Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai konsep fraktur tulang. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan definisi fraktur tulang, etiologi yang dapat menyebabkan fraktur seperti trauma, penyakit patologis, dan kelelahan tulang, jenis-jenis fraktur berdasarkan morfologi dan lokasinya, tingkat keparahannya, serta jenis displacement yang dapat terjadi pada fraktur tulang.
2. DEFINSI
Fraktur adalah putusnya kontinuitas dari suatu tulang.
Kata fraktur mencakup gambaran cidera secara meluas, mulai dari
fraktur terbuka, multifragmen pada femur sampai pada undisplaced
stress fracture pada metatarsal.
ETIOLOGI
Traumatic fractures :
Cidera atau fraktur disebabkan oleh kontak langsung atau tidak langsung,
terjadi gaya abnormal/berlebihan pada tulang.
3. ETIOLOGI
Patological fractures :
Akibat adanya penyakit tulang atau abnormal tulang, dimana adanya
kontak yang kecil atau gaya yang kecil (dalam kategori normal) dapat
menyebabkan fraktur pada bagian tulang, seperti adanya tumor atau
infeksi tulang.
Insufficiency fractures :
Kondisi ini sering digolongkan kedalam patological fracture, namun
dianggap terpisah karena berkaitan dengan prevalensinya.
Insufficiency fractures paling sering terjadi akibat kondisi osteoporosis, yaitu
penyakit tulang progresif dengan ciri khas adanya penurunan kepadatan
tulang (bone mineral density=BMD) dan penurunan mikoarsitektur tulang.
Lokasi fraktur osteoporotik yang sering terjadi adalah hip, wrist, proksimal
humerus, dan spine
5. ETIOLOGI
Insufficiency fractures :
Sebaliknya, osteomalacia adalah pelunakan tulang yang disebabkan oleh
kerusakan mineralisasi dari matriks tulang ; penyebab paling sering adalah
defisiensi vitamin D, sering penyebabnya oleh penyakit renal/ginjal atau
konsumsi alkohol
Fatigue (stress) fractures :
Kondisi ini disebabkan oleh siklus aplikasi gaya normal yang terjadi pada
tulang normal dengan frekuensi berlebihan.
Kondisi ini seringkali terjadi pasca adanya perubahan intensitas dari aktivitas
fisik.
Contoh : fraktur metatarsal II pada rekruitmen tentara atau pada pelari jarak
jauh pemula.
Secara khas, jenis fraktur ini tergolong fraktur linear dan incomplete.
7. ETIOLOGI
Fatigue (stress) fractures :
Pada awalnya, fraktur jenis ini sangat halus, hanya terlihat setelah
berkembang callus, atau hanya dengan MRI atau bone scan.
Tergolong kedalam fraktur undisplaced, kadang-kadang diberi nama
“infraction”
MORPHOLOGY
Transverse dan oblique fractures :
Kedua tipe fraktur ini disebabkan oleh gaya bending yang berasal dari
pukulan langsung oleh objek bergerak, atau oleh objek terfiksir yang
memukul/menabrak tulang (spt lantai)
Adanya transfer energi yang tinggi akan menyebabkan fraktur dgn jumlah
fragmen yang banyak
8. MORPHOLOGY
Transverse dan oblique fractures :
Menghasilkan wedge atau butterfly fragmen pada sisi tension tulang.
Jika masih ada energi yang tinggi maka dapat menyebabkan fraktur
multifragmen (communited fracture)
Pada segmental fraktur (atau double fracture) terjadi pemisahan segmen
tulang secara komplit
Spiral fractures :
Jenis fraktur ini disebabkan oleh gaya rotasional secara tidak langsung.
Mekanisme injury seringkali berkaitan dengan gaya twist yang simple atau
jatuh, atau kecelakaan dalam olahraga, secara khas terjadi pada tibia,
humerus, atau jari-jari tangan.
Spiral fracture dapat menghasilkan butterfly fragmen atau comminution saat
peningkatan energi transfer.
10. MORPHOLOGY
Avulsion fractures :
Fraktur ini disebabkan oleh gaya traksi yang berasal dari insersio ligamen,
tendon, atau kapsul.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh gaya/kontraksi muskular yang eksplosif (spt
avulsion SIAS akibat kontraksi otot rectus femoris saat menendang), suatu
gerakan sendi yang sangat kuat dan tiba-tiba (spt avulsi basis metatarsal V
akibat kontraksi otot peroneus brevis selama inversi ankle), atau dislokasi
sendi yang bersifat sementara (spt dislokasi sendi jari-jari tangan)
Impaction fractures :
Jenis fraktur ini terjadi ketika tulang gagal menahan beban kompresi.
Umumnya terjadi pada sendi (spt fraktur dataran tibia akibat valgus injury
pada knee), atau pada collum humerus atau femur (spt valgus impacted
fractures), atau pada calcaneus (pasca jatuh dari ketinggian)
12. MORPHOLOGY
Impaction fractures :
Variasi jenis fraktur ini adalah wedge compression fracture pada spine.
Pediatric fractures :
Jenis fraktur ini terjadi pada tulang anak-anak yang belum matang, dimana
jauh lebih fleksibel daripada tulang orang dewasa.
Torus (buckle) fracture terjadi ketika gaya yang teraplikasi menyebabkan
kompresi sisi tulang sampai terjadi lengkungan pada sisi tulang tersebut ;
secara keseluruhan tipe fraktur ini adalah stabil.
Greenstick fracture terjadi ketika tulang gagal menahan gaya tension pada
sisi tulang sehingga menyebabkan periosteum robek dan lapisan luar tulang
yang mengalami tension timbul celah (gap) ; tipe cidera ini sulit untuk di
reduksi.
13. MORPHOLOGY
Pediatric fractures :
Kemungkinan lain, terjadi plastic deformation yang menyebabkan tulang
menjadi bengkok dengan tanpa abnormalitas, seringkali terjadi pada salah
satu lengan bawah ketika terjadi fraktur di lokasi lain.
Cidera lainnya adalah physeal injuries (cidera physis)
15. TINGKAT KEPARAHAN
Open fractures :
Tipe fraktur ini menjadi pertimbangan khusus karena ditandai dengan risiko
infeksi yang besar.
Open fractures seringkali digambarkan sebagai compound fractures ; fraktur
dengan complicated karena berhubungan dengan kerusakan jaringan
disekitarnya.
Seringkali memerlukan pengobatan emergency jika terjadi kerusakan
neurovascular
Intraarticular fractures :
Fraktur yang merusak permukaan sendi sangat penting diperhatikan karena
adanya incongruitas sendi setelah union tulang akan memicu terjadinya
post traumatic arthritis.
17. TINGKAT KEPARAHAN
Intraarticular fractures :
Jika ada indikasi pergeseran/perpindahan maka diperlukan reduksi dan
fiksasi secara bedah.
Comminution fractures :
Fraktur dengan multiple fragmen merupakan cidera dengan energi/gaya
yang tinggi
Tipe ini meningkatkan risiko terjadinya komplikasi, yaitu non-union.
Dislokasi sendi :
Dislokasi sendi adalah hilangnya secara sempurna kongruitas antara
permukaan sendi
Dislokasi sendi paling sering terjadi pada shoulder dan patella.
19. TINGKAT KEPARAHAN
Dislokasi sendi :
Subluksasi sendi adalah hilangnya kongruitas sendi secara parsial dimana
kedua permukaan sendi masih tetap kontak.
Transient subluksasi yang terjadi selama gerakan dapat menyebabkan nyeri
tiba-tiba dan sensasi “slipping out” (terasa meluncur keluar), tetapi seringkali
menurun secara spontan saat pemeriksaan sendi.
Fracture-dislocation :
Tipe ini merupakan cidera yang kompleks, karena melibatkan fraktur pada
tulang dan dislokasi sendi didekatnya, sering menyebabkan tantangan
manajemen yang sulit
Pada tipe ini, kemungkinan besar terjadi komplikasi neurovascular ; bahkan
closed reduksi sulit diaplikasikan dan dapat menyebabkan pergeseran yang
lebih besar
21. TINGKAT KEPARAHAN
Fracture-dislocation :
Open reduksi dan stabilisasi fraktur seringkali dibutuhkan, dan sangat penting
diperlukan perhatian pada komplikasi neurovascular.
Sprain dan strain
Sprain adalah kerobekan incomplete (parsial) pada ligamen, sedangkan
strain adalah kerobekan incomplete (parsial) pada tendon
Stabilitas sendi sangat berhubungan dengan kerobekan ligamen atau
overstretch ligamen.
Beberapa kondisi sprain memiliki sistem klasifikasi yang menggambarkan
derajat instabilitas (spt cidera ligamen collateral medial knee)
Begitu pula, inversion injuries pada ankle umumnya disebabkan oleh sprain
ligamen collateral lateral ankle yang kompleks.
22. BERDASARKAN LOKASI
Regio anatomical pada tulang yang belum matang berhubungan
dengan physis (growth plate) ; terdiri dari epiphysis, metaphysis, dan
diaphysis ; regio tersebut berhubungan dengan pediatric fracture
Pada tulang matang (tulang dewasa), lokasi fraktur terdiri atas fraktur 1/3
distal, 1/3 proksimal, dan 1/3 middle.
Beberapa fraktur juga menggunakan label tertentu, seperti Colles’
fracture yang terjadi pada distal radius (2,5 cm dari distal) dan
menyebabkan deformitas “dinner fork” (distal radius mengalami translasi
dorsal dan tilt), Maisonneuve fracture dislocation pada ankle, dan
Lisfranc dislocation pada tarsometatarsal joint.
24. BERDASARKAN DISPLACEMENT
Suatu fraktur yang complete namun tidak berpindah fragmen tulang
maka dinamakan fraktur undisplaced atau fraktur dalam posisi anatomis.
Begitu pula, reduksi pada displaced fracture sampai pada posisi
sempurna dikenal sebagai reduksi anatomis.
Suatu fraktur yang fragmennya sangat mendekati posisi anatomis dikenal
sebagai minimally displaced fracture.
Gambaran fraktur displacement terdiri atas :
Length : distraction/shortening
Angulation : varus/valgus dalam bidang frontal dan fleksi/ekstensi dalam
bidang sagital
Rotation : internal dan external rotation
Translation : bergerak ke anterior, posterior, medial atau lateral
25. Displacement in length
Fraktur oblique dan spiral, serta beberapa fraktur comminution
mengalami displacement dengan menghasilkan shortening
(pemendekan).
Jika kedua ujung fragmen tulang yang fraktur tidak kontak lagi dan
berpindah satu sama lain maka disebut dengan off-ended fracture.
Fraktur shortening dapat disertai dengan kerutan/terbelit dinding
pembuluh darah sekitarnya sehingga dapat menyebabkan gangguan
vaskular ; fraktur ini memerlukan reduksi melalui manipulasi dan traksi ;
traksi yang berlebihan akan menyebabkan deformitas kontralateral
(terjadi distraksi)
26. Displacement by angulation
Tipe displacement ini berdasarkan referensi apex fraktur.
Dalam bidang frontal, suatu fraktur dengan apex fraktur terangulasi
kearah midline, dikatakan sebagai medial angulasi atau valgus angulasi.
Fraktur dengan apex fraktur terangulasi kearah lateral maka dikatakan
sebagai lateral angulasi atau varus angulasi.
Dalam bidang sagital, fraktur dengan apex fraktur terangulasi kearah
posterior maka dikatakan sebagai posterior angulasi, apex-posterior,
atau terjadi ekstensi atau recurvatum ; sedangkan apex fraktur
terangulasi kearah anterior maka dikatakan sebagai anterior angulasi,
apex-anterior, atau terjadi fleksi atau procurvatum.
Pada tangan dan wrist, istilah tersebut sering digunakan bergantian.
28. Displacement by angulation
Secara klinis, Colles’ fracture memiliki deformitas benjolan yang jelas
pada bagian posterior wrist, meskipun frakturnya menyebabkan angulasi
kearah anterior (volar angulation) tetapi sebagian besar dikatakan
terjadi kemiringan (tilt) kearah dorsal
29. Displacement by rotation
Suatu fraktur dapat terjadi displacement rotasi kearah internal atau
eksternal.
Displacement rotasi dapat dinilai lebih mudah dengan pemeriksaan klnis
daripada dengan pemeriksaan radiograph (atau fluoroscopy).
Secara radiographical, displacement rotasi paling mudah dinilai melalui
penampakan kedua ujung tulang sehingga pemeriksaan radiograph
pada fraktur tulang panjang harus mencakup sendi di atas dan di
bawah.
Deformitasi rotational yang tidak terkoreksi sering menimbulkan
disabilitas; pada tungkai bawah, deformitas rotational akan
menyebabkan posisi kaki yang janggal ; pada jari2 tangan, dapat
mencegah fungsi normal tangan.
30. Displacement by translation
Displacement translation terjadi ketika permukaan yang fraktur bergeser
ke samping yang relatif satu sama lain.
Gambaran displacement ini berdasarkan posisi fragmen distal.
Sebagai contoh, suatu fraktur dapat dikatakan mengalami lateral
translation, posterior translation, atau kedua-duanya (lateral dan
posterior translation), bergantung pada arah pergeseran fragmen distal.