5. PENGERTIAN
~BAHASA : mutawatir isim fa’il dari at-tawatur memilki makna yang
sama dengan mutataabi’ (املتتابع) yang artinya beriringan, berturut-turut
atau beruntun.
~ISTILAH :
اَمُﻩَﺍﻭَﺭُلْيََِت ُعََْجﺍﻟءَﺎﺩﺓﻌَوَتﺍَلَع ْمُهُؤُطىﺍْنِم ْمِهِلْثِم ْنَع ِبِذَكْل
ﺍ ِﻝََّﻭَﺍدِنْسُمْلِﺍاَهَتْنِم ََلُﻩ
Hadits mutawatir ialah hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi
yang menurut adat, mustahil mereka sepakat untuk berdusta, mulai awal
sampai akhir mata rantai sanad,pada setiap tabaqat (generasi).
6. Mahmud at-Tahhan dalam bukunya Tafsir fii Mustalah al-Hadits,
menyatakan:
ُؤُط اَوَت ةَادَالع ُلْيَُِت ثرَكدَدَع ُاهَوَارَمِبِذَكْلا ىَلَع ْمُه
“Hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi secara tradisi”
Menurut Abuu Ya’laa al-Muusilli at-Tamimi, hadits mutawatir adalah:
َْم ْنَع ٌرَبَخ َوُه ِرِت اَوَتُمْلا ُرْيَْاْلَفَب ٌةَاعَََج ِهِب َرَبَْخأ ٍسْوُسِِف اْوُغَل
َوَت ُةَادَعْلا ُلْيَُِت اًغَلْبَم ِةَرْيِثَكْلاِهْيِف ِبِذَكْلا ىَلَع ْمُهُؤُطا
“Suatu hadits hasil tanggapan dari panca indera, yang diriwayatkan
oleh sejumlah rawi, yang menurut adat kebiasaan mustahil mereka
berkumpul dan bersepakat dusta”
7. Dalam ilmu Hadits maksudnya ialah hadits yang
diriwayatkan dengan banyak sanad yang
berlainan rawi-rawinya serta mustahil mereka itu
dapat berkumpul jadi satu untuk berdusta
mengadakan hadits itu.
8. 1.Diriwayatkan Oleh Banyak Perawi
Para perawi hadits mutawatir syaratnya harus berjumlah
banyak. Para ulama hadits mempunyai perbedaan
pendapat tentang menentukan seberapa banyak perawi
yang harus meriwayatkan sebuah hadits sehingga
dikatakan sebagai hadits mutawatir. Dalam hal ini para
ulama’ berbeda pendapat tentang berapa jumlah perawi
minimalnya, ada yang mengatakan minimal 4, 5, 10, 12,
20, 40, dan ada yang mengatakan minimal 70 orang.
Imam As-Suyuthi memilih yang pertama, yakni 10 orang.
SYARAT/KRITERIA
9. • Abu Bakar al-Sairy menyatakan bahwa hadits ini diriwayatkan
oleh 40 sahabat secara marfu’
• Ibnu Shalkah berpendapat bahwa hadits ini diriwayatkan oleh
62 sahabat, termasuk didalamnya adalah 10 sahabat yang
dijamin masuk Surga.
• Ibrahim al-Haraby dan Abu Bakar al-Bazariy berpendapat
bahwa hadits ini diriwayatkan oleh 450 sahabat.
10. • Abu Qasim ibn Manduh berpendapat bahwa hadits ini
diriwayatkan oleh lebih dari 80 (delapan puluh) sahabat.
• Sebagian lagi mengatakan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh
lebih dari 100 (seratus) bahkan 200 (duaratus) sahabat.
• Zainuddin Al-Iraqi, hadits ini (selafadz) telah diriwayatkan lebih
dari 70 orang shahabat, tapi yang semakna dengan hadits ini
diriwayatkan oleh 200 orang sahabat sebagaimana yang
dikatakan Imam An-Nawawi.
11. 2.Adanya Keseimbangan Antar Perawi Pada
Thabaqat Pertama Dengan Thabaqat Berikutnya
Artinya jika salah satu dari tingkatan tersebut ada
yang tidak mencapai jumlah minimal yang
ditetapkan, maka sanad tersebut tidak dikatagorikan
sanad mutawatir, tetapi disebut sanad ahad.
12. 3.Mustahil Bersepakat Bohong
Berdasarkan jumlah perawi yang banyak, maka periwayatan
suatu hadits ini secara logika sangat sulit untuk bersepakat
berbohong dalam periwayatannya, karena mengingat bahwa
hadits yang diriwayatkan tersebut dalam jumlah yang
banyak. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa kuantitas
bukan merupakan suatu hal yang mutlak ketika hadits
dikatakan mutawatir atau bukan, karena realitas yang ada
sekarang ini para periwayat haditspun masih ada
kemungkinan untuk berbohong dalam periwayatannya.
13. 4. Berdasarkan Tanggapan Pancaindera
Maksudnya adalah berita yang disampaikan itu merupakan hasil dari
sesuatu yang didengar dengan telinga, dilihat dengan mata, dan bukan
merupakan hasil yang disandarkan pada logika atau akal belaka.
Sehingga, apabila berita tersebut merupakan hasil dari pemikiran atau
logika suatu peristiwa dan bukan merupakan hasil istinbath, maka hadits
tersebut tidak dapat dikatakatan sebagai hadits mutawatir. Hadits itu
berdasarkan tanggapan pancaindera, misalnya ungkapan periwayatan :
مسعنا= Kami mendengar (dari Rasulullah bersabda begini)
ايناراوملسنا = Kami sentuh atau Kami melihat (Rasulullah melakukan
begini dan seterusnya)
14. Mutawatir Lafdhy1
Yang dimaksud dengan hadits mutawatir lafdzhi menurut Mahmud at-
Tahhan ialah :
َوَت اَمﺍَرَتَﺍﻭِﺭ ْﺕٍظْفَل ىَلَع َهُتَيَﺍﻭِحٍد
“Hadits mutawatir lafzhi ialah hadits yang kemutawatiran perawinya
masih dalam satu lafal”
Menurut Ibnu Sholah yang pendapatnya diikuti Imam An-Nawawi bahwa
hadits mutawatir lafdzi sedikit sekali jumlahnya dan sulit diberikan
MACAM
15. Menurut Zainuddin Al-Iraqi, hadits ini (selafadz) telah
diriwayatkan lebih dari 70 orang shahabat, tapi yang semakna dengan
hadits ini diriwayatkan oleh 200 orang sahabat sebagaimana yang
dikatakan Imam An-Nawawi.
Jadi jika ditemukan sejumlah besar perawi hadits berkumpul
untuk meriwayatkan dengan berbagai jalan, yang menurut adat
kebiasaan mustahil mereka bersepakat untuk berbuat dusta, maka nilai
yang terkandung di dalamnya termasuk “ilmu yakin” artinya meyakinkan
bagi kita bahwa hadits tersebut telah di sandarkan kepada yang
menyabdakannya, yaitu Rasulullah saw.
16.
17. Keterangan:
1) Hadits ini diriwayatkan orang dari jalan seratus sahabat Nabi
SAW.
Dalam men-sikapi hadits ini, para ahli berbeda-beda dalam
memberikan komentar, diantaranya ialah:
• Abu Bakar al-Sairy menyatakan bahwa hadits ini diriwayatkan
oleh 40 sahabat secara marfu’
• Ibnu Shalkah berpendapat bahwa hadits ini diriwayatkan oleh
62 sahabat, termasuk didalamnya adalah 10 sahabat yang
dijamin masuk Surga.
18. • Ibrahim al-Haraby dan Abu Bakar al-Bazariy
berpendapat bahwa hadit ini diriwayatkan oleh 450
sahabat.
• Abu Qasim ibn Manduh berpendapat bahwa hadits ini
diriwayatkan oleh lebih dari 80 (delapan puluh) sahabat.
• Sebagian lagi mengatakan bahwa hadits ini diriwayatkan
oleh lebih dari 100 (seratus) bahkan 200 (duaratus)
sahabat.
19. 2) Lafadz yang orang ceritakan hampir semua
bersamaan dengan contoh tersebut tersebut, diantaranya
ada yang berbunyi begini :
21. Dan ada lagi begini :
(Hakim)
Maknanya semua sama. Perbedaan lafadz itu timbulnya boleh jadi
karena Nabi mengucapkannya beberapa kali.
22. 3) Dari ketiga contoh itu, tahulah kita bahwa
yang dinamakan Mutawatir Lafdzi tidak mesti
lafadznya semua sama betul-betul.
4) Hadits tersebut diriwayatkan oleh
berpuluh-puluh imam ahli hadits, diantaranya:
Bukhari, Muslim, Darimy, Abu Dawud, Ibnu
Majah, Tarmidzi, Ath-Tajalisy, Abu Hanifah,
Thabarani dan Hakim.
23. Gambaran sanadnya dari 10 imam yang tersebut, kalau kita susun akan terdapat
begini :
Al-bukhari
(1)
Musa
Abu ‘Awanah
Abu Hushain
Abu Shalih
Abu Hurairah
Muslim
(2)
‘Ali Ibn Al-hidjr
‘Ali Ibn Musir
Muhammad Ibn Qais
‘Ali Ibn Rabi’ah
Al-mughirah
Ad-Darimy
(3)
Muhammad Ibn Isa
Haitsam
Abu Zubair
Zabir
Abu Dawud
(4)
‘Amr Ibn ‘Aun
Musaddad
Wabrah
‘Amir
‘Abdullah Ibn Az-
zubair
Az-zubair
Ibnu Majah
(5)
Muhammad Ibn Ramh
Al-laits
Ibnu Shihab
Anas
At-Tirmidzi
(6)
Abu Hisyam
Abu Bakar Ibn
Ajjaz
‘Ashim
Zirr
Ibnu Mas’ud
Ath-Thajalisy
(7)
Abdurrahman
Abi Zinad
Amir Ibn Sa’ied
Utsman
Abu Hanifah
(8)
‘Athijah
Abi Sa’ied Al-
khudri
Ath-Thabarani
(9)
Abu Ishaq
Ibrahim
Nubaith Ibn
Syarieth
Al-hakim
(10)
Abul Fad-l Ibn
Al-husain
Muhammad Ibn A.
Wahhab
Ja’far Ibn ‘Aun
Abu Hajjan
Jazid Ibn Hajjan
Zaid Ibn Arqam
5) Cobalah perhatikan 10 gambaran sanad di atas, diantara rawi-rawinya tidak ada
seorang pun yang sama, semua berlainan.
24. 6) Selain dari hadits tersebut, ada banyak lagi
yang temasuk dalam mutawatir lafdzi,
sebagaimana kata imam Sayuti
Berikut ini disebutkan enam haditst :
َوَف ْ
ِِتَلاَقَم َعَِمس اًرْمَا ُهللا َرَضَناَهَغَلَبَو اَهَظِفَحَو اَاهَع(اهور
الرتميذي)
Artinya : Mudah-mudahan Allah akan berbuat
baik kepada orang yang mendengar sabdaku,
lalu ia peliharanya dan menjaganya serta
menyampaikannya (kepada manusia) (HR.
Turmudzi)
30. ( َّنِإَم ََلْسِْاْلاًبْيِرَغُيعودهَسَوًبْيِرَغا(الدارمي اهور
Artinya : Sesungguhnya agama Islam itu timbul dengan keadaan asing
dan akan kembali dengan asing (juga) (HR. Darimi)
( ُهَل َقِلُخ اَمِل ٌرَّسَيُم ٌلُك(البخاري اهور
Artinya : Tiap-tiap orang dimudahkan kepada apa yang sudah ditakdirkan
baginya (HR. Bukhari)
31. 7) Mutawatir Lafdzi ini sebenarnya tidak termasuk dalam
pembelajaran ilmu haditst, karena rawi-rawi yang menceritakan
haditst itu tidak perlu diperiksa dan dibahas lagi, sebab tida syarat
Mutawatir 37 sudah memadai untuk menetapkan keyakinan kita
akan benarnya dari Nabi SAW.
32. 2 Mutawatir Ma’nawy
ُهَنْعَمَرَاتَوَاتَمْفَل َنْوُدِهِظ
“hadits yang mutawatir maknanya, bukan lafalnya”.
Hadits mutawatir yang berasal dari beberapa hadits yang
diriwayatkan dengan lafadz berbeda tetapi apabila dikumpulkan
mempunyai makna umum yang sama.
33. Ada pula yang mengatakan :
ِحَتْسَي ٌةَاعَََج َلِقْنَي ْنَأَوُهْلا ىَلَع ْمُهُؤُطاَوَت ُلْيِبِذَك
َف ًةَفَادَصُم ْمُهْنِم ُهُعْوُقُوَوُْم َعِائَقَو اْوُلِقَتْنَيًةَفِلَت
ُم ٍرَْمأ ِِف َّنُهَّلُك ُكَِرتْشَتٍَّّيَع
“hadits yang dinukilkan oleh sejumlah orang yang mustahil mereka
sepakat berdusta atau karena kebetulan. Mereka menukilkan
dalam berbagai bentuk, tetapi dalam satu masalah atau
mempunyai titik persamaan”
36. Menurut penelitian al-Syuyuti Hadits yang semakna dengan
hadits ini telah diriwayatkan dari Nabi sekitar 100 macam
hadits tentang mengangkat tangan ketika berdo’a dalam
berbagai kesempatan. Dan setiap hadits tersebut berbeda
kasusnya dari hadits yang lain. Sedangkan setiap kasus
belum mencapai derajat mutawatir. Namun bisa menjadi
mutawatir karena adanya beberapa jalan dan persamaan
antara hadits-hadits tersebut, yaitu tentang mengangkat
tangan ketika berdo’a.
37. 3 Mutawatir Amaly
Perbuatan dan pengamalan syari’ah islamiyah yang dilakukan Nabi
SAW secara terbuka atau terang-terangan yang kemudian
disaksikan dan diikuti oleh para sahabat. Pendapat para ulama
yang mengatakan bahwa:
َتَوِةَرْوُرَضاالِب ِنْيِالد َنِم َمِلُع اَمَْْيِمِلْسُْملا َْْيَبَرِاتَوَّ َِِّبنال ْنَأ
ُهَلَعَف َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهللا ىَّلَصَكِلَذ َرْيَغ َْوأ ِهِبَرََمأ َْوأ
“Sesuatu yang diketahui dengan mudah bahwa ia dari agama dan
telah mutawatir dikalangan umat muslim (orang islam) bahwa Nabi
SAW mengajarkannya atau menyuruhnya atau selain itu”.
39. Contoh(2):
Salat maghrib tiga rakaat.
Keterangan :
1. Satu riwayat menerangkan, bahwa dalam hadlar (negeri sendiri) nabi
sembahyang tiga rakaat.
2. Satu riwayat menunjukkan, bahwa dalam safar nabi sembahyang maghrib tiga
rakaat.
3. Satu riwayat membayangkan bahwa di Mekkah nabi sembahyang maghrib tiga
rakaat.
40. 4. Satu riwayat mengatakan nabi sembahyang maghrib di
Madinah tiga rakaat.
5. Satu riwayat mengabarkan, bahwa sahabat sembahyang
maghrib tiga rakaat., diketahui oleh nabi. Dll.
~Semua cerita tersebut ceritanya berlainan, tetapi maksudnya satu
yakni menunjukkan dan menetapkan bahwa sembahyang maghrib
itu tiga rakaat~
41. Mayoritas ulama’ berpendapat bahwa keyakinan yang diperoleh dari
hadits mutawatir, sama kedudukannya dengan keyakinan yang diperoleh
melalui kesaksian langsung dengan panca indra. , oleh karena itu ia
berfaidah sebagai ilmu dharuri (pengetahuan yang mesti diterima),
sehingga membawa keyakinan yang qat’i. oleh karena itu petunjuk yang
diperoleh dari hadits mutawatir wajib dilaksanakan.
HUKUM
42. Haditst mutawatir itu mengandung nilai “dlaruriy”. Yakni suatu
keharusan bagi manusia untuk mengakui kapasitas kebenaran
suatu haditst, seperti halnya seseorang yang telah menyaksikan
suatu kejadian dengan mata kepala sendiri. Semua haditst
mutawatir bernilai maqbul (dapat diterima sebagai dasar hukum)
dan tidak perlu lagi diselidiki keadaan perawinya.
NILAI
46. Di kalangan para ulama’ terdapat berbagai macam pendapat mengenai hadits
mutawatir ini. Mereka berbeda-beda dalam memberikan tanggapan, sesuai dengan
disiplin ilmu yang mereka miliki, diantaranya adalah :
1.Ahli hadits mutaqaddimin, tidak terlalu mendalam dalam memberikan bahasan,
sebab hadits mutawatir itu pada hakikatnya tidak dimasukkan ke dalam pembahasan
masalah-masalah, seperti:
a.Ilmu Isnad yaitu ilmu matarantai sanad, artinya sebuah disiplin ilmu yang hanya
membahas masalah shahih dan tidaknya, diamalkan dan tidaknya suatu hadits.
b.Ilmu Rijal Al-Hadits, artinya semua pihak yang terkait dengan persoalan
periwayatan hadits dan metode penyampaiannya.
PENDAPATULAMA
47. Oleh sebab itu, jika status hadits itu mutawatir, maka kebenaran didalamnya
wajib diyakini dan semua isi yang terkandung didalamnya wajib diamalkan,
sekalipun diantara para perawinya orang kafir.
2. Ahli hadits mutaakhirin dan ahli Ushul berpendapat bahwa hadits dapat
disebut dengan mutawatir jika memiliki kriteria-kriteria atau syarat-syarat
sebagaimana yang telah dijelaskan diatas.
48. Korelasi hadits Mutawatir dengan kualitas hadits
Sebagian ulama mengatakan bahwa hadits mutawatir hanya dikaji dari segi
jumlah perawinya saja dan tidak tertuju pada kajian kualitas dari perawi
tersebut. Sehingga hadits mutawatir tidak termasuk ke dalam pembahasan
ilmu hadits, ini disebabkan bahwa ilmu hadits menilai shahih atau tidaknya
suatu hadits dilihat dari para perawi dan cara penyampaian periwayatannya.
Sedangkan dalam hadits mutawatir, kualitas pribadi para perawinya tidak
dijadikan acuan atau sasaran pembahasan. Dengan demikian, maka hadits
mutawatir tidak membutuhkan kajian tentang isnad dikarenakan yang
dibutuhkan hadits mutawatir hanya jumlah atau kuantitas bukan kualitas
perawinya.
KORELASI
49. Ada beberapa riwayat yang ditunjukkan untuk membuktikan bahwa hadits
mutawatir tidak berdasarkan pada kualitas perawi, yaitu riwayat tentang
hadits berdusta atas nama Nabi :
َنََّثدَح ربيَالغ دْيَبُع ِنْب دَّمَُم اَنََّثدَوحَع ّْيَصُح ْ َِِبأ ْنَع ةَناَوَع ْوَُبأ ااِب ْن
ِهللا ُلْوُسَر َالَق َالَق ةَرْيَرُه ِأِب ْنَع حِالَصصلىْنَم وسلم ِهْيَلَع ُهللاَبَذَك
ِم ُهَدَعْقَم ْأَّوَبَتَيْلَف اًدِمَعَتُم َّيَلَعِرَّانال َن
“Imam Muslim menyatakan, telah menyampaikan kepada kami (dengan
menggunakan metode sama) dari Muhammad bin Ubaid al-Ghobiri, telah
menyampaikan kepada kami dari Abu ‘Awanah dari Husain dari Abi Salih
dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa
berdusta atas namaku secara sengaja, maka bersiap-siaplah menduduki
kedudukannya di dalam neraka” (HR. Muslim)
Hadits tersebut merupakan hadits mutawatir dan berstatus shahih.
50. Sebagian ulama telah mengumpulkan hadits-hadits mutawatir dalam sebuah kitab
tersendiri. Diantara kitab-kitab tersebut adalah :
• Al-Azhar Al-Mutanatsirah fi Al-Akbar Al-Mutawatirah, karya As-Suyuthi. Dalam
kitab tersebut, As Suyuthi menyusun bab demi bab dan setiap hadits diterangkan
sanad-sanadnya yang dipakai oleh pentakhrijnya.
• Qathf Al-Azhar, karya As-Suyuthi, ringkasan dari kitab diatas.
• Al-La’ali’ Al-Mutanasirah fi Al-Hadits Al-Mutawatirah, karya Abu Abdillah
Muhammad bin Thulun Ad-Dimasyqi.
KITAB
51. • Nazm Al-Mutanasirah min Al-Hadits Al-Mutawatirah, karya
Muhammad bin Ja’far Al-Kattani.
• thaf Dzawil Fadha’il al-Musythahirah bi Maa Waqaa’ min Ziyadah
‘Alaa al-AzharAl-Mutanasirah min Al-Hadits Al-Mutawatirah, karya
ustadz Syeikh Abdul ‘Aziz al-Ghammari.
• Luqt al-Liaalii Al-Mutanasirah fi Al-Hadits Al-Mutawatirah, karya Abii
al-Faidh Muhammad Murtadhaa al-Husainii az-Zubaidii al-Misri.