DVT adalah bekuan darah pada vena dalam yang menghambat aliran darah menuju jantung. DVT disebabkan oleh faktor risiko seperti imobilitas, bed rest, dan kerusakan dinding pembuluh darah. Gejala klinisnya adalah nyeri dan bengkak pada tungkak. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik dan tes seperti USG dan venografi. Penatalaksanaan meliputi istirahat, kompresi, antikoagulasi dengan
2. Definisi
Jayanegara, A. P. (2016). Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis. Continuing Medical Education.
Bekuan darah :
• Fibrin
• Sel darah merah
• Komponen leukosit
& trombosit
Hambatan aliran
darah vena menuju
jantung
Vena dalam
3. Etiologi
Faktor stimuli
(Virchow’s Triad)
• Kelainan dinding
pembuluh darah
• Perubahan aliran darah
• Perubahan daya beku
darah
Faktor protektif
• Inhibitor faktor koagulasi
yang telah aktif
• Eliminasi faktor koagulasi
aktif
• Kompleks polimer fibrin
oleh fagosit mononuklear
dan hepar
• Enzim fibrinolisis.
Jayanegara, A. P. (2016). Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis. Continuing Medical Education.
4. Faktor Resiko
Trias Virchow
Stasis
Imobilitas
Bed rest
Tindakan anestesi
Gagal Jantung Kongestif
Riwayat trombosis vena sebelumnya
Hiperkoagulabilitas
Keganasan
Antibodi Antikardiolipin
Sindrom Nefrotik
Trombositosis Esensial
Terapi Estrogen
Heparin-induced
Trombositopenia Inflammatory bowel
disease
Paroxysmal nocturnal hemoglobinuria
Disseminated intravascular coagulation
Defisiensi Protein C and S
Defisiensi Antitrombin III
Kerusakan dinding pembuluh darah
Trauma
Pembedahan
Jayanegara, A. P. (2016). Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis. Continuing Medical Education.
5. PATOFISIOLOGI
Stasis Vena
Perubahan daya
beku darah
Kerusakan
pembuluh darah
Perlambatan aliran
darah vena
Aktivitas pembekuan
darah atau Aktivitas
fibrinolisis
Aktivasi sel endotel
oleh sitokin yang
dilepaskan
Trauma langsung
Pembentukan
trombosis vena
Jayanegara, A. P. (2016). Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis. Continuing Medical Education.
7. Diagnosis
ANAMNESIS
Rasa nyeri pada tungkai saat
aktivitas maupun istirahat yang
disertai edema
PEMERIKSAAN FISIK
Parameter klinis sesuai dengan skor
klinis Wells
10. DIAGNOSIS
Laboratorium
Radiologi
antitrombin (AT)
kadar D-dimer
Magnetic Resonance
Venography
Ultrasonografi (USG)
Flestimografi Impedans
Venografi
mengidentifikasi lokasi, penyebaran, dan
tingkat keparahan bekuan darah
memantau perubahan volume darah
tungkai
untuk mendiagnosis DVT karena non-
invasif
membandingkan antara daerah & aliran darah
vena lancar dgn yg tersumbat bekuan darah
11. PENATALAKSANAAN
Tujuan tatalaksana DVT fase akut :
1. Menghentikan bertambahnya trombus
2. Membatasi bengkak tungkai yang progresif
3. Melisis dan membuang bekuan darah serta
mencegah disfungsi vena atau terjadinya
sindrom pasca-trombosis
4. Mencegah terjadinya emboli
Jayanegara, A. P. (2016). Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis. Continuing Medical Education.
12. PENATALAKSANAAN
(NON FARMAKOLOGI)
• Istirahat di tempat tidur (bedrest)
• Meninggikan posisi kaki
• Dipasang compression stocking dengan
tekanan kira-kira 40 mmHg pasien dengan
gejala berat & memiliki fungsi vena yang jelek
Jayanegara, A. P. (2016). Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis. Continuing Medical Education.
13. PENATALAKSANAAN
(FARMAKOLOGI)
Unfractionated
Heparin
Meningkatkan kerja AT
III sebagai inhibitor
faktor pembekuan &
melepaskan tissue
factor pathway
inhibitor (TFPI) dari
dinding pembuluh
darah
Jayanegara, A. P. (2016). Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis. Continuing Medical Education.
15. PENATALAKSANAAN
(FARMAKOLOGI)
• Warfarin untuk antikoagulasi akut. Dosis
standar warfarin 5 mg/ hari, dosis disesuaikan
setiap 3-7 hari untuk mendapatkan nilai INR
antara 2,0-3,0.
• Terapi trombolitik memecah bekuan darah
yang baru terbentuk dan mengembalikan
patensi vena lebih cepat daripada
antikoagulan.
Jayanegara, A. P. (2016). Diagnosis dan Tatalaksana Deep Vein Thrombosis. Continuing Medical Education.