SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
DERMATITIS ATOPIK 
& 
URTIKARIA (BIDURAN) 
OLEH : 
KELOMPDAOK 1 PUTRA
A. DERMATITIS ATOPIK 
a. pengertian 
Dermatitis atopik (DA) adalah penyakit kulit reaksi 
inflamasi yang didasari oleh faktor herediter dan 
faktor lingkungan, bersifat kronik residif dengan 
gejala eritema, papula, vesikel, kusta, skuama dan 
pruritus yang hebat. Bila residif biasanya disertai 
infeksi, atau alergi, faktor psikologik, atau akibat 
bahan kimia atau iritan 
Penyakit ini dinamakan dermatitis atopik oleh 
karena kebanyakan penderitanya memberikan reaksi 
kulit yang didasari oleh IgE dan mempunyai 
kecenderungan untuk menderita asma, rinitis atau 
keduanya di kemudian hari yang dikenal sebagai 
allergic march. Walaupun demikian, istilah Dermatitis 
atopik tidak selalu memberikan arti bahwa penyakit ini
Lanjutan,,,,,,,,, 
Nama lain untuk Dermatitis atopik 
adalah eksema atopik, eksema 
Dermatitis, prurigo Besnier, dan 
neurodermatitis. Diperkirakan angka 
kejadian di masyarakat adalah sekitar 
1-3% dan pada anak < 5 tahun sebesar 
3,1% dan prevalensi DA pada 
anak meningkat 5-10% pada 20-30 
tahun terakhir. Sangat mungkin 
peningkatan prevalensi ini berasal dari 
faktor lingkungan, seperti bahan kimia 
industri, makanan olahan, atau benda 
asing lainnya. Ada dugaan bahwa 
peningkatan ini juga disebabkan
b. Etiologi 
Penderita dermatitis atopik biasanya 
juga memiliki penyakit alergi lainnya. 
Hubungan antara dermatitis dan 
penyakit alergi tersebut tidak jelas; 
beberapa penderita memiliki 
kecenderungan yang sifatnya 
diturunkan untuk menghasilkan 
antibodi secara berlebihan (misalnya 
immunoglobulin E) sebagai respon 
terhadap sejumlah rangsangan yang 
berbeda
Berbagai keadaan yang bisa 
memperburuk dermatitis atopik: 
1. Stres emosional 
2. Perubahan suhu atau kelembaban udara 
3. Infeksi kulit oleh kuman umumnya Staphylococcus aureus, 
virus dan jamur 
4. Kontak dengan bahan pakaian yang bersifat iritan (terutama 
wol). 
5. Pada beberapa anak-anak, alergi makanan bisa memicu 
terjadinya dermatitis atopik. 
6. Penggunaan sabun atau deterjen, bahan kimia (alkohol, 
astrigen) dapat memicu terjadinya rasa gatal pada kulit. 
7. Keringat berlebihan, disebabkan lingkungan yang bersuhu 
panas/dingin dan kelembaban tinggi atau rendah, sinar 
matahari. 
8. Menghirup tungau debu rumah, bulu binatang, serbuk sari, 
karpet, boneka berbulu, jamur atau ragweed di negara-negara
c. Patogenesis 
Sampai saat ini etiologi maupun 
mekanisme yang pasti DA belum semuanya 
diketahui, demikian pula pruritus pada DA. 
Tanpa pruritus diagnosis DA tidak dapat 
ditegakkan. Rasa gatal dan rasa nyeri sama-sama 
memiliki reseptor di taut 
dermoepidermal, yang disalurkan lewat saraf 
C tidak bermielin ke saraf spinal sensorik 
yang selanjutnya diteruskan ke talamus 
kontralateral dan korteks untuk diartikan. 
Rangsangan yang ringan, superfisial dengan 
intensitas rendah menyebabkan rasa gatal,
patogenesis DA dapat dijelaskan 
secara imunologik dan 
nonimunologik. 
• Multifaktor DA mempunyai penyebab 
multi faktorial antara lain faktor genetik, 
emosi, trauma, keringat, imunologik 
• Respon Imun Sistemik Terdapat IFN-g 
yang menurun. Interleukin spesifik 
alergen yang diproduksi sel T pada darah 
perifer (interleukin IL-4, IL-5 dan IL-13) 
meningkat. Juga terjadi Eosinophilia dan 
peningkatan IgE. 
• munopatologi Kulit Pada DA, sel T yang 
infiltrasi ke kulit adalah CD45RO+. Sel T 
ini menggunakan CLA maupun reseptor 
lainnya untuk mengenali dan
Reaksi imunologis DA 
1. Ekspresi sitokin 
2. Antigen Presenting Cells 
Faktor non imunologis DA 
Faktor non imunologis yang 
menyebabkan rasa gatal pada DA antara 
lain adanya faktor genetik, yaitu kulit DA 
yang kering (xerosis). Kekeringan kulit 
diperberat oleh udara yang lembab dan 
panas, banyak berkeringat, dan bahan 
detergen yang berasal dari sabun.
d. Manifestasi Klinik 
Umumnya gejala DA timbul sebelum bayi 
berumur 6 bulan, dan jarang terjadi di 
bawah usia 8 minggu. Dermatitis atopik 
dapat menyembuh dengan bertambahnya 
usia, tetapi dapat pula menetap bahkan 
meluas dan memberat sampai usia 
dewasa. Terdapat kesan bahwa makin 
lama dan makin berat dermatitis yang 
diderita semasa bayi makin besar 
kemungkinan dermatitis tersebut menetap 
sampai dewasa, sehingga perjalanan
Terdapat tiga bentuk klinis dermatitis atopik, 
yaitu bentuk infantil, bentuk anak, dan 
bentuk dewasa, antara lain: 
1. Bentuk infantil Secara klinis berbentuk 
dermatitis akut eksudatif dengan predileksi 
daerah muka terutama pipi dan daerah 
ekstensor ekstremitas. Bentuk ini 
berlangsung sampai usia 2 tahun 
2. Bentuk anak Seringkali bentuk anak 
merupakan lanjutan dari bentuk infantil, 
walaupun diantaranya terdapat suatu 
periode remisi 
3. Bentuk dewasa DA bentuk dewasa 
terjadi pada usia sekitar 20 tahun
Terdapat beberapa gambaran klinis 
dan stigmata yang terjadi pada DA, 
yaitu: 
1. ‘White dermatographism’ 
2. Reaksi vaskular paradoksal 
3. Lipatan telapak tangan 
4. Garis Morgan atau Dennie 
5. Sindrom ‘buffed-nail’ 
6. ‘Allergic shiner’ 
7. .Hiperpigmentasi 
8. Kulit kering 
9. ‘Delayed blanch’ 
10. Keringat berlebihan 
11. Gatal dan garukan berlebihan
Variasi musim 
Mekanisme terjadinya eksaserbasi 
sesuai dengan perubahan musim 
belum difahami secara menyeluruh. 
Beberapa penelitian menunjukkan 
bahwa kelembaban nisbi tinggi musim 
baik pada kekeringan kulit penderita 
DA. Pada daerah dengan kelembaban 
nisbi tinggi musim panas berpengaruh 
buruk, sedangkan lingkungan sejuk 
dan kering akan berpengaruh baik
d. Pemeriksaan Penunjang 
1. Darah perifer ditemukan eosinofilia dan 
peningkatan kadar IgE. 
2. Dermatografisme putih penggoresan 
pada kulit normal. 
3. Percobaan asetilkolin. 
4. Percobaan histamin.
e. Penatalaksanaan 
Penatalaksanaan DA saat ini 
ditujukan terutama untuk mengurangi 
tanda dan gejala penyakit, 
mencegah/mengurangi kekambuhan 
sehingga mengatasi penyakit dalam 
jangka waktu lama, serta mengubah 
perjalanan penyakit. Untuk itu 
diperlukan tindakan untuk mengatasi 
kekeringan kulit yang timbul, 
menghilangkan inflamasi, mengurangi
1. Hidrasi kulit 
Untuk mengatasinya dapat dilakukan : 
a) Hidrasi kulit berupa mandi atau berendam 2 – 
3 kali sehari dengan air hangat yang dicampur 
dengan minyak selama paling sedikit 20 menit 
b) Karena kulit penderita DA kering (xerosis), 
sebaiknya diberikan salap lipofilik (emulsi air 
dalam minyak) daripada krim hidrofilik (emulsi 
minyak dalam air). 
c) Menghindari penggunaan berbagai bahan 
yang dapat menyebabkan iritasi kulit terutama 
oleh karena kulit penderita selalu dalam 
keadaan kering. 
d) Kelembaban ruangan dipertahankan 50 –
2. Kortikosteroid topikal 
a) Kortikosteroid topikal merupakan pilihan 
yang utama untuk mengurangi inflamasi pada 
penderita DA. 
b) Kortikosterod sistemik juga dapat 
dipertimbangkan penggunaannya sebagai 
pilihan terakhir bila mengenai mukosa dan 
pada tipe dewasa dengan kasus eksaserbasi 
yang berat serta tidak berhasil dengan 
topikal, akan tetapi sangat jarang digunakan 
pada tipe bayi dan anak oleh karena efek 
sampingnya dan reaksi rebound bila
3. Anti pruritus 
Pengobatan pruritus pada DA secara primer 
harus ditujukan langsung pada penyebab 
dasarnya. Mengurangi inflamasi pada kulit 
dan kekeringannya dengan topikal 
kortikosteroid dan hidrasi kulit seringkali 
secara simtomatik juga akan mengurangi 
pruritus 
Pruritus ini biasanya lebih berat pada malam 
hari, sehingga anti histamin dengan efek 
sedatif sangat membantu bila digunakan 
pada saat tidur. Efek pemblokiran oleh 
antihistamin pada reseptoir histamin H1 dan 
H2 dapat diperoleh dengan menggunakan 
dosis oral 10 – 75 mg pada malam hari atau
4. Identifikasi dan eliminasi faktor 
pencetus 
Berbagai faktor dapat menjadi pencetus DA 
dan bersifat individual, oleh karena itu 
perhatian harus ditujukan untuk 
mengidentifikasi dan mengeliminasi faktor-faktor 
tersebut 
a) Faktor umum 
b) Alergen Spesifik 
c) Stres Emosional 
d) Infeksi
B. URTIKARIA (BIDURAN) 
a. Pengertian 
Urtikaria merupakan istilah kilnis untuk 
suatu kelompok kelainan yang di tandai 
dengan adanya pembentukan bilur-bilur 
pembengkakan kulit yang dapat hilang tanpa 
meninggalkan bekas yang terlihat. ( robin 
graham, brown. 2205 ) 
Dikenal dua macam bentuk klinik urtikaria, 
yaitu bentuk akut ( <> 6 minggu). Urtikaria 
yang mengenai lapisan kulit yang lebih dalam 
daripada dermis, dapat di submukosa, atau di 
subkutis, juga dapat mengenai saluran nafas, 
saluran cerna, dan organ kardiovaskuler 
dinamakan angiodema.
b. etiologi 
Pada penyelidikan ternyata hampir 80% tidak 
diketahui penyebabnya. Di duga penyebab 
urtikaria bermacam-macam, diantaranya : 
1. Obat. 
2. Makanan. 
3. Gigitan/sengatan serangga. 
4. Bahan fotosensitizer. Inhalan. 
5. Kontaktan. 
6. Trauma fisik. 
7. Infeksi dan infestasi. 
8. Psikis. 
9. Genetik. 
10.Penyakit sistemik.
c. Patogenesis 
Faktor-faktor pencetus : 
Fx. Imunologik/non imunologik 
Kulit 
Melakukan Pertahanan 
Indu 
ksi Respon Antiodi IgE 
Sel Mast Basofil 
Pelepasan mediator 
(H, SRSA, Serotonin,Kinin) 
Anafilaksis Sistemik 
Urtikaria
d. Manifestasi Klinik 
Gatal 
Rasa terbakar/tertusuk 
Tampak eritema & oedema 
setempat berbatas tegas, kadang 
bagian tengah tampak lebih pucat 
Bentuk popular 
Dermografisme : oedema & eritema yg 
linear di kulit bila terkena 
tekanan/goresan benda tumpul, timbul 
30 menit
e. penatalaksanaan 
Edukasi pasien untuk menghindari 
pencetus (yang bisa diketahui). Obat opiat dan 
salisilat dapat mengaktivasi sel mast tanpa 
melalui IgE. 
Pada urtikaria yang sering kambuh 
terutama pada anak sekolah, untuk menghindari 
efek samping obat mengantuk, dapat diberikan 
antihistamin penghambat H1 generasi baru 
misalnya setirizin 0,25 mg/kg/hari sekali sehari. 
Pada urtikaria generalisata mula-mula diberikan 
injeksi larutan adrenalin 1/1000 dengan dosis 
0,01 ml/kg intramuskular (maksimum 0,3 ml) 
dilanjutkan dengan antihistamin penghambat H1 
seperti CTM 0,25 mg/kg/hari dibagi 3 dosis sehari 
3 kali yang dikombinasi dengan HCL efedrin 1 
mg/tahun/kali sehari 3 kali. (Lihat
THANK 
YOU

More Related Content

What's hot (16)

Konsep Asuhan Keperawatan Dermatitis
Konsep Asuhan Keperawatan DermatitisKonsep Asuhan Keperawatan Dermatitis
Konsep Asuhan Keperawatan Dermatitis
 
Askep dermatitis
Askep dermatitisAskep dermatitis
Askep dermatitis
 
Dermatitis
DermatitisDermatitis
Dermatitis
 
Askep dermatitis
Askep dermatitisAskep dermatitis
Askep dermatitis
 
Askep dermatitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep dermatitis AKPER PEMKAB MUNA Askep dermatitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep dermatitis AKPER PEMKAB MUNA
 
Asuhan keperawatan-anak-dengan-dermatitis-atopik
Asuhan keperawatan-anak-dengan-dermatitis-atopikAsuhan keperawatan-anak-dengan-dermatitis-atopik
Asuhan keperawatan-anak-dengan-dermatitis-atopik
 
asuhan keperawatan pada dermatitis kontak
asuhan keperawatan pada dermatitis kontakasuhan keperawatan pada dermatitis kontak
asuhan keperawatan pada dermatitis kontak
 
Gggggggggg AKPER PEMKAB MUNA
Gggggggggg AKPER PEMKAB MUNAGggggggggg AKPER PEMKAB MUNA
Gggggggggg AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah dermatitis atopik part 1
Makalah dermatitis atopik part 1Makalah dermatitis atopik part 1
Makalah dermatitis atopik part 1
 
Dermatitis
DermatitisDermatitis
Dermatitis
 
Dermatitis
Dermatitis Dermatitis
Dermatitis
 
Urtikaria akut
Urtikaria akutUrtikaria akut
Urtikaria akut
 
Makalah demartitis
Makalah demartitisMakalah demartitis
Makalah demartitis
 
Makalah dermatitis
Makalah dermatitisMakalah dermatitis
Makalah dermatitis
 
Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiDermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergi
 
Manifestasi dan patofisiologi
Manifestasi dan patofisiologiManifestasi dan patofisiologi
Manifestasi dan patofisiologi
 

Similar to Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01 (20)

Saad dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA
Saad dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA Saad dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA
Saad dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA
 
Dermatitis atopik & urtikaria
Dermatitis atopik & urtikariaDermatitis atopik & urtikaria
Dermatitis atopik & urtikaria
 
Kmb emy AKPER PEMKAB MUNA
Kmb emy AKPER PEMKAB MUNA Kmb emy AKPER PEMKAB MUNA
Kmb emy AKPER PEMKAB MUNA
 
Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroikDermatitis seboroik
Dermatitis seboroik
 
Bab i AKPER PEMKAB MUNA
Bab i AKPER PEMKAB MUNA Bab i AKPER PEMKAB MUNA
Bab i AKPER PEMKAB MUNA
 
Sebosea
SeboseaSebosea
Sebosea
 
79836959 makalah-dermatitis-kontak
79836959 makalah-dermatitis-kontak79836959 makalah-dermatitis-kontak
79836959 makalah-dermatitis-kontak
 
Leaflet dermatitis
Leaflet dermatitisLeaflet dermatitis
Leaflet dermatitis
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
seborrhea
seborrheaseborrhea
seborrhea
 
Lp eritroderma
Lp eritrodermaLp eritroderma
Lp eritroderma
 
Cbd eritroderma
Cbd eritrodermaCbd eritroderma
Cbd eritroderma
 
Makalah dematitis
Makalah dematitisMakalah dematitis
Makalah dematitis
 
Tinea korporis ( infeksi jamur)
Tinea korporis ( infeksi jamur)Tinea korporis ( infeksi jamur)
Tinea korporis ( infeksi jamur)
 
Makalah dermatitis
Makalah dermatitisMakalah dermatitis
Makalah dermatitis
 
Leaflet dermatitis akper muna
Leaflet dermatitis akper munaLeaflet dermatitis akper muna
Leaflet dermatitis akper muna
 
dermatitis kontak, geriatri, DKI, DKA
dermatitis kontak, geriatri, DKI, DKAdermatitis kontak, geriatri, DKI, DKA
dermatitis kontak, geriatri, DKI, DKA
 
Makalah dematitis
Makalah dematitisMakalah dematitis
Makalah dematitis
 
Makalah dematitis
Makalah dematitisMakalah dematitis
Makalah dematitis
 
Makalah dermatitis
Makalah dermatitisMakalah dermatitis
Makalah dermatitis
 

More from Teye Onti

Sejarah masuknya islam di indonesia
Sejarah masuknya islam di indonesiaSejarah masuknya islam di indonesia
Sejarah masuknya islam di indonesiaTeye Onti
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brTeye Onti
 
Latihan soal-ujian-knukp-ppni
Latihan soal-ujian-knukp-ppniLatihan soal-ujian-knukp-ppni
Latihan soal-ujian-knukp-ppniTeye Onti
 
Sejarah masuknya islam di indonesia
Sejarah masuknya islam di indonesiaSejarah masuknya islam di indonesia
Sejarah masuknya islam di indonesiaTeye Onti
 
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Teye Onti
 
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Teye Onti
 
45319969 prosedur-pemeriksaan-kesehatan
45319969 prosedur-pemeriksaan-kesehatan45319969 prosedur-pemeriksaan-kesehatan
45319969 prosedur-pemeriksaan-kesehatanTeye Onti
 

More from Teye Onti (9)

Tia
TiaTia
Tia
 
Sejarah masuknya islam di indonesia
Sejarah masuknya islam di indonesiaSejarah masuknya islam di indonesia
Sejarah masuknya islam di indonesia
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen br
 
Latihan soal-ujian-knukp-ppni
Latihan soal-ujian-knukp-ppniLatihan soal-ujian-knukp-ppni
Latihan soal-ujian-knukp-ppni
 
Sejarah masuknya islam di indonesia
Sejarah masuknya islam di indonesiaSejarah masuknya islam di indonesia
Sejarah masuknya islam di indonesia
 
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
 
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
 
Ppok
PpokPpok
Ppok
 
45319969 prosedur-pemeriksaan-kesehatan
45319969 prosedur-pemeriksaan-kesehatan45319969 prosedur-pemeriksaan-kesehatan
45319969 prosedur-pemeriksaan-kesehatan
 

Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01

  • 1. DERMATITIS ATOPIK & URTIKARIA (BIDURAN) OLEH : KELOMPDAOK 1 PUTRA
  • 2. A. DERMATITIS ATOPIK a. pengertian Dermatitis atopik (DA) adalah penyakit kulit reaksi inflamasi yang didasari oleh faktor herediter dan faktor lingkungan, bersifat kronik residif dengan gejala eritema, papula, vesikel, kusta, skuama dan pruritus yang hebat. Bila residif biasanya disertai infeksi, atau alergi, faktor psikologik, atau akibat bahan kimia atau iritan Penyakit ini dinamakan dermatitis atopik oleh karena kebanyakan penderitanya memberikan reaksi kulit yang didasari oleh IgE dan mempunyai kecenderungan untuk menderita asma, rinitis atau keduanya di kemudian hari yang dikenal sebagai allergic march. Walaupun demikian, istilah Dermatitis atopik tidak selalu memberikan arti bahwa penyakit ini
  • 3. Lanjutan,,,,,,,,, Nama lain untuk Dermatitis atopik adalah eksema atopik, eksema Dermatitis, prurigo Besnier, dan neurodermatitis. Diperkirakan angka kejadian di masyarakat adalah sekitar 1-3% dan pada anak < 5 tahun sebesar 3,1% dan prevalensi DA pada anak meningkat 5-10% pada 20-30 tahun terakhir. Sangat mungkin peningkatan prevalensi ini berasal dari faktor lingkungan, seperti bahan kimia industri, makanan olahan, atau benda asing lainnya. Ada dugaan bahwa peningkatan ini juga disebabkan
  • 4. b. Etiologi Penderita dermatitis atopik biasanya juga memiliki penyakit alergi lainnya. Hubungan antara dermatitis dan penyakit alergi tersebut tidak jelas; beberapa penderita memiliki kecenderungan yang sifatnya diturunkan untuk menghasilkan antibodi secara berlebihan (misalnya immunoglobulin E) sebagai respon terhadap sejumlah rangsangan yang berbeda
  • 5. Berbagai keadaan yang bisa memperburuk dermatitis atopik: 1. Stres emosional 2. Perubahan suhu atau kelembaban udara 3. Infeksi kulit oleh kuman umumnya Staphylococcus aureus, virus dan jamur 4. Kontak dengan bahan pakaian yang bersifat iritan (terutama wol). 5. Pada beberapa anak-anak, alergi makanan bisa memicu terjadinya dermatitis atopik. 6. Penggunaan sabun atau deterjen, bahan kimia (alkohol, astrigen) dapat memicu terjadinya rasa gatal pada kulit. 7. Keringat berlebihan, disebabkan lingkungan yang bersuhu panas/dingin dan kelembaban tinggi atau rendah, sinar matahari. 8. Menghirup tungau debu rumah, bulu binatang, serbuk sari, karpet, boneka berbulu, jamur atau ragweed di negara-negara
  • 6. c. Patogenesis Sampai saat ini etiologi maupun mekanisme yang pasti DA belum semuanya diketahui, demikian pula pruritus pada DA. Tanpa pruritus diagnosis DA tidak dapat ditegakkan. Rasa gatal dan rasa nyeri sama-sama memiliki reseptor di taut dermoepidermal, yang disalurkan lewat saraf C tidak bermielin ke saraf spinal sensorik yang selanjutnya diteruskan ke talamus kontralateral dan korteks untuk diartikan. Rangsangan yang ringan, superfisial dengan intensitas rendah menyebabkan rasa gatal,
  • 7. patogenesis DA dapat dijelaskan secara imunologik dan nonimunologik. • Multifaktor DA mempunyai penyebab multi faktorial antara lain faktor genetik, emosi, trauma, keringat, imunologik • Respon Imun Sistemik Terdapat IFN-g yang menurun. Interleukin spesifik alergen yang diproduksi sel T pada darah perifer (interleukin IL-4, IL-5 dan IL-13) meningkat. Juga terjadi Eosinophilia dan peningkatan IgE. • munopatologi Kulit Pada DA, sel T yang infiltrasi ke kulit adalah CD45RO+. Sel T ini menggunakan CLA maupun reseptor lainnya untuk mengenali dan
  • 8. Reaksi imunologis DA 1. Ekspresi sitokin 2. Antigen Presenting Cells Faktor non imunologis DA Faktor non imunologis yang menyebabkan rasa gatal pada DA antara lain adanya faktor genetik, yaitu kulit DA yang kering (xerosis). Kekeringan kulit diperberat oleh udara yang lembab dan panas, banyak berkeringat, dan bahan detergen yang berasal dari sabun.
  • 9. d. Manifestasi Klinik Umumnya gejala DA timbul sebelum bayi berumur 6 bulan, dan jarang terjadi di bawah usia 8 minggu. Dermatitis atopik dapat menyembuh dengan bertambahnya usia, tetapi dapat pula menetap bahkan meluas dan memberat sampai usia dewasa. Terdapat kesan bahwa makin lama dan makin berat dermatitis yang diderita semasa bayi makin besar kemungkinan dermatitis tersebut menetap sampai dewasa, sehingga perjalanan
  • 10. Terdapat tiga bentuk klinis dermatitis atopik, yaitu bentuk infantil, bentuk anak, dan bentuk dewasa, antara lain: 1. Bentuk infantil Secara klinis berbentuk dermatitis akut eksudatif dengan predileksi daerah muka terutama pipi dan daerah ekstensor ekstremitas. Bentuk ini berlangsung sampai usia 2 tahun 2. Bentuk anak Seringkali bentuk anak merupakan lanjutan dari bentuk infantil, walaupun diantaranya terdapat suatu periode remisi 3. Bentuk dewasa DA bentuk dewasa terjadi pada usia sekitar 20 tahun
  • 11. Terdapat beberapa gambaran klinis dan stigmata yang terjadi pada DA, yaitu: 1. ‘White dermatographism’ 2. Reaksi vaskular paradoksal 3. Lipatan telapak tangan 4. Garis Morgan atau Dennie 5. Sindrom ‘buffed-nail’ 6. ‘Allergic shiner’ 7. .Hiperpigmentasi 8. Kulit kering 9. ‘Delayed blanch’ 10. Keringat berlebihan 11. Gatal dan garukan berlebihan
  • 12. Variasi musim Mekanisme terjadinya eksaserbasi sesuai dengan perubahan musim belum difahami secara menyeluruh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kelembaban nisbi tinggi musim baik pada kekeringan kulit penderita DA. Pada daerah dengan kelembaban nisbi tinggi musim panas berpengaruh buruk, sedangkan lingkungan sejuk dan kering akan berpengaruh baik
  • 13. d. Pemeriksaan Penunjang 1. Darah perifer ditemukan eosinofilia dan peningkatan kadar IgE. 2. Dermatografisme putih penggoresan pada kulit normal. 3. Percobaan asetilkolin. 4. Percobaan histamin.
  • 14. e. Penatalaksanaan Penatalaksanaan DA saat ini ditujukan terutama untuk mengurangi tanda dan gejala penyakit, mencegah/mengurangi kekambuhan sehingga mengatasi penyakit dalam jangka waktu lama, serta mengubah perjalanan penyakit. Untuk itu diperlukan tindakan untuk mengatasi kekeringan kulit yang timbul, menghilangkan inflamasi, mengurangi
  • 15. 1. Hidrasi kulit Untuk mengatasinya dapat dilakukan : a) Hidrasi kulit berupa mandi atau berendam 2 – 3 kali sehari dengan air hangat yang dicampur dengan minyak selama paling sedikit 20 menit b) Karena kulit penderita DA kering (xerosis), sebaiknya diberikan salap lipofilik (emulsi air dalam minyak) daripada krim hidrofilik (emulsi minyak dalam air). c) Menghindari penggunaan berbagai bahan yang dapat menyebabkan iritasi kulit terutama oleh karena kulit penderita selalu dalam keadaan kering. d) Kelembaban ruangan dipertahankan 50 –
  • 16. 2. Kortikosteroid topikal a) Kortikosteroid topikal merupakan pilihan yang utama untuk mengurangi inflamasi pada penderita DA. b) Kortikosterod sistemik juga dapat dipertimbangkan penggunaannya sebagai pilihan terakhir bila mengenai mukosa dan pada tipe dewasa dengan kasus eksaserbasi yang berat serta tidak berhasil dengan topikal, akan tetapi sangat jarang digunakan pada tipe bayi dan anak oleh karena efek sampingnya dan reaksi rebound bila
  • 17. 3. Anti pruritus Pengobatan pruritus pada DA secara primer harus ditujukan langsung pada penyebab dasarnya. Mengurangi inflamasi pada kulit dan kekeringannya dengan topikal kortikosteroid dan hidrasi kulit seringkali secara simtomatik juga akan mengurangi pruritus Pruritus ini biasanya lebih berat pada malam hari, sehingga anti histamin dengan efek sedatif sangat membantu bila digunakan pada saat tidur. Efek pemblokiran oleh antihistamin pada reseptoir histamin H1 dan H2 dapat diperoleh dengan menggunakan dosis oral 10 – 75 mg pada malam hari atau
  • 18. 4. Identifikasi dan eliminasi faktor pencetus Berbagai faktor dapat menjadi pencetus DA dan bersifat individual, oleh karena itu perhatian harus ditujukan untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi faktor-faktor tersebut a) Faktor umum b) Alergen Spesifik c) Stres Emosional d) Infeksi
  • 19. B. URTIKARIA (BIDURAN) a. Pengertian Urtikaria merupakan istilah kilnis untuk suatu kelompok kelainan yang di tandai dengan adanya pembentukan bilur-bilur pembengkakan kulit yang dapat hilang tanpa meninggalkan bekas yang terlihat. ( robin graham, brown. 2205 ) Dikenal dua macam bentuk klinik urtikaria, yaitu bentuk akut ( <> 6 minggu). Urtikaria yang mengenai lapisan kulit yang lebih dalam daripada dermis, dapat di submukosa, atau di subkutis, juga dapat mengenai saluran nafas, saluran cerna, dan organ kardiovaskuler dinamakan angiodema.
  • 20. b. etiologi Pada penyelidikan ternyata hampir 80% tidak diketahui penyebabnya. Di duga penyebab urtikaria bermacam-macam, diantaranya : 1. Obat. 2. Makanan. 3. Gigitan/sengatan serangga. 4. Bahan fotosensitizer. Inhalan. 5. Kontaktan. 6. Trauma fisik. 7. Infeksi dan infestasi. 8. Psikis. 9. Genetik. 10.Penyakit sistemik.
  • 21. c. Patogenesis Faktor-faktor pencetus : Fx. Imunologik/non imunologik Kulit Melakukan Pertahanan Indu ksi Respon Antiodi IgE Sel Mast Basofil Pelepasan mediator (H, SRSA, Serotonin,Kinin) Anafilaksis Sistemik Urtikaria
  • 22. d. Manifestasi Klinik Gatal Rasa terbakar/tertusuk Tampak eritema & oedema setempat berbatas tegas, kadang bagian tengah tampak lebih pucat Bentuk popular Dermografisme : oedema & eritema yg linear di kulit bila terkena tekanan/goresan benda tumpul, timbul 30 menit
  • 23. e. penatalaksanaan Edukasi pasien untuk menghindari pencetus (yang bisa diketahui). Obat opiat dan salisilat dapat mengaktivasi sel mast tanpa melalui IgE. Pada urtikaria yang sering kambuh terutama pada anak sekolah, untuk menghindari efek samping obat mengantuk, dapat diberikan antihistamin penghambat H1 generasi baru misalnya setirizin 0,25 mg/kg/hari sekali sehari. Pada urtikaria generalisata mula-mula diberikan injeksi larutan adrenalin 1/1000 dengan dosis 0,01 ml/kg intramuskular (maksimum 0,3 ml) dilanjutkan dengan antihistamin penghambat H1 seperti CTM 0,25 mg/kg/hari dibagi 3 dosis sehari 3 kali yang dikombinasi dengan HCL efedrin 1 mg/tahun/kali sehari 3 kali. (Lihat