SlideShare a Scribd company logo
1 of 48
Download to read offline
TEKNIK-TEKNIK PNF
OLEH:
SUDARYANTO, SST.Ft, M.Fis
INTRODUKSI
 Dalam terapi latihan, pola gerakan yang terkoordinasi
dapat difasilitasi dengan input sensorik yang tepat,
yang dapat ditingkatkan dengan teknik2 khusus.
 Teknik PNF adalah serangkaian metode fasilitasi,
dimana target perbaikan pada fungsi tubuh, struktur
tubuh dan/atau aktivitas dalam konteks goal terapi.
 Aplikasi klinis dari pola PNF adalah :
 Persiapan aktivitas kehidupan sehari-hari ; efisiensi
aktivitas fungsional
 Penggunaan irradiasi ; aksi bagian/segmen tubuh
lainnya untuk memudahkan terjadinya fasilitasi
 Pengobatan pada level fungsi tubuh dan struktur tubuh ;
stretching, mobilisasi
POLA LENGAN
*
Alur Pola Dasar Cervical
 Dalam teknik PNF, terdapat 3 kelompok teknik yaitu :
 Teknik Agonistic ; melibatkan rantai aksi satu otot/group otot,
dengan fokus pada satu arah :
 Rhythmic Initiation
 Combinasi Isotonik atau Agonistic Reversal
 Repeated Stretch dari Awal ROM
 Repeated Stretch melalui ROM yang ada
 Replication
 Teknik Relaksasi dan/atau Stretching :
 Contract – Relax
 Hold – Relax
 Teknik Antagonistic ; melibatkan agonist dan antagonist
dengan fokus pada kedua arah :
 Dynamic Reversals
 Stabilizing Reversals
 Rhythmic Stabilizations
Rhythmic initiation
 Adalah metode PNF dengan gerakan satu arah melalui ROM
yang diinginkan.
 Metode ini mencakup 4 fase yaitu :
 Passive  Assisted  Resisted  Independent
 Prosedur pelaksanaan :
 Lakukan secara pasif gerakan yang diinginkan
 Berikan stimulasi verbal hanya pada pola agonistic
 Anjurkan pasien untuk memulai secara aktif membantu arah
gerakan yang diinginkan
 Gerakkan secara pasif anggota gerak ke posisi semula
 Ketika pasien mulai belajar gerakan dalam arah yang
diinginkan secara bertahap dapat ditingkatkan dengan
aplikasi tahanan
 Tujuan dari metode ini adalah :
 Mengajarkan pola gerakan yang diinginkan
 Membantu initiation of motion
 Mengajarkan relaksasi ketika terjadi peningkatan tonus otot
yang abnormal
 Menormalisasi kecepatan gerakan
 Memperbaiki koordinasi dan kesadaran kinestetik
 Penekanan metode ini :
 Perintah verbal untuk mengatur kecepatan gerakan
 Gerakan kembali selalu terjadi secara pasif
 Selama fase independent, perhatikan tipe aktivitas otot yang
direkrut selama gerakan yang ditahan versus tipe aktivitas
otot yang direkrut saat gerakan bebas (pengaruh gravitasi).
Fleksi/adduksi/lateral rotasi dengan fleksi
elbow
Posisi Awal
Langkah kedua
Replication
 Adalah teknik satu arah dengan ciri khas posisi akhir gerak
yang diinginkan dipertahankan (target position), diikuti
gerakan kembali secara partial passive kearah berlawanan
dengan tahanan atau gerakan kembali dengan bebas
sampai target position.
 Jarak kembali ditingkatkan secara progresif sampai
mendekati full active independent atau tahanan sampai
target position.
 Prosedur pelaksanaan :
 Letakkan pasien dalam posisi akhir yang diinginkan atau
target position dari aktivitas.
 Beri tanda/isyarat ke pasien untuk melakukan kontraksi statik
melawan tahanan.
 Suruh pasien untuk relaks
 Prosedur pelaksanaan :
 Gerakkan anggota gerak pasien dalam jarak yang pendek
menjauhi target position.
 Minta pasien untuk kembali ke posisi sebelumnya dibawah
tahanan yang tepat atau dengan sendirinya secara bebas
tanpa tahanan.
 Ulangi prosedur tersebut.
 Untuk setiap repetisi gerakan, mulai secara bertahap
menjauhi dari posisi akhir.
 Minta pasien untuk mengulangi gerakan secara bebas pada
posisi akhir.
 Penekanan metode ini :
 Mengajarkan outcome gerakan atau aktivitas penting untuk
kerja fungsional dan aktivitas self-care.
Fleksi/adduksi/lateral rotasi dengan fleksi
elbow
 Tujuan :
 Mengajarkan rute gerakan sampai posisi akhir (outcome)
dalam pola yang diinginkan atau gerakan fungsional.
 Memeriksa kemampuan pasien untuk meneruskan kontraksi
pada pola akhir yang diinginkan atau gerakan fungsional.
 Memeriksa kemampuan pasien untuk kembali ke posisi akhir
yang ditentukan dari beragam posisi.
 Memperbaiki koordinasi.
 Memperbaiki body awareness.
 Memperbaiki aktivitas kegiatan sehari-hari
Combination of isotonics = agonistic
reversal
 Adalah suatu teknik dimana terjadi kombinasi konsentrik,
eksentrik, dan isometrik pada group otot secara sinergis
tanpa relaksasi.
 Prosedur pelaksanaan :
 Bergantung pada goal terapi dan pengalaman pasien, mulai
dengan kontraksi konsentrik atau statik.
 Pada akhir gerak yang diinginkan, minta pasien untuk
mempertahankan posisi tersebut melawan tahanan.
 Jika tercapai peningkatan recruitment, tahan secara perlahan
kontraksi eksentrik yang terkontrol sampai kembali ke pola
posisi awal.
 Kontraksi statik mulai lagi dilakukan.
 Beri isyarat/tanda ke pasien secara verbal jika
mengaplikasikan tipe kontraksi lainnya.
 Prosedur pelaksanaan :
 Ulangi rangkaian gerakan tersebut secara tepat untuk
mencapai goal terapi.
 Penekanan metode ini :
 Bergantung pada goal terapi, ROM dapat bervariasi antara
kecil dan full.
 Tidak ada relaksasi yang terjadi diantara ketiga tipe aktivitas
otot yang berbeda.
 Kedua tangan terapis tetap kontak pada lokasi yang sama.
 Kontraksi statik/isometrik dilakukan pada suatu bagian
didalam kontraksi eksentrik dan/atau konsentrik yang
menekankan pada recruitment neuromuskular terbesar.
 Kontraksi konsentrik kontraksi stabilizing (statik) kontraksi
eksentrik
Combination of isotonics = agonistic
reversal
AGONISTIC REVERSAL AGONISTIC REVERSAL
AGONISTIC REVERSAL AGONISTIC REVERSAL
 Tujuan :
 Meningkatkan power dan muscle endurance.
 Memperbaiki koordinasi dan kontrol aktif gerakan.
 Memperbaiki kontrol gerakan didalam aktivitas fungsional
(khususnya efektif untuk kontrol eksentrik).
 Training fungsional untuk aktivitas kegiatan sehari-hari.
 Mengajarkan suatu pola.
REPEATED STRETCH BEGIN ROM
 Adalah penggunaan prinsip dasar quick stretch yang
diulang-ulang (stimulus stretch dikombinasikan dengan
usaha volunter pasien) pada otot-otot dibawah tension
elongasi.
 Prosedur pelaksanaan :
 Secara pasif memberikan elongasi pada otot
 Memberikan quick stretch yang disinkronisasi dengan isyarat
perintah verbal pada respon aktif dari pasien
 Tahan resultan kontraksi pasien pada seluruh ROM aktif yang
ada
 Ulangi prosedur beberapa kali sesuai dengan kebutuhan
 Penekanan metode ini :
 Aplikasikan tahanan yang tepat segera setelah quick stretch
melalui ROM aktif yang ada.
 Secepatnya diaplikasikan kontraksi otot yang nyaman,
rangkaian gerakan diulang dari awal ROM.
 Repetisi harus meningkatkan recruitment otot sehingga
dengan demikian meningkatkan ROM aktif
 Pada akhir ROM aktif pasien, anggota gerak dapat dibantu
melalui ROM penuh.
 Tujuan :
 Memfasilitasi kontraksi otot.
 Memfasilitasi initiation of motion.
 Recruit lebih banyak motor unit.
 Meningkatkan strength
 Meningkatkan ROM aktif
 Memperlambat kelelahan otot
 Re-direct arah gerakan yang diinginkan
 Menormalisasi tonus otot yang abnormal.
REPEATED STRETCH THROUGH RANGE
 Adalah penggunaan quick stretch yang berulang (stimulus
stretch yang dikombinasikan dengan usaha volunter pasien)
pada kontraksi otot.
 Prosedur pelaksanaan :
 Terapis menahan seluruh komponen pola gerakan
 Sementara pasien secara aktif berkontraksi melalui ROM-nya,
terapis memberikan penekanan quick stretch pada kontraksi
tersebut dengan sedikit elongasi pada otot tersebut
 Re-stretch tersebut harus sinkron dengan perintah verbal
pada kontraksi otot yang kuat
 Seluruh komponen pola gerakan harus di berikan re-stretch
dan ditahan tanpa relaksasi pasien
 Penekanan metode ini :
 Pasien harus memiliki kecenderuungan bergerak secara
kontinyu melalui ROM yang diinginkan
 Pasien tidak harus relaks atau arah sebaliknya secara
volunter selama re-stretch
 Tahanan yang tepat segera diaplikasikan setelah quick stretch
melalui ROM aktif yang ada.
 Tujuan :
 Recruit lebih banyak motor unit
 Meningkatkan muscle power
 Meningkatkan ROM aktif
 Memperlambat kelelahan atau meningkatkan endurance
 Menekankan secara fungsional ROM penting dalam suatu
pola
 Gerakan re-direct pada arah yang diinginkan selama pola
gerakan
 Menormalisasi tonus otot yang abnormal
CONTRACT RELAX
 Adalah teknik kontraksi isotonik resisted yang berlawanan
dengan cukup tahanan untuk mencegah gerakan, diikuti
dengan relaksasi dan gerakan berikutnya kedalam ROM
yang baru.
 Contract relax merupakan salah satu metode untuk mem-
peroleh reaksi pemanjangan pada group antagonis yang
mengalami hipertonus (spasme/tightness).
 Contract Relax terdiri atas 2 metode yaitu :
 Direct method : kontraksi pada group otot yang terbatas
(tightness)  dikenal dengan “post-isometrik relaxation”.
 Indirect method : kontraksi otot yang berlawanan dengan
group otot yang terbatas/tightness  antagonistic inhibition.
 Prosedur pelaksanaan :
 Direct method :
 Gerakkan segmen tubuh pada akhir ROM yang ada ; dapat
dilakukan secara pasif atau aktif
 Tanpa melepaskan posisi tersebut, minta pasien untuk
berkontraksi secara isotonik halus dan terkoordinasi pada group
otot yang terbatas (spasme/tightness) dalam suatu pola,
kemudian block gerakan dengan tahanan. Perhatian khusus
pada komponen rotasi. Beberapa gerakan mungkin terjadi.
 Sekali pasien mempertahankan kontraksi tersebut selama
beberapa detik, kemudian diminta relaks
 Gerakkan segmen tubuh sampai akhir ROM yang baru ; hal ini
dapat dilakukan secara pasif atau aktif. Ulangi rangkaian ini
sampai tidak tercapai ROM yang lebih jauh dan latihan kembali
pada ROM yang baru
 Indirect method :
 Rangkaian gerakannya sama dengan direct method.
 Indirect method :
 Minta pasien untuk kontraksi isotonik yang halus dan
terkoordinasi pada group otot yang berlawanan dengan group
otot yang terbatas (spasme/tightness) dalam suatu pola,
kemudian block gerakan dengan tahanan. Perhatian khusus
pada komponen rotasi, dan beberapa gerakan mungkin terjadi.
 Sekali pasien mempertahankan kontraksi tersebut selama
beberapa detik, kemudian minta pasien untuk relaks.
 Gerakkan segmen tubuh pada akhir ROM baru ; dapat dilakukan
secara pasif atau lebih baik aktif. Ulangi rangkaian gerakan
tersebut sampai tidak tercapai lagi ROM yang lebih jauh dan
latihan kembali pada ROM yang baru.
 Penekanan metode ini :
 Terapis meminta pasien untuk relaks dan selanjutnya
menggerakkan ke dalam ROM aktif yang baru atau ROM pasif
yang baru
 Untuk re-education setelah Contract Relax, terapis dapat
memfa-silitasi active hold, atau teknik latihan lainnya untuk
melatih kembali otot dalam ROM yang baru
 Tujuan :
 Relaksasi dan/atau stretching otot
 Meningkatkan ROM
HOLD – CONTRACT RELAX
HOLD – CONTRACT RELAX
HOLD – CONTRACT RELAX
HOLD – CONTRACT RELAX
HOLD RELAX
 Adalah teknik kontraksi isometrik resisted yang difasilitasi
oleh gaya yang sesuai, diikuti oleh relaksasi dan selanjutnya
gerakan kedalam ROM yang baru.
 Hold Relax terdiri atas 2 metode yaitu :
 Direct method : kontraksi group otot yang terbatas
(spasme/tightness)  post-isometric relaxation
 Indirect method : kontraksi otot yang berlawanan dari group
otot yang terbatas (spasme/tightness)  antagonistic
inhibition
 Prosedur pelaksanaan :
 Direct method :
 Gerakkan segmen tubuh pada akhir ROM yang ada ; lakukan
secara pasif atau aktif
 Tanpa melepaskan posisi tersebut, minta pasien untuk kontraksi
isometrik halus dan terkoordinasi pada group otot yang terbatas
(spasme/tightness) dalam suatu pola. Perhatian khusus pada
komponen rotasi dan tidak ada gerakan yang harus terjadi.
 Sekali pasien mempertahankan kontraksi tersebu selama
beberapa detik, kemudian minta pasien untuk relaks
 Gerakkan segmen tubuh sampai pada akhir ROM yang baru ;
dapat dilakukan secara pasif atau aktif.
 Ulangi rangkaian gerakan tersebut sampai tidak tercapai lagi
ROM yang lebih jauh dan latihan kembali pada ROM yang baru.
 Indirect method :
 Rangkaian gerakannya sama dengan direct method.
 Minta pasien untuk kontraksi isometrik yang halus dan
terkoordinasi pada group otot yang berlawanan dengan group otot
yang terbatas (spasme/tightness) dalam suatu pola, kemudian
block gerakan dengan tahanan. Perhatian khusus pada
komponen rotasi, dan tidak boleh ada gerakan yang terjadi.
 Sekali pasien mempertahankan kontraksi tersebut selama
beberapa detik, kemudian minta pasien untuk relaks.
 Gerakkan segmen tubuh pada akhir ROM baru ; dapat dilakukan
secara pasif atau lebih baik aktif. Ulangi rangkaian gerakan
tersebut sampai tidak tercapai lagi ROM yang lebih jauh dan
latihan kembali pada ROM yang baru.
 Penekanan metode ini :
 Jika posisi akhir timbul nyeri hebat, maka gerakkan pasien
sedikit ke posisi bebas nyeri.
 Tahanan diaplikasikan dan dilepaskan jauh lebih lambat
daripada teknik Contract Relax.
 Gunakan pernapasan untuk meningkatkan relaksasi.
 Hold Relax merupakan teknik pilihan untuk problem nyeri.
 Untuk re-edukasi setelah Hold Relax, terapis dapat
memfasilitasi active hold, atau teknik latihan lainnya untuk
latihan kembali otot kedalam ROM baru dan bebas nyeri.
 Tujuan :
 Relaksasi dan/atau stretching otot
 Meningkatkan ROM
 Menurunkan nyeri
PERBEDAAN CONTRACT RELAX DAN HOLD RELAX
Contract Relax Hold Relax
Target terapi pada peningkatan ROM aktif atau
pasif, stretching dan relaksasi, pencegahan
injury (sport)
Target terapi pada peningkatan ROM pasif,
penurunan nyeri, penurunan spastisitas
Kondisi tidak ada nyeri, good control oleh
fisioterapi
Kondisi nyeri hebat atau pasien yang sangat
kuat bagi fisioterapi
Tipe kontraksi: isotonik, kemauan bergerak,
cepat. Lebih baik teknik direct daripada indirect
Tipe kontraksi: isometrik, tidak ada kemauan
untuk bergerak, lambat.
Perintah verbal: “kuat”, “dorong”, “tarik” Perintah verbal: “lembut”, “pelan”,
“pertahankan atau tahan posisi”
Relaksasi cepat, tidak dibatasi oleh nyeri Relaksasi yang lebih lambat dan sejalan
relaksasi antara fisioterapis dan pasien
Gerak aktif kedalam ROM yang baru Gerak aktif ROM baru yang bebas nyeri,
fisioterapi membantu kedalam ROM baru jika
timbul nyeri hebat
Penguatan pada ROM baru Penguatan pada ROM baru jika nyeri dapat
ditolerir
DYNAMIC REVERSALS
 Adalah metode kontraksi konsentrik yang ditahan dari satu
arah berubah kearah berlawanan tanpa relaksasi.
 Prosedur pelaksanaan :
 Tahan gerakan pasien dalam satu arah (biasanya arah yang lebih
kuat)
 Pada akhir ROM yang dinginkan tercapai, ubah manual kontak
sementara memberikan persiapan perintah verbal.
 Perintah verbal mengawali perubahan arah gerakan tanpa relaksasi.
 Tahan arah gerakan berlawanan tersebut.
 Ulangi arah reversal sesuai dengan goal terapi.
 Penekanan metode ini :
 Perubahan arah dapat digunakan untuk menekankan ROM tertentu.
 Kecepatan yang digunakan dapat divariasikan dalam 1 arah atau 2
arah.
 Dengan menggunakan pola extremitas pastikan mengawali arah
perubahan mulai dari distal.
 Jika memungkinkan, usahakan menggunakan teknik ini secara
fungsional
 Tujuan :
 Meningkatkan muscle power dan endurance.
 Meningkatkan ROM aktif.
 Memperbaiki kemampuan untuk koordinasi perubahan arah.
 Mengurangi kelelahan.
 Menormalisasi tonus.
DYNAMIC REVERSALS
DYNAMIC REVERSALS
STABILIZING REVERSALS
 Adalah metode kontraksi statik yang ditahan dan secara
bergantian dalam arah yang berlawanan untuk
memfasilitasi stabilitas dalam posisi spesifik dengan
mengubah manual kontak.
 Prosedur pelaksanaan :
 Dalam posisi yang diinginkan tahan pasien mulai dari arah yang paling
kuat tanpa gerakan.
 Perintah verbal statik harus digunakan untuk mempertahankan posisi.
 Ketika peningkatan recruitment tercapai, terapis menggerakkan salah
satu tangan dan mulai memberikan tahanan dalam arah yang lainnya.
 Sebagaimana pasien merespon tahanan baru secara tepat, terapis
menggerakkan tangan lainnya untuk menahan arah yang baru.
 Secara berkelanjutan mengubah arah tahanan dengan tepat sesuai
dengan goal terapi.
 Pasien harus tetap aktif kontraksi statik (tanpa relaksasi) pada saat
terapis mengubah arah kontraksi.
STABILIZING REVERSALS
STABILIZING REVERSALS
 Penekanan metode ini :
 Aproksimasi dan/atau traksi dapat digunakan untuk
memfasilitasi transisi yang halus antara perubahan arah
tahanan.
 Perubahan dari satu pola/arah gerakan ke pola/arah gerakan
lainnya dapat diberikan.
 Tujuan :
 Meningkatkan stabilitas.
 Memperbaiki kontrol postural.
 Memperbaiki koordinasi.
 Mempertahankan posisi.
 Mengajarkan (re-edukasi) posisi baru atau ROM
 Meningkatkan muscle power dan endurance.
RHYTHMIC STABILIZATION
 Adalah metode kontraksi isometrik melawan tahanan
secara bergantian tanpa relaksasi dan tanpa mengubah
manual kontak.
 Prosedur pelaksanaan :
 Letakkan manual kontak pada anggota gerak pasien sehingga anda
dapat memberikan tahanan untuk group otot agonistic dan
antagonistic tanpa mengubah manual kontak.
 Mulai dengan arah yang lebih kuat dan lambat sehingga
memberikan peningkatan tahanan pada seluruh komponen
(aktivitas otot isometrik).
 Tambah aproksimasi atau traksi dengan tepat.
 Mengubah arah tahanan dengan lambat untuk mencegah hilangnya
tension.
 Gunakan perintah verbal “tahan posisi ini” atau “jangan biarkan
saya menggerakkan anggota gerak anda”
 Lanjutkan untuk perubahan arah tahanan
 Ulangi prosedur ini secara berirama ; Tahanan dapat
bervariasi bergantung pada goal terapi dan kemampuan
pasien untuk melakukan kontraksi isometrik.
 Penekanan metode ini :
 Pasien dan terapis harus sama-sama tidak bergerak, sehingga
saling menyesuaikan antara kontraksi dengan tahanan yang
diberikan.
 Sebagaimana kecepatan reversal meningkat, ko-kontraksi muscular
dapat dicapai pada saat pasien mulai mengantisipasi tuntutan.
 Aproksimasi lebih banyak digunakan untuk mengubah arah antara
pola, traksi dapat digunakan jika lebih tepat.
 Tujuan :
 Meningkatkan stabilitas sekaligus menghasilkan ko-kontraksi.
 Memperbaiki kontrol postural dan balance.
 Memperbaiki koordinasi.
 Mempertahankan posisi
 Mengajarkan (re-edukasi) posisi baru atau ROM
 Meningkatkan statik muscle power dan endurance
 Memperlancar relaksasi
RHYTHMIC STABILIZATION
TEKNIK-TEKNIK PNF

More Related Content

What's hot

Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan Atas
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan AtasAnatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan Atas
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan AtasDarwis Yang Terbuang
 
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMT
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMTassesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMT
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMTFitri Ardini Nuranisa
 
Dmp (dystrophy muscular progressive
Dmp (dystrophy muscular progressiveDmp (dystrophy muscular progressive
Dmp (dystrophy muscular progressiveStudent
 
Cervical root syndrome
Cervical root syndromeCervical root syndrome
Cervical root syndromesriyulianti19
 
Konsep dan teknik mulligan
Konsep dan teknik mulliganKonsep dan teknik mulligan
Konsep dan teknik mulliganYanto Physio
 
Core Stability Exercise
Core Stability ExerciseCore Stability Exercise
Core Stability ExerciseYanto Physio
 
PNF scapula dan pelvis
PNF scapula dan pelvisPNF scapula dan pelvis
PNF scapula dan pelvisYanto Physio
 
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus spinal cord injury incomplit ais b sl ...
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus spinal cord injury incomplit ais b sl ...Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus spinal cord injury incomplit ais b sl ...
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus spinal cord injury incomplit ais b sl ...Tri Aviyanto
 
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraKonsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraYanto Physio
 
Range of motion ( ROM ) by Verar
Range of motion ( ROM ) by VerarRange of motion ( ROM ) by Verar
Range of motion ( ROM ) by VerarVerar Oka
 
Kontra indikasi umum tens
Kontra indikasi umum tensKontra indikasi umum tens
Kontra indikasi umum tensayulesttari
 
Postural drainage
Postural drainagePostural drainage
Postural drainageMelz Mutz
 
Anatomy of ankle and foot fo
Anatomy of ankle and foot foAnatomy of ankle and foot fo
Anatomy of ankle and foot foAisyah NurHasanah
 

What's hot (20)

Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan Atas
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan AtasAnatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan Atas
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan Atas
 
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMT
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMTassesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMT
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMT
 
Pengukuran rom
Pengukuran romPengukuran rom
Pengukuran rom
 
Dmp (dystrophy muscular progressive
Dmp (dystrophy muscular progressiveDmp (dystrophy muscular progressive
Dmp (dystrophy muscular progressive
 
Cervical root syndrome
Cervical root syndromeCervical root syndrome
Cervical root syndrome
 
Konsep dan teknik mulligan
Konsep dan teknik mulliganKonsep dan teknik mulligan
Konsep dan teknik mulligan
 
Pengantar Fisioterapi
Pengantar FisioterapiPengantar Fisioterapi
Pengantar Fisioterapi
 
Core Stability Exercise
Core Stability ExerciseCore Stability Exercise
Core Stability Exercise
 
PNF scapula dan pelvis
PNF scapula dan pelvisPNF scapula dan pelvis
PNF scapula dan pelvis
 
Six minute walking test
Six minute walking testSix minute walking test
Six minute walking test
 
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus spinal cord injury incomplit ais b sl ...
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus spinal cord injury incomplit ais b sl ...Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus spinal cord injury incomplit ais b sl ...
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus spinal cord injury incomplit ais b sl ...
 
Motor relearning program
Motor relearning programMotor relearning program
Motor relearning program
 
PNF cervical
PNF cervicalPNF cervical
PNF cervical
 
Proses penyembuhan fraktur
Proses penyembuhan frakturProses penyembuhan fraktur
Proses penyembuhan fraktur
 
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraKonsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
 
Range of motion ( ROM ) by Verar
Range of motion ( ROM ) by VerarRange of motion ( ROM ) by Verar
Range of motion ( ROM ) by Verar
 
Kontra indikasi umum tens
Kontra indikasi umum tensKontra indikasi umum tens
Kontra indikasi umum tens
 
Postural drainage
Postural drainagePostural drainage
Postural drainage
 
Sensori persepsi
Sensori persepsiSensori persepsi
Sensori persepsi
 
Anatomy of ankle and foot fo
Anatomy of ankle and foot foAnatomy of ankle and foot fo
Anatomy of ankle and foot fo
 

Similar to TEKNIK-TEKNIK PNF

11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx
11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx
11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptxaditya romadhon
 
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)Yulvi Hasrianti
 
Latihan kondisi fisik
Latihan kondisi fisikLatihan kondisi fisik
Latihan kondisi fisiksyahrul81
 
Latihan fleksibiliti
Latihan fleksibilitiLatihan fleksibiliti
Latihan fleksibilitiSaba Alias
 
Terapi modalitas relaksasi otot progresif
Terapi modalitas relaksasi otot progresifTerapi modalitas relaksasi otot progresif
Terapi modalitas relaksasi otot progresifWenny Anugrah
 
Makalah terapi relaksasi otot progresif
Makalah terapi relaksasi otot progresifMakalah terapi relaksasi otot progresif
Makalah terapi relaksasi otot progresifKANDA IZUL
 
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leherPenatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leherUzlifati Jannatin Alfafa
 
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leherPenatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leherUzlifati Jannatin Alfafa
 
Latihan kondisi fisik
Latihan kondisi fisikLatihan kondisi fisik
Latihan kondisi fisikher_dianty
 

Similar to TEKNIK-TEKNIK PNF (20)

11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx
11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx
11. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF).pptx
 
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
7. stretching exercise 2 (ext. inferior)
 
ROM
ROMROM
ROM
 
Latihan kondisi fisik
Latihan kondisi fisikLatihan kondisi fisik
Latihan kondisi fisik
 
Sap rom
Sap romSap rom
Sap rom
 
Latihan fleksibiliti
Latihan fleksibilitiLatihan fleksibiliti
Latihan fleksibiliti
 
Manajemen nyeri
Manajemen nyeriManajemen nyeri
Manajemen nyeri
 
Kelenturan
KelenturanKelenturan
Kelenturan
 
Terapi modalitas relaksasi otot progresif
Terapi modalitas relaksasi otot progresifTerapi modalitas relaksasi otot progresif
Terapi modalitas relaksasi otot progresif
 
Makalah terapi relaksasi otot progresif
Makalah terapi relaksasi otot progresifMakalah terapi relaksasi otot progresif
Makalah terapi relaksasi otot progresif
 
Sport Massage Adit.pptx
Sport Massage Adit.pptxSport Massage Adit.pptx
Sport Massage Adit.pptx
 
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leherPenatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
 
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leherPenatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
Penatalaksanaan myofascial release pada kasus nyeri leher
 
Bab 5 kecergasan muskular
Bab 5   kecergasan muskularBab 5   kecergasan muskular
Bab 5 kecergasan muskular
 
Definisi rom
Definisi romDefinisi rom
Definisi rom
 
Sains Sukan - MPP
Sains Sukan - MPPSains Sukan - MPP
Sains Sukan - MPP
 
Range of motion (rom)
Range of motion (rom)Range of motion (rom)
Range of motion (rom)
 
Fleksibiliti - MPP
Fleksibiliti - MPPFleksibiliti - MPP
Fleksibiliti - MPP
 
Bobat exc
Bobat exc Bobat exc
Bobat exc
 
Latihan kondisi fisik
Latihan kondisi fisikLatihan kondisi fisik
Latihan kondisi fisik
 

More from Yanto Physio

Gambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis FrakturGambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis FrakturYanto Physio
 
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraKonsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraYanto Physio
 
Pengantar Terapi Mekanik
Pengantar Terapi MekanikPengantar Terapi Mekanik
Pengantar Terapi MekanikYanto Physio
 
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual TherapyImplikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual TherapyYanto Physio
 
Kombinasi Pola PNF Lengan
Kombinasi Pola PNF LenganKombinasi Pola PNF Lengan
Kombinasi Pola PNF LenganYanto Physio
 

More from Yanto Physio (8)

Gambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis FrakturGambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis Fraktur
 
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraKonsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
 
Pengantar Terapi Mekanik
Pengantar Terapi MekanikPengantar Terapi Mekanik
Pengantar Terapi Mekanik
 
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual TherapyImplikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
 
Konsep Fraktur
Konsep FrakturKonsep Fraktur
Konsep Fraktur
 
Kombinasi Pola PNF Lengan
Kombinasi Pola PNF LenganKombinasi Pola PNF Lengan
Kombinasi Pola PNF Lengan
 
PNF tungkai
PNF tungkaiPNF tungkai
PNF tungkai
 
PNF lengan
PNF lenganPNF lengan
PNF lengan
 

Recently uploaded

Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxJasaketikku
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 

Recently uploaded (20)

Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 

TEKNIK-TEKNIK PNF

  • 2. INTRODUKSI  Dalam terapi latihan, pola gerakan yang terkoordinasi dapat difasilitasi dengan input sensorik yang tepat, yang dapat ditingkatkan dengan teknik2 khusus.  Teknik PNF adalah serangkaian metode fasilitasi, dimana target perbaikan pada fungsi tubuh, struktur tubuh dan/atau aktivitas dalam konteks goal terapi.  Aplikasi klinis dari pola PNF adalah :  Persiapan aktivitas kehidupan sehari-hari ; efisiensi aktivitas fungsional  Penggunaan irradiasi ; aksi bagian/segmen tubuh lainnya untuk memudahkan terjadinya fasilitasi  Pengobatan pada level fungsi tubuh dan struktur tubuh ; stretching, mobilisasi
  • 4. *
  • 5.
  • 6. Alur Pola Dasar Cervical
  • 7.  Dalam teknik PNF, terdapat 3 kelompok teknik yaitu :  Teknik Agonistic ; melibatkan rantai aksi satu otot/group otot, dengan fokus pada satu arah :  Rhythmic Initiation  Combinasi Isotonik atau Agonistic Reversal  Repeated Stretch dari Awal ROM  Repeated Stretch melalui ROM yang ada  Replication  Teknik Relaksasi dan/atau Stretching :  Contract – Relax  Hold – Relax  Teknik Antagonistic ; melibatkan agonist dan antagonist dengan fokus pada kedua arah :  Dynamic Reversals  Stabilizing Reversals  Rhythmic Stabilizations
  • 8. Rhythmic initiation  Adalah metode PNF dengan gerakan satu arah melalui ROM yang diinginkan.  Metode ini mencakup 4 fase yaitu :  Passive  Assisted  Resisted  Independent  Prosedur pelaksanaan :  Lakukan secara pasif gerakan yang diinginkan  Berikan stimulasi verbal hanya pada pola agonistic  Anjurkan pasien untuk memulai secara aktif membantu arah gerakan yang diinginkan  Gerakkan secara pasif anggota gerak ke posisi semula  Ketika pasien mulai belajar gerakan dalam arah yang diinginkan secara bertahap dapat ditingkatkan dengan aplikasi tahanan
  • 9.  Tujuan dari metode ini adalah :  Mengajarkan pola gerakan yang diinginkan  Membantu initiation of motion  Mengajarkan relaksasi ketika terjadi peningkatan tonus otot yang abnormal  Menormalisasi kecepatan gerakan  Memperbaiki koordinasi dan kesadaran kinestetik  Penekanan metode ini :  Perintah verbal untuk mengatur kecepatan gerakan  Gerakan kembali selalu terjadi secara pasif  Selama fase independent, perhatikan tipe aktivitas otot yang direkrut selama gerakan yang ditahan versus tipe aktivitas otot yang direkrut saat gerakan bebas (pengaruh gravitasi).
  • 10. Fleksi/adduksi/lateral rotasi dengan fleksi elbow Posisi Awal Langkah kedua
  • 11. Replication  Adalah teknik satu arah dengan ciri khas posisi akhir gerak yang diinginkan dipertahankan (target position), diikuti gerakan kembali secara partial passive kearah berlawanan dengan tahanan atau gerakan kembali dengan bebas sampai target position.  Jarak kembali ditingkatkan secara progresif sampai mendekati full active independent atau tahanan sampai target position.  Prosedur pelaksanaan :  Letakkan pasien dalam posisi akhir yang diinginkan atau target position dari aktivitas.  Beri tanda/isyarat ke pasien untuk melakukan kontraksi statik melawan tahanan.  Suruh pasien untuk relaks
  • 12.  Prosedur pelaksanaan :  Gerakkan anggota gerak pasien dalam jarak yang pendek menjauhi target position.  Minta pasien untuk kembali ke posisi sebelumnya dibawah tahanan yang tepat atau dengan sendirinya secara bebas tanpa tahanan.  Ulangi prosedur tersebut.  Untuk setiap repetisi gerakan, mulai secara bertahap menjauhi dari posisi akhir.  Minta pasien untuk mengulangi gerakan secara bebas pada posisi akhir.  Penekanan metode ini :  Mengajarkan outcome gerakan atau aktivitas penting untuk kerja fungsional dan aktivitas self-care.
  • 14.  Tujuan :  Mengajarkan rute gerakan sampai posisi akhir (outcome) dalam pola yang diinginkan atau gerakan fungsional.  Memeriksa kemampuan pasien untuk meneruskan kontraksi pada pola akhir yang diinginkan atau gerakan fungsional.  Memeriksa kemampuan pasien untuk kembali ke posisi akhir yang ditentukan dari beragam posisi.  Memperbaiki koordinasi.  Memperbaiki body awareness.  Memperbaiki aktivitas kegiatan sehari-hari
  • 15. Combination of isotonics = agonistic reversal  Adalah suatu teknik dimana terjadi kombinasi konsentrik, eksentrik, dan isometrik pada group otot secara sinergis tanpa relaksasi.  Prosedur pelaksanaan :  Bergantung pada goal terapi dan pengalaman pasien, mulai dengan kontraksi konsentrik atau statik.  Pada akhir gerak yang diinginkan, minta pasien untuk mempertahankan posisi tersebut melawan tahanan.  Jika tercapai peningkatan recruitment, tahan secara perlahan kontraksi eksentrik yang terkontrol sampai kembali ke pola posisi awal.  Kontraksi statik mulai lagi dilakukan.  Beri isyarat/tanda ke pasien secara verbal jika mengaplikasikan tipe kontraksi lainnya.
  • 16.  Prosedur pelaksanaan :  Ulangi rangkaian gerakan tersebut secara tepat untuk mencapai goal terapi.  Penekanan metode ini :  Bergantung pada goal terapi, ROM dapat bervariasi antara kecil dan full.  Tidak ada relaksasi yang terjadi diantara ketiga tipe aktivitas otot yang berbeda.  Kedua tangan terapis tetap kontak pada lokasi yang sama.  Kontraksi statik/isometrik dilakukan pada suatu bagian didalam kontraksi eksentrik dan/atau konsentrik yang menekankan pada recruitment neuromuskular terbesar.  Kontraksi konsentrik kontraksi stabilizing (statik) kontraksi eksentrik
  • 17. Combination of isotonics = agonistic reversal
  • 20.  Tujuan :  Meningkatkan power dan muscle endurance.  Memperbaiki koordinasi dan kontrol aktif gerakan.  Memperbaiki kontrol gerakan didalam aktivitas fungsional (khususnya efektif untuk kontrol eksentrik).  Training fungsional untuk aktivitas kegiatan sehari-hari.  Mengajarkan suatu pola.
  • 21. REPEATED STRETCH BEGIN ROM  Adalah penggunaan prinsip dasar quick stretch yang diulang-ulang (stimulus stretch dikombinasikan dengan usaha volunter pasien) pada otot-otot dibawah tension elongasi.  Prosedur pelaksanaan :  Secara pasif memberikan elongasi pada otot  Memberikan quick stretch yang disinkronisasi dengan isyarat perintah verbal pada respon aktif dari pasien  Tahan resultan kontraksi pasien pada seluruh ROM aktif yang ada  Ulangi prosedur beberapa kali sesuai dengan kebutuhan  Penekanan metode ini :  Aplikasikan tahanan yang tepat segera setelah quick stretch melalui ROM aktif yang ada.  Secepatnya diaplikasikan kontraksi otot yang nyaman, rangkaian gerakan diulang dari awal ROM.
  • 22.  Repetisi harus meningkatkan recruitment otot sehingga dengan demikian meningkatkan ROM aktif  Pada akhir ROM aktif pasien, anggota gerak dapat dibantu melalui ROM penuh.  Tujuan :  Memfasilitasi kontraksi otot.  Memfasilitasi initiation of motion.  Recruit lebih banyak motor unit.  Meningkatkan strength  Meningkatkan ROM aktif  Memperlambat kelelahan otot  Re-direct arah gerakan yang diinginkan  Menormalisasi tonus otot yang abnormal.
  • 23. REPEATED STRETCH THROUGH RANGE  Adalah penggunaan quick stretch yang berulang (stimulus stretch yang dikombinasikan dengan usaha volunter pasien) pada kontraksi otot.  Prosedur pelaksanaan :  Terapis menahan seluruh komponen pola gerakan  Sementara pasien secara aktif berkontraksi melalui ROM-nya, terapis memberikan penekanan quick stretch pada kontraksi tersebut dengan sedikit elongasi pada otot tersebut  Re-stretch tersebut harus sinkron dengan perintah verbal pada kontraksi otot yang kuat  Seluruh komponen pola gerakan harus di berikan re-stretch dan ditahan tanpa relaksasi pasien
  • 24.  Penekanan metode ini :  Pasien harus memiliki kecenderuungan bergerak secara kontinyu melalui ROM yang diinginkan  Pasien tidak harus relaks atau arah sebaliknya secara volunter selama re-stretch  Tahanan yang tepat segera diaplikasikan setelah quick stretch melalui ROM aktif yang ada.  Tujuan :  Recruit lebih banyak motor unit  Meningkatkan muscle power  Meningkatkan ROM aktif  Memperlambat kelelahan atau meningkatkan endurance  Menekankan secara fungsional ROM penting dalam suatu pola  Gerakan re-direct pada arah yang diinginkan selama pola gerakan  Menormalisasi tonus otot yang abnormal
  • 25. CONTRACT RELAX  Adalah teknik kontraksi isotonik resisted yang berlawanan dengan cukup tahanan untuk mencegah gerakan, diikuti dengan relaksasi dan gerakan berikutnya kedalam ROM yang baru.  Contract relax merupakan salah satu metode untuk mem- peroleh reaksi pemanjangan pada group antagonis yang mengalami hipertonus (spasme/tightness).  Contract Relax terdiri atas 2 metode yaitu :  Direct method : kontraksi pada group otot yang terbatas (tightness)  dikenal dengan “post-isometrik relaxation”.  Indirect method : kontraksi otot yang berlawanan dengan group otot yang terbatas/tightness  antagonistic inhibition.
  • 26.  Prosedur pelaksanaan :  Direct method :  Gerakkan segmen tubuh pada akhir ROM yang ada ; dapat dilakukan secara pasif atau aktif  Tanpa melepaskan posisi tersebut, minta pasien untuk berkontraksi secara isotonik halus dan terkoordinasi pada group otot yang terbatas (spasme/tightness) dalam suatu pola, kemudian block gerakan dengan tahanan. Perhatian khusus pada komponen rotasi. Beberapa gerakan mungkin terjadi.  Sekali pasien mempertahankan kontraksi tersebut selama beberapa detik, kemudian diminta relaks  Gerakkan segmen tubuh sampai akhir ROM yang baru ; hal ini dapat dilakukan secara pasif atau aktif. Ulangi rangkaian ini sampai tidak tercapai ROM yang lebih jauh dan latihan kembali pada ROM yang baru  Indirect method :  Rangkaian gerakannya sama dengan direct method.
  • 27.  Indirect method :  Minta pasien untuk kontraksi isotonik yang halus dan terkoordinasi pada group otot yang berlawanan dengan group otot yang terbatas (spasme/tightness) dalam suatu pola, kemudian block gerakan dengan tahanan. Perhatian khusus pada komponen rotasi, dan beberapa gerakan mungkin terjadi.  Sekali pasien mempertahankan kontraksi tersebut selama beberapa detik, kemudian minta pasien untuk relaks.  Gerakkan segmen tubuh pada akhir ROM baru ; dapat dilakukan secara pasif atau lebih baik aktif. Ulangi rangkaian gerakan tersebut sampai tidak tercapai lagi ROM yang lebih jauh dan latihan kembali pada ROM yang baru.  Penekanan metode ini :  Terapis meminta pasien untuk relaks dan selanjutnya menggerakkan ke dalam ROM aktif yang baru atau ROM pasif yang baru  Untuk re-education setelah Contract Relax, terapis dapat memfa-silitasi active hold, atau teknik latihan lainnya untuk melatih kembali otot dalam ROM yang baru
  • 28.  Tujuan :  Relaksasi dan/atau stretching otot  Meningkatkan ROM
  • 33. HOLD RELAX  Adalah teknik kontraksi isometrik resisted yang difasilitasi oleh gaya yang sesuai, diikuti oleh relaksasi dan selanjutnya gerakan kedalam ROM yang baru.  Hold Relax terdiri atas 2 metode yaitu :  Direct method : kontraksi group otot yang terbatas (spasme/tightness)  post-isometric relaxation  Indirect method : kontraksi otot yang berlawanan dari group otot yang terbatas (spasme/tightness)  antagonistic inhibition  Prosedur pelaksanaan :  Direct method :  Gerakkan segmen tubuh pada akhir ROM yang ada ; lakukan secara pasif atau aktif  Tanpa melepaskan posisi tersebut, minta pasien untuk kontraksi isometrik halus dan terkoordinasi pada group otot yang terbatas (spasme/tightness) dalam suatu pola. Perhatian khusus pada komponen rotasi dan tidak ada gerakan yang harus terjadi.
  • 34.  Sekali pasien mempertahankan kontraksi tersebu selama beberapa detik, kemudian minta pasien untuk relaks  Gerakkan segmen tubuh sampai pada akhir ROM yang baru ; dapat dilakukan secara pasif atau aktif.  Ulangi rangkaian gerakan tersebut sampai tidak tercapai lagi ROM yang lebih jauh dan latihan kembali pada ROM yang baru.  Indirect method :  Rangkaian gerakannya sama dengan direct method.  Minta pasien untuk kontraksi isometrik yang halus dan terkoordinasi pada group otot yang berlawanan dengan group otot yang terbatas (spasme/tightness) dalam suatu pola, kemudian block gerakan dengan tahanan. Perhatian khusus pada komponen rotasi, dan tidak boleh ada gerakan yang terjadi.  Sekali pasien mempertahankan kontraksi tersebut selama beberapa detik, kemudian minta pasien untuk relaks.  Gerakkan segmen tubuh pada akhir ROM baru ; dapat dilakukan secara pasif atau lebih baik aktif. Ulangi rangkaian gerakan tersebut sampai tidak tercapai lagi ROM yang lebih jauh dan latihan kembali pada ROM yang baru.
  • 35.  Penekanan metode ini :  Jika posisi akhir timbul nyeri hebat, maka gerakkan pasien sedikit ke posisi bebas nyeri.  Tahanan diaplikasikan dan dilepaskan jauh lebih lambat daripada teknik Contract Relax.  Gunakan pernapasan untuk meningkatkan relaksasi.  Hold Relax merupakan teknik pilihan untuk problem nyeri.  Untuk re-edukasi setelah Hold Relax, terapis dapat memfasilitasi active hold, atau teknik latihan lainnya untuk latihan kembali otot kedalam ROM baru dan bebas nyeri.  Tujuan :  Relaksasi dan/atau stretching otot  Meningkatkan ROM  Menurunkan nyeri
  • 36. PERBEDAAN CONTRACT RELAX DAN HOLD RELAX Contract Relax Hold Relax Target terapi pada peningkatan ROM aktif atau pasif, stretching dan relaksasi, pencegahan injury (sport) Target terapi pada peningkatan ROM pasif, penurunan nyeri, penurunan spastisitas Kondisi tidak ada nyeri, good control oleh fisioterapi Kondisi nyeri hebat atau pasien yang sangat kuat bagi fisioterapi Tipe kontraksi: isotonik, kemauan bergerak, cepat. Lebih baik teknik direct daripada indirect Tipe kontraksi: isometrik, tidak ada kemauan untuk bergerak, lambat. Perintah verbal: “kuat”, “dorong”, “tarik” Perintah verbal: “lembut”, “pelan”, “pertahankan atau tahan posisi” Relaksasi cepat, tidak dibatasi oleh nyeri Relaksasi yang lebih lambat dan sejalan relaksasi antara fisioterapis dan pasien Gerak aktif kedalam ROM yang baru Gerak aktif ROM baru yang bebas nyeri, fisioterapi membantu kedalam ROM baru jika timbul nyeri hebat Penguatan pada ROM baru Penguatan pada ROM baru jika nyeri dapat ditolerir
  • 37. DYNAMIC REVERSALS  Adalah metode kontraksi konsentrik yang ditahan dari satu arah berubah kearah berlawanan tanpa relaksasi.  Prosedur pelaksanaan :  Tahan gerakan pasien dalam satu arah (biasanya arah yang lebih kuat)  Pada akhir ROM yang dinginkan tercapai, ubah manual kontak sementara memberikan persiapan perintah verbal.  Perintah verbal mengawali perubahan arah gerakan tanpa relaksasi.  Tahan arah gerakan berlawanan tersebut.  Ulangi arah reversal sesuai dengan goal terapi.  Penekanan metode ini :  Perubahan arah dapat digunakan untuk menekankan ROM tertentu.  Kecepatan yang digunakan dapat divariasikan dalam 1 arah atau 2 arah.  Dengan menggunakan pola extremitas pastikan mengawali arah perubahan mulai dari distal.
  • 38.  Jika memungkinkan, usahakan menggunakan teknik ini secara fungsional  Tujuan :  Meningkatkan muscle power dan endurance.  Meningkatkan ROM aktif.  Memperbaiki kemampuan untuk koordinasi perubahan arah.  Mengurangi kelelahan.  Menormalisasi tonus.
  • 41. STABILIZING REVERSALS  Adalah metode kontraksi statik yang ditahan dan secara bergantian dalam arah yang berlawanan untuk memfasilitasi stabilitas dalam posisi spesifik dengan mengubah manual kontak.  Prosedur pelaksanaan :  Dalam posisi yang diinginkan tahan pasien mulai dari arah yang paling kuat tanpa gerakan.  Perintah verbal statik harus digunakan untuk mempertahankan posisi.  Ketika peningkatan recruitment tercapai, terapis menggerakkan salah satu tangan dan mulai memberikan tahanan dalam arah yang lainnya.  Sebagaimana pasien merespon tahanan baru secara tepat, terapis menggerakkan tangan lainnya untuk menahan arah yang baru.  Secara berkelanjutan mengubah arah tahanan dengan tepat sesuai dengan goal terapi.  Pasien harus tetap aktif kontraksi statik (tanpa relaksasi) pada saat terapis mengubah arah kontraksi.
  • 44.  Penekanan metode ini :  Aproksimasi dan/atau traksi dapat digunakan untuk memfasilitasi transisi yang halus antara perubahan arah tahanan.  Perubahan dari satu pola/arah gerakan ke pola/arah gerakan lainnya dapat diberikan.  Tujuan :  Meningkatkan stabilitas.  Memperbaiki kontrol postural.  Memperbaiki koordinasi.  Mempertahankan posisi.  Mengajarkan (re-edukasi) posisi baru atau ROM  Meningkatkan muscle power dan endurance.
  • 45. RHYTHMIC STABILIZATION  Adalah metode kontraksi isometrik melawan tahanan secara bergantian tanpa relaksasi dan tanpa mengubah manual kontak.  Prosedur pelaksanaan :  Letakkan manual kontak pada anggota gerak pasien sehingga anda dapat memberikan tahanan untuk group otot agonistic dan antagonistic tanpa mengubah manual kontak.  Mulai dengan arah yang lebih kuat dan lambat sehingga memberikan peningkatan tahanan pada seluruh komponen (aktivitas otot isometrik).  Tambah aproksimasi atau traksi dengan tepat.  Mengubah arah tahanan dengan lambat untuk mencegah hilangnya tension.  Gunakan perintah verbal “tahan posisi ini” atau “jangan biarkan saya menggerakkan anggota gerak anda”
  • 46.  Lanjutkan untuk perubahan arah tahanan  Ulangi prosedur ini secara berirama ; Tahanan dapat bervariasi bergantung pada goal terapi dan kemampuan pasien untuk melakukan kontraksi isometrik.  Penekanan metode ini :  Pasien dan terapis harus sama-sama tidak bergerak, sehingga saling menyesuaikan antara kontraksi dengan tahanan yang diberikan.  Sebagaimana kecepatan reversal meningkat, ko-kontraksi muscular dapat dicapai pada saat pasien mulai mengantisipasi tuntutan.  Aproksimasi lebih banyak digunakan untuk mengubah arah antara pola, traksi dapat digunakan jika lebih tepat.  Tujuan :  Meningkatkan stabilitas sekaligus menghasilkan ko-kontraksi.  Memperbaiki kontrol postural dan balance.  Memperbaiki koordinasi.  Mempertahankan posisi  Mengajarkan (re-edukasi) posisi baru atau ROM  Meningkatkan statik muscle power dan endurance  Memperlancar relaksasi