Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Teknik Mulligan menggunakan mobilisasi dengan gerakan untuk memfasilitasi glide sendi secara alami dan membantu pemulihan gerakan.
2. Konsep ini didasarkan pada teori Kaltenborn tentang bidang pengobatan sendi dan berfokus pada koreksi kesalahan posisi sendi minor.
3. Teknik utama termasuk NAGs, SNAGs, dan self-treatment menggunakan prinsip mobilisasi dengan ger
2. PHILOSOPHY MANUAL TERAPY
Philosophy Cyriax : teknik manual terapi spine didesain untuk menggerakkan diskus,
sehingga dapat menurunkan tekanan pada akar saraf. Teknik Cyriax tidak spesifik dan
dapat mempengaruhi struktur lainnya seperti otot dan facet joint.
Philosophy Maitland : menggunakan oscillasi untuk mengeliminir gejala/tanda. Teknik
Maitland adalah spesifik.
Philosophy Mc.Kenzie : gerakan yang repetitif digunakan untuk menghasilkan sentralisasi
pain, dimana menghasilkan interpretasi sebagai sentralisasi diskus.
Philosophy Kaltenborn : teknik manual terapi yang menekankan pada arthrokinematika,
khususnya hubungan konkaf-konveks.Teknik ini sangat spesifik
Philosophy Mulligan : memfasilitasi glide facet joint secara natural dengan membantu
gerakan yang dilakukan pasien, dimana dilakukan dalam posisi weight bearing
3. SEJARAH MULLIGAN’S TECHNIQUE
Penemunya adalah Brian R. Mulligan FNZSP (Hon), Dip MT, di New Zealand pada tahun
1970-an.
Kemudian, Brian R. Mulligan menemukan teknik mobilization with movement (MWM)
pada tahun 1984 dan mengajarkan teknik tersebut pada tahun 1986
Konsep ini memiliki fondasi yang terbentuk dari prinsip Kaltenborn’s (1989) didalam
mengembalikan komponen gerak asesoris dan gerak fisiologis.
Mulligan menjelaskan bahwa cidera (injury) atau sprain dapat menyebabkan minor
positional faults didalam sendi sehingga menyebabkan keterbatasan gerak fisiologis.
4. MOBILISASI SPINE
Hal yang terpenting dalam mobilisasi spine adalah bidang gerakan dari facet joint.
Arah gerakan dari salah satu thrust adalah berkaitan dengan bidang gerakan facet joint
khususnya saat digunakan teknik rotasi dan lateral fleksi.
Konsep mobilisasi spine dalam Mulligan adalah mobilisasi selalu diaplikasikan dalam
sudut yang paralel terhadap bidang pengobatan facet joint.
Konsep mulligan mengikuti rule dari Freddy M. Kaltenborn dia menjelaskan bahwa
bidang pengobatan selalu mengikuti permukaan konkafnya.
Terbentuknya konsep Mulligan berdasarkan pada bidang pengobatan dari teori
Kaltenborn
Bidang pengobatan Kaltenborn terletak pada permukaan sendi yang konkaf.
5. MOBILISASI SPINE
Dalam Bidang pengobatan Kaltenborn,
tetap mengacu pada permukaan sendi
yang konkaf tanpa memperhatikan apakah
partner sendi yang bergerak adalah
konveks atau konkaf.
Dalam konsep Mulligan, hampir seluruh
mobilisasi spine dilakukan dalam posisi
weight bearing.
6. PRINSIP PENGOBATAN
Selama pemeriksaan, terapis harus mengidentifikasi salah satu atau lebih tanda-tanda
yang dibandingkan, yaitu hilangnya gerakan sendi, nyeri yang berkaitan dengan gerakan,
atau nyeri yang berhubungan dengan aktivitas fungsional spesifik.
Mobilisasi pasif gerak asesoris sendi diaplikasikan mengikuti prinsip Kaltenborn yakni
paralel atau perpendikular terhadap bidang sendi sehingga glide asesoris harus bebas
dari nyeri.
Terapis harus selalu memonitor reaksi pasien untuk meyakinkan bahwa tidak ada nyeri
yang ditimbulkan.
Sementara melakukan glide asesoris yang terus menerus, pasien diminta untuk
membandingkan tanda-tanda yang dirasakan.
7. PRINSIP PENGOBATAN
Kegagalan dalam perbaikan terhadap tanda/gejala menunjukkan bahwa terapis belum
menemukan bidang pengobatan yang tepat, grade mobilisasi, segmen spinal yang tepat,
atau teknik ini bukan indikasi.
Keterbatasan gerak dan/atau nyeri gerak yang hebat atau keterbatasan aktivitas
dilakukan berulang-ulang oleh pasien sementara terapis secara kontinyu
mempertahankan glide asesoris yang tepat.
Kemajuan yang lebih jauh sangat diharapkan saat dilakukan repetisi gerakan selama sesi
pengobatan khususnya ketika diaplikasikan overpressure yang bebas nyeri.
Pengobatan yang dilakukan sendiri (self-treatment) seringkali menggunakan prinsip
mobilisasi dengan gerakan dan menggunakan taping adhesive sport dan/atau pasien
melakukan usaha sendiri untuk menghasilkan komponen glide beserta gerakan aktif
fisiologis.
8. PRINSIP PENGOBATAN
Nyeri selalu menjadi petunjuk dalam prosedur teknik ini. Keberhasilan dari teknik
mobilisasi dengan gerakan harus memberikan perubahan tanda/gejala yang secara
signifikan sehingga terjadi perbaikan fungsi selama aplikasi teknik ini.
Konsep “PILL” Pain Free, Instant, Long Lasting
Konsep “CROCKS” :
C = Contraindication secara general, kontraindikasi MWM adalah inflamasi, infeksi,
fraktur.
R = Repetitions repetisi harus dilakukan selama MWM dengan gerakan yang bebas nyeri,
yang akhirnya membangun dynamic natural, dalam MWM adalah 6 – 10 repetisi selama 3 set
O = Overpressure untuk memperoleh gerakan yang maksimal (pemulihan gerak penuh)
maka harus digunakan overpressure, dilakukan oleh pasien sendiri.
9. PRINSIP PENGOBATAN
C = Communication dan co-operation memberikan perintah yang jelas dengan bahasa
yang mudah dan pasien harus kooperatif
K = Knowledge terapis harus menguasai ilmu anatomi, biomekanik, dan positional faults.
S = Sustain, Sense, Skill, Slow, Subtle Change.
Keberhasilan teknik MWM harus memberikan penurunan nyeri pada comparable sign
sementara secara signifikan memperbaiki fungsi selama aplikasi teknik kombinasi
dengan self treatment yang menggunakan prinsip MWM & tape adhesive.
10. POSITIONAL FAULT HYPOTHESIS
Mulligan (1995) menjelaskan bahwa minor positional fault pada sendi dapat terjadi pasca
injury atau strain yang menghasilkan keterbatasan gerak atau nyeri.
Mobilisasi Mulligan dapat mengoreksi positional fault dan memulihkan sendi yang
terbatas, memulihkan gerakan yang nyeri hebat menjadi gerakan yang bebas nyeri dan
kembali ke full ROM.
Positional fault dapat dikoreksi dengan MWM yang menghasilkan efek terhadap
perbaikan gerak, menurunkan nyeri dan mengembalikan fungsi
Arah MWM yang paling efektif terhadap positional fault adalah arah berlawanan dari
positional fault.
Mengukur adanya positional fault dapat terlihat dengan pemeriksaan radiologi
11. POSITIONAL FAULT HYPOTHESIS
Terdapat beberapa evidence based berdasarkan pemeriksaan radiologi tentang adanya
positional fault, yaitu :
Inferior tibiofibular joint : menurunnya jarak antara kedua malleolus
Patellofemoral joint : meningkatnya sudut antara patella dan condylus tibia
Glenohumeral joint : menurunnya jarak antara acromion dan caput humeri
12. HAL-HALYANG PERLU DIPERHATIKAN
POSISI PASIEN
POSISITERAPIS
POSISITANGAN TERAPIS
TEKNIK MOBILISASINYA
GERAK SENDIYANG DIHASILKAN
OUTCOME
13. KUNCI KEBERHASILAN TEKNIK
50% KEBERHASILAN ADALAH TEKNIK MOBILISASIYANGTEPAT
40% KEBERHASILAN ADALAH POSISITANGAN TERAPISYANG TEPAT
10% KEBERHASILAN ADALAH KEBIASAAN MELAKUKAN TEKNIK, REPETISI
GERAKAN, FREKUENSI TERAPI
CRITICAL POINT DARI TEKNIK MULLIGAN :
KONTAK
FORCE
ARAH
14. BIDANG PENGOBATAN CERVICAL
Gaya glide harus dalam arah yang sama dengan gerak aktif.
Arah glide adalah antero-cranial 45o.
Glide dapat diaplikasikan diatas proc.spinosus dan proc.transversus.
Perubahan kurva (gerakan) melibatkan perubahan arah glide.
15. TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL
NAGs (Natural Apophyseal Glides) :
Mobilisasi pasif oscillatory yang diaplikasikan pada cervical dan upper thoracal (C2 – Th3)
Menggerakkan segmen vertebra superior kearah anterocranial (45o) terhadap segmen
vertebra inferior yang terfiksir
Teknik ini harus pain-free
Tidak ada MWM
Traksi dapat diaplikasikan jika dibutuhkan
Dilakukan dalam posisi weight bearing dan khususnya teknik ini diaplikasikan dalam Mid-
Range sampai End-Range.
16. TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL
Prosedur Pelaksanaan NAGs (Natural Apophyseal Glides) :
Posisi pasien duduk, dengan kepala pasien dipeluk melalui axilla fisioterapis
Terapis berdiri pada sisi antero-lateral dari pasien
Mobilisasi : middle phalanx jari ke-5 fisioterapis diletakkan pada proc.spinosus, dan diperkuat
oleh thenar eminence pada sisi ibu jari untuk memberikan glide kearah antero-cranial
(bidang facet joint)
Start palpasi dibawah segmen untuk aplikasi NAGs
Mengambil posisi relaksasi pada jaringan lunak
Ketika nyeri terjadi, ubah sudut glide
5 – 10 kali repetisi, 2 set
18. TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL
Indikasi NAGs (Natural Apophyseal Glides) :
Acute neck pain
Neck pain pada populasi usia tua
Tidak ada kondisi iritabilitas
Keterbatasan gerak multidirectional
Penurunan nyeri pasca pengobatan
Pertimbangan lainnya : lakukan tes iritabilitas
19. TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL
Indikasi NAGs unilateral :
Ketika central NAGs menimbulkan nyeri
Keluhan unilateral pain atau dysfunction facet joint unilateral
Nyeri tekan pada processus spinosus
20. TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL
Prosedur Pelaksanaan Reverse NAGs (Natural Apophyseal Glides) :
Posisi pasien duduk, tanpa sanggahan lengan
Terapis berdiri pada lebih ke lateral dari pasien
Mobilisasi : fleksi interphalangeal joint jari ke-2 dan ekstensi interphalangeal joint ibu jari
sehingga membentuk huruf “V”, memberikan glide kearah antero-cranial (bidang facet joint),
fleksi jari-jari tangan lainnya
Diaplikasikan pada cervicothoracic joint (C7 – Th1) dan upper thoracal
Dianjurkan variasi unilateral
Untuk meminimalkan nyeri tekan, gunakan foam pad
5 – 10 kali repetisi, 2 set
22. TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL
Indikasi Reverse NAGs (Natural Apophyseal Glides) :
Nyeri gerak akhir ROM cervical
Postural dysfunction : forward head posture dengan upper trapezius pain
Degeneratif lower cervical atau upper thoracal spine
Dikombinasikan dengan chin retraction exercise
23. TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL
SNAGs (Sustained Natural Apophyseal Glides) :
SNAGs = MWM, yaitu gerak pasif asesori (glides) secara terus menerus yang dikombinasikan
dengan gerak fisologis aktif
Posisi weight bearing
Gerak fisiologisnya adalah fleksi, ekstensi, lateral fleksi (L/R), rotasi (L/R)
Perhatian :
Untuk fleksi dan ekstensi seringkali memerlukan teknik sentral SNAGs
Untuk lateral fleksi dan rotasi akan menghasilkan respon yang lebih baik jika diaplikasikan unilateral
SNAGs
Dipertahankan 2 detik pada akhir gerakan
24. TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL
Prosedur Pelaksanaan SNAGs (Sustained Natural Apophyseal Glides) :
Grip : sisi medial dari tangan kontak tepat pada vertebra, sisi palmar ibu jari tepat diatas sisi
lateral tangan kontak, jari-jari lainnya menstabilisasi lateral cervical atau pipi pasien
(bergantung pada level/ukuran tangan)
Kontak : sentral SNAGs pada proc.spinosus, unilateral SNAGs pada pilar articular (facet
joint)
Lokasi : seluruh segmen spinal
Arah gerakan : antero-cranial (45o tetapi bisa bervariasi), paralel terhadap bidang pengobatan
Aplikasi gaya dari Mid-Range sampai End-Range
Overpressure oleh pasien, untuk ekstensi menggunakan berat kepala
Repetisi 6 – 10 kali, 3 set bahkan sampai 10 set
Jika nyeri, stop gerakan dan kembali ke posisi awal
27. TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL
Hambatan dari SNAGs (Sustained Natural Apophyseal Glides) :
Jika gejala-gejala belum mengalami perubahan setelah aplikasi MWM, hal ini dapat disebabkan
oleh pemilihan segmen sendi yang kurang tepat, pemilihan teknik yang kurang tepat, handling
skill yang jelek, arah gerakan dan gaya yang salah, dan komunikasi yang jelek
SNAGs self treatment :
Extensi
Lateral fleksi
Rotasi
30. TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL
Prosedur Pelaksanaan Fist Traction (self treatment) :
Kepalan tangan diletakkan dibawah dagu
Tangan yang lain menarik ke depan menggunakan fulcrum kepalan tangan
Gunakan handuk di atas sternum untuk bantalan jika dibutuhkan
Sudut tarikan bisa bervariasi (oblique ke kanan/kiri) sehingga terjadi stretch pada bagian
dorsal cervical
Dipertahankan 10 detik dengan 3 set
Note : digunakan sebagai self treatment untuk reverse headache SNAGs
32. TEKNIK PENGOBATAN PADA CERVICAL DAN THORACAL
Indikasi Fist Traction (self treatment) :
Keterbatasan fleksi cervical
Nyeri saat Mid Range sampai End Range fleksi cervical
Kaku pada lower cervical dan/atau upper thoracal
Prosedur Pelaksanaan Cervical BeltTraction :
Grip : posisi jari ke3 dan jari ke4 kedua tangan fisioterapis berada didalam belt dan
membentuk celah diantara jari-jari tangan untuk proc.spinosus
Posisi belt : mengubah tinggi/panjang belt sampai disekitar badan fisioterapis
Durasi : lakukan traksi yang dipertahankan selama 10 detik
Indikasi : disc problem, dimana tidak menimbulkan respon saat aplikasi mobilisasi