Dokumen tersebut membahas tentang konsep e-learning dan penerapannya dalam perusahaan. E-learning adalah sistem pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi untuk proses belajar mengajar secara mandiri tanpa harus bertemu secara langsung. E-learning memiliki berbagai manfaat seperti fleksibilitas waktu dan tempat belajar, hemat biaya, serta mudah diakses oleh banyak orang. Beberapa perusahaan seperti Bank Mandiri
1. SISTEM INFORMASI
MANAJEMEN
Nama : Widya Ayunda Putri
NIM : 43217110256
S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2. Konsep E-Learning, khususnya dalam mendukung dan menunjang aktifitas
operasional perusahaan
Sejak tahun 1970 teknologi informasi dan komunikasi di Negara Indonesia
berkembang pesat, perkembangan tersebut berjalan secara bertahap. Semenjak terbentuknya
Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) di Indonesia, sangat membantu
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang ada di Indonesia menjadi terarah.
Pada orde baru terdapat teknologi informasi dan komunikasi yang baru yaitu internet.
Dalam internet terdapat banyak variasi program atau layanan internet yang sangat
membantu masyarakat dalam hal sarana informasi maupun edukasi. Internet identik dengan
media sosial yang terdapat banyak variasi program di dalamnya salah satunya yaitu konten.
Masyarakat dapat meluangkan ide atau pemikiran dan juga mengekspresikan diri
melalui konten. Dengan adanya konten dapat memberi banyak manfaat bagi masyarakat
dalam hal pendidikan, bisnis, ataupun perusahaan. Misalnya pemanfaatan konten pada
perusahaan. Saat ini perusahaan -- perusahaan sudah mulai memanfaatkan inovasi teknologi
komunikasi dan informasi yaitu konten. Salah satu inovasinya adalah konten e-learning.
E-learning adalah suatu sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi dalam peroses belajar mengajar. Sedangkan menurut michael
(2013:27), e-learning merupakan pembelajaran yang disusun dengan tujuan menggunakan
sistem elektronik atau komputer sehingga mampu mendukung proses pembelajaran. E-
learning memanfaatkan teknologi sebagai wadahuntuk pengajaran melalui media online.
Konten ini mempunyai sifat mandiri, dikarenakan pembelajaran e-learning akan di posting
melalui media online dan akan tersimpan dalam suatu program yang nantinya dapat diakses
secara mandiri oleh seseorang yang membuka program dari e-learning tersebut.
Indonesia telah menerapkan e-learning untuk proses pembelajaran hal tersebut
dikarenakan banyak manfaat yang terdapat dalam konten ini yaitu e-learning dapat diakses
kapan saja dan dimana saja sehingga seseorang tidak perlu mengeluarkan banyak waktu
untuk datang kesuatu tempat untuk melakukan pembelajaran.
Selain itu e-learning juga sangat berguna bagi suatu perusahaan, hal tersebut diketahui
melalui sebuah survei oleh majalah Forbes di Amerika dan Eropa yang telah mulai
menghimplementasikan sistem manajemen pelatihan berbasis e-learning yang terdapat
3. banyak manfaat untuk perusahaan yaitu menghemat waktu dan biaya. Perusahaan saat ini
menggunakan e-learning sebagai media training bagi karyawan-karyawannya.
Penerapan e-learning pada suatu perusahaan dinilai sangat menguntungkan dari
berbagai sisi yaitu (anywhere, anytime, anyspace), dengan konten ini perusahaan dapat
memberikan pembelajaran dimana saja, kapan saja, dan diruang manapun selama didukung
dengan keberadaan jaringan internet tentunya. Selain itu perusahaan konten ini sangat
membantu perusahaan besar yang mempunyai banyak cabang, tidak perlu bersusah-payah
mendatangi cabang perusahaan satu-persatun karena e-learning dapat menjangkau semua
cabang perusahaan guna untuk melakukan training untuk karyawan perusahaan.
Pengertian E-Learning
E-learning adalah suatu sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi
informasi dalam proses belajar mengajar. Berikut beberapa pengertian E-learning dari
berbagai sumber:
1) Pembelajaran yang disusun dengan tujuan menggunakan sistem elektronik atau komputer
sehingga mampu mendukung proses pembelajaran (Michael, 2013:27).
2) Proses pembelajaran jarak jauh dengan menggabungkan prinsip-prinsip dalam proses
pembelajaran dengan teknologi (Chandrawati, 2010).
3) Sistem pembelajaran yang digunakan sebagai sarana untuk proses belajar mengajar yang
dilaksanakan tanpa harus bertatap muka secara langsung antara guru dengan siswa
(Ardiansyah, 2013).
Karakteristik E-learning
Menurut Rosenberg (2001) karakteristik E-learning bersifat jaringan, yang membuatnya
mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali,
mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan informasi.
Karakteristik E-learning menurut Nursalam (2008:135) adalah:
Memanfaatkan jasa teknologi elektronik.
Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan komputer networks)
4. Menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri (self learning materials) kemudian
disimpan di komputer, sehingga dapat diakses oleh doesen dan mahasiswa kapan saja dan
dimana saja.
Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar, dan hal-hal yang
berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
Manfaat E-learning
Manfaat E-learning adalah:
a. Fleksibel. E-learning memberi fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk
mengakses perjalanan.
b. Belajar Mandiri. E-learning memberi kesempatan bagi pembelajar secara mandiri
memegang kendali atas keberhasilan belajar.
c. Efisiensi Biaya. E-learning memberi efisiensi biaya bagi administrasi penyelenggara,
efisiensi penyediaan sarana dan fasilitas fisik untuk belajar dan efisiensi biaya bagi
pembelajar adalah biaya transportasi dan akomodasi.
Manfaat E-learning menurut Pranoto, dkk (2009:309) adalah:
1) Penggunaan E-learning untuk menunjang pelaksanaan proses belajar dapat meningkatkan
daya serap mahasiswa atas materi yang diajarkan.
2) Meningkatkan partisipasi aktif dari mahasiswa.
3) Meningkatkan partisipasi aktif dari mahasiswa.
4) Meningkatkan kemampuan belajar mandiri mahasiswa.
5) Meningkatkan kualitas materi pendidik dan pelatihan.
6) Meningkatkan kemampuan menampilkan informasi dengan perangkat teknologi
informasi, dimana dengan perangkat biasa sulit dilakukan.
Kelebihan E-learning
Kelebihan E-learning ialah memberikan fleksibilitas, interaktivitas, kecepatan, visualisasi
melalui berbagai kelebihan dari masing-masing media (Sujana, 2005 : 253 ). Menurut L.
Tjokro (2009:187), E-learning memiliki banyak kelebihan yaitu :
5. Kekurangan E-learning
Kekurangan E-learning menurut L. Gavrilova (2006:354) adalah pembelajaran dengan model
E-learning membutuhkan peralatan tambahan yang lebih (seperti komputer, monitor,
keyboard, dsb). Kekurangan E-learning yang diuraikan oleh Nursalam (2008:140) sebagai
berikut ::
a. Kurangnya interaksi antara pengajar dan pelajar atau bahkan antar pelajar itu sendiri.
Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya membuat
tumbuhnya aspek bisnis/komersial
b. Proses belajar mengajar cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
Berubahnya peran pengajar dari yang semula menguasai teknik pembelajaran
konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT
(information, communication, dan technology).
c. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet ( mungkin hal ini berkaitan dengan masalah
tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer).
d. Kurangnya sumber daya manusia yang menguasai internet.
e. Kurangnya penguasaan bahasa komputer.
f. Akses pada komputer yang memadai dapat menjadi masalah tersendiri bagi peserta didik.
Peserta didik bisa frustasi jika mereka tidak bisa mengakses grafik, gambar, dan video
karena peralatan yang tidak memadai.
g. Tersedianya infrastruktur yang bisa dipenuhi.
h. Informasi dapat bervariasi dalam kualitas dan akurasi sehingga penduan dan fitur
pertanyaan diperlukan.
i. Peserta didik dapat merasa terisolasi.
Selain itu banyak perusahaan di Indonesia yang berharap menggunakan e-learning yang akan
menguntungkan untuk perusahaan misalnya biaya pelatihan yang dikeluarkan perusahaan
dapat menjadi lebih rendah. Biaya rendah disini meliputi biaya transportasi, dengan adanya
teknologi e-learning ini perusahaan tidak perlu jauh-jauh mendatangi lokasi pelatihan, cukup
menggunakan koneksi internet, maka pelatihan sudah bisa dilakukan.
Terdapat syarat penerapan e-learning dalam perusahaan antara lain:
1. Meaningful content
6. Untuk melakukan penerapan e-learning dalam perusahaan hal yang paling utama harus
diperhatikan adalah mengenai isi konten e-learning yang akan di bagikan. Isi dari e-learning
yang akan di bagikan harus bermanfaat bagi perusahaan ataupun karyawan perusahaan
misalnya mengandung makna tertentu yang berguna untuk proses pembekalan bagi karyawan
perusahaan.
2. Effective learning design
Hal kedua yang harus diperhatikan dalam penerapan e-learning dalam perusahaan adalah
mengenai keefektifan dari isi e-learning tersebut, isi konten e-learning harus efektif sehingga
para karyawan perusahaan yang mengakses dapat mudah menerima pembelajaran dengan
baik dan juga sesuai dengan tujuan perusahaan.
3. Technology that works
Hal ketiga yang harus diperhatikan yaitu mengenai ketepatan isi dari e-learning yang akan
disampaikan. Yang dimaksud ketepatan disini adalah e-learning harus disajikan dengan tepat,
sehingga pembelajaran dapat bekerja dengan optimal, selain itu karyawan perusahaan juga
alan mendapatkan apa yang dibutuhkan oleh perusahaan dan karyawan juga mendapatkan
pengalaman pembelajaran melalui ketepatan isi e-learning yang disampaikan.
Proses pembuatan e-learning dalam perusahaan
Pembuatan konten e-learning dalam suatu perusahaan terdapat 2 metode yaitu pembuatan e-
learning yang berupa modul dan juga pembuatan web berupa learning management system
(LSM). Learning management system merupakan layanan berupa webside yang bisa diakses
oleh user (pengguna) yang telah dibuat.
Melalui LSM dapat terlihat berupa laporan bagi siapa saja yang telah mengakses e-learning
dan juga akan memberikan peringatan bagi orang yang belum membuka e-learning tersebut.
dalam proses pembuatan e-learning dalam perusahaan terdapat beberapa pihak yang terlibat
dalam proses pelatihan atau penggunaan e-learning diantanya yaitu user, subject matter
expert, tim developer.
Masing -- masing pihak tersebut mempunyai tugas tersendiri dalam mengelola e-learning.
User berarti orang yang dapat mengakses portal e-learning yang telah dibuat. Terdapat
beberapa tingkatan user yaitu moodle, seperti admin utama, manager, pemateri, karyawan
7. perusahaan. Subect matter expert adalah pengampu materi yang menguasai materi yang
nantinya akan dibuat sebuah pembelajaran dalam e-leraning.
Biasanya subject matter expert dijalankan oleh pihak perusahaan yang mengetahui segala hal
dari sebuah pembelajaran yang akan disampaikana dalam e-learning tersebut, subject matter
expert biasa disebut sebagai pemateri utama dalam e-learning. Sedangkan tim developer
merupakan pihak yang menyusun materi menjadi sebuah skenario pembelajaran, tim
developer juga bertanggung jawab mengubah sebuah materi pembelajaran tertulis menjadi
lebih menarik dan lebih hidup dengan cara menambahkan grafik, audio visual, ataupun
animasi dalam isi e-learning.
Terdapat beberapa keuntungan penerapan e-learning dalam perusahaan diantaranya adalah
sebagai berikut:
Keuntungan penerapan e-learning bagi perusahaan dalam hal melakukan training (pelatihan):
a. Fleksibel
Penerapan e-learning dalam perusahaan akan memberikan fleksibelitas yaitu e-leraning
akan lebih bersifat efisien dalam mengatur waktu pembelajaran. Proses training
perusahaan dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa menghabiskan banyak
waktu.
b. Mandiri
Penerapan e-learning dalam perusahaan bersifat mandiri. Materi pembelajaran dapat
diakses melalui komputer, laptop, smartphone dengan menggunakan jaringan koneksi
internet. Dengan begitu karyawan perusahaan dapat mengakses pembelajaran e-learning
secara mandiri, belajar dengan kemauan sendiri dan karyawan dapat menentukan waktu
yang tepat baginya untuk melakukan pembelajaran, hal itulah yang membedakan antara
penerapan pembelajaran e-learning dengan proses belajar yang bersifat konvensional.
selain itu karyawan akan bisa lebih fokus menerima pembekalan atau pembelajaran dari
perusahaan.
c. Hemat Biaya Pengeluaran
Penerapan e-learning dalam perusahaan akan membantu meringankan biaya training.
d. Pembelajaran Secara Continue
Dengan menerapkan e-learning dalam perusahaan maka materi yang dibagikan kepada
karyawan dapat dipelajari atau dibaca berulang-kali dalam bentuk data,video, audio visual
dan lain sebagainya.
8. e. Jangkauan Yang Luas
E-learning dapat menjangkau siapa saja dan seberapa jauh jaraknya dengan begitu akan
sangat menguntungkan perusahaan dalam proses training karyawan.
f. Penyebaran Pembelajaran Sangat Cepat
Pembelajaran melalui media sosial e-learning bersifat cepat, sehingga karyawan dapat
mengakses materi pembelajaran dengan segera.
Beberapa Perusahaan Yang Telah Menerapkan E-learning:
Tercatat beberapa perusahaan telah menerapkan e-learning dan hasilnya cukup
memuaskan dilihat dari sisi keuntungan yang diperoleh perusahaan dengan menggunakan e-
learning. Data menunjukkan beberapa perusahaan seperti Aetna bisa menghemat biaya
pengeluaran dibandingkan jika mereka menerapkan pembelajaran konvensional.
Dari hal tersebut telah banyak perusahaan yang mencoba membandingkan antara
pembelajaran melalui metode konvensional dengan penerapan e-learning. J.D fletcher Study
juga menyebutkan bahwa pembelajaran melalui metode e-learning secara besar dapat lebih
meningkatkan pemahaman dan penerapan materi yang disampaikan dibandingkan dengan
metode pembelajaran konvensional.
Selain itu terdapat juga perusahaan perbankan yang telah menerapkan e-learning yaitu
Bank Mandiri. Perusahaan Bank Mandiri telah menerapkan proses pembelajaran melalui e-
learning yang dimana pembelajaran dapat dilakukan pada jarak jauh dan juga dapat diakses
seluruh karyawan Bank Mandiri diseluruh cabang di Indonesia.
Menurut Chief Executive Officer (CEO) Bank Mandiri keuntungan yang diperoleh
dalam menerapkan pembelajaran menggunakan e-learning adalah untuk meminimalisir biaya
yang dikeluarkan guna untuk pembelajaran atau pelatihan bagi karyawan Bank yang
jumlahnya tidak sedikit, selain itu penerapan pembelajaran e-learning bersifat sangat cepat
sehingga para karyawan dapat langsung mengakses materi pembelajaran yang telah di kirim
melalui e-learning tersebut.
Penerapan metode e-learning pada perusahaan yang telah disusun dengan baik maka
akan menghasilkan keuntungan tersendiri untuk perusahaan, hal tersebut dikarenakan metode
pembelajaran menggunakan e-learning dapat meningkatkan skill karyawan yang sangat
dibutuhkan oleh perusahaan. Selain itu keuntungan pembelajaran menggunakan metode e-
9. learning adalah perusahaan dapat memastikan bahwa dokumentasi pembelajaran yang
diberikan kepada karyawan dapat disimpan dengan sistematis dan terinci.
Hambatan Pemanfaatan E-Learning
Beberapa kendala yang mesti menjadi bahan pertimbangan dalam menerapkan teknologi web
base learning adalah :
1) Faktor waktu pengembangan
Rancangan dan pengembangan web base learning memerlukan waktu yang relatif lama.
Hal ini terkait dengan rancangan website pembelajaran, rancangan modul atau bahan ajar,
bahan latihan dan bahan ujian dari dosen matakuliah.
2) Faktor Biaya- Biaya
Implementasi terkait dengan biaya akses internet secara bulanan, biaya produksi awal
yang relative besar seperti pengadaan peralatan (Komputer, jaringan telp/ADSL,
peralatan jaringan lokal, dll). Faktor biaya akan menjadi ringan jika sarana dan prasaran
pendukung telah tersedia, sehingga focus factor biaya hanya terletak pada biaya akses
internet dan biaya perancangan website.
3) Faktor Manusia
Kualitas SDM merupakan masalah klasik yang selalu “menghantui” di PTAI, terutama
dibidang Teknologi Informasi. Bahkan sampai saat ini ada anggapan dari beberapa dosen
di PTAI bahwa internet adalah “pusat dosa dan nista”. Sebuah ungkapan yang sangat naïf
sekali untuk menutupi kekurangan diri. Masih kurangnya minat dan perhatian unsur
akademik seperti dosen, pimpinan dan mahasiswa pada PTAI menambah panjang factor
tantangan dalam penerapan web base learning di PTAI.
Beberapa solusi alternatif yang dapat menjadi pertimbangan dalam mengatasi masalah
penerapan web base learning ini, diantaranya :
a. Untuk tahap awal hanya dirancang khusus web base learning yang sesuai dengan
kebutuhan. Artinya hanya beberapa matakuliah yang dianggap telah siap untuk
dimuat dalam website learning.
b. Alokasi dana khusus merupakan langkah yang paling tepat untuk mengatasi masalah
pendanaan. Kondisi ini atau masalah kekurangan biaya tidak menjadikan
pengimplementasian web base learning tertunda, karena kebanyakan PTAI saat ini
10. telah memiliki website akademik mandiri dan begitu juga dengan jaringan akses
internet, sehingga dengan kondisi yang setidaknya PTAI sudah mampu membuat
sebuah prototype pembelajaran berbasis web.
c. Pengaruh mobilitas informasi menjadikan tantangan tersendiri bagi mahasiswa dan
dosen untuk mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi terutama teknologi
informasi. Kondisi ini menjadikan mahasiswa dan dosen untuk berusaha memicu diri
untuk memanfaatkan fasilitas teknologi dalam mengimbangi mobilitas informasi
tersebut. Disamping hal tersebut, pelatihan, sosialisai yang intensif dan terjadwal
merupakan langkah yang tepat untuk mengtasi permasalah kualitas sumber daya
manusia.
Kegagalan Implementasi e-Learning di Perusahaan
Di tulisan sebelumnya, e-Learning: Metode Pembelajaran yang Praktis, saya sudah
sedikit memaparkan mengenai penggunaan e-learning dan manfaatnya bagi perusahaan. Ya,
biasanya e-learning diterapkan oleh perusahaan atas dasar efisiensi (biaya) dan efektivitas
(waktu). Memang peningkatan kualitas SDM menjadi suatu harga mati yang tidak bisa
ditawar dalam tingkat persaingan bisnis yang sangat ketat dewasa ini. Walaupun demikian,
hal tersebut jelas membutuhkan biaya dan waktu yang tidak sedikit. E-learning bisa menjadi
salah satu solusi untuk mengatasinya.
Dengan manfaat tersebut, tidak heran apabila akhirnya banyak perusahaan yang
mencoba menerapkan e-learning dalam rangka peningkatan kualitas SDM. Walaupun
demikian, seiring dengan perjalanan waktu, banyak perusahaan yang menerapkan e-learning
akhirnya berakhir dengan sebuah kegagalan besar. Mengapa ini terjadi? Saya bisa bilang hal
ini disebabkan karena perusahaan terlalu berfokus atau terbuai dengan manfaat yang
ditawarkan. Tetapi mereka sedikit atau bahkan mengabaikan hal-hal yang perlu dipersiapkan
dalam rangka mengimplementasikan e-learning di perusahaan. Karena untuk
mengimplementasikan e-learning tidaklah semudah seperti membalikkan telapak tangan.
Banyak hal yang harus dipersiapkan dan dilakukan agar implementasi e-learning dapat
berjalan dengan baik dalam jangka waktu yang lama. Karena itu, tulisan ini mencoba
memberikan gambaran beberapa alasan kegagalan implementasi e-learning di perusahaan.
11. Tidak memiliki strategi implementasi (blue print) yang komprehensif. Sering kali
perusahaannya hanya berpikir dalam jangka pendek ketika memutuskan untuk
mengimplementasikan e-learning, bahkan hanya menganggap e-learning sebagai sebuah pilot
project. Hal ini jelas merupakan sebuah kesalahan besar. Penerapan e-learning harus
dipikirkan dengan matang dan terencana karena banyak hal yang terkait di dalamnya. Oleh
karenanya, sebelum memutuskan untuk mengimplementasikan e-learning, perusahaan harus
sudah memikirkan langkah-langkah strategis yang akan diterapkan, baik dalam jangka
pendek dan jangka panjang untuk memastikan kelangsungan implementasi e-learning yang
berdaya guna. Untuk itu, pada awalnya perusahaan harus melakukan identifikasi dan
penggalian informasi mengenai implementasi e-learning, baik dengan memanfaatkan jasa
konsultan e-learning atau pun melakukan adopsi (benchmark) dari perusahaan lainnya yang
sudah sukses mengimplementasikan e-learning. Selain itu, harus dipastikan agar
implementasi e-learning tidak berdiri sendiri, tetapi terintegrasi dengan learning
management secara keseluruhan.
Ketidaksiapan melakukan change management. Yang dimaksud dengan change
management di sini lebih dalam konteks people. Harus disadari bahwa keberhasilan
implementasi e-learning sangat tergantung dari penerimaan atau respons para penggunanya
(dalam hal ini adalah karyawan perusahaan). Implementasi e-learning dapat dikatakan sukses
apabila ada antusiasme yang tinggi dari penggunanya, dan memberikan dampak positif bagi
peningkatan kualitas SDM dalam rangka mencapai target perusahaan. Salah satu tantangan
yang perlu dipikirkan dengan matang oleh manajemen adalah merubah proses atau budaya
belajar (learning culture) karyawan perusahaan. Apabila selama ini proses pembelajaran lebih
didominasi dengan metode konvensional, khususnya pelatihan di kelas (training classroom),
di mana ada peran seorang instruktur atau trainer yang memberikan pelatihan, maka dengan
e-learning peran itu menjadi hilang. Oleh karenanya, perusahaan harus membuat kebijakan
yang tepat, yang dapat memberikan rangsangan kepada para karyawan agar mau
berpartisipasi secara aktif sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.
Pemberian reward kepada peserta dengan result evaluation yang sangat baik, penugasan
seorang supervisor untuk mengawasi implementasi di setiap cabang atau unit kerja, dan
kebijakan untuk menjadikan e-learning sebagai salah satu tolak ukur kompetensi karyawan
merupakan beberapa cara yang bisa diterapkan.
Kurangnya support dari manajemen secara keseluruhan. Kesan yang seringkali
muncul adalah implementasi e-Learning di sebuah perusahaan hanya menjadi milik dan
12. tanggung jawab satu divisi saja, khususnya Training/Learning Center. Kondisi demikian
membuat divisi lainnya merasa tidak dilibatkan, dan hal ini menyebabkan timbulnya
resistensi terhadap implementasi e-Learning di perusahaan. Seharusnya implementasi e-
Learning menjadi milik semua elemen di perusahaan dengan tujuan pengembangan sumber
daya manusia demi kelancaran bisnis perusahaan. Harus ada sinergi dari semua pihak di
perusahaan agar implementasi e-Learning dapat berjalan dengan baik dan makksimal, mulai
dari proses pengembangan hingga pelaksanaannya,.
Ketidaksiapan infrastruktur teknologi. Tanpa teknologi yang memadai, mustahil
implementasi e-learning dapat berjalan maksimal. Teknologi bukan hanya sekedar sarana
pendukung, tetapi menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi. Keberadaan teknologi yang
memadai menjadi salah satu faktor kunci keberhasilan implementasi e-learning di
perusahaan. Salah satu contoh kegagalan yang sering terjadi adalah masalah bandwith.
Perusahaan tidak memperhitungkan dengan cermat kapasitas bandwith yang dibutuhkan
untuk implementasi e-learning dan kaitannya dengan proses operasional perusahaan. Yang
kemudian terjadi adalah keberadaan e-learning justru dianggap menjadi penghambat proses
operasional perusahaan. Kondisi ini kemudian diikuti dengan langkah untuk mengurangi
kapasitas bandwith untuk penggunaan e-learning. Dampaknya adalah proses pembelajaran
via e-learning menjadi sangat lambat, khususnya dalam proses pengunduhan materi. Hal ini
jelas menimbulkan ketidaknyamanan bagi para penggunanya. Ketika ini terjadi, dapat
dikatakan bahwa penerapan e-learning telah setengah jalan menuju kegagalannya, karena
seperti yang telah saya jelaskan di poin sebelumnya, keberhasilan e-learning tergantung
bagaimana penerimaan atau respons dari para penggunanya.
Individu-individu pelaksana yang kurang kompeten. Perusahaan menganggap bahwa
e-learning dapat dikelola oleh siapa saja. Ini jelas pemahaman yang sangat salah. Dapat
dikatakan bahwa e-learning merupakan perpaduan dari banyak unsur, seperti education,
IT, art, dan multi-media. Oleh karenanya, dibutuhkan figur-figur yang memiliki pengetahuan
terkait dengan unsur-unsur tersebut. Figur yang tidak hanya paham bagaimana membuat
sebuah materi yang berguna, tetapi juga bagaimana materi itu menarik bagi para
pembelajarnya, serta dapat berfungsi dengan baik dalam koridor teknologi.
Penggunaan Learning Management System (LMS) yang tidak tepat sasaran. LMS
adalah software aplikasi yang berfungsi untuk menyimpan, mengelola, dan mendistribusikan
berbagai materi pelatihan, ujian atau test yang telah disiapkan. LMS dilengkapi dengan
13. katalog online sehingga pembelajar dapat mengakses, memilih, dan menjalankan berbagai
materi pelatihan yang ada. LMS mampu mencatat log atau tracking aktivitas setiap
pembelajar yang memanfaatkan e-learning. Ada banyak aplikasi LMS yang dapat dipilih dan
digunakan, baik yang sifatnya berbayar atau pun gratis. Setiap aplikasi LMS tersebut
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Agar tidak salah pilih, sebaiknya
perusahaan perlu terlebih dahulu melakukan identifikasi kebutuhan mereka akan LMS yang
disesuaikan dengan sistem pembelajaran yang akan dibangun dan diterapkan kedepannya.
Pemilihan vendor e-learning yang tidak tepat. Biasanya perusahaan memilih sebuah
vendor e-learning karena dua alasan, yaitu harga yang relatif murah dan nama besar. Hal itu
memang tidak salah, tetapi alangkah baiknya bila pemilihan vendor e-learning disesuaikan
dengan kebutuhan dan strategi implementasi yang ada agar kedepannya implementasi e-
learning dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Sebagai contohnya, perusahaan memilih
vendor A karena harga yang ditawarkan jauh lebih murah dibandingkan kompetitornya.
Tetapi ternyata kualitas modul e-learning yang dihasilkan sangat mengecewakan dan jauh
dari ekspektasi perusahaan, serta tidak menarik minat karyawan untuk mempelajarinya.
Contoh lainnya adalah perusahaan memilih vendor B karena nama besarnya di bidang e-
learning. Secara kualitas memang bagus, tetapi belakangan baru diketahui bahwa modul yang
dihasilkan memiliki satu kelemahan utama, yaitu tidak dapat di-update oleh pihak internal
perusahaan karena ada keterbatasan komponen yang hanya dimiliki oleh vendor tersebut.
Jadilah perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan apabila ingin melakukan perubahan
yang bersifat update. Padahal perusahaan sudah mengalokasikan SDM khusus yang bertugas
untuk melakukan perubahan atau modifikasi.
Penyusunan kursus atau materi e-learning yang tidak sesuai dengan kebutuhan atau
strategi bisnis perusahaan (business strategy). Hal ini merupakan kondisi yang tidak hanya
terjadi pada implementasi e-learning, tetapi secara lebih luas juga pada pelaksanaan training
di banyak perusahaan. Ketika menyusun sebuah training, pihak yang terkait sering kali tidak
mempertimbangkan implikasinya bagi strategi bisnis perusahaan. Mereka beranggapan
bahwa karyawan perlu tahu tentang sebuah materi training, tanpa memikirkan alasan, tujuan,
atau dampaknya secara langsung bagi karyawan dan perusahaan. Langkah yang sebaiknya
dilakukan di awal adalah melakukan training needs analysis (TNA) berbasis kompetensi yang
mengacu pada corporate strategy, business strategy, dan functional strategies. Hasil dari
proses tersebut nantinya tertuang dalam sebuah matriks implication of business strategy for
14. training, yang akan dijadikan acuan dalam menyusun sebuah training atau eContent bagi
karyawan perusahaan.
Modul e-learning yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip instructional design (tidak
efektif). Ada beberapa hal yang dapat dijadikan contoh indikasi. Pertama adalah developer
minded, bukan user minded. Dalam mengembangkan sebuah modul e-learning, seharusnya
didasari atas pemikiran “apa yang perlu diketahui dan yang terbaik” untuk pembelajar (user),
bukan apa yang terbaik menurut kacamata developer. Kedua adalah lebih mendahulukan
tampilan (grafis) daripada instructional strategy. Harus dipahami bahwa sebuah modul e-
learning yang baik diukur dari seberapa mudah materi pembelajarannya untuk dimengerti dan
dipahami, bukan dari seberapa bagus kualitas grafis yang ditampilkan. Untuk itu diperlukan
pemilihan instructional strategy yang baik dan sesuai. Grafis hanyalah salah satu bagian
dari instructional strategy yang digunakan untuk mempermudah user memahami sebuah
materi. Ketiga adalah cakupan materi yang terlalu banyak dan dipaksakan. Banyak
perusahaan terjebak dalam pemikiran bahwa kehadiran e-learning otomatis akan
menggantikan fungsi training konvensional (classroom). Kondisi ini membuat perusahaan
sebisa mungkin memasukkan materi sebanyak-banyaknya dalam sebuah modul e-learning.
Hal ini jelas menyulitkan bagi para pembelajar dalam mempelajari dan memahami materi
yang disampaikan. Sebuah modul e-learning seharusnya mudah untuk dipelajari (simple).
Satu yang harus dipahami adalah bahwa kehadiran e-learning tidak otomatis menggantikan
training konvensional secara keseluruhan. Ada beberapa materi pembelajaran yang dapat
sepenuhnya menggunakan e-learning, dan ada beberapa lainnya yang tetap
harus disampaikan dengan metode konvensional.
Contoh Penerapan E- Learning di Perusahaan
Konsep e-Learning telah berkembang dan mengalami perubahan yang sangat dramatis. Kini
berkembang model e-Learning yang sepenuhnya berbasis ICT (TIK). e-Learning memberi
peluang untuk dilaksanakan dalam berbagai modus, jenis, jalur, dan jenjang Diklat.
Persiapan E-Learning
Course development tools
Course management systems dan learning management systems
15. Bisa membeli, memanfaatkan yang sudah ada atau membuat sendiri Perlu dipersiapkan
pula.
Apa yang perlu kita lakukan? Menyiapkan SDM agar terjadi perubahan paradigma
Meningkatkan kemampuan organisasi sehingga mampu melayani penyelenggaraan diklat
jarak jauh Menyiapkan infrastruktur terutama yang berbasis TIK.
Perubahan Paradigma Menuju Minimalist Instruction
Peserta belajar mandiri Tugas & latihan Penerapan prinsip mastery learning Aktivitas di luar
kelas Banyak memanfaatkan media & TIK Komunikasi dua arah & banyak arah
Perubahan Paradigma Menuju Belajar Mandiri
Menurut ahli kontruktivisme ada delapan perubahan paradigma belajar sbb: From linear to
hypermedia. From instruction to construction and discovery. From teacher- centered to
learner- centered education. From absorbing material to learning how to navigate and how to
learn. From school to lifelong learning. From one-size-fits-all to customized learning. From
learning as torture as learning as fun. From the teacher as transmitter to the teacher as
facilitator.
Rancangan Pengaturan
Tentang berbagai hal berikut secara detil perlu panduan operasional: distribusi bahan ajar;
proses pembelajaran melalui kegiatan tutorial, praktik, praktikum, dan ujian; dan administrasi
serta registrasi. Terkait dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi: interaksi
secara synchronous interaksi secara asynchronous
Perancangan E-Learning
The Internet is defined as "a massive network of networks" that includes the World Wide
Web (Web), e-mail, Usenet groups, instant messaging, and file transfer protocol (FTP).
Sekarang ada beberapa paket software yg khusus didesain untuk e-learning, misalnya
Moodle.
Penggunaan Tik Untuk E-Learning
16. Penggunaan teknologi merupakan bagian dari proses penyampaian pembelajaran.Pemilihan
teknologi didasarkan kepada kemampuannya memfasilitasi proses pembelajaran secara
efisien dan efektif di tengah berbagai keterbatasan fisik, ruang dan waktu. Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini telah melahirkan teknologi yang mampu
mengintegrasikan secara global berjuta-juta komputer didunia dan mampu menjadi media
komunikasi data yang paling cepat, mudah dan murah. Teknologi yang dimaksud secara
umum sudah sangat matang keberadaannya baik di dunia secara global maupun di Indonesia.
Jaringan telepon PSTN yang sangat luas, penggunaan jaringan berbasis serat optik hingga
teknologi nirkabel bergerak yang saat ini sudah memasuki generasi ketiga baik jaringan GSM
(GPRS, EDGE, 3G) maupun CDMA (EV-DO) mampu memberikan layanan yang sangat
baik bagi proses pembelajaran bahkan hingga layanan-layanan secara realtime seperti Video
Conference, Video Streaming dan sebagainya.
Penyelenggaraan E-Learning
perencanaan program;
administasi Diklat
administrasi peserta didik;
administrasi personalia; dan
administrasi lainnya. E-Learning berbasis TIK perlu sistem pengelolaan mencakup 1
(satu) atau lebih dari komponen berikut.
Pengelolaan E-Learning
Sebelum mengikuti program diklat kepada peserta harus diberikan orientasi tentang
beberapa hal sbb:
o Technical warm-up: audio & software working?
o Tools Overview: intro the learning environment (sound check if microphones work)
o Ground Rules: Highlight expectations of behavior and interactions Learning
Environment: Discuss tips to max learning
o Programs Detail: Overview e-learning, learning tech blend. (Tech Check Advice, Jennifer
Hoffman, Insync Training; http://www.insynctraining.com/pages/tip_tech.html)
Dalam pengelolaan pembelajaran harus difokuskan untuk melayani peserta agar mendapatkan
layanan bantuan belajar dan pengalaman belajar:
17. Have tech checks Have prework to share
Teach the environment and tools
Get them to participate in events
Adapt a constructivist framework
Ask them to be flexible, patient, active, reflective How to Engage Students Jennifer
Hoffman, Online Learning Conference
Pengelolaan Konten E-Learning
menyediakan konten yang bersifat teacher-centered yaitu konten instruksional yang
bersifat prosedural, deklaratif serta terdefinisi dengan baik dan jelas;
menyediakan konten yang bersifat learner-centered yaitu konten yang menyajikan hasil
(outcomes) dari instruksional yang terfokus pada pengembangan kreatifitas dan
memaksimalkan kemandirian;
menyediakan contoh kerja (work example) pada material konten untuk mempermudah
pemahaman dan memberikan kesempatan untuk berlatih
menambahkan konten berupa aneka sumber belajar, misalnya ensiklopedi, games-games
edukatif sebagai media berlatih alat bantu pembuatan pertanyaan. Sistem pengelolaan
diklat harus dapa.
Aspek isi penting yang harus dikelola dalam penyelenggaraan e-Learning: Informasi. Berisi
informasi yang ingin disampaikan pada user mengenai pengajaran yang akan diikuti. Bentuk
modul informasi ini dapat berupa silabus, berita dan informasi, pengumuman dsb. Materi
Pembelajaran. Berisi material pembelajaran yang akan disampaikan melalui berbagai jenis
format. Format tersebut seperti teks, gambar, foto, grafik, slide presentasi, animasi, HTML,
audio (narasi, audio streaming, audio recorded), video (video recorded, video streaming).
Interaksi dan komunikasi. Berisi konten yang memfasilitasi proses interaksi dan komunikasi
baik antara siswa dan siswa maupun siswa dan trainer, secara langsung (synchronous)
maupun tidak langsung (asynchronous); Tugas, tes dan evaluasi siswa. Konten yang berisi
aktifitas penugasan, tes serta evaluasi bagi siswa. Sumber daya digital (digital resources).
Konten berisi berbagai sumber daya pembelajaran berbentuk digital dan/atau online.
18. Workshop E-Learning Bank Jatim 18
Pengelolaan Personel E-Learning
Beberapa personel kunci yang memegang peranan dalam berlangsungnya program
pembelajaran jarak jauh sebagai berikut:
1. Siswa (Student).
2. Pengaja/Widiaiswara (Teacher).
3. Tutor/Fasilitator.
4. Administrator.
5. Support Staff/Helpdesk
6. Pengelola
Pengelolaan infrastruktur jaringan dalam e-learning pengelolaan infrastruktur jaringan sangat
penting.
Contoh Infrastruktur jaringan adalah:
a. Model koneksi jaringan, yaitu pengembangan koneksi melalui dua pendekatan yaitu:
koneksi lokal (intranet) serta;
koneksi global (internet).
b. Bandwidth. Kapasitas bandwidth yang disediakan harus melalui perhitungan dan
analisis yang tepat terutama pada kebutuhan dan ketersediaan bandwidth yang ada.
c. Lokasi/Gedung. Menyediakan lokasi/gedung yang representatif baik dari kemudahan
akses lokasi, kemudahan penempatan hardware dan jaringan serta keamanannya.
d. Manajemen Infrastruktur. Memastikan jalannya komponen infrastruktur, memperkecil
gangguan terhadap jalannya sistem serta memastikan kelancaran akses sistem.
e. Staf TI. Staf yang mempunyai pengetahuan dan keahlian teknis dalam platform sistem
e-learning dan pengelolaan infrastruktur teknologi.
Pengelolaan Infrastruktur
ICT Learners taking more control over the direction of their learning with ICT Social
collaboration on joint tasks both face-to-face and in online collaboration Learning out of
19. college in other settings and environments Deeper analysis of concepts, processes and
visualisation Use of ICT to locate, gather, synthesis, analyse reconstruct, communicate and
present information and understanding Creative development and media literacy e.g. digital
video, photography animation, music Developing thinking skills and problem solving
strategies ICT in learning Gaining knowledge, understanding and skills beyond that of the
lecturer Iteration and modelling using ICT; eg in writing, design, maths, science PE and
music – real life and work-related applications.
Pengelolaan Organisasi
1. Penyedia Informasi (Information Services). Menjadi sarana penyedia informasi yang
berkaitan dengan proses pembelajaran.
2. Pelatihan (Training). Memfasilitasi kebutuhan pelatihan baik untuk siswa dan pengajar
maupun pihak-pihak lain yang membutuhkan.
3. Konsultasi (Consulting). Memberikan pelayanan berupa saran dan pendapat.
4. Pengembangan kurikulum dan material ajar (Curiculum and Material Development).
Pengembangan model pembelajaran agar dapat sesuai dengan tujuan obyektif e-learning.
5. Penelitian (Research). Mencari formula dan bentuk- bentuk pengembangan baru yang
lebih baik untuk dapat dicapai. Fungsi-fungsi pengelolaan organisasi e- Learning
memerlukan elemen pendukung organisasi. Hill menjelaskan fungsi-fungsi tersebut
sebagai berikut.
Teknologi Pendukung E-Learning
Dalam prakteknya e-learning memerlukan bantuan teknologi. Karena itu dikenal
istilah:
1. computer based learning (CBL) yaitu pembelajaran yang sepenuhnya menggunakan
komputer;
2. computer assisted learning (CAL) yaitu pembelajaran yang menggunakan alat bantu
utama komputer.
Teknologi pembelajaran terus berkembang. Namun pada prinsipnya teknologi tersebut dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Technology based learning
20. b. Technology based web-learning
Technology based learning ini pada prinsipnya terdiri dari Audio Information Technologies
(radio, audio tape, voice mail telephone) dan Video Information Technologies (video tape,
video text, video messaging). Sedangkan technology based web-learning pada dasarnya
adalah Data Information Technologies (bulletin board, Internet, e-mail, tele-collaboration)
Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari, yang sering dijumpai adalah kombinasi
dari teknologi yang dituliskan di atas (audio/data, video/data, audio/video). Teknologi ini
juga sering di pakai pada pendidikan jarak jauh (distance education), dimasudkan agar
komunikasi antara murid dan guru bisa terjadi dengan keunggulan teknologi e-learning ini.
Di antara banyak fasilitas internet, menurut Onno W. Purbo (1997), “ada lima aplikasi
standar internet yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan, yaitu e-mail, Mailing List
(milis), News group, File Transfer Protocol (FTC), dan World Wide Web (WWW)”. Secara
lebih rinci Rosenberg (2001) mengkatagorikan tiga kriteria dasar yang ada dalam e- learning,
yaitu:
1. e-learning bersifat jaringan, yang membuatnya mampu memperbaiki secara cepat
menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan
informasi. Persyaratan ini sangatlah penting dalam e-learning, sehingga Rosenberg
menyebutnya sebagai persyaratan absolut.
2. e-learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar
teknologi internet. CD ROM, Web TV, Web Cell Phones, pagers, dan alat bantu digital
personal lainnya walaupun bisa menyiapkan pesan pembelajaran tetapi tidak bisa
digolongkan sebagai e-learning.
3. e-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas, solusi pembelajaran
yang menggungguli paradikma tradisional dalam pelatihan.
Ada beberapa alternatif paradigma pendidikan melalui internet ini yang salah satunya
adalah system “dot.com educational system” (Kardiawarman, 2000). Paradigma ini dapat
mengitegrasikan beberapa system seperti; (1) paradigma virtual teacher resources, yang dapat
mengatasi terbatasnya jumlah guru yang berkualitas, sehingga siswa tidak haus secara
intensif memerlukan dukungan guru, karena peranan guru maya (virtual teacher) dan
sebagian besar diambil alih oleh system belajar tersebut. (2) virtual school system, yang dapat
21. membuka peluang menyelenggarakan pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang tidak
memerlukan ruang dan waktu. Keunggulan paradigma ini daya tampung siswa tak terbatas.
Siswa dapat melakukan kegiatan belajar kapan saja, dimana saja, dan darimana saja. (3)
paradigma cyber educational resources system, atau dot com leraning resources system.
Merupakan pedukung kedua paradigma di atas, dalam membantu akses terhadap artikel atau
jurnal elektronik yang tersedia secara bebas dan gratis dalam internet.
Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati, Onno W. Purbo
(2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang e-learning, yaitu
“sederhana, personal, dan cepat”. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik
dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada , dengan kemudahan pada panel yang
disediakan, akan mengurangi pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar
peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada belajar
menggunakan sistem e-learning-nya.
Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya
seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan
interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala
persoalan yang dihadapinya. Hal ini akan membuat peserta didik betah berlama-lama di
depan layar komputernya
Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap
keluhan dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran
dapat dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola. Untuk meningkatkan daya
tarik belajar, Onno W. Purbo menambahkan perlunya menggunakan teori games. Teori ini
dikemukakan setelah diadakan sebuah pengamatan terhadap perilaku para penggemar games
komputer yang berkembang sangat pesat. Bermain games komputer sangatlah mengasyikan.
Para pemain akan dibuat hanyut dengan karakter yang dimainkannya lewat komputer
tersebut. Bahkan mampu duduk berjam-jam dan memainkan permainan tersebut dengan
senang hati.
22. Pengembangan Model
Pendapat Haughey (1998) tentang pengembangan e-learning. Menurutnya ada tiga
kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu web course,
web centric course, dan web enhanced course”.
Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan, yang mana peserta
didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka.
Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran
lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Dengan kata lain model ini menggunakan
sistem jarak jauh.
Web centric course adalah penggunaan internet yang memadukan antara belajar jarak jauh
dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampikan melalui internet, dan sebagian
lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa
memberikan petunjuk pada siswa untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah
dibuatnya. Siswa juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang
relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar lebih banyak diskusi tentang temuan
materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut.
Model web enhanced course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan
kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan
pengayaan dan komunikasi antara peserta didik dengan pengajar, sesama peserta didik,
anggota kelompok, atau peserta didik dengan nara sumber lain. Oleh karena itu peran
pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet,
membimbing mahasiswa mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan
pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani
bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.
Manajemen Situs Elearning (Romi Satria Wahono,2003)
1. Melakukan Survey, Menyusun Agenda Umum, Rencana ke Depan, dan Mulai Mengelola
Situs eLearning.
Menyusun Agenda umum dan grand design ke depan. Lakukan pendataan dan analisa
matang terhadap “bidang apa” yang akan dikerjakan, “siapa pengguna”, “siapa penulis”,
dan “rencana jangka pendek dan panjang”. Melakukan survey terhadap komunitas yang
23. sama bidangnya dengan bidang yang akan dibuat Kemudian buatlah prototipe dan mulai
lakukan pendesainan awal situs.
o Apakah secara teknis dapat dilaksanakan (technically feasible). Misalnya
apakah jaringan Internet bisa dipasang, apakah infrastruktur pendukungnya,
seperti telepon, listrik, komputer, tersedia, apakah ada tenaga teknis yang bisa
mengoperasikannya tersedia
o Apakah secara ekonomis menguntungkan (economically profitable); misalnya
apakah dengan e-learning kegiatan yang dilakukan menguntungkan atau
apakah retrun on investment (ROI)-nya lebih besar dari satu.
o Apakah secara sosial penggunaan e-learning tersebut diterima oleh masyarakat
(socially acceptable).
2. Rancangan Instruksional
Dalam menentukan rancangan instruksional ini perlu dipertimbangkan aspek-aspek
(Soekartawi, et al, 1999; Yusup Hashim and Razmah, 2001):
o Course content and learning unit analysis, seperti isi pelajaran, cakupan, topik
yang relevan dan satuan kredit semester.
o Learner analysis, seperti latar belakang pendidikan siswa, usia, seks, status
pekerjaan, dsb-nya.
o Learning context analysis, seperti kompetisi pembelajaran apa yang
diinginkan hendaknya dibahas secara mendalam di bagian ini.
o Instructional analysis, seperti bahan ajar apa yang dikelompokan menurut
kepentingannya, menyusun tugas-tugas dari yang mudah hingga yang sulit,
dsb-nya.
o State instructional objectives. Tujuan instruksional ini dapat disusun
berdasarkan hasil dari analisis instruksional.
o Construct criterion test items. Penyusunan test ini dapat didasarkan dari tujuan
instruksional yang telah ditetapkan.
o Select instructional strategy. Strategi instruksional dapat ditetapkan
berdasarkan fasilitas yang ada.
3. Tahap Pengembangan
Pengembangan e-learning bisa dilakukan dengan mengikuti perkembangan fasilitas ICT
yang tersedia, karena kadang-kadang fasilitas ICT tidak dilengkapi dalam waktu yang
bersamaan. Begitu pula halnya dengan prototype bahan ajar dan rancangan instruksional
yang akan dipergunakan terus dikembangkan dan dievaluasi secara kontinue.
24. 4. Pelaksanaan
Prototype yang lengkap bisa dipindahkan ke komputer (LAN) dengan menggunakan
format tertentu misalnya format HTML. Uji terhadap prototype hendaknya terus menerus
dilakukan. Dalam tahapan ini seringkali ditemukan berbagai hambatan, misalnya
bagaimana menggunakan management course tool secara baik, apakah bahan ajarnya
benar-benar memenuhi standar bahan ajar mandiri (Jatmiko, 1997).
5. Evaluasi
Sebelum program dimulai, lebih baik dicobakan dengan mengambil beberapa sampel
orang yang dimintai tolong untuk ikut mengevaluasi.
Masalah-masalah yang sering dihadapi sebagai berikut:
o Masalah akses untuk bisa melaksanakan e-learning seperti ketersediaan
jaringan internet, listrik, telepon dan infrastruktur yang lain.
o Masalah ketersediaan software.
o Masalah dampaknya terhadap kurikulum yang ada.
o Masalah skill and knowledge.
o Attitude terhadap ICT
Tantangan E-Learning
Dalam menerapkan sebuah sistem baru tentu ada tantangan dan hambatan yang akan ditemui,
umumnya hambatan itu berupa :
1. Teknologi Informasi
Teknologi informasi merpakan bagian dari Organisasi Capital oleh sebab itu, Sistem
Knowledge Management yang terintegrasi membutuhkan investasi Teknologi Informasi.
Tanpa dukungan TI yang memadai maka Knowledge Management akan bersifat
terdistribusi dan tidak berkembang. Teknologi Informasi penting terutama mendukung
sistem yang mudah diakses, kecepatan dalam memperoleh informasi, memiliki sistem
backup, dan sebagainya.
2. Sumber daya manusia
Sumber daya manusia dalam hal ini adalah human capital memegang peranan panting
dalam keberhasilan suatu sistem Knowledge Management. Karena kolaborasi antara
human capital dengan organisasi capital akan menghasilkan customer capital yang sukses.
25. Melalui manusia (human capital) sistem Knowledge Management ini dapat dikelola,
dapat bertambah, berkembang, inovatif dan disaring/filter. Sehngga perlu diterapkannya
sistem manajemen perubahan yang mendukung sistem Knowledge Management tersebut
3. Top Manajemen
Meski memiliki TI yang canggih, dan SDM yang kreatif dan cerdas tapi tanpa memiliki
sistem Knowledge Management. Semua pengetahuan hanya akan berada di otak masing-
masing karyawan saja. Untuk dapat terlaksananya Sistem Knowledge Management maka
perlu adanya suatu kekuatan yang lebih besar yang didengarkan oleh seluruh karyawan.
Langkah yang akan dilakukan oleh manajer adalah dengan memperbaiki kekurangan tersebut
dan mengevaluasi agar tidak terjadi kejadian yang sama.
Mungkin untuk biaya perbaikannya akan ada, dan berdampak pada biaya operasional
perusahaan sendiri, dan besar kecilnya tergantung kerusakannya.