SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
Oleh:Tatik Suwartinah, S.Pd.I,M.Pd.I
HADIST MENURUT
KUALITAS
A. HADITS SHAHIH
1. Pengertian Hadits Shahih
Kata shahîh secara etimologi dari kata shahha, yashihhu, shuhhan wa
shihhatan wa shahhâhan. Yang menurut bahasa berarti sehat, yang selamat, yang
benar, yang sah, dan yang sempurna yang merupakan lawan dari saqim (sakit).
Menurut ‘ulama ahli hadits, definisi hadits shahih secara terminologi adalah:
‫شاذ‬ ‫وال‬ ‫معلل‬ ‫غير‬ ‫مسند‬ ‫متصل‬ ‫الضبط‬ ‫تام‬ ‫عدل‬ ‫رواه‬ ‫ما‬
“Hadits yang diriwayatkan oleh orang yang adil, sempurna kedhabitannnya,
bersambung terus sanadnya kepada Nabi s.a.w., tidak ber-illat (ada sesuatu yang
cacat) dan tidak syadz (bersalahan riwayat itu dengan riwayat yang lebih raih
dari padanya).”
Al-‘Iraqi juga mengemukakan definisi yang hampir sama, akan tetapi dalam
dua syarat ia memberikan penekanan khusus dengan menambahkan kata-kata
lainnya, yaitu: pertama, pada ke-dhabit-an ia menyebutkan dhabit al-
fuad (kekuatan ingatan/kecerdasan). Artinya ia menekankan kekuatan menghafal
hadits, yang berbeda dengan dhabit al-kitab; dan kedua, pada ‘illat, ia
menyebutkan ‘illat qodihah (‘illat yang merusak atau mencacatkan).
2. Syarat-syarat Hadits Shahih
Berdasarkan beberapa definisi hadits shahih maka sebagaimana
dikemukakan oleh para ‘ulama hadits, diketahui ada lima syarat yang harus
dipenuhi, diantaranya:
a. ‫اتصال‬‫السند‬ artinya hadits shahih adalah hadits yang musnad (hadits
yang lagsung marfu’ kepada Nabi saw)
b. ‫العدل‬ artinya diriwayatkan oleh tokoh sanad hadits yang bersifat adil
c. ‫الضبط‬ semua perawinya dhabith, artinya perawi hadits tersebut
memiliki ketelitian dalam menerima hadits, memahami apa yang ia dengar,
serta mampu mengingat dan menghafalnya sejak ia menerima hadits.
d. ‫غير‬‫شاذ‬ hadits shahih bukanlah hadits yang syadz (kontroversial) atau
sejahtera dari keganjilan (tidak bertentangan dengan riwayat yang lebih rajih).
e. ‫غير‬‫معال‬ hadits shihih bukan hadits yang terkena ‘illat (cacat).
Kelima persyaratan di atas merupakan tolak ukur untuk menentukan suatu
hadits itu sebagai hadits shahih. Apabila kelima syarat terpenuhi secara
sempurna, maka hadits tersebut dinamai hadits Shahih Lidzatihi.
3. Macam-macam Hadits Shahih
Para ‘ulama membagi hadits shahih menjadi dua, yaitu Shahih Lidzatihi dan Shahih Lighairihi.
a. Shahih Lidzatihi
Hadits Shahih Lidzatihi adalah hadits yang dirinya sendiri telah memenuhi kriteria ke-shahih-an
sebagaiman disebutkan di atas, dan tidak memerlukan penguat dari yang lainnya.
Contoh hadits Shahih Lidzatihi:
Diberitahukan oleh Ibn Umar bahwasannya Nabi s.a.w. bersabda:
‫بني‬‫اإلسالم‬‫على‬‫خمس‬:‫شهادة‬‫ان‬‫الاله‬‫اال‬‫هللا‬‫وان‬‫محمدا‬‫رسول‬‫هللا‬‫واقام‬‫الصالة‬‫وايتاء‬‫الزكاة‬‫وصوم‬‫رمضان‬‫والحج‬
b. Shahih Lighairihi
Hadits Shahih Lighairihi adalah hadits yang keshahihannya dibantu oleh adanya keterangan lain. Hadits
kategori ini pada mulanya memiliki kelemahan pada aspek ke-dhabit-an perawinya (qalil adh-dhabth). Di
antara perawinya ada yang kurang sempurna kedhabitannya, sehingga dianggap tidak memenuhi syarat untuk
dikategorikan untuk menduduki derajat hadits Shahih Lidzatihi. Contoh hadits Shahih Lighairihi
Diberitakan oleh Abu Hurairah r.a:
‫قال‬ ‫م‬ ‫ص‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫ان‬:‫صالة‬ ‫كل‬ ‫عند‬ ‫بالسواك‬ ‫المرتهم‬ ‫امتى‬ ‫على‬ ‫اشق‬ ‫ان‬ ‫لوال‬
Contoh di atas merupakan hasil penelitian para ‘ulama yang dinukil oleh Prof. Dr. T. M. Hasbi Ash-
Shiddieqy dalam bukunya Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadits.
4. Hukum dan Ke-hujjah-an Hadits Shahih
Para ‘ulama hadits, demikian juga para ‘ulama Ushul
Fiqh dan Fuqaha, sepakat menyatakan bahwa hukum
hadits shahih adalah wajib untuk menerima dan
mengamalkannya. Hadits shahih adalah hujjah dan dalil
penetapan hukum syara’, oleh karenanya tidak ada
alasan bagi setiap muslim untuk meninggalkannya.
B. HADITS HASAN
1. Pengertian Hadits Hasan
Hasan berasal dari kata hasuna, yahsunu, yang berarti baik. Menurut Ath-Thibi Hadits
hasan adalah:
‫شذوذ‬ ‫من‬ ‫وسلم‬ ‫وجه‬ ‫غير‬ ‫من‬ ‫كالهما‬ ‫وروي‬ ‫ثقة‬ ‫اومرسل‬ ‫الثقه‬ ‫درجة‬ ‫من‬ ‫قرب‬ ‫من‬ ‫مسند‬
‫وعلة‬
“Hadits musnad (muttasil dan marfu’) yang sanad-sanadnya mendekati derajat tsiqah, atau
hadits mursal yang sanadnya tsiqah, akan tetapi pada keduanya ada perawi lain. Hadits itu
terhindar dari syudzudz dan ‘illat.”
Mengenai istilah, telah terjadi perselisihan di antara para ‘ulama, karena hadits hasan
terletak di antara hadits shahih dan hadits dha’if. Hadits hasan ialah hadits yang sanadnya
bersambung, yang diriwayatkan oleh orang yang adil tetapi kurang sedikit dhabith, tidak
terdapat di dalamnya suatu kejanggalan dan tidak juga terdapat cacat.
2. Syarat-syarat Hadits Hasan
Syarat-syarat hadits hasan sama seperti halnya
hadits shahih, dengan melihat pengertian hadits
hasan itu sendiri, yang berbeda hanya bidang
hafalannya. Untuk hadits hasan, hafalan rawi ada
yang kurang sedikit bila dibandingkan dengan
hadits shahih.
3. Macam-macam Hadits Hasan
Seperti halnya hadits shahih, hadits hasan dibagi menjadi dua, yaitu: hadits hasan lidzatihi dan hadits hasan lighairihi.
a. Hadits hasan lidzatihi
Hadits hasan lidzatihi ialah hadits yang bersambung-sambung sanadnya dengan orang yang adil yang kurang kuat
hafalannya dan tidak terdapat padanya syudzudz dan ‘illat.
Contohnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh at-Turmudzi dan Abu Hurairah, bahwasannya Rasul bersabda:
‫صالة‬ ‫كل‬ ‫عند‬ ‫بالسواك‬ ‫مرتهم‬ ‫ال‬ ‫امتى‬ ‫على‬ ‫اشق‬ ‫ان‬ ‫لوال‬
“Sekiranya tidak aku memberatkan umatku, tentulah aku memerintahkan mereka beristiwak di tiap-tiap shalat”.
b. Hadits hasan lighairihi
Hadits hasan lighairihi adalah hadits yang di dadalam isnadnya terdapat orang yang tidak diketahui keadaannya, tidak
bisa dipastikan kelayakan atau tidaknya. Namun ia bukan orang yang lengah yang banyak berbuat salah dan tidak pula
berbuat dusta. Sedangkan matannya didukung oleh muttabi’atau syahidz.
Contoh hadits hasan lighairihi:
‫قالت‬ ‫بنعلين؟‬ ‫ومالك‬ ‫نفسك‬ ‫من‬ ‫ارضيت‬:‫فاجاز‬ ‫نعم‬
“Apakah engkau suka menyerahkan diri engkau dan harta engkau dengan hanya sepasang sepatu? Perempuan tersebut
menjawab: ya, maka Nabi s.a.w. membernarkannya”.
Dalam keterangan beberapa buku ada yang mempersingkat bahwa hadits hasan lidzatihi (hasan dengan sendirinya) dan
hadits hasan lighairihi (hasan dengan topangan hadits lain).
4. Hukum dan Kehujjahan Hadits
Hasan
Para Imam ahli hadits mengatakan, bahwa
hadits hasan sama dengan hadits shahih,
walaupun hadits hasan itu lebih kurang dari
hadits shahih dari segi kekuatan. Karena itu,
segolongan ‘ulama mengatakan, bahwa hadits
itu berada di bawah hadits shahih. Dan
walaupun demikian hadits hasan dapat diterima
dan dipergunakan sebagai dalil
atau hujjah dalam menetapkan dibidang hukum
atau bidang aqidah, pendapat inilah yang paling
banyak dianut.
C. HADITS DHA’IF
1. Pengertian Hadits Dha’if
Hadits dha’if menempati urutan ketiga dalam pembagian hadits menurut
kualitas haditsnya. Atau yang paling tepat hadits yang padanya tidak terdapat
ciri hadits shahih dan hasan.
Kata dha’if secara bahasa adalah lawan dari al-Qowiy, yang berarti lemah,
Hadis Dha’if ini adalah Hadis mardud, yaitu Hadis yang diolak dan tidak
dapat dijadikan hujjah atau dalil dalam menetapkan suatu hukum
Sedang menurut istilah, Ibnu Shalah memberikan definisi :
‫الحسن‬ ‫والصفات‬ ‫الصحيح‬ ‫صفات‬ ‫يجمع‬ ‫لم‬ ‫ما‬
Artinya: “Yang tidak terkumpul sifat-sifat shahih dan sifat-sifat hasan”.
Zinuddin Al-Traqy menanggapi bahwa definisi tersebut kelebihan kalimat
yang seharusnnya dihindarkan, menurut dia cukup:
‫الحسن‬ ‫صفات‬ ‫يجمع‬ ‫لم‬ ‫ما‬
Artinya: “yang tidak terkumpul sifat-sifat hadits hasan”
Karena sesuatu yang tidak memenuhi syarat-syarat hadits hasan sudah
barang tentu tidak memenuhi syarat-syarat hadits shahih.
Para ‘ulama memberikan batasan bagi hadits dha’if :
‫الصحيح‬ ‫الحديث‬ ‫صفات‬ ‫يجمع‬ ‫لم‬ ‫الذي‬ ‫الحديث‬ ‫هو‬ ‫الضعيف‬ ‫الحديث‬
‫الحديث‬ ‫صفات‬ ‫وال‬
Artinya:
“hadits dha’if adalah hadits yang tidak menghimpun sifat-sifat hadits
shahih dan juga tidak menghimpun sifat-sifat hadits hasan
Hadits dha’if juga dikatakan hadits mardud (yang ditolak) karena
tidak adanya sesuatu syarat-syarat yang menerimanya. Tegasnya hadits
dha’if adalah hadits yang didapati padanya sesuatu yang menolaknya.
Definisi hadits dha’if adalah: “hadits yang kehilangan satu syarat atau
lebih dari syarat-syarat hadits shahih atau hadits hasan”.
2. Macam-macam Hadits Dha’if
Jenis Hadis Dha’if sangat banyak dan tidak cukup jika dijelaskan secara keseluruhan dalam
makalah ini, untuk itu penulis berusaha untuk memilah menjadi tiga macam hadits dha’if
berdasarkan:
a. Hadits dha’if disebabkan oleh terputusnya sanad
v Hadits Mursal
Kata “Mursal” secara etimologi diambil dari kata “irsal” yang berarti “Melepaskan”, adapun
pengertian hadits mursal secara terminologi ialah hadits yang dimarfu’kan oleh tabi’in kepada Nabi
Saw. Artinya, seorang tabi’in secara langsung mengatakan, “bahwasanya Rasulullah Saw
bersabda…..”
Maksud dari definisi diatas dapat dipahami bahwa seorang tabi’in mengatakan Rasulullah saw
berkata demikian, dan sebagainya, sementara Tabi’in tersebut jelas tidak bertemu dengan Rasulullah
saw. Dalam hal ini Tabi’in tersebut menghilangkan sahabat sebagai generasi perantara antara
Rasulullahh saw dengan tabi’in.
Definisi seperti inilah yang banyak digunakan oleh ahli Hadits, hanya mereka tidak memberikan
batasan antara tabi’in kecil dan besar. Namun ada juga sebagian ‘ulama hadits yang memberikan
batasan Hadits Mursal ini hanya dimarfu’kan kepada tabi’i besar saja karena periwayatan tabi’i besar
adalah sahabat dan Hadits yang dimarfu’kan kepada tabi’i yang kecil termasuk Hadits Munqati’.
Sebagai contoh, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitab Al-
Muwqaththa’, dari Zaid bin Aslam, dari Atha’ bin Yasar, bahwasanya Rasulullah Saw
bersabda:
‫جهنم‬ ‫فيح‬ ‫من‬ ‫الحر‬ ‫سدة‬ ‫ان‬
“sesungguhnya cuaca yang sangat panas itu bagian dari uap neraka Jahannam”
Contoh yang lain adalah, Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab
Shahihnya pada bagian “jual beli” (kitab al-buyu’) dia berkata : “telah menceritakan
kepadaku Muhammad Ibnu Rafi’, telah menceritakan kepada kami Hujjain, telah
menceritakan kepada kami al-Laits, dari Uqail dari Ibnu Shihab dari Ibnu Ssaid ibnu
Musayyab, bahwa Rasulullah saw melarang menjual kurma yang masih berada dipohon,
dengan kurma yang sudah dikeringkan.”
Said bin Musayyab adalah seorang tabi’i besar. Dia meriwayatkan Hadits ini tanpa
menyebutkan perawi (sahabat) yang menjadi perantara antara dirinya dengan Rasulullah
saw. Dalam hal ini Ibnu Musyayyab telah menggugurkan akhir dari perawinya yaitu
sahabat. Bisa saja selain dari sahabat yang digugurkannya ada tabi’i lain yang juga
digugurkannya.
Klasifikasi Hadits Mursal:
Sebagaimana diterangkan bahwa Hadits mursal adalah hadits yang jalan sanadnya menggugurkan
perawi yang terakhir yaitu sahabat yang langsung menerima hadis tersebut dari Rasulullah saw.
Diitinjau dari segi siapa yang menggugurkan dan dari sifat-sifatnya, maka hadis mursal ini terdiri dari
tiga bagian:
1. Mursal Shahabi, yaitu: Pemberitaan sahabat yang disandarkan kepada Rasulullah saw tetapi ia
tidak mendengar atau menyaksikan sendiri apa yang ia beritakan, lantaran disaat Rasulullah saw
masih hidup ia masih kecil atau terbelakang masuk Islamnya. Hadis Mursal shahabi ini tidak
dipermasalahkan apabila seluruh perawi dalam sanadnya termasuk dalam kategori adil, sehingga
kemajhulannya tidak bersifat negatif.
2. Mursal Khafi’ yaitu: Hadits yang diriwayatkan oleh tabi’i namun tabi’i yang meriwayatkan hadits
tersebut hidup sezaman dengan sahabat tetapi tidak pernah mendengar ataupun menyaksikan hadits
langsung dari Rasulullah saw.
3. Mursal Jali, yaitu: apabila penggugurannya dilakukan oleh rawi (tabi’i) dapat diketahui jelas sekali
oleh umum, bahwa orang yang menggugurkan tersebut tidak pernah hidup sezaman dengan orang
yang digugurkannya atau yang menerima berita langsung dari Rasulullah saw.
v Hadits Munqati
Hadits munqati menurut bahasa artinya terputus. Menurut
sebagian para ulama hadits, hadits munqati’ ialah hadits yang
mana di dalam sanadnya terdapat seseorang yang tidak disebutkan
namanya oleh rawi, misalnya perkataan seorang rawi, “dari
seorang laki-laki”. Sedang menurut para ‘ulama lain bahwa hadits
muntaqi’ ialah hadits yang dalam sanadnya terdapat seorang rawi
yang gugur (tidak disebutkan) dari rawi-rawi sebelum sahabat,
baik dalam satu atau beberapa tempat, namun rawi yang gugur itu
tetap satu dengan syarat bukan pada permulaan sanad.
Definisi lain menyebutkan hadis munqati’ adalah hadits yang
dalam sanadnya gugur seorang perawi dalam satu tempat atau
lebih atau di dalamnya disebutkan seorang perawi yang mubham.
Dari segi gugurnya perawi, ia sama dengan hadits mursal hanya
saja jika hadits mursal dibatasi dengan gugurnya sahabat,
sementara dalam hadits munqati’ tidak ada batasan seperti itu. Jadi
bila terdapat gugurnya perawi baik diawal, di tengah ataupun
diakhir pada suatu hadits maka dia disebut dengan hadits munqati’
A. HADIS DHAIF
BERDASARKAN
GUGURNYA RAWI
v Hadits Mudallas
Hadits mudallas menurut bahasa, berarti hadits yang sulit
dipahami. Kata mudallas adalah isim maf’ul dari dallasa yang
berarti gelap atau berbaur dengan gelap. Menurut ilmu hadits,
mudallas adalah hadits yang diriwayatkan seorang rawi dari orang
yang hidup semasanya, namun ia tidak pernah bertemu dengan
orang yang diriwayatkannya tersebut dan tidak mendengarnya
darinya karena kesamaran mendengarkannya”.[
Para ‘ulama memberi batasan hadits mudallas adalah hadits yang
gugur dua orang rawinya atau lebih secara beriringan dalam
sanadnya, contohnya: “telah sampai kepadaku, dari Abu Hurairah,
bahwa Rasulullah Saw bersabda:
‫بالمعروف‬ ‫وكسوته‬ ‫طعامه‬ ‫للمملك‬(‫مالك‬ ‫رواه‬)
Artinya:
“Budak itu harus diberi makanan dan pakayan secara
baik”. (HR. Malik)
v Hadits Muallaq
Hadits muallaq menurut bahasa berarti hadits yang tergantung. Dari segi
istilah, hadits muallaq adalah hadits yang gugur satu rawi atau lebih diawal
sanad. Contoh: Bukhari berkata, kata Malik, dari Zuhri, dari Abu Salamah, dari
Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda:
‫األنبياء‬ ‫التقاضلوابين‬
Artinya:
“Janganlah kamu melebihkan sebagian Nabi dan sebagian yang lain”. (HR.
Bukhari)[
v Hadits mu’dhal
Hadits mu’dhal adalah hadits yang gugur dua orang sanadnya atau lebih
secara berturut-turut.
Menurut kesimpulan di atas tadi dapat diambil kesimpulan bahwa hadits
dha’if karena gugurnya rawi artinya tidak adanya satu, dua, atau beberapa rawi,
yang seharusnya ada dalam suatu sanad, baik pada permulaan, pertengahan,
maupun diakhir sanad.
v Hadits Maudhu’
Hadits maudhu’ ialah hadits yang bukan hadits Rasulullah saw tapi disandarkan kepada beliau oleh orang
secara dusta dan sengaja atau secara keliru tanpa sengaja. Contoh:
‫ابتاء‬ ‫سبع‬ ‫الي‬ ‫الجنة‬ ‫الزنا‬ ‫ولد‬ ‫اليدخل‬
Artinya:
“Anak jin tidak masuk surga hingga tujuh turunan”.
v Hadits Matruk
Hadits matruk ialah hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi, yang menurut penilaian seluruh ahli
hadits terdapat catatan pribadinya sebagai seorang rawi yang dha’if. Contoh: hadits riwayat Amr bin Syamr,
dari Jabir Al-Ju’fi, dari Haris, dari Ali. Dalam hal ini Amr termasuk orang yang haditsnya ditinggalkan.
Hadis matruk adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan dan diriwayatkan oleh orang yang
tertuduh dusta dalam periwayatan hadits, dalam hadits nabawi, atau sering berdusta dalam pembicaraannya
atau terlihat jelas kefasikannya, melalui perbuatan ataupun kata-kata, serta sering kali salah atau lupa.
Misalnya hadits Amr bin Samar dari jabir al-Jafiy.
Yang dimaksud dengan rawi tertuduh dusta yaitu seorang rawi yang dalam pembicaraan selalu berdusta,
tetapi belum dapat dibuktikan bahwa ia berdusta dalam membuat hadits. Adapun orang yang berdusta di luar
pembuatan hadits ditolak periwayatannya.
B. HADIS DHAIF
BERDASARKAN
CACATNYA PERAWI
v Hadits Munkar
Hadits munkar ialah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang
dha’if yang berbeda dengan riwayat rawi yang tsigah (terpercaya).
Contoh:
‫الجنة‬ ‫ودخل‬ ‫الضيق‬ ‫وقري‬ ‫وصام‬ ‫وحج‬ ‫الزكاة‬ ‫واتي‬ ‫الصالة‬ ‫اقام‬ ‫من‬.
Artinya:
“Barang siapa mendirikan shalat, menunaikan zakat, melakukan
haji, berpuasa, dan menjamu tamu, maka dia masuk surga”.
Hadits munkar adalah hadits yang perawinya sangat cacat dalam
kadar sangat keliru atau nyata kefasikannya. Para ‘ulama hadits
memberikan definisi yang berfariasi tentang hadits munkar ini. Di
antaranya ada dua definisi yang selalu digunakan, yaitu:
a. Hadits yang terdapat pada sanadnya seorang perawi yang sangat
keliru, atau sering kali lupa dan terlihat kefasikannya secara nyata.
b. Hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang dha’if yang hadits
tersebut berlawanan dengan yang diriwayatkan oleh perawi yang
tsiqoh.
v Hadits Muallal
Muallal menurut istilah para ahli hadits ialah hadits yang di
dalamnya terdapat cacat yang tersembunyi, yang bisa
mengakibatkan cacatnya hadits itu, namun dari sisi lahirnya cacat
tersebut tidak tampak. Contoh:
‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلي‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫قال‬:‫يتفرقا‬ ‫مالم‬ ‫بالخيار‬ ‫البيعان‬
Artinya:
“Rasulullah bersabda: penjual dan pembeli boleh berikhtiar,
selama mereka masih belum berpisah”
Hadits Muallal adalah hadits yang cacat karena perawinya al-
Wahm, yaitu hanya persangkaan atau dugaan yang tidak
mempunyai landasan yang kuat. Umpamanya, seorang perawi
yang menduga suatu sanad adalah muttashil (bersambung) yang
sebenarnya adalah munqathi’ (terputus), atau dia mengirsalkan
yang mutthasil, dan memauqufkan yang maru’ dan sebagainya.
v Hadits Mudraj
Hadits mudraj adalah hadits yang dimasuki sisipan, yang sebenarnya bukan bagian
hadits itu. Contoh:
‫قال‬‫رسول‬‫هللا‬‫صلي‬‫هللا‬‫عليه‬‫وسلم‬:‫انا‬،‫زعيم‬‫والزعيم‬‫الحميل‬‫لمن‬‫أمن‬‫بي‬‫واسلم‬‫وجاهدفي‬‫سبيل‬‫هللا‬‫يبيت‬‫في‬
‫ريض‬‫الجنة‬(‫رواه‬‫النسائ‬)
Artinya:
“Rasulullah saw bersabda: saya itu adalah Zaim dan Zaim itu adalah
penanggungjawab dari orang yang beriman kepadaku, taat dan berjuang di jalan
Allah, dia bertempat tinggal di dalam surga.” (HR. Nasa’i)
Idraj berarti memasukkan Sesuatu kepada suatu yang lainnya dan
menggabungkannya kepada yang lain itu, dengan kata lain hadits mudraj adalah hadits
yang di dalamnya terdapat kata-kata tambahan yang bukan dari bagian hadits tersebut.
Hadits mudraj ada dua yaitu :
Mudraj Isnad: seorang perawi menambahkan kalimat-kalimat dari dirinya sendiri
saat mengemukakan sebuah hadits disebabkan oleh suatu perkara sehingga orang yang
meriwayatkan selanjutnya menganggap apa yang diucapkannya adalah juga bagian
dari hadits tersebut.
Mudraj Matan: sesuatu yang dimasukkan ke dalam matan suatu hadits yang bukan
merupakan matan dari hadits tersebut, tanpa ada pemisahan di antaranya (yaitu antara
matan hadits dan sesuatu yang dimasukkan tersebut). Atau memasukkan suatu
perkataan dari perawi kedalam matan suatu hadits, sehingga diduga perkataan tersebut
berasalah dari perkataan Rasulullah saw.
v Hadits Maqlub
Hadits maqlub ialah hadits yang di dalamnya terdapat perubahan, baik
dalam sanad maupun matannya, baik yang disebabkan pergantian lafadz
lain atau disebabkan susunan kata yang terbalik, contoh:
‫وكبته‬ ‫قبل‬ ‫يديه‬ ‫وليضع‬ ‫البعير‬ ‫كمايبرك‬ ‫يبرك‬ ‫فال‬ ‫احدكم‬ ‫سجد‬ ‫إذا‬
Artinya:
“ Apabila salah seorang kamu sujud, jangan menderum seperti
menderumnya seekor unta, melainkan hendaknya meletakkan kedua
tangannya sebelum meletakkan kedua lututnya,” (HR. Al- Turmudji, dan
mengatakannya hadits ini gharib)
Hadits maqlub yaitu hadits yang lafadz matannya tertukar pada salah
seorang perawi pada salah seorang perawi atau seseorang pada sanadnya.
Kemudian didahulukan dalam penyebutannya, yang seharusnya disebut
belakangan atau mengakhirkan penyebutannya, yang seharusnya
didahulukan atau dengan diletakkannya sesuatu pada tempat yang lain.
v Hadits Syadz
Hadits syadz adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi yang terpercaya, yang berbeda dalam matan atau
sanadnya dengan riwayat rawi yang relatif lebih terpercaya, serta tidak mungkin dikompromikan antara keduanya.
Contoh: hadits syadz dalam matan adalah hadits yang diriwayatkan oleh muslim, dari Nubaisyah Al-Hudzali, dia
berkata, Rasulullah bersabda:
‫ايا‬‫وشرب‬ ‫اكل‬ ‫ايام‬ ‫التشريق‬ ‫م‬
Artinya:
“Hari-hari tasyrik adalah hari-hari makan dan minum”
v Hadits Mudhtharib
Hadits Mudhtharib adalah Hadits yang diriwayatkan dalam bentuk yang berbeda yang masing-masing sama kuat.
v Hadis Mushahhaf
Hadis Mushahhaf yaitu hadits yang dirubah kalimatnya, yang tidak diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqot,
baik secara lafadz maupun makna hadits ini ada yang berubah sanadnya dan adapula berubah matannya.
Jadi, kesimpulan bahwa hadits yang cacat rawi dan matan atau kedua-duanya digolongkan hadits dha’if yang
terbagi menjadi tujuh, yaitu: hadits maudu’ (palsu), hadits matruk (yang ditinggalkan) atau hadits matruh (yang
dibuang), hadits munkar (yang diingkari), hadits muallal (terkena ‘illat), hadits mudraj (yang dimasuki sisipan), hadits
maqlub (yang diputar balik), dan hadits syadz (yang ganjil), hadits Mudhtharib, dan hadits mushahhaf.
c. Hadits dha’if ditinjau dari sifat matannya
Para ahli hadits memasukkan ke dalam kelompok hadits
dha’if dari sudut penyandarannya ini adalah hadits mauquf dan
hadits maqhthu’.
1) Hadits mauquf
Hadits mauquf adalah hadits yang diriwayatkan dari para
sahabat baik berupa perkataan, perbuatan, atau taqrirnya.
Periwayatannya baik bersambung atau tidak.
2) Hadits maqthu’
Hadits maqthu’ adalah hadits yang diriwayatkan dari tabi’in
dan disandarkan kepadanya, baik perkataan maupun
perbuatannya. Dengan kata lain bahwa hadits maqthu’ adalah
perkataan atau perbuatan tabi’in.
C. HADIS DHAIF
BERDASARKAN
SIFAT MATANNYA
3. Hukum dan Kehujjahan Hadits Dha’if
Hadits dha’if ada kalanya tidak bisa ditolerir kedha’iffannya, misalnya karena
kemaudhu’annya, ada juga yang bisa tertutupi kedha’iffannya (karena ada faktor yang
lainnya). Untuk yang pertama tersebut, berdasarkan kesepakatan para ‘ulama hadits,
tidak diperbolehkan mengamalkannya baik dalam penetapan hukum-hukum, akidah
maupun fadhail al ‘amal.
Sementara untuk jenis yang kedua dalam hal kehujjahannya hadits dha’if tersebut,
ada yang berpendapat menolak secara mutlak baik unuk penetapan hukum-hukum,
akidah maupun fadhail al ‘amal dengan alasan karena hadits dha’if ini tidak dapat
dipastikan datang dari Rosulullah saw. Di antara yang berpendapat seperti ini adalah
Imam al-Bukhari, Imam Muslim, dan Abu Bakr ibnu al-‘Arabi.
Sementara bagi kelompok yang membolehkan beramal dengan hadits dha’if ini
secara mutlak adalah Imam Abu Hanifah, an-Nasa’i dan juga Abu Daud. Mereka
berpendapat bahwa megamalkan hadits dha’if ini lebih disukai dibandingkan
mendasarkan pendapatnya kepada akal pikiran atau qiyas. Imam ibnu Hambal, Abd al-
Rahman ibn Al-Mahdi dan Abdullah ibn al-mubarak menerima pengalaman hadits
dha’if sebatas fadhail al-‘amal saja, tidak termasuk urusan penetapan hukum seperti
halal dan haram atau masalah akidah.
ada.
Sementara As-Suyuti sendiri cenderung membolehkan beramal
dengan hadits dha’if termasuk dalam masalah hukum dengan
maksud ikhtiyath. Ia mendasarkan pada pendapat Abu Daud,
Imam ibn Hambal yang berpendapat bahwa itu lebih baik
dibanding menggunakan akal atau rasio atau pendapat seseorang.
Dalam keterangan lain, ada tiga pendapat ‘ulama tentang
pengamalan dan penggunaan hadits dha’if:
Hadits Dha’if tidak diamalkan secara mutlak, baik mengenai
fadhail maupun ahkam dan ini merupakan pendapat kebanyakan
‘ulama termasuk Imam Bukhari dan Muslim.
Hadits Dha’if bisa diamalkan secara mutlak, ini merupakan
pendapat Abu Daud dan Imam Ahmad yang lebih mengutamakan
Hadis Dha’if dibandingkan ra’yu seseorang.
Hadits Dha’if dapat digunakan dalam masalah fadhail mawa’iz
atau sejenis dengan memenuhi kriteria yang ada.
Qurdist 10 semester 2 hadist segi kualitas
Qurdist 10 semester 2 hadist segi kualitas

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'ifHadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if
 
Hadits mutawattir (without background)
Hadits mutawattir (without background)Hadits mutawattir (without background)
Hadits mutawattir (without background)
 
Pengertian hadis dan pembahagiannya
Pengertian hadis dan pembahagiannyaPengertian hadis dan pembahagiannya
Pengertian hadis dan pembahagiannya
 
Ulumul hadits
Ulumul haditsUlumul hadits
Ulumul hadits
 
Hadits
HaditsHadits
Hadits
 
Hadits Ahad
Hadits AhadHadits Ahad
Hadits Ahad
 
studi hadits
studi haditsstudi hadits
studi hadits
 
5.9.2012 hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete
5.9.2012   hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete5.9.2012   hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete
5.9.2012 hadis sohih, hasan, dhoif, hikmah complete
 
pembagian hadits -- ulumul hadits
pembagian hadits  -- ulumul haditspembagian hadits  -- ulumul hadits
pembagian hadits -- ulumul hadits
 
makalah hadist Dhaif serta pembagiannya
makalah hadist Dhaif serta pembagiannyamakalah hadist Dhaif serta pembagiannya
makalah hadist Dhaif serta pembagiannya
 
Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan Kualitasnya
Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan KualitasnyaKlasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan Kualitasnya
Klasifikasi Hadist Ditinjau dari Aspek Kuantitas dan Kualitasnya
 
Ppt hadits
Ppt haditsPpt hadits
Ppt hadits
 
Al hadist (as-sunnah)
Al hadist (as-sunnah)Al hadist (as-sunnah)
Al hadist (as-sunnah)
 
Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)
Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)
Hadits Dhoif (kriteria & macam-macam)
 
Ulumul hadits
Ulumul haditsUlumul hadits
Ulumul hadits
 
Makalah ulumul hadits
Makalah ulumul haditsMakalah ulumul hadits
Makalah ulumul hadits
 
Hadis dhaif
Hadis dhaifHadis dhaif
Hadis dhaif
 
Hadist Dhaif - Ulumul Hadis
Hadist Dhaif - Ulumul HadisHadist Dhaif - Ulumul Hadis
Hadist Dhaif - Ulumul Hadis
 
Ulumul hadits
Ulumul haditsUlumul hadits
Ulumul hadits
 
Unsur – unsur hadits
Unsur – unsur hadits Unsur – unsur hadits
Unsur – unsur hadits
 

Similar to Qurdist 10 semester 2 hadist segi kualitas

KELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis h
KELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis hKELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis h
KELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis harifrahman87863
 
hadits mutawatir dan ahad.pptx
hadits mutawatir dan ahad.pptxhadits mutawatir dan ahad.pptx
hadits mutawatir dan ahad.pptxRaefanggaAngga
 
Hadits Dari Segi Rawi dan Matannya
Hadits Dari Segi Rawi dan MatannyaHadits Dari Segi Rawi dan Matannya
Hadits Dari Segi Rawi dan MatannyaJimatul Arrobi
 
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas sanad (1).ppt
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi  kuantitas dan kualitas sanad (1).pptKlasifikasi hadis ditinjau dari segi  kuantitas dan kualitas sanad (1).ppt
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas sanad (1).pptFaizakbar251
 
Pengertian, Klasifikasi Hadis Dha’if.pptx
Pengertian, Klasifikasi Hadis Dha’if.pptxPengertian, Klasifikasi Hadis Dha’if.pptx
Pengertian, Klasifikasi Hadis Dha’if.pptxSawaunAmin
 
Pegertian dan klasifikasi Hadis Dha’if 1.pptx
Pegertian dan klasifikasi Hadis Dha’if 1.pptxPegertian dan klasifikasi Hadis Dha’if 1.pptx
Pegertian dan klasifikasi Hadis Dha’if 1.pptxSawaunAmin
 
Musthalat Fi Al Hadis, Kodifikasi Hadis, Hadis Ditinjau dari Kuantitas dan Ku...
Musthalat Fi Al Hadis, Kodifikasi Hadis,Hadis Ditinjau dari Kuantitas dan Ku...Musthalat Fi Al Hadis, Kodifikasi Hadis,Hadis Ditinjau dari Kuantitas dan Ku...
Musthalat Fi Al Hadis, Kodifikasi Hadis, Hadis Ditinjau dari Kuantitas dan Ku...Ningsih Wahyu
 
8. hadits shahih syarat dan macam macam
8. hadits shahih syarat dan macam macam8. hadits shahih syarat dan macam macam
8. hadits shahih syarat dan macam macamFakhri Cool
 
Hadits Shahih dan Hadits Hasan
Hadits Shahih dan Hadits HasanHadits Shahih dan Hadits Hasan
Hadits Shahih dan Hadits HasanFakhri Cool
 
PPT SYARAT HADITS SHAHIH.pptx
PPT SYARAT HADITS SHAHIH.pptxPPT SYARAT HADITS SHAHIH.pptx
PPT SYARAT HADITS SHAHIH.pptxanqitamyizah
 
ulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptx
ulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptxulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptx
ulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptxssuserffaed6
 
Agama hadits
Agama haditsAgama hadits
Agama haditsIntandea
 
Qurdist 10 semester2 hadist segi kuantitas
Qurdist 10 semester2 hadist segi kuantitasQurdist 10 semester2 hadist segi kuantitas
Qurdist 10 semester2 hadist segi kuantitasTatik Suwartinah
 
qurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitas
qurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitasqurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitas
qurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitasTatik Suwartinah
 
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)DeniKesuma1
 

Similar to Qurdist 10 semester 2 hadist segi kualitas (20)

KELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis h
KELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis hKELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis h
KELOMPOK 9 Hadits.pptx hadis hadis hadis h
 
hadits mutawatir dan ahad.pptx
hadits mutawatir dan ahad.pptxhadits mutawatir dan ahad.pptx
hadits mutawatir dan ahad.pptx
 
Tugas ulumul hadits
Tugas ulumul haditsTugas ulumul hadits
Tugas ulumul hadits
 
HADITS
HADITSHADITS
HADITS
 
Hadits Dari Segi Rawi dan Matannya
Hadits Dari Segi Rawi dan MatannyaHadits Dari Segi Rawi dan Matannya
Hadits Dari Segi Rawi dan Matannya
 
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas sanad (1).ppt
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi  kuantitas dan kualitas sanad (1).pptKlasifikasi hadis ditinjau dari segi  kuantitas dan kualitas sanad (1).ppt
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas sanad (1).ppt
 
Pengertian, Klasifikasi Hadis Dha’if.pptx
Pengertian, Klasifikasi Hadis Dha’if.pptxPengertian, Klasifikasi Hadis Dha’if.pptx
Pengertian, Klasifikasi Hadis Dha’if.pptx
 
Pegertian dan klasifikasi Hadis Dha’if 1.pptx
Pegertian dan klasifikasi Hadis Dha’if 1.pptxPegertian dan klasifikasi Hadis Dha’if 1.pptx
Pegertian dan klasifikasi Hadis Dha’if 1.pptx
 
keshahihan Hadits
keshahihan Haditskeshahihan Hadits
keshahihan Hadits
 
Musthalat Fi Al Hadis, Kodifikasi Hadis, Hadis Ditinjau dari Kuantitas dan Ku...
Musthalat Fi Al Hadis, Kodifikasi Hadis,Hadis Ditinjau dari Kuantitas dan Ku...Musthalat Fi Al Hadis, Kodifikasi Hadis,Hadis Ditinjau dari Kuantitas dan Ku...
Musthalat Fi Al Hadis, Kodifikasi Hadis, Hadis Ditinjau dari Kuantitas dan Ku...
 
8. hadits shahih syarat dan macam macam
8. hadits shahih syarat dan macam macam8. hadits shahih syarat dan macam macam
8. hadits shahih syarat dan macam macam
 
Hadits Shahih dan Hadits Hasan
Hadits Shahih dan Hadits HasanHadits Shahih dan Hadits Hasan
Hadits Shahih dan Hadits Hasan
 
PPT SYARAT HADITS SHAHIH.pptx
PPT SYARAT HADITS SHAHIH.pptxPPT SYARAT HADITS SHAHIH.pptx
PPT SYARAT HADITS SHAHIH.pptx
 
ulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptx
ulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptxulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptx
ulumul hadis - sesi 2 yusuf.pptx
 
Agama hadits
Agama haditsAgama hadits
Agama hadits
 
Qurdist 10 semester2 hadist segi kuantitas
Qurdist 10 semester2 hadist segi kuantitasQurdist 10 semester2 hadist segi kuantitas
Qurdist 10 semester2 hadist segi kuantitas
 
qurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitas
qurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitasqurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitas
qurdits kelas 10 semester 2 klasifikasi hadits menurut kualitas
 
Hadits dha'if
Hadits dha'ifHadits dha'if
Hadits dha'if
 
Hadits dha'if
Hadits dha'ifHadits dha'if
Hadits dha'if
 
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
 

More from Tatik Suwartinah

Landasan pengemb kurikulum pai 2.
Landasan pengemb kurikulum pai  2.Landasan pengemb kurikulum pai  2.
Landasan pengemb kurikulum pai 2.Tatik Suwartinah
 
Sbk kelas 7 semester 2 ragam gerakan tari daerah
Sbk kelas 7 semester 2 ragam gerakan tari daerahSbk kelas 7 semester 2 ragam gerakan tari daerah
Sbk kelas 7 semester 2 ragam gerakan tari daerahTatik Suwartinah
 
Sbk kelas 7 semerter 2 perencanaan pagelaran tari
Sbk kelas 7 semerter 2 perencanaan pagelaran tariSbk kelas 7 semerter 2 perencanaan pagelaran tari
Sbk kelas 7 semerter 2 perencanaan pagelaran tariTatik Suwartinah
 
Qurdist 10 semester 2 fungsi hadits terhadap al qur'an
Qurdist 10 semester 2 fungsi hadits terhadap al qur'anQurdist 10 semester 2 fungsi hadits terhadap al qur'an
Qurdist 10 semester 2 fungsi hadits terhadap al qur'anTatik Suwartinah
 
Qurdist 10 semester 2 fungsi hadits terhadap al qur'an
Qurdist 10 semester 2 fungsi hadits terhadap al qur'anQurdist 10 semester 2 fungsi hadits terhadap al qur'an
Qurdist 10 semester 2 fungsi hadits terhadap al qur'anTatik Suwartinah
 
Mewarnai bagian 5 untuk PAUD dan TK
Mewarnai bagian 5 untuk PAUD dan TKMewarnai bagian 5 untuk PAUD dan TK
Mewarnai bagian 5 untuk PAUD dan TKTatik Suwartinah
 
Mewarnai bagian 4 untuk PAUD dan TK
Mewarnai bagian 4 untuk PAUD dan TKMewarnai bagian 4 untuk PAUD dan TK
Mewarnai bagian 4 untuk PAUD dan TKTatik Suwartinah
 
Mewarnai bagian 3 untuk PAUD dan TK
Mewarnai bagian 3 untuk PAUD dan TKMewarnai bagian 3 untuk PAUD dan TK
Mewarnai bagian 3 untuk PAUD dan TKTatik Suwartinah
 
Mewarnai bagian 2 untuk PAUD dan TK
Mewarnai bagian 2 untuk PAUD dan TKMewarnai bagian 2 untuk PAUD dan TK
Mewarnai bagian 2 untuk PAUD dan TKTatik Suwartinah
 
Mewarnai bagian 1 untuk PAUD dan TK
Mewarnai bagian 1 untuk PAUD dan TKMewarnai bagian 1 untuk PAUD dan TK
Mewarnai bagian 1 untuk PAUD dan TKTatik Suwartinah
 
Ski kelas 8 semester 2 dinasti fatimiyah
Ski kelas 8 semester 2 dinasti fatimiyahSki kelas 8 semester 2 dinasti fatimiyah
Ski kelas 8 semester 2 dinasti fatimiyahTatik Suwartinah
 
Sejarah dinasti islam didunia
Sejarah dinasti islam diduniaSejarah dinasti islam didunia
Sejarah dinasti islam diduniaTatik Suwartinah
 
Ski kelas 7 semester 2 khalifah ali bin abi thalib
Ski kelas 7 semester 2 khalifah ali bin abi thalibSki kelas 7 semester 2 khalifah ali bin abi thalib
Ski kelas 7 semester 2 khalifah ali bin abi thalibTatik Suwartinah
 
Ski kelas 7 semester2 usman bin affan
Ski kelas 7 semester2 usman bin affanSki kelas 7 semester2 usman bin affan
Ski kelas 7 semester2 usman bin affanTatik Suwartinah
 
Sbk kelas 8 semester 2 langkah langkah menyiapkan pementasan (contoh proposal)
Sbk kelas 8 semester 2 langkah langkah menyiapkan pementasan (contoh proposal)Sbk kelas 8 semester 2 langkah langkah menyiapkan pementasan (contoh proposal)
Sbk kelas 8 semester 2 langkah langkah menyiapkan pementasan (contoh proposal)Tatik Suwartinah
 
Sbk kelas 8 semester 2 seni tari
Sbk kelas 8 semester 2 seni tariSbk kelas 8 semester 2 seni tari
Sbk kelas 8 semester 2 seni tariTatik Suwartinah
 
Sbk kelas 7 semerter 2 perencanaan pagelaran tari
Sbk kelas 7 semerter 2 perencanaan pagelaran tariSbk kelas 7 semerter 2 perencanaan pagelaran tari
Sbk kelas 7 semerter 2 perencanaan pagelaran tariTatik Suwartinah
 

More from Tatik Suwartinah (20)

Supervisi pai
Supervisi paiSupervisi pai
Supervisi pai
 
Supervisi pai
Supervisi paiSupervisi pai
Supervisi pai
 
Pengawasan dan evaluasi
Pengawasan dan evaluasiPengawasan dan evaluasi
Pengawasan dan evaluasi
 
Landasan pengemb kurikulum pai 2.
Landasan pengemb kurikulum pai  2.Landasan pengemb kurikulum pai  2.
Landasan pengemb kurikulum pai 2.
 
Sbk kelas 7 semester 2 ragam gerakan tari daerah
Sbk kelas 7 semester 2 ragam gerakan tari daerahSbk kelas 7 semester 2 ragam gerakan tari daerah
Sbk kelas 7 semester 2 ragam gerakan tari daerah
 
Sbk kelas 7 semerter 2 perencanaan pagelaran tari
Sbk kelas 7 semerter 2 perencanaan pagelaran tariSbk kelas 7 semerter 2 perencanaan pagelaran tari
Sbk kelas 7 semerter 2 perencanaan pagelaran tari
 
Qurdist 10 semester 2 fungsi hadits terhadap al qur'an
Qurdist 10 semester 2 fungsi hadits terhadap al qur'anQurdist 10 semester 2 fungsi hadits terhadap al qur'an
Qurdist 10 semester 2 fungsi hadits terhadap al qur'an
 
Qurdist 10 semester 2 fungsi hadits terhadap al qur'an
Qurdist 10 semester 2 fungsi hadits terhadap al qur'anQurdist 10 semester 2 fungsi hadits terhadap al qur'an
Qurdist 10 semester 2 fungsi hadits terhadap al qur'an
 
Mewarnai bagian 5 untuk PAUD dan TK
Mewarnai bagian 5 untuk PAUD dan TKMewarnai bagian 5 untuk PAUD dan TK
Mewarnai bagian 5 untuk PAUD dan TK
 
Mewarnai bagian 4 untuk PAUD dan TK
Mewarnai bagian 4 untuk PAUD dan TKMewarnai bagian 4 untuk PAUD dan TK
Mewarnai bagian 4 untuk PAUD dan TK
 
Mewarnai bagian 3 untuk PAUD dan TK
Mewarnai bagian 3 untuk PAUD dan TKMewarnai bagian 3 untuk PAUD dan TK
Mewarnai bagian 3 untuk PAUD dan TK
 
Mewarnai bagian 2 untuk PAUD dan TK
Mewarnai bagian 2 untuk PAUD dan TKMewarnai bagian 2 untuk PAUD dan TK
Mewarnai bagian 2 untuk PAUD dan TK
 
Mewarnai bagian 1 untuk PAUD dan TK
Mewarnai bagian 1 untuk PAUD dan TKMewarnai bagian 1 untuk PAUD dan TK
Mewarnai bagian 1 untuk PAUD dan TK
 
Ski kelas 8 semester 2 dinasti fatimiyah
Ski kelas 8 semester 2 dinasti fatimiyahSki kelas 8 semester 2 dinasti fatimiyah
Ski kelas 8 semester 2 dinasti fatimiyah
 
Sejarah dinasti islam didunia
Sejarah dinasti islam diduniaSejarah dinasti islam didunia
Sejarah dinasti islam didunia
 
Ski kelas 7 semester 2 khalifah ali bin abi thalib
Ski kelas 7 semester 2 khalifah ali bin abi thalibSki kelas 7 semester 2 khalifah ali bin abi thalib
Ski kelas 7 semester 2 khalifah ali bin abi thalib
 
Ski kelas 7 semester2 usman bin affan
Ski kelas 7 semester2 usman bin affanSki kelas 7 semester2 usman bin affan
Ski kelas 7 semester2 usman bin affan
 
Sbk kelas 8 semester 2 langkah langkah menyiapkan pementasan (contoh proposal)
Sbk kelas 8 semester 2 langkah langkah menyiapkan pementasan (contoh proposal)Sbk kelas 8 semester 2 langkah langkah menyiapkan pementasan (contoh proposal)
Sbk kelas 8 semester 2 langkah langkah menyiapkan pementasan (contoh proposal)
 
Sbk kelas 8 semester 2 seni tari
Sbk kelas 8 semester 2 seni tariSbk kelas 8 semester 2 seni tari
Sbk kelas 8 semester 2 seni tari
 
Sbk kelas 7 semerter 2 perencanaan pagelaran tari
Sbk kelas 7 semerter 2 perencanaan pagelaran tariSbk kelas 7 semerter 2 perencanaan pagelaran tari
Sbk kelas 7 semerter 2 perencanaan pagelaran tari
 

Recently uploaded

Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiCristianoRonaldo185977
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptAhmadSyajili
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompokelmalinda2
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxnursariheldaseptiana
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Surveikustiyantidew94
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxAhmadSyajili
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehBISMIAULIA
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 

Recently uploaded (9)

Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 

Qurdist 10 semester 2 hadist segi kualitas

  • 2. A. HADITS SHAHIH 1. Pengertian Hadits Shahih Kata shahîh secara etimologi dari kata shahha, yashihhu, shuhhan wa shihhatan wa shahhâhan. Yang menurut bahasa berarti sehat, yang selamat, yang benar, yang sah, dan yang sempurna yang merupakan lawan dari saqim (sakit). Menurut ‘ulama ahli hadits, definisi hadits shahih secara terminologi adalah: ‫شاذ‬ ‫وال‬ ‫معلل‬ ‫غير‬ ‫مسند‬ ‫متصل‬ ‫الضبط‬ ‫تام‬ ‫عدل‬ ‫رواه‬ ‫ما‬ “Hadits yang diriwayatkan oleh orang yang adil, sempurna kedhabitannnya, bersambung terus sanadnya kepada Nabi s.a.w., tidak ber-illat (ada sesuatu yang cacat) dan tidak syadz (bersalahan riwayat itu dengan riwayat yang lebih raih dari padanya).” Al-‘Iraqi juga mengemukakan definisi yang hampir sama, akan tetapi dalam dua syarat ia memberikan penekanan khusus dengan menambahkan kata-kata lainnya, yaitu: pertama, pada ke-dhabit-an ia menyebutkan dhabit al- fuad (kekuatan ingatan/kecerdasan). Artinya ia menekankan kekuatan menghafal hadits, yang berbeda dengan dhabit al-kitab; dan kedua, pada ‘illat, ia menyebutkan ‘illat qodihah (‘illat yang merusak atau mencacatkan).
  • 3. 2. Syarat-syarat Hadits Shahih Berdasarkan beberapa definisi hadits shahih maka sebagaimana dikemukakan oleh para ‘ulama hadits, diketahui ada lima syarat yang harus dipenuhi, diantaranya: a. ‫اتصال‬‫السند‬ artinya hadits shahih adalah hadits yang musnad (hadits yang lagsung marfu’ kepada Nabi saw) b. ‫العدل‬ artinya diriwayatkan oleh tokoh sanad hadits yang bersifat adil c. ‫الضبط‬ semua perawinya dhabith, artinya perawi hadits tersebut memiliki ketelitian dalam menerima hadits, memahami apa yang ia dengar, serta mampu mengingat dan menghafalnya sejak ia menerima hadits. d. ‫غير‬‫شاذ‬ hadits shahih bukanlah hadits yang syadz (kontroversial) atau sejahtera dari keganjilan (tidak bertentangan dengan riwayat yang lebih rajih). e. ‫غير‬‫معال‬ hadits shihih bukan hadits yang terkena ‘illat (cacat). Kelima persyaratan di atas merupakan tolak ukur untuk menentukan suatu hadits itu sebagai hadits shahih. Apabila kelima syarat terpenuhi secara sempurna, maka hadits tersebut dinamai hadits Shahih Lidzatihi.
  • 4. 3. Macam-macam Hadits Shahih Para ‘ulama membagi hadits shahih menjadi dua, yaitu Shahih Lidzatihi dan Shahih Lighairihi. a. Shahih Lidzatihi Hadits Shahih Lidzatihi adalah hadits yang dirinya sendiri telah memenuhi kriteria ke-shahih-an sebagaiman disebutkan di atas, dan tidak memerlukan penguat dari yang lainnya. Contoh hadits Shahih Lidzatihi: Diberitahukan oleh Ibn Umar bahwasannya Nabi s.a.w. bersabda: ‫بني‬‫اإلسالم‬‫على‬‫خمس‬:‫شهادة‬‫ان‬‫الاله‬‫اال‬‫هللا‬‫وان‬‫محمدا‬‫رسول‬‫هللا‬‫واقام‬‫الصالة‬‫وايتاء‬‫الزكاة‬‫وصوم‬‫رمضان‬‫والحج‬ b. Shahih Lighairihi Hadits Shahih Lighairihi adalah hadits yang keshahihannya dibantu oleh adanya keterangan lain. Hadits kategori ini pada mulanya memiliki kelemahan pada aspek ke-dhabit-an perawinya (qalil adh-dhabth). Di antara perawinya ada yang kurang sempurna kedhabitannya, sehingga dianggap tidak memenuhi syarat untuk dikategorikan untuk menduduki derajat hadits Shahih Lidzatihi. Contoh hadits Shahih Lighairihi Diberitakan oleh Abu Hurairah r.a: ‫قال‬ ‫م‬ ‫ص‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫ان‬:‫صالة‬ ‫كل‬ ‫عند‬ ‫بالسواك‬ ‫المرتهم‬ ‫امتى‬ ‫على‬ ‫اشق‬ ‫ان‬ ‫لوال‬ Contoh di atas merupakan hasil penelitian para ‘ulama yang dinukil oleh Prof. Dr. T. M. Hasbi Ash- Shiddieqy dalam bukunya Pokok-pokok Ilmu Dirayah Hadits.
  • 5. 4. Hukum dan Ke-hujjah-an Hadits Shahih Para ‘ulama hadits, demikian juga para ‘ulama Ushul Fiqh dan Fuqaha, sepakat menyatakan bahwa hukum hadits shahih adalah wajib untuk menerima dan mengamalkannya. Hadits shahih adalah hujjah dan dalil penetapan hukum syara’, oleh karenanya tidak ada alasan bagi setiap muslim untuk meninggalkannya.
  • 6. B. HADITS HASAN 1. Pengertian Hadits Hasan Hasan berasal dari kata hasuna, yahsunu, yang berarti baik. Menurut Ath-Thibi Hadits hasan adalah: ‫شذوذ‬ ‫من‬ ‫وسلم‬ ‫وجه‬ ‫غير‬ ‫من‬ ‫كالهما‬ ‫وروي‬ ‫ثقة‬ ‫اومرسل‬ ‫الثقه‬ ‫درجة‬ ‫من‬ ‫قرب‬ ‫من‬ ‫مسند‬ ‫وعلة‬ “Hadits musnad (muttasil dan marfu’) yang sanad-sanadnya mendekati derajat tsiqah, atau hadits mursal yang sanadnya tsiqah, akan tetapi pada keduanya ada perawi lain. Hadits itu terhindar dari syudzudz dan ‘illat.” Mengenai istilah, telah terjadi perselisihan di antara para ‘ulama, karena hadits hasan terletak di antara hadits shahih dan hadits dha’if. Hadits hasan ialah hadits yang sanadnya bersambung, yang diriwayatkan oleh orang yang adil tetapi kurang sedikit dhabith, tidak terdapat di dalamnya suatu kejanggalan dan tidak juga terdapat cacat.
  • 7. 2. Syarat-syarat Hadits Hasan Syarat-syarat hadits hasan sama seperti halnya hadits shahih, dengan melihat pengertian hadits hasan itu sendiri, yang berbeda hanya bidang hafalannya. Untuk hadits hasan, hafalan rawi ada yang kurang sedikit bila dibandingkan dengan hadits shahih.
  • 8. 3. Macam-macam Hadits Hasan Seperti halnya hadits shahih, hadits hasan dibagi menjadi dua, yaitu: hadits hasan lidzatihi dan hadits hasan lighairihi. a. Hadits hasan lidzatihi Hadits hasan lidzatihi ialah hadits yang bersambung-sambung sanadnya dengan orang yang adil yang kurang kuat hafalannya dan tidak terdapat padanya syudzudz dan ‘illat. Contohnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh at-Turmudzi dan Abu Hurairah, bahwasannya Rasul bersabda: ‫صالة‬ ‫كل‬ ‫عند‬ ‫بالسواك‬ ‫مرتهم‬ ‫ال‬ ‫امتى‬ ‫على‬ ‫اشق‬ ‫ان‬ ‫لوال‬ “Sekiranya tidak aku memberatkan umatku, tentulah aku memerintahkan mereka beristiwak di tiap-tiap shalat”. b. Hadits hasan lighairihi Hadits hasan lighairihi adalah hadits yang di dadalam isnadnya terdapat orang yang tidak diketahui keadaannya, tidak bisa dipastikan kelayakan atau tidaknya. Namun ia bukan orang yang lengah yang banyak berbuat salah dan tidak pula berbuat dusta. Sedangkan matannya didukung oleh muttabi’atau syahidz. Contoh hadits hasan lighairihi: ‫قالت‬ ‫بنعلين؟‬ ‫ومالك‬ ‫نفسك‬ ‫من‬ ‫ارضيت‬:‫فاجاز‬ ‫نعم‬ “Apakah engkau suka menyerahkan diri engkau dan harta engkau dengan hanya sepasang sepatu? Perempuan tersebut menjawab: ya, maka Nabi s.a.w. membernarkannya”. Dalam keterangan beberapa buku ada yang mempersingkat bahwa hadits hasan lidzatihi (hasan dengan sendirinya) dan hadits hasan lighairihi (hasan dengan topangan hadits lain).
  • 9. 4. Hukum dan Kehujjahan Hadits Hasan Para Imam ahli hadits mengatakan, bahwa hadits hasan sama dengan hadits shahih, walaupun hadits hasan itu lebih kurang dari hadits shahih dari segi kekuatan. Karena itu, segolongan ‘ulama mengatakan, bahwa hadits itu berada di bawah hadits shahih. Dan walaupun demikian hadits hasan dapat diterima dan dipergunakan sebagai dalil atau hujjah dalam menetapkan dibidang hukum atau bidang aqidah, pendapat inilah yang paling banyak dianut.
  • 10. C. HADITS DHA’IF 1. Pengertian Hadits Dha’if Hadits dha’if menempati urutan ketiga dalam pembagian hadits menurut kualitas haditsnya. Atau yang paling tepat hadits yang padanya tidak terdapat ciri hadits shahih dan hasan. Kata dha’if secara bahasa adalah lawan dari al-Qowiy, yang berarti lemah, Hadis Dha’if ini adalah Hadis mardud, yaitu Hadis yang diolak dan tidak dapat dijadikan hujjah atau dalil dalam menetapkan suatu hukum Sedang menurut istilah, Ibnu Shalah memberikan definisi : ‫الحسن‬ ‫والصفات‬ ‫الصحيح‬ ‫صفات‬ ‫يجمع‬ ‫لم‬ ‫ما‬ Artinya: “Yang tidak terkumpul sifat-sifat shahih dan sifat-sifat hasan”. Zinuddin Al-Traqy menanggapi bahwa definisi tersebut kelebihan kalimat yang seharusnnya dihindarkan, menurut dia cukup: ‫الحسن‬ ‫صفات‬ ‫يجمع‬ ‫لم‬ ‫ما‬ Artinya: “yang tidak terkumpul sifat-sifat hadits hasan” Karena sesuatu yang tidak memenuhi syarat-syarat hadits hasan sudah barang tentu tidak memenuhi syarat-syarat hadits shahih.
  • 11. Para ‘ulama memberikan batasan bagi hadits dha’if : ‫الصحيح‬ ‫الحديث‬ ‫صفات‬ ‫يجمع‬ ‫لم‬ ‫الذي‬ ‫الحديث‬ ‫هو‬ ‫الضعيف‬ ‫الحديث‬ ‫الحديث‬ ‫صفات‬ ‫وال‬ Artinya: “hadits dha’if adalah hadits yang tidak menghimpun sifat-sifat hadits shahih dan juga tidak menghimpun sifat-sifat hadits hasan Hadits dha’if juga dikatakan hadits mardud (yang ditolak) karena tidak adanya sesuatu syarat-syarat yang menerimanya. Tegasnya hadits dha’if adalah hadits yang didapati padanya sesuatu yang menolaknya. Definisi hadits dha’if adalah: “hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat hadits shahih atau hadits hasan”.
  • 12. 2. Macam-macam Hadits Dha’if Jenis Hadis Dha’if sangat banyak dan tidak cukup jika dijelaskan secara keseluruhan dalam makalah ini, untuk itu penulis berusaha untuk memilah menjadi tiga macam hadits dha’if berdasarkan: a. Hadits dha’if disebabkan oleh terputusnya sanad v Hadits Mursal Kata “Mursal” secara etimologi diambil dari kata “irsal” yang berarti “Melepaskan”, adapun pengertian hadits mursal secara terminologi ialah hadits yang dimarfu’kan oleh tabi’in kepada Nabi Saw. Artinya, seorang tabi’in secara langsung mengatakan, “bahwasanya Rasulullah Saw bersabda…..” Maksud dari definisi diatas dapat dipahami bahwa seorang tabi’in mengatakan Rasulullah saw berkata demikian, dan sebagainya, sementara Tabi’in tersebut jelas tidak bertemu dengan Rasulullah saw. Dalam hal ini Tabi’in tersebut menghilangkan sahabat sebagai generasi perantara antara Rasulullahh saw dengan tabi’in. Definisi seperti inilah yang banyak digunakan oleh ahli Hadits, hanya mereka tidak memberikan batasan antara tabi’in kecil dan besar. Namun ada juga sebagian ‘ulama hadits yang memberikan batasan Hadits Mursal ini hanya dimarfu’kan kepada tabi’i besar saja karena periwayatan tabi’i besar adalah sahabat dan Hadits yang dimarfu’kan kepada tabi’i yang kecil termasuk Hadits Munqati’.
  • 13. Sebagai contoh, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitab Al- Muwqaththa’, dari Zaid bin Aslam, dari Atha’ bin Yasar, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda: ‫جهنم‬ ‫فيح‬ ‫من‬ ‫الحر‬ ‫سدة‬ ‫ان‬ “sesungguhnya cuaca yang sangat panas itu bagian dari uap neraka Jahannam” Contoh yang lain adalah, Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Shahihnya pada bagian “jual beli” (kitab al-buyu’) dia berkata : “telah menceritakan kepadaku Muhammad Ibnu Rafi’, telah menceritakan kepada kami Hujjain, telah menceritakan kepada kami al-Laits, dari Uqail dari Ibnu Shihab dari Ibnu Ssaid ibnu Musayyab, bahwa Rasulullah saw melarang menjual kurma yang masih berada dipohon, dengan kurma yang sudah dikeringkan.” Said bin Musayyab adalah seorang tabi’i besar. Dia meriwayatkan Hadits ini tanpa menyebutkan perawi (sahabat) yang menjadi perantara antara dirinya dengan Rasulullah saw. Dalam hal ini Ibnu Musyayyab telah menggugurkan akhir dari perawinya yaitu sahabat. Bisa saja selain dari sahabat yang digugurkannya ada tabi’i lain yang juga digugurkannya.
  • 14. Klasifikasi Hadits Mursal: Sebagaimana diterangkan bahwa Hadits mursal adalah hadits yang jalan sanadnya menggugurkan perawi yang terakhir yaitu sahabat yang langsung menerima hadis tersebut dari Rasulullah saw. Diitinjau dari segi siapa yang menggugurkan dan dari sifat-sifatnya, maka hadis mursal ini terdiri dari tiga bagian: 1. Mursal Shahabi, yaitu: Pemberitaan sahabat yang disandarkan kepada Rasulullah saw tetapi ia tidak mendengar atau menyaksikan sendiri apa yang ia beritakan, lantaran disaat Rasulullah saw masih hidup ia masih kecil atau terbelakang masuk Islamnya. Hadis Mursal shahabi ini tidak dipermasalahkan apabila seluruh perawi dalam sanadnya termasuk dalam kategori adil, sehingga kemajhulannya tidak bersifat negatif. 2. Mursal Khafi’ yaitu: Hadits yang diriwayatkan oleh tabi’i namun tabi’i yang meriwayatkan hadits tersebut hidup sezaman dengan sahabat tetapi tidak pernah mendengar ataupun menyaksikan hadits langsung dari Rasulullah saw. 3. Mursal Jali, yaitu: apabila penggugurannya dilakukan oleh rawi (tabi’i) dapat diketahui jelas sekali oleh umum, bahwa orang yang menggugurkan tersebut tidak pernah hidup sezaman dengan orang yang digugurkannya atau yang menerima berita langsung dari Rasulullah saw.
  • 15. v Hadits Munqati Hadits munqati menurut bahasa artinya terputus. Menurut sebagian para ulama hadits, hadits munqati’ ialah hadits yang mana di dalam sanadnya terdapat seseorang yang tidak disebutkan namanya oleh rawi, misalnya perkataan seorang rawi, “dari seorang laki-laki”. Sedang menurut para ‘ulama lain bahwa hadits muntaqi’ ialah hadits yang dalam sanadnya terdapat seorang rawi yang gugur (tidak disebutkan) dari rawi-rawi sebelum sahabat, baik dalam satu atau beberapa tempat, namun rawi yang gugur itu tetap satu dengan syarat bukan pada permulaan sanad. Definisi lain menyebutkan hadis munqati’ adalah hadits yang dalam sanadnya gugur seorang perawi dalam satu tempat atau lebih atau di dalamnya disebutkan seorang perawi yang mubham. Dari segi gugurnya perawi, ia sama dengan hadits mursal hanya saja jika hadits mursal dibatasi dengan gugurnya sahabat, sementara dalam hadits munqati’ tidak ada batasan seperti itu. Jadi bila terdapat gugurnya perawi baik diawal, di tengah ataupun diakhir pada suatu hadits maka dia disebut dengan hadits munqati’ A. HADIS DHAIF BERDASARKAN GUGURNYA RAWI
  • 16. v Hadits Mudallas Hadits mudallas menurut bahasa, berarti hadits yang sulit dipahami. Kata mudallas adalah isim maf’ul dari dallasa yang berarti gelap atau berbaur dengan gelap. Menurut ilmu hadits, mudallas adalah hadits yang diriwayatkan seorang rawi dari orang yang hidup semasanya, namun ia tidak pernah bertemu dengan orang yang diriwayatkannya tersebut dan tidak mendengarnya darinya karena kesamaran mendengarkannya”.[ Para ‘ulama memberi batasan hadits mudallas adalah hadits yang gugur dua orang rawinya atau lebih secara beriringan dalam sanadnya, contohnya: “telah sampai kepadaku, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw bersabda: ‫بالمعروف‬ ‫وكسوته‬ ‫طعامه‬ ‫للمملك‬(‫مالك‬ ‫رواه‬) Artinya: “Budak itu harus diberi makanan dan pakayan secara baik”. (HR. Malik)
  • 17. v Hadits Muallaq Hadits muallaq menurut bahasa berarti hadits yang tergantung. Dari segi istilah, hadits muallaq adalah hadits yang gugur satu rawi atau lebih diawal sanad. Contoh: Bukhari berkata, kata Malik, dari Zuhri, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda: ‫األنبياء‬ ‫التقاضلوابين‬ Artinya: “Janganlah kamu melebihkan sebagian Nabi dan sebagian yang lain”. (HR. Bukhari)[ v Hadits mu’dhal Hadits mu’dhal adalah hadits yang gugur dua orang sanadnya atau lebih secara berturut-turut. Menurut kesimpulan di atas tadi dapat diambil kesimpulan bahwa hadits dha’if karena gugurnya rawi artinya tidak adanya satu, dua, atau beberapa rawi, yang seharusnya ada dalam suatu sanad, baik pada permulaan, pertengahan, maupun diakhir sanad.
  • 18. v Hadits Maudhu’ Hadits maudhu’ ialah hadits yang bukan hadits Rasulullah saw tapi disandarkan kepada beliau oleh orang secara dusta dan sengaja atau secara keliru tanpa sengaja. Contoh: ‫ابتاء‬ ‫سبع‬ ‫الي‬ ‫الجنة‬ ‫الزنا‬ ‫ولد‬ ‫اليدخل‬ Artinya: “Anak jin tidak masuk surga hingga tujuh turunan”. v Hadits Matruk Hadits matruk ialah hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi, yang menurut penilaian seluruh ahli hadits terdapat catatan pribadinya sebagai seorang rawi yang dha’if. Contoh: hadits riwayat Amr bin Syamr, dari Jabir Al-Ju’fi, dari Haris, dari Ali. Dalam hal ini Amr termasuk orang yang haditsnya ditinggalkan. Hadis matruk adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan dan diriwayatkan oleh orang yang tertuduh dusta dalam periwayatan hadits, dalam hadits nabawi, atau sering berdusta dalam pembicaraannya atau terlihat jelas kefasikannya, melalui perbuatan ataupun kata-kata, serta sering kali salah atau lupa. Misalnya hadits Amr bin Samar dari jabir al-Jafiy. Yang dimaksud dengan rawi tertuduh dusta yaitu seorang rawi yang dalam pembicaraan selalu berdusta, tetapi belum dapat dibuktikan bahwa ia berdusta dalam membuat hadits. Adapun orang yang berdusta di luar pembuatan hadits ditolak periwayatannya. B. HADIS DHAIF BERDASARKAN CACATNYA PERAWI
  • 19. v Hadits Munkar Hadits munkar ialah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang dha’if yang berbeda dengan riwayat rawi yang tsigah (terpercaya). Contoh: ‫الجنة‬ ‫ودخل‬ ‫الضيق‬ ‫وقري‬ ‫وصام‬ ‫وحج‬ ‫الزكاة‬ ‫واتي‬ ‫الصالة‬ ‫اقام‬ ‫من‬. Artinya: “Barang siapa mendirikan shalat, menunaikan zakat, melakukan haji, berpuasa, dan menjamu tamu, maka dia masuk surga”. Hadits munkar adalah hadits yang perawinya sangat cacat dalam kadar sangat keliru atau nyata kefasikannya. Para ‘ulama hadits memberikan definisi yang berfariasi tentang hadits munkar ini. Di antaranya ada dua definisi yang selalu digunakan, yaitu: a. Hadits yang terdapat pada sanadnya seorang perawi yang sangat keliru, atau sering kali lupa dan terlihat kefasikannya secara nyata. b. Hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang dha’if yang hadits tersebut berlawanan dengan yang diriwayatkan oleh perawi yang tsiqoh.
  • 20. v Hadits Muallal Muallal menurut istilah para ahli hadits ialah hadits yang di dalamnya terdapat cacat yang tersembunyi, yang bisa mengakibatkan cacatnya hadits itu, namun dari sisi lahirnya cacat tersebut tidak tampak. Contoh: ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلي‬ ‫هللا‬ ‫رسول‬ ‫قال‬:‫يتفرقا‬ ‫مالم‬ ‫بالخيار‬ ‫البيعان‬ Artinya: “Rasulullah bersabda: penjual dan pembeli boleh berikhtiar, selama mereka masih belum berpisah” Hadits Muallal adalah hadits yang cacat karena perawinya al- Wahm, yaitu hanya persangkaan atau dugaan yang tidak mempunyai landasan yang kuat. Umpamanya, seorang perawi yang menduga suatu sanad adalah muttashil (bersambung) yang sebenarnya adalah munqathi’ (terputus), atau dia mengirsalkan yang mutthasil, dan memauqufkan yang maru’ dan sebagainya.
  • 21. v Hadits Mudraj Hadits mudraj adalah hadits yang dimasuki sisipan, yang sebenarnya bukan bagian hadits itu. Contoh: ‫قال‬‫رسول‬‫هللا‬‫صلي‬‫هللا‬‫عليه‬‫وسلم‬:‫انا‬،‫زعيم‬‫والزعيم‬‫الحميل‬‫لمن‬‫أمن‬‫بي‬‫واسلم‬‫وجاهدفي‬‫سبيل‬‫هللا‬‫يبيت‬‫في‬ ‫ريض‬‫الجنة‬(‫رواه‬‫النسائ‬) Artinya: “Rasulullah saw bersabda: saya itu adalah Zaim dan Zaim itu adalah penanggungjawab dari orang yang beriman kepadaku, taat dan berjuang di jalan Allah, dia bertempat tinggal di dalam surga.” (HR. Nasa’i) Idraj berarti memasukkan Sesuatu kepada suatu yang lainnya dan menggabungkannya kepada yang lain itu, dengan kata lain hadits mudraj adalah hadits yang di dalamnya terdapat kata-kata tambahan yang bukan dari bagian hadits tersebut. Hadits mudraj ada dua yaitu : Mudraj Isnad: seorang perawi menambahkan kalimat-kalimat dari dirinya sendiri saat mengemukakan sebuah hadits disebabkan oleh suatu perkara sehingga orang yang meriwayatkan selanjutnya menganggap apa yang diucapkannya adalah juga bagian dari hadits tersebut. Mudraj Matan: sesuatu yang dimasukkan ke dalam matan suatu hadits yang bukan merupakan matan dari hadits tersebut, tanpa ada pemisahan di antaranya (yaitu antara matan hadits dan sesuatu yang dimasukkan tersebut). Atau memasukkan suatu perkataan dari perawi kedalam matan suatu hadits, sehingga diduga perkataan tersebut berasalah dari perkataan Rasulullah saw.
  • 22. v Hadits Maqlub Hadits maqlub ialah hadits yang di dalamnya terdapat perubahan, baik dalam sanad maupun matannya, baik yang disebabkan pergantian lafadz lain atau disebabkan susunan kata yang terbalik, contoh: ‫وكبته‬ ‫قبل‬ ‫يديه‬ ‫وليضع‬ ‫البعير‬ ‫كمايبرك‬ ‫يبرك‬ ‫فال‬ ‫احدكم‬ ‫سجد‬ ‫إذا‬ Artinya: “ Apabila salah seorang kamu sujud, jangan menderum seperti menderumnya seekor unta, melainkan hendaknya meletakkan kedua tangannya sebelum meletakkan kedua lututnya,” (HR. Al- Turmudji, dan mengatakannya hadits ini gharib) Hadits maqlub yaitu hadits yang lafadz matannya tertukar pada salah seorang perawi pada salah seorang perawi atau seseorang pada sanadnya. Kemudian didahulukan dalam penyebutannya, yang seharusnya disebut belakangan atau mengakhirkan penyebutannya, yang seharusnya didahulukan atau dengan diletakkannya sesuatu pada tempat yang lain.
  • 23. v Hadits Syadz Hadits syadz adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi yang terpercaya, yang berbeda dalam matan atau sanadnya dengan riwayat rawi yang relatif lebih terpercaya, serta tidak mungkin dikompromikan antara keduanya. Contoh: hadits syadz dalam matan adalah hadits yang diriwayatkan oleh muslim, dari Nubaisyah Al-Hudzali, dia berkata, Rasulullah bersabda: ‫ايا‬‫وشرب‬ ‫اكل‬ ‫ايام‬ ‫التشريق‬ ‫م‬ Artinya: “Hari-hari tasyrik adalah hari-hari makan dan minum” v Hadits Mudhtharib Hadits Mudhtharib adalah Hadits yang diriwayatkan dalam bentuk yang berbeda yang masing-masing sama kuat. v Hadis Mushahhaf Hadis Mushahhaf yaitu hadits yang dirubah kalimatnya, yang tidak diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqot, baik secara lafadz maupun makna hadits ini ada yang berubah sanadnya dan adapula berubah matannya. Jadi, kesimpulan bahwa hadits yang cacat rawi dan matan atau kedua-duanya digolongkan hadits dha’if yang terbagi menjadi tujuh, yaitu: hadits maudu’ (palsu), hadits matruk (yang ditinggalkan) atau hadits matruh (yang dibuang), hadits munkar (yang diingkari), hadits muallal (terkena ‘illat), hadits mudraj (yang dimasuki sisipan), hadits maqlub (yang diputar balik), dan hadits syadz (yang ganjil), hadits Mudhtharib, dan hadits mushahhaf.
  • 24. c. Hadits dha’if ditinjau dari sifat matannya Para ahli hadits memasukkan ke dalam kelompok hadits dha’if dari sudut penyandarannya ini adalah hadits mauquf dan hadits maqhthu’. 1) Hadits mauquf Hadits mauquf adalah hadits yang diriwayatkan dari para sahabat baik berupa perkataan, perbuatan, atau taqrirnya. Periwayatannya baik bersambung atau tidak. 2) Hadits maqthu’ Hadits maqthu’ adalah hadits yang diriwayatkan dari tabi’in dan disandarkan kepadanya, baik perkataan maupun perbuatannya. Dengan kata lain bahwa hadits maqthu’ adalah perkataan atau perbuatan tabi’in. C. HADIS DHAIF BERDASARKAN SIFAT MATANNYA
  • 25. 3. Hukum dan Kehujjahan Hadits Dha’if Hadits dha’if ada kalanya tidak bisa ditolerir kedha’iffannya, misalnya karena kemaudhu’annya, ada juga yang bisa tertutupi kedha’iffannya (karena ada faktor yang lainnya). Untuk yang pertama tersebut, berdasarkan kesepakatan para ‘ulama hadits, tidak diperbolehkan mengamalkannya baik dalam penetapan hukum-hukum, akidah maupun fadhail al ‘amal. Sementara untuk jenis yang kedua dalam hal kehujjahannya hadits dha’if tersebut, ada yang berpendapat menolak secara mutlak baik unuk penetapan hukum-hukum, akidah maupun fadhail al ‘amal dengan alasan karena hadits dha’if ini tidak dapat dipastikan datang dari Rosulullah saw. Di antara yang berpendapat seperti ini adalah Imam al-Bukhari, Imam Muslim, dan Abu Bakr ibnu al-‘Arabi. Sementara bagi kelompok yang membolehkan beramal dengan hadits dha’if ini secara mutlak adalah Imam Abu Hanifah, an-Nasa’i dan juga Abu Daud. Mereka berpendapat bahwa megamalkan hadits dha’if ini lebih disukai dibandingkan mendasarkan pendapatnya kepada akal pikiran atau qiyas. Imam ibnu Hambal, Abd al- Rahman ibn Al-Mahdi dan Abdullah ibn al-mubarak menerima pengalaman hadits dha’if sebatas fadhail al-‘amal saja, tidak termasuk urusan penetapan hukum seperti halal dan haram atau masalah akidah. ada.
  • 26. Sementara As-Suyuti sendiri cenderung membolehkan beramal dengan hadits dha’if termasuk dalam masalah hukum dengan maksud ikhtiyath. Ia mendasarkan pada pendapat Abu Daud, Imam ibn Hambal yang berpendapat bahwa itu lebih baik dibanding menggunakan akal atau rasio atau pendapat seseorang. Dalam keterangan lain, ada tiga pendapat ‘ulama tentang pengamalan dan penggunaan hadits dha’if: Hadits Dha’if tidak diamalkan secara mutlak, baik mengenai fadhail maupun ahkam dan ini merupakan pendapat kebanyakan ‘ulama termasuk Imam Bukhari dan Muslim. Hadits Dha’if bisa diamalkan secara mutlak, ini merupakan pendapat Abu Daud dan Imam Ahmad yang lebih mengutamakan Hadis Dha’if dibandingkan ra’yu seseorang. Hadits Dha’if dapat digunakan dalam masalah fadhail mawa’iz atau sejenis dengan memenuhi kriteria yang ada.