SlideShare a Scribd company logo
1 of 44
oleh
dr. Suparimbo Soepadi, Sp.OT, FAPOA
RSUD dr. SOEBANDI / FK UNEJ
Ka. SMF ORTHOPAEDI & TRAUMATOLOGY
PATAH TULANG
(the PRINCIPLES OF FRACTURES )
1. Congenital and developmental abnormalities
2. Infection and inflamation
3. Arthritis and rheumatic disorders
4. Metabolic dysfuction and degeneration
5. Tumours and lesions that anemic them
6. Sensory disturbance and muscle weakness
7. Injury and mechanical derangement
Ruang lingkup ilmu orthopaedi :
Fracture ( Patah Tulang )
Adalah hilangnya continuitas tulang.
• Closed ( or simple ) fracture
• Open ( or compound ) fracture
•Tulang relative mudah patah walaupun memiliki
ketahanan dan kekuatan tertentu untuk
menghadapi stress / beban.
•Fracture disebabkan oleh :
1.Trauma tunggal
2.Stress berulang
3.Kelemahan yang abnormal ( Pathological fracture )
Bagaimana ( bisa ) terjadi patah tulang
Fracture akibat trauma
• Kebanyakan fracture diakibatkan oleh kekuatan yang “
besar dan tiba-tiba “ berupa pukulan ; “ gencetan “ ; “
mematahkan “ ; putaran ( twisting ) dan tarikan
Kekuatan langsung :
• Tulang patah pada titik pukulan
• Terjadi kerusakan jaringan lunak pada titik tersebut
• Bentuk patahan melintang ( pada patah tulang akibat
kekuatan pukulan )
• Kekuatan himpitan menyebabkab serpihan-serpihan tulang
dan kerusakan hebat jaringan lunak disekitarnya.
Kekuatan tidak langsung :
Patahan tulang jauh dari tempat gaya-gaya itu bekerja.
Sedikit terjadi kerusakan jaringan lunak.
Arah gaya kekuatan :
1 Puntiran  spiral fractur
2 Mematahkan  transverse fractur
3 Mematahkan dan kompressi  fraktur dengan
serpihan tulang berbentuk segitiga (= butterfly
fragment)
4 Kombinasi puntiran, mematahkan dan kompressi fraktur oblique
5 Tarikan ( oleh tendon )  fracture dengan bagian
/ pecahan tulang terpisah
Baban berulang-ulang  retak pada patah tulang
( seperti pada metal dan bahan-bahan lain )
Fatique “ atau “ stress “ frakture
Sering terjadi pada : Tibia atau fibula atau metatarsal
pada atlet ; penari / senam dan
tentara ( long march )
Pathologic frakture
Dengan beban normal, tulang mengalami fraktur.
Misal kelemahan tulang karena : tumor ; tulang
sangat rapuh ; pada Paget’s disease
TYPE FRAKTUR
Frakture sebetulnya sangat bervariasi bentuknya untuk
kebutuhan praktis maka dibagi sebagai berikut :
1. “ Complete fractures “
Tulang patah sempurna menjadi dua atau lebih
fragment tulang
– Tranverse fraktur
– Oblique fraktur
– Opiral fraktur
– Impacted fraktur
– Comminuted fraktur
2. Incomplete fractures
Bagian-bagian tulang tidak terpisah sempurna dan
masih ada periode yang bersambung.
Contoh :
“ Green Stick “ frakture pada anak-anak.
Patahan tulang saling menempati bagian tulang yang
lain ( buckled ) atau bengkok.
Biasanya reposisinya mudah dan penyebabnya cepat.
Fraktur kompresi : Terjadi pada tulang cancellous
pada orang dewasa khususnya
pada corpus vertebrae.Reposisi
sulit dikerjakan.
Klasifikasi frakture
( MÜller 1990 ) membuat klasifikasi alphanumerik untuk keperluan
dokumentasi dengan komputer.
Huruf menandai type frakture ( diaphysis : A = sederhana ; B = baji
(wedge) ; C = complex
Digit pertama untuk tulang : 1 = humerus
2 = radius / ulna
3 = femur
4 = tibia / fibula
Digit kedua untuk segment tulang : 1 = proximal
2 = diapisis
3 = distal
4 = malleolar
; proximal dan distal : A = diluar sendi
B = sebagian masuk sendi
C = didalam sendi
Dua angka terakhir spesifik untuk rincian bentuk frakture
Perubahan letak patahan tulang :
Fraktur biasanya menyebabkan perubahan letak pecahan tulang sebagai akibat:
a) kekuatan benturan
b) gravitasi
c) tarikan otot yang melekat kepadanya
Perubahan letak dijelaskan dengan istilah :
Aposisi ( sehubungan dengan luasnya pertemuan bidang
patahan tulang )
• Bisa ke samping, ke belakang atau ke depan dalam
hubungan permukaan fragment satu dengan lainnya.
Penyambungan tulang bisa terjadi walaupun posisinya tidak
sempurna.(malunion)
Aligment ( sehubungan dengan sudut kemiringan terhadap axis tulang )
• angulasi bila tidak dikoreksi menyebabkan deformitas tulang.
Rotasi ( puntiran )
• Tulang tampak “anatomis” tetapi terjadi perubahan sikap ujung
lengan ; terjadi:“ rotational deformity “.
Panjang ( length )
Patahan tulang bisa berpisah karena tarikan atau bisa overlap
karena kontraksi otot menyebabkan pemendekan ukuran tulang.
Maksud dikerjakan fixasi / bidai adalah untuk :
1. Mengurangi nyeri
2. Mempertahankan pada posisi seanatomis mungkin
3. Memungkinkan segera gerakan anggota tubuh dan kembalinya fungsi
A.GRAHAM APLEY & LOUIS SOLOMON 1995
Pada tulang tubular tanpa “ rigid “ fixasi, terdapat 5 stadium penyembuhan :
1. Kerusakan jaringan dan pembentukan hematoma
• perdarahan & hematoma disekitar dan di dalam
daerah frakture.
1 -2 mm ujung fragment tulang mati karena
kehilangan supply darah.
2. Inflamasi dan proliferasi cellular
Terjadi dalam 8 jam setelah patah tulang.
Terjadi reaksi inflamasi akut dengan proliferasi
sel dibawah periost dan didalam medulla.
Ujung fragment dikelilingi jaringan selular yang
menjembatani patahan tulang.
Hematoma perlahan diserap dan tumbuh kapiler
kedalamnya.
3. Pembentukan callus
Sel yang berpoliferasi bersifat osteogenic dan
chondrogenic segera membentuk tulang dan
tulang rawan.
Didalamnya terdapat juga sel osteoclast yang
segera meresorpsi tulang-tlang mati.
4. ç
Dengan berlanjutnya aktifitas osteoclastic dan
osteoblastic maka bahan callus yang terdiri dari “ immature fibre bone “ ( =
woven bone ) berubah menjadi lamellar bone.
Proses ini perlahan, perlu beberapa bulan sampai
tulang cukup kuat menahan beban normal.
5. Remodelling
Setelah perlahan tulang disambung oleh callus yang massif setelah
beberapa bulan bahkan beberapa tahun “ tambahan tulang “ yang kasar ini
dibentuk kembali ke bentuk anatomis dengan proses resorpsi dan formasi
yang terus menerus.
; “ dengan meningkatnya beban callus tumbuh
lebih kuat lagi “ ( Wolff’s law ).
UNION
Adalah penyambungan telah terjadi walaupun
belum sempurna.
Sudah terjadi kalsifikasi pada callus
Secara klinis : Masih sedikit nyeri pada patahan walaupun tulang
telah menyatu.Bila dicoba dibengkokkan : nyeri
X – foto : garis fraktur tampak jelas, dikelilingi callus tetapi belum cukup stable
menyangga beban tubuh apabila tanpa proteksi.
Konsolidasi ( Consolidation )
Penyambungan telah sempurna.
Callus mengalami : ossifikasi
Klinis : Masih sedikit nyeri pada patahan walaupun tulang telah
menyatu.Bila dicoba dibengkokkan : nyeri
X - Foto : Garis fraktur mulai menutup dan
tampak trabekula menyeberangi garis
fraktur.
Tampak callus yang berbatas jelas.
Penyambungan telah sempurna dan tidak diperlukan proteksi lagi.
Perkin’s time table :
Fraktur sipral lengan atas: “ united “ dalam 3 minggu; konsolidasi terjadi : 2 x
waktu united
Tungkai bawah : X 2
Fraktur transversal : X 2
Pada anak-anak penyambungan lebih cepat
Perkiraan diatas adalah perkiraan kasar, perlu
bantuan X – Foto untuk memastikan konsolidasi
sebelum diizinkan menyangga beban penuh tanpa
bidai.
Non Union
Kadang-kadang proses normal penyambungan
tulang terhalang dan penyambungan tulang gagal.
Penyebab non union adalah :
1. distraksi dan separasi patahan tulang
2. interposisi oleh jaringan lunak
3. gerakan berlebihan pada garis fraktur
4. kerusakan pembuluh darah
Fractures disease
Adalah keadaan klinis penderita berupa
•edema kronis
•atrophy jaringan lunak
•osteoporis dan
•kaku sendi
Life is Movement , Movement is life
1. Patah tulang intertrochanter pada femur pada orang
tua sebaiknya dilakukan :
A.Traksi skeletal dengan “ balanced suspension “
B.Fixasi pen transcutaneous
C.Reposisi tertutup dan fixasi interna
D.Penggantian caput femur dengan prothesa
E. Penggantian total dengan sendi panggul
The answer is C ( Schwartz, chap 41. )
Intertrochanteric fractures, which are very common in elderly patients,
usually occur as a result of a direct fall on the hip. Because the
fractures usually are unstable, they often internal fixation, and
treatment typically consists of closed reduction on a special fracture
operating table, followed by surgical fixation with a blade plater or a
compression screw appliance. Closed methods of treatment using
traction require at least 16 weeks of bed rest, and while they may be
appropriate for young patients, in elderly patients, the complication of
bed rest outweigh the complication of surgery. Four months is the
average time for bony union in an intertrochanteric or subtrochanteric
fracture, and weight bearing should not be allowed until union has
occurred.
orthofraktur).ppt
orthofraktur).ppt
orthofraktur).ppt

More Related Content

Similar to orthofraktur).ppt

140899028 fraktur
140899028 fraktur140899028 fraktur
140899028 frakturjihan26
 
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docx
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docxLAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docx
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docxYusindrawati
 
Laporan pendahulan-fraktur-femur
Laporan pendahulan-fraktur-femurLaporan pendahulan-fraktur-femur
Laporan pendahulan-fraktur-femurEdju Joen
 
Ppt kelainan alat gerak dan teknologi
Ppt kelainan alat gerak dan teknologiPpt kelainan alat gerak dan teknologi
Ppt kelainan alat gerak dan teknologiLydia Nurkumalawati
 
Laporan pendahuluan frakt
Laporan pendahuluan fraktLaporan pendahuluan frakt
Laporan pendahuluan fraktDoni Luter
 
Laporan pendahuluan tibia
Laporan pendahuluan tibiaLaporan pendahuluan tibia
Laporan pendahuluan tibiaNurhikmaUmati
 
Bab xiv
Bab xivBab xiv
Bab xivdekcin
 
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjK 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjFaringgaAlHafez2
 
Gambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis FrakturGambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis FrakturYanto Physio
 
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System MuskuluskeletalAsuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletalpjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletalpjj_kemenkes
 

Similar to orthofraktur).ppt (20)

Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Biologi 2
Biologi 2Biologi 2
Biologi 2
 
140899028 fraktur
140899028 fraktur140899028 fraktur
140899028 fraktur
 
fraktur_femur.pdf
fraktur_femur.pdffraktur_femur.pdf
fraktur_femur.pdf
 
7. fraktur
7. fraktur7. fraktur
7. fraktur
 
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docx
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docxLAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docx
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docx
 
Laporan pendahulan-fraktur-femur
Laporan pendahulan-fraktur-femurLaporan pendahulan-fraktur-femur
Laporan pendahulan-fraktur-femur
 
105810253 case
105810253 case105810253 case
105810253 case
 
Ppt kelainan alat gerak dan teknologi
Ppt kelainan alat gerak dan teknologiPpt kelainan alat gerak dan teknologi
Ppt kelainan alat gerak dan teknologi
 
27798620 askep-muskuloskletaal
27798620 askep-muskuloskletaal27798620 askep-muskuloskletaal
27798620 askep-muskuloskletaal
 
Laporan pendahuluan frakt
Laporan pendahuluan fraktLaporan pendahuluan frakt
Laporan pendahuluan frakt
 
Laporan pendahuluan tibia
Laporan pendahuluan tibiaLaporan pendahuluan tibia
Laporan pendahuluan tibia
 
Bab xiv
Bab xivBab xiv
Bab xiv
 
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjK 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
K 3 KGD.ppthvhjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
 
Dislokasi AKPER PEMKAB MUNA
Dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA Dislokasi  AKPER PEMKAB MUNA
Dislokasi AKPER PEMKAB MUNA
 
Gambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis FrakturGambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis Fraktur
 
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System MuskuluskeletalAsuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 
Fraktur lp
Fraktur lpFraktur lp
Fraktur lp
 
Fraktur
FrakturFraktur
Fraktur
 

Recently uploaded

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptxgizifik
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxMelisaBSelawati
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 

Recently uploaded (20)

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 

orthofraktur).ppt

  • 1. oleh dr. Suparimbo Soepadi, Sp.OT, FAPOA RSUD dr. SOEBANDI / FK UNEJ Ka. SMF ORTHOPAEDI & TRAUMATOLOGY PATAH TULANG (the PRINCIPLES OF FRACTURES )
  • 2. 1. Congenital and developmental abnormalities 2. Infection and inflamation 3. Arthritis and rheumatic disorders 4. Metabolic dysfuction and degeneration 5. Tumours and lesions that anemic them 6. Sensory disturbance and muscle weakness 7. Injury and mechanical derangement Ruang lingkup ilmu orthopaedi :
  • 3. Fracture ( Patah Tulang ) Adalah hilangnya continuitas tulang. • Closed ( or simple ) fracture • Open ( or compound ) fracture
  • 4. •Tulang relative mudah patah walaupun memiliki ketahanan dan kekuatan tertentu untuk menghadapi stress / beban. •Fracture disebabkan oleh : 1.Trauma tunggal 2.Stress berulang 3.Kelemahan yang abnormal ( Pathological fracture ) Bagaimana ( bisa ) terjadi patah tulang
  • 5. Fracture akibat trauma • Kebanyakan fracture diakibatkan oleh kekuatan yang “ besar dan tiba-tiba “ berupa pukulan ; “ gencetan “ ; “ mematahkan “ ; putaran ( twisting ) dan tarikan
  • 6. Kekuatan langsung : • Tulang patah pada titik pukulan • Terjadi kerusakan jaringan lunak pada titik tersebut • Bentuk patahan melintang ( pada patah tulang akibat kekuatan pukulan ) • Kekuatan himpitan menyebabkab serpihan-serpihan tulang dan kerusakan hebat jaringan lunak disekitarnya.
  • 7. Kekuatan tidak langsung : Patahan tulang jauh dari tempat gaya-gaya itu bekerja. Sedikit terjadi kerusakan jaringan lunak. Arah gaya kekuatan : 1 Puntiran  spiral fractur 2 Mematahkan  transverse fractur 3 Mematahkan dan kompressi  fraktur dengan serpihan tulang berbentuk segitiga (= butterfly fragment) 4 Kombinasi puntiran, mematahkan dan kompressi fraktur oblique 5 Tarikan ( oleh tendon )  fracture dengan bagian / pecahan tulang terpisah
  • 8. Baban berulang-ulang  retak pada patah tulang ( seperti pada metal dan bahan-bahan lain ) Fatique “ atau “ stress “ frakture Sering terjadi pada : Tibia atau fibula atau metatarsal pada atlet ; penari / senam dan tentara ( long march )
  • 9. Pathologic frakture Dengan beban normal, tulang mengalami fraktur. Misal kelemahan tulang karena : tumor ; tulang sangat rapuh ; pada Paget’s disease
  • 10. TYPE FRAKTUR Frakture sebetulnya sangat bervariasi bentuknya untuk kebutuhan praktis maka dibagi sebagai berikut : 1. “ Complete fractures “ Tulang patah sempurna menjadi dua atau lebih fragment tulang – Tranverse fraktur – Oblique fraktur – Opiral fraktur – Impacted fraktur – Comminuted fraktur
  • 11. 2. Incomplete fractures Bagian-bagian tulang tidak terpisah sempurna dan masih ada periode yang bersambung. Contoh : “ Green Stick “ frakture pada anak-anak. Patahan tulang saling menempati bagian tulang yang lain ( buckled ) atau bengkok. Biasanya reposisinya mudah dan penyebabnya cepat. Fraktur kompresi : Terjadi pada tulang cancellous pada orang dewasa khususnya pada corpus vertebrae.Reposisi sulit dikerjakan.
  • 12. Klasifikasi frakture ( MÜller 1990 ) membuat klasifikasi alphanumerik untuk keperluan dokumentasi dengan komputer. Huruf menandai type frakture ( diaphysis : A = sederhana ; B = baji (wedge) ; C = complex Digit pertama untuk tulang : 1 = humerus 2 = radius / ulna 3 = femur 4 = tibia / fibula Digit kedua untuk segment tulang : 1 = proximal 2 = diapisis 3 = distal 4 = malleolar ; proximal dan distal : A = diluar sendi B = sebagian masuk sendi C = didalam sendi Dua angka terakhir spesifik untuk rincian bentuk frakture
  • 13. Perubahan letak patahan tulang : Fraktur biasanya menyebabkan perubahan letak pecahan tulang sebagai akibat: a) kekuatan benturan b) gravitasi c) tarikan otot yang melekat kepadanya
  • 14. Perubahan letak dijelaskan dengan istilah : Aposisi ( sehubungan dengan luasnya pertemuan bidang patahan tulang ) • Bisa ke samping, ke belakang atau ke depan dalam hubungan permukaan fragment satu dengan lainnya. Penyambungan tulang bisa terjadi walaupun posisinya tidak sempurna.(malunion) Aligment ( sehubungan dengan sudut kemiringan terhadap axis tulang ) • angulasi bila tidak dikoreksi menyebabkan deformitas tulang. Rotasi ( puntiran ) • Tulang tampak “anatomis” tetapi terjadi perubahan sikap ujung lengan ; terjadi:“ rotational deformity “. Panjang ( length ) Patahan tulang bisa berpisah karena tarikan atau bisa overlap karena kontraksi otot menyebabkan pemendekan ukuran tulang.
  • 15. Maksud dikerjakan fixasi / bidai adalah untuk : 1. Mengurangi nyeri 2. Mempertahankan pada posisi seanatomis mungkin 3. Memungkinkan segera gerakan anggota tubuh dan kembalinya fungsi A.GRAHAM APLEY & LOUIS SOLOMON 1995
  • 16. Pada tulang tubular tanpa “ rigid “ fixasi, terdapat 5 stadium penyembuhan : 1. Kerusakan jaringan dan pembentukan hematoma • perdarahan & hematoma disekitar dan di dalam daerah frakture. 1 -2 mm ujung fragment tulang mati karena kehilangan supply darah.
  • 17. 2. Inflamasi dan proliferasi cellular Terjadi dalam 8 jam setelah patah tulang. Terjadi reaksi inflamasi akut dengan proliferasi sel dibawah periost dan didalam medulla. Ujung fragment dikelilingi jaringan selular yang menjembatani patahan tulang. Hematoma perlahan diserap dan tumbuh kapiler kedalamnya.
  • 18. 3. Pembentukan callus Sel yang berpoliferasi bersifat osteogenic dan chondrogenic segera membentuk tulang dan tulang rawan. Didalamnya terdapat juga sel osteoclast yang segera meresorpsi tulang-tlang mati.
  • 19. 4. ç Dengan berlanjutnya aktifitas osteoclastic dan osteoblastic maka bahan callus yang terdiri dari “ immature fibre bone “ ( = woven bone ) berubah menjadi lamellar bone. Proses ini perlahan, perlu beberapa bulan sampai tulang cukup kuat menahan beban normal.
  • 20.
  • 21. 5. Remodelling Setelah perlahan tulang disambung oleh callus yang massif setelah beberapa bulan bahkan beberapa tahun “ tambahan tulang “ yang kasar ini dibentuk kembali ke bentuk anatomis dengan proses resorpsi dan formasi yang terus menerus. ; “ dengan meningkatnya beban callus tumbuh lebih kuat lagi “ ( Wolff’s law ).
  • 22. UNION Adalah penyambungan telah terjadi walaupun belum sempurna. Sudah terjadi kalsifikasi pada callus Secara klinis : Masih sedikit nyeri pada patahan walaupun tulang telah menyatu.Bila dicoba dibengkokkan : nyeri X – foto : garis fraktur tampak jelas, dikelilingi callus tetapi belum cukup stable menyangga beban tubuh apabila tanpa proteksi.
  • 23. Konsolidasi ( Consolidation ) Penyambungan telah sempurna. Callus mengalami : ossifikasi Klinis : Masih sedikit nyeri pada patahan walaupun tulang telah menyatu.Bila dicoba dibengkokkan : nyeri X - Foto : Garis fraktur mulai menutup dan tampak trabekula menyeberangi garis fraktur. Tampak callus yang berbatas jelas. Penyambungan telah sempurna dan tidak diperlukan proteksi lagi.
  • 24. Perkin’s time table : Fraktur sipral lengan atas: “ united “ dalam 3 minggu; konsolidasi terjadi : 2 x waktu united Tungkai bawah : X 2 Fraktur transversal : X 2 Pada anak-anak penyambungan lebih cepat Perkiraan diatas adalah perkiraan kasar, perlu bantuan X – Foto untuk memastikan konsolidasi sebelum diizinkan menyangga beban penuh tanpa bidai.
  • 25. Non Union Kadang-kadang proses normal penyambungan tulang terhalang dan penyambungan tulang gagal. Penyebab non union adalah : 1. distraksi dan separasi patahan tulang 2. interposisi oleh jaringan lunak 3. gerakan berlebihan pada garis fraktur 4. kerusakan pembuluh darah
  • 26. Fractures disease Adalah keadaan klinis penderita berupa •edema kronis •atrophy jaringan lunak •osteoporis dan •kaku sendi Life is Movement , Movement is life
  • 27.
  • 28.
  • 29.
  • 30.
  • 31.
  • 32.
  • 33.
  • 34.
  • 35.
  • 36.
  • 37.
  • 38.
  • 39.
  • 40. 1. Patah tulang intertrochanter pada femur pada orang tua sebaiknya dilakukan : A.Traksi skeletal dengan “ balanced suspension “ B.Fixasi pen transcutaneous C.Reposisi tertutup dan fixasi interna D.Penggantian caput femur dengan prothesa E. Penggantian total dengan sendi panggul
  • 41. The answer is C ( Schwartz, chap 41. ) Intertrochanteric fractures, which are very common in elderly patients, usually occur as a result of a direct fall on the hip. Because the fractures usually are unstable, they often internal fixation, and treatment typically consists of closed reduction on a special fracture operating table, followed by surgical fixation with a blade plater or a compression screw appliance. Closed methods of treatment using traction require at least 16 weeks of bed rest, and while they may be appropriate for young patients, in elderly patients, the complication of bed rest outweigh the complication of surgery. Four months is the average time for bony union in an intertrochanteric or subtrochanteric fracture, and weight bearing should not be allowed until union has occurred.