9
B. Macam-Macam Hadits Ahad..............................................................................................10
C. Hukum Hadits Ahad...........................................................................................................11
D. Klasifikasi Hadits Ahad .....................................................................................................12
E. Contoh Hadits Ahad ...........................................................................................................12
BAB III...........................................................................................................................................14
PENUTUP......................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................14
3.2 Saran.....................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... Error! Bookmark not defined.
4. 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata hadits menurut bahasa berarti al-jadid (sesuatu yang baru), lawan kata dari
qadim (sesuatu yang lama). Kata hadits juga berarti al-khabar (yaitu sesuatu yang
dipecakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. Hadits kemudian
didefinisikan sebagai ucapan, perkataan, perbuatan dan ketetapan Rasulullah SAW
.Hadits, di lihat dari sudut kuantitas, atau jumlah rawi, diklarifikasikan dengan hadits
mutawatir dan hadits ahad.
Seluruh umat islam juga sepakat bahwa hadits merupakan salah satu sumber
ajaran Islam. Keharusan mengikuti hadits bagi umat Islam (baik berupa perintah maupun
larangannya) sama halnya denga kewajiban mengikuti al-Qur’an. Hal ini karena hadits
merupakan mubayyin (penjelas) terhadap al-Qur’an, yang karenanya siapa pun tidak akan
bisa memahaminya tanpa dengan memahami dan menguasai hadits. Begitu pula halnya
menggunakan hadits tanpa al-Qur’an.Karena al-Qur’an merupakan dasar hukum pertama,
yang didalamnya berisi garis besar syariat. Dengan demikian, antara hadits dengan al-
Qur’an memiliki kaitan sangat erat, untuk memahami dan mengamalkannya tidak bisa
dipisah-pisahkan atau berjalan sendiri-sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Hadits Mutawatir dan Ahad
2. Macam-macam Hadits Mutawatir dan Ahad
3. Klasifikasi Hadits Mutawatir dan Ahad
4. Contoh Hadits Mutawatir dan Ahad
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Hadits Mutawatir dan Ahad
2. Untuk mengetahui macam-macam Hadits Mutawatir dan Ahad
3. Untuk mengetahui Klasifikasi Hadits Mutawatir dan Ahad
4. Untuk mengetahui contoh Hadits Mutawatir dan Ahad
5. 5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hadits Mutawatir
A. PengertianHaditsMutawatir
Secara bahasa, mutawatir adalah isim fa’il dari at-tawatur yang artinya
berurutan.Sedangkan mutawatir menurut istilah adalah hadits yang diriwayatkan oleh
sejumlah banyak orang yang menurut kebiasaan mereka terhindar dari melakukan
dusta mulai dari awal hingga akhir sanad.Atau hadits yang diriwayatkan oleh perawi
yang banyak pada setiap tingkatan sanadnya menurut ajak tidak mungkin perawi
tersebut sepakat untuk berdusta dan memalsukan hadits, dan mereka bersandarkan
dalam meriwayatkan pada sesuatu yang dapat diketahui dengan seperti pendengaran
dan semacamnya.Dari definisi tersebut maka terdapat beberapa ciri atau syarat yang
bisa disematkan pada hadis Mutawatir, yaitu: diriwayatkan banyak orang, diterima
banyak orang, tidak mungkin perawi yang banyak itu bersepakat untuk berdusta, dan
hadis itu didapat melalui panca indra.
B. Syarat-SyaratHaditsMutawatir
1. Periwayatnya orang banyak
Para ulama Hadis berbeda pendapat tentang minimal jumlah banyak pada periwayat
Hadis mutawâtir tersebut. Di antara mereka ada yang berpendapat, Abu Thayyib 4
orang (diqiyaskan dengan banyaknya saksi yang diperlukan hakim), Ash-habu’sy-
syafi’i berpendapat 5 orang (diqiyaskan jumlah para nabi yang mendapat gelar ulul
azmi), atau 10 orang, 40 orang, 70 orang, bahkan ada yang berpendapat 300 orang
lebih. Pendapaat yang lebih kuat minimal 10 orang.
2. Jumlah banyak pada seluruh tingkatan sanad
Jumlah banyak orang pada setiap tingkatan (thabaqat) sanad dari awal sampai akhir
sanad. Jika jumlah banyak tersebut hanya pada sebagian sanad saja, tidak
dinamakan mutawatir, tetapi nanti masuk pada Hadis ahad. Kesamaan banyak para
periwayat tidak berarti harus sama jumlah angka nominalnya, tetapi yang penting
nilai verbalnya sama, yakni sama banyak. Misalnya, pada awal Sanad 2 orang,
sanad kedua 3 orang, sanad berikutnya 10 orang, 20 orang dan seterusnya tidak
6. 6
dinamakan mutawâtir. Jika sanad pertama 10 orang, sanad kedua 15 orang, sanad
berikutnya 20 orang, 25 orang, dan seterusnya, jumlah yang seperti ini tetap
dinamakan sama banyak dan tergolong mutawâtir.1
3. Tercegah sepakat bohong
Misalnya jika para perawi dalam sanad itu datang dari berbagai negara yang
berbeda, jenis yang berbeda, dan pendapat yang berbeda pula. Sejumlah para
periwayat yang banyak ini secara logika mustahil terjadi adanya kesepakatan
bohong secara uruf (tradisi). Tetapi jika jumlah banyak itu masih memungkinkan
adanya kesepakatan bohong tidaklah mutawâtir.
4. Beritanya bersifat indrawi
Maksudnya berita yang diriwayatkan itu dapat didengar dengan telinga atau
dilihat dengan mata kepala, tidak disandarkan pada logika akal seperti sifatnya
alam yang baru. Sandaran berita secara indrawi maksudnya dapat diindra dengan
indra manusia, misalnya seperti ungkapan periwayatan :
َانْعِمَس = Kami mendengar [dari Rasulullah bersabda begini]
C. Macam-MacamHaditsMutawatir
Adapun hadis mutawatir ini umumnya dibagi kedalam dua kategori yaitu,
mutawatir lafzhi dan mutawatir ma’nawi.Sedangkan M. Syuhudi Ismail
menambahkan satu lagi yaitu mutawatir 'amali, yaitu amalan agama yang dikerjakan
Nabi Muhammad lalu diikuti oleh sahabat dan seterusnya hingga sekarang, seperti
waktu shalat, jumlah rakaat shalat, adanya shalat id, adanya shalat janazah dan
seterusnya.
1. Mutawatir lafzhi: Yaitu hadits yang mutawatir dari sisi lafazh (teks) hadits dan
maknanya. Syaikh Muhammad Anwar al-Kashmiri menyebutnya juga dengan
hadits tawatur al-Isnad”. Contohnya adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam:
(( من كذَّب ذي َّ تعمّدا م بوأ ي ف امه ق م من نار عل )) ([5])
1Al-Suyuthiy, Thadrib al-Rawiy, juz 2, hal 255
21 Subhi al-Sholeh, Ulum al-Hadits wa Musthallahulu, ( Beirut : Dar ilmu lil Ilmuyyin, 2006), h. 31. 22 Syaikh
Manna al-Qaththan, Pengantar Ilmu Hadits, ( Jakarta Timur : Pustaka al- Kautsar, 2010), h. 109.
7. 7
“Barangsiapa berdusta atas namaku maka bersiap-siaplah menempati tempat
duduknya di neraka.” (HR. al-Bukhari, Muslim dan yang lainnya)
Mutawatir lafzhi menurut para ulama, jumlahnya sangat sedikit, bahkan menurut
Ibn Hibban dan al-Hazimi hadis tidak ada.Al-Asqolani menolak pendapat ibn
Hibban dan al-Hazimi, menurutnya pandangan yang demikian itu terjadi karena
kurang mengetahui jalan-jalan atau keadaan-keadaan para rawi serta sifat-sifatnya
yang menghendaki bahwa mereka itu tidak mufakat untuk berdusta.
2. Mutawatir ma’nawi: Yaitu hadits yang mutawatir maknanya, namun lafazh
(teks/redaksinya) berbeda. Syaikh al-Kashmiri menyebutnya hadits mutawatir qadr
al-musytarak. contohnya adalah hadits-hadits tentang mengangkat tangan ketika
berdo’a. telah diriwaytakan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang
mengangkat tangan dalam berdo’a sekitar seratus hadits, masing-masing hadits
dalam masalah ini (mengangkat tangan ketika berdo’a) menyebutkan bahwa salah
satu adab berdo’a adalah mengangkat tangan, akan tetapi dalam kasus yang
berbeda-beda, dan setiap kasus tersebut tidak mutawatir. Dan sisi kesamaan antara
hadits-2hadits tersebut adalah adanya mengangkat tangan dalam berdo’a. Maka
hadits ini menjadi 3 mutawatir kalau dilihat dari keseluruhan jalur riwayat.
Demikian juga hadits-hadits tentang ru’yatullah (kaum mukminin akan melihat
Allah di Surga), tentang telaga Nabi, dan lain-lain.
Hadis-hadis mutawatir ini ini dapat diperoleh pada kitab-kitab hadis para
ulamatetapi untuk memudahkan memperoleh dan mengetahuinya terdapat ulama
yang secara khusus menulis kitab hadis yang berisi hadis-hadis mutawatir, salah
satu diantaranya ialah: al-azhar al-Mutanatsirah fi al Akhbar al-Mutanawatirah
karya as-Suyuti yang di dalamnya memuat 112 buah hadis.
22https://alsofwa.com/266-hadits-hadits-mutawatir-syarat-dan-macam-macamnya/
https://ahlulhadist.wordpress.com/2007/10/16/hadits-mutawatir/
https://www.kompasiana.com/roesdy/54f379e3745513a02b6c776c/pembagian-hadis-berdasarkan-jumlah-periwayat-
dan-kualitas?page=all
8. 8
D. HukumHaditsMutawatir
Hadits mutawatir mengandung ilmu yang harus diyakini yang mengharuskan
kepada manusia untuk mempercayainya dengan sepenuh hati sehingga tidak perlu
lagi mengkaji dan menyelidiki. Seperti pengetahuan kita akan adanya Makkah Al-
Mukarramah, Madinah Al-Munawarah, Jakarta, New York, dan lainnya; tanpa
membutuhkan penelitian dan pengkajian. Maka hadits mutawatir adalah qath’I tidak
perlu adanya penelitian dan penyelidikan tentang keadaan para perawinya .
Al-Hafizh Ibnu hajar al-Asqalani rahimahullah berkata:”Pendapat yang bisa
dijadikan pegangan adalah bahwa khabar mutawatir memberikan faidah ilmu dharuri,
yaitu ilmu yang mengharuskan manusia untuk meyakininya dan tidak mungkin ia
membantahnya (menolaknya). Ada yang mengatakan bahwa ia memberikan faidah
ilmu nazhari (ilmu yang didapat melalui proses penelitian dan pengkajian), namun
pendapat ini bukanlah pendapat yang kuat. Karena ilmu yang dihasilkan dari khabar
mutawatir dapat diketahui juga oleh orang yang tidak memiliki kecakapan untuk
meneliti (mengkaji) sebuah hadits seperti orang awam.Karena an-Nazhar
(penelitian/pengkajian) adalah penyusunan perkara-perkara yang maklum (sudah
diketahui) atau masih bersifat dugaan yang dengannya seseorang sampai kepada ilmu
atau dugaan.Dan seorangyang awam tidak memiliki keahlian untuk itu.Maka
seandainya khabar mutawatir adalah nazhari niscaya mereka (awam) tidak akan
mengetahuinya.” (Nuzhatun Nazhar)
E. Klasifikasi HaditsMutawatir
Para ahli ushul membagi hadits mutawatir kepada dua bagian yakni mutawatir
lafdhy danmutawatir ma’nawy. Haditsmutawatir lafdhy ialah hadits yang
diriwayatkan olehorang banyak yang susunan redaksi dan maknanya sesuai benar
antara riwayat yang satu dengan yang lainnya. Menurut Abu Bakar Al-Bazzar, hadits
tersebut diriwayatkan oleh 40 orang sahabat, dan sebagian ulama mengatakan bahwa
hadits tersebut diriwayatkan oleh 62orang sahabat dengan susunan redaksi dan makna
yang sama.
Hadits mutawatir ma’nawy ialahhadits mutawatir yang rawinya berlain-lainan
dalammenyusun redaksi pemberitaan, tetapi berita yang berlain-lainan susunan
9. 9
redaksinya itu terdapat persesuaian pada prinsipnya dengan istilah lain. “Konon Nabi
Muhammad SAW tidak mengangkat kedua tangan beliau dalam doa-doa beliau
selaindalamdoa shalat istisqa dan beliaumengangkat tangannya hingga Nampak putih
kedua ketiaknya.” (HR. Bukhari Muslim). Hadits semacam itutidakkurang dari 30
buah dengan redaksi yang berbeda antara lain hadits-hadits yang ditakhrijkan oleh
imam Ahmad, AlHakim dan Abu Daud yang berbunyi:“Konon RasululullahSAW
mengangkat tangan sejajar dengan kedua pundak beliau”. Kendatipun hadits-hadits
tersebut berbeda-beda redaksinya, namun karena mempunyai qadar mustarak (titik
persamaan) yang sama, yakni keadaan beliau mengangkat tangan dikala berdoa,maka
hadits mutawatir ma’nawy.4
F. ContohHaditsMutawatir
من كذَّب ذي َّ تعمّدا م بوأ ي ف امه ق م من نا عل
“Barangsiapa berdusta atas namaku maka bersiap-siaplah menempati tempat
duduknya di neraka.” (HR. al-Bukhari, Muslim dan yang lainnya)
نَضَرَاَل َنهَضَرَأَس ََنهَنَق َاَأتَىََنَعَاَََاَحَفَظَهناضَاَلَظَهَا
“Semoga Allah melihat seorang yang mendengarkan ucapanku, lalu memahami dan
menghapalkannya, kemudian menyampaikan ucapan tersebut”.
2.2 Hadits Ahad
A. PengertianHaditsAhad
Kata Ahad ( )آحاد bentuk jamak dari ahad ) (أحدdengan makna satuan. Menurut
istilah hadis ahadadalah :
رِتتواُمْلا َطروُش ْعَمْجَي ْمَلما
Hadis yang tidak memenuhi beberapa persyaratan Hadis mutawâtir.
Hadits ahad adalah hadits yang diriwayatkan oleh satu, dua,atau sedikit orang yang
tidak mencapai derajat mutawatir. Hadits ahad dikategorikan sebagai hadits zhanny
as-tsubut.Hadits ahad mempunyai sisi gelap yang memungkinkannya untuk ditolak
4https://itha911.wordpress.com/kumpulan-makalah-2/klasifikasi-hadits-dari-segi-banyaknya-rawi/
10. 10
atau diabaikan dan tidak diamalkan.Kata ahad berarti “satu”.Khabar al-Wāhid adalah
kabar yang diriwayatkan oleh satu orang.
Namun ulama hadits sependapat bahwa hadits ahad yang maqbul (bisa
diterima) dalam arti shahih, bisa digunakan sebagai dasar hukum Islam, dan wajib
diamalkan. Adapun yang berkaitan dengan akidah ada beberapa pendapat yang
netral, hadits ahad yang telah memenuhi syarat (shahih) dapat dijadikan hujjah / dalil
untuk masalah akidah asal hadits tersebut tidak bertentangan dengan al-Qur'an, dan
hadits-hadits lain yang lebih kuat, dan tidak bertentangan dengan akal sehat.
B. Macam-MacamHaditsAhad
Hadis ahad dibagi menjadi tiga jenis yaitu, hadis masyhur, hadis aziz, dan hadis
gharib.
Hadis Masyhur: Yaitu hadis yang diriwayatkan oleh 3 perowi atau lebih di
setiap thobaqohnya dan tidak sampai batas mutawatir. Para ulama fiqih juga menamai
hadis masyhur dengan nama “Al-Mustafidl” yaitu suatu hadis yang mempunyai jalan
terbatas lebih dari dua dan tidak sampai pada batas mutawatir.
Contoh:
َّنِإ""......الحديثِداَبِعال َنِم ُهُع ِزَتْنَي اًعاَزِتْنا َمْلِعال ُضِبْقَي َال َ َّاَّلل
Hadis Aziz: Yaitu hadis yang perawinya tidak kurang dari dua orang dalam semua
tingkatan thobaqoh.
Contoh:
ولد من إليه أحب أكون حتى أحدكم يؤمن "ال :مّلوس عليه هللا ىّلص قولهالب أجمعين"(رواه والناس ووالده ه)خاري
Hadits Gharib: Yaitu suatu hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi sendirian,
atau oleh satu orang rawi saja di setiap thobaqoh.
Contoh:
)عليه (متفق مانوى امرئ لكل وإنما بالنيات األعمال إنما
Para ulama berbeda pendapat di dalam menggunakan hadis Ahad.Apabila
berhubungan dengan masalah hukum maka menurut jumhur ulama, wajib di amalkan.
11. 11
Akan tetapi sebagian dari golongan Hanafiah me 5 nolak hadis ahad dalam
masalah Ammu al-Balwa seperti wudhunya orang yang menyentuh kelamin, begitu
juga dalam masalah hukuman had. Sebagian
golongan Malikiyah memenangkan Qiyas dari pada hadis ahad ketika bertentangan,
padahal menurut para ulama hadis yang benar yaitu bahwasanya
hadis ahad yang muttasil (sanadnya bersambung) serta diriwayatkan oleh rowi yang
adil itu di terima dalam semua hukum dan dimenangkan daripada Qiyas. Pendapat ini
didukung oleh Imam Syafi’i dan Ahmad bin Hanbal, serta para imam-imam hadis,
fiqih dan ushul fiqih.
C. HukumHaditsAhad
Al-Imam Asy Syafi’i berkata dalam kitab beliau Ar Risalah, “Apabila satu
orang boleh berbicara dalam suatu cabang ilmu tertentu, bahwa kaum muslimin yang
lalu maupun yang sekarang telah bersepakat atas validnya berargumen dengan hadits
ahad dan mencukupkan diri dengannya.Dan tidak diketahui seorang pun fuqaha’ dari
kaum muslimin kecuali mereka menetapkan validitas argumen dengan hadits
ahad.Maka boleh juga untukku menetapkannya Akan tetapi aku berkata, “Aku tidak
hafal adanya seorang pun fuqaha kaum muslimin yang berselisih dalam masalah
penetapan khabar ahad.”Maksudnya beliau tidak mengetahui adanya
perselisihan.Beliau tidak menyatakan dengan tegas adanya ijma sebagai bentuk kehati
hatian dan waro’.Tetapi adanya ijma wajibnya menerima kabar ahad telah dinyatakan
oleh banyak ulama.
Al-Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyyah berkata, “Adapun tingkatan yang
kedelapan: Meyakini telah bersepakatnya umat atas hal-hal yang telah diketahui dan
diyakini, yaitu dengan menerima hadits-hadits dan menetapkan sifat-sifat Rabb
Ta’ala dengannya. Dalam hal ini tidak boleh meragukan suatu khabar yang sedikit
penukilnya, yaitu dari kalangan shahabat radhiyallahu ‘anhum. Merekalah yang
meriwayatkan hadits-hadits dan sebagian mereka saling bertemu satu sama lain dan
saling menerima kabar tersebut, dan tidak ada satupun dari mereka yang mengingkari
5https://tebuireng.ac.id/kajian-hadis/mengenal-macam-macam-hadis/
https://muhfathurrohman.wordpress.com/2013/08/23/hadits-ahad/
https://bbg-alilmu.com/archives/20305
12. 12
riwayat (ahad) tersebut. Kemudian bertemulah mereka dengan segenap tabi’in, dari
awal sampai akhir’” (Mukhtashar As Shawa’iq Al Mursalah).
Al-Imam Ibn Abdil Barr berkata mengenai khabar ahad dan sikap para ulama
terhadapnya, “Seluruh ulama berpegang dengan khabar ahad yang ‘adl dalam
masalah aqidah, mereka menetapkan loyalitas dan permusuhan dengan khabar ahad,
meyakininya sebagai sumber dalam syariat dan agama, dan seluruh ahlus sunnah
bersepakat dalam hal ini.”
D. Klasifikasi HaditsAhad
Khabar ahad bisa diklasifikasikan menurut beberapa aspek: sanad, penisbatan
di akhir sanad dan kualitas kesahihannya. Dari sisi sanad atau jalur periwayatannya,
khabar ahad terdiri dari tiga klasifikasi. Pertama: Hadis Masyhur. Definisinya sedikit
berbeda antara menurut ulama ushul dan dalam definisi musthalah hadîts.Sebagian
ulama ushul, khususnya Hanafiyah yang menjadikan hadis masyhur sebagai
klasifikasi tersendiri selain mutawâtir dan ahad.Mereka mendefinisikan al-masyhur
adalah hadis yang pada asalnya, yakni pada thabaqat sahabat, bersifat ahad, namun
menjadi tawâtur pada dua thabaqat berikutnya. Tidak ada nilainya kemasyhuran
setelah dua thabaqat itu 6
E. ContohHaditsAhad
إِنَّمإاإاأن إإعمانإانبِ الَّاِّنااتِِاَانإامما إنعالما اامَااٍاتِنإاَّوإ َّ ِّانإامما انإتِ اَِّمإ بنهإ إلَّاِّدنإَا نَّعإ انإتٍِ ا ِ انإ َّمِىدنإَا ِنةِ إَّلْاِنَّإلما
ناةَّ إَا نإلإْاإِانإادنإَا ِنةِ إَّلْاتإا
“Sesungguhnya amal itu dengan niat, dan sesungguhnya bagi masing-masing orang
apayang dia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya kepada dunia yangakan ia dapatkan
atau kepada perempuan yang akan dia nikahi maka (hasil) hijrahnya adalah apa yang
dia niatkan”. [Muttafaqun ‘alaih].
قَاََقََََََق َقا ََِفقَََّ نَضَ ق َلَاَهق َاَققام َ َح َ َقليَْلَِالقَمَاَح َقهَََمَاَققا ََقل َاَأقَ ََقلاإااح َََقإنَاق َنمَاََ َقهَ ََقلاإااح ََقَلوَاَااهق ََِف َقها ََقل
َّ َ ََلَلنا نِنَهَه ََقَم َاَأ َقهَِ َاََل َقهَََّنَ َََقلَ َنىَََ َنقهإ
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Islam dibangun diatas lima asas
(yaitu) syahadat (persaksian) bahwa tidak Ilah yang hak kecuali Allah dan
6https://al-waie.id/takrifat/klasifikasi-as-sunnah-khabar-ahad/
13. 13
syahadat bahwa Muhammad itu Rasulullah, mendirikan shalat, memberikan zakat,
haji dan puasa ramadlan (dalam riwayat lain puasa Ramadlan baru haji)”7
7https://almanhaj.or.id/2854-contoh-contoh-hadits-ahad.html
14. 14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hadits berdasarkan jumlah perawi terbagi menjadi dua,yaitu : Mutawatir dan Ahad.
Hadits mutawatir adalah hadits yang di riwayatkan oleh banyak orang pada seluruh sanad,
banyaknya menurut kebiasaan tidak mungkin sepakat bohong. Syarat hadits mutawatir ada 4
yaitu 1) perawinya banyak, 2) banyaknya perawi pada seluruh sanad, 3) banyaknya tidak
mungkin sepakat bohong menurut adat kebiasaan dan 4) pada masalah indrawi bukan ahli. Hadits
mutawatir terbagi menjadi dua yaitu mutawatir lafdzi dan mutawatir maknawi. Mutawatir lafdzi
adalah lafal maknanya sama dengan mutawatir maknawi adalah mutawatir secara makna. Hadits
Ahad adalah Hadits yang tidak memenuhi beberapa persyaratan Hadits mutawatir yakni Hadits
yang perawinya tidak banyak atau banyak tetapi tidak pada seluruh sanad atau banyak tetapi
masih memungkinkan bohong menurut tradisi. Hadits Ahad terbagi menjadi 3 macam, jika
jumlah perawi 3 orang atau lebih tetapi tidak mencapai mutawatir disebut Hadits masyhur, jika
yang meriwayatkannya 2 orang disebut Hadits Aziz dan jika yang meriwayatkannya hanya satu
orang disebut Hadits Gharib.
3.2 Saran
Sebagai umat muslim tidak ada salahnya kita mengikuti hadits karena hadits didefinisikan
sebagai perkataan, perbuatan dan ketetapan Rasulullah. Ibnul Qayyim berkata dalam Madarijus
Salikin: “Allah tidak akan mencintaimu kecuali engkau mengikuti Habibullah (Rasulullah)
secara lahir dan batin, membenarkan sabdanya, mentaati perintahnya, menjawab dakwahnya,
mengikuti jalan hidupnya, mendahulukan hukum beliau dibandingkan dengan hukum
lain, mendahulukan cinta kepada beliau diatas cinta kepada yang lain, mendahulukan ketaatan
kepada beliau dibandingkan kepada orang lain. Kalau engkau tidak demikian, maka tidak ada
gunanya. Coba saja lakukan apa yang dapat menggapai cinta Allah menurut caramu sendiri.
Engkau mencari cahaya namun tidak akan mendapatkannya”.
15. 15
DAFTAR PUSTAKA
Al-Suyuthiy, Thadrib al-Rawiy, juz 2, hal 255
21 Subhi al-Sholeh, Ulum al-Hadits wa Musthallahulu, ( Beirut : Dar ilmu lil Ilmuyyin,
2006), h. 31. 22 Syaikh Manna al-Qaththan, Pengantar Ilmu Hadits, ( Jakarta Timur : Pustaka
al- Kautsar, 2010), h. 109.
https://alsofwa.com/266-hadits-hadits-mutawatir-syarat-dan-macam-macamnya/
https://ahlulhadist.wordpress.com/2007/10/16/hadits-mutawatir/
https://www.kompasiana.com/roesdy/54f379e3745513a02b6c776c/pembagian-hadis-
berdasarkan-jumlah-periwayat-dan-kualitas?page=all
https://tebuireng.ac.id/kajian-hadis/mengenal-macam-macam-hadis/
https://muhfathurrohman.wordpress.com/2013/08/23/hadits-ahad/
https://almanhaj.or.id/2854-contoh-contoh-hadits-ahad.html
https://itha911.wordpress.com/kumpulan-makalah-2/klasifikasi-hadits-dari-segi-banyaknya-
rawi/
https://al-waie.id/takrifat/klasifikasi-as-sunnah-khabar-ahad/