SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
i
MUTAWATIR DAN AHAD
Ditujukan untuk Memenuhi Tugas kulia
“STUDI HADITS”
Dosen pengampu:
Bakhrul Huda, M.E.I
Penyusun:
David sheva julianto ( G04219019 )
Rendi trida kusuma mayora ( G04219064 )
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim...........
Syukur kehadirat Allah SWTYang maha pengasih lagi maha penyayang. Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya , yang telah melimpahkan rahmat , hidayah dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta Salam senantiasa terucap dari lisan kami, Lisan umat Nabi Muhammad
SAW.Karena kehadiran-Nya telah membawa pencerahan pada alam semesta. Kehadiran-Nya
pula menerangkan mana yang baik dan mana yang buruk, serta membawa umat manusia ke jalan
yang baik dan terang benderang.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya pengajar mata
kuliah Studi Al-quran atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini, sehingga makalah
ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak memiliki kekurangan.
Mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak,
penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Surabaya, 15 Februari 2020
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................................iii
BAB I ...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................................4
1.3 Tujuan Masalah......................................................................................................................4
BAB II..............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN ..............................................................................................................................5
2.1 Hadits Mutawatir ....................................................................................................................5
A. Pengertian Hadits Mutawatir................................................................................................5
B. Syarat-Syarat Hadits Mutawatir ...........................................................................................5
C. Macam-Macam Hadits Mutawatir........................................................................................6
D. Hukum Hadits Mutawatir.....................................................................................................8
E. Klasifikasi Hadits Mutawatir................................................................................................8
F. Contoh Hadits Mutawatir .....................................................................................................9
2.2 Hadits Ahad ............................................................................................................................9
A. Pengertian Hadits Ahad........................................................................................................9
B. Macam-Macam Hadits Ahad..............................................................................................10
C. Hukum Hadits Ahad...........................................................................................................11
D. Klasifikasi Hadits Ahad .....................................................................................................12
E. Contoh Hadits Ahad ...........................................................................................................12
BAB III...........................................................................................................................................14
PENUTUP......................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................14
3.2 Saran.....................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... Error! Bookmark not defined.
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata hadits menurut bahasa berarti al-jadid (sesuatu yang baru), lawan kata dari
qadim (sesuatu yang lama). Kata hadits juga berarti al-khabar (yaitu sesuatu yang
dipecakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. Hadits kemudian
didefinisikan sebagai ucapan, perkataan, perbuatan dan ketetapan Rasulullah SAW
.Hadits, di lihat dari sudut kuantitas, atau jumlah rawi, diklarifikasikan dengan hadits
mutawatir dan hadits ahad.
Seluruh umat islam juga sepakat bahwa hadits merupakan salah satu sumber
ajaran Islam. Keharusan mengikuti hadits bagi umat Islam (baik berupa perintah maupun
larangannya) sama halnya denga kewajiban mengikuti al-Qur’an. Hal ini karena hadits
merupakan mubayyin (penjelas) terhadap al-Qur’an, yang karenanya siapa pun tidak akan
bisa memahaminya tanpa dengan memahami dan menguasai hadits. Begitu pula halnya
menggunakan hadits tanpa al-Qur’an.Karena al-Qur’an merupakan dasar hukum pertama,
yang didalamnya berisi garis besar syariat. Dengan demikian, antara hadits dengan al-
Qur’an memiliki kaitan sangat erat, untuk memahami dan mengamalkannya tidak bisa
dipisah-pisahkan atau berjalan sendiri-sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian Hadits Mutawatir dan Ahad
2. Macam-macam Hadits Mutawatir dan Ahad
3. Klasifikasi Hadits Mutawatir dan Ahad
4. Contoh Hadits Mutawatir dan Ahad
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Hadits Mutawatir dan Ahad
2. Untuk mengetahui macam-macam Hadits Mutawatir dan Ahad
3. Untuk mengetahui Klasifikasi Hadits Mutawatir dan Ahad
4. Untuk mengetahui contoh Hadits Mutawatir dan Ahad
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hadits Mutawatir
A. PengertianHaditsMutawatir
Secara bahasa, mutawatir adalah isim fa’il dari at-tawatur yang artinya
berurutan.Sedangkan mutawatir menurut istilah adalah hadits yang diriwayatkan oleh
sejumlah banyak orang yang menurut kebiasaan mereka terhindar dari melakukan
dusta mulai dari awal hingga akhir sanad.Atau hadits yang diriwayatkan oleh perawi
yang banyak pada setiap tingkatan sanadnya menurut ajak tidak mungkin perawi
tersebut sepakat untuk berdusta dan memalsukan hadits, dan mereka bersandarkan
dalam meriwayatkan pada sesuatu yang dapat diketahui dengan seperti pendengaran
dan semacamnya.Dari definisi tersebut maka terdapat beberapa ciri atau syarat yang
bisa disematkan pada hadis Mutawatir, yaitu: diriwayatkan banyak orang, diterima
banyak orang, tidak mungkin perawi yang banyak itu bersepakat untuk berdusta, dan
hadis itu didapat melalui panca indra.
B. Syarat-SyaratHaditsMutawatir
1. Periwayatnya orang banyak
Para ulama Hadis berbeda pendapat tentang minimal jumlah banyak pada periwayat
Hadis mutawâtir tersebut. Di antara mereka ada yang berpendapat, Abu Thayyib 4
orang (diqiyaskan dengan banyaknya saksi yang diperlukan hakim), Ash-habu’sy-
syafi’i berpendapat 5 orang (diqiyaskan jumlah para nabi yang mendapat gelar ulul
azmi), atau 10 orang, 40 orang, 70 orang, bahkan ada yang berpendapat 300 orang
lebih. Pendapaat yang lebih kuat minimal 10 orang.
2. Jumlah banyak pada seluruh tingkatan sanad
Jumlah banyak orang pada setiap tingkatan (thabaqat) sanad dari awal sampai akhir
sanad. Jika jumlah banyak tersebut hanya pada sebagian sanad saja, tidak
dinamakan mutawatir, tetapi nanti masuk pada Hadis ahad. Kesamaan banyak para
periwayat tidak berarti harus sama jumlah angka nominalnya, tetapi yang penting
nilai verbalnya sama, yakni sama banyak. Misalnya, pada awal Sanad 2 orang,
sanad kedua 3 orang, sanad berikutnya 10 orang, 20 orang dan seterusnya tidak
6
dinamakan mutawâtir. Jika sanad pertama 10 orang, sanad kedua 15 orang, sanad
berikutnya 20 orang, 25 orang, dan seterusnya, jumlah yang seperti ini tetap
dinamakan sama banyak dan tergolong mutawâtir.1
3. Tercegah sepakat bohong
Misalnya jika para perawi dalam sanad itu datang dari berbagai negara yang
berbeda, jenis yang berbeda, dan pendapat yang berbeda pula. Sejumlah para
periwayat yang banyak ini secara logika mustahil terjadi adanya kesepakatan
bohong secara uruf (tradisi). Tetapi jika jumlah banyak itu masih memungkinkan
adanya kesepakatan bohong tidaklah mutawâtir.
4. Beritanya bersifat indrawi
Maksudnya berita yang diriwayatkan itu dapat didengar dengan telinga atau
dilihat dengan mata kepala, tidak disandarkan pada logika akal seperti sifatnya
alam yang baru. Sandaran berita secara indrawi maksudnya dapat diindra dengan
indra manusia, misalnya seperti ungkapan periwayatan :
‫َا‬‫ن‬ْ‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬ = Kami mendengar [dari Rasulullah bersabda begini]
C. Macam-MacamHaditsMutawatir
Adapun hadis mutawatir ini umumnya dibagi kedalam dua kategori yaitu,
mutawatir lafzhi dan mutawatir ma’nawi.Sedangkan M. Syuhudi Ismail
menambahkan satu lagi yaitu mutawatir 'amali, yaitu amalan agama yang dikerjakan
Nabi Muhammad lalu diikuti oleh sahabat dan seterusnya hingga sekarang, seperti
waktu shalat, jumlah rakaat shalat, adanya shalat id, adanya shalat janazah dan
seterusnya.
1. Mutawatir lafzhi: Yaitu hadits yang mutawatir dari sisi lafazh (teks) hadits dan
maknanya. Syaikh Muhammad Anwar al-Kashmiri menyebutnya juga dengan
hadits tawatur al-Isnad”. Contohnya adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam:
(( ‫من‬ ‫ك‬‫ذ‬َّ‫ب‬ ‫ذ‬‫ي‬ َّ ‫ت‬‫ع‬‫م‬ّ‫د‬‫ا‬ ‫م‬ ‫بوأ‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫امه‬ ‫ق‬ ‫م‬ ‫من‬ ‫نار‬ ‫عل‬ )) ([5])
1Al-Suyuthiy, Thadrib al-Rawiy, juz 2, hal 255
21 Subhi al-Sholeh, Ulum al-Hadits wa Musthallahulu, ( Beirut : Dar ilmu lil Ilmuyyin, 2006), h. 31. 22 Syaikh
Manna al-Qaththan, Pengantar Ilmu Hadits, ( Jakarta Timur : Pustaka al- Kautsar, 2010), h. 109.
7
“Barangsiapa berdusta atas namaku maka bersiap-siaplah menempati tempat
duduknya di neraka.” (HR. al-Bukhari, Muslim dan yang lainnya)
Mutawatir lafzhi menurut para ulama, jumlahnya sangat sedikit, bahkan menurut
Ibn Hibban dan al-Hazimi hadis tidak ada.Al-Asqolani menolak pendapat ibn
Hibban dan al-Hazimi, menurutnya pandangan yang demikian itu terjadi karena
kurang mengetahui jalan-jalan atau keadaan-keadaan para rawi serta sifat-sifatnya
yang menghendaki bahwa mereka itu tidak mufakat untuk berdusta.
2. Mutawatir ma’nawi: Yaitu hadits yang mutawatir maknanya, namun lafazh
(teks/redaksinya) berbeda. Syaikh al-Kashmiri menyebutnya hadits mutawatir qadr
al-musytarak. contohnya adalah hadits-hadits tentang mengangkat tangan ketika
berdo’a. telah diriwaytakan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang
mengangkat tangan dalam berdo’a sekitar seratus hadits, masing-masing hadits
dalam masalah ini (mengangkat tangan ketika berdo’a) menyebutkan bahwa salah
satu adab berdo’a adalah mengangkat tangan, akan tetapi dalam kasus yang
berbeda-beda, dan setiap kasus tersebut tidak mutawatir. Dan sisi kesamaan antara
hadits-2hadits tersebut adalah adanya mengangkat tangan dalam berdo’a. Maka
hadits ini menjadi 3 mutawatir kalau dilihat dari keseluruhan jalur riwayat.
Demikian juga hadits-hadits tentang ru’yatullah (kaum mukminin akan melihat
Allah di Surga), tentang telaga Nabi, dan lain-lain.
Hadis-hadis mutawatir ini ini dapat diperoleh pada kitab-kitab hadis para
ulamatetapi untuk memudahkan memperoleh dan mengetahuinya terdapat ulama
yang secara khusus menulis kitab hadis yang berisi hadis-hadis mutawatir, salah
satu diantaranya ialah: al-azhar al-Mutanatsirah fi al Akhbar al-Mutanawatirah
karya as-Suyuti yang di dalamnya memuat 112 buah hadis.
22https://alsofwa.com/266-hadits-hadits-mutawatir-syarat-dan-macam-macamnya/
https://ahlulhadist.wordpress.com/2007/10/16/hadits-mutawatir/
https://www.kompasiana.com/roesdy/54f379e3745513a02b6c776c/pembagian-hadis-berdasarkan-jumlah-periwayat-
dan-kualitas?page=all
8
D. HukumHaditsMutawatir
Hadits mutawatir mengandung ilmu yang harus diyakini yang mengharuskan
kepada manusia untuk mempercayainya dengan sepenuh hati sehingga tidak perlu
lagi mengkaji dan menyelidiki. Seperti pengetahuan kita akan adanya Makkah Al-
Mukarramah, Madinah Al-Munawarah, Jakarta, New York, dan lainnya; tanpa
membutuhkan penelitian dan pengkajian. Maka hadits mutawatir adalah qath’I tidak
perlu adanya penelitian dan penyelidikan tentang keadaan para perawinya .
Al-Hafizh Ibnu hajar al-Asqalani rahimahullah berkata:”Pendapat yang bisa
dijadikan pegangan adalah bahwa khabar mutawatir memberikan faidah ilmu dharuri,
yaitu ilmu yang mengharuskan manusia untuk meyakininya dan tidak mungkin ia
membantahnya (menolaknya). Ada yang mengatakan bahwa ia memberikan faidah
ilmu nazhari (ilmu yang didapat melalui proses penelitian dan pengkajian), namun
pendapat ini bukanlah pendapat yang kuat. Karena ilmu yang dihasilkan dari khabar
mutawatir dapat diketahui juga oleh orang yang tidak memiliki kecakapan untuk
meneliti (mengkaji) sebuah hadits seperti orang awam.Karena an-Nazhar
(penelitian/pengkajian) adalah penyusunan perkara-perkara yang maklum (sudah
diketahui) atau masih bersifat dugaan yang dengannya seseorang sampai kepada ilmu
atau dugaan.Dan seorangyang awam tidak memiliki keahlian untuk itu.Maka
seandainya khabar mutawatir adalah nazhari niscaya mereka (awam) tidak akan
mengetahuinya.” (Nuzhatun Nazhar)
E. Klasifikasi HaditsMutawatir
Para ahli ushul membagi hadits mutawatir kepada dua bagian yakni mutawatir
lafdhy danmutawatir ma’nawy. Haditsmutawatir lafdhy ialah hadits yang
diriwayatkan olehorang banyak yang susunan redaksi dan maknanya sesuai benar
antara riwayat yang satu dengan yang lainnya. Menurut Abu Bakar Al-Bazzar, hadits
tersebut diriwayatkan oleh 40 orang sahabat, dan sebagian ulama mengatakan bahwa
hadits tersebut diriwayatkan oleh 62orang sahabat dengan susunan redaksi dan makna
yang sama.
Hadits mutawatir ma’nawy ialahhadits mutawatir yang rawinya berlain-lainan
dalammenyusun redaksi pemberitaan, tetapi berita yang berlain-lainan susunan
9
redaksinya itu terdapat persesuaian pada prinsipnya dengan istilah lain. “Konon Nabi
Muhammad SAW tidak mengangkat kedua tangan beliau dalam doa-doa beliau
selaindalamdoa shalat istisqa dan beliaumengangkat tangannya hingga Nampak putih
kedua ketiaknya.” (HR. Bukhari Muslim). Hadits semacam itutidakkurang dari 30
buah dengan redaksi yang berbeda antara lain hadits-hadits yang ditakhrijkan oleh
imam Ahmad, AlHakim dan Abu Daud yang berbunyi:“Konon RasululullahSAW
mengangkat tangan sejajar dengan kedua pundak beliau”. Kendatipun hadits-hadits
tersebut berbeda-beda redaksinya, namun karena mempunyai qadar mustarak (titik
persamaan) yang sama, yakni keadaan beliau mengangkat tangan dikala berdoa,maka
hadits mutawatir ma’nawy.4
F. ContohHaditsMutawatir
‫من‬ ‫ك‬‫ذ‬َّ‫ب‬ ‫ذ‬‫ي‬ َّ ‫ت‬‫ع‬‫م‬ّ‫د‬‫ا‬ ‫م‬ ‫بوأ‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫امه‬ ‫ق‬ ‫م‬ ‫من‬ ‫نا‬ ‫عل‬
“Barangsiapa berdusta atas namaku maka bersiap-siaplah menempati tempat
duduknya di neraka.” (HR. al-Bukhari, Muslim dan yang lainnya)
‫ن‬َ‫ض‬َ‫ر‬َ‫ا‬َ‫ل‬ َ‫نه‬َ‫ض‬َ‫ر‬َ‫أ‬َ‫س‬ َ‫َنه‬َ‫ن‬َ‫ق‬ َ‫ا‬َ‫أ‬‫ت‬َ‫ى‬ََ‫ن‬َ‫ع‬َ‫ا‬َََ‫ا‬َ‫ح‬َ‫ف‬َ‫ظ‬َ‫ه‬‫ن‬‫ا‬‫ض‬َ‫ا‬َ‫ل‬َ‫ظ‬َ‫ه‬َ‫ا‬
“Semoga Allah melihat seorang yang mendengarkan ucapanku, lalu memahami dan
menghapalkannya, kemudian menyampaikan ucapan tersebut”.
2.2 Hadits Ahad
A. PengertianHaditsAhad
Kata Ahad ( ‫)آحاد‬ bentuk jamak dari ahad ) ‫(أحد‬dengan makna satuan. Menurut
istilah hadis ahadadalah :
‫ر‬ِ‫ت‬‫توا‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ط‬‫رو‬ُ‫ش‬ ْ‫ع‬َ‫م‬ْ‫ج‬َ‫ي‬ ْ‫م‬َ‫ل‬‫ما‬
Hadis yang tidak memenuhi beberapa persyaratan Hadis mutawâtir.
Hadits ahad adalah hadits yang diriwayatkan oleh satu, dua,atau sedikit orang yang
tidak mencapai derajat mutawatir. Hadits ahad dikategorikan sebagai hadits zhanny
as-tsubut.Hadits ahad mempunyai sisi gelap yang memungkinkannya untuk ditolak
4https://itha911.wordpress.com/kumpulan-makalah-2/klasifikasi-hadits-dari-segi-banyaknya-rawi/
10
atau diabaikan dan tidak diamalkan.Kata ahad berarti “satu”.Khabar al-Wāhid adalah
kabar yang diriwayatkan oleh satu orang.
Namun ulama hadits sependapat bahwa hadits ahad yang maqbul (bisa
diterima) dalam arti shahih, bisa digunakan sebagai dasar hukum Islam, dan wajib
diamalkan. Adapun yang berkaitan dengan akidah ada beberapa pendapat yang
netral, hadits ahad yang telah memenuhi syarat (shahih) dapat dijadikan hujjah / dalil
untuk masalah akidah asal hadits tersebut tidak bertentangan dengan al-Qur'an, dan
hadits-hadits lain yang lebih kuat, dan tidak bertentangan dengan akal sehat.
B. Macam-MacamHaditsAhad
Hadis ahad dibagi menjadi tiga jenis yaitu, hadis masyhur, hadis aziz, dan hadis
gharib.
Hadis Masyhur: Yaitu hadis yang diriwayatkan oleh 3 perowi atau lebih di
setiap thobaqohnya dan tidak sampai batas mutawatir. Para ulama fiqih juga menamai
hadis masyhur dengan nama “Al-Mustafidl” yaitu suatu hadis yang mempunyai jalan
terbatas lebih dari dua dan tidak sampai pada batas mutawatir.
Contoh:
َّ‫ن‬ِ‫إ‬""‫......الحديث‬ِ‫د‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ع‬‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ه‬ُ‫ع‬ ِ‫ز‬َ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫ي‬ ‫ا‬ً‫ع‬‫ا‬َ‫ز‬ِ‫ت‬ْ‫ن‬‫ا‬ َ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬‫ال‬ ُ‫ض‬ِ‫ب‬ْ‫ق‬َ‫ي‬ َ‫ال‬ َ َّ‫اَّلل‬
Hadis Aziz: Yaitu hadis yang perawinya tidak kurang dari dua orang dalam semua
tingkatan thobaqoh.
Contoh:
‫ولد‬ ‫من‬ ‫إليه‬ ‫أحب‬ ‫أكون‬ ‫حتى‬ ‫أحدكم‬ ‫يؤمن‬ ‫"ال‬ :‫م‬ّ‫ل‬‫وس‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫ى‬ّ‫ل‬‫ص‬ ‫قوله‬‫الب‬ ‫أجمعين"(رواه‬ ‫والناس‬ ‫ووالده‬ ‫ه‬)‫خاري‬
Hadits Gharib: Yaitu suatu hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi sendirian,
atau oleh satu orang rawi saja di setiap thobaqoh.
Contoh:
)‫عليه‬ ‫(متفق‬ ‫مانوى‬ ‫امرئ‬ ‫لكل‬ ‫وإنما‬ ‫بالنيات‬ ‫األعمال‬ ‫إنما‬
Para ulama berbeda pendapat di dalam menggunakan hadis Ahad.Apabila
berhubungan dengan masalah hukum maka menurut jumhur ulama, wajib di amalkan.
11
Akan tetapi sebagian dari golongan Hanafiah me 5 nolak hadis ahad dalam
masalah Ammu al-Balwa seperti wudhunya orang yang menyentuh kelamin, begitu
juga dalam masalah hukuman had. Sebagian
golongan Malikiyah memenangkan Qiyas dari pada hadis ahad ketika bertentangan,
padahal menurut para ulama hadis yang benar yaitu bahwasanya
hadis ahad yang muttasil (sanadnya bersambung) serta diriwayatkan oleh rowi yang
adil itu di terima dalam semua hukum dan dimenangkan daripada Qiyas. Pendapat ini
didukung oleh Imam Syafi’i dan Ahmad bin Hanbal, serta para imam-imam hadis,
fiqih dan ushul fiqih.
C. HukumHaditsAhad
Al-Imam Asy Syafi’i berkata dalam kitab beliau Ar Risalah, “Apabila satu
orang boleh berbicara dalam suatu cabang ilmu tertentu, bahwa kaum muslimin yang
lalu maupun yang sekarang telah bersepakat atas validnya berargumen dengan hadits
ahad dan mencukupkan diri dengannya.Dan tidak diketahui seorang pun fuqaha’ dari
kaum muslimin kecuali mereka menetapkan validitas argumen dengan hadits
ahad.Maka boleh juga untukku menetapkannya Akan tetapi aku berkata, “Aku tidak
hafal adanya seorang pun fuqaha kaum muslimin yang berselisih dalam masalah
penetapan khabar ahad.”Maksudnya beliau tidak mengetahui adanya
perselisihan.Beliau tidak menyatakan dengan tegas adanya ijma sebagai bentuk kehati
hatian dan waro’.Tetapi adanya ijma wajibnya menerima kabar ahad telah dinyatakan
oleh banyak ulama.
Al-Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyyah berkata, “Adapun tingkatan yang
kedelapan: Meyakini telah bersepakatnya umat atas hal-hal yang telah diketahui dan
diyakini, yaitu dengan menerima hadits-hadits dan menetapkan sifat-sifat Rabb
Ta’ala dengannya. Dalam hal ini tidak boleh meragukan suatu khabar yang sedikit
penukilnya, yaitu dari kalangan shahabat radhiyallahu ‘anhum. Merekalah yang
meriwayatkan hadits-hadits dan sebagian mereka saling bertemu satu sama lain dan
saling menerima kabar tersebut, dan tidak ada satupun dari mereka yang mengingkari
5https://tebuireng.ac.id/kajian-hadis/mengenal-macam-macam-hadis/
https://muhfathurrohman.wordpress.com/2013/08/23/hadits-ahad/
https://bbg-alilmu.com/archives/20305
12
riwayat (ahad) tersebut. Kemudian bertemulah mereka dengan segenap tabi’in, dari
awal sampai akhir’” (Mukhtashar As Shawa’iq Al Mursalah).
Al-Imam Ibn Abdil Barr berkata mengenai khabar ahad dan sikap para ulama
terhadapnya, “Seluruh ulama berpegang dengan khabar ahad yang ‘adl dalam
masalah aqidah, mereka menetapkan loyalitas dan permusuhan dengan khabar ahad,
meyakininya sebagai sumber dalam syariat dan agama, dan seluruh ahlus sunnah
bersepakat dalam hal ini.”
D. Klasifikasi HaditsAhad
Khabar ahad bisa diklasifikasikan menurut beberapa aspek: sanad, penisbatan
di akhir sanad dan kualitas kesahihannya. Dari sisi sanad atau jalur periwayatannya,
khabar ahad terdiri dari tiga klasifikasi. Pertama: Hadis Masyhur. Definisinya sedikit
berbeda antara menurut ulama ushul dan dalam definisi musthalah hadîts.Sebagian
ulama ushul, khususnya Hanafiyah yang menjadikan hadis masyhur sebagai
klasifikasi tersendiri selain mutawâtir dan ahad.Mereka mendefinisikan al-masyhur
adalah hadis yang pada asalnya, yakni pada thabaqat sahabat, bersifat ahad, namun
menjadi tawâtur pada dua thabaqat berikutnya. Tidak ada nilainya kemasyhuran
setelah dua thabaqat itu 6
E. ContohHaditsAhad
‫إ‬ِ‫ن‬َّ‫م‬‫إ‬‫ا‬‫إ‬‫ا‬‫أن‬ ‫إ‬‫إع‬‫م‬‫ان‬‫إ‬‫ا‬‫ن‬‫ب‬ِ ‫ا‬‫ل‬َّ‫ا‬ِّ‫ن‬‫ا‬‫ا‬‫ت‬ِِ‫ا‬َ‫ان‬‫إ‬‫ا‬‫م‬‫م‬‫ا‬ ‫إ‬‫نع‬‫ا‬‫ل‬‫ما‬ ‫ا‬‫ا‬‫م‬َ‫ا‬‫ا‬ٍ‫اتِن‬‫إ‬‫ا‬َّ‫و‬‫إ‬ َّ ِّ‫ان‬‫إ‬‫ا‬‫م‬‫م‬‫ا‬ ‫ان‬‫إ‬‫ت‬ِ ‫ا‬َِّ‫م‬‫إ‬ ‫بن‬‫ه‬‫إ‬ ‫إ‬‫ل‬َّ‫ا‬ِّ‫دن‬‫إ‬َ‫ا‬ ‫ن‬َّ‫ع‬‫إ‬ ‫ان‬‫إ‬‫ت‬ٍِ ‫ا‬ ِ ‫ان‬‫إ‬ َّ‫م‬ِ‫ى‬‫دن‬‫إ‬َ‫ا‬ ‫ِن‬‫ة‬ِ ‫إ‬‫َّل‬ْ‫ا‬ِ‫ن‬َّ‫إل‬‫م‬‫ا‬
‫ن‬‫ا‬‫ة‬َّ ‫إ‬َ‫ا‬ ‫ن‬‫إ‬‫ل‬‫إ‬ْ‫ا‬‫إ‬ِ‫ان‬‫إ‬‫ا‬‫دن‬‫إ‬َ‫ا‬ ‫ِن‬‫ة‬ِ ‫إ‬‫َّل‬ْ‫ا‬‫ت‬‫إ‬‫ا‬
“Sesungguhnya amal itu dengan niat, dan sesungguhnya bagi masing-masing orang
apayang dia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya kepada dunia yangakan ia dapatkan
atau kepada perempuan yang akan dia nikahi maka (hasil) hijrahnya adalah apa yang
dia niatkan”. [Muttafaqun ‘alaih].
‫ق‬َ‫ا‬ََ‫ق‬ََََََ‫ق‬ َ‫قا‬ ََِ‫ف‬‫ق‬َََّ ‫ن‬َ‫ض‬َ ‫ق‬ َ‫ل‬َ‫ا‬َ‫ه‬‫ق‬ َ‫ا‬َ‫ق‬‫ق‬‫ا‬‫م‬ َ َ‫ح‬ َ َ‫قلي‬َ‫ْل‬َِ‫ا‬‫ل‬‫ق‬َ‫م‬َ‫ا‬َ‫ح‬ َ‫قه‬َََ‫م‬َ‫ا‬َ‫ق‬‫ق‬‫ا‬ ََ‫قل‬ َ‫ا‬َ‫أ‬‫ق‬َ ََ‫قل‬‫ا‬‫إ‬‫ا‬‫ا‬‫ح‬ ََ‫َق‬‫إ‬‫ن‬َ‫ا‬‫ق‬ َ‫نم‬َ‫ا‬ََ َ‫قه‬َ ََ‫قل‬‫ا‬‫إ‬‫ا‬‫ا‬‫ح‬ ََ‫ق‬‫َل‬‫و‬َ‫ا‬َ‫ا‬‫ا‬‫ه‬‫ق‬ ََِ‫ف‬ َ‫قه‬‫ا‬ ََ‫قل‬
َّ َ َ‫َل‬َ‫ل‬‫ن‬‫ا‬ ‫نِن‬َ‫ه‬َ‫ه‬ ََ‫ق‬َ‫م‬ َ‫ا‬َ‫أ‬ َ‫قه‬َِ َ‫ا‬ََ‫ل‬ َ‫قه‬ََّ‫َن‬َ َََ‫قل‬َ ‫َن‬‫ى‬َََ َ‫نقه‬‫إ‬
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Islam dibangun diatas lima asas
(yaitu) syahadat (persaksian) bahwa tidak Ilah yang hak kecuali Allah dan
6https://al-waie.id/takrifat/klasifikasi-as-sunnah-khabar-ahad/
13
syahadat bahwa Muhammad itu Rasulullah, mendirikan shalat, memberikan zakat,
haji dan puasa ramadlan (dalam riwayat lain puasa Ramadlan baru haji)”7
7https://almanhaj.or.id/2854-contoh-contoh-hadits-ahad.html
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hadits berdasarkan jumlah perawi terbagi menjadi dua,yaitu : Mutawatir dan Ahad.
Hadits mutawatir adalah hadits yang di riwayatkan oleh banyak orang pada seluruh sanad,
banyaknya menurut kebiasaan tidak mungkin sepakat bohong. Syarat hadits mutawatir ada 4
yaitu 1) perawinya banyak, 2) banyaknya perawi pada seluruh sanad, 3) banyaknya tidak
mungkin sepakat bohong menurut adat kebiasaan dan 4) pada masalah indrawi bukan ahli. Hadits
mutawatir terbagi menjadi dua yaitu mutawatir lafdzi dan mutawatir maknawi. Mutawatir lafdzi
adalah lafal maknanya sama dengan mutawatir maknawi adalah mutawatir secara makna. Hadits
Ahad adalah Hadits yang tidak memenuhi beberapa persyaratan Hadits mutawatir yakni Hadits
yang perawinya tidak banyak atau banyak tetapi tidak pada seluruh sanad atau banyak tetapi
masih memungkinkan bohong menurut tradisi. Hadits Ahad terbagi menjadi 3 macam, jika
jumlah perawi 3 orang atau lebih tetapi tidak mencapai mutawatir disebut Hadits masyhur, jika
yang meriwayatkannya 2 orang disebut Hadits Aziz dan jika yang meriwayatkannya hanya satu
orang disebut Hadits Gharib.
3.2 Saran
Sebagai umat muslim tidak ada salahnya kita mengikuti hadits karena hadits didefinisikan
sebagai perkataan, perbuatan dan ketetapan Rasulullah. Ibnul Qayyim berkata dalam Madarijus
Salikin: “Allah tidak akan mencintaimu kecuali engkau mengikuti Habibullah (Rasulullah)
secara lahir dan batin, membenarkan sabdanya, mentaati perintahnya, menjawab dakwahnya,
mengikuti jalan hidupnya, mendahulukan hukum beliau dibandingkan dengan hukum
lain, mendahulukan cinta kepada beliau diatas cinta kepada yang lain, mendahulukan ketaatan
kepada beliau dibandingkan kepada orang lain. Kalau engkau tidak demikian, maka tidak ada
gunanya. Coba saja lakukan apa yang dapat menggapai cinta Allah menurut caramu sendiri.
Engkau mencari cahaya namun tidak akan mendapatkannya”.
15
DAFTAR PUSTAKA
 Al-Suyuthiy, Thadrib al-Rawiy, juz 2, hal 255
 21 Subhi al-Sholeh, Ulum al-Hadits wa Musthallahulu, ( Beirut : Dar ilmu lil Ilmuyyin,
2006), h. 31. 22 Syaikh Manna al-Qaththan, Pengantar Ilmu Hadits, ( Jakarta Timur : Pustaka
al- Kautsar, 2010), h. 109.
 https://alsofwa.com/266-hadits-hadits-mutawatir-syarat-dan-macam-macamnya/
 https://ahlulhadist.wordpress.com/2007/10/16/hadits-mutawatir/
 https://www.kompasiana.com/roesdy/54f379e3745513a02b6c776c/pembagian-hadis-
berdasarkan-jumlah-periwayat-dan-kualitas?page=all
 https://tebuireng.ac.id/kajian-hadis/mengenal-macam-macam-hadis/
 https://muhfathurrohman.wordpress.com/2013/08/23/hadits-ahad/
 https://almanhaj.or.id/2854-contoh-contoh-hadits-ahad.html
 https://itha911.wordpress.com/kumpulan-makalah-2/klasifikasi-hadits-dari-segi-banyaknya-
rawi/
 https://al-waie.id/takrifat/klasifikasi-as-sunnah-khabar-ahad/
16

More Related Content

What's hot

Makalah paham ahlussunnah waljama
Makalah paham ahlussunnah waljamaMakalah paham ahlussunnah waljama
Makalah paham ahlussunnah waljamaRinoputra Stain
 
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratKaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratArif Arif
 
Muhkam Mutasyabih
Muhkam MutasyabihMuhkam Mutasyabih
Muhkam Mutasyabihqoida malik
 
Kedudukan Hadits Dalam Syari’at Islam dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an
Kedudukan Hadits Dalam Syari’at Islam dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’anKedudukan Hadits Dalam Syari’at Islam dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an
Kedudukan Hadits Dalam Syari’at Islam dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’anRobet Saputra
 
Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)
Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)
Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)Rendra Fahrurrozie
 
Ppt sumber hukum islam
Ppt sumber hukum islamPpt sumber hukum islam
Ppt sumber hukum islamkhumairoh
 
Kedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsKedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsFakhri Cool
 
sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis
sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis
sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis Musyfi'ah Musyfi'ah
 
Presentasi nikah beda agama
Presentasi nikah beda agamaPresentasi nikah beda agama
Presentasi nikah beda agamaMarhamah Saleh
 
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islamMateri soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islamRohman Efendi
 
Ibadah makalah
Ibadah makalahIbadah makalah
Ibadah makalahMeyLiontin
 

What's hot (20)

ilmu Rijalul Hadits
ilmu Rijalul Haditsilmu Rijalul Hadits
ilmu Rijalul Hadits
 
Makalah paham ahlussunnah waljama
Makalah paham ahlussunnah waljamaMakalah paham ahlussunnah waljama
Makalah paham ahlussunnah waljama
 
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratKaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
 
Makalah ijtihad
Makalah ijtihadMakalah ijtihad
Makalah ijtihad
 
Muhkam Mutasyabih
Muhkam MutasyabihMuhkam Mutasyabih
Muhkam Mutasyabih
 
Ppt macam macam tauhid
Ppt macam macam tauhidPpt macam macam tauhid
Ppt macam macam tauhid
 
Hukum Islam
Hukum IslamHukum Islam
Hukum Islam
 
Kedudukan Hadits Dalam Syari’at Islam dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an
Kedudukan Hadits Dalam Syari’at Islam dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’anKedudukan Hadits Dalam Syari’at Islam dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an
Kedudukan Hadits Dalam Syari’at Islam dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an
 
Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)
Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)
Konsep Keluarga dalam Islam - (Secara Ringkas)
 
Ppt tasawuf
Ppt tasawufPpt tasawuf
Ppt tasawuf
 
Ppt sumber hukum islam
Ppt sumber hukum islamPpt sumber hukum islam
Ppt sumber hukum islam
 
Kedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsKedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi Hadits
 
Makalah terbaru STUDI AL-HADIS
Makalah terbaru STUDI AL-HADISMakalah terbaru STUDI AL-HADIS
Makalah terbaru STUDI AL-HADIS
 
sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis
sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis
sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis
 
Power point shalat
Power point shalatPower point shalat
Power point shalat
 
Presentasi nikah beda agama
Presentasi nikah beda agamaPresentasi nikah beda agama
Presentasi nikah beda agama
 
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islamMateri soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
 
Ibadah makalah
Ibadah makalahIbadah makalah
Ibadah makalah
 
IJTIHAD
IJTIHADIJTIHAD
IJTIHAD
 
Thaharah
ThaharahThaharah
Thaharah
 

Similar to Mutawatir dan Ahad

Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai AspeknyaMakalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai AspeknyaRafi Mariska
 
Studi hadis (revisi)
Studi hadis (revisi)Studi hadis (revisi)
Studi hadis (revisi)ridhanur2
 
Qurdist 10 semester2 hadist segi kuantitas
Qurdist 10 semester2 hadist segi kuantitasQurdist 10 semester2 hadist segi kuantitas
Qurdist 10 semester2 hadist segi kuantitasTatik Suwartinah
 
qurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitas
qurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitasqurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitas
qurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitasTatik Suwartinah
 
Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan Kualitasnya
Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan KualitasnyaKlasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan Kualitasnya
Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan KualitasnyaAbdul Fauzan
 
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)DeniKesuma1
 
ulumulhadits-110214072521-phpapp02.pdf
ulumulhadits-110214072521-phpapp02.pdfulumulhadits-110214072521-phpapp02.pdf
ulumulhadits-110214072521-phpapp02.pdfahmadasif16
 
KEL 10 HADITS-1.pptx
KEL 10 HADITS-1.pptxKEL 10 HADITS-1.pptx
KEL 10 HADITS-1.pptxaprilazzahra
 
ulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptx
ulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptxulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptx
ulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptxssuserffaed6
 
Makalah ilmu tentang para rawi fix
Makalah ilmu tentang para rawi   fixMakalah ilmu tentang para rawi   fix
Makalah ilmu tentang para rawi fixKinza_com
 
Sumber Hukum Islam Al-Hadist.ppt
Sumber Hukum Islam Al-Hadist.pptSumber Hukum Islam Al-Hadist.ppt
Sumber Hukum Islam Al-Hadist.pptAnggraini38
 
MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAH
 MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAH MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAH
MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAHLidia Winarti
 
dasar-dasar pengetahuan tentang Hadits Nabiuuuuuu
dasar-dasar pengetahuan tentang Hadits Nabiuuuuuudasar-dasar pengetahuan tentang Hadits Nabiuuuuuu
dasar-dasar pengetahuan tentang Hadits NabiuuuuuuLocked Mount
 

Similar to Mutawatir dan Ahad (20)

PPT KELOMPOK 11.pptx
PPT KELOMPOK 11.pptxPPT KELOMPOK 11.pptx
PPT KELOMPOK 11.pptx
 
Makalah ulumul hadits
Makalah ulumul haditsMakalah ulumul hadits
Makalah ulumul hadits
 
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai AspeknyaMakalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya
 
Studi hadis (revisi)
Studi hadis (revisi)Studi hadis (revisi)
Studi hadis (revisi)
 
Qurdist 10 semester2 hadist segi kuantitas
Qurdist 10 semester2 hadist segi kuantitasQurdist 10 semester2 hadist segi kuantitas
Qurdist 10 semester2 hadist segi kuantitas
 
qurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitas
qurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitasqurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitas
qurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitas
 
Ppt hadits
Ppt haditsPpt hadits
Ppt hadits
 
Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan Kualitasnya
Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan KualitasnyaKlasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan Kualitasnya
Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan Kualitasnya
 
pengantar studi islam
pengantar studi islampengantar studi islam
pengantar studi islam
 
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
 
ulumulhadits-110214072521-phpapp02.pdf
ulumulhadits-110214072521-phpapp02.pdfulumulhadits-110214072521-phpapp02.pdf
ulumulhadits-110214072521-phpapp02.pdf
 
KEL 10 HADITS-1.pptx
KEL 10 HADITS-1.pptxKEL 10 HADITS-1.pptx
KEL 10 HADITS-1.pptx
 
ulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptx
ulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptxulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptx
ulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptx
 
Makalah ilmu tentang para rawi fix
Makalah ilmu tentang para rawi   fixMakalah ilmu tentang para rawi   fix
Makalah ilmu tentang para rawi fix
 
Sumber Hukum Islam Al-Hadist.ppt
Sumber Hukum Islam Al-Hadist.pptSumber Hukum Islam Al-Hadist.ppt
Sumber Hukum Islam Al-Hadist.ppt
 
MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAH
 MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAH MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAH
MAKALAH SUBTANSI, STRATEGI, DAKWAH DI MEKAH
 
Resi Seftiana.docx
Resi Seftiana.docxResi Seftiana.docx
Resi Seftiana.docx
 
Makalah ulmul hadis
Makalah ulmul hadisMakalah ulmul hadis
Makalah ulmul hadis
 
dasar-dasar pengetahuan tentang Hadits Nabiuuuuuu
dasar-dasar pengetahuan tentang Hadits Nabiuuuuuudasar-dasar pengetahuan tentang Hadits Nabiuuuuuu
dasar-dasar pengetahuan tentang Hadits Nabiuuuuuu
 
HADITS
HADITSHADITS
HADITS
 

Recently uploaded

Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 

Mutawatir dan Ahad

  • 1. i MUTAWATIR DAN AHAD Ditujukan untuk Memenuhi Tugas kulia “STUDI HADITS” Dosen pengampu: Bakhrul Huda, M.E.I Penyusun: David sheva julianto ( G04219019 ) Rendi trida kusuma mayora ( G04219064 ) PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
  • 2. ii KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim........... Syukur kehadirat Allah SWTYang maha pengasih lagi maha penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya , yang telah melimpahkan rahmat , hidayah dan inayah- Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta Salam senantiasa terucap dari lisan kami, Lisan umat Nabi Muhammad SAW.Karena kehadiran-Nya telah membawa pencerahan pada alam semesta. Kehadiran-Nya pula menerangkan mana yang baik dan mana yang buruk, serta membawa umat manusia ke jalan yang baik dan terang benderang. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya pengajar mata kuliah Studi Al-quran atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak memiliki kekurangan. Mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak, penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Surabaya, 15 Februari 2020 Penulis
  • 3. iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...................................................................................................................... ii DAFTAR ISI....................................................................................................................................iii BAB I ...............................................................................................................................................4 PENDAHULUAN............................................................................................................................4 1.1 Latar Belakang........................................................................................................................4 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................................4 1.3 Tujuan Masalah......................................................................................................................4 BAB II..............................................................................................................................................5 PEMBAHASAN ..............................................................................................................................5 2.1 Hadits Mutawatir ....................................................................................................................5 A. Pengertian Hadits Mutawatir................................................................................................5 B. Syarat-Syarat Hadits Mutawatir ...........................................................................................5 C. Macam-Macam Hadits Mutawatir........................................................................................6 D. Hukum Hadits Mutawatir.....................................................................................................8 E. Klasifikasi Hadits Mutawatir................................................................................................8 F. Contoh Hadits Mutawatir .....................................................................................................9 2.2 Hadits Ahad ............................................................................................................................9 A. Pengertian Hadits Ahad........................................................................................................9 B. Macam-Macam Hadits Ahad..............................................................................................10 C. Hukum Hadits Ahad...........................................................................................................11 D. Klasifikasi Hadits Ahad .....................................................................................................12 E. Contoh Hadits Ahad ...........................................................................................................12 BAB III...........................................................................................................................................14 PENUTUP......................................................................................................................................14 3.1 Kesimpulan...........................................................................................................................14 3.2 Saran.....................................................................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA .................................................................... Error! Bookmark not defined.
  • 4. 4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata hadits menurut bahasa berarti al-jadid (sesuatu yang baru), lawan kata dari qadim (sesuatu yang lama). Kata hadits juga berarti al-khabar (yaitu sesuatu yang dipecakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. Hadits kemudian didefinisikan sebagai ucapan, perkataan, perbuatan dan ketetapan Rasulullah SAW .Hadits, di lihat dari sudut kuantitas, atau jumlah rawi, diklarifikasikan dengan hadits mutawatir dan hadits ahad. Seluruh umat islam juga sepakat bahwa hadits merupakan salah satu sumber ajaran Islam. Keharusan mengikuti hadits bagi umat Islam (baik berupa perintah maupun larangannya) sama halnya denga kewajiban mengikuti al-Qur’an. Hal ini karena hadits merupakan mubayyin (penjelas) terhadap al-Qur’an, yang karenanya siapa pun tidak akan bisa memahaminya tanpa dengan memahami dan menguasai hadits. Begitu pula halnya menggunakan hadits tanpa al-Qur’an.Karena al-Qur’an merupakan dasar hukum pertama, yang didalamnya berisi garis besar syariat. Dengan demikian, antara hadits dengan al- Qur’an memiliki kaitan sangat erat, untuk memahami dan mengamalkannya tidak bisa dipisah-pisahkan atau berjalan sendiri-sendiri. 1.2 Rumusan Masalah 1. Pengertian Hadits Mutawatir dan Ahad 2. Macam-macam Hadits Mutawatir dan Ahad 3. Klasifikasi Hadits Mutawatir dan Ahad 4. Contoh Hadits Mutawatir dan Ahad 1.3 Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui pengertian Hadits Mutawatir dan Ahad 2. Untuk mengetahui macam-macam Hadits Mutawatir dan Ahad 3. Untuk mengetahui Klasifikasi Hadits Mutawatir dan Ahad 4. Untuk mengetahui contoh Hadits Mutawatir dan Ahad
  • 5. 5 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Hadits Mutawatir A. PengertianHaditsMutawatir Secara bahasa, mutawatir adalah isim fa’il dari at-tawatur yang artinya berurutan.Sedangkan mutawatir menurut istilah adalah hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah banyak orang yang menurut kebiasaan mereka terhindar dari melakukan dusta mulai dari awal hingga akhir sanad.Atau hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang banyak pada setiap tingkatan sanadnya menurut ajak tidak mungkin perawi tersebut sepakat untuk berdusta dan memalsukan hadits, dan mereka bersandarkan dalam meriwayatkan pada sesuatu yang dapat diketahui dengan seperti pendengaran dan semacamnya.Dari definisi tersebut maka terdapat beberapa ciri atau syarat yang bisa disematkan pada hadis Mutawatir, yaitu: diriwayatkan banyak orang, diterima banyak orang, tidak mungkin perawi yang banyak itu bersepakat untuk berdusta, dan hadis itu didapat melalui panca indra. B. Syarat-SyaratHaditsMutawatir 1. Periwayatnya orang banyak Para ulama Hadis berbeda pendapat tentang minimal jumlah banyak pada periwayat Hadis mutawâtir tersebut. Di antara mereka ada yang berpendapat, Abu Thayyib 4 orang (diqiyaskan dengan banyaknya saksi yang diperlukan hakim), Ash-habu’sy- syafi’i berpendapat 5 orang (diqiyaskan jumlah para nabi yang mendapat gelar ulul azmi), atau 10 orang, 40 orang, 70 orang, bahkan ada yang berpendapat 300 orang lebih. Pendapaat yang lebih kuat minimal 10 orang. 2. Jumlah banyak pada seluruh tingkatan sanad Jumlah banyak orang pada setiap tingkatan (thabaqat) sanad dari awal sampai akhir sanad. Jika jumlah banyak tersebut hanya pada sebagian sanad saja, tidak dinamakan mutawatir, tetapi nanti masuk pada Hadis ahad. Kesamaan banyak para periwayat tidak berarti harus sama jumlah angka nominalnya, tetapi yang penting nilai verbalnya sama, yakni sama banyak. Misalnya, pada awal Sanad 2 orang, sanad kedua 3 orang, sanad berikutnya 10 orang, 20 orang dan seterusnya tidak
  • 6. 6 dinamakan mutawâtir. Jika sanad pertama 10 orang, sanad kedua 15 orang, sanad berikutnya 20 orang, 25 orang, dan seterusnya, jumlah yang seperti ini tetap dinamakan sama banyak dan tergolong mutawâtir.1 3. Tercegah sepakat bohong Misalnya jika para perawi dalam sanad itu datang dari berbagai negara yang berbeda, jenis yang berbeda, dan pendapat yang berbeda pula. Sejumlah para periwayat yang banyak ini secara logika mustahil terjadi adanya kesepakatan bohong secara uruf (tradisi). Tetapi jika jumlah banyak itu masih memungkinkan adanya kesepakatan bohong tidaklah mutawâtir. 4. Beritanya bersifat indrawi Maksudnya berita yang diriwayatkan itu dapat didengar dengan telinga atau dilihat dengan mata kepala, tidak disandarkan pada logika akal seperti sifatnya alam yang baru. Sandaran berita secara indrawi maksudnya dapat diindra dengan indra manusia, misalnya seperti ungkapan periwayatan : ‫َا‬‫ن‬ْ‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬ = Kami mendengar [dari Rasulullah bersabda begini] C. Macam-MacamHaditsMutawatir Adapun hadis mutawatir ini umumnya dibagi kedalam dua kategori yaitu, mutawatir lafzhi dan mutawatir ma’nawi.Sedangkan M. Syuhudi Ismail menambahkan satu lagi yaitu mutawatir 'amali, yaitu amalan agama yang dikerjakan Nabi Muhammad lalu diikuti oleh sahabat dan seterusnya hingga sekarang, seperti waktu shalat, jumlah rakaat shalat, adanya shalat id, adanya shalat janazah dan seterusnya. 1. Mutawatir lafzhi: Yaitu hadits yang mutawatir dari sisi lafazh (teks) hadits dan maknanya. Syaikh Muhammad Anwar al-Kashmiri menyebutnya juga dengan hadits tawatur al-Isnad”. Contohnya adalah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: (( ‫من‬ ‫ك‬‫ذ‬َّ‫ب‬ ‫ذ‬‫ي‬ َّ ‫ت‬‫ع‬‫م‬ّ‫د‬‫ا‬ ‫م‬ ‫بوأ‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫امه‬ ‫ق‬ ‫م‬ ‫من‬ ‫نار‬ ‫عل‬ )) ([5]) 1Al-Suyuthiy, Thadrib al-Rawiy, juz 2, hal 255 21 Subhi al-Sholeh, Ulum al-Hadits wa Musthallahulu, ( Beirut : Dar ilmu lil Ilmuyyin, 2006), h. 31. 22 Syaikh Manna al-Qaththan, Pengantar Ilmu Hadits, ( Jakarta Timur : Pustaka al- Kautsar, 2010), h. 109.
  • 7. 7 “Barangsiapa berdusta atas namaku maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. al-Bukhari, Muslim dan yang lainnya) Mutawatir lafzhi menurut para ulama, jumlahnya sangat sedikit, bahkan menurut Ibn Hibban dan al-Hazimi hadis tidak ada.Al-Asqolani menolak pendapat ibn Hibban dan al-Hazimi, menurutnya pandangan yang demikian itu terjadi karena kurang mengetahui jalan-jalan atau keadaan-keadaan para rawi serta sifat-sifatnya yang menghendaki bahwa mereka itu tidak mufakat untuk berdusta. 2. Mutawatir ma’nawi: Yaitu hadits yang mutawatir maknanya, namun lafazh (teks/redaksinya) berbeda. Syaikh al-Kashmiri menyebutnya hadits mutawatir qadr al-musytarak. contohnya adalah hadits-hadits tentang mengangkat tangan ketika berdo’a. telah diriwaytakan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang mengangkat tangan dalam berdo’a sekitar seratus hadits, masing-masing hadits dalam masalah ini (mengangkat tangan ketika berdo’a) menyebutkan bahwa salah satu adab berdo’a adalah mengangkat tangan, akan tetapi dalam kasus yang berbeda-beda, dan setiap kasus tersebut tidak mutawatir. Dan sisi kesamaan antara hadits-2hadits tersebut adalah adanya mengangkat tangan dalam berdo’a. Maka hadits ini menjadi 3 mutawatir kalau dilihat dari keseluruhan jalur riwayat. Demikian juga hadits-hadits tentang ru’yatullah (kaum mukminin akan melihat Allah di Surga), tentang telaga Nabi, dan lain-lain. Hadis-hadis mutawatir ini ini dapat diperoleh pada kitab-kitab hadis para ulamatetapi untuk memudahkan memperoleh dan mengetahuinya terdapat ulama yang secara khusus menulis kitab hadis yang berisi hadis-hadis mutawatir, salah satu diantaranya ialah: al-azhar al-Mutanatsirah fi al Akhbar al-Mutanawatirah karya as-Suyuti yang di dalamnya memuat 112 buah hadis. 22https://alsofwa.com/266-hadits-hadits-mutawatir-syarat-dan-macam-macamnya/ https://ahlulhadist.wordpress.com/2007/10/16/hadits-mutawatir/ https://www.kompasiana.com/roesdy/54f379e3745513a02b6c776c/pembagian-hadis-berdasarkan-jumlah-periwayat- dan-kualitas?page=all
  • 8. 8 D. HukumHaditsMutawatir Hadits mutawatir mengandung ilmu yang harus diyakini yang mengharuskan kepada manusia untuk mempercayainya dengan sepenuh hati sehingga tidak perlu lagi mengkaji dan menyelidiki. Seperti pengetahuan kita akan adanya Makkah Al- Mukarramah, Madinah Al-Munawarah, Jakarta, New York, dan lainnya; tanpa membutuhkan penelitian dan pengkajian. Maka hadits mutawatir adalah qath’I tidak perlu adanya penelitian dan penyelidikan tentang keadaan para perawinya . Al-Hafizh Ibnu hajar al-Asqalani rahimahullah berkata:”Pendapat yang bisa dijadikan pegangan adalah bahwa khabar mutawatir memberikan faidah ilmu dharuri, yaitu ilmu yang mengharuskan manusia untuk meyakininya dan tidak mungkin ia membantahnya (menolaknya). Ada yang mengatakan bahwa ia memberikan faidah ilmu nazhari (ilmu yang didapat melalui proses penelitian dan pengkajian), namun pendapat ini bukanlah pendapat yang kuat. Karena ilmu yang dihasilkan dari khabar mutawatir dapat diketahui juga oleh orang yang tidak memiliki kecakapan untuk meneliti (mengkaji) sebuah hadits seperti orang awam.Karena an-Nazhar (penelitian/pengkajian) adalah penyusunan perkara-perkara yang maklum (sudah diketahui) atau masih bersifat dugaan yang dengannya seseorang sampai kepada ilmu atau dugaan.Dan seorangyang awam tidak memiliki keahlian untuk itu.Maka seandainya khabar mutawatir adalah nazhari niscaya mereka (awam) tidak akan mengetahuinya.” (Nuzhatun Nazhar) E. Klasifikasi HaditsMutawatir Para ahli ushul membagi hadits mutawatir kepada dua bagian yakni mutawatir lafdhy danmutawatir ma’nawy. Haditsmutawatir lafdhy ialah hadits yang diriwayatkan olehorang banyak yang susunan redaksi dan maknanya sesuai benar antara riwayat yang satu dengan yang lainnya. Menurut Abu Bakar Al-Bazzar, hadits tersebut diriwayatkan oleh 40 orang sahabat, dan sebagian ulama mengatakan bahwa hadits tersebut diriwayatkan oleh 62orang sahabat dengan susunan redaksi dan makna yang sama. Hadits mutawatir ma’nawy ialahhadits mutawatir yang rawinya berlain-lainan dalammenyusun redaksi pemberitaan, tetapi berita yang berlain-lainan susunan
  • 9. 9 redaksinya itu terdapat persesuaian pada prinsipnya dengan istilah lain. “Konon Nabi Muhammad SAW tidak mengangkat kedua tangan beliau dalam doa-doa beliau selaindalamdoa shalat istisqa dan beliaumengangkat tangannya hingga Nampak putih kedua ketiaknya.” (HR. Bukhari Muslim). Hadits semacam itutidakkurang dari 30 buah dengan redaksi yang berbeda antara lain hadits-hadits yang ditakhrijkan oleh imam Ahmad, AlHakim dan Abu Daud yang berbunyi:“Konon RasululullahSAW mengangkat tangan sejajar dengan kedua pundak beliau”. Kendatipun hadits-hadits tersebut berbeda-beda redaksinya, namun karena mempunyai qadar mustarak (titik persamaan) yang sama, yakni keadaan beliau mengangkat tangan dikala berdoa,maka hadits mutawatir ma’nawy.4 F. ContohHaditsMutawatir ‫من‬ ‫ك‬‫ذ‬َّ‫ب‬ ‫ذ‬‫ي‬ َّ ‫ت‬‫ع‬‫م‬ّ‫د‬‫ا‬ ‫م‬ ‫بوأ‬ ‫ي‬ ‫ف‬ ‫امه‬ ‫ق‬ ‫م‬ ‫من‬ ‫نا‬ ‫عل‬ “Barangsiapa berdusta atas namaku maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. al-Bukhari, Muslim dan yang lainnya) ‫ن‬َ‫ض‬َ‫ر‬َ‫ا‬َ‫ل‬ َ‫نه‬َ‫ض‬َ‫ر‬َ‫أ‬َ‫س‬ َ‫َنه‬َ‫ن‬َ‫ق‬ َ‫ا‬َ‫أ‬‫ت‬َ‫ى‬ََ‫ن‬َ‫ع‬َ‫ا‬َََ‫ا‬َ‫ح‬َ‫ف‬َ‫ظ‬َ‫ه‬‫ن‬‫ا‬‫ض‬َ‫ا‬َ‫ل‬َ‫ظ‬َ‫ه‬َ‫ا‬ “Semoga Allah melihat seorang yang mendengarkan ucapanku, lalu memahami dan menghapalkannya, kemudian menyampaikan ucapan tersebut”. 2.2 Hadits Ahad A. PengertianHaditsAhad Kata Ahad ( ‫)آحاد‬ bentuk jamak dari ahad ) ‫(أحد‬dengan makna satuan. Menurut istilah hadis ahadadalah : ‫ر‬ِ‫ت‬‫توا‬ُ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ط‬‫رو‬ُ‫ش‬ ْ‫ع‬َ‫م‬ْ‫ج‬َ‫ي‬ ْ‫م‬َ‫ل‬‫ما‬ Hadis yang tidak memenuhi beberapa persyaratan Hadis mutawâtir. Hadits ahad adalah hadits yang diriwayatkan oleh satu, dua,atau sedikit orang yang tidak mencapai derajat mutawatir. Hadits ahad dikategorikan sebagai hadits zhanny as-tsubut.Hadits ahad mempunyai sisi gelap yang memungkinkannya untuk ditolak 4https://itha911.wordpress.com/kumpulan-makalah-2/klasifikasi-hadits-dari-segi-banyaknya-rawi/
  • 10. 10 atau diabaikan dan tidak diamalkan.Kata ahad berarti “satu”.Khabar al-Wāhid adalah kabar yang diriwayatkan oleh satu orang. Namun ulama hadits sependapat bahwa hadits ahad yang maqbul (bisa diterima) dalam arti shahih, bisa digunakan sebagai dasar hukum Islam, dan wajib diamalkan. Adapun yang berkaitan dengan akidah ada beberapa pendapat yang netral, hadits ahad yang telah memenuhi syarat (shahih) dapat dijadikan hujjah / dalil untuk masalah akidah asal hadits tersebut tidak bertentangan dengan al-Qur'an, dan hadits-hadits lain yang lebih kuat, dan tidak bertentangan dengan akal sehat. B. Macam-MacamHaditsAhad Hadis ahad dibagi menjadi tiga jenis yaitu, hadis masyhur, hadis aziz, dan hadis gharib. Hadis Masyhur: Yaitu hadis yang diriwayatkan oleh 3 perowi atau lebih di setiap thobaqohnya dan tidak sampai batas mutawatir. Para ulama fiqih juga menamai hadis masyhur dengan nama “Al-Mustafidl” yaitu suatu hadis yang mempunyai jalan terbatas lebih dari dua dan tidak sampai pada batas mutawatir. Contoh: َّ‫ن‬ِ‫إ‬""‫......الحديث‬ِ‫د‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫ع‬‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ه‬ُ‫ع‬ ِ‫ز‬َ‫ت‬ْ‫ن‬َ‫ي‬ ‫ا‬ً‫ع‬‫ا‬َ‫ز‬ِ‫ت‬ْ‫ن‬‫ا‬ َ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬‫ال‬ ُ‫ض‬ِ‫ب‬ْ‫ق‬َ‫ي‬ َ‫ال‬ َ َّ‫اَّلل‬ Hadis Aziz: Yaitu hadis yang perawinya tidak kurang dari dua orang dalam semua tingkatan thobaqoh. Contoh: ‫ولد‬ ‫من‬ ‫إليه‬ ‫أحب‬ ‫أكون‬ ‫حتى‬ ‫أحدكم‬ ‫يؤمن‬ ‫"ال‬ :‫م‬ّ‫ل‬‫وس‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫ى‬ّ‫ل‬‫ص‬ ‫قوله‬‫الب‬ ‫أجمعين"(رواه‬ ‫والناس‬ ‫ووالده‬ ‫ه‬)‫خاري‬ Hadits Gharib: Yaitu suatu hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi sendirian, atau oleh satu orang rawi saja di setiap thobaqoh. Contoh: )‫عليه‬ ‫(متفق‬ ‫مانوى‬ ‫امرئ‬ ‫لكل‬ ‫وإنما‬ ‫بالنيات‬ ‫األعمال‬ ‫إنما‬ Para ulama berbeda pendapat di dalam menggunakan hadis Ahad.Apabila berhubungan dengan masalah hukum maka menurut jumhur ulama, wajib di amalkan.
  • 11. 11 Akan tetapi sebagian dari golongan Hanafiah me 5 nolak hadis ahad dalam masalah Ammu al-Balwa seperti wudhunya orang yang menyentuh kelamin, begitu juga dalam masalah hukuman had. Sebagian golongan Malikiyah memenangkan Qiyas dari pada hadis ahad ketika bertentangan, padahal menurut para ulama hadis yang benar yaitu bahwasanya hadis ahad yang muttasil (sanadnya bersambung) serta diriwayatkan oleh rowi yang adil itu di terima dalam semua hukum dan dimenangkan daripada Qiyas. Pendapat ini didukung oleh Imam Syafi’i dan Ahmad bin Hanbal, serta para imam-imam hadis, fiqih dan ushul fiqih. C. HukumHaditsAhad Al-Imam Asy Syafi’i berkata dalam kitab beliau Ar Risalah, “Apabila satu orang boleh berbicara dalam suatu cabang ilmu tertentu, bahwa kaum muslimin yang lalu maupun yang sekarang telah bersepakat atas validnya berargumen dengan hadits ahad dan mencukupkan diri dengannya.Dan tidak diketahui seorang pun fuqaha’ dari kaum muslimin kecuali mereka menetapkan validitas argumen dengan hadits ahad.Maka boleh juga untukku menetapkannya Akan tetapi aku berkata, “Aku tidak hafal adanya seorang pun fuqaha kaum muslimin yang berselisih dalam masalah penetapan khabar ahad.”Maksudnya beliau tidak mengetahui adanya perselisihan.Beliau tidak menyatakan dengan tegas adanya ijma sebagai bentuk kehati hatian dan waro’.Tetapi adanya ijma wajibnya menerima kabar ahad telah dinyatakan oleh banyak ulama. Al-Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyyah berkata, “Adapun tingkatan yang kedelapan: Meyakini telah bersepakatnya umat atas hal-hal yang telah diketahui dan diyakini, yaitu dengan menerima hadits-hadits dan menetapkan sifat-sifat Rabb Ta’ala dengannya. Dalam hal ini tidak boleh meragukan suatu khabar yang sedikit penukilnya, yaitu dari kalangan shahabat radhiyallahu ‘anhum. Merekalah yang meriwayatkan hadits-hadits dan sebagian mereka saling bertemu satu sama lain dan saling menerima kabar tersebut, dan tidak ada satupun dari mereka yang mengingkari 5https://tebuireng.ac.id/kajian-hadis/mengenal-macam-macam-hadis/ https://muhfathurrohman.wordpress.com/2013/08/23/hadits-ahad/ https://bbg-alilmu.com/archives/20305
  • 12. 12 riwayat (ahad) tersebut. Kemudian bertemulah mereka dengan segenap tabi’in, dari awal sampai akhir’” (Mukhtashar As Shawa’iq Al Mursalah). Al-Imam Ibn Abdil Barr berkata mengenai khabar ahad dan sikap para ulama terhadapnya, “Seluruh ulama berpegang dengan khabar ahad yang ‘adl dalam masalah aqidah, mereka menetapkan loyalitas dan permusuhan dengan khabar ahad, meyakininya sebagai sumber dalam syariat dan agama, dan seluruh ahlus sunnah bersepakat dalam hal ini.” D. Klasifikasi HaditsAhad Khabar ahad bisa diklasifikasikan menurut beberapa aspek: sanad, penisbatan di akhir sanad dan kualitas kesahihannya. Dari sisi sanad atau jalur periwayatannya, khabar ahad terdiri dari tiga klasifikasi. Pertama: Hadis Masyhur. Definisinya sedikit berbeda antara menurut ulama ushul dan dalam definisi musthalah hadîts.Sebagian ulama ushul, khususnya Hanafiyah yang menjadikan hadis masyhur sebagai klasifikasi tersendiri selain mutawâtir dan ahad.Mereka mendefinisikan al-masyhur adalah hadis yang pada asalnya, yakni pada thabaqat sahabat, bersifat ahad, namun menjadi tawâtur pada dua thabaqat berikutnya. Tidak ada nilainya kemasyhuran setelah dua thabaqat itu 6 E. ContohHaditsAhad ‫إ‬ِ‫ن‬َّ‫م‬‫إ‬‫ا‬‫إ‬‫ا‬‫أن‬ ‫إ‬‫إع‬‫م‬‫ان‬‫إ‬‫ا‬‫ن‬‫ب‬ِ ‫ا‬‫ل‬َّ‫ا‬ِّ‫ن‬‫ا‬‫ا‬‫ت‬ِِ‫ا‬َ‫ان‬‫إ‬‫ا‬‫م‬‫م‬‫ا‬ ‫إ‬‫نع‬‫ا‬‫ل‬‫ما‬ ‫ا‬‫ا‬‫م‬َ‫ا‬‫ا‬ٍ‫اتِن‬‫إ‬‫ا‬َّ‫و‬‫إ‬ َّ ِّ‫ان‬‫إ‬‫ا‬‫م‬‫م‬‫ا‬ ‫ان‬‫إ‬‫ت‬ِ ‫ا‬َِّ‫م‬‫إ‬ ‫بن‬‫ه‬‫إ‬ ‫إ‬‫ل‬َّ‫ا‬ِّ‫دن‬‫إ‬َ‫ا‬ ‫ن‬َّ‫ع‬‫إ‬ ‫ان‬‫إ‬‫ت‬ٍِ ‫ا‬ ِ ‫ان‬‫إ‬ َّ‫م‬ِ‫ى‬‫دن‬‫إ‬َ‫ا‬ ‫ِن‬‫ة‬ِ ‫إ‬‫َّل‬ْ‫ا‬ِ‫ن‬َّ‫إل‬‫م‬‫ا‬ ‫ن‬‫ا‬‫ة‬َّ ‫إ‬َ‫ا‬ ‫ن‬‫إ‬‫ل‬‫إ‬ْ‫ا‬‫إ‬ِ‫ان‬‫إ‬‫ا‬‫دن‬‫إ‬َ‫ا‬ ‫ِن‬‫ة‬ِ ‫إ‬‫َّل‬ْ‫ا‬‫ت‬‫إ‬‫ا‬ “Sesungguhnya amal itu dengan niat, dan sesungguhnya bagi masing-masing orang apayang dia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya kepada dunia yangakan ia dapatkan atau kepada perempuan yang akan dia nikahi maka (hasil) hijrahnya adalah apa yang dia niatkan”. [Muttafaqun ‘alaih]. ‫ق‬َ‫ا‬ََ‫ق‬ََََََ‫ق‬ َ‫قا‬ ََِ‫ف‬‫ق‬َََّ ‫ن‬َ‫ض‬َ ‫ق‬ َ‫ل‬َ‫ا‬َ‫ه‬‫ق‬ َ‫ا‬َ‫ق‬‫ق‬‫ا‬‫م‬ َ َ‫ح‬ َ َ‫قلي‬َ‫ْل‬َِ‫ا‬‫ل‬‫ق‬َ‫م‬َ‫ا‬َ‫ح‬ َ‫قه‬َََ‫م‬َ‫ا‬َ‫ق‬‫ق‬‫ا‬ ََ‫قل‬ َ‫ا‬َ‫أ‬‫ق‬َ ََ‫قل‬‫ا‬‫إ‬‫ا‬‫ا‬‫ح‬ ََ‫َق‬‫إ‬‫ن‬َ‫ا‬‫ق‬ َ‫نم‬َ‫ا‬ََ َ‫قه‬َ ََ‫قل‬‫ا‬‫إ‬‫ا‬‫ا‬‫ح‬ ََ‫ق‬‫َل‬‫و‬َ‫ا‬َ‫ا‬‫ا‬‫ه‬‫ق‬ ََِ‫ف‬ َ‫قه‬‫ا‬ ََ‫قل‬ َّ َ َ‫َل‬َ‫ل‬‫ن‬‫ا‬ ‫نِن‬َ‫ه‬َ‫ه‬ ََ‫ق‬َ‫م‬ َ‫ا‬َ‫أ‬ َ‫قه‬َِ َ‫ا‬ََ‫ل‬ َ‫قه‬ََّ‫َن‬َ َََ‫قل‬َ ‫َن‬‫ى‬َََ َ‫نقه‬‫إ‬ “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Islam dibangun diatas lima asas (yaitu) syahadat (persaksian) bahwa tidak Ilah yang hak kecuali Allah dan 6https://al-waie.id/takrifat/klasifikasi-as-sunnah-khabar-ahad/
  • 13. 13 syahadat bahwa Muhammad itu Rasulullah, mendirikan shalat, memberikan zakat, haji dan puasa ramadlan (dalam riwayat lain puasa Ramadlan baru haji)”7 7https://almanhaj.or.id/2854-contoh-contoh-hadits-ahad.html
  • 14. 14 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Hadits berdasarkan jumlah perawi terbagi menjadi dua,yaitu : Mutawatir dan Ahad. Hadits mutawatir adalah hadits yang di riwayatkan oleh banyak orang pada seluruh sanad, banyaknya menurut kebiasaan tidak mungkin sepakat bohong. Syarat hadits mutawatir ada 4 yaitu 1) perawinya banyak, 2) banyaknya perawi pada seluruh sanad, 3) banyaknya tidak mungkin sepakat bohong menurut adat kebiasaan dan 4) pada masalah indrawi bukan ahli. Hadits mutawatir terbagi menjadi dua yaitu mutawatir lafdzi dan mutawatir maknawi. Mutawatir lafdzi adalah lafal maknanya sama dengan mutawatir maknawi adalah mutawatir secara makna. Hadits Ahad adalah Hadits yang tidak memenuhi beberapa persyaratan Hadits mutawatir yakni Hadits yang perawinya tidak banyak atau banyak tetapi tidak pada seluruh sanad atau banyak tetapi masih memungkinkan bohong menurut tradisi. Hadits Ahad terbagi menjadi 3 macam, jika jumlah perawi 3 orang atau lebih tetapi tidak mencapai mutawatir disebut Hadits masyhur, jika yang meriwayatkannya 2 orang disebut Hadits Aziz dan jika yang meriwayatkannya hanya satu orang disebut Hadits Gharib. 3.2 Saran Sebagai umat muslim tidak ada salahnya kita mengikuti hadits karena hadits didefinisikan sebagai perkataan, perbuatan dan ketetapan Rasulullah. Ibnul Qayyim berkata dalam Madarijus Salikin: “Allah tidak akan mencintaimu kecuali engkau mengikuti Habibullah (Rasulullah) secara lahir dan batin, membenarkan sabdanya, mentaati perintahnya, menjawab dakwahnya, mengikuti jalan hidupnya, mendahulukan hukum beliau dibandingkan dengan hukum lain, mendahulukan cinta kepada beliau diatas cinta kepada yang lain, mendahulukan ketaatan kepada beliau dibandingkan kepada orang lain. Kalau engkau tidak demikian, maka tidak ada gunanya. Coba saja lakukan apa yang dapat menggapai cinta Allah menurut caramu sendiri. Engkau mencari cahaya namun tidak akan mendapatkannya”.
  • 15. 15 DAFTAR PUSTAKA  Al-Suyuthiy, Thadrib al-Rawiy, juz 2, hal 255  21 Subhi al-Sholeh, Ulum al-Hadits wa Musthallahulu, ( Beirut : Dar ilmu lil Ilmuyyin, 2006), h. 31. 22 Syaikh Manna al-Qaththan, Pengantar Ilmu Hadits, ( Jakarta Timur : Pustaka al- Kautsar, 2010), h. 109.  https://alsofwa.com/266-hadits-hadits-mutawatir-syarat-dan-macam-macamnya/  https://ahlulhadist.wordpress.com/2007/10/16/hadits-mutawatir/  https://www.kompasiana.com/roesdy/54f379e3745513a02b6c776c/pembagian-hadis- berdasarkan-jumlah-periwayat-dan-kualitas?page=all  https://tebuireng.ac.id/kajian-hadis/mengenal-macam-macam-hadis/  https://muhfathurrohman.wordpress.com/2013/08/23/hadits-ahad/  https://almanhaj.or.id/2854-contoh-contoh-hadits-ahad.html  https://itha911.wordpress.com/kumpulan-makalah-2/klasifikasi-hadits-dari-segi-banyaknya- rawi/  https://al-waie.id/takrifat/klasifikasi-as-sunnah-khabar-ahad/
  • 16. 16