DKA MULUTDiagnosis Kerja: Dermatitis Kontak Alergi (DKA) lokalisasi mulut akibat kontak dengan obat Gentian Violet yang digunakan dari puskesmas.Alasan diagnosis:- Pasien mengeluhkan luka dan nyeri di mulut setelah menggunakan obat Gentian Violet dari puskes
Pasien laki-laki berumur 13 tahun datang dengan keluhan demam dan luka di mulut yang menyebabkan nyeri dan sulit makan. Luka tersebut muncul setelah menggunakan obat gentian violet dari puskesmas. Berdasarkan riwayat penyakit, lokalisasi luka, dan gejala klinis, diduga pasien mengalami dermatitis kontak alergi akibat obat gentian violet.
Similar to DKA MULUTDiagnosis Kerja: Dermatitis Kontak Alergi (DKA) lokalisasi mulut akibat kontak dengan obat Gentian Violet yang digunakan dari puskesmas.Alasan diagnosis:- Pasien mengeluhkan luka dan nyeri di mulut setelah menggunakan obat Gentian Violet dari puskes
Similar to DKA MULUTDiagnosis Kerja: Dermatitis Kontak Alergi (DKA) lokalisasi mulut akibat kontak dengan obat Gentian Violet yang digunakan dari puskesmas.Alasan diagnosis:- Pasien mengeluhkan luka dan nyeri di mulut setelah menggunakan obat Gentian Violet dari puskes (20)
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
DKA MULUTDiagnosis Kerja: Dermatitis Kontak Alergi (DKA) lokalisasi mulut akibat kontak dengan obat Gentian Violet yang digunakan dari puskesmas.Alasan diagnosis:- Pasien mengeluhkan luka dan nyeri di mulut setelah menggunakan obat Gentian Violet dari puskes
1. DERMATITIS KONTAK ALERGI
LAPORAN KASUS
Di Susun Oleh :
Muffakir
22174006
Pembimbing :
dr. Zikri Adriman, M.Ked (KK), Sp.KK
SMF ILMU KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
ABULYATAMA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA
KOTA BANDAACEH
2023
2. PENDAHULUAN
Dermatitis
peradangan pada kulit (epidermis dan dermis)
menimbulkan kelainan klinis
efloresensi polimorfik
(eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi)
tanda polimorfik tidak selalu timbul
bersamaan
Dermatitis yang disebabkan oleh
bahan atau substansi yang menempel
pada kulit
nonimunologik
(DKI)
mengalami sensitisasi
terhadap suatu alergen
Dermatitis Kontak
(DKA)
imunologik
DKA DKI
<
mengenai orang yang
keadaan kulitnya
hipersensitif
Pentingnya deteksi, pemahaman dan
penanganan dini pada penyakit DKA
menurunkan morbiditas dan memperbaiki prognosis DKA
KRONIS RESIDIF
GATAL
3. LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
• NAMA : RF.
• UMUR : 13 TAHUN
• NO.RM : 137000
• JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI
• BANGSA/SUKU : ACEH
• KAWIN/TDK KAWIN : -
• PEKERJAAN : PELAJAR
• ALAMAT : LAMPEUNEUEN, ACEH BESAR
• AGAMA : ISLAM
• TANGGAL MASUK RS : 13 APRIL 2023
4. ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA: DEMAM SEJAK KURANG LEBIH 2 HARI SMRS
KELUHAN TAMBAHAN : TERDAPAT LUKA KEROPENG DI BAGIAN MULUT DAN TERASA NYERI.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:
PASIEN ANAK DI BAWA OLEH ORANG TUA NYA DENGAN KELUHAN DEMAM SEJAK KURANG LEBIH 2 HARI
SMRS. ORANG TUA PASIEN JUGA MENGATAKAN TERDAPAT BENJOLAN DIBAGIAN BAWAH DAGU SEBESAR
KELERENG, BENJOLAN MUNCUL SAAT DEMAM DAN TERDAPAT LUKA MELEPUH DISEKITARAN BIBIR SEJAK 2
HARI BERSAMAAN DENGAN DEMAM. LUKA MELEPUH DAN KEROPENG SETELAH PASIEN MENGKONSUMSI
OBAT DARI PUSKESMAS YAITU GENTIAN VIOLET, LUKA YANG DIRASAKAN TERASA NYERI SEHINGGA PASIEN
MERASA SAKIT SAAT MEMBUKA MULUT NYA.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA :DISANGKAL
RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU :DISANGKAL
RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT :MENGGUNAKAN OBAT DARI PUSKESMAS YAITU GENTIAN VIOLET.
RIWAYAT ALERGI :DISANGKAL
5. PEMERIKSAAN FISIK
• STATUS PRESENT
• KESADARAN UMUM : COMPOS MENTIS (GCS 15)
• SUHU BADAN : 37,0˚C
• TEKANAN DARAH : 100/80 MMHG
• NADI : 75X/I
• PERNAFASAN : 20X/I
6. STATUS GENERALE
• KEPALA : DALAM BATAS NORMAL TIDAK TERDAPAT KELAINAN.
• LEHER : DALAM BATAS NORMAL, TIDAK DI DAPATKAN PEMBESARAN KGB.
• MULUT : LUKA MELEPUH, DAN TERLIHAT SEPERTI KEROPENG, HIPEREMIS.
• THORAKS : DALAM BATAS NORMAL, TIDAK DI DAPATKAN KELAINAN.
• ABDOMEN : DALAM BATAS NORMAL, PERISTALTIK PERUT NORMAL.
• GENITELIA : TIDAK DILAKUKAN PEMERIKSAAN.
• EKSTREMITAS INFERIOR : DALAM BATAS NORMAL, AKRAL HANGAT.
7. Lokalisasi : Regio Perioral.
Distribusi : Lokalisata, Bilateral.
Eflurosensi : Tampak plakat berbatas tegas dengan tepi yang tidak aktif, berskuama, erosi dan xerosis. Papul (-), Vesikel
(-), Nodul (-), Krusta (+), Ulkus (+), Urtika (-), Hipopegmentasi (-), Sikatriks (-), Fissure (-).
(Hari Pertama Pasien Masuk IGD) (Hari ke 2 Setelah Konsul dokter Sp,KK) (Hari Ketiga Setelah Pengobatan) (Hari Ke Empat PJB dokter Sp.KK)
8. Diagnosis Banding :
Dermatitis Kontak Iritan
Dermatitis Numular
Dermatitis Perioral
Viral Infection
Bakterial Infection
Diagnosis Kerja :
Dermatitis Kontak Alergi
PENATALAKSANAAN :
Medikamentosa
IUVD RL 16gtt/i
Inj. Cefixime 800mg/12jam
Drip Paracetamol 100mg/8jam
Konsul dokter spesialis Kulit & Kelamin
dr. Zikry Adriman, Sp,KK
Non-Medikamentosa (Edukasi)
Menjelaskan tentang penyakit yang diderita dan faktor risiko yang dapat menyebabkan
terjadinya Dermatitis Kontak Alergi.
Menjelaskan tentang terapi yang diberikan.
Menjelaskan tentang komplikasi dan prognosis.
Menjelaskan tentang tindakan pencegahan yang harus dilakukan penderita, yaitu:
Hindari penggunaan obat yang menyebabkan terjadinya alergi, menyentuh lesi kulit, dan
menggaruk luka untuk menghindari penyebaran gejala.
Pemeriksaan Anjuran :
Darah Rutin
KGDS
Prognosis :
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Functionam : Bonam
Quo ad Sanationam : Dubius ad bonam
Quo ad Kosmetikum : Dubius ad bonam
9.
10. Resume : Pasien anak di bawa oleh orang tua nya dengan keluhan demam sejak kurang lebih 2 hari
SMRS. Orang tua pasien juga mengatakan terdapat benjolan dibagian bawah dagu sebesar kelereng,
benjolan muncul saat demam dan terdapat luka melepuh disekitaran bibir sejak 2 hari bersamaan dengan
demam. Luka melepuh dan keropeng setelah pasien mengkonsumsi obat dari puskesmas yaitu gentian
violet, luka yang dirasakan terasa nyeri sehingga pasien merasa sakit saat membuka mulut nya. Dengan
keadaan seperti ini pasien di konsul ke dokter spesialis kulit & kelamin untuk mendapatkan pengobatan
selanjutnya.
11. TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Dermatitis Kontak Alergi
(DKA)
Epidemiologi Dermatitis kontak alergi dapat terjadi pada semua umur
Pada penelitian epidemiologi di St Spiridion, Romania tahun 2008-2009 bahwa wanita lebih sering terkena dermatitis
kontak alergi dibanding laki-laki, yaitu 1.83: 1 dan 64.46% berusia di atas 45 tahun.
reaksi inflamasi akibat pemaparan bahan alergen
pada dermal yang mampu mengaktivasi sel T dan
kemudian akan bermigrasi pada tempat pemaparan
tersebut
terjadi pada seseorang yang telah
mengalami sensitisasi terhadap
suatu alergen
<
12. ETIOLOGI
Penyebab dermatitis kontak alergi adalah bahan kimia sederhana
bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat
menembus stratum korneum sehingga
mencapai sel epidermis dibawahnya
Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya DKA, misalnya:
potensi sensitisasi alergen, dosis per unit area, lama pajanan, suhu,
dan kelembaban lingkungan, vehikulum, dan pH
berat molekul umumnya rendah
(< 1000 dalton
hapten
faktor individu, misalnya keadaan kulit pada lokasi kontak (keadaan stratum korneum, ketebalan
epidermis), status imunologik (misalnya sedang menderita sakit, terpajan sinar matahari)
13. •Matthias Peiser. Role of Th17 cells in skin Inflammation of allergic contact dermatits. Clinical and Developmental Immunology Hindawi 2019, 261037 : p 1-10
14. GEJALA KLINIS
Penderita pada umumnya mengeluh
Kelainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis. Pada yang akut dimulai dengan bercak
eritema berbatas tegas, kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula.
Akut Subakut Kronis
- Vesikel atau bula yang terisi cairan
jernih multiple dan berat. Bila
terjadi vesikel/berair, timbul erosi
dan eczema
- Edema, eritema
- Infeksi sekunder dengan bakteri
gram (+)
- Eritem bertambah
- Edema mengurang
- Papul menggantikan vesikel
- Kemerahan dan bengkak
- Lebih menonjolkan sisik,
hyperkeratosis, dan
likenifikasi di daerah yang
terkena
GATAL
16. DIAGNOSIS
ANAMNESIS
Riwayat awal pasien terkena penyakit
Gambaran klinis
mempertimbangkan pekerjaan, kontak alergen
Basic 4
Sacred 7
Riw. Penyakit Sekarang
Riw. Penyakit Dahulu
Riw. Penyakit Keluarga
Riw. Sosial / Individu
Onset, Lokasi, Kuantitas,
Kualitas, Kronologi, Faktor
yang memperberat dan
memperingan, Keluhan
penyerta
Pemeriksaan Fisik
melihat lokalisasi
dan
pola kelainan kulit
Status Dermatologi
Pemeriksaan
Penunjang
Tes tempel (patch test)
17. Variabel DKI DKA
Penderita Banyak orang Tidak banyak yang menderita
Lokasi Terlokalisasi Tersebar
Batas tegas Sering khas Dapat terjadi
Waktu untuk resolusi klinis setelah
bahan disingkirkan
Sering mengurang setelah 96
jam
Beberapa hari
Terjadinya reaksi Terjadi cepat dengan iritan kuat
(menit-jam); lambat dengan
iritan lemah
24-72 jam
Hubungan dengan pekerjaan Membaik dengan liburan lama
(4 minggu)
Dapat membaik bahkan pada akhir
minggu
Atopi Predisposisi Predisposisi tidak diketahui
Morfologi Eritem, sisik, fisura Vesikel yang sulit dibedakan dari
iritan
Agen penyebab Tergantung pada konsentrasi
agen dan kondisi barier kulit;
hanya terjadi di atas ambang
batas
Relatif tidak terkait dengan jumlah
aplikasi, biasanya konsentrasi yang
sangat sedikit pun bias
mencetuskan.
Sistem imun Respon imun tidak spesifik Tipe IV
18. PENATALAKSANAAN
• PENCEGAHAN
• PENGOBATAN TOPIKAL
• PENGOBATAN SISTEMIK
Penggunaan sarung tangan karet di ganti dengan sarung tangan plastik,
menggunakan mesin cuci, sikat bergagang panjang, penggunaan deterjen
sesuai aturan pabrik
Antibiotika dan antimikotika
Mengatasi superinfeksi atau infeksi sekunder
Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi spesifik antigen
Antihistamin
Kortikosteroid
Menghambat pelepasan histamin dan
memperoleh efek sedatif
Bekerja dengan menghambat proliferasi limfosit
Kortikosteroid
19. PROGNOSIS DKA UMUMNYA BAIK, SEJAUH BAHAN KONTAKTANNYA DAPAT DISINGKIRKAN
PROGNOSIS KURANG BAIK DAN MENJADI KRONIS, BILA PAJANAN DENGAN BAHAN IRITAN
TIDAK MUNGKIN DIHINDARI
20.
21. Pembahasan Kasus Teori
Anamnesis Pasien laki-laki, umur 13 tahun, datang dengan
keluhan demam dan terdapat luka dibagian mulut
sehingga luka tersebut menjadi keropeng.
Keluhan yang dirasakan pasien membuat pasien
sulit untuk menelan makanan dan terasa nyeri.
Dari riwayat penyakit dahulu di sangkal, riwayat
alergi makanann di sangkal, hanya terdapat
riwayat penggunaan obat yaitu gentian violetobat
tersebut didapatkan oleh pasien dari puskesmas.
Perempuan lebih sering mengalami DKA
daripada laki-laki, dan ada peningkatan insiden
dengan bertambahnya usia. Meskipun demikian,
tidak menutup kemungkinan prevalensi yang
besar pada usia muda. Kelainan kulit umumnya
muncul 24-72 jam pada tempat terjadinya kontak
dengan bahan alergen. Derajat kelainan kulit
yang timbul bervariasi ada yang ringan ada pula
yang berat. Pada yang ringan mungkin hanya
berupa eritema dan edema, sedangkan pada
yang berat selain eritema dan edema yang lebih
hebat disertai pula vesikel atau bula yang bila
pecah akan terjadi erosi dan eksudasi. Lesi
cenderung menyebar dan keluhan subyektif
berupa gatal.
22. Lokalisasi Pasien mengeluhkan luka dibagian mulut
dan nyeri, tidak terlalu gatal hanya saja.
Kejadian dermatitis kontak baik iritan
maupun alergik dapat terjadi di berbagai
lesi mana saja yang terpapar oleh faktor
pencetus. Demikian pula kebanyakan
dermatitis kontak akibat kerja ditemukan
di tangan. Sebagian besar memang oleh
karena bahan iritan. Bahan penyebabnya
misalnya deterjen, antiseptik, getah
sayuran/tanaman, semen, dan pestisida.
Hal ini disebabkan karena tangan
merupakan bagian tubuh yang paling
sering kontak dengan benda lain.
Pembahasan Kasus Teori
23. Pembahasan Kasus Teori
Etiologi Pasien mengalami keluhan luka tersebut sehabis
mnggunakan obat dari puskesmas yaitu gentian
violet.
Penyebab dermatitis kontak alergi adalah bahan
kimia sederhana dengan berat molekul
umumnya rendah (<1000 dalton) yang disebut
hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat
menembus stratum korneum sehingga mencapai
sel epidermis dibawahnya (sel hidup).
Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya
dermatitis kontak alergi, misalnya potensi
sensitisasi alergen, dosis per unit area, lama
pajanan, suhu, dan kelembaban lingkungan,
vehikulum, dan pH. Juga faktor individu,
misalnya keadaan kulit pada lokasi kontak
(keadaan stratum korneum, ketebalan epidermis),
status imunologik (misalnya sedang menderita
sakit, terpajan sinar matahari).
24. Pembahasan Kasus Teori
Pemeriksaan
Fisik
Dari status present dan status generale
pasien secara umum dalam batas normal.
Namun dari status dermatologi pasien,
didapatkan beberapa efloresensi, yaitu:
Tampak plakat berbatas tegas dengan tepi
yang tidak aktif, berskuama, erosi dan
xerosis. Papul (-), Vesikel (-), Nodul (-),
Krusta (+), Ulkus (+), Urtika (-),
Hipopegmentasi (-), Sikatriks (-), Fissure
(-).
.Kelainan kulit bergantung pada keparahan
dermatitis. Pada yang akut dimulai
dengan bercak eritema berbatas tegas,
kemudian diikuti edema, papulovesikel,
vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat
pecah menimbulkan erosi dan eksudasi
(basah). Pada yang kronis terlihat kulit
kering, berskuama, papul, likenifikasi dan
mungkin juga fisur, batasnya tidak tegas.
25. Pembahasan Kasus Teori
Pemeriksaan
Penunjang
Pada pasien, dapat diusulkan pemeriksaan
penunjang berupa tes tempel (patch test)
untuk mengetahui alergen pada pasien.
Namun hal ini tidak dilakukan.
Gold standard untuk menegakkan
diagnosis DKA, termasuk yang dicurigai
adalah uji tempel (patch test). Untuk
melakukan uji tempel diperlukan antigen,
biasanya antigen standar buatan pabrik,
misalnya finn chamber system kit. Untuk
menginterpretasi hasil uji tempel tidak
mudah. Interpretasi dilakukan setelah
pembacaan kedua. Respon alergi biasanya
menjadi lebih jelas antara pembacaan
pertama dan kedua
26. Pembahasan Kasus Teori
Diagnosis Dermatitis Kontak Alergi (DKA). Diagnosis pasien DKA dapat
ditegakkan berdasarkan dari hasil
anamnesis, gejala klinis serta dari
status dermatologis. Jika tidak diberi
pengobatan dan kontak dengan
alergen sudah tidak ada maka proses
akut akan menjadi subakut atau
kronis. Pada fase subakut ini akan
terlihat eritema, edema ringan,
vesikula, krusta dan pembentukan
papul-papul.
27. Pembahasan Kasus Teori
Pengobatan medikamentosa
Topikal : Krim Desoksimetason 0,25%
dioleskan pada lesi 2x/hari
Sistemik : - Mebhydrolin napadysilate
(Interhistin) 3 x 50 mg (selama 7
hari)
- Methylprednisolone tablet 3 x 8 mg
(selama 7 hari)
Pengobatan yang diberikan dapat berupa pengobatan topikal dan sistemik.
1. Pengobatan topikal
Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun. Pemberian
topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari dermatitis kontak
alergik. Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi spesifik antigen.
1. Pengobatan Sistemik
- Antihistamin
Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek sedatifnya.
Ada yang berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat pelepasan
histamin. Tapi ada juga yang berpendapat dengan adanya reaksi antigen-
antobodi terdapat pembebasan histamin, serotonin, SRS-A, bradikinin dan
asetilkolin.
- Kortikosteroid
Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral, intramuskular
atau intravena. Pilihan terbaik adalah prednison dan prednisolon. Steroid lain
lebih mahal dan memiliki kekurangan karena berdaya kerja lama. Bila
diberikan dalam waktu singkat maka efek sampingnya akan minimal.
28. Pembahasan Kasus Teori
Prognosis Ad vitam : bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad kosmetikam : dubia ad bonam
Prognosis DKA umumnya baik,
sejauh bahan kontaktannya dapat
disingkirkan. Prognosis kurang baik
dan menjadi kronis, bila bersamaan
dengan dermatitis oleh faktor endogen
(dermatitis atopik, dermatitis
numularis, atau psoriasis), atau
pajanan dengan bahan iritan yang
tidak mungkin dihindari.
29. DERMATITIS KONTAK ALERGI (DKA) MERUPAKAN REAKSI HIPERSENSITIFITAS TIPE LAMBAT (TIPE IV)
YANG DIPERANTARAI SEL T, AKIBAT ANTIGEN SPESIFIK YANG MENEMBUS LAPISAN EPIDERMIS KULIT.
ADA DUA FASE YAITU FASE SENSITISASI DAN FASE ELISITASI. UNTUK MENEGAKKAN DIAGNOSIS
DERMATITIS KONTAK ALERGIK DIPERLUKAN ANAMNESIS YANG TELITI, RIWAYAT PENYAKIT YANG
LENGKAP, PEMERIKSAAN FISIK DAN UJI TEMPEL. PADA PRINSIPNYA PENATALAKSANAAN DKA YANG
BAIK ADALAH MENGIDENTIFIKASI PENYEBAB DAN MENYARANKAN PASIEN UNTUK MENGHINDARINYA.
PROGNOSIS DKA PADA PASIEN INI BAIK, SEJAUH BAHAN KONTAKNYA DAPAT DISINGKIRKAN.