2. Anggota Kelompok
Iga Yastiara (I4041221015)
Adelita Ahyanurri (I4041211020)
Aviria Tri Virgowati (I4041211021)
Sermila Wulandari (I4041211026)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022
3. METODE SOAP
Subjective Objective
Berisi informasi pasien, baik gejala,
kondisi psikososial, maupun
lingkungan.
Hasil pemeriksaan fisik dan
laboratorium.
Assessment Plan
Kajian dan penilaian berdasarkan
informasi subjektif dan objektif.
Perencanaan terapi, rekomendasi,
dan informasi atau edukasi kepada
pasien agar pasien mendapatkan
hasil terapi yang optimal.
4. Jenis Penyakit
Penyakit Jantung
Koroner (PJK)
Terjadi akibat adanya plak di dalam dinding arteri koroner yang
menyebabkan aliran darah ke otot jantung berkurang yang
disebut iskemia. Penyempitan arteri koroner dari waktu ke waktu
akan membatasi suplai darah ke bagian otot jantung.
Hipertensi Terjadinya peningkatan abnormal tekanan darah dalam
pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari satu
periode.
Gagal Jantung
III/Decompensatio
Cordis III (DCFC III)
Keadaan dimana jantung tidak lagi mampu memompa darah
dalam jumlah yang memadai ke jaringan untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh (forward failure) atau
kemampuan tersebut hanya dapat terjadi dengan tekanan
pengisian jantung yang tinggi (backward failure) atau dapat pula
keduanya.
Community-acquired
pneumonia (CAP)
Pneumonia yang terjadi akibat infeksi yang didapat oleh pasien
di luar rumah sakit atau di komunitas.
6. Subjective
Perut kembung Kebiasaan: Merokok
Usia 65 tahun Sesak berat
Riwayat penyakit:
hipertensi (>20 tahun)
Batuk berdahak putih
kehijauan 2 minggu
yang lalu
11. Assesment
No
Nama Obat dan Dosis
Regimen
02/9/21 03/09/21 Indikasi
1
Total cairan masuk/24
jam
1000 cc 1000 cc -
2 Infus PZ 500 cc/24 jam √ √
Keseimbangan elektrolit (Badan POM RI,
2015).
3 Minum max/24 jam 500 cc 1000 cc -
4 O2 masker reservoir 10 lpm √
Mengatasi hipoksemia dan mensuplai oksigen
pada infark miokard (Abuzaid dkk, 2018).
5
Furosemide pump 2,5
mg/jam IV
√ (5 amp) 500 cc
Edema yang berhubungan dengan gagal
jantung kongestif, sirosis hati, penyakit ginjal,
terapi tambahan pada edema paru akut, dan
hipertensi (MIMS Indonesia, 2017).
6
Spironolakton 0-50 mg-
0 PO
√ 4 lpm
Hipertensi esensial, edema pada gagal jantung
kongestif, sindrom nefrotik, sirosis hati,
hiperaldosteronisme primer (MIMS Indonesia,
2017).
7
ISDN pump 0,5 mg/jam
IV
√ (3 amp) PO 3x5 mg
Profilaksis dan pengobatan angina setelah
infark miokardium (Badan POM RI, 2015).
13. Assesment
No
Nama Obat dan
Dosis Regimen
02/9/21 03/09/21 Indikasi
8
Captopril 3x12,5
mg PO
√ 3x6,25 mg
Hipertensi ringan sampai sedang dan hipertensi berat yang resisten terhadap
pengobatan lain; gagal jantung kongestif (tambahan); setelah infark miokard;
nefropati diabetic (Badan POM RI, 2015).
9 ASA 1x100 mg PO √ √
Profilaksis penyakit serebrovaskuler atau infark miokard (Badan POM RI,
2015).
10
Warfarin 0-0-5 mg
PO
√
Pencegahan dan pengobatan thrombosis vena dan oklusi coroner (MIMS
Indonesia, 2017).
11 KSR 2x1 tab PO √ 3x1 tab Pencegahan dan pengobatan hipokalemia (MIMS Indonesia, 2017).
12
Simvastatin 0-0-20
mg PO
√ √ Antihiperkolesterolemia (MIMS Indonesia, 2017)
13
Ceftazidime 3x1 g
IV
√ √
Infeksi yang rentan seperti pneumonia dan bronkopneumonia (MIMS
Indonesia, 2017).
14
Levofloxacin 1x750
mg IV
√ √
Bronkitis kronis dengan eksaserbasi akut, pneumonia nosocomial, dan
pneumonia (MIMS Indonesia, 2017).
14. Assessment
1. Pasien mengalami batuk karena pneumonia yang dialami atau efek samping
captopril
2. Pasien mengalami hipotensi
3. Ceftadixime kurang tepat sebagai lini pengobatan pneumonia pasien
4. Penggunaan levofloxacin bersamaan dengan warfarin termasuk interaksi obat
major karena dapat menyebabkan efek samping pendarahan
5. Penggunaan levofloxacin bersamaan dengan ASA termasuk interaksi obat
moderate karena dapat menyebabkan efek samping pada sistem saraf pusat
seperti tremor, depresi, kecemasan, atau halusinasi
6. Penggunaan kaptopril (ACEI) bersamaan dengan spironolakton (diuretik hemat
kalium) termasuk interaksi major dapat meningkatkan resiko hiperkalemia
7. Penggunaan ISDN bersamaan dengan kaptopril, furosemide, spironolakton dapat
meningkatkan penurunan tekanan darah (hipotensi)
8. Penggunaan KSR bersamaan dengan kaptopril (ACEI) dan spironolakton (diuretik
hemat kalium) dapat meningkatkan resiko hiperkalemia
9. Tidak terdapat data kolesterol pasien (HDL,LDL, dan TG)
10. Tidak ada data serum kreatinin pasien
15. Plan
1. Pasien bisa diberi obat ambroxol jika batuknya karena pneumonia, untuk
mengencerkan dahaknya. Jika batuk karena kaptopril (golongan ACEI), kaptopril dapat
diganti obat golongan ARB seperti valsartan.
2. Pasien pneumonia komuniti (CAP) yang dirawat di RS non ICU dapat diberikan terapi
antibiotik golongan floroquinolon, seperti levofloxacin. Pemberian obat ceftadixime
dihentikan.
3. Penggunaan obat warfarin dan ASA dihentikan dan diganti dengan obat clopidogrel
300 mg untuk dosis awal, kemudian dilanjutkan dengan dosis 75 mg sebagai
pemeliharaan.
4. Pemberian spironolakton sebaiknya dihentikan karena terapi antihipertensi sudah
menggunakan kaptopril dan furosemide, serta tekanan darah diastole pasien mulai
rendah (hipotensi).
5. Monitoring tekanan darah pasien untuk menghindari resiko hipotensi dan apabila terjadi
hipotensi (sistolik < 90 mmHg) dapat diberikan dopamine 1 mcg/kg secara intravena.
6. Dilakukan pengecekan kadar HDL, LDL, dan TG.
7. Pemberian simvastatin tidak perlu dilakukan karena belum pasti pasien mengalami
kolesterol.
16. Plan
Terapi Nonfarmakologi
1. Menerapkan gaya hidup sehat dengan mengatur pola makan
2. Berhenti merokok
3. Penurunan berat badan
4. Olahraga ringan-moderat 150-300 menit/minggu
5. Menghindari makanan berlemak
6. Perbanyak makan buah-buahan dan sayuran yang kaya akan serat.
17. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon and infographics & images by Freepik
Thanks!