Tuberculosis (TB)adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis (Mtb)( gram +, tahan asam, pewarnaan ZN/BTA bakteri tahan asam, aerob suka oksigen di apeks pptx
tb adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis (Mtb)( gram +, tahan asam, pewarnaan ZN/BTA bakteri tahan asam, aerob suka oksigen di apeks
Similar to Tuberculosis (TB)adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis (Mtb)( gram +, tahan asam, pewarnaan ZN/BTA bakteri tahan asam, aerob suka oksigen di apeks pptx
Similar to Tuberculosis (TB)adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis (Mtb)( gram +, tahan asam, pewarnaan ZN/BTA bakteri tahan asam, aerob suka oksigen di apeks pptx (20)
Tuberculosis (TB)adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis (Mtb)( gram +, tahan asam, pewarnaan ZN/BTA bakteri tahan asam, aerob suka oksigen di apeks pptx
1.
2. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu
Mycobacterium tuberculosis (Mtb)( gram +, tahan asam, pewarnaan ZN/BTA bakteri tahan
asam, aerob suka oksigen di apeks
Pasien TB Paru Dewasa > 15 tahun dengan kelainan/ gangguan fungsi organ akibat infeksi
mycobacterium tuberculosis yang terjadi pada parenkim paru (jar utama yg menyusun suatu
organ) dan atau tracheobronchial tree (percabangan trakea dan bronkus)
Berdasarkan proses penegakan diagnosis yang dilakukan, pasien TB Paru dewasa
dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu:
a) Pasien TB Paru Terkonfirmasi, adalah seorang terduga TB Paru yang sudah mendapatkan
konfirmasi hasil pemeriksaan bakteriologis positif dengan ditemukannya Mtb dari sampel uji yang
diperiksa, menggunakan metode pemeriksaan bakteriologis yang ditetapkan oleh Kementerian
Kesehatan RI.
b) Pasien TB Paru Terdiagnosis Klinis, adalah pasien TB Paru dengan hasil pemeriksaan
bakteriologis hasilnya negatif Mtb, tetapi memiliki hasil sugestif TB berdasarkan pemeriksaan
penunjang dan evaluasi klinis yang dilakukan oleh dokter.
3.
4. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, namun dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
TB ekstra paru adalah TB yang menyerang organ diluar parenkhim paru dan trakeobronchial
tree, misalnya pleura (membran tipis berlapis ganda yang melapisi paru-paru), selaput otak, selaput
jantung, kelenjar limfe(kgb, sistem kekebalan tubuh), tulang, persendian, kulit, usus, ginjal,
salurang kencing dan alat kelamin.
Bentuk TB ekstra paru yang paling sering ditemukan di Indonesia adalah TB pada kelenjar limfe
di leher, ketiak atau inguinal.
Berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya TB ekstra paru dibagi menjadi TB ekstra paru
ringan dan berat. TB ekstraparu ringan misalnya limfadenitis TB, pleuritis eksudatifa
unilateral(eradangan yang terjadi pada pleura atau selaput pembungkus paru-paru), TB tulang selain
tulang belakang, dan TB pada sendi perifer.
Beberapa jenis TB ekstraparu bisa menimbulkan kegawatan misalnya efusi pleura (penumpukan
cairan dalam rongga pleura) yang mengalami komplikasi, TB meningitis (peradangan atau inflamasi
pada selaput otak) dan pericarditis TB tipe konstriktif(iritasi dan pembengkakan pada perikardium,
yakni selaput tipis seperti kantung yang mengelilingi jantung). TB ekstra paru yang mengenai sistem
syaraf pusat, tulang dan persendian memerlukan pengobatan dengan jangka waktu yang lebih
panjang.
5. Suspek tb
Orang dengan gejala klinis tb
Batuk > 2 minggu, BB turu, keringat
malam, demam, hemoptoe (batuk
darah), dll
Belum dilakukan pemeriksaan
penunjang
TB pro OAT
Orang dengan BTA +, TCM MTB +,
kultur TB +, riwayat obat TB +, TB
ekstra paru
Kelainan pada TB Paru tergantung luas kelainan struktur paru. Pada awal permulaan
perkembangan penyakit umumnya sulit sekali menemukan kelainan.
Pada auskultasi terdengar suara napas bronkhial/amforik/ronkhi basah/suara napas melemah
di apex paru, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.
6. Pemeriksaan utama penegakan diagnosis pasti pasien TB Paru dewasa adalah pemeriksaan
bakteriologis yaitu pemeriksaan TCM atau pemeriksaan BTA (bila pemeriksaan TCM tidak bisa
dilakukan), dengan sampel uji dahak(sputum). Apabila pemeriksaan TCM tidak tersedia di
layanan primer, maka dilakukan rujukan sediaan dahak ke fasilitas layanan primer lain yang
memiliki alat TCM.
Pemeriksaan penunjang bisa dilakukan di fasilitas kesehatan primer sebagai baseline sebelum
memulai pengobatan dan diputuskan berdasar rencana pengobatan yang dipilih, antara lain
pemeriksaan darah rutin, gula darah.
Pemeriksaan penunjang yang memerlukan rujukan:
(1) Bila diagnosis awal menggunakan pemeriksaan mikroskopis Bakteri Tahan Asam (BTA)
maka dilakukan rujukan untuk pemeriksaan TCM untuk mengetahui resistensi terhadap
Rifampisin. Rujukan dilakukan sesuai alur yang ditetapkan Dinas Kesehatan setempat.
(2) Bila hasil pemeriksaan bakteriologis negatif, bisa dilakukan rujukan pemeriksaan
radiologi ke fasilitas rujukan tingkat lanjut untuk penegakan TB paru dewasa yang
terdiagnosis klinis.
(3) Tes HIV untuk pasien TB paru dewasa yang menjalani pengobatan,
(4) Pemeriksaan penunjang lain apabila dari hasil anamnesis ditemukan adanya kelainan/
komplikasi/ penyakit penyerta yang memerlukan perhatian.
7. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan
bakteriologis dan hasil pemeriksaan penunjang. Dokter melakukan evaluasi klinis secara
menyeluruh untuk mengambil keputusan terapetik,
Penulisan diagnosis pasti TB adalah berdasarkan urutan:
1.a) Letak anatomis penyakit: Paru atau Ekstra Paru
2.b) Riwayat pengobatan TB: Baru atau Pengobatan ulang
3.c) Status HIV: Positif, Negatif atau tidak diketahui
4.d) Status resistansi OAT: Sensitif atau Resistan Obat.
8. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam pengobatan TB. Pengobatan
TB merupakan salah satu upaya paling efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut kuman
TB. Pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip:
(1) Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung minimal 4 macam
obat untuk mencegah terjadinya resistensi.
(2) Diberikan dalam dosis yang tepat.
(3) Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas Menelan Obat)
sampai selesai pengobatan.
(4) Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup, terbagi dalam dua (2) tahap yaitu
tahap awal serta tahap lanjutan, sebagai pengobatan yang adekuat untuk mencegah
kekambuhan.
(5) Dilakukan pemeriksaan bakteriologis follow up pada akhir tahap awal, sebulan sebelum akhir
pengobatan dan pada akhir pengobatan.
9. Paduan OAT TB SO standar 6 bulan yaitu:
2HRZE/4HR.
Paduan ini disediakan dalam bentuk paket obat kombinasi dosis tetap harian (OAT-KDT) dan paket
OAT lepasan dosis harian. Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 dan 4 jenis obat dalam satu
tablet, sedangkan OAT lepasan disediakan dalam bentuk paket obat lepasan yang disebut Kombipak
yaitu paket obat lepas yang terdiri dari: Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan Etambutol
(E) yang dikemas dalam bentuk blister.
Paduan OAT TB SO standar 4 bulan yaitu:
2HPMZ/2HPM.
•Diberikan pada pasien TB >12 tahun dengan BB di atas 40kg.
•Bentuk sediaan yang tersedia adalah bentuk lepasan yang terdiri 4 obat: INH, Rifapentin,
Moksifloksasin, Pirazinamid yang diberikan pada tahap awal dan 3 obat: INH, Rifapentin,
Moksifloksasin pada tahap lanjutan.
•Bisa diberikan untuk ODHIV dengan CD-4 lebih dari 100/mm3
10. Keterangan:
•Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg harus dirujuk ke rumah
sakit.
•Anak dengan BB >33 kg, harus dirujuk ke rumah sakit karena
mendapatkan dosis OAT dewasa yang perlu dimonitor intensif.
•Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah.
•OAT KDT dapat diberikan dengan cara: ditelan secara utuh atau
dilarutkan sesaat sebelum diminum.
11.
12. Batuk bukan merupakan gejala utama pada pasien TB dengan HIV. Pasien diindikasi untuk
pemeriksaan HIV jika:
1.Berat badan turun drastis
2.Stomaris (sariawan) berulang
3.Sarkoma Kaposi (kanker yang berasal dari pembuluh darah)
4.Riwayat perilaku risiko tinggi seperti
1) Pengguna NAPZA suntikan
2) Homoseksual
3) Waria
4) Pekerja seks
5) Pramuria panti pijat
13. ODHIV sering dijumpai TB ekstra paru di mana diagnosisnya sulit ditegakkan karena harus
didasarkan pada hasil pemeriksaan klinis, bakteriologi dan atau histologi spesimen yang didapat
dari tempat lesi. Pemeriksaan Penunjang
1.Pemeriksaan darah lengkap dapat dijumpai limfositosis/monositosis, LED meningkat, Hb turun.
2.Pemeriksaan mikroskopis kuman TB (Bakteri Tahan Asam/BTA atau kultur kuman dari
specimen sputum/dahak sewaktu-pagi- sewaktu.
3.Untuk TB non paru, specimen dapat diambil dari bilas lambung, cairan sererospinal, cairan
pleura ataupun biopsi jaringan.
4.Radiologi dengan foto toraks PA-Lateral/top lordotic
5.Pemeriksaan kadar CD4
6.Uji anti-HIV
15. 1.Pada dasarnya pengobatan sama dengan pengobatan TB tanpa HIV/AIDS
2.Pada prinsipnya pengobatan TB pada ODHIV yang belum dalam pengobatan ARV maka
pengobatan ARV dimulai setelah pengobatan TB ditoleransi tanpa menilai stadium atau nilai
CD4, ditandai dengan kondisi klinis dan fungsi hati baik, dianjurkan diberikan paling cepat 2
minggu dan paling lambat 8 minggu.
3.Pada pengobatan TB pada ODHIV yang sedang dalam pengobatan ARV, bila pasien sedang
dalam pengobatan ARV lini pertama, pengobatan TB dapat langsung diberikan. Jika pasien
menggunakan nevirapin, sebaiknya di substitusi dengan efavirenz selama pemberian
rifampicin. Jika pasien dalam pengobatan ARV lini kedua sebaiknya dirujuk ke PDP untuk diatur
rencana pengobatan TB bersama dengan pengobatan ARV (pengobatan koinfeksi TB HIV).
4.Setiap penderita TB HIV harus diberikan profilaksis kotrimoksasol dengan dosis 960 mg/hari
(dosis tunggal) selama pemberian OAT.
5.Pemberian tiasetazon pada pasien HIV/AIDS sangat berbahaya karena akan menyebabkan
efek toksis berat pada kulit.
6.Perlu diperhatikan, pemberian secara bersamaan membuat pasien menelan obat dalam jumlah
yang banyak sehingga dapat terjadi ketidakpatuhan, komplikasi, efek samping, interaksi obat,
dan immune Reconstitution Inflammatory Syndrome.