SlideShare a Scribd company logo
1 of 50
Download to read offline
PNF SCAPULA DAN
PELVIS
OLEH
SUDARYANTO, SST.FT, M.FIS
Introduksi
• Pelvic girdle dan shoulder girdle tidak sama dalam fungsinya, berkaitan dengan stabilisasi
dan gerakan ekstremitas.
• Pada shoulder girdle, scapula dan clavicula bekerja bersamaan sebagai satu unit.
• Support utama scapula adalah otot-otot yang melekat dari trunk ke scapula.
• Pola scapula yang bersifat gerakan atau stabilisasi dapat diaktivasi dari pola upper
extremitas yang terintegrasi dengan gerakan scapula secara bersamaan.
• Pelvic girdle, terdiri dari sacrum dan tulang innominate atau coxa (ilium)  secara
langsung melekat pada spine dan sebagian besar bergantung pada vertebral support.
• Dalam fungsinya, shoulder girdle tidak termasuk kedalam struktur weight-bearing
sedangkan pelvic girdle termasuk kedalam struktur weight-bearing.
Introduksi
• Pola pelvic umumnya berhubungan dengan pola lower extremity namun tidak selalu
fungsinya mengikuti pola lower extremity karena pelvic sebenarnya terpisah dalam
fungsinya.
• Sacrum merupakan perpanjangan dari lumbal spine sehingga fungsinya sesuai dengan
fungsi spine.
• Sacrum hanya terlibat dalam fungsi lower extremity sebagai perpanjangan dari
innominate  tulang innominate merupakan perpanjangan dari lower extremity dan
bergerak efisien secara bersamaan dengan komponen lower extremity.
• Sacroiliaca joint merupakan transisi antara axial skeleton dan lower extremity  oleh
karena itu, pola pelvic secara langsung melibatkan sacrum sampai lumbal spine sementara
pola lower extremity dapat melibatkan pelvic girdle melalui innominate  sehingga
sacrum memiliki peran fungsional dalam pola pelvic.
Aplikasi
• Latihan pada scapula dan pelvis adalah penting untuk pengobatan pada neck, trunk, dan
extremitas.
• Otot-otot scapula dapat mengontrol atau mempengaruhi fungsi cervical dan thoracal
spine.
• Fungsi upper extremity yang tepat memerlukan gerakan dan stabilitas scapula.
• Gerakan dan stabilitas pelvis diperlukan untuk fungsi trunk dan lower extremity yang
tepat.
• Latihan scapula memiliki tujuan terapeutik yaitu :
• Latihan scapula secara independen untuk gerakan dan stabilitas.
• Latihan otot-otot scapula melalui penggunaan timing for emphasis dan tahanan pada scapula
untuk fasilitasi.
Aplikasi
• Latihan scapula memiliki tujuan terapeutik yaitu :
• Latihan aktivitas fungsional seperti rolling
• Fasilitasi gerak dan stabilitas cervical (dengan menahan gerak scapula dan stabilisasi, karena
scapula dan neck saling memperkuat satu sama lain).
• Fasilitasi gerak dan stabilitas lengan (dengan menahan gerak scapula dan stabilisasi, karena
otot scapula dan otot lengan saling memperkuat satu sama lain).
• Mengobati lower trunk secara tidak langsung melalui gerak irradiasi.
• Latihan pelvis memiliki tujuan terapeutik yaitu :
• Latihan pelvis untuk gerak dan stabilitas
• Fasilitasi gerak dan stabilitas trunk
• Latihan aktivitas fungsional seperti rolling
• Fasilitas gerak dan stabilitas tungkai
• Mengobati upper trunk dan regio cervical secara tidak langsung melalui gerak irradiasi.
Prosedur Dasar
• Pola scapula dan pelvis terjadi dalam 2 diagonal yaitu : anterior elevation-posterior
depression dan posterior elevasi-anterior depression.
• Gerakan dalam diagonal tersebut membentuk arkus gerak yang mengikuti kurva torso
pasien  ketika scapula atau pelvis digerakkan dalam diagonal, pasien tidak akan
berputar ke depan atau ke belakang atau berotasi disekitar 1 segmen spinal.
• Jika diimajinasikan dengan jam maka anterior elevation kearah jam 1 dan posterior
depression kearah jam 7, sedangkan posterior elevation kearah jam 11 dan anterior
depression kearah jam 5.
A. Gerak Diagonal
Prosedur Dasar
• Dalam aplikasi pola scapula dan pelvis, digunakan posisi pasien side-lying.
• Prosedur pelaksanaan mulai dari pasien stabil dalam posisi side-lying, dibutuhkan fleksi
pada kedua hip dan knee untuk memperoleh hasil yang optimal, punggung pasien
diposisikan dekat dengan pinggir bed, vertebra dipertahankan dalam alignment normal
serta kepala dan leher dalam posisi senetral mungkin (bukan fleksi atau ekstensi), kepala
disanggah agar segaris dengan vertebra untuk menghindari lateral fleksi.
• Sebelum memulai pola, letakkan scapula atau pelvis dalam mid-posisi, tidak boleh terjadi
rotasi scapula dan glenohumeral complex harus berada dalam midline anteroposterior.
• Pelvis harus dalam posisi midline, antara posisi anterior dan posterior tilt, dapat
menggunakan bantal antara kedua knee ketika pelvis dirotasikan.
• Dari midline posisi, scapula atau pelvis dapat digerakkan kedalam pola lingkup elongasi.
B. Posisi Pasien
Prosedur Dasar
• Terapis berdiri dibelakang pasien, segaris dengan garis diagonal scapula atau pelvis
dengan kedua lengan dan tangan align dengan gerakan.
• Posisi alternatif adalah terapis berada di depan pasien yang segaris dengan pilihan
diagonal gerakan, peletakan tangan tetap sama pada tubuh pasien.
• Pola scapula dan pelvis juga dapat dilakukan dengan posisi pasien tidur di atas matras,
tetapi terapis harus kneeling diatas matras dengan posisi di depan atau di belakang pasien.
C. Posisi Terapis
Prosedur Dasar
• Grip mengikuti prosedur dasar PNF untuk manual contact, dimana diletakkan dalam arah
berlawanan dari gerakan.
• Dalam aplikasi pola scapula atau pelvis, digunakan two-hand grips ketika pasien side
lying dan terapis berdiri di belakang pasien.
• Two-hand grip dapat dimodifikasi ketika posisi terapis atau pasien berubah, dan beberapa
modifikasi juga dibutuhkan ketika terapis hanya menggunakan satu tangan sementara
tangan lain mengontrol pola lain (pada extremitas).
D. Grips
Prosedur Dasar
• Arah tahanan membentuk suatu arkus yang mengikuti kontur tubuh pasien.
• Sudut kedua tangan dan lengan dapat berubah pada saat scapula atau pelvis bergerak
melalui arkus gerak diagonal, dimana arah tahanan berubah secara konstan.
E. Resistance
Diagonal Scapula
• Pola scapula dapat dilakukan dengan posisi side lying diatas bed, matras, duduk, atau
berdiri.
• Humerus harus bebas bergerak pada saat scapula bergerak.
• Posisi side lying dapat memberikan kebebasan gerak scapula dan mudah melakukan
reinforcement aktivitas trunk.
• Komponen otot utama yang dapat diaktivasi adalah :
• Anterior elevation  levator scapula, rhomboid, serratus anterior, upper trapezius.
• Posterior depression  serratus anterior (bagian lower), rhomboid, latissimus dorsi, lower
trapezius.
• Posterior elevation  trapezius, levator scapula
• Anterior depression  rhomboid, serratus anterior, pectoralis minor dan major.
Pola anterior elevation
• Terapis berdiri di belakang pasien, menghadap kearah kepala pasien.
• Dalam aktivitas fungsional, pola anterior elevation dapat memfasilitasi rolling ke depan,
mencapai objek di depan tubuh, dan fase yang berhubungan dengan gait yaitu fase
terminal stance pada sisi ipsilateral dan fase swing pada sisi kontralateral.
• Posisi grip adalah letakkan satu tangan pada bagian anterior glenohumeral joint dan
acromion membentuk cup, sedangkan tangan lain di atas tangan pertama, kontak terjadi
pada jari-jari tangan bukan palmar tangan.
• Tarik scapula ke bawah dan belakang kearah lower thoracal (posterior depression) dengan
angulus inferior berotasi kearah spine untuk menciptakan posisi elongasi.
• Gerakkan scapula ke atas dan depan yang segaris dengan kira-kira hidung pasien, angulus
inferior scapula bergerak jauh dari spine.
• Garis tahanan membentuk arkus mengikuti kurva tubuh pasien, akhir pola acromion
mendekati hidung pasien dan angulus inferior bergerak menjauhi spine.
Anterior Elevation
Anterior Elevation kombinasi lengan
Pola posterior depression
• Terapis berdiri di belakang pasien, menghadap kearah kepala pasien.
• Dalam aktivitas fungsional, pola posterior depression dapat mengaktivasi ekstensi trunk,
rolling ke belakang, menggunakan kruk sementara berjalan dan mendorong ke atas
dengan trunk lurus, ketika pasien bergerak dari kursi roda ke bed.
• Posisi grip adalah letakkan tumit tangan sepanjang margo vertebralis scapula, jari-jari
tangan berada di atas scapula kearah acromion.
• Dorong scapula ke atas dan depan (anterior elevation) dengan angulus inferior bergerak
menjauhi spine sampai merasakan adanya ketegangan pada otot-otot posterior di bawah
spina scapula.
• Gerakkan scapula ke bawah (caudal) dan belakang (adduksi), kearah lower thoracal
dengan angulus inferior scapula berotasi kearah spine.
• Arah tahanan membentuk arkus mengikuti kurva tubuh pasien, posisi akhir adalah scapula
depresi dan retraksi.
Posterior depression
Posterior Depression kombinasi lengan
Pola anterior depression
• Terapis berdiri di belakang kepala pasien, menghadap kearah bokong/hip pasien.
• Dalam aktivitas fungsional, pola ini dapat memfasilitasi rolling ke depan, mencapai objek
ke depan, melempar bola dalam aktivitas olahraga, mencapai ke bawah (kearah kaki)
untuk melepas kaos kaki dan sepatu.
• Posisi grip adalah letakkan satu tangan pada bagian posterior dengan jari-jari tangan
memegang margo lateralis scapula, tangan yang lain pada bagian anterior memegang pars
axillaris pectoralis major dan processus coracoideus, jari-jari tangan menghadap kearah
ilium sisi kontralateral.
• Posisi elongasi : angkat scapula ke atas dan belakang kearah middle dorsal kepala
(posterior elevation).
• Gerakkan scapula ke bawah (caudal) dan depan, segaris dengan crista iliaca anterior
kontralateral.
• Arah tahanan mengikuti kurva tubuh pasien, posisi akhir adalah scapula berotasi ke
depan, depressi, dan abduksi.
Anterior depression
Anterior Depression kombinasi lengan
Pola posterior elevation
• Terapis berdiri di belakang kepala pasien, menghadap kearah bokong/hip pasien.
• Dalam aktivitas fungsional, pola ini dapat memfasilitasi gerakan ke belakang, meraih
keluar sebelum melempar sesuatu, dan mengambil/meletakkan kemeja.
• Posisi grip adalah letakkan kedua tangan pada bagian posterior di atas upper trapezius
tepatnya di atas spina scapula.
• Posisi elongasi adalah gerakkan scapula ke bawah dan depan kearah ilium kontralateral
(anterior depression) dengan angulus inferior bergerak kearah spine sampai merasakan
upper trapezius tegang.
• Gerakkan scapula ke cranial (angkat bahu) dan belakang (adduksi) yang segaris dengan
middle puncak kepala pasien dimana angulus inferior berotasi menjauhi spine.
• Arah tahanan mengikuti kurva tubuh pasien, posisi akhir adalah scapula elevasi dan
adduksi.
Posterior elevation
Posterior Elevation kombinasi lengan
Diagonal Pelvis
• Pelvis merupakan bagian dari trunk sehingga lingkup gerak pola pelvic bergantung pada
besarnya gerakan lower spine.
• Pola pelvis dapat diobati terisolir dari trunk jika tidak ada peningkatan fleksi atau ekstensi
lumbal yang besar  namun secara biomekanis tidak mungkin terjadi gerakan pelvis
tanpa gerak spine karena pelvic memiliki hubungan biomekanik dengan spine
• Pola pelvis dapat dilakukan dengan pasien side lying, duduk, quadruped, atau berdiri.
• Posisi side lying memberikan gerak bebas pelvis dimana sisi pelvis yang bergerak harus
tidak weight-bearing dan dengan mudah memberikan reinforcement aktivitas trunk dan
lower extremitas.
• Komponen otot yang utamanya terlibat adalah :
• Anterior elevation  otot internal dan external oblique abdominal
• Posterior depression  otot internal dan external oblique abdominal sisi kontralateral
Diagonal Pelvis
• Komponen otot yang utamanya terlibat adalah :
• Posterior elevation  otot quadratus lumborum ipsilateral, latissimus dorsi ipsilateral,
iliocostalis lumborum dan longissimus thoracis
• Anterior depression  otot quadratus lumborum kontralateral, iliocostalis lumborum, dan
longissimus thoracis.
Pola anterior elevation
• Terapis berdiri di belakang pasien, menghadap ke atas kearah shoulder pasien sisi bawah.
• Dalam aktivitas fungsional, pola ini terlihat sebagai bagian dari fase swing dalam gait dan
rolling ke depan.
• Posisi grip adalah letakkan satu tangan disekitar crista iliaca tepatnya pada bagian
anterior, sedangkan tangan lainnya diatas tangan pertama.
• Posisi elongasi adalah tarik crista iliaca ke belakang – bawah dalam arah posterior
depression.
• Pelvis bergerak ke atas – depan dengan posterior tilt yang kecil untuk mengikuti arkus
gerak, terjadi pemendekan anterior dari trunk pada satu sisi (lateral fleksi) dan
pemanjangan sisi kontralateral.
• Garis tahanan mengikuti kurva tubuh pasien, posisi akhir adalah pelvis elevasi dan
anterior kearah lower shoulder dengan sedikit peningkatan posterior tilt.
Anterior Elevation
Pola posterior depression
• Terapis berdiri di belakang pasien, menghadap ke atas kearah shoulder pasien sisi bawah.
• Dalam aktivitas fungsional, pola ini terlihat sebagai bagian dari fase terminal stance dalam
gait, melompat, berjalan menaiki tangga.
• Posisi grip adalah letakkan tumit tangan di atas tuberositas ischial, sedangkan tangan
lainnya diatas tangan pertama.
• Posisi elongasi adalah dorong tuberositas ischial ke atas – depan untuk membawa crista
iliaca mendekati sangkar thoraks sisi kontralateral (anterior elevation).
• Pelvis bergerak ke bawah – belakang mengikuti arkus gerak, terjadi elongasi trunk sisi
ipsilateral tanpa perubahan lordosis lumbal.
• Tahanan selalu ke atas pada tuberositas ischial, posisi akhir adalah pelvis ke bawah dan
posterior dengan sedikit peningkatan anterior tilt.
Posterior Depression
Pola anterior depression
• Terapis berdiri di belakang pasien, menghadap kearah garis sekitar 25o fleksi tungkai
bawah.
• Dalam aktivitas fungsional, pola ini terlihat dalam aktivitas eksentrik (seperti menuruni
tangga, terminal swing, loading respons).
• Ada empat posisi grip dalam pola ini yaitu :
• Letakkan satu tangan di trochanter major dan tangan yang lain di atas tangan pertama.
• Letakkan tangan kanan diatas spina iliaca anterior inferior dan tangan kiri diatas knee pasien,
gerakkan tungkai pasien sampai femur dalam garis pola (sekitar 20o fleksi hip).
• Letakkan satu tangan diatas spina iliaca anterior dengan jari-jari sedikit fleksi dan tangan yang
lain diatas tangan pertama.
• Letakkan satu tangan pada bagian anterior spina iliaca dan tangan yang lain sisi ulnar
diletakkan pada tuberositas ischial, posisi tungkai atas dalam external rotasi untuk memperoleh
arkus gerak yang tepat.
Anterior Depression
Anterior Depression
Pola anterior depression
• Posisi elongasi adalah gerakkan pelvis secara perlahan keatas (cranial) dan dorsal kearah
lower thoracal (posterior elevation).
• Gerakkan pelvis kearah bawah dan anterior sehingga memberikan sedikit gerakan
posterior tilt pelvis, terjadi elongasi trunk pada sisi ipsilateral tanpa perubahan lordosis
lumbal.
• Tahanan kearah lower thoracal pasien, garis tahanan mengikuti kurva tubuh, posisi akhir
adalah pelvis ke bawah – depan dimana terjadi elongasi trunk tanpa perubahan lordosis
lumbal.
Pola posterior elevation
• Terapis berdiri di belakang pasien, menghadap kearah garis sekitar 25o fleksi tungkai
bawah.
• Dalam aktivitas fungsional, pola ini digunakan dalam aktivitas berjalan ke belakang dan
persiapan untuk menendang bola.
• Posisi grip adalah letakkan tumit tangan di atas crista iliaca posterior, sedangkan tangan
lainnya diatas tangan pertama.
• Posisi elongasi adalah dorong pelvis secara perlahan ke bawah – depan sampai merasakan
jaringan lunak sisi lateral mengalami peregangan (anterior depression).
• Gerakkan pelvis ke cranial dan dorsal kearah posterior elevation, dimana terjadi
pemendekan trunk posterior pada sisi ipsilateral (lateral fleksi) dengan rotasi yang
minimal.
• Tahanan dimulai dengan mendorong crista iliaca posterior kearah depan bed, tahanan
mengikuti arkus tubuh, posisi akhir adalah pelvis keatas dan dorsal.
Posterior Elevation
Symmetrical, Reciprocal, dan Asymmetrical Exercise
• Tujuan akhir dari kombinasi pola tersebut adalah terutama digunakan untuk strengthening
trunk, mobilisasi trunk, memperbaiki koordinasi, menormalisasi tonus, dan memperbaiki
aktivitas fungsional seperti rolling.
• Latihan yang dilakukan dengan satu bagian tubuh dalam satu arah (scapula bergerak
kearah anterior elevation) dan dalam dua arah (scapula bergerak ke belakang – bawah
antara anterior elevation dan posterior depression), scapula dan pelvis dapat dilatih secara
bersamaan.
• Kombinasi pola scapula dan pelvis dapat digunakan, bergantung pada tujuan akhir
pengobatan dan kemampuan pasien.
• Kombinasi pola scapula dan pelvis dinamakan dengan Symmetrical-Reciprocal Exercise
dan Asymmetrical Exercise
Symmetrical-Reciprocal Exercise
• Dalam teknik latihan ini, scapula dan pelvis bergerak dalam diagonal yang sama tetapi
pola yang berlawanan, posisi tubuh paralel terhadap garis diagonal.
• Kombinasi gerak scapula dan pelvic dapat menyebabkan elongasi dan shortening trunk
secara penuh dengan counter rotasi.
• Gerak scapula, pelvis dan trunk yang luas terjadi selama berjalan, juga pada aktivitas
rolling, mendorong sesuatu menjauhi diri sendiri, dan mencapai di atas kepala (overhead).
• Contoh Symmetrical-Reciprocal Exercise adalah pola anterior elevation scapula disertai
posterior depression pelvis, pola posterior depression scapula disertai elevation anterior
pelvis, ekstensi trunk dengan rotasi dapat menggunakan kombinasi symmetrical anterior
elevation scapula dan posterior depression pelvis disertai dengan gerakan ekstremitas.
Symmetrical Reciprocal
Anterior elevasi scapula – posterior depresi pelvic Anterior elevasi scapula – posterior depresi pelvic
Symmetrical Reciprocal
Posterior depresi scapula – anterior elevasi pelvic Posterior depresi scapula – anterior elevasi pelvic
Anterior elevasi scapula – posterior depresi pelvic
Asymmetrical Exercise
• Untuk kombinasi symmetrical dan asymmetrical, seluruh prinsip dasar dan teknik dapat
digunakan meskipun dengan tangan tunggal.
• Dalam kombinasi asymmetrical exercise, scapula dan pelvis bergerak dalam diagonal
yang berlawanan dan diagonal bukan paralel.
• Ketika scapula dan pelvis bergerak dalam pola anterior (ke depan satu sama lain) maka
dapat menghasilkan fleksi trunk.
• Ketika scapula dan pelvis bergerak dalam pola posterior (ke belakang menjauhi satu sama
lain) maka dapat menghasilkan ekstensi trunk disertai elongasi.
Asymmetrical Reciprocal
Anterior depresi scapula – anterior elevasi pelvic Anterior depresi scapula – anterior elevasi pelvic
Anterior depresi scapula – anterior elevation pelvic
Asymmetrical Reciprocal
Posterior elevasi scapula – posterior depresi pelvic Posterior elevasi scapula – posterior depresi pelvic
Aktivitas Fungsional
• Kombinasi asymmetrical dan symmetrical dapat digunakan pada pasien dengan
hemiplegia.
• Kombinasi latihan ini dapat digunakan dalam gerak rolling dari terlentang ke tengkurap
dan ke belakang.
• Kombinasi latihan ini juga digunakan dalam aktivitas berjalan.

More Related Content

What's hot

Konsep dasar terapi manual
Konsep dasar terapi manualKonsep dasar terapi manual
Konsep dasar terapi manualYanto Physio
 
Myologi regio knee joint
Myologi regio knee jointMyologi regio knee joint
Myologi regio knee jointIdha Aprianowo
 
Konsep Terapi Latihan
Konsep Terapi LatihanKonsep Terapi Latihan
Konsep Terapi LatihanYanto Physio
 
Cervical root syndrome
Cervical root syndromeCervical root syndrome
Cervical root syndromesriyulianti19
 
11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx
11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx
11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptxaditya romadhon
 
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraKonsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraYanto Physio
 
penatalaksanaan fisioterapi pada cerebral palsy
penatalaksanaan fisioterapi pada cerebral palsypenatalaksanaan fisioterapi pada cerebral palsy
penatalaksanaan fisioterapi pada cerebral palsymeilaneki
 
Konsep Dasar Elektroterapi
Konsep Dasar ElektroterapiKonsep Dasar Elektroterapi
Konsep Dasar ElektroterapiYanto Physio
 
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegicPenatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegicVertilia Desy
 
Anatomy of ankle and foot fo
Anatomy of ankle and foot foAnatomy of ankle and foot fo
Anatomy of ankle and foot foAisyah NurHasanah
 
Modul : Ultrasound Therapy
Modul : Ultrasound TherapyModul : Ultrasound Therapy
Modul : Ultrasound Therapyaditya romadhon
 
Core Stability Exercise
Core Stability ExerciseCore Stability Exercise
Core Stability ExerciseYanto Physio
 
Range of motion ( ROM ) by Verar
Range of motion ( ROM ) by VerarRange of motion ( ROM ) by Verar
Range of motion ( ROM ) by VerarVerar Oka
 
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraKonsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraYanto Physio
 

What's hot (20)

Konsep dasar terapi manual
Konsep dasar terapi manualKonsep dasar terapi manual
Konsep dasar terapi manual
 
Myologi regio knee joint
Myologi regio knee jointMyologi regio knee joint
Myologi regio knee joint
 
Hip joint
Hip jointHip joint
Hip joint
 
Konsep Terapi Latihan
Konsep Terapi LatihanKonsep Terapi Latihan
Konsep Terapi Latihan
 
Cervical root syndrome
Cervical root syndromeCervical root syndrome
Cervical root syndrome
 
11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx
11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx
11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx
 
PNF lengan
PNF lenganPNF lengan
PNF lengan
 
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraKonsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
 
03 biomekanika
03 biomekanika03 biomekanika
03 biomekanika
 
penatalaksanaan fisioterapi pada cerebral palsy
penatalaksanaan fisioterapi pada cerebral palsypenatalaksanaan fisioterapi pada cerebral palsy
penatalaksanaan fisioterapi pada cerebral palsy
 
Konsep Dasar Elektroterapi
Konsep Dasar ElektroterapiKonsep Dasar Elektroterapi
Konsep Dasar Elektroterapi
 
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegicPenatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
 
Anatomy of ankle and foot fo
Anatomy of ankle and foot foAnatomy of ankle and foot fo
Anatomy of ankle and foot fo
 
Modul : Ultrasound Therapy
Modul : Ultrasound TherapyModul : Ultrasound Therapy
Modul : Ultrasound Therapy
 
Core Stability Exercise
Core Stability ExerciseCore Stability Exercise
Core Stability Exercise
 
Range Of Motion (ROM)
Range Of Motion (ROM)Range Of Motion (ROM)
Range Of Motion (ROM)
 
Range of motion ( ROM ) by Verar
Range of motion ( ROM ) by VerarRange of motion ( ROM ) by Verar
Range of motion ( ROM ) by Verar
 
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraKonsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
 
Presentation THR
Presentation THRPresentation THR
Presentation THR
 
Pengukuran rom
Pengukuran romPengukuran rom
Pengukuran rom
 

Similar to PNF scapula dan pelvis

Similar to PNF scapula dan pelvis (20)

Mengatur posisi
Mengatur posisiMengatur posisi
Mengatur posisi
 
Kombinasi Pola PNF Lengan
Kombinasi Pola PNF LenganKombinasi Pola PNF Lengan
Kombinasi Pola PNF Lengan
 
stretching exercise
stretching exercisestretching exercise
stretching exercise
 
1
11
1
 
Pemenuhan kebutuhan mobilitas
Pemenuhan kebutuhan mobilitasPemenuhan kebutuhan mobilitas
Pemenuhan kebutuhan mobilitas
 
Motor relearning program
Motor relearning programMotor relearning program
Motor relearning program
 
Transport pasien & body aligment
Transport pasien & body aligmentTransport pasien & body aligment
Transport pasien & body aligment
 
Kemahiran guling belakng (2)
Kemahiran guling belakng (2)Kemahiran guling belakng (2)
Kemahiran guling belakng (2)
 
Makalah senam lantai(1)
Makalah senam lantai(1)Makalah senam lantai(1)
Makalah senam lantai(1)
 
Definisi rom
Definisi romDefinisi rom
Definisi rom
 
F.pptx
F.pptxF.pptx
F.pptx
 
MAKALAH PENDIDIKAN JASMANI TENTANG SENAM LANTAI
MAKALAH PENDIDIKAN JASMANI TENTANG SENAM LANTAIMAKALAH PENDIDIKAN JASMANI TENTANG SENAM LANTAI
MAKALAH PENDIDIKAN JASMANI TENTANG SENAM LANTAI
 
Mekanik badan (body mechanics)
Mekanik badan (body mechanics)Mekanik badan (body mechanics)
Mekanik badan (body mechanics)
 
Pemeriksaan Lumbar Spine.pptx
Pemeriksaan Lumbar Spine.pptxPemeriksaan Lumbar Spine.pptx
Pemeriksaan Lumbar Spine.pptx
 
Biomekanika olahraga dayung
Biomekanika olahraga dayungBiomekanika olahraga dayung
Biomekanika olahraga dayung
 
Senam lantai
Senam lantaiSenam lantai
Senam lantai
 
Senam lantai
Senam lantaiSenam lantai
Senam lantai
 
Rockn dut fisioterapi
Rockn dut fisioterapiRockn dut fisioterapi
Rockn dut fisioterapi
 
Latihan pasif anggota gerak atas sam
Latihan pasif anggota gerak atas samLatihan pasif anggota gerak atas sam
Latihan pasif anggota gerak atas sam
 
Final_Perawatan Lansia Masalah Khusus.pptx
Final_Perawatan Lansia Masalah Khusus.pptxFinal_Perawatan Lansia Masalah Khusus.pptx
Final_Perawatan Lansia Masalah Khusus.pptx
 

Recently uploaded

Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 

Recently uploaded (20)

Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 

PNF scapula dan pelvis

  • 2. Introduksi • Pelvic girdle dan shoulder girdle tidak sama dalam fungsinya, berkaitan dengan stabilisasi dan gerakan ekstremitas. • Pada shoulder girdle, scapula dan clavicula bekerja bersamaan sebagai satu unit. • Support utama scapula adalah otot-otot yang melekat dari trunk ke scapula. • Pola scapula yang bersifat gerakan atau stabilisasi dapat diaktivasi dari pola upper extremitas yang terintegrasi dengan gerakan scapula secara bersamaan. • Pelvic girdle, terdiri dari sacrum dan tulang innominate atau coxa (ilium)  secara langsung melekat pada spine dan sebagian besar bergantung pada vertebral support. • Dalam fungsinya, shoulder girdle tidak termasuk kedalam struktur weight-bearing sedangkan pelvic girdle termasuk kedalam struktur weight-bearing.
  • 3. Introduksi • Pola pelvic umumnya berhubungan dengan pola lower extremity namun tidak selalu fungsinya mengikuti pola lower extremity karena pelvic sebenarnya terpisah dalam fungsinya. • Sacrum merupakan perpanjangan dari lumbal spine sehingga fungsinya sesuai dengan fungsi spine. • Sacrum hanya terlibat dalam fungsi lower extremity sebagai perpanjangan dari innominate  tulang innominate merupakan perpanjangan dari lower extremity dan bergerak efisien secara bersamaan dengan komponen lower extremity. • Sacroiliaca joint merupakan transisi antara axial skeleton dan lower extremity  oleh karena itu, pola pelvic secara langsung melibatkan sacrum sampai lumbal spine sementara pola lower extremity dapat melibatkan pelvic girdle melalui innominate  sehingga sacrum memiliki peran fungsional dalam pola pelvic.
  • 4. Aplikasi • Latihan pada scapula dan pelvis adalah penting untuk pengobatan pada neck, trunk, dan extremitas. • Otot-otot scapula dapat mengontrol atau mempengaruhi fungsi cervical dan thoracal spine. • Fungsi upper extremity yang tepat memerlukan gerakan dan stabilitas scapula. • Gerakan dan stabilitas pelvis diperlukan untuk fungsi trunk dan lower extremity yang tepat. • Latihan scapula memiliki tujuan terapeutik yaitu : • Latihan scapula secara independen untuk gerakan dan stabilitas. • Latihan otot-otot scapula melalui penggunaan timing for emphasis dan tahanan pada scapula untuk fasilitasi.
  • 5. Aplikasi • Latihan scapula memiliki tujuan terapeutik yaitu : • Latihan aktivitas fungsional seperti rolling • Fasilitasi gerak dan stabilitas cervical (dengan menahan gerak scapula dan stabilisasi, karena scapula dan neck saling memperkuat satu sama lain). • Fasilitasi gerak dan stabilitas lengan (dengan menahan gerak scapula dan stabilisasi, karena otot scapula dan otot lengan saling memperkuat satu sama lain). • Mengobati lower trunk secara tidak langsung melalui gerak irradiasi. • Latihan pelvis memiliki tujuan terapeutik yaitu : • Latihan pelvis untuk gerak dan stabilitas • Fasilitasi gerak dan stabilitas trunk • Latihan aktivitas fungsional seperti rolling • Fasilitas gerak dan stabilitas tungkai • Mengobati upper trunk dan regio cervical secara tidak langsung melalui gerak irradiasi.
  • 6. Prosedur Dasar • Pola scapula dan pelvis terjadi dalam 2 diagonal yaitu : anterior elevation-posterior depression dan posterior elevasi-anterior depression. • Gerakan dalam diagonal tersebut membentuk arkus gerak yang mengikuti kurva torso pasien  ketika scapula atau pelvis digerakkan dalam diagonal, pasien tidak akan berputar ke depan atau ke belakang atau berotasi disekitar 1 segmen spinal. • Jika diimajinasikan dengan jam maka anterior elevation kearah jam 1 dan posterior depression kearah jam 7, sedangkan posterior elevation kearah jam 11 dan anterior depression kearah jam 5. A. Gerak Diagonal
  • 7.
  • 8. Prosedur Dasar • Dalam aplikasi pola scapula dan pelvis, digunakan posisi pasien side-lying. • Prosedur pelaksanaan mulai dari pasien stabil dalam posisi side-lying, dibutuhkan fleksi pada kedua hip dan knee untuk memperoleh hasil yang optimal, punggung pasien diposisikan dekat dengan pinggir bed, vertebra dipertahankan dalam alignment normal serta kepala dan leher dalam posisi senetral mungkin (bukan fleksi atau ekstensi), kepala disanggah agar segaris dengan vertebra untuk menghindari lateral fleksi. • Sebelum memulai pola, letakkan scapula atau pelvis dalam mid-posisi, tidak boleh terjadi rotasi scapula dan glenohumeral complex harus berada dalam midline anteroposterior. • Pelvis harus dalam posisi midline, antara posisi anterior dan posterior tilt, dapat menggunakan bantal antara kedua knee ketika pelvis dirotasikan. • Dari midline posisi, scapula atau pelvis dapat digerakkan kedalam pola lingkup elongasi. B. Posisi Pasien
  • 9. Prosedur Dasar • Terapis berdiri dibelakang pasien, segaris dengan garis diagonal scapula atau pelvis dengan kedua lengan dan tangan align dengan gerakan. • Posisi alternatif adalah terapis berada di depan pasien yang segaris dengan pilihan diagonal gerakan, peletakan tangan tetap sama pada tubuh pasien. • Pola scapula dan pelvis juga dapat dilakukan dengan posisi pasien tidur di atas matras, tetapi terapis harus kneeling diatas matras dengan posisi di depan atau di belakang pasien. C. Posisi Terapis
  • 10. Prosedur Dasar • Grip mengikuti prosedur dasar PNF untuk manual contact, dimana diletakkan dalam arah berlawanan dari gerakan. • Dalam aplikasi pola scapula atau pelvis, digunakan two-hand grips ketika pasien side lying dan terapis berdiri di belakang pasien. • Two-hand grip dapat dimodifikasi ketika posisi terapis atau pasien berubah, dan beberapa modifikasi juga dibutuhkan ketika terapis hanya menggunakan satu tangan sementara tangan lain mengontrol pola lain (pada extremitas). D. Grips
  • 11. Prosedur Dasar • Arah tahanan membentuk suatu arkus yang mengikuti kontur tubuh pasien. • Sudut kedua tangan dan lengan dapat berubah pada saat scapula atau pelvis bergerak melalui arkus gerak diagonal, dimana arah tahanan berubah secara konstan. E. Resistance
  • 12. Diagonal Scapula • Pola scapula dapat dilakukan dengan posisi side lying diatas bed, matras, duduk, atau berdiri. • Humerus harus bebas bergerak pada saat scapula bergerak. • Posisi side lying dapat memberikan kebebasan gerak scapula dan mudah melakukan reinforcement aktivitas trunk. • Komponen otot utama yang dapat diaktivasi adalah : • Anterior elevation  levator scapula, rhomboid, serratus anterior, upper trapezius. • Posterior depression  serratus anterior (bagian lower), rhomboid, latissimus dorsi, lower trapezius. • Posterior elevation  trapezius, levator scapula • Anterior depression  rhomboid, serratus anterior, pectoralis minor dan major.
  • 13. Pola anterior elevation • Terapis berdiri di belakang pasien, menghadap kearah kepala pasien. • Dalam aktivitas fungsional, pola anterior elevation dapat memfasilitasi rolling ke depan, mencapai objek di depan tubuh, dan fase yang berhubungan dengan gait yaitu fase terminal stance pada sisi ipsilateral dan fase swing pada sisi kontralateral. • Posisi grip adalah letakkan satu tangan pada bagian anterior glenohumeral joint dan acromion membentuk cup, sedangkan tangan lain di atas tangan pertama, kontak terjadi pada jari-jari tangan bukan palmar tangan. • Tarik scapula ke bawah dan belakang kearah lower thoracal (posterior depression) dengan angulus inferior berotasi kearah spine untuk menciptakan posisi elongasi. • Gerakkan scapula ke atas dan depan yang segaris dengan kira-kira hidung pasien, angulus inferior scapula bergerak jauh dari spine. • Garis tahanan membentuk arkus mengikuti kurva tubuh pasien, akhir pola acromion mendekati hidung pasien dan angulus inferior bergerak menjauhi spine.
  • 16. Pola posterior depression • Terapis berdiri di belakang pasien, menghadap kearah kepala pasien. • Dalam aktivitas fungsional, pola posterior depression dapat mengaktivasi ekstensi trunk, rolling ke belakang, menggunakan kruk sementara berjalan dan mendorong ke atas dengan trunk lurus, ketika pasien bergerak dari kursi roda ke bed. • Posisi grip adalah letakkan tumit tangan sepanjang margo vertebralis scapula, jari-jari tangan berada di atas scapula kearah acromion. • Dorong scapula ke atas dan depan (anterior elevation) dengan angulus inferior bergerak menjauhi spine sampai merasakan adanya ketegangan pada otot-otot posterior di bawah spina scapula. • Gerakkan scapula ke bawah (caudal) dan belakang (adduksi), kearah lower thoracal dengan angulus inferior scapula berotasi kearah spine. • Arah tahanan membentuk arkus mengikuti kurva tubuh pasien, posisi akhir adalah scapula depresi dan retraksi.
  • 19. Pola anterior depression • Terapis berdiri di belakang kepala pasien, menghadap kearah bokong/hip pasien. • Dalam aktivitas fungsional, pola ini dapat memfasilitasi rolling ke depan, mencapai objek ke depan, melempar bola dalam aktivitas olahraga, mencapai ke bawah (kearah kaki) untuk melepas kaos kaki dan sepatu. • Posisi grip adalah letakkan satu tangan pada bagian posterior dengan jari-jari tangan memegang margo lateralis scapula, tangan yang lain pada bagian anterior memegang pars axillaris pectoralis major dan processus coracoideus, jari-jari tangan menghadap kearah ilium sisi kontralateral. • Posisi elongasi : angkat scapula ke atas dan belakang kearah middle dorsal kepala (posterior elevation). • Gerakkan scapula ke bawah (caudal) dan depan, segaris dengan crista iliaca anterior kontralateral. • Arah tahanan mengikuti kurva tubuh pasien, posisi akhir adalah scapula berotasi ke depan, depressi, dan abduksi.
  • 22. Pola posterior elevation • Terapis berdiri di belakang kepala pasien, menghadap kearah bokong/hip pasien. • Dalam aktivitas fungsional, pola ini dapat memfasilitasi gerakan ke belakang, meraih keluar sebelum melempar sesuatu, dan mengambil/meletakkan kemeja. • Posisi grip adalah letakkan kedua tangan pada bagian posterior di atas upper trapezius tepatnya di atas spina scapula. • Posisi elongasi adalah gerakkan scapula ke bawah dan depan kearah ilium kontralateral (anterior depression) dengan angulus inferior bergerak kearah spine sampai merasakan upper trapezius tegang. • Gerakkan scapula ke cranial (angkat bahu) dan belakang (adduksi) yang segaris dengan middle puncak kepala pasien dimana angulus inferior berotasi menjauhi spine. • Arah tahanan mengikuti kurva tubuh pasien, posisi akhir adalah scapula elevasi dan adduksi.
  • 25. Diagonal Pelvis • Pelvis merupakan bagian dari trunk sehingga lingkup gerak pola pelvic bergantung pada besarnya gerakan lower spine. • Pola pelvis dapat diobati terisolir dari trunk jika tidak ada peningkatan fleksi atau ekstensi lumbal yang besar  namun secara biomekanis tidak mungkin terjadi gerakan pelvis tanpa gerak spine karena pelvic memiliki hubungan biomekanik dengan spine • Pola pelvis dapat dilakukan dengan pasien side lying, duduk, quadruped, atau berdiri. • Posisi side lying memberikan gerak bebas pelvis dimana sisi pelvis yang bergerak harus tidak weight-bearing dan dengan mudah memberikan reinforcement aktivitas trunk dan lower extremitas. • Komponen otot yang utamanya terlibat adalah : • Anterior elevation  otot internal dan external oblique abdominal • Posterior depression  otot internal dan external oblique abdominal sisi kontralateral
  • 26. Diagonal Pelvis • Komponen otot yang utamanya terlibat adalah : • Posterior elevation  otot quadratus lumborum ipsilateral, latissimus dorsi ipsilateral, iliocostalis lumborum dan longissimus thoracis • Anterior depression  otot quadratus lumborum kontralateral, iliocostalis lumborum, dan longissimus thoracis.
  • 27. Pola anterior elevation • Terapis berdiri di belakang pasien, menghadap ke atas kearah shoulder pasien sisi bawah. • Dalam aktivitas fungsional, pola ini terlihat sebagai bagian dari fase swing dalam gait dan rolling ke depan. • Posisi grip adalah letakkan satu tangan disekitar crista iliaca tepatnya pada bagian anterior, sedangkan tangan lainnya diatas tangan pertama. • Posisi elongasi adalah tarik crista iliaca ke belakang – bawah dalam arah posterior depression. • Pelvis bergerak ke atas – depan dengan posterior tilt yang kecil untuk mengikuti arkus gerak, terjadi pemendekan anterior dari trunk pada satu sisi (lateral fleksi) dan pemanjangan sisi kontralateral. • Garis tahanan mengikuti kurva tubuh pasien, posisi akhir adalah pelvis elevasi dan anterior kearah lower shoulder dengan sedikit peningkatan posterior tilt.
  • 28.
  • 30. Pola posterior depression • Terapis berdiri di belakang pasien, menghadap ke atas kearah shoulder pasien sisi bawah. • Dalam aktivitas fungsional, pola ini terlihat sebagai bagian dari fase terminal stance dalam gait, melompat, berjalan menaiki tangga. • Posisi grip adalah letakkan tumit tangan di atas tuberositas ischial, sedangkan tangan lainnya diatas tangan pertama. • Posisi elongasi adalah dorong tuberositas ischial ke atas – depan untuk membawa crista iliaca mendekati sangkar thoraks sisi kontralateral (anterior elevation). • Pelvis bergerak ke bawah – belakang mengikuti arkus gerak, terjadi elongasi trunk sisi ipsilateral tanpa perubahan lordosis lumbal. • Tahanan selalu ke atas pada tuberositas ischial, posisi akhir adalah pelvis ke bawah dan posterior dengan sedikit peningkatan anterior tilt.
  • 31.
  • 33. Pola anterior depression • Terapis berdiri di belakang pasien, menghadap kearah garis sekitar 25o fleksi tungkai bawah. • Dalam aktivitas fungsional, pola ini terlihat dalam aktivitas eksentrik (seperti menuruni tangga, terminal swing, loading respons). • Ada empat posisi grip dalam pola ini yaitu : • Letakkan satu tangan di trochanter major dan tangan yang lain di atas tangan pertama. • Letakkan tangan kanan diatas spina iliaca anterior inferior dan tangan kiri diatas knee pasien, gerakkan tungkai pasien sampai femur dalam garis pola (sekitar 20o fleksi hip). • Letakkan satu tangan diatas spina iliaca anterior dengan jari-jari sedikit fleksi dan tangan yang lain diatas tangan pertama. • Letakkan satu tangan pada bagian anterior spina iliaca dan tangan yang lain sisi ulnar diletakkan pada tuberositas ischial, posisi tungkai atas dalam external rotasi untuk memperoleh arkus gerak yang tepat.
  • 34.
  • 37. Pola anterior depression • Posisi elongasi adalah gerakkan pelvis secara perlahan keatas (cranial) dan dorsal kearah lower thoracal (posterior elevation). • Gerakkan pelvis kearah bawah dan anterior sehingga memberikan sedikit gerakan posterior tilt pelvis, terjadi elongasi trunk pada sisi ipsilateral tanpa perubahan lordosis lumbal. • Tahanan kearah lower thoracal pasien, garis tahanan mengikuti kurva tubuh, posisi akhir adalah pelvis ke bawah – depan dimana terjadi elongasi trunk tanpa perubahan lordosis lumbal.
  • 38. Pola posterior elevation • Terapis berdiri di belakang pasien, menghadap kearah garis sekitar 25o fleksi tungkai bawah. • Dalam aktivitas fungsional, pola ini digunakan dalam aktivitas berjalan ke belakang dan persiapan untuk menendang bola. • Posisi grip adalah letakkan tumit tangan di atas crista iliaca posterior, sedangkan tangan lainnya diatas tangan pertama. • Posisi elongasi adalah dorong pelvis secara perlahan ke bawah – depan sampai merasakan jaringan lunak sisi lateral mengalami peregangan (anterior depression). • Gerakkan pelvis ke cranial dan dorsal kearah posterior elevation, dimana terjadi pemendekan trunk posterior pada sisi ipsilateral (lateral fleksi) dengan rotasi yang minimal. • Tahanan dimulai dengan mendorong crista iliaca posterior kearah depan bed, tahanan mengikuti arkus tubuh, posisi akhir adalah pelvis keatas dan dorsal.
  • 39.
  • 41. Symmetrical, Reciprocal, dan Asymmetrical Exercise • Tujuan akhir dari kombinasi pola tersebut adalah terutama digunakan untuk strengthening trunk, mobilisasi trunk, memperbaiki koordinasi, menormalisasi tonus, dan memperbaiki aktivitas fungsional seperti rolling. • Latihan yang dilakukan dengan satu bagian tubuh dalam satu arah (scapula bergerak kearah anterior elevation) dan dalam dua arah (scapula bergerak ke belakang – bawah antara anterior elevation dan posterior depression), scapula dan pelvis dapat dilatih secara bersamaan. • Kombinasi pola scapula dan pelvis dapat digunakan, bergantung pada tujuan akhir pengobatan dan kemampuan pasien. • Kombinasi pola scapula dan pelvis dinamakan dengan Symmetrical-Reciprocal Exercise dan Asymmetrical Exercise
  • 42. Symmetrical-Reciprocal Exercise • Dalam teknik latihan ini, scapula dan pelvis bergerak dalam diagonal yang sama tetapi pola yang berlawanan, posisi tubuh paralel terhadap garis diagonal. • Kombinasi gerak scapula dan pelvic dapat menyebabkan elongasi dan shortening trunk secara penuh dengan counter rotasi. • Gerak scapula, pelvis dan trunk yang luas terjadi selama berjalan, juga pada aktivitas rolling, mendorong sesuatu menjauhi diri sendiri, dan mencapai di atas kepala (overhead). • Contoh Symmetrical-Reciprocal Exercise adalah pola anterior elevation scapula disertai posterior depression pelvis, pola posterior depression scapula disertai elevation anterior pelvis, ekstensi trunk dengan rotasi dapat menggunakan kombinasi symmetrical anterior elevation scapula dan posterior depression pelvis disertai dengan gerakan ekstremitas.
  • 43. Symmetrical Reciprocal Anterior elevasi scapula – posterior depresi pelvic Anterior elevasi scapula – posterior depresi pelvic
  • 44. Symmetrical Reciprocal Posterior depresi scapula – anterior elevasi pelvic Posterior depresi scapula – anterior elevasi pelvic
  • 45. Anterior elevasi scapula – posterior depresi pelvic
  • 46. Asymmetrical Exercise • Untuk kombinasi symmetrical dan asymmetrical, seluruh prinsip dasar dan teknik dapat digunakan meskipun dengan tangan tunggal. • Dalam kombinasi asymmetrical exercise, scapula dan pelvis bergerak dalam diagonal yang berlawanan dan diagonal bukan paralel. • Ketika scapula dan pelvis bergerak dalam pola anterior (ke depan satu sama lain) maka dapat menghasilkan fleksi trunk. • Ketika scapula dan pelvis bergerak dalam pola posterior (ke belakang menjauhi satu sama lain) maka dapat menghasilkan ekstensi trunk disertai elongasi.
  • 47. Asymmetrical Reciprocal Anterior depresi scapula – anterior elevasi pelvic Anterior depresi scapula – anterior elevasi pelvic
  • 48. Anterior depresi scapula – anterior elevation pelvic
  • 49. Asymmetrical Reciprocal Posterior elevasi scapula – posterior depresi pelvic Posterior elevasi scapula – posterior depresi pelvic
  • 50. Aktivitas Fungsional • Kombinasi asymmetrical dan symmetrical dapat digunakan pada pasien dengan hemiplegia. • Kombinasi latihan ini dapat digunakan dalam gerak rolling dari terlentang ke tengkurap dan ke belakang. • Kombinasi latihan ini juga digunakan dalam aktivitas berjalan.