MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
PPT SYARAT HADITS SHAHIH.pptx
1. Dosen Pembimbing : Sofwan M.Pd.I
Mata Kuliah : Ulumul Hadits
Disusun oleh :
1. DIANTISARI SUKRIAH (17116383)
2. SITI ELI SUSANAH (17116384)
INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA
(IAINU) KEBUMEN KAMPUS 2
DI WAGIRPANDAN
SYARAT – SYARAT HADITS SHAHIH
2. PENGERTIAN HADITS
SHAHIH
Hadits adalah segala perkataan (sabda), perbuatan,
ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW
yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama
Islam.
Kata Shahih ()الصحيح dalam bahasa diartikan sehat,
lawan dari kata as-sakqim ()السقيم orang yang sakit.
Jadi yang dimaksud hadits shahih adalah hadits yang
sehat dan benar tidak terdapat cacat.
3. SYARAT – SYARAT HADITS SHAHIH
Hadits dinilai
shahih apabila
memenuhi 5
syarat
2. Periwayat Bersifat Adil
1. Sanadnya Bersambung
3. Periwayat Bersifat
Dhabith
4. Terhindar dari Syudzudz
(Ke – Syadz – an)
5. Terhindar dari ‘Illat
4. 1. Sanadnya Bersambung
• Sanadnya bersambung, semenjak dari nabi, sahabat, hingga
periwayat terakhir. Maksudnya ialah tiap – tiap periwayat
dalam sanad hadits menerima riwayat hadits dari periwayat
terdekat sebelumnya, keadaan itu berlangsung demikian
sampai akhir sanad dari hadits itu. Dalam hal persambungan
sanad, ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
persambungan sanad adalah antara periwayat satu dengan
periwayat berikutnya harus betul – betul “serah terima” hadits.
5. 2. Periwayat Bersifat Adil
Adil berasal dari bahasa Arab yang berarti berada di
tengah-tengah, jujur, lurus, dan tulus. Secara terminologis
adil bermakna suatu sikap yang bebas dari diskriminasi,
ketidakjujuran. Dengan demikian orang yang adil adalah
orang yang sesuai dengan standar hukum baik hukum
agama, hukum positif (hukum negara), maupun hukum
sosial (hukum adat) yang berlaku. Dimaksud dengan
orang yang adil ialah orang yang lurus keadaan agamanya,
baik pekertinya, tidak berbuat maksiat, dan memelihara
hafalannya.
6. Butir – butir syarat sebagai unsur kaedah
periwayatan yang adil ialah beragama :
Islam,
Mukalaf,
Melaksanakan ketentuan agama,
Memelihara muru’ah (memelihara rasa malu),
Seluruh sahabat nabi dinilai bersifat adil.
7. 3. Periwayat Bersifat Dhabith
Pengertian dhabith menurut bahasa ialah yang kokoh, yang kuat, yang tepat,
yang hafal, dengan sempurna. Menurut istilah orang yang dhabith adalah
orang yang kuat hafalannya tentang apa yang telah didengarnya dan mampu
menyampaikan hafalannya itu kapan saja dia menghendakinya.
Adapun cara menentukan ke-dhabith-an seorang periwayat, menurut
berbagai pendapat ulama, dapat dinyatakan sebagai berikut :
a. Kedhabithan periwayat dapat diketahui berdasarkan kesaksian para
ulama.
b. Kedhabithan periwayat dapat diketahui berdasarkan kesesuaian
riwayatnya yang disampaikan oleh periwayat lain yang telah dikenal
kedhabithannya.
c. Apabila seorang periwayat sekali – sekali mengalami kekeliruan, maka dia
masih dinyatakan sebagai periwayat yang dhabith. Tetapi apabila
kesalahan itu sering terjadi, maka periwayat yang bersangkutan tidak lagi
disebut sebagai periwayat yang dhabith.
8. 4. Terhindar dari Syudzudz ( Ke – Syadz – an)
Menurut bahasa kata syadz artinya yang jarang, yang
menyendiri, yang asing, yang menyalahi aturan, yang
menyalahi orang banyak.
Maksudnya, informasi yang terkandung didalamnya tidak
bertentangan dengan informasi lain yang dibawa oleh orang-
orang yang lebih berkualitas, atau dalil lain yang lebih kuat.
Sebab, sungguh pun sebuah hadits diriwayatkan oleh orang-
orang “berkualitas” dan bersambung sanadnya sehingga hadits
itu dapat dikatakan shahih sanadnya, kalau kandungan
haditsnya (matan) ternyata syadz maka hadits itu menjadi
tidak shahih.
9. 5. Terhindar dari ‘Illat
‘Illat menurut bahasa artinya cacat, kesalahan baca,
penyakit dan keburukan. Menurut istilah ‘illat artinya
sebab yang tersembunyi yang merusak kualitas hadits.
Hadits yang diriwayatkan itu tidak cacat, seperti tidak
ada pengelabuhan dengan cara menyambung sanad
hadits yang sebenarnya memang tidak bersambung,
atau mengatas namakan dari Nabi, padahal
sebenarnya bukan dari Nabi.
10. PEMBAGIAN HADITS SHAHIH
Hadits shahih sendiri dibagi menjadi dua macam yaitu :
1. Hadits Shahih Li Dzatihi
Adalah hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh rijalu
Alhadits yang adil dan sempurna kedabitannya, tidak Shadh dan tidak
ber’illat.
Contohnya :
ِلاَم اَنَرَبْخَأ َفُسوُي ُنْب ِ َّ
َّللا ُدْبَع اَنَثَّدَح
َح َلاَق ُليِعاَمْسِإ اَنَثَّدَح و ح ٌك
يِنَثَّد
ُ َّ
َّللا َي ِ
ضَر ِ َّ
َّللا ِدْبَع َْنع ٍعِفاَن َْنع ٌكِلاَم
ِإ َلاَق ص ِ َّ
َّللا َلوُسَر َّنَأ ُهْنَع
اَذ
ِلاَّثال َُوند ِانَنْثا ىَجاَنَتَي َالَف ٌةَثَالَث واُناَك
ِث .
11. Artinya: (Kata Bukhari): Telah menceritakan kepada kami,
‘Abdullah bin Yusuf, (ia berkata) telah mengkhabarkan kepada
kami, Malik dari Nafi’, dari Abdullah bahwa Rasulullah SAW.
bersabda: “Apabila mereka itu bertiga orang, janganlah dua
orang (dari antaranya) berbisik-bisikan dengan tidak bersama
yang ketiganya.”
12. 2. Hadits Shahih Li Ghairihi
Hadits shahih li gharihi adalah hadits yang shahihnya lantaran dibantu
oleh keterangan yang lain. Jadi, pada diri hadits itu belum mencapai
kualitas shahih, kemudian ada petunjuk atau dalil lain yang
menguatkannya sehingga hadits tersebut meningkat menjadi shahih li
ghairihi.
Contoh
13. Artinya: (Bukhari berkata): Telah menceritakan kepada
kami, ‘Amr bin ‘Ali, ia berkata: telah menceritakan kepada
kami, Abu Qutaibah, ia berkata: telah menceritakan
kepada kami, ‘Abdurrahman bin ‘Abdillah bin Dinar dari
bapaknya, ia berkata: “Aku pernah mendengar Ibnu Umar
meniru syi’ir Abi Thalib . . . . .”