SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Takhrij Hadis dan Metode-Metodenya




                  Oleh:
          Early Ridho Kismawadi
              11 EKNI 2364



           Dosen Pembimbing:

       Prof. Dr. H. Nawir Yuslem, MA




     PROGRAM PASCASARJANA
  INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
        SUMATERA UTARA
              MEDAN
           2013 M/1433 H



                                       1
Hadis Dhaif

1. Pendahuluan
         Dhaif menurut bahasa adalah lawan dari kuat, Dhaif ada dua macam yaitu
lahiriah dan maknawiyah, sedangkan yang dimaksud disini adalah dhaif maknawiyah.
         Hadis dhaif menurut istilah adalah hadis yang didalamnya tidak didapati
syarat hadis shahih dan tidak pula didapati syarat hadis hasan.1 Senada dengan
Mannan Al Qathan menurut T.M.Hasbi Ash-Shiddieqy hadis dhaif adalah

                                 2



Hadis yang tidak terdapat sifat hadis shahih dan tidak pula terdapat sifat hadis
hasan.
         Mengetahui kriteria suatu hadis diperlukan untuk menentukan suatu hadis
dapat digunakan untuk dalil atau tidak boleh sebab itu dalam makalah kali ini akan
dibahas tentang hadis dhaif meliputi, Kriteria dan Macam-macam Hadis Dhaif,
Hadis-hadis daif ditinjau dari segi terputusnya sanad Hadis-hadis daif ditinjau dari
segi cacat perawi, dan Hukum Meriwayatkan dan Mengamalkan Hadis dhaif
2. Kriteria dan Macam-macam Hadis Dhaif
         Sebab-sebab kedaifan ketika diteliti kembali kepada dua hal pokok yaitu:
Ketidakmuttashilan sanad, dan Selain ketidakmuttashilan sanad seperti; cacatnya
seorang atau beberapa rawi3. Fatchur Rahman mengutip pendapat al-„Iraqi, bahwa
hadis adaif bisa dibagi menjadi 42 bagian dan sebagian ulama mengatakan bahwa
hadis adaif terdiri atas 129 macam, bahkan bisa lebih dari itu.4


         1
             Manna al qathan, Pengantar Studi Ilmu Hadis, (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2004), h. 129.
         2
          T.M.Hasbi Ash-Shiddieqy, Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadits, (cet.VII; Jakarta : Bulan
Bintang, 1987), Jilid I, h. 220
         3
             A. Qadir Hasan, Ilmu Mushthalaha al-Hadits. (cet. III; Bandung: CV. Diponegoro, 1987)
h. 91
         4
             Fathur Rahman, Ikhstisar Mushthalahul Hadits. (cet.VIII; Bandung : PT.Almaarif, 1995), h.
140.




                                                                                                         2
3. Hadis-hadis daif ditinjau dari segi terputusnya sanad
a. Hadis Mursal
         Hadits mursal yaitu: hadits yang dimarfu‟kan oleh seoarng tabi‟iy kepada
rasul SAW., baik berupa sabda, perbuatan maupun taqrir, dengan tidak menyebutkan
orang yang menceritakan kepadanya: contoh hadis berikut ini:




         Abdullah bin Abi Bakr pada hadis di atas merupakan seorang Tabi‟i,
sedangkan seorang tabi‟I tidak semasa dan tidak bertemu dengan Nabi Saw. Akan
tetapi di tidak menyebutkan orang yang mengabarkan kepadanya sehingga dinamakan
mursal
b. Hadis Munqathi’
         Hadits munqathi yaitu dalam sanadnya gugur satu orang perawi dalam satu
tempat atau lebih, atau didalamnya disebutkan seorang perawi yang mubham. Dari
segi gugurnya seorang perawi ia sama dengan hadits mursal. Hanya saja, kalu hadis
mursal gugurnya perawi dibatasi oelh tingkatan sahabat, sementara dalam hadits
munqathi seperti itu.Jadi setiap hadits yang sanadnya gugur satu orang perawi baik
awal, ditengah ataupun diakhir- disebut munqathi.

Dari Abdur Razzaq: dari At Tsauri: dari Abu Ishaq: dari Zaid bin Yatsi‟: dari
Hudzaifah, secara marfu‟: „Kalau kalian menjadikan Abu Bakar sebagai pemimpin,
sungguh dia itu kuat dan terpercaya
         Dalam hadits terputus sanadnya pada 2 tempat.Pertama, Abdur Razzaq tidak
mendengar dari At Tsauri. Yang benar, Abdur Razzaq meriwayatkan dari Nu‟man bin
Abi Syaibah Al Janadi dari Ats Tauri. Kedua, Ats Tsauri tidak mendengar dari Abu
Ishaq. Yang benar, Ats Tsauri mendengar dari Syuraik dari Abu Ishaq




                                                                                 3
c. Hadis Mu’dhal
       Yaitu hadis dari sanadnya gugur dua atau lebih perawinya secara
berturutturut.hadits ini sama, bahkan lebih rendah dari hadits munqathi. Sama dari
segi keburukan kualitasnya,




       Imam syafi‟I berkata, telah menceritakan kepada kami, said ibn salam, dari
ibn juraij bahwa nabi Muhammad apabila melihat baitullah beliu mengangkat kedua
tangannya5.
       Ibnu Juraij dalam sanad diatas adalah tidak sezaman dengan nabi, bahkan
masanya itu dibawah tabi‟in, sehingga ia disebut tabi‟it tabi‟in, yakni pengikut
tabi‟in. jadi antara juraij dengan rasulullah SAW ada dua perantara yaitu shahabat dan
tabi‟in. karena kedua orang ini( sahabat dan tabi‟in ) tidak disebutkan ditengah sanad
ini maka periwayatan hadits diatas disebut mu‟dhal.
d. Hadis Mudallas
       Kata Muddalas adalah isim maf‟ul dari tadlis, yang secara etimologi berarti
“Menyembunyikan” Tadlisdalam jual-beli berarti menyembunyikan aib barang adri
pembelinya. Dari sinilah disinilah diambil dalam pengertian dalam sanad. Karena
keduanya memiliki kesamaan alasan, yakni menyembunyikan sesuatu dengan cara
diam tanpa menyebutkan.




       5
        Totok jumantoro, Kamus Ilmu Hadits. (Jakarta: Bumi Aksara,2002), h. 143




                                                                                    4
Diriwayatkan oleh nu‟man ibn rasyid, dari zuhri dari urwah dari aisyah,
bahwasannya rasulullah SAW bersabda tidak pernah sekalikali memukul seorang
perempuan dan juga tidak seorang pelayan, melainkan jika ia berjihad dijalan Allah6
       Imam Abu Khatim berkata bahwa: Zuhri tidak pernah mendengar hadis ini
dari Urwah, ini berarti ada seorang yang tidak disebutkan oleh zuhri. Sehingga
menjadi samar.
Tadlis terdiri dari dua jenis, yaitu tadlis al- Isnad dan tadlis asy-syuyukh.
           (1). Tadlis al- isnad yaitu seseorang perawi (mengatakan) meriwiyatkan
           sesuatu dari sesamanya yang tidak pernah ia bertemu dengan orang itu,
           atau pernah bertemu tetapi diriwiyatkannya itu tidak didengar dari orang
           tersebut, dengan cara menimbulkan dugaan mendengar langsung.




Rasulullah SAW bersabda:”bila salah seorang mengantuk di tempat duduknya pada
hari jumat, hendaklah ia bergeser ke tempat lain.”(H.R. Abu Dawud)
       Dalam sanad hadits Ibnu „Umar tersebut, terdapat seorang rawi bernama
Muhammadbin Ishaq yaitu seorang mudallis dan ia telah membuat „an „anah
(meriwayatkan dengan „an).
           (2). Tadlis asy- syuyukh jenis ini lebih ringan dari pada tadlis al-isnad.
           Karena perawi tidak sengaja mengugurkan salah seorang dari sanad dan
           tidak sengaja pula menyamarkan dan tidak mendengar langsung dengan
           ungkapan     yang    menunjukkan      mendengar      langsung.Perawi   hanya
           menyebut gurunya, yang memberi tahu.atau mensifati gurunya dengan
           sifat-sifat yang tidak/ belum dikenal oleh orang banyak. Misalnya seperti
           kata Abu Bakar bin Mujahid Al-Muqry:


       6
        Ibid, 141




                                                                                      5
“Telah bercerita kepadaku „Abdullah bin Abi „Ubaidillah.”
        Yang dimaksudkan dengan Abdullah ini ialah Abu Bakar bin Abi Dawud As-
Sijistani.
e. Hadis Mu’alallaq
        Mu‟allaq secara etimologis merupakan bentuk isim maf‟ul dari kata „alaqa
(   ) yang berarti menggantungkan. Kemudian dari kata at-ta‟lliq (         ), kata at-
ta‟lliq diambil dari ungkapan seperti: ta‟liqul jidar (       ) atau ta‟liquth thalaq
(            ) dan lain sebagainya ketika semuanya berserikat untuk memutuskan
hubungan. Sedangkan secara terminologis hadits mu‟allaq adalah hadits yang pada
bagian awal sanadnya, terdapat seorang rawi atau lebih yang dihilangkan.




Abu Isa (Tirmidzi) berkata; "Diriwayatkan dari 'Aisyah, dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, bahwa beliau bersabda: "Barangsiapa shalat dua puluh rakaat setelah
maghrib, maka Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di surga."


4. Hadis-hadis daif ditinjau dari segi cacat perawi
a. Hadis Mudhtharib
        Hadis Mudltharib, yakni hadis yang diriwayatkan dengan berbagai jalan yang
saling bertentangan, sementara kedudukan dan nilai para periwayatnya, atau sanadnya
relatif sama, sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan naskh maupun tarjih.
Hadis Mudhtharib dibagi menjadi dua yaitu




                                                                                    6
Hadis Mudhtharib Sanad
       Diriwayatkan oleh Abu Bakar, ia berkata, ”Wahai Rasulullah, aku melihat
rambutmu beruban”. Maka beliau bersabda: ”Yang telah membuat rambutku beruban
adalah Hud dan saudara-saudaranya”. (HR. Tirmidzi)
       Imam Daruquthni berkata, ”Hadits ini adalah Hadits Mudhtharib, karena
hadits ini tidak diriwayatkan kecuali dari satu jalan, yaitu dari Abu Ishaq”.
Periwayatan dari Abu Ishaq diperselisihkan oleh para ulama ahli hadits :
       Hadis Mudhtharib Matan
       Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, dari Syuraik, dari Abu Hamzah, dari Asy-
Sya‟bi, dari Fathimah binti Qais, ia berkata, ”Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam
ditanya tentang zakat”. Maka beliau bersabda: ”Sesungguhnya dalam harta ada
kewajiban yang lain selain kewajiban zakat”.
       Sedangkan Imam Ibnu Majah meriwayatkan hadits ini dari jalur sanad yang
sama dengan menggunakan ungkapan :”Tidak ada kewajiban dalam harta selain
kewajiban zakat”
       Imam Al-„Iraqi berkata, ”Ketidaktetapan (Al-Idhthirab) yang ada pada hadits
di atas tidak memungkinkan untuk ditakwilkan”.


b. Hadis Maqlub
       Hadis Maqlub, yakni hadis yang di dalamnya terdapat pergantian, baik
periwayat, sanad, maupun matannya, yang dilakukan oleh seorang periwayat, baik
dilakukannya dengan sengaja maupun tidak


Maqlub Sanad
       Maqlub Sanad adalah hadits yang terjadi penggantian pada sanadnya. Maqlub
sanad mempunyai dua bentuk :




                                                                                     7
1. Seorang rawi mendahulukan dan mengakhirkan nama salah seorang rawi dan nama
bapaknya. Seperti hadits yang diriwayatkan dari Ka‟ab bin Murrah kemudian ada
yang meriwayatkan dari Murrah bin Ka‟ab.
2. Seorang rawi mengganti salah seorang rawi hadits dengan rawi yang lain dengan
tujuan ighrab (menjadikannya gharib, asing). Seperti hadits yang masyhur dari Salim,
kemudian ada yang menjadikan hadits tersebut dari Nafi‟.
Diantara rawi yang melakukan hal itu adalah Hammad bin Amr An-Nashibi.
Contohnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Hammad An-Nashibi dari A‟masy
dari Abu Shalih dari Abu Hurairah secara marfu‟ (disandarkan kepada Rasulullah) :




“Kalau kalian bertemu dengan orang-orang musyrik di jalan, maka janganlah kamu
mendahului memberi salam”

       Hadits ini adalah hadits Maqlub yang diriwayatkan secara maqlub oleh
Hammad. Dia menjadikan hadits tersebut dari jalan A‟masy, padahal yang terkenal
bahwa hadits itu adalah dari Suhail bin Abu Shalih dari ayahnya dari Abu Hurairah,
seperti yang dikeluarkan oleh Imam Muslim.

Maqlub Matan

Maqlub Matan adalah hadits yang terjadi penggantian pada matannya. Jenis ini juga
mempunyai dua bentuk :

1. Seorang rawi mendahulukan dan mengakhirkan pada sebagian matan hadits.
Contohnya adalah hadits Abu Hurairah pada riwayat Muslim tentang tujuh golongan
yang akan diberi naungan oleh Allah di hari yang tidak ada naungan kecuali
naunganNya. Dalam hadits tersebut ada :




                                                                                    8
“Dan seseorang yang bershodaqoh dengan sesuatu dengan sembunyi-sembunyi,
sampai-sampai tangan kanannya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kirinya”

Hadits ini adalah terbalik yang terjadi di sebagian rawi hadits, karena yang benar
adalah :




“Dan seseorang yang bershodaqoh dengan sesuatu dengan sembunyi-sembunyi,
sampai-sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kananya”

2. Seorang rawi menjadikan salah satu matan hadits untuk sanad yang lain dan
menjadikan sanad suatu hadits untuk matan hadits yang lain (membolak-balikkan
antara matan dan sanad hadits). Ini dilakukan untuk menguji.

       Ini seperti yang dilakukan oleh penduduk Baghdad kepada Imam Bukhari,
dimana mereka membolak-balikkan 100 hadits kemudian ditanyakan kepada Imam
Bukhari tentangnya untuk menguji hafalan beliau. Imam Bukharipun mampu
mengembalikan semua hadits ke tempat semula (sebelum dibolak-balikkan) tanpa ada
kesalahan sedikitpun.

c. Hadis Syadz
       Imam Syafi‟ilah yang mula-mula memperkenalkan hadis syadz ini
menurutnya bila diantara perawi tziqat ada diantara mereka yang menyimpang dari
lainnya. Selanjutnya generasi setelahnya sepakat bahwa hadis syadz ialah hadis yang
diriwayatkan oleh perawi maqbul dalam keadaan menyimpang dari perawi lain yang
lebih kuat darinya.
       Hadis Syadz dapat terjadi pada Sanad dan Matan




                                                                                    9
Hadis Syadz pada Sanad
       Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, An-Nasa‟I, dan Ibnu
Majah; dari jalur Ibnu „Uyainah dari Amr bin Dinar dari Ausajah dari Ibnu
„Abbas,“Sesungguhnya ada seorang laki-laki yang meninggal di masa Rasulullah
shallallaahu „alaihi wasallam dan ia tidak meninggalkan ahli waris kecuali bekas
budaknya yang ia merdekakan. Maka Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam
memberikan semua harta warisannya kepada bekas budaknya”.
Imam Tirmidzi, An-Nasa‟I, dan Ibnu Majah juga meriwayatkan hadits tersebut
dengan sanad mereka dari jalur Ibnu Juraij, dari „Amr bin Dinar, dari Ausajah, dari
Ibnu „Abbas,“Sesungguhnya seorang laki-laki meninggal…………”.
Hammad bin Yazid menyelisihi Ibnu „Uyainah, karena ia meriwayatkan hadits
tersebut dari „Amr bin Dinar dari Ausajah tanpa menyebutkan Ibnu „Abbas.
       Masing-masing dari Ibnu „Uyainah, Ibnu Juraij, dan Hammad bin Yazid
adalah perawi yang terpercaya. Namun Hammad bin Yazid menyelisihi Ibnu
„Uyainah dan Ibnu Juraij, karena ia meriwayatkan hadits di atas secara mursal (tanpa
menyebutkan shahabat Ibnu „Abbas). Sedangkan keduanya meriwayatkannya secara
bersambung dengan menyebutkan perawi shahabat.Oleh karena keduanya lebih
banyak jumlahnya, maka hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Juraij dan Ibnu
„Uyainah dinamakan Hadits Mahfudh. Sedangkan hadits Hammad bin Yazid
dinamakan Hadits Syadz.
Hadis Syadz pada Matan

       Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan At-Tirmidzi; dari hadits Abdul
Wahid bin Ziyad, dari Al-A‟masy, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah secara marfu‟
: “Jika salah seorang di antara kalian selesai shalat sunnah fajar, maka hendaklah ia
berbaring di atas badannya yang kanan”.




                                                                                  10
d. Hadis Munkar
       Hadis Munkar, yakni hadis yang tidak ada periwayat lain meriwayatkannya,
sedangkan periwayat tersebut sangat jauh dari kriteria kedlabithan. Atau dengan kata
lain ada yang mendefinisikan sebagai hadis yang diriwayatkan oleh seorang yang
jelas-jelas fasiq, baik dalam perkataan maupun perbuatan, dan juga kedlabithannya
sangat rendah disebabkan salah dan lupanya.
       Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dari jalur Habib bin Habib Az-Zyyat-
tidak tsiqah-dari abu ishaq dan Aizar bin Haris, dari Ibnu Abbas, dari Nabi Saw
bersabda:
       Barang siapa mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, menunaikan ibadah
haji, berpuasa dan menghormati tamu, maka dia masuk surga
       Abu hatim berkata.Hadis ini munkar” karena perawi yang tsiqah selain (Habib
Az-Zayyat) meriwayatkannya dari Abu Ishaq hanya sampai kepada sahabat (mauquf),
dan riwayat inilah yang dikenal7.
e. Hadis Matruk
       Hadis matruk ialah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang dituduh
berdusta dalam hadis nabawiy, atau sering bersdusta dalam pembicaraannya, atau
yang terlihat kefasikannya melalui perbuatan maupun kata-katanya. Atau yang sering
sekali salah dan lupa.Misalnya hadis-hadis Amr ibn Syamr dari Jabir al-Ja‟fiy.
       Hadits „Amru bin Syamr Al-Ju‟fi Al-Kufi Asy-Syi‟i dari Jabir, dari Abu
Thufail, dari „Ali dan „Ammar, keduanya berkata,”Adalah Nabi shallallaahu „alaihi
wasallam melakukan qunut pada shalat fajar, dan bertakbir pada hari Arafah dalam
shalat Dhuhur dan memotong shalat „ashar pada akhir hari tasyriq“.
       Imam An-Nasa‟i dan Ad-Daruquthni dan ulama lainnya berkata tentang
„Amru bin Syamr,”Haditsnya matruk“.


       7
        Manna al qathan, Pengantar Studi Ilmu Hadis, h. 151.




                                                                                 11
f. Hadis Mu’allal
       Hadis Mu'allal, yakni hadis yang di dalamnya terdapat cacat tersembunyi
yang secara sepintas tidak cacat. Cacat tersebut bisa berada di dalam sanad maupun
di matan. Memang untuk mengetahui cacat tersebut sangat sulit dan dibutuhkan
kecermatan, dengan cara mengumpulkan seluruh hadis yang ada untuk kemudian
dilakukan pengkajian terhadap keseluruhan hadis tersebut.




                                                                                  .

“dari Sofyan Ats-Tsaury dari „Amr bin Dinar dari Ibnu „ Umar dari Nabi saw,
ujarnya: Sipenjual dan sipembeli boleh memilih selama belum berpisah”.


       Illat hadits ini terletak pada „Amr bin Dinar, sebab mestinya bukan dia yang
meriwayatkan, melainkan „Abdullah bin Dinar. Hal itu dapat diketahui berdasarkan
riwayat-riwayat lain, yang juga melalui sanad tersebut.


g. Hadis Mudraj
       Hadis Mudraj, yakni hadis yang didalamnya terdapat tambahan, baik dalam
sanad maupun dalam matannya, yang sesungguhnya bukan termasuk hadis, tetapi
dapat menyebabkan orang mengira bahwa hal tersebut termasuk di dalam hadis.Hadis
mudraj dibagi menjadi Mudraj Sanad dan Mudraaj Matan.
       Contohnya, hadits yang diriwayatkan oleh at-Turmudzi dari jalan Ibnu Mahdi
dari ast-Tsauri dari Wasil al Ahdab dari Mansur al a‟masy dari Abu Wa‟il dari Amer
bin Syurahbil dari Ibnu mas‟ud r.a, katanya aku telah bertanya kepada Rasulullah
tentang dosa yang paling besar, kataku: “mana dosa yang paling besar?”. Nabi




                                                                                12
menjawab:”engkau menjadikan sekutu bagi Allah, padahal Allah yang menciptakan
engkau”, aku bertanya: “kemudian apa?”.Nabi menjawab “engkau membunuh anak
engkau karena khawatir akan makan dia bersama engkau”. Aku bertanya pula:
“kemudian apa?”. Nabi menjawab: :engkau menzinai istri tetangga engkau”.
       Dalam sanad ini terdapat sanad yang disisipkan yaitu Amer bin Syurahbil,
sebenarnya Abi Wail menerima langsung dari Ibnu Mas‟ud r.a dengan tidak memakai
perantara Amer ibn Syurahbil.
       Diriwayatkan oleh Khatib Al Baghdadi, Riwayat Abu Qathan dan Syababah
dari Syu`bah dari Muhammad bin Ziad dari Abu Hurairah berkata Rasululllah saw.
Telah bersabda sempurnakanlah wudhumu, neraka wail bagi tumit-tumit (milik
orang-orang yang tidak membasuh dengan sempurna ketika berwudhu)".


       Kata-kata                "Sempunakanlah wudhumu" pada hadis tersebut
bukanlah sabda Nabi, melainkan kata-kata Abu Hurairah. Dan kata-kata tersebut oleh
penerima riwayat dikira bagian dari matan hadis Nabi


h. Hadis Mushahhaf
       Yakni hadis yang diriwayatkan secara berbeda disebabkan adanya pergantian
atau perubahan satu huruf atau lebih, baik dalam pengucapan (bentuk hurufnya)
maupun dalam syakalnya, baik terjadi di dalam sanad maupun matan.
       Jika ditinjau dari tempat terjadinya kesalahan, maka hadits mushahhaf dibagi
menjadi dua :
       Tashhif dalam sanad
            Contohnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Syu‟bah, dari Awwam bin
Murajim Al-Qaisi, dari Abu „Utsman An-Nahdi. Namun Yahya bin Ma‟in melakukan
kesalahan dalam menyebut nama ayah dari Al-Awwam. Beliau mengatakan dengan :
“..dari Al-Awwam bin Muzahim”; dengan menggunakan huruf               dan     yang
dikasrah.




                                                                                13
Tashhif dalam matan
            Contohnya adalah hadits yang diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit:
“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam membuat kamar di dalam
masjid.
            Namun Ibnu lahi‟ah melakukan kesalahan dalam meriwayatkan hadits di
atas dengan menggunakan kalimat : “Sesungguhnya Rasulullah melakukan berkam di
dalam masjid
          Bila ditinjau dari sebab terjadinya kesalahan, maka hadits mushahhaf dibagi
menjadi dua :
          Tashhif Bashar (Penglihatan)
            Tashhif bashar ini adalah sebab kesalahan yang sering terjadi. Sedangkan
yang dimaksud dengan tashhif bashar adalah ketidakjelasan tulisan suatu hadits bagi
yang membacanya. Hal ini disebabkan karena tulisannya yang jelek atau huruf-
hurufnya yang tidak bertitik.
            Contohnya adalah hadits yang berbunyi :
          Barangsiapa yang telah berpuasa Ramadhan kemudian diikuti 6 hari di bulan
Syawal
          Disebabkan karena ketidakjelasan tulisan maka seorang perawi meriwayatkan
hadits tersebut dengan menggunakan kata syaian sebagai ganti kata yang seharusnya,
yaitu sittan
          Tashhif Sama’ (Pendengaran)
            Tashhif ini terjadi disebabkan karena pendengaran yang lemah, jarak antara
pendengar dan yang ia dengarkan sangat jauh, dan lain sebagainya. Hal ini
menyebabkan sebagian kata menjadi tidak jelas bagi seorang perawi karena sebagian
kata tersebut terbentuk dari pola yang sama.




                                                                                   14
Contohnya adalah sebuah hadits yang diriwayatkan dari „Ashim bin Al-
Ahwal. Namun sebagian perawi hadits tersebut meriwayatkan dari Washil bin Al-
Ahdab.
         Ditinjau dari segi kata atau maknanya, maka hadits mushahhaf terbagi
menjadi 2 bagian :
         Tashhif dalam Lafal
           Tashhif inilah yang banyak terjadi seperti pada contoh-contoh di atas.
         Tashhif dalam Makna
           Yang dimaksudkan dengan Tashhif ini adalah : Seorang perawi mushahhif
(yang melakukan kesalahan) meriwayatkan sebuah hadits dengan menggunakan
kaliamt-kalimat sesuai dengan aslinya, namun ia memberikan makna yang
menunjukkan bahwa ia memahami hadits tersebut dengan pemahaman yang tidak
sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh hadits tersebut.
           Contohnya adalah apa yang diucapkan oleh Abu Musa Muhammad bin Al-
Mutsanna Al-„Anzi, seorang laki-laki dari kabilah „Anazah. Ia berkata,”Kami adalah
Kabilah „Anazah. Kami adalah suatu kamu yang mempunyai kemuliaan sebaba
Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam shalat menghadap ke arah kami”.
           Makna tersebut ia pahami dari sebuah hadits yang berbunyi,“Sesungguhnya
Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam shalat menghadap ke „Anazah”. Maka ia
memahaminya bahwa Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam shalat menghadap ke
arah mereka. Padahal kata „Anazah (huruf „Ain dan Nun difathah) berarti tombak
kecil yang bermata dua, bentuknya persis seperti „Ukazah. Dimana Rasulullah
shallallaahu „alaihi wasallam menancapkannya di hadapan beliau sebagai pembatas
(sutrah) ketika beliau shalat di tanah lapang.
         Al-Hafidh Ibnu Hajar membagi hadits mushahhaf menjadi dua bagian :
         Bagian pertama beliau namakan dengan sebutan Tashhif; yaitu jika
perubahannya adalah merubah titik-titik yang ada pada satu atau beberapa huruf,
sedangkan bentuk katanya masih berupa bentuk yang semula.




                                                                                    15
Bagian kedua beliau namakan dengan Tahrif. Sebutan ini beliau berikan pada
perubahan yang terjadi pada bentuk kata. Ini adalah pembagian yang baru.
       Jika seorang perawi sering melakukan Tashhif (kesalahan), maka hal ini dapat
mengurangi       kekuatan      hafalannya.      Namun     apabila   kadang-kadang   saja   ia
melakukannya, maka (dimaafkan karena) mustahil orang selamat dari kesalahan.


5. Hukum Meriwayatkan dan Mengamalkan Hadis dhaif




Dari Abdullah bin Zubair, ia berkata : Aku berkata kepada Zubair(bapaknya), Aku
tidak mendengarkan engkau menyampaikan hadits dari Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam sebagaimana yang (banyak) disampaikan oleh si fulan dan si fulan‟. Beliau
menjawab, “Sesungguhnya aku ini tidak pernah berpisah dengan beliau akan tetapi
aku telah mendengar beliau bersabda, “Barangsiapa yang berdusta atas namaku
dengan sengaja maka hendaknya dia menyiapkan tempat duduknya di neraka”


       Terkait dengan pengamalan hadis daif, terdapat beberapa pendapat Pertama,
Muhammad „Ajjaj al-Khatib mengemukakan bahwa ada tiga pendapat mengenai
pengamalan hadis daif,8yaitu :
       a. Hadis daif tidak bisa diamalkan secara mutlak, baik mengenai fadail al-
„amal maupun dalam menetapkan hukum;
       b. Hadis daif bisa diamalkan secara mutlak, karena hadis daif lebih kuat
daripada ra‟y (pendapat) perseorangan;


       8
           Ajjaj al-Khathib, Ushul al-Hadis, h. 315-316




                                                                                           16
c. Hadis daif bisa diamalkan dalam masalah fadail al-„amal bila memenuhi
syarat. Ibn Hajar mengemukakan syarat-syarat tersebut, yaitu :
   1. Ke-daif-annya tidak terlalu lemah. Misalnya tidak terdapat periwayat pendusta
       atau tertuduh berdusta serta tidak terlalu sering melakukan kesalahan;
   2. Hadis daif itu masuk dalam cakupan hadis pokok yang bisa diamalkan;
   3. Ketika mengamalkannya tidak diyakini bahwa ia berstatus kuat, tetapi sekedar
       berhati-hati.


Penutup
       Hadis dhaif menurut istilah adalah hadis yang didalamnya tidak didapati

syarat hadis shahih dan tidak pula didapati syarat hadis hasan, Kedaifan suatu hadis

terjadi ketika Ketidakmuttashilan sanad, dan Selain ketidakmuttashilan sanad seperti;

cacatnya seorang atau beberapa rawi


Hadis-hadis daif ditinjau dari segi terputusnya sanad

       Hadis Mursal
       Hadis Munqathi‟
       Hadis Mu‟dhal
       Hadis Mudallas
       Hadis Mu‟alallaq

Hadis-hadis daif ditinjau dari segi cacat perawi
       Hadis Mudhtharib
       Hadis Maqlub
       Hadis Syadz
       Hadis Munkar
       Hadis Matruk
       Hadis Mu‟allal
       Hadis Mudraj
       Hadis Mushahhaf




                                                                                  17
Pendapat menganai Pengamalan Hadis Dhaif:

       Hadis daif tidak bisa diamalkan secara mutlak
       Hadis daif bisa diamalkan secara mutlak
       Hadis daif bisa diamalkan dalam masalah fadail al-„amal bila memenuhi
       syarat




Daftar Pustaka

A. Qadir Hasan, Ilmu Mushthalaha al-Hadits. cet. III; Bandung: CV. Diponegoro,
      1987

Ajjaj al-Khathib, Ushul al-Hadis, diterjemahkan oleh Qadirun-Nur dengan judul
        Ushul al- Hadis cet.I; Jakarta : Gaya Media, 1998.

Fathur Rahman, Ikhstisar Mushthalahul Hadits. cet.VIII; Bandung : PT.Almaarif,
       1995.

Mahmud Tohan. Taisir Mustholah al Hadits. Surabaya :Al Hidayah, 1985.
Manna al qathan, Pengantar Studi Ilmu Hadis, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2004

Subhis-Shaleh, Membahas Ilmu-ilmu Hadits, Jakarta. Pustaka Firdaus,1997.
T.M.Hasbi Ash-Shiddieqy, Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadits, cet.VII; Jakarta :
      Bulan Bintang, 1987.

Totok jumantoro, Kamus Ilmu Hadits.Jakarta: Bumi Aksara,2002.
Yulem, Nawir, 9 (Sembilan) Kitab Induk Hadis, Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2006.

Yuslem, Nawir, Ulumul Hadis, Jakarta: Mutiara Sumber Widya, Cetakan Pertama,
      2001




                                                                                 18

More Related Content

What's hot

Muhkam Mutasyabih
Muhkam MutasyabihMuhkam Mutasyabih
Muhkam Mutasyabihqoida malik
 
Hadis Hasan dan Hadis sahih - MARSAH
Hadis Hasan dan Hadis sahih - MARSAHHadis Hasan dan Hadis sahih - MARSAH
Hadis Hasan dan Hadis sahih - MARSAHJamalmaklumi
 
Nasikh wal mansukh
Nasikh wal mansukhNasikh wal mansukh
Nasikh wal mansukhDanialkmal
 
PPT Klasifikasi Hadits Berdasarkan Kuantitas Rawi.pptx
PPT Klasifikasi Hadits Berdasarkan Kuantitas Rawi.pptxPPT Klasifikasi Hadits Berdasarkan Kuantitas Rawi.pptx
PPT Klasifikasi Hadits Berdasarkan Kuantitas Rawi.pptxHabibSemayoga
 
Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)
Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)
Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)Rian Ramdani
 
Ulum Hadis: Klasifikasi Hadis
Ulum Hadis: Klasifikasi HadisUlum Hadis: Klasifikasi Hadis
Ulum Hadis: Klasifikasi HadisZafirah Abdullah
 
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)Khusnul Kotimah
 
Pengenalan kepada-sunan-sittah
Pengenalan kepada-sunan-sittahPengenalan kepada-sunan-sittah
Pengenalan kepada-sunan-sittahAmin El Amin
 
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)Marhamah Saleh
 
Hadith Daif
Hadith DaifHadith Daif
Hadith Daifdr2200s
 
Fiqh al sirah 1 - muhammad said ramadan al-buti
Fiqh al sirah 1 - muhammad said ramadan al-butiFiqh al sirah 1 - muhammad said ramadan al-buti
Fiqh al sirah 1 - muhammad said ramadan al-butiieda kahar
 
5.9.2012 hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete
5.9.2012   hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete5.9.2012   hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete
5.9.2012 hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah completeAngah Rahim
 

What's hot (20)

Muhkam Mutasyabih
Muhkam MutasyabihMuhkam Mutasyabih
Muhkam Mutasyabih
 
Hadis Hasan dan Hadis sahih - MARSAH
Hadis Hasan dan Hadis sahih - MARSAHHadis Hasan dan Hadis sahih - MARSAH
Hadis Hasan dan Hadis sahih - MARSAH
 
Qadariah dan jabariah
Qadariah dan jabariahQadariah dan jabariah
Qadariah dan jabariah
 
Nasikh wal mansukh
Nasikh wal mansukhNasikh wal mansukh
Nasikh wal mansukh
 
Al Qawaid Al Fiqhiyah
Al Qawaid Al FiqhiyahAl Qawaid Al Fiqhiyah
Al Qawaid Al Fiqhiyah
 
Topik 3 penghijrahan ke habsyah
Topik 3 penghijrahan ke habsyahTopik 3 penghijrahan ke habsyah
Topik 3 penghijrahan ke habsyah
 
PPT Klasifikasi Hadits Berdasarkan Kuantitas Rawi.pptx
PPT Klasifikasi Hadits Berdasarkan Kuantitas Rawi.pptxPPT Klasifikasi Hadits Berdasarkan Kuantitas Rawi.pptx
PPT Klasifikasi Hadits Berdasarkan Kuantitas Rawi.pptx
 
Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)
Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)
Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)
 
Ulum Hadis: Klasifikasi Hadis
Ulum Hadis: Klasifikasi HadisUlum Hadis: Klasifikasi Hadis
Ulum Hadis: Klasifikasi Hadis
 
Perang Jamal dan Perang Siffin
Perang Jamal dan Perang SiffinPerang Jamal dan Perang Siffin
Perang Jamal dan Perang Siffin
 
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
 
Pengenalan kepada-sunan-sittah
Pengenalan kepada-sunan-sittahPengenalan kepada-sunan-sittah
Pengenalan kepada-sunan-sittah
 
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
 
Hadith Daif
Hadith DaifHadith Daif
Hadith Daif
 
Mantik moden
Mantik modenMantik moden
Mantik moden
 
BAB 1: AQIDAH ISLAM
BAB 1: AQIDAH ISLAMBAB 1: AQIDAH ISLAM
BAB 1: AQIDAH ISLAM
 
Usul tafsir
Usul tafsirUsul tafsir
Usul tafsir
 
Fiqh al sirah 1 - muhammad said ramadan al-buti
Fiqh al sirah 1 - muhammad said ramadan al-butiFiqh al sirah 1 - muhammad said ramadan al-buti
Fiqh al sirah 1 - muhammad said ramadan al-buti
 
5.9.2012 hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete
5.9.2012   hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete5.9.2012   hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete
5.9.2012 hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete
 
02. khawarij
02. khawarij02. khawarij
02. khawarij
 

Viewers also liked

Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'ifHadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'ifAzzahra Azzahra
 
ISTILAH - ISTILAH DALAM ILMU HADITS
ISTILAH - ISTILAH DALAM ILMU HADITSISTILAH - ISTILAH DALAM ILMU HADITS
ISTILAH - ISTILAH DALAM ILMU HADITSAzzahra Azzahra
 
Hadits Mu'allaq & Mu'dlol
Hadits Mu'allaq & Mu'dlolHadits Mu'allaq & Mu'dlol
Hadits Mu'allaq & Mu'dlolJadi Lagi
 
Hadits mutawattir (without background)
Hadits mutawattir (without background)Hadits mutawattir (without background)
Hadits mutawattir (without background)Azzahra Azzahra
 
Hadits Dha'if dan Hadits Maudhu
Hadits Dha'if dan Hadits MaudhuHadits Dha'if dan Hadits Maudhu
Hadits Dha'if dan Hadits MaudhuFakhri Cool
 
Tugas al quran hadist power point
Tugas al quran hadist power pointTugas al quran hadist power point
Tugas al quran hadist power pointLontongSayoer
 

Viewers also liked (12)

Hadist Dhaif - Ulumul Hadis
Hadist Dhaif - Ulumul HadisHadist Dhaif - Ulumul Hadis
Hadist Dhaif - Ulumul Hadis
 
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'ifHadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if
 
Ppt hadits
Ppt haditsPpt hadits
Ppt hadits
 
ISTILAH - ISTILAH DALAM ILMU HADITS
ISTILAH - ISTILAH DALAM ILMU HADITSISTILAH - ISTILAH DALAM ILMU HADITS
ISTILAH - ISTILAH DALAM ILMU HADITS
 
Hadits Mu'allaq & Mu'dlol
Hadits Mu'allaq & Mu'dlolHadits Mu'allaq & Mu'dlol
Hadits Mu'allaq & Mu'dlol
 
Hadits mutawattir (without background)
Hadits mutawattir (without background)Hadits mutawattir (without background)
Hadits mutawattir (without background)
 
Aayush_Resume
Aayush_Resume Aayush_Resume
Aayush_Resume
 
Hadits Dha'if dan Hadits Maudhu
Hadits Dha'if dan Hadits MaudhuHadits Dha'if dan Hadits Maudhu
Hadits Dha'if dan Hadits Maudhu
 
Hadits Ahad
Hadits AhadHadits Ahad
Hadits Ahad
 
Bagus
BagusBagus
Bagus
 
Makalah ulumul hadits
Makalah ulumul haditsMakalah ulumul hadits
Makalah ulumul hadits
 
Tugas al quran hadist power point
Tugas al quran hadist power pointTugas al quran hadist power point
Tugas al quran hadist power point
 

Similar to Hadis dhaif

Secara historis, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam...
Secara historis, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam...Secara historis, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam...
Secara historis, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam...caturwibowo83
 
hadits mutawatir dan ahad.pptx
hadits mutawatir dan ahad.pptxhadits mutawatir dan ahad.pptx
hadits mutawatir dan ahad.pptxRaefanggaAngga
 
KELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis h
KELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis hKELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis h
KELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis harifrahman87863
 
Pengertian, Klasifikasi Hadis Dha’if.pptx
Pengertian, Klasifikasi Hadis Dha’if.pptxPengertian, Klasifikasi Hadis Dha’if.pptx
Pengertian, Klasifikasi Hadis Dha’if.pptxSawaunAmin
 
Pegertian dan klasifikasi Hadis Dha’if 1.pptx
Pegertian dan klasifikasi Hadis Dha’if 1.pptxPegertian dan klasifikasi Hadis Dha’if 1.pptx
Pegertian dan klasifikasi Hadis Dha’if 1.pptxSawaunAmin
 
Hadits ramadhan bermasalah
Hadits ramadhan bermasalahHadits ramadhan bermasalah
Hadits ramadhan bermasalahA Budi Pakdije
 
Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya''
Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya'' Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya''
Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya'' Mulia Fathan
 
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai AspeknyaMakalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai AspeknyaRafi Mariska
 
Musthalat Fi Al Hadis, Kodifikasi Hadis, Hadis Ditinjau dari Kuantitas dan Ku...
Musthalat Fi Al Hadis, Kodifikasi Hadis,Hadis Ditinjau dari Kuantitas dan Ku...Musthalat Fi Al Hadis, Kodifikasi Hadis,Hadis Ditinjau dari Kuantitas dan Ku...
Musthalat Fi Al Hadis, Kodifikasi Hadis, Hadis Ditinjau dari Kuantitas dan Ku...Ningsih Wahyu
 
Hadits ahad
Hadits ahadHadits ahad
Hadits ahadLtfltf
 
Bhan hadis palsu
Bhan hadis palsuBhan hadis palsu
Bhan hadis palsuMawar Pink
 
Pengenalan awalan kepada kajian hadis pt 3
Pengenalan awalan kepada kajian hadis  pt 3Pengenalan awalan kepada kajian hadis  pt 3
Pengenalan awalan kepada kajian hadis pt 3Amiruddin Ahmad
 

Similar to Hadis dhaif (20)

makalah hadist Dhaif serta pembagiannya
makalah hadist Dhaif serta pembagiannyamakalah hadist Dhaif serta pembagiannya
makalah hadist Dhaif serta pembagiannya
 
Secara historis, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam...
Secara historis, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam...Secara historis, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam...
Secara historis, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam...
 
Hadits dha'if
Hadits dha'ifHadits dha'if
Hadits dha'if
 
Hadits dha'if
Hadits dha'ifHadits dha'if
Hadits dha'if
 
"139 Faedah Hadith"
"139 Faedah Hadith""139 Faedah Hadith"
"139 Faedah Hadith"
 
hadits mutawatir dan ahad.pptx
hadits mutawatir dan ahad.pptxhadits mutawatir dan ahad.pptx
hadits mutawatir dan ahad.pptx
 
Hadith
HadithHadith
Hadith
 
KELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis h
KELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis hKELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis h
KELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis h
 
Pengertian, Klasifikasi Hadis Dha’if.pptx
Pengertian, Klasifikasi Hadis Dha’if.pptxPengertian, Klasifikasi Hadis Dha’if.pptx
Pengertian, Klasifikasi Hadis Dha’if.pptx
 
Pegertian dan klasifikasi Hadis Dha’if 1.pptx
Pegertian dan klasifikasi Hadis Dha’if 1.pptxPegertian dan klasifikasi Hadis Dha’if 1.pptx
Pegertian dan klasifikasi Hadis Dha’if 1.pptx
 
Hadits ramadhan bermasalah
Hadits ramadhan bermasalahHadits ramadhan bermasalah
Hadits ramadhan bermasalah
 
Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya''
Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya'' Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya''
Al quran hadist ~ ''hadis ditinjau dari kualitas & kuantitasnya''
 
ilmu hadits.ppt
ilmu hadits.pptilmu hadits.ppt
ilmu hadits.ppt
 
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai AspeknyaMakalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya
 
Musthalat Fi Al Hadis, Kodifikasi Hadis, Hadis Ditinjau dari Kuantitas dan Ku...
Musthalat Fi Al Hadis, Kodifikasi Hadis,Hadis Ditinjau dari Kuantitas dan Ku...Musthalat Fi Al Hadis, Kodifikasi Hadis,Hadis Ditinjau dari Kuantitas dan Ku...
Musthalat Fi Al Hadis, Kodifikasi Hadis, Hadis Ditinjau dari Kuantitas dan Ku...
 
Hadits ahad
Hadits ahadHadits ahad
Hadits ahad
 
Bhan hadis palsu
Bhan hadis palsuBhan hadis palsu
Bhan hadis palsu
 
Pengenalan awalan kepada kajian hadis pt 3
Pengenalan awalan kepada kajian hadis  pt 3Pengenalan awalan kepada kajian hadis  pt 3
Pengenalan awalan kepada kajian hadis pt 3
 
Ulumul hadits 3
Ulumul hadits 3Ulumul hadits 3
Ulumul hadits 3
 
5. sunnah sbg sumber
5. sunnah sbg sumber5. sunnah sbg sumber
5. sunnah sbg sumber
 

More from Early Ridho Kismawadi

Jurnal At Tasyri volume iv, no 2, agustus 2012 - januari 2013
Jurnal At Tasyri volume iv, no 2, agustus 2012 - januari 2013Jurnal At Tasyri volume iv, no 2, agustus 2012 - januari 2013
Jurnal At Tasyri volume iv, no 2, agustus 2012 - januari 2013Early Ridho Kismawadi
 
Jurnal at tasyri' volume iii, no 1, februari - juli 2011
Jurnal at tasyri' volume iii, no 1, februari - juli 2011Jurnal at tasyri' volume iii, no 1, februari - juli 2011
Jurnal at tasyri' volume iii, no 1, februari - juli 2011Early Ridho Kismawadi
 
Konsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori Produksi
Konsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori ProduksiKonsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori Produksi
Konsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori ProduksiEarly Ridho Kismawadi
 
Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index
Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta Islamic IndexPengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index
Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta Islamic IndexEarly Ridho Kismawadi
 
Hubungan Antara Rentabilitas Dengan Likuiditas Pada PT. Bank Pembiayaan Rakya...
Hubungan Antara Rentabilitas Dengan Likuiditas Pada PT. Bank Pembiayaan Rakya...Hubungan Antara Rentabilitas Dengan Likuiditas Pada PT. Bank Pembiayaan Rakya...
Hubungan Antara Rentabilitas Dengan Likuiditas Pada PT. Bank Pembiayaan Rakya...Early Ridho Kismawadi
 
Kepemilikan Umum (Al Milkiyyat Al 'Ammah/ Public Property)
Kepemilikan Umum (Al Milkiyyat Al 'Ammah/ Public Property)Kepemilikan Umum (Al Milkiyyat Al 'Ammah/ Public Property)
Kepemilikan Umum (Al Milkiyyat Al 'Ammah/ Public Property)Early Ridho Kismawadi
 
Resensi Islamic Economics, Theory and Practice, Prof. Muhammad Abdul Mannan
Resensi Islamic Economics, Theory and Practice, Prof. Muhammad Abdul MannanResensi Islamic Economics, Theory and Practice, Prof. Muhammad Abdul Mannan
Resensi Islamic Economics, Theory and Practice, Prof. Muhammad Abdul MannanEarly Ridho Kismawadi
 
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)Early Ridho Kismawadi
 

More from Early Ridho Kismawadi (18)

Jurnal At Tasyri volume iv, no 2, agustus 2012 - januari 2013
Jurnal At Tasyri volume iv, no 2, agustus 2012 - januari 2013Jurnal At Tasyri volume iv, no 2, agustus 2012 - januari 2013
Jurnal At Tasyri volume iv, no 2, agustus 2012 - januari 2013
 
Jurnal at tasyri' volume iii, no 1, februari - juli 2011
Jurnal at tasyri' volume iii, no 1, februari - juli 2011Jurnal at tasyri' volume iii, no 1, februari - juli 2011
Jurnal at tasyri' volume iii, no 1, februari - juli 2011
 
Pendapatan nasional
Pendapatan nasionalPendapatan nasional
Pendapatan nasional
 
Konsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori Produksi
Konsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori ProduksiKonsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori Produksi
Konsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori Produksi
 
Ilmu ekonomi
Ilmu ekonomi Ilmu ekonomi
Ilmu ekonomi
 
Takhrij hadis
Takhrij hadisTakhrij hadis
Takhrij hadis
 
Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index
Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta Islamic IndexPengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index
Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index
 
Hubungan Antara Rentabilitas Dengan Likuiditas Pada PT. Bank Pembiayaan Rakya...
Hubungan Antara Rentabilitas Dengan Likuiditas Pada PT. Bank Pembiayaan Rakya...Hubungan Antara Rentabilitas Dengan Likuiditas Pada PT. Bank Pembiayaan Rakya...
Hubungan Antara Rentabilitas Dengan Likuiditas Pada PT. Bank Pembiayaan Rakya...
 
Akuntansi Syariah
Akuntansi SyariahAkuntansi Syariah
Akuntansi Syariah
 
Akuntansi Syariah,
Akuntansi Syariah,Akuntansi Syariah,
Akuntansi Syariah,
 
Kepemilikan Umum (Al Milkiyyat Al 'Ammah/ Public Property)
Kepemilikan Umum (Al Milkiyyat Al 'Ammah/ Public Property)Kepemilikan Umum (Al Milkiyyat Al 'Ammah/ Public Property)
Kepemilikan Umum (Al Milkiyyat Al 'Ammah/ Public Property)
 
Ayat dan Hadis Ekonomi
Ayat dan Hadis EkonomiAyat dan Hadis Ekonomi
Ayat dan Hadis Ekonomi
 
Resensi Islamic Economics, Theory and Practice, Prof. Muhammad Abdul Mannan
Resensi Islamic Economics, Theory and Practice, Prof. Muhammad Abdul MannanResensi Islamic Economics, Theory and Practice, Prof. Muhammad Abdul Mannan
Resensi Islamic Economics, Theory and Practice, Prof. Muhammad Abdul Mannan
 
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)
 
Takhrij hadis
Takhrij hadisTakhrij hadis
Takhrij hadis
 
Ibnu khaldun
Ibnu khaldunIbnu khaldun
Ibnu khaldun
 
Ahlul ra'yi
Ahlul ra'yiAhlul ra'yi
Ahlul ra'yi
 
Abu yusuf
Abu yusufAbu yusuf
Abu yusuf
 

Hadis dhaif

  • 1. Takhrij Hadis dan Metode-Metodenya Oleh: Early Ridho Kismawadi 11 EKNI 2364 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. H. Nawir Yuslem, MA PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2013 M/1433 H 1
  • 2. Hadis Dhaif 1. Pendahuluan Dhaif menurut bahasa adalah lawan dari kuat, Dhaif ada dua macam yaitu lahiriah dan maknawiyah, sedangkan yang dimaksud disini adalah dhaif maknawiyah. Hadis dhaif menurut istilah adalah hadis yang didalamnya tidak didapati syarat hadis shahih dan tidak pula didapati syarat hadis hasan.1 Senada dengan Mannan Al Qathan menurut T.M.Hasbi Ash-Shiddieqy hadis dhaif adalah 2 Hadis yang tidak terdapat sifat hadis shahih dan tidak pula terdapat sifat hadis hasan. Mengetahui kriteria suatu hadis diperlukan untuk menentukan suatu hadis dapat digunakan untuk dalil atau tidak boleh sebab itu dalam makalah kali ini akan dibahas tentang hadis dhaif meliputi, Kriteria dan Macam-macam Hadis Dhaif, Hadis-hadis daif ditinjau dari segi terputusnya sanad Hadis-hadis daif ditinjau dari segi cacat perawi, dan Hukum Meriwayatkan dan Mengamalkan Hadis dhaif 2. Kriteria dan Macam-macam Hadis Dhaif Sebab-sebab kedaifan ketika diteliti kembali kepada dua hal pokok yaitu: Ketidakmuttashilan sanad, dan Selain ketidakmuttashilan sanad seperti; cacatnya seorang atau beberapa rawi3. Fatchur Rahman mengutip pendapat al-„Iraqi, bahwa hadis adaif bisa dibagi menjadi 42 bagian dan sebagian ulama mengatakan bahwa hadis adaif terdiri atas 129 macam, bahkan bisa lebih dari itu.4 1 Manna al qathan, Pengantar Studi Ilmu Hadis, (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2004), h. 129. 2 T.M.Hasbi Ash-Shiddieqy, Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadits, (cet.VII; Jakarta : Bulan Bintang, 1987), Jilid I, h. 220 3 A. Qadir Hasan, Ilmu Mushthalaha al-Hadits. (cet. III; Bandung: CV. Diponegoro, 1987) h. 91 4 Fathur Rahman, Ikhstisar Mushthalahul Hadits. (cet.VIII; Bandung : PT.Almaarif, 1995), h. 140. 2
  • 3. 3. Hadis-hadis daif ditinjau dari segi terputusnya sanad a. Hadis Mursal Hadits mursal yaitu: hadits yang dimarfu‟kan oleh seoarng tabi‟iy kepada rasul SAW., baik berupa sabda, perbuatan maupun taqrir, dengan tidak menyebutkan orang yang menceritakan kepadanya: contoh hadis berikut ini: Abdullah bin Abi Bakr pada hadis di atas merupakan seorang Tabi‟i, sedangkan seorang tabi‟I tidak semasa dan tidak bertemu dengan Nabi Saw. Akan tetapi di tidak menyebutkan orang yang mengabarkan kepadanya sehingga dinamakan mursal b. Hadis Munqathi’ Hadits munqathi yaitu dalam sanadnya gugur satu orang perawi dalam satu tempat atau lebih, atau didalamnya disebutkan seorang perawi yang mubham. Dari segi gugurnya seorang perawi ia sama dengan hadits mursal. Hanya saja, kalu hadis mursal gugurnya perawi dibatasi oelh tingkatan sahabat, sementara dalam hadits munqathi seperti itu.Jadi setiap hadits yang sanadnya gugur satu orang perawi baik awal, ditengah ataupun diakhir- disebut munqathi. Dari Abdur Razzaq: dari At Tsauri: dari Abu Ishaq: dari Zaid bin Yatsi‟: dari Hudzaifah, secara marfu‟: „Kalau kalian menjadikan Abu Bakar sebagai pemimpin, sungguh dia itu kuat dan terpercaya Dalam hadits terputus sanadnya pada 2 tempat.Pertama, Abdur Razzaq tidak mendengar dari At Tsauri. Yang benar, Abdur Razzaq meriwayatkan dari Nu‟man bin Abi Syaibah Al Janadi dari Ats Tauri. Kedua, Ats Tsauri tidak mendengar dari Abu Ishaq. Yang benar, Ats Tsauri mendengar dari Syuraik dari Abu Ishaq 3
  • 4. c. Hadis Mu’dhal Yaitu hadis dari sanadnya gugur dua atau lebih perawinya secara berturutturut.hadits ini sama, bahkan lebih rendah dari hadits munqathi. Sama dari segi keburukan kualitasnya, Imam syafi‟I berkata, telah menceritakan kepada kami, said ibn salam, dari ibn juraij bahwa nabi Muhammad apabila melihat baitullah beliu mengangkat kedua tangannya5. Ibnu Juraij dalam sanad diatas adalah tidak sezaman dengan nabi, bahkan masanya itu dibawah tabi‟in, sehingga ia disebut tabi‟it tabi‟in, yakni pengikut tabi‟in. jadi antara juraij dengan rasulullah SAW ada dua perantara yaitu shahabat dan tabi‟in. karena kedua orang ini( sahabat dan tabi‟in ) tidak disebutkan ditengah sanad ini maka periwayatan hadits diatas disebut mu‟dhal. d. Hadis Mudallas Kata Muddalas adalah isim maf‟ul dari tadlis, yang secara etimologi berarti “Menyembunyikan” Tadlisdalam jual-beli berarti menyembunyikan aib barang adri pembelinya. Dari sinilah disinilah diambil dalam pengertian dalam sanad. Karena keduanya memiliki kesamaan alasan, yakni menyembunyikan sesuatu dengan cara diam tanpa menyebutkan. 5 Totok jumantoro, Kamus Ilmu Hadits. (Jakarta: Bumi Aksara,2002), h. 143 4
  • 5. Diriwayatkan oleh nu‟man ibn rasyid, dari zuhri dari urwah dari aisyah, bahwasannya rasulullah SAW bersabda tidak pernah sekalikali memukul seorang perempuan dan juga tidak seorang pelayan, melainkan jika ia berjihad dijalan Allah6 Imam Abu Khatim berkata bahwa: Zuhri tidak pernah mendengar hadis ini dari Urwah, ini berarti ada seorang yang tidak disebutkan oleh zuhri. Sehingga menjadi samar. Tadlis terdiri dari dua jenis, yaitu tadlis al- Isnad dan tadlis asy-syuyukh. (1). Tadlis al- isnad yaitu seseorang perawi (mengatakan) meriwiyatkan sesuatu dari sesamanya yang tidak pernah ia bertemu dengan orang itu, atau pernah bertemu tetapi diriwiyatkannya itu tidak didengar dari orang tersebut, dengan cara menimbulkan dugaan mendengar langsung. Rasulullah SAW bersabda:”bila salah seorang mengantuk di tempat duduknya pada hari jumat, hendaklah ia bergeser ke tempat lain.”(H.R. Abu Dawud) Dalam sanad hadits Ibnu „Umar tersebut, terdapat seorang rawi bernama Muhammadbin Ishaq yaitu seorang mudallis dan ia telah membuat „an „anah (meriwayatkan dengan „an). (2). Tadlis asy- syuyukh jenis ini lebih ringan dari pada tadlis al-isnad. Karena perawi tidak sengaja mengugurkan salah seorang dari sanad dan tidak sengaja pula menyamarkan dan tidak mendengar langsung dengan ungkapan yang menunjukkan mendengar langsung.Perawi hanya menyebut gurunya, yang memberi tahu.atau mensifati gurunya dengan sifat-sifat yang tidak/ belum dikenal oleh orang banyak. Misalnya seperti kata Abu Bakar bin Mujahid Al-Muqry: 6 Ibid, 141 5
  • 6. “Telah bercerita kepadaku „Abdullah bin Abi „Ubaidillah.” Yang dimaksudkan dengan Abdullah ini ialah Abu Bakar bin Abi Dawud As- Sijistani. e. Hadis Mu’alallaq Mu‟allaq secara etimologis merupakan bentuk isim maf‟ul dari kata „alaqa ( ) yang berarti menggantungkan. Kemudian dari kata at-ta‟lliq ( ), kata at- ta‟lliq diambil dari ungkapan seperti: ta‟liqul jidar ( ) atau ta‟liquth thalaq ( ) dan lain sebagainya ketika semuanya berserikat untuk memutuskan hubungan. Sedangkan secara terminologis hadits mu‟allaq adalah hadits yang pada bagian awal sanadnya, terdapat seorang rawi atau lebih yang dihilangkan. Abu Isa (Tirmidzi) berkata; "Diriwayatkan dari 'Aisyah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda: "Barangsiapa shalat dua puluh rakaat setelah maghrib, maka Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di surga." 4. Hadis-hadis daif ditinjau dari segi cacat perawi a. Hadis Mudhtharib Hadis Mudltharib, yakni hadis yang diriwayatkan dengan berbagai jalan yang saling bertentangan, sementara kedudukan dan nilai para periwayatnya, atau sanadnya relatif sama, sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan naskh maupun tarjih. Hadis Mudhtharib dibagi menjadi dua yaitu 6
  • 7. Hadis Mudhtharib Sanad Diriwayatkan oleh Abu Bakar, ia berkata, ”Wahai Rasulullah, aku melihat rambutmu beruban”. Maka beliau bersabda: ”Yang telah membuat rambutku beruban adalah Hud dan saudara-saudaranya”. (HR. Tirmidzi) Imam Daruquthni berkata, ”Hadits ini adalah Hadits Mudhtharib, karena hadits ini tidak diriwayatkan kecuali dari satu jalan, yaitu dari Abu Ishaq”. Periwayatan dari Abu Ishaq diperselisihkan oleh para ulama ahli hadits : Hadis Mudhtharib Matan Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, dari Syuraik, dari Abu Hamzah, dari Asy- Sya‟bi, dari Fathimah binti Qais, ia berkata, ”Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam ditanya tentang zakat”. Maka beliau bersabda: ”Sesungguhnya dalam harta ada kewajiban yang lain selain kewajiban zakat”. Sedangkan Imam Ibnu Majah meriwayatkan hadits ini dari jalur sanad yang sama dengan menggunakan ungkapan :”Tidak ada kewajiban dalam harta selain kewajiban zakat” Imam Al-„Iraqi berkata, ”Ketidaktetapan (Al-Idhthirab) yang ada pada hadits di atas tidak memungkinkan untuk ditakwilkan”. b. Hadis Maqlub Hadis Maqlub, yakni hadis yang di dalamnya terdapat pergantian, baik periwayat, sanad, maupun matannya, yang dilakukan oleh seorang periwayat, baik dilakukannya dengan sengaja maupun tidak Maqlub Sanad Maqlub Sanad adalah hadits yang terjadi penggantian pada sanadnya. Maqlub sanad mempunyai dua bentuk : 7
  • 8. 1. Seorang rawi mendahulukan dan mengakhirkan nama salah seorang rawi dan nama bapaknya. Seperti hadits yang diriwayatkan dari Ka‟ab bin Murrah kemudian ada yang meriwayatkan dari Murrah bin Ka‟ab. 2. Seorang rawi mengganti salah seorang rawi hadits dengan rawi yang lain dengan tujuan ighrab (menjadikannya gharib, asing). Seperti hadits yang masyhur dari Salim, kemudian ada yang menjadikan hadits tersebut dari Nafi‟. Diantara rawi yang melakukan hal itu adalah Hammad bin Amr An-Nashibi. Contohnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Hammad An-Nashibi dari A‟masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah secara marfu‟ (disandarkan kepada Rasulullah) : “Kalau kalian bertemu dengan orang-orang musyrik di jalan, maka janganlah kamu mendahului memberi salam” Hadits ini adalah hadits Maqlub yang diriwayatkan secara maqlub oleh Hammad. Dia menjadikan hadits tersebut dari jalan A‟masy, padahal yang terkenal bahwa hadits itu adalah dari Suhail bin Abu Shalih dari ayahnya dari Abu Hurairah, seperti yang dikeluarkan oleh Imam Muslim. Maqlub Matan Maqlub Matan adalah hadits yang terjadi penggantian pada matannya. Jenis ini juga mempunyai dua bentuk : 1. Seorang rawi mendahulukan dan mengakhirkan pada sebagian matan hadits. Contohnya adalah hadits Abu Hurairah pada riwayat Muslim tentang tujuh golongan yang akan diberi naungan oleh Allah di hari yang tidak ada naungan kecuali naunganNya. Dalam hadits tersebut ada : 8
  • 9. “Dan seseorang yang bershodaqoh dengan sesuatu dengan sembunyi-sembunyi, sampai-sampai tangan kanannya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kirinya” Hadits ini adalah terbalik yang terjadi di sebagian rawi hadits, karena yang benar adalah : “Dan seseorang yang bershodaqoh dengan sesuatu dengan sembunyi-sembunyi, sampai-sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kananya” 2. Seorang rawi menjadikan salah satu matan hadits untuk sanad yang lain dan menjadikan sanad suatu hadits untuk matan hadits yang lain (membolak-balikkan antara matan dan sanad hadits). Ini dilakukan untuk menguji. Ini seperti yang dilakukan oleh penduduk Baghdad kepada Imam Bukhari, dimana mereka membolak-balikkan 100 hadits kemudian ditanyakan kepada Imam Bukhari tentangnya untuk menguji hafalan beliau. Imam Bukharipun mampu mengembalikan semua hadits ke tempat semula (sebelum dibolak-balikkan) tanpa ada kesalahan sedikitpun. c. Hadis Syadz Imam Syafi‟ilah yang mula-mula memperkenalkan hadis syadz ini menurutnya bila diantara perawi tziqat ada diantara mereka yang menyimpang dari lainnya. Selanjutnya generasi setelahnya sepakat bahwa hadis syadz ialah hadis yang diriwayatkan oleh perawi maqbul dalam keadaan menyimpang dari perawi lain yang lebih kuat darinya. Hadis Syadz dapat terjadi pada Sanad dan Matan 9
  • 10. Hadis Syadz pada Sanad Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, An-Nasa‟I, dan Ibnu Majah; dari jalur Ibnu „Uyainah dari Amr bin Dinar dari Ausajah dari Ibnu „Abbas,“Sesungguhnya ada seorang laki-laki yang meninggal di masa Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam dan ia tidak meninggalkan ahli waris kecuali bekas budaknya yang ia merdekakan. Maka Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam memberikan semua harta warisannya kepada bekas budaknya”. Imam Tirmidzi, An-Nasa‟I, dan Ibnu Majah juga meriwayatkan hadits tersebut dengan sanad mereka dari jalur Ibnu Juraij, dari „Amr bin Dinar, dari Ausajah, dari Ibnu „Abbas,“Sesungguhnya seorang laki-laki meninggal…………”. Hammad bin Yazid menyelisihi Ibnu „Uyainah, karena ia meriwayatkan hadits tersebut dari „Amr bin Dinar dari Ausajah tanpa menyebutkan Ibnu „Abbas. Masing-masing dari Ibnu „Uyainah, Ibnu Juraij, dan Hammad bin Yazid adalah perawi yang terpercaya. Namun Hammad bin Yazid menyelisihi Ibnu „Uyainah dan Ibnu Juraij, karena ia meriwayatkan hadits di atas secara mursal (tanpa menyebutkan shahabat Ibnu „Abbas). Sedangkan keduanya meriwayatkannya secara bersambung dengan menyebutkan perawi shahabat.Oleh karena keduanya lebih banyak jumlahnya, maka hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Juraij dan Ibnu „Uyainah dinamakan Hadits Mahfudh. Sedangkan hadits Hammad bin Yazid dinamakan Hadits Syadz. Hadis Syadz pada Matan Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan At-Tirmidzi; dari hadits Abdul Wahid bin Ziyad, dari Al-A‟masy, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah secara marfu‟ : “Jika salah seorang di antara kalian selesai shalat sunnah fajar, maka hendaklah ia berbaring di atas badannya yang kanan”. 10
  • 11. d. Hadis Munkar Hadis Munkar, yakni hadis yang tidak ada periwayat lain meriwayatkannya, sedangkan periwayat tersebut sangat jauh dari kriteria kedlabithan. Atau dengan kata lain ada yang mendefinisikan sebagai hadis yang diriwayatkan oleh seorang yang jelas-jelas fasiq, baik dalam perkataan maupun perbuatan, dan juga kedlabithannya sangat rendah disebabkan salah dan lupanya. Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dari jalur Habib bin Habib Az-Zyyat- tidak tsiqah-dari abu ishaq dan Aizar bin Haris, dari Ibnu Abbas, dari Nabi Saw bersabda: Barang siapa mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, menunaikan ibadah haji, berpuasa dan menghormati tamu, maka dia masuk surga Abu hatim berkata.Hadis ini munkar” karena perawi yang tsiqah selain (Habib Az-Zayyat) meriwayatkannya dari Abu Ishaq hanya sampai kepada sahabat (mauquf), dan riwayat inilah yang dikenal7. e. Hadis Matruk Hadis matruk ialah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang dituduh berdusta dalam hadis nabawiy, atau sering bersdusta dalam pembicaraannya, atau yang terlihat kefasikannya melalui perbuatan maupun kata-katanya. Atau yang sering sekali salah dan lupa.Misalnya hadis-hadis Amr ibn Syamr dari Jabir al-Ja‟fiy. Hadits „Amru bin Syamr Al-Ju‟fi Al-Kufi Asy-Syi‟i dari Jabir, dari Abu Thufail, dari „Ali dan „Ammar, keduanya berkata,”Adalah Nabi shallallaahu „alaihi wasallam melakukan qunut pada shalat fajar, dan bertakbir pada hari Arafah dalam shalat Dhuhur dan memotong shalat „ashar pada akhir hari tasyriq“. Imam An-Nasa‟i dan Ad-Daruquthni dan ulama lainnya berkata tentang „Amru bin Syamr,”Haditsnya matruk“. 7 Manna al qathan, Pengantar Studi Ilmu Hadis, h. 151. 11
  • 12. f. Hadis Mu’allal Hadis Mu'allal, yakni hadis yang di dalamnya terdapat cacat tersembunyi yang secara sepintas tidak cacat. Cacat tersebut bisa berada di dalam sanad maupun di matan. Memang untuk mengetahui cacat tersebut sangat sulit dan dibutuhkan kecermatan, dengan cara mengumpulkan seluruh hadis yang ada untuk kemudian dilakukan pengkajian terhadap keseluruhan hadis tersebut. . “dari Sofyan Ats-Tsaury dari „Amr bin Dinar dari Ibnu „ Umar dari Nabi saw, ujarnya: Sipenjual dan sipembeli boleh memilih selama belum berpisah”. Illat hadits ini terletak pada „Amr bin Dinar, sebab mestinya bukan dia yang meriwayatkan, melainkan „Abdullah bin Dinar. Hal itu dapat diketahui berdasarkan riwayat-riwayat lain, yang juga melalui sanad tersebut. g. Hadis Mudraj Hadis Mudraj, yakni hadis yang didalamnya terdapat tambahan, baik dalam sanad maupun dalam matannya, yang sesungguhnya bukan termasuk hadis, tetapi dapat menyebabkan orang mengira bahwa hal tersebut termasuk di dalam hadis.Hadis mudraj dibagi menjadi Mudraj Sanad dan Mudraaj Matan. Contohnya, hadits yang diriwayatkan oleh at-Turmudzi dari jalan Ibnu Mahdi dari ast-Tsauri dari Wasil al Ahdab dari Mansur al a‟masy dari Abu Wa‟il dari Amer bin Syurahbil dari Ibnu mas‟ud r.a, katanya aku telah bertanya kepada Rasulullah tentang dosa yang paling besar, kataku: “mana dosa yang paling besar?”. Nabi 12
  • 13. menjawab:”engkau menjadikan sekutu bagi Allah, padahal Allah yang menciptakan engkau”, aku bertanya: “kemudian apa?”.Nabi menjawab “engkau membunuh anak engkau karena khawatir akan makan dia bersama engkau”. Aku bertanya pula: “kemudian apa?”. Nabi menjawab: :engkau menzinai istri tetangga engkau”. Dalam sanad ini terdapat sanad yang disisipkan yaitu Amer bin Syurahbil, sebenarnya Abi Wail menerima langsung dari Ibnu Mas‟ud r.a dengan tidak memakai perantara Amer ibn Syurahbil. Diriwayatkan oleh Khatib Al Baghdadi, Riwayat Abu Qathan dan Syababah dari Syu`bah dari Muhammad bin Ziad dari Abu Hurairah berkata Rasululllah saw. Telah bersabda sempurnakanlah wudhumu, neraka wail bagi tumit-tumit (milik orang-orang yang tidak membasuh dengan sempurna ketika berwudhu)". Kata-kata "Sempunakanlah wudhumu" pada hadis tersebut bukanlah sabda Nabi, melainkan kata-kata Abu Hurairah. Dan kata-kata tersebut oleh penerima riwayat dikira bagian dari matan hadis Nabi h. Hadis Mushahhaf Yakni hadis yang diriwayatkan secara berbeda disebabkan adanya pergantian atau perubahan satu huruf atau lebih, baik dalam pengucapan (bentuk hurufnya) maupun dalam syakalnya, baik terjadi di dalam sanad maupun matan. Jika ditinjau dari tempat terjadinya kesalahan, maka hadits mushahhaf dibagi menjadi dua : Tashhif dalam sanad Contohnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Syu‟bah, dari Awwam bin Murajim Al-Qaisi, dari Abu „Utsman An-Nahdi. Namun Yahya bin Ma‟in melakukan kesalahan dalam menyebut nama ayah dari Al-Awwam. Beliau mengatakan dengan : “..dari Al-Awwam bin Muzahim”; dengan menggunakan huruf dan yang dikasrah. 13
  • 14. Tashhif dalam matan Contohnya adalah hadits yang diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit: “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam membuat kamar di dalam masjid. Namun Ibnu lahi‟ah melakukan kesalahan dalam meriwayatkan hadits di atas dengan menggunakan kalimat : “Sesungguhnya Rasulullah melakukan berkam di dalam masjid Bila ditinjau dari sebab terjadinya kesalahan, maka hadits mushahhaf dibagi menjadi dua : Tashhif Bashar (Penglihatan) Tashhif bashar ini adalah sebab kesalahan yang sering terjadi. Sedangkan yang dimaksud dengan tashhif bashar adalah ketidakjelasan tulisan suatu hadits bagi yang membacanya. Hal ini disebabkan karena tulisannya yang jelek atau huruf- hurufnya yang tidak bertitik. Contohnya adalah hadits yang berbunyi : Barangsiapa yang telah berpuasa Ramadhan kemudian diikuti 6 hari di bulan Syawal Disebabkan karena ketidakjelasan tulisan maka seorang perawi meriwayatkan hadits tersebut dengan menggunakan kata syaian sebagai ganti kata yang seharusnya, yaitu sittan Tashhif Sama’ (Pendengaran) Tashhif ini terjadi disebabkan karena pendengaran yang lemah, jarak antara pendengar dan yang ia dengarkan sangat jauh, dan lain sebagainya. Hal ini menyebabkan sebagian kata menjadi tidak jelas bagi seorang perawi karena sebagian kata tersebut terbentuk dari pola yang sama. 14
  • 15. Contohnya adalah sebuah hadits yang diriwayatkan dari „Ashim bin Al- Ahwal. Namun sebagian perawi hadits tersebut meriwayatkan dari Washil bin Al- Ahdab. Ditinjau dari segi kata atau maknanya, maka hadits mushahhaf terbagi menjadi 2 bagian : Tashhif dalam Lafal Tashhif inilah yang banyak terjadi seperti pada contoh-contoh di atas. Tashhif dalam Makna Yang dimaksudkan dengan Tashhif ini adalah : Seorang perawi mushahhif (yang melakukan kesalahan) meriwayatkan sebuah hadits dengan menggunakan kaliamt-kalimat sesuai dengan aslinya, namun ia memberikan makna yang menunjukkan bahwa ia memahami hadits tersebut dengan pemahaman yang tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh hadits tersebut. Contohnya adalah apa yang diucapkan oleh Abu Musa Muhammad bin Al- Mutsanna Al-„Anzi, seorang laki-laki dari kabilah „Anazah. Ia berkata,”Kami adalah Kabilah „Anazah. Kami adalah suatu kamu yang mempunyai kemuliaan sebaba Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam shalat menghadap ke arah kami”. Makna tersebut ia pahami dari sebuah hadits yang berbunyi,“Sesungguhnya Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam shalat menghadap ke „Anazah”. Maka ia memahaminya bahwa Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam shalat menghadap ke arah mereka. Padahal kata „Anazah (huruf „Ain dan Nun difathah) berarti tombak kecil yang bermata dua, bentuknya persis seperti „Ukazah. Dimana Rasulullah shallallaahu „alaihi wasallam menancapkannya di hadapan beliau sebagai pembatas (sutrah) ketika beliau shalat di tanah lapang. Al-Hafidh Ibnu Hajar membagi hadits mushahhaf menjadi dua bagian : Bagian pertama beliau namakan dengan sebutan Tashhif; yaitu jika perubahannya adalah merubah titik-titik yang ada pada satu atau beberapa huruf, sedangkan bentuk katanya masih berupa bentuk yang semula. 15
  • 16. Bagian kedua beliau namakan dengan Tahrif. Sebutan ini beliau berikan pada perubahan yang terjadi pada bentuk kata. Ini adalah pembagian yang baru. Jika seorang perawi sering melakukan Tashhif (kesalahan), maka hal ini dapat mengurangi kekuatan hafalannya. Namun apabila kadang-kadang saja ia melakukannya, maka (dimaafkan karena) mustahil orang selamat dari kesalahan. 5. Hukum Meriwayatkan dan Mengamalkan Hadis dhaif Dari Abdullah bin Zubair, ia berkata : Aku berkata kepada Zubair(bapaknya), Aku tidak mendengarkan engkau menyampaikan hadits dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagaimana yang (banyak) disampaikan oleh si fulan dan si fulan‟. Beliau menjawab, “Sesungguhnya aku ini tidak pernah berpisah dengan beliau akan tetapi aku telah mendengar beliau bersabda, “Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaknya dia menyiapkan tempat duduknya di neraka” Terkait dengan pengamalan hadis daif, terdapat beberapa pendapat Pertama, Muhammad „Ajjaj al-Khatib mengemukakan bahwa ada tiga pendapat mengenai pengamalan hadis daif,8yaitu : a. Hadis daif tidak bisa diamalkan secara mutlak, baik mengenai fadail al- „amal maupun dalam menetapkan hukum; b. Hadis daif bisa diamalkan secara mutlak, karena hadis daif lebih kuat daripada ra‟y (pendapat) perseorangan; 8 Ajjaj al-Khathib, Ushul al-Hadis, h. 315-316 16
  • 17. c. Hadis daif bisa diamalkan dalam masalah fadail al-„amal bila memenuhi syarat. Ibn Hajar mengemukakan syarat-syarat tersebut, yaitu : 1. Ke-daif-annya tidak terlalu lemah. Misalnya tidak terdapat periwayat pendusta atau tertuduh berdusta serta tidak terlalu sering melakukan kesalahan; 2. Hadis daif itu masuk dalam cakupan hadis pokok yang bisa diamalkan; 3. Ketika mengamalkannya tidak diyakini bahwa ia berstatus kuat, tetapi sekedar berhati-hati. Penutup Hadis dhaif menurut istilah adalah hadis yang didalamnya tidak didapati syarat hadis shahih dan tidak pula didapati syarat hadis hasan, Kedaifan suatu hadis terjadi ketika Ketidakmuttashilan sanad, dan Selain ketidakmuttashilan sanad seperti; cacatnya seorang atau beberapa rawi Hadis-hadis daif ditinjau dari segi terputusnya sanad Hadis Mursal Hadis Munqathi‟ Hadis Mu‟dhal Hadis Mudallas Hadis Mu‟alallaq Hadis-hadis daif ditinjau dari segi cacat perawi Hadis Mudhtharib Hadis Maqlub Hadis Syadz Hadis Munkar Hadis Matruk Hadis Mu‟allal Hadis Mudraj Hadis Mushahhaf 17
  • 18. Pendapat menganai Pengamalan Hadis Dhaif: Hadis daif tidak bisa diamalkan secara mutlak Hadis daif bisa diamalkan secara mutlak Hadis daif bisa diamalkan dalam masalah fadail al-„amal bila memenuhi syarat Daftar Pustaka A. Qadir Hasan, Ilmu Mushthalaha al-Hadits. cet. III; Bandung: CV. Diponegoro, 1987 Ajjaj al-Khathib, Ushul al-Hadis, diterjemahkan oleh Qadirun-Nur dengan judul Ushul al- Hadis cet.I; Jakarta : Gaya Media, 1998. Fathur Rahman, Ikhstisar Mushthalahul Hadits. cet.VIII; Bandung : PT.Almaarif, 1995. Mahmud Tohan. Taisir Mustholah al Hadits. Surabaya :Al Hidayah, 1985. Manna al qathan, Pengantar Studi Ilmu Hadis, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2004 Subhis-Shaleh, Membahas Ilmu-ilmu Hadits, Jakarta. Pustaka Firdaus,1997. T.M.Hasbi Ash-Shiddieqy, Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadits, cet.VII; Jakarta : Bulan Bintang, 1987. Totok jumantoro, Kamus Ilmu Hadits.Jakarta: Bumi Aksara,2002. Yulem, Nawir, 9 (Sembilan) Kitab Induk Hadis, Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2006. Yuslem, Nawir, Ulumul Hadis, Jakarta: Mutiara Sumber Widya, Cetakan Pertama, 2001 18