SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Bahasa Arab III” yang diampu oleh
Solahudin, Lc., M.A.Hum.
Disusun Oleh:
Enteng Suwondo 201321040
Firman Taufik 201321041
Fuad Hasan 201321042
Haristian Sahroni Putra 201321043
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
AL-HIDAYAH BOGOR
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah l yang telah melimpahkan karunia, taufiq, dan
hidayah-Nya sehingga pemakalah dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
baik.
Shalawat dan salam semoga tetap mengalir deras pada pejuang kita yang
namanya populer dan berkibar di seluruh dunia, Nabi besar Muhammad n. Dengan
perjuangan beliaulah kita dapat berada dalam cahaya islam dan iman.
Selanjutnya pemakalah menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan, sehingga pemakalah sangat
mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif demi kesempurnaan dalam penulisan
makalah selanjutnya.
Akhirnya pemakalah berdo’a semoga makalah ini akan membawa manfaat pada
para pemakala khususnya dan pembaca pada umumnya.
Bogor, Oktober 2014
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
D. Metode Penelitian 2
BAB II AT-TAWAABI’ LI ISMI AL-MARFUU’ 3
A. Definisi At-Tawaabi’ 3
B. Pembagiaan At-Tawaabi’ 4
1. An-Na’tu 4
2. Al-Athfu 9
3. Al-Badlu 13
4. At-Taukiid 16
BAB III PENUTUP 21
A. Kesimpulan 21
DAFTAR PUSTAKA 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu nahwu adalah salah satu cabang ilmu bahasa Arab yang terpenting.
Karena dengan ilmu tersebut seorang muslim akan memahami warisan Nabi
yang tidak ternilai harganya, tuntunan dan pedoman hidup di dunia dan
akhirat, yaitu al-Qur’an dan Hadits. Dan juga untuk memahami aqwal
(petuah-petuah) ‘ulama yang terangkum dalam kitab klasik yang dikenal
dengan istilah “Kitab Kuning” atau “Kitab Gundul”.
Salah satu kajian urgen dalam ilmu nahwu adalah haalatu raf’i al-ism dan
dalam makalah ini insya Allah pemakalah akan memaparkan bagian dari
haalatu raf’i al-ism yang ketujuh, yaitu at-tawaabi’.
Dengan merujuk kepada referensi ulama bahasa Arab klasik maupun
kontemporer disertai dengan pembahasan yang sistematik, pemakalah
berharap karya ini bisa bermanfaat bagi para mahasiswa dan seluruh kaum
muslimin dalam memahami nash-nash (al-Qur’an dan as-Sunnah) serta kitab
ulama yang berbahasa Arab.
B. Rumusan Masalah
Beranjak dari latar belakang di atas maka pemakalah membatasi
pembahasan yang terangkun dalam beberapa rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa definisi at-tawaabi’ secara bahasa dan istilah?
2. Bagaimana pembagian dalam at-tawaabi’?
3. Apa itu na’at, athaf, badal dan taukid serta seluk beluknya?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai berikut:
1. Mengetahu definisi at-tawaabi’.
2. Mengetahui pembagian dalam at-tawaabi’.
1
3. Mengetahui seluk beluk yang berkaitan dengan na’at, athaf, badal dan
taukid.
D. Metode Penelitian
Penulisan makalah dilakukan dengan menggunakan metode pustaka
(library reserch), yaitu mencari dan mengumpulkan data-data ilmiyah yang
relevan dengan tema yang dibahas dengan mencari bahan dan sumber-sumber
melalui rujukan yang terpercaya.
2
BAB II
AT-TAWAABI’ LI ISMI AL-MARFUU’
A. Definisi At-Tawaabi’
At-tawaabi’ secara bahasa adalah bentuk plural dari At-taabi’, yaitu isim
faa’il dari taba’a-yatba’u yang berarti yang mengikuti. Sedangkan pengertian
taabi’ secara istilah banyak dijelaskan oleh Ulama Bahasa Arab. Berikut
diantara pengertian taabi’ dinukil dari beberapa sumber:
1. Dalam Mulakhos Qawa’idul Lughatil ‘Arabiyyah, Fu’ad Ni’mah
menjelaskan:
1
Tawabi’ adalah kalimat-kalimat yang ketentuan i’rabnya mengikuti i’rab
kalimat sebelumnya baik itu marfu’, manshub atau majrur.
2. Dalam Al-Muyassar fiI Iilmin Nahwi, Aceng Zakariya menjelaskan:
2
Tawabi’ adalah isim-isim yang ketentuan i’rabnya tergantung i’rab isim
yang lain. Jika isim yang lain marfu’, maka ia ikut marfu’. Demikian pula
dalam hal mansub dan majrurnya.3
Dari beberapa pengertian di atas, bisa diambil pengertian paling
sederhana yaitu, “Tawaabi’ (lafadz yang mengikuti) adalah isim yang
mengikuti i’rab lafadz sebelumnya secara mutlak.”4
B. Pembagian At-Tawabi’
1
Fuad Ni’mah, Mulakhkhash Qawaa’id Al-Lughat Al-Arabbiyah, (Beirut: Daar Ats-
Tsaqaafat Al-Islamiyyah), hlm. 51.
2
Aceng Zakaria, Al-Muyyassar fii ‘Ilmi An-Nahwi, (Garut: Pesantern Persatuan Islam,
1417 H), hlm. 112.
3
Aceng Zakaria, Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam, (Garut: Ibn Azka Press, 2004
M), hlm. 173.
4
Behaud Din Abdullah Ibnu ‘Aqil, Terjemahan Alfiyyah Syarah Ibnu ‘Aqi Jilid 2, (Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2011 M), hlm. 625.
3
At-tawabi terbagi menjadi empat macam, yaitu: na’tun (), ‘athfun (),
taukiidun (), dan badlun (). Adapun penjelasan secara komprehensif sebagai
berikut:
1. An-Na’tu
a. Definisi
Na’tu () secara bahasa berarti sifat. Jamaknya adalah nu’uutun (),
sedangkan sinonimnya adalah shifatun ().5
Para ulama dan pakar bahasa Arabpun banyak yang
mendefinisikan na’at, diantaranya sebagai berikut:
1) Ibnu Malik
Na’at yaitu tabi’ yang menyempurnkan makna lafazh yang
diikutinya dengan menjelaskan salah satu diantara sifat-sifatnya,
atau dengan menjelaskan sebagian dari lafazh yang berta’alluq
kepadanya, sedangkan ia menjadi penyebabnya.6
2) Aceng Zakaria
7
Na’at atau disebut juga shifat adalah isim yang mengikuti isim
yang lain dengan fungsi untuk menjelaskan sifat dari isim
sebelumnya.8
3) Syamsul Ma’arif
Na’at adalah tabi’ yang menjelaskan matbu’nya.9
5
A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab – indonesia Terlengkap, (Yogyakarta:
Pustaka Progressif, 1997 M), hlm. 1436.
6
Behaud Din Abdullah Ibnu ‘Aqil, Terjemahan Alfiyyah Syarah Ibnu ‘Aqi Jilid 2, (Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2011 M), hlm. 626.
7
Aceng Zakaria, Al-Muyyassar fii ‘Ilmi An-Nahwi, (Garut: Pesantern Persatuan Islam,
1417 H), hlm. 113.
8
Aceng Zakaria, Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam, (Garut: Ibn Azka Press, 2004
M), hlm. 173.
9
Syamsul Ma’arif, Nahwu Kilat Perpaduan antara Teori dan Praktik Ringkas dan Jelas,
(Bandung: Nuansa Aulia, 2013 M), hlm. 88.
4
4) Muhammad bin Muhammad bin Dawud bin Abu ‘Abdillah as-
Shanhaji
Na’at adalah kata yang disebut setelah isim untuk menjelaskan
sebagian keadaan isim tersebut atau keadaan isim lain yang
berhubungan dengannya.10
5) Fuad Ni’mah
11
b. Ketentuan Na’at
Na’at atau sifat wajib mengikuti mausufnya dalam empat hal
sebagaimana disebutkan oleh Aceng Zakaria,12
yaitu sebagai berikut:
1) Dalam i’rab, contoh:
2) Dalam mudzakkar dan muannats, contoh:
3) Dalam ma’rifat dan nakirah, contoh:
4) Dalam mufrad, mutsanna dan jama’, contoh:
––
c. Pembagiaan Na’at
Na’at terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
10
Misbahussurur, Cara Mudah Belajar Ilmu Nahwu Terjemah Berikut Penjelasan Kitab
Al-Ajurumiyyah, (Cilacap: Ihya Media, 2009 M), hlm. 136.
11
Fuad Ni’mah, Mulakhkhash Qawaa’id Al-Lughat Al-Arabbiyah, (Beirut: Daar Ats-
Tsaqaafat Al-Islamiyyah), hlm. 51
12
Aceng Zakaria, Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam, (Garut: Ibn Azka Press, 2004
M), hlm. 174-175.
5
1) Na’at haqiqi, yaitu na’at yang menjelaskan salah satu sifat kata
yang diikutinya. Atau na’at yang menjelaskan salah satu sifat kata
yang diikutinya (man’utnya).13
Contoh:
Melihat definisi na’at diatas, na’at itu adakalanya menjelaskan
sebagian keadaan man’ut dan adakalanya menjelaskan keadaan
kata lain yang berhubungan dengan man’utnya, na’at haqiqi inilah
yang menjelaskan sebagian keadaan man’ut.14
Catatan:
Na’at haqiqi ini merafakan dhamir mustatar atau dhamir yang
tersimpan yang kembali kepada man’ut.
Na’at haqiqi harus mengikuti man’utnya empat hal dari 10 hal,
maksudnya satu dari (i’rab rafa, nashab dan khafdh), satu dari
(mufrad, tatsniyah dan jama’), satu dari (ma’rifat dan nakirah) dan
satu dari (mudzakkar dan muannats).
Contoh:
Khalid yang ahli sastra telah datang
Murid yang rajin telah datang
Pada contoh tersebut na’at menjelaskan keadaan man’ut (kata
menjelaskan dan menjelaskan ). Kedua na’at tersebut merafakan
dhamir yang tersimpan yang kembali pada man’ut, yaitu . Dhamir
tersebut mahal-nya rafa’ karena berkedudukan sebagai fa’il. Ada
juga yang berkedudukan sebagai naibul fa’il, misalnya kalau
na’atnya berupa isim maf’ul seperti .
Pada contoh , kata digolongkan na’at haqiqi karena na’at
tersebut menjelaskan sifatnya man’ut dan merafa’kan dhamir
13
Misbahussurur, Cara Mudah Belajar Ilmu Nahwu Terjemah Berikut Penjelasan Kitab
Al-Ajurumiyyah, (Cilacap: Ihya Media, 2009 M), hlm. 137.
14
Ibid., hlm. 137-134.
6
mustatar yang kembali pada man’ut. Karena, termasuk na’at
haqiqi maka harus mengikuti man’utnya dalam empat hal dari
sepuluh hal. Oleh sebab itu maka karena kata (selaku man’ut)
i’rabnya rafa’, maka ikut rafa’, kata mufrad, maka ikut mufrad,
kata ma’rifat maka ikut ma’rifat, dan kata mudzakkar, maka ikut
mudzakkar.
2) Na’at sababi, yaitu na’at yang disebut setelahnya.15
Atau na’at
yang menjelaskan salah satu sifat dari kata yang mempunyai
hubungan dan pertalian dengan kata yang diikutinya (man’utnya).16
Contoh:
Dengan demikian na’at sababi ini tidak menjelaskan sifatnya
man’ut tetapi menjelaskan sifatnya kata lain yang berhubungan
dengan man’ut. Contoh:
Kata menjadi na’at dan kata menjadi man’ut.
Kata menjadi na’at dan menjadi man’ut.
Pada contoh tersebut na’atnya tidak menjelaskan keadaan man’ut,
tetapi menjelaskan kata lain yang berhubungan dengan man’ut.
15
Aceng Zakaria, Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam, (Garut: Ibn Azka Press, 2004
M), hlm. 175.
16
Misbahussurur, Cara Mudah Belajar Ilmu Nahwu Terjemah Berikut Penjelasan Kitab
Al-Ajurumiyyah, (Cilacap: Ihya Media, 2009 M), hlm. 139
7
Pada contoh pertama, yang bagus bukan tetapi tulisannya. Pada
contoh kedua yang bagus bukan tetapi bacaannya.17
Catatan:
Na’at sababi ini merafa’kan isim zhahir yang memuat dhamir yang
kembali kepada man’ut. Pada contoh pertama, kata merupakan
isim zhahir yang dirafa’kan oleh kata (kata menjadi fa’ilnya ).
Kata memuat dhamir ha yang kembali kepada man’ut, yaitu
kembali kepada .
Na’at sababi yang merafa’kan isim zhahir yang memuat dhamir
yang kembali pada man’ut itu harus mengikuti man’utnya dalam
dua hal dari lima hal, maksudnya satu dari (i’rab rafa, nashab, dan
khafdh) dan satu dari (ma’rifat dan nakirah). Pada contoh pertama
misalnya, kata (selaku man’utnya) i’rabnya rafa’, maka ikut
rafa’, kata maka kata ikut ma’rifat.
Na’at sababi ini selalu dalam bentuk mufrad walaupun man’utnya
berbentuik tatsniyah atau jama’. Dan dalam hal mudzakar dan
muannats disesuaikan dengan isim zhahir yang dirafa’kan, dalam
contoh kedua misalnya tetap mufrad walaupun man’utnya
tatsniyah. Dan karena isim zhahir yang dirafa’kan (yaitu kata )
muannats, maka kata ikut muannats, walaupun man’utnya
mudzakkar.18
d. Faidah Na’at
17
Ibid., 140
18
Ibid., hlm. 140-141.
8
Na’at memiliki faidah yang sangat penting untuk diketahui,
sebagaimana Behaud Din Abdullah bin ‘Aqil, beliau menyebutkan
beberapa faidah na’at diantaranya sebagai berikut:19
1) Untuk takhsish (mengkhususkan)
Aku telah bersua dengan Zaid tukang jahit.
2) Untuk memuji
Aku telah bersua dengan Zaid yang dermawan.
)(
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al-Faatihah[1]: 1)
3) Untuk mencela
Aku telah bersua dengan Zaid yang fasik (pendurhaka).
)(
Hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan
yang terkutuk.” (QS. An-Nahl: 98)
4) Untuk ungkapan belas kasihan
Aku telah bersua dengan Zaid yang miskin.
5) Untuk ta’kid (pengukuhan)
Kemarin yang lewat tidak akan kembali.
)(
19
Behaud Din Abdullah Ibnu ‘Aqil, Terjemahan Alfiyyah Syarah Ibnu ‘Aqi Jilid 2,
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011 M), hlm. 626-627.
9
“Maka apabila sangkakala ditiupsekali tiup.” (QS. Al-Haaqqah:
13)
2. Al-Athfu
a. Definisi
Secara bahasa athaf berarti condong atau cenderung.
Para ulama dan pakar bahasa Arabpun banyak yang
mendefinisikan athaf, diantaranya sebagai berikut:
1) Ibnu Malik
Athaf adakalanya untuk menjelaskan atau untuk merentetkan;
Athaf bayan adalah tabi’ yang menyerupai sifat, dengan
melaluinya makna yang dimaksud dapat terungkapkan.20
2) Aceng Zakaria
21
Athaf adalah isim yang mengikuti isim lainnya dengan perantara
huruf athaf.22
3) Syamsul Ma’arif
Athaf adalah tabi’ dengan perantaraan huruf.23
4) Muhammad bin Muhammad bin Dawud bin Abu ‘Abdillah as-
Shanhaji
‫ف‬‫ف‬‫ف‬‫ف‬‫ف‬‫ف‬‫ف‬‫ف‬
Athaf nasaq (al-Ma’thuf bil-harfi) adalah tabi’ yang mengikuti
matbu’ yang antara keduanya diselai-selai oleh salah satu dari
beberapa huruf ‘athaf.24
20
Behaud Din Abdullah Ibnu ‘Aqil, Terjemahan Alfiyyah Syarah Ibnu ‘Aqi Jilid 2,
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011 M), hlm. 656.
21
Aceng Zakaria, Al-Muyyassar fii ‘Ilmi An-Nahwi, (Garut: Pesantern Persatuan Islam,
1417 H), hlm. 125.
22
Aceng Zakaria, Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam, (Garut: Ibn Azka Press, 2004
M), hlm. 176.
23
Syamsul Ma’arif, Nahwu Kilat Perpaduan antara Teori dan Praktik Ringkas dan Jelas,
(Bandung: Nuansa Aulia, 2013 M), hlm. 95.
24
Misbahussurur, Cara Mudah Belajar Ilmu Nahwu Terjemah Berikut Penjelasan Kitab
Al-Ajurumiyyah, (Cilacap: Ihya Media, 2009 M), hlm. 147.
10
5) Fuad Ni’mah
25
b. Huruf dan Contoh Athaf
Adapun huruf-huruf athaf itu adalah:
1) Dan, contoh:
2) Maka, contoh:
3) Kemudian, contoh:
4) Atau, contoh:
5) Ataukah, contoh:
6) Sehingga, contoh:
7) Tetapi, contoh:
25
Fuad Ni’mah, Mulakhkhash Qawaa’id Al-Lughat Al-Arabbiyah, (Beirut: Daar Ats-
Tsaqaafat Al-Islamiyyah), hlm. 53.
11
8) Tidak, contoh:
9) Melainkan, contoh:
c. Ketentuan Athaf
Apabila mengathafkan (menghubungkan) dengan huruf athaf pada
ma’thuf ‘alaih yang beri’rab rafa’ maka ma’thufnya dirafa’kan, jika
pada ma’thuf ‘alaih yang beri’rab nashab maka ma’thufnya
dinashabkan, jika pada ma’thuf ‘alaih yang beri’rab khafazh maka
ma’thuf ‘alaihnya dikhafadhkan dan jika ma’thuf ‘alaih yang beri’rab
jazm maka ma’thufnya dijazmkan. Misalnya kau katakan:
Dengan demikian, ketika ma’thuf dihubungkan pada ma’thuf ‘alaih
dengan huruf athaf maka i’rabnya mengikuti i’rabnya ma’thuf ‘alaih.26
Catatan:
Huruf athaf berfungsi bukan saja mangatafkan isim kepada isim, tetapi
juga berlaku dalam mengathafkan fi’il kepada fi’il. Contoh:
Lafadz adalah majzum karena didahului huruf jazm. sedangkan
lafazh menjadi majzum karena athaf kepada fi'il majzum sebelumnya
dengan huruf athaf.
26
Misbahussurur, Cara Mudah Belajar Ilmu Nahwu Terjemah Berikut Penjelasan Kitab
Al-Ajurumiyyah, (Cilacap: Ihya Media, 2009 M), hlm. 148.
12
Demikian pula lafazh – – dst adalah manshub karena athaf kepada
yang manshub .27
Perbedaan antara dan adalah terletak pada kalimat setelahnya, kalau
setelahnya tidak berupa jumlah biasanya dibaca , sedangkan jika
setelahnya jumlah maka dibaca . Contoh:
(Farid fakir tetapi anaknya kaya, Hasan tidak tidur tetapi Husain)28
3. Al-Badlu
a. Definisi
Badal secara bahasa berarti merubah atau mengganti.29
Para ulama dan pakar bahasa Arabpun banyak yang
mendefinisikan badal, diantaranya sebagai berikut:
1) Ibnu Malik
Badal adalah tabi’ yang mempunyai maksud sama (dengan
mathbu’nya), tanpa memakai perantara.30
2) Aceng Zakaria
27
Aceng Zakaria, Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam, (Garut: Ibn Azka Press, 2004
M), hlm. 177-178.
28
Syamsul Ma’arif, Nahwu Kilat Perpaduan antara Teori dan Praktik Ringkas dan Jelas,
(Bandung: Nuansa Aulia, 2013 M), hlm. 95-96.
29
A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab – indonesia Terlengkap, (Yogyakarta:
Pustaka Progressif, 1997 M), hlm. 65.
30
Behaud Din Abdullah Ibnu ‘Aqil, Terjemahan Alfiyyah Syarah Ibnu ‘Aqi Jilid 2,
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011 M), hlm. 675
13
31
Badal adalah isim yang mengikuti isim lain dan berfungsi untuk
menggantikan mubdal minhu (yang digantikannya).32
3) Syamsul Ma’arif
Badal adalah tabi’ yang menjadi sasaran dengan tanpa perantara.33
4) Muhammad bin Muhammad bin Dawud bin Abu ‘Abdillah as-
Shanhaji
Badal adalah tabi’ yang dimaksud dengan hukum tanpa ada
perantara ia dengan mathbu’nya.34
5) Fuad Ni’mah
35
b. Ketentuan Badal
Ketika kalimah isim digantikan oleh kalimah isim yang lain atau
kalimah fi’il digantikan oleh kalimah fi’il yang lain, maka badal harus
mengikuti mubdal minhu dalam semua i’rabnya.
I’rabnya badal itu mengikuti mubdal minhu. Apabila mubdal
minhunya rafa’ maka badalnya ikutnya rafa, apabila mubdal
minhunya nashab maka badalanya ikut nasab, dsb.36
c. Macam-Macam Badal
31
Aceng Zakaria, Al-Muyyassar fii ‘Ilmi An-Nahwi, (Garut: Pesantern Persatuan Islam,
1417 H), hlm. 123.
32
Aceng Zakaria, Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam, (Garut: Ibn Azka Press, 2004
M), hlm. 180.
33
Syamsul Ma’arif, Nahwu Kilat Perpaduan antara Teori dan Praktik Ringkas dan Jelas,
(Bandung: Nuansa Aulia, 2013 M), hlm. 104.
34
Misbahussurur, Cara Mudah Belajar Ilmu Nahwu Terjemah Berikut Penjelasan Kitab
Al-Ajurumiyyah, (Cilacap: Ihya Media, 2009 M), hlm. 157.
35
Fuad Ni’mah, Mulakhkhash Qawaa’id Al-Lughat Al-Arabbiyah, (Beirut: Daar Ats-
Tsaqaafat Al-Islamiyyah), hlm. 56.
36
Misbahussurur, Cara Mudah Belajar Ilmu Nahwu Terjemah Berikut Penjelasan Kitab
Al-Ajurumiyyah, (Cilacap: Ihya Media, 2009 M), hlm. 157-158.
14
Badal terbagi menjadi empat macam, yaitu badal syai minasysyai atau
badal kul minal kul, badal ba’dh minal kul, badal isytimal, dan badal
ghalath.
Misalnya seseorang hendak mengatakan,
Dia hendak mengatakan tapi keliru mengatakan , lalu kata dia ganti
dengan .37
1) Badal kul minal kul, yaitu badal yang mencakup sesuatu yang
lainnya. Atau badal yang cocok dan sesuai dengan mubdal
minhunya dalam hal makna. Contoh:
Zaid, yakni saudara laki-lakimu telah berdiri
Ibuku, yakni Bu Khadijah telah datang
Kata menjadi badal dari mubdal minhu dan kata menjadi badal
dari mubdal minhu . Kata digolongkan badal syai minasysyai
karena maknanya sama dengan mubdal minhunya. Kalau
dicermati, Zaid = saudaramu dan saudaramu = Zaid. Dua kata
tersebut tidak berbeda orang.
Demikian juga kata , kata ini juga digolongkan badal syai
minasysyai karena maknanya sama dengan mubdal minhunya,
karena yang dimaksud Ibuku adalah Bu Khadijah.38
2) Badal Ba’dh minal kul, yaitu badal sesuatu yang mencakup
sesuatu yang lain. Atau badal yang merupakan bagian dari mubdal
minhu. Contoh:
Kacanya sudah pecah, yakni setengahnya
37
Ibid., hlm. 158.
38
Ibid., hlm. 158-159.
15
Kata i’rabnya marfu’ karena menjadi fa’il. I’rab marfu’nya
ditandai dhammah karena isim mufrad. Kata i’rabnya ikut marfu’
karena menjadi badal dari kata . Adapun ha yang ada pada kata
adalah dhamir yang kembali pada kata . Kata itu dinamakan
badal ba’dh minal kul karena merupakan bagian dari mubdal
minhunya.
Pahami baik-baik! Sepertiga itukan bagian dari roti.39
3) Badal Isytimal, yaitu badal sesuatu mencakup sesuatu yang
lainnya. Atau badal yang termuat dalam mubdal minhu, dengan
syarat badal tersebut bukan juz (bagian) dari mubdal minhunya.
Contoh:
Zaid bermanfaat bagiku, yakni ilmunya
Kata itu digolongkan badal isytimal karena termuat dalam
mubdal minhunya. Artinya, Zaid memuat ilmu. Ilmu itu bukan juz
(bagian), tetapi ilmu termuat pada diri Zaid.40
4) Badal ghalath, adalah badal yang salah penyebutan. Dimana
seseorang terlanjur menyebutkan sesuatu yang salah lalu diikuti
lagi dengan penyebutan yang sebenarnya. Atau badal yang
digunakan untuk menggantikan mubdal minhu yang keliru.
Contoh:
Zaid telah datang, yakni kuda
Pada contoh diatas, sesorang hendak mengatakan (kuda telah
datang), tapi dia keliru mengucapkan (Zaid telah datang),
39
Ibid., hlm. 159-160.
40
Ibid., hlm. 160-161.
16
kemudian dia mengatakan untuk menggantikan yang keliru
ucap, sehingga menjadi .41
Catatan:
Untuk memudahkan mencari badal, perhatikanlah ciri-ciri dibawah ini:
a. Badal biasanya diartikan “yaitu”
b. Badal biasanya dijumpai setelah:
1) Nama orang, contoh:
2) Isim isyarat, contoh:
3) Pembagian, contoh:
42
4. AT-Taukiidu
a. Definisi
Taukid secara bahasa adalah mengokohkan dan menguatkan.43
Para ulama dan pakar bahasa Arabpun banyak yang
mendefinisikan taukiid, diantaranya sebagai berikut:
1) Aceng Zakaria
44
41
Ibid., hlm. 161.
42
Aceng Zakaria, Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam, (Garut: Ibn Azka Press, 2004
M), hlm. 181-182.
43
A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab – indonesia Terlengkap, (Yogyakarta:
Pustaka Progressif, 1997 M), hlm.
44
Aceng Zakaria, Al-Muyyassar fii ‘Ilmi An-Nahwi, (Garut: Pesantern Persatuan Islam,
1417 H), hlm. 119.
17
Taukid adalah isim yang mengikuti isim lain yang berfungsi untuk
menguatkan arti (pengeras arti) dan menghilangkan keraguan si
pendengar.45
2) Syamsul Ma’arif
Taukid adalah tabi’ yang menguatkan mathbu’nya.
3) Muhammad bin Muhammad bin Dawud bin Abu ‘Abdillah as-
Shanhaji
Taukid itu mengikuti muakkad dalam rafa’, nashab, khafadh, dan
ma’rifatnya.46
4) Fuad Ni’mah
47
b. Ketentuan Taukiid
Taukid itu mengikuti muakkad dalam lafazh, nashab, khafadh dan
ma’rifatnya.48
c. Pembagian Taukid
Taukid terbagi kepada dua bagian, yaitu lafzhi dan ma’nawi. Adapun
penjelasnnya sbb:49
1) Taukid lafzhi, yaitu taukid yang lafazhnya diulangi sebanyak dua
atau tiga kali, baik isim atau fi’il, atau taukid dengan mengulang
lafazh muakkad atau lafazh lain, contoh:
45
Aceng Zakaria, Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam, (Garut: Ibn Azka Press, 2004
M), hlm. 178.
46
Syamsul Ma’arif, Nahwu Kilat Perpaduan antara Teori dan Praktik Ringkas dan Jelas,
(Bandung: Nuansa Aulia, 2013 M), hlm. 99.
47
Misbahussurur, Cara Mudah Belajar Ilmu Nahwu Terjemah Berikut Penjelasan Kitab
Al-Ajurumiyyah, (Cilacap: Ihya Media, 2009 M), hlm. 152
48
Fuad Ni’mah, Mulakhkhash Qawaa’id Al-Lughat Al-Arabbiyah, (Beirut: Daar Ats-
Tsaqaafat Al-Islamiyyah), hlm. 45.
49
Ibid., hlm. 152-156.
18
Contoh yang mengulang lafazhnya:
Sulaiman, Sulaiman telah datang
Ahmad sedang puasa, Ahmad sedang puasa
Contoh yang mengulang lafazh lain:
Khalil sudah datang, sudah datang
2) Taukid ma’nawi, yaitu taukid dengan menggunakan lafazh tertentu,
diantaranya: dan kata-kata yang mengikuti , yaitu .
Zaid telah berdiri
Bakr telah dating sendiri
Fatimah telah pergi sendiri
Pada contoh pertama dan kedua, kata dan kata dinamakan
muakkad, kata dan dinamakan taukid. Kata dan i’rabnya rafa’
karena menjadi fa’il. I’rab rafanya ditandai dhammah karena isim
mufrad. Kata dan i’rabnya juga ikut rafa’ karena menaukidi kata
yang i’rabnya rafa’ dan menaukidi kata bakrun yang i’rabnya
juga rafa’. I’rab rafanya kata dan ditandai dengan dhammah
dikarenakan isim mufrad. Sedangkan ha () yang terdapat pada
kedua taukid tersebut adalah dhamir yang kembali pada muakkad.
Semua kaum telah datang
Semua kaum telah dating
Kata pada contoh diatas i’rabnya marfu’ karena men-taukidi kata
yang i’rabnya marfu’. I’rab marfu’nya ditandai wawu karena
jama’ mudzakkar salim.
19
Murid-murid di sekolahku bahagia semuanya, semuanya,
semuanya.
Kata pada contoh diatas semuanya mengalami i’rab rafa’ karena
men-taukidi kata yang i’rabnya rafa’, secara berurutan dari kanan
menjadi taukid pertama, kedua, ketiga, dan keempat. I’rab
rafa’nya ditandai dengan wawu karena jama’ mudzakkar salim.
Catatan:
Kata dan didatangkan untuk menghilangkan kemungkinan yang
tidak diinginkan. Misalnya ketika dikatakan dan maka
dimungkinkan yang berdiri bukan Zaid, yang datang bukan Bakr,
melainkan wakilnya, pembantunya atau yang lain. Tapi, setelah
didatangkan kata dan sebagai taukid, kemungkinan tersebut
menjadi tiada, yang berdiri adalah Zaid sendiri dan yang datang
adalah Bakar sendiri bukan wakilnya, pembantunya atau yang
lainnya.
Kata dan yang menjadi taukid itu boleh dijarkan dengan huruf
dengan huruf ba tambahan. Contoh: , artinya sama dengan .
Kata adalah untuk menunjukkan keseluruhan. Pada kalimat
dan masih dimungkinkan yang datang sebagian kaum dan yang
bahagian sebagian murid. Namun setelah ditaukidi dengan dan
menjadi dan kemungkinan tersebut menjadi tiada. Yang
20
datang bukan sebagian, yang bahagia bukan sebagian tapi
semuanya.
Kata ini umumnya tidak bisa dijadikan taukid kecuali bila
disebutkan setelah kata . Oleh karena itulah ketiga kata tersebut
dinamakan tawabi’u ajma’ah.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
At-tawaabi’ secara bahasa adalah bentuk plural dari At-taabi’, yaitu isim
faa’il dari taba’a-yatba’u yang berarti yang mengikuti. Sedangkan secara
istilah tawaabi’ (lafadz yang mengikuti) adalah isim yang mengikuti i’rab
lafadz sebelumnya secara mutlak.
At-tawabi terbagi menjadi empat macam, yaitu: na’tun (), ‘athfun (),
taukiidun (), dan badlun ().
Na’tu () secara bahasa berarti sifat. Jamaknya adalah nu’uutun ( ),
sedangkan sinonimnya adalah shifatun (). Secara istilah na’at atau disebut
juga shifat adalah isim yang mengikuti isim yang lain dengan fungsi untuk
menjelaskan sifat dari isim sebelumnya. Na’at atau sifat wajib mengikuti
mausufnya dalam empat hal, (1) i’rab, (2) mudzakkar dan muannats, (3)
ma’rifat dan nakirah, dan (4) mufrad, mutsanna dan jama’.
Secara bahasa athaf berarti condong atau cenderung. Sedangkan secara
istilah athaf adalah isim yang mengikuti isim lainnya dengan perantara huruf
athaf. Adapun huruf-huruf athaf itu adalah: (1) = dan (2) = maka (3) =
kemudian (4) = atau (5) = ataukah (6) = sehingga (7) = tetapi (8) = tidak
(9) = melainkan. Ketika ma’thuf dihubungkan pada ma’thuf ‘alaih dengan
huruf athaf maka i’rabnya mengikuti i’rabnya ma’thuf ‘alaih. Huruf athaf
berfungsi bukan saja mangatafkan isim kepada isim, tetapi juga berlaku dalam
mengathafkan fi’il kepada fi’il.
Badal secara bahasa berarti merubah atau mengganti. Sedangkan secara
istilah badal adalah isim yang mengikuti isim lain dan berfungsi untuk
menggantikan mubdal minhu (yang digantikannya). Badal terbagi menjadi
22
empat macam, yaitu badal syai minasysyai atau badal kul minal kul, badal
ba’dh minal kul, badal isytimal, dan badal ghalath.
Taukid secara bahasa adalah mengokohkan dan menguatkan. Taukid
adalah isim yang mengikuti isim lain yang berfungsi untuk menguatkan arti
(pengeras arti) dan menghilangkan keraguan si pendengar. Taukid itu
mengikuti muakkad dalam lafazh, nashab, khafadh dan ma’rifatnya. Taukid
terbagi kepada dua bagian, yaitu lafzhi dan ma’nawi. Taukid lafzhi, yaitu
taukid yang lafazhnya diulangi sebanyak dua atau tiga kali, baik isim atau fi’il,
atau taukid dengan mengulang lafazh muakkad atau lafazh lain. Sedangkan
taukid ma’nawi, yaitu taukid dengan menggunakan lafazh tertentu,
diantaranya: dan kata-kata yang mengikuti , yaitu .
23
DAFTAR PUSTAKA
Ni’mah, Fuad, Mulakhkhash Qawaa’id Al-Lughat Al-Arabbiyah, (Beirut: Daar
Ats-Tsaqaafat Al-Islamiyyah).
Zakaria, Aceng, Al-Muyyassar fii ‘Ilmi An-Nahwi, (Garut: Pesantern Persatuan
Islam, 1417 H).
, Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam, (Garut: Ibn Azka Press, 2004
M).
Abdullah, Behaud Din Ibnu ‘Aqil, Terjemahan Alfiyyah Syarah Ibnu ‘Aqi Jilid 2,
(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011 M).
Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab – indonesia Terlengkap, (Yogyakarta:
Pustaka Progressif, 1997 M).
Ma’arif, Syamsul, Nahwu Kilat Perpaduan antara Teori dan Praktik Ringkas dan
Jelas, (Bandung: Nuansa Aulia, 2013 M).
Misbahussurur, Cara Mudah Belajar Ilmu Nahwu Terjemah Berikut Penjelasan
Kitab Al-Ajurumiyyah, (Cilacap: Ihya Media, 2009 M).
24

More Related Content

What's hot

Kedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsKedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsFakhri Cool
 
Makalah nasikh mansukh
Makalah nasikh mansukhMakalah nasikh mansukh
Makalah nasikh mansukhLutfi Widad
 
Ppt msi "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam"
Ppt msi "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam"Ppt msi "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam"
Ppt msi "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam"Shollana
 
Peradaban islam pada masa abu bakar. cover 2
Peradaban islam pada masa abu bakar. cover 2Peradaban islam pada masa abu bakar. cover 2
Peradaban islam pada masa abu bakar. cover 2Ltfltf
 
PPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan Wahyu
PPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan WahyuPPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan Wahyu
PPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan WahyuIbanez Sofadella
 
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyadMarhamah Saleh
 
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnyaMakalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnyaRobet Saputra
 
Ulumul hadits
Ulumul haditsUlumul hadits
Ulumul haditsMoh Yakub
 
Sejarah perkembangan fiqh
Sejarah perkembangan fiqhSejarah perkembangan fiqh
Sejarah perkembangan fiqhindah pertiwi
 

What's hot (20)

Al Mutazilah
Al MutazilahAl Mutazilah
Al Mutazilah
 
Asbababun nuzul powerpoint
Asbababun nuzul powerpointAsbababun nuzul powerpoint
Asbababun nuzul powerpoint
 
Kedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi HaditsKedudukan dan Fungsi Hadits
Kedudukan dan Fungsi Hadits
 
Fawatihus suwar
Fawatihus suwarFawatihus suwar
Fawatihus suwar
 
Makalah nasikh mansukh
Makalah nasikh mansukhMakalah nasikh mansukh
Makalah nasikh mansukh
 
Takhrij Hadits
Takhrij HaditsTakhrij Hadits
Takhrij Hadits
 
Makalah ijaz alquran
Makalah ijaz alquranMakalah ijaz alquran
Makalah ijaz alquran
 
Ppt msi "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam"
Ppt msi "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam"Ppt msi "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam"
Ppt msi "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam"
 
Peradaban islam pada masa abu bakar. cover 2
Peradaban islam pada masa abu bakar. cover 2Peradaban islam pada masa abu bakar. cover 2
Peradaban islam pada masa abu bakar. cover 2
 
PPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan Wahyu
PPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan WahyuPPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan Wahyu
PPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan Wahyu
 
Ppt hadits
Ppt haditsPpt hadits
Ppt hadits
 
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
 
PPT Masa Bani umayyah
PPT Masa Bani umayyahPPT Masa Bani umayyah
PPT Masa Bani umayyah
 
7 ilmu ushul fiqih
7 ilmu ushul fiqih7 ilmu ushul fiqih
7 ilmu ushul fiqih
 
Makalah ijtihad
Makalah ijtihadMakalah ijtihad
Makalah ijtihad
 
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnyaMakalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
 
Ppt Dinasti Abbasiyah
Ppt Dinasti AbbasiyahPpt Dinasti Abbasiyah
Ppt Dinasti Abbasiyah
 
Ppt mega
Ppt megaPpt mega
Ppt mega
 
Ulumul hadits
Ulumul haditsUlumul hadits
Ulumul hadits
 
Sejarah perkembangan fiqh
Sejarah perkembangan fiqhSejarah perkembangan fiqh
Sejarah perkembangan fiqh
 

Viewers also liked

Bahasa Arab - Na’at man’ut
Bahasa Arab - Na’at man’utBahasa Arab - Na’at man’ut
Bahasa Arab - Na’at man’utRachma Agustin
 
Menterjemah kata nama & kata ganti nama kuliah 6
Menterjemah kata nama & kata ganti nama kuliah 6Menterjemah kata nama & kata ganti nama kuliah 6
Menterjemah kata nama & kata ganti nama kuliah 6Maheram Ahmad
 
HURUF JAR DAN HURUF ATHAF
HURUF JAR DAN HURUF ATHAFHURUF JAR DAN HURUF ATHAF
HURUF JAR DAN HURUF ATHAFNurul Husna
 
Dhomir (kata ganti dalam bahasa arab)
Dhomir (kata ganti dalam bahasa arab)Dhomir (kata ganti dalam bahasa arab)
Dhomir (kata ganti dalam bahasa arab)farshfr
 
Penterjemahan al-Qur'an
Penterjemahan al-Qur'anPenterjemahan al-Qur'an
Penterjemahan al-Qur'anMaheram Ahmad
 
tasrif waazan faa'la dan 3 mauzunnya
tasrif waazan faa'la dan 3 mauzunnyatasrif waazan faa'la dan 3 mauzunnya
tasrif waazan faa'la dan 3 mauzunnyaSalma Van Licht
 
جملة فعلية
جملة فعليةجملة فعلية
جملة فعليةsahlanAzwar
 
Kata ganti dama bahasa Arab (dhorib)
Kata ganti dama bahasa Arab (dhorib)Kata ganti dama bahasa Arab (dhorib)
Kata ganti dama bahasa Arab (dhorib)farshfr
 
penggunaan dhomir dalam bahasa arab
penggunaan dhomir dalam bahasa arabpenggunaan dhomir dalam bahasa arab
penggunaan dhomir dalam bahasa arabsahlanAzwar
 
Cinta berbahasa arab 4
Cinta berbahasa arab 4Cinta berbahasa arab 4
Cinta berbahasa arab 4MTs DARUSSALAM
 
Cinta berbahasa arab 5
Cinta berbahasa arab 5Cinta berbahasa arab 5
Cinta berbahasa arab 5MTs DARUSSALAM
 
Tugas pak rahmat mulyana
Tugas pak rahmat mulyanaTugas pak rahmat mulyana
Tugas pak rahmat mulyanawardah gani
 
Cinta berbahasa arab 3
Cinta berbahasa arab 3Cinta berbahasa arab 3
Cinta berbahasa arab 3MTs DARUSSALAM
 
Mengidentifikasi kalimat (Isim, fi'il, dan harf) dalam Bahasa Arab (ust. Azizi)
Mengidentifikasi kalimat (Isim, fi'il, dan harf) dalam Bahasa Arab (ust. Azizi)Mengidentifikasi kalimat (Isim, fi'il, dan harf) dalam Bahasa Arab (ust. Azizi)
Mengidentifikasi kalimat (Isim, fi'il, dan harf) dalam Bahasa Arab (ust. Azizi)Gopur S
 

Viewers also liked (20)

Isim dhomir
Isim dhomirIsim dhomir
Isim dhomir
 
Bahasa Arab - Na’at man’ut
Bahasa Arab - Na’at man’utBahasa Arab - Na’at man’ut
Bahasa Arab - Na’at man’ut
 
Menterjemah kata nama & kata ganti nama kuliah 6
Menterjemah kata nama & kata ganti nama kuliah 6Menterjemah kata nama & kata ganti nama kuliah 6
Menterjemah kata nama & kata ganti nama kuliah 6
 
HURUF JAR DAN HURUF ATHAF
HURUF JAR DAN HURUF ATHAFHURUF JAR DAN HURUF ATHAF
HURUF JAR DAN HURUF ATHAF
 
Dhomir (kata ganti dalam bahasa arab)
Dhomir (kata ganti dalam bahasa arab)Dhomir (kata ganti dalam bahasa arab)
Dhomir (kata ganti dalam bahasa arab)
 
Penterjemahan al-Qur'an
Penterjemahan al-Qur'anPenterjemahan al-Qur'an
Penterjemahan al-Qur'an
 
tasrif waazan faa'la dan 3 mauzunnya
tasrif waazan faa'la dan 3 mauzunnyatasrif waazan faa'la dan 3 mauzunnya
tasrif waazan faa'la dan 3 mauzunnya
 
جملة فعلية
جملة فعليةجملة فعلية
جملة فعلية
 
dhamir 439
dhamir 439dhamir 439
dhamir 439
 
Kata ganti dama bahasa Arab (dhorib)
Kata ganti dama bahasa Arab (dhorib)Kata ganti dama bahasa Arab (dhorib)
Kata ganti dama bahasa Arab (dhorib)
 
Huruf jer
Huruf jerHuruf jer
Huruf jer
 
Pelajaran 1
Pelajaran 1Pelajaran 1
Pelajaran 1
 
presentsi dhomir Dhomir
presentsi dhomir Dhomirpresentsi dhomir Dhomir
presentsi dhomir Dhomir
 
penggunaan dhomir dalam bahasa arab
penggunaan dhomir dalam bahasa arabpenggunaan dhomir dalam bahasa arab
penggunaan dhomir dalam bahasa arab
 
Dhomir
DhomirDhomir
Dhomir
 
Cinta berbahasa arab 4
Cinta berbahasa arab 4Cinta berbahasa arab 4
Cinta berbahasa arab 4
 
Cinta berbahasa arab 5
Cinta berbahasa arab 5Cinta berbahasa arab 5
Cinta berbahasa arab 5
 
Tugas pak rahmat mulyana
Tugas pak rahmat mulyanaTugas pak rahmat mulyana
Tugas pak rahmat mulyana
 
Cinta berbahasa arab 3
Cinta berbahasa arab 3Cinta berbahasa arab 3
Cinta berbahasa arab 3
 
Mengidentifikasi kalimat (Isim, fi'il, dan harf) dalam Bahasa Arab (ust. Azizi)
Mengidentifikasi kalimat (Isim, fi'il, dan harf) dalam Bahasa Arab (ust. Azizi)Mengidentifikasi kalimat (Isim, fi'il, dan harf) dalam Bahasa Arab (ust. Azizi)
Mengidentifikasi kalimat (Isim, fi'il, dan harf) dalam Bahasa Arab (ust. Azizi)
 

Similar to Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'

TAFSIR BI AL-MA'TSUR DAN TAFSIR BI AL-RA'YI
TAFSIR BI AL-MA'TSUR DAN TAFSIR BI AL-RA'YITAFSIR BI AL-MA'TSUR DAN TAFSIR BI AL-RA'YI
TAFSIR BI AL-MA'TSUR DAN TAFSIR BI AL-RA'YIMuhammad Rizaki
 
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)Khusnul Kotimah
 
makalah ulumul qur'an 2
makalah ulumul qur'an 2makalah ulumul qur'an 2
makalah ulumul qur'an 2iffadewi
 
makalah TURUNNYA AL-QUR'AN DENGAN 7 HURUF
makalah TURUNNYA AL-QUR'AN DENGAN 7 HURUFmakalah TURUNNYA AL-QUR'AN DENGAN 7 HURUF
makalah TURUNNYA AL-QUR'AN DENGAN 7 HURUFKhusnul Kotimah
 
20140306100342 modul unit 1 5 (1)
20140306100342 modul unit 1 5 (1)20140306100342 modul unit 1 5 (1)
20140306100342 modul unit 1 5 (1)Sukor Bakar
 
Hasani Ahmad S, Corak pemikiran kalam tafsir fath al-qadir al-syaukani, TESIS...
Hasani Ahmad S, Corak pemikiran kalam tafsir fath al-qadir al-syaukani, TESIS...Hasani Ahmad S, Corak pemikiran kalam tafsir fath al-qadir al-syaukani, TESIS...
Hasani Ahmad S, Corak pemikiran kalam tafsir fath al-qadir al-syaukani, TESIS...Hasaniahmadsaid
 
Ulum Al-Qur'an dan Perkembangannya.pdf
Ulum Al-Qur'an dan Perkembangannya.pdfUlum Al-Qur'an dan Perkembangannya.pdf
Ulum Al-Qur'an dan Perkembangannya.pdfZukét Printing
 
Ulum Al-Qur'an dan Perkembangannya.docx
Ulum Al-Qur'an dan Perkembangannya.docxUlum Al-Qur'an dan Perkembangannya.docx
Ulum Al-Qur'an dan Perkembangannya.docxZukét Printing
 
Tafsir, pembagian dan metodenya
Tafsir, pembagian dan metodenyaTafsir, pembagian dan metodenya
Tafsir, pembagian dan metodenyaQomaruz Zaman
 

Similar to Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu' (20)

MAKALAH TAFSIR TAHLI
MAKALAH TAFSIR TAHLIMAKALAH TAFSIR TAHLI
MAKALAH TAFSIR TAHLI
 
TAFSIR BI AL-MA'TSUR DAN TAFSIR BI AL-RA'YI
TAFSIR BI AL-MA'TSUR DAN TAFSIR BI AL-RA'YITAFSIR BI AL-MA'TSUR DAN TAFSIR BI AL-RA'YI
TAFSIR BI AL-MA'TSUR DAN TAFSIR BI AL-RA'YI
 
TUGAS-2 HADIS TEMATIK DAKWAH OLEH Efrilia Dewi. SM IV KPI-C FDK UINSU 2019/2020
TUGAS-2 HADIS TEMATIK DAKWAH  OLEH Efrilia Dewi. SM IV KPI-C FDK UINSU 2019/2020TUGAS-2 HADIS TEMATIK DAKWAH  OLEH Efrilia Dewi. SM IV KPI-C FDK UINSU 2019/2020
TUGAS-2 HADIS TEMATIK DAKWAH OLEH Efrilia Dewi. SM IV KPI-C FDK UINSU 2019/2020
 
Ulumul Quran
Ulumul QuranUlumul Quran
Ulumul Quran
 
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)
 
makalah ulumul qur'an 2
makalah ulumul qur'an 2makalah ulumul qur'an 2
makalah ulumul qur'an 2
 
Ilmu Tafsir.pdf
Ilmu Tafsir.pdfIlmu Tafsir.pdf
Ilmu Tafsir.pdf
 
Ilmu Tafsir.docx
Ilmu Tafsir.docxIlmu Tafsir.docx
Ilmu Tafsir.docx
 
makalah TURUNNYA AL-QUR'AN DENGAN 7 HURUF
makalah TURUNNYA AL-QUR'AN DENGAN 7 HURUFmakalah TURUNNYA AL-QUR'AN DENGAN 7 HURUF
makalah TURUNNYA AL-QUR'AN DENGAN 7 HURUF
 
20140306100342 modul unit 1 5 (1)
20140306100342 modul unit 1 5 (1)20140306100342 modul unit 1 5 (1)
20140306100342 modul unit 1 5 (1)
 
Hasani Ahmad S, Corak pemikiran kalam tafsir fath al-qadir al-syaukani, TESIS...
Hasani Ahmad S, Corak pemikiran kalam tafsir fath al-qadir al-syaukani, TESIS...Hasani Ahmad S, Corak pemikiran kalam tafsir fath al-qadir al-syaukani, TESIS...
Hasani Ahmad S, Corak pemikiran kalam tafsir fath al-qadir al-syaukani, TESIS...
 
Ulum Al-Qur'an dan Perkembangannya.pdf
Ulum Al-Qur'an dan Perkembangannya.pdfUlum Al-Qur'an dan Perkembangannya.pdf
Ulum Al-Qur'an dan Perkembangannya.pdf
 
Ulum Al-Qur'an dan Perkembangannya.docx
Ulum Al-Qur'an dan Perkembangannya.docxUlum Al-Qur'an dan Perkembangannya.docx
Ulum Al-Qur'an dan Perkembangannya.docx
 
Tafsir, pembagian dan metodenya
Tafsir, pembagian dan metodenyaTafsir, pembagian dan metodenya
Tafsir, pembagian dan metodenya
 
Bab dua
Bab duaBab dua
Bab dua
 
Metodologi tafsir
Metodologi tafsirMetodologi tafsir
Metodologi tafsir
 
Tafsir maudhui pengantar
Tafsir maudhui pengantarTafsir maudhui pengantar
Tafsir maudhui pengantar
 
Amil Nawasikh.pdf
Amil Nawasikh.pdfAmil Nawasikh.pdf
Amil Nawasikh.pdf
 
Amil Nawasikh.docx
Amil Nawasikh.docxAmil Nawasikh.docx
Amil Nawasikh.docx
 
makalah-Ta'wil dan nasakh
makalah-Ta'wil dan nasakhmakalah-Ta'wil dan nasakh
makalah-Ta'wil dan nasakh
 

More from Haristian Sahroni Putra

Telaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam Pendidikan
Telaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam PendidikanTelaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam Pendidikan
Telaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam PendidikanHaristian Sahroni Putra
 
Micro Teaching - Keterampilan Menyajikan Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Menyajikan PelajaranMicro Teaching - Keterampilan Menyajikan Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Menyajikan PelajaranHaristian Sahroni Putra
 
Micro Teaching - Keterampilan Melaksanakan Pretes
Micro Teaching - Keterampilan Melaksanakan PretesMicro Teaching - Keterampilan Melaksanakan Pretes
Micro Teaching - Keterampilan Melaksanakan PretesHaristian Sahroni Putra
 
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTKPenelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTKHaristian Sahroni Putra
 
Penelitian Tindakan Kelas - Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
Penelitian Tindakan Kelas -  Pengertian dan Ruang Lingkup PTKPenelitian Tindakan Kelas -  Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Pengertian dan Ruang Lingkup PTKHaristian Sahroni Putra
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik Nontes
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik NontesPengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik Nontes
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik NontesHaristian Sahroni Putra
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Rancangan Penilaian Hasil Belajar
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI -  Rancangan Penilaian Hasil BelajarPengembangan Sistem Evaluasi PAI -  Rancangan Penilaian Hasil Belajar
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Rancangan Penilaian Hasil BelajarHaristian Sahroni Putra
 
Telaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMA
Telaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMATelaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMA
Telaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMAHaristian Sahroni Putra
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...Haristian Sahroni Putra
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Silabus
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - SilabusPengembangan Sistem Evaluasi PAI - Silabus
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - SilabusHaristian Sahroni Putra
 
Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013
Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013
Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013Haristian Sahroni Putra
 
Micro Teaching - Keterampilan Membuka Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Membuka PelajaranMicro Teaching - Keterampilan Membuka Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Membuka PelajaranHaristian Sahroni Putra
 
Micro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro Teaching
Micro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro TeachingMicro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro Teaching
Micro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro TeachingHaristian Sahroni Putra
 
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi BaratPsikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi BaratHaristian Sahroni Putra
 
Psikologi Umum dan Perkembangan - Pengantar
Psikologi Umum dan Perkembangan - PengantarPsikologi Umum dan Perkembangan - Pengantar
Psikologi Umum dan Perkembangan - PengantarHaristian Sahroni Putra
 
Pendidikan Anti Korupsi - Mengenal Tindak Pidana Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi -  Mengenal Tindak Pidana KorupsiPendidikan Anti Korupsi -  Mengenal Tindak Pidana Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Mengenal Tindak Pidana KorupsiHaristian Sahroni Putra
 
Pendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk KorupsiPendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk KorupsiHaristian Sahroni Putra
 
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah KorupsiPendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah KorupsiHaristian Sahroni Putra
 
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...Haristian Sahroni Putra
 
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi (PBAK)
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi (PBAK)Pendidikan Anti Korupsi - Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi (PBAK)
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi (PBAK)Haristian Sahroni Putra
 

More from Haristian Sahroni Putra (20)

Telaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam Pendidikan
Telaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam PendidikanTelaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam Pendidikan
Telaah Kurikulum PAI SMP & SMA - Telaah Keberadaan Kurikulum dalam Pendidikan
 
Micro Teaching - Keterampilan Menyajikan Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Menyajikan PelajaranMicro Teaching - Keterampilan Menyajikan Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Menyajikan Pelajaran
 
Micro Teaching - Keterampilan Melaksanakan Pretes
Micro Teaching - Keterampilan Melaksanakan PretesMicro Teaching - Keterampilan Melaksanakan Pretes
Micro Teaching - Keterampilan Melaksanakan Pretes
 
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTKPenelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
 
Penelitian Tindakan Kelas - Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
Penelitian Tindakan Kelas -  Pengertian dan Ruang Lingkup PTKPenelitian Tindakan Kelas -  Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik Nontes
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik NontesPengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik Nontes
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Teknik Nontes
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Rancangan Penilaian Hasil Belajar
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI -  Rancangan Penilaian Hasil BelajarPengembangan Sistem Evaluasi PAI -  Rancangan Penilaian Hasil Belajar
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Rancangan Penilaian Hasil Belajar
 
Telaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMA
Telaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMATelaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMA
Telaah Kurikulum PAI - Silabus Telaah Kurikulum PAI SMP dan SMA
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Pengertian, Tujuan, Fungsi, Prinsip, Sasar...
 
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Silabus
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - SilabusPengembangan Sistem Evaluasi PAI - Silabus
Pengembangan Sistem Evaluasi PAI - Silabus
 
Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013
Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013
Micro Teaching - Contoh RPP Kurikulum 2013
 
Micro Teaching - Keterampilan Membuka Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Membuka PelajaranMicro Teaching - Keterampilan Membuka Pelajaran
Micro Teaching - Keterampilan Membuka Pelajaran
 
Micro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro Teaching
Micro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro TeachingMicro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro Teaching
Micro Teaching - Silabus Mata Kuliah Micro Teaching
 
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi BaratPsikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
 
Psikologi Umum dan Perkembangan - Pengantar
Psikologi Umum dan Perkembangan - PengantarPsikologi Umum dan Perkembangan - Pengantar
Psikologi Umum dan Perkembangan - Pengantar
 
Pendidikan Anti Korupsi - Mengenal Tindak Pidana Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi -  Mengenal Tindak Pidana KorupsiPendidikan Anti Korupsi -  Mengenal Tindak Pidana Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Mengenal Tindak Pidana Korupsi
 
Pendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk KorupsiPendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Jenis dan Bentuk Korupsi
 
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah KorupsiPendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
 
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan...
 
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi (PBAK)
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi (PBAK)Pendidikan Anti Korupsi - Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi (PBAK)
Pendidikan Anti Korupsi - Buku Ajar Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi (PBAK)
 

Recently uploaded

Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 

Recently uploaded (20)

Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 

Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'

  • 1. ‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬‫ع‬ MAKALAH Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Bahasa Arab III” yang diampu oleh Solahudin, Lc., M.A.Hum. Disusun Oleh: Enteng Suwondo 201321040 Firman Taufik 201321041 Fuad Hasan 201321042 Haristian Sahroni Putra 201321043 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-HIDAYAH BOGOR 2014
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah l yang telah melimpahkan karunia, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga pemakalah dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap mengalir deras pada pejuang kita yang namanya populer dan berkibar di seluruh dunia, Nabi besar Muhammad n. Dengan perjuangan beliaulah kita dapat berada dalam cahaya islam dan iman. Selanjutnya pemakalah menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan, sehingga pemakalah sangat mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif demi kesempurnaan dalam penulisan makalah selanjutnya. Akhirnya pemakalah berdo’a semoga makalah ini akan membawa manfaat pada para pemakala khususnya dan pembaca pada umumnya. Bogor, Oktober 2014 Penulis i
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 1 C. Tujuan 2 D. Metode Penelitian 2 BAB II AT-TAWAABI’ LI ISMI AL-MARFUU’ 3 A. Definisi At-Tawaabi’ 3 B. Pembagiaan At-Tawaabi’ 4 1. An-Na’tu 4 2. Al-Athfu 9 3. Al-Badlu 13 4. At-Taukiid 16 BAB III PENUTUP 21 A. Kesimpulan 21 DAFTAR PUSTAKA 23 ii
  • 4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu nahwu adalah salah satu cabang ilmu bahasa Arab yang terpenting. Karena dengan ilmu tersebut seorang muslim akan memahami warisan Nabi yang tidak ternilai harganya, tuntunan dan pedoman hidup di dunia dan akhirat, yaitu al-Qur’an dan Hadits. Dan juga untuk memahami aqwal (petuah-petuah) ‘ulama yang terangkum dalam kitab klasik yang dikenal dengan istilah “Kitab Kuning” atau “Kitab Gundul”. Salah satu kajian urgen dalam ilmu nahwu adalah haalatu raf’i al-ism dan dalam makalah ini insya Allah pemakalah akan memaparkan bagian dari haalatu raf’i al-ism yang ketujuh, yaitu at-tawaabi’. Dengan merujuk kepada referensi ulama bahasa Arab klasik maupun kontemporer disertai dengan pembahasan yang sistematik, pemakalah berharap karya ini bisa bermanfaat bagi para mahasiswa dan seluruh kaum muslimin dalam memahami nash-nash (al-Qur’an dan as-Sunnah) serta kitab ulama yang berbahasa Arab. B. Rumusan Masalah Beranjak dari latar belakang di atas maka pemakalah membatasi pembahasan yang terangkun dalam beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa definisi at-tawaabi’ secara bahasa dan istilah? 2. Bagaimana pembagian dalam at-tawaabi’? 3. Apa itu na’at, athaf, badal dan taukid serta seluk beluknya? C. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai berikut: 1. Mengetahu definisi at-tawaabi’. 2. Mengetahui pembagian dalam at-tawaabi’. 1
  • 5. 3. Mengetahui seluk beluk yang berkaitan dengan na’at, athaf, badal dan taukid. D. Metode Penelitian Penulisan makalah dilakukan dengan menggunakan metode pustaka (library reserch), yaitu mencari dan mengumpulkan data-data ilmiyah yang relevan dengan tema yang dibahas dengan mencari bahan dan sumber-sumber melalui rujukan yang terpercaya. 2
  • 6. BAB II AT-TAWAABI’ LI ISMI AL-MARFUU’ A. Definisi At-Tawaabi’ At-tawaabi’ secara bahasa adalah bentuk plural dari At-taabi’, yaitu isim faa’il dari taba’a-yatba’u yang berarti yang mengikuti. Sedangkan pengertian taabi’ secara istilah banyak dijelaskan oleh Ulama Bahasa Arab. Berikut diantara pengertian taabi’ dinukil dari beberapa sumber: 1. Dalam Mulakhos Qawa’idul Lughatil ‘Arabiyyah, Fu’ad Ni’mah menjelaskan: 1 Tawabi’ adalah kalimat-kalimat yang ketentuan i’rabnya mengikuti i’rab kalimat sebelumnya baik itu marfu’, manshub atau majrur. 2. Dalam Al-Muyassar fiI Iilmin Nahwi, Aceng Zakariya menjelaskan: 2 Tawabi’ adalah isim-isim yang ketentuan i’rabnya tergantung i’rab isim yang lain. Jika isim yang lain marfu’, maka ia ikut marfu’. Demikian pula dalam hal mansub dan majrurnya.3 Dari beberapa pengertian di atas, bisa diambil pengertian paling sederhana yaitu, “Tawaabi’ (lafadz yang mengikuti) adalah isim yang mengikuti i’rab lafadz sebelumnya secara mutlak.”4 B. Pembagian At-Tawabi’ 1 Fuad Ni’mah, Mulakhkhash Qawaa’id Al-Lughat Al-Arabbiyah, (Beirut: Daar Ats- Tsaqaafat Al-Islamiyyah), hlm. 51. 2 Aceng Zakaria, Al-Muyyassar fii ‘Ilmi An-Nahwi, (Garut: Pesantern Persatuan Islam, 1417 H), hlm. 112. 3 Aceng Zakaria, Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam, (Garut: Ibn Azka Press, 2004 M), hlm. 173. 4 Behaud Din Abdullah Ibnu ‘Aqil, Terjemahan Alfiyyah Syarah Ibnu ‘Aqi Jilid 2, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011 M), hlm. 625. 3
  • 7. At-tawabi terbagi menjadi empat macam, yaitu: na’tun (), ‘athfun (), taukiidun (), dan badlun (). Adapun penjelasan secara komprehensif sebagai berikut: 1. An-Na’tu a. Definisi Na’tu () secara bahasa berarti sifat. Jamaknya adalah nu’uutun (), sedangkan sinonimnya adalah shifatun ().5 Para ulama dan pakar bahasa Arabpun banyak yang mendefinisikan na’at, diantaranya sebagai berikut: 1) Ibnu Malik Na’at yaitu tabi’ yang menyempurnkan makna lafazh yang diikutinya dengan menjelaskan salah satu diantara sifat-sifatnya, atau dengan menjelaskan sebagian dari lafazh yang berta’alluq kepadanya, sedangkan ia menjadi penyebabnya.6 2) Aceng Zakaria 7 Na’at atau disebut juga shifat adalah isim yang mengikuti isim yang lain dengan fungsi untuk menjelaskan sifat dari isim sebelumnya.8 3) Syamsul Ma’arif Na’at adalah tabi’ yang menjelaskan matbu’nya.9 5 A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab – indonesia Terlengkap, (Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997 M), hlm. 1436. 6 Behaud Din Abdullah Ibnu ‘Aqil, Terjemahan Alfiyyah Syarah Ibnu ‘Aqi Jilid 2, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011 M), hlm. 626. 7 Aceng Zakaria, Al-Muyyassar fii ‘Ilmi An-Nahwi, (Garut: Pesantern Persatuan Islam, 1417 H), hlm. 113. 8 Aceng Zakaria, Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam, (Garut: Ibn Azka Press, 2004 M), hlm. 173. 9 Syamsul Ma’arif, Nahwu Kilat Perpaduan antara Teori dan Praktik Ringkas dan Jelas, (Bandung: Nuansa Aulia, 2013 M), hlm. 88. 4
  • 8. 4) Muhammad bin Muhammad bin Dawud bin Abu ‘Abdillah as- Shanhaji Na’at adalah kata yang disebut setelah isim untuk menjelaskan sebagian keadaan isim tersebut atau keadaan isim lain yang berhubungan dengannya.10 5) Fuad Ni’mah 11 b. Ketentuan Na’at Na’at atau sifat wajib mengikuti mausufnya dalam empat hal sebagaimana disebutkan oleh Aceng Zakaria,12 yaitu sebagai berikut: 1) Dalam i’rab, contoh: 2) Dalam mudzakkar dan muannats, contoh: 3) Dalam ma’rifat dan nakirah, contoh: 4) Dalam mufrad, mutsanna dan jama’, contoh: –– c. Pembagiaan Na’at Na’at terbagi menjadi dua bagian, yaitu: 10 Misbahussurur, Cara Mudah Belajar Ilmu Nahwu Terjemah Berikut Penjelasan Kitab Al-Ajurumiyyah, (Cilacap: Ihya Media, 2009 M), hlm. 136. 11 Fuad Ni’mah, Mulakhkhash Qawaa’id Al-Lughat Al-Arabbiyah, (Beirut: Daar Ats- Tsaqaafat Al-Islamiyyah), hlm. 51 12 Aceng Zakaria, Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam, (Garut: Ibn Azka Press, 2004 M), hlm. 174-175. 5
  • 9. 1) Na’at haqiqi, yaitu na’at yang menjelaskan salah satu sifat kata yang diikutinya. Atau na’at yang menjelaskan salah satu sifat kata yang diikutinya (man’utnya).13 Contoh: Melihat definisi na’at diatas, na’at itu adakalanya menjelaskan sebagian keadaan man’ut dan adakalanya menjelaskan keadaan kata lain yang berhubungan dengan man’utnya, na’at haqiqi inilah yang menjelaskan sebagian keadaan man’ut.14 Catatan: Na’at haqiqi ini merafakan dhamir mustatar atau dhamir yang tersimpan yang kembali kepada man’ut. Na’at haqiqi harus mengikuti man’utnya empat hal dari 10 hal, maksudnya satu dari (i’rab rafa, nashab dan khafdh), satu dari (mufrad, tatsniyah dan jama’), satu dari (ma’rifat dan nakirah) dan satu dari (mudzakkar dan muannats). Contoh: Khalid yang ahli sastra telah datang Murid yang rajin telah datang Pada contoh tersebut na’at menjelaskan keadaan man’ut (kata menjelaskan dan menjelaskan ). Kedua na’at tersebut merafakan dhamir yang tersimpan yang kembali pada man’ut, yaitu . Dhamir tersebut mahal-nya rafa’ karena berkedudukan sebagai fa’il. Ada juga yang berkedudukan sebagai naibul fa’il, misalnya kalau na’atnya berupa isim maf’ul seperti . Pada contoh , kata digolongkan na’at haqiqi karena na’at tersebut menjelaskan sifatnya man’ut dan merafa’kan dhamir 13 Misbahussurur, Cara Mudah Belajar Ilmu Nahwu Terjemah Berikut Penjelasan Kitab Al-Ajurumiyyah, (Cilacap: Ihya Media, 2009 M), hlm. 137. 14 Ibid., hlm. 137-134. 6
  • 10. mustatar yang kembali pada man’ut. Karena, termasuk na’at haqiqi maka harus mengikuti man’utnya dalam empat hal dari sepuluh hal. Oleh sebab itu maka karena kata (selaku man’ut) i’rabnya rafa’, maka ikut rafa’, kata mufrad, maka ikut mufrad, kata ma’rifat maka ikut ma’rifat, dan kata mudzakkar, maka ikut mudzakkar. 2) Na’at sababi, yaitu na’at yang disebut setelahnya.15 Atau na’at yang menjelaskan salah satu sifat dari kata yang mempunyai hubungan dan pertalian dengan kata yang diikutinya (man’utnya).16 Contoh: Dengan demikian na’at sababi ini tidak menjelaskan sifatnya man’ut tetapi menjelaskan sifatnya kata lain yang berhubungan dengan man’ut. Contoh: Kata menjadi na’at dan kata menjadi man’ut. Kata menjadi na’at dan menjadi man’ut. Pada contoh tersebut na’atnya tidak menjelaskan keadaan man’ut, tetapi menjelaskan kata lain yang berhubungan dengan man’ut. 15 Aceng Zakaria, Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam, (Garut: Ibn Azka Press, 2004 M), hlm. 175. 16 Misbahussurur, Cara Mudah Belajar Ilmu Nahwu Terjemah Berikut Penjelasan Kitab Al-Ajurumiyyah, (Cilacap: Ihya Media, 2009 M), hlm. 139 7
  • 11. Pada contoh pertama, yang bagus bukan tetapi tulisannya. Pada contoh kedua yang bagus bukan tetapi bacaannya.17 Catatan: Na’at sababi ini merafa’kan isim zhahir yang memuat dhamir yang kembali kepada man’ut. Pada contoh pertama, kata merupakan isim zhahir yang dirafa’kan oleh kata (kata menjadi fa’ilnya ). Kata memuat dhamir ha yang kembali kepada man’ut, yaitu kembali kepada . Na’at sababi yang merafa’kan isim zhahir yang memuat dhamir yang kembali pada man’ut itu harus mengikuti man’utnya dalam dua hal dari lima hal, maksudnya satu dari (i’rab rafa, nashab, dan khafdh) dan satu dari (ma’rifat dan nakirah). Pada contoh pertama misalnya, kata (selaku man’utnya) i’rabnya rafa’, maka ikut rafa’, kata maka kata ikut ma’rifat. Na’at sababi ini selalu dalam bentuk mufrad walaupun man’utnya berbentuik tatsniyah atau jama’. Dan dalam hal mudzakar dan muannats disesuaikan dengan isim zhahir yang dirafa’kan, dalam contoh kedua misalnya tetap mufrad walaupun man’utnya tatsniyah. Dan karena isim zhahir yang dirafa’kan (yaitu kata ) muannats, maka kata ikut muannats, walaupun man’utnya mudzakkar.18 d. Faidah Na’at 17 Ibid., 140 18 Ibid., hlm. 140-141. 8
  • 12. Na’at memiliki faidah yang sangat penting untuk diketahui, sebagaimana Behaud Din Abdullah bin ‘Aqil, beliau menyebutkan beberapa faidah na’at diantaranya sebagai berikut:19 1) Untuk takhsish (mengkhususkan) Aku telah bersua dengan Zaid tukang jahit. 2) Untuk memuji Aku telah bersua dengan Zaid yang dermawan. )( “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Faatihah[1]: 1) 3) Untuk mencela Aku telah bersua dengan Zaid yang fasik (pendurhaka). )( Hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl: 98) 4) Untuk ungkapan belas kasihan Aku telah bersua dengan Zaid yang miskin. 5) Untuk ta’kid (pengukuhan) Kemarin yang lewat tidak akan kembali. )( 19 Behaud Din Abdullah Ibnu ‘Aqil, Terjemahan Alfiyyah Syarah Ibnu ‘Aqi Jilid 2, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011 M), hlm. 626-627. 9
  • 13. “Maka apabila sangkakala ditiupsekali tiup.” (QS. Al-Haaqqah: 13) 2. Al-Athfu a. Definisi Secara bahasa athaf berarti condong atau cenderung. Para ulama dan pakar bahasa Arabpun banyak yang mendefinisikan athaf, diantaranya sebagai berikut: 1) Ibnu Malik Athaf adakalanya untuk menjelaskan atau untuk merentetkan; Athaf bayan adalah tabi’ yang menyerupai sifat, dengan melaluinya makna yang dimaksud dapat terungkapkan.20 2) Aceng Zakaria 21 Athaf adalah isim yang mengikuti isim lainnya dengan perantara huruf athaf.22 3) Syamsul Ma’arif Athaf adalah tabi’ dengan perantaraan huruf.23 4) Muhammad bin Muhammad bin Dawud bin Abu ‘Abdillah as- Shanhaji ‫ف‬‫ف‬‫ف‬‫ف‬‫ف‬‫ف‬‫ف‬‫ف‬ Athaf nasaq (al-Ma’thuf bil-harfi) adalah tabi’ yang mengikuti matbu’ yang antara keduanya diselai-selai oleh salah satu dari beberapa huruf ‘athaf.24 20 Behaud Din Abdullah Ibnu ‘Aqil, Terjemahan Alfiyyah Syarah Ibnu ‘Aqi Jilid 2, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011 M), hlm. 656. 21 Aceng Zakaria, Al-Muyyassar fii ‘Ilmi An-Nahwi, (Garut: Pesantern Persatuan Islam, 1417 H), hlm. 125. 22 Aceng Zakaria, Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam, (Garut: Ibn Azka Press, 2004 M), hlm. 176. 23 Syamsul Ma’arif, Nahwu Kilat Perpaduan antara Teori dan Praktik Ringkas dan Jelas, (Bandung: Nuansa Aulia, 2013 M), hlm. 95. 24 Misbahussurur, Cara Mudah Belajar Ilmu Nahwu Terjemah Berikut Penjelasan Kitab Al-Ajurumiyyah, (Cilacap: Ihya Media, 2009 M), hlm. 147. 10
  • 14. 5) Fuad Ni’mah 25 b. Huruf dan Contoh Athaf Adapun huruf-huruf athaf itu adalah: 1) Dan, contoh: 2) Maka, contoh: 3) Kemudian, contoh: 4) Atau, contoh: 5) Ataukah, contoh: 6) Sehingga, contoh: 7) Tetapi, contoh: 25 Fuad Ni’mah, Mulakhkhash Qawaa’id Al-Lughat Al-Arabbiyah, (Beirut: Daar Ats- Tsaqaafat Al-Islamiyyah), hlm. 53. 11
  • 15. 8) Tidak, contoh: 9) Melainkan, contoh: c. Ketentuan Athaf Apabila mengathafkan (menghubungkan) dengan huruf athaf pada ma’thuf ‘alaih yang beri’rab rafa’ maka ma’thufnya dirafa’kan, jika pada ma’thuf ‘alaih yang beri’rab nashab maka ma’thufnya dinashabkan, jika pada ma’thuf ‘alaih yang beri’rab khafazh maka ma’thuf ‘alaihnya dikhafadhkan dan jika ma’thuf ‘alaih yang beri’rab jazm maka ma’thufnya dijazmkan. Misalnya kau katakan: Dengan demikian, ketika ma’thuf dihubungkan pada ma’thuf ‘alaih dengan huruf athaf maka i’rabnya mengikuti i’rabnya ma’thuf ‘alaih.26 Catatan: Huruf athaf berfungsi bukan saja mangatafkan isim kepada isim, tetapi juga berlaku dalam mengathafkan fi’il kepada fi’il. Contoh: Lafadz adalah majzum karena didahului huruf jazm. sedangkan lafazh menjadi majzum karena athaf kepada fi'il majzum sebelumnya dengan huruf athaf. 26 Misbahussurur, Cara Mudah Belajar Ilmu Nahwu Terjemah Berikut Penjelasan Kitab Al-Ajurumiyyah, (Cilacap: Ihya Media, 2009 M), hlm. 148. 12
  • 16. Demikian pula lafazh – – dst adalah manshub karena athaf kepada yang manshub .27 Perbedaan antara dan adalah terletak pada kalimat setelahnya, kalau setelahnya tidak berupa jumlah biasanya dibaca , sedangkan jika setelahnya jumlah maka dibaca . Contoh: (Farid fakir tetapi anaknya kaya, Hasan tidak tidur tetapi Husain)28 3. Al-Badlu a. Definisi Badal secara bahasa berarti merubah atau mengganti.29 Para ulama dan pakar bahasa Arabpun banyak yang mendefinisikan badal, diantaranya sebagai berikut: 1) Ibnu Malik Badal adalah tabi’ yang mempunyai maksud sama (dengan mathbu’nya), tanpa memakai perantara.30 2) Aceng Zakaria 27 Aceng Zakaria, Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam, (Garut: Ibn Azka Press, 2004 M), hlm. 177-178. 28 Syamsul Ma’arif, Nahwu Kilat Perpaduan antara Teori dan Praktik Ringkas dan Jelas, (Bandung: Nuansa Aulia, 2013 M), hlm. 95-96. 29 A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab – indonesia Terlengkap, (Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997 M), hlm. 65. 30 Behaud Din Abdullah Ibnu ‘Aqil, Terjemahan Alfiyyah Syarah Ibnu ‘Aqi Jilid 2, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011 M), hlm. 675 13
  • 17. 31 Badal adalah isim yang mengikuti isim lain dan berfungsi untuk menggantikan mubdal minhu (yang digantikannya).32 3) Syamsul Ma’arif Badal adalah tabi’ yang menjadi sasaran dengan tanpa perantara.33 4) Muhammad bin Muhammad bin Dawud bin Abu ‘Abdillah as- Shanhaji Badal adalah tabi’ yang dimaksud dengan hukum tanpa ada perantara ia dengan mathbu’nya.34 5) Fuad Ni’mah 35 b. Ketentuan Badal Ketika kalimah isim digantikan oleh kalimah isim yang lain atau kalimah fi’il digantikan oleh kalimah fi’il yang lain, maka badal harus mengikuti mubdal minhu dalam semua i’rabnya. I’rabnya badal itu mengikuti mubdal minhu. Apabila mubdal minhunya rafa’ maka badalnya ikutnya rafa, apabila mubdal minhunya nashab maka badalanya ikut nasab, dsb.36 c. Macam-Macam Badal 31 Aceng Zakaria, Al-Muyyassar fii ‘Ilmi An-Nahwi, (Garut: Pesantern Persatuan Islam, 1417 H), hlm. 123. 32 Aceng Zakaria, Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam, (Garut: Ibn Azka Press, 2004 M), hlm. 180. 33 Syamsul Ma’arif, Nahwu Kilat Perpaduan antara Teori dan Praktik Ringkas dan Jelas, (Bandung: Nuansa Aulia, 2013 M), hlm. 104. 34 Misbahussurur, Cara Mudah Belajar Ilmu Nahwu Terjemah Berikut Penjelasan Kitab Al-Ajurumiyyah, (Cilacap: Ihya Media, 2009 M), hlm. 157. 35 Fuad Ni’mah, Mulakhkhash Qawaa’id Al-Lughat Al-Arabbiyah, (Beirut: Daar Ats- Tsaqaafat Al-Islamiyyah), hlm. 56. 36 Misbahussurur, Cara Mudah Belajar Ilmu Nahwu Terjemah Berikut Penjelasan Kitab Al-Ajurumiyyah, (Cilacap: Ihya Media, 2009 M), hlm. 157-158. 14
  • 18. Badal terbagi menjadi empat macam, yaitu badal syai minasysyai atau badal kul minal kul, badal ba’dh minal kul, badal isytimal, dan badal ghalath. Misalnya seseorang hendak mengatakan, Dia hendak mengatakan tapi keliru mengatakan , lalu kata dia ganti dengan .37 1) Badal kul minal kul, yaitu badal yang mencakup sesuatu yang lainnya. Atau badal yang cocok dan sesuai dengan mubdal minhunya dalam hal makna. Contoh: Zaid, yakni saudara laki-lakimu telah berdiri Ibuku, yakni Bu Khadijah telah datang Kata menjadi badal dari mubdal minhu dan kata menjadi badal dari mubdal minhu . Kata digolongkan badal syai minasysyai karena maknanya sama dengan mubdal minhunya. Kalau dicermati, Zaid = saudaramu dan saudaramu = Zaid. Dua kata tersebut tidak berbeda orang. Demikian juga kata , kata ini juga digolongkan badal syai minasysyai karena maknanya sama dengan mubdal minhunya, karena yang dimaksud Ibuku adalah Bu Khadijah.38 2) Badal Ba’dh minal kul, yaitu badal sesuatu yang mencakup sesuatu yang lain. Atau badal yang merupakan bagian dari mubdal minhu. Contoh: Kacanya sudah pecah, yakni setengahnya 37 Ibid., hlm. 158. 38 Ibid., hlm. 158-159. 15
  • 19. Kata i’rabnya marfu’ karena menjadi fa’il. I’rab marfu’nya ditandai dhammah karena isim mufrad. Kata i’rabnya ikut marfu’ karena menjadi badal dari kata . Adapun ha yang ada pada kata adalah dhamir yang kembali pada kata . Kata itu dinamakan badal ba’dh minal kul karena merupakan bagian dari mubdal minhunya. Pahami baik-baik! Sepertiga itukan bagian dari roti.39 3) Badal Isytimal, yaitu badal sesuatu mencakup sesuatu yang lainnya. Atau badal yang termuat dalam mubdal minhu, dengan syarat badal tersebut bukan juz (bagian) dari mubdal minhunya. Contoh: Zaid bermanfaat bagiku, yakni ilmunya Kata itu digolongkan badal isytimal karena termuat dalam mubdal minhunya. Artinya, Zaid memuat ilmu. Ilmu itu bukan juz (bagian), tetapi ilmu termuat pada diri Zaid.40 4) Badal ghalath, adalah badal yang salah penyebutan. Dimana seseorang terlanjur menyebutkan sesuatu yang salah lalu diikuti lagi dengan penyebutan yang sebenarnya. Atau badal yang digunakan untuk menggantikan mubdal minhu yang keliru. Contoh: Zaid telah datang, yakni kuda Pada contoh diatas, sesorang hendak mengatakan (kuda telah datang), tapi dia keliru mengucapkan (Zaid telah datang), 39 Ibid., hlm. 159-160. 40 Ibid., hlm. 160-161. 16
  • 20. kemudian dia mengatakan untuk menggantikan yang keliru ucap, sehingga menjadi .41 Catatan: Untuk memudahkan mencari badal, perhatikanlah ciri-ciri dibawah ini: a. Badal biasanya diartikan “yaitu” b. Badal biasanya dijumpai setelah: 1) Nama orang, contoh: 2) Isim isyarat, contoh: 3) Pembagian, contoh: 42 4. AT-Taukiidu a. Definisi Taukid secara bahasa adalah mengokohkan dan menguatkan.43 Para ulama dan pakar bahasa Arabpun banyak yang mendefinisikan taukiid, diantaranya sebagai berikut: 1) Aceng Zakaria 44 41 Ibid., hlm. 161. 42 Aceng Zakaria, Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam, (Garut: Ibn Azka Press, 2004 M), hlm. 181-182. 43 A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab – indonesia Terlengkap, (Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997 M), hlm. 44 Aceng Zakaria, Al-Muyyassar fii ‘Ilmi An-Nahwi, (Garut: Pesantern Persatuan Islam, 1417 H), hlm. 119. 17
  • 21. Taukid adalah isim yang mengikuti isim lain yang berfungsi untuk menguatkan arti (pengeras arti) dan menghilangkan keraguan si pendengar.45 2) Syamsul Ma’arif Taukid adalah tabi’ yang menguatkan mathbu’nya. 3) Muhammad bin Muhammad bin Dawud bin Abu ‘Abdillah as- Shanhaji Taukid itu mengikuti muakkad dalam rafa’, nashab, khafadh, dan ma’rifatnya.46 4) Fuad Ni’mah 47 b. Ketentuan Taukiid Taukid itu mengikuti muakkad dalam lafazh, nashab, khafadh dan ma’rifatnya.48 c. Pembagian Taukid Taukid terbagi kepada dua bagian, yaitu lafzhi dan ma’nawi. Adapun penjelasnnya sbb:49 1) Taukid lafzhi, yaitu taukid yang lafazhnya diulangi sebanyak dua atau tiga kali, baik isim atau fi’il, atau taukid dengan mengulang lafazh muakkad atau lafazh lain, contoh: 45 Aceng Zakaria, Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam, (Garut: Ibn Azka Press, 2004 M), hlm. 178. 46 Syamsul Ma’arif, Nahwu Kilat Perpaduan antara Teori dan Praktik Ringkas dan Jelas, (Bandung: Nuansa Aulia, 2013 M), hlm. 99. 47 Misbahussurur, Cara Mudah Belajar Ilmu Nahwu Terjemah Berikut Penjelasan Kitab Al-Ajurumiyyah, (Cilacap: Ihya Media, 2009 M), hlm. 152 48 Fuad Ni’mah, Mulakhkhash Qawaa’id Al-Lughat Al-Arabbiyah, (Beirut: Daar Ats- Tsaqaafat Al-Islamiyyah), hlm. 45. 49 Ibid., hlm. 152-156. 18
  • 22. Contoh yang mengulang lafazhnya: Sulaiman, Sulaiman telah datang Ahmad sedang puasa, Ahmad sedang puasa Contoh yang mengulang lafazh lain: Khalil sudah datang, sudah datang 2) Taukid ma’nawi, yaitu taukid dengan menggunakan lafazh tertentu, diantaranya: dan kata-kata yang mengikuti , yaitu . Zaid telah berdiri Bakr telah dating sendiri Fatimah telah pergi sendiri Pada contoh pertama dan kedua, kata dan kata dinamakan muakkad, kata dan dinamakan taukid. Kata dan i’rabnya rafa’ karena menjadi fa’il. I’rab rafanya ditandai dhammah karena isim mufrad. Kata dan i’rabnya juga ikut rafa’ karena menaukidi kata yang i’rabnya rafa’ dan menaukidi kata bakrun yang i’rabnya juga rafa’. I’rab rafanya kata dan ditandai dengan dhammah dikarenakan isim mufrad. Sedangkan ha () yang terdapat pada kedua taukid tersebut adalah dhamir yang kembali pada muakkad. Semua kaum telah datang Semua kaum telah dating Kata pada contoh diatas i’rabnya marfu’ karena men-taukidi kata yang i’rabnya marfu’. I’rab marfu’nya ditandai wawu karena jama’ mudzakkar salim. 19
  • 23. Murid-murid di sekolahku bahagia semuanya, semuanya, semuanya. Kata pada contoh diatas semuanya mengalami i’rab rafa’ karena men-taukidi kata yang i’rabnya rafa’, secara berurutan dari kanan menjadi taukid pertama, kedua, ketiga, dan keempat. I’rab rafa’nya ditandai dengan wawu karena jama’ mudzakkar salim. Catatan: Kata dan didatangkan untuk menghilangkan kemungkinan yang tidak diinginkan. Misalnya ketika dikatakan dan maka dimungkinkan yang berdiri bukan Zaid, yang datang bukan Bakr, melainkan wakilnya, pembantunya atau yang lain. Tapi, setelah didatangkan kata dan sebagai taukid, kemungkinan tersebut menjadi tiada, yang berdiri adalah Zaid sendiri dan yang datang adalah Bakar sendiri bukan wakilnya, pembantunya atau yang lainnya. Kata dan yang menjadi taukid itu boleh dijarkan dengan huruf dengan huruf ba tambahan. Contoh: , artinya sama dengan . Kata adalah untuk menunjukkan keseluruhan. Pada kalimat dan masih dimungkinkan yang datang sebagian kaum dan yang bahagian sebagian murid. Namun setelah ditaukidi dengan dan menjadi dan kemungkinan tersebut menjadi tiada. Yang 20
  • 24. datang bukan sebagian, yang bahagia bukan sebagian tapi semuanya. Kata ini umumnya tidak bisa dijadikan taukid kecuali bila disebutkan setelah kata . Oleh karena itulah ketiga kata tersebut dinamakan tawabi’u ajma’ah. 21
  • 25. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan At-tawaabi’ secara bahasa adalah bentuk plural dari At-taabi’, yaitu isim faa’il dari taba’a-yatba’u yang berarti yang mengikuti. Sedangkan secara istilah tawaabi’ (lafadz yang mengikuti) adalah isim yang mengikuti i’rab lafadz sebelumnya secara mutlak. At-tawabi terbagi menjadi empat macam, yaitu: na’tun (), ‘athfun (), taukiidun (), dan badlun (). Na’tu () secara bahasa berarti sifat. Jamaknya adalah nu’uutun ( ), sedangkan sinonimnya adalah shifatun (). Secara istilah na’at atau disebut juga shifat adalah isim yang mengikuti isim yang lain dengan fungsi untuk menjelaskan sifat dari isim sebelumnya. Na’at atau sifat wajib mengikuti mausufnya dalam empat hal, (1) i’rab, (2) mudzakkar dan muannats, (3) ma’rifat dan nakirah, dan (4) mufrad, mutsanna dan jama’. Secara bahasa athaf berarti condong atau cenderung. Sedangkan secara istilah athaf adalah isim yang mengikuti isim lainnya dengan perantara huruf athaf. Adapun huruf-huruf athaf itu adalah: (1) = dan (2) = maka (3) = kemudian (4) = atau (5) = ataukah (6) = sehingga (7) = tetapi (8) = tidak (9) = melainkan. Ketika ma’thuf dihubungkan pada ma’thuf ‘alaih dengan huruf athaf maka i’rabnya mengikuti i’rabnya ma’thuf ‘alaih. Huruf athaf berfungsi bukan saja mangatafkan isim kepada isim, tetapi juga berlaku dalam mengathafkan fi’il kepada fi’il. Badal secara bahasa berarti merubah atau mengganti. Sedangkan secara istilah badal adalah isim yang mengikuti isim lain dan berfungsi untuk menggantikan mubdal minhu (yang digantikannya). Badal terbagi menjadi 22
  • 26. empat macam, yaitu badal syai minasysyai atau badal kul minal kul, badal ba’dh minal kul, badal isytimal, dan badal ghalath. Taukid secara bahasa adalah mengokohkan dan menguatkan. Taukid adalah isim yang mengikuti isim lain yang berfungsi untuk menguatkan arti (pengeras arti) dan menghilangkan keraguan si pendengar. Taukid itu mengikuti muakkad dalam lafazh, nashab, khafadh dan ma’rifatnya. Taukid terbagi kepada dua bagian, yaitu lafzhi dan ma’nawi. Taukid lafzhi, yaitu taukid yang lafazhnya diulangi sebanyak dua atau tiga kali, baik isim atau fi’il, atau taukid dengan mengulang lafazh muakkad atau lafazh lain. Sedangkan taukid ma’nawi, yaitu taukid dengan menggunakan lafazh tertentu, diantaranya: dan kata-kata yang mengikuti , yaitu . 23
  • 27. DAFTAR PUSTAKA Ni’mah, Fuad, Mulakhkhash Qawaa’id Al-Lughat Al-Arabbiyah, (Beirut: Daar Ats-Tsaqaafat Al-Islamiyyah). Zakaria, Aceng, Al-Muyyassar fii ‘Ilmi An-Nahwi, (Garut: Pesantern Persatuan Islam, 1417 H). , Ilmu Nahwu Praktis Sistem Belajar 40 Jam, (Garut: Ibn Azka Press, 2004 M). Abdullah, Behaud Din Ibnu ‘Aqil, Terjemahan Alfiyyah Syarah Ibnu ‘Aqi Jilid 2, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011 M). Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab – indonesia Terlengkap, (Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997 M). Ma’arif, Syamsul, Nahwu Kilat Perpaduan antara Teori dan Praktik Ringkas dan Jelas, (Bandung: Nuansa Aulia, 2013 M). Misbahussurur, Cara Mudah Belajar Ilmu Nahwu Terjemah Berikut Penjelasan Kitab Al-Ajurumiyyah, (Cilacap: Ihya Media, 2009 M). 24