SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
Download to read offline
OLEH
SUDARYANTO, SST.Ft, M.Fis
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
BENTUK SENDI
 Tipe gerakan yang terjadi antara 2 pasangan tulang didlm
sendi dapat dipengaruhi oleh bentuk permukaan sendi.
 Bentuk permukaan sendi terdiri dari :
 Ovoid : salah satu permukaan konveks sedangkan permuka-
an lainnya konkaf.
 Sellar (saddle) : salah satu permukaan adalah konkaf dalam
salah satu arah dan konveks dalam arah lainnya, dengan
permukaan lainnya adalah konveks dan konkaf secara
berurutan  serupa dengan alas/t4 duduk penunggang
kuda.
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
TIPE GERAKAN
 Lever tulang akan bergerak disekitar axis gerak.
 Selama gerakan sendi, juga terjadi gerakan didalam sendi
yaitu gerakan pada permukaan tulang terhadap permuka-
an tulang lawanannya.
 Tipe gerakan terdiri dari :
 Swing : gerakan yang terjadi pada lever tulang, atau gerakan
yang menunjukkan peningkatan atau penurunan sudut
diantara 2 tulang. Swing biasa disebut dengan gerak
angular. Besarnya gerakan swing dapat diukur dengan go-
niometer  nilai ROM.
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
 Gerakan yang terjadi pada permukaan tulang didalam sendi
yaitu roll, slide, atau spin. Gerakan asesori ini memberikan
gerak angulasi tulang yang besar saat terjadi swing. Untuk
menghasilkan gerak roll, slide, atau spin maka dibutuhkan
laxity kapsul yang cukup atau joint play movement.
 Gerak swing termasuk kedalam osteokinematika,
sedangkan gerak roll, slide, & spin termasuk kedalam
arthrokinematika.
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
Karakteristik Roll dan Slide
 Karakteristik Roll :
 Gerak roll menghasilkan gerak angular pada tulang (swing).
 Gerak roll selalu dalam arah yang sama dengan gerak angu-
lasi tulang, apakah permukaannya konveks atau konkaf.
 Jika roll terjadi dengan sendiri maka dapat menyebabkan
kompresi pada salah satu sisi permukaan tulang dan pemi-
sahan pada sisi lainnya. Pada kondisi ini, gerakan tulang
akan cenderung menghasilkan dislokasi sebelum terjadi
gerakan yang lebih jauh.
 Secara normal gerakan pada sendi menghasilkan kombinasi
gerak roll dengan slide, bukan gerak roll murni yang terjadi
dengan sendiri.
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
 Pada mobilisasi klasik yaitu force pasive movement selalu
menggunakan gerakan angulasi tulang itu sendiri sehingga
dapat menyebabkan kompresi yang hebat pada bagian per-
mukaan sendi.  potensial terjadi kerusakan sendi
 Karakteristik Slide :
 Slide yang murni tidak terjadi didalam sendi, karena per-
mukaan tulang tidak ada sebangun secara sempurna.
 Arah slide bergantung pada permukaan tulang yang berge-
rak apakah konkaf atau konveks
 Jika hanya slide yang terjadi didalam sendi, maka akan terja-
di impingement pada permukaan sendi yang dapat mence-
gah gerakan penuh.
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
 Teknik mobilisasi sendi yang menggunakan komponen
slide bertujuan untuk mengembalikan JPM (mengulur
kapsul sendi yang ketat/memendek)
 Teknik mobilisasi sendi yang hanya menggunakan rolling
(force passive movement) tidak digunakan untuk mengulur
kapsul sendi yang ketat/memendek karena dapat menye-
babkan kompresi sendi
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
Gerak Asesoris lainnya yang mempengaruhi sendi
 Kompresi
 Adalah penurunan space sendi diantara kedua permukaan
tulang.
 Kompresi secara normal terjadi pada extremitas dan sendi-
sendi spine ketika menumpu berat badan.
 Beberapa kompresi dapat terjadi saat otot berkontraksi,
yang memberikan stabilitas pada sendi.
 Pada saat salah satu permukaan tulang roll terhadap
permukaan lainnya maka beberapa kompresi juga terjadi
pada sisi tulang yang angulasi.
 Beban kompresi intermitten yang normal dapat membantu
menggerakkan cairan sinovial sehingga membantu
mempertahankan kesehatan cartilago.
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
 Beban kompresi tinggi yang abnormal dapat menyebabkan
perubahan cartilago sendi dan kemunduran (degenerasi).
 Traksi/distraksi
 Traksi adalah suatu tarikan longitudinal, sedangkan
distraksi adalah suatu pemisahan atau tarikan yang
menghasilkan pemisahan.
 Pemisahan permukaan sendi (distraksi) tidak selalu terjadi
ketika gaya traksi diaplikasikan pada axis longitudinal
tulang. Sebagai contoh, jika traksi diaplikasikan pada shaft
humeri akan menghasilkan glide pada permukaan sendi,
sedangkan distraksi glenohumeral joint memerlukan
tarikan pada sudut yang benar (sudut siku) terhadap fossa
glenoidalis.
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
 Untuk lebih jelasnya, kapanpun tarikannya terjadi pada axis
longitudinal tulang maka digunakan istilah “long-axis
traction”, dan kapanpun permukaan sendi ditarik terpisah
maka digunakan istilah “distraction, joint traction, atau
joint separation”.
 Untuk teknik mobilisasi sendi, distraksi digunakan untuk
mengontrol atau menurunkan nyeri ketika diaplikasikan
secara gentle. Ketika diaplikasikan dengan gaya stretch,
distraksi digunakan untuk menghasilkan stretch pada
kapsul.
 Gaya distraksi yang kecil juga dapat digunakan ketika
mengaplikasikan teknik gliding.
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
HUKUM KONKAF-KONVEKS
 Gerak roll selalu terjadi dalam arah yang sama dengan
gerak swing tulang.
 Arah slide dapat ditentukan jika bentuk permukaan sendi
diketahui.
 Hukum Konkaf-Konveks adalah :
 Jika permukaan tulang yang konkaf bergerak terhadap per-
mukaan tulang yang konveks maka gerak roll dan slide
harus terjadi dalam arah yang sama.
 Jika permukaan tulang yang konveks bergerak terhadap
permukaan tulang yang konkaf maka gerak roll dan slide
harus terjadi dalam arah yang berlawanan.
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
 Untuk mengembalikan gerak sendi yang terbatas maka
mobilisasi sendi harus mengaplikasikan konsep hukum
konkaf-konveks.
 Sebagai contoh, jika tibia bergerak kearah ekstensi terha-
dap femur, maka permukaan tibia harus roll ke depan dan
slide ke depan terhadap condylus femur untuk mencapai
gerakan penuh.
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
Pasif Angular Stretching versus Joint Glide Stretching
 Prosedur Pasif Angular Stretching menggunakan lever
tulang untuk melakukan stretching pada kapsul sendi
yang tight ; prosedur ini dapat menyebabkan peningkatan
nyeri atau trauma sendi karena :
 Penggunaan lever secara signifikan meningkatkan gaya
pada sendi.
 Gaya tersebut menyebabkan kompresi sendi yang
berlebihan dalam arah rolling tulang.
 Roll tanpa disertai slide tidak mengikuti mekanik sendi
normal
 Prosedur Joint Glide Stretching menggunakan komponen
slide translatoric untuk melakukan stretching pada kapsul
sendi yang tight.
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
 Prosedur Joint Glide Stretching lebih aman dan selektif
karena :
 Gaya yang diaplikasikan dekat dengan permukaan sendi dan
terkontrol pada intensitas yang sesuai dengan patologi.
 Arah gaya mengikuti komponen sliding dari mekanik sendi
dan tidak menghasilkan kompresi pada cartilago.
 Amplitudo gerakan adalah kecil namun spesifik pada bagian
yang terbatas (adhesion) dari kapsul atau ligamen. Oleh
karena itu, gaya yang diaplikasikan selektif pada jaringan
yang diinginkan.
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
EFEK MOBILISASI SENDI
 Mobilisasi sendi dapat menghasilkan gerak intraartikular
dan gerak fisiologis
 Gerak intraartikular/fisiologis dpt merangsang aktivitas
biologis dgn gerakan cairan sinovial, yg membawa nutrisi2
ke cartilago sendi yg avaskular & fibrocartilago
intraartikular dari meniskus. Atropi/degenerasi cartilago
segera terjadi setelah immobilisasi.
 Gerakan intrartikular/fisiologis dpt memelihara ekstensi
bilitas & kekuatan tensile sendi & jar.periartikular. Adanya
immobilisasi menghslkan proliferasi fibrofatty yg
menyebabkan adhesion intraartikular, serta perubahan
biochemical pd tendon, ligamen & kapsul sendi  tjd
kontraktur sendi & lemahnya ligamen.
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
 Adanya gerakan/posisi sendi dpt merangsang saraf
afferent dari reseptor sendi, yg mengirim informasi ter-
sebut ke SSP. Adanya injury/degenerasi sendi, scr po-
tensial dpt menurunkan sumber proprioceptive feedback
yg penting shg dpt mempengaruhi respon keseimbangan
seseorang. Gerakan sendi dpt memberikan input sensorik
yg relatif pada :
 Tipe I reseptor ttg posisi statik & rasa kecepatan gerakan.
 Tipe II reseptor ttg perubahan kecepatan gerakan.
 Tipe I & III reseptor ttg rasa arah gerakan.
 Tipe I, II & III reseptor ttg regulasi tonus otot.
 Tipe IV receptor ttg stimulus nociceptive/nyeri
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
JOINT PLAY MOVEMENT
 Semua sendi sinovial mampu menghasilkan gerak aktif
dengan ROM yang luas, yang dikenal dengan gerak volun-
ter.
 Selama gerak volunter, terjadi gerakan kecil didalam sendi
yang hanya dapat diperiksa secara pasif  gerakan ini
dikenal joint play movement (JPM) atau gerak assesori.
 Gerak assesori ini (JPM) tidak dibawah kontrol volunter,
tetapi dibutuhkan untuk mencapai ROM penuh.
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
 JPM merupakan komponen esensial untuk menghasilkan
fungsi sendi yang normal, karena :
 Space yang kecil (gerak yang kecil) pada sendi yang inkong-
ruen diperlukan untuk komponen hydrodinamik dari lubri-
kasi sendi.
 Permukaan sendi adalah bervariasi sehingga sangat dibu-
tuhkan laxity kapsul sendi untuk menghasilkan gerak dgn
ROM penuh.
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
LOOSE PACKED POSITION
 Untuk memeriksa JPM maka pemeriksa harus memposi-
sikan sendi dalam posisi resting (loose packed position),
yaitu posisi suatu sendi didalam ROMnya dimana sendi
dalam keadaan melonggar atau dibawah beban/stress
yang minimal.
 Dalam posisi LPP, kapsul-ligamen sendi dalam keadaan
laxity yang sangat besar dan pemisahan permukaan sendi
secara pasif dapat terjadi secara besar.
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
Posisi LPP
No. Sendi Posisi LPP
1. Glenohumeral Joint + 55 – 60o abduksi, + 55 – 60o fleksi, 30o
horizontal adduksi/fleksi
2. Acromioclavicular & Sternoclavi-
cular joint
Lengan istirihat disamping badan dalam
posisi fisiologis normal
3. Humeroulnar joint + 70o fleksi, + 10o supinasi
4. Humeroradial joint Ekstensi dan supinasi penuh
5. Proksimal radioulnar joint + 70o fleksi, + 35o supinasi
6. Distal radioulnar joint + 10o supinasi
7. Radiocarpal joint + 5o palmar fleksi, + 5o ulnar deviasi
8. Carpometacarpal I + 5o fleksi, + 5o abduksi
9. Metacarpophalangeal joint + 5o fleksi
10. PIP/DIP jari-jari tangan + 5o fleksi
11. Hip joint + 30o fleksi, + 30o abduksi, sedikit exorotasi
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
No. Sendi Posisi LPP
12. Knee Joint + 25 – 30o fleksi
13. Talocruralis Joint (Ankle joint) + 10o plantar fleksi
14. Subtalar Joint Middle antara ROM yang ada
15. Midtarsal Joint Middle antara ROM yang ada
16. Tarsometatarsal Joint Middle antara ROM yang ada
17. Metatarsophalangeal Joint Netral/+ 10o ekstensi
18. PIP/DIP jari-jari kaki + 5o fleksi
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
CLOSE PACKED POSITION
 Close Packed Position adalah posisi dimana permukaan
tulang didalam sendi mengalami kontak maximum.
 Dalam posisi ini, permukaan sendi terkompresi satu sama
lain, kapsul-ligamen mengalami tight/ketat secara maksi-
mal
 Close Packed Position harus dihindari selama pemeriksa-
an.
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
Posisi CPP
No. Sendi Posisi CPP
1. Glenohumeral Joint Maksimal abduksi & exorotasi
2. Acromioclavicular Abduksi lengan sampai + 30o
3. Sternoclavicular joint Maksimum elevasi shoulder
4. Humeroulnar joint Maksimum ekstensi
5. Humeroradial joint + 90o fleksi, + 5o supinasi
6. Proksimal radioulnar joint + 5o supinasi
6. Distal radioulnar joint + 5o supinasi
7. Radiocarpal joint Maksimal dorsofleksi disertai dengan radial
deviasi
8. Carpometacarpal I Maksimal opposisi
9. Metacarpophalangeal joint Maksimal fleksi
10. PIP/DIP jari-jari tangan Maksimal ekstensi
11. Hip joint Maksimal hiperekstensi
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
No. Sendi Posisi CPP
12. Knee Joint Maksimal hiperekstensi
13. Talocruralis Joint (Ankle joint) Maksimal dorsofleksi
14. Subtalar Joint Maksimal inversi/supinasi
15. Midtarsal Joint Supinasi
16. Tarsometatarsal Joint Supinasi
17. Metatarsophalangeal Joint Maksimal ekstensi
18. PIP/DIP jari-jari kaki Maksimal ekstensi
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST

More Related Content

What's hot

Modul : Ultrasound Therapy
Modul : Ultrasound TherapyModul : Ultrasound Therapy
Modul : Ultrasound Therapyaditya romadhon
 
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan Atas
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan AtasAnatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan Atas
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan AtasDarwis Yang Terbuang
 
Modul : Basic Concept of Electrotherapy
Modul : Basic Concept of ElectrotherapyModul : Basic Concept of Electrotherapy
Modul : Basic Concept of Electrotherapyaditya romadhon
 
Anatomy of ankle and foot fo
Anatomy of ankle and foot foAnatomy of ankle and foot fo
Anatomy of ankle and foot foAisyah NurHasanah
 
Dmp (dystrophy muscular progressive
Dmp (dystrophy muscular progressiveDmp (dystrophy muscular progressive
Dmp (dystrophy muscular progressiveStudent
 
Konsep dan teknik mulligan
Konsep dan teknik mulliganKonsep dan teknik mulligan
Konsep dan teknik mulliganYanto Physio
 
PNF scapula dan pelvis
PNF scapula dan pelvisPNF scapula dan pelvis
PNF scapula dan pelvisYanto Physio
 
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegicPenatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegicVertilia Desy
 
Cervical root syndrome
Cervical root syndromeCervical root syndrome
Cervical root syndromesriyulianti19
 
Modul : Strength Duration Curve (SDC)
Modul : Strength Duration Curve (SDC)Modul : Strength Duration Curve (SDC)
Modul : Strength Duration Curve (SDC)aditya romadhon
 
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMT
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMTassesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMT
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMTFitri Ardini Nuranisa
 

What's hot (20)

Manifulasi
ManifulasiManifulasi
Manifulasi
 
Hip joint
Hip jointHip joint
Hip joint
 
Modul : Ultrasound Therapy
Modul : Ultrasound TherapyModul : Ultrasound Therapy
Modul : Ultrasound Therapy
 
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan Atas
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan AtasAnatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan Atas
Anatomi Terapan Pada Bahu dan Lengan Atas
 
Modul : Basic Concept of Electrotherapy
Modul : Basic Concept of ElectrotherapyModul : Basic Concept of Electrotherapy
Modul : Basic Concept of Electrotherapy
 
Anatomy of ankle and foot fo
Anatomy of ankle and foot foAnatomy of ankle and foot fo
Anatomy of ankle and foot fo
 
Dmp (dystrophy muscular progressive
Dmp (dystrophy muscular progressiveDmp (dystrophy muscular progressive
Dmp (dystrophy muscular progressive
 
Konsep dan teknik mulligan
Konsep dan teknik mulliganKonsep dan teknik mulligan
Konsep dan teknik mulligan
 
PNF scapula dan pelvis
PNF scapula dan pelvisPNF scapula dan pelvis
PNF scapula dan pelvis
 
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegicPenatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral palsy spastic quadriplegic
 
Cervical root syndrome
Cervical root syndromeCervical root syndrome
Cervical root syndrome
 
Modul : Strength Duration Curve (SDC)
Modul : Strength Duration Curve (SDC)Modul : Strength Duration Curve (SDC)
Modul : Strength Duration Curve (SDC)
 
Proses penyembuhan fraktur
Proses penyembuhan frakturProses penyembuhan fraktur
Proses penyembuhan fraktur
 
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMT
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMTassesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMT
assesment (pemeriksaan kekuatan otot) MMT
 
Pengukuran rom
Pengukuran romPengukuran rom
Pengukuran rom
 
Osteoarthritis.pptx
Osteoarthritis.pptxOsteoarthritis.pptx
Osteoarthritis.pptx
 
Hidroterapi
HidroterapiHidroterapi
Hidroterapi
 
Pengantar Fisioterapi
Pengantar FisioterapiPengantar Fisioterapi
Pengantar Fisioterapi
 
Modul Trigger Points
Modul Trigger PointsModul Trigger Points
Modul Trigger Points
 
PNF lengan
PNF lenganPNF lengan
PNF lengan
 

Similar to BENTUK SENDI

PENGUKURAN ACTIVE ROM (AROM) SARJANA FISIOTERAPI
PENGUKURAN ACTIVE ROM (AROM) SARJANA FISIOTERAPIPENGUKURAN ACTIVE ROM (AROM) SARJANA FISIOTERAPI
PENGUKURAN ACTIVE ROM (AROM) SARJANA FISIOTERAPIJulfiana Mardatillah
 
Jenis jenis sendi dan pergerakan
Jenis jenis sendi dan pergerakanJenis jenis sendi dan pergerakan
Jenis jenis sendi dan pergerakanKalam Kitab
 
Analisis pergerakan new
Analisis pergerakan newAnalisis pergerakan new
Analisis pergerakan newLa Tahzan
 
Analisis pergerakan new
Analisis pergerakan newAnalisis pergerakan new
Analisis pergerakan newLa Tahzan
 
Analisis pergerakan redo
Analisis pergerakan redoAnalisis pergerakan redo
Analisis pergerakan redoLa Tahzan
 
KINESIOLOGI des 2019.pdf
KINESIOLOGI des 2019.pdfKINESIOLOGI des 2019.pdf
KINESIOLOGI des 2019.pdfDede Renovaldi
 
F.pptx
F.pptxF.pptx
F.pptxPadi12
 
PPT-ALAT GERAK MANUSIA.pptx
PPT-ALAT GERAK MANUSIA.pptxPPT-ALAT GERAK MANUSIA.pptx
PPT-ALAT GERAK MANUSIA.pptxRIKOANDRISKA1
 
kebutuhan aktivi tas
kebutuhan aktivi taskebutuhan aktivi tas
kebutuhan aktivi tasdhita kris
 
Chapter 2 : Joints and Muscle
Chapter 2 : Joints and MuscleChapter 2 : Joints and Muscle
Chapter 2 : Joints and MuscleAnshar Mansabadi
 
PPT PERSENDIAN M FARHAN PJKR 1 D.pptx
PPT PERSENDIAN M FARHAN PJKR 1 D.pptxPPT PERSENDIAN M FARHAN PJKR 1 D.pptx
PPT PERSENDIAN M FARHAN PJKR 1 D.pptxMuhammadFarhan448430
 
SARJANAN FISIOTERAPI - RADANG SENDI.pptx
SARJANAN FISIOTERAPI - RADANG SENDI.pptxSARJANAN FISIOTERAPI - RADANG SENDI.pptx
SARJANAN FISIOTERAPI - RADANG SENDI.pptxJulfiana Mardatillah
 
TUGAS ANFISMAN ILLA DWI CAHYANI.pptx
TUGAS ANFISMAN ILLA DWI CAHYANI.pptxTUGAS ANFISMAN ILLA DWI CAHYANI.pptx
TUGAS ANFISMAN ILLA DWI CAHYANI.pptxWidiaUs
 

Similar to BENTUK SENDI (20)

PENGUKURAN ACTIVE ROM (AROM) SARJANA FISIOTERAPI
PENGUKURAN ACTIVE ROM (AROM) SARJANA FISIOTERAPIPENGUKURAN ACTIVE ROM (AROM) SARJANA FISIOTERAPI
PENGUKURAN ACTIVE ROM (AROM) SARJANA FISIOTERAPI
 
Jenis jenis sendi dan pergerakan
Jenis jenis sendi dan pergerakanJenis jenis sendi dan pergerakan
Jenis jenis sendi dan pergerakan
 
Sendi manusia
Sendi manusiaSendi manusia
Sendi manusia
 
Analisis pergerakan new
Analisis pergerakan newAnalisis pergerakan new
Analisis pergerakan new
 
Analisis pergerakan new
Analisis pergerakan newAnalisis pergerakan new
Analisis pergerakan new
 
Analisis pergerakan redo
Analisis pergerakan redoAnalisis pergerakan redo
Analisis pergerakan redo
 
KINESIOLOGI des 2019.pdf
KINESIOLOGI des 2019.pdfKINESIOLOGI des 2019.pdf
KINESIOLOGI des 2019.pdf
 
Presentation THR
Presentation THRPresentation THR
Presentation THR
 
F.pptx
F.pptxF.pptx
F.pptx
 
PPT-ALAT GERAK MANUSIA.pptx
PPT-ALAT GERAK MANUSIA.pptxPPT-ALAT GERAK MANUSIA.pptx
PPT-ALAT GERAK MANUSIA.pptx
 
Kelenturan
KelenturanKelenturan
Kelenturan
 
kebutuhan aktivi tas
kebutuhan aktivi taskebutuhan aktivi tas
kebutuhan aktivi tas
 
Buku xi bab 3
Buku xi bab 3Buku xi bab 3
Buku xi bab 3
 
Chapter 2 : Joints and Muscle
Chapter 2 : Joints and MuscleChapter 2 : Joints and Muscle
Chapter 2 : Joints and Muscle
 
PPT PERSENDIAN M FARHAN PJKR 1 D.pptx
PPT PERSENDIAN M FARHAN PJKR 1 D.pptxPPT PERSENDIAN M FARHAN PJKR 1 D.pptx
PPT PERSENDIAN M FARHAN PJKR 1 D.pptx
 
SARJANAN FISIOTERAPI - RADANG SENDI.pptx
SARJANAN FISIOTERAPI - RADANG SENDI.pptxSARJANAN FISIOTERAPI - RADANG SENDI.pptx
SARJANAN FISIOTERAPI - RADANG SENDI.pptx
 
Kontraksi Otot
Kontraksi OtotKontraksi Otot
Kontraksi Otot
 
Cidera lutut pada pelari
Cidera lutut pada pelariCidera lutut pada pelari
Cidera lutut pada pelari
 
TUGAS ANFISMAN ILLA DWI CAHYANI.pptx
TUGAS ANFISMAN ILLA DWI CAHYANI.pptxTUGAS ANFISMAN ILLA DWI CAHYANI.pptx
TUGAS ANFISMAN ILLA DWI CAHYANI.pptx
 
Biologi 2
Biologi 2Biologi 2
Biologi 2
 

More from Yanto Physio

Gambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis FrakturGambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis FrakturYanto Physio
 
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraKonsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraYanto Physio
 
Pengantar Terapi Mekanik
Pengantar Terapi MekanikPengantar Terapi Mekanik
Pengantar Terapi MekanikYanto Physio
 
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual TherapyImplikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual TherapyYanto Physio
 
Kombinasi Pola PNF Lengan
Kombinasi Pola PNF LenganKombinasi Pola PNF Lengan
Kombinasi Pola PNF LenganYanto Physio
 

More from Yanto Physio (8)

Gambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis FrakturGambaran Klinis Fraktur
Gambaran Klinis Fraktur
 
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik VertebraKonsep Anatomi Biomekanik Vertebra
Konsep Anatomi Biomekanik Vertebra
 
Pengantar Terapi Mekanik
Pengantar Terapi MekanikPengantar Terapi Mekanik
Pengantar Terapi Mekanik
 
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual TherapyImplikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
Implikasi Biomekanik Spine dalam Manual Therapy
 
Konsep Fraktur
Konsep FrakturKonsep Fraktur
Konsep Fraktur
 
Kombinasi Pola PNF Lengan
Kombinasi Pola PNF LenganKombinasi Pola PNF Lengan
Kombinasi Pola PNF Lengan
 
PNF cervical
PNF cervicalPNF cervical
PNF cervical
 
PNF tungkai
PNF tungkaiPNF tungkai
PNF tungkai
 

Recently uploaded

Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxJasaketikku
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfAdistriSafiraRosman
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewanSNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewanintan588925
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxdrrheinz
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptAyuMustika17
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxrobert531746
 
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESIHUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESINeliHusniawati2
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 

Recently uploaded (20)

Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptxHidrodinamika1111111111111111111111.pptx
Hidrodinamika1111111111111111111111.pptx
 
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdfObat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
Obat-Obat Toksikologi Farmakologi II .pdf
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewanSNI pelayanan  kesehatan hewan, klinik hewan
SNI pelayanan kesehatan hewan, klinik hewan
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptxStabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
Stabilisasi dan Transfer Pasien Rumah Sakit.pptx
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
 
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESIHUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
HUBUNGAN KEPERAWATAN PROFESIONAL ANTAR PROFESI
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 

BENTUK SENDI

  • 1. OLEH SUDARYANTO, SST.Ft, M.Fis 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
  • 2. BENTUK SENDI  Tipe gerakan yang terjadi antara 2 pasangan tulang didlm sendi dapat dipengaruhi oleh bentuk permukaan sendi.  Bentuk permukaan sendi terdiri dari :  Ovoid : salah satu permukaan konveks sedangkan permuka- an lainnya konkaf.  Sellar (saddle) : salah satu permukaan adalah konkaf dalam salah satu arah dan konveks dalam arah lainnya, dengan permukaan lainnya adalah konveks dan konkaf secara berurutan  serupa dengan alas/t4 duduk penunggang kuda. 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
  • 3. TIPE GERAKAN  Lever tulang akan bergerak disekitar axis gerak.  Selama gerakan sendi, juga terjadi gerakan didalam sendi yaitu gerakan pada permukaan tulang terhadap permuka- an tulang lawanannya.  Tipe gerakan terdiri dari :  Swing : gerakan yang terjadi pada lever tulang, atau gerakan yang menunjukkan peningkatan atau penurunan sudut diantara 2 tulang. Swing biasa disebut dengan gerak angular. Besarnya gerakan swing dapat diukur dengan go- niometer  nilai ROM. 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
  • 4.  Gerakan yang terjadi pada permukaan tulang didalam sendi yaitu roll, slide, atau spin. Gerakan asesori ini memberikan gerak angulasi tulang yang besar saat terjadi swing. Untuk menghasilkan gerak roll, slide, atau spin maka dibutuhkan laxity kapsul yang cukup atau joint play movement.  Gerak swing termasuk kedalam osteokinematika, sedangkan gerak roll, slide, & spin termasuk kedalam arthrokinematika. 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
  • 5. 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
  • 6. Karakteristik Roll dan Slide  Karakteristik Roll :  Gerak roll menghasilkan gerak angular pada tulang (swing).  Gerak roll selalu dalam arah yang sama dengan gerak angu- lasi tulang, apakah permukaannya konveks atau konkaf.  Jika roll terjadi dengan sendiri maka dapat menyebabkan kompresi pada salah satu sisi permukaan tulang dan pemi- sahan pada sisi lainnya. Pada kondisi ini, gerakan tulang akan cenderung menghasilkan dislokasi sebelum terjadi gerakan yang lebih jauh.  Secara normal gerakan pada sendi menghasilkan kombinasi gerak roll dengan slide, bukan gerak roll murni yang terjadi dengan sendiri. 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
  • 7. 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
  • 8.  Pada mobilisasi klasik yaitu force pasive movement selalu menggunakan gerakan angulasi tulang itu sendiri sehingga dapat menyebabkan kompresi yang hebat pada bagian per- mukaan sendi.  potensial terjadi kerusakan sendi  Karakteristik Slide :  Slide yang murni tidak terjadi didalam sendi, karena per- mukaan tulang tidak ada sebangun secara sempurna.  Arah slide bergantung pada permukaan tulang yang berge- rak apakah konkaf atau konveks  Jika hanya slide yang terjadi didalam sendi, maka akan terja- di impingement pada permukaan sendi yang dapat mence- gah gerakan penuh. 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
  • 9. 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
  • 10. 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
  • 11.  Teknik mobilisasi sendi yang menggunakan komponen slide bertujuan untuk mengembalikan JPM (mengulur kapsul sendi yang ketat/memendek)  Teknik mobilisasi sendi yang hanya menggunakan rolling (force passive movement) tidak digunakan untuk mengulur kapsul sendi yang ketat/memendek karena dapat menye- babkan kompresi sendi 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
  • 12. Gerak Asesoris lainnya yang mempengaruhi sendi  Kompresi  Adalah penurunan space sendi diantara kedua permukaan tulang.  Kompresi secara normal terjadi pada extremitas dan sendi- sendi spine ketika menumpu berat badan.  Beberapa kompresi dapat terjadi saat otot berkontraksi, yang memberikan stabilitas pada sendi.  Pada saat salah satu permukaan tulang roll terhadap permukaan lainnya maka beberapa kompresi juga terjadi pada sisi tulang yang angulasi.  Beban kompresi intermitten yang normal dapat membantu menggerakkan cairan sinovial sehingga membantu mempertahankan kesehatan cartilago. 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
  • 13.  Beban kompresi tinggi yang abnormal dapat menyebabkan perubahan cartilago sendi dan kemunduran (degenerasi).  Traksi/distraksi  Traksi adalah suatu tarikan longitudinal, sedangkan distraksi adalah suatu pemisahan atau tarikan yang menghasilkan pemisahan.  Pemisahan permukaan sendi (distraksi) tidak selalu terjadi ketika gaya traksi diaplikasikan pada axis longitudinal tulang. Sebagai contoh, jika traksi diaplikasikan pada shaft humeri akan menghasilkan glide pada permukaan sendi, sedangkan distraksi glenohumeral joint memerlukan tarikan pada sudut yang benar (sudut siku) terhadap fossa glenoidalis. 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
  • 14.  Untuk lebih jelasnya, kapanpun tarikannya terjadi pada axis longitudinal tulang maka digunakan istilah “long-axis traction”, dan kapanpun permukaan sendi ditarik terpisah maka digunakan istilah “distraction, joint traction, atau joint separation”.  Untuk teknik mobilisasi sendi, distraksi digunakan untuk mengontrol atau menurunkan nyeri ketika diaplikasikan secara gentle. Ketika diaplikasikan dengan gaya stretch, distraksi digunakan untuk menghasilkan stretch pada kapsul.  Gaya distraksi yang kecil juga dapat digunakan ketika mengaplikasikan teknik gliding. 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
  • 15. HUKUM KONKAF-KONVEKS  Gerak roll selalu terjadi dalam arah yang sama dengan gerak swing tulang.  Arah slide dapat ditentukan jika bentuk permukaan sendi diketahui.  Hukum Konkaf-Konveks adalah :  Jika permukaan tulang yang konkaf bergerak terhadap per- mukaan tulang yang konveks maka gerak roll dan slide harus terjadi dalam arah yang sama.  Jika permukaan tulang yang konveks bergerak terhadap permukaan tulang yang konkaf maka gerak roll dan slide harus terjadi dalam arah yang berlawanan. 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
  • 16.  Untuk mengembalikan gerak sendi yang terbatas maka mobilisasi sendi harus mengaplikasikan konsep hukum konkaf-konveks.  Sebagai contoh, jika tibia bergerak kearah ekstensi terha- dap femur, maka permukaan tibia harus roll ke depan dan slide ke depan terhadap condylus femur untuk mencapai gerakan penuh. 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
  • 17. 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
  • 18. Pasif Angular Stretching versus Joint Glide Stretching  Prosedur Pasif Angular Stretching menggunakan lever tulang untuk melakukan stretching pada kapsul sendi yang tight ; prosedur ini dapat menyebabkan peningkatan nyeri atau trauma sendi karena :  Penggunaan lever secara signifikan meningkatkan gaya pada sendi.  Gaya tersebut menyebabkan kompresi sendi yang berlebihan dalam arah rolling tulang.  Roll tanpa disertai slide tidak mengikuti mekanik sendi normal  Prosedur Joint Glide Stretching menggunakan komponen slide translatoric untuk melakukan stretching pada kapsul sendi yang tight. 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
  • 19.  Prosedur Joint Glide Stretching lebih aman dan selektif karena :  Gaya yang diaplikasikan dekat dengan permukaan sendi dan terkontrol pada intensitas yang sesuai dengan patologi.  Arah gaya mengikuti komponen sliding dari mekanik sendi dan tidak menghasilkan kompresi pada cartilago.  Amplitudo gerakan adalah kecil namun spesifik pada bagian yang terbatas (adhesion) dari kapsul atau ligamen. Oleh karena itu, gaya yang diaplikasikan selektif pada jaringan yang diinginkan. 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
  • 20. EFEK MOBILISASI SENDI  Mobilisasi sendi dapat menghasilkan gerak intraartikular dan gerak fisiologis  Gerak intraartikular/fisiologis dpt merangsang aktivitas biologis dgn gerakan cairan sinovial, yg membawa nutrisi2 ke cartilago sendi yg avaskular & fibrocartilago intraartikular dari meniskus. Atropi/degenerasi cartilago segera terjadi setelah immobilisasi.  Gerakan intrartikular/fisiologis dpt memelihara ekstensi bilitas & kekuatan tensile sendi & jar.periartikular. Adanya immobilisasi menghslkan proliferasi fibrofatty yg menyebabkan adhesion intraartikular, serta perubahan biochemical pd tendon, ligamen & kapsul sendi  tjd kontraktur sendi & lemahnya ligamen. 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
  • 21.  Adanya gerakan/posisi sendi dpt merangsang saraf afferent dari reseptor sendi, yg mengirim informasi ter- sebut ke SSP. Adanya injury/degenerasi sendi, scr po- tensial dpt menurunkan sumber proprioceptive feedback yg penting shg dpt mempengaruhi respon keseimbangan seseorang. Gerakan sendi dpt memberikan input sensorik yg relatif pada :  Tipe I reseptor ttg posisi statik & rasa kecepatan gerakan.  Tipe II reseptor ttg perubahan kecepatan gerakan.  Tipe I & III reseptor ttg rasa arah gerakan.  Tipe I, II & III reseptor ttg regulasi tonus otot.  Tipe IV receptor ttg stimulus nociceptive/nyeri 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
  • 22. JOINT PLAY MOVEMENT  Semua sendi sinovial mampu menghasilkan gerak aktif dengan ROM yang luas, yang dikenal dengan gerak volun- ter.  Selama gerak volunter, terjadi gerakan kecil didalam sendi yang hanya dapat diperiksa secara pasif  gerakan ini dikenal joint play movement (JPM) atau gerak assesori.  Gerak assesori ini (JPM) tidak dibawah kontrol volunter, tetapi dibutuhkan untuk mencapai ROM penuh. 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
  • 23.  JPM merupakan komponen esensial untuk menghasilkan fungsi sendi yang normal, karena :  Space yang kecil (gerak yang kecil) pada sendi yang inkong- ruen diperlukan untuk komponen hydrodinamik dari lubri- kasi sendi.  Permukaan sendi adalah bervariasi sehingga sangat dibu- tuhkan laxity kapsul sendi untuk menghasilkan gerak dgn ROM penuh. 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
  • 24. LOOSE PACKED POSITION  Untuk memeriksa JPM maka pemeriksa harus memposi- sikan sendi dalam posisi resting (loose packed position), yaitu posisi suatu sendi didalam ROMnya dimana sendi dalam keadaan melonggar atau dibawah beban/stress yang minimal.  Dalam posisi LPP, kapsul-ligamen sendi dalam keadaan laxity yang sangat besar dan pemisahan permukaan sendi secara pasif dapat terjadi secara besar. 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
  • 25. Posisi LPP No. Sendi Posisi LPP 1. Glenohumeral Joint + 55 – 60o abduksi, + 55 – 60o fleksi, 30o horizontal adduksi/fleksi 2. Acromioclavicular & Sternoclavi- cular joint Lengan istirihat disamping badan dalam posisi fisiologis normal 3. Humeroulnar joint + 70o fleksi, + 10o supinasi 4. Humeroradial joint Ekstensi dan supinasi penuh 5. Proksimal radioulnar joint + 70o fleksi, + 35o supinasi 6. Distal radioulnar joint + 10o supinasi 7. Radiocarpal joint + 5o palmar fleksi, + 5o ulnar deviasi 8. Carpometacarpal I + 5o fleksi, + 5o abduksi 9. Metacarpophalangeal joint + 5o fleksi 10. PIP/DIP jari-jari tangan + 5o fleksi 11. Hip joint + 30o fleksi, + 30o abduksi, sedikit exorotasi 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
  • 26. No. Sendi Posisi LPP 12. Knee Joint + 25 – 30o fleksi 13. Talocruralis Joint (Ankle joint) + 10o plantar fleksi 14. Subtalar Joint Middle antara ROM yang ada 15. Midtarsal Joint Middle antara ROM yang ada 16. Tarsometatarsal Joint Middle antara ROM yang ada 17. Metatarsophalangeal Joint Netral/+ 10o ekstensi 18. PIP/DIP jari-jari kaki + 5o fleksi 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
  • 27. CLOSE PACKED POSITION  Close Packed Position adalah posisi dimana permukaan tulang didalam sendi mengalami kontak maximum.  Dalam posisi ini, permukaan sendi terkompresi satu sama lain, kapsul-ligamen mengalami tight/ketat secara maksi- mal  Close Packed Position harus dihindari selama pemeriksa- an. 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
  • 28. Posisi CPP No. Sendi Posisi CPP 1. Glenohumeral Joint Maksimal abduksi & exorotasi 2. Acromioclavicular Abduksi lengan sampai + 30o 3. Sternoclavicular joint Maksimum elevasi shoulder 4. Humeroulnar joint Maksimum ekstensi 5. Humeroradial joint + 90o fleksi, + 5o supinasi 6. Proksimal radioulnar joint + 5o supinasi 6. Distal radioulnar joint + 5o supinasi 7. Radiocarpal joint Maksimal dorsofleksi disertai dengan radial deviasi 8. Carpometacarpal I Maksimal opposisi 9. Metacarpophalangeal joint Maksimal fleksi 10. PIP/DIP jari-jari tangan Maksimal ekstensi 11. Hip joint Maksimal hiperekstensi 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
  • 29. No. Sendi Posisi CPP 12. Knee Joint Maksimal hiperekstensi 13. Talocruralis Joint (Ankle joint) Maksimal dorsofleksi 14. Subtalar Joint Maksimal inversi/supinasi 15. Midtarsal Joint Supinasi 16. Tarsometatarsal Joint Supinasi 17. Metatarsophalangeal Joint Maksimal ekstensi 18. PIP/DIP jari-jari kaki Maksimal ekstensi 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST
  • 30. 18 February 2017 SUDARYANTO, S.ST