SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
DERMATITIS KONTAK ALERGI
LAPORAN KASUS
Di Susun Oleh :
Muffakir
22174006
Pembimbing :
dr. Zikri Adriman, M.Ked (KK), Sp.KK
SMF ILMU KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
ABULYATAMA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA
KOTA BANDAACEH
2023
PENDAHULUAN
Dermatitis
peradangan pada kulit (epidermis dan dermis)
menimbulkan kelainan klinis
efloresensi polimorfik
(eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi)
tanda polimorfik tidak selalu timbul
bersamaan
Dermatitis yang disebabkan oleh
bahan atau substansi yang menempel
pada kulit
nonimunologik
(DKI)
mengalami sensitisasi
terhadap suatu alergen
Dermatitis Kontak
(DKA)
imunologik
DKA DKI
<
mengenai orang yang
keadaan kulitnya
hipersensitif
Pentingnya deteksi, pemahaman dan
penanganan dini pada penyakit DKA
menurunkan morbiditas dan memperbaiki prognosis DKA
KRONIS RESIDIF
GATAL
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
• NAMA : RF.
• UMUR : 13 TAHUN
• NO.RM : 137000
• JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI
• BANGSA/SUKU : ACEH
• KAWIN/TDK KAWIN : -
• PEKERJAAN : PELAJAR
• ALAMAT : LAMPEUNEUEN, ACEH BESAR
• AGAMA : ISLAM
• TANGGAL MASUK RS : 13 APRIL 2023
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA: DEMAM SEJAK KURANG LEBIH 2 HARI SMRS
KELUHAN TAMBAHAN : TERDAPAT LUKA KEROPENG DI BAGIAN MULUT DAN TERASA NYERI.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
PASIEN ANAK DI BAWA OLEH ORANG TUA NYA DENGAN KELUHAN DEMAM SEJAK KURANG LEBIH 2 HARI
SMRS. ORANG TUA PASIEN JUGA MENGATAKAN TERDAPAT BENJOLAN DIBAGIAN BAWAH DAGU SEBESAR
KELERENG, BENJOLAN MUNCUL SAAT DEMAM DAN TERDAPAT LUKA MELEPUH DISEKITARAN BIBIR SEJAK 2
HARI BERSAMAAN DENGAN DEMAM. LUKA MELEPUH DAN KEROPENG SETELAH PASIEN MENGKONSUMSI
OBAT DARI PUSKESMAS YAITU GENTIAN VIOLET, LUKA YANG DIRASAKAN TERASA NYERI SEHINGGA PASIEN
MERASA SAKIT SAAT MEMBUKA MULUT NYA.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :DISANGKAL
RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU :DISANGKAL
RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT :MENGGUNAKAN OBAT DARI PUSKESMAS YAITU GENTIAN VIOLET.
RIWAYAT ALERGI :DISANGKAL
PEMERIKSAAN FISIK
• STATUS PRESENT
• KESADARAN UMUM : COMPOS MENTIS (GCS 15)
• SUHU BADAN : 37,0˚C
• TEKANAN DARAH : 100/80 MMHG
• NADI : 75X/I
• PERNAFASAN : 20X/I
STATUS GENERALE
• KEPALA : DALAM BATAS NORMAL TIDAK TERDAPAT KELAINAN.
• LEHER : DALAM BATAS NORMAL, TIDAK DI DAPATKAN PEMBESARAN KGB.
• MULUT : LUKA MELEPUH, DAN TERLIHAT SEPERTI KEROPENG, HIPEREMIS.
• THORAKS : DALAM BATAS NORMAL, TIDAK DI DAPATKAN KELAINAN.
• ABDOMEN : DALAM BATAS NORMAL, PERISTALTIK PERUT NORMAL.
• GENITELIA : TIDAK DILAKUKAN PEMERIKSAAN.
• EKSTREMITAS INFERIOR : DALAM BATAS NORMAL, AKRAL HANGAT.
Lokalisasi : Regio Perioral.
 Distribusi : Lokalisata, Bilateral.
 Eflurosensi : Tampak plakat berbatas tegas dengan tepi yang tidak aktif, berskuama, erosi dan xerosis. Papul (-), Vesikel
(-), Nodul (-), Krusta (+), Ulkus (+), Urtika (-), Hipopegmentasi (-), Sikatriks (-), Fissure (-).
(Hari Pertama Pasien Masuk IGD) (Hari ke 2 Setelah Konsul dokter Sp,KK) (Hari Ketiga Setelah Pengobatan) (Hari Ke Empat PJB dokter Sp.KK)
Diagnosis Banding :
 Dermatitis Kontak Iritan
 Dermatitis Numular
 Dermatitis Perioral
 Viral Infection
 Bakterial Infection
Diagnosis Kerja :
 Dermatitis Kontak Alergi
PENATALAKSANAAN :
Medikamentosa
 IUVD RL 16gtt/i
 Inj. Cefixime 800mg/12jam
 Drip Paracetamol 100mg/8jam
Konsul dokter spesialis Kulit & Kelamin
dr. Zikry Adriman, Sp,KK
Non-Medikamentosa (Edukasi)
 Menjelaskan tentang penyakit yang diderita dan faktor risiko yang dapat menyebabkan
terjadinya Dermatitis Kontak Alergi.
 Menjelaskan tentang terapi yang diberikan.
 Menjelaskan tentang komplikasi dan prognosis.
 Menjelaskan tentang tindakan pencegahan yang harus dilakukan penderita, yaitu:
 Hindari penggunaan obat yang menyebabkan terjadinya alergi, menyentuh lesi kulit, dan
menggaruk luka untuk menghindari penyebaran gejala.
Pemeriksaan Anjuran :
 Darah Rutin
 KGDS
Prognosis :
 Quo ad Vitam : Bonam
 Quo ad Functionam : Bonam
 Quo ad Sanationam : Dubius ad bonam
 Quo ad Kosmetikum : Dubius ad bonam
 Resume : Pasien anak di bawa oleh orang tua nya dengan keluhan demam sejak kurang lebih 2 hari
SMRS. Orang tua pasien juga mengatakan terdapat benjolan dibagian bawah dagu sebesar kelereng,
benjolan muncul saat demam dan terdapat luka melepuh disekitaran bibir sejak 2 hari bersamaan dengan
demam. Luka melepuh dan keropeng setelah pasien mengkonsumsi obat dari puskesmas yaitu gentian
violet, luka yang dirasakan terasa nyeri sehingga pasien merasa sakit saat membuka mulut nya. Dengan
keadaan seperti ini pasien di konsul ke dokter spesialis kulit & kelamin untuk mendapatkan pengobatan
selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Dermatitis Kontak Alergi
(DKA)
Epidemiologi Dermatitis kontak alergi dapat terjadi pada semua umur
Pada penelitian epidemiologi di St Spiridion, Romania tahun 2008-2009 bahwa wanita lebih sering terkena dermatitis
kontak alergi dibanding laki-laki, yaitu 1.83: 1 dan 64.46% berusia di atas 45 tahun.
reaksi inflamasi akibat pemaparan bahan alergen
pada dermal yang mampu mengaktivasi sel T dan
kemudian akan bermigrasi pada tempat pemaparan
tersebut
terjadi pada seseorang yang telah
mengalami sensitisasi terhadap
suatu alergen
<
ETIOLOGI
Penyebab dermatitis kontak alergi adalah bahan kimia sederhana
bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat
menembus stratum korneum sehingga
mencapai sel epidermis dibawahnya
Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya DKA, misalnya:
potensi sensitisasi alergen, dosis per unit area, lama pajanan, suhu,
dan kelembaban lingkungan, vehikulum, dan pH
berat molekul umumnya rendah
(< 1000 dalton
hapten
faktor individu, misalnya keadaan kulit pada lokasi kontak (keadaan stratum korneum, ketebalan
epidermis), status imunologik (misalnya sedang menderita sakit, terpajan sinar matahari)
•Matthias Peiser. Role of Th17 cells in skin Inflammation of allergic contact dermatits. Clinical and Developmental Immunology Hindawi 2019, 261037 : p 1-10
GEJALA KLINIS
Penderita pada umumnya mengeluh
Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis. Pada yang akut dimulai dengan bercak
eritema berbatas tegas, kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula.
Akut Subakut Kronis
- Vesikel atau bula yang terisi cairan
jernih multiple dan berat. Bila
terjadi vesikel/berair, timbul erosi
dan eczema
- Edema, eritema
- Infeksi sekunder dengan bakteri
gram (+)
- Eritem bertambah
- Edema mengurang
- Papul menggantikan vesikel
- Kemerahan dan bengkak
- Lebih menonjolkan sisik,
hyperkeratosis, dan
likenifikasi di daerah yang
terkena
GATAL
PREDILEKSI
DKA pada Wajah
DKA pada Lengan
DKA pada Tangan
DKA pada Leher
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
Riwayat awal pasien terkena penyakit
Gambaran klinis
mempertimbangkan pekerjaan, kontak alergen
Basic 4
Sacred 7
Riw. Penyakit Sekarang
Riw. Penyakit Dahulu
Riw. Penyakit Keluarga
Riw. Sosial / Individu
Onset, Lokasi, Kuantitas,
Kualitas, Kronologi, Faktor
yang memperberat dan
memperingan, Keluhan
penyerta
Pemeriksaan Fisik
melihat lokalisasi
dan
pola kelainan kulit
Status Dermatologi
Pemeriksaan
Penunjang
Tes tempel (patch test)
Variabel DKI DKA
Penderita Banyak orang Tidak banyak yang menderita
Lokasi Terlokalisasi Tersebar
Batas tegas Sering khas Dapat terjadi
Waktu untuk resolusi klinis setelah
bahan disingkirkan
Sering mengurang setelah 96
jam
Beberapa hari
Terjadinya reaksi Terjadi cepat dengan iritan kuat
(menit-jam); lambat dengan
iritan lemah
24-72 jam
Hubungan dengan pekerjaan Membaik dengan liburan lama
(4 minggu)
Dapat membaik bahkan pada akhir
minggu
Atopi Predisposisi Predisposisi tidak diketahui
Morfologi Eritem, sisik, fisura Vesikel yang sulit dibedakan dari
iritan
Agen penyebab Tergantung pada konsentrasi
agen dan kondisi barier kulit;
hanya terjadi di atas ambang
batas
Relatif tidak terkait dengan jumlah
aplikasi, biasanya konsentrasi yang
sangat sedikit pun bias
mencetuskan.
Sistem imun Respon imun tidak spesifik Tipe IV
PENATALAKSANAAN
• PENCEGAHAN
• PENGOBATAN TOPIKAL
• PENGOBATAN SISTEMIK
Penggunaan sarung tangan karet di ganti dengan sarung tangan plastik,
menggunakan mesin cuci, sikat bergagang panjang, penggunaan deterjen
sesuai aturan pabrik
Antibiotika dan antimikotika
Mengatasi superinfeksi atau infeksi sekunder
Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi spesifik antigen
Antihistamin
Kortikosteroid
Menghambat pelepasan histamin dan
memperoleh efek sedatif
Bekerja dengan menghambat proliferasi limfosit
Kortikosteroid
PROGNOSIS DKA UMUMNYA BAIK, SEJAUH BAHAN KONTAKTANNYA DAPAT DISINGKIRKAN
PROGNOSIS KURANG BAIK DAN MENJADI KRONIS, BILA PAJANAN DENGAN BAHAN IRITAN
TIDAK MUNGKIN DIHINDARI
Pembahasan Kasus Teori
Anamnesis Pasien laki-laki, umur 13 tahun, datang dengan
keluhan demam dan terdapat luka dibagian mulut
sehingga luka tersebut menjadi keropeng.
Keluhan yang dirasakan pasien membuat pasien
sulit untuk menelan makanan dan terasa nyeri.
Dari riwayat penyakit dahulu di sangkal, riwayat
alergi makanann di sangkal, hanya terdapat
riwayat penggunaan obat yaitu gentian violetobat
tersebut didapatkan oleh pasien dari puskesmas.
Perempuan lebih sering mengalami DKA
daripada laki-laki, dan ada peningkatan insiden
dengan bertambahnya usia. Meskipun demikian,
tidak menutup kemungkinan prevalensi yang
besar pada usia muda. Kelainan kulit umumnya
muncul 24-72 jam pada tempat terjadinya kontak
dengan bahan alergen. Derajat kelainan kulit
yang timbul bervariasi ada yang ringan ada pula
yang berat. Pada yang ringan mungkin hanya
berupa eritema dan edema, sedangkan pada
yang berat selain eritema dan edema yang lebih
hebat disertai pula vesikel atau bula yang bila
pecah akan terjadi erosi dan eksudasi. Lesi
cenderung menyebar dan keluhan subyektif
berupa gatal.
Lokalisasi Pasien mengeluhkan luka dibagian mulut
dan nyeri, tidak terlalu gatal hanya saja.
Kejadian dermatitis kontak baik iritan
maupun alergik dapat terjadi di berbagai
lesi mana saja yang terpapar oleh faktor
pencetus. Demikian pula kebanyakan
dermatitis kontak akibat kerja ditemukan
di tangan. Sebagian besar memang oleh
karena bahan iritan. Bahan penyebabnya
misalnya deterjen, antiseptik, getah
sayuran/tanaman, semen, dan pestisida.
Hal ini disebabkan karena tangan
merupakan bagian tubuh yang paling
sering kontak dengan benda lain.
Pembahasan Kasus Teori
Pembahasan Kasus Teori
Etiologi Pasien mengalami keluhan luka tersebut sehabis
mnggunakan obat dari puskesmas yaitu gentian
violet.
Penyebab dermatitis kontak alergi adalah bahan
kimia sederhana dengan berat molekul
umumnya rendah (<1000 dalton) yang disebut
hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat
menembus stratum korneum sehingga mencapai
sel epidermis dibawahnya (sel hidup).
Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya
dermatitis kontak alergi, misalnya potensi
sensitisasi alergen, dosis per unit area, lama
pajanan, suhu, dan kelembaban lingkungan,
vehikulum, dan pH. Juga faktor individu,
misalnya keadaan kulit pada lokasi kontak
(keadaan stratum korneum, ketebalan epidermis),
status imunologik (misalnya sedang menderita
sakit, terpajan sinar matahari).
Pembahasan Kasus Teori
Pemeriksaan
Fisik
Dari status present dan status generale
pasien secara umum dalam batas normal.
Namun dari status dermatologi pasien,
didapatkan beberapa efloresensi, yaitu:
Tampak plakat berbatas tegas dengan tepi
yang tidak aktif, berskuama, erosi dan
xerosis. Papul (-), Vesikel (-), Nodul (-),
Krusta (+), Ulkus (+), Urtika (-),
Hipopegmentasi (-), Sikatriks (-), Fissure
(-).
.Kelainan kulit bergantung pada keparahan
dermatitis. Pada yang akut dimulai
dengan bercak eritema berbatas tegas,
kemudian diikuti edema, papulovesikel,
vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat
pecah menimbulkan erosi dan eksudasi
(basah). Pada yang kronis terlihat kulit
kering, berskuama, papul, likenifikasi dan
mungkin juga fisur, batasnya tidak tegas.
Pembahasan Kasus Teori
Pemeriksaan
Penunjang
Pada pasien, dapat diusulkan pemeriksaan
penunjang berupa tes tempel (patch test)
untuk mengetahui alergen pada pasien.
Namun hal ini tidak dilakukan.
Gold standard untuk menegakkan
diagnosis DKA, termasuk yang dicurigai
adalah uji tempel (patch test). Untuk
melakukan uji tempel diperlukan antigen,
biasanya antigen standar buatan pabrik,
misalnya finn chamber system kit. Untuk
menginterpretasi hasil uji tempel tidak
mudah. Interpretasi dilakukan setelah
pembacaan kedua. Respon alergi biasanya
menjadi lebih jelas antara pembacaan
pertama dan kedua
Pembahasan Kasus Teori
Diagnosis Dermatitis Kontak Alergi (DKA). Diagnosis pasien DKA dapat
ditegakkan berdasarkan dari hasil
anamnesis, gejala klinis serta dari
status dermatologis. Jika tidak diberi
pengobatan dan kontak dengan
alergen sudah tidak ada maka proses
akut akan menjadi subakut atau
kronis. Pada fase subakut ini akan
terlihat eritema, edema ringan,
vesikula, krusta dan pembentukan
papul-papul.
Pembahasan Kasus Teori
Pengobatan medikamentosa
Topikal : Krim Desoksimetason 0,25%
dioleskan pada lesi 2x/hari
Sistemik : - Mebhydrolin napadysilate
(Interhistin) 3 x 50 mg (selama 7
hari)
- Methylprednisolone tablet 3 x 8 mg
(selama 7 hari)
Pengobatan yang diberikan dapat berupa pengobatan topikal dan sistemik.
1. Pengobatan topikal
Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun. Pemberian
topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari dermatitis kontak
alergik. Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi spesifik antigen.
1. Pengobatan Sistemik
- Antihistamin
Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek sedatifnya.
Ada yang berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat pelepasan
histamin. Tapi ada juga yang berpendapat dengan adanya reaksi antigen-
antobodi terdapat pembebasan histamin, serotonin, SRS-A, bradikinin dan
asetilkolin.
- Kortikosteroid
Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral, intramuskular
atau intravena. Pilihan terbaik adalah prednison dan prednisolon. Steroid lain
lebih mahal dan memiliki kekurangan karena berdaya kerja lama. Bila
diberikan dalam waktu singkat maka efek sampingnya akan minimal.
Pembahasan Kasus Teori
Prognosis Ad vitam : bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad kosmetikam : dubia ad bonam
Prognosis DKA umumnya baik,
sejauh bahan kontaktannya dapat
disingkirkan. Prognosis kurang baik
dan menjadi kronis, bila bersamaan
dengan dermatitis oleh faktor endogen
(dermatitis atopik, dermatitis
numularis, atau psoriasis), atau
pajanan dengan bahan iritan yang
tidak mungkin dihindari.
DERMATITIS KONTAK ALERGI (DKA) MERUPAKAN REAKSI HIPERSENSITIFITAS TIPE LAMBAT (TIPE IV)
YANG DIPERANTARAI SEL T, AKIBAT ANTIGEN SPESIFIK YANG MENEMBUS LAPISAN EPIDERMIS KULIT.
ADA DUA FASE YAITU FASE SENSITISASI DAN FASE ELISITASI. UNTUK MENEGAKKAN DIAGNOSIS
DERMATITIS KONTAK ALERGIK DIPERLUKAN ANAMNESIS YANG TELITI, RIWAYAT PENYAKIT YANG
LENGKAP, PEMERIKSAAN FISIK DAN UJI TEMPEL. PADA PRINSIPNYA PENATALAKSANAAN DKA YANG
BAIK ADALAH MENGIDENTIFIKASI PENYEBAB DAN MENYARANKAN PASIEN UNTUK MENGHINDARINYA.
PROGNOSIS DKA PADA PASIEN INI BAIK, SEJAUH BAHAN KONTAKNYA DAPAT DISINGKIRKAN.
THANK YOU FOR YOUR ATTENTION ~

More Related Content

Similar to DKA MULUTDiagnosis Kerja: Dermatitis Kontak Alergi (DKA) lokalisasi mulut akibat kontak dengan obat Gentian Violet yang digunakan dari puskesmas.Alasan diagnosis:- Pasien mengeluhkan luka dan nyeri di mulut setelah menggunakan obat Gentian Violet dari puskes

Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiDermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiUsqi Krizdiana
 
Veruka vulgaris
Veruka vulgarisVeruka vulgaris
Veruka vulgarisery putra
 
DERMATOVENEROLOGI.pdf
DERMATOVENEROLOGI.pdfDERMATOVENEROLOGI.pdf
DERMATOVENEROLOGI.pdfZaidHidayah
 
Askep dengan kasus Herpes zoster
Askep dengan kasus Herpes zosterAskep dengan kasus Herpes zoster
Askep dengan kasus Herpes zosterervinpramita
 
laporankasusscabies.pdf
laporankasusscabies.pdflaporankasusscabies.pdf
laporankasusscabies.pdfsitisara24
 
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorazmiarraga
 
Impetigo Bullosa
Impetigo BullosaImpetigo Bullosa
Impetigo BullosaPhil Adit R
 
206432773 case-varicella-kulkel-1
206432773 case-varicella-kulkel-1206432773 case-varicella-kulkel-1
206432773 case-varicella-kulkel-1homeworkping7
 
Konsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson Sindrom
Konsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson SindromKonsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson Sindrom
Konsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson SindromEncepal Cere
 
Saad dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA
Saad dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA Saad dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA
Saad dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
CC vita mbak zozo agung.pptx
CC vita mbak zozo agung.pptxCC vita mbak zozo agung.pptx
CC vita mbak zozo agung.pptxAgungBudiLaksono7
 
Dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA
Dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA Dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA
Dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 

Similar to DKA MULUTDiagnosis Kerja: Dermatitis Kontak Alergi (DKA) lokalisasi mulut akibat kontak dengan obat Gentian Violet yang digunakan dari puskesmas.Alasan diagnosis:- Pasien mengeluhkan luka dan nyeri di mulut setelah menggunakan obat Gentian Violet dari puskes (20)

Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiDermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergi
 
ppt-dev-ptiriasis-rosea (1).ppt
ppt-dev-ptiriasis-rosea (1).pptppt-dev-ptiriasis-rosea (1).ppt
ppt-dev-ptiriasis-rosea (1).ppt
 
Veruka vulgaris
Veruka vulgarisVeruka vulgaris
Veruka vulgaris
 
Ppt scabies kel 2 revisi
Ppt scabies kel 2 revisiPpt scabies kel 2 revisi
Ppt scabies kel 2 revisi
 
DERMATITIS.pptx
DERMATITIS.pptxDERMATITIS.pptx
DERMATITIS.pptx
 
Atopic dermatitis
Atopic dermatitisAtopic dermatitis
Atopic dermatitis
 
DERMATOVENEROLOGI.pdf
DERMATOVENEROLOGI.pdfDERMATOVENEROLOGI.pdf
DERMATOVENEROLOGI.pdf
 
Candidiasis.pptx
Candidiasis.pptxCandidiasis.pptx
Candidiasis.pptx
 
Askep dengan kasus Herpes zoster
Askep dengan kasus Herpes zosterAskep dengan kasus Herpes zoster
Askep dengan kasus Herpes zoster
 
Laporan kasus SCABIES.pptx
Laporan kasus SCABIES.pptxLaporan kasus SCABIES.pptx
Laporan kasus SCABIES.pptx
 
laporankasusscabies.pdf
laporankasusscabies.pdflaporankasusscabies.pdf
laporankasusscabies.pdf
 
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
 
Impetigo Bullosa
Impetigo BullosaImpetigo Bullosa
Impetigo Bullosa
 
206432773 case-varicella-kulkel-1
206432773 case-varicella-kulkel-1206432773 case-varicella-kulkel-1
206432773 case-varicella-kulkel-1
 
Ektima
EktimaEktima
Ektima
 
Konsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson Sindrom
Konsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson SindromKonsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson Sindrom
Konsep Asuhan Keperawatan Steven Johnson Sindrom
 
Dermatitis atopik & urtikaria
Dermatitis atopik & urtikariaDermatitis atopik & urtikaria
Dermatitis atopik & urtikaria
 
Saad dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA
Saad dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA Saad dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA
Saad dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA
 
CC vita mbak zozo agung.pptx
CC vita mbak zozo agung.pptxCC vita mbak zozo agung.pptx
CC vita mbak zozo agung.pptx
 
Dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA
Dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA Dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA
Dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA
 

More from SuciMayvera1

FIX PPT LAPKAS RIZKI (HSP).pptx
FIX PPT LAPKAS RIZKI (HSP).pptxFIX PPT LAPKAS RIZKI (HSP).pptx
FIX PPT LAPKAS RIZKI (HSP).pptxSuciMayvera1
 
ppt teknik monitor ekg fauzan.ppt
ppt teknik monitor ekg fauzan.pptppt teknik monitor ekg fauzan.ppt
ppt teknik monitor ekg fauzan.pptSuciMayvera1
 
PPT REFARAT HEPATITIS FAUZAN.pptx
PPT REFARAT HEPATITIS FAUZAN.pptxPPT REFARAT HEPATITIS FAUZAN.pptx
PPT REFARAT HEPATITIS FAUZAN.pptxSuciMayvera1
 
PPT referat tuli mendadak akbar.pptx
PPT referat tuli mendadak akbar.pptxPPT referat tuli mendadak akbar.pptx
PPT referat tuli mendadak akbar.pptxSuciMayvera1
 
PPT LAPKAS AMAY.pptx
PPT LAPKAS AMAY.pptxPPT LAPKAS AMAY.pptx
PPT LAPKAS AMAY.pptxSuciMayvera1
 
PPT referat ikhlasul amal.pptx
PPT referat ikhlasul amal.pptxPPT referat ikhlasul amal.pptx
PPT referat ikhlasul amal.pptxSuciMayvera1
 
PPT PJB Rizki.pptx
PPT PJB Rizki.pptxPPT PJB Rizki.pptx
PPT PJB Rizki.pptxSuciMayvera1
 
90100261-82896606-wawancara-dan-pemeriksaan-psikiatri-150510062744-lva1-app68...
90100261-82896606-wawancara-dan-pemeriksaan-psikiatri-150510062744-lva1-app68...90100261-82896606-wawancara-dan-pemeriksaan-psikiatri-150510062744-lva1-app68...
90100261-82896606-wawancara-dan-pemeriksaan-psikiatri-150510062744-lva1-app68...SuciMayvera1
 
Dengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptx
Dengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptxDengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptx
Dengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptxSuciMayvera1
 
REFARAT HIPERTENSI REZA.pptx
REFARAT HIPERTENSI REZA.pptxREFARAT HIPERTENSI REZA.pptx
REFARAT HIPERTENSI REZA.pptxSuciMayvera1
 
PPT LAPKAS AMAY.pptx
PPT LAPKAS AMAY.pptxPPT LAPKAS AMAY.pptx
PPT LAPKAS AMAY.pptxSuciMayvera1
 

More from SuciMayvera1 (11)

FIX PPT LAPKAS RIZKI (HSP).pptx
FIX PPT LAPKAS RIZKI (HSP).pptxFIX PPT LAPKAS RIZKI (HSP).pptx
FIX PPT LAPKAS RIZKI (HSP).pptx
 
ppt teknik monitor ekg fauzan.ppt
ppt teknik monitor ekg fauzan.pptppt teknik monitor ekg fauzan.ppt
ppt teknik monitor ekg fauzan.ppt
 
PPT REFARAT HEPATITIS FAUZAN.pptx
PPT REFARAT HEPATITIS FAUZAN.pptxPPT REFARAT HEPATITIS FAUZAN.pptx
PPT REFARAT HEPATITIS FAUZAN.pptx
 
PPT referat tuli mendadak akbar.pptx
PPT referat tuli mendadak akbar.pptxPPT referat tuli mendadak akbar.pptx
PPT referat tuli mendadak akbar.pptx
 
PPT LAPKAS AMAY.pptx
PPT LAPKAS AMAY.pptxPPT LAPKAS AMAY.pptx
PPT LAPKAS AMAY.pptx
 
PPT referat ikhlasul amal.pptx
PPT referat ikhlasul amal.pptxPPT referat ikhlasul amal.pptx
PPT referat ikhlasul amal.pptx
 
PPT PJB Rizki.pptx
PPT PJB Rizki.pptxPPT PJB Rizki.pptx
PPT PJB Rizki.pptx
 
90100261-82896606-wawancara-dan-pemeriksaan-psikiatri-150510062744-lva1-app68...
90100261-82896606-wawancara-dan-pemeriksaan-psikiatri-150510062744-lva1-app68...90100261-82896606-wawancara-dan-pemeriksaan-psikiatri-150510062744-lva1-app68...
90100261-82896606-wawancara-dan-pemeriksaan-psikiatri-150510062744-lva1-app68...
 
Dengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptx
Dengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptxDengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptx
Dengue_Shock_Syndrome_pada_Anak.pptx
 
REFARAT HIPERTENSI REZA.pptx
REFARAT HIPERTENSI REZA.pptxREFARAT HIPERTENSI REZA.pptx
REFARAT HIPERTENSI REZA.pptx
 
PPT LAPKAS AMAY.pptx
PPT LAPKAS AMAY.pptxPPT LAPKAS AMAY.pptx
PPT LAPKAS AMAY.pptx
 

Recently uploaded

penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 

Recently uploaded (18)

penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 

DKA MULUTDiagnosis Kerja: Dermatitis Kontak Alergi (DKA) lokalisasi mulut akibat kontak dengan obat Gentian Violet yang digunakan dari puskesmas.Alasan diagnosis:- Pasien mengeluhkan luka dan nyeri di mulut setelah menggunakan obat Gentian Violet dari puskes

  • 1. DERMATITIS KONTAK ALERGI LAPORAN KASUS Di Susun Oleh : Muffakir 22174006 Pembimbing : dr. Zikri Adriman, M.Ked (KK), Sp.KK SMF ILMU KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA KOTA BANDAACEH 2023
  • 2. PENDAHULUAN Dermatitis peradangan pada kulit (epidermis dan dermis) menimbulkan kelainan klinis efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan Dermatitis yang disebabkan oleh bahan atau substansi yang menempel pada kulit nonimunologik (DKI) mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen Dermatitis Kontak (DKA) imunologik DKA DKI < mengenai orang yang keadaan kulitnya hipersensitif Pentingnya deteksi, pemahaman dan penanganan dini pada penyakit DKA menurunkan morbiditas dan memperbaiki prognosis DKA KRONIS RESIDIF GATAL
  • 3. LAPORAN KASUS IDENTITAS PASIEN • NAMA : RF. • UMUR : 13 TAHUN • NO.RM : 137000 • JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI • BANGSA/SUKU : ACEH • KAWIN/TDK KAWIN : - • PEKERJAAN : PELAJAR • ALAMAT : LAMPEUNEUEN, ACEH BESAR • AGAMA : ISLAM • TANGGAL MASUK RS : 13 APRIL 2023
  • 4. ANAMNESIS KELUHAN UTAMA: DEMAM SEJAK KURANG LEBIH 2 HARI SMRS KELUHAN TAMBAHAN : TERDAPAT LUKA KEROPENG DI BAGIAN MULUT DAN TERASA NYERI. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG: PASIEN ANAK DI BAWA OLEH ORANG TUA NYA DENGAN KELUHAN DEMAM SEJAK KURANG LEBIH 2 HARI SMRS. ORANG TUA PASIEN JUGA MENGATAKAN TERDAPAT BENJOLAN DIBAGIAN BAWAH DAGU SEBESAR KELERENG, BENJOLAN MUNCUL SAAT DEMAM DAN TERDAPAT LUKA MELEPUH DISEKITARAN BIBIR SEJAK 2 HARI BERSAMAAN DENGAN DEMAM. LUKA MELEPUH DAN KEROPENG SETELAH PASIEN MENGKONSUMSI OBAT DARI PUSKESMAS YAITU GENTIAN VIOLET, LUKA YANG DIRASAKAN TERASA NYERI SEHINGGA PASIEN MERASA SAKIT SAAT MEMBUKA MULUT NYA. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :DISANGKAL RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU :DISANGKAL RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT :MENGGUNAKAN OBAT DARI PUSKESMAS YAITU GENTIAN VIOLET. RIWAYAT ALERGI :DISANGKAL
  • 5. PEMERIKSAAN FISIK • STATUS PRESENT • KESADARAN UMUM : COMPOS MENTIS (GCS 15) • SUHU BADAN : 37,0˚C • TEKANAN DARAH : 100/80 MMHG • NADI : 75X/I • PERNAFASAN : 20X/I
  • 6. STATUS GENERALE • KEPALA : DALAM BATAS NORMAL TIDAK TERDAPAT KELAINAN. • LEHER : DALAM BATAS NORMAL, TIDAK DI DAPATKAN PEMBESARAN KGB. • MULUT : LUKA MELEPUH, DAN TERLIHAT SEPERTI KEROPENG, HIPEREMIS. • THORAKS : DALAM BATAS NORMAL, TIDAK DI DAPATKAN KELAINAN. • ABDOMEN : DALAM BATAS NORMAL, PERISTALTIK PERUT NORMAL. • GENITELIA : TIDAK DILAKUKAN PEMERIKSAAN. • EKSTREMITAS INFERIOR : DALAM BATAS NORMAL, AKRAL HANGAT.
  • 7. Lokalisasi : Regio Perioral.  Distribusi : Lokalisata, Bilateral.  Eflurosensi : Tampak plakat berbatas tegas dengan tepi yang tidak aktif, berskuama, erosi dan xerosis. Papul (-), Vesikel (-), Nodul (-), Krusta (+), Ulkus (+), Urtika (-), Hipopegmentasi (-), Sikatriks (-), Fissure (-). (Hari Pertama Pasien Masuk IGD) (Hari ke 2 Setelah Konsul dokter Sp,KK) (Hari Ketiga Setelah Pengobatan) (Hari Ke Empat PJB dokter Sp.KK)
  • 8. Diagnosis Banding :  Dermatitis Kontak Iritan  Dermatitis Numular  Dermatitis Perioral  Viral Infection  Bakterial Infection Diagnosis Kerja :  Dermatitis Kontak Alergi PENATALAKSANAAN : Medikamentosa  IUVD RL 16gtt/i  Inj. Cefixime 800mg/12jam  Drip Paracetamol 100mg/8jam Konsul dokter spesialis Kulit & Kelamin dr. Zikry Adriman, Sp,KK Non-Medikamentosa (Edukasi)  Menjelaskan tentang penyakit yang diderita dan faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya Dermatitis Kontak Alergi.  Menjelaskan tentang terapi yang diberikan.  Menjelaskan tentang komplikasi dan prognosis.  Menjelaskan tentang tindakan pencegahan yang harus dilakukan penderita, yaitu:  Hindari penggunaan obat yang menyebabkan terjadinya alergi, menyentuh lesi kulit, dan menggaruk luka untuk menghindari penyebaran gejala. Pemeriksaan Anjuran :  Darah Rutin  KGDS Prognosis :  Quo ad Vitam : Bonam  Quo ad Functionam : Bonam  Quo ad Sanationam : Dubius ad bonam  Quo ad Kosmetikum : Dubius ad bonam
  • 9.
  • 10.  Resume : Pasien anak di bawa oleh orang tua nya dengan keluhan demam sejak kurang lebih 2 hari SMRS. Orang tua pasien juga mengatakan terdapat benjolan dibagian bawah dagu sebesar kelereng, benjolan muncul saat demam dan terdapat luka melepuh disekitaran bibir sejak 2 hari bersamaan dengan demam. Luka melepuh dan keropeng setelah pasien mengkonsumsi obat dari puskesmas yaitu gentian violet, luka yang dirasakan terasa nyeri sehingga pasien merasa sakit saat membuka mulut nya. Dengan keadaan seperti ini pasien di konsul ke dokter spesialis kulit & kelamin untuk mendapatkan pengobatan selanjutnya.
  • 11. TINJAUAN PUSTAKA DEFINISI Dermatitis Kontak Alergi (DKA) Epidemiologi Dermatitis kontak alergi dapat terjadi pada semua umur Pada penelitian epidemiologi di St Spiridion, Romania tahun 2008-2009 bahwa wanita lebih sering terkena dermatitis kontak alergi dibanding laki-laki, yaitu 1.83: 1 dan 64.46% berusia di atas 45 tahun. reaksi inflamasi akibat pemaparan bahan alergen pada dermal yang mampu mengaktivasi sel T dan kemudian akan bermigrasi pada tempat pemaparan tersebut terjadi pada seseorang yang telah mengalami sensitisasi terhadap suatu alergen <
  • 12. ETIOLOGI Penyebab dermatitis kontak alergi adalah bahan kimia sederhana bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat menembus stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis dibawahnya Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya DKA, misalnya: potensi sensitisasi alergen, dosis per unit area, lama pajanan, suhu, dan kelembaban lingkungan, vehikulum, dan pH berat molekul umumnya rendah (< 1000 dalton hapten faktor individu, misalnya keadaan kulit pada lokasi kontak (keadaan stratum korneum, ketebalan epidermis), status imunologik (misalnya sedang menderita sakit, terpajan sinar matahari)
  • 13. •Matthias Peiser. Role of Th17 cells in skin Inflammation of allergic contact dermatits. Clinical and Developmental Immunology Hindawi 2019, 261037 : p 1-10
  • 14. GEJALA KLINIS Penderita pada umumnya mengeluh Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritema berbatas tegas, kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Akut Subakut Kronis - Vesikel atau bula yang terisi cairan jernih multiple dan berat. Bila terjadi vesikel/berair, timbul erosi dan eczema - Edema, eritema - Infeksi sekunder dengan bakteri gram (+) - Eritem bertambah - Edema mengurang - Papul menggantikan vesikel - Kemerahan dan bengkak - Lebih menonjolkan sisik, hyperkeratosis, dan likenifikasi di daerah yang terkena GATAL
  • 15. PREDILEKSI DKA pada Wajah DKA pada Lengan DKA pada Tangan DKA pada Leher
  • 16. DIAGNOSIS ANAMNESIS Riwayat awal pasien terkena penyakit Gambaran klinis mempertimbangkan pekerjaan, kontak alergen Basic 4 Sacred 7 Riw. Penyakit Sekarang Riw. Penyakit Dahulu Riw. Penyakit Keluarga Riw. Sosial / Individu Onset, Lokasi, Kuantitas, Kualitas, Kronologi, Faktor yang memperberat dan memperingan, Keluhan penyerta Pemeriksaan Fisik melihat lokalisasi dan pola kelainan kulit Status Dermatologi Pemeriksaan Penunjang Tes tempel (patch test)
  • 17. Variabel DKI DKA Penderita Banyak orang Tidak banyak yang menderita Lokasi Terlokalisasi Tersebar Batas tegas Sering khas Dapat terjadi Waktu untuk resolusi klinis setelah bahan disingkirkan Sering mengurang setelah 96 jam Beberapa hari Terjadinya reaksi Terjadi cepat dengan iritan kuat (menit-jam); lambat dengan iritan lemah 24-72 jam Hubungan dengan pekerjaan Membaik dengan liburan lama (4 minggu) Dapat membaik bahkan pada akhir minggu Atopi Predisposisi Predisposisi tidak diketahui Morfologi Eritem, sisik, fisura Vesikel yang sulit dibedakan dari iritan Agen penyebab Tergantung pada konsentrasi agen dan kondisi barier kulit; hanya terjadi di atas ambang batas Relatif tidak terkait dengan jumlah aplikasi, biasanya konsentrasi yang sangat sedikit pun bias mencetuskan. Sistem imun Respon imun tidak spesifik Tipe IV
  • 18. PENATALAKSANAAN • PENCEGAHAN • PENGOBATAN TOPIKAL • PENGOBATAN SISTEMIK Penggunaan sarung tangan karet di ganti dengan sarung tangan plastik, menggunakan mesin cuci, sikat bergagang panjang, penggunaan deterjen sesuai aturan pabrik Antibiotika dan antimikotika Mengatasi superinfeksi atau infeksi sekunder Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi spesifik antigen Antihistamin Kortikosteroid Menghambat pelepasan histamin dan memperoleh efek sedatif Bekerja dengan menghambat proliferasi limfosit Kortikosteroid
  • 19. PROGNOSIS DKA UMUMNYA BAIK, SEJAUH BAHAN KONTAKTANNYA DAPAT DISINGKIRKAN PROGNOSIS KURANG BAIK DAN MENJADI KRONIS, BILA PAJANAN DENGAN BAHAN IRITAN TIDAK MUNGKIN DIHINDARI
  • 20.
  • 21. Pembahasan Kasus Teori Anamnesis Pasien laki-laki, umur 13 tahun, datang dengan keluhan demam dan terdapat luka dibagian mulut sehingga luka tersebut menjadi keropeng. Keluhan yang dirasakan pasien membuat pasien sulit untuk menelan makanan dan terasa nyeri. Dari riwayat penyakit dahulu di sangkal, riwayat alergi makanann di sangkal, hanya terdapat riwayat penggunaan obat yaitu gentian violetobat tersebut didapatkan oleh pasien dari puskesmas. Perempuan lebih sering mengalami DKA daripada laki-laki, dan ada peningkatan insiden dengan bertambahnya usia. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan prevalensi yang besar pada usia muda. Kelainan kulit umumnya muncul 24-72 jam pada tempat terjadinya kontak dengan bahan alergen. Derajat kelainan kulit yang timbul bervariasi ada yang ringan ada pula yang berat. Pada yang ringan mungkin hanya berupa eritema dan edema, sedangkan pada yang berat selain eritema dan edema yang lebih hebat disertai pula vesikel atau bula yang bila pecah akan terjadi erosi dan eksudasi. Lesi cenderung menyebar dan keluhan subyektif berupa gatal.
  • 22. Lokalisasi Pasien mengeluhkan luka dibagian mulut dan nyeri, tidak terlalu gatal hanya saja. Kejadian dermatitis kontak baik iritan maupun alergik dapat terjadi di berbagai lesi mana saja yang terpapar oleh faktor pencetus. Demikian pula kebanyakan dermatitis kontak akibat kerja ditemukan di tangan. Sebagian besar memang oleh karena bahan iritan. Bahan penyebabnya misalnya deterjen, antiseptik, getah sayuran/tanaman, semen, dan pestisida. Hal ini disebabkan karena tangan merupakan bagian tubuh yang paling sering kontak dengan benda lain. Pembahasan Kasus Teori
  • 23. Pembahasan Kasus Teori Etiologi Pasien mengalami keluhan luka tersebut sehabis mnggunakan obat dari puskesmas yaitu gentian violet. Penyebab dermatitis kontak alergi adalah bahan kimia sederhana dengan berat molekul umumnya rendah (<1000 dalton) yang disebut hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat menembus stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis dibawahnya (sel hidup). Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya dermatitis kontak alergi, misalnya potensi sensitisasi alergen, dosis per unit area, lama pajanan, suhu, dan kelembaban lingkungan, vehikulum, dan pH. Juga faktor individu, misalnya keadaan kulit pada lokasi kontak (keadaan stratum korneum, ketebalan epidermis), status imunologik (misalnya sedang menderita sakit, terpajan sinar matahari).
  • 24. Pembahasan Kasus Teori Pemeriksaan Fisik Dari status present dan status generale pasien secara umum dalam batas normal. Namun dari status dermatologi pasien, didapatkan beberapa efloresensi, yaitu: Tampak plakat berbatas tegas dengan tepi yang tidak aktif, berskuama, erosi dan xerosis. Papul (-), Vesikel (-), Nodul (-), Krusta (+), Ulkus (+), Urtika (-), Hipopegmentasi (-), Sikatriks (-), Fissure (-). .Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritema berbatas tegas, kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi (basah). Pada yang kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak tegas.
  • 25. Pembahasan Kasus Teori Pemeriksaan Penunjang Pada pasien, dapat diusulkan pemeriksaan penunjang berupa tes tempel (patch test) untuk mengetahui alergen pada pasien. Namun hal ini tidak dilakukan. Gold standard untuk menegakkan diagnosis DKA, termasuk yang dicurigai adalah uji tempel (patch test). Untuk melakukan uji tempel diperlukan antigen, biasanya antigen standar buatan pabrik, misalnya finn chamber system kit. Untuk menginterpretasi hasil uji tempel tidak mudah. Interpretasi dilakukan setelah pembacaan kedua. Respon alergi biasanya menjadi lebih jelas antara pembacaan pertama dan kedua
  • 26. Pembahasan Kasus Teori Diagnosis Dermatitis Kontak Alergi (DKA). Diagnosis pasien DKA dapat ditegakkan berdasarkan dari hasil anamnesis, gejala klinis serta dari status dermatologis. Jika tidak diberi pengobatan dan kontak dengan alergen sudah tidak ada maka proses akut akan menjadi subakut atau kronis. Pada fase subakut ini akan terlihat eritema, edema ringan, vesikula, krusta dan pembentukan papul-papul.
  • 27. Pembahasan Kasus Teori Pengobatan medikamentosa Topikal : Krim Desoksimetason 0,25% dioleskan pada lesi 2x/hari Sistemik : - Mebhydrolin napadysilate (Interhistin) 3 x 50 mg (selama 7 hari) - Methylprednisolone tablet 3 x 8 mg (selama 7 hari) Pengobatan yang diberikan dapat berupa pengobatan topikal dan sistemik. 1. Pengobatan topikal Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun. Pemberian topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari dermatitis kontak alergik. Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi spesifik antigen. 1. Pengobatan Sistemik - Antihistamin Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek sedatifnya. Ada yang berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat pelepasan histamin. Tapi ada juga yang berpendapat dengan adanya reaksi antigen- antobodi terdapat pembebasan histamin, serotonin, SRS-A, bradikinin dan asetilkolin. - Kortikosteroid Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral, intramuskular atau intravena. Pilihan terbaik adalah prednison dan prednisolon. Steroid lain lebih mahal dan memiliki kekurangan karena berdaya kerja lama. Bila diberikan dalam waktu singkat maka efek sampingnya akan minimal.
  • 28. Pembahasan Kasus Teori Prognosis Ad vitam : bonam Ad sanationam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam Ad kosmetikam : dubia ad bonam Prognosis DKA umumnya baik, sejauh bahan kontaktannya dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi kronis, bila bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen (dermatitis atopik, dermatitis numularis, atau psoriasis), atau pajanan dengan bahan iritan yang tidak mungkin dihindari.
  • 29. DERMATITIS KONTAK ALERGI (DKA) MERUPAKAN REAKSI HIPERSENSITIFITAS TIPE LAMBAT (TIPE IV) YANG DIPERANTARAI SEL T, AKIBAT ANTIGEN SPESIFIK YANG MENEMBUS LAPISAN EPIDERMIS KULIT. ADA DUA FASE YAITU FASE SENSITISASI DAN FASE ELISITASI. UNTUK MENEGAKKAN DIAGNOSIS DERMATITIS KONTAK ALERGIK DIPERLUKAN ANAMNESIS YANG TELITI, RIWAYAT PENYAKIT YANG LENGKAP, PEMERIKSAAN FISIK DAN UJI TEMPEL. PADA PRINSIPNYA PENATALAKSANAAN DKA YANG BAIK ADALAH MENGIDENTIFIKASI PENYEBAB DAN MENYARANKAN PASIEN UNTUK MENGHINDARINYA. PROGNOSIS DKA PADA PASIEN INI BAIK, SEJAUH BAHAN KONTAKNYA DAPAT DISINGKIRKAN.
  • 30. THANK YOU FOR YOUR ATTENTION ~