SlideShare a Scribd company logo
1 of 49
OLEH : Prof. Kamardi Thalut
Definisi
LUKA
Adalah hilangnya
sebagian jaringan
tubuh
PENYEBAB LUKA BERUPA TRAUMA
Trauma Mekanik : Tumpul, tajam
Trauma Termis : Suhu panas, dingin
Sengatan Listrik : Arus searah, arus bolak balik
Disambar Petir : Langsung, samping, kontak,
langkah
Radiasi, Ionisasi : Elektromagnetik,
Gigitan Binatang : Ular berbisa, hiu, manusia,
Ledakan : Bomb, luka tembak
Trauma Khemis : Asam, basa
• Luka sayat
• Pinggir halus
dan rata
• Akibat benda
tajam
• Luka laserasi
• Pinggirnya compang
– camping, tidak rata
• Akibat benda tumpul
VULNUS PUNCTUM
• LUKA TUSUK
• PINGGIR RATA
• DALAM
• DISEBABKAN BENDA
TAJAM, RUNCING
• LUKA TEMBAK
• LUKA MASUK
• LUKA KELUAR ADA ATAU
TIDAK ADA
• SALURAN BERONGGA
DISEBABKAN ENERGI DARI
PELURU
BERATNYA CEDERA
TERGANTUNG
BESARNYA ENERGI
KINETIK YANG
MEMBENTUR
JARINGAN, JENIS
PELURU, SERTA
SENJATA
GELOMBANG KEJUT
MENYEBAR DARI
PELURU,
MENIMBULKAN LUKA
BERONGGA DENGAN
TEKANAN NEGATIF
MENGHISAP SARAF,
PEMBULUH DARAH
DAN KOTORAN
PELURU YANG
PECAH WAKTU
MEMBENTUR
JARINGAN (SOFT
BULLET) AKAN
MENIMBULKAN
KERUSAKAN LEBIH
HEBAT
• Luka gigitan
• Luka berbentuk gigi –
gigi atau luka robek
• Bahaya infeksi bisa ular;
rabies
• Disebabkan gigitan
binatang anjing;
ular berbisa
DERAJAT 1
DERAJAT 2
DERAJAT 3
LUKA BAKAR
Penyebab api, air panas, dll
Morfologi luka terpenting,
derajatnya :
 DERAJAT I : KULIT
HIPEREMIS, UDEM
 DERAJAT II : TIMBUL BULA
 DERAJAT III : JARINGAN NEKROSIS,
ESCAR
LUKA BAKAR LISTRIK UMUMNYA
DERAJAT III
Penyebab : arus listrik tegangan
tinggi  mengaliri tubuh tahanan
jaringan yang lebih tinggi 
menimbulkan luka bakar yang lebih
tinggi derajatnya
Pada luka masuk dan keluar 
terjadi destruksi jaringan yang
hebat  panas yang timbul pada
pembuluh darah merusak intima;
timbul thrombosis, iskemik dan
nekrosis jaringan
LUKA AKIBAT ZAT KIMIA
• GAS BERACUN DALAM PEPERANGAN  LUKA BAKAR DAN ANOXIA SEL
 BILA KONTAK DENGAN KULIT DAN MUKOSA SERTA KERACUNAN
SISTEMIK
• KERUSAKAN KULIT DILUAR  HANYA BERUPA HIPEREMIS  DIDALAM
PROSES PENGHANCURAN TERUS BERJALAN SELAMA ZAT KIMIA NYA
MASIH ADA
Merupakan luka bakar
Penyebab :
- oksidator : kaporit, permanganas kalikus,
asam kromat
- bahan korosif : phenol, fosfor, KOH,NaOH
 DENATURASI PROTEIN
PETIR BERMUATAN LISTRIK
TEGANGAN TINGGI 20-100 JUTA
VOLT DAN 20000 Amp;
SUHU INTI SAMPAI 30000 KELVIN
>> SUHU PERMUKAAN MATAHARI
LUKA SAMBARAN PETIR
SAMBARAN LANGSUNG DAN SAMPING
 ARUS LISTRIK MASUK
MELALUI MATA, TELINGA DAN
MULUT
 DAPAT PINGSAN, HENTI
JANTUNG DAN NAFAS
SAMBARAN KONTAK
 ARUS LISTRIK MASUK PADA
TEMPAT KONTAK : LUKA BAKAR
1-2 % , DERAJAT 2 SAMPAI
 PADA TUNGKAI DAPAT
MENIMBULKAN
VASOKONSTRIKSI DAN PARALISIS
 SUHU JARINGAN TURUN  VASOKONSTRIKSI,
SEL HIPOKSIA, ANOKSIA
 PERMEABILITAS PEMBULUH DARAH
MENINGKAT  TIMBUL OEDEM
 ALIRAN DARAH MELAMBAT  STASIS 
THROMBOSIS DAN NEKROSIS JARINGAN
 CAIRAN SEL MENGKRISTAL PADA SUHU
DINGIN
 SEL SARAF, PEMBULUH DARAH , OTOT LURIK
SANGAT PEKA TERHADAP SUHU DINGIN;
 KULIT FASIA DAN JARINGAN IKAT
 LEBIH TAHAN
DERAJAT CEDERA SUHU DINGIN
 I : HIPEREMIA, OEDEM
 II : NEKROSIS KULIT DAN SUB KUTIS
 III : II + NYERI 1 BULAN, KEROPENG
 IV : MUMIFIKASI, RUSAK SELURUH
JARINGAN, DEMARKASI JELAS 1
BULAN
LUKA RADIASI DAN IONISASI
Penyebab : radiasi elektromagnetik seperti sinar rontgen, sinar
gamma, partikel nuklir
Sel jaringan yang bermitosis rentan terhadap radiasi
 sistem hemopoetik, sistem reproduksi, mukosa usus, epitel kulit
dan sel tumor ganas
Pemindahan energi merangsang molekul sel
 terjadi ionisasi yang mendestruksi DNA cel
Sel saraf yang tidak bermitosis kurang sensitif
Pembuluh darah halus  vaskulitis, fibrosis, lumen menutup, hipoksia
dan nekrotik jaringan  merupakan akibat dini dan lanjut
Luka bakar berupa eritema ringan sementasi pada kekuatan 50 cy,
Eritema menetap oleh radiasi kekuatan sedang  kerusakan seperti
luka bakar derajat III
Luka Gigitan Ular Berbisa
Bisa ular terdiri dari enzim polipeptida yaitu forfolipase A ,
hialurodinase, ATP-ase , 5- nukleotidase, DNA –ase, RNA-ase,
kolinesterase, protease
Enzim  mendestruksi jaringan lokal toksik terhadap saraf ,
hemolisis, histamin dilepaskan, timbul reaksi anafilaksis
Hialurodinase merusak bahan dasar sel
racun mudah menyebar
nekrosis jaringan yang luas, dan hemolisis,
 luka dikulit berupa eritema, ekimose, ptekia,
bula, nekrosis jaringan
 Dapat terjadi perdarahan peritoneum dan perikardium,
oedem paru, syok berat karena efek racun pada jantung
 PERTOLONGAN : luka disayat atau dieksisi, racun diisap ,
suntikan IV serum anti bisa ular
 Berikan infus Na Cl 0,9 % , untuk pembekuan darah diberikan
fibrinogen atau plasma
FASE PENYEMBUHAN LUKA
FASE
INFLAMASI
FASE
PROLIFERASI
FASE
REMODELLING
FASE INFLAMASI
berlangsung hari 1-5
 Proses Hemostasis dan Pembekuan Darah
 peran trombosit yang keluar dari pembuluh
darah yang putus
 Proses Koagulasi
 mengeluarkan kaskade komplemen ; dari
kaskade dikeluarkan bradikinin dan
anafilaktosin C3a dan C5a
 Vasodilatasi
 permeabilitas pembuluh meningkat, terjadi
eksudat dan penyebukan sel-sel radang.
KLINIS REAKSI RADANG :
KEMERAHAN (RUBOR), HANGAT (KOLOR),
NYERI (DOLOR), PEMBENGKAKAN (TUMOR)
LEUKOSIT BERDIAPEDESE  MENEMBUS DINDING
PEMBULUH DARAH KARENA KEMOTAKSIS, MENCERNA
BAKIERI DAN KOTORAN;  MUNCUL SEL MONOSIT DAN
LIMFOSIT  MEMBANTU MENGHANCURKAN BAKTERI 
LUKA HANYA DIPERTAUTAN FIBRIN YANG LEMAH
MONOSIT  MAKROFAG JUGA MENYEKRESI SITOKIN
”GROWTH FACTOR” UNTUK PENYEMBUHAN LUKA
SELANJUTNYA
berlangsung hari ke 4 - minggu ke 3
proses proliferasi fibroblast dari sel mesenkim
yang belum berdiferensiasi
menghasilkan mukopolisakarida, asam amino,
bahan dasar serat kolagen
 mempertahankan pinggir luka
pertumbuhan kolagen diatur untuk
menyesuaikan dengan tegangan pada luka
kemampuan menahan regangan 80%
kemampuan kulit normal yang tercapai 3-6
bulan setelah penyembuhan
perupaan kembali patah tulang memerlukan
waktu satu tahun atau lebih
Luka dipenuhi oleh sel-sel radang, fibroblast dan
kolagen, pembuluh darah baru (angioneogenesis)
 membentuk jaringan kemerahan, berbenjol-benjol
halus seperti “strawberry “
 JARINGAN GRANULASI
Epitel dari sel-sel basal dipinggir luka terlepas dari
dasarnya  berpindah menutupi permukaan luka.
Bila epitel sudah menutupi seluruh luka,
fase fibroblasia berhenti dan berlanjut dengan
fase pematangan “remodelling” (perpupaan kembali)
Berlangsung dapat berbulan – bulan
Terjadi proses pematangan  penyerapan kembali
jaringan yang berlebih  pengerutan yang sesuai gaya
gravitasi dan perupaan ulang jaringan yang baru
Tubuh berusaha menormalkan kembali semua abnormal
selama proses penyembuhan
Dihasilkan jaringan parut yang pucat tipis dan lentur
dan terlihat pengerutan maksimal pada luka
 terjadi oedem dan pembengkakan
• CONTOH : luka operasi dijahit
PENYEMBUHAN PRIMER
(SANATIO PERPRIMUM INTENTIONEM)
• CONTOH : luka yang tidak dijahit sembuh dengan
jaringan granulasi dan parut
PENYEMBUHAN SEKUNDER
(SANATIO PERSECUNDUM INTENTONEM)
• CONTOH : luka kotor terkontaminasi, dibersihkan
debridemant  biarkan beberapa hari (4-7 ), kalau
tumbuh granulasi baik, baru dijahit primer
PENYEMBUHAN PRIMER TERTUNDA
• CONTOH : luka granulasi dari pinggir tidak mungkin,
diambilkan kulit pasien sendiri untuk menutupnya
“SKIN GRAFTING“
(SANATIO PERTERTIUM INTENTIONEM)
Gangguan penyembuhan luka
PENYEBAB LOKAL REGIONAL:
Infeksi; jaringan mati, korpus alienum, hematoma
Ulkus infeksi spesifik, ulkus karsinomatosa, ulkus marjoli
Ulkus varicosum, morbus burger
Miskin vaskularisasi seperti kulit pretibial, diatas tendon aschiles
PENYEBAB SISTEMIK
• Koagulopati, hemostasis terganggu
• Gangguan sistem imun selullar dan humoral , pembersihan luka
dan jaringan mati dan kotaminasi
• Infeksi virus HIV
• Penyakit yang menekan sistem imun seperti penyakit cushing dan
addison
• Obat immuno supresi, kortikosteroid
• Kurang gizi, malnutrisi, malabsorbsi
• Diabetes melitus
ANAMNESIS MEKANISME PENYEBAB, LINGKUNGAN, WAKTU
PERIKSA TELITI , TERTUKAR JENIS DAN MORFOLOGI LUKA
LUKA TERKONTAMINASI BERSIH ATAU KOTOR
LETAK LUKA DAN KONDISI PENDERITA
TINDAKAN
BEKERJA SECARA
A-SEPTIK
ANESTESI LOKAL
ATAU UMUM
PENCUCIAN LUKA
DENGAN AIR,
NaCl 0,9%
CAIRAN
ANTISEPTIK,
DEBRIDEMAN
KALAU PERLU,
DISINFEKSI SEKITAR
LUKA
LUKA DIJAHIT
PRIMER ATAU
PRIIMER TERTUNDA
LUKA DITUTUPI
KAIN KASA STERIL
DAN DI BALUT
PENYULIT DINI
• Hematom dalam ruangan mati dibawah jahitan
• Mudah terinfeksi dan timbul abses
• Jahitan dibuka  nanah dibersihkan  luka dibiarkan
terbuka  diberi antibiotik sampai timbul jaringan granulasi
sehat
• Dapat dilakukan kembali jahitan primer tertunda
PENYULIT- KOMPLIKASI
PENYULIT LANJUT
• Koloid dan parut hipertrofik
• Terjadi karena reaksi serabut kolagen yang berlebihan
• Koloid tumbuh melewati batas luka kemerahan, gatal dan
tumbuh terus
• Parut hipertrofik tidak melewati batas luka dan menyusut
lama – lama
• Kontraktur misalnya di sendi- sendi
PENYULIT- KOMPLIKASI
LUKA BAKAR
• PALING SERING KARENA API
LANGSUNG DIPICU BENSIN, GAS, DLL
• PADA ANAK 60% KARENA AIR PANAS
• MENGENAI SEBAGIAN ATAU SELURUH
TEBAL KULIT
• SUHU TINGGI MATAHARI, LISTRIK,
SAMBARAN PETIR
• BAHAN KIMIA SEPERTI ASAM KUAT
DAN BASA KUAT YANG DAPAT
MENYEBABKAN “LIQUIDFECTUAL
NECROSIS “ KARENA DENATURASI
PROTEIN, KOLAGEN DAN DEHIDRASI
PENYEBAB
PATOFISIOLOGI
Pada luka bakar > 20 % dapat terjadi syok hipovolemik dengan
segala gejalanya. Eritrosit yang rusak menyebabkan Anemia
Permeabilitas kapiler yang rusak meningkat, terjadi trasudasi ke
jaringan intertisial, timbul oedem dan bula yang maksimal setelah 8
jam, mengandung banyak elektrolit diikuti evaporasi
Kulit terbakar atau terpajan suhu tinggi akan merusak pembuluh
kapiler dibawahnya, disekitarnya dan tempat yang jauh
luka bakar mengenai wajah atau tertutup dapat
timbul cedera inhalasi “inhalation injuries”
udem laring dengan obstruksi jalan nafas, dan
keracunan hipoksia
Luka bakar terkontaminasi oleh kuman berasal
dari kulit sendiri, saluran nafas, nosokomial
(kuman gram positif dan gram negatif
“Pseudomonas aerugenosa“) yang berbahaya
karena mengeluarkan eksotoksin protease
 menghancurkan jaringan  nekrosis 
nanah dengan eksudat
Patofisiologi
lanjutan
infeksi luka bakar sukar diatasi karena pembuluh
kapiler mengalami trombosis kapiler
membawa sistem pertahanan tubuh dan antibiotik
tidak sampai kejaringan mati
Hipoperfusi sistem Splangnikus merusak mukosa lambung
dan duodenum  timbul ulcus Curling dengan gejala
hematemesis dan melena
Proses katabolisme pada fase permulaan
banyak menghancurkan protein dari otot skelet
sehingga otot mengecil
• Dinyatakan dengan persen (%)
terhadap luas seluruh tubuh
• Orang dewasa menurut rumus ( 9)
• Anak – anak rumus ( 10-15 – 20 )
• Bayi rumus ( 10 )
LUAS LUKA
BAKAR
Kedalaman luka bakar ditentukan tingginya suhu dan lama
berkontak
Derajat I : mengenai epidermis, keluhan nyeri dan
hipersensitif; tampak eritema, seperti “ sun burn “
sembuh dalam 5-7 hari
Derajat II :
SUPERFISIAL mengenai stratum basale epidermis ; sisa
epitel startum basal dan adneksa kulit / gld.
Sebacea, cold, sudofera, folikel rambut masih
banyak
PROFUNDA Mengenai dermis lebih dalam; sisa epitel dari
adneksa tinggal lebih sedikit keluhan nyeri,
udem, hiperemis, ada bula
Dapat sembuh sendiri dalam 2-3 minggu
DERAJAT III Mengenai seluruh lapisan kulit sampai
subkutis atau lebih dalam lagi
Sisa epitel dari adneksa tidak ada lagi ,
pertumbuhan epitel dari pulau-pulau epitel
tidak mengenai lagi
Klinis tidak nyeri (an-estesi )
Tampak pucat, abu-abu, hitam ( escar )
Penanganan dengan “escerectomy “ dan
cangkok kulit ( skin grafting)
Penanganan Sistemik
Upaya pertama  mematikan api
 kontak dengan suhu tinggi tidak lama
Bagian tubuh yang terbakar didinginkan dengan air disiram atau
direndam selama 15 menit
Dengan pendinginan  proses denaturasi protein berhenti
sehingga Luka Bakar Derajat I tidak menjadi II dan
Luka Bakar Derajat II dan tidak menjadi III
Mengganti cairan yang hilang dengan infus ringer laktat
sebanyak :
luas luka bakar x berat badan (kg ) x 4 ml (Rumus Baxter) ;
ukur produksi urine 1-3 ml/kg/jam, orang dewasa dan anak.
Berikan ½ nya pada 8 jam pertama
Penanganan Lokal
Dengan tindakan aseptik luka bakar dibersihkan dengan larutan garam fisiologis;
bula dipunksi
Luka ditutupi dengan membran amnion untuk mencegah evaporasi, rasa nyeri dan
mencegah infeksi
Amnion akan mengeropeng hari ke -5 , lalu pasien dimandikan
Pada luka bakar derajat dua kadang- kadang diperlukan debridemant secara tangensial,
kemudian cangkok kulit (skin graffting) biasanya sebelum hari ke sepuluh
Pada luka bakar derajat III diperlukan “escarotomy” atau “escarectomy“ kemudian
cangkok kulit (skin graffting)
Perawatan luka bakar dilipat –lipat sendi dan dileher dalam posisi ekstensi, abduksi dan
“position of function“ dijari-jari tangan untuk mencegah kontraktur
BERAT LUKA DAN INDIKASI RAWAT & RUJUK
Tergantung luas, dalam dan letaknya
Luka bakar derajat dua > 10 %
Luka bakar mengenai wajah , tangan, kaki, genitalia, perineum, persendian utama
Luka bakar sengatan listrik dan sambar petir
Luka bakar derajat tiga
Luka bakar kena zat kimia
Cedera inhalasi
Ada komorbiditas
BACAAN :
BUKU AJAR ILMU BEDAH
Sjamsuhidayat – De Jong
Edisi 3
Final slide-prof-kt

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxPerbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
 
Epilepsi
EpilepsiEpilepsi
Epilepsi
 
Sepsis
SepsisSepsis
Sepsis
 
Luka Bakar
Luka BakarLuka Bakar
Luka Bakar
 
Terapi cairan pada anak
Terapi cairan pada anakTerapi cairan pada anak
Terapi cairan pada anak
 
Obat emergency
Obat emergencyObat emergency
Obat emergency
 
Laporan PBL 1 Modul Hemiparesis
Laporan PBL 1 Modul HemiparesisLaporan PBL 1 Modul Hemiparesis
Laporan PBL 1 Modul Hemiparesis
 
Balans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolitBalans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolit
 
Trakeostomi dan krikotirotomi
Trakeostomi dan krikotirotomiTrakeostomi dan krikotirotomi
Trakeostomi dan krikotirotomi
 
Penatalaksanaan Luka
Penatalaksanaan LukaPenatalaksanaan Luka
Penatalaksanaan Luka
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialis
 
Demam reumatik
Demam reumatikDemam reumatik
Demam reumatik
 
Kolesistitis
KolesistitisKolesistitis
Kolesistitis
 
peningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranialpeningkatan Tekanan IntraCranial
peningkatan Tekanan IntraCranial
 
Baca ct scan
Baca ct scanBaca ct scan
Baca ct scan
 
Cedera kepala
Cedera kepalaCedera kepala
Cedera kepala
 
Cedera Kepala -- Refreshment Meeting
Cedera Kepala -- Refreshment MeetingCedera Kepala -- Refreshment Meeting
Cedera Kepala -- Refreshment Meeting
 
Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun
 
144 penyakit yang tidak boleh di rujuk (Wajib dilayani di tingkat Pelayanan P...
144 penyakit yang tidak boleh di rujuk (Wajib dilayani di tingkat Pelayanan P...144 penyakit yang tidak boleh di rujuk (Wajib dilayani di tingkat Pelayanan P...
144 penyakit yang tidak boleh di rujuk (Wajib dilayani di tingkat Pelayanan P...
 
2. konjungtiva
2. konjungtiva2. konjungtiva
2. konjungtiva
 

Similar to Final slide-prof-kt

KONSEP RADANG dan proses patofisiologi radang.ppt
KONSEP RADANG dan proses patofisiologi radang.pptKONSEP RADANG dan proses patofisiologi radang.ppt
KONSEP RADANG dan proses patofisiologi radang.pptTiaraFatmaP
 
Luka Wound Healing Dr Yuda Umm
Luka  Wound Healing Dr Yuda UmmLuka  Wound Healing Dr Yuda Umm
Luka Wound Healing Dr Yuda UmmDavid Kurniawan
 
Resusitasi_Cairan_Pada_Luka_Bakar.ppt
Resusitasi_Cairan_Pada_Luka_Bakar.pptResusitasi_Cairan_Pada_Luka_Bakar.ppt
Resusitasi_Cairan_Pada_Luka_Bakar.pptsyukronchalim
 
Askep luka bakar 2020.1
Askep luka bakar 2020.1Askep luka bakar 2020.1
Askep luka bakar 2020.1IwanHamzah1
 
Radang dan-perbaikan3
Radang dan-perbaikan3Radang dan-perbaikan3
Radang dan-perbaikan3Ira Manu
 
pencegahan dan penanganan decubitus .ppt
pencegahan dan penanganan decubitus .pptpencegahan dan penanganan decubitus .ppt
pencegahan dan penanganan decubitus .pptRiefPutraMahesha
 
Pembuluh darah & limfe, cvs
Pembuluh darah & limfe, cvsPembuluh darah & limfe, cvs
Pembuluh darah & limfe, cvsVrilisda Sitepu
 
1587128014131 presentasi abses pedis
1587128014131 presentasi abses pedis1587128014131 presentasi abses pedis
1587128014131 presentasi abses pedisConsita Victoria
 
Trauma tajam abdomen dan penanganannya.pptx
Trauma tajam abdomen dan penanganannya.pptxTrauma tajam abdomen dan penanganannya.pptx
Trauma tajam abdomen dan penanganannya.pptxamwalbedah92
 
NgEU Burn Management.pptx
NgEU Burn Management.pptxNgEU Burn Management.pptx
NgEU Burn Management.pptxHilda577038
 
ASKEP PADA PASIEN DENGAN MASALAH LUKA BAKAR
ASKEP PADA PASIEN DENGAN MASALAH LUKA BAKARASKEP PADA PASIEN DENGAN MASALAH LUKA BAKAR
ASKEP PADA PASIEN DENGAN MASALAH LUKA BAKARKEPKNHM
 
Advanced wound dressing..pptx
Advanced wound dressing..pptxAdvanced wound dressing..pptx
Advanced wound dressing..pptxSitiPermataPutri
 
Kulit retrogresif 1 (modul kulit dan jaringan penunjang)
Kulit   retrogresif 1 (modul kulit dan jaringan penunjang)Kulit   retrogresif 1 (modul kulit dan jaringan penunjang)
Kulit retrogresif 1 (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
 

Similar to Final slide-prof-kt (20)

KONSEP RADANG dan proses patofisiologi radang.ppt
KONSEP RADANG dan proses patofisiologi radang.pptKONSEP RADANG dan proses patofisiologi radang.ppt
KONSEP RADANG dan proses patofisiologi radang.ppt
 
Luka Wound Healing Dr Yuda Umm
Luka  Wound Healing Dr Yuda UmmLuka  Wound Healing Dr Yuda Umm
Luka Wound Healing Dr Yuda Umm
 
Resusitasi_Cairan_Pada_Luka_Bakar.ppt
Resusitasi_Cairan_Pada_Luka_Bakar.pptResusitasi_Cairan_Pada_Luka_Bakar.ppt
Resusitasi_Cairan_Pada_Luka_Bakar.ppt
 
Luks Bakar
Luks BakarLuks Bakar
Luks Bakar
 
Askep luka bakar 2020.1
Askep luka bakar 2020.1Askep luka bakar 2020.1
Askep luka bakar 2020.1
 
Radang dan-perbaikan3
Radang dan-perbaikan3Radang dan-perbaikan3
Radang dan-perbaikan3
 
pencegahan dan penanganan decubitus .ppt
pencegahan dan penanganan decubitus .pptpencegahan dan penanganan decubitus .ppt
pencegahan dan penanganan decubitus .ppt
 
Askep luka bakar AKPER PEMKAB MUNA
Askep luka bakar AKPER PEMKAB MUNA Askep luka bakar AKPER PEMKAB MUNA
Askep luka bakar AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep luka bakar
Askep luka bakarAskep luka bakar
Askep luka bakar
 
Askep luka bakar AKPER PEMKAB MUNA
Askep luka bakar AKPER PEMKAB MUNA Askep luka bakar AKPER PEMKAB MUNA
Askep luka bakar AKPER PEMKAB MUNA
 
Asuhan keperawatan sancy
Asuhan keperawatan sancyAsuhan keperawatan sancy
Asuhan keperawatan sancy
 
ASKEP Luka Bakar 2
ASKEP Luka Bakar 2ASKEP Luka Bakar 2
ASKEP Luka Bakar 2
 
Luka bakar
Luka bakarLuka bakar
Luka bakar
 
Pembuluh darah & limfe, cvs
Pembuluh darah & limfe, cvsPembuluh darah & limfe, cvs
Pembuluh darah & limfe, cvs
 
1587128014131 presentasi abses pedis
1587128014131 presentasi abses pedis1587128014131 presentasi abses pedis
1587128014131 presentasi abses pedis
 
Trauma tajam abdomen dan penanganannya.pptx
Trauma tajam abdomen dan penanganannya.pptxTrauma tajam abdomen dan penanganannya.pptx
Trauma tajam abdomen dan penanganannya.pptx
 
NgEU Burn Management.pptx
NgEU Burn Management.pptxNgEU Burn Management.pptx
NgEU Burn Management.pptx
 
ASKEP PADA PASIEN DENGAN MASALAH LUKA BAKAR
ASKEP PADA PASIEN DENGAN MASALAH LUKA BAKARASKEP PADA PASIEN DENGAN MASALAH LUKA BAKAR
ASKEP PADA PASIEN DENGAN MASALAH LUKA BAKAR
 
Advanced wound dressing..pptx
Advanced wound dressing..pptxAdvanced wound dressing..pptx
Advanced wound dressing..pptx
 
Kulit retrogresif 1 (modul kulit dan jaringan penunjang)
Kulit   retrogresif 1 (modul kulit dan jaringan penunjang)Kulit   retrogresif 1 (modul kulit dan jaringan penunjang)
Kulit retrogresif 1 (modul kulit dan jaringan penunjang)
 

More from fikri asyura (20)

Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Tb
TbTb
Tb
 
Transfusi darah
Transfusi darahTransfusi darah
Transfusi darah
 
Toksoplasmosis 3 a
Toksoplasmosis 3 aToksoplasmosis 3 a
Toksoplasmosis 3 a
 
Sistosomiasis
SistosomiasisSistosomiasis
Sistosomiasis
 
Reaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitasReaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas
 
Rabies
RabiesRabies
Rabies
 
Lupus eritematosus sistemik
Lupus eritematosus sistemikLupus eritematosus sistemik
Lupus eritematosus sistemik
 
Filariasis
FilariasisFilariasis
Filariasis
 
Askariasis
AskariasisAskariasis
Askariasis
 
Artritis reumatoid
Artritis reumatoidArtritis reumatoid
Artritis reumatoid
 
Artritis gout
Artritis goutArtritis gout
Artritis gout
 
Ankilostomiasis
AnkilostomiasisAnkilostomiasis
Ankilostomiasis
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
P petri dbd
P petri dbdP petri dbd
P petri dbd
 
P petri tifoid
P petri tifoidP petri tifoid
P petri tifoid
 
P petri sepsis
P petri sepsisP petri sepsis
P petri sepsis
 
P petri malaria
P petri malariaP petri malaria
P petri malaria
 
P petri leptospirosis
P petri leptospirosisP petri leptospirosis
P petri leptospirosis
 
P petri disentri
P petri disentriP petri disentri
P petri disentri
 

Recently uploaded

2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaErdinataKusuma1
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 

Recently uploaded (20)

2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 

Final slide-prof-kt

  • 1. OLEH : Prof. Kamardi Thalut
  • 3. PENYEBAB LUKA BERUPA TRAUMA Trauma Mekanik : Tumpul, tajam Trauma Termis : Suhu panas, dingin Sengatan Listrik : Arus searah, arus bolak balik Disambar Petir : Langsung, samping, kontak, langkah Radiasi, Ionisasi : Elektromagnetik, Gigitan Binatang : Ular berbisa, hiu, manusia, Ledakan : Bomb, luka tembak Trauma Khemis : Asam, basa
  • 4.
  • 5. • Luka sayat • Pinggir halus dan rata • Akibat benda tajam
  • 6. • Luka laserasi • Pinggirnya compang – camping, tidak rata • Akibat benda tumpul
  • 7. VULNUS PUNCTUM • LUKA TUSUK • PINGGIR RATA • DALAM • DISEBABKAN BENDA TAJAM, RUNCING
  • 8. • LUKA TEMBAK • LUKA MASUK • LUKA KELUAR ADA ATAU TIDAK ADA • SALURAN BERONGGA DISEBABKAN ENERGI DARI PELURU
  • 9. BERATNYA CEDERA TERGANTUNG BESARNYA ENERGI KINETIK YANG MEMBENTUR JARINGAN, JENIS PELURU, SERTA SENJATA GELOMBANG KEJUT MENYEBAR DARI PELURU, MENIMBULKAN LUKA BERONGGA DENGAN TEKANAN NEGATIF MENGHISAP SARAF, PEMBULUH DARAH DAN KOTORAN PELURU YANG PECAH WAKTU MEMBENTUR JARINGAN (SOFT BULLET) AKAN MENIMBULKAN KERUSAKAN LEBIH HEBAT
  • 10. • Luka gigitan • Luka berbentuk gigi – gigi atau luka robek • Bahaya infeksi bisa ular; rabies • Disebabkan gigitan binatang anjing; ular berbisa
  • 11. DERAJAT 1 DERAJAT 2 DERAJAT 3 LUKA BAKAR Penyebab api, air panas, dll Morfologi luka terpenting, derajatnya :  DERAJAT I : KULIT HIPEREMIS, UDEM  DERAJAT II : TIMBUL BULA  DERAJAT III : JARINGAN NEKROSIS, ESCAR
  • 12. LUKA BAKAR LISTRIK UMUMNYA DERAJAT III Penyebab : arus listrik tegangan tinggi  mengaliri tubuh tahanan jaringan yang lebih tinggi  menimbulkan luka bakar yang lebih tinggi derajatnya Pada luka masuk dan keluar  terjadi destruksi jaringan yang hebat  panas yang timbul pada pembuluh darah merusak intima; timbul thrombosis, iskemik dan nekrosis jaringan
  • 13. LUKA AKIBAT ZAT KIMIA • GAS BERACUN DALAM PEPERANGAN  LUKA BAKAR DAN ANOXIA SEL  BILA KONTAK DENGAN KULIT DAN MUKOSA SERTA KERACUNAN SISTEMIK • KERUSAKAN KULIT DILUAR  HANYA BERUPA HIPEREMIS  DIDALAM PROSES PENGHANCURAN TERUS BERJALAN SELAMA ZAT KIMIA NYA MASIH ADA Merupakan luka bakar Penyebab : - oksidator : kaporit, permanganas kalikus, asam kromat - bahan korosif : phenol, fosfor, KOH,NaOH  DENATURASI PROTEIN
  • 14. PETIR BERMUATAN LISTRIK TEGANGAN TINGGI 20-100 JUTA VOLT DAN 20000 Amp; SUHU INTI SAMPAI 30000 KELVIN >> SUHU PERMUKAAN MATAHARI LUKA SAMBARAN PETIR SAMBARAN LANGSUNG DAN SAMPING  ARUS LISTRIK MASUK MELALUI MATA, TELINGA DAN MULUT  DAPAT PINGSAN, HENTI JANTUNG DAN NAFAS SAMBARAN KONTAK  ARUS LISTRIK MASUK PADA TEMPAT KONTAK : LUKA BAKAR 1-2 % , DERAJAT 2 SAMPAI  PADA TUNGKAI DAPAT MENIMBULKAN VASOKONSTRIKSI DAN PARALISIS
  • 15.  SUHU JARINGAN TURUN  VASOKONSTRIKSI, SEL HIPOKSIA, ANOKSIA  PERMEABILITAS PEMBULUH DARAH MENINGKAT  TIMBUL OEDEM  ALIRAN DARAH MELAMBAT  STASIS  THROMBOSIS DAN NEKROSIS JARINGAN  CAIRAN SEL MENGKRISTAL PADA SUHU DINGIN  SEL SARAF, PEMBULUH DARAH , OTOT LURIK SANGAT PEKA TERHADAP SUHU DINGIN;  KULIT FASIA DAN JARINGAN IKAT  LEBIH TAHAN DERAJAT CEDERA SUHU DINGIN  I : HIPEREMIA, OEDEM  II : NEKROSIS KULIT DAN SUB KUTIS  III : II + NYERI 1 BULAN, KEROPENG  IV : MUMIFIKASI, RUSAK SELURUH JARINGAN, DEMARKASI JELAS 1 BULAN
  • 16. LUKA RADIASI DAN IONISASI Penyebab : radiasi elektromagnetik seperti sinar rontgen, sinar gamma, partikel nuklir Sel jaringan yang bermitosis rentan terhadap radiasi  sistem hemopoetik, sistem reproduksi, mukosa usus, epitel kulit dan sel tumor ganas Pemindahan energi merangsang molekul sel  terjadi ionisasi yang mendestruksi DNA cel Sel saraf yang tidak bermitosis kurang sensitif Pembuluh darah halus  vaskulitis, fibrosis, lumen menutup, hipoksia dan nekrotik jaringan  merupakan akibat dini dan lanjut Luka bakar berupa eritema ringan sementasi pada kekuatan 50 cy, Eritema menetap oleh radiasi kekuatan sedang  kerusakan seperti luka bakar derajat III
  • 17. Luka Gigitan Ular Berbisa Bisa ular terdiri dari enzim polipeptida yaitu forfolipase A , hialurodinase, ATP-ase , 5- nukleotidase, DNA –ase, RNA-ase, kolinesterase, protease Enzim  mendestruksi jaringan lokal toksik terhadap saraf , hemolisis, histamin dilepaskan, timbul reaksi anafilaksis Hialurodinase merusak bahan dasar sel racun mudah menyebar nekrosis jaringan yang luas, dan hemolisis,  luka dikulit berupa eritema, ekimose, ptekia, bula, nekrosis jaringan
  • 18.  Dapat terjadi perdarahan peritoneum dan perikardium, oedem paru, syok berat karena efek racun pada jantung  PERTOLONGAN : luka disayat atau dieksisi, racun diisap , suntikan IV serum anti bisa ular  Berikan infus Na Cl 0,9 % , untuk pembekuan darah diberikan fibrinogen atau plasma
  • 20. FASE INFLAMASI berlangsung hari 1-5  Proses Hemostasis dan Pembekuan Darah  peran trombosit yang keluar dari pembuluh darah yang putus  Proses Koagulasi  mengeluarkan kaskade komplemen ; dari kaskade dikeluarkan bradikinin dan anafilaktosin C3a dan C5a  Vasodilatasi  permeabilitas pembuluh meningkat, terjadi eksudat dan penyebukan sel-sel radang.
  • 21. KLINIS REAKSI RADANG : KEMERAHAN (RUBOR), HANGAT (KOLOR), NYERI (DOLOR), PEMBENGKAKAN (TUMOR) LEUKOSIT BERDIAPEDESE  MENEMBUS DINDING PEMBULUH DARAH KARENA KEMOTAKSIS, MENCERNA BAKIERI DAN KOTORAN;  MUNCUL SEL MONOSIT DAN LIMFOSIT  MEMBANTU MENGHANCURKAN BAKTERI  LUKA HANYA DIPERTAUTAN FIBRIN YANG LEMAH MONOSIT  MAKROFAG JUGA MENYEKRESI SITOKIN ”GROWTH FACTOR” UNTUK PENYEMBUHAN LUKA SELANJUTNYA
  • 22. berlangsung hari ke 4 - minggu ke 3 proses proliferasi fibroblast dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi menghasilkan mukopolisakarida, asam amino, bahan dasar serat kolagen  mempertahankan pinggir luka pertumbuhan kolagen diatur untuk menyesuaikan dengan tegangan pada luka kemampuan menahan regangan 80% kemampuan kulit normal yang tercapai 3-6 bulan setelah penyembuhan perupaan kembali patah tulang memerlukan waktu satu tahun atau lebih
  • 23. Luka dipenuhi oleh sel-sel radang, fibroblast dan kolagen, pembuluh darah baru (angioneogenesis)  membentuk jaringan kemerahan, berbenjol-benjol halus seperti “strawberry “  JARINGAN GRANULASI Epitel dari sel-sel basal dipinggir luka terlepas dari dasarnya  berpindah menutupi permukaan luka. Bila epitel sudah menutupi seluruh luka, fase fibroblasia berhenti dan berlanjut dengan fase pematangan “remodelling” (perpupaan kembali)
  • 24. Berlangsung dapat berbulan – bulan Terjadi proses pematangan  penyerapan kembali jaringan yang berlebih  pengerutan yang sesuai gaya gravitasi dan perupaan ulang jaringan yang baru Tubuh berusaha menormalkan kembali semua abnormal selama proses penyembuhan Dihasilkan jaringan parut yang pucat tipis dan lentur dan terlihat pengerutan maksimal pada luka  terjadi oedem dan pembengkakan
  • 25. • CONTOH : luka operasi dijahit PENYEMBUHAN PRIMER (SANATIO PERPRIMUM INTENTIONEM)
  • 26. • CONTOH : luka yang tidak dijahit sembuh dengan jaringan granulasi dan parut PENYEMBUHAN SEKUNDER (SANATIO PERSECUNDUM INTENTONEM)
  • 27. • CONTOH : luka kotor terkontaminasi, dibersihkan debridemant  biarkan beberapa hari (4-7 ), kalau tumbuh granulasi baik, baru dijahit primer PENYEMBUHAN PRIMER TERTUNDA
  • 28. • CONTOH : luka granulasi dari pinggir tidak mungkin, diambilkan kulit pasien sendiri untuk menutupnya “SKIN GRAFTING“ (SANATIO PERTERTIUM INTENTIONEM)
  • 29.
  • 30. Gangguan penyembuhan luka PENYEBAB LOKAL REGIONAL: Infeksi; jaringan mati, korpus alienum, hematoma Ulkus infeksi spesifik, ulkus karsinomatosa, ulkus marjoli Ulkus varicosum, morbus burger Miskin vaskularisasi seperti kulit pretibial, diatas tendon aschiles
  • 31. PENYEBAB SISTEMIK • Koagulopati, hemostasis terganggu • Gangguan sistem imun selullar dan humoral , pembersihan luka dan jaringan mati dan kotaminasi • Infeksi virus HIV • Penyakit yang menekan sistem imun seperti penyakit cushing dan addison • Obat immuno supresi, kortikosteroid • Kurang gizi, malnutrisi, malabsorbsi • Diabetes melitus
  • 32. ANAMNESIS MEKANISME PENYEBAB, LINGKUNGAN, WAKTU PERIKSA TELITI , TERTUKAR JENIS DAN MORFOLOGI LUKA LUKA TERKONTAMINASI BERSIH ATAU KOTOR LETAK LUKA DAN KONDISI PENDERITA
  • 33. TINDAKAN BEKERJA SECARA A-SEPTIK ANESTESI LOKAL ATAU UMUM PENCUCIAN LUKA DENGAN AIR, NaCl 0,9% CAIRAN ANTISEPTIK, DEBRIDEMAN KALAU PERLU, DISINFEKSI SEKITAR LUKA LUKA DIJAHIT PRIMER ATAU PRIIMER TERTUNDA LUKA DITUTUPI KAIN KASA STERIL DAN DI BALUT
  • 34. PENYULIT DINI • Hematom dalam ruangan mati dibawah jahitan • Mudah terinfeksi dan timbul abses • Jahitan dibuka  nanah dibersihkan  luka dibiarkan terbuka  diberi antibiotik sampai timbul jaringan granulasi sehat • Dapat dilakukan kembali jahitan primer tertunda PENYULIT- KOMPLIKASI
  • 35. PENYULIT LANJUT • Koloid dan parut hipertrofik • Terjadi karena reaksi serabut kolagen yang berlebihan • Koloid tumbuh melewati batas luka kemerahan, gatal dan tumbuh terus • Parut hipertrofik tidak melewati batas luka dan menyusut lama – lama • Kontraktur misalnya di sendi- sendi PENYULIT- KOMPLIKASI
  • 36. LUKA BAKAR • PALING SERING KARENA API LANGSUNG DIPICU BENSIN, GAS, DLL • PADA ANAK 60% KARENA AIR PANAS • MENGENAI SEBAGIAN ATAU SELURUH TEBAL KULIT • SUHU TINGGI MATAHARI, LISTRIK, SAMBARAN PETIR • BAHAN KIMIA SEPERTI ASAM KUAT DAN BASA KUAT YANG DAPAT MENYEBABKAN “LIQUIDFECTUAL NECROSIS “ KARENA DENATURASI PROTEIN, KOLAGEN DAN DEHIDRASI PENYEBAB
  • 37. PATOFISIOLOGI Pada luka bakar > 20 % dapat terjadi syok hipovolemik dengan segala gejalanya. Eritrosit yang rusak menyebabkan Anemia Permeabilitas kapiler yang rusak meningkat, terjadi trasudasi ke jaringan intertisial, timbul oedem dan bula yang maksimal setelah 8 jam, mengandung banyak elektrolit diikuti evaporasi Kulit terbakar atau terpajan suhu tinggi akan merusak pembuluh kapiler dibawahnya, disekitarnya dan tempat yang jauh
  • 38. luka bakar mengenai wajah atau tertutup dapat timbul cedera inhalasi “inhalation injuries” udem laring dengan obstruksi jalan nafas, dan keracunan hipoksia Luka bakar terkontaminasi oleh kuman berasal dari kulit sendiri, saluran nafas, nosokomial (kuman gram positif dan gram negatif “Pseudomonas aerugenosa“) yang berbahaya karena mengeluarkan eksotoksin protease  menghancurkan jaringan  nekrosis  nanah dengan eksudat Patofisiologi lanjutan
  • 39. infeksi luka bakar sukar diatasi karena pembuluh kapiler mengalami trombosis kapiler membawa sistem pertahanan tubuh dan antibiotik tidak sampai kejaringan mati Hipoperfusi sistem Splangnikus merusak mukosa lambung dan duodenum  timbul ulcus Curling dengan gejala hematemesis dan melena Proses katabolisme pada fase permulaan banyak menghancurkan protein dari otot skelet sehingga otot mengecil
  • 40. • Dinyatakan dengan persen (%) terhadap luas seluruh tubuh • Orang dewasa menurut rumus ( 9) • Anak – anak rumus ( 10-15 – 20 ) • Bayi rumus ( 10 ) LUAS LUKA BAKAR
  • 41. Kedalaman luka bakar ditentukan tingginya suhu dan lama berkontak Derajat I : mengenai epidermis, keluhan nyeri dan hipersensitif; tampak eritema, seperti “ sun burn “ sembuh dalam 5-7 hari
  • 42. Derajat II : SUPERFISIAL mengenai stratum basale epidermis ; sisa epitel startum basal dan adneksa kulit / gld. Sebacea, cold, sudofera, folikel rambut masih banyak PROFUNDA Mengenai dermis lebih dalam; sisa epitel dari adneksa tinggal lebih sedikit keluhan nyeri, udem, hiperemis, ada bula Dapat sembuh sendiri dalam 2-3 minggu
  • 43. DERAJAT III Mengenai seluruh lapisan kulit sampai subkutis atau lebih dalam lagi Sisa epitel dari adneksa tidak ada lagi , pertumbuhan epitel dari pulau-pulau epitel tidak mengenai lagi Klinis tidak nyeri (an-estesi ) Tampak pucat, abu-abu, hitam ( escar ) Penanganan dengan “escerectomy “ dan cangkok kulit ( skin grafting)
  • 44.
  • 45. Penanganan Sistemik Upaya pertama  mematikan api  kontak dengan suhu tinggi tidak lama Bagian tubuh yang terbakar didinginkan dengan air disiram atau direndam selama 15 menit Dengan pendinginan  proses denaturasi protein berhenti sehingga Luka Bakar Derajat I tidak menjadi II dan Luka Bakar Derajat II dan tidak menjadi III Mengganti cairan yang hilang dengan infus ringer laktat sebanyak : luas luka bakar x berat badan (kg ) x 4 ml (Rumus Baxter) ; ukur produksi urine 1-3 ml/kg/jam, orang dewasa dan anak. Berikan ½ nya pada 8 jam pertama
  • 46. Penanganan Lokal Dengan tindakan aseptik luka bakar dibersihkan dengan larutan garam fisiologis; bula dipunksi Luka ditutupi dengan membran amnion untuk mencegah evaporasi, rasa nyeri dan mencegah infeksi Amnion akan mengeropeng hari ke -5 , lalu pasien dimandikan Pada luka bakar derajat dua kadang- kadang diperlukan debridemant secara tangensial, kemudian cangkok kulit (skin graffting) biasanya sebelum hari ke sepuluh Pada luka bakar derajat III diperlukan “escarotomy” atau “escarectomy“ kemudian cangkok kulit (skin graffting) Perawatan luka bakar dilipat –lipat sendi dan dileher dalam posisi ekstensi, abduksi dan “position of function“ dijari-jari tangan untuk mencegah kontraktur
  • 47. BERAT LUKA DAN INDIKASI RAWAT & RUJUK Tergantung luas, dalam dan letaknya Luka bakar derajat dua > 10 % Luka bakar mengenai wajah , tangan, kaki, genitalia, perineum, persendian utama Luka bakar sengatan listrik dan sambar petir Luka bakar derajat tiga Luka bakar kena zat kimia Cedera inhalasi Ada komorbiditas
  • 48. BACAAN : BUKU AJAR ILMU BEDAH Sjamsuhidayat – De Jong Edisi 3