SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
Download to read offline
KAJIAN SEPUTAR ISTILAH HADIS
DAN YANG BERKAITAN DENGANNYA
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Studi Hadis
Oleh
Muhammad Maghfur Amin
NIM. F12518226
Dosen Pengampu:
Dr. H. Abdus Salam Nawawi, M. Ag
ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2018
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hadis merupakan dasar ajaran Islam. Salah satu fungsi hadis adalah menjadi
penjelas bagi al-Qur’an.1
Kedudukannya disepakati umat Islam sebagai sumber
hukum Islam ke-2 setelah al-Qur’an.2
Ia juga dipandang sebagai sumber pengetahuan
yang seyogyanya dipelajari dan diimplementasikan sebagai jalan hidup setiap
muslim.3
Tanpa henti ulama terus menghidupkan kajian hadis dan ilmu hadis.
Pengertian dan ruang lingkup istilah-istilah dalam kajian hadis dan ilmu hadis
dirumuskan dengan teliti. Akan tetapi perbedaan adalah hal yang sulit dihindarkan.
Tidak terkecuali dalam kajian hadis dan ilmu hadis. Semisal dalam pengertian istilah
hadis, sunnah, khabar dan atsar. Pada keempat istilah tersebut, terbuka ruang
perdebatan mengenai batasan serta ruang lingkupnya. Oleh karena itu definisi yang
dihasilkan pun saling berbeda diantara pada ulama.
Sikap dalam pengambilan (resepsi) hadis pun berbeda-beda. Jika resepsi
terhadap hadis diibaratkan sebagai sebuah bahan baku masakan maka setidaknya ada
tiga pola resepsi. Pertama, menyikapi dengan berperan sebagai pengumpul bahan
utama yang diperlukan untuk dimasak. Ini adalah kalangan ulama ahli hadis dan
tekstualis. Kedua, bersikap sebagai koki atau pemasak bahan utama dimana bahan
itu harus dimasakan untuk menghasilkan masakan yang siap disajikan. Pola kedua ini
adalah kalangan ushuliyyin dan substansialis. Ketiga, merespsi hadis sebagai bahan
utama yang tersedia namun dianggap kurang lengkap untuk menghasilkan masakan
yang mereka inginkan. Oleh kaena itu mereka menambahkan bahan lain. Bahkan
bahan tambahan itupun dipaksakan agar diakui (dianggap) sebagai bahan utama.
Yang terakhir ini adalah kalangan pembuat hadis palsu.
1
Muhammad Ahmad dan M. Mudzakir, Ulumul Hadits, (Jakarta : Amzah, 2015), hal 1
2
Hal ini didasarkan pada al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 132 yang memuat perintah mentaati Allah
dan Rasul-Nya
3
Sebagaimana dalam hadis Nabi Muhammad saw. Bersabda bahwa beliau meninggalkan
3
Kalangan dengan tipe resepsi ketiga memanfaatkan hadis sebagai alat
legitimasi, sebagai hujjah untuk mendukung suatu pendapat. Bahkan ketika dasar
yang mereka kehendaki tidak terdapat dalam al-Qur’an dan juga hadis, maka hadis
dha’if bahkan palsu pun mereka ajukan. Hal ini tentu menimbulkan out-put yang
berbeda di masyarakat, sebagai hasil resepsi mereka terhadap hadis yang tersebar.
Hal itu juga merupakan proses ‚kembali pada al-Qur’an dan Hadis‛ yang
menyimpang dan terancam oleh sabda Nabi Muhammad.
Semboyan kembali ‚pada al-Qur’an dan Hadis‛ ini juga berkembang menjadi
gerakan. Mereka melakukan kritik terhadap fenomena tertentu yang terjadi di
masyarakat. Kritik tersebut dilakukan dengan menggunakan verivikasi satu arah.
Melalui kesesuaian dengan hadis (secara tekstual) semata mereka menentukan benar
atau tidaknya sebuah fenomena yang menjadi sasaran. Sehingga mereka mengambil
sikap bahwa sesuatu yang tidak sesuai dengan ungkapan hadis secara tekstual adalah
bid’ah.
Mengingat demikian penting hadis dalam Islam maka perlu ada pembahasan
kritis terhadap makna hadis itu sendiri dan terma yang melingkupinya. Dalam
makalah ini penulis mencoba mengulas dan menelaah hal-hal seputar kajian hadis
dengan merumuskan masalah-masalah yang akan dibahas.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Hadis?
2. Bagaimana Pemetaan Istilah Hadis, Sunnah, Khabar dan Atsar?
3. Apa sajakah Bentuk-bentuk Hadis?
4. Apa sajakah Unsur-unsur Hadis?
5. Bagaimana Kolerasi antara Hadis, Sunnah dan Bid’ah
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Hadis.
2. Untuk Mengetahui Pemetaan Istilah Hadis, Sunnah, Khabar dan Atsar.
3. Untuk Mengetahui Macam-macam Bentuk Hadis.
4. Untuk Mengetahui Unsur-unsur Hadis.
5. Untuk Mengetahui Kolerasi antara Hadis, Sunnah dan Bid’ah.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadis
1. Kata ‚Hadis‛ dalam Kajian Bahasa
Kata hadis berasal dari bahasa Arab. Memiliki bentuk kata mufrad
(singular) ْ ٌِْ َ artinya satu hadis dan bentuk plural, isim jamak ْ ٌِْ َ َ artinya
beberapa hadis.4
Akar katanya terdiri dari tiga huruf yaitu huruf )‫ح‬ h}a>’(, )da>l(,
dan )tsa>’(. Derivasi (tashrif) kata yang diturunkan dari tiga huruf tersebut
adalah:
َ‫ث‬ َ َ َ َ َ ْ ُ ُ ُ ُ ْ ٌَ َ َ َ
Hadis dari akar kata di atas memiliki beberapa makna. Diantara makna
yang sesuai dengan objek dalam tema ini sebagai berikut:
1. ٌ ‫لج‬ (al-jadi<d) atau baru, dalam arti sesuatu yang ada setelah sebelumnya
tidak ada.5
Lawan dari kata al-qadi<m atau terdahulu.6
2. ‫لخبر‬ (al-khabar) atau berita, informasi dan )‫كالم‬ْ‫ل‬ al-kala>m( atau perkataan.
3. ‫لطري‬ (ath-thari) yakni lunak, lembut, dan baru. Ibnu Faris mengatakan
bahwa hadis dari kata ini karena berita atau kalam secara silih berganti dan
cepat menyebar.7
Tiga makna di atas menunjukkan bahwa hadis secara bahasa adalah
perkataan dan kabar dengan sifatnya yaitu menyebar. Selain itu ia adalah lawan
kata al-qadim. Menurut Dzafar Ahmad ibn Lathif Kata ‚hadis‛ ini tepat
digunakan, untuk menunjukkan bahwa ia adalah sesuatu yang baru yang datang
dari Nabi Muhammad di luar al-Qur’an yang qadi<m.8
4
Menurut al-Farra’, ahadis adalah bentuk jamak dari kata uhdusah kemudian dijadikan bentuk plural
bagi kata hadis
5
Abu al-Husain Ahmad ibn Faris, Maqa>yis al-Lughah, Juz II, (Beirut: Darul Fikr, t.t.), 36.
6
Ibn Manzhu>r, Lisa>n al-‘Arab, (Mesir: Dar Al-Mishriiyah, t.t.), 796-798.
7
Ibn Faris, Maqa>yis al-Lughah, 36.
8
Dzafar Ahmad ibn Lathif al-Usmani, Qawa’id fi< Ulu>m al-Hadi<s, (Kairo: Dar As-Salam, 2000), 24
5
2. Pengertian Hadis Menurut Istilah
Ulama jumhur berpendapat hadis dan sunnah adalah sinonim. Antara hadis
dan sunah dapat diibaratkan dua sisi koin. Para ahli memberikan definisi
terrminologis yang berbeda-beda terhadap hadis atau sunnah, sesuai cara pandang
dan latar belakang keilmuannya.
a. Pengertian Hadis menurut Ulama Hadis
Di kalangan muhaddisin (ulama hadis) ada beberapa pengertian hadis
atau sunnah:
1) Segala perkataan Nabi, perbuatan dan hal ihwalnya.
2) Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad baik berupa
perkataan, perbuatan, penetapan maupun sifat.
3) Semua yang disandarkan kepada Nabi Muhammad (hadis marfu’), para
sahabat (hadis mauquf) dan para tabi’in (hadis maqhtu’)9
Perbedaan yang terdapat dalam pengertian diatas adalah dalam hal
ruang lingkup pengambilan hadis. Namun titik temunya adalah kesamaan
cara pandang muhaddisin terhadap hadis. Sikap muhaddisin terhadap hadis
meletakkannya sebagai objek utama kajian dan tidak untuk mengungkap
kandungan dan implikasi hukum yang lebih spesifik darinya.
b. Pengertian Hadis menurut Ulama Ushul Fiqh
Menurut ulama ushul fiqh hadis atau sunnah ialah segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad selain al-Qur’an, baik berupa
perkataan, perbuatan dan pengakuan yang patut dijadikan hukum syara’.10
Artinya menurut ulama ushul fiqh jika sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad tidak menyangkut hukum, maka tidak patut disebut hadis dan
sunnah.
9
Muhammad Mahfudz ibn Abdillah Al-Tirmisi, Manhaj Dzawi an-Nadzar. (Jeddah: Al-Haramain,
1974), 8
10
Ahmad Umar Hasyim, As-Sunnah an-Nabawiyyah wa-Ahkamuha. (Kairo: Maktabah Gharib, t.t.),
17
6
Hal ini menunjukkan bahwa hadis dalam pandangan ulama ushul fiqh
adalah sebagai perangkat untuk menghasilkan kaidah hukum syara’. Maqshud
asy-syara’ yang terungkap dari kandungan hadis lah yang menjadi sasaran
utama bagi ulama ushul fiqh. Sehingga hadis bagi mereka berkedudukan
sebagai objek penelitian dalam rangka mengungkap implikasi hukum syara’
yang dikandung olehnya.
c. Pengertian Hadis menurut Ulama Fiqh
Menurut ulama’ fiqh (fuqaha) sunnah adalah segala ketetapan yang
datang dari Rasullah dan tidak termasuk kategori fadlu, dan wajib, dan
termasuk hukum yang lima.11
Atau dalam pengertian lain sunnah adalah sifat
syara’ yang menuntut untuk dikerjakan, tetapi tidak wajib dan tidak disiksa
bagi yang meninggalkanya.
Terma sunnah menurut ulama fiqh lebih kepada salah satu dari lima
hukum yang dihasilkan dalam proses istinbath. Dalam fiqih terdapat dua
kategori hukum yang termasuk dalam implikasi perintah nash, yakni fardhu
atau wajib dan sunnah atau nadb. Sedangkan dua hukum yang adalah
lawannya, yaitu makruh dan haram. Adapun yang satu merupakan hukum
yang bersifat netral.
B. Pemetaan Istilah Hadis, Sunnah, Khabar dan Atsar
Hadis memiliki tiga sinonim atau mura>dif yakni sunnah, khabar dan atsar..
Untuk mendapatkan pemetaan yang tepat penjelasan terma hadis akan kembali
diulas beserta tiga muradifnya.
1. Hadis dan Sunnah
Hadis secara bahasa adalah perkataan atau perbuatan, yang baru, yang
mengalir dan lunak.12
Sedangkan sunnah secara bahasa berarti jalan, baik yang
terpuji maupun yang tercela.13
11
Dr. Mushthafa as-Siba’I, As-Sunnah wa Makanatuha di at-Tasyri’ al-Islami, (Kairo: Dar as-Salam,
1998), 57
12
Ibn Faris, Maqa>yis al-Lughah, 36.
13
Muhammad Ajjaj al-Khatib, As-Sunnah Qabla at-Tadwin, (Beirut: Dar al-Fikr, 1997), 17
7
Menurut ulama hadis, secara istilah, hadis dan sunnah mencakup segala
perkataan, perbuatan, penetapan, himmah, sifat dan akhlaq maupun lainnya, baik
sebelum dan setelah Nabi Muhammad diangkat menjadi rasul.14
Maka hadis
menurut ulama ahli hadis bersifat umum dan mutlak.
Sedangkan menurut ulama’ ushul fiqh, sunnah tidak sama dengan hadis.
Menurut ulama ushul hadis ialah setiap yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad yang berupa perkataan (hadis qouli). Adapun sunnnah lebih umum
daripada hadis karena sunnah mencakup perkataan, perbuatan dan taqrir Nabi
Muhammad.15
Selain itu, menurut ulama ushul segala sesuatu yang disandarkan kepada
Nabi Muhammad yang dapat disebut sunnah atau hadis adalah yang memiliki
maksud syara’ atau implikasi hukum. Artinya jika dilihat dari masa, hadirnya
sunnah menurut ulama ushul fiqh dibatasi sejak Nabi Muhmmad diangkat
menjadi Nabi.
Jadi menurut ulama’ ahli hadis sunnah bisa disebut hadis, begitu pula
sebaliknya. Sedangkan menurut ulama ushul, hadis adalah bagaian dari sunnah.
Karena itu dapat dikatakan sunnah lebih umum daripada hadis.
2. Hadis dan Khabar
Secara bahasa khabar berarti berita atau informasi. Menurut istilah ahli
hadis, khabar idenstik dengan hadis, yaitu sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad dan selain beliau baik yang berupa perkataan, perbuatan ataupun
penetapan.16
Sedangkan menurut ulama ushul fiqh khabar berbeda dengan hadis dan
sunnah. Khabar mencakup berita atau informasi secara umum baik hal yang
terkait dengan Nabi Muhammad ataupun selainnya. Informasi sejarah tentang
umat-umat Nabi terdahulu menurut mereka termasuk dalam kategori khabar.17
Mereka berargumen bahwa dengan sebab itulah orang yang mempelajari hadis
dan ilmu hadis disebut dengan muhaddis, sedangkan orang yang mempelajari
14
Ajjaj al-Khathib, As-Sunnah, 19
15
Ibid., 19
16
Ibid., 19
17
Ibid., 28
8
sejarah disebut dengan informan. Dengan demikian khabar lebih umum dari pada
hadis dan sunnah.
3. Hadis dan Atsar
Atsar secara bahasa adalah suatu bekas, sesuatu yang tertinggal, tersisa.18
Hadis dapat dikatakan sebagai atsar karena hadis adalah peninggalan Nabi
Muhammad.
Secara istilah, ulama ahli hadis berpendapat atsar adalah sinonim hadis,19
Sedangkan menurut ulama ushul fiqh atsar lebih umum daripada, sunnah dan
hadis. Ada yang berpendapat atsar sama dengan khabar yakni mencakup sejarah
baik yang terkait Nabi Muhammad ataupun selainnya. Ada pula yang
berpendapat atsar lebih umum daripada khabar. Hipotesa yang dapat diajukan
dari pendapat tersebut, argumen mereka adalah bahwa yang dapat juga
dikategorikan sebagai khabar adalah bukti-bukti dan situs sejarah.
Dari pengertian dan hubungan antara keempat istilah tersebut dapat diketahui
bahwa menurut ulama ahli hadis keempatnya adalah istilah yang sepadan. Sedangkan
menurut ulama ushul fiqh keempatnya saling berbeda dalam segi batasan atau
cakupannya. Hubungan keempat istilah tersebut, sesuai pendapat ulama ushul fiqh,
dapat dipetakan dengan bagan berikut:
Bagan pemetaan istilah hadis, sunnah, khabar dan atsar.
Bagan 2.1
18
Ajjaj al-Khathib, As-Sunnah, 28
19
Abdul Hayy dalam kitabnya Dzafrul Amani mengatakan bahwa pengertian khabar secara istilah
adalah riwayat yang datang dari Nabi Muhammad, sahabat atau tabi’in baik marfu’, mauquf atau maqhtu’ .
Hal serupa juga diungkapkan oleh Nawawi al-Bantani dalam Syarh Shahih Muslim-nya.
Atsar
Khabar
Sunnah
Hadis
9
C. Kategori Hadis Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan bentuknya, apa yang disandarkan kepada Nabi Muhammad ada
lima kategori, antara lain:
1. Hadis Qauli
Hadis qauli ialah segala yang disandarkan kepada Nabi Muhammad yang
berupa perkataan dan ucapan secara mutlak, baik yang memuat maksud syara’,
aqidah, akhlak, kisah, peristiwa, maupun yang lainnya.
Jika diperhatikan hadis qauli menggunakan dengan bentuk kalimat
langsung. Ada beberapa contoh hadis qauli dengan berbagai ragamnya. Salah satu
contoh hadis qauli adalah ucapan Nabi Muhammad memerintahkan untuk
mengerjakan shalat sebagaimana yang beliau lakukan, yang berbunyi:
ًِّ‫ل‬َ‫ص‬ُ ًِْ‫ن‬ ْ ُ‫م‬ُ‫ت‬ٌَْ َ‫ر‬ َ‫م‬َ‫ك‬ ْ ُّ‫ل‬َ‫ص‬(‫رى‬ ‫لبخ‬ ‫ه‬ ‫ر‬)20
‚Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat‛ (HR. Bukhori)
Hadis ini tidak penulis kategorikan dalam hadis fi’li, berbeda dengan
yang dinukil oleh Munzier Suprapta dalam bukunya, Ilmu Hadis. Hal ini
mengingat bahwa pemilahan ini adalah dalam kategori macam bentuk hadis dan
bukan kategori maksud syara’ yang dikandung oleh hadis. Maka dalam
pemilahannya, sebuah hadis seharusnya dipandang dari sudut ‚apa yang dalam
teks‛ dan bukan dengan sudut pandang ‚apa yang melingkupi teks‛.
Jika diamati dengan pendekatan ‚apa yang di dalam teks‛ atau kritik
matan, secara redaksi hadis di atas berbentuk kalimat perintah. Selain itu ia
menggunakan bentuk kalimat langsung. Maka dengan tegas kita dapat
mengatakan bahwa kalimat atau redaksi hadis diatas adalah sebuah penuturan
(qaul) seseorang kepada orang lain.
Adapun apabila didekati dengan ‚apa yang melingkupi teks‛, maka
redaksi diatas dapat termasuk hadis fi’li. Dengan argumen bahwa hadis itu
bermuatan perintah yang berhubungan dengan perbuatan Nabi.
20
Hadis nomor 631 dalam Shahih al-Bukhari
10
Namun jika kedua pendekatan itu digunakan secara bersamaan atau
tertuka, tentu membuat kategorisasi bentuk hadis ini menjadi rancu. Penulis
menawarkan jalan keluar dalam hal ini{{: hadis ini bisa dikatakan hadis qauli jika
dipilah berdasarkan kategori bentuk hadis, bisa juga dikatakan sebagai hadis fi’li
jika dikategorisasikan berdasarkan maqsud syara’.
Sebagaimana ketika ada seorang instruktur senam mengatakan ‚ikuti
gerakan saya!‛. Jika perintah instruktur senam tersebut dapat diibaratkan seolah
seperti hadis qauli, maka gerakan-gerakan senam yang dicontohkan oleh
instrukstur tersebut, baik yang dilakukan sebelum atau sesudah memberikan
perintah, adalah hadis fi’li.
Jadi perintah Rasulullah di atas adalah bentuk hadis qauli. Sedangkan
yang patut dikategorikan sebagai hadis fi’li dalam hal ini adalah riwayat yang
menjelaskan bagaimana shalatnya Rasulullah.
2. Hadis Fi’li
Hadis fi’li adalah segala yang disandarkan kepada Nabi Muhammad yang
berupa perbuatan. Dengan kata lain, yang dikategorikan hadis fi’li adalah hadis
yang berbentuk deskripsi sahabat tentang apa yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad.
Jika contoh hadis yang berisi peristiwa Rasulullah memerintahkan
sahabat mencontoh shalatnya diatas termasuk kategori hadis qauli, maka hadis
fi’li dari perintah tersebut adalah deskripsi sahabat mengenai cara shalat Nabi
Muhammad. Seperti penjelasan sahabat yang pernah menyaksikan Nabi
Muhammad melakukan shalat diatas kendaraan dalam hadis berikut:
ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ْ‫ت‬َ‫ه‬َّ‫ج‬ َ َ‫ت‬ َ‫م‬ ُ ٌَْ ِ‫ه‬ِ‫ت‬َ‫ل‬ِ َ‫ر‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ًّ‫ل‬َ‫ص‬ٌُ َ‫م‬ّ‫ل‬َ‫س‬ َ ِ‫ه‬ٌَْ‫ل‬َ‫ع‬ ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ًُّ‫ب‬ّ‫ن‬‫ل‬ َ‫ن‬ َ‫ك‬(‫رمذى‬ّ‫ت‬‫ل‬ ُ‫ه‬ َ َ‫ر‬)21
‚Nabi Muhammad shalat di atas tunggangannya, kemana saja tunggangannya itu
menghadap.‛ (HR. at-Tirmidzi)
Atau contoh lain yang memuat cara shalat Nabi Muhammad dalam hadis
berikut:
21
Hadis nomor 230 dalam Sunan at-Tirmidzi
11
‫ى‬‫ِب‬ ‫ِب‬ ‫ْي‬ ‫َك‬‫ل‬‫ِب‬‫ا‬‫ى‬‫ًة‬‫ال‬ ‫َك‬ ‫ى‬‫ِب‬‫ا‬ ‫َّن‬‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬‫َك‬ ‫َك‬ ‫ْي‬ ‫َك‬ ‫َك‬ ‫ى‬‫ِب‬‫ا‬ ‫َّن‬‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬ ‫َك‬ ‫َك‬ ‫ى‬‫ًة‬‫ال‬ ‫َك‬ ‫ى‬‫ِب‬‫ا‬ ‫َّن‬‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬ ‫َّن‬ ‫َك‬ ‫َك‬ ‫ى‬‫َك‬ ‫َّن‬ ‫َك‬ ‫َك‬ ‫ى‬‫ِب‬ ‫ْي‬ ‫َك‬ ‫َك‬ ‫ى‬ ‫َّن‬ ‫ى‬ ‫َّن‬ ‫َك‬ ‫ى‬‫ُّي‬ ‫ِب‬ ‫َّن‬‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬‫َك‬‫ا‬ ‫َك‬‫ى‬
(‫حمد‬ ‫هى‬ ‫ر‬)22
‚Nabi Muhammad adalah orang yang paling ringan dalam melakukan shalat
ketika bersama manusia (berjamaah). Namun paling panjang shalatnya bila
melakukannya sendirian.‛ (HR. Ahmad)
3. Hadis Taqriri
Secara bahasa, taqrir bermakna penetapan. Secara istilah, hadis taqriri
adalah hadis yang memuat ketetapan Rasulullah. Dengan pemahaman yang lain,
hadis taqriri adalah ketika Nabi Muhammad bersikap diam dan membiarkan
sahabat melakukan sesuatu yang dilihatnya atau yang diketahui, tidak
memerintahkan dan tidak mencegah.
Sebagai contoh hadis taqriri adalah sikap diam Nabi Muhammad ketika
terjadi perbedaan pemahaman sahabat mengenai ucapan beliau .
َ‫َل‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ َ‫ل‬ َ‫ق‬َ‫ف‬ ِ‫ٌق‬ ِ‫ر‬َّ‫لط‬ ًِ‫ف‬ ُ‫ر‬ْ‫ص‬َ‫ع‬ْ‫ل‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ َ‫ك‬َ‫ر‬ْ َ‫أ‬َ‫ف‬ َ‫ث‬َ‫ْظ‬ٌَ‫ر‬ُ‫ق‬ ًِ‫ن‬َ‫ب‬ ًِ‫ف‬ َّ‫َل‬ِ‫إ‬ َ‫ر‬ْ‫ص‬َ‫ع‬ْ‫ل‬ ٌ َ َ َّ‫ن‬ٌَِّ‫ل‬َ‫ص‬ٌُ َ‫َل‬
َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ ِ‫ه‬ٌَْ‫ل‬َ‫ع‬ ُ َّ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ًِِّ‫ب‬َّ‫ن‬‫ِل‬‫ل‬ َ‫ِر‬‫ك‬ُ‫ذ‬َ‫ف‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ َّ‫ن‬ِ‫م‬ ْ َ‫ُر‬ٌ ْ‫م‬َ‫ل‬ ًِّ‫ل‬َ‫ص‬ُ‫ن‬ ْ‫ل‬َ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ َ‫ل‬ َ‫ق‬ َ َ‫ه‬ٌَِ‫ت‬ْ‫أ‬َ‫ن‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ ًِّ‫ل‬َ‫ص‬ُ‫ن‬
ْ‫م‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ًد‬ ِ َ ْ ِّ‫ن‬َ‫ُع‬ٌ ْ‫م‬َ‫ل‬َ‫ف‬(‫رى‬ ‫لبخ‬ ‫ه‬ ‫ر‬)23
‚Janganlah salah seorang (di antara kamu) mengerjakan shalat Ashar, kecuali
(setelah sampai) di perkampungan Bani Quraizhah. Lalu sebagian mereka
mendapati (waktu) ‘Ashar di perjalanan. Sebagian mereka mengatakan, kita
tidak boleh shalat sehingga sampai di perkampungan, dan sebagian lainnya
mengatakan, tetapi kami shalat (dalam perjalanan), tidak ada di antara kami yang
membantah hal itu. Hal itu lalu dilaporkan kepada Nabi Muhammad, ternyata
beliau tidak menyalahkan seorang pun dari mereka‛. (HR. Bukhari)
Contoh hadis taqriri lainnya, tentang sikap Nabi Muhammad ketika
dalam sebuah perjalanan bersama beliau sebagaian sahabat berbuka dan sebagian
lain tetap berpuasa :
َ‫ر‬َ‫ط‬ْ‫ف‬ َ َ‫ن‬ُ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ َ‫م‬ َ‫ص‬َ‫ف‬ َ‫ن‬ َ‫ض‬‫م‬َ‫ر‬ ًِْ‫ف‬ ‫سلم‬ ‫علٌه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ِ‫ل‬ ْ ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ع‬َ‫م‬ َ‫ن‬ْ‫ر‬َ‫ف‬ ‫س‬ ‫ل‬ ‫ق‬ ‫نس‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬
ِ‫ِم‬‫ا‬ َّ‫ص‬‫ل‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ر‬ ِ‫ط‬ ُ‫م‬‫ل‬ ‫َل‬ َ ‫ر‬ ِ‫ط‬ْ ُ‫م‬‫ل‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫م‬ِ‫ا‬ َّ‫ص‬‫ل‬ ْ ِ‫ع‬ٌَ ْ‫م‬َ‫ل‬َ‫ف‬ َ‫ن‬ُ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬(‫مسلم‬ ‫ه‬ ‫ر‬)24
22
Hadis nomor 20.902 dalam Musnad Ahmad
23
Hadis nomor 4.119 dalam Shahih al-Bukhari
12
‚Dari Anas bin Malik, ia berkata: Kami bepergian bersama Rasul SAW pada
bulan Ramadlan. Di antara kami ada yang berbuka dan ada pula yang tetap
berpuasa. Yang berpuasa tidak mencela yang berbuka. Yang berbuka tidak
mencela yang berpuasa.‛ (HR. Muslim)
4. Hadis Hammi
Pengertian Hadis Hammi adalah hadis yang berupa keinginan Nabi
Muhammad yang belum terlaksana. Seperti hadis tentang keinginan Nabi
Muhammad untuk berpuasa pada tangal 9 bulan Asyura’. Dalam hadis yang
diriwayatkan oleh Ibnu Abbas disebutkan:
ٌ‫م‬ ْ ٌَ ُ‫ه‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ِ َّ‫هللا‬ َ‫ل‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ ٌَ ُ‫ل‬ َ‫ق‬ ِ‫ه‬ِ‫م‬ ٌَ ِ‫ص‬ِ‫ب‬ َ‫ن‬َ‫ر‬َ‫م‬َ َ َ‫ء‬ َ‫ر‬ ُ‫ش‬ َ‫ع‬ َ‫م‬ ْ ٌَ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ ِ‫ه‬ٌَْ‫ل‬َ‫ع‬ ُ َّ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ًُِّ‫ب‬َّ‫ن‬‫ل‬ َ‫م‬ َ‫ص‬
َ‫ن‬ْ‫ُم‬‫ص‬ ُ‫ل‬ِ‫ب‬ْ‫ق‬ُ‫م‬ْ‫ل‬ ُ‫م‬ َ‫ع‬ْ‫ل‬ َ‫ن‬ َ‫ك‬ َ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ ِ‫ه‬ٌَْ‫ل‬َ‫ع‬ ُ َّ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ َّ‫هللا‬ ُ‫ل‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ل‬ َ‫ق‬َ‫ف‬ ‫ى‬َ‫ر‬ َ‫ص‬َّ‫ن‬‫ل‬ َ ُ ُ‫ه‬ٌَْ‫ل‬ ُ‫ه‬ُ‫م‬ِّ‫ظ‬َ‫ع‬ُ‫ت‬
َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ ِ‫ه‬ٌَْ‫ل‬َ‫ع‬ ُ َّ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ َّ‫هللا‬ ُ‫ل‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ ًَِّ‫ف‬ ُ ُ‫ت‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ ُ‫ل‬ِ‫ب‬ْ‫ق‬ُ‫م‬ْ‫ل‬ ُ‫م‬ َ‫ع‬ْ‫ل‬ ِ‫ت‬ْ‫أ‬ٌَ ْ‫م‬َ‫ل‬َ‫ف‬ ِ‫ع‬ِ‫س‬ َّ‫ت‬‫ل‬ َ‫م‬ ْ ٌَ(‫ب‬ ‫ه‬ ‫ر‬
)25
“Nabi Muhammad berpuasa pada tanggal sepuluh muharam dan memerintah
kita untuk melakukannya. Kemudian shahabat bertanya: Wahai Rasulullah,
bukankah hari itu hari yang dimuliakan yahudi dan nashrani?. Kemudian
Rasulullah bersabda: Tahun depan kita akan melakukan puasa juga pada tanggal
sembilan muharram. Namun, ternyata tidak sampai tahun berikutnya beliau
wafat.” (HR. Abu Daud)
5. Hadis Ahwali
Yang dimaksud hadis ahwali ialah hadis yang berisi deskripsi sahabat
mengenai sifat dan kepribadian Nabi Muhammad. Diantara contoh hadis ahwali
adalah:
ِ‫ِن‬‫ا‬ َ‫ب‬ْ‫ل‬ ِ‫ٌل‬ِ َّ‫لط‬ ِ‫ب‬ َ‫ْس‬ٌَ‫ل‬ ‫ًد‬‫ق‬ْ‫ل‬َ‫خ‬ ُ‫ه‬َ‫ن‬َ‫س‬ْ َ َ ‫ًد‬‫ه‬ْ‫ج‬ َ ِ‫س‬ َّ‫ن‬‫ل‬ َ‫ن‬َ‫س‬ْ َ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ ِ‫ه‬ٌَْ‫ل‬َ‫ع‬ ُ َّ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ َّ‫هللا‬ ُ‫ل‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ن‬ َ‫ك‬
‫ٌر‬ ِ‫ص‬َ‫ق‬ْ‫ل‬ ِ‫ب‬ َ‫َل‬ َ
‚Rasulullah SAW adalah manusia memiliki sebaik-baik rupa dan tubuh. Kondisi
fisiknya, tidak tinggi dan tidak pendek ‛. (HR. Bukhari)
24
Shahih Muslim, juz II, 787
25
Hadis nomor 2089 dalam Sunan Abi Daud
13
D. Unsur-unsur Hadis
Dalam setiap riwayat hadis terdapat tiga unsur utama. Disini ketiga unsur
utama tersebut akan dijelaskan masing-masing pengertiannya dan kemudian
dipaparkan contohnya.
1. Sanad
Secara bahasa sanad merupakan bentuk mashdar berasal dari kata kerja
sanada - yasnudu artinya adalah bersandar dan sandaran, karena hadis bersandar
kepadanya.26
Sedangkan menurut istilah, beberapa ulama memberikan pengertian
yang berbeda. Diantara pengertian sanad secara istilah sebagai berikut:
a) Menurut Dzafar Ahmad al-Usmani dan Al-Badru bin Jama’ah, sanad adalah
jalan yang menyampaikan pada matan.27
b) Yang lain menyebutkan, sanad ialah silsilah orang-orang yang
menyambungkan sampai pada matan.28
c) Ulama lainnya memberikan pengertian, sanad adalah silsilah para perawi
yang menukil hadis dari sumbernya yang pertama.29
Dari pengertian-pengertian di atas, sanad adalah mata rantai atau silsilah
para perawi yang menukil matan hadis dari sumber pertamanya. Antara sanad
dan matan berkaitan erat. Matan menjadi kadungan utama materi hadis,
sedangkan sanad merupakan dasar penting mengetahui otentisitasnya.
Kata yang berkaitan dengan sanad adalah isnad, musnid dan musnad.
Istilah-istilah tersebut juga digunakan oleh ulama hadis dalam kajian hadis dan
ilmu hadis. Secara istilah ketiga kata tersebut memiliki pengertian masing-
masing.
Secara bahasa, isnad berasal dari kata kerja asnada, yusnidu Isnad artinya
adalah menyandarkan. Ulama hadis menggunakan sanad dan isnad dengan
pengertian yang sama. Sedangkan musnid adalah istilah yang digunakan untuk
menyebut orang yang menyandarkan atau rawi yang menjadi silsilah sampainya
26
Mahmud ath-Thahan, Tafsir Mushthala al-Hadis, (Beirut: Dar al-Qur’an al-Karim, 1979), 15
27
Ibn Lahif al-Usmani, Qawa’id, 26
28
Ath-Thahan, Tafsir, 15
29
Ajjaj al-Khathib, As-Sunnah, 28
14
matan. Adapun musnad bisa berarti hadis yang disandarkan kepada seseorang,
bisa juga berarti kitab hadis yang disusun berdasarkan nama perawi hadis.30
Sebagai tambahan, terkadang istilah sanad tidak hanya digunakan oleh
kalangan muhaddisin. Semisal dalam tradisi pesantren dan kalangan ulama salaf
yang ada di Indonesia, istilah sanad digunakan untuk menyebut mata rantai
keilmuan dan ketersambungan guru dan murid. Mata rantai tersebut berdasar
pada silsilah sesuai hubungan guru diatasnya hingga sampai ke Nabi Muhammad.
2. Matan
Kata ‚matan‛ secara bahasa artinya adalah tanah yang meninggi.
Sedangkan secara istilah, matan adalah suatu tempat berakhirnya sanad.31
Atau
dengan definisi lain, matan adalah inti atau materi dari suatu hadis.
3. Mukharrij
Mukharrij artinya adalah orang yang yang mengeluarkan. Secara istilah
Mukharrij sama dengan rawi atau perawi hadis yaitu orang yang menukil dan
menyampaikan hadis. Mukharrij disebut juga mudawwin, artinya orang yang
membukukan. Orang yang menerima hadis dan kemudian membukukan maka
dialah yang disebut mudawwin.
Supaya dapat lebih memahami ketiga unsur utama hadis tersebut, contohnya
dalam hadis berikut:
ِ َّ‫هللا‬ ِ ْ‫ب‬َ‫ع‬ ِ‫ْن‬‫ب‬ َ‫ة‬َ‫مْز‬َ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ٍ َ‫ه‬ِ‫ش‬ ِ‫ْن‬‫ب‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ٌ‫ل‬ٌَْ‫ق‬ُ‫ع‬ ًِ‫ن‬َ َّ َ َ‫ل‬ َ‫ق‬ ُ ٌَّْ‫ل‬‫ل‬ ًِ‫ن‬َ َّ َ َ‫ل‬ َ‫ق‬ ٍ‫ْر‬ٌَ ُ‫ع‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ُ ٌِ‫ع‬َ‫س‬ َ‫ن‬َ َّ َ
َ‫ل‬ َ‫ق‬ َ‫ر‬َ‫م‬ُ‫ع‬ َ‫ْن‬‫ب‬ َّ‫ن‬َ َ‫ر‬َ‫م‬ُ‫ع‬ ِ‫ْن‬‫ب‬َ‫ل‬ َ‫ق‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ ِ‫ه‬ٌَْ‫ل‬َ‫ع‬ ُ َّ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ َّ‫هللا‬ َ‫ل‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ ُ‫ت‬ْ‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬َ‫ن‬ٌَْ‫ب‬ِ‫َح‬ َ‫ق‬ِ‫ب‬ ُ‫ٌِت‬‫ت‬ُ ٌ‫م‬ِ‫ا‬ َ‫ن‬ َ‫ن‬َ
ُ‫ل‬ َ‫ق‬ ِ َّ‫ط‬ َ‫خ‬ْ‫ل‬ َ‫ْن‬‫ب‬ َ‫ر‬َ‫م‬ُ‫ع‬ ًِ‫ل‬ْ‫ض‬َ‫ف‬ ُ‫ْت‬ٌ َ‫ط‬ْ‫ع‬َ َّ‫م‬ُ ‫ي‬ِ‫ر‬ َ ْ‫ظ‬َ ًِ‫ف‬ ُ‫ج‬ُ‫ر‬ ْ‫خ‬ٌَ َّ‫ي‬ِّ‫لر‬ ‫ى‬َ‫ر‬َ َ‫َل‬ ًِّ‫ن‬ِ‫إ‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ ُ‫ْت‬‫ب‬ِ‫ر‬َ‫ش‬َ‫ف‬ ٍ‫ن‬َ‫ب‬َ‫ل‬
َ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬ َ‫ل‬ َ‫ق‬ ِ َّ‫هللا‬ َ‫ل‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ ٌَ ُ‫ه‬َ‫ت‬ْ‫ل‬ َّ َ َ‫م‬َ‫ف‬..‫ه‬ ‫ر‬‫البخارى‬
Dalam hadis diatas, yang dimaksud sanad adalah yang bergaris bawah.
Sedangkan matannya adalah yang tercetak miring. Adapun mukharrij atau perawinya
adalah yang tercetak tebal, yakni al- Bukhari.
30
Ath-Thahan, Tafsir, 16
31
Ibid., 16
15
E. Antara Hadis, Sunnah dan Bid’ah
Pembahasan dalam sub bab ini tersaji dalam bagian yang terpisah, meskipun
sebenarnya termasuk dalam pembahasan ragam definisi hadis menurut segolongan
ulama. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan fokus yang lebih tune-in dalam
pembahasannya.
Sebelum lebih jauh, dalam pembahasan ini lebih awal diulas kembali
pengertian tiga kata diatas dari segi bahasa. Berdasarkan pembahasan etimologis
yang telah diungkapkan di bagan awal makalah, hadis secara bahasa berarti sesuatu
yang ada setelah sebelumnya tidak ada (peristiwa) dan bersifat lunak. Sedangkan
sunnah memiliki arti suatu jalan, kebiasan atau tradisi.
Adapun bid’ah secara bahasa memiliki arti, yang berdekatan dengan kata
hadis, yaitu sesuatu yang baru pertama kali, tidak ada sebelumnya dan tidak ada
contohnya. Dikatakan berdekatan yakni sama-sama bermakna sesuatu yang baru.
Dalam hadis Nabi Muhammad berikut yang dimaksudkan sebagai bid’ah
diredaksikan dengan kata ‚muhdatsat‛, yang masih berakar dari kata ‚hadatsa‛.
‫ل‬ ‫ق‬ ‫هللا‬ ‫ل‬ ‫رس‬ ‫ن‬ ‫هللا‬ ‫عب‬ ‫بن‬ ‫بر‬ ‫ج‬ ‫عن‬:‫ي‬ ‫ه‬ ‫ي‬ ‫له‬ ‫خٌر‬ ‫هللا‬ ‫كت‬ ٌ ‫ل‬ ‫خٌر‬ ‫فإن‬ ‫بع‬ ‫م‬
‫ضاللث‬ ‫عث‬ ‫ب‬ ‫كل‬ ‫ته‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫َلم‬ ‫شر‬ ‫م‬ ‫م‬(‫مسلم‬ ‫ه‬ ‫ر‬)32
‚Dari Jabir bin Abdillah rodhiallahu’anhu bahwasannya Rasulullah
shollallahu’alaihiwasallam bersabda: ‚Amma ba’du: sesungguhnya sebaik-baik
perkataan ialah kitab Allah (Al Qur’an) dan sebaik-baik petunjuk ialah petunjuk
Nabi Muhammad shollallahu’alaihiwasallam, dan sejelek-jelek urusan ialah urusan
yang diada-adakan, dan setiap bid’ah ialah sesat‛. (HR Muslim)
Akan tetapi jika dibedakan, maka keduanya dapat dikatakan dengan
pembahasaan yang lain. Hadis dkatakan sebagai kreasi, sedangkan bid’ah adalah
inovasi, dalam hal menciptakan sesuatu yang baru. Kreasi dan inovasi keduanya
sama-sama berarti sesuatu yang baru, namun inovasi lebih menonjol dalam tingkat
‚daya berbeda‛nya,.
32
Shahih Muslim, juz II, 592
16
Adapun golongan ulama yang dimaksud diatas adalah ulama mau’idhah.
Mereka memberikan pengertian terhadap istilah sunnah dengan definisi ‚sesuatu
yang menjadi lawan bid’ah‛.33
Atau menurut pendapat yang lain, bid’ah secara istilah adalah segala sesuatu
yang baru yang dibuat manusia, baik berupa perkataan atau perbuatan dalam agama
dan syi’ar-syi’arnya yang tidak ada contohnya dari Nabi atau para sahabat.
Argumen yang digunakan untuk menguatkan pendapat mereka adalah hadis
berikut:
‫ٌّد‬ َ‫ر‬ ‫ه‬َ‫ف‬ ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ْس‬ٌَ‫ل‬ َ‫م‬ ‫هذ‬ ‫ن‬ ِ‫مْر‬ ‫فى‬ َ ْ ْ‫ن‬َ‫م‬
‚Barang siapa yang membuat yang baru dalam perkaraku ini (agama) yang tidak
daripadanya maka tertolak‛.
Dalam persoalan ini perlu diperhatikan bahwa hadis tentang muhdasat dan
bid’ah diatas membatasi bid’ah dalam hal agama. Di dalam urusan agama mencakup
dua hubungan, yakni hubungan vertikal (antara manusia dengan Allah) dan
horizontal (antara manusia dengan manusia lain). Atau dengan istilah lain ibadah dan
ubudiyyah. Ibadah tentang suatu hubungan ketuhanan sedangkan ubudiyyah tentang
hubungan kemanusiaan.
Di dalam urusan ibadah, ketentuan yang sudah dituntun oleh Rasulullah
suudah tidak dapat diganggu gugat. Seperti shalat wajib sehari semalam ada lima
waktu, puasa yang wajib adalah di bulan Ramadhan dan lain sebagainya.
Sedangkan dalam urusan ubudiyyah, Rasulullah memberikan kebebasan.
Sebagaimana ketika ucapan Nabi Muhammad ‚kalian lebih paham tentang urusan
dunia kalian‛ yang dikatakan kepada seorang tukang kebun kurma. Hadis ini
memberikan gambaran bahwa dalam hal tradisi bersikap demokratis. Bahkan dalam
tradisi tersebut kreasi dan inovasi diterapkan sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan zaman.
33
Adil Muhammad Darwisy, Nadzharat fi as-Sunnah wa ‘Ulum al-Hadis (Jakarta: Kulliyat Dirasah al-
Ulya Pascasarjana UIN, 1998), 11
17
Sebagai contoh, ketika seseorang melakukan shalat dengan pakaian
bersarung. Meskipun tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah, tetapi hal itu tidak
dapat dikatakan sebagai bid’ah. Karena yang termasuk kategori ibadah adalah shalat
itu sendiri, sedangkan soal pakaian apa yang dikenakan adalah kategori ubudiyyah.
Sebaliknya, jika seseorang shalat dengan berpakain jubah, bahkan ia yakin
bahwa jubah yang dikenakannya sangat mirip dengan yang digunakan oleh
Rasulullah, akan tetapi ia melakukan shalat dengan menghadap ke arah yang
membelakangi kiblat, maka ia telah melakukan bid’ah.
Perbedaan cara memahami maqsud syara’ suatu ayat ataupun hadis juga dapat
menjadi latar belakang munculnya anggapan bid’ah. Dalam kenyataanya masih ada
kalangan yang dengan mudah menuduh kalangan lain dengan tuduhan telah membuat
atau melakukan bid’ah.
18
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Hadis secara bahasa artinya adalah kabar, informasi, pembicaraan dan sesatu yang
baru. Sedangkan secara istilah, menurut ulama hadis, adalah segala hal yang
disandarkan kepada Nabi Muhammad, para sahabat dan tabi’in baik berupa
perkatan, perbuatan, penetapan dan hal ihwal Nabi Muhammad. Adapun ‘ulama
ushul fiqh membatasi hadis pada yang memiliki maqsud syara’ saja.
2. Menurut ulama ahli hadis antara istilah hadis, sunnah, khabar dan atsar adalah
sepadan. Sedangkan menurut ulama ushul fiqh, istilah hadis terkhusus pada
perkataan Nabi, dan sunnah lebih umum darinya yakni mencakup semua perkataan,
perbuatan dan hal ihwal Nabi, yang keduanya terbatas pada yang memiliki tujuan
syara’. Adapun khabar menurut ulama ushul fiqh mencakup apa yang berkaitan
dengan Nabi dan yang selainnya, seperti berita umat terdahulu. Menurut mereka
atsar lebih umum dari khabar.
3. Ada lima macam bentuk hadis:
a. Hadis Qauli : Memuat ucapan atau perkataan Nabi
b. Hadis Fi’li : Memuat perbuatan Nabi
c. Hadis Taqriri : Memuat sikap diam Nabi
d. Hadis Hammi : Memuat keinginan Nabi yang belum terlaksana
e. Hadis Ahwali : Memuat sifat dan kepribadian Nabi
4. Unsur utama hadis ada tiga:
a. Sanad : Mata rantai periwayatan berisi nama-nama perawi
b. Matan : Materi atau kandungan yang dimuat oleh hadis
c. Mukharrij : Perawi, Mudawwin (orang yang membukukan hadis)
5. Antara kata hadis dan bid’ah berdekatan. Karena istilah bid’ah dimunculkan dari
kata ‚muhdasat‛ yang terdapat dalam salah satu hadis. Kata muhdasat itu sendri
berasal dari akar kata ‚hadatsa‛. Istilah bid’ah digunakan untuk mengatakan
sesuatu yang selain sunnah.
19
DAFTAR PUSTAKA
Abu Daud, Sunan Abi Daud
Ahmad, Musnad Ahmad
Ahmad, Muhammad dan M. Mudzakir, Ulumul Hadits, Jakarta : Amzah, 2015
Bukhari (al),Shahih al-Bukhari
Darwisy, Adil Muhammad, Nadzharat fi as-Sunnah wa ‘Ulum al-Hadis Jakarta:
Kulliyat Dirasah al-Ulya Pascasarjana UIN, 1998
Hasyim, Ahmad Umar, As-Sunnah an-Nabawiyyah wa-Ahkamuha. Kairo: Maktabah
Gharib, t.t.
Ibn Faris, Abu al-Husain Ahmad, Maqa>yis al-Lughah, Juz II, Beirut: Darul Fikr, t.t.
Khatib (al), Muhammad Ajjaj, As-Sunnah Qabla at-Tadwin, Beirut: Dar al-Fikr,
1997
Manzhu>r , Ibn, Lisa>n al-‘Arab, Mesir: Dar Al-Mishriiyah, t.t.
Muslim, Shahih Muslim, juz II
Siba’I (as), Mushthafa, As-Sunnah wa Makanatuha fi at-Tasyri’ al-Islami, Kairo: Dar
as-Salam, 1998
Thahan (ath), Mahmud, Tafsir Mushthala al-Hadis, Beirut: Dar al-Qur’an al-Karim,
1979
Tirmidzi (at), Sunan at-Tirmidzi
Tirmisi (al) Muhammad Mahfudz ibn Abdillah, Manhaj Dzawi an-Nadzar. Jeddah:
Al-Haramain 1974
Usmani (al), Dzafar Ahmad ibn Lathif, Qawa’id fi< Ulu>m al-Hadi<s, Kairo: Dar As-
Salam, 2000

More Related Content

What's hot

Pengantar ilmu tafsir
Pengantar ilmu tafsirPengantar ilmu tafsir
Pengantar ilmu tafsiradinc_26
 
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'ifHadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'ifAzzahra Azzahra
 
Abu bakar as shidiq
Abu bakar as shidiqAbu bakar as shidiq
Abu bakar as shidiqArie Purnama
 
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabihMarhamah Saleh
 
penghimpun dan pembukuan al quraan
penghimpun dan pembukuan al quraanpenghimpun dan pembukuan al quraan
penghimpun dan pembukuan al quraanKeonk Hawk
 
Kodifikasi al qur an
Kodifikasi al qur anKodifikasi al qur an
Kodifikasi al qur an51yadi
 
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir TerkenalPara Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir TerkenalRatih Aini
 
Perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW. Periode Mekkah
Perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW. Periode MekkahPerkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW. Periode Mekkah
Perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW. Periode Mekkahbulan purnama
 
Makalah Sejarah Peradaban Islam Periode Nabi Saw.
Makalah Sejarah Peradaban Islam Periode Nabi Saw.Makalah Sejarah Peradaban Islam Periode Nabi Saw.
Makalah Sejarah Peradaban Islam Periode Nabi Saw.PAUSIL ABU
 
Tarikh tasyrik 2
Tarikh tasyrik 2Tarikh tasyrik 2
Tarikh tasyrik 2mas karebet
 
Bab 5 perkembangan islam pada masa daulah bani umayyah di damaskus
Bab 5 perkembangan islam pada masa daulah bani umayyah di damaskusBab 5 perkembangan islam pada masa daulah bani umayyah di damaskus
Bab 5 perkembangan islam pada masa daulah bani umayyah di damaskushadisukmo
 
Presentasi Pengantar Masail Fiqhiyah
Presentasi Pengantar Masail FiqhiyahPresentasi Pengantar Masail Fiqhiyah
Presentasi Pengantar Masail FiqhiyahMarhamah Saleh
 
ppt ilmu dakwah new.pptx
ppt ilmu dakwah new.pptxppt ilmu dakwah new.pptx
ppt ilmu dakwah new.pptxIstikomah74
 
Lahirnya Dinasti Bani Umayyah di Damaskus
Lahirnya Dinasti Bani Umayyah di DamaskusLahirnya Dinasti Bani Umayyah di Damaskus
Lahirnya Dinasti Bani Umayyah di DamaskusNSS Slide
 
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARITAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARIarfian kurniawan
 
Dakwah rasulullah periode mekah
Dakwah rasulullah periode mekah Dakwah rasulullah periode mekah
Dakwah rasulullah periode mekah Amrmer
 
Sejarah peradaban islam Masa Bani Abbasiyah
Sejarah peradaban islam Masa Bani AbbasiyahSejarah peradaban islam Masa Bani Abbasiyah
Sejarah peradaban islam Masa Bani AbbasiyahMahad Alzaytun
 

What's hot (20)

Pengantar ilmu tafsir
Pengantar ilmu tafsirPengantar ilmu tafsir
Pengantar ilmu tafsir
 
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'ifHadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if
 
Abu bakar as shidiq
Abu bakar as shidiqAbu bakar as shidiq
Abu bakar as shidiq
 
Arab Pra Islam
Arab Pra IslamArab Pra Islam
Arab Pra Islam
 
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
4. mujmal, mubayyan, musykil, mutasyabih
 
penghimpun dan pembukuan al quraan
penghimpun dan pembukuan al quraanpenghimpun dan pembukuan al quraan
penghimpun dan pembukuan al quraan
 
Kodifikasi al qur an
Kodifikasi al qur anKodifikasi al qur an
Kodifikasi al qur an
 
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir TerkenalPara Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
Para Mufassirun dan Kitab Tafsir Terkenal
 
Perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW. Periode Mekkah
Perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW. Periode MekkahPerkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW. Periode Mekkah
Perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW. Periode Mekkah
 
Makalah ijaz alquran
Makalah ijaz alquranMakalah ijaz alquran
Makalah ijaz alquran
 
Makalah Sejarah Peradaban Islam Periode Nabi Saw.
Makalah Sejarah Peradaban Islam Periode Nabi Saw.Makalah Sejarah Peradaban Islam Periode Nabi Saw.
Makalah Sejarah Peradaban Islam Periode Nabi Saw.
 
Tarikh tasyrik 2
Tarikh tasyrik 2Tarikh tasyrik 2
Tarikh tasyrik 2
 
Bab 5 perkembangan islam pada masa daulah bani umayyah di damaskus
Bab 5 perkembangan islam pada masa daulah bani umayyah di damaskusBab 5 perkembangan islam pada masa daulah bani umayyah di damaskus
Bab 5 perkembangan islam pada masa daulah bani umayyah di damaskus
 
Presentasi Pengantar Masail Fiqhiyah
Presentasi Pengantar Masail FiqhiyahPresentasi Pengantar Masail Fiqhiyah
Presentasi Pengantar Masail Fiqhiyah
 
ppt ilmu dakwah new.pptx
ppt ilmu dakwah new.pptxppt ilmu dakwah new.pptx
ppt ilmu dakwah new.pptx
 
Lahirnya Dinasti Bani Umayyah di Damaskus
Lahirnya Dinasti Bani Umayyah di DamaskusLahirnya Dinasti Bani Umayyah di Damaskus
Lahirnya Dinasti Bani Umayyah di Damaskus
 
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARITAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
 
Dakwah rasulullah periode mekah
Dakwah rasulullah periode mekah Dakwah rasulullah periode mekah
Dakwah rasulullah periode mekah
 
Saidina Abu hurairah
Saidina Abu hurairah Saidina Abu hurairah
Saidina Abu hurairah
 
Sejarah peradaban islam Masa Bani Abbasiyah
Sejarah peradaban islam Masa Bani AbbasiyahSejarah peradaban islam Masa Bani Abbasiyah
Sejarah peradaban islam Masa Bani Abbasiyah
 

Similar to Kajian Hadis

HADITS, SUNNAH, KHABAR DAN ATSAR SERTA KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADITS
HADITS, SUNNAH, KHABAR DAN ATSAR SERTA KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADITSHADITS, SUNNAH, KHABAR DAN ATSAR SERTA KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADITS
HADITS, SUNNAH, KHABAR DAN ATSAR SERTA KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADITSMuhammad Rizaki
 
Studi hadist kelompok 1
Studi hadist kelompok 1Studi hadist kelompok 1
Studi hadist kelompok 1NaufalAbyan5
 
Bab v-sumber-hukum-islam
Bab v-sumber-hukum-islamBab v-sumber-hukum-islam
Bab v-sumber-hukum-islamharis budi
 
5 sumber hukum islam-5
5 sumber hukum islam-55 sumber hukum islam-5
5 sumber hukum islam-5adulcharli
 
Makalah Sanad, Matan dan Rawi Hadist.docx
Makalah Sanad, Matan dan Rawi Hadist.docxMakalah Sanad, Matan dan Rawi Hadist.docx
Makalah Sanad, Matan dan Rawi Hadist.docxZuketCreationOfficia
 
Pai smk kelas 10 smt 2 - p1
Pai smk kelas 10   smt 2 - p1Pai smk kelas 10   smt 2 - p1
Pai smk kelas 10 smt 2 - p1Lili Rohily
 
HADIST ATAU SUNNAH SEBAGI HUKUM ISLAM KEDUA.pptx
HADIST ATAU SUNNAH SEBAGI HUKUM ISLAM KEDUA.pptxHADIST ATAU SUNNAH SEBAGI HUKUM ISLAM KEDUA.pptx
HADIST ATAU SUNNAH SEBAGI HUKUM ISLAM KEDUA.pptxFachrum1
 
sumber hukum islam.ppt
sumber hukum islam.pptsumber hukum islam.ppt
sumber hukum islam.pptDaifanFadilah
 
Tugasan ulum al hadith absh 2103 mohd jabidi bin abdul kadir
Tugasan ulum al hadith absh 2103 mohd jabidi bin abdul kadirTugasan ulum al hadith absh 2103 mohd jabidi bin abdul kadir
Tugasan ulum al hadith absh 2103 mohd jabidi bin abdul kadirNorafsah Awang Kati
 
Terjemah mushtholah-hadits-word
Terjemah mushtholah-hadits-wordTerjemah mushtholah-hadits-word
Terjemah mushtholah-hadits-wordUmantiq Smakt
 
Sumber Hukum Islam dan Metode Beritjihad.pdf
Sumber Hukum Islam dan Metode Beritjihad.pdfSumber Hukum Islam dan Metode Beritjihad.pdf
Sumber Hukum Islam dan Metode Beritjihad.pdfliondian
 
ppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptx
ppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptxppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptx
ppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptxNunuNurhayati3
 

Similar to Kajian Hadis (20)

HADITS, SUNNAH, KHABAR DAN ATSAR SERTA KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADITS
HADITS, SUNNAH, KHABAR DAN ATSAR SERTA KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADITSHADITS, SUNNAH, KHABAR DAN ATSAR SERTA KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADITS
HADITS, SUNNAH, KHABAR DAN ATSAR SERTA KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADITS
 
Studi hadist kelompok 1
Studi hadist kelompok 1Studi hadist kelompok 1
Studi hadist kelompok 1
 
Bab v-sumber-hukum-islam
Bab v-sumber-hukum-islamBab v-sumber-hukum-islam
Bab v-sumber-hukum-islam
 
5 sumber hukum islam-5
5 sumber hukum islam-55 sumber hukum islam-5
5 sumber hukum islam-5
 
Pertemuan 3 [compatibility mode]
Pertemuan 3 [compatibility mode]Pertemuan 3 [compatibility mode]
Pertemuan 3 [compatibility mode]
 
Silabus kurikulum 2013
Silabus kurikulum 2013Silabus kurikulum 2013
Silabus kurikulum 2013
 
Makalah Sanad, Matan dan Rawi Hadist.docx
Makalah Sanad, Matan dan Rawi Hadist.docxMakalah Sanad, Matan dan Rawi Hadist.docx
Makalah Sanad, Matan dan Rawi Hadist.docx
 
Pai smk kelas 10 smt 2 - p1
Pai smk kelas 10   smt 2 - p1Pai smk kelas 10   smt 2 - p1
Pai smk kelas 10 smt 2 - p1
 
HADIST ATAU SUNNAH SEBAGI HUKUM ISLAM KEDUA.pptx
HADIST ATAU SUNNAH SEBAGI HUKUM ISLAM KEDUA.pptxHADIST ATAU SUNNAH SEBAGI HUKUM ISLAM KEDUA.pptx
HADIST ATAU SUNNAH SEBAGI HUKUM ISLAM KEDUA.pptx
 
Syariah,fikih dan hukum islam
Syariah,fikih dan hukum islamSyariah,fikih dan hukum islam
Syariah,fikih dan hukum islam
 
sumber hukum islam.ppt
sumber hukum islam.pptsumber hukum islam.ppt
sumber hukum islam.ppt
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Tugasan ulum al hadith absh 2103 mohd jabidi bin abdul kadir
Tugasan ulum al hadith absh 2103 mohd jabidi bin abdul kadirTugasan ulum al hadith absh 2103 mohd jabidi bin abdul kadir
Tugasan ulum al hadith absh 2103 mohd jabidi bin abdul kadir
 
Sumber Ajaran Agama Islam
Sumber Ajaran Agama IslamSumber Ajaran Agama Islam
Sumber Ajaran Agama Islam
 
TUGAS-2 HADIS TEMATIK DAKWAH OLEH Efrilia Dewi. SM IV KPI-C FDK UINSU 2019/2020
TUGAS-2 HADIS TEMATIK DAKWAH  OLEH Efrilia Dewi. SM IV KPI-C FDK UINSU 2019/2020TUGAS-2 HADIS TEMATIK DAKWAH  OLEH Efrilia Dewi. SM IV KPI-C FDK UINSU 2019/2020
TUGAS-2 HADIS TEMATIK DAKWAH OLEH Efrilia Dewi. SM IV KPI-C FDK UINSU 2019/2020
 
Terjemah mushtholah-hadits-word
Terjemah mushtholah-hadits-wordTerjemah mushtholah-hadits-word
Terjemah mushtholah-hadits-word
 
Sumber Hukum Islam dan Metode Beritjihad.pdf
Sumber Hukum Islam dan Metode Beritjihad.pdfSumber Hukum Islam dan Metode Beritjihad.pdf
Sumber Hukum Islam dan Metode Beritjihad.pdf
 
Dokumen.pdf
Dokumen.pdfDokumen.pdf
Dokumen.pdf
 
ppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptx
ppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptxppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptx
ppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptx
 
Bab 4
Bab 4Bab 4
Bab 4
 

More from Maghfur Amien

Peradaban Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah Kedua
Peradaban Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah KeduaPeradaban Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah Kedua
Peradaban Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah KeduaMaghfur Amien
 
I'jaz al qur'an (muhammad maghfur amin)
I'jaz al qur'an (muhammad maghfur amin)I'jaz al qur'an (muhammad maghfur amin)
I'jaz al qur'an (muhammad maghfur amin)Maghfur Amien
 
Hermeneutika dan Penerapannya dalam Penafsiran Al-Qur'an (Konteks ke-Indonesi...
Hermeneutika dan Penerapannya dalam Penafsiran Al-Qur'an (Konteks ke-Indonesi...Hermeneutika dan Penerapannya dalam Penafsiran Al-Qur'an (Konteks ke-Indonesi...
Hermeneutika dan Penerapannya dalam Penafsiran Al-Qur'an (Konteks ke-Indonesi...Maghfur Amien
 
Dinamika Tafsir Al-Qur'an Masa Ulama Mutaqaddimin
Dinamika Tafsir Al-Qur'an Masa Ulama Mutaqaddimin Dinamika Tafsir Al-Qur'an Masa Ulama Mutaqaddimin
Dinamika Tafsir Al-Qur'an Masa Ulama Mutaqaddimin Maghfur Amien
 
Antologi puisi egois maghfur amien
Antologi puisi egois maghfur amienAntologi puisi egois maghfur amien
Antologi puisi egois maghfur amienMaghfur Amien
 
Antologi Puisi Egois Maghfur Amien
Antologi Puisi Egois Maghfur AmienAntologi Puisi Egois Maghfur Amien
Antologi Puisi Egois Maghfur AmienMaghfur Amien
 
OPINI "Mekanisme Pertahanan Diri"
OPINI "Mekanisme Pertahanan Diri"OPINI "Mekanisme Pertahanan Diri"
OPINI "Mekanisme Pertahanan Diri"Maghfur Amien
 
SEJARAH Danau Baikal, Tulang Rusuk Adam AS.?
SEJARAH Danau Baikal, Tulang Rusuk Adam AS.?SEJARAH Danau Baikal, Tulang Rusuk Adam AS.?
SEJARAH Danau Baikal, Tulang Rusuk Adam AS.?Maghfur Amien
 
CERPEN Aroma Rindu Yerussalem
CERPEN Aroma Rindu YerussalemCERPEN Aroma Rindu Yerussalem
CERPEN Aroma Rindu YerussalemMaghfur Amien
 
مصحف القيام
مصحف القياممصحف القيام
مصحف القيامMaghfur Amien
 
CERPEN "Xanthippe si mar"
CERPEN "Xanthippe si mar"CERPEN "Xanthippe si mar"
CERPEN "Xanthippe si mar"Maghfur Amien
 
PUISI "antologi Maghfur Amien"
PUISI "antologi Maghfur Amien"PUISI "antologi Maghfur Amien"
PUISI "antologi Maghfur Amien"Maghfur Amien
 
SKRIP "penemu malam, panggung penari"
SKRIP "penemu malam, panggung penari" SKRIP "penemu malam, panggung penari"
SKRIP "penemu malam, panggung penari" Maghfur Amien
 
PENELITIAN "hadits khamr"
PENELITIAN "hadits khamr"PENELITIAN "hadits khamr"
PENELITIAN "hadits khamr"Maghfur Amien
 
CERPEN "tutur tinular"
CERPEN "tutur tinular"CERPEN "tutur tinular"
CERPEN "tutur tinular"Maghfur Amien
 
CERPEN "mustawa tsaqalain"
CERPEN "mustawa tsaqalain"CERPEN "mustawa tsaqalain"
CERPEN "mustawa tsaqalain"Maghfur Amien
 
CERMIN "kekasih rembulan"
CERMIN "kekasih rembulan"CERMIN "kekasih rembulan"
CERMIN "kekasih rembulan"Maghfur Amien
 

More from Maghfur Amien (20)

Peradaban Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah Kedua
Peradaban Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah KeduaPeradaban Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah Kedua
Peradaban Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah Kedua
 
I'jaz al qur'an (muhammad maghfur amin)
I'jaz al qur'an (muhammad maghfur amin)I'jaz al qur'an (muhammad maghfur amin)
I'jaz al qur'an (muhammad maghfur amin)
 
Hermeneutika dan Penerapannya dalam Penafsiran Al-Qur'an (Konteks ke-Indonesi...
Hermeneutika dan Penerapannya dalam Penafsiran Al-Qur'an (Konteks ke-Indonesi...Hermeneutika dan Penerapannya dalam Penafsiran Al-Qur'an (Konteks ke-Indonesi...
Hermeneutika dan Penerapannya dalam Penafsiran Al-Qur'an (Konteks ke-Indonesi...
 
Dinamika Tafsir Al-Qur'an Masa Ulama Mutaqaddimin
Dinamika Tafsir Al-Qur'an Masa Ulama Mutaqaddimin Dinamika Tafsir Al-Qur'an Masa Ulama Mutaqaddimin
Dinamika Tafsir Al-Qur'an Masa Ulama Mutaqaddimin
 
Antologi puisi egois maghfur amien
Antologi puisi egois maghfur amienAntologi puisi egois maghfur amien
Antologi puisi egois maghfur amien
 
Antologi Puisi Egois Maghfur Amien
Antologi Puisi Egois Maghfur AmienAntologi Puisi Egois Maghfur Amien
Antologi Puisi Egois Maghfur Amien
 
OPINI "Mekanisme Pertahanan Diri"
OPINI "Mekanisme Pertahanan Diri"OPINI "Mekanisme Pertahanan Diri"
OPINI "Mekanisme Pertahanan Diri"
 
SEJARAH Danau Baikal, Tulang Rusuk Adam AS.?
SEJARAH Danau Baikal, Tulang Rusuk Adam AS.?SEJARAH Danau Baikal, Tulang Rusuk Adam AS.?
SEJARAH Danau Baikal, Tulang Rusuk Adam AS.?
 
PUISI Lima lorong
PUISI Lima lorongPUISI Lima lorong
PUISI Lima lorong
 
CERPEN Aroma Rindu Yerussalem
CERPEN Aroma Rindu YerussalemCERPEN Aroma Rindu Yerussalem
CERPEN Aroma Rindu Yerussalem
 
مصحف القيام
مصحف القياممصحف القيام
مصحف القيام
 
CERPEN "Xanthippe si mar"
CERPEN "Xanthippe si mar"CERPEN "Xanthippe si mar"
CERPEN "Xanthippe si mar"
 
PUISI "antologi Maghfur Amien"
PUISI "antologi Maghfur Amien"PUISI "antologi Maghfur Amien"
PUISI "antologi Maghfur Amien"
 
SKRIP "penemu malam, panggung penari"
SKRIP "penemu malam, panggung penari" SKRIP "penemu malam, panggung penari"
SKRIP "penemu malam, panggung penari"
 
PUISI "prodeo"
PUISI "prodeo"PUISI "prodeo"
PUISI "prodeo"
 
PENELITIAN "hadits khamr"
PENELITIAN "hadits khamr"PENELITIAN "hadits khamr"
PENELITIAN "hadits khamr"
 
CERPEN "tutur tinular"
CERPEN "tutur tinular"CERPEN "tutur tinular"
CERPEN "tutur tinular"
 
CERPEN "mustawa tsaqalain"
CERPEN "mustawa tsaqalain"CERPEN "mustawa tsaqalain"
CERPEN "mustawa tsaqalain"
 
CERMIN "kekasih rembulan"
CERMIN "kekasih rembulan"CERMIN "kekasih rembulan"
CERMIN "kekasih rembulan"
 
CERPEN "koprol"
CERPEN "koprol"CERPEN "koprol"
CERPEN "koprol"
 

Recently uploaded

AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfwalidumar
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxmuhammadkausar1201
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
 

Kajian Hadis

  • 1. KAJIAN SEPUTAR ISTILAH HADIS DAN YANG BERKAITAN DENGANNYA MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Hadis Oleh Muhammad Maghfur Amin NIM. F12518226 Dosen Pengampu: Dr. H. Abdus Salam Nawawi, M. Ag ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2018
  • 2. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hadis merupakan dasar ajaran Islam. Salah satu fungsi hadis adalah menjadi penjelas bagi al-Qur’an.1 Kedudukannya disepakati umat Islam sebagai sumber hukum Islam ke-2 setelah al-Qur’an.2 Ia juga dipandang sebagai sumber pengetahuan yang seyogyanya dipelajari dan diimplementasikan sebagai jalan hidup setiap muslim.3 Tanpa henti ulama terus menghidupkan kajian hadis dan ilmu hadis. Pengertian dan ruang lingkup istilah-istilah dalam kajian hadis dan ilmu hadis dirumuskan dengan teliti. Akan tetapi perbedaan adalah hal yang sulit dihindarkan. Tidak terkecuali dalam kajian hadis dan ilmu hadis. Semisal dalam pengertian istilah hadis, sunnah, khabar dan atsar. Pada keempat istilah tersebut, terbuka ruang perdebatan mengenai batasan serta ruang lingkupnya. Oleh karena itu definisi yang dihasilkan pun saling berbeda diantara pada ulama. Sikap dalam pengambilan (resepsi) hadis pun berbeda-beda. Jika resepsi terhadap hadis diibaratkan sebagai sebuah bahan baku masakan maka setidaknya ada tiga pola resepsi. Pertama, menyikapi dengan berperan sebagai pengumpul bahan utama yang diperlukan untuk dimasak. Ini adalah kalangan ulama ahli hadis dan tekstualis. Kedua, bersikap sebagai koki atau pemasak bahan utama dimana bahan itu harus dimasakan untuk menghasilkan masakan yang siap disajikan. Pola kedua ini adalah kalangan ushuliyyin dan substansialis. Ketiga, merespsi hadis sebagai bahan utama yang tersedia namun dianggap kurang lengkap untuk menghasilkan masakan yang mereka inginkan. Oleh kaena itu mereka menambahkan bahan lain. Bahkan bahan tambahan itupun dipaksakan agar diakui (dianggap) sebagai bahan utama. Yang terakhir ini adalah kalangan pembuat hadis palsu. 1 Muhammad Ahmad dan M. Mudzakir, Ulumul Hadits, (Jakarta : Amzah, 2015), hal 1 2 Hal ini didasarkan pada al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 132 yang memuat perintah mentaati Allah dan Rasul-Nya 3 Sebagaimana dalam hadis Nabi Muhammad saw. Bersabda bahwa beliau meninggalkan
  • 3. 3 Kalangan dengan tipe resepsi ketiga memanfaatkan hadis sebagai alat legitimasi, sebagai hujjah untuk mendukung suatu pendapat. Bahkan ketika dasar yang mereka kehendaki tidak terdapat dalam al-Qur’an dan juga hadis, maka hadis dha’if bahkan palsu pun mereka ajukan. Hal ini tentu menimbulkan out-put yang berbeda di masyarakat, sebagai hasil resepsi mereka terhadap hadis yang tersebar. Hal itu juga merupakan proses ‚kembali pada al-Qur’an dan Hadis‛ yang menyimpang dan terancam oleh sabda Nabi Muhammad. Semboyan kembali ‚pada al-Qur’an dan Hadis‛ ini juga berkembang menjadi gerakan. Mereka melakukan kritik terhadap fenomena tertentu yang terjadi di masyarakat. Kritik tersebut dilakukan dengan menggunakan verivikasi satu arah. Melalui kesesuaian dengan hadis (secara tekstual) semata mereka menentukan benar atau tidaknya sebuah fenomena yang menjadi sasaran. Sehingga mereka mengambil sikap bahwa sesuatu yang tidak sesuai dengan ungkapan hadis secara tekstual adalah bid’ah. Mengingat demikian penting hadis dalam Islam maka perlu ada pembahasan kritis terhadap makna hadis itu sendiri dan terma yang melingkupinya. Dalam makalah ini penulis mencoba mengulas dan menelaah hal-hal seputar kajian hadis dengan merumuskan masalah-masalah yang akan dibahas. B. Rumusan Masalah 1. Apakah Pengertian Hadis? 2. Bagaimana Pemetaan Istilah Hadis, Sunnah, Khabar dan Atsar? 3. Apa sajakah Bentuk-bentuk Hadis? 4. Apa sajakah Unsur-unsur Hadis? 5. Bagaimana Kolerasi antara Hadis, Sunnah dan Bid’ah C. Tujuan Pembahasan 1. Untuk Mengetahui Pengertian Hadis. 2. Untuk Mengetahui Pemetaan Istilah Hadis, Sunnah, Khabar dan Atsar. 3. Untuk Mengetahui Macam-macam Bentuk Hadis. 4. Untuk Mengetahui Unsur-unsur Hadis. 5. Untuk Mengetahui Kolerasi antara Hadis, Sunnah dan Bid’ah.
  • 4. 4 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Hadis 1. Kata ‚Hadis‛ dalam Kajian Bahasa Kata hadis berasal dari bahasa Arab. Memiliki bentuk kata mufrad (singular) ْ ٌِْ َ artinya satu hadis dan bentuk plural, isim jamak ْ ٌِْ َ َ artinya beberapa hadis.4 Akar katanya terdiri dari tiga huruf yaitu huruf )‫ح‬ h}a>’(, )da>l(, dan )tsa>’(. Derivasi (tashrif) kata yang diturunkan dari tiga huruf tersebut adalah: َ‫ث‬ َ َ َ َ َ ْ ُ ُ ُ ُ ْ ٌَ َ َ َ Hadis dari akar kata di atas memiliki beberapa makna. Diantara makna yang sesuai dengan objek dalam tema ini sebagai berikut: 1. ٌ ‫لج‬ (al-jadi<d) atau baru, dalam arti sesuatu yang ada setelah sebelumnya tidak ada.5 Lawan dari kata al-qadi<m atau terdahulu.6 2. ‫لخبر‬ (al-khabar) atau berita, informasi dan )‫كالم‬ْ‫ل‬ al-kala>m( atau perkataan. 3. ‫لطري‬ (ath-thari) yakni lunak, lembut, dan baru. Ibnu Faris mengatakan bahwa hadis dari kata ini karena berita atau kalam secara silih berganti dan cepat menyebar.7 Tiga makna di atas menunjukkan bahwa hadis secara bahasa adalah perkataan dan kabar dengan sifatnya yaitu menyebar. Selain itu ia adalah lawan kata al-qadim. Menurut Dzafar Ahmad ibn Lathif Kata ‚hadis‛ ini tepat digunakan, untuk menunjukkan bahwa ia adalah sesuatu yang baru yang datang dari Nabi Muhammad di luar al-Qur’an yang qadi<m.8 4 Menurut al-Farra’, ahadis adalah bentuk jamak dari kata uhdusah kemudian dijadikan bentuk plural bagi kata hadis 5 Abu al-Husain Ahmad ibn Faris, Maqa>yis al-Lughah, Juz II, (Beirut: Darul Fikr, t.t.), 36. 6 Ibn Manzhu>r, Lisa>n al-‘Arab, (Mesir: Dar Al-Mishriiyah, t.t.), 796-798. 7 Ibn Faris, Maqa>yis al-Lughah, 36. 8 Dzafar Ahmad ibn Lathif al-Usmani, Qawa’id fi< Ulu>m al-Hadi<s, (Kairo: Dar As-Salam, 2000), 24
  • 5. 5 2. Pengertian Hadis Menurut Istilah Ulama jumhur berpendapat hadis dan sunnah adalah sinonim. Antara hadis dan sunah dapat diibaratkan dua sisi koin. Para ahli memberikan definisi terrminologis yang berbeda-beda terhadap hadis atau sunnah, sesuai cara pandang dan latar belakang keilmuannya. a. Pengertian Hadis menurut Ulama Hadis Di kalangan muhaddisin (ulama hadis) ada beberapa pengertian hadis atau sunnah: 1) Segala perkataan Nabi, perbuatan dan hal ihwalnya. 2) Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad baik berupa perkataan, perbuatan, penetapan maupun sifat. 3) Semua yang disandarkan kepada Nabi Muhammad (hadis marfu’), para sahabat (hadis mauquf) dan para tabi’in (hadis maqhtu’)9 Perbedaan yang terdapat dalam pengertian diatas adalah dalam hal ruang lingkup pengambilan hadis. Namun titik temunya adalah kesamaan cara pandang muhaddisin terhadap hadis. Sikap muhaddisin terhadap hadis meletakkannya sebagai objek utama kajian dan tidak untuk mengungkap kandungan dan implikasi hukum yang lebih spesifik darinya. b. Pengertian Hadis menurut Ulama Ushul Fiqh Menurut ulama ushul fiqh hadis atau sunnah ialah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad selain al-Qur’an, baik berupa perkataan, perbuatan dan pengakuan yang patut dijadikan hukum syara’.10 Artinya menurut ulama ushul fiqh jika sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad tidak menyangkut hukum, maka tidak patut disebut hadis dan sunnah. 9 Muhammad Mahfudz ibn Abdillah Al-Tirmisi, Manhaj Dzawi an-Nadzar. (Jeddah: Al-Haramain, 1974), 8 10 Ahmad Umar Hasyim, As-Sunnah an-Nabawiyyah wa-Ahkamuha. (Kairo: Maktabah Gharib, t.t.), 17
  • 6. 6 Hal ini menunjukkan bahwa hadis dalam pandangan ulama ushul fiqh adalah sebagai perangkat untuk menghasilkan kaidah hukum syara’. Maqshud asy-syara’ yang terungkap dari kandungan hadis lah yang menjadi sasaran utama bagi ulama ushul fiqh. Sehingga hadis bagi mereka berkedudukan sebagai objek penelitian dalam rangka mengungkap implikasi hukum syara’ yang dikandung olehnya. c. Pengertian Hadis menurut Ulama Fiqh Menurut ulama’ fiqh (fuqaha) sunnah adalah segala ketetapan yang datang dari Rasullah dan tidak termasuk kategori fadlu, dan wajib, dan termasuk hukum yang lima.11 Atau dalam pengertian lain sunnah adalah sifat syara’ yang menuntut untuk dikerjakan, tetapi tidak wajib dan tidak disiksa bagi yang meninggalkanya. Terma sunnah menurut ulama fiqh lebih kepada salah satu dari lima hukum yang dihasilkan dalam proses istinbath. Dalam fiqih terdapat dua kategori hukum yang termasuk dalam implikasi perintah nash, yakni fardhu atau wajib dan sunnah atau nadb. Sedangkan dua hukum yang adalah lawannya, yaitu makruh dan haram. Adapun yang satu merupakan hukum yang bersifat netral. B. Pemetaan Istilah Hadis, Sunnah, Khabar dan Atsar Hadis memiliki tiga sinonim atau mura>dif yakni sunnah, khabar dan atsar.. Untuk mendapatkan pemetaan yang tepat penjelasan terma hadis akan kembali diulas beserta tiga muradifnya. 1. Hadis dan Sunnah Hadis secara bahasa adalah perkataan atau perbuatan, yang baru, yang mengalir dan lunak.12 Sedangkan sunnah secara bahasa berarti jalan, baik yang terpuji maupun yang tercela.13 11 Dr. Mushthafa as-Siba’I, As-Sunnah wa Makanatuha di at-Tasyri’ al-Islami, (Kairo: Dar as-Salam, 1998), 57 12 Ibn Faris, Maqa>yis al-Lughah, 36. 13 Muhammad Ajjaj al-Khatib, As-Sunnah Qabla at-Tadwin, (Beirut: Dar al-Fikr, 1997), 17
  • 7. 7 Menurut ulama hadis, secara istilah, hadis dan sunnah mencakup segala perkataan, perbuatan, penetapan, himmah, sifat dan akhlaq maupun lainnya, baik sebelum dan setelah Nabi Muhammad diangkat menjadi rasul.14 Maka hadis menurut ulama ahli hadis bersifat umum dan mutlak. Sedangkan menurut ulama’ ushul fiqh, sunnah tidak sama dengan hadis. Menurut ulama ushul hadis ialah setiap yang disandarkan kepada Nabi Muhammad yang berupa perkataan (hadis qouli). Adapun sunnnah lebih umum daripada hadis karena sunnah mencakup perkataan, perbuatan dan taqrir Nabi Muhammad.15 Selain itu, menurut ulama ushul segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad yang dapat disebut sunnah atau hadis adalah yang memiliki maksud syara’ atau implikasi hukum. Artinya jika dilihat dari masa, hadirnya sunnah menurut ulama ushul fiqh dibatasi sejak Nabi Muhmmad diangkat menjadi Nabi. Jadi menurut ulama’ ahli hadis sunnah bisa disebut hadis, begitu pula sebaliknya. Sedangkan menurut ulama ushul, hadis adalah bagaian dari sunnah. Karena itu dapat dikatakan sunnah lebih umum daripada hadis. 2. Hadis dan Khabar Secara bahasa khabar berarti berita atau informasi. Menurut istilah ahli hadis, khabar idenstik dengan hadis, yaitu sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad dan selain beliau baik yang berupa perkataan, perbuatan ataupun penetapan.16 Sedangkan menurut ulama ushul fiqh khabar berbeda dengan hadis dan sunnah. Khabar mencakup berita atau informasi secara umum baik hal yang terkait dengan Nabi Muhammad ataupun selainnya. Informasi sejarah tentang umat-umat Nabi terdahulu menurut mereka termasuk dalam kategori khabar.17 Mereka berargumen bahwa dengan sebab itulah orang yang mempelajari hadis dan ilmu hadis disebut dengan muhaddis, sedangkan orang yang mempelajari 14 Ajjaj al-Khathib, As-Sunnah, 19 15 Ibid., 19 16 Ibid., 19 17 Ibid., 28
  • 8. 8 sejarah disebut dengan informan. Dengan demikian khabar lebih umum dari pada hadis dan sunnah. 3. Hadis dan Atsar Atsar secara bahasa adalah suatu bekas, sesuatu yang tertinggal, tersisa.18 Hadis dapat dikatakan sebagai atsar karena hadis adalah peninggalan Nabi Muhammad. Secara istilah, ulama ahli hadis berpendapat atsar adalah sinonim hadis,19 Sedangkan menurut ulama ushul fiqh atsar lebih umum daripada, sunnah dan hadis. Ada yang berpendapat atsar sama dengan khabar yakni mencakup sejarah baik yang terkait Nabi Muhammad ataupun selainnya. Ada pula yang berpendapat atsar lebih umum daripada khabar. Hipotesa yang dapat diajukan dari pendapat tersebut, argumen mereka adalah bahwa yang dapat juga dikategorikan sebagai khabar adalah bukti-bukti dan situs sejarah. Dari pengertian dan hubungan antara keempat istilah tersebut dapat diketahui bahwa menurut ulama ahli hadis keempatnya adalah istilah yang sepadan. Sedangkan menurut ulama ushul fiqh keempatnya saling berbeda dalam segi batasan atau cakupannya. Hubungan keempat istilah tersebut, sesuai pendapat ulama ushul fiqh, dapat dipetakan dengan bagan berikut: Bagan pemetaan istilah hadis, sunnah, khabar dan atsar. Bagan 2.1 18 Ajjaj al-Khathib, As-Sunnah, 28 19 Abdul Hayy dalam kitabnya Dzafrul Amani mengatakan bahwa pengertian khabar secara istilah adalah riwayat yang datang dari Nabi Muhammad, sahabat atau tabi’in baik marfu’, mauquf atau maqhtu’ . Hal serupa juga diungkapkan oleh Nawawi al-Bantani dalam Syarh Shahih Muslim-nya. Atsar Khabar Sunnah Hadis
  • 9. 9 C. Kategori Hadis Berdasarkan Bentuknya Berdasarkan bentuknya, apa yang disandarkan kepada Nabi Muhammad ada lima kategori, antara lain: 1. Hadis Qauli Hadis qauli ialah segala yang disandarkan kepada Nabi Muhammad yang berupa perkataan dan ucapan secara mutlak, baik yang memuat maksud syara’, aqidah, akhlak, kisah, peristiwa, maupun yang lainnya. Jika diperhatikan hadis qauli menggunakan dengan bentuk kalimat langsung. Ada beberapa contoh hadis qauli dengan berbagai ragamnya. Salah satu contoh hadis qauli adalah ucapan Nabi Muhammad memerintahkan untuk mengerjakan shalat sebagaimana yang beliau lakukan, yang berbunyi: ًِّ‫ل‬َ‫ص‬ُ ًِْ‫ن‬ ْ ُ‫م‬ُ‫ت‬ٌَْ َ‫ر‬ َ‫م‬َ‫ك‬ ْ ُّ‫ل‬َ‫ص‬(‫رى‬ ‫لبخ‬ ‫ه‬ ‫ر‬)20 ‚Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat‛ (HR. Bukhori) Hadis ini tidak penulis kategorikan dalam hadis fi’li, berbeda dengan yang dinukil oleh Munzier Suprapta dalam bukunya, Ilmu Hadis. Hal ini mengingat bahwa pemilahan ini adalah dalam kategori macam bentuk hadis dan bukan kategori maksud syara’ yang dikandung oleh hadis. Maka dalam pemilahannya, sebuah hadis seharusnya dipandang dari sudut ‚apa yang dalam teks‛ dan bukan dengan sudut pandang ‚apa yang melingkupi teks‛. Jika diamati dengan pendekatan ‚apa yang di dalam teks‛ atau kritik matan, secara redaksi hadis di atas berbentuk kalimat perintah. Selain itu ia menggunakan bentuk kalimat langsung. Maka dengan tegas kita dapat mengatakan bahwa kalimat atau redaksi hadis diatas adalah sebuah penuturan (qaul) seseorang kepada orang lain. Adapun apabila didekati dengan ‚apa yang melingkupi teks‛, maka redaksi diatas dapat termasuk hadis fi’li. Dengan argumen bahwa hadis itu bermuatan perintah yang berhubungan dengan perbuatan Nabi. 20 Hadis nomor 631 dalam Shahih al-Bukhari
  • 10. 10 Namun jika kedua pendekatan itu digunakan secara bersamaan atau tertuka, tentu membuat kategorisasi bentuk hadis ini menjadi rancu. Penulis menawarkan jalan keluar dalam hal ini{{: hadis ini bisa dikatakan hadis qauli jika dipilah berdasarkan kategori bentuk hadis, bisa juga dikatakan sebagai hadis fi’li jika dikategorisasikan berdasarkan maqsud syara’. Sebagaimana ketika ada seorang instruktur senam mengatakan ‚ikuti gerakan saya!‛. Jika perintah instruktur senam tersebut dapat diibaratkan seolah seperti hadis qauli, maka gerakan-gerakan senam yang dicontohkan oleh instrukstur tersebut, baik yang dilakukan sebelum atau sesudah memberikan perintah, adalah hadis fi’li. Jadi perintah Rasulullah di atas adalah bentuk hadis qauli. Sedangkan yang patut dikategorikan sebagai hadis fi’li dalam hal ini adalah riwayat yang menjelaskan bagaimana shalatnya Rasulullah. 2. Hadis Fi’li Hadis fi’li adalah segala yang disandarkan kepada Nabi Muhammad yang berupa perbuatan. Dengan kata lain, yang dikategorikan hadis fi’li adalah hadis yang berbentuk deskripsi sahabat tentang apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad. Jika contoh hadis yang berisi peristiwa Rasulullah memerintahkan sahabat mencontoh shalatnya diatas termasuk kategori hadis qauli, maka hadis fi’li dari perintah tersebut adalah deskripsi sahabat mengenai cara shalat Nabi Muhammad. Seperti penjelasan sahabat yang pernah menyaksikan Nabi Muhammad melakukan shalat diatas kendaraan dalam hadis berikut: ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ْ‫ت‬َ‫ه‬َّ‫ج‬ َ َ‫ت‬ َ‫م‬ ُ ٌَْ ِ‫ه‬ِ‫ت‬َ‫ل‬ِ َ‫ر‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ًّ‫ل‬َ‫ص‬ٌُ َ‫م‬ّ‫ل‬َ‫س‬ َ ِ‫ه‬ٌَْ‫ل‬َ‫ع‬ ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ًُّ‫ب‬ّ‫ن‬‫ل‬ َ‫ن‬ َ‫ك‬(‫رمذى‬ّ‫ت‬‫ل‬ ُ‫ه‬ َ َ‫ر‬)21 ‚Nabi Muhammad shalat di atas tunggangannya, kemana saja tunggangannya itu menghadap.‛ (HR. at-Tirmidzi) Atau contoh lain yang memuat cara shalat Nabi Muhammad dalam hadis berikut: 21 Hadis nomor 230 dalam Sunan at-Tirmidzi
  • 11. 11 ‫ى‬‫ِب‬ ‫ِب‬ ‫ْي‬ ‫َك‬‫ل‬‫ِب‬‫ا‬‫ى‬‫ًة‬‫ال‬ ‫َك‬ ‫ى‬‫ِب‬‫ا‬ ‫َّن‬‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬‫َك‬ ‫َك‬ ‫ْي‬ ‫َك‬ ‫َك‬ ‫ى‬‫ِب‬‫ا‬ ‫َّن‬‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬ ‫َك‬ ‫َك‬ ‫ى‬‫ًة‬‫ال‬ ‫َك‬ ‫ى‬‫ِب‬‫ا‬ ‫َّن‬‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬ ‫َّن‬ ‫َك‬ ‫َك‬ ‫ى‬‫َك‬ ‫َّن‬ ‫َك‬ ‫َك‬ ‫ى‬‫ِب‬ ‫ْي‬ ‫َك‬ ‫َك‬ ‫ى‬ ‫َّن‬ ‫ى‬ ‫َّن‬ ‫َك‬ ‫ى‬‫ُّي‬ ‫ِب‬ ‫َّن‬‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬‫َك‬‫ا‬ ‫َك‬‫ى‬ (‫حمد‬ ‫هى‬ ‫ر‬)22 ‚Nabi Muhammad adalah orang yang paling ringan dalam melakukan shalat ketika bersama manusia (berjamaah). Namun paling panjang shalatnya bila melakukannya sendirian.‛ (HR. Ahmad) 3. Hadis Taqriri Secara bahasa, taqrir bermakna penetapan. Secara istilah, hadis taqriri adalah hadis yang memuat ketetapan Rasulullah. Dengan pemahaman yang lain, hadis taqriri adalah ketika Nabi Muhammad bersikap diam dan membiarkan sahabat melakukan sesuatu yang dilihatnya atau yang diketahui, tidak memerintahkan dan tidak mencegah. Sebagai contoh hadis taqriri adalah sikap diam Nabi Muhammad ketika terjadi perbedaan pemahaman sahabat mengenai ucapan beliau . َ‫َل‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ َ‫ل‬ َ‫ق‬َ‫ف‬ ِ‫ٌق‬ ِ‫ر‬َّ‫لط‬ ًِ‫ف‬ ُ‫ر‬ْ‫ص‬َ‫ع‬ْ‫ل‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ َ‫ك‬َ‫ر‬ْ َ‫أ‬َ‫ف‬ َ‫ث‬َ‫ْظ‬ٌَ‫ر‬ُ‫ق‬ ًِ‫ن‬َ‫ب‬ ًِ‫ف‬ َّ‫َل‬ِ‫إ‬ َ‫ر‬ْ‫ص‬َ‫ع‬ْ‫ل‬ ٌ َ َ َّ‫ن‬ٌَِّ‫ل‬َ‫ص‬ٌُ َ‫َل‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ ِ‫ه‬ٌَْ‫ل‬َ‫ع‬ ُ َّ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ًِِّ‫ب‬َّ‫ن‬‫ِل‬‫ل‬ َ‫ِر‬‫ك‬ُ‫ذ‬َ‫ف‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ َّ‫ن‬ِ‫م‬ ْ َ‫ُر‬ٌ ْ‫م‬َ‫ل‬ ًِّ‫ل‬َ‫ص‬ُ‫ن‬ ْ‫ل‬َ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ َ‫ل‬ َ‫ق‬ َ َ‫ه‬ٌَِ‫ت‬ْ‫أ‬َ‫ن‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ ًِّ‫ل‬َ‫ص‬ُ‫ن‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ًد‬ ِ َ ْ ِّ‫ن‬َ‫ُع‬ٌ ْ‫م‬َ‫ل‬َ‫ف‬(‫رى‬ ‫لبخ‬ ‫ه‬ ‫ر‬)23 ‚Janganlah salah seorang (di antara kamu) mengerjakan shalat Ashar, kecuali (setelah sampai) di perkampungan Bani Quraizhah. Lalu sebagian mereka mendapati (waktu) ‘Ashar di perjalanan. Sebagian mereka mengatakan, kita tidak boleh shalat sehingga sampai di perkampungan, dan sebagian lainnya mengatakan, tetapi kami shalat (dalam perjalanan), tidak ada di antara kami yang membantah hal itu. Hal itu lalu dilaporkan kepada Nabi Muhammad, ternyata beliau tidak menyalahkan seorang pun dari mereka‛. (HR. Bukhari) Contoh hadis taqriri lainnya, tentang sikap Nabi Muhammad ketika dalam sebuah perjalanan bersama beliau sebagaian sahabat berbuka dan sebagian lain tetap berpuasa : َ‫ر‬َ‫ط‬ْ‫ف‬ َ َ‫ن‬ُ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬ َ‫م‬ َ‫ص‬َ‫ف‬ َ‫ن‬ َ‫ض‬‫م‬َ‫ر‬ ًِْ‫ف‬ ‫سلم‬ ‫علٌه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫هللا‬ ِ‫ل‬ ْ ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ع‬َ‫م‬ َ‫ن‬ْ‫ر‬َ‫ف‬ ‫س‬ ‫ل‬ ‫ق‬ ‫نس‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ِ‫ِم‬‫ا‬ َّ‫ص‬‫ل‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ‫ر‬ ِ‫ط‬ ُ‫م‬‫ل‬ ‫َل‬ َ ‫ر‬ ِ‫ط‬ْ ُ‫م‬‫ل‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫م‬ِ‫ا‬ َّ‫ص‬‫ل‬ ْ ِ‫ع‬ٌَ ْ‫م‬َ‫ل‬َ‫ف‬ َ‫ن‬ُ‫ض‬ْ‫ع‬َ‫ب‬(‫مسلم‬ ‫ه‬ ‫ر‬)24 22 Hadis nomor 20.902 dalam Musnad Ahmad 23 Hadis nomor 4.119 dalam Shahih al-Bukhari
  • 12. 12 ‚Dari Anas bin Malik, ia berkata: Kami bepergian bersama Rasul SAW pada bulan Ramadlan. Di antara kami ada yang berbuka dan ada pula yang tetap berpuasa. Yang berpuasa tidak mencela yang berbuka. Yang berbuka tidak mencela yang berpuasa.‛ (HR. Muslim) 4. Hadis Hammi Pengertian Hadis Hammi adalah hadis yang berupa keinginan Nabi Muhammad yang belum terlaksana. Seperti hadis tentang keinginan Nabi Muhammad untuk berpuasa pada tangal 9 bulan Asyura’. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas disebutkan: ٌ‫م‬ ْ ٌَ ُ‫ه‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ِ َّ‫هللا‬ َ‫ل‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ ٌَ ُ‫ل‬ َ‫ق‬ ِ‫ه‬ِ‫م‬ ٌَ ِ‫ص‬ِ‫ب‬ َ‫ن‬َ‫ر‬َ‫م‬َ َ َ‫ء‬ َ‫ر‬ ُ‫ش‬ َ‫ع‬ َ‫م‬ ْ ٌَ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ ِ‫ه‬ٌَْ‫ل‬َ‫ع‬ ُ َّ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ًُِّ‫ب‬َّ‫ن‬‫ل‬ َ‫م‬ َ‫ص‬ َ‫ن‬ْ‫ُم‬‫ص‬ ُ‫ل‬ِ‫ب‬ْ‫ق‬ُ‫م‬ْ‫ل‬ ُ‫م‬ َ‫ع‬ْ‫ل‬ َ‫ن‬ َ‫ك‬ َ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ ِ‫ه‬ٌَْ‫ل‬َ‫ع‬ ُ َّ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ َّ‫هللا‬ ُ‫ل‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ل‬ َ‫ق‬َ‫ف‬ ‫ى‬َ‫ر‬ َ‫ص‬َّ‫ن‬‫ل‬ َ ُ ُ‫ه‬ٌَْ‫ل‬ ُ‫ه‬ُ‫م‬ِّ‫ظ‬َ‫ع‬ُ‫ت‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ ِ‫ه‬ٌَْ‫ل‬َ‫ع‬ ُ َّ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ َّ‫هللا‬ ُ‫ل‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ ًَِّ‫ف‬ ُ ُ‫ت‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ ُ‫ل‬ِ‫ب‬ْ‫ق‬ُ‫م‬ْ‫ل‬ ُ‫م‬ َ‫ع‬ْ‫ل‬ ِ‫ت‬ْ‫أ‬ٌَ ْ‫م‬َ‫ل‬َ‫ف‬ ِ‫ع‬ِ‫س‬ َّ‫ت‬‫ل‬ َ‫م‬ ْ ٌَ(‫ب‬ ‫ه‬ ‫ر‬ )25 “Nabi Muhammad berpuasa pada tanggal sepuluh muharam dan memerintah kita untuk melakukannya. Kemudian shahabat bertanya: Wahai Rasulullah, bukankah hari itu hari yang dimuliakan yahudi dan nashrani?. Kemudian Rasulullah bersabda: Tahun depan kita akan melakukan puasa juga pada tanggal sembilan muharram. Namun, ternyata tidak sampai tahun berikutnya beliau wafat.” (HR. Abu Daud) 5. Hadis Ahwali Yang dimaksud hadis ahwali ialah hadis yang berisi deskripsi sahabat mengenai sifat dan kepribadian Nabi Muhammad. Diantara contoh hadis ahwali adalah: ِ‫ِن‬‫ا‬ َ‫ب‬ْ‫ل‬ ِ‫ٌل‬ِ َّ‫لط‬ ِ‫ب‬ َ‫ْس‬ٌَ‫ل‬ ‫ًد‬‫ق‬ْ‫ل‬َ‫خ‬ ُ‫ه‬َ‫ن‬َ‫س‬ْ َ َ ‫ًد‬‫ه‬ْ‫ج‬ َ ِ‫س‬ َّ‫ن‬‫ل‬ َ‫ن‬َ‫س‬ْ َ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ ِ‫ه‬ٌَْ‫ل‬َ‫ع‬ ُ َّ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ َّ‫هللا‬ ُ‫ل‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ن‬ َ‫ك‬ ‫ٌر‬ ِ‫ص‬َ‫ق‬ْ‫ل‬ ِ‫ب‬ َ‫َل‬ َ ‚Rasulullah SAW adalah manusia memiliki sebaik-baik rupa dan tubuh. Kondisi fisiknya, tidak tinggi dan tidak pendek ‛. (HR. Bukhari) 24 Shahih Muslim, juz II, 787 25 Hadis nomor 2089 dalam Sunan Abi Daud
  • 13. 13 D. Unsur-unsur Hadis Dalam setiap riwayat hadis terdapat tiga unsur utama. Disini ketiga unsur utama tersebut akan dijelaskan masing-masing pengertiannya dan kemudian dipaparkan contohnya. 1. Sanad Secara bahasa sanad merupakan bentuk mashdar berasal dari kata kerja sanada - yasnudu artinya adalah bersandar dan sandaran, karena hadis bersandar kepadanya.26 Sedangkan menurut istilah, beberapa ulama memberikan pengertian yang berbeda. Diantara pengertian sanad secara istilah sebagai berikut: a) Menurut Dzafar Ahmad al-Usmani dan Al-Badru bin Jama’ah, sanad adalah jalan yang menyampaikan pada matan.27 b) Yang lain menyebutkan, sanad ialah silsilah orang-orang yang menyambungkan sampai pada matan.28 c) Ulama lainnya memberikan pengertian, sanad adalah silsilah para perawi yang menukil hadis dari sumbernya yang pertama.29 Dari pengertian-pengertian di atas, sanad adalah mata rantai atau silsilah para perawi yang menukil matan hadis dari sumber pertamanya. Antara sanad dan matan berkaitan erat. Matan menjadi kadungan utama materi hadis, sedangkan sanad merupakan dasar penting mengetahui otentisitasnya. Kata yang berkaitan dengan sanad adalah isnad, musnid dan musnad. Istilah-istilah tersebut juga digunakan oleh ulama hadis dalam kajian hadis dan ilmu hadis. Secara istilah ketiga kata tersebut memiliki pengertian masing- masing. Secara bahasa, isnad berasal dari kata kerja asnada, yusnidu Isnad artinya adalah menyandarkan. Ulama hadis menggunakan sanad dan isnad dengan pengertian yang sama. Sedangkan musnid adalah istilah yang digunakan untuk menyebut orang yang menyandarkan atau rawi yang menjadi silsilah sampainya 26 Mahmud ath-Thahan, Tafsir Mushthala al-Hadis, (Beirut: Dar al-Qur’an al-Karim, 1979), 15 27 Ibn Lahif al-Usmani, Qawa’id, 26 28 Ath-Thahan, Tafsir, 15 29 Ajjaj al-Khathib, As-Sunnah, 28
  • 14. 14 matan. Adapun musnad bisa berarti hadis yang disandarkan kepada seseorang, bisa juga berarti kitab hadis yang disusun berdasarkan nama perawi hadis.30 Sebagai tambahan, terkadang istilah sanad tidak hanya digunakan oleh kalangan muhaddisin. Semisal dalam tradisi pesantren dan kalangan ulama salaf yang ada di Indonesia, istilah sanad digunakan untuk menyebut mata rantai keilmuan dan ketersambungan guru dan murid. Mata rantai tersebut berdasar pada silsilah sesuai hubungan guru diatasnya hingga sampai ke Nabi Muhammad. 2. Matan Kata ‚matan‛ secara bahasa artinya adalah tanah yang meninggi. Sedangkan secara istilah, matan adalah suatu tempat berakhirnya sanad.31 Atau dengan definisi lain, matan adalah inti atau materi dari suatu hadis. 3. Mukharrij Mukharrij artinya adalah orang yang yang mengeluarkan. Secara istilah Mukharrij sama dengan rawi atau perawi hadis yaitu orang yang menukil dan menyampaikan hadis. Mukharrij disebut juga mudawwin, artinya orang yang membukukan. Orang yang menerima hadis dan kemudian membukukan maka dialah yang disebut mudawwin. Supaya dapat lebih memahami ketiga unsur utama hadis tersebut, contohnya dalam hadis berikut: ِ َّ‫هللا‬ ِ ْ‫ب‬َ‫ع‬ ِ‫ْن‬‫ب‬ َ‫ة‬َ‫مْز‬َ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ٍ َ‫ه‬ِ‫ش‬ ِ‫ْن‬‫ب‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ٌ‫ل‬ٌَْ‫ق‬ُ‫ع‬ ًِ‫ن‬َ َّ َ َ‫ل‬ َ‫ق‬ ُ ٌَّْ‫ل‬‫ل‬ ًِ‫ن‬َ َّ َ َ‫ل‬ َ‫ق‬ ٍ‫ْر‬ٌَ ُ‫ع‬ ُ‫ْن‬‫ب‬ ُ ٌِ‫ع‬َ‫س‬ َ‫ن‬َ َّ َ َ‫ل‬ َ‫ق‬ َ‫ر‬َ‫م‬ُ‫ع‬ َ‫ْن‬‫ب‬ َّ‫ن‬َ َ‫ر‬َ‫م‬ُ‫ع‬ ِ‫ْن‬‫ب‬َ‫ل‬ َ‫ق‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ ِ‫ه‬ٌَْ‫ل‬َ‫ع‬ ُ َّ‫هللا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ َّ‫هللا‬ َ‫ل‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ ُ‫ت‬ْ‫ع‬ِ‫م‬َ‫س‬َ‫ن‬ٌَْ‫ب‬ِ‫َح‬ َ‫ق‬ِ‫ب‬ ُ‫ٌِت‬‫ت‬ُ ٌ‫م‬ِ‫ا‬ َ‫ن‬ َ‫ن‬َ ُ‫ل‬ َ‫ق‬ ِ َّ‫ط‬ َ‫خ‬ْ‫ل‬ َ‫ْن‬‫ب‬ َ‫ر‬َ‫م‬ُ‫ع‬ ًِ‫ل‬ْ‫ض‬َ‫ف‬ ُ‫ْت‬ٌ َ‫ط‬ْ‫ع‬َ َّ‫م‬ُ ‫ي‬ِ‫ر‬ َ ْ‫ظ‬َ ًِ‫ف‬ ُ‫ج‬ُ‫ر‬ ْ‫خ‬ٌَ َّ‫ي‬ِّ‫لر‬ ‫ى‬َ‫ر‬َ َ‫َل‬ ًِّ‫ن‬ِ‫إ‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ ُ‫ْت‬‫ب‬ِ‫ر‬َ‫ش‬َ‫ف‬ ٍ‫ن‬َ‫ب‬َ‫ل‬ َ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬ْ‫ل‬ َ‫ل‬ َ‫ق‬ ِ َّ‫هللا‬ َ‫ل‬ ُ‫س‬َ‫ر‬ ٌَ ُ‫ه‬َ‫ت‬ْ‫ل‬ َّ َ َ‫م‬َ‫ف‬..‫ه‬ ‫ر‬‫البخارى‬ Dalam hadis diatas, yang dimaksud sanad adalah yang bergaris bawah. Sedangkan matannya adalah yang tercetak miring. Adapun mukharrij atau perawinya adalah yang tercetak tebal, yakni al- Bukhari. 30 Ath-Thahan, Tafsir, 16 31 Ibid., 16
  • 15. 15 E. Antara Hadis, Sunnah dan Bid’ah Pembahasan dalam sub bab ini tersaji dalam bagian yang terpisah, meskipun sebenarnya termasuk dalam pembahasan ragam definisi hadis menurut segolongan ulama. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan fokus yang lebih tune-in dalam pembahasannya. Sebelum lebih jauh, dalam pembahasan ini lebih awal diulas kembali pengertian tiga kata diatas dari segi bahasa. Berdasarkan pembahasan etimologis yang telah diungkapkan di bagan awal makalah, hadis secara bahasa berarti sesuatu yang ada setelah sebelumnya tidak ada (peristiwa) dan bersifat lunak. Sedangkan sunnah memiliki arti suatu jalan, kebiasan atau tradisi. Adapun bid’ah secara bahasa memiliki arti, yang berdekatan dengan kata hadis, yaitu sesuatu yang baru pertama kali, tidak ada sebelumnya dan tidak ada contohnya. Dikatakan berdekatan yakni sama-sama bermakna sesuatu yang baru. Dalam hadis Nabi Muhammad berikut yang dimaksudkan sebagai bid’ah diredaksikan dengan kata ‚muhdatsat‛, yang masih berakar dari kata ‚hadatsa‛. ‫ل‬ ‫ق‬ ‫هللا‬ ‫ل‬ ‫رس‬ ‫ن‬ ‫هللا‬ ‫عب‬ ‫بن‬ ‫بر‬ ‫ج‬ ‫عن‬:‫ي‬ ‫ه‬ ‫ي‬ ‫له‬ ‫خٌر‬ ‫هللا‬ ‫كت‬ ٌ ‫ل‬ ‫خٌر‬ ‫فإن‬ ‫بع‬ ‫م‬ ‫ضاللث‬ ‫عث‬ ‫ب‬ ‫كل‬ ‫ته‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫َلم‬ ‫شر‬ ‫م‬ ‫م‬(‫مسلم‬ ‫ه‬ ‫ر‬)32 ‚Dari Jabir bin Abdillah rodhiallahu’anhu bahwasannya Rasulullah shollallahu’alaihiwasallam bersabda: ‚Amma ba’du: sesungguhnya sebaik-baik perkataan ialah kitab Allah (Al Qur’an) dan sebaik-baik petunjuk ialah petunjuk Nabi Muhammad shollallahu’alaihiwasallam, dan sejelek-jelek urusan ialah urusan yang diada-adakan, dan setiap bid’ah ialah sesat‛. (HR Muslim) Akan tetapi jika dibedakan, maka keduanya dapat dikatakan dengan pembahasaan yang lain. Hadis dkatakan sebagai kreasi, sedangkan bid’ah adalah inovasi, dalam hal menciptakan sesuatu yang baru. Kreasi dan inovasi keduanya sama-sama berarti sesuatu yang baru, namun inovasi lebih menonjol dalam tingkat ‚daya berbeda‛nya,. 32 Shahih Muslim, juz II, 592
  • 16. 16 Adapun golongan ulama yang dimaksud diatas adalah ulama mau’idhah. Mereka memberikan pengertian terhadap istilah sunnah dengan definisi ‚sesuatu yang menjadi lawan bid’ah‛.33 Atau menurut pendapat yang lain, bid’ah secara istilah adalah segala sesuatu yang baru yang dibuat manusia, baik berupa perkataan atau perbuatan dalam agama dan syi’ar-syi’arnya yang tidak ada contohnya dari Nabi atau para sahabat. Argumen yang digunakan untuk menguatkan pendapat mereka adalah hadis berikut: ‫ٌّد‬ َ‫ر‬ ‫ه‬َ‫ف‬ ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ْس‬ٌَ‫ل‬ َ‫م‬ ‫هذ‬ ‫ن‬ ِ‫مْر‬ ‫فى‬ َ ْ ْ‫ن‬َ‫م‬ ‚Barang siapa yang membuat yang baru dalam perkaraku ini (agama) yang tidak daripadanya maka tertolak‛. Dalam persoalan ini perlu diperhatikan bahwa hadis tentang muhdasat dan bid’ah diatas membatasi bid’ah dalam hal agama. Di dalam urusan agama mencakup dua hubungan, yakni hubungan vertikal (antara manusia dengan Allah) dan horizontal (antara manusia dengan manusia lain). Atau dengan istilah lain ibadah dan ubudiyyah. Ibadah tentang suatu hubungan ketuhanan sedangkan ubudiyyah tentang hubungan kemanusiaan. Di dalam urusan ibadah, ketentuan yang sudah dituntun oleh Rasulullah suudah tidak dapat diganggu gugat. Seperti shalat wajib sehari semalam ada lima waktu, puasa yang wajib adalah di bulan Ramadhan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam urusan ubudiyyah, Rasulullah memberikan kebebasan. Sebagaimana ketika ucapan Nabi Muhammad ‚kalian lebih paham tentang urusan dunia kalian‛ yang dikatakan kepada seorang tukang kebun kurma. Hadis ini memberikan gambaran bahwa dalam hal tradisi bersikap demokratis. Bahkan dalam tradisi tersebut kreasi dan inovasi diterapkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. 33 Adil Muhammad Darwisy, Nadzharat fi as-Sunnah wa ‘Ulum al-Hadis (Jakarta: Kulliyat Dirasah al- Ulya Pascasarjana UIN, 1998), 11
  • 17. 17 Sebagai contoh, ketika seseorang melakukan shalat dengan pakaian bersarung. Meskipun tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah, tetapi hal itu tidak dapat dikatakan sebagai bid’ah. Karena yang termasuk kategori ibadah adalah shalat itu sendiri, sedangkan soal pakaian apa yang dikenakan adalah kategori ubudiyyah. Sebaliknya, jika seseorang shalat dengan berpakain jubah, bahkan ia yakin bahwa jubah yang dikenakannya sangat mirip dengan yang digunakan oleh Rasulullah, akan tetapi ia melakukan shalat dengan menghadap ke arah yang membelakangi kiblat, maka ia telah melakukan bid’ah. Perbedaan cara memahami maqsud syara’ suatu ayat ataupun hadis juga dapat menjadi latar belakang munculnya anggapan bid’ah. Dalam kenyataanya masih ada kalangan yang dengan mudah menuduh kalangan lain dengan tuduhan telah membuat atau melakukan bid’ah.
  • 18. 18 BAB III PENUTUP Kesimpulan 1. Hadis secara bahasa artinya adalah kabar, informasi, pembicaraan dan sesatu yang baru. Sedangkan secara istilah, menurut ulama hadis, adalah segala hal yang disandarkan kepada Nabi Muhammad, para sahabat dan tabi’in baik berupa perkatan, perbuatan, penetapan dan hal ihwal Nabi Muhammad. Adapun ‘ulama ushul fiqh membatasi hadis pada yang memiliki maqsud syara’ saja. 2. Menurut ulama ahli hadis antara istilah hadis, sunnah, khabar dan atsar adalah sepadan. Sedangkan menurut ulama ushul fiqh, istilah hadis terkhusus pada perkataan Nabi, dan sunnah lebih umum darinya yakni mencakup semua perkataan, perbuatan dan hal ihwal Nabi, yang keduanya terbatas pada yang memiliki tujuan syara’. Adapun khabar menurut ulama ushul fiqh mencakup apa yang berkaitan dengan Nabi dan yang selainnya, seperti berita umat terdahulu. Menurut mereka atsar lebih umum dari khabar. 3. Ada lima macam bentuk hadis: a. Hadis Qauli : Memuat ucapan atau perkataan Nabi b. Hadis Fi’li : Memuat perbuatan Nabi c. Hadis Taqriri : Memuat sikap diam Nabi d. Hadis Hammi : Memuat keinginan Nabi yang belum terlaksana e. Hadis Ahwali : Memuat sifat dan kepribadian Nabi 4. Unsur utama hadis ada tiga: a. Sanad : Mata rantai periwayatan berisi nama-nama perawi b. Matan : Materi atau kandungan yang dimuat oleh hadis c. Mukharrij : Perawi, Mudawwin (orang yang membukukan hadis) 5. Antara kata hadis dan bid’ah berdekatan. Karena istilah bid’ah dimunculkan dari kata ‚muhdasat‛ yang terdapat dalam salah satu hadis. Kata muhdasat itu sendri berasal dari akar kata ‚hadatsa‛. Istilah bid’ah digunakan untuk mengatakan sesuatu yang selain sunnah.
  • 19. 19 DAFTAR PUSTAKA Abu Daud, Sunan Abi Daud Ahmad, Musnad Ahmad Ahmad, Muhammad dan M. Mudzakir, Ulumul Hadits, Jakarta : Amzah, 2015 Bukhari (al),Shahih al-Bukhari Darwisy, Adil Muhammad, Nadzharat fi as-Sunnah wa ‘Ulum al-Hadis Jakarta: Kulliyat Dirasah al-Ulya Pascasarjana UIN, 1998 Hasyim, Ahmad Umar, As-Sunnah an-Nabawiyyah wa-Ahkamuha. Kairo: Maktabah Gharib, t.t. Ibn Faris, Abu al-Husain Ahmad, Maqa>yis al-Lughah, Juz II, Beirut: Darul Fikr, t.t. Khatib (al), Muhammad Ajjaj, As-Sunnah Qabla at-Tadwin, Beirut: Dar al-Fikr, 1997 Manzhu>r , Ibn, Lisa>n al-‘Arab, Mesir: Dar Al-Mishriiyah, t.t. Muslim, Shahih Muslim, juz II Siba’I (as), Mushthafa, As-Sunnah wa Makanatuha fi at-Tasyri’ al-Islami, Kairo: Dar as-Salam, 1998 Thahan (ath), Mahmud, Tafsir Mushthala al-Hadis, Beirut: Dar al-Qur’an al-Karim, 1979 Tirmidzi (at), Sunan at-Tirmidzi Tirmisi (al) Muhammad Mahfudz ibn Abdillah, Manhaj Dzawi an-Nadzar. Jeddah: Al-Haramain 1974 Usmani (al), Dzafar Ahmad ibn Lathif, Qawa’id fi< Ulu>m al-Hadi<s, Kairo: Dar As- Salam, 2000