SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
Download to read offline
KONSEP FRAKTUR
OLEH
SUDARYANTO, SST.FT, M.FIS
DEFINSI
 Fraktur adalah putusnya kontinuitas dari suatu tulang.
 Kata fraktur mencakup gambaran cidera secara meluas, mulai dari
fraktur terbuka, multifragmen pada femur sampai pada undisplaced
stress fracture pada metatarsal.
ETIOLOGI
 Traumatic fractures :
 Cidera atau fraktur disebabkan oleh kontak langsung atau tidak langsung,
terjadi gaya abnormal/berlebihan pada tulang.
ETIOLOGI
 Patological fractures :
 Akibat adanya penyakit tulang atau abnormal tulang, dimana adanya
kontak yang kecil atau gaya yang kecil (dalam kategori normal) dapat
menyebabkan fraktur pada bagian tulang, seperti adanya tumor atau
infeksi tulang.
 Insufficiency fractures :
 Kondisi ini sering digolongkan kedalam patological fracture, namun
dianggap terpisah karena berkaitan dengan prevalensinya.
 Insufficiency fractures paling sering terjadi akibat kondisi osteoporosis, yaitu
penyakit tulang progresif dengan ciri khas adanya penurunan kepadatan
tulang (bone mineral density=BMD) dan penurunan mikoarsitektur tulang.
 Lokasi fraktur osteoporotik yang sering terjadi adalah hip, wrist, proksimal
humerus, dan spine
Pathological Fracture
ETIOLOGI
 Insufficiency fractures :
 Sebaliknya, osteomalacia adalah pelunakan tulang yang disebabkan oleh
kerusakan mineralisasi dari matriks tulang ; penyebab paling sering adalah
defisiensi vitamin D, sering penyebabnya oleh penyakit renal/ginjal atau
konsumsi alkohol
 Fatigue (stress) fractures :
 Kondisi ini disebabkan oleh siklus aplikasi gaya normal yang terjadi pada
tulang normal dengan frekuensi berlebihan.
 Kondisi ini seringkali terjadi pasca adanya perubahan intensitas dari aktivitas
fisik.
 Contoh : fraktur metatarsal II pada rekruitmen tentara atau pada pelari jarak
jauh pemula.
 Secara khas, jenis fraktur ini tergolong fraktur linear dan incomplete.
Stress Fracture
ETIOLOGI
 Fatigue (stress) fractures :
 Pada awalnya, fraktur jenis ini sangat halus, hanya terlihat setelah
berkembang callus, atau hanya dengan MRI atau bone scan.
 Tergolong kedalam fraktur undisplaced, kadang-kadang diberi nama
“infraction”
MORPHOLOGY
 Transverse dan oblique fractures :
 Kedua tipe fraktur ini disebabkan oleh gaya bending yang berasal dari
pukulan langsung oleh objek bergerak, atau oleh objek terfiksir yang
memukul/menabrak tulang (spt lantai)
 Adanya transfer energi yang tinggi akan menyebabkan fraktur dgn jumlah
fragmen yang banyak
MORPHOLOGY
 Transverse dan oblique fractures :
 Menghasilkan wedge atau butterfly fragmen pada sisi tension tulang.
 Jika masih ada energi yang tinggi maka dapat menyebabkan fraktur
multifragmen (communited fracture)
 Pada segmental fraktur (atau double fracture) terjadi pemisahan segmen
tulang secara komplit
 Spiral fractures :
 Jenis fraktur ini disebabkan oleh gaya rotasional secara tidak langsung.
 Mekanisme injury seringkali berkaitan dengan gaya twist yang simple atau
jatuh, atau kecelakaan dalam olahraga, secara khas terjadi pada tibia,
humerus, atau jari-jari tangan.
 Spiral fracture dapat menghasilkan butterfly fragmen atau comminution saat
peningkatan energi transfer.
Fraktur transverse dan oblique Fraktur spiral
MORPHOLOGY
 Avulsion fractures :
 Fraktur ini disebabkan oleh gaya traksi yang berasal dari insersio ligamen,
tendon, atau kapsul.
 Kondisi ini dapat disebabkan oleh gaya/kontraksi muskular yang eksplosif (spt
avulsion SIAS akibat kontraksi otot rectus femoris saat menendang), suatu
gerakan sendi yang sangat kuat dan tiba-tiba (spt avulsi basis metatarsal V
akibat kontraksi otot peroneus brevis selama inversi ankle), atau dislokasi
sendi yang bersifat sementara (spt dislokasi sendi jari-jari tangan)
 Impaction fractures :
 Jenis fraktur ini terjadi ketika tulang gagal menahan beban kompresi.
 Umumnya terjadi pada sendi (spt fraktur dataran tibia akibat valgus injury
pada knee), atau pada collum humerus atau femur (spt valgus impacted
fractures), atau pada calcaneus (pasca jatuh dari ketinggian)
Fraktur avulsion Impaction fracture
MORPHOLOGY
 Impaction fractures :
 Variasi jenis fraktur ini adalah wedge compression fracture pada spine.
 Pediatric fractures :
 Jenis fraktur ini terjadi pada tulang anak-anak yang belum matang, dimana
jauh lebih fleksibel daripada tulang orang dewasa.
 Torus (buckle) fracture terjadi ketika gaya yang teraplikasi menyebabkan
kompresi sisi tulang sampai terjadi lengkungan pada sisi tulang tersebut ;
secara keseluruhan tipe fraktur ini adalah stabil.
 Greenstick fracture terjadi ketika tulang gagal menahan gaya tension pada
sisi tulang sehingga menyebabkan periosteum robek dan lapisan luar tulang
yang mengalami tension timbul celah (gap) ; tipe cidera ini sulit untuk di
reduksi.
MORPHOLOGY
 Pediatric fractures :
 Kemungkinan lain, terjadi plastic deformation yang menyebabkan tulang
menjadi bengkok dengan tanpa abnormalitas, seringkali terjadi pada salah
satu lengan bawah ketika terjadi fraktur di lokasi lain.
 Cidera lainnya adalah physeal injuries (cidera physis)
Pediatric fracture
Pediatric fracture
TINGKAT KEPARAHAN
 Open fractures :
 Tipe fraktur ini menjadi pertimbangan khusus karena ditandai dengan risiko
infeksi yang besar.
 Open fractures seringkali digambarkan sebagai compound fractures ; fraktur
dengan complicated karena berhubungan dengan kerusakan jaringan
disekitarnya.
 Seringkali memerlukan pengobatan emergency jika terjadi kerusakan
neurovascular
 Intraarticular fractures :
 Fraktur yang merusak permukaan sendi sangat penting diperhatikan karena
adanya incongruitas sendi setelah union tulang akan memicu terjadinya
post traumatic arthritis.
Open fractures
TINGKAT KEPARAHAN
 Intraarticular fractures :
 Jika ada indikasi pergeseran/perpindahan maka diperlukan reduksi dan
fiksasi secara bedah.
 Comminution fractures :
 Fraktur dengan multiple fragmen merupakan cidera dengan energi/gaya
yang tinggi
 Tipe ini meningkatkan risiko terjadinya komplikasi, yaitu non-union.
 Dislokasi sendi :
 Dislokasi sendi adalah hilangnya secara sempurna kongruitas antara
permukaan sendi
 Dislokasi sendi paling sering terjadi pada shoulder dan patella.
Intraarticular fracture Comminution fracture
TINGKAT KEPARAHAN
 Dislokasi sendi :
 Subluksasi sendi adalah hilangnya kongruitas sendi secara parsial dimana
kedua permukaan sendi masih tetap kontak.
 Transient subluksasi yang terjadi selama gerakan dapat menyebabkan nyeri
tiba-tiba dan sensasi “slipping out” (terasa meluncur keluar), tetapi seringkali
menurun secara spontan saat pemeriksaan sendi.
 Fracture-dislocation :
 Tipe ini merupakan cidera yang kompleks, karena melibatkan fraktur pada
tulang dan dislokasi sendi didekatnya, sering menyebabkan tantangan
manajemen yang sulit
 Pada tipe ini, kemungkinan besar terjadi komplikasi neurovascular ; bahkan
closed reduksi sulit diaplikasikan dan dapat menyebabkan pergeseran yang
lebih besar
Dislokasi sendi
Fracture - dislokasi
TINGKAT KEPARAHAN
 Fracture-dislocation :
 Open reduksi dan stabilisasi fraktur seringkali dibutuhkan, dan sangat penting
diperlukan perhatian pada komplikasi neurovascular.
 Sprain dan strain
 Sprain adalah kerobekan incomplete (parsial) pada ligamen, sedangkan
strain adalah kerobekan incomplete (parsial) pada tendon
 Stabilitas sendi sangat berhubungan dengan kerobekan ligamen atau
overstretch ligamen.
 Beberapa kondisi sprain memiliki sistem klasifikasi yang menggambarkan
derajat instabilitas (spt cidera ligamen collateral medial knee)
 Begitu pula, inversion injuries pada ankle umumnya disebabkan oleh sprain
ligamen collateral lateral ankle yang kompleks.
BERDASARKAN LOKASI
 Regio anatomical pada tulang yang belum matang berhubungan
dengan physis (growth plate) ; terdiri dari epiphysis, metaphysis, dan
diaphysis ; regio tersebut berhubungan dengan pediatric fracture
 Pada tulang matang (tulang dewasa), lokasi fraktur terdiri atas fraktur 1/3
distal, 1/3 proksimal, dan 1/3 middle.
 Beberapa fraktur juga menggunakan label tertentu, seperti Colles’
fracture yang terjadi pada distal radius (2,5 cm dari distal) dan
menyebabkan deformitas “dinner fork” (distal radius mengalami translasi
dorsal dan tilt), Maisonneuve fracture dislocation pada ankle, dan
Lisfranc dislocation pada tarsometatarsal joint.
Sprain sendi Lokasi Fraktur
BERDASARKAN DISPLACEMENT
 Suatu fraktur yang complete namun tidak berpindah fragmen tulang
maka dinamakan fraktur undisplaced atau fraktur dalam posisi anatomis.
 Begitu pula, reduksi pada displaced fracture sampai pada posisi
sempurna dikenal sebagai reduksi anatomis.
 Suatu fraktur yang fragmennya sangat mendekati posisi anatomis dikenal
sebagai minimally displaced fracture.
 Gambaran fraktur displacement terdiri atas :
 Length : distraction/shortening
 Angulation : varus/valgus dalam bidang frontal dan fleksi/ekstensi dalam
bidang sagital
 Rotation : internal dan external rotation
 Translation : bergerak ke anterior, posterior, medial atau lateral
Displacement in length
 Fraktur oblique dan spiral, serta beberapa fraktur comminution
mengalami displacement dengan menghasilkan shortening
(pemendekan).
 Jika kedua ujung fragmen tulang yang fraktur tidak kontak lagi dan
berpindah satu sama lain maka disebut dengan off-ended fracture.
 Fraktur shortening dapat disertai dengan kerutan/terbelit dinding
pembuluh darah sekitarnya sehingga dapat menyebabkan gangguan
vaskular ; fraktur ini memerlukan reduksi melalui manipulasi dan traksi ;
traksi yang berlebihan akan menyebabkan deformitas kontralateral
(terjadi distraksi)
Displacement by angulation
 Tipe displacement ini berdasarkan referensi apex fraktur.
 Dalam bidang frontal, suatu fraktur dengan apex fraktur terangulasi
kearah midline, dikatakan sebagai medial angulasi atau valgus angulasi.
 Fraktur dengan apex fraktur terangulasi kearah lateral maka dikatakan
sebagai lateral angulasi atau varus angulasi.
 Dalam bidang sagital, fraktur dengan apex fraktur terangulasi kearah
posterior maka dikatakan sebagai posterior angulasi, apex-posterior,
atau terjadi ekstensi atau recurvatum ; sedangkan apex fraktur
terangulasi kearah anterior maka dikatakan sebagai anterior angulasi,
apex-anterior, atau terjadi fleksi atau procurvatum.
 Pada tangan dan wrist, istilah tersebut sering digunakan bergantian.
Displacement in length Displacement in angulation
Displacement by angulation
 Secara klinis, Colles’ fracture memiliki deformitas benjolan yang jelas
pada bagian posterior wrist, meskipun frakturnya menyebabkan angulasi
kearah anterior (volar angulation) tetapi sebagian besar dikatakan
terjadi kemiringan (tilt) kearah dorsal
Displacement by rotation
 Suatu fraktur dapat terjadi displacement rotasi kearah internal atau
eksternal.
 Displacement rotasi dapat dinilai lebih mudah dengan pemeriksaan klnis
daripada dengan pemeriksaan radiograph (atau fluoroscopy).
 Secara radiographical, displacement rotasi paling mudah dinilai melalui
penampakan kedua ujung tulang sehingga pemeriksaan radiograph
pada fraktur tulang panjang harus mencakup sendi di atas dan di
bawah.
 Deformitasi rotational yang tidak terkoreksi sering menimbulkan
disabilitas; pada tungkai bawah, deformitas rotational akan
menyebabkan posisi kaki yang janggal ; pada jari2 tangan, dapat
mencegah fungsi normal tangan.
Displacement by translation
 Displacement translation terjadi ketika permukaan yang fraktur bergeser
ke samping yang relatif satu sama lain.
 Gambaran displacement ini berdasarkan posisi fragmen distal.
 Sebagai contoh, suatu fraktur dapat dikatakan mengalami lateral
translation, posterior translation, atau kedua-duanya (lateral dan
posterior translation), bergantung pada arah pergeseran fragmen distal.
Displacement in rotation Displacement in translation
FRAKTUR TULANG

More Related Content

What's hot

Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisyudhasetya01
 
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisSeascape Surveys
 
case report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponiblecase report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponiblemuhammad ikhlas yakin
 
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. bPresus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. bWoro Nugroho
 
Status Dermatologikus
Status DermatologikusStatus Dermatologikus
Status Dermatologikuspeternugraha
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasusaauyahilda
 
119920864 hernia-inguinalis-ppt
119920864 hernia-inguinalis-ppt119920864 hernia-inguinalis-ppt
119920864 hernia-inguinalis-pptZulfikar Fikar
 
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorazmiarraga
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Surya Amal
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialisfikri asyura
 

What's hot (20)

Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan NeurologisMengenal Lokasi Gangguan Neurologis
Mengenal Lokasi Gangguan Neurologis
 
Peri apendikuler infiltrat
Peri apendikuler infiltratPeri apendikuler infiltrat
Peri apendikuler infiltrat
 
Baca ct scan
Baca ct scanBaca ct scan
Baca ct scan
 
Peritonitis generalisata
Peritonitis generalisataPeritonitis generalisata
Peritonitis generalisata
 
Radiology pada urolithiasis
Radiology pada urolithiasisRadiology pada urolithiasis
Radiology pada urolithiasis
 
Proses penyembuhan fraktur
Proses penyembuhan frakturProses penyembuhan fraktur
Proses penyembuhan fraktur
 
Case hernia putri
Case hernia putriCase hernia putri
Case hernia putri
 
case report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponiblecase report of Hernia inguinalis lateralis reponible
case report of Hernia inguinalis lateralis reponible
 
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. bPresus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
Presus ileus obstruktif dr. gunawan siswadi, sp. b
 
Ca mammae
Ca mammaeCa mammae
Ca mammae
 
Resusitasi cairan
Resusitasi cairanResusitasi cairan
Resusitasi cairan
 
Status Dermatologikus
Status DermatologikusStatus Dermatologikus
Status Dermatologikus
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
 
119920864 hernia-inguinalis-ppt
119920864 hernia-inguinalis-ppt119920864 hernia-inguinalis-ppt
119920864 hernia-inguinalis-ppt
 
Trauma maksilofasial
Trauma maksilofasialTrauma maksilofasial
Trauma maksilofasial
 
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
 
Lapsus varicella
Lapsus varicellaLapsus varicella
Lapsus varicella
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialis
 

Similar to FRAKTUR TULANG

Similar to FRAKTUR TULANG (20)

Fraktur Tulang Belakang
Fraktur Tulang BelakangFraktur Tulang Belakang
Fraktur Tulang Belakang
 
Type of Fracture MSK Radiology- Redo.pptx
Type of Fracture MSK Radiology- Redo.pptxType of Fracture MSK Radiology- Redo.pptx
Type of Fracture MSK Radiology- Redo.pptx
 
Rangkuman fraktur
Rangkuman frakturRangkuman fraktur
Rangkuman fraktur
 
27798620 askep-muskuloskletaal
27798620 askep-muskuloskletaal27798620 askep-muskuloskletaal
27798620 askep-muskuloskletaal
 
orthofraktur).ppt
orthofraktur).pptorthofraktur).ppt
orthofraktur).ppt
 
Laporan pendahuluan fraktur femur
Laporan pendahuluan fraktur femurLaporan pendahuluan fraktur femur
Laporan pendahuluan fraktur femur
 
fraktur_femur.pdf
fraktur_femur.pdffraktur_femur.pdf
fraktur_femur.pdf
 
Lp Askep Fraktur Femur
Lp Askep Fraktur FemurLp Askep Fraktur Femur
Lp Askep Fraktur Femur
 
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docx
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docxLAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docx
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docx
 
Laporan pendahuluan fraktur femur
Laporan pendahuluan fraktur femurLaporan pendahuluan fraktur femur
Laporan pendahuluan fraktur femur
 
Askep fraktur
Askep frakturAskep fraktur
Askep fraktur
 
Laporan pendahulan-fraktur-femur
Laporan pendahulan-fraktur-femurLaporan pendahulan-fraktur-femur
Laporan pendahulan-fraktur-femur
 
Askep biya nn
Askep biya nnAskep biya nn
Askep biya nn
 
Laporan pendahuluan tibia
Laporan pendahuluan tibiaLaporan pendahuluan tibia
Laporan pendahuluan tibia
 
Ajkll
AjkllAjkll
Ajkll
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 
Fraktur AKPER MUNA
Fraktur AKPER MUNA Fraktur AKPER MUNA
Fraktur AKPER MUNA
 
Fraktur Humerus
Fraktur HumerusFraktur Humerus
Fraktur Humerus
 
7. fraktur
7. fraktur7. fraktur
7. fraktur
 
fracture colles
fracture collesfracture colles
fracture colles
 

More from Yanto Physio

Gambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis FrakturGambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis FrakturYanto Physio
 
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraKonsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraYanto Physio
 
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraKonsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraYanto Physio
 
Pengantar Terapi Mekanik
Pengantar Terapi MekanikPengantar Terapi Mekanik
Pengantar Terapi MekanikYanto Physio
 
Konsep Dasar Elektroterapi
Konsep Dasar ElektroterapiKonsep Dasar Elektroterapi
Konsep Dasar ElektroterapiYanto Physio
 
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual TherapyImplikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual TherapyYanto Physio
 
Konsep Terapi Latihan
Konsep Terapi LatihanKonsep Terapi Latihan
Konsep Terapi LatihanYanto Physio
 
Kombinasi Pola PNF Lengan
Kombinasi Pola PNF LenganKombinasi Pola PNF Lengan
Kombinasi Pola PNF LenganYanto Physio
 
Core Stability Exercise
Core Stability ExerciseCore Stability Exercise
Core Stability ExerciseYanto Physio
 
PNF scapula dan pelvis
PNF scapula dan pelvisPNF scapula dan pelvis
PNF scapula dan pelvisYanto Physio
 
Konsep dan teknik mulligan
Konsep dan teknik mulliganKonsep dan teknik mulligan
Konsep dan teknik mulliganYanto Physio
 
Konsep dasar gerakan dalam manual terapi
Konsep dasar gerakan dalam manual terapiKonsep dasar gerakan dalam manual terapi
Konsep dasar gerakan dalam manual terapiYanto Physio
 
Konsep dasar terapi manual
Konsep dasar terapi manualKonsep dasar terapi manual
Konsep dasar terapi manualYanto Physio
 

More from Yanto Physio (18)

Gambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis FrakturGambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis Fraktur
 
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraKonsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
 
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraKonsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
 
Pengantar Terapi Mekanik
Pengantar Terapi MekanikPengantar Terapi Mekanik
Pengantar Terapi Mekanik
 
Konsep Dasar Elektroterapi
Konsep Dasar ElektroterapiKonsep Dasar Elektroterapi
Konsep Dasar Elektroterapi
 
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual TherapyImplikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
 
Konsep Terapi Latihan
Konsep Terapi LatihanKonsep Terapi Latihan
Konsep Terapi Latihan
 
Kombinasi Pola PNF Lengan
Kombinasi Pola PNF LenganKombinasi Pola PNF Lengan
Kombinasi Pola PNF Lengan
 
Core Stability Exercise
Core Stability ExerciseCore Stability Exercise
Core Stability Exercise
 
Teknik teknik PNF
Teknik teknik PNFTeknik teknik PNF
Teknik teknik PNF
 
PNF cervical
PNF cervicalPNF cervical
PNF cervical
 
PNF scapula dan pelvis
PNF scapula dan pelvisPNF scapula dan pelvis
PNF scapula dan pelvis
 
PNF tungkai
PNF tungkaiPNF tungkai
PNF tungkai
 
PNF lengan
PNF lenganPNF lengan
PNF lengan
 
Konsep dasar PNF
Konsep dasar PNFKonsep dasar PNF
Konsep dasar PNF
 
Konsep dan teknik mulligan
Konsep dan teknik mulliganKonsep dan teknik mulligan
Konsep dan teknik mulligan
 
Konsep dasar gerakan dalam manual terapi
Konsep dasar gerakan dalam manual terapiKonsep dasar gerakan dalam manual terapi
Konsep dasar gerakan dalam manual terapi
 
Konsep dasar terapi manual
Konsep dasar terapi manualKonsep dasar terapi manual
Konsep dasar terapi manual
 

Recently uploaded

2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaErdinataKusuma1
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 

Recently uploaded (20)

2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 

FRAKTUR TULANG

  • 2. DEFINSI  Fraktur adalah putusnya kontinuitas dari suatu tulang.  Kata fraktur mencakup gambaran cidera secara meluas, mulai dari fraktur terbuka, multifragmen pada femur sampai pada undisplaced stress fracture pada metatarsal. ETIOLOGI  Traumatic fractures :  Cidera atau fraktur disebabkan oleh kontak langsung atau tidak langsung, terjadi gaya abnormal/berlebihan pada tulang.
  • 3. ETIOLOGI  Patological fractures :  Akibat adanya penyakit tulang atau abnormal tulang, dimana adanya kontak yang kecil atau gaya yang kecil (dalam kategori normal) dapat menyebabkan fraktur pada bagian tulang, seperti adanya tumor atau infeksi tulang.  Insufficiency fractures :  Kondisi ini sering digolongkan kedalam patological fracture, namun dianggap terpisah karena berkaitan dengan prevalensinya.  Insufficiency fractures paling sering terjadi akibat kondisi osteoporosis, yaitu penyakit tulang progresif dengan ciri khas adanya penurunan kepadatan tulang (bone mineral density=BMD) dan penurunan mikoarsitektur tulang.  Lokasi fraktur osteoporotik yang sering terjadi adalah hip, wrist, proksimal humerus, dan spine
  • 5. ETIOLOGI  Insufficiency fractures :  Sebaliknya, osteomalacia adalah pelunakan tulang yang disebabkan oleh kerusakan mineralisasi dari matriks tulang ; penyebab paling sering adalah defisiensi vitamin D, sering penyebabnya oleh penyakit renal/ginjal atau konsumsi alkohol  Fatigue (stress) fractures :  Kondisi ini disebabkan oleh siklus aplikasi gaya normal yang terjadi pada tulang normal dengan frekuensi berlebihan.  Kondisi ini seringkali terjadi pasca adanya perubahan intensitas dari aktivitas fisik.  Contoh : fraktur metatarsal II pada rekruitmen tentara atau pada pelari jarak jauh pemula.  Secara khas, jenis fraktur ini tergolong fraktur linear dan incomplete.
  • 7. ETIOLOGI  Fatigue (stress) fractures :  Pada awalnya, fraktur jenis ini sangat halus, hanya terlihat setelah berkembang callus, atau hanya dengan MRI atau bone scan.  Tergolong kedalam fraktur undisplaced, kadang-kadang diberi nama “infraction” MORPHOLOGY  Transverse dan oblique fractures :  Kedua tipe fraktur ini disebabkan oleh gaya bending yang berasal dari pukulan langsung oleh objek bergerak, atau oleh objek terfiksir yang memukul/menabrak tulang (spt lantai)  Adanya transfer energi yang tinggi akan menyebabkan fraktur dgn jumlah fragmen yang banyak
  • 8. MORPHOLOGY  Transverse dan oblique fractures :  Menghasilkan wedge atau butterfly fragmen pada sisi tension tulang.  Jika masih ada energi yang tinggi maka dapat menyebabkan fraktur multifragmen (communited fracture)  Pada segmental fraktur (atau double fracture) terjadi pemisahan segmen tulang secara komplit  Spiral fractures :  Jenis fraktur ini disebabkan oleh gaya rotasional secara tidak langsung.  Mekanisme injury seringkali berkaitan dengan gaya twist yang simple atau jatuh, atau kecelakaan dalam olahraga, secara khas terjadi pada tibia, humerus, atau jari-jari tangan.  Spiral fracture dapat menghasilkan butterfly fragmen atau comminution saat peningkatan energi transfer.
  • 9. Fraktur transverse dan oblique Fraktur spiral
  • 10. MORPHOLOGY  Avulsion fractures :  Fraktur ini disebabkan oleh gaya traksi yang berasal dari insersio ligamen, tendon, atau kapsul.  Kondisi ini dapat disebabkan oleh gaya/kontraksi muskular yang eksplosif (spt avulsion SIAS akibat kontraksi otot rectus femoris saat menendang), suatu gerakan sendi yang sangat kuat dan tiba-tiba (spt avulsi basis metatarsal V akibat kontraksi otot peroneus brevis selama inversi ankle), atau dislokasi sendi yang bersifat sementara (spt dislokasi sendi jari-jari tangan)  Impaction fractures :  Jenis fraktur ini terjadi ketika tulang gagal menahan beban kompresi.  Umumnya terjadi pada sendi (spt fraktur dataran tibia akibat valgus injury pada knee), atau pada collum humerus atau femur (spt valgus impacted fractures), atau pada calcaneus (pasca jatuh dari ketinggian)
  • 12. MORPHOLOGY  Impaction fractures :  Variasi jenis fraktur ini adalah wedge compression fracture pada spine.  Pediatric fractures :  Jenis fraktur ini terjadi pada tulang anak-anak yang belum matang, dimana jauh lebih fleksibel daripada tulang orang dewasa.  Torus (buckle) fracture terjadi ketika gaya yang teraplikasi menyebabkan kompresi sisi tulang sampai terjadi lengkungan pada sisi tulang tersebut ; secara keseluruhan tipe fraktur ini adalah stabil.  Greenstick fracture terjadi ketika tulang gagal menahan gaya tension pada sisi tulang sehingga menyebabkan periosteum robek dan lapisan luar tulang yang mengalami tension timbul celah (gap) ; tipe cidera ini sulit untuk di reduksi.
  • 13. MORPHOLOGY  Pediatric fractures :  Kemungkinan lain, terjadi plastic deformation yang menyebabkan tulang menjadi bengkok dengan tanpa abnormalitas, seringkali terjadi pada salah satu lengan bawah ketika terjadi fraktur di lokasi lain.  Cidera lainnya adalah physeal injuries (cidera physis)
  • 15. TINGKAT KEPARAHAN  Open fractures :  Tipe fraktur ini menjadi pertimbangan khusus karena ditandai dengan risiko infeksi yang besar.  Open fractures seringkali digambarkan sebagai compound fractures ; fraktur dengan complicated karena berhubungan dengan kerusakan jaringan disekitarnya.  Seringkali memerlukan pengobatan emergency jika terjadi kerusakan neurovascular  Intraarticular fractures :  Fraktur yang merusak permukaan sendi sangat penting diperhatikan karena adanya incongruitas sendi setelah union tulang akan memicu terjadinya post traumatic arthritis.
  • 17. TINGKAT KEPARAHAN  Intraarticular fractures :  Jika ada indikasi pergeseran/perpindahan maka diperlukan reduksi dan fiksasi secara bedah.  Comminution fractures :  Fraktur dengan multiple fragmen merupakan cidera dengan energi/gaya yang tinggi  Tipe ini meningkatkan risiko terjadinya komplikasi, yaitu non-union.  Dislokasi sendi :  Dislokasi sendi adalah hilangnya secara sempurna kongruitas antara permukaan sendi  Dislokasi sendi paling sering terjadi pada shoulder dan patella.
  • 19. TINGKAT KEPARAHAN  Dislokasi sendi :  Subluksasi sendi adalah hilangnya kongruitas sendi secara parsial dimana kedua permukaan sendi masih tetap kontak.  Transient subluksasi yang terjadi selama gerakan dapat menyebabkan nyeri tiba-tiba dan sensasi “slipping out” (terasa meluncur keluar), tetapi seringkali menurun secara spontan saat pemeriksaan sendi.  Fracture-dislocation :  Tipe ini merupakan cidera yang kompleks, karena melibatkan fraktur pada tulang dan dislokasi sendi didekatnya, sering menyebabkan tantangan manajemen yang sulit  Pada tipe ini, kemungkinan besar terjadi komplikasi neurovascular ; bahkan closed reduksi sulit diaplikasikan dan dapat menyebabkan pergeseran yang lebih besar
  • 21. TINGKAT KEPARAHAN  Fracture-dislocation :  Open reduksi dan stabilisasi fraktur seringkali dibutuhkan, dan sangat penting diperlukan perhatian pada komplikasi neurovascular.  Sprain dan strain  Sprain adalah kerobekan incomplete (parsial) pada ligamen, sedangkan strain adalah kerobekan incomplete (parsial) pada tendon  Stabilitas sendi sangat berhubungan dengan kerobekan ligamen atau overstretch ligamen.  Beberapa kondisi sprain memiliki sistem klasifikasi yang menggambarkan derajat instabilitas (spt cidera ligamen collateral medial knee)  Begitu pula, inversion injuries pada ankle umumnya disebabkan oleh sprain ligamen collateral lateral ankle yang kompleks.
  • 22. BERDASARKAN LOKASI  Regio anatomical pada tulang yang belum matang berhubungan dengan physis (growth plate) ; terdiri dari epiphysis, metaphysis, dan diaphysis ; regio tersebut berhubungan dengan pediatric fracture  Pada tulang matang (tulang dewasa), lokasi fraktur terdiri atas fraktur 1/3 distal, 1/3 proksimal, dan 1/3 middle.  Beberapa fraktur juga menggunakan label tertentu, seperti Colles’ fracture yang terjadi pada distal radius (2,5 cm dari distal) dan menyebabkan deformitas “dinner fork” (distal radius mengalami translasi dorsal dan tilt), Maisonneuve fracture dislocation pada ankle, dan Lisfranc dislocation pada tarsometatarsal joint.
  • 24. BERDASARKAN DISPLACEMENT  Suatu fraktur yang complete namun tidak berpindah fragmen tulang maka dinamakan fraktur undisplaced atau fraktur dalam posisi anatomis.  Begitu pula, reduksi pada displaced fracture sampai pada posisi sempurna dikenal sebagai reduksi anatomis.  Suatu fraktur yang fragmennya sangat mendekati posisi anatomis dikenal sebagai minimally displaced fracture.  Gambaran fraktur displacement terdiri atas :  Length : distraction/shortening  Angulation : varus/valgus dalam bidang frontal dan fleksi/ekstensi dalam bidang sagital  Rotation : internal dan external rotation  Translation : bergerak ke anterior, posterior, medial atau lateral
  • 25. Displacement in length  Fraktur oblique dan spiral, serta beberapa fraktur comminution mengalami displacement dengan menghasilkan shortening (pemendekan).  Jika kedua ujung fragmen tulang yang fraktur tidak kontak lagi dan berpindah satu sama lain maka disebut dengan off-ended fracture.  Fraktur shortening dapat disertai dengan kerutan/terbelit dinding pembuluh darah sekitarnya sehingga dapat menyebabkan gangguan vaskular ; fraktur ini memerlukan reduksi melalui manipulasi dan traksi ; traksi yang berlebihan akan menyebabkan deformitas kontralateral (terjadi distraksi)
  • 26. Displacement by angulation  Tipe displacement ini berdasarkan referensi apex fraktur.  Dalam bidang frontal, suatu fraktur dengan apex fraktur terangulasi kearah midline, dikatakan sebagai medial angulasi atau valgus angulasi.  Fraktur dengan apex fraktur terangulasi kearah lateral maka dikatakan sebagai lateral angulasi atau varus angulasi.  Dalam bidang sagital, fraktur dengan apex fraktur terangulasi kearah posterior maka dikatakan sebagai posterior angulasi, apex-posterior, atau terjadi ekstensi atau recurvatum ; sedangkan apex fraktur terangulasi kearah anterior maka dikatakan sebagai anterior angulasi, apex-anterior, atau terjadi fleksi atau procurvatum.  Pada tangan dan wrist, istilah tersebut sering digunakan bergantian.
  • 27. Displacement in length Displacement in angulation
  • 28. Displacement by angulation  Secara klinis, Colles’ fracture memiliki deformitas benjolan yang jelas pada bagian posterior wrist, meskipun frakturnya menyebabkan angulasi kearah anterior (volar angulation) tetapi sebagian besar dikatakan terjadi kemiringan (tilt) kearah dorsal
  • 29. Displacement by rotation  Suatu fraktur dapat terjadi displacement rotasi kearah internal atau eksternal.  Displacement rotasi dapat dinilai lebih mudah dengan pemeriksaan klnis daripada dengan pemeriksaan radiograph (atau fluoroscopy).  Secara radiographical, displacement rotasi paling mudah dinilai melalui penampakan kedua ujung tulang sehingga pemeriksaan radiograph pada fraktur tulang panjang harus mencakup sendi di atas dan di bawah.  Deformitasi rotational yang tidak terkoreksi sering menimbulkan disabilitas; pada tungkai bawah, deformitas rotational akan menyebabkan posisi kaki yang janggal ; pada jari2 tangan, dapat mencegah fungsi normal tangan.
  • 30. Displacement by translation  Displacement translation terjadi ketika permukaan yang fraktur bergeser ke samping yang relatif satu sama lain.  Gambaran displacement ini berdasarkan posisi fragmen distal.  Sebagai contoh, suatu fraktur dapat dikatakan mengalami lateral translation, posterior translation, atau kedua-duanya (lateral dan posterior translation), bergantung pada arah pergeseran fragmen distal.
  • 31. Displacement in rotation Displacement in translation