SlideShare a Scribd company logo
1 of 66
EARLY MANAGEMENT
BURN INJURY
dr. Ade Sinyo A , SpB
NgEU November 2022
Materi :
■ Basa basi
■ Anamnesis
■ Pemeriksaan Fisik
■ Penulisan Diagnosis
■ Managemen
Curriculum Vitae
■ Nama : Ade Sinyo Aristantrisna
■ Riwayat pendidikan:
- S1 Kedokteran : FK Universitas Udayana (2000-2006)
- Spesialis Bedah : FK Universitas Udayana (2016-2021)
■ Riwayat Pekerjaan :
– BIMC Hospital Kuta (2007-2012)
– BIMC Hospital Nusa Dua (2012-2016)
– Medic Assist (2015- Sekarang)
– RSUD Bajawa (2021 - Sekarang)
Definisi
• Kerusakan Kulit (atau dengan jaringan di bawah kulit) tubuh yang
disebabkan oleh cedera panas atau dingin
• Penyebab: api, air panas, listrik, bahan kimia, radiasi, frost bite
EPIDEMIOLOGI
■ Luka Bakar terjadi pada 1% penyakit secara global, menyebabkan lebih dari
7,1 juta kasus dan lebih dari 265.000 kematian diseluruh dunia.
■ Di Indonesia, luka bakar menyebabkan kematian sekitar 195.000 kasus
■ Luka bakar berada pada ranking 6 pada luka yang tidak disengaja di Indonesia
dengan total 0,7%
■ 1 Persen populasi Australia & Selandia Baru (286.000).
ETIOLOGI
■ Thermal Injuries
– Scalds
– Flame
– Contact
■ Electrical Injuries
■ Chemical Injuries
Memicu cedera pada sel oleh karena
transfer energi, yang menyebabkan
terjadinya nekrosis koagulasi.
Menyebabkan cedera
yang langsung pada
membran sel
Thermal Injuries
■ Contact
– Direct contact dengan objek yang panas
(Penggorengan atau setrika)
■ Flame
– Kontak langsung dengan api
– Sesuatu yang terbakar / Baju yang terbakar
■ Scalding
– Kontak langsung dengan cairan yang panas
– Paling sering pada pasien pediatric
– Pada saat memasak, mandi 7
ANATOMY
PATOFISIOLOGI
Local response
A. Zona Koagulasi — Terjadi pada titik
maksimum jejas. Pada zona ini terjadi
kematian jaringan yang ireversibel oleh
karena koagulasi .
B. Zona Stasis — Ditandai dengan adanya
penurunan perfusi jaringan. Tujuan dari
resusitasi cairan pada luka bakar adalah
untuk meningkatkan perfusi jaringan dan
mencegah menjadi cedera yang ireversibel.
C. Zona hyperemia — Zona terluar pada luka
bakar, perfusi didaerah ini meningkat.
Jaringan pada daerah ini akan sembuh,
kecuali adanya sepsis yang berat atau
hypoperfusi yang berkepanjangan.
PATOFISIOLOGI
Systemic response
■ Pelepasan sitokin dan mediator inflamasi lainnya pada area luka
akan memberikan efek sistemik jika luar luka lebih dari 20%
dari total body surface area
■ Kardiovaskular — permeabilitas kapiler meningkat,
menyebabkan lepasnya cairan & protein intravascular ke
intersisial. Kontraktilitas myocardial berkurang karena adanya
pelepasan tumor necrosis factor. Hal tersebut ditambah dengan
adanya kehilangan cairan karena luka bakar, menyebabkan
hipotensi sistemik dan end organ hypoperfusion.
■ Respiratory — Mediator inflamasi menyebabkan bronkokonstriksi
dan pada luka bakar yang berat bias menybabkan terjadinya
respiratorydistress syndrome.
■ Metabolic —Basal metabolic rate meningkat hingga 3 kali lipat.
Hal ini dibarengi dengan splanchnichypoperfusion, sehingga
enteral feeding yang cepat dan agresif harus dilakukan untuk
mencegah terjadinya katabolisme dan mempertahankan
integritas usus.
■ Immunological — terjadi penurunan regulasi imun yang tidak
spesifik, yang mempengaruhi sel baik secara cell mediated
ataupun humoral.
Burn shock pathophysiology
KLASIFIKASI LUKA BAKAR
■ Kerusakan jaringan tergantung dari :
– Suhu & kekuatan agen penyebab
– Lamanya kontak dengan kulit
■ Dua faktor yang menentukan Keparahan luka bakar,
– Luas Luka
– Kedalaman luka
■ Akibat luka bakar pada pasien dipengaruhi :
– Keparahan luka bakar
– Cadangan fisiologis pasien (umur & penyakit penyerta)
KLASIFIKASI
■ Berdasarkan Luas Luka Bakar :
Telapak Tangan : 1%
Walace Rule Of nine
0 – 1 Year Old
Umur 1-10 Tahun
Untuk setiap pertambahan tahun, ambil
1% dari kepala dan tambahkan ke tiap
kaki 0,5%
RULE OF NINE
Lund and Browder chart
2 YEAR OLD
Umur 1-10 Tahun
Untuk setiap pertambahan tahun,
ambil 1% dari kepala dan tambahkan
ke tiap kaki 0,5%
RULE OF NINE
Lund and Browder chart
3 YEAR OLD
Umur 1-10 Tahun
Untuk setiap pertambahan tahun,
ambil 1% dari kepala dan
tambahkan ke tiap kaki 0,5%
RULE OF NINE
Lund and Browder chart
Kedalaman Luka Bakar
KLASIFIKASI LUKA BAKAR
Putih/merah, Nyeri saat
ditekan, bula (+/-), Perlu
skin graft, cap reffil
>3s
Putih/ Abu/ Cokelat/ Hitam/
Merah tua, Nyeri (-), Bula (-
), Memerlukan skin graft
Merah/pink, bula (+),
bengkak, nyeri, cap
reffil < 3s
I
Superficial Burn
IIA
Partial Thicknessburn
IIB
Deep Partial Thickness burn
III
Full thickness burn
Merah, nyeri,
kering
Diagnosis
■ Combusio ec ..... air api listrik
■ BSA ...% Grade ..... I-IV
■ Location
■ Komplikasi : Suspek inhalation injury, luka bakar melingkar
STOP  DROP  ROLL
• Berikan air (suhu dingin) mengalir di area luka bakar selama
20 menit
• Lepaskan semua perhiasan, jam tangan, pakaian yang
menempel di badan
• Tutup dengan kain yang bersih
• Segera bawa ke rumah sakit terdekat untuk tindakan
selanjutnya
• Minum obat anti nyeri jika diperlukan
• JANGAN pernah memberikan pertolongan pertama dengan
metode lain seperti batu es, pemberian pasta gigi, kecap,
sabun colek, atau mentega
FIRST AID IN BURN
STRUCTURE OF EMSB
L
O
O
K
D
O
A
I
R
W
A
Y
B
R
E
A
T
H
I
N
G
C
I
R
C
U
L
A
T
I
O
N
D
I
S
A
B
I
L
I
T
Y
E
X
P
O
S
U
R
E
Fluids
Analgesia
Tests
Tubes
AMPLE History
Head to Toe Examination
Tetanus
Documentation & Transfer
Support
C-SPINE O2
Hemorrhage Control AVPU & Pupils Environmental Control
Primary Survey First Aid Secondary Survey
PRIMARY & SECONDARY SURVEY IN
BURN
CHECKLIST OF PRIMARY SURVEY OF
SEVERE BURN
Check Do
Airway
Patensi Airway  Berbicara dengan pasien
 Bersihkan airway dari benda asing
 Chin lift, jaw thrust
 Jangan melakukan hyperfleksi& hyperextensi pada kepala & leher
 Control cervical spine, paling baik dengan rigid collar
Breathing and ventilation
 Tanda – tanda hipoksia dan hiperventilasi/hipoventilasi
 Awasi tanda intoksikasi karbon monoksida, “Cherry Pink” dan
pasien tidak bernafas
 Awasi tanda circumferential chest burn (apakah diperlukan
escharotomy)
 Pastikan ekspansi dada adekuat & simetris
 Berikan oksigen 100%, 15 Liter/menit NRM
 Jika diperlukan lakukan intubasi dan ventilasi
Circulation with hemorrhage
control
 Tanda – tanda shock
 Cek nadi
 Tekanan Darah
 Capillary refill (normal ≤ 2 detik)
 Awasi tanda circumferential chest burn (apakah diperlukan
escharotomy)
• Lakukan penekanan pada titik perdarahan
• Pasang 2 IV line, diusahakan pada jaringan yang tidak terbakar
• Bila pasien syok, berikan bolus Ringer Laktat untuk mendapatkan denyut nadi radial.
Ambil sampel darah (DL, AGD). Cari dan tangani tanda – tanda syok lainnya.
Disability: Neurological states
Level Kesadaran
A:Alert
V: Response to verbal stimuli
P: Response to pain stimuli
U: unresponsive
 Cek level kesadaran
 Cek respons pupil
 Hati – hati dengan hypoxemia dan syok
Check Do
Exposure
Exposure with environmental control  Lepas pakaian dan perhiasan
 Log roll pasien untuk mengevaluasi permukaan posterior
 Pastikan pasien dalam keadaan hangat
 Estimasi TBSA dengan Rule of nine atau Palmar Surface Area
Fluid resuscitation
Resusitasi cairan yang adekuat dan monitoring  Parkland Formula: 3-4 ml x weight (kg) x % burn TBSA (+
maintenance untuk anak - anak)
 Use Hartmann solution (Ringer Lactate)
 Half of calculated fluid is given in the first 8 hours, the rest is given on
the next 16 hours
 Measure urine output hourly
 Check ECG, pulse, blood pressure, respiratory rate, pulse oximetry,
arterial blood gas analysis
 Adjust resuscitation fluid as indicated
Analgesia
Pain management Give intravenous IV morphine 0,05 – 0,1 mg/kg
Titrate to effect
Test
Exclude other trauma  X-Ray:
o Lateral cervical
o Chest
o Pelvis
o Other
Tubes
 Avoid gastroparesis
 Decompress stomach
 Insert nasogastric tube (>10% children, >20% adults)
 Insert urinary catheter
CHECKLIST OF PRIMARY SURVEY OF
SEVERE BURN
Evaluasi
Re–evaluasi Survei Primer – khususnya untuk:
■ Gangguan pernapasan
■ Insufisiensi sirkulasi perifer
■ Gangguan neurologis
■ Kecukupan resusitasi cairan
■ Penilaian radiologi: foto radiologi toraks
■ Warna urine untuk deteksi haemochromogens
Pemeriksaan laboratorium:
■ Hemoglobin / hematokrit
■ Urea / kreatinin
■ Elektrolit
■ Urine mikroskopik
■ Analisis gas darah
■ Karboksihaemoglobin (jika tersedia)
■ Kadar gula darah
■ Elektrokardiogram
Classification of Inhalation Injury
1. Cedera Jalan Nafas diatas Larynx (obstruksi)
– Mediator inflamasi menyebabkan edema pada jaringan yang
menyebabkan obstruksi dan kemudian menyebabkan hilangnya fungsi
proteksi dari mukosa airway
2. Cedera Jalan Nafas dibawah Larynx (Cedera saluran nafas)
– Disebabkan karena inhalasi produk pembakaran
3. Systemic Intoxication (cell hypoxia)
– CO
– Sianida
Diagnosis of Inhalation Injury
■ Anamnesis
■ Pemeriksaan
Amati Adanya Dengarkan Adakah
Luka bakar pada mulut,
hidung dan faring
Perubahan suara
Bulu hidung yang
terbakar
Batuk disertai serak
Sputum berisi jelaga Croup -like Breathing
Kesulitan bernafas Batuk yang produktif
Tarikan pada trakea Inspiratory Stridor
Penggunaan otot nafas
tambahan
Peningkatan RR
Penanganan Cedera Inhalasi
■ Pastikan Airway Paten
■ Diberikan oxygen aliran tinggi dengan non re-breathing mask 15 lpm
■ Monitor pernafasan ketat
■ Mendiskusikan adanya kecurigaan intoksikasi CO2, HCN
■ Intubasi endotracheal dilakukan sesegera mungkin.
Indikasi intubasi:
■ Kebutuhan mempertahankan patensi jalan napas / proteksi jalan napas
■ Obstruksi mengancam
■ Penurunan tingkat kesadaran
■ Fasilitasi transpor penderita
■ Kebutuhan untuk penggunaan ventilator
■ Oksigenasi terganggu
Bila dijumpai keraguan, lakukan intubasi
Tatalaksana cedera inhalasi di bawah laring &
Tatalaksana pada cedera inhalasi dengan keracunan
sistemik
■ Oksigen dosis tinggi
■ Intubasi
■ Intermittent Positive Pressure Ventilation (IPPV)
■ Proteksi pasien yang tidak sadarkan diri
■ Cyanide Intoxication -> Injeksi hydroxycobolamin
■ Hydrogen Fluoride Intoxication -> Hypocalcaemia -> calcium
Formulas used for fluid
management in major burns
■ Parkland
■ Modified Parkland
■ Brooke
■ Modified Brooke
■ Evans
■ Monafo
Formulas developed for children
• Shriner’s Cincinnati
• Galveston
Estimasi Kebutuhan Cairan
■ Luka Bakar > 10% pada anak
■ Luka Bakar > 20% Pada Dewasa
■ Diberikan dengan 2 buah kanul diameter besar (16 G pada dewasa), didaerah
non-luka bakar.
■ Kalkulasi kebutuhan cairan dimulai sejak saat terjadinya cedera
■ Cairan resusitasi ditentukan oleh urine output yang optimal & status
hemodinamik
Modified Parkland
Formula :
3 ml kristaloid x kg berat
badan x % luka bakar
½ kebutuhan cairan
untuk 8 Jam Pertama
½ kebutuhan cairan
untuk 16 Jam Kedua
■ Dewasa : 3 ml crystalloid x kg body weight x percent (%) burn
■ Anak - anak:3 ml crystalloid x kg body weight x percent (%) burn plus
maintenance with 5% Glucosein 0.9% (½ normal) saline
4 ml/jam 10 kg pertama
+
2 ml/jam untuk setiap kg lebih dari 10 kg dan kurang dari 20 kg
+
1 ml/jam untuk setiap kg lebih dari 20 kg
Via Two Large Cannulae
Estimasi Kebutuhan Cairan
FLUID RESUSCITATION ESTIMATED FOR THE FIRST 24
HOURS
- Jika urine output tidak adekuat, berikan extra fluid :
- Boluses of 5–10 ml/kg atau naikkan untuk jam selanjutnya cairan 150% dari
cairan sebelumnya
■ Dalam 24 jam kedua post trauma, cairan koloid dapat digunakan untuk
membantu mengembalikan volume sirkulasi menggunakan formula :
0.5ml dari 5% albumin x kg berat badan x % luka bakar.
Monitoring
■ Urine Output :
– Dewasa : 0.5ml/kg/jam = 30–50ml/jam
– Anak - anak (<16 tahun) : 1.0ml/kg/jam (range 0.5–2ml/kg/jam)
■ Pemasangan kateter urin merupakan hal penting untuk memonitor kebutuhan cairan
pada pasien luka bakar :
– >10% TBSA pada anak - anak
– >20% TBSA pada dewasa
■ Pemantauan hemodinamik invasive sentral diindikasikan pada luka bakar dengan
kondisi tertentu. Hal ini berguna pada pasien dengan pre-morbid penyakit jantung atau
cedera penyerta yang disertai kehilangan darah
■ PH <7,35 pada AGD menunjukkan perfusi jaringan yang tidak adekuat yang
menyebabkan asidosis laktat.
Monitoring
■ Tekanan Darah-> inaccurate karena oedema -> via arterial line
■ Heart rate -> indicator yang tidak baik
■ Serum electrolytes
■ Gelisah & perubahan kesadaran indicator hipovolemia
■ Hemochromogenuria -> kerusakan pada luka bakar oleh listrik
– Tingkatkan produksi urine sampai 1-2 ml/kg/jam
– Pertimbangkan pemberian single dose Mannitol 12.5 g per liter cairan 1
hour and observe response
• Film dressing
• Foam dressing
• Vaseline impregnated gauze
Superficial
Partial Thickness
• Antibiotic cream (SSD)
• Silver based dressing
• Early excision and skin grafting
Deep Partial
Thickness
• Early excision and skin
grafting
Full thickness
Burns
DRESSING
REFERRAL CRITERIA
• Luka bakar > 10% luas permukaan
tubuh pada dewasa dan >5% pada
anak–anak
• Luka bakar seluruh ketebalan kulit
(luka bakar dalam, full thickness
burns)> 5%
• Luka bakar mengenai area khusus,
termasuk wajah, tangan, kaki,
genitalia dan perineum, persendian
serta luka bakar melingkar pada
dada dan tungkai
• Luka bakar dengan cedera inhalasi
• Luka bakar listrik
• Luka bakar kimia
• Luka bakar dengan penyakit pre–
morbid
• Luka bakar dengan trauma berat
lainnya
• Luka bakar pada usia tertentu:
anak–anak dan usia lanjut
• Luka bakar pada wanita hamil
• Luka bakar bukan karena
kecelakaan
BEFORE REFERRING
THANK YOU
Brooke formula
a) Initial 24 hours: RL solution 1.5 ml/kg/% burn plus colloids 0.5 ml/kg/% burn
plus 2000 ml glucose in water
b) Next 24 hours: RL 0.5 ml/kg/% burn, colloids 0.25 ml/ kg/% burn and the
same amount of glucose in water asin the first 24 hours
Produk
Perawatan
Luka
Apa?
Fungsi
Mengapa?
Indikasi
Kapan?
Aplikasi
Bagaimana?
Catatan /
Pencegahan
Silikon / Foam
- Foam
hidrolifik
poliuretan +
lapisan silicon
lembut +
lapisan luar
tahan air
(Askina Foam,
Askina Dressil)
- Tidak
menempel
- Comformable
Luka bakar
Superfisial
- Dipakai untuk
Membersihkan
dasar luka yang
bersih
- Tutup dengan
balutan fiksasi
Tidak boleh
digunakan bila
ada infeksi
Hydrocolloid
- Hydrocolloid
wafer
- Membantu
Autolisis
jaringan yang
mati
- Memberikan
Lingkungan luka
yang lembab
- Menyerap
Eksudat
- Luka bakar
yang superficial
hingga mid –
dermal
- Untuk luka
eksudat rendah
sampai sedang
- Batas 2–5cm
sekitar tepi
luka.
- Dapat
dipertahankan
untuk 2–3 hari
- Wafer sampai
5
hari bila tidak
ada tanda–
tanda infeksi.
- Tidak boleh
digunakan bila
ada infeksi
Kasa Vaseline
- Vaseline
petroleum
coated gauze
- Balutan
antiseptik
- Conformable
- Luka bakar
dermal
- Daerah donor
dan resepien
skin graft
- Digunakan
langsung pada
luka
- 2–3 lapis untuk
Luka akut
- Tutup dengan
balutan
sekunder
- Ganti setiap 1–
3 hari
-
Rendam/basahi
bila menempel
Pada dasar luka
Produk
Perawatan
Luka
Apa?
Fungsi
Mengapa?
Indikasi
Kapan?
Aplikasi
Bagaimana?
Catatan /
Pencegahan
Perak
- Sodium
Carboxymethy
-cellulose
(CMC)
& 1,41% ion
Ag
pada bahan
Berserat (mis :
Askina
Calgitrol Ag)
- Juga
Contreet H
- Antimikroba
spektrum luas
- Memfasilitasi
Debridement
- Menyerap
eksudat
- Luka bakar
Mid sampai
deep dermal
- Luka eksudasi
sedang
- Digunakan
untuk dasar
luka yang
lembab.
-
Memungkinkan
2–5 cm
overlap
- Tutup dengan
Balutan
sekunder
- Evaluasi
ulang 7–10 hari
- Biarkan utuh
sampai sembuh
- Kejenuhan
eksudat
mengindikasik
an
Frekuensi
penggantian
balutan
Perak
- Ion Ag
Alginat
dengan foam
(mis : Askina
Calgitrol Ag)
- Proteksi
Spektrum
antimikroba
luas
- Mengurangi
Pembentukan
eksudat
- Luka bakar
Dermal dan
dalam
- Daerah donor
dan resepien
skin graft
- Luka
terinfeksi
- Basahi
dengan
H2O; alirkan
dan letakkan
sisi biru /
perak
menghadap ke
bawah.
- Lembabkan
balutan
sekundernya
- Ganti 3–4 hari
or 7 hari
-Mewarnai
kulit
- Hindari bila
alergi
terhadap
perak
- Hindari
Hipotermia
Perak
- Silver
Sulfadiazin 1%
- Mengurangi
infeksi
- Luka yang
terinfeksi
- Luka bakar
dermal sampai
full thickness
bila hanya ini
yang tersedia
-Pakailah
dalam jumlah
yang banyak
pada handuk
steril untuk
memudahkan
aplikasi
-Oleskan
langsung pada
luka
- Tidak
direkomendasi
k
an untuk
semua
jenis luka
bakar
Karena
menyebabkan
perubahan
Early Management
■ Elevasi -> Mengurangi bengkak
■ Escharotomy -> Ketika luka bakar sampai ke
Dermis, kulit kehilangan kemampuannya untuk
mengembang
■ Compartment Syndrome
Tatalaksana Rawat Jalan Untuk
Pasien Luka Bakar Minor
■ Pemeriksaan :
– Warna luka
– Ada atau tidaknya Bula
– Capillary Refill
– Tingkat nyeri pada luka bakar
– Eksudat (infeksi ?)
– Ada atau tidak peradangan disekitar luka
■ Pemeriksaan Luas area (Dewasa <10%, Anak-anak <5%)
Tatalaksana Rawat Jalan Untuk
Pasien Luka Bakar Minor
■ Analgetik Oral
■ Stadium akut : Cuci dengan Chlorhexidine 0,1%/Salin/ Sabun dengan air
■ Penatalaksanaan Bula masih kontroversi
■ Umumnya Bula < 2 cm dibiarkan intak, > 2 cm harus dipecahkan
■ Follow up tiap 2-3 hari
Tatalaksana Rawat Jalan Untuk
Pasien Luka Bakar Minor
■ Luka Bakar Epidermis
– Merah muda terang
– Nyeri -> Analgetik
– Krim Pelembab
■ Luka Bakar Dermis
– Adanya bula
– Balutan silicon, silver atau hydro-colloid
– Balutan dirawat bila jenuh
Burns in Children
Perbedaan bermakna antara anak–anak dengan dewasa
adalah sebagaimana diuraikan
berikut:
- Ukuran dan proporsi tubuh pada anak
- Dinamika cairan yang berbeda
- Ketebalan kulit yg lebih tipis
- Perbedaan sosial dan perkembangan emosional.
Perbedaan fisik pada anak:
- Tendensi hipotermia
- Kedalaman luka bakar
- Tingginya kebutuhan cairan
Electrical Injuries
Low voltage -> < 1000 volts
High voltage -> > 1000 volts
Lightning strike -> extremely high voltage
Electrical Injuries
Listrik melewati tulang sebagai suatu konduktor buruk
menyebabkan kenaikan suhu bermakna karena panas diserap.
Kenaikan suhu tulang berkelanjutan bahkan setelah arus
listrik berhenti, menyebabkan kerusakan sekunder. Fenomena
ini dikenal sebagai the joule effect. Karena kedalaman tulang,
panas dilepas perlahan dan menyebabkan kerusakan pada
periosteum, otot dan saraf di sekitarnya..
Jika terlihat pigmen pada urin -> Tingkatkan kecepatan
cairan infus untuk -> produksi urin 75–100 mL/jam
(dewasa) dan 2 mL/kg/jam (anak–anak).
Bila tidak tercapai tambahkan 12.5 g mannitol ke setiap
liter cairan untuk tujuan dieresis osmotik.
Pemantauan EKG selama 24 jam diperlukan jika mereka
terpapar pada tegangan tinggi, pingsan atau
menunjukkan EKG abnormal saat datang di instalasi
gawat darurat
Chemical Burns
Secara umum dapat dikatakan sebagai berikut:
- Asam menghasilkan nekrosis koagulasi.
- Alkali menghasilkan nekrosis likuifaktif.
- Vesicants menyebabkan nekrosis iskemia dan anoksia
(dilepaskannya amin dari jaringan
yang menyebabkan terbentuknya bula).
- Kesemuanya menyebabkan koagulasi protein melalui proses
oksidasi, korosif atau penggaraman protein.
1. Keperluan industri
■ Alkali: Natrium, kalium, amonium, lithium, barium dan kalsium hidroksida (sabun deterjen,
■ pembersih dren, dan penghilang cat).
■ Asam: pikrat, sulfasalisilat, tannic, trichloroacetic, cresylic, asetat, format, klorida dan flourida
■ (kaca dan elektronik).
2. Keperluan Rumah Tangga
■ Alkali: pembersih dren, penghilang cat, reagen tablet tes glukosa urin.
■ Fenol: deodoran, pembersih, disinfektan.
■ Natrium hipoklorat: disinfektan, pemutih, deodoran.
■ Asam sulfat: pembersih toilet
■ Fosfor: kembang api, insektida, pupuk
3. Military
■ Fosfor merah atau putih
■ Vesicants
Kerusakan jaringan merupakan dampak langsung paparan bahan kimia apapun tergantung
pada:
- Kekuatan atau konsentrasi agen
- Kuantitas agen
- Cara dan lamanya kontak dengan kulit /kontak mukosa
- Daya penetrasi ke dalam jaringan
- Mekanisme kerja
Penanganan Secara Umum
- Menghilangkan sisa bahan kimia
- Lepaskan pakaian yang terkontaminasi
- Mencuci kulit yang terluka dengan air minimal 30 menit
- Dapat dinilai dengan kertas litmus
Frost Bite & Hipotermia
■ Cedera Dingin Perifer
– Frostnip
■ Ringan, kulit pucat & mati rasa
■ reversibel
– Tissue Freezing Injury (Frostbite)
■ Pembekuan kristal es intraseluler <0,5 ‘C
■ Sumbatan mikrovaskuler
– Non-Tissue freezing injury
■ Akibat paparan kronis kelembaban tinggi & suhu rendah
■ 1-10 ‘C
Tatalaksana Frostbite
■ Penghangatan dengan air 37-40 ‘C dicampur dengan antibakteri ringan
(povidone iodine atau Chlorhexidine) selama 30 menit
■ Opioid parenteral bila nyeri
■ Debridemen pada bula bening (mencegah cedea jaringan yg dimediasi
tromboksan)
■ Elevasi ekstremitas
■ Penisilin oral untuk profilaksis
■ Pengolesan aloe vera topical (inhibitor tromboksan)
■ Profilaksis tetanus toksoid
■ Pemberian agen trombolisis mengurangi insiden kehilangan jari – jari distal
Hipotermia Sistemik
Klasifikasi
Hipotermia
Rentang
Suhu
(‘C)
Tanda dan Gejala Penanganan
Ringan 32-35 - Takikardia
- Takipnea
- Perubahan perilaku
- Amnesia
- Menggigil
- Diuresis dingi
- Lepas Pakaian basah
- Ukur suhu inti tubuh untuk
menentukan tingkat keparahan
- Penghangatan menggunakan
selimut, alat penghangat
ruangan
Sedang 28-32 - Hypopnea, Bradikardia, aritmia,
terdapat gelombang J pada EKG
- Berkurangnya Cardiac Output
- Depresi SSP
- Dilatasi Pupil dan hilang reflex cahaya
pupil
- Hiporefleksia berhenti menggigil
- Alat penghangat ruangan
- Persiapan Vasodilatasi
- Cairan infus yang dihangatkan
Berat < 28 - Apneu, edema paru, hipotensi, VF,
kehilangan pulsasi
- Depresi miokardial, Koma, fiksasi pupil,
arefleksia
- Intubasi & ventilasi dengan
oksigen yang dihangatkan
- Defib dan kardioversi pada VT
- Pertimbangkan pemberian
Luka BAkar
Resiko Infeksi
– Kulit  Lini pertama pertahanan tubuh
– Jaringan Nekrotik  tempat tumbuh bakteri
– Management
■ Luka bakar dimonitor dari adanya kolonisasi bakteri
■ Dilakukan kultur swab dan biopsy invasif
Role of burn wound cultures
■ Early cultures positive/ high counts  early contamination of the burn wound
■ Routine cultures  aid in empiric antimicrobial coverage if the patient
subsequently becomes ill
■ Increasing colony counts  change topical antimicrobial agents.
■ Colonization by virulent or resistant organisms  predictor of impending invasive
burn wound infection.
■ Wound colony counts >106  high risk of infectious & graft failure.
Modified Brooke
a) Initial 24 hours: No colloids. RL solution 2 ml/kg/% burn in adults and 3
ml/kg/% burn in children
b) Next 24 hours: Colloids at 0.3–0.5 ml/kg/% burn and no crystalloids are given.
Glucose in water is added in the amounts required to maintain good urinary
output.
Evans formula
a) First 24 hours: Crystalloids 1 ml/kg/% burn plus colloids at 1 ml/kg/% burn plus
2000 ml glucose in water
b) Next 24 hours: Crystalloids at 0.5 ml/kg/% burn, colloids at 0.5 ml/kg/% burn
and the same amount of glucose in water as in the first 24 hours
Monafo Formula
■ Monafo recommends using a solution containing 250 mEq Na, 150 mEq lactate
and 100 mEq Cl. The amount is adjusted according to the urine output. In the
following 24 hours, the solution is titrated with 1/3 normal saline according to
urinary output.
Formulas developed for children
■ Shriner’s Cincinnati
– Initial 24 hours:
■ a) For older children: Lactated Ringer’s (RL) solution 4 ml/kg/% burn +1500 ml/m²
total (1/2 of total volume over 8 hours, rest of the total volume during the
following 16 hours)
■ b) For younger children:
– 4 ml/kg/% burn +1500 ml/m² total, in the first 8 hours
– RL solution + 50 mEq NaHCO3
– RL solution in the second 8 hours
– 5% albumin in LR solution in the third 8 hours
■ Galveston
– Initial 24 hours: RL 5000 ml/m² burn + 2000 ml/m² total (1/2 of total
volume over 8 hours, rest of the total volume in 16 hours)
Burn Wound Care
Antimicrobial Agent
– Silvadene (silver sulfadiazine)
■ Broad spectrum; the most common agent used
■ Painless & easy to use
■ Doesn’t penetrate eschar
■ Leaves black tattoos from silver ion
– Sulfamylon (mafenide acetate)
■ Penetrates eschar
■ Painful for approximately 20 minutes after application
■ Metabolic acidosis
Burn Wound Care
Antimicrobial agent
– Bacitracin/ Neomycin/ Polymyxin B
- not broad spectrum, painless, easy to apply
– Nystatin(Mycostatin)
- antifungal
– Mupirocin(Bactroban)
- anti staphylococcal
Burn Wound Care
 Betadine
 Drying effect makes debridement of the eschar easier
 Acticoat (antimicrobial occlusive dressing)
 A silver impregnated gauze that can be left in place for 5 days
 Moist with sterile water only; remoisten every 3-4 hours

More Related Content

What's hot

tehnik operasi tiroidektomi
tehnik operasi tiroidektomitehnik operasi tiroidektomi
tehnik operasi tiroidektomiboby-nugroho
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
 
CBD Forensik dr Dian, elvita, fikar, nydia, wahyu.pptx
CBD Forensik dr Dian, elvita, fikar, nydia, wahyu.pptxCBD Forensik dr Dian, elvita, fikar, nydia, wahyu.pptx
CBD Forensik dr Dian, elvita, fikar, nydia, wahyu.pptxeeeeee35
 
Imejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.Rad
Imejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.RadImejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.Rad
Imejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.Raddr_kelana
 
Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)
Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)
Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)Iva Maria
 
Modified Radical Mastectomy MRM aai
Modified Radical Mastectomy MRM aaiModified Radical Mastectomy MRM aai
Modified Radical Mastectomy MRM aaiAzis Aimaduddin
 
(kasus) seorang anak usia 4 hari dengan malrotasi disertai ladd band
(kasus) seorang anak usia 4 hari dengan  malrotasi disertai ladd band(kasus) seorang anak usia 4 hari dengan  malrotasi disertai ladd band
(kasus) seorang anak usia 4 hari dengan malrotasi disertai ladd bandRedi Eka Suryani
 
1587128014131 presentasi abses pedis
1587128014131 presentasi abses pedis1587128014131 presentasi abses pedis
1587128014131 presentasi abses pedisConsita Victoria
 
Veruka vulgaris
Veruka vulgarisVeruka vulgaris
Veruka vulgarisery putra
 
Hydrocele hidrokel anak optek aai
Hydrocele hidrokel  anak optek aaiHydrocele hidrokel  anak optek aai
Hydrocele hidrokel anak optek aaiAzis Aimaduddin
 
Bedah plastik: skin graft & skin flap
Bedah plastik: skin graft & skin flapBedah plastik: skin graft & skin flap
Bedah plastik: skin graft & skin flapDVP Nugroho
 
TURBT PROCEDURE
TURBT PROCEDURETURBT PROCEDURE
TURBT PROCEDUREEko indra
 
penyakit flu burung
penyakit flu burung penyakit flu burung
penyakit flu burung mertayasa
 

What's hot (20)

Prurigo nodularis
Prurigo nodularisPrurigo nodularis
Prurigo nodularis
 
tehnik operasi tiroidektomi
tehnik operasi tiroidektomitehnik operasi tiroidektomi
tehnik operasi tiroidektomi
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
 
Baca ct scan
Baca ct scanBaca ct scan
Baca ct scan
 
CBD Forensik dr Dian, elvita, fikar, nydia, wahyu.pptx
CBD Forensik dr Dian, elvita, fikar, nydia, wahyu.pptxCBD Forensik dr Dian, elvita, fikar, nydia, wahyu.pptx
CBD Forensik dr Dian, elvita, fikar, nydia, wahyu.pptx
 
Case Report Session Skin Combustion
Case Report Session Skin CombustionCase Report Session Skin Combustion
Case Report Session Skin Combustion
 
Imejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.Rad
Imejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.RadImejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.Rad
Imejing Trauma Thoraks, Indra Kelana Sp.Rad
 
Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)
Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)
Handout morfologi dan terminologi penyakit kulit(1)
 
Referat Meningitis Word
Referat Meningitis WordReferat Meningitis Word
Referat Meningitis Word
 
Modified Radical Mastectomy MRM aai
Modified Radical Mastectomy MRM aaiModified Radical Mastectomy MRM aai
Modified Radical Mastectomy MRM aai
 
(kasus) seorang anak usia 4 hari dengan malrotasi disertai ladd band
(kasus) seorang anak usia 4 hari dengan  malrotasi disertai ladd band(kasus) seorang anak usia 4 hari dengan  malrotasi disertai ladd band
(kasus) seorang anak usia 4 hari dengan malrotasi disertai ladd band
 
1587128014131 presentasi abses pedis
1587128014131 presentasi abses pedis1587128014131 presentasi abses pedis
1587128014131 presentasi abses pedis
 
Dermatitis
DermatitisDermatitis
Dermatitis
 
Atresia esofagus
Atresia esofagusAtresia esofagus
Atresia esofagus
 
Veruka vulgaris
Veruka vulgarisVeruka vulgaris
Veruka vulgaris
 
Hydrocele hidrokel anak optek aai
Hydrocele hidrokel  anak optek aaiHydrocele hidrokel  anak optek aai
Hydrocele hidrokel anak optek aai
 
Bedah plastik: skin graft & skin flap
Bedah plastik: skin graft & skin flapBedah plastik: skin graft & skin flap
Bedah plastik: skin graft & skin flap
 
Invaginasi
InvaginasiInvaginasi
Invaginasi
 
TURBT PROCEDURE
TURBT PROCEDURETURBT PROCEDURE
TURBT PROCEDURE
 
penyakit flu burung
penyakit flu burung penyakit flu burung
penyakit flu burung
 

Similar to NgEU Burn Management.pptx

Penanganan cedera_tumpul_abdomen
Penanganan  cedera_tumpul_abdomenPenanganan  cedera_tumpul_abdomen
Penanganan cedera_tumpul_abdomenQumairy Lutfiyah
 
Ringkasan skenario 1
Ringkasan skenario 1Ringkasan skenario 1
Ringkasan skenario 1FadhilAulia7
 
Burn_dr_Frank_terbaru_kali.pptx
Burn_dr_Frank_terbaru_kali.pptxBurn_dr_Frank_terbaru_kali.pptx
Burn_dr_Frank_terbaru_kali.pptxcarinanana1
 
referat emma judul syok anafilaktik dan penanganannya
referat emma judul syok anafilaktik dan penanganannyareferat emma judul syok anafilaktik dan penanganannya
referat emma judul syok anafilaktik dan penanganannyasunallfinger1
 
Revisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRevisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRichard Leonardo
 
Asuhan keperawatan TBC dan Instruksi Kerja Transfusi Darah
Asuhan keperawatan TBC dan Instruksi Kerja Transfusi Darah Asuhan keperawatan TBC dan Instruksi Kerja Transfusi Darah
Asuhan keperawatan TBC dan Instruksi Kerja Transfusi Darah nanda yudip
 
PENATALAKSANAAN GAWAT DARURAT PADA COMBUSTIO DAN RESUSITASI CAIRAN.ppt
PENATALAKSANAAN GAWAT DARURAT PADA COMBUSTIO DAN RESUSITASI CAIRAN.pptPENATALAKSANAAN GAWAT DARURAT PADA COMBUSTIO DAN RESUSITASI CAIRAN.ppt
PENATALAKSANAAN GAWAT DARURAT PADA COMBUSTIO DAN RESUSITASI CAIRAN.pptnersputeri
 
Pendekatan Klinis Syok
Pendekatan Klinis SyokPendekatan Klinis Syok
Pendekatan Klinis SyokEvan Permana
 
Penyakit dekompresi prof_dina_update[1]
Penyakit dekompresi prof_dina_update[1]Penyakit dekompresi prof_dina_update[1]
Penyakit dekompresi prof_dina_update[1]Yudith Soemadi Alfa
 
Askep kejang dan demam pada anak
Askep kejang dan demam pada anakAskep kejang dan demam pada anak
Askep kejang dan demam pada anakAstriie Desiyanti
 
DEMAM_BERDARAH_DENGUE_dan pencegahannyappt.pptx
DEMAM_BERDARAH_DENGUE_dan pencegahannyappt.pptxDEMAM_BERDARAH_DENGUE_dan pencegahannyappt.pptx
DEMAM_BERDARAH_DENGUE_dan pencegahannyappt.pptxpromkespkmpangalenga
 
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...Operator Warnet Vast Raha
 
Optimalisasi Peran Perawat dalam Manajemen Pasien ARDS di masa Pandemi COVID 19
Optimalisasi Peran Perawat dalam Manajemen Pasien ARDS di masa Pandemi COVID 19Optimalisasi Peran Perawat dalam Manajemen Pasien ARDS di masa Pandemi COVID 19
Optimalisasi Peran Perawat dalam Manajemen Pasien ARDS di masa Pandemi COVID 19Eri Yanuar Akhmad B Sunaryo
 
ASKEP LUKA BAKAR.pdf
ASKEP LUKA BAKAR.pdfASKEP LUKA BAKAR.pdf
ASKEP LUKA BAKAR.pdffujiasmara
 
167250942 case-anestesi
167250942 case-anestesi167250942 case-anestesi
167250942 case-anestesihomeworkping8
 

Similar to NgEU Burn Management.pptx (20)

113962427 case-bedah
113962427 case-bedah113962427 case-bedah
113962427 case-bedah
 
luka bakar.pptx
luka bakar.pptxluka bakar.pptx
luka bakar.pptx
 
Penanganan cedera_tumpul_abdomen
Penanganan  cedera_tumpul_abdomenPenanganan  cedera_tumpul_abdomen
Penanganan cedera_tumpul_abdomen
 
Askep luka bakar
Askep luka bakarAskep luka bakar
Askep luka bakar
 
Ringkasan skenario 1
Ringkasan skenario 1Ringkasan skenario 1
Ringkasan skenario 1
 
Burn_dr_Frank_terbaru_kali.pptx
Burn_dr_Frank_terbaru_kali.pptxBurn_dr_Frank_terbaru_kali.pptx
Burn_dr_Frank_terbaru_kali.pptx
 
DT ATLS Muhammad Yunus.pptx
DT ATLS Muhammad Yunus.pptxDT ATLS Muhammad Yunus.pptx
DT ATLS Muhammad Yunus.pptx
 
referat emma judul syok anafilaktik dan penanganannya
referat emma judul syok anafilaktik dan penanganannyareferat emma judul syok anafilaktik dan penanganannya
referat emma judul syok anafilaktik dan penanganannya
 
Revisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRevisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsai
 
Syok septik pure
Syok septik pureSyok septik pure
Syok septik pure
 
Asuhan keperawatan TBC dan Instruksi Kerja Transfusi Darah
Asuhan keperawatan TBC dan Instruksi Kerja Transfusi Darah Asuhan keperawatan TBC dan Instruksi Kerja Transfusi Darah
Asuhan keperawatan TBC dan Instruksi Kerja Transfusi Darah
 
PENATALAKSANAAN GAWAT DARURAT PADA COMBUSTIO DAN RESUSITASI CAIRAN.ppt
PENATALAKSANAAN GAWAT DARURAT PADA COMBUSTIO DAN RESUSITASI CAIRAN.pptPENATALAKSANAAN GAWAT DARURAT PADA COMBUSTIO DAN RESUSITASI CAIRAN.ppt
PENATALAKSANAAN GAWAT DARURAT PADA COMBUSTIO DAN RESUSITASI CAIRAN.ppt
 
Pendekatan Klinis Syok
Pendekatan Klinis SyokPendekatan Klinis Syok
Pendekatan Klinis Syok
 
Penyakit dekompresi prof_dina_update[1]
Penyakit dekompresi prof_dina_update[1]Penyakit dekompresi prof_dina_update[1]
Penyakit dekompresi prof_dina_update[1]
 
Askep kejang dan demam pada anak
Askep kejang dan demam pada anakAskep kejang dan demam pada anak
Askep kejang dan demam pada anak
 
DEMAM_BERDARAH_DENGUE_dan pencegahannyappt.pptx
DEMAM_BERDARAH_DENGUE_dan pencegahannyappt.pptxDEMAM_BERDARAH_DENGUE_dan pencegahannyappt.pptx
DEMAM_BERDARAH_DENGUE_dan pencegahannyappt.pptx
 
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan meningitis ...
 
Optimalisasi Peran Perawat dalam Manajemen Pasien ARDS di masa Pandemi COVID 19
Optimalisasi Peran Perawat dalam Manajemen Pasien ARDS di masa Pandemi COVID 19Optimalisasi Peran Perawat dalam Manajemen Pasien ARDS di masa Pandemi COVID 19
Optimalisasi Peran Perawat dalam Manajemen Pasien ARDS di masa Pandemi COVID 19
 
ASKEP LUKA BAKAR.pdf
ASKEP LUKA BAKAR.pdfASKEP LUKA BAKAR.pdf
ASKEP LUKA BAKAR.pdf
 
167250942 case-anestesi
167250942 case-anestesi167250942 case-anestesi
167250942 case-anestesi
 

Recently uploaded

FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxCahyaRizal1
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 

Recently uploaded (20)

FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 

NgEU Burn Management.pptx

  • 1. EARLY MANAGEMENT BURN INJURY dr. Ade Sinyo A , SpB NgEU November 2022
  • 2. Materi : ■ Basa basi ■ Anamnesis ■ Pemeriksaan Fisik ■ Penulisan Diagnosis ■ Managemen
  • 3. Curriculum Vitae ■ Nama : Ade Sinyo Aristantrisna ■ Riwayat pendidikan: - S1 Kedokteran : FK Universitas Udayana (2000-2006) - Spesialis Bedah : FK Universitas Udayana (2016-2021) ■ Riwayat Pekerjaan : – BIMC Hospital Kuta (2007-2012) – BIMC Hospital Nusa Dua (2012-2016) – Medic Assist (2015- Sekarang) – RSUD Bajawa (2021 - Sekarang)
  • 4. Definisi • Kerusakan Kulit (atau dengan jaringan di bawah kulit) tubuh yang disebabkan oleh cedera panas atau dingin • Penyebab: api, air panas, listrik, bahan kimia, radiasi, frost bite
  • 5. EPIDEMIOLOGI ■ Luka Bakar terjadi pada 1% penyakit secara global, menyebabkan lebih dari 7,1 juta kasus dan lebih dari 265.000 kematian diseluruh dunia. ■ Di Indonesia, luka bakar menyebabkan kematian sekitar 195.000 kasus ■ Luka bakar berada pada ranking 6 pada luka yang tidak disengaja di Indonesia dengan total 0,7% ■ 1 Persen populasi Australia & Selandia Baru (286.000).
  • 6. ETIOLOGI ■ Thermal Injuries – Scalds – Flame – Contact ■ Electrical Injuries ■ Chemical Injuries Memicu cedera pada sel oleh karena transfer energi, yang menyebabkan terjadinya nekrosis koagulasi. Menyebabkan cedera yang langsung pada membran sel
  • 7. Thermal Injuries ■ Contact – Direct contact dengan objek yang panas (Penggorengan atau setrika) ■ Flame – Kontak langsung dengan api – Sesuatu yang terbakar / Baju yang terbakar ■ Scalding – Kontak langsung dengan cairan yang panas – Paling sering pada pasien pediatric – Pada saat memasak, mandi 7
  • 9. PATOFISIOLOGI Local response A. Zona Koagulasi — Terjadi pada titik maksimum jejas. Pada zona ini terjadi kematian jaringan yang ireversibel oleh karena koagulasi . B. Zona Stasis — Ditandai dengan adanya penurunan perfusi jaringan. Tujuan dari resusitasi cairan pada luka bakar adalah untuk meningkatkan perfusi jaringan dan mencegah menjadi cedera yang ireversibel. C. Zona hyperemia — Zona terluar pada luka bakar, perfusi didaerah ini meningkat. Jaringan pada daerah ini akan sembuh, kecuali adanya sepsis yang berat atau hypoperfusi yang berkepanjangan.
  • 10. PATOFISIOLOGI Systemic response ■ Pelepasan sitokin dan mediator inflamasi lainnya pada area luka akan memberikan efek sistemik jika luar luka lebih dari 20% dari total body surface area ■ Kardiovaskular — permeabilitas kapiler meningkat, menyebabkan lepasnya cairan & protein intravascular ke intersisial. Kontraktilitas myocardial berkurang karena adanya pelepasan tumor necrosis factor. Hal tersebut ditambah dengan adanya kehilangan cairan karena luka bakar, menyebabkan hipotensi sistemik dan end organ hypoperfusion. ■ Respiratory — Mediator inflamasi menyebabkan bronkokonstriksi dan pada luka bakar yang berat bias menybabkan terjadinya respiratorydistress syndrome. ■ Metabolic —Basal metabolic rate meningkat hingga 3 kali lipat. Hal ini dibarengi dengan splanchnichypoperfusion, sehingga enteral feeding yang cepat dan agresif harus dilakukan untuk mencegah terjadinya katabolisme dan mempertahankan integritas usus. ■ Immunological — terjadi penurunan regulasi imun yang tidak spesifik, yang mempengaruhi sel baik secara cell mediated ataupun humoral.
  • 12. KLASIFIKASI LUKA BAKAR ■ Kerusakan jaringan tergantung dari : – Suhu & kekuatan agen penyebab – Lamanya kontak dengan kulit ■ Dua faktor yang menentukan Keparahan luka bakar, – Luas Luka – Kedalaman luka ■ Akibat luka bakar pada pasien dipengaruhi : – Keparahan luka bakar – Cadangan fisiologis pasien (umur & penyakit penyerta)
  • 13. KLASIFIKASI ■ Berdasarkan Luas Luka Bakar : Telapak Tangan : 1% Walace Rule Of nine
  • 14. 0 – 1 Year Old Umur 1-10 Tahun Untuk setiap pertambahan tahun, ambil 1% dari kepala dan tambahkan ke tiap kaki 0,5% RULE OF NINE Lund and Browder chart
  • 15. 2 YEAR OLD Umur 1-10 Tahun Untuk setiap pertambahan tahun, ambil 1% dari kepala dan tambahkan ke tiap kaki 0,5% RULE OF NINE Lund and Browder chart
  • 16. 3 YEAR OLD Umur 1-10 Tahun Untuk setiap pertambahan tahun, ambil 1% dari kepala dan tambahkan ke tiap kaki 0,5% RULE OF NINE Lund and Browder chart
  • 18. KLASIFIKASI LUKA BAKAR Putih/merah, Nyeri saat ditekan, bula (+/-), Perlu skin graft, cap reffil >3s Putih/ Abu/ Cokelat/ Hitam/ Merah tua, Nyeri (-), Bula (- ), Memerlukan skin graft Merah/pink, bula (+), bengkak, nyeri, cap reffil < 3s I Superficial Burn IIA Partial Thicknessburn IIB Deep Partial Thickness burn III Full thickness burn Merah, nyeri, kering
  • 19. Diagnosis ■ Combusio ec ..... air api listrik ■ BSA ...% Grade ..... I-IV ■ Location ■ Komplikasi : Suspek inhalation injury, luka bakar melingkar
  • 20. STOP  DROP  ROLL • Berikan air (suhu dingin) mengalir di area luka bakar selama 20 menit • Lepaskan semua perhiasan, jam tangan, pakaian yang menempel di badan • Tutup dengan kain yang bersih • Segera bawa ke rumah sakit terdekat untuk tindakan selanjutnya • Minum obat anti nyeri jika diperlukan • JANGAN pernah memberikan pertolongan pertama dengan metode lain seperti batu es, pemberian pasta gigi, kecap, sabun colek, atau mentega FIRST AID IN BURN
  • 21. STRUCTURE OF EMSB L O O K D O A I R W A Y B R E A T H I N G C I R C U L A T I O N D I S A B I L I T Y E X P O S U R E Fluids Analgesia Tests Tubes AMPLE History Head to Toe Examination Tetanus Documentation & Transfer Support C-SPINE O2 Hemorrhage Control AVPU & Pupils Environmental Control Primary Survey First Aid Secondary Survey PRIMARY & SECONDARY SURVEY IN BURN
  • 22. CHECKLIST OF PRIMARY SURVEY OF SEVERE BURN Check Do Airway Patensi Airway  Berbicara dengan pasien  Bersihkan airway dari benda asing  Chin lift, jaw thrust  Jangan melakukan hyperfleksi& hyperextensi pada kepala & leher  Control cervical spine, paling baik dengan rigid collar Breathing and ventilation  Tanda – tanda hipoksia dan hiperventilasi/hipoventilasi  Awasi tanda intoksikasi karbon monoksida, “Cherry Pink” dan pasien tidak bernafas  Awasi tanda circumferential chest burn (apakah diperlukan escharotomy)  Pastikan ekspansi dada adekuat & simetris  Berikan oksigen 100%, 15 Liter/menit NRM  Jika diperlukan lakukan intubasi dan ventilasi Circulation with hemorrhage control  Tanda – tanda shock  Cek nadi  Tekanan Darah  Capillary refill (normal ≤ 2 detik)  Awasi tanda circumferential chest burn (apakah diperlukan escharotomy) • Lakukan penekanan pada titik perdarahan • Pasang 2 IV line, diusahakan pada jaringan yang tidak terbakar • Bila pasien syok, berikan bolus Ringer Laktat untuk mendapatkan denyut nadi radial. Ambil sampel darah (DL, AGD). Cari dan tangani tanda – tanda syok lainnya. Disability: Neurological states Level Kesadaran A:Alert V: Response to verbal stimuli P: Response to pain stimuli U: unresponsive  Cek level kesadaran  Cek respons pupil  Hati – hati dengan hypoxemia dan syok
  • 23. Check Do Exposure Exposure with environmental control  Lepas pakaian dan perhiasan  Log roll pasien untuk mengevaluasi permukaan posterior  Pastikan pasien dalam keadaan hangat  Estimasi TBSA dengan Rule of nine atau Palmar Surface Area Fluid resuscitation Resusitasi cairan yang adekuat dan monitoring  Parkland Formula: 3-4 ml x weight (kg) x % burn TBSA (+ maintenance untuk anak - anak)  Use Hartmann solution (Ringer Lactate)  Half of calculated fluid is given in the first 8 hours, the rest is given on the next 16 hours  Measure urine output hourly  Check ECG, pulse, blood pressure, respiratory rate, pulse oximetry, arterial blood gas analysis  Adjust resuscitation fluid as indicated Analgesia Pain management Give intravenous IV morphine 0,05 – 0,1 mg/kg Titrate to effect Test Exclude other trauma  X-Ray: o Lateral cervical o Chest o Pelvis o Other Tubes  Avoid gastroparesis  Decompress stomach  Insert nasogastric tube (>10% children, >20% adults)  Insert urinary catheter CHECKLIST OF PRIMARY SURVEY OF SEVERE BURN
  • 24. Evaluasi Re–evaluasi Survei Primer – khususnya untuk: ■ Gangguan pernapasan ■ Insufisiensi sirkulasi perifer ■ Gangguan neurologis ■ Kecukupan resusitasi cairan ■ Penilaian radiologi: foto radiologi toraks ■ Warna urine untuk deteksi haemochromogens Pemeriksaan laboratorium: ■ Hemoglobin / hematokrit ■ Urea / kreatinin ■ Elektrolit ■ Urine mikroskopik ■ Analisis gas darah ■ Karboksihaemoglobin (jika tersedia) ■ Kadar gula darah ■ Elektrokardiogram
  • 25. Classification of Inhalation Injury 1. Cedera Jalan Nafas diatas Larynx (obstruksi) – Mediator inflamasi menyebabkan edema pada jaringan yang menyebabkan obstruksi dan kemudian menyebabkan hilangnya fungsi proteksi dari mukosa airway 2. Cedera Jalan Nafas dibawah Larynx (Cedera saluran nafas) – Disebabkan karena inhalasi produk pembakaran 3. Systemic Intoxication (cell hypoxia) – CO – Sianida
  • 26. Diagnosis of Inhalation Injury ■ Anamnesis ■ Pemeriksaan Amati Adanya Dengarkan Adakah Luka bakar pada mulut, hidung dan faring Perubahan suara Bulu hidung yang terbakar Batuk disertai serak Sputum berisi jelaga Croup -like Breathing Kesulitan bernafas Batuk yang produktif Tarikan pada trakea Inspiratory Stridor Penggunaan otot nafas tambahan Peningkatan RR
  • 27. Penanganan Cedera Inhalasi ■ Pastikan Airway Paten ■ Diberikan oxygen aliran tinggi dengan non re-breathing mask 15 lpm ■ Monitor pernafasan ketat ■ Mendiskusikan adanya kecurigaan intoksikasi CO2, HCN ■ Intubasi endotracheal dilakukan sesegera mungkin.
  • 28. Indikasi intubasi: ■ Kebutuhan mempertahankan patensi jalan napas / proteksi jalan napas ■ Obstruksi mengancam ■ Penurunan tingkat kesadaran ■ Fasilitasi transpor penderita ■ Kebutuhan untuk penggunaan ventilator ■ Oksigenasi terganggu Bila dijumpai keraguan, lakukan intubasi
  • 29. Tatalaksana cedera inhalasi di bawah laring & Tatalaksana pada cedera inhalasi dengan keracunan sistemik ■ Oksigen dosis tinggi ■ Intubasi ■ Intermittent Positive Pressure Ventilation (IPPV) ■ Proteksi pasien yang tidak sadarkan diri ■ Cyanide Intoxication -> Injeksi hydroxycobolamin ■ Hydrogen Fluoride Intoxication -> Hypocalcaemia -> calcium
  • 30. Formulas used for fluid management in major burns ■ Parkland ■ Modified Parkland ■ Brooke ■ Modified Brooke ■ Evans ■ Monafo Formulas developed for children • Shriner’s Cincinnati • Galveston
  • 31. Estimasi Kebutuhan Cairan ■ Luka Bakar > 10% pada anak ■ Luka Bakar > 20% Pada Dewasa ■ Diberikan dengan 2 buah kanul diameter besar (16 G pada dewasa), didaerah non-luka bakar. ■ Kalkulasi kebutuhan cairan dimulai sejak saat terjadinya cedera ■ Cairan resusitasi ditentukan oleh urine output yang optimal & status hemodinamik
  • 32. Modified Parkland Formula : 3 ml kristaloid x kg berat badan x % luka bakar ½ kebutuhan cairan untuk 8 Jam Pertama ½ kebutuhan cairan untuk 16 Jam Kedua
  • 33. ■ Dewasa : 3 ml crystalloid x kg body weight x percent (%) burn ■ Anak - anak:3 ml crystalloid x kg body weight x percent (%) burn plus maintenance with 5% Glucosein 0.9% (½ normal) saline 4 ml/jam 10 kg pertama + 2 ml/jam untuk setiap kg lebih dari 10 kg dan kurang dari 20 kg + 1 ml/jam untuk setiap kg lebih dari 20 kg Via Two Large Cannulae Estimasi Kebutuhan Cairan
  • 34. FLUID RESUSCITATION ESTIMATED FOR THE FIRST 24 HOURS - Jika urine output tidak adekuat, berikan extra fluid : - Boluses of 5–10 ml/kg atau naikkan untuk jam selanjutnya cairan 150% dari cairan sebelumnya ■ Dalam 24 jam kedua post trauma, cairan koloid dapat digunakan untuk membantu mengembalikan volume sirkulasi menggunakan formula : 0.5ml dari 5% albumin x kg berat badan x % luka bakar.
  • 35. Monitoring ■ Urine Output : – Dewasa : 0.5ml/kg/jam = 30–50ml/jam – Anak - anak (<16 tahun) : 1.0ml/kg/jam (range 0.5–2ml/kg/jam) ■ Pemasangan kateter urin merupakan hal penting untuk memonitor kebutuhan cairan pada pasien luka bakar : – >10% TBSA pada anak - anak – >20% TBSA pada dewasa ■ Pemantauan hemodinamik invasive sentral diindikasikan pada luka bakar dengan kondisi tertentu. Hal ini berguna pada pasien dengan pre-morbid penyakit jantung atau cedera penyerta yang disertai kehilangan darah ■ PH <7,35 pada AGD menunjukkan perfusi jaringan yang tidak adekuat yang menyebabkan asidosis laktat.
  • 36. Monitoring ■ Tekanan Darah-> inaccurate karena oedema -> via arterial line ■ Heart rate -> indicator yang tidak baik ■ Serum electrolytes ■ Gelisah & perubahan kesadaran indicator hipovolemia ■ Hemochromogenuria -> kerusakan pada luka bakar oleh listrik – Tingkatkan produksi urine sampai 1-2 ml/kg/jam – Pertimbangkan pemberian single dose Mannitol 12.5 g per liter cairan 1 hour and observe response
  • 37.
  • 38. • Film dressing • Foam dressing • Vaseline impregnated gauze Superficial Partial Thickness • Antibiotic cream (SSD) • Silver based dressing • Early excision and skin grafting Deep Partial Thickness • Early excision and skin grafting Full thickness Burns DRESSING
  • 39. REFERRAL CRITERIA • Luka bakar > 10% luas permukaan tubuh pada dewasa dan >5% pada anak–anak • Luka bakar seluruh ketebalan kulit (luka bakar dalam, full thickness burns)> 5% • Luka bakar mengenai area khusus, termasuk wajah, tangan, kaki, genitalia dan perineum, persendian serta luka bakar melingkar pada dada dan tungkai • Luka bakar dengan cedera inhalasi • Luka bakar listrik • Luka bakar kimia • Luka bakar dengan penyakit pre– morbid • Luka bakar dengan trauma berat lainnya • Luka bakar pada usia tertentu: anak–anak dan usia lanjut • Luka bakar pada wanita hamil • Luka bakar bukan karena kecelakaan
  • 42. Brooke formula a) Initial 24 hours: RL solution 1.5 ml/kg/% burn plus colloids 0.5 ml/kg/% burn plus 2000 ml glucose in water b) Next 24 hours: RL 0.5 ml/kg/% burn, colloids 0.25 ml/ kg/% burn and the same amount of glucose in water asin the first 24 hours
  • 43. Produk Perawatan Luka Apa? Fungsi Mengapa? Indikasi Kapan? Aplikasi Bagaimana? Catatan / Pencegahan Silikon / Foam - Foam hidrolifik poliuretan + lapisan silicon lembut + lapisan luar tahan air (Askina Foam, Askina Dressil) - Tidak menempel - Comformable Luka bakar Superfisial - Dipakai untuk Membersihkan dasar luka yang bersih - Tutup dengan balutan fiksasi Tidak boleh digunakan bila ada infeksi Hydrocolloid - Hydrocolloid wafer - Membantu Autolisis jaringan yang mati - Memberikan Lingkungan luka yang lembab - Menyerap Eksudat - Luka bakar yang superficial hingga mid – dermal - Untuk luka eksudat rendah sampai sedang - Batas 2–5cm sekitar tepi luka. - Dapat dipertahankan untuk 2–3 hari - Wafer sampai 5 hari bila tidak ada tanda– tanda infeksi. - Tidak boleh digunakan bila ada infeksi Kasa Vaseline - Vaseline petroleum coated gauze - Balutan antiseptik - Conformable - Luka bakar dermal - Daerah donor dan resepien skin graft - Digunakan langsung pada luka - 2–3 lapis untuk Luka akut - Tutup dengan balutan sekunder - Ganti setiap 1– 3 hari - Rendam/basahi bila menempel Pada dasar luka Produk Perawatan Luka Apa? Fungsi Mengapa? Indikasi Kapan? Aplikasi Bagaimana? Catatan / Pencegahan Perak - Sodium Carboxymethy -cellulose (CMC) & 1,41% ion Ag pada bahan Berserat (mis : Askina Calgitrol Ag) - Juga Contreet H - Antimikroba spektrum luas - Memfasilitasi Debridement - Menyerap eksudat - Luka bakar Mid sampai deep dermal - Luka eksudasi sedang - Digunakan untuk dasar luka yang lembab. - Memungkinkan 2–5 cm overlap - Tutup dengan Balutan sekunder - Evaluasi ulang 7–10 hari - Biarkan utuh sampai sembuh - Kejenuhan eksudat mengindikasik an Frekuensi penggantian balutan Perak - Ion Ag Alginat dengan foam (mis : Askina Calgitrol Ag) - Proteksi Spektrum antimikroba luas - Mengurangi Pembentukan eksudat - Luka bakar Dermal dan dalam - Daerah donor dan resepien skin graft - Luka terinfeksi - Basahi dengan H2O; alirkan dan letakkan sisi biru / perak menghadap ke bawah. - Lembabkan balutan sekundernya - Ganti 3–4 hari or 7 hari -Mewarnai kulit - Hindari bila alergi terhadap perak - Hindari Hipotermia Perak - Silver Sulfadiazin 1% - Mengurangi infeksi - Luka yang terinfeksi - Luka bakar dermal sampai full thickness bila hanya ini yang tersedia -Pakailah dalam jumlah yang banyak pada handuk steril untuk memudahkan aplikasi -Oleskan langsung pada luka - Tidak direkomendasi k an untuk semua jenis luka bakar Karena menyebabkan perubahan
  • 44. Early Management ■ Elevasi -> Mengurangi bengkak ■ Escharotomy -> Ketika luka bakar sampai ke Dermis, kulit kehilangan kemampuannya untuk mengembang ■ Compartment Syndrome
  • 45. Tatalaksana Rawat Jalan Untuk Pasien Luka Bakar Minor ■ Pemeriksaan : – Warna luka – Ada atau tidaknya Bula – Capillary Refill – Tingkat nyeri pada luka bakar – Eksudat (infeksi ?) – Ada atau tidak peradangan disekitar luka ■ Pemeriksaan Luas area (Dewasa <10%, Anak-anak <5%)
  • 46. Tatalaksana Rawat Jalan Untuk Pasien Luka Bakar Minor ■ Analgetik Oral ■ Stadium akut : Cuci dengan Chlorhexidine 0,1%/Salin/ Sabun dengan air ■ Penatalaksanaan Bula masih kontroversi ■ Umumnya Bula < 2 cm dibiarkan intak, > 2 cm harus dipecahkan ■ Follow up tiap 2-3 hari
  • 47. Tatalaksana Rawat Jalan Untuk Pasien Luka Bakar Minor ■ Luka Bakar Epidermis – Merah muda terang – Nyeri -> Analgetik – Krim Pelembab ■ Luka Bakar Dermis – Adanya bula – Balutan silicon, silver atau hydro-colloid – Balutan dirawat bila jenuh
  • 48. Burns in Children Perbedaan bermakna antara anak–anak dengan dewasa adalah sebagaimana diuraikan berikut: - Ukuran dan proporsi tubuh pada anak - Dinamika cairan yang berbeda - Ketebalan kulit yg lebih tipis - Perbedaan sosial dan perkembangan emosional. Perbedaan fisik pada anak: - Tendensi hipotermia - Kedalaman luka bakar - Tingginya kebutuhan cairan
  • 49. Electrical Injuries Low voltage -> < 1000 volts High voltage -> > 1000 volts Lightning strike -> extremely high voltage
  • 50. Electrical Injuries Listrik melewati tulang sebagai suatu konduktor buruk menyebabkan kenaikan suhu bermakna karena panas diserap. Kenaikan suhu tulang berkelanjutan bahkan setelah arus listrik berhenti, menyebabkan kerusakan sekunder. Fenomena ini dikenal sebagai the joule effect. Karena kedalaman tulang, panas dilepas perlahan dan menyebabkan kerusakan pada periosteum, otot dan saraf di sekitarnya.. Jika terlihat pigmen pada urin -> Tingkatkan kecepatan cairan infus untuk -> produksi urin 75–100 mL/jam (dewasa) dan 2 mL/kg/jam (anak–anak). Bila tidak tercapai tambahkan 12.5 g mannitol ke setiap liter cairan untuk tujuan dieresis osmotik. Pemantauan EKG selama 24 jam diperlukan jika mereka terpapar pada tegangan tinggi, pingsan atau menunjukkan EKG abnormal saat datang di instalasi gawat darurat
  • 51. Chemical Burns Secara umum dapat dikatakan sebagai berikut: - Asam menghasilkan nekrosis koagulasi. - Alkali menghasilkan nekrosis likuifaktif. - Vesicants menyebabkan nekrosis iskemia dan anoksia (dilepaskannya amin dari jaringan yang menyebabkan terbentuknya bula). - Kesemuanya menyebabkan koagulasi protein melalui proses oksidasi, korosif atau penggaraman protein.
  • 52. 1. Keperluan industri ■ Alkali: Natrium, kalium, amonium, lithium, barium dan kalsium hidroksida (sabun deterjen, ■ pembersih dren, dan penghilang cat). ■ Asam: pikrat, sulfasalisilat, tannic, trichloroacetic, cresylic, asetat, format, klorida dan flourida ■ (kaca dan elektronik). 2. Keperluan Rumah Tangga ■ Alkali: pembersih dren, penghilang cat, reagen tablet tes glukosa urin. ■ Fenol: deodoran, pembersih, disinfektan. ■ Natrium hipoklorat: disinfektan, pemutih, deodoran. ■ Asam sulfat: pembersih toilet ■ Fosfor: kembang api, insektida, pupuk 3. Military ■ Fosfor merah atau putih ■ Vesicants
  • 53. Kerusakan jaringan merupakan dampak langsung paparan bahan kimia apapun tergantung pada: - Kekuatan atau konsentrasi agen - Kuantitas agen - Cara dan lamanya kontak dengan kulit /kontak mukosa - Daya penetrasi ke dalam jaringan - Mekanisme kerja Penanganan Secara Umum - Menghilangkan sisa bahan kimia - Lepaskan pakaian yang terkontaminasi - Mencuci kulit yang terluka dengan air minimal 30 menit - Dapat dinilai dengan kertas litmus
  • 54. Frost Bite & Hipotermia ■ Cedera Dingin Perifer – Frostnip ■ Ringan, kulit pucat & mati rasa ■ reversibel – Tissue Freezing Injury (Frostbite) ■ Pembekuan kristal es intraseluler <0,5 ‘C ■ Sumbatan mikrovaskuler – Non-Tissue freezing injury ■ Akibat paparan kronis kelembaban tinggi & suhu rendah ■ 1-10 ‘C
  • 55. Tatalaksana Frostbite ■ Penghangatan dengan air 37-40 ‘C dicampur dengan antibakteri ringan (povidone iodine atau Chlorhexidine) selama 30 menit ■ Opioid parenteral bila nyeri ■ Debridemen pada bula bening (mencegah cedea jaringan yg dimediasi tromboksan) ■ Elevasi ekstremitas ■ Penisilin oral untuk profilaksis ■ Pengolesan aloe vera topical (inhibitor tromboksan) ■ Profilaksis tetanus toksoid ■ Pemberian agen trombolisis mengurangi insiden kehilangan jari – jari distal
  • 56. Hipotermia Sistemik Klasifikasi Hipotermia Rentang Suhu (‘C) Tanda dan Gejala Penanganan Ringan 32-35 - Takikardia - Takipnea - Perubahan perilaku - Amnesia - Menggigil - Diuresis dingi - Lepas Pakaian basah - Ukur suhu inti tubuh untuk menentukan tingkat keparahan - Penghangatan menggunakan selimut, alat penghangat ruangan Sedang 28-32 - Hypopnea, Bradikardia, aritmia, terdapat gelombang J pada EKG - Berkurangnya Cardiac Output - Depresi SSP - Dilatasi Pupil dan hilang reflex cahaya pupil - Hiporefleksia berhenti menggigil - Alat penghangat ruangan - Persiapan Vasodilatasi - Cairan infus yang dihangatkan Berat < 28 - Apneu, edema paru, hipotensi, VF, kehilangan pulsasi - Depresi miokardial, Koma, fiksasi pupil, arefleksia - Intubasi & ventilasi dengan oksigen yang dihangatkan - Defib dan kardioversi pada VT - Pertimbangkan pemberian
  • 57. Luka BAkar Resiko Infeksi – Kulit  Lini pertama pertahanan tubuh – Jaringan Nekrotik  tempat tumbuh bakteri – Management ■ Luka bakar dimonitor dari adanya kolonisasi bakteri ■ Dilakukan kultur swab dan biopsy invasif
  • 58. Role of burn wound cultures ■ Early cultures positive/ high counts  early contamination of the burn wound ■ Routine cultures  aid in empiric antimicrobial coverage if the patient subsequently becomes ill ■ Increasing colony counts  change topical antimicrobial agents. ■ Colonization by virulent or resistant organisms  predictor of impending invasive burn wound infection. ■ Wound colony counts >106  high risk of infectious & graft failure.
  • 59.
  • 60. Modified Brooke a) Initial 24 hours: No colloids. RL solution 2 ml/kg/% burn in adults and 3 ml/kg/% burn in children b) Next 24 hours: Colloids at 0.3–0.5 ml/kg/% burn and no crystalloids are given. Glucose in water is added in the amounts required to maintain good urinary output.
  • 61. Evans formula a) First 24 hours: Crystalloids 1 ml/kg/% burn plus colloids at 1 ml/kg/% burn plus 2000 ml glucose in water b) Next 24 hours: Crystalloids at 0.5 ml/kg/% burn, colloids at 0.5 ml/kg/% burn and the same amount of glucose in water as in the first 24 hours
  • 62. Monafo Formula ■ Monafo recommends using a solution containing 250 mEq Na, 150 mEq lactate and 100 mEq Cl. The amount is adjusted according to the urine output. In the following 24 hours, the solution is titrated with 1/3 normal saline according to urinary output.
  • 63. Formulas developed for children ■ Shriner’s Cincinnati – Initial 24 hours: ■ a) For older children: Lactated Ringer’s (RL) solution 4 ml/kg/% burn +1500 ml/m² total (1/2 of total volume over 8 hours, rest of the total volume during the following 16 hours) ■ b) For younger children: – 4 ml/kg/% burn +1500 ml/m² total, in the first 8 hours – RL solution + 50 mEq NaHCO3 – RL solution in the second 8 hours – 5% albumin in LR solution in the third 8 hours ■ Galveston – Initial 24 hours: RL 5000 ml/m² burn + 2000 ml/m² total (1/2 of total volume over 8 hours, rest of the total volume in 16 hours)
  • 64. Burn Wound Care Antimicrobial Agent – Silvadene (silver sulfadiazine) ■ Broad spectrum; the most common agent used ■ Painless & easy to use ■ Doesn’t penetrate eschar ■ Leaves black tattoos from silver ion – Sulfamylon (mafenide acetate) ■ Penetrates eschar ■ Painful for approximately 20 minutes after application ■ Metabolic acidosis
  • 65. Burn Wound Care Antimicrobial agent – Bacitracin/ Neomycin/ Polymyxin B - not broad spectrum, painless, easy to apply – Nystatin(Mycostatin) - antifungal – Mupirocin(Bactroban) - anti staphylococcal
  • 66. Burn Wound Care  Betadine  Drying effect makes debridement of the eschar easier  Acticoat (antimicrobial occlusive dressing)  A silver impregnated gauze that can be left in place for 5 days  Moist with sterile water only; remoisten every 3-4 hours