konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
orthofraktur).ppt
1. oleh
dr. Suparimbo Soepadi, Sp.OT, FAPOA
RSUD dr. SOEBANDI / FK UNEJ
Ka. SMF ORTHOPAEDI & TRAUMATOLOGY
PATAH TULANG
(the PRINCIPLES OF FRACTURES )
2. 1. Congenital and developmental abnormalities
2. Infection and inflamation
3. Arthritis and rheumatic disorders
4. Metabolic dysfuction and degeneration
5. Tumours and lesions that anemic them
6. Sensory disturbance and muscle weakness
7. Injury and mechanical derangement
Ruang lingkup ilmu orthopaedi :
3. Fracture ( Patah Tulang )
Adalah hilangnya continuitas tulang.
• Closed ( or simple ) fracture
• Open ( or compound ) fracture
4. •Tulang relative mudah patah walaupun memiliki
ketahanan dan kekuatan tertentu untuk
menghadapi stress / beban.
•Fracture disebabkan oleh :
1.Trauma tunggal
2.Stress berulang
3.Kelemahan yang abnormal ( Pathological fracture )
Bagaimana ( bisa ) terjadi patah tulang
5. Fracture akibat trauma
• Kebanyakan fracture diakibatkan oleh kekuatan yang “
besar dan tiba-tiba “ berupa pukulan ; “ gencetan “ ; “
mematahkan “ ; putaran ( twisting ) dan tarikan
6. Kekuatan langsung :
• Tulang patah pada titik pukulan
• Terjadi kerusakan jaringan lunak pada titik tersebut
• Bentuk patahan melintang ( pada patah tulang akibat
kekuatan pukulan )
• Kekuatan himpitan menyebabkab serpihan-serpihan tulang
dan kerusakan hebat jaringan lunak disekitarnya.
7. Kekuatan tidak langsung :
Patahan tulang jauh dari tempat gaya-gaya itu bekerja.
Sedikit terjadi kerusakan jaringan lunak.
Arah gaya kekuatan :
1 Puntiran spiral fractur
2 Mematahkan transverse fractur
3 Mematahkan dan kompressi fraktur dengan
serpihan tulang berbentuk segitiga (= butterfly
fragment)
4 Kombinasi puntiran, mematahkan dan kompressi fraktur oblique
5 Tarikan ( oleh tendon ) fracture dengan bagian
/ pecahan tulang terpisah
8. Baban berulang-ulang retak pada patah tulang
( seperti pada metal dan bahan-bahan lain )
Fatique “ atau “ stress “ frakture
Sering terjadi pada : Tibia atau fibula atau metatarsal
pada atlet ; penari / senam dan
tentara ( long march )
9. Pathologic frakture
Dengan beban normal, tulang mengalami fraktur.
Misal kelemahan tulang karena : tumor ; tulang
sangat rapuh ; pada Paget’s disease
10. TYPE FRAKTUR
Frakture sebetulnya sangat bervariasi bentuknya untuk
kebutuhan praktis maka dibagi sebagai berikut :
1. “ Complete fractures “
Tulang patah sempurna menjadi dua atau lebih
fragment tulang
– Tranverse fraktur
– Oblique fraktur
– Opiral fraktur
– Impacted fraktur
– Comminuted fraktur
11. 2. Incomplete fractures
Bagian-bagian tulang tidak terpisah sempurna dan
masih ada periode yang bersambung.
Contoh :
“ Green Stick “ frakture pada anak-anak.
Patahan tulang saling menempati bagian tulang yang
lain ( buckled ) atau bengkok.
Biasanya reposisinya mudah dan penyebabnya cepat.
Fraktur kompresi : Terjadi pada tulang cancellous
pada orang dewasa khususnya
pada corpus vertebrae.Reposisi
sulit dikerjakan.
12. Klasifikasi frakture
( MÜller 1990 ) membuat klasifikasi alphanumerik untuk keperluan
dokumentasi dengan komputer.
Huruf menandai type frakture ( diaphysis : A = sederhana ; B = baji
(wedge) ; C = complex
Digit pertama untuk tulang : 1 = humerus
2 = radius / ulna
3 = femur
4 = tibia / fibula
Digit kedua untuk segment tulang : 1 = proximal
2 = diapisis
3 = distal
4 = malleolar
; proximal dan distal : A = diluar sendi
B = sebagian masuk sendi
C = didalam sendi
Dua angka terakhir spesifik untuk rincian bentuk frakture
13. Perubahan letak patahan tulang :
Fraktur biasanya menyebabkan perubahan letak pecahan tulang sebagai akibat:
a) kekuatan benturan
b) gravitasi
c) tarikan otot yang melekat kepadanya
14. Perubahan letak dijelaskan dengan istilah :
Aposisi ( sehubungan dengan luasnya pertemuan bidang
patahan tulang )
• Bisa ke samping, ke belakang atau ke depan dalam
hubungan permukaan fragment satu dengan lainnya.
Penyambungan tulang bisa terjadi walaupun posisinya tidak
sempurna.(malunion)
Aligment ( sehubungan dengan sudut kemiringan terhadap axis tulang )
• angulasi bila tidak dikoreksi menyebabkan deformitas tulang.
Rotasi ( puntiran )
• Tulang tampak “anatomis” tetapi terjadi perubahan sikap ujung
lengan ; terjadi:“ rotational deformity “.
Panjang ( length )
Patahan tulang bisa berpisah karena tarikan atau bisa overlap
karena kontraksi otot menyebabkan pemendekan ukuran tulang.
15. Maksud dikerjakan fixasi / bidai adalah untuk :
1. Mengurangi nyeri
2. Mempertahankan pada posisi seanatomis mungkin
3. Memungkinkan segera gerakan anggota tubuh dan kembalinya fungsi
A.GRAHAM APLEY & LOUIS SOLOMON 1995
16. Pada tulang tubular tanpa “ rigid “ fixasi, terdapat 5 stadium penyembuhan :
1. Kerusakan jaringan dan pembentukan hematoma
• perdarahan & hematoma disekitar dan di dalam
daerah frakture.
1 -2 mm ujung fragment tulang mati karena
kehilangan supply darah.
17. 2. Inflamasi dan proliferasi cellular
Terjadi dalam 8 jam setelah patah tulang.
Terjadi reaksi inflamasi akut dengan proliferasi
sel dibawah periost dan didalam medulla.
Ujung fragment dikelilingi jaringan selular yang
menjembatani patahan tulang.
Hematoma perlahan diserap dan tumbuh kapiler
kedalamnya.
18. 3. Pembentukan callus
Sel yang berpoliferasi bersifat osteogenic dan
chondrogenic segera membentuk tulang dan
tulang rawan.
Didalamnya terdapat juga sel osteoclast yang
segera meresorpsi tulang-tlang mati.
19. 4. ç
Dengan berlanjutnya aktifitas osteoclastic dan
osteoblastic maka bahan callus yang terdiri dari “ immature fibre bone “ ( =
woven bone ) berubah menjadi lamellar bone.
Proses ini perlahan, perlu beberapa bulan sampai
tulang cukup kuat menahan beban normal.
20.
21. 5. Remodelling
Setelah perlahan tulang disambung oleh callus yang massif setelah
beberapa bulan bahkan beberapa tahun “ tambahan tulang “ yang kasar ini
dibentuk kembali ke bentuk anatomis dengan proses resorpsi dan formasi
yang terus menerus.
; “ dengan meningkatnya beban callus tumbuh
lebih kuat lagi “ ( Wolff’s law ).
22. UNION
Adalah penyambungan telah terjadi walaupun
belum sempurna.
Sudah terjadi kalsifikasi pada callus
Secara klinis : Masih sedikit nyeri pada patahan walaupun tulang
telah menyatu.Bila dicoba dibengkokkan : nyeri
X – foto : garis fraktur tampak jelas, dikelilingi callus tetapi belum cukup stable
menyangga beban tubuh apabila tanpa proteksi.
23. Konsolidasi ( Consolidation )
Penyambungan telah sempurna.
Callus mengalami : ossifikasi
Klinis : Masih sedikit nyeri pada patahan walaupun tulang telah
menyatu.Bila dicoba dibengkokkan : nyeri
X - Foto : Garis fraktur mulai menutup dan
tampak trabekula menyeberangi garis
fraktur.
Tampak callus yang berbatas jelas.
Penyambungan telah sempurna dan tidak diperlukan proteksi lagi.
24. Perkin’s time table :
Fraktur sipral lengan atas: “ united “ dalam 3 minggu; konsolidasi terjadi : 2 x
waktu united
Tungkai bawah : X 2
Fraktur transversal : X 2
Pada anak-anak penyambungan lebih cepat
Perkiraan diatas adalah perkiraan kasar, perlu
bantuan X – Foto untuk memastikan konsolidasi
sebelum diizinkan menyangga beban penuh tanpa
bidai.
25. Non Union
Kadang-kadang proses normal penyambungan
tulang terhalang dan penyambungan tulang gagal.
Penyebab non union adalah :
1. distraksi dan separasi patahan tulang
2. interposisi oleh jaringan lunak
3. gerakan berlebihan pada garis fraktur
4. kerusakan pembuluh darah
26. Fractures disease
Adalah keadaan klinis penderita berupa
•edema kronis
•atrophy jaringan lunak
•osteoporis dan
•kaku sendi
Life is Movement , Movement is life
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40. 1. Patah tulang intertrochanter pada femur pada orang
tua sebaiknya dilakukan :
A.Traksi skeletal dengan “ balanced suspension “
B.Fixasi pen transcutaneous
C.Reposisi tertutup dan fixasi interna
D.Penggantian caput femur dengan prothesa
E. Penggantian total dengan sendi panggul
41. The answer is C ( Schwartz, chap 41. )
Intertrochanteric fractures, which are very common in elderly patients,
usually occur as a result of a direct fall on the hip. Because the
fractures usually are unstable, they often internal fixation, and
treatment typically consists of closed reduction on a special fracture
operating table, followed by surgical fixation with a blade plater or a
compression screw appliance. Closed methods of treatment using
traction require at least 16 weeks of bed rest, and while they may be
appropriate for young patients, in elderly patients, the complication of
bed rest outweigh the complication of surgery. Four months is the
average time for bony union in an intertrochanteric or subtrochanteric
fracture, and weight bearing should not be allowed until union has
occurred.